299 ulama aceh terbelah

24
cmyk facebook.com/modusacehdotcom twitter.com/modusacehdotcom NO.24 / TH.X / Edisi 15 - 21 OKTOBER 2012 Rp 5.000,- ( Luar Aceh Rp 5.500,-)

Upload: khairul-ifrad

Post on 27-Nov-2015

182 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

modus

TRANSCRIPT

Page 1: 299 Ulama Aceh Terbelah

cmyk

facebook.com/modusacehdotcom twitter.com/modusacehdotcom

NO.24 / TH.X / Edisi 15 - 21 OKTOBER 2012 Rp 5.000,- ( Luar Aceh Rp 5.500,-)

Page 2: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 Redaksi2

Penanggungjawab/Pimpinan Redaksi:Muhammad SalehDirektur Usaha:

AgusniarSekretaris Redaksi:

Rizki AdharKordinator Liputan

Juli SaidiPemasaran/Sirkulasi

FirdausHasrul RizalM. Fauzan

Desain GrafisRasnady Nasri

Sekretariat/ADM:Dewi Fitriana

PJ Kepala BagianKeuanganAgusniar

IklanBoy Hakki

Wartawan Banda Aceh:Muhammad Saleh

Fitri JulianaJuli Saidi

Rizki AdharMasrizal

Bireuen:Suryadi, Ikhwati

Hamdani

KorespondenSabang

Aceh UtaraLhokseumawe

TakengonAceh SelatanAceh Besar

Aceh TenggaraGayo Lues

Kuala SimpangPidie

LangsaBener Meriah

Simeulue

Alamat: RedaksiJl. T. Panglima Nyak Makam No 4(Samping Gedung BPK RI Aceh)

Banda Aceh.Telp (0651) 635322

Fax. (0651) 635316,Email:[email protected]

Web: www.modusaceh.com.

(Redaksi menerima sumbangantulisan yang sesuai dengan misi

tabloid ini. Tulisan diketik duaspasi, maksimal lima

halaman kuarto.Redaksi berhak merubah isitulisan tanpa menghilangkan

makna, arti dan substansi daritulisan tersebut. Setiap tulisan

yang dikirim, harusdisertai photo diri )

MODUS ACEHTabloid Berita Mingguan

Bijak Tanpa Memihak

Dalam menjalankan tugasjurnalistik, wartawan MODUSACEH dibekali dengan Kartu

Pers. Tidak dibenarkanmenerima atau meminta

apapun dalam bentuk apapundan dari siapapun.

Pembaca Setia.DA yang datang dan pergi,merupakan kondisi normal danwajar terjadi di perusahaanapapun, termasuk media.Sebab, proses pergantian dan

rekrutmen, merupakan kebijakan rutin.Tentu, alasannya macam-macam. Sejurusdengan itu, ada pula yang terpaksa“hengkang” karena tidak lolos seleksi ataurekrutmen.

Bagi kami di MODUS ACEH, seleksialamiah itu sudah terbiasa dan terus ter-jadi. Beberapa waktu lalu misalnya, daribeberapa calon wartawan yang kami te-rima dan mengikuti proses magangpertengahan 2012 lalu, hanya dua orangyang bertahan. Mereka adalah, Masrizal(wartawan) dan Rasnady Nasri atau akrabdisapa Ernas (Kartunis). Sementara, AdeIrwansah kami nyatakan gugur.

Keduanya lolos tahap magang pro-ses rekrutmen wartawan MODUS ACEHdan menjadi wartawan tetap. Sedang-

SALAM REDAKSISALAM REDAKSI

kan beberapa rekan yang seangkatandengan mereka gugur alias tak lolosseleksi.

Bagi kami di MODUS ACEH, prosesrekrutmen untuk menjadi jurnalis memanglumayan ekstra ketat. Sebab, menjadi se-orang wartawan, tak cukup sebatas ke-inginan. Sebaliknya, tanpa didukungbakat, kemampuan serta kecerdasanemosional, mustahil profesi ini dapat di-jalani setiap orang. Kecuali “wartawanpura-pura” alias “pura-pura jadi war-tawan”.

Bukan maksud kami untuk sombongatau bergagah-gagahan. Sebaliknyapembaca budiman, semua itu semata-mata kami lakukan untuk mendidik ser-ta melahirkan para jurnalis yang bereti-ka, paham kode etik serta UU PokokPers. Bisa Anda bayangkan jika seseor-ang yang menyandang “gelar” jurnalis,tapi buta atau sama sekali tidak pahamkode etik dan etika pers. Kalau tidak “di-gebuk” tentu terjerat hukum. Kedua hal

inilah yang selalu menjadi “warning”bagi seluruh awak jurnalis media ini. Baikdi redaksi, Banda Aceh maupun daerah.

Ibarat pepatah, pengalaman adalahguru terbaik. Tak jarang pula, sesekali kamiterjebak pada sosok “instan” dalam pro-ses rekrutmen. Misal, salah menilai ten-tang kemampuan si calon. Dari luar, terke-san sangat mahir dan senior. Begitu men-jalani proses magang, beberapa reportersenior di redaksi, terpaksa pusing tujuhkeliling, saat mengedit laporan atau beri-ta yang masuk.

Nah, untuk menghalau semua kejenu-han itu, selain harus melalui tes wawan-cara, seorang calon jurnalis MODUSACEH, wajib mengikuti pendidikansingkat di redaksi. Semua itu pembacasetia, semata-mata untuk melahirkan lipu-tan, laporan serta berita yang terbaik bagiAnda semua. Sebab, Anda adalah Raja.Kepada Masrizal dan Ernas, kami ucap-kan selamat. Jangan pernah berhenti un-tuk belajar!***

Rasnady Nasri Masrizal

A■ MODUS ACEH/Dok■ MODUS ACEH/Dok

Page 3: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 3Bireuen

RHAM (33), mengakusudah nyaman bekerjasebagai tenaga honor-er di jajaran Pemerin-tah Kabupaten (Pemk-ab) Bener Meriah.Sebab, dia tidak perlu

terburu-buru lagi mengejarwaktu untuk pulang ke tempatistrinya di Bireuen. Terutamapada Jumat, sebagai hari tera-khir dinas kerja dalam sepekan.

Sebelumnya, Irham me-ngaku takut kemalaman di per-jalanan, terutama bila tiba dikawasan Cot Panglima, Keca-matan Juli, Kabupaten Bireuen.Persisnya di kilometer (KM) 26-29 Jalan Bireuen-Takengon.Maklum, di kawasan itu seringterjadi longsor. Terutama bilasedang musim penghujan.“Sekarang kalau melewati ka-wasan tersebut, saya tidak was-was lagi. Jalannya sudah lebardan terbebas dari ancamanlongsor,” ungkap Irham kepadaMODUS ACEH, begitu tiba diBireuen, Jumat malam pekanlalu.

Memang, sejak Mei lalu, aruslalu-lintas di kawasan Cot Pang-

lima, sudah lancar. Hal ini sei-ring dengan selesainya penger-jaan perluasan jalan tersebut.Penerapan sistem buka-tutupjalan selama masa pengerjaanproyek, juga tidak diberlakukanlagi. Dengan demikian, masya-rakat tidak lagi mengalamihambatan di perjalanan.

Nah, memang ada kekha-watiran, pengerjaan proyek per-luasan jalan tersebut tidak akansukses pelaksanaannya sepertiyang diharapkan. Itu dikarena-kan, lokasi pekerjaan cukup lu-mayan berat. Sangat berisikobagi keselamatan pekerja danperalatan.

Bayangkan, mereka harusmengeruk perbukitan yang le-bar dan ketinggiannya menca-pai sekitar tiga puluh meter.Hanya untuk mendapatkanareal beberapa meter di sisi ba-dan jalan yang telah ada. Se-mentara di sisi sebelahnya lagi,terdapat jurang yang curam.

Proyek pelebaran ruas ba-dan jalan Cot Panglima dari 6menjadi 15 meter itu, mulai dik-erjakan sejak Februari 2011 lalu.Ini berdasarkan Surat PerintahKerja (SPK) Bencana Alam yangdikeluarkan Kepala Dinas BinaMarga dan Cipta Karya

(BMCK) Aceh sewaktu dijabatIr. Muhyan Yunan kepada PT.Mutiara Aceh Lestari (MAL),kontraktor lokal (Bireuen) yangdinilai memenuhi persyaratanuntuk menangani bidang peker-jaan bersangkutan. Pemba-yarannya dilakukan berdasar-kan realisasi fisik yang telah di-kerjakan di lapangan.

Berdasarkan SPK itulah, PTMAL mengerjakan proyek terse-but. Mereka mengerahkan se-jumlah tenaga handal. Denganmengoperasikan sejumlah alatberat setiap hari. Termasuk per-alatan hydraulic breaker untukmemahat batu gunung, karenaada bagian-bagian tertentu dariperbukitan tersebut yang ber-batu dan berkarang.

Direktur PT MAL, H. Saifan-nur, mengaku, pihaknya beker-ja habis-habisan dengan se-genap kemampuan yang adauntuk memangkas perbukitanitu menjadi badan jalan. Katadia, ini merupakan sebuah per-taruhan dan untuk menunjukkaneksistensinya dalam mengerja-kan proyek raksasa itu. Sebab,proyek pengerukan bukit untukdijadikan jalan tersebut, barukali ini mereka kerjakan.

“Pekerjaan ini benar-benar

berat. Tapi, kami tidak akanmenyerah dan Insya Allah da-pat kami selesaikan denganbaik,” ungkap H. Saifannur ke-pada MODUS ACEH yang turunke lokasi beberapa waktu lalu,ketika pengerjaan proyek terse-but sudah mencapai sekitar tu-juh puluh persen.

Diakui Saifannur, pihaknyanekat dan memberanikan diriberspekulasi mengerjakanproyek bencana alam ini, kare-na pertimbangan kemanusiaan.Mengingat, kawasan itu kerapterjadi longsor dan menggang-gu arus lalu-lintas. Bahkan, takjarang memakan korban bagipengguna jalan yang terjebaklubang longsor. Terutama dimusim penghujan. “Meski, hing-ga saat ini dananya belum tu-run dan nilai proyeknya jugabelum jelas. Yang pentingsekarang, kami berbuat dulu.Persoalan nilai proyek, nantibisa dihitung setelah pekerjaanselesai, sesuai kontrak kerja-nya,” ujar Saifannur.

Dia menjelaskan, untuk me-lebarkan badan jalan yang sem-pit sepanjang tiga kilometertadi, pihaknya mengoperasikantiga puluh unit alat berat setiaphari. Untuk kebutuhan bahan

bakar minyak (BBM), dana yangharus dikeluarkannya menca-pai Rp 45 hingga Rp 60 juta perhari. “Belum lagi untuk gaji danbiaya makan minum operatoralat berat dan buruh serta ke-perluan lainnya. Sedangkandana yang dibayar PemerintahAceh, baru sekitar Rp 25 miliar,”keluh Saifannur.

Wakil Ketua II DPRA, Sulai-man Abda, yang meninjau loka-si proyek saat itu kepada war-tawan menjelaskan. Dilihat darirealisasi pekerjannya, kata dia,wajar jika kontraktor mengklaimrealisasi pekerjaan telah men-capai 70 persen. Namun

Proyek perluasan Jalan Cot Panglima di lintasan Bireuen-Takengon, terken-dala untuk dibayar. Terjadi perbedaan hitungan volume pekerjaan antarakontraktor pelaksana dengan Dinas BMCK Aceh. Benarkah ada oknumpejabat Dinas BMCK dan politisi di DPRA yang bermain?

■ Reporter Suryadi

H. Saifannur

Ir. Akbar Tanjung bersama H. Saifannur, saat meninjau proyek pelebaran Jalan Cot Panglima beberapa waktu lalu.■ MODUS ACEH/Suryadi

I

Page 4: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 Bireuen4demikian, untuk memastikan-nya, pihak Dinas BMCK Acehsudah seharusnya melakukanpengecekan dan pengukuran.Tujuannya, untuk merealisasikanpembayaran, sesuai volume pe-kerjaan.

“Karena menurut laporankepada kami, pekerjaan peleba-ran Jalan Cot Panglima ini ma-suk dalam kategori proyek tang-gap darurat atau bencana alamtanah longsor yang berlanjut,”ujar Sulaiman Abda kepadawartawan, 30 April lalu.

Ruas jalan pesisir barat Acehyang lebar dan berkualitas ba-gus, mengilhami Sulaiman Abdauntuk mengupayakan penga-lokasian dana setiap tahunnyabagi pembangunan jalan terse-but. Baik dana yang bersumberdari APBA, APBN, maupun pin-jaman luar negeri. Tujuan, agarlintas tengah Aceh ini bisa sep-erti jalan yang dibangun UnitedStates Agency for InternationalDevelopment (USAID) tersebut.“Lebar badan jalan lintas tengahitu kalau bisa dibangun sepertiruas jalan pantai barat yang di-biayai USAID,” kata Wakil KetuaII Koordinasi Bidang Infrastruk-tur DPRA tersebut.

Menurut Sulaiman, dirinyadan anggota DPRA lainnya se-tuju dengan program pelebaranbadan jalan Cot Panglima yangmencapai 15 meter. Sehinggaarus transportasi dari Bireuen-Bener Meriah-Takengon se-makin lancar, termasuk untukalat transportasi modern.

Dikatakan Sulaiman, sebe-lum perluasan ruas jalan CotPanglima ini, truk tronton dan in-terkuler jarang yang mau melin-tas, karena sangat berisiko ter-jebak longsor. “Kini, setelah dile-barkan, truk angkutan barangjenis tronton dan interkuler se-makin lancar. Termasuk yangmembawa bahan bangunan danmaterial proyek PLTA Peusa-ngan,” kata pria yang akrab di-sapa Bang Leman ini.

Setelah setahun lebih masapengerjaannya, proyek itu sele-sai pada Mei 2012 lalu. Kini, pe-ngendara roda dua dan empatberbagai ukuran, sudah lebihleluasa memacu kendaraannya,tanpa ada rasa takut denganancaman longsor.

Saifannur pun merasa lega,setelah proyek itu berhasil di-kerjakan perusahaannya. Se-bab, sebelumnya banyak pihakpesimis, pengerukan gunungtersebut mustahil berhasil dise-lesaikannya. “Setahun lebih pe-kerjaan itu dirampungkan, amatberat dan butuh pengorbanan.Terkadang, saya harus bega-dang untuk memastikan lalu lin-tas tetap lancar. Terutama, saathujan turun dan jalan berlum-pur,” ungkap Saifannur.

Saifannur menyatakan, sa-ngat berterimakasih kepadamasyarakat Aceh. Terutama un-tuk masyarakat Bireuen, BenerMeriah dan Aceh Tengah yangdemikian sabar selama 14 bu-lan, perjalananan mereka ter-ganggu pekerjaan pengerukangunung tersebut.

“Dari dulu sudah saya kata-

kan, ini manfaatnya jangka pan-jang. Kini terbukti, arus lalu lin-tas telah lancar dan bisa me-macu peningkatan ekonomimasyarakat. Sebab, pelintastidak khawatir lagi dengan an-caman longsor,” ujar Saifannur,bangga.

Lantas, bagaimana denganpembayaran proyek tersebut?Inilah yang jadi soal. Masalah-nya, DPRA tidak menyetujuipembayarannya begitu saja,sesuai volume pekerjaan ber-dasarkan perhitungan pihakkontraktor dan juga Dinas BMCKAceh.

Untuk itu, Ketua Komisi DDPRA, Adli Tjalok, sudah pernahturun ke lokasi, 4 Agustus lalu.Kata dia, proyek yang telah se-lesai dikerjakan tersebut meru-pakan utang dan harus dibayar.“Pembayaran segera dilakukan,sesuai prosedur hukum,” ujarAdli Tjalok yang datang ke loka-

si ketika itu bersama anggotatim dari DPRA lainnya, MuslemUsman, Amiruddin, M.Kes, T.Syarifudin, Fakhruddin, Ali Mur-tala dan Ibnu Rusdi.

Menurut Adli Tjalok, prosesevaluasi pekerjaan telah dilak-sanakan, makanya DPRA mem-inta tim independen untuk turunke lokasi. Tujuannya, untukmenghindari munculnya per-soalan di kemudian hari.

Tidak hanya sampai di situ.Menyangkut masalah ini, jugatelah diadakan rapat dengarpendapat di ruang Komisi DDPRA, Senin pekan lalu. Rapatyang dipimpin Sulaiman Abdaitu menyimpulkan, akan segeramenurunkan tim dari audit BPKPAceh. Alasannya, karena terjadiperbedaan hitungan volumepekerjaan.

Menurut pihak rekanan, vo-lumenya dua juta kubik lebih.Sementara versi Dinas BMCK

Aceh, volumenya satu juta ku-bik lebih. Sedangkan hasil auditKomisi D DPRA, volume peker-jaan hanya 1,3 juta kubik.

Yang mengundang tandatanya adalah, kenapa banyaksekali selisih perhitungan vo-lume pekerjaan masing-masingversi? Apakah metode perhitun-gan yang mereka gunakan ber-beda-beda? Atau ada di antaramereka yang melebihkan ataumengurangi perhitungan vo-lume pekerjaan, untuk kepent-ingan masing-masing? Itulahyang belum terjawab hinggakini.

Direktur PT MAL, H. Saifan-nur, yang dikonfirmasi MODUSACEH menyangkut perbedaantersebut, enggan menanggapi.Alasannya, dia tidak ingin ber-polemik dan “berbalas pantun”dengan DPRA. Dia mempersi-lahkan bagaimana maunyaDPRA menyelesaikan persoalan

ini. “Tidak ada tanggapan darisaya. Bagaimana DPRA bilang,ya tulis saja begitu. Saya me-nerima dan menurut saja ba-gaimana maunya mereka,” ujarSaifannur singkat, via telpon se-lularnya, Kamis siang pekan lalu.

Bagaimanakah kisah kisruhseputar biaya pelebaran jalantersebut? Apakah ada unsurpolitis sebagai dampak daripergantian pucuk pimpinan Pe-merintah Aceh? Atau ada janji“fulus” yang belum mengalirkepada oknum anggota DPRAceh serta pejabat Dinas BMCKAceh? Kecuali itu, mungkinkahada pengajuan klaim volumepekerjaan yang memang se-ngaja dilebihkan oleh kontraktorpelaksana untuk kemudian ber-bagi rezeki untuk oknum wakilrakyat dan pejabat tadi? Entah-lah. Tapi pasti “selisih” di JalanCot Panglima, hingga kini belumada titik temu. ***

Proyek Pelebaran Jalan Kawasan Cot Panglima.■ MODUS ACEH/Suryadi

Page 5: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 5Kabar Dunia

ECEMASAN masihbertahan sepekansetelah sekelom-pok Muslim meng-

hancurkan lebih dari selusinkuil dan sejumlah rumah diTenggara Bangladesh.Ribuan umat Budha meyaki-ni kekerasan masih akanmenghampiri.

Pemerintah berulangkalimeyakinkan bahwa negaramemberi dukungan danperlindungan. Ketua KomisiNasional Hak Asasi Manusia,Mizanur Rahman memintamaaf atas kekejaman itu. Na-mun tampaknya tak ada yangbisa meredakan ketakutanakan terjadinya kekerasanlagi.

“Kami terkejut dengankekerasan yang tak terdugaini. Kami mengajak semuaorang untuk menjaga perd-amaian sebagaimana Budhamengajarkan kedamaiandan nonkekerasan,” ujar Dr.Pranab Kumar Baruya, man-tan profesor tamu Universi-tas Dhaka, kepada IPS dalamsebuah wawancara di BiaraDharma Rajika di Dhaka.

“Kami mendambakan

Pemerintah berulangkali meyakinkan bahwa negara memberidukungan dan perlindungan. Ketua Komisi Nasional Hak AsasiManusia, Mizanur Rahman meminta maaf atas kekejaman itu. Na-mun tampaknya tak ada yang bisa meredakan ketakutan akanterjadinya kekerasan lagi.

UMAT BUDHA SERUKAN PERDAMAIAN

kerukunan. Jumlah kami han-ya sejuta (di Bangladesh)dan kami butuh dukunganpemerintah dan mayoritaswarga di negara di manakami lahir dan agama Budhaada lebih dari seribu tahun,”katanya.

Di tengah tekanan terha-dap pemerintah agar mem-bawa kasus kekerasan ini kepengadilan, para pengusahasohor negara ini mengung-kapkan kecemasan bahwaterulangnya insiden sema-cam ini bisa berdampaknegatif terhadap citra nega-ra, investasi, dan perdagan-gan internasional.

Federasi Kamar Dagangdan Industri Bangladeshmeminta pemerintah padaKamis lalu agar ambil lang-kah-langkah cepat untukmemastikan “insiden tak ter-duga seperti ini tak terjadi(lagi).”

“Perasaan takut masihberkecamuk di antara umatBudha dan ini tanggung-jawab pemerintah untukmenghilangkannya denganmenyediakan keamanan se-cara tepat dan menyeret pel-aku ke pengadilan,” kata Ran-jit Kumar Barua, pensiunansekretaris bersama Pemerin-

tah Bangladesh.Kerusuhan bermula pada

29 September saat sekelom-pok besar Muslim meny-erang kuil-kuil Budha danmenghancurkan rumah-ru-mah di Tenggara Bang-ladesh, kawasan denganjumlah umat Budha terting-gi di negara ini.

Massa meneriaki slogananti-Budha dan kerusuhanpun pecah sepanjang malamdi kota Ramu, di daerah wisa-ta Cox’s Bazar. Kekerasanmenjalar ke daerah sekitar-nya dan berlanjut esok ha-rinya.

Pemerintah lokal memin-ta bantuan tentara, pasukanpara militer dari PenjagaPerbatasan Bangladesh, danpolisi untuk menegakkanhukum dan ketertiban. Me-nurut Pranab Baruya, pen-inggalan kuno Budha danmanuskrip langka berbahandaun palem berisi ceritarakyat dan keagamaan(dalam bahasa lokal disebutPuthis) dibakar. Beberaparatus patung Budha dirusakdan dijarah.

“Nyaris semua kuil danbiara, penuh hiasan rumitdengan teknik cukil kayu,dibakar dan rusak. Bebera-

pa berumur ratusan tahun;beberapa di antaranya di-bangun pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18,”katanya.

Pragyananda Bhikkhu,Direktur Kota Ramu CentralSima Bihar di Cox’s Bazar,berkata, “Kehancurannya takdapat diperbaiki dan tak adaseorang pun di dunia iniyang dapat mengganti keru-gian ini. Luka mungkin bisasembuh tapi ia akan terusmenyayat hati kami.”

“Kuil-kuil itu milik umatBudha, tapi juga harta pen-inggalan tak ternilai negarakami (semuanya), merekaadalah bagian dari warisanbudaya kami,” kata NehalAhmed, profesor di sebuahkampus di Dhaka. Polisi dansaksi mata berkata kepadaIPS bahwa sebuah foto Alqu-ran yang dibakar setengah-nya, diduga diunggah di Fa-cebook oleh pemuda Bu-dha, sebagai pemicu keru-suhan.

Sebuah laporan awal me-nyebut pemuda itu meneri-ma foto yang ditautkan kela-mannya tapi dia sendiri takmempostingnya. Pemilikakun Facebook itu lantasmenghapusnya. “Ini tak bisaditerima di negara Asia Se-latan yang relatif damai,” kataAhmed, merujuk kekerasanmematikan yang belakan-gan ini menyapu beberapanegara sebagai respon atasfilm Amerika berbiayarendah Innocence of Muslim

yang menghina Nabi Mu-hammad. “Kami menyaksi-kan banyak kematian selamaprotes di Pakistan terkait filmanti-Islam itu, tapi di Bang-ladesh relatif damai,” ujarn-ya.

Para pemimpin politik,baik dari Liga Awami yangberkuasa maupun opisisiPartai Nasionalis Bangladesh(BNP), saling tuding men-yalahkan yang justru mem-perdalam kecemasan umatBudha, yang berjumlahkurang dari satu persen daritotal penduduk Bangladehyang mayoritas Islam.

Menteri Dalam NegeriBangladesh Mohiuddin KhanAlamgir yang mengunjungisegera lokasi kekerasan se-sudah kerusuhan, menyalah-kan BNP atas serangan ini.Menteri berkata kekerasanitu telah direncanakan,menyebut bukti serbuk me-siu dan bensin di biara-biaradan rumah-rumah yangdibakar.

Perdana Menteri danMenteri Dalam Negeri jugamenunjuk Muslim Rohingya,para pengungsi yang melin-tas ke Cox’s Baza dua de-kade lalu akibat pengania-yaan dan kekerasan sektari-an di negara tetangga, My-anmar (dulu Burma), mu-ngkin bertanggung-jawabmenghasut serangan.

Sementera itu, KhaledaZia, pemimpin BNP dan man-tan Perdana Menteri Bang-ladesh, berkata pada Sabtulalu bahwa justru pemerin-tah yang berada di balik se-rangan itu. Pekan ini Mahka-mah Agung Bangladesh me-merintahkan pemerintah un-tuk menjamin keamananpenuh bagi umat Budha dankelompok minoritas lainnya.

Para biksu, terutama diMyanmar, Thailand, dan SriLanka menggelar demon-strasi di depan Kantor Kedu-taan Bangladesh di negaramasing-masing, melampias-kan amarah dan menuntutpenyelidikan yang jujur atasserangan itu. Kelompok HakAsasi Manusia (HAM) danorganisasi non PemerintahInternasional, termasuk Am-nesty Internasional, jugamendesak pemerintah seg-era mengadili para pelaku.Banyak umat Budha merasabahwa apapun hasil penye-lidikannya, kenangan me-ngerikan dari salah satu se-rangan terburuk terhadapagama Budha akan tetapmembekas.***

Naskah ini dipublikasikanatas kerjasama Yayasan Pantaudan IPS Asia-Pasifik denganTabloid Berita MingguanMODUS ACEH.

■ Reporter Farid Ahmed

■ AP

Seorang biksu Buddha Bangladesh memeriksa sisa-sisa buku agama yang terbakar habis bersama kuil Buddha dalam serangan hariSabtu dan Minggu di Ramu, wilayah Cox's Bazar, Bangladesh.

K

Page 6: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 UtamaUtamaUtamaUtamaUtama6

EKETIKA DR. Nurjannah Ismailmengangkat tangan setinggikepala. Raut wajah ulama pe-rempuan ini tampak serius.

“Saya bertanya bukan berarti takuttidak memiliki wewenang karenasaya juga anggota MPU, tetapi iniperlu penegasan agar tidak salingbertabrakan dalam menjalankanfungsinya”.

Pertanyaan, sekaligus penegasanitu disampaikan DR. Nurjannah Is-mail, saat Rapat Dengar PendapatUmum (RDPU) Rancangan Qanun(Raqan) Wali Nanggroe di Ruang Ser-ba Guna, Gedung DPR Aceh, Kamispekan lalu. Akademisi IAIN Ar-RaniryBanda Aceh ini, merupakan salahseorang peserta.

DR. Nurjannah tak sendiri, hari ituada puluhan kaum perempuan yangsengaja diundang Panitia Khusus(Pansus) I Rancangan Qanun (Raqan)Lembaga Wali Nanggroe (WN), DPRAceh, untuk didengar saran dan

pendapatnya. Pansus ini dipimpin TgkRamli Sulaiman, politisi dari Partai Aceh(PA). Nah, kesempatan tersebut rupan-ya tak dilewatkan begitu saja oleh Nur-jannah. Dia mempertanyakan kedudu-kan Majelis Ulama Nanggroe Aceh(MUNA) yang dicantumkan dalamRaqan WN.

Memang, dalam draf Raqan WN,pada Bab III Kelembagaan. Bagian Ke-satu Susunan Kelembagaan. Pada Pasal4, ayat 3 menjelaskan tentang MajelisFungsional sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf d, terdiri dari: Ma-jelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA).Pada butir b, mengenai Majelis AdatAceh (MAA) hingga butir k, tentangMajelis Perempuan.

Itu sebabnya, DR. Nurjannah Ismailmenyarankan jika MUNA dimasukandalam bagian majelis di Lembaga WaliNanggroe, perlu diatur peran, fungsidan tugasnya. Ini semua agar tidak ter-jadi dualisme dan saling bertabrakan.“Saya pikir harus ada pembagian tu-

gas yang jelas,” saran Nurjannah kepadatim Pansus Raqan Lembaga Wali Nang-groe.

Mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Prof. Dr.Yusny Saby MA menilai, sebelum RaqanLembaga Wali Nanggroe disahkan. DPRAceh dapat mempertimbangkan ber-bagai alasan dan kemungkinan yangakan terjadi. Misalnya, dualisme ke-pemimpinan ulama di Aceh. “Sebe-lumnya harus dipikirkan kembali, nantiakan berkembang dualisme,” kata Prof.Yusny Saby, di rumahnya, Jalan TengkuDibitai, Lampineung, Banda Aceh, Jumatsore pekan lalu.

Diakui Prof Yusny Saby, organisasiMUNA lahir dibidani Partai Aceh (PA).Padahal, sudah ada MPU. Karena itu, sa-ran dia, PA harusnya cukup memperkuatperan, fungsi serta tugas MPU saja, bu-kan justeru melahirkan organisasi baruseperti MUNA. Apalagi, keberadaanyamasuk dalam Lembaga Wali Nanggroe.“Bisa jadi, ini terkait juga dengan politikanggaran dari APBA. Jika masuk ke Qa-nun WN, itu berarti alokasi anggarannyaakan pasti dan jelas,” sebut Prof. YusnySaby.

Pertimbangan lain dosen paska sar-jana IAIN Ar-Raniry ini adalah, ulama se-baiknya bersatu dalam memberi nase-hat kepada pemimpin dan pembimbingumat. Karena itu, Yusny Saby berpenda-pat, jika politik menguasai ulama, makaakan terjadi masalah pada PemerintahAceh dikemudian hari. Apalagi, saat masa

transisi. “Saya kira ini akan menjadimasalah, apalagi dalam transisi se-perti saat ini,” ujar Yusny Saby kepa-da MODUS ACEH.

Kata Yusny, ulama harus ditempat-kan sebagai organisasi berwibawa.Karena ulama, merupakan ibumasyarakat. “Jadi, jangan pernahmembanding-bandingkan seorangibu ummat. Bila itu yang terjadi, Sayamemprediksikan akan banyakmasalah yang muncul dan dihadapiPemerintah Aceh. Organisasi ulama,dan masyarakat sendiri,” tegas Yus-ni. Untuk itu, dia menyarankan.“Menurut saya organisasi ulama yangresmi cukup satu, MPU itu sudah me-madai,” saran dia.

Tak hanya itu, Yusny Saby khawat-ir kehadiran MUNA dan MPU bisa ber-dampak pada kinerja dan pola kerjayang tidak profesional serta menju-rus pada aktivitas politik. Bila itu ter-jadi, maka tidak sehat.

Yusny Saby mencontohkan, keti-ka ulama bersaing satu sama lain,maka akan berkurang simpati ma-syarakat. Lalu, muncul fitnah dan go-sip. Semua itu dengan mudah dapatberkembang di tengah ummat. Aki-batnya, fatwa ulama akan mewakiliberbagai kepentingan politik, bukanumat. “Ini sangat disayangkan,” ucapProf Yusny.

Setali tiga uang, sumber MODUSACEH di DPR Aceh, Sabtu pekan lalu,

Partai Aceh (PA) menggagas lahirnya Majelis Ulama Nang-groe Aceh (MUNA) sebagai pengganti Majelis Ulama Aceh(MPU). Penguatannya dilakukan melalui Qanun LembagaWali Nanggroe. Upaya menarik pengaruh politik?

S

■ HUMAS DPR ACEH

RDPU Pansus RaqanLembaga Wali Nanggroedengan unsur perempuan.

■ Reporter Muhammad Saleh dan Juli Saidi

Page 7: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012Utama 7mengungkapkan. Nama MUNAdi Raqan Lembaga Wali Nang-groe, merupakan perjuangandari politisi Partai Aceh (PA).Menurut sumber ini, MUNA akanmenjadi sayap organisasi PAdalam kiprahnya sebagai par-tai politik lokal peraih suara may-oritas.

Strategi tersebut diaturoknum kader Partai Aceh diDPR Aceh. Tujuannya, men-gambil alih peran MPU yang di-nilai sebagai perpanjangan tan-gan dari MUI. “MUNA itu diset-ting PA untuk menguasai ulamadi Aceh,” sebut sumber tadi.Namun, dia minta namanyatidak ditulis.

Benarkah? Sekretaris PansusI DPR Aceh, H. Abdullah Salehmembantah semua dugaan itu.Menurut kader Partai Aceh ini,itu persepsi yang salah dan ke-liru. Apalagi, jika ada pihak yangmenyebut MUNA di lembagaWali Nanggroe adalah sayappolitik PA. “Salah persepsi,” ban-tah Abdullah Saleh, di ruang Ko-misi A DPR Aceh, Jumat pagipekan lalu.

Abdullah Saleh menjelaskan,MUNA yang ada di PA merupa-kan barisan ulama penyokongperjuangan GAM tempo dulu.Dan, setelah MoU Helsinki, 15Agustus 2005, berubah menjadiMajelis Ulama Nanggroe Aceh(MUNA). Sedangkan MUNA diLembaga Wali Nanggroe, se-bagai pemikir atau think thankWali Nanggroe. “MUNA di Lem-

baga Wali Nanggroe merupakanpemikir/penasehat Wali Nang-groe. Jadi tidak mungkin me-nampung MUNA PA,” jelas Ab-dullah Saleh, mantan anggotaDPR Aceh Periode 2004-2009dari Partai Persatuan Pemban-gunan (PPP) ini.

Kata Abdullah Saleh, MUNA diLembaga Wali Nanggroe berpe-

ran untuk merumuskan pandan-gan atau pendapat terkaitmasalah agama. Berbagai pan-dangan-pemikiran dan pendap-at disampaikan kepada WaliNanggroe, sehingga Wali Nang-groe dalam menyampaikan pan-dangan-pemikiran terkait per-soalan agama, sudah mendapat-kan masukkan dari MUNA. “Jadi

MUNA ini merupakan wadah ula-ma-lah di Aceh,” lanjutnya.

Nah, dalam draf Raqan Lem-baga Wali Nanggroe yang se-dang menjalani finalisasi di Pan-sus I DPR Aceh tertulis, ada ma-jelis fatwa. Salah satu tugas ma-jelis ini adalah, menetapkan fat-wa hukum syar’i terhadap se-suatu permasalahan yang

berkembang dalam masya-rakat. Dan majelis tinggi sepertituha peuet diambil dari kriteriasatu orang ahli tauhid, ahli fiqih,ahli tasawuf maupun ahli mantik.

Seperti apakah kelanjutandari kisah MPU versus MUNA?Kita tunggu saja cerita selanjut-nya. Yang pasti mulai muncul aduperan ulama di Aceh.***

Di Aceh sudah ada MPU, namundalam Lembaga Wali Nanggroe diben-tuk lagi Majelis Ulama Nanggroe Aceh(MUNA. Pendapat Anda?

Saya berpendapat, ulama seharusn-ya bersatu. Karena ulama ada dua sisi.Pertama, sebagai penasehat umara. Ked-ua, sebagai pembimbing umat. Karenaitu, hendaknya jangan terpecah dalam or-ganisasi-organisasi yang ada. Apalagiberkonotasi kekuasaan atau politik.

Mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar- Raniry Banda Aceh, Prof. Dr.Yusny Saby MA menyarankan. Organisasi Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA) yangada di Partai Aceh (PA) sudah cukup, tak perlu dibentuk Majelis Ulama Nanggroe Aceh(MUNA) dalam Lembaga Wali Nanggroe.

Alasannya, lembaga ulama yang sudah ada seperti Majelis Permusyawaratan Ulama(MPU) Aceh tinggal diperkuat saja. Jika ada kelemahan dari berbagai sisi selama ini.

Menurut dosen paska sarjana IAIN Ar-Raniry ini, ulama harusnya dapat bersatu dalammemberi nasehat kepada pemimpin dan sebagai pembimbing umat. Karena itu,Yusny Saby berpendapat, jika politik telah menguasai ulama, maka akan terja-di masalah di kemudian hari.

Apa saja pendapat Prof. Yusny Saby? Berikut wawancara Juli Saidi dariMODUS ACEH, di rumahnya, Jalan Tengku Dibitai, Lampineung, BandaAceh, Jumat sore pekan lalu.

Prof. Dr Yusny Saby MA, Guru Besar IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Politik Sudah MerambahOrganisasi Ulama

■ HUMAS DPR ACEH

Menurut Anda tepatkah dibentukMUNA dalam Lembaga Wali Nang-groe?

Begini, itu sah-sah saja. Misalnya, adaMPD, MAA dan MPU. Ini masih normal. Se-harusnya ini saja yang dibina,dikembangkan dan diberi wewenangdan diberi wibawa. Sehingga, kerja mere-ka bisa lebih profesional. Saya kira ituyang lebih penting daripada mengada-kan yang lain.

MO

DU

S A

CE

H/D

ok

RDPU Pansus Raqan Lembaga Wali Nanggroe dengan unsur perempuan.

Page 8: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 Utama8Efeknya?Kalau itu terjadi, muncul ke-

san MPU seolah-olah sebagaipendamping DPRA. Menurutsaya dengan adanya MPU, MAA,MPD sudah cukup memadai se-bagai aparatur pemerintahandaerah. Ndak perlu ditambahlagi.

Lalu?Pertanyaan saya, darimana

tumbuh lembaga baru ini? Apa-kah MPU akan dileburkan? MPUsaja sudah berbeda dengan MUI(Majelis Ulama Indonesia), makaapakah MPU akan jadi MUNA?Apalagi MUNA ada sebagai un-derbow Partai Aceh. Saya kiraini akan menjadi masalah kedepan, apalagi di dalam masatransisi saat ini.

Apa yang menjadi kekha-watiran Anda?

Saya khawatir akan ber-kembang dualisme kepemimpi-nan dan panutan ummat. Ketikadia berdiri sebagai organisasikemasyarakatan tidak apa-apa.Tapi, begitu menjadi aparaturatau perangkat di daerah ini,maka akan muncul masalah.Karena itu sebelum disahkanQanun Wali Nanggroe, soal po-sisi ulama harus dipikirkankembali.

Kenapa?Ulama harus berdiri diten-

gah-tengah ummat dan sangatberwibawa. Ibaratnya, ulama ituibu masyarakat. Jadi posisi ibujangan dibanding-bandingkan.Ini akan banyak masalah yangdihadapi pemerintah, organisa-si ulama, dan juga masyarakat.

Menurut saya, organisasi ul-ama yang resmi cukup satu,MPU itu sudah memadai, sudahcukup dan telah dilakukan per-ombakan berkali-kali. Jangan

sampai ulama digiring ke dalamsalah satu organisasi politik,apalagi untuk kenderaan politikyang tidak bagus. Organisasiulama harus kita anggap sakraldalam mendampingi pemimpindalam pemerintahan.

Pengakuan Sekretaris Pan-sus I, Abdullah Saleh MPUtidak bubar, akankah terjadidualisme ulama di Aceh?

Kalau disejajarkan sebagaiaparatur pemerintahan, makaakan terjadi dualisme dan terja-di perebutan kepentingan, mere-but simpati, lobi sana-sini. Kare-na itu, Majelis Ulama NanggroeAceh (MUNA) yang sudah adadi Partai Aceh (PA), cukup di situsaja, jangan dimasukkan lagidalam bagian Lembaga WaliNanggroe. MPU yang men-dampinggi Pemerintahan Acehdan DPR Aceh. Jadi, seharusnyapembagian tugas dan peranseperti itu.

Namun jika MUNA tetapada di Lembaga Wali Nang-groe, apa yang menjadi soal?

Kalau ini terjadi, nanti MPDbisa ada dua. MPD satu dan MPDdua. Ada MAA satu dan dua,begitu juga dengan MPU danseterusnya. Janganlah lembagaseperti dijadikan untuk kender-aan politik dan memecah belahulama. Saya kira itu tidak sehat.

MPU dan MUNA tetap ada,menurut Anda tidak mubazir?

Ya, pasti. Karena itulah sayakhawatir, apakah ini keberhasi-lan lobi PA yang menjadikanMUNA sebagai underbow poli-tiknya nanti? Jika benar, maka PAyang akan menerima benefit(untung) dari anggaran pemer-intah. Saya juga khawatir ulamanantinya dalam bekerja tidakprofesional lagi. Bahkan akan

melakukan kegiatan politik. Inisaya kira tidak sehat. Seharus-nya dikuatkan saja lembagayang sudah ada jangan di gang-gu gugat lagi.

Memasukkan ulama dalamMUNA, menurut Anda arahnyaakan kemana?

Bisa jadi, karena politik tidakpandang bulu. Maka, mendap-atkan pengaruh lebih besar ituada pada ulama. Jika pengaruhulama sudah dimiliki, makakekuasaan juga akan didapatlebih besar. Bila kekuasaansudah didapat lebih besar, makaakan bisa menguasai sektor apasaja. Dan, akan muncul segmen-tasi dalam masyarakat. Ini yangharus diselamatkan, supayatidak menjadi tuntutan dan per-seteruan ketika berdimensi poli-tik. Bisa menjadi tidak sehat.

Masyarakat Aceh fanatik ke-pada ulama, apa efek negatifdari dualisme lembaga inimenurut Anda?

Ketika ulama bersaing satusama lain akan berkurang sim-pati masyarakat. Selanjutnya,lahirlah fitnah dan gosip. Dan itusangat mudah berkembang.Akibatnya, berbagai fatwa akanhambar di dengar oleh ummat,apalagi bila mewakili kepenti-ngan politik tertentu, bukan lagikepentingan umat.

Dari amatan Anda diben-tuknya MUNA dalam Lemba-ga Wali Nanggroe, apakah kare-na peran MPU kurang opti-mal?

Dari perjalanannya selamaini, baik masih berstatus MUIatau MPU, perannya sudah baik.Saya kira tinggal kepadakepemimpinannya saja. Kalauada penilaian kurang berperanya diperankan. Kalau kurang

kuat tentu harus dikuatkan. Sayakira, sekretariatan MPD danMAA sudah terstruktur. Ada es-olonnya, jadi dimana titik lemah-nya? Apakah lemah di leader-ship atau administrasi? Ini yangperlu dikaji. Saya kira lebih bi-jak menyelesaikan masalah tan-pa harus melahirkan masalahbaru.

Maksud Anda, tidak perluada majelis ulama lain, seper-ti MUNA?

Saya kira begitu. Tapi, inimengenai Qanun Wali Nanggroesehingga ada perdebatan poli-tik. Dan, saya tidak mau masukke situ. Tapi memang bagiandari pesan MoU. Tetapi saya kirakalau dibawah Lembaga WaliNanggroe, tentu semua itu adakeinginan daripada pembuatqanun. Tapi, di sana jangan adamacam-macam. Jangan pecah-kan ulama. Ulama Aceh tetapsatu. Kalau dimasukkan sebagaipengontrol Lembaga Wali Nang-groe saya kira tidak masalah,tapi jangan ada peran ganda. Itusaja.

Ada pendapat, lahirnyaMUNA juga untuk bagi-bagikekuasaan dari pemerintahanyang ada saat ini?

Seperti saya katakan tadi, inipolitik! Jika benar, maka politiksudah merambah kepada or-ganisasi ulama yang seharusnyanetral, bukan menjadi bagiandari kendaraan politik tertentu.Ulama berhak membuat organ-isasi, tapi yang jadi masalahpada saya adalah, terjadinyadualisme organisasi dankepemimpinan dalam satu tata-ran. Selama ini kita tahu bahwaMUNA memang sudah ada diPartai Aceh, tapi itu bagian dari-pada partai. MPU bagian dari

pemerintah, bahkan di level na-sional bernama MUI. Dan kita diAceh ada MPU, perangkatnyabahkan sudah eselon. Itu sayakira sudah jalan, tinggal manayang lemah dikuatkan aja, bu-kan diolah lagi.

Apa yang menjadi harapanAnda?

Saya berharap kepada leg-islatif dan eksekutif, masalahpembinaan moral dan aqidahumat diserahkan kepada ulama.Karena itu, mari hormati lemba-ga ulama yang sudah ada, seh-ingga konstribusinya bisa mak-simal. Bukan sebaliknya, dibel-ah-belah sehingga lemah.Apalagi bila sampai dijadikanorganisasi ulama sebagai ken-daraan politik dari kelompokdan partai tertentu. Ini sungguhkita sayangkan.

Kemudian?Kalau ini dapat kita maknai,

Insya Allah keberadaan ulamaakan ada maknanya dan akanada penghormatan. Tapi, bukanbagian dari kelompok interestyang disusupi dengan misi dankepentingan tertentu. Jika ini ter-jadi, umat akan sangat dirugi-kan.

Terakhir?Kedua, para ulama juga ha-

rus waspada, introspeksi diribahwa kita di Aceh merupakanibunya ummat dan masyarakat.Umara adalah ayahnyamasyarakat. Bagaimana sangibu bersatu dalam satu kesatu-an untuk membina masyarakatyang seharusnya harus lebihdekat dengan ibunya yakni ula-ma. Nah, ketika ulama sudahmenjadi tidak berwibawa atausudah tidak solid, ini akan men-gurangi wibawa dari sang ibumasyarakat itu sendiri.***

Anggota Muna Aceh Timur dan Mualem Saat Acara Maulid. ■ ATJEH POST

Page 9: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012Utama 9

ERUPA tapi tak sama. Agaknya,begitulah kesan yang munculterhadap dua organisasi ulamadi Aceh, paska penandatanga-

nan MoU Damai antara Pemerintah RIdengan Gerakan Aceh Merdeka(GAM) di Helsinki, 15 Agustus 2005silam.

Satu berlebel: Majelis Per-musyawaratan Ulama (MPU). Satunyalagi bertajuk: Majelis Ulama Nang-groe Aceh (MUNA). MPU berafiliasidan memiliki hubungan kerja den-gan Majelis Ulama Indonesia (MUI).Sementara, MUNA merupakan sayappolitik Partai Aceh.

Nah, sebagai partai penguasa,Partai Aceh (PA) memang terkesaningin melakukan sesuatu yang bedadari pemerintahan sebelumnya. Takkecuali dalam menata organisasi ul-

QANUN WALINANGGROEDIGAGAS ULAMATERBELAH?Mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. YusnySaby MA berharap, penguatan posisi MUNA dalam LembagaWali Nanggroe jangan sampai memecah-belah organisasiulama di Aceh. Terwujudkan?

■ Reporter Muhammad Saleh dan Masrizal

S ama di Aceh. Lihat saja, walau sudahada Majelis Permusyawaratan Ulama(MPU) di Aceh. Partai pemenangmayoritas di parlemen Aceh ini, tetapsaja mengagas lahirnya Majelis Ula-ma Nanggroe Aceh disingkat MUNA.

Awalnya, organisasi yang diben-tuk tahun 2008 dan dipimpin Prof.Muhibbudin Waly? ini hanya untukmenghimpun para ulama yang men-dukung perjuangan GAM. Kemudi-an berkembang hingga ke kabupat-en dan kota. Peran besar awal MUNAadalah menyambut dan melakukanpeusijuk (tepung tawar—red) ter-hadap kepulangan Wali Neugara TgkHasan Muhammad Ditiro ke Acehpada Sabtu 17 Oktober 2009 lalu.

Lalu bekembang dengan pesat.Posisi MUNA di Aceh dan kabupa-ten/kota, menjadi penasehat Partai

Aceh (PA) dan Komite Peralihan Aceh(KPA). Termasuk berbagai urusanyang terkait dengan fatwa agamalainnya.

Peran nyata mereka yang lain ad-alah, MUNA menjadi tim sukses pe-menangan pasangan dr. Zaini Abdul-lah-Muzakir Manaf menuju kursi Gu-bernur dan Wakil Gubernur AcehPeriode 2012-2017. Kebijakan ini ter-us mengalir hingga ke kabupatendan kota di Aceh.

“Ya, fungsi dan perannya berbe-da. MUNA di bawah PA merupakanulama pendukung perjuangan GAMtempo dulu. Sementara MUNA dalamLembaga Wali Nanggroe berperansebagai think thank Wali Nanggroe,”jelas Abdullah Saleh, anggota DPRAceh dari Partai Aceh.

Tapi, penjelasan Abdullah Saleh,mantan politisi Partai Persatuan Pem-bangunan (PPP) Aceh ini tak mudahdiamini DR. Nurjannah Ismail danProf. Dr. Yusny Saby MA. Kedua aka-demisi dari IAIN Ar-Raniry BandaAceh justeru mempertanyakan fung-si dan peran dari kedua organisasiulama tersebut.

“Saya bertanya bukan berartitakut tidak memiliki wewenang kare-na saya juga anggota MPU, tetapi iniperlu penegasan agar tidak salingbertabrakan dalam menjalankan

fungsinya,” sebut Nurjannah dalamRapat Dengar Pendapat Umum(RDPU) Rancangan Qanun (Raqan)Lembaga Wali Nanggroe di RuangSerbaguna, Gedung DPR Aceh, Ka-mis pekan lalu.

Menurut Nurjannah, harus adapembagian tugas dan fungsi yangjelas antara MPU dengan MUNA. Jikatidak, dikhawatirkan akan timbul du-alisme kebijakan dan kepemimpi-nan.

Mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Prof.Dr. Yusny Saby MA menilai, sebelumRaqan Lembaga Wali Nanggroe di-sahkan. DPR Aceh dapat mempertim-bangkan berbagai alasan dan kemu-ngkinan yang akan terjadi. Misalnya,dualisme kepemimpinan ulama diAceh. “Sebelumnya harus dipikirkankembali, nanti akan berkembang du-alisme,” kata Prof. Yusny Saby, di ru-mahnya, Jalan Tengku Dibitai, Lamp-ineung, Banda Aceh, Jumat sore pe-kan lalu.

Diakui Prof Yusny Saby, organisa-si MUNA lahir dibidani Partai Aceh(PA). Padahal, sudah ada MPU. Kare-na itu, saran dia, PA harusnya cukupmemperkuat peran, fungsi serta tu-gas MPU saja, bukan justeru melahir-kan organisasi baru seperti MUNA.Apalagi, keberadaanya masuk dalamLembaga Wali Nanggroe. “Bisa jadi,

Page 10: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 201210 Utama

Dasar Hukum◗ UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh;◗ UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;◗ Permendagri Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistime-

waan Provinsi NAD;◗ Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis

Daerah dan Lembaga Derah Provinsi NAD;◗ Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh;◗ Pergub Nomor 33 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keis-

timewaan Aceh;◗ Keputusan MPU Aceh Nomor 4 Tahun 2009 tentang Peraturan Tata Tertib MPU Aceh.***

atatan sejarah Aceh dari za-man dulu membuktikan bah-wa para ulama selalu menda-patkan tempat yang khusus dihati masyarakat. Karena itu-lah, sebagaimana disebutkan

dalam Qanun Al-Asyi, wadah ulamamerupakan salah satu lembaga terting-gi negara yang dipimpin Kadhi MalikulAdil, dibantu empat Syaikhul Islam yaituMufti Madzhab Syafi’i, Mufti MadzhabMaliki, Mufti Madzhab Hanafi dan MuftiMadzhab Hambali.

Pada masa peperangan melawanBelanda dan Jepang, lembaga-lemba-ga ini tidak berujud lagi. Akibatnya ber-munculanlah mufti-mufti mandiri yangjuga mengambil tempat yang amat ting-gi dalam masyarakat.

Begitupun, di awal kemerdekaan,lembaga seperti ini pernah terwujuddi dalam Persatuan Ulama SeluruhAceh (PUSA). Setelah PUSA bubarmuncul lembaga seperti PERTI, Nah-datul Ulama, Al-Washiyah, Muham-madiyah dan lain-lain. Karena itu, padatahun 1965, dilakukan musyawarahAlim Ulama se-Aceh yang berlangsungtanggal 17 hingga 18 Desember 1965di Banda Aceh. Hasilnya, para ulama

Kilas Balik Sejarah MPU Aceh

bersepakat membentuk wadah Maje-lis Permusyawaratan Ulama (MPU)Aceh. Tgk. H. Abdullah Ujong Rimbadinobatkan sebagai ketua umum per-tama.

MPU terdiri dari pimpinan, badanpekerja, komisi dan panitia khusus. Ko-misi pada waktu itu, terdiri atas limakomisi yaitu: Komisi Ifta, Komisi Peneli-tian dan Perencanaan, Komisi Pendidi-kan, Pengajaran dan kebudayaan, Ko-misi Dakwah dan Penerbitan serta Ko-misi Harta Agama. Begitu juga dengan

komposisi MPU di kabupaten/kota ser-ta MPU kecamatan.

Tahun 1968, sesuai dengan Kepu-tusan Gubernur Aceh Nomor: 038/1968, Majelis Permusyawaratan Ula-ma berubah nama menjadi MajelisUlama Indonesia Provinsi Daerah Is-timewa Aceh, dengan nama komisi-komisinya berubah menjadi Komisi A(Hukum/Fatwa); Komisi B (Penelitiandan Perencanaan); C (Pendidikan,Pengajaran dan kebudayaan), Komi-si D (Dakwah dan Penerbitan; dan Ko-

misi E (Harta Agama).Kedudukan MUI Provinsi Aceh

dipertegas dengan lahirnya Un-dang-Undang Nomor 44 Tahun 1999tentang Penyelenggaraan Keistime-waan Provinsi Daerah IstimewaAceh. Pada Pasal 9 ayat (1) disebut-kan: “Daerah dapat membentuk se-buah badan yang anggotanya terdi-ri dari Ulama”. Dalam ayat (2) dite-gaskan lagi: “Badan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bersifat in-dependen yang berfungsi memberi-kan pertimbangan terhadap kebija-kan daerah, termasuk bidang pe-merintahan, pembangunan dan ke-masyarakatan serta tatananekonomi yang Islami”.

Amanat Undang-Undang ini ditin-daklanjuti dengan lahirnya PeraturanDaerah Nomor: 3 Tahun 2000 tentangPembentukan Organisasi dan Tata Ker-ja Majelis Permusyawaratan Ulama(MPU) Provinsi Nanggroe Aceh Darus-salam dan Peraturan Daerah ProvinsiDaerah Istimewa Aceh Nomor: 43 Tahun2001 tentang Perubahan Pertama atasPeraturan Daerah Provinsi Daerah Is-timewa Aceh Nomor: 3 Tahun 2000 ten-tang Pembentukan Organisasi danTatakerja Majelis Permusywaratan Ul-ama (MPU) Provinsi Daerah IstimewaAceh.

Kemudian diadakan MusyawarahUlama se-Aceh tanggal 2-5 Rabi’ulAkhir 1422 H (24-27 Juni 2001) di Ban-da Aceh. Tujuannya, untuk memililh/membentuk kepengurusan MPU. Padamalam 17 Ramadhan 1422 H (3 Desem-ber 2001 M) melalui iqrar sumpah, ter-bentuklah MPU Provinsi NAD yang in-dependen, bermitra sejajar dengan Pe-merintah Aceh dan DPRA untuk masakhidmat 2001-2006. Melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 TentangPemerintahan Aceh dan Qanun Nomor:2 Tahun 2009 mengukuhkan dan mem-perkuat kedudukan MPU Aceh sebagaimitra sejajar Pemerintah Aceh dalammenyelenggarakan pemerintahan danpembangunan.***

CSidang Paripurna Istimewa Pengukuhan Pimpinan MPU Aceh Masa Bakti 2012-2017.

■ TRIBUNNEWS.COM

ini terkait juga dengan politikanggaran dari APBA. Jika masukke Qanun Lembaga WN, itu be-rarti alokasi anggarannya akanpasti dan jelas,” sebut Prof. Yus-ny Saby.

Pertimbangan lain dosenpaska sarjana IAIN Ar-Raniryini adalah, ulama sebaiknyabersatu dalam memberi nase-

hat kepada pemimpin dan pembimb-ing umat. Karena itu, Yusny Saby ber-pendapat, jika politik menguasai ul-ama, maka akan terjadi masalah padaPemerintah Aceh dikemudian hari.Apalagi, saat masa transisi. “Saya kiraini akan menjadi masalah, apalagidalam transisi seperti saat ini,” ujarYusny Saby kepada MODUS ACEH.

Kata Yusny Saby, ulama harus

ditempatkan sebagai organisasiberwibawa. Karena ulama, merupa-kan ibu masyarakat. “Jadi, janganpernah membanding-bandingkanseorang ibu ummat,” katanya. Bilaitu yang terjadi, saya mempredik-sikan akan banyak masalah yangmuncul dan dihadapi PemerintahAceh, organisasi ulama, sertamasyarakat sendiri,” tegas Yusni.

Untuk itu, dia menyarankan. “Menu-rut saya organisasi ulama yangresmi cukup satu, MPU itu sudahmemadai,” saran dia.

Nah, akankah pendapat Prof. DrYusny Saby, MA mujarab? Atau seba-liknya justeru semakin mempertajamdugaan perpecahaan ulama Aceh dimasa mendatang? Semua itu, biarlahwaktu yang menjawabnya.***

Page 11: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012Utama 11

TUNGGU sebentar ya,saya sedang duduk

dengan wartawan,” kataSekretaris Panitia Khusus(Pansus I) Rancangan Qa-nun Lembaga Wali Nang-groe, Dewan PerwakilanRakyat Aceh (DPRA), H.Abdullah Saleh, SH, kepadasalah seorang tamu yangsudah menunggu di ruangKomisi A DPR Aceh, JalanTengku Daud Beureueh,Banda Aceh, Jumat pagipekan lalu.

Alumni Fakultas HukumUniversitas Syiah Kuala(Unsyiah) ini memang ek-stra sibuk. Maklum, diamerupakan salah satu pio-ner dari Partai Aceh (PA)dalam mengagas dan me-rancang berbagai kebijakandi lembaga wakil rakyattersebut.

Nah, Jumat pekan lalu,wartawan media ini, JuliSaidi menemui AbdullahSaleh untuk wawancarakhusus, terkait rancanganQanun Wali Nanggroe. Dan,MUNA berada dalam wadahWN tersebut. Apa saja pen-jelasan Abdullah Saleh?berikut penjelasannya.

Dalam Draf Rancangan QanunWali Nanggroe disebut, Majelis Ula-ma Nanggroe Aceh (MUNA) beradadi bawah WN. Bisa Anda jelaskan?

Ya, Majelis Ulama Nanggroe Aceh(MUNA) merupakan salah satu Lemba-ga Wali Nanggroe. Wali Nanggroe pun-ya beberapa lembaga yang menjadiperangkat Wali Nanggroe. Salah satuperangkat Lembaga Wali Nanggroeadalah MUNA. Majelis Ulama NanggroeAceh ini semacam pemikir atau thinkthank kepada Wali Nanggroe.

Apa yang Anda maksud pemikir

Abdullah Saleh, Sekretaris Pansus I Raqan Lembaga Wali Nanggroe DPR Aceh

MUNA Hanya ThinkThank Wali Nanggroe

Wali Nanggroe?Merumuskan pandangan atau

pendapat berbagai hal yang terkait,terutama masalah agama. Pandangan,pemikiran dan pendapat ini akan di-sampaikan kepada Wali Nanggroe, se-hingga Wali Nanggroe dalam menyam-paikan pandangan dan pemikirannya,terkait persoalan agama sudah menda-patkan masukkan dari MUNA. Jadi,MUNA ini merupakan wadah ulamalahdi Aceh.

Perlu keahlian ilmu apa saja bagiyang duduk dalam MUNA Wali Nang-groe?

Tentu yang memiliki dan memaha-mi ilmu tentang agama Islam.

Berapa jumlah anggota MUNAyang akan ditempatkan?

Kalau tidak salah ada 17 orang. Tapiuntuk pertama sekali kami bersepakatMUNA dijalankan oleh Majelis Per-musyawaratan Ulama (MPU) Aceh. Un-tuk selanjutnya, akan dibentuk secarakhusus dan mungkin akan ada revisiqanun ini nantinya. Jadi, qanun ini satusaat akan kita revisi kembali.

Lalu?Tentang Majelis Ulama Nanggroe Aceh

ini, akan dibentuk tersendiri sebagai pe-rangkat Wali Nanggroe nantinya.

Apakan MUNA dipisahkan atausatu atap dengan Wali Nanggroe?

MUNA satu atap dengan Wali Nang-groe karena MUNA memang merupa-kan perangkat Wali Nanggroe, bukanseperti MPU. MUNA satu lembaga yang

berdiri sendiri.Apakah setelah

MUNA ada, MPUbubar?

Tidak, saat ini masihmasa transisi. Dalam qa-nun telah kami rumus-kan untuk pertama kaliMUNA berfungsi melak-sanakan tugas bersamaMPU Aceh. Jadi, MPUAceh sebagai mitra Pe-merintah Aceh sekali-gus bisa menjadi per-angkat Wali Nanggroe.Kemudian MPU jugamenjadi perangkat Ma-jelis Ulama Indonesia(MUI) secara nasional.Jadi, MUI sekarang inimulti fungsi.

Berarti peran danfungsi ulama Acehmenjadi dualisme?

Bukan dualisme,multi fungsi namanya.MPU Aceh bisa menjadiperangkat Wali Nang-groe juga bisa bahagiandari MUI secara nasion-al. Bisa juga mitra seja-jar dengan gubernur,begitu juga dengan leg-islatif.

Apa tujuan diben-tuknya MUNA dalam lembaga WaliNanggroe, sementara sudah adaMPU?

MPU Aceh hanya kita perluaskansaja sebenarnya. Sebelumnya belumada Wali Nanggroe dan belum menjadiperangkat Wali Nanggroe. Jadi kita lu-askan lagi fungsinya menjadi per-angkat Wali Nanggroe.

Otomatis nama MPU Acehberubah menjadi MUNA?

Tidak kita rubah, ini masih masa tran-sisi. Perangkat Wali Nanggroe ituMUNA, cuma masa transisi fungsinyadijalankan MPU Aceh.

Perkiraan Pansus I Wali Nanggroeberapa lama masa transisi?

Ini nanti bisa kita lakukan evaluasike depan. Ya, paling cepat tiga tahun.Tapi kalau nanti perlu percepatan, yakita percepatkan MUNA. Begitu jugakalau dalam perjalanannya MPU sendiribisa berkontribusi dengan perangkatWali Nanggroe, mungkin tidak terlaluterburu-buru kita bentuk lembagatersendiri. Tapi kalau lembaga MUNAdibutuhkan untuk segera dihadirkanmenjadi perangkat Wali Nanggroe, ya,kita pisahkan dengan MPU. Jadi sangattergantung perkembangan ke depan.Lagi pula sifatnya kami ingin memini-malisir keberadaan lembaga-lembagaini, padahal bisa kita diciutkan.

Kenapa?Kenapa harus cepat-cepat kami

menghadirkan lembaga, padahal fung-si lembaga itu tidak signifikan dari tu-

gas yang diemban serta keberadaanlembaga itu sendiri.

Contohnya?Majelis Ulama Nanggroe Aceh de-

ngan MPU Aceh, kalau bisa dijalankanoleh satu lembaga, untuk apa kita ha-dirkan dua lembaga? Kalau memangdalam perkembangannya menghen-daki perlu dipisahkan, itu baru kita lak-sanakan.

Apakah MPU selama ini belum op-timal?

Memang belum optimal, selama inikami melihat belum optimal. Walaupunharapan kita MPU lebih mencerahkandalam penyelenggaraan pemerintah-an. Mestinya MPU proaktif dan akhir-akhir ini mulai memberi dukungandalam penegakan Syariat Islam.

Partai Aceh telah membentuksayap politik yaitu MUNA. Lalu, diAceh ada MPU. Bukankah terjadi du-alisme ulama di Aceh?

MUNA yang dimaksudkan dalamLembaga Wali Nanggroe jangan diarti-kan organisasi MUNA yang ada saat ini.MUNA yang kita gagas sekarang meru-pakan perangkat Wali Nanggroe. Jum-lah orangnya juga terbatas. Jadi MUNAdalam lembaga Wali Nanggroe tidaksama dengan MUNA yang ada saat ini.Dalam pemikiran kami, MPU bisa men-jalankan fungsi MUNA yang dimaksuddalam Qanun Wali Nanggroe.

Selesai masa transisi, siapa yangakan merekrut anggota MUNA?

Pengrekrutan dilakukan Tuha PeutWali Nanggroe, Tuha Peut Wali Nang-groe itu minimal empat orang dan mak-simal 17 orang. Mereka betul-betulorang kepercayaan masyarakat.

Apakah MUNA dalam lembagaWali Nanggroe juga mengeluarkanfatwa seperti tugas MPU?

Tidak, dia tidak pada tugas menge-luarkan fatwa-fatwa hukum. Karenamemang apa yang dirumuskan, meru-pakan pandangan dan pemikiran ke-pada Wali Nanggroe. MUNA tidak ber-sifat keluar sebenarnya, lebih kepadapemikiran ke dalam dan memberidukungan kepada Wali Nanggroe. Jaditidak mengeluarkan fatwa. KecualiMajelis Fatwa Wali Nanggroe.

Ada dugaan MUNA yang dimak-sud dalam lembaga Wali Nanggroeadalah MUNA yang ada di PartaiAceh?

Itu salah persepsi. MUNA yang adadi PA merupakan barisan ulama pe-nyokong perjuangan GAM tempo dulu.Setelah MoU, berubah menjadi MUNA.Majelis Ulama Nanggroe Aceh. Itu me-mang sayap politik Partai Aceh. Organ-isasinya besar dan sampai kemasyarakat kalangan bawah. MUNAyang dimaksudkan dalam LembagaWali Nanggroe, hanya sebagai pemikirkepada Wali Nanggroe. Jadi, tidakmungkin menampung MUNA PartaiAceh yang banyak dimaksudkanorang.***

■ MODUS ACEH/Dok

“““““

Page 12: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 201212 Wawancara

Selama ini aksi bertubi-tubi di-lakukan sebahagian mahasiswa ten-tang dugaan korupsi di Unsyiah.Pendapat Anda?

Sebenarnya masalah ini diawalikarena saya maju sebagai calon Gu-bernur Aceh. Singkat cerita hasil Pemi-

Prof. Dr. Darni M. Daud, MA,mantan Rektor Unsyiah

Saya YakinKarena takMelakukan

lukada saya kalah. Dan saya terimadengan lapang dada, karena memangkeadaan politik seperti itu.

Lalu?Nah, paska itu, kira-kira pada 10

April 2012, Pj Rektor Unsyiah, SamsulRizal ketemu saya di rumah.

Apa yang dia sampaikan?Dia mengatakan akan membuat

rapat senat.Jawaban Anda saat itu?Rapat senat apa? Untuk penjelasan

SK Menteri katanya, saya katakan SKMenteri apa? Begitu, kok harus terlaluterburu-buru? Saya katakan, saya barumusibah. Kalau dalam Bahasa Acehtunggu seuneujoh-lah. Tapi dia lang-sung menunjukan SK Pj Rektor kepadasaya.

Lalu?Saya bilang kenapa buru-buru be-

gini, apa tidak boleh ditunggu? Tapidia tidak menunggu itu, lalu dia bilangsaya buat rapat senat. Saya bilang sayadalam keadaan mundur sementara, diluar sistem, kalau memang itu yangAnda lakukan, terserah bagaimanayang terbaik.

Tanggapannya?Dia berhenti, dan setelah itu dia ke

Biro Rektor dan buat undangan. Hasil-nya, tanggal 12 April dia buat rapatsenat. Intinya, dia mencalonkan dirisebagai Rektor Unsyiah. Kemudian,hari itu juga saudara Samsul Rizal yangmengantar sendiri hasil rapat senat ituke Jakarta.

Tapi, apakah seperti itu sistem-nya?

Tapi jarang sekali rapat senat satuhari sebelum rapat. Biasanya seming-

gu lebih kurang. Sebenarnya tidak adakeputusan rapat senat sebagai ber-langsung secara aklamasi.

Yang jadi masalah?Di sana ada masalah. Pertama SK

Pj cacat hukum dan tidak ada dalamaturan. Kedua, rapat senat itu sendirijuga bermasalah, karena sebagaima-na kita tahu rapat senat itu harus jelas,apa yang mau dibicarakan. Tidak adarapat senat, saudara Samsul Rizalsendiri menandatangani surat atasnama Pj Rektor Unsyiah.

Sikap Anda?Saya melihat gelagatnya begitu.

Besoknya saya ke Jakarta dan berte-mu dengan Menteri Pendidikan, sayasampaikan semua persoalan ini.

Respon Menteri?Menteri mengatakan, aduh kok be-

gini jadinya? Rupanya Pak Menteritidak tahu yang dilaksanakan itu salah.Saya katakan, Pj Rektor Unsyiah ber-masalah, melakukan kegiatan tidaksesuai dengan aturan, kemudian jauhsebelumnya sudah ada kesepakatan.

Kapan?Tanggal 11 Februari 2012 saya

sudah ketemu Dirjen dan Menteri Dik-nas. Lahir kesepakatan bahwa sayaboleh maju sebagai calon GubernurAceh. Kalau terpilih jadi gubernur be-rarti mundur, jika tidak ya kembalimenjadi Rektor Syiah Kuala. Tapi den-gan keluarnya SK Pj ini, saya tidak per-nah menerima SK Pj yang member-hentikan saya. Itu jadi berbeda den-gan kesepakatan kami.

Kemudian?Karena berbeda itulah, saya sam-

paikan kepada Menteri secara pan-

jang lebar. Intinya Menteri mengata-kan akan mempertimbangkan danbeliau mohon waktu. Setelah sekianlama tidak ada keputusan, saya meng-hadap lagi ke Menteri. Hasilnya, diamengatakan saya diaktifkan kembalisebagai dosen dan guru besar, dan itusudah diaktifkan sejak Juni 2012. Se-dangkan masalah rektor beliau mohonwaktu lagi. Saat itu sudah hampir tigabulan SK Pj itu beredar. Dan, sayasudah berkonsultasi dengan bebera-pa pakar hukum, guru besar, dan man-tan rektor yang memahami tata hukumdi Indonesia. Misalnya, Yusril Ihza Ma-hendra.

Apa tanggapan mereka?Tidak bisa SK Menteri memberhen-

tikan saya seperti ini karena saya di-lantik dan tetapkan berdasarkan SKPresiden. Kok, saat diangkat denganSK Presiden dan saat diberhentikandengan SK Menteri? Kalau Presidenyang mengangkat berarti yang mem-berhentikan juga Presiden.

Kemudian?Singkat cerita, saya menggugat

Menteri Pendidikan Nasional ke Peng-adilan Tata Usaha Negara (PTUN)Jakarta. Karena jika saya tidak meng-gugat ke PTUN lebih tiga bulan, berar-ti saya setuju, tidak bisa menggugatlagi, karenanya kami mengambil ke-simpulan menggugat Menteri Diknaske PTUN, Jakarta.

Kenapa Anda gugat Menteri?Supaya kita luruskan secara hu-

kum, ini negara hukum. Jadi kita tem-puh secara hukum. Karena gugatanseperti itu. Informasi yang saya per-oleh dari Yusril dan enam orang ang-

DUGAAN adanya praktikkorupsi di Universitas SyiahKuala belum juga pupus danberkesimpulan. Malah, saat inisudah berlabuh di KejaksaanTinggi (Kejati) Aceh. Itu sebab-nya, mantan Rektor UnsyiahProf. Dr. Darni M. Daud, MAmengaku siap memberi keter-angan dan penjelasan ter-hadap dana yang selama inidisebut-sebut telah dikuasaioknum tertentu.

Begitupun, atas peng-gunaan dana Jalur Pengem-bangan Daerah (JPD) dan danabeasiswa Guru Daerah Ter-pencil (Gurdacil) hingga kinibelum diterima laporan per-tanggungjawaban atas pen-gunaan tersebut. Karenaitulah, Darni M Daud belummengetahui siapa penerimadana serta apakah sudahsesuai dengan kesepakatan?Sebab, dari bukti check yangmasih tersimpan pada Darni MDaud, ada paraf Pj RektorUnsyiah Samsul Rizal yangsebelumnya menjabat se-bagai PR I Unsyiah.

Tak hanya itu, berdasarkanbukti yang disimpan Darni,Samsul Rizal pernah mem-injam fulus dari Unsyiah, Rp200 juta. Nah, seperti apaikwal penggunaan dana terse-but? Berikut wawancaraJuli Saidi dari MODUS ACEHdengan Prof. Dr. Darni M DaudMA di rumahnya, komplekUnsyiah, Sabtu sore pekanlalu.

■ MODUS ACEH/Dok

Page 13: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012Wawancara 13

gota tim pakar hukum, berkas itu dia-jukan ke PTUN Jakarta dan sampai saatini sidang PTUN terus berlangsung.Karena keadaan di sana, kemukinanbesar saya jarang bisa melihat, tapiada Prof. Yusril terus mengikuti pros-esnya sehingga mulai timbul riak. Jadi,itu asal muasalnya.

Apa kaitanya?Saya melihat ada keinginan, mu-

ngkin sudah menjadi rahasia umum,supaya saya tidak dikembalikan lagisebagai Rektor Syiah Kuala. Tapi mere-ka lupa walaupun dokumen saya ban-yak tersimpan di kantor dan seba-hagian hilang, tapi sebagai catatanpenting ada pada saya. Nanti saya bisatunjukan semuanya, bahkan kalau sayadiperiksa Kejaksaan Tinggi, saya san-gat bersyukur, biar saya buka semua.

Kenapa?Inilah kesempatan saya untuk me-

minta pertanggungjawaban hukumSamsul Rizal yang terkait dengan se-mua cek yang telah ditarik dari saya.Jadi, dalam kaitan itu saya dituduh ko-rupsi, menggelapkan dana, danmacam-macam secara sepihak. Sayatidak tahu, maunya dia saya dihukumterus.

Anda menduga ada penggiri-ngan?

Saya membaca seperti itu, tapi ininegara hukum, saya tidak bereaksisecara berlebihan, tapi lebih padamenjelaskan saja. Dan karena sudahmenyeruak, saya mulai dan harus bic-ara lebih detail, termasuk reaksi danaksi-aksi yang dilakukan. Saya meli-hat banyak rekayasa. Intinya yang na-manya Darni Daud tidak boleh lagikembali sebagai rektor.

Bagaimana dengan dana yangdisebut-sebut selama ini?

Sampai saat ini, dana yang ditarikdari saya oleh Samsul Rizal, sampaidetik ini belum dipertanggungjawab-kan.

Apakah Anda pernah meminta?Saya sudah meminta itu semenjak

tahun 2010, 2011. jawabnya, ya,,,ya,tapi tidak pernah detail.

Misalnya?Dia mengambil uang Rp 1,5 miliar,

lalu diberi bukti tanggal sekian, uangsekian, itu bukan laporan pertang-gungjawaban.

Bagaimana dengan penggunaandana Jalur Pengembangan Daerah(JPD)?

Dana JPD yang masuk ada Rp 10.286.622.000.

Uang yang ditarik?Cek dana JPD yang ditarik Rp

8.764.400.000.Kemudian soal dana beasiswa

Guru Terpencil (Gurdacil)?Dana Gurdacil yang masuk Rp

20.740. 875.000 dan dana cek yangkeluar atau yang ditarik Rp21.815.199.000. Jadi jumlah dana yangmasuk dan jumlah dana yang keluar,hampir sama.

Itu saja?Ditambang sejumlah utang, terma-

suk pinjaman saudara Samsul sendiriselaku Pembantu Rektor I ( PR I) adaRp 200 juta, PR II ada Rp 230 juta, ke-mudian ada yang kecil-kecil yang se-dang kita hitung yang minta konsultansaya yang menghitungnya. Jadi kalaukita total sudah lebih Rp 30 miliar. Jadidimana saya korupsi? Cuma saya me-lihat ada cenderungan mereka memi-lah-milah persoalan. Padahal cek yang

diambil dari saya secara gelondongansemua. Sejak awal sampai akhir. Kare-na itu, saya minta Saudara Samsul Rizalmempertanggungjawabkan semua.Tapi, sampai detik ini dia belum per-nah melakukan itu.

Anda siap menghadapi Kejak-saan?

Oh.. siap sekali, masak bertahun-tahun saya mencari beasiswa untukanak-anak kita membangun SyiahKuala, uang yang sedikitnya ini dibi-lang saya korupsi? Tapi terserah, sayaakan mempertanggungjawabannya.

Siapa yang menarik dana selamaini?

Yang menarik itu enggak ada or-ang lain, kalau dana JPD Samsul dandana Gurdacil juga Samsul serta De-kan F-KIP. Kalau dana JPD hanya Sam-sul Rizal sendiri.

Anda mengaku ada meminta la-poran dana, laporan seperti apa yangAnda inginkan?

Saya menginginkan siapa yangmenerima dana itu? Berapa jumlah-nya? Adakah tanda tangan yang sah?Sesuai MoU kami dengan PemdaAceh? Tentu, semua itu harus sesuaidengan yang berhak menerima. Tapi,itu yang belum pernah saya terima dariSyamsul Rizal. Dan itulah yang sayaminta terus, tetapi dengan ada SK PjRektor, kantor rektor diduduki sepertiitu dan tidak diberi kesempatan lagibagi saya untuk mempertanggung-jawaban itu.

Nah, dengan masuknya aparatpenegak hukum ke Unsyiah, berartiyang kena mereka sendiri. Alhamdu-lillah sekali, nanti saya bisa menjelas-kan, mudah-mudahan kebenaran akanjelas, semua ini dapat ditangani secaraprofesional.

Laporan apa yang Anda minta?Laporan setiap dana yang ditarik

dari saya.Contohnya?Jalur Pengembang Daerah (JPD),

dana sekian masuk, kemudian sudahditarik sekian, saya minta apakah danayang ditarik sekian itu betul sudah dis-alurkan? Bukan sebaliknya dia harusmelaporkan check dalam jumlah seki-an dan tanggal sekian. Itu bukan lapo-ran, tapi usulan saat dia menarikcheck. Saya tandatangan sesuai itu,tapi dia harus melaporkan peng-gunaan dana tersebut. Apakah danaitu digunakan sesuai dengan rencana?Itu belum pernah dilaporkan sampai-

kan detik ini. Jadi lapo-ran lengkap itu tak per-nah diberikan kepadasaya sampai sekarangini.

Adakah dugaanAnda kisruh selama iniupaya pembunuhankarakter?

Saya melihat sepertiitu, karena yang lainsaya lakukan itu normal-normal saja, tapi ini adaindikasi Darni Daudharus habis-lah. Kalaudihitung banyak danayang masuk, masaksaya harus korup den-gan dana yang sedikit.Ini enggak mungkin,saya tidak punya itikatseperti itu, memang adaupaya untuk mem-bunuh karakter saya.

Sekarang enak, membunuh karakterdengan tuduhan korupsi, kelihatannyasaya diarahkan seperti itu.

Keyakinan Anda?Saya yakin karena tidak melakukan

dan ini negara hukum, kalau ada yangmau kekuasaan, ya majulah, saya dulukan maju. Periode pertama dipilih, pe-riode kedua dipilih. Kalau sekarangtidak ada serah terima, hanya ber-bekal SK PJ, maka saya pikir tidak be-nar.

Kenapa kasus Anda ke PTUN?Kami tahu, ini negara hukum, harus

taat pada ketentuan hukum yang ada,walaupun menghadapi prosesnyaseperti masuk di hutan rimba. Tapisaya percaya kebenaran itu akantegak. Walapun ini ada keinginanmembunuh karakter saya, karena iniada konspirasi, saya tahu, dengan SKPj itu hingga aksi-aksi sekarang ini.Mungkin Allah SWT akan memberikesempatan, saya tahu kalau pohonsemakin besar goyangan angin se-makin besar.

Tanggapan Anda soal aksi me-minta audit dana Rp 2 miliar?

Dana Rp 2 miliar itu dari SamsulRizal, bukan Rp 2 miliar, malah sayaminta diaudit Rp 31 miliar lebih ini,tidak hanya Rp 2 miliar.

Kemudian?Sebenarya yang saya minta kepa-

da Samsul saat itu, tapi keliha-tanya...enggak tahu-lah. Tapi yangjelas dia belum pernah mempertang-gungjawabkan itu kepada saya selakuRektor sejak 2010 dan 2011. Saya min-ta, cuma dia bilang iya..iya... saya in-gin laporan, apakah semuanya sudahdisalurkan sesuai ketentuan berlaku.

Kenapa?Karena semua dana beasiswa yang

masuk ke Syiah Kuala, ada ketentuan.Contohnya harus diberikan kemana?Itu tidak pernah diberikan kepadasaya secara lengkap pelaporannya.Karena dokumen-dokumen sudah hi-lang, saya tidak tuduh dia yang meng-hilangkan, tapi yang jelas sejak April2012, setelah ada SK Pj, saya tidak per-nah masuk kantor lagi. Sebenarnyasiapapun tidak boleh masuk, seharus-nya kunci diserahkan kepada aparatkeamanan. Tapi saya mendapat infor-masi, Samsul menggunakan ruanganitu, dan kabarnya dia sering masuk,kalau tidak salah sejak Juli 2012 kan-tor sudah diduduki. Sementara den-gan saya tidak ada serah terima.

Itu saja?Disamping dana yang masuk ke

saya, ada juga dana yang masuk keUnsyiah, berdasarkan surat per-mintaan Samsul, tapi tidak masuk kerekening rektor, langsung masuk kerekening pengeluaran dan dia menan-gani sendiri. Dia juga belum dilapor-kan, berapa banyak dana.

Apakah sama dananya?Ini lain lagi, S1, S2 dan S3, beasiswa

juga, ini juga belum dipertanggung-jawabkan kepada saya. Saya tidaktahu berapa dananya, karena me-mang tidak pernah diberi laporan. Jadisecara aturan sebenarnya dia harusmemberikan laporan.

Mungkin Anda tidak minta?Sudah saya minta, saya tidak tahu

ini pertanggungjawabannya bagaim-ana. Biasanya pertanggungjawaban-nya, kalaupun itu diteken oleh rektor,kemudian diserahkan ke kantor gu-bernur, tentunya saya harus ada satueks, biasanya begitu, tapi saya tidakterima.

Bagaimana tentang penggunaandana Lab. School?

Itu juga belum pernah dilaporkan.Jumlah puluhan miliar. Saya sebagaipembina, sudah saya minta supayadibukukan. Jawabannya, baik..baikPak! Sebenarnya, walaupun saya tidaklagi sebagai rektor, tapi harus tun-taslah. Tapi Samsul Rizal sebagai ket-ua tidak pernah melaporkan. Kemudi-an istri saya dipecat juga, maka sayapikir ada hal sistematis yang patut kitacurigai.

Terakhir harapan Anda?Masyarakat Aceh dan Pemerintah

Aceh mendukung upaya KejaksaanTinggi untuk melaksanakan tugas inisecara profesional. Kedua, agar kejak-saan dapat melihat semua ini ber-dasarkan bukti-bukti yang ada. Itusaja.***

■ Google images

■ G

oogl

e im

ages

Page 14: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 Nasional14

Sekretaris Kabinet, DipoAlam mengelar jumpapers, Jumat, 28 Septem-ber lalu. Pernyataannyamembuat kader danpimpinan partai politikdi negeri ini gerah.Daftar dosa alias per-ingkat pelaku tindakpidana korupsi dipapar-kan. Partai Golkarbertengger di posisipertama.

■ Reporter Masrizal

NAM PULUH EMPATmerupakan jumlahkecil bagi penyidik Ko-misi Pemberantasan

Korupsi (KPK), untuk memburupara koruptor. Sebaliknya, ang-ka besar bagi pelaku korupsinegeri ini.

Siapa sangka, aktornya parapolitisi dari partai politik nasion-al sekelas Partai Golkar. Tapi,fakta pahit ini pula yang harusdijawab kader partai berlam-bang pohon beringin tersebut.

Sekretaris Kabinet, DipoAlam membeberkan, ada 64 or-ang atau 36,36 persen kaderPartai Golkar yang terjerat ka-sus korupsi. Ini berdasarkanpermohonan izin proses hukumyang masuk ke meja PresidenSusilo Bambang Yudhoyono(SBY). “Kami juga menginginkankemudahan proses penyelidi-kan dan penyidikan tersebuttidak disalahgunakan,” kataDipo kepada wartawan, Jumat28 September lalu.

Mantan Ketua Dewan Maha-siswa ITB ini tentu tidak sedangbercanda. Dia malah mengelarjumpa pers di kantornya, JalanVeteran No. 17 Jakarta 10110.Sejumlah wartawan dari berb-agai media menyambangi kan-tor tersebut. Dalam pertemuanitu, Sekretaris Kabinet, DipoAlam mengaku menyambut baikputusan Mahkamah Konstitusi(MK) yang mencabut aturanmengenai pemeriksaan kepaladaerah yang tersandung kasushukum harus mendapatkan izinPresiden.

Menurut Dipo, persetujuantertulis dari Presiden untuk me-meriksa pejabat negara sudahsejak era Orde Baru (Orba), te-lah tercantum dalam Undang-Undang Nomor: 5/1974 TentangPemerintah Daerah. Namun,sambungnya, sejak Oktober2004, Presiden SBY telah men-geluarkan 176 izin pemeriksaanterhadap para pejabat negara.“Rinciannya, 74,43 persen ter-kait kasus korupsi, 5,11 persenmerugikan negara. Sisanya, ka-sus seperti penggelapan, peni-puan, penganiayaan, pemalsu-an surat, pencemaran namabaik, hingga perjudian,” ungkap

KORUPTOR DI BAWAHLINDUNGAN BERINGIN

Dipo di kantornya.Nah, 176 izin tertulis untuk

penyelidikan pejabat negara inidiajukan oleh Kejaksaan Agung(82 permohonan); Kepolisian RI(93 permohonan); dan Koman-dan Puspom (1 permohonan).“Ini bukan untuk membuka aiborang. Tapi mari kita sama-samamengawal anggaran,” ajak Dipo.

Pejabat yang tersandungkasus hukum diantaranya, Bu-pati/Walikota sebanyak 103 izinatau 58,521 persen. Wakil Bu-pati/Wakil Walikota, 31 izin(17,61 persen); anggota MPR/DPR 24 izin (13,63 persen); Gu-bernur 12 izin (6,81 persen);Wakil Gubernur 3 izin (1,70 per-sen); anggota DPD 2 izin (1,13persen); dan Hakim MK 1 izin(0,56 persen).

Tak hanya itu, berdasarkanlatar belakang pejabat tersebut,sebut Dipo, Partai Golkar bera-da pada peringkat pertamayaitu sebanyak 64 orang (36,36persen). Disusul PDIP 32 orang(18,18 persen); Partai Demokrat20 orang (11,36 persen); PPP 17orang (3,97 persen); PKB 9 or-ang (5,11 persen); PAN 7 orang(3,97 persen); PKS 4 orang (2,27persen); PBB 2 orang (1,14 per-sen); dan PNI Marhaen, PPD,PKPI, Partai Aceh masing-mas-ing 1 orang (0,56 persen). Se-dangkan, Birokrat/TNI 6 orang(3,40 persen); Independen/nonpartai 8 orang (4,54 persen);serta gabungan partai 3 orang(1,70 persen). “Ini karena tugas

kami sudah selesai. Jadi ini kon-teksnya dalam hal putusan MKjadi konpers ini,” ujar Dipo.

Selain itu, berdasarkan latarbelakang partai politik terhadapizin pemeriksaan anggota DPRDProvinsi yang diberikan MenteriDalam Negeri (Mendagri) ad-alah: Partai Golkar 149 (34,57persen); PDI Perjuangan 106(24,59 persen); PPP 40 (9,28persen); PAN 23 (5,34 persen);Demokrat 17 (3,94 persen); PKB16 (3,71 persen); PKS 10 (2,32persen); PBB 8 (1,66 persen);PDS 7 (1,62 persen); dan PBD 6(1,39 persen).

Dan berdasarkan latar bela-kang partai politik yang izin pe-meriksaan tertulisnya dikeluar-kan Gubernur atas namaMendagri adalah: Partai Golkar146 (27,05 persen); PDI Perjua-ngan 74 (14,43 persen); PartaiDemokrat 63 (11,56 persen);PPP 39 (7,08 persen); PKB 30(5,59 persen); PAN 28 (5,22 per-sen); Partai Hanura 28 (5,22 per-sen); PKS 27 (5,03 persen); PBB26 (4,85 persen); dan Gerindra19 (3,54 persen).

Tak hanya Dipo, IndonesiaCorruption Watch (ICW) jugamenyampaikan hal yang sama.Menurut ICW, sepanjang tahun2012, terdapat 44 kader partaipolitik yang terjerat kasus ko-rupsi. “Sebanyak 21 orang ad-alah kalangan maupun mantananggota DPR RI dan DPRD. Si-sanya, 21 adalah kepala daerahmaupun mantan kepala daerah,

dan dua pengurus partai,” sebutTama S Langkun, peneliti dariDivisi Investigasi ICW dalamjumpa pers di Jakarta Selatan,Kamis dua pekan lalu.

Menurut dia, dari jumlah itu,kader Partai Golkar tercatat pal-ing banyak terjerat kasus korup-si. Hal ini diungkapkan Indone-sia Corruption Watch (ICW) darihasil pemaparan dan peman-tauan tren korupsi tahun 2012,pada Semester I (1 Januari hing-ga 31 Juli 2012). “Menurut ICWada 13 kader Partai Golkar yangtersangkut kasus korupsi. Inilebih tinggi dari jumlah parpollainnya,” ujarnya.

“Sekarang bicara soalkecenderungan, sebetulnya inibicara partai mana yang men-guasai. Kenapa Partai Golkar?Karena partai ini sudah cukuplama berkuasa. Jadi kalau bic-ara soal kepala daerah, masihmayoritas dari Golkar. Ada jugayang kepala daerahnya dariPDIP, begitu juga dengan ang-gota DPRD-nya. Makin banyakpartai tersebut menguasai kepa-la daerah dan DPRD, makakecenderungan tadi ada. Ituyang kita lihat,” sambung TamaS Langkun.

Ibarat saudara kembar, Par-tai Golkar tentu tidak sendirian,setelah itu menyusul PartaiDemokrat dengan jumlah kaderyang terlibat korupsi sebanyakdelapan orang. Begitupun PDIPdengan tujuh kader yang terli-bat. Selanjutnya, Partai AmanatNasional (PAN) berada diurutankeempat, dengan jumlah ter-sangka enam orang, dan PKBterdapat tiga orang kader yangmenjadi tersangka. “Untuk Par-tai PKS, Gerindra dan PPP mas-ing-masing terdapat dua kaderyang terlibat korupsi,” sebut dia.

Peneliti dari Divisi Investiga-si ICW itu menyebutkan, sebagi-an besar pihak yang terjerat ka-sus korupsi itu merupakan man-tan kepala daerah. “Makanyabeberapa yang kita klarifikasi,ada yang kepala daerah danmantan kepala daerah. Anggo-ta DPRD dan mantan anggota.Kasus korupsi biasanya terjadiketika mereka menjabat,” un-gkap Tama.

Penyebab kader parpolmelakukan korupsi, lanjut Tama,dipengaruhi oleh besarnya bi-aya kampanye selama ini. Kare-na itu, kata dia, ICW tidak per-nah berhenti menyuarakanpada parpol untuk mengubahsistem kampanye maupun pem-biayaan partai yang pada ujung-nya menguras uang kadernya.

Ternyata, nilai tersebut men-imbulkan reaksi dikalangankader Partai Golongan Karya.Pasalnya, partai berlambangpohon beringin tersebut ditem-patkan diurutan pertama se-bagai partai terkorup di nusant-ara. Reaksi tersebut datang da-tang dari Wakil Sekretaris Jen-deral Partai Golongan Karya(Golkar), Nurul Arifin. Menurutdia, pernyataan Dipo Alam ten-densius, provokatif dan men-gadu domba.

Kata Nurul, kepala dan bi-rokrat merupakan bagian daripemerintah dan mereka adalahpejabat negara. “Ketika merekadilantik, maka atribut keparta-ian yang melekat pada dirinyasudah ditanggalkan dan mere-ka menjadi bagian dari pemer-

intahan,” kata artis cantik ini.Itu sebabnya, kata Nurul, jika

organ pemerintah tersebutmelakukan tindak korupsi makayang harus dipertanyakan ad-alah kemampuan leadership daripemimpinnya yang tidak dapatmengendalikan perilaku korup-tif tersebut. “Ini bukti ketidak-mampuan pemerintah menga-wasi aparat di bawahnya. DipoAlam adalah bagian dari pemer-intah dan merupakan pejabatnegara yang seharusnya melakukan koreksi terhadapkasus-kasus tersebut. Bukanhanya cari panggung denganmenjual isu yang belum jelasperkaranya,” timpal Nurul.

Selain itu, sambungnya, par-tai tidak ada urusannya denganperkara-perkara korupsi yangterjadi di lingkup pejabat nega-ra tersebut. “Dipo Alam tidakperlu membawa-bawa partai.Tanyakan saja kepada pemer-intah mengapa mereka tidaksanggup mengendalikan per-ilaku korup aparat di bawah-nya,” kata dia.

Menurut politisi Partai Golkarini, isu itu dimunculkan agar pub-lik beralih perhatian dari kasus-kasus besar yang saat ini se-dang ditangani Komisi Pember-antasan Korupsi (KPK) dan jugauntuk meraih simpati publik.“Apakah yang disebut Dipo itubaru penyidikan, penyelidikanatau sudah vonis, itupun tidakjelas. Bagaimana menjustifikasibahwa itu korupsi, apakahsudah sesuai dengan keputusanpengadilan yang berkekuatanhukum tetap, atau justifikasi dariDipo saja,” katanya mempertan-yakan.

Apa urgensinya Dipo berbi-cara perkara yang bukan tugaspokok fungsi (tupoksi) atauwilayahnya?. “Hal inipun tidaketis. Hendaknya ini menjadi we-wenang Kemendagri (Kement-erian Dalam Negeri). Merekatidak pernah menyinggung soalpartai menyangkut kepala daer-ah dan birokrat yang korup,”ungkap Nurul Arifin.

Karena itu, Nurul menyaran-kan Dipo sebaiknya lebih hati-hati membuat statement. “Ibar-at menepuk air di dulang, makaterpercik muka sendiri,” kataNurul yang juga Anggota Komi-si II DPR itu.

Ketua DPP Partai DemokratBidang Komunikasi dan Informa-si, Ruhut Sitompul, menilai, kriti-kan yang dilontarkan kader-kader Partai Golkar terkait pern-yataan Dipo, memperlihatkanadanya kepanikan dari partaiberlambang pohon beringintersebut. “Tidak perlu kebaka-ran jenggot seperti itu dan yangmerasa kebakaran jenggot den-gan statement Pak Dipo cepat-cepat dipotong jenggotnya biartidak kebakaran,” kata Ruhut,akhir September lalu.

Menurut Ruhut, apa yang dis-ampaikan Dipo Alam 100 persenbenar dan tidak ada yang dibuat-buat. “Sebagai partai politik, se-harusnya tidak perlu merasatakut menghadapi itu. Justrukader bermasalah harus segeradibersihkan, agar tidak mengo-tori partai, seperti yang dilaku-kan Partai Demokrat,” ujar dia.

Inikah yang disebut korup-tor berlindungan di bawah po-hon beringin? Hanya merekalahyang bisa menjawabnya.***

E

Page 15: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012Hukum 15

YARIDIN YAHYA sum-ringah. Namun, mantankombantan ini tetap sajaenggan bicara. Saat Ma-

jelis Hakim Pengadilan Negeri(PN) Lhokseumawe menjatuh-kan vonis bebas terhadap diri-nya. Adik almarhum RahmanPaloh (mantan kombantanGAM) itu justeru menangga-pinya dengan dingin.

Untuk sementara, Senin pe-kan lalu, memang menjadi hariakhir bagi Syaridin Yahya untukberurusan dengan hukum. Initerkait dakwaan Jaksa PenuntutUmum (JPU) Vendrio ArthalezaSH dan Rista Zulibar PA SH dariKejaksaan Negeri (Kejari) Lhok-seumawe. Syaridin didakwa te-lah melakukan penipuan, terkaitpembebasan lahan di BlangPanyang, Kecamatan MuaraSatu, Kota Lhokseumawe. Itusebabnya, dia dituntut 18 bulanpenjara.

Mantan anggota DPRK Lhok-seumawe ini dijerat JPU melang-gar Pasal 378 dan Pasal 372.Begitupun, setelah melalui pro-ses persidangan yang panjangdan melelahkan, Syaridin akhir-nya dinyatakan tidak bersalahdan bebas demi hukum. “Kamipikir-pikir Pak Hakim,” begitukata JPU, Vendrio Arthaleza SHsaat diminta tanggapannya olehmajelis hakim.

Walau tak luput dari per-hatian media. Proses persidan-gan Syaridin Yahya, Senin pekanlalu, tetap saja terkesan adem.Entah ada alasan apa dibaliksemua itu. Yang pasti, namaSyaridin tidak tertera pada pa-pan pengumuman yang terda-pat di dalam Gedung Penga-dilan Negeri Lhokseumawe.Hari itu, hanya tertulis tiga namayang akan menjalani persida-ngan. Tetapi, tak ada namaSyaridin bin Yahya di dalamnya.

Nah, setelah menunggu se-kitar satu jam lebih, akhirnyaSyaridin Yahya terlihat memasu-ki Gedung PN Lhokseumawe.Dia ditemani dua pengacaradan rekannya. Beberapa menitkemudian, sidang putusan ka-sus dugaan penipuan danpenggelapan lahan Blang Pa-nyang, digelar. Beberapa saksikorban tampak hadir dan ikutmenyaksikan.

Sekedar mengulang. Tahun2007 silam, Pemerintah KotaLhokseumawe melakukanupaya pembebasan tanah diDesa Blang Panyang, Kecama-tan Satu, Kota Lhokseumawe.Tanah tersebut rencananya dipe-runtukkan bagi pembangunan

HOREEE, SYARIDIN DIVONIS BEBAS!Rumah Sakit Umum Daerah ber-taraf internasional dengan men-gandeng Korea Selatan.

Saat itu Walikota Lhokseu-mawe Munir Usman membentuktim sembilan. Nah, tim inilahyang kemudian mengajukanharga tanah Rp 20.000,- permeter. Menurut mereka saat itu,harga tersebut sudah sesuaidengan Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP), harga pasaran dan har-ga yang ditawarkan penduduksetempat.

Setelah kasus tersebut men-cuat kepermukaan, anggotaDPRK Lhokseumawe SyaridinYahya kemudian ditetapkan se-bagai tersangka atas dugaanpenggelapan sisa ganti rugi la-han Blang Panyang. Saat itu iamengaku, uang dua miliar rupi-ah sebagai fee untuk dirinya se-laku pemegang surat kuasa.

Ketika masih berstatus ter-sangka, kepada tim penyidikdari Polres Lhokseumawe, Syari-din Yahya mengakui menerimadana empat miliar rupiah dariPemko Lhokseumawe untukganti rugi pembebasan 20 hek-tar lahan. Tapi, Syaridin hanyamembayar Rp 10.000,- permeter atau dua miliar rupiah un-tuk 20 hektar lahan kepada pe-milik tanah.

Lalu, Kejaksaan Negeri Lhok-seumawe mendakwa SyaridinYahya melanggar pasal 378 ataupasal 372 KUHP karena melaku-kan penggelapan dan penipuanuang sisa ganti rugi lahan diDesa Blang Panyang. Kemudian,Senin, 17 September lalu, JaksaPenuntut Umum (JPU) KejariLhokseumawe menuntut Syari-

din Yahya, anggota DPRK Lhok-seumawe yang menjadi terdak-wa dalam kasus dugaan peni-puan dan pembebasan lahanBlang Panyang dengan huku-man 18 bulan penjara. Tuntutanitu dibacakan JPU, VendrioArthaleza SH dalam sidang lan-jutan kasus tersebut di Penga-dilan Negeri (PN) Lhokseu-mawe.

Dalam tuntutannya, JPU men-yatakan, saksi dalam berita Ac-ara Pemeriksaan (BAP) kasusdugaan penipuan dan pembe-basan lahan Blang Panyang ada

31 orang. Tapi, lima di antara-nyatak hadir. Selain itu, JPU menye-butkan proses awal pembebasanlahan Blang Panyang dilakukanPemko Lhokseumawe.

Saat membacakan materituntutan, JPU menyebutkan,karena harga tanah yang diba-yar terdakwa tak sesuai hargayang dibayar Pemko, kemudianwarga melaporkan kasus ini kePolres Lhokseumawe. JPU kemu-dian meminta hakim menjatuh-kan hukuman 18 bulan penjarakepada Syaridin dengan perin-tah ditahan, karena melanggarPasal 372 KUHP tentang peng-gelapan.

Namun, pada sidang pledoi(pembelaan) yang digelar set-elah sidang tuntutan, SyaridinYahya, melalui kuasa hukumnyaMulyadi menyatakan, tidak sep-akat dengan uraian JPU. Sebab,menurut kuasa hukumnya ura-ian hukum mengenai dakwaantelah melanggar Pasal 372 KUHPtidak lengkap di uraikan olehjaksa penuntut umum dalamperkara ini.

“Jaksa terkesan tidak meng-gunakan fakta yang sebenarn-ya terungkap dalam persidan-gan,” kata Mulyadi saat pem-bacaan pledoi. Selain itu, ber-

dasarkan analisa hukum menu-rut pengacaranya, Syaridintidak terbukti secara sah danmeyakinkan telah melanggarPasal 372 KUHP dan memintakliennya di bebaskan.

Entah sependapat dengankuasa hukum terdakwa, MajelisHakim PN Lhokseumawe, In-rawaldi SH (ketua) dan AzhariSH serta M Jamil SH (anggota),Senin pekan lalu, memvonis be-bas Syaridin Yahya. Majelis ber-pendapat. Syaridin tak terbuktisecara sah dan menyakinkanmelakukan tindak pidana sep-

erti didakwakan JPU. Karena ituhakim membebaskan Syaridindari segala tuntutan hukum danmemulihkan haknya dalam ke-mampuan, kedudukan, harkatdan martabatnya.

Usai sidang, media ini mene-mui Ibrahim Idris, saksi korbanlahan Blang Panyang, yang ha-dir ikut menghadiri sidang pu-tusan hari itu. “Menurut sayatidak cocok kalau (SyaridinYahya-red) dibebaskan, kecualibaru bisa dibebaskan kalausudah dibayar tanah saya,” kat-anya. Dia juga mengungkapkanputusan itu tak patut. “Seharus-nya diganti dulu kerugian kami,”ujar Ibrahim.

Lantas, apa kata aktivitis an-tikorupsi? LSM MasyarakatTransparansi Aceh (MaTA),dalam siaran persnya, 9 Okto-ber 2012 lalu, menyatakan de-sakan terhadap Kejari Lhokseu-mawe. “Harus segera lakukankasasi ke Mahkamah Agung,”kata Baihaqi, Koordinator BidangAdvokasi Korupsi MaTA. Diajuga menuding, PN Lhokseu-mawe saat ini sudah menjadi“sarangnya” vonis bebas.

Tak hanya itu, Baihaqi jugamenyebutkan. “Vonis bebasyang di jatuhkan kepada Syari-

Syaridin Yahya divonis bebas Majelis Hakim PNLhokseumawe. Pemilik lahan menilai tidakpatut. Aktivis LSM desak Kejari lakukan kasasi.

din Yahya oleh Majelis HakimPengadilan Negeri (PN) Lhokse-umawe, merupakan bentukpelecehan terhadap hukum danrasa keadilan masyarakat,” kataBaihaqi. Putusan ini sebutnya,sekaligus menjadi daftar hitampenegakkan hukum di Lhokse-umawe.

“Putusan ini telah menambahdaftar hitam penegakan hukumdi Kota Lhokseumawe. Dan, se-bagai bentuk mengeleminir ker-ja-kerja Kejaksaan Negeri (Ke-jari) Lhokseumawe dalam mela-kukan pengungkapan kasus

tersebut,” jelas Baihaqi. Diamenduga, putusan tersebutmerupakan suatu bentuk tran-saksional yang di lakukanoknum di PN Lhokseumawe.“Kredibilitas serta integritashakim yang menjatuhkan vonisterhadap Syaridin Yahya patut dipertanyakan,” kritik Baihaqi.

Tentu, LSM MaTA tak asaltuding. Sebab, berdasarkancatatan mereka, PN Lhokseu-mawe sudah berulang kali men-jatuhkan vonis bebas terhadapterdakwa. Misalnya, vonis bebaskasus Kasbon APBD Lhokseu-mawe dengan terdakwaMahyeddin Saad,SH. Kasusdana perjalanan dinas anggotadewan dengan terdakwa RamliAziz, SH dan kasus dana Pemer-intah Kabupaten Aceh Utarayang bobol di Bank Aceh Lhok-seumawe dengan terdakwaHeri Kurnia.

“Dengan dijatuhkannya vo-nis bebas terhadap SyaridinYahya semakin mengikis rasakepercayaan masyarakat ter-hadap institusi penegak hukumkhususnya PN Lhokseumawe,”ujar Baihaqi. Untuk itu, MaTAberharap masyarakat lebih ber-hati-hati ketika berhubungandengan PN Lhokseumawe.***

■ Reporter Hasnul Yunus

S

PN Lhokseumawe

Syaridin Yahya Mendengar Penjelasan Majelis Hakim. ■ MODUS ACEH /Hasnul Yunus

Page 16: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 201216 Parlementaria

impinan Dewan PerwakilanRakyat Aceh (DPRA) AmirHelmi, SH sumringah saat mene-rima Rancangan Qanun (Raqan)

Aceh tentang Rencana PembangunanJangka Panjang (RPJP) Aceh tahun 2005-2025, Selasa, 9 Oktober lalu.

Penyerahan Raqan RPJP Aceh ini un-tuk yang pertama dari 21 rancangan qa-nun prioritas tahun ini. Dan, diserahkanKetua Panitia Khusus (Pansus III) DPRAceh Ir. Sanusi, didampingi Wakil KetuaPansus Erly Hasyim, SH., S. Ag, di ruangkerja Pimpinan DPR Aceh Amir Helmi,Jalan Tengku Daud Beureueh, BandaAceh, Selasa siang pekan lalu.

Hari itu, Amir Helmi menyampaikanapresiasi terhadap keseriusan Pansus III.Itu sebabnya, setelah dia menerimaraqan dimaksud, kader Partai Demokrat(PD) ini mengaku akan segera duduk se-meja dengan pimpinan DPR Aceh lain-nya yaitu, Hasbi Abdullah dan SulaimanAbda. “Saya akan duduk dulu denganpimpinan,” kata wakil rakyat Aceh dariDaerah Pemilihan (Dapil I) Banda Aceh,Aceh Besar, dan Kota Sabang, Kamis pe-kan lalu.

Begitupun, Amir Helmi mengakumasih menunggu satu atau dua raqanlagi. Nah, setelah ada dua atau tiga raqan,pimpinan DPR Aceh akan menjadwalkanSidang Paripurna Raqan 2012. “Baru satudan kita sedang tunggu satu atau dua

Nilai PDRB Aceh selama 2005-2009 mengalamiperkembangan kurang menggembirakan. Setelahdisahkan raqan RPJP Aceh, Pansus III DPR Aceh ber-harap fokus awal eksekutif pada sektor pertanian danperkebunan.

raqan lagi untuk dibawa ke paripurna,”jelas Amir Helmi.

Ketua Pansus III DPR Aceh Ir. Sanusimengatakan, setelah qanun RPJP Acehdisahkan, Pansus III DPR Aceh berharapagar eksekutif memfokuskan diri untukdilaksanakan program peningkatan danpemberdayaan pertanian dan perke-bunan.

Menurut Ketua Komisi C DPR Aceh Ir.Sanusi, perhatian Pemerintah Aceh ter-hadap dua sektor dimaksud sangat di-harapkan masyarakat saat ini. Alasannya,sektor pertanian dan perkebunan dapatmenumbuhkan perekonomian masya-rakat Aceh dari kalangan bawah ke atas.“Bila dua sektor itu menjadi fokus utamadari implementasi Qanun RPJP Aceh,maka dampak utama adalah masya-rakatkalangan bawah,” sebut kader PartaiAceh (PA) ini.

Tak hanya itu, sesuai data yang dipe-lajari Pansus III DPR Aceh, selama limatahun (2005-2009), nilai Product Domes-tic Regional Bruto (PDRB) Aceh, dihitungatas harga konstan mengalami per-kembangan yang kurang menggembira-kan. Sebab, paska tsunami, ekonomi Acehsempat terpuruk sampai pada tingkatsangat memprihatinkan. Sanusi mencon-tohkan, PDRB Aceh 2005 hanya menca-pai Rp 36,29 triliun atau turun 10,12 per-sen dari tahun sebelumnya. Kemudian,lima dari sembilan sektor ekonomi yangmembentuk struktur PDRB mengalamikontraksi yang besar, yaitu pertanian tu-run 3,89 persen, pertambangan danpenggalian turun tajam sampai 22,62

persen.Tak hanya itu, kondisi yang sama juga

dialami industri pengolahan jatuh 22,30persen, konstruksi 16,14 persen sertasektor jasa 9,53 persen. “Atas harga kons-tan PDRB Aceh selama lima tahun kurangmenggembirakan,” ujar Sanusi.

Kemudian, perkembangan nilai PDRBAceh dalam lima tahun terakhir, secaraberturut-turut pada 2005 sebesar Rp36.29 triliun, 2006 Rp 36.85 triliun, 2007Rp 35.98 triliun, 2008 Rp 34.09 triliun, dan2009 32.18 triliun. Lalu, pertumbuhanekonomi Aceh berdasarkan persentasepertumbuhan PDRB dengan Minyak danGas Bumi (Migas) pada 2005 berkisar10,12 persen. Tahun 2006, 1,56 persen,2007, 2,36 persen, 2008, 5,27 persen, danpada tahun 2009, 4,20 persen. “Semakinmenurunnya pertumbuhan ekonomi Acehselama kurun waktu tersebut, terutamaakibat menurunnya konstribusi sub sek-tor Migas,” jelasnya, Kamis lalu.

Karena itu, meskipun pertumbuhanekonomi Aceh hampir 30 tahun didomi-nasi sub sektor Migas, namun untuk ta-hap awal menjalankan RPJP Aceh dalammensejahterakan masyarakat, harus di-gerakkan dari sektor pertanian danperkebunan, sambil Pemerintah Acehmenyiapkan Sumber Daya Manusia(SDM) di masa datang.

Menurut wakil rakyat dari Aceh Jaya,Aceh Barat, dan Nagan Raya (Dapil III)tersebut, bila berpedoman pada pe-ngambilan minyak dan pertambangan diAceh, Sanusi khawatir rakyat kalanganbawah tidak dapat disejahterakan.

Itu sebabnya, Qanun RPJP Aceh yangtelah diserahkan kepada pimpinan DPRAceh, Amir Helmi tadi, diharapkan dapatmenjadi pondasi dalam membangunAceh selama 20 tahun mendatang.

Pembangunan yang dirumuskandalam RPJP Aceh tidak hanya pada sek-tor pertanian dan perkebunan, tapi Qa-

nun RPJP Aceh yang akan disinergikandengan Rancangan Pembangunan Jang-ka Menegah RPJM) Aceh. cakupannyaadalah, sektor pembangunan BandaraInternasional, pelabuhan yang layak, danpembangunan infrastruktur lainnya.

Karena itu, Ir. Sanusi berharap agarRaqan RPJP Aceh itu segera dibawa kesidang paripurna untuk disahkan, agarapa yang menjadi harapan rakyat dapattercapai melalui Qanun RPJP Aceh dimak-sud. Semoga!***

■ Reporter Juli Saidi

P

Pansus III DPRA Serahkan Raqan RPJP Aceh

MENATA PEMBANGUNAN ACEH 2025

■ HUMAS DPR ACEH

Pelindung/Penasehat:Drs. Hasbi Abdullah, M. Si,Amir Helmi, SH, Drs. H. SulaimanAbdaPenanggungjawab:H. Burhanuddin, SEKoordinator:Mahyar, SH. M.HumPengarah:Muhammad SalehPimpinan Redaksi:M. Y. Putra Utama, SH. MHWakil Pimpinan RedaksiMirzani, S. Kom,

Staf Redaksi:T. Ismediansyah, S.Sos, T. Fadhil,ST, Dewi Damayanti, Amd, StafMedia Center, dan WartawanMODUS ACEHAlamat Redaksi; Gedung DPRDProvinsi Aceh, Jl. Tgk. H.M. DaudBeureueh.

Informasi ini terlaksana atas kerjasamaTabloid Berita Mingguan Modus Acehdengan sekretariat DPR Aceh.

Page 17: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 17Iklan

Page 18: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 201218

Aspirasi Untuk Rakyat

ANYAK cara un-tuk bisa memban-tu rakyat. Selainmemperjuangkan

aspirasi dalam bentukprogram pembangunan,juga bisa bantuan lang-sung. Misalnya barangpecah belah atau alat ru-mah tangga.

Nah, hal itulah yang di-lakukan anggota DewanPerwakilan Rakyat Kota(DPRK) Banda Aceh, Zain-al Abidin. Lihat saja, Seninsore pekan lalu, wakilrakyat ini membagikanenam teratak plus 30 kur-si, 12 lusin piring, 13 lusingelas, 16 lusin sendokdan 13 buah belanga ke-pada 19 gampong yangada di dua kecamatan

Anggota DPRK Banda Aceh, Zainal Abidin menyalurkan dana as-pirasi dalam bentuk bantuan barang pecah belah. Menurut dia,itu lebih efektif.

yaitu, Syiah Kuala dan Keca-matan Ulee Kareng. Pembe-rian itu berlangsung di Gam-pong Meunasah KopelmaDarussalam, Kecamatan Syi-ah Kuala, Banda Aceh.

Sebelumnya, dia juga te-lah membagikan 700 kainsarung kepada masyarakatdi dua kecamatan tadi. Itudilakukan pada bulan Ra-madhan lalu. Sumbernyadari dana aspirasi tahun ang-garan 2012. Maklum, setiapanggota DPRK Banda Acehmendapat Rp 250 juta danauntuk konsituen dimaksud.“Dana aspirasi itu saya plot-kan pada tahun 2012 untukpengadaan barang dan akansaya bagikan ke 19 gam-pong untuk dua kecamatantersebut,” katanya kepadamedia ini, Senin sore pekanlalu.

Menurut Zainal, untuk

teratak, masing-masing keca-matan mendapat tiga teratakplus 30 kursi. “Untuk Keca-matan Syiah Kuala tiga ter-atak, untuk Kecamatan UleeKareng tiga teratak,” rincin-ya. Sementara, bagi gam-pong yang tidak mendapat-kan teratak, akan mendapat-kan piring 12 lusin, 13 lusingelas, 16 lusin sendok serta13 belangga.

Ketua Komisi B DPRK Ban-da Aceh ini menjelaskan, se-mua gampong yang ber-mukim di Kecamatan SyiahKuala dan Kecamatan UleeKareng akan mendapatkanbantuan tersebut. “Semuaakan mendapatkan kue aspi-rasi itu,” kata Zainal Abidinyang berasal dari DaerahPemilihan (Dapil III) Kecama-tan Syiah Kuala dan Kecama-tan Ulee Kareng.

Karena itu, lanjut dia, se-

andainya dana aspirasi terse-but digunakan untuk pemba-gunan fisik, mungkin akanmendapatkan satu atau duagampong. Sedangkan jumlahdananya sangat terbatas han-ya Rp 250 juta. “Karena itukami gunakan dana tersebutuntuk pengadaan barang-barang supaya dapat kitabagikan untuk 19 gampongyang ada di dalam keduakecamatan tersebut,” ujaranggota dewan dari FraksiPartai Aceh ini. Inisiatif itu,kata Zainal, datang dari di-rinya. “Ini merupakan inisia-tif saya sendiri”. Karena itu,dia berharap penyerahanbarang ini dapat diper-gunakan untuk acaraperkawinan dan kematianpada dua kecamatan ini.

Begitupun sebutnya,dalam beberapa pertemuanyang telah dilakukan,masyarakat mengadukankeluhan yang selama ini di-alami. Salah satunya men-genai alat pengeras suara(wairless) dan kompor gas.

“Itu permintaan masya-rakat,” jelasnya. Sebab,masyarakat membutuh-kan barang-barang seper-ti ini. “Insaya Allah akankita perjuangkan nantipada tahun anggaran2013,” janjinya. Untuk itu,dia berharap kepadamasyarakat agar barangtersebut dijaga dan dira-wat dengan baik, supayadapat dipergunakan padaacara yang sangat mem-butuhkan. Semoga.***

Zainal Abidin

■ M

OD

US

AC

EH

/M

asriz

alB■ Reporter Masrizal

Parlementaria DPRK Banda Aceh

Page 19: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 19Reportase

OHON hitam se-perti bekas diba-kar masih berdiritegak di atas rum-

put yang hangus dan mulaijadi abu. Sesekali, desiranangin sepoi, ikut menebarhawa tak sedap. Walau taksampai menusuk hidung,asapnya ikut membuat mataperih.

Jika salah melangkah,bukan tak mungkin kakiakan terperosok sampai lu-tut. Maklum, berjalan di ar-eal tersebut, memang butuhekstra hati-hati, terutamasaat memasuki areal hutangambut di Rawa Tripa, DesaPulo Kruet, Kecamatan DarulMakmur, Kabupaten NaganRaya.

Sejak beberapa bulanlalu, kawasan ini terlanjurjadi buah bibir. Itu disebab-kan adanya perseteruanantara aktivis lingkunganhidup, terutama dari Waha-na Lingkungan Hidup Indo-nesia (Walhi) Aceh dengan

PEMERINTAH Indonesia dan Norwegia ternyata menjalin kerjasama dankesepakatan melalui Program REDD dari tahun 2010 sampai 2013. Tak kurang,satu miliar dolar digelontorkan untuk proyek ini. Termasuk penangananmasalah hukum di Rawa Tripa. Konflik penguasaan lahan kemudian terbungkusdengan isu kerusakan lingkungan. Diduga, banyak pihak ingin menguasai arealtersebut. Sebab, selain tanahnya subur, diduga terdapat kandungan minyakdan gas alam.

Nah, bagaimana sesungguhnya kondisi Rawa Tripa yang hingga kini masihmenyisahkan konflik dan polemik antara PT Kallista Alam dengan aktivislingkungan hidup, terutama Walhi Aceh? Benarkah ada sesuatu yang dipere-butkan? Wartawan MODUS ACEH Juli Saidi dan Masrizal, dua pekan lalu me-nelusuri kawasan itu. Berikut laporannya.

pemilik lahan, PT Kallista Alam.Persoalan yang hingga kini

belum usai adalah, soal dugaankerusakan lingkungan (hutan)serta klaim sebagai kawasanhutan lindung. Diperkirakan,ada sekitar 517 hektar lahanyang terbakar. Akibatnya, nega-ra ditaksir mengalami kerugiansekitar Rp 7,5 miliar.

Karena alasan itu pula, Sela-sa dua pekan lalu, media ini me-nelusuri langsung areal dimak-sud. Hasilnya, ditemukan sejum-lah titik api. “Telah terjadi ke-bakaran di areal PT. SPS-II padatanggal 19-21 Maret 2012,” be-gitu sepenggal laporan yang dit-ulis Direktur Pasca Panen danPembinaan Usaha, Dr. Ir. Hen-dradjat Natawadjaja, dalam su-rat yang ditujukan kepadaDirektur Pembangunan Ekonomidan Lingkungan Hidup-Direk-torat Jenderal Multilateral Ke-menterian Luar Negeri RI, 24 Julilalu.

Dari salinan surat yangdiperoleh media ini mengung-kapkan. Laporan tadi disampai-

kan Kepala Kebun PT. SuryaPanen Subur (SPS-II) kepadaKementerian Pertanian-Direk-torat Jenderal Perkebunan, 24Juli 2012. Isianya, ada terjadikebakaran hutan gambut RawaTripa, 19-21 Maret 2012. Begi-tupun, laporan sepihak dari PTSPS-II ini tak menyebutkan se-cara pasti, siapa pelaku pem-bakaran. Namun, ada dugaan,praktik tak sehat ini dilakukan PTKallista Alam.

Merasa ditohok sepihak, PT.Kallista Alam (PT. KA) kemudianmembuat laporan serupa kepa-da Kementerian Pertanian Direk-torat Jenderal Perkebunan, 23Maret 2012 lalu. Isinya, juga me-laporkan telah terjadi kebaka-ran seluas lima hektar di JalurBlok A-2. Penyebabnya, karenapercikan api yang diduga beras-al dari PT. SPS-II dan lahanmasyarakat setempat.

Saling tuding, itulah yang kinimengemuka. Itu sebabnya, me-dia ini memantau langsung kelokasi, Selasa dua pekan lalu.Hasilnya, memang ada bekas

kebakaran. Buktinya, beberapapohon ukuran besar yang masihmenyimpan api alias terbakar disana. Lokasinya, persis di towerpemantau api milik PT. KA diJalur Blok A-2, yang berbatasandengan lahan masyarakat danlahan PT. SPS-II.

Entah karena alasan kebaka-ran itulah, Direktur EksekutifWahana Lingkungan Hidup In-donesia (Walhi) Aceh TM Zu-lfikar mengklaim. Populasi orangutan Sumatara (Pongo Abelii) dikawasan Rawa Tripa NagaRaya, setiap tahun jumlahnyamenurun. Bayangkan, kini ting-gal 280 ekor dari 6.000 ekordata tahun 1999,” sebut Zulfikar.

Zulfikar menduga, salah satupenyebab orang utan punah,karena pembakaran hutan danpembukaan lahan. Namun, saattim Direktorat Jenderal Perke-bunan turun ke lokasi, merekamengaku tidak menemukanadanya populasi orang utan diareal PT. KA.

Ironisnya, Gubernur Aceh dr.Zaini Abdullah, 27 September2012, mencabut surat izin Usa-ha Perkebunan Budidaya (IUP-B) PT. Kallista Alam seluas 1.605hektar. Surat Keputusan (SK)pencabutan produk PemerintahAceh itu bernomor: 525/BP2T/5078/2012. Kebijakan ini diter-bitkan, paska putusan Penga-dilan Tinggi Tata Usaha Negara(PTTUN) Sumatera Utara (Med-an), 30 Agustus 2012 lalu atasgugatan Walhi Aceh. Selain su-rat PTTUN Medan, doto ZainiAbdullah juga mengaku PT. KAbelum membangun plasma.

***

TAK ada yang luar biasa,saat kami menelusuri arealperkebunan sawit milik PT.KA. Selain batas kebun yangdibuat berupa galian paritselebar sekitar dua meter.Kecuali itu, masih terlihatadanya tumpukkan kayusetinggi sekitar dua meter-memanjang. Kayu yangsudah membusuk itu ditim-bun PT. KA di atas lahan sawitseluas 120 hektar dari 1. 605hektar yang telah dikeluar-kan izin Usaha PerkebunanBudidaya (IUP-B) oleh pe-merintah pusat tahun 1996silam dan diperpanjangkembali tanggal 25 Agustus2011 oleh Irwandi Yusuf, saatmenjabat sebagai GubernurAceh.

Celakanya, di antara tum-pukkan kayu (stecking) mil-ik PT. KA tadi, sudah ada tan-aman kelapa sawit. Satu mil-ik PT KA, sisanya milikmasyarakat. Diduga, adamasyarakat yang menanamkelapa sawit di Alue Raya,Kuala Seumanyam dan AlueKuyun serta Pulo Kruet, DarulMakmur, Kabupaten NaganRaya. Padahal, jarak keduatanaman kelapa sawit tadihanya sekitar 1,5 meter.“Yang satu milik masyarakatdan satu lagi milik kami,”jelas Sujandra, Estate Man-ager PT. Kalista Alam saatdikonfirmasi media ini diKantor PT. Kallista Alam, DesaSuak Bahong, Darul Makmur,Nagan Raya, Selasa siangdua pekan lalu.

Yang tak kalah menarik,

■ MODUS ACEH /MasrizalLahan masyarakat di perbatasan areal PT. Kallista Alam Nagan Raya.

P

Page 20: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 201220 Reportasepenanaman kelapa sawit wargatadi bukan tanpa sebab. Diduga,Dinas Perkebunan Nagan Rayatelah mengeluarkan izin fauna-flora kepada 82 kepala keluar-ga (KK) atau persetujuan bupatisetempat. Setiap KK mendapatlahan dua hektar. Ini berarti, to-tal seluruhnya 164 hektar. Pada-hal, di areal yang sama, BadanPertanahan Nasional (BPN)Kabupaten Aceh Barat, telahmegeluarkan izin lokasi kepadaPT. KA. Izin ini dikeluarkan mela-lui surat nomor: 404-21-5/SK/II/57/1996. “Di lahan PT. KA yangsudah digarap masyarakat jugatelah diberi izin fauna-frora olehDinas Perkebunan Nagan Rayauntuk 82 KK dan satu KK menda-pat dua hektar,” ungkap Sujan-dra.

Yang jadi soal adalah, benar-kah di areal tersebut ada lahangambut sedalam tiga meter?Amatan MODUS ACEH di loka-si, tidak ditemukan adanya la-han gambut setinggi tiga meterdi areal Rawa Tripa. Kalau punada, hanya memiliki kedalamansetara parit atau sekitar duasampai 2,5 meter.

Tak hanya itu, sinyalemententang keberadaan Pos TentaraNasional Indonesia (TNI) yangdiklaim sebagai pos keamananmilik PT KA, ternyata juga keliru.Sebab, menurut masyarakat se-tempat, pos itu ada justeru kare-na Desa Seumanyam, DarulMakmur, Nagan Raya dulunyamenjadi salah satu markas kom-batan Gerakan Aceh Merdeka(GAM). Itu sebabnya, saat awalpaska perjanjian damai antaraPemerintah Republik Indonesiadengan GAM, TNI berada disana dan melakukan pembinaankepada warga setempat.

Sebaliknya, saat ini memangada sejumlah anggota polisiyang menjadi tenaga keaman-

an di perkebunan tersebut. Ten-tu bisa dimaklumi, saat konfliklalu hampir seluruh daerah diAceh ada ditempatkan pos TNI.“Pos itu ada semasa konflik,sekarang pos dimaksud sudahdialihkan menjadi gedungsekolah untuk anak-anak desasetempat, termasuk anak-anakpekerja di PT. KA,” jelas Sujan-dra, Estate Manager PT. KalistaAlam.

Selain tak ada rawa dan posTNI, izin IUP-B 1996 kepada PT.KA yang dikeluarkan pemerin-tah setempat, arealnya juga be-rada di kawasan Areal Peng-gunaan Lain (APL). Kemudiankawasan budidaya non kehu-tanan di Kawasan EkosistemLeuser (KEL) dapat dikonversi-kan untuk tanaman perkebunan.

Nah, Surat Kementerian Per-tanian-Direktorat JenderalPerkebunan RI serta KeputusanMenteri Kehutanan Nomor: 190/

Kpts-II/2001, tanggal 29 Juni2001, tentang pengesahan ba-tas Kawasan Ekosisten Leuser(KEL) di Aceh seluas 2. 257. 577hektar menyebutkan, ada seki-tar 102.470 hektar di SuakaMargasatwa Rawa Singkil. Ke-cuali itu ada sekitar 602.582hektar di Taman Nasional Gu-nung Leuser, serta 29.090 hek-tar di Taman Buru (Lingga Isaq).Termasuk Hutan Lindung,941.713 hektar, Hutan ProduksiTerbatas dan 8.066 hektar Hu-tan Produksi Tetap seluas245.676 hektar.

Bisa jadi, karena bersentuhandengan isu KEL, kasus Rawa Tri-pa tak hanya menyedot per-hatian Gubernur Aceh dr. ZainiAbdullah dan media lokal, tapisudah kadung menjadi per-hatian media dunia. Sebut sajaKBRI Camberra, KJRI Sydney,KJRI Vancouver, dan KJRI NewYork. Beberapa media luar

negeri itu sempat melayangkansurat konfirmasi kepada Direk-torat Jenderal Multilateral Ke-menterian Luar Negeri RI, 16April 2012 lalu.

***ISU punahnya orang utan

dan rusaknya lingkungan tentumembuat dunia internasionalmeradang. Sebab, PemerintahIndonesia rupanya pernahmembuat kesepakatan kerjasama dengan Norwagia. Itu ter-jadi sejak tahun 2010 sampai2013 mendatang. Nilai kontrakyang disepakati antara duanegara ini sebesar USD 1 atausama dengan Rp 9 triliun lebih.

Nah, dari hasil riset media inimenunjukkan, kerjasama di-maksud dalam bentuk programUnit Nation Reducing EmissionsFrom Deforestation And ForestDegradation (UN-REDD). Kare-na itulah, ada dugaan salah satuproyek yang dianggarkan dari

kerjasama itu adalah penang-ganan hukum di hutan gambutTripa, Nagan Raya.

Kuasa hukum Walhi Aceh,Kamaruddin usai persidangangugatan Walhi Aceh terhadapGubernur Aceh (saat dijabat Ir-wandi Yusuf) mengakui hal itu.Katanya, Izin Usaha PerkebunanBudidaya (IUP-B) kepada PTKallista Alam seluas 1.605 hek-tar melalui surat nomor: 525/BP2T/5322/2011, 25 Agustus2011, melanggar hukum. Ma-kanya, mereka mengajukangugatan ke PTUN Banda Aceh.

Hasilnya, Ketua Majelis Ha-kim PTUN Banda Aceh Darmawidalam amar putusannya meno-lak gugatan yang diajukan Wal-hi Aceh. “Kita akan banding. Pu-tusan hari ini menyebabkankerugian di kalangan masya-rakat, bukan hanya Aceh, tapijuga untuk seluruh masyarakatIndonesia. Sebab, kita akan ke-hilangan dana kompensasiREDD dari Pemerintah Norwegiasebesar USD 1 miliar,” tegas Ka-maruddin saat itu.

Anehnya, terkait kisruhRawa Tripa, Norwagia sebagainegara pemasok terbesar mi-nyak sawit dari Indonesia danMalaysia, justeru diam. Bah-kan, negara ini diduga memili-ki perusahan sawit di Kaliman-tan dan Papua. Di sisi lain,masyarakat dunia justerumemprotes Norwegia karenadianggap tidak menjalankankomitmen melalui programREDD. Dalihnya, hutan di Indo-nesia rusak. Padahal, Indone-sia merupakan negara pema-sok terbesar minyak sawit keNorwegia. Bermain dua kaki?Entahlah, yang pasti Rawa Tri-pa masih menebar hawa taksedap, sekaligus pesona bagipengusaha perkebunan di In-donesia dan Aceh.***

Bisa Anda jelaskan proses izin HGU yangpertama dan izin HGU yang diperpanjang?

PT. Kallista Alam itu ada dua HGU. PertamaHGU lama sebelum tahun 1996 sudah keluar,tepatnya 1993. Itu seluas 6.700 ha. Pada saatkita mengadakan perluasan awalnya, 1. 984 hatahun 1996. Jadi setelah adanya izin, yang dike-luarkan Bupati Nagan Raya, Teuku Zulkarnain,terjadi stagnasi saat konflik sekitar lima tahun.Namun, pada saat izin tadi mau berakhir, kamimau memperpanjang kembali pada Februariatau Maret 2011. Saat itu, Bupati Nagan Raya,Teuku Zulkarnain tidak mengeluarkan perpan-jangan perluasan lahan.

Setelah tidak mendapat izin dari BupatiNagan Raya, apa langkah PT. Kallitsa Alam?

Kami naik ke tingkat satu yaitu GubernurAceh saat itu Irwandi Yusuf. Dengan adanyagelar perkara, makanya keluarlah izin IUP-Bbaru seluas 1.605 ha. Dengan syaratnya, kamiwajib membuatkan plasma untuk masyarakatatau sekitar 30 persen dari total luas areal yangada. Semula izin seluas 1.984 ha kemudian men-jadi 1.605 ha.

state Manager PT. Kalista Alam Sujandraberulang-ulang mengatakan: Kami inginkeadilan! Alasannya, tuduhan yang sela-ma ini dialamatkan kepada PT. Kallista

Alam (PT. KA) tak sesuai fakta. Misal, soal kerusa-kan lingkungan dan kasus pembakaran hutan.Kejadian itu menurut Sujandra tidak terjadi dandilakukan PT. KA. Sebab, metode pembersihanlahan PT. KA menggunakan cara stecking ( kayuditimbun-dilumpukkan—red).Karena itu, Sujandra mengaku akan mengajukankasasi ke Mahkamah Agung (MA), terkait kasushukum yang kini menimpa perusahaan itu. Ter-masuk, kebijakan pencabutan izin yang dilaku-kan Gubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah. Kalaupun izin dicabut, ucap Sujandra, PemerintahAceh harus membayar atau memberi konpensasiatas usaha mereka selama ini. Nah, apa sajapengakuan Sujandra? Berikut penuturannyakepada MODUS ACEH di ruang kerjanya diNagan Raya, Selasa dua pekan lalu.

Kami Ingin Keadilan!Estate Manager PT. Kallista Alam, Sujandra

E

■ MODUS ACEH /MasrizalKelapa sawit milik PT. KA (kiri) di areal 120 H.

Dari 30 persen plasmanya, berapa luas plas-ma untuk masyarakat?

Ya sekitar 350 ha lebih. Karena di IUP-B sendirisudah dibuatkan ketentuannya membangun ke-bun plasma masyarakat seluas 30 persen daritotal awal izin pertama seluas 1.984 ha. Keluar-lah izin IUP-B tadi 1.605 ha dengan syarat 30persen dikeluarkan untuk plasma masya-rakat.Jadi sekitar 300 ha itulah diperuntukkan untukkebun plasma.

Apakah PT. Kallista Alam belum melaksan-akan plasma tersebut?

Karena izin kami dipersoalkan dengan ala-san izin IUP-B belum keluar, tapi kami sudah ker-ja. Itu yang dipermasalahkan. Sehingga ada su-rat dari pemerintah untuk menunda kegiatandulu. Berhentikan kegiatan kami pada April 2011.Jadi semua kegiatan dihentikan sampai menujuproses pengadilan. Nah, selama proses itu kaminggak ada kegiatan di sana, sampai saat ini. Jadi,bagaimana kami membuat plasma, kemudianpemerintah juga belum menunjukkan bank manayang bisa berkerja sama soal plasma tadi.

Berarti PT. Kallista Alam belum memban-

Page 21: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 21Reportasegun plasma?

Ya, karena izin kita distop. Kedua,pemerintah juga belum menunjukkanbank mana yang bisa diambil kredit,karena selain izin kami distop, pemer-intah juga belum menunjukkan bankuntuk kredit plasma 30 persen tadi.

Dari 1.605 ha yang sudah diberiizin, berapa luas lahan yang sudahdibuka?

Dari 1.600 itu, sekitar 120 ha yangsudah kami tanam. Karena ditengahjalan tadi bermaslaah ya kita stop. Kare-na bibit kami sudah tumbuh besar danareal sudah terbuka, makanya kamitanam sekitar 120 ha tadi.

Akibat pencambutan izin oleh Pe-merintah Aceh, berapa kerugian PT.Kallista Alam?

Belum kami hitungkan berapa. Tapipastinya kalau plafonnya per hektardari tebang sampai panen Rp 60 jutaper hektar. Tapi sebelumnya kami jugasudah buatkan kanal, bloking. Kalausecara rinci belum kita hitungkanlahberapa pastinya.

Gambaran umum kerugian PT.Kallista Alam?

Kalau yang sudah terbuka 120 hadan dalam satu hektar Rp 60 juta, makasekitar Rp 7.2 miliar. Itu yang sudah di-tanam saja, belum investasi di jalan,kanal, bloking. Jadi dari 1.600 ha tadibaru kami buka 120 ha atau 7,4 persen.Sedangkan, 1.485 ha yang belum di-garap itu masih tegakkan hutan. Tapisudah kita batasi dengan kanal, danbloking. Dan itu juga mengunakan bi-aya.

Dapat Anda jelaskan cara PT Kal-lista Alam membuka lahan sawit?

Sejak keluarnya undang-undangtidak boleh bakar, ya kami lakukandengan cara imas, tumbang danstecking. Sebelum, kayunya distecking (dilumpuk) kita manfaatkankayu bagusnya buat bahan peruma-han, titi panen, sehingga berkurangkayunya. Nah, permasalahannya ya itutadi, lahan kami kena lompatan api.Sebab sebelah lahan kami ada gara-pan masyarakat juga. Cara masyarakatmembuka lahan disitu dengan caraimas, tumbang sudah kering lalu bakar.Tapi kalau perusahan tidak dibakar, distecking, ya kemungkinan biaya steck-ing bagi masyrakat itu berat. Sebabsatu hektarnya itu sekitar Rp 6 jutaan.Tidak mungkin stecking dipakai alatberat.

Kapan areal seluas 120 ha dibuka?Sejak dibuka perluasan izin lokasi,

izin prinsip, kemudian yang terakhirn-ya keluar izin IUP-B, baru kami adakankegiatan. Bulan Maret 2012 ada suratdari Pemerintah Daerah KabupatenNagan Raya untuk menghentikan keg-iatan sementara, sampai diproses.Karena kami ada yang menggugat. Nahsebelumnya memang tidak pernahmelakukan aktifitas. Kebakaran inikanpada tanggal 23 Maret, tapi api itusudah besar dan pada 19 Maret 2012,terjadi di sebelah kami. Artinya api ituberasal dari sebelah dan lahan kamiterkena juga pada tanggal 23 Maret2012.

Siapa yang membakar?Masyarakat dan PT. SPS II.Apakah Kallista Alam ada mem-

inta ganti rugi terhadap lahan yangterbakar tadi?

Karena kami anggap itu tidak terla-lu luas hanya sekitar lima hektar, kamimenilai nggak apa-apalah. Kami

Sujandra

melakukan pemadaman dengan meng-gunakan robin.

Baik, sebenarnya persoalan PTKallista Alam berawal dari mana?

Perizinanan. Karena kemungkinanmasyarakat menganggap ada hakmereka untuk dibuatkan plasma. Saatizin kami keluar, kami sudah siapkanplasma. Tapi pembuatan plasma itukantidak segampang hanya bicara. Hai,tolong buatkan plasma untukmasyarakat! Sebab ada keikutsertaanpemerintah daerah di situ. Pemerintahyang memilih bank untuk memberikankucuran dana. Dan ada anggota dalammasyarakat.

Bagaimana dengan tudingan Wal-hi selama ini?

Pada prinsipnya, untuk syaratmendapatkan izin IUP-B ada darilingkungan hidup, ada UKL-UKL danjuga tertera bahwasanya di situ ked-alamannya tidak lebih dari tiga metertapi satu sampai 2.5 meter. Makanyaizin kami dikeluarkan.

Berarti areal PT Kallista Alam bu-kan hutan lindung?

Ya, dari hasil yang dikeluarkan UKL-UKL itu berarti kedalaman tidak tigameter. Hanya 1.5 sampai 2.5 meter.

Terkait kisruh itu, apakah pihakKEL atau Walhi ada bertemu lang-

sung dengan PT Kallista?Sejauh ini belum ada. Tapi kalau dit-

ingkat menejemen kami nggak tahu.Namun, pada saat kunjungan dinas-di-nas itu memang mereka ikut.

Ada kabar perusahan mengambiltanah masyarakat, apa benar?

Sebenarnya, yang izin 1.605 ha itupada saat kami membuka lahan, kamibuatkan kanal. Ternyata, masih ada 200meter lagi tanah kami yang tertuangdalam titik koordinat yang dikeluarkanizin 1. 605 hektar. Tapi, areal 200 meteryang masuk dalam 1.605 hektar tadi,sudah digarap masyarakat. Bukan kamiyang mengarap tanah masyarakat.Dalam izin masih ada 200 meter lagi dari

batas patokan yang dibuat BPN. Danitu digarap oleh masyarakat.

Walhi Aceh belum pernah bic-ara dengan perusahaan secaralangsung.?

Belum ada. Dan mereka hanyamenuding kami. Katanya kami men-garap tanah masyarakat. Dimanaposisinya? Justeru dari titik koordi-nat yang digarap masyarakat itu,masuk dalam areal izin milik kami.Tapi memang, saat membuka ar-eal sudah kami bloking dengankanal. Tapi nyatanya, saat keluarsurat itu memang 200 meter lagimasih izin kami.

Kenapa izin perluasan tanahtadi dikeluarkan provinsi?

Secara historis, izin perluasankami sejak 1996. Cuma karenaterjadi konflik sempat stagnansebentar. Kemudian, setelahaman dan damai tahun 2005,kami minta izin perpanjangankepada Pemerintah Daerah se-cara tertulis, tapi saat itu dito-lak oleh Bupati Kabupaten Na-gan Raya. Makanya, kaminaikkan ketingkat satu, dalamhal ini Pemerintah Aceh.

Lalu?Nah, kami juga mendengar dalam

izin itu dikeluarkan lagi sertifikat flora.Dan ada juga masyarakat yang men-dengar ada program dari Dinas Perke-bunan mau tanam di lahan yang sudahkami buka. Jadi ada bukti fisiknya dilapangan, sudah kami tanam, ditanamlagi oleh masyarakat di sebelahnya.Berdampingan pohon sawitnya. Mere-ka menganggap itu lahan mereka. Tapi,yang mengerjakan itu kami, termasukmeng-stecking. Mungkin atas dasar it-ulah Bupati Nagan Raya tidak menge-luarkan izin.

Langkah perusahaan?Kami tidak tinggal diam, makanya

kami minta kebijakan Pemerintah Acehdalam hal ini Gubernur Aceh. Sehinggaada gelar perkara semuanya. Ada re-komendasi dari Polda, dan sebagain-ya, maka terbitlah IUP-B yang dikelu-arkan Gubernur Irwandi Yusuf saat itu,Agustus 2011.

Dari penelusaran kami di arealkebun ada pohon sawit ganda, kapanmasyarakat mulai menanam?

Kalau tidak salah sekitar April 2011.Ada sebagian yang kami tolak, sebabmereka masuk melalui pintu gerbangkami. Dan sebagian sempat tertanamdi areal kami saat petugas kami leng-gah.

Setelah keluarnya IUP-B. ApakahPemkab Nagan Raya ada melakukanprotes?

Tidak ada. Kami juga telah keluar izinkok. Artinya, tanaman mereka itu diberi-kan izin di lokasi yang sama, jadinyatumpang tindih. Mungkin disitulah tim-bul permasalahan.

Apa tanggapan Anda terkait pen-cabutan izin oleh Gubernur Aceh dr.Zaini Abdullah?

Kami tetap mencari bantuan hukum.Kami mungkin mengajukan gugatankasasi ke Makamah Agung (MA) wa-laupun Biro Hukum Pemerintah Acehmengatakan itu sudah inkrah, tapi kitamencari keadilan dikasasi MA. Kabarn-ya, sudah dikeluarkan nomor regestra-si pelaporannya. Kalaupun benar-be-nar dicabut, kita mohon konpensasi dariPemerintah Aceh? Apakah ganti rugiatau mencarikan lahan lain. Pokoknyaharus ada keadilanlah.

Itu saja?Kami mendengar masyara-kat

sudah mengumpul KTP. Tujuannya, apa-bila kami kalah nanti, lahan itu akandibagi-bagikan ke masyarakat. Pertan-yaannya, jika nantinya kami kalah danlahan itu dikembalikan ke negara, kena-pa bisa digarap oleh masyarakat? Apabedanya digarap oleh perusahaan? Jikaitu hutan lindung seperti yang suara-kan Walhi Aceh, kenapa juga bisa di-garap oleh masyarakat?

Ada kabar pihak perusahaan sen-gaja mendirikan pos TNI dalam ka-wasan perusahaan?

Pos itu ada sejak konflik di Aceh.Semula dekat dengan laut ada satudesa di sana, namanya Seumayam.Desa itu dulunya banyak GAM. Waktukonflik kabarnya desa itu di bom. Lalumasyarakat desa pindah dan mendi-rikan rumah di dalam kawasan kami.Dan sebagian masyarakat Seumayamtersebut ada yang GAM, maka TNImelakukan pembinaan dan tetap me-mantau mereka pada awal-awal per-damaian. Setelah itu tidak ada lagi.Jadi pos TNI itu bukan milik perusa-haan. Bahkan, pada saat konflik kamiberhenti bekerja dikawasan itu. Seh-ingga banyak hasil panen kami diam-bil masyarakat dan menjualnyakembali kepada kami. Jadi, itu bukanpos kami.

Terakhir bisa Anda sebutkan tena-ga kerja yang diambil PT KallistaAlam untuk kegiatan sawit?

Umumnya putra daerah setempat.Hampir 95 persen. Paling yang penda-tang itu hanya tenaga skil sekitar 5 per-sen. Tapi, jika putra daerah sini mam-pu, tidak perlu orang luar. Yang perludiketahui pemilik perusahaan juga pu-tra asli Nagan Raya.***

■ MODUS ACEH/Masrizal

Page 22: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 201222 ReportaseLAHAN DIMINTA MINYAK DILIRIK?

EBUT saja Somad (sa-maran—red). Dia salahseorang warga AlueBilie, Kecamatan DarulMakmur Kabupaten Na-

gan Raya. Nah, Maret 2010, diaikut menemani Khomar, Rad,Raju, Khalil dan Surya, turis asalIndia untuk menelusuri kawasanRawa Tripa.

Kelima warga asal negeriAmithabacan ini, mengajak So-mad dan tiga warga Alue Bilieuntuk mendampingi mereka keDesa Sumber Bakti, Darul Mak-mur, Nagan Raya.

Sebelum berangkat ke tujuandengan menggunakan sampan,warga dan turis asal India tadimenggambar peta serta lokasi

yang dituju. Dari pengakuan ke-lima mereka diperoleh informa-si. Di Desa Sumber Bakti NaganRaya ada sumber gas terbesardi Indonesia.

Diperkirakan, jika potensialam ini sahih maka bisa diek-splorasi sekitar 50 tahun laman-ya. Dugaan ini semakin sahih,sebab pada 2007 lalu, perusa-haan PT. Gelora Sawit Makmur(GSM) pernah melakukanpengeboran di daerah tersebut.Tujuannya saat itu hanya untukmencari air bersih. Tanpa diduga, yang keluar justeru gas-menyembur ke atas hingga ket-inggian 12 mater. Akibatpengeboran itu pula, diduga ikutmembakar areal di sana, terma-suk pohon sawit milik PT. GSMterkena semburan minyak.

Dari peta yang kami peroleh,dugaan kandungan minyak dangas tadi letaknya di laut, persisperbatasan Samudra India den-gan laut Nagan Raya. Kemudi-an, di lokasi yang sama jugaditemukan situs sejarah yaitu,satu pucuk mariam peninggalanBelanda dan makam keramatTengku Nyakdum atau warga disana menyebutnya daerahUjung Raja.

Jaraknya sekitar 60 kilometer dari Jalan NasionalMeulaboh-Tapaktuan. Diduga, Kawasan Rawa Tripamengandung potensi minyak dan gas alam. Benar-kah banyak pihak berkepentingan?

Nah, atas berbagai dugaanpotensi alam itulah, kisruh soalizin lahan di Rawa Tripa kianmengundang tanda tanya. Salahsatunya mengenai kerusakanlingkungan, status lahan sertapencemaran lingkungan seper-ti pembakaran hutan.

Begitupun, setelah kami me-nelusuri kawasan tersebut, adadugaan. Konflik lahan denganberbagai dalih tadi, lebih dipicudan pacu oleh persoalan pereb-utan lahan antar pengusahaperkebunan. Ini disebabkan,selain ingin menguasai kawasanRawa Tripa. Daerah itu juga me-miliki potensi gas dan minyak.

Untuk memuluskan berb-agai rencana tadi, ada sejumlah

peru-sahaan yang menjadikanwarga setempat sebagaitameng untuk saling menghan-tam perusahaan lain. Caranya,dengan menge-depankan isuplasma. Padahal, hingga kini Pe-merintah Pusat dan PemerintahAceh belum menunjukkan bankgaransi ma-na yang harus di-jadikan mitra.

Sekali lagi, benarkah sum-ber masalah di Rawa Tripa se-mata-mata karena penguasaanlahan dan tudingan kerusakanlingkungan? Jangan-jangan, adapihak ketiga yang memangsudah bernafsu untuk mengua-sai lahan, melirik potensi miny-ak di Negeri Ujung Raja? Kitalihat saja.***

S■ ISTMeriam di Sumber Bakti Nagan Raya.

■ IST

Page 23: 299 Ulama Aceh Terbelah

EDISI 15 - 21 OKTOBER 2012 23Haba Ulee Kareng

DENGAN penuh sadar,Kamis pekan lalu, sayamelangkahkan kaki,menuju Kantor Guber-nur Aceh di Jalan T.Nyak Arief, BandaAceh. Sasaran yangsaya tuju adalah, ruangkerja Gubernur Aceh,Doto Zaini Abdullahdan Wakil GubernurAceh, Muzakir Manafatau akrab disapaMualem.

ni saya lakukan, setelahpermohonan wawancarakhusus melalui KepalaBagian Humas Pemerin-

tah Aceh, Usamah El Madnygagal terlaksana alias tak adakabar serta berita hingga me-dia ini naik cetak, Sabtu pekanlalu.

Bisa jadi, inilah kebiasaanburuk saya, bila ingin melaku-kan wawancara khusus denganGubernur atau Wakil GubernurAceh. Langsung menuju ruangkerja tanpa ada ‘Assalamualai-kum’ kepada Kepala Humas Set-daprov Aceh.

Bagitupun, kalau boleh sayamembela diri. Kebiasaan ‘buruk’ini sudah saya lakoni sejak Pe-merintah Aceh dipegang Syam-suddin Mahmud hingga Irwan-di Yusuf. Kemudahan ini pulayang saya atau juga wartawanlain dapatkan. Bahkan, takjarang, orang nomor satu Aceh,memanggil wartawan untukmemberi keterangan pers di ru-ang kerjanya.

“Oh jinoe beda. Dronneh konawak kamoe (Oh sekarangbeda. Anda bukan orang kami),”kata seorang pengawal atauakrab disebut apet. Nasib me-mang sedang tidak beruntung.Keinginan melakukan wawan-cara khusus, terkait LaporanUtama: SERATUS HARI PEMER-INTAHAN ZIKIR, apa daya takjuga sampai.

Kedua pejabat Aceh ini tidakberada di tempat. “Doto Zainingon Mualem ka u Jakarta (dok-ter Zaini dan Muzakir Manaf

Muhammad Saleh

AWAK KAMOEsudah ke Jakarta), kata seorangpria tinggi besar dengan paka-ian seragam warna gelap.

Saya ingat, saat konflik dulu,penampilan seperti ini seringdigunakan petugas “intel”.Selebihnya, ya para penjagacafe di Jakarta atau Satuan Pe-ngamanan (Satpam) hotelberbintang. Begitupun, stel paraapet ini tentu berbeda. Merekamenjaga dan mengawasi setiaptamu yang datang, menemuiorang nomor satu dan dua Aceh.

Entah benar atau tidak, DotoZaini dan Mualem sedang bera-da di Jawakarta, eeh Jakarta.Bagi saya itu tak penting. Yangmengelitik justeru cara tatappara apet terhadap gerak danlangkah saya di lantai satu dandua, Kantor Gubernur Aceh,Banda Aceh, saat itu.

Sorot mata mereka tajam danpenuh curiga. “Ho neujak Bang,pu haba lawet nyoe? (mau ke-mana Bang, apa kabar),” tegursalah seorang dari mereka. Ru-panya, masih ada yang kenalsaya.

Kepada Si Fulan, sebut sajabegitu, saya menyatakan keingi-nan untuk melakukan wawan-cara khusus dengan Doto danMualem. Lagi-lagi, jawaban yangsaya dapat sama. “Jinoe agakpayah Aduen. Pu lom ji peugah leawak nyan droneh kon awak ka-moe (sekarang agak susah Bang.Apalagi kata mereka Anda bu-kan orang kami),” jelas rekantadi, sambil menunjuk salah se-orang rekannya.

Nah, dari rekan ini pula sayadapat memahami tentang kon-disi yang sebenarnya. Menurutmantan kombatan GAM WilayahPase itu. Tak semua wartawanbisa dengan mudah menemuiDoto dan Mualem. Kecuali war-tawan dari salah satu media ce-tak lokal. Itu terjadi, sejak duetZIKIR dilantik sebagai Gubernurdan Wakil Gubernur Aceh Peri-ode 2012-2017.

Yang tak kalah seru, sempatberedar kabar soal daftar war-tawan Aceh yang bisa merapatdan tidak kepada ZIKIR. Seo-rang rekan wartawan berkata,saat ini ada tiga kualifikasi war-tawan di Banda Aceh menurutapet atau naleung lakoe (ilalang—meminjam istilah Otto Syam-suddin Ishak—red) yang ada disekitar ZIKIR.

Pertama, wartawan pen-dukung ZIKIR. Kedua, wartawanpendukung Muhammad Nazar(mantan Wagub) dan ketigawartawan Irwandi Yusuf, man-tan Gubernur Aceh. Sekali lagi,entah benar atau tidak, menurutrekan wartawan tadi, nama sayadimasukkan dalam daftar war-tawan pendukung IrwandiYusuf. Karena saya bukan AwakKamoe?

***JELANG dua bulan pelaksa-

naan Pekan Olahraga Nasional(PON) XVIII, Riau, 9-20 Septem-ber 2012 lalu. Beberapa politisi

dan pimpinan Partai Aceh (PA)menggagas konsep untuk me-narik pelaksanaan pesta olah-raga empat tahunan tersebut keAceh. Persisnya, PON XX-2020.

Nah, untuk memuluskan niattersebut, dibentuklah TIM TU-JUH. Disebut TIM TUJUH, karenapersonilnya berjumlah tujuhorang. Dan, saya salah satunya.

Agar kerja tim ini legal danformal. Dibutuhkan Surat Perin-tah dari Gubernur Aceh, DotoZaini Abdullah. Selanjutnya, timbertugas menyusun draf awaldan lobi ke berbagai pihak. Baikinternal KONI, PB/PP CabangOlahraga tingkat nasional mau-pun Komisi X DPR-RI, Kemeneg-pora RI, Menkokesra sertaMendagri RI di Jakarta.

Yang menarik, seorang te-man dari kalangan OrangDalam Pendopo (ODP) berceri-ta. Saat nama saya dimasukkandalam daftar anggota tim. Salahsatu orang dekat Doto Zaini ko-mplain. “Muhammad Saleh nyoso? (Muhammad Saleh ini sia-pa),” tanya dia. Lalu, dijawaboleh yang membawa konsepsurat perintah tadi: “Oh ini, SalehMODUS. Dia juga SekretarisUmum KONI Aceh”. “Jih yangtuleh macam-macam ke awakgeutanyo. Jih kon awak tanyoe(Bukankah dia yang selalumenulis macam-macam untukkita. Dia bukan orang kita),”sambung ODP tadi.

Dua hari usai Surat Perintahitu ditandatangani dan turun.Berita itu sampai ke telinga saya.Singkat cerita, pokok soaladalah. “Karena dronneh konAwak Kamoe (karena Anda bu-kan orang kami),” ungkap seo-rang rekan yang juga mantan ko-mbatan GAM, saat minum kopibersama di Warung Kupi CutNun, Banda Aceh.

Soal Awak Kamoe (orangkami) dan Awak Tanyo (orangkita) memang bukan cerita baru

di Aceh. Stigma tersebut sudahberlaku sejak Aceh dilanda kon-flik hingga perdamaian saat ini.Maknanya juga bisa ganda. Adakalanya Awak Kamoe dan padatitik tertentu Awak Tanyoe. Yangjelas, memberi isyarat keberpi-hakan.

Di awal kepemimpinan Ir-wandi Yusuf sebagai GubernurAceh misalnya, pelebelan se-perti ini juga sempat muncul.Setidaknya, saya juga merasa-kannya. Saya sempat beberapakali gagal melakukan wawan-cara khusus dengan IrwandiYusuf dan sejumlah PanglimaWilayah GAM. Hanya karenasaya dinilai bukan Awak Tanyoe(orang kita) atau Awak Kamoe(orang kami). Sebaliknya, adapula story yang saya peroleh tat-kala saya dinilai sebagai AwakKamoe dan Awak Tanyo. “Hanamasalah, nyan awak kamoe diPase. Peu meurompok mantong(ndak masalah, itu orang kamidari Pase, pertemukan saja),”begitu perintah seorang kom-batan GAM di Pase, saat sayamenyampai hasrat untuk berte-mu dengan almarhum IshakDaud. Saat itu, dia baru saja dide-portasi dari Malaysia ke Aceh,sekitar tahun 1989 silam.

***Kini, Awak Kamoe dan Awak

Tanyoe, tak lagi sekedar kataatau sebutan ringan. Sebaliknya,memiliki makna dalam. Ucapantersebut, sadar atau tidak telahmenjadi simbol, sekaligus iden-titas pelebelan terhadap sese-orang atau komunitas.

Saat konflik misalnya, lebeltersebut lebih menjurus untukmenempatkan pihak Jakartapada sisi luar dari Awak Tanyoe.Sementara di Aceh, pelebelanAwak Kamoe, memberi maknapenolakan terhadap pribadiatau kelompok, yang tidak be-rasal dari Gerakan Aceh Merde-ka.

Begitupun, dua makna katatadi, sering digunakan ko-mbatan dan pimpinan GAM un-tuk menjustifikasi keberpihakansecara bersamaan. Intinya, ter-gantung situasi dan kondisi. Adakalanya, Awak Tanyoe, di sisi lainAwak Kamoe. Sekali lagi, kedu-anya memiliki makna ganda.

Yang jadi soal adalah, siapasesungguhnya Awak Kamoe danAwak Tanyoe? Pertanyaan inisempat saya sampaikan kepa-da seorang rekan mantan ko-mbantan GAM di Pase, yangkomplain saat saya mencalon-kan diri sebagai Walikota Lhok-seumawe dari jalur independenpada Pemilukada, 9 April 2012lalu.

Jawaban yang saya perolehtetap sama. Bermakna ganda.Karena alasan itu pula, mobilsaya dilempar batu dan tim suk-ses diteror. “Dronneh kon leAwak Kamoe (Anda bukan lagiorang kami),” kata dia beralasanketika itu.

Tak hanya itu, dengan lan-tang rekan tadi mengatakan.Apa yang didapat rakyat Acehhari ini (partai lokal, calon inde-penden serta triliunan dana Ot-sus Migas), merupakan buahdari perjuangan Awak Kamoe(baca: GAM), bukan AwakTanyoe (perjuangan bersamarakyat Aceh). Karena itulah,Awak Kamoe merasa paling ber-hak untuk mengatur Aceh den-gan segala kelebihan dankekurangannya serta mendap-atkan kesempatan yang sele-bar-lebarnya dari sumber dayaalam dan akses ekonomi yangada saat ini. Di luar itu, tunggudulu!

Mungkin, bagi sebagian poli-tisi haus kursi dan birokrat rakusjabatan, lebel tadi benar. Terma-suk para pengusaha tamakproyek. Tapi bagi saya tidak!Sebab, apa yang didapatkanAceh hari ini merupakan buahdari perjuangan Awak Tanyoe(bersama, baik GAM maupun el-emen masyarakat sipil Aceh danwartawan). Bukan sebaliknyamutlak milik Awak Kamoe ataukelompok tertentu.

Nah, kalau pun ada pemak-saan stigma tadi dan harus di-akui secara massif, politis danideologis, maka saya balik ber-tanya. Jika, kondisi Aceh yangaman dan damai saat ini meru-pakan buah dari perjuanganGerakan Aceh Merdeka (GAM)sejak 1976, namun tahukah kita,GAM itu lahir karena Hasan Tiro?Lalu, Hasan Tiro itu muncul, kare-na peran Abu Beureueh. Dan,Hasan Tiro merupakan muridkesayangan dan kepercayaanAbu?. Seterusnya, ketokohanAbu Beureueh lahir karena ada-nya pemberontakan DI/TII,1953. Lantas, DI/TII itu tumbuh,karena adanya ‘pengkhianatan’Jakarta terhadap Aceh dan be-berapa daerah lain di Indonesia.Semoga sejarah tidak teru-lang.***

I

Page 24: 299 Ulama Aceh Terbelah

cmyk

facebook.com/modusacehdotcom twitter.com/modusacehdotcom