document2

5
2. LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Banjir di Jakarta Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh manusia. Namun manusia dapat melakukan upaya-upaya tertentu untuk mengurangi resiko banjir. Di daerah permukiman kita bisa meningkatkan infiltrasi air ke tanah, misalnya kita tidak membuat talang air untuk mengalirkan air hujan langsung ke selokan, air hujan biarkan jatuh ke halaman rumah. menghimbau agar masyarakat tidak membuang sampah ke tempat penampungan air, mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang banjir, tidak melakukan penebangan hutan di DAS bagian hulu, melakukan pengerukan sedimen di daerah hilir. Banjir terjadi karena sumber-sumber air tidak mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang mencair, maupun air pasang sehingga air meluap melampaui batas-batas sumber air. Air yang meluap tersebut juga tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratan menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dan dalam waktu yang lama merupakan penyebab terjadinya banjir yang umum terjadi di seluruh dunia. Hingga awal abad ke-20, Kota Jakarta, yang waktu itu bernama Batavia, hanyalah daerah yang terletak di kiri kanan Sungai Ciliwung bagian hilir. Banjir pun hanya terjadi akibat meluapnya sungai tersebut. Ketika itu, luapan Ciliwung terjadi lebih sering akibat dibukanya kebun-kebun teh di daerah hulu. Pada awal tahun 1920-an digali saluran banjir, yang sekarang dikenal sebagai Banjir Kanal Barat. Saluran yang berawal dari Manggarai tersebut jalurnya melalui pinggir atau luar kota dan dibuat lebih besar dari ukuran Ciliwung yang asli. Dengan demikian, aliran banjir dapat mengalir ke laut tanpa menganggu Jakarta. Bahkan, lewat kota pun tidak. Kondisi yang baik ini bertahan selama sekitar empat puluh tahun. Pada awal tahun 1960-an, timbul masalah-masalah banjir baru yang membengkak dengan cepat.

Upload: amalia-grahani

Post on 16-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

w

TRANSCRIPT

2. LANDASAN TEORI

2.1 Peristiwa Banjir di Jakarta

Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh manusia. Namun manusia dapat melakukan upaya-upaya tertentu untuk mengurangi resiko banjir. Di daerah permukiman kita bisa meningkatkan infiltrasi air ke tanah, misalnya kita tidak membuat talang air untuk mengalirkan air hujan langsung ke selokan, air hujan biarkan jatuh ke halaman rumah. menghimbau agar masyarakat tidak membuang sampah ke tempat penampungan air, mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang banjir, tidak melakukan penebangan hutan di DAS bagian hulu, melakukan pengerukan sedimen di daerah hilir.

Banjir terjadi karena sumber-sumber air tidak mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang mencair, maupun air pasang sehingga air meluap melampaui batas-batas sumber air. Air yang meluap tersebut juga tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratan menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dan dalam waktu yang lama merupakan penyebab terjadinya banjir yang umum terjadi di seluruh dunia.

Hingga awal abad ke-20, Kota Jakarta, yang waktu itu bernama Batavia, hanyalah daerah yang terletak di kiri kanan Sungai Ciliwung bagian hilir. Banjir pun hanya terjadi akibat meluapnya sungai tersebut. Ketika itu, luapan Ciliwung terjadi lebih sering akibat dibukanya kebun-kebun teh di daerah hulu. Pada awal tahun 1920-an digali saluran banjir, yang sekarang dikenal sebagai Banjir Kanal Barat. Saluran yang berawal dari Manggarai tersebut jalurnya melalui pinggir atau luar kota dan dibuat lebih besar dari ukuran Ciliwung yang asli. Dengan demikian, aliran banjir dapat mengalir ke laut tanpa menganggu Jakarta. Bahkan, lewat kota pun tidak. Kondisi yang baik ini bertahan selama sekitar empat puluh tahun. Pada awal tahun 1960-an, timbul masalah-masalah banjir baru yang membengkak dengan cepat. Penyebabnya, Kota Jakarta telah bertumbuh pesat dan banyak daerah hunian baru yang berada di luar daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Daerah-daerah tersebut mengalami banjir akibat luapan sungai-sungai lain di dekatnya. Sungai-sungai tersebut, misalnya Kali Krukut, Grogol dan Cipinang-Sunter yang memang sering meluap. Tetapi, karena disekitarnya sebelumnya tidak ada perumahan, hal itu, tidaklah menjadi masalah. Selain itu, urbanisasi yang cepat dan banyaknya permukiman di daerah rendah yang tidak dilengkapi dengan sarana drainase yang cukup menjadi penyebab lainnya. Akibatnya, terjadi genangan karena hujan setempat tidak bisa keluar ke sungai atau ke laut.

2.2 Penyebab BanjirBencana alam, seperti banjir, yang terjadi pada tahun 2003 dan yang berlanjut sampai awal tahun 2004 kalau ditelusuri disebabkan oleh dua kelompok faktor yakni faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia dan faktor yang dapat dikendalikan manusia. Curah hujan kecepatan angin, dan geologi merupakan contoh faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Penelusuran faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa alam yang menimbulkan bencana dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ada faktor alamiah yang tidak bisa dikendalikan manusia, tetapi juga banyak faktor yang sebetulnya berasal dari intervensi manusia, termasuk arah kebijakan yang tidak tepat, pengelolaan DAS Ciliwung yang tidak lagi memenuhi kadah-kaidah konservasi lahan, Curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, angin kencang, gempa bumi, dan letusan gunung berapi merupakan contoh-contoh faktor alam yang tidak bisa dikendalikan manusia. Sedangkan masalah illegal logging di kawasan hutan, pemukiman, dan budidaya pertanian di lereng gunung merupakan bentuk intervensi yang sebetulnya dapat dikendalikan manusia.

Para pakar cuaca dari BMG dan ahli hidrologi dari Departemen Pekerjaan Umum menyatakan pada Januari-Februari 2004, curah hujan di Jakarta akan meningkat. Setidaknya tiga faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, sirkulasi udara dan angin yang melintasi Indonesia. Angin Munson Asia bertiup dari Asia ke Australia. Angin ini melalui Indonesia. Dan angin ini bertiup secara intensif pada bulan ini. Faktor kedua, kondisi perairan di Indonesia terjadi keadaan makro fisis dan mikro fisis. Ketiga, faktor global. El Nino dan La Nina yang berpengaruh pada cuaca Indonesia. Ketiga faktor ini selalu berfluktuasi. Oleh karena itu, iklim selalu akan berfluktuasi. Secara alami, pemicu banjir adalah curah hujan. Secara kuantitas memang sulit menentukan besarnya intensitas curah hujan tersebut. Sulitnya pengukuran disebabkan tidak meratanya hujan yang mengguyur Jakarta.

2.3 Wilayah Rawan Banjir

Curah hujan pada Januari-Februari 2005 diproyeksikan di atas normal. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi beberapa daerah di DKI Jakarta rawan banjir. Daerah rawan banjir dibagi menjadi dua kategori, yaitu daerah rawan banjir tinggi dan sedang. Yang termasuk daerah rawan banjir tinggi adalah Cengkareng Barat, Kedaung Kali Angke, Kapuk, Kelapa Gading Barat, Utan Kayu Selatan, Kayumanis, Balimester, Kampung Melayu, Pisangan Baru dan Cipinang Melayu. Sedangkan daerah rawan banjir sedang antara lain Pegadungan, Semanan, Kamal, Kapuk Muara, Desa Baru, Kebon Jeruk, Pademangan Barat, Menteng, Kuningan Barat, Rawa Barat, Gunung Sahari Selatan, Bungur, Senen, Tanah Tinggi, Kramat, Gondangdia, Tugu Selatan, Tugu Utara, Kebon2.4 Dampak Banjir

Banjir dari tahun ke tahun mengancam hampir semua wilayah di DKI Jakarta. Banjir terbesar memang terjadi pada siklus enam tahunan yang terakhir kali terjadi pada Januari 2002. Banjir kali ini sangat parah. Bahkan lebih parah dari tahun 1996. Kampung Melayu terendam hingga 2,5 meter, Kalibata 4 meter, sementara Cawang sampai 6 meter, dan masih banyak lagi daerah-daerah lainnya yang tenggelam seperti Bintaro, Kelapa Gading, Manggarai, dan lain-lain. Banjir merupakan bencana alam yang selalu merugikan kehidupan. Namun, banjir juga dapat menguntungkan bagi lingkungan. Oleh karena itu, banjir memberika dampak positif dan dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya. Dampak positif dari banjir adalah menyuburkan tanah di daerah sepanjang aliran karena banjir mengangkut tanah yang subur dari hulu. Adapun dampak negatifnya adalah korban yang meninggal hingga saat ini mencapai 14 orang, sementara pengungsi mencapai 365 ribu orang lebih, melumpuhkan kegiatan manusia, menghanyutkan tanaman dan lapisan humus tanah, merusak rumah dan harta benda, Menggenangi daerah pertanian, memutus hubungan transportasi, mengurangi persediaan air bersih.

Pencemaran bakteri coli. Sebelum banjir saja, akhir 1999, pengujian beberapa contoh air di kawasan Jakarta menunjukkan, air kolam (di pinggiran kota) sekitar 10.000 sel, air kolam di pertamanan 5.000-8.000 sel, kolam di bundaranHOTEL INDONESIAminimal 2.000 sel. Sedang pada sumur penduduk di tepi sungai di atas 10.000 sel. Pada sumur penduduk yang paling jauh dari sungai maksimum 1.000 sel. Air PAM Jakarta di sekitar kawasan kota mengandung kurang dari 5 sel dan air PAM yang masuk/ melalui permukiman kumuh antara 25-50 sel (karena kebocoran atau dibocorkan penduduk). Di keran-keran hotel-hotel umumnya antara 1-5 sel. Dampak dari banjir juga dapat mengakibatkan munculnya:1. Bakteri patogen terutama penyakit penyebab tipus, paratipus, kolera, disentri, selalu dijumpai di air selokan, sungai, dan tentu saja air banjir. Penyebabnya antara lain akibat air keruh, banyak kotoran manusia dan sampah yang membusuk.2. Bakteri penghasil toksin atau racun, yang sering menyebabkan keracunan makanan secara massal misalnya makanan katering di pesta atau pabrik. Bakteri ini tergolong aerobik seperti Pseudomonas ataupun anaerobik seperti Clostridium yang dapat mematikan.3. Jamur penghasil mikotoksin (racun jamur) yang di samping merupakan penyebab keracunan makanan, juga bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Ini bisa dilihat tumbuh pada tepung atau hasil olahannya yang berwarna kebiruan, kehijauan, atau warna lainnya.4. Curah hujan di kawasan hulu juga bisa membawa spora (bibit) jamur liar yang kemudian tumbuh di lapangan, kebun ataupun pekarangan rumah. Waspadai jamur ini karena beracun dan dapat mematikan kalau dimakan.5. Mikroba terutama bakteri yang menimbulkan terjadinya korosi pada berbagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga, rel kereta api, tiang dan kerangka jembatan, pipa PAM maupun pipa lainnya. Mikroba juga merusak tembok, yang diawali dengan tumbuhnya jamur berwarna gelap (hitam, biru, merah, hijau).