28 - edisi khusus ulang tahun batam pos

47
EDISI 28, MINGGU III AGUSTUS 2013 1 EDISI 28, MINGGU III AGUSTUS 2013 http://majalah.batampos.co.id MUHAMMAD SANI | SOERYA RESPATIONO | AHMAD DAHLAN | HARDI SELAMAT HOOD | ABIDIN HASIBUAN | MASWARDI M AMIN | PRIYONO EKO SANYOTO | NYAT KADIR | HENGKY SURYAWAN | MIKE WILUAN | ASWANDI SYAHRI | DEDEN SURYANA | DENNI DELYANDRI | ANDRI KURNIANTO | R. WISNU WARDHANA

Upload: batam-pos

Post on 23-Mar-2016

262 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Edisi khusus ulang tahun Batam Pos ke-15

TRANSCRIPT

Page 1: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013http://majalah.batampos.co.id

MuhaMMad Sani | Soerya reSpationo | ahMad dahlan | hardi SelaMat hood | abidin haSibuan | MaSwardi M aMin | priyono eko Sanyoto | nyat kadir |

hengky Suryawan | Mike wiluan | aSwandi Syahri | deden Suryana | denni delyandri | andri kurnianto | r. wiSnu wardhana

Page 2: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

2 3 4 5 6 7 8 9 10

etroit bangkrut. Ini nama sebuah kota. Bu-kan nama perusahaan. Ya, sebuah kota bisa juga ditimpa kebangkrutan. Ini berita ter-kini, bukan contoh kasus dalam buku-buku lama. Pemerintah kota di negara bagian Michigan, Amerika Serikat ini, saat ini, ten-gah terlilit utang sampai Rp180 triliun.

Kota ini pun mendadak jadi mati suri. Sejak 2008, penduduk Detroit menyusut hingga tersisa 700 ribu orang –17 persen di antaranya menganggur. Itu berarti sudah seperempat dari penduduknya pindah ke kota lain, menyisakan 60 ribu rumah yang tak lagi berpenghuni. 78 ribu bangunan toko dan perkantoran kosong-melompong, terbengkalai!

Di mana-mana sampah menggunung tak terangkut. Pemerintah kota itu tak mampu membayar pegawai dan kontraktor pen-gangkut sampah. Kalau malam tiba, separo wilayah kota gelap gulita, karena listrik tagihan tak terbayar. Taman-taman kota juga ditutup, demi penghematan anggaran. Jalan yang rusak terbiarkan.

Entah kenapa, ketika membaca berita itu di Majalah Tempo Edisi 29, 4 Agustus 2014, saya terbayang hal yang sama parahnya bakal terjadi di Batam. Atau paling tidak,

Hasan Aspahani, General Manager Batam Pos

Agar Batam Tidak Bangkrut seperti Detroit

hal yang sama sangat mungkin terjadi di Batam. Saya menilai, Detroit dan Batam adalah kota dengan karakter yang sama. Keduanya mengandalkan industri. Ada tiga perusahaan otomotif besar bermarkas di sana: General Motors, Ford, dan Chrysler. Ketika ketiganya dihantam krisis pada tahun 2008, basis ekonomi yang melandasi kehidupan kota itu goyah. Separo dan kegiatan manufak-tur dipindahkan ke kota lain, dan kontrak ratusan ribu pekerja diputus!

Industri yang berbasis di Batam sesungguhnya amat rapuh, artinya, kapan saja, tak menunggu krisis yang parah, pabrik-pabrik perakitan bisa dipindahkan. Banyak kawasan industri lain, di dalam dan luar negeri me-nawarkan kenyamanan lebih untuk membangun pabrik. Perusahaan tutup, meninggalkan pekerja yang tak diba-yar pesangon, pekerja galangan kapal yang mengamuk, izin properti yang semrawut, tak ada kepastian secara hukum, hanyalah beberapa kasus aktual dari serangka-ian kejadian yang sudah pernah terjadi yang menunjuk-kan kerapuhan pondasi kota ini sebagai kota industri.

Yang mempercepat keruntuhan Detroit adalah birokrasi yang korup. Mantan wali kota sebelumnya, yang sempat tujuh tahun berkuasa, Kwame Kilpatrick Maret lalu divonis 20 tahun penjara setelah di persidan-gan terbukti bersalah atas 20 tuduhan korupsi. Politi-kus dari Partai Demokrat, partainya Presiden Obama ini antara lain menerima suap dari kontraktor kota Bobby Ferguson agar tetap mendapat jatah proyek pemerintah!

D

Page 3: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

3 4 5 6 7 8 9 10Di Negara bagian Michigan, Detroit adalah kota pent-

ing, sebab separo dari produk domestik brutonya dis-etorkan dari kota tersebut. Itu sebabnya Gubernur Michi-gan Rick Snyder pun kini turun gunung. Wali Kota Dabe Bing harus rela sementara, Detroit diurus oleh seorang manajer darurat Kevyn Orr, yang di-tunjuk oleh Gubernur. ''Inilah kesalahan kota yang hanya mengandalkan satu industri,'' kata Orr. Maka, kini kota yang pernah masyhur namanya sejak tahun 1950 itu memudar.

Birokrasi di Kota Batam tentu tak kedap korupsi. Kontraktor yang menyuap, atau yang memenang-kan tender proyek tapi kemudian mengerjakan proyeknya asal-asalan, bukanlah cerita asing di kota ini. Pe-gawai negeri yang dikirim ke penjara juga ada. Maka, jika kecenderungan itu tak terkendali, bahkan semakin parah, tentu apa yang terjadi di Detroit sangat mungkin terjadi di sini.

Sudah saatnya, Batam memikirkan lagi, arah pengem-bangan kota ini hendak dibawa ke mana.

Keunggulan posisi strategis jangan hanya jadi kem-bang-kembang dalam pidato pejabat. Harus ada usaha sangat serius untuk membangun basis ekonomi lain yang mungkin lebih banyak memberi kesempatan sebe-sar-besarnya kepada entrepreneur baru dan pengemban-gan industri kreatif.

Buruh murah jangan lagi jadi bumbu pemikat agar in-vestor masuk ke Batam, kalau kemudian justru itu yang jadi penyebab konflik perburuhan. Batam harus tetap menjadi kota yang menginkubasi mimpi-mimpi besar orang-orang yang berani. Kota ini harus menjadi loko-motif yang tak kehilangan daya tariknya. Batam harus bisa terus-menerus memperkuat diri.

Kota ini harus menjadi kota yang melahirkan pemimpin yang bisa bicara di tingkat nasional. Jika Solo bisa melahirkan seorang Joko Widodo yang kini terbukti mampu memimpin Jakarta, kenapa Batam tidak? Batam harus menjadi contoh bagaimana sebuah kota bisa me-nyelesaikan masalah-masalahnya dengan cerdas.

Harus diakui pamor Batam sekarang tak semencorong

dua dekade lalu. Belanja murah? Tidak. Mudah mencari kerja? Juga tidak. Kota modern yang terkelola baik? Ah, pada beberapa bagian kota ini sangat tertinggal! Jika tak ada keinginan untuk mengembalikan pamor kota ini

seperti pernah dirasakan pada kondisi puncaknya, atau bahkan melampaui itu, maka bukan

tidak mungkin yang terjadi di Detroit akan menimpa kota ini. Dan tentu kita tidak

menghendaki itu. Entah kenapa, tahun ini kami mer-

ayakan 15 tahun Batam Pos dengan kecemasan seperti itu. Mungkin kar-ena Batam Pos, yang tahun ini me-masuki usia 15 tahun sejak pertama

kali terbit 10 Agustus 1998 lalu, tahu persis bagaimana kota ini menumbuh-

kan harapan bagi banyak pendatang. Sejak beberapa tahun sebelumnya sudah hadir seba-

gai perwakilan Riau Pos, surat kabar ini adalah saksi yang tiap hari mencatat dinamika kota ini.

Tahun ini, menandai usia 15 tahun itu, kami memilih sejumlah nama dan meminta bicara tentang kemana kemungkinan terbaik membawa Batam. Kami meminta berbagi ide, kegelisahan, harapan, dan visi mereka ten-tang masa depan Batam. Nama-nama yang kami pilih, tentu kami anggap sudah mewakili berbagai lapisan dan kalangan. Gagasan-gagasan mereka mungkin terlalu par-sial, untuk itulah kami mengambil 15 nama agar ide-ide mereka saling mengutuhkan, melengkapkan, dan den-gan demikian lebih besar daya gugah ide-idenya.

Nasib kota ini tentu bisa menjadi bahan diskusi yang panjang, dan tak berhenti di lembar-lembar khusus yang kami sajikan dalam edisi ulang tahun ini, pada hari ini. Ini bisa menjadi serangkaian pembicaraan yang serius di forum-forum yang lebih besar. Kami sudah melempar ide, tentu banyak pihak lain yang berhak dan mampu untuk membicarakan hal ini. Kami sebagai media yang tumbuh dan besar di kota ini akan mencatat dinamika ide-ide hebat dari siapa saja untuk kota hebat ini.

Senyampang itu, kami juga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1434 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin.

Gagasan-gagasan mer-eka mungkin terlalu par-

sial, untuk itulah kami mengambil 15 nama agar

ide-ide mereka saling mengutuhkan, meleng-kapkan, dan dengan de-mikian lebih besar daya

gugah ide-idenya.

Page 4: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

4 5 6 7 8 9 10

Mari DuDuk BersaMa, Jaga investasi

MuhaMMad Sani, gubernur kepulauan riau

Sebagai kepala daerah, dalam hal ini gubernur, tentu saja saya memiliki visi besar untuk membangun daerah yang saya cintai ini. Tanah tumpah darah, tentu saja. Visi sudah lama

tertanam di benak saya, bahkan jauh sebelum saya menjadi gubernur.

ntuk memajukan daerah, tentu harus memaju-kan ekonominya. Ekonomi yang tumbuh, inilah yang menjadi visi besar saya dan alhamdulillah sudah terealisasi. Menutupi tahun 2012, per-

tumbuhan ekonomi Kepri mencapai angka 8,21. Sebe-narnya angka ini sudah melebihi target RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah).

Kita menargetkan pertumbuhan pada angka delapan persen. Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat kunjungannya ke Tanjungpinang, meminta pertum-

buhan ekonomi Kepri mencapai angka 10 persen. Pesan ini menjadi cambuk bagi saya agar berusaha keras untuk mencapainya. Alhamdulillah pada triwulan pertama tahun 2013, menurut BPS, pertumbuhan ekonomi Kepri mencapai angka 8,31 persen.

Salah satu instrumen yang harus dijaga dalam mema-jukan ekonomi adalah masalah konektivitas, yakni kelancaran hubungan ke seluruh daerah di Kepri. Un-tuk kelancaran hubungan untuk Natuna-Anambas dan Lingga adalah dengan penambahan kapal. Ini juga didor-

u

Page 5: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

5 6 7 8 9 10ong oleh pihak swasta. Selain itu, kapal roll on roll off (roro) juga sudah menghubungkan daerah-daerah utama di Kepri.

Karena dengan konektivitas ini, pelayanan kepada masyarakat semakin baik dan semoga investasi masuk ke seluruh daerah Kepri. Dengan terhubungnya tiap daerah, arus uang, orang dan barang akan bergerak, yang tentunya memberi pengaruh baik bagi perkembangan ekonomi daerah tersebut.

Kita juga telah membangun Bandara di Letung Anam-bas dan bandara enclave sipil di Ranai Natuna. Serta Ban-dara Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang yang terus ditingkatkan. Pembangunan bandar udara ini, merupa-kan bagian dari membangun keterhubungan itu.

Dengan demikian, diharapkan sejumlah investasi akan segera masuk daerah-daerah tersebut. Selain itu, ini juga untuk mendukung pariwisata di kawasan Natuna dan Anambas. Objek-objek wisata di daerah ini sangat indah. Kita tahu Pulau Bawah disebut sebagai pulau terbaik di Asia Pasifik.

Setelah masalah konektivitas terpecahkan, maka dengan sendirinya ekonomi akan tumbuh. Artinya, masalah kemiskinan akan berangsur berkurang. Masalah kemiskinan ini memang sudah menjadi fokus Pemprov Kepri untuk dientaskan. Kita sangat-sangat serius dalam hal ini.

Maka itulah, kita punya program Pengentasan Kemiskinan yang terdiri dari tiga program utama. Per-tama, Program Pemenuhan Hak-Hak Dasar Penduduk Miskin, kedua, Program Rumah Layak Huni dan ketiga, Program Pembinaan Unit Usaha Penduduk Miskin.

Angka kemiskinan kita sudah pada angka 12 persen. Sudah enam persen turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 18 persen. Demikian juga dengan angka PDRB di Kepri pada tahun 2011 hanya berada dalam posisi Rp2,2 juta. Namun sekarang sudah meningkat hingga Rp3 juta. Mungkin Batam melebihi angka Rp3 juta. Demikian juga angka pengangguran. Tahun 2011 angka pengangguran di Kepri berjumlah 7,8 persen, namun sekarang sudah berkurang menjadi sekitar 5,3 persen.

Di Bidang Pendidikan, anak-anak kita sudah mengecap wajib belajar 12 tahun. Jadi anak-anak di Kepri mini-mal sekolah hingga pendidikan tingkat SLTA. Ini masih belum final, karena selanjutnya kita masih mendukung siswa-siswa berprestasi dengan memberikan mereka beragam beasiswa yang insyaallah dari sana akan mun-cul generasi-generasi cerdas. Karena saya yakin, bila ilmu pengetahuan telah digenggam, maka kemakmuran akan ikut menyertai.

Namun di balik keberhasilan ini, saya sadar masih ada hal-hal yang belum terealisasi, mski ada peningkatan menuju ke sana. Misalnya masalah listrik. Untuk Pulau Bintan, kita menunggu konektiviti dari Tangjungkasam. Kalau ini sudah tersambung, Insyaallah, khusus Bintan tidak ada masalah.

Listrik ini memang masalah utama. Kita juga me-mikirkan listrik untuk pulau-pulau lain di Kepri supaya lebih baik dan semakin baik. Karena pembangunan tidak pernah berhenti, kebutuhan akan listrik pun akan terus meningkat. Apalagi ketika investasi terus masuk, keper-luan listrik pun tidak sedikit.

Selain listrik, adalah masalah air. Untuk Pulau Bintan, jika waduk Gesek sudah berfungsi akhir tahun ini, Insya Allah semakin teratasi. Masalah air pun bukan hanya Tanjungpinang dan sekitarnya. Tapi sejumlah pulau di Kepri juga demikian. Kita terus mencari formula dan membangun agar ketersediaan air ini bisa terpenuhi.

Selain tugas-tugas saya sebagai gubernur, di tahun 2013 ini saya mendapat amanah besar dari Presiden SBY untuk memangku jabatan Ketua Dewan Kawasan. Tugas saya adalah bagaimana memajukan kawasan ekonomi khusus di Batam, Bintan dan Karimun.

Untuk itu saya berharap, regulasi yang kita gulirkan dapat mendorong investasi masuk ke Kepri. Pelayanan, keamanan, suasana kondusif, buruh, sangat diperlukan untuk mendatangkan investasi dan mempertahankan investasi yang sudah ada.

Hal yang paling krusial selama ini dalam menarik in-vestasi adalah masalah keamanan, ketertiban. Hambatan lain adalah masalah lahan. Dengan keterbatasan lahan, perlu ada pengembangan. Karena itulah kita susun rencana tata ruang dan rencana tata wilayah (RTRW). Dengan RTRW yang lebih baik, peruntukan lahan yang jelas untuk investasi, sehingga investasi tersebut akan terlaksana.

Masalah lain adalah tentang buruh. Pemicu utamanya adalah upah. Untuk itu, saya harap antara pemerintah, buruh dan pengusaha bisa duduk dengan benar dalam merumuskan upah ini, sehingga tidak menimbulkan friksi-friksi yang menganggu investasi.

Kepri memang perlu suasana kondusif untuk investasi. Untuk itu saya berharap kebersamaan dari masyarakat, untuk menarik dan mendukung investasi itu. Sehingga, para investor tersebut dapat melihat kesungguhan kita untuk menghasilkan regulasi yang pro investasi. Sekali lagi saya mengajak, mari kita sama-sama menjaga Kepri. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang menganggu investasi. ***

Belum lama ini saya ditaya oleh wartawan, tentang apa visi saya yang belum terealisasi dan apa yang sudah. Saya terdiam sejenak. Bagi saya pertanyaan ini tak boleh dijawab asal-asalan. kemudian saya sampaikan, sebe-lum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menjelas-kan dulu pengertian ”visi” itu sendiri yang menurut saya mudah diucapkan namun rumit untuk diru-muskan bahkan terkadang sering terbalik, penger-tian visi men-jadi misi, atau s e b a l i k nya . Bersinergilah!

NOWOr

NEVER

Batam tahun 1999, misalnya bisa menjadi contoh betapa kemajemukan itu rawan konflik kalau yang dimuncul-kan perbedaan-perbedaannya. Tetapi sebaliknya, jika kemajemukan itu kita carikan kesamaannya, kita carikan kebersamaannya, maka hal itu akan menjadi kekuatan. Masyarakat Kepri khususnya Batam akan dapat dengan cepat berkembang menjadi masyarakat yang maju, egali-ter, masyarakat yang metropolis.

Saya kira hasil sebuah pemikiran beberapa orang yang dimusyawarahkan jauh lebih baik hasilnya dari hanya pemikiran satu orang, sehingga jujur saya sebenarnya sangat terbuka, memandang setiap orang memiliki

Soerya Respationo,

Wakil Gubernur K

epulauan Riau

daerah dituntut untuk menjadi dinamis, tidak statis.Namun kita harus akui, bahwa merealisasikan visi dan

misi tersebut bukannya mudah. Apalagi khusus Batam, masih memiliki masalah ”bebuyutan” yakni ‘’perseter-uan” Pemko Batam dan Otorita Batam (kini Badan Pen-gusahaan Batam). Ini problem akut tetapi juga problem laten; tersembunyi; terpendam; tidak kelihatan (tetapi mempunyai potensi untuk muncul) ibarat api dalam sekam.

Secara pribadi saya menghendaki adanya sinergitas antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam dan hal itu bukan hanya kata-kata saja tetapi juga sudah saya lakukan ketika saya menjadi Ketua DPRD Kota Batam bersama dengan seluruh anggota DPRD Batam periode 2004-2009, sayangnya semangat itu tidak maksimal diteruskan oleh kepemimpinan DPRD berikut-nya.

Secara pribadi saya sangat mencintai Batam, bayang-kan dari sebelum menjadi anggota DPRD periode per-tama saya sudah membela kepentingan Batam dengan menjadi Ketua Tim Penolakan PPN dan PPnBM, Ketua Tim Persiapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabu-han Bebas, begitu masuk DPRD menjadi Ketua Pansus Kawasan Perdagangan Bebas, bahkan telaah dan diser-tasi doctoral saya mengenai masalah ini. Sehingga saya bisa menangkap, kalau dikotomi ini masih berlanjut, kasihan masyarakat Batam sepenuhnya terbelenggu dengan ketidakpastian. Harus tegas dong kita maunya apa, jangan apa-apa mau. Maka, salah satu solusinya adalah bersinergi.

Bersinergi yang saya maksudkan adalah, membangun kebersamaan yang tidak semu, bukan hanya di mulut tetapi membangun kebersamaan lahir dan batin, tidak mengedepankan ego sektoral masing-masing instansi. Sebab jika ego sektoral muncul maka masing-masing pihak akan merasa benar karena keduanya memiliki landasan hukum yang kuat yang jika berlanjut, semisal diuji sahih; maka yang kalah akan jadi abu dan yang me-nang akan menjadi arang dan yang dirugikan sejatinya masyarakat Batam.

Konsep sinergitas yang saya maksudkan adalah, mem-bangun kebersamaan ibarat satu kapal dua mesin, bukan satu kapal dua nakhoda yang satu ke selatan yang satu ke utara akhirnya kapal pecah di tengah, penumpang-nya yang jadi korban. Saya sangat paham kedua instansi ini menyadari dan mengetahui kondisi laten ini, tetapi ibarat pepatah; kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

Konsep sinergitas juga berarti mengakomodir suatu jalan tengah solusi yang win-win, tak ada yang perlu dikalahkan, karena semangat BP Batam yang dulu Oto-

rita Batam adalah menjadikan Batam sebagai wilayah yang modern dan maju tetapi ujungnya melibatkan pihak asing dengan investasi-investasinya, sementara Pemerintah Kota Batam bekerja secara konvensional yang orientasinya terikat dengan konsep-konsep pe-merintahan daerah yang jelas terlalu lambat merespon dinamika pasar dunia.

Idealnya sinergitas itu adalah jalan tengah yang menjadikan Batam modern, merespon dinamika dunia dengan baik dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. De-mikian juga dengan instrumen ekonomi yang dibangun melalui FTZ Batam, ia harus diibaratkan jalan tol yang tidak boleh mengganggu jalan-jalan lain di sekelilingnya yang sudah ada dan harus bersinergi. Intinya konsep sinergitas ini bermuara pada kesejahteraan masyarakat Batam.

Kita juga tidak boleh melupakan bahwa sampai hari ini kemajuan ekonomi Batam, pembangunan infrastuk-tur Batam serta image Batam sebagai tujuan investasi telah berhasil dibangun oleh BP Batam yang dulu ber-nama Otorita Batam. Sehingga saya kira langkah untuk mensinergikan secara lahir dan batin itu wajib ditem-puh oleh Pemerintah Kota Batam maupun BP Batam. Persoalan ini jelas problem laten yang menguras energi masyarakat, melelahkan sekaligus problem yang mem-bosankan yang harus segera diakhiri. Now or never, dan kata kuncinya menurut saya adalah satunya kata dan perbuatan, jangan plin plan.

Visi dan misi saya selanjutnya adalah mengelola ke-beragaman menjadi sebuah kekuatan. Kita tahu, bahwa di Kepri ini, khususnya Batam ditinggali penduduk berbi-lang kaum. Sebelum saya urai, saya akan menyampaikan sebuah ayat dalam kitab suci Alquran yang bagi saya sangat menarik.

Dalam surat Yunus ayat 19 misalnya menegaskan: ‘’Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu keteta-pan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu.’’

Baiklah, kita terima pemahaman bahwa hari ini kita berbeda-beda, kita majemuk, plural beragam suku, budaya dan agama yang hidup di dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Batam. Lalu apakah ini sebuah kelemahan atau kelebihan? Saya kira bisa men-jadi kelemahan bisa juga menjadi kelebihan. Tergantung kitanya memandang kemajemukan itu mau diapakan? Kalau mau didikotomikan, dipisah-pisahkan, dicari perbedaan-perbedaannya maka kemajemukan akan menjadi bencana dan prahara.

Kasus perang antar-suku yang pernah terjadi di

isi adalah gambaran masa depan, akan seperti apa kita atau organisasi kita di masa datang. Pengertian lain, visi merupakan sebuah impian

yang akan dicapai, di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah ”action” dari visi. Misi adalah langkah-lang-kah apa yang akan dilakukan demi mencapai visi. Visi adalah tujuan. Kalau visi belum tercapai, maka misinya yang harus diubah. Jangan malah diganti visinya, yang pada akhirnya tujuannya menjadi tidak jelas karena berubah-ubah.

Maka dalam hidup manusia misalnya harus punya visi, dari mana asal kita dan hendak kemana tujuan akhir kehidupan, bahkan tujuan akhir setelah kehidupan itu berakhir yang dalam ajaran kebijaksanaan dikenal den-gan istilah sangkan paraning dumadi.

Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kita berasal dan kemana tujuannya. Atau lebih mudah-nya adalah ilmu tentang jalan pulang, karena kehidupan manusia tidak kekal, kita makhluk yang pasti akan kem-bali kepada Allah. Yang dalam ajaran Islam pencarian jalan tersebut sangat dianjurkan khususnya dalam surat Al-maidah (5:35) ‘’Hai orang-orang yang beriman ber-taqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.’’

Setelah kita memiliki visi dalam hidup, maka ketika

kita memimpin sebuah organisasi dalam hal ini Pemer-intahan Daerah tentu secara otomatis akan punya visi, namun dirumuskan bersama-sama Gubernur dan Wakil Gubernur beserta jajaran, yang juga dibahas dengan DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Di dalamnya, tentu saja semangat untuk membela kepentingan wong cilik, menopang masyarakat yang tidak berdaya menjadi garis besar visi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Ini dibuktikan dengan sehari setelah pelantikan kita lang-sung melangkah pada misi penanggulangan kemiskinan dengan menandatangani MoU yang melibatkan semua Walikota/Bupati dan DPRD se-Provinsi Kepulauan Riau.

Misi berikutnya tentu saja selain keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kecil kita juga terus melakukan penyadaran pentingnya reformasi birokrasi yang sebenarnya grand design-nya sudah ada dengan lahirnya Perpres No.81 Tahun 2010, tujuannya memper-cepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Serta menjadikan aparatur pemerintahan daerah kita memiliki sensitivitas terhadap berbagai persoalan seh-ingga mereka dapat bekerja keras, mengambil langkah-langkah taktis dan strategis karena tidak ada jaminan bahwa kebijakan dan program yang sedang berjalan dapat terealisasi sesuai rencana, saat ini pemerintahan

kelebihan yang belum tentu orang lain miliki, kita posi-tive thinking bahkan positive feeling, jangan meman-dang orang dari sisi kelemahannya, pandanglah dari sisi kelebihan yang dimiliki, melalui pandangan seperti ini, Insya Allah kita akan saling mengisi, akan memunculkan masyarakat yang saling asah, asih dan asuh.

Harus diakui, para founding fathers kita sanggup mengelola keberagaman itu dengan melahirkan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indone-sia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika itu sangat tepat menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Mengelola keberagaman menjadi suatu kekuatan memerlukan bukan hanya kesadaran tetapi juga kesaba-ran, kita harus segera sadar bahwa keberagaman kita adalah kenyataan yang harus kita terima sehingga untuk menyatukannya diperlukan satu NKRI yang berfalsafah Pancasila, dengan UUD 1945 sebagai koridor hukum ke dalam dan keluar. Dan kesabaran bahwa untuk menca-pai tujuan nasional kita memerlukan waktu yang tidak sebentar, dibutuhkan perjuangan yang terus menerus dan tidak kenal lelah untuk mewujudkannya.

Dalam Alqur’an surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfir-man: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dengan demikian saya berpendapat, kemajemukan akan saling memberdayakan, bukan saling memperdaya-kan, karena prinsip kemuliaan seseorang ternyata bukan yang paling tinggi jabatannya, bukan yang paling kaya dan paling pintar tetapi yang paling taqwa. Insan yang bertaqwa adalah manusia yang terbaik di sisi Allah dan manusia yang paling banyak membawa manfaat bagi sesama.

Mengelola keberagaman juga berarti menjaga keber-samaan. Tapi kalau yang dikembangkan sikap individual-istis, maka ibarat sebatang lidi yang rapuh, mudah patah, tak bisa digunakan untuk membersihkan kotoran dan sampah kalau hanya sebatang lidi. Tetapi kalau lidinya banyak digabungkan, disatukan, bersama-sama ia akan menjadi kokoh dan kuat serta sanggup membersihkan kotoran karena menjadi sapu lidi. Ikatan kebersamaan sangat banyak manfaatnya dibanding sikap individual-isme. ***

v

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

6

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

7

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

8

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

9

Page 6: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

6 7 8 9 10

Belum lama ini saya ditaya oleh wartawan, tentang apa visi saya yang belum terealisasi dan apa yang sudah. Saya terdiam sejenak. Bagi saya pertanyaan ini tak boleh dijawab asal-asalan. kemudian saya sampaikan, sebe-lum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menjelas-kan dulu pengertian ”visi” itu sendiri yang menurut saya mudah diucapkan namun rumit untuk diru-muskan bahkan terkadang sering terbalik, penger-tian visi men-jadi misi, atau s e b a l i k nya . Bersinergilah!

NOWOr

NEVER

Batam tahun 1999, misalnya bisa menjadi contoh betapa kemajemukan itu rawan konflik kalau yang dimuncul-kan perbedaan-perbedaannya. Tetapi sebaliknya, jika kemajemukan itu kita carikan kesamaannya, kita carikan kebersamaannya, maka hal itu akan menjadi kekuatan. Masyarakat Kepri khususnya Batam akan dapat dengan cepat berkembang menjadi masyarakat yang maju, egali-ter, masyarakat yang metropolis.

Saya kira hasil sebuah pemikiran beberapa orang yang dimusyawarahkan jauh lebih baik hasilnya dari hanya pemikiran satu orang, sehingga jujur saya sebenarnya sangat terbuka, memandang setiap orang memiliki

Soerya Respationo,

Wakil Gubernur K

epulauan Riau

daerah dituntut untuk menjadi dinamis, tidak statis.Namun kita harus akui, bahwa merealisasikan visi dan

misi tersebut bukannya mudah. Apalagi khusus Batam, masih memiliki masalah ”bebuyutan” yakni ‘’perseter-uan” Pemko Batam dan Otorita Batam (kini Badan Pen-gusahaan Batam). Ini problem akut tetapi juga problem laten; tersembunyi; terpendam; tidak kelihatan (tetapi mempunyai potensi untuk muncul) ibarat api dalam sekam.

Secara pribadi saya menghendaki adanya sinergitas antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam dan hal itu bukan hanya kata-kata saja tetapi juga sudah saya lakukan ketika saya menjadi Ketua DPRD Kota Batam bersama dengan seluruh anggota DPRD Batam periode 2004-2009, sayangnya semangat itu tidak maksimal diteruskan oleh kepemimpinan DPRD berikut-nya.

Secara pribadi saya sangat mencintai Batam, bayang-kan dari sebelum menjadi anggota DPRD periode per-tama saya sudah membela kepentingan Batam dengan menjadi Ketua Tim Penolakan PPN dan PPnBM, Ketua Tim Persiapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabu-han Bebas, begitu masuk DPRD menjadi Ketua Pansus Kawasan Perdagangan Bebas, bahkan telaah dan diser-tasi doctoral saya mengenai masalah ini. Sehingga saya bisa menangkap, kalau dikotomi ini masih berlanjut, kasihan masyarakat Batam sepenuhnya terbelenggu dengan ketidakpastian. Harus tegas dong kita maunya apa, jangan apa-apa mau. Maka, salah satu solusinya adalah bersinergi.

Bersinergi yang saya maksudkan adalah, membangun kebersamaan yang tidak semu, bukan hanya di mulut tetapi membangun kebersamaan lahir dan batin, tidak mengedepankan ego sektoral masing-masing instansi. Sebab jika ego sektoral muncul maka masing-masing pihak akan merasa benar karena keduanya memiliki landasan hukum yang kuat yang jika berlanjut, semisal diuji sahih; maka yang kalah akan jadi abu dan yang me-nang akan menjadi arang dan yang dirugikan sejatinya masyarakat Batam.

Konsep sinergitas yang saya maksudkan adalah, mem-bangun kebersamaan ibarat satu kapal dua mesin, bukan satu kapal dua nakhoda yang satu ke selatan yang satu ke utara akhirnya kapal pecah di tengah, penumpang-nya yang jadi korban. Saya sangat paham kedua instansi ini menyadari dan mengetahui kondisi laten ini, tetapi ibarat pepatah; kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

Konsep sinergitas juga berarti mengakomodir suatu jalan tengah solusi yang win-win, tak ada yang perlu dikalahkan, karena semangat BP Batam yang dulu Oto-

rita Batam adalah menjadikan Batam sebagai wilayah yang modern dan maju tetapi ujungnya melibatkan pihak asing dengan investasi-investasinya, sementara Pemerintah Kota Batam bekerja secara konvensional yang orientasinya terikat dengan konsep-konsep pe-merintahan daerah yang jelas terlalu lambat merespon dinamika pasar dunia.

Idealnya sinergitas itu adalah jalan tengah yang menjadikan Batam modern, merespon dinamika dunia dengan baik dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. De-mikian juga dengan instrumen ekonomi yang dibangun melalui FTZ Batam, ia harus diibaratkan jalan tol yang tidak boleh mengganggu jalan-jalan lain di sekelilingnya yang sudah ada dan harus bersinergi. Intinya konsep sinergitas ini bermuara pada kesejahteraan masyarakat Batam.

Kita juga tidak boleh melupakan bahwa sampai hari ini kemajuan ekonomi Batam, pembangunan infrastuk-tur Batam serta image Batam sebagai tujuan investasi telah berhasil dibangun oleh BP Batam yang dulu ber-nama Otorita Batam. Sehingga saya kira langkah untuk mensinergikan secara lahir dan batin itu wajib ditem-puh oleh Pemerintah Kota Batam maupun BP Batam. Persoalan ini jelas problem laten yang menguras energi masyarakat, melelahkan sekaligus problem yang mem-bosankan yang harus segera diakhiri. Now or never, dan kata kuncinya menurut saya adalah satunya kata dan perbuatan, jangan plin plan.

Visi dan misi saya selanjutnya adalah mengelola ke-beragaman menjadi sebuah kekuatan. Kita tahu, bahwa di Kepri ini, khususnya Batam ditinggali penduduk berbi-lang kaum. Sebelum saya urai, saya akan menyampaikan sebuah ayat dalam kitab suci Alquran yang bagi saya sangat menarik.

Dalam surat Yunus ayat 19 misalnya menegaskan: ‘’Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu keteta-pan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu.’’

Baiklah, kita terima pemahaman bahwa hari ini kita berbeda-beda, kita majemuk, plural beragam suku, budaya dan agama yang hidup di dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Batam. Lalu apakah ini sebuah kelemahan atau kelebihan? Saya kira bisa men-jadi kelemahan bisa juga menjadi kelebihan. Tergantung kitanya memandang kemajemukan itu mau diapakan? Kalau mau didikotomikan, dipisah-pisahkan, dicari perbedaan-perbedaannya maka kemajemukan akan menjadi bencana dan prahara.

Kasus perang antar-suku yang pernah terjadi di

isi adalah gambaran masa depan, akan seperti apa kita atau organisasi kita di masa datang. Pengertian lain, visi merupakan sebuah impian

yang akan dicapai, di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah ”action” dari visi. Misi adalah langkah-lang-kah apa yang akan dilakukan demi mencapai visi. Visi adalah tujuan. Kalau visi belum tercapai, maka misinya yang harus diubah. Jangan malah diganti visinya, yang pada akhirnya tujuannya menjadi tidak jelas karena berubah-ubah.

Maka dalam hidup manusia misalnya harus punya visi, dari mana asal kita dan hendak kemana tujuan akhir kehidupan, bahkan tujuan akhir setelah kehidupan itu berakhir yang dalam ajaran kebijaksanaan dikenal den-gan istilah sangkan paraning dumadi.

Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kita berasal dan kemana tujuannya. Atau lebih mudah-nya adalah ilmu tentang jalan pulang, karena kehidupan manusia tidak kekal, kita makhluk yang pasti akan kem-bali kepada Allah. Yang dalam ajaran Islam pencarian jalan tersebut sangat dianjurkan khususnya dalam surat Al-maidah (5:35) ‘’Hai orang-orang yang beriman ber-taqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.’’

Setelah kita memiliki visi dalam hidup, maka ketika

kita memimpin sebuah organisasi dalam hal ini Pemer-intahan Daerah tentu secara otomatis akan punya visi, namun dirumuskan bersama-sama Gubernur dan Wakil Gubernur beserta jajaran, yang juga dibahas dengan DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Di dalamnya, tentu saja semangat untuk membela kepentingan wong cilik, menopang masyarakat yang tidak berdaya menjadi garis besar visi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Ini dibuktikan dengan sehari setelah pelantikan kita lang-sung melangkah pada misi penanggulangan kemiskinan dengan menandatangani MoU yang melibatkan semua Walikota/Bupati dan DPRD se-Provinsi Kepulauan Riau.

Misi berikutnya tentu saja selain keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kecil kita juga terus melakukan penyadaran pentingnya reformasi birokrasi yang sebenarnya grand design-nya sudah ada dengan lahirnya Perpres No.81 Tahun 2010, tujuannya memper-cepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Serta menjadikan aparatur pemerintahan daerah kita memiliki sensitivitas terhadap berbagai persoalan seh-ingga mereka dapat bekerja keras, mengambil langkah-langkah taktis dan strategis karena tidak ada jaminan bahwa kebijakan dan program yang sedang berjalan dapat terealisasi sesuai rencana, saat ini pemerintahan

kelebihan yang belum tentu orang lain miliki, kita posi-tive thinking bahkan positive feeling, jangan meman-dang orang dari sisi kelemahannya, pandanglah dari sisi kelebihan yang dimiliki, melalui pandangan seperti ini, Insya Allah kita akan saling mengisi, akan memunculkan masyarakat yang saling asah, asih dan asuh.

Harus diakui, para founding fathers kita sanggup mengelola keberagaman itu dengan melahirkan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indone-sia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika itu sangat tepat menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Mengelola keberagaman menjadi suatu kekuatan memerlukan bukan hanya kesadaran tetapi juga kesaba-ran, kita harus segera sadar bahwa keberagaman kita adalah kenyataan yang harus kita terima sehingga untuk menyatukannya diperlukan satu NKRI yang berfalsafah Pancasila, dengan UUD 1945 sebagai koridor hukum ke dalam dan keluar. Dan kesabaran bahwa untuk menca-pai tujuan nasional kita memerlukan waktu yang tidak sebentar, dibutuhkan perjuangan yang terus menerus dan tidak kenal lelah untuk mewujudkannya.

Dalam Alqur’an surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfir-man: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dengan demikian saya berpendapat, kemajemukan akan saling memberdayakan, bukan saling memperdaya-kan, karena prinsip kemuliaan seseorang ternyata bukan yang paling tinggi jabatannya, bukan yang paling kaya dan paling pintar tetapi yang paling taqwa. Insan yang bertaqwa adalah manusia yang terbaik di sisi Allah dan manusia yang paling banyak membawa manfaat bagi sesama.

Mengelola keberagaman juga berarti menjaga keber-samaan. Tapi kalau yang dikembangkan sikap individual-istis, maka ibarat sebatang lidi yang rapuh, mudah patah, tak bisa digunakan untuk membersihkan kotoran dan sampah kalau hanya sebatang lidi. Tetapi kalau lidinya banyak digabungkan, disatukan, bersama-sama ia akan menjadi kokoh dan kuat serta sanggup membersihkan kotoran karena menjadi sapu lidi. Ikatan kebersamaan sangat banyak manfaatnya dibanding sikap individual-isme. ***

v

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

6

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

7

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

8

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

9

Page 7: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

7 8 9 10

Belum lama ini saya ditaya oleh wartawan, tentang apa visi saya yang belum terealisasi dan apa yang sudah. Saya terdiam sejenak. Bagi saya pertanyaan ini tak boleh dijawab asal-asalan. kemudian saya sampaikan, sebe-lum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menjelas-kan dulu pengertian ”visi” itu sendiri yang menurut saya mudah diucapkan namun rumit untuk diru-muskan bahkan terkadang sering terbalik, penger-tian visi men-jadi misi, atau s e b a l i k nya . Bersinergilah!

NOWOr

NEVER

Batam tahun 1999, misalnya bisa menjadi contoh betapa kemajemukan itu rawan konflik kalau yang dimuncul-kan perbedaan-perbedaannya. Tetapi sebaliknya, jika kemajemukan itu kita carikan kesamaannya, kita carikan kebersamaannya, maka hal itu akan menjadi kekuatan. Masyarakat Kepri khususnya Batam akan dapat dengan cepat berkembang menjadi masyarakat yang maju, egali-ter, masyarakat yang metropolis.

Saya kira hasil sebuah pemikiran beberapa orang yang dimusyawarahkan jauh lebih baik hasilnya dari hanya pemikiran satu orang, sehingga jujur saya sebenarnya sangat terbuka, memandang setiap orang memiliki

Soerya Respationo,

Wakil Gubernur K

epulauan Riau

daerah dituntut untuk menjadi dinamis, tidak statis.Namun kita harus akui, bahwa merealisasikan visi dan

misi tersebut bukannya mudah. Apalagi khusus Batam, masih memiliki masalah ”bebuyutan” yakni ‘’perseter-uan” Pemko Batam dan Otorita Batam (kini Badan Pen-gusahaan Batam). Ini problem akut tetapi juga problem laten; tersembunyi; terpendam; tidak kelihatan (tetapi mempunyai potensi untuk muncul) ibarat api dalam sekam.

Secara pribadi saya menghendaki adanya sinergitas antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam dan hal itu bukan hanya kata-kata saja tetapi juga sudah saya lakukan ketika saya menjadi Ketua DPRD Kota Batam bersama dengan seluruh anggota DPRD Batam periode 2004-2009, sayangnya semangat itu tidak maksimal diteruskan oleh kepemimpinan DPRD berikut-nya.

Secara pribadi saya sangat mencintai Batam, bayang-kan dari sebelum menjadi anggota DPRD periode per-tama saya sudah membela kepentingan Batam dengan menjadi Ketua Tim Penolakan PPN dan PPnBM, Ketua Tim Persiapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabu-han Bebas, begitu masuk DPRD menjadi Ketua Pansus Kawasan Perdagangan Bebas, bahkan telaah dan diser-tasi doctoral saya mengenai masalah ini. Sehingga saya bisa menangkap, kalau dikotomi ini masih berlanjut, kasihan masyarakat Batam sepenuhnya terbelenggu dengan ketidakpastian. Harus tegas dong kita maunya apa, jangan apa-apa mau. Maka, salah satu solusinya adalah bersinergi.

Bersinergi yang saya maksudkan adalah, membangun kebersamaan yang tidak semu, bukan hanya di mulut tetapi membangun kebersamaan lahir dan batin, tidak mengedepankan ego sektoral masing-masing instansi. Sebab jika ego sektoral muncul maka masing-masing pihak akan merasa benar karena keduanya memiliki landasan hukum yang kuat yang jika berlanjut, semisal diuji sahih; maka yang kalah akan jadi abu dan yang me-nang akan menjadi arang dan yang dirugikan sejatinya masyarakat Batam.

Konsep sinergitas yang saya maksudkan adalah, mem-bangun kebersamaan ibarat satu kapal dua mesin, bukan satu kapal dua nakhoda yang satu ke selatan yang satu ke utara akhirnya kapal pecah di tengah, penumpang-nya yang jadi korban. Saya sangat paham kedua instansi ini menyadari dan mengetahui kondisi laten ini, tetapi ibarat pepatah; kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

Konsep sinergitas juga berarti mengakomodir suatu jalan tengah solusi yang win-win, tak ada yang perlu dikalahkan, karena semangat BP Batam yang dulu Oto-

rita Batam adalah menjadikan Batam sebagai wilayah yang modern dan maju tetapi ujungnya melibatkan pihak asing dengan investasi-investasinya, sementara Pemerintah Kota Batam bekerja secara konvensional yang orientasinya terikat dengan konsep-konsep pe-merintahan daerah yang jelas terlalu lambat merespon dinamika pasar dunia.

Idealnya sinergitas itu adalah jalan tengah yang menjadikan Batam modern, merespon dinamika dunia dengan baik dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. De-mikian juga dengan instrumen ekonomi yang dibangun melalui FTZ Batam, ia harus diibaratkan jalan tol yang tidak boleh mengganggu jalan-jalan lain di sekelilingnya yang sudah ada dan harus bersinergi. Intinya konsep sinergitas ini bermuara pada kesejahteraan masyarakat Batam.

Kita juga tidak boleh melupakan bahwa sampai hari ini kemajuan ekonomi Batam, pembangunan infrastuk-tur Batam serta image Batam sebagai tujuan investasi telah berhasil dibangun oleh BP Batam yang dulu ber-nama Otorita Batam. Sehingga saya kira langkah untuk mensinergikan secara lahir dan batin itu wajib ditem-puh oleh Pemerintah Kota Batam maupun BP Batam. Persoalan ini jelas problem laten yang menguras energi masyarakat, melelahkan sekaligus problem yang mem-bosankan yang harus segera diakhiri. Now or never, dan kata kuncinya menurut saya adalah satunya kata dan perbuatan, jangan plin plan.

Visi dan misi saya selanjutnya adalah mengelola ke-beragaman menjadi sebuah kekuatan. Kita tahu, bahwa di Kepri ini, khususnya Batam ditinggali penduduk berbi-lang kaum. Sebelum saya urai, saya akan menyampaikan sebuah ayat dalam kitab suci Alquran yang bagi saya sangat menarik.

Dalam surat Yunus ayat 19 misalnya menegaskan: ‘’Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu keteta-pan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu.’’

Baiklah, kita terima pemahaman bahwa hari ini kita berbeda-beda, kita majemuk, plural beragam suku, budaya dan agama yang hidup di dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Batam. Lalu apakah ini sebuah kelemahan atau kelebihan? Saya kira bisa men-jadi kelemahan bisa juga menjadi kelebihan. Tergantung kitanya memandang kemajemukan itu mau diapakan? Kalau mau didikotomikan, dipisah-pisahkan, dicari perbedaan-perbedaannya maka kemajemukan akan menjadi bencana dan prahara.

Kasus perang antar-suku yang pernah terjadi di

isi adalah gambaran masa depan, akan seperti apa kita atau organisasi kita di masa datang. Pengertian lain, visi merupakan sebuah impian

yang akan dicapai, di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah ”action” dari visi. Misi adalah langkah-lang-kah apa yang akan dilakukan demi mencapai visi. Visi adalah tujuan. Kalau visi belum tercapai, maka misinya yang harus diubah. Jangan malah diganti visinya, yang pada akhirnya tujuannya menjadi tidak jelas karena berubah-ubah.

Maka dalam hidup manusia misalnya harus punya visi, dari mana asal kita dan hendak kemana tujuan akhir kehidupan, bahkan tujuan akhir setelah kehidupan itu berakhir yang dalam ajaran kebijaksanaan dikenal den-gan istilah sangkan paraning dumadi.

Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kita berasal dan kemana tujuannya. Atau lebih mudah-nya adalah ilmu tentang jalan pulang, karena kehidupan manusia tidak kekal, kita makhluk yang pasti akan kem-bali kepada Allah. Yang dalam ajaran Islam pencarian jalan tersebut sangat dianjurkan khususnya dalam surat Al-maidah (5:35) ‘’Hai orang-orang yang beriman ber-taqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.’’

Setelah kita memiliki visi dalam hidup, maka ketika

kita memimpin sebuah organisasi dalam hal ini Pemer-intahan Daerah tentu secara otomatis akan punya visi, namun dirumuskan bersama-sama Gubernur dan Wakil Gubernur beserta jajaran, yang juga dibahas dengan DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Di dalamnya, tentu saja semangat untuk membela kepentingan wong cilik, menopang masyarakat yang tidak berdaya menjadi garis besar visi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Ini dibuktikan dengan sehari setelah pelantikan kita lang-sung melangkah pada misi penanggulangan kemiskinan dengan menandatangani MoU yang melibatkan semua Walikota/Bupati dan DPRD se-Provinsi Kepulauan Riau.

Misi berikutnya tentu saja selain keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kecil kita juga terus melakukan penyadaran pentingnya reformasi birokrasi yang sebenarnya grand design-nya sudah ada dengan lahirnya Perpres No.81 Tahun 2010, tujuannya memper-cepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Serta menjadikan aparatur pemerintahan daerah kita memiliki sensitivitas terhadap berbagai persoalan seh-ingga mereka dapat bekerja keras, mengambil langkah-langkah taktis dan strategis karena tidak ada jaminan bahwa kebijakan dan program yang sedang berjalan dapat terealisasi sesuai rencana, saat ini pemerintahan

kelebihan yang belum tentu orang lain miliki, kita posi-tive thinking bahkan positive feeling, jangan meman-dang orang dari sisi kelemahannya, pandanglah dari sisi kelebihan yang dimiliki, melalui pandangan seperti ini, Insya Allah kita akan saling mengisi, akan memunculkan masyarakat yang saling asah, asih dan asuh.

Harus diakui, para founding fathers kita sanggup mengelola keberagaman itu dengan melahirkan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indone-sia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika itu sangat tepat menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Mengelola keberagaman menjadi suatu kekuatan memerlukan bukan hanya kesadaran tetapi juga kesaba-ran, kita harus segera sadar bahwa keberagaman kita adalah kenyataan yang harus kita terima sehingga untuk menyatukannya diperlukan satu NKRI yang berfalsafah Pancasila, dengan UUD 1945 sebagai koridor hukum ke dalam dan keluar. Dan kesabaran bahwa untuk menca-pai tujuan nasional kita memerlukan waktu yang tidak sebentar, dibutuhkan perjuangan yang terus menerus dan tidak kenal lelah untuk mewujudkannya.

Dalam Alqur’an surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfir-man: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dengan demikian saya berpendapat, kemajemukan akan saling memberdayakan, bukan saling memperdaya-kan, karena prinsip kemuliaan seseorang ternyata bukan yang paling tinggi jabatannya, bukan yang paling kaya dan paling pintar tetapi yang paling taqwa. Insan yang bertaqwa adalah manusia yang terbaik di sisi Allah dan manusia yang paling banyak membawa manfaat bagi sesama.

Mengelola keberagaman juga berarti menjaga keber-samaan. Tapi kalau yang dikembangkan sikap individual-istis, maka ibarat sebatang lidi yang rapuh, mudah patah, tak bisa digunakan untuk membersihkan kotoran dan sampah kalau hanya sebatang lidi. Tetapi kalau lidinya banyak digabungkan, disatukan, bersama-sama ia akan menjadi kokoh dan kuat serta sanggup membersihkan kotoran karena menjadi sapu lidi. Ikatan kebersamaan sangat banyak manfaatnya dibanding sikap individual-isme. ***

v

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

6

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

7

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

8

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

9

Page 8: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

8 9 10

Belum lama ini saya ditaya oleh wartawan, tentang apa visi saya yang belum terealisasi dan apa yang sudah. Saya terdiam sejenak. Bagi saya pertanyaan ini tak boleh dijawab asal-asalan. kemudian saya sampaikan, sebe-lum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menjelas-kan dulu pengertian ”visi” itu sendiri yang menurut saya mudah diucapkan namun rumit untuk diru-muskan bahkan terkadang sering terbalik, penger-tian visi men-jadi misi, atau s e b a l i k nya . Bersinergilah!

NOWOr

NEVER

Batam tahun 1999, misalnya bisa menjadi contoh betapa kemajemukan itu rawan konflik kalau yang dimuncul-kan perbedaan-perbedaannya. Tetapi sebaliknya, jika kemajemukan itu kita carikan kesamaannya, kita carikan kebersamaannya, maka hal itu akan menjadi kekuatan. Masyarakat Kepri khususnya Batam akan dapat dengan cepat berkembang menjadi masyarakat yang maju, egali-ter, masyarakat yang metropolis.

Saya kira hasil sebuah pemikiran beberapa orang yang dimusyawarahkan jauh lebih baik hasilnya dari hanya pemikiran satu orang, sehingga jujur saya sebenarnya sangat terbuka, memandang setiap orang memiliki

Soerya Respationo,

Wakil Gubernur K

epulauan Riau

daerah dituntut untuk menjadi dinamis, tidak statis.Namun kita harus akui, bahwa merealisasikan visi dan

misi tersebut bukannya mudah. Apalagi khusus Batam, masih memiliki masalah ”bebuyutan” yakni ‘’perseter-uan” Pemko Batam dan Otorita Batam (kini Badan Pen-gusahaan Batam). Ini problem akut tetapi juga problem laten; tersembunyi; terpendam; tidak kelihatan (tetapi mempunyai potensi untuk muncul) ibarat api dalam sekam.

Secara pribadi saya menghendaki adanya sinergitas antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam dan hal itu bukan hanya kata-kata saja tetapi juga sudah saya lakukan ketika saya menjadi Ketua DPRD Kota Batam bersama dengan seluruh anggota DPRD Batam periode 2004-2009, sayangnya semangat itu tidak maksimal diteruskan oleh kepemimpinan DPRD berikut-nya.

Secara pribadi saya sangat mencintai Batam, bayang-kan dari sebelum menjadi anggota DPRD periode per-tama saya sudah membela kepentingan Batam dengan menjadi Ketua Tim Penolakan PPN dan PPnBM, Ketua Tim Persiapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabu-han Bebas, begitu masuk DPRD menjadi Ketua Pansus Kawasan Perdagangan Bebas, bahkan telaah dan diser-tasi doctoral saya mengenai masalah ini. Sehingga saya bisa menangkap, kalau dikotomi ini masih berlanjut, kasihan masyarakat Batam sepenuhnya terbelenggu dengan ketidakpastian. Harus tegas dong kita maunya apa, jangan apa-apa mau. Maka, salah satu solusinya adalah bersinergi.

Bersinergi yang saya maksudkan adalah, membangun kebersamaan yang tidak semu, bukan hanya di mulut tetapi membangun kebersamaan lahir dan batin, tidak mengedepankan ego sektoral masing-masing instansi. Sebab jika ego sektoral muncul maka masing-masing pihak akan merasa benar karena keduanya memiliki landasan hukum yang kuat yang jika berlanjut, semisal diuji sahih; maka yang kalah akan jadi abu dan yang me-nang akan menjadi arang dan yang dirugikan sejatinya masyarakat Batam.

Konsep sinergitas yang saya maksudkan adalah, mem-bangun kebersamaan ibarat satu kapal dua mesin, bukan satu kapal dua nakhoda yang satu ke selatan yang satu ke utara akhirnya kapal pecah di tengah, penumpang-nya yang jadi korban. Saya sangat paham kedua instansi ini menyadari dan mengetahui kondisi laten ini, tetapi ibarat pepatah; kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

Konsep sinergitas juga berarti mengakomodir suatu jalan tengah solusi yang win-win, tak ada yang perlu dikalahkan, karena semangat BP Batam yang dulu Oto-

rita Batam adalah menjadikan Batam sebagai wilayah yang modern dan maju tetapi ujungnya melibatkan pihak asing dengan investasi-investasinya, sementara Pemerintah Kota Batam bekerja secara konvensional yang orientasinya terikat dengan konsep-konsep pe-merintahan daerah yang jelas terlalu lambat merespon dinamika pasar dunia.

Idealnya sinergitas itu adalah jalan tengah yang menjadikan Batam modern, merespon dinamika dunia dengan baik dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. De-mikian juga dengan instrumen ekonomi yang dibangun melalui FTZ Batam, ia harus diibaratkan jalan tol yang tidak boleh mengganggu jalan-jalan lain di sekelilingnya yang sudah ada dan harus bersinergi. Intinya konsep sinergitas ini bermuara pada kesejahteraan masyarakat Batam.

Kita juga tidak boleh melupakan bahwa sampai hari ini kemajuan ekonomi Batam, pembangunan infrastuk-tur Batam serta image Batam sebagai tujuan investasi telah berhasil dibangun oleh BP Batam yang dulu ber-nama Otorita Batam. Sehingga saya kira langkah untuk mensinergikan secara lahir dan batin itu wajib ditem-puh oleh Pemerintah Kota Batam maupun BP Batam. Persoalan ini jelas problem laten yang menguras energi masyarakat, melelahkan sekaligus problem yang mem-bosankan yang harus segera diakhiri. Now or never, dan kata kuncinya menurut saya adalah satunya kata dan perbuatan, jangan plin plan.

Visi dan misi saya selanjutnya adalah mengelola ke-beragaman menjadi sebuah kekuatan. Kita tahu, bahwa di Kepri ini, khususnya Batam ditinggali penduduk berbi-lang kaum. Sebelum saya urai, saya akan menyampaikan sebuah ayat dalam kitab suci Alquran yang bagi saya sangat menarik.

Dalam surat Yunus ayat 19 misalnya menegaskan: ‘’Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu keteta-pan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu.’’

Baiklah, kita terima pemahaman bahwa hari ini kita berbeda-beda, kita majemuk, plural beragam suku, budaya dan agama yang hidup di dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Batam. Lalu apakah ini sebuah kelemahan atau kelebihan? Saya kira bisa men-jadi kelemahan bisa juga menjadi kelebihan. Tergantung kitanya memandang kemajemukan itu mau diapakan? Kalau mau didikotomikan, dipisah-pisahkan, dicari perbedaan-perbedaannya maka kemajemukan akan menjadi bencana dan prahara.

Kasus perang antar-suku yang pernah terjadi di

isi adalah gambaran masa depan, akan seperti apa kita atau organisasi kita di masa datang. Pengertian lain, visi merupakan sebuah impian

yang akan dicapai, di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah ”action” dari visi. Misi adalah langkah-lang-kah apa yang akan dilakukan demi mencapai visi. Visi adalah tujuan. Kalau visi belum tercapai, maka misinya yang harus diubah. Jangan malah diganti visinya, yang pada akhirnya tujuannya menjadi tidak jelas karena berubah-ubah.

Maka dalam hidup manusia misalnya harus punya visi, dari mana asal kita dan hendak kemana tujuan akhir kehidupan, bahkan tujuan akhir setelah kehidupan itu berakhir yang dalam ajaran kebijaksanaan dikenal den-gan istilah sangkan paraning dumadi.

Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kita berasal dan kemana tujuannya. Atau lebih mudah-nya adalah ilmu tentang jalan pulang, karena kehidupan manusia tidak kekal, kita makhluk yang pasti akan kem-bali kepada Allah. Yang dalam ajaran Islam pencarian jalan tersebut sangat dianjurkan khususnya dalam surat Al-maidah (5:35) ‘’Hai orang-orang yang beriman ber-taqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.’’

Setelah kita memiliki visi dalam hidup, maka ketika

kita memimpin sebuah organisasi dalam hal ini Pemer-intahan Daerah tentu secara otomatis akan punya visi, namun dirumuskan bersama-sama Gubernur dan Wakil Gubernur beserta jajaran, yang juga dibahas dengan DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Di dalamnya, tentu saja semangat untuk membela kepentingan wong cilik, menopang masyarakat yang tidak berdaya menjadi garis besar visi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Ini dibuktikan dengan sehari setelah pelantikan kita lang-sung melangkah pada misi penanggulangan kemiskinan dengan menandatangani MoU yang melibatkan semua Walikota/Bupati dan DPRD se-Provinsi Kepulauan Riau.

Misi berikutnya tentu saja selain keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kecil kita juga terus melakukan penyadaran pentingnya reformasi birokrasi yang sebenarnya grand design-nya sudah ada dengan lahirnya Perpres No.81 Tahun 2010, tujuannya memper-cepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Serta menjadikan aparatur pemerintahan daerah kita memiliki sensitivitas terhadap berbagai persoalan seh-ingga mereka dapat bekerja keras, mengambil langkah-langkah taktis dan strategis karena tidak ada jaminan bahwa kebijakan dan program yang sedang berjalan dapat terealisasi sesuai rencana, saat ini pemerintahan

kelebihan yang belum tentu orang lain miliki, kita posi-tive thinking bahkan positive feeling, jangan meman-dang orang dari sisi kelemahannya, pandanglah dari sisi kelebihan yang dimiliki, melalui pandangan seperti ini, Insya Allah kita akan saling mengisi, akan memunculkan masyarakat yang saling asah, asih dan asuh.

Harus diakui, para founding fathers kita sanggup mengelola keberagaman itu dengan melahirkan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indone-sia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika itu sangat tepat menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Mengelola keberagaman menjadi suatu kekuatan memerlukan bukan hanya kesadaran tetapi juga kesaba-ran, kita harus segera sadar bahwa keberagaman kita adalah kenyataan yang harus kita terima sehingga untuk menyatukannya diperlukan satu NKRI yang berfalsafah Pancasila, dengan UUD 1945 sebagai koridor hukum ke dalam dan keluar. Dan kesabaran bahwa untuk menca-pai tujuan nasional kita memerlukan waktu yang tidak sebentar, dibutuhkan perjuangan yang terus menerus dan tidak kenal lelah untuk mewujudkannya.

Dalam Alqur’an surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfir-man: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dengan demikian saya berpendapat, kemajemukan akan saling memberdayakan, bukan saling memperdaya-kan, karena prinsip kemuliaan seseorang ternyata bukan yang paling tinggi jabatannya, bukan yang paling kaya dan paling pintar tetapi yang paling taqwa. Insan yang bertaqwa adalah manusia yang terbaik di sisi Allah dan manusia yang paling banyak membawa manfaat bagi sesama.

Mengelola keberagaman juga berarti menjaga keber-samaan. Tapi kalau yang dikembangkan sikap individual-istis, maka ibarat sebatang lidi yang rapuh, mudah patah, tak bisa digunakan untuk membersihkan kotoran dan sampah kalau hanya sebatang lidi. Tetapi kalau lidinya banyak digabungkan, disatukan, bersama-sama ia akan menjadi kokoh dan kuat serta sanggup membersihkan kotoran karena menjadi sapu lidi. Ikatan kebersamaan sangat banyak manfaatnya dibanding sikap individual-isme. ***

v

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

6

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

7

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

8

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

9

Page 9: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

9 10

Belum lama ini saya ditaya oleh wartawan, tentang apa visi saya yang belum terealisasi dan apa yang sudah. Saya terdiam sejenak. Bagi saya pertanyaan ini tak boleh dijawab asal-asalan. kemudian saya sampaikan, sebe-lum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menjelas-kan dulu pengertian ”visi” itu sendiri yang menurut saya mudah diucapkan namun rumit untuk diru-muskan bahkan terkadang sering terbalik, penger-tian visi men-jadi misi, atau s e b a l i k nya . Bersinergilah!

NOWOr

NEVER

Batam tahun 1999, misalnya bisa menjadi contoh betapa kemajemukan itu rawan konflik kalau yang dimuncul-kan perbedaan-perbedaannya. Tetapi sebaliknya, jika kemajemukan itu kita carikan kesamaannya, kita carikan kebersamaannya, maka hal itu akan menjadi kekuatan. Masyarakat Kepri khususnya Batam akan dapat dengan cepat berkembang menjadi masyarakat yang maju, egali-ter, masyarakat yang metropolis.

Saya kira hasil sebuah pemikiran beberapa orang yang dimusyawarahkan jauh lebih baik hasilnya dari hanya pemikiran satu orang, sehingga jujur saya sebenarnya sangat terbuka, memandang setiap orang memiliki

Soerya Respationo,

Wakil Gubernur K

epulauan Riau

daerah dituntut untuk menjadi dinamis, tidak statis.Namun kita harus akui, bahwa merealisasikan visi dan

misi tersebut bukannya mudah. Apalagi khusus Batam, masih memiliki masalah ”bebuyutan” yakni ‘’perseter-uan” Pemko Batam dan Otorita Batam (kini Badan Pen-gusahaan Batam). Ini problem akut tetapi juga problem laten; tersembunyi; terpendam; tidak kelihatan (tetapi mempunyai potensi untuk muncul) ibarat api dalam sekam.

Secara pribadi saya menghendaki adanya sinergitas antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam dan hal itu bukan hanya kata-kata saja tetapi juga sudah saya lakukan ketika saya menjadi Ketua DPRD Kota Batam bersama dengan seluruh anggota DPRD Batam periode 2004-2009, sayangnya semangat itu tidak maksimal diteruskan oleh kepemimpinan DPRD berikut-nya.

Secara pribadi saya sangat mencintai Batam, bayang-kan dari sebelum menjadi anggota DPRD periode per-tama saya sudah membela kepentingan Batam dengan menjadi Ketua Tim Penolakan PPN dan PPnBM, Ketua Tim Persiapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabu-han Bebas, begitu masuk DPRD menjadi Ketua Pansus Kawasan Perdagangan Bebas, bahkan telaah dan diser-tasi doctoral saya mengenai masalah ini. Sehingga saya bisa menangkap, kalau dikotomi ini masih berlanjut, kasihan masyarakat Batam sepenuhnya terbelenggu dengan ketidakpastian. Harus tegas dong kita maunya apa, jangan apa-apa mau. Maka, salah satu solusinya adalah bersinergi.

Bersinergi yang saya maksudkan adalah, membangun kebersamaan yang tidak semu, bukan hanya di mulut tetapi membangun kebersamaan lahir dan batin, tidak mengedepankan ego sektoral masing-masing instansi. Sebab jika ego sektoral muncul maka masing-masing pihak akan merasa benar karena keduanya memiliki landasan hukum yang kuat yang jika berlanjut, semisal diuji sahih; maka yang kalah akan jadi abu dan yang me-nang akan menjadi arang dan yang dirugikan sejatinya masyarakat Batam.

Konsep sinergitas yang saya maksudkan adalah, mem-bangun kebersamaan ibarat satu kapal dua mesin, bukan satu kapal dua nakhoda yang satu ke selatan yang satu ke utara akhirnya kapal pecah di tengah, penumpang-nya yang jadi korban. Saya sangat paham kedua instansi ini menyadari dan mengetahui kondisi laten ini, tetapi ibarat pepatah; kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

Konsep sinergitas juga berarti mengakomodir suatu jalan tengah solusi yang win-win, tak ada yang perlu dikalahkan, karena semangat BP Batam yang dulu Oto-

rita Batam adalah menjadikan Batam sebagai wilayah yang modern dan maju tetapi ujungnya melibatkan pihak asing dengan investasi-investasinya, sementara Pemerintah Kota Batam bekerja secara konvensional yang orientasinya terikat dengan konsep-konsep pe-merintahan daerah yang jelas terlalu lambat merespon dinamika pasar dunia.

Idealnya sinergitas itu adalah jalan tengah yang menjadikan Batam modern, merespon dinamika dunia dengan baik dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. De-mikian juga dengan instrumen ekonomi yang dibangun melalui FTZ Batam, ia harus diibaratkan jalan tol yang tidak boleh mengganggu jalan-jalan lain di sekelilingnya yang sudah ada dan harus bersinergi. Intinya konsep sinergitas ini bermuara pada kesejahteraan masyarakat Batam.

Kita juga tidak boleh melupakan bahwa sampai hari ini kemajuan ekonomi Batam, pembangunan infrastuk-tur Batam serta image Batam sebagai tujuan investasi telah berhasil dibangun oleh BP Batam yang dulu ber-nama Otorita Batam. Sehingga saya kira langkah untuk mensinergikan secara lahir dan batin itu wajib ditem-puh oleh Pemerintah Kota Batam maupun BP Batam. Persoalan ini jelas problem laten yang menguras energi masyarakat, melelahkan sekaligus problem yang mem-bosankan yang harus segera diakhiri. Now or never, dan kata kuncinya menurut saya adalah satunya kata dan perbuatan, jangan plin plan.

Visi dan misi saya selanjutnya adalah mengelola ke-beragaman menjadi sebuah kekuatan. Kita tahu, bahwa di Kepri ini, khususnya Batam ditinggali penduduk berbi-lang kaum. Sebelum saya urai, saya akan menyampaikan sebuah ayat dalam kitab suci Alquran yang bagi saya sangat menarik.

Dalam surat Yunus ayat 19 misalnya menegaskan: ‘’Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu keteta-pan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu.’’

Baiklah, kita terima pemahaman bahwa hari ini kita berbeda-beda, kita majemuk, plural beragam suku, budaya dan agama yang hidup di dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Batam. Lalu apakah ini sebuah kelemahan atau kelebihan? Saya kira bisa men-jadi kelemahan bisa juga menjadi kelebihan. Tergantung kitanya memandang kemajemukan itu mau diapakan? Kalau mau didikotomikan, dipisah-pisahkan, dicari perbedaan-perbedaannya maka kemajemukan akan menjadi bencana dan prahara.

Kasus perang antar-suku yang pernah terjadi di

isi adalah gambaran masa depan, akan seperti apa kita atau organisasi kita di masa datang. Pengertian lain, visi merupakan sebuah impian

yang akan dicapai, di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah ”action” dari visi. Misi adalah langkah-lang-kah apa yang akan dilakukan demi mencapai visi. Visi adalah tujuan. Kalau visi belum tercapai, maka misinya yang harus diubah. Jangan malah diganti visinya, yang pada akhirnya tujuannya menjadi tidak jelas karena berubah-ubah.

Maka dalam hidup manusia misalnya harus punya visi, dari mana asal kita dan hendak kemana tujuan akhir kehidupan, bahkan tujuan akhir setelah kehidupan itu berakhir yang dalam ajaran kebijaksanaan dikenal den-gan istilah sangkan paraning dumadi.

Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kita berasal dan kemana tujuannya. Atau lebih mudah-nya adalah ilmu tentang jalan pulang, karena kehidupan manusia tidak kekal, kita makhluk yang pasti akan kem-bali kepada Allah. Yang dalam ajaran Islam pencarian jalan tersebut sangat dianjurkan khususnya dalam surat Al-maidah (5:35) ‘’Hai orang-orang yang beriman ber-taqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.’’

Setelah kita memiliki visi dalam hidup, maka ketika

kita memimpin sebuah organisasi dalam hal ini Pemer-intahan Daerah tentu secara otomatis akan punya visi, namun dirumuskan bersama-sama Gubernur dan Wakil Gubernur beserta jajaran, yang juga dibahas dengan DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Di dalamnya, tentu saja semangat untuk membela kepentingan wong cilik, menopang masyarakat yang tidak berdaya menjadi garis besar visi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Ini dibuktikan dengan sehari setelah pelantikan kita lang-sung melangkah pada misi penanggulangan kemiskinan dengan menandatangani MoU yang melibatkan semua Walikota/Bupati dan DPRD se-Provinsi Kepulauan Riau.

Misi berikutnya tentu saja selain keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kecil kita juga terus melakukan penyadaran pentingnya reformasi birokrasi yang sebenarnya grand design-nya sudah ada dengan lahirnya Perpres No.81 Tahun 2010, tujuannya memper-cepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Serta menjadikan aparatur pemerintahan daerah kita memiliki sensitivitas terhadap berbagai persoalan seh-ingga mereka dapat bekerja keras, mengambil langkah-langkah taktis dan strategis karena tidak ada jaminan bahwa kebijakan dan program yang sedang berjalan dapat terealisasi sesuai rencana, saat ini pemerintahan

kelebihan yang belum tentu orang lain miliki, kita posi-tive thinking bahkan positive feeling, jangan meman-dang orang dari sisi kelemahannya, pandanglah dari sisi kelebihan yang dimiliki, melalui pandangan seperti ini, Insya Allah kita akan saling mengisi, akan memunculkan masyarakat yang saling asah, asih dan asuh.

Harus diakui, para founding fathers kita sanggup mengelola keberagaman itu dengan melahirkan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indone-sia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika itu sangat tepat menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Mengelola keberagaman menjadi suatu kekuatan memerlukan bukan hanya kesadaran tetapi juga kesaba-ran, kita harus segera sadar bahwa keberagaman kita adalah kenyataan yang harus kita terima sehingga untuk menyatukannya diperlukan satu NKRI yang berfalsafah Pancasila, dengan UUD 1945 sebagai koridor hukum ke dalam dan keluar. Dan kesabaran bahwa untuk menca-pai tujuan nasional kita memerlukan waktu yang tidak sebentar, dibutuhkan perjuangan yang terus menerus dan tidak kenal lelah untuk mewujudkannya.

Dalam Alqur’an surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfir-man: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dengan demikian saya berpendapat, kemajemukan akan saling memberdayakan, bukan saling memperdaya-kan, karena prinsip kemuliaan seseorang ternyata bukan yang paling tinggi jabatannya, bukan yang paling kaya dan paling pintar tetapi yang paling taqwa. Insan yang bertaqwa adalah manusia yang terbaik di sisi Allah dan manusia yang paling banyak membawa manfaat bagi sesama.

Mengelola keberagaman juga berarti menjaga keber-samaan. Tapi kalau yang dikembangkan sikap individual-istis, maka ibarat sebatang lidi yang rapuh, mudah patah, tak bisa digunakan untuk membersihkan kotoran dan sampah kalau hanya sebatang lidi. Tetapi kalau lidinya banyak digabungkan, disatukan, bersama-sama ia akan menjadi kokoh dan kuat serta sanggup membersihkan kotoran karena menjadi sapu lidi. Ikatan kebersamaan sangat banyak manfaatnya dibanding sikap individual-isme. ***

v

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

6

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

7

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

8

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

9

Page 10: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

10

AkanMunculMasyarakatBarudi BatamEkonomi dunia itu berkembang menu-rut zona. Pascapenjajahan dan perang dunia II, pertumbuhan ekonomi terjadi di Eropa terus Amerika. Ketika Eropa agak menurun, Amerika naik, di Asia, Jepang mulai bangkit.

ahMad dahlan, wali kota bataM

Page 11: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

ke depan trennya mulai menyebar ke Asia (Asia Pasifik, Asia Tengah, Timur Tengah) yang saat ini rajanya adalah China. Lalu, apa hubungannya dengan Batam? Karena China tak bisa sendiri. Investasi bergerak ke selatan, ke Malaysia, Singapura, termasuk Indonesia. Indonesia dari sisi geografis adalah Batam.

Dalam visi saya, kita harus menangkap peluang pertumbuhan ekonomi Asia yang luar biasa ini. Batam sudah memiliki nama yang bagus di luar negeri. Batam setidaknya punya empat kelebihan. Pertama infrastrukturnya sudah memadai, jalan, air, telekomunikasi, bandara, pelabuhan, semuanya kita sudah punya. Pemko bersama BP Batam dan Kemen-terian Pekerjaan Umum akan membangun jalan tol dan monorel untuk menunjang pertumbuhan ekono-mi itu.

Kedua, keamanan Batam juga sangat kondusif. Se-lat Philips aman, begitu juga kondisi di Batam. Yang ketiga, tenaga kerja di Batam juga tak ada masalah. Yang keempat, soal regulasi, baik regulasi daerah maupun pusat. Saat ini Batam sudah punya pelayan-an perizinan satu pintu di Gedung Promosi Sumatera. Dan nanti, kami akan mendirikan pusat perizinan yang betul-betul one stop service, tak ada pungli,

Page 12: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

12 13 14 15 16 17 18 19 20

sedemikian simple. Lokasinya sudah kita tentukan, ting-gal kita bangun.

Masalahnya adalah tak semua izin dan regulasi itu ditentukan daerah. Ada peraturan-peraturan yang masih dibuat pemerintah pusat, yang semangatnya tak sejalan dengan keinginan kita mempermudah pertumbuhan ekonomi. Misalnya, terbitnya SK Menhut soal hutan lind-ung yang menurut saya akan memperlambat pertumbu-han ekonomi Batam.

Dalam bayangan saya, Batam akan tumbuh sangat baik dalam 5-10 tahun ke depan. Di 2016, di era terakhir kepemimpinan saya sebagai wali kota, ekonomi Batam akan tumbuh 8-9 persen. Targetnya tadinya 10 persen, namun munculnya keputusan-keputusan pusat, seperti SK Menhut tadi, membuat saya ragu. Namun, saya yakin kalau Batam dikelola dengan baik, akan jadi primadona investasi dunia.

Dari sisi kemasyarakatan, Batam itu harapan Indone-sia. Hanya Batam, daerah di luar Jawa yang menyediakan tenaga kerja 400 ribu orang. Kondisi ini membuat orang dari daerah-daerah lain masuk Batam, bekerja kemudian hasilnya banyak dikirim ke daerah-daerah mereka. Kalau

12

Page 13: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

13 14 15 16 17 18 19 20misalnya kondisi terburuk terjadi, misalnya Batam ko-laps, kondisi nasional akan goncang. Karena itu, tak ada jalan lain, Batam harus jalan terus karena Batam sudah terlanjur jadi andalan Indonesia.

Masalahnya tak semua pendatang itu memiliki keter-ampilan. Solusinya adalah, kita mendirikan Balai Latihan Kerja. Kami bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan menghidupkan kembali BLK di Batu-aji, dan membangun BLK baru di Setokok.

Dari sisi sosial kemasyarakatan, harus tercipta masyarakat Batam yang berbeda dibanding daerah lain. Saya melihat nantinya akan muncul masyarakat baru di Batam ini, seperti Amerika dulu. Yakni masyarakat yang penduduknya sangat heterogen, beragam suku, agama, tapi punya komitmen untuk menjadi masyarakat Batam yang modern, bandar dunia yang madani, plural, seh-ingga terbentuk masyarakat industri yang modern tanpa meninggalkan budaya daerah asal, dengan di atasnya Melayu sebagai payung negeri.

Ini sudah mulai nampak, ketika anak-anak baru lahir di Batam, masyarakat baru yang modern itu sudah terli-hat. Karena itu anak-anak itu harus dibekali pendidikan agama dan spritual agar menjadi generasi andal.

Saya melihat saat ini, visi saya itu sudah on the track. Pertumbuhan ekonomi berada di angka 7,5 persen, dan di 2016 pertumbuhan 8-9 persn itu akan tercapai. Saya melihat kendalanya bukan dari internal kita, tapi dari faktor-faktor eksternal seperti terbitnya peraturan-pera-turan pemerintah pusat yang tak sejalan dengan seman-gat kita dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga terus naik. Tahun ini, PAD Batam di atas Rp 600 miliar. Di tahun 2016, saya perkirakan APBD Batam mencapai Rp 2 triliun dengan PAD sekitar Rp 800 miliar. Pertumbuhan ekonomi di Batam tak lagi berpusat di Nagoya, hampir di semua ke-camatan bermunculan pusat-pusat kuliner, permintaan pembangunan hotel sangat banyak, cuma lahannya saja tak ada.

Pariwisata Batam juga terus menggeliat. Target kita tahun ini 1,25 kunjungan turis asing, dan saya perkirakan akan mencapai 1,5 juta turis asing di tahun 2016. Untuk wisatawan lokal, tahun 2011 saja sudah mencapai 5 ribu turis. Kami sudah membuat kerjasama dengan 100 wali kota/bupati se-Indonesia untuk membuat pameran IT tentang wisata dan investasi di Batam. Semua kota/kabu-paten itu nantinya akan mempromosikan daerahnya di Batam. Batam akan jadi serambi wisata Indonesia. ***

Page 14: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

14 15 16 17 18 19 20

Merawat Batamdengan Harmoni

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

14

Pemerintah Republik Indo-nesia menghendaki kawasan Batam, Rempang, dan Galang menjadi salah satu daerah industri, pariwisata, dan pers-inggahan kapal laut terkemu-ka di daerah Asia Pasifik.

hardi SelaMat hood, anggota dewan

perwakilan daerah dari kepri

Page 15: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

15 16 17 18 19 20

P engembangan daerah Kota Batam diharapkan juga men-jadi sebagai daerah prioritas sejumlah penanam modal dalam dan luar negeri. Dengan lokasi yang strategis, kompatibilitas, dan mudahnya kerjasama dengan negara tetangga, daerah ini dikembangkan dengan orientasi menjadi daerah perdagangan bebas untuk ekspor serta kawasan industri utama di Asia Pasifik.

Untuk mengantisipasi perkembangan wilayah yang pesat, kita semua sangat menaruh perhatian terhadap seluruh aspek kehidupan, di antaranya berusaha men-ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, menerap-kan peraturan yang konsisten dan efisien, serta mem-bangun infrastruktur yang modern. Selain itu dalam proses pembinaan masyarakat yang semakin pluralistik, harus terus membenahi pelayanan sosial ekonomi bagi masyarakat. Semua usaha tersebut didasari oleh suatu semangat untuk menjadikan Batam sebagai Bandar yang Madani.

Dengungan dan dukungan menjadikan Batam seba-gai Bandar yang Madani terus menguat yang berlang-sung setidaknya lebih dari sepuluh tahun ini. Walaupun demikian kemasan madani tidak nampak kasat mata. Salah satu penyebabnya mungkin adalah karena indika-tor keberhasilan Bandar Madani yang cakupannya sangat

luas, yang tidak dapat dibatasi dalam waktu tertentu. Di sisi lain perlu dsadari pula Bandar Madani hanya akan menjadi cita-cita besar yang hadir secara alamiah, bila tanpa adanya rekayasa menghasilkan kota itu dibentuk untuk menjadi “madani”.

Bila kita melihat kedudukan dan kepentingan strat-egis Batam beserta pulau-pulau sekitarnya, maka dapat diperkirakan Batam tetap bakal menjadi “idola” pem-bangunan. Batam juga akan bergerak yang dapat dikata-kan “secara otomatis” karena kepentingan sektor swasta yang kuat. Ini berarti pembangunan Kota Batam akan berjalan sebagaimana adanya walaupun mungkin tidak banyak campur tangan oleh pemerintah. Cuma bila ini terjadi kita akan ketinggalan percepatan pembangunan dan target pencapaian pembangunan jangka panjang yang terukur dan dapat dipatuhi.

Persoalan Batam menjadi menarik adalah pada saat kita melihat pertumbuhan penduduknya. Angka kelahi-ran melebihi angka kelahiran nasional, dan banyaknya anak usia sekolah menjadikan persoalan penting. Para pencari kerja baik dari dalam maupun “pendatang” yang tidak berkecakapan menjadi persoalan juga, padahal mereka berada di usia muda yang produktif. Persoalan mengurai persoalan kependudukan Kota Batam men-

Page 16: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

16 17 18 19 20

jadikan ia potensi atau kekuatan Kota Batam ke depan ini yang harus menjadi prioritas.

Dimana-mana saat ini semua berlomba-lomba mem-beri penguatan pada sumber daya manusia, baik manu-sia itu terlahir di daerah yang mempunyai modal sum-ber daya alam, apalagi yang tidak memilikinya. Berarti pilihan yang tepat adalah membangun potensi sumber daya manusia Kota Batam. Ketepatan membangun po-tensi sumber daya manusia sebagai insan madani adalah membentuk keharmonian dalam diri insan-insan mad-ani tersebut. Persoalan harmoni ini harus dipentingkan dalam kemajemukan melahirkan Batam yang madani. Setidaknya ada 3 (tiga) keharmonian yang harus dirawat dan dijaga.

Harmoni KecerdasanMembangun Batam yang madani perlu insan-insan

yang cerdas. Potensi cerdas kognitif harus diutamakan, yang didasari oleh pembentukan afektif yang kuat. Persebatian kemampuan atau pengamalan religius dan penguasaan ilmu teknologi sebuah keharusan. Bila ini sudah terjadi sejak awal, maka upaya peningkatan harus terus dilakukan. Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan dua cara, pertama terus menerus meningkatkan kompetensi guru, dan kedua terus menerus melengkapi saran dan prasarana sekolah. Warna pendidikan harus ada ke kekhasan dengan melahirkan sebuah pembelaja-ran dengan konsep “pendidikan madani”

Harmoni KecergasanDi badan orang yang sehat, terletak jiwa yang waras.

Kesehatan menjadi penting membentuk pertumbuhan generasi. Kesehatan yang baik, akan melahirkan insan madani yang tumbuh berkembang dengan kekuatan fisik yang baik. Kecergasan adalah bentuk dari tumbuhnya fisik yang baik dari badan yang sehat.

Kemampuan psikomotorik akan muncul tidak hanya berbekal kemampuan afektif dan kognitif saja. Konsep sehat yang berkualitas dan murah diperoleh, mudah dirasakan adalah bahagian rasa dalam jiwa yang mad-ani. Kesehatan yang preventif perlu juga dilakukan, agar generasi ke depan akan lebih baik. Konsep “kesehatan madani” yang menawarkan sehat jasmani dan rohani, menumbuhkan kecergasan insan madani adalah sebuah keharusan.

Harmoni KecemerlanganAda harapan besar bagi siapapun yang merasa pen-

duduk di Batam, yaitu memenangi persaingan. Untuk da-pat memenangi persaingan dibutuhkan kecemerlangan. Cemerlang secara singkat dapat dikatakan berprestasi. Lebih daripada itu ialah prestasi mampu bersaing dalam kompetisi dunia yang sangat global ini.

Persoalan kecemerlangan adalah akhir daripada sebuah harapan. Insan-insan madani yang cemerlang inilah yang harus tercipta di Bandar yang Madani. Tore-han kecemerlangannya itu akan membias kemanapun

Page 17: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

17 18 19 20ia berada sehingga ia dikenal sebagai insan madani dari Batam. Proyek kece-merlangan ini tentu memakan waktu, namun merekayasa dari awal adalah sebuah keharusan. Pilot project “Ke-cemerlangan Madani” perlu dilakukan untuk membuktikan keberadaan Kota Batam, memang Bandar Madani yang Cemerlang.

3CH (Cerdas-Cergas-Cemerlang dalam Harmoni) saya kira patut untuk menjadi bahagian alam fikir kita yang kita atur secara sistemik dalam tahap-tahapan yang terukur menuju keharmo-nian madani di negeri Batam ini.***

Page 18: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

18 19 20

k enapa kalah? Saya melihat tak terlepas dari masih banyaknya aturan yang tumpang tindih. Contohnya, jelas-jelas regulasi barang masuk dan keluar dari dan ke Batam sudah diatur di UU FTZ dan PP 10 Tahun 2012, tapi tetap saja muncul aturan-aturan baru yang bertentan-gan dengan UU FTZ. Contohnya, Permentan soal ketentuan impor buah dan produk horti-

BataM Butuh PeMiMPin Berani

abidin haSibuan, ketua dewan peMbina apindo kepri dan bataM

Dari aspek pertumbuhan ekonomi, saya melihat Batam cukup bagus beberapa tahun terakhir. Namun, memang masih harus bekerja keras karena masih kalah dari beberapa

provinsi yang tak berstatus kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (free trade zone/FTZ) seperti Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Riau.

kultura. Lalu semua barang konsumsi kuotanya dibatasi.Seharusnya tidak boleh ada pembatasan karena Batam

ini berstatus FTZ. Akibat dibatasi, saat ini muncul peru-sahaan tertentu yang memonopoli. Ini berbahaya, bisa memicu inflasi karena hanya dipegang oleh perusahaan tertentu, mereka jadi sesukanya menentukan harga.

Cobalah lihat di PP 10 Tahun 2012 itu. Kan jelas, se-mua barang konsumsi bebas masuk ke kawasan FTZ.

Page 19: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

19 20

Gagasan-gagasan mer-eka mungkin terlalu par-

sial, untuk itulah kami mengambil 15 nama agar

ide-ide mereka saling mengutuhkan, meleng-kapkan, dan dengan de-mikian lebih besar daya

gugah ide-idenya.

Tidak boleh diganggu oleh peraturan menteri ini dan itu. Kalau diganggu, sama saja menge-biri status FTZ Batam dan menambah birokrasi yang berbiaya mahal. Belum lagi pungutan liar yang masih mera-jalela.

Persoalan lainnya di Batam yang belum beres adalah lahan. Saya me-lihat masih banyak terjadi tumpang tindih kepemilikan lahan. Ada lahan yang sudah punya sertifikat ternyata dialokasikan lagi oleh BP Batam. Ini harus dibereskan. Termasuk soal ribuan rumah atau bangunan lainnya yang disebut-sebut di atas lahan hutan konservasi dan hutan lindung. Semua itu harus diselesaikan karena konsumen yang dirugikan.

Kemudian, dari aspek lalu lintas, saya melihat tak lama lagi Batam akan menjadi Bangkok kedua. Macet. Kalau kendaraan terus masuk ke Batam tanpa terkendali, maka saya memperkirakan lima tahun ke depan Batam benar-benar akan menjadi Bangkok kedua. Sebelum itu terjadi, harus dicarikan solusinya. Jangan setelah macet total baru sibuk cari solusi.

Dalam hal upah, saya melihat beberapa tahun terakhir pemimpin di Batam dan Kepri ini tidak berani dan tidak konsisten. Masa gara-gara ditekan oleh buruh, angka upah minumum kota (UMK) yang sudah ditetapkan bisa berubah. Bagaimana mungkin industri di Batam ini bisa untung 52 persen kalau naiknya UMK 53 persen. Yang ada malah tutup.

Saya juga melihat intervensi pemerintah daerah ter-lalu jauh. Contohnya penetapan upah sektoral. Dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Per-men 01 Tahun 1999, upah sektoral itu dibahas dan diten-tukan oleh bipartit (pengusaha dan pekerja). Pemerintah

tidak boleh ikut campur. Jadi keputusan UMK dan upah sektoral beberapa tahun terakhir ini

cacat hukum.Saya melihat Batam ini belum siap

dengan upah tinggi karena bahan baku industri masih dipasok dari luar negeri seperti Malaysia dan Sin-gapura. Belum ada yang dipasok dari dalam negeri. Karton untuk kemasan saja kita tergantung pasokan dari

Malaysia.Di China, upah memang tinggi, tapi

bahan baku industri dipasok dari dalam negeri sendiri. Jadi harga bahan baku lebih

murah. Biaya pengangkutan juga bisa ditekan. Makanya, meski gaji tinggi, perusahaan di sana tetap kuat.

Di Batam, berapapun tinggi upah, tetap saja tidak memiliki arti karena akar persoalannya juga tak pernah diselesaikan. Akar persoalannya ya pengendalian harga-harga, khususnya bahan pokok. Lihatlah sekarang, harga-harga makin menggila.

Lihat juga sekarang (2013), mana ada lagi di depan pe-rusahaan itu spanduk pengumuman penerimaan tenaga kerja baru. Yang ada malah pengurangan tenaga kerja agar bisa tetap bertahan. Jadi kita butuh pemimpin yang berani dan pro-pada dunia usaha. ***

Page 20: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

20

tantangan Perguruan tinggi Makin Berat

MaSwardi M aMin, rektor univerSitaS MaritiM raja ali haji

Pendidikan di Kepri, saya melihatnya sudah bagus dan maju. Khususnya di tingkat SLTA. Kelulusan siswa SLTA hampir sempurna 90 persen lebih. Ini mer-upakan tantangan bagi perguruan tinggi yang ada di Kepri. Karena siswa yang lulus sekitar 16 ribuan. Ini kan mesti ditampung. Memang tak semua kuliah,

ada juga yang mau kerja.

u mrah sebagai universitas negeri, hanya menampung sekitar 920 orang. Poltek Batam juga pergu-ruan tinggi negeri, yang jumlah

peminatnya cukup tinggi. Inilah tantangan ke depan bagi perguruan tinggi baik negeri mau-pun swasta.

Umrah berusaha bermohon ke Direktorat Jenderal Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidi-kan agar ada pembukaan program studi baru. Sebab, kalau Umrah menambah kuantitas daya tampung tak bisa. Semua tergantung rasio dosen dengan mahasiswa. Untuk jurusan eksakta, jumlah 1 dosen harus berbanding 35 mahasiswa. Sedangkan juruan sosial, satu dosen berbading 40 mahasiswa.

Kalau rasio antara dosen dengan mahasiswa tidak rasional, badan nasional perguruan tinggi (BNPT) akan menyetop perpanjangan izin perguruan tinggi. Sehingga, tak boleh banyak-banyak terima mahasiswa melainkan harus rasional.

Di luar dunia pendidikan, saya pikir semua sek-

tor di Kepri ini terus berkembang. Tanda-tanda pem-bangunan di Kepri berkualitas ada beberapa. Di tingkat nasional, misalnya, ada beberapa bidang mendapat peringkat. Walaupun Provinsi Kepri ini masih baru tapi tak kalah kualitasnya dengan provinsi lain di Indonesia yang lebih dulu berdiri. Data-data prestasi yang diraih Provinsi Kepri di tingkat nasional itu, ada di media mela-lui berita-berita yang disajikan.

Anggaran pendidikan di APBD mengikuti aturan 20 persen. Kalau Kepri, malah lebih dari 20 persen APBD untuk pendidikan. Betul-betul anggaran itu sesuai dengan undang-undang. Terlebih-lebih, di APBD san-gat membantu sekali untuk Umrah. Sangat saya pujilah Pemprov Kepri dan DPRD Kepri mendukung Umrah.

Seperti kampus Umrah di Dompak, itu merupakan wujud dukungan Pemprov Kepri dan DPRD Kepri untuk memajukan kualitas sumber daya manusia Kepri. Kemu-dian, dukungan dana dari APBD untuk penggajian dosen.

Sebab, ini menyangkut peningkatan SDM Kepri ke depan. ***

Page 21: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Peluangdi industriPerkapalandan Penerbangan

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

21

Priyono Eko Sanyoto, Direktur Politeknik Negeri Batam

Page 22: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

22 23 24 25 26 27 28 29 30

Peluangdi industriPerkapalandan Penerbangan

tatus free trade zone (FTZ) yang kini disandang Batam, memberikan banyak keuntungan bagi perkembangan industri kota ini ke depan. Na-

mun, Batam tetap harus menguatkan posisinya, baik di mata nasional maupun internasional. Salah satu cara, yang menurut saya harus segera ditempuh, adalah men-ingkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan. Terlebih pendidikan bidang teknik.

Sejak beberapa tahun lalu, hingga tahun-tahun ke depan, kita akan dihadapkan pada tantangan global di bidang teknologi informasi. Mempersiapkan diri dengan mencetak SDM-SDM handal, sudah tidak bisa ditawar, jika tidak mau peluang ini justru lebih memberi manfaat kepada pihak lain, di luar Batam.

Sebagai praktisi pendidikan di Politeknik Negeri Batam, saya memang bercita-cita memiliki berbagai ju-rusan yang bisa menjawab kebutuhan SDM masa depan. Industri perkapalan menurut saya terus menggeliat, disusul kemudian dengan industri penerbangan, yang boleh dibilang sesuatu yang baru bagi Batam. Tahun ini misalnya, Lion Air sudah membuat hangar untuk perbai-kan pesawat terbang. Selanjutnya menyusul Garuda In-donesia dan maskapai milik keluarga Pak Habibie masuk Batam. Semua itu peluang yang harus kita maksimalkan.

Setelah investor berdatangan, sekarang kewajiban kita menyediakan tenaga kerja terampil sesuai yang dibu-tuhkan. Karena industri perkapalan dan pesawat terbang ini sangat hi-tech. Nah, ini yang saya maksud dengan jurusan pendidikan yang harus kita siapkan. Pemerin-tah pusat sudah berkomitmen membantu mewujudkan jurusan tersebut dengan menyediakan sarana dan prasa-rana, termasuk tenaga pengajar. Tinggal kini bagaimana support dari pemerintah daerah.

Saya yakin, minat pelajar mengambil jurusan mainte-nance pesawat terbang sangat tinggi. Hanya saja, me-mang, biaya kuliah untuk jurusan ini terbilang mahal. Bisa sampai Rp 70 jutaan. Ini kalau tidak dibantu pemer-intah daerah, misalnya, dengan memberikan beasiswa, tentu akan berat. Sementara, kita ingin pemuda-pemuda yang kuliah di jurusan ini adalah orang asal Kepri, yang nantinya bisa berkontribusi, minimal untuk daerahnya sendiri.

Peluang pemerintah daerah menyediakan beasiswa cukup besar. Sumber dananya, bisa dari pajak tenaga kerja asing yang kini dikelola pemerintah daerah. Ang-kanya besar itu, tentu bisa dioptimalkan untuk kemajuan dunia pendidikan. ***

s

Page 23: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

23 24 25 26 27 28 29 30

Saat mendapat amanah sebagai Wali Kota Batam pertama di era otonomi daerah, ada sesuatu yang menggelora dalam benak saya. Saat itu saya terinspirasi keberhasi-lan Nabi Muhammad SAW, membangun masyarakat yang berbudaya dan berperada-

ban tinggi di Kota Madinah, di tengah keragaman suku, agama dan ras.

semua Potensiharus Dibangun dan Dikokohkan

ari sinilah muncul sebuah visi besar, yang diberi nama Batam sebagai Bandar Dunia yang Mad-ani. Sebuah visi yang ingin segera saya realisasi-

kan untuk menjadikan masyarakat Batam yang agamis, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa, namun juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat yang mandiri, demokratis, dan saling menghargai meski terdiri dari berbagai suku agama dan ras. Sehingga masyarakat yang makmur, adil dan sejahtera bisa terwu-jud. Bahasa singkatnya adalah, masyarakat yang berbu-daya dan berperadaban tinggi.

Dalam visi itu juga ada gagasan menjadikan Batam yang sebagai bandar yang berskala internasional. Reali-tasnya sesuai dengan tuntutan yakni banyaknya investor yang menanam modal di Batam. Sementara turis yang

masuk ke Batam lebih dari satu juta orang, berasal dari berbagai manca negara.

Agar visi besar Batam sebagai Bandar Dunia yang Madani ini terealisir, perlulah juga kita tata dan kelola keragaman masyarakat Batam lebih jelas dan terarah. Visi Pemko dan Otorita Batam yang eksis di Batam pada saat itu, juga harus disatukan menjadi satu pesepsi dan satu arah dalam membangun masyarakat Batam.

Setelah dicanangkan, alhamdulillah, visi

besar ini perla-han namun pasti, dapat diwujudkan. Hingga kini, setelah 10 tahun saya nilai visi Batam

D

Nyat Kadir, Penggagas Batam sebagai Bandar Dunia Madani

Page 24: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

24 25 26 27 28 29 30sebagai Bandar Dunia yang Madani sudah berhasil. Indikatornya dapat dilihat dari, pertama aspek fisik kota dan sarana penunjang lainnya pada umumnya sudah bertaraf internasional seperti bandara, pelabuhan laut, gedung-gedung, mall, hotel, jaringan telekominikasi dan penataan kota, dan lain sebagainya

Namun begitu, saya akui masih ada kekurangannya. Misalnya, masih banyak pemukiman yang tidak layak huni, jalan-jalan berlubang, sampah berserakan, sarana pendidikan masih kurang, rumah sakit belum berskala internasional dan lain sebagainya

Indikator kedua untuk melihat keberhasilan visi Batam sebagai Bandar Dunia yang Madani, dengan melihat aspek non fisik, seperti tatanan masyarakat yang relatif teratur, ikatan suku dan agama semakin menguat, ke-hidupan beragama semakin baik, pendidikan masyarakat meningkat, kesehatan masyarakat meningkat, keamanan terkendali, kesejahteraan masyarakat relatif baik, ikatan persaudaraan penduduk tempatan dan non tempatan semakin erat dan lain sebagainya

Tentu saja indikator kedua ini juga masih ada kele-mahannya, hal ini tampak pada kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih kurang, kriminallitas pada aspek pencurian/perampokan dan narkoba relatif tinggi, pertumbuhan penduduk relatif tinggi, pengangguran relatif tinggi, kesenjangan pembangunan daerah hin-terland sangat tinggi, kemiskinan juga mesih tinggi, dan dualisme kewenangan Pemko dan BP Batam masih ada, FTZ Belum berjalan maksimal, gejolak buruh relatif tinggi dan lain sebagainya.

Itulah sekelumit visi besar saya yang berhasil saya wujudkan. Namun begitu, saya masih memiliki beberapa visi besar lain yang hingga saat ini belum terealisasi. Misalnya mewujudkan Rempang Galang sebagai wilayah pertumbuhan baru bersekala internasional, dengan prioritas pembangunan bidang pariwisata, pedagangan, pemukiman mewah, industri terbatas ramah lingkungan, pemberdayaan potensi pulau di sekitarnya.

Menurut hemat saya, bergeraknya pembangunan Pu-lau Rempang Galang, akan berdampak pada bergairah-nya kembali pembangunan Pulau Batam yang pada saat ini cenderung stagnan. Pembangunan Rempang Galang diperkirakan akan memberikan dampak kepada pen-ingkatan sektor pariwisata di Kabupaten Lingga yang letaknya sangat dekat dengan Rempang Galang.

Saya merujuk konsep ini dari keberhasilan pemer-intah China membangun Kota Pudong, yang terletak di seberang Shanghai, saat saya melakukan studi banding ke Pudong, Shenzhen, dan Hong Kong tahun 2004 lalu. Konsep ini sangat baik, tinggal rencana tata ruang dan tata wilayahnya saja yang disesuaikan. Namun, apa daya

pengurusan status tanah Rempang Galang tidak kunjung selesai sampai akhirnya saya mengundurkan diri sebagai Wali Kota Batam pada bulan April 2005.

Program besar lain yang saya miliki adalah, mengu-rangi kesenjangan pembangunan antara daerah hin-terland dan mainland. Saat saya menjabat sebagai Wali Kota Batam, program ini baru terealisasi pada sektor pendidikan, dengan prioritas membangun gedung SMP dan SMU di pulau yang berpenduduk besar, dalam hal ini menggenjot lulusan SMP dan SMU. Program percepa-tan pendidikan ini haruslah ditunjang dengan pembe-rian subsidi/beasiswa untuk semua siswa di semua level pendidikan.

Selain itu, puskesmas dan puskesmas pembantu juga dibangun sesuai kebutuhan penduduk pulau, dan isolasi pulau-pulau dibuka dengan program ferry cepat namun biaya murah (tiket bersubsidi). Faktor penerangan juga harus diperhatikan dengan mewujudkan listrik masuk desa, melalui pengadaan mesin listrik yang dikelola kop-erasi masyarakat dan dibina oleh dinas terkait dan PLN.

Alhamdulillah program ini sudah jalan, meski ada juga yang belum bisa terealisir, seperti pembangunan sarana fisik yang standar, misalnya tak semua pulau memiliki plantar beton, jalan desa yang layak, jembatan yang menghubungkan pulau-pulau terdekat seperti Bulang Lintang dengan Bulang Kebam, Pulau Terong dengan pulau seberangnya, serta kemudahan mendapatkan air bersih. Program lain yang belum terealisir adalah pem-bangunan sektor ekonomi yang sesuai dengan potensi pulau, baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni.

Semua program ini tidak dapat dilanjutkan, karena waktu empat tahun saya menjabat sebagai Wali Kota Batam, terasa sangat singkat untuk menuntaskan semua permasalahan yang begitu besar dan menumpuk. Un-tuk itu, saya akan sangat berterima kasih bila ada yang mewujudkan gagasan ini, demi rakyat.

Setelah tak lagi menjadi pejabat publik, saya kini berkecimpung sebagai Ketua di Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam 2012-2016, dengan gelar ”Datok”.

Saat ini, peran dan fungsi LAM saat ini lebih kepada pembangunan sosial budaya, baik dalam lingkungan masyarakat Melayu dan non-Melayu dalam konteks LAM sebagai payung negeri. Untuk itu, saya melalui LAM, berupaya memelihara kearifan lokal dan menganjurkan kepada orang Melayu dan non-Melayu agar mengamal-kan kearifan lokal, sesuai dengan pepatah, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Beberapa waktu lalu saya sempat ditanya, apakah lembaga adat masih diperlukan di zaman modern sep-erti ini? Saya jawab, sampai kapanpun lembaga adat, dalam hal ini LAM, masih diperlukan. Mengapa, karena

Page 25: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

25 26 27 28 29 30

adat istiadat Melayu harus tetap terjaga, terpelihara dan diamalkan dalam sikap keseharian untuk membentengi masyarakat Melayu dari pengaruh budaya asing yang negatif dan merusak sendi kehidupannya.

LAM inilah yang akan menjaga kokohnya jatidiri orang Melayu, pun demikian, masyarakat Melayu didorong untuk terus mencapai kemajuan sesuai perkembangan zaman. Sedangkan adat istiadat yang tidak sesuai den-gan perkembangan moderenisasi dan ajaran Islam tidak dipakai lagi.

Tentang ketakutan segelintir masyarakat bahwa LAM akan menjadi lembaga premordialis yang eksklusif, saya rasa itu tak beralasan. Karena sesuai ajaran Islam, ker-agaman adalah rahmat. Dan LAM sejak beratus tahun lalu telah membuktikan mampu menjadi payung dari keragaman suku di negeri ini.

Kita tentu tahu, pembauran antaretnis di Batam mau-pun di Kepulauan Riau ini sudah dimulai sejak zaman Sultan Riau Johor Pahang Lingga lebih kurang 300 tahun yang lalu. Pembauran ini yang kemudian menghasilkan sinergi yang baik.

Misalnya sinergi antara Melayu dan Bugis, melahirkan Pahlawan Nasional Raja Haji Fisabilillah, serta melahir-kan budayawan dan Sastrawan besar Raja Ali Haji den-gan karya-karyanya besarnya yang akhirnya menjadi rujukan sehingga bahasa Melayu menjadi bahasa Indo-nesia, bahasa pemersatu bangsa Indonesia.

Pembauran Melayu dengan warga Tionghoa yang ahli dalam berdagang, membuat ekonomi di kerajaan Riau sangat maju. Sinergi Hang Nadim dengan Pati Unus dari Demak, mampu menghadang masuknya penjajahan Por-tugis di wilayah kekuasaan kerajaan Riau Johor Pahang Lingga.

Pada masa kini di Batam, orang Melayu sangat terbuka terhadap kedatangan berbagai suku bangsa yang mem-bawa berbagai kelebihan membuat Batam terus menin-gkat maju. Di sinilah fungsi LAM Kota Batam berperan membangkitkan kesadaran bersama, bahwa keragaman suku agama dan ras akan menjadi kekuatan apabila ika-tan persaudaraan dan persatuan serta kesatuan antara sesama suku, agama dan ras di Batam dibangun dan dikokohkan. ***

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

25

Page 26: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

26 27 28 29 30

Potensi Laut Masih Terabaikan

hengky Suryawan,penguSaha kapal kepri

Kepri ini banyak potensi pariwisata. Harusnya

Batam Pos menggalak-kan potensi pariwisata.

Seperti pariwisata di Lagoi. Kita ketahui, pari-

wisata di Lagoi lebih hebat dari Bali.

Page 27: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

27 28 29 30

k enapa selama ini, buku panduan pariwisata Lagoi ada di Singapura. Kok bukan orang Indo-nesia yang memakai potensi yang ada di Kepri.

Potensi perikanan kita cukup luas. Pemerin-tah kita belum punya konsep untuk menggerakkan ne-layan. Misalnya, pemerintah hanya memberikan kapal-kapal kecil yang daya tangkap dan kemampuan jelajah-nya terbatas. Harusnya tidak begitu, melainkan mendor-ong nelayan memiliki jangkauan menangkap ikan lebih luas. Kemudian, pemerintah harus menyiapkan tempat pengolahan ikan. Sehingga ikan hasil tangkapan nelayan bisa diolah meningkatkan nilai jualnya.

Kalau tidak ada kebijakan pemerintah seperti itu, po-tensi ikan kita ditangkap kapal-kapal asing yang memi-liki daya jelajah lebih jauh yang dilengkapi teknologi lebih maju.

Masalah ini harus disuarakan media. Saya mengkritisi, banyak media suka menampilkan kekerasan sebagai jualan. Misalnya pembunuhan, pemerkosaan, dan peris-tiwa heboh kekerasan lainnya. Meskipun itu ada-lah nilai jual berita. Tetapi, sangat sedikit media yang menampilkan potensi-po-tensi daerah. Padahal, itu sangat positif bagi kemajuan daerah.

Saya kira, membangkitkan po-tensi daerah itu seharusnya yang dikedepankan untuk kemajuan daerah. Saya juga ingin membagi kiat sukses kepada masyarakat Kepri. Hidup ini harus punya mo-tivasi, kerja keras, dan komitmen.

Dengan kerja keras, kita akan berhasil. Kemudian, harus berlaku jujur. Karena jujur, merupakan modal yang san-gat penting.

Kiat-kiat sukses ini, pernah saya tularkan ketika saya jadi pembicara di Batam Pos Entrepreneur School (BPES). Salah seorang murid BPES bertanya, dia ingin berusaha tapi tak punya modal. Saya bilang, kamu punya infor-masi, punya market juga sudah modal. Kamu boleh tak punya uang, kemudian orang punya uang tapi tak punya market bisa terjalin bisnis.

Contohnya, saya pernah bikin kapal sama Singapura. Saya tak punya teknisi, tapi saya punya market. Saya cari orang yang yang mau keluarin modal. Untungnya dibagi rata. Itulah salah satu contohnya. Modal bukan sesuatu yang utama untuk memulai usaha. Melainkan, kita harus punya wawasan, pengetahuan kita terhadap objek yang mau digeluti, kejujuran. Kejujuran merupakan suatu nilai yang positif.

Sekarang ini, saya melihat free trade zone (FTZ) masih jauh dari harapan. Di Batam, sudah cukup baik karena Badan Pengusahaan (BP) Batam punya hak pengelolaan lahan (HPL), sehingga bisa mengalokasikan lahan kepada investor. Sebaliknya, FTZ Bintan dan Karimun hanya diberi status, pemerintahnya tak diberi kekuatan untuk mengembangkannya.

Satu hal lagi yang penting, infrastruktur di FTZ Bintan dan Karimun masih kurang. Seperti jalan, listrik, air ber-sih, dan lainnya. Selain itu, Tanjungpinang yang masuk FTZ Bintan, belum jelas di mana pelabuhan FTZ-nya. Di mana titik-titik FTZ-nya.

Page 28: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

28 29 30

Dulu saya Koordinator FTZ di Bintan, ada surat kepu-tusan (SK) dari Gubernur M Sani. Kita sudah banyak buat laporan, tapi tak ada jawaban dari pemerintah. Padahal kita menginginkan kemajuan daerah kita. Saya undang BP Tanjungpinang, dia tak pernah datang. Bagaimana mau koordinasi kalau begini. Seolah-olah kita kerja hanya di atas kertas saja.

Dulu FTZ Batam sangat terkenal, sampai-sampai China belajar FTZ ke Batam. Saya sudah melihat FTZ di China, pemerintahnya sudah menyiapkan infrastruktur jalan, gudang, pelabuhan, dan lainnya untuk kepentingan investor. Kalau di kita, kadang 10 tahun jalan rusak tak kunjung diperbaiki. Itu contoh kemunduran yang tak perlu dipelihara.

Birokrat kita juga harus memiliki militansi. Kalau ada surat masuk, berapa lama surat itu bisa selesai. Misal-nya pengajuan pengalokasian lahan (PL) ke kawasan FTZ Batam, berapa lama bisa siap. Harusnya, proses terse-but terbuka dan transparan. Harus terbuka di mana ada lahan yang belum dialokasikan. Persoalannya, banyak lahan yang sudah dialokasikan di FTZ Batam, tapi tak dibangun-bangun.

Kalau Kepri secara keseluruhan, transportasi di laut sudah cukup lancar. Lebih maju dibanding provinsi kepulauan lain di Indonesia. Sebab, transportasi antarpu-lau di Provinsi Kepri pakai kapal cepat ber-AC. Kapalnya dari bahan aluminium bukan fiber lagi.

Provinsi Kepri dekat dengan jalur perdagangan inter-nasional Selat Malaka dan negara Singapura serta Ma-laysia. Tantangan Provinsi Kepri sebenarnya berat. Sebab Singapura sudah maju dan profesional. Malaysia sudah lumayan, jauh lebih hebat dari kita. Makanya, perbandin-gan sangat jauh dari kita. Kalau DPRD kita studi banding, tak perlu jauh-jauh ke negara lain. Cukup studi banding ke Singapura dan Malaysia saja yang sama-sama ASEAN, kulturnya mirip-mirip sedikit dengan negara kita. ***

Page 29: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

29 30

Industri Kreatif,BukanIndustri Main-Main

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

29

Mike wiluanChief exeCutiveinfinite fraMeworkS

Batam mengalami perkem-bangan sangat hebat dari tahun ke tahun, sejak saya mulai menggeluti dunia usaha, 15 tahun silam. Oh iya, 15 tahun itu sama den-gan usia Batam Pos seka-rang. Sungguh kebetulan.

Page 30: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

30

etak Batam strategis karena bersebela-han dengan Singapura, membuat posisi kota ini sangat diperhitungkan. Jadi, kalau ada yang bilang saya membantu membesarkan nama Batam, justru yang benar Batam telah membantu memb-esarkan karir saya karena posisi yang strategis ini.

Keunggulan tersebut saya manfaat-kan untuk membuat produk, yang tidak hanya bisa berbicara di Asia, tapi juga di level internasional. Animasi menjadi pilihan karena memiliki prospek sangat

L

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

30

Page 31: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

31

Page 32: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

32 33 34 35 36 37 38 39 40cerah dan industri kreatif seperti ini menyenangkan

bagi orang muda seperti saya. Jika ingin melihat masa depan industri kreatif, lihatlah

bagaimana perkembangan Facebook, Twitter, animasi tiga dimensi, atau Youtube. Youtube misalnya, awalnya hanya sebuah situs berbagi video yang dirintis tiga anak muda. Namun kini hasil kreativitas itu bernilai miliaran dolar. Artinya, ini memang industri besar, bukan industri main-main.

Saya tidak bicara keuntungan bisnis. Ini soal kreativi-tas anak muda, yang pada akhirnya memang bisa meng-hasilkan nilai lebih. Dalam industri animasi yang saya geluti, saya banyak melibatkan anak-anak muda lokal yang kualitasnya cukup tinggi. Pada akhirnya, saya ingin mewujudkan mimpi sederhana saya: Jika ada 100 orang kreatif, saya berharap 30 di antaranya berasal dari Batam. Itu saja sudah membuat saya sangat bangga.

Industri kreatif ini juga membutuhkan dukungan dari pemerintah. Saya berharap, pemerintah proaktif mem-berikan arahan dan support kepada anak-anak muda yang ingin menggeluti bidang ini. ***

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

32

Page 33: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

33 34 35 36 37 38 39 40

Kendalikan Masa Laluuntuk Mengendalikan Masa Depan

Suatu hari, sahabat saya Prof Dr Jan van der Putten, yang kini telah hijrah dari National University of Singapore ke

Hamburg University di Jerman pernah berkata, bahwa saya sebenarnya adalah partikelir, independent researcher.

aSwandi Syahri, penggagaS peMbangunan kepriMelalui keSadaran Sejarah

Page 34: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

34 35 36 37 38 39 40

k alimat tersebut masih terngiang hingga kini. Saya memang seorang sejarawan yang tidak beraktivitas kampus, meski sekali waktu saya penah diminta untuk memberikan ”kuliah”

di Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Riau Kepu-lauan (Unrika) Batam. Namun demikian, peluang untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan berbuat dalam membangun, memajukan Provinsi Kepulauan Riau tetap tebuka luas.

Mengapa? Karena dalam ilmu sejarah modern, pelu-ang untuk berkiprah dengan ilmu sejarah yang scientific tak lagi menjadi monopoli sejarawan akademik (aca-demic historian) di kampus-kampus yang audiensnya hanya terbatas kepada mahasiswa sebagai microscopic audience.

Bermula di Amerika dan Kanada pada awal tahun 1970-an, sejarah akademik (academic history) di kampus telah menemukan ”laman bermain” yang baru, ketika dibawa ke tengah masyarakat sebagai sejarah publik (public history) dengan masyarakat (public) sebagai audience yang lebih luas atau macroscopic audience: namun tetap akademis dan ilmiah dalam proses dan penyampaiannya.

Dalam ranah public history, media untuk menyam-paikan hasil studi dan interpretasi terhadap masa lalu yang kemudian disuguhkan dalam format sejarah seba-gai kisah, tidak lagi terbatas pada tulisan sejarah yang konvensional seperti: skripsi, thesis, disertasi atau esai ilmiah. Ruang publik,museum, arena pameran, situs sejarah, yayasan dan LSM, surat kabar, majalah, film dan teknologi multi-media adalah sara baru untuk menyam-paikan berita pikiran tentang masa lalu.

Sudah lebih dari sepuluh tahun, public history adalah

model yang saya pergunakan dalam memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang aspek tertentu se-jarah Kepulauan Riau. Melalui artikel-artikel sejarah dan budaya yang dimuat di Batam Pos dan Tanjungpinang Pos, saya telah memperkenalkan fase-fase dan simpul-simpul historic tertentu dalam sejarah Kepulauan Riau yang sebelumnya masih samar-samar, atau mungkin tidak diketahui, karena bahan sumber yang belum ditemukan.

Contoh kongkret dari semua itu, saya telah dapat membuktikan secara ilmiah berdasarkan arsip, bahwa anak watan Kepulauan Riau dari Kerajaan Riau-Lingga, telah lebih dahulu membangun industri Batam dan mengkomersialisasikan pulau itu sebagai kawasan pena-naman modal asing (PMA) sejak akhir abad ke-19: jauh sebelum pemerintahan Presiden Suharto memulainya pada awal tahun 1970-an.

Apa artinya semua itu? Dalam konteks sejarah, maknanya rakyat Kepulauan Riau telah telah maju dalam melihat potensi dan peluang strategis Pulau Batam di masa lalu yang arti penting strategisnya juga sangat ber-makna bagi Kepulauan Riau di masa kini. Dan yang lebih panting lagi, sinyalemen bahwa Batam hanya dihuni oleh monyet-monyet sebelum dibuka oleh Presiden Suharto pada awal 1970, terbantahkan sudah.

Dengan kata lain saya ingin mengatakan bahwa esensi mempelajari sejarah, oleh siapa saja, erat kaitannya den-gan dunia tempat kita hidup (dimanapun itu, termasuk di Provinsi Kepulauan Riau) yang merupakan sebuah

Page 35: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

35 36 37 38 39 40historicized world (dunia yang bersejarah).

Di dalamnya, seperti dikatakan oleh sejarawan Inggris Martin L Davies, ada aspek-aspek historic (bersejarah) tertentu dari masa lalu itu yang memang penting di masa lalu itu sendiri (sajarah sebagai peristiwa) dan ke-mudian juga berguna bagi masa kini kita setelah mem-pelajari, menafsirkannya, dan menukilkannya sebagai sebuah rekonstruksi historis (historiografi).

Dalam kekiniannya, manusia tegak pada dua sisi. Sebelah kakinya berada pada masa lalu, dan sebelah lagi berada masa kini yang diproyeksikan melangkah ke masa depan. Artinya, seperti dikemukan oleh sejarawan dan filsuf sejarah Amerika, John Lukacs, ”Pemikiran kes-ejarahan atau berfikir historis itu telah menjadi warisan dan telah merasuk kedalam diri anak manusia secera turun-temurun (Historical thinking has entred our very blood)”.

Potensi besar berfikir historis itu yang penting bagia konteks keninian itu, ada dalam diri setiap anak manusia yang berfikir. Mengapa? Karena setiap manusia, kalau tidakpun menjadi sejarawan yang professional, maka ia adalah sejarawan bagi dirinya sendiri: ”Everyman is own historian”. Tak dapat tidak!

Pucuk dari puncak mempelajari sejarah adalah, pema-haman tentang suatu aspek historic di masa lalu dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Vertehen kata orang Jerman. Hanya sejarawan yang mampu melakukannya.

Jika diibarat dunia tempat kita bermastautin ini seba-gai sebuah tabung, maka dengan ”kacamata sejarah” kita akan mampu melihat apa yang terjadi, apa yang salah, apa yang rancu, dan apa yang baik dalam ruang dan waktu tertentu pada masa lalu melalui penampang lin-tang dan penampang bujur tabung itu. Cara pandang his-toris ini, hanya sejarawan dan ilmu sejarah yang mampu melakukannya.

Inilah kira-kira sumbangsih pemikiran yang bisa saya cetuskan untuk memajukan Kepulauan Riau ini, sebagai sejarawan. Saya yakin ”dunia” yang saya geluti saat ini (sejarah) akan mampu berkiprah dalam mengisi pem-bangunan. Bagaimana caranya?

Untuk membangun daerah ini, penting kiranya meoli-hat potensi yang terkandung dalam bentangan geografis

Kepulauan Riau sebagai sebuah provinsi maritim, dan daerah perbatasan yang berhadapan dengan dua negara tetangga (Singapura-Malaysia) dan alur perlayaran per-dagangan dunia.

Mengapa hal ini penting? Karena di sinilah letak keistiweaan Kepulauan yang tak dimiliki daerah lain di Indonesia. Dan di sinilah peluang paling besar dan sangat potensial yang dapat digarap untuk kemajuan Kepulauan Riau secara ekonomi yang sudah barang tentu akan menggerakan potensi-potensi yang lain.

Penjelasan-penjelasan sejarah (historical explana-tion) dapat menjelaskan mengapa hal ini penting, karena ianya telah pernah dilakukan titik-titik sejarah tertentu pada masa lalu, dengan kadar keberhasilan dan

Page 36: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

36 37 38 39 40kegagalan yang dapat diukur dan dipahami seba-gai sebuah proses sejarah

Sejak 1673 ketika berada dibawah Johor yang lama, zaman Riau-Lingga-Johor-dan Pahang, zaman dollar, hingga menjelang zaman konfrontasi awal tahun 1960-an, terdapat titik penting (historical watershed) dalam sejarah daerah ini yang memperli-hatkan betapa potensialnya bentangan geografis dan potensi maritim Kepulauan Riau dalam peta perdagan-gan antarabangsa.

Kawasan ini beberapa kali berperan sebagai en-trepot antarabangsa sejak akhir abad ke-17 hingga menjelang akhir abad ke-18. Pernah menjadi negari yang makmur secara ekonomi pada tahun 1950-an, ketika potensi besar Sin-gapura tidak dipandang sebagai ”ancaman”.

Seharusnya ketika telah tampil sebagai sebuah Provinsi, potensi-potensi yang luar biasa besarnya ini dapat digarap dengan maksimal untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat Kepulauan Riau. Namun apa yang terjadi? Yang muncul malah sebaliknya. Letak geografis Kepulauan Riau sebagai daerah perbatasan dipandang dan digadang-gadangkan sebagai ancaman terhadap integritas Kepulauan Riau sebegai bagian dari NKRI.

Penjelasan-penjelasan sejarah, serinci apun penjelasan itu, tak ada gunanya jika tak niat baik dari pemerintah pusat dalam melihat potensi. Secara politik, apalah daya Kepulauan Riau sebagai sebuah provinsi ketika potensi geografisnya yang istimewa berdepan-dengan dengan Singapura yang merupakan sebuah negara.

Harus ada niat baik dan kemaun politik dari pemer-intah pusat melalui kebijakan-kebijakan khusus yang mempermudah, jika ingin melihat sisi penting potensi geografis dan maritim Kepulauan Riau dapat memberi-kan sumbangan berharga bagi daerah ini.

Mengapa saya katakan demikian? Pengalaman sejarah memperlihat betapa besarnya pengaruh kebijakan pe-merintah pusat terhadap potensi besar Kepulauan Riau

ini. Secara historis, poli-tik konfrontasi Sukarno yang ambisius awal tahun 1960-an sangat merugikan Kepulauan Riau. Ia adalah penyebab utama putus-nya hubungan perdangan dengan Singapura dan runtuhnya fondasi kemak-muran dan kemewahan Kepulauan Riau tahun 1950-an: sesuatu yang tak pernah dapat direstorasi kembali hingga hari ini.

Konsep kawasan perda-gangan bebas (FTZ) yang ditawarkan pemerintah pusat pada beberapa titik di Kepulauan Riau jalan di tempat, kalaulah tidak dapat dikatakan gagal.

Secara historis, kebi-jakan ‘setengah hati’ ini samalah dengan kebi-jakan Vrij Haven van Riouw (Pelabuhan Be-

bas Riau) ciptaan Belanda yang juga gagal ketika berdepan-depan dengan Sin- gapura yang juga baru mulai dikembangkan dengan serius oleh Inggris pada 1829.

Mengingat potensi dan keistimewaan letak geografis-nya, sudah semestainya dan belum terlambat kiranya pemerintah daerah dan pusat duduk bersama membuat kebijakan-kebijakan khusus yang benenar-begar ada gunanya untuk menyauk keuntungan ekonomis dari potensi maritim dan bentangan geografis Provinsi Kepu-lauan Riau yang istimewa dan potensial.

Ada sebuah ungkapan menarik dari penyair-jurnalis George Orwell, ”Who controls the past controls the future: who controls the present controls the past (Ba-rangsiapa mengendalikan masa lalu maka ia mengenda-likan masa akan datang dan barang siapa mengendalikan masa kini maka ia mengendalikan masa lalu.” Kalimat bersayap ini saya rasa lebih dari cukup untuk menggam-bar betapa pentingnya peran sejarah di zaman modern ini.

Dalam bentuk yang konkret, dalam konteks sejerah Indonesia, esensi kata-kata bersayap ini telah berhasil diterapkan oleh pemerintahan Orde Baru yang pada puncak kegemilangannya berhasil membuat indonesia ”aman, damai dan makmur”.

Page 37: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

37 38 39 40Saya sempat merasakan ”kemakmuran” itu melalui

biaya kuliah di perguraan tinggi yang satu smester-nya hanya menghabiskan Rp96 ribu, sampai tamat. Sehingga di jejaring sosial, tak sedikit sahabat dunia maya saya yang merindukan zaman itu, setelah membandingkan-nya dengan kondsi saat ini, di saat para orang tua ”panik” memikirkan anaknya yang akan duduk di bangku kuliah.

”Pencapaian gemilang Orde Baru”, kalaulah boleh disebut begitu, salah satunya karena terciptanya rust en orde, zaman tenang tanpa gejolak berarti yang juga san-gat ditekankan oleh pemerintah Belanda dulu. Namun harus dipahami bahwa rust en orde itu tercapai bukan karena Orde Baru berhasil menjalankan ”mesin militer” dan ”mesin politiknya” semata.

sebuah bandar dagang yang diperhitungkan sejak 1673, maka Tanjungpinang dan Kepulauan Riau hari ini ses-ungguhnya tak mendapat keuntungan yang berarti dari letak geografisnya yang strategis di kawsan Selat Melaka, selain bertetangga dengan Singapura yang makmur.

Tak ada perubahan yang berarti dalam letak dan bentangan geografis Kepulauan Riau 300 tahun lalu, jika dibandingkan dengan kondisi pada masa kini. Bahkan mungkin, alur perlayaran ke dalam pelabuhan Riau di Sungai Riau tak mengalami pendangkalan yang berarti: tetap dapat dilayari oleh kapal kargo samudra berukuran sedang hingga ke hulunya.

Bandar Riau pada abad 17, sama seperti Tanjungpi-nang pada masa kini, juga tidak memproduksi komoditi dagang yang penting. Timah didatangkan dari Bangka, gambir dari Sumatra, lada dari Bangka, dan kain dari China serta India. Namun pelabuhan Riau di Pulau Bintan pada abad ke 17 dan kemudian pada abad ke-18 terkenal sebagai pelabuhan dagang yang makmur dan ramai.

Seperti telah ditunjukkan oleh sejarawan Leonard Y Anandaya kapal-kapal dagang, dan para pedagang mancanegara lebih tertarik berniaga di pelabuhan Riau karena managierse aequipagege-nya atau manajemen pelabuhannya dan aturan dagang lebih menguntungkan dibanding jika mereka berniaga di pelabuhan Melaka yang ketika itu telah dikuasai Belanda. Bagaimana den-gan Tanjungpinang kini yang secara historis sesungguh-nya telah mengambil alih peran Bandar Riau?

Fakta-fakta historis seperti ini adalah sebagian dari aspek penting sejarah maritim Kepulauan Riau yang tercakup di dalamnya perdagangan, yang telah diungkap oleh sejarawan melalui kajian-kajian historisnya sem-pena merekonstruksi masa lalu. Kalaulah para pengam-bil kebijakan jeli, fakta historis ini sesungguhnya dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan sempena pengambangan potensi perdagangan

Pencapaian itu juga karena otoritas Orde Baru berhasil mengendalikan, menguasai, dan memainkan sejarah se-bagai bagian pembangunan nasional Indonesia. Kajian-kajian mutakhir tentang politik sejarah dan historiografi Indonesia di era itu, seperti dilakukan sejarawan Michael Wood tahun 2005, telah membuktikannya.

Masih segar dalam ingatan kita, sosok Nugroho Noto-susanto, ”sejarawan istana” zaman Orde Baru yang kon-troversial. Ia sejarawan jebolan jurusan sejarah Univer-sitas Indonesia yang kemudian ikut wajib militer, lantas menjadi kepala pusat sejarah Angkatan Bersenjata Re-publik Indonesia (ABRI). Lalu menjadi Menteri Pendidi-kan dan Kebudayaan yang melapangkan jalan masuknya militer dan politik ke dalam penulisan sejarah nasional Indonesia, dan menjadikan sejarah sebagai salah satu sumber legitimasi kekuasaan dan pembangunan.

Kasus Orde Baru ini tidak general. Namun dapatlah menjadi ilustrasi untuk memperlihat peran penting se-jarah bagi pembangunan dalam konteks kekinian. Lantas bagaimana dengan Kepulauan Riau? Sumbangan apa yang dapat diberikan oleh pemikiran-pemikiran sejarah bagi daerah segantang lada hari ini?

Jika dibandingkan dengan pada masa lalu, ketika Ban-dar Riau di Hulu Sungai Riau (Tanjungpinang kini) adalah

Page 38: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

38 39 40dan ekonomi maritim Kepulauan Riau.

Pada tataran ini, sesungguhnya peran sejarah dan se-jarawan yang paling penting adalah memberikan sebuah pemahaman historis yang pada akhirnya akan memun-culkan kesadaran sejarah, sebagai pemicu yang dapat membangkit kreativitas dan pemikiran cerdas yang kritis dalam membangun negeri.

Berdasar uraian ini, saya memiliki visi atau gagasan besar untuk membangun daerah ini. Di antara visi ini ada yang sudah terealisasi adalah membangun kesa-daran sejarah dengan mengungkap fakta-fakta penting masa lalu.

Sebagaimana kita ketahui, tugas utama sejarawan ada-lah mempelajari dan menafsirkan masa lalu atau peris-tiwa di masa itu, yang kemudian mekonstruksinya dalam bentuk sejarah sebagai sebuah kisah. Muara akhir dari proses ini adalah untuk menghadirkan sebuah kesadaran sejarah yang dapat memberikan pemahaman bahwa kita (manusia) adalah mahluk historis, yang bergerak maju menuju kebaruan-kebaruan dan kemajuan, dan tak tada-pat lepas dari masa lalunya.

Karena itulah, dalam membangun kesadaran sejarah ini, saya berusaha keras, hingga detik ini, untuk meny-ibak dan menjelaskan fakta-fakta penting dari masa lalu Kepulauan Riau yang penting dalam konteks kekinian: yang harus ditelusuri sejak zaman prasejarah hingan abad modern ini.

Gagasan besar ini telah saya mulai dengan hal-hal yang kecil melalui esai-esai ”sejarah kecil” semacam le pteti stoire kata orang Prancis. Tulisan-tulisan ini cukup berhasil memancing minat anak-anak muda terhadap

sejarah daerahnya, yang pada akhirnya diharapkan dapat memunculkan kekuatan maha dahsyat yang disebut kesadaran sejarah itu.

Dalam konteks kesadaran sejarah ini, melalui kajian-kajian sejarah dan kebudayaan, saya juga telah berhasil membuktikan secara ilmiah bahwa bahwa peradaban di Kepulauan Riau telah eksis sejak zaman prasejarah, ke-tika asumsi saya bahwa timbunan kerang yang mebukit di daerah Kawal Kabupaten Bintan adalah peninggalan sebuah peradaban manusia di masa lalu, dapat dibukti-kan secara ilmiah oleh para arkeolog.

Namun masih ada gagasan saya yang belum tereal-isasi, misalnya membangun, atau paling tidak membantu pemerintah daerah menghadirkan sebuah perpustakaan dan arsip yang lengkap dan modern, dengan mere-produksi semua bahan-bahan sumber sejarah Kepulauan Riau yang tersebar di penjuru dunia. Untuk itu, tak ada jalan jalan jika kita ingin masuk ke ranah kegemilangan Kepulauan Riau di masa lalu untuk menyauk manfaat dari padanya, maka bahan sumber sejarah seperti arsip, manuskrip, buku-buku, foto-foto, dan berbagai bentuk bahan pustaka yang tersebar di berbagai lembaga di dunia itu adalah pintunya.

Setiap sejarawan tak dapat bekerja tanpa sumber, dan menjadi sejarawan di Indonesia tak akan bisa berbuat apa-apa bila tak mempunyai perpustakaan dan arsip sendiri. Karena tak seperti di luar negeri, tidak banyak perpustakaan dan arsip yang lengkap dan dapat diakses dengan mudah di Indonesia. Terlebih lagi bahan-bahan sumber sejarah Kepulauan Riau untuk periode tahun 1970-an hingga zaman kolonial, adalah sesuatu yang langka: rare material.

Bahan sumber sejarah bagaikan ”nyawa” bagi seorang sejarawan. Dua puluh tahun yang lalu, saya merasakan betul betapa sulitnya mencari bahan-bahan sejarah Kepulauan Riau. Memang tujuh tahun terakhir, beberapa bahan sumber itu dengan mudah dapat saya peroleh karena budi baik teman-teman di luar negeri dan saya juga sering melakukan penelitian dengan metode ”pukat harimau’, menyapu bersih semua bahan tentang Kepu-lauan Riau yang ditemukan di Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional di Jakarta.

Saya juga pernah ke Leiden, ”Mekah-nya” para seja-rawan Indonesia, untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah Kepulauan Riau selama sepuluh hari non stop. Kalaulah dibaratkan itu sebagai perjalanan ”ibadah haji”, maka kerja saya selama sepuluh hari di Belanda masih dalam taraf ”umroh” yang hanya dapat mengumpulan ratusan lembar repro digital dari ribuan lembar bahan sumber sejarah Kepulauan yang tersimpan pada berba-gai lembaga di Belanda. ***

Page 39: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

39 40sistem Pendidikan

Berbasisteknologi informasi

Secara umum dunia pendidikan di Batam sudah mulai menunjukkan kemajuan dalam

pretasi. SMKN I Batam, misalnya, sudah mam-pu mengharumkan nama Batam dan Indone-sia dalam berbagai ajang pendidikan tingkat

dunia.

amun demikian, belum semua fasilitas tersedia. Khusus dalam fasilitas penunjang, harus ada

peningkatan dengan sistem pendidikan berbasis teknologi informasi.

Saya berharap, tahun 2014 harus lebih baik lagi, untuk menghadirkan pendidi-kan berkualitas dengan sistem IT yang bisa bersaing dengan negara luar. Karena bakat siswa yang kita miliki memang sangat bagus, sayang kalau tak didukung dengan fasilitas pendidikan yang bagus pula.

Seiring perkembangan zaman, sistem pendidikan dengan dukungan teknologi yang canggih tak bisa dihindari. Ini nanti-nya akan menjadi kebutuhan primer dunia pendidikan.

Sistem pendidikan berbasis teknologi bukan saja untuk menyaingi pendidikan di negara maju, juga untuk memenuhi standar kebutuhan pendidikan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Salah satu contoh yang diharapkan SMKN I yakni sistem pengajaran yang menggunakan Android for Learning. Sistem ini akan menggantikan buku yang relatif memberatkan siswa dan guru. Dengan Android for learning, siswa bisa menikmati pendidikan dengan gampang dan murah.

Inilah yang sedang diterapkan di neg-era-negera berkembang. Bahkan seba-gai perbandingan, di beberapa negara berkembang saat ini pendidikan sudah menggunakan e-Book yang sedikit lebih canggih dibanding Android for Learning.

Saya juga mengharapkan kepada pe-merintah kota, provinsi maupun pusat agar selalu mendorong dan mendukung program pendidikan yang ada dengan berbagai cara.

Pemerintah seharusnya membuat web atau situs tentang pendidikan agar semua sekolah bisa saling mengenal satu sama lain.

Kalau bisa hilangkan sistem rapat atau surat. Kan sekarang sudah ada program yang bisa digunakan untuk menggantikan rapat guru atau kiriman surat. Banyak program tinggal kembangkan saja. ***

nDeden Suryana, Kepala SMKN I Batam

Page 40: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

40

ada 2009, mulai muncul usaha oleh-oleh lain di Batam. Setelahnya, muncul pengusaha-pen-gusaha muda yang juga bermain dalam indus-tri ini. Kalau saya amati, sekarang kira-kira ada 15 industri oleh-oleh di Batam.

Munculnya usaha-usaha baru dalam bisnis oleh-oleh Batam sangat baik untuk industri itu sendiri. Pengusaha tertantang untuk men-emukan inovasi-inovasi baru. Namun, sebagai perintis, kami berusaha untuk mendapatkan pasar yang lebih besar dalam industri ini.

MuLaiLah PeruBahan Dari Diri senDiri

denni delyandri, peMilik kek piSang villa

Sejak saya memulai usaha ini pada 2007, industri oleh-oleh di Batam berkembang pesat. Tahun 2007 saya merintis produk asli Batam. Artinya, kami produksi di Batam. Hingga 2009 Kek Pisang Villa menjadi pemain tunggal dalam industri oleh-oleh Batam. Hanya

kami yang beriklan dan memasang billboard.

P Selain inovasi, persaingan dalam industri oleh-oleh membantu industri ini dalam hal edukasi pasar. Sebe-lumnya, ketika kami sebagai pemain tunggal, promosi merupakan hal yang melelahkan. Kalau kita sendiri, energi kami banyak terkuras untuk promosi. Tapi, seir-ing munculnya usaha dan adanya kompetisi, semua mendengungkan oleh-oleh khas Batam. Jadi, pasar yang awalnya sedikit, dengan banyaknya usaha uang turut mengedukasi masyarakat, pasar yang sebelumnya kecil menjadi semakin besar dan banyak.

Saya rasa, Kek Pisang Villa tidak akan besar dan dike-

Page 41: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

41 42 43 44 45 46 47

nal seperti sekarang tanpa usaha-usaha lainnya. Terlalu berat dan akan lama kami mengedukasi pasar. Tapi, kar-ena sekarang ramai usaha oleh-oleh, proses itu menjadi lebih cepat. Sekarang bagaimana kreativitas kami untuk bisa memegang pasar Batam.

Untuk Kota Batam sendiri, munculnya usaha-usaha oleh-oleh ini memberikan warna baru. Batam yang selama ini dikenal sebagai kota industri, sekarang warg-anya banya yang mencoba berwirausaha. Berwirausaha berarti bisa mandiri. Pengusaha-pengusaha baru berusa-ha berdiri dengan kaki sendiri dan keluar dari kebiasaan menerima gaji bulanan. Malahan, mereka menjadi tan-gan di atas yang membantu banyak orang. Dampaknya bagi Batam, kalau selama ini tenaga kerja hanya berkutat di masalah upah minimum kota, dengan adanya orang-orang yang bertekad menjadi wirausaha, UMK tidak lagi menjadi persoalan utama.

Pemerintah Kota Batam seharusnya bisa mendorong warga bahwa ada pilihan selain bekerja, yakni berwiras-wasta. Pertumbuhan UKM akan mendorong laju perpu-taran ekonomi, karena itu sektor riil. Dengan banyaknya pengusaha baru, karyawan banyak tersedot, beban pem-bangunan dikurangi, dan dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

Sejauh ini saya melihat Pemko Batam sudah cukup mendukung terciptanya wirausaha di Batam. Itu bisa ter-lihat dengan terpilihnya Batam sebagai kota yang UKM dan koperasinya termasuk yang terbaik, beberapa waktu lalu. Lembaga seperti Batam Pos Entrepreneur School (BPES) juga sudah membantu menumbuhkan semangat wirausaha.

Kembali soal usaha Kek Pisang Villa. UKM ini bisa mencapai kesuksesan dan bisa kami pertahankan sam-pai sekarang karena adanya etika bisnis. Bagi saya, itu nomor satu. Dengan etika, jalannya bisnis jadi lebih baik. Di samping itu saya selalu menjunjung tinggi profe-sionalisme dan kerja sama tim. Soal kesejahteraan juga saya perhatikan. Standar gaji Kek Pisang Villa adalah UMK Kota Batam ditambah makan siang. Apalagi di level manajer, gajinya luar biasa. Gaji yang di atas rata-rata itu bukan untuk kepentingan sendiri, tapi untuk kepentin-gan bersama. Kami bekerja dalam suasana kekeluargaan, namun dalam bingkai proesionalisme. Setiap perbuatan terkait perusahaan harus ada konsekuensinya.

Walau standar gaji karyawan Kek Pisang di atas rata-rata untuk posisi selevel di perusahaan lain, persoalan UMK memang cukup memberatkan kami juga karena kenaikan UMK tahun ini yang tinggi. Teman-teman di

Page 42: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

42 43 44 45 46 47

industri lain pasti berat soal UMK itu. Saya pun akhirnya mencari solusi mengantisipasi

kenaikan itu lewat efisiensi dan segala macamnya. Bagi saya, jika mendapat karyawan yang mumpuni, otomatis perusahaan memiliki produktivitas yang tinggi. Yang susah adalah ketika karyawan minta kenaikan gaji tetapi ia tidak mau meningkatkan kualitas dirinya. Karyawan seperti ini hanya akan menjadi beban perusahaan.

Karyawan seharusnya bisa memahami telah diberi gaji lebih oleh perusahaan. Artinya, ia harus memberikan lebih baik lagi. Produktivitas harus meningkat. Yang jadi persoalan, UMK naik tetapi tidak diikuti oleh kualitas pekerja karena masih memiliki mental pekerja. Paling tidak, mental karyawan harus bertumbuh dengan mera-sa memiliki perusahaan itu sendiri.

Kami di Kek Pisang Villa memiliki sistem untuk men-ingkatkan kapasitas karyawan. Kami sangat selektif dalam rekrutmen agar bisa memperoleh rekrutan sebaik mungkin.

Sistem rekrutmen itu penting karena saat kami mem-buka lamaran, dalam seminggu ada ratusan pelamar

yang datang. Dengan sistem, kami bisa mengantisipasi karyawan yang nantinya dapat menjadi beban. Selain itu kami juga memiliki training-training rutin yang berguna bagi karyawan untuk meningkatkan kemampuan mer-eka.

Bagi saya, UMK naik tiap tahun itu wajar karena memang ada inflasi. Tetapi naiknya harus keputusan bersama, karena berat jika UMK naiknya terlalu tinggi. Akhirnya, otomatis pengusaha cari gampang dengan menaikkan harga. Bahkan baru ada isu kenaikan UMK saja, harga pasar sudah naik semua. Jadi, kenaikan UMK itu tidak ada artinya.

Di sini kami membutuhkan peran pemerintah. Ke-naikan harga bisa diatasi jika pemerintah memiliki kebijakan seperti mengontrol harga, mengontrol ongkos transportasi, dan bahan baku dipermudah. Jadi, kalau saya berbicara tentang UMK dan ketenagakerjaan, hen-daknya kenaikan UMK jangan terlalu tinggi. Kenaikannya harus dengan kesepakatan bersama dan diiringi dengan karyawan yang memiliki mental baik, jadi bukan hanya bisa berdemo tetapi saat diminta kerja tidak mau. Se-

Page 43: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

43 44 45 46 47mentara pemerintah juga mampu mengontrol harga pasar.

Kepada tenaga kerja di Batam dan ingin menjadi pengusaha, saya ingin mendorong agar untuk punya cita-cita tinggi sebagai pengusaha. Itu tidak salah. Yang salah kalau mem-biarkan hidup mengalir saja. Saya dulu juga buruh pada tahun 2003 sampai 2006. Saat itu saya bekerja di PT Asahi dengan gaji Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta, tergantung lembur. Saat itu, untuk sarjana yang baru lulus termasuk besar. Namun, saya akhirnya men-inggalkan pekerjaan itu kemudian menjalankan usaha sendiri bersama istri, mulai dari jualan kerupuk, warung nasi Padang, even organizer (EO), sampai akhirnya Kek Pisang yang awalnya saya antar sendiri keluar masuk kantor. Banyak usaha saya yang dimulai dengan modal nol rupiah.

Jangan hanya berharap hidup mengalir mengikuti keadaan. Banyak pekerja yang ketika ditanya mereka menjawab, "ya, gini-gini aja". Itu jawaban yang umum saya rasa.

Harapan kita, buruh dapat berpikir maju bagaimana memberi yang lebih baik bagi keluarganya di masa depan. Kalau bisa memberikan yang terbaik bagi ke-luarga besarnya. Hanya sampai sekarang, baru sedikit orang yang terbuka pikirannya untuk hidup lebih baik. Kebanyakan hanya berharap keadaan menjadi lebih baik. Walikotanya lebih baik sehingga kebijakannya memihak. Pemerintahnya lebih baik, perusahaan lebih baik, gajinya gede, itu saja. Tetapi pekerja tidak mau mengubah diri menjadi lebih baik.

Bagi saya, jangan berharap keadaan yang menjadi lebih baik. Tetapi, pribadi kitalah yang harus menjadi lebih baik, maka segalanya akan jauh lebih mudah.

Langkah untuk mencapai itu sederhana, dengan belajar. Pekerja harus memahami, dalam posisi apa kita sekarang. Apa ilmu yang didapatnya di situ. Apa yang harus ia kerjakan. Dalam industri apapun, bidang yang digeluti merupakan salah satu pelajaran buat dia. Entah ia bekerja di bidang pemasaran, penjualan, gudang, atau akuntan. Di situ banyak pembelajaran. Dalam kondisi itu kita dapat belajar bagaimana memiliki sikap yang benar misalnya di hadapan atasan, atau bagaimana caranya mengambil inisiatif.

Jangan pernah berhenti belajar. Kebanyakan buruh berhenti belajar setelah lulus SMA atau kuliah. Bila dit-anya, kapan terakhir membeli buku. Kebanyakan mung-

kin saat SMA. Padahal, dunia berubah dan seorang pekerja dituntut untuk meningkatkan kuali-

tas dirinya. Jika tak lagi belajar, STTB (Su-rat Tanda Tamat Belajar) yang diterima

benar-benar berarti tamat belajar. Itu yang membuat pekerja tidak tumbuh di tengah persaingan yang sengit dan akan terus-terusan dieksploitasi.

Sekarang, kalau kita mendemo pe-merintah soal upah, gaji sih naik. Tapi

harga-harga juga naik. Repot kalau kita ingin mengubah orang lain. Ya sudah,

diri kitalah yang kita ubah melalui terus menerus belajar, dekat dengan Tuhan, memiliki

sikap dan yang baik, serta mampu menahan diri.Jika seseorang sudah bertekad terjun ke dunia usaha,

dia harus siap beraksi. Lembaga-lembaga seperti pemer-intah dan BPES akan memberikan banyak bimbingan dan ilmu. Tapi untuk menggapai kesuksesan kembali ke pebisnisnya. Berapa persen ilmu yang diterima yang sudah ia terapkan.

Saya sebagai salah satu mentor di BPES selalu meng-ingatkan calon wirausahawan untuk memiliki tujuan bisnisnya. Kemana bisnis itu akan dibawa. Apa visi dan misinya harus jelas. Di dalam bisnis, meski sifatnya UKM, struktur perusahaan harus jelas, karena itu merupakan jenjang karir dalam perusahaan.

Selain dengan BPES secara khusus, secara umum Batam Pos sudah lama menjadi mitra Kek Pisang Villa. Media memang banyak sekali fungsinya, terutama soal publikasi. Media bisa menjadi sarana yang efektif untuk mengedukasi masyarakat untuk berwirawasta.

Karena vitalnya fungsi media dalam kehidupan masyarakat, kami dari kalangan pelaku UKM berharap media khususnya Batam Pos bisa lebih banyak mengulas dunia kewirausahaan khususnya UKM. Sedangkan untuk berita-berita yang bersifat tidak mendidik atau sensa-sional bisa dikurangi karena lebih banyak mudaratnya. ***

Gagasan-gagasan mer-eka mungkin terlalu par-

sial, untuk itulah kami mengambil 15 nama agar

ide-ide mereka saling mengutuhkan, meleng-kapkan, dan dengan de-mikian lebih besar daya

gugah ide-idenya.

Page 44: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

44 45 46 47

alau dalam skala sekarang ini, dari skala satu sampai sepuluh, Batam masih pada level enam. Jadi masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan untuk mewujudkan Batam

sebagai kota kreatif. Ini perlu karena seperti yang saya kemukakan tadi, ada banyak anak-anak muda Batam yang kreatif dan kreativitas mereka ini bisa menjadi in-dustri yang tentunya akan meningkatkan perekonomian. Potensi ini sangat besar.

Untuk mendukung peningkatan ekonomi kreatif, saya punya harapan kepada pemerintah agar banyak acara skala nasional dan internasional bisa diselenggarakan di Batam. Kemudian menyediakan wadah bagi anak-anak muda yang kreatif di event-event tersebut. Di mana wa-dah ini tidak hanya jadi tempat berkarya, tetapi juga bisa mengangkat ekonomi Batam.

Saya sendiri punya gagasan yang sedang saya siapkan dan mudah-mudahan ini bisa terwujud segera. Gagasan saya ini juga mendukung Batam sebagai kota kreatif dan tentunya pariwisata Batam. Sejauh ini, saya sudah mem-buat kaos T-Obenk yang mendukung pariwisata, bus store yang pertama di Batam dan mungkin di Indonesia. Nah, gagasan saya berikutnya adalah membuat airplane store. Toko di dalam pesawat. Ini mungkin yang pertama di dunia kalau terwujud. Toko kaos dengan pesawat Boeing 737. Ini proyek saya yang terdekat setelah punya ruko sendiri nantinya. Target besar saya ini yaitu airplane store bisa menjadi objek wisata nantinya.

Hanya ini agak sulit untuk diwujudkan segera. Bu-tuh lahan yang luas karena badan pesawat yang besar. Butuh lahan seluas, paling tidak 50 meter kali 50 meter. Saya sudah mulai survei pesawat mana yang bisa saya dapat dan bagaimana cara membawanya nanti ke sini (Batam). Pesawat ini kan tidak bermesin lagi, jadi tidak

soaL kreativitas, BataM Baru Di Poin enaM

andri kurnianto, peMilik new t-obenk

Batam sebagai kota industri dan pariwisata sudah masuk dalam wadah yang namanya ekonomi kreatif. Berbagai kegiatan yang menandai itu sudah beberapa kali diselengga-

rakan di Batam, baik oleh Pemerintah Kepri maupun oleh Batam sendiri. Lantas menurut saya, Batam bisa menjadi kota kreatif karena banyak anak-anak muda yang kreatif dan

bagus.

bisa diterbangkan lagi. Saya punya pemikiran, pesawat ini bisa dibawa ke Batam setelah dipotong kecil-kecil, dikontainerkan, lalu dibawa dengan kapal.

Selain gagasan pribadi, saya juga punya gagasan untuk Pemerintah Kota Batam. Gagasan saya yaitu, pemerin-tah membuat satu tempat atau center bagi pelaku-pelaku bisnis kreatif dan UKM. Satu tempat untuk bisa berkumpul, berjualan, dan berinter-aksi. Berjualan produk-produk oleh-oleh dan kuliner serta hasil bumi dari Batam. Dengan begitu, wisatawan mudah untuk datang dan mendapatkan se-muanya. Ya oleh-oleh kaos misalnya, kue-kue, dan kerajinan tangan. Jadi wisatawan tidak kebingungan harus mencari ke Nagoya atau Batam Centre.

Gagasan lainnya, mungkin ini buat teman-teman pelaku bisnis oleh-oleh. Saya melihat, di Batam ada organisasi usaha travel, hotel, dan restoran. Seperti PHRI, Asita, tetapi organisasi pelaku bis-nis oleh-oleh belum ada, padahal di Batam banyak. Ide ini ada di kepala saya, hanya saja saya belum berani untuk membuat atau membentuk karena saya merasa masih be-lum ada apa-apanya, masih junior dibanding teman-teman yang lain. ***

k

Page 45: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

45 46 47

Investasi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Batam. Semakin banyak yang berinvestasi akan semakin maju perekonomian Batam. Dengan banyaknya yang berinvestasi tentunya banyak orang as-

ing dan tamu yang akan masuk ke Batam. Banyaknya tamu yang datang dan masuk ke Batam tentunya memberi pengaruh pada ‘jualan’ dan industri. Bukan hanya dunia pariwisata yang hidup, terutama

wisata MICE, tetapi industri kuliner di Batam juga akan hidup.

Dukungan PemerintahHarus Konkrit

R. W

isnu

War

dhan

a,Pe

mili

k N

ayad

am

amun selama ini, saya melihat wisatawan hanya transit saja di Batam. Jadi saya berharap, Batam nantinya benar-benar menjadi

daerah tujuan wisata utama. Sehingga bisa mempertahankan posisi nomor tiga sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan kalau bisa, Batam berada di posisi satu. Dengan posisi tiga besar saja, kunjungan wisatawan bisa mempengaruhi industri bisnis oleh-oleh.

Saya punya cita-cita ada event nantinya yang bisa membranding dan memudahkan

pelaku bisnis oleh-oleh untuk memasar-kan produknya. Ada satu hari bagi UKM,

terutama pelaku bisnis oleh-oleh, bisa berjualan di area di sekitar Pemko

Batam. Di jalan depan kantor Pem-ko Batam. Ini saya kira bersinergi

dengan rencana Pemko Batam untuk menjadikan Jalan Engku

Putri jadi satu jalur saat penyelenggaraan MTQ 2014 mendatang.

Event seperti ini dibu-tuhkan dan perlu dilaku-kan Pemko Batam. Tidak

hanya sekali dua kali, tetapi bisa sekali sem-inggu dan rutin. Ini bisa menjadi semacam

pesta UKM dan men-jadi destinasi wisata

nantinya. Saya sendiri sudah punya gagasan yang mengangkat industri-industri kecil sejak lama. Sejak 2010, saya menggandeng teman-teman pelaku UKM untuk menjual produknya di tempat saya. Ada 30 UKM dengan 60-70 produk yang bergabung dan menjual produknya di tempat saya.

Ini membuktikan bahwa Batam punya pelaku UKM yang kreatif dan bisa mengangkat pereko-nomian mereka, ekonomi Batam. Jadi saya tidak hanya mengangkat diri sendiri, tetapi juga pelaku UKM lainnya. Karena ini memang sudah menjadi tugas kami sebagai pelaku bisnis industri oleh-oleh. Saling mengangkat dan memperkenalkan produk-produk yang tentunya bisa mengenalkan Batam, inilah Batam.

Untuk itu butuh terobosan dari Pemerintah Kota Batam. Sejauh ini pemerintah atau dinas terkait sudah memberikan support. Namun perlu dukungan lebih besar lagi karena sulit untuk ber-tahan dan bisa survive. Ini tugas kami dan butuh dukungan pemerintah untuk menjadi provokator UKM.

Tidak hanya itu, saya juga berharap pemerin-tah bisa menjaga harga bahan baku tetap stabil karena itu berkaitan dengan keberlangsungan usaha kami. Kalau stabilitas harga bahan baku tidak terjaga, tentunya akan berdampak kepada kita semua. Bahan baku dari Indonesia sendiri lebih mahal sehingga ada bahan baku yang harus kita datangkan dari negara tetangga, Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Sejauh ini, usaha saya sendiri masih meng-gunakan bahan baku dari Batam. Tetapi pelaku bisnis oleh-oleh lainnya kadang harus mengimpor bahan baku. Ini kan artinya hanya memperkaya negara lain. Kalau bahan baku dari Indonesia sendiri bisa lebih murah, tentunya akan membuat kaya negeri kita sendiri.

Stabilitas keamanan dan ketertiban juga perlu dijaga. Kalau sering demo pastinya membuat mereka khawatir untuk datang ke Batam. Saya berharap tidak sering ada demo supaya investor tidak segan untuk masuk Batam menanamkan modalnya. Banyak tamu yang datang dan orang luar senang mengadakan MICE di Batam.

Ini semua berkaitan dengan keberlangsungan bisnis dan industri oleh-oleh kami. Berkaitan dengan ekonomi Batam. Dengan stabilitas yang terjaga, pastinya Batam akan semakin maju. ***

n

R. Wisnu Wardhana, Pemilik Nayadam

Page 46: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

46 47

Page 47: 28 - Edisi Khusus Ulang Tahun Batam Pos

EDISI 28, MInggu III AguStuS 2013

47

email: [email protected]

twitter: @majalahbp

facebook: majalahbatampos.co.id

Alamat Redaksi, Pemasaran, Iklan dan EO: Gedung Graha Pena Batam, Lantai 2,

telepon :(0778) 460000 (hunting), Fax (0778) 462162 dan (0778) 465111

Batam Center, Batam. Perwakilan Pekanbaru:

Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang KM 10,5 Telpon (0761) 64634 Fax (0761) 64638.

Perwakilan Jakarta: Gedung Indopos

Lt. 6 Jl. Kebayoran 12 Jakarta Selatan,Telp. 021 - 53699560, 021-5333046.

Perwakilan Tanjungpinang: Jalan Pramuka 3. Telepon (0771) 27714, 27715.

Perwakilan Tanjungbalai Karimun: Jalan A Yani, Sungai Lakam, Telpon (0777)

323686, Fax (0777) 323685. Rekening PT. Sijori Interbintana Pers, NISP;090.010.011377, BPD Riau

Cabang Batam Ac.00701.13.0044560.

PEmImPIn umum / gm: Hasan Aspahani

PEmImPIn REdAKsI: Muhammad Iqbal

WAKIL PEmImPIn REdAKsI: M. Riza Fahlevi

REdAKTuR PELAKsAnA:Muhammad Nur, Helmi YS (Desain)

AsIsTEn REdAKTuR PELAKsAnA: Agnes Damayanti.

REdAKTuR/EdITOR: Ahmadi, Hasanul Safri, Yermia Riezki,

Feni Ambaratih, Herry Dingin SembiringArrazy Aditya (Fotografer),

Muhammad Syahrir (Desain)Tonny Richardo (Desain)

REdAKTuR sEnIOR : Ade Adran Syahlan

Lisya Anggraini

sEKRETARIs REdAKsI : Ummy Kalsum

dITERbITKAn OLEh: PT sIJORI InTERbInTAnA PERswww.majalah.batampos.co.id

DARI SUDUT PANDANG LAIN

ChAIRmAnRida K Liamsi

CEOMakmur

dIREKTuR uTAmAMarganas Nainggolan

WAKIL dIRuTSocrates

PEmImPIn PERusAhAAn Usep Rahmat Saifullah

mAnAgER IKLAn Dewi Febsuri