29 derita sepahit empedu · kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat...

205
Derita Sepahit Empedu

Upload: tranthuan

Post on 15-Aug-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

 

 

 

 

 

Derita Sepahit Empedu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

 

 

 

Sy. Datuk R.A.

Derita Sepahit Empedu

Kehidupan Eks-Tapol 65 di Alam Minangkabau  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BANDUNG 2015

 

Page 4: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Derita Sepahit Empedu Kehidupan Eks-Tapol 65 di Alam Minangkabau © Sy. Datuk R.A. Pengantar: Koesalah Soebagyo Toer Sambutan: S. Utomo, St. Syahril Amga Editor: Bilven, Sangdenai Desain sampul: Doiki Hamakonda Diterbitkan oleh Ultimus Cetakan 1, Agustus 2015 Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Sy. Datuk R.A. Derita Sepahit Empedu: Kehidupan Eks-Tapol 65 di Alam Minangkabau Cetakan 1, Bandung: Ultimus, 2015 xxii + 182 hlm.; 14,5 x 20,5 cm 978-602-8331-54-8

ULTIMUS Tel. (+62) 812 245 6452, (+62) 811 227 1267 [email protected] www.ultimus-online.com 

Page 5: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Sekapur Sirih | v

Sekapur Sirih

Kawan-kawanku yang tercinta.

Matahari dan bulan bercahaya ke seluruh alam semesta. Silih-berganti siang dan malam menyinari semua makhluk, besar dan kecil, di mana pun berada. Kemudian turun detik demi detik hingga terang yang kita lihat dan nikmati menjadi pudar dan menggelap untuk akhirnya hilang di bawah permukaan cakrawala.

Begitu pun hidup manusia ini. Manusia lahir, tumbuh menjadi remaja, dewasa, dan kuat untuk mengemban tugas hidup dengan segenap kemampuan, kekuatan, dan dayanya. Kemudian melemah, kemampuannya menurun, menjadi tua dan pada akhirnya tibalah saatnya ia melepaskan hidup yang indah ini. Pergi lenyap dan hilang menuruti hukumnya.

Segala yang pernah ia lakukan tak akan diingat orang lagi. Segala kenangan mengenai dirinya akan dilupakan. Tak seorang pun akan menceritakan kisahnya. Tak seorang pun akan menceritakan pengalamannya, suka dan duka serta kesedihannya.... Semua kan hilang lenyap.

Kawan-kawanku.

Sebelum hal ini terjadi. Sebelum matahari dan bulan kehidupan ini

turun jauh di bawah garis cakrawala. Sebelum semua menjadi gelap dan hilang. Berdasarkan apa yang masih bisa kuingat pada hari tuaku ini, kucoba menuliskannya. Diriku, hal-hal yang pernah kualami, kegembiraan, kesedihanku, dan segala apa yang masih bisa kuingat—kucoba untuk menuliskan sejauh yang bisa kutulis, agar kawan-kawanku dan siapa saja yang membaca tulisan ini dapat mengetahui sedikit banyak sejarah, pengalaman serta perjalanan hidupku. Inilah

Page 6: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

vi | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

perjalanan hidupku yang sebenar-benarnya. Hanya satu harapan dariku, petiklah yang baik dan buanglah yang tidak baik.

Ranah Minang, 30 September 2009

Penulis

Page 7: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Pengantar | vii

Pengantar

Koesalah Soebagyo Toer Ketua YPKP-HAM

BUKU Derita Sepahit Empedu: Kehidupan Eks-Tapol 65 di Alam Minangkabau karya Sy. Datuk R.A. ini berisi riwayat hidup penulis sejak dilahirkan di Nagari Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, pada tahun 1939.

Buku ini merupakan kisah masa kanak-kanak penulis di zaman penjajahan Belanda, kemudian zaman pendudukan Jepang dan revolusi fisik. Ia menceritakan bagaimana bersekolah dan berorganisasi di masa politik demokrasi liberal, lalu bagaimana ketika terjadi pergolakan di daerah dengan Pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia), kemudian zaman beralih ke masa politik demokrasi terpimpin dan politik konfrontasi dengan Malaysia. Buku ini dipuncaki dengan Peristiwa G30S (Gerakan 30 September).

Di waktu Peristiwa G30S meletus, penulis sudah menjadi pegawai negeri. Di tengah politik pergantian kekuasaan dari yang kemudian dinamakan orde lama menjadi orde baru, yaitu pada bulan November 1966, penulis menjadi korban pengeroyokan massa orde baru. Sejak itu ia menjadi tahanan politik yang dipindahkan dari satu tempat penahanan ke tempat penahanan yang lain, berganti dari tangan satu interogator ke tangan interogator yang lain. Ia menjalani kerja paksa di rumah pejabat atau di proyek yang satu ke rumah pejabat atau proyek yang lain. Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang penangkapan, penyiksaan,

Page 8: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

viii | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

pengadilan, pembuangan, dan pembunuhan—mewarnai suasana politik fasis militer di bawah Jenderal Soeharto.

Ketika pada akhir tahun tujuh puluhan—akibat desakan luar negeri—pemerintah orde baru terpaksa membebaskan tahanan politik, penulis pun ikut dibebaskan sesudah ditahan selama 12 tahun. Ternyata itu hanya pembebasan semu, karena apa yang dinamakan “pembebasan” ternyata disertai berbagai hambatan yang menjadikan tapol sebagai warga negara yang didiskriminasi, seperti adanya keharusan lapor kepada pejabat militer, larangan memegang jabatan tertentu, diberinya tanda “ET” (eks-tapol) pada KTP (Kartu Tanda Penduduk). Semua hambatan itu menyebabkan para bekas tahanan sulit hidup normal dan boleh dikatakan sepanjang hidup ia tetap menjadi warga negara yang terpinggirkan.

Suatu hal yang istimewa, penulis termasuk pribadi yang berani dan tegas memperjuangkan hak-haknya hingga akhirnya ia dapat diakui sebagai pejabat adat yang berlaku di masyarakat Minangkabau, dan sebagai warga negara Republik Indonesia diakui haknya untuk menjadi calon legislatif.

Sesuai dengan naluri dan kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat adat dan sebagai warga negara, ia menggabungkan diri dengan LPR-KROB (Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru) dan YPKP–HAM (Yayasan Penelitian Korban Pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia). Dalam kegiatan sebagai relawan dari kedua lembaga inilah Datuk dengan rajin, gigih, dan ulet melakukan penelitian tentang korban pelanggaran HAM berkaitan dengan Peristiwa G30S. Ia berhasil memperoleh data yang menyatakan bahwa dalam peristiwa tersebut di seluruh Sumatera Barat, di daerah tingkat II, tercatat sebanyak 25.000 lebih tahanan/narapidana G30S. Angka itu dibenarkan oleh Kadit Sospol Tk.I Sumatera Barat. (Padang Ekspres, 26-04-2001)

Dari penelitian akan jumlah dan nama korban Peristiwa G30S yang dilakukannya, ditemukan bahwa di Sumatera Barat tercatat 2.264 orang, terdiri atas 178 mati dibunuh, 18 orang divonis pengadilan, dan 2.066 orang ditahan. Angka ini, walau agak jauh dari angka perkiraan korban umumnya, tetapi cukup signifikan karena sudah melebihi 80%, meliputi seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Penelitian ini belum selesai dan masih bisa dilanjutkan.

Satu hal yang istimewa lagi, di dalam buku ini penulis menampilkan tiga tokoh Sumatera Barat (tiga putra Minangkabau yang patut dihormati dan dikenang) karena pada zamannya masing-masing

Page 9: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Pengantar | ix

mereka dapat menjelaskan pada masyarakat akan kesejajaran ideologi komunisme dengan Islam. Ketiga orang itu adalah: Hasan Raid (putra Silungkang, Sawahlunto), H. Datuk Batuah (putra Koto Laweh, Padangpanjang), dan Pakih Salih (putra Rao-Rao, Tanah Datar).

Tidak berlebihan kiranya menamakan penulis sebagai relawan teladan bagi YPKP-HAM dengan hasil kerja keras yang telah dicapainya dan benar dengan apa yang dikatakannya:

Mereka berusaha agar patriot-patriot bangsa yang telah mereka musnahkan itu akan hilang begitu saja tiada ditulis, tiada dikenang.... Jasad patriot bisa mati dan hilang, tapi diri dan nama mereka tetap hidup di hati dan di bibir rakyat. Patriot-patriot yang telah gugur itu akan ditulis nama dan hak

juangnya, akan ditulis terus-menerus dengan tiada habisnya. Tulisan tentang Imam Bonjol, Diponegoro, tak pernah habis. Tulisan-tulisan tentang patriot akan senantiasa bertambah, ditulis oleh mereka yang baru tumbuh, yang muda-muda. Anak-anak itu akan menulis tentang bapaknya. Kemenakan-kemenakan akan memperingati mamaknya (pamannya). Adik-adik akan menulis tentang kakaknya. Kawan, kenalan, dan sahabat akan menulis pula.

Tulisan ini adalah bukti segamblang-gamblangnya.

Page 10: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

x | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Page 11: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Sambutan | xi

Sambutan

S. Utomo Ketua Umum DPP LPR-KROB

DERITA Sepahit Empedu merupakan suatu kisah perjalanan hidup nyata dari penulis, bukan cerita fiksi. Melalui kisah itu, kalau kita membacanya, maka tergambarlah bagaimana sosok manusia Sy. Datuk R.A. yang sebenarnya. Ia lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai tua di Sumatera Barat. Maka baik fisik maupun pemikirannya sangat ditentukan oleh situasi lingkungan, keluarga, serta masyarakat di mana ia hidup dan bergulat, berjuang demi hidup, yaitu masyarakat Minangkabau, Indonesia, serta dunia pada zamannya. Sy. Datuk R.A. mengenal, memahami, meresapi, dan menguasai tata hidup, adat istiadat negeri dan masyarakat Sumatera Barat. Oleh karena itu tuangan hati, perasaan, serta pikiran yang dituturkannya di dalam buku ini dapat juga mencerminkan kehidupan dan perjuangan rakyat Sumatera Barat yang biasanya kita sebut Minangkabau.

Ia lahir pada zaman di mana Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda, yaitu pada tanggal 28 September 1939, dari seorang ayah yang taat beribadah, seorang guru mengaji yang kemudian diangkat menjadi guru agama Islam di sekolah dasar atau disebut Sekolah Rakyat 6 tahun di Dobok, Limo Kaum. Itulah sebabnya ia juga menjadi seorang muslim yang taat. Tahun-tahun sejak pemerintah kolonial Belanda kalah perang dan takluk pada kekuatan militer Jepang yang menyerbu Hindia-Belanda—begitu Indonesia waktu itu disebut—pada tahun 1942 sampai Jepang kalah perang tahun 1945, ia baru berumur 3—6 tahun, sehingga belum dapat merekam secara rinci

Page 12: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

xii | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

keadaan di kala itu. Sedang cerita-cerita tahun 1945—1949 dapat ia paparkan dengan cukup bagus.

Pada akhir zaman pendudukan Jepang, pada usia sekitar 6 tahun, Datuk kecil dimasukkan Sekolah Rakyat di Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum. Di sekolah inilah Datuk kecil diajari sedikit kebudayaan Jepang, seperti menghormati bendera Jepang, Hinomaru, sambil membungkukkan badan ke utara, ke arah Istana Tenno Heika di Tokyo, mempelajari beberapa lagu Jepang, dan lain-lainnya. Juga pada masa kecil inilah ia diajak ibunya naik kereta api ke Solok, begitulah pertama kali ia mengetahui apa yang dinamakan kereta api dan mengagumi indahnya pemandangan alam sepanjang perjalanan.

Dalam usia mendekati 7 tahun, tiba-tiba ia mendengar dan melihat bagaimana pemuda-pemuda rakyat di kampungnya berarak-arak. “Merdeka!”, “Merdeka! Indonesia Merdeka!”, dan bendera Merah Putih pun berkibar pada tanggal 25 Agustus 1945 di Batusangkar, ibu kota Kabupaten Tanah Datar. Ia melihat banyak pemuda-pemuda dan orang kampung secara sukarela masuk menjadi laskar dan bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) dengan menyandang jabatan menurut kemampuan, kesanggupan, dan pengetahuan masing-masing. Kemudian ia melihat bahwa pemuda-pemuda dan rakyat bergerak melucuti tentara Jepang, serta mengambil senjata dari tangan Jepang untuk digunakan menegakkan Republik Indonesia.

Walaupun ia masih duduk di bangku sekolah dasar, namun sangat ingat Peristiwa Agresi Belanda I dan II, sampai penyerahan kedaulatan Belanda pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Datuk menceritakan:

Kampung kelahiranku, Koto Gadis Limo Kaum, merupakan garis depan untuk persiapan menyerang, serangan dilakukan terutama pada malam hari. Kami tetap bersekolah, tetapi pulang sekolah bercampur-aduklah kami dengan ramainya bersama TNI kita, para pemuda pejuang yang lebih kita kenal Tentara Pelajar. Kelompok ibu-ibu sebagai pelaksana dapur umum melayani TNI yang bertugas menunggu komando untuk menyerang kota Batusangkar malamnya. Dalam situasi demikian, kami anak-anak terus diberi semangat oleh tentara yang bertugas, “Ayo anak-anak, saya akan bercerita untuk Kalian.” Kami telah berkumpul lebih kurang 8 orang mengitari tentara itu. Diletakkannya senjata yang telah dikosongkan pelurunya, dan mulailah ia dengan ucapan, “Merdeka anak-anak!” Lantas kami membalas, “Merdeka!”

Page 13: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Sambutan | xiii

“Negara kita Indonesia sedang dilanda perang, Belanda mau melanjutkan menjajah kita setelah 350 tahun. Penjajahan Belanda dilanjutkan oleh penjajahan Jepang selama lebih kurang 3,5 tahun, kita sudah cukup menderita untuk itu, anak-anak. Bapak, sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI), berkewajiban melawan semua bentuk penjajahan, sekarang kita tak mengalah lagi walaupun nyawa melayang, kita bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945. Anak-anak bapak dari kecil harus sudah mengerti perjuangan. Supaya anak-anak ketahui dan memaklumi, lihatlah itu anggota-anggota pasukan bapak sedang beristirahat, padahal malam tadi pasukan kita telah melakukan serangan ke dalam kota Batusangkar dan gerakan ini akan dilakukan terus-menerus sampai Belanda angkat kaki dari kota Batusangkar. Bila kota telah kita kuasai kembali, anak-anak bapak masuk ke kota dan melanjutkan sekolah, bersemangatlah dan bangkitlah melanjutkan perjuangan kita yang belum selesai ini.”

Sy. Datuk R.A. dalam buku ini juga menceritakan tentang

Peristiwa PRRI pada tahun l958 yang mengakibatkan kegiatan belajar terhenti, mereka melakukan pembunuhan secara luar biasa.

Setamat SMP ia meneruskan ke SMA dan ikut serta kegiatan sekolah dan organisasi pelajar IPPI waktu itu. Tamat SMA ia berminat masuk militer, tetapi maksud tersebut tidak dikabulkan orang tuanya dengan alasan agar ia meneruskan kuliah ke perguruan tinggi. Sy. Datuk R.A. melanjutkan sekolah di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Andalas—kemudian FKIP ini menjadi perguruan tinggi sendiri, yaitu Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang. Pada tahun 1999, IKIP ini berubah menjadi Universitas Negeri Padang (UNP). Semasa kuliah ini Sy. Datuk R.A. tertarik hatinya dengan seorang mahasiswi dari jurusan bahasa Indonesia bernama Zulhema, panggilannya Zul.

Sewaktu dirinya menjabat pengurus IPPI, Zul sering datang ke kantor dan berdiskusi untuk menyusun kegiatan organisasi “turun ke bawah” (turba) bersama dengan Consentrasi Gerakan Mahasiswa lndonesia (CGMI). Banyak kegiatan organisasi IPPI yang diikutinya, termasuk Kongres VI IPPI di Jakarta, sesuatu yang menambah wawasan pribadinya. Akan tetapi karena biaya tidak mencukupi, maka Datuk pun terpaksa meninggalkan kuliah dan bekerja menjadi pegawai negeri di Kantor Gubernur Sumatera Barat di Bagian Sensus Statistik.

Page 14: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

xiv | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Belum seberapa lama ia bekerja, terjadilah peristiwa besar— 1 Oktober 1965. Peristiwa ini baru terasa getarannya pada tanggal 9 Oktober 1965, yaitu dengan munculnya pamflet-pamflet “Ganyang antek-antek PKI”, “Gantung Aidit, Untung, Subandrio”, dan lain-lainnya.

Pada tanggal 13 Oktober 1965 terjadi demonstrasi besar-besaran di kota Padang. Tanggal 14 Oktober 1965, Pangdam III/17 Agustus, Brigjen. Panuju mengeluarkan pengumuman agar para pimpinan PKI dan ormas-ormasnya melapor pada bagian keamanan setempat. Minggu pertama bulan November 1965, kader/simpatisan PKI melakukan apel dengan disaksikan Panca Tunggal (Muspida) Kodya Padang dan menyatakan pembubaran PKI, mengutuk pembunuhan para jenderal. Setelah itu baru ada serangkaian aksi penangkapan, penganiayaan, dan pembunuhan.

Dalam rangkaian aksi ini Datuk ditangkap, disiksa, dan kemudian ditahan di berbagai tempat penahanan, di kantor Polisi Resort Kota Padang, di tempat lain, dan dipenjara bersama teman-teman tahanan yang sama nasibnya. Datuk dan teman tahanan lainnya juga menyadari bahwa karena peristiwa ini adalah peristiwa politik, maka belum tentu kapan masa penyelesaiannya. Oleh sebab itu keadaan ini dihadapinya dengan tabah dan teguh hati.

Datuk juga mencatat bahwa kota Padang merupakan pusat tahanan politik (tapol) dengan jumlah tahanan terbanyak. Di antara para tahanan itu ada Buya Munyar Artini, anggota DPD Perti Sumatera Barat; Wihono, anggota DPC Partindo. Selain itu ada anggota ormas BTI, nelayan, buruh, sipil, dan militer. Juga terdapat ibu-ibu, antara lain Ibu Gadis dari Pariaman, Ibu Nurhumani, Hamidah, Nun, Martias, Eliarsyam, Rasidin, Yurnalis, Yohana, dan Jamiah Nani.

Rumah tahanan dijaga sangat ketat oleh CPM. Selain itu mereka juga dijaga Arhamud secara bergiliran 24 jam. Mereka diberi nasi campur pasir dua kali sehari sebanyak satu mangkok cuci tangan dengan sayur seadanya dan sepotong kecil ikan asin. Tapol dipekerjakan di rumah tangga pejabat untuk membangun rumah dan jalan.

Penahanan yang penuh siksaan ini dialami Datuk beserta teman-temannya selama 12 tahun, yaitu pada tahun 1965 sampai mereka dibebaskan pada tanggal 17 Desember 1977.

Namun, walaupun sudah dibebaskan, kenyataannya mereka hanya berpindah ruang, dari ruang tahanan yang sempit, kini ke ruang tahanan yang lebar, yaitu masyarakat. Di masyarakat yang katanya

Page 15: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Sambutan | xv

“bebas” ini, para mantan tahanan politik dibatasi dan diawasi oleh otoritas militer, diharuskan wajib lapor, didiskriminasi dengan berbagai undang-undang dan peraturan pembatasan—seperti tidak boleh menjadi guru, pengacara, bekerja di perusahaan vital. Mereka juga menerima berbagai cercaan, diberi cap eks-tapol PKI, hal yang sangat menyudutkan di dalam pergaulan sehari-hari sampai sekarang.

Perjuangan untuk hidup dan menghidupi keluarga dalam suasana serba terbatas ini merupakan perjuangan keras yang penuh dengan liku-liku. Datuk berusaha melakukan apa saja yang patut dilakukan. Ia hidup sebagai petani, buruh, dan berdagang, sampai-sampai membuka warung kopi, mengelola persawahan, membudidayakan ikan air tawar, memelihara sapi, dan akhirnya mendirikan Kelompok Tani Muda Laskar di kampung halamannya sendiri.

Dari pergulatan hidup yang gigih akhirnya Syafei Nasir—demikian nama kecilnya—diangkat kembali sebagai pemangku adat yang sebelumnya ditolak dengan alasan terlibat G30S PKI. Demikian tulis Syafei Nasir dalam buku ini:

Pada kesempatan pertemuan di hadapan pengurus Kerapatan Adat Nagari ini, saya baru dapat dinyatakan secara musyawarah berhak diangkat menjadi seorang penghulu dari jumlah yang telah selesai persyaratannya sebanyak 49 orang, di nagari asal saya Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Syafei Nasir dikukuhkan sebagai penghulu di persukuan kaum

adat di Minangkabau dengan gelar “Datuk Rajo Ameh Nan Pandak” di rumah kebesaran adat Datuk Bandaro Kuning di Kuburajo, Limo Kaum.

Tidak juga dilupakan Datuk, dalam buku ini ia memasukkan tulisan tentang riwayat hidup pejuang kemerdekaan pendahulunya pada tahun 1925, yaitu Haji Datuk Batuah. Ia adalah seorang tokoh muslim terkenal, guru sekolah Sumatera Thawalib di Padangpanjang. Ialah yang mendirikan Partai Komunis Indonesia cabang Padangpanjang dengan pengurusnya: Haji Datuk Batuah sebagai ketua, Djamaludin Tamin sebagai sekretaris/bendahara, Natar Zainuddin dan Datuk Machudum Sati sebagai anggota. Datuk Batuah juga pernah diangkat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden Soekarno pada tanggal 14 Februari 1947.

Page 16: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

xvi | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Demikian juga ditulis riwayat pendahulunya, Haji Mohamad Shaleh Kari Sutan atau Pakih Salih, pelajar Sumatera Thawalib, yang kemudian mendirikan sekolah agama pertama Al Adlu Wal Ikhsan di Rao-Rao, Sumatera Barat. Juga banyak disebutkan olehnya nama-nama para pendahulu pejuang tua kemerdekaan.

Syafei Nasir Datuk Rajo Ameh Nan Pandak di samping mengatasi kesulitan hidup dan berhasil dipilih sebagai penghulu, juga aktif dalam organisasi korban orba, YPKP-HAM dan LPR-KROB. Ia berhasil mengumpulkan nama korban orba di Sumatera Barat yang juga dimuat dalam buku kisah perjalanan hidupnya ini, Derita Sepahit Empedu.

Buku setebal 182 halaman yang disusun dan ditulis dengan tekun dan susah payah ini patut dibaca oleh siapa pun, terutama oleh angkatan muda di Sumatera Barat agar mengetahui lebih dalam tentang perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia, khususnya yang telah terjadi di Minangkabau, Sumatera Barat; untuk memperoleh apinya, “jangan hanya abunya”, kata Bung Karno, Presiden RI; dan agar “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Inilah yang sedang dan terus diusahakan oleh Syafei Nasir Datuk Rajo Ameh Nan Pendak, agar tetap menjadi contoh hidup bagi generasi muda penerusnya.

Page 17: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Sambutan | xvii

Sambutan

St. Syahril Amga, S.H., M.H. ORANG cerdas dilihat dari jawabannya, orang bijak dilihat dari pertanyaannya, dan orang tahu dilihat dari penyataannya. Dari judul buku ini terlihat jelas secara pasti bahwa isinya didasarkan pada data dan fakta yang akurat. Sehubungan dengan itu, saya selaku pengamat kejadian/peristiwa menyambut baik kehadiran buku ini karena sangat perlu diketahui bagaimana Derita Sepahit Empedu.

Dapat pula dipastikan bahwa buku ini memberikan konstribusi yang berkualitas tinggi bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Orang-orang yang merindukan menjadi orang besarlah yang akan membaca buku ini. Sejarah yang dinukilkan oleh penulisnya adalah rangkaian peristiwa semenjak dari zaman Jepang sampai ke era reformasi.

Untuk menjadi orang yang tahu, harus belajar dan membaca. Membaca bukanlah pekerjaan berat apabila ditetapkan waktunya. Baik pada siang maupun pada malam hari, asal dirutinkan, ia akan menjadi suatu kebiasaan yang mendatangkan faedah dan manfaat yang luar biasa.

Berapa banyak bacaan seseorang merupakan termometer dirinya. Oleh karena itu tidak bisa dibantah, Iqra atau bacalah. Saya sudah lebih kurang membaca 1400-an judul buku, belum ada yang berjudul Derita Sepahit Empedu.

Judul ini betul-betul merupakan sinyal yang jelas dan akurat serta pasti memberikan suatu ilmu pengetahuan kepada yang membacanya. Apalagi di bawah judul tersebut ditulis “Kehidupan Eks-Tapol 65 di Alam Minangkabau”. Isinya jelas dan dapat dipastikan merupakan kejadian yang sesungguhnya.

Page 18: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

xviii | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Justru itu, rugilah rasanya kalau tidak sempat membaca isi buku ini, karena isinya memberikan masukan tentang ilmu pengetahuan yang tidak bisa dinilai dengan uang. Apalagi tidak semua bisa didapat dengan uang. Sebaliknya, uang itu pasti bisa didapat dengan ilmu pengetahuan.

Dari itu, ingatlah, dengan seni semua indah, dengan agama semua berkah, dan dengan ilmu semua bisa. Berkaitan dengan itu wariskanlah ilmu hasil bacaan kita untuk anak-cucu. Jangan sekali-kali meninggalkan benda yang bakal menimbulkan perebutan yang melahirkan sengketa. Semoga.

Ampalu Gurun, Batusangkar, Jumat, 24 Juni 2011

Page 19: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Daftar Isi | xix

Daftar Isi

Sekapur Sirih —— v Pengantar Koesalah Soebagyo Toer —— vii

Sambutan S. Utomo —— xi Sambutan St. Syahril Amga —— xvii

I. Mengenal Negeri Kelahiran —— 1

II. Zaman Jepang —— 3 1. Derita dan Kenangan —— 5

2. Awal-Awal Mengenal Penjajahan Jepang —— 6 3. Pemuda Pejuang Menghadang Tentara Jepang —— 7

4. Masuk Sekolah Rakyat —— 8 5. Ibu Dimarahi Datuk —— 9

6. Selama Perjalanan Menuju Kota Solok —— 10 7. Bapak Jadi Tentara Membantu Pasukan Jepang —— 13

III. Indonesia Merdeka —— 15

IV. Habis Jepang, Belanda Lagi —— 19

1. Belanda Merompak Tanaman Jilatang —— 22 2. Menyelamatkan Bapak dari Pencarian Patroli Belanda —— 23

3. Kampung Ramai oleh Evakuasi dari Luar —— 24 4. Kisah Penting Lain sampai Penyerahan Kedaulatan 1950 —— 26 5. Era Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) —— 27

V. Taman Siswa —— 29

1. Mulai Mengenal Rasa Kebangsaan —— 29 2. Taman Siswa Pembekalan Rasa Kebangsaan —— 31

Page 20: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

xx | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

VI. Minang Bergolak —— 33 1. Kegiatan Belajar Terhenti Akibat Pergolakan PRRI —— 33

2. Beberapa Tempat Penyiksaan dan Pembunuhan —— 35 3. Situasi Penumpasan PRRI Memanas —— 42

VII. Melanjutkan Sekolah, Berorganisasi dan Bekerja —— 45

1. Lulus SMP, Lanjut SMA —— 45 2. Izin Mengikuti Konferensi Besar IPPI di Jakarta —— 46

3. Ingin Jadi Militer, Kedua Orang Tua Tidak Mengizinkan —— 46 4. Melanjutkan Kegiatan di Padang Kota Tercinta —— 47 5. Kenangan Manis Masa Bercinta Semasa Kuliah —— 47

6. Kegiatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa —— 49 7. Menghadapi Kongres IPPI ke VI di Jakarta —— 50

8. Masuk Pegawai Negeri —— 51 9. Menjadi Penasihat Hukum —— 52

VIII. Mengawali Derita di Masa Orde Baru —— 55

1. Sejarah Perlu Ditulis Lebih Humanis —— 55 2. Oktober 1965 di Sumatera Barat —— 57

3. Dari Catatan Harian —— 58 4. Pancasila Penyelamat —— 60

5. Di Kantor Wali Jorong Pasar Usang —— 61 6. Perlakuan Selama di Polsek Lubuk Alung —— 62

7. Pemindahan dari Polsek Lubuk Alung ke Polres Pariaman —— 62 8. Pengalaman Tapol di Polres Pariaman —— 64

9. Kegiatan Siang Hari —— 64 10. Perintah Bongkar Kuburan —— 65

11. Penahanan Panjang dari Penjara ke Penjara —— 65 12. Bermacam Kerja Tapol di Batusangkar —— 70

13. Pindah Tahanan Lagi ke Padang —— 74 14. Bercanda dengan Bu Mul —— 76

15. Perlakuan Jatah Konsumsi —— 79 16. Dua Kali Kunjungan HAM Internasional —— 81

17. Tuturan Ibu Siti Umi di Tempat Tahanan Asrama Lolong —— 82 18. Rumah Penjara Muara Padang Juga Dapat Kunjungan —— 82

19. Terjadi Lagi Pemindahan Tahanan —— 83 20. Pedih Penderitaan Jalan Terus —— 85

IX. Bebas dari Penjara —— 87

1. Perjalanan Hidupku Setelah 12 Tahun Ditahan —— 87 2. KTP Bertanda “ET” Ikut Menyelamatkan —— 90

3. Kembali Lagi ke Kampung Halaman —— 91

Page 21: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Daftar Isi | xxi

4. Berdirinya Kelompok Tani Muda Laskar —— 94

X. Pengangkatan Menjadi Datuk —— 97 1. Berjuang Melawan Pemangku Adat —— 97

2. Perdebatan di Kerapatan Adat Nagari —— 98

XI. Penutup —— 101

Lampiran 1: Tiga Putra Minangkabau Patut Dihormati dan Dikenang —— 105 1. Hasan Raid —— 105

2. H. Datuk Batuah, Seorang Tokoh Spiritual —— 108 3. Pakih Salih —— 121

Lampiran 2: Pahlawan Dirgantara Itu Telah Tiada —— 125

Lampiran 3: Tapol Sumatera Barat —— 127

Page 22: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

xxii | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Page 23: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengenal Negeri Kelahiran | 1

I

Mengenal Negeri Kelahiran

LIMO KAUM adalah sebuah nagari yang terdiri dari empat nagari: Nagari Labuah, Nagari Parambahan, Nagari Cubadak, dan Nagari Baringin. Keberadaannya terletak dalam wilayah Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Sedangkan struktur adat dan budayanya disebut struktur adat Minangkabau.

Di Minangkabau ada 3 bagian wilayah adat yang disebut luhak: Luhak Tanah Datar atau Luhak Nan Tuo; kedua, Luhak Agam; dan ketiga, Luhak 50 Kota. Luhak Tanah Datar disebut juga Luhak Nan Tuo oleh karena kelahiran luhak ini lebih tua dari kedua luhak lainnya. Mengenai ketuaan Luhak Tanah Datar, berikut kutipan cerita dari Tambo Minangkabau dan bukti sejarah yang ditulis oleh Kakanda Sutan Mahmud B.A. dan almarhum Mamanda A. Manan Rajo Pangulu (h.13).

Kerajaan Koto Batu Penghuni Minangkabau Tua atau yang mula-mula sekali, berdiam di atas Gunung Marapi dan beberapa lama setelah itu, mereka berkembang juga dan membagi tempat kediamannya menjadi 21 tempat, yakni:

1. di Pucuk Gunung Marapi 2. di Aia Sidayu-dayu 3. di Labuah Silumpang Lempong 4. di Kubangan Ruso Bia Kaki 5. di Tibokian Sawah Nan Gadang Satanpang Baniah 6. di Rusuk Galanggang Kuau 7. di Bukik Batu Pacaturan 8. di Balairong Panjang 9. di Padang Kaliki Kanji 10. di Aia Gamurinciang

Page 24: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

2 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

11. di Kalapo Niua Gadiang 12. di Gunuang Pitalo 13. di Galundi Nan Baselo 14. di Pincuran Talang 15. di Antaro Pacerek jo Pusako 16. di Batu Tampek Manitik 17. di Batu Panta 18. di Medan Bungo Sitangkai 19. di Lurah Siguntang-guntang 20. di Lubuak Nan Badaun 21. di Pautan Gajah Putiah

Setelah mereka berkembang, terjadilah perpindahan-

perpindahan. Perpindahan pertama adalah menurun ke Pariangan, selanjutnya pindah ke berbagai tempat, dan keluarga atau yang mempunyai pertalian dengan Sultan Sri Maharajo, pindah ke Dusun Tuo (Dusun Tuo ini sekarang adalah suatu jorong dari Nagari Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar). Limo Kaum merupakan nagari induk dengan corak adat berdasarkan Kelarasan Bodi Caniago, Minangkabau. Jorong Koto Gadis bersebelahan dengan Dusun Tuo, sebuah ranah kecil yang dibentangi oleh sawah dan ladang serta diapit oleh dua gunung, Gunung Marapi dan Gunung Sago.

Di situlah saya dilahirkan pada tanggal 28 September 1939, dari sepasang suami-istri, Bapak M. Nasir dan Ibunda Hj. Rakimah. Kedua orang tua termasuk taat beribadah. Pada mulanya bapak giat mengajar mengaji, beberapa tahun kemudian diangkat menjadi guru agama di sekolah rakyat atau sekolah dasar di Nagari Labuah, terakhir menjadi guru agama di Sekolah Dasar Dobok Limo Kaum. Pengabdian bapak terputus sampai di situ akibat tindakan kejam orde baru. Setelah Peristiwa 1965 terjadi, semua surat-surat pengangkatan diminta oleh atasannya dan sampai sekarang ini hilang ditelan zaman.

Di Minangkabau dalam pasukuan kaum, saya bersuku Supanjang Bodi Caniago. Pimpinan pasukuan ini—atau disebut mamak kepala kaum—akan menyandang gelar Datuk Rajo Ameh Nan Pandak. Nah, pada saat saya lahir, mamak kepala kaum suku saya adalah Mahmud Dt. Rajo Ameh Nan Pandak. Jabatan mamak kepala kaum itu turun-temurun berdasarkan garis keturunan matrilineal. Pada tahun 2001, jabatan ini—dengan kesepakatan kaum pasukuan Supanjang—dipercayakan pada saya dan dilewakan (dikukuhkan) di Rumah Gadang Kuburajo, rumah kebesaran Dt. Bandaro Kuning, pucuak bulak (pimpinan tertinggi) adat Bodi Caniago di nagari saya.

Page 25: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Zaman Jepang | 3

II

Zaman Jepang

JEPANG merupakan sebuah kekuatan baru dalam kancah politik internasional pada abad ke-20, memproklamirkan diri sebagai bangsa yang kuat dan berkedudukan sama derajatnya dengan bangsa-bangsa Eropa. Jepang berekspansi, memasuki gelanggang Perang Dunia II, muncul sebagai negara fasis yang tangguh, kemudian terus bergerak ofensif memperluas daerah pendudukannya.

Hindia-Belanda pun tak luput dari ancaman ekspansi Jepang. Pada tanggal 18 Desember 1941, Jepang mengebom pangkalan Amerika Serikat di Pearl Harbour. Belanda tidak dapat lagi membendung serangan Jepang terhadap Hindia-Belanda. Tiga hari setelah pengeboman Pearl Harbour, pintu Laut Selatan terbuka bagi Jepang. Daerah-daerah jajahan Belanda mulai dicaploknya satu per satu.

Pada tanggal 10 Januari 1942, Jepang menduduki Tarakan, Minahasa, Sulawesi, Timor, Balikpapan, dan Ambon. Pada tanggal 12 Maret 1942 menyerang Jawa berturut-turut, Banten, Indramayu, dan seterusnya. Tanggal 5 Maret 1942 menduduki Jakarta dan 8 Maret 1942 terus ke Bandung. Pada tanggal 8 Maret 1942 itu, Belanda secara resmi menyerah pada Jepang.

Sedangkan di Sumatera Barat, pada tanggal 17 Maret 1942 beberapa kota penting telah diduduki Jepang. Serah terima kekuasaan terpaksa dilakukan oleh Belanda di Padang. Belanda diwakili Residen Bosselaar, sedangkan pihak Jepang diwakili Kolonel Fujiyama. Dari basisnya di Padang, tentara pendudukan Jepang membagi pasukannya untuk bertugas menduduki daerah lain serta membangun markas di tiap-tiap kota yang didudukinya di seluruh Sumatera Barat.

Saya mendengar kata “romusha” untuk pertama kali di zaman Jepang. Ratusan orang dibawa Jepang dari Pulau Jawa, dipaksa bekerja

Page 26: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

4 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

sebagai kuli untuk membuat jalan kereta api di daerah Sawahlunto dan sekitarnya. Orang Minangkabau menyebut kerja paksa ini sebagai “ke loge”.

Setelah perang selesai, para romusha tidak terurus lagi oleh Jepang, mereka bubar. Entah bagaimana caranya, di antara mereka ada yang sampai ke daerah Kabupaten Tanah Datar, tersebutlah Padang Siminyak, Pagaruyung. Sampai sekarang ada yang menjadi pemukim tetap di sana dan mendapat hak yang sama dengan masyarakat Pagaruyung. Romusha asli yang masih ada sampai sekarang tinggal beberapa orang saja. Beserta anak-cucunya kemudian berkembang, punya tempat tinggal serta membaur sebagai masyarakat Nagari Pagaruyung. Pagaruyung sekarang ini sudah merupakan pusat perkantoran. Selain perkantoran, sedang dibangun kembali Ustano/Istana Basa Pagaruyung yang terbakar tanggal 27 Februari 2007.

Jepang memaksa para romusha mengangkut dan meratakan tanah guna memasang balok-balok kayu untuk bantalan rel kereta api. Oleh para romusha, pekerjaan ini dirasakan sangat berat. Tentara Jepang yang menjadi pengawas bertindak sangat sewenang-wenang. Seringkali para romusha yang bekerja agak lambat, atau tidak kuat mengangkat keranjang rotan yang berisi batu-batu, dihantam dengan popor senapan. Kalau si romusha pingsan atau tidak sadar diri, ditolaknya ke pinggir sungai hingga jatuh menggelinding ke bawah ditelan arus sungai yang deras ... hanyut dan mati. Benar-benar tak berperikemanusiaan!

Makanan yang diberikan oleh Jepang tidak mencukupi untuk menambah tenaga pada esok harinya. Kadang-kadang mereka bahkan tidak diberi makan sama sekali. Keadaan tubuh para romusha sangat mengenaskan. Berbulan-bulan tak pernah mandi. Tubuh dan kulit mereka penuh dijalari oleh kutu yang bersarang pada kain goni yang mereka gunakan untuk penutup aurat. Mereka sangat menderita, lapar, sakit, dan banyak yang mati. Pekerjaan bertambah berat ketika perataan tanah tertumbuk pada bukit yang keras berbatu. Untuk menghancurkan dan meratakan bukit batu itu digunakanlah dinamit oleh tentara Jepang yang menjadi pengawas pembangunan jalan. Dibuatnya beberapa lubang di bukit batu itu dan dimasukkan dinamit ke dalamnya. Lalu dihubungkan dengan kabel beberapa meter ke tempat persembunyiannya. Dari tempat persembunyian ini, ujung kabel dibakar. Kabel terbakar menuju ke dinamit. Sampai di dinamit, kabel yang terbakar mati, habis ... dan tidak terjadi apa-apa. Melihat hal

Page 27: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Zaman Jepang | 5

ini, perwira Jepang yang menyaksikannya marah sekali pada prajurit yang memasang dinamit itu. Sambil berteriak “bagero”, perwira itu menampar si prajurit. Ia memerintahkan semua romusha bekerja kembali.

Pada kesempatan ini, sambil membungkuk serendah-rendahnya (begitu menurut peraturan dan adat Jepang), salah seorang pekerja mendekati sang perwira, mengatakan bahwa ia bisa mendinamit bukit itu. Pak Sudarsono—demikian namanya—memberanikan diri untuk melakukan. Ia merasa pasti dan yakin karena telah berpengalaman dengan dinamit ketika bekerja di pertambangan batu bara di Sawahlunto. Dengan penuh hati-hati dipersiapkanlah segala sesuatunya. Ia buat beberapa lubang yang cukup dalam di bukit batu tadi, lalu ia masukkan dinamit ke dalamnya, tarik kabel yang menghubungkannya ke tempat persembunyian, dan tutup lubang dinamit dengan batu-batu dan tanah yang keras.

Dari tempat persembunyian, Pak Sudarsono dengan disaksikan oleh perwira Jepang tersebut menyulut ujung kabel. Hati dan jantung Pak Sudarsono berdebar-debar. Jika gagal, ini berarti mati! Api yang membakar ujung kabel itu terus lari ... lari ... menuju ke dinamit ... laju ... laju dan ... boomm! Ledakan yang sangat kuat dan dahsyat terdengar. Bongkah-bongkah batu terhumban jatuh melayang ke sungai di bawahnya. Abu memenuhi udara di sekitar. Sang perwira Jepang berteriak sambil menepuk-nepuk bahu Pak Sudarsono, “Banyakkkkk.... Bagussss!”

Sejak saat itu Pak Sudarsono diangkat sebagai mandor dalam pembuatan jalan kereta api. Ia mendapat kepercayaan. Sang perwira sangat baik kepada Pak Sudarsono. Suatu ketika diberikanlah olehnya sepucuk surat—barangkali rekomendasi dengan tulisan Jepang di atas kertas waterproof dan anti koyak dengan sebuah cap stempel merah ukuran 1 cm persegi.

1. Derita dan Kenangan DI zaman Jepang saya belum mengerti benar secara mendalam tentang bagaimana Jepang menjajah tanah airku Indonesia. Pahit dan getir kekejaman bangsa Jepang di Indonesia menjadi sebutan sementara rakyat: “Penjajahan Jepang selama lebih kurang tiga setengah tahun, lebih kejam dari penjajahan Belanda selama tiga ratus lima puluh tahun.”

Page 28: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

6 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Jepang melakukan kekejaman yang luar biasa demi menguras kekayaan bumi Indonesia. Jepang melakukan pengurasan kekayaan alam Indonesia, mengambil alih kedudukan Belanda di negeri kita ini.

Penjajah Belanda yang sudah tidak tahan lagi, menyerah, bertekuk lutut terhadap Jepang. Hal ini membuat rakyat Indonesia bersatu dan berjuang, dengan semangat yang berkobar-kobar bangkit di mana-mana melawan segala bentuk penjajahan sekaligus mempertahankan kemerdekaan yang telah dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

2. Awal-Awal Mengenal Penjajahan Jepang

DALAM menjalankan tata kehidupan sehari-hari, bapak dan ibu dengan sangat susah-payah terus berusaha kesana-kemari dari hari ke hari untuk mendapatkan bahan makanan: beras, jagung, ubi, talas, pepaya muda, dan lain-lainnya.

Masih kuingat, bapak mendapat beras beberapa liter entah dari mana, sementara kami duduk di ruangan tengah sambil membuat sarang ketupat dari daun kelapa dan ibu di dapur tengah mempersiapkan masakan sayur yang nantinya sayur tersebut menemani ketupat nasi. Setelah ketupat nasi masak, kepada masing-masing kami hanya diberikan satu piring sebagai makan siang dan satu piring lagi sebagai persiapan makan malam. Sajian yang dilakukan seperti ini cukup lama juga kami alami.

Ironisnya lagi, di saat-saat kita sedang makan bersama, datang lagi tamu yang tidak dapat dielakkan. Kehadiran mereka tidak lain menyatakan lapar karena sejak kemarin siang mereka belum mendapatkan ketupat nasi. Tamu dengan 2 orang anaknya sudah kita lihat lesu. Dengan tidak banyak pikir, ibu langsung mengambilkan tiga piring ketupat gulai yang sedianya direncanakan buat makan malam. Tidak sedikit penderitaan semacam ini dialami anak-nagari. Syukur keluarga kami masih bisa makan ketupat nasi dengan sayur buah pepaya muda, sementara ada anak nagari terlebih dahulu mencari ke parak-parak (semak belukar) untuk mendapatkan buah keladi (talas), kemudian direbus langsung dimakan tanpa ada tambahannya.

Pernah sementara warga menjadi korban, buah keladi itu sulit didapat dan orang belum mengerti mana buah keladi yang boleh dimakan dan mana yang tidak boleh. Ada yang menemukan keladi yang dilarang dimakan langsung, dibawa pulang, dibersihkan, direbus, lalu

Page 29: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Zaman Jepang | 7

dimakannya. Satu jam setelah makan terjadi kelainan, terutama pada mulutnya yang terasa gatal-gatal. Untung kejadian itu cepat diketahui oleh salah seorang tua kampung yang segera memberikan pertolongan. Saya tidak tahu apa obatnya, orang tua tadi akhirnya memberitahu kepada warga sekitar agar jangan mengambil buah keladi seperti yang telah terlanjur diambil oleh korban tadi.

Rakyat tidak dapat menguasai dan menikmati hasil cocok tanam mereka dengan sesuka hatinya. Mereka dikenakan peraturan wajib setor dan wajib tanam. Sebagian hasil sawah dan ladang harus dikumpulkan di gudang-gudang makanan. Pengumpulan ditentukan oleh Jepang. Pengumpulan seperti ubi, padi, dan jagung dilakukan secara rutin melalui pantauan kepala-kepala nagari setempat. Rakyat jadi sengsara dan kelaparan merajalela di mana-mana. Rakyat menderita busung lapar, penyakit-penyakit seperti penyakit kulit dan penyakit lainnya berjangkitan menyebabkan kematian. Jepang telah membunuh rakyat secara perlahan-lahan.

3. Pemuda Pejuang Menghadang Tentara Jepang PADA situasi serba kurang itu dan ketika tekanan penjajahan Jepang yang sungguh-sungguh membuat penderitaan rakyat menjadi parah, pemuda pejuang tetap bersemangat untuk melawan penjajah. Mereka bertekad mempertahankan kemerdekaan yang telah dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Oleh para pemuda di kampung halamanku, kami atau katakanlah anak-anak kecil ini, dikumpulkan dan diberi pengertian tentang melawan penjajah. Setelah itu mereka memberi kami tugas untuk mengumpulkan telur itik dan telur ayam yang akan dijadikan senjata melawan musuh. Mereka sebut “granat tangan”. Granat tangan ini akan dilemparkan kepada tentara Jepang dengan menghadang mereka kalau meraka melewati jalan raya.

Dapat juga kami memperhatikan cara membuat granat tangan itu, karena para pemuda berkelompok membuatnya di rumahku. Caranya, telur-telur itu diambil isinya, kemudian sarang telur tersebut diisi kembali dengan memasukkan adukan yang terdiri dari cabe rawit giling dan miang jelatang dicampur sedikit air, diaduk, lalu lubang telur ditutup rapat. Nah, itulah yang disebut granat tangan ciptaan pemuda pejuang untuk melawan musuh. Jika kita bandingkan dengan persenjataan musuh adalah sangat tidak masuk akal. Hanya satu

Page 30: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

8 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

kelebihan pemuda pejuang kita, mereka memiliki semangat juang pantang menyerah yang tak kunjung habis.

Harinya tidak ingat lagi, terjadilah suatu peristiwa yang dilakukan pemuda pejuang negeri tempatku dilahirkan. Di kemudian hari orang-orang menyebutnya “Jepang dihadang di Batu Batikam”.

Lokasi penghadangan dilakukan di Simpang Batu Batikam, Limo Kaum. Pemuda pejuang yang melakukan penghadangan ini berasal dari Nagari Labuah, Parambahan, Koto Gadis, Supanjang, dan Balai Labuah. Senjata yang digunakan pemuda untuk melakukan penghadangan ini adalah senjata rakitan yang dikenal dengan granat tangan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Senjata pendampingnya cuma golok.

Semangat pejuang pemuda kita saat penghadangan luar biasa tinggi. Di antara mereka ada seorang pemuda bernama Buyung Yasin. Dengan heroik ia langsung melemparkan granat-granatnya menghadang iringan tentara Jepang. Pada mulanya gerakan ini dibiarkan oleh Jepang. Lemparan granat Buyung Yasin tepat mengenai tubuh salah seorang tentara Jepang. Lemparan granat semakin menghujani pasukan Jepang. Jepang membalas dengan tembakan yang diarahkan kepada si penghadang, Buyung Yasin, yang tewas seketika. Sementara kawan-kawannya yang lain menyelamatkan diri ke arah Koto Gadis. Masih kuingat sore itu bersama kawan-kawan dan rakyat kampung di Dusun Tuo kami beramai-ramai melaksanakan pemakamannya di pandam pekuburan kaumnya Suku Caniago, Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

4. Masuk Sekolah Rakyat SAAT Jepang masih di Indonesia, bapak memasukkan saya ke sekolah rakyat, suatu sekolah di Limo Kaum yang tempatnya bersebelahan dengan kantor camat Limo Kaum sekarang. Sekolahan itu sekarang telah banyak berubah, di tempat tersebut berdiri Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SPLB).

Ketika dulu saya sekolah, jumlah murid belum begitu banyak. Banyak penduduk kampung belum melihat arti pentingnya memasukkan anak-anak mereka bersekolah, banyak anak-anak hanya tinggal di rumah atau menolong orang tua mereka di ladang. Kuingat pagi-pagi sesampai di sekolah kami berbaris di depan sekolah menghadap ke timur atau ke matahari terbit, dipimpin langsung oleh kepala sekolah dan dihadiri guru-guru lainnya. Upacara ini ditandai

Page 31: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Zaman Jepang | 9

dengan penghormatan pada bendera Hinomaru. Guru dan murid mengarah ke arah Istana Tenno Heika di Tokyo sambil bertepuk tangan. Mereka mengajari kami beberapa lagu Jepang dan bagaimana memberi hormat kepada matahari terbit yang melambangkan Raja Jepang Tenno Heika yang mereka anggap sebagai anak Dewa Amaterasu, Dewa Matahari. Namun di rumah, bapak mengajari saya agama Islam, yang disembah hanya satu Tuhan yaitu Allah YME.

5. Ibu Dimarahi Datuk KEHIDUPAN kami agak membaik berkat usaha bapak dan datuk kami. Pengolahan sawah yang jumlahnya cukup luas mulai berjalan lancar dan pendapatan panen juga membaik. Dari musim ke musim panen, kami bersyukur kepada Tuhan karena hasil panen merupakan penyambung hidup.

Di samping punya lahan pertanian sawah, kebun, kolam ikan, kami juga punya sebuah kincir (gilingan padi) yang digerakkan dengan tenaga air. Kincir padi ini pada akhirnya hilang ditelan kemajuan zaman, digantikan fungsinya oleh haller dengan tenaga listrik. Pada saat kondisi mulai membaik ini, datuk yang selama ini membimbing kami suatu ketika marah. Marahnya ditujukan kepada ibu kami. Kami belum tahu persis apa masalahnya, kami masih kecil-kecil tiga beradik. Bapak mengambil langkah. Sementara mencari penyelesaian dengan datuk, kami dipindahkan dari rumah kami ke rumah orang tua bapak. Di sana kami bermalam 3 malam.

Pada suatu hari, subuh-subuh, ibu dengan adik saya, Asma yang masih digendong, dengan saya, turun dari rumah orang tua bapak. Tentu kejadian ini sudah ada kesepakatan antara bapak dan ibu. Ibu menangis sambil berjalan dan belum mau menceritakan ke mana kita akan pergi subuh-subuh itu. Setelah matahari mulai keluar, kami istirahat dan sarapan pagi di sebuah pasar yang bernama Pasar Rambatan. Kerisauan hati ibu mulai mereda. Ibu berkata kepada saya, “Kita masih lama lagi akan berjalan kaki, naik bukit turun bukit namanya Nagari Padang Luar, dan nantinya kita akan sampai di stasiun kereta api, kita akan naik kereta api.”

“Naik kereta api...?” Saya baru pertama kali ini akan naik kereta api. Sebelumnya saya hanya mendengar cerita saja dari orang-orang, sekarang itu akan menjadi kenyataan. Kata hatiku, inilah pertama kalinya saya mengenal kereta api. Setelah duduk beberapa jam di

Page 32: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

10 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

stasiun Batu Tebal sambil menunggu kereta api masuk dari arah Padangpanjang, saya melihat loko atau besi tua yang mengeluarkan asap serta terdengar peluit kereta api berbunyi cuit... cuit... cuit... dan kereta api mulai pelan-pelan masuk stasiun.

Aku sangat kagum akan suasana di stasiun, maklum angkutan kereta api di zaman itu merupakan transpor rakyat yang sangat menentukan. Ibu telah punya karcis di tangan dan petugas stasiun telah memberi aba-aba pertama, memberi tahu penumpang kereta jurusan Solok agar segera naik. Sambil menggendong adik, ibu memegang tanganku, dibimbingnya aku langsung naik dan mengambil tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertulis di karcis.

6. Selama Perjalanan Menuju Kota Solok DALAM kereta api menuju Solok, kebetulan tempat duduk kami sebelah kanan. Ibu menyuruh saya berdiri dan berkata kepada saya, “Nah, lihatlah itu Nak, Danau Singkarak, itu ada perahu kecil-kecil nelayan menangkap ikan bilih yang sering dijajakan sampai ke rumah kita.”

Setelah lebih kurang setengah jam perjalanan, kondektur datang memeriksa karcis. Saya tanya lagi pada ibu, “Ada apa, Bu...?”

“Ya..., petugas memeriksa karcis kita.” Aku tak henti-hentinya memandang ke danau. Wah, indahnya. “Nah itu, lihat Bu... ada bukit yang hijau di bawahnya di pinggiran

danau.” Lantas saya bertanya lagi kepada ibu, “Danau seluas itu airnya ke

mana mengalir?” Jawab ibu, “Ada namanya Batang Ombilin. Sebentar lagi kita

lewat jembatan Batang Ombilin, kamu dapat melihat nantinya.” Sedang enak-enaknya memandang ke danau tiba-tiba saya

mendengar peluit kereta api berbunyi cukup panjang. Bertanya lagi kepada ibu, “Ada apa, Bu...?”

Ibu menjelaskan lagi bahwa sebentar lagi kereta api akan berhenti di stasiun Singkarak, tanda ada penumpang yang akan turun dan yang akan naik berangkat ke Solok.

Ibu berkata lagi, “Tidak lama lagi kita akan sampai di kota Solok, nanti kalau sudah sampai kamu jangan ke mana-mana, pegang tangan ibu.”

“Ya, Bu...,” sambil mengangguk.

Page 33: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Zaman Jepang | 11

Aku berkata lagi, “Sampai di Solok ini kita menuju ke rumah siapa?”

Dijelaskan oleh ibu, kita di Solok ada punya famili sepesukuan, namanya Nenek Jama dan ia jualan nasi yang cukup terkenal. Ia hidup bersama anak-anaknya sudah lama di sini.

“Ibu tahu tempatnya, di mana? Tahu, Ibu?” “Dulu sudah pernah ke sini.” Dari stasiun kami berjalan kaki tidak begitu lama, melalui pasar

dan akhirnya sampailah di tempat yang dituju. Kebetulan senja itu semua famili telah berkumpul di rumah. Sampai di pintu rumah, kami disongsong bersama anak-cucu Nenek Jama, Angah Bai dan Angah Itam.

Sambil tertawa-tawa lantas bertanya kepada ibu, “Jam berapa tadi dari kampung?”

Jawab ibu, “Jam setengah lima pagi. Sampai di stasiun Batu Taba jam dua belas siang. Lama menunggu kereta api dari Kubukerambil.”

Malamnya ibu bercerita lebih panjang dengan dunsanak (keluarga, saudara) yang ada di Solok itu. Adik saya telah tertidur pulas. Saya pun merasa capek, saya tidak bisa mengikuti lagi pembicaraan ibu, malam semakin larut.

Lebih kurang lima hari kami dijemput datuk, entah dari mana ia tahu dan apa yang mendorong hatinya untuk menjemput kami. Saya hanya tahu ibu menangis terisak-isak. Secara pelan-pelan ibu menyampaikan perasaan hatinya pada datuk. Antara lain yang dapat saya dengar adalah, ”Saya mengerti Datuk sedang marah pada saya dan kemarahan Datuk dilampiaskan dengan mengampak dinding bilik rumah hingga pecah-pecah.”

Kejadian di rumah tua kami ini sampai sekarang menjadi barang bukti yang tak kami ganggu-ganggu. Rupa-rupanya datuk kami ini jika marah tidak mau melakukan tindakan pemukulan kepada yang dima-rahinya, kepuasan marah hatinya dilampiaskan dengan tindakan lain. Saya pernah membaca kisah terjadi, kisah sakit hati yang terjadi antara Datuk Perpatih Nan Sebatang ditolak oleh Datuk Ketumanggungan.

Bait jalan kisah itu antara lain: Pada suatu malam setelah siangnya diputuskan bahwa mereka akan membagi Minangkabau pada esok harinya, malam itu mereka tidur. Datuk Perpatih Nan Sebatang tidur dengan memakai gantang tulang. Ia tidur nyenyak, sedang Datuk Ketumanggungan memakai bantal disebut ”berkalang mumbang kelapa”. Oleh karena tidak bisa tidur, baru hampir tidur, kepalanya jatuh. Begitu terus-menerus, jadi ia tidak bisa sama sekali tertidur. Oleh

Page 34: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

12 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

karenanya ia tidak jadi tidur, ia berjalan pergi memancang nagari-nagari tertentu, jadi ia sendiri yang memancang, bukan anak buahnya.

Mengetahui hal itu, Datuk Perpatih Nan Sebatang mengusulkan kepada Datuk Ketumanggungan agar melakukan pemancangan ulang pembagian nagari itu karena adanya pencurian start oleh pihak Datuk Ketumanggungan. Namun pihak Datuk Ketumanggungan tidak mau melakukan ulang itu. Karena usul Datuk Perpatih Nan Sebatang ditolak oleh Datuk Ketumanggungan, maka perundingan menemui jalan buntu, dan pertikaian diselesaikan dengan jalan kedua yang tidak enak bagi kedua pihak, jalan adu kekuatan fisik. Terjadilah perang itu.

Mereka berdua berpangkal dari satu ibu, dari satu bijo, dari Banua Ruhun, dari lembaga yang sama, dari Nabi Adam, tetapi mereka bertuhuk (saling menohok) dalam perang di Dusun Tuo Limo Kaum. Dalam situasi perang berkecamuk itu, Datuk Perpatih Nan Sebatang melihat situasi kekuatan Datuk Ketumanggungan terlalu kuat untuk dilawan.

Maka suatu hari Datuk Perpatih Nan Sabatang keluar dari bentengnya, mencari Datuk Ketumanggungan di antara para ninik mamak, hulubalang yang sedang berjuang itu, dan ia melihatnya sedang berdiri dengan sebelah kaki, di mana kaki yang sebelahnya lagi dijepitkan pada tangkai tombak yang dibawanya ke mana pun ia pergi. Datuk Perpatih Nan Sebatang mendatangi Datuk Ketumanggungan, dan dengan nada keras ia mengatakan: “Hari ini nan tinggi menjadi rendah, nan kareh mesti menjadi lunak.” Artinya, yang tinggi mesti menjadi rendah, yang keras menjadi lunak.

Kemudian ia membuktikan hal itu dengan menikamkan kerisnya ke batu yang terletak di dekatnya. Batu itu tembus ke baliknya. Nah, begitulah pada zamannya, seorang yang punya kebatinan yang kuat untuk melawan yang tidak disenanginya, ia tidak akan melakukan pelampiasan marah yang langsung kepada yang bersangkutan.

Kembali ke cerita saya di atas. Apa yang dilakukan seorang datuk dalam kaum saya kepada ibuku yang dianggap bersalah kepadanya, ia tidak melakukan penyiksaaan fisik, melainkan datuk saya ini melampiaskan kemarahannya kepada dinding kamar rumah tua kami.

Page 35: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Zaman Jepang | 13

7. Bapak Jadi Tentara Membantu Pasukan Jepang MELIHAT bapak sering berpakaian seragam tentara Jepang, saya dan kakak saya pernah diberitahu oleh ibu, dijelaskan bahwa bapak telah masuk membantu pasukan Jepang yang menjajah kita, ikut dengan orang-orang kita yang dilatih secara militer dan sedang disiapkan untuk bertempur di medan perang di Halmahera, dikirim ke berbagai medan peperangan melawan pasukan Sekutu. Pasukan bapak itu bernama Heiho. Bapak menjalani latihan di beberapa tempat seperti di Padang Siminyak Pagaruyung, di Kayu Tanam, dan Padangpanjang. Setahu ibu, bapak tidak diberangkatkan, bapak dijadikan tenaga pelatih. Selanjutnya, guna untuk kenaikan pangkat, bapak diuji lagi ke Pariaman, tetapi bapak tidak lulus, karena Bapak mengidap penyakit panu pada kedua belah tangannya.

Pada tahun 1993, bapak mendapat piagam yang dikeluarkan oleh Shizuo Miyamoto Jepang Tokyo. Piagam menerangkan: Nama M. Nasir, asal Butai 5840/Takagitai Padangpanjang. Alamat tempat tinggal Koto Gadis Limo Kaum, Kec. Limo Kaum, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Piagam tersebut menerangkan bahwa pada tahun 1943—1945

Prasasti Batu Batikam Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat

Page 36: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

14 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

pernah dinas di dalam Bala Tentara Dai Nippon Tai Kokku selama Perang Dunia II (lebih kurang 1942—1945). Tertanda, Shizuo Miyamoto, 1 Januari 1993.

Piagam B.909526 tercatat dalam Buku Induk Forum Pusat Komunikasi eks-Heiho Indonesia. Direktur, tertanda, S. Tasrif Raharjo,S.H., eks-Heiho Katagiri Butai 10823.

Setelah Jepang kalah, atas nama eks-Heiho ini bapak belum menerima hak-hak. Di mana letak kesalahannya masih jadi tanda tanya bagi ahli warisnya. Sampai masa sekarang ini para ahli waris masih melakukan penelitian dan melakukan penuntutan kepada pemerintah, dalam hal ini tentunya Menteri Sosial Republik Indonesia.

Page 37: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Indonesia Merdeka | 15

III

Indonesia Merdeka

INDONESIA yang begitu parah, tiba-tiba berubah. Ya, dalam usiaku yang mendekati 7 tahun itu aku bisa mendengar dan melihat pemuda-pemuda, rakyat dalam kampungku, bersorak-sorak. “Merdeka! Merdeka! Merdeka! Indonesia Merdeka!”

Amerika menjatuhkan bom di Hiroshima dan Nagasaki, karenanya Jepang menyerah kepada Amerika dan Inggris pada tanggal 14 Agustus 1945. Kesempatan ini dipergunakan bangsa Indonesia untuk melucuti tentara Jepang. Hanya tiga hari sesudah Jepang menyerah, pada tanggal 17 Agustus 1945, pemimpin Indonesia mempergunakan kesempatan tersebut untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang mencakup seluruh daerah yang pernah menjadi jajahan Belanda dari Sabang sampai Merauke. Indonesia Merdeka.

Banyak pemuda-pemuda, begitupun orang-orang kampung, secara sukarela menjadi laskar tentara dan pejuang Indonesia. Mereka tergabung dan mendapat jabatan di dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) menurut kemampuan, kesanggupan, dan pengetahuan masing-masing. Ada yang memilih jabatan dan tugas sebagai polisi dan lain sebagainya.

Di Batusangkar sebagai ibu kota Kabupaten Tanah Datar, bendera Merah Putih baru berkibar tanggal 25 Agustus 1945 atau beberapa hari setelah tanggal 17 Agustus 1945, di mana pihak penggerak kemerdekaan di Tanah Datar maunya menunggu secara resmi dari pusat. Maka tersebutlah sebagai penggerak itu antara lain Munir Dt. Rangkayo Mulia, Anwar Badu, dan Awal. Sang Merah Putih pertama kali dinaikkan di Rumah Batu Malana Ponco Batusangkar.

Republik Indonesia yang baru lahir segera menghadapi ancaman dengan kehadiran tentara Sekutu yang menang dalam Perang Dunia II—

Page 38: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

16 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

terdiri dari Inggris, Australia, dan Selandia Baru—untuk melucuti tentara Jepang yang kalah. Namun, kesempatan ini dipergunakan oleh tentara Belanda untuk membonceng Sekutu dengan tujuan lain, yaitu mendapatkan kembali pengawasan terhadap jajahannya—Hindia-Belanda. Mereka tidak mau tahu akan kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan ke seluruh dunia. Di berbagai kota dan desa terjadi pertempuran antara pejuang kemerdekaan dengan pihak Sekutu dan Belanda.

Akhir Oktober 1945, jenderal Inggris, Hawthorn, terbang dari Jakarta ke Surabaya, menemui Jenderal Mallaby, serta presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Soekarno dan Hatta sudah berada di Surabaya untuk melangsungkan perundingan gencatan senjata. Akan tetapi, 5 jam kemudian, Jenderal Mallaby terbunuh. Inggris mengamuk dan melakukan pembalasan dengan penyerangan dan penembakan dari udara, darat, dan laut. Ribuan penduduk kehilangan rumah, tempat tinggal, atau mati. Inggris menghujani Surabaya dengan tembakan membabi buta terhadap penduduk di jalan-jalan raya. Namun, dengan semangat merdeka atau mati para pejuang yang bersatu dengan rakyat, membalas serangan Inggris. Dengan semboyan-semboyan patriotik dan pekikan Allahu Akbar, pemimpin pejuang seperti Bung Tomo menyuarakan dan mengumandangkan tekad perjuangan bangsa Indonesia.

Pertempuran sengit berlangsung beberapa minggu lamanya. Ratusan tentara India yang tergabung dalam kesatuan Inggris, lari menyeberang dan bergabung bertempur di pihak para pejuang Indonesia. Pertempuran yang hebat dan penuh kepahlawanan ini kemudian diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan 10 November.

Dengan alasan yang dicari-cari—seperti membantu dan mewakili Sekutu, dan sebagainya—untuk mempertahankan penjajahan atas bumi Indonesia, Belanda mengirim lebih banyak pasukan untuk menyerang Indonesia. Antara tahun 1945 sampai tahun 1949 Belanda melancarkan dua kali aksi militernya. Rakyat Indonesia yang tergabung dalam barisan pejuang kemerdekaan yang bersenjatakan bambu runcing dan tekad yang bulat, bersatu dengan laskar Indonesia yang baru dilantik, berjuang dengan gigih melawan tentara Belanda di samping pemimpin politik dan negara yang berusaha berdiplomasi.

Berkali-kali diadakan perundingan antara pemimpin Indonesia dan Belanda, seperti perundingan di Desa Linggarjati dan di kapal Renville, namun semua perundingan itu hanya menguntungkan pihak

Page 39: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Indonesia Merdeka | 17

Belanda. Tahun 1947 dan 1948 Belanda menyerang Indonesia secara besar-besaran. Dalam serangan tahun 1948, mereka menangkap dan mengasingkan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta serta beberapa pemimpin lainnya ke Pulau Bangka. Namun perjuangan kemerdekaan berjalan terus. Pemimpin lainnya, Mr. Syarifuddin Prawiranegara, berfungsi sebagai pejabat sementara Presiden PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Kedudukan ibu kota republik sementara dipindahkan dari Jakarta ke Bukitinggi serta Payakumbuh di Sumatera Tengah, karena hampir semua kota-kota penting di Jawa dikuasai oleh militer Belanda.

Dr. Pandit Jawaharlal Nehru dan 19 negara mengadakan pertemuan di New Delhi, India, menghasilkan resolusi agar Perserikatan Bangsa-Bangsa menekan pihak Belanda untuk sepenuhnya menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia dan mengharuskan Belanda membebaskan semua pemimpin Indonesia yang diasingkan dan ditawan Belanda. Di bawah pimpinan PBB, dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Haque—atau yang dikenal oleh orang Indonesia pada waktu itu sebagai Den Haag—Belanda dipaksa mengakui kedaulatan republik Indonesia.

Tanggal 27 Desember 1949 tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai hari penyerahan kedaulatan. Ini bukan hari dan tanggal “Belanda memberi kemerdekaan kepada Indonesia” seperti banyak yang ditulis oleh penulis Barat. Akan tetapi hari dan tanggal di mana Belanda “dipaksa menyerahkan kedaulatan” kepada Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Selama 4 tahun, Belanda dengan berbagai cara mencoba untuk mendapatkan kembali jajahannya yang telah merdeka, namun tidak berhasil, dan terpaksa menyerah. Seperti yang ditulis kemudian oleh A. Karim D.P., mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia, “Akhirnya dunia menjadi saksi, pada tanggal 27 Desember 1949 di Istana De Dam Amsterdam, Ratu Belanda Juliana harus menyerahkan kedaulatan atas Hindia-Belanda kepada Indonesia di depan mata dunia sambil meneteskan air mata.”1

Kini Hindia-Belanda tiada lagi di bumi Indonesia! Rakyat Indonesia merdeka penuh tanpa ada yang menggugat. Perjuangan heroik dari rakyat Indonesia yang tertindas di bawah penjajahan—350 tahun di bawah Belanda dan 3,5 tahun di bawah Jepang—yang

1 www.progind.net

Page 40: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

18 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

kesemuanya menelan korban jiwa yang tidak sedikit, menghasilkan buah kemerdekaan!

Page 41: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Habis Jepang, Belanda Lagi | 19

IV

Habis Jepang, Belanda Lagi

AKU masih ingat, ketika masih menjadi pelajar sekolah menengah, aku mempelajari dari buku sejarah Indonesia, bagaimana bangsa Belanda demi kepentingan penjajahannya, memaksa rakyat Indonesia untuk membayar pajak kepada Belanda dengan cara menyerahkan tanah atau sebagian dari waktu kerjanya.

Pada zaman tanam paksa—cultuurstelsel, yaitu selama 40 tahun dari tahun 1830 sampai pada tahun 1870—setiap desa harus menyerahkan 20% dari tanahnya untuk ditanami tanaman ekspor, terutama kopi, tebu, nila. Hasil panen harus diserahkan pada pemerintah dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Penduduk yang tidak memiliki tanah, harus melakukan kerja paksa atau rodi, selama 75 hari (20%) setahun untuk kepentingan pemerintah Hindia- Belanda.

Ketika melakukan kerja rodi ini, Belanda tidak memberi apa-apa, makan dan minum ditanggung sendiri oleh si pekerja rodi. Demikianlah oleh Gubernur Jenderal Daendels rakyat dikerahkan untuk kerja paksa membuat jalan pos dari Anyer ke Panarukan di Pulau Jawa—dari pantai barat ke pantai timur—sepanjang ±1000 km. Kerja paksa yang dilaksanakan pada abad XVIII itu telah menelan ratusan ribu nyawa bangsa Indonesia. Diperkirakan setiap satu bantalan rel kereta api, satu nyawa bangsa Indonesia sebagai imbalannya.

Kemudian, datang Jepang yang menyerang dan menjajah Indonesia dan memaksa bangsa Indonesia untuk bekerja bagi Jepang sebagai romusha. Bahkan dikirim ke luar negeri untuk bekerja paksa demi kepentingan Jepang, seperti membuat jalan kereta api di Burma, atau ke pulau-pulau Pasifik untuk berperang, dan lain sebagainya.

Page 42: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

20 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Ratusan ribu atau mungkin juga jutaan bangsa Indonesia mati akibat penjajahan Belanda dan Jepang ini!

Kini, Indonesia merdeka sudah. Bangsa Indonesia berdiri sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia; berbahasa satu, bahasa Indonesia; dan bertanah air satu, tanah air Indonesia. Memenuhi Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928 di Jakarta oleh para pemuda dari seluruh pelosok Indonesia. Pada tanggal 28 September 1950 Indonesia resmi menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke-60.

Kini, mari kembali kepada ceritaku. Aku masih ingat yang kujalani selama Agresi Belanda I dan Agresi Belanda II sampai penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949. Di masa sekolah rakyat, dalam situasi perlawanan terhadap Belanda, keberadaan tentara Belanda hanya terpusat di kota Batusangkar. Sedangkan pasukan kita tetap menyusun kekuatan di kampung-kampung yang melingkari kota Batusangkar. Persiapan untuk melawan tentara Belanda dengan segala siasat perang tetap berjalan. Inilah apa yang kita kenal sebagai perang gerilya.

Kampung kelahiranku, Koto Gadis Limo Kaum, merupakan garis depan untuk persiapan menyerang, serangan dilakukan terutama pada malam hari. Kami tetap bersekolah, tetapi pulang sekolah bercampur-aduklah kami dengan ramainya bersama TNI kita, para pemuda pejuang yang lebih kita kenal Tentara Pelajar. Kelompok ibu-ibu sebagai pelaksana dapur umum melayani TNI yang bertugas menunggu komando untuk menyerang kota Batusangkar malamnya. Dalam situasi demikian, kami anak-anak terus diberi semangat oleh tentara yang bertugas, “Ayo anak-anak, saya akan bercerita untuk Kalian.” Kami telah berkumpul lebih kurang 8 orang mengitari tentara itu. Diletakkannya senjata yang telah dikosongkan pelurunya, dan mulailah ia dengan ucapan, “Merdeka anak-anak!” Lantas kami membalas, “Merdeka!”

“Negara kita Indonesia sedang dilanda perang, Belanda mau melanjutkan menjajah kita setelah 350 tahun. Penjajahan Belanda dilanjutkan oleh penjajahan Jepang selama lebih kurang 3,5 tahun, kita sudah cukup menderita untuk itu, anak-anak. Bapak, sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI), berkewajiban melawan semua bentuk penjajahan, sekarang kita tak mengalah lagi walaupun nyawa melayang, kita bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945. Anak-anak bapak dari kecil harus sudah mengerti perjuangan. Supaya anak-anak ketahui dan memaklumi, lihatlah itu anggota-anggota pasukan bapak sedang

Page 43: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Habis Jepang, Belanda Lagi | 21

beristirahat, padahal malam tadi pasukan kita telah melakukan serangan ke dalam kota Batusangkar dan gerakan ini akan dilakukan terus-menerus sampai Belanda angkat kaki dari kota Batusangkar. Bila kota telah kita kuasai kembali, anak-anak bapak masuk ke kota dan melanjutkan sekolah, bersemangatlah dan bangkitlah melanjutkan perjuangan kita yang belum selesai ini.”

Melalui ceritanya yang singkat, bapak anggota TNI ini telah menanamkan semangat perjuangan di hati kecil kami. Dalam suasana melawan Belanda, aku masih ingat berbagai kegiatan untuk membantu rakyat di lingkungan kampung dan nagari. Saya akan coba menuliskan apa yang aku dan kawan-kawan sekampung lakukan untuk membantu keamanan kampung, seperti memasang kode atau tanda-tanda jika tentara Belanda masuk kampung, ikut berpatroli.

Bertiga dengan teman-temanku yang sama besar—aku, Unung, dan Darlis, kami mendapat tugas memasang tanda-tanda dengan cara tertentu sebagaimana sudah diatur oleh petugas keamanan kampung. Kami sebagai anak-anak oleh tentara Belanda tidak diapa-apakan. Yang dicari tentara Belanda adalah orang-orang dewasa, mereka dianggap musuh yang menentang Belanda.

Ada sebuah kisah yang terjadi. Pada suatu hari, tidak teringat lagi di mana, pagi-pagi sekitar jam 9.00 salah seorang pemuda datang dari Jorong Balai Jumat, memberitahu kepada kami bahwa patroli Belanda telah lewat Balai Jumat menuju Batu Batikam. Tugas kami anak-anak adalah menaikkan sehelai kain panjang warna abu-abu setinggi lebih kurang 2,5 meter. Semua orang dewasa yang berada di sawah, di ladang, selalu melihat dari kejauhan kain kode yang terpasang di warung Sawah Darek, sebab warung itu adalah pintu masuk untuk menuju kampungku, Koto Gadis dan sekitarnya.

Dengan terlihat kain kode terpasang, semua orang dewasa pergi menyelamatkan diri. Ada yang bersembunyi masuk sawah yang padinya hampir masak, ada yang menjauh ke tempat yang mereka anggap aman. Tentara Belanda yang berpatroli berjalan kaki dari Balai Jumat menuju Batu Batikam, sampailah di simpang sebuah surau yang bernama Surau Kering. Mereka berjalan menuju Jorong Koto Gadis berjarak lebih kurang 300 meter. Sesampai di tempat kami, anak-anak bermain-main, tentara Belanda mendekati kami, anggota patroli berbagi arah atau menyebar, salah seorang di antaranya berdiri dekat kami bermain.

Sambil mengangguk-angguk ia mengatakan, “Bagus..., bagus....” Kata-katanya ini kami balas dengan cara kami anak-anak. Ada

yang berkata kepada Belanda itu, “Tabik, Tuan....”

Page 44: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

22 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Mereka senang pada kami, lalu sambil berdiri dikeluarkan 3 bungkus roti dari dalam ranselnya dan diberikannya kepada masing-masing kami satu bungkus. Pemberiannya ini kami balas dengan ucapan, “Terima kasih, Tuan.”

Sambil tertawa-tawa, mereka menunggu pasukannya balik berkumpul untuk meneruskan perjalanan entah ke mana, kami tidak tahu. Waktu berjalan lebih kurang 1 jam dan si tentara Belanda dekat kami tadi adalah komandan mereka. Ia membunyikan peluit yang cukup keras bunyinya pertanda berkumpul lagi semua anggota patrolinya. Selama keberadaan di Jorong Koto Gadis ini patroli tidak menemukan apa yang dicarinya, dan pasukan ini kembali berjalan berbaris beriring-iring menuju jalan raya Batusangkar. Nah, dengan telah kembalinya patroli Belanda ini tugas kami sebagai petugas pemasang kode menurunkan kain panjang dan menggantinya dengan kain sarung warna merah. Semua yang melihat dari tempat persembunyian segera keluar, berarti patroli Belanda telah kembali masuk kota Batusangkar.

Oleh keamanan kampung dikatakan bahwa kami telah melakukan dengan baik tugas kami dan untuk malam harinya kami dibebaskan, diganti dengan pemuda-pemuda. Cukup lama juga kami melakukan pekerjaan ini.

1. Belanda Merompak Tanaman Jilatang

PERSIS di sudut atau di pojok tabek (kolam ikan), datuk saya yang bernama Mahmud Dt. Rajo Ameh Nan Pandak sengaja menanamkan tanaman jilatang yang sangat berbisa, yang bila tersentuh sangat berbahaya kalau mengenai kulit. Apalagi yang namanya jilatang nyiru (daunnya selebar nyiru). Nyiru adalah semacam alat untuk memisahkan dedak dan beras setelah ditumbuk.

Mengapa Datuk menanam tumbuhan jilatang di pinggir atau di pojok kolam? Karena setiap petani yang hendak melewatkan ternaknya menuju persawahan sengaja melintasi sudut kolam dan tidak melalui jalan yang telah ada, hingga membuat tanggul kolam runtuh dan rusak. Datuk telah berusaha menegur setiap yang lewat membawa ternak sapi atau kerbau agar jangan melalui pojok kolam. Tampaknya, ucapan datuk saya ini sulit untuk dilaksanakan oleh si empunya ternak, maka satu-satunya jalan sebagai larangan agar tidak ditempuh oleh ternak,

Page 45: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Habis Jepang, Belanda Lagi | 23

ditanamlah jilatang di atasnya. Tumbuhlah ia dengan subur, membuat setiap orang yang melewatkan ternaknya menghindar.

Ada sebuah kisah nyata pula yang terjadi sekaitan dengan patroli Belanda waktu itu. Suatu ketika di siang hari sebuah jip Belanda masuk jorongku, Koto Gadis, dengan personil 5 orang tiba di tepian tempat main bola. Di depan Masjid Laskar sekarang ini, saya kebetulan sedang duduk-duduk dengan dua orang kawan sama besar. Namanya Mudar Karana. Kami melihat tentara Belanda turun dari jip, mereka rupanya melihat dua orang lari dari arah Surau Jambu menuju ke persawahan, namanya Samsir dan Basir. Untuk mengejar mereka, si tentara Belanda yang turun dari jip mendekati kami dan meminta kami menunjuk arah lari kedua pemuda itu. Dengan cepat saya berdiri dan menunjukkan jalan tempat jilatang tumbuh di pojok kolam. Si Belanda merompak dan menguak daun jilatang dan berlari di samping rumah tua kami menuju kebun kelapa mengarah ke sawah yang terbentang luas. Tiada berapa lamanya si Belanda tampak gelisah dan balik mendekati jipnya di tapian serta membunyikan peluit untuk memanggil anggotanya. Rupanya muka dan tangannya telah kena miang jilatang yang dirasakannya pedih dan panas. Namun dengan tidak ada rasa takut saya memberanikan diri mendekatinya seraya berkata, “Tuan, sebagai obatnya, ambillah segera air dan cuci bagian yang terkena miang.”

Salah satu di antara anggotanya lantas pergi mengambilkan air mentah di dekat masjid dan si Belanda yang kesakitan langsung mencuci muka dan tangannya. Akan tetapi ia bukan menjadi sembuh, sakitnya semakin menjadi-jadi, sehingga tidak tertahankan olehnya. Satu jip patroli lari meninggalkan tapian menuju kota Batusangkar. Kampung pun dinyatakan aman kembali.

2. Menyelamatkan Bapak dari Pencarian Patroli Belanda

POSISI sangat terdesak, kritis, tentara Belanda dalam tempo lebih kurang 15 menit lagi dipastikan akan sampai di rumah kami. Untung timbul ide bagaimana menyelamatkan bapak. Di sudut kamar, di antara dua dinding kamar itu ada sebuah almari pakaian, kami geser agar merenggang supaya bapak bisa masuk tegak berdiri di baliknya, kemudian almari kami rapatkan lagi. Bapak berdiam diri tegak sampai operasi Belanda selesai. Seterusnya saya maju ke pintu masuk rumah berjaga-jaga. Tiada berapa lamanya si Belanda naik sampai di beranda dan bertanya kepada saya, “Ada Bapak di dalam rumah?”

Page 46: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

24 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Saya jawab dengan tegas, “Bapak tidak ada, Tuan! Bapak dan ibu serta kakak pergi ke sawah, benar Tuan...!”

Si Belanda lantas kembali turun dan melanjutkan ke rumah sebelah, di sana ia menemukan seorang nenek perempuan yang sudah pikun. Rupanya dari kedua rumah ini tidak ada yang dapat diambilnya, si Belanda kembali ke mobil jipnya yang sedang menunggu di tapian di muka Masjid Laskar, duduk dan merokok.

Anggota patroli lainnya terpencar-pencar masuk kampung. Peristiwa ini kami kira menghabiskan waktu selama 1 jam. Di antara anggota patroli Belanda ini, 2 orang saya lihat kulitnya tidak seperti kulit orang Belanda.

Setelah aman, bapak keluar lagi dari balik almari dan saya ceritakan padanya segala apa yang saya ketahui. Antara lain saya sampaikan kepada bapak dari jumlah tentara Belanda tadi ada 2 orang kulitnya hitam tidak seperti kulit tentara Belanda. Bapak menjelaskan orang itu adalah orang asal Ambon dan memihak tentara Belanda. Setelah kami kumpul di rumah, kami semua menyatakan syukur kepada Tuhan YME karena bapak telah lepas dari incaran patroli Belanda. Andai bapak tertangkap, tak dapat kubayangkan bagaimana nasib bapak jadinya. Bapak sangat merasa terharu bahwa ia bisa selamat dalam waktu relatif gawat dan pendek.

3. Kampung Ramai oleh Evakuasi dari Luar

PADA Agresi Belanda ini tidak sedikit penduduk negeri terpaksa meninggalkan rumahnya. Berpindah dari kota-kota ke kampung-kampung guna menyelamatkan hidupnya. Kampung kecilku, Koto Gadis Limo Kaum, telah menampung lebih kurang 3 keluarga besar yang berasal dari Bandar Buat, Indarung, Padang. Keadaan mereka sangat memprihatinkan. Untung rasa kesadaran penduduk kampung cukup tinggi. Sadar bahwa penjajah sedang mengganas di mana-mana. Mereka bersama penduduk kampung berbaur serta memulai mencari nafkah dengan berbagai bentuk, seperti pergi ke sawah, ke ladang. Sebagai imbalan hasil kerjanya, si pemilik sawah dan ladang menyerahkan sebagian pendapatannya. Itulah salah satu bentuk kerja selama dalam keadaan darurat.

Tidak kurang pula ada yang pergi berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti gula, minyak goreng, cabe, garam, sayur-sayur, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk mendapatkan bahan-

Page 47: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Habis Jepang, Belanda Lagi | 25

bahan tersebut tidaklah mudah. Contohnya garam, ikan asin, minyak goreng, gula, didatangkan dari luar Batusangkar, yaitu dari Pariaman, Bukittinggi, Padangpanjang. Kesemuanya dapat diperoleh dengan menunggu si pedagang yang berjalan kaki, melalui kota-kota tidak mungkin. Pihak Belanda sengaja memblokir dengan ketat, tantangannya kalau tertangkap bisa ditahan dan dihilangkan. Kebutuhan sehari-hari ini tetap dapat diatasi tapi dengan cara yang sangat sulit.

Selain evakuasi dari Padang, ada yang dari Bukittinggi. Saya masih ingat satu keluarga besar “Ambo Taia” dari Sianok, Bukittinggi. Ia dikenal sebagai pedagang hasil bumi dan rempah-rempah dan sebelumnya punya toko di pasar Batusangkar. Hubungan dengan bapak sangat akrab. Ambo Taia dan anak-anaknya tinggal menetap di rumah kami sampai pemulihan kedaulatan. Semua anak-anaknya diajar berdagang barang kebutuhan sehari-hari yang dijemput ke Bukittinggi dengan berjalan kaki melalui jalan setapak antar nagari pulang-pergi. Kalau sudah mendapatkan barang-barang seperti gula, garam, minyak goreng, ikan kering, dan lain sebagainya, mereka kembali ke Batusangkar, ke tempat kami. Kesemuanya itu diangkut dengan cara dijunjung di atas kepala atau disandang di bahu. Berjalan dari Bukittinggi tidak menempuh jalan raya agar tidak diketahui oleh tentara Belanda dalam tempo cukup lama. Kedatangan mereka sungguh dinantikan oleh masyarakat yang membutuhkan barang-barang itu dalam keadaan darurat.

Kerja sama antara bapak dan Ambo Taia cukup baik dan berjalan lancar. Bapak sambil bertani atau mengelola padi sawah yang cukup luas, mengajaknya juga berdagang kain atau pakaian jadi yang saat itu sangat dibutuhkan oleh penduduk negeri. Bapak dagang kain dengan pergi setiap pekan berjualan ke balai-balai atau pasar kecamatan di Batusangkar dan sekitarnya, seperti balai di Tanjung Barulak, balai di Kumanis, Pitalah, Sungai Tarab, Rambatan, dan balai-balai lainnya. Ketika pergi berjualan seperti itu, kadang kala terjadi penyergapan oleh patroli Belanda. Kalau begitu, para pedagang langsung dibawa ke Batusangkar karena dicurigai sebagai kurir dari republik yang pusat pemerintahan republik berada di berbagai nagari.

Suatu waktu ada kejadian yang menimpa salah seorang pedagang keliling. Namanya Pak Udin, berasal dari Nagari Limo Kaum. Ia tertangkap di Nagari Saruaso, di mana si Belanda dengan dibantu oleh orang yang pro Belanda memeriksa dan menanyai, “Mau ke mana...?”

Page 48: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

26 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

“Mau ke Kumanis Tuan...!” Si pedagang tadi langsung ditangkap karena si Belanda menduga pedagang tersebut adalah orang komunis.

Lantas Belanda bertanya lagi, “Kamu komunis?” “Ya, Tuan...!” Kebetulan dalam rombongan pedagang Pak Udin ada yang

memberanikan diri menjelaskan kepada Belanda, “Tuan...., maksud Pak Udin bukan komunis, maksudnya mau ke pasar atau ke balai Kumanis, Tuan!”

Untung ada orang yang bisa memberi pengertian pada anggota patroli Belanda. Dapat meyakinkannya sehingga Pak Udin dilepas lagi dan bisa melanjutkan perjalanan bersama beberapa kawannya ke pasar Kumanis yang punya jarak tempuh masih jauh.

Dialog tadi merupakan kesalahpahaman. Pak Udin berkata “Kumanis”, si Belanda menganggap kata-kata tadi adalah “komunis”. Komunis sangat ditakuti Belanda. Malam hari diceritakan Pak Udin pada sesamanya di lapau-lapau hingga cerita ini mengambang di mana-mana dan Pak Udin dijuluki “Pak Komunis”. Sampai hayatnya, Pak Udin dipanggil orang “Pak Komunis”.

4. Kisah Penting Lain sampai Penyerahan Kedaulatan 1950 BAPAK menceritakan bahwa Belanda menyerang Indonesia karena tidak ingin kehilangan jajahannya. Belanda ingin terus menjajah Indonesia, menguras hasil bumi Indonesia. Ini adalah serangan yang kedua dilakukan oleh Belanda. Pertama kalinya pada tahun 1947, yaitu 2 tahun setelah Soekarno–Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tahun itu terjadi pertempuran di mana-mana di Pulau Jawa antara laskar rakyat yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan barisan rakyat pejuang kemerdekaan melawan Belanda.

Serangan militer Belanda tahun 1947 itu—yang mereka namakan Door Naar Jogja—sudah sampai di kota Magelang yang jaraknya hanya sekitar 40 km dari ibu kota republik yang sudah dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Serangan tersebut dapat dipukul mundur sehingga kota Magelang tetap di bawah kekuasaan de facto Republik Indonesia.

Sekarang, di tahun 1948, Belanda mengulangi kembali serangannya terhadap Indonesia. Ini dikenal dengan Agresi Belanda yang kedua. Kali ini bukan saja terjadi di Jawa, namun di seluruh daerah di tanah air mendapat serangan tentara Belanda. Soekarno dan

Page 49: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Habis Jepang, Belanda Lagi | 27

Hatta ditangkap Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sedangkan pemerintahan republik sementara pindah ke Bukittinggi.

5. Era Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) PRESIDEN menginstruksikan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara— pejabat Menteri Kemakmuran Republik Indonesia—yang ketika itu sedang berada di Sumatera, untuk mengambil segala tindakan guna menyelamatkan negara.

Setelah melalui beberapa proses maka tanggal 22 Desember 1948 dibentuklah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Belanda yang optimis menguasai Indonesia dengan menangkap pemimpinnya, dikejutkan dengan terbentuknya PDRI. Untuk mewujudkan ambisinya maka Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang bersifat mobil harus diserang, jika perlu dihancurkan.

Waktu itu saya menamatkan sekolah rakyat 4 tahun setelah masa penyerahan kedaulatan. Umurku sudah 14 tahun. Sekolah rakyat makan waktu lebih kurang 8 tahun. Hal keterlambatan ini disebabkan oleh beberapa hal: negara dalam keadaan perang atau darurat, tidak ada keamanan yang menjamin sekolah lancar. Masih teringat olehku sekolah terpaksa dipindahkan dari sekolah yang biasa ke sebuah surau yang bernama Surau Durian di Jorong Balai Batu. Tidak lama belajar di surau tersebut, sekolah kembali lagi ke tempat semula di Balai Jumat Limo Kaum dan di sanalah aku menamatkan Sekolah Rakyat.

Di Sekolah Rakyat Limo Kaum ini saya tidak lulus untuk masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN). Namun, saya tetap mempunyai keinginan melanjutkan sekolah. Saya masuk di Perguruan Taman Siswa Batusangkar, sebuah sekolah swasta yang cukup maju.

Ketua Perguruan Taman Siswa atau Taman Dewasa ini adalah Bapak Amir Rasad. Di samping ketua perguruan, Bapak Amir Rasad adalah juga seorang sosok tokoh politik partai, Partai Nasional Indonesia (PNI) di Tanah Datar. Ketua Perguruan Taman Siswa nasional yang berpusat di Yogyakarta dan kita kenal sebagai Bapak Pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara.

Page 50: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

28 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Page 51: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Taman Siswa | 29

V

Taman Siswa

1. Mulai Mengenal Rasa Kebangsaan MULAI dari kelas 1, majelis guru memberi kami pengertian tentang tanah air Indonesia dengan mengumpulkan murid-murid dari kelas 1 sampai kelas 3 dalam satu ruangan agak besar selama 2 jam pelajaran. Antara lain dijelaskan tentang R.M. Suwardi Suryaningrat. Nama ini kurang dikenal masyarakat di tanah air ini, tapi lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ia dihormati dan disanjung tinggi sebagai tokoh pendiri dan pembina perguruan nasional Taman Siswa di seluruh Nusantara, juga di luar negeri. Ia dikagumi sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan tanggal kelahirannya, 2 Mei, ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Pendidikan Nasional. Dengan nama Suwardi Suryaningrat ini, ia akan dikenang sebagai pahlawan pergerakan nasional, dan dengan nama Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Suwardi adalah seorang putra keturunan bangsawan, dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1989 di Yogyakarta sebagai cucu dari Sri Paku Alam III, anak dari Pangeran Suryaningrat, putra sulung dari permaisuri dan Sri Paku Alam III tersebut. Putra kedua dari permaisuri dan Sri Paku Alam III itu adalah Pangeran Sastraningrat, ayah dari R.A. Sutartinah yang kemudian dikenal dengan nama Nyi Hajar Dewantara. Dua insan, saudara sepupu suami-istri Suwardi dan Sutartinah ini, akan dikenang sebagai tokoh-tokoh yang banyak berjasa dalam pergerakan dan pendidikan nasional di tanah air kita ini.

Suwardi pernah bersekolah di Stovia—School tot Opleiding van Indische Artsen—di Betawi, tetapi tidak selesai. Selama tinggal di Betawi, juga semasa kanak-kanak dan remaja, dalam lingkungan

Page 52: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

30 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

keluarga ia mendapatkan penggemblengan mental dan jiwa kebangsaan yang mendalam.

Ia meninggalkan Stovia, lalu bekerja pada pabrik gula Kali Bagor di Banyumas, kemudian sebagai asisten apoteker pada Rathkamp di Yogyakarta. Pekerjaan rutin rupanya kurang cocok bagi jiwanya, maka ia pun terjun ke lapangan jurnalistik. Semangat juangnya dalam bidang sosial dan politik mulai berkobar-kobar dan bakat jurnalistiknya berkembang dengan pesat.

Hal ini diketahui oleh Douwes Dekker saat membaca tulisan-tulisannya di dalam harian-harian di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Juga dalam harian De Express yang dipimpin oleh Douwes Dekker sendiri dan diterbitkan di kota Bandung.

Douwes Dekker mengundang Suwardi untuk pindah ke Bandung dan turut mengasuh De Express. Di kota ini Suwardi kemudian menjadi ketua perhimpunan Sarekat Islam, didampingi oleh Abdul Muis dan A.H. Wignyadisastra, pemimpin redaksi harian Kaoem Moeda.

Pada tanggal 6 September 1912 didirikanlah partai politik Indische Partij di mana Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, dan Dokter Cipto Mangunkusumo menjadi tokoh-tokoh pimpinan dari partai tersebut. Tiga serangkai itu menjelajahi Pulau Jawa untuk mempropagandakan Indische Partij, dan mereka mencapai sukses besar. Banyak orang-orang pribumi masuk menjadi anggota partai tersebut, juga orang-orang non-pribumi, orang-orang Indo-Belanda, Cina, dan Arab.

Melalui alat medianya, De Express, dan penulisan serta penyebaran buletin serta brosur-brosur, gerakan nasional yang dibangkitkan oleh mereka ternyata berhasil menggemparkan masyarakat dan menggoyahkan sendi-sendi pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Indische Partij merupakan organisasi politik yang pertama dalam sejarah Indonesia.

Sejak berusia 40 tahun, Suwardi berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Sampai akhir hayat menjadi Pemimpin Umum Persatuan dan Perguruan Taman Siswa. Ia pernah menjadi anggota KNIP dan DPR, juga menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Ia dianugerahi Bintang Maha Putra Kelas I oleh Presiden Republik Indonesia. Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959. Sebelumnya, pada tanggal 19 Desember 1956 ia dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Kebudayaan oleh Senat Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.

Page 53: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Taman Siswa | 31

2. Taman Siswa Pembekalan Rasa Kebangsaan DI Perguruan Taman Siswa saya mendapatkan pengetahuan tentang kebangsaan serta rasa kenasionalan dan telah mulai memahami arti perjuangan bangsa yang bangkit dengan semangat persatuan menuju Indonesia ke depan. Di perguruan ini saya telah dididik atau diasuh, belajar berorganisasi melalui Persatuan Pemuda Taman Siswa (PPTS). Waktu di kelas 2 saya dipercaya oleh sesama pelajar Perguruan menjabat sekretaris PPTS. Untuk organisasi di luar sekolah juga telah ada 2 organisasi pelajar, yakni Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) dan Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI).

Page 54: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

32 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Page 55: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Minang Bergolak | 33

VI

Minang Bergolak

1. Kegiatan Belajar Terhenti Akibat Pergolakan PRRI

SITUASI politik dari hari ke hari semakin memburuk. Tahun 1958 di Sumatera Barat merupakan tahun yang sangat kritis. Tanggal 15 Februari 1958, Letnan Kolonel Ahmad Husen, Kolonel Dahlan Jambek—Komandan Militer Divisi Banteng di Sumatera Tengah, serta Kolonel Maludin Simbolon—Komandan Divisi Gajah di Sumatera Utara, memproklamirkan “kemerdekaan” Sumatera dengan mendirikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Di bagian lain, Kolonel Vence Sumual di Sulawesi mendirikan Pemerintahan Semesta atau Permesta.

Baik PRRI maupun Permesta menolak kepemimpinan Bung Karno, tidak mengakui pemerintah Republik Indonesia dan mengangkat Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden PRRI. Ini adalah suatu pemberontakan! Tindakan Letnan Kolonel Ahmad Husen dan Kolonel Dahlan Jambek menantang pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin Soekarno, didukung oleh ninik mamak, kaum ulama di Sumatera Barat.

Ketika Divisi Banteng di bawah Letkol.Ahmad Husen mengadakan reuni dan mendirikan “Dewan Banteng” pada tanggal 20 Desember 1957, seorang sesepuh Minangkabau, yang pernah menjadi pemimpin Indonesia, hadir dan memberi ceramah dalam acara itu. Aku tidak tahu apa dan bagaimana ceramahnya itu. Namun, dari beberapa yang kutanyakan kepada yang agak cukup mengetahuinya, kalimat sesepuh itu merupakan nasihat kepada seluruh ninik mamak Minangkabau agar: “Pandai-pandai mambao diri, bapijak di tanah nan sabingkah, manari di lapiak nan sahalai.” Kata-kata ini diterjemahkan dalam bahasa

Page 56: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

34 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Indonesia artinya kurang lebih: “Pandai-pandai membawa diri, berpijak di tanah yang sebingkah, menari di tikar yang sehelai.” Berarti, apa pun yang akan diperbuat harus berhati-hati dan bijaksana.

Apakah kata-kata ini hanya sekedar nasihat dari sesepuh, nyatanya situasi pergolakan memanas terus. Proklamasi PRRI pada tanggal 15 Februari 1958 itu diikuti oleh aksi para aparat militer untuk menangkapi dan menahan para pemimpin organisasi-organisasi yang dianggap kiri: organisasi buruh, tani, pemuda dan pelajar, terutama sekali para pemimpin dan kader komunis. Ini merupakan tindakan yang kejam. Hak Asasi Manusia (HAM) waktu itu masih jauh, awam belum mengerti dan mengenalnya. Anak bangsa ini baru mengerti agak terang tentang HAM semenjak pelanggaran HAM berat yang terjadi pada Peristiwa 30 September 1965 yang memakan korban luar biasa

Marilah kita lanjutkan cerita penangkapan-penangkapan Dewan Banteng PRRI di Sumatera Barat dan Riau. Ada dikenal beberapa tempat, seperti Simun—Atar—Situjuh. Sepintas kucoba bagaimana menceritakan perbuatan biadab yang dilakukan oleh PRRI terhadap tawanannya. Prosesnya panjang. Mereka ditangkap di Pekanbaru, dari Pekanbaru dibawa ke Padang ditempatkan di Rumah Tahanan Militer (RTM) Simpang Haru Padang.

Pemerintah pusat mengirim angkatan bersenjata untuk menumpas PRRI di kota Pekanbaru. Riau daratan telah dapat dikuasai pemerintah pusat. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan tentara pusat, terus bergerak menuju Sumatera Barat melalui jalan darat dari Pekanbaru. Di samping itu armada kapal perang RI berlabuh di luar Teluk Bayur. Pertempuran terjadi antara pemberontak dengan tentara pusat. Para pemberontak sekalipun mempunyai senjata serba modern tidak sanggup melawan tentara pusat. Mereka lari ke pedalaman.

Kejadian ini menyebabkan tahanan politik PRRI tadi dipindahkan dari RTM Simpang Haru Padang ke penjara Solok yang jaraknya ratusan kilometer. Di saat tentara pusat maju menuju Solok, dari penjara Solok dipindahkan lagi lebih jauh ke pedalaman ke suatu tempat di Muaralabuh. Akibat terdesak terus oleh operasi-operasi tentara pusat, tahanan dipindahkan lagi ke suatu tempat yang agak jauh ke dalam hutan. Orang mengatakan bahwa tempat itu adalah bekas rumah sakit di zaman penjajahan Belanda yang bernama Timbulin.

Mendengar berita kota Solok telah dikuasai tentara pusat, maka tahanan dipindahkan lagi ke Sungai Penuh dengan pancingan pada tahanan di sana akan dilaksanakan upacara pembebasan oleh

Page 57: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Minang Bergolak | 35

“Pemerintah PRRI”. Tiga puluh delapan tahanan yang dipindah-pindahkan itu menyatukan tekad untuk melawan dan menerobos penjara Sungai Penuh dengan prinsip “biar mati dimakan harimau di tengah hutan, daripada mati tak melawan di tangan pemberontak.”

Setelah berjalan siang malam dalam hutan sampailah mereka di Mukomuko, kemudian dibawa ke kota Lahat dan akhirnya dibawa ke kota Palembang, ibu kota Sumatera Selatan. Hati mereka telah terobati dari penderitaan penyakit, siksa selama cengkraman pemberontakan PRRI. Demikian sekilas nasib teman-teman yang ditangkap di Pekanbaru, Riau.

Salah satu di antara yang telah dibebaskan itu adalah teman yang sama-sama dalam barisan Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) dan bertemu pada konferensi besar IPPI seluruh Indonesia tahun 1962 di Jakarta, yaitu Yoseph Tugio Taher yang waktu itu menjadi ketua delegasi IPPI Riau dan saya wakil delegasi IPPI Sumatera Barat.

Kini aku melanjutkan bagaimana pula derita pahit dan memilukan hati kami. Manusia-manusia sebangsa sendiri di sekeliling mungkin telah dipandangnya sebagai sampah. Karaben-karaben dipegang semaunya. Aku tak tahu pasti apakah ini gerangan yang dipepatahkan oleh orang tua: “sebagai kambing tiga suku” atau “sebagai bujang jolong bakarih, gadis jolong basubang.”

Kuingat-ingat bentuk-bentuk dan perangai-perangai tentara yang pernah kulihat pada kesombongan tentara Nazi Hitler dan fasis Mussolini di film. Kujalarkan pikiranku ke masa pendudukan tentara Jepang. Yah, inilah bandingannya yang paling tepat. Aku bertanya kepada diriku sendiri sambil tak percaya. Benarkah yang bertingkah laku dan berlagak demikian itu bangsaku sendiri? Bangsa Indonesia yang lemah lembut? Suku Minang yang sopan dan cerdas selama ini. Bisakah ini terjadi? Benarkah ini watak asli dari suku bangsaku?

2. Beberapa Tempat Penyiksaan dan Pembunuhan PADA masa bangkitnya perlawanan menentang dan menumpas Dewan Banteng PRRI, aku baru naik kelas 3 di Perguruan Taman Dewasa Batusangkar. Namun telah mampu mengikuti situasi dari masuknya APRI ke Sumatera Barat dan bagaimana selanjutnya.

Sebagai kelanjutan hal terurai di atas tadi, kucoba lagi mengemukakan beberapa tempat di mana seakan-akan peristiwa itu tidak dihargai lagi. Padahal korban-korban di Simalungun, Suliki–

Page 58: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

36 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Situjuh–Atar, dan lainnya itu merupakan bagian dari satu akibat politik yang jahat yang ingin memecah-belah kesatuan bangsa Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 serta berlandaskan Pancasila.

Sejenak kukemukakan pembunuhan di Situjuh, Payakumbuh. Orang-orang kiri yang dianggap penentang PRRI seperti Pak Said, Bung Kadir Nasution, Nur Rauf, dan Jamhur Hamzah, merekalah yang mula-mula menerima neraka buatan manusia PRRI di Situjuh, dikurung di bangunan sekolah yang terletak di lembah sempit. Kala senja dilempari dengan granat. Belum cukup! Dihujani dengan peluru mitraliur dan akhirnya dibakar pula. Agar jangan ada yang tahu, agar jangan ada yang membuat peringatan untuk korban-korban itu, agar hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya. Hampir dua ratus jumlahnya. Tapi Tuhan adil. Ada saksi-saksi hidup untuk itu. Djaham dan Laweh dapat lolos.

Di kampung itu, yang menamakan dirinya Dewan Banteng PRRI mencoba menghilangkan dosa-dosanya dengan membunuh rakyat, mencoba menghilangkan bekas-bekas pembunuhan itu dengan api. Akan tetapi kejahatan besar yang telah dimulai memanggil kejahatan baru yang lebih besar lagi. Terus-menerus sampai mereka dimusnahkan oleh kejahatan itu sendiri. Mereka menulis sejarah kejahatannya dengan tangannya sendiri pula. Kita hanya melihat dan membaca.

Mereka berusaha agar patriot-patriot bangsa yang telah mereka musnahkan itu akan hilang begitu saja tiada ditulis, tiada dikenang. Akan dicoba menghentikan kepatriotannya itu. Orang-orang Dewan Banteng PRRI dan simpatisan-simpatisannya boleh berpikir dan berharap begitu. Akan tetapi harapan mereka takkan terkabul. Patriot-patriot tanah air yang telah mereka tangkap, bunuh, bakar itu tidak hilang begitu saja. Jasad patriot bisa mati dan hilang, tapi diri dan nama mereka tetap hidup di hati dan di bibir rakyat. Patriot-patriot yang telah gugur itu akan ditulis nama dan hak juangnya. Akan ditulis terus-menerus dengan tak habisnya. Tulisan-tulisan tentang Imam Bonjol, Diponegoro tak pernah habis. Tambah lama tulisan-tulisan tentang patriot akan tambah yang baru dan tambah muda. Anak-anak akan menulis tentang bapaknya. Kemenakan-kemenakan akan memperingati mamaknya. Adik-adik akan menulis tentang kakaknya. Kawan, kenalan dan sahabat akan menulis pula. Akan tetap diperingati selama-lamanya, terus-menerus tak berhenti.

Dapat dibayangkan betapa nasib keluarga-keluarga tawanan yang kepala keluarganya ditangkap lebih dari setahun. Pak Said diambil

Page 59: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Minang Bergolak | 37

setelah terjadi demonstrasi rakyat Agam menentang fasis Dewan Banteng. Ia dipersalahkan karena memfoto kejadian demonstrasi itu. Tustelnya diambil. Mula-mula dibawa ke Padang, kemudian ke Batusangkar, terakhir ke lembah maut Situjuh itu.

Selanjutnya kusampaikan berita kesedihan di Simun, Suliki. Seratus delapan puluh tujuh orang mati oleh dinamit. Sepintas lalu tak masuk akal bahwa dinamit dipakai untuk memusnahkan manusia. Tetapi, percaya atau tidak, kenyataan telah berkata demikian. Itulah yang terjadi di sana, di suatu kamp yang berpagarkan kawat berduri dan batang pandan. Saksi hidup sampai saat ini masih ada. Nazar, yang ditahan dan dikategorikan berasal dari Organisasi Perlawanan Rakyat (OPR), dan Lilik, sama-sama korban tahanan G30S, berasal dari Batalyon N dan pindah ke Batalyon 134 Kodam III 17 Agustus berpangkat sersan dua dan mendapat hak pensiun.

Di sana patriot-patriot bangsa menghembuskan napas yang penghabisan. Ditamatkan riwayat mereka oleh saudaranya sendiri, oleh orang sebangsanya untuk kepentingan asing dan orang-orang yang menjadi alatnya. Berlanjut lagi dengan pembunuhan kejam yang dilakukan di Nagari Atar Kecamatan Tanjung Emas (waktu itu). Sekarang negeri itu masuk Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Kucoba cari di antara korban-korban kekejaman di Atar ini seperti Kawan Mawardi, sekretaris umum Pemuda Rakyat Sumatera Tengah. Sejak permulaan ditangkap, Mawardi tetap memperlihatkan perlawanan yang gagah. Waktu ditangkap itu ia berkata kepada si penangkap, “Sudah sekian lama menangkapi orang, baru sekali ini yang tepat. Tuan kini menangkap seorang yang kontan seratus persen anti-fasis Dewan Banteng. Sekian banyak orang-orang yang Tuan-tuan tangkap adalah berdasarkan ketololan semata. Mereka itu ialah rakyat semata. Apalah gunanya mereka itu Tuan tangkap.”

Sikap Mawardi seperti ini membikin marah kaki-tangan pemberontak. Tapi tak urung pula menimbulkan rasa hormat, menyebabkan Mawardi diperlakukan dengan agak baik sampai tiba masa lahirnya PRRI. Kesempatan ini dipergunakan oleh Mawardi untuk terus melaksanakan tugas patriotiknya, terus memimpin walaupun dari dalam penjara. Ia hanya ditahan di penjara Bukittinggi. PRRI kemudian pada tanggal 8 April 1958 memindahkannya ke Padang.

Sehari sebelum APRI mendarat, Mawardi diangkut ke beberapa tempat. Akhirnya bersama-sama tawanan lainnya dibawa ke Boncah Atar, Batusangkar, untuk disudahi dengan dibunuh. Berbagai tipu

Page 60: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

38 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

dilakukan untuk menutupi pembunuhan massal itu agar tidak diketahui rakyat. Di bawah pimpinan Mawardi, tawanan-tawanan itu menolak tipu muslihat algojo-algojo PRRI yang bernama Muchtar Pasaribu, A. Hadi Rahman, Ali Syahrudin, dan Bakhtiar yang hendak memisah-misahkan para tawanan. Maksudnya akan dibunuh sebagian demi sebagian. Para tawanan mengerti akan dibunuh dengan cara demikian itu. Tapi mereka hanya ingin mati bersama dalam suatu perjuangan, di samping rakyat yang mereka cintai.

Dalam saat yang sedemikian sulit dan kritisnya, nyawa hanya tinggal beberapa menit lagi di jasad, Mawardi bisa tampil menyampai pidato terakhir untuk kawan-kawannya. Pidato Mawardi meng-hilangkan sama sekali kebenaran di otak Bakhtiar, letnan PRRI itu. Ia mendekati Mawardi, memaki-maki dalam jarak satu meter menembak kepala Mawardi.

Beginilah keberanian tentara PRRI itu. Hanya berani kepada yang tak berdaya. Setelah Mawardi ditembak, keluar pula perintah tembak banyak. Berderumlah bunyi tiga brengun sekaligus diikuti beberapa karaben. Peluru habis, diisi lagi dua laras dan terus menembak. Empat puluh tujuh orang jatuh di sana, semuanya dapat digolongkan patriot bangsa. Inikah gerangan bentuk dan cara perjuangan yang dibanggakan oleh pengikut-pengikut PRRI?

Kepada mahasiswa-mahasiswa yang masih mengatakan kebenaran dan kehebatan PRRI di mana pun mereka berada, atau yang masih berusaha mengadakan kampanye radio lutut, aku ingin bertanya. Apakah namanya ini? Inikah gerangan perjuangan menegakkan negeri Indonesia sejati sebagai yang diterima dari mulut Syafruddin? Inikah yang dinamakan perjuangan daerah dengan membunuhi pejuang-pejuang bangsa dari daerah sendiri? Tidakkah Adik-adik tahu bahwa pemuda-pemuda yang telah dibunuh itu adalah bunga bangsa yang punya riwayat hidup penuh juang dan belum pernah kotor. Lebih banyak riwayat juangnya dari kalian dan tidak kotor seperti pemimpin-pemimpinmu.

Kepada pemimpin-pemimpin harian yang pro-pemberontak dan pemimpin-pemimpin politik dari daerahku yang di hatinya membela pemberontak, aku ingin pula bertanya. Memang beginikah caranya berjuang itu? Inikah gerangan yang diajarkan Rasulullah SAW? Mengapakah cara begini tak pernah kulihat dulu waktu Tuan-tuan menghadapi Belanda penjajah. Atau tidakkah gerangan ini identik dengan kepentingan Belanda itu?

Page 61: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Minang Bergolak | 39

Empat puluh tujuh orang roboh bersamaan disapu peluru bren. Tempat dan riwayat mereka akan hilang saja sekiranya Zulkifli Sulaiman tidak terhindar dari maut buatan PRRI itu. Pada tembakan pertama ia sempat menjatuhkan diri bersama jatuhnya kawan yang kena peluru. Dihimpit mayat dan bermandikan darah. Diperiksa, disangka mati dan ditinggalkan. Ia berjalan, merangkak dengan diiringi seekor anjing yang ingin menjilat darah yang melekat di badan Zul. Tanpa makan dan hanya minum air selokan, akhirnya sampai juga ke pos APRI Batusangkar.

Kejahatan dan pesta maut yang dilakukan gerombolan Syafruddin di Situjuh Batur itu tak bisa ditutupi walaupun telah dibersihkan dengan api, karena Johan dan Laweh sempat hidup. Tragedi Boncah Atar itu dilihat rakyat. Ada tiga orang saksi hidup yang bisa berkata, yaitu Zulkifli Sulaiman dan Marak, serta Pakiah Yusup dari Nagari Rao-Rao, Batusangkar.

Bohonglah dunia dengan surat kabar Tuan. Tuan-tuan tidak berkuasa besar seperti kaisar-kaisar Roma. Namun Romawi, sebagai dikatakan oleh Tagore dalam bukunya, menjadi patah tulang punggungnya karena terlampau berat memikul beban dusta. Merasa capeklah adik-adik mahasiswa mensucikan perjuangan PRRI. Akan tetapi rakyat Situjuh—Suliki—Atar dan Kerinci akan menertawakan kalian dan bila bertemu akan terheran-heran sambil berkata di hati. Mahasiswakah ini gerangan yang turut berbohong untuk kepentingan perusakan tanah airnya?

Kudengar di antara mahasiswaku berkata dengan sikap khusus, “APRI itu kejam, membunuh pemuda-pemuda daerah kita seperti anjing.”

Aku bertanya, “Di manakah pemuda-pemuda itu terbunuh?” Jawabnya, ”Di front dan setelah tertawan.” Aku bertanya pula. Apakah seseorang akan diam saja setelah ia

tahu akan dibunuh dan telah ditembak? Apakah seorang prajurit negara yang ditugaskan membasmi pengacau akan berdiam diri saja terhadap orang-orang (walaupun mahasiswa) yang di tangannya ada senjata yang telah berbau mesiu hangus dan nyata telah memperkosa hak-hak dan kehormatan rakyat? Mengapakah kini menyebut kejam itu? Mengapakah tidak ingat dulu sebelum berontak bahwa segala sesuatu akan mungkin terjadi bila senjata telah berbunyi?

Ah, jangan bicara yang enak pada kita saja. Kalau awak telah kalah, telah terbunuh, orang disebut kejam! Akan tetapi sayang, mahasiswa daerahku yang membunuhi beratus-ratus orang daerahnya sendiri,

Page 62: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

40 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

diambil dari rumah tangganya malam hari, direnggutkan dari anak-istri dan keluarganya tanpa alasan. Ditawan, dibawa kian ke mari, dipukuli, dirampas harta yang dapat dibawanya. Disiksa, diberi makan nasi bercampur pasir, belum puas dibenamkan ke dalam kolam berisikan tahi. Setelah badan setengah hancur, tak berdaya dan tanpa sebilah pun lidi untuk membela diri, dibunuh dengan senjata berat, lebih enak dari membunuh lalat. Ini rupanya yang tak dipandang kejam dan tak teringat oleh mahasiswa-mahasiswa daerahku.

Bagiku, bunuh-membunuh dari siapa pun dan dalam bentuk apa pun tidaklah aku setuju. Oleh karena itulah sedikit pun tak bisa menyetujui Dewan Banteng dan PRRI karena aku tahu bahwa yang begini pasti akan terjadi sebagai akibatnya. Maka heranlah aku melihat orang-orang yang termasuk golongan intelegensia yang hanya tahu membuat permulaan, tetapi tidak memikirkan dan tak berani memikul akibatnya.

Sebagai kenangan kepatriotan dua anak bangsa di Padang Pariaman, yakni Ismail dan Hasan, keduanya turut berjuang dalam kalangan anti Dewan Banteng PRRI, mulai dari perjuangan kertas (pamflet-pamflet anti Dewan Banteng PRRI) sampai ke perjuangan bersenjata. Ia dengan enaknya membawa pamflet-pamflet perjuangan melalui pemeriksaan polisi dan tentara pemberontak. Membagi dan menempelkan, sampai beribu lembar. Ia telah menyanggupkan dirinya menjadi kurir antar kota, antar gunung dan kota tanpa gentar sedikit pun.

Orang-orang di kota tahu dan tertawa kegelian, alat-alat Dewan Banteng menjadi pusing dan sangat sibuk oleh kertas-kertas yang distensil yang tahu-tahu sampai saja ke kantor-kantor pemerintah, ke tangsi tentara dan tertempel di kaca-kaca toko, dinding-dinding, dan lain-lain, tanpa bisa dibekuk si penempel penyebarnya. Semua tenaga dari DPKN, sekuriti dan bersenjata lainnya dikerahkan. Amat sedikit hasil yang didapat. Ismail dan Hasan aman saja. Karung bawaannya berisikan barang yang dicari itu juga lewat dengan amannya di depan hidung si pencari. Polisi-polisi yang hendak membekuk bercakap-cakap dengannya, ia mendengarkan dengan sikap tolol.

Waktu Dewan Banteng sudah kalap dan memburui pemimpin-pemimpin seperti orang berburu babi dengan mengerahkan alat-alat bersenjata, orang-orang kampung dan anjing-anjing, maka rakyat melakukan perlawanan bersenjata pula. Sten dan bren buatan Amerika dilawan dengan badia bagasak buatan zaman baheula.

Page 63: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Minang Bergolak | 41

Cukup memuaskan, cukup pula mengerikan bagi kalangan yang memburu itu. Hati si pemburu mundur dalam mematuhi perintah majikannya. Demikianlah perlawanan itu dilakukan di daerah Padang Pariaman, di daerah Ismail.

Gabungan antara gerilya rakyat dengan tentara telah ada. Salah seorang pemimpin tentara menyanggupkan diri bersama kawan-kawannya untuk menangkap Ahmad Husen. Tapi sayang, ia kembali setengah jalan. Menjadikan rakyat kecewa dan kawan-kawan sendiri kecewa. Menyebabkan rakyat hanya percaya kepada diri sendiri.

Waktu APRI telah membebaskan Pekanbaru, Hasan ingin ikut RPKAD ke Sumatera Barat menyumbangkan tenaganya menumpas pemberontak. Tetapi Sumatera Barat rupanya tugas Komando Operasi 17 Agustus, bukan Komando Operasi Tegas. Maka dengan usaha sendiri Hasan dapat masuk Sumatera Barat. Ia bergabung dengan barisan rakyat anti-PRRI. Ia bertemu dengan Ismail dan berjuang bersama-sama. Serdadu-serdadu PRRI dan polisi-polisi kalang kabut atas terjadinya lemparan granat atas kantor balai kota Padangpanjang. Di sanalah Burhanudin Harahap nyaris mati dan menyebabkan ia harus angkat kaki dari Padangpanjang yang panas itu. Betapapun giatnya, alat-alat PRRI mencari si penyerang gerilya itu sia-sia belaka.

Serangan yang dilakukan oleh Ismail dan kawan-kawannya sangat berhasil dan ia langsung tinggal di kota dan aktif di Organisasi Keamanan Rakyat (OKR). Beberapa kali aksi-aksi Ismail dan Hasan berhasil. Hasratnya besar untuk membuat perhitungan dengan gembong-gembong PRRI.

Ia hendak ke Bukittinggi menyelesaikan Syafruddin dan kawan-kawan, tapi rupanya kali itu ia tak manjur. Di atas kereta api dari Sicincin menuju Bukittinggi ia tertangkap. Keduanya diringkus, rahasia lemangnya ketahuan. Yaitu waktu lemangnya diperiksa, kedapatanlah dalam betung lemang itu empat buah granat. Sudah pastilah bagian yang diperolehnya sebelum diperiksa atau ditanyai itu adalah pukulan, tamparan, dan tinju. Kepala keduanya benjol-benjol dan bibir bengkak-bengkak.

Si penangkap sangat gembira atas hasil itu. Setelah puas memukuli, dibawa ke tukang foto. Difoto bersama keempat granat dan lemangnya. Agaknya foto itu akan dipersembahkan kepada yang mulia majikannya. Sayang, sebelum foto siap, mereka harus lari karena mendengar kabar APRI sudah mendarat. Tinggallah foto-foto itu pada jurufoto untuk jadi saksi kekejaman mereka. Dari foto itu tampak celana Ismail yang robek, muka bengkak. Bibir Hasan gembung dan

Page 64: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

42 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

pecah. Foto itu pun bercerita bahwa sampai masa tertangkap pun wajah keduanya menyatakan tekad yang bulat. Keberanian dan tidak pernah menyesal. Mereka telah berjuang untuk kebenaran, untuk turut menumpas pengkhianat-pengkhianat tanah air.

3. Situasi Penumpasan PRRI Memanas MASIH kuingat tanggal 27 Juli 1958, saat di mana kami sedang ujian dengan mata pelajaran ilmu bumi, kota Batusangkar diserang secara besar-besaran oleh tentara PRRI dari berbagai penjuru. Di luar sekolah, APRI telah berjaga-jaga serta melalui guru semua peserta ujian diperintahkan merayap di bawah meja sampai keamanan mulai tenang, lebih kurang pertempuran berlangsung selama 2 jam.

Menghadapi PRRI ini, AURI menyiapkan 40 pesawat, hampir seluruh kekuatan dipusatkan di Tanjung Pinang, Riau. Berturut-turut dalam operasi perebutan, B-25 dan P-51 menghujani dengan senapan mesinnya. Lapangan Udara Simpang Tiga Pekanbaru (12 Maret) di bawah pimpinan Letkol. Kaharudin Nasution, kota Medan (17 Maret) serta kota Padang (17 April). Tujuh belas hari kemudian, Bukittinggi juga jatuh ke tangan pasukan APRI.

Para perwira militer dari Jawa, baik dari Divisi Siliwangi, Diponegoro, atau pun Brawijaya, silih berganti bertugas ke Sumatera Barat dalam penumpasan PRRI dan menstabilkan Sumatera Barat. Nama-nama perwira militer yang pernah bertugas di Sumatera Barat dan kemudian hari menjadi terkenal antara lain adalah Yoga Sugama, Ali Murtopo, Untung (bawahan Yoga Sugama waktu itu di RTP II Bukittinggi), Katamso, Suryo Sumpeno, Pranoto Reksosamudro, dan tidak ketinggalan, Ahmad Yani yang menjadi Panglima Komando “17 Agustus” yang pertama.

Jika operasi penumpasan pemberontak ini berjalan agak lama, maka pemerintahan tandingan itu akan sempat membuat perjanjian. Amerika bisa menggerakkan Armada VII untuk mendarat di wilayah Indonesia dengan berbagai dalil dan alasan.

Dengan hasil penumpasan yang diperoleh, wajah dan citra Bung Karno kembali cerah dan terangkat kembali di mata dunia. Indonesia tidak dipandang remeh saja oleh negara lain, terutama negara bekas kolonialis. Bung Karno merasa lega dan gembira serta berterima kasih kepada Kolonel Ahmad Yani yang kemudian menjadi “anak

Page 65: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Minang Bergolak | 43

kesayangannya”, mampu mengangkat kembali citra dan martabat di mata dunia internasional.

Pemberontakan daerah menentang pemerintahan pusat dengan mendirikan pemerintahan tandingan dengan presiden serta perdana menterinya sendiri ini, ternyata gagal dan dapat ditumpas dengan korban nyawa yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak rakyat tak berdosa mati menjadi korban. Baik kaum komunis yang ditangkap dan ditahan oleh pemberontak PRRI dan dibunuh secara massal atau dihabisi di dalam tahanannya, atau pihak militer daerah yang terpaksa menjadi alatnya PRRI dan ikut memberontak melawan pusat, atau militer yang ditugaskan pemerintah pusat untuk menghancurkan gerombolan pemberontak PRRI, maupun rakyat dan penduduk setempat yang menjadi korban dalam operasi pembersihan anasir-anasir pemberontak PRRI. Semuanya itu sampai sekarang tidak diketahui berapa jumlahnya. Praktis, pemberontak yang punya itikad melepaskan diri dari pemerintah pusat, dengan pembentukan pemerintahan sendiri yang disebut PRRI itu, gagal total.

Page 66: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

44 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Page 67: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Melanjutkan Sekolah, Berorganisasi dan Bekerja | 45

VII

Melanjutkan Sekolah,

Berorganisasi dan Bekerja

1. Lulus SMP, Lanjut SMA DALAM kondisi yang masih belum stabil benar, saya berhasil juga lulus dan melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Batusangkar yang menelan waktu selama 4 tahun.

Semasa belajar di SMA, kegiatan belajar tidak banyak lagi terganggu seperti di SMP. Situasi keamanan telah meningkat dengan baik. Sarana-sarana bangunan seperti sekolah dan lain-lain yang rusak akibat perang terus dibenahi. Kegiatan bergotong-royong terus ditingkatkan dengan melibatkan pelajar-pelajar setingkat SMP dan SMA, membersihkan dan membenahi lapangan olah raga, pembersihan makam pahlawan, pembersihan pasar, dan lain sebagainya.

Di samping belajar di sekolah terus ditingkatkan, kegiatan seperti seni dan budaya, organisasi terus berkembang di luar sekolah. Saya dan kawan-kawan terus bergerak membenahi kembali organisasi Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) waktu itu yang bersemboyankan: “Mari belajar—Mari menari—Mari menyanyi”.

Kawan-kawan memberikan kepercayaan kepada saya untuk memimpin IPPI di tingkat kabupaten. Berbagai lomba olah raga, seni dan sastra, dan budaya, meningkat terutama antar sekolah di tingkat SMP dan SMA. Sangat terasa meriah lomba-lomba di kalangan para pelajar ini pada hari-hari peringatan ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus serta pada hari-hari peringatan hari pendidikan dan peringatan hari angkatan perang. Dalam kegiatan-kegiatan seperti ini yang diutamakan adalah semangat patriotik berbangsa dan bernegara.

Page 68: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

46 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Kepada para pelajar harus ditanamkan semangat juang menuju NKRI masa depan yang lebih cerah.

2. Izin Mengikuti Konferensi Besar IPPI di Jakarta MASA SMA punya makna hidup yang tak terlupakan. Semangat juang yang ada padaku terus kubangkitkan. Belajar ... belajar ... sekali lagi belajar, belajar sejarah, membaca serta mempraktikkan sebisanya di tengah-tengah pelajar khususnya, kemudian di masyarakat umumnya.

Kuingat pesan kepala SMA padaku tatkala mau minta izin meninggalkan sekolah guna mengikuti Konferensi Besar IPPI di Jakarta. Kepala SMA waktu itu Bapak I Wayan Gredeg. Permohonan izinku mendapat restu. Menambah semangat berorganisasi. “Kamu berbuat di luar sekolah belajar tentang Indonesia, kamu nanti dapat menjadi manusia berwawasan kebangsaan sebagai harapan bangsa dan negara.” Demikian jawaban minta izinku dibalasnya dan tak kurang pula sokongan dari guru-guru lainnya, seperti Bapak Lamudi Yusuf, Bapak R. Didi Guhardi. Kesemua mereka sekarang ini tidak pernah berjumpa lagi. Aku berdoa kepada Tuhan YME agar bapak-bapak guruku itu selalu mendapat keselamatan, Amin…

3. Ingin Jadi Militer, Kedua Orang Tua Tidak Mengizinkan SEMASA sekolah di SMA, saya banyak bergaul dengan militer yang bertugas. Kebetulan tempat tinggal saya bertetangga dengan markas militer yang dikenal dengan sebutan kompi markas dari Batalyon 439 Diponegoro Jawa Tengah. Hubungan begitu erat dengan berbagai kegiatan olah raga bersama di lapangan.

Pada suatu hari anggota kompi markas menyampaikan kepada saya tawaran masuk militer. Ia menjamin pasti diterima. Ajakan tersebut membuat saya bersemangat, antara lain karena saya telah punya ijazah SMP dan kebetulan waktu itu sekolah saya tidak naik ke kelas III SMA dan harus mengulang setahun lagi. Atas keinginan ini, saya minta izin kepada kedua orang tua. Permintaan saya tidak dikabulkan dengan alasan sebaiknya supaya saya melanjutkan sekolah dulu dengan harapan bisa lanjut ke perguruan tinggi nantinya. Maka kupilih melanjutkan sekolah.

Page 69: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Melanjutkan Sekolah, Berorganisasi dan Bekerja | 47

4. Melanjutkan Kegiatan di Padang Kota Tercinta AKU tinggalkan kota budaya Batusangkar menuju kota Padang tercinta. Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, masuk Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP)/Univeritas Andalas (Unand) yang sekarang telah terpisah.

Sebelum kampus IKIP dipindahkan ke Air Tawar, IKIP berkampus di Kampung Cina, terletak di pertengahan pusat kota Padang.

Bercita-cita ingin menjadi peneliti dan menjadi sejarawan. Mengisi makna perjuangan bangsa Indonesia yang telah selesai dengan perjuangan fisik dengan cetusan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 yang ditandatangani oleh Soekarno–Hatta, kemudian dilanjutkan mengisi kemerdekaan itu ke depan yang telah terpecah-pecah akibat pengaruh kolonial Belanda, Jepang, dan Belanda lagi.

Nusantara ini terdiri dari beragam suku yang punya beragam pula adat dan budaya. Semua itu mendapat perhatian dan semangat anak bangsa meneliti serta harus punya ilmu. Tentu saja pemuda-pemuda harus belajar dengan sungguh-sungguh demi tercapainya pengisian makna perjuangan bangsa hingga terwujudlah Indonesia bersatu. Demikian ide yang mendorong keinginan melanjutkan atau meningkatkan pendidikanku mengambil jurusan sejarah pada perguruan IKIP di Padang.

Masa kuliah hanya dapat dipertahankan 1,5 tahun—baru mencapai 3 semester—terputus akibat kekurangan dana pendukung alias ekonomi lemah. Orang tua menyarankan untuk mandiri. Saran orang tua tidak dibantah dan membuat aku berpikir. Sedang enak-enaknya masa kuliah, terbentur ini. Apalagi dengan terjadinya perpindahan kampus dari Pondok Kampung Cina ke kampus baru di Air Tawar. Jaraknya cukup jauh di luar kota Padang.

5. Kenangan Manis Masa Bercinta Semasa Kuliah SETELAH resmi diterima di IKIP, mahasiswa baru memasuki masa orientasi atau perpeloncoan yang dilakukan oleh satu badan atau panitia yang terdiri dari kakak-kakak senior. Di perguruan masih kuingat nama yang diberikan sebagai mahasiswa yang dipeloncoi.

Page 70: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

48 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

“Soloensis” yang artinya lebih kurang penelitian fosil-fosil manusia yang ditemukan di Solo.

Menanggapi para senior, dalam hati memang terjadi perasaan pro dan kontra. Yang pro berkata, penyiksaan yang dilakukan oleh para senior bertujuan mengenang masa pahit si mahasiswa nantinya. Sedangkan bagi yang kontra, berkata bahwa kekejaman senior adalah masa balas dendam, di mana dulunya tatkala ia masuk kuliah perlakuan senior tidak berbeda dengan apa yang tengah ia lakukan pada masa perpeloncoan.

Massa perpeloncoan hampir mencapai ribuan mahasiswa yang terdiri dari berbagai jurusan. Masa perpeloncoan berjalan selama seminggu. Terlaksana pada 2 tempat, yakni di kampus Pondok Kampung Cina dan kampus Air Tawar. Jarak tempuh yang dilakukan mahasiswa antara kampus Pondok dengan kampus Air Tawar lebih kurang 10 km. Belum lagi ditambah jarak tempat pemondokan yang bertebaran seantero kota Padang. Transportasi angkutan kota. Banyak mahasiswa menaiki sepeda.

Satu hal yang timbul adalah kesempatan bagaimana rasa saling bantu sesama dengan rasa kesadaran dan sosial. Sehabis masa perpeloncoan, lanjut mengikuti jam-jam kuliah, baik di kampus Pondok maupun di kampus Air Tawar. Tetap banyak mahasiswa naik sepeda. Situasi masa kuliah yang berjalan sebagaimana kuceritakan tadi membuat rasa dekat di hati dengan seorang mahasiswi dari jurusan bahasa Indonesia bernama Zulhema, panggilannya Zul.

Sebelum masuk kuliah di IKIP, saya telah diperkenalkan oleh teman akrabnya bernama Martini Idris, kelahiran Pesisir Selatan, setiap ada kegiatan pertemuan organisasi berupa paduan suara yang cukup dikenal di kota Padang bernama Ansambel Satu Nusa Satu Bangsa di bawah pimpinan Elliarsyam Rasyidin. Di setiap kesempatan, Martini Idris menceritakan banyak hal tentang temannya itu. Antara lain, si Zul adalah kawan kita juga senasib seperjuangan berasal dari keluarga miskin, ia kelahiran tahun 1942 di kampung kecilnya Limpato, Nagari Sungai Sariak, Kecamatan Tujuh Koto, Kab. Padang Pariaman. Bapak sudah almarhum dan ibu masih hidup. Zulhema anak kedua, kakaknya bernama Aminah, sekolah sebelum kuliah adalah siswa SMA Karya Nasional Padang. Zul aktif bersama-sama teman pelajar kota Padang dalam Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI).

Segala yang disampaikan Martini Idris selalu saya sikapi dengan sepenuh hati. Waktu saya menjabat anggota pengurus daerah IPPI yang beralamat di Jalan Pulau Nias No.11, Martini dan Zul sering

Page 71: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Melanjutkan Sekolah, Berorganisasi dan Bekerja | 49

mendatangi kantor serta berdiskusi tentang kegiatan organisasi. Kebetulan saat itu sedang menyusun acara turun ke bawah (turba) Pemuda Pelajar (IPPI) bersama Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) Sumatera Barat ke kota tambang batu bara Sawahlunto.

Semua kegiatan terus diikuti oleh Martini Idris dan Zul. Keakraban semakin terjalin satu sama lain antara saya dengan gadis Zulhema. Martini setiap ada kesempatan terus memberikan keyakinan bagaimana saya dapat menerima Zul sebagai teman pendamping hidup untuk selama-lamanya. Lama juga saya berpikir, siang dan malam. Kurenungkan dan kutanyai diriku, ibarat seorang nakhoda kapal, apakah sudah tepat dan sanggup untuk berlayar di laut lepas. Ibaratnya lagi, apakah saya dapat berbuat satu ditambah satu menjadi satu. Artinya, satu insan laki-laki ditambah satu insan perempuan akan menjadi satu rumah tangga.

Hatiku masih kuberi kesempatan berpikir. Faktor luar bukan menentukan, faktor dalamlah sangat menentukan. Akhirnya, semuanya ini akan diserahkan kepada si gadis teman akrab Martini Idris untuk saling mendalami untuk dilanjutkan proses dua cinta tengah terbengkalai. Setelah melalui waktu yang cukup panjang, kami menemui titik temu dan menerapkan pertemuan dua hati ini kepada kedua belah pihak orang tua dan sanak saudara.

6. Kegiatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa IPPI Sumatera Barat baru saja menyelesaikan Konferensi Daerah. Dari hasil Konferensi Daerah ini di bidang politik, organisasi Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Sumatera Barat terpanggil untuk meluruskan opini pelajar yang telah dibelokkan oleh PRRI. “Kita mesti kembalikan kepada ikrar pelajar 27 September 1945, bahwa kita bernegara satu, yaitu negara Republik Indonesia.”

Sedangkan di bidang organisasi, IPPI Sumatera Barat melakukan perubahan badan pengurus daerah sebagai hasil konferensi dari yang lama kepada yang baru. Sebagian besar anggota pengurus lama mendapat peluang belajar ke luar negeri. Di antaranya, Kawan Mawie Ananta Jonie, pindah ke Pengurus Besar IPPI di Jakarta. Setelah menyelesaikan tugas 1964 sebagai Kepala Biro Lomba Seni dan Olah Raga dalam Kongres IPPI VI, ia mendapat tugas belajar ke Peking melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Olahraga (STO).

Page 72: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

50 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Selanjutnya, kesempatan belajar diikuti oleh kawan-kawan Bachtiar Tanusa, Yanuarni. Sedang Kawan Suryati Said ke Uni Soviet, dan Syafri Durin dari Kantor Gubernur Sumatera Barat dikirim ke Jepang guna mengikuti studi pengembangan persuteraan.

Ketika kegiatan belajar ke luar negeri sedang terbuka, kami—Syafei Nasir dan Zulhema—waktu itu belum jadi suami-istri, atas persetujuan organisasi telah mendapat kesempatan baik ikut serta belajar ke Peking dan bergabung dengan beberapa kawan dari Medan, Sumatera Utara. Tapi sayang, rencana ini terputus. Sebab di tanah air pecah Peristiwa Gerakan 30 September 1965—1966. Kepengurusan Daerah Sumatera Barat sesuai hasil konferensi daerah IPPI Sumatera Barat, sebagai ketua dijabat oleh Kawan Amran Musa, sedangkan sekretaris Syafei Nasir.

7. Menghadapi Kongres IPPI VI di Jakarta SEMENTARA menunggu pengumuman hasil ujian SMA, ada satu kegiatan besar yang harus dipersiapkan, yakni akan berlangsungnya Kongres VI Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) di Jakarta, Juli 1962. Kongres ini diikuti oleh daerah dengan cabang-cabang seluruh Indonesia.

Delegasi IPPI Sumatera Barat diikuti lebih kurang 30 orang yang mewakili cabang-cabang. Masih teringat di antaranya nama-nama Mawie Ananta Jonie, Bachtiar Tanusa, Aslim Hamid, Rabiah Jamin, Muchlis Rahim, Marjunis Amsat, Japilus, Kaidir Jail, dan Mawardi. Kongres yang berlangsung di Gedung Pemuda Jakarta itu sungguh-sungguh sangat meriah. Wakil pemuda pelajar dari daerah mendapat kesempatan berbicara melaporkan situasi dan kondisi daerah masing-masing serta saling tukar informasi sesama peserta.

Kongres VI dibuka secara resmi oleh Menteri P&K, kemudian amanat presiden Republik Indonesia Bung Karno. Ada lagi, oleh panitia kongres untuk para peserta dilangsungkannya satu acara atas undangan Menpangau Omar Dhani bertempat di lapangan Halim Perdanakusuma. Acara ini sangat menarik bagi pelajar-pelajar peserta, apalagi yang datang dari daerah-daerah.

Di hadapan lebih kurang 150 orang peserta kongres di ruang pertemuan Halim Perdanakusuma, Menteri Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dhani memberikan sambutan. Antara lain Pak Omar mengucapkan selamat atas berlangsungnya Kongres VI IPPI

Page 73: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Melanjutkan Sekolah, Berorganisasi dan Bekerja | 51

yang datang dari daerah-daerah Nusantara. Kebangkitan para pelajar berkumpul dan berdiskusi memecahkan persoalan perjuangan bangsa dan menyelesaikan atau meneruskan perjuangan perlu dilanjutkan setelah Indonesia merdeka. Bagaimana meningkatkan mutu pendidikan Indonesia ke depan. Pekerjaan bangsa Indonesia ke depan merupakan kelanjutan segala apa yang telah dicapai oleh pejuang-pejuang terdahulunya. Setelah berhasil mencapai kemerdekaan, kita sangat perlu untuk mengisi kemerdekaan itu mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagai bangsa yang merdeka.

Sehabis penyampaian kesan dan pesan dari Pak Omar Dhani, peserta diajak serta mengenal pesawat Hercules di lapangan, pesawat besar yang dipergunakan pasukan TNI-AU. Para pelajar peserta mendapat penjelasan secara sederhana situasi pesawat mulai dari bagian luar sampai pada bagian dalam dan juga dijelaskan bagaimana tata cara bagi anggota TNI-AU untuk turun payung. Pertemuan yang dilaksanakan atas undangan Menpangau bagi pemuda pelajar sangat terkesan, apalagi bagi pelajar-pelajar yang hadir dari daerah-daerah.

8. Masuk Pegawai Negeri KEMBALI setelah mengikuti Kongres VI IPPI di Jakarta, kegiatan organisasi terus meningkat di Sumatera Barat. Banyak ilmu dan pengetahuan yang dapat ditimba selama di Jakarta dan tidak kurang menambah wawasan pribadi.

Terputusnya masa kuliah karena biaya, maka timbul ide mencari pekerjaan menjadi pegawai negeri. Kesana-kemari mencari informasi di kota Padang, mencari lowongan kerja. Secara tiba-tiba dengan tidak diduga-duga, si gadis yang sama sibuk di organisasi IPPI dan juga sama putus kuliah, terlebih dahulu mendapatkan informasi ada kesempatan kerja pada Kantor Gubernur Sumatera Barat bagian sensus statistik—satu bagian baru di Kantor Gubernur Sumatera Barat. Sekarang telah berdiri sendiri dengan nama Badan Pusat Statistik (BPS).

Pertama kali kami masuk sebagai calon pegawai BPS di kantor gubernur. Berdua kami diberikan arahan dan petunjuk-petunjuk serta penjelasan tentang arti peranan sensus statistik didirikan di Indonesia dalam penyusunan data-data untuk dasar pembangunan Indonesia ke depan. Kepala yang membidangi sensus statistik waktu itu adalah Bapak Barioen A.S. dan sebagai wakilnya adalah Bapak Edwar Nurut.

Page 74: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

52 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Kami mulai masuk bekerja dengan masa percobaan selama 3 bulan. Kemudian diangkat sebagai pegawai bulanan dan tahun 1963 diangkat sebagai pegawai tetap. Setelah menjadi pegawai tetap, kami melaksanakan pernikahan. Segalanya telah kami sepakati lama sebelumnya, maka kami menikah pada tanggal 21 Maret 1964. Kami dikaruniai 2 putri dan 1 putra. Anak pertama, Astuti, kemudian dikaruniai 4 putra. Sekarang semua anak dan cucu berdomisili di Kompleks Perumahan Koto RSU Batusangkar, lengkapnya Jalan Asoka No.114 Dusun Koto, Jorong Mandahiling, Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

9. Menjadi Penasihat Hukum PADA awal 1965 belum ada ketentuan seperti sekarang ini dalam melakukan pembelaan kepada pesakitan di pengadilan negeri. Sebagai pelajar yang baru saja tamat dari Sekolah Menengah Atas ditambah banyak belajar di luar sekolah, saya mencoba memberanikan diri melakukan pembelaan atas terdakwa Dadang, panggilannya Gadang, di Pengadilan Negeri Payakumbuh.

Dalam perkara pidana, terdakwa Dadang telah dituduh menyewakan senjata api yang dimilikinya kepada orang lain dan oleh pihak lain tersebut senjata telah disalahgunakan untuk merampok serta yang dirampok meninggal dunia. Dadang atau Gadang adalah salah seorang yang bertugas sebagai Komandan Organisasi Perlawanan Rakyat (OPR) di Payakumbuh dalam penumpasan PRRI. Setelah keadaan mencapai ketenangan, oleh pihak keamanan berwenang merasa perlu dipakai kembali saat-saat menghadapi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia atau yang lebih dikenal dengan Ganyang Malaysia. Itulah maka Dadang tetap diberikan hak kepemilikan senjata api. Namun, pada pihak Dadang terjadi salah guna, dan itulah yang menghadapkannya pada persidangan di Pengadilan Negeri Payakumbuh.

Jaksa Penuntut Umum menuntut Dadang karena telah melakukan perbuatan pelanggaran hukum, Dadang dikenakan hukuman kurungan selama 3 tahun 8 bulan. Sebelum hakim memutuskan perkara, kami sebagai pihak pembela: 1. Bapak Mayor Santoso selaku Komandan Kodim Kabupaten 50 Kota; 2. Syafei Nasir selaku pembela permintaan keluarga; menyatakan hampir sependapat atas perbuatan yang dilakukan Saudara Dadang, adanya pelanggaran hukum. Hanya saja

Page 75: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Melanjutkan Sekolah, Berorganisasi dan Bekerja | 53

kami mohon kepada majelis hakim yang menyidangkan perkara terdakwa agar diberikan keringanan hukuman dengan memper-timbangkan antara lain: a. Terdakwa telah memberikan andil banyak dalam melakukan penumpasan PRRI di daerah ini; b. Kemudian guna menghadapi konfrontasi Ganyang Malaysia; c. Terdakwa belum pernah dihukum; d. Serta punya tanggung jawab berat dalam keluarga.

Setelah sidang ditunda selama 20 hari maka majelis hakim pada persidangan hari itu menjatuhkan vonis kepada terdakwa Dadang selama 1 tahun 8 bulan. Sekaligus atas keputusan ini Saudara Dadang langsung menyatakan menerima. Masa hukuman juga mendapat potongan tahanan, ditambah ampunan 17 Agustus, diperkirakan Saudara Dadang menjalani masa hukuman tinggal 1 tahun.

Selama menjadi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Payakumbuh, Saudara Dadang juga mendapat kepercayaan bekerja di luar lembaga untuk keperluan Lembaga Pemasyarakatan Payakumbuh. Pada kesempatan yang diberikan pihak petugas di mana situasi waktu itu juga sedang gencar-gencarnya penumpasan G30S di Payakumbuh, keadaan inilah dipergunakan oleh pihak lawan-lawan Saudara Dadang untuk melakukan pembunuhan. Sampai sekarang di mana Saudara Dadang disiksa dan dibunuh serta di mana kuburnya masih belum dapat ditemukan oleh pihak keluarga korban.

Page 76: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

54 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Page 77: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 55

VIII

Mengawali Derita di Masa Orde Baru

1. Sejarah Perlu Ditulis Lebih Humanis BUKU teks pelajaran sejarah perlu ditulis secara humanis. Pendekatan peristiwa sejarah dari sisi salah dan benar seperti yang selama ini berlaku dapat menimbulkan stigmatisasi pada kelompok tertentu.

Peneliti politik dan kekerasan sekaligus penulis buku Ladang Hitam di Pulau Dewata, I Ngurah Suryawan, mengatakan bahwa pendekatan peran salah dan benar selalu digunakan pada penulisan Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) pada buku-buku pelajaran sejarah. Penumpas gerakan adalah pahlawan, sedangkan Partai Komunis Indonesia adalah “kambing hitam”.

“Pembantaian massal dan pengasingan ribuan orang yang dianggap terkait partai itu ke Pulau Buru tanpa proses pengadilan sangat sedikit dicantumkan,” katanya dalam diskusi buku Kuasa Stigma dan Represi Ingatan yang diadakan Pusat Sejarah dan Etika Politik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada acara yang dihadiri sekitar 30 guru sejarah SMA se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan mahasiswa jurusan pendidikan sejarah itu, Suryawan menguraikan, pendidikan dan penulisan buku sejarah mestinya bertujuan mencari makna dari masa lalu untuk mengetahui implikasi pada masyarakat, tanpa terjerumus dalam “dendam politik”.

Untuk Peristiwa G30S, cara lebih humanistik adalah menampilkan sisi kehancuran relasi sosial dan kekerabatan masyarakat, serta pudarnya rasa kemanusiaan dari banyaknya pembunuhan tanpa proses pengadilan. Dengan pendekatan humanistik, sejarah bisa menjadi pelajaran yang bermakna bagi masyarakat. Guru pendidikan sejarah perlu lebih kreatif mencari sumber sejarah alternatif dari buku, film,

Page 78: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

56 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

maupun situs-situs sejarah. Penulis Kuasa Stigma dan Represi Ingatan, Tri Guntur Narwaya, mengatakan, ia mencoba menganalisis Peristiwa G30S untuk melihat kepentingan-kepentingan politik yang bermain di balik sejarah G30S. (Kompas, 5 Oktober 2010)

Memasuki usia senja dan menjelang matahari tenggelam, saya rasa perlu menulis apa saja yang masih bisa diingat dari yang telah saya alami selama lebih dari 44 tahun hidup berada di Ranah Minang. Lebih-lebih lagi keperluannya makin dirasakan mengingat telah berlalunya waktu lebih 50 tahun pula sejak terjadinya tragedi nasional Peristiwa G30S 1965 yang disusul dengan pembunuhan massal 3 juta rakyat Indonesia yang tidak berdosa, dari golongan kiri serta pendukung Bung Karno. Telah menjadi pengetahuan umum dan resmi tertulis di berbagai surat kabar bahwa angka 3 juta yang terbunuh itu adalah pengakuan resmi Sarwo Edhie, Komandan RPKAD, seorang tokoh pimpinan pelaksana langsung yang melakukan operasi pembersihan atas perintah Jenderal Soeharto, Panglima Kostrad. Pemerintah militer Jenderal Soeharto secara bertahap merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno. Melakukan “kup merangkak”.

Pengarang kenamaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, pernah mengatakan, “orang-orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Bahwa perjalanan hidup seseorang adalah hak bagi orang yang mengalami tersebut untuk diapakan saja olehnya sendiri, dan tak ada kekuatan yang bisa merampasnya.

Saya ingin menulis sekelumit pengalaman hidup selama ini. Tulisan ini sepantasnya diberi judul Derita Sepahit Empedu. Karena demikianlah kenyataan hidup yang saya alami dan yang akan diuraikan selanjutnya. Tahap-tahap masa yang telah berjalan, masa kelahiran di zaman penjajahan Jepang, masa Agresi Belanda I, Agresi Belanda II, masa Pergolakan PRRI, dan masa G30S 1965—1966, serta masa setelah reformasi.

Kisah mulai dari zaman Jepang sampai dengan pergolakan PRRI telah disajikan sebagaimana sebelumnya. Sebagai kelanjutan dari masa awal Peristiwa G30S 1965—1966 di mana umur telah mendekati menuju tua, banyak tantangan berat yang harus dijalani atau dilalui. Semuanya itu tak lain dan tak bukan adalah perjuangan hidup di tengah-tengah bangsaku sendiri, bukan bangsa asing.

Ada orang berkata kepada saya, “Pahit penjajahan Jepang selama 3,5 tahun di Indonesia telah ia ikut rasakan.” Lemparan jerit pahit orang itu saya jawab, “Penjajahan bangsa sendiri lebih pahit lagi dari

Page 79: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 57

penjajahan bangsa Jepang, karena saya telah menjalani dan merasakannya, ditambah lagi persoalan itu belum tuntas sampai ke ujungnya, penyelesaian secara adil di bumi Nusantara berlandaskan UUD 1945 serta berfilsafat negara Pancasila.”

2. Oktober 1965 di Sumatera Barat

Bingung dan Mencekam Orang Naras ke Lubuk Alung Pergi menjual lemang tapai Semenjak napas melalui hidung Belum pernah menjadi anggota partai Kapal berlayar di Muara Padang Nakhoda turun pergi ke pasar Kalau yang pintar buatlah hutang Rakyat yang bodoh akan membayar Panjang jembatan Koto Tangah Tonggak terbenam dalam air Karena hasut dan fitnah Tidak hutang sudah dibayar

Ketiga untaian syair inilah yang sering dinyanyikan oleh kawan-kawan dengan irama daerah Minangkabau bernada lembut, untuk mengisi waktu sehari-hari dalam kamp konsentrasi di Kotamadya Padang dengan sebutan tapol (tahanan politik).

Sepintas kilas syair ini bernada sinis atau sindiran. Ditujukan pada siapa? Entahlah! Semua ini tergantung pada orang yang memahaminya. Apalagi yang merasakan suka duka politik praktis.

Memang suatu kenyataan yang sulit untuk dibantah di republik kita ini. Setiap terjadi gejolak politik, hampir selalu diiringi dengan tindakan-tindakan kekerasan sehingga banyak rakyat jadi korban.

Betapa banyak yang belum tentu berdosa. Pergi tanpa pamit, ada yang gugur tak tentu kuburannya, ada yang jalan di tempat, menanti kalau-kalau langit bisa runtuh, sambil memikul beban kehidupan yang semakin lama semakin berat, termasuk beban batin.

Page 80: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

58 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

3. Dari Catatan Harian

DARI tanggal 1 sampai 8 Oktober 1965 Padang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat biasa-biasa saja. Masyarakat tetap menjalankan tugasnya masing-masing. Mereka kurang ambil pusing dengan apa yang terjadi di Jakarta seperti yang diberitakan RRI Jakarta 1 Oktober 1965 pagi. Sesama mereka hanya saling bisik-bisik atau saling bertanya.

Begitu juga ABRI tidak menunjukkan aktivitas yang berarti. Kantor-kantor pemerintah biasa-biasa saja. Hanya sejumlah kepala-kepala bagian sulit untuk dihubungi.

Tokoh-tokoh partai politik berwajah tegang dan bersikap tutup mulut. Contohnya dalam pertemuan di kantor Front Nasional Daerah Sumatera Barat tanggal 4 Oktober 1965, di mana Pangdam III/17 Agustus, Brigjen. Panuju memberikan briefing. Mereka bersikap diam, tidak ada yang bertanya walaupun ada kesempatan untuk itu.

Tanggal 9 Oktober 1965, suhu politik mulai meningkat. Di tempat-tempat strategis dalam kota Padang sudah ditempeli pamflet-pamflet yang isinya, “Ganyang antek-antek PKI”, “Gantung Aidit”, “Gantung Untung”, “Gantung Subandrio”, dan lain sebagainya.

Tanggal 10 Oktober 1965, Pangdam III/17 Agustus, selaku Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah (Pepelrada) Sumatera Barat, melarang dan mencabut izin terbit surat kabar harian Suara Persatuan, satu-satunya harian tertua di daerah ini.

Tanggal 13 Oktober 1965, kota Padang dilanda demonstrasi besar-besaran. Sasarannya adalah kantor-kantor PKI serta ormas-ormasnya. Di daerah-daerah Tk.II di seluruh Sumatera Barat, beberapa hari kemudian menyusul dengan nada yang sama.

Tanggal 14 Oktober 1965, Pangdam III/17 Agustus selaku Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah (Pepelrada) untuk daerah Sumatera Barat mengeluarkan pengumuman yang isinya bahwa “para pimpinan PKI” dan ormas-ormasnya supaya melaporkan diri kepada pihak keamanan setempat, demi menjaga keamanan dan keselamatan mereka.

Situasi semakin hari semakin tidak menentu dan membingungkan. Bagi yang mematuhi pengumuman tersebut kebanyakan mendapat perlakuan yang membingungkan. Bahkan tidak jarang pula yang datang melaporkan diri betul-betul diamankan dengan dalih demi “keselamatan”.

Minggu pertama bulan November 1965, ratusan kader/simpatisan PKI melakukan apel bersama di Lapangan Imam Bonjol dengan

Page 81: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 59

disaksikan Panca Tunggal (sekarang Muspida) Kotamadya Padang. Dalam apel tersebut mereka menyatakan membubarkan PKI, mengutuk pembunuhan terhadap para jenderal.

Namun, setelah kedaulatan republik ini diakui dunia internasional, apa yang terjadi? Ibarat seorang bayi baru berjalan, dengan langkah tertatah-tatah cobaan demi cobaan datang silih berganti. Di beberapa daerah terjadi penyelewengan atau pergolakan politik yang diiringi dengan tindakan-tindakan hingga menelan korban yang tidak sedikit bagi rakyat, baik jiwa maupun harta-benda. Contohnya, Peristiwa DI/TII, RMS, APRA, pemberontakan Sultan Hamid II, PRRI/Permesta, G30S.

Syukurlah semua penyelewengan/pemberontakan itu dapat dilumpuhkan dan diselesaikan. Kecuali G30S yang sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, siapa dalang yang sebenar-benarnya. Mungkin karena belum diketahui siapa yang mendalanginya, maka penyelesaian secara menyeluruh masalah G30S sampai sekarang belum tuntas.

Namun demikian, Bung Karno mengatakan penyelewengan dan pemberontakan di daerah-daerah itu adalah buih-buih revolusi.

Apakah mungkin gerakan/pergolakan yang terjadi di sejumlah daerah republik ini murni berdiri sendiri? Bukan tidak mungkin pergolakan itu terjadi ada saling hubungan dan keterkaitannya dengan situasi dan kondisi yang ada di luar wilayah republik ini, terutama dengan pihak-pihak yang merasa berkepentingan dengan tanah air kita, yang letaknya sangat strategi di antara dua samudera dan benua. Apalagi dalam era Perang Dingin dulu antara blok Barat dan blok Timur saling berebut pengaruh, dan bukan tidak mungkin selama ini kita telah dijadikan ayam aduan mereka.

Setelah keluar dari revolusi fisik, sejak dekade lima puluhan kita mengalami masa pemerintahan orde lama (orla) dan orde baru (orba). Orla dan orba masing-masing mempunyai kelemahan/kekurangan di samping ada pula segi-segi positifnya. Orba di bawah pimpinan Soeharto menggembar-gemborkan melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila secara konsekuen dan murni. Namun orba setelah 32 tahun berkuasa, membawa Indonesia menjadi negara yang terpuruk di segala bidang, karena orba banyak melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

Pemerintahan Gus Dur—Megawati, terus pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono—Jusuf Kalla beserta elite-elite politik reformasi lainnya terpaksa menerima warisan orba penuh dengan luka-luka

Page 82: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

60 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

bernanah yang sungguh menyakitkan bagi seluruh rakyat Indonesia. Luka-luka yang diwarisi orba sudah terkena virus infeksi serius.

Mampukah pemerintah menyembuhkan luka yang semakin akut karena terkena virus infeksi serius? Kita beri kesempatan!

Sampai hatikah penderitaan dan keterpurukan sekarang kita wariskan kepada generasi mendatang sebagai penerus generasi reformasi? Tentu bukan!

Para elite-elite politik terutama yang telah mengadakan kontrak sosial dengan masyarakat pada Pemilu 1999, hentikanlah hujat- menghujat terhadap sesama anak bangsa ini.

Dengan hati nurani yang bersih dan jiwa besar, mari kita pikirkan solusi yang terbaik mencari jalan keluar dari keterpurukan bangsa kita. Masyarakat sudah merindukan agar bangsa ini tanpa terkecuali berada dalam satu barisan reformasi yang benar dan jelas, sehingga terwujud rekonsiliasi nasional menuju era Indonesia Baru penuh dengan kebebasan, keadilan, ketertiban, kesejahteraan dalam arti kata yang luas dan benar. Semoga!

4. Pancasila Penyelamat MINGGU pertama Oktober 1965, saya diizinkan dari kantor tempat saya bekerja, yaitu Kantor Gubernur Sumatera Barat, untuk pergi ke Pariaman. Tepatnya ke Jorong Limpato, Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, dalam rangka acara Turun Mandi Anak Pertama. Suhu politik saat itu hangat-hangat dari kota sampai ke nagari-nagari. Sore hari saya menerima informasi bahwa bagi pegawai negeri sipil yang berada di luar kota Padang agar segera kembali masuk kerja ke kantor.

Tanpa banyak pikir saya berangkat ke Padang dengan berjalan kaki di senja itu, sebab tidak ada satu pun angkutan umum yang jalan. Perjalanan dengan jalan kaki, diri saya memberanikan jalan malam itu dengan keyakinan langkah saya tidak salah. Beberapa nagari yang saya lalui tidak ada rintangan. Dari kejauhan di nagari-nagari yang saya lalui memang saya melihat adanya kelompok-kelompok dalam keadaan berjaga-jaga. Sampai saya hampir memasuki daerah Pasar Usang, keadaan semakin memanas.

Teriakan yang saya dengar, “tangkap”, “bunuh”, “cencang”, serta terdengar “amankan”. Di saat-saat kritis semacam itu saya dihadang oleh 3 orang pemuda yang bersenjatakan parang, tombak,

Page 83: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 61

pentungan. Langsung saya disiksa di pinggir hutan sehingga saya tidak dapat berbuat apa-apa.

Saya semula tidak merasa apa-apa, kaki kanan saya telah dibacok dengan parang. Ketahuan setelah darah mengalir dari telapak kaki kanan saya terus-menerus. Inilah yang membuat 3 orang pelaku tadi tidak melanjutkan penyiksaan. Kudengar di antaranya mengatakan kita bawa sajalah ke kantor Jorong yang tidak jauh dari sini, kita tidak mengenal orang ini, biar Wali Jorong mengusutnya lebih lanjut. Diperkirakan pukul 4.00 pagi. Di tempat ini luka kubalut dengan membuka kaus dalam, kuikat kuat-kuat sampai dapat pertolongan.

5. Di Kantor Wali Jorong Pasar Usang SAYA sama sekali belum bisa mengemukakan pendapat. Merekalah yang berlaku sepihak, membuat hukuman mati atas diri saya dan berencana membunuh dan membuang ke Sungai Pasar Usang di bawah jembatan kereta api. Pada saat seperti itu Wali Jorong masuk dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun Wali Jorong melakukan pemeriksaan secara singkat terhadap diri saya dan melihat Kartu Tanda Kepegawaian saya.

Pemeriksaan belum lagi selesai, pemuda-pemuda tadi masih hendak bersikeras untuk membunuh. Di sini saya membela diri. Jika diterima syukur, jika tidak terkabul saya bermohon kepada Tuhan tempat berlindung, harapan saya, “Jika Tuhan berkehendak umur saya dihabisi di sini, batin saya tidak bisa menolaknya.”

Di akhir pemeriksaan oleh Wali Jorong, waktu itu di hadapan pemuda-pemuda tadi, lagi-lagi saya mengajukan pembelaan dengan kata-kata akhir saya, “Jika perjuangan Bapak-bapak menegakkan negara Pancasila, tolong perlakukan diri saya dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berlakukanlah norma-norma hukum terhadap diri saya. Jika saya bersalah, tolong diajukan ke meja hijau. Jika tidak bisa dipertimbangkan, silakan lanjutkan tindakan hukum rimba ini.”

Wali Jorong memberikan penjelasan pada anggotanya dengan kesimpulan: orang ini kita tidak mengenal di negeri kita ini dan ia adalah seorang pegawai negeri pada Kantor Gubernur Sumatera Barat sedang cuti pulang ke kampung istrinya di Tujuh Koto dan hendak kembali ke Padang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam situasi

Page 84: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

62 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

yang tengah terjadi. Oleh karenanya lebih baik kita serahkan saja pengusutannya kepada pihak kepolisian di Lubuk Alung.

6. Perlakuan Selama di Polsek Lubuk Alung PAGI itu tanggalnya kurang ingat, dipindahkanlah saya dari Kantor Jorong Pasar Usang ke Kepolisian Sektor Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Secara kemanusiaan saya telah dibawa berobat ke balai kesehatan dan telah dilakukan pengobatan seadanya. Kemudian saya kembali dibawa ke tempat tahanan dengan pengawalan kepolisian yang memberikan perlakuan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Masih pada penahanan di Lubuk Alung, saya ingat 2 orang anggota intel Padang mendatangi saya. Maka saya berasumsi kemungkinan sekali saya akan dipindahkan ke Padang. Sebab kegiatan saya lebih banyak dikenal sebelumnya di Padang. Namun kenyataannya tidak demikian. Secara pribadi perkenalan saya waktu di Padang, saya banyak mendatangi Kantor Kepolisian Kota Padang guna mengurusi izin dan melaporkan setiap kegiatan yang bersifat rapat-rapat, demonstrasi dari ormas buruh di kota Padang dan sekitarnya.

Pada akhir 1965 itu saya memegang jabatan Ketua Serikat Buruh Pemerintah Daerah (Sebda) Kantor Gubernur Sumatera Barat. Hubungan kami baik. Ia mendatangi saya di Polsek Lubuk Alung. Saya dipesani, “Baik-baik saja Pak Syafei, Bapak bukan seorang kriminal, Bapak persoalannya politik. Itu pesan saya dan ini terimalah sekedarnya berupa makanan dan rokok.” Itulah perjumpaan terakhir saya dengan Sertu. Polisi Narno dari Polresta Padang tahun 1965.

7. Pemindahan dari Polsek Lubuk Alung ke Polres Pariaman PADA malam keempat di tahanan Polisi Sektor Lubuk Alung, saya diperiksa singkat oleh Komandan Operasi Polres Padang Pariaman. Saya lihat nama dan pangkatnya, Kapten Pol. Abdul Muis. Saya ingat, orangnya tinggi, berbadan besar, dan kulit kuning langsat. Telah saya kenali bapak itu semasa bertugas di Batusangkar sebagai polisi lalu lintas serta saya mengerti hobinya berburu. Kebetulan teman seperburuan dengan Pak Tuo saya, Datuk Bagindo Malano, waktu bertugas pula sebagai penghulu pasar di Batusangkar.

Page 85: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 63

Kepada anggota operasi, dalam rangka pelaksanaan penahanan saya malam itu, ia memerintahkan agar saya dinaikkan ke atas mobil dan sekali-kali jangan diapa-apakan, “Tugas kita mengamankan dan melindungi sebagai petugas kepolisian.” Persoalan yang terjadi adalah persoalan politik. Nanti akan lebih terang kita melihat persoalannya. Malam itu, saya dibawa dengan pengawalan yang sangat ketat. Saya didampingi kiri, kanan, depan, dan saya tidak dibelenggu.

Di tengah perjalanan menuju Polres Pariaman, salah seorang anggota pengawal memanggil nama saya, serta berkata, “Kalau tidak salah Saudara bernama Syafei, negeri asal Limo Kaum.”

Saya menjawab dengan singkat, “Benar.” Keterangan ini ia peroleh dari komandannya sendiri. Untuk lebih

jelasnya lagi tentang diri saya, pagi berikutnya saya didatangi anggota tersebut. Lebih lanjut ia bercerita, menerangkan bahwa pernah tinggal serumah di rumah ancunya (nenek) bernama Raimah, di Lantai Batu Batusangkar, sewaktu sedang hangat-hangatnya pemulihan keamanan dari ancaman PRRI. Dan yang bersangkutan ini barusan kembali kepangkuan RI dari PRRI. Nama Agus Sapar, pangkat sersan polisi. Asal kesatuan dari Brimob. Dari segi pandangan politik saya merasa curiga, ia pasti akan bertindak lebih buruk terhadap diri saya. Sebab keberadaan saya pada situasi politik yang sedang giat-giatnya menumpas G30S PKI. Sedangkan Sersan Pol. Agus Sapar baru kembali dari zaman PRRI.

Namun apa yang terjadi, tidak semiang pun pada dirinya ada rasa dendam terhadap diri saya. Hal ini dapat saya alami kenyataannya. Selama saya ditahan di Polres Padang Pariaman ia telah banyak berbuat baik, banyak memberikan keringanan atas segala kebutuhan saya di tahanan. Hati kecil saya berbisik, “Inilah hidup saya dengan orang sekampung, ibarat berbalas pantun, dahulu di zaman PRRI ia telah merasakan, sekarang saudara sekampungnya sedang mengalami pula.”

Anggota polisi lainnya yang saya kenal baik secara pribadi adalah Sersan Mayor Polisi Zainudin, negeri asal Payakumbuh dan keluarganya bertempat tinggal di Pincuran Tujuh Batusangkar. Saya mengenal semasa dalam tahanan. Saya dengar ia sedang menjalani pemeriksaan pelanggaran disiplin sebagai anggota kepolisian. Beberapa bulan kemudian saya melihatnya telah bertugas kembali. Selama bergaul ia telah banyak memberikan nasihat-nasihat serta mengatakan persoalan G30S makan waktu yang cukup panjang untuk penyelesaiannya. Pesan ini bagi saya merupakan suatu pesan politik yang berharga yang tak terlupakan adanya.

Page 86: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

64 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Situasi pengganyangan terjadi di mana-mana. Hampir seluruh nagari-nagari di Padang Pariaman, penculikan, pembunuhan, penahanan, dan tidak sedikit yang mati tak terkubur, hilang entah ke mana, disiksa dengan bermacam-macam cara, ada telinga yang dibuang sebelah, ada punggung yang dibacok, ada yang disiksa lantas dibuang ke sungai dalam keadaan masih hidup dan ditahan lagi. Ada yang karena tidak tahan siksaan, gantung diri. Dari hasil wawancara saya dengan kawan-kawan dalam tahanan di Pariaman, dapat saya tuliskan sebagian dari sang korban.

8. Pengalaman Tapol di Polres Pariaman

SEKITAR lebih kurang pertengahan bulan Januari 1966, lebih dari seratus tapol dikumpulkan di sebuah ruangan Markas Resort 316 Kepolisian Kab. Padang Pariaman, Sumatera Barat. Selama di tahanan, jaminan hidup atau makan diantar oleh masing-masing keluarga yang mampu. Sedangkan yang tidak mampu, makan bersama sesama tahanan politik. Keluarga rata-rata 1 kali dalam seminggu diperkenankan mengantar keperluan mereka di tahanan berupa beras, lauk-pauk, serta keperluan lainnya.

Tahanan politik di Mapolres Pariaman ini memasak secara kolektif. Pekerjaan ini ditugaskan kepada kawan yang tidak menerima kunjungan keluarga. Dari memasak sampai membagi-bagi, begitulah setiap hari selama menjadi tahanan politik di Mapolres Pariaman.

9. Kegiatan Siang Hari KEGIATAN tahanan politik yang umurnya masih relatif muda, dipekerjakan di luar markas. Mereka bekerja di bawah pengawasan anggota Polri. Sedangkan para tapol yang sakit dan tua, tinggal di lingkungan Polres. Selama bekerja di luar Polres, makan dan minum kadang cukup dari sarapan pagi. Kadangkala ada muncul rasa belas kasihan dari pengawal. Tapi yang paling santer, “makanan” dari masyarakat adalah ocehan politik. Seperti apabila tahanan ke luar untuk bekerja pembersihan, biasanya muncul ocehan jahatnya, “Itulah orang Gestapu....”

Page 87: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 65

10. Perintah Bongkar Kuburan MASIH segar ingatan saya. Selaku tapol yang ditahan, saya bersama dua orang tahanan lain ditunjuk untuk melakukan perintah dari komandan Polisi Resort, yaitu pergi kerja ke luar. Tempatnya tidak diberitahu.

Dengan dikawal anggota kepolisian sampailah di sekelompok perumahan penduduk yang tidak jauh dari markas kepolisian, di mana kita lihat di sekitarnya telah ramai orang-orang menunggu. Saya dan kawan-kawan diberi petunjuk untuk menggali atau membongkar sebuah kuburan. Penggalian baru berlangsung selama dua puluh menit, kami menemukan sesosok tubuh dalam posisi setengah berdiri. Jasadnya kami angkat dan dibaringkan di atas pemakaman dengan bau yang sangat menyengat. Selanjutnya, di tengah kerumunan orang banyak, Komandan Resort Kepolisian berpidato, antara lain, “Inilah perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Katanya Gestapu itu kejam, tapi ini lebih kejam lagi. Katanya Islam, tapi jasad telah dikubur, dan dibunuh secara sadis....” Kebetulan saat itu sedang gencar-gencarnya gerakan massa menumpas Gestapu. Akhirnya pihak keluarga diperintahkan untuk memakamkan kembali jenazah secara Islam, dan pihak pelaku yang membunuh keluarga korban ditangkap, dipenjara serta akan dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum yang berlaku.

11. Penahanan Panjang dari Penjara ke Penjara PENAHANAN politik diriku berawal dari kantor Jorong Pasar Usang, kemudian aku dipindah ke kantor Polisi Sektor Lubuk Alung, lalu dipindah lagi ke kantor Polisi Resor 316 Padang Pariaman. Satu setengah tahun kemudian dipindahkan lagi ke Polisi Resor 317 Tanah Datar dengan alasan kondisi kesehatan, di mana kaki sebelah kanan cedera akibat perbuatan massa di daerah Pasar Usang.

Bersamaan dengan saya, dipindahkan juga ke Batusangkar—dikarenakan keluarganya berdomisili di Sumanik Batusangkar—Misran, kelahiran Bukit Sileh Solok. Kami berdua diantar oleh dua orang anggota polisi Pariaman. Sampai di Polres 317, kami diserahterimakan dan langsung disimpan di sel terali besi berukuran 2 x 1,5 meter. Terali besi peninggalan zaman Belanda dengan nama Benteng Vander Capellen. Di hotel peninggalan Belanda ini kami diinapkan selama 1

Page 88: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

66 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

minggu sambil dilakukan pemeriksaan ulang. Selanjutnya dari sel polisi ini kami dipindahkan lagi ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Parak Juar.

Terkesan dari penahanan 1 minggu di Kantor Polres 317 adalah sewaktu semua tahanan politik pergi mandi yang berjarak lebih kurang 500 meter menuju Masjid Taqwa Parak Juar, di mana lebih dari 200 orang berbaris satu-satu dan diiring dengan pengawal bersenjata lengkap. Perjalanan ke tempat mandi ini melewati jalan raya yang selalu ramai. Barisan ini merupakan tontonan bagi masyarakat agar masyarakat tahu itulah tahanan politik G30S.

Pada kesempatan yang relatif singkat di Polres dan penjara Parak Juar, kami banyak mendapat keterangan-keterangan tentang berbagai macam perlakuan terhadap tapol. Penyiksaan di antaranya 2 orang tapol asal Nagari Balimbing, Kecamatan Rambatan: Bustami Gindo Tan Ameh, 1925, sekretaris Wali Nagari Balimbing 1965. Kejadiannya pada bulan November 1965, korban diambil oleh massa lebih kurang 30 orang saat-saat salat Isya di surau. Tangan diikat ke belakang dan di jalan besar telah ditunggu mobil, lantas dibawa ke Batusangkar. Hari Kamis, 9 November 1965 malam, disiksa bersama Akel, 20 tahun, Pemuda Rakyat, dan kedua korban disiksa sampai meninggal dunia.

Hari Jumat, 10 November, mayat korban diantar polisi ke rumah korban. Bustami Gindo Tan Ameh dikuburkan oleh keluarga di pekuburan kaumnya “Bawah Kerambil Balai Sabtu Balimbing” dan korban Akel dikubur di pekuburan kaumnya di Rumah Jirek Balimbing. Penjelasan ini diceritakan kepada saya oleh istri Bustami Gindo Tan Ameh, Maimunah, tatkala Yayasan Penelitian Korban 1965—1966 mendatangi rumahnya di Balimbing, Kecamatan Rambatan.

Masih sekitar korban pembunuhan di Sungai Ombilin, Kecamatan Rambatan, jumlah korban 4 orang. Massa melakukan aksi penangkapan dan pembunuhan terhadap 4 orang yang mereka anggap terlibat G30S. Keempat korban tersebut adalah Harun, 16 tahun; Rasyid Magek, 25 tahun; Buyung Katib, 65 tahun; dan Jalius, 25 tahun. Penangkapan diawali dengan penggeledahan dan penyiksaan yang mengerikan, sehingga keempat korban dianggap sudah meninggal semua, kemudian dibuang ke Sungai Ombilin, tepatnya dekat jembatan gantung dengan kedalaman 25 meter.

Ternyata Tuhan berkehendak lain. Salah seorang dari korban, yaitu Rasyid Magek, 25 tahun, masih hidup. Ia terdampar di aliran Sungai Ombilin, Nagari Sulit Air. Rasyid Magek kemudian melarikan diri ke Jambi dan menikah di sana serta meninggal tahun 1986 dengan

Page 89: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 67

membawa luka infeksi akibat penganiayaan tahun 1965 yang tak kunjung sembuh. Sementara korban lainnya hilang tidak tentu rimbanya. Sedang seorang yang bernama Jalius ditemukan sudah meninggal di empangan kincir air Lubuk Teluk Talawi Hilir, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan dimakamkan di kebun milik S, tidak jauh dari tempat ditemukan.

Tanggal 18 Februari 2003, keluarga Jalius di Balimbing Tanah Datar, setelah menanti sepanjang 38 tahun, mengadakan ziarah ke makam korban dengan rasa haru dan dengan doa. Hal ini dapat terealisasi berkat kerja keras teman-teman relawan YPKP Batusangkar, Sumatera Barat.

Selanjutnya, selain korban-korban di atas, kisah pahit yang dialami oleh seorang wanita bernama Asnidar, 1945, Pemuda Rakyat, bertempat tinggal di Padang Ganting, Kec. Padang Ganting, Kab. Tanah Datar. Korban sekarang masih hidup, menyandang cacat tubuh, pincang akibat terkena tembak di paha sebelah kiri oleh peluru tajam polisi yang memimpin operasi bersama massa Padang Ganting.

Kejadiannya sebagai berikut. Pada masa pecah G30S 1965, Asnidar masih berumur 20 tahun. Pekerjaan yang baru ia selesaikan melatih pemuda-pemuda bidang latihan militer guna menghadapi konfrontasi dengan Malaysia, waktu itu dikenal dengan “Ganyang Malaysia”.

Lebih kurang November 1965, saat Asnidar harus mengantarkan makanan ke pos polisi Padang Ganting di mana salah seorang familinya ditahan dengan tuduhan terlibat G30S. Asnidar langsung ditahan dengan tuduhan yang sama. Asnidar diinterogasi. Ia disuruh mengakui di mana keberadaan mamaknya yang bernama Usman Syuib, pimpinan Barisan Tani Indonesia (BTI).

Asnidar menjawab bahwa ia tidak mengetahui sama sekali sampai sekarang di mana keberadaannya, masih hidupkah, atau sudah matikah? Penyidik tidak berhasil menemukan yang dicari, maka Asnidar langsung ditahan bersama familinya. Kemudian Asnidar diancam jika tidak mau menunjukkan di mana Usman Syuib bersembunyi, Asnidar akan diajak menikah dengannya, Dan Pos Polisi Padang Ganting. Asnidar masih ingat pangkatnya, Serma Pol. Jailani Alm.

Permintaannya ditolak mentah-mentah. Asnidar ditempatkan berdekatan dengan penjagaan polisi. Tidak jauh dari Asnidar, tergeletak senjata laras panjang, magazinnya dalam keadaan kosong. Asnidar paham betul masalah persenjataan karena pengalamannya sewaktu menjadi pelatih militer sebelumnya. Asnidar mencoba

Page 90: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

68 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

mengambil senjata tersebut. Namun langsung dikejar Dan Pos Jailani. Senjata dirampas kembali. “Kamu mau mencoba menembak saya?” Dijawab oleh Asnidar, “Senjata dalam keadaan kosong pelurunya.” Menurut Asnidar, karena kejadian ini, maka dirinya dibebaskan dari tahanan Dan Pos Polisi Padang Ganting.

Situasi terus memanas, pengganyangan-pengganyangan sedang hangat-hangatnya waktu itu, lebih dari 200 orang kawan-kawan sekampung telah pergi bersembunyi ke bukit-bukit sekitarnya. Akibat kejadian di atas tadi, ibu kandung Asnidar, Hanafiah, meminta agar Asnidar pergi bersembunyi bersama kawan-kawan tersebut. Ibu takut kalau-kalau Asnidar berada di rumah, dalam situasi sekarang ini, ia akan diperkosa orang yang tak bertanggung jawab. Permintaan ibunya dituruti. Sore itu Asnidar berangkat dengan dibekali beras dan lain-lainnya pergi menuju Bukit Rimbang, Nagari Padang Ganting.

Di bukit ini Asnidar bergabung bersama kawan-kawan senasib sambil menunggu pulihnya amukan massa dalam kampung. Di luar dugaan malam itu ada informasi operasi massa terdiri dari hansip yang dipimpin oleh Dan Pos Polisi Padang Ganting, Serma Pol. Jailani. Tempat operasi ini di sekitar perbukitan Bukit Rimbang di mana kelompok Asnidar berada.

Mereka sekarang dalam keadaan terkepung. Tidak berapa lama kemudian, kira-kira jam 3 malam, sederetan tembakan beruntun terdengar mengarah pada kelompok mereka. Mereka berempat: 1. Ibu Aruk, pimpinan Gerwani Padang Ganting; 2. Mahmud, anak kandung Aruk, Pemuda Rakyat; 3. Amir (BTI); 4. Asnidar sendiri (Pemuda Rakyat). Yang pertama, ke-2, dan ke-3, kena tembak langsung meninggal di tempat. Sedangkan Asnidar dalam posisi terguling masuk kali di kaki Bukit Rimbang. Di sanalah ia tahu bahwa paha kirinya kena peluru dan tembus ke lutut sebelah kanan. Setelah subuh, setelah situasi pengganyangan agak mereda, pelaku-pelaku kembali ke posnya. Kawan-kawan yang tadinya berkumpul, mendatangi Asnidar yang dalam keadaan terkapar di dalam kali, dan 3 lainnya yang telah tiada diangkat dan dibawa ke Bukit Perumahan, Nagari Atar. Di sana ketiga mayat dimakamkan.

Sedangkan Asnidar pagi itu didatangi oleh beberapa anggota hansip dan diselamatkan ke Padang Ganting. Di sinilah Asnidar mendapat pertolongan. Selanjutnya Asnidar dibawa ke rumah sakit Batusangkar. Akibat luka tembak Asnidar membusuk, kemudian Asnidar dilarikan ke Rumah Sakit M. Djamil Padang. Lebih kurang dirawat selama 3 bulan. Sehabis perawatan di M. Djamil, Asnidar

Page 91: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 69

mengira akan dipulangkan ke rumah orang tuanya di Padang Ganting, ternyata tidak. Asnidar langsung dijebloskan ke dalam Penjara Muaro Padang. Lebih kurang 1 minggu dari Penjara Muaro Padang, Asnidar dipindahkan lagi ke Penjara Parak Juar, Batusangkar. Di sini mendekam lagi selama 6 bulan.

Setelah keluar dari penjara, ia wajib melapor 3 x dalam seminggu selama lebih kurang 2 tahun. Pada tahun 1969 ia bebas dari penjara, tapi masuk ke penjara yang lebih besar, kembali ke masyarakat dengan sebutan eks-tapol atau “bebas tanpa kebebasan”. Setelah berkumpul bersama sanak keluarga, Asnidar menikah dengan seorang kawan eks- tapol golongan B bernama Alamsyah. Pernikahan ini membuahkan 5 orang putra-putri. Istimewanya, pasangan ini telah memberikan nama anak pertamanya Adri Masrev—anak dari ibu masa revolusi.

Sebagai penutup kisah pahit perjuangan Asnidar, ia punya kesan dan pesan. Kesannya ialah, ia telah menjalani masa pahit getir sebagai anak bangsa. Pesannya, pahit derita jadikanlah modal untuk hidup sehat. Tidak ada pekerjaan yang tak punya risiko, korban nyawa tak sia-sia selagi keadilan belum ditegakkan di NKRI. Keterangan ini diberikan Asnidar di rumah kediamannya di Padang Ganting, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, pada tahun 2007.

Selain penyiksaan yang berakhir dengan pembunuhan, juga terdapat kejadian lain di Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan, dan Nagari Sungayang, Kec. Sungayang. Korban bernama Ros, 35 tahun, Ketua SBKB Seksi Pariangan. Kejadiannya, korban diciduk secara bersama-sama oleh massa Nagari Simabur dan sekitarnya di rumah keluarga dengan bermacam-macam siksaan, dibacok, ditusuk dengan benda tajam dan dilempari dengan batu sambil diarak ke dekat sebuah masjid di sekitar Pasar Simabur.

Di sini perlakuan lebih biadab lagi oleh massa. Setiap korban yang terapung dalam kolam, ditusuk terus dengan bambu runcing secara berganti-ganti dan sampai akhirnya tidak bernyawa lagi. Setelah puas para pelaku berbuat, mereka menyuruh keluarga mengambil korban dan langsung dibawa ke rumah, kemudian korban dimakamkan di pekuburan kaumnya.

Kisah kedua, terjadi terhadap korban bernama Syaiful, 40 tahun, Wali Nagari Sungayang, Kecamatan Sungayang. Saat korban Syaiful berada di rumah, tiba-tiba datanglah sekumpulan massa yang disebut sebagai operasi yang dipimpin oleh polisi dari kota Batusangkar dan menyerang Syaiful dengan mengepung rumahnya. Syaiful melawan. Dalam perlawanan, Syaiful sempat merampas senjata polisi dan

Page 92: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

70 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

menembak ke arah musuh. Tetapi pihak polisi tidak terkena sasar peluru. Kemudian Syaiful melemparkan senjata yang ada padanya dan dalam keadaan sedang terkepung, ia melakukan pembakaran diri dengan menyalakan api pada rumahnya. Akhirnya mati di tengah-tengah kobaran api, hancur bersama rumahnya. Pernah ada di antara saksi yang mendengar kata-kata yang dilemparkan Syaiful, “Biar mati bersama api biar dibunuh pihak lawan.”

Masih banyak lagi yang belum terungkap perlakuan-perlakuan yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) di Sumatera Barat. Orang banyak mengenal tokoh-tokoh PKI dan nasib anggota-anggota ormasnya tak menentu sampai sekarang ini, entah ditangkap di mana, disiksa di mana, dibunuh di mana. Pertanyaan ini paling menyedihkan, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan bersama anak-anak.

Di antara korban 1965: Kasim, Putra Lintau; Likanas, Sungai Patai; Bukhari Daud, Pagaruyung; Muhammad Zein, Limo Kaum; Damsir, Limo Kaum; Rusli, Batu Basa Pariangan; Zainal DT. Muncak, Balimbing; Intan Sidik, Situmbuk; Rauf DT. Sinaro, Balimbing; Sawiyah (Pr), Padang Luar Rambatan; Dahniar Ali (Pr), Tabek Pariangan; Anas Nurdin, Padang Ganting; Usman Syuib, Padang Ganting; Sutan Kuning, Tabek Pariangan; Talib, Lintau; Mukhiar, Lintau; Mahirudin, Silabuk Parambahan.

Sedangkan beberapa orang, termasuk nasib seorang tokoh sebelum pecahnya Peristiwa G30S seperti Asgani Marah Sutan, meninggal setelah menjalani masa tahanan orde baru di kantor polisi Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Sedangkan Rauf Bustami (panggilan Buya) ditahan di Bukittinggi, menjadi tahanan rumah di Padang Ganting, meninggal di sana.

12. Bermacam Kerja Tapol di Batusangkar DARI jumlah tahanan politik di Tanah Datar, ada sebagian kecil yang tidak bisa bekerja atau dipekerjakan di luar tempat penahanan. Penyebabnya, faktor umur telah lansia dan faktor sakit. Ada lagi karena oleh penguasa tahanan dianggap berbahaya jika dipekerjakan di luar tahanan.

Macam-macam kerja di luar kamp-kamp tahanan. Dipekerjakan pada pembangunan milik pemerintah, seperti Proyek Irigasi Batang Selo. Lebih dikenal oleh para tapol pekerja dengan sebutan Proyek Aquaduct Pancasila yang terletak di Kecamatan Tanjung Emas. Proyek

Page 93: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 71

ini akan dapat mengairi sampai 245 ha tanah yang terletak di Nagari Saruaso.

Sebelum memasuki macam-macam kerja tapol G30S di Tanah Datar, kita sampaikan terlebih dahulu secara ringkas uraian kronologis pembangunan proyek tersebut. Keterangan ini diambil dari Departemen Pekerjaan Umum Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Barat “Proyek Irigasi Batang Selo Sumatera Barat”, Januari 1992:

1. Usaha pembangunan Jaringan Irigasi Batang Selo telah

dimulai secara gotong-royong oleh masyarakat petani ketiga nagari di Kecamatan Tanjung Emas (Nagari Tanjung Barulak, Koto Tengah, dan Saruaso) sejak tahun 1931, dengan pembuatan Bangunan Penangkap Air dari Pengambilan Bebas (Free Intake) pada sungai Batang Selo di lokasi Bukik Gombak. Mereka menggali saluran sepanjang 2500 m yang sebagian, melalui Batu Masif, dipahat masyarakat, dapat mengairi area lahan 30 Ha.

2. Berhubung air dari Batang Selo, satu-satunya sungai yang mengalir dan merupakan sumber air permukaan bagi masya-rakat di ketiga nagari di atas, maka 20 tahun kemudian, yaitu kira-kira pada tahun 1951, masyarakat melanjutkan pekerjaan pembangunan sarana irigasi tadi. Pekerjaan perbaikan yang dilakukan meliputi Bangunan Pengambilan Bebas dilanjutkan dengan penggalian saluran sepanjang 5500 m, sehingga areal lahan yang dapat diairi menjadi 150 Ha.

3. Dengan adanya pemberontakan PRRI tahun 1957, kegiatan pembangunan Jaringan Irigasi Batang Selo praktis terhenti.

4. Setelah pemberontakan PRRI dan keadaan normal kembali, masyarakat petani dengan sangat ulet bertekad terus melanjutkan pembangunan dan meningkatkan sarana irigasi dengan membangun bendungan dari pasangan batu pada lokasi Free Intake dengan bantuan Tenaga Operasi Bhakti Kodam III/17 Agustus 1965. Sayang sekali bendungan tersebut kemudian patah tidak lama setelah pembangunannya selesai pada tahun 1965, sehingga mengakibatkan adanya bencana alam berupa banjir besar. Patahnya bendungan tersebut dapat dimaklumi karena bendungan dirancang sebagai bendungan belum permanen, pembangunannya dilakukan tanpa penelitian dan desain yang baik, semata dengan kemampuan masyarakat bergotong-royong waktu itu.

5. Selanjutnya sejak tahun 1965, sesuai dengan kemampuan yang ada, pemerintah, melalui bagian pengairan Dinas PU Provinsi

Page 94: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

72 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Dati I Sumatera Barat, telah mulai membantu pembangunan Jaringan Irigasi Batang Selo. Dilakukan ini terbatas pada Perencanaan Jaringan, membuat bangunan-bangunan air yang penting dan penyediaan bahan-bahan material seperti semen, besi tulang, dll. Dengan demikian telah dapat dibangun bendungan peronjong di lokasi sedikit sebelah udik dari lokasi bendungan lama dan beberapa bangunan air penting lainnya. Pekerjaan gotong-royong dari petani itu tenaga terbesar datang dari tenaga tapol (tambahan penulis)

6. Dari hasil kerja keras dan ulet secara bergotong-royong dari masyarakat petani dan dengan bantuan perencanaan dan bahan material dari pemerintah, maka sampai dengan tahun 1968 telah dapat diselesaikan pembangunan saluran induk sepanjang 12.000 m beserta bangunan-bangunannya: pem-buatan 2 buah aquaduct (tulang air) dari konstruksi beton bertulang, 1 di antaranya berupa aquaduct yang dibangun di atas pilar-pilar dengan panjang lebih kurang 184 m. Khusus pembuatan aquaduct ini dibantu oleh tenaga-tenaga dari tahanan G30S PKI Sumatera Barat. Dengan demikian area lahan yang dapat diairi sudah mencapai 245 Ha yang terletak hanya pada Nagari Saruaso.

Untuk menghargai kerja keras dan ulet secara bergotong-

royong, hal mana merupakan partisipasi langsung masyarakat dalam pembangunan, khususnya Pembangunan Jaringan Irigasi Batang Selo ini, maka pada tahun 1968, Bapak Presiden RI Soeharto berkenan meresmikan pemakaian sarana irigasi beserta talang tersebut yang kemudian dinamakan Aquaduct Pancasila. Demikian uraian ringkas yang diambil dari Departemen Pekerjaan

Umum Kantor Wilayah Sumatera Barat Januari 1992. Sebagai perbandingan tentang penulisan sebuah proyek

pemerintah di Tanah Datar khusus pembuatan Aquaduct Pancasila. Penulisan pertama yang disajikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Kantor Wilayah Sumatera Barat Januari 1992 telah diuraikan di atas tadi. Penulisan kedua disajikan Agustus 1995 oleh Tim Penulis Sejarah Tanah Datar pada halaman 405 sebagai tulisan yang terurai berikut:

Roda pemerintahan semakin lancar, pemerintah dengan

mengikutsertakan lapisan masyarakat berupaya menggiatkan pembangunan. Adanya kerja sama dalam pembangunan ini dapat dilihat pada berbagai bidang seperti: Pembangunan Aquaduct

Page 95: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 73

Pancasila dan balai-balai adat Tanah Datar serta banyak objek lainnya.

Pembangunan Aquaduct Pancasila melibatkan seluruh lapisan masyarakat, merupakan pembangunan monumental yang sangat besar manfaatnya. Pembangunan di awal orde baru dapat mengairi sawah seluas 245 Ha yang selama ini merupakan sawah tadah hujan di Kecamatan Tanjung Emas.

Melihat tingginya partisipasi masyarakat serta kokohnya kemanunggalan ABRI dan rakyat ditambah perhatian serius dari pemerintah daerah menjadikan pembangunan berjalan lancar. Kerja sama antara mereka merupakan simbol gotong-royong. Presiden Republik Indonesia Suharto merasa terpanggil di awal pemerintahannya untuk meresmikan Aquaduct Pancasila. Peresmian dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 1968 dan merupakan kedatangan Suharto pertama ke Sumatera Barat dalam jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Penulisan pertama oleh Departemen Pekerjaan Umum Kantor

Wilayah Provinsi Sumatera Barat dengan jiwa luhur tidak membohongi publik, menyebut pekerjaan dengan dibantu oleh tenaga-tenaga tahanan G30S PKI Sumatera Barat. Ini suatu pertanda tidak melupakan sejarah di bumi nusantara. Penulisan kedua oleh Panitia Penulis Sejarah Tanah Datar merupakan penulis yang tidak berani menulis, mengemukakan, atau menyebutkan pemakaian tenaga tahanan politik G30S PKI, hanya mempergunakan istilah mengikutsertakan masyarakat. Semakin jelas telah terjadi diskriminasi anak bangsa. Padahal bila kita tanya masyarakat, tenaga tahanan G30S terutama di Tanah Datar ini telah bekerja secara berkelompok-kelompok dari nagari-nagari secara bergiliran dengan membawa bahan makanan setiap harinya di proyek Aquaduct Pancasila Saruaso, dan melakukan pekerjaan seperti menggali lumpur, mengambil pasir dan batu, melakukan pekerjaan tukang batu, dan sebagainya.

Demikian kesan saya menjadi tahanan politik orde baru pada Polres 317 Tanah Datar. Selanjutnya saya menjalani lagi penahanan di Polisi Resor Kota 311 Padang.

Kenangan sejarah yang dapat dicatat adalah saat-saat Presiden RI Jenderal Soeharto meresmikan Aquaduct Pancasila di Tanah Datar Sumatera Barat. Di mana semua tahanan politik G30S PKI diasingkan jauh-jauh dengan membawa perbekalan makan sendiri-sendiri serta diawasi secara ketat oleh petugas. Jika uraian-uraian proyek terbesar di Tanah Datar yakni Aquaduct Pancasila kita lihat lagi ke belakang,

Page 96: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

74 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

bentuk-bentuk kerja tapol selain itu membangun markas Kodim dan asrama yang letaknya bersebelahan dengan Benteng Vander Capellen, membangun beberapa buah kantor Koramil di kecamatan, juga membangun gerbang-gerbang Tugu Pancasila di pintu-pintu masuk di beberapa nagari yang ada di kecamatan se-Tanah Datar, membangun sekolah Taman Kanak-Kanak, taman Bhayangkari Polres Tanah Datar, serta membuat taman-taman di lereng Benteng Vander Capellen. Semua dilakukan sambil bekerja dalam pembangunan kantor, asrama, taman, dan lain-lain.

Demikianlah para tahanan dipekerjakan di mana saja, si pemakai tahanan diperkenankan meminjam tenaga asal bertanggung jawab, artinya membuat bon pinjam tahanan yang disetujui oleh penguasa tahanan di mana mereka ditahan. Bentuk-bentuk kerja tahanan lain adalah bekerja di sawah, di ladang, di rimba mencari kayu untuk dijadikan papan, dan lain-lain. Membersihkan perumahan serta asrama, melakukan pekerjaan sebagai tukang, mengambil pasir batu, dan lain-lain. Sebagai imbalan bagi yang memakai tenaganya, pekerja mendapat makan dan uang dengan tidak mengikat janji, kemudian habis jam kerja para tapol dipulangkan ke tempat tahanannya.

Begitulah tahanan bekerja untuk setiap orang yang memerlukan tenaganya. Buat tapol merasa beruntung sebagai orang yang ditahan fisik selalu bergerak dan lebih berhasil daripada dikurung dalam lingkungan yang sangat terbatas luasnya. Dari hasil-hasil yang diperoleh selama bekerja di luar tempat tahanan, kadangkala bisa dipergunakan untuk membantu keluarga dan anak-anak di rumah. Para tapol yang bekerja di luar tempat tahanan tidak punya rasa rendah diri, menyadari akan cobaan yang diperbuat ulah manusia terhadap manusia. Serta sadar mereka ditahan bukan disebabkan berbuat kriminal yang melanggar hukum, tahanan politik itu bisa bebas besoknya dan bisa juga lama, itu tergantung situasi politik suatu negara. Karenanya seorang tahanan politik harus berdada lapang dan tidak boleh berpandangan sempit dalam menghadapi semua tantangan hidup ini.

13. Pindah Tahanan Lagi ke Padang TAHUN 1970 dari Polisi Resort 317 Tanah Datar, saya ditempatkan beberapa minggu di Penjara Parak Juar, kemudian dipindahkan lagi ke Kantor Polisi Resort Kota Padang.

Page 97: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 75

Orang menamakan tempat tahanan Polresta 311 Padang ini “Arestan”, nama ini populer semenjak zaman kolonial Belanda di Padang. Arestan yang terletak sebelah belakang dalam kompleks kantor berukuran 18 x 10 meter, terdiri dari 2 ruangan besar dan 4 ruang sel, masing-masing berukuran 2 x 1,8 meter dan sengaja tidak dipasang lampu. Sel-sel ini biasa dipergunakan untuk mengisolasi pelaku kriminal, yang setelah selesai pemeriksaan dipindahkan lagi ke penjara menjadi tahanan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Di depan 2 ruangan besar dan sel-sel ada emperan dan halaman pembatas dengan tempat penjagaan polisi berpagarkan terali besi yang cukup seram. Saat kami dimasukkan di Arestan, di sana telah berkumpul lebih kurang 40 orang tapol G30S. Dapat kami kenali di antaranya, seperti: Drs. Yahya Suleman, mantan dosen IKIP Padang; Syahrul Zubir, B.A., mantan kepala sekolah Baperki Padang; Bapak Mawardi Sutan Mangkuto, mantan Walikota Sawahlunto; Mahyudin Jamal, mantan wartawan harian Suara Persatuan Padang; Hasan Indra, mantan pegawai sipil Kodam III/17 Agustus; Sho Kin Shan, pimpinan buruh; Thomas Paruhu, mantan pegawai sipil III/17 Agustus; Bapak Hasanudin, mantan buruh PT. Semen Indarung Padang; Bapak Rusyid, seniman dendang pauh Padang luar kota; dan Ibu Jamiah, pimpinan Gerwani Kec. Padang Barat. Selain itu juga Bapak Asgani Marah Sutan, mantan Kepala Bagian Angkutan Kantor Gubernur Sumatera Barat yang ditahan di Distrik Kepolisian Pelabuhan Teluk Bayur Padang.

Di Kepolisian Kota Padang ini saya diperiksa ulang oleh bagian intel, pemeriksaan berjalan tiap hari selama 2 minggu. Terhadap diri saya pihak pemeriksa tidak pernah memaksa dan melakukan penyiksaan fisik, tapi bukan berarti tidak ada kekerasan yang dilakukan terhadap para tahanan G30S. Ketika itu hal-hal demikian wajar saja terjadi, tergantung dari pihak pemeriksa dan yang diperiksa, terutama jika ada persoalan yang dikehendaki pemeriksa tidak ditemukan seperti yang diharapkannya.

Lama waktu berjalan, pemeriksaan saya dan kawan-kawan memakan waktu lebih kurang 3 tahun dan masa tahanan yang cukup itu kami hadapi dengan penuh cobaan. Pada kesempatan bekerja luar, saya dan Kawan Mahyudin Jamal ditempatkan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah perwira polisi Pak Mul, salah seorang perwira pada Komdak III Sumbar dan pernah menjadi Kepala Pusat Latihan Sekolah Kepolisian Padang Besi. Selama 2 tahun kami berdua dijemput dan diantar ke tempat tahanan oleh sopir, kami berdua berbagi kerja di rumahnya, Kawan Mahyudin Jamal bekerja di dalam, di dapur, dan

Page 98: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

76 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

mencuci, sedangkan saya bekerja di bahagian pembersihan luar rumah dan belanja ke pasar. Pak Mul menjelaskan pada kami berdua agar bekerja dengan baik, jagalah harkat dan martabat. Tampaknya Pak Mul sangat mengerti, bahwa orang seperti kami yang ditahan ini bukanlah bangsa kriminal, tetapi adalah ditahan karena politik dan belum tentu kapan masa penyelesaiannya berakhir di Indonesia.

14. Bercanda dengan Bu Mul SERING kami di tempat kerja sambil istirahat didatangi Ibu Mul dan omong-omong tentang keluarga yang ditinggalkan serta bagaimana cara keluarga berusaha. Kawan Mahyudin dalam hal ini lebih banyak bercerita karena ia dulu adalah wartawan. Mahyudin ingat betul sewaktu ada acara Bhayangkari di Padang Besi, ia meliput acara tersebut ke sana. Tetapi Ibu Mul tak terbayang sedikit pun akan kejadian itu yang berlangsung belum lama sebelum meletusnya Peristiwa G30S.

Pada kesempatan lain di rumah Bu Mul ini terjadi lagi tanya-jawab dengan Kawan Mahyudin, dan saya selalu hadir karena terjadi pada jam istirahat. Ibu Mul bertanya kepada Mahyudin sambil tertawa, “Omong-omong, Pak Udin, Pak Udin sebelum ditahan bekerja di mana?”

Dengan seloroh Mahyudin menjawab, dulu bekerja sebagai kuli di Padang ini.

“Kuli apa, Pak?” Dan dijawab lagi, “Kuli tinta, Buk!” “Maksudnya?” Bu Mul balik bertanya, dan dijelaskan lebih

panjang oleh Mahyudin. “Saya bekerja sebagai wartawan waktu itu, wartawan sebuah

harian yang terbit di kota Padang bernama harian Suara Persatuan.” Selanjutnya Mahyudin mengungkapkan sebuah liputan acara

Bhayangkari di Padang Besi di mana Pak Mul sebagai Kepala Pusat Latihan Sekolah Polisi Padang Besi. Atas penjelasan Pak Udin itu, Bu Mul jadi kaget dan berpikir-pikir serta keluar ucapan, “Kalau gitu Pak Udin bukan sembarang orang dahulunya sebelum ditahan”.

Seloroh dilanjutkan Buk Mul lagi sambil tertawa, “Pak Udin, saya bertanya lagi kepada Pak Udin. Andaikata Pak Udin menang dalam Peristiwa G30S dulunya, bapak mau Pak Udin apakan?”

Page 99: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 77

Pak Udin menjawab secara kewartawanan. “Andaikata pada kejadian G30S saya yang menang, tentu Bapak yang melakukan pekerjaan yang saya kerjakan ini, tapi kenyataan yang ada saya berada di pihak yang dikalahkan dan harus melakukan penerimaan kekalahan.”

Ibu Mul semakin terbahak-bahak karena penjelasan Pak Udin itu. Itulah sekelumit seloroh antara pekerja rumah tangga sebagai orang tahanan dengan seorang istri perwira polisi.

Lain lagi yang terjadi pada saya sebagai pekerja kebun dan halaman serta pergi berbelanja ke pasar di pusat kota Padang atau kita kenal Pasar Kampung Jawa, Padang. Pada suatu hari saya pergi berbelanja didampingi oleh sang sopir berpangkat 2 garis merah di bajunya. Kebetulan dalam catatan kertas belanjaan antara lain tertulis: 2 ekor ayam sedang. Lantas saya putar-putar mendapatkan ayam yang dimaksud. Setelah selesai belanja kami pulang dan sementara belanjaan saya letakkan di dapur dan kedua ayam saya masukkan ke dalam kandang yang tersedia.

Malang tak dapat ditolak, saat saya akan melakukan pemotongan ayam-ayam tersebut, satu di antaranya mati, kejadian ini dilaporkan anak Bu Mul pada ibunya di atas rumah. Berdasarkan laporan anak ini Bu Mul turun dari rumah serta melepaskan kata-kata pada saya, “Kenapa kamu beli ayam mati, saya tidak mau terima! Ayo diganti oleh duitmu sendiri!”

Setelah kemarahan Ibu Mul mulai agak turun, saya menjelaskan atas kematian ayam tersebut. “Sebenarnya Bu, saya tidak bermaksud sedemikian, saya telah teliti sebelumnya, tapi kenyataannya sampai di rumah sang ayam satunya mati.”

Jawaban saya tambahkan lagi pada Bu Mul, “Sebelumnya, ketika saya memilih dan membelinya, terlebih dahulu saya telah melakukan penelitian dan menurut saya ayam tersebut adalah sehat. Tetapi setelah sampai di rumah kenyataannya satu di antaranya mati. Dan Bu Mul maunya menuntut agar ayamnya hidup.”

Saya tambahkan lagi, “Kematian ayam tersebut menurut saya adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa dan saya tidak dapat menghidupkan ayam yang mati itu kembali, hanya saya bersedia menggantinya, izinkanlah saya ke pasar lagi untuk membeli ayam pengganti itu.”

Maka tanpa pikir panjang, berangkatlah saya dan pulang dari pasar dengan membawa ayam pengganti. Tetapi apa yang terjadi dengan Bu Mul, secara diam-diam anaknya datang pada saya dan

Page 100: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

78 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

berkata, “Sudahlah, Pak, kata ibu yang sudah ya sudah. Bekerjalah sebagaimana biasa, ini simpanlah uang pengganti dari ibu.”

Rupanya uang pengganti saya terima 3x lebih besar dari beli ayam pertama. Saya dan Kawan Mahyudin sama-sama tertawa dengan kejadian ini. Kawan Mahyudin menuding saya, “Kamu sungguh licik, hasil kelicikan Bung, tolong belikan sebungkus rokok nanti sore buat saya.”

Saya jawab, “Beres Bung.” Demikianlah salah satu liku-liku penderitaan sebagai manusia

tahanan politik yang kami alami di samping banyak lagi yang lain, yang belum kami sebutkan satu per satu.

Kembali saya lanjutkan situasi perjalanan panjang masa tahanan ini. Masih di Kepolisian Kota Padang, siasat dari anggota intel yang memeriksa saya, secara politik mau menyeret saya atau memancing-mancing agar saya dapat menerangkan bagaimana rencana G30S di daerah Sumatera Barat. Kepada saya ditanyakan lagi apa rencana kedatangan dari pusat yang terdiri dari kabinet seratus menteri waktu itu. Saya menjawab apa adanya. Bahwa saya sebagai pegawai kantor gubernur tidaklah mengetahui tujuan kedatangannya. Sebab dalam hal ini saya jawab lagi, “Yang paling mengetahui adalah Pak Gubernur.” Waktu itu dijabat oleh Bapak Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa.

Hasil pemeriksaan, setelah selesai penandatanganan berkas pemeriksaan, saya tidak diperiksa lagi di Polres Kota Padang. Setelah menunggu cukup lama, saya bersama beberapa tahanan politik G30S lain dipindahkan lagi ke tempat tahanan politik yang sama, di bawah kekuasaan militer, tempat tahanan di Asrama Transmigrasi Lolong Kecamatan Padang Barat.

Di tempat ini tahanan dikawal oleh Pasukan Kesatuan Arhanud C dari Kodam III/17 Agustus. Jumlah tahanan di tempat ini kami temui lebih dari 200 orang. Masih ada lagi beberapa tempat lain, seperti “tahanan kandang kuda” di gelanggang pacuan kuda Rimbo Kaluang. Selain dari dua tempat ini ada juga di tempat yang disebut “rumah asap” Rimbo Data, Kecamatan Padang Selatan. Masing-masing berpenghuni lebih kurang sebanyak 300 orang. Yang menjaga adalah pengawal dari Kesatuan Arhanud seperti dua tempat tersebut di atas.

Kota Padang merupakan pusat di mana jumlah tahanan yang dianggap orde baru sebagai orang berbau kiri, paling banyak. Di tempat tahanan transmigrasi Lolong di antaranya adalah Buya Munyar Artini, anggota DPD Perti Sumatera Barat; Wihono, anggota DPC Partai Partindo Kota Padang; dan Datuk Tan Bagoga dari Partai Murba.

Page 101: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 79

Jumlah terbesar tahanan G30S kota Padang adalah simpatisan dan pengurus ormas yang berafiliasi dengan PKI, seperti Barisan Tani Indonesia, petani dan nelayan, atau kaum buruh yang tergabung dengan SOBSI. Untuk kota Padang, tempat-tempat penahanan—baik sipil maupun militer: Rumah Penjara Tentara (RPT), Rumah Penjara Umum (RPU) Muaro Padang, Polresta Padang, Asrama Transmigrasi Lolong Padang Barat, kandang kuda pacuan kuda Rimbo Kaluang Padang Utara, rumah asap Rimbo Datar Padang Selatan.

Tapol berfoto di luar tempat tahanan (RPU-RPT) Padang. Bekerja pembersihan—perbaikan kantor Oditur Militer (OTMIL)

Kodam III/17 Agustus Tahun 1975—1976 di Jalan Sudirman Padang.

15. Perlakuan Jatah Konsumsi Tahanan

PARA tahanan yang ditahan di luar RPT dan RPU seperti tersebut di atas, sepenuhnya ditanggung oleh pihak keluarga, entah bagaimana sang keluarga dapat mengusahakannya.

Adalah tidak mudah untuk bisa hidup bersama anak-anak, kehidupan yang penuh rintangan. Tambahan lagi, masyarakat waktu itu menuding keluarga dengan istilah “itulah orang-orang Gestapu”.

Page 102: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

80 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Padahal mereka sama sekali tidak mengerti maksudnya. Begitulah keluarga bertahun-tahun menunggu sang suami dikembalikan ke tengah-tengah masyarakat, mereka yang selama ini diperlakukan oleh orde baru tanpa ada penyelesaian secara hukum. Siksaan dan penganiayaan diberlakukan terhadap tahanan dan keluarga serta anak-anak korban.

Kedua tempat tahanan seperti Rumah Penjara Tentara (RPT) dan Rumah Penjara Umum (RPU) Muara Padang, Sumatera Barat, dihuni lebih kurang 500 orang. Di RPT ditahan sebanyak 200 orang dan di RPU 300 orang. Tahanan politik ini terdiri dari golongan-golongan yang berbeda-beda, TNI, PNS, dan umum, dicampur-baur menjadi satu.

Di RPU Muara Padang, selain anggota TNI, juga ada penghuni sel-sel tahanan ibu-ibu dari berbagai ormas, antara lain: Ibu Gadis dari Pariaman, Ibu Nurhamani, Ibu Hamidah, Ibu Nun, Ibu Martias dan Ibu Eliarsyam Rasidin, Ibu Yurnalis, Ibu Yohana, Ibu Jamiah serta Ibu Nani dari Koto Laweh Padangpanjang. Penjagaan terhadap sel-sel ini sangat ketat. Komandan pengawal adalah dari CPM dan dibantu oleh Kesatuan Arhanud dan Batalyon. Mereka mengawasi para tahanan secara bergiliran 24 jam sehari.

Guna membantu petugas pengawal dalam melayani keperluan tahanan, oleh Kepala Indrehab dari RPT ditunjuklah orang-orang tapol. Untuk di RPU, saya sendiri dan Saudara Dalimin. Kami terlebih dahulu diberikan perintah bahwa tidak dibenarkan berbicara lama-lama dengan anggota tahanan dalam kelompok sel. Setiap ada pelanggaran oleh para tahanan, sanksi pertama dipindah tempat tahanan. Kedua, diberi tindakan straf militer di lapangan.

Ini pengalaman pahit para tahanan politik orde baru selama di penjara. Ketentuan jumlah dan kualitas makan betul-betul sangat menyedihkan. Jatah nasi untuk satu orang tahanan satu kali makan adalah satu mangkok tempat cuci tangan dengan sayur sekedarnya serta sepotong ikan kering. Satu hari 2 kali makan, siang dan sore. Kualitas beras atau nasi sering ditemukan bercampur pasir.

Ada lagi yang sangat ironis ditanggung oleh tapol di Muara Padang. Keluarga tahanan yang datang dari jauh mengantar makanan. Khusus nasi yang dibenarkan oleh pengawal hanya nasi setelah masak kemudian dijemur sampai kering. Bagi tapol diberi nama “nasi jemur”. Nantinya nasi jemur ini setiap akan makan dicampur dengan kuah sayur. Ketentuan ini berlaku sampai masa pembebasan tahun 1977.

Page 103: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 81

Empat bulan sebelum masa pembebasan dari Penjara Muara Padang, 100 orang dipindahkan ke Sungai Kuyung, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan. Dipilih untuk bekerja merintis membabat hutan lebat guna untuk dijadikan lahan penampungan tapol B, Sumatera Barat. Sama halnya di tingkat nasional dengan Pulau Buru.

Sebelum dilaksanakan pembangunan lahan Sungai Kuyung ini, kami juga dapat informasi lahan tempat tahanan golongan B Sumatera Barat direncanakan di Kepulauan Mentawai. Pengalaman bagi yang diberangkatkan ke Sungai Kuyung. Sebelum berangkat dikumpulkan di Aula Markas CPM Pasar Ambacang Padang, terdiri dari tapol B Bukittinggi, Payakumbuh, Padangpanjang. Di Aula CPM ini semua diberikan penjelasan oleh Kepala Indrehab-RPT waktu itu, Kapten Sayadi. Kemudian diberikan makan yang sangat luar biasa. Setelahnya dilanjutkan penjelasan tujuan tapol diberangkatkan. Dipesankan agar tapol dapat mematuhi segala apa yang diperintahkan oleh komandan tahanan di tempat kerja.

Tepat senja itu semua tapol yang akan berangkat dipersilakan naik bus umum yang tersedia di depan Markas CPM Pasar Ambacang. Lima buah bus meluncur menuju Ranah Pesisir. Jam 12 malam rombongan sampai di tempat yang dituju di tengah hutan lebat Sungai Kuyung. Jarak antara Padang—Sungai Kuyung kurang lebih 300 km. Di tengah hutan penampungan spanduk bertuliskan “Selamat Datang Tapol di Sungai Kuyung”. Kedatangan tapol di tempat ini tengah malam disambut Dandim Pesisir Selatan.

Pagi jam 09.00 WIB dilakukan acara serah terima dari pengawal yang bertugas mengantarkan kepada Komandan Kodim. Sekaligus menetapkan jadwal kerja serta pembagian kerja di bawah komandonya dibantu oleh anggota kawal. Situasi bagi tapol berubah dari alam lingkungan dinding tembok kepada alam terbuka. Namun status tetap sebagai tahanan politik orde baru.

16. Dua Kali Kunjungan HAM Internasional PERTAMA kali di tempat tahanan asrama transmigrasi Lolong, kedua di Penjara Muara Padang. Kedua kunjungan lembaga kemanusiaan internasional merupakan obat suntikan bagi tahanan politik yang sedang sakit penuh derita lahir dan batin.

Lembaga kemanusiaan internasional ini dalam melakukan tugasnya meminta kepada pengawal-pengawal tahanan untuk tidak

Page 104: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

82 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

boleh mendampingi. Segala unek-unek mulai semenjak menjadi tahanan orde baru disampaikan. Di tempat tahanan asrama trasmigrasi Lolong ada Ibu Siti Umi—salah seorang tahanan wanita pejuang 1945, zaman Agresi Belanda ikut berjuang di Front Jawa Timur dengan pangkat yang disandangnya waktu itu letnan dua. Kebetulan harus ke Padang Sumatera Barat mengikuti sang suami tercintanya, Hasanudin putra Maninjau Sumatera Barat, sama-sama pejuang di Jawa Timur. Keduanya adalah anggota veteran.

17. Tuturan Ibu Siti Umi di Tempat Tahanan Asrama Lolong IBU Siti Umi antara lain menuturkan segala apa yang diderita bersama kawan-kawan selama ditahan. Bahkan katanya, “Bangsa sendiri lebih kejam dari bangsa asing.” Kejadian ini membuat tim yang datang jadi tafakur serta berusaha mendinginkan suasana. Saat itu secara kebetulan dari petugas Badan Kemanusiaan Internasional ada yang mendampingi dari pusat seorang putra asal Jawa. Maka Ibu Siti Umi lebih banyak menyampaikan nasibnya dalam bahasa Jawa. Segala penyampaian Ibu Siti Umi menjadi sangat menarik perhatian dan menjadi tanggapan positif.

Selesai Badan Kemanusiaan Internasional melakukan peninjauannya di tempat tahanan Asrama Lolong, Ibu Siti Umi oleh komandan kamp dimaki habis-habisan. Tidak terjadi lagi penyiksaan fisik serta tidak lagi banyak mulut atau banyak bicara terhadap para tahanan. Banyak dampak perubahan terhadap para tahanan setelah kembalinya petugas kemanusiaan internasional dari kunjungan di tempat-tempat penahanan di Sumatera Barat.

18 Rumah Penjara Muara Padang Juga Dapat Kunjungan SAYA dan beberapa kawan dipindahkan lagi ke Penjara Muara Padang, penjara terakhir yang kami huni sebelum dibebaskan tahun 1977.

Pemindahan dari Asrama Transmigrasi Lolong bagi saya dan beberapa kawan tahanan ke Penjara Muara Padang ini belum dapat dikatakan selesai. Lebih dari 100 orang transit lagi ke Sungai Kuyung Kab. Pesisir Selatan dalam rangka membangun lahan penampungan buat semua tahanan golongan B di Sumatera Barat.

Page 105: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 83

Pelaksanaan temu bicara antara Badan Kemanusiaan Internasional dengan tahanan G30S dalam Penjara Muara Padang diwakili dua orang tahanan. Pertama, Bapak Barioen A.S. yang ditahan dengan tuduhan tokoh politik. Ia adalah Ketua Daerah Partai Partindo Sumatera Barat. Pemahaman tentang politik, baik politik nasional maupun internasional, sangat ia kuasai. Kedua, Drs. Yahya Suleman, dengan tuduhan tokoh CGMI Sumatera Barat. Dalam kompleks tahanan politik di Penjara Muara Padang ia ditunjuk oleh kepala Inrehab sebagai kepala tahanan. Kedua wakil ini merupakan ilmuwan, juga menguasai bahasa asing.

Dari Badan Kemanusiaan Internasional yang datang ke rumah Penjara Muara Padang semuanya bangsa asing. Tata tertib kunjungan sama dengan ke tempat tahanan lain, di mana pengawal tahanan tidak dibolehkan mencampuri dan mendekatinya. Oleh kedua perwakilan tahanan telah disampaikan semua apa yang jadi unek-unek selama menjadi tahanan orde baru. Segala apa yang ditanya oleh tamu ini telah terjawab dari kedua wakil tahanan yang berada dalam penjara. Setelah selesai masa kunjungan Badan Kemanusiaan Internasional, kepada anggota tahanan diberikan penjelasan kembali oleh kedua wakil tahanan. Penjelasan hasil pertemuan bagi semua kawan-kawan pada pokoknya membawa harapan besar terhadap tahanan politik orde baru di Indonesia akan ada perubahan yang punya arti.

19. Terjadi Lagi Pemindahan Tahanan SETELAH beberapa bulan dari kunjungan Badan Kemanusiaan Internasional ini di Penjara Muara Padang terjadi pemindahan lebih kurang 100 orang jadi satu dari kawan-kawan tapol Bukittinggi, Payakumbuh, dan Padangpanjang.

Pemindahan dalam rencana penguasa orde baru adalah untuk membangun lahan pemukiman tapol B Sumatera Barat di Nagari Sungai Kuyung Kec. Pancung Soal Kab. Pesisir Selatan. Kisah pelaksanaan pemberangkatan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Di pemukiman Sungai Kuyung semua tapol telah bekerja semaksimal mungkin di bawah pengawalan anggota militer dari Kodim Pesisir Selatan. Selama di sana dapat diselesaikan dua buah bedeng berukuran 40 x 20 m. Dua buah lagi sedang terbengkalai, sebab semua tahanan politik G30S dituntut bebas oleh dunia internasional. Tanggal jatuh tempo 17 Desember 1977.

Page 106: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

84 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Tiga hari sebelum hari pembebasan, saya telah mendapatkan informasi tersebut. Tentu timbul pertanyaan dari sementara kawan-kawan sebarak, di mana dan kenapa saya terlebih dahulu menerima informasi pembebasan. Dapat saya jelaskan bagaimana sumbernya. Sesaat akan diberangkatkan dari Padang, saya telah merahasiakan sebuah pesawat radio kecil dengan penuh hati-hati dan tak seorang kawan pun dapat mengetahuinya, apalagi pihak pengawal. Di tempat pemukiman saya rahasiakan pemakaiannya. Pada sore sehabis istirahat kerja saya pergi menjarak dari lingkungan barak tahanan ke tepi hutan, jauhnya lebih kurang 100 meter. Di sinilah sore hari saya mendengar berita-berita informasi, situasi dalam dan luar negeri. Malamnya saya distribusikan kepada kawan-kawan di barak. Sore, tiga hari sebelum pembebasan, siaran radio BBC London memberitakan, masih segar dalam ingatan, bahwa “Pemerintah Indonesia dituntut agar mengembalikan semua tahanan golongan B”.

Mendengar siaran tersebut bukan main besarnya hati karena orde baru tidak dapat lagi melakukan penguasaan otoriter terhadap tahanan G30S. Setelah malam datang, satu per satu berita ini saya sampaikan kepada kawan-kawan sebagaimana malam-malam sebelumnya. Sangat luar biasa pada malam itu. Sebab, yang jadi keheranan kawan-kawan adalah Kawan Syafei Nasir telah terlebih dahulu tahu. Pihak pengawal baru bisa menyampaikan sehari sebelum beritanya dengan kedatangan petugas dari Kodam III/17 Agustus Padang. Ada sementara kawan-kawan menuduh saya, sebelumnya mengatakan “saya ngarang”. Maka tepat tanggal 17 Desember 1977 semuanya itu jadi kenyataan. Semua jadi gairah dan bersemangat. Ditambah lagi masyarakat umum telah mengetahui dan mendengar tersiarnya berita pembebasan tahanan politik G30S, bahkan dunia internasional.

Tepat pada hari kejadian 17 Desember 1977 di hutan Sungai Kuyung, dibagi-bagikan surat pembebasan sekaligus diberikan uang biaya masing-masing tapol sesuai dengan daerah tujuannya. Juga diakhiri dengan pesta makan bersama dengan melakukan pemotongan kambing oleh Dandim Pesisir Selatan. Acara perpisahan ditutup dengan ucapan “Selamat Jalan Tapol Sungai Kuyung” oleh Dandim Pesisir Selatan.

Kawan-kawan juga tidak lupa mengucapkan untuk semua: “Selamat Tinggal Sungai Kuyung, Selamat Tinggal Ranah Pesisir”. Dua belas tahun sudah penderitaan fisik dan mental segalanya tersimpan dalam Derita Sepahit Empedu.

Page 107: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Mengawali Derita di Masa Orde Baru | 85

20. Pedih Penderitaan Jalan Terus DUA belas tahun penyiksaan fisik dan mental kemudian berlanjut terus penyiksaan mental terhadap para tahanan politik G30S. Orde baru memang sengaja menahan bertahun-tahun orang-orang yang dianggapnya berbau kiri tanpa mau memproses secara hukum, ribuan manusia Indonesia jadi korban orde baru. Penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu hampir tak tersentuh negara. Tumpukan masalah yang menimpa negeri ini semakin membenamkan tuntutan penyelesaian HAM masa lalu. Keterpurukan ekonomi, korupsi yang tiada habisnya, ketidakadilan penegak hukum, semua seolah menjadi pembenar untuk melalaikan korban pelanggaran HAM masa lalu.

Dua belas tahun merupakan masa tahanan dari penjara ke penjara. Pembebasan 17 Desember 1977 bagi tapol merupakan basa-basi. Sebab keluar dari status tahanan penjara kembali ke tengah-tengah masyarakat, bekas tapol ditindas berbagai macam peraturan dan perundang-undangan yang melilitnya sehingga membuat eks-tapol didiskriminasi dalam masyarakat.

Masih saya ingat situasi beberapa tahun setelah keluar dari penjara. Datang orang-orang yang kurang puas atas pembebasan tapol, sengaja melakukan intimidasi. Segala perbuatan jelek yang terjadi di tengah-tengah masyarakat seperti perampokan, kekacauan, serta kejadian yang merugikan masyarakat, maka segala perbuatan tersebut dilemparkan kesalahan kepada eks-tapol atau PKI. Pokoknya eks-tapol mereka jadikan tempat pembuangan sampah atau kambing hitam di tengah-tengah lingkungan masyarakat di mana mereka berada.

Kejadian-kejadian yang dilemparkan sementara orang yang tidak puas itu pada akhirnya membikin malu muka sendiri. Sebab setiap segala yang dituduhkan itu tidak ditemukan pelakunya dari eks-tapol/PKI. Situasi ini berjalan cukup panjang. Berakhirnya cara pemikiran busuk ini ketika memasuki reformasi di Indonesia tahun 1998.

Page 108: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

86 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Kembali kumpul bersama istri setelah 12 tahun berpisah

Page 109: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Bebas dari Penjara | 87

IX

Bebas dari Penjara

1. Perjalanan Hidupku Setelah 12 Tahun Ditahan TANGGAL 17 Desember 1977 kuinjakkan langkah dari dunia tahanan G30S ke dunia bebas bersyarat. Ibarat ternak, harus dikandangkan sebelumnya kemudian keluar kandang carilah makan sendiri.

Di luar setelah kembali ke tengah-tengah masyarakat lagi-lagi penuh dengan berbagai macam peraturan dan perundang-undangan. Hidup selalu didiskriminasi dalam masyarakat. Eks-tapol harus ikut bergotong-royong ke mana saja dengan pengarahan dari pejabat setempat dengan pengawasan dari Koramil. Kartu Tanda Penduduk (KTP) di sudut kanan ditandai dengan “ET”. Setiap eks-tapol yang memerlukan surat keterangan untuk sesuatu keperluan harus pula dilampiri dengan Surat Keterangan Bersih Lingkungan (SKBL) dan Surat Keterangan Bersih Diri (SKBD).

Untuk jadi pimpinan dalam ormas juga tidak dibolehkan. Eks-tapol harus ikut santiaji paling sedikit 1 kali dalam sebulan. Perlakuan ini membuat beban mental dalam lingkungan keluarga dan anak-anak. Tepatlah kepada anak dipanggilkan “anak korban”. Tidak sedikit membuat anak-anak tapol menjadi putus sekolah. Membuat mereka bertanya dan berpikir, apa salah dan dosa orang tuaku. Semua jenjang untuk naik tingkat di sekolah, mereka diberi ganjal baik berupa tertulis maupun secara tidak tertulis dengan alasan SKBL dan SKBD.

Pada situasi tersebut di atas datanglah semacam obat penyejuk bagi eks-tapol maupun buat keluarga dan anak-anak korban. Di tengah-tengah sedang berlangsungnya perlakuan hukum semena-mena oleh orde baru, sewaktu berlangsung acara wisuda mahasiswa Institut

Page 110: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

88 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Teknologi Bandung (ITB), Presiden B.J. Habibie bertanya kepada pihak ITB, “Berapa banyak mahasiswa yang berkualitas di sini?”

Pertanyaan ini dijawab pihak ITB, “Sebenarnya cukup banyak Bapak Presiden, tetapi sayang orang tua mereka terlibat G30S.”

Balik Pak Presiden B.J. Habibie menjelaskan dengan tegas, “Kita tidak perlu siapa orang tuanya, yang kita butuhkan untuk membangun bangsa ini adalah manusia-manusia yang berkualitas.”

Hatiku terobati mendengar kata-kata sang Presiden B.J. Habibie, dan penjelasan itu membuat pembangkit semangat kerja di tengah-tengah lingkungan masyarakat bawah.

Kulangkahkan hidupku di tengah-tengah situasi kekuasaan orde baru yang hampir tenggelam itu. Dalam hati nurani, kumodali dengan suatu kebanggaan lain, karena aku dipenjara akibat peristiwa politik di Jakarta. Tetapi sebaliknya, tak seorang pun yang celaka karena mulut dan perbuatanku. Oleh karena itu, mengapa aku mesti merasa rendah diri dan malu menghadapi masyarakat. Kutanamkan pengertian ini kepada istri dan anak. Yang benci biarlah benci. Toh yang mau bersaudara masih ada dan banyak.

Kenyataan menunjukkan, sesudah kebebasanku, aku tetap dapat hidup dan bergaul dengan baik dalam masyarakat di kampung halamanku. Akrab dan bahkan ada rasa persaudaraan. Tak ada tetangga di sekitar tempat tinggalku yang merasa takut dan jijik akan keberadaanku sebagai eks-tapol. Mendapatkan semua ini aku merasa sangat bersyukur. Mungkin inilah kurnia-Nya sebagai buah penderitaanku di dunia tahanan selama 12 tahun.

Hidup baru kujalankan di tengah-tengah masyarakat. Kumulai hidup berkumpul bersama keluarga dan anak-anak serta melakukan usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kucoba berusaha dengan semboyan “Kujangkau sesampai jangkauanku sebatas yang dapat kulakukan.” Berusaha demi hidup baru. Ekonomi kumulai lagi dari titik nol.

Dua tahun pertama setelah kembali dari tahanan kucoba membuka sebuah warung kopi sederhana di Simpang Haru Padang. Kemudian usaha warung kopi tersebut kuhentikan lagi karena tersandung persoalan permodalan yang sangat terbatas sekali.

Satu bulan setelah berhenti, langkah kuarahkan lagi merantau ke Ranah Tanjung Karang Lampung. Rencana ini telah mendapat restu dari keluarga. Sesampai di Tanjung Karang, tujuan kualamatkan pada alamat tepatan. Sebelumnya telah saya ajukan keadaan nasib dan

Page 111: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Bebas dari Penjara | 89

peruntungan pada orang yang saya jadikan tepatan. Ia telah menyatakan kesediaan. Pesannya, “Berangkatlah.”

Tuan (Kakak) panggilan di kampung, sebutan biasa selalu saya ucapkan kepadanya, Tuan Agustar Ahmad. Kebiasaan ketentuan pertalian secara adat adalah saudara sepesukuan berlain kampung. Tuan Agustar seorang yang telah lama merantau ke Tanjung Karang. Ia bergerak di bidang usaha dagang hasil pertanian dan hasil hutan. Masyarakat pasar Tanjung Karang dan lingkungan di mana ia tinggal memanggilnya dengan panggilan “Pak Guru”.

Agustar Ahmad sebelum merantau telah menamatkan pendidikan Sekolah Guru Bantu (SGB) di Batusangkar, Sumatera Barat. Dalam kota Tanjung Karang ia punya sebuah toko di Pasar Gintung. Agustar Ahmad tidak meneruskan karir sebagai tenaga guru, sebagai seorang yang telah dibekali dengan pendidikan di Sekolah Guru Bantu.

Selama 1 tahun lebih saya diajari dan dididik berusaha dagang yang ia tekuni di toko Pasar Gintung, di mana setiap harinya selalu ramai. Toko ini terletak di tengah-tengah kota. Pajangan utama yang dikemukakan adalah bahan keperluan harian, mulai dari cabe merah, cabe rawit, cabe giling, bawang merah, bawang putih, jagung pipilan, kacang hijau, kentang, kemiri, dan bermacam-macam jeruk. Para pelanggan kebanyakan terdiri dari warga kita asal Jawa yang datang dari berbagai penjuru kota Tanjung Karang.

Di toko Pasar Gintung selain melayani pembelanja yang keperluannya terbatas, tidak kurang pentingnya melakukan perdagangan partai besar. Pada pertengahan tahun kedua, saya bersama Tuan Agustar meningkatkan usaha kerja dengan melakukan antar jemput berupa cabe, bawang, kemiri, dari dalam dan luar Tanjung Karang.

Pertama kali mendapat tugas membawa cabe merah dan jeruk nipis menuju Pasar Induk Jakarta. Di sana telah tersedia kepada siapa sasaran barang disampaikan. Kedua bos saya ini terlebih dahulu telah membuat perhitungan melalui telepon. Kemudian setelah pembongkar-an, saya langsung menyerahkan nota barang-barang. Setelah menunggu beberapa jam, mobil prah dimuat lagi dengan bawang merah beberapa ton. Setelah bos menyerahkan nota bawang merah maka saya berangkat kembali ke Tanjung Karang.

Kesibukan yang dilakukan seperti Tanjung Karang—Pasar Induk Jakarta berkelanjutan bukan saja antar Tanjung Karang—Pasar Induk Jakarta. Juga secara meraton mengangkut barang dagangan Tanjung Karang—Bengkulu—Padang—Jambi—Palembang—Cirebon, Jawa Barat.

Page 112: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

90 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Cirebon merupakan sumber produksi bawang merah yang cukup besar. Saya hanya sanggup melakukan kesibukan yang maraton ini selama 1½ tahun saja. Pada akhirnya terasa capek. Rasa capek yang saya alami mendapat imbalan seperti setiap bulan tetap terisi belanja keperluan keluarga. Kedua, kalau saya ingat masa-masa dalam tahanan, tidak mungkin saya melakukan perjalanan ke berbagai negeri dengan biaya sendiri.

Sebelum menutup riwayat berdagang di Tanjung Karang, saya punya suatu kesan. Suatu ketika dalam perjalanan hendak ke Jambi, saya membawa cabe merah dan cabe giling lebih kurang 4 ton. Tempat daerah Batu Raja terkenal saat itu sebagai daerah perampokan wilayah “laba-laba” Sumatera Selatan. Ketika itu tempat tersebut merupakan tempat perampokan bersenjata api dan senjata tajam seperti golok dan parang. Mereka mencegat bus yang datang dari jauh dengan sebutan “bajing lompat”. Mereka meloncat cepat naik atap bus, sebagian melompat ke dalam bus dengan mengancam penumpang minta uang atau perhiasan. Sedangkan yang melompat ke atas atap bus bekerja cepat memutus tali pengikat barang-barang serta memasang kawat yang tujuannya jika bus laju semua barang-barang penumpang yang ada di atas atap (tenda) akan berjatuhan. Dengan cepat pula perampok meloncat cepat dari atas tenda bus. Kemudian semua barang jatuh. Kelompok rampok ramai-ramai melarikan masuk hutan sekitarnya. Pihak badan keamanan pos penjagaan yang terdiri dari Polri dibantu hansip sifatnya hanya melakukan patroli apabila ada laporan atau informasi dari masyarakat.

2. KTP Bertanda “ET” Ikut Menyelamatkan

Kejadian-kejadian seperti di atas tidak saya temui. Sebab dalam perjalanan antar daerah saya mempergunakan angkutan prah. Biasanya rombongan angkutan prah selalu memakai sistem berkonvoi. Beriring-iring sampai 10 atau 12 truk barang. Apalagi perjalanan malam hari melewati daerah-daerah rawan. Kejadian yang pernah saya alami adalah di sebuah pos timbangan yang masih di daerah selatan. Tepatnya di Batu Raja.

Malam itu 10 truk barang cukup lama tertahan oleh oknum petugas timbangan. Saya menerima laporan dari sopir truk yang duluan antre bahwa kali ini petugas timbangan memaksa para sopir-sopir membayar di luar ketentuan yang sangat memberatkan. Setelah 1 jam

Page 113: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Bebas dari Penjara | 91

tertahan, kawan-kawan sopir sudah tidak sanggup menghadapinya. Maka saya memberanikan diri maju malam itu. Kebetulan sekali pakaian yang saya pakai celana model tentara dan potongan rambut juga. Saya masuk secara sopan serta saya mengenalkan KTP yang di sudut kanan atas bertanda “ET”. Setelah pengenalan identitas diri saya, si petugas pos menaksir saya adalah eks-tentara. Maka lantas membuka pembicaraan dengannya secara singkat. Seperti penjelasan saya. “Pak Pos, kami sopir-sopir truk angkutan ini adalah punya bos masing-masing. Dan setiap keberangkatan kami telah diberikan arahan. Kira-kira isinya menyadari akan liku-liku dalam perjalanan untuk sampai ke tujuan banyak pos-pos penjagaan. Kesemuanya tentu butuh tambahan, sebagai uang rokok atau basa-basi dari para sopir. Hal ini kami sadari. Kami cari makan, Pak Pos juga demikian. Harapan kita bagaimana hal ini dapat sama-sama dimaklumi agar lancar. Tapi kalau begini caranya pada pos yang bapak pimpin, kami bersedia membayar sebagaimana mau Bapak. Kami juga tidak berkeberatan dengan catatan setiap pembayaran tolong buatkan bukti tertulis sebagai tanda terima dan tolong juga sebutkan nama lengkap Bapak. Berdasarkan keterangan itu kami sopir akan kembali dan melaporkan halnya, bila perlu kepada pihak instansi terkait melaporkannya.”

Mendengar cara tadi, ketiga petugas pos malam itu berembuk ke luar sebentar. Kemudian berbicara ramah dengan saya. Katanya, “Pak sopir, sudahlah masalah ini tidak perlu kita perpanjang, hanya saja kami berharap kepada sopir-sopir sekarang ini untuk tidak melanjutkan persoalannya. Selanjutnya kami silakan Bapak mengaturnya dan perjalanan malam ini dapat dilanjutkan.”

Kawan-kawan sopir saya kumpulkan dan saya berikan hasil pertemuan dengan petugas pos. Setelah melakukan pengumpulan dana keperluan di pos itu dengan tidak melebihi ketentuan yang telah ada, akhirnya konvoi kami malam itu melanjutkan perjalanan lagi. Dalam hati saya berkata, “Kalau begini pengertian “ET” dalam KTP, mereka salah paham atau belum mengerti tentang tujuan “ET” dalam KTP.

3. Kembali Lagi ke Kampung Halaman MASA 3 tahun berusaha di perantauan saya merasa cukup baik dan ada peningkatan. Kegiatan non-stop memaksa fisik untuk istirahat dan membuat rasa jenuh. Ditambah lagi desakan untuk hidup

Page 114: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

92 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

berdampingan bersama keluarga dan sanak famili yang selama ini telah cukup lama berpisah karena masa tahanan.

Inilah yang menjadi pertimbangan untuk istirahat dari berusaha secara jarak jauh. Pendapat ini saya bicarakan baik-baik dengan Tuan Agustar Ahmad. Ia dapat membenarkan serta menyarankan kembalilah dulu kumpul bersama keluarga dan dunsanak di kampung halaman, nanti kalau ada punya kesempatan kita lanjutkan usaha yang telah lakukan selama ini. Kami berpisah secara baik-baik. Saya tinggalkan lagi ranah Tanjung Karang Lampung dan mengucapkan selamat tinggal.

Saya mulai lagi hidup di kampung setelah berdayung sampan dagang di negeri orang. Hidup mulai baru lagi. Saya bulatkan tekad “jadi petani yang baik”. Saya harus banyak belajar dari sesama petani. Di kampung halaman, sebagai modal awal sarana untuk bertani atas kesepakatan kaum, saya diberi hak untuk mengolah lahan berupa sawah, kolam ikan, dan kebun yang jumlah cukup menjamin jika terolah secara baik. Tanpa banyak pikir, langkah usaha di kampung saya mulai dengan membuat langkah-langkah seperti berikut ini:

Bersama keluarga kami mulai langkah usaha:

1. membuka warung kopi, 2. mengolah lahan persawahan, 3. mengolah budi daya ikan air tawar, 4. memelihara sapi.

Pekerjaan ini saya tekuni dengan penuh harapan serta bekerja

dengan semangat. Selama 1 tahun pertama, hasil usaha memperlihatkan tanda-tanda ada keberhasilan yang menjamin hidup berkeluarga. Saya telah bergaul dan bekecimpung dengan warga tani di kampung halaman dan tidak kurang pula telah terjadi saling isi mengisi tentang suka-duka bertani.

Hubungan sesama petani semakin erat dan rasa keterbukaan dan kejujuran saya sampaikan. Pendekatan ini membuahkan satu pemikiran baru yang terkait kepentingan petani warga kampung. Adanya sumber lahan pertanian, persawahan seluas 50 ha yang telah menjadi terlantar selama 5 tahun atau yang lebih dikenal dengan sebutan warga dengan “lahan tidur”. Lahan seluas 50 ha telah mulai merimba atau menjadi semak belukar. Padahal lahan persawahan itu mempunyai sumber air yang cukup memadai untuk pengolahan.

Page 115: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Bebas dari Penjara | 93

Pada kesempatan lain saya mengajak para petani sekitarnya bersama pemuka masyarakat untuk berkumpul bersama-sama guna memecahkan persoalan kepentingan bersama dalam mengatasi lahan terlantar yang terbentang di negeri kita. Inisiatif saya lakukan bersama Kepala Kelurahan. Berkumpul di Masjid Laskar Koto Gadis dengan melibatkan unsur ninik mamak, cerdik pandai, alim ulama, pemuda, dan para petani warga kelurahan. Dalam pertemuan yang berlangsung, saya memberikan penjelasan kepada forum malam itu tentang adanya lahan tidur, lahan ini adalah sumber perekonomian warga kita.

Pada kesempatan itu telah terdapat 3 opsi untuk menghadapi penanggulangan:

1. Masyarakat diajak bergotong-royong membersihkan tali

bandar, kemudian secara ritual atau berkawuah-kawuah di sumber mata air, berdoa, dan memotong kambing.

2. Lahan terlantar diserahkan kepada pemilik agar pemilik mulai mengolahnya.

3. Pendapat ketiga dari saya sendiri sebagai peserta musyawarah berbeda dengan usulan 2 pendapat di atas. Sebab masalahnya belum tersentuh, kenapa lahan terlantar. Menurut saya, lahan persawahan Koto Gadis ini cukup luas, namun di sisi lain Koto Gadis tidak punya tenaga kerja yang memadai untuk mengolah lahan seluas itu. Oleh karenanya saya mengemukakan pendapat lahan yang terlantar di Koto Gadis ini untuk sementara diusulkan diserahkan pengelolaannya kepada suatu badan dengan membuat ketentuan-ketentuan antara pemilik dengan badan yang mengolah. Antara lain:

a. Membuat surat pernyataan kesediaan pengelolaan yang diserahkan pemilik kepada badan yang mengelola.

b. Jangka waktu penyerahan berlaku untuk 3 kali panen. Pendapatan hasil diserahkan kepada pihak badan pengelola. Setelah 3 kali panen, sawah diserahkan kembali kepada si pemilik, dengan catatan atau ketentuan sawahnya tidak dibiarkan lagi terlantar.

c. Jika pihak pemilik tidak mampu melakukan pengolahan sawahnya, dapat diserahkan lagi kepada badan pengelola dengan ketentuan pendapatan bagi hasil.

Page 116: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

94 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Ketiga opsi di atas malam itu disepakati. Segala usaha yang telah disepakati bersama membuat tenaga dan pemikiran saya curahkan. Demi kampung halaman untuk sekarang dan untuk masa depan. Langkah mulai saya persiapkan sebagai realisasi usulan saya yang disetujui dari berbagai unsur di dalam kampung. Langkah awal pelaksanaan pengolahan lahan dengan membuat program atau proposal, terutama untuk permodalan yang dibutuhkan. Dalam waktu lebih kurang 10 hari, saya telah punya data, tinggal dari mana permodalan akan saya dapatkan.

Saya kesana-kesini mencari, entah bagaimana di suatu hari datang seorang anggota TNI dari Kodim 0307 Tanah Datar memanggil saya untuk datang menghadap menemui Pak Mayor Biyadi di ruang kerjanya. Kedatangan saya sangat diharapkannya. Dengan tidak banyak pikir saya datang menemui panggilan. Waktu itu menunjukkan jam 10.00 WIB. Pembicaraan kami terfokus dengan sebuah proposal yang sampai di tangannya yang ia peroleh dari Pak Mulyono, pimpinan CV. Ana Bakti Padangpanjang.

Pak Mulyono adalah orang yang telah pernah meminta kepada saya bagaimana proyek lahan terlantar Koto Gadis dikelola oleh CV-nya. Nampaknya Pak Mul terbentur akan dana, maka tanpa memberitahu saya Pak Mul menyerahkan proposal kepada Pak Mayor Biyadi sebagai badan Primkopad Kodim 0307 Tanah Datar. Alhasil, kami mendapat kesepakatan melaksanakan pengolahan lahan terlantar. Sekaligus waktu itu oleh Pak Mayor Biyadi saya ditunjuk sebagai kepala pengolahan lahan terlantar Koto Gadis Limo Kaum Tanah Datar.

Pekerjaan berjalan sesuai jadwal yang telah dibuat. Berakhir dengan cukup memuaskan. Lahan tidak lagi jadi tidur. Masyarakat sangat berterima kasih atas usaha yang telah terencana sebelumnya. Mereka menyampaikan ucapan terima kasih kepada badan pengelola dari Primkopad Kodim 0307 Tanah Datar.

4. Berdirinya Kelompok Tani Muda Laskar DI tengah-tengah kesibukan warga tani mengelola sawah, di saat senggang waktu istirahat di sebuah pondok di sawah saya sendiri, Sawah Durian Koto Gadis Limo Kaum, secara spontan dibentuk kelompok tani di keluarahan ini. Pertemuan singkat ini dihadiri 17 orang petani. Membentuk kelompok tani dengan nama Kelompok Tani Muda Laskar, dengan badan pengurusnya:

Page 117: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Bebas dari Penjara | 95

Ketua : Syafei Nasir Sekretaris : Adrizal Nasuha, B.A. Bendahara : Nelma Yanti

Pertemuan waktu itu dihadiri juga oleh Ibu Wati dari Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Limo Kaum. Saya kemukakan pekerjaan yang telah terencana di mana telah berhasil didirikan kelompok tani pertama kali di kampung halaman saya. Saya merasa terpanggil kembali memimpin organisasi petani di kampung sendiri.

Kelompok Tani Muda Laskar

Page 118: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

96 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Panen di hamparan Sawah Durian Koto Gadih Limo Kaum Tanah Datar.

Page 119: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Pengangkatan Menjadi Datuk | 97

X

Pengangkatan Menjadi Datuk

1. Berjuang Melawan Pemangku Adat

PERISTIWA politik 30 September 1965 di Sumatera Barat atau di Minangkabau juga telah membuat korban bagi putra daerah atau anak nagari di Minangkabau. Tidak sedikit korban orde baru 1965—1966 didiskriminasi oleh pemangku adat yang tidak terlibat dan memegang kuasa hukum adat.

Hukum adat menetapkan seseorang anak nagari untuk menjabat atau memangku gelar pusaka yang telah diwariskan secara turun temurun. Di sebagian nagari-nagari di Minangkabau terhalang, sehingga tidak dapat melaksanakan penggantian jabatan penghulu atau datuk dengan alasan terlibat G30S. Untung reformasi datang menumbangkan rezim orba.

Kepemimpinan ninik mamak di nagari-nagari di Sumatera Barat sangat penting artinya dalam menyukseskan pembangunan di segala bidang, terutama dalam lingkungan anak kamanakan dan korong kampung. Hal ini pun telah dilaksanakan secara baik dengan hasil yang positif semenjak dahulu sampai sekarang. Tapi sangat disayangkan, kepemimpinan yang baik ini telah dirusak oleh: pertama, penjajah di zaman terjajah; kedua, oleh penguasa-penguasa pemangku adat yang kurang mendalami adat di Minangkabau. Menimbulkan efek-efek negatif karena penyalahgunaan kepemimpinannya itu. Akhirnya mengakibatkan berkurangnya kewibawaan ninik mamak di sebagian besar nagari di Sumatera Barat.

Tidak ada jalan lain untuk mengembalikan kewibawaan seorang penghulu di tengah-tengah masyarakat anak kemanakannya. Kecuali kembali melaksanakan tugas kepenguluannya sesuai dengan ketentuan-

Page 120: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

98 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

ketentuannya yang telah digariskan oleh adat Minangkabau di samping melengkapi dirinya dengan pengetahuan dalam segala bidang.

Tidak ada larangan menjadi pemangku adat. Sepanjang syarat dan ketentuan adat Minangkabau yang berlaku buat anak nagari untuk memangku penghulu atau Datuk yang diwarisinya dalam persukuannya. Secara kedemokrasian “Bodi Caniago” adalah melalui kesepakatan musyawarah dalam kaum atau lebih dikenal “penghulu selingkar kaum – adat selingkar nagari”.

Sepintas tentang penghulu. Penghulu-penghulu di Minangkabau, menurut warisan yang diterima, serta pusaka nan manolong: Kayu gadang di tangah Koto, nan bapucuak sabana bulek, nan Baurek sabana tunggang, batang gadang dahannyo kuek, daun rimbun buahnyo labek. Batang gadang tampek basanda, urek bakeh baselo, dahan kuek tampek balinduang kapanasan, bakeh bataduah kahujanan, iyo dek anak kamanakan, nan salingkuang cupak adat, nan sapayuang sapatagak, di bawah payuang di lingkuang cupak, manjala masuak nagari. Kapai tampek batanyo, kapulang bakeh babarito, kusuik nan kamanyalasai, karuah nan kamanjaniahi, hukum adia katonyo bana, sayak landai aianyo jania.

Betapa tatanan adat Minangkabau dibuat dan disusun oleh penghulu-penghulu pemangku adat yang sampai saat sekarang ini katakanlah menjadi pegangan dan pedoman hidup banagari di alam Minangkabau.

Sebagai langkah maju Minangkabau, turunlah Peraturan Daerah Tingkat I No.9 Tahun 2002 Kembali Banagari. Sebelum kembali lagi ke sistem banagari, keadaan diputus oleh jorong sebagai desa. Keadaan ini bak siang dengan malam dibandingkan keadaan 5 atau 10 tahun sebelumnya. Ketika masih ada pemerintah nagari, wibawa ninik mamak sangat besar dan partisipasi masyarakat untuk mengurus atau membangun kepentingan setiap nagari sangat besar. Keadaan ini berubah sejak diberlakukannya Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Desa secara serentak di Sumatera Barat 1982, di mana diputuskan jorong sebagai desa. Sedangkan pemerintah nagari secara otomatis dihapus.

2. Perdebatan di Kerapatan Adat Nagari SETELAH terdapat kata mufakat dalam kaum atau salingka kaum saya, di jorong kemudian dilanjutkan ke nagari, dari nagari dibawa ke

Page 121: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Pengangkatan Menjadi Datuk | 99

Kerapatan Adat Nagari (KAN) sebagai ketentuan akhir dapat tidaknya seseorang bisa memangku gelar pusaka.

Di sinilah terjadi perdebatan antara saya dengan Majelis Kerapatan Adat Nagari setelah persyaratan diserahkan. Beberapa hari diadakan musyawarah antara saya di satu pihak dan Kerapatan Adat Nagari di lain pihak.

Pihak Kerapatan Adat Nagari (KAN) menyampaikan bahwa, “Saudara tidak dapat diangkat sebagai pemangku jabatan penghulu persukuan Saudara, alasannya, Saudara orang terlibat G30S PKI.”

Jawab, “Baik Bapak-bapak pengurus Kerapatan Adat yang terhormat .....

Saya akan coba meluruskan atau bantahan tidak boleh menjadi penghulu dalam pasukuan saya.

Saya bertanya kepada Bapak Ketua Kerapatan ..... Apakah adat ini bersandi sarak atau bersandi politik? Sebagai yang saya pelajari tentang syarat-syarat seseorang dapat

memangku gelar dalam pesukuan yang terungkap ‘Penghulu Selingkar Kaum, Adat Selingkar Nagari’. Itulah keputusan demokrasi yang tertinggi dalam kaum. Tidak dapat kaum lain mencampurinya.

Bapak pengurus menyebutkan saya terlibat G30S PKI. Ini telah terjawab secara adat di atas tadi. Secara politik saya jawab. Tolong Bapak pengurus pahami tentang maksud dan tujuan reformasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk meyakinkan Bapak-bapak pengurus Kerapatan Adat Nagari, saya serahkan sepucuk surat pernyataan Koramil setempat yang menyatakan bahwa saya panutan untuk diangkat menjadi seorang penghulu di dalam pasukuannya.”

Pada kesempatan pertemuan di hadapan pengurus Kerapatan

Adat Nagari ini, saya baru dapat dinyatakan secara musyawarah berhak diangkat menjadi seorang penghulu dari jumlah yang telah selesai persyaratannya sebanyak 49 orang, di nagari asal saya Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Atas keputusan yang telah ditetapkan Kerapatan Adat Nagari ini, pihak kaum saya merasa lega karena sebelumnya penuh diselimuti rasa kecewa dengan anggapan masyarakat yang buruk bahwa calon datuknya mana dapat jadi penghulu, sebab ia orang terlibat. Terjawab sudah, semua orang yang tidak mengerti situasi politik akan berpikir semaunya. Saya punya pendapat, “keberhasilan dicapai harus dengan berjuang” melawan setiap yang tidak punya kebenaran, tugas kita ini

Page 122: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

100 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

meluruskan setiap yang bengkok. Kita harus tahu dan mengerti situasi dan kondisi setiap waktu.

Keberhasilan perjuangan ini sempat berkembang di tengah-tengah masyarakat luas. Bahkan kawan-kawan senasib sepenanggungan korban orde baru 1965—1966 yang punya hak adat datang menemui saya. Saya masih ingat kawan-kawan dari Kabupaten 50 Kota dan Payakumbuh mendengar keberhasilan perjuangan saya ini. Mereka mengucapkan selamat atas keberhasilan saya ini.

Mereka saya berikan pandangan dan penjelasan. Agar kawan-kawan harus berani mengemukakan kebenaran, jangan selalu merasa tertekan di tengah-tengah masyarakat. Kita ditahan bertahun-tahun bukan karena orang terpidana: merampok-membunuh-korupsi-maling-dan sebagainya. Kita ini adalah bekas tahanan politik yang sampai saat ini belum jelas siapa pelakunya. Yang jelas keyakinan kita pasti itu imperialisme Amerika Serikat.

Kemudian, saya dikukuhkan sebagai seorang penghulu di persukuan kaum adat di Minangkabau. Dicapai melalui perjuangan cukup berat berpolemik bersama Kerapatan Adat Nagari (KAN).

Pengukuhan Gelar Syafei. N Gelar Datuk Rajo Ameh di Rumah Kebesaran Adat Datuk Bandaro Kuning di Kuburajo Limo Kaum

Page 123: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Penutup | 101

Penutup

DEMIKIAN paparan kisah perjalanan hidupku secara singkat. Kutulis dan susun sesuai atas pengalaman dan kemampuan yang ada pada diriku. Kisah diriku ini akan kuserahkan kepada istri dan anak serta famili dan teman-teman kerabat serta kepada peminat baca di mana berada.

Penulis

Page 124: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

102 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Mengikuti Kongres Nasional III LPR-KROB di Cimanggis, Depok, 17 – 20 Juni 2008.

 

 

 

Suasana Kongres Nasional III LPR-KROB di Cimanggis, Depok, 17 – 20 Juni 2008.  

 

Page 125: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Penutup | 103

Sempat berfoto bersama Hasan Raid dalam kondisi sakit.

 

 

 

 

 

Menyampaikan hasil penelitian YPKP HAM SUMBAR

di auditorium RRI Bukittinggi.

Page 126: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

104 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

 Asnidar, 20 tahun, Pemuda Rakyat (PR),

ditembak di Bukit Rimbang, Padang Ganting

 Ditemukan kuburan Basri, 18 tahun, Pemuda Rakyat (PR), di pinggir jalan aspal

Batu Duo Talago, Gunung Saruaso, Kec. Tanjung Emas, Kab. Tanah Datar.

Page 127: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 105

Lampiran 1

Tiga Putra Minangkabau

Patut Dihormati dan Dikenang

ADA tiga putra Minangkabau yang sangat patut dihormati dan dikenang. Mereka adalah: 1. Hasan Raid, putra Silungkang, Sawahlunto; 2. Haji Datuk Batuah, putra Koto Laweh, Padangpanjang; dan 3. Pakih Salih, putra Rao-Rao, Tanah Datar.

Ketiga tokoh ini saling terkait. Punya satu prinsip kebersamaan ajaran Islam dan komunis untuk memperjuangkan rakyat banyak, memperjuangkan kaum tertindas dan miskin. Ketiga tokoh ini taat beragama Islam, orang surau, kemudian gigih belajar, berjuang menegakkan keadilan kebenaran. Ketiga tokoh ini juga berani mengemukakan kebenaran, berpikiran maju dan terbuka, landasan pemikiran mereka untuk dunia dan akhirat.

1. Hasan Raid2

LAHIR 1 Maret 1923 di Silungkang, Sumatera Barat. Bapak bernama Raid gelar Bagindo Marah. Kampung Palokoto. Suku Patopang, beragama Islam. Ibu bernama Halimah, sering dipanggil dengan Lima saja. Kampung Malowe Hilir, Surauburu, Suku Payabadar, juga Islam.

Umur 10 tahun Hasan Raid telah khatam Alquran. Kemudian masuk sekolah Diniyah Silungkang. Di situlah Hasan Raid bertemu dengan seorang guru bernama Ongku Pakiah yang mengajarkan: Pertama, bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, baik laki-

2 Disarikan dari buku Hasan Raid, Untuk Kebenaran, Keadilan dan Kemanusiaan: Pergulatan Muslim Komunis dan Pengantarnya.

Page 128: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

106 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

laki maupun perempuan. Menuntut ilmu itu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat.

Kedua, tentang pentingnya menjaga diri agar jangan tubuh kita kemasukan barang yang haram. Hendaknya yang masuk itu yang halal saja. Karena itu, jangan sekali-kali memakan darah yang mengalir. Memakan darah yang hukumnya haram.

Sama haramnya dengan memakan bangkai atau babi. Perbuatan memakan darah yang mengalir adalah keji dan fasik. Hal itu tercantum dalam Surat Al-An’am Ayat 145.

Sebelum proklamasi kemerde-kaan, Hasan Raid menemui Haji Datuk Batuah di tahun 1945. Haji Datuk Batuah ketika itu sebagai ketua bagian penerangan dari Markas Besar (CC) PKI. Hasan Raid mendaftarkan diri sebagai calon anggota PKI pada Desember 1945 di Solo, karena menyetujui programnya yang hendak menghapuskan penghisapan manusia atas manusia.

Islam mengakui dalam masyarakat terdapat pertentangan kelas. Ini dapat diketahui dengan

membaca Al Mukmin Ayat 53, yang berbunyi: mereka terpecah-belah sesama tentang urusannya menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bahagia dengan apa yang ada pada mereka. Pertentangan golongan itu menurut Surat Al Mukminun Ayat 55 dan 56 adalah mengenai soal hak milik. Sedangkan dalam surat Al Mukminun Ayat 54 dikatakan: perpecahan itu hanya bersifat sementara waktu. Jadi, pada suatu hari masyarakat itu akan satu (esa) kembali.

Seperti juga Marxisme untuk mencapai tujuan masyarakat tanpa kelas melalui perjuangan kelas, maka Islam juga melakukan perjuangan kelas, hanya istilahnya “usaha kaum”. “Usaha” adalah perjuangan. “Kaum” adalah golongan atau “kelas”. Itu terjamin dari Surat Al Ra’du Ayat 11, yang isinya: sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah dirinya. Malah Surat An Nissa Ayat 75 lebih keras dari perjuangan kelas

Hasan Raid

Page 129: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 107

tersebut. Surat An Nissa tersebut menghimbau umat untuk berperang membebaskan orang yang teraniaya. Tugas membebaskan orang yang teraniaya itu juga dikemukakan sebagai tugas pembawa risalah, yaitu untuk membebaskan umat dari beban yang menghimpitnya dan belenggu yang memasungnya (Surat Al A’raf Ayat 157).

Berbekal hasil penggalian ayat-ayat Alquran pada pertemuan Hasan Raid dengan Haji Datuk Batuah 1946 itu, Haji Datuk Batuah bertanya kepada Hasan Raid guna mengetahui sampai di mana pengetahuan Hasan Raid tentang agama dan Marxisme. Ia bertanya, “Jawaban apa yang akan Bung berikan bila ada orang yang menuduh bahwa program PKI yang menentang adanya penghisapan manusia atas manusia sebagai bertentangan dengan agama Islam?”

Hasan Raid menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan, “Akan saya jawab bahwa justru dengan menentang penghisapan dan penindasan sesama manusia itu, PKI mengamalkan salah satu ayat Alquran. Menghisap atau memeras sesama manusia pada hakikatnya adalah memakan darah yang mengalir dalam tubuh manusia yang diperas atau dihisap itu. Surat Al An’am Ayat 145 dengan tegas mengatakan: ‘Haram hukumnya memakan darah yang mengalir.’”

Menanggapi jawaban Bung Hasan Raid tersebut, Haji Datuk Batuah mengemukakan, ”Bila itu jawaban yang Bung berikan, tentu Bung akan dinilai subjektif oleh si penuduh tadi. Karena Bung tidak mempertahankan keharmonisan dan kedamaian. Bung tidak menjaga jarak, tidak netral dalam menghadapi pertentangan antara si penghisap dengan yang terhisap. Bung memihak kepada yang terhisap dan tertindas.”

Menjawab penilaian Haji Datuk Batuah tersebut, Hasan Raid kemukakan, “Memang saya subjektif, tetapi subjektif yang objektif.” Bukankah wajar dan objektif jika yang terhisap dan tertindas melawan adanya penghisapan dan penindasan supaya kehidupan yang buruk bisa berubah menjadi baik. Justru mereka yang sok objektif itu sesungguhnya subjektif. Bukankah mereka atas nama objektivitas bertindak subjektif mempertahankan terdapatnya menghisap dan terhisap?”

Setelah Hasan Raid menjawab demikian, maka Haji Datuk Batuah mengemukakan, “Bung benar.”

Para mufasir dan penafsir Alquran dalam menafsirkan akan makna ayat-ayat Alquran tentu bertolak dari komitmen kemanusiaannya, sesuai dengan kedudukan kelasnya dalam masyarakat. Sudah tentu akan berbeda tafsiran Alquran yang disusun oleh kelas atas dengan

Page 130: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

108 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

tafsiran yang disusun oleh kelas bawah. Itulah kedua kader PKI saling membenarkan olahan pemikiran dan pandangan hidupnya. Keduanya telah tiada, Haji Datuk Batuah dipanggil kepangkuan Ilahi dalam usia 55 tahun.

Pada tanggal 29 September 1965, oleh Akademi Ilmu Sosial Aliarcham, Hasan Raid ditugaskan untuk menjadi Anggota Tim Penguji Pendidikan Politik Kotrar (Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi) mengenai mata pelajaran Manifesto Politik yang berlangsung di Senayan. Di tengah kesibukan menjalankan tugas di Kotrar itulah meletus G30S.

Hari-hari sesudah peristiwa itu kehidupan Hasan menjadi tragis. Sejak itu kebebasannya hilang. Ia dipenjara tanpa diadili, tidak tahu apa salahnya. Selama 13 tahun ia berpindah dari penjara ke penjara, dari Jakarta hingga ke Nusa Kambangan.

Hasan sendiri tegas menilai G30S bukan pemberontakan PKI. Kalau G30S itu pemberontakan PKI, itu berarti pemberontakan kepada pemerintahan Presiden Soekarno. Suatu hal yang tidak masuk akal! Karena Soekarno menjamin hak hidup PKI dan berpegangan pada prinsip persatuan berbasiskan nasakom.

Hasan Raid meninggal dunia 12 Agustus 2010. Dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Selamat jalan Pak Hasan Raid.

2. H. Datuk Batuah, Seorang Tokoh Spiritual3 NAMA kecilnya Ahmad Khatib, dilahirkan tahun 1895. Ibu bernama Saidah, warga Nagari Koto Laweh yang berhawa dingin, karena nagari tersebut terletak di kaki Gunung Marapi dekat Padangpanjang. Ayah dikenal bernama Syekh Gunung Rajo, sebab ia berasal dari Nagari Gunung Rajo sekitar Padangpanjang dan menjadi guru tarekat di sana. Waktu itu guru-guru pengajian biasa dipanggil dengan Syekh, maka nama aslinya sudah tidak dikenal lagi. Syekh Gunung Rajo ini mengajarkan tarekat Shatariyah, ia adalah seorang sufi.

3 Disarikan dan skripsi Desrita Wati, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNP, 2002.

Page 131: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 109

Pasangan suami-istri ini sangat berbahagia dengan kelahiran anak laki-laki tersebut. Kemudian mereka sepakat memberi si buah hati dengan nama Ahmad Khatib. Kelahiran Ahmad Khatib secara garis adat terdaftar sebagai kaum suku Gucci.

Keluarga Ahmad Khatib di dalam suku Gucci tergolong keluarga terpandang, karena di dalam keluarga terdapat penyandang gelar penghulu, yaitu Datuk Batuah. Gelar inilah yang diturunkan kepada Ahmad Khatib. Maka lengkap nama dan gelarnya “Ahmad Khatib Datuk Batuah”. Waktu itu ia berumur 6 tahun.

Kemudian setelah berumur 8 tahun, sang kakek melaksanakan rukun Islam kelima, yaitu naik haji. Ahmad Khatib kecil pun dibawa serta ke Tanah Suci. Maka jadilah Ahmad Khatib haji kecil. Setelah pulang dari tanah suci, lengkaplah nama panggilannya “Haji Datuk Batuah”.

Haji Datuk Batuah menempuh pendidikan kelas dua di Nagari Koto Laweh. Setelah itu ia masuk ke sekolah menengah pemerintah Mulo School selama 3 tahun di Kota Padangpanjang. Pada masa kolonial Belanda, yang bisa masuk sekolah pemerintah hanyalah anak-anak orang terpandang atau anak pejabat pemerintah. Haji Datuk Batuah adalah termasuk golongan anak keluarga terpandang sehingga bisa bersekolah di sekolah pemerintah.

Setelah menamatkan sekolah menengah, ia tidak lagi berminat melanjutkan sekolah pemerintah. Ia memilih menimba ilmu agama ke Mekkah selama 5 tahun dalam kurun waktu tahun 1905—1915. Di sana ia berguru kepada Ahmad Khatib, salah seorang tokoh modernis Islam yang menetap di Mekkah. Waktu itu guru yang paling terkenal bagi orang Minangkabau di Mekkah ialah Ahmad Khatib tersebut. Nama guru ini sama dengan nama kecil Haji Datuk Batuah.

Setelah menempuh pendidikan di Mekkah selama 5 tahun, pada tahun 1915 Haji Datuk Batuah kembali ke tanah air. Setiba di Padangpanjang ia melanjutkan berguru kepada Haji Rasul, seorang

H. Datuk Batuah

Page 132: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

110 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

modernis Islam juga. Di sini Haji Datuk Batuah tampil sebagai murid terkemuka dari Haji Rasul.

Haji Datuk Batuah mempunyai sifat yang keras. Dalam hal-hal tertentu ia keras menerapkan suatu peraturan atau sesuatu yang dilarang untuk dikerjakan. Haji Datuk Batuah melarang keras mengadu ayam dan seandainya ia menemukan ada yang mengadu ayam, ia langsung mengambil ayam tersebut dan disembelihnya. Namun tidak ada yang berani membangkang, sebab orang segan kepadanya.

Haji Datuk Batuah dalam memimpin rapat adat sebagai penghulu, tidaklah memaksakan kehendak atau keinginan, tapi dimusyawarahkan dengan kaum. Walaupun ide itu muncul dari Haji Datuk Batuah, namun perlu persetujuan kaumnya dulu. Ia tidak pernah memaksakan kehendak pribadinya. Tapi kaum jarang membantah apa pun yang menjadi ide dari Haji Datuk Batuah, karena mereka selalu melaksanakan musyawarah dulu. Di dalam musyawarah ini Haji Datuk Batuah selalu menjelaskan apa yang dimaksudkannya di dalam setiap ide dan keinginan yang telah direncanakannya.

Haji Datuk Batuah sangat pintar dalam berbicara untuk meyakinkan masyarakat kaum, sehingga kaum setuju dan tidak merasa terpaksa. Setiap hal yang telah dimusyawarahkan bersama dan disetujui tidak boleh dilanggar dan Haji Datuk Batuah keras dalam menerapkan peraturan, namun kaum menghargai hal itu.

Haji Rasul mendirikan lembaga pendidikan “Sumatera Thawalib” di Padangpanjang. Haji Rasul menilai Haji Datuk Batuah murid berprestasi, maka ia langsung diangkat menjadi staf pengajar di Sumatera Thawalib. Inilah pertama kalinya Haji Datuk Batuah dapat mengembangkan karier sebagai penyebar ajaran Islam dengan cara mentransfer ilmu-ilmu agama Islam yang telah didapatnya selama di Mekkah maupun di Padangpanjang.

Karier Haji Datuk Batuah begitu cepat meningkat. Tahun 1922 Haji Datuk Batuah terpilih sebagai Ketua Penasihat dalam sebuah pembentukan organisasi pelajar-pelajar dan alumni Sumatera Thawalib.

Perkembangan kaum komunis di Indonesia juga sampai ke Padangpanjang (Minangkabau). Tanggal 9 Mei 1914 atas prakarsa H.J.F.M Sneevliet bersama orang-orang sosialis lainnya seperti J.A. Branstender, H.W. Dekker, dan P. Bersma, mereka berhasil mendirikan suatu organisasi yang diberi nama Indische Social Democratische Vereniging (ISDV). Tanggal 23 Mei 1920 ISDV mengubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Page 133: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 111

Pada tahun 1919, aktivis Eropa yang memimpin ISDV di Hindia- Belanda diusir, karena aktivitasnya cenderung ke arah radikal. Akibatnya muncullah pemimpin-pemimpin pribumi dari kelompok sosialis, seperti Semaun, Darsono, Nazarudin, dan lain-lain. Pemimpin pribumi ini menampilkan gagasan tentang perjuangan nasib bangsa Indonesia yang hidup dalam kemiskinan. Gagasan tersebut menarik sekali bagi pemimpin-pemimpin Sarekat Islam lokal, tetapi Sarekat Islam Pusat tidak setuju.

Kelompok yang tidak setuju dengan kondisi ini antara lain A. Muis, Agus Salim, Tjokroaminoto, Burhanuddin. Mereka mengambil sikap tegas dengan mengeluarkan disiplin partai pada Kongres Nasional SI di Yogyakarta. Maka anggota SI tidak bisa lagi merangkap menjadi anggota perkumpulan lainnya. Sedangkan perluasan pengaruh ke dalam tubuh SI lokal memungkinkan paham komunis dikenal di luar Jawa, termasuk Minangkabau.

Di Minangkabau, yang paling terkemuka di antara tokoh intelektual muda Islam yang bergabung dengan golongan komunis ialah Haji Datuk Batuah, seorang guru muda terkenal di Sumatera Thawalib Padangpanjang. Ia telah menjadi komunis pada awal tahun 1920-an dan mulai menyebarkan paham komunis melalui pengajaran di bangku sekolah dan lewat tulisan.

Tepat pada tahun 1923, Haji Datuk Batuah berangkat ke Aceh untuk membantu pembenahan Thawalib, khususnya di Sigli yang sebelumnya telah dirintis oleh Abdul Rasyid Sutan Mansyur (Buya Haji A.R. Sutan Mansyur). Di Aceh inilah Haji Datuk Batuah bertemu dengan Natar Zainuddin, seorang Minangkabau yang telah menerima ajaran komunis di Jawa. Pertemuan tersebut mempunyai arti yang penting dalam kehidupan Haji Datuk Batuah, karena sekarang perasaan anti-Belanda yang telah lama ditahan-tahannya akan dapat dirumuskan melalui ideologi komunis.

Natar Zainuddin ini adalah perantau Minangkabau yang bekerja sebagai kondektur kereta api di Aceh. Ia lahir di Padang pada tahun 1890 dan pada tahun 1920 menghadiri kongres Vereeniging van Spoor en Tramwegs Personeel (VSTP) di Semarang. Selama kongres itu ia sempat bertemu dengan beberapa tokoh komunis seperti Bergsma dan Baars. Sebagai ketua sayap kiri, ia kemudian bekerja sama dengan PKI pada tahun yang sama menjadi anggota VSTP pusat mewakili anggota dari luar Jawa. Karena itu ia pernah beberapa kali hadir di dalam kongres-kongres serupa yang diadakan di Jawa. Ia juga merupakan anak didik Semaun, Darsono, dan H.M. Misbah.

Page 134: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

112 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Sebelumnya usaha untuk mendirikan PKI Cabang Padang telah dilakukan secara diam-diam oleh seorang pemuda bernama Magas. Ia pernah menetap di Jawa dan setelah beberapa lama berkenalan dengan orang-orang Partai Komunis di sana, kemudian tertarik untuk mengembangkan Partai Komunis di daerahnya di Padang.

Tidak lama kemudian diikuti dengan pembentukan pengurus PKI lokal yang pada tanggal 20 November 1923 telah meluas ke Padangpanjang. Demikianlah atas bantuan dari anggota Partai Komunis Cabang Padang dibentuklah pengurus PKI Padangpanjang:

Ketua Partai : Haji Datuk Batuah Sekretaris/Bendahara : Djamaludin Tamin Anggota : Natar Zainuddin Anggota : Datuk Machudum Sati

Semenjak terbentuknya pengurus PKI seksi Padangpanjang maka

resmilah Haji Datuk Batuah menjadi kader komunis dan tampil sebagai ketua yang akan mengembangkan paham komunis di Padangpanjang demi tercapainya keinginan untuk mengusir penjajah. Haji Datuk Batuah masuk komunis karena ia seorang yang anti penjajahan atau anti kolonialisme/kapitalisme, sebab komunis ialah paham yang mengambil dasar sama rata sama rasa dengan menghilangkan milik atau hak perseorangan, tetapi menggantikannya dengan hak kepemilikan bersama.

Komunis didasarkan kepada ajaran falsafah Marx yang dikenal dengan Marxisme. Ajaran Marxisme menjadi nyata dan meluas setelah komunis di Rusia Oktober 1917 di bawah kepemimpinan Lenin. Sehingga kemudian ajaran resmi komunisme didasarkan kepada dua tokoh ini, yang dikenal sebagai ajaran ML, Marxisme–Leninisme. Marxisme dalam pendiriannya menolak kapitalisme, menolak kelas-kelas masyarakat, menolak eksploitasi negara, spesialisasi, penumpukan kekayaan, etika pencarian diri, dan terutama menolak perbudakan manusia, yakni perusakan sifat esensial manusia dalam sistem produksi dan tatanan sosial. Marxisme juga memberikan gambaran bentuk masyarakat yang ideal, yaitu suatu masyarakat yang secara sederhana didirikan bukan atau dasar “untuk masing-masing sesuai dengan kerjanya ‘tetapi’ untuk masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.” Komunis berpendapat, gerakan harus dilakukan untuk menghancurkan penindasan.

Page 135: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 113

Jadi komunis adalah sarana bagi Haji Datuk Batuah untuk melawan penjajah, supaya tercapai kemerdekaan yang abadi. Sedangkan waktu itu PKI merupakan partai yang eksis dan radikal dalam menentang kolonial Belanda.

Setelah pembentukan kepengurusan seksi PKI Padangpanjang, kelompok Haji Datuk Batuah melakukan semacam usaha-usaha untuk merekrut massa organisasi. Pertama-tama merangkul orang-orang terdekat dan membawa pengaruh kepada lingkungan generasi muda. Haji Datuk Batuah tahu persis bahwa ia termasuk orang penting yang mempunyai wibawa tersendiri di Sumatera Thawalib, tempat yang cukup strategis dan menjanjikan. Paham komunis mulailah masuk ke dalam Sumatera Thawalib.

Cara mempropagandakan paham komunis tersebut sama seperti yang dipakai oleh golongan pembaharu Islam, yaitu melalui Tabligh dan penerbitan artikel di Djago-djago, Pemandangan Islam, dan Dunia Akhirat. Penerbitan Pemandangan Islam, redakturnya dipegang oleh Haji Datuk Batuah sendiri. Terbitan berkala ini berisikan tulisan-tulisan yang khusus mengetengahkan ideologi komunis. Terbitan Pemandangan Islam selalu memberikan atau mengulas suatu kejadian (khususnya pada penerbitan Djago-djago), yang pada dasarnya menarik massa pendukung kelompok komunis, khususnya dari Sumatera Thawalib. Topik-topik tulisan itu menjadi bahan pembicaraan orang banyak dan mempengaruhi pikiran-pikiran masyarakat tertindas pada umumnya. Lewat media inilah paham Haji Datuk Batuah disebarkan ke seluruh Minangkabau.

Selain melalui penerbitan, Haji Datuk Batuah juga membentuk kelompok diskusi yang diberinya nama IDC (International Debating Club) yang banyak diikuti oleh pelajar-pelajar dan guru-guru muda Sumatera Thawalib. Pada awalnya merupakan kelompok studi umum, namun akhirnya diarahkan menjadi kelompok studi sosial Marxis. Diskusi-diskusi ini sangat menarik bagi pelajar-pelajar Sumatera Thawalib, karena di situ dibahas persoalan-persoalan sosial, yaitu sekitar ketidakpuasan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Minangkabau, serta masalah-masalah yang berkaitan dengan kemerdekaan bangsa.

Perkembangan IDC (International Debating Club) sangat menggembirakan, ini terlihat dari keantusiasan pelajar-pelajar Sumatera Thawalib untuk selalu mengikuti diskusi-diskusi. Tidak terasa paham komunis telah memasuki cara berpikir pelajar-pelajar Sumatera Thawalib itu. Besarnya pengaruh komunis terhadap pelajar-

Page 136: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

114 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

pelajar Sumatera Thawalib dibuktikan dengan sebuah demonstrasi pada bulan November 1923 yang diikuti oleh 200 orang pelajar Sumatera Thawalib sendiri. Demonstrasi ditujukan untuk menentang tindakan Abdul Muis yang telah memencilkan pemimpin-pemimpin komunis. Hal semacam itu dimanfaatkan oleh Haji Datuk Batuah untuk menanamkan konsep-konsep Marxis yang metodenya menggunakan persamaan-persamaan dan dalil-dalil Islam dalam komunisme sesuai dengan perjalanan Haji Datuk Batuah sendiri yang semula mendalami ilmu agama dan akhirnya mendapatkan ajaran komunis untuk tujuan perjuangan rakyat.

Haji Datuk Batuah mengatakan bahwa Islam dan komunis ini tidak bertentangan, tapi punya persamaan-persamaan: “Islam sebagai agama yang datang dari Allah untuk menyelamatkan manusia yaitu dengan mana sama dengan komunis yang bertujuan menyelamatkan umat manusia dari kelaliman dan penindasan. Mereka hanya berubah dalam hal penekanan, yakni jika dalam komunis mereka hanya mementingkan kehidupan duniawi, yang dalam Islam mementingkan kehidupan akhirat.” (Djago-djago, Senin, 18 Oktober 1923, h.1)

Haji Datuk Batuah menjadikan ajaran komunis sebagai alat untuk menyelamatkan bangsa dari penjajahan, supaya manusia tidak lagi menindas manusia. Dengan kehadiran Haji Datuk Batuah dalam gerakan itu, unsur-unsur Islam bukan saja menjadi dasar legitimasi dari perjuangan gerakan mereka, tetapi bahkan memberikan identitas kepada gerakan itu.

Haji Datuk Batuah sebagai penyebar ilmu komunis sangatlah tepat, sebab jabatan atau kedudukannya sebagai penghulu dalam masyarakat Minangkabau adalah strategis, baik itu dalam hal pemerintahan, adat, maupun agama. Dapat dikatakan, seorang penghulu merupakan panutan bagi warga dan kaumnya. Jadi sangatlah menguntungkan bagi Haji Datuk Batuah yang menjadi panutan sukunya di Koto Laweh, Padangpanjang, baik tingkah lakunya maupun pemikirannya.

Predikat ‘Haji’ di depan nama Haji Datuk Batuah merupakan nilai tambah tersendiri di tengah-tengah masyarakat, sebab di dalam masyarakat Minangkabau yang dominan yang beragama Islam, orang memandang seorang Haji sebagai seorang yang mempunyai nilai lebih dibanding dengan orang-orang yang bukan Haji. Gelar “Datuk” dan predikat “Haji” itulah penunjang keberhasilan Haji Datuk Batuah dalam mengembangkan paham komunis. Ia mempunyai peluang untuk

Page 137: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 115

menghimpun massa, paling tidak dari kaum sendiri atau orang di sekitar negerinya.

Selain itu Haji Datuk Batuah relatif mampu serta berpotensi untuk meyakinkan massa terhadap ide yang ingin dikembangkannya, di wilayah Sumatera Thawalib ia seorang guru senior yang diakui potensinya. Yang paling penting, ia sangat dibutuhkan waktu itu bagi rakyat-rakyat tertindas, ia dengan pandangan komunisnya menentang penjajahan, kapitalis yang diidentifikasikan dengan kafir.

Keberadaan Belanda di Minangkabau membuat kehidupan masyarakat sengsara dan banyak yang mengalami pergeseran-penggeseran. Menurut Haji Datuk Batuah, masyarakat Minangkabau hidup dengan kebersamaan, bergotong-royong, tapi itu semua sudah dikacau oleh Belanda yang kafir. Bertolak dari faktor itu, Haji Datuk Batuah mencoba untuk meyakinkan keberadaan komunis yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Menurutnya, solusi atau alternatif untuk pembebasan diri dari tekanan-tekanan ekonomi, sosial, politik, akibat keberadaan Belanda ialah komunisme.

Tulisan Haji Datuk Batuah tentang ini: “... Untuk mencapai hidup yang sejati ialah dengan orang-orang yang benar, niscaya membangkitkan hati dan menimbulkan daya kekuatan. Firman Allah mengatakan: Dan berkumpullah bersama-sama orang-orang yang berlaku benar. Ayat ini menunjukkan kemauan Allah agar manusia hidup bersama-sama adil dan tidak saling merugikan, sekarang komunis berbuat dan berusaha seadil-adilnya, sebab komunis itu adalah kumpulan orang-orang yang berlaku benar.” (Djago-djago, Senin, 20 November 1923)

Haji Datuk Batuah menempatkan komunis sebagai cara untuk memperbaiki kondisi masyarakat, dan supaya dapat diterima di tengah-tengah masyarakat, uraian-uraian tersebut didasarkan kepada Islam dan adat. Belanda ditempatkan sebagai orang-orang yang menimbulkan kekacauan, penindasan bagi masyarakat. Tulisan Haji Datuk Batuah dan kawan-kawan menempatkan Belanda di posisi sebagai musuh bersama.

Tulisan-tulisan komunis bukan berarti tidak mendapat kritikan, misalnya pendapat bahwa komunisme itu ateis. Kritikan itu ditanggapi langsung oleh Haji Datuk Batuah di dalam tulisannya: “… Tidaklah betul orang-orang komunis itu anti Tuhan Allah. Saudara-saudara komunisten itu masih tetap kuat Islamnya dan menjalankan suruhan Allah, apa yang dikatakan orang-orang dari penghulu besar itu bahwa komunis itu tidak beragama adalah betul karena komunis itu adalah

Page 138: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

116 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

benda, sedangkan saudara-saudaraku yang komunisten itu masih kuat Islamnya.” (Dunia Akhirat, 26 Desember 1923, h.1)

Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Belanda semakin menurun, sedang dukungan kepada kelompok komunis yang waktu itu dipandang sebagai motor utama penentang, semakin meningkat. Propaganda komunis sangat mengena di hati rakyat, karena membukakan mata rakyat betapa tertindasnya rakyat dan betapa pentingnya kemerdekaan untuk hidup di dunia. Komunis memberikan harapan-harapan untuk keluar dari situasi sosial ekonomi yang menekan.

Komunis, bagi masyarakat waktu itu, merupakan juru penyelamat, dan tidak bertentangan dengan agama, sebab komunis pimpinan Haji Datuk Batuah selalu menekankan suatu persamaan pandangan antara ajaran Islam dan komunis terhadap persoalan-persoalan yang diketengahkan dalam topik-topik tulisannya. Seperti pandangan komunis terhadap perlunya persamaan hak, yang dalam ajaran Islam juga dibenarkan. Atau pandangan Islam mengenai perlunya membayar upah buruh sesuai dengan haknya dan sebelum keringatnya habis. Mengenai hak buruh ini juga merupakan bagian dari ajaran komunis. Hal itu diyakinkan pada masyarakat Minangkabau bahwa ilmu komunis merupakan ajaran yang sesuai dengan Islam.

Haji Datuk Batuah adalah seorang tokoh Islam dan juga seorang tokoh komunis. Pertama kali ia dikenal sebagai tokoh yang berperan di dalam mengembangkan ajaran Islam dengan menjadi guru di Sumatera Thawalib dan sering mengadakan pengajian-pengajian. Kemudian tahun 1923 ia menjadi komunis dan berperan sebagai pemimpin komunis seksi Padangpanjang

Komunis Haji Datuk Batuah tidak lepas dari ajaran-ajaran Islam. Bagi orang-orang komunis itu bertentangan dengan Islam, tetapi baginya tidak. Islam adalah sarana untuk menuju ke alamat akhirat, untuk itu manusia perlu melakukan usaha-usaha ke akhirat tersebut supaya mendapatkan kedamaian. Maka selain beribadat, manusia jangan melupakan amal-amal lain seperti norma-norma kehidupan (tata cara kehidupan di dunia). Komunis hadir untuk menata kehidupan di dunia itu, dan menurut Haji Datuk Batuah sesuai dengan ajaran Islam.

Sebagai seorang tokoh Islam, Haji Datuk Batuah tidak rela nilai-nilai Islam dirusak oleh siapa pun, termasuk Belanda yang menjajah waktu itu. Belanda, menurut Haji Datuk Batuah, sudah merusak nilai-nilai Islam, inilah apa yang ia katakan dalam tulisannya: “…Hadist

Page 139: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 117

menyebutkan, barangsiapa yang menyerikati orang-orang yang berbuat jahat adalah ia juga jahat, dan orang jahat terus adalah orang yang kafir.…” (Djago-djago, Selasa, November 1923, h.1).

Belanda telah menjajah bangsa Indonesia, sehingga masyarakat tidak lagi berbuat sebagaimana yang dikehendaki Alquran, karena tuntutan ekonomi masyarakat seakan menyembah kepada Belanda, bahkan menjadi kaki tangan Belanda untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk hidup sehari-hari. Padahal sumber dari semua yang dibutuhkan oleh masyarakat itu adalah Allah, bukan Belanda yang kafir. Selanjutnya Haji Datuk Batuah mengatakan: “Tiadalah dinamakan baik yaitu orang-orang yang meninggalkan akhirat karena dunia… angku-angku pembaca itulah sebabnya kapitalis itu merusak anak nagari dan harus dikubur.” (Djago-djago, 18 Oktober 1923, h.1)

Sedangkan sebagai tokoh komunis, Haji Datuk Batuah adalah pemimpin dan propagandis handal dengan karisma yang dimilikinya. Ia menempatkan Islam itu tidak bertentangan dengan komunis dan mempunyai banyak persamaan seperti ungkapannya ini: “… Islam agama yang berhaluan sama rata sama rasa memelihara kesopanan kemanusiaan. Tidak ada perbedaan antara yang lemah dengan yang kuat, antara miskin dan kaya. Tidak ada kelebihan antara bangsa Arab dan bangsa lainnya, dan tidak pula antara bangsa yang berkulit merah dan berkulit hitam, melainkan dengan takwa. (Pemandangan Islam, November 1923)

Pada dasarnya itu pulalah komunis, karena komunisme adalah sebuah paham ini mengambil dasar sama rata sama rasa dengan menghilangkan milik atau hak perseorangan, menggantikannya dengan hak kepemilikan bersama.

Dalam jangka waktu yang relatif singkat gerakan itu mulai berkembang bukan saja di lingkungan sekolah Thawalib, melainkan menyebar luas ke luar, seperti di nagari-nagari di sekitar Padangpanjang. Sejak Haji Datuk Batuah mengajar di Nagari Koto Laweh, orang pertama yang dapat ditariknya menjadi komunis ialah kepala nagari Koto Laweh itu sendiri, lalu kemudian meluas kepada murid-murid dan masyarakat setempat.

Tidak beberapa lama sesudah itu mereka mencoba mengorganisasi kekuatan untuk menggerakkan pemberontakan terhadap pejabat-pejabat pemerintah kolonial setempat, terutama pejabat kulit putih. Asisten residen Padangpanjang adalah korban pertama yang seterusnya diikuti dengan aksi-aksi serupa. Aksi-aksi yang dilancarkan Haji Datuk Batuah ialah berupa demonstrasi-demontrasi dengan kecaman-

Page 140: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

118 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

kecaman pedas telah membuat pemerintah kolonial Belanda khawatir, perkembangannya nanti cukup mengakibatkan kedudukan Belanda di Minangkabau terancam, dan yang paling menakutkan terdengarnya isu-isu bahwa penduduk Koto Laweh hendak merencanakan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda melancarkan aksi penangkapan serta penggeledahan terhadap kantor IDC. Tanggal 11 November 1924, Haji Datuk Batuah dan Natar Zainuddin ditangkap dan ditahan. Pada saat hampir bersamaan ditangkap juga beberapa orang pemimpin-pemimpin gerakan, seperti Magas (Ketua PKI dan SR Padang), A. Wahab (Sekretaris PKI Cab. Padang), Kaharuddin (Komisaris PKI Afdeling Padang), M.K.A. Gafoer (Sekretaris SR), Datuk Indo Kayo dan Datuk Machudum Sati (PKI Koto Laweh), Doeran, Ibrahim, Rajo Nan Kayo dan Bagindo Tansinar juga dari Koto Laweh, Djalaludin (Sekretaris SI Karcis Merah di Padang), dan lain-lainnya (Dunia Akhirat, 5 Desember 1925).

Demikianlah akibat dari kegiatan dan perjuangan Haji Datuk Batuah mengusik ketenangan kolonial Belanda di nagarinya (Minangkabau). Sehingga orang-orang yang dianggap berbahaya yang ada hubungannya dengan Haji Datuk Batuah ditangkap pemerintah.

Perjuangan Haji Datuk Batuah ini bertujuan untuk memerdekakan bangsa dari penjajahan Belanda, ia merasa rakyat selalu tertindas dan terkekang. Maka Haji Datuk Batuah ingin rakyat sadar akan hal itu dan bangkit untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan agar bisa memperoleh kemerdekaan. Seperti pepatah adat yang dituliskannya: “… Nenek moyang kita menghendaki untuk duduk sama rendah, tegak sama tinggi segala manusia di dunia pasti hidup merdeka, alam pun menyatakan hal itu.” (Djago-djago, No.2, 20 Oktober 1923)

Untuk merdeka kita harus berusaha, dan ia meyakinkan komunismelah sarana untuk itu, sebab komunisme membela rakyat agar tidak tertindas dan terhisap oleh penguasa.

Jika dianalisa jauh, kegiatan atau kiprah Haji Datuk Batuah berperan besar dalam persiapan pemberontakan di Minangkabau yang terjadi tahun 1927. Walaupun tahun tersebut ia sudah diasingkan ke Digul, tapi pengaruhnya telah menumbuhkan banyak bibit-bibit baru yang akan mengembangkan paham komunis di Minangkabau. Hal itu bisa dilihat dominannya komunis-komunis handal yang berasal dari Padangpanjang, khususnya dari Koto Laweh. Dalam waktu yang relatif singkat Partai Komunis Indonesia di Minangkabau merasa siap untuk melancarkan pemberontakan terhadap kolonial Belanda.

Page 141: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 119

Dalam pemberontak tahun 1926/1927, daerah-daerah yang bikin repot Belanda adalah Minangkabau dan Keresidenan Banten. Di Minangkabau pemberontak-pemberontak bertempur di Padangpanjang, Silungkang, Sicincin, dan Sawahlunto. Pada pihak Belanda yang tewas antara lain Letnan Simons dan beberapa pegawai pemerintah bumiputera. Akhirnya pemberontakan di Minangkabau itu ditumpas oleh Mayor Rhemrev. Namun pemberontakan itu memberikan pukulan tersendiri bagi pemerintah kolonial Belanda. Terlebih penting lagi ialah keterkejutan mendalam yang muncul di kalangan masyarakat kulit putih di tanah jajahan, di kalangan penguasa kolonial dan tidak kalah pentingnya di Negeri Belanda. Peristiwa itu mempunyai arti penting yang sangat menentukan bagi arah politik kolonial di masa depan.

Di pembuangan Boven Digul 1925—1945, suatu daerah kawasan rimba terpencil di Pulau Papua sekarang ini. Daerah yang direalisasikan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi sebuah kamp tahanan politik bagi mereka yang mengancam keamanan dan ketertiban (rush en orde) di wilayah Hindia-Belanda. Boven Digul, menjadi kamp konsentrasi bagi musuh-musuh negara. Hanya berbeda dengan kamp konsentrasi yang dibangun oleh Nazi, di kamp ini tidak ada siksaan fisik. Tapi yang ada siksaan yang diberikan oleh alam. Sebagai daerah pengasingan, Digul memaksa para interniren (tahanan yang diasingkan hidup normal di bawah kondisi yang tidak normal) hidup penuh dengan nyamuk malaria, terpencil, rawa yang penuh dengan buaya, benar-benar daerah hunian yang tidak layak huni, rasa sepi mencekam membuat rindu kampung halaman.

Tak jarang tahanan menjadi gila, mati, mencoba lari dan lenyap tak tahu rimbanya, mungkin dimakan binatang buas, atau kena perangkap penduduk asli. Kontak dengan penduduk asli itu berjalan dengan menggunakan bahasa isyarat.

Para interniren memang boleh bergerak dengan leluasa ke segala jurusan semuanya, mereka tidak disekap di balik kawat berduri. Tapi orang-orang interniren yang tidak bersenjata, yang berjalan-jalan dalam hutan belantara, menghadapi berbagai macam bahaya, ada bahaya tersesat dalam hutan, dengan akibat mati kelaparan, lalu ada bahaya diserang oleh berbagai binatang buas dalam hutan. Terutama pada masa permulaan berdirinya Pos Tanah Merah interniren dipergoki oleh suku Papua yang beroperasi di sekitar pos, dan setiap saat siap untuk menyerang.

Page 142: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

120 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

I.F.M. Chalid Salim sebagai pelaku sejarah dalam bukunya Lima Belas Tahun Digul. Kamp Konsentrasi di Nieuwguinea mengatakan sebagai berikut :

Banyak tokoh-tokoh pergerakan Indonesia yang merasakan dahsyatnya daerah Digul dengan iklim, hutan, penyakit malaria, dan rasa sepi yang mencekam. Sebut saja misalnya Chalid Salim, Najoan, Mas Marcokartodikromo, Karim M.S, Djamaludin, Aliarcham, Sarjono, bahkan Hatta dan Syahrir juga makin menambah jumlah daftar penduduk yang pernah tinggal di sana di samping tokoh-tokoh lainnya seperti Haji Datuk Batuah, Natar Zainuddin, Sutan Perpatih, Said Ali, Usman Sutan Keadilan, dan lain-lain dari Minangkabau, bahkan Soekarno pun dengan penuh imajinasi merasa dibayangi ketakutan ketika akan dibuang ke Digul.

Jadi, jelas bahwa di Digul telah diinternir baik komunis maupun nasionalis, yang menurut Chalid Salim dengan perbandingan kira-kira komunis 60% dan non komunis 40%. Sebagian terbanyak ditempatkan di Tanah Merah, sedangkan pada permulaan ada 125 orang yang semua dari golongan komunis beserta keluarga yang diasingkan ke Tanah Tinggi sebagai kelompok “nekat” yang tak kenal kompromi.

Haji Datuk Batuah adalah interniren yang tidak kenal kompromi dengan penguasa sehingga dari diasingkan, diasingkan lagi ke tempat yang lebih berbahaya. Tempat itu menurut teori, jika kita masuk hutan ke arah utara, kita akan melalui kamp Tanah Tinggi yang dihuni oleh orang-orang buangan yang tidak mau berdamai dengan penguasa. Ke arah itu kita tidak akan menemui kesenangan, melainkan kesengsaraan belaka. Perlawanan yang dilancarkan Haji Datuk Batuah adalah perlawanan secara politik dengan cara mengumpulkan dan menggarap teman-temannya untuk selalu ingin merdeka dan tidak mau tunduk kepada penguasa.

Namun ada yang mengherankan bagi orang Belanda, yaitu ada beberapa komunis di perkampungan itu dengan patuh melakukan ibadah. Belanda selalu tercengang melihat ada anggota bekas PKI yang pergi ke masjid. Hal demikian terutama dilakukan oleh orang-orang suku Banten atau suku Minangkabau yang paling setia pada agamanya. Mereka itu yang sesungguhnya paham juga tentang ajaran-ajaran Karl Marx, Friedrich Engels, dan Lenin, tidak bersedia menerima dalil bahwa “agama” merupakan candu bagi rakyat.

Di sini Chalid Salim mengakui bahwa dalam kalangan PKI, sedikitnya pada waktu itu, orang sangat toleran dengan paham-paham keagamaan para anggota. Sesungguhnya ini merupakan watak bangsa

Page 143: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 121

kita: kita bangsa Indonesia memang pada asalnya berhati lapang terhadap soal agama. Bahwa di sana-sini juga terdapat kelompok muslim fanatik yang lain pendiriannya dalam hal ini, bukanlah merupakan sikap umum bangsa Indonesia.

Kemudian Chalid Salim mengadakan dialog dengan kaum komunis beragama itu: “Saya saksikan bahwa mereka berpendapat lumrah saja bergabungnya komunis dengan agama. Bukankah Nabi Muhammad pun mengajarkan paham “persamaan dan persaudaraan untuk seluruh umat” dan menganjurkan “sedekah kepada fakir miskin”. Mereka pun menunjuk kepada keadaan yang serupa di negeri-negeri lain misalnya di Italia, di mana kaum komunis tetap setia kepada gereja Roma.”

Akhir tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, Haji Datuk Batuah bebas dari kamp konsentrasi Digul dan untuk sementara ia menetap di Solo sebagai anggota CC PKI. Kemudian diketahui dari dokumen yang ada, bahwa ia sesudah itu diangkat sebagai anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) pada tanggal 14 Februari 1947, diangkat oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno.

Selanjutnya tahun 1948 Haji Datuk Batuah kembali ke Sumatera Barat (Padangpanjang) berkumpul bersama sanak saudara. Namun hanya lebih kurang 1 tahun ia di kampung halaman, tepatnya 1949, ia dipanggil kepangkuan Ilahi untuk menempuh kehidupan yang abadi di akhirat sana dalam usia 55 tahun. Warga Koto Laweh digemparkan dengan meninggalnya warga mereka yang telah mengukir secuil sejarah Minangkabau untuk dikenang sepanjang masa.

Haji Datuk Batuah menghembuskan napas terakhirnya pada bulan suci Ramadhan sesudah makan sahur dan salat Subuh. Banyak sekali orang datang melayat, baik masyarakat Koto Laweh maupun dari luar.

Demikianlah perjalanan panjang yang dialami oleh Haji Datuk Batuah, suatu perjalanan sejarah bagaimana pahit dan getir di zaman kolonial Belanda. Ia hanya mengabdi untuk pewaris dan pelanjut perjuangan di dunia dan di akhirat.

3. Pakih Salih

PAKIH Salih dilahirkan bulan Mei 1898 dari pasangan suami-istri, Makurai dengan Siti Amin di Nagari Rao-Rao, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Page 144: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

122 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Di berbagai kota di Minangkabau telah berhembus angin gerakan nasionalis yang menuntut Indonesia merdeka. Gerakan nasionalis yang pertama berdiri di Minangkabau ialah Sarekat Islam (SI) yang dibawa oleh Abdul Muis. Pada tahun 1923 Sarekat Islam ini pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam dan Sarekat Rakyat yang dipengaruhi oleh ajaran komunis. Sarekat Rakyat kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ajaran yang dibawa oleh PKI ini masuk pula ke Perguruan Islam Thawalib. Salah seorang guru dari Perguruan Thawalib ini yang dipengaruhi oleh paham komunis bernama Haji Datuk Batuah. Paham yang dipropagandakan oleh Haji Datuk Batuah ini adalah “Islam komunis”, artinya Islam dan komunis tidak bertentangan, sebab sama-sama menentang penindasan.

Paham yang sangat revolusioner ini sangat menarik jiwa muda pelajar-pelajar Sumatera Thawalib, di antaranya ialah Pakih Salih. Setelah menamatkan pelajarannya dan pulang ke Rao-Rao, ia membawa ajaran komunis. Di samping mengajarkan agama, ia juga menebarkan paham komunis di kalangan kaum muda di Rao-Rao. Di antara mereka yang berhasil dipengaruhinya ialah Rais Sutan Mangkuto, Abdul Murad Muluk, Pakih Mahidin, Abdul Muluk Sutan Saripado, dan lain-lain.

Pada tahun 1927 terjadi pemberontakan komunis di Minangkabau. Dalam usaha menumpas pemberontakan komunis ini penguasa kolonial Belanda mengadakan pembersihan besar-besaran di seluruh daerah Minangkabau termasuk di Kenagarian Rao-Rao. Pemuda-pemuda Rao-Rao yang beraliran revolusioner ditangkap oleh tentara Belanda, mereka itu ialah Pakih Salih, Abdul Murad Muluk, Rais Sutan Mangkuto, dan Abdul Muluk Sutan Saripado.

Sebelum mereka diasingkan ke tempat pembuangan, terlebih dahulu mereka dipenjarakan di Batusangkar. Dalam masa tahanan kolonial Belanda itu Abdul Murad Muluk meninggal karena disiksa di penjara Batusangkar, sedangkan Pakih Salih dan Rais Sutan Mangkuto dibuang ke Digul. Pakih Salih

Page 145: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tiga Putra Minangkabau | 123

Pengorbanan mereka diberi penghargaan oleh pemerintah RI sebagai perintis kemerdekaan. Abdul Muluk Sutan Saripado dibuang ke Ambarawa.

Sebelum kemerdekaan, partai politik sudah berdiri di Rao-Rao, seperti PKI, Permi, dan organisai kemasyarakatan Muhammadiyah. Partai-partai ini di zaman Jepang dilarang oleh pemerintah Jepang. Keadaan ini berlangsung sampai permulaan Indonesia merdeka. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia keluarlah Maklumat Nomor X tahun 1945 dari Wakil Presiden Muhammad Hatta yang mengizinkan dan mendorong berdirinya kembali partai-partai politik.

Maklumat wakil presiden ini disambut rakyat Indonesia termasuk rakyat Rao-Rao, karena mereka menyadari partai politik sebagai alat perjuangan dan penyalur aspirasi rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Partai politik pertama dibangun di Kenagarian Rao-Rao dalam suasana kemerdekaan adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Pembentukan partai ini dilakukan di sebuah warung kopi pada bulan Februari 1946. Tujuan pembentukan PKI ini ialah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja direbut dari tangan penjajahan Jepang. Jadi perjuangan partai ini bukanlah menentang pemerintahan yang sah.

Para pendiri yang kemudian merangkap sebagai pimpinannya adalah sebagai berikut:

1. M. Datuk Bagindo Said 2. Rasyidin Engku Bayang 3. S.M. Rassya Shinsei 4. H. Abdul Latif 5. Abdul Muluk Sutan Saripado

Pada waktu partai ini berdiri, jumlah anggota yang terdaftar 23

orang, kemudian berkembang sebanyak 70 orang. Dengan diizinkannya partai-partai mempunyai barisan pemuda

sendiri, PKI mendirikan Barisan Merah Indonesia di bawah pimpinan Abdulrachman Baling-baling dan anggotanya Mukhtar Isa, Ilyas Koto Kaciek, dan Ahmad Tarutu yang bermarkas di Gudang.4

Pakih Salih adalah perintis pendiri sekolah agama pertama di Rao-Rao. Paham yang sangat revolusioner dimiliki oleh Pakih Salih dari

4 Sejarah Perkembangan Nagari Rao-Rao, h.106.

Page 146: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

124 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

belajar di Sumatera Thawalib. Kembali ke Rao-Rao ia juga membuka sebuah sekolah agama pertama, pada tahun 1924 setelah Pakih Salih menamatkan pelajarannya di Padangpanjang. Di kampung dilihatnya belum ada sekolah agama, yang ada baru sekolah desa, di Gudang. Melihat banyak putra-putri yang belum bersekolah agama, timbullah niat baiknya untuk mendirikan sekolah agama sambil mengamalkan ilmu pengetahuan agama yang baru ia tuntut di Padangpanjang.

Pada tahun 1924 itu juga ia bersama seorang ulama yang lain bernama Haji Jafar Abdullah membuka sebuah sekolah agama yang pertama sekali di Rao-Rao yang bernama Al Adlu Wal Ihsan, yang letaknya dekat pasar Rao-Rao.

Ketika Pakih Salih ikut diinternir ke Boven Digul akibat pemberontakan Partai Komunis kepada pemerintah Belanda, pimpinan sekolah dilanjutkan oleh rekan-rekannya yang lain seperti Haji Imam Jakfar (Imam Mandahiling), Haji Desa, dan lain-lain. Kemudian sekolah agama ini dipindahkan ke sebuah mushala, yaitu Surau Batu Lawas (Lawe) yang tidak jauh letaknya dari tempat semula.5

Pakih Salih berdomisili terakhir di Batusangkar, kemudian meninggal dunia bulan Mei 1987 dan dimakamkan di samping Masjid Taqwa Parak Juar, Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat.

5 Sejarah Perkembangan Nagari Rao-Rao, h.170—171.

Page 147: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Pahlawan Dirgantara Itu Telah Tiada | 125

Lampiran 2

Pahlawan Dirgantara Itu Telah Tiada

6

LIMA hari menjelang Hari Bakti TNI AU yang jatuh setiap tanggal 29 Juli, Laksamana Madya Omar Dani meninggalkan kita, Jumat (24/7) pukul 13.50 di RSAU Lanud Halim PK.

Kepergian Omar Dani tidak mendadak. Ia beberapa kali keluar-masuk rumah sakit.

Dari 85 tahun usianya, 29 tahun di antaranya hidup di dalam tahanan Pemerintah Indonesia hasil putusan Mahkamah Militer Luar Biasa yang dibacakan tepat pada Hari Natal 1966 pukul 00.00.

Sidang maraton yang ”wajar” selama 30 hari menjatuhkan putusan hukuman mati untuk mantan Panglima Angkatan Udara, dan hanya diberi waktu 90 menit untuk membuat pembelaan.

Waktu sesingkat itu digunakan tertuduh yang secara keseluruhan tidak jauh berbeda dari duplik terdahulu. Kalau toh ada hanya mengingatkan majelis hakim bahwa saat ini tertuduh sudah bukan saja menjadi ”rakyat biasa”, tetapi ”rakyat luar biasa” karena telah dipecat sebagai Menteri/Panglima AU sejak 1 September 1966, pemecatan ter-jadi sebelum pengadilan. Seiring dengan putusan hukuman mati, segala tanda jasa, termasuk Bintang Sakti yang diperoleh Omar Dani, dicabut.

Meski dijatuhi hukuman mati, eksekusi tak pernah dijalankan. Sejak 1980, putusan hukuman mati berubah menjadi hukuman seumur hidup, dan sejak 16 Agustus 1995, Omar Dani dibebaskan dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo. Sebelumnya, Omar Dani sempat ditahan di Wisma AURI, Cibogo, LP Cipinang, dan Inrehab Nirbaya.

”Bapak tidak ingin menuntut Pak Harto...?” kata penulis di Lanud Iswahyudi pada awal 2001, saat Omar Dani bersama mantan Kasau

6 F. Djoko Poerwoko, Marsekal Muda TNI (Purn); Anggota Perhimpunan Purna-wirawan AU. Kompas, Sabtu, 25 Juli 2009.

Page 148: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

126 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

lainnya melakukan kunjungan nostalgia ke Yogyakarta, Malang, dan Madiun.

Dengan lirih, Omar Dani menjawab ”tidak”, dan menambahkan ”...Uripku saiki luwih kepénak timbang dhèwèké.... (Saat ini hidupku lebih enak daripada dia (Pak Harto)”. Itulah Omar Dani yang dalam berbagai kesempatan diskusi tetap menghormati Pak Harto sebagai pimpinan nasional. Perjalanan singkat Dilantik sebagai Menteri/Panglima AU saat berusia 38 tahun atau sembilan tahun sejak menjadi perwira, berkarya di Angkatan Udara 12 tahun dan ditahan 29 tahun. Praktis hidup di tahanan lebih lama daripada masa pengabdian untuk negara. Namun, itulah jalan hidup cicit Sunan Pakubuwono IX, Raja Surakarta Hadiningrat yang sejak Sekolah Rakyat di Solo ingin menjadi garuda yang terbang di angkasa daripada menjadi bebek yang hidup di sawah.

Keinginan itu tertulis dalam buku Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran, dan Tanganku edisi revisi (2005). Cetakan pertama dan kedua (2001) dengan judul sama hilang di pasaran begitu dirilis. Sementara cetakan ketiga dikirim by name.

Perwira tinggi kelahiran Solo 23 Januari 1924 ini tabu disebut namanya semasa orde baru berkuasa. Meski sudah dibebaskan sejak 16 Agustus 1995, gambarnya baru menghiasi kantor jajaran TNI AU pada pertengahan 2000. Selama itu, foto resmi Laksamana Madya Omar Dani tidak ada dalam deretan pejabat AU. Seolah negara, rakyat, bangsa Indonesia, dan TNI AU sendiri harus melupakan jasa seorang panglima yang pernah memimpin Angkatan Udara terkuat di belahan bumi selatan periode 1960-an.

”...Operasi Dwikora tahun 1964, saat itu dipimpin Laksamana Madya Omar Dani,” penggal pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di luar teks saat meresmikan Monumen Trikora dan Dwikora di halaman Mabes TNI, Cilangkap (26/2). Sayang, saat itu Omar Dani tidak hadir karena sakit meski panitia mengundangnya.

Hari ini, Sabtu (25/7), jasadnya akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, satu liang lahat dengan istri yang meninggal 10 tahun lalu.

Mantan anak buah dan bangsa akan menyaksikan Pahlawan Dir-gantara dimakamkan sebagai rakyat biasa tanpa balutan Merah Putih. Selamat jalan Pak Omar Dani, orang yang tak mempunyai rasa benci terhadap sesama.

Page 149: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 127

Lampiran 3

Tapol Sumatera Barat

DATA tahun 1999/2000, di Sumatera Barat tercatat sebanyak 25.000 orang lebih tahanan G30S tersebar di seluruh daerah tingkat II. Hal itu dibenarkan Kadit Sospol Tk.I Sumatera Barat (Padang Ekspres, 26-04-2001)

25.653 Eks. Tahanan G30S

No Daerah Jumlah 1 Kabupaten Padang Pariaman 5.967 orang 2 Kabupaten Tanah Datar 4.308 orang 3 Kabupaten Pasaman 3.057 orang 4 Kabupaten 50 Kota 3.019 orang 5 Kabupaten Agam 2.322 orang 6 Kabupaten Pesisir Selatan 1.889 orang 7 Kabupaten Solok 1.239 orang 8 Kabupaten Sawahlunto Sijunjung 1.131 orang 9 Kota Sawahlunto 727 orang

10 Kota Payakumbuh 536 orang 11 Kota Padangpanjang 189 orang 12 Kota Solok 111 orang 13 Kota Bukittinggi 90 orang

Nama tapol orde baru 1965—1966 Sumatera Barat yang berhasil didata

baru mencapai 2.374 orang, terdiri dari 187 orang mati dibunuh, 18 orang divonis, dan 2.169 orang ditahan. Bila dibandingkan dengan data yang dibenarkan Kadit Sospol Tk.I 1999/2000 masih jauh, baik jumlah maupun

Page 150: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

128 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

nama-nama tahanan korban orde baru di Sumatera Barat. Data Kadit Sospol Tk. I Sumatera Barat dimaksud di atas kemungkinan sekali mencakup tapol golongan C Sumatera Barat yang tidak ditahan.

Pendataan Tapol Orde Baru 1965—1966 Sumatera Barat

Ditahan-Hilang-Dibunuh-Divonis

No Kabupaten /Kota Ditahan Dibunuh Divonis Jumlah

1 Padang Rumah Tahanan Militer 136 - - 136 Rumah Penjara Muara 131 - - 131

2 Kabupaten Tanah Datar 28 38 - 66 3 Kabupaten 50 Kota 270 35 18 323 4 Sijunjung 229 7 - 236 5 Kabupaten Pesisir Selatan 168 23 - 191 6 Kabupaten Solok 184 - - 184 7 Kabupaten Padang Pariaman 90 52 - 142 8 Kota Padangpanjang 139 - - 139 9 Agam Bukittinggi 281 - - 281

10 Kabupaten Sawahlunto 68 3 - 71 11 Kabupaten Pasaman 445 29 - 474 JUMLAH 2169 187 18 2374

Page 151: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 129

Kabupaten Padang Pariaman

No. Nama Jenis Kelamin Keterangan

1 Ramia Perempuan Dibunuh 2 Janimar Perempuan Dibunuh 3 Ranelis Perempuan Dibunuh 4 Katik Sakar Laki-laki Dibunuh 5 Lukman B. Laki-laki Dibunuh 6 Bahar Laki-laki Dibunuh 7 Kasimar Laki-laki Dibunuh 8 Lapang Laki-laki Dibunuh 9 Sakar Laki-laki Dibunuh

10 Zainal Abidin Laki-laki Dibunuh 11 Riduan Laki-laki Dibunuh 12 Buyung Gulo Laki-laki Dibunuh 13 Agus Laki-laki Dibunuh 14 Ramali Laki-laki Dibunuh 15 Kozen Laki-laki Dibunuh 16 Abdullah Laki-laki Dibunuh 17 Gindo Laban Laki-laki Dibunuh 18 Nazar Laki-laki Dibunuh 19 Nyanyang Laki-laki Dibunuh 20 Rajab Laki-laki Dibunuh 21 Amat Js. Laki-laki Dibunuh 22 Zainul Arifin Laki-laki Dibunuh 23 Bahar Malin Laki-laki Dibunuh 24 Anwar Hamid Laki-laki Dibunuh 25 Tiana Perempuan Dibunuh 26 Wali Judin Laki-laki Dibunuh 27 Buyung Totak Laki-laki Dibunuh 28 Buyung Juo Laki-laki Dibunuh 29 Ali Umar Laki-laki Dibunuh 30 Katik Angia Laki-laki Dibunuh 31 Amir Laki-laki Dibunuh 32 Ismael Laki-laki Dibunuh 33 Ali Umar Laki-laki Dibunuh 34 Medan Ali Laki-laki Dibunuh 35 Abu Rahim Rasyid Laki-laki Dibunuh 36 Naro Enek Laki-laki Dibunuh 37 Munap Laki-laki Dibunuh 38 Marak Laki-laki Dibunuh 39 Dulah Laki-laki Dibunuh 40 Tiar Laki-laki Dibunuh 41 Zainudin TT Laki-laki Dibunuh 42 Buyung Side Laki-laki Dibunuh 43 Labai Karama Laki-laki Dibunuh 44 Buyung Adik Laki-laki Dibunuh

Page 152: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

130 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

45 Alimar Laki-laki Dibunuh 46 Sidi Enek Dt. Alat Laki-laki Dibunuh 47 Bachtiar Laki-laki Dibunuh 48 Ajis Datuk Laki-laki Dibunuh 49 Sarbani Perempuan Dibunuh 50 Bawang Laki-laki Dibunuh 51 Guru Hasan Basri Laki-laki Dibunuh 52 Guru Rahab Laki-laki Dibunuh 53 Muchlis Rahim PNS Ditahan 54 Rabiah Jania PNS Ditahan 55 Nasrul Harun Alrasyid Swasta Ditahan 56 M. Nasir St. Rj. Suleman Swasta Ditahan 57 Syamsimar Swasta Ditahan 58 Adinar Swasta Ditahan 59 Chaidir Jamal Swasta Ditahan 60 Nawi Swasta Ditahan 61 Abu Bahar Swasta Ditahan 62 Baharudin Swasta Ditahan 63 Yusuf Ibrahim Swasta Ditahan 64 Jainin Swasta Ditahan 65 Yosma Suleman Swasta Ditahan 66 Nurhamani Swasta Ditahan 67 Ajis Sutan Mangkuto Swasta Ditahan 68 Zainudin Labai Swasta Ditahan 69 Rasyid Swasta Ditahan 70 Syarif Iskandar Swasta Ditahan 71 Buyuang Ketek Swasta Ditahan 72 Bustami Lempa Swasta Ditahan 73 Sukur Swasta Ditahan 74 Mansur D. Swasta Ditahan 75 Mansur Swasta Ditahan 76 Amir Epa Swasta Ditahan 77 Binuk Swasta Ditahan 78 Islamil Swasta Ditahan 79 Bahrizal Lansek Swasta Ditahan 80 Tarone Swasta Ditahan 81 Nudin Tani Ditahan 82 Jahari Tani Ditahan 83 Muslim AR. Swasta Ditahan 84 Mansur TNI Ditahan 85 Marak Panjang Umum Ditahan 86 Mansur Umum Ditahan 87 Adam Dt. Putiah PNS Ditahan 88 Hasan Basri Buang Umum Ditahan 89 Zulkifli Guru Ditahan 90 Animar Umum Ditahan 91 Zainar Umum Ditahan 92 Kambang Umum Ditahan 93 Rebut Tani Ditahan

Page 153: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 131

94 Ali Umar Tani Ditahan 95 Toya Tani Ditahan 96 Rasyidin Tani Ditahan 97 Ali Uman Tani Ditahan 98 Zainudin Datuk Tani Ditahan 99 Sulin Tani Ditahan

100 Enek Suma Tani Ditahan 101 Lengkong Tani Ditahan 102 Darwis Tani Ditahan 103 Musa Labai Marajo Tani Ditahan 104 Mek Rama Tani Ditahan 105 Cengeh Tani Ditahan 106 Bunyuang Amin Tani Ditahan 107 Ma’i Tani Ditahan 108 Buyuang Ketek Tani Ditahan 109 Taluk Tani Ditahan 110 Donek Tani Ditahan 111 Taluk Dt. Maninjun Tani Ditahan 112 Mek Rani Tani Ditahan 113 Janiar Rumah Tangga Ditahan 114 Bagindo Awaludin Tani Ditahan 115 Patiang Tani Ditahan 116 Ali Munar Tani Ditahan 117 Tuka Tani Ditahan 118 Darwis Tani Ditahan 119 Amir Husin Tani Ditahan 120 Buyuang Mahyudin Tani Ditahan 121 Burhan Daguk Tani Ditahan 122 Jono Lambau Tani Ditahan 123 Buyuang Nawa Tani Ditahan 124 Garok Tani Ditahan 125 Darwis Tani Ditahan 126 Amir Husin Tani Ditahan 127 Panis Tani Ditahan 128 Tunus Tani Ditahan 129 Kalebut Tani Ditahan 130 Buyuang Mahyudin Tani Ditahan 131 Dt. Ajis Tani Ditahan 132 Pamak Sidi Tani Ditahan 133 Ali Munar II Tani Ditahan 134 Abas Tani Ditahan 135 Ali Nazar Tani Ditahan 136 Buyuang Alam Tani Ditahan 137 Darwis Tani Ditahan 138 Bachtiar Tani Ditahan 139 Malki Tani Ditahan 140 Bur Tani Ditahan 141 Rasyid Tukang Ditahan 142 Nazar Tani Ditahan

Page 154: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

132 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Rumah Penjara Tentara Simpang Haru, Padang

No. Nama Pangkat Kesatuan Kodam

1 Moejiman Kolonel Danrem 032/Wb Kodam III/17 Agt. 2 Soemedi Kolonel Danrem 031/Wb Kodam III/17 Agt. 3 Soekirno Letkol Danrindam Kodam III/17 Agt. 4 Darno Letkol Dandenpom Kodam III/17 Agt. 5 Bainal Letkol Dandenpom Kodam III/17 Agt. 6 Prayitno Mayor Dandim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 7 Ponidi Mayor Dandim Kodam III/17 Agt. 8 Tyakro Kapten Wadan Dodik X Kodam III/17 Agt. 9 Bujang Basoka Kapten Kasi I Rem 032 Kodam III/17 Agt.

10 Soeripto Kapten Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 11 Backhtiar Kapten Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 12 Ajis Kapten Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 13 Harun Soeharjo Kapten Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 14 Marso Mayor Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 15 Mulyono Mayor Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 16 Harno Letda Kasi I Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 17 Soemarsono Letda Pakumil Rindam Kodam III/17 Agt. 18 Hata Sujono Letda Papomdam Kodam III/17 Agt. 19 Soetrisno Letkol Papomdam Kodam III/17 Agt. 20 Muhammad Nur Mayor Satgas Kodam III/17 Agt. 21 Soemarno Peltu Karolit SI.I Rem 33 Solok Kodam III/17 Agt. 22 Amat K. Pelda SI. I Kodim 12 Padang Kodam III/17 Agt. 23 Adenan Pelda SI. I Kodim Kodam III/17 Agt. 24 Abdul Muis Pelda SI. I Kodim Kodam III/17 Agt. 25 Kotin Pelda SI. I Kodim Padang Kodam III/17 Agt. 26 Bambang Pelda SI. I Kodim Padang Kodam III/17 Agt. 27 Warsono Kopda Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 28 Roebiyo Sertu Bakumil Rem 033 Solok Kodam III/17 Agt. 29 Sarman Serma BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 30 Amir Siregar Koptu BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 31 Soekirno Koptu BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 32 Turimo Kopda BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 33 Soenaryo Koptu BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 34 Muchtar Sambiring Koptu BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 35 Kasiman Koptu BA. Yon 133 Yudha Sakti Kodam III/17 Agt. 36 Moejiman Koptu TA. Yon 133 Kodam III/17 Agt. 37 Nawawi Koptu TA. Yon 134 Kodam III/17 Agt. 38 Thomas Wakono Koptu TA. Yon 134 Kodam III/17 Agt. 39 Sowiharjo Koptu Arhanud Kodam III/17 Agt. 40 Tambeng Serma Raider Kodam III/17 Agt. 41 Soetikno Serma Raider Kodam III/17 Agt. 42 Soepardi Serma Raider Kodam III/17 Agt. 43 Yohanes Sajo Serma Raider Kodam III/17 Agt. 44 Slamet. A Serma Raider Kodam III/17 Agt. 45 Soetarto Serma Raider Kodam III/17 Agt.

Page 155: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 133

46 Jahari Serma Raider Kodam III/17 Agt. 47 Latif Serma Raider Kodam III/17 Agt. 48 Warto Serma Raider Kodam III/17 Agt. 49 Taryo Serma Arhanud Kodam III/17 Agt. 50 Jasman Sertu Arhanud Kodam III/17 Agt. 51 Masduki Serda Zidam Kodam III/17 Agt. 52 Soemedi Sertu Zidam Kodam III/17 Agt. 53 Soedaryo Serda Zidam Kodam III/17 Agt. 54 Parto Serda Raider Kodam III/17 Agt. 55 Gendon Sertu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 56 Widodo Sertu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 57 Lilla Koptu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 58 Saabirin Koptu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 59 Barani Koptu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 60 Abdul Gani Koptu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 61 Buyung Soum Serma Yonif 133 Kodam III/17 Agt. 62 Kusnin Peltu Yonif 133 Kodam III/17 Agt. 63 Soeparmin Peltu Raider Kodam III/17 Agt. 64 Abbas Peltu Raider Kodam III/17 Agt. 65 Backtiar Peltu Raider Kodam III/17 Agt. 66 Ajis Syaril Peltu BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 67 Soetino Peltu BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 68 BJ. Sanggala Koptu BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 69 Tambak Jamaludin Koptu BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 70 Damanik Sertu BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 71 Sirait Koptu BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 72 Aung Prada BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 73 Luttan Prada BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 74 Ali Munar Prada BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 75 Usman Prada BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 76 Mugiyo Serka BA.TI. Kodam Kodam III/17 Agt. 77 Soepardi Kancil Sertu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 78 Udin Koptu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 79 Muhidar Koptu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 80 Warno T. Serka Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 81 Manzer Koptu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 82 Adnan Sertu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 83 Nebaini Pratu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 84 Amainudin Peltu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 85 Azmi Mansyur Pelda Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 86 Soegiyono Koptu Raider Kodam III/17 Agt. 87 Sandimin Serma Raider Kodam III/17 Agt. 88 Paiman Sudarajid Peltu Raider Kodam III/17 Agt. 89 Katimin Peltu Raider Kodam III/17 Agt. 90 Parmin Peltu Raider Kodam III/17 Agt. 91 Sehatman Koptu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 92 Dakwan Serma Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 93 Azwar Roni Serma Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 94 Darmo Helem Serma Arhanud Kodam III/17 Agt.

Page 156: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

134 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

95 Mawardi Peltu Kodim 0307 T.D Kodam III/17 Agt. 96 Waluyo Peltu Yonif 133 Kodam III/17 Agt. 97 Giman Pelda Kodim 0307 Agam Kodam III/17 Agt. 98 Soekiman Serma Kodim 0307 Agam Kodam III/17 Agt. 99 Jasman Koptu Yonif 132 Kodam III/17 Agt.

100 Slamet A. Serma Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 101 Soeyatno Kapten Kodim 0303 Bangkinang Kodam III/17 Agt. 102 Paryitno Pelda Kodim 0303 Bangkinang Kodam III/17 Agt. 103 Soecipto Kapten Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 104 Prayitno Pelda Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 105 Katik Hasan Mayor Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 106 Soepardi Pelda Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 107 Muaktar Sembiring Koptu Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 108 Soenayo Koptu Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 109 Ali Munar Koptu Kodim 0309 Solok Kodam III/17 Agt. 110 Bung Karto Serma Arhanud Kodam III/17 Agt. 111 Sain Serda Arhanud Kodam III/17 Agt. 112 Bachtiar Serda Arhanud Kodam III/17 Agt. 113 Mawardi Serda Arhanud Kodam III/17 Agt. 114 Hasan Basri Koptu Arhanud Kodam III/17 Agt. 115 A. Lubis Koptu Arhanud Kodam III/17 Agt. 116 Mijo Cipto Koptu Arhanud Kodam III/17 Agt. 117 Soemedi Koptu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 118 Gesper Peltu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 119 Ngadiyo Koptu Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 120 Zainudin Koptu Skodam Kodam III/17 Agt. 121 Jiyo Serma Yonif 134 Kodam III/17 Agt. 122 Jaswadi Serma Yonif 134 Kodam III/17 Agt. 123 A. Karim Serma Yonif 132 Kodam III/17 Agt. 124 Soetarno Peltu Kodim Pasaman Kodam III/17 Agt. 125 Ja’par Kopda Raider Kodam III/17 Agt. 126 Amir Hata Letkol Kodim Rengat Kodam III/17 Agt. 127 Hamidan Koptu Yonif 131 Kodam III/17 Agt. 128 Asmaun Letkol Pol. Polda Sumbar Polda Sumbar 129 Swaris Kapten Pol. Polda Sumbar Polda Sumbar 130 Syamsu Anwar Polda Sumbar Polda Sumbar 131 Zainir Polda Sumbar Polda Sumbar 132 Agustiar Polda Sumbar Polda Sumbar 133 Soeprapto Letda Udara Lanud Tabing AU Sumbar 134 Boer Yusuf Sekda Gub. Sumbar Kant. Gub. Sumbar 135 Asgani Marah Sutan Kant. Gub. Sumbar Kant. Gub. Sumbar 136 Syamsu Dt. Sati Polda Polda Sumbar

Page 157: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 135

Rumah Penjara Muara Padang

No Nama Pekerjaan Alamat

1 Soetikno Guru STM Padang 2 Drs. Yahya Suleman Dosen IKIP Padang 3 Drs. Kismayoluli Transmigrasi Padang 4 Halim Guru SMP Padang 5 Barioen AS. Kantor Gub. Sumbar Padang 6 Syafei Nasir Statistik Padang 7 Anas Bisma B.A SBKP Dam III/17 Agst Padang 8 Bur Is Perkebunan Pariaman 9 Mucktar Lembang Cs. PKI padang Padang

10 Sko Kim San Buruh Padang 11 Tomas Paruhu BTI Padang 12 Kaidir Karim CGMI Padang 13 Kaidir Nur CGMI Padang 14 Anas Bujang CGMI Padang 15 Gadis Gerwani Pariaman 16 Yohana Gerwani Padang 17 Nani Gerwani Padangpanjang 18 Nun Gerwani Pariaman 19 Ely Syam Rasyidin Lekra Padang 20 Kartini Gerwani Batusangkar 21 Hasanudin Veteran Jatim 22 Backtiar Abdullah TNI Padang 23 Martias B.A CGMI Padang 24 Misran CDB PKI Padang 25 Hasan Indra CGMI Padang 26 Yurnalis Lekra Padangpanjang 27 Anwar Lapoh PKI LB. Padang 28 Kaidir Rj. Bujang BTI LB. Padang 29 Alidar BTI LB. Padang 30 BY. Anak Ayah BTI LB. Padang 31 Auwar Garok Nelayan Padang 32 Nasrul Buruh Padang 33 Dalimin Buruh Padang 34 Soegino Buruh Padang 35 Parmin Buruh Padang 36 Soekino Buruh Padang 37 Pk. Syukur BTI Padang 38 Marah BTI Padang 39 Kiri Zeboa BTI Pariaman 40 Sahar PKI Padang 41 Bahar SBPP Padang 42 Syamsuar SBPP Padang 43 Dt. Samik Buruh Padang

Page 158: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

136 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

44 Alibar BTI Padang 45 Syain Sobsi Padang 46 Hendrik Sobsi Padang 47 Amir SBKB Payakumbuh 48 Mucktar P. Rakyat Pariaman 49 Zulkarenaini Kehutanan Bukittinggi 50 Lembang SBKB Bukittinggi 51 St. Mudo SBKB Bukittinggi 52 A. Bakar Saleh SBKB Batusangkar 53 Nazarudin OPR Batusangkar 54 Ilyas Pandeka OPR Batusangkar 55 Ali Umar P. Rakyat Pariaman 56 Sumpu BTI Pesisir Selatan 57 Muas P. Rakyat Pesisir Selatan 58 Nurmatias CDB PKI Bukittinggi 59 Yazid P. Rakyat Pariaman 60 Pudin BTI Pariaman 61 Gelapung BTI Pariaman 62 Rauf BTI Batusangkar 63 Syafri Durin CGMI Pesisir Selatan 64 Mawardi St. M. Kt. Kantor Gubernur Bukittinggi 65 Dt. Bada OPR LA. Pariaman 66 M. Ali Hami CDB PKI Pekanbaru 67 Hamid Gazali CDB PKI Padang 68 M. Amirzen MPRS Pekanbaru 69 Saharudin P. Rakyat Payakumbuh 70 Buyung Ketek P. Rakyat Pariaman 71 Abd. Rahman CGMI Medan 72 Hamdan Buruh Medan 73 Buya Rahim CDB PKI Pariaman 74 Nurdin BTI Padang 75 Muin Buruh Padang 76 Kuat Buruh Padang 77 Ja’par SBKB Solok 78 A. Muluk SBKB Solok 79 Gapar BTI Solok 80 Lebok PKI Solok 81 Nurmai SBKB Solok 82 Hadi Pariyono TNI Bukittinggi 83 Bahar Kirai TNI Pariaman 84 Johan Rifai TNI Payakumbuh 85 Mulyono TNI Bukittinggi 86 Hata Sujono TNI Padang 87 Usman Keadilan OPR Bukittinggi 88 Syahrul Zubir BA Guru SMP Pesisir Selatan 89 Syamsul Bakri P. Rakyat Pasaman 90 Syamsul Bakri PKI Solok 91 Darwilis P. Rakyat Pariaman 92 Nursyid BTI Padang

Page 159: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 137

93 Dalius Dt. Rj. Malano PKI Payakumbuh

Yonif 134 Dam III/17 Agustus 94 Amirudin Serda Sawahlunto 95 Mansyur Kopda Batusangkar 96 Syamsuar Kopda Batusangkar 97 Sari Kopda Temanggung 98 Rasyidin Kopda Batusangkar 99 Suardi Serda Padangpanjang

100 Baderudin Prada Padangpanjang 101 Omar Prada 102 Basir Pratu 103 Auwartini Pratu 104 Siyamdi Kopka 105 Mulyanto Praka Jateng 106 Karsin Koptu Jateng 107 Soekiman Koptu 108 Yasir Koptu 109 Soewandi Praka Jateng 110 M. Yasir Praka 111 Syamsudin Koptu Jateng 112 Rastani Efendi Koptu Padang 113 Sanman Koptu Pariaman 114 Basir Pratu 115 Marzuki Serda Jateng 116 Buyung Kampung Praka Pariaman 117 Wagiman Koptu Jateng 118 Ismail Pratu 119 Tarwiyat Serda Jateng 120 Muskar Serma 121 Ali Umar Pratu Pariaman 122 BY. Jali Pratu Pariaman 123 Nazarudin Serda Sawahlunto 124 Syamsuri Prada Jateng 125 Ilyas Can Koptu Painan 126 Walcidi Kopka Jateng 127 Soeparjo Serma Jateng 128 Bustanudin Pratu Padangpanjang 129 Japar Sain Kopda Pariaman 130 Judet Pratu Pariaman 131 Muyardin Serda LA. Pariaman

Page 160: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

138 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Tanah Datar

Dibunuh

No. Nama Pekerjaan Alamat

1 Muhammad Zen A.

Cs. PKI T. Datar Batusangkar

2 Damisir BTI Batusangkar 3 Mahirudin SBKB Batusangkar 4 Dahniar Ali Gerwani Batusangkar 5 Buchari Daud DPRD Batusangkar 6 Kasim DPRD Batusangkar 7 Usman Suib BTI Batusangkar 8 Sutan Kuning DPRD Batusangkar 9 Aruk Gerwani Batusangkar

10 Mahmud P. Rakyat Batusangkar 11 Amir P. Rakyat Batusangkar 12 Basri P. Rakyat Batusangkar 13 Rospan SBKB Batusangkar 14 Dt. Cabiak SBKB Batusangkar 15 Lichanas. J. SBKB Batusangkar 16 Anas Nurdin Front Nasional Batusangkar 17 Abbas Mahmud PKI Batusangkar 18 Muan BTI Batusangkar 19 Mucktar BTI Batusangkar 20 Z. Dt. Muncak Camat Batusangkar 21 Wahab BTI Batusangkar 22 J. Dt. Magek BTI Batusangkar 23 BY. Bagak OPR Batusangkar 24 Ch. Khairudin P. Rakyat Batusangkar 25 Mursal PKI Batusangkar 26 A. Rauf Dt. Sinaro PKI Batusangkar 27 Idris Ml. Mudo PKI Batusangkar 28 Harun P. Rakyat Batusangkar 29 Jalius P. Rakyat Batusangkar 30 Rasyid Majid OPR Batusangkar 31 Akad P. Rakyat Batusangkar 32 Bustami Staf Wali Nagari Batusangkar 33 Syaiful Wali Nagari Batusangkar

34 B. Chalib Sulaiman

PKI Batusangkar

35 Yusuf Pakih PKI Batusangkar 36 A. Mulub Wali Nagari Batusangkar 37 Asmanidar Gerwani Batusangkar 38 Dt. Makah DPRD Batusangkar

Ditahan

Page 161: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 139

39 Nurhasni Pegawai RPU Batusangkar 40 Zainabas Pegawai Kejaksaan Batusangkar

41 Raulis Pegawai Kantor

Sosial Batusangkar

42 Munir Tamin Pegawai Kantor

Sosial Batusangkar

43 Bustaman Pegawai Penjara Batusangkar

44 Daisan St. Tanameh

Pegawai Penjara Batusangkar

45 Chairul Pegawai Penjara Batusangkar 46 Yusni Said Pegawai Kejaksaan Batusangkar 47 Mawardi Pegawai Penjara Batusangkar 48 Maajis Pegawai Penjara Batusangkar 49 Rasul Pegawai Penjara Batusangkar 50 Adnan P. Rakyat Batusangkar 51 Zainal P. Rakyat Batusangkar 52 M. Rusid Swasta Batusangkar 53 Ali Munir P. Rakyat Batusangkar 54 Syofyan Nasir OPR Batusangkar 55 Muchtar OPR Batusangkar 56 Yahya BTI Batusangkar 57 Hanafi P. Rakyat Batusangkar 58 Bustami SBKB Batusangkar 59 Syamsuar Guru PGRI Batusangkar 60 Nurali BTI Batusangkar 61 Muhammad OPR Batusangkar 62 Nursaat CGMI Batusangkar 63 Ramlisir P. Rakyat Batusangkar 64 Yunir OPR Batusangkar 65 Adrinus Swasta Batusangkar 66 Syamsu Yunus P. Rakyat Batusangkar 67 Tarmizi Swasta Batusangkar

Kabupaten 50 Kota – Kodya Payakumbuh

No Nama Pangkat Kesatuan Kodam

1 Usman. A Letda Yonif 131 Kodam III/17Ag 2 Ngatinun Peltu Yonif 131 Kodam III/17Ag 3 Ngadap Sinaryo Peltu Yonif 131 Kodam III/17Ag 4 Tugimin Tuwo Peltu Kodim 0306 Kodam III/17Ag 5 Burhan Pelda Kodim 0306 Kodam III/17Ag 6 Masri Anas Letda Zibang Kodam III/17Ag 7 Karani Lettu Yonif 131 Kodam III/17Ag 8 Kasiman Sertu Yonif 131 Kodam III/17Ag 9 Limon Serda Yonif 131 Kodam III/17Ag

10 Jaelani Praka Yonif 131 Kodam III/17Ag 11 Sardi Praka Yonif 131 Kodam III/17Ag

Page 162: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

140 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

12 Yasir Praka Yonif 134 Kodam III/17Ag 13 Rusdi Kopda Yonif 134 Kodam III/17Ag 14 Masri Kopda Yonif 134 Kodam III/17Ag 15 Syansuasir Kopda Yonif 134 Kodam III/17Ag 16 Abas Peltu Kodim 0306 Kodam III/17Ag 17 Amir Kopda Yonif 134 Kodam III/17Ag 18 Bejo Praka Yonif 131 Kodam III/17Ag 19 Ramli Guru SD Suliki Lima Puluh Kota 20 Animudin Guru SD Suliki Lima Puluh Kota 21 Chalida Anum Guru SD Suliki Lima Puluh Kota 22 M. Yunus Guru SD Suliki Lima Puluh Kota 23 Muhammad Guru SD Suliki Lima Puluh Kota 24 Syafrial Perikanan Darat Lima Puluh Kota 25 M. Said Pegawai Penjara Lima Puluh Kota 26 Efendi Guru SD Guguk Lima Puluh Kota 27 Husni Said Guru SD Guguk Lima Puluh Kota 28 Raslina Kania Kantor Sosial Lima Puluh Kota 29 Syamsuar Guru SD Guguk Lima Puluh Kota 30 Darmon H.N. Kantor Bupati Lima Puluh Kota 31 Ramameli Kant. pengadilan Lima Puluh Kota 32 Nelly Guru SD Payakumbuh 33 Muslim Dt. Sindo Kantor Camat Payakumbuh 34 Tazar Sultani Kantor Pajak Payakumbuh 35 Jalinis Dt. Basa Kantor Bupati Payakumbuh 36 A. Nidar Dt. Parapatiah Kantor Perikanan Payakumbuh 37 Mardisun Kantor Camat Payakumbuh 38 Sultani Kantor Camat Payakumbuh 39 Nizan Kantor PU Payakumbuh 40 Rawli Kantor Penjara Payakumbuh 41 Auwer Kantor Penjara Payakumbuh 42 Mansur Kantor Perikanan Payakumbuh 43 Djalius Dt.Rj. Malano Kantor PDK Payakumbuh 44 Imran Kantor Bupati Payakumbuh 45 Ajis Sumantri Jawatan KA Payakumbuh 46 Sairus Guru SD Payakumbuh 47 Zainal Dt. Ulak Kant. Kehewanan Payakumbuh 48 M. Nur Dt. Agung Guru SD Payakumbuh 49 Zubi Kantor PU Payakumbuh 50 Sukria Kantor PU Payakumbuh 51 Jasmuran Dt. Panjang Guru SD Payakumbuh 52 Dt. Sinaro Nan Agung Kantor Sosial Payakumbuh 53 Asio Yunus Guru SD Payakumbuh 54 Nursida Guru SD Payakumbuh 55 Nurbaya Guru SD Payakumbuh 56 Dt. Patih Baringek Guru SD Payakumbuh 57 Nurlis Kantor Pertanian Payakumbuh 58 Masri Kant. Penerangan Payakumbuh 59 Marli Dt. Bijayo Kant. Penerangan Payakumbuh 60 Kasri Dt. Panjang Guru SD Payakumbuh

Page 163: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 141

61 Jakanis Dt. Pdk. Rajo Kantor Perikanan Payakumbuh 62 Simpi Guru SD Payakumbuh 63 Subli Marzuki Kantor PU Payakumbuh 64 Idris Sipil Kodim Payakumbuh 65 Rustam Sipil Kodim Payakumbuh

Gol B Ditahan

66 Raneuli Said Umum Lima Puluh Kota 67 Karakai Umum Lima Puluh Kota 68 Zamzami Umum Lima Puluh Kota 69 Wawanhuri Umum Lima Puluh Kota 70 Syafri M. Umum Lima Puluh Kota 71 B. Dt. Putih Umum Lima Puluh Kota 72 Asmuni Umum Lima Puluh Kota 73 Ripai Umum Lima Puluh Kota 74 Rustian Umum Lima Puluh Kota 75 Mucktar Munaf Umum Lima Puluh Kota 76 Bustami Umum Lima Puluh Kota 77 Muhanis Umum Lima Puluh Kota 78 Imran Umum Lima Puluh Kota 79 Miswar Umum Lima Puluh Kota 80 Suhaimi Imam Besar Umum Lima Puluh Kota 81 Nawi Umum Lima Puluh Kota 82 Narawi Umum Lima Puluh Kota 83 Wamiri Umum Lima Puluh Kota 84 Anas Umum Lima Puluh Kota 85 Nasarudin Umum Lima Puluh Kota 86 Nuruin Umum Lima Puluh Kota 87 Nurwinas Umum Lima Puluh Kota 88 Ch. Dt. Andiko Umum Lima Puluh Kota 89 Saiful. M Umum Lima Puluh Kota 90 Muktar Umum Lima Puluh Kota 91 Juli Umum Lima Puluh Kota 92 Marunis Utiah Umum Lima Puluh Kota 93 M. Nur Umum Lima Puluh Kota 94 Efendi Umum Lima Puluh Kota 95 Bujang Suarmi Umum Lima Puluh Kota 96 Nurjasman Umum Lima Puluh Kota 97 Nurjasmi Umum Lima Puluh Kota 98 Misbah Umum Lima Puluh Kota 99 Buyung Masmi Umum Lima Puluh Kota

100 Yuhasmi Hasan Umum Lima Puluh Kota 101 Hasan Basri Umum Lima Puluh Kota 102 Marni Umum Lima Puluh Kota 103 Soekirman Umum Lima Puluh Kota 104 Daman Umum Lima Puluh Kota 105 Bernawi Umum Lima Puluh Kota 106 Syofyan Umum Lima Puluh Kota 107 Rusli Umum Lima Puluh Kota

Page 164: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

142 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

108 Dt. Siri Dirajo Umum Lima Puluh Kota 109 Dt. Singo Umum Lima Puluh Kota 110 Dt. Pdk. Rj. I Umum Lima Puluh Kota 111 Dt. Pdk. Rj. II Umum Lima Puluh Kota 112 Hayatunnufus Umum Lima Puluh Kota 113 Basri A.B. Umum Lima Puluh Kota 114 A. Dt. Rj. Nan Panjang Umum Lima Puluh Kota 115 Imram Rauf Dt. Bakaum Umum Lima Puluh Kota 116 Misdar Umum Lima Puluh Kota 117 Yunisma Umum Lima Puluh Kota 118 Kamaruzzaman Umum Lima Puluh Kota 119 Azkar Umum Lima Puluh Kota 120 Dasni Umum Lima Puluh Kota 121 Yusuf Umum Lima Puluh Kota 122 Hasan Basri Umum Lima Puluh Kota 123 DL Sakato Umum Lima Puluh Kota 124 Fatimah Umum Lima Puluh Kota 125 Iman Darisan Umum Lima Puluh Kota 126 D. Angku Nan Kaleb Umum Lima Puluh Kota 127 Angku Tanjuang Umum Lima Puluh Kota 128 Angku Nan Loba Umum Lima Puluh Kota 129 Amirunas Umum Lima Puluh Kota 130 Zubir Umum Lima Puluh Kota 131 Dalami Umum Lima Puluh Kota 132 K. Dt. Pangka Umum Lima Puluh Kota 133 Zubir Umum Lima Puluh Kota 134 Agusdanco Umum Lima Puluh Kota 135 Bustami Umum Lima Puluh Kota 136 Laiser Umum Lima Puluh Kota 137 M. Tazer Dt. Tuah Umum Lima Puluh Kota 138 Rahmat Kasian Umum Lima Puluh Kota 139 Dt. Gajah Umum Lima Puluh Kota 140 Kamal Saleh Umum Lima Puluh Kota 141 Naswrun Kasim Umum Lima Puluh Kota 142 S. Dt. Rj. Malano Umum Lima Puluh Kota 143 Anisar Umum Lima Puluh Kota 144 Mustafa Umum Lima Puluh Kota 145 Adiran Umum Lima Puluh Kota 146 M. Dt. Mrj. Nan Putiah Umum Lima Puluh Kota 147 Ramlah Umum Lima Puluh Kota 148 R. Dt. Marajo Basah Umum Lima Puluh Kota 149 Syaiful Anwar Umum Lima Puluh Kota 150 Djaharudin Umum Lima Puluh Kota 151 Mawardi Umum Lima Puluh Kota 152 Nila Wati Umum Lima Puluh Kota 153 Syamsidar Umum Lima Puluh Kota 154 Ratini Umum Lima Puluh Kota 155 N. Dt. Garang Umum Lima Puluh Kota 156 Maiyor Umum Lima Puluh Kota

Page 165: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 143

157 Danenar Umum Lima Puluh Kota 158 Ratinan Umum Lima Puluh Kota 159 Ratina Umum Lima Puluh Kota 160 F. Dt. Panjang Umum Lima Puluh Kota 161 Dj. Dt. Panduko Umum Lima Puluh Kota 162 M. Dt. Kuniang Umum Lima Puluh Kota 163 Rusdi Umum Lima Puluh Kota 164 Anwar Boy Umum Lima Puluh Kota 165 Damuri Uci Umum Lima Puluh Kota 166 Dalius Umum Lima Puluh Kota 167 Buyung Masmi Umum Lima Puluh Kota 168 Ahmad Chatib Umum Lima Puluh Kota 169 Gadis Umum Lima Puluh Kota 170 Ratna Wilis Umum Lima Puluh Kota 171 Djunik Umum Lima Puluh Kota 172 Anwar Umum Lima Puluh Kota 173 Bahar Umum Lima Puluh Kota 174 Amirunas Umum Lima Puluh Kota 175 Raunas Umum Lima Puluh Kota 176 Damazak Umum Lima Puluh Kota 177 Rabina Umum Lima Puluh Kota 178 Suardiayat Umum Lima Puluh Kota 179 Rajini Umum Lima Puluh Kota 180 Nurjasmi Umum Lima Puluh Kota 181 Bahar Dt. Sati Umum Lima Puluh Kota 182 Dailani Umum Lima Puluh Kota 183 Hasan Basri Umum Lima Puluh Kota 184 Anas Umum Lima Puluh Kota 185 Amir B. Umum Lima Puluh Kota 186 Armen Umum Lima Puluh Kota 187 Anis Z.A. Umum Lima Puluh Kota 188 Yasir Sere Umum Lima Puluh Kota 189 Maswalsyah Umum Lima Puluh Kota 190 Nurbaya Umum Lima Puluh Kota 191 Syamsuar Lutan Umum Lima Puluh Kota 192 Bahar Sulaiman Umum Lima Puluh Kota 193 Katib Zainal Umum Lima Puluh Kota 194 Ramli Masud Umum Lima Puluh Kota 195 Bujang Yasri Umum Lima Puluh Kota 196 Sawir Boluik Umum Lima Puluh Kota 197 Warisan Umum Lima Puluh Kota 198 Yusuf Umum Lima Puluh Kota 199 Damirus Umum Lima Puluh Kota 200 Bujang Umum Lima Puluh Kota 201 Sabir Umum Lima Puluh Kota 202 Syamsuar Umum Lima Puluh Kota 203 Rasyid Umum Lima Puluh Kota 204 Khaidir Umum Lima Puluh Kota 205 Munir Umum Lima Puluh Kota

Page 166: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

144 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

206 Anwalnoer Umum Lima Puluh Kota 207 Sariduana Umum Lima Puluh Kota 208 Ranulil Mrail Umum Lima Puluh Kota 209 Radius Umum Lima Puluh Kota 210 M. Yunus Kacak Umum Lima Puluh Kota 211 Zamzami Umum Lima Puluh Kota 212 Djaniar Umum Lima Puluh Kota 213 Harmaini Umum Lima Puluh Kota 214 Uniang Umum Lima Puluh Kota 215 Nasri I Umum Lima Puluh Kota 216 Nasri II Umum Lima Puluh Kota 217 Nawir Umum Lima Puluh Kota 218 Atiek Umum Lima Puluh Kota 219 Uska Umum Lima Puluh Kota 220 Dt. Pj. Dahan Umum Lima Puluh Kota 221 Robiolon Umum Lima Puluh Kota 222 Adjuni Umum Lima Puluh Kota 223 Abas ABC Umum Lima Puluh Kota 224 Alansudin Umum Lima Puluh Kota 225 Edwar Umum Lima Puluh Kota 226 Iman Darisan Umum Lima Puluh Kota 227 Taludin Umum Lima Puluh Kota 228 Mawardi Umum Lima Puluh Kota 229 Midun Umum Lima Puluh Kota 230 Bidin Umum Lima Puluh Kota 231 Jokang Umum Lima Puluh Kota 232 Mahyu Umum Lima Puluh Kota 233 Suban Umum Lima Puluh Kota 234 Munir Umum Lima Puluh Kota 235 Ali Muin Umum Lima Puluh Kota 236 Z. Abidin Umum Lima Puluh Kota 237 Nurjana Umum Lima Puluh Kota 238 Ajis Umum Lima Puluh Kota 239 Bustamas Umum Lima Puluh Kota 240 Jawa Umum Lima Puluh Kota 241 Munap Umum Lima Puluh Kota 242 Ana Umum Lima Puluh Kota 243 Darussalam Umum Lima Puluh Kota 244 Ahim Umum Lima Puluh Kota 245 Tazarman Umum Lima Puluh Kota 246 Nuar Umum Lima Puluh Kota 247 Syafni Umum Lima Puluh Kota 248 Karya Umum Lima Puluh Kota 249 Zaini Umum Lima Puluh Kota 250 Hasan Basri Umum Lima Puluh Kota 251 Agus Umum Lima Puluh Kota 252 Habib Umum Lima Puluh Kota 253 Muas Umum Lima Puluh Kota 254 Yunus Umum Lima Puluh Kota

Page 167: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 145

255 Hasan Umum Lima Puluh Kota 256 Wariman Umum Lima Puluh Kota 257 Puri Umum Lima Puluh Kota 258 Wawazal Umum Lima Puluh Kota 259 Backtiar Uteh Umum Lima Puluh Kota 260 Warwis Umum Lima Puluh Kota 261 Idris Umum Lima Puluh Kota 262 Azis Sumantri Umum Lima Puluh Kota 263 Umar Khatab Umum Lima Puluh Kota 264 Nurlela Umum Lima Puluh Kota 265 Sahur Sarif Umum Lima Puluh Kota 266 Syahrul Salim Umum Lima Puluh Kota 267 Salim Umum Lima Puluh Kota 268 Ckok Cie Umum Lima Puluh Kota 269 Rustam Daf Umum Lima Puluh Kota 270 Lamsudin Umum Lima Puluh Kota

Mati Dibunuh

271 Abizar Umum Kec.Koto Nan Empat 272 Dt. Siri Dirajo Umum Kec. Guguk 273 Dawan Kari Sawad Umum Kec. Guguk 274 Ranuli Ismail Umum Kec. Payakumbuh 275 Dadang Umum Kec. Payakumbuh 276 Nasrun Kasim Umum Kec. Luhak 277 Jusnurau Dt. Panjang Umum Kec. Harau 278 Awru Umum Kec. Payakumbuh 279 Sumar Gapar Umum Kec. Harau 280 Syafri Bar Umum Kec. Suliki 281 Mahardalini Umum Kec. Guguk 282 Karana Umum Kec. Guguk 283 Syarkani Umum Kec. Guguk 284 Adnan Umum Kec. Guguk 285 M. Nur Umum Kec. Guguk 286 Amir Umum Kec. Guguk 287 Jahar Gagok Umum Kec. Harau 288 Dt. Majo Nan Hitam Umum Kec. Suliki 289 Dt. Pdk. Ruhum Umum Kec. Suliki 290 Hasan Yahya Umum Kec. Suliki 291 A. Azis Umum Kec. Suliki 292 Dindar Umum Kec. Payakumbuh 293 Siregar Umum Kec. Harau 294 Nas Umum Kec. Harau 295 M. Nur (kls II SMP) Umum Kec. Harau 296 Harmaini Umum Kec. Guguk 297 Bahar Umum Kec. Harau 298 Warman Umum Kec. Harau 299 Sairus Umum Kec. Harau 300 Ramali Ajo Umum Kec. Harau 301 Anwar Umum Kec. Payakumbuh

Page 168: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

146 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

302 Ali Umir Umum Kec. Payakumbuh 303 Majelis Umum Kec. Payakumbuh 304 Sultani Umum Kec. Payakumbuh 305 Todukif Umum Kec. Payakumbuh

Divonis

306 Adnan Buyung Umum 20 Tahun 307 Bahar Dt. Sati Umum 20 Tahun 308 Lamsuan Buyung Umum 20 Tahun 309 Radius Umum 18 Tahun 310 Anwar Umum 12 Tahun 311 Mali Umum 4 Tahun 312 Zubir Umum 3 Tahun 313 Sahar Syarif Umum 12 Tahun 314 Hasan Basri Umum 13 Tahun 315 Miswar Umum 5 Tahun 316 Suhaimi Tan Basa Umum 5 Tahun 317 Babo Palarui Umum 5 Tahun 318 Burhan Perok Umum 5 Tahun 318 Soekarno TNI 5 Tahun 320 Harmen Suharjo TNI Seumur Hidup 321 Dalius Dt. Rj. Malano Umum Seumur Hidup 322 Johan Rifai TNI Seumur Hidup 323 Dt. Pelo Lano Umum Seumur Hidup

Kabupaten Pesisir Selatan

Dibunuh

No. Nama Pekerjaan Alamat 1 Idris PNS Pesisir Selatan 2 M. Sibas Tani Pesisir Selatan 3 Bm. Musar Dagang Pesisir Selatan 4 Iman Daralat Dagang Pesisir Selatan 5 Anas Hamid Dagang Pesisir Selatan 6 Warwin Hamid Tk. Foto Pesisir Selatan 7 Sabirin Tani Pesisir Selatan 8 Busatanudin (Butan) Tani Pesisir Selatan 9 Samsaini Tani Pesisir Selatan 10 Burhanudin Hanafi Tani Pesisir Selatan 11 Mahyudin (Cubadak) Tani Pesisir Selatan 12 M. Nur Bgd. Mole Wali Nagari Pesisir Selatan 13 Ajis Ambato Tani Pesisir Selatan 14 Paleik Pengkong Tani Pesisir Selatan 15 M. Jalaluddin Nelayan Pesisir Selatan 16 Kalote Nelayan Pesisir Selatan 17 Amir Saleh Tani Pesisir Selatan 18 Acin Nelayan Pesisir Selatan

Page 169: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 147

19 Katik Lengah Tani Pesisir Selatan 20 Djamal Tani Pesisir Selatan 21 Nauman Jawo Tani Pesisir Selatan 22 Lanesanad Tani Pesisir Selatan 23 Buyung Tani Pesisir Selatan Ditahan di Polsek Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan 24 Ali Buar Umum Pesisir Selatan 25 Munar Rj. Libasa Umum Pesisir Selatan 26 Abd. Rahim Umum Pesisir Selatan 27 Kasman Umum Pesisir Selatan 28 Sahar Umum Pesisir Selatan 29 Wahab Umum Pesisir Selatan 30 Wararis Umum Pesisir Selatan 31 Ramalis Umum Pesisir Selatan 32 Akur Umum Pesisir Selatan 33 Jamunar Umum Pesisir Selatan 34 Buramin Umum Pesisir Selatan 35 Ampoyong Umum Pesisir Selatan 36 H. Basri Gocah Umum Pesisir Selatan 37 Lailis Umum Pesisir Selatan 38 Emalius Umum Pesisir Selatan 39 Kamirudin Umum Pesisir Selatan 40 Arifin Tan Marajo Umum Pesisir Selatan 41 Sawir Umum Pesisir Selatan 42 Tawakal Umum Pesisir Selatan 43 Nudir Kalang Umum Pesisir Selatan 44 Japarin Umum Pesisir Selatan 45 Kakar Bintang Umum Pesisir Selatan 46 Alimar Umum Pesisir Selatan 47 Ujang Umum Pesisir Selatan 48 Bahari Umum Pesisir Selatan 49 Ilyas Can TNI Pesisir Selatan 50 St. Dararis Guru Pesisir Selatan 51 Lisma Hamid Umum Pesisir Selatan 52 Nazerudin Umum Pesisir Selatan 53 Timur Umum Pesisir Selatan 54 Ramli Umum Pesisir Selatan 55 Mak Acas Umum Pesisir Selatan 56 Buyung Belok Umum Pesisir Selatan 57 Amirudin Umum Pesisir Selatan 58 Abu Nawas Umum Pesisir Selatan 59 Syawal Umum Pesisir Selatan 60 Zainudin Umum Pesisir Selatan 61 Buyung Godok Umum Pesisir Selatan 62 Manap Tampuih Umum Pesisir Selatan 63 Janiar Umum Pesisir Selatan 64 Umar Gambolo Umum Pesisir Selatan 65 Kadir Umum Pesisir Selatan 66 Anasbin Umum Pesisir Selatan

Page 170: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

148 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

67 Mas'ud Umum Pesisir Selatan 68 Muslim Umum Pesisir Selatan 69 Syukur Umum Pesisir Selatan 70 Warwin Umum Pesisir Selatan 71 Abu Nawas Umum Pesisir Selatan 72 Omar Umum Pesisir Selatan 73 Chatib Tunas Umum Pesisir Selatan 74 Azuar Umum Pesisir Selatan 75 A. Muthalib Umum Pesisir Selatan 76 Bahri Umum Pesisir Selatan 77 Saibi Umum Pesisir Selatan 78 Ali Amran Umum Pesisir Selatan 79 Abd. Toge Umum Pesisir Selatan 80 Usman Umum Pesisir Selatan 81 Warwis Umum Pesisir Selatan 82 Sibat Hanafi TNI Pesisir Selatan 83 Kasman Umum Pesisir Selatan 84 Sara TNI Pesisir Selatan 85 Ali Umar Umum Pesisir Selatan 86 Chaidir Umum Pesisir Selatan 87 Zubir Umum Pesisir Selatan 88 Pusawir Umum Pesisir Selatan 89 Amir Syaripudin Umum Pesisir Selatan 90 Mandeh Umum Pesisir Selatan 91 M. Zen Umum Pesisir Selatan 92 Hasan Basri Umum Pesisir Selatan 93 Dusah Umum Pesisir Selatan 94 Rabana Umum Pesisir Selatan 95 Abu Daler Umum Pesisir Selatan 96 Basnar Umum Pesisir Selatan 97 Yusrul Umum Pesisir Selatan 98 Saat Umum Pesisir Selatan 99 Buyung Utu Umum Pesisir Selatan

100 Idris Tuangku Umum Pesisir Selatan 101 Abusani Umum Pesisir Selatan 102 Abu Dalar Umum Pesisir Selatan 103 Kekok Umum Pesisir Selatan 104 Amat Jannah Umum Pesisir Selatan 105 Amir Syaripudin Umum Pesisir Selatan 106 Jamalus Umum Pesisir Selatan 107 Samud Umum Pesisir Selatan 108 Syamsurizal Umum Pesisir Selatan 109 Bainar Umum Pesisir Selatan 110 Jusna Umum Pesisir Selatan 111 Zubi Umum Pesisir Selatan 112 Rasidin Umum Pesisir Selatan 113 Rustam Umum Pesisir Selatan 114 Narillah Umum Pesisir Selatan 115 Rosna Umum Pesisir Selatan

Page 171: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 149

116 Rosna Umum Pesisir Selatan 117 Asna Umum Pesisir Selatan 118 Nurbanis Umum Pesisir Selatan 119 Amirudin Yung Umum Pesisir Selatan 120 Amirudi Onne Umum Pesisir Selatan 121 Junir Umum Pesisir Selatan 122 Marinis Umum Pesisir Selatan 123 Nurbaiti Umum Pesisir Selatan 124 Buranin Umum Pesisir Selatan 125 Ilyas Umum Pesisir Selatan 126 Zainal Umum Pesisir Selatan 127 Rajulis Rombeng Umum Pesisir Selatan 128 Syair Umum Pesisir Selatan 129 Manan Pdk. Rajo Umum Pesisir Selatan 130 Asril Umum Pesisir Selatan 131 Mawi Umum Pesisir Selatan 132 Musyhar Umum Pesisir Selatan 133 K. Malin Kacik Umum Pesisir Selatan 134 Jawanis Umum Pesisir Selatan 135 Usni Umum Pesisir Selatan 136 A. Rangkayo Tuo Umum Pesisir Selatan 137 Sawir Rang Kayo Umum Pesisir Selatan 138 Siti Umum Pesisir Selatan 139 Diar K. Umum Pesisir Selatan 140 Lizanib Umum Pesisir Selatan 141 Syarhawi Umum Pesisir Selatan 142 Ali Amran Umum Pesisir Selatan 143 Tuyu Umum Pesisir Selatan 144 Syuib Umum Pesisir Selatan 145 Usman Dt. Basa Umum Pesisir Selatan 146 Nazer Umum Pesisir Selatan 147 Munir Sawi Umum Pesisir Selatan 148 Yung Pirang Umum Pesisir Selatan 149 Bulanin Umum Pesisir Selatan 150 Kaidir Umum Pesisir Selatan 151 Bua Umum Pesisir Selatan 152 Ismail Umum Pesisir Selatan 153 Imam Lukman Umum Pesisir Selatan 154 Abdullah Umum Pesisir Selatan 155 A. Rj. Batuah Umum Pesisir Selatan 156 Arlis Umum Pesisir Selatan 157 Ali Amad Umum Pesisir Selatan 158 Nadar Umum Pesisir Selatan 159 Nizar Umum Pesisir Selatan 160 Syalan Umum Pesisir Selatan 161 Basyir Umum Pesisir Selatan 162 Abu Kasir Umum Pesisir Selatan 163 M. Yaman Umum Pesisir Selatan 164 Z. Abidin Umum Pesisir Selatan

Page 172: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

150 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

165 H. Ludin Umum Pesisir Selatan 166 Kairuman Umum Pesisir Selatan 167 Mek Abur Umum Pesisir Selatan 168 Z. Abidin Umum Pesisir Selatan 169 Ujang Gagok Umum Pesisir Selatan 170 Dawir Umum Pesisir Selatan 171 Muhammad Umum Pesisir Selatan 172 Rangtuo Alwad Umum Pesisir Selatan 173 Idris Rj. Pesisir Umum Pesisir Selatan 174 Idris Rj. Bungsu Umum Pesisir Selatan 175 Imam Kasim Umum Pesisir Selatan 176 Ali Umar Umum Pesisir Selatan 177 Ali Umar Umum Pesisir Selatan 178 Sekar Umum Pesisir Selatan 179 Gafur Umum Pesisir Selatan 180 T. Rj. Gandum Umum Pesisir Selatan 181 Kipang Umum Pesisir Selatan 182 Bujang Umum Pesisir Selatan 183 H. Hasin Umum Pesisir Selatan 184 Nurla Umum Pesisir Selatan 185 Daulat Umum Pesisir Selatan 186 Selamat Umum Pesisir Selatan 187 Dahri Umum Pesisir Selatan 188 Rais Umum Pesisir Selatan 189 Rapilis Umum Pesisir Selatan 190 Kamar Umum Pesisir Selatan 191 Bahar Panci Umum Pesisir Selatan

Kabupaten Solok

No Nama Pekerjaan Alamat 1 Rasima Umum Solok 2 Narmibahri PNS Solok 3 Suroso PNS Solok 4 Yusnidar PNS Solok 5 Darius C. PNS Solok 6 Dafrizal Tani Solok 7 Monjak Reka Sari Tani Solok 8 Rosna Rumah tangga Solok 9 Amirudin PNS Solok 10 Mak Sali Tani Solok 11 Harmaini Tani Solok 12 Mantiwahab Tani Solok 13 Mak Nui Tani Solok 14 Sabirin Tani Solok 15 Wana Tani Solok

Page 173: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 151

16 Mohd. Syarif Tani Solok 17 Warin Tani Solok 18 Jamil Tani Solok 19 Hamsah Tani Solok 20 Jidah Tani Solok 21 Nurlah Tani Solok 22 Rainah Tani Solok 23 Gadang Tani Solok 24 Alima Tani Solok 25 Cinto Tani Solok 26 Sata Tani Solok 27 Surin Tani Solok 28 Hj. Mintarsih Jualan Solok 29 Agusman Tani Solok 30 Sumarwan Tani Solok 31 Maisaro Rumah Tangga Solok 32 Syarifudin Pelajar Solok 33 Rustam Rj. Pulik Pelajar Solok 34 Nursiah Rumah Tangga Solok 35 Kaharudin TNI Solok 36 Yusip Swasta Solok 37 Udin Ishak Tani Solok 38 Ruslan Ch. PNS Solok 39 Syamsul B. Tani Solok 40 Junaini Tani Solok 41 Syarfri Tani Solok 42 M.Subekti Tani Solok 43 Sajadi Tani Solok 44 Dawanih Tani Solok 45 Somo Tani Solok 46 M. Yusuf U. Tani Solok 47 Basyir Dt. Batuah Tani Solok 48 Musa Tani Solok 49 Nurbaiti PNS Solok 50 Syamsudin Tani Solok 51 Makniari Tani Solok 52 Ilyas Tani Solok 53 Abd. Muluk Tani Solok 54 L. Nardi Tani Solok 55 Suriantika Tani Solok 56 Syofyan Tani Solok 57 Syamsudin Tani Solok 58 Ilyas Tani Solok 59 Zulkifli Tani Solok 60 Adnan Dt. St. Majo Lelo Tani Solok 61 M. Nur Tani Solok 62 A. Dt. St. Malenggang Tani Solok 63 Kaharudin Tani Solok 64 Rajali Swasta Solok

Page 174: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

152 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

65 lskandar Swasta Solok 66 Sugio Swasta Solok 67 Alil Tani Solok 68 Tarwan Tani Solok 69 Tarman Tani Solok 70 Ngadimin Tani Solok 71 Burhan Tani Solok 72 Misran Tani Solok 73 Simin Tani Solok 74 Hambali Tani Solok 75 Zainudin Tani Solok 76 Wakim Tani Solok 77 Hamzah Rj. Alam Tani Solok 78 M. Nuh Tani Solok 79 Mustafa K. Tani Solok 80 M. Yasir Tani Solok 81 Madiskak Tani Solok 82 A.B. Suni Tani Solok 83 Saidi Tani Solok 84 Syukur Hamzah Buruh Solok 85 Chatib Pudin PNS Solok 86 Masril Swasta Solok 87 Syukur Tani Solok 88 Yakub Swasta Solok 89 A. St. Rangkayo Tk Jahit Solok 90 Syafei Dt. Rj. Sytan Swasta Solok 91 Nyik Siam Tani Solok 92 Mantiwahab Tani Solok 93 Rabinah Tani Solok 94 Syamsir Tani Solok 95 Jamaris Tani Solok 96 Audani Tani Solok 97 Maas Sabirin Tani Solok 98 Nursiam Tani Solok 99 Udin Tan Dilangik Tani Solok 100 Nursiam Tani Solok 101 Arifin Tani Solok 102 Rasmaniar Tani Solok 103 Jamaris Tani Solok 104 Nursidah Tani Solok 105 Zulpanli Swasta Solok 106 Jamaris Tani Solok 107 Kaharudin Tani Solok 108 Raimon Chandra Tani Solok 109 Nani Tani Solok 110 Mahyudin Polar Tani Solok 111 Rajunis Naro Kayo Tani Solok 112 Bida Tani Solok 113 Syafii Tani Solok

Page 175: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 153

114 Martius Mahasiswa Solok 115 Larab Dt. Incik Mulia Tani Solok 116 Sumarman Tani Solok 117 Rajuni Tani Solok 118 Sarinam Tani Solok 119 Singanga Tani Solok 120 Kaharudin Yunus Tani Solok 121 Baikumi AzSyad Tani Solok 122 R. Malin Kayo Tani Solok 123 Auto Tani Solok 124 Udin Tandi Tani Solok 125 Kasmir Hamid Swasta Solok 126 Elmi Yanti Rumah Tangga Solok 127 Syafii Sy. Lauik Batuah Tani Solok 128 Audarnis Tani Solok 129 Syafiar Harlinda Tani Solok 130 Khidir Ampang Labuh Tani Solok 131 Syakrial An Tani Solok 132 Mardius Tani Solok 133 Syafri Tani Solok 134 Manyok Tani Solok 135 Yulmulyati Swasta Solok 136 Merdius Swasta Solok 137 Manan PRI Solok 138 Nawi Swasta Solok 139 Ngonga Tani Solok 140 Rajunis M. Kayo Tani Solok 141 Rosna Tani Solok 142 Kamiyarni Rumah Tangga Solok 143 Herman Edi Sopir Solok 144 Yulmulyadi Tani Solok 145 Maas Syabirin Tani Solok 146 Fita Yanti Rumah Tangga Solok 147 Yasmarni Rumah Tangga Solok 148 Basir Incik Garing PNS Solok 149 Rigik Tani Solok 150 Yurnalis Tani Solok 151 Mahyudin Polar Tani Solok 152 Siah Tani Solok 153 Siam Tani Solok 154 Zainudin Sari Swasta Solok 155 Jamarin Tani Solok 156 Dialin Rj. Lenggang Jualan Solok 157 Yakunis Tani Solok 158 Syafini Tani Solok 159 Mucktar Karim Wali Nagari Solok 160 Kutar Tani Solok 161 Rigih Tani Solok 162 Nina L. Tani Solok

Page 176: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

154 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

163 Lunah Tani Solok 164 Anas Syarif Tani Solok 165 Rajo Tani Solok 166 Mintarsih Tani Solok 167 Edison Tani Solok 168 Zulfamli Swasta Solok 169 Syafri. St. Marajo Guru SD Solok 170 Suardinan Swasta Solok 171 Jamaludin Pensiun Solok 172 Idrus Guru SD Solok 173 Darlis Arif Guru SD Solok 174 Syahminan PNS Solok 175 Abd. Muis Guru SD Solok 176 Raba'ani Guru SD Solok 177 Darius U. Guru SD Solok 178 Markis Huten Guru SD Solok 179 Najamudin St.Rj. Sikumbang PNS Solok 180 Rasma Ch. PNS Solok 181 Safarudin Guru SMP Solok 182 Sadir Guru SD Solok 183 Nurhalena Guru SD Solok 184 Soeniato Agen SP Solok

Kabupaten Padangpanjang

No Nama Pekerjaan Keterangan 1 Datuk Batuah Umum Padangpanjang 2 Gaek Bulan Umum Padangpanjang 3 Sidi Marano Umum Padangpanjang 4 Lukman R. Umum Padangpanjang 5 A. Dt. Paduko Umum Padangpanjang 6 Samsudin Dt. Pisang Umum Padangpanjang 7 Lifnar Umum Padangpanjang 8 Rustam Pono Sutan Umum Padangpanjang 9 Basri Umum Padangpanjang 10 Asri Umum Padangpanjang 11 Rekana Umum Padangpanjang 12 Yusril Umum Padangpanjang 13 Arnis Umum Padangpanjang 14 Dt. Sati Umum Padangpanjang 15 Dt. Malano Basa Umum Padangpanjang 16 Dt. Suleman Umum Padangpanjang 17 Dt. Rj. Nando Umum Padangpanjang 18 Masli Umum Padangpanjang 19 Samsuar Umum Padangpanjang 20 Adlis Umum Padangpanjang

Page 177: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 155

21 Zaini Dt. Rj. Ameh Umum Padangpanjang 22 Kayo Kaman Umum Padangpanjang 23 Nazir St. Kayo Umum Padangpanjang 24 St. Sinaro Nan Hitam Umum Padangpanjang 25 Pakiah Sinaro Umum Padangpanjang 26 Busmi Umum Padangpanjang 27 Sawir Umum Padangpanjang 28 St. Mudo Umum Padangpanjang 29 Dt. Putiah Umum Padangpanjang 30 Dt. Labiah Umum Padangpanjang 31 Dt. Tan Mudo Umum Padangpanjang 32 Guru Rasyid Umum Padangpanjang 33 Rawiah Umum Padangpanjang 34 Dawiah Umum Padangpanjang 35 Dt. Kandua Umum Padangpanjang 36 M. Nur Umum Padangpanjang 37 Wisman Umum Padangpanjang 38 Liswar Umum Padangpanjang 39 Dt. Adia Umum Padangpanjang 40 Dt. Tambijo Umum Padangpanjang 41 Rahman Umum Padangpanjang 42 Lamsiah Umum Padangpanjang 43 Dt. Mangkuto Nan Itam Umum Padangpanjang 44 Mak Ali St. Mantari Umum Padangpanjang 45 Dawiah Umum Padangpanjang 46 Dt. Naniang Umum Padangpanjang 47 Amir Garapu Umum Padangpanjang 48 Yursal Umum Padangpanjang 49 Busni Umum Padangpanjang 50 Jalidi Umum Padangpanjang 51 Sidi Kami Umum Padangpanjang 52 Diar Jamal Umum Padangpanjang 53 Dt. Nan Barano Umum Padangpanjang 54 Mawardi Sidi Malalo Umum Padangpanjang 55 Latif Umum Padangpanjang 56 A. Latif Umum Padangpanjang 57 Yatim Sidik Umum Padangpanjang 58 Umar Umum Padangpanjang 59 Suhaimi St. Maluhun Umum Padangpanjang 60 Yus Umum Padangpanjang 61 Ali Munir Umum Padangpanjang 62 Aguslir Umum Padangpanjang 63 Dahlan St. Pamenan Umum Padangpanjang 64 Dt. Sikumbang Umum Padangpanjang 65 Buya Faisal Umum Padangpanjang 66 Burhan St. Saidi Umum Padangpanjang 67 Usman Ali Umum Padangpanjang 68 Damanhuri Umum Padangpanjang 69 Ayo Umum Padangpanjang

Page 178: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

156 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

70 Ayah Lembang Umum Padangpanjang 71 Simbolon Umum Padangpanjang 72 Nurmisan Umum Padangpanjang 73 Rohana Umum Padangpanjang 74 Dt. Labiah Umum Padangpanjang 75 Dt. Tan Nan Cadiak Umum Padangpanjang 76 St. Marah Alam Umum Padangpanjang 77 Masrino Umum Padangpanjang 78 Ali Yunus Umum Padangpanjang 79 Dt. Maninjun Umum Padangpanjang 80 Riza Umum Padangpanjang 81 Suardipon Umum Padangpanjang 82 Masri Umum Padangpanjang 83 St. Tan Ameh Umum Padangpanjang 84 Pono Sutan Umum Padangpanjang 85 Sarkuni Umum Padangpanjang 86 Rosman Umum Padangpanjang 87 Dt. Mangkunuang Umum Padangpanjang 88 Mardiana Umum Padangpanjang 89 Udin Umum Padangpanjang 90 Sakban Umum Padangpanjang 91 Bayan Umum Padangpanjang 92 Dt. Batuah Nan Kuniang Umum Padangpanjang 93 Muchtar Umum Padangpanjang 94 Katik Batuah Umum Padangpanjang 95 Marhimin Umum Padangpanjang 96 Ilyas Dt. Panduko Umum Padangpanjang 97 Labai Sinaro Umum Padangpanjang 98 Etek Ameh Umum Padangpanjang 99 Dt. Berbangso Umum Padangpanjang 100 Dt. Batuah Umum Padangpanjang 101 Saparudin Umum Padangpanjang 102 Gaek Pitalah Umum Padangpanjang 103 Ida Padang Kunik Umum Padangpanjang 104 Samah Umum Padangpanjang 105 Dt. Muki Umum Padangpanjang 106 Ripin Umum Padangpanjang 107 Bakri Umum Padangpanjang 108 Dt. Tianso Umum Padangpanjang 109 Pakiah Batuah Umum Padangpanjang 110 Dt. Tan Barain Umum Padangpanjang 111 Sidi Sutan Umum Padangpanjang 112 Was Umum Padangpanjang 113 Rosni Umum Padangpanjang 114 Sukardi Umum Padangpanjang 115 Rustam Umum Padangpanjang 116 Katik Batuah Umum Padangpanjang 117 Katik Talua Umum Padangpanjang 118 Soma Umum Padangpanjang

Page 179: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 157

119 Nurlela Umum Padangpanjang 120 Dian Umum Padangpanjang 121 Dt. Gadiang Umum Padangpanjang 122 Pono Garang Umum Padangpanjang 123 Sofiet Umum Padangpanjang 124 Katik Nagari Umum Padangpanjang 125 Kasim Labai Sinaro Umum Padangpanjang 126 Mursida Umum Padangpanjang 127 Montisar Umum Padangpanjang 128 Sutan Mudo Umum Padangpanjang 129 Mawardi Umum Padangpanjang 130 Dt. Sinaro Umum Padangpanjang 131 Katik Batuah Umum Padangpanjang 132 Dt. Rajo Tuan Umum Padangpanjang 133 Buyuang Kabun Umum Padangpanjang 134 Dt. Tan Patiah Umum Padangpanjang 135 Dt. Rajo Malano Umum Padangpanjang 136 Saharudin Umum Padangpanjang 137 Kalasah Umum Padangpanjang 138 Labai Sutan Umum Padangpanjang 139 Darimi Dt. Sirajo Umum Padangpanjang

Kabupaten Agam / Kotamadya Bukittinggi

No Nama Pekerjaan Keterangan 1 Muslam Umum Agam, Bukittinggi 2 Rafdinal Umum Agam, Bukittinggi 3 Dt. Gampo Umum Agam, Bukittinggi 4 Udin Pono Umum Agam, Bukittinggi 5 Danas Umum Agam, Bukittinggi 6 Kamsima Umum Agam, Bukittinggi 7 Ali Umum Agam, Bukittinggi 8 Anis Umum Agam, Bukittinggi 9 Zulhamanis Umum Agam, Bukittinggi 10 Mainismar Umum Agam, Bukittinggi 11 Katik Tumangguang Umum Agam, Bukittinggi 12 Tos Umum Agam, Bukittinggi 13 Jamadin Umum Agam, Bukittinggi 14 Buyuang Sudi Bandaro Umum Agam, Bukittinggi 15 Usman Umum Agam, Bukittinggi 16 Basri Umum Agam, Bukittinggi 17 Radiasir Umum Agam, Bukittinggi 18 Anisma Umum Agam, Bukittinggi 19 Roslini Umum Agam, Bukittinggi 20 Nurmanis Umum Agam, Bukittinggi 21 Sabirin Umum Agam, Bukittinggi

Page 180: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

158 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

22 Upik Umum Agam, Bukittinggi 23 Kahar Umum Agam, Bukittinggi 24 Anjas Umum Agam, Bukittinggi 25 Dt. Suli Umum Agam, Bukittinggi 26 Rasyid Umum Agam, Bukittinggi 27 Marjohan Umum Agam, Bukittinggi 28 Tawaf Umum Agam, Bukittinggi 29 Tawaf Denai Umum Agam, Bukittinggi 30 B. St. Rj. Ameh Umum Agam, Bukittinggi 31 Mangguang Umum Agam, Bukittinggi 32 Ramaina Umum Agam, Bukittinggi 33 Ramaya Umum Agam, Bukittinggi 34 Nurma Umum Agam, Bukittinggi 35 Khalisah Umum Agam, Bukittinggi 36 Ma’an Umum Agam, Bukittinggi 37 Kutar Umum Agam, Bukittinggi 38 Nurjanah Umum Agam, Bukittinggi 39 Rafiah Umum Agam, Bukittinggi 40 M. Kasat Umum Agam, Bukittinggi 41 Rajuli Umum Agam, Bukittinggi 42 H. Marjunin Umum Agam, Bukittinggi 43 Tanius Umum Agam, Bukittinggi 44 Marduhan Umum Agam, Bukittinggi 45 Saniar Umum Agam, Bukittinggi 46 Munir St. Narullah Umum Agam, Bukittinggi 47 H. Agus Salim Umum Agam, Bukittinggi 48 Anasrul Umum Agam, Bukittinggi 49 H. Gindo Umum Agam, Bukittinggi 50 St. Tumangguang Umum Agam, Bukittinggi 51 H. Ilyas Umum Agam, Bukittinggi 52 Kawi Umum Agam, Bukittinggi 53 Dayan Umum Agam, Bukittinggi 54 Jarik Umum Agam, Bukittinggi 55 H. Fauzi Umum Agam, Bukittinggi 56 Ali Nian Umum Agam, Bukittinggi 57 Syofyan Umum Agam, Bukittinggi 58 Pakiah Bandaro Umum Agam, Bukittinggi 59 Suman Ngalau Umum Agam, Bukittinggi 60 Mursi Umum Agam, Bukittinggi 61 Nurma Umum Agam, Bukittinggi 62 Karimudin Umum Agam, Bukittinggi 63 Adnin Umum Agam, Bukittinggi 64 Buyuang Kandua Umum Agam, Bukittinggi 65 Nyik Candung Umum Agam, Bukittinggi 66 Nasir Umum Agam, Bukittinggi 67 Rusaipah Umum Agam, Bukittinggi 68 Umi Nurma Umum Agam, Bukittinggi 69 Zainab Umum Agam, Bukittinggi 70 As Umum Agam, Bukittinggi

Page 181: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 159

71 Nurcaya Umum Agam, Bukittinggi 72 Dt. Gampo Umum Agam, Bukittinggi 73 Animar Umum Agam, Bukittinggi 74 Baiyar Umum Agam, Bukittinggi 75 Budi Umum Agam, Bukittinggi 76 Khaidir Umum Agam, Bukittinggi 77 Ajo Zahri Umum Agam, Bukittinggi 78 Pati Umum Agam, Bukittinggi 79 Yusmar Umum Agam, Bukittinggi 80 Lelo Sirin Umum Agam, Bukittinggi 81 Mincat Umum Agam, Bukittinggi 82 Icong Umum Agam, Bukittinggi 83 Uyun Umum Agam, Bukittinggi 84 Anistar Umum Agam, Bukittinggi 85 Inan Umum Agam, Bukittinggi 86 Sati BR Umum Agam, Bukittinggi 87 Malin Umum Agam, Bukittinggi 88 Sati Jani Umum Agam, Bukittinggi 89 Gadis Rita Umum Agam, Bukittinggi 90 Nirin Umum Agam, Bukittinggi 91 Masai Umum Agam, Bukittinggi 92 Umar Umum Agam, Bukittinggi 93 Nurwati Umum Agam, Bukittinggi 94 Yansima Umum Agam, Bukittinggi 95 Baratas Umum Agam, Bukittinggi 96 Darwis Umum Agam, Bukittinggi 97 Abdullah Umum Agam, Bukittinggi 98 Adi Ayus Umum Agam, Bukittinggi 99 Yuhanisun Umum Agam, Bukittinggi 100 Safril Umum Agam, Bukittinggi 101 Incek Bagan Umum Agam, Bukittinggi 102 Panghulu Suki Umum Agam, Bukittinggi 103 Dt. Sarumpun Umum Agam, Bukittinggi 104 Ica Umum Agam, Bukittinggi 105 Husnaniar Umum Agam, Bukittinggi 106 Darnis Umum Agam, Bukittinggi 107 Yus Umum Agam, Bukittinggi 108 Gazali Umum Agam, Bukittinggi 109 Saiyar Umum Agam, Bukittinggi 110 Indomo Umum Agam, Bukittinggi 111 Darmo Umum Agam, Bukittinggi 112 Kamarudin Umum Agam, Bukittinggi 113 Yunawir Umum Agam, Bukittinggi 114 Gadis Umum Agam, Bukittinggi 115 Nahar Umum Agam, Bukittinggi 116 Nahar DKB Umum Agam, Bukittinggi 117 Nurma Inap Umum Agam, Bukittinggi 118 Limbago Umum Agam, Bukittinggi 119 Saipani Umum Agam, Bukittinggi

Page 182: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

160 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

120 Malin Aji Umum Agam, Bukittinggi 121 Anis Umum Agam, Bukittinggi 122 Anwar Umum Agam, Bukittinggi 123 Malin Nagari Umum Agam, Bukittinggi 124 Datuk Nan Muih Umum Agam, Bukittinggi 125 Malin Maruhun Umum Agam, Bukittinggi 126 Bahar Umum Agam, Bukittinggi 127 Sahar Umum Agam, Bukittinggi 128 Udin Umum Agam, Bukittinggi 129 Kuto Barani Umum Agam, Bukittinggi 130 H. Tamrin Umum Agam, Bukittinggi 131 Aspar Umum Agam, Bukittinggi 132 Usman Keadilan Umum Agam, Bukittinggi 133 Asril Umum Agam, Bukittinggi 134 Asmar Umum Agam, Bukittinggi 135 Nurseha Umum Agam, Bukittinggi 136 Dt. Palindi Umum Agam, Bukittinggi 137 Dulah Palak Umum Agam, Bukittinggi 138 Sawal Umum Agam, Bukittinggi 139 Bustami Umum Agam, Bukittinggi 140 Ajo Amir Umum Agam, Bukittinggi 141 Mayudin Umum Agam, Bukittinggi 142 Ajo Ali Umum Agam, Bukittinggi 143 Agusliar Umum Agam, Bukittinggi 144 Dt. Sindo Umum Agam, Bukittinggi 145 Samsu Umum Agam, Bukittinggi 146 Asni Umum Agam, Bukittinggi 147 Syamsiar Umum Agam, Bukittinggi 148 Zulmani Umum Agam, Bukittinggi 149 Animar Umum Agam, Bukittinggi 150 Gadis Umum Agam, Bukittinggi 151 Saharlis Umum Agam, Bukittinggi 152 Basarudin Umum Agam, Bukittinggi 153 Zahara Umum Agam, Bukittinggi 154 Ida Umum Agam, Bukittinggi 155 Nur Anjang Umum Agam, Bukittinggi 156 Ince Umum Agam, Bukittinggi 157 Jimbaroza Umum Agam, Bukittinggi 158 Lembang Umum Agam, Bukittinggi 159 Sutiah Umum Agam, Bukittinggi 160 Dt. Burhan Umum Agam, Bukittinggi 161 Ida Burhan Umum Agam, Bukittinggi 162 Adinar Umum Agam, Bukittinggi 163 Jawana Umum Agam, Bukittinggi 164 Jawanis Umum Agam, Bukittinggi 165 Nurlela Umum Agam, Bukittinggi 166 Yuliana Umum Agam, Bukittinggi 167 Ivan Umum Agam, Bukittinggi 168 Gadis Paambek Umum Agam, Bukittinggi

Page 183: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 161

169 Idan Umum Agam, Bukittinggi 170 Rosnina Umum Agam, Bukittinggi 171 Sainar Umum Agam, Bukittinggi 172 Pendek Umum Agam, Bukittinggi 173 Rodian Umum Agam, Bukittinggi 174 Ali Munas Umum Agam, Bukittinggi 175 Muslim Umum Agam, Bukittinggi 176 Anisma Umum Agam, Bukittinggi 177 Bachtiar Umum Agam, Bukittinggi 178 Muis Umum Agam, Bukittinggi 179 Talib St. Mangkuto Umum Agam, Bukittinggi 180 Dt. Penghulu Basa Umum Agam, Bukittinggi 181 Dt. Penghulu Nan Tinggi Umum Agam, Bukittinggi 182 Usman St. Mara Alam Umum Agam, Bukittinggi 183 Yasin Umum Agam, Bukittinggi 184 Mayunis Dt. Diateh Umum Agam, Bukittinggi 185 Zaenab Umum Agam, Bukittinggi 186 Nurlela Umum Agam, Bukittinggi 187 Yusna Umum Agam, Bukittinggi 188 Nazar St. Sati Umum Agam, Bukittinggi 189 Rosni Umum Agam, Bukittinggi 190 Mardin Umum Agam, Bukittinggi 191 Saidar Umum Agam, Bukittinggi 192 Sainyar Umum Agam, Bukittinggi 193 Cian Umum Agam, Bukittinggi 194 Abu Nawar Umum Agam, Bukittinggi 195 Jasni Umum Agam, Bukittinggi 196 Khaidir St. Mudo Umum Agam, Bukittinggi 197 Rosman St. Pangeran Umum Agam, Bukittinggi 198 Radias Umum Agam, Bukittinggi 199 Jamilis Umum Agam, Bukittinggi 200 Aji Mawar Umum Agam, Bukittinggi 201 Muhammad Dayar Umum Agam, Bukittinggi 202 Uwan Umum Agam, Bukittinggi 203 Acan St. Sidi Umum Agam, Bukittinggi 204 Caniago Umum Agam, Bukittinggi 205 Jaliah Umum Agam, Bukittinggi 206 Buyuang Umum Agam, Bukittinggi 207 Conaik Umum Agam, Bukittinggi 208 Atiak Umum Agam, Bukittinggi 209 Marlaini Umum Agam, Bukittinggi 210 Jamaris Umum Agam, Bukittinggi 211 Nasir Guru Umum Agam, Bukittinggi 212 Dirman Umum Agam, Bukittinggi 213 Bejo Umum Agam, Bukittinggi 214 Sugeng Umum Agam, Bukittinggi 215 Buya Rauf Umum Agam, Bukittinggi 216 Dt. Darami Umum Agam, Bukittinggi 217 Rifai Umum Agam, Bukittinggi

Page 184: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

162 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

218 Sinu Umum Agam, Bukittinggi 219 Rajana Umum Agam, Bukittinggi 220 Akhyar Umum Agam, Bukittinggi 221 Bahri M. Umum Agam, Bukittinggi 222 Dt. H. Basri Umum Agam, Bukittinggi 223 Ngadimun Umum Agam, Bukittinggi 224 Hasan Gaya Umum Agam, Bukittinggi 225 Marahlidin Umum Agam, Bukittinggi 226 Janahar Umum Agam, Bukittinggi 227 Idris Bahri M. Umum Agam, Bukittinggi 228 Amanaf Umum Agam, Bukittinggi 229 Zanibartas Umum Agam, Bukittinggi 230 Nursina Umum Agam, Bukittinggi 231 Lelo Bari Umum Agam, Bukittinggi 232 Jabar Umum Agam, Bukittinggi 233 Bejo Guru Umum Agam, Bukittinggi 234 Ramunas Umum Agam, Bukittinggi 235 Maimunah Umum Agam, Bukittinggi 236 Munir Rj. Ameh Umum Agam, Bukittinggi 237 Munir Umum Agam, Bukittinggi 238 Ibrahim Umum Agam, Bukittinggi 239 Sati Umum Agam, Bukittinggi 240 Dalima Umum Agam, Bukittinggi 241 Manusin Umum Agam, Bukittinggi 242 Yahya Umum Agam, Bukittinggi 243 Rajulis Umum Agam, Bukittinggi 244 Fibri Umum Agam, Bukittinggi 245 St. Palindi Umum Agam, Bukittinggi 246 Rajab Umum Agam, Bukittinggi 247 Bakir Umum Agam, Bukittinggi 248 Gapar Umum Agam, Bukittinggi 249 Radianus Umum Agam, Bukittinggi 250 Rasima Umum Agam, Bukittinggi 251 H. Sam Umum Agam, Bukittinggi 252 Idan Umum Agam, Bukittinggi 253 Jarih Umum Agam, Bukittinggi 254 Jalinar Umum Agam, Bukittinggi 255 Daniwar Umum Agam, Bukittinggi 256 Junarlis Umum Agam, Bukittinggi 257 Peto Sidi Umum Agam, Bukittinggi 258 Jamaan St. Diaceh Umum Agam, Bukittinggi 259 Rifai Umum Agam, Bukittinggi 260 Alius Umum Agam, Bukittinggi 261 Ajis Sutan Siuleman Umum Agam, Bukittinggi 262 Ariunis St. Mudo Umum Agam, Bukittinggi 263 Bahar St. Saidi Umum Agam, Bukittinggi 264 Rasidin St. Menan Umum Agam, Bukittinggi 265 Harno Umum Agam, Bukittinggi 266 Khaidir Umum Agam, Bukittinggi

Page 185: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 163

267 Munizar Umum Agam, Bukittinggi 268 Khatik Dwi Umum Agam, Bukittinggi 269 A. St. Jamaris Umum Agam, Bukittinggi 270 Ayunas St. Majolelo Umum Agam, Bukittinggi 271 Zulkarenaini Umum Agam, Bukittinggi 272 Bustami St. Nurdin Umum Agam, Bukittinggi 273 Misneti Umum Agam, Bukittinggi 274 Sudiarti Umum Agam, Bukittinggi 275 Kamarudin Umum Agam, Bukittinggi 276 Maya Dt. Gunuang Rajo Umum Agam, Bukittinggi 277 Bujang Umum Agam, Bukittinggi 278 Baharudin St. Suleman Umum Agam, Bukittinggi 279 Sofyan St. Palembang Umum Agam, Bukittinggi 280 Akhyar Bur Umum Agam, Bukittinggi 281 Nadiani Umum Agam, Bukittinggi

Sawahlunto

No Nama Partai/Ormas/

Pegawai Keterangan

1 Rejo SBTI Sawahlunto 2 Manijo SBTI Sawahlunto 3 Sucipto SBTI Sawahlunto 4 Ngadiran SBTI Sawahlunto 5 Nirwan SBTI Sawahlunto 6 Ibnu PKI Sawahlunto 7 Branti Gerwani Sawahlunto 8 Sugino PKI Sawahlunto 9 Sarbiin Gerwani Sawahlunto 10 Suyat SBTI Sawahlunto 11 Supar SBTI Sawahlunto 12 Sukarti Gerwani Sawahlunto 13 Nang Gerwani Sawahlunto 14 Takiran SBTI Sawahlunto 15 Nursih Gerwani Sawahlunto 16 Ngatimin SBTI Sawahlunto 17 Sudirman SBTI Sawahlunto 18 Sariman PKI Sawahlunto 19 Watira Pemuda Rakyat Sawahlunto 20 Kaharudin SBTI Sawahlunto 21 Munaf SBTI Sawahlunto 22 Jali PKI Sawahlunto 23 Janayak SBTI Sawahlunto 24 Kasanawar SBTI Sawahlunto 25 Slamat BS. SBTI Sawahlunto 26 Suwarni Gerwani Sawahlunto

Page 186: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

164 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

27 Catam PKI Sawahlunto 28 Yuskal SBTI Sawahlunto 29 Musa SBTI Sawahlunto 30 Panino Pemuda Rakyat Sawahlunto 31 Maliadi SBTI Sawahlunto 32 Jalius SBTI Sawahlunto 33 Tukino SBTI Sawahlunto 34 Bakhtiar SEBDA Sawahlunto 35 M. Danil Pemuda Rakyat Sawahlunto 36 Samsumar SEBDA Sawahlunto 37 Lansiah Gerwani Sawahlunto 38 Sukimat Kumis SEBDA Sawahlunto 39 Jasman SBTI Sawahlunto 40 Budiman PKI Sawahlunto 41 Lis Gerwani Sawahlunto 42 Mariani Gerwani Sawahlunto 43 Lis Gerwani Sawahlunto 44 Mariani Gerwani Sawahlunto 45 Rasangin Tius SBTI Sawahlunto 46 Kasman SBTI Sawahlunto 47 Kamido SBTI Sawahlunto 48 Abdul Munaf SBTI Sawahlunto 49 Hamsyah SBKA Sawahlunto 50 Suwarno SBTI Sawahlunto 51 Martini Gerwani Sawahlunto 52 Mariama Gerwani Sawahlunto 53 Bugel SBTI Sawahlunto 54 Rusman PKI Sawahlunto 55 Gampo SBTI Sawahlunto 56 Karim SBTI Sawahlunto 57 Muari PKI Sawahlunto 58 Riin SBTI Sawahlunto 59 Karman SBTI Sawahlunto 60 Amirudin PKI Sawahlunto 61 Nurmani Gerwani Sawahlunto 62 Lasin SEBDA Sawahlunto 63 Rancak SBTI Sawahlunto 64 Rosmini Pemuda Rakyat Sawahlunto 65 Samsu Anwar SEBDA Sawahlunto 66 Amirudin BTI Sawahlunto 67 Marsani SEBDA Sawahlunto 68 Syair SBTI Sawahlunto

Dibunuh

69 Syaripudin Pardi SOBSI Sawahlunto 70 Saidi PNS Sawahlunto 71 Hamsyah PKI Sawahlunto

Page 187: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 165

Page 188: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

166 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Kabupaten Sijunjung

No Nama Pekerjaan Alamat 1 Muis Umum Sijunjung 2 Manian Umum Sijunjung 3 Ibrahim Umum Sijunjung 4 Darlias PNS Sijunjung 5 Iskandar Umum Sijunjung 6 Rasmi Umum Sijunjung 7 Jarak Umum Sijunjung 8 Mak Lila Umum Sijunjung 9 Mak Sudin Umum Sijunjung 10 Baharudin Umum Sijunjung 11 Rohana Umum Sijunjung 12 Tulis Rj Sampono Umum Sijunjung 13 Kamarudin Umum Sijunjung 14 Abdul Muis PNS Sijunjung 15 M. Rasyid Pangulu Garang Umum Sijunjung 16 Munir Jambek PNS Sijunjung 17 Ilyas Umum Sijunjung 18 Kahar Umum Sijunjung 19 Sukan Umum Sijunjung 20 Sukin Umum Sijunjung 21 Rajab Umum Sijunjung 22 Ali Udin Umum Sijunjung 23 Munir Umum Sijunjung 24 Nasadun Dt. Maso Umum Sijunjung 25 Jarowat Umum Sijunjung 26 M. Zen TNI Sijunjung 27 A. Ridwan Umum Sijunjung 28 H. Rj. Nan Sati Umum Sijunjung 29 Ilyas Pongek Umum Sijunjung 30 Rahsia Umum Sijunjung 31 Syafarudin Umum Sijunjung 32 Rifai Umum Sijunjung 33 Fatimah Umum Sijunjung 34 Durasyid Umum Sijunjung 35 Dasimah Umum Sijunjung 36 Dulah Umum Sijunjung 37 Abu Yasid Umum Sijunjung 38 Rahman Umum Sijunjung 39 Munar Umum Sijunjung 40 Nanda Umum Sijunjung 41 Pendek Umum Sijunjung 42 St. Karain Umum Sijunjung 43 Nusan Umum Sijunjung 44 Bakri Umum Sijunjung

Page 189: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 167

45 Nurawin Umum Sijunjung 46 Sabario Umum Sijunjung 47 Mak Kyat Umum Sijunjung 48 Amirudin Umum Sijunjung 49 Subek Umum Sijunjung 50 Bujang Umum Sijunjung 51 Bazarudin Umum Sijunjung 52 Yahya Umum Sijunjung 53 Ares PNS Sijunjung 54 Wasio PN.TBO Sijunjung 55 Ahmad Umum Sijunjung 56 Rasmanidar Umum Sijunjung 57 Izah Umum Sijunjung 58 Nazar Jangguik Umum Sijunjung 59 Salam Umum Sijunjung 60 Samsudin Umum Sijunjung 61 Basyarudin Umum Sijunjung 62 Abdul Manap Umum Sijunjung 63 Sanuri Pt. Kari Umum Sijunjung 64 Syahmenan PNS Sijunjung 65 Bustani Bandaro Palik Veteran Sijunjung 66 Marjohan Umum Sijunjung 67 Adnan PNS Sijunjung 68 Amirudin Umum Sijunjung 69 Saiyer Umum Sijunjung 70 Naik Umum Sijunjung 71 Hasan Umum Sijunjung 72 Amir Saleh Umum Sijunjung 73 Nurbaiti Umum Sijunjung 74 Bustanudin Umum Sijunjung 75 Siudup Umum Sijunjung 76 Pelowan Garang Umum Sijunjung 77 Yahya Umum Sijunjung 78 Malin Panduko Umum Sijunjung 79 lbrahim Umum Sijunjung 80 Hasin Umum Sijunjung 81 Dt. Jomunok Umum Sijunjung 82 Johan Umum Sijunjung 83 Syuarni Umum Sijunjung 84 Dt. Marebau Umum Sijunjung 85 Dulah Umum Sijunjung 86 Naik Umum Sijunjung 87 Nakli Pangulu Sutan Umum Sijunjung 88 Ali Umi Umum Sijunjung 89 Husin Rajo Gorik Umum Sijunjung 90 Ramali Umum Sijunjung 91 Munir Umum Sijunjung 92 Mak Udin Umum Sijunjung 93 Jarana PNS Sijunjung

Page 190: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

168 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

94 Munir Umum Sijunjung 95 Agus Salim Wali Nagari Sijunjung 96 Sumin Umum Sijunjung 97 M. Yunus Umum Sijunjung 98 Buyung Lanad Umum Sijunjung 99 Muchtar M.S. PNS Sijunjung 100 Manyat Umum Sijunjung 101 M. Yasir PNS Sijunjung 102 Mustafa Umum Sijunjung 103 M. Yakin PNS Sijunjung 104 Nursuhud Umum Sijunjung 105 Usup Bdr. Kuniang Wali Nagari Sijunjung 106 Anis PNS Sijunjung 107 Musa Umum Sijunjung 108 Lairin Umum Sijunjung 109 M. Saleh Wali Nagari Sijunjung 110 Peapto Karsono Umum Sijunjung 111 Arjo Sabiran Umum Sijunjung 112 Saridano Umum Sijunjung 113 Tan Marajo PNS Sijunjung 114 Manijo PNS Sijunjung 115 Sukimat PNS Sijunjung 116 Daniel PN.TBO Sijunjung 117 Tukino PN.TBO Sijunjung 118 Dimin Sutan Pono Umum Sijunjung 119 Muin Pono Gadang Umum Sijunjung 120 Suleman Pk. Gindo Umum Sijunjung 121 Yubaher Umum Sijunjung 122 Syahnenab Muzaki PNS Sijunjung 123 Sapar PNS Sijunjung 124 Nazar PNS Sijunjung 125 Samsu Umum Sijunjung 126 Kumijan Umum Sijunjung 127 Sibupenka Umum Sijunjung 128 Buyung Naknut Umum Sijunjung 129 Bakar Umum Sijunjung 130 M. Rasyid PNS Sijunjung 131 Tan Majo PNS Sijunjung 132 Sawam Umum Sijunjung 133 Jamaher Polri Sijunjung 134 M. Yasir Umum Sijunjung 135 Marah Buyung Umum Sijunjung 136 Situnalalo Umum Sijunjung 137 Asni Umum Sijunjung 138 Bulini Umum Sijunjung 139 Sarni Umum Sijunjung 140 Rahnea Umum Sijunjung 141 Rasyid PN.TBO Sijunjung 142 Asmerdi PN.TBO Sijunjung

Page 191: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 169

143 Ngadiren PN.TBO Sijunjung 144 Nasarudin Umum Sijunjung 145 Ali Amran PNS Sijunjung 146 ldrus C. Umum Sijunjung 147 Mansur Umum Sijunjung 148 Rohani Umum Sijunjung 149 Mujiono Umum Sijunjung 150 Syafii Umum Sijunjung 151 Rasman Umum Sijunjung 152 Latif M. PNS Sijunjung 153 A. Muis LD PNS Sijunjung 154 H. Aba Daud PNS Sijunjung 155 S. Sampono Alam PNS Sijunjung 156 Dalima Umum Sijunjung 157 Hasan Basri Umum Sijunjung 158 Idris Dulah Umum Sijunjung 159 M. Syukur Umum Sijunjung 160 Nyamin Umum Sijunjung 161 Idirus Umum Sijunjung 162 Bustaman B. Umum Sijunjung 163 Jalina Umum Sijunjung 164 Syamsinar Umum Sijunjung 165 Ali Nasir Umum Sijunjung 166 Nasir Umum Sijunjung 167 Syamsudin Hasan Umum Sijunjung 168 Sukemi Umum Sijunjung 169 Muchtar Bucok Umum Sijunjung 170 Sulan Umum Sijunjung 171 Usman Z. Umum Sijunjung 172 M. Said Pk. Sati Umum Sijunjung 173 Idris Umum Sijunjung 174 Abdurrahman Umum Sijunjung 175 Ishak Umum Sijunjung 176 Sukemi Umum Sijunjung 177 Malin Pono Umum Sijunjung 178 Sy. Dt. Manggung Umum Sijunjung 179 Sotin Bdr. Bujang Umum Sijunjung 180 M. Yuli PNS Sijunjung 181 Nahar Rj. Angan Umum Sijunjung 182 Dinar Umum Sijunjung 183 ldrus Bifo PNS Sijunjung 184 A. Pito Kari Umum Sijunjung 185 Syamsul Bahri PNS Sijunjung 186 Saman S. PNS Sijunjung 187 Anmirudin PNS Sijunjung 188 Nurmanis PNS Sijunjung 189 Lasimsar PNS Sijunjung 190 Marjudin Umum Sijunjung 191 Muslim Dj Umum Sijunjung

Page 192: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

170 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

192 H. Narwin Umum Sijunjung 193 Yuli Wali Nagari Sijunjung 194 Abdul Azis Wali Nagari Sijunjung 195 Bahar Umum Sijunjung 196 Saidina Umar Umum Sijunjung 197 Syamsu Anwar PNS Sijunjung 198 Dt. Rj. Malano Umum Sijunjung 199 Kalilimpa Umum Sijunjung 200 Nuarmin Umum Sijunjung 201 Muhammad Umum Sijunjung 202 Syafri Umum Sijunjung 203 Yuzani Umum Sijunjung 204 Nurman Umum Sijunjung 205 M. Diar Umum Sijunjung 206 Naunas Umum Sijunjung 207 Mukhtarudin Umum Sijunjung 208 Abuski Umum Sijunjung 209 Can Umum Sijunjung 210 Cahairudin Umum Sijunjung 211 Dakhniar Umum Sijunjung 212 Darwis Pono Umum Sijunjung 213 Tantowi Umum Sijunjung 214 Syafei Umum Sijunjung 215 Hasanudin Umum Sijunjung 216 Rasul Hamdi Umum Sijunjung 217 J. Gindo Marajo Umum Sijunjung 218 Amir Wahid Umum Sijunjung 219 Idris Umum Sijunjung 220 Alim Syafii Umum Sijunjung 221 Pindah Umum Sijunjung 222 Makan Palindi Umum Sijunjung 223 Jasan Jalano Umum Sijunjung 224 Jahar HS Umum Sijunjung 225 Harna Kasalui Umum Sijunjung 226 Wasio Umum Sijunjung 227 Dakhniar Umum Sijunjung 228 Syairullah Umum Sijunjung 229 M. Tasar Umum Sijunjung

Dibunuh

230 Abdul Aziz Wali Nagari Sijunjung 231 Diran Khatib Sati Camat Sijunjung 232 Rahmatsyah PNS Sijunjung 233 Nawar Jangguik PKI Sijunjung 234 Salam PKI Sijunjung 235 Inyiak Dagang PKI Sijunjung 236 Lasmani PKI Sijunjung

Page 193: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 171

Kabupaten Pasaman

Diambil dari tahanan, dibunuh & kuburannya tidak diketahui

No Nama Partai/Ormas Alamat 1 Samsuar PKI Lubuk Sikaping 2 Wahab Samat PKI Lubuk Sikaping 3 Ali Ajis PKI Tapus Panti 4 Majo Adil PKI Panti 5 Aminudin Yakub PKI Lubuk Sikaping 6 Jasih Tukang PKI Cubadak 7 Sudiman PKI Cubadak 8 Aspan PKI Cubadak 9 Samsuardi PKI Lubuk Sikaping 10 Dahlan PKI Lubuk Sikaping 11 Paspayona PKI Simpang Empat 12 Latif PKI Lubuk Sikaping 13 Samsuar Guru PKI Lubuk Sikaping 14 Nasarudin PKI Lubuk Sikaping 15 Erwin Janggut PKI Lubuk Sikaping 16 Ny. Hasan Gerwani Lubuk Sikaping 17 Jasmin Arif PKI Lubuk Sikaping 18 Damli Aladin PKI Lubuk Sikaping 19 Nurdin PKI Lubuk Sikaping 20 Samsuar KS PKI Lubuk Sikaping 21 Warni Kimin PKI Lubuk Sikaping 22 Anasta PKI Sinurut Talu 23 Sarbaini PKI Air Bangis 24 Budiman Siregar PKI Panti 25 Sofyan PKI Lubuk Sikaping 26 Nasbir Lubis PKI Cubadak 27 Adlin PKI Cubadak 28 Sakri PKI Air Bangis 29 M. Sati Siregar PKI Panti

Page 194: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

172 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

Ditahan No Nama Partai/Ormas Alamat 1 Asmanida Gerwani Cubadak 2 Tianur Gerwani Panti 3 Dasima Gerwani Kajai 4 Asmara Gerwani Kajai 5 Marunis Gerwani Kajai 6 Husna Gerwani Talu 7 Suriati Gerwani Talu 8 Sidang Gerwani Talu 9 Halimah Gerwani Talu 10 Yuslinar Gerwani Talu 11 Rosmanidar Gerwani Talu 12 Arjun BTI Panti 13 Nasri Pemuda Rakyat Panti 14 Ny. Basri Khatib Pemuda Rakyat Panti 15 Tapatikan BTI Panti 16 Marasingap BTI Sukadamai 17 J. Muis BTI Talu 18 Imam Lius BTI Talu 19 Jusan BTI Kajai 20 Makmur BTI Simp. Empat 21 Lisanudin BTI Cubadak 22 Aliani PKI Cubadak 23 Zulkifli PKI Cubadak 24 M. Isa BTI Cubadak 25 Kaharudin BTI Cubadak 26 Tamrin BTI Simp. Tonang 27 Karim BTI Simp. Tonang 28 Mansur Man Pemuda Rakyat Batang Pasaman 29 Lutur Pemuda Rakyat Batang Pasaman 30 M. Ali SBPU Ujung Gading 31 Safii Pemuda Rakyat Ujung Gading 32 Zainal Pemuda Rakyat Ujung Gading 33 Muhammad Nur BTI Simp. Tigo Alin 34 Sayuti BTI Air Bangis 35 Surip BTI Pujo Rayu 36 Sukijan Pemuda Rakyat Bandayo 37 Suyono BTI Padang Laweh 38 Hata BTI Padang Laweh 39 Parto BTI Sidi Mulyo 40 Tukiran BTI Sidi Mulyo 41 Zulkifli BTI Cubadak 42 Samsu BTI Lansat Kadab 43 Sayit Dt. M. Murak BTI Katimahar 44 Yuskan BTI Katimahar 45 Busran BTI Lundar

Page 195: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 173

46 Amat Pemuda Rakyat Ujung Gading 47 Bakhtiar PGRI NV Kauman 48 Zainal Abidin BTI Pasar Ampalu 49 Charunas PGRI NV Kauman 50 Azwar Pemuda Rakyat Lansat Kadap 51 Amin Pemuda Rakyat Rumbai 52 Makmur PGRI NV Kauman 53 M. Sani PGRI NV Kauman 54 Kadar PGRI NV Kauman 55 Yakub SBKB Rao 56 Mingan SBKB Rao 57 Idris Pemuda Rakyat Rao 58 Azwar Pemuda Rakyat Rao 59 Jali BTI Rao 60 Biran BTI Rao 61 Taharudin SBKB Rao 62 Sukan BTI Rao 63 Tikon BTI Rao 64 Amir BTI Rao 65 Ucok BTI Rao 66 Maiman BTI Rao 67 Jamaulang BTI Rao 68 Tengku Sati BTI Rao 69 Saleh BTI Rao 70 Musa BTI Rao 71 Jabatang Hari BTI Rao 72 Mayu BTI Rao 73 Abdul PKI Rao 74 Midin PKI Rao 75 Labai Junus PKI Sukadamai 76 Sipuh PKI Lbk. Aro 77 Baharudin Pemuda Rakyat Rao 78 Daud SBKB Rao 79 Hakim SBKB Rao 80 Lufi Pemuda Rakyat Rao 81 Supik Jinis Gerwani Rao 82 Afiyah Gerwani Rao 83 Darunis Gerwani Rao 84 Amir Husin Pemuda Rakyat Rao 85 Rajudin Pemuda Rakyat Rao 86 Abdul Gani BTI Rao 87 Rasyid BTI Rao 88 Saburi PKI Sungai Rangab 89 Sihombing PKI Sungai Rangab 90 Dt. Putiah PKI Sungai Rangab 91 Husin PKI Padang Martinggi 92 Abdullah Pemuda Rakyat Sungai Rangab 93 Dasri Pemuda Rakyat Sungai Rangab 94 Batul PKI Rumbai

Page 196: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

174 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

95 Amirsyam Pemuda Rakyat Rao 96 Munir Pemuda Rakyat Sumpadang 97 Alim SBKB Tapus 98 Sicas SBKB Tapus 99 Dulah Pemuda Rakyat Languang 100 Yahya BTI Languang 101 Nawawi BTI Languang 102 Sanif Pemuda Rakyat Lansat Kadap 103 Baharudin PGRI NV Kota Nopan 104 Buyung Pemuda Rakyat Lansat Kadap 105 Ramsi PKI Kauman 106 Samsudin Pemuda Rakyat Kauman 107 Makmur PKI Kauman 108 Marah Aman PKI Kauman 109 Rifai PKI Pintu Padang 110 Ripin PKI Pintu Padang 111 Samsudin PKI Pintu Padang 112 Munir Pemuda Rakyat Silayang 113 Sani Pemuda Rakyat Kp. Tangah 114 Pintar PKI Padang Petok 115 Sy. Kebaikan BTI Padang Petok 116 Bainam Lubis BTI Padang Petok 117 Ali Udin BTI Padang Petok 118 Muktar SBPU Padang Petok 119 Damuri BTI Padang Alai 120 Hasim BTI Padang Alai 121 St. Baringin BTI Padang Petok 122 Muhammad Salam Pemuda Rakyat Padang Petok 123 Sofyan Pemuda Rakyat Panti 124 Usman Pemuda Rakyat Panti 125 Rusli Pemuda Rakyat Panti 126 Sofyar PGRI NV Padang Alai 127 Samin BTI Panti 128 Toni Pemuda Rakyat Panti 129 Ali Akmam SBKB Panti 130 Muhammad BTI Bg. Sejati 131 Parmonang BTI Cangkeh 132 Labai Tohir BTI Cangkeh 133 Sihombing BTI Cangkeh 134 Tabulele BTI Cangkeh 135 Aliman Pemuda Rakyat Panti 136 Sigading SBKB G. Baringin 137 Zainal Abidin PGRI NV Panti 138 Akidar SBKB Panti 139 Sumanjuanis BTI Rao 140 Lutfi Pemuda Rakyat Rao 141 Dori BTI Lb. Layang 142 Sopiah Gerwani Lb. Layang 143 Dari BTI Lb. Layang

Page 197: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 175

144 Bahar Pemuda Rakyat Kauman 145 Maju BTI Sumo Padang 146 Asran Lubis SBKB Tapus 147 H. Usman BTI Tapus 148 Khaidir SBKB Tapus 149 Budin SBKB Tapus 150 Saritam SBKB Tapus 151 Dt. Suir SBKB Panti 152 M. Sirat Maris PNS Rao 153 Rian Muhammad Alin Partindo Rao 154 Kuman PGRI NV M. Tambangan 155 Biran PKI M. Tambangan 156 Sali PKI M. Tambangan 157 Alfian PKI M. Tambangan 158 Imam Dahlan PKI M. Tambangan 159 Yuliusran PKI M. Tambangan 160 Nurdin PKI M. Tambangan 161 Dirman PKI M. Tambangan 162 Lunis PKI M. Tambangan 163 Cahyun Deti BTI Rao 164 Saleh BTI Rao 165 Musa BTI Rao 166 Jabotang Kari BTI Rao 167 Mayu BTI Rao 168 Abdul BTI Rao 169 Midin PKI Rao 170 Labai Yunus PKI Sukadamai 171 Sipuh PKI Rao 172 Baharudin Pemuda Rakyat Rao 173 Daud SBKB Rao 174 Hakim SBKB Rao 175 Lufi Pemuda Rakyat Rao 176 Supik Yanis Gerwani Rao 177 Sopiah Gerwani Rao 178 Darunis Gerwani Rao 179 Amir Husin Pemuda Rakyat Rao 180 Rajudin Pemuda Rakyat Rao 181 Abdul Gain BTI Rao 182 Rasyid BTI Rao 183 Saburi PKI Sungai Rongah 184 Sihombing PKI Sungai Rongah 185 Dt. Putih PKI Sungai Rongah 186 Husin PKI Padang Martinggi 187 Abdullah Pemuda Rakyat Sungai Rongah 188 Dasri Pemuda Rakyat Rao 189 Wadul PKI Rao 190 Amirsan Pemuda Rakyat Sumo Padang 191 Munir Pemuda Rakyat Tapus 192 Alim SBKB Tapus

Page 198: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

176 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

193 Sijas SBKB Tapus 194 Dulah Pemuda Rakyat Rao 195 Yahya BTI Rao 196 Nawawi BTI Rao 197 Sarif Pemuda Rakyat Rumbai 198 Baharudin PGRI NV Kota Nopan 199 Buyung Pemuda Rakyat Lansat Kadap 200 Ramsi PKI Kauman 201 Samsudin Pemuda Rakyat Kauman 202 Makmur PKI Kauman 203 Marahman PKI Kauman 204 Rifai PKI Pintu Padang 205 Ripin PKI Pintu Padang 206 Samsudin Pemuda Rakyat Selayang 207 Munir Pemuda Rakyat Kp. Tangah 208 Sani PKI Padang Petok 209 Pintar BTI Padang Petok 210 St. Kebaikan BTI Padang Petok 211 Bainan Lubis BTI Padang Petok 212 Ali Udin BTI Padang Petok 213 Mukhtar SBPU Padang Petok 214 Damuri BTI Padang Petok 215 Kasim BTI Padang Petok 216 St. Baringin BTI Padang Alai 217 Muhammad Salam Pemuda Rakyat Petok 218 Sofyan Pemuda Rakyat Panti 219 Usman Pemuda Rakyat Panti 220 Rusli Boet Pemuda Rakyat Panti 221 Sopiar PGRI NV Padang Alai 222 Saimin BTI Panti 223 Toni Pemuda Rakyat Panti 224 Ali Akman SBKB Panti 225 Muhammad BTI Bg. Sejati 226 Permonang BTI Cangkeh 227 Labai Taher BTI Cangkeh 228 Sihombing BTI Cangkeh 229 Jabulele BTI Cangkeh 230 Aliman Pemuda Rakyat Panti 231 Sigading SBKB Panti 232 Zainal Abidin PGRI NV Katimahar 233 Suman Zonis BTI Rao 234 Lutfi BTI Rao 235 Dori BTI Lb. Layang 236 Dirih BTI Lb. Layang 237 Sopiah Gerwani Lb. Layang 238 Bahar PGRI NV Kauman 239 Mairi BTI Sumur Padang 240 Asnam Lubis SBKB Tapus 241 H. Usman BTI Tapus

Page 199: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 177

242 Khaidir SBKB Tapus 243 Ludin SBKB Tapus 244 Saritaan SBKB Tapus 245 Dt. Sawir SBKB Panti 246 M. Sirat maris Sipil Rao 247 Rian Muhammadin PGRI NV Rao 248 Kuman PGRI NV Muaro Tambang 249 Biran PKI Muaro Tambang 250 Alfian PKI Muaro Tambang 251 Asnan PKI Muaro Tambang 252 Imam Dahlan PKI Muaro Tambang 253 Jaliusran PKI Muaro Tambang 254 Nurdin PKI Muaro Tambang 255 Firman PKI Muaro Tambang 256 Lunim PKI Muaro Tambang 257 Talib BTI Padang Petok 258 Darmin PKI Simp. Tonang 259 Harfiah PKI Simp. Tonang 260 Gustinan PKI Muaro Tonang 261 Aliusar PKI Tambak 262 Sukarni PKI Tambak 263 Salam PKI Tambak 264 Sukarena PKI Tambak 265 Damsatkayo PKI Tambak 266 Junisar Japang PKI Tambak 267 Jarmalis PKI Tambak 268 Usman PKI Tambak 269 Jamarin PKI Tambak 270 Ilyas St. Mudo PKI Tambak 271 Rusli St. Larangan PKI Tambak 272 Kamil Imam Tawaf PKI Tambak 273 Wahid St. Mudo PKI Tambak 274 Nasbir Lubis PKI Cubadak 275 Adlin PKI Cubadak 276 Sufitri Pemuda Rakyat Cubadak 277 Darmawan Pemuda Rakyat Cubadak 278 Akirman Pemuda Rakyat Ls. Batu 279 Ahmad Pemuda Rakyat Simp. Kalam 280 Yuliasman Pemuda Rakyat Cubadak 281 Aris Sambang PKI Tambak 282 Barmawi PKI Tambak 283 Ismail Imam PKI Tambak 284 Muhaimin BTI Tambak 285 K. Tuo Malin BTI Sundatar 286 S. Mangkuto Alam PKI Sundatar 287 M. Sari PKI Sundatar 288 Mara Ani PKI Sundatar 289 Elnang Sati PKI Sundatar 290 Abdul Ajis PKI Sundatar

Page 200: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

178 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

291 LR. Bagading PKI Sundatar 292 L. Sembahan PKI Sundatar 293 Jaidin PKI Sundatar 294 Jumaat Sarif Ex. Camat Sundatar 295 Mara hasim BTI Sundatar 296 Sasu PKI Sundatar 297 Saidan PKI Sundatar 298 Karya PKI Sundatar 299 Ayat PKI Sundatar 300 M. Nur PKI Sundatar 301 Bahari PKI Sundatar 302 M. Nasir PKI Sundatar 303 Idris PKI Sundatar 304 Budin PKI Sundatar 305 Dulah PKI Bonjol 306 Bakhtiar PGRI NV Kauman 307 Khairunas PGRI NV Kauman 308 Azwar Pemuda Rakyat Rao 309 Samin Pemuda Rakyat Petok 310 Maparluhutan BTI Lbk. Tarab 311 JR. Sualan BTI Lbk. Tarab 312 Sutan Mamora BTI Lbk. Tarab 313 Malin Mahidin BTI Lbk. Tarab 314 M. Simamora BTI Lbk. Tarab 315 Sahlan BTI Lbk. Tarab 316 Tarmaili BTI Lbk. Tarab 317 Mara hasan BTI Lbk. Tarab 318 Kari Suleman BTI Lbk. Tarab 319 Satin Malin BTI Lbk. Tarab 320 Mahadun Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 321 Mara Sati Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 322 Sutan Nauli Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 323 Jaidar Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 324 Maramana Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 325 Batra Buni Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 326 Jangkapan BTI Lbk. Tarab 327 Hamjah Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 328 Ruslan Pemuda Rakyat Lbk. Tarab 329 Bagindo Bongaran BTI Lbk. Tarab 330 Aslim BTI Lbk. Tarab 331 Sarimalaya BTI Lbk. Tarab 332 Maradali BTI Lbk. Tarab 333 Sahada BTI Lbk. Tarab 334 Akub BTI Lbk. Tarab 335 Basuki BTI Lbk. Tarab 336 Marakombang BTI Lbk. Tarab 337 Sutan Sayur BTI Lbk. Tarab 338 Muhammad BTI Lbk. Tarab 339 Tasingar BTI Lbk. Tarab

Page 201: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 179

340 Tapagar BTI Lbk. Tarab 341 Hadanan BTI Lbk. Tarab 342 Comat BTI Lbk. Tarab 343 Masniab Gerwani Lbk. Tarab 344 Masalela Gerwani Lbk. Tarab 345 Masran PKI Binubu 346 Jakalembang BTI Baringin Nauli 347 Marauli BTI Baringin Nauli 348 Posomangaraja PKI Lembah Lanai 349 Abdul Halim PKI Binubu 350 Pendapatan PKI Binubu 351 Mukhtar PKI Binubu 352 A. Satio Malin PKI Binubu 353 Masron PKI Binubu 354 Talib Bgd. Samitaan PKI Binubu 355 Pinangongan PKI Binubu 356 Jahadi Yaharan PKI Binubu 357 Mara Ali PKI Binubu 358 Lela PKI Binubu 359 Lenggungga PKI Binubu 360 Maraundi Hsb PKI Kuamang 361 Diris PKI Muaro Bangke 362 Inang Raja Imbang PKI Sukadamai 363 Bgd. Nepo Hsb BTI Bangun Raja 364 Muhammad BTI Muara Bangun 365 M. Siregar BTI Muara Bangun 366 Agus BTI Muara Bangun 367 Japalo BTI Kuamang 368 Maasir BTI Sungai Pimping 369 Abdul Malik BTI Sukadamai 370 Japadangbaleh BTI Muara Bangun 371 Muhammad Arif PKI Sumur Padang 372 Suhautabarat BTI Sungai Pimping 373 St. Saulan BTI Padang Gelugur 374 Badurahman BTI Sungai Pimping 375 Tasibalon BTI Sungai Pimpng 376 Bidin Hsp BTI Desa Makmur 377 Tokong BTI Lembah Lanai 378 Masnia Gerwani Lubuak Tarab 379 Bgd. Gongoran BTI Lubuak Tarab 380 Mahdin BTI Lubuak Tarab 381 Ismail St. Zainal BTI Lubuak Tarab 382 Madius BTI Pasaman Barat 383 Karisarah BTI Pasaman Barat 384 M. Jilis BTI Pasaman Barat 385 Anwar BTI Pasaman Barat 386 Dumin BTI Pasaman Barat 387 Wahana BTI Pasaman Barat 388 Biran BTI Pasaman Barat

Page 202: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

180 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

389 Amirudin BTI Pasaman Barat 390 Mawar BTI Pasaman Barat 391 Darwis BTI Pasaman Barat 392 Suud BTI Pasaman Barat 393 Bahari BTI Pasaman Barat 394 Murad BTI Dalik 395 Samsir BTI Dalik 396 Maazab BTI Dalik 397 Dani BTI Dalik 398 Khaidir PKI Dalik 399 Pakiah Dani BTI Dalik 340 Dahlan BTI Dalik 341 Tarudin BTI Dalik 342 Sukur PKI Dalik 343 Abu Samah BTI Dalik 344 Hamid Rj. Lelo PKI Sontang 345 Borus Jampo BTI Sontang 346 Umar BTI Sontang 347 Zainudin BTI Sukadamai 348 Nipo Siregar BTI Sukadamai 349 Parman BTI Sukadamai 350 Basir BTI Pegang 351 Mali BTI Pegang 352 Sahar Pemuda Rakyat Tj. Aro 353 Ibrahim SBKB Dalik 354 Darwis K. PKI Dalik 355 Daramis SBKB Dalik 356 Laha SBKB Dalik 357 Duli SBKB Dalik 358 Nurdin SBKB Dalik 359 Amir Hasan PGRI NV Dalik 360 Rusli SBKB Dalik 361 Rusli R PKI Dalik 362 Sari PKI Dalik 363 Saleh PKI Dalik 364 Samsunir PKI Dalik 365 Khaidir PKI Dalik 366 Buyun Acik PKI Dalik 367 Saman PKI Dalik 368 Akis PKI Dalik 369 Rustam PKI Dalik 370 Ali PKI Air Bangis 371 Nasrun BTI Air Bangis 372 Samudi BTI Sundatar 373 Mirin BTI Sundatar 374 Diran BTI Sundatar 375 Liman BTI Sundatar 376 Bidin BTI Sundatar 377 Sahrudin BTI Sundatar

Page 203: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 181

378 Kamin PKI Sundatar 379 Kamin S. PKI Sundatar 380 Anwar PKI Sundatar 381 Bahari PKI Sundatar 382 Lahab PKI Sundatar 383 Sahrun PKI Sundatar 384 Samsir PKI Sundatar 385 Sailan PKI Sundatar 386 Asab BTI Sundatar 387 Muslim BTI Sundatar 388 Sanin BTI Sundatar 389 Maaruf BTI Sundatar 390 Rasyid BTI Sundatar 391 Basir BTI Sundatar 392 M. Danar BTI Sundatar 393 Samsir BTI Sundatar 394 Muslim BTI Sundatar 395 Sanmah BTI Sundatar 396 Taswar BTI Sundatar 397 Nurhani PKI Sundatar 398 Nurhamin PKI Sundatar 399 Jolelo PKI Sundatar 400 Samsudin Ucok PKI Sundatar 401 Rasah PKI Sungai Landai 402 Kiah Gerwani Sungai Landai 403 Lastur Gerwani Sungai Landai 404 Manis Gerwani Sungai Landai 405 Marsiam Gerwani Sungai Landai 406 Nurbaiti Gerwani Sungai Landai 407 Ema Gerwani Sungai Landai 408 Bainudin PKI Padang Sarai 409 Surkani PKI Padang Sarai 410 Malintang Sutan PKI Padang Sarai 411 Usman Pemuda Rakyat Padang Sarai 412 Muhammad Pemuda Rakyat Padang Petok 413 Sabirman PGRI NV Salibawan 414 M. Taher PGRI NV Pasa Mapun 415 Janauli BTI Tj. Aro 416 Bagodin PKI Padang Sarai 417 Agus PGRI NV Padang Sarai 418 Sofyan Pemuda Rakyat Padang Sarai 419 Mhd. Zen Pemuda Rakyat Rambahan 420 Bahri PKI Rambahan 421 Sini Pemuda Rakyat Kuamang 422 Juntis BTI Sukadamai 423 Marah Harahap Pemuda Rakyat Panti 424 Rahim BTI Bg. Sejati 425 Nurseha Gerwani Talu 426 Ani Gerwani Kajai

Page 204: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

182 | Derita Sepahit Empedu – Sy. Datuk R.A.

427 Bgd. Siagian Pemuda Rakyat Lb. Tarab 428 Janiraya BTI Tj. Aro II 429 Maslut Pemuda Rakyat Tj. Aro II 430 Abai SBKB Tapus 431 Khatik Ramli BTI Kp. Tangah Sontang 432 Khaidir Rautan Pemuda Rakyat Ujung Gading 433 Jaban K BTI Panti 434 Jaratan BTI Panti 435 Bgd. Kht. Suleman PKI Binubu 436 Ilyas PKI Durian Kadap 437 IP. Simanjuntak PKI Sukadamai 438 Marakata PKI Durian Kadap 439 Dasri PGRI NV Tj. Aro 440 Buhairan Pemuda Rakyat Sontang 441 Hamsah Pemuda Rakyat Durian Kadap 442 Damai Pemuda Rakyat Sukadamai 443 H. Nuki PKI Tapus 444 Azhar PKI Air Bangis 445 Araman Pemuda Rakyat Sukadamai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 205: 29 Derita Sepahit Empedu · Kehidupan tahanan politik di dalam penjara adalah sangat buruk, ibarat antara hidup dan mati. Sementara itu berita dari luar masuk dengan derasnya—tentang

Lampiran — Tapol Sumatera Barat | 183