21060111120035_mkp
DESCRIPTION
pemeliharaan PMTTRANSCRIPT
1
Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT) 150KV dengan Media Pemadam BusurApi Gas SF6
Ikha Nurjanah1, Ir. Agung Warsito, DHET.2
1Mahasiswa2Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Elektro, Universitas DiponegoroJalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024)
Abstrak— Instalasi sistem transmisi tenaga listrik
mempunyai peralatan-peralatan yang digunakan untuk
melindungi sistem tenaga listrik tersebut terhadap
gangguan. Salah satunya adalah Pemutus Tenaga (Circuit
Breaker) yang berfungsi sebagai saklar tenaga listrik untuk
menghubungkan dan memutus arus beban atau arus
gangguan. Saat terjadi pensaklaran, maka busur api
akan terjadi pada peralatan tersebut. Sehingga diperlukan
media pemutus busur api yakni SF6 (Sulfur hexafluoride)
untuk memadamkanya.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka Pemutus
Tenaga (Circuit Breaker) pun me ngalami penurunan
kualitas pelayanan sehingga perlu dilakukan adanya upaya
perawatan, baik dari segi mekanik peralatan maupun
yang bersangkutan dengannya, yaitu pemadam busur api
SF6 agar dapat mempertahankan atau me ngembalikan
pada tingkat prestasi awal dan dapat beroperasi dengan
keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas pelayanan
listrik akan tercapai. Disisi lain, operasi Pemutus Tenaga
(Circuit Breaker) harus dilakukan secara tepat berdasarkan
standar operasi peralatan agar terjamin keamanan
baik pada sistem maupun operator.
Pada makalah kerja praktek ini akan dibahas
bagaimana cara pemeliharaan dan operasi pada Pemutus
Tenaga (Circuit Breaker) serta mengetahui parameter –
parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keandalan dari Pemutus Tenaga (Circuit Breaker).
Kata K a t a kunci — Pemutus Tenaga (Circuit Breaker),
Operasi, Pemeliharaan
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha
untuk mensuplai energi listrik yang ada dengan seoptimal
mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen
energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada
serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan
peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem
pemeliharaan instalasi Gardu Induk. Hal tersebut harus
memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan sesuai dengan
kondisi peralatan yang ada.
Suatu sistem hakekatnya adalah peranan penting bagi
peralatan dan manusia itu sendiri. Pemeliharaan instalasi Gardu
Induk pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan kepastian
atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang dipelihara akan
berfungsi secara optimal meningkatkan umur teknisnya dan
keamanan bagi personil. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk
dilihat dari sifat dan jenis pemeliharaannya dibedakan dalam
pemeliharaan rutin, pemeliharaan korektif dan pemeliharaan
darurat. Mengingat bidang pemeliharaan ini sangat diperlukan
dalam sistem penyaluran, maka pemeliharaan memerlukan
perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasinya yang
dilaksanakan baik ditingkat pusat, kesatuan, unit administrasi
sampai unit terkecil.
UPT terdapat bermacam-macam peralatan yang sudah
menerapkan kecanggihan teknologi, salah satunya Gas Circuit
Breaker (GCB). GCB merupakan pemutus tenaga yang
menggunakan gas SF6 sebagai media peredam busur api.
Circuit Breaker (Pemutus Tenaga) dengan SF6 ini yang
nantinya akan dibahas pada laporan ini secara mendetail.
Dimana PMT memiliki peran untuk menghubungkan
dan memutus arus beban atau arus gangguan. Dengan demikian
keberhasilan suatu pemeliharan instansi gardu induk ditentukan
oleh keberhasilan dalam pengumpulan data-data aspek
2
perencanaan, perkiraan serta kualitas peralatan penyaluran
dalam jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di PT. PLN
(PERSERO) PT. PLN (PERSERO) P3B JB Regional
Jawa Tengah dan DIY UPT. Semarang.
2. Agar diterima sebagai syarat untuk mata kuliah kerja
praktek.
3. Mengetahui gambaran umum mengenai Pemutus
Tenaga (PMT) di Gardu Induk 150 kV berikut
pemeliharaannya.
4. Mengetahui pengoperas ian pada PMT
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan kerja praktek di PT. PLN
(PERSERO) PT. PLN (PERSERO) P3B JB Regional Jawa
Tengah dan DIY UPT. Semarang, penulis membatasi masalah
pada pemutus tenaga dan pemeliharaannya secara umum dan
tidak membahas mengenai sistem proteksi menggunakan
Pemutus Tenaga.
II. DASAR TEORI
2.1 Pemutus Tenaga (PMT)
Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT)
merupakan peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu
menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi
normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode
waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal/gangguan seperti kondisi short sircuit/hubung singkat.
Pemutus tenaga adalah alat yang terpasang di
Gardu Induk yang berfungsi untuk menghubungkan dan
memutus arus beban atau arus gangguan.
Pada waktu menghubungkan atau memutus beban akan
terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih
dan busur api.
Jenis media pemadam busur api pada pemutus tenaga
yaitu : Gas, vaccum, minyak dan udara. PMT jenis gas
,menggunakan gas SF6 (hexafluoride). Sifat-sifat gas SF6
adalah tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun
Sifat gas SF6 sebagai bahan pemadam busur adalah cepat
kembali sebagai dielektrik, tidak terjadi karbon selama terjadi
busur, tidak mudah terbakar, thermal conductivity nya yang
baik, tidak menimbulkan bunyi berisik.
Gambar 1 Pemutus Tenaga (PMT) Sistem 150 kV dan 500 kV
Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah
Gas SF6 (Sulphur Hexa fluoride). Sifat -s ifat gas SF6 murni
ialah tidak berwarna,tidak berbau, tidak beracun dan tidak
mudah terbakar. Pada te mperatur diatas 150° C gas SF6
mempunyai s ifat tidak merusak metal, plas tik dan
bermacam- macam bahan yang u mu mnya digunakan dalam
pemutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas
SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali
udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan
pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu
mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak
terjadi karbon selama terjadi busur, tidak mudah terbakar
(thermal conductivit) yang baik, tidak menimbulkan bunyi
berisik.
Gambar 2 P rinsip kerja pemadaman P MT SF6
Pada gambar 2 memperlihatkan prinsip kerja PMT
SF6 secara umum. Sebelum terjadi gangguan atau dalam
kondisi normal, PMT dalam keadaan tertutup, kontak tetap
dan kontak bergerak masih terhubung (a). Saat terjadi
3
gangguan, kontak bergerak ditarik oleh mekanik penggerak
namun gas SF6 belum dilepaskan (b). Ketika kontak bergerak
dan kontak tetap benar-benar terpisah, akan muncul busur
api akibat arus yang besar, kemudian gas SF6 dilepaskan
untuk memadamkan busur api tersebut (c). Beberapa saat
kemudian busur api padam (d).
PMT berdasarkan mekan ik penggerak dibedakan
menjadi 2, yaitu :
1. PMT Single Pole
PMT tipe ini mempunyai mekanik penggerak pada
masing-mas ing pole, umumnya PMT jen is ini dipasang pada
bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.
Gambar 3 P MT Single P ole
2. PMT Three Pole
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak
untuk tiga (3) fasa, guna menghubungkan fas a satu dengan
fasa lainya dilengkapi dengan kopel mekanik, umumnya
PMT jenis in i dipas ang pada bay Trafo dan bay Kopel serta
PMT 20 kV untuk distribusi.
Gambar 4 P MT Three Pole
Sistem Pemutus (PMT) terdiri dari beberapa sub -
sistem yang me miliki beberapa komponen. Pembagian
komponen dan fungsi dilakukan berdas arkan Failure Modes
Effects Analys is (FMEA), sebagai berikut :
1. Penghantar Arus Listrik (electrical current carrying)
2. Sistem Isolasi (electrical insulation)
3. Media pemadam busur api
4. Mekanik Penggerak
5. Control / Auxilary circuit
6. Struktur mekanik
7. Sistem Pentanahan (grounding)
Tabel 1. Pembagian Komponen dan Fungsi
No Sub Sistem Fungsi1 Penghantar arus
listrik(electrical currentcarrying)
Bagian konduktif untukmenghantarkan I mengalirkan aruslistrik
2 Sistem isolasi(electricalinsulation)
Sebagai isolasi bagian yangbertegangan dengan yang tidakbertegangan serta antara bagianyang bertegangan
3 Media pemadambusur api
Sebagai media pemadam busur apiyang timbul pada saat PMT bekerjamembuka atau menutup
4 Mekanikpenggerak
Bagian untuk menggerakkan kontakgerak (moving contact) untukoperasi pemutusan atau penutupanPMT
5 Control l Au xilarycircuit
Sebagai tempat I wadah secondaryequipment dan melindungi peralatantegangan rendah, serta sebagaiterminal wiring kontrol danmemberikan trigger untuk operasiPMT
6 Struktur mekanik Sebagai dudukan struktur danpenyangga peralatan
7 Sistem grounding Sebagai pengaman peralatan I orangterhadap tegangan lebih, arus bocordan teqanqan induksi
Menurut jenis penggerak Pemutus Tenaga dibedakan
menjadi :
1. Mekanik jenis Spring
2. Mekanik Hidrolik
3. Pneumatik
2.2 SF6
Hingga saat ini sebanyak 80% gas S6 yang
diproduksi di seluruh dunia dipakai sebagai media isolasi
dalam sistem kelistrikan. Hal ini disebabkan oleh sifat -s ifat
gas SF6 sebagai berikut
- Penghantar panas (thermal conductivity) yang
bersifat dapat mendis ipasikan panas yang timbul pada
peralatan
4
- Isolasi yang sangat baik (excellent insulating)
- Mampu memadamkan busur api (arc)
- Viskositas rendah
- Stabil, tidak mudah bereaksi
Sifat dielektrik yang bagus pada SF6 karena
luasnya penampang molekul SF6 dan electron affinity
(Electronegativity) yang besar dari atom flour. Dengan
adanya sifat ini ma ka SF6 ma mpu menangkap elektron
bebas (sebagai pembawa muatan), menyerap energinya, dan
menurunkan temperature busur api. Hal ini dinyatakan
dengan persamaan berikut ini.
SF6 + e- SF6-
SF6 + e- SF5- + F
Energi yang diperlukan reaksi pertama adalah s ebesar 0,05
eV untuk energi elektron sebesar 0,1 eV, sedangkan untuk
reaksi kedua adalah sebes ar 0,1 eV. Setelah proses
pemadaman busur api, sebagian kecil dari SF6 a kan tetap
menjadi decomposition products sedangkan sebagian besar
akan kembali menjadi SF6. Karakteris tik SF6 dibandingkan
udara dan campuran udara serta SF6 dala m me mada mkan
busur api diperlihatkan s eperti gambar.
Gambar 5 Karakt erist ik SF6
Untuk memantau tekanan SF6 yang ada pada PMT,
pada peralatan dipasang meter tekanan yang berada dibawah
PMT. Berikut ini gambarnya :
Gambar 6 Meter T ekanan SF6
III. PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (PMT)
DENGAN MEDIA PEMADAM BUSUR API GAS SF6
(SULFUR HEXAFLUORIDE)
3.1 Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan adalah proses kegiatan yang dilakukan
terhadap peralatan instalasi Tenaga Listrik sehingga didalam
operasinya setiap peralatan dapat memenuhi fungsi yang
dikehendaki secara terus menerus sesuai karakteristiknya.
Dengan kata lain pemeliharaan itu merupakan upaya untuk
mempertahankan atau mengembalikan pada tingkat prestasi
awal dan dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi
sehingga kontinuitas pelayanan listrik dapat tercapai.
Tujuan pemeliharaan :
1. Untuk meningkatkan reliability, availability dan
efficiency peralatan
2. Untuk memperpanjang umur peralatan
3. Untuk memperpanjang interval overhaul
(pemeliharaan besar)
4. Meningkatkan savety
5. Mengurangi resiko terjadiya kegagalan atau kerusakan
peralatan
6. Mengurangi lama waktu padam
7. Waktu pemeliharaan yang efektif
3.2 Pemeliharaan PMT
Pada umumnya pemeliharaan dari pemutus tenaga (PMT)
dilakukan secara berkala dalam jangka waktu satu tahunan atau
dua tahunan. Dalam pemeliharaan pemutus tenaga (PMT),
diantaranya adalah :
1. Pengukuran Tahanan Isolasi
2. Pengukuran Tahanan Tanah
3. Pengukuran Tahanan Kontak
4. Pengukuran Keserempakan (Breaker Analyzer)
5. Pemeliharaan Media Pemutus SF6
6. Hal – hal lain yang dilakukan pada saat pemeliharaan
3.2.1 Pengukuran Tahanan Isolasi
Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik
memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu
cara meyakin kan bahwa PMT cukup aman untuk diberi
tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya.
5
Kebocoran arus yang me menuhi ketentuan yang ditetapkan
akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga
terhindar dari kegagalan isolasi.
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT)
ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation
Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran)
tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi
tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan
maupun antara terminal mas ukan (I/P terminal) dengan
terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.
Pada dasarnya pengukuran tahan is olas i PMT adalah
untuk mengetahui besar/nilai kebocoran arus (leakage
current) yang terjadi antara bagian yang bertegangan I/P
terminal dan O/P terminal terhadap tanah.
Gambar 7 KYORITSU model 3123
Hasil pengukuran tahanan isolasi PMT juga
dipengaruhi oleh kebersihan permukaan isolator bushing suhu
faktor usia dan kelembaban udara di sekitarnya. Batasan dari
tahanan isolasi sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE. 032/
PST/ 1984 adalah:
Menurut standard VDE (catalounge 228 4) minimum
besarnya tahanan isolasi kumparan trafo pada suhu operasi
dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm)”
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa
terhadap tanah kebocoran arus yang diizinkan setiap 1 kV = 1
mA.
3.2.2 Pengukuran Tahanan Pentanahan
Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik yang
dihubungkan ke tanah dengan suatu pentanahan yang ada di
Gardu Induk di mana sistem penatanahan tersebut dibuat
didalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan
Pentanahan di Gardu Induk bervariasi besarnya nilai tahanan
tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri, misalnya
tanah kering tanah cadas, kapur, dsb tahananan tanahnya cukup
tinggi nilainya jika dibanding dengan kondisi tanah yang basah.
Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik.
Untuk mengukur tahanan tanah digunakan alat ukur megger
tanah ( Earth Resistance Tester)
standar pengujian sesua i d engan Standart IEEE s
td 80 : 2000 (guide for safety in ac substation –
grounding), yakni bes arnya nilai tahanan pentanahan
untuk switchgear adalah ≤ 1 ohm.
3.2.3 Pengukuran Tahanan Kontak
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik
sambungan. Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari
beberapa jenis konduktor bertemu secara fisik sehingga
arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti.
Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu
hambatan/resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan
terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat
signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Nilai tahanan
kontak yang normal sesuai dengan mengadop ketentuan tahanan
kontak dari Negara lain ditetapkan nilai tahanan kontak antara
100 - 200µΩ. Sementara dikalangan Region P3B belum
seragam untuk RJKB disepakati 50 µΩ.
. Sambungan antara konduktor dengan PMT atau
peralatan lain merupakan tahanan kontak yang
syarattahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai
berikut:
E = I . R (1)
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1Ohm dan
arus yang mengalir adalah 100 Ampere maka ruginya adalah
W = . R (2)
W = 10.000 watts
Kondisi ini sangat signifikan jika jumlah sambungan
konduktor pada salah satu jalur terdapat banyak sambungan
sehingga kerugian teknis juga menjadi besar, tetapi masalah ini
dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak
dengan membuat dan memelihara nilai tahanan kontak sekecil
mungkin. Jadi pemeliharaan tahanan kontak sangat diperlukan
sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan kontak.
6
Gambar 8 Alat Ukur Megger DLDO 600
3.2.4 Pengukuran Keserempakan (Breaker Analyzer)
Pengukuran breaker analyzer pada pemutus tenaga (PMT)
digunakan untuk mengukur kecepatan PMT saat membuka dan
menutup. Sedangkan satuan yang dipakai adalah ms ( mili
sekon) . Jadi ketika pemutus tenaga (PMT) dilepas secara
bersamaan maka akan terlihat keserempakannya.
Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah
untuk mengetahui waktu kerja PMT secara individu serta untuk
mengetahui keserempakan PMT pada saat menutup ataupun
membuka . Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat
dibedakan atas jenis three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan
single pole (penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay
biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud
PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu
fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang biasa disebut
SPAR (Single Pole Auto Reclose). Namun apabila gangguan
pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa maka PMT
tersebut harus trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT tidak
trip secara serempak akan menyebabkan gangguan, untuk itu
biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole discrepancy
relai yang memberikan order trip kepada ketiga PMT.
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka
yang tipe single pole ataupun three pole harus menutup secara
serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat menjadi suatu
gangguan didalam system tenaga listrik dan menyebabkan
system proteksi bekerja. Pada waktu PMT trip akibat terjadi
suatu gangguan pada system tenaga listrik diharapkan PMT
bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang diharapkan
sesuai standard SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150
milli detik dan SPLN No 52- 1 1984 untuk system 150 kV =
120 milli detik, dan final draft Grid Code 2002 untuk system
500 kV = 90 milli detik dapat terpenuhi.
Pada pengujian keserempakan terdapat 2 pengujian
yaitu Closing Time atau waktu yang dibutuhkan oleh PMT
untuk menutup kontak. Dimana standar closing time pada PMT
150kV berada sekitar 77 ms. Dan Opening Time atau waktu
yang dibutuhkan oleh PMT untuk membuka kontak. Untuk
standar opening time pada PMT 150kV berada sekitar 55ms.
Sedangkan ∆t yaitu selisih waktu keserempakan PMT antar
fasa, standar ∆t untuk PMT 150kV 10ms per fasanya.
Gambar 9 Alat ukur Keserempakan P MT (Breaker
Analyzer)
3.2.5 Pemeliharaan Gas SF6 Pada PMT
a. Pemeriksaan Tekanan / Kerapatan Gas ( Gas Pressure
/ Density)
Pemeriksaan tekanan/kerapatan gas SF6 pada PMT
konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah
tekanan/kerapatan gas SF6 masih berada pada batas tekanan
ratingnya (rated pressure) .
Pelaksanaan pemeriksaan tekanan / kerapatan gas SF6 dapat
dilakukan dengan 2 ( dua ) cara yakni :
1. Pemeriksaan langsung yaitu pembacaan nilai tekanan /
kerapatan dapat langsung dibaca pada alat ukur ( pressure
gauge/densi meter ) yang terpasang permanen pada PMT / GIS
2. Pemeriksaan tidak langsung yaitu pembacaan nilai tekanan /
kerapatan tidak dapat langsung harus terlebih dulu dipasang alat
ukurnya, karena tidak terpasang alat ukur secara permanen
tekanan rating gas SF6 besarnya ditentukan oleh masing –
masing pabrik yang membuat PMT tersebut, sebagai contoh
antara lain :
1. PMT / GIS merk Mitsubishi type 500-SFMT-50B tekanan
gas SF6 nya adalah 5 kg / cm2 pada suhu 200 C
2. PMT merk Alsthom type FX 12 tekanan gas SF6 nya
adalah 6,55 bar pada suhu 200 c
3. PMT merk ABB type HPL tekanan gas SF6 nya adalah 0,7
Mpa pada suhu 200 c
7
Gambar 4.9 Gambar densimeter yang terpasang pada PMT
b. Pemeriksaan Kebocoran Gas (Gas Leakage)
Kebocoran dapat terjadi pada sambungan pipa kontrol,
valve refilling/ drain dan bagian lain yang terisi gas SF6 pada
PMT. Adanya kebocoran gas SF6 tersebut (biasanya kecil dan
dalam waktu lama) dapat mengakibatkan menurunnya tekanan
dan selanjutnya mempengaruhi unjuk kerja PMT. Untuk
mengetahui lokasi terjadinya kebocoran gas SF6 pada PMT
dilakukan dengan cara tradisional (melalui pendengaran, busa
sabun ) dan dengan alat deteksi kebocoran / leakage detector.
Namun saat ini telah digunakan kamera kebocoran gas SF6
dengan deteksi suhu.
Pada setiap PMT dilengkapi dengan alat pengaman
tekanan gas yaitu pressure switch yang berfungsi untuk
memberikan imformasi tekanan alarm dan tekanan minimal gas
SF6.
3.2.6 Hal – Hal Lain yang Dilakukan pada Saat
Pemeliharaan
Selain pengukuran nilai dari tahanan isolasi, tahanan
kontak, breaker analyzer, tahanan pentanahan, pengujian
karakteristik gas SF6 serta tekanan gas SF6 hal lain yang perlu
dilakukan pada saat pemeliharaan pemutus tenaga (PMT)
adalah :
1. Pemeriksaan motor PMT dapatkah motor PMT
tersebut bekerja secara normal
2. Pemeriksaan tekanan sistem penggerak sistem tekanan
busur api dan sistem aksesoris kelengkapan sebagai
pendukung operasi dari PMT
3. Pencatatan telah berapa kali PMT tersebut melakukan
pemutusan pada counter PMT
4. Menjaga kebersihan PMT dari kotoran dan hewan
yang dapat mengganggu keandalan PMT
IV. PENUTUP
4.1 KesimpulanBerikut ini adalah kesimpulan yang bisa ditambil:
1. Fungsi utama PMT adalah sebagai alat untukmemutus dan menghubungkan suatu rangkaian lis trikdalam kondisi berbeban maupun tidak berbeban,serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arusgangguan (hubung singkat) pada jaringan atauperalatan lain.
2. Pemeliharaan pada Pemutus Tenaga meliputipengukuran tahanan isolasi, pengukuran tahanankontak, pengukuran tahanan pentanahan, ujikeserempakan, pengamatan terhadap komponenPMT, serta pemeliharaan media pemutus SF6.
3. Pada pemutus tenaga dengan media gas SF6digunakan sebagai bahan isolasi karena mempunyaikekuatan isolasi lebih besar dan mempunyai dayapemadaman busur api lebih besar dari udara, selainitu gas SF6 murni juga mempunyai kerapatan densityyang tinggi, merupakan bahan kimia yang stabil, tidakberacun, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudahterbakar pada suhu tinggi, tidak mudah merusakmetal,plastic dan bermacam – macam bahan yang padaumumnya digunakan pada pemutus tenaga.
4. Fungsi Gas SF6 pada PMT ini digunakan sebagaimedia pemadam busur api dan sebagai penggerak.
5. Untuk keandalan dalam kondisi PMTpemeliharaannya harus dilakukan sesuai denganprosedur dan Instruksi Kerja (IKA).
4.2 Saran1. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) yang menggunakan
media gas SF6 harus selalu dilakukan monitoring
tekanan gas SF6 untuk keandalan dalam bekerja.
2. Mekanik Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) harus
selalu dibersihkan agar tidak terjadi korosi akibat kotor
karena debu maupun kelembapan udara .
3. Dalam pelaksanaan manuver pe mbebas an tegangan
maupun energizing, pengoperas ian peralatan (PMT,
PMS, ES) harus sesuai aturan baku/ SOP.
DAFT AR P UST AKA
[1] Arismunandar.Adan Kuwahara.S.1991. Teknik
Tenaga listrik. Jakart a: P T Pradnya P aramita.
[2] Arismunandar, Artono. 1984. Teknik Tegangan
Tinggi. Jakart a: P radnya P aramita.
[3] Buku Petunjuk Batasan Operasi dan
Pemeliharaan P eralatan Penyaluran Tenaga Listrik
Pemutus Tenaga (PMT), No. Dokumen : 7 -
22/HARLUR-PST/2009, P T. P LN (Persero), 2010.
8
[4] Sulasno, Ir, “ Teknik dan Sistem Distribusi
Tenaga Lisrik”. Jilid I. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang. 2001.
[5] Tobing, Bonggas L. “Peralat an Tegangan T
inggi”, Jakart a : P enerbit
P T Gramedia P ustaka Utama, 2003.
BIOGRAFI PENULISIkha Nurjanah (21060111120035)Lahir di Brebes tanggal 23 Januari1994. Telah menempuh studi diSDN 4 Ketanggungan,SMPN 1Kersana, SMAN2 Pekalongan dansekarang penulis masihmelanjutkan studi di FakultasTeknik Jurusan Teknik ElektroUniversitas Diponegoro danmengambil konsentrasi TeknikTenaga Listrik.
.
Semarang, Desember 2014Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. Agung Warsito, DHETNIP. 195806171987031002
9
10
11