25 profesi

116
Jenis- Jenis Pekerjaan tergolong Profesi beserta Kode Etiknya 1. Dokter Secara operasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran. Kompetensi yang harus dicapai seorang dokter meliputi tujuh area kompetensi atau kompetensi utama yaitu: 1. Keterampilan komunikasi efektif. 2. Keterampilan klinik dasar. 3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran. 4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada indivivu, keluarga ataupun masyarakat denga cara yang komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinasi dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer. 5. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi. 6. Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat. 7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik. Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah “kemampuan dasar” seorang “dokter” yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut “basic medical doctor”. Tugas seorang “dokter” adalah meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat. b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien. c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit. d. Menangani penyakit akut dan kronik. e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar. f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.

Upload: caroline-layadi

Post on 22-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Jenis- Jenis Pekerjaan tergolong Profesi beserta Kode Etiknya

1. DokterSecara operasional, definisi Dokter adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.Kompetensi yang harus dicapai seorang dokter meliputi tujuh area kompetensi atau kompetensi utama yaitu:1.Keterampilan komunikasi efektif.2.Keterampilan klinik dasar.3.Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran.4.Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada indivivu, keluarga ataupun masyarakat denga cara yang komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinasi dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.5.Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi.6.Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat.7.Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik.Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah kemampuan dasar seorang dokter yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut basic medical doctor.Tugas seorang dokter adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:a.Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.b.Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.c.Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit.d.Menangani penyakit akut dan kronik.e.Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.f.Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.g.Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS dan memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.h.Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.i.Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan sakit.j.Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter berhak dan juga berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk kesehatan pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah, preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan obat/ tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.k.Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.l.Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat dan melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran.m.Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan Sakit dan Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan pemeriksaan pada pasien.Sebagai kaum intelektual, yang setiap saat mengkonsumsi pengetahuan akan kehidupan sains, sosial, keadilan, kebenaran dan fungsi-fungsi peradaban, maka profesi dokter memiliki tanggung jawab intelektual yang tidak boleh dinafikkan, selain karena profesi ini telah menjelma menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, juga karena intelektualitas merupakan salah satu parameter pencerahan kehidupan yang didalamnya terkandung rahmat sekaligus amanah bagi yang memilikinya.Berdasarkan tinjauan historisnya, dunia kedokteran (pengobatan) pada awalnya dipandang sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, sehingga dengan asumsi tersebut, maka orang-orang yang terlibat dalam proses hidup dan berlangsungnya dunia kedokteran kemudian dinisbahkan sebagai orang-orang yang juga memiliki kemuliaan; baik pada kata, sikap maupun tabiat yang dimilikinya, maka berkembanglah kesepakatan sosial (social agreement) akan urgensi dari ilmu kedokteran sebagai salah satu prasyarat utama untuk dapat mempertahankan hidup.Dengan semakin bertambahnya kompleksitas kehidupan manusia, maka ragam lingkup ilmu pengobatan (kedokteran) menjadi terdesak untuk melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas, sesuai dengan kompleksitas objek pengobatan yang dijumpai dalam realitas. Maka mulailah terjadi proses desakralisasi ilmu kedokteran (pengobatan), dimana setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat memahami dan memilikinya, tentunya setelah menyanggupi syarat-syarat yang diajukan, melalui proses pendidikan yang lebih sistematik. Pada aras yang lain, pengembangan ilmu pengobatan yang sudah ada sebelumnya menjadi bagian yang tak terpisahkan, mulailah dilakukan penelitian-penelitian (medical research) dengan menggunakan teknologi modern, untuk menyempurnakan pengetahuan pengobatan yang telah ada.Kode Etik Kedokteran Indonesia merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktek kedokteran.Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.Berikut adalah Kode Etik Kedokteran yang terdiri dari beberapa pasal, antara lain KEWAJIBAN UMUMPasal1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.Pasal2Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi.Pasal3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkanhilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.Pasal4Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.Pasal5Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingandan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.Pasal6Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatanbaru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.Pasal7Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya..Pasal7aSeorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasanteknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.Pasal7bSeorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dansejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkansejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan ataupenggelapan, dalam menangani pasien.Pasal7cSeorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harusmenjaga kepercayaan pasien.Pasal7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk insani.Pasal8Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semuaaspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial,serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.Pasal9setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harussaling menghormati.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIENPasal10Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajibmerujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.Pasal11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga danpenasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.Pasal12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelahpasien itu meninggal dunia.Pasal13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin adaorang lain bersedia dan mampu memberikannya.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATPasal14Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal15Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkanprosedur yang etis.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRIPasal16Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal17Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran/kesehatan.

2. PerawatPerawat(bahasa Inggris:nurse, berasal daribahasa Latin:nutrixyang berarti merawat atau memelihara) adalahprofesiyang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.Peran Perawat Kesehatana. Pelaksana Pelayanan KeperawatanPerawat bertanggung-jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai pada yang paling kompleks kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakatb. Pengelola dalam bidang Pelayanan KeperawatanTenaga keperawatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan termasuk perlengkapan, peralatan dan lingkungan.Disamping itu membimbing petugas kesehatan yang berpendidikan lebih rendah, bertanggung-jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.c. Pendidik Pelayanan KeperawatanTenaga Keperawatan bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dasar bagi tenaga kesehatan lainnya dan tenaga anggota keluarga.

Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada pasien-pasien yang dirawat) sebagai berikut :a.Menentukan kebutuhan kesehatan pasien dan mendorong pasien untuk berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.b.Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan, kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak, pencegahan penyakit dan kecelakaan.c.Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien yang meliputi perawatan darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program pengobatand.Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan lainnya.e.Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.

Sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan adalah :a. Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruanganb.Menerima pasien baruc.Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatand.Mempersiapkan pasien keluare.Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah tanggaf. Mengatur tugas jagag.Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai dan obath.Mengelola administrasi

A. Perawat dan Klien Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkanasuhan keperawatan. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.B. Perawat dan Praktik Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional.C. Perawat dan Masyarakat Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.D. Perawat dan Teman Sejawat Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.E. Perawat dan Profesi Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

3. Dokter Gigi Dokter gigi merupakan seseorang yang ahli di bidang kesehatan gigi melalui proses sertifikasi/pendidikan formal. Untuk mendapatkan gelar dokter gigi, seseorang harus menempuh pendidikan kedokteran gigi sama halnya dengan kedokteran umum. Untuk menjaga/mengatur hubungan antara dokter gigi dengan pasiennya, maka terdapat kode etik kedokteran gigi. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia1. KEWAJIBAN UMUM Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah / Janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur dalam menjalankan profesinya. Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi, melalui pasien atau agen. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan martabat profesi dokter gigi Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya. Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).2. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan dan rahasianya. Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien. Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil. Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan Rekam Medik Pasien3. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain. Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain. Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku. Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi.4. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi. Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan optimal.Etik Kedokteran Gigi Indonesia wajib dihayati dan diamalkan oleh setiap Dokter Gigi di Indonesia. Pengingkaran terhadapnya akan menyebabkan kerugian baik bagi masyarakat maupun bagi dokter gigi sendiri. Akibat yang paling tidak dikehendaki adalah rusaknya martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran gigi yang harus dijaga bersama. Oleh karena itu semua dokter gigi di Indonesia bersepakat, bagi dokter gigi yang melanggar Kodekgi wajib ditindak dan diberi hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya.4. BidanBidanadalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk menolongperempuansaatmelahirkan. (y)'Definisibidan'menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui olehWHOdan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.Ikatan Bidan Indonesia (IBI)menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.Bidandiakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Bidanmempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :1. Kewajibanbidanterhadap klien dan masyrakat (6 butir)a. Setiapbidansenantiasa menjujung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumapah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.b.Setiapbidandalam menjalankan tugas profesinya menjunjung ringgi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memlihara citrabidan.c.Setiapbidandalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada. Peran, tugas, dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyrakat.d.Setiapbidandalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan kliery menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.e.Setiapbidandalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.f.Setiapbidansenantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.2. Kewajibanbidanterhadap tugasnya (3 butir)a.Setiapbidansenantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.b.Setiap berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.c.Setiapbidanharus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.3. Kewajibanbidanterhadap sejawat dan tenaga kesehatan (2 butir)a.Setiapbidanharus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang sesuai.b.Setiapbidandalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.4.Kewajibanbidanterhadap profesinya (3 butir)a.Setiapbidanharus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.b.Setiapbidanharus senantiasa mengembangkan diri dan KebidananKomunitasmeningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.c.Setiapbidansenantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang iapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.5. Kewajibanbidanterhadap diri sendiri (2 butir)a.Setiapbidanharus memeiihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.b.Setiapbidanseyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6. Kewajibanbidanterhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)a.Setiapbidandalam menjarankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pembrintah dalambidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KBdan kesehatan keluarga.b.Setiapbidanmelalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemeriniah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KBdan kesehatan keluarga.7. Penutup (1 butir)Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagibidan, kode etik merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional.

5. ApotekerApotekeradalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.Apoteker di Indonesia bergabung dalam organisasi profesi Apoteker yang disebutIkatan Apoteker Indonesia (IAI)Apoteker di Indonesia kurang diakui keberadaanya tidak seperti halnya di negara lain. Banyak yang mengatakan kesejahteraan Apoteker sekarang ini di Indonesia sangat memprihatinkan dibanding 10 tahun yang lalu.[1].Secara umum, pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang apoteker adalah di bidang pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi. Apoteker dapat bekerja pada instansi pemerintah, institusi pendidikan, industri farmasi/kosmetik/pangan/alat kesehatan, pedagang besar farmasi, penyalur alat kesehatan, rumah sakit, apotek, dsb.KODE ETIK APOTEKER INDONESIABAB IKEWAJIBAN UMUMPasal 1Sumpah/JanjiSetiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker.Pasal 2Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.Pasal 3Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.Pasal 4Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.Pasal 5Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.Pasal 6Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.Pasal 7Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.Pasal 8Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.BAB IIKEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.BAB IIIKEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWATPasal 10Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal 11Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.Pasal 12Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.BAB IVKEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAPSEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYAPasal 13Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan.Pasal 14Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.BAB VPENUTUPPasal 15Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui danmenerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan semakin banyaknya jumlah apoteker, maka sudah saatnya masyarakat mendapatkan perlindungan yang memadai dalam hal mengonsumsi obat Mengacu pada PP No 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, pekerjaan tersebut mutlak merupakan kewenangan apoteker yang dalam pelaksanaannya dapat dibantu Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan asisten apoteker.

6. PsikologPsikologadalah seorang ahli dalam bidang praktikpsikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Psikolog dapat dikategorikan ke dalam beberapa bidang tersendiri sesuai dengan cabang ilmu psikologi yang ditekuninya, misalnya Psikolog klinis, psikolog pendidikan, dan psikolog industri. Tetapi kata "psikolog" lebih sering digunakan untuk menyebut ahli psikologi klinis, ahli psikologi di bidang kesehatan mental. Psikolog diIndonesiatergabung dalamorganisasi profesibernama (HIMPSI Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI).BAB IPEDOMAN UMUMPasal 1Pengertian(1) KODE ETIK PSIKOLOGI adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengansebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatansebagai psikolog dan ilmuwan psikologi diIndonesia.(2) PSIKOLOGI merupakan ilmu yang berfokus pada perilaku dan proses mental yangmelatarbelakangi, serta penerapan dalam kehidupan manusia. Ahli dalam ilmu Psikologidibedakan menjadi 2 kelompok yaitu profesi atau yang berkaitan dengan praktik psikologi danilmu psikologi termasuk dalam hal ini ilmu murni atau terapan.(3) PSIKOLOG adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik psikologidengan latar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program pendidikan tinggi psikologistrata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1(S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologiatau strata 2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi (Profesi Psikolog). Psikolog memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yangmeliputi bidang-bidang praktik klinis dan konseling; penelitian; pengajaran; supervisi dalampelatihan, layanan masyarakat, pengembangan kebijakan; intervensi sosial dan klinis;pengembangan instrumen asesmen psikologi; penyelenggaraan asesmen; konseling; konsultasiorganisasi; aktifitasaktifitas dalam bidang forensik; perancangan dan evaluasi program; sertaadministrasi. Psikolog DIWAJIBKAN MEMILIKI IZIN PRAKTIK PSIKOLOGI sesuai denganketentuan yang berlaku.(4) ILMUWAN PSIKOLOGI adalah ahli dalam bidang ilmu psikologi dengan latar belakangpendidikan strata 1 dan/atau strata 2 dan/atau strata 3 dalam bidang psikologi. Ilmuwanpsikologi memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang meliputi bidang-bidang penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan; layanan masyarakat; pengembangankebijakan; intervensi sosial; pengembangan instrumen asesmen psikologi; pengadministrasianasesmen; konseling sederhana;konsultasi organisasi; perancangandan evaluasi program. Ilmuwan Psikologi dibedakan dalam kelompok ilmu murni (sains)dan terapan.(5) LAYANAN PSIKOLOGI adalah segala aktifitas pemberian jasa dan praktik psikologi dalamrangka menolong individu dan/atau kelompok yang dimaksudkan untuk pencegahan,pengembangan dan penyelesaian masalah-masalah psikologis. Layanan psikologi dapat berupapraktik konseling dan psikoterapi; penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan; layananmasyarakat; pengembangan kebijakan; intervensi sosial dan klinis; pengembangan instrumenasesmen psikologi; penyelenggaraan asesmen; konseling karir dan pendidikan; konsultasiorganisasi; aktifitas-aktifitas dalam bidang forensik; perancangan dan evaluasi program; danadministrasi.Pasal 2Prinsip UmumPrinsip A: Penghormatan padaHarkat Martabat Manusia(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menekankan pada hak asasi manusia dalammelaksanakan layanan psikologi.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghormati martabat setiap orang serta hak-hakindividu akan keleluasaan pribadi, kerahasiaandan pilihan pribadi seseorang.(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari bahwa diperlukan kehati-hatian khususuntuk melindungi hak dan kesejahteraan individu atau komunitas yang karena keterbatasanyang ada dapat mempengaruhi otonomi dalam pengambilan keputusan.(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari dan menghormati perbedaan budaya,individu dan peran, termasuk usia, gender, identitas gender, ras, suku bangsa, budaya, asal ke-bangsaan, orientasi seksual, ketidakmampuan (berkebutuhan khusus), bahasa dan statussosialekonomi, serta mempertimbangkan faktor-faktor tersebut pada saat bekerja dengan orang-orang dari kelompok tersebut.(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha untuk menghilangkan pengaruh biasfaktorfaktor tersebut pada butir (3) dan menghindari keterlibatan baik yang disadari maupuntidak disadari dalam aktifitas-aktifitas yang didasari oleh prasangka.Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus mendasarkan pada dasar dan etika ilmiahterutama pada pengetahuan yang sudah diyakini kebenarannya oleh komunitas psikologi.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi senantiasa menjaga ketepatan, kejujuran, kebenarandalam keilmuan, pengajaran, pengamalan dan praktik psikologi.(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak mencuri, berbohong, terlibat pemalsuan (fraud), tipuan atau distorsi fakta yang direncanakan dengan sengaja memberikan fakta-fakta yangtidak benar.(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berupaya untuk menepati janji tetapi dapat mengambilkeputusan tidak mengungkap fakta secara utuh atau lengkap HANYA dalam situasi dimanatidak diungkapkannya fakta secara etis dapat dipertanggungjawabkan untuk meminimalkandampak buruk bagi pengguna layanan psikologi.(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memiliki kewajiban untuk mempertimbangkankebutuhan, konsekuensi dan bertanggung jawab untuk memperbaiki ketidakpercayaan atauakibat buruk yang muncul dari penggunaan teknik psikologi yang digunakan.Prinsip C : Profesional(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memiliki kompetensi dalam melaksanakansegala bentuk layanan psikologi, penelitian,pengajaran, pelatihan, layanan psikologi denganmenekankan pada tanggung jawab, kejujuran, batasan kompetensi, obyektif dan integritas.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membangun hubungan yang didasarkan pada adanyasaling percaya, menyadari tanggungjawab profesional dan ilmiah terhadap pengguna layananpsikologi serta komunitas khusus lainnya.(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjunjung tinggi kode etik, peran dan kewajibanprofesional, mengambil tanggung jawab secara tepat atas tindakan mereka, berupaya untukmengelola berbagai konflik kepentingan yang dapat mengarah pada eksploitasi dan dampakburuk.(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat berkonsultasi, bekerjasama dan/atau merujukpada teman sejawat, profesional lain dan/atau institusi-institusi lain untuk memberikan layananterbaik kepada pengguna layanan psikologi.(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu mempertimbangkan dan memperhatikankepatuhan etis dan profesional kolega-kolega dan/atau profesi lain.(6) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam situasi tertentu bersedia untuk menyumbangkansebagian waktu profesionalnya tanpa atau dengan sedikit kompensasi keuntungan pribadi.Prinsip D : Keadilan(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memahami bahwa kejujuran dan ketidakberpihakanadalah hak setiap orang. Oleh karena itu, pengguna layanan psikologi tanpa dibedakan olehlatarbelakang dan karakteristik khususnya, harus mendapatkan layanan dan memperolehkeuntungan dalam kualitas yang setara dalam hal proses, prosedur dan layanan yang dilakukan.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menggunakan penilaian yang dapatdipertanggungjawabkan secara profesional, waspada dalam memastikan kemungkinan bias-bias yang muncul, mempertimbangkan batas dari kompetensi, dan keterbatasan keahliansehingga tidak mengabaikan atau mengarah kepada praktik-praktik yang menjaminketidakberpihakan.Prinsip E : Manfaat(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikan manfaat padakesejahteraan umat manusia, perlindungan hak dan meminimalkan resiko dampak burukpengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlu menghindari sertameminimalkan akibat dampak buruk; karena keputusan dan tindakan-tindakan ilmiah dariPsikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi dapat mempengaruhi kehidupan pihak-pihak lain.(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu waspada terhadap kemungkinan adanyafaktor-faktor pribadi, keuangan, sosial, organisasi maupun politik yang mengarah pada penyalahgunaan atas pengaruh mereka.BAB IIMENGATASI ISU ETIKAPasal 3Majelis Psikologi Indonesia(1) Majelis Psikologi adalah penyelenggara organisasi yang memberikan pertimbangan etis,normatif maupun keorganisasian dalam kaitan dengan profesi psikologi baik sebagai ilmuwanmaupun praktik psikologi kepada anggota maupun organisasi.(2) Penyelesaian masalah pelanggaran Kode Etik Psikologi Indonesia oleh Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi, dilakukan oleh Majelis Psikologi dengan memperhatikan laporan yangmasuk akal dari berbagai pihak dan kesempatan untuk membela diri.(3) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi telah melakukan layanan Psikologi sesuaiprosedur yang diatur dalam Kode Etik dan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah ilmiah sertabukti-bukti empiris wajib mendapat perlindungan dari Himpunan Psikologi Indonesiadalam hal ini Majelis Psikologi Indonesia.(4) Apabila terdapat masalah etika dalam pemberian layanan psikologi yang belum diatur dalamkode etik psikologi Indonesia maka Himpunan Psikologi Indonesia wajib mengundang MajelisPsikologi untuk membahas dan merumuskannya, kemudian disahkan dalam sebuah Rapat yangdimaksudkan untuk itu.Pasal 4Penyalahgunaan di bidang Psikologi(1) Setiap pelanggaran wewenang di bidang keahlian psikologi dan setiap pelanggaran terhadapKode Etik Psikologi Indonesia dapat dikenakan sanksi organisasi sebagaimana diaturdalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Himpunan Psikologi Indonesia dan KodeEtik Psikologi Indonesia(2) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menemukan pelanggaran atau penilaian salahterhadap kerja mereka, mereka wajib mengambil langkah-langkah yang masuk akal sesuaidengan ketentuan yang berlaku untuk memperbaiki atau mengurangi pelanggaran ataukesalahan yang terjadi.(3) Pelanggaran kode etik psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologiyang menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan dalam Kode Etik Psikologi Indonesia.Termasuk dalam hal ini adalah pelanggaran oleh Psikolog terhadap janji/sumpah profesi, praktikpsikologi yang dilakukan oleh mereka yang bukan Psikolog, atau Psikolog yang tidak memilikiIjin Praktik, serta layanan psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam KodeEtik Psikologi Indonesia. Pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas adalah:a) Pelanggaran ringan yaitu:Tindakan yang dilakukan oleh seorang Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang tidak dalamkondisi yang sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan, sehingga mengakibatkankerugian bagi salah satu tersebut di bawah ini:i. Ilmu psikologiii. Profesi Psikologiiii. Pengguna Jasa layanan psikologiiv. Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologiv. Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.b) Pelanggaran sedang yaitu:Tindakan yang dilakukan oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi karena kelalaiannya dalammelaksanakan proses maupun penanganan yang tidak sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan mengakibatkan kerugian bagi salah satu tersebut di bawah ini:i. Ilmu psikologiii. Profesi Psikologiiii. Pengguna Jasa layanan psikologiiv. Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologiv. Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.c) Pelanggaran berat yaitu:Tindakan yang dilakukan oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang secara sengajamemanipulasi tujuan, proses maupun hasil yang mengakibatkan kerugian bagi salah satu dibawah ini:i. Ilmu Psikologiii. Profesi Psikologiiii. Pengguna Jasa layanan psikologiiv. Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologiv. Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya(4). Penjelasan tentang jenis pelanggaran dan sanksi akan diatur dalam aturan tersendiri.Pasal 5Penyelesaian Isu Etika(1) Apabila tanggungjawab etika psikologi bertentangan dengan peraturan hukum, hukumpemerintah atau peraturan lainnya, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menunjukkankomitmennya terhadap kode etik dan melakukan langkah-langkah untuk penyelesaian konfliksesuai dengan yang diatur dalam Kode Etik Psikologi Indonesia. Apabila konflik tidak dapatdiselesaikan dengan cara tersebut, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi diharapkan patuhterhadap tuntutan hukum, peraturan atau otoritas hukum lainnya yang berlaku.(2) Apabila tuntutan organisasi dimana Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berafiliasi ataubekerja bertentangan dengan Kode Etik Psikologi Indonesia, Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi wajib menjelaskan sifat dan jenis konflik, memberitahu komitmennya terhadapkode etik dan jika memungkinkan menyelesaikan konflik tersebut dengan berbagai carasebagai bentuk tanggung jawab dan kepatuhan terhadap kode etik.(3) Pelanggaran terhadap etika profesi psikologi dapat dilakukan oleh Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi, perorangan, organisasi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain.Pelaporan pelanggaran dibuat secara tertulis dan disertai bukti terkait ditujukan kepadaHimpunan Psikologi Indonesia untuk nantinya diserahkan kepada Majelis Psikologi Indonesia.Mekanisme pelaporan secara detail akan diatur dalam mekanisme tersendiri.(4) Kerjasama antara Pengurus Himpsi dan Majelis Psikologi Indonesia menjadi bahanpertimbangan dalam penyelesaian kasus pelanggaran Kode Etik. Kerjasama tersebut dapatdilakukan dalam pelaksanaan tindakan investigasi, proses penyidikan dan persyaratan yangdiperlukan untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan memanfaatkan sistem di dalamorganisasi yang ada. Dalam pelaksanaannya diusahakan untuk menyelesaikan permasalahanyang ada dengan tetap memegang teguh prinsip kerahasiaan.(5) Apabila terjadi pelanggaran Kode Etik Psikologi Indonesia, Pengurus Pusat bekerjasamadengan Pengurus Wilayah terkait dapat memberi masukan kepada Majelis Psikologi Wilayahatau Pusat dengan prosedur sebagai berikut:a. Mengadakan pertemuan guna membahas masalah tersebutb. Meminta klarifikasi kepada pihak yang melakukan pelanggaranc. Berdasarkan klarifikasi menentukan jenis pelanggaran(6) Majelis Psikologi akan melakukan klarifikasi pada anggota yang dipandang melakukanpelanggaran. Berdasarkan keterangan anggota yang bersangkutan dan data-data lainyang berhasil dikumpulkan, maka Majelis Psikologi akan mengambil keputusan tentangpermasalahan pelanggaran tersebut. (7) Jika anggota yang diputuskan melakukan pelanggaran oleh majelis psikologi tidakpuas dengan keputusan yang dibuat majelis, apabila dipandang perlu, Pengurus Pusatbekerjasama dengan Pengurus Wilayah terkait dapat mendampingi Majelis Psikologi untukmembahas masalah tersebut, baik kepada anggota yang bersangkutan maupun untukdiumumkan sesuai dengan kepentingan.Pasal 6Diskriminasi yang Tidak Adil terhadap KeluhanHimpunan Psikologi Indonesia dan Majelis Psikologi tidak menolak siapapun yang mengajukankeluhan karena terkena pelanggaran etika. Keluhan harus di dasarkan pada fakta-fakta yangjelas dan masuk akal.BAB IIIKOMPETENSIPasal 7Ruang Lingkup Kompetensi(1) Ilmuwan Psikologi memberikan layanan dalambentuk mengajar, melakukan penelitian dan/atau intervensi sosial dalam area sebatas kompetensinya, berdasarkan pendidikan, pelatihanatau pengalaman sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.(2) Psikolog dapat memberikan layanan sebagaimana yang dilakukan oleh Ilmuwan Psikologiserta secara khusus dapat melakukan praktik psikologi terutama yang berkaitan denganasesmen dan intervensi yang ditetapkan setelah memperoleh ijin praktik sebataskompetensi yang berdasarkan pendidikan, pelatihan, pengalaman terbimbing, konsultasi,telaah dan/atau pengalaman profesional sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang dapatdipertanggungjawabkan.(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam menangani berbagai isu atau cakupankasuskasus khusus, misalnya terkait penanganan HIV/AIDS, kekerasan berbasis gender,orientasi seksual, ketidakmampuan (berkebutuhan khusus), atau yang terkait dengankekhususan ras, suku, budaya, asli kebangsaan, agama, bahasa atau kelompok marginal,penting untuk mengupayakan penambahan pengetahuan dan ketrampilan melalui berbagai caraseperti pelatihan, pendidikan khusus, konsultasi atau supervisi terbimbing untuk memastikankompetensi dalam memberikan pelayanan jasa dan/ atau praktik psikologi yang dilakukankecuali dalam situasi darurat sesuai dengan pasal yang membahas tentang itu.(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu menyiapkan langkah-langkah yang dapatdipertanggungjawabkan dalam area-area yang belum memiliki standar baku penanganan,guna melindungi pengguna jasa layanan psikologi serta pihak lain yang terkait.(5) Dalam menjalankan peran forensik, selain memiliki kompetensi psikologi sebagaimanatersebut di atas, Psikolog perlu memahami hukum yang berlaku di Indonesia, khususnyahukum pidana, sehubungan dengan kasus yang ditangani dan peran yang dijalankan.Pasal 8Peningkatan KompetensiPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib melaksanakan upaya-upaya yangberkesinambungan guna mempertahankan dan meningkatkan kompetensimereka.Pasal 9Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap ProfesionalPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pengambilan keputusan harus berdasar padapengetahuan ilmiah dan sikap profesional yang sudah teruji dan diterima secara luas atau universal dalam disiplin Ilmu Psikologi.Pasal 10Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang LainPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang mendelegasikan pekerjaan pada asisten, mahasiswa,mahasiswa yang disupervisi, asisten penelitian, asisten pengajaran, atau kepada jasa orang lainseperti penterjemah; perlu mengambil langkahlangkah yang tepat untuk:a) menghindari pendelegasian kerja tersebut kepada orang yang memiliki hubungan gandadengan yang diberikan layanan psikologi, yang mungkin akan mengarah pada eksploitasi atauhilangnya objektivitas.b) memberikan wewenang hanya untuk tanggung jawab di mana orang yang diberikanpendelegasian dapat diharapkan melakukan secara kompeten atas dasar pendidikan,pelatihan atau pengalaman, baik secara independen, atau dengan pemberian supervisihingga level tertentu; danc) memastikan bahwa orang tersebut melaksanakan layanan psikologi secara kompeten.Pasal 11Masalah dan Konflik Personal(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari bahwa masalah dan konflik pribadi merekaakan dapat mempengaruhi efektifitas kerja. Dalam hal ini Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimampu menahan diri dari tindakan yang dapat merugikan pengguna layanan psikologi sertapihak-pihak lain, sebagai akibat dari masalah dan/atau konflik pribadi tersebut.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berkewajiban untuk waspada terhadap tanda-tandaadanya masalah dan konflik pribadi, bila hal ini terjadi sesegera mungkin mencari bantuanatau melakukan konsultasi profesional untuk dapat kembali menjalankan pekerjaannya secaraprofesional. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menentukan akan membatasi,menangguhkan, atau menghentikan kewajiban layanan psikologi tersebut.Pasal 12Pemberian Layanan Psikologi dalam Keadaan Darurat(1) Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana layanan kesehatan mental dan/ataupsikologi secara mendesak dibutuhkan tetapi tidak tersedia tenaga Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi yang memiliki kompetensi untuk memberikan layanan psikologi yang dibutuhkan.(2) Dalam kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kebutuhan yang ada tetap harusdilayani. Karenanya Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang belum memiliki kompetensidalam bidang tersebut dapat memberikan layanan psikologi untuk memastikan bahwakebutuhan layanan psikologi tersebut tidak ditolak.(3) Selama memberikan layanan psikologi dalam keadan darurat, Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi yang belum memiliki kompetensi yang dibutuhkan perlu segera mencari psikolog yangkompeten untuk mensupervisi atau melanjutkan pemberian layanan psikologi tersebut.(4) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang lebih kompeten telah tersedia atau kondisidarurat telah selesai, maka pemberian layanan psikologi tersebut harus dialihkan kepada yanglebih kompeten atau dihentikan segera.BAB IVHUBUNGAN ANTAR MANUSIAPasal 13Sikap ProfesionalPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam memberikan layanan psikologi, baik yang bersifatperorangan, kelompok, lembaga atau organisasi/ institusi, harus sesuai dengan keahlian dankewenangannya serta berkewajiban untuk: a) Mengutamakan dasar-dasar profesional.b) Memberikan layanan kepada semua pihak yang membutuhkannya.c) Melindungi pemakai layanan psikologi dari akibat yang merugikan sebagai dampak layananpsikologi yang diterimanya.d) Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan pemakai layanan psikologi sertapihak-pihak yang terkait dalam pemberian pelayanan tersebut.e) Dalam hal pemakai layanan psikologi menghadapi kemungkinan akan terkena dampaknegatif yang tidak dapat dihindari akibat pemberian layanan psikologi yang dilakukan olehPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi maka pemakai layanan psikologi tersebut harus diberitahu.Pasal 14Pelecehan(1) Pelecehan Seksual Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam penerapan keilmuannyatidak terlibat dalam pelecehan seksual. Tercakup dalam pengertian ini adalah permintaanhubungan seks, cumbuan fisik, perilaku verbal atau non verbal yang bersifat seksual, yangterjadi dalam kaitannya dengan kegiatan atau peran sebagai Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi. Pelecehan seksual dapat terdiri dari satu perilaku yang intens/parah, atau perilakuyang berulang, bertahan/sangat meresap, serta menimbulkan trauma. Perilaku yang dimaksuddalam pengertian ini adalah tindakan atau perbuatan yang dianggap:(a) tidak dikehendaki, tidak sopan, dapat menimbulkan sakit hati atau dapat menim- bulkansuasana tidak nyaman, rasa takut, mengandung permusuhan yang dalam hal ini Psikologdan/atau Ilmuwan Psikologi mengetahui atau diberitahu mengenai hal tersebut atau(b) bersikap keras atau cenderung menjadi kejam atau menghina terhadap seseorang dalamkonteks tersebut,(c) sepatutnya menghindari hal-hal yang secara nalar merugikan atau patut diduga dapatmerugikan pengguna layanan psikologi atau pihak lain.(2) Pelecehan lain Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan secara sadarterlibat dalam perilaku yang melecehkan atau meremehkan individu yang berinteraksi denganmereka dalam pekerjaan mereka, baik atas dasar usia, gender, ras, suku, bangsa, agama,orientasi seksual, kecacatan, bahasa atau status sosialekonomi.Pasal 15Penghindaran Dampak BurukPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah-langkah yang masuk akal untukmenghindari munculnya dampak buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lainyang terkait dengan kerja mereka serta meminimalkan dampak buruk untuk hal-hal yang takterhindarkan tetapi dapat diantisipasi sebelumnya. Dalam hal seperti ini, maka pemakai layananpsikologi serta pihak-pihak lain yang terlibat harus mendapat informasi tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut.Pasal 16Hubungan Majemuk(1) Hubungan majemuk terjadi apabila:a) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sedang dalam peran profesionalnya denganseseorang dan dalam waktu yang bersamaan menjalankan peran lain dengan orang yang sama,ataub) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam waktu yang bersamaan memiliki hubungandengan seseorang yang secara dekat berhubungan dengan orang yang memiliki hubunganprofesional dengan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tersebut.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sedapat mungkin menghindar dari hubungan majemukapabila hubungan majemuk tersebut dipertimbangkan dapat merusak objektivitas, kompetensiatau efektivitas dalam menjalankan fungsinya sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, atau apabila beresiko terhadap eksploitasi atau kerugian pada orang atau pihak lain dalamhubungan profesional tersebut.(3) Apabila ada hubungan majemuk yang diperkirakan akan merugikan, Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi melakukan langkah-langkah yang masuk akal untuk mengatasi hal tersebutdengan mempertimbangkan kepentingan terbaik orang yang terkait dan kepatuhan yangmaksimal terhadap Kode etik.(4) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dituntut oleh hukum, kebijakan institusi, ataukondisi-kondisi luar biasa untuk melakukan lebih dari satu peran, sejak awal mereka harusmemperjelas peran yang dapat diharapkan dan rentang kerahasiaannya, bagi diri sendirimaupun bagi pihak-pihak lain yang terkait.Pasal 17Konflik KepentinganPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghindar dari melakukan peran profesional apabilakepentingan pribadi, ilmiah, profesional, hukum, finansial, kepentingan atau hubungan laindiperkirakan akan merusak objektivitas, kompetensi, atau efektivitas mereka dalam menjalankanfungsi sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi atau berdampak burukbagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak yang terkait dengan pengguna layananpsikologi tersebut. Pasal 18 Eksploitasi(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak melakukan hal-hal yang dianggap mengandungunsur eksploitasi, yaitu:a) Pemanfaatan atau eksploitasi terhadap pribadi atau pihak-pihak yang sedang merekasupervisi, evaluasi, atau berada di bawah wewenang mereka, seperti mahasiswa,karyawan, peserta penelitian, orang yang menjalani pemeriksaan psikologi ataupun merekayang berada di bawah penyeliaannya.b) Terlibat dalam hal-hal yang mengarah pada hubungan seksual dengan mahasiswa ataumereka yang berada di bawah bimbingan di mana Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memilikiwewenang evaluasi atau otoritas langsung.c) Pemanfaatan atau eksploitasi atau terlibat dalam hal-hal yang mengarah pada hubunganseksual dengan pengguna layanan psikologi.(2) Eksploitasi Data Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak melakukan hal-hal yangdianggap mengandung unsur pemanfaatan atau eksploitasi data dari mereka yang sedangdisupervisi, dievaluasi, atau berada di bawah wewenang mereka, seperti mahasiswa, karyawan,partisipan penelitian, pengguna jasa layanan psikologi ataupun mereka yang berada di bawahpenyeliaannya dimana data tersebut digunakan atau dimanipulasi digunakan untuk kepentinganpribadi. Hubungan sebagaimana tercantum pada (1) dan (2) harus dihindari karena sangatmempengaruhi penilaian masyarakat pada Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi ataupunmengarah pada eksploitasi.Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memiliki dua jenis bentuk hubungan profesional yaituhubungan antar profesi yaitu dengan sesama Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi sertahubungan dengan profesi lain.(1) Hubungan antar profesia) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib menghargai, menghormati dan menjaga hak-hakserta nama baik rekan profesinya, yaitu sejawat akademisi Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi.b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi seyogyanya saling memberikan umpan balik konstruktifuntuk peningkatan keahlian profesinya.c) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib mengingatkan rekan profesinya dalam rangkamencegah terjadinya pelanggaran kode etik psikologi.d) Apabila terjadi pelanggaran kode etik psikologi yang di luar batas kompetensi dankewenangan, dan butir a), b), dan c) di atas tidak berhasil dilakukan maka wajib melaporkankepada organisasi profesi Himpsi. (2) Hubungan dengan Profesi laina) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib menghargai, menghormati kompetensi dankewenangan rekan dari profesi lain.b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib mencegah dilakukannya pemberian layananpsikologi oleh orang atau pihak lain yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan.Pasal 20Informed ConsentSetiap proses dibidang psikologi yang meliputi penelitian /pendidikan /pelatihan /asesmen/intervensi yang melibatkan manusia harus disertai dengan informed consent.Informed Consent adalah persetujuan dari orang yang akan menjalani proses dibidang psikologiyang meliputi penelitian pendidikan/pelatihan/asesmen dan intervensi psikologi. Persetujuandinyatakan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh orang yang menjalanipemeriksaan/yang menjadi subyek penelitian dan saksi. Aspek-aspek yang perlu dicantumkandalam informed consent adalah:a. Kesediaan untuk mengikuti proses tanpa paksaan.b. Perkiraan waktu yang dibutuhkan.c. Gambaran tentang apa yang akan dilakukan.d. Keuntungan dan/atau risiko yang dialami selama proses tersebut.e. Jaminan kerahasiaan selama proses tersebut.f. Orang yang bertanggung jawab jika terjadi efek samping yang merugikan selamaproses tersebut.Dalam konteks Indonesia pada masyarakat tertentu yang mungkin terbatas pendidikannya,kondisinya atau yang mungkin rentan memberikan informed consent secara tertulis makainformed consent dapat dilakukan secara lisan dan dapat direkam atau adanya saksi yangmengetahui bahwa yang bersangkutan bersedia. Informed consent yang berkaitan denganproses pendidikan dan/atau pelatihan terdapat pada pasal 40; yang berkait dengan penelitianpsikologi pada pasal 49; yang berkait dengan asesmen psikologi terdapat pada pasal 64; sertayang berkait dengan konseling dan psikoterapi pada pasal 73 dalam buku Kode Etik ini.Pasal 21Layanan Psikologi Kepada dan/atau Melalui OrganisasiPsikolog dan/atau Ilumuwan Psikologi yang memberikan layanan psikologi kepada organisasi/perusahaan memberikan informasi sepenuhnya tentang: Sifat dan tujuan dari layanan psikologi yang diberikan Penerima layanan psikologi Individu yang menjalani layanan psikologi Hubungan antara Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dengan organisasi dan orangyang menjalani layanan psikologi Batas-batas kerahasiaan yang harus dijaga Orang yang memiliki akses informasi Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dilarangoleh organisasi peminta layanan untuk memberikan hasil informasi kepada orang yangmenjalani layanan psikologi, maka hal tersebut harus diinformasikan sejak awal prosespemberian layanan psikologi berlangsung.Pasal 22Pengalihan dan Penghentian Layanan PsikologiPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari pentingnya perencanaan kegiatan danmenyiapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan bila terjadi hal-hal yang dapat menyebabkanpelayanan psikologi mengalami penghentian, terpaksa dihentikan atau dialihkan kepada pihaklain. Sebelum layanan psikologi dialihkan atau dihentikan pelayanan tersebut dengan alasanapapun, hendaknya dibahas bersama antara Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dengan penerima layanan psikologi kecuali kondisinya tidak memungkinkan.(1) Pengalihan layanan: Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat mengalihkan layananpsikologi kepada sejawat lain (rujukan) karena:a) Ketidakmampuan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, misalnya sakit atau meninggal.b) Salah satu dari mereka pindah kekotalain.c) Keterbatasan pengetahuan atau kompetensi dari Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi.d) Keterbatasan pemberian imbalan dari penerima jasa layanan psikologi.(2) Penghentian layanan: Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menghentikan layananpsikologi apabila:a) Pengguna layanan psikologi sudah tidak memerlukan jasa layanan psikologi yang telahdilakukan.b) Ketergantungan dari pengguna layanan psikologi maupun orang yang menjalanipemeriksaan terhadap Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang bersangkutan sehingga timbulperasaan tak nyaman atau tidak sehat pada salah satu atau kedua belah pihak.BAB VKERAHASIAAN REKAM dan HASILPEMERIKSAAN PSIKOLOGIPasal 23Rekam PsikologiJenis Rekam Psikologi adalah rekam psikologi lengkap dan rekam psikologi terbatas.(1) Rekam Psikologi Lengkapa) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membuat, menyimpan (mengarsipkan), menjaga,memberikan catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian, praktik, dan karya lainsesuai dengan hukum yang berlaku dan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan Kode EtikPsikologi Indonesia.b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membuat dokumentasi atas karya profesional dan ilmiahmereka untuk:i. memudahkan pengguna layanan psikologi mereka dikemudian hari baik oleh mereka sendiriatau oleh profesional lainnya.ii. bukti pertanggungjawaban telah dilakukannya pemeriksaan psikologi.iii. memenuhi prasyarat yang ditetapkan oleh institusi ataupun hukum.c) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjaga kerahasiaan klien dalam hal pencatatan,penyimpanan, pemindahan, dan pemusnahan catatan/data di bawah pengawasannya.d) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjaga dan memusnahkan catatan dan data, denganmemperhatikan kaidah hukum atau perundang-undangan yang berlakudan berkaitan dengan pelaksanaan kode etik ini.e) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mempunyai dugaan kuat bahwa catatan ataudata mengenai jasa profesional mereka akan digunakan untuk keperluan hukum yangmelibatkan penerima atau partisipan layanan psikologi mereka, maka Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi bertanggung jawab untuk membuat dan mempertahankan dokumentasi yangtelah dibuatnya secara rinci, berkualitas dan konsisten, seandainya diperlukan penelitiandengan cermat dalam forum hukum.f) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang melakukan pemeriksaan layanan psikologiterhadap seseorang dan menyimpan hasil pemeriksaan psikologinya dalamarsip sesuai dengan ketentuan, karena sesuatu hal tidak memungkinkan lagi menyimpan datatersebut, maka demi kerahasiaan pengguna layanan psikologi, sebelumnya Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi menyiapkan pemindahan tempat atau pemberian kekuasaan pada sejawatlain terhadap data hasil pemeriksaan psikologi tersebut dengan tetap menjaga kerahasiaannya.Pelaksanaan dalam hal ini harus di bawah pengawasannya, yang dapat dalam bentuk tertulisatau lainnya. (2) Rekam Psikologis untuk Kepentingan Khususa) Laporan pemeriksaan Psikologi untuk kepentingan khusus hanya dapat diberikan kepadapersonal atau organisasi yang membutuhkan dan berorientasi untuk kepentinganatau kesejahteraan orang yang mengalami pemeriksaan psikologi.b) Laporan Pemeriksaan Psikologi untuk kepentingan khusus dibuat sesuai dengankebutuhan dan tetap mempertimbangkan unsur-unsur ketelitian dan ketepatan hasilpemeriksaan serta menjaga kerahasiaan orang yang mengalami pemeriksaan psikologi.Pasal 24Mempertahankan Kerahasian DataPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut klienatau pengguna layanan psikologi dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatannya.Penggunaan keterangan atau data mengenai pengguna layanan psikologi atau orang yangmenjalani layanan psikologi yang diperoleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam rangkapemberian layanan Psikologi, hendaknya mematuhi hal-hal sebagai berikut;a) Dapat diberikan hanya kepada yang berwenang mengetahuinya dan hanya memuat hal-halyang langsung berkaitan dengan tujuan pemberian layanan psikologi.b) Dapat didiskusikan hanya dengan orangorang atau pihak yang secara langsung berwenangatas diri pengguna layanan psikologi.c) Dapat dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pihak ketigahanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan pengguna layanan psikologiprofesi,dan akademisi.Dalam kondisi tersebut indentitas orang yang menjalani pemeriksaan psikologi tetap dijagakerahasiaannya. Seandainya data orang yang menjalani layanan psikologi harus dimasukkan kedata dasar (database) atau sistem pencatatan yang dapat diakses pihak lain yang tidak dapatditerima oleh yang bersangkutan maka Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harusmenggunakan kode atau cara lain yang dapat melindungi orang tersebut dari kemungkinanuntuk bisa dikenali.Pasal 25Mendiskusikan Batasan Kerahasian Data kepada Pengguna Layanan Psikologi(1) Materi Diskusia) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membicarakan informasi kerahasian data dalam rangkamemberikan konseling dan/atau konsultasi kepada pengguna layanan psikologi (perorangan,organisasi, mahasiswa, partisipan penelitian) dalam rangka tugasnya sebagai profesional. Datahasil pemberian layanan psikologi hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmiah atau profesional.b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam melaksanakan tugasnya harus berusaha untuktidak mengganggu kehidupan pribadi pengguna layanan psikologi, kalaupun diperlukan harusdiusahakan seminimal mungkin.c) Dalam hal diperlukan laporan hasil pemeriksaan psikologi, maka Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi hanya memberikan laporan, baik lisan maupun tertulis; sebatas perjanjian ataukesepakatan yang telah dibuat.(2) Lingkup Oranga) Pembicaraan yang berkaitan dengan layanan psikologi hanya dilakukan dengan mereka yangsecara jelas terlibat dalam permasalahan atau kepentingan tersebut.b) Keterangan atau data yang diperoleh dapat diberitahukan kepada orang lain atas persetujuanpemakai layanan psikologi atau penasehat hukumnya.c) Jika pemakai jasa layanan psikologi masih kanak-kanak atau orang dewasa yang tidakmampu untuk memberikan persetujuan secara sukarela, maka Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi wajib melindungi agar pengguna layanan psikologi serta orang yang menjalani layanan psikologi tidak mengalami hal-hal yang merugikan.d) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi melakukan konsultasi antar sejawat, perludiperhatikan hal berikut dalam rangka menjaga kerahasiaan. Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi tidak saling berbagi untuk hal-hal yang seharusnya menjadirahasia pengguna layanan psikologi (peserta riset, atau pihak manapun yang menjalanipemeriksaan psikologi), kecuali dengan izin yang bersangkutan atau pada situasi dimanakerahasiaan itu memang tidak mungkin ditutupi. Saling berbagi informasi hanya diperbolehkankalau diperlukan untuk pencapaian tujuan konsultasi, itupun sedapat mungkin tanpamenyebutkan identitas atau cara pengungkapan lain yang dapat dikenali sebagai indentitaspihak tertentu.Pasal 26Pengungkapan Kerahasian Data(1) Sejak awal Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus sudah merencanakan agar data yangdimiliki terjaga kerahasiaannya dan data itu tetap terlindungi, bahkan sesudah ia meninggaldunia, tidak mampu lagi, atau sudah putus hubungan dengan posisinya atau tempatpraktiknya.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu menyadari bahwa untuk pemilikan catatan dandata yang termasuk dalam klarifikasi rahasia, penyimpanan, pemanfaatan, dan pemusnahandata atau catatan tersebut diatur oleh prinsip legal.(3) Cara pencatatan data yang kerahasiaannya harus dilindungi mencakup data penggunalayanan psikologi yang seharusnya tidak dikenai biaya atau pemotongan pajak. Dalamhal ini, pencatatan atau pemotongan pajak mengikuti aturan sesuai hukum yang berlaku.(4) Dalam hal diperlukan persetujuan terhadap protokol riset dari dewan penilai atau seje-Data dan informasi hasil layanan psikologi bila diperlukan untuk kepentingan pendidikan, dataharus disajikan sebagaimana adanya dengan menyamarkan nama orasng atau lembaga yangdatanya digunakan. nisnya dan memerlukan identifikasi personal, maka identitas itu harusdihapuskan sebelum datanya dapat diakses.(5) Dalam hal diperlukan pengungkapan rahasia maka Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologidapat membuka rahasia tanpa persetujuan klien hanya dalam rangka keperluan hukum atautujuan lain, seperti membantu mereka yang memerlukan pelayanan profesional, baik secaraperorangan maupun organisasi serta untuk melindungi pengguna layanan psikologi darimasalah atau kesulitan.Pasal 27Pemanfaatan Informasi dan Hasil Pemeriksaan untuk Tujuan Pendidikan atauTujuan Lain(1) Pemanfaatan untuk Tujuan Pendidikan(2) Pemanfaatan untuk Tujuan Laina) Pemanfaatan data hasil layanan psikologi untuk tujuan lain selain tujuan pendidikan harusada ijin tertulis dari yang bersangkutan dan menyamarkan nama lembaga atau perorangan yangdatanya digunakan.b) Khususnya untuk pemanfaatan hasil layanan psikologi di bidang hukum atau halhalyang berkait dengan kesejahteraan pengguna layanan psikologi serta orangyang menjalani layanan psikologi maka identitas harus dinyatakan secara jelas dandengan persetujuan yang bersangkutan.c) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak membuka kerahasiaan pengguna layananpsikologi serta orang yang menjalani layanan psikologi untuk keperluan penulisan, pengajaranmaupun pengungkapan di media, kecuali kalau ada alasan kuat untuk itu dan tidakbertentangan dengan hukum.d) Dalam pertemuan ilmiah atau perbincangan profesi yang menghadapkan Psikologdan/atau Ilmuwan Psikologi untuk mengemukakan data, harus diusahakan agar pengungkapan data tersebut dilakukan tanpa mengungkapkan identitas, yang bisa dikenali sebagai seseorangatau institusi yang mungkin bisa ditafsirkan oleh siapapun sebagai identitas diri yang jelasketika hal itu diperbincangkan.BAB VIIKLAN dan PERNYATAAN PUBLIKPasal 28PertanggungjawabanIklan dan Pernyataan publik yang dimaksud dalam pasal ini dapat berhubungan dengan jasa,produk atau publikasi profesional Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi di bidang psikologi,mencakup iklan yang dibayar atau tidak dibayar, brosur, barang cetakan, daftar direktori,resume pribadi atau curriculum vitae, wawancara atau komentar yang dimuat dalam media,pernyataan dalam buku, hasil seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, kuliah, presentasi lisan didepan publik, dan materi-materi lain yang diterbitkan.(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada masyarakatmelalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan keilmuannya sehinggamasyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruanpenafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan/atau praktik psikologi.Pernyataan tersebut harus disampaikan dengan; Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati,Lebih mendasarkan pada kepentingan umum daripada pribadi atau golongan, Berpedomanpada dasar ilmiah dan disesuaikan dengan bidang keahlian/kewenangan selama tidakbertentangan dengan kode etik psikologi.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pernyataan yang dibuat harus mencantumkangelar atau identitas keahlian pada karya di bidang psikologi yang dipublikasikan sesuai dengangelar yang diperoleh dari institusi pendidikan yang terakreditasi secara nasional ataumencantumkan sebutan psikolog sesuai sertifikat yang diperoleh.(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak membuat pernyataan palsu, menipu atau curangmengenaia) Gelar akademik/ijazahb) Gelar profesic) Pelatihan, pengalaman atau kompetensi yang dimilikid) Izin Praktik dan Keahliane) Kerjasama institusional atau asosiasif) Jasa atau praktik psikologi yang diberikang) Konsep dasar ilmiah, atau hasil dan tingkat keberhasilan jasa layananh) Biayai) Orang-orang atau organisasi dengan siapa bekerjasamaj) Publikasi atau hasil penelitianPasal 29Keterlibatan Pihak lain Terkait Pernyataan Publik(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang melibatkan orang atau pihak lain untukmenciptakan atau menempatkan pernyataan publik yang mempromosikan praktek profesional,hasil penelitian atau aktivitas yang bersangkutan, tanggung jawab profesional atas pernyataantersebut tetap berada di tangan Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha mencegah orang atau pihak lain yang dapatmereka kendalikan, seperti lembaga tempat bekerja, sponsor, penerbit, atau pengelola mediadari membuat pernyataan yang dapat dikategorikan sebagai penipuan berkenaan dengan jasalayanan psikologi. Bila mengetahui adanya pernyataan yang tergolong penipuan ataupemalsuan terhadap karya mereka yang dilakukan orang lain, Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi berusaha untuk menjelaskan kebenarannya. (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak memberikan kompensasi pada karyawan pers,baik cetak maupun elektronik atau media komunikasi lainnya sebagai imbalan untuk publikasipernyataannya dalam berita.Pasal 30Deskripsi Program Pendidikan Non GelarPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi bertanggung jawab atas pengumuman, katalog, brosuratau iklan, seminar atau program non gelar yang dilakukannya. Psikolog dan/ atau IlmuwanPsikologi memastikan bahwa hal yang diberitakan tersebut menggambarkan secara akurattentang tujuan, kemampuan tentang pelatih, instruktur, supervisor dan biaya yang terkait.Pasal 31Pernyataan Melalui MediaPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam memberikan keterangan pada publik melalui mediacetak atau elektronik harus berhati-hati untuk memastikan bahwa pernyataan tersebut:a) Konsisten terhadap kode etik.b) Berdasar pada pengetahuan/pendidikan profesional, pelatihan, konsep teoritis dan konseppraktik psikologi yang tepat.c) Berdasar pada asas praduga tak bersalah.d) Telah mempertimbangkan batasan kerahasiaan sesuai dengan pasal 24 buku kode etik ini.e) Pernyataan melalui media terkait dengan bidang psikologi forensik terdapat dalam pasal 61buku kode etik ini.Pasal 32Iklan Diri yang BerlebihanPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam menjelaskan kemampuan atau keahliannya harusbersikap jujur, wajar, bijaksana dan tidak berlebihan dengan memperhatikan ketentuan yangberlaku untuk menghindari kekeliruan penafsiran di masyarakat.BAB VIIBIAYA LAYANAN PSIKOLOGIPasal 33Penjelasan Biaya dan BatasanPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjunjung tinggi profesionalitas dan senantiasa terusmeningkatkan kompetensinya. Berkaitan dengan hal tersebut Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi perlu dihargai dengan imbalan sesuai profesionalitas dan kompetensinya. Pengenaanbiaya atas layanan psikologi kepada pengguna jasa perorangan, kelompok,lembaga atau organisasi/institusi harus disesuaikan dengan keahlian dan kewenanganPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, dengan kewajiban untuk mengutamakan dasar-dasarprofesional.(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi pada saat awal sebelum kontrak layanan dilakukan,perlu menjelaskan kepada pengguna layanan psikologi secara rinci hak dan kewajibanmasingmasing pihak termasuk biaya layanan psikologi yang disediakannya, sesuai kompetensikeilmuan dan profesional yang dimiliki, dalam cakupan standar yang pantas untuk masyarakat/kelompok pengguna layanan psikologi khusus.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat menggunakan berbagai cara termasuk tindakanhukum untuk mendapatkan imbalan layanan yang telah diberikan jika pengguna layanan tidakmemberikan imbalan sebagaimana yang telah disepakati. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologiharus memberitahu pihak yang bersangkutan terlebih dahulu bahwa tindakan tersebut akandilakukan, serta memberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan permasalahan sebelumtindakan hukum dilakukan. (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak menahan catatan yang diperlukan untukpenanganan darurat terhadap pengguna layanan psikologi, hanya atau semata-mata karenaimbalan terhadap layanan psikologi yang diberikan belum diterima.(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak bersedia memenuhi permintaan layanan psikologiyang diketahui melanggar Kode Etik seperti yang dicantumkan dalam keseluruhan pasal-pasaldalam Kode Etik ini, apalagi menerima imbalan dalam bentuk uang atau dalam bentuk lain untukpekerjaan tersebut.(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sebagai bentuk kepedulian pada masyarakat dapat danbaik untuk menjalankan, atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas penyediaan layanan psikologisecara suka rela, dengan tetap menjunjung tinggi profesionalitas.Pasal 34Rujukan dan BiayaPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membagi imbalan dengan profesional lain, atasan ataubawahan, pembayaran terhadap masing-masing harus berdasarkan layanan yang diberikan dansudah diatur sebelum pelaksanaan layanan psikologi dilakukan.Pasal 35Keakuratan Data dan Laporan kepada Pembayar atau Sumber DanaPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memastikan keakuratan data dan laporan pemeriksaanpsikologi kepada pembayar layanan atau sumber dana.Pasal 36Pertukaran (Barter)Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat menerima benda atau imbalan non uang daripengguna layanan psikologi sebagai imbalan atas pelayanan psikologi yang diberikan hanya jikatidak bertentangan dengan kode etik dan pengaturan yang dihasilkan tidak eksploitatif.BAB VIIIPENDIDIKAN dan/atau PELATIHANPasal 37Pedoman Umum(1) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku individu/kelompok/komunitasyang bertujuan membawa kearah yang lebih baik melalui upaya pengajaran dan pelatihan.(2) Pendidikan dalam pengertian ini termasuk pendidikan bergelar atau non gelar. Pendidikan bergelar yaitu program pendidikan yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi. Pendidikan non gelar adalah kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi, Himpsi,Asosiasi/Ikatan Minat dan/ atau Praktik Spesialisasi Psikologi atau lembaga lain yangkegiatannya mendapat pengakuan dari Himpsi(3) Pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan membawa kearah yang lebih baik yang dapatdilaksanakan oleh Perguruan Tinggi, Himpsi, Asosiasi/Ikatan Minat dan/atau Praktik SpesialisasiPsikologi atau lembaga lain yang kegiatannya mendapat pengakuan dari HimpsiPasal 38Rancangan dan Penjabaran Program Pendidikan dan/atau Pelatihan(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang bertanggung jawab atas program pendidikan dan/atau pelatihan mengadakan langkah-langkah yang tepat untuk memastikan bahwa programyang dirancang memberikan pengetahuan yang tepat dan pengalaman yang layak untukmemenuhi kebutuhan.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah yang memadai guna memastikanpenjabaran rencana pendidikan dan/atau pelatihan secara tepat dengan materi yang akan dibahas, dasar-dasar untuk evaluasi kemajuan dan sifat dari pengalaman pendidikan. Standarini tidak membatasi pendidik, pelatih atau supervisor untuk memodifikasi isi program pendidikandan/ atau pelatihan atau persyaratan jika dipandang penting atau dibutuhkan, selama pesertapendidikan dan/atau pelatihan diberitahukan akan adanya perubahan dalam rangkamemungkinkan mereka untuk memenuhi persyaratan pendidikan dan/atau pelatihan.(3) Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi menyusun program pendidikan dan/atau pelatihanberdasarkan teori dan bukti-bukti ilmiah dan berorientasi pada kesejahteraan peserta pendidikandan/atau pelatihan Jika psikolog atau ilmuwan Psikologi menggunakan program yang telahdisusun oleh pihak lain, maka ia seyogyanya mendapatkan ijin penggunaan program tersebutatau setidak-tidaknya mencantumkan nama penyusun program.(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam melaksanakan pendidikan dan/atau pelatihandiawali dengan menyusun rencana berdasarkan teori yang relevan sehingga dapat dipahamioleh pihak-pihak lain yang berkepentingan. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membuatdesain pendidikan dan/atau pelatihan, melaksanakan dan melaporkan hasil yang disusun sesuaidengan stndar atau kompetensi ilmiah dan etik.Pasal 39Keakuratan dalam Pendidikan dan/atau PelatihanPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah yang tepat guna memastikan rencanapendidikan dan/atau pelatihan berdasar perkembangan kemajuan pengetahuan terkini dansesuai dengan materi yang akan dibahas serta berdasarkan kajian teoritik maupun bukti-buktiempiris yang ada.Pasal 40Informed Consent dalam Pendidikan dan/atau PelatihanPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memperoleh persetujuan untuk melaksanakanpelatihan sebagaimana yang dinyatakan dalam standar informed consent, kecuali jikaa) Pelaksanaan pelatihan diatur oleh peraturan pemerintah atau hukum;b) Pelaksanaan dilakukan sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, kelembagaan atauorgainsasi secara rutin misal: syarat untuk kenaikan jabatan.Pasal 41Pengungkapan Informasi Peserta Pendidikan dan/atau Pelatihan(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah-langkah untuk melindungiperorangan atau kelompok yang akan menjadi peserta pendidikan dan/atau pelatihan darikonsekuensi yang tidak menyenangkan, baik dari keikutsertaan atau penarikan diri/pengundurandari keikutsertaan.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak meminta peserta pendidikan dan/atau pelatihanuntuk mengungkapkan informasi pribadi mereka dalam kegiatan yang berhubungan denganprogram yang dilakukan, baik secara lisan atau tertulis, yang berkaitan dengansejarah kehidupan seksual, riwayat penyiksaan, perlakuan psikologis dari hubungan denganorangtua, teman sebaya, serta pasangan atau pun orang-orang yang signifikan lainnya. Haltersebut tidak diberlakukan, kecuali jika program ini menjadi satu cara atau pendekatanyang dianggap penting dan tepat untuk dapat memahami, berempati, memfasilitasi pemulihandan/atau memampukan peserta untuk menemukan pendekatan penanganan yang tepat bagi isuatau kasus khusus tersebut.(3) Bila pengungkapan informasi pribadi yang peka harus dilakukan, hal tersebut harusdilakukan oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang terlatih untuk memastikankebermanfaatan maksimal, mencegah dampak negatif dari hal tersebut, serta untuk tetapmemastikan tidak diungkapkannya informasi pribadi tersebut dalam konteks lain di luar kegiatanini oleh semua pihak yang terlibat.Pasal 42Kewajiban Peserta Pendidikan dan/atau Pelatihan untuk Mengikuti Program Pendidikanyang disyaratkanBila suatu pendidikan dan/atau pelatihan atau suatu kegiatan merupakan persyaratan dalamsuatu program pendidikan dan/atau pelatihan, maka penyelenggara harus bertanggung jawabbahwa program tersebut tersedia. Pendidikan dan/ atau pelatihan yang disyaratkan tersebutdiberikan oleh ahli dalam bidangnya yang dapat tidak berhubungan dengan program pendidikandan/ atau pelatihan tersebut.Pasal 43Penilaian Kinerja Peserta Pendidikan dan/atau Pelatihan atau Orang yang Disupervisi(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengawasan atausupervisi, menetapkan proses yang spesifik dan berjadwal untuk memberikan umpanbalik kepada peserta pendidikan dan/atau pelatihan atau orang yang disupervisi. Informasimengenai proses tersebut diberikan pada awal pengawasan.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengevaluasi kinerja peserta pendidikan dan/atau pelatihan atau orang yang disupervisi berdasarkan persyaratan program yang relevan dantelah ditetapkan sebelumnya.Pasal 44Keakraban Seksual dengan Peserta Pendidikan dan/atau Pelatihan atau Orang yang diSupervisi(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak terlibat dalam keakraban seksual dengan pesertapendidikan dan/atau pelatihan atau orang yang sedang disupervisi, orang yang berada di agensiatau biro konsultasi psikologi, pusat pelatihan atau tempat kerja dimana Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tersebut mempunyai wewenang akan menilai atau mengevaluasimereka.(2) Bila hal di atas tidak terhindari karena berbagai alasan misalnya karena adanya hubungankhusus yang telah terbawa sebelumnya, tanggungjawab tersebut harus dialihkan pada Psikologdan/atau Ilmuwan Psikologi lain yang memiliki hubungan netral dengan peserta untukmemastikan obyektivitas dan meminimalkan kemungkinan-kemungkinan negatif pada semuapihak yang terlibat.BAB IXPENELITIAN dan PUBLIKASIPasal 45Pedoman Umum(1) Penelitian adalah suatu rangkaian proses secara sistematis berdasar pengetahuan yangbertujuan memperoleh fakta dan/atau menguji teori dan/atau menguji intervensi yangmenggunakan metode ilmiah dengan cara mengumpulkan, mencatat dan menganalisis data.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam melaksanakan penelitian diawali denganmenyusun dan menuliskan rencana penelitian sedemikian rupa dalam proposal dan protokolpenelitian sehingga dapat dipahami oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan. Psikologdan/atau Ilmuwan Psikologi membuat desain penelitian, melaksanakan, melaporkanhasilnya yang disusun sesuai dengan standar atau kompetensi ilmiah dan etika penelitian.Pasal 46Batasan Kewenangan dan Tanggung Jawab(1) Batasan kewenangana) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memahami batasan kemampuan dan kewenanganmasing-masing anggota Tim yang terlibat dalam penelitian tersebut. b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat berkonsultasi dengan pihak-pihak yang lebih ahlidi bidang penelitian yang sedang dilakukan sebagai bagian dari proses implementasi penelitian.Konsultasi yang dimaksud dapat meliputi yang berkaitan dengan kompetensi dan kewenanganmisalnya badan-badan resmi pemerintah dan swasta, organisasi profesi lain, komite khusus,kelompok sejawat, kelompok seminat, atau melalui mekanisme lain.(2) Tanggung jawaba) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasilpenelitian yang dilakukan.b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memberi perlindungan terhadap hak dan kesejahteraanpartisipan penelitian atau pihak-pihak lain terkait, termasuk kesejahteraanhewan yang digunakan dalam penelitian.Pasal 47Aturan dan Izin Penelitian(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memenuhi aturan profesional dan ketentuanyang berlaku, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penulisan publikasi penelitian.Dalam hal ini termasuk izin penelitian dari instansi terkait dan dari pemangku wewenangdari wilayah dan badan setempat yang menjadi lokasi.(2) Jika persetujuan lembaga, komite riset atau instansi lain terkait dibutuhkan, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memberikan informasi akurat mengenai rancangan penelitiansesuai dengan protokol penelitian dan memulai penelitian setelah memperoleh persetujuan.Pasal 48Partisipan Penelitian(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah-langkah untuk melindungiperorangan atau kelompok yang akan menjadi partisipan penelitian dari konsekuensi yangtidak menyenangkan, baik dari keikutsertaan atau penarikan diri/pengunduran darikeikutsertaan.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berinteraksi dengan partisipan penelitian hanya dilokasi dan dalam hal-hal yang sesuai dengan rancangan penelitian, yang konsisten denganperannya sebagai peneliti ilmiah. Pelanggaran terhadap hal ini dan adanya tindakanpenyalahgunaan wewenang dapat dikenai butir pelanggaran seperti tercantum dalam pasal danbagian-bagian lain dari Kode Etik ini (misalnya pelecehan seksual dan bentuk pelecehan lain).(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memberi kesempatan adanya pilihan kegiatanlain kepada partisipan mahasiswa, peserta pendidikan, anak buah/bawahan, orang yangsedang menjalani pemeriksaan psikologi bila ingin tidak terlibat/mengundurkan diri darikeikutsertaan dalam penelitian yang menjadi bagian dari suatu proses yang diwajibkan dandapat dipergunakan untuk memperoleh kredit tambahan.Pasal 49Informed Consent dalam PenelitianSebelum pengambilan data penelitian Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjelaskan padacalon partisipan penelitian dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan istilah-istilahyang dipahami masyarakat umum tentang penelitian yang akan dilakukan. Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi menjelaskan kepada calon partisipan asas kesediaan sebagai partisipanpenelitian yang menyatakan bahwa keikutsertaan dalam penelitian yang dilakukan bersifatsukarela, sehingga memungkinkan pengunduran diri atau penolakan untuk terlibat. Partisipanharus menyatakan kesediaannya seperti yang dijelaskan pada pasal yang mengatur tentang itu.(1) Informed consent PenelitianDalam rangka mendapat persetujuan dari calon partisipan, Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi menjelaskan proses penelitian. Secara lebih terinci informasi yang penting untuk disampaikan adalah:a) Tujuan penelitian, jangka waktu dan prosedur, antisipasi dari keikutsertaan, yang biladiketahui mungkin dapat mempengaruhi kesediaan untuk berpartisipasi, seperti risikoyang mungkin timbul, ketidaknyamanan, atau efek sebaliknya; keuntungan yang mungkindiperoleh dari penelitian; hak untuk menarik diri dari keikutsertaan dan mengundurkan diri daripenelitian setelah penelitian dimulai, konsekuensi yang mungkin timbul dari penarikandan pengunduran diri; keterbatasan kerahasiaan; insentif untuk partisipan; dan siapa yang dapatdihubungi untuk memperoleh informasi lebih lanjut.b) Jika partisipan penelitian tidak dapat membuat persetujuan karena keterbatasan atau kondisikhusus, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi melakukan upaya memberikan penjelasan danmendapatkan persetujuan dari pihak berwenang yang mewakili partisipan, atau melakukanupaya lain seperti diatur oleh aturan yang berlaku.c) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang mengadakan penelitian intervensi dan/ataueksperimen, di awal penelitian menjelaskan pada partisipan tentang perlakuan yang akandilaksanakan; pelayanan yang tersedia bagi partisipan; alternatif penanganan yang tersediaapabila individu menarik diri selama proses penelitian; dan kompensasi atau biaya keuanganuntuk berpartisipasi; termasuk pengembalian uang dan halhal lain terkait bila memang adaketika menawarkan kesediaan partisipan dalam penelitian.d) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha menghindari penggunaan segalabentuk pemaksaan termasuk daya tarik yang berlebihan agar partisipan ikut serta dalampenelitian. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjelaskan sifat dari penelitian tersebut,berikut risiko, kewajiban dan keterbatasannya.(2) Informed Consent Perekaman Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sebelummerekam suara atau gambar untuk pengumpulan data harus memperoleh izin tertulis daripartisipan penelitian. Persetujuan tidak diperlukan bila perekaman murni untuk kepentinganobservasi alamiah di tempat umum dan diantisipasi tidak akan berimplikasi teridentifikasi atauterancamnya kesejahteraan atau keselamatan partisipan penelitian atau pihak-pihak terkait. Bilapada suatu penelitian dibutuhkan perekaman tersembunyi, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimelakukan perekaman dengan tetap meminimalkan risiko yang diantisipasi dapat terjadi padapartisipan, dan penjelasan mengenai kepentingan perekaman disampaikan dalam debriefing.(3) Pengabaian informed consent Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak harus memintapersetujuan partisipan penelitian, hanya jika penelitian melibatkan individu secara anonim ataudengan kata lain tidak melibatkan individu secara pribadi dan diasumsikan tidak ada risikogangguan pada kesejahteraan atau keselamatan, serta bahaya-bahaya lain yang mungkintimbul pada partisipan penelitian atau pihak-pihak terkait. Penelitian yang tidak harusmemerlukan persetujuan partisipan antara lain adalah:a) penyebaran kuesioner anonim;b) observasi alamiah;c) penelitian arsip;yang ke semuanya tidak akan menempatkan partisipan dalam resiko pemberian tanggung jawabhukum atas tindakan kriminal atau perdata, resiko keuangan, kepegawaian atau reputasi namabaik dan kerahasiaan.Pasal 50Pengelabuan/Manipulasi dalam Penelitian(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan menipu atau menutupi informasi,yang mungkin dapat mempengaruhi calon niat partisipan untuk ikut serta, sepertikemungkinan mengalami cedera fisik, rasa tidak menyenangkan, atau pengalaman emosionalyang negatif. Penjelasan harus diberikan sedini mungkin agar calon partisipan dapatmengambil keputusan yang terbaik untuk terlibat atau tidak dalam penelitian.(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi boleh melakukan penelitian dengan pengelabuan,teknik pengelabuan hanya dibenarkan bila ada