document2

39
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PLAY GROUP TRAJU MAS PURWOREJO KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Oleh: MAYLAN WULANDARI R0106067 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: opi-nean

Post on 10-Aug-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document2

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK

KASAR DAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN

DI PLAY GROUP TRAJU MAS PURWOREJO

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

MAYLAN WULANDARI

R0106067

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Document2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas SDM

yang baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik

maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak pada

usia dini (Narendra, 2002).

Gizi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih,

2002). Gizi diperlukan untuk memperbanyak dan memperbesar semua sel-sel

terutama sel otak. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek

negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,

menurunnya tingkat kecerdasan (IQ), dan terganggunya mental anak yang

berdampak langsung terhadap terganggunya pertumbuhan dan perkembangan

anak. Sebaliknya, makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat

menyebabkan obesitas yang mengganggu tumbuh kembang anak (As’ad, 2002).

Di Indonesia masalah gizi kurang masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Depkes RI (2008), prevalensi nasional gizi buruk di Indonesia tahun 2007 pada

balita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Di Jawa Tengah

sendiri jumlah kasus gizi buruk menurut Berat Badan/Umur (BB/U) selama tahun

2006 berjumlah 10.376 anak atau 0,52%, angka ini masih lebih rendah dari target

Page 3: Document2

2

nasional sebesar 3%. Jumlah kasus gizi buruk menurut kategori Berat

Badan/Tinggi Badan (BB/TB) pada tahun 2006 sebanyak 2.046 anak dengan

kematian 17 anak dan 1.108 anak dapat disembuhkan, sehingga sisa kasus

sebanyak 921 anak.

Soetjiningsih (2002) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi

perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal

sosial dan adaptif. Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan

penyimpangan/hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya

pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta upaya pemulihan

dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis

tumbuh kembang anak (Narendra, 2002).

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Provinsi Jawa Tengah bahwa angka

cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah mengalami

peningkatan dari 52,10% pada tahun 2004 menjadi 53,44% tahun 2005 dan 65%

tahun 2006. Walaupun demikian, cakupan tersebut masih di bawah target yang

diharapkan, yaitu lebih dari atau sama dengan 70% (Dinkes Jawa Tengah, 2006).

Dari hasil data Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI disebutkan

bahwa pada tahun 2006 wilayah Kabupaten Purworejo merupakan salah satu

wilayah yang belum mencapai target penimbangan balita di posyandu yaitu

73,40% dari target yang ingin dicapai 80% dengan prosentase balita dengan status

BGM (Bawah Garis Merah) 1,80%. Hal ini perlu menjadi perhatian karena belum

semua balita tercakup status gizinya. Sedangkan untuk persentase cakupan deteksi

Page 4: Document2

3

dini balita sebesar 59,65%. Angka ini lebih rendah dari target yang ingin dicapai

yaitu 80%.

Pemantauan tumbuh kembang balita dapat dilakukan di play group. Play

group Traju Mas Purworejo adalah play group terbesar di Kabupaten Purworejo

yang pada tahun 2010 memiliki jumlah anak didik 111 anak. Sedangkan anak

yang berusia 3 – 5 tahun berjumlah 60 anak. Status gizi dan perkembangan anak

didik di play group ini bervariasi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di play

group Traju Mas Purworejo sebagai bahan KTI dengan judul “Hubungan Status

Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus pada

Anak Usia 3 – 5 Tahun di play group Traju Mas Purworejo “.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Adakah hubungan antara

status gizi dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 3 – 5

tahun di play group Traju Mas Purworejo ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap

perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 3 – 5 tahun di

play group Traju Mas Purworejo .

Page 5: Document2

4

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur status gizi anak usia 3 – 5 tahun di play group Traju Mas

Purworejo.

b. Mengetahui tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia 3 – 5

tahun di play group Traju Mas Purworejo.

c. Mengetahui tingkat perkembangan motorik halus pada anak usia 3 – 5

tahun di play group Traju Mas Purworejo.

D. Manfaat Hasil Penelian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan, wawasan dan pengalaman penelitian di bidang gizi dan

kesehatan serta perkembangan anak.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Masyarakat

Dapat memberi informasi tentang gizi dan perkembangan anak sehingga

dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat terhadap gizi

dan perkembangan anak.

b. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat

berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan gizi

dan perkembangan anak.

Page 6: Document2

5

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang status gizi dan perkembangan anak sudah pernah dilakukan,

diantaranya :

1. Tesis oleh Titik Sri Hartini yang berjudul Pengaruh Modal Sosial Terhadap

Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Kedungtuban Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora, penelitian ini menyimpulkan, modal sosial

merupakan faktor yang memiliki peran terhadap status gizi balita setelah

mengendalikan pengaruh sejumlah faktor perancu, yaitu tingkat pendidikan,

pekerjaan ibu, umur ibu, jumlah anak dan pendapatan keluarga.

2. Skripsi oleh Ariesta Ayu Hartanti yang berjudul Perbedaan Status Gizi dan

Perkembangan Anak Balita yang Dibesarkan di Panti Asuhan dengan yang

Dibesarkan Lingkungan Keluarganya di Surakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara status gizi anak balita

yang dibesarkan di panti asuhan dengan anak balita yang dibesarkan di

lingkungan keluarganya. Namun, tidak ada perbedaan bermakna antara

perkembangan anak balita yang dibesarkan di panti asuhan dengan anak balita

yang dibesarkan di lingkungan keluarganya.

Terdapat perbedaan dalam KTI ini dengan penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya, perbedaan tersebut mengenai waktu, variabel, responden, tempat

penelitian dan penatalaksanaan penelitian tersebut.

Page 7: Document2

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Gizi Pada Anak

Menurut As’ad (2002), makanan bergizi memegang peranan penting

dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga

kebutuhan gizinya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan

bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Sebaliknya, makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat

menyebabkan obesitas.

Kebutuhan zat gizi pada anak usia 3 – 5 tahun adalah sebagai berikut :

kebutuhan energi sekitar 90 – 95 kkal/kg BB, kebutuhan protein 0,81

gram/kg BB atau 1,01 gr protein susu atau telur per kg BB/hari, kebutuhan

lemak 20 % energi total harus berasal dari lemak, kebutuhan karbohidrat

50 % energi total berasal dari karbohidrat (As’ad, 2002).

2. Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Menurut Arsad (2006), status gizi anak adalah keadaan kesehatan

anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat

gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak

fisiknya diukur secara antropometri.

Page 8: Document2

7

b. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), ada beberapa cara melakukan penilaian

status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan

pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.

Untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk

indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status

gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan

yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2002).

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980) yang dikutip oleh

Supariasa (2002), batasan umur digunakan adalah tahun umur

penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan

bulan usia penuh (Completed Month). Sebagai contoh umur 4 bulan

5 hari dihitung 4 bulan dan umur 3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan.

2) Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,

dan dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak

pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil

peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,

Page 9: Document2

8

antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya

(Supariasa, 2002).

Perlu diketahui bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari

sebagai akibat masukan (intake) makanan dan minuman, dengan

keluaran (output) melalui urin, feses, keringat, dan nafas. Besarnya

fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat

individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000

gram bahkan lebih (Soetjiningsih, 1998).

Formula untuk menentukan berat badan anak balita usia 3-5

tahun dirumuskan oleh Abdoerrachman (1998) dalam As’ad

(2002), adalah : 8 + 2 x umur (tahun) Kg.

3) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan

yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui

dengan tepat. Tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,

karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan

(Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa, 2002).

Rumus untuk menghitung tinggi badan untuk anak usia 3-5

tahun menurut Abdoerrachman (1998) dalam As’ad (2002) adalah :

80 + 5 x umur (tahun) Cm.

c. Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran

terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan

Page 10: Document2

9

umur. Salah satu indeks antropometri yang sering digunakan dalam

pengukuran status gizi anak adalah BMI (Body Mass Index) atau IMT

(Indeks Massa Tubuh).

1) Pengertian BMI

BMI adalah perhitungan yang menggunakan tinggi badan dan berat

untuk memperkirakan berapa banyak lemak tubuh. BMI dihitung

dengan menggunakan tinggi anak dan berat badan menggunakan

rumus sederhana, atau sebuah kalkulator BMI, atau dengan merujuk

pada roda BMI atau tabel BMI. Meskipun tidak mengukur lemak

tubuh, BMI dapat digunakan untuk menentukan obesitas pada anak.

BMI biasanya digunakan untuk mendeteksi anak-anak yang kelebihan

berat badan, namun BMI juga dapat menentukan berat badan anak

yang memiliki kekurangan berat badan (Vincent, 2008).

2) Cara Menghitung BMI

Cara menghitung BMI menurut Vincent (2008) adalah sebagai

berikut:

(a) Menimbang anak

(b) Mencatat berat anak dalam Kilogram

(c) Mengukur tinggi anak

(d) Mencatat tinggi badan anak dalam Meter

(e) Masukkan berat badan anak dan tinggi badan anak ke dalam

rumus BMI :

BMI = [berat badan / (tinggi x tinggi)]

Page 11: Document2

10

Masukkan hasil perhitungan BMI pada BMI persentil atau BMI

tabel untuk menentukan interpretasi BMI anak.

Hitung BMI dan temukan persentil BMI anak pada Grafik BMI

Anak Perempuan atau Grafik BMI Anak Laki-Laki yang sesuai.

Tentukan usia anak di bawah grafik pertumbuhan BMI, ikuti

baris atas sampai melintasi garis horizontal yang memenuhi BMI

anak. Perhatikan kurva yang memotong kedua garis, itu adalah

hasil persentil BMI. Sebagai contoh, pada tabel BMI anak itu,

Anda dapat melihat bahwa seorang anak 13 tahun dengan BMI

17 adalah di persentil 25 untuk BMI untuk anak seusianya.

3 ) Kategori BMI anak :

Tabel 1.1 Kategori BMI anak usia 2 – 20 tahun

No. Sebutan Status Gizi Batas Pengelompokan

1. Sangat Kurus < - 3 SD2. Kurus < = - 3 SD sampai dengan < - 2 SD3. Normal > = - 2 SD sampai dengan < = 2 SD4. Gemuk > 2 SD sampai dengan < = 3 SD5. Obesitas > 3 SD

Sumber : WHO (2005)

3. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh kembang merupakan satu kesatuan yang mencerminkan

berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Seluruh

perubahan tersebut merupakan proses dinamis yang menekankan

beberapa dimensi yang saling terkait. Menurut Roberts (2001)

Page 12: Document2

11

perkembangan adalah penambahan yang progresif dari keterampilan

dan kemampuan di berbagai aspek, yaitu motorik (motorik kasar dan

motorik halus), bahasa/komunikasi (penerimaan, ekspresi, artikulasi),

kognitif, dan adaptasi sosial.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

(Narendra, 2002).

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Soetjiningsih, 1998) :

1) Faktor internal

a) Perbedaan ras/etnik atau bangsa

Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak

mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang Indonesia

(Soetjiningsih, 1998).

b) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi dan keluarga yang

gemuk-gemuk (Soetjiningsih, 1998).

c) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja (Rusmil, 2002).

Page 13: Document2

12

d) Kelainan genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil

akhir proses tumbuh kembang. Melalui instruksi genetik yang

terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat

ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan (Soetjiningsih,

1998).

e) Kelainan kromosom

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan (Hardinge dan Harold, 2002).

2) Faktor eksternal/lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan

lingkungan biologi, fisik, psikologi dan sosial yang mempengaruhi

individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya

(Soetjiningsih, 1998).

a) Faktor prenatal

(1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir

kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin

(Soetjiningsih, 1998).

(2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital (Soetjiningsih, 1998).

Page 14: Document2

13

(3) Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka

terhadap zat-zat teratogen. Demikian pula dengan ibu

hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering

melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat

atau retardasi mental (Narendra, 2002).

(4) Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada

pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormone

plasenta, hormone tiroid, insulin dan peptida-peptida lain

dengan aktivitas mirip insulin (Insulin-like growth

factors/IGFs) (Narendra, 2002).

(5) Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu

dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak,

mikrosefali atau cacat bawaan lainnya (Soetjiningsih,

1998).

(5) Infeksi

Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat

bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes Simplex) (Narendra, 2002).

Page 15: Document2

14

(7) Kelainan imunologi

Rhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan

abortus, hidrops fetalis, kern ikterus atau lahir mati

(Soetjiningsih, 1998).

(8) Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada

plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir

rendah (Soetjiningsih, 1998).

(9) Psikologis ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau

kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain

(Soetjiningsih, 1998).

b) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan

asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak

(Soetjiningsih, 1998).

c) Faktor pascanatal

(1) Gizi

Pada masa kritis anak harus mendapat gizi yang esensial

yang memadai dan adekuat serta pada semua bayi

dianjurkan untuk mendapat ASI (Narendra, 2002).

Page 16: Document2

15

(2) Penyakit kronis/kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan yang

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani

(Soetjiningsih, 1998).

(3) Lingkungan fisis dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar

matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan

anak (Narendra, 2002).

(4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang di sekitarnya

(Soetjiningsih, 1998).

(5) Endokrin

Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak

menjadi kerdil (Soetjiningsih, 1998).

(6) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan

ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak

(Narendra, 2002).

(7) Lingkungan pengasuhan

Pembinaan tumbuh kembang anak anak berawal dan

berdasar pada lingkungan rumah. Pembinaan harus

Page 17: Document2

16

dimulai sejak dini. Lingkungan luar rumah sangat penting

untuk pengembangan pribadi anak, namun ia tetap

bertolak dari dasar-dasar yang ditanamkan oleh orang tua

dalam keluarga (Hardinge, 2005).

(6) Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh

kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang

terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat

stimulasi (Soetjiningsih, 1998).

(7) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf pusat yang

menyebabkan terhambatnya produksi hormone

pertumbuhan (Narendra, 2002).

c. Pemantauan Perkembangan

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan

rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga

perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat

dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang

tuanya/orang dewasa lainnya (Soetjiningsih, 1998).

Page 18: Document2

17

Frankenburg dkk (1981) dalam Soetjiningsih (1998)

mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam

menilai perkembangan anak balita yaitu:

1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak

(makan sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain),

berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya, dan sebagainya (Rusmil, 2008).

Tabel 1.2 Perkembangan perilaku sosial anak 3 - 5 tahun

Usia Perkembangan36 bulan(3 tahun)

Mengalami peningkatan tentang perhatianDapat menyiapkan makan sederhana seperti sereal dan susu dinginDapat membantu mengatur meja, dapat mengeringkan piring tanpa pecahMerasa takut, khususnya pada kegelapan dan pergi tidurMengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain

48 bulan(4 tahun)

Sangat mandiri dan cenderung keras kepala dan tidak sabarAgresif secara fisik dan verbalMendapat kebanggaan dan pencapaianMemamerkan secara dramatis, menikmati pertunjukan orang lainMasih mempunyai banyak rasa takut

60 bulan(5 tahun)

Kurang memberontak dibandingkan sewaktu berusia 4 tahunLebih tenang dan berhasrat menyelesaikan urusanPikiran dan perilaku cenderung lebih tertutup daripada tahun-tahun sebelumnyaMandiri, dapat dipercaya, tidak kasar, lebih bertanggung jawabMengalami sedikit rasa takut

Sumber : Wong DL, 2004

Page 19: Document2

18

2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk

menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain (Wong, 2004).

Tabel 1.3 Perkembangan gerakan motorik halus anak 3 - 5 tahun

Usia Perkembangan36 bulan(3 tahun)

Menyusun menara dari 9 balokMeniru pembuatan jembatan dari 3 buah kubusSecara benar memasukkan biji-bijian dalam botol berleher sempitMeniru membuat gambaran lingkaran, menyebutkan apa yang telah digambarkan

48 bulan(4 tahun)

Menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garisDapat memasang sepatu, tetapi tidak mampu mengikat talinyaDapat menggambar menjalin bentuk kotak, menjiplak garis silang dan permata, menambah tiga bagian pada gambar jari

60 bulan(5 tahun)

Mengikat tali sepatuMenggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil dengan sangat baikDalam menggambar meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan 7-9 bagian gambar garis, mencetak beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan

Sumber : Wong DL, 2004

3) Language (bahasa)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk

memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,

melakukan perintah dan sebagainya (Rusmil, 2008). Bahasa

mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran

Page 20: Document2

19

dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain.

Bicara bergantung pada perkembangan mental dan motorik anak

(Hurlock, 1997).

Tabel 1.4 Perkembangan bahasa pada anak 3 - 5 tahun

Usia Perkembangan36 bulan(4 tahun)

Mempunyai perbendaharaan ± 900 kataMenggunakan bicara “telegrafik”Menggunakan kalimat lengkap dari 3 sampai 4 kataBicara tanpa berhenti tanpa peduli apakah seseorang memperhatikannyaMengulang kalimat dari 6 suku kataMengajukan banyak pertanyaan

48 bulan(4 tahun)

Mempunyai perbendaharaan 1500 kata atau lebihMenggunakan kalimat dari empat sampai lima kataMengetahui lagu sederhanaMenyebut satu atau lebih warna

60 bulan(5 tahun)

Mempunyai perbendaharaan kata ± 2100 kataMenggunakan kalimat dengan6 sampai 8 kata, dengan semua bagian bicaraMenyebutkan empat atau lebih warnaMenggambarkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar dan menyebutkan satu per satu Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu.

Sumber : Wong DL,2004

4) Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

yang melibatkan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun

tangga dan sebagainya (Wong, 2004).

Page 21: Document2

20

Tabel 1.5 Perkembangan gerakan motorik kasar anak 3 - 5 tahun

Usia Perkembangan36 bulan(3 tahun)

Mengendarai sepeda roda tigaMelompat dari langkah dasar dan melompat panjangBerdiri dengan satu kaki untuk beberapa detikMenaiki tangga dengan kaki bergantian, dapat tetap turun dengan menggunakan kedua kaki untuk melangkah

48 bulan(4 tahun)

Melompat dan meloncat dengan satu kakiMenangkap dan melempar bola dengan tepatMelempar bola dengan gantian tanganBerjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian

60 bulan(5 tahun)

Meloncat dan melompat dengan kaki bergantian Melempar dan menangkap bola dengan baikMeloncat ke atasBerjalan mundur dengan tumit dan jari kakiKeseimbangan pada kaki bergantian dengan mata tertutup

Sumber : Wong DL, 2004

d. Skrining Perkembangan Anak Menggunakan Denver II

Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk

mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih

intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak

terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada.

Skrining digunakan untuk deteksi dini kelainan perkembangan anak,

agar diagnosis dan pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga

tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin

(Soetjiningsih, 1998).

Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda-beda,

namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang

perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Penilaian

perkembangan anak meliputi identifikasi masalah-masalah

Page 22: Document2

21

perkembangan anak dengan screening

(skrining/penapisan/penjaringan) dan surveillance ukuran standar atau

non standar, yang juga digabungkan dengan informasi tentang

perkembangan sosial, riwayat keluarga, riwayat medik dan hasil

pemeriksaan mediknya (Narendra , 2002).

Tes yang paling sering digunakan untuk menilai perkembangan

anak adalah Denver Developmental Screening Test-II (Denver II).

Denver II memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode

skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat

diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi (Soetjiiningsih,

1998).

1) Aspek perkembangan yang dinilai

Terdapat 125 tugas perkembangan untuk semua aspek

perkembangan. Menurut Soetjiningsih (1998) semua tugas

perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan

diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan,

yang meliputi : personal social (perilaku sosial), fine motor

adaptive (gerakan motorik halus), language (bahasa) dan gross

motor (gerakan motorik kasar).

2) Alat yang dipergunakan dalam pengukuran perkembangan

a) Alat peraga meliputi benang wool merah, kismis atau manik-

manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak,

botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil.

Page 23: Document2

22

b) Lembar formulir Denver II.

c) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara

melakukan tes dan cara penilaiannya.

3) Prosedur Denver II terdiri dari dua tahap antara lain (Soetjiningsih,

1998) :

a) Tahap pertama, secara periodik dilakukan pada semua anak

yang berusia;

(1) 3 – 6 bulan

(2) 9 – 12 bulan

(3) 18 – 24 bulan

(4) 3 tahun

(5) 4 tahun

(6) 5 tahun

b) Tahap kedua, dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya

hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian

dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

4) Cara pemeriksaan Denver II (Soetjiningsih, 1998):

a) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak

yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan

dan 12 bulan untuk satu tahun.

b) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke

bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke

atas.

Page 24: Document2

23

c) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis

horisontal tugas perkembangan pada formulir Denver II.

d) Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan

garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus

dan personal sosial. Setelah itu dihitung pada masing-masing

sektor, berapa yang P (Pass) dan berapa yang F (Fail).

e) Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam:

Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

5) Penilaian

Melakukan skoring pada item sebagai berikut

(Soetjiningsih, 1998) :

(1) “P” untuk Pass

Anak sukses melakukan item tersebut atau care giver

melaporkan bahwa anak dapat melakukan item tersebut.

(2) “F” untuk Fail

Anak tidak dapat melakukan item tersebut atau care giver

melaporkan bahwa anak tidak dapat melakukan item

tersebut.

(3) “N.O” untuk No Opportunity

Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item

tersebut.

(4) “R” untuk Refusal

Anak menolak untuk mencoba item tersebut.

Page 25: Document2

24

Klasifikasi hasil tes (Soetjiningsih, 1998) :

(1) Abnormal

- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2

sektor atau lebih

- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih

keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak

ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

garis vertikal usia.

(2) Meragukan

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau

lebih.

- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada

yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis

vertikal usia.

(3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes

menjadi abnormal atau meragukan.

(4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Page 26: Document2

25

4. Pengaruh Status Gizi Terhadap Perkembangan Anak

Berbagai faktor baik genetik maupun lingkungan yang begitu

majemuk mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak sejak masa

prenatal, perinatal dan postnatal. Diluar faktor-faktor lain yang

berpengaruh, upaya peningkatan kualitas tumbuh kembang anak terutama

setelah postnatal sangat bergantung pada gizi (As’ad, 2002).

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa anak

yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan

progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding mereka

yang tidak mendapat ASI (Arsad, 2009).

Selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuhan terhadap kalori relatif

besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan.

Anak-anak menggunakan energi yang besar untuk melakukan aktivitas

motoriknya. Untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas tersebut, anak

memerlukan asupan makanan/gizi yang lebih (Wong DL, 2009). Anak

yang mengalami kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan anak

lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Sebaliknya, anak yang mengalami kelebihan

makanan bergizi akan menyebabkan obesitas yang menyebabkan anak

tersebut cenderung tidak aktif, dan akhirnya akan mengganggu tumbuh

kembangnya (As’ad, 2002).

Page 27: Document2

26

Jadi, status gizi anak yang baik akan mempengaruhi syaraf-syaraf anak

agar dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya sebagai satu

kesatuan keterampilan yang harus dicapai.

Page 28: Document2

27

B. Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka konseptual model hubungan status gizi terhadap

perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di

play group Traju Mas Purworejo.

Status Gizi

PERKEMBANGAN

Personal Sosial

Motorik Kasar

Motorik Halus

Bahasa

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Lingkungan

Stimulasi

Penyakit Kronis dan Kelainan Perkembangan

Page 29: Document2

28

C. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara status gizi terhadap perkembangan motorik halus

dan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di play group Traju Mas

Purworejo.

Page 30: Document2

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

yang bersifat analitik dengan pendekatan teknik pengambilan data secara cross

sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di play group Traju Mas Purworejo pada bulan

Mei – Juni 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2003).

1. Populasi Target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang

parameternya akan diketahui melalui penelitian. Dalam penelitian ini yaitu

anak usia 3 – 5 tahun.

2. Populasi Aktual adalah bagian dari populasi target tempat sampel

diambil. Dalam penelitian ini yaitu peserta didik berusia 3-5 tahun di play

group Traju Mas Purworejo yang berjumlah 60 anak.

Page 31: Document2

30

D. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini sampel diambil dari

sebagian anak yang terdaftar di play group Traju Mas Purworejo yang ada

pada saat penelitian dilakukan, yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah anak

didik yang berumur 3-5 tahun adalah 60 anak. Subjek yang memenuhi kriteria

inklusi berjumlah 34 anak.

Dalam penelitian ini bentuk teknik sampling yang akan digunakan adalah

total sampling.

E. Kriteria Restriksi (Inklusi dan Eksklusi)

1. Kriteria inklusi

Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

a. Anak yang berumur 3-5 tahun yang mengikuti pendidikan di play

group Traju Mas Purworejo pada saat dilakukan penelitian.

b. Anak dalam keadaan sehat dan bisa beraktifitas seperti biasa (dari

dokumen data pribadi siswa, didapatkan keterangan bahwa anak tidak

sedang menderita penyakit kronis/kelainan kongenital dan tidak sedang

mengalami keterlambatan perkembangan).

2. Kriteria eksklusi

Pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Subyek menolak berpartisipasi dalam penelitian.

Page 32: Document2

31

F. Definisi Operasional Variabel

Variabel mengandung pengertian perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2003).

a. Variabel Independen

Adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan

stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu

dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2003).

Dalam penelitian ini variabel independen adalah status gizi pada anak

usia 3-5 tahun.

Alat ukur : - Pengukuran BB dengan timbangan injak bermerk

GEA dengan satuan Kilogram dengan ketelitian 0,1

kg.

- Pengukuran TB dengan mikrotoise bermerk Stanley

Mabo dengan satuan Centimeter dengan ketelitian 0,1

cm.

- Umur dihitung berdasarkan bulan

- Cara penyajian nilai indeks antropometri

menggunakan cara perhitungan BMI dengan rumus :

BMI = [berat badan / (tinggi x tinggi)]

Penilaian : Menggunakan tabel BMI untuk anak laki-laki dan anak

perempuan

Page 33: Document2

32

Interpretasi status gizi menurut BMI menurut WHO

(2005) :

- Sangat Kurus

- Kurus

- Normal

- Gemuk

- Obese

Dari hasil interpretasi status gizi menurut WHO diatas,

berikutnya status gizi anak digolongkan menjadi :

- Normal

- Tidak Normal

Skala : Nominal

b. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini variabel dependen adalah perkembangan

motorik halus dan motorik kasar anak balita usia 3-5 tahun yang diukur

dengan lembar Denver Development Screening Test II (Denver II).

Alat ukur : Observasi dengan Denver II

Cara Penilaian : Untuk hasil observasi, motorik halus dan motorik

kasar , interpretasinya adalah :

(1) Abnormal

- Bila didapatkan 2 atau lebih

keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

Page 34: Document2

33

- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan

2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor

atau lebih dengan 1 keterlambatan dan

pada sektor yang sama tersebut tidak ada

yang lulus pada kotak yang berpotongan

dengan garis vertikal usia.

(2) Meragukan

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2

keterlambatan atau lebih

- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama

tidak ada yang lulus pada kotak yang

berpotongan dengan garis vertikal usia.

(3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang

menyebabkan hasil tes menjadi abnormal

atau meragukan.

(4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria

di atas.

Skala : Ordinal

Page 35: Document2

34

G. Instrumentasi Penelitian

Instrumen (alat bantu) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat Pengukur TB & BB

Alat yang digunakan yaitu alat pegukur berat badan balita yaitu

timbangan injak dengan merk GEA bersatuan Kilogram, pita pengukur

tinggi badan dengan merk Stanley Mabo bersatuan Centimeter, dan

sedangkan untuk umur dihitung dengan bulan.

2. Formulir Biodata Anak

Formulir berisi identitas anak, data hasil pengukuran antopometri,

informasi tentang kesehatan dan perkembangan anak.

3. Tabel BMI menurut Umur Balita 0-60 Bulan

Tabel nilai BMI untuk balita laki-laki dan balita perempuan yang

berumur 0-60 bulan.

4. Lembar Formulir Denver II (Denver Development Screening Test II)

Lembar Denver II berisi 125 tugas perkembangan yang digunakan

untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Perkembangan anak pada

fase awal dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu perilaku

sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar. Pada penelitian ini,

fokus penilaian perkembangan adalah pada perkembangan motorik kasar

dan motorik halus anak.

Page 36: Document2

35

5. Alat Peraga Denver II

Alat peraga yang digunakan sesuai tugas perkembangan untuk anak

usia 3 – 5 tahun meliputi kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas

dan pensil.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada pembimbing penelitian dan

pihak pendidikan Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kemudian dilanjutkan ke

permohonan ijin kepada kepala yayasan play group Traju Mas Purworejo.

Setelah mendapat persetujuan dari pihak terkait, peneliti mulai melakukan

penelitian.

2. Penilaian status gizi dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung

berat badan, tinggi badan dan umur anak balita. Kemudian setelah

didapatkan nilai real dihitung menggunakan formula BMI dan dicocokan

dengan tabel BMI untuk mengklasifikasikan pada hasil status gizi anak.

a. Cara menimbang balita dengan menggunakan timbangan berdiri :

1) Meletakkan timbangan di atas lantai yang datar.

2) Sebelum dipakai pastikan jarum timbangan berada di angka 0

(nol).

Page 37: Document2

36

3) Pakaian anak dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang

cukup tebal harus ditangglkan kemudian anak berdiri diatas

timbangan.

4) Tentukan berat badan anak dengan membaca angka yang

ditunjukkan oleh posisi jarum timbangan kemudian mencatat hasil

penimbangan.

b. Cara mengukur tinggi badan dengan posisi berdiri :

1) Memasang mikrotoise, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Pilihlah lantai yang rata dan dinding yang memenuhi syarat-

syarat berikut :

(1) Dinding harus rata dan tegak lurus dengan lantai (90

derajat)

(2) Bagian dinding yang rata tidak kurang dari lebar bahu anak

(= 25 cm)

b) Letakkan mikrotoise pada lantai, rapatkan ke dinding,

kemudian tariklah ujung pita sampai petunjuk pada mikrotoise

tepat pada angka nol.

c) Palulah ujung pita pada tempat yang telah disediakan dengan

kuat.

2) Melakukan pengukuran tinggi badan anak :

a) Sewaktu diukur, anak tidak boleh memakai alas kaki (sepatu,

sandal, dsb) dan penutup kepala (topi, dll).

Page 38: Document2

37

b) Anak berdiri membelakangi dinding dengan pita meteran

berada di tengah bagian kepala.

c) Posisi anak harus berdiri tegak bebas.

d) Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke badan.

e) Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak rapat.

f) Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding

g) Anak menghadap dengan pandangan lurus ke depan.

h) Turunkan mikrotoise sampai menyentuh tepat pada bagian atas

kepala. Pastikan sisi mikrotoise tetap menempel rapat di

dinding.

i) Baca petunjuk pada mikrotoise dari arah depan tegak lurus

dengan mikrotoise, dan kemudian catat hasil pengukuran.

3. Setelah selesai pengukuran antropometri anak, selanjutnya dilakukan

penilaian Denver II, apabila lulus diberi tanda P(Passed), bila anak

tersebut gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut diberi tanda F

(Failed), bila tidak dapat kesempatan untuk melakukan tugas diberi tanda

N.O (No Opportunity) dan bila anak tidak mau untuk melakukan tugas

diberi tanda R (Refusal).

4. Setelah semua data terkumpul peneliti mengolah data dan mencatat hasil

pelaksanaan penelitian.

Page 39: Document2

38

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis statistik kuantitatif. Untuk mengukur tingkat atau

eratnya hubungan antar variabel digunakan analisa Chi Kuadrat. Penghitungan

nilai koefisien Chi Kuadrat dengan tingkat kemaknaan 0,05 pada tingkat

kepercayaan 95 % dan diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Pedoman penafsiran koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

(Sugiyono, 2009)