21060111120035_mkp

11
1 Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT) 150KV dengan Media Pemadam Busur Api Gas SF6 Ikha Nurjanah 1 , Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa 2 Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055 [email protected] AbstrakInstalasi sistem t ransmisi tenaga li st ri k mempunyai peralatan-peralatan yang di gunakan untuk melindungi sistem tenaga listrik tersebut t erhadap gangguan. Salah satunya adalah Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) yang berfungsi sebagai saklar t enaga listrik untuk menghubungkan dan memutus arus beban atau arus gangguan. Saat terjadi pensaklaran, maka busur api akan terjadi pada peralatan tersebut. Sehi ngga diperlukan media pemutus busur api yakni SF6 (Sul fur hexafluoride) untuk memadamkanya. Seiring dengan berjalannya waktu, maka Pemut us Tenaga (Circuit Breaker) pun me ngalami penurunan kualitas pelayanan sehingga perlu dilakukan adanya upaya perawatan, baik dari segi mekanik peralatan maupun yang bersangkutan dengannya, yaitu pemadam busur api SF6 agar dapat mempertahankan atau mengembalikan pada tingkat prestasi awal dan dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas pel ayanan listrik akan tercapai. Disisi lain, operasi Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) harus dilakukan secara tepat berdasarkan standar operasi peralatan agar terjamin keamanan bai k pada sistem maupun operat or. Pada makalah kerja praktek ini akan di bahas bagaimana cara pemeliharaan dan operasi pada Pemut us Tenaga (Circuit Breaker) serta mengetahui parameter parameter yang digunakan untuk mengetahui ti ngkat keandalan dari Pemutus Tenaga (Circuit Breaker). K a t a kunci Pemutus Tenaga (Circuit Breaker), Operasi , Pemeli haraan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha untuk mensuplai energi listrik yang ada dengan seoptimal mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem pemeliharaan instalasi Gardu Induk. Hal tersebut harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan sesuai dengan kondisi peralatan yang ada. Suatu sistem hakekatnya adalah peranan penting bagi peralatan dan manusia itu sendiri. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan kepastian atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang dipelihara akan berfungsi secara optimal meningkatkan umur teknisnya dan keamanan bagi personil. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk dilihat dari sifat dan jenis pemeliharaannya dibedakan dalam pemeliharaan rutin, pemeliharaan korektif dan pemeliharaan darurat. Mengingat bidang pemeliharaan ini sangat diperlukan dalam sistem penyaluran, maka pemeliharaan memerlukan perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasinya yang dilaksanakan baik ditingkat pusat, kesatuan, unit administrasi sampai unit terkecil. UPT terdapat bermacam-macam peralatan yang sudah menerapkan kecanggihan teknologi, salah satunya Gas Circuit Breaker (GCB). GCB merupakan pemutus tenaga yang menggunakan gas SF6 sebagai media peredam busur api. Circuit Breaker (Pemutus Tenaga) dengan SF6 ini yang nantinya akan dibahas pada laporan ini secara mendetail. Dimana PMT memiliki peran untuk menghubungkan dan memutus arus beban atau arus gangguan. Dengan demikian keberhasilan suatu pemeliharan instansi gardu induk ditentukan oleh keberhasilan dalam pengumpulan data-data aspek

Upload: pradana-adi-majid

Post on 16-Jan-2016

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pemeliharaan PMT

TRANSCRIPT

Page 1: 21060111120035_MKP

1

Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT) 150KV dengan Media Pemadam BusurApi Gas SF6

Ikha Nurjanah1, Ir. Agung Warsito, DHET.2

1Mahasiswa2Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Elektro, Universitas DiponegoroJalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024)

[email protected]

Abstrak— Instalasi sistem transmisi tenaga listrik

mempunyai peralatan-peralatan yang digunakan untuk

melindungi sistem tenaga listrik tersebut terhadap

gangguan. Salah satunya adalah Pemutus Tenaga (Circuit

Breaker) yang berfungsi sebagai saklar tenaga listrik untuk

menghubungkan dan memutus arus beban atau arus

gangguan. Saat terjadi pensaklaran, maka busur api

akan terjadi pada peralatan tersebut. Sehingga diperlukan

media pemutus busur api yakni SF6 (Sulfur hexafluoride)

untuk memadamkanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka Pemutus

Tenaga (Circuit Breaker) pun me ngalami penurunan

kualitas pelayanan sehingga perlu dilakukan adanya upaya

perawatan, baik dari segi mekanik peralatan maupun

yang bersangkutan dengannya, yaitu pemadam busur api

SF6 agar dapat mempertahankan atau me ngembalikan

pada tingkat prestasi awal dan dapat beroperasi dengan

keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas pelayanan

listrik akan tercapai. Disisi lain, operasi Pemutus Tenaga

(Circuit Breaker) harus dilakukan secara tepat berdasarkan

standar operasi peralatan agar terjamin keamanan

baik pada sistem maupun operator.

Pada makalah kerja praktek ini akan dibahas

bagaimana cara pemeliharaan dan operasi pada Pemutus

Tenaga (Circuit Breaker) serta mengetahui parameter –

parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat

keandalan dari Pemutus Tenaga (Circuit Breaker).

Kata K a t a kunci — Pemutus Tenaga (Circuit Breaker),

Operasi, Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha

untuk mensuplai energi listrik yang ada dengan seoptimal

mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen

energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada

serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan

peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem

pemeliharaan instalasi Gardu Induk. Hal tersebut harus

memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan sesuai dengan

kondisi peralatan yang ada.

Suatu sistem hakekatnya adalah peranan penting bagi

peralatan dan manusia itu sendiri. Pemeliharaan instalasi Gardu

Induk pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan kepastian

atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang dipelihara akan

berfungsi secara optimal meningkatkan umur teknisnya dan

keamanan bagi personil. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk

dilihat dari sifat dan jenis pemeliharaannya dibedakan dalam

pemeliharaan rutin, pemeliharaan korektif dan pemeliharaan

darurat. Mengingat bidang pemeliharaan ini sangat diperlukan

dalam sistem penyaluran, maka pemeliharaan memerlukan

perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasinya yang

dilaksanakan baik ditingkat pusat, kesatuan, unit administrasi

sampai unit terkecil.

UPT terdapat bermacam-macam peralatan yang sudah

menerapkan kecanggihan teknologi, salah satunya Gas Circuit

Breaker (GCB). GCB merupakan pemutus tenaga yang

menggunakan gas SF6 sebagai media peredam busur api.

Circuit Breaker (Pemutus Tenaga) dengan SF6 ini yang

nantinya akan dibahas pada laporan ini secara mendetail.

Dimana PMT memiliki peran untuk menghubungkan

dan memutus arus beban atau arus gangguan. Dengan demikian

keberhasilan suatu pemeliharan instansi gardu induk ditentukan

oleh keberhasilan dalam pengumpulan data-data aspek

Page 2: 21060111120035_MKP

2

perencanaan, perkiraan serta kualitas peralatan penyaluran

dalam jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

1.2 Tujuan

Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di PT. PLN

(PERSERO) PT. PLN (PERSERO) P3B JB Regional

Jawa Tengah dan DIY UPT. Semarang.

2. Agar diterima sebagai syarat untuk mata kuliah kerja

praktek.

3. Mengetahui gambaran umum mengenai Pemutus

Tenaga (PMT) di Gardu Induk 150 kV berikut

pemeliharaannya.

4. Mengetahui pengoperas ian pada PMT

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktek di PT. PLN

(PERSERO) PT. PLN (PERSERO) P3B JB Regional Jawa

Tengah dan DIY UPT. Semarang, penulis membatasi masalah

pada pemutus tenaga dan pemeliharaannya secara umum dan

tidak membahas mengenai sistem proteksi menggunakan

Pemutus Tenaga.

II. DASAR TEORI

2.1 Pemutus Tenaga (PMT)

Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT)

merupakan peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu

menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi

normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode

waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi

abnormal/gangguan seperti kondisi short sircuit/hubung singkat.

Pemutus tenaga adalah alat yang terpasang di

Gardu Induk yang berfungsi untuk menghubungkan dan

memutus arus beban atau arus gangguan.

Pada waktu menghubungkan atau memutus beban akan

terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih

dan busur api.

Jenis media pemadam busur api pada pemutus tenaga

yaitu : Gas, vaccum, minyak dan udara. PMT jenis gas

,menggunakan gas SF6 (hexafluoride). Sifat-sifat gas SF6

adalah tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun

Sifat gas SF6 sebagai bahan pemadam busur adalah cepat

kembali sebagai dielektrik, tidak terjadi karbon selama terjadi

busur, tidak mudah terbakar, thermal conductivity nya yang

baik, tidak menimbulkan bunyi berisik.

Gambar 1 Pemutus Tenaga (PMT) Sistem 150 kV dan 500 kV

Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah

Gas SF6 (Sulphur Hexa fluoride). Sifat -s ifat gas SF6 murni

ialah tidak berwarna,tidak berbau, tidak beracun dan tidak

mudah terbakar. Pada te mperatur diatas 150° C gas SF6

mempunyai s ifat tidak merusak metal, plas tik dan

bermacam- macam bahan yang u mu mnya digunakan dalam

pemutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas

SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali

udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan

pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu

mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak

terjadi karbon selama terjadi busur, tidak mudah terbakar

(thermal conductivit) yang baik, tidak menimbulkan bunyi

berisik.

Gambar 2 P rinsip kerja pemadaman P MT SF6

Pada gambar 2 memperlihatkan prinsip kerja PMT

SF6 secara umum. Sebelum terjadi gangguan atau dalam

kondisi normal, PMT dalam keadaan tertutup, kontak tetap

dan kontak bergerak masih terhubung (a). Saat terjadi

Page 3: 21060111120035_MKP

3

gangguan, kontak bergerak ditarik oleh mekanik penggerak

namun gas SF6 belum dilepaskan (b). Ketika kontak bergerak

dan kontak tetap benar-benar terpisah, akan muncul busur

api akibat arus yang besar, kemudian gas SF6 dilepaskan

untuk memadamkan busur api tersebut (c). Beberapa saat

kemudian busur api padam (d).

PMT berdasarkan mekan ik penggerak dibedakan

menjadi 2, yaitu :

1. PMT Single Pole

PMT tipe ini mempunyai mekanik penggerak pada

masing-mas ing pole, umumnya PMT jen is ini dipasang pada

bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.

Gambar 3 P MT Single P ole

2. PMT Three Pole

PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak

untuk tiga (3) fasa, guna menghubungkan fas a satu dengan

fasa lainya dilengkapi dengan kopel mekanik, umumnya

PMT jenis in i dipas ang pada bay Trafo dan bay Kopel serta

PMT 20 kV untuk distribusi.

Gambar 4 P MT Three Pole

Sistem Pemutus (PMT) terdiri dari beberapa sub -

sistem yang me miliki beberapa komponen. Pembagian

komponen dan fungsi dilakukan berdas arkan Failure Modes

Effects Analys is (FMEA), sebagai berikut :

1. Penghantar Arus Listrik (electrical current carrying)

2. Sistem Isolasi (electrical insulation)

3. Media pemadam busur api

4. Mekanik Penggerak

5. Control / Auxilary circuit

6. Struktur mekanik

7. Sistem Pentanahan (grounding)

Tabel 1. Pembagian Komponen dan Fungsi

No Sub Sistem Fungsi1 Penghantar arus

listrik(electrical currentcarrying)

Bagian konduktif untukmenghantarkan I mengalirkan aruslistrik

2 Sistem isolasi(electricalinsulation)

Sebagai isolasi bagian yangbertegangan dengan yang tidakbertegangan serta antara bagianyang bertegangan

3 Media pemadambusur api

Sebagai media pemadam busur apiyang timbul pada saat PMT bekerjamembuka atau menutup

4 Mekanikpenggerak

Bagian untuk menggerakkan kontakgerak (moving contact) untukoperasi pemutusan atau penutupanPMT

5 Control l Au xilarycircuit

Sebagai tempat I wadah secondaryequipment dan melindungi peralatantegangan rendah, serta sebagaiterminal wiring kontrol danmemberikan trigger untuk operasiPMT

6 Struktur mekanik Sebagai dudukan struktur danpenyangga peralatan

7 Sistem grounding Sebagai pengaman peralatan I orangterhadap tegangan lebih, arus bocordan teqanqan induksi

Menurut jenis penggerak Pemutus Tenaga dibedakan

menjadi :

1. Mekanik jenis Spring

2. Mekanik Hidrolik

3. Pneumatik

2.2 SF6

Hingga saat ini sebanyak 80% gas S6 yang

diproduksi di seluruh dunia dipakai sebagai media isolasi

dalam sistem kelistrikan. Hal ini disebabkan oleh sifat -s ifat

gas SF6 sebagai berikut

- Penghantar panas (thermal conductivity) yang

bersifat dapat mendis ipasikan panas yang timbul pada

peralatan

Page 4: 21060111120035_MKP

4

- Isolasi yang sangat baik (excellent insulating)

- Mampu memadamkan busur api (arc)

- Viskositas rendah

- Stabil, tidak mudah bereaksi

Sifat dielektrik yang bagus pada SF6 karena

luasnya penampang molekul SF6 dan electron affinity

(Electronegativity) yang besar dari atom flour. Dengan

adanya sifat ini ma ka SF6 ma mpu menangkap elektron

bebas (sebagai pembawa muatan), menyerap energinya, dan

menurunkan temperature busur api. Hal ini dinyatakan

dengan persamaan berikut ini.

SF6 + e- SF6-

SF6 + e- SF5- + F

Energi yang diperlukan reaksi pertama adalah s ebesar 0,05

eV untuk energi elektron sebesar 0,1 eV, sedangkan untuk

reaksi kedua adalah sebes ar 0,1 eV. Setelah proses

pemadaman busur api, sebagian kecil dari SF6 a kan tetap

menjadi decomposition products sedangkan sebagian besar

akan kembali menjadi SF6. Karakteris tik SF6 dibandingkan

udara dan campuran udara serta SF6 dala m me mada mkan

busur api diperlihatkan s eperti gambar.

Gambar 5 Karakt erist ik SF6

Untuk memantau tekanan SF6 yang ada pada PMT,

pada peralatan dipasang meter tekanan yang berada dibawah

PMT. Berikut ini gambarnya :

Gambar 6 Meter T ekanan SF6

III. PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (PMT)

DENGAN MEDIA PEMADAM BUSUR API GAS SF6

(SULFUR HEXAFLUORIDE)

3.1 Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan peralatan adalah proses kegiatan yang dilakukan

terhadap peralatan instalasi Tenaga Listrik sehingga didalam

operasinya setiap peralatan dapat memenuhi fungsi yang

dikehendaki secara terus menerus sesuai karakteristiknya.

Dengan kata lain pemeliharaan itu merupakan upaya untuk

mempertahankan atau mengembalikan pada tingkat prestasi

awal dan dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi

sehingga kontinuitas pelayanan listrik dapat tercapai.

Tujuan pemeliharaan :

1. Untuk meningkatkan reliability, availability dan

efficiency peralatan

2. Untuk memperpanjang umur peralatan

3. Untuk memperpanjang interval overhaul

(pemeliharaan besar)

4. Meningkatkan savety

5. Mengurangi resiko terjadiya kegagalan atau kerusakan

peralatan

6. Mengurangi lama waktu padam

7. Waktu pemeliharaan yang efektif

3.2 Pemeliharaan PMT

Pada umumnya pemeliharaan dari pemutus tenaga (PMT)

dilakukan secara berkala dalam jangka waktu satu tahunan atau

dua tahunan. Dalam pemeliharaan pemutus tenaga (PMT),

diantaranya adalah :

1. Pengukuran Tahanan Isolasi

2. Pengukuran Tahanan Tanah

3. Pengukuran Tahanan Kontak

4. Pengukuran Keserempakan (Breaker Analyzer)

5. Pemeliharaan Media Pemutus SF6

6. Hal – hal lain yang dilakukan pada saat pemeliharaan

3.2.1 Pengukuran Tahanan Isolasi

Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik

memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu

cara meyakin kan bahwa PMT cukup aman untuk diberi

tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya.

Page 5: 21060111120035_MKP

5

Kebocoran arus yang me menuhi ketentuan yang ditetapkan

akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga

terhindar dari kegagalan isolasi.

Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT)

ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation

Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran)

tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi

tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan

maupun antara terminal mas ukan (I/P terminal) dengan

terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.

Pada dasarnya pengukuran tahan is olas i PMT adalah

untuk mengetahui besar/nilai kebocoran arus (leakage

current) yang terjadi antara bagian yang bertegangan I/P

terminal dan O/P terminal terhadap tanah.

Gambar 7 KYORITSU model 3123

Hasil pengukuran tahanan isolasi PMT juga

dipengaruhi oleh kebersihan permukaan isolator bushing suhu

faktor usia dan kelembaban udara di sekitarnya. Batasan dari

tahanan isolasi sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE. 032/

PST/ 1984 adalah:

Menurut standard VDE (catalounge 228 4) minimum

besarnya tahanan isolasi kumparan trafo pada suhu operasi

dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm)”

Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa

terhadap tanah kebocoran arus yang diizinkan setiap 1 kV = 1

mA.

3.2.2 Pengukuran Tahanan Pentanahan

Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik yang

dihubungkan ke tanah dengan suatu pentanahan yang ada di

Gardu Induk di mana sistem penatanahan tersebut dibuat

didalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan

Pentanahan di Gardu Induk bervariasi besarnya nilai tahanan

tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri, misalnya

tanah kering tanah cadas, kapur, dsb tahananan tanahnya cukup

tinggi nilainya jika dibanding dengan kondisi tanah yang basah.

Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik.

Untuk mengukur tahanan tanah digunakan alat ukur megger

tanah ( Earth Resistance Tester)

standar pengujian sesua i d engan Standart IEEE s

td 80 : 2000 (guide for safety in ac substation –

grounding), yakni bes arnya nilai tahanan pentanahan

untuk switchgear adalah ≤ 1 ohm.

3.2.3 Pengukuran Tahanan Kontak

Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik

sambungan. Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari

beberapa jenis konduktor bertemu secara fisik sehingga

arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti.

Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu

hambatan/resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan

terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat

signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Nilai tahanan

kontak yang normal sesuai dengan mengadop ketentuan tahanan

kontak dari Negara lain ditetapkan nilai tahanan kontak antara

100 - 200µΩ. Sementara dikalangan Region P3B belum

seragam untuk RJKB disepakati 50 µΩ.

. Sambungan antara konduktor dengan PMT atau

peralatan lain merupakan tahanan kontak yang

syarattahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai

berikut:

E = I . R (1)

Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1Ohm dan

arus yang mengalir adalah 100 Ampere maka ruginya adalah

W = . R (2)

W = 10.000 watts

Kondisi ini sangat signifikan jika jumlah sambungan

konduktor pada salah satu jalur terdapat banyak sambungan

sehingga kerugian teknis juga menjadi besar, tetapi masalah ini

dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak

dengan membuat dan memelihara nilai tahanan kontak sekecil

mungkin. Jadi pemeliharaan tahanan kontak sangat diperlukan

sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan kontak.

Page 6: 21060111120035_MKP

6

Gambar 8 Alat Ukur Megger DLDO 600

3.2.4 Pengukuran Keserempakan (Breaker Analyzer)

Pengukuran breaker analyzer pada pemutus tenaga (PMT)

digunakan untuk mengukur kecepatan PMT saat membuka dan

menutup. Sedangkan satuan yang dipakai adalah ms ( mili

sekon) . Jadi ketika pemutus tenaga (PMT) dilepas secara

bersamaan maka akan terlihat keserempakannya.

Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah

untuk mengetahui waktu kerja PMT secara individu serta untuk

mengetahui keserempakan PMT pada saat menutup ataupun

membuka . Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat

dibedakan atas jenis three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan

single pole (penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay

biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud

PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu

fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang biasa disebut

SPAR (Single Pole Auto Reclose). Namun apabila gangguan

pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa maka PMT

tersebut harus trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT tidak

trip secara serempak akan menyebabkan gangguan, untuk itu

biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole discrepancy

relai yang memberikan order trip kepada ketiga PMT.

Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka

yang tipe single pole ataupun three pole harus menutup secara

serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat menjadi suatu

gangguan didalam system tenaga listrik dan menyebabkan

system proteksi bekerja. Pada waktu PMT trip akibat terjadi

suatu gangguan pada system tenaga listrik diharapkan PMT

bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang diharapkan

sesuai standard SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150

milli detik dan SPLN No 52- 1 1984 untuk system 150 kV =

120 milli detik, dan final draft Grid Code 2002 untuk system

500 kV = 90 milli detik dapat terpenuhi.

Pada pengujian keserempakan terdapat 2 pengujian

yaitu Closing Time atau waktu yang dibutuhkan oleh PMT

untuk menutup kontak. Dimana standar closing time pada PMT

150kV berada sekitar 77 ms. Dan Opening Time atau waktu

yang dibutuhkan oleh PMT untuk membuka kontak. Untuk

standar opening time pada PMT 150kV berada sekitar 55ms.

Sedangkan ∆t yaitu selisih waktu keserempakan PMT antar

fasa, standar ∆t untuk PMT 150kV 10ms per fasanya.

Gambar 9 Alat ukur Keserempakan P MT (Breaker

Analyzer)

3.2.5 Pemeliharaan Gas SF6 Pada PMT

a. Pemeriksaan Tekanan / Kerapatan Gas ( Gas Pressure

/ Density)

Pemeriksaan tekanan/kerapatan gas SF6 pada PMT

konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah

tekanan/kerapatan gas SF6 masih berada pada batas tekanan

ratingnya (rated pressure) .

Pelaksanaan pemeriksaan tekanan / kerapatan gas SF6 dapat

dilakukan dengan 2 ( dua ) cara yakni :

1. Pemeriksaan langsung yaitu pembacaan nilai tekanan /

kerapatan dapat langsung dibaca pada alat ukur ( pressure

gauge/densi meter ) yang terpasang permanen pada PMT / GIS

2. Pemeriksaan tidak langsung yaitu pembacaan nilai tekanan /

kerapatan tidak dapat langsung harus terlebih dulu dipasang alat

ukurnya, karena tidak terpasang alat ukur secara permanen

tekanan rating gas SF6 besarnya ditentukan oleh masing –

masing pabrik yang membuat PMT tersebut, sebagai contoh

antara lain :

1. PMT / GIS merk Mitsubishi type 500-SFMT-50B tekanan

gas SF6 nya adalah 5 kg / cm2 pada suhu 200 C

2. PMT merk Alsthom type FX 12 tekanan gas SF6 nya

adalah 6,55 bar pada suhu 200 c

3. PMT merk ABB type HPL tekanan gas SF6 nya adalah 0,7

Mpa pada suhu 200 c

Page 7: 21060111120035_MKP

7

Gambar 4.9 Gambar densimeter yang terpasang pada PMT

b. Pemeriksaan Kebocoran Gas (Gas Leakage)

Kebocoran dapat terjadi pada sambungan pipa kontrol,

valve refilling/ drain dan bagian lain yang terisi gas SF6 pada

PMT. Adanya kebocoran gas SF6 tersebut (biasanya kecil dan

dalam waktu lama) dapat mengakibatkan menurunnya tekanan

dan selanjutnya mempengaruhi unjuk kerja PMT. Untuk

mengetahui lokasi terjadinya kebocoran gas SF6 pada PMT

dilakukan dengan cara tradisional (melalui pendengaran, busa

sabun ) dan dengan alat deteksi kebocoran / leakage detector.

Namun saat ini telah digunakan kamera kebocoran gas SF6

dengan deteksi suhu.

Pada setiap PMT dilengkapi dengan alat pengaman

tekanan gas yaitu pressure switch yang berfungsi untuk

memberikan imformasi tekanan alarm dan tekanan minimal gas

SF6.

3.2.6 Hal – Hal Lain yang Dilakukan pada Saat

Pemeliharaan

Selain pengukuran nilai dari tahanan isolasi, tahanan

kontak, breaker analyzer, tahanan pentanahan, pengujian

karakteristik gas SF6 serta tekanan gas SF6 hal lain yang perlu

dilakukan pada saat pemeliharaan pemutus tenaga (PMT)

adalah :

1. Pemeriksaan motor PMT dapatkah motor PMT

tersebut bekerja secara normal

2. Pemeriksaan tekanan sistem penggerak sistem tekanan

busur api dan sistem aksesoris kelengkapan sebagai

pendukung operasi dari PMT

3. Pencatatan telah berapa kali PMT tersebut melakukan

pemutusan pada counter PMT

4. Menjaga kebersihan PMT dari kotoran dan hewan

yang dapat mengganggu keandalan PMT

IV. PENUTUP

4.1 KesimpulanBerikut ini adalah kesimpulan yang bisa ditambil:

1. Fungsi utama PMT adalah sebagai alat untukmemutus dan menghubungkan suatu rangkaian lis trikdalam kondisi berbeban maupun tidak berbeban,serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arusgangguan (hubung singkat) pada jaringan atauperalatan lain.

2. Pemeliharaan pada Pemutus Tenaga meliputipengukuran tahanan isolasi, pengukuran tahanankontak, pengukuran tahanan pentanahan, ujikeserempakan, pengamatan terhadap komponenPMT, serta pemeliharaan media pemutus SF6.

3. Pada pemutus tenaga dengan media gas SF6digunakan sebagai bahan isolasi karena mempunyaikekuatan isolasi lebih besar dan mempunyai dayapemadaman busur api lebih besar dari udara, selainitu gas SF6 murni juga mempunyai kerapatan densityyang tinggi, merupakan bahan kimia yang stabil, tidakberacun, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudahterbakar pada suhu tinggi, tidak mudah merusakmetal,plastic dan bermacam – macam bahan yang padaumumnya digunakan pada pemutus tenaga.

4. Fungsi Gas SF6 pada PMT ini digunakan sebagaimedia pemadam busur api dan sebagai penggerak.

5. Untuk keandalan dalam kondisi PMTpemeliharaannya harus dilakukan sesuai denganprosedur dan Instruksi Kerja (IKA).

4.2 Saran1. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) yang menggunakan

media gas SF6 harus selalu dilakukan monitoring

tekanan gas SF6 untuk keandalan dalam bekerja.

2. Mekanik Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) harus

selalu dibersihkan agar tidak terjadi korosi akibat kotor

karena debu maupun kelembapan udara .

3. Dalam pelaksanaan manuver pe mbebas an tegangan

maupun energizing, pengoperas ian peralatan (PMT,

PMS, ES) harus sesuai aturan baku/ SOP.

DAFT AR P UST AKA

[1] Arismunandar.Adan Kuwahara.S.1991. Teknik

Tenaga listrik. Jakart a: P T Pradnya P aramita.

[2] Arismunandar, Artono. 1984. Teknik Tegangan

Tinggi. Jakart a: P radnya P aramita.

[3] Buku Petunjuk Batasan Operasi dan

Pemeliharaan P eralatan Penyaluran Tenaga Listrik

Pemutus Tenaga (PMT), No. Dokumen : 7 -

22/HARLUR-PST/2009, P T. P LN (Persero), 2010.

Page 8: 21060111120035_MKP

8

[4] Sulasno, Ir, “ Teknik dan Sistem Distribusi

Tenaga Lisrik”. Jilid I. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. Semarang. 2001.

[5] Tobing, Bonggas L. “Peralat an Tegangan T

inggi”, Jakart a : P enerbit

P T Gramedia P ustaka Utama, 2003.

BIOGRAFI PENULISIkha Nurjanah (21060111120035)Lahir di Brebes tanggal 23 Januari1994. Telah menempuh studi diSDN 4 Ketanggungan,SMPN 1Kersana, SMAN2 Pekalongan dansekarang penulis masihmelanjutkan studi di FakultasTeknik Jurusan Teknik ElektroUniversitas Diponegoro danmengambil konsentrasi TeknikTenaga Listrik.

.

Semarang, Desember 2014Mengetahui, Dosen Pembimbing

Ir. Agung Warsito, DHETNIP. 195806171987031002

Page 9: 21060111120035_MKP

9

Page 10: 21060111120035_MKP

10

Page 11: 21060111120035_MKP

11