3. hubungan istimewa fix

26
1 BAB I PENDAHULUAN Transaksi adalah suatu peristiwa ekonomi yang mempengaruhi se keuangan suatu perusahaan. Peristiwa ekonomi ini akan mempengaruhi susuna perubahan harta, utang, atau modal. Transaksi keuangan dibedakan sebagai berikut. 1. Menurut pihak yang melakukan Menurut pihak yang melakukan, transaksi keuangandibedakan menjadi sebagai berikut. a) Transaksi intern, adalah peristiwa ekonomi yang terjadi di dalam lin perusahaan tanpamelibatkan pihak luar. Misalnya, penetapan biaya produksi, penetapan pemakaian perlengkapan, dan penetapan piutang ti tertagih. b) Transaksi ekstern, adalah peristiwa ekonomi yang dilakukan perusahaa dengan pihak luar. Pada transaksi ini, pihak luar perusahaan ikut te dalam transaksi. Misalnya pembelian peralatan dan pembayaran utang. 2. Menurut sumber Menurut sumbernya, transaksi keuangan dibedakan menjadi sebagai berikut a) Transaksi modal, adalah transaksi yang bisa mempengaruhi peru modal perusahaan. Misalnya, setoran modal dan pengambilan pri (prive).

Upload: rocky-f-rianzani

Post on 22-Jul-2015

442 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Transaksi adalah suatu peristiwa ekonomi yang mempengaruhi sektor keuangan suatu perusahaan. Peristiwa ekonomi ini akan mempengaruhi susunan perubahan harta, utang, atau modal. Transaksi keuangan dibedakan menjadi sebagai berikut. 1. Menurut pihak yang melakukan Menurut pihak yang melakukan, transaksi keuangan dibedakan menjadi sebagai berikut. a) Transaksi intern, adalah peristiwa ekonomi yang terjadi di dalam lingkup perusahaan tanpa melibatkan pihak luar. Misalnya, penetapan biaya produksi, penetapan pemakaian perlengkapan, dan penetapan piutang tidak tertagih. b) Transaksi ekstern, adalah peristiwa ekonomi yang dilakukan perusahaan dengan pihak luar. Pada transaksi ini, pihak luar perusahaan ikut terlibat dalam transaksi. Misalnya pembelian peralatan dan pembayaran utang. 2. Menurut sumber Menurut sumbernya, transaksi keuangan dibedakan menjadi sebagai berikut. a) Transaksi modal, adalah transaksi yang bisa mempengaruhi perubahan modal perusahaan. Misalnya, setoran modal dan pengambilan pribadi (prive).

1

b) Transaksi usaha, adalah transaksi yang terjadi berkaitan dengan kegiatan

operasional perusahaan. Misalnya, pembelian barang, perlengkapan, dan peralatan. Perusahaan seringkali melaksanakan kegiatan transaksinya secara terpisahpisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi untuk memperoleh kepentingan dalam perusahaan lain untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi (investee), hal ini disebut juga pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan merupakan gejala normal dalam perniagaan dan usaha. Menurut PSAK No. 7 Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan lstimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 juga dinyatakan bahwa, laporan keuangan harus mengungkapan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Yang termasuk dalam pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa adalah transaksi yang dilakukan dengan: perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan, perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh signifikan, anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan

2

-

perusahaan yang dimiliki secara subtansial oleh perorangan tersebut.

Yang wajib dilaporkan meliputi hakikat hubungan istimewa, jenis transaksi serta nilainya. PSAK ini mengacu pada standar akuntansi internasional (International Accounting Standard) No. 24.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PSAK No.7 Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalam perniagaan dan usaha. Misalnya, perusahaan seringkali

melaksanakan kegiatannya secara terpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi, memperoleh kepentingan dalam perusahaan lain - untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan - dalam proporsi yang cukup untuk

4

mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi (investee). Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut. Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan yang sama dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikan dari pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam riset dan pengembangan. Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan pada suatu harga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang independen (arm's length price). Pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin mempunyai suatu tingkat keluwesan dalam proses penentuan harga, yang tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa . Suatu cara untuk menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah dengan metode harga pasar bebas yang dapat diperbandingkan. Bila barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan keadaan yang

5

bersangkutan itu adalah serupa dengan keadaan dalam transaksi perdagangan normal, metode ini sering digunakan. Metode ini juga sering digunakan untuk menentukan biaya pembelanjaan Bila barang dialihkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebelum dijual kepada pihak yang independen, metode harga penjualan kembali (resale price) sering digunakan. Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu margin yang wajar. Metode ini juga digunakan untuk pengalihan/transfer sumber daya lain, seperti hak dan jasa. Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang menambahkan suatu kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitankesulitan mungkin dialami baik dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut. Di antara ukuran-ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return) yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang digunakan. Berikut ini adalah contoh situasi transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor: 1. pembelian atau penjualan barang, 2. pembelian atau penjualan properti dan aktiva lain, 3. pemberian atau penerimaan jasa, 4. pengalihan riset dan pengembangan,

6

5. pendanaan (termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai maupun dalam bentuk natura), 6. garansi dan penjaminan (collateral), dan 7. kontrak manajemen. Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perlu diungkapkan hakekat transaksi dan unsur-unsur transaksi yang diperlukan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Unsur-unsur ini biasanya mencakup: 1. suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupun proporsinya, 2. jumlah atau proporsi pos-pos terbuka (outstanding items),dan 3. kebijakan harga

2.2 PSAK NO 38 Sejumlah entitas usaha di Indonesia memiliki karakteristik pemilikian mayoritas dan atau pengendalian oleh pihak yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Entitas usaha yang memiliki karakteristik seperti ini disebut entitas sepengendali. Dalam transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak terjadi perubahan substansi ekonomi pemilikan, walaupun bentuk hukum (legal form) pemilikan saham atau aktiva atau kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya berubah. Pengendalian (control) adalah kekuasaan (power) untuk menentukan kebijakan keuangan dan operasi suatu badan usaha agar dapat menikmati manfaat

7

dari kegiatan perusahaan tersebut. Induk perusahaan (Parent Company) adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak perusahaan. Anak perusahaan ( Subsidiaries) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang dikenal sebagai induk perusahaan), baik melalaui pemilikan mayoritas atau cara lain. Kelompok minoritas (Minority interest) adalah bagian hasil usaha dan bagian aktiva bersih anak perusahaan, yang tidak dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalaui anak perusahaan), oleh induk perusahaan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban anatara pihak yang paham (knowladgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (armss lenght transaction). Tanggal Restrukturisasi adalah tanggal pada saat kendali atas aktiva bersih dan operasi perusahaan yang diakuisisi secara efektif beralih ke perusahaan pengakuisisi. Entitas sepengendali (Under common control) adalah pihak (perorangan, perusahaan, atau bentuk entitas lainnya) yang secara langsung atau tidak langsung (melalaui satu atau lebih perantara), mengendalaikan atau dikendalaikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang sama. Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali (restructuring transactions among under common control companies) merupakan transaski pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya anatara pihak pihak (perorangan, perusahaan atau bentuk entitas lainnya) yang, secara langsung

8

atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang sama. Pengendalaian dianggap ada apabila pihak pengendali (induk

perusahaan) memiliki lebih dari 50% hak suara pada suatu perusahaan terkendali (anak perusahaan), baik secara langsung atau tidak langsung (melalui anak perusahaan lain). Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut: a. mempunyai hak suara lebih dari 50% berdasarkan perjanjian dengan investor lain; b. mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; c. kekuasaaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan yang lain tersebut; d. mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus. Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaki demikian tidak dapat menimbulkann laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut.

9

Contoh-contoh transaksi antara entitas sepengendali adalah sebagai berikut: a. Suatu induk perusahaan memindahkan sebagai aktiva bersih dari anak

perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut menjadi aktiva induk perusahaan yang bersangkutan. Transaksi ini menyebabkan perubahan dalam bentuk hukum (legal form) pemilikan atas aktiva bersih tersebut, tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi (economic substance) pemilikan aktiva bersih tersebut. b. Induk perusahaan mengalihkan sebagaian hak pemilikannya dalam suatu anak perusahaan ke anak perusahaan lainnya yang dimiliki oleh induk perusahaan. Transaksi ini juga merupakan perubahan bentuk hukum pemilikan anak perusahaan, tetapi tidak merupakan perubahan substansi ekonomi pemilikan anak perusahaan tersebut. c. Suatu induk perusahaan menukar pemilikannya atas sebagian aktiva bersih dalam anak perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh anak perusahaan lainnya (yang tidak dimiliki 100%), sehingga pemilikan induk perusahaan dalam anak perusahaan lainnya tersebut bertambah, sedangkan presentase kepemilikan pemegang saham minoritas dalam anak perusahaan tersebut berkurang. Dalam hal ini, walaupun bentuk hukum pemilikan akiva bersih dalam anak perusahaan berubah (dari milik langsung induk perusahaan menjadi milik anak perusahaan lainnya), tetapi tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aktiva bersih tersebut.

10

Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang saham minoritas (yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi pemilikan dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh karena itu transaksi ini bukan merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Karena transaksi restrukturisasi anatara entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan.

11

2.2.1 SELISIH ANTARA HARGA PENGALIHAN DAN NILAI BUKU Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Saldo akun tersebut selanjutnya disajikan sebagai unsur Ekuitas. Selisih harga pengalihan dengan nilai sehubungan dengan transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali bukan merupakan goodwill. Saldo akun Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Antara Entitas Sepengendali tidak berubah akibat pengalihan lebih lanjut aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya tersebut kepada entitas lain yang tidak sepengendali. Untuk semua transaksi restrukturisasi entitas sepengendali,

pengungkapan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya restrukturisasi: a. jenis, nilai buku dan harga pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan b. tanggal transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali c. nama entitas terkait d. metode akutansi yang digunakan

2.2.2 SIFAT TRANSAKSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI 1. Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam suatu kelompok

12

usaha yang sama, bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. 2. Pihak tidak sepengendali diperlukan sebagai entitas sepengendali apabila dalam jangka waktu dua puluh empat bulan atau kurang: a. Pihak tidak sepengendali tersebut pernah berada di bawah pengendalian yang sama, atau b. Aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan pernah dimiliki entitas sepengendali. 3. Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang saham minorias (yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi pemilikan dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh karena itu transaksi ini bukan merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. 4. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak

mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).

13

5. Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan Keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuann kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan.

2.3 PSAK NO 39 Dunia Bisnis selalu ditandai oleh keinginan untuk melakukan investasi pada usaha yang menguntungkan dengan risiko yang kecil. Keinginan dunia bisnis untuk melakukan investasi seringkali melebihi kemampuan satu entitas usaha untuk menyediakan dana. Seorang pengusaha yang memiliki peluang investasi, tetapi tidak memiliki dana atau aset yang cukup, akan berusaha mengajak mitra usaha untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan membentuk Kerjasama Operasi (KSO). Kerjasama Operasi berlandaskan Hukum Perdata umumnya. Hukum perikatan khususnya, sehingga hak, kewajiban, kepemilikan, pola kepemilikan aset, pola bagi pendapatan-beban-hasil akibat perikatan tersebut hendaknya diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

14

Kerjasama Operasi antara entitas akuntansi Indonesia dan pihak luar negeri berlandas pada kesepakatan antar pihak, dengan memperhatikan hukum di negara masing-masing dan hukum internasional, mempunyai konsekuensi pengungkapan yang sama Inti dari semua bentuk KSO adalah sama, yakni pengusaha berusaha memperoleh dana dan atau aset yang mencukupi untuk

melakukan investasi yang diinginkan, dan atau memperoleh sinerji dari aliansi stratejik, dan atau membagi risiko investasi dengan pengusaha lain. Seorang pengusaha yang memiliki akses ke dana dan sumber daya lain yang cukup, dan tidak ingin membagi risiko dengan pengusaha lain, mungkin tidak akan tertarik dengan bentuk-bentuk kerjasama. Dia mungkin merasa lebih baik bila meminjam uang di bank atau mencari dana di pasar modal. Dengan demikian ada perbedaan pokok antara KSO dengan bentuk-bentuk pendanaan lain, yaitu KSO memiliki unsur adanya keterbatasan seorang pengusaha untuk memanfaatkan dana dari institusi keuangan yang ada, atau memiliki kesulitan dalam perolehan sumber daya atau hak usaha tertentu, dan atau adanya kehendak untuk membagi risiko investasi Bentuk-bentuk KSO berkembang dengan berbagai variasi, tetapi bisa dibagi menjadi dua golongan, yakni: KSO dengan entitas hukum yang terpisah (separate legal entity) dari entitas hukum para partisipan KSO, dan KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah.

KSO yang pertama bisa berbentuk badan hukum atau persekutuan. Sedang KSO tanpa entitas hukum bisa berbentuk Pengendalian Bersama Operasi

15

(PBO) dan Pengendalian Bersama Aset (PBA), atau KSO dimana hanya satu pihak saja dari partisipan KSO yang memiliki kendali yang signifikan atas operasi atau aset KSO. Dalam KSO dengan pola PBO dan PBA, masing-masing partisipan KSO memilki kendali yang signifikan atas operasi atau aset KSO, karena itu nama kerjasama ini adalah pengendalian bersama (jointly controlled). KSO yang diatur dalam Pernyataan ini adalah KSO dengan batasan dimana hanya satu pihak saja yang secara signifikan (berarti) memiliki kendali atas aset dan operasi KSO. Kerjasama Operasi (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunkan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha tersebut. Pemilik Aset adalah pihak yang memilki aset atau hak penyelenggaraan usaha tertentu yang dipakai sebagai obyek atau sarana Kerjasama Operasi. Misalnya orang yang memiliki tanah untuk dibangun gedung perkantoran diatasnya dalam perjanjian KSO, atau PT Jasa Marga yang memiliki hak penyelenggaraan jalan tol.Investor adalah pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau sebagian, untuk memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset diberdayakan atau dimanfaatkan dalam KSO. Pembatasan ini berbeda dengan PSAK No. 12, karena investor di Pernyataan ini memiliki pengendalian atas aset dan operasi KSO, bisa pula tidak, tergantung dari bentuk KSO yang ada dalam perjanjian.

16

Aset KSO adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan KSO Pengelola KSO adalah pihak, yang

mengoperasikan aset KSO. Pengelola KSO mungkin pemilik aset , mungkin juga pihak lain yang ditunjuk. Masa Konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset masih terikat dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk pembayaran lain yang tercantum di dalam perjanjian KSO. 2.3.1 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pembangunan Aset Kerjasama Operasi Aset yang diserahkan pemilik aset untuk diusahakan dalam perjanjian Kerjasama Operasi (KSO) harus dicatat oleh pemilik aset sebagai aset KSO sebesar biaya perolehannya. Dana yang ditanamkan pemilik aset dalam KSO dicatat sebagai penyertaan KSO. Di sisi lain investor mencatat dana yang diterima ini dalam penyertaan KSO oleh pemilik aset sebagai kewajiban. Pengoperasian Aset Kerjasama Operasi Aset KSO yang dibangun dengan didanai oleh investor harus dicatat oleh pihak yang mengelola aset KSO tersebut, dalam hal yang mengelola adalah salah satu dari investor atau pemilik asset. Aset KSO harus dicatat sebesar biaya perolehannya, atau biaya

pembangunan yang tercantum di perjanjian KSO, atau sebesar nilai wajar, dipilih yang paling obyektif atau berdaya uji.

17

Investor mencatat penyerahan aset KSO kepada pemilik aset di akhir masa konsesi dengan menghapus seluruh akun yang timbul berkaitan dengan KSO yang bersangkutan. Pemilik aset, pada sisi lain, mencatat penyerahan ini sebagai aset dengan mengkredit penghasilan KSO apabila memiliki kepastian tentang adanya manfaat ekonomi dari aset tersebut, atau mengkredit penghasilan tangguhan (deffered income) apabila tidak memiliki kepastian yang cukup tentang manfaat ekonomi dari aset tersebut. Bila investor melakukan penyerahan aset KSO kepada pemilik aset untuk dioperasikan pada saat aset KSO selesai di bangun, penyerahan ini harus dicatat sebagai hak bagi pendapatan atau penghasilan KSO. Penerimaan kas atau hak atas pendapatan/penghasilan secara periodik dari bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk lain yang timbul dari KSO ini diakui sebagai pendapatan KSO. Dari transaksi pada paragraf 40, pemilik aset mencatat penyerahan tersebut dalam akun aset KSO dengan mengkredit akun kewajiban jangka panjang KSO. Pembayaran periodik kepada kepada investor karena adanya perjanjian KSO ini dicatat sebagai pelunasan utang beserta bunga dan beban atau penghasilan KSO. Penghitungan bunga untuk transaksi yang termuat dalam paragraf 40 dan 41 adalah dengan mengacu pada tingkat bunga normal dikalikan dengan sisa kewajiban atau sisa piutang bagi investor. Selisih antara beban bunga (atau penghasilan bunga bagi investor) dan bagian dari kewajiban KSO (atau piutang KSO bagi investor) dari jumlah yang dibayarkan (atau diterima investor)

dimasukkan sebagai penghasilan atau beban KSO.

18

Aset KSO harus disusutkan secara sistematis oleh pengelola KSO selama umur ekonominya. Untuk investor, masa penyusutan tidak boleh lebih panjang dari masa konsesi KSO. Hak bagi pendapatan atau hasil diamortisasi oleh investor. Pengungkapan Sehubungan dengan perjanjian Kerjasama Operasi (KSO), pengungkapan berikut ini harus dibuat: a) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian KSO, b) hak dan kewajiban dari masing-masing partisipan KSO berkenaan dengan perjanjian KSO, c) ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO, bila ada. Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aktiva tetap, pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset Kerjasama Operasi (KSO): a) klasifikasi aktiva yang membentuk aset KSO, b) penentuan biaya perolehan aset KSO, c) penentuan depresiasi atau amortisasi aset KSO. Sehubungan dengan perjanjian bagi pendapatan/hasil KSO,

pengungkapan berikut ini harus dibuat: a) penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO, b) penentuan amortisasi hak bagi pendapatan /hasil KSO, c) penghitungan (tambahan) beban atau penghasilan KSO yang timbul dari pembayaran bagi pendapatan/hasil KSO.

19

2.4 PSAK

No.

40

Akuntansi

Perubahan

Ekuitas

Anak

Perusahaan/Perusahaan Asosiasi Transaksi yang mengubah ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi antara lain: a) Transaksi yang mengubah persentase kepemilikan investor pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi antara lain: 1) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan investor: Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada investor, Anak perusahaan/perusahaan asosiasi asosiasi memperoleh kembali saham beredar yang dimiliki oleh investor. 2) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan pihak ketiga (selain investor): Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada pihak ketiga, Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali saham beredar yang dimiliki oleh pihak ketiga. b) Transaksi yang tidak mengubah persentase kepemilikan investor pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi: anak perusahaan/perusahaan asosiasi

melakukan revaluasi aktiva tetap sehingga muncul akun Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

20

2.4.1 Pengakuan Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor sesudah lebih transaksi besar perubahan dari nilai ekuitas ekuitas anak anak

perusahaan/perusahaan

asosiasi

perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor sebelum transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi, maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai bagian dari ekuitas dengan akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi. Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait diakui sebagai pendapatan atau beban dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan diakui.

2.4.2 Pengungkapan Unsur-unsur utama akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi/Anak Perusahaan harus diungkapkan secara terpisah pada catatan atas laporan keuangan.

2.5 ISAK 7 ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS Latar Belakang dari diterbitkannya ISAK 7 adalah suatu entitas dapat didirikan untuk mencapai suatu tujuan khusus yang terbatas (misalnya untuk melakukan sewa, kegiatan riset dan pengembangan atau sekuritisasi aset keuangan). Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities

21

(SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk badan hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat, atau manajemen untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini sering kali menjelaskan bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat dimodifikasi atau diubah (beroperasi dengan autopilot), kecuali mungkin oleh pendiri atau sponsornya. Paragarf 2 ISAK 7 menyebutkan, sponsor (entitas yang diwakili EBK) sering kali mengalihkan atau menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakaian aset yang dikuasai oleh EBK, atau memberikan jasa untuk EBK, sementara pihak lain ("penyedia modal") mungkin menyerahkan dana kepada EBK. Entitas yang bertransaksi dengan EBK (sering kali adalah pendiri atau sponsor) mungkin secara substansi mengendalikan EBK. Hak (beneficial interest) dalam suatu EBK, misalnya, dapat berupa instrumen utang, instrumen ekuitas, hak partisipasi, hak residual, atau sewa. Beberapa hak, mungkin memberikan tingkat pengembalian yang tetap atau pasti kepada pemegangnya, sementara yang lain memberikan akses terhadap keuntungan ekonomi di masa depan dari kegiatan EBK. Dalam banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas yang menjadi alasan pembentukan EBK atau yang diwakili) memperoleh manfaat utama dari kegiatan EBK, walaupun ia hanya memiliki sebagian kecil ekuitas EBK atau bahkan tidak memiliki sama sekali. Pengalihan aset dari suatu entitas ke suatu EBK mungkin dapat dikategorikan sebagai penjualan oleh entitas tersebut. Meskipun pengalihan

22

tersebut memang benar merupakan penjualan, ketentuan dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri dan Interpretasi ini mensyaratkan entitas untuk mengonsolidasikan EBK tersebut

23

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Kasus Sebelum tahun 2003, PT. Indosat Tbk yang saat itu masih bernama PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk bersama dengan PT. Telkom Tbk adalah dua perusahaan plat merah yang menjalankan lini bisnis yang sejenis yaitu bidang telekomunikasi. Berdasarkan kebijakan pemerintah waktu itu (Presiden Megawati Sukarnoputri) PT. Indosat Tbk pada akhir tahun 2002 diprivatisasi. Perusahaan ini dijual ke Temasek Holdings yang berbasis di Singapura. Pada tahun 2001 sebelum Telkom dan Indosat terpisah pengendalian, kedua perusahaan melakukan transaksi kepemilikan silang saham di beberapa perusahaan affiliasi. Rinciannya adalah: a. Menjual 35% investasi perusahaan di PT Telekomunikasi Selular b. Mengakuisisi 22,5% investasi Telkom di Satelindo c. Mengakuisisi 37,21% investasi Telkom di Lintasarta Pada saat transaksi, Indosat dan Telkom adalah entitas sepengendali oleh Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas kedua perusahaan. Transaksi dengan Telkom ini dicatat dengan metode penyatuan kepemilikan. Bila selisih transaksi di atas adalah sebesar Rp 4.359.259, bagaimana cara pengungkapannya?

24

3.2 Analisa Kasus Sesuai dengan PSAK 38 selisih bersih sebesar Rp 4.359.259 antara nilai wajar yang dibayar atau diterima dan aktiva bersih perusahaan yang peroleh atau dijual dikreditkan pada selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas

sepengendali. Mulai tahun 2003, Karena antara Telkom dan Indosat telah terpisah secara pengendaliannya, maka dalam laporan keuangan konsolidasi tahun 2003 selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali diakui sebagai realisasi laba. Pengakuan laba ini disajikan ke dalam akun Pos Luar biasa laba yang direalisasi atas selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.

25

BAB IV KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Yang termasuk dalam pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah transaksi yang dilakukan dengan: perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan, perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh signifikan, anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan perusahaan yang dimiliki secara subtansial oleh perorangan tersebut.

2. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa perlu untuk diungkapkan guna menilai kewajaran transaksi tersebut. 3. Selisih nilai restrukturisasi entitas terjadi pada transaksi pada perusahaan yang sepengendali.

26