ekonomi nasional - ftp.unpad.ac.id · baja di dalam negeri memperlancar derasnya aliran produk...

1
AYOMI AMINDONI K ESENJANGAN antara produksi dan permintaan baja di dalam negeri memperlancar derasnya aliran produk impor. Kemajuan in- dustri nasional bisa terhambat karena banyaknya baja asing berkualitas jauh lebih rendah ketimbang produk lokal yang beredar di dalam negeri. Direktur Jenderal Basis Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto menyebut baja-baja impor kualitas ren- dah tersebut sebagai distorsi pasar. Ia menuturkan kapasitas terpasang nasional untuk baja kasar (crude steel) ialah sebe- sar 9,8 juta ton per tahun. Namun, hingga 2010, tingkat produksinya hanya mencapai 4,3 juta ton. Kebutuhan baja kasar dalam negeri mencapai 10 juta ton per tahun. Tingkat produksi dalam negeri yang masih terhitung rendah jika dibandingkan dengan permintaan menyisa- kan ruang cukup besar bagi produk impor. “Kekurangan kebutuhan konsumsi selama ini dicukupi dari impor. Impor baja kasar pada 2010 sebesar 2,3 juta ton, meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 2 juta,” ungkap Panggah dalam jumpa pers di Kantor Kemen- perin, Jakarta, kemarin. Baja tergolong produk in- dustri logam material dasar yang kerap disebut sebagai ibu dari industri karena diguna- kan secara luas oleh berbagai industri. Baja yang berkualitas rendah akan membuat produk keluaran industri pengguna juga rendah. “Kemajuan sektor industri lain di dalam suatu negara dipicu oleh kuatnya industri logam dasar,” jelas Panggah. Kondisi itulah yang menurut Panggah harus dibenahi. Un- tuk itu, seiring dengan upaya meningkatkan kapasitas dan produksi baja lokal, pemerin- tah akan menyaring kualitas baja yang boleh beredar di pasar domestik. Kemenperin bakal mewa- jibkan Standar Nasional In- donesia (SNI) untuk produk industri logam seperti baja yang selama ini masih bersifat sukarela. Penerapan SNI tersebut un- tuk dua tujuan, yakni per- lindungan konsumen dan mengontrol distorsi pasar. Kemenperin juga bekerja sama dengan instansi lain dalam hal mengaktifkan antidumping dan safe guard. Pertumbuhan pesat Panggah meyakini penguat- an struktur industri logam dasar, khususnya baja, dalam negeri bisa terwujud. Apalagi jika melihat pertumbuhan industri yang sudah cukup pesat. Berdasarkan data Kemen- perin, hingga September 2011, pertumbuhan industri logam dasar mencapai 18,22%. Ang- ka itu meningkat pesat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya 2,85%. Namun, industri logam hilir justru mengalami pertumbuh- an negatif sebesar -1,57%. Tahun lalu pertumbuhannya masih sebesar 8,54%. Menurut Direktur Industri Material Dasar Logam Ke- menperin Gusti Putu Surya- wirawan, penurunan itu di- sebabkan efek dari dampak ekonomi global. “Krisis ekono- mi membuat industri logam hilir menjadi lesu,” ujar Putu. (E-1) amindoni @mediaindonesia.com E KONOMI NASIONAL RABU, 30 NOVEMBER 2011 18 INDUSTRI asuransi jiwa di In- donesia diproyeksikan tumbuh mencapai 30% pada tahun de- pan meski di sebagian negara terjadi pengenduran. Hal itu dikatakan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rachim dalam seminar Insu- rance Outlook 2012 di Jakarta, kemarin. Outlook tahun 2012, indus- tri asuransi jiwa akan tetap tumbuh, market baik. Meski di beberapa negara tidak begitu baik, di Indonesia baik. Kami yakin growth 30% itu masih angka yang wajar,” kata Hen- drisman. Dia menjelaskan, pertumbuh- an 30% pada 2012 akan ditun- jang oleh adanya peluang bis- nis asuransi. Peluang-peluang tersebut yakni di pasar asuransi syariah, microinsurance, dan se- makin membaiknya pendapat- an masyarakat kelas ekonomi menengah. “Memang kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi masih lemah. Tapi, kita melihat jumlah kelas menengah di Indonesia akan membesar. Pertumbuhan ini menjadi pasar potensial bagi asuransi jiwa,” terangnya. Hendrisman memberikan catatan, selain pertumbuhan yang tetap tinggi, diyakini akan ada perkembangan lain yang memengaruhi industri asuransi. “Di tahun 2012 regulasi akan lebih ketat, perusahaan yang joint venture akan bertambah, penetrasi selama ini masih lemah, tapi microinsurance akan dikembangkan dan asuransi jiwa akan tumbuh,” urainya. Di kesempatan sama, Ke- tua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kor- nelius Simanjuntak mengata- kan tahun depan tidak hanya asuransi jiwa yang akan ber- tumbuh. Asuransi umum juga akan tetap meningkat seiring de- ngan tumbuhnya perekono- mian Indonesia. Namun, per- tumbuhan asuransi umum tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan krisis nansial di Eropa. “Tahun ini tumbuh 15% dan bisa tumbuh lagi jadi 17,5% tahun depan jika kondisi Eropa tidak makin parah,” ujar Kor- nelius. (Fid/E-3) KETUA Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengkhawatir- kan adanya upaya untuk meliberalisasi pangan dalam RUU Pangan yang kini tengah dibahas pemerintah. Pasalnya RUU tersebut mengamanatkan tidak hanya pemerintah yang mempunyai stok, swasta juga diperboleh- kan memiliki stok pangan. “Kalau swasta diperboleh- kan memiliki stok pangan, dikhawatirkan akan terjadi liberalisasi pangan karena pemilik modal yang kuat akan menguasai pangan,” kata Winarno di Jakarta, kemarin Menurut Winarno, meski dalam RUU tersebut diamanat- kan pemerintah harus mem- beli, menampung, menyimpan ketersediaan pangan, dan dis- tribusi pangan, karena swasta boleh menampung dan me- nyimpan pangan, pemerintah dikhawatirkan tidak memiliki stok beras. Apalagi dalam RUU Pangan tidak ada pasal yang meme- rintahkan kepada Bulog un- tuk membeli beras pada saat panen. Bahkan ada salah satu pasal yang menyebutkan kalau ter- jadi kekurangan stok beras, pemerintah boleh melakukan impor beras. “Kebijakan ini sama sekali tidak memberikan perlin- dungan kepada petani dalam negeri,” kata Winarno. Kondisi petani di Indonesia yang relatif kecil akan su- lit menghadapi liberalisasi pangan. Misalnya masalah permodalan. Petani kecil yang selama sulit mengakses modal dari perbankan akan makin terjerat pengusaha bermodal besar. Dengan iming-iming ter- tentu, petani akan diberikan modal dengan syarat harus menjual hasil produksinya kepada pengusaha yang me- minjamkan modal. Akibatnya, harga jual juga ditentukan pemilik modal. Akibatnya, petani tidak bisa berbuat banyak terhadap har- ga jual produk pertaniannya karena ditentukan pengusaha. Dengan tidak memiliki posisi tawar yang kuat, petani akan sulit menghadapi pemilik modal. Untuk itu, sebelum RUU pa- ngan ini disahkan menjadi UU, hendaknya disosialisasikan ke masyarakat guna mendapatkan masukan berupa sumbangan pemikiran. (Faw/E-4) Divestasi Newmont Molor, Pemerintah Rugi Bisnis Asuransi makin Cemerlang Tahun depan Liberalisasi Pangan Ancam Petani Kekurangan kebutuhan konsumsi selama ini dicukupi dari impor. Impor baja kasar pada 2010 sebesar 2,3 juta ton, meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 2 juta.” Panggah Susanto Dirjen Basis Manufaktur Kementerian Perindustrian Baja Asing Tentukan Nasib Industri Nasional Baja berkualitas rendah akan membuat produk keluaran industri pengguna juga buruk. BERLARUT-LARUTNYA pe- nyelesaian proses divestasi 7% saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) menimbulkan kerugian bagi pemerintah. Kerugian itu akibat selisih kurs dan hilangnya pendapatan dari pembagian dividen. Kepala Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Saritoan Siregar mengemukakan hal tersebut, di Jakarta, kemarin. “Ada dua kerugian yang pemerintah derita. Rugi kurs dan penundaan dividen,” ujarnya. Saritoan menjelaskan, jika saja proses divestasi 7% saham NNT dapat dituntaskan pada Mei 2011 ketika surat perjan- jian jual beli (sales and purchase agreement/SPA) diteken, pe- merintah akan diuntungkan akibat kuatnya nilai tukar ru- piah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Saat itu, kurs rupiah berada di kisaran 8.500-8.600 per dolar AS. Saat ini nilai tukar rupiah telah berada di posisi 9.200 per dolar AS . Dengan demikian, terdapat selisih kurs Rp600-Rp700 jika eksekusi divestasi dilaksana- kan saat ini. Dengan harga 7% saham Newmont yang sebesar US$246,8 juta, rugi kurs pe- merintah mencapai Rp172,7 miliar. Di saat yang sama, tertun- danya pembayaran 7% saham perusahaan tambang emas dan tembaga itu membuat peme- rintah Indonesia merugi US$12 juta (sekitar Rp110,4 miliar). Kerugian tersebut karena pe- merintah tidak mendapatkan pembagian dividen dari bagi hasil keuntungan NNT tahun ini. “Ini bukan potential loss (po- tensi rugi), tapi memang sudah loss (rugi),” tegas Saritaon. PIP memperkirakan divi- den yang akan diterima dari Newmont hingga 2028 men- capai US$485,3 juta. Jika dibandingkan dengan harga pembelian, rasio keuntungan terhadap biaya pembelian 7% saham NNT mencapai 197%. Pekan lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine- ral (ESDM) meminta Kemen- terian Hukum dan Hak Asasi Manusia segera menuntaskan kajian hukum tentang pembe- lian 7% saham divestasi NNT. Kajian itu diperlukan sebagai tindak lanjut hasil audit BPK yang menilai pembelian saham divestasi NNT sebesar 7% oleh pemerintah harus melalui persetujuan DPR. (Atp/E-1) STOK GARAM: Petani garam mengumpulkan sisa-sisa garam yang baru saja dipanen di kompleks pegaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, kemarin. Menurut petani garam di wilayah itu, stok garam saat ini cukup melimpah. Cuaca cerah beberapa pekan terakhir sangat membantu proses pembentukan garam di areal pertanian mereka. ANTARA/MUHAMAD NASRUN PASAR BERAS: Pekerja menjahit karung beras yang siap jual di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (24/11). Keterlibatan swasta untuk menampung dan menyimpan pangan dikhawatirkan membuat stok beras semakin sulit dikontrol. MI/JHONI KRISTIAN

Upload: dothuan

Post on 28-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id · baja di dalam negeri memperlancar derasnya aliran produk impor. ... dah tersebut sebagai distorsi pasar. Ia menuturkan kapasitas terpasang nasional

AYOMI AMINDONI

KE S E N J A N G A N antara produksi dan permintaan baja di dalam negeri

memperlancar derasnya aliran produk impor. Kemajuan in-dustri nasional bisa terhambat karena banyaknya baja asing berkualitas jauh lebih rendah ketimbang produk lokal yang beredar di dalam negeri.

Direktur Jenderal Basis Ma nufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto menyebut baja-baja impor kualitas ren-dah tersebut sebagai distorsi pasar.

Ia menuturkan kapasitas terpasang nasional untuk baja kasar (crude steel) ialah sebe-sar 9,8 juta ton per tahun. Namun, hingga 2010, tingkat produksinya hanya mencapai 4,3 juta ton.

Kebutuhan baja kasar dalam negeri mencapai 10 juta ton per tahun. Tingkat produksi dalam negeri yang masih terhitung rendah jika dibandingkan dengan permintaan menyisa-kan ruang cukup besar bagi produk impor.

“Kekurangan kebutuhan konsumsi selama ini dicukupi dari impor. Impor baja kasar pada 2010 sebesar 2,3 juta ton, meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 2 juta,” ungkap Panggah dalam jumpa pers di Kantor Kemen-perin, Jakarta, kemarin.

Baja tergolong produk in-dustri logam material dasar yang kerap disebut sebagai ibu dari industri karena diguna-kan secara luas oleh berbagai industri. Baja yang berkualitas rendah akan membuat produk keluaran industri pengguna juga rendah.

“Kemajuan sektor industri lain di dalam suatu negara dipicu oleh kuatnya industri logam dasar,” jelas Panggah.

Kondisi itulah yang menurut Panggah harus dibenahi. Un-tuk itu, seiring dengan upaya meningkatkan kapasitas dan

produksi baja lokal, pemerin-tah akan menyaring kualitas baja yang boleh beredar di pasar domestik.

Kemenperin bakal mewa-jibkan Standar Nasional In-donesia (SNI) untuk produk industri logam seperti baja yang selama ini masih bersifat sukarela.

Penerapan SNI tersebut un-tuk dua tujuan, yakni per-lindungan konsumen dan mengontrol distorsi pasar. Kemenperin juga bekerja sama dengan instansi lain dalam hal mengaktifkan antidumping dan safe guard.

Pertumbuhan pesatPanggah meyakini penguat-

an struktur industri logam dasar, khususnya baja, dalam negeri bisa terwujud. Apalagi jika melihat pertumbuhan industri yang sudah cukup pesat.

Berdasarkan data Kemen-perin, hingga September 2011, pertumbuhan industri logam dasar mencapai 18,22%. Ang-ka itu meningkat pesat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya 2,85%.

Namun, industri logam hilir justru mengalami pertumbuh-an negatif sebesar -1,57%. Tahun lalu pertumbuhannya masih sebesar 8,54%.

Menurut Direktur Industri Material Dasar Logam Ke-menperin Gusti Putu Surya-wirawan, penurunan itu di-sebabkan efek dari dampak ekonomi global. “Krisis ekono-mi membuat industri logam hilir menjadi lesu,” ujar Putu. (E-1)

[email protected]

EKONOMI NASIONAL RABU, 30 NOVEMBER 201118

INDUSTRI asuransi jiwa di In-donesia diproyeksikan tumbuh mencapai 30% pada tahun de-pan meski di sebagian negara terjadi pengenduran.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rachim dalam seminar Insu-rance Outlook 2012 di Jakarta, kemarin.

“Outlook tahun 2012, indus-tri asuransi jiwa akan tetap tumbuh, market baik. Meski di beberapa negara tidak begitu baik, di Indonesia baik. Kami yakin growth 30% itu masih angka yang wajar,” kata Hen-drisman.

Dia menjelaskan, pertumbuh-an 30% pada 2012 akan ditun-jang oleh adanya peluang bis-nis asuransi. Peluang-peluang

tersebut yakni di pasar asuransi syariah, microinsu rance, dan se-makin membaiknya pendapat-an masyarakat kelas ekonomi menengah.

“ M e m a n g k e s a d a r a n masyarakat akan pentingnya asuransi masih lemah. Tapi, kita melihat jumlah kelas menengah di Indonesia akan membesar. Pertumbuhan ini menjadi pasar potensial bagi asuransi jiwa,” terangnya.

Hendrisman memberikan catatan, selain pertumbuhan yang tetap tinggi, diyakini akan ada perkembangan lain yang memengaruhi industri asuransi.

“Di tahun 2012 regulasi akan lebih ketat, perusahaan yang joint venture akan bertambah, penetrasi selama ini masih

lemah, tapi microinsurance akan dikembangkan dan asuransi jiwa akan tumbuh,” urainya.

Di kesempatan sama, Ke-tua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kor-nelius Simanjuntak mengata-kan tahun depan tidak hanya asuransi jiwa yang akan ber-tumbuh.

Asuransi umum juga akan tetap meningkat seiring de-ngan tumbuhnya perekono-mian Indonesia. Namun, per-tumbuhan asuransi umum tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan krisis fi nansial di Eropa.

“Tahun ini tumbuh 15% dan bisa tumbuh lagi jadi 17,5% tahun depan jika kondisi Eropa tidak makin parah,” ujar Kor-nelius. (Fid/E-3)

KETUA Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengkhawatir-kan adanya upaya untuk meliberali sasi pangan dalam RUU Pangan yang kini tengah dibahas pemerintah.

Pasalnya RUU tersebut mengamanatkan tidak hanya pemerintah yang mempunyai stok, swasta juga diperboleh-kan memiliki stok pangan.

“Kalau swasta diperboleh-kan memiliki stok pangan, dikhawatirkan akan terjadi liberalisasi pangan karena pemilik modal yang kuat akan menguasai pangan,” kata Winarno di Jakarta, kemarin

Menurut Winarno, meski dalam RUU tersebut diamanat-kan pemerintah harus mem-beli, menampung, menyimpan keter sediaan pangan, dan dis-

tribusi pangan, karena swasta boleh menampung dan me-nyimpan pangan, pemerintah dikhawatirkan tidak memiliki stok beras.

Apalagi dalam RUU Pangan tidak ada pasal yang meme-rintahkan kepada Bulog un-tuk membeli beras pada saat panen.

Bahkan ada salah satu pasal yang menyebutkan kalau ter-jadi kekurangan stok beras, pemerintah boleh melakukan impor beras.

“Kebijakan ini sama sekali tidak memberikan perlin-dungan kepada petani dalam negeri,” kata Winarno.

Kondisi petani di Indonesia yang relatif kecil akan su-lit menghadapi liberalisasi pangan. Misalnya masalah permodalan. Petani kecil yang selama sulit mengakses modal

dari perbankan akan makin terjerat pengusaha bermodal besar.

Dengan iming-iming ter-tentu, petani akan diberikan modal dengan syarat harus menjual hasil produksinya kepada pengusaha yang me-minjamkan modal. Akibatnya, harga jual juga ditentukan pemilik modal.

Akibatnya, petani tidak bisa berbuat banyak terhadap har-ga jual produk pertaniannya karena ditentukan pengusaha. Dengan tidak memiliki posisi tawar yang kuat, petani akan sulit menghadapi pemilik modal.

Untuk itu, sebelum RUU pa-ngan ini disahkan menjadi UU, hendaknya disosialisasikan ke masyarakat guna mendapatkan masukan berupa sumbangan pemikiran. (Faw/E-4)

Divestasi Newmont Molor, Pemerintah Rugi

Bisnis Asuransi makin Cemerlang Tahun depan

Liberalisasi Pangan Ancam Petani

Kekurangan kebutuhan

konsumsi selama ini dicukupi dari impor. Impor baja kasar pada 2010 sebesar 2,3 juta ton, meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 2 juta.”Panggah SusantoDirjen Basis Manufaktur Kementerian Perindustrian

Baja AsingTentukanNasibIndustriNasionalBaja berkualitas rendah akan membuat produk keluaran industri pengguna juga buruk.

BERLARUT-LARUTNYA pe-nyelesaian proses divestasi 7% saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) menimbulkan kerugian bagi pemerintah. Kerugian itu akibat selisih kurs dan hilangnya pendapatan dari pembagian dividen.

Kepala Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Saritoan Siregar mengemukakan hal tersebut, di Jakarta, kemarin. “Ada dua kerugian yang pemerintah derita. Rugi kurs dan penundaan dividen,”

ujarnya.Saritoan menjelaskan, jika

saja proses divestasi 7% saham NNT dapat dituntaskan pada Mei 2011 ketika surat perjan-jian jual beli (sales and purchase agreement/SPA) diteken, pe-merintah akan diuntungkan akibat kuatnya nilai tukar ru-piah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Saat itu, kurs rupiah berada di kisaran 8.500-8.600 per dolar AS. Saat ini nilai tukar rupiah telah berada di posisi 9.200 per

dolar AS . Dengan demikian, terdapat

selisih kurs Rp600-Rp700 jika eksekusi divestasi dilaksana-kan saat ini. Dengan harga 7% saham Newmont yang sebesar US$246,8 juta, rugi kurs pe-merintah mencapai Rp172,7 miliar.

Di saat yang sama, tertun-danya pembayaran 7% saham perusahaan tambang emas dan tembaga itu membuat peme-rintah Indonesia merugi US$12 juta (sekitar Rp110,4 miliar).

Kerugian tersebut karena pe-merintah tidak mendapatkan pembagian dividen dari bagi hasil keuntungan NNT tahun ini.

“Ini bukan potential loss (po-tensi rugi), tapi memang sudah loss (rugi),” tegas Saritaon.

PIP memperkirakan divi-den yang akan diterima dari Newmont hingga 2028 men-capai US$485,3 juta. J ika dibandingkan dengan harga pembelian, rasio keuntungan terhadap biaya pembelian

7% saham NNT mencapai 197%.

Pekan lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine-ral (ESDM) meminta Kemen-terian Hukum dan Hak Asasi Manusia segera menuntaskan kajian hukum tentang pembe-lian 7% saham divestasi NNT.

Kajian itu diperlukan sebagai tindak lanjut hasil audit BPK yang menilai pembelian saham divestasi NNT sebesar 7% oleh pemerintah harus melalui persetujuan DPR. (Atp/E-1)

STOK GARAM: Petani garam mengumpulkan sisa-sisa garam yang baru saja dipanen di kompleks pegaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, kemarin. Menurut petani garam di wilayah itu, stok garam saat ini cukup melimpah. Cuaca cerah beberapa pekan terakhir sangat membantu proses pembentukan garam di areal pertanian mereka.

ANTARA/MUHAMAD NASRUN

PASAR BERAS: Pekerja menjahit karung beras yang siap jual di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (24/11). Keterlibatan swasta untuk menampung dan menyimpan pangan dikhawatirkan membuat stok beras semakin sulit dikontrol.

MI/JHONI KRISTIAN