tesiseprints.uns.ac.id/7597/1/213200911201108591.pdf · 2013-07-21 · kerja setidak-tidaknya bagi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DAN MODAL KREDIT
DARI BPR DJOKO TINGKIR KABUPATEN SRAGEN TERHADAP
PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BUNDER
KABUPATEN SRAGEN
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Oleh :
RATNA DAMAYANTI
S4209031
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
TAHUN 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui penggunaan modal sendiri berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen. (2) Untuk mengetahui penggunaan kredit BPR Djoko Tingkir berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen (3) Untuk mengetahui penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen.
Tipe penelitian ini adalah penelitian kausalitas karena meneliti pengaruh variable yag satu terhadap variable yang lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pedagang yang ada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen tahun 2010. Di dalam penelitian yang menjadi populasi adalah pedagang yang ada di Pasar bunder Kabupaten Sragen Tahun 2010 yang berjumlah 243 pedagang. Dalam penelitian sample yang diambil sebanyak 100 pedagang yang ada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen yang di dasarkan besar kredit yang diberikan BPR Djoko Tingkir kepada para pedagang, yang digolongkan menjadi empat kelompok. Kemudian dari masing- masing kelompok diambil berdasarkan prosentase untuk menjadi bagian sample dari kelompok tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis menunjukkan bahwa (1) Nilai Konstanta (α) sebesar 14359,656 yang bertanda positif menandakan hubungan yang searah. Hal ini menunjukkanjika tidak ada variable modal sendiri (X1), dan modal kredit (X2) maka akan berpengaruh secara positif terhadap pendapatan modal sendiri (β1) sebesar 0,309 yang bertanda positif menunjukkan hubungan searah antara variable modal sendiri mampu meningkatkan pendapatan. (3) Nilai Koefisien regresi parsial variable modal kredit (β2) sebesar 0,039 yang bertanda positif menunjukkan hubungan yang searah antara variable modal kredit dengan pendapatan. Hal ini menandakan bahwa variable modal kredit mampu meningkatkan pendapatan.
Hasil uji secara parsial menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh modal kredit dan modal sendiri terhadap pendapatan para pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen. Hasil uji secara bersama- sama berpengaruh menunjukkan hasil variable modal sendiri dan modal kredit secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap variable pendapatan.
Kunci : Modal sendiri, modal kredit, pendapatan usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
This study aims (1) to determine the use of their own capital affects income Pasar Bunder in Sragen Regency. (2) To know the use of ODA loans PD BPR Djoko Tingkir effect on revenue Pasar Bunder in Sragen Regency (3) To know the use of their own capital and credit PD. Djoko Tingkir effect on revenue Pasar Bunder in Sragen Regency.
This type of research is examining the influence of causality because yag one variable against another variable. The unit of analysis in this research is that there are traders in Pasar Bunder Sragen regency in 2010. In the study population who were traders in Pasar Bunder Sragen regency in 2010, amounting to 243 traders. In the study samples taken as many as 100 traders in Pasar Bunder Sragen Regency which is based large loans PD. BPR Djoko Tingkir to the traders, who were classified into four groups. Then from each group were taken based on the percentage to be part of the sample group. The data analysis technique used in this research is to use multiple regression analysis.
Based on the analysis and hypothesis test shows that (1) The Constant (α) equal to 14359.656 which is positive indicating a unidirectional relationship. This menunjukkanjika no own capital variable (X1), and credit capital (X2) it will affect positively on the income of its own capital (β1) of 0.309 which is positive showing the relationship between variables in the direction of their own capital to increase revenues. (3) The partial regression coefficient of variable credit capital (β2) of 0.039 which is positive indicates that the direction of the relationship between credit capital variable with revenue. This indicates that the variable credit capital is able to increase revenue.
Partial test results showed that there are significant credit and equity capital to income Pasar Bunder in Sragen Regency. The test results together influential variables showed their own capital and credit capital jointly significant effect on the income variable.
Key: Own capital, loan capital, operating revenues
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang dilaksanakan di negara Indonesia
merupakan suatu proses dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa,
yakni tercapainya masyarakat yang adil dan makmur, baik materiil maupun
spirituil. Tujuan pembangunan disamping untuk meningkatkan produktivitas
dan pendapatan serta menjaga kestabilan perekonomian nasional, juga untuk
meratakan pembangunan dan hasil-hasilnya keseluruh wilayah nusantara dan
diarahkan pada perluasan kesempatan kerja hingga kedaerah pedesaan.
Pada umumnya tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pedesaan masih tergolong relatif rendah. Salah satu ciri umum yang melekat
dalam diri masyarakat pedagang di pedesaan adalah permodalan yang lemah.
Padahal permodalan merupakan unsur yang pokok dalam mendukung
produktifitas dan taraf hidup mereka. Kekurangan modal ini sangat membatasi
ruang gerak aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan. Di
daerah pedesaan banyak pihak yang berupaya menawarkan permodalan yang
bisa diperoleh dengan mudah,seperti dari para pelepas uang liar (rentenir) dan
pengijon. Disamping pelayanannya cepat, uang yang dibutuhkan bisa segera
diterima tanpa prosedur yang berbelit-belit, tetapi bunga yang dibebankan
sangat tinggi. Pinjaman dari kredit perorangan ini hanya mengatasi kesulitan
dana untuk sementara waktu. Sebab degan meminjam dari kredit perorangan,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kebanyakan penduduk pedesaan justru terjerat kesulitan baru (Mubyarto dan
Edy Suandi Hamid,1986:3).
Pada saat ini Indonesia memasuki masa milenium. Selama tiga dasa
warsa perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat
yang pada akhirnya terpuruk karena diterjang krisis moneter yang
berkepanjangan, krisis moneter yang dialami bangsa Indonesia sampai saat ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia belum mempunyai ketangguhan dalam
perekonomian.
Sektor riil yang selama ini menjadi andalan sumber penerimaan negara
seolah-olah terhenti. Hal ini dikarenakan sumber keuangan terutama industri
perbankan banyak yang dilikuidasi. Kondisi ini berdampak fatal terhadap
perekonomian negara. Para pelaku ekonomi di sektor formal baik pemerintah
(BUMN), sektor swasta ( perusahaan- perusahaan swasta), dan koperasi
banyak yang tidak dapat mempertahankan usahanya bahkan sampai gulung
tikar. Para pelaku ekonomi ini sulit untuk bangkit kembali menjalankan
usahanya dan mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Setiap badan usaha yang didirikan baik BUMN, perusahaan-
perusahaan swasta maupun koperasi pada dasarnya mempunyai tujuan yang
hendak dicapai, yang salah satunya adalah untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya sesuai dengan pertumbuhan badan usaha dalam jangka
panjang sehingga dalam menjalankan operasinya diarahkan pada pencapaian
tujuan yang bersifat ideal dan tujuan yang bersifat komersial. Tujuan yang
bersifat ideal antara lain : meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengangguran, memberi pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dan tujuan
ideal lainya. Sedangkan tujuan yang bersifat komersial antara lain
memperoleh keuntungan optimal dan dilanjutkan dengan pengembangan
usaha guna kelangsungan hidup perusahaan yang akan dibangun.
Banyaknya pelaku ekonomi sektor formal yang tidak mampu survive
dalam usahanya akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan ini menimbulkan
masalah yang tidak ringan. Salah satunya adalah pemutusan hubungan kerja
(PHK) terhadap puluhan bahkan ratusan karyawan, yang akibatnya menambah
jumlah pengangguran yang sebelumnya sudah banyak, yakni masyarakat
produktif yang tidak dapat bekerja di sektor formal di karenakan
berpendidikan rendah, tidak mempunyai ketrampilan khusus dan miskin.
Dalam kondisi yang demikian ini diharapkan munculnya masyarakat
yang kreatif yang dapat menolong dirinya sendiri, dapat menciptakan peluang
kerja setidak-tidaknya bagi dirinya sendiri atau bahkan untuk orang lain.
Dalam hal ini peluang kerja haruslah cukup menjanjikan, tidak memerlukan
modal yang relatif besar, tidak memerlukan pendidikan khusus ( tinggi) dan
tidak terpengaruh oleh kelesuan perekonomian saat ini. Salah satu alternatif
yang mungkin dimasuki adalah sektor informal.
Sektor informal merupakan unit usaha berskala kecil yang
memproduksi serta mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok
menciptakan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri, dimana dalam usahanya
itu sangat dibatasi oleh modal dan ketrampilan (Argyo Demastoto, dkk. 2000 :
23).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bagi pelaku sektor informal sebagai wiraswastawan tidak cukup hanya
memiliki keberanian, kreativitas, dinamis, dan memahami kebutuhan, tetapi
mereka perlu mendapatkan perlindungan dalam kebijaksanaan. Mereka
memerlukan berbagai sarana, bantuan, dan perlindungan agar tidak berakhir
dengan kegagalan. Jiwa wiraswasta tidak bisa berdiri hanya dalam dirinya
sendiri, dia berkaitan dengan suatu sistem ekonomi secara keseluruhan. Oleh
karena itu, kreativitas wiraswasta agar berkembang harus memerlukan suatu
lingkungan pendukung yang berupa sarana, usaha pembinaan, dan
pengembangan.
Masalahnya pemerintah masih kurang memberikan dukungan yang
serius kepada kegiatan ekonomi informal. Kebijakan pemerintah masih
berpihak kepada sektor formal yang bermodal besar, oleh karena itu
diharapkan dukungan dari pihak lain, yaitu swasta, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, maupun pelaku-pelaku sektor informal sendiri dalam upaya
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan mereka.
Didalam ilmu ekonomi dikenal faktor-faktor produksi, yaitu tanah,
tenaga kerja, modal, keahlian dan X. Yang dimaksud dengan faktor produksi
X ini tak lain adalah kewiraswastawan. Dari kelima faktor produksi tersebut
tidak dapat bekerja sendiri-sendiri tetapi harus berintegrasi agar bisa
melakukan proses produksi dengan baik. Sesuai dengan permasalahan di atas
peneliti akan mencoba mengangkat pengaruh modal usaha dan perilaku
kewiraswastawan terhadap laba usaha pedagang dalam proses produksinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Modal adalah faktor produksi yang mempunyai peranan cukup vital
dalam proses produksi, sekecil apa pun wujud modal tetap sangat diperlukan
dalam proses produksi. Modal diperlukan ketika pengusaha hendak
mendirikan perusahaan yang sama sekali baru atau memperluas usaha yang
sudah ada.
Bagi suatu badan usaha, modal usaha yang digunakan adalah faktor
yang sangat penting dalam kegiatan usaha, sehingga modal usaha merupakan
urat nadi bagi kehidupan. Tanpa modal usaha yang cukup maka akan
bepengaruh terhadap kelancaran usahanya, sehingga akan mempengaruhi
besar kecilnya keuntungan yang diperoleh.
Modal dikalangan ekonomi mikro seperti pedagang, biasanya
merupakan satu hal yang lebih sering sebagai kendala. Kendala disini
maksudnya pedagang biasanya kesulitan memperoleh modal yang cukup guna
mengembangkan usahanya, dikarenakan kurangnya akses ke lembaga
keuangan. Hal ini disebabkan pelaku ekonomi mikro sering diragukan
kemampuanya dalam mengelola modal usaha, sehingga lembaga keuangan
tidak percaya kepada pelaku ekonomi mikro atau lemah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Yan Pieter Karafir (dalam Haryono,
2000:9) menyimpulkan bahwa sebagian besar pedagang tidak dan atau kurang
mampu memupuk modal. Untuk selanjutnya modal produktif yang mereka
miliki tidak berkembang atau kurang berkembang. Sehubungan dengan itu
pula, pendapatan mereka tidak dapat dan kurang cepat meningkat. Pada
penelitian Karafir tersebut dinyatakan bahwa 80,32% pedagang kakil lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tergolong bukan wiraswasta dan kewiraswastaannya rendah, 91,34% tidak
memiliki sikap mengutamakan pengembangan usaha dagang. Data tentang
tingkat pemupukan modal menunjukkan bahwa 7,87% pedagang tersebut
mengalami penyusutan dan 63,35% pedagang tidak mengalami perubahan
dalam jumlah modalnya.
Hasil penelitian Haryono (2000:9) menunjukkan bahwa usaha
pedagang dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi kelebihan angkatan
kerja, terutama yang berpendidikan rendah. Usaha pedagang cenderung
menjadi pekerjaan tetap. Umumnya pada pedagang dalam memenuhi
kebutuhan modalnya meminjam kepada keluarga, teman, menjual harta
maupun mengambil tabungan sendiri yang tidak akan menanggung beban.
Terhadap keberhasilan usaha pedagang diantara 4 faktor yang mempengaruhi
(modal usaha, tingkat pendidikan , pengalaman berusaha, dan sikap usaha
dagang) hanya faktor modal usaha dan sikap usaha yang berpengaruh secara
signifikan terhadap keberhasilan usaha pedagang.
Untuk itu pemerintah berupaya meningkatkan derajad kehidupan
masyarakat golongan ekonomi lemah dengan berbagai program atau
kebijaksanaan ekonomi agar mereka tidak tertinggal dan terjerat pada para
pelepas uang liar (rentenir). Adapun kebijaksanaan yang dimaksud adalah
suatu kebijaksanaan ekonomi yang bersifat mendorong potensi golongan
ekonomi yang sudah mempunyai modal sendiri tetapi ingin meningkatkan
usahanya dan ingin menikmati hasil-hasil pembangunan ekonomi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
memberikan bantuan modal yang berskala kecil yang diharapkan dengan
adanya bantuan tersebut akan dapat meningkatkan pendapatannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah membentuk lembaga
keuangan yang salah satu sasarannya adalah membantu menyediakan kredit
bagi para pedagang golongan ekonomi lemah tetapi sudah mempunyai sedikit
modal, yaitu dengan jalan mendirikan BPR. Hal itu sebagai upaya
pemberdayaan pengusaha ekonomi lemah yang diwujudkan dalam bentuk
kredit kepada para pedagang dengan syarat ringan, mudah, dan tanpa agunan.
Mengingat pentingnya bantuan modal bagi para pedagang dan belum
berhasilnya kebanyakan kredit formal yang ada untuk mengatasi masalah,
maka perlu dipikirkan lembaga dan pola kredit yang efektif. Salah satunya
adalah BPR Djoko Tingkir di Sragen. Berikut jumlah pedagang di Pasar
Bunder Sragen.
Tabel 1.1 Komposisi Jenis Pedagang di Pasar Bunder Sragen
Jenis Dagangan Banyaknya Pedagang Persentase
Sandang
Makanan dan Minuman
Barang Elektronik
Lain-lain
34
37
16
13
35,39%
31,69%
25,51%
7,410%
Jumlah 100 100%
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Sragen, 2010
Table 1.1. tersebut menjelaskan komposisi jenis pedagang yang ada di
Pasar Bunder Sragen dilihat dari jenis barang yang ditawarkan. Jumlah
pedagang dengan jenis dagangan sandang sebanyak 35,39%, jenis dagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
makanan dan minuman 31,69%, jenis barang elektronik sebanyak 25,51% dan
yang lainnya selain ketiga jenis tersebut sebanyak 7,410%.
Disamping untuk mengangkat derajad hidup pedagang golongan
ekonomi lemah, dan bagi mereka yang sudah mempunyai modal sendiri tetapi
ingin memperluas usahanya, pemerintah juga memberikan dorongan yang
berupa pemberian kredit yang secara langsung akan menciptakan kesempatan
kerja yang lebih luas dari sektor perdagangan ini.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mengambil judul
dalam penelitian ini adalah : “PENGARUH PENGGUNAAN MODAL
SENDIRI DAN KREDIT DARI BPR DJOKO TINGKIR TERHADAP
PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BUNDER KABUPATEN
SRAGEN”.
B. Perumusan Masalah
Usaha pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bertujuan
untuk memerangi masalah kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat golongan ekonomi lemah termasuk para pedagang di pedesaan.
Para pedagang tersebut sebetulnya ingin mengembangkan usahanya agar
penghasilan mereka meningkat, namun biasanya mereka terbentur pada
masalah permodalan.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Apakah penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten
Sragen secara bersama-sama ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Untuk mengetahui penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten
Sragen secara bersama-sama.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :
1. Sebagai alat evaluasi terhadap pemanfaatan kredit BPR Djoko Tingkir
bagi para pedagang di Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pedagang yang belum merasakan
manfaat kredit BPR Djoko Tingkir bagi peningkatan dan pengembangan
usahanya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Modal
Modal kerja (working capital) adalah investasi perusahaan di
dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga),
piutang dagang dan persediaan. Modal Kerja bersih (Net Working Capital)
adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Termasuk hutang lancar
adalah hutang bank, kertas-kertas berharga (promes), hutang dagang,
hutang upah dan pajak. Manajemen modal kerja (working capital
management) mengacu pada semua aspek penata-laksanaan aktiva lancar
dan hutang lancar. Manajemen modal kerja yang sehat membutuhkan
pengertian tentang inter-relasi aktiva lancar dengan hutang lancar serta
antara modal kerja dan modal/investasi jangka panjang.
Walaupun telaah manajemen modal kerja belum sedalam penelitian
keputusan di bidang permodalan dan investasi jangka panjang, tetapi
manajemen modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu
perusahaan. Manajemen modal kerja menentukan posisi likuiditas
perusahaan dan likuiditas adalah syarat keberhasilan perusahaan.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menurut Sawir (2005:126) pengertian modal kerja ada 3 yaitu :
a. Konsep Kuantitatif
Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja
merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian
ini sering disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital).
b. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja suatu badan
usaha/ perusahaan. modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan
selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar
pada suatu periode waktu tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini
sering disebut modal kerja bersih (Net Working Capital).
c. Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja
yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari
usaha pokok perusahaan. Modal kerja adalah aktiva jangka pendek
yang digunakan untuk keperluan sehari – hari oleh perusahaan.
Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang diambil oleh
manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan
terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
resiko. Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari
pendanaan operasional (Horne, 2005:313), yaitu :
1) Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan
likuiditas
2) Kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko.
Weston (1999:332), merumuskan tiga alternatif pada pembiayaan
aktiva lancar tersebut sebagai pola pembiayaan yang bersifat konservatif,
agresif, dan moderat. Pola pembiayaan yang bersifat konservatif dicirikan
dengan sikap manajemen yang mempertahankan tingkat aktiva lancar yang
tinggi. Asumsinya yang mendasari adalah semakin tinggi likuiditasnya.
Pola pembiayaan agresif adalah sebaliknya, pola ini dicirikan oleh sikap
manajemen yang menjaga tingkat aktiva lancar serendah mungkin
sepanjang dapat mendukung penjualan, dengan proporsi yang tinggi antara
hutang lancar dari keseluruhan hutang. Strategi ini akan menghasilkan
tingkat modal kerja rendah bahkan negatif dan kemampuan memperoleh
laba yang tinggi.Konsekuensinya adalah resiko yang tinggi.
Pola pembiayaan moderat berada diantara kedua pola tersebut.
Kebijakan ini berusaha untuk mempertemukan masa jatuh tempo aktiva
dan kewajiban dengan setepat-tepatnya sehingga pendanaan aktiva akan
dilakukan dengan instrumen pendanaan yang memiliki masa jatuh tempo
kurang lebih sama. Metode pembiayaan ini merupakan model yang paling
ideal sehingga sering digunakan pedoman pembelanjaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perusahaan. Kesimpulannya, pengertian modal kerja adalah nilai aktiva
atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas yang digunakan
perusahaan untuk operasional perusahaan sehari-hari.
2. Pengertian Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tak tentu lamanya
(Bambang Riyanto, 2002 :85). Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari
sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tak tentu waktunya.
Modal Sendiri selain berasal dari dalam perusahaan, yaitu modal
yang dihasilkan / dibentuk sendiri di dalam perusahaan. Modal Sendiri
yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang
dihasilkan perusahan. Adapun modal sendiri yang berasal dari sumber
ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal yang
berasal dari pemilik perusahaan adalah berbagai macam bentuknya,
menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan yang
bersangkutan.
3. Pengertian Kredit
a. Arti Kredit
Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, kredit bukanlah
hal yang asing lagi. Secara etimologi kata kredit berasal dari bahasa
Yunani “ Credare “ yang berarti “ kepercayaan “ atau dalam bahasa
latin “ Creditum “ yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan (Mulyono, 1993 :
9).
Menurut Muchdarsyah yang memberikan batasan mengenai
pengertian kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada
pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan denagn disertai suatu
konta prestasi yang berupa uang (Muchdarsyah, 2001: 12).
Adapun menurut T.Gilarso, kredit berarti pemberian uang /
jasa / barang kepada pihak lain, tanpa menerima imbalan yang
langsung atau bersamaan, tetapi dengan “percaya”, bahwa pihak yang
menerima uang / barang tersebut akan mengembalikan / melunasi
hutangnya sesudah jangka waktu tertentu (Gilarso, 1996 :287).
Dari perumusan tentang pengertian kredit diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyerahan uangn / barang yang menimbulkan
tagihan kepada pihak lain yang didasarkan atas perjanjian dan
kesepakatan pelunasan hutang dalam jangka waktu yang ditentukan
kedua belah pihak.
Alasan seseorang bersedia memberi kredit kepada pihak lain
karena pihak pemberi tersebut telah mengetahui unsur-unsur si
penerima kredit. Secara umum unsur-unsur tersebut meliputi :
1) Posisi finansial yang menunujukkan kemampuan untuk memenuhi
segala kewajiban finansial dan material.
2) Memiliki moral yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Adanya ikatan hukum yang menyebabkan pihak lain harus
memenuhi kewajiban – kewajibannya (Reksodiprodjo, 1996 :204 )
b. Macam Kredit
Pengertian kredit dapat dibedakan menurut berbagai
kriteria/macam yaitu :
1) Kriteria pemberi dan penerima kredit
Perbedaan dalam struktur pelaksanaan perkreditan di
Indonesia adalah berdasar 3 macam :
a) Kredit perbankan yang diberikan oleh bank kepada masyarakat
untuk kegiatan usaha.
b) Kredit likuiditas adalah kredit yang diberikan oleh Bank
Indonesi, Bank Sentral kepada bank-bank negara yang
selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan
perkreditan.
c) Kredit Langsung adalah kredit yang diberikan oleh BI kepada
badan-badan pemerintah guna menjaga stabilitas harga
sembako termasuk beras.
2) Kredit menurut jenisnya
Menurut Teguh Pudjo Mulyono, klasifikasi kredit menurut
jenis kredit yang dibiayai dapat dibedakan menjadi :
a) Kredit untuk modal kerja, yaitu kredit yang diberikan oleh bank
kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yaitu kebutuhan modal yang habis dalam siklus usahanya. Hal
ini kalau dilihat dalam satu neraca perusahaan akan berupa
uang kas/bank ditambah dengan persediaan barang jadi,
persediaan bahan dalam proses, persediaan bahan baku.
b) Kredit Investasi, yaitu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan
untuk pembelian barang-barang modal,yaitu tidak habis dalam
satu siklus usaha, maksudnya proses dari pengeluaran uang kas
dan kembali menjadi uang kas tersebut akan memakan jangka
waktu yang cukup panjang setelah melalui beberapa kali
putaran.
c) Personal Loan, yaitu bentuk kredit yang diberikan kepada
perseorangan bukan dalam rangka mendapatkan laba, tetapi
untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
d) Kredit Investasi Kecil, Kredit Modal Permanen dan Kredit
Massal.
Dalam rangka mengembangkan sektor-sektor usaha yang
dikelola para pengusaha golongan ekonomi lemah, maka oleh
pemerintah dibukalah fasilitas kredit-kredit tersebut dengan tujuan
dapat mendorong perkembangan usaha para pengusaha ekonomi lemah
tersebut dengan menyediakan dana dengan memperoleh fasilitas
kemudahan. Fasilitas kredit ini diberikan dalam beberapa bentuk,
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a) Kredit Investasi Kecil, yaitu kredit jangka menengah/panjang yang
diberikan kepada pengusaha kecil pribumi dengan berbagai
fasilitas kemudahan dalam persyaratan dan porsedur yang khusus,
untuk pembiayaan barang-barang modal serta jasa yang diperlukan
untuk rentabilitasi, modernisasi,perluasan proyek maupun untuk
pendirian proyek baru.
b) Kredit Modal Kerja Permanen, yaitu jenis kredit yang diberikan
kepada pengusaha kecil pribumi dengan berbagai fasilitas
kemudahan dalam persyaratan dan prosedur khusus guna
membiayai kebutuhan modal (kerja) yang dipergunakan secara
terus-menerus untuk kelancaran usahanya.
c) KIK/KMKP Massal, yaitu kredit yang diberikan kepada sejumlah
nasabah dalam satu lokasi tertentu untuk jumlah proyek yang sama
dengan jumlah pemohon dan jumlah plafon kredit keseluruhan
yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia. Biasanya jenis
usaha yang dibiayai dengan kredit massal ini untuk menunjang
program-program pemerintah, misalnya proyek tebu rakyat
intensifikasi,pencetakan sawah, panca usaha ternak potong,
perikanan dan lain-lain. Pelaksanaan KIK/KMKP sebagian besar
dikelola oleh bank-bank pemerintah walaupun ada beberapa bank
swasta yang juga memberikannya. Ciri khusus kredit ini yaitu
untuk golongan pribumi swasta. Adapun kriteria perusahaan
pribumi yaitu sekurang-kurangnya 50% dari modal usaha yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dimiliki oleh pribumi dan sebagian pengurusnya pribumi atau
sekurang-kurangnya 75% modal usahanya dimiliki oleh pribumi
(Mulyono,1990 :24-32).
c. Nilai Kredit
Kredit adalah kepercayaan, dan hal ini timbul bila ada
pendekatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Untuk
menimbulkan kepercayaan, maka pemberi kredit perlu meneliti
terlebih dahulu apa , siapa, dan bagaimana calon peminjam.
Karena kredit sangat diperlukan masyarakat maka kredit
mempunyai nilai. Untuk menentukan nilai kredit dikenal pedoman-
pedoman penilaian. Sedangkan pedoman yang lazim digunakan
menurut Mulyono (1993 :11-16) adalah prinsip “ 5 C “ yaitu :
1) Character
yaitu suatu pemberian kredit atas dasar kepercayaan. Jadi yang
mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak
bank bahwa si peminjam mempuanyai moral, watak maupun sifat-
sifat pribadi positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa
tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi manusia,
kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun menjalankan
kegiatan usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Capacity
yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan
melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaaha yang
dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit yang diperolehnya.
3) Capital
yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon
debitur.
4) Collateral
yaitu barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur
sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral
yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang di biayai dengan
kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak
mampu melunasi kreditnya dari usahanya yang normal.
5) Condition of Economy
yaitu situasi dan kondisi politik sosial , ekonomi, budaya dan lain-
lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat
maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya
akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang
memperoleh kredit.
d. Tujuan Penetapan Kebijaksanaan Kredit
Agar kegiatan perkreditan dapat berjalan dengan lancar maka
diperlukan suatu rangkaian-rangkaian peraturan yang ditetapkan lebih
dahulu baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebelum pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perkreditan itu sendiri berlangsung. Menurut Mulyono (1993 : 20-21 ).
tujuan ditetapkannya kebijaksanaan kredit dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Azas Likuiditas
yaitu suatu azas yang mengharuskan pihak kreditur untuk tetap
dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu lembaga yang
tidak likuid sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para
nasabahnya atau dari masayarakat luas.
2) Azas Solvabilitas
Usaha pokok perbankan yaitu menerima dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit. Dalam kebijaksanaan perkreditan maka bank
harus pandai- pandai mengatur penanaman dana ini baik pada
bidang perkreditan, surat-surat berharga pada suatu tingkat resiko
kegagalan yang seecil mungkin.
3) Azas Rentabilitas
Sebagaimana halnya pada setiap suatu kegiatan usaha akan selalu
mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk
mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan
mengembangkan dirinya. Laba yang diperoleh dari perkreditan
berupa selisih antara biaya dengan pendapatan bunga yang diterima
dari para debitur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
e. Pendapatan
Penghasilan atau pendapatan yang nyata akan dapat
digunakan sebagai tolok ukur atas keberhasilan seseorang dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Maka sepantasnya orang akan selalu
memburu bagaimana mendapatkan atau memperoleh pendapatan atau
penghasilan, walaupun dengan jalan atau metode yang berbeda-beda
yang sesuai dengan faktor-faktor yang ada, juga yang sesuai dengan
aturan yang ada padanya.
Menurut Paul Sihotang pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkan
pada waktu tertentu atau diperoleh dari harta kekayaannya (Sihotang,
1995: 34). Sedang menurut Riyanto, pendapatan atau laba usaha
menunjukkan pengurangan antara penjualan dengan harga pokok
penjualan di kurangi biaya usaha beserta bunga kredit (Riyanto,1994:
35). Dengan kata lain pendapatan atau laba usaha adalah jumlah
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.
4. Pedagang Kecil
Dengan berpegang teguh kepada petunjuk GBHN, maka dalam
melaksanakan pembangunan yang berdasarkan pada Trilogi Pembangunan
yang meliputi :
a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pemerataan dalam pembangunan dilaksanakan melalui berbagai
usaha, antara lain pemerataan pembagian pendapatan, pemerataan
kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha. Untuk mencapai
hal-hal tersebut, pemerintah bertekad untuk secara terus-menerus
memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah termasuk pedagang kecil. Yang dimaksud dengan
pedagang kecil adalah orang-orang atau badan usaha yang karena
terbatasnya kemampuan mengolah dan berorganisasi, modal serta
ketrampilan hanya mampu melakukan kegiatan usaha tertentu dengan
volume yang sesuai dengan kegiatannya (Radius Prawiro,1978: 25 ).
Kriteria syarat sebagai pedagang kecil menurut Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 1994 adalah :
a. Tidak bertindak sebagai penyalur kepada pedagang lainnya.
b. Menyerahkan barang kena pajak melalui suatu tempat penjualan
eceran seperti kios, toko, atau dengang cara penjualan yang
dilaksanakan langsung kepada konsumen akhir atau dari rumah
kerumah.
c. Menyediakan barang kena pajak yang diserahkan di tempat penjualan
secara eceran.
d. Melaksanakan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului
penawaran tertulis, pemesanan, kontrak atau lelang, dan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
umumnya bersifat tunai serta pembeli pada umumnya datang ke tempet
penjualan tersebut langsung membawa barang kena pajak yang
dibelinya.
Ada berbagai permasalahan yang dihadapi pada pedagang kecil
dalam upaya meningkatkan usahanya. Permasalahan tersebut diantaranya
antara lain sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam hal permodalan
Untuk mengembangkan usahanya dibutuhkan modal dan modal yang
mereka dapatkan adalah modal dengan suku bunga yang tinggi, yang
diberikan para pelepas uang. Hal ini tetap berlangsung karena tidak ada
alternatif lain yang harus ditempuh.
b. Kesulitan dalam aspek ketrampilan
Aspek ketrampilan memegang peranan sangat penting. Hal ini terlihat
dari kenyataan di banyak usha kecil kehilangan pasarnya, karena
barang yang mereka hasilkan tidak berkembang sesuai dengan
keinginan mereka.
c. Kurangnya pendidikan
Pada umumnya pengusaha kecil tidak mempunyai pendidikan yang
memadai untuk mengembangkan usaha mereka. Kurangnya
pendidikan ini membuat mereka tidak menyadari pentingnya
pengetahuan pasar, sehingga tidak dapat menganalisa faktor-faktor apa
saja yang memepengaruhi atau yang menetukan jalannya usaha pada
saat yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Kurangnya perencanaan
Operasional suatu perusahaan dapat berhasil jika dilaksanakan atas
perencanaan yang baik seperti siapa pembeli, berapa persediaan barang
yang harus dipelihara, bagaimana penjualannya juga bagaimana
mencapai suatu tingkat laba tertentu.
e. Tidak mempunyai administrasi yang baik
Pada umumnya pedagang kecil tidak mempunyai administrasi yang
baik yang dapat memberikan gambaran tentang perusahaan setiap saat.
Keadaan keuangan hanya terdapat pada ingatan pemilik, sehingga
menyebabkan perusahaan tidak mengetahui kondisinya, apakah dalam
keadaan hutang atau rugi, maju atau mundur, sehingga keuangan
rumah tangga tercampur dengan keuangan perusahaan.
Usaha kecil berusaha hampir seluruh jenis usaha dalam skala kecil
dalam bidang Industri, perdagangan, jasa, pertanian dan sebagainya.
Peranan pengusaha kecil dalam pembangunan nasional secara garis
besarnya peranan kegiatan usaha kecil dapat disebutkan adalah sebagai
berikut :
a. Penyerapan tenaga kerja dan wadah pengembangan ketrampilan
Usaha kecil adalah usaha padat karya yang dapat menampung tenaga
yang tidak terampil, dalam artian tidak memiliki keahlian khusus
antara lain anak yang putus sekolah. Pertumbuhan usaha kecil dapat
menekan pengangguran. Mengingat banyaknya usaha kecil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tersebar dipelosok tanah air maka peranannya terhadap penyerapan
tenaga kerja sangat besar dan penting artinya bagi pembngunan
nasional.
b. Pemarataan
Pemerataan dan perkembangan usaha kecil mempunyai arti yang
sangat penting bagi proses tercapainya asas pemerataan dalam Trilogi
pembangunan dalam artian pemerataan bagi pendapatan serta
kesempatan berusaha.
c. Stabilitas nasional
Pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dapat menyerap tenaga
kerja yang berarti dapat menekan jumlah penganggguran, sehingga
dapat memberikan nafkah kepada sebagian besar rakyat Indonesia
yang berarti pemerataan bagi pendapatan nasional. Dan apabila hal ini
tercapai maka usaha kecil tersebut sangat besar artinya bagi
kepentingan stabilitas.
d. Pemasok
Hasil usaha kecil dapat sebagai bahan baku bagi usaha Industri skala
besar.
e. Tabungan pemerintah atau masyarakat
Melalui pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil maka wajib pajak
akan bertambah sehingga kelompok usaha kecil dapat memberikan
sumbangan bagi pertumbuhan tabungan pemerintah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dari penghasilan karyawan maupun pemilik dapat ditumbuhkan
tabungan masyarakat.
f. Pelayanan masyarakat
Usaha kecil memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat
banyak terutama bagi kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari. Tanpa
usaha kecil masyarakat akan menemui kesulitan dalam maperoleh
barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari.
g. Menumbuhkan perekonomian daerah
Pertumbuhan usaha kecil daerah akan menumbuhkan perekonomian
daerah serta dapat menghambat perpindahan masyarakat dari desa
kekota.
h. Daya guna baru
Pengusaha kecil dapat membuat sesuatu barang yang tidak menjadi
berguna kembali dengan cara mengumpulkan barang-barang bekas dan
menyerahkan atau menjual kepada pengusaha besar atau pabrik.
Lapisan masyarakat yang berpenghasilan rendah kebanyakan
berada di daerah-daerah pedesaan, tetapi walawupun merupakan bagian
kecil namun terus mengalami banyak perkembangan apalagi setelah
ditunjang adanya bantuan perkreditan. Mengingat terbatasnya areal
pertanian ke usaha perdagangan walaupun hanya kecil-kecilan saja untuk
menambah pendapatan. Dengan adanya fasilitas perkreditan yang dapat
diperoleh dari lembaga pemerintah maupun swasta diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
menggugah masyarakat pedesaan, khususnya bagi pedagang kecil untuk
meningkatkan kemampuan yang lebih besara dan diarahkan agar mereka
mamapu memainkan peranan yang sesungguhnya dalam tatanan ekonomi
Indonesia.
B. Kajian Empiris
Berdasarkan hasil penelitian Yan Pieter Karafir (dalam Haryono,
2000:9) menyimpulkan bahwa sebagian besar pedagang tidak dan atau kurang
mampu memupuk modal. Untuk selanjutnya modal produktif yang mereka
miliki tidak berkembang atau kurang berkembang. Sehubungan dengan itu
pula, pendapatan mereka tidak dapat dan kurang cepat meningkat. Pada
penelitian Karafir tersebut dinyatakan bahwa 80,32% pedagang kakil lima
tergolong bukan wiraswasta dan kewiraswastaannya rendah, 91,34% tidak
memiliki sikap mengutamakan pengembangan usaha dagang. Data tentang
tingkat pemupukan modal menunjukkan bahwa 7,87% pedagang tersebut
mengalami penyusutan dan 63,35% pedagang tidak mengalami perubahan
dalam jumlah modalnya.
Hasil penelitian Haryono (2000:9) menunjukkan bahwa usaha
pedagang dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi kelebihan angkatan
kerja, terutama yang berpendidikan rendah. Usaha pedagang cenderung
menjadi pekerjaan tetap. Umumnya pada pedagang dalam memenuhi
kebutuhan modalnya meminjam kepada keluarga, teman, menjual harta
maupun mengambil tabungan sendiri yang tidak akan menanggung beban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
terhadap keberhasilan usaha pedagang diantara 4 faktor yang mempengaruhi
(modal usaha, tingkat pendidikan , pengalaman berusaha, dan sikap usaha
dagang) hanya faktor modal usaha dan sikap usaha yang berpengaruh secara
signifikan terhadap keberhasilan usaha pedagang.
Modal kerja sangatlah penting bagi perusahaan, hal ini dikarenakan
beberapa alasan yaitu, pertama tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat
melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Kedua, sebagian besar waktu dari
manajer dicurahkan untuk mengelola modal perusahaan (JF Weston &
Brigham, 1992). Ketiga pada beberapa perusahaan manufaktur, investasi
modal kerjanya dapat mencapai lebih 50% dari total aktiva perusahaan. Oleh
karena itu modal kerja perusahaan perlu dikelola dengan baik (Federal Trade
Commision, 1983).
Hatta (2002) menguji pengaruh antara pertumbuhan asset, insider
ownership, free cash flow dan Ukuran perusahaan terhadap Dividen Payout
Ratio (DPR), di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya
pertumbuhan asset berpengaruh signifikan terhadap DPR pada perusahaan
manufaktur yang listed di BEJ periode 1993-1999, sementara ketiga variabel
lainnya yaitu insider ownership, free cash flow dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap DPR.
C. Kerangka Konseptual
Permodalan merupakan faktor yang mendasar bagi para pedagang
untuk memperlancar usaha yang dilakukannya. Melihat kenyataan yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bahwa pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen dalam melakukan
kegiatan usahanya hanya mempunyai modal kecil dan hanya mempunyai
kemampuan untuk mengambil pinjaman dalam jumlah yang relatif kecil,
mudah dan dengan bunga yang ringan serta tanpa agunan.
Dengan modal sendiri yang selama ini dilakukan oleh para pedagang
tersebut, mereka mencoba untuk menambah modal dengan jalan meminjam
kredit dari BPR DJOKO TINGKIR. Dengan adanya peningkatan modal
tersebut ,mereka mengharapkan volume usaha akan meningkat, yang akhirnya
akan mampu meningkatkan pendapatan mereka. Adapun kerangka pemikiran
tersebut apabila digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Modal Sendiri
Kredit BPR Djoko
Tingkir
Pedagang
Volume Usaha Meningkat
Pendapatan Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Diduga penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen
secara bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian kausalitas karena meneliti
pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya (Nasir, 2004).
Dalam penelitian ini penelitian yang bersifat kausal menguji tentang pengaruh
variabel bebas yang terdiri dari modal sendiri dan kredit terhadap variabel
terikat yaitu pendapatan pedagang.
B. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pedagang yang ada di
Pasar Bunder Kabupaten Sragen.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam suatu penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan
masalah yang ingin diteliti. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2000:108). Di dalam penelitian yang menjadi populasi
adalah pedagang yang ada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen tahun 2010
yang berjumlah 243 pedagang dalam tabel berikut.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 3.1 Populasi Jumlah Pedagang di Pasar Bunder Sragen
Jenis Dagangan Banyaknya Pedagang Persentase
Sandang
Makanan dan Minuman
Barang Elektronik
Lain-lain
34
37
16
13
35,39%
31,69%
25,51%
7,410%
Jumlah 100 100%
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Sragen, 2010
Dalam pengambilan sampel, menggunakan stratified random sampling
yang artinya suatu cara pengambilan sampel yang memilih individu yang akan
dijadikan anggota sampel (secara acak). Seluruh individu dalam populasi
diberi kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Sampling
digunakan untuk membagi-bagikan populasi menjadi beberapa lapisan strtum,
dimana anggota-anggota dari setiap stratum dipilih secara random, kemudian
dijumlahkan, jumlah ini akan membentuk anggota sampel. Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah didasarkan pada jenis dagangan
sejumlah 100 pedagang.
D. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Data Primer
Merupakan data yang langsung dikumpulkan dari lapangan. Dalam hal
ini data berasal dari para pedagang yang menjadi nasabah BPR Djoko
Tingkir yang terpilih menjadi sampel 100 pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Data Sekunder
Berupa data yang ada di kantor BPR DJOKO TINGKIR yang
berlokasi di Kabupaten Sragen 214 pedagang.
E. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode dalam pengumpulan data terdiri dari :
1. Questioner
Yaitu dengan cara membuat daftar pertanyaan, dimana seluruh pertanyaan
bersifat terbuka.
2. Observasi
Cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
pada BPR Djoko Tingkir Kabupaten Sragen.
3. Interview
Cara pengumpulan data dengan wawancara langsung kepada para
pedagang yang menjadi nasabah BPR Djoko Tingkir Kabupaten Sragen.
4. Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan mencari dan mempelajari dokumen serta
buku-buku literature.
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah jumlah permodalan yang digunakan pedagang kecil
untuk menjalankan usahanya diukur dengan satuan Rupiah (Rp)
2. Modal Kredit
Modal kredit adalah sejumlah uang yang dipinjam dari BPR Djoko Tingkir
atau lembaga keuangan lainnya kepada para pedagang diukur dengan
satuan Rupiah (Rp).
3. Pendapatan.
Pendapatan adalah laba usaha yang diperoleh dari hasil penjualan. Ukuran
yang digunakan adalah Rupiah (Rp). Laba diperoleh dari penjualan – biaya
yang meliputi biaya pembelian barang dagangan dan biaya angkut.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independent atau
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Santoso, 2001 :
213). Kriteria data tersebut dikatakan berdistribusi normal dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
b. Multikolinieritas
Metode yang digunakan untuk uji multikolinearitas data dalam
penelitian ini digunakan dengan melihat nilai VIF dan Tolerance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(Ghozali 2005 : 91). Dalam pengertian sederhana setiap variabel
dependen menjadi variabal independen dan diregres terhadap variabel
independent lainnya. Tolerence mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dikatakan terjadi masalah multikolinearitas
apabila nilai VIF diatas 10.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat terjadi jika variabel gangguan
mempunyai varian yang sama untuk semua observasi dengan adanya
heteroskedastisitas maka penaksir OLS tetap tak bisa dan konsisten
akan tetapi tidak lagi efisien baik untuk sampel kecil maupun untuk
sampel besar. Uji tersebut dapat diketahui terjadi atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat digunakan dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah dengan Uji Park dengan langkah-langkah pengujiannya
adalah sebagai berikut:
Membuat regresi dengan model Ordinary Least Square
kemudian melakukan regresi tanpa memperhatikan adanya
heteroskedastisitas. Jalankan regresi log linier antara e2 dengan
variabel independen non linier. Dikatakan bebas dari masalah
heteroskodastisitas apabila nilai signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2005 :
107).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Autokorelasi
Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan pengganggu (error
disturbance) suatu periode berkorelasi dengan kesalahan pengganggu
periode sebelumnya. Alat penguji terdapat tidaknya autokorelasi
adalah Durbin Watson Test (DW-Test), formulasinya sebagai berikut
(Ghozali, 2005 : 107) :
DW = úûù
êëé
S-S-
2
112
ei
eixei
Untuk menguji asumsi klasik yang satu ini, maka terlebih
dahulu tentukanlah nilai kritis du dan dL berdasarkan jumlah observasi
dan variabel independen. Jika hipotesa nol menyatakan tidak adanya
autokorelasi maka:
Jika DW < dL yang berarti Ho ditolak sehingga menyatakan terjadinya
autokorelasi.
Jika DW > 4-dL maka artinya Ho ditolak yang berarti adanya
autokorelasi.
Jika du < DW < 4-du maka Ho diterima yang berarti tidak terdapatnya
autokorelasi.
2. Uji statistik
a. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap pendapatan usaha.
Langkah-langkah pengujian (Djarwanto, 1998)::
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho: β1 = β2 = β3 = β4 = 0, tidak terdapat pengaruh yang
signifikan variabel independen secara bersama-sama terhadap
pendapatan secara serempak.
Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan
variabel independen secara bersama-sama terhadap pendapatan
secara serentak.
2) Penentuan level of significan (α) = 0.05
3) Kriteria pengujian
4) Rumus
= )/()1(
)1/(2
2
knRkR
---
Keterangan:
2R = Koefisien Determinasi
= Jumlah Pengamatan
= Treatment (variabel independen)
5) Kesimpulan
Daerah tolak
Daerah terima
Fα ; k – 1 ; k(n-1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Hasil F hitung dibandingkan dengan F tabel, jika F hitung ≤ F tabel
maka secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel
independent terhadap variabel independent, sebaliknya jika F
hitung > F tabel, maka secara bersama-sama ada pengaruh antara
variabel independent terhadap dependen.
b. Uji R2
Analisis koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya
sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Koefisien determinasi dinyatakan dalam prosentase. Kriteria yang
digunakan dalam melihat nilai koefisien determinasi dengan melihat
nilai R Square (Wahid S, 2004). Adapun rumus R2 adalah (Wahid S,
2004) :
R2 =
å
å
-
-
÷÷÷
ø
ö
ççç
è
æ-
kYY
kYY
/)(
/
2
2
'
= total
regresi
kuadratJumlah
kuadratJumlah
Keterangan :
Y = nilai pengamatan
Y’ = nilai Y yang ditaksir dengan model regresi
-
Y = nilai rata-rata pengamatan
= jumlah variabel independen
R2 = Koefisien Determinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap dependen. Langkah-
langkah pengujian adalah (Djarwanto, 1998):
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
variabel independen terhadap pendapatan usaha.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
variabel indepeden terhadap pendapatan.
2) Penentuan level of significant (α) = 0,05
Nilai t tabel = t α/2 ;n-k-1
3) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila nilai – t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak apabila nilai t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
4) Mencari t hitung
thitung = Sb
b b-
Keterangan :
b = Koefisien regresi
Sb = Standart Eror
Daerah Terima
Daerah TolakDaerah Tolak
t(α/2; n-1-k)-t(α/2; n-1-k)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
β = Beta
5) Kesimpulan
Hasil t hitung dibandingkan dengan t tabel, jika t hitung < t tabel maka
tidak ada pengaruh antara variabel independent terhadap variabel
dependen, dan sebaliknya bila t hitung > t tabel, maka ada pengaruh
antara variabel independent dengan variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PD. BPR Djoko Tingkir Sragen
1. Sejarah Berdirinya PD. BPR Djoko Tingkir Sragen
Sejarah berdirinya BPR Djoko Tingkir merupakan peralihan dari
Badan Kredit Pasar Kabupaten Sragen. Semua Asset Badan Kredit Pasar
termasuk Pegawai merupakan Modal Awal dari BPR, berdirinya BPR
setelah paket Oktober 1988. PD. BPR Djoko Tingkir berdiri dan mulai
operasional pada tanggal 30 Desember 1993 dengan dasar :
a. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP-222/KM.17/1993
tentang Pemberian Ijin Usaha PD. BPR Djoko Tingkir.
b. Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Sragen Nomor : 7 tahun 1992
tentang Pendirian Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
Kabupaten Dati II Sragen, telah diadakan perubahan dengan Peraturan
Daerah No : 14 Tahun 2000 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir.
Dengan modal awal Rp, 208.000.000,- (Dua ratus delapan juta
rupiah) dan 3 (tiga) orang pegawai, dan merupakan Badan Usaha Milik
Daerah yang kepemilikannya 100 % milik Pemda Sragen Dalam
perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan usaha,
namun laju perkembangannya belum begitu pesat dapat dikatakan belum
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
memberikan kontribusi maksimal baik untuk masyarakat maupun pemda
Sragen dikarenakan permodalan yang masih relatif kecil.
Upaya dalam mempercepat laju perkembangan BPR, tidak bisa
lepas dari peran serta pemilik (Steakholder) kaitannya dengan permodalan
dan kebijakan yang diambil. Untuk mewujudkan BPR menjadi Bank yang
sehat dapat berdaya guna dan berhasil guna serta mewujudkan visi, misi
dan tujuan utama BPR diperlukan komitmen Pemilik dan Pengurus untuk
pemberdayaan BPR kedepan.
2. Visi dan Misi
Visi dan Misi telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 23
tahun 2003 tentang perubahan pertama Peraturan Daerah Kabupaten
Sragen Nomor 14 tahun 2000 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir Kabupaten Sragen.
Visi dan Misi merupakan arah dan tujuan yang akan dicapai
dimasa yang akan datang. Untuk pencapaiannya diperlukan perencanaan
strategis (untuk jangka 5 tahun) dan perencanaan operasional (jangka
waktu 1 tahunan).
a. Visi
Mewujudkan PD. BPR Djoko Tingkir sebagai lembaga
keuangan daerah yang handal dan mampu menopang PADS. Untuk
pencapaian Visi diperlukan langkah-langkah lebih lanjut yang akan
dituangkan dalam Misi BPR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Misi
1) Meningkatkan permodalan.
2) Meningkatkan Sumber daya manusia.
3) Meningkatkan Mutu Pelayanan ;
4) Meningkatkan Perluasan Jaringan Pelayanan ;
5) Memberikan Citra terbaik.
6) Memberikan hasil terbaik.
3. Sasaran dan Tujuan
Sasaran :
a. Adanya tambahan modal dari Pemda
b. Melakukan kerjasama dengan Bank Umum maupun Lembaga
Keuangan Non Bank
c. Melakukan kerjasama dengan Dinas / Instansi Pemerintah maupun
Swasta
d. Melakukan Pendidikan dan Pelatihan untuk semua pegawai
e. Menambah Pos Pelayanan Baru untuk pendekatan kepada nasabah
Tujuan :
a. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan di segala bidang
b. Membantu permodalan pengusaha Menengah, Kecil dan Mikro
c. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PADS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4. Faktor Pendukung
Dalam upaya mencapai tujuan utama, terdapat beberapa faktor pendukung
antara lain:
a. Kepemilikan 100 % milik Pemda Kabupaten Sragen
b. Kepercayaan masyarakat yang semakin meningkat
c. Letak kantor yang strategis tidak jauh dari lokasi perdagangan
d. Peluang pasar untuk pengembangan masih memungkinkan
e. Kebutuhan tenaga kerja / Pegawai cukup.
5. Hambatan
a. Permodalan yang masih relatif kecil, karena kurangnya komitmen
pemilik untuk memenuhi modal dasar
b. Sumber daya manusia yang masih rendah
c. Jaringan operasional yang masih terbatas
d. Banyaknya persaingan baik perbankan maupun non bank
e. Sarana dan prasarana belum memadai.
6. Susunan Organisasi Dan Tata Kerja (SOT)
Susunan Organisasi dan Tata Kerja perlu ada perubahan seiring
dengan perkembangan perusahaan dan volume pekerjaan yang ada.
Penyusunan SOT didasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 44 Tahun 2000 dimana Susunan Organisasi dan Tata Kerja
menyesuaikan dengan perkembangan asset :
a. Asset kurang dari Rp. 5 M : kategori Type C
b. Asset diatas Rp. 5 M s/d 15 M : kategori Type B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Asset diatas Rp. 15 M : kategori Type A
Asset BPR pada posisi 31 Maret 2006 sebesar Rp. 44.621 M.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja masih mengacu pada Type B
dengan modifikasi disesuaikan dengan kebutuhan Perusahaa dengan
susunan sebagai berikut :
1) Badan Pengawas : 3 Orang
2) Direksi : 2 Orang
3) SPI : 2 Orang
d. Kepala Bagian : 4 Orang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOT) saat ini sudah
disesuaikan dan susuai dengan kebuuhan dan perkembangan
perusahaan. Untuk perkembangan kedepan perlu adanya perubahan dari
Type B yang dimodifikasi menjadi Type A atau setidak-tidaknya
menjadi Type B, dengan komposisi sebagai berikut :
1) Badan Pengawas : 3 Orang
2) Direktur minimum : 2 Orang (Dir. Ut dan Direktur
Opersional)
3) SPI : 2 Orang
4) Kepala Bagian : 6 Orang
5) Sub Bagian : 12 Orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
7. Kepegawaian
Pegawai merupakan asset perusahaan dan merupakan modal dalam
pengembangan perusahaan. Untuk itu diharapkan pegawai yang memiliki
profesionalisme dan SDM yang berkualitas. Jumlah pegawai yang
dimiliki saat ini sebanyak 35 orang, yang terdiri dari :
a. Tenaga administrasi : 29 Orang
b. Tenaga Satpam : 3 Orang
c. Sopir : 2 Orang
d. Clening Service : 1 Orang
Jumlah : 35 Orang
Penambahan pegawai direncanakan secara berkala sesuai dengan
perkembangan perusahaan dan volume pekerjaan yang akan dimasukkan
dalam program kerja tahunan dengan kualifikasi dari basis pendidikan
tertentu.
8. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Upaya dalam meningkatkan kulaitas Sumber Daya Manusia,
perusahaan merencanakan pembiayaan dari Anggaran Perusahaan sebesar
5 % dari biaya Tenaga kerja setiap tahunnya. Pendidikan dan Pelatihan
telah dilakukan dalam bentuk kerjasama antara lain :
a. Pendidikan dan Pelatihan yang diadakan oleh PERBARINDO dan
PERBAMIDA.
b. Pendidikan dan Pelatihan yang diadakan oleh Bank Indonesia.
c. Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan lain ( LPK )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Selain Pendidikan dan Pelatihan khusus yang pernah diikuti,
pegawai diwajibkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, minimal D3. Pada saat ini dari jumlah pegawai yang ada, telah
mengikuti pendidikan dengan program S1 sebanyak 23 orang.
Pengembangan Sumber Daya Manusia ( SDM ) akan dilaksanakan secara
terus menerus secara berkesinambungan, sehingga diharapkan dalam
tahun-tahun mendatang akan dimiliki pegawai yang berkualitas dan
profesional.
9. Perluasan Jaringan Operasional
Dalam upaya mempercepat laju perkembangan perusahaan dan
peningkatan pelayanan sampai di pedesaan diperlukan perluasan jaringan
operasional dengan cara membuka pos pelayanan atau membuka Kantor
Cabang. Pos Pelayanan yang dimiliki antara lain :
a. Pos Pelayanan Pasar Kota dan Bunder
b. Pos Pelayanan Wilayah Kecamatan Tanon
c. Pos Pelayanan Wilayah Kecamatan Masaran
d. Pos Pelayanan Wilayah Kecamatan Gondang
Rencana Program untuk perluasan jaringan kedepan direncanakan
untuk menambah pos pelayanan baru dengan target dibukanya pos
pelayanan di setiap wilayah kecamatan yang pelaksanaannya akan
direncanakan dalam Rencana Kerja Tahunan guna pendekatan kepada
nasabah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
B. Deskripsi Responden
Sasaran utama Koperasi Mandiri dalam pemberian kreditnya kepada
masyarakat adalah pengusaha kecil yang bergerak dalam bidang perdagangan,
ataupun jasa.Untuk keperluan analisis data, penulis mengumpulkan data yang
diperlukan yaitu data tentang para pedagang kecil di Pasar Bunder Kabupaten
Sragen.
Jumlah pedagang kecil yang diambil sebagai sampel penelitian
sebanyak 100 pedagang. Data dikumpulkan melalui kuesioner (daftar
pertanyaan) yang diberikan kepada masing-masing pedagang kecil yang
bertindak sebagai sampel. Data yang diperoleh antara lain data tentang umur,
pendidikan, jumlah modal, lama usaha, pengalaman, jenis dagangan, dan rata-
rata penghasilan per hari.. Dalam penelittian ini nama responden tidak
dicantumkan sesuai dengan permintaan responden yang tidak ingin
identitasnya diketahui oleh khalayak umum.
Sebagai pedagang dengan modal yang tidak seberapa besar, mereka
hanya melakukan perdagangan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan
modal yang mereka miliki. Para pedagang ini sebenarnya mempunyai
keinginan untuk mengembangkan usaha yang mereka kelola, sehingga akan
mampu untuk menambah jumlah persediaan barang yang mereka
perdagangkan.
Para pedagang yang menjadi sampel adalah yang menjual kebutuhan
sehari –hari. Dari hasil penyebaran daftar pertanyaan dapat diletahui sebagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
besar pedagang yang berada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen tergolong
usia produktif. Dimana usia mereka berkisar antara 26-40 tahun.
Ditinjau dari dari segi pendidikan, sebagain besar memiliki
pendidikan yang rendah yaitu hanya berpendidikan SMP sehingga dalam
mengelola usahanya, dengan cara yang sederhana. Tingkat pendidikan ini
sangat penting bagi seorang pedagang karena biasanyapedagang yang
berpendidikan rendah mengakibatkan mereka kurang mampu mengelola
usahanya dengan baik.
Sesuai sasaran koperasi mandiri ini sangat dibutuhkan sekali bagi
pedagang yang ada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen sehingga para
pedagang kecil yang masih membutuhkan tambahan modal dalam mengelola
usahanya agar dapat berkembang dengan baik.
Berikut ini merupakan data mengenai umur pedagang kecil yang
disajikan secara kelompok :
Tabel 4.1
Umur Pedagang Kecil di Pasar Bunder Kabupaten Sragen
Tahun 2010
Umur Banyaknya Responden Persentase
Kurang dari 25 tahun
Antara 26 – 40 tahun
Lebih dari 40 tahun
18
54
28
18%
54%
28%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang diolah,2010
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 100 responden, kelompok umur
yang paling dominan adalah antara 26 tahun sampai dengan 40 tahun yaitu 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
responden atau 54%, kemudian kelompok umur kurang dari 25 tahun yaitu
sebanyak 26 responden atau 26% dan yang menduduki urutan terakhir atau
paling sedikit adalah kelompok umur lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 28
responden atau 28%.
Pada tabel 4.2 berikut ini disajikan data pedagang kecil menurut tingkat
pendidikan :
Tabel 4.2
Pendidikan Pedagang Kecil di Pasar Bunder Kabupaten Sragen
Tahun 2010
Pendidikan Banyaknya Responden Persentase
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Sarjana
29
53
16
2
29%
53%
16%
2%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 100 responden, berpendidikan SD
yaitu sebanyak 29 responden atau 29%, kemudian berpendidikan SLTP
sebanyak 53 responden atau 53%, berpendidikan SLTA sebanyak 16 orang
atau 16%, dan berpendidikan sarjana sebanyak 2 orang atau 2%.
Berikut ini pada tabel 4.3 disajikan data pedagang kecil menurut
jumlah modal sendiri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.3
Jumlah Modal Pedagang Kecil di Pasar Bunder Kabupaten Sragen 2010
Jumlah Modal Banyaknya
Responden Persentase
rata-rata
Rp 150.000,00 – Rp 250.000,00
Rp 250.000,00 – Rp 350.000,00
Rp 350.000,00 – Rp 450.000,00
Rp 450.000,00 – Rp 550.000,00
Rp 550.000,00 – Rp 650.000,00
Lebih dari Rp 650.000,00
2
17
19
26
23
13
2%
17%
19%
26%
23%
13%
400.000,00
300.000,00
400.000,00
500.000,00
600.000,00
Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas pedagang kecil memiliki
modal sangat kecil. Dari data tersebut diketahui bahwa sebanyak 19 responden
atau 19% pedagang memiliki modal Rp 350.000,00 – Rp 450.000,00,
merupakan kelompok responden yang paling banyak. Sedangkan kelompok
modal yang paling sedikit adalah pedagang yang memiliki modal Rp
150.000,00 – Rp 250.000,00 sebanyak 2 responden atau 2%.
Pada tabel 4.4. berikut ini merupakan data mengenai lama usaha
pedagang kecil yang disajikan secara kelompok :
Tabel 4.4 Lama Usaha Pedagang Kecil di Pasar Bunder Kabupaten Sragen
Tahun 2010 Lama usaha Banyaknya Responden Persentase
5 tahun
10 tahun
15 tahun
Lebih dari 15 tahun
13
27
45
15
13%
27%
45%
15%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa dari 100 responden, kebanyakan
pedagang telah menggeluti usaha berdagang selama 15 tahun yaitu sebanyak
45 responden atau 45%, kemudian 10 tahun sebanyak 27 responden atau 27%,
lebih dari 15 tahun sebanyak 15 responen atau 15%, dan yang paling sedikit
adalah kurang dari 5 tahun sebanyak 13 orang atau 13%.
Pada tabel 4.5 disajikan data pedagang kecil menurut tingkat
penghasilan rata-rata perbulan:
Tabel 4.5
Penghasilan Rata-rata Per Hari Pedagang Kecil di Pasar Bunder
Kabupaten Sragen Tahun 2010
Penghasilan Rata-rata / Bulan Banyaknya Responden Persentase
£ Rp 100.000
Rp 100.000 – Rp 200.000
Rp 200.000 – Rp 400.000
³ Rp 400.000
30
45
25
1
30%
45%
19%
6
Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Tabel 4.5 ditunjukkan bahwa para pedagang kecil mayoritas memiliki
penghasilan rata-rata Rp 100.000 – Rp 200.000 per minggu yaitu sebanyak 45
pedagang atau 45%, kemudian penghasilan di bawah Rp 100.000 sebanyak 30
orang atau 30%, penghasilan rata-rata Rp 200.000 – Rp 400.000 sebanyak 25
orang atau 25%, dan pedagang yang berpenghasilan Rp400.000 per minggu
sebanyak 1 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi,
variabel dependent dan variabel independent, keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak, apabila signhitung >0,6, maka
data tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya (Santoso, 2001)
Hasil uji normalitas pada semua variabel mempunyai distribusi
normal seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data
Dari hasil diatas maka nilai z Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,888 dengan signifikansi 0,410 sehingga data residual berdistribusi
normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
100
,0000000
17319,12816
,162
,162
-,067
,888
,410
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan
metode VIF, yaitu dengan membandingkan nilai VIF dan Tolerence
hasil regresi, jika VIF < 10 berarti tidak ada gejala multikolinearitas
dan sebaliknya jina nilai VIF > 10 berarti ada gejala multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengolahan data komputer berikut ini :
Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinieritas diatas diketahui besarnya VIF
masing-masing variabel lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan
tidak terdapat multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Berdasarkan hasil olah data dengan
menunjukkan hasil sebagai berikut :
Coefficientsa
,464 2,155
,464 2,155
Modal Sendiri
Modal Kredit
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Pendapatana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas didapatkan hasil bahwa variabel independen
setelah diregres dengan residual maka hasilnya tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Otokorelasi
Uji tokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dapat dideteksi dengan uji Durbin Watson (d). hal ini
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 4.9. Hasil Uji Otokorelasi
Tabel 4.9 di atas dapat dilihat nilai Durbin-Watson sebesar
1,675 akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan
derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 30 dan jumlah variabel bebas
2, maka di tabel Durbin-Watson akan didapat nilai dL 1.24 dan dU 1.73.
Nilai DW 1,675 terletak diantara dL dan 4-dU atau 1,24<1,675 <2,27
Coefficientsa
5014,076 7385,132 ,679 ,503
,096 ,069 ,380 1,395 ,174
-,004 ,003 -,334 -1,227 ,230
(Constant)
Modal Sendiri
Modal Kredit
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Abs_resa.
Model Summaryb
,950a ,903 ,896 17949,119 1,675Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Modal Kredit, Modal Sendiria.
Dependent Variable: Pendapatanb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
maka diterima. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi
pada model regresi.
2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Dari analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan
dengan bantuan program SPSS didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Koef Regresi Std Error t hitung Prob Constanta CP NI
14359.658 0.309 0.039
10614.248 .099 .005
3.130 8.293
0.004 0.000
R Square Adj R Square F hitung Prob F
0,903 0,896
125,621 0,000
Sumber: Data diolah, 2010
Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan nilai F
hitung sebesar 125,621 dengan probabilitas 0,000. Dengan demikian
dalam tingkat kepercayaan 5% variabel modal sendiri dan modal kredit
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Uji R2
Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan nilai R2 sebesar
90,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa modal sendiri dan modal kredit
menerangkan pendapatan sebesar 90,3 % sedangkan sisanya sebanyak
9,7% dipengaruhi oleh variabel diluar dari yang diteliti.
c. Hasil Uji t
Hasil dari masing-masing pengujian tersebut menunjukkan
bahwa pada tingkat signifikansi 5% variabel independent yang terdiri
dari modal sendiri (X1) dan modal kredit (X2) berpengaruh secara
individu terhadap variabel dependen pendapatan (Y). Hal ini dapat
dilihat dari hasil nilai t hitung untuk masing-masing variabel yang
ditunjukkan besarnya nilai probabilitas signifikansi kurang dari 5%.
1) Perhitungan nilai t variabel modal sendiri diperoleh nilai t 3,130
Hasil uji t menunjukkan nilai t hitung adalah lebih besar dari nilai t
tabel (α/2; n-k-1) maka diperoleh t table sebesar 2,052, sehingga H0
ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
modal sendiri dengan variabel pendapatan.
2) Perhitungan nilai t variabel modal kredit diperoleh nilai t 8,293
Hasil uji t menunjukkan nilai t hitung adalah lebih besar dari nilai t
tabel (α/2; n-k-1) maka diperoleh t table sebesar 2,052, sehingga H0
ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
modal kredit dengan variabel pendapatan..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Nilai F hitung sebesar 125,621 dengan probabilitas 0,000 menunjukkan
modal sendiri dan modal kredit secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel pendapatan
2. Nilai R2 sebesar 90,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa modal sendiri dan
modal kredit menerangkan pendapatan sebesar 90,3 % sedangkan sisanya
sebanyak 9,7% dipengaruhi oleh variabel diluar dari yang diteliti
3. Hasil uji t menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh modal kredit dan
modal sendiri terhadap pendapatan para pedagang di Pasar Buder
Kabupaten Sragen secara individual
B. Saran-saran
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara modal sendiri terhadap jumlah pendapatan secara parsial, maka
hendaknya para pedagang memperhatikan besarnya modal sendiri yang
dimiliki sehingga mampu meningkatkan pendapatan usaha mereka.
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara modal kredit terhadap jumlah pendapatan secara parsial, maka
hendaknya pihak BPR Djoko Tingkir benar-benar memperhatikan
besarnya modal yang dipinjamkan kepada para pedagang sehingga mampu
meningkatkan pendapatan usaha mereka.
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menambah variabel-variabel lain
agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.
4. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan pengambilan sampel yang
digunakan harusnya lebih diperbanyak, sehingga data lebih lengkap dari
yang penelitian ini.