254-524-1-pb

5
Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 2 | 2014 120 Siklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum Muhammad Rizar Z. 1) , Agung Pramana W.M. 1) , Gatot Ciptadi 3) 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya 2) Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyapihan dini pada masa post partum terhadap siklus estrus induk kambing peranakan Boer F1 (Crossbreed Boer dan PE). Selama post partum, regulasi siklus estrus akan dihambat oleh prolaktin dan oksitosin yang dipengaruhi oleh mekanisme suckling. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 9 ekor induk kambing dalam 3 kelompok yakni kelompok penyapihan selang waktu 42 hari post partum (PP), 56 hari post partum (PP), dan 91 hari post partum sebagai kontrol. Pengamatan siklus estrus dengan menggunakan vaginal smear. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dengan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interval siklus estrus kedua pasca sapih pada induk kambing kontrol saat fase proestrus adalah 2 hari, fase estrus selama 2 hari, fase metestrus selama 2 - 3 hari, dan fase diestrus terjadi selama 14 - 15 hari. Selain itu siklus estrus pertama pasca sapih pada perlakuan penyapihan 42 hari (6 minggu), 56 hari (8 minggu), dan kontrol pada selang 91 hari (13 minggu) post partum adalah berkisar 16,7 ± 2,65 hari, 17,7 ± 1,53 hari , dan 10,3 ± 3,06 hari. Sedangkan siklus estrus kedua pasca sapih secara berturut – turut adalah berkisar 18 ± 1 hari, 19 ± 1,73 hari, dan 20,7 ± 1,58 hari. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (p>0,05) antar semua kelompok pada siklus estrus pertama pasca sapih. Kesimpulannya, interval siklus estrus kedua pasca sapih pada kelompok induk kambing sapih 42 hari PP adalah 18 hari dan sapih 56 hari PP adalah 19 hari dan kontrol rata – rata berkisar 20,7 hari. Kata kunci : Alergi pencernaan, B220 + IgE + , Dioscorea alata L., immunomodulator ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of early weaning on postpartum period against to estrous cycle of the Boer F1 goats (Crossbreed Boer and PE). During the postpartum period, the regulation of the estrous cycle inhibited by prolactin and oxytocin are influenced by suckling mechanism. This study used a sample of 9 breeding goats into 3 groups; the groups are weaning interval of 42 days post partum (PP), 56 days post partum (PP) and 91 days post partum as a control. Observation of the estrous cycle using vaginal smears. Data were analyzed using the Kruskal Wallis test with descriptive qualitative approach. The results showed that second estrous cycle of post weaning in control at proestrous phase for 2 days, estrous phase for 2 days, metestrous phase for 2-3 days, and diestrous phase occurred during 14-15 days. In addition, the first estrous cycle at weaning of interval 42 days (6 weeks), 56 days (8 weeks), and control that interval of 91 days (13 weeks) post partum is the range 16.7 ± 2.65 days, 17.7 ± 1.53 days, and 10.3 ± 3.06 days. While the second estrous cycle of post weaning, respectively also is the range 18 ± 1 days, 19 ± 1.73 days, and 20.7 ± 1.58 days. The result showed that there was no significant difference (p> 0.05) among all groups on the first estrous cycle of post weaning. In conclusion, the interval of second estrous cycle of post weaning in interval of 42 days PP for 18 days, interval of 56 days PP for 19 days and control has average for 20.7 days. Keywords : Estrous, Post Partum, Vaginal Smear PENDAHULUAN Kambing merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging dan susu yang unggul. Kambing yang produktif dapat dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan, calving interval dan mortalitas [1]. Peningkatan produktivitas kambing salah satunya dapat dilakukan dengan manajemen terhadap induk kambing post partum. Induk kambing yang telah beranak (post partum) akan mengalami perubahan morfologi pada uterus sehingga dapat menghambat performa reproduksi dan fertilitas induk. Saat post partum, uterus berkontraksi dan mengalami

Upload: nailatul-izza-humammy

Post on 23-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jurnal perhew

TRANSCRIPT

  • Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 2 | 2014 120

    Siklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa

    Post Partum Muhammad Rizar Z. 1), Agung Pramana W.M. 1) , Gatot Ciptadi 3)

    1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya 2)Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyapihan dini pada masa post partum terhadap siklus estrus induk kambing peranakan Boer F1 (Crossbreed Boer dan PE). Selama post partum, regulasi siklus estrus akan dihambat oleh prolaktin dan oksitosin yang dipengaruhi oleh mekanisme suckling. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 9 ekor induk kambing dalam 3 kelompok yakni kelompok penyapihan selang waktu 42 hari post partum (PP), 56 hari post partum (PP), dan 91 hari post partum sebagai kontrol. Pengamatan siklus estrus dengan menggunakan vaginal smear. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dengan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interval siklus estrus kedua pasca sapih pada induk kambing kontrol saat fase proestrus adalah 2 hari, fase estrus selama 2 hari, fase metestrus selama 2 - 3 hari, dan fase diestrus terjadi selama 14 - 15 hari. Selain itu siklus estrus pertama pasca sapih pada perlakuan penyapihan 42 hari (6 minggu), 56 hari (8 minggu), dan kontrol pada selang 91 hari (13 minggu) post partum adalah berkisar 16,7 2,65 hari, 17,7 1,53 hari , dan 10,3 3,06 hari. Sedangkan siklus estrus kedua pasca sapih secara berturut turut adalah berkisar 18 1 hari, 19 1,73 hari, dan 20,7 1,58 hari. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (p>0,05) antar semua kelompok pada siklus estrus pertama pasca sapih. Kesimpulannya, interval siklus estrus kedua pasca sapih pada kelompok induk kambing sapih 42 hari PP adalah 18 hari dan sapih 56 hari PP adalah 19 hari dan kontrol rata rata berkisar 20,7 hari. Kata kunci : Alergi pencernaan, B220+IgE+, Dioscorea alata L., immunomodulator

    ABSTRACT

    The purpose of this study was to determine the effect of early weaning on postpartum period against to estrous cycle of the Boer F1 goats (Crossbreed Boer and PE). During the postpartum period, the regulation of the estrous cycle inhibited by prolactin and oxytocin are influenced by suckling mechanism. This study used a sample of 9 breeding goats into 3 groups; the groups are weaning interval of 42 days post partum (PP), 56 days post partum (PP) and 91 days post partum as a control. Observation of the estrous cycle using vaginal smears. Data were analyzed using the Kruskal Wallis test with descriptive qualitative approach. The results showed that second estrous cycle of post weaning in control at proestrous phase for 2 days, estrous phase for 2 days, metestrous phase for 2-3 days, and diestrous phase occurred during 14-15 days. In addition, the first estrous cycle at weaning of interval 42 days (6 weeks), 56 days (8 weeks), and control that interval of 91 days (13 weeks) post partum is the range 16.7 2.65 days, 17.7 1.53 days, and 10.3 3.06 days. While the second estrous cycle of post weaning, respectively also is the range 18 1 days, 19 1.73 days, and 20.7 1.58 days. The result showed that there was no significant difference (p> 0.05) among all groups on the first estrous cycle of post weaning. In conclusion, the interval of second estrous cycle of post weaning in interval of 42 days PP for 18 days, interval of 56 days PP for 19 days and control has average for 20.7 days.

    Keywords : Estrous, Post Partum, Vaginal Smear

    PENDAHULUAN

    Kambing merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging dan susu yang unggul. Kambing yang produktif dapat dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan, calving interval dan mortalitas [1]. Peningkatan produktivitas kambing salah satunya

    dapat dilakukan dengan manajemen terhadap induk kambing post partum. Induk kambing yang telah beranak (post partum) akan mengalami perubahan morfologi pada uterus sehingga dapat menghambat performa reproduksi dan fertilitas induk. Saat post partum, uterus berkontraksi dan mengalami

  • Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 2 | 2014 121

    regenerasi pada lapisan epitel yang sering disebut dengan proses involusi uterus [2]. Involusi uterus tersebut akan mempengaruhi lamanya periode calving interval. Berdasarkan penelitian sebelumnya, memisahkan antara induk kambing dengan anaknya sejak awal melahirkan, menunjukkan bahwa induk kambing akan mengalami involusi uterus sempurna sekitar pada hari ke 26 - 28 [3].

    Selama masa laktasi saat post partum, proses involusi uterus berlangsung sebagai upaya mempersiapkan endometrium untuk beregenerasi normal agar dapat bunting kembali. Proses involusi uterus ini dikendalikan dan dipengaruhi oleh berbagai hormonal, seperti estradiol yang produksinya terhambat selama masa laktasi akibat pengaruh aktifitas hormon oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin berfungsi untuk memproduksi susu, serta penting dalam menghambat ovulasi. Di samping itu, oksitosin diproduksi oleh hipofisa posterior yang dipengaruhi oleh mekanisme suckling. Mekanisme suckling akan mempengaruhi pituitari untuk tetap mensekresikan prolaktin. Hormon oksitosin juga dapat menyebabkan kontraksi uterus dan involusi uterus saat partum.

    Proses involusi uterus dapat diamati salah satunya dari perubahan morfologi sel epitel skuamosa vagina dengan metode vaginal smear. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai penanda apabila induk kambing siap untuk dikawinkan setelah melewati periode anestrus post partum. Sehingga, apabila dilakukan penyapihan lebih dini, diasumsikan bahwa siklus estrus dapat terjadi karena pengaruh intensitas suckling terhadap perubahan aktifitas hormon induk masa laktasi. Oleh karena itu, penelitian ini mempelajari pengaruh penyapihan dini pada masa post partum.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian berlangsung pada bulan Januari Juni 2014 di Kelompok Tani Bersama Bululawang, Malang dan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur.

    Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain mikroskop cahaya, gelas obyek, gelas penutup, pipet, Giemsa 10%, cotton bud, larutan alkohol fiksatif 70%, dan etanol absolut.

    Persiapan Awal

    Sampel sejumlah 9 ekor induk kambing Boer F1 dari hasil persilangan Boer dan PE dengan kriteria kondisi sehat, umur 1,5 2 tahun, bobot tubuh berkisar 35 45 kg, tidak adanya gangguan reproduksi dan tidak adanya sinkronisasi estrus. Setelah itu, dilakukan pengelompokan sebanyak 3 kelompok yakni penyapihan dini selang waktu 42 hari post partum (Sapih 6 minggu PP), 56 hari post partum (Sapih 8 minggu PP), dan kontrol dengan selang waktu 91 h ari post partum (Sapih 13 minggu PP). Sumber makanan pokok bagi induk adalah hijauan yang diambil dari lapang dalam bentuk hijauan segar (sekitar 10% dari bobot hidup). Pakan hijauan diberikan pagi dan siang hari dan air minum dalam jumlah yang selalu tersedia (ad libitum). Pakan tambahan berupa konsentrat (1% bobot hidup), juga diberikan pada waktu pagi dan siang hari.

    Penyapihan Dini

    Penyapihan dini dilakukan dengan selang waktu 42 hari post partum (Sapih 42 hari PP), 56 hari post partum (Sapih 56 hari PP), dan kontrol. Pada penelitian ini, induk kambing dibiasakan jauh dengan anak kambing 7 hari sebelum disapih. Hal ini, dilakukan dengan cara memisahkan induk kambing dengan anak saat pagi hari dan dikembalikan dalam satu kandang yang sama saat petang hari. Setelah penyapihan dilakukan, induk kambing tetap diperah susunya setiap hari pada pagi hari selama 7 hari, lalu 2 3 hari sekali hingga berumur 2 bulan post partum. Pemerahan pasca penyapihan hanya dilakukan pada perlakuan penyapihan dini selang waktu 42 hari post partum, untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemilihan waktu penyapihan juga berkaitan terhadap anestrus post partum dan lamanya involusi uterus yang dialami oleh induk kambing setelah melahirkan.

    Uji Vaginal Smear

    Pengujian dengan vaginal smear untuk melihat perubahan fase saat terjadinya proses

  • Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 2 | 2014 122

    perubahan siklus estrus. Preparat vaginal smear diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 200x dan perbesaran 400x. Pengujian vaginal smear dilakukan setiap hari mulai sejak pemisahan dilakukan hingga fase estrus muncul.

    Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui pengamatan langsung dengan pengambilan sampel secara intensif. Data yang diperoleh ditabulasi dengan menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dengan taraf nyata 5% secara deskriptif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Siklus Estrus

    Induk kambing yang partum, akan mengalami involusi uterus sekaligus periode anestrus post partum (APP) terlebih dahulu sebelum siklus estrus awal terjadi. Panjang pendeknya APP dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengaruh suckling oleh anak kambing. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap siklus estrus post partum pada induk kambing.

    Secara urut, pengamatan saat fase proestrus (Gambar 1A), dapat dilihat dari ditemukannya sel epitel berbentuk oval, besar dan berinti, sehingga dipenuhi oleh sel parabasal yang berjumlah banyak dan berkelompok. sel parabasal tersebut dari hari ke hari akan menurun dan atau sedikit ditemukan, karena bertransformasi menjadi sel superfisial yang jumlahnya semakin meningkat, yang memiliki ciri sel yang berkornifikasi dan tidak berinti menunjukkan fase estrus (Gambar 1B). Pengamatan saat fase metestrus ditandai dengan ditemukannya sel leukosit yang cukup banyak pada pengamatan preparat serta jumlah sel superfisial yang terkornifikasi menjadi sedikit (Gambar 1C), namun beberapa preparat masih disertai dengan adanya sel - sel intermediet yang mulai muncul. Pengamatan saat fase diestrus, sel parabasal berinti akan lebih dominan, sel terkornifikasi jarang ditemukan saat fase diestrus awal dan tidak ditemukan saat fase diestrus akhir serta sel leukosit jarang ditemui (Gambar 1D).

    Interval Siklus Estrus Pasca Sapih

    Penentuan umur penyapihan pada penelitian ini mengacu pada hasil penelitian sebelumnya yang didasarkan pada interval involusi uterus yang dialami oleh induk kambing Boer yakni berkisar 26 28 hari post partum dan periode anestrus post partum yakni berkisar 55 61 hari, bergantung pada jumlah anak yang dilahirkan [3]. Umur sapih tersebut masih dikatakan normal, seperti yang diterangkan oleh Blakey dan Bade, bahwa anak kambing dapat disapih dari susu induk pada umur 6 12 minggu [4].

    Penyapihan dilakukan agar perilaku suckling anak terhadap induk kambing tidak menghambat siklus estrus yang dikendalikan oleh regulasi hormon. Aktivitas suckling atau menyusui dapat menyebabkan periode anestrus post partum lebih panjang atau lebih pendek bergantung pada kadar prolaktin. Selama masa laktasi, regulasi estrus akan dihambat oleh faktor hormonal seperti prolaktin dan oksitosin. Selama penyapihan, anak kambing tetap harus memperoleh susu induk kambing hingga umur 2 bulan (8 minggu) post partum.

    Di samping itu, interval siklus estrus kambing peranakan Boer F1 pada penelitian ini, dihitung sejak hari penyapihan hingga siklus estrus yang muncul. Interval siklus estrus pertama pasca sapih yang dialami pada penyapihan selang 42 hari

    Keterangan : Pc : Parabasal cell Sc : Superficial cell Ic : Intermediet cell Lc : Leucosyte cell

    Gambar 1. Vaginal Smear Siklus Estrus pada peranakan Kambing Boer F1 (A) Proestrus, (B) Estrus, (C) Metestrus, (D) Diestrus

    A

    Pc Sc

    B

    C

    Ic

    Lc

    Lc

    Pcc

    D

  • Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 2 | 2014 123

    (Sapih 6 minggu PP ) post partum yakni berkisar 16 2,65 hari dan panjang siklus estrus kedua pasca sapih yakni 18 1 hari. Umur penyapihan selang 56 hari (Sapih 8 minggu PP) post partum, panjang siklus estrus pertama pasca sapih yang diperoleh berkisar 17,7 1,53 hari dan panjang siklus kedua pasca sapih berkisar 19 1,73 hari. Interval pada selang 91 hari (Sapih 13 minggu PP) post partum, sebagai kontrol, panjang siklus estrus pertama pasca sapih yang terjadi berkisar 10,3 3,06 hari dan panjang siklus estrus kedua pasca sapih berkisar 20,3 2,08 hari. Sebagai pembanding, siklus estrus dan lamanya estrus pada kambing Boer masing-masing sekitar 20,7 0,7 hari dan 37,4 8,6 jam [3].

    Pengamatan melalui uji vaginal smear perlu dilakukan selain untuk pengamatan siklus estrus secara visual, karena dapat dikhawatirkan apabila terjadinya silent heat yang tidak dapat terdeteksi pada kambing betina. Praktisi dapat mengaplikasikan uji vaginal smear sebagai uji konfirmasi untuk mengetahui berlangsungnya siklus estrus kambing betina terutama pada induk kambing post partum.

    Tabel 1. Siklus Estrus Awal dan Estrus Kedua Pasca Sapih

    Umur Penyapihan

    Siklus Estrus Pertama

    Pasca Sapih (Rata Rata)

    Siklus Estrus Kedua

    Pasca Sapih (Rata Rata)

    42 Hari PP 16 2,65 hari 18 1 hari 56 Hari PP 17,7 1,53 hari 19 1,73 hari 91 Hari PP (Kontrol)

    10,3 3,06 hari 20,7 1,58 hari

    Nampak perbedaaan antara kontrol dengan

    perlakuan, terhadap interval nilai panjang siklus estrus. Hasilnya, terdapat beda interval yang cukup signifikan, yakni siklus estrus pertama pasca sapih pada kontrol hanya memiliki rata - rata interval berkisar 10,3 3,06 hari dibandingkan dua kelompok perlakuan lainnya, yakni berkisar 16 2,65 hari dan 17,7 1,53 hari. Kemungkinan adanya pengaruh penyapihan terhadap siklus estrus post partum. Namun, berdasarkan nilai hasil uji analisis menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (p>0,05) antara semua kelompok perlakuan dan kontrol pada siklus estrus pertama pasca sapih. Hal tersebut dapat terjadi, karena regulasi siklus estrus telah dialami oleh induk kambing sebelum

    penyapihan dilakukan. Saat penyapihan, siklus estrus sedang berada dalam fase diestrus, sehingga penyapihan dini pada selang waktu 42 hari (Sapih 6 minggu PP) atau bahkan 56 hari (Sapih 8 minggu PP) post partum sudah dapat diimplementasikan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan periode involusi uterus dan anestrus post partum pada induk kambing.

    Interval rata rata siklus estrus kedua pasca sapih pada penyapihan dini selang waktu 42 hari, 56 hari post partum dan kontrol secara berturut yakni 18 1 hari, 19 1,73 hari dan 20,7 1,58 hari. Interval tersebut tidak memiliki beda jarak yang jauh antara perlakuan dan kontrol, sehingga siklus estrus pada induk kambing tersebut telah teregulasi normal. Kondisi regulasi siklus estrus tersebut dapat dipengaruhi oleh beragam faktor, seperti frekuensi pemerahan yang dilakukan sebelum dan sesudah penyapihan selama penelitian mampu mempengaruhi regulasi hormonal.

    Hal tersebut disebabkan karena pemerahan dapat menyebabkan respon rangsang terhadap produksi hormon prolaktin. Prolaktin dapat menghambat regulasi progesteron dan estrogen ke hipotalamus dan menghambat sekresi GnRH. Hormon GnRH tersebut akan mempengaruhi hormon FSH dan LH terhadap perkembangan folikel yang berperan dalam mengatur kemunculan estrus. Suckling maupun pemerahan saat masa laktasi memiliki peran untuk menghambat regulasi siklus estrus tersebut melalui hipotalamus. Dijelaskan oleh Hafez, bahwa lama periode APP bergantung pada tingkat rangsangan pada kelenjar mammae yang diterima oleh induk dan status nutrisi induk selama masa akhir kebuntingan dan awal laktasi [5].

    Panjang pendeknya regulasi siklus estrus setelah partum umumnya juga dipengaruhi oleh periode anestrus post partum yang dialami oleh induk kambing. Berdasarkan Greyling bahwa lamanya periode anestrus post partum pada kambing Boer sekitar 55,5 24,9 hari dengan rincian 53,2 14,3 hari pada induk dengan satu anak dan 58,5 30 hari pada induk dengan dua anak dan 61,7 30,7 hari pada induk dengan tiga anak [3]. Lamanya periode APP ini akan mempengaruhi panjang pendeknya calving interval. Berdasarkan Riera, interval tersebut bervariasi bergantung pada induk kambing silangan yang diamati, status laktasi dan nutrisi [6].

  • Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 2 | 2014 124

    KESIMPULAN

    Interval siklus estrus kedua pasca sapih pada kelompok induk kambing sapih 42 hari PP adalah 18 hari dan sapih 56 hari PP adalah 19 hari dan kontrol rata rata berkisar 20,7 hari. Hal tersebut berdasarkan interval siklus estrus pertama pasca sapih dapat disebabkan oleh pemerahan pasca penyapihan.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Agung Pramana W.M., M.Si serta Bapak Dr. Ir. Gatot Ciptadi, DESS selaku dosen pembimbing penelitian penulis. Penulis juga berterimakasih kepada Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu dan Ketua Kelompok Tani Bululawang yang memfasilitasi penelitian penulis serta semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan jurnal ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja..

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

    [2] Hunter, R.H.F. 1980. Physiology And Technology Of Reproduction Infemale Domestic Animal. Academic Ress. London. 348 351.

    [3] Greyling, J.P.C. 2000. Reproduction Traits In The Boer Goat Doe. Elvesier Science Publisher. Small Ruminant Research 36.

    [4] Blakely, J Dan D.H Bade. 1992. Ilmu Perternakan. Edisi IV. Terjemahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

    [5] Hafez, E.S.E. 1993. Artificial Insemination.Reproduction In Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger. Philadelphia.

    [6] Riera, S., 1982. Reproductive Effenciency And Management In Goats. Proc. 3rd International. Conference on Goat Prod. And Disease. Tuscon, Arizona USA