229-488-1-pb_2

Upload: agushermansyah

Post on 23-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    1/12

    1JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    Penerapan Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka

    Batang Beton Bertulang

    Tedy Wonlele1)

    , Sri Murni Dewi2)

    , Siti Nurlina3)

    1) Dosen Politeknik Negeri Kupang

    Jl. Adisucipto Penfui Kupang, PO BOX 139 Nusa Tenggara Timur

    E-mail: [email protected],3)

    Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas BrawijayaJl. MT. Haryono 167, Malang 651

    ABSTRAK

    Penerapan bambu sebagai tulangan dalam beton bertulang berangkat dari kenyataan akan kekuatan tarik

    bambu yang besar, merupakan material yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan sedangkan baja

    merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui sehingga keberadaanya akan habis. Rangka atap

    bangunan sederhana merupakan salah satu jenis struktur yang dapat menggunakan beton bertulang bambu.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kapasitas beban runtuh rangka batang beton bertulang

    bambu, (2) Megetahui perilaku keruntuhan rangka batang beton bertulang bambu, (3) Mengetahui pengaruhvariasi ketinggian batang vertikal terhadap kapasitas beban runtuh dan pola keruntuhan beton bertulang

    bambu, (4) Mengetahui tegangan-tegangan yang bekerja pada elemen-elemen struktur rangka batang beton

    bertulang bambu. Penelitian ini menggunakan 6 buah benda uji rangka batang beton bertulang bambu,

    dimana 3 buah RB-100 dan 3 buah RB-80. Dimensi seluruh benda uji adalah panjang 240 cm dan dimensi

    penampang 8 x 8 kecuali tinggi 100 cm untuk RB-100 dan 80 cm untuk RB 80. Kesemuanya diuji denganmemberikan beban terpusat pada 3 buah titik simpul sejarak 60 cm, 120 cm dan 240 cm dari perletakan.

    Berdasarkan analisi hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan: (1) RB-100 mampu memikul beban total lebih

    besar dari RB-8 namun variasi ketinggian RB-100 dan RB-80 tidak memberikan perbedaan beban

    maksimum yang signitifikan dimana nilai-nilai beban dianalisis dengan statistic yang memberikan penolakan

    a = 5%, (2) Keruntuhan awal yang terjadi pada struktur rangka batang beton bertulang bambu adalah

    keruntuhan tarik yang diperlihatkan dengan pola retak yang tegak lurus batang tarik horizontal namunkeruntuhan seluruh struktur disebabkan karena keruntuhan titik buhul perletakan akibat pengaruh gaya geser

    dan gaya tekan , (3) Tegangan-tegangan pada RB-100 lebih besar dari tegangan-tegangn RB-80, (4) Rangka

    batang beton bertulang bambu cukup berpotensi untuk menggantikan rangka batang kayu

    Kata kunci: Rangka batang, beton, bambu

    Pendahuluan

    Dalam banyak bangunan,

    penggunakan material beton dan baja

    memegang peranan yang sangat penting.

    Beton adalah material mutu tinggi dengankemampuan menahan api dan gempa bumi

    pada bangunan. Namun demikian beton

    mempunyai kekurangan yaitu kekuatan

    tarik yang kecil. Oleh karena itu, perlu

    tulangan untuk menahan gaya tarik untuk

    memikul beban-beban yang berkerja pada

    beton. Baja adalah meterial yang terbaik

    untuk menggantikan kekuatan tarik yang

    kecil dari beton.

    Pada struktur bangunan-bangunan

    bertingkat tinggi, penggunaan baja ataubeton bertulang masih belum tergantikan

    akan tetapi untuk bangunan-bagunan tidak

    bertingkat atau bertingkat rendah terdapat

    banyak material-material yang telah

    digunakan, salah satu diantarnya adalah

    bambu. Bambu umumnya digunakansebagai struktur bangunan misalnya pada

    struktur bangunan tradisional ataupun

    jembatan akan tetapi banyak peneliti telah

    mencoba menerapkan bambu sebagai

    tulangan dalam beton bertulang untuk

    manggantikan kuat tarik beton yang kecil.

    Penelitian-penelitian ini berangkat dari

    dari kenyataan akan kekuatan tarik bambu

    yang besar dan kenyataan bahwa baja

    merupakan bahan tambang yang tidak

    dapat diperbaharui, sehinggakeberadaannya suatu saat akan habis.

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    2/12

    2JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    Bambu mempunyai pertumbuhan

    yang sangat cepat. Jenis tertentu dari

    bambu bahkan dapat tumbuh 5 cm per jam

    atau 120 cm per hari. Berbeda dengan

    kayu yang baru siap di tebang dengan

    kualitas baik setelah umur 40-50 tahunbambu dengan kualitas baik dapat

    diperoleh dalam umur 3 -- 5 tahun.

    Beberapa aspek positif dari bambu adalah

    ringan,kuat, ulet, rata, keras, mudah

    dikerjakan, flexibilitas yang lebih baik,

    dan berbentuk dinding tipis yang di bagi

    menjadi ruas-ruas yang memeberikan

    kekuatan besar sehingga baik untuk

    dijadikan bahan konstruksi.

    Kebutuhan energi untuk

    memproduksi 1 m3 per unit tegangandalam praktek untuk material yang

    biasanya digunakan dalam konstruksi sipil,

    seperti baja dan beton telah dibandingkan

    dengan bambu. Ditemukan bahwa untuk

    baja membutuhkan 50 kali energy lebih

    banyak dari bambu. Kekuatan tarik dari

    bambu adalah reltive tinggi dan dapat

    mencapai 370 MPa. Ini membuat bambu

    menjadi subuah alternative pengganti baja

    dalam aplikasi beban tarik. Ini adalah

    sebuah fakta bahwa rasio tegangan tarik

    terhadap berat spesifik bambu adalah 6

    kali lebih besar dari baja. (Ghavami,

    2000)

    Bambu sebagai tulangan beton

    bertulang telah banyak di teliti diantaranya

    adalah oleh Khare (2005) yang meneliti

    balok beton bertulang bambu dan

    menyimpulkan bahwa bambu sangat

    potensial digunakan untuk menggantikan

    tulangan baja. Ghavami (2000), yangmeneliti tentang kolom beton bertulang

    bambu dan menyimpulkan secara umum

    bahwa 3% persen tulangan bambu yang di

    treatment dengan Sikadur-32 Gel akan

    memberikan hasil yang bagus seperti

    tulangan baja konvensinal dalam beton

    normal.

    Walaupun berpotensi digunakan

    sebagai material bangunan, bambu juga

    memiliki kelemahan seperti mudah

    terbakar, terlalu lentur, berlubang dan

    tidak awet. Dengan menggunakan bambu

    sebagai tulangan beton selain dapat

    mengurangi biaya bangunan dan memakai

    material yang ramah lingkungan juga

    dengan bambu yang tercover oleh lapisanbeton maka akan mengurangi salah satu

    kekurangan bambu yaitu mudah terbakar.

    Pada penelitian ini memfokuskan pada

    penerapan bambu sebagai tulangan pada

    struktur rangka beton bertulang.

    Perumusan masalah (1) Apakah

    struktur rangka beton bertulang bambu

    mampu manahan beban seperti pada

    rangka batang kayu? (2) Bagaimana

    perilaku model/keruntuhan rangka batang

    beton bertulang dengan bambu sebagaitulangan? (3) Berapa besar tegangan-

    tegangan yang bekerja pada struktur

    rangka batang beton bertulang bambu?

    Tujuan dari penelitian ini adalah (1)

    Mengetahui kapasitas beban runtuh rangka

    batang beton bertulang bambu.(2)

    Megetahui perilaku keruntuhan rangka

    batang beton bertulang bambu, (3)

    Mengetahui pengaruh variasi ketinggian

    batang vertical terhadap kapasitas beban

    runtuh dan pola keruntuhan beton

    bertulang bambu, (4) Mengetahui

    tegangan-tegangan yang bekerja pada

    elemen-elemen struktur rangka batang.

    Tinjauan pustaka

    Rangka batang adalah susunan

    elemen-elemen linier yang membentuk

    segitiga atau kombinasi segitiga, sehingga

    membentuk rangka yang tidak dapat

    berubah bentuk apabila di beri bebaneksternal tanpa adanya perubahan bentuk

    pada satu atau lebih batangnya. Setiap

    elemen tersebut secara khas dianggap

    tergabung pada titik hubung sendi

    (Scodek 1995).

    Rangka batang sederhana yang

    menggunakan batang relative sedikit

    seringkali di jumpai pada atap. Prinsip

    utama yang mendasari penggunaan rangka

    batang sebagai struktur pemikul beban

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    3/12

    3JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    adalah penyusunan elemen menjadi

    konfigurasi segitiga hingga menjadi

    bentuk stabil. Beban external pada rangka

    batang adalah beban terpusat dan di

    anggap bekerja pada titik simpul atau

    sendi. Efek beban eksternal inimenyebabkan keadaan tarik murni atau

    tekan murni pada setiap batang.

    Gambar 1. Beban rangka batang

    Karakteristik betonKuat tekan fc ditentukan dengan

    silinder standar berukuran 6 in x 12 in

    (diameter 150 mm dan tinggi 300 mm

    untuk SNI) yang di rawat di bawah kondisi

    standar laboratorium dan dibebani pada

    kecepatan pembebanan tertentu, pada

    umur 28 hari.

    Kuat tarik beton menggunakan

    rumus:

    fcr = 0,5 ..(1)Modulus elastisitas beton normal

    menggunakan rumus:

    Ec= 4700(dalam MPa) ..(2)Asumsi-asumsi dalam perencanaan

    rangka batang beton bertulag bambu

    adalah seperti pada beton bertulangan baja

    yaitu:

    Regangan pada baja dan betonberbanding lurus dengan jaraknya dari

    sumbu netral.

    Regangan pada serat beton terluar ecadalah 0,003. Tegangan yang terjadi pada baja fs

    dibawah kuat leleh yang ditentukan fy

    untuk mutu tulangan yang digunakan

    adalah fs= Es . esdan untuk tegangan

    fs fy maka tegangan maksimum di

    tepakan sama dengan tegangan

    lelehnya.

    Kuat tarik beton diabaikan.

    Bila diaplikasikan beton bertulang

    bambu maka anggapan-anggapan untuk

    beton adalah sama sedangkan untuk

    bambu tegangan leleh baja fy

    diidealisasikan menjadi tegangan tarik

    bambu dan dinyatakan sebagai fbambu.

    Analisis Batang Beton Bertulang

    Dengan Beban Axial Tekan Murni

    Kapasitas beban sentries

    maksimum adalah P0dapat dinyatakan

    sebagai:

    P0=0,85 fc(Ag Ast) + (Ast. fy)..( 3)

    Rumus (3) diidealisasikan untuk

    tulangan bambu maka akan di dapatkan:

    P0 = 0,85 fc(Ag Abambu)

    + (Abambu. ftk bambu)................................(4)Dimana:

    Ag = Luas penampang bruto beton

    fc = Kuat tekan beton

    Abambu = Luas penampang bambu

    ftk bambu = Kuat tekan bambu

    Rumus (4) adalah kondisi dimana

    beton telah mencapai kekuatan maksimum.

    Untuk mencari tegangan tekan yang

    bekerja pada elemen beton menggunakan

    rumus:

    stk=

    ( 5)

    Dengan:

    Aekv= An+

    Abambu.(6)

    Dimana:

    stk = Tegangan tekan

    P = Gaya tekan pada elemen

    rangka batang

    Aekv = Luas ekivalen

    Eb = Elastisitas bambuEc = Elastisitas beton

    Analisis Batang Beton Bertulang

    Dengan Beban Axial Tarik Murni

    Pada perencanaan tarik beton

    bertulan umumnya beban tarik diabaikan

    karena kuat tarik beton yang kecil akan

    tetapi pada nilai beban yang kecil sebelum

    terjadinya retak beton maka kekuatan tarik

    ditahan oleh beton dan baja sehingga

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    4/12

    4JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    kapasitas beban tarik maksimum dengan

    memperhitungkan kuat tarik beton adalah:

    P0 = 0,85 fcr(Ag Ast)

    + (Ast. fy)................................(7)

    Rumus (7) diidealisasikan untuk

    tulangan bambu maka akan di dapatkan:P0 = 0,85 fcr(Ag Abambu)

    + (Abambu. ftr bambu)...........................(8)

    Dimana:

    Ag = Luas penampang bruto beton

    fcr = Kuat tarik beton

    Abambu = Luas penampang bambu

    ftr bambu = Kuat tarik bambu

    Tegangan tarik pada saat beton

    masih dalam kondisi elastis

    menggunakan rumus:

    str=

    ....(9)

    Sedangkan setelah tegangan tarik

    maksimum telah dilampaui maka gaya

    tarik hanya di tahan oleh tulangan

    bambu sehingga besarnya tegangan

    tarik adalah:

    str=

    ..(10)

    Karakteristik Bambu

    Kuat tarik bambu menggunakan

    rumus:

    sult =

    (11)

    Dimana:

    sult = kuat tarik ultimate dalam MPa

    Fult = Beban maksimum pada saat

    runtuh dalam NA = Luas potongan melintang

    Metodologi penelitian

    Penelitian ini adalah penelititian

    eksperiment di laboratorium. Sedangkan

    analisis yang dilakukan adalah analisis

    data hasil pengujian dan analisis teoritis.

    Penelitian ini menggunakan 6 buah

    benda uji dimana 3 buah mewakili

    kelompok RB-100 dan 3 buah mewakili

    kelompok RB-80. Dimensi benda uji

    kelompok RB-80 adalah rangka batang

    panjang 240 cm, tinggi 80 cm dengan

    dimensi penampang 8 x 8 cm dan dimensi

    benda uji untuk kelompok RB-100 adalah

    rangka batang panjang 240 cm, tinggi 100cm dengan dimensi penampang 8 x 8 cm

    (RB - 100).

    Kuat tekan beton yang dituju 22,5

    MPa. Campuran beton menggunakan mix

    desin khusus dengan perbandingan berat

    PC:Pasir:Kerikil = 392:887:887. Bambu

    yang digunakan adalah bambu jenis Ori.

    Untuk mengatasi kembang susut yang

    terjadi pada bambu maka bambu dilapisai

    dengan lapisan kedap air. Lapisan kedap

    air ini menggunakan cat kayu. Sesaatsetelah bambu di cat maka permukaan

    bambu ditaburu pasir halus untuk

    memberikan daya lekat dengan beton.

    Pengujian benda uji setelah berumus

    28 hari. Pengujian dilakukan dengan

    memberi beban terpusat pada benda uji

    rangka batang pada 3 buah titik simpul. 3

    buah dial gauge dipasang pada 3 titik

    untuk membaca lendutan yang terjadi.

    Untuk tegangan pada rangka batang

    dengan memasang alat ukur regangan

    strain gauge pada 2 titik pada rangka

    batang dan pada masing-masing titik

    dipasang strain gauge pada bambu dan

    beton. Selama proses pengujian dilakukan

    pencatatan nilai beban dan deformsai yang

    terjadi. Variabel terikat pada penelitian ini

    adalah gaya vertikal P, lendutan (), pola

    retak dan jenis keruntuhan sedangkan

    variabel bebas adalah tinggi rangka

    batang.

    Hasil dan pembahasan

    Pengujian yang dilakukan pada

    rangka batang RB-100 , RB-80

    memberikan hasil analisis seperti yang

    ditampilkan pada gambar dan tabel

    berikut.

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    5/12

    5JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    80

    A

    A

    A

    A

    21x2

    21x2 5-10

    60 60 60 60

    240

    Potongan A - A

    5-10

    1

    41x1

    6 18

    8

    Gambar 2. Penulangan rangka batang RB-80

    100

    A

    A

    A

    A

    2D1x2

    2D1x2 5-10

    60 60

    240

    Potongan A - A

    1

    41x1

    6 18

    8

    60 60

    40

    5-10

    Gambar 3. Penulangan rangka batang RB-100

    Gambar 4. Benda uji RB-100 dan RB-80

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    6/12

    JURNAL REKAYA

    Gambar 5. Grafik Beban-Lend

    Benda

    Uji

    Jarak

    dari

    perletakan

    A 20

    B 120

    C 180

    Rata-rata

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 2 4 6 8 1 0

    Be

    ban(P)-kg

    Lendutan () - mm

    GRAFIK P - RB-100, RB-100B DAN RB-100C PA

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 2 4 6 8

    Beban(P)-kg

    Lendutan () - mm

    GRAFIK P - RB-100A, RB-100B, RB-100C PAD

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    0 2 4 6 8 10

    Beban(P)-kg

    Lendutan () - mm

    GRAFIK P - RB-#0A, RB-#0B

    RB-#0C PADA TITIK B!L

    A SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 197

    tan RB-100 Gambar 6. Grafik Beban-L

    abel 1.Lendutan maksimum rangka batang

    Lendutan () Maximum(mm)

    Rangka batang RB-100 Rangka b

    Titik1

    Titik2

    Titik3

    Titik1

    Titik2

    8,94 9,73 5,73 8,32 11,00

    9,89 10,12 7,70 10,33 11,62

    8,71 12 8,73 6,52 8,49

    9,18 10,617 7,387 8,39 10,37

    DA TITIK B!L 1

    RB-100A

    RB-100B

    RB-100C

    RERATA TTK

    1

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    0 2 4 6 8 10

    Beb

    an(P)-kg

    Lendutan () - mm

    GRAFIK P - RB-#0A, RB-#0B DAN

    RB-#0C PADA TITIK B!L 1

    10

    A TITIK B!L "

    RB-

    100B

    RB-

    100c

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 2 4 6 8 10

    B

    eban(P)-kg

    Lendutan () - mm

    GRAFIK P - RB-100A, RB-100B DAN RB-100C PAD

    12

    AN

    RB-80A

    RB-80B

    RB-80C

    RERATA TTK 2

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    0 2 4 6 8

    Beban(P)-kg

    Lendutan () - mm

    GRAFIK P - RB-80A, RB-80B DA

    RB-80C PADA TITIK BUHUL 3

    68 - 5658

    ndutan RB-80

    atang RB-80

    Titik3

    9,77

    12,62

    9,81

    10,733

    12

    RB-80B

    RB-80A

    RB-80C

    RERATA TTK 1

    12

    A TITIK B!L $

    RB-100A

    RB-100B

    RB-100C

    RERATA TTK 2

    10

    N

    RB-80A

    RB-80B

    RB-80C

    RERATA TTK 3

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    7/12

    JURNAL REKAYA

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    0 0,0001 0,0002 0,0003

    Tegangan(%)-&Pa

    Regangan (e) - mm

    GRAFIK %-e BA&B

    RB-100 BATANG T

    Ben

    A

    5044

    P max

    ( a )

    G

    G

    ( a )

    Gambar 9. Pola reta

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    0 0,00002 0,00004 0,00006 0,00008

    Tegangan(%)-&Pa

    Regangan (e) - mm

    GRAFIK % - e BA&B

    RB-#0 BATANG T

    A SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 197

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    0 0,0005 0,001 0,001

    Tegangan(%)-&Pa

    Regangan (e) - m

    GRAFIK %-e BA&B

    RB-100 BATANG

    0 ,0 00 4 0 ,0 00 5

    DAN B'TN

    'KAN (AD)

    BETN

    BA!BU

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    -0,001 0 0,001

    Tegangan(%)-&Pa

    Regangan (e) -

    GRAFIK %-e BA

    RB-#0 BATA

    Tabel 2. Beban maksimum rangka batang

    Beban (P) Maximum(kg)

    da Uji RB-100 Benda Uji RB-80

    B C A B

    864 6500 4368 6500 5564

    rata-rata = 6136 P max rata-rata = 547

    (b)

    mbar 7. Grafik Tegangan-Regangan RB-100

    a )

    mbar 8. Grafik Tegangan-Regangan RB-80

    (b)

    RB-100 Gambar 10. Pola reta

    0,0001 0,00012 0,00014

    DAN B'TN

    'KAN (AC)

    BETN

    BA!BU

    78 - 5658

    5 0,002 0,0025

    m

    DAN B'TN

    TARIK (AC)

    BA!BU

    BETN

    ,002 0,003 0,004

    mm

    B DAN B'TN

    G TARIK (AC)

    BA!BU

    BETN

    (b)

    RB-80

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    8/12

    8JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    ( a ) (b)

    ( a ) (b)Gambar 9 (lanjutan). Pola retak RB-100 Gambar 10. Pola retak RB-80

    Tabel 3. Perbandingan hasil perhitungan teoritis dan hasil eksperimen

    Ket. RB-100 RB-80

    PendekatanTeoritis

    HasilUji

    Pendekatan

    TeoritisHasilUji

    Beton-Bambu

    Kayu E10kelas A

    Beton-Bambu

    d/b d/c Beton-Bambu

    Kayu E10kelas A

    Beton-Bambu

    i/g i/h

    ( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ) ( f ) ( g ) ( h ) ( i ) ( j ) ( k )

    P total(kg)

    11208 10919,2 6136 0,547 0,5619 8995,3 7423,5 5447 0,605 0,7337

    Lemdutandi titik 1(mm)

    1,395 0,296 9,18 6,580 31,013 1,696 0,265 8,39 4,946 31,660

    Lendutandi titik 2(mm)

    1,442 0,335 10,617 7,362 31,692 1,720 0,295 10,37 6,029 35,152

    Lendutanidi titik 3(mm)

    1,395 0,296 7,387 5,295 24,956 1,696 0,265 10,733 6,328 40,501

    LendutanTekan(MPa)

    13,74 11,84 8,066 0,547 0,6351 12,68 9,26 7,973 0,508 0,6965

    LendutanTekan

    (mm/mm)

    0,00065 0,0013 0,000037 0,056 0,028 0,0006 0,001 0,00007 0,116 0,07

    LendutanTarik(MPa)

    168,25 9,07 98,2 0,583 10,826 168,25 9,07 104,67 0,500 9,290

    LendutanTarik

    (mm/mm)0,0089 0,001 0,000446 0,294 2,62 0,0089 0,001 0,0035 0,393 3,5

    Hubungan Beban Dan Lendutan

    Dari grafik Gambar 5 dan Gambar

    6 hubungan Beban Lendutan terlihat

    bahwa rata-rata pada beban 0 500 kg

    grafik masih linier, hal ini disebabkan

    belum terjadi keretakan pada batang tarik.

    Pada 500 1000 kg rata-rata benda uji

    rangka batang telah tejadi keretakan awal

    namun hubungan beban lendutan masih

    cenderung linier. Ini karena rangka batang

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    9/12

    9JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    adalah kombinasi dari banyak elemen

    sehingga pada saat satu elemen mengalami

    retak maka kekakuan struktur masih besar

    sehingga belum memberikan penambahan

    lendutan yang besar. Pada tahap ini

    bertambahnya nilai beban akanmenyebabkan peningkatan nilai lendutan

    secara proporsional. Setalah tahap retak

    awal terlampaui maka penambahan beban

    masih diikuti penambahan lendutan secar

    proporsional akan tetapi kemiringannya

    lebih landai. Hal ini berarti kenaikan beban

    yang lebih kecil dari tahap pertama akan

    menyebabkan kehilangan lendutan yang

    lebih besar. Ini disebakan karena kekakuan

    struktur yang berkurang akibat dari retak

    yang semakin banyak timbul pada elemen-elemen batang. Dari grafik beban-lendutan

    juga tampak bahwa rangka batang tidak

    bersifat daktail karena walaupun

    penambahan beban dan lendutan masih

    cukup proporsional, keruntuhan terjadi

    secara mendadak. Ini disebabkan kerena

    keruntuhan geser yang terjadi pada titik

    buhul perletakan.

    Hubungan Tegangan Regangan

    Grafik Gambar 7(a)

    memperlihatkan pada rangka batang RB-

    100, tegangan tekan pada beton dan bambu

    masih bekerja dengan efektif sampai

    dengan 2,214 MPa (beban maksimum

    sebesar 1716 kg atau beban pertitik simpul

    sebesar 572 kg) setelah itu regangan beton

    berkurang sedangkan regangan bambu

    terus bertambah. Ini karena pada tegangan

    2,405 MPa terjadi retak baru pada 3 titik

    dan salah satu retakan terjadi pada titikbuhul perletakan rol. Dari retakan-retakan

    pada perletakan rol terlihat bahwa retakan

    terjadi pada satu sisi. Pada sendi di titik

    satu juga terjadi retakan kecil ini

    mengindikasikan bahwa batan tertekuk ke

    arah retakan namun bukan tekuk pada

    elemen batang tapi tekuk pada struktur

    rangka batang. Strain gauge beton terletak

    pada sisi yang searah tekuk sedangkan

    bambu pada sisi berlawanan sehingga

    strain gauge menunjukkan nilai yang

    tertarik setelah melewati tegangan 2,214

    MPa. Ini artinya batang tekan tidak benar-

    benar lurus namun demikian batang tekan

    masih mampu menahan tegangan tekan

    hingga 6,730 MPa setelah itu terjadipenurunan regangan. Ini dikerenakan

    kerusakan yang terjadi pada titik buhul

    perletakan sehingga batang tekan tidak lagi

    efektif menahan gaya tekan. Dari grafik

    terlihat bahwa garis masih linier yang

    berarti bambu masih dalam kondisi elastis

    saat terjadi keruntuhan. Tegangan tekan

    maksimum yang di capai adalah 8,066

    MPa yang adalah tegangan runtuh dengan

    beban 6500 kg.

    Grafik Gambar 8(a)memperlihatkan pada rangka batang RB-

    80, tegangan tekan beton dan bambu masih

    bekerja dengan efektif sampai 2,402 MPa.

    (beban maksimum sebesar 2028 kg atau

    per titik simpul sebesar 676 kg) setelah itu

    regangan beton dan bambu berkurang. Hal

    ini dikarenakan pada tegangan 1,137 MPa

    terjadi retak pada perletakan sendi dan

    pada beban 1,576 MPa mulai timbul retak

    pada titik buhul perletakan rol. Keretakan-

    keretakan ini menyebabkan regangan

    bertambah cukup besar tanpa penambahan

    tegangan seperti terlihat pada grafik.

    Seperti pada RB-100 dari retakan-retakan

    pada perletakan rol terlihat bahwa retakan

    terjadi pada satu sisi. Pada sendi di titik

    satu juga terjadi retakan kecil ini

    mengindikasikan bahwa batang tertekuk

    ke arah retakan namun bukan tekuk pada

    elemen batang tapi tekuk pada struktur

    rangka batang. Strain gauge beton terletakpada sisi yang searah tekuk sedangkan

    bambu pada sisi berlawanan sehingga

    strain gauge menunjukkan nilai yang

    tertarik setelah melewati tegangan 4,208

    MPa. Ini artinya batang tekan tidak benar-

    benar lurus namun demikian batang tekan

    masih mampu menahan tegangan tekan

    hingga 7,937 MPa setelah itu terjadi

    keruntuhan pada titik buhul sehingga

    7,937 MPa adalah tegangan runtuh rangka

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    10/12

    10JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    batang dengan beban maksimum 5564 kg.

    Dari grafik terlihat bahwa garis masih

    linier yang berarti bambu masih dalam

    kondisi elastis saat terjadi keruntuhan.

    Grafik Gambar 8(a)

    memperlihatkan bahwa pada RB-100tegangan tarik beton dan bambu masih

    bekerja efektif sampai 26,958 MPa (beban

    maksimum 1746 kg atau 572 kg per titik

    simpul). Ini mengindikasikan ahwa beton

    dan bambu masih menahan gaya tarik

    secara bersamaan. Setelah melewati

    26,958 MPa terjadi retakan pada beton

    sehingga tegangan tarik hanya di tahan

    oleh tulangan bambu.

    Grafik Gambar 8(b) memperlihatkan

    bahwa pada RB-80 teganngan tarik betondan bambu masih bekerja efektif sampai

    12,197 MPa (beban 572 atau 190,67 kg per

    titik simpul). Setelah pengurangan

    regangan pada beton sebaliknya regangan

    pada bambu terus bertambah. Ini karena

    beton kehilangan kekuatan sihingga

    tegangan tarik hanya di tahan oleh bambu.

    Hilangnya kekuatan tarik beton ini terlihat

    pula pada grafik 4 6a dimana terjadi

    pertambambahan regangan yang cukup

    besar tanpa ada penambahan regangan

    tekan. Regangan beton yang telihat minus

    dikarenakan setalah terjadi beberapa retak

    tarik maka pada bagian beton dimana

    terdapat strain gauge beton kembali ke

    bentuk awal sehingga terjadi regangan

    tekan.

    Pola retak

    Model keruntuhan yang terjadi pada

    rangka batang dapat dilihat dari polaretaknya. Pola retak yang ditunjukkan oleh

    ke enam benda uji mempunnyai pola retak

    yang hampir sama. Keruntuhan awal

    disebabkan oleh keruntuhan tarik yang

    dapat dilihat dari pola awal retak yang

    tegak lurus terhadap sumbu balok. Retak

    kemudian timbul sepanjang balok tarik

    seiring dengan pertambahan beban.

    Pembebanan yang ditingkatkan

    menyebabkan retakan yang timbul

    disekitar perletakan dengan pola berbentuk

    garis miring terhadap balok tarik

    horisontal. Beban maksimum yang dicapai

    menyebakan keruntuhan pada titik buhul

    perletakan. Dari pola retak disekitar

    menunjukkan bahwa keruntuhan akibatadanya pengaruh gaya geser dan gaya

    tekan yang bekerja secara bersamaan.

    Perbandingan Analsis Teoritis Dan

    Eksperimen

    Berdasarkan tabel 3, maka rasio

    antara hasil experiment dan pendekatan

    teoritis rangka batang beton bertulang

    bambu, untuk beban maksimum RB-100

    54,7% dan RB-80 sebesar 39,45%. Untuk

    tegangan tekan RB-100 sebesar 54,7% danRB-80 50,8% sedangkan tegangan tarik

    RB-100 sebesar 58,3% dan RB-80 sebesar

    50,0%. Akan tetapi untuk deformasi dan

    regangan terdapat persentasi rasio yang

    jauh melebihi 100% antara hasil analisis

    struktur dengan metode elemen hingga dan

    hasil penelitian. Dari prosentasi di atas

    terlihat bahwa tegangan tarik beton

    bertulang bambu hasil penelitian belum

    mencapai 60% kekuatan tarik teoritis pada

    RB-100 sedangkan RB-80 belum

    mencapai 51% dari kekuatan tarik teoritis.

    Perbedaan-perbedaan di atas

    disebabkan karena 2 hal yaitu (1) pola

    keruntuhan sangat berpengaruh karena

    walaupun keruntuhan awal terjadi akibat

    gaya tarik pada batang horizontal akan

    tetapi keruntuhan struktur seluruhnya

    disebabkan karena kombinasi, gaya geser

    dan tekan pada sendi perletakan. Hal ini

    menyebabkan batang tarik belumsepenuhnya memikul beban tarik saat

    terjadi keruntuhan atau degan kata lain

    keruntuhan struktur seluruhnya bukan

    karena keruntuhan tarik tetapi akibat

    kombinasi keruntuhan geser dan tekan

    pada sendi perletakan. Dari pola retak juga

    menunjukkan adanya kerusakan

    penampang secara local pada bagian

    bawah balok titik buhul perletakan. (2)

    Asumsi-asumsi dalam analitis teoritis juga

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    11/12

    11JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    menyebabkan perbedaan dikarenakan

    banyak asumsi dalam perhitngan struktur

    dengan metode elemen hingga yang tidak

    sesuai dengan keadaan pada saat penelitian

    di laboratorium, seperti titik buhul di

    anggap sendi ataupun modulus elasticyang di anggap konstan.

    (a)

    (b)Gambar 11.Pola retak titik buhul perletakan

    Kesimpulan

    1. Variasi ketinggian rangka batang

    menyebakan RB-100 mampu memikul

    beban tekan terpusat Ptotal = 6136 kg

    sedangkan RB-80 mampu memikul

    beban tekan terpusat Ptotal = 5477 kg

    namun perbedaan ini tidaksignitifikan dimana nilai-nilai beban

    dianalisis dengan statistic yang

    memberikan penolakan a = 5%.

    2. Dari pola retak terlihat bahwaKeruntuhan awal yang terjadi pada

    struktur rangka batang beton bertulang

    bambu adalah keruntuhan tarik yang

    diperlihatkan dengan pola retak yang

    tegak lurus batang tarik horizontal

    namun keruntuhan seluruh struktur

    disebabkan karena kombinasi gaya

    tekan dan geser pada titik buhul

    perletakan.

    3. Keruntuhan pada titik buhulperletakan menyebabkan batang tarik

    maupun bantang tekan tidak mampumengembangkan kekuatan tarik dan

    tekan hingga maksimal.

    4. Tegangan-tegangan pada rangkabatang RB-100 lebih besar dari

    tegangan-tegangn RB-80

    5. Rangka batang beton bertulang bambucukup berpotensi untuk menggantikan

    rangka batang kayu walaupun terdapat

    terdapat beberapa kekurangan

    dibandingkan kayu.

    Daftar PustakaDewi, S.M. 2008. Mekanika Struktur Komposit,

    Bargie Media, 2008, Malang.Dipohusodo, I. 2001. Analisis Struktur, Gramedia

    Pustaka Utama, 2001, Jakarta.

    Ernawati, 2005. Perkuatan Lentur Balok Kayu

    Sengon Dengan Menggunakan Bambu

    Ori Dengan Perkuatan Lentur Pada

    Bagian Tarik Dan Tekan. UniversitasNegeri Malang (tidak di publikasi),

    2005, Malang

    Frick, H. 2004.Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu,Kanisius, 2004, Yogyakarta.

    Ghavami, K. 2004. Bamboo As Reinforcement In

    Structural Concrete Elements, Juornal,Science and DirectElsevier, 2005.

    Grewal, J.K. 2009. Bamboo As Structures

    Materials, Universitiy Of Southampton.

    ISO/DIS-22157. 1999. Determination Of Physical

    And Mechanical Properties Of

    Bamboo, ISO, 1999.Janssen, J.J.A. 1981. Bamboo In Building

    Structures, thesis (unpblised),

    Eindhoven University Of Technology,

    Netherlands.Khare, L. 2005. Performance Evaluation OfBamboo Reinforced Concrete Beams,

    The University Of Texas, 2005,

    Arlington.

    Morisco,Rekayasa Bambu, 1999, Yogyakarta.

    Nawy, E.G. 1998. Beton Bertulang Suatu

    Pendekatan Dasar, PT Eresco, 1990,Bandung.

    Nurlina, S. Struktur Beton, Bargie Media, 2008,

    Malang.

  • 7/24/2019 229-488-1-PB_2

    12/12

    12JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 2013 ISSN 1978 - 5658

    Park, R. Paulay, T. 1975, Reinforced Concrete

    Structures, John Wiley&Sons, 1975,New Zealand

    Phaturahman, F. Jauhar, Kusuma, D. A.. 2003.

    Aplikasi Bambu Pilinan SebagaiTulangan Balok Beton, Dimensi Teknik

    Sipil, Jurnal, Vol 5, No. 1, Maret 2003:39 44.

    Ramanuja, R. Sastry, C.B. 1995. Bamboo, People

    And The Environment, Proceedings,

    5th International Bamboo Workshop

    and the 4th International Bamboo

    Congress Ubud, Bali, Indonesia, 19

    22 June 1995.

    Salmon, C.G dan Wang, C.K. 1993. Disain Beton

    Bertulang, Erlangga, 1992 Jakarta.

    Schodek, D.L. 1995. Struktur, PT. Eresco, 1995,

    Bandung

    SNI 03-2000. Tata Cara Perencanaan StrukturKayu Untuk Bangunan Gedung, 2000,

    Bandung

    SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perencanaan

    Struktur Beton Untuk BangunanGedung, 2002, Bandung.

    Xiao, Y. Inoue, M. Poudel, S.K. 2007. Modern

    Bamboo Structures, Proceedings, 1st

    International Conference On Modern

    Bamboo Structures (Icbs-2007),

    Changsha, China, 2830 October 2007

    Young, J. 2006. Investigation Of Bamboo As

    Reinforcement In Concrete, The

    University Of Texas, 2006, Arlington.