bakeuda.pangkalpinangkota.go.idbakeuda.pangkalpinangkota.go.id/scanlk2019.pdf · 2021. 2. 1. ·...

187
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Laporan atas Laporan Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang, yang terdiri dari Neraca tanggal 31 Desember 2019, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan. Tanggung Jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Tanggung Jawab BPK Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa, termasuk penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

    ATAS LAPORAN KEUANGAN

    Laporan atas Laporan Keuangan

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

    Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Kota

    Pangkalpinang, yang terdiri dari Neraca tanggal 31 Desember 2019, Laporan Realisasi

    Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus

    Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, serta

    Catatan atas Laporan Keuangan.

    Tanggung Jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan

    Pemerintah Kota Pangkalpinang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar

    laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern

    yang memadai untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian

    material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

    Tanggung Jawab BPK

    Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan

    pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan

    Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta

    merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai

    apakah laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material.

    Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan

    pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada

    pertimbangan profesional Pemeriksa, termasuk penilaian risiko salah saji yang material dalam

    laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam

    melakukan penilaian risiko, Pemeriksa mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan

    dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang

    BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1

  • CATATAN ATAS LAPORAN

    KEUANGAN

  • 16

    PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

    CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

    TAHUN ANGGARAN 2019

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

    Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan

    sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

    Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

    Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota Pangkalpinang menyusun Laporan

    Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 sebagai

    bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2019

    Laporan keuangan yang disusun ini meliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Laporan

    Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca,

    Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan dimaksud disusun

    sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

    Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP

    basis akrual.

    Pada dasarnya LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 disusun dengan maksud

    untuk memenuhi kebutuhan informasi dari stakeholders (antara lain masyarakat, DPRD,

    lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, dan Pemerintah Pusat) yang relevan mengenai posisi

    keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang selama

    Tahun anggaran 2019 serta menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam

    menilai akuntabilitas dan membuat keputusan dengan menyediakan informasi mengenai

    pendapatan LRA, Pendapatan LO, belanja, beban, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban,

    ekuitas dan arus kas. Informasi ini disajikan agar pengguna memiliki pengetahuan mengenai :

    1. Kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

    2. Kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang

    ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;

    3. Jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintah

    Kota Pangkalpinang serta hasil-hasil yang dicapai;

    4. Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam mendanai seluruh

    kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas;

    5. Posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Kota Pangkalpinang berkaitan dengan sumber-

    sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang

    berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; dan

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    17

    6. Perubahan posisi keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang sebagai akibat pelaksanaan

    kegiatan selama Tahun Anggaran 2019.

    I.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

    1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

    2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

    3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

    undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

    Lembaran Negara Nomor 4389);

    4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

    Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

    5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat

    dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 4368);

    6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 149, Tambahan Lembaran

    Negara Nomor 4578);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

    Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165);

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar

    Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah;

    12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2016 tentang Kodefikasi Barang Milik

    Daerah;

    13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi

    dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    18

    14. Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 07 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

    Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang

    Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

    15. Peraturan Walikota Nomor 51 Tahun 2015 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan

    Keuangan Daerah (Berita Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 51);

    16. Peraturan Walikota Nomor 56 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

    (Berita Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 56);

    17. Peraturan Walikota Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi sebagaimana telah

    diubah beberapa kali, terakhir Kebijakan Akuntansi Nomor 74 Tahun 2018 Tentang

    Perubahan Ketiga Atas Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 tentang

    Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pangkalpinang.

    I.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

    I.3.1. Unsur Laporan Keuangan

    LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 merupakan laporan yang mencakup

    seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kota

    Pangkalpinang, yang terdiri dari PPKD (BUD), OPD, BOS, JKN dan BLUD. LKPD Kota

    Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 terdiri dari :

    1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

    LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan

    Daerah. Data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai,

    Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA OPD dan

    data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain Pendapatan yang Sah,

    Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Tak Terduga, Transfer dan Pembiayaan

    (penerimaan dan pengeluaran) didasarkan pada LRA PPKD (BUD).

    2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP SAL)

    Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah laporan yang menyajikan

    informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal,

    SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.

    3. Laporan Operasional (LO)

    Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional

    keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit

    operasional dari suatu entitas yang penyajiannya disandingkan dengan periode

    sebelumnya.

    4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

    Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang

    terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.

    5. Neraca

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    19

    Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca

    OPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban, dan Ekuitas.

    Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas.

    Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan

    Ekuitas.

    6. Laporan Arus Kas (LAK)

    Laporan Arus Kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang

    dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran

    2019.

    7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

    Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai

    suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

    Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Perubahan Saldo

    Anggaran Lebih dalam rangka pengungkapan yang memadai.

    Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019

    disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan OPD, Laporan BOS, JKN,

    BLUD dengan laporan keuangan BUD. Laporan keuangan OPD terdiri dari Laporan

    Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan

    atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan BLUD terdiri dari Laporan Realisasi

    Anggaran, Neraca dan Laporan Operasional sedangkan Laporan keuangan BUD terdiri dari

    Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan

    Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, dan Catatan atas Laporan

    Keuangan.

    I.3.2 Entitas

    Untuk Tahun Anggaran 2019, entitas Akuntansi di lingkungan Pemerintah Kota

    Pangkalpinang yang dicakup dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang

    mengalami perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kelola dengan dikeluarkannya Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah dan

    Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

    Susunan Perangkat Daerah Kota Pangkalpinang yaitu:

    1. Entitas Akuntansi:

    a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

    b. Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

    c. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

    d. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

    e. Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman

    f. Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah

    g. Dinas Perhubungan

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    20

    h. Dinas Komunikasi dan Informatika

    i. Dinas Pangan dan Pertanian

    j. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

    k. Dinas Pariwisata

    l. Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan

    m. Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja

    n. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

    o. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

    p. Satuan Polisi Pamong Praja

    q. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    r. KDH dan Wakil Kepala Daerah

    s. Sekretariat Daerah

    t. Sekretariat DPRD

    u. Badan Keuangan Daerah

    v. Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Daerah

    w. Inspektorat Kota

    x. Kecamatan Bukit Intan

    y. Kecamatan Rangkui

    z. Kecamatan Gerunggang

    aa. Kecamatan Taman Sari

    bb. Kecamatan Pangkalbalam

    cc. Kecamatan Girimaya

    dd. Kecamatan Gabek

    ee. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

    ff. Dinas Lingkungan Hidup

    2. Entitas BLUD: RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang

    LKPD ini tidak mencakup entitas:

    1. Pemerintah Pusat; dan

    2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    21

    I.3.3. Kebijakan Konversi

    Mengingat penyusunan dan penyajian APBD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019

    dan pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

    Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, maka untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor

    32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, serta Peraturan Pemerintah Nomor

    58 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 bahwa LKPD sebagai laporan

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar

    Akuntansi Pemerintahan, maka penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

    Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 dilakukan dengan melakukan konversi kepada

    Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan

    kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Pangkalpinang sebagaimana termuat dalam Peraturan

    Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi sebagaimana

    telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 74 Tahun

    2018.

    Konversi yang dilakukan mencakup struktur APBD (pendapatan, belanja, dan

    pembiayaan), klasifikasi anggaran (pendapatan, belanja, dan pembiayaan) dalam LRA.

    Konversi dilakukan dengan cara mentrasir kembali (trace back) pos-pos dalam Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

    Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    21 Tahun 2011 dengan akun-akun LRA menurut Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2010 dan

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 serta khusus untuk penyajian belanja

    daerah didasarkan pada Buletin Teknis Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyajian dan

    Pengungkapan Belanja Pemerintah.

    I.3.4. Perubahan Kebijakan Akuntansi

    Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang Tahun 2019 disusun dan

    disajikan berdasarkan basis akrual, yang merupakan tahun kelima penerapan basis akrual dalam

    penyusunan LKPD. Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya disusun dan disajikan berdasarkan

    basis kas menuju akrual. Perubahan basis akuntansi ini sesuai dengan amanat Peraturan

    Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013,

    dan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah

    dengan Peraturan Walikota Nomor 63 Tahun 2015 tentang Revisi Kebijakan Akuntansi dan

    terakhir diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 74 tahun 2018 tentang Revisi Kebijakan

    Akuntansi.

    Di tengah keberhasilan Pemerintah Kota Pangkalpinang menyusun dan menyajikan

    Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2019 berdasarkan basis akrual, perlu diakui bahwa dalam

    penyusunan dan penyajian LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 masih ditemui

    kendala antara lain perbedaan dalam struktur anggaran dengan struktur pelaporan, dan

    perbedaan penamaan dan format laporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

    Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

    Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    22

    Nomor 64 Tahun 2013 yang mengakibatkan masih diperlukannya proses konversi dalam

    penyajian laporan keuangan terutama dalam penyajian akun-akun LRA.

    I.4. Sistematika Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan

    Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang 2019 disajikan dengan

    urutan sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan

    I.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

    I.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

    I.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

    I.4. Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan

    Bab II Ekonomi Makro

    II.1. Ekonomi Makro

    II.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

    II.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal Pemerintah Kota Pangkalpinang

    II.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Pangkalpinang

    Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal

    III.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal

    III.2. Faktor Pendukung dan Penghambat pencapaian kinerja

    Bab IV Ikhtisar Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Pangkalpinang

    IV.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Program Pemerintah Kota

    Pangkalpinang

    IV.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja

    Bab V Kebijakan Akuntansi

    V.1. Entitas Pelaporan

    V.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

    V.3. Kebijakan Akuntansi

    Bab VI Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan

    VI.1. Pendapatan – LRA

    VI.2. Belanja

    VI.3. Surplus/Defisit

    VI.4. Pembiayaan

    VI.5. Komponen-komponen Perubahan Saldo Anggaran Lebih

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    23

    VI.6. Pendapatan – LO

    VI.7. Beban

    VI.8. Surplus/Defisit Kegiatan Operasional

    VI.9. Surplus/Defisit Kegiatan Non Operasional

    VI.10. Pos Luar Biasa

    VI.11. Surplus/Defisit Laporan Operasional

    VI.12. Komponen Perubahan Ekuitas

    VI.13. Aset

    VI.14. Kewajiban

    VI.15. Ekuitas

    VI.16. Komponen-komponen Arus Kas

    Bab VII Penutup

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    24

    BAB II

    EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN

    DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

    II.1. Ekonomi Makro

    Ekonomi makro daerah dapat menjadi reflektor kinerja makro perekonomian daerah

    sebagai bagian dari proses pembangunan secara umum di daerah tersebut. Gambaran ekonomi

    tersebut dicapai dengan kebijakan dan prioritas pembangunan serta langkah operasional yang

    ditempuh untuk menghadapi tantangan pembangunan dalam rangka pencapaian sasaran

    pembangunan tahun 2019.

    Kerangka makro ekonomi disusun berdasarkan prediksi beberapa indikator makro

    ekonomi seperti laju pertumbuhan ekonomi, investasi, pendapatan perkapita, produktivitas,

    penyerapan tenaga kerja dan faktor-faktor lain seperti proyeksi penduduk dan lain-lain.

    1. Perkembangan PDRB

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro

    untuk menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah dalam satu periode tertentu,

    biasanya satu tahun. Angka PDRB dihitung berdasarkan dua pendekatan yaitu produksi

    dan pengeluaran.

    Mulai tahun 2015 PDRB harga konstan tahun dasar 2000 tidak digunakan lagi,

    diganti dengan harga konstan tahun dasar 2010 dan dalam penghitungannya

    mengimplementasikan System of Nasional Account (SNA) 2008.

    Apabila dilihat berdasarkan nilai nominalnya, PDRB Pangkalpinang pada tahun

    2010 senilai 5,80 trilyun rupiah mampu meningkat menjadi senilai 9,36 trilyun rupiah pada

    tahun 2014. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRBADHB) Kota Pangkalpinang tahun

    2015 adalah senilai 10.234.632 juta rupiah meningkat dibandingkan tahun 2014. Demikian

    juga dengan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRBADHK) tahun 2014 senilai dari

    7.247.497 juta rupiah, mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi senilai 7.555.016

    juta rupiah. Secara absolut, PDRBADHB Kota Pangkalpinang mengalami pertambahan

    secara rata-rata senilai 882 milyar rupiah setiap tahunnya.

    Untuk tahun 2016 PDRBADHB Kota Pangkalpinang adalah senilai 11.116.233 juta

    rupiah, sedangkan PDRBADHB tahun 2015 senilai 10.234.632 juta rupiah atau mengalami

    kenaikan senilai 8,61%. Demikian juga dengan PDRB ADHK juga mengalami peningkatan

    dari senilai 7.555.016 juta rupiah di tahun 2015, menjadi senilai 7.945.986 juta rupiah di

    tahun 2016 atau mengalami kenaikan senilai 5,17%. PDRBADHB Kota Pangkalpinang

    tahun 2017 adalah senilai 12.113.977 juta rupiah, meningkat dibandingkan tahun 2016

    senilai 52,45%. PDRBADHB di tahun 2018 adalah 12.987.788 juta rupiah juga meningkat

    dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,21%. Demikian juga dengan PDRBADHK juga

    mengalami peningkatan dari senilai 8.358.482 juta rupiah di tahun 2017, menjadi senilai

    8.793.824 juta rupiah di tahun 2018. Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi

    peningkatan produktivitas yang diiringi dengan peningkatan harga komoditas sektoral dari

    tahun ke tahun.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    25

    Peningkatan yang signifikan ini merupakan suatu indikator cukup berhasilnya upaya

    pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas kegiatan ekonomi di

    sektor riil mampu menghasilkan pertambahan nilai PDRB sejumlah tersebut di atas.

    2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi

    hasil-hasil pembangunan. Bila dilihat berdasarkan lapangan usaha, maka dapat

    disimpulkan bahwa perekonomian Kota Pangkalpinang tahun 2018 ditopang oleh

    perdagangan besar dan eceran dan industri pengolahan. Kedua kategori lapangan usaha ini

    memberikan kontribusi masing masing sebesar 27,81 persen dan 15,79 persen. Sebagai

    ibukota provinsi, Pangkalpinang menjadi pusat perdagangan di pulau Bangka, sebagian

    besar kantor pusat penjualan mobil dan motor berlokasi di Kota Pangkalpinang. Begitu

    juga dengan toko grosir berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari yang banyak

    tersebar di Kota Pangkalpinang. Sehingga wajar apabila lapangan usaha perdagangan besar

    dan eceran memberi kontribusi terbesar pada PDRB Kota Pangkalpinang.

    3. Struktur Perekonomian

    Struktur perekonomian mencerminkan peran lapangan usaha terhadap

    pembentukan PDRB, juga dapat menggambarkan sektor-sektor unggulan yang

    menggerakkan perekonomian dalam suatu wilayah.

    Dalam perekonomian, faktor harga sangat menentukan bagi dunia bisnis maupun

    konsumen. Daya beli masyarakat dapat dipengaruhi oleh perubahan indeks harga

    konsumen, inflasi. Inflasi yang tinggi akan membatasi gerak investor dan akan mengurangi

    daya beli masyarakat, sebaliknya bila tingkat inflasi rendah akan merangsang dunia usaha

    untuk melakukan investasi.

    Inflasi Kota Pangkalpinang tahun 2018 sebesar 3,45 persen, lebih tinggi dari tahun

    sebelumnya, yakni sebesar 2,66 persen. Dan seperti tahun sebelumnya, kelompok

    pengeluaran yang mengalami inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan sebesar

    5,74 persen.

    Namun demikian apabila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya yakni tahun

    2015, inflasi Kota Pangkalpinang sebesar 7,78% dan di tahun 2016 sebesar 4,66% maka

    terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2017 dan 2018. Sehingga diharapkan hal ini

    akan semakin meningkatkan gerak investor untuk berinvestasi di Kota Pangkalpinang dan

    tidak hanya itu, juga akan semakin meningkatkan daya beli masyarakat Kota

    Pangkalpinang.

    II.1.1. Letak Geografis

    Kota Pangkalpinang dibentuk dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28

    Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera Selatan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 1821 dan merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan.

    Pembentukan Batas Wilayah dan Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diatur dengan

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    26

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

    Kepulauan Bangka Belitung.

    Luas wilayah Kota Pangkalpinang sekitar 147,4 Km2 (berdasarkan Peraturan Pemerintah

    Nomor 79 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Daerah Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten

    Bangka Tengah). Secara geografis Kota Pangkalpinang terletak pada posisi antara 20 4’ LS –

    20 10’ LS dan 1060 4’ BT – 1060 7’ dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Pagarawan, Kecamatan Merawang,

    Kabupaten Bangka.

    2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Dul, Kecamatan Pangkalan Baru,

    Kabupaten Bangka Tengah.

    3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Air Duren, Kecamatan Mendo Barat,

    Kabupaten Bangka.

    4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Cina Selatan.

    Daerah Kota Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis ditinjau dari sudut

    geografisnya, dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dan pembangunan daerah di

    provinsi yang baru. Hal ini dikarenakan Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi yang

    berfungsi sebagai pusat pengembangan pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

    yang meliputi :

    1. Pusat Pemerintahan dan Pemukiman Penduduk

    2. Pusat Perdagangan dan Industri

    3. Pusat Pelayanan Sosial (Pendidikan dan Kesehatan ) serta Distribusi Barang dan Jasa

    4. Pusat Administrasi Penambangan Timah

    5. Pusat Lembaga Keuangan

    II.1.2. Jumlah Penduduk

    Jumlah penduduk Kota Pangkalpinang pada tahun 2018 berdasarkan data BPS sebanyak

    208.520 orang dengan komposisi 106.879 laki-laki dan 101.641 perempuan.

    Jumlah penduduk Kota Pangkalpinang usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk usia kerja

    (PUK) pada tahun 2018 sebanyak 154.840 orang (hasil survey Angkatan Kerja Nasional

    Sakernas 2018), sebesar 64,72% penduduk angkatan kerja (bekerja dan atau pencari kerja) dan

    sisanya 35,28% adalah penduduk bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan

    lainnya)

    Pada tahun 2010 Kota Pangkalpinang terjadi pemekaran wilayah dari 5 kecamatan dan

    36 Kelurahan menjadi 7 Kecamatan dan 42 kelurahan Pemekaran dan pembentukan kecamatan

    sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

    2 Tahun 2011 dan Lembaran Daerah Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Nomor 2.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    27

    Yaitu terdiri dari :

    1. Kecamatan Pangkalbalam:

    a. Kelurahan Pasir Garam

    b. Kelurahan Lontong Pancur

    c. Kelurahan Ketapang

    d. Kelurahan Ampui

    e. Kelurahan Rejosari

    2. Kecamatan Bukit Intan:

    a. Kelurahan Semabung Lama

    b. Kelurahan Bacang

    c. Kelurahan Air Itam

    d. Kelurahan Pasir Putih

    e. Kelurahan Temberan

    f. Kelurahan Sinar Bulan

    g. Kelurahan Air Mawar

    3. Kecamatan Rangkui:

    a. Kelurahan Pintu Air

    b. Kelurahan Bintang

    c. Kelurahan Masjid Jamik

    d. Kelurahan Asam

    e. Kelurahan Melintang

    f. Kelurahan Parit Lalang

    g. Kelurahan Keramat

    h. Kelurahan Gajah Mada

    4. Kecamatan Gerunggang:

    a. Kelurahan Taman Bunga

    b. Kelurahan Bukit Merapin

    c. Kelurahan Bukit Sari

    d. Kelurahan Tuatunu Indah

    e. Kelurahan Kacang Pedang

    f. Kelurahan Air Kepala Tujuh

    5. Kecamatan Taman Sari:

    a. Kelurahan Opas Indah

    b. Kelurahan Gedung Nasional

    c. Kelurahan Batin Tikal

    d. Kelurahan Rawa Bangun

    e. Kelurahan Kejaksaan

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    28

    6. Kecamatan Gabek:

    a. Kelurahan Selindung

    b. Kelurahan Selindung Baru

    c. Kelurahan Gabek Satu

    d. Kelurahan Gabek Dua

    e. Kelurahan Air Salemba

    f. Kelurahan Jerambah Gantung

    7. Kecamatan Girimaya:

    a. Kelurahan Pasar Padi

    b. Kelurahan Batu Intan

    c. Kelurahan Bukit Besar

    d. Kelurahan Sriwijaya

    e. Kelurahan Semabung Baru

    II.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara

    optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah, serta ketepatan dalam

    memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.

    II.2.1. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

    Pengelolaan pendapatan daerah dilakukan dengan menggali potensi sumber-sumber

    pendapatan daerah, baik itu Pendapatan Asli Daerah (PAD) ataupun Dana Perimbangan. Upaya

    peningkatan, perluasan basis PAD dan mengupayakan optimalisasi Dana Perimbangan agar

    bagian daerah dapat diperoleh secara proporsional, oleh karena dilakukan peningkatan dalam

    hal pengawasan, koordinasi dan upaya penyederhanaan proses administrasi pemungutan.

    Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan Pendapatan Daerah antara lain:

    1. Mengoptimalkan peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber PAD

    dan Dana Perimbangan;

    2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta baik dalam pembiayaan maupun

    kegiatan pembangunan;

    3. Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD;

    4. Mengutamakan secara optimal perolehan Dana Perimbangan yang lebih proporsional.

    Pajak daerah sebagai salah satu komponen penting dari Pendapatan Asli Daerah

    merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mengoptimalkan peningkatan PAD Kota

    Pangkalpinang dari tahun ke tahun, dimana upaya-upaya yang dilakukan bisa dengan cara

    meningkatkan pengawasan dan pembenahan sistem pendapatan daerah atau lebih dikenal

    dengan intensifikasi pajak daerah dan dari segi ekstensifikasi pajak daerah, secara terus menerus

    dilakukan penggalian potensi-potensi baru dengan cara survey atau pendataan untuk

    mendapatkan wajib pajak baru.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    29

    Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah antara lain :

    1. Intensifikasi Pajak Daerah

    a. Melakukan evaluasi terhadap penerimaan yang dibandingkan dengan ketersediaan

    potensi wajib pajak;

    b. Melakukan pengawasan berkala terhadap wajib pajak;

    c. Membenahi sistem administrasi pajak daerah secara berkala;

    d. Memperketat aturan-aturan pajak daerah;

    e. Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang terlambat maupun

    menunggak pembayaran;

    f. Rapat koordinasi dan evaluasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemungut

    setiap bulannya, yang dipimpin langsung oleh Walikota/Wakil Walikota/Sekretaris

    Daerah;

    g. Melakukan evaluasi dan koordinasi bidang;

    h. Peningkatan pelayanan melalui peningkatan sarana dan prasarana;

    i. Meningkatkan koordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang mengelola

    pajak pusat sebagai upaya mencegah terjadinya pengenaan pajak ganda;

    j. Sosialisasi kepada Wajib Pajak dan Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran

    langsung ke Rekening Kas Umum Daerah sebagai bagian dari upaya tindakan

    pencegahan pengawasan hasil pungutan;

    k. Melakukan pendekatan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang potensial

    untuk membayar kewajibannya tepat waktu;

    l. Membentuk sistem pajak yang berbasis parsial (peta).

    2. Ekstensifikasi Pajak Daerah

    Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber PAD yang baru

    sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 dan peraturan-peraturan daerah yang

    berlaku, yaitu:

    a. Bersifat pajak dan bukan retribusi;

    b. Obyek pajak terletak di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai

    mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah

    kabupaten/kota yang bersangkutan;

    c. Obyek dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum;

    d. Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak provinsi atau obyek pajak pusat;

    e. Potensinya memadai;

    f. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif;

    g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan

    h. Menjaga kelestarian lingkungan.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    30

    i. Upaya nyata yang harus dilakukan adalah :

    1) Melakukan pendataan dan survey berkala untuk menjaring wajib pajak baru;

    2) Mencari dan mengenali jenis atau sifat pajak baru yang disesuaikan dengan

    peraturan daerah yang ada.

    II.2.2. Kebijakan Belanja Daerah

    Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi

    kewenangan Pemerintah Kota Pangkalpinang terdiri dari urusan wajib pelayanan dasar, urusan

    wajib bukan pelayanan dasar, urusan pilihan dan urusan pemerintahan fungsi penunjang sesuai

    dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan

    untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi

    kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,

    kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum, ketentraman dan ketertiban umum, perlindungan

    masyarakat serta mengembangkan sistem jaminan sosial sesuai Standar Pelayanan Minimal

    (SPM) yang telah ditetapkan.

    Kebijakan pengelolaan belanja daerah ditekankan pada peningkatan kualitas pelayanan

    masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan dasar sarana dan prasarana pelayanan, yaitu :

    1. Prioritas kepada upaya melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

    dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan ke dalam bentuk peningkatan

    pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak,

    serta pengembangan sistem jaminan sosial;

    2. Menyelaraskan alokasi belanja seiring dengan pendelegasian wewenang;

    3. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang menjadi pusat perhatian

    masyarakat (public interest); dan

    4. Pemberian bantuan kepada organisasi kemasyarakatan didasarkan pada tingkat kebutuhan

    dan urgensitas tanpa melupakan aspek pemerataan dan keadilan dalam mendukung upaya-

    upaya penanggulangan dan penanganan permasalahan sosial, antara lain: kemiskinan,

    pengangguran, ketenagakerjaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

    II.2.3. Kebijakan Pembiayaan

    Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih

    antara pendapatan daerah dan belanja daerah, ketika terjadi defisit anggaran. Sumber

    pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun lalu, penerimaan

    pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang

    dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri dapat berupa anggaran

    hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan.

    Pengeluaran pembiayaan dialokasikan guna menganggarkan pengeluaran daerah yang

    tidak bersifat belanja. Komponen pengeluaran pembiayaan adalah pembentukan dana cadangan,

    penyertaan modal (investasi) daerah, pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman daerah.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    31

    Struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih

    perhitungan anggaran tahun lalu namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain,

    sedangkan pengeluaran pembiayaan direncanakan dari pembayaran pokok utang.

    II.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal Pemerintah Kota Pangkalpinang

    Kebijakan Keuangan Daerah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dijabarkan lebih

    lanjut dalam indikator pencapaian kinerja fiskal daerah, sehingga Pemerintah Kota

    Pangkalpinang memiliki sasaran dan tujuan yang pasti mengenai apa yang ingin dicapai dalam

    Tahun Anggaran 2019. Penetapan capaian kinerja fiskal untuk Tahun Anggaran 2019

    dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yang pertama adalah melalui penetapan Peraturan Daerah

    Nomor 16 Tahun 2018 tanggal 27 Desember 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2019 dan yang kedua adalah melalui penetapan Peraturan

    Daerah Nomor 14 Tahun 2019 tanggal 12 September 2019 tentang APBD Perubahan Tahun

    Anggaran 2019.

    Tabel berikut ini menyajikan Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2019:

    Tabel II.1. Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2019

    (dalam milyar rupiah)

    Uraian

    Target

    (Anggaran)

    Realisasi

    % Realisasi

    I. Pendapatan 891,694 916,390 102,77

    I.1. Pendapatan Asli Daerah 150,170 155,116 103,29

    I.2. Pendapatan Transfer 709,620 728,524 102,66

    I.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 31,904 32,750 102,65

    II. Belanja 1.071,296 954,727 89,12

    II.1 Belanja Tidak Langsung 372,910 349,410 93,70

    II.2 Belanja Langsung 698,386 605,317 86,67

    Surplus/Defisit (179,602) (38,337) 21,34

    III. Pembiayaan

    III.1 Penerimaan 181,102 179,832 99,29

    III.2 Pengeluaran 1,500 1,500 100,00

    SiLPA Tahun Berjalan - 139,994 -

    II.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Pangkalpinang

    Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

    ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Walikota terpilih pada akhir periode masa jabatan.

    Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    32

    setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja

    yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

    Indikator kinerja daerah pada RPJMD Tahun 2013-2018 dirumuskan berdasarkan hasil

    analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap

    tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan. Penetapan indikator kinerja daerah terhadap

    capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2018

    adalah sebagai berikut:

    1. Aspek Kesejahteraan masyarakat, yang meliputi: 1) fokus kesejahteraan dan pemerataan

    ekonomi; 2) fokus kesejahteraan sosial; 3) fokus seni budaya dan olah raga.

    2. Aspek Pelayanan Umum, yang meliputi : 1) fokus layanan urusan wajib pendidikan,

    kesehatan, perumahan, penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,

    pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana, sosial,

    ketenagakerjaan, kepemudaan dan olah raga, otonomi daerah dan pemerintahan umum,

    ketahanan pangan, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika, perpustakaan; dan 2)

    pelayanan urusan pilihan yang terdiri dari pertanian, energi dan sumber daya manusia,

    pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan dan perindustrian.

    3. Aspek Daya Saing Daerah, yang difokuskan kepada : kemampuan ekonomi daerah,

    pertanian, penataan ruang, otonomi daerah, pemerintahan umum, keuangan, kepegawaian,

    lingkungan hidup, komunikasi dan informatika, iklim berinvestasi dan sumber daya

    manusia.

    Berdasarkan isu-isu pembangunan di atas, maka ditetapkanlah prioritas pembangunan

    pada Tahun Anggaran 2019 yang terdiri dari:

    1. Meningkatkan kualitas pembangunan yang menjamin keberlanjutan daya dukung

    lingkungan;

    2. Mendorong pertumbuhan sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal;

    3. Meningkatkan penyediaan dan pelayanan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas

    permukiman dan perkotaan;

    4. Mewujudkan sumber daya manusia Kota Pangkalpinang yang unggul, berkualitas dan

    sejahtera;

    5. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan

    inovatif; dan

    6. Menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    33

    BAB III

    IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA FISKAL

    PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

    III.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal

    Anggaran daerah pada hakikatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan

    pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas,

    nyata dan bertanggungjawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana

    secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan

    sumber-sumber keuangan daerah. Pada Tahun Anggaran 2019, Anggaran Belanja Daerah Kota

    Pangkalpinang ditetapkan senilai Rp1.071.296.711.328,05 dan direncanakan didanai melalui

    penerimaan pendapatan yang bersumber pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) senilai

    Rp150.170.133.726,00 dan Pendapatan Dana Perimbangan senilai Rp637.475.285.198,00

    sehingga akan menghasilkan defisit anggaran senilai (Rp179.602.379.404,05) yang ditutup

    melalui SiLPA tahun anggaran sebelumnya.

    Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran

    2019 dapat dilihat secara ringkas pada tabel III.1 berikut ini:

    Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kota

    Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019

    (dalam milyar rupiah)

    Uraian

    Target

    (Anggaran)

    Realisasi

    % Realisasi

    I. Pendapatan 891,694 916,390 102,77

    I.1. Pendapatan Asli Daerah 150,170 155,116 103,29

    I.2. Pendapatan Transfer 709,620 728,524 102,66

    I.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 31,904 32,750 102,65

    II. Belanja 1.071,296 954,727 89,12

    II.1 Belanja Tidak Langsung 372,910 349,410 93,70

    II.2 Belanja Langsung 698,386 605,317 86,67

    Surplus/Defisit (179,602) (38,337) 21,34

    III. Pembiayaan

    III.1 Penerimaan 181,102 179,832 99,29

    III.2 Pengeluaran 1,500 1,500 100,00

    SiLPA Tahun Berjalan - 139,994 -

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    34

    Tabel III.1 di atas memperlihatkan bahwa realisasi Pendapatan Daerah senilai

    Rp916.390.339.757,25 melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu senilai

    Rp891.694.331.924,00 atau sebesar 102,77%. Pencapaian tertinggi realisasi terhadap target

    terdapat pada pos penerimaan Pendapatan Transfer dengan realisasi senilai

    Rp728.523.783.646,05 atau sebesar 102,66% dari target yang telah ditetapkan.

    Untuk melihat perkembangan target dan realisasi penerimaan PAD dari tahun 2015

    sampai dengan 2019 secara jelas dapat dilihat pada Tabel III.2 berikut ini:

    Tabel III.2. Perkembangan PAD Tahun Anggaran 2015 – 2019

    (dalam milyar rupiah)

    Anggaran Pendapatan Asli Daerah Target Realisasi

    Tahun Target Realisasi Persentase Perkembangan

    2015 113,817 135,305 14,13 0,71

    2016 129,898 136,269 29,58 27,65

    2017 168,322 173,947 (0,67) (3,92)

    2018 167,193 167,131 (10,18) (7,18)

    2019 150,170 155,116 0,00 0,00

    Secara keseluruhan dari tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017 baik

    target maupun realisasi PAD Kota Pangkalpinang mengalami kenaikan. Dilihat dari sisi target

    anggaran, dari tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2016 mengalami kenaikan

    senilai Rp16,081 milyar atau sebesar 14,13%, dari tahun anggaran 2016 sampai dengan tahun

    anggaran 2017 mengalami kenaikan senilai Rp38,424 milyar atau sebesar 29,58%, dari tahun

    anggaran 2017 sampai dengan tahun anggaran 2018 mengalami penurunan senilai (Rp1,129)

    milyar atau sebesar (0,67%), tahun anggaran 2018 sampai dengan tahun anggaran 2019

    mengalami penurunan anggaran senilai Rp(17,023) milyar atau sebesar (10,18)%.

    Dilihat dari sisi realisasi anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2016 mengalami

    kenaikan senilai Rp0,964 milyar atau sebesar 0,71%, dari tahun anggaran 2016 sampai tahun

    anggaran 2017 terjadi kenaikan senilai Rp37,678 milyar atau sebesar 27,65%, pada tahun

    anggaran 2017 sampai tahun anggaran 2018 terjadi penurunan realisasi penerimaan PAD

    sebesar Rp(6,816) milyar atau sebesar (3,92)%, dan yang terakhir tahun anggaran 2018 sampai

    dengan tahun 2019 kembali mengalami penurunan senilai Rp(12,015) milyar atau sebesar

    (7,18)%.

    Untuk Dana Transfer, realisasi penerimaan adalah Rp728.523.783.646,05 (102,66%) dari

    target yang ditetapkan senilai Rp709.619.920.198,00

    Perkembangan target dan realisasi penerimaan yang berasal dari Dana Perimbangan dari

    tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 secara jelas dapat dilihat pada Tabel III.3 dan Grafik III.1

    berikut ini:

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    35

    Target Realisasi

    2019 2018 2017 2016 2015

    900.000

    800.000

    700.000

    600.000

    500.000

    400.000

    300.000

    200.000

    100.000

    -

    PERKEMBANGAN DANA TRANSFER

    Tabel III.3. Perkembangan Dana Transfer Tahun Anggaran 2015 – 2019

    (dalam milyar rupiah)

    Tahun

    Anggaran

    Target

    Realisasi

    Persentase Perkembangan

    Target Realisasi

    2015 574,789 538,208 36,22 37,83

    2016 782,955 741,810 (25,50) (22,95)

    2017 583,337 571,588 27,76 30,93

    2018 745,256 748,397 (4,78) (2,65)

    2019 709,619 728,523 0,00 0,00

    Grafik III.1. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2015 - 2019

    (dalam milyar rupiah)

    Apabila dibandingkan dengan tahun anggaran 2018, terjadi penurunan target anggaran di

    tahun 2019, sehingga terjadi penurunan realisasi, senilai (Rp19,874) milyar atau sebesar

    (2,65%) tetapi tetap melebihi target anggaran 2019 yang telah ditetapkan.

    Untuk pos Lain-lain Pendapatan yang Sah dari target penerimaan senilai

    Rp31.904.278.000,00 dapat direalisasikan senilai Rp32.750.238.000,00. Berdasarkan Peraturan

    Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

    sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

    Tahun 2011, Lain-lain Pendapatan yang Sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

    1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi

    swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang

    tidak mengikat;

    2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat

    bencana alam;

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    36

    3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

    4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

    5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

    Grafik III.2. Persentase Alokasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung

    II.2 Belanja Langsung 698,386

    65%

    II.1 Belanja Tidak Langsung 372,91

    35%

    II.1 Belanja Tidak Langsung

    II.2 Belanja Langsung

    Dalam kaitannya dengan anggaran dan realisasi belanja daerah, pada Tahun Anggaran

    2019 belanja daerah dialokasikan senilai Rp1.071.296.711.328,05 dan direalisasikan senilai

    Rp954.727.423.814,72 atau sebesar 89,12% sehingga masih terdapat sisa anggaran belanja

    daerah senilai Rp116.569.287.513,33 atau sebesar 10,88%. Berdasarkan tabel III.2 di atas

    tampak bahwa belanja langsung mendapatkan alokasi dana yang lebih besar dibandingkan

    dengan belanja tidak langsung, yaitu sebesar 35% sedangkan belanja langsung mendapatkan

    alokasi dana sebesar 65% dari total APBD tahun anggaran 2019

    Berdasarkan kebijakan belanja daerah serta proporsi masing-masing belanja dapat dilihat

    bahwa komitmen Pemerintah Kota Pangkalpinang terhadap pelayanan publik sangat besar. Hal

    ini terlihat dari persentase belanja langsung yang cukup besar dibandingkan dengan belanja

    tidak langsung. Hal ini juga membuktikan bahwa penyusunan anggaran berbasis kinerja guna

    pencapaian standar pelayanan minimum kepada masyarakat cukup dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Belanja Tidak Langsung dianggarkan senilai Rp372.910.730.139,05 dan dana yang

    direalisasikan senilai Rp349.410.300.688,00 atau sebesar 93,69%. Anggaran dan realisasi

    Belanja Tidak Langsung ini terdiri atas:

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    37

    Tabel III.4. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2019

    No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

    1. Belanja Pegawai 354.101.787.664,95 334.915.166.844,00 94,58%

    2. Belanja Hibah 12.831.965.000,00 11.759.163.915,00 91,64%

    3. Belanja Bantuan Sosial 2.544.650.000,00 1.937.720.710,00 76,15%

    4. Belanja Bantuan Keuangan

    Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa

    798.160.765,00 797.705.631,00 99,94%

    5. Belanja Tidak Terduga 2.634.166.709,10 543.588,00 0,02%

    Jumlah 372.910.730.139,05 349.410.300.688,00 93,69%

    Grafik III.3. Perbandingan Alokasi dan Realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2019

    (dalam juta rupiah)

    Belanja langsung diperuntukkan membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan

    program. Pada tahun anggaran 2019, Belanja Langsung mendapat alokasi anggaran senilai

    Rp698.385.981.189,00 dan terealisasi senilai Rp605.317.123.126,72 atau sebesar 86,67%,

    dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel III.5. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung TA 2019

    No. Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

    1. Belanja Pegawai 142.398.602.615,00 129.799.969.026,00 91,15%

    2. Belanja Barang dan Jasa 277.563.337.242,00 224.401.565.526,69 80,85%

    3. Belanja Modal 278.424.041.332,00 251.115.588.574,03 90,19%

    Jumlah 698.385.981.189,00 605.317.123.126,72 86,67%

    Terduga Bantuan

    Keuangan

    Belanja Belanja Tidak Belanja Hibah Belanja

    Bantuan

    Sosial

    Belanja

    Pegawai

    100.000,00

    50.000,00

    -

    Anggaran

    Realisasi

    400.000,00

    350.000,00

    300.000,00

    250.000,00

    200.000,00

    150.000,00

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    38

    Grafik III.4. Perbandingan Alokasi dan Realisasi Belanja Langsung TA 2019

    (dalam juta rupiah)

    Dalam hal Pembiayaan Daerah sebagai pos untuk menutup defisit anggaran dan

    memanfaatkan surplus anggaran, dari target Penerimaan Pembiayaan senilai

    Rp181.102.379.404,05 dapat direalisasikan senilai Rp179.832.042.244,05 atau sebesar 99,30%,

    realisasi penerimaan ini seluruhnya berasal dari SILPA tahun anggaran sebelumnya. Sedangkan

    untuk tahun anggaran 2019, Pemerintah Kota Pangkalpinang menganggarkan Pengeluaran

    Pembiayaan senilai Rp1.500.000.000,00 dan direalisasikan senilai Rp1.500.000.000,00 atau

    sebesar 100%.

    III.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja

    Secara umum faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pencapaian kinerja

    keuangan Tahun Anggaran 2019, yaitu:

    1. Belum optimalnya kinerja pelaksanaan sistem pengawasan internal dan pengendalian

    pelaksanaan kebijakan KDH dalam menyusun Analisis Beban Kerja dan target OPD;

    2. Belum optimalnya kinerja Kerjasama Informasi dan Media Massa dalam jumlah kerjasama

    bidang informasi dan komunikasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan

    media cetak dengan kecenderungan masyarakat lebih menyukai informasi yang berasal dari

    media elektronik dibandingkan dengan media cetak;

    3. Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum memadai;

    4. Kelembagaan perangkat daerah yang belum ramping struktur dan kaya fungsi;

    5. Kapasitas keuangan daerah yang belum optimal;

    6. Belum optimalnya pengelolaan aset;

    7. Belum optimalnya penyusunan produk hukum daerah;

    8. Belum optimalnya tindak lanjut hasil pemeriksaan.

    Belanja Modal Belanja Barang dan

    Jasa

    Belanja Pegawai

    100.000,00

    50.000,00

    -

    Anggaran

    Realisasi

    300.000,00

    250.000,00

    200.000,00

    150.000,00

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    39

    Sedangkan faktor-faktor penunjang pencapaian kinerja adalah:

    1. Adanya perbaikan sistem kerja dan sarana prasarana yang mendukung pencapaian target

    kinerja;

    2. Adanya peningkatan kapasitas sumber daya aparatur baik melalui pembinaan dan pelatihan

    internal, ataupun melalui peningkatan jenjang pendidikan;

    3. Semakin meningkatnya koordinasi antara dinas/kantor/badan dalam pelaksanaan tugas dan

    fungsi;

    4. Semakin meningkatnya koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan

    instansi vertikal lainnya; dan

    5. Dengan meningkatnya penyebarluasan informasi/sosialisasi mengenai pentingnya

    membayar pajak dan retribusi daerah telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat untuk

    membayar pajak dan retribusi daerah.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    40

    BAB IV

    IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM

    PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

    IV.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Kinerja Program

    Pencapaian kinerja program merupakan gambaran tentang ketercapaian serangkaian

    aktivitas dalam bentuk pelaksanaan kegiatan, sebagai implikasi dari kebijakan yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kegiatan merupakan representasi dari peran OPD terhadap

    pencapaian sasaran pembangunan melalui kontribusi terhadap indikasi kegiatan yang

    didefinisikan dalam dokumen rencana sebagai wujud sinergitas peran.

    Pelaksanaan program dan kegiatan ini disesuaikan dengan urusan yang dilaksanakan oleh

    Pemerintah Kota Pangkalpinang pada Tahun Anggaran 2019, alokasi Belanja Daerah yang

    terbesar adalah untuk menunjang pelaksanaan urusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

    dengan alokasi anggaran senilai Rp203.488.362.368,44 atau sebesar 18,99% dari total anggaran

    Belanja Daerah. Tabel IV.1 di bawah ini menggambarkan secara rinci alokasi Belanja Daerah

    untuk setiap urusan.

    Tabel IV.1. Alokasi Belanja Daerah per Urusan Tahun Anggaran 2019

    No OPD Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

    I Wajib Pelayanan Dasar 647.705.819.027,85 597.177.465.558,20

    1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 203.488.362.368,44 192.644.990.240,00

    2 Dinas Kesehatan, Pengendalian

    Penduduk dan KB 166.927.337.340,41 154.597.430.886,86

    3 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

    Ruang 194.634.632.651,00 175.204.143.205,34

    4 Dinas Perumahan dan Kawasan

    Permukiman 43.788.298.778,00 39.075.478.529,00

    5 Badan Kesatuan dan Politik 5.895.128.760,00 5.031.204.486,00

    6 Satuan Polisi dan Pamong Praja 16.241.178.669,00 15.046.892.956,00

    7 Badan Penanggulan Bencana Daerah 7.415.471.691,00 6.900.263.563,00

    8 Dinas Sosial, Pemberdayaan

    Perempuan dan Perlindungan Anak 9.315.408.770,00 8.677.061.692,00

    II Wajib Bukan Pelayanan Dasar 81.067.668.233,00 68.727.298.288,00

    1 Dinas Lingkungan Hidup 28.569.507.353,00 23.890.373.704,00

    2 Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil 6.595.146.920,00 6.248.757.389,00

    3 Dinas Perhubungan 25.396.442.394,00 20.320.325.989,00

    4 Dinas Komunikasi dan Informatika 6.568.655.256,00 5.565.110.108,00

    5 Dinas Penanaman Modal, Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja 7.373.192.905,00 6.622.537.034,00

    6 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 6.564.723.405,00 6.080.194.064,00

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    41

    III Pilihan 35.565.494.136,00 32.518.365.827,00

    1 Dinas Pariwisata 11.947.201.780,00 11.206.362.660,00

    2 Dinas Pangan dan Pertanian 11.863.539.278,00 10.746.062.059,00

    3 Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan

    11.754.753.078,00 10.565.941.108,00

    IV Pemerintahan Fungsi Penunjang 306.957.729.931,20 256.304.294.141,52

    1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 11.766.183.395,00 10.756.507.284,00

    2 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

    782.268.355,00 764.857.714,00

    3 Sekretariat Daerah 60.950.622.819,00 50.331.737.729,82

    4 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    46.405.376.947,00 41.084.174.044,70

    5 Kecamatan Bukit Intan 16.706.781.678,00 13.566.369.224,00

    6 Kecamatan Rangkui 19.697.592.554,00 16.206.664.044,00

    7 Kecamatan Gerunggang 14.196.602.979,00 11.767.735.435,00

    8 Kecamatan Taman Sari 12.677.758.102,00 10.140.383.465,00

    9 Kecamatan Pangkalbalam 12.278.065.465,00 9.667.923.942,00

    10 Kecamatan Girimaya 11.908.944.067,00 9.687.283.112,00

    11 Kecamatan Gabek 14.493.339.690,00 11.228.322.454,00

    12 Inspektorat Daerah 8.152.441.444,00 7.106.377.152,00

    13 Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah

    11.985.314.633,00 10.434.013.727,00

    14 Badan Keuangan Daerah 55.713.470.596,10 45.523.734.593,00

    15 Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

    9.242.967.207,10 8.038.210.221,00

    1.071.296.711.328,05 954.727.423.814,72

    Secara umum hasil yang dicapai dari pelaksanaan berbagai program dan kegiatan

    diantaranya adalah terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi gedung (kantor, gedung

    sekolah, puskesmas, posyandu), pengadaan buku dan alat tulis sekolah, tersedianya meubelair

    dan alat kantor (termasuk sekolah), terlaksananya penyediaan alat angkutan (kendaraan dinas

    dan alat berat), terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan, pembangunan

    dan rehabilitasi saluran drainase, terlaksananya penyediaan alat-alat kedokteran untuk

    kebutuhan puskesmas, terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi PJU, dan rehabilitasi taman.

    Penjelasan secara rinci mengenai hasil pencapaian dari kinerja pelaksanaan program dan

    kegiatan dapat ditemui pada Laporan Keuangan Pertanggungjawaban Walikota Tahun

    Anggaran 2019.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    42

    IV.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja

    Dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah

    ditetapkan terdapat beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja, antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Pencapaian tujuan dan sasaran program seringkali menjadi tidak maksimal, hal tersebut

    disebabkan proporsi anggaran terhadap kegiatan utama dan kegiatan penunjang yang

    kurang didefinisikan secara memadai;

    2. Efektivitas program dan kegiatan seringkali kurang terarah, hal tersebut disebabkan masih

    kurang tersedianya petunjuk teknis pelaksanaan sebagai instrumen kendali;

    3. Dalam menyusun skenario pencapaian tujuan dan sasaran program dan kegiatan, seringkali

    kurang mempertimbangkan faktor eksternalitas yang dapat mempengaruhi kinerja.

    Disamping penghambat juga tentunya terdapat faktor-faktor pendukung pencapaian kinerja

    program, antara lain:

    1. Tersedianya pendanaan yang memadai yang sesuai dengan alokasi anggaran yang telah

    ditetapkan;

    2. Meningkatnya pemahaman dari para Panitia Pengelola Kegiatan dalam melaksanakan

    kegiatan yang diembannya;

    3. Tersedia media baik bagi masyarakat dan OPD dalam menyalurkan aspirasi baik saran

    maupun kebutuhan akan pelaksanaan program dalam bentuk Forum Musrenbang mulai

    dari tingkat Kelurahan hingga tingkat OPD; dan

    4. Tersedianya media dalam rangka pemantauan pelaksanaan kegiatan dan program melalui

    laporan dan rapat evaluasi bulanan.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    43

    BAB V

    KEBIJAKAN AKUNTANSI

    V.1. Entitas Pelaporan

    Entitas Pelaporan dalam LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 adalah

    Pemerintah Kota Pangkalpinang. Selain itu Pemerintah Pangkalpinang memiliki entitas

    akuntansi yang terdiri dari OPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan

    sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya.

    V.2. Basis Akuntansi

    Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kota

    Pangkalpinang tahun Anggaran 2019 adalah basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO dan

    beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan-

    LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan.

    Tahun 2019 merupakan tahun kelima pemberlakuan basis akrual dalam penyusunan

    Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penerapan SAP Berbasis Akrual (sesuai Lampiran I PP

    Nomor 71 Tahun 2010) untuk tahun buku yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2015

    menyebabkan SAP Berbasis Kas menuju Akrual tidak berlaku lagi.

    V.3. Kebijakan Akuntansi

    Penyusunan dan penyajian LKPD Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 telah

    mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan

    Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 63 Tahun 2015

    tentang Revisi Kebijakan Akuntansi dan terakhir diubah dengan Peraturan Walikota

    Pangkalpinang Nomor 74 Tahun 2018. Dengan demikian, dalam penyusunan LKPD Kota

    Pangkalpinang Tahun Anggaran 2019 telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan

    yang sehat di lingkungan Pemerintah Kota Pangkalpinang.

    Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LKPD Kota Pangkalpinang

    Tahun Anggaran 2019 sesuai dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 74 Tahun 2018

    tentang Kebijakan Akuntansi adalah:

    1. Pendapatan

    a. Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Kota Pangkalpinang yang diakui sebagai

    penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu

    dibayar kembali. Laporan Operasional melaporkan pendapatan yang menjadi

    tanggung jawab dan wewenang entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik yang

    dihasilkan oleh transaksi operasional, nonoperasional dan pos luar biasa yang

    meningkatkan ekuitas entitas pelaporan dan entitas akuntansi. Pendapatan operasional

    dikelompokkan dari dua sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions)

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    44

    dan transaksi non-pertukaran (non-exchange transactions). Pendapatan Operasional

    yang berasal dari transaksi non pertukaran pada umumnya timbul dari pelaksanaan

    kewenangan Pemerintah Kota Pangkalpinang untuk meminta pembayaran kepada

    masyarakat, seperti pajak, bea, denda, dan penalti, serta penerimaan hibah.

    Sebaliknya, masyarakat tidak menerima manfaat secara langsung dari pembayaran

    tersebut. Di samping itu ada kalanya Pemerintah Kota Pangkalpinang menyediakan

    barang dan jasa ke masyarakat atau entitas pemerintah lainnya dengan harga tertentu,

    misalnya menyediakan layanan kesehatan dengan imbalan sebagai pendapatan.

    Dalam kebijakan ini, pendapatan dimaksud dikelompokkan sebagai pendapatan

    pertukaran. Pendapatan Pemerintah Kota Pangkalpinang dapat dikelola oleh berbagai

    entitas pengelola seperti unit pengelola pajak, dan unit pengumpul pendapatan

    lainnya. Akan tetapi, secara akuntansi pendapatan tersebut adalah pendapatan entitas

    perbendaharaan umum (Bendahara Umum Daerah), kecuali pendapatan yang

    ditetapkan lain. Pada umumnya pendapatan operasional dikelola oleh Bendahara

    Umum Daerah selaku pengelola pendapatan secara terpusat. Pendapatan yang dikelola

    oleh entitas akuntansi OPD adalah berupa pendapatan yang berasal dari dana limpahan

    yang ditetapkan dalam anggaran. Dikecualikan dari ketentuan umum sentralisasi

    pendapatan ini adalah pendapatan dari dana yang disisihkan untuk dikelola oleh entitas

    akuntansi secara mandiri, seperti misalnya badan layanan umum daerah. Pendapatan

    Operasional yang diperoleh dari transaksi non-pertukaran timbul dari:

    1) pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah untuk memaksakan pembayaran

    oleh publik (seperti pajak daerah, denda, dan sanksi);

    2) perimbangan keuangan, berbentuk kas atau non kas, dari entitas pelaporan yang

    lebih tinggi (Pemerintah dan Pemerintah Provinsi) untuk Pemerintah Daerah;

    3) hibah yang diterima dari pemerintah asing, dan atau lembaga internasional;

    4) penghapusan utang;

    5) sumbangan dari masyarakat dan/atau lembaga masyarakat;

    6) dana limpahan yang ditetapkan dalam anggaran untuk entitas akuntansi.

    Pendapatan-LO dari jenis transaksi pertukaran tertentu harus diakui sebagai berikut:

    1) Bila barang ataupun jasa tertentu yang dibuat atau dihasilkan untuk memenuhi

    kontrak (jangka pendek ataupun jangkapanjang), pendapatan harus diakui secara

    proporsional dengan total biaya yang diperkirakan dapat

    menghasilkan/menyelesaikan barang atau jasa tersebut guna memenuhi kontrak

    yang ada. Jika diperkirakan adanya kerugian, pendapatan harus tetap diakui

    mengikuti proporsi dengan perkiraan total biaya dan biaya harus tetap diakui

    sampai dengan barang ataupun jasa tersebut dapat memenuhi kontrak yang ada.

    2) Bila uang muka diterima, seperti pada kegiatan yang berskala besar dan berjangka

    panjang, pendapatan tidak boleh diakui sampai biaya-biaya yang berhubungan

    dengan pendapatan tersebut telah terjadi (tanpa memperhatikan apakah uang

    muka tersebut dapat dikembalikan/refundable). Kenaikan kas dan kenaikan pada

    kewajiban, seperti “pendapatan yang diterima di muka” harus dicatat pada saat

    kas diterima.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    45

    Sentralisasi Pendapatan

    Pendapatan Pemerintah Daerah dapat dikelola oleh berbagai entitas pengelola seperti

    unit pengelola pajak, dan unit pengumpul pendapatan lainnya. Akan tetapi, secara

    akuntansi pendapatan tersebut adalah pendapatan entitas perbendaharaan umum

    (Bendahara Umum Daerah), kecuali pendapatan yang ditetapkan lain.

    b. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang

    menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan

    yang menjadi hak Pemerintah Daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh

    Pemerintah Kota Pangkalpinang. Pengakuan pendapatan adalah sebagai berikut :

    1) Pendapatan diakui pada saat diterima di Rekening Kas Umum Daerah untuk

    seluruh transaksi BUD;

    2) Pendapatan diakui pada saat diterima oleh Bendahara Penerimaan OPD untuk

    seluruh transaksi OPD;

    3) Pendapatan BLUD diakui pada saat pendapatan tersebut diterima oleh Bendahara

    BLUD.

    Pencatatan dari setiap jenis pendapatan dan masing-masing nilai pendapatannya

    dicatat sampai dengan rincian obyek, Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal)

    dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan

    maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA,

    Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas

    penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA

    dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama, Koreksi dan

    pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan

    pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang

    Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian

    tersebut. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu

    dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah

    dikompensasikan dengan pengeluaran), Pendapatan Perpajakan-LRA diukur dengan

    menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas daerah dari sumber pendapatan

    dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa

    dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh

    pendapatan tersebut.

    2. Beban

    Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan

    yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau

    timbulnya kewajiban. Beban diakui pada saat:

    a. timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke

    Pemerintah Daerah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah;

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    46

    b. terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak

    didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan

    operasional Pemerintah Daerah;

    c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan

    nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.

    Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada

    prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi terdiri dari

    beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan

    sosial, beban bantuan keuangan, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer,

    dan beban tak terduga.

    3. Belanja

    Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang

    mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak

    akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.

    Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis

    belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi meliputi belanja pegawai,

    belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan,

    dan belanja tak terduga. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan

    sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek.

    Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi,

    hibah, bantuan sosial. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian

    barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan

    maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau

    dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

    Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset

    lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi

    antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak

    berwujud.

    Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal

    (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut :

    a. Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara :

    1) bertambah ekonomis/efisien, dan/atau

    2) bertambah umur ekonomis, dan/atau

    3) bertambah volume, dan/atau

    4) bertambah kapasitas produksi, dan/atau

    b. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut

    material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    47

    Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Daerah dalam bentuk uang/barang atau jasa

    kepada Pemerintah Pusat atau pemerintah lainnya, Perusahaan Daerah, masyarakat, dan

    organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat

    tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.

    Bantuan Sosial adalah pengeluaran Pemerintah Daerah dalam bentuk transfer uang

    atau barang/jasa yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan

    terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota

    masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk

    lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

    Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak

    biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,

    dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka

    penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah.

    4. Transfer

    Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan

    dari/kepada Pemerintah Daerah, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

    5. Pembiayaan

    Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang,

    baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang

    dalam penganggaran terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan

    surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Kas Daerah serta pada

    saat terjadinya pengeluaran kas dari Kas Daerah.

    6. Aset

    Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah

    Daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau

    sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah Daerah maupun

    masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan

    yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya

    yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

    Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset Non Lancar yaitu :

    a. Aset Lancar

    Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk

    direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (duabelas) bulan

    sejak tanggal pelaporan. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka

    pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito

    berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah

    diperjualbelikan.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    48

    Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, piutang retribusi, denda, penjualan

    angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam

    waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

    Aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai

    bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Agar nilai piutang tetap

    menggambarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan maka piutang-piutang

    (sebagian atau seluruhnya) yang diperkirakan tidak tertagih perlu

    dikeluarkan/disisihkan dari akun piutang.

    Penyisihan terhadap piutang pajak daerah yang tidak tertagih dilakukan atas

    kriteria sebagai berikut:

    1) Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo

    yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 0%.

    2) Kurang lancar, apabila belum dilakukan pelunasan 1 (satu) sampai dengan 12

    (dua belas) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang

    tidak tertagih 10% (sepuluh persen).

    3) Diragukan, apabila belum dilakukan pelunasan 13 (tiga belas) sampai dengan 24

    (dua puluh empat) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan

    piutang tidak tertagih 50% (lima puluh persen).

    4) Macet, apabila belum dilakukan pelunasan lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan

    sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih

    100% (seratus persen)

    Penyisihan terhadap piutang retribusi daerah yang tidak tertagih dilakukan atas

    kriteria sebagai berikut:

    1) Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo

    yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 0%.

    2) Kurang lancar, apabila belum dilakukan pelunasan 1 (satu) sampai dengan 6

    (enam) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak

    tertagih 10% (sepuluh persen).

    3) Diragukan, apabila belum dilakukan pelunasan 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua

    belas) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak

    tertagih 50% (lima puluh persen).

    4) Macet, apabila belum dilakukan pelunasan lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak

    tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 100%

    (seratus persen).

    Penyisihan terhadap piutang tuntutan ganti rugi daerah yang tidak tertagih

    dilakukan atas kriteria sebagai berikut:

    1) Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo

    yang ditetapkan, penyisihan piutang tidak tertagih 0%.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    49

    2) Kurang lancar, apabila belum dilakukan pelunasan 1 (satu) sampai dengan 12

    (dua belas) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan piutang

    tidak tertagih 10% (sepuluh persen).

    3) Diragukan, apabila belum dilakukan pelunasan 13 (tiga belas) sampai dengan 24

    (dua puluh empat) bulan sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, penyisihan

    piutang tidak tertagih 50% (lima puluh persen).

    4) Macet, apabila belum dilakukan pelunasan lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan

    sejak tanggal jatuh tempo yang ditetapkan atau piutang telah diserahkan kepada

    Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, penyisihan

    piutang tidak tertagih 100% (seratus persen).

    Untuk Piutang dari Dana Bagi Hasil tidak dilakukan penyisihan, karena

    pencatatan piutang berdasarkan SK Gubernur dan pada tahun berikutnya piutang

    tersebut pasti dibayarkan berdasarkan SK yang sudah terbit.

    Persediaan mencakup (1) barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan

    untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak

    habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti

    komponen bekas, (2) barang dan jasa yang akan diserahkan/dijual ke

    Masyarakat/Pihak lain.

    b. Aset Non Lancar

    Aset Non Lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak

    berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan

    Pemerintah Kota Pangkalpinang atau yang digunakan masyarakat umum. Aset Non

    Lancar diklasifikasikan menjadi:

    1) Investasi Jangka Panjang;

    2) Aset Tetap;

    3) Dana Cadangan; dan

    4) Aset Lainnya

    Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki

    lebih dari 12 (dua belas) bulan. Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Kota

    Pangkalpinang terbatas pada investasi jangka panjang.

    Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu

    non permanen dan permanen.

    1) Investasi Non Permanen

    Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk

    dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak

    berkelanjutan;

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    50

    2) Investasi Permanen

    Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk

    dimiliki secara berkelanjutan. Investasi yang tidak dimaksudkan dan/atau

    pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan

    kelembagaan. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Daerah

    pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya

    yang bukan milik negara.

    Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12

    (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah atau

    dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari :

    1) Tanah;

    2) Peralatan dan Mesin;

    3) Gedung dan Bangunan;

    4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

    5) Aset Tetap Lainnya; dan

    6) Konstruksi dalam Pengerjaan.

    Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan

    nilainya dapat diukur dengan handal.

    Menurut Lampiran XI tentang Akuntansi Aset Tetap pada Peraturan Walikota

    Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi, sebagaimana diubah beberapa

    kali terakhir dengan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 74 Tahun 2018, aset

    tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi

    penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka

    aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan

    akun ekuitas. Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis

    akrual terhitung sejak tahun perolehannya Kapitalisasi aset tetap untuk tahun anggaran

    2016 mengacu kepada Lampiran XI tentang Akuntansi Aset Tetap pada Peraturan

    Walikota Nomor 47 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi, sebagaimana telah

    diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 63 Tahun 2015 tentang Revisi Kebijakan

    Akuntansi, sebagaimana telah diubah diubah beberapa kali, terakhir dengan

    peraturanWalikota Nomor 74 Tahun 2018 tentang Revisi Kebijakan Akuntansi,

    dimana nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap dibagi ke dalam:

    1) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin yang nilainya sama dengan

    atau lebih dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), dan

    2) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih

    dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

    3) Pengeluaran untuk aset tetap lainnya yang nilainya sama dengan atau lebih dari

    Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).

    4) Pengeluaran untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan yang nilainya sama dengan atau

    lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    51

    Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi

    tersebut di atas, diperlakukan sebagai persediaan. Pengadaan aset tetap yang tujuannya

    sejak awal untuk dijual/dihibahkan kepada masyarakat tidak dicatat atau dilaporkan

    sebagai aset tetap, tetapi sebagai persediaan apabila sampai akhir tahun aset tersebut

    masih belum diserahkan kepada pembeli/penerima hibah.

    Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan

    menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

    pada nilai wajar pada saat perolehan.

    Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya

    langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya

    perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua

    biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

    Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset

    dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya

    perolehan.

    Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar

    nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.

    Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa

    manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan

    datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dan

    memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang

    bersangkutan.

    Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap peralatan dan mesin dalam

    rangka pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap tersebut

    sesuai dengan kondisi normal. Sedangkan belanja untuk peningkatan adalah belanja

    yang memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan

    kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja

    sebagaimana yang dimaksud diperlakukan sebagai berikut:

    1) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai sampai dengan Rp1.000.000,00 (satu

    juta rupiah) maka biaya perbaikannya diperlakukan sebagai pengeluaran untuk

    pemeliharaan sehingga tidak menambah nilai peralatan dan mesin.

    2) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta

    rupiah), maka nilai perbaikannya diperlakukan sebagai pengeluaran untuk

    peningkatan sehingga nilainya akan dikapitalisasi ke dalam nilai peralatan dan

    mesin.

    Sedangkan pengeluaran setelah perolehan awal untuk aset tetap gedung dan

    bangunan sebagaimana dimaksud diatas diperlakukan sebagai berikut:

    1) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai sampai dengan Rp10.000.000,00

    (sepuluh juta rupiah) maka biaya perbaikannya diperlakukan sebagai pengeluaran

    untuk pemeliharaan sehingga tidak menambah nilai gedung dan bangunan.

  • LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG 2019

    52

    2) Pengeluaran untuk perbaikan dengan nilai lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh

    juta rupiah)