bakeuda.pangkalpinangkota.go.idbakeuda.pangkalpinangkota.go.id/scanlk2019.pdf · 2021. 2. 1. ·...
TRANSCRIPT
-
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
Laporan atas Laporan Keuangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Pangkalpinang, yang terdiri dari Neraca tanggal 31 Desember 2019, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, serta
Catatan atas Laporan Keuangan.
Tanggung Jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Pangkalpinang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern
yang memadai untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Tanggung Jawab BPK
Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
apakah laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material.
Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada
pertimbangan profesional Pemeriksa, termasuk penilaian risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam
melakukan penilaian risiko, Pemeriksa mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan
dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang
BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1
-
CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
-
16
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota Pangkalpinang menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 sebagai
bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2019
Laporan keuangan yang disusun ini meliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan dimaksud disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP
basis akrual.
Pada dasarnya LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 disusun dengan maksud
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari stakeholders (antara lain masyarakat, DPRD,
lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, dan Pemerintah Pusat) yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang selama
Tahun anggaran 2019 serta menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan dengan menyediakan informasi mengenai
pendapatan LRA, Pendapatan LO, belanja, beban, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban,
ekuitas dan arus kas. Informasi ini disajikan agar pengguna memiliki pengetahuan mengenai :
1. Kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
2. Kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang
ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;
3. Jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintah
Kota Pangkalpinang serta hasil-hasil yang dicapai;
4. Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas;
5. Posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Kota Pangkalpinang berkaitan dengan sumber-
sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang
berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; dan
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
17
6. Perubahan posisi keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang sebagai akibat pelaksanaan
kegiatan selama Tahun Anggaran 2019.
I.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4389);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4368);
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 149, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2016 tentang Kodefikasi Barang Milik
Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi
dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
18
14. Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 07 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang
Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Walikota Nomor 51 Tahun 2015 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 51);
16. Peraturan Walikota Nomor 56 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(Berita Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 56);
17. Peraturan Walikota Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir Kebijakan Akuntansi Nomor 74 Tahun 2018 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pangkalpinang.
I.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
I.3.1. Unsur Laporan Keuangan
LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 merupakan laporan yang mencakup
seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kota
Pangkalpinang, yang terdiri dari PPKD (BUD), OPD, BOS, JKN dan BLUD. LKPD Kota
Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 terdiri dari :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan
Daerah. Data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA OPD dan
data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain Pendapatan yang Sah,
Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Tak Terduga, Transfer dan Pembiayaan
(penerimaan dan pengeluaran) didasarkan pada LRA PPKD (BUD).
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP SAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah laporan yang menyajikan
informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal,
SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.
3. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang
terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.
5. Neraca
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
19
Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca
OPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban, dan Ekuitas.
Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas.
Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan
Ekuitas.
6. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang
dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran
2019.
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai
suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019
disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan OPD, Laporan BOS, JKN,
BLUD dengan laporan keuangan BUD. Laporan keuangan OPD terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan
atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan BLUD terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca dan Laporan Operasional sedangkan Laporan keuangan BUD terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
I.3.2 Entitas
Untuk Tahun Anggaran 2019, entitas Akuntansi di lingkungan Pemerintah Kota
Pangkalpinang yang dicakup dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang
mengalami perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kelola dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah dan
Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Pangkalpinang yaitu:
1. Entitas Akuntansi:
a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
b. Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
c. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
d. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
e. Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman
f. Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah
g. Dinas Perhubungan
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
20
h. Dinas Komunikasi dan Informatika
i. Dinas Pangan dan Pertanian
j. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
k. Dinas Pariwisata
l. Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan
m. Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja
n. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
o. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
p. Satuan Polisi Pamong Praja
q. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
r. KDH dan Wakil Kepala Daerah
s. Sekretariat Daerah
t. Sekretariat DPRD
u. Badan Keuangan Daerah
v. Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Daerah
w. Inspektorat Kota
x. Kecamatan Bukit Intan
y. Kecamatan Rangkui
z. Kecamatan Gerunggang
aa. Kecamatan Taman Sari
bb. Kecamatan Pangkalbalam
cc. Kecamatan Girimaya
dd. Kecamatan Gabek
ee. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
ff. Dinas Lingkungan Hidup
2. Entitas BLUD: RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang
LKPD ini tidak mencakup entitas:
1. Pemerintah Pusat; dan
2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
21
I.3.3. Kebijakan Konversi
Mengingat penyusunan dan penyajian APBD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019
dan pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, maka untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, serta Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 bahwa LKPD sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan, maka penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 dilakukan dengan melakukan konversi kepada
Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan
kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Pangkalpinang sebagaimana termuat dalam Peraturan
Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 74 Tahun
2018.
Konversi yang dilakukan mencakup struktur APBD (pendapatan, belanja, dan
pembiayaan), klasifikasi anggaran (pendapatan, belanja, dan pembiayaan) dalam LRA.
Konversi dilakukan dengan cara mentrasir kembali (trace back) pos-pos dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 dengan akun-akun LRA menurut Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 serta khusus untuk penyajian belanja
daerah didasarkan pada Buletin Teknis Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Belanja Pemerintah.
I.3.4. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang Tahun 2019 disusun dan
disajikan berdasarkan basis akrual, yang merupakan tahun kelima penerapan basis akrual dalam
penyusunan LKPD. Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya disusun dan disajikan berdasarkan
basis kas menuju akrual. Perubahan basis akuntansi ini sesuai dengan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013,
dan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Walikota Nomor 63 Tahun 2015 tentang Revisi Kebijakan Akuntansi dan
terakhir diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 74 tahun 2018 tentang Revisi Kebijakan
Akuntansi.
Di tengah keberhasilan Pemerintah Kota Pangkalpinang menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2019 berdasarkan basis akrual, perlu diakui bahwa dalam
penyusunan dan penyajian LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 masih ditemui
kendala antara lain perbedaan dalam struktur anggaran dengan struktur pelaporan, dan
perbedaan penamaan dan format laporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
22
Nomor 64 Tahun 2013 yang mengakibatkan masih diperlukannya proses konversi dalam
penyajian laporan keuangan terutama dalam penyajian akun-akun LRA.
I.4. Sistematika Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang 2019 disajikan dengan
urutan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
I.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
I.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
I.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
I.4. Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
Bab II Ekonomi Makro
II.1. Ekonomi Makro
II.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
II.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal Pemerintah Kota Pangkalpinang
II.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Pangkalpinang
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal
III.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal
III.2. Faktor Pendukung dan Penghambat pencapaian kinerja
Bab IV Ikhtisar Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Pangkalpinang
IV.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Program Pemerintah Kota
Pangkalpinang
IV.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja
Bab V Kebijakan Akuntansi
V.1. Entitas Pelaporan
V.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
V.3. Kebijakan Akuntansi
Bab VI Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
VI.1. Pendapatan – LRA
VI.2. Belanja
VI.3. Surplus/Defisit
VI.4. Pembiayaan
VI.5. Komponen-komponen Perubahan Saldo Anggaran Lebih
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
23
VI.6. Pendapatan – LO
VI.7. Beban
VI.8. Surplus/Defisit Kegiatan Operasional
VI.9. Surplus/Defisit Kegiatan Non Operasional
VI.10. Pos Luar Biasa
VI.11. Surplus/Defisit Laporan Operasional
VI.12. Komponen Perubahan Ekuitas
VI.13. Aset
VI.14. Kewajiban
VI.15. Ekuitas
VI.16. Komponen-komponen Arus Kas
Bab VII Penutup
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
24
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN
DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
II.1. Ekonomi Makro
Ekonomi makro daerah dapat menjadi reflektor kinerja makro perekonomian daerah
sebagai bagian dari proses pembangunan secara umum di daerah tersebut. Gambaran ekonomi
tersebut dicapai dengan kebijakan dan prioritas pembangunan serta langkah operasional yang
ditempuh untuk menghadapi tantangan pembangunan dalam rangka pencapaian sasaran
pembangunan tahun 2019.
Kerangka makro ekonomi disusun berdasarkan prediksi beberapa indikator makro
ekonomi seperti laju pertumbuhan ekonomi, investasi, pendapatan perkapita, produktivitas,
penyerapan tenaga kerja dan faktor-faktor lain seperti proyeksi penduduk dan lain-lain.
1. Perkembangan PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro
untuk menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah dalam satu periode tertentu,
biasanya satu tahun. Angka PDRB dihitung berdasarkan dua pendekatan yaitu produksi
dan pengeluaran.
Mulai tahun 2015 PDRB harga konstan tahun dasar 2000 tidak digunakan lagi,
diganti dengan harga konstan tahun dasar 2010 dan dalam penghitungannya
mengimplementasikan System of Nasional Account (SNA) 2008.
Apabila dilihat berdasarkan nilai nominalnya, PDRB Pangkalpinang pada tahun
2010 senilai 5,80 trilyun rupiah mampu meningkat menjadi senilai 9,36 trilyun rupiah pada
tahun 2014. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRBADHB) Kota Pangkalpinang tahun
2015 adalah senilai 10.234.632 juta rupiah meningkat dibandingkan tahun 2014. Demikian
juga dengan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRBADHK) tahun 2014 senilai dari
7.247.497 juta rupiah, mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi senilai 7.555.016
juta rupiah. Secara absolut, PDRBADHB Kota Pangkalpinang mengalami pertambahan
secara rata-rata senilai 882 milyar rupiah setiap tahunnya.
Untuk tahun 2016 PDRBADHB Kota Pangkalpinang adalah senilai 11.116.233 juta
rupiah, sedangkan PDRBADHB tahun 2015 senilai 10.234.632 juta rupiah atau mengalami
kenaikan senilai 8,61%. Demikian juga dengan PDRB ADHK juga mengalami peningkatan
dari senilai 7.555.016 juta rupiah di tahun 2015, menjadi senilai 7.945.986 juta rupiah di
tahun 2016 atau mengalami kenaikan senilai 5,17%. PDRBADHB Kota Pangkalpinang
tahun 2017 adalah senilai 12.113.977 juta rupiah, meningkat dibandingkan tahun 2016
senilai 52,45%. PDRBADHB di tahun 2018 adalah 12.987.788 juta rupiah juga meningkat
dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,21%. Demikian juga dengan PDRBADHK juga
mengalami peningkatan dari senilai 8.358.482 juta rupiah di tahun 2017, menjadi senilai
8.793.824 juta rupiah di tahun 2018. Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi
peningkatan produktivitas yang diiringi dengan peningkatan harga komoditas sektoral dari
tahun ke tahun.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
25
Peningkatan yang signifikan ini merupakan suatu indikator cukup berhasilnya upaya
pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas kegiatan ekonomi di
sektor riil mampu menghasilkan pertambahan nilai PDRB sejumlah tersebut di atas.
2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi
hasil-hasil pembangunan. Bila dilihat berdasarkan lapangan usaha, maka dapat
disimpulkan bahwa perekonomian Kota Pangkalpinang tahun 2018 ditopang oleh
perdagangan besar dan eceran dan industri pengolahan. Kedua kategori lapangan usaha ini
memberikan kontribusi masing masing sebesar 27,81 persen dan 15,79 persen. Sebagai
ibukota provinsi, Pangkalpinang menjadi pusat perdagangan di pulau Bangka, sebagian
besar kantor pusat penjualan mobil dan motor berlokasi di Kota Pangkalpinang. Begitu
juga dengan toko grosir berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari yang banyak
tersebar di Kota Pangkalpinang. Sehingga wajar apabila lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran memberi kontribusi terbesar pada PDRB Kota Pangkalpinang.
3. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian mencerminkan peran lapangan usaha terhadap
pembentukan PDRB, juga dapat menggambarkan sektor-sektor unggulan yang
menggerakkan perekonomian dalam suatu wilayah.
Dalam perekonomian, faktor harga sangat menentukan bagi dunia bisnis maupun
konsumen. Daya beli masyarakat dapat dipengaruhi oleh perubahan indeks harga
konsumen, inflasi. Inflasi yang tinggi akan membatasi gerak investor dan akan mengurangi
daya beli masyarakat, sebaliknya bila tingkat inflasi rendah akan merangsang dunia usaha
untuk melakukan investasi.
Inflasi Kota Pangkalpinang tahun 2018 sebesar 3,45 persen, lebih tinggi dari tahun
sebelumnya, yakni sebesar 2,66 persen. Dan seperti tahun sebelumnya, kelompok
pengeluaran yang mengalami inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan sebesar
5,74 persen.
Namun demikian apabila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya yakni tahun
2015, inflasi Kota Pangkalpinang sebesar 7,78% dan di tahun 2016 sebesar 4,66% maka
terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2017 dan 2018. Sehingga diharapkan hal ini
akan semakin meningkatkan gerak investor untuk berinvestasi di Kota Pangkalpinang dan
tidak hanya itu, juga akan semakin meningkatkan daya beli masyarakat Kota
Pangkalpinang.
II.1.1. Letak Geografis
Kota Pangkalpinang dibentuk dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera Selatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1821 dan merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan.
Pembentukan Batas Wilayah dan Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diatur dengan
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Luas wilayah Kota Pangkalpinang sekitar 147,4 Km2 (berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 79 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Daerah Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten
Bangka Tengah). Secara geografis Kota Pangkalpinang terletak pada posisi antara 20 4’ LS –
20 10’ LS dan 1060 4’ BT – 1060 7’ dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Pagarawan, Kecamatan Merawang,
Kabupaten Bangka.
2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Dul, Kecamatan Pangkalan Baru,
Kabupaten Bangka Tengah.
3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Air Duren, Kecamatan Mendo Barat,
Kabupaten Bangka.
4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Daerah Kota Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis ditinjau dari sudut
geografisnya, dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dan pembangunan daerah di
provinsi yang baru. Hal ini dikarenakan Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi yang
berfungsi sebagai pusat pengembangan pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yang meliputi :
1. Pusat Pemerintahan dan Pemukiman Penduduk
2. Pusat Perdagangan dan Industri
3. Pusat Pelayanan Sosial (Pendidikan dan Kesehatan ) serta Distribusi Barang dan Jasa
4. Pusat Administrasi Penambangan Timah
5. Pusat Lembaga Keuangan
II.1.2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Pangkalpinang pada tahun 2018 berdasarkan data BPS sebanyak
208.520 orang dengan komposisi 106.879 laki-laki dan 101.641 perempuan.
Jumlah penduduk Kota Pangkalpinang usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk usia kerja
(PUK) pada tahun 2018 sebanyak 154.840 orang (hasil survey Angkatan Kerja Nasional
Sakernas 2018), sebesar 64,72% penduduk angkatan kerja (bekerja dan atau pencari kerja) dan
sisanya 35,28% adalah penduduk bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan
lainnya)
Pada tahun 2010 Kota Pangkalpinang terjadi pemekaran wilayah dari 5 kecamatan dan
36 Kelurahan menjadi 7 Kecamatan dan 42 kelurahan Pemekaran dan pembentukan kecamatan
sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2011 dan Lembaran Daerah Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Nomor 2.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
27
Yaitu terdiri dari :
1. Kecamatan Pangkalbalam:
a. Kelurahan Pasir Garam
b. Kelurahan Lontong Pancur
c. Kelurahan Ketapang
d. Kelurahan Ampui
e. Kelurahan Rejosari
2. Kecamatan Bukit Intan:
a. Kelurahan Semabung Lama
b. Kelurahan Bacang
c. Kelurahan Air Itam
d. Kelurahan Pasir Putih
e. Kelurahan Temberan
f. Kelurahan Sinar Bulan
g. Kelurahan Air Mawar
3. Kecamatan Rangkui:
a. Kelurahan Pintu Air
b. Kelurahan Bintang
c. Kelurahan Masjid Jamik
d. Kelurahan Asam
e. Kelurahan Melintang
f. Kelurahan Parit Lalang
g. Kelurahan Keramat
h. Kelurahan Gajah Mada
4. Kecamatan Gerunggang:
a. Kelurahan Taman Bunga
b. Kelurahan Bukit Merapin
c. Kelurahan Bukit Sari
d. Kelurahan Tuatunu Indah
e. Kelurahan Kacang Pedang
f. Kelurahan Air Kepala Tujuh
5. Kecamatan Taman Sari:
a. Kelurahan Opas Indah
b. Kelurahan Gedung Nasional
c. Kelurahan Batin Tikal
d. Kelurahan Rawa Bangun
e. Kelurahan Kejaksaan
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
28
6. Kecamatan Gabek:
a. Kelurahan Selindung
b. Kelurahan Selindung Baru
c. Kelurahan Gabek Satu
d. Kelurahan Gabek Dua
e. Kelurahan Air Salemba
f. Kelurahan Jerambah Gantung
7. Kecamatan Girimaya:
a. Kelurahan Pasar Padi
b. Kelurahan Batu Intan
c. Kelurahan Bukit Besar
d. Kelurahan Sriwijaya
e. Kelurahan Semabung Baru
II.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara
optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah, serta ketepatan dalam
memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.
II.2.1. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pengelolaan pendapatan daerah dilakukan dengan menggali potensi sumber-sumber
pendapatan daerah, baik itu Pendapatan Asli Daerah (PAD) ataupun Dana Perimbangan. Upaya
peningkatan, perluasan basis PAD dan mengupayakan optimalisasi Dana Perimbangan agar
bagian daerah dapat diperoleh secara proporsional, oleh karena dilakukan peningkatan dalam
hal pengawasan, koordinasi dan upaya penyederhanaan proses administrasi pemungutan.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan Pendapatan Daerah antara lain:
1. Mengoptimalkan peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber PAD
dan Dana Perimbangan;
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta baik dalam pembiayaan maupun
kegiatan pembangunan;
3. Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD;
4. Mengutamakan secara optimal perolehan Dana Perimbangan yang lebih proporsional.
Pajak daerah sebagai salah satu komponen penting dari Pendapatan Asli Daerah
merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mengoptimalkan peningkatan PAD Kota
Pangkalpinang dari tahun ke tahun, dimana upaya-upaya yang dilakukan bisa dengan cara
meningkatkan pengawasan dan pembenahan sistem pendapatan daerah atau lebih dikenal
dengan intensifikasi pajak daerah dan dari segi ekstensifikasi pajak daerah, secara terus menerus
dilakukan penggalian potensi-potensi baru dengan cara survey atau pendataan untuk
mendapatkan wajib pajak baru.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
29
Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah antara lain :
1. Intensifikasi Pajak Daerah
a. Melakukan evaluasi terhadap penerimaan yang dibandingkan dengan ketersediaan
potensi wajib pajak;
b. Melakukan pengawasan berkala terhadap wajib pajak;
c. Membenahi sistem administrasi pajak daerah secara berkala;
d. Memperketat aturan-aturan pajak daerah;
e. Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang terlambat maupun
menunggak pembayaran;
f. Rapat koordinasi dan evaluasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemungut
setiap bulannya, yang dipimpin langsung oleh Walikota/Wakil Walikota/Sekretaris
Daerah;
g. Melakukan evaluasi dan koordinasi bidang;
h. Peningkatan pelayanan melalui peningkatan sarana dan prasarana;
i. Meningkatkan koordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang mengelola
pajak pusat sebagai upaya mencegah terjadinya pengenaan pajak ganda;
j. Sosialisasi kepada Wajib Pajak dan Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran
langsung ke Rekening Kas Umum Daerah sebagai bagian dari upaya tindakan
pencegahan pengawasan hasil pungutan;
k. Melakukan pendekatan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang potensial
untuk membayar kewajibannya tepat waktu;
l. Membentuk sistem pajak yang berbasis parsial (peta).
2. Ekstensifikasi Pajak Daerah
Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber PAD yang baru
sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 dan peraturan-peraturan daerah yang
berlaku, yaitu:
a. Bersifat pajak dan bukan retribusi;
b. Obyek pajak terletak di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai
mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. Obyek dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum;
d. Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak provinsi atau obyek pajak pusat;
e. Potensinya memadai;
f. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif;
g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan
h. Menjaga kelestarian lingkungan.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
30
i. Upaya nyata yang harus dilakukan adalah :
1) Melakukan pendataan dan survey berkala untuk menjaring wajib pajak baru;
2) Mencari dan mengenali jenis atau sifat pajak baru yang disesuaikan dengan
peraturan daerah yang ada.
II.2.2. Kebijakan Belanja Daerah
Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kota Pangkalpinang terdiri dari urusan wajib pelayanan dasar, urusan
wajib bukan pelayanan dasar, urusan pilihan dan urusan pemerintahan fungsi penunjang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum, ketentraman dan ketertiban umum, perlindungan
masyarakat serta mengembangkan sistem jaminan sosial sesuai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang telah ditetapkan.
Kebijakan pengelolaan belanja daerah ditekankan pada peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan dasar sarana dan prasarana pelayanan, yaitu :
1. Prioritas kepada upaya melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan ke dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak,
serta pengembangan sistem jaminan sosial;
2. Menyelaraskan alokasi belanja seiring dengan pendelegasian wewenang;
3. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang menjadi pusat perhatian
masyarakat (public interest); dan
4. Pemberian bantuan kepada organisasi kemasyarakatan didasarkan pada tingkat kebutuhan
dan urgensitas tanpa melupakan aspek pemerataan dan keadilan dalam mendukung upaya-
upaya penanggulangan dan penanganan permasalahan sosial, antara lain: kemiskinan,
pengangguran, ketenagakerjaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
II.2.3. Kebijakan Pembiayaan
Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih
antara pendapatan daerah dan belanja daerah, ketika terjadi defisit anggaran. Sumber
pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun lalu, penerimaan
pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang
dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri dapat berupa anggaran
hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan.
Pengeluaran pembiayaan dialokasikan guna menganggarkan pengeluaran daerah yang
tidak bersifat belanja. Komponen pengeluaran pembiayaan adalah pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal (investasi) daerah, pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman daerah.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
31
Struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih
perhitungan anggaran tahun lalu namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain,
sedangkan pengeluaran pembiayaan direncanakan dari pembayaran pokok utang.
II.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal Pemerintah Kota Pangkalpinang
Kebijakan Keuangan Daerah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dijabarkan lebih
lanjut dalam indikator pencapaian kinerja fiskal daerah, sehingga Pemerintah Kota
Pangkalpinang memiliki sasaran dan tujuan yang pasti mengenai apa yang ingin dicapai dalam
Tahun Anggaran 2019. Penetapan capaian kinerja fiskal untuk Tahun Anggaran 2019
dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yang pertama adalah melalui penetapan Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2018 tanggal 27 Desember 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2019 dan yang kedua adalah melalui penetapan Peraturan
Daerah Nomor 14 Tahun 2019 tanggal 12 September 2019 tentang APBD Perubahan Tahun
Anggaran 2019.
Tabel berikut ini menyajikan Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2019:
Tabel II.1. Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2019
(dalam milyar rupiah)
Uraian
Target
(Anggaran)
Realisasi
% Realisasi
I. Pendapatan 891,694 916,390 102,77
I.1. Pendapatan Asli Daerah 150,170 155,116 103,29
I.2. Pendapatan Transfer 709,620 728,524 102,66
I.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 31,904 32,750 102,65
II. Belanja 1.071,296 954,727 89,12
II.1 Belanja Tidak Langsung 372,910 349,410 93,70
II.2 Belanja Langsung 698,386 605,317 86,67
Surplus/Defisit (179,602) (38,337) 21,34
III. Pembiayaan
III.1 Penerimaan 181,102 179,832 99,29
III.2 Pengeluaran 1,500 1,500 100,00
SiLPA Tahun Berjalan - 139,994 -
II.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Pangkalpinang
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Walikota terpilih pada akhir periode masa jabatan.
Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
32
setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja
yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
Indikator kinerja daerah pada RPJMD Tahun 2013-2018 dirumuskan berdasarkan hasil
analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap
tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan. Penetapan indikator kinerja daerah terhadap
capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2018
adalah sebagai berikut:
1. Aspek Kesejahteraan masyarakat, yang meliputi: 1) fokus kesejahteraan dan pemerataan
ekonomi; 2) fokus kesejahteraan sosial; 3) fokus seni budaya dan olah raga.
2. Aspek Pelayanan Umum, yang meliputi : 1) fokus layanan urusan wajib pendidikan,
kesehatan, perumahan, penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana, sosial,
ketenagakerjaan, kepemudaan dan olah raga, otonomi daerah dan pemerintahan umum,
ketahanan pangan, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika, perpustakaan; dan 2)
pelayanan urusan pilihan yang terdiri dari pertanian, energi dan sumber daya manusia,
pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan dan perindustrian.
3. Aspek Daya Saing Daerah, yang difokuskan kepada : kemampuan ekonomi daerah,
pertanian, penataan ruang, otonomi daerah, pemerintahan umum, keuangan, kepegawaian,
lingkungan hidup, komunikasi dan informatika, iklim berinvestasi dan sumber daya
manusia.
Berdasarkan isu-isu pembangunan di atas, maka ditetapkanlah prioritas pembangunan
pada Tahun Anggaran 2019 yang terdiri dari:
1. Meningkatkan kualitas pembangunan yang menjamin keberlanjutan daya dukung
lingkungan;
2. Mendorong pertumbuhan sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal;
3. Meningkatkan penyediaan dan pelayanan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas
permukiman dan perkotaan;
4. Mewujudkan sumber daya manusia Kota Pangkalpinang yang unggul, berkualitas dan
sejahtera;
5. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan
inovatif; dan
6. Menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
33
BAB III
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA FISKAL
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
III.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal
Anggaran daerah pada hakikatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggungjawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana
secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan
sumber-sumber keuangan daerah. Pada Tahun Anggaran 2019, Anggaran Belanja Daerah Kota
Pangkalpinang ditetapkan senilai Rp1.071.296.711.328,05 dan direncanakan didanai melalui
penerimaan pendapatan yang bersumber pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) senilai
Rp150.170.133.726,00 dan Pendapatan Dana Perimbangan senilai Rp637.475.285.198,00
sehingga akan menghasilkan defisit anggaran senilai (Rp179.602.379.404,05) yang ditutup
melalui SiLPA tahun anggaran sebelumnya.
Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran
2019 dapat dilihat secara ringkas pada tabel III.1 berikut ini:
Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kota
Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019
(dalam milyar rupiah)
Uraian
Target
(Anggaran)
Realisasi
% Realisasi
I. Pendapatan 891,694 916,390 102,77
I.1. Pendapatan Asli Daerah 150,170 155,116 103,29
I.2. Pendapatan Transfer 709,620 728,524 102,66
I.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 31,904 32,750 102,65
II. Belanja 1.071,296 954,727 89,12
II.1 Belanja Tidak Langsung 372,910 349,410 93,70
II.2 Belanja Langsung 698,386 605,317 86,67
Surplus/Defisit (179,602) (38,337) 21,34
III. Pembiayaan
III.1 Penerimaan 181,102 179,832 99,29
III.2 Pengeluaran 1,500 1,500 100,00
SiLPA Tahun Berjalan - 139,994 -
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
34
Tabel III.1 di atas memperlihatkan bahwa realisasi Pendapatan Daerah senilai
Rp916.390.339.757,25 melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu senilai
Rp891.694.331.924,00 atau sebesar 102,77%. Pencapaian tertinggi realisasi terhadap target
terdapat pada pos penerimaan Pendapatan Transfer dengan realisasi senilai
Rp728.523.783.646,05 atau sebesar 102,66% dari target yang telah ditetapkan.
Untuk melihat perkembangan target dan realisasi penerimaan PAD dari tahun 2015
sampai dengan 2019 secara jelas dapat dilihat pada Tabel III.2 berikut ini:
Tabel III.2. Perkembangan PAD Tahun Anggaran 2015 – 2019
(dalam milyar rupiah)
Anggaran Pendapatan Asli Daerah Target Realisasi
Tahun Target Realisasi Persentase Perkembangan
2015 113,817 135,305 14,13 0,71
2016 129,898 136,269 29,58 27,65
2017 168,322 173,947 (0,67) (3,92)
2018 167,193 167,131 (10,18) (7,18)
2019 150,170 155,116 0,00 0,00
Secara keseluruhan dari tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017 baik
target maupun realisasi PAD Kota Pangkalpinang mengalami kenaikan. Dilihat dari sisi target
anggaran, dari tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2016 mengalami kenaikan
senilai Rp16,081 milyar atau sebesar 14,13%, dari tahun anggaran 2016 sampai dengan tahun
anggaran 2017 mengalami kenaikan senilai Rp38,424 milyar atau sebesar 29,58%, dari tahun
anggaran 2017 sampai dengan tahun anggaran 2018 mengalami penurunan senilai (Rp1,129)
milyar atau sebesar (0,67%), tahun anggaran 2018 sampai dengan tahun anggaran 2019
mengalami penurunan anggaran senilai Rp(17,023) milyar atau sebesar (10,18)%.
Dilihat dari sisi realisasi anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2016 mengalami
kenaikan senilai Rp0,964 milyar atau sebesar 0,71%, dari tahun anggaran 2016 sampai tahun
anggaran 2017 terjadi kenaikan senilai Rp37,678 milyar atau sebesar 27,65%, pada tahun
anggaran 2017 sampai tahun anggaran 2018 terjadi penurunan realisasi penerimaan PAD
sebesar Rp(6,816) milyar atau sebesar (3,92)%, dan yang terakhir tahun anggaran 2018 sampai
dengan tahun 2019 kembali mengalami penurunan senilai Rp(12,015) milyar atau sebesar
(7,18)%.
Untuk Dana Transfer, realisasi penerimaan adalah Rp728.523.783.646,05 (102,66%) dari
target yang ditetapkan senilai Rp709.619.920.198,00
Perkembangan target dan realisasi penerimaan yang berasal dari Dana Perimbangan dari
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 secara jelas dapat dilihat pada Tabel III.3 dan Grafik III.1
berikut ini:
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
35
Target Realisasi
2019 2018 2017 2016 2015
900.000
800.000
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
PERKEMBANGAN DANA TRANSFER
Tabel III.3. Perkembangan Dana Transfer Tahun Anggaran 2015 – 2019
(dalam milyar rupiah)
Tahun
Anggaran
Target
Realisasi
Persentase Perkembangan
Target Realisasi
2015 574,789 538,208 36,22 37,83
2016 782,955 741,810 (25,50) (22,95)
2017 583,337 571,588 27,76 30,93
2018 745,256 748,397 (4,78) (2,65)
2019 709,619 728,523 0,00 0,00
Grafik III.1. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2015 - 2019
(dalam milyar rupiah)
Apabila dibandingkan dengan tahun anggaran 2018, terjadi penurunan target anggaran di
tahun 2019, sehingga terjadi penurunan realisasi, senilai (Rp19,874) milyar atau sebesar
(2,65%) tetapi tetap melebihi target anggaran 2019 yang telah ditetapkan.
Untuk pos Lain-lain Pendapatan yang Sah dari target penerimaan senilai
Rp31.904.278.000,00 dapat direalisasikan senilai Rp32.750.238.000,00. Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011, Lain-lain Pendapatan yang Sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi
swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang
tidak mengikat;
2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat
bencana alam;
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
36
3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
Grafik III.2. Persentase Alokasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
II.2 Belanja Langsung 698,386
65%
II.1 Belanja Tidak Langsung 372,91
35%
II.1 Belanja Tidak Langsung
II.2 Belanja Langsung
Dalam kaitannya dengan anggaran dan realisasi belanja daerah, pada Tahun Anggaran
2019 belanja daerah dialokasikan senilai Rp1.071.296.711.328,05 dan direalisasikan senilai
Rp954.727.423.814,72 atau sebesar 89,12% sehingga masih terdapat sisa anggaran belanja
daerah senilai Rp116.569.287.513,33 atau sebesar 10,88%. Berdasarkan tabel III.2 di atas
tampak bahwa belanja langsung mendapatkan alokasi dana yang lebih besar dibandingkan
dengan belanja tidak langsung, yaitu sebesar 35% sedangkan belanja langsung mendapatkan
alokasi dana sebesar 65% dari total APBD tahun anggaran 2019
Berdasarkan kebijakan belanja daerah serta proporsi masing-masing belanja dapat dilihat
bahwa komitmen Pemerintah Kota Pangkalpinang terhadap pelayanan publik sangat besar. Hal
ini terlihat dari persentase belanja langsung yang cukup besar dibandingkan dengan belanja
tidak langsung. Hal ini juga membuktikan bahwa penyusunan anggaran berbasis kinerja guna
pencapaian standar pelayanan minimum kepada masyarakat cukup dapat
dipertanggungjawabkan.
Belanja Tidak Langsung dianggarkan senilai Rp372.910.730.139,05 dan dana yang
direalisasikan senilai Rp349.410.300.688,00 atau sebesar 93,69%. Anggaran dan realisasi
Belanja Tidak Langsung ini terdiri atas:
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
37
Tabel III.4. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2019
No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Belanja Pegawai 354.101.787.664,95 334.915.166.844,00 94,58%
2. Belanja Hibah 12.831.965.000,00 11.759.163.915,00 91,64%
3. Belanja Bantuan Sosial 2.544.650.000,00 1.937.720.710,00 76,15%
4. Belanja Bantuan Keuangan
Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa
798.160.765,00 797.705.631,00 99,94%
5. Belanja Tidak Terduga 2.634.166.709,10 543.588,00 0,02%
Jumlah 372.910.730.139,05 349.410.300.688,00 93,69%
Grafik III.3. Perbandingan Alokasi dan Realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2019
(dalam juta rupiah)
Belanja langsung diperuntukkan membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan
program. Pada tahun anggaran 2019, Belanja Langsung mendapat alokasi anggaran senilai
Rp698.385.981.189,00 dan terealisasi senilai Rp605.317.123.126,72 atau sebesar 86,67%,
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel III.5. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung TA 2019
No. Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Belanja Pegawai 142.398.602.615,00 129.799.969.026,00 91,15%
2. Belanja Barang dan Jasa 277.563.337.242,00 224.401.565.526,69 80,85%
3. Belanja Modal 278.424.041.332,00 251.115.588.574,03 90,19%
Jumlah 698.385.981.189,00 605.317.123.126,72 86,67%
Terduga Bantuan
Keuangan
Belanja Belanja Tidak Belanja Hibah Belanja
Bantuan
Sosial
Belanja
Pegawai
100.000,00
50.000,00
-
Anggaran
Realisasi
400.000,00
350.000,00
300.000,00
250.000,00
200.000,00
150.000,00
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
38
Grafik III.4. Perbandingan Alokasi dan Realisasi Belanja Langsung TA 2019
(dalam juta rupiah)
Dalam hal Pembiayaan Daerah sebagai pos untuk menutup defisit anggaran dan
memanfaatkan surplus anggaran, dari target Penerimaan Pembiayaan senilai
Rp181.102.379.404,05 dapat direalisasikan senilai Rp179.832.042.244,05 atau sebesar 99,30%,
realisasi penerimaan ini seluruhnya berasal dari SILPA tahun anggaran sebelumnya. Sedangkan
untuk tahun anggaran 2019, Pemerintah Kota Pangkalpinang menganggarkan Pengeluaran
Pembiayaan senilai Rp1.500.000.000,00 dan direalisasikan senilai Rp1.500.000.000,00 atau
sebesar 100%.
III.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja
Secara umum faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pencapaian kinerja
keuangan Tahun Anggaran 2019, yaitu:
1. Belum optimalnya kinerja pelaksanaan sistem pengawasan internal dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan KDH dalam menyusun Analisis Beban Kerja dan target OPD;
2. Belum optimalnya kinerja Kerjasama Informasi dan Media Massa dalam jumlah kerjasama
bidang informasi dan komunikasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan
media cetak dengan kecenderungan masyarakat lebih menyukai informasi yang berasal dari
media elektronik dibandingkan dengan media cetak;
3. Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum memadai;
4. Kelembagaan perangkat daerah yang belum ramping struktur dan kaya fungsi;
5. Kapasitas keuangan daerah yang belum optimal;
6. Belum optimalnya pengelolaan aset;
7. Belum optimalnya penyusunan produk hukum daerah;
8. Belum optimalnya tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Belanja Modal Belanja Barang dan
Jasa
Belanja Pegawai
100.000,00
50.000,00
-
Anggaran
Realisasi
300.000,00
250.000,00
200.000,00
150.000,00
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
39
Sedangkan faktor-faktor penunjang pencapaian kinerja adalah:
1. Adanya perbaikan sistem kerja dan sarana prasarana yang mendukung pencapaian target
kinerja;
2. Adanya peningkatan kapasitas sumber daya aparatur baik melalui pembinaan dan pelatihan
internal, ataupun melalui peningkatan jenjang pendidikan;
3. Semakin meningkatnya koordinasi antara dinas/kantor/badan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi;
4. Semakin meningkatnya koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
instansi vertikal lainnya; dan
5. Dengan meningkatnya penyebarluasan informasi/sosialisasi mengenai pentingnya
membayar pajak dan retribusi daerah telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak dan retribusi daerah.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
40
BAB IV
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
IV.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Kinerja Program
Pencapaian kinerja program merupakan gambaran tentang ketercapaian serangkaian
aktivitas dalam bentuk pelaksanaan kegiatan, sebagai implikasi dari kebijakan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kegiatan merupakan representasi dari peran OPD terhadap
pencapaian sasaran pembangunan melalui kontribusi terhadap indikasi kegiatan yang
didefinisikan dalam dokumen rencana sebagai wujud sinergitas peran.
Pelaksanaan program dan kegiatan ini disesuaikan dengan urusan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Pangkalpinang pada Tahun Anggaran 2019, alokasi Belanja Daerah yang
terbesar adalah untuk menunjang pelaksanaan urusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
dengan alokasi anggaran senilai Rp203.488.362.368,44 atau sebesar 18,99% dari total anggaran
Belanja Daerah. Tabel IV.1 di bawah ini menggambarkan secara rinci alokasi Belanja Daerah
untuk setiap urusan.
Tabel IV.1. Alokasi Belanja Daerah per Urusan Tahun Anggaran 2019
No OPD Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
I Wajib Pelayanan Dasar 647.705.819.027,85 597.177.465.558,20
1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 203.488.362.368,44 192.644.990.240,00
2 Dinas Kesehatan, Pengendalian
Penduduk dan KB 166.927.337.340,41 154.597.430.886,86
3 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang 194.634.632.651,00 175.204.143.205,34
4 Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman 43.788.298.778,00 39.075.478.529,00
5 Badan Kesatuan dan Politik 5.895.128.760,00 5.031.204.486,00
6 Satuan Polisi dan Pamong Praja 16.241.178.669,00 15.046.892.956,00
7 Badan Penanggulan Bencana Daerah 7.415.471.691,00 6.900.263.563,00
8 Dinas Sosial, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak 9.315.408.770,00 8.677.061.692,00
II Wajib Bukan Pelayanan Dasar 81.067.668.233,00 68.727.298.288,00
1 Dinas Lingkungan Hidup 28.569.507.353,00 23.890.373.704,00
2 Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil 6.595.146.920,00 6.248.757.389,00
3 Dinas Perhubungan 25.396.442.394,00 20.320.325.989,00
4 Dinas Komunikasi dan Informatika 6.568.655.256,00 5.565.110.108,00
5 Dinas Penanaman Modal, Pelayanan
Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja 7.373.192.905,00 6.622.537.034,00
6 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 6.564.723.405,00 6.080.194.064,00
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
41
III Pilihan 35.565.494.136,00 32.518.365.827,00
1 Dinas Pariwisata 11.947.201.780,00 11.206.362.660,00
2 Dinas Pangan dan Pertanian 11.863.539.278,00 10.746.062.059,00
3 Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan
11.754.753.078,00 10.565.941.108,00
IV Pemerintahan Fungsi Penunjang 306.957.729.931,20 256.304.294.141,52
1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 11.766.183.395,00 10.756.507.284,00
2 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
782.268.355,00 764.857.714,00
3 Sekretariat Daerah 60.950.622.819,00 50.331.737.729,82
4 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
46.405.376.947,00 41.084.174.044,70
5 Kecamatan Bukit Intan 16.706.781.678,00 13.566.369.224,00
6 Kecamatan Rangkui 19.697.592.554,00 16.206.664.044,00
7 Kecamatan Gerunggang 14.196.602.979,00 11.767.735.435,00
8 Kecamatan Taman Sari 12.677.758.102,00 10.140.383.465,00
9 Kecamatan Pangkalbalam 12.278.065.465,00 9.667.923.942,00
10 Kecamatan Girimaya 11.908.944.067,00 9.687.283.112,00
11 Kecamatan Gabek 14.493.339.690,00 11.228.322.454,00
12 Inspektorat Daerah 8.152.441.444,00 7.106.377.152,00
13 Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah
11.985.314.633,00 10.434.013.727,00
14 Badan Keuangan Daerah 55.713.470.596,10 45.523.734.593,00
15 Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
9.242.967.207,10 8.038.210.221,00
1.071.296.711.328,05 954.727.423.814,72
Secara umum hasil yang dicapai dari pelaksanaan berbagai program dan kegiatan
diantaranya adalah terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi gedung (kantor, gedung
sekolah, puskesmas, posyandu), pengadaan buku dan alat tulis sekolah, tersedianya meubelair
dan alat kantor (termasuk sekolah), terlaksananya penyediaan alat angkutan (kendaraan dinas
dan alat berat), terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan, pembangunan
dan rehabilitasi saluran drainase, terlaksananya penyediaan alat-alat kedokteran untuk
kebutuhan puskesmas, terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi PJU, dan rehabilitasi taman.
Penjelasan secara rinci mengenai hasil pencapaian dari kinerja pelaksanaan program dan
kegiatan dapat ditemui pada Laporan Keuangan Pertanggungjawaban Walikota Tahun
Anggaran 2019.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
42
IV.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah
ditetapkan terdapat beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan dan sasaran program seringkali menjadi tidak maksimal, hal tersebut
disebabkan proporsi anggaran terhadap kegiatan utama dan kegiatan penunjang yang
kurang didefinisikan secara memadai;
2. Efektivitas program dan kegiatan seringkali kurang terarah, hal tersebut disebabkan masih
kurang tersedianya petunjuk teknis pelaksanaan sebagai instrumen kendali;
3. Dalam menyusun skenario pencapaian tujuan dan sasaran program dan kegiatan, seringkali
kurang mempertimbangkan faktor eksternalitas yang dapat mempengaruhi kinerja.
Disamping penghambat juga tentunya terdapat faktor-faktor pendukung pencapaian kinerja
program, antara lain:
1. Tersedianya pendanaan yang memadai yang sesuai dengan alokasi anggaran yang telah
ditetapkan;
2. Meningkatnya pemahaman dari para Panitia Pengelola Kegiatan dalam melaksanakan
kegiatan yang diembannya;
3. Tersedia media baik bagi masyarakat dan OPD dalam menyalurkan aspirasi baik saran
maupun kebutuhan akan pelaksanaan program dalam bentuk Forum Musrenbang mulai
dari tingkat Kelurahan hingga tingkat OPD; dan
4. Tersedianya media dalam rangka pemantauan pelaksanaan kegiatan dan program melalui
laporan dan rapat evaluasi bulanan.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
43
BAB V
KEBIJAKAN AKUNTANSI
V.1. Entitas Pelaporan
Entitas Pelaporan dalam LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 adalah
Pemerintah Kota Pangkalpinang. Selain itu Pemerintah Pangkalpinang memiliki entitas
akuntansi yang terdiri dari OPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan
sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya.
V.2. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kota
Pangkalpinang tahun Anggaran 2019 adalah basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO dan
beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan-
LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan.
Tahun 2019 merupakan tahun kelima pemberlakuan basis akrual dalam penyusunan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penerapan SAP Berbasis Akrual (sesuai Lampiran I PP
Nomor 71 Tahun 2010) untuk tahun buku yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2015
menyebabkan SAP Berbasis Kas menuju Akrual tidak berlaku lagi.
V.3. Kebijakan Akuntansi
Penyusunan dan penyajian LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 telah
mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 63 Tahun 2015
tentang Revisi Kebijakan Akuntansi dan terakhir diubah dengan Peraturan Walikota
Pangkalpinang Nomor 74 Tahun 2018. Dengan demikian, dalam penyusunan LKPD Kota
Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
yang sehat di lingkungan Pemerintah Kota Pangkalpinang.
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LKPD Kota Pangkalpinang
Tahun Anggaran 2019 sesuai dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 74 Tahun 2018
tentang Kebijakan Akuntansi adalah:
1. Pendapatan
a. Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Kota Pangkalpinang yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali. Laporan Operasional melaporkan pendapatan yang menjadi
tanggung jawab dan wewenang entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik yang
dihasilkan oleh transaksi operasional, nonoperasional dan pos luar biasa yang
meningkatkan ekuitas entitas pelaporan dan entitas akuntansi. Pendapatan operasional
dikelompokkan dari dua sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions)
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
44
dan transaksi non-pertukaran (non-exchange transactions). Pendapatan Operasional
yang berasal dari transaksi non pertukaran pada umumnya timbul dari pelaksanaan
kewenangan Pemerintah Kota Pangkalpinang untuk meminta pembayaran kepada
masyarakat, seperti pajak, bea, denda, dan penalti, serta penerimaan hibah.
Sebaliknya, masyarakat tidak menerima manfaat secara langsung dari pembayaran
tersebut. Di samping itu ada kalanya Pemerintah Kota Pangkalpinang menyediakan
barang dan jasa ke masyarakat atau entitas pemerintah lainnya dengan harga tertentu,
misalnya menyediakan layanan kesehatan dengan imbalan sebagai pendapatan.
Dalam kebijakan ini, pendapatan dimaksud dikelompokkan sebagai pendapatan
pertukaran. Pendapatan Pemerintah Kota Pangkalpinang dapat dikelola oleh berbagai
entitas pengelola seperti unit pengelola pajak, dan unit pengumpul pendapatan
lainnya. Akan tetapi, secara akuntansi pendapatan tersebut adalah pendapatan entitas
perbendaharaan umum (Bendahara Umum Daerah), kecuali pendapatan yang
ditetapkan lain. Pada umumnya pendapatan operasional dikelola oleh Bendahara
Umum Daerah selaku pengelola pendapatan secara terpusat. Pendapatan yang dikelola
oleh entitas akuntansi OPD adalah berupa pendapatan yang berasal dari dana limpahan
yang ditetapkan dalam anggaran. Dikecualikan dari ketentuan umum sentralisasi
pendapatan ini adalah pendapatan dari dana yang disisihkan untuk dikelola oleh entitas
akuntansi secara mandiri, seperti misalnya badan layanan umum daerah. Pendapatan
Operasional yang diperoleh dari transaksi non-pertukaran timbul dari:
1) pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah untuk memaksakan pembayaran
oleh publik (seperti pajak daerah, denda, dan sanksi);
2) perimbangan keuangan, berbentuk kas atau non kas, dari entitas pelaporan yang
lebih tinggi (Pemerintah dan Pemerintah Provinsi) untuk Pemerintah Daerah;
3) hibah yang diterima dari pemerintah asing, dan atau lembaga internasional;
4) penghapusan utang;
5) sumbangan dari masyarakat dan/atau lembaga masyarakat;
6) dana limpahan yang ditetapkan dalam anggaran untuk entitas akuntansi.
Pendapatan-LO dari jenis transaksi pertukaran tertentu harus diakui sebagai berikut:
1) Bila barang ataupun jasa tertentu yang dibuat atau dihasilkan untuk memenuhi
kontrak (jangka pendek ataupun jangkapanjang), pendapatan harus diakui secara
proporsional dengan total biaya yang diperkirakan dapat
menghasilkan/menyelesaikan barang atau jasa tersebut guna memenuhi kontrak
yang ada. Jika diperkirakan adanya kerugian, pendapatan harus tetap diakui
mengikuti proporsi dengan perkiraan total biaya dan biaya harus tetap diakui
sampai dengan barang ataupun jasa tersebut dapat memenuhi kontrak yang ada.
2) Bila uang muka diterima, seperti pada kegiatan yang berskala besar dan berjangka
panjang, pendapatan tidak boleh diakui sampai biaya-biaya yang berhubungan
dengan pendapatan tersebut telah terjadi (tanpa memperhatikan apakah uang
muka tersebut dapat dikembalikan/refundable). Kenaikan kas dan kenaikan pada
kewajiban, seperti “pendapatan yang diterima di muka” harus dicatat pada saat
kas diterima.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
45
Sentralisasi Pendapatan
Pendapatan Pemerintah Daerah dapat dikelola oleh berbagai entitas pengelola seperti
unit pengelola pajak, dan unit pengumpul pendapatan lainnya. Akan tetapi, secara
akuntansi pendapatan tersebut adalah pendapatan entitas perbendaharaan umum
(Bendahara Umum Daerah), kecuali pendapatan yang ditetapkan lain.
b. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak Pemerintah Daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
Pemerintah Kota Pangkalpinang. Pengakuan pendapatan adalah sebagai berikut :
1) Pendapatan diakui pada saat diterima di Rekening Kas Umum Daerah untuk
seluruh transaksi BUD;
2) Pendapatan diakui pada saat diterima oleh Bendahara Penerimaan OPD untuk
seluruh transaksi OPD;
3) Pendapatan BLUD diakui pada saat pendapatan tersebut diterima oleh Bendahara
BLUD.
Pencatatan dari setiap jenis pendapatan dan masing-masing nilai pendapatannya
dicatat sampai dengan rincian obyek, Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal)
dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan
maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA,
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama, Koreksi dan
pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran), Pendapatan Perpajakan-LRA diukur dengan
menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas daerah dari sumber pendapatan
dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa
dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
2. Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Beban diakui pada saat:
a. timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
Pemerintah Daerah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah;
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
46
b. terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan
operasional Pemerintah Daerah;
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan
nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada
prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi terdiri dari
beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan
sosial, beban bantuan keuangan, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer,
dan beban tak terduga.
3. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis
belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi meliputi belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan,
dan belanja tak terduga. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian
barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak
berwujud.
Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal
(dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut :
a. Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara :
1) bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
2) bertambah umur ekonomis, dan/atau
3) bertambah volume, dan/atau
4) bertambah kapasitas produksi, dan/atau
b. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut
material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
47
Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Daerah dalam bentuk uang/barang atau jasa
kepada Pemerintah Pusat atau pemerintah lainnya, Perusahaan Daerah, masyarakat, dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.
Bantuan Sosial adalah pengeluaran Pemerintah Daerah dalam bentuk transfer uang
atau barang/jasa yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah.
4. Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada Pemerintah Daerah, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
5. Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang,
baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan
surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Kas Daerah serta pada
saat terjadinya pengeluaran kas dari Kas Daerah.
6. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah
Daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah Daerah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan
yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset Non Lancar yaitu :
a. Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (duabelas) bulan
sejak tanggal pelaporan. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka
pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito
berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah
diperjualbelikan.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
48
Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, piutang retribusi, denda, penjualan
angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai
bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Agar nilai piutang tetap
menggambarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan maka piutang-piutang
(sebagian atau seluruhnya) yang diperkirakan tidak tertagih perlu
dikeluarkan/disisihkan dari akun piutang.
Penyisihan terhadap piutang pajak daerah yang tidak tertagih dilakukan atas
kriteria sebagai berikut:
1) Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo
yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 0%.
2) Kurang lancar, apabila belum dilakukan pelunasan 1 (satu) sampai dengan 12
(dua belas) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang
tidak tertagih 10% (sepuluh persen).
3) Diragukan, apabila belum dilakukan pelunasan 13 (tiga belas) sampai dengan 24
(dua puluh empat) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan
piutang tidak tertagih 50% (lima puluh persen).
4) Macet, apabila belum dilakukan pelunasan lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan
sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih
100% (seratus persen)
Penyisihan terhadap piutang retribusi daerah yang tidak tertagih dilakukan atas
kriteria sebagai berikut:
1) Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo
yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 0%.
2) Kurang lancar, apabila belum dilakukan pelunasan 1 (satu) sampai dengan 6
(enam) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak
tertagih 10% (sepuluh persen).
3) Diragukan, apabila belum dilakukan pelunasan 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak
tertagih 50% (lima puluh persen).
4) Macet, apabila belum dilakukan pelunasan lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 100%
(seratus persen).
Penyisihan terhadap piutang tuntutan ganti rugi daerah yang tidak tertagih
dilakukan atas kriteria sebagai berikut:
1) Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo
yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 0%.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
49
2) Kurang lancar, apabila belum dilakukan pelunasan 1 (satu) sampai dengan 12
(dua belas) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang
tidak tertagih 10% (sepuluh persen).
3) Diragukan, apabila belum dilakukan pelunasan 13 (tiga belas) sampai dengan 24
(dua puluh empat) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan
piutang tidak tertagih 50% (lima puluh persen).
4) Macet, apabila belum dilakukan pelunasan lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan
sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan atau piutang telah diserahkan kepada
Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, penyisihan
piutang tidak tertagih 100% (seratus persen).
Untuk Piutang dari Dana Bagi Hasil tidak dilakukan penyisihan, karena
pencatatan piutang berdasarkan SK Gubernur dan pada tahun berikutnya piutang
tersebut pasti dibayarkan berdasarkan SK yang sudah terbit.
Persediaan mencakup (1) barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan
untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak
habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti
komponen bekas, (2) barang dan jasa yang akan diserahkan/dijual ke
Masyarakat/Pihak lain.
b. Aset Non Lancar
Aset Non Lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
Pemerintah Kota Pangkalpinang atau yang digunakan masyarakat umum. Aset Non
Lancar diklasifikasikan menjadi:
1) Investasi Jangka Panjang;
2) Aset Tetap;
3) Dana Cadangan; dan
4) Aset Lainnya
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
lebih dari 12 (dua belas) bulan. Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Kota
Pangkalpinang terbatas pada investasi jangka panjang.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu
non permanen dan permanen.
1) Investasi Non Permanen
Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk
dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan;
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
50
2) Investasi Permanen
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan. Investasi yang tidak dimaksudkan dan/atau
pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan
kelembagaan. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Daerah
pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya
yang bukan milik negara.
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari :
1) Tanah;
2) Peralatan dan Mesin;
3) Gedung dan Bangunan;
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
5) Aset Tetap Lainnya; dan
6) Konstruksi dalam Pengerjaan.
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur dengan handal.
Menurut Lampiran XI tentang Akuntansi Aset Tetap pada Peraturan Walikota
Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi, sebagaimana diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 74 Tahun 2018, aset
tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi
penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka
aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan
akun ekuitas. Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis
akrual terhitung sejak tahun perolehannya Kapitalisasi aset tetap untuk tahun anggaran
2016 mengacu kepada Lampiran XI tentang Akuntansi Aset Tetap pada Peraturan
Walikota Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 63 Tahun 2015 tentang Revisi Kebijakan
Akuntansi, sebagaimana telah diubah diubah beberapa kali, terakhir dengan
peraturanWalikota Nomor 74 Tahun 2018 tentang Revisi Kebijakan Akuntansi,
dimana nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap dibagi ke dalam:
1) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin yang nilainya sama dengan
atau lebih dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), dan
2) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih
dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
3) Pengeluaran untuk aset tetap lainnya yang nilainya sama dengan atau lebih dari
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
4) Pengeluaran untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan yang nilainya sama dengan atau
lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
51
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi
tersebut di atas, diperlakukan sebagai persediaan. Pengadaan aset tetap yang tujuannya
sejak awal untuk dijual/dihibahkan kepada masyarakat tidak dicatat atau dilaporkan
sebagai aset tetap, tetapi sebagai persediaan apabila sampai akhir tahun aset tersebut
masih belum diserahkan kepada pembeli/penerima hibah.
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya
langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya
perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua
biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset
dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya
perolehan.
Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar
nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan
datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dan
memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang
bersangkutan.
Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap peralatan dan mesin dalam
rangka pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap tersebut
sesuai dengan kondisi normal. Sedangkan belanja untuk peningkatan adalah belanja
yang memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja
sebagaimana yang dimaksud diperlakukan sebagai berikut:
1) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai sampai dengan Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah) maka biaya perbaikannya diperlakukan sebagai pengeluaran untuk
pemeliharaan sehingga tidak menambah nilai peralatan dan mesin.
2) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah), maka nilai perbaikannya diperlakukan sebagai pengeluaran untuk
peningkatan sehingga nilainya akan dikapitalisasi ke dalam nilai peralatan dan
mesin.
Sedangkan pengeluaran setelah perolehan awal untuk aset tetap gedung dan
bangunan sebagaimana dimaksud diatas diperlakukan sebagai berikut:
1) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai sampai dengan Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) maka biaya perbaikannya diperlakukan sebagai pengeluaran
untuk pemeliharaan sehingga tidak menambah nilai gedung dan bangunan.
-
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019
52
2) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah)