29. provinsi sulawesi tenggara - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri...

18
806 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara PETA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Upload: nguyendan

Post on 12-May-2019

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

806 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

PETA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Page 2: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

807 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

A. UMUM

1. Dasar Hukum

Provinsi Sulawesi Tenggara terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 1964,

tertanggal 23 September 1964 dengan Ibukota Kendari.

2. Lambang Provinsi

Lambang ini terletak di dalam suatu bentuk perisai lima,

yang menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara

dalam segala segi peri hidup dan kehidupan, tetap berada

di dalam Falsafah Negara Republik Indonesia Pancasila.

Pada bagian sebelah utara terdapat tulisan berwarna

merah “Sulawesi Tenggara” yang menunjukkan : inilah

lambang dari Sulawesi Tenggara, lambang mana adalah

menjiwai setiap warga Sulawesi Tenggara di waktu apa dan

di tempat manapun ia berada. Warna merah

melambangkan berani mempertahankan yang hak.

Warna ada empat macam warna sesuai dengan pembagian perisai menunjukkan

bahwa pada waktu dibentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat daerah.

• Hijau, adalah pelambang kesuburan, dan warna ini menunjukkan Kabupaten

Kendari. Bahwa di Kabupaten Kendari baik untuk masa kini maupun masa-masa yang

akan datang, cukup banyak tersedia tanah-tanah pertanian yang dapat ditanami

dengan segala macam bahan-bahan makanan dan bahan-bahan kebutuhan pokok

lainnya. Selanjutnya warna hijau ini menunjukkan warna hutan. Kabupten Kendari

cukup banyak hutannya yang menghasilkan berbagai macam kayu-kayuan yang

membutuhkan pengolahan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun keluar

negeri. Warna hijau melambangkan do’a harapan dan kepercayaan.

• Coklat, adalah menunjukkan tanah berwarna coklat yang mengandung nikel dan

terdapat di Kabupaten Kolaka. Sebagaimana diketahui bahwa nikel adalah

merupakan kebutuhan dunia, dimana nikel yang terdapat di Kabupaten kolaka

mempunyai daerah yang cukup luas serta kadar yang tinggi. Dengan nikel ini,

Sulawesi Tenggara sudah dikenal dengan dunia luar.

• Kuning, adalah menunjukkan warna kayu jati yang terdapat di Kabupaten Muna.

Kayu jati termasuk salah satu jenis kayu yang disenangi di dalam dan di luar negeri.

Melalui kayu jati dari pulau Muna Sulawesi Tenggara di kenal oleh daerah-daerah

lain di Indonesia maupun oleh dunia luar. Warna kuning melambangkan kejayaan

masa silam, sekarang dan masa mendatang, keluhuran yang bijaksana dan cendikia.

• Hitam, adalah menunjukkan warna aspal yang terdapat cukup banyak di Kabupaten

Buton. Aspal Buton ini sudah dikenal sejak dahulu dan telah memberikan andilnya

pada pembangunan tanah air kita khususnya di bidang prasarana jalan. Warna hitam

melambangkan kemantapan, keteguhan dan kekekalan.

Keempat macam warna ini selain melambangkan jumlah kabupaten yang ada di Sulawesi

Tenggara dewasa ini, juga sekaligus menunjukkan potensi yang ada didaerah ini cukup

banyak, yang memberikan jaminan untuk masa depan daerah ini guna tercapainya

kemakmuran dan keadilan yang diidam-idamkan.

29 PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Page 3: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

808 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Makna dan pengertian yang dikandung “padi dan kapas” secara nasional telah dikenal

sebagai lambang untuk kemakmuran dan keadilan. Butir padi yang terdiri dari 17 butir,

melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8

Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau 4 dan biji putih 5 melambangkan tahun

45. Hal ini mengingatkan Hari Proklamasi Negara RI 17 Agustus 1945.

Mata rantai yang disambung menjadi satu yang berjumlah 27 mata rantai merupakan

perlambang persatuan dan kesatuan dari keempat kabupaten di Sulawesi Tenggara,

yang dalam gerak langkah perjuangannya telah mempunyai kesatuan derap dan nada,

yakni pembangunan di segala bidang; hal ini mengingatkan hari kelahiranProvinsi

Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 April 1964.

Kepala Anuang, mempunyai dua macam pengertian :

1. Bahwa anuang adalah suatu binatang yang mempunyai ciri khas yaitu : ulet, gesit

dan militan.

2. Bahwa Anuang itu hanya terdapat di Sulawesi Tenggara pada khususnya dan

Sulawesi pada umumnya. Jadi perlambang sebagai ciri spesifik untuk Sulawesi

Tenggara.

Warna putih, yang menjadi dasar dari kepala Anuang menunjukkan kesucian dan

kebersihan, itikad baik secara tulus ikhlas bagi warga Sulawesi Tenggara dalam

melaksanakan pengabdiannya untuk kemajuan daerah dan perkembangan daerah

Sualwesi Tenggara pada khususnya dan Negara Republik Indonesia pada umumnya

warna putih melambangkan kesucian dan bersih tanpa pamrih.

Warna Biru Laut, mempunyai tiga macam pengertian :

• Yang menjadi dasar dari pada Daerah Sulawesi Tenggara ini menunjukkan makna

sebagian dari alam geografisnya terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh laut-

laut yang penuh dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

• Bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara memiliki jiwa pelaut yang ulung.

• Warna biru laut melambngkan sifat kesetiaan, keluhuran dan kejujuran dalam

pengabdiannya.

3. Pemerintahan

Secara administratif Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 10 Pemerintahan Kabupaten

dan 2 Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam daftar berikkut ini :

No Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Bombana Rumbia

2 Kabupaten Buton Bau-Bau

3 Kabupaten Buton Utara Buranga

4 Kabupaten Kolaka Kolaka

5 Kabupaten Kolaka Utara Lasusua

6 Kabupaten Konawe Unaaha

7 Kabupaten Konawe Selatan Andolo

8 Kabupaten Konawe Utara Wanggudu

9 Kabupaten Muna Raha

10 Kabupaten Wakatobi Wangi-Wangi

Page 4: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

809 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

11 Kota Bau-Bau -

12 Kota Kendari -

4. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Secara geogafis Sulawesi Tenggara terletak di bagian Selatan khatulistiwa diantara 3° - 6°

Lintang Selatan dan 120° 45’ - 124° 60’ Bujur Timur,dengan batas wilayah sebagai

berikut :

* Sebelah Utara berbatasan dengan Prov. Sulawesi Selatan dan Prov. Sulawesi Tengah

* Sebelah Selatan berbatasan dengan Prov. NTT di Laut Flores

* Sebelah Timur berbatasan dengan Prov. Maluku di Laut Banda

* Sebelah Barat berbatasan dengan Prov. Sulawesi Selatan Di Teluk Bone

(sumber : http://santospalanti.wordpress.com/2008/08/08/peta-sulawesi/)

5. Komposisi Penganut Agama

• Islam = 96,2%

• Kristen = 2,3%

• Hindu = 1,12%

• Budha = 0,38%

6. Bahasa dan suku Bangsa

Bahasa :

• Bahasa Tolaki

• Bahasa Pongana

• Bahasa Walio (buton)

• Bahasa Cia cia

• Bahasa Suai, dan

• Bahasa sehari hari : bahasa Indonesia

Suku Bangsa :

• Suku Buton

• Suku Muna

• Suku Bugis

• Suku Kalisoso

7. Budaya

a. Lagu Daerah : Indo Lugo, Ma Tencong

b. Tarian Tradisional : Tari Umoara, Tari Wosindahako, Tari Mulolo, Tari

Dinggu

c. Senjata Tradisional : keris (sumber : http://syadiashare.com/senjata-

tradisional-indonesia.html)

d. Rumah Tradisional : Rumah Laikas/Malige/Istana Sultan Buton

e. Alat Musik tradisional : Gamelan

f. Makanan khas daerah : Sasate nangka

8. Bandara dan Pelabuhan Laut

Bandara = Wolter Monginsidi

Pelabuhan Laut = pelabuhan Kendari

9. Universitas = Universitas Halu Oleo

10. Industri dan Pertambangan = kelontong, minyak kelapa, nikel, aspal dan kapas.

Page 5: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

810 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

B. OBYEK WISATA

1. Obyek Wisata Alam

a. Taman Nasional Wakatobi

Taman Nasional Wakatobi memiliki luas

area sekitar 1.39 juta ha. Taman tersebut

terdiri dari empat pulau besar, yaitu:

Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan

Binongko yang berada di Kabupaten

Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 1994, beberapa orang yang

tergabung dalam tim IPB melakukan

survei di Wakatobi. Dari hasil survei yang

mereka lakukan tersebut terungkap,

bahwa di Wakatobi terdapat

beranekaragam kekayaan alam bawah laut, seperti: terumbu karang dan aneka

binatang laut. Karena memiliki kekayaan alam bawah laut, kawasan tersebut

menyajikan panorama bawah laut yang begitu menawan dan sangat bagus sebagai

tempat kegiatan menyelam.

Setelah mempelajari dengan seksama hasil temuan tim IPB, Menteri Kehutanan

pada tahun 1996 mengeluarkan surat keputusan No.393/Kpts-V/1996 yang

menetapkan Wakatobi sebagai taman nasional.

Taman Nasional Wakatobi begitu istimewa untuk dikunjungi. Di taman ini terdapat

panorama keindahan alam bawah laut. Gugusan terumbu karang dapat dijumpai

sekitar 112 jenis dari 13 famili yang terletak pada 25 titik di sepanjang 600 km garis

pantai. Adapun jenis karang tersebut adalah: Acropora formosa, A. hyacinthus,

Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis,

Lobophyllia robusta, Merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens,

Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan

Sinularia spp. Di beberapa tempat di sepanjang karang, terdapat beberapa gua

bawah laut yang menambah pesona Taman Nasional Wakatobi.

Di samping keindahan yang disajikan oleh beraneka ragam terumbu karang, taman

tersebut juga memiliki 93 spesies ikan yang berwarna warni. Adapun jenis ikan

tersebut di antaranya adalah: argus bintik (Cephalopholus argus), takhasang (Naso

unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus undulatus), ikan

merah (Lutjanus biguttatus), baronang (Siganus guttatus), Amphiprion melanopus,

Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus

monostigma, Caesio caerularea. Selain itu, dapat juga dijumpai raja udang erasia

(Alcedo atthis) dan tiga jenis penyu yang sering bertelur di Taman Nasional

Wakatobi, seperti: penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta),

dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Berbagai jenis burung laut melengkapi keindahan Taman Nasional Wakatobi, seperti:

angsa-batu coklat (Sula leucogaster plotus) dan cerek melayu (Charadrius peronii).

Beraneka jenis burung tersebut dapat dilihat dari dekat ketika berkumpul di pulau

Sumber Gambar :

http://thecelebesadventure.files.wordpress.com

Page 6: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

811 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

maupun tatkala terbang meliuk-liuk mengikuti nyanyian irama alam, dan sesekali

menukik ke laut untuk berburu ikan.

Bagi para wisatawan yang menyukai keindahan alam bawah laut dapat melakukan

beberapa kegiatan di Taman Nasional Wakatobi, seperti: menyelam, snorkeling dan

berenang untuk melihat gugusan terumbu karang yang indah dan warna warni ikan

yang sedang menari. Taman Nasional Wakatobi terletak di Kabupten Wakatob.

b. Pulau Liwutongkidi

Pulau Liwutongkidi merupakan salah

satu pulau yang terdapat di Kabupaten

Buton. Pulau seluas sekitar 1.000 km

persegi ini memilliki iklim tropis

dengan curah hujan rata-rata 1.000

mm per tahun.

Pulau Liwutongkidi oleh pemerintah

daerah Kabupaten Buton dimasukkan

sebagai salah satu kawasan

pengembangan terpadu BASILIKA

(Batauga, Siompu, Liwutongkidi, dan

Kadatua). Tujuannya adalah untuk mengembangkan objek wisata bahari (bawah

laut) di kabupaten yang kaya dengan aneka wisata baharinya itu. Diharapkan dengan

adanya kawasan BASILIKA, gairah para wistawan untuk berkunjung ke Kabupaten

Buton meningkat.

Walaupun pulau ini tidak begitu besar bila

dibandingkan dengan pulau-pulau lain

yang ada di Kepulaun Buton, pulau ini

mampu memberikan nuansa yang unik

melalui keindahan pantai dan pesona

bawah lautnya. Garis pantai di sepanjang

pulau ini dipenuhi hamparan pasir putih

yang menakjubkan dan nuansanya

menjadi lebih indah ketika berpadu

dengan deburan ombak laut yang

menyisir pasir tersebut.

Di samping itu, kekayaan alam bawah laut yang ada di pulau ini juga menarik untuk

dikunjungi. Keanekaragaman terumbu karang dan biota bawah laut berpadu secara

teratur dalam simponi keindahan panorama alam bawah laut.

Pulau Liwutongkidi terletak di Kecamatan Katadua dan Siompu, Kabupaten Buton

c. Taman Hutan Raya Murhum

Taman Hutan Raya Murhum berada di kawasan pegunungan Nipa-Nipa, Kota

Kendari, Sulawesi Tenggara. Taman tersebut merupakan salah satu dari 16 kawasan

konservasi alam yang terdapat di Sulawesi Tenggara. Luas taman hutan raya ini

sekitar 8.146 ha dan berada pada ketinggian 25-500 m dari permukaan laut (dpl).

Sementara itu, topografinya landai, berbukit, hingga bergunung dengan kondisi

lereng dengan kemiringan 15 sampai 40 %. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di

sekitar hutan berupa Podzolik yang berwarna merah kuning.

Sumber Gambar : http://melayuonline.com

Sumber Gambar : http://melayuonline.com

Page 7: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

812 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Pada tanggal 12 Juni 1995, Menteri Kehutanan

menetapkan kawasan Pegunungan Nipa-Nipa

sebagai Taman Hutan Raya Murhum melalui

Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor

289/Kpts-11/95. Sebelum keputusan Menteri

Kehutanan keluar, pada tahun 1993 Gubernur

Sulawesi Tenggara telah menetapkan terlebih

dahulu kawasan Pegunungan Nipa-Nipa sebagai

Taman Hutan Raya Murhum melalui SK Nomor

808 Tahun 1993 tanggal 6 Desember. Sedangkan

untuk nama taman yang sebelumnya bernama

Nipa-Nipa diganti dengan Murhum yang diambil

dari nama Sultan Buton pertama.

Sebelum ditetapkan sebagai taman hutan raya,

dahulunya Pegunungan Nipa-Nipa terdiri dari

beberapa kelompok hutan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Di

antara kelompok hutan tersebut adalah hutan suaka alam dan hutan wisata dengan

luas sekitar 972 ha; hutan produksi terbatas dengan luas sekitar 4.209 ha; dan hutan

produksi tetap dengan luas sekitar 2.965 ha.

Taman Hutan Raya Murhum memiliki beraneka keunikan, mulai dari jenis flora dan

fauna, hingga keindahan alamnya. Aneka jenis flora yang terdapat di dalam taman,

di antaranya tumbuh-tumbuhan kecil, seperti aneka jenis semak, perdu, dan aneka

pohon mulai dari batang yang berdiameter di bawah 10 cm sampai yang lebih besar.

Jenis pohon tersebut, seperti kayu besi (metrosideros petiolata), eha (castanopsis

buruana), bolo-bolo (adenandra celebica), bolo-bolo putih (thea lanceolata), kayu

puta (baringtonia racemosa), parinari sp., pandan tikar (pandanus aurantiacus),

parinari sp, dan berbagai jenis palem (nengelfa sp., pinanga caesia, dan ucuala sp.).

Di samping pohon-pohon tersebut, tumbuh juga beraneka jenis rotan (daemonorops

sp.), seperti rotan batang (calamus zolfingeri), dan rotan lambing (calamus ornatus

var. celebicus).

Di samping aneka flora, Taman Hutan Raya Murhum memiliki aneka satwa (fauna),

di antaranya adalah anoa, rusa, kuskus, musang sulawesi, rangkong, kesturi

sulawesi, elang laut (haliastus leucogaster), dan beraneka jenis kupu-kupu.

Di dalam hutan, terdapat air terjun yang bisa digunakan untuk tempat mandi dan

tidak jauh dari air terjun tersebut terdapat sebuah situs sejarah peninggalan Jepang

berupa benteng pertahanan (bunker) yang di atasnya dilengkapi senjata meriam.

Perpaduan aneka flora, fauna, dan panorama alam nan eksotis ditambah

keberadaan situs sejarah tersebut membuat Taman Hutan Raya Murhum menjadi

daya tarik yang sayang untuk dilewatkan.

Taman Hutan Raya Murhum terletak di Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga,

Kota Kendari, dan Kecamatan Soropia di Kabupaten Kendari.

Sumber Gambar :

http://img17.imageshack.us

Page 8: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

813 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

d. Air Terjun Moramo

Air Terjun Moramo merupakan anugerah

alam yang begitu menakjubkan bagi

masyarakat Kabupaten Konawe Selatan,

Sulawesi Tenggara. Air Terjun Moramo

memiliki tujuh tingkatan yang merupakan

tempat air mengalir dengan bebas. Menurut

cerita yang berkembang di dalam

masyarakat, tempat tersebut dipercaya

sebagai tempat mandinya para bidadari

yang turun dari kayangan.

Secara geografis, Air Terjun Moramo

terletak di kawasan Hutan Suaka Alam

Tanjung Peropa yang juga merupakan objek

wisata sekaligus sebagai area hutan lindung

di Sulawesi Tenggara. Sehingga, udara di

sekitar air terjun terasa sejuk serta

menghadirkan suasana tentram bagi para

wisatawan.

Di kawasan air terjun ini, terdapat potensi kekayaan batu alam berupa marmer.

Diperkirakan, kandungan marmer tersebut secara keseluruhan berkisar 860 milyar

meter kubik. Dan, marmer di kawasan ini merupakan salah satu sumber cadangan

marmer terbesar di dunia.

Air Terjun Moramo merupakan air terjun bertingkat (cascade) yang indah dengan

ketinggian sekitar 100 meter. Dari ketinggian tersebut, air mengalir melewati tujuh

tingkatan utama. Di samping 7 tingkatan utama tersebut, terdapat juga 60 tingkatan

kecil yang sekaligus berfungsi sebagai tempat penampungan air (semacam kolam

air). Dari sekian banyak kolam tersebut, hanya satu yang dapat dimanfaatkan untuk

berenang, yaitu kolam yang terletak di tingkat kedua dari 7 tingkatan utama air

terjun tersebut.

Di kawasan tersebut merupakan habitat yang ideal bagi beraneka burung, kupu-

kupu yang berwarna-warni, dan berbagai satwa lainnya. Keindahan panorama alam,

air terjun, kicauan burung yang bersahutan dan berpadu dengan tarian kupu-kupu

beraneka warna-warni, menjadi daya tarik kawasan Air Terjun Moramo.

Daya pikat yang tidak kalah menariknya dari air terjun ini adalah pesona bebatuan

yang membentuk tingkatan. Bebatuan yang membentuk tingkatan tersebut tidak

licin meski dialiri air secara terus menerus, sehingga para wisatawan yang

berkunjung ke lokasi tersebut dapat mendaki sampai ke puncak.

Di samping itu, bebatuan tersebut juga memberi pesona yang menakjubkan ketika

tersentuh oleh sinar mentari. Bebatuan tersebut akan memancarkan kilauan warna-

warni yang didominasi oleh warna hijau yang begitu indah. Warna-warni tersebut

juga terlihat seperti menari-nari ketika dibuai lembut oleh riak gelombang air ketika

sinar mentari menyentuh bebatuan yang berada di dasar kolam tempat berhentinya

air.

Sumber Gambar : http://www.kidnesia.com

Page 9: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

814 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Air Terjun Moramo terletak di Kawasan Suaka Alam Tanjung Peropa atau tepatnya di

Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan.

e. Hutan Lambusango

Hutan Lambusango merupakan salah

satu hutan lindung yang terdapat di

Sulawesi Tenggara dengan luas 65.000

ha. Hutan ini secara geografis terletak

pada 05°13‘ - 05°24‘ Lintang Selatan (LS)

dan 122°47‘ - 122°56‘ Bujur Timur (BT)

dengan ketinggian antara 5 m sampai

300 m dari permukaan laut (dpl). Hutan

ini memiliki topografi alam datar hingga

berbukit dengan curah hujan yang turun

per tahun rata-rata berkisar 1.980 mm,

suhu udara berkisar di antara 20°C

hingga 34°C serta kelembapan sekitar

80%.

Pada tahun 1982, melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor

639/Kpts/9/Um/1982 tertanggal 1 September 1982, kawasan Hutan Lambusango

ditetapkan sebagai hutan lindung. Keputusan tersebut mengatur kawasan hutan ini

untuk dikelola sebagai Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti konservasi alam dan penelitian

hutan. Melalui surat keputusan itu juga, kawasan Hutan Lambusango dibagi ke

dalam 3 wilayah, yaitu Suaka Margasatwa dengan luas area sekitar 28.510 ha; Cagar

Alam Kakenauwe dengan luas sekitar 810 ha; dan Kawasan Hutan Lindung dan

Produksi yang terletak di sekitar kawasan konservasi hutan dengan luas area sekitar

35.000 ha. Semenjak tahun 1984, oleh pemerintah setempat kawasan Hutan

Lambusango dipercayakan pengelolaannya pada Resort KSDA (Konservasi Sumber

Daya Alam) Lambusango yang ditugaskan untuk menjaga kelestarian hutan serta

melakukan upaya konservasi pada area yang dipergunakan untuk hutan produksi.

Hutan Lambusango terletak di Kecamatan Kapontori, Lasalimu, dan Pasarwajo,

Kabupaten Buton.

f. Taman nasiional Rawa Aopa

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

terletak di antara 4022‘—4039‘ LS dan 12104‘

BT dengan luas wilayah sekitar 105.194 ha.

Secara administratif, taman nasional ini masuk

ke dalam wilayah di beberapa kabupaten dan

satu kota, antara lain di Kota Kendari, seluas

46.764 ha (Kecamatan Lambuya dan

Tinanggea), di Kabupaten Kolaka seluas

12.825 ha (Kecamatan Ladoni dan Tirawuta),

dan di Kabupaten Buton seluas 46.605 ha

(Kecamatan Rumbia).

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai ditetapkan sebagai taman nasional

kelompok hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 756/Kpts-11/90 pada

tanggal 17 Desember 1990. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, Rawa Aopa

Sumber Gambar : http://3.bp.blogspot.com

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Page 10: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

815 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Watumohai terdiri dari beberapa kelompok hutan, di antaranya Taman Buru Gunung

Watumohai seluas 50.000 ha (SK Menteri Pertanian No. 648/Kpts/Um/10/1976

tanggal 15 Oktober 1976), dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa seluas 55.560 ha (SK

Menteri Kehutanan No. 138/Kpts-11/1985 tanggal 11 Juni 1985). Taman Nasional

Rawa Aopa Watumohai terdiri dari tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah,

hutan bakau, hutan pantai, savana dan hutan rawa air tawar.

Letak Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terbagi ke dalam 2 wilayah kabupaten

dan 1 kota, yaitu Kota Kendari, Kabupaten Buton.

g. Linang (goa) Kobori

Liang Kobori adalah nama lain dari Gua

Kobori, peninggalan nenek moyang

masyarakat suku Muna. Nama liang

kobori berasal dari bahasa Muna yang

berarti “Gua tulis”. Penamaan ini cukup

tepat karena di sepanjang dinding di

dalam gua, terdapat aneka lukisan yang

berjejer rapi.

Diperkirakan, lukisan yang terdapat di

dalam gua ini sudah berumur ratusan

tahun. Perkiraan tersebut, didukung oleh temuan seorang peneliti dari Jerman yang

pernah melakukan penelitian di lokasi Liang Kobori. Peneliti tersebut

mengungkapkan, lukisan yang terpahat indah itu berasal dari zaman prasejarah atau

sekitar 4.000 tahun silam.

Liang Kobori memiliki lebar 30 meter, tinggi antara 2 sampai 5 meter, dan

kedalaman di bawah tanah sekitar 50 meter. Liang Kobori tersusun dari bebatuan

stalaktit dan stalagmit yang berwarna kehitam-hitaman. Liang Kobori terletak di

Desa Mabolu, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.

h. Pantai Nambo

Pantai Nambo berada di Sulawesi Tenggara,

tepatnya 12 km sebelah selatan Kota

Kendari. Pantai ini menjadi salah satu obyek

wisata favorit di Provinsi Sulawesi Tenggara

yang banyak dikunjungi oleh para pelancong

terutama pada hari-hari libur.

Melihat animo yang tinggi dari para

wisatawan untuk bertamasya ke Pantai

Nambo, maka Pemerintah Kota Kendari

melakukan beberapa pembenahan pada

pantai tersebut. Pembenahan mulai dilakukan dengan membangun beberapa

fasilitas penunjang, seperti area parkir, gazebo, dan kamar mandi guna memberikan

kenyamanan bagi para pengunjung. Ke depan, pantai ini diproyeksikan menjadi

salah satu wisata andalan di kota tersebut.

Pantai Nambo memiliki panorama pasir putih nan halus di sepanjang bibir pantai.

Dengan kondisi yang cukup landai, para turis dapat bertamasya sembari bermain

Sumber Gambar : http://www.radarbuton.com

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Page 11: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

816 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

pasir, berlari, berkejaran sembari menyongsong datangnya air laut yang

menghempas ke bibir pantai.

Barisan pohon nyiur yang berdiri rapi di sepanjang bibir pantai melengkapi

keindahan panorama pantai ini. pohon-pohon ini juga bisa menjadi tempat

berlindung bagi para wisatawan di kala terik mentari menerpa pantai. Untuk

mengobati rasa dahaga, para pelancong dapat membeli kelapa muda yang dijajakan

oleh para pedagang di tempat ini. Bagi para wisatawan yang ingin menikmati

suasana pantai yang lebih tenang, alangkah baiknya datang pada sore hari

menjelang matahari tenggelam.

Selain menikmati wisata alamnya, para wisatawan juga dapat menyaksikan

langsung aktivitas nelayan suku Bajo yang bermukim tidak begitu jauh dari pantai

tersebut. Para pelancong dapat menyaksikan aktivitas mereka, seperti mencari ikan,

berlayar, dan lain-lain.

Pantai Nambo terletak di Kelurahan Nambo, Kecamatan Abeli, Kota Kendari.

i. Danau Napabale

Danau Napabale merupakan danau air asin

yang terletak di kaki bukit Desa Lohia,

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Danau ini bersebelahan dengan laut yang

dihubungkan oleh terowongan alam

sepanjang 30 meter dengan lebar 9 meter.

Melalui terowongan tersebut, Danau

Napabale memperoleh suplai air dari laut.

Jumlah debit air danau ini sangat

tergantung dengan pasang surutnya air

laut. Jika air laut pasang, maka permukaan danau ikut naik dan terowongan

penghubung akan tertutup oleh air. Tetapi, jika air laut surut, maka air danau ikut

berkurang. Terowongan itu juga sering digunakan oleh para nelayan sebagai jalur

ketika akan berangkat atau pulang dari melaut.

Konon, pada abad kelima belas, menurut cerita yang berkembang pada masyarakat

setempat, pernah ditemukan seorang gadis cantik yang terdampar di dalam

terowongan tanpa diketahui asal usulnya. Penemuan tersebut, oleh masyarakat

dilaporkan kepada raja Kerajaan Muna. Kecantikan dan keelokan paras gadis

tersebut membuat raja terpesona dan jatuh hati. Oleh sang raja, gadis yang baru

ditemukan itu kemudian didaulat sebagai permaisuri.

Mengunjungi Danau Napabale, para wisatawan dapat menikmati dua pesona wisata

alam sekaligus, yaitu danau dan pantai. Keindahan danau bisa dinikmati sembari

belayar di atas sampan atau dengan menyelam sembari menyaksikan pemandangan

bawah air yang menakjubkan (snorkeling). Sekiranya tidak bisa mengayuh sampan

sendirian, wisatawan dapat minta bantuan pada nelayan agar mengantar dengan

samapan hingga ke tengah danau, di mana terdapat sebuah pulau karang yang

menghijau ditumbuhi pepohonan.

Jika sudah puas dengan suasana danau, para wisatawan dapat menyeberang

melewati terowongan menuju tepi pantai. Di pantai tersebut para wisatawan dapat

bersantai, bermain ombak, atau berjemur di tepi pantai. Akan tetapi,

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Page 12: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

817 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

penyeberangan melalui terowongan akan sulit dilakukan jika air laut sedang pasang.

Sebab, pada saat itu terowongan yang menjadi penghubung antara laut dan danau

tertutup air.

Sekiranya tertarik dengan wisata pendidikan, para wisatawan dapat meneliti aneka

bebatuan pada terowongan yang telah berumur ratusan tahun. Pada beberapa

bagian di dalam terowongan tersebut terdapat aneka jenis stalaktik. Selain itu, para

wisatawan dapat pula menyaksikan aneka lukisan karang yang terbentuk indah

karena proses bentukan alam.

Danau Napabale terletak di Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.

2. Obyek Wisata Sejarah

a. Benteng Keraton Buton

Benteng Keraton Buton merupakan salah

satu objek wisata bersejarah di Kota Bau-

bau Sulawesi Tenggara. Benteng

peninggalan Kesultanan Buton tersebut

dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton

III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan

Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya,

benteng tersebut hanya dibangun dalam

bentuk tumpukan batu yang disusun

mengelilingi komplek istana dengan tujuan

untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan

masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan

Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa

tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen.

Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton

Buton memberi pengaruh besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun waktu

lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman

musuh.

Benteng Keraton Buton mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia

(MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan september 2006 sebagai

benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375 hektar.

Di samping itu, benteng tersebut memiliki panjang (keliling) sekitar 2.740 meter,

tinggi bangunan antara 2 sampai 3 meter, ketebalan antara 1,5 sampai 2 meter. Di

sepanjang benteng terdapat 12 pintu (lawa) masuk dan keluar yang berfungsi

menghubungkan komplek istana dengan perkampungan masyarakat. Adapun nana-

nama pintu tersebut adalah Lawana Rakia, Lawana Lanto, Lawana Labunta, Lawana

Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete, Lawana Kalau, Lawana Bajo/Bariya,

Lawana Burukene/Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana

Gundu-gundu.

Di setiap pintu benteng dapat dijumpai puluhan meriam yang masih terawat secara

baik. Meriam-meriam tersebut terletak berjejeran di sisi kiri dan kanan pada masing-

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Page 13: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

818 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

masing pintu. Pada masa perang melawan penjajah, meriam tersebut dipergunakan

oleh tentara kerajaan untuk menghalau musuh.

Di samping itu, keistimewaan Benteng Keraton Buton juga bisa dilihat pada

ketahanan bangunannya. Sampai saat ini benteng tersebut masih berdiri dengan

kokoh walau zaman telah silih berganti menghampirinya. Hal tersebut tidak bisa

lepas dari struktur bangunan, bahan yang berkualitas dan perekat yang terbuat dari

campuran putih telur, kapur dan agar-agar.

Benteng Keraton Buton terdapat di Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kota

Bau-bau.

b. Masjid Buton

Masjid Buton pertama kali didirikan pada

tahun 1538 M. Tidak lama berselang,

masjid ini terbakar akibat perang saudara

yang terjadi di Kesultanan Buton dalam

perebutan kekuasaan. Pembangunan

masjid tersebut baru dimulai lagi pada

tahun 1712 M dengan lokasi yang tidak

begitu jauh dari tempat semula.

Sejarah pembangunan kembali Masjid

Buton menjadi tonggak perdamaian dalam

perang saudara di Kesultanan Buton. Kisahnya berawal dari pengalaman gaib salah

seorang ulama yang tinggal di dalam Benteng Keraton Wolio yang bernama Syarif

Muhammad. Ia mendengar suara azan dari sebuah tempat yang ada di sekitar

keraton, maka kemudian ia mencari suara gaib tersebut. Setelah menelusuri sekian

lama, ia menemukan suara azan itu berasal dari sebuah lubang yang terdapat di

bukit di samping keraton. Berhubung hari itu adalah hari Jum‘at, Syarif Muhammad

mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat berjamaah di tempat tersebut. Ia

memanfaatkan momen tersebut dengan mengajak semua pihak yang sedang

bertikai untuk berdamai. Kemudian Sultan Sakiudin Darul Alam, sebagai Sultan

Buton, berinisiatif untuk membangun kembali masjid yang sudah terbakar di lokasi

sumber suara azan ditemukan.

Pada tahun 1930, di masa Sultan Hamidi (sultan ke-37), masjid ini untuk kali pertama

direnovasi. Struktur asli bangunan tetap dipertahankan dan hanya mengganti

sebagian rangka kayu, karena sudah lapuk dimakan usia. Sedangkan atap yang

semula menggunakan atap rumbia diganti dengan seng.

c. Istana Malige

Dalam sejarah Kesultanan Buton, tercatat

ada sekitar 38 istana yang umumnya dibuat

dalam bentuk rumah panggung bersusun

tiga. Pembangunan tiap istana tidak terlepas

dari tradisi yang berkembang dalam

Kesultanan Buton, di mana istana yang akan

ditempati oleh sultan yang hendak naik tahta

dibangun sendiri oleh sultan tersebut

dengan dibantu oleh sanak keluarganya.

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Page 14: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

819 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Sehingga, sampai berakhirnya dinasti Kesultanan Buton, tercatat sudah berdiri istana

sebanyak itu.

Sampai saat ini, sebagian dari istana-istana yang terletak di dalam Benteng Keraton

Buton tersebut masih dapat dijumpai. Sementara, sebagian yang lain sudah ada

yang rubuh karena dimakan usia. Untuk menjaga warisan sejarah tersebut,

Pemerintah Kota Bau-Bau menetapkan kompleks istana Buton sebagai warisan

sejarah dan beberapa di antaranya dijadikan sebagai museum untuk menyimpan

koleksi benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Buton. Salah satu istana

yang terkenal adalah Istana Malige. Dahulu kala, istana tersebut dihuni oleh Sultan

Buton ke-37 yang bernama La Ode Hamidi.

Keunikan Istana Malige terletak pada struktur bangunan dan tata ruangannya. Istana

tersebut terdiri dari 4 lantai yang dahulunya digunakan oleh Sultan La Ode Hamidi

sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal keluarganya. Lantai pertama yang

terdiri dari 7 petak/ruangan dipergunakan untuk tempat menerima tamu, tempat

sidang petinggi kesultanan, kamar tidur tamu, kamar anak sultan yang sudah

berkeluarga, ruang makan tamu, dan lain-lain. Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah

kamar, 7 kamar di sisi sebelah kanan dan 7 kamar di sisi sebelah kiri. Kamar-kamar

tersebut dipergunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kamar tidur keluarga,

kantor sultan, dan gudang. Lantai ketiga dipergunakan sebagai tempat istirahat dan

bersantai keluarga. Sedangkan lantai terakhir atau lantai keempat dipergunakan

untuk mengeringkan pakaian keluarga kerajaan.

Setelah ditetapkan sebagai warisan sejarah, Istana Malige oleh pemerintah

setempat dipergunakan sebagai museum guna menyimpan benda-benda bersejarah

peninggalan Kesultanan Buton, seperti meriam kuno dan benda-benda peninggalan

sultan Buton lainnya.

Istana Malige terdapat di Kelurahan Batuulo, Kota Bau-Bau.

3. Wisata Budaya

a. Upacara Pasuo

Tradisi Upacara Posuo yang berkembang di

Sulawesi Tenggara (Buton) sudah berlangsung

sejak zaman Kesultanan Buton. Upacara Posuo

diadakan sebagai sarana untuk peralihan status

seorang gadis dari remaja (labuabua) menjadi

dewasa (kalambe), serta untuk mempersiapkan

mentalnya.

Upacara tersebut dilaksanakan selama delapan

hari delapan malam dalam ruangan khusus yang

oleh mayarakat setempat disebut dengan suo. Selama dikurung di suo, para peserta

dijauhkan dari pengaruh dunia luar, baik dari keluarga maupun lingkungan

sekitarnya. Para peserta hanya boleh berhubungan dengan bhisa (pemimpin

Upacara Posuo) yang telah ditunjuk oleh pemangku adat setempat. Para bhisa akan

membimbing dan memberi petuah berupa pesan moral, spiritual, dan pengetahun

membina keluarga yang baik kepada para peserta.

Sumber Gambar :

http://wisatamelayu.com

Page 15: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

820 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Dalam perkembangan masyarakat Buton, ada 3 jenis Posuo yang mereka kenal dan

sampai saat ini upacara tersebut masih berkembang. Pertama, Posuo Wolio,

merupakan tradisi Posuo awal yang berkembang dalam masyarakat Buton. Kedua,

Posuo Johoro yang berasal dari Johor-Melayu (Malaysia) dan ketiga, Posuo Arabu

yang berkembang setelah Islam masuk ke Buton. Posuo Arabu merupakan hasil

modifikasi nilai-nilai Posuo Wolio dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Posuo ini

diadaptasi oleh Syekh Haji Abdul Ghaniyyu, seorang ulama besar Buton yang hidup

pada pertengahan abad XIX yang menjabat sebagai Kenipulu di Kesultanan Buton di

bawah kepemimpinan Sultan Buton XXIX Muhammad Aydrus Qaimuddin. Tradisi

Posuo Arabu inilah yang masih sering dilaksanakan oleh masyarakat Buton.

b. Tari Lulo

Tari Lulo adalah tarian masyarakat

Tolaki di Sulawesi Tenggara. Pada

awalnya, tari ini diadakan dalam

rangka pesta perkawinan, syukuran

panen, dan acara-acara khusus

lainnya. Tujuannya adalah sebagai

sarana untuk mempererat tali

silaturahmi dan tidak jarang juga

dimanfaatkan sebagai ajang untuk

mencari jodoh. Namun pada

perkembangannya, tarian ini juga

diadakan ketika ada pejabat atau

tamu penting yang datang

berkunjung ke Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam tarian ini, dihadirkan penari-penari

cantik yang mendampingi sekaligus membimbing para pejabat atau tamu penting

untuk ikut serta menari.

Dahulu kala, ketika Tari Lulo menjadi sarana untuk mencari jodoh, terdapat tata atur

yang sangat ketat. Ketika akan masuk ke dalam arena tarian misalnya, para penari

harus masuk dari depan dan tidak diperbolehkan masuk dari belakang. Selain itu,

ketika akan mengajak calon pasangan untuk menari, terutama pasangan pria yang

mencari pasangan wanita, hendaknya mencari wanita yang sedang berpasangan

dengan wanita. Jadi, seorang pria tidak diperbolehkan mengajak seorang wanita

yang sudah berpasangan dengan pria lain. Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak

terjadi kesalahpahaman ketika tarian berlangsung.

Ada juga aturan lain yang cukup menarik untuk diketahui, seperti ketika terjadi

penolakan dari calon pasangan. Apabila seorang pria yang mencari pasangan ditolak

oleh si wanita, maka pria tersebut dikenai denda adat, yaitu seekor kerbau ditambah

dua lembar sarung (toloa). Akan tetapi, denda ini tidak berlaku sebaliknya kepada

pihak wanita. Seiring perjalanan waktu, tata atur yang berlaku dalam tarian ini sudah

mulai ditinggalkan.

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Page 16: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

821 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

c. Aduan Kuda

Aduan Kuda merupakan salah satu olahraga

tradisional yang terkenal di Sulawesi

Tenggara, tepatnya di Kabupaten Muna dan

telah menjadi tontonan yang menarik bagi

masyarakat luas. Di kalangan masyarakat

Muna, atraksi ini populer dengan sebutan

pogeraha adara, yang berarti ‘adu kekuatan

kuda‘. Atraksi aduan kuda memiliki nilai

filosofi yang berkaitan dengan keutamaan

hak dan harga diri dalam melaksanakan

tanggung jawab. Masyarakat suku Muna

akan berupaya sekuat tenaga dalam

menjaga hak dan harga dirinya, walaupun nyawa taruhannya. Sampai sekarang,

filosofi tersebut tetap menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

suku Muna.

Atraksi adu kuda ini merupakan warisan dari kerajaan Muna di era kejayaannya.

Pada awalnya, aduan kuda ditampilkan pada saat raja-raja di Kerajaan Muna

kedatangan tamu penting dari luar daerah, seperti dari pulau Jawa atau dari daerah

lain. Untuk menghibur para tamu tersebut, maka diadakanlah atraksi aduan kuda

yang kemudian menjadi tradisi turun-temurun. Setelah kerajaan runtuh, tradisi

aduan kuda tetap berkembang, bahkan saat ini menjadi salah satu tradisi unggulan

masyarakat suku Muna.

Setiap tahun setidaknya tiga kali diadakan atraksi aduan kuda, yaitu pada peringatan

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha).

Biasanya, aduan tersebut selalu ramai ditonton oleh masyarakat. Pada perayaan

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, penontonnya bisa mencapai ribuan yang

datang dari berbagai daerah.

4. Wisata Minat Khusus

a. Pusat Kerajinan Perak

Pusat kerajinan perak yang membuat beraneka

jenis perhiasan di Kota Kendari ini oleh

masyarakat setempat dikenal juga dengan

sebutan “Kendari Werek”. Rata-rata aneka jenis

perhiasan yang dibuat ialah aneka perhiasan

yang biasa dipakai perempuan untuk menghadiri

acara-acara adat masyarakat Sulawesi Tenggara.

Kerajinan tersebut sudah berkembang semenjak

Indonesia masih di bawah jajahan pemerintah

kolonial. Para pengrajin perak generasi pertama

yang mengembangkan usahanya di Kota Kendari, yang dipimpin oleh Jie A Woi,

berasal dari Provinsi Kwang Tong, Cina. Jie A Woi mengembangkan usaha ini karena

terinspirasi oleh seekor laba-laba yang sedang membuat sarangnya. Ia kemudian

melakukan cara yang sama dalam menciptakan aneka jenis perhiasan perak.

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Sumber Gambar :

http://wisatamelayu.com

Page 17: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

822 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

Dalam perkembangannya, terutama setelah Indonesia merdeka, kerajinan perak

yang ada di kota tersebut tidak menunjukkan perkembangan yang berarti, bahkan

berindikasi pada kelesuan usaha. Saat ini, kerajinan perak tersebut lebih banyak

berkembang di lingkungan Dewan Kerajinan Kendari saja, yang tetap setia menjaga

kelestarian kerajinan perak. Hal itu dilakukan untuk menj aga aset daerah Sulawesi

Tenggara tersebut tetap lestari dan tidak hilang ditelan zaman.

b. Kerajinan Gembol

Kerajinan gembol oleh masyarakat Kendari

juga dikenal sebagai kerajinan “tumor kayu”.

Hal ini karena bahan dasar untuk kerajinan

tersebut diambil dari akar kayu yang

menyerupai benjolan tumor (penyakit) pada

manusia. Bahan-bahan tersebut biasanya

didapat dari beraneka pohon besar yang

tumbuh di daerah Sulawesi Tenggara.

Kerajinan gembol yang berkembang di Kota

Kendari, pertama kali diperkenalkan oleh

tentara Jepang ketika menguasai Provinsi

Sulawesi Tenggara. Mereka melihat provinsi

tersebut memiliki cadangan kayu yang

banyak dengan jenis kayu yang bervariasi,

seperti kayu jati, meranti, tolinti, cendana,

dan beropa. Hal tersebut menjadi inspirasi

bagi tentara Jepang untuk mengolahnya

menjadi aneka bentuk kerajinan. Sampai saat ini, masyarakat Kota Kendari masih

memproduksi kerajinan warisan Jepang tersebut, bahkan produksinya berkembang

cukup pesat.

Oleh karena keunikan kerajinan tersebut, apresiasi terhadap kerajinan gembol

mengalir dari berbagai daerah. Para konsumen biasanya datang dari berbagai

tempat, baik yang berasal dari masyarakat Sulawesi Tenggara sendiri maupun dari

luar daerah. Bahkan, permintaan terhadap hasil kerajinan gembol ada juga yang

datang langsung dari masyarakat mancanegara, seperti Jepang, Korea, negara-

negara di Timur Tengah, dan beberapa negara di Benua Eropa. Sehingga, hasil karya

para pengrajin gembol yang terdapat di Kota Kendari boleh dibilang sudah mampu

menembus pasar global.

c. Layang-layang Tradisional Kaghati

Layang-layang Kaghati adalah layang-

layang tradisional masyarakat suku

Muna yang sudah ada semenjak

zaman purba. Hal ini dapat diketahui

dari hasil temuan peneliti Jerman

yang meneliti peninggalan prasejarah

di situs Liang Kobori. Di dalam liang

(gua) tersebut, terdapat lukisan-

lukisan yang menunjukkan aktivitas

suku Muna purba yang sedang

Sumber Gambar :

http://wisatamelayu.com

Sumber gambar : http://wisatamelayu.com

Page 18: 29. PROVINSI SULAWESI TENGGARA - ujp.ucoz.com · melambangkan tanggal 17, buah kapas yang terdiri dari 8 buah, melambangkan bulan 8 Agustus, tiap buah kapas dengan kelompok hijau

823 Kepariwisataan Sulawesi Tenggara

menjalankan ritual menggunakan media layang-layang.

Konon, masyarakat suku Muna purba menyembah api yang dipercaya sebagai

manifestasi Tuhan dan mereka meyakini sumber utama api terletak pada matahari.

Untuk mencapainya, dilakukanlah ritual menerbangkan layang-layang Kaghati

selama tujuh hari. Tepat pada hari ketujuh, tali layang-layang diputus agar dapat

terbang menuju langit tempat Tuhan mereka (matahari) berada. Layang-layang yang

lepas tersebut, diyakini akan memberi perlindungan bagi masyarakat suku Muna

dari siksa api neraka setelah mereka meninggal.

Setelah agama Islam masuk ke Muna, ritual tersebut sudah tidak dilaksanakan lagi,

karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama. Namun, masyarakat

setempat masih menerbangkan Kaghati sebagai media hiburan dan ada juga yang

dipakai untuk menjaga sawah atau ladang mereka dari serangan hama burung dan

babi hutan. Layang-layang tersebut dapat mengeluarkan bunyi, sehingga membuat

burung dan babi menjadi takut.

Dalam perkembangannya, layang-layang Kaghati kerap kali diikutkan pada

perlombaan tingkat nasional maupun internasional. Pada tahun 1996 dan 1997,

layang-layang Kaghati mendapat penghargaan dari kalangan pecinta layang-layang,

baik di tingkat nasional maupun internasional, sebagai layang-layang yang paling

alami yang masih ada. Meskipun cukup dikenal di antara pecinta layang-layang,

namun sayangnya perlombaan khusus layang-layang Kaghati belum ada sampai

sekarang.