2014-03-09-penelitian potensi perikanan dan kelautan di kabupaten sidoarjo
DESCRIPTION
dffTRANSCRIPT
Judul Penelitian : Penelitian Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Sidoarjo
Pelaksana : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo
Kerjasama Dengan : -
Latar Belakang
Pada tanggal 14 Mei 2010, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan. Berdasarkan keputusan tersebut ditetapkan 197 Kabupaten/Kota dan 33 Propinsi
sebagai daerah pengembangan kawasan Minapolitan, di mana Kabupaten Sidoarjo
merupakan salah satu kawasan Minapolitan di Jawa Timur. Hal ini tidak terlepas dari
kontribusi ikan tangkap dan budidaya di Jawa Timur yang menyumbang 20% produksi ikan
nasional (Tempo, 17 Juli 2010). Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi
perikanan tahun 2011 mencapai 12,26 juta ton, atau naik dari produksi tahun 2010 sebesar
10,83 juta ton. Target yang sudah ditetapkan tersebut tentunya membutuhkan dukungan dari
daerah, terutama daerah-daerah yang sudah ditunjuk sebagai daerah pengembangan kawasan
Minapolitan.
Minapolitan merupakan manajemen ekonomi kawasan berbasis komoditas perikanan
unggulan dengan fokus pelaksanaan di daerah, di mana setiap kawasan terdiri atas sentra
produksi terintegrasi dari hulu hingga hilir. Pembentukan kawasan Minapolitan dimaksudkan
untuk meningkatkan produktivitas kelautan dan perikanan dengan harga ikan yang murah dan
terjangkau oleh masyarakat. perlu diketahui sumbangan sektor kelautan dan perikanan
terhadap Produk Demestik Bruto (PDB) Nasional pada tahun 2009 naik menjadi 3,12% dari
tahun sebelumnya yang hanya 2,75%. Laju pertumbuhan kontribusi perikanan terhadap PDB
Pertanian naik rata-rata 5% pertahun dan terhadap PDB Nasional tanpa migas sebesar 11%
pertahun sejak tahun 2005. Kondisi tersebut menunjukkan sektor kelautan dan perikanan dari
tahun ke tahun perannya semakin penting dalam pembentukan PDB. Data Kementerian
Kelautan dan Perikanan menunjukkan produksi perikanan nasional mencapai 9,68% pertahun
dengan kontribusi pertumbuhan budidaya sebesar 19,56% dan perikanan tangkap sebesar
2,78%. Hingga akhir tahun 2010 kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional
mencapai 3,14% atau setara dengan Rp. 148,16 triliun.
Sebagai salah satu daerah yang memiliki kontribusi ikan tangkap dan ikan budidaya
cukup besar di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Sidoarjo memiliki potensi yang cukup besar
untuk meningkatkan kontribusinya baik dalam sekala regional maupun nasional. Produksi
perikanan kolam dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, di mana produksi pada
tahun 2010 mencapai 5.537.051 kg, sedangkan produksi ikan budidaya tambak pada tahun
2010 mencapai 84.136.090 kg. Demikian juga dengan produksi ikan tangkap dalam 5 tahun
terakhir mengalami peningkatan signifikan yaitu mulai tahun 2006 sebesar 11.867.700 kg,
tahun 2007 sebesar 11.927.500 kg, tahun 2008 sebesar 1.773.800 kg, tahun 2009 sebesar
12.200.900 kg, dan tahun 2010 sebesar 12.720.730 kg.
Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu daerah yang ditunjuk sebagai kawasan
Minapolitan harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk meningkatkan
produksi dan memenuhi pencapaian target tersebut. Sebagai langkah awal yang perlu
dilakukan adalah perlu adanya “Penelitian Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten
Sidoarjo” yang mampu menginventarisir potensi dan permasalahan perikanan dan kelautan
sehingga dapat disusun program dan kegiatan yang memiliki daya dukung terhadap
peningkatan produksi perikanan dan kelautan di masa mendatang.
Maksud dan Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Penelitian Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten
Sidoarjo adalah :
a. Memberikan diskripsi tentang potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki Kabupaten
Sidoarjo.
b. Mendiskripsikan permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi perikanan
dan kelautan di Kabupaten Sidoarjo.
c. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi
perikanan dan kelautan yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
Hasil
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pada komoditi perikanan budidaya kolam
(tawes, mujair, lele, nila, gurami/tombro) dalam kurun waktu tahun 2006-2010 secara
keseluruhan mengalami perkembangan yang positif. Komoditi yang memiliki perkembangan
produksi tertinggi secara berurutan adalah : lele dengan angka perkembangan 0,27, nila
(0,27), mujair (0,26), tawes (0,22), dan gurami/tombro (0,03).
Perkembangan perikanan budidaya tambak dari tahun 2007-2010 secara
keseluruhan mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata perkembangan secara keseluruhan
cukup tinggi. Komoditi yang perkembangannya tertinggi adalah udang putih (74,84), tawes
(32,55), udang campur (20,28), bandeng (7,36), dan udang windu (1,16). Dalam kurung
waktu satu tahun (2010), terdapat beberapa komoditas perikanan tangkap yang mengalami
peningkatan, diantaranya adalah : kepiting (0,39), remis (0,36), kupang (0,27), udang (0,05),
cucut (0,02), teri dan belanak masing masing 0,01.
Komoditi perikanan di Kabupaten Sidoarjo yang masuk dalam kategori unggulan
hanya komoditi perikanan budidaya tambak yaitu komoditi bandeng, udang windu, udang
putih, udang campur dan tawes. Sedangkan perikanan budidaya kolam dan perairan umum
belum ada komoditi yang masuk kategori unggulan karena hanya mampu tersedia bagi
Kabupaten Sidoarjo sendiri. Pada perikanan tangkap, komoditi yang masuk dalam komoditi
unggulan adalah kerang, udang, rebon, manyung, petek, dan blanak sehingga komotiti ikan
tersebut dapat ditetapkan sebagai komoditi unggulan. Sedangkan komoditi-komoditi yang
bukan termasuk unggulan adalah kupang, kepiting, teri, cucut dan pari karena nilainya belum
memnuhi sebagai kriteria unggulan.
Rumput laut merupakan komoditi yang baru dikembangkan di Kabupaten Sidoarjo,
dan satu-satunya kecamatan yang sesuai untuk dikembangkan rumput laut adalah Kecamatan
Jabon dengan varietas rumput Gracilaria tambak. Walaupun demikian pengembangan rumput
laut memiliki nilai tersendiri bagi peningkatan ekonomi masyarakat petani tambak, karena
budidaya rumput laut tidak serumit membudidayakan ikan sehingga kedepannya perlu
pengembangan varietas unggul yang lebih bernilai ekonomis.
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap matriks kuadran strategi analisis IFAS-EFAS
sektor perikanan budidaya, dapat diketahui bahwa strategi pengembangan dalam sektor
perikanan budidaya yaitu menggunakan Turn Around Strategy. Strategi yang dapat
dikembangkan antara lain :
Melakukan kegiatan revitalisasi sumber daya air, sebab selama ini pemerintah masih
belum menyadari pentingnya hubungan antara ketersediaan air yang berkualitas dengan
peningkatan produktivitas perikanan budidaya.
Optimlisasi SDM dan SDA dalam melakukan pengolahan terhadap hasil produksi ikan dikarenakan produksi yang dihasilkan masih berpotensi untuk dilakukan pengolahan.
Optimalisasi kelompok POKDAKAN (penyuluhan, pelatihan) sebagai usaha dalam peningkatan SDM yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas hasil produksi ikan.
Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat promosi untuk menarik minat pihak luar tentang keberadaan potensi perikanan yang cukup luas ini.
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap matriks kuadran strategi analisis IFAS-EFAS
sektor perikanan tangkap, dapat diketahui bahwa strategi pengembangan dalam sektor
perikanan tangkap yaitu menggunakan Stable Growth Strategy. Strategi yang dapat
dikembangkan antara lain :
Peningkatan partisipasi lembaga-lembaga penyedia modal untuk turut serta dan berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.
Pengadaan channelisasi untuk mendapatkan informasi dan teknologi terbaru (dan tepat
guna) untuk dipakai menangkap ikan di laut.
Selain modernisasi peralatan, perlu juga penyiapan SDM-SDM yang terampil sehingga mampu mengoptimalkan dan mengoperasikan peralatan modern tersebut.
Mempermudah pelayanan informasi terkait spot-spot penangkapan ikan di laut.
Meningkatkan peran serta paguyuban-paguyuban yang menaungi para nelayan.
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap matriks kuadran strategi analisis IFAS-EFAS
sektor perikanan perairan umum, dapat diketahui bahwa strategi pengembangan dalam sektor
perikanan perairan umum yaitu menggunakan Conglomerate Strategy. Strategi yang dapat
dikembangkan antara lain :
Melakukan kegiatan revitalisasi sumber daya air, sebab selama ini pemerintah masih
belum menyadari pentingnya hubungan antara ketersediaan air yang berkualitas dengan
peningkatan produktivitas perikanan budidaya.
Optimalisasi SDM dan SDA dalam melakukan pengolahan terhadap hasil produksi ikan dikarenakan produksi yang dihasilkan masih berpotensi untuk dilakukan pengolahan.
Pembentukan kelompok khusus atau payung khusus yang menaungi kegiatan perikanan perairan umum tersebut. Hal ini bisa dalam sektor kegiatan pengolahan ataupun kegiatan
pemasaran hasil-hasil perikanan sebab hasil ikan budidaya (hidup di kolam) seringkali
berbeda kualitasnya dengan ikan yang hidup di alam.
Saat ini terkadang tidak dibedakan penyusunan kebijakan-kebijakan untuk mengatur
perihal kegiatan perikanan tangkap perairan umum ini. Umumnya kebijakan hanya dibuat
khusus bagi perikanan tangkap maupun budidaya.
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap matriks kuadran strategi analisis IFAS-EFAS
sektor budidaya rumput laut, dapat diketahui bahwa strategi pengembangan dalam sektor
budidaya rumput laut yaitu menggunakan Stable Growth Strategy. Strategi yang dapat
dikembangkan antara lain :
Peningkatan partisipasi lembaga-lembaga penyedia modal untuk turut serta dan berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.
Pengadaan channelisasi untuk mendapatkan informasi dan teknologi terbaru (dan tepat guna) untuk dipakai mengolah budidaya rumput laut tersebut.
Selain modernisasi peralatan, perlu juga penyiapan SDM-SDM yang terampil sehingga mampu mengoptimalkan dan mengoperasikan peralatan modern tersebut.
Arahan penyediaan sarana prasarana kebutuhan dasar bagi pengembangan kawasan
perikanan dan kelautan mutlak diperlukan agar komponen-komponen kegiatan dalam
minapolis maupun hinterland dapat saling bergairah untuk mendukung kinerjanya.
Penyediaan sarana prasarana disesuaikan dengan fungsi dan peran sentra yang meliputi
budidaya tambak, budidaya kolam, Perikanan tangkap, budidaya rumput laut, kegiatan
pengolahan.
Sistem pemasaran yang dilakukan petani/nelayan saat ini adalah menjual kepada
pedangang pengumpul perantara dengan cara petani/nelayan didatangi oleh pedagang
pengumpul (skala besar) atau petani/nelayan menjual langsung ke pedagang pengumpul yang
terdapat di sepanjang akses utama menuju tambak (skala kecil). Kondisi ini cenderung
merugikan petani/nelayan karena harga yang diperoleh relatif rendah. Untuk mengantisipasi
hal tersebut maka dalam penjualan skala besar pemasaran diarahkan ke TPI, Depo
Perikanan/pasar khusus ikan. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kontrol terhadap harga ikan
sehingga petani/nelayan terhindar dari permainan harga oleh tengkulak. Saat ini TPI terdapat
di Kecamatan Sedati (Ds. Gisik Cemandi) merupakan lahan TNI AL sehingga sebagai
gantinya didirikan Depo perikanan di Kecamatan Buduran namun lokasinya cukup jauh dari
sentra perikanan.
Hampir sebagian besar petani ikan di wilayah perencanaan telah tergabung dalam
kelompok (petani tambak, petani kolam, nelayan), meskipun keberadaannya belum optimal
aktif dan eksis. Kelompok tersebut saat ini hanya sebatas menangani pengembangan
budidaya/penangkapan, sedangkan pada kegiatan penanganan pasca panen dan pemasaran
masih belum tertangani. Hal ini berakibat tidak ada nilai tambah bagi masyarakat dan
masyarakat diluar wilayah perencanaanlah yang dapat merasakan nilai tambahnya.
Kelompok petani ikan/nelayan dalam lingkup desa masih belum solid karena setiap
penyelesaian masalah dumumnya dilakukan secara tradisional dan lokal karena terbatasnya
informasi dan teknologi serta kualitas SDM. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya
organisasi (sebagai pusat informasi dan teknologi) yang mampu mengkoordinasi setiap
kebutuhan, mengatasi setiap permasalahan dan mengembangkan potensi yang dimiliki
anggota. Dengan mengoptimalkan setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan kawasan
perikanan/kelautan (minapolitan) diharapkan dapat mendukung kinerja dan menjaga
kelangsungan produktivitas kawasan minapolitan.