20140430110258_8901

Upload: ririn-rintia

Post on 09-Mar-2016

237 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

yhvhjjv

TRANSCRIPT

PAGE 53

Bidang Unggulan : -

Bidang Ilmu : Keperawatan Anak

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN INTERNAL POLTEKKES RS dr. SOEPRAOEN

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG TONSILITIS TERHADAP SIKAP IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN TONSILITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12) TAHUN

(DI POLI THT RS dr.SOEPRAOEN MALANG)Oleh:

Nama: Dian PitalokaP,S.Kep.NersNIDN : (0720038502)

Dilaksanakan Berdasarkan Surat Perintah Direktur Poltekkes RS dr. Soepraoen Nomor Sprin/51-A/X/2012 tertanggal 10 Oktober 2012POLITEKNIK KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN MALANG

2012/2013HALAMAN PENGESAHAN1. Judul Penelitian: Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu Dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis Pada Anak Usia Sekolah (6-12) Tahun di Poli THT RS dr.Soepraoen Malang.2. Bidang Unggulan/Bidang Ilmu*) : Keperawatan Anak.3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap: Dian Pitaloka Priasmoro, S.Kep.Nersb. NIDN/NUPN: 0720038502c. Jabatan Fungsional: Tenaga Pengajard. Program Studi: Keperawatane. Nomor HP: 081233199747f. e-mail: [email protected]. AnggotaPeneliti (1) : Mahasiswa 1 orang5. Lama Penelitian Keseluruhan: 6 Bulan6. Pembiayaan Penelitian Keseluruhan: Rp. 2.210.000,-7. Sumber Dana: RAPB Poltekes RS dr. Soepraoen MalangMengetahui,

Pudir I

Ni Made Suntari,S.Kep,M.M.Kes

Letnan Kolonel CKM(K) NRP. 34055

Malang, 28 Mei 2013

Ketua Peneliti

Dian Pitaloka P,S.Kep.Ners

NIK . 210685020

Menyetujui,

DirekturPoltekes RS dr. Soepraoen Malang

Dr. Nirawan Putranto, Sp.M

Letnan Kolonel CKM NRP.31436

RINGKASAN

Tonsilitis merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Tonsilitis adalah peradangan pada jaringan tonsil yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Keluhan yang sering dirasakan oleh penderita tonsilitis adalah nyeri saat menelan dan badan terasa meriang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis dengan sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun.

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasinya adalah semua ibu yang memiliki anak usia sekolah(6-12) tahun yang sedang diperiksakan di Poli THT Rumkit Tk. II dr. Soepraoen Malang sejumlah 33 orang. Metode sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 responden yaitu sebagian ibu yang memiliki anak usia sekolah (6-12) tahun yang sedang diperiksakan di Poli THT Rumkit Tk. II dr. Soepraoen Malang pada 4-6 Pebruari 2013. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu dan sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan kuesioner kemudian data yang ada di tabulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang tonsilitis adalah pada kategori baik yaitu sebanyak 70%, kategori cukup sebanyak 20%, kategori kurang baik 10% dan tidak satupun pengetahuan ibu yang tidak baik. Sikap ibu yang mendukung dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah(6-12) tahun yaitu sebanyak 55% dan sikap ibu yang tidak mendukung yaitu sebanyak 45%. Berdasarkan tabel Kontigensi Hubungan didapatkan hasil ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang tonsilitis dengan sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah( 6-12) tahun.

Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya peningkatan pengetahuan ibu tentang tonsilitis agar ibu dapat bersikap positif (mendukung) dalam pencegahan tonsilitis pada anak.

Kata kunci:Pengetahuan ibu tentang tonsilitis, Sikap dalam pencegahan

KATA PENGANTARPuji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Internal Dosen yang berjudul Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu Dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis Pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.Dalam penyusunan Laporan Penelitian Internal Dosen ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, didalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat 1. Letkol Dr. Nirawan Putranto, Sp.M selaku Direktur Poltekkes RS dr. Seopraoen Malang.

2. Mayor CKM dr. Hendro, Sp. THT, selaku Ka Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.3. Mayor CKM (K) Mustriwi, S.Kep.Ners, selaku Ka Prodi Keperawatan.

4. Rekan-rekan Dosen Prodi Keperawatan dan seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.5. Ibu-ibu responden yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan ini dengan sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.Malang, Mei 2013Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

i

Lembar Pengesahan

iiRingkasan

iiiKata Pengantar

iv

Daftar Isi

vDaftar Gambar

viiiDaftar Tabel

ixDaftar Lampiran

xBAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

1

1.2Rumusan Masalah

41.3Tujuan Penelitian

51.3.1Tujuan Umum

51.3.2Tujuan Khusus

51.4Manfaat Penelitian

51.4.1Bagi Rumah Sakit

51.4.2Bagi Tenaga Kesehatan

5

1.4.3Bagi Institusi Pendidikan

61.4.4Bagi Peneliti Selanjutnya

6BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Pengetahuan

72.1.1Pengertian Pengetahuan

72.1.2Jenjang Pengetahuan

72.1.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

92.2Konsep Ibu

102.2.1Definisi Ibu

102.2.2Peran Ibu

10

2.2.3Sikap dan Perilaku Ibu yang Baik

122.2.4Definisi Pengasuhan

122.2.5Pola Pengasuhan

12

2.2.6Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengasuhan

132.3Konsep Tonsilitis

142.3.1Pengertian Tonsilitis

142.3.2Penyebab Tonsilitis

152.3.3Tanda dan Gejala

152.3.4Patofisiologis

162.3.5Komplikasi Tonsilitis

162.3.6Penatalaksanaan

172.3.7Pencegahan Tonsilitis

182.4Konsep Sikap

182.4.1Pengertian

182.4.2Struktur Sikap

202.4.3Komponen Pokok Sikap

202.4.4Pembentukan Sikap

202.4.5Berbagai Tingkatan Sikap

222.4.6Pengukuran Sikap

232.4.7Keterkaitan antara Pengetahuan dengan Sikap

252.5Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah

262.5.1Pengertian Perkembangan

262.5.2Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah

272.5.3Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

302.5.4Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

322.6Kerangka Konsep

362.6.1Deskriptif Kerangka Konsep

372.7Hipotesa

37BAB 3METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

383.2Kerangka Kerja

393.3Populasi, Sampel, dan Sampling

403.3.1Populasi

403.3.2Sampel

403.3.3Sampling

403.4Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

413.4.1Identifikasi Variabel

413.4.2Definisi Operasional

413.5Pengumpulan Data dan Analisa Data

42

3.5.1Pengumpulan Data

42

3.5.2Analisa Data

453.5.3Analisa Hubungan

48

3.6Etika Penelitian

51

3.6.1Lembar Persetujuan (Informed Concent)

51

3.6.2Tanpa Nama (Anonimity)

51

3.7Keterbatasan

52BAB 4HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

53

4.1.1Gambaran Lokasi Penelitian

53

4.1.2Data Umum

54

4.1.3Data Khusus

57

4.2Pembahasan

594.2.1Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis

594.2.2Sikap Ibu dalam Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Di bawah

10 tahun

60

4.2.3Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis dengan Sikap Ibu dalam Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Di bawah 10 tahun di Poli THT

RS dr. Soepraoen Malang

61

BAB 5SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

63

5.2Saran

63

Daftar Pustaka

65Lampiran

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambar Kerangka Konsep

363.1 Gambar Kerangka Kerja

39

4.1 Distribusi Frekuensi Responden sesuai Umur

54

4.2 Distribusi Frekuensi Responden sesuai Pendidikan

55

4.3 Distribusi Frekuensi responden sesuai Pekerjaan

56 4.4 Distribusi Frekuensi Responden sesuai Info Kesehatan

56

DAFTAR TABELTabel

Halaman

3.1 Tabel Definisi Operasional

25

4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu

57 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu

57 4.3 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Sikap Ibu

58DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

66

Lampiran 2 Justifikasi Anggaran

67

Lampiran 3 Susunan Organisasi Tim Peneliti

68

Lampiran 4 Biodata Peneliti

69

Lampiran 5 Surat Pernyataan

70

Lampiran 6 form Desk Evaluasi Proposal

71

Lampiran 7 Lembar monitoring dan evaluasi

72

Lampiran 8 Lembar Permohonan Sebagai responden

74

Lampiran 9 Surat Persetujuan Responden

75

Lampiran 10 Kisi-kisi Kuisioner

76

Lampiran 11 Lembar Angket

77

Lampiran 12 Data Mentah Pengetahuan Ibu

81

Lampiran 13 Data Sikap Ibu

83

Lampiran 14 Data Pengolahan Skor-T

85

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTonsilitis adalah peradangan dari jaringan tonsil yang disebabkan oleh bakteri spreptococus beta hemolitikus A maupun streptococcus non hemolitikus sehingga menyebabkan pengumpulan leukosit sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Boies 6, 1997 : 330).Tonsilitis akut penularannya terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.

Sedangkan tonsolitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut, jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus. Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris (Mansjoer Arif, 2001 : 119 120).

Dalam upaya pencegahan penyakit tonsilitis pada anak, maka perlu peran keluarga terutama ibu sebagai sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat maupun sakit seorang anak, maka dari itu pengetahuan ibu tentang tonsilitis sangat penting karena pengetahuan akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha agar anaknya dapat menjadi sehat dan dengan pengetahuan tersebut maka ibu akan dapat mengambil sikap tertentu terhadap objek agar anak mereka dapat mencapai suatu keadaan sehat (Notoadmodjo 2003 : 125)

Angka kejadian penyakit tonsillitis di salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUP Dr.Sardjito pada tahun 2011 tercatat 59 kasus,tahun 2012 hingga bulan Agustus sebanyak 45 kasus dengan indikasi tersering adalah tonsilitis kronis dan tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan terbanyak dengan jumlah lebih dari separoh dari kasus penyakit THT di Poli THT.

(http//www.mail.archive.com/mills_Nikita@news_Gramedia_ Majalah.comBerdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Agustus 2012 di poli THT Rumkit Tk II Dr. Soepraoen Malang, didapatkan data 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012 terdapat 40 orang penderita tonsilitis. Dari 40 orang penderita sebagian besar yaitu sebanyak 32 orang adalah anak-anak usia sekolah(6-12) tahun. Saat peneliti melakukan wawancara kepada 5 orang ibu yang sedang memeriksakan anaknya di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang peneliti menanyakan kepada sebagian ibu tentang bagaimana tanggapan ibu apabila anaknya sering jajan sembarangan saat di sekolah, 2 orang ibu menjawab bahwa mereka tidak setuju jika anaknya sering jajan sembarangan . Mereka lebih memilih membawakan anaknya bekal dari rumah karena takut amandelnya kambuh. Dan 3 orang ibu mengatakan tidak tahu jajan yang sering dibeli anaknya sehingga ibu takut terjadi apa-apa dengan kesehatan anaknya.Untuk menghindari terjadinya penyakit tonsilitis pada anak, maka perlu pencegahan terhadap penyakit tonsilitis tersebut. Pencegahan penyakit tonsilitis pada anak perlu adanya peran keluarga terutama ibu karena anak cenderung lebih dekat dengan ibunya daripada ayahnya. Maka dari itu pengetahuan ibu tentang tonsilitis sangatlah penting karena dengan adanya pengetahuan ibu tentang tonsilitis akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha agar anaknya terhindar dari penyakit tonsilitis tersebut dan dengan pengetahuan tersebut maka ibu akan dapat mengambil sikap tertentu untuk mencegah terjadinya tonsilitis pada anak.

Dengan adanya pengetahuan ibu tentang tonsilitis diharapkan hal ini dapat mengurangi banyaknya kejadian tonsilitis pada anak, selain itu pengetahuan dapat membawa ibu untuk berfikir dan berusaha agar anak-anaknya menjadi sehat, maka ibu perlu belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain, mencari informasi dari orang lain maupun media masa sehingga ibu dapat mengambil suatu sikap yang positif dalam upaya pencegahan penyakit tonsilitis pada anak.

Dari fenomena diatas peneliti tetarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah(6 12) tahun di poli THT Rumah Sakit dr. Soepraoen Kota Malang.1.2 Perumusan Masalah

Usia sekolah adalah masa-masa dimana anak mengalami perkembangan fisik dan mental yang pesat. Hampir sebagian besar waktu anak dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat pendidikan melalui sekolah. Anak usia sekolah memiliki karakteristik mengembangkan kognitif maupun sosial sehingga tidak jarang anak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Namun dilihat dari aspek psikososial anak usia sekolah masih memiliki kebergantungan yang pada orang tua, khususnya ibu. Karena ibu merupakan sistem utama pendukung kesehatan di dalam keluarga. Sehingga pengetahuan orang tua khususnya ibu sangat berperan dalam kesehatan anak. (Yusuf, 2002:38)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian didesain untuk menjawab rumusan masalah :1.2.1 Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di poli THT Rumah sakit Dr. Soepraoen Malang?1.2.2 Bagaimanakah sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di poli THT Rumah sakit Dr. Soepraoen Malang?1.2.3 Adakah pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada usia sekolah (6-12) tahun di poli THT Rumah sakit Dr. Soepraoen Malang?1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan UmumMengetahui Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu dalam upaya pencegahan Tonsilitis di Poli THT Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang.1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di poli THT Rumah sakit Dr. Soepraoen Malang.2. Mengidentifikasi sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di poli THT Rumah sakit Dr. Soepraoen Malang.3. Menganalisa pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada usia sekolah (6-12) tahun di poli THT Rumah sakit Dr. Soepraoen Malang.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi Rumah sakit guna mengaktifkan program penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga pasien tentang pencegahan penyakit tonsilitis.

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya pengetahuan ibu dalam mencegah penyakit tonsilitis sehingga tenaga kesehatan dapat berperan aktif dalam memberikan penyuluhan kepada orang tua terutama ibu.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan informasi bagi institusi pendidikan akademi keperawatan dalam rangka mengembangkan asuhan keperawatan terutama tentang ilmu penyakit THT.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan kesempatan pada peneliti selanjutnya untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh agar dapat menindaklanjuti penelitian ini.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni:indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.2.1.2 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmodjo, 2003:121)1. Jenjang C1 (Tahu/Know)Tahu diartikan mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang special dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, mengucapkan, menyatakan dan sebagainya.

2. Jenjang C2 (Memahami /Comprehensive)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.3. Jenjang C3 (Aplikasi/Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.4. Jenjang C4 (Analisis/Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.5. Jenjang C5 (Sintesis/Synthesis)Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.6. Jenjang C6 (Evaluasi/Evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori: perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi., ketiga hilangnya ciri-ciri lama., keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat kematangan fungsi organ pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang matang dan dewasa.2. MinatSebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu hal, dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.3. PendidikanPendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima informasi. Dan pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dan sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.4. PekerjaanLingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha melupakan, namun pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaanya.6. Kebudayaan Lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.7. InformasiKemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

(Wahid Iqbal, 2007:30-31)2.2 Konsep Ibu2.2.1 Definisi IbuIbu adalah wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998). Wanita yang mempunyai anak dituntut untuk mengurus rumah tangga khususnya memenuhi kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak yaitu: asah, asih dan asuh. Sesuai dengan program BKB yaitu meningkatkan peran ibu dan anggota keluarga lainnya untuk sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental dan sosial.2.2.2 Peran IbuPeran ibu dapat maksimal jika didalam keluarga memenuhi fungsi keluarga secara psikologis, fungsi keluarga secara psikologis adalah sebagai berikut:

1. Memberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.

2. Sumber pemenuhan kebutuhan fisik maupuin psikiks.

3. Sumber kasih sayang dan penerimaan.

4. Model pola perilaku yang tepat pada anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik.

5. Memberi bimbingan bagi perkembangan perilaku secacra sosial dianggap tepat.

6. Membentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan diri terhadap kehidupan.

7.Memberi bimbingan dan belajar keterampilan motorik verbal dengan kasih sayang yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri.

8.Stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik di sekolah maupun di masyarakat.

9. Membimbing dan mengembangkan aspirasi.

10.Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman diluar rumah atau apabila persahabatan diluar rumah tidak memungkinkan (Yusuf, 2002:38)

Sedangkan (Efendi, 1998:38) mengemukakan peran ibu sebagai berikut:

1.Sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.

2.Ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga.

3.Sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya.

4.Pelindung dan sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, salah satu kelompok dari peranan sosial.

5.Disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.2.2.3 Sikap dan perilaku ibu yang baik

1.Memberikan kasih sayang yang ikhlas.

2.Bersikap respek atau menghargai pribadi anak.

3.Memelihara anak sebagaimana biasanya.

4.Mau mendengar pandapat maupun keluhan anak.

5.Memaafkan kesalahan anak, minta maaf bila orang tua atau ibu sendiri yang bersalah pada anak.

6.Meluruskan kesalahan anak dengan pertimbangan atau alasan yang tepat (Hurlock, 2001:221)2.2.4 Definisi PengasuhanMenurut Efendi (1998:36 ) Asuh adalah menuju pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi yang sehat fisik, mental, sosial dan spiritual.

1. Fisik meliputi :

a. Pangan atau gizi

b. Perawatan kesehatan dasar seperti ASI

c. Papan atau pemukiman yang layak

d. Hygiene perorangan atau sanitasi lingkungan

e. Sandang atau pakaian

2. Mental atau psikis meliputi:

a. Kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian moral, etika, dan produk aktivitas

b. Hubungan erat mesra dan kasih sayang

c. Kasih sayang dengan orang tua terutama ibu

d. Kepercayaan dasar orang tua terhadap anak

2.2.5 Pola pengasuhan (Parenting)

Pola pengasuhan (Parenting) atau perawatan anak sangat tergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga, pada budaya timur seperti Indonesia peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama. Walaupun demikian perubahan status istri atau ibu sebagai wanita karier dapat mempengaruhi tugas pengasuhan ini. Pada dasarnya tujuan pengasuhan adalah :

1.Mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya.

2. Memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahap perkembangannya.

3. Mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini.2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan1. Usia

Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kemampuan seorang ibu dalam menjalankan pengasuhan diharapkan dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan.

2. Budaya

Adanya perbedaan budaya dalam suatu mnasyarakat atau kelompok dapat mempengaruhi model pengasuhan ibu terhadap anak.

3. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman dan pengasuhan ini tidak bisa dipelajari melalui pendidikan formal, melainkan berdasarkan mempelajari pengalaman orang tua ibu terdahulu.

4. Rentang usia anak

Usia anak yang terlalu dekat antara satu dengan yang lainya dan tidak dibatasi dapat menjadikan perhatian ibiu terbagi sehinnga pengasuhan ibu tidak bisa secara optimal.5. Penghasilan

Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau anak terhadap gizi, pendidikan serta kebutuhan lainnya sehingga berdampak pada pengasuhan anak (Efendi, 1998: 40)

2.3 Konsep Tonsilitis2.3.1 Pengertian TonsilitisTonsilitis adalah peradangan dari jaringan tonsil yang disebabkan oleh bakteri streptococus Hemolitikus grup A maupun streptococcus non hemolitikus sehingga menyebabkan pengumpulan leukosit sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Boies, 1997:330)

Tonsilitis akut penularannya terjadi melalui droplek, kuman menginlfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dan infiltrasi leokosit polimorfonuklear, sedangkan tonsilitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoit terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut, jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (Kriptus) yang akan diisi oleh detritus,proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris (Mansjoer arif, 2001:119-120)2.3.2 Penyebab TonsilitisPenyakit tonsilitis disebabkan oleh kuman streptococcus hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes adalah penyebab terbanyak dan juga disebabkan oleh virus (Mansjoer arif, 2001:119)

Selain itu juga disebabkan oleh pnemococus, stafilococus dan haemophilus influenzae dan juga virus pathogen yang dilibatkan (Boies, 1997:330)

Pada dasarnya kuman-kuman tersebut sudah berada dilaring yang hidup secara komensial dan setelah adanya penurunan daya tahan tubuh maka kuman menjadi aktif (Depkes RI,1997:174)

2.3.3 Tanda dan GejalaPada penderita tonsillitis terlihat jaringan tonsil membengkak, berwarna kemerahan karena adanya peradangan dan didalam kripta banyak leukosit sel epitel yang sudah mati dan kuman-kuman pathogen (Depkes RI,1997:174)

Selain itu juga terdapat tanda dan gejala sebagai berikut:

1. Odinofagia (Nyeri menelan) yang hebat.

2. Otalgia (Nyeri telinga)

3. Regurgitasi (Muntah)

4. Foetor ex ore (Mulut berbau)

5. Hipersaliva (Banyak ludah)

6. Rinolalia (Suara sengau)

7. Trismus (Sukar membuka mulut).

(Arsyad efiaty, 2001:174)

8. Kelenjar Submandibula membengkak dan nyeri tekan, khususnya pada anak-anak.

9. Suhu tubuh meningkat 40 C

10. Rasa gatal atau kering tenggorokan.

11. Lesu, nyeri sendi, anureksia.

12. Tonsil membengkak.

13.Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat detritus (Tonsilitis folikularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (Tonsilitis Lakunaris) atau berupa membran semu (Mansjoer arif, 1997:119)

2.3.4 Patofisiologis

Penularan melalui droplet, kemudian kuman menginfiltrasi lapisan epitel dan apabila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, kemudian terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimofonuklear (Mansjoer Arif, 2001:119)

2.3.5 Komplikasi Tonsilitis1. Komplikasi non hematogen

- Otitis Media Akut

- Abses Parafaring

- Toksemia

- Rinitis Kronik

- Sinusitis

- Septikemia

- Bronkitis

2. Komplikasi Hematogen atau linfogen- Endokarditis

- Artritis

- Miositis

- Nefritis

- Urtikaria

- Uveitis

- Iridosiklitis

- Dermatitis

- Pruritis

- Furunkulosis (Mansjoer Arif, 2001:119)

2.3.6 Penatalaksanaan

1. Istirahat yang cukup, pemberian cairan yang cukup dan pemberian makanan yang lunak.

2. Kasus yang meragukan diharapkan diobati sebagai difteri.

3. Terapi lokal untuk hygieni mulut dengan obat kumur atau obat isap.

4. Anti biotika, penicillin terutama pada strain B streptococus hemolitikus untuk mencegah rematik.

5. Sedatif dan anagesik.

6. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medika mentosa dan terapi konservatif tidak berhasil.

2.3.7 Pencegahan Tonsilitis

1. Selalu menjaga kebersihan mulut dan gigi.

2. Selalu mempertahankan sistem kekebalan tubuh, terutama pada anak-anak.

3. Istirahat yang cukup.

4. Mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat dan bergizi.

5. Menghindari makanan-makanan yang dapat merangsang timbulnya peradangan pada jaringan tonsil seperti makanan yang mengandung: bahan pengawet, penyedap rasa, makanan pedas dan juga es.

6. Menghindari kontak langsung dengan alergen penyebab tonsillitis.2.4 Konsep Sikap2.4.1 Pengertian

Sikap tidak langsung bisa dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2003 : 124)

1. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.

2. Sikap adalah kesediaan reaksi terhadap suatu hal mengandung komponen kognitif, komponen afektif dan juga konatif (Notoadmodjo, 2003 : 124)

3. Menurut newcom yang dikutip Notoadmodjo (2003), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek secara terus-menerus (kontinyu), disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

b. Awareness (kesadaran) : orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek)terlebih dahulu.

c. Enterest : orang mulai tertarik terhadap stimulus.

d. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

e. Trial, orang mulai mencoba berperilaku baru.

f. Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmodjo, 2003 : 124-125)2.4.2 Struktur sikapSikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

1. Komponen Kognitif (Komponen perceptual) yaitu: komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap obyek sikap.

2. Komponen afektif (kpomponen emosional) yaitu: komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan al yang negatif, komponen ini menunjukan arah sikap yaitu positif dan negatif.

3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component) yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap (Walgito B, 2003 : 131)

2.4.3 Komponen pokok sikap

Dalam bagian all port (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) (Notoadmodjo, 2003 : 125)

2.4.4 Pembentukan sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu, diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: 1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dengan melibatkan faktor emosional.2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami. Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimasna kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.

4. Media masa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, selain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang, media masa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang yang apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5. Lembaga Pendidikan dan Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakan dasar pemikiran dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.6. Faktor ekonomi

Bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2003:30-38)

2.4.5 Berbagai Tingkatan Sikap

Sikap yang ada pada seseorang memberikan warna corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan dengan mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga bagaiman respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap suatu masalah atau keadaan yang diharapkan kepadanya. Jadi dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan (Walgito B,2003)

Beberapa tingkatan sikap, antara lain:

1. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Indikasi tingkat tiga dari sikap adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.4. Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan sega

la resiko.(Notoadmodjo, 2003)

2.4.6 Pengukuran Sikap

Mengukur suatu sikap bukanlah suatu pelajaran yang mudah karena tidak tampak sehingga diperlukan alat ukur yang standard untuk menyamakan persepsi dalam penilaian. Dalam mengukur sikap ini peneliti mengambil skala likert karena lebih mudah, alat ukur likert menggunakan lima alternatif atau tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan:

1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Ragu-ragu

4. Tidak setuju

5. Sangat tidak setuju.

Dengan memberikan tanda cek (( ) jawaban mana yang ia setujui. Skor hanya diketahui oleh peneliti, nilai terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 5, bila pertanyaan bersifat positif dan seseorang sangat setuju maka nilainya 5, sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif dan orang tersebut setuju maka nilainya 1, jumlah nilai yang dicapai oleh seseorang menggambarkan sikap orang terhadap suatu obyek sikap. (Walgito B, 2003)

Menurut Azwar (2003: 90-101) beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historis telah dilakukan orang adalah:1. Observasi perilaku

Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan, dengan demikian perilaku yang kita amati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu, akan tetapi interprestasi sikap harus sangat berhati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh sesorang.

2. Penanyaan langsung

Pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan keterbatasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.

3. Pengungkapan langsung

Suatu versi metode pengungkapan langsung adalah pengumngkapan langsung (Direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda.

4.Skala sikap

Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan dan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu obyek sikap.Dari respon subyek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.5. Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselubung (Covert measurest) sebenarnya berorientasi kembali kemetode observasi perilaku,akan tetapi sebagai obyek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau disengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi psikologis yang terjadi lebih diluar kendali orang yang bersangkutan.2.4.7 Keterkaitan antara pengetahuan dengan sikap

Pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap suatu obyek tertentu merupakan dasar pembentukan sikap seseorang dalam berperilaku terhadap obyek tertentu. Dalam psikologi sosial, banyak penelitian yang menyatakan bahwa perilaku seseorang yang nyata, sering kali tidak sesuai dengan sikap. Hal ini tergantung sejauh mana pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap obyek tertentu. Seseorang akan memiliki sikap yang lebih kuat terhadap suatu obyek sikap bila memiliki pengalaman langsung dan pengetahuan dengan obyek tersebut (Sears, 1992:153)

Maran dalam suyantik (2001:33) mengemukakan bahwa proses belajar akan mengarah pada pembentukan sikap tertentu, karena sikap merupakan proses dari berfikir, keyakinan dan pengetahuan. Hal ini dapat dimengerti bahwa semakin baik pengetahuan diharapkan sikapnya semakin baik.

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting, suatu contoh misalnya: seseorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebab,akibat, pencegahan, dsb) Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap obyek yang berupa penyakit polio (Notoadmodjo, 2003: 125-126)

2.5 Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah

2.5.1 Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).Yang dimaksud sistematis, prograsif dan berkesinambungan adalah sebagai berikut :

1. Sistematis

Adalah perubahan dalam perkembagan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.2. Progresif

Adalah perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Contoh : perubahan proporsi dan ukuran fisik anak (pendek menjadi tinggi).

3. Berkesinambungan

Adalah perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan dan berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat loncat. Contoh : untuk dapat berdiri, anak harus melampaui tahapan sebelumnya yaitu duduk dan merangkak.

2.5.2 Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah

1. Perkembangan Intelektual

a. Anak dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kognitif seperti membaca, menulis dan menghitung.

b. Daya pikir sudah berkembang kearah berfikir kongkrit dan rasional (dapat diterima akal)

c. Periode ini ditandai tiga kemampuan atau kecakapan baru yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka angka atau bilangan. Selain itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

(Syamsu Yusuf, 2000 : 15)

2. Perkembangan Bahasa

a. Merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary)

b. Anak sudah menguasai 2500 kata dan pada akhir (usia 11 12 tahun) telah dapat menguasai 50000 kata. (Abin Syamsuddin M, 1999 ; Nana Syaodih,1990).

c. Anak gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang riwayat pahlawan)

d. Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, banyak menanyakan tentang waktu, sebab akibat.

Terdapat dua factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, antara lain :

a. Proses jadi matang

Dengan perkataan lain, anak menjadi matang )organ suara atau bicara sudah berfungsi) untuk berkata - kata

b. Proses belajar

Anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya

3. Perkembangan Sosial

a. Anak memperluas hubungan, disamping dengan keluarga juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas

b. Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (bekerja sama) atau sosio sentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain)

c. Anak dapat berminat terhadap kegiatan teman sebaya dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok4. Perkembangan Emosi

a. Anak mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya yang diperoleh dari peniruan dan latihan (pembiasaan)

b. Apabila anak dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Begitu juga sebaliknya.

c. Emosi yang secara umum dialami adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan (senang, nikmat atau bahagia)

5. Perkembangan Moral

a. Anak mulai mengenal konsep benar salah

b. Anak dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya

c. Pada akhir usia ini, anak mudah dapat mendalami alasan yang mendaari tentang peraturan

d. Anak dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah, baik buruk

6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pendidikan agam di SD, merupakan dasar bagi pembinaan positif terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja akan mudah dan anak telah memiliki pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai kegoncangan yang biasa terjadi pada masa remaja

7. Perkembangan Motorik

a. Motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik, gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya

b. Anak biasanya bergerak nerlebihan atau motorik yang lincah2.5.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

Adapun tugas tugas perkembangan pada anak usia 6 12 tahun (masa sekolah) adalah sebagai berikut :

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan

a. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat

b. Anak sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, senam pagi, permainan ringan

2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

Hakikat tugas ini adalah :

a. Mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan. Misalnya : kebersihan, keselamatan diri dan kesehatan

b. Mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.

3. Belajar bergaul dengan teman sebayanya

Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman sebayanya

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin semakin tampa. Dari segi permainan, anak laki laki tidak memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainannya.

5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung

Pertumbuhan jasmani dan rohani sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Oleh karena itu, paling sedikit anak harus tamat dari SD karena anak sudah memperoleh keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.6. Belajar mengembangkan konsep sehari hari

Ingatan melalui pengalaman yang telah lalu adalah konsep (tanggapan). Bertambahnya pengalaman akan menambah perbendaharaan konsep pada anak. Semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh7. Mengembangkan kata hati

Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma agama yang menyangkut masalah benar salah, boleh tidak boleh.

8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi

Hakikat tugas ini adalah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan dating bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain

9. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok social dan lembaga lembaga

Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap social yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Misalnya : mengembangkan sikap tolong - menolong, tenggang rasa, kerja sama.

(Syamsu Yusuf, 2000 : 69)2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Adapun factor yang dapat mempengaruhi perkembangan dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Faktor Dalam (internal)

Adapun factor dalam yang dapat mempengaruhi perkembangan adalah sebagai berikut :

a. Perbedaan Ras atau Etnik atau Bangsa

Orang yang dilahirkan sebagai ras orang Eropa, tidak mungkin ia memiliki ras orang Indonesia

b. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi menjadi tinggi, yang gemuk menjadi gemukc. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja

d. Jenis Kelamin

Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas, wanita tumbuh lebih cepat dari pada anak laki laki dan setelah melewati masa pubertas, laki laki tumbuh lebih cepat

e. Kelainan Genetik

Contoh : Achondroplasia menyebabkan dwarfisme

Sindroma marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan berlebihanf. Kelainan Kromosom

Umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti sindroma down dan sindroma turner

(Suganda, 2002 : 9)2. Faktor Eksternal (luar)

a. Faktor Prenatal

1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti club foot3) Zat Kimia/Toxin

Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan congenital. Contoh : palatoskisis

4) Endokrin

DM dapat menyebabkan makrosomi, kardiomegali, hyperplasia abnormal

5) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH dan PMS menyebabkan kelainan pada janin (katarak, bisu tuli, retardasi mental, dll)

6) Kelainan imunologi

Eritroblastosis fectalis timbul karena perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin lalu masuk melalui plasenta dan menyebabkan hemolisis

7) Psikologi Ibu

Kehamilan yang tidak dikehendaki, perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu hamil

b. Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma pada kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otakc. Pasca Natal

1) Gizi

Untuk tumbang bayi, perlu zat makanan yang adekuat

2) Penyakit kronis/kelainan kongenital

TB, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi mental

3) Lingkungan fisik dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, sinar matahari kurang, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok) berdampak negatif pada pertumbuhan anak

4) Psikologis

Hubungan dengan orang sekitar, anak yang tidak diinginkan orang tua atau anak yang selalu tertekan akan mengalami hambatan dalam tumbangnya

5) Sosio ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang buruk.

6) Stimulasi/rangsangan

Perkembangan perlu rangsangan khususnya dalam keluarga. Contoh : penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak.

(Suganda, 2002 : 11)

Keterangan :

:variabel yang diteliti

: berhubungan

:variabel yang tidak diteliti

: berpengaruh

3.6Deskriptif Kerangka KonsepPengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ibu tentan tonsillitis meliputi yaitu: Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan dan pencegahan terhadap tonsillitis. Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: umur, minat, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi. Dan hasil pengetahuan ibu yaitu: baik, cukup baik, kurang baik, tidak baik.

Dengan pengetahuan yang dimiliki ibu maka dapat diukur juga sikap ibu dalam melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit tonsillitis.Sikap dapat dipengaruhi oleh: Pengalaman pribadi, pengaruh budaya, media masa, lembaga pendidikan dan agama dan juga faktor ekonomi. Pengetahuan ibu dalam pencegahan penyakit tonsillitis seperti: menjaga kebersihan mulut, mempertahankan sistem iminologi tubuh, dan menghindari kontak langsung dengan alergen. Maka hal ini dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil sikap untuk mencegah terjadinya tosilitis pada anak yaitu ibu dapat bersikap positif (favorable) ataupun sebaliknya bersikap negatif (unfavorable). Sehingga hasilnya dapat diketahui adakah hubungan antara dua variabel tersebut yaitu apakah dengan pengetahuan yang dimiliki itu dapat menentukan sikap tertentu dalam melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit tonsillitis. Dan sikap ibu tersebut akan berpengaruh juga pada pola pengasuhan ibu dalam mempertahankan kehidupan fisik dan meningkatkan kesehatan bagi anak.

BAB 3METODE PENELITIAN3.1 Design Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang adalah desain penelitian korelatif .Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat atau menganalisa Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu Dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis Pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang. Pendekatan yang dipakai dalam proses penelitian ini adalah cross sectional.

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja dalam penelitian ini disajikan dalam bagan seperti dibawah ini:

Gambar 3.1 Bagan Kerangka kerja (Frame Work)

3.3 Populasi,Sampel dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia sekolah 6-12 tahun yang sedang diperiksakan di Poli THT RS dr.Soepraoen Malang berjumlah 30 orang.3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki anak usia sekolah (6-12) tahun yang sedang diperiksakan di Poli THT Rs. Dr. Soepraoen Malang yang memenuhi kriteria sejumlah 20 orang.3.3.3 Sampling

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling. Kriteria sampel pada penelitian ini yaitu :

1. Ibu-ibu yang memeriksakan anaknya umur (6-12) tahun pada tanggal 4- 6 Pebruari 2013 lebih dari satu kali dengan tonsilitis.

2. Ibu-ibu yang memeriksakan anaknya umur (6-12) tahun dengan tonsilitis yang tidak disertai komplikasi.

3. Ibu-ibu yang dapat membaca dan menulis.3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Independen

Variabel dalam penelitian ini :

1. Variabel independent : pengetahuan ibu tentang tonsilitis.

2. Variabel dependent : sikap ibu dalam upaya pencegahan penyakit tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun.3.4.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

VariabelDefinisi OperasionalIndikatorAlat UkurSkalaSkor

Variabel Independent : Pengetahuan ibu tentang tonsilitis

Variabel Dependent: Sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahunInterpretasi pengetahuan mengenai segala sesuatu yang diketahui ibu yang memiliki anak usia sekolah(6-12) tahun yang sedang diperiksakan di poli THT RS. dr.Soepraoen Malang, tentang tonsilitis.

Tanggapan atau pernyataan ibu yang memeriksakan anaknya usia sekolah(6-12) tahun kepoli THT RS. Dr.Soepraoen Malang, dalam upaya pencegahan tonsilitis.Kemampuan dalam menjawab pertanyaan dengan benar, mengenai :

1. Pengertian tonsilitis.

2. Penyebab tonsilitis.

3. Tanda dan gejala tonsilitis

4. Pencegahan tonsilitis

5. Penatalaksanaan tonsilitis

6. Komplikasi tonsilitis

Pernyataan ibu dalam memberikan tanggapan yang sesuai dengan sifat pernyataan:

1. Komponen Kognitif

1) Pengertian tentang pencegahan tonsilitis.

2) Cara pencegahan tonsilitis.

2. Komponen afektif :

- Upaya yang dilakukan ibu untuk mencegah terjadinya tonsilitis.

3. Komponen Konatif :

- Tindakan yang biasa dilakukan ibu untuk mencegah tonsilitis.Kuesioner

KuesionerOrdinal

Nominal

Benar : 1

Salah : 0

Kemudian data diinterpretasikan :

Baik : 76-100%

Cukup : 56-75%

Kurang :41-55%

Tidak baik : < 40%

Skor pernyataan :

1. Mendukung

Sangat setuju : 5

Setuju : 4

Ragu-ragu : 3

Tidak setuju : 2

Sangat Tidak Setuju : 1

2. Tidak mendukung

Sangat setuju : 1

Setuju : 2

Ragu-ragu : 3

Tidak setuju : 4

Sangat tidak setuju : 5

Kemudian data diinterprestasikan

1. Mendukung : jika selisih nilai T > mean T yaitu : 50 dan selisih tersebut mempunyai deviasi standar (ST) > 10

2.Tidak mendukung : jika selisih nilai T < mean T yaitu : 50 dan selisih tersebut mempunyai deviasi standar (ST) < 10

3.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

5.5.1Pengumpulan Data1. Proses pengumpulan data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Mengajukan ijin kepada pihak-pihak yang terkait seperti : Kepala Badan Administrasi Umum Poltekkes Rs dr.Soepraoen Malang. Selanjutnya surat permohonan pengambilan data dan penelitian diajukan kepada Kepala Instalasi Pendidikan RS dr.Soepraoen Malang. Setelah mendapatkan perijinan peneliti membawa surat tersebut ke Poli THT untuk mendapatkan ijin untuk penelitian.b. Melakukan pendekatan kepada responden dan mengelompokkan responden sesuai dengan kriteria sampel yaitu : memilih ibu-ibu yang sesuai dengan kriteria sampel.

c. Menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian.

d. Memberikan inform consent kepada responden.

e. Menyebarkan kuesioner atau angket kepada responden dengan cara:

1) Kuesioner disebarkan kepada responden yang berkunjung ke di poli THT pada tanggal 4-6 yang sesuai kriteraRs. Dr. Soepraoen Malang.

2) Memberikan petunjuk pengisian kuesioner yaitu, dengan cara :

a) Memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar pada salah satu jawaban multiple choice.

b) Memberikan tanda check (() pada soal pernyataan yang dianggap sesuai dengan pernyataan responden.

c) Soal multiple choice dikerjakan terlebih dahulu oleh responden, kemudian soal pernyataan dikerjakan setelah soal multiple choice selesai dikerjakan.

d) Kuesioner dikerjakan sendiri oleh responden.

e) Peneliti menunggu saat responden mengerjakan soal sampai selesai.

f. Setelah soal selesai dikerjakan oleh responden, maka soal dikumpulkan pada peneliti untuk dilakukan editing, tabulating, dan analisa serta penarikan kesimpulan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau angket dimana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang disusun dan disebarkan kepada responden untuk memperoleh informasi di lapangan (Sukardi, 2003 : 76)

a. Untuk variabel independent : Jenis kuesioner dalam bentuk multiple choice atau pilihan ganda yang sudah ada jawabannya, jumlah pertanyaan sebanyak 10 item.

b. Untuk variabel dependent : Jenis kuesioner dalam bentuk check list, yang diisi oleh responden dengan cara memberikan tanda check (() pada jawaban yang dianggap sesuai dengan pernyataan responden, jumlah soal pernyataan sebanyak 10 item.3. Uji Validitas dan Reliabilitasa. Uji Validitas

Untuk pengukuran kevalitan dari sebuah instrumen dapat digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

rxy =

Dengan pengertian sebagai berikut:

rxy : korelasi antara variabel x dan y

x : x

y : y

(Sugiono, 2005: 212)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut baik. Untuk memperoleh indek-indek reliabilitas soal harus menggunakan rumus Spearman- Brown, yaitu :

Dengan keterangan :

x: skor item ganjil

y: skor item genap

xy : skor item genap dikali ganjilKemudian hasil dimasukan rumus Spearman-Brown :

Keterangan :

rii = reliabilitas instrumen

r = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belah instrumen

(Sugiono, 2005 : 212)

Hasil rxy hit > rxy tab dikatakan valid dan reliable. Dari hasil uji validitas menunjukan bahwa rxy semuanya lebih dari 0,632 jadi butir soal dikatakan valid. Sedangkan hasil uji coba reliabilitas didapatkan hasil menurut harga yang ditentukan, jika diambil 10 responden, rxy : 0,648 atau lebih. Jadi hasil yang didapat dikatakan reliable karena 0,9182 > 0,648.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4-6 Pebruari 2013, lokasi tempat dan penelitian dilakukan di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

5.5.2 Analisa Data

1. Variabel independent (pengetahuan)

Setelah data terkumpul melalui angket kemudian diediting, coding, scoring dan tabulating.

2. Variabel dependen (sikap)

Setelah data terkumpul melalui angket berbentuk check list kemudian dilakukan editing, coding, scoring dan tabulating.

3. Tahapan-tahapan Analisa Data

a. Editing

Editing merupakan kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta menghilangkan keraguan akan kebenaran atau ketetapan data mentah tersebut (Sumarsono, 2004 : 97)

b. Coding

Coding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya atau mengklasifikasikan jawaban-jawaban kedalam kategori-kategori yang penting (Sumarsono, 2004: 97)

c. Skoring

Skor yang diberikan untuk mengukur variabel independen :

1) diberi skor 1 apabila jawaban benar.

2) diberi skor 0 apabila jawaban salah.

Hasil jawaban responden yang telah diberi skor dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi kemudian dikalikan 100%.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

N =

Keterangan:

N: nilai yang didapat

Sp: skor yang didapat

Sm: skor maksimal

Harga prosentase dari pemberian skor dan penilaian dari tiap subvariabel diinterprestasikan menggunakan kriteria kualitatif:

76-100% : Baik

56-75% : Cukup

40-55% : Kurang baik

< 40% : Tidak baik

(Arikunto, 1998 : 245)

Kemudian dari hasil penilaian kualitatif dikelompokkan sesuai dengan kriteria dan diprosentase untuk mengetahui jumlah kriteria pengetahuan ibu tentang tonsilitis.

a. Skor yang diberikan untuk mengukur variabel dependen:

Sikap yang mendukung (favorable) : sangat setuju 5, setuju 4, ragu-ragu 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1.

Sikap yang tidak mendukung (unfavorable): sangat setuju 1, setuju 2, ragu-ragu 3, tidak setuju 4, sangat tidak setuju 5.

Kemudian hasil yang diperoleh dimasukan kedalam rumus skor T yaitu :

T = 50 + 10 dengan s =

Keterangan:

T :skor T

x :skor responden dari skor total

: mean skor T

s: deviasi standar skor kelompok

x1 : nilai pengamatan

N : jumlah pengamatan

Untuk menginterprestasikan hasil tabulasi maka dicari nilai medianya yaitu:

Md =

Jika selisih nilai T > mean T yaitu 50 dan selisih deviasi standart (ST) >10 maka interpretasi sikap responden mendukung (favorabel)

Dalam penelitian ini maksudnya adalah sebagian ibu-ibu yang memeriksakan anaknya usia di bawah 10 tahun di Poli THT Rs.Dr.Soepraoen Malang.

Jika selisih nilai T x2 tabel maka Ho ditolak

jika x2 hitung < x2 tabel maka Ho diterima

Bila Ho ditolak maka Hi diterima, berarti ada hubungan antara dua variabel.

Bila Ho diterima maka Hi ditolak, berarti tidak ada hubungan antara dua variabel.3.5.3 Etika Penelitian (Ethical Clearance)

Dalam melakukan penelitian ini peneliti telah mengajukan permohonan ijin kepada pihak terkait yaitu : Kepala Tata Usaha, Kepala Bagian Umum, Kepala Poli THT Rs. Dr. Soepraoen Malang sebagai tempat penelitian. Kemudian kuesioner dikirim ke subjek yang diteliuti dengan menekankan masalah etika meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan penelitian kepada responden, dengan tujuan subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak bagi subjek penelitin selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, dan apabila subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh sibjek penelitian. Lembar tersebut akan diisi nomor kode tertentu.3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

3.5.4 Keterbatasan

Peneliti menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan mulai dari persiapan sampai pelaksanaan, hal ini dikarenakan :

1. Keterbatasan kemampuan dan pengalaman peneliti, karena peneliti baru pertama kali melakukan penelitian.

2. Keterbatasan instrumen pengumpulan data.

3. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawaban, kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan dapat mempengaruhi hasil data.

4. Adanya beberapa variabel confounding yang diabaikan seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu dll, sehingga dapat mempengaruhi hasil data.

5. Uji statistik tidak dilakukan oleh peneliti, karena keterbatasan waktu

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan dari penelitian mengenai Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang. Pada hasil penelitian ini dibagi dalam dua bagian yaitu terdiri dari Data Umum dan Data Khusus.

Data umum menampilkan karakteristik responden yang meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan ibu, serta informasi kesehatan yang didapat ibu. Sedangkan pada data khusus meliputi tabel pengetahuan ibu tentang tonsilitis, sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah(6-12) tahun dan tabel pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dikelompokkan sesuai subvariabel serta disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, setelah itu dilakukan pembahasan terhadap subvariabel yang diteliti.

4.1Hasil Penelitian

4.1.1Gambaran Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian di RS dr. Soepraoen Malang yang berlokasi di Jl. S. Supriadi No. 22 Malang. Rumah sakit ini menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Dimana rawat inap mempunyai 14 ruang dengan kapasitas 300 tempat tidur dan rawat jalan mempunyai13 departemen pelayanan rawat jalan. Departemen rawat jalan terdiri dari : Poli Paru, Poli Jantung, Poli Penyakit Dalam, Poli Syaraf, Poli Kulit dan Kelamin, dan UGD.

Selain itu rumah sakit ini juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain diantaranya: Laboratorium Klinik, Laboratorium Patologi Anatomi, Radiologi, Apotik yang melayani masyarakat umum dan pengguna kartu Asuransi Kesehatan (Askes). Sesuai dengan tema penelitian yang diambil oleh peneliti yakni : Hubungan pengetahuan ibu tentang tonsilitis dengan sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun . Peneliti mengadakan kegiatan penelitian di Poli THT yang mempunyai 3 orang dokter, 3 orang paramedis, dan 1 orang non paramedis. Dimana pengunjung yang periksa ke Poli THT RS dr. Soepraoen Malang dengan berbagai jenis penaykit yang berhubungan dengan THT seperti : Tonsilitis, sumbatan serumen, OMA, Omk dan lain-lain. Penelitian dilakukan pada tanggal 4-6 Pebruari 2013 dengan teknik consecutive sampling dan didapatkan 20 orang responden yang sedang memeriksakan anaknya di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang yang sesuai dengan kriteria sampel.

4.1.2Data Umum

1.Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

Gambar 4.1Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang. (Sumber : Kuesioner 2013)

Dari gambar di atas diketahui bahwa, golongan usia yang paling banyak adalah berumur 23-27 tahun yang berjumlah 10 responden (50%) dan yang paling sedikit adalah berumur 33-37 tahun dan 38-42 tahun mempunyai jumlah yang sama yaitu 1 responden (5%).

2.Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Gambar 4.2Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang. (Sumber : Kuesioner 2013)

Dari gambar di atas diketahui bahwa paling banyak berpendidikan perguruan tinggi yaitu 8 responden (40%), paling sedikit berpendidikan SMP yaitu 5 responden (25%) dan tidak ada reponden yang berpendidikan SD.

3.Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Gambar 4.3Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang. (Sumber : Kuesioner 2013)

Dari gambar di atas diketahui bahwa paling banyak bekerja sebagai PNS yaitu 9 responden (45%) dan paling sedikit sebagai wiraswasta yaitu 2 responden (10%).4.Karakteristik Responden Menurut Informasi Kesehatan yang didapat

Gambar 4.4Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Informasi Kesehatan yang didapat di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang. (Sumber : Kuesioner 2013)

Dari gambar di atas diketahui bahwa paling banyak responden belum mendapatkan informasi kesehatan yaitu 12 responden (60%) dan sedikit yang sudah mendapatkan informasi kesehatan yaitu 8 responden (40%).

4.1.3Data Khusus

1Pengetahuan Responden Tentang Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

Tabel 4.1Ditribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

NoPengetahuanJumlahProsentase

1.Baik1470%

2.Cukup baik420%

3.Kurang baik210%

4.Tidak baik00%

Jumlah20100%

(Sumber : Kuesioner 2013)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang tonsilitis pada usia di bawah 10 tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang paling banyak dikategorikan baik yaitu 14 tesponden (70%) dan paling sedikit dikategorikan kurang baik yaitu 2 responden (10%).2.Sikap responden dalam Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia sekolah (6-12) Tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

Tabel 4.2Ditribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

NoPengetahuanJumlahProsentase

1.Favorable (Mendukung)1155%

2.Unfavorable (Tidak mendukung)945%

Jumlah20100%

(Sumber : Kuesioner 2013)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang paling banyak mempunyai sikap yang dikategorikan mendukung yaitu 11 responden (55%) dan paling sedikit mempunyai sikap yang dikategorikan tidak mendukung yaitu 9 responden (45%)..

3.Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis terhadap Sikap Ibu dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.Tabel 4.3Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis terhadap Sikap Ibu dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun .

NoPengetahuan

SikapBaikCukupKurangTdk. BaikJumlah

1.Favorable (Mendukung)1010011

2.Unfavorable (Tidak mendukung)43209

Jumlah1442020

(Sumber : Kuesioner 2013)

Dari tabel di atas diketahui bahwa paling banyak responden memiliki pengetahuan baik dan sikap yang mendukung, yaitu 10 responden dan paling sedikit responden yang memiliki pengetahuan kurang dan sikap yang tidak mendukung yaitu 2 responden. Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun.

4.2Pembahasan

4.2.1Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis

Hasil analisa penelitian kuantitatif dari pengetahuan ibu tentang tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang menunjukkan bahwa dari 20 responden, 14 responden (70%) memiliki pengetahuan baik dan 2 responden (10%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat oleh orang tersebut, yang akhirnya dapat mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang, dan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dan bekerja. (Notoatmodjo 2003:128)

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), kematangan fungsi organ pada aspek psikologis atau mental akan berpengaruh pada pola pikir seseorang menjadi matang dan dewasa (Wahid Iqbal, 2007:30-31). Informasi yang diterima seseorang juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin banyak informasi akan menambah pengetahuan informasi mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. (Wahid, Iqbal, 2007:30-31).

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Wahid, Iqbal, 2007:30-31)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa 10 responden (50%) berumur 23-27 tahun, diketahui bahwa semakin matang usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Dan berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 20 responden, 8 responden (40%) berpendidikan Perguruan Tinggi semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula menerima informasi sehingga pengetahuan yang didapat semakin banyak. Selain faktor pendidikan dan umur dapat diketahui juga bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa 9 responden (45%) bekerja sebagai PNS, pekerjaan akan menambah pengalaman seseorang dan semakin tinggi pula pengalaman yang dia dapat..

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa 8 responden (40%) sudah mendapat informasi tentang kesehatan. Dalam hal ini informasi yang didapat seseorang sangat berpengaruh pada pengetahuan yang dimiliki seseorang, karena semakin banyak informasi yang didapat seseorang maka ilmu dan pengetahuan yang didapat seseorang semakin banyak. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada pengetahuan seseorang.

4.2.2Sikap Ibu dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah (6-12) tahun .

Dari tabel 4.7 tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun, didapatkan hasil yaitu 11 responden (55%) bersikap mendukung dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun dan 9 responden (45%) responden bersikap tidak mendukung dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah(6-12) tahun di Poli THT.

Pengetahuan akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha agar anaknya menjadi sehat dan dengan pengetahuan tersebut ibu akan dapat mengambil sikap tertentu terhadap objek agar anak mereka dapat mencapai suatu keadaan sehat. (Notoatmodjo, 2003:125)

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa semakin banyak pengetahuan yang didapat seseorang maka seseorang tersebut akan dapat berpikir lebih baik, pada data di atas dapat kita ketahui bahwa 14 responden (70%) pengetahuannya dikategorikan baik dan 11 responden (55%) bersikap mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki seseorang maka akan menstimulus seseorang tersebut untuk berpikir yang positif (mendukung) terhadap sesuatu yang dianggapnya baik.

4.2.3Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu dalam upaya Pencegahan Tonsilitis pada Anak Usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

Sesuai hasil penelitian yang telah diteliti yaitu berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil : Ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa 14 responden (70%) memiliki pengetahuan yang baik tentang tonsilitis dan 2 responden (10%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Sedangkan berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 11 responden (55%) bersikap favorable (mendukung) dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun dan 9 responden (45%) bersikap unfavorable (tidak mendukung) dalam pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah(6-12) tahun.

Pengetahuan akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha agar anaknya menjadi sehat dan dengan pengetahuan tersebut ibu akan dapat mengambil sikap tertentu terhadap objek agar anak mereka dapat mencapai suatu keadaan sehat. (Notoatmodjo, 2003:125)

Dengan adanya pengetahuan ibu tentang tonsilitis maka akan mendukung pada sikap ibu dalam pencegahan tonsilitis pada anak, karena dengan pengetahuan tersebut maka ibu akan dapat mengambil sikap favorable (mendukung) maupun unfavorable (tidak mendukung) agar anak mereka dapat mencapai suatu keadaan sehatBAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan tentang pengaruh pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia di bawah 10 tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

5.1.1Pengetahuan ibu tentang tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang 70 % (14 orang) dalam kategori baik.

5.1.2Sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang 55% (11 orang) bersikap favorable/ mendukung.

5.1.3Terdapat pengaruh antara pengetahuan ibu tentang tonsilitis terhadap sikap ibu dalam upaya pencegahan tonsilitis pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Poli THT RS dr. Soepraoen Malang.

5.2Saran

Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan adalah sebagai berikut :

5.2.1Bagi Rumah Sakit

Dengan diketahuinya hasil penelitian diharapkan rumah sakit dapat mengaktifkan program penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu pasien tentang pencegahan penyakit menular tonsilitis.5.2.2Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat berperan aktif dalam memberikan penyuluhan kepada orang tua terutama ibu pasien tentang bagaimana cara pencegahan penyakit tonsilitis.

5.2.3Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi bagi institusi pendidikan agar dapat lebih mengembangkan asuhan keperawatan ilmu penyakit THT terutama penyakit Tonsilitis.

5.2.4Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya tentang pencegahan tonsilitis pada anak dengan judul Pengaruh peran orang tua terhadap angka kejadian tonsilitis pada anak usia sekolah(6-12) tahun.

5.2.5Bagi Institusi Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memebrikan tambahan pengetahuan dan informasi bagi institusi terkait yaitu sekolah dasar agar dapat memberikan pengetahuan kepada anak-anak didiknya tentang penyakit tonsilitis dan pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arsyad, Efiaty. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi 5. Jakarta: FKUI.

Boies, Higier. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

Depkes RI. 1997. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

_________. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Effendi, Nasrul. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Iqbal Mubarok, Wakhid. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kurniasih, Deden. 2006. Angka Kejadian Tonsilitis. Surabaya : www.mail.archive.com

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ridwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumarsono, Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Jember : Graha Ilmu.

NoJenis KegiatanBulan ke- 2013

sepoktnopdesjanpebmaraprmeijun

1.Pengumpulan draft proposalX

2.Masa advice proposalX

3.Seminar proposal dihadiri reviewerX

4.Revisi dan pengumpulan hasil revisiX

5.Masa Review proposalX

6.Penerbitan srint Direktur dan Pencairan dana Tahap IXX

7.Laporan kemajuan penelitianX

8.Monitoring Laporan Kemajuan PenelitianX

9.Penyerahan draft laporan penelitianX

10.Masa evaluasi draft laporan hasil penelitian

X

11.Seminar hasil penelitian dihadiri reviewerXX

12.Revisi Naskah laporan penelitianX

13.Pengumpulan Laporan penelitian dan pencairan dana Tahap IIXX

Lampiran 2

JUSTIFIKASI ANGGARAN1. Honor

HonorHonor/Jam

(Rp)Waktu

(jam/minggu)MingguTotal Honor

Ketua5.00010 241.200.000

Anggota 1: Mahasiswa2.0001024 480.000

Sub Total (Rp) 1.680.000

2. Peralatan penunjang

MaterialJustifikasi PemakaianKuantitasHarga Satuan (Rp)Total Harga Penunjang

Peralatan Penunjang 1----

Sub Total (Rp)0

3. Bahan Habis Pakai

MaterialJustifikasi PemakaianKuantitasHarga Satuan (Rp)Total Biaya Bahan

Kertas HVS A4 70gr3 rim35.000105.000

Kertas HVS A4 80 gr3 rim45.000135.000

Bolpoint2 pak15.000 30.000

Tinta Printer hitam1 pak20.000 20.000

Tinta Printer warna3 botol15.000 45.000

Sub Total (Rp)335.000

4. Perjalanan

MaterialJustifikasi PerjalananKuantitasHarga Satuan (Rp)Total Biaya Perjalanan

Perjalanan ke tempat/kota-A----

Perjalanan ke tempat/kota-n

Sub Total (Rp)0

5. Lain-lain

KegiatanJustifikasiKuantitasHarga Satuan (Rp)Total Biaya Lain-lain

Fc draft untuk seminar proposal3 bendel15.00045.000

Konsumsi seminar Proposal3 kotak15.00045.000

Fc draft untuk seminar hasil3 bendel20.00060.000

Konsumsi seminar hasil3 kotak15.00045.000

Sub Total (Rp)195.000,-

Total Anggaran yang Diperlukan (Rp)2.210.000

Lampiran 3SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI/PELAKSANA DAN PEMBAGIAN TUGASNoNamaNIDN/NUPNAsal

Program StudiBidang IlmuAlokasi Waktu (jam/minggu)Uraian Tugas

1Dian Pitaloka P,S.Kep.ners0720038502Staf Dosen Prodi KeperawatanKeperawatan Anak10 jp/mgg1. Menyusun judul

2. Membuat proposal dan laporan

2Dwi Mei H.-Mahasiswa Prodi Keperawatan -10 jp/mggPencacah

Lampiran 4

BIODATA KETUA DAN ANGGOTA PENELITIAN

A. Identitas Diri

1Nama Lengkap (dengan gelar)Dian Pitaloka Priasmoro, S.Kep.Ners

2Jenis KelaminPerempuan

3Jabatan FungsionalTenaga Pengajar

4NIP/NIK/Identitas lainnya210685020

5NIDN/NUPN0720038502

6Tempat dan Tanggal LahirPonorogo, 20 Maret 1985

7E-maildianaska_cute@ yahoo.com

8Nomor Telp/HP081233199747

9Alamat KantorJl.S.Supriadi no.22 Sukun malang

10Nomor Telp/Faks0341-335750

11Status dalam PenelitianKetua/Anggota*)

12Mata Kuliah yang Diampu1. Keperawatan Anak

2. Etika keperawatan

3. Promosi Kesehatan

4. KDM I

B. Riwayat PendidikanS-1S-2S-3

Nama Perguruan TinggiUniversitas TriBhuwana Tunggadewi Malang

Bidang IlmuKeperawatan

Tahun Masuk-Lulus2008-2011

Judul Skripsi/Tesis/DisertasiPerbedaan Tingkat kecemasan Ibu Inpartu Kala I antara yang didampingi dan yang Tidak didampingi Suami/keluarga

Nama Pembimbing/Promotor1. NS.Ngesti W.Utami,S.Kep.M.Kes

2. NS.Erlisa,S.Kep

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apablia dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Internal Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang.Malang, 28 Mei 2013Pengusul, (Dian Pitaloka P,S.Kep.Ners)Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Dian Pitaloka P,S.Kep.NersNIDN/NUPN: 0720038502Pangkat/Golongan:Penata Muda/IIIaJabatan Fungsional: Tenaga PengajarDengan ini menyatakan bahwa Laporan penelitian saya dengan judul :

Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu Dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis Pada Anak Usia Sekolah (6-12) Tahun di poli THT RS dr. Soepraoen Malang.yang diusulkan dalam penelitian internal Poltekkes RS dr. Soepraoen untuk tahun anggaran 2012/2013 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia ditutntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Mengetahui,

Pudir I

Ni Made Suntari,SKp,MMKes

Letnan Kolonel CKM(K) NRP. 34055

Malang, 28 Mei 2013

Yang Menyatakan

(Dian Pitaloka P,S.Kep.Ners)

NIK . 210685020

Lampiran 6

FORMULIR DESK EVALUASI PROPOSALPENELITIAN INTERNAL DOSEN POLTEKKES RS dr. SOEPRAOEN

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap: Dian Pitaloka P,S.Kep.Nersb. NIDN/NUPN: 0720038502

c. Jabatan Fungsional: Tenaga PengajarJudul Penelitian: Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu Dalam Upaya Pencegahan Tonsilitis di Poli THT RS d.Soepraoen MalangProgram Studi: KeperawatanAnggota Peneliti: 1 orang

Biaya yang Diusulkan: Rp. 2.210.000,-Biaya yang Direkomendasikan : Rp. 3.000.000,-No.Kriteria PenilaianBobot (%)SkorNilai

1Perumusan Masalah :

a. Ketajaman Perumusan Masalah

b. Tujuan Penelitian25

2Peluang luaran penelitian

a. Publikasi ilmiah

b. Pengembanngan Ipteks

c. Pengayaan Bahan Ajar25

3Metode penelitian

(ketepatan dan kesesuaian metode yang digunakan)25

4Tinjauan pustaka

a. Relevansi

b. Kemutakhiran

c. Penyusunan daftar pustaka15

5Kelayakan penelitian

a. Kesesuaian rekam jejak penelitian

b. Kesesuaian waktu

c. Kesesuaian biaya

d. Kesesuaian personalia10

Jumlah100

Keterangan : Skor 1, 2, 4, 5 ( 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang; 4 = Baik; 5 = Sangat baik )

Nilai = Bobot x Skor

Hasil Penilaian : Diterima/Ditolak,Saran/rekomendasi .......................................................................................................................

.......................................................................................................................Reviewer I,

DR.H.Moch.Agus Krisno B.,M.KesMalang, September 2012

Reviewer II,

Kumoro AL,M.Kep

Lampiran 7

LEMBAR MONITORING DAN EVALUASI

PENELITIAN BIDANG ILMU DOSEN POLTEKKES RS dr. SOEPRAOEN

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap: Dian Pitaloka P,S.Kep.Nersb. NIDN/NUPN: 0720038502c. Jabatan Fungsional: Tenaga PengajarJudul Penelitian: Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Tonsilitis Terhadap Sikap Ibu Dalam Upaya Pencegahan tonsilitis Pada Anak Usia (6-12) Tahun Di Poli THT RS dr. Soepraoen MalangProgram Studi: KeperawatanAnggota Peneliti: 1 orang

a. Anggota 1: Dwi Mei H.b. Anggota 2: ........................................................................

Tempat Penelitian: RS dr.Soepraoen MalangNama/Alamat Lokasi: Jl.Sudanco Supriadi No.22 Sukun malangCara Pemantauan: Tinjauan Lapangan Dan Wawancara

Pelaksanaan Penelitian: Pelaksanaan Sesuai dengan Rencana

Tanggal Mulai & Selesai

3 September 2012 sampai dengan 3 Juni 2013Peran Institusi: Seleksi usulan penelitian

Penyelenggaraan Seminar Proposal

Artikel Ilmiah

Penyelenggaraan Seminar Hasil

Pemantauan

Keterangan:

..........................................................................................................................................................................................Masalah yang dihadapi dan solusi : ..........................................................................

.............................................................