2013 pare diabetes.doc

Upload: novirapr

Post on 09-Mar-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PAGE 22

RINGKASAN

ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN JUMLAH SEL ( PANKREAS PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

Menurut WHO, jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia sekarang + 175,4 juta dan tahun 2025 diperkirakan akan naik menjadi 250 juta, sedangkan di Indonesia terdapat sedikitnya 5,6 juta penderita. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes mellitus akhirnya meninggal karena penyakit vascular. Obat tersebut kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan, sebab dapat menyebabkan resistensi dan kerusakan organ lain seperti ginjal, sehingga terapi herbal diyakini relatif lebih aman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan infusum buah pare (Momordica charantia) dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas pada tikus (Rattus norwegicus) yang diinduksi dengan aloksan.

Metode yang digunakan yaitu sebanyak 30 ekor tikus jantan, dibagi menjadi 6 kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Sebanyak 25 ekor tikus tersebut dibuat menderita hiperglikemia atau diabetes mellitus (DM) dengan menyuntikkan aloksan secara intraperitonial 200 mg/kgbb. Hari ke 5 setelah penyuntikan aloksan maka tikus tersebut menderita hiperglikemia atau DM dengan kadar glukosa darah > 200 mg/dl. Tikus DM dibagi menjadi 5 kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok tersebut yaitu P1 (sebagai control) diberi perlakuan air dalam kemasan, perlakuan P2, P3, P4 dan P5 diberi infusum buah pare berturut-turut konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25% dan 3,75% selama 21 hari. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam setelah perlakuan selanjutnya pemeriksaan glukosa darah dilakukan pada hari ke- 7, ke-14 dan hari ke-21. Selanjutnya tikus dieutanasi, dibedah diambil pankreasnya untuk pemeriksaan sel pulau langerhans kelenjar pancreas. Hasil kadar glukosa darah dan sel dianalisis secara statistik menggunakan Anava.

Luaran yang diharapkan yaitu: Jurnal nasional dan dapat HKI (paten sederhana)Kata Kunci : Buah pare, hiperglikemia, glukosa darah, sel , tikus DMA. JUDUL : ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia)

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN JUMLAH SEL ( PANKREAS PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kadar glukosa darah normal dikatakan sebagai suatu kondisi dimana kadar glukosa yang ada mempunyai resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi dibetes atau menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Kondisi dimana glukosa darah dalam jumlah banyak bersirkulasi di dalam plasma darah disebut dengan hiperglikemia. Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) yakni lebih dari 200 mg/dl (kadar glukosa normal pada tikus berkisar 70-120 mg/dl) (Meles, et al., 2009). Hiperglikemia disebabkan karena tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif yang secara normal dihasilkan oleh sel beta pankreas. Penyakit ini bersifat menahun atau kronis dan penderitanya terjadi pada segala umur. Diabetes Akut mengakibatkan ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar, hiperglikemi non ketotik, asidosis laktat, dan infeksi akut. Sedangkan diabetes kronik berakibat pada kegagalan fungsi beberapa organ seperti mata, ginjal, syaraf, pembuluh darah dan jantung. Dalam keadaan tidak terkendali penyakit ini ditandai oleh poliuria, polidipsia, kehilangan berat badan disertai polifaga dan ketoasidosis (Burmester, 2003).

Menurut WHO, jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia sekarang + 175,4 juta dan tahun 2025 diperkirakan akan naik menjadi 250 juta, sedangkan di Indonesia terdapat sedikitnya 5,6 juta penderita. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk (Depkominfo,2008). Tujuh puluh lima persen penderita diabetes mellitus akhirnya meninggal karena penyakit vascular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangrene menjadi komplikasi utama. Sebagai penangglukosangan dari diabetes, biasanya penderita mengkonsumsi obat oral, yang merupakan pelengkap dari diet. Obat tersebut kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan, sebab dapat menyebabkan resistensi dan kerusakan organ lain seperti ginjal, sehingga terapi herbal diyakini relatif lebih aman.

Terapi herbal sudah lama dikenal dan diterapkan di Asia, terutama Cina dan India, tetapi perlu dibuktikan secara ilmiah. Tanaman herbal yang sering digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah diantaranya adalah buncis, lidah buaya, pare, sambiloto, dan tanaman pare (Dalimartha, 2004). Buah pare (Momordica charantia), merupakan salah satu bahan yang sering digunakan masyarakat sebagai sayur.

Buah pare juga dikenal memiliki khasiat untuk menyembuhkan diare dan sakit maag, buah tersebut digunakan juga untuk mengobati diabetes melitus. Kandungan kimia yang terdapat dalam buah pare adalah mengandung alkaloid, charantin, charine, cryptoxanthin, cucurbitins, cucurbitacins, cucurbitanes, lanosterol, lauric acid, linoleic acid, linolenic acid, momorcharasides, ( dan ( momorcharins, momordenol, momordicilin, momordicins, momordicinin, momordicosides, momordin, multiflorenol, myristic acid, nerolidol, oleanolic acid, oleic acid, oxalic acid, pentadecans, peptides, petroselinic acid, polypeptides, proteins (Subahar, 2003). Menurut Ike (2005) buah pare juga mengandung cycloartenols, diosgenin, elaeostearic acids, erythrodiol, galacturonic acids, gentisic acid, goyaglycosides, goyasaponins, guanylate cyclase inhibitors, gypsogenin, hydroxytryptamines, karounidiols. Menurut Battelli (1996) dan Bolognesi (1996) buah pare juga mengandung ribosome-inactivating proteins, rosmarinic acid, rubixanthin, spinasterol, steroidal glycosides, stigmasta-diols, stigmasterol, taraxerol, trehalose, trypsin inhibitors, uracil, vacine, v-insulin, verbascoside, vicine, zeatin, zeatin riboside, zeaxanthin, and zeinoxanthin. Buah pare mengandung karbohidrat, momordicin, protein, vitamin A, B dan C, saponin, flavonoid, steroid triterpenoid, asam folat dan sejumlah alkaloid.Menurut Maryati (1996) dosis yang digunakan ektrak air buah pare yaitu 10 gram/ kgbb/hari. Pada penelitian ini digunakan infusum buah pare untuk mempelajari manfaat infusum buah pare terhadap kadar glukosa darah dan pengaruhnya pada sel pankreas tikus (Rattus norwegicus) sebagai model hewan coba, yang nantinya tikus ini akan diinduksi dengan aloksan sebagai model tikus menderita diabetes mellitus atau hiperglikemia.

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penggunaan secara emperis, teoritis, kandungan buah pare pada penelitian pendahuluan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pemberian infusum buah pare (Momordica charantia) pada tikus jantan (Rattus norwegicus) yang diinduksi dengan aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas?

D. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan infusum buah pare (Momordica charantia) dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas pada tikus (Rattus norwegicus) yang diinduksi dengan aloksan.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Jurnal ilmiah nasional Dapat di daftarkan HKI (paten sederhana) F. KEGUNAAN

1. Memberi informasi bahwa buah pare sebagai obat tradisional Indonesia, berfungsi dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas.2. Meningkatkan efektivitas pendayagunaan buah pare sebagai bahan pengembangan obat tradisional, pencegahan, dan pengobatan penderita diabetes mellitus.

G. TINJAUAN PUSTAKA1. Penyakit Diabetes Melitus (DM)

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit glukosa darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Gejala awal dari seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dapat dilihat secara langsung dari adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung glukosa (glucose), sehingga urine sering dicari oleh semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan gejala sebagai berikut : jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (poliuria), sering merasa haus (polydipsia), rasa lapar yang berlebihan (poliphagia), frekwensi kencing meningkat (glicosuria), kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya, kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki, cepat lelah dan lemah setiap waktu, mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba, apabila terkena luka, lambat penyembuhannya dan mudah infeksi, (Ganong 2005).

Kondisi kadar glukosa yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

2. Tipe penyakit DM

Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh keurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar glukosa darahnya, sebaiknya menggunakan alat test glukosa darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit, (Handoko dan Suharto, 2000).Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah, (Handoko dan Suharto, 2000).3.Kadar glukosa darah dalam kaitannya dengan DM

Kadar glukosa darah normal (normoglikemia) dikatakan sebagai suatu kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Kadar glukosa yang tidak normal akan mengganggu kesehatan. Seseorang yang punya diabetes akan mengalami kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) maka secara tidak langsung organ-organ tubuhnya akan sedikit demi sedikit akan melemah. Menurut Martin dkk (1987), glukosa darah berasal dari berbagai sumber antara lain :

1. Karbohidrat makanan.

Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan karbohidrat disamping fruktosa dan galaktosa. Jumlah glukosa rata-rata 80 % dari keseluruhan karbohidrat, bahkan setelah penyerapan dari saluran pencernakan sebagian fruktosa dan hampir semua galaktosa dengan segera diubah menjadi glukosa. Sehingga minimal 90-95 % dari seluruh monosakarida yang beredar dalam darah merupakan hasil pengubahan akhir dari glukosa.

2. Glikogen.

Glikogen dapat merupakan sumber glukosa darah melalui proses glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen untuk menghasilkan glukosa kembali dalam sel. Hormon yang berpengaruh adalah epinefrin dan glukagon.

3. Berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis.

Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari asam amino dan gliserol. Hampir 60 % asam amino dalam protein tubuh dapat dengan mudah diubah menjadi glukosa akibat pengaruh hormon tiroksin dan kortikotropin. Rangsangan untuk meningkatkan kecepatan glukoneogenesis terjadi apabila simpanan karbohidrat dalam sel berkurang serta glukosa darah turun dibawah normal.

Kadar glukosa tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hiperglikemia apabila kadar glukosa dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hipoglikemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai glukosa dalam darah dibawah normal. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan glukosa darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar glukosa darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Normalnya kadar glukosa dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL.

4.Sekresi Insulin dalam kaitannya dengan DM

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul mendekati 6000, yang terdiri dari dua rantai asam amino (rantai A dan rantai B) yag dihubungkan dengan jembatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Prekursor hormon insulin adalah preproinsulin. Preproinsuin ini akan mengalami pemecahan menjadi proinsulin yang selanjutnya disimpan dalam granula dan akan mengalami hidrolisa oleh enzim enzim proteolitik yang berasal dari lisosom untuk menjadi insulin dan peptide C (connecting peptide). Peptida C ini mengandung 31 residu asam amino dan mempunyai sekitar 10 % aktivitas biologik insulin. (Ganong, 2005). Sekresi insulin dalam darah diatur oleh berbagai faktor yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi, hormon saluran pencernaan, hormon lain dan susunan saraf (susunan saraf otonom maupun susunan saraf pusat). Kadar glukosa darah merupakan faktor utama yang mempengaruhi sekresi insulin, apabila kadar glukosa darah naik, misalnya pada waktu sesudah makan maka sel ( akan terangsang untuk mengeluarkan insulin. Isomer-isomer glukosa (manosa dan fruktosa, misalnya dalam buah-buahan dan madu), makanan yang kaya protein dan asam amino (terutama leusin dan arginin), asam lemak dan badan keton akan menstimulir produksi insulin. Pemberian glukosa secara per oral akan lebih kuat merangsang sekresi insulin daripada pemberian secara intravena. Hal ini disebabkan pada pemberian glukosa secara per oral dapat merangsang sekresi hormon intestinal seperti sekretin, gastrin, pankreosimin dan glukagon, (Ganong, 2005).Menurut Langin (2003) sekresi insulin dapat diuraikan dengan mekanisme berikut

1. Glukosa ditransport ke sel oleh glucose transporter-2 (GLUT-2) dan dalam sel terjadi fosforilasi menjadi glukosa-6p.

2. Glukosa dioksidasi dalam mitokondria menghasilkan ATP. Peningkatan ATP menghambat ATP-sensitive potassium channel dari sel sehingga

tetap dipertahankan di dalam sel .3.Muatan positif dalam sel meningkat akibat tertutupnya saluran , hal ini

menyebabkan depolarisasi pada membrane sel.

4.Depolarisasi menyebabkan potassium channel terbuka sehingga masuk kedalam

sell.

5.Peningkatan konsentrasi memicu sekresi insulin melalui eksositosis.

Gambar Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi glukosa

Sumber : Langin (2003)5. Radikal Bebas dan Senyawa Antioksidan

Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul yang memiliki electron tidak berpasangan sehingga menjadi komponen yang tidak stabil dan sangat reaktif. Sumber radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh (endogenus) atau luar tubuh (eksogenus). Radikal bebas yang terbentuk didalam tubuh dapat merusak lemak, protein, karbohidrat dan DNA (Jati,2008). Radikal bebas yang endogenus terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses pembakaran) karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan, radikal bebas yang diperoleh dari eksogenus bersumber dari polusi udara, asap, berbagai bahan kimia, dan lain sebagainya.

Senyawa Antioksidan

Senyawa antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas seperti anion superoksida (), radikal hidroksil ( ), nitrit oksida () dan sebagainya. Senyawa oksidan mampu mencegah senyawa radikal bebas bereaksi dengan senyawa lain. Menurut sifat kelarutannya, antioksidan dibagi menjadi dua kelompok yaitu antioksidan hidrofilik (larut dalam air) atau antioksidan hidrofobik (larut dalam lemak). Senyawa-senyawa ini ada yang dapat disintesis dalam tubuh atau tidak dapat disintesisoleh tubuh, sehingga harus diperoleh lewat makanan. Kualitas dan kuantitas reaksi yang dihasilkan senyawa antioksidan bergantung pada perbandingan konsentrasi senyawa antioksidan dan konsentrasi senyawa radikal bebas (Vertuani et al, 2004). Beberapa tanaman diketahui mengandung antioksidan alil sulfida dalam bawang putih , kurkumin dalam kunyit, isoflavon dalam kedelai, likofen dalam tomat, polifenol dalam teh hijau, revesratrol dalam kulit buah anggur merah, dan flavonoid pada buah pare.6.AloksanAloksan adalah asam urat yang dapat menghasilkan radikal bebas yang mampu merusak membran dan DNA dari sel pankreas sehingga menyebabkan sel mengalami kerusakan dan mati. Pada saat sel mengalami kerusakan, sel tidak dapat memproduksi insulin yang cukup sehingga dapat menjadi pemicu kondisi hiperglikemia. Aloksan secara selektif merusak sel ( dari pulau Langerhans dalam pankreas yang mensekresi insulin.(Suharmiati, 2003).

Aloksan diberikan melalui injeksi parenteral, intravena, intraperitoneal, atau subkutan (Szkudelski, 2008). Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang percobaan. Aloksan bereaksi dengan merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas sehingga menyebabkan berkurangnya granula granula pembawa insulin di dalam sel beta pankreas (Watkins et al., 2008). Efek diabetogenik dari aloksan akan tampak setelah hari kedua dan dapat bertahan sampai dua minggu pertama dan setelah itu kadar glukosa darah kembali ke kadar normalnya. Struktus kimia senyawa ini mempunyai sebuah cincin benzena dan gugus glukosa yang menyebabkan sangat reaktif terhadap radikal hidroksil dan dikatakan sebagai penangkap radikal hidroksil (Walkins et al, 2008; Dorfman dan Adam, 1973).

7. Tanaman Pare (Momordica charantia)

Klasifikasi tanaman pareMenurut Mustika (2010)), berdasar ilmu taksonomi atau klasifikasi tumbuhan, buah pare dikelompokkan sebagai berikut :

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan);

Divisi

: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisi

: Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledonae (biji berkeping dua / dikotil)

Ordo

:Cucurbitaless

Famili

: Cocorbitaceae

Genus

: Momordica

Spesies

: Momordica charantia-linn8. Morfologi tanaman pare (Momordica charantia)

Tanaman pare (Momordica charantia) adalah tanaman yang batangnya berkisar 2-5 m. Batang muda berbulu rapat, banyak cabang serta mempunyai sulur berbentuk spiral sebagai alat untuk membelit. Tanaman pare berdaun tunggal dan memiliki panjang daun 2,5 10 cm, lebar 3- 12,5 cm, berbentuk bulat telur, letak berseling dan panjang tangkai daunnya 1,5-5,3 cm. Tanaman pare berbunga pada umur 2 bulan setelah ditanam. Bunga pare merupakan bunga tunggal berdiameter 2-3,5 cm, berwarna kuning. Bunga jantan mempunyai tangkai yang panjangnya 2-5,5 cm, sedangkan pada bunga betina mempunyai panjang tangkai 2-3 cm, (Hernani dan rahardjo,2005).Buah pare pada permukaannya berbintil bintil dengan rasa sangat pahit. Bagian dalam buah yang masak berwarna jingga. Biji pare banyak, warna coklat kekuningan, berbentuk pipih dan keras. Buah pare dapat dipanaen pada umur 15-20 setelah pembuhan. Hasil panen mencapai 25-30 ton/ha (Hernani dan Rahardjo, 2005)9. Kegunaan buah pare (Momordica charantia)

Menurut Subahar (2003) buah pare bermanfaat sebagai penurun panas, obat cacing, sakit saat haid, memperlancar haid dan nifas, memperlancar ASI, menurunkan glukosa darah, batuk, luka bisul, sembelit, penambah nafsu makan, mual, sakit liver, malaria, demam, sifilis dan kencing nanah. Selain itu buah pare juga digunakan sebagai anti kanker.10.Kandungan kimia buah pare (Momordica charantia)

Tanaman pare atau disebut Momordica charantia Linn berasa pahit, diketahui mengandung alkaloid, charantin, charine, cryptoxanthin, cucurbitins, cucurbitacins, cucurbitanes (Subahar, 2003). Menurut Ike (2005) Momordica charantia linn mengandung cycloartenols, diosgenin, elaeostearic acids, erythrodiol, galacturonic acids, gentisic acid, goyaglycosides, goyasaponins, guanylate cyclase inhibitors, gypsogenin, hydroxytryptamines, karounidiols. Sedangkan Subahar (2003) menyatakan bahwa Momorcida charantia linn juga mengandung lanosterol, lauric acid, linoleic acid, linolenic acid, momorcharasides, ( dan ( momorcharins, momordenol, momordicilin, momordicins, momordicinin, momordicosides, momordin, multiflorenol, myristic acid, nerolidol, oleanolic acid, oleic acid, oxalic acid, pentadecans, peptides, petroselinic acid, polypeptides, proteins. Menurut Battelli (1996) dan Bolognesi (1996) buah pare juga mengandung ribosome-inactivating proteins, rosmarinic acid, rubixanthin, spinasterol, steroidal glycosides, stigmasta-diols, stigmasterol, taraxerol, trehalose, trypsin inhibitors, uracil, vacine, v-insulin, verbascoside, vicine, zeatin, zeatin riboside, zeaxanthin, and zeinoxanthin. Buah pare mengandung karbohidrat, momordicin, protein, vitamin A, B dan C, saponin, flavonoid, steroid triterpenoid, asam folat dan sejumlah alkaloid. Kandungan asam amino dalam tanaman tersebut yang dapat menyebabkan sel mengalami mitosis. Asam amino dan enzim tanaman dapat merangsang sisntesis protein dengan cara merangsang polimerisasi DNA dan transkripsi DNA.

H. METODE PENELITIANDosis penelitian

Dosis alkaloid buah pare yang digunakan adalah dosis manusia 10 gram/ 50 kgbb atau 14 gram/ 70 kgbb, sehingga dikonversikan pada tikus berat 200 gram adalah 0,018 X 14 gram = 0,252 gram atau 252 mg. Jadi dosis yang diberikan pada tikus yaitu 252 mg/cc atau 25200 mg/100 cc atau 25,2 gram/100 cc atau 25 %. Sehingga dosis infusum buah pare adalah sebagai berikut : konsentrasi 25 % , 12,5%, 6,25% dan 3,125%. Perlakuan pada tikusTikus jantan berumur 2-3 bulan sebanyak 30 ekor diadaptasikan selama 2 minggu. Sebanyak 25 ekor tikus dibuat menderita diabetes mellitus (DM) dengan memberikan aloxan dosis tunggal 200 mg/kgbb secara intraperitonial. Hari ke 5 setelah pemberian aloxan maka tikus tersebut diperiksa kadar glukosa darahnya, untuk membuktikan bahwa tikus tersebut menderita diabetes mellitus kadar glukosa darah menjadi meningkat diatas sebesar 200 mg/dl. Bahan aloksan yang diberikan pada tikus bertujuan untuk merusak organ pancreas sehingga terjadi kondisi hiperglikemia atau diabetes mellitus pada tikus. Selanjutnya sebanyak 25 ekor tikus yang menderita hiperglikemia dibagi menjadi 5 kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok tersebut yaitu P1, P2, P3, P4 dan P5 yang diberi infusum buah pare masing-masing dengan konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25% dan 3,125%. Sedangkan pada perlakuan P0 (tikus normal) dan P1 (tikus hiperglikemia) diberi air dalam kemasan.

Pengukuran kadar glukosa darah adalah pengukuran glukosa acak, dimana hewan coba tidak dipuasakan sebelum pengmbilan data kadar glukosa darah. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan setelah pemberian infusum buah pare pada 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam. Pengamatan dengan interval dua jam dilakukan agar terdapat masa jeda yang cukup antara persiapan pengambilan darah pada tiap pengamatan. Pemeriksaan darah selanjutnya dilakukan pada hari ke-7dan ke-14 dan ke- 21.

Perlakuan pada hewan coba

P0: Sebagai kontrol negatif, digunakan tikus jantan yang tidak mengalami hiperglikemi dengan tujuan untuk memastikan bahwa bila terjadi efek sitotoksik, maka efek ini tidak disebabkan oleh hewan percobaan.

P1: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan hiperglikemia yang diberi Infusum buah pare dengan konsentrasi 0 %. Sebagai penggantinya diberikan air

dalam kemasan sebanyak 0,5 ml/ekor tanpa memperhatikan berat badan hewan

P2: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi

infusum buah pare dengan konsentrasi 25%P3: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi

infusum buah pare dengan konsentrasi12,5%P4: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi

infusum buah pare dengan konsentrasi 6,25%P5: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi

infusum buah pare dengan konsentrasi 3,125%

Pengukuran kadar glukosa darah

Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan alat kit eletronik glucose meter kit merek Plus, dimana sampel darah diambil dari pembuluh darah venda cava caudalis pada bagian ekor tikus dengan menggunakan jarum (needle) ukuran 23. Darah yang didapatkan diteteskan pada tes strip yang telah tersedia lalu dilakukan pengukuran dengan menggunakan kit meter.Kerangka Penelitian adalah sebagai berikut :

Disuntik aloksan

Kadar glukosa darah Jumlah sel pankreasPemeriksaan sel ( pankreas

Organ pankreas diambil dari tikus (Rattus norwegicus) yang dianastesi dengan dietil eter.

Selanjutnya pankreas dicuci dengan larutan saline (0,9% NaCl) dingin, dan difiksasi segera dalam formalin buffer fosfat 10% selama 48 jam.

Jaringan kemudian dipindahkan ke dalam etil alkohol 70% dan disimpan sampai akan digunakan.

Spesimen disimpan dalam paraffin dan dipotong sebesar 5 (m, diwarnai dengan trikrom, Lisberg untuk menghitung jumlah sel (, sel ( dan sel (.

Sel ( dan sel ( terletak di perifer pulau Langerhans dari Pankreas dengan spesifisitas Sel ( (tidak Larut alkohol) berbentuk granul besar berwarna merah tua, sedangkan sel ( berbentuk granul kecil berwarna biru

Sel ( (larut dalam alkohol) terletak di sentral pulau Langerhans dari Pankreas dengan spesifikasi berbentuk granul halus berwarna orange

I. JADWAL KEGIATAN

KegiatanBulan

123456

1Diskusi dengan dosen pendampingXXXXXX

2Persiapan pengambilan buah pare di MalangXX

3Mengeringkan buah pare dan membuat infusumXX

4Persiapan dan adaptasi hewan cobaXX

5Perlakuan pada hewan cobaXXXXX

6.Pengukuran kadar glukosa darah

6Pembuatan preparat histologyXX

7. Pemeriksaan sel pankreasXXXX

8. Pembuatan laporanXXXXXX

9.Seminar XX

J. RANCANGAN BIAYA1. Gaji dan Upah

UraianJumlahAlokasi waktuHonor/bulanJumlah (Rp)

Ketua16 bulan_-

Anggota26 bulan--

Jumlah -

2.Rincian bahan habis

NoBahanVolumeHarga Satuan(Rp)Biaya (Rp)

1Tikus putih35 ekor50.0001.750.000

2Aloksan10 gram100.000 1000.000

3Buah pare4 kg 10.000 40.000

4Akuades 1 botol 10.000 10.000

5Pakan Tikus1 zack 400.000 400.000

6Gluco Kit [email protected]

7Kapas, alkohol dan tissue 50.000

8Sonde tikus6 buah 25.000 150.000

9Spuit (disposable) 10 buah 10.000 100.000

10Pembuatan preparat histopatologi sel 30 buah100.0003.000.000

Jumlah9.000.000

Rincian PeralatanNoBahanVolumeHarga Satuan (Rp)Biaya (Rp)

1Sewa kandang hewan coba10 minggu30.000/minggu 300.000

2Kandang lengkap dengan tempat pakan dan minum6 buah 75.000 450.000

3Alat gluko meter 500.000

Jumlah1.250.000

Biaya PerjalananNoPerjalananVolumeHarga Satuan (Rp)Biaya

1Perjalanan ke kandang hewan coba50 hari15.000750.000

Jumlah750.000

Rincian PublikasiNoUraianVolumeHarga Satuan (Rp)Biaya

1Publikasi1x500.000 500.000

2Seminar 2 orang1X500.000 1.000.000

Jumlah 1.500.000

REKAPITULASI BIAYA

Bahan habis

: Rp 9.000.000

Peralatan

: Rp 1.250.000Perjalanan

: Rp 750.000Publikasi

: Rp 1.000.000

Jumlah

: Rp 12.500.000K. DAFTAR PUSTAKA

Battelli, M. G., 1996. Toxicity of ribosome-inactivating proteins-containing immunotoxins to a human bladder carcinoma cell line. Int. J. Cancer. Feb; 65(4): 485-90. ellImmunol.Apr;126(2):278-89.

Bolognesi, A., 1996. Induction of apoptosis by ribosome-inactivating proteins and related immunotoxins.Int. J. Cancer. Nov; 68(3): 349-55.Burmester G.R. 2003. Collor Atlas of Immunology. Germany: Grammlich.Dalimartha. 2004. Ramuan Tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Ed. XI. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 73-94.DEPKOMINFO RI (2008). Penderita Diabetes Melitus di Indonesia. (On line) (http://www.depkominfo.go.id/2008/11/13, diakses tanggal 28 Maret 2012).

Dorfman L.M and Adams G.E. 1973. National Standart Reference data System, NBS, Vol 4 Hal. 1-59. Ganong F.W. 2005. Review of Medical Physiology. Toronto: McGraw-Hill companies.

Handoko, T dan Suharto, B. 2000. Insulin, glucagon dan antidiabetik oral. Farmakologi dan terapi. Ed.6. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru. Jakarta. Hal 446-448.Hernani dan Rahardjo,M. 2005. Tanaman Berkasiat Antioksidan. Penerbit Penebar Swadaya.jakarta.Hal.32-33.

Ike, K., et al. 2005. Induction of interferon-gamma (IFN-gamma) and T helper 1 (Th1) immune response by bitter gourd extract. J. Vet. Med. Sci. 67(5): 521-4. Jati, S.H. 2008. Skripsi. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Buah pare Pada Hati Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (Cc14). Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.Langin, D. (2003). The role of uncoupling protein 2 in the development of type 2 diabetes.Available:http://journals.prous.com/journals/servlet/xmlxsl/pk_ journals .xml_summary_pr?p_JournalId=4&p_RefId=737960&p_IsPs=N. Last accessed 7th June 2012. Martin, D.W, Mayes, PA dan Rodwell VW. 1987. Metabolisme Karbohidrat. Dalam biokimia (Harpers Review of Biochemistry. Edisi. 20. Penerbit EGC. Hal 185-112.Meles, D.K, Wurlina dan Nian. 2009. Kadar glukosa darah setelah pemberian aloxan pada tikus putih (Rattus norwegicus). Veterinary journal. Vol.5, no.4 p.34.Subahar. 2003. Khasiat dan Manfaat Pare si Pahit Pembasmi Penyakit. Gramedia Pustaka. Jakarta. 16Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran. No.140.

Szkudelski T. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B cells of the rat pancreas [Internet]. 2008 [cited 2012 May 21]. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11829314 Vertuani , S., A. Angusti, S. Manfredini. 2004. The Antioxidants And Pro-Antioxidants Network : an Overview. Departement of Pharmaceutical Science, University of Ferrara, Ferrara, Italy. Watkins D, Cooperstein SJ, Lazarow A. Effect of alloxan on permeability ofpancreatic islet tissue in vitro. [Internet]. 2008 [cited 2012 May 21]. Available from: http://ajplegacy.physiology.org/cgi/content/abstract/207/2/436

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN JUMLAH SEL ( PANKREAS PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN

BIDANG KEGIATAN

PKM - PDIUSULKAN OLEH :

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2013HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

DAN JUMLAH SEL ( PANKREAS PADA TIKUS

YANG DIINDUKSI ALOKSAN2. Bidang Kegiatan

: [ V ] PKM-P

[ ] PKM-K

[ ] PKM-T

[ ] PKM -M

3. Bidang Ilmu

: [ V ] Kesehatan[ ] Pertanian

[ ] MIPA

[ ] Teknologi dan Rekayasa

4. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap

: b. NIM

:

c. Jurusan/Fakultas

: Kedokteran Hewan

d. Universitas

: AIRLANGGA

e. Alamat Rumah dan Telp/HP:

HP.

f. Alamat e-mail

:

5. Anggota Pelaksana Kegiatan: 2 (dua) Orang

6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap & Gelar: Prof. Dr.Dewa Ketut Meles,MS,drh

b. NIP/NIDN

: 1954121319791002/0013125402 c. Alamat Rumah dan Telp/HP: Wisma Permai VI/6 Surabaya / 0813321866927. Biaya Kegiatan Total

a. DIKTI

: Rp. 12.500.000 b. Sumber lain

: -

8. Jangka waktu Pelaksanaan: 6 bulan

Surabaya, 3 Oktober 2013Menyetujui

Ketua Pelaksana Kegiatan,

Wakil Dekan I,

FKH UnairDr. Anwar Maruf,MKes,drh

NIP. 19650905 199303 1004

Direktur Kemahasiswaan

Dosen pendamping

Universitas Airlangga

Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,MS,drh.

NIP. 195412131979011002Biodata Ketua Pelaksana

1. Nama

:

2. NIM

:

3. Tempat/tgl Lahir

:

4. Jenis Kelamin

: 5. Tahun Angkatan

:

6. Fakultas/Jurusan

: Kedokteran Hewan

7. Alamat Universitas

: FKH Unair Kampus C. Jl. Mulyorejo Surabaya

8. Alamat Rumah

:

9. Nomor HP

: 10. E-mail

:

Surabaya, Ketua Pelaksana

NIM

Biodata Anggota Pelaksana

1. Nama

: 2. NIM

: 3. Tempat/tgl Lahir

:

4. Jenis Kelamin

: 5. Tahun Angkatan

: 6. Fakultas/Jurusan

: 7. Alamat Universitas

:

Surabaya

8. Alamat Rumah

:

9. Nomor HP

: 10. E-mail

:

Surabaya, Anggota Pelaksana

NIM.Biodata Anggota Pelaksana

1. Nama

: 2. NIM

: 3. Tempat/Tanggal lahir

:

:4. Jenis Kelamin

: 5 Tahun Angkatan

: 6. Fakultas/Jurusan

: Kedokteran Hewan

7. Alamat Universitas

: FKH Unair Kampus C. Jl. Mulyorejo Surabaya

8. Alamat Rumah

:

9. Nomor HP

:

10. E-mail

:

Surabaya,

Anggota Pelaksana

NIM. Biodata Anggota Pelaksana

1. Nama

:

2. NIM

: 3. Tempat/Tanggal lahir

:

:

4. Jenis Kelamin

:

5 Tahun Angkatan

:

6. Fakultas/Jurusan

:

7. Alamat Universitas

: 8. Alamat Rumah

:

9. Nomor HP

:

10. E-mail

:

Surabaya, 2013 Anggota Pel;aksana

NIM

Biodata Dosen Pendamping

1. Nama Lengkap dan Gelar: Prof. Dr.Dewa Ketut Meles, MS,drh.

2. Jenis kelamin : Laki-laki3. Fakultas/Jurusan

: Kedokteran Hewan

4. Pekerjaan

: Staf pengajar

5. N I P

: 1954121319790110026. Pangkat/ Golongan : IV-d, Guru Besar

7.Bidang Keahlian : Farmakologi & Toksikologi, Traditional Indonesia

8. Pengalaman Dalam Penelitian Suhariningsih, Wurlina, D.K. Meles. 2011. Kajian Biofisika Terhadap Keamanan dan Manfaat Terapi Cerage. SP3T Jawa Timur.Wurlina, Sastrowardoyo,S; Zakaria S dan Meles D.K. 2010. Aktivitas Alkaloid Achyranthes aspera linn Penyebab Apoptosis dan Fragmentasi DNA pada Sel Kanker Mamae Melalui Ekspresi Caspase 3 (Caspase Executor). DirjenDikti-KemDiknas.

Sastrowardoyo,S; D.K. Meles dan Wurlina.2010. Uji khasiat Imunomodulator Kapsul Neoboost pada Tikus (Rattus norwegicus). Sentra Pengembangan dan Penerapan pengobatan Tradisional (SP3T) Jawa Timur.Meles, D.K.; Sastrowardoyo, Zakaria,S dan Wurlina. 2009. Efek Mitogenik dan Insulin-like Growth Factor Eugenia Polyantha terhadap Proliferasi Sel ( serta kemampuan Reseptor mengikat Insulin sebagai obat Diabetes Mellitus. Riset Strategis Nasional. Cluster Gizi dan Kesehatan DP2M-DirjenDikti-KemDiknas.Sunarni Z; D.K. Meles; Sastrowardoyo,S dan Wurlina. 2009. Efek Antimitogenik Alkaloid Achyranthes aspera linn terhadap Induksi Apoptosis pada sel yang Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Riset-Strategis Nasional. Cluster Gizi dan Kesehatan.DP2M-DirjenDikti-KemDiknas. Wurlina; Sastrowardoyo,W, dan Meles,D.K . 2009. Efek Antihiperglikemia dan Uji Toksisitas Teh Hitam (Camellia Sinensis) Terfermentasi (Black tea) sebagai Obat Diabetes Mellitus. Sentra Pengembangan dan Peneratapan pengobatan Tradisional (SP3T) JawaTimur.

9. Karya Ilmiah

a. Jurnal Internasional

Anom DP, DK Meles and Wurlina. 2012. Alkaloid Fraction of Jarong (Achyranthes aspera linn) Leaf Induced Apoptosis Breast Cancer Cell Through p53 Pathway. Advances in Natural and Applied Sciences, Vol 6(2): 124-127. Jan-March. ISSN 1995-0772.b. Jurnal Nasioanl Setya Budhy, Dewa Ketut Meles, Wurlina Suzanita Utama. 2013. Penyerentakan Birahi menggunakan PGF2 dan IB Menggunakan Semen Segar Terhadap Kejadian Birahi, Jumlah Induk Bunting, Jumlah dan Jenis Kelamin Anak Kambing Peranakan Etawa. Journal of Animal Reproduction. E-journal. Ovozoa. Vol 2 No.1. Hal 59-65. April 2013. ISSN.2302-6464.Kadek Rachmawati, Dewa Ketut Meles,Wurlina dan Sri Mulyati. 2013. Hasil Persilangan Itik Mojosari dan Itik Alabio Terhadap Produksi dan Berat telur, Warna Kuning telur serta Daya Tetas Telur Itik. Journal of Animal Reproduction. E-journal. Ovozoa. Vol 2 No.1. Hal 52--58. April 2013. ISSN.2302-6464.Dewa Ketut Meles, Wurlina, Masud Hariadi dan Kadek Rachmawati. 2013. Penggemukan Berbagai Jenis Sapi potong Menggunakan Pakan Tape Jerami dan Growth Promotor Terhadap Peningkatan Berat Badan. Journal of Animal Reproduction. E-journal. Ovozoa. Vol 2 No.1. Hal 46--51. April 2013. ISSN.2302-6464.Wurlina dan D.K. Meles. 2012. Teknologi Kandang Tertutup (Closed House) terhadap Berat Badan, Mortalitas dan waktu Panen Ayam Pedaging. Veterinaria Medika. Vol.5. No.3. Hal 157-231. Nopember 2012. ISSN1979-1305.

Kholifah Y, Wurlina, D.K. Meles, S. Zakaria, DMS.Putra dan N.Suwasanti 2011. Pengaruh Pemberian Alkaloid Daun Jarong(Achyranthes aspera Linn) pada Mencit yang Terkena kanker Mamae terhadap Gambaran Hitung Jenis Leukosit. Veterinaria Medika. Vol.4 No.3. hal. 171-174. Nopember 2011. ISSN 1979-1305.

Wurlina; D.K. Meles, S. Zakaria dan Widayat, S. 2010 The Activity of Alkaloid Achyranthes aspera Linn on Apoptotic and Necrotic Induction of Breast Cancer and Influenced on the Natural Killer Cells. Media Kedokteran Hewan.Veterinary Medicine Journal. Vol.26.No.1.P. 1-75. ISBN 0215.8930. Akreditasi no.108/Dikti/KEP/2007,August 23,2007.

Meles D.K, Wurlina, Mulyati S, Rimayanti dan H. Ratnani. 2010. Tahapan Vaksinasi dan Jenis Vaksin yang Digunakan Untuk Mencegah Penyakit Menular Pada Ayam. Veterinaria Medika. Vol3 No.3. hal. 185-190. ISSN 1979-1305.

Wurlina, W Sastrowardoyo, S Zakaria, DK Meles, DMS Putra dan N Suwasanti. 2010. Aktivitas Alkaloid Achyranthes aspera linn Penyebab Apoptosis dan Fragmentasi DNA pada sel kanker Mamae. Veterinaria Medika. Vol3 No.3. hal. 169-176. ISSN 1979-1305.

Zakaria S, W Sastrowardoyo, DK Meles, Wurlina, DMS Putra dan N Suwasanti.2010. Efek Antimitogenik Alkaloid Achyranthes aspera linn Terhadap Induksi Apoptosis pada sel yang Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis.. Veterinaria Medika. Vol3 No.3. hal. 177-184. ISSN 1979-1305.

Wurlina, D.K.Meles, S.Zakaria dan W. Sastrowardoyo. 2010 Peran Caspase 3 (caspase Executor) Penyebab Apoptosis sel Kanker Uterus yang terinduksi Alkaloid Achyranthes aspera Linn secara In vitro. Veterinaria Medika. Vol.3 No.2. hal. 81-86. ISSN 1979-1305.

Surabaya, 7 Oktober 2013

Dosen Pendamping Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,MS,drh.

NIP.195412131979011002Kelompok Kontrol

(Kontrol negatif)

Kelompok Perlakuan

(25 ekor)

Tikus DM

+ infusum buah pare

12,5%

Air dalam kemasan

Tikus DM

+ infusum buah pare

6,25%

Tikus DM

+ air dalam kemasan

Tikus DM

+ infusum buah pare

25%

Tikus DM

+ infusum buah pare

3,125%