3. analisa situasi...universitas kristen petra 8 3.1.3 analisa faktor kekuatan pemasok bahan baku...
TRANSCRIPT
6 Universitas Kristen Petra
3. ANALISA SITUASI
3.1 Analisa Industri
3.1.1 Analisa Faktor Pendatang Baru
Sebagai pendatang baru dalam layanan usaha ini, penulis sangat perlu
memperhitungkan situasi industri pada pasar yang akan dimasuki. Struktur
industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan
persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial tersedia bagi
perusahaan. Dengan demikian, produk ini diharapkan dapat mampu bersaing
dengan produk-produk yang sudah terlebih dahulu berada di pasaran.
Berdasarkan survey yang dilakukan, menunjukkan bahwa konsumen
memiliki permasalahan ketika mengkonsumsi ketan, sebagai contoh: ketan
seringkali tidak tahan lama, terkadang menimbulkan bau apeg lalu kurangnya
penganekaragaman produk dari ketan sehingga membuat terkadang konsumen
merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengkonsumsinya. Hal ini berujung dan
mengarah pada munculnya suatu ide dan pemikiran yang dapat menjawab semua
kekurangan yang muncul. Ide yang dikembangkan adalah ketan yang dikemas
dalam bentuk biskuit atau Crackers yang bernama “Oryza crackers”.
Selain hal diatas, penulis menganalisa dari berbagai faktor yang juga
berhubungan dengan “Oryza crackers” sebagai pendatang baru, yaitu:
1. Modal Dalam memulai suatu usaha yang baru tentunya kebutuhan akan
modal sangat perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena faktor ini bisa
menjadi salah satu rintangan bagi masuknya pendatang baru dalam suatu
industri. Perlu diketahui bahwa modal yang dibutuhkan dalam industri ketan
ini cukup besar, yang meliputi pembelian bahan baku kemudian pengadaan
alat-alat pengolahan dan pengeringan menggunakan oven. Selain itu,
diperlukan juga modal untuk melakukan kegiatan penelitian terlebih dahulu
supaya dapat menghasilkan ketan yang benar-benar berkualitas.
Universitas Kristen Petra
7
2. Switching cost Biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk beralih dari
produk pesaing nantinya tidak terlalu tinggi dan dengan biaya yang
dikeluarkan tersebut konsumen akan mendapatkan keuntungan yang lebih
dibanding pesaing. Berdasarkan hal tersebut maka Oryza crackers sebagai
pendatang baru menjanjikan akan memberikan manfaat yang sesuai dengan
biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan yang terbaik.
3. Saluran distribusi Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya
kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya, hal
ini berarti jika saluran distribusi untuk suatu produk telah ditangani oleh
perusahaan-perusahaan yang sudah mapan maka usaha-usaha baru harus
berusaha membujuk saluran tersebut agar bersedia menerima produknya. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara, misal: penurunan harga, kerja sama dalam
periklanan. Untuk produk ketan, penulis berencana menggunakan saluran
distribusi satu tingkat. satu tingkat berarti distribusi dilakukan tanpa melalui
perantara atau agen sehingga langsung mengarah pada konsumen.
4. Kebijakan pemerintah Dalam pengadaan produk ini adapun kebijakan dari
pemerintah berkaitan dengan standard mutu yang harus ditaati, misal: kadar
protein minimal 3 persen lalu kadar lemak 3 persen. Dari pernyataan diatas
dapat dilihat bahwa sebagai pendatang baru dalam usaha ini, pemerintah juga
memegang peranan penting berkaitan dengan hal perizinan atau lisensi akan
produk ini.
3.1.2 Analisa Faktor Kekuatan Pembeli
Kekuatan dari setiap kelompok pembeli dalam suatu industri tergantung
pada sejumlah karakterisitik pasar dan kepentingan relatif pembeliannya dari
industri yang bersangkutan. Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis menilai
bahwa pembeli memiliki kekuatan yang kuat dalam tawar menawar. Hal ini
dikarenakan produk yang akan dihasilkan memang bukan merupakan produk
standard tetapi produk ini tidak memiliki diferensiasi yang kuat karena besarnya
kemungkinan pesaing dapat dengan mudah meniru produk ini.
Universitas Kristen Petra
8
3.1.3 Analisa Faktor Kekuatan Pemasok
Bahan baku dari produk ini dipilih berdasarkan mutu dan harga yang
sesuai. Untuk pengadaan bahan baku produk ini dapat ditemui banyak pemasok
sehingga perusahaan dapat dengan mudah beralih pada pemasok yang lain jika
bahan baku tersebut tidak sesuai dengan mutu dan harga yang diinginkan. Berarti
dapat disimpulkan, kekuatan pemasok dalam hal ini lemah dan Oryza Crackers
sebagai konsumen tentunya lebih kuat karena jelas terlihat bahwa tidak ada
pemasok yang mendominasi dan pihak perusahaan merupakan pelanggan yang
penting bagi kelompok pemasok.
3.1.4 Analisa Faktor Produk Subsitusi
Mengenali produk subsitusi adalah persoalan mencari produk lain yang
dapat menjalankan fungsi sama seperti produk dalam industri. Dalam industri
ketan ini didapati pula produk yang demikian. Dalam hal ini produk pengganti
yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk yang memiliki fungsi serta
manfaat yang tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh
perusahaan tetapi memiliki kualitas dan harga yang lebih baik. Berdasarkan
kriteria diatas maka produk subsitusi yang perlu diwaspadai untuk produk ini
adalah biskuit beras dan biskuit gandum.
3.1.5 Analisa Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas dibedakan menjadi tiga, yaitu kapasitas yang berlebih,
kapasitas normal, kapasitas yang berada di bawah standard atau masih jarang.
Berikut merupakan data yang berkaitan dengan kapasitas pasar ketan :
Tabel 3.1 Kapasitas Pasar
Deskripsi Produk Jenis Produk
Kemasan Berat Variasi Rasa
Modern crackers Bungkus mini 72 gr Manis, asin, pedas
Gery crackers Bungkus mini 120gr Manis, asin
Want & Want Bungkus mini 150gr Pedas,keju
Nyam Nyam Cup 9.8gr Coklat
Universitas Kristen Petra
9
Cocone cone 18gr Kelapa, keju
Malkist Bungkus plastik 150gr susu
Garoet Plastik kotak 350gr Plain
Sarinah Plastik kotak 400gr Plain Sumber: Olahan Penulis
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pasar industri ketan yang akan
dimasuki cukup padat karena sudah terdapat cukup banyak pesaing yang berada di
dalam pasar tersebut. Selain itu, berdasarkan data yang juga penulis peroleh dari
dinas pertanian jatim (2004) dikatakan bahwa perkembangan beras ketan di Jawa
Timur selama lima tahun terakhir berfluktuasi dan cenderung menurun.
Penyebabnya antara lain: harga yang tidak stabil, membanjirnya beras ketan impor
yang kualitas dan harganya tidak berbeda jauh dibanding ketan lokal. Secara
nasional, Indonesia saat ini masih mengimpor beras ketan dengan persentase
sebesar 62,5% (184.875 ton). Hal ini dikarenakan karena produksi di dalam negeri
masih rendah. (Sumber: Menteri Perdagangan dalam raker dengan komisi VI DPR)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kapasitas pesaing industri ketan cukup
padat dan sedangkan kapsitas produksi mengarah pada under capacity atau
dibawah standard, yang berarti bahwa jumlah permintaan dan penawaran akan
produk ketan berada pada jumlah yang tidak sama. Hal ini dapat dilihat
bagaimana pemerintah Indonesia masih harus mengimpor dengan jumlah yang
cukup besar untuk memenuhi permintaan terhadap beras ketan karena produksi
dalam negeri yang masih rendah.
3.1.6 Analisa Faktor Pesaing Industri
Dalam merencanakan strategi bersaing meliputi pula positioning, yang
berarti suatu usaha untuk memaksimalkan nilai kemampuan atau kelebihan yang
membedakannya dari pesaing. Dikarenakan hal tersebut maka aspek yang sangat
penting dalam perumusan strategi adalah analisis pesaing.
Berdasarkan survei di dalam industri susu kedelai, penulis menemukan
beberapa data mengenai pesaing sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
10
Tabel 3.2 Data Pesaing
Deskripsi Produk Jenis Produk
Kemasan Berat Variasi Rasa
Modern crackers Bungkus mini 72 gr Manis, asin, pedas
Gery crackers Bungkus mini 120gr Manis, asin
Want & Want Bungkus mini 150gr Pedas,keju
Nyam Nyam Cup 9.8gr Coklat
Cocone cone 18gr Kelapa, keju
Malkist Bungkus plastik 150gr susu
Garoet Plastik kotak 350gr Plain
Sarinah Plastik kotak 400gr Plain
Belvita Plastik 57gr susu
Biskuit Kelapa Plastik 65gr Kelapa
Crispy Crackers Plastik 250gr Plain Sumber: Olahan Penulis
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah pesaing yang berada
dalam industri ketan cukup banyak. Produk ketan merupakan produk yang
standar, dimana bentuk olahannya hampir selalu sama dan kemasan yang tidak
jauh berbeda. Hal ini membuat kebanyakan konsumen memilih ketan berdasarkan
kualitas, rasa dan hasil olahannya. Jika salah satu dari 3 aspek tersebut kurang
sesuai dengan pihak konsumen maka dapat berakibat konsumen berpindah pada
produk lain yang serupa. Oleh karena itu, berdasarkan penjabaran diatas maka
dapat disimpulkan bahwa persaingan di dalam industri ketan cukup ketat.
3.2 Analisa Pasar
3.2.1 Identifikasi Kategori Produk
Klasifikasi produk dapat dilakukan dengan didasarkan pada keistimewaan
atau kelebihan dari produk tersebut. Produk ketan yang penulis coba kembangkan
dapat diklasifikasikan ke dalam kategori, yaitu Non durable goods (Barang tak
tahan lama). Diklasifikasikan demikian karena produk ketan merupakan produk
yang biasa dikonsumsi untuk satu atau beberapa kegunaan, misalnya: membuat
Universitas Kristen Petra
11
makanan tradisional, membuat cake. Berdasarkan pada kebiasaan pembelian
konsumen, produk tesebut diklasifikasikan ke dalam convenience goods karena
produk ini merupakan produk yang pada umumnya sering dan segera dibeli oleh
para konsumen, lagipula tanpa banyak usaha untuk membanding-bandingkannya
pada saat membeli. Selanjutnya, produk-produk yang diklasifikasikan ke dalam
convenience goods dapat dikategorikan lagi menjadi staple goods (bahan pokok)
karena produk ketan merupakan salah satu pangan yang dibeli untuk keperluan
sehari-hari. Ketan juga dikategorikan sebagai salah satu sumber pangan yang
mengandung karbohidrat cukup tinggi, banyak sumber vitamin (B1, B2, B6) dan
mineral (kalsium, magnesium, selenium, fosfor).
3.2.2 Analisa Ukuran Pasar Produk
Ukuran pasar produk ketan tergantung pada jumlah pembeli yang ada
untuk suatu penawaran terhadap pasar tertentu. Produk ketan ini memiliki target
pasar pada segmen remaja hingga dewasa (13-59 tahun). Jumlah penduduk
Indonesia pada akhir bulan juli diperkirakan sebesar 241.973.879 jiwa (sumber:
BPS Indonesia). Berikut adalah data-data yang dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran pasar produk ketan:
Tabel 3.3 Data Penduduk Surabaya Umur Laki-laki Perempuan Jumlah total Persentase (%)
0-4 107315 102191 209506 8.1
5-9 100202 95281 195483 7.5
10-14 91782 89943 181725 6.9
15-19 122949 141972 264921 10.2
20-24 155841 173873 329714 12.7
25-29 157667 160583 318250 12.2
30-34 130121 125968 256089 9.8
35-39 104345 105256 209601 8.06
40-44 88412 58254 173666 6.7
45-49 70279 65009 135258 5.2
50-54 48843 472275 96118 3.7
55-59 39611 36553 76164 2.9
60-64 29622 31559 61181 2.4
Universitas Kristen Petra
12
65-69 18719 21619 40338 1.6
70-74 12621 15517 27938 1.2
75+ 10164 14003 24167 0.9
Not stated 15 22 37 0.01
Jumlah Total 1288478 1311678 2600156 100
Sumber : BPS (2004)
Tabel 3.4 Angka kebutuhan gizi rata-rata yang dibutuhkan
(per orang setiap hari) Umur BB
(kg)
TB
(Cm)
Energi
(Kkal)
Prot
ein
(g)
Vit
A
Vit
D
Vit
E
Vit
K
Vit
B12
Vit
C
Kalsiu
m
Fosf
or
Besi
0-6 bln 5,5 60 560 12 350 7.7 3 5 0.1 30 300 200 3
7-12 bln 8,5 71 800 15 350 10 4 10 0.1 35 400 250 5
1-3 th 12 90 1250 23 350 10 6 15 0.5 40 500 250 8
4-6 th 18 110 1750 32 460 10 7 20 0.7 45 500 350 9
7-9 th 24 120 1900 37 460 10 7 30 0.9 45 500 400 10
Pria
10-12 th 30 135 2000 45 500 10 10 45 1.0 50 700 500 14
13-15 th 45 150 2400 64 600 10 10 65 1.0 60 700 500 17
16-19 th 56 160 2500 66 700 10 10 70 1.0 60 600 500 2
20-45 th 62 165 2800 55 700 5 10 80 1.0 60 500 500 13
46-59 th 62 165 2500 55 700 5 10 80 1.0 60 800 800 13
> 60 th 62 165 2200 55 600 5 10 80 1.0 60 500 500 13
Wanita
10-12 th 35 140 1900 54 500 10 8 45 1.0 50 700 450 14
13-15 th 46 153 2100 62 500 10 8 55 1.0 60 700 450 19
16-19 th 50 154 2000 51 500 10 8 60 1.0 60 600 450 25
20-45 th 54 156 2200 48 500 5 8 65 1.0 60 500 450 26
46-59 th 54 156 2100 48 500 5 8 65 1.0 60 600 450 14
> 60 th 54 156 1850 48 500 5 8 65 1.0 60 500 450 14
Hamil +285 +12 +200 10 10 65 +150 +10 +400 200 +20
Sumber: WKNPG (2004)
Berdasarkan data-data diatas, dapat dilihat bahwa segmen remaja hingga
dewasa dengan range umur 13-59 tahun merupakan pasar potensial untuk produk
ketan karena memiliki persentase yang cukup besar yaitu sebesar 78,36 % dari
total keseluruhan jumlah penduduk Surabaya. Selain itu pada range usia tersebut
Universitas Kristen Petra
13
baik pria maupun wanita membutuhkan kandungan gizi yang lebih banyak
dibanding pada usia lanjut ataupun pada waktu anak-anak.
Dari jumlah persentase diatas penulis menargetkan sebesar 20 hingga 25%
sebagai target awal, yang dititikberatkan pada segmen remaja hingga dewasa
dengan range umur 13-59 tahun. Jadi ukuran pasar untuk indsutri ketan masih
cukup besar sehingga produk yang dikembangkan tentunya memiliki peluang
untuk merebut pangsa pasar pada industri ini di Surabaya.
3.2.3 Analisa Siklus Hidup Produk
Menurut Kotler (2002), siklus hidup suatu produk melalui 4 tahap yaitu:
1. Perkenalan (Introduction)
Periode pertumbuhan penjualan Crackers ketan pada tahap ini lambat dan
belum ada laba yang dihasilkan sama sekali. Hal ini disebabkan karena
besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan, misal untuk biaya promosi,
biaya penelitian.
2. Pertumbuhan (Growth)
Dalam tahap ini pasar sudah mulai dapat menerima produk crackers secara
cepat dan disertai dengan peningkatan laba yang besar. Hal tersebut ditandai
dengan ciri-ciri, sebagai contoh: pesaing mulai melihat peluang, pesaing mulai
masuk ke pasar.
3. Kedewasaan (Maturity)
Dalam tahap ini pertumbuhan penjualan sudah menurun, sedangkan untuk
laba yang didapatkan masih tergolong stabil meski persaingan yang terjadi
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan masih tetap
berlangsung secara gencar dengan tujuan untuk mempertahankan produk dari
pesaing.
4. Penurunan (Decline)
Periode saat penjualan menunjukkan arah yang menurun dan laba yang
menipis. Hal tersebut ditandai dengan omset yang mulai menurun, pesaing
mulai tersingkir karena hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki spesialis
di bidangnya yang masih bertahan dan berjalan.
Universitas Kristen Petra
14
3.3 Analisa Konsumen
3.3.1 Definisi Konsumen
Konsumen memiliki pengertian, yaitu individu atau rumah tangga yang
membeli barang atau jasa untuk dikonsumsi baik itu secara langsung ataupun
tidak. Berdasarkan pengertian diatas, penulis menentukan konsumen untuk produk
ini adalah konsumen remaja hingga dewasa dengan range umur 13-59 tahun yang
didukung dengan memiliki kemampuan finansial menengah, bertempat tinggal di
Surabaya, memiliki gaya hidup yang sibuk, kelas sosial yang menengah dan
menengah keatas kemudian berada dalam masa aktif untuk beraktivitas yang
peduli akan kesehatan dan penampilan.
3.3.2 Analisa Perilaku Belanja Konsumen
Perilaku belanja konsumen ketan didasarkan pada dua faktor, yaitu:
personal motives dan social motives. Personal motives dipengaruhi oleh adanya
kebutuhan dalam diri konsumen. Hal ini berarti adanya dorongan dalam diri
konsumen untuk tetap menjaga kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi produk
ketan ini. Sedangkan social motives dipengaruhi oleh penampilan dan status. Hal
ini berarti konsumen yang mengkonsumsi produk ketan ini bertujuan agar bisa
tetap sehat serta penampilannya terus terjaga.
Selain dua faktor diatas, perilaku belanja konsumen dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain, yaitu: faktor budaya, faktor pribadi, faktor psikologi.
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku
belanja konsumen. Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku
konsumen. Pemasar berusaha mengenali pergeseran budaya saat ini, yakni
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Hadirnya
crackers atau biskuit berbahan ketan sebagai produk makanan yang praktis
untuk dikonsumsi timbul dari budaya makan beras yang telah ada dalam
masyarakat. Mungkin selama ini kita hanya berpikir bahwa makan beras
identik dengan makan beras putih atau nasi, namun terbukti bahwa beras
berbahan ketan juga diminati oleh masyarakat sejak dulu terutama dalam
membuat makanan-makanan yang bersifat tradisional. Mengingat ketan adalah
Universitas Kristen Petra
15
jenis padi-padian yang sangat dekat dengan masyarakat karena sering diolah
menjadi berbagai macam makanan tradisonal seperti: nasi kuning, dodol, nasi
ketan kelapa. Masyarakat telah paham sekali bahwa ketan dapat dikonsumsi
juga sebagai pengganti beras putih karena memilki kandungan karbohidrat
yang cukup dan mereka juga telah terbiasa mengkonsumsinya. Maka
fenomena budaya yang terjadi saat ini, bahwa beras ketan memang bukan
bahan makanan utama, meski demikian beras ini tetap dibutuhkan masyarakat
baik itu digunakan untuk membuat makanan tradisonal ataupun kudapan. Hal
ini sangat mendukung untuk memperkenalkan budaya makan biskuit yang
berbahan ketan ini. Kini masyarakat diperkenalkan makan beras ketan dengan
cara yang sangat praktis yaitu hanya dengan bentuk biskuit, sudah dapat
menjadi pengganti sarapan atau dapat dijadikan sebagai camilan sehat.
2. Faktor Pribadi
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada
pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya.
Kepribadian konsumen dipengaruhi oleh faktor berikut ini :
a. Gaya hidup
Saat ini masyarakat cenderung mengutamakan kepraktisan dalam hal
makanan dengan faktor kesehatan sebagai pendukung utama pula. Jadi,
apa yang sehat dan praktis untuk dimakan itulah yang dikonsumsi. Gaya
hidup sehat menjadi daya tarik bagi konsumen yang akan kita tembak
pasarnya.
b. Kepribadian
Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dalam
dirinya (motif, IQ, emosi, cara berpikir, persepsi) dan faktor eksternal
(lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alam).
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan
keputusan dalam membeli. Maka persepsi akan hadirnya crackers atau
biskuit yang terbuat dari ketan akan memberikan kesan (image) tersendiri
bagi calon konsumen bahwa bsikuit ini akan lebih memberi dampak positif
terhadap kesehatan dan bukan hanya sebagai konsumsi makanan ringan
biasa semata.
Universitas Kristen Petra
16
3. Faktor Psikologis
Ada 4 faktor psikologis utama yang mempengaruhi perilaku belanja
konsumen, yaitu:
a. Motivasi
Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam sebuah hierarki yang
paling mendesak sampai kurang mendesak. Berdasarkan ini, kebutuhan
adalah kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan, kebutuhan pengembangan diri. Dari penjelasan
ini maka penulis mengaitkan perilaku belanja konsumen dengan
kebutuhan fisiologis (lapar, haus) dan keamanan. Konsumen tidak hanya
butuh makanan itu namun konsumen butuh jaminan keamanan, apakah
makanan yang dikonsumsi berguna bagi tubuh mereka dan aman. Aman
dalam arti bahan-bahan pangan yang terbuat sangat alami dan tidak
mengandung bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Berikutnya, bahan makanan itu dapat memberikan manfaat bagi tubuh dan
menyehatkan tentunya.
b. Persepsi
Persepsi merupakan proses menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
informasi guna membentuk gambaran yang berarti. Perilaku belanja
konsumen terhadap produk crackers yang terbuat dari ketan ini akan
mempersepsikan bahwa produk ini merupakan produk baru dengan bahan
yang baru yang dibuat menjadi crackers atau biskuit. Persepsi masyarakat
mengenai ketan yang sangat berguna sebagai bahan untuk membuat
makanan-makanan tradisional yang memiliki karabohidrat tinggi telah
melekat sehingga ketika ketan ini diproduksi menjadi sebuah biskuit, maka
akan menambah nilai praktis tanpa meninggalkan persepsi “sehat”
tersebut. Dua persepsi (“sehat” dan “praktis”) ini saling mempengaruhi
yang dapat menjadi alasan konsumen untuk mencoba produk baru ini dan
kemudian menjadi konsumen tetap atau pelanggan karena persepsi yang
sudah melekat tersebut.
Universitas Kristen Petra
17
c. Pembelajaran
Saat seseorang bertindak, maka mereka belajar. Pembelajaran
menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman. Ketika
konsumen ingin membeli crackers ketan, merek mempunyai dorongan
untuk kebutuhan fisiologis dan keamanan. Konsumen tahu bahwa ketan
berguna sebagai bahan untuk membuat makanan-makanan tradisional,
maka dengan dorongan untuk mengkonsumsi itu maka berikutnya ada
proses pembelajaran bahwa ketan selain dalam bentuk yang seperti biasa
mereka makan kini hadir dalam bentuk biskuit yang tentunya memiliki
bentuk dan rasa yang berbeda tetapi fungsi yang sama yaitu bisa
digunakan sebagai pengganti beras putih dan mengandung karbohidrat
yang tidak jauh berbeda dengan beras putih. Kelebihan “praktis” menjadi
poin berikutnya bagi konsumen untuk belajar dan mencobanya.
d. Keyakinan dan sikap
Persepsi dan pembelajaran tersebut di atas membuat konsumen
menentukan sikap dan punya keyakinan bahwa biskuit berbahan ketan ini
baik untuk dikonsumsi.
3.3.3 Analisa Perilaku Konsumsi Konsumen
Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk ketan termasuk dalam
tipe perilaku pembelian kebiasaan. Hal ini disebabkan karena konsumen dalam
mengkonsumsi produk ini memiliki keterlibatan yang rendah serta tidak terlalu
memperhatikan perbedaan merek. Dikatakan demikian karena konsumen hanya
pergi ke toko atau pasar kemudian mengambil suatu merek. Jika mencari merek
yang sama, itupun disebabkan karena kebiasaan bukan karena kesetiaan terhadap
merek tertentu. Selain itu, konsumen biasa melakukan pembelian tanpa rencana
dimana konsumen pada mulanya ingin mencoba-coba dan ketika konsumen
merasa puas maka konsumen akan mengkonsumsinya secara berkelanjutan.
Konsumen pada tipe ini tidak mencari secara luas informasi mengenai merek
tertentu, mengevaluasinya dan memutuskan secara serius merek ketan apa yang
akan dibeli.
Universitas Kristen Petra
18
3.3.4 Segmentasi Konsumen
Konsumen yang menjadi segmen dari layanan usaha ini sebagai berikut:
Tabel 3.5 Segmentasi Konsumen
Geografis
Kota Konsumen yang menjadi segmen adalah penduduk yang
berdomisili di Jawa Timur
Demografis
Umur 15-49 tahun
Jenis kelamin Laki-laki dan perempuan
Pendapatan Memiliki kemampuan finansial menengah
Psikografis
Kelas sosial Kelas menengah dan menengah atas
Orientasi hidup Sibuk.
Kepribadian Memperdulikan kesehatan dan penampilan diri
Perilaku
Tingkat penggunaan Pengguna kelas sedang
Tahap kesiapan Tertarik, ingin dan bermaksud membeli
Sikap pada produk Positif, karena konsumen yang sadar akan pentingnya kesehatan
tentunya akan lebih mudah untuk menerima dan mengkonsumsi
produk ini
Status kesetian Menengah dan kuat
3.4 Analisa Pesaing dan Persaingan
3.4.1 Identifikasi Pesaing
Dalam membangun suatu usaha sangat diperlukan untuk mengenali
pesaing-pesaingnya agar dapat mempertahankan usaha yang sedang dilakukan dan
tidak dengan mudah menghilang dari bisnis tersebut. Menurut Kotler (1997;190),
pesaing dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Pesaing keinginan
Yaitu keinginan terdekat dari konsumen yang mungkin mau dipenuhinya
Universitas Kristen Petra
19
2. Pesaing generik
Yaitu Cara-cara pokok dimana pembeli dapat memuaskan sebuah keinginan
khusus
3. Pesaing Bentuk produk
Yaitu bentuk produk lainnya yang dapat memuaskan keinginan khusus si
pembeli
4. Pesaing Brand
Yaitu merek lainnya yang dapat memuaskan keinginan yang sama
Berdasarkan 4 tipe pesaing diatas, persaingan yang terjadi dalam industri
ketan ini merupakan persaingan dalam merek. Hal ini dikarenakan di pasar dapat
ditemukan berbagai macam merek dalam bentuk dan komposisi yang rata-rata
hampir sama. Pesaing dalam usaha ini dapat dibedakan menjadi pesaing langsung
dan pesaing tidak langsung. Berikut merupakan data-data mengenai pesaing
dalam industri ketan:
Tabel 3.6 Pesaing Langsung
Deskripsi Produk Merek Produk
Kemasan Berat
Keunggulan & Kelemahan
Modern crackers Bungkus
mini
72 gr Keunggulan:
Variasi rasa cukup banyak dan
memiliki kemasan bungkus
yang praktis dalam satu plastik
Kelemahan:
Tidak tersedia dalam kemasan
yang lebih kecil, hanya dalam
satu ukuran plastik yang besar
Gery crackers Bungkus
mini
120gr Keunggulan:
Variasi rasa cukup dan kemasan
yang praktis
Kelemahan:
Tersedia dalam satu ukuran saja
Universitas Kristen Petra
20
Want & Want Bungkus
mini
150gr Keunggulan:
Variasi rasa cukup, kemasan
praktis dan menarik, tersedia
dalam 3 jenis ukuran
Kelemahan:
Harganya tergolong sangat
mahal
Nyam Nyam Cup 9.8gr Keunggulan:
Bentuk kemasan yang berbeda,
lucu, menarik.
Kelemahan:
Target konsumen tergolong
sempit karena sebagian besar
konsumennya hanya anak kecil
hingga remaja
Cocone cone 18gr Keunggulan:
Bentuk kemasan lucu dan
menarik, bentuk produknya
juga bervariasi
Kelemahan:
Konsumennya mengarah pada
anak kecil dan remaja saja
Malkist Bungkus
plastik
150gr Keunggulan:
Merupakan “Pemain” lama
dalam industri snack dan biskuit
Kelemahan:
Variasi rasa kurang dan
bentuknya yang kurang praktis
Garoet Plastik
kotak
350gr Keunggulan:
Bentuk, rasa dan kemasan
sudah tidak asing lagi di mata
konsumen karena merupakan
Universitas Kristen Petra
21
hasil olahan yang sudah lama
ada.
Kelemahan:
Bentuk olahan tradisional yang
tidak mengalami
pengembangan sejak dulu baik
dari kemasan dan bentuk
Sarinah Plastik
kotak
400gr Keunggulan:
Merupakan “pemain” lama
Kelemahan:
Variasi rasa dan kemasan
kurang
*Dari berbagai sumber
Tabel 3.7 Pesaing Tidak Langsung
Deskripsi Produk Merek Produk
Kemasan Berat
Keunggulan & Kelemahan
Crispy crackers Bungkus
plastik
250 gr Keunggulan:
Merupakan “Pemain” lama
Kelemahan:
Tidak tersedia dalam kemasan
yang lebih kecil dan tidak
praktis sehingga konsumen akan
kesulitan jika ingin
mengkonsumsi dengan jumlah
yang sedikit
Biskuit Kelapa Plastik 65gr Keunggulan:
Merupakan biskuit yang muncul
dengan rasa baru dan diproduksi
oleh “pemain” lama dalam
industri biskuit
Universitas Kristen Petra
22
Kelemahan:
Rasa yang dimiliki terlalu manis
sehingga seringkali membuat
serik di tenggorokan
Belvita Plastik 57gr Keunggulan:
Bentuk menarik dan harga
murah
Kelemahan:
Kandungan susu dan gulanya
sangat besar sehingga ketika
dimakan terasa sangat manis *Dari berbagai sumber
3.4.2 Analisa Fitur Produk
Fitur produk pesaing dapat dilihat dari kelebihan yang ditawarkan oleh
suatu jenis produk. Berikut adalah data mengenai kelebihan yang dimiliki masing-
masing pesaing:
Tabel 3.8 Fitur Produk
Merek Produk Kelebihan
Modern crackers Variasi rasa cukup banyak dan memiliki kemasan
bungkus yang praktis dalam satu plastik
Gery crackers Variasi rasa cukup dan kemasan yang praktis
Want & Want Variasi rasa cukup, kemasan praktis dan menarik,
tersedia dalam 3 jenis ukuran
Nyam Nyam Bentuk kemasan yang berbeda, lucu, menarik
Cocone Bentuk kemasan lucu dan menarik, bentuk produknya
juga bervariasi
Malkist Merupakan “Pemain” lama dalam industri snack dan
biskuit
Universitas Kristen Petra
23
Garoet Bentuk, rasa dan kemasan sudah tidak asing lagi di mata
konsumen karena merupakan hasil olahan yang sudah
lama ada.
Sarinah Kemasan menarik
Crispy crackers Bentuk, rasa dan kemasan yang sudah sangat dikenal
masyarakat
Biskuit Kelapa Merupakan biskuit yang muncul dengan rasa baru dan
diproduksi oleh “pemain” lama dalam industri biskuit
Belvita Bentuk menarik dan harga murah
3.4.3 Analisa Faktor Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran perusahaan adalah untuk memenangkan pasar dan
persaingan dengan berorientasi pada nilai bagi konsumennya. Oleh sebab itu,
perusahaan perlu merencanakan strategi-strategi utama yang akan diterapkan
beserta strategi-strategi cadangan. Diharapkan kesemuanya itu dapat membantu
usaha ini untuk memenangkan pasar. Tujuan dari pengembangan produk ketan ini
adalah menciptakan produk yang bisa digunakan sebagai pengganti sarapan atau
camilan sehat yang juga bermanfaat bagi konsumen dalam menjaga kesehatan
serta penampilan dirinya. Sasaran yang menjadi target adalah konsumen remaja
hingga dewasa (15-49 tahun) yang sangat aktif dalam beraktivitas, kelas sosial
menengah dan menegah keatas, memiliki kemampuan finansial yang menegah,
memperhatikan kondisi kesehatan, selektif dalam memilih produk makanan
kesehatan serta menyukai produk makanan kesehatan dalam bentuk yang lebih
praktis dan efisien.
3.4.4 Analisa Faktor Strategi
Dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka
diperlukan beberapa strategi yang perlu direncanakan, yaitu:
Universitas Kristen Petra
24
1. Strategi positioning
Strategi yang diterapkan adalah less for more, produk crackers ketan
memberikan penawaran dengan harga rata-rata yang hampir sama dengan para
pesaingnya. Dengan harga tersebut kompensasi yang diperoleh tentunya lebih
menguntungkan dibanding produk-produk yang menjadi pesaing utama.
2. Diferensiasi
Produk ini merupakan pengembangan dari produk ketan, dimana produk ini
hadir dalam bentuk yang baru yaitu dalam bentuk biskuit. Bentuk ini hadir
dengan harapan agar konsumen dapat bisa lebih menjaga kesehatan dan
penampilan dirinya dengan produk makanan kesehatan yang lebih praktis dan
efisien.
3. Strategi fokus
Perusahaan berusaha memfokuskan pada konsumen potensial yang sedang
dalam masa aktif dalam beraktivitas, pekerja keras dan benar-benar memiliki
kepedulian tinggi akan kesehatan dirinya.
4. Continue improvement
Produk ini diharapkan akan terus mengalami pengembangan untuk
kedepannya, baik itu dari rasa, kemasan maupun penambahan pada jenis
produk ketan yang dihasilkan.
Dari keempat strategi diatas, penulis memilih untuk menggunakan strategi
positioning dengan tujuan agar produk ini memiliki kemampuan bersaing dan
dapat meraih pangsa pasarnya dengan waktu yang relatif tidak terlalu lama. Selain
strategi diatas, penulis juga menggunakan strategi diferensiasi yang
mengedepankan keunikan dan kelebihan dari produk ini yaitu praktis, sehat dan
bergizi tinggi.
3.4.5 Analisa Faktor Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi 4, yaitu product, price, place,
promotion. Berdasarkan hal tersebut, bauran pemasaran produk crackers ketan ini
sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
25
1. Product
Produk yang ditawarkan merupakan suatu pengembangan baru dari ketan,
hadir dalam bentuk crackers yang memiliki berbagai kelebihan baik dalam
bentuknya yang lebih praktis dibanding produk-produk ketan yang lain serta
manfaat-manfaat yang lebih lengkap dalam hal kesehatan yang bisa diperoleh
dalam mengkonsumsi crackers ketan ini.
2. Price
Harga yang ditetapkan untuk memperoleh produk ini tidak terlalu berbeda
jauh dengan produk-roduk pesaing. Produk ini menetapkan harga dengan
kisaran Rp 6000 – Rp 9000/ 120gr. Kisaran harga diatas ditetapkan
berdasarkan data dibawah ini:
Tabel 3.9 Harga Produk Pesaing
Merek Produk Berat kemasan Harga
Modern crackers 72 gr Rp 5.775
Gery crackers 120 gr Rp 6.540
Want & Want 150 gr Rp 15.255
Nyam Nyam 9.8 gr Rp 1075
Cocone 18 gr Rp 2.050
Malkist 150 gr Rp 2.475
Garoet 350 gr Rp 10.750
Sarinah 400 gr Rp 9.395
Crispy crackers 250 gr Rp 3.625
Biskuit Kelapa 65 gr Rp 1045
Belvita 57 gr Rp 1290 Sumber: Olahan penulis
Melalui data diatas dapat dilihat harga produk yang ditetapkan oleh para
pesaing di pasar. Berdasarkan hal diatas, penulis menilai bahwa kisaran harga
yang ditetapkan untuk konsumen dengan kemampuan finansial menengah
tergolong relatif terjangkau.
Universitas Kristen Petra
26
3. Place
Bicara mengenai place maka berkaitan dengan saluran distribusi pula. Saluran
distribusi yang digunakan pada produk ini langsung menuju kepada konsumen
melalui supermarket atau toko-toko kelontong. Tentunya disini perusahaan
juga memilih supermarket atau toko-toko dengan akses yang mudah
dijangkau.
4. Promotion
Promosi dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu:
A. Above the line
Promosi dalam bentuk ini dilakukan melalui iklan di media cetak seperti
majalah-malah kesehatan dan majalah-majalah wanita (tabloid). Selain itu,
promosi dapat dilakukan secara langsung di supermarket atau hypermarket
tertentu
B. Below The line
Promosi dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara melakukan edukasi
melalui kegiatan di mall-mall, memberikan diskon menarik, mengadakan
lomba-lomba yang berhubungan dengan produk ketan.
Dari 2 bentuk diatas, persentase untuk masing-masing promosi memliki
rincian sebagai berikut:
I. Above the line (70%)
a. Media cetak dan media elektronik radio (30%)
b. Secara langsung ke supermarket dan toko serba ada (40%)
II. Below the line (30%)
a. Mengadakan lomba
b. Menjadi sponsor event-event tertentu
c. Melakukan edukasi melalui kegiatan-kegiatan di mall
3.4.6 Analisa Faktor Rantai Nilai
Rantai nilai mengidentifikasi 9 kegiatan strategis dan relevan yang
menciptakan nilai dan biaya dalam bisnis tertentu. Dari 9 kegiatan tersebut, terdiri
Universitas Kristen Petra
27
dari 5 kegiatan utama dan 4 kegiatan pendukung. Berikut adalah rantai nilai dari
industri ketan:
1. Inbound logistics (membawa bahan mentah ke perusahaan)
Untuk produk crackers ketan, bahan baku diperoleh dari pemasok. Dalam hal
ini pemasok bisa diperoleh melalui supplier atau secara langsung melalui
petani beras.
2. Operations (memproses menjadi produk jadi)
Proses pembuatan dan pengolahan ketan dilakukan dengan menggunakan
teknologi yaitu alat untuk mengolah ketan serta mesin sterelizer sebelum
dilakukan pengolahan lebih lanjut kemudian pengeringan dan pengemasan
pada produk crackers ketan ini.
3. Outbound logistics (mengirim produk jadi)
Produk ketan yang sudah selesai dikemas akan dikirim melalui saluran
distribusi yang sudah ditetapkan. Untuk industri dalam skala besar tentunya
melalui distributor kemudian dimasukkan pada supermarket atau
hypermarket.
4. Marketing dan sales (pemasaran)
Pemasaran dilakukan dalam 2 bentuk, baik secara above the line dan below the
line.
5. Service (pelayanan)
Perusahaan menyediakan layanan bebas pulsa apabila ada komplain. Selain
itu, konsumen dapat memberikan masukan dan kritikan melalui internet.
Semua fasilitas itu disediakan dengan tujuan agar perusahaan dapat terus
melakukan perbaikan pada produk yang dipasarkan sehinggaa dapat
memenuhi harapan konsumen akan produk tersebut.
6. Procurement (perolehan)
Perolehan untuk bahan-bahan utama dan pendukung yang menunjang proses
pembuatan produk crackers ketan ini dperoleh dari pemasok.
7. Pengembangan teknologi
Dalam proses pembuatan crackers ketan dibutuhkan teknologi yaitu mesin
sterelizer yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang terdapat pada ketan
Universitas Kristen Petra
28
tersebut dan oven pengeringan yang berguna untuk mengeringkan bentuk
olahan sebelum menjadi bentuk crackers
8. MSDM
Dibutuhkan pelatihan untuk setiap karyawannya terlebih dahulu karena dalam
proses pembuatannya dibutuhkan SDM yang benar-benar teliti, mengerti dan
berpengalaman.
9. Firm Infrastructure (prasarana perusahaan)
Di dalam perusahaan terdapat berbagai departemen dengan deskripsi tugas
masing-masing. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat
berjalan dengan teratur dan dengan keteraturan itu dapat membantu kegiatan
utama dari perusahaan yaitu memproduksi crackers ketan ini.
3.4.7 Analisa Faktor Diferensiasi
Crackes ketan memposisikan dirinya sebagai produk ketan yang hadir
dalam bentuk baru yaitu crackers atau biskuit. Produk ini merupakan suatu bentuk
pengembangan yang menitikberatkan pada bentuk yang berbeda dengan bentuk
olahan ketan pada umumnya, kandungan serta kemasan produk. Pengembangan
yang dilakukan bertujuan ingin memberikan manfaat lebih dari kandungan ketan
sebagai makanan dengan nilai karbohidrat tinggi yang dapat digunakan sebagai
pengganti sarapan maupun bermanfaat terhadap kesehatan yang
mengkonsumsinya dengan bentuk yang lebih praktis dan efisien. Dengan
mengkedepankan manfaat dan kelebihan yang ada maka diharapkan produk ini
dapat memberikan solusi baru bagi setiap konsumennya dapat menciptakan gaya
hidup sehat yang praktis dan sangat mudah untuk dilakukan.
3.5 Analisa Lingkungan Makro
3.5.1 Analisa Faktor Ekonomi
Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi pola
konsumen serta daya beli. Lingkungan ekonomi yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi
Pada tahun 2006, Indonesia diharapkan dapat mencapai pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,2%. Berdasarkan fakta yang ada hal ini sulit sekali untuk terealisasi
Universitas Kristen Petra
29
karena selisih harga minyak dunia dan rendahnya penyerapan alokasi dana
APBN pada tahun 2006 (Menteri Keuangan Sri Mulyani, Bisnis Indonesia, 18
April 2006). Berikut ini adalah dat-data yang dapat digunakan sebagai
referensi untuk memperkirakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini:
Tabel 3.10 Tabel 3.11
Asumsi Makro 2006 Indikator Ekonomi (19/6/2006)
IHSG (point) 1.400,85
Minyak Dunia
(US$/brl)
69,73
Kurs Tgh.BI
($/Rp)
9.230,00
SB Deposito(%) 12,15
JIBOR (%) 12,85
SIBOR (%) 5,09
LIBOR (%) 5,08
Tabel 3.12
APBN 2006 (Trilliun)
Pendapatan negara 625,2
Belanja negara 647,7
Pembiayaan (22,4) Sumber: APBN Th.2006
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa kondisi perokonomian Indonesia
kurang begitu baik. Meskipun demikian, berdasarkan data yang penulis
peroleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur, menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dari tahun 1999-2004 masih selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti berarti meskipun
kondisi perokomian Indonesia secara keseluruhan kurang mendukung namun
dengan adanya peningkatan berlanjut dari tahun ke tahun di Jawa Timur
menandakan bahwa adanya kemajuan produksi secara sektoral. Meningkatnya
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
6,2
Inflasi (%) 8,0
Kurs ($/Rp) 9.900,0
SBI 3 bln (%) 9,5
Minyak Dunia
(US$/brl)
57,0
Produksi minyak
(jt.brl/hr)
1.050,0
Universitas Kristen Petra
30
perkonomian di Jawa Timur ini tentunya membawa dampak yang cukup
berarti bagi industri ketan. Berikut merupakan tabel pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur:
Tabel 3.13 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Keterangan 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Pertumbuhan
Ekonomi
1,21 3,26 3,33 3,41 4,11 4,86
Sumber: BPS Surabaya
b. Laju inflasi
Tinggi rendahnya inflasi sangat mempengaruhi daya beli konsumen. Berikut
merupakan data yang diperoleh mengenai laju inflasi makanan dan
minuman di Jawa Timur:
Tabel 3.14 Laju Inflasi Industri Makanan dan Minuman di Surabaya
Tahun Laju Inflasi (%)
2000 13.37
2001 13.70
2002 4.41
2003 3.81
2004 1.89 Sumber: BPS Surabaya
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi pada
industri makanan dan minuman semakin membaik setiap tahunnya. Dengan
adanya potensi pertumbuhan yang baik pada industri makanan dan minuman
maka penulis optimis bahwa produk crackers ketan memiliki potensi untuk
dapat berhasil dan berkembang di masa mendatang.
c. Daya beli
Tingkat konsumsi masyarakat akan barang dan jasa diukur dengan Indeks
Daya Beli. Berikut merupakan tabel IDB di Jawa Timur:
Universitas Kristen Petra
31
Tabel 3.15 Indeks Daya Beli Jawa Timur
Tahun Dasar 2000 (2000=100)
Keterangan 2000 2001 2002 2003
Indeks PDRB per
kapita
100 114,50 131,75 144,03
IDB 100 100,57 105,86 110,99
IHK 100 113,85 124,45 129,77
Laju pertumbuhan
IDB
0,57 5,26 4,84
Sumber: BPS Jawa Timur-Indeks Daya Beli (IDB)
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa Indeks Daya Beli konsumen di
Jawa Timur mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti
kemampuan daya beli masyarakat di Jawa Timur cukup bagus dan
peningkatan tersebut merupakan suatu hal yang positif karena hal tersebut
berati konsumen diperkirakan dapat menyesuaikan pendapatan dengan
kemampuan membeli barang.
3.5.2 Analisa Faktor Politik
Kondisi politik di Indonesia saat ini sangat berpengaruh pada industri
makanan dan minuman. Hal ini berkaitan dengan banyaknya peraturan pemerintah
yang terkesan seperti menghambat pertumbuhan pada industri ini. Selain
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah adapun peraturan yang yang
dikeluarkan oleh MUI berkaitan dengan status kehalalan suatu produk makanan
ataupun minuman yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Telah banyak
pula usulan-usulan yang diajukan oleh berbagai pihak dengan berbagai
argumentasinya berkaitan dengan peraturan-peraturan tersebut. Sayang sekali
beberapa argumentasi tersebut dapat dikatakan lemah karena ketidaktahuan dan
kekurangpengalaman si pengusul. Sebagai contoh, ada yang berpendapat bahwa
penentuan kehalalan dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium, ada
yang berpendapat bahwa penentuan kehalalan dapat dilakukan oleh produsen saja
tanpa melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Belum lama, ada pula yang
berpendapat bahwa MUI yang mengeluarkan fatwa tentang halal yang dituangkan
Universitas Kristen Petra
32
dalam bentuk guideline, akan tetapi lembaga pemeriksanya tidak hanya LP-POM
MUI akan tetapi lembaga pemeriksa lain juga berhak memeriksa setelah
diakreditasi terlebih dahulu. Pendapat terakhir ini kelihatannya cukup masuk akal,
akan tetapi mengingat penentuan kehalalan bukanlah hal yang mudah dan
memerlukan kriteria-kriteria yang ketat maka masih perlu dikaji apakah memang
secara teknis dapat dilakukan secara demikian. Berikut di bawah ini merupakan
salah satu contoh kriteria-kriteria terbaru yang menjadi usulan berkaitan dengan
kehalalan suatu produk:
1. Harus mewakili aspirasi umat Islam dan anggotanya hanya terdiri dari orang
Islam saja, tidak ada yang beragama lain, untuk menghindari adanya bias dan
conflict of interest. Perlu diingat bahwa masalah kehalalan berkaitan dengan
keimanan sehingga sebenarnya bukan hanya anggotanya orang Islam saja,
akan tetapi juga harus terdiri dari orang-orang yang beriman dengan benar.
Sepanjang anggota-anggotanya orang Islam dan reputasi loyalitas, kejujuran
dan kebaikan ahlaknya telah diketahui dengan baik, maka lembaga itulah yang
memenuhi kriteria pertama ini.
2. Anggota-anggotanya selain memenuhi kriteria nomor satu juga harus ada yang
ahli fiqih dan ahli berbagai keahlian yang berkaitan dengan teknologi pangan
seperti ahli teknologi pangan, kimia, biokimia, dll. Di samping itu diperlukan
pula ahli akutansi dan manajemen mengingat pemeriksaan kehalalan bukan
hanya berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan dan cara produksi saja,
akan tetapi masalah pembukuan dan manajemennya juga harus diperiksa.
3. Harus bersifat nonprofit oriented (tidak mencari keuntungan). Walaupun
diperlukan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk menghidupi
kegiatan lembaga ini dan melengkapi sarananya, akan tetapi biaya tersebut
tidak boleh berlebihan sehingga akhirnya justru akan memberatkan konsumen.
4. Mempunyai jaringan yang luas yang melingkupi seluruh wilayah Indonesia
agar dapat melayani semua produsen yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
5. Harus bersifat independen, tidak mewakili atau dipengaruhi oleh produsen
maupun pemerintah. Pemerintah jelas diperlukan perannya yaitu membuat
peraturan yang mempunyai kekuatan hukum (seperti peraturan pemerintah)
Universitas Kristen Petra
33
dan pengawasan, akan tetapi pemerintah tidak perlu terlibat langsung dalam
proses sertifikasi karena di samping akan memperpanjang birokrasi, juga
dapat saja terjadi conflict of interest apabila unsur pemerintah masuk kedalam
lembaga pemeriksa tersebut mengingat pemerintah juga mempunyai
kepentingan terhadap produsen, misalnya dalam hal pemasukan uang negara. Sumber: www.Indohalal.com (Dr.Ir.H.Anton Apriyantono,Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor; auditor LP-POM MUI Pusat)
3.5.3 Analisa Faktor Sosial
Faktor sosial berkaitan erat dengan perilaku sosial tentunya. Perilaku sosial
konsumen dipengaruhi oleh kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial tempat
konsumen itu berada. Pada zaman yang semakin maju dan berkembang maka hal
tersebut juga mempengaruhi gaya hidup seseorang. Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan oleh penulis, didapati bahwa masyarakat pada zaman sekarang
sangat menilai tinggi kesehatan dan juga kepraktisan. Jika produk ini berhasil
diproduksi maka tentunya respon masyarakat akan positif karena berhasil
mengembangkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
3.5.4 Analisa Faktor Hukum
Suatu produk baru tentunya harus memiliki ijin dari instansi terkait yang
menyatakan bahwa produk tersbut sudah terdaftar di badan POM dan aman untuk
dikonsumsi oleh manusia. Pada UU RI nomor 7 tahun 1996, dikatakan bahwa
secara umum, ketahanan dan keamanan pangan mencakup empat aspek utama,
yaitu kecukupan (sufficiency), akses (acces), keterjaminan (security), waktu
(time). Berdasarkan peraturan diatas, pemerintah berusaha untuk mencegah
pangan dari kemungkinan pencemaran biologis atau kimia ataupun benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Selain itu, di dalam faktor hukum juga terkait dengan masalah legalitas
hukum. Hal ini berhubungan dengan peraturan Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) di bidang perindustrian, yang terdiri dari:
1. Hak Paten, merupakan dokumen hukum yang menjelaskan dan mentapkan hak
atas penemuan dan bersifat kontrak anatar pemerintah dan penemu. Dengan
kata lain, hak paten meliputi penemuan baru atau cara baru dalam bidang
Universitas Kristen Petra
34
industri dan teknologi, sebagai contoh formula dalam dunia farmasi.
Persyaratan untuk mematenkan penemuan baru adalah sebagai berikut:
a. Penemuan mempunyai kegunaan dan belum pernah diketahui
sebelumnya oleh siapapun.
b. Penemuan harus bersifat peningkatan produksi
c. Penemuan itu berupa hasil usah yang berkesinambungan
d. Penemuan belum pernah dipatenkan oleh orang lain
2. Hak merek, berupa tanda dalam barang/jasa, dimana suatu merek tidak boleh
mirip sebagian besar. Sifat dari hak ini adalah konstitutif, artinya harus
didaftarkan dulu di Direktorat Jendral Hak Atas Kekayaan Intelektual,
Departemen Pedagangan Republik Indonesia. Sumber: Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Direktoral Jendral Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI), tentang Legalitas Hukum bidang Perindustrian di Indonesia
3.5.5 Analisa Faktor Teknologi
Proses Pembuatan Crackers ketan terlebih dahulu harus melewati proses
yang cukup panjang. Di dalam proses tersebut digunakan alat-alat tertentu yang
membantu dalam proses sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri
kemudian pengolahan ketan menggunakan alat-alat pembuat adonan, pengeringan
menggunakan oven.