2014: momentum reformasi jilid dua -...

28
Lingkaran Survei Indonesia MEI 2013 1 2014: Momentum Reformasi Jilid Dua

Upload: vuonghuong

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Lingkaran Survei Indonesia MEI 2013

1

2014: Momentum Reformasi Jilid Dua

Kata Pengantar 2014 Harus Menjadi Momentum

Reformasi Jilid Kedua

2

Mayoritas publik makin pesimis dengan pelaksanaan aneka agenda reformasi. Di

tahun 2013, kepuasan atas jalannya reformasi berada pada titik terendah. Hanya

31.4 % publik yang menyatakan puas dengan pelaksanaan reformasi. Pemilu 2014

harus menjadi momentum reformasi jilid kedua. Jika tidak, apatisme publik terhadap

politik dan citra buruk publik atas politisi akan semakin meluas.

Demikian salah satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia. LSI kembali

mengadakan survei khusus mengenai penilaian publik atas pelaksanaan reformasi

yang telah berjalan 15 tahun. Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal

21– 23 Mei 2013. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan

1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33

propinsi di Indonesia. Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif

dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.

LSI melakukan survei dengan pertanyaan yang sama tentang kepuasaan terhadap

reformasi pada tahun 2008 dan pada tahun 2010. Sentimen publik terhadap

kemampuan pemerintah dan politisi melaksanakan reformasi berada pada titik nadir,

titik terendah!

3

Pada tahun 2008, mereka yang puas dengan pelaksanaan reformasi sebesar

45.42 %. Pada tahun 2010. Mereka yang puas terhadap reformasi merosot ke

angka 40.7 %. Dan kini pada survei Mei 2013, mereka yang puas kepada

reformasi merosot kembali hanya ke titi nadir 31.4 %.

Artinya dalam selang 5 tahun, dihitung dari tahun 2008 sampai dengan 2013,

kepuasan kepada reformasi merosot hingga 14% (dari 45.42% menjadi

31.4%) Makin matang usia reformasi justru optimisme publik terhadap

reformasi makin meredup. Reformasi sudah dibajak oleh pemimpin dan

politisi yang tak diharap.

Buruknya kerja pemimpin dan politisi mengawal agenda reformasi berakibat

pada buruknya persepsi publik terhadap dunia politik dan profesi politisi.

Hanya 17.71% yang percaya politisi itu bekerja untuk kepentingan publik.

Hanya 27.50% yang mempertimbangkan profesi politisi itu bagus untuk

keluarga mereka.

Mereka yang menyatakan tidak puas dengan pelaksanaan agenda reformasi

merata di semua segmen masyarakat. Baik mereka yang tinggal di desa,

maupun mereka yang tinggal di kota. Baik perempuan maupun laiki-laki.

Mereka yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Mereka yang berstatus

ekonomi tinggi maupun mereka yang berstatus ekonomi rendah.

4

Namun demikian mereka yang laki-laki lebih tinggi tingkat ketidakpuasaanya

dibanding dengan mereka yang perempuan. Begitupun mereka yang tinggal

di kota, berpendidikan tinggi, dan dari berstatus ekonomi menengah atas

lebih tinggi tingkat ketidakpuasaannya terhadap reformasi. Mereka yang

tinggal di kota, berpendidikan tinggi, dan berstatus ekonomi menengah atas

lebih banyak mengakses berbagai berita tentang politik,ekonomi, dan

pemerintahan dari beragam media.

Publik juga menilai tidak ada kemajuan yang berarti selama 15 tahun

reformasi. Dari lima (5) bidang kehidupan yaitu ekonomi, politik, sosial,

hukum, dan keamanan. Seluruh bidang dalam reformasi mendapat RAPOR

MERAH, kepuasan di bawah 50%.

Publik menilai tidak ada kemajuan berarti selama 15 tahun reformasi. Di

bidang politik, sebanyak 49.9 % menyatakan terdapat kemajuan selama

reformasi 15 tahun ini. Namun cukup banyak juga publik menilai tidak ada

kemajuan di bidang politik selama reformasi. Sebanyak 31.9 % menjawab

tidak ada kemajuan.

Adanya kebebasan pers, pemilu presiden dan wakil presiden secara

langsung, kebebasan berorganisasi dan mendirikan partai politik, adalah

sejumlah alasan publik menilai ada kemajuan di bidang politik.

5

Namun perilaku elite politik yang terkesan mementingkan kepentingan

kelompok dan mengabaikan kepentingan rakyat secara luas. Muncul dinasti

politik (regenerasi politik berdasarkan hubungan keluarga). Mahalnya biaya

politik (mahalnya “ongkos” menjadi caleg atau calon kepala daerah dan

maraknya fenomena money politics dalam pemilukada).

Di bidang ekonomi, mayoritas publik menyatakan tidak ada kemajuan selama

reformasi. Sebanyak 63.3 % publik menyatakan tidak ada kemajuan di bidang

ekonomi. Hanya 24.4 % menyatakan ada kemajuan di bidang ekonomi.

Banyak publik menyatakan tidak ada kemajuan di bidang ekonomi

dikarenakan masih tingginya angka kemiskinan, pengangguran, dan

mahalnya bahan-bahan kebutuhan pokok.

Di bidang hukum, mereka yang menjawab bahwa ada kemajuan di bidang

hukum hanya sebesar 32.4 %. Sedangkan 49.8 % menyatakan tidak ada

kemajuan. Berbagai kasus korupsi yang melibatkan politisi dan bahkan aparat

hukum menjadi indikator penilaian publik.

Sementara di bidang keamanan, yang menganggap tidak ada kemajuan

sebesar 42,9%. Hal ini disebabkan oleh berbagai kasus seperti terorisme,

pelecehan seksual, geng motor, tawuran, dll.

6

-o0o-

Lalu apa yang menjadi penyebab rendahnya kepuasaan publik terhadap

reformasi? LSI menemukan ada lima alasan yang menjelaskan fenomena itu.

Pertama, maraknya kasus korupsi yang melanda politisi. Sudah hampir 3

tahun terakhir, publik tidak pernah berhenti disuguhi parade praktek korupsi

yang dilakukan oleh para politisi. Media massa secara masif memberitakan

proses penangkapan, pemeriksaan, dan pengadilan para pelaku koruptor

yang umumnya melibatkan elite partai politik.

Dua partai politik yang sebelumnya mengklaim diri partai anti korupsi, kini

sejumlah petinggi partainya menjadi “selebriti” karena terlibat korupsi. Partai

Demokrat pada Pemilu 2009 mengklaim sebagai partai anti korupsi dan salah

satu karena alasan itu, Partai Demokrat memperoleh simpati publik dan

menang pemilu. Kini sejumlah mantan petinggi partanya terlibat korupsi

(Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, Muhamad

Nazarudin).

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengklaim sebagai partai “bersih” dan

berideologi Islam kini juga terlibat korupsi. Mantan Presiden PKS, Lutfi Hasan

Ishaq, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi impor daging sapi. Partai

yang sebelumnya dikenal sebagai partai bersih dan dakwah ini kini ikut dililit

skandal “aneka wanita cantik” pula.

7

Akibatnya kepercayaan publik terhadap politisi semakin rendah. Mayoritas publik

tidak yakin bahwa para politisi bebas dari korupsi. Hanya 15.8 % publik yang

menyakini bahwa para politisi bebas dari korupsi. Sedangkan 83.10 %, tidak

menyakini politisi bebas dari korupsi.

Publik juga meragukan komitmen para politisi dalam mengurus rakyatnya. Hanya

17.71 % publik yang meyakini bahwa para politisi bekerja untuk kepentingan

rakyat. Sedangkan mayoritasnya yaitu 80.55 % tidak percaya politisi bekerja

untuk kepentingan rakyat.

Kedua, kerukunan dan toleransi yang pada masa Orde Baru terpelihara justru kini

semakin memprihatinkan. Konflik horizontal berbasis primordial masih sering

terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Dan umumnya konflik ini dalan bentuk

kekerasaan terhadap kelompok minoritas. Kekerasan ini terjadi karena perbedaan

identitas atau keyakinan. Misalnya kekerasan terhadap kelompok Syiah di

Sampang, penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik. Pelarangan

terhadap aktivitas ibadah dan gereja di Bogor dan Bekasi.

Dalam setiap kasus ini negara seolah-olah tidak hadir melindungi warga

negaranya. Publik merasakan ironi jika dibandingkan dengan masa Orde Baru. Di

mana pada masa Orde Baru, kerukunan dan toleransi menjadi salah tema utama

kebijakan nasional pemerintah. Negara hadir dan kuat melindungi hak warga

negara dalam menjalankan keyakinan.

8

Ketiga, mayoritas publik merasa kehidupan ekonomi makin sulit. Publik

menyatakan bahwa jalannya reformasi saat ini belum mampu memenuhi

salah satu tuntutan reformasi yaitu harga kebutuhan pokok yang murah dan

terjangkau oleh masyarakat secara luas. Belum lagi isu soal kenaikan harga

BBM yang cukup meresahkan masyarakat bawah. Bagi masyarakat bawah,

kenaikan BBM artinya akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok yang

ujungnya akan makin menyulitkan kehidupan ekonomi mereka.

Keempat, reformasi dianggap gagal melahirkan pemimpin nasional yang kuat.

Publik memandang Presiden SBY pada banyak kesempatan terlihat ragu-ragu

dalam menegakan konstitusi seperti misalnya melindungi kelompok minoritas.

Penilaian terhadap aspek kepemimpinan juga terlihat dari survei dimana

30.18 % publik yang puas dengan kepemimpinan SBY.

Kelima, kasus orang hilang menjelang reformasi diyakini publik tidak

menyentuh aktor intelektualnya. Sebanyak 51.3 % publik mengetahui bahwa

pengusutan kasus penembakan mahasiswa Trisakti dan penculikan aktivis

pada tahun 1998 adalah salah satu tuntutan reformasi. Dari mereka yang

mengetahui tersebut, sebanyak 55.7 % menyatakan tuntutan pengusutan

kasus penembakan dan penculikan aktivis belum terpenuhi.

Rekomendasi

Pemilu 2014 harus menjadi momentum perubahan kultur politik yang

signifikan. Jika tidak, pemerintah dan politisi tak dapat bekerja dengan baik

akibat rendahnya trust publik terhadap mereka. Pengadilan rakyat terhadap

politisi dan penguasa seperti kerusuhan bulan Mei 1998 selalu mungkin

terjadi. Dua hal utama yang menjadi prioritas bagi presiden dan anggota

DPR yang terpilih di pemilu 2014: pemberantasan korupsi dan kebebasan

beragama.

Dua hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, Presiden dan anggota

DPR yang terpilih di 2014 membuat UU baru soal keuangan partai. Untuk

mengurangi partai dan politisi melakukan korupsi berjemaah dalam rangka

membiayai partai politik, mulai dipikirkan partai politik dibiayai oleh negara.

Namun jumlah partai politik harus disederhanakan hanya menjadi lima

partai politik saja, melalui ditingkatkannya prosentase parliamentary

threshold ke angka, misalnya 7% di tahun 2019 nanti. Dengan demikian

biaya yang ditanggung negara untuk menghidupkan partai tidak terlalu

besar.

9

10

Lingkaran Survei Indonesia

Minggu, 26 Mei 2013

Narasumber : Ardian Sopa (0812.8369.1125 / 0856.85.83.694)

Moderator : Dewi Arum (0812.803.82.407)

Tim Riset LSI

(Arman Salam,Adjie Alfaraby, Ardian Sopa, Ade Mulyana, Rully Akbar, Fitri Hari,Dewi Arum)

Kedua, pemimpin dan politisi yang terpilih sebagai presiden, dan anggota DPR

2014 konsekwen dengan aturan otonomi daerah bahwa masalah kebebasan

agama itu adalah urusan pemerintah pusat yang dilindungi konstitusi. Semua

perda yang penuh diskriminasi segera dicabut. Kebebasan agama harus

dilindungi dengan mengerahkan semua aparatus negara.

Dunia politik dan profesi politisi seharusnya dihargai sebagai kerja mulia

membangun kepentingan publik. Reformasi seharusnya menjadi momentum

melakukan perubahan mendasar. Sangatlah sayang, hanya karena lemahnya

leadership nasional dan kualitas politisi yang ada, politik dan reformasi seolah

sudah dibajak oleh mereka “yang lemah dan tidak amanah.”**

REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi

11

6 Rekor terbaru MURI

( Museum Rekor Indonesia)

Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup)

2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali

3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu

0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)

Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang

diiklankan

2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan

3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan

METODOLOGI SURVEI

• Quick Poll dengan “Smartphone LSI”

• Metode sampling : multistage random

sampling

• Jumlah responden awal : 1200

responden

• Margin of error : 2.9%

Survei dilengkapi dengan Riset Kualitatif (FGD, Indepth & Analisis Media)

Pengumpulan Data : 21 – 23 Mei 2013

12

Mayoritas Publik Tak Puas dengan Reformasi

13

Hanya 31.40% yang puas dengan pelaksanaan Reformasi

Kategori Prosentase

Kurang puas/Tidak Puas sama sekali 59.20%

Cukup Puas/Sangat Puas 31.40%

Tidak Tahu / Tidak Jawab 9.40%

Q : Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, seberapa puas Anda dengan

pelaksanaan REFORMASI yang kini telah berjalan selama 15 tahun?

Kepuasan atas Reformasi

Berada Pada Titik Terendah !

14

Dibanding Mei 2008 terjadi kemerosotan mereka yang puas

terhadap reformasi sebesar +/- 14%

Kepuasaan terhadap Reformasi

Mei 2008 April 2010 Mei 2013

Puas/sangat Puas 45.42 % 40.70 % 31.40%

Q : Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, seberapa puas Anda dengan

pelaksanaan REFORMASI yang kini telah berjalan selama 15 tahun?

15

Efek dari Ketidak- puasan atas Reformasi

Hanya 17.71% percaya politisi itu bekerja untuk

kepentingan publik.

Hanya 27.5% mempertimbangkan profesi politisi itu

bagus untuk keluarga mereka

Pemerintah dan politisi akan sulit bekerja

Jika kepercayaan publik rendah

Publik laki-laki & Tinggal di Kota

Lebih Tak Puas

16

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Desa 37.87 % 54.30 % 7.83 %

Kota 25.70% 68.40% 5. 9%

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Laki - Laki 29.40 % 66.20% 4. 4 %

Perempuan 33.75% 61.10% 5. 15%

Q : Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, seberapa puas Anda dengan

pelaksanaan REFORMASI yang kini telah berjalan selama 15 tahun?

Publik makin berpendidikan,

Makin Tak Puas

17

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Tamat SD/Dibawahnya 31.30% 55.07% 13.63 %

Tamat SLTP/Dibawahnya 35.80% 53.70% 10.5 %

Tamat SLTA/Dibawahnya 28.02% 63.00% 8.98 %

Tamat Kuliah/Pernah Kuliah 26.45% 66.20% 7.35 %

Q : Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, seberapa puas Anda dengan

pelaksanaan REFORMASI yang kini telah berjalan selama 15 tahun?

Publik Menengah Atas

Lebih Tak Puas

18

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Menengah Bawah 32.70% 54.20% 13.10 %

Menengah-Menengah 36.75% 53.00% 10.25 %

Menengah atas 29.02% 62.40% 8.58 %

Q : Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, seberapa puas Anda dengan

pelaksanaan REFORMASI yang kini telah berjalan selama 15 tahun?

Semua Rapor Merah! Prosentase Kepuasan/kemajuan <50%

19

Q : Secara umum, bagaimana Anda menilai kemajuan REFORMASI yang dicapai selama 15

tahun ini di bidang?

Bidang Banyak/Cukup Kemajuan

Kurang / Tidak Ada Kemajuan

Tidak Tahu/ Tidak Jawab

Politik 49.90 % 31.9 % 18. 2 %

Ekonomi 24.40 % 63.3 % 12.3 %

Hukum 32.40 % 49.8 % 17. 8 %

Sosial 44. 80 % 38.9 % 16.3 %

Keamanan 43.70 % 42.9 % 13. 4 %

20

Apa yang

menjadi

penyebab

rendahnya

kepuasaan

publik terhadap

Reformasi?

Dari riset kualitatif & Tracking

Survei sebelumnya, ada tiga

alasan

21

Pertama Maraknya Korupsi oleh para politisi

Yang justru mengklaim anti-korupsi

Sebuah Ironi yang dilihat publik. Karena salah satu tuntutan reformasi adalah penghapusan KKN.

Selam hampir 3 tahun, publik selalu disuguhi oleh Parade kasus korupsi yang dilakukan para politisi/pejabat negara.

Partai Demokrat dan PKS yang mengklaim anti korupsi, kini mantan petinggi partainya terlibat korupsi.

22

Politisi Tidak Dipercaya Bebas Korupsi dan Bekerja untuk Rakyat

Q : Seberapa yakinkah Anda bahwa para politisi di DPR bebas

dari korupsi?

Kategori %

Kurang yakin/Tidak yakin 83. 10 %

Sangat yakin / Cukup yakin 15.18 %

Q : Seberapa percayakah Anda bahwa partai politik di

Indonesia bekerja untuk kepentingan rakyat?

Kategori %

Kurang percaya / Tidak Percaya 80. 55 %

Sangat percaya/Cukup percaya 17.71 %

23

Kedua Terancamnya Kerukunan dan Toleransi

Sebuah ironi reformasi. Karena di saat Orde Baru justru kerukunan dan toleransi terjaga.

Konflik horizontal berbasis

primordial masih sering terjadi

di beberapa wilayah di

Indonesia.

Umumnya konflik ini dalan

bentuk kekerasaan terhadap

kelompok minoritas.

24

Mayoritas Publik Merasa Ekonomi Makin Sulit

Ketiga

Publik menyatakan bahwa jalannya

reformasi saat ini belum mampu

memenuhi salah satu tuntutan

reformasi yaitu harga kebutuhan pokok

yang murah dan terjangkau oleh

masyarakat secara luas.

Setiap isu kenaikan harga BBM selalu

meresahkan warga. Karena bagi

masyarakat bawah kenaikan BBM

artinya kenaikan harga kebutuhan

pokok.

25

Reformasi tidak melahirkan pemimpin yang kuat

Keempat

Reformasi dianggap gagal

melahirkan pemimpin nasional

yang kuat. Publik memandang

Presiden SBY pada banyak

kesempatan terlihat ragu-ragu

dalam menegakan konstitusi

seperti misalnya melindungi

kelompok minoritas.

Penilaian terhadap aspek kepemimpinan juga terlihat dari survei dimana

30.18 % publik yang puas dengan kepemimpinan SBY.

26

Publik kecewa dengan pengusutan Kasus Penembakan

dan Penculikan Aktivis tahun 1998

Kelima

Sebanyak 51.3 % publik mengetahui

bahwa pengusutan kasus

penembakan mahasiswa Trisakti dan

penculikan aktivis pada tahun 1998

adalah salah satu tuntutan reformasi.

Dari mereka yang mengetahui

tersebut, sebanyak 55.7 %

menyatakan tuntutan pengusutan

kasus penembakan dan penculikan

aktivis belum terpenuhi.

27

Rekomendasi

1. Dua agenda prioritas: Korupsi dan Kebebasan

Beragama

2. Partai dibiayai negara. Parliamentary Threshold

ke 7% di 2019

3. Konsisten terapkan otonomi daerah:

kebebasan agama adalah wewenang pemerintah

pusat. Segera hapus semua PERDA

diskriminatif.

Presiden dan Anggota DPR yang terpilih di

Pemilu 2014: Laksanakan Reformasi Jilid Dua

28