digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2020. 11. 15. ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSIAGUSTUS 2017
EVALUASI POSISI VERTIKAL FORAMEN MENTALEUNTUK MEMPERKIRAKAN USIA INDIVIDU DITINJAU
SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK UNTUKPENUNJANG DALAM PEMERIKSAAN
FORENSIK KEDOKTERAN GIGI
Oleh:
Muhammad Rifaldi Haeruddin
J111 14 325
Pembimbing
drg. Muliaty Yunus, M.Kes
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul "Evaluasi
Posisi vertikal Foramen Mentale Untuk Memperkirakan Usia Individu Ditinjau
Secara Radiografi Panoramik Untuk Penunjang Dalam Pemeriksaan Forensik
Kedokteran Gigi" dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan Salam tak lupa
selalu kita kirimkan kepada Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wa Sallam beserta
seluruh keluarga dan sahabatnya.
Alhamdulillah dengan izin-Nya disertai dengan usaha yang sungguh-
sungguh, do'a dari berbagai pihak dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan, serta bimbingan tiada henti dari Dokter Pembimbing, skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam skripsi
ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, namun
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
tujuan agar bisa berguna bagi orang banyak.
Dengan penuh kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa skripsi ini
takkan bisa terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak sehingga perkenankan
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ibunda dr. Hj. Fatriwati Rifai, Ayahanda H. Haeruddin Nurdin SH, MH.,
dan kakanda Muhammad Firhan Haeruddin S.Ked yang banyak
memberikan semangat kepada Penulis sejak awal hingga akhir pembuatan
v
skripsi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita
semua.
2. drg. Muliaty Yunus, M.Kes, selaku pembimbing skripsi yang senantiasa
bersabar dan menyisihkan waktunya untuk membimbing Penulis dalam
menyempurnakan skripsi ini. Penulis tidak akan melupakan jasa dokter
yang tak kenal lelah memberikan bimbingan
3. Seluruh staf Bagian Radiologi RSUD Batara Guru Belopa dan RSGM
Kandea Unhas yang telah bersedia membantu proses penelitian skripsi ini.
4. Saudari Indah Ramadhani Mustamin yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk memberikan semangat, menemani dalam suka maupun
duka, dan memberikan bantuan tiada henti kepada Penulis selama
menyelesaikan skripsi ini, semoga bisa terus bersama dunia dan akhirat.
5. Saudara Audwin Rheza Nugroho selaku teman bimbingan skripsi yang
senantiasa bersedia menemani dalam setiap pertemuan dengan dokter
pembimbing.
6. Teman-teman INTRUSI 2014 yang senantiasa saling membantu dan
mendukung dalam penyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Meskipun banyak kelemahan dan kekurangan, Penulis berharap skripsi ini dapat
berguna bagi semua pihak yang membacanya. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Makassar, 14 Agustus 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbanding lurus dengan resikokecelakaan yang terjadi sehingga tak jarang timbul korban jiwa yang sulit untukdiidentifikasi pada sebuah kecelakaan maupun bencana massal. Penelitian yangberjudul "Evaluasi Posisi vertikal Foramen Mentale Untuk Memperkirakan UsiaIndividu Ditinjau Secara Radiografi Panoramik Untuk Penunjang DalamPemeriksaan Forensik Kedokteran Gigi" memiliki rumusan masalah bagaimanamengidentifkasi posisi vertikal Foramen Mentale individu dengan pemeriksaanradiografi panoramik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik posisivertikal Foramen Mentale untuk memperkirakan usia individu untuk membantucabang ilmu kedokteran gigi forensik.
Penelitian ini adalah penelitian observasional deskripstif menggunakanpendekatan cross sectional. Adapun sumber data yang digunakan adalah datasekunder yang diambil dengan teknik Purposive Sampling dari RSGM KandeaUnhas dan RSUD Batara Guru Belopa. Data akan dianalisa dengan metodedeskriptif analisis.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa posisivertikal Foramen Mentale dominan dipengaruhi oleh faktor usia, namun adabeberapa kasus dimana posisi vertikal foramen tidak terpengaruh oleh usiaindividu. Sebelum proses erupsi gigi permanen selesai, Foramen Mentale akanterletak lebih dekat dengan ridge alveolar. Setelah proses erupsi gigi permanen,perlahan Foramen Mentale akan bergerak ke tengah hingga batas bawah daricorpus mandibula. Seiring bertambahnya usia individu dan proses resorpsi yangterjadi pada os Alveolar, Foramen Mentale terlihat akan kembali mendekati ridgealveolar.
Kata kunci: Foramen Mentale, kedokteran gigi forensik, radiografi panoramik
vii
ABSTRACT
The development of science and technology is directly to the risk of accidents thatoccur so that not infrequently casualties that are difficult to identify in an accidentor mass disaster. Research entitled "Evaluation of the Mentale Foramen' VerticalPosition for Estimating Individual Age Viewed In Panoramic Radiography ForSupport In Dental Forensic Examination" has a problem formulation how toidentify the vertical position of individual Mentale Foramen with a panoramicradiographic examination. The purpose of this study was to determine the verticalpositioning characteristics of Foramen Mentale to estimate the age of theindividual to assist the forensic dental science
This is an observational descriptive research using cross sectional approach. Thedata source used is secondary data taken with Purposive Sampling techniquefrom RSGM Kandea Unhas and RSUD Batara Guru Belopa. The data will beanalyzed by descriptive analysis method.
Based on the data analysis, it is concluded that the dominant position of thedominant Foramen Mentale is influenced by the age factor, but there are caseswhere the foramen vertical position is not affected by the age. Before thepermanent teeth eruption process is complete, the Mentale Foramen will belocated closer to the alveolar ridge. After the process of permanent eruption of theteeth, slowly Foramen Mentale will move to the middle to the lower limit of themandibular corpus. As the individual ages and resorption processes that occur inthe Alveolar os, the Foramen Mentale is seen approaching the alveolar ridge.
Keywords: Foramen Mentale, forensic dental science, panoramic radiography
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………..............……………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………… 4
1.3 Batasan Masalah………………………………………………….. 4
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5
1.5 Manfaat penelitan………………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Radiografi ……………….…………………………. 6
2.1.1 Radiografi Intraoral ………………..……..………………. 7
2.1.1 Radiografi Esktraoral …………….………..………………. 7
2.2 Radiografi Panoramik .. ……………….…………………………. 8
2.2.1 Pengertian Radiografi Panoramik …………………………. 8
ix
2.2.2 Kelebihan Penggunaan Radiografi Panoramik.……………. 9
2.2.3 Kekurangan Penggunaan Radiografi Panoramik..…………. 10
2.3 Foramen Mentale ..........……………….…………………………. 10
2.3.1 Struktur Anatomis Foramen Mentale ................................... 10
2.3.2 Posisi Foramen Mentale ..................................................... 13
2.3.3 Tampakan Radiografi Foramen Mentale ............................ 16
2.4 Klasifikasi usia ................................................................................ 17
BAB III KERANGKA KONSEP
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ………………………..…………………………. 19
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………. 19
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………. 19
4.3.1 Populasi Penelitian …..........………………………………. 19
4.3.2 Kriteria Sampel .....…..........………………………………. 19
4.3.3 Jumlah Sampel ......…..........………………………………. 20
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………. 21
4.4.1 Variabel .................…..........………………………………. 21
4.4.2 Definisi Operasional ….......………………………………. 22
4.5 Alat Ukur Yang Digunakan ...........................……………………. 22
4.6 Alur Penelitiian .............................................……………………. 23
BAB V HASIL PENELITIAN
BAB VI PEMBAHASAN
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan .................................................................................. 30
7.2 Saran ............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xiii
LAMPIRAN
x
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
3.1 Kerangka Konsep ………………………..………………………........…. 18
3.2 Alur Penelitian .......................................................................................... 23
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pemeriksaan radiografi panoramik ........................................................... 8
2.2 Hasil foto radiografi panoramik ................................................................ 9
2.3 Foramen Mentale ...................................................................................... 11
2.4 Foramen Mentale aksesoris ..................................................................... 12
2.5 Perjalanan nervus melewati Foramen Mentale ........................................ 13
2.6 Posisi Foramen Mentale berdasarkan hubungannya dengan apeks gigi
secara horizontal ...................................................................................... 14
2.7 Mandibula pada anak jelang erupsi gigi decidui ...................................... 14
2.8 Mandibula pada dewasa dimana seluruh gigi telah erupsi ........................ 15
2.9 Mandibula pada usia dimana seluruh gigi telah tanggal disertai resorpsi
tulang alveolar ......................................................................................... 15
2.10 Tampakan radiografi Foramen Mentale ................................................. 16
2.11 Tampakan radiografi Foramen Mentale yang berada di apeks gigi
Premolar kedua rahang bawah ............................................................... 17
xii
DAFTAR TABEL
5.1 Data posisi vertikal Foramen Mentale berdasarkan kategori usia ............. 24
xiii
DAFTAR GRAFIK
5.1 Posisi vertikal Foramen Mentale berdasarkan kategori usia .................... 26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto Radiografi Panoramik Seluruh Sampel Penelitian
2. Surat Penugasan
3. Surat Izin Penelitian
4. Kartu Kontrol Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang membantu kehidupan umat manusia saat ini, ternyata juga ada
dampak buruk yang ikut timbul dari perkembangan tersebut. Salah satunya
adalah peningkatan terjadinya tindak kriminalitas dimana pelaku tindak
kriminal berusaha menghilangkan barang bukti yang tak jarang membuat
petugas hukum kesulitan dalam mengidentifikasi pelaku dan korban.1
Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi maupun akomodasi
seperti perkembangan transportasi darat, udara dan air serta bangunan
pencakar langit, hingga pemutakhiran senjata dalam peperangan turut
meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban
jiwa. Selain itu, bencana alam juga menjadi salah satu faktor yang tak
terhindarkan yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Tak jarang terjadi
kesulitan untuk melakukan proses identifikasi korban yang menimbulkan
permasalahan dalam bidang forensik.1
Pemeriksaan forensik pada kasus dimana seorang individu tidak
diketahui usia kronologisnya menjadi salah satu alasan mengapa
diperlukan kajian lebih dalam untuk menemukan cara dalam
mengidentifikasi usia individu dengan teknik tertentu. Hal ini erat
kaitannya dengan indikasi pemalsuan identitas pada tindak kriminal.2
2
Pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh manusia cenderung
konstan dan hampir sama pada tiap orang sehingga faktor tersebut dapat
dihubungkan untuk memperkirakan usia individu. Prakiraan usia dapat
dilakukan pada individu hidup maupun yang telah meninggal. Pada
individu yang telah meninggal, perkiraan usia erat kaitannya pada
identifikasi korban pembunuhan, korban aborsi janin, korban bencana
alam dan korban perang. 2 Pada keadaan tertentu seperti kasus mayat yang
terbakar atau telah mengalami dekomposisi seingga tidak memungkinkan
identifikasi dengan menggunakan gigi-geligi, maka diperlukan metode
alternatif untuk dapat membantu proses identifikasi korban. 3
Sementara pada individu yang masih hidup, perkiraan usia erat
kaitannya dengan pemalsuan identitas untuk urusan ketenagakerjaan,
penikahan, keimigrasian hingga untuk memenuhi syarat di bidang
olahraga. Perbedaan pelakuan proses hukum terhadap anak dan orang
dewasa tak jarang menjadi alasan beberapa pihak memalsukan identitasnya
termasuk dalam hal ini adalah usia.2
Kodekteran gigi forensik atau odontologi forensik adalah cabang
dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan untuk menerapkan pengetahuan
dokter gigi dalam memecahkan masalah hukum dan kejahatan. Ilmu ini
mencakup tata cara mengenai penanganan dan pemeriksaan bukti-bukti
melalui gigi, evaluasi serta pemaparan hasil-hasil penemuan yang
berhubungan dengan rongga mulut untuk kepentingan pengadilan.4
3
Identifikasi adalah penentuan dan pemastian identitas orang yang
hidup maupun orang yang telah meninggal berdasarkan ciri khas yang
terdapat pada orang tersebut. Ruang lingkup identifikasi dalam kedokteran
gigi forensik cukup luas, tidak hanya meliputi masalah forensik namun
juga masalah non forensik. Meliputi identitas yang mendukung identifikasi
dari suatu korban yang dapat berupa identitas biologis maupun non
biologis. Identitas non biologis dapat berupa kartu tanda penduduk, surat
izin mengemudi, pakaian, dan lain-lain. Identitas biologis dapat diketahui
melalui struktur anatomi tubuh, tulang belulang, gigi, darah, sidik jari,
rambut, profil, DNA, dan identitas pada bibir.4
Variasi anatomi banyak terdapat pada tubuh manusia, baik pada
struktur pembuluh darah, otot hingga tulang dan lain-lain, termasuk
struktur tulang tengkorak. Pada tulang tengkorak, variasi dapat terjadi pada
sutura, sinus, foramen, canalis dan struktur lainnya. Variasi anatomi pada
tubuh manusia ini dipengaruhi oleh beberapa sebab seperti jenis kelamin,
perubahan usia, korelasi antara sisi tubuh (kesimetrisan tubuh), dan
lateralis (kecenderungan munculnya ciri atau sifat yang lebih sering timbul
pada satu sisi saja).5
Foramen Mentale merupakan salah satu struktur anatomis pada
manusia yang dilalui oleh arteri dan saraf. Dilihat secara horizontal,
Foramen Mentale dapat dilihat di bawah gigi premolar kedua, dari sini
keluar cabang terminal dari nervus dan vasa alveolaris inferior.5
Sebelumnya telah dilakukan banyak penelitian untuk mengevaluasi posisi
4
Foramen Mentale dengan pemeriksaan radiografi panoramik. Alasan
penggunaan radiografi panoramik karena mempunyai kelebihan dalam
menghasilkan gambaran kedua rahang secara keseluruhan, biaya yang
digunakan lebih sedikit dan radiasi yang diterima oleh individu lebih
rendah dibandingkan Computed Tomography Scan (CT-Scan).6,7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan banyak variasi
posisi Foramen Mentale yang dipengaruhi oleh etnis, ras, jenis kelamin
dan usia.8 Sehubungan dengan teori tersebut, peneliti tertarik melakukan
penelitian untuk mengevaluasi posisi Foramen Mentale secara vertikal
untuk memperkirakan usia individu dengan menggunakan teknik
radiografi panoramik untuk penunjang dalam proses identifikasi usia di
bidang odontologi forensik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang menyebutkan bahwa adanya hubungan
antara usia dengan posisi Foramen Mentale, maka rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana posisi vertikal Foramen Mentale individu berdasarkan
usianya dengan pemeriksaan radiografi panoramik?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi populasi berdasarkan
periode waktu penelitian yakni Periode 2012-2017 untuk RSUD Batara
Guru Belopa dan Periode 2016-2017 untuk RSGM Kandea Unhas
Makassar, dan lokasi pengambilan populasi dan sampel hanya pada pasien
5
yang di rawat di RSGMP Kandea Unhas Makassar dan RSUD Batara
Guru Belopa Kabupaten Luwu. Tingkatan usia mulai 12 tahun dan atau
pada kondisi kedua gigi premolar mandibula telah erupsi hingga usia 80
tahun dengan kondisi resorpsi yang tidak terlalu parah akan menjadi fokus
peneliti untuk mengelompokkan posisi Foramen Mentale berdasarkan usia
pada populasi yang akan diteliti.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tentang posisi Foramen Mentale berdasarkan
usia pasien di RSGM Kandea Unhas Makassar dan RSUD Batara Guru
Belopa Kabupaten Luwu.
1.5 Manfaat penelitian
- Bagi RSGMP Kandea Unhas, RSUD Batara Guru Belopa, dan bidang
kedokteran gigi forensik untuk memberikan tambahan informasi dalam
memperkirakan usia pasien hanya dengan melihat posisi Foramen Mentale
pada hasil foto rontgen panoramik.
- Diharapkan dengan penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan
dan memicu penelitian lainnya khususnya yang berkaitan dengan Foramen
Mentale dan kedokteran gigi forensik.
- Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
- Untuk peneliti sendiri, merupakan pengalaman yang bermakna dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan tentang Foramen Mentale dengan
interpretasi radiografi panoramik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Radiografi
Radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk
melihat bagian tubuh yang tidak nampak secara klinis dengan
memanfaatkan radiasi gelombang, baik dengan gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Di awal masa penggunaan
radiologi, gelombang yang dipakai hanya berupa sinar-x yang seiring
berjalannya waktu mengalami modernisasi menjadi gelombang ultrasonik
seperti ultrasonography (USG) maupun Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Pemeriksaan radiografi telah menjadi pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan dalam dunia kedokteran gigi untuk penentuan diagnosa
dan rencana perawatan. Ada dua hal yang menentukan keberhasilan
pemeriksaan radiografi, pertama adalah bagaimana teknik dalam
melakukan foto rontgen dan kedua adalah bagaimana menginterpretasikan
secara akurat gambaran lesi yang ada pada radiografi tersebut. Radiografi
Oromaksilofasial menurut American Dental Association adalah salah satu
disiplin ilmu di bagian kedokteran gigi yang menggunakan energi dari
radiasi untuk mendeteksi adanya penyakit atau kelainan, dan memberikan
gambaran mengenai kondisi oromaksilofasial individu melalui gambaran
yang dihasilkan melalui foto rontgen.9
Pemeriksaan radiografi secara umum digunakan untuk memeriksa
struktur anatomis individu yang tidak terlihat dengan pemeriksaan klinis.
Selain itu kegunaan foto yakni untuk mendetksi adanya lesi, memembantu
proses penegakan diagnosis, menentukan lokasi lesi pada rongga mulut,
menyediakan informasi untuk rencana perawatan, mengevaluasi proses
pertumbuhan gigi geligi, melihat kondisi gigi geligi dan jaringan
periodontal dan menjadi rekam medis jika diperlukan sewaktu-waktu.10
7
Dalam bidang kedokteran gigi ada dua macam radiografi yaitu
radiografi secara intra oral maupun secara ekstra oral. Perbedaan mendasar
pada kedua radiografi tersebut yakni pada film yang digunakan. Pada
radiografi intra oral, film yang digunakan berada di dalam mulut pasien,
sedangkan pada radiografi ekstra oral, film berada di luar mulut pasien.11
Teknik radiografi intra oral yang paling sering digunakan dalam dunia
kedokteran gigi adalah teknik radiografi periapikal, teknik radiografi
bitewing dan teknik radiografi oklusal.9 Pada radiografi ekstra oral, foto
panoramik merupakan jenis radiogradi yang paling sering digunakan
karena mempunyai kelebihan dalam memberikan gambaran kedua rahang
secara menyeluruh. Selain foto panoramik, masih ada beberapa radiografi
ekstra oral yang sering digunakan antara lain foto antero posterior, foto
postero anterior, foto lateral, foto cephalometri, dan lain-lain.
2.1.1 Radiografi Intraoral
Radiografi intraoral merupakan pemeriksaan gigi dan jaringan
sekitar secara radiografi dimana film yang digunakan ditempatkan di
dalam mulut pasien. Terdapat tiga macam pemeriksaan radiografi intraoral
yaitu dengan radiografi periapikal, radiografi interproksimal (bitewing),
dan oklusal. 9
2.2.2 Radiografi Ekstraoral
Radiografi ekstraoral merupakan pemeriksaan yang digunakan
untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak dimana film yang
digunakan ditempatkan di luar mulut pasien. Pada radiografi ekstra oral,
foto panoramik merupakan jenis radiogradi yang paling sering digunakan
karena mempunyai kelebihan dalam memberikan gambaran kedua rahang
secara menyeluruh. Selain foto panoramik, masih ada beberapa radiografi
ekstra oral yang sering digunakan antara lain foto antero posterior, foto
postero anterior, foto lateral, foto cephalometri, dan lain-lain.9
8
2.2 Radiografi Panoramik
2.2.1 Pengertian Radiografi Panoramik
Radigorafi panoramik atau yang biasa disebut dengan
pantomography atau orthopantomography merupakan teknik foto rontgen
yang menghasilkan gambaran kedua rahang atas dan rahang bawah serta
struktur gigi dan jaringan pendukungnya.9 Seorang dokter gigi asal
Finlandia bernama Yrjo Veli Paatero disebut sebagai bapak dari radiografi
panoramik. Radiografi panoramik yang dikenal dengan nama The Panorex
pertama kali diperkenalkan secara komersil di Amerika Serikat pada tahun
1959.12
Gambar 2.1 Pemeriksaan radiografi panoramik (Sumber: Willianti E. Perbandingan fotopanoramik dan bitewing pada diagnosis resorpsi tulang interalveolaris regio posterior. J
kedokteran universitas wijaya kusuma; 2011:1, P.3)
Radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi eksra oral
yang telah digunakan secara umum di dunia kedokteran gigi. Penelitian ini
menggunakan radiografi panoramik memiliki jangkauan area yang luas
untuk melihat tulang wajah dan gigi. Kelebihan radiogradi panoramik
salah satunya adalah dosis radiasinya yang relatif rendah dibandingkan
dengan radiografi intra oral maupun ekstra oral lainnya.12
Secara umum disebutkan bahwa hasil dari radiografi panoramik
kurang jelas dibandingkan dengan radiografi intraoral. Tetapi Muhammad
9
dan Manson Hinh (1982), Galal et al (1985) dan Douglass (1986)
membantah dan mengungkapkan bahwa hasil radiografi panoramik dan
radiografi intraoral memiliki nilai diagnostik yang sama tinggi. Radiografi
panoramik mampu menghasilkan foto rontgen yang memberikan
gambaran struktur wajah termasuk maksila dan mandibula serta jaringan
pendukung di sekitarnya. Teknik ini biasanya digunakan untuk mengamati
gigi impaksi, gigi yang belum erupsi, pertumbuhan dan perkembangan
gigi, mendeteksi adanya penyakit maupun trauma. 13
SUMBER: 9 Halaman 192
Gambar 2.2 Hasil foto radiografi panoramik (Sumber: Willianti E. Perbandingan foto panoramikdan bitewing pada diagnosis resorpsi tulang interalveolaris regio posterior. J kedokteran
universitas wijaya kusuma; 2011:1, P.3)
2.2.2 Kelebihan Penggunaan Radiografi Panoramik
Bukan tanpa alasan Radiografi Panoramik menjadi salah satu
teknik yang paling populer pada dunia kedokteran gigi saat ini. Berikut
adalah beberapa kelebihan Radiografi Panoramik: 12,14,15
- Seluruh gigi dan struktur dari jaringan pendukung pada kedua rahang
ditampilkan hanya pada satu film.
- Teknik yang digunakan selama proses pemeriksaan cukup mudah
dilakukan.
- Efisiensi waktu operator dan pasien
10
- Dosis radiasi yang diterima pasien cukup rendah dibandingkan teknik
lainnya.
- Kemudahan dalam menginterpretasi karena sifatnya yang digital
dibandingkan film radiografi analog.
- Biaya lebih murah dibandingkan radiografi ekstraoral lainnya.
- Bisa digunakan pada pasien yang kesulitan dalam membuka mulut
- Interpretasi radiografi dapat djelaskan dengan mudah kepada pasien
- Dapat digunakan dalam mengevaluasi status periodontal dan
orthodontic
- Seluruh permukaan mulai dari antral, dinding depan, dan dinding
belakang tampak dengan jelas pada film.
2.2.3 Kekurangan Penggunaan Radiografi Panoramik
Selain memiliki kelebihan, ternyata Radiografi Panoramik juga
memiliki kekurangan. Berikut beberapa kekurangan radiografi
panoramik:14
- Gambaran dari jaringan lunak dan udara membuat film menjadi kurang
jelas
- Tak jarang terjadi distorsi dan magnifikasi pada gambaran radiografi
sebagai akibat dari pergerakan tomografi yang berkaitan dengan jarak
antara bidang tumpu dan film
- Butuh beberapa saat untuk paparan sinar rontgen dan diharapkan
pasien tidak melakukan pergerakan selama proses tersebut sehingga
tidak cocok pada pasien anak ataupun pasien non-koperatif.
2.3 Foramen Mentale
2.3.1 Struktur anatomis Foramen Mentale
Foramen Mentale merupakan struktur anatomis pada corpus
mandibula yang terletak seimbang antara batas atas dan bawah dari os
mandibula. Secara normal, Foramen Mentale terletak di antara apikal
11
antara premolar pertama dan premolar kedua. Nervus mentale dan
pembuluh darah melewati foramen ini. Tulang mandibula terdiri dari
corpus mandibula dan ramus mandibula. Pada permukaan media ramus
mandibula, terdapat foramen mandibula di tengah-tengahnya. Foramen
mandibula berlanjut sebagai canalis mandibula yang bermuara pada
permukaan lateral corpus mandibula pada Foramen Mentale. 16
Gambar 2.3 Foramen Mentale (Sumber: Singh R, Srivastav A K. Evaluation of position, shape,size and incidence of mentale foramen and accessory mentale foramen Indian adult humas skulls.
Int J Experimentale and Clinical Anatomy April; 2010:5)
Proses identifikasi dari Foramen Mentale sangat penting untuk
tindakan bedah kedokteran gigi berkaitan dengan anestesi blok, seperti
pada tindakan kuretase apikal dan bedah periodontal, untuk menghindari
cedera neurovaskular. Penelitian yang dilakukan di Tanzania, Thailand,
China, Inggris, Arab Saudi menunjukkan adanya variasi posisi Foramen
Mentale.16
Keakuratan dalam pengidentifikasian Foramen Mentale sangat
penting karena interpretasi yang salah terhadap tampakan radiografi
Foramen Mentale dapat menjadi misdiagnosis yang berujung pada lesi
radioluscent di bagian apikal dari gigi premolar rahang bawah. Secara
umum sangat sulit untuk mendeteksi letak dari Foramen Mentale karena
tak ada landmark yang dapat dijadikan referensi tentang posisi pasti dari
12
Foramen Mentale dan tak dapat dilakukan pemeriksaan dengan melihat
dan palpasi untuk menentukan posisi dari foramen tersebut.17
Selain Foramen Mentale utama juga kadang ditemukan adanya
Foramen Mentale aksesoris pada mandibula. Berdasarkan data yang
dikumpulkan oleh Çagirankaya and Kansu Foramen Mentale aksesoris
biasanya terletak di daerah apikal gigi molar pertama rahang bawah
ataupun bagian posterior dari Foramen Mentale utama. Selain mendeteksi
Foramen Mentale utama,16
Gambar 2.4 Foramen Mentale aksesoris (Sumber: Singh R, Srivastav A K. Evaluation of position,shape, size and incidence of mentale foramen and accessory mentale foramen Indian adult humas
skulls. Int J Experimentale and Clinical Anatomy April; 2010:5)
Identifikasi letak dari Foramen Mentale aksesoris ternyata juga
cukup penting karena foramen tersebut dilewati oleh pembuluh darah dan
pembuluh saraf, sehingga dengan mengetahui letak dari foramen tersebut
akan mengurangi resiko terjadinya cedera pada pembuluh saraf dan
pembuluh darah utama, serta pembuluh darah dan pembuluh saraf
aksesoris pada tindakan bedah mandibula. Tingginya prevalensi kasus
parestesia maupun paralisis fasialis membuat proses identifikasi Foramen
Mentale menjadi cukup penting sebelum prosedur bedah dilakukan. 16
13
Gambar 2.5 Perjalanan nervus melewati Foramen Mentale (Sumber: Putz R, Pabst R. Sobotta ed22. Jakarta:EGC; 2007)
2.3.2 Posisi Foramen Mentale
Umumnya Foramen Mentale dijumpai di sekitar akar premolar
rahang bawah. Posisinya terhadap akar gigi premolar sangat bervariasi.
Foramen Mentale biasa terletak lebih rendah, sama, dan bahkan lebih di
atas dari apeks gigi premolar.16 Berdasarkan hubungannya dengan apeks
gigi secara horizontal, posisi Foramen Mentale terbagi sebagai berikut:18,19
- Posisi 1 terletak sejajar premolar pertama rahang bawah
- Posisi 2 terletak di antara premolar pertama dan premolar kedua
rahang bawah
- Posisi 3 terletak sejajar dengan premolar kedua rahang bawah
- Posisi 4 terletak di antara premolar kedua dan molar pertama
rahang bawah
14
Gambar 2.6 Posisi Foramen Mentale berdasarkan hubungannya dengan apeks gigi secarahorizontal (Sumber: Kqiku L, Weiglein A, Kamberi B, Hoxha V, Meqa K, Stadler P. Position of
the mentale foramen in kosovarian population. Graz medical university; 2013:2)
Secara vertikal, posisi Foramen Mentale juga dipengaruhi oleh
usia seseorang. Pada masa anak-anak sebelum erupsi gigi decidui,
Foramen Mentale terletak dekat dari ridge alveolar (Posisi 1).5
Gambar 2.7 Mandibula pada anak jelang erupsi gigi decidui (Sumber: Putz R, Pabst R. Sobotta ed22. Jakarta:EGC; 2007)
Selama masa erupsi gigi decidui hingga permanen letaknya
menjadi lebih ke tengah mandibula (Posisi 2) dan lebih ke batas bawah
dari mandibula (Posisi 3) setelah semua gigi telah erupsi. 5
15
Gambar 2.8 Mandibula pada dewasa dimana seluruh gigi telah erupsi (Sumber: Putz R, Pabst R.Sobotta ed 22. Jakarta:EGC; 2007)
Pada individu dengan usia lanjut, resorpsi yang terjadi pada tulang
mandibula akan membawa Foramen Mentale semakin dekat ke batas ridge
alveolar. Ketika semua gigi telah tanggal (edentulous) maka Foramen
Mentale akan terlihat hampir mencapai ridge alveolar, bahkan pada
keadaan resorpsi yang cukup parah menyebabkan Foramen Mentale
menghilang dan digantikan oleh cekung yang terletak sepanjang
permukaan atas mandibula.5
Gambar 2.9 Mandibula pada usia dimana seluruh gigi telah tanggal disertai resorpsi tulangalveolar (Sumber: Putz R, Pabst R. Sobotta ed 22. Jakarta:EGC; 2007)
15
Gambar 2.8 Mandibula pada dewasa dimana seluruh gigi telah erupsi (Sumber: Putz R, Pabst R.Sobotta ed 22. Jakarta:EGC; 2007)
Pada individu dengan usia lanjut, resorpsi yang terjadi pada tulang
mandibula akan membawa Foramen Mentale semakin dekat ke batas ridge
alveolar. Ketika semua gigi telah tanggal (edentulous) maka Foramen
Mentale akan terlihat hampir mencapai ridge alveolar, bahkan pada
keadaan resorpsi yang cukup parah menyebabkan Foramen Mentale
menghilang dan digantikan oleh cekung yang terletak sepanjang
permukaan atas mandibula.5
Gambar 2.9 Mandibula pada usia dimana seluruh gigi telah tanggal disertai resorpsi tulangalveolar (Sumber: Putz R, Pabst R. Sobotta ed 22. Jakarta:EGC; 2007)
15
Gambar 2.8 Mandibula pada dewasa dimana seluruh gigi telah erupsi (Sumber: Putz R, Pabst R.Sobotta ed 22. Jakarta:EGC; 2007)
Pada individu dengan usia lanjut, resorpsi yang terjadi pada tulang
mandibula akan membawa Foramen Mentale semakin dekat ke batas ridge
alveolar. Ketika semua gigi telah tanggal (edentulous) maka Foramen
Mentale akan terlihat hampir mencapai ridge alveolar, bahkan pada
keadaan resorpsi yang cukup parah menyebabkan Foramen Mentale
menghilang dan digantikan oleh cekung yang terletak sepanjang
permukaan atas mandibula.5
Gambar 2.9 Mandibula pada usia dimana seluruh gigi telah tanggal disertai resorpsi tulangalveolar (Sumber: Putz R, Pabst R. Sobotta ed 22. Jakarta:EGC; 2007)
16
2.3.3 Tampakan radiografi Foramen Mentale
Foramen Mentale tidak dapat dideteksi hanya dengan melihat
secara langsung ataupun dengan melakukan palpasi. Diperlukan
pemeriksaan radiografi untuk melihat tampakan dari Foramen Mentale.17
Berdasarkan tampakan radiografi, Foramen Mentale
diklasifikasikan oleh Yosue dan Brooks menjadi empat tipe:17
- Tipe I : Saluran Foramen Mentale bersambung dengan kanalis
mandibularis
- Tipe II : Foramen Mentale terpisah dengan kanalis mandibularis
- Tipe III : Batas dari Foramen Mentale terlihat difuse (samar-
samar)
- Tipe IV : Tipe Foramen Mentale yang tidak teridentifikasi.
Gambar 2.10 Tampakan radiografi Foramen Mentale. A: Tipe I, B: Tipe II, C: Tipe III, D:Tipe IV (Sumber: Juodzbalys G, Wang H, Sabalya G. Anatomy of mandibular vital structures.
Journal of Oral & Maxillofacial Res 2010; 1)
Pada suatu keadaan, Foramen Mentale dapat menutupi bagian
apeks gigi, baik gigi premolar pertama hingga gigi molar rahang bawah.
Keadaan seperti ini dapat memicu timbulnya kesalahan interpretasi sebagai
suatu lesi periapikal karena tampak gambaran radioluscent pada apeks
gigi. Namun dengan adanya lamina dura berupa gambaran radioopak yang
utuh mengelilingi gigi dapat mendukung interpretasi untuk membedakan
antara lesi periapikal atau Foramen Mentale.
17
Gambar 2.11 Tampakan radiografi Foramen Mentale yang berada di apeks gigi premolar keduarahang bawah (Sumber: White S, Pharoah M. Oral radiologi principles and interpretation 7th ed.
Canada: Mosby; 2014)
2.4 Klasifikasi usia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Berdasarkan keputusan Departemen Kesehatan Republik Indonesia(2009), usia individu diklasifikasikan sebagai berikut:(20)
1. Masa balita : 0 - 5 tahun2. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun3. Masa remaja awal : 12-16 tahun4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun7. Masa lansia awal : 46-55 tahun8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun9. Masa manula : 65 - sampai atas.