hubungan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut...

28
HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN INDEX DMF-T PADA ANAK DOWN SINDROM DI SLB MUHAMMADIYAH DAN SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Pada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung HIKMAT AZIS FIRDAUS NIM. P17325114034 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN GIGI 2017

Upload: others

Post on 19-Aug-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT DENGAN INDEX DMF-T PADA ANAK DOWN

SINDROM DI SLB MUHAMMADIYAH DAN SPLB-C

YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Pendidikan Program Diploma III Pada Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

HIKMAT AZIS FIRDAUS

NIM. P17325114034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

2017

Page 2: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

DENGAN INDEX DMF-T PADA ANAK DOWN SINDROM DI SLB

MUHAMMADIYAH DAN SPLB-C YPLB CIPAHNTI KOTA BANDUNG

Hikmat Azis Firdaus 1), Neneng Nurjanah

2)

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Down sindrom merupakan kelainan genetik yang menyebabkan

keterbelakangan fisik dan mental akibat gangguan gen pada kromosom 21 (Usri

Koterman,dkk,2012). Sampai saat ini karies gigi masih merupakan masalah di

indonesia dengan prepalensinya cukup tinggi, karena itu penanggulangan nya

harus memerlukan perhatian terutama yang berhubungan dengan anak down

sindrom, karna anak down sindrom tidak mampu menolong dirinya sendiri, salah

satunya tentang kebersihan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana hubungan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan

index DMM-T pada anak down sindorm. Metode penelitian yang digunakan

adalah penelitian analitik, dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan

sampel dengan teknik total sampling (14 responden) anak down sindrom yaitu 4

responden di SLB Muhammadiyah, dan 10 responden di SPLB-C YPLB Kota

Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut anak down sindrom di SLB Muhammadiyah dan SPLB-C YPLB Cipaganti

Kota Bandung, 10 responden (71,43%) baik. Index DMF-T anak down sindrom di

SLB Muhammadiyah dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung, 5 (35,71%)

rendah ( 1,2-2,6). Uji korelasi dilakukan dengan analisa data korelasi pearson

produck moment dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil uji statistik

menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut dengan index DMF-T anak down sindrom di SLB Muhammadiyah

dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung (p=-0,559<0,05).

Kata kunci : Pemeliharan Kesehatan Gigi Dan Mulut, Index DMF-T, Anak

Down Sindrom

Page 3: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

MAINTENANCE RELATIONSHIP OF DENTAL HEALTH AND MOUTH

WITH INDEX DMF-T ON CHILDREN DOWN SYNDROME IN SLB

MUHAMMADIYAH AND SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG

Hikmat Azis Firdaus 1), Neneng Nurjanah

2)

Dental Nursing Ministry of Health Polytechnic Bandung

ABSTRACT

Down syndrome is a genetic disorder that causes physical and mental

retardation due to gene disorder on chromosome 21 (Usri Koterman, et al, 2012).

Until now dental caries is still a problem in Indonesia with a high enough

prepalence, therefore its handling should require attention especially related to

child down syndrome, because child down syndrome unable to help himself, one

of them about dental hygiene and mouth. This study aims to find out how the

relationship of maintaining oral health with DMM-T index in children down

syndrome. The research method used is analytical research, with cross sectional

design. Sampling technique with total sampling technique (14 respondents)

children down syndrome that is 4 respondents in SLB Muhammadiyah, and 10

respondents in SPLB-C YPLB Bandung.

The results showed that the maintenance of dental and oral health of

children down syndrome in SLB Muhammadiyah and SPLB-C YPLB Cipaganti

Bandung, 10 respondents (71.43%) good. Index DMF-T child down syndrome in

SLB Muhammadiyah and SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung, 5 (35,71%) low

(1,2-2,6). The correlation test was done by analyzing the correlation data of

pearson produck moment with 95% confidence level (α = 0,05). The result of

statistical test shows that there is a significant correlation between dental and oral

health care with DMF-T index of child down syndrome in SLB Muhammadiyah

and SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung (p = -0,559 <0,05)

Keywords: The maintenance of the oral health, Down Syndrome, Index DMF-T

Page 4: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas berkat

Hidayah dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis

Ilmiah yang erjudul “ Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

dengan Index DMF-T Pada Anak Down Sindrom di SLB Muhammadiyah

Cipedes dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung “.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program Diploma III (tiga) Pada Politeknik Kesehatan

Bandung Jurusan Keperawatan Gigi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih

terdapat kesalahan dan kekurangan. Hal ini di sebabkan keterbatasan kemampuan

dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan karya tulis

ilmiah ini supaya lebih baik.

Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

2. DR. Ir .H .Osman Syarif, M.KM, selaku Direktur Poli Teknik kesehatn

Bandung

3. drg. Hj. Hetty Anggrawati K. M.Kes, AIFO, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Gigi

4. drg.Dewi Sodja Laela,M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan bimbingan, dukungan dan semangat.

5. drg. Neneng Nurjanah,M.kes, selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan, pengetahuan, pengarahan, saran dan masukan selama

peroses penyusunan Karya Tulis Ilmiah

6. seluruh dosen dan staf administrasi yang berperan dalam kelancaran proses

penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Page 5: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

7. Seluruh keluarga besar SLB Muhammadiyah Cipedes dan SPLB-C YPLB

Cipaganti Kota Bandung yang telah memfasilitasi dan memberiakan

kelancaran serta kemudahan selama pelaksanaan penelitian

8. Kedua orang tua, yang tidak pernah berhenti memberikan doa, dukungan dan

motivasi dalam menempuh pendidikan di Jurusan keperawatan gigi

9. Rekan-rekan se-angkatan, angkatan 20 yang telah banyak membantu dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

10. Rekan seperjuangan Rani Ida Sulastri, Anto Susanto F, dan Bayu Ibnu Sahal

yang selalu memberikan dukungan dan masukan dalam kelancaran pembuatan

karya tulis ilmiah ini.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, jika terdapat banyak kekurangan

dan kesalahan mohon maaf yang sebesar-besarnya penulis sampaikan.

Semoga apa yang penulis sampaikan di dalam Karya Tulis Ilmiah ini dapat

memberikan manfaat, baik untuk penulis sendiri ataupun untuk pembaca.

Bandung, Agustus 2017

Penulis

Page 6: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR……………………….…….................................................i

DAFTAR ISI………...............................................................................................iii

DAFTAR TABEL……………………………….……...........................................v

DAFTAR LAMPIRAN……………………….……..............................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………....….…….............................1

B. Rumusan Masalah…………………….…................................4

C. Tujuan Penelitian………………………….……......................4

D. Manfaat Penelitian …………………………………………....5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut…………...…….........6

1. Menyikat gigi……………………………………………...6

2. Pola makan …………………………………………..........8

3. Kontrol ke klinik gigi……………………………………...9

B. Karies …………………………………………………….…...9

a. Definisi karies………………………………………………9

b. Index karies……………………………………………….10

C. Down sindrom…………………………………………….....11

1. Definisi down sindrom…………………………………....11

2. Gambaran karakteristik Down Sindrom……………….....12

3. Gejala klinis Down Sindrom………………………….......16

Page 7: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka konsep……………………………………….........17

B. Definisi operasional ………………………………………....17

C. Hipotesis ………………………………………………….....19

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitin……………………………………………......20

B. Waktu dan tempat penelitian…………………………….......20

C. Populasi dan sampel………………………………………....20

D. Jenis dan cara pengumpulan data……………………………21

E. Alat dan bahan pengumpulan data………………………......22

F. Kronologi penelitian………………………………………....23

G. Analisa data……………………………………………….....23

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian……………………………………………....26

B. Pembahasan………………………………………………….30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………….....36

B. Saran …………………………………………………….......36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat secara jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam

kehidupan manusia,tidak terkecuali anak-anak. Setiap orang tua menginginkan

anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai

jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan

tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan

mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata

lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan

tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat di pisahkan dari kesehatan tubuh

secara umum. (Endah kusumawardani,2011).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan

secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu di budidayakan di

seluruh masyarakat. Gigi yang sehat adalal gigi yang rapih, bersih, bercahaya

dan di dukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Dalam

kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau yang tidak

sedap. Kondisi ini dapat tercapai dengan perawatan gigi yang tepat. Keadaan

oral hygiene yang buruk, seperti adanya kalkulus dan stein, banyak nya karies

gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong, dapat menimbulkan masalah dalam

kehidupan sehari – hari (Prayitno, 2008 dalam Mastriarini, 2012).

Page 9: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk

Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang yang banyak di derita masyarakat

indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi. Kedua

penyakit gigi dan mulut tersebut dapat timbul akibat terabaikan nya

kebersihan gigi dan mulut (mastriarini,2012).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukan bahwa indeks

DMF-T rata – rata masyarakat khususnya di Provinsi Jawa Barat adalah 4,1,

artinya, setiap orang rata – rata terdapat 4 gigi yang berlubang, gigi yang di

cabut karena karies, maupun gigi yang dilakukan perawatan tambal.

Komponen yang terbesar adalah gigi yang di cabut (M) dengan rata – rata

sebesar 2,5 per individu, gigi yang berlubang dengan rata – rata 1,6 per

individu dan paling sedikit adalah gigi yang telah di tambal yaitu rata – rata

0,08 per individu (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,2013).

Seperti yang telah di ketahui sebelumnya, bahwa penyakit gigi dan

mulut dapat timbul akibat terabaikan nya kebersihan gigi dan mulut seseorang.

Oleh sebab itu, masalah tersebut dapat teratasi dengan adanya perilaku

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik.

Down Sindrom merupakan kelainan genetik yang menyebabkan

keterbelakangan fisik dan mental akibat gangguan gen pada kromosom 21

sehingga di sebut juga trisomi 21. Anak Down Sindrom memiliki ciri: tinggi

badan relatip pendek, kepala mengecil, hidung datar, wajah menyerupai orang

mongol sehingga sering di sebut mongoloid.

Page 10: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Penelitian yang dilakukan oleh Standler dkk dan barnet dkk, bahwa

penyakit periodontal dan karies gigi pada anak Down sindrom sering di

temukan di bandingkan dengan anak normal. Penelitian Suwelo dkk terhadap

292 anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa dan Panti Asuhan wilayah

DKI jakarta memperlihatkan bahwa 52,74% kebersihan mulut yang kurang

dan frekuensi karies gigi sekitar 80%. Penelitian Rouland-Bosma dkk dan

Ulseth dkk pada penderita Down Sindrom, menyatakan bahwa frekuensi kries

gigi lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal, karna anak yang

mengalami keterbelakangan mental yang tanda – tandanya adalah anak yang

tidak mampu menolong dirinya sendiri salah satunya tentang hygiene pribadi

(menggosok gigi) yang menyebabkan karies tinggi.(Jurnal Kedokteran Gigi

Unifersitas Indonesia,Vol 7,2000).

Manifestasi di rongga mulut pada anak penderita Down sindrome

yaitu mulut terbuka akibat nasofaring dangkal, hipertrofi tonsil, palatum

sempit dan dalam. prosesus alveolaris datar, lidah berfisur dalam dan

makroglosia, bibir tebal dan kering, frognanti oklusi abnormal, gigi sering

mengalami keterlambatan erupsi, abnormalitas morfologi terutama insisif

lateral atas.(Usri Koterman,dkk,2012).

Down Sindrom juga memiliki keterbatasan kemampuan kognitif dan

mobilitas, gangguan perilaku dan otot, refleksi muntah dan gerakan tubuh

tidak terkontrol,keadaan tersebut yang membatasi anak berkebutuhan khusus

untuk dapat melakukan pembersihan gigi yang optimal.( Diajeng Sri

Ap,dkk,2016 )

Page 11: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah terletak di daerah

Cipedes,Kec,Sukajadi Kota Bandung, berada dibawah kementrian Pendidikan

Nasional Propinsi Jawa Barat, yang melaksanakan pendidikan pada anak

Berkebutuhan khusus, dan SPLB-C YPLB tereletak di jalan Hegar Asih No.

1-3 Cipaganti Kota bandung. Pada awal survei dilakukan pendekatan terlebih

dahulu kepada anak yang menderita Down Sindrom dan kepala sekolah di

SLB tersebut. Menurut keterangan dari kepala sekolah sendiri bahwa pernah

ada tim kesehatan yang pernah melakukan penelitian terhadap SLB tersebut

namun sampai sekarang belum pernah ada tim kesehatan yang sampai

melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut terhadap siswa/siswi SLB

tersebut. Bahkan menurut keterangan dari pihak kepala sekolah SPLB-C

YPLB bahwa dulu pernah di dirikan UKGS namun tidak berjalan cukup lama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas,dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut adakah hubungan pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut dengan index DMF-T di SLB Muahammadiyah

Cipedes dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

dengan index DMF-T pada anak Down Sindrom di SLB Muhammadiyah

dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung

Page 12: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pemeliharan kesehatan gigi dan mulut anak Down sindrom

di SLB Muhammadiyah dan SPLB-C YPLB Cipaganti KotaBandung?

b. Mengetahui Index DMF-T pada anak Down Sindrom di SLB

muhammadiyah dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung

c. Mengetahui hubungan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan

indeks DMF-T pada anak Down Sindrom di SLB Muhammadiyah dan

SPLB-C YPLB Kota Bandung

D. Manfaat Penelitian

1. Memberi imformasi pada anak Down Sindrom mengenai hubungan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan index DMF-T terhadap

orang tua/wali atau siswa – siswi, pihak sekolah, di SLB Muhammadiyah

dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

2. Hasil penelitian ini bisa di jadikan data sekunder yang bermanfaat untuk

peneliti selanjutnya.

Page 13: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan mulut

1. Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah salah satu cara uuntuk memelihara dan

menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tujuan menyikat gigi adalah untuk

menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan gigi

dari sisa makanan, debris dan pewarnaan gigi, menstimulasi jaringan

gingiva, mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang

di tujukan terhadap karies, penyakit periodontal atau

sensitivitas.(Sriyono,2005 dalam Mastriarini,2012).

a. Frekuensi dan Waktu Menyikat Gigi

Frekuensi menyikat gigi sebaiknya 3 kali sehari, setiap kali

sesudah makan dan sebelum tidur. Namun, dalam praktiknya hal

tersebut tidak selalu dapat di lakukan, terutama pada siang hari ketika

seseorang berada di kantor, sekolah, atau di tempat lain. Manson

(1971) berpendapat bahwa penyikatan gigi sebaiknya dua kali sehari,

yaitu setiap kali setelah makan pagi dan malam sebelum tidur.

Meskipun demikian, Leo (1965) melalui suatu percobaan

menunjukan bahwa dengan frekuensi penyikatan gigi satu kali

seharipun, asalkan teliti sehingga semua plak hilang, gusi dapat

dipertahankan tetap sehat ( Herijulianti dkk,2010 ).

Page 14: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

b. Metode

1) Pengertian

Motode menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi, serta

merupakan tindakan preventif dalam menuju keberhasilan dan

kesehatan rongga mulut yang optimal ( Herijulianti dkk,2010 ).

Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali

sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam

mulutnya. Hal ini menunjukan bahwa metode pembersihan yang di

lakukan belum tepat (Pratiwi,2009 dalam Septi Septianti

Aprianti,2014).

2) Metode Menyikat Gigi

Metode minyikat gigi yang biasanya lebih mudah serta dapat

mengefektifkan waktu adalah metode kombinasi

( Pratiwi,2009 ).

a) Gerakan Vertikal

Adalah gerakan menyikat gigi dengan satu arah ke atas atau

ke bawah. Gerakan ini di gunakan pada permukaan fasial atau

bukal dan palatal atau lingual.

b) Gerakan Horizontal

Adalah gerakan menyikat gigi dengan arah ke depan dan

belakang pada permukaan oklusal atau permukaan kunyah

gigi.

Page 15: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

3. Gerakan Memutar

Adalah gerakan menyikat gigi dengan arah memutar pada

permukaan fasial belakang atas dan bawah, dengan posisi atas

dan bawah berkontak. Selain gigi, lakukan penyikatan pada

seluruh permukaan lidah terutama permukaan atas lidah (

Pratiwi,2009 ).

2. Pola Makan

Menurut Harper ( 1986 ), pola makan ( dietary pattern ) adalah cara

yang di tempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan

mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,

budaya dan sosial (Tampubolon,2011). Sedangkan, yang dimaksud pola

makan disini adalah cara yang dilakukan untuk mencegah atau setidak –

tidaknya mengontrol pembentukan plak, yaitu dengan membatasi makanan

yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa agar terhindar dari

penyakit gigi dan mulut.

pola makan yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan

mengurangi makanan yang manis, lunak dan mudah menempel pada gigi

atau di sebut makanan yang kariogenik serta mengurangi makanan buruk

snacking. Namun, menggantinya dengan memperbanyak makan buah dan

sayur yang berserat dan berair atau dengan mengganti makanan kariogenik

salahsatunya dengan keju ( Pratiwi,2009 ).

Adapun yang disarankan dalm plaque control adalah makanan yang

banyak mengandung serat dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self

Page 16: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung didalamnya

memberikan daya tahan pada jaringan penyangga gigi.

3. Kontrol ke Klinik Gigi

Melakukan kunjungan atau kontrol ke klinik gigi secara rutin

setiap enam bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat kita lakukan

di rumah dan pendeteksian awal gangguan – gangguan gigi dan mulut

yang mungkin belum kita sadari ( Pratiwi,2009 ).

Dengan tujuan supaya setiap gejala – gejala penykit gigi yang akan

muncul dapat di cegah se dini mungkin atau di atasi lebih cepat. Jika sudah

terkena penyakit gigi, maka akan diberikan perawatan supaya penyakit

gigi tidak menjadi lebih parah.

B. Karies

1. Definisi Karies

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai

dari email gigi hingga menjalar kedentin (tulang gigi). (Kusumawardani

Endah,2011).

Karies adalah penyakit kronis yang perosesnya berlangsung cukup

lama, berupa hilangnya ion- ion mineral secara kronis dan terus menerus

dari permukaan email pada mahkota atau permukaan akar gigi yang di

sebabkan oleh bakteri dan produk – produk yang di hasilkannya.

Kerusakan ini pada awalnya hanya terlihat secara mikroskopis tetapi lama

kelamaan akan terlihat pada email berupa lesi bercak putih ( white spot

lesion ) atau melunaknya semen pada akar gigi.( Deynilisa,2013 )

Page 17: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Karies diawali dengan timbulnya bercak coklat atau putih yang

kemudian berkembang menjadi lubang coklat. Lubang ini terjadi karena

luluhnya mineral gigi akibat reaksi fermentasi karbohidrat termasuk

sukrosa, fruktosa dan glukosa oleh beberapa tipe bakteri penghasil

asam.(Yektimumpuni dan Erlitapratiwi,2013)

2. Index Karies

Index karies gigi adalah angka yang menunjukan klinis penyakit

karies gigi. ( Usri Koterman,dkk,2012 )

Studi epidemiologis tentang karies gigi menggunakan index angka DMF-

T untuk gigi permanen. Index DMF-T menunjukan indeks pengalaman

karies untuk gigi permanen seseorang yaitu:

D = Decayed ( gigi karies yang masih dapat di tambal )

M = Missing ( gigi yaries yang sudah hilang atau seharusnya dicabut)

F = Filling ( gigi karies yang sudah di tambal )

T = Tooth ( gigi permanen )

( WHO Oral Health Country,2006 )

Angka DMF-T atau, def-t merupakan jumlah elemen gigi karies.

Yang hilang yang karena karies,atau karies yang telah di tumpat pada

setiap individu. Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen

karena pada umumnya gigi molar ke tiga pada fase geligi tetap tidak

dimasukan dalam pengukuran. Sedangkan perhitungan def-t berdasarkan

20 gigi sulung untuk fase gigi sulung kemudian di catat banyak nya gigi

yang dimasukan dalam klasifikasi

D, M, F atau d, e, f.

Page 18: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

( WHO Oral Health Country,2006 dalam Mawardianti,2012 ).

Kriteria penilaian dalam DMF-T atau def-t di dasarkan pada rentan

nilai yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Tingkatan keparahan karies gigi secara klinis dalam Kaitannya dengan

Skor def-t dan DMF-T menurut WHO

Tabel 2.1 Kriteria DMF-T dan def-t menurut WHO

Skor Kriteria

0 – 1,1 Sangat rendah

1,2 – 2,6 Rendah

2,7 – 4,4 Sedang

4,5 – 6,5 Tinggi

> 6,5 Sangat tinggi

3. Down Sindrom

1. Definisi Down Sindrom

Down Sindrom merupakan kelainan genetik yang menyebabkan

keterbelakangan fisik dan mental akibat gangguan gen pada kromosom

21 sehingga di sebut juga trisomi 21. Anak Down Sindrom memiliki

ciri tinggi badan relatip pendek, kepala mengecil, hidung datar, wajah

menyerupai orang mongol sehingga sering di sebut mongoloid ( Usri

kosterman,dkk,2012 ).

Page 19: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Down Sindrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang

paling banyak terjadi pada manusia. Di perkirakan angka kejadian

terakhir adalah, 1,0 - 1,2 per 1000 kelahiran hidup, dimana 20 tahun

sebelumnya dilaporkan 1,6 per 1000. Di perkirakan 20% anak dengan

Down Sindrom di lahirkan oleh ibu yang berumur diatas 35 tahun.

Down Sindrom dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan bahwa angka

kejadian pada kulit putih lebih tinggi daripada kulit hitam, tetapi

perbedaan ini tidak bermakna, sedangkan angka kejadiannya pada

golongan sosial ekonomi adalah sama.

Selama satu abad sebelumnya banyak hipotesis tentang

penyebab Down Sindrom yang dilaporkan. Tetapi semenjak di

temukan adanya kelainan kromosom pada Down Sindrom pada tahun

1959, maka sekarang perhatian lebih di pusatkan pada kejadian “ non

disjunctional “ sebagai penyebab nya yaitu: genetik, radiasi, infeksi,

autoimun, umur ibu, umur ayah.

2. Gambaran Karakteristik Down sindrom

Berat badan bayi Down Sindrom pada umumnya kurang dari

normal. Diperkirakan 20% kasus mempunyai berat badan lahir 2500

gram atau kurang. ( Soetjiningsih,1995 )

Karakteristik dan paling sering terdapat pada bayi dengan

Down Sindrom yaitu: sutura sagitalis yang terpisah, fisura palpeblaris

yang miring, jarak yang lebar antara jarikaki 1 dan II, fontanela palsu,

plantar crease jari kaki I dan II, Hyperfleksibilitas, peningkatan

Page 20: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

jaringan sekitar leher, bentuk palatum yang abnormal, hidung

hipoplastik, kelemahan otot, hipotonia, mulut terbuka lidah terjulur,dll.

( pueschel,1983 dikutip dari buku Soetjiningsih,1995 ).

Walaupun tampilan klinis dapat dengan mudah di diagnosis

saat lahir, namun fungsi intelektual dan sosial tidak dapat di prediksi

kemungkinan nya. Fungsi intelektual secara signifikan di bawah rata-

rata di definisikan sebagai IQ yang berada sekitar 70 atau di

bawahnya. Fungsi adaptif menunjukkan bagai mana individu

mengatasi kebutuhan hidup sehari- hari dan seberapa baik individu

mencapai standard kemandirian pribadi dirinya yang diharapkan

tercapai pada individu seusianya. Prilaku adaftif dipengaruhi oleh

individu atau faktor lingkungan termasuk ada atau tidaknya gangguan

mental atau fisik. Derajat keparahan dari Down Sindrom dapat di

definisikan pada kelemahan intelektual yaitu:

a) Mild : IQ level 50- 55 sampai sekitar 70

b) Moderat : IQ level 35- 40 sampai 50- 55

c) Sever : IQ level 20- 25 sampai 35 – 40

d) Profound : IQ level dibawah 20 atau 25.

e) Mild IQ level 50- 55 sampai sekitar 70

Pada tingkatan ini dalam segi pendidikan termasuk masih bisa

di didik sekolah umum, meskipun hasilnya lebih rendah dari anak –

anak normal lainnya pada umumnya karena rentang perhatian mereka

lebih pendek, sehingga sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang

Page 21: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

lama. Diluar pendidikan, mereka dapat melakukan beberapa

keterampilan seperti makan, mandi, berpakaian dan mampu menikah.

1) Moderat IQ level 35- 40 sampai 50 – 55

Pada tingkatan ini dapat dilatih untuk beberapa

keterampilan tertentu. Meskipun mempunyai respon yang lama

terhadap pendidikan dan pelatihan. Mereka dapat dilatih untuk

mengurus dirinya sendiri dan dilatih untuk membaca dan menulis

sederhana.

2) Sever IQ level 20- 25 sampai 35- 40

Pada tingkatan ini memperlihatkan banyak masalah dan

kesulitan meskipun mereka telah di sekolahkan pada sekolah

khusus. Mereka juga mengalami gangguan bicara. Kondisi fisik

lemah sehingga hanya bisa dilatih keterampilan khusus selama

kondisi fisik mereka memungkinkan.

3) Profound IQ level dibawah 20 atau 25

Pada tingkatan ini mereka memiliki masalah yang serius

menyangkut fisik dan perogram pendidikan yang tepat untuk

mereka. Mereka juga sangat kurang dalam hal penyesuaian diri

seperti pada saat mereka berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Meski demikian anak Down Sindrom memiliki IQ yang berkisaran

antara mild dan moderate (Goldman,2000 dalam Rina Rodiawati

2016 ).

Page 22: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Tabel 2.2 Karakteristik Down sindrom Berdasarkan Range Umur

Derajat

keparahan

Persentase

down sindrom

Awal masa

kanak-

kanak

Sekolah dasar dan

remaja

Dewasa

Profound: sangat

berat <20 – 25

1 – 2% Fungsi sangat

terganggu

Masih mungkin dalam

berbicara dan

perkembangan motorik

Penyendiri/te

rsembunyi

Severe: buerat 20

– 25 sampai 35 –

40

3 – 4% Sedikit atau

tidak bisa

berbicara

komunikatif

Dapat mempelajari untuk

berbicara, kemampuan

perawatan diri dasar

Dapat

mengerjakan

tugas

sederhana

sendiri/terse

mbunyi

Moderat sedang

35 – 40 sampai 50

– 55 ( dapat

dilatih )

10% Dapat

berkomunika

si atau

berbicara

Dapat belajar sampai

dengan kemampuan kelas

dua, dapat berjalan – jalan

mandiri di tempat yang di

kenali, dapat memberikan

hal yang positif jika di

latih.

Dapat

mengerjakan

tugas umum

di bawah

pengawasan

Page 23: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

Mild ringan 50 –

55 sampai 70

(dapat di didik)

85% Sering tidak

dapat

dibedakan

dari normal,

penurunan

fungsi

motorik

minimal

Akhir masa remaja dapat

mencapai kelas enam

Dapat hidup

komunitas

dengan

support

3. Gejala Klinis Down Sindrom di Tinjau dari segi Ilmu Kedokteran Gigi

Ciri khas Down Sindrom adalah pertumbuhan yang lambat.

Anak -anak dengan Sindrom Down sering memiliki infeksi saluran

pernafasan atas kronis. Ini menyebabkan sering terjadi pernafasan

melalui mulut dan berefek xerostomia ( mulut kering ). Beberapa

penelitian telah melaporkan adanya gangguan pertumbuhan

dentokraniofasial, umumnya di jumpai mikrodonsi, anomali struktur

fasial, keterlambatan erufsi gigi, oligodonsia gigi berjejal, gigitan

terbuka dan gigitan silang anterior. Keadaan umum rongga mulut

Down Sindrom adalah lidah maupun bibir berbentuk celah dan fisure.

Pembentukan fisure pada lidah dapat menjadi berat dan merupakan

faktor kontribusi pada terjadinya halitosis ( Pilcher, 1998 dalam Rina

Rodiawati,2016 )

Page 24: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

BAB 3

KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

1. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak Down Sindrom

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak Down Sindrom

dikatakan baik apabila anak menyikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur, tidak memiliki kebiasaan snacking dan

melakukan kontrol ke klinik gigi secara rutin 6 bulan sekali.

Alat Ukur : Kuesioner

Skla Ukur : Ordinal

Cara Ukur : Menggunakan Daftar Pertanyaan

Hasil Ukur :

a. 21 – 30 : Baik

b. 11 – 20 : Cukup Baik

c. 0 – 10 : Buruk

Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Dan Mulut Anak Down Sindrom:

1. Menyikat Gigi

2. Pola Makan

3. Kontrol Ke Klinik Gigi

Index DMF-T Anak Down

Sindrom

Page 25: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

( Selvy Septianty Apriant,2014)

2. Index DMF-T

Untuk mengukur derajat keparahan penyakit gigi dan mulut

masyarakat di perlukan indikator dan standar penilaian. Menurut WHO,

index DMF-T adalah untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam

hal karies gigi permanen, sedang untuk gigi sulung menggunakan index

dmf-t ( Notohartojo dan magdarina,2013 ).

Alat Ukur : Kaca Mulut, Sonde, Excavator, Pinset

Sekala Ukur : Ordinal

Cara Ukur : Pemeriksaan Secara Langsung

Hasil Ukur :

D = Decay : Gigi berlubang

M = Mising : Gigi di cabut karena berlubang

F = Filing : Gigi di tambal karena berlubang

T = Teeth : Gigi tetap

Hasil Ukur :

a. 0 – 1,1 : Sangat Rendah

b. 1,2 – 2,6 : Rendah

c. 2,7 – 4,4 : Sedang

d. 4,5 – 6,5 : Tinggi

e. >6,5 : Sangat Tinggi ( WHO )

Page 26: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

dengan index DMF-T pada anak Down Sindrom di SLB Muhammadiyah dan

SPLB-C YPLB Cipaganti Kota.Bandung.

Page 27: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh dan di sajikan,

maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak Down Sindrom di SLB

Muhammadiyah dan SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung

mempunyai kriteria baik (71,43%)

2. Index DMF-T anak Down Sindrom di SLB Muhammadiyah dan SPLB-

C YPLB Cipaganti Kota Bandung, memiliki kriteria index DMF-T

rendah (35,71%)

3. Ada hubungan yang signifikan antra pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut dengan indeks DMF-T anak Down Sindrom di SLB

Muhamaddiyah dan SLB-C YPLB Cipaganti kota bandung (p= -

0,559<0,05).

B. Saran

1. Untuk pihak sekolah

a. Lebih ditingkat kan kembali mengenai pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut, dengan cara memberikan penyuluhan tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, meliputi cara menyikat gigi

yang baik dan benar, mengatur pola makan dan menegaskan tentang

pentingnya melakukan pemeriksaan gigi secara rutin. Penyuluhan

Page 28: HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT …repository.poltekkesbdg.info/files/original/fb3dd...Penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit

dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh dokter gigi

maupun perawat gigi.

b. Di adakan UKGS di SLB Muhammadiyah untuk meningkatkan

derajat kesehatan gigi dan mulut siswa-siswi di SLB tersebut serta

diaktifkan kembali UKGS di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota

Bandung untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.

2. Untuk orang tua siswa

a. Dapat ikut serta dalam setiap kegiatan penyuluhan tentang

pemeliharaan kesehtan gigi dan mulut, meliputi cara menyikat gigi

yang baik dan benar, mengatur pola makan dan menegaskan tentang

pentingnya melakukan pemeriksaan gigi secara rutin, supaya

pengetahuan-pengetahuan tentang kesehatan gigi dapat di terapkan

dalam kehidupan sehari-hari di rumah.

b. Mendampingi siswa melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan

mulut secara rutin 6 bulan sekali di UKGS yang di selenggarakan

oleh sekolah, puskesmas atau klinik gigi untuk mencegah gejala

penyakit gigi yang akan timbul sedini mungkin.