bab ii tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi...

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konservasi keanekaragaman hayati merupakan sebuah proses yang memberikan implikasi secara sosial dan politik 11 . Oleh karena itu, konservasi tidak bisa dibatasi pada pendekatan teknis tetapi juga dikembangkan dalam pembahasan ilmu sosial. Ben Orlove meletakkan landasan teoritik untuk kajian- kaijan seperti ini dengan memberikan catatan mengenai perlunya pandangan politik ekonomi dalam kajian-kajian ekologi (Haenn and Wilk 2006: 203). Fakta empiris menunjukkan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan teknis telah menimbulkan banyak konflik dan memicu munculnya persoalan-persoalan yang berdampak buruk terhadap manusia dan lingkungan. Di beberapa negara berkembang, kerusakan lingkungan kerap diperparah oleh kebijakan lingkungan yang ditetapkan secara sepihak. Pada beberapa kasus seperti deforestasi, kerusakan lingkungan adakalanya dipicu karena penebangan hutan oleh masyarakat pinggir hutan sebagai manifestasi rasa tidak setuju dan tidak puas dengan kebijakan pemerintah. Di sisi yang berseberangan, upaya penyelamatan lingkungan dengan menetapkan kawasan perlindungan, suaka alam dan taman nasional membawa petaka sendiri bagi masyarakat yang telah turun-temurun menggantungkan hidupnya pada lingkungan tersebut. Dilihat sebagai ancaman bagi keanekaragaman hayati, maka masyarakat lokal dijauhkan dari teritorial tradisional mereka. Salah satu konsekuensi memasukkan perspektif sosial pada studi ekologi terhadap kajian ekologi manusia adalah memperluas skala kajian dari lokal ke regional dan global. Konteks lokal diperlukan untuk mengenali sistem sosiokultur sebuah komunitas, mendalami hubungannya dengan lingkungan, mengenali upaya coping terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan biofisik serta mengenali sistem manajemen lingkungan lokal yang dimiliki komunitas tradisional. Kontek regional dan global perlu ditinjau untuk mendalami kebijakan pengelolaan lingkungan. Kebijakan manajemen sumberdaya sering kali bukan 11 Steven R. Brenchin, et al. Beyond the Square Wheel: Toward a More Comprehensive Understanding of Biodiversity Conservation as Social and Political Process (2002).

Upload: vandien

Post on 07-Mar-2019

258 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konservasi keanekaragaman hayati merupakan sebuah proses yang

memberikan implikasi secara sosial dan politik11

. Oleh karena itu, konservasi

tidak bisa dibatasi pada pendekatan teknis tetapi juga dikembangkan dalam

pembahasan ilmu sosial. Ben Orlove meletakkan landasan teoritik untuk kajian-

kaijan seperti ini dengan memberikan catatan mengenai perlunya pandangan

politik ekonomi dalam kajian-kajian ekologi (Haenn and Wilk 2006: 203). Fakta

empiris menunjukkan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan teknis telah

menimbulkan banyak konflik dan memicu munculnya persoalan-persoalan yang

berdampak buruk terhadap manusia dan lingkungan. Di beberapa negara

berkembang, kerusakan lingkungan kerap diperparah oleh kebijakan lingkungan

yang ditetapkan secara sepihak. Pada beberapa kasus seperti deforestasi,

kerusakan lingkungan adakalanya dipicu karena penebangan hutan oleh

masyarakat pinggir hutan sebagai manifestasi rasa tidak setuju dan tidak puas

dengan kebijakan pemerintah. Di sisi yang berseberangan, upaya penyelamatan

lingkungan dengan menetapkan kawasan perlindungan, suaka alam dan taman

nasional membawa petaka sendiri bagi masyarakat yang telah turun-temurun

menggantungkan hidupnya pada lingkungan tersebut. Dilihat sebagai ancaman

bagi keanekaragaman hayati, maka masyarakat lokal dijauhkan dari teritorial

tradisional mereka.

Salah satu konsekuensi memasukkan perspektif sosial pada studi ekologi

terhadap kajian ekologi manusia adalah memperluas skala kajian dari lokal ke

regional dan global. Konteks lokal diperlukan untuk mengenali sistem sosiokultur

sebuah komunitas, mendalami hubungannya dengan lingkungan, mengenali upaya

coping terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan biofisik serta

mengenali sistem manajemen lingkungan lokal yang dimiliki komunitas

tradisional. Kontek regional dan global perlu ditinjau untuk mendalami kebijakan

pengelolaan lingkungan. Kebijakan manajemen sumberdaya sering kali bukan

11 Steven R. Brenchin, et al. Beyond the Square Wheel: Toward a More Comprehensive

Understanding of Biodiversity Conservation as Social and Political Process (2002).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

12

kebijakan yang diinisiasi dari bawah. Hubungan dengan negara maju atau

lembaga internasional kerap mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah di

negara berkembang.

Perubahan merupakan satu faktor lain yang perlu dipertimbangkan.

Perubahans pada lingkungan bisa melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan.

Begitu pula intervensi pemerintah dalam mengelola lingkungan dapat merubah

pola interaksi antara masyarakat dan lingkungan. Ditingkat lokal, perubahan dapat

terjadi pada lingkungan biofisik dan pada cara pemanfaatan lingkungan oleh

masyarakat. Memperhatikan dinamika kehidupan masyarakat lokal diperlukan

untuk keluar dari cara pandang lama dalam melihat masyarakat dan

lingkungannya. Penelitian ini dilakukan pada saat pola produksi masyarakat

Lamalera berubah, kebijakan konservasi keanekaragaman hayati berkembang dan

masyarakat nelayan Lamalera menolak kebijakan tersebut. Masyarakat Lamalera

menolak dijauhkan dari tradisi leluhur, sementara dalam lingkungan internal

mereka melakukan pergeseran-pergeseran kecil yang mendasar dan berbeda

dengan sistem sosiokultur warisan leluhurnya.

Penelitian akan diawali dengan tinjauan literatur berupa teori dan fakta

empiris mengenai interaksi antara sistem sosiokultur dan lingkungan, perubahan

sosial serta perspektif sosial terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Kajian

teoritis ini diperlukan untuk menyusun hipotesa pengarah (guiding hypotheses)

mengenai sistem sosiokultur masyarakat nelayan Lamalera dan reaksi mereka atas

pencadangan Laut Lembata dalam zona II wilayah KKPN Laut Sawu.

Pola adaptasi yang dibangun oleh masyarakat Lamalera dengan laut

selatan Pulau Lembata serta habitat cetacea yang setiap tahun bermigrasi

melewati Laut Sawu dan sumberdaya ikan-ikan besar lainnya mendapat perhatian

dalam studi ekologi manusia terutama pada ragam kajian antropologi lingkungan.

Disiplin ini merupakan cabang ilmu antropologi yang menelaah hubungan antara

masyarakat dan lingkungannya dari titik pandang masyarakat setempat (the native

point of view) (Adiwibowo 2007). Secara terarah, penelitian ini merujuk pada

salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya.

Studi ekologi budaya pada masyarakat Lamalera akan dijadikan titik tolak untuk

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

13

memahami reaksi masyarakat nelayan Lamalera yang menolak Laut Lembata

masuk dalam wilayah konservasi Laut Sawu.

2.1 Teori Ekologi Budaya

Ekologi budaya merupakan teori yang digunakan untuk menjelaskan

perbedaan kebudayaan yang bersifat evolusioner dan menempatkan kelompok

manusia pada kategori-kategori berdasarkan keefektifan teknologi yang mereka

gunakan untuk memanfaatkan sumberdaya alam. Pendekatan ekologi budaya

dikembangkan oleh Julian H. Steward yang dipandang sebagai antropolog

pertama yang memasukkan kajian tentang hubungan budaya dengan lingkungan di

dalam bidang kajian ekologi. Dalam ranah kajian ilmu sosial, ekologi budaya

termasuk ke dalam rumpun studi antropologi ekologi. Kelompok ilmu antropologi

merupakan rumpun ilmu sosial yang pertama memberikan perhatian kepada

hubungan antara manusia dan alam. Kedekatan kajian antropologi dan ekologi

terlihat dengan banyaknya penjelasan mengenai kebudayaan yang terbentuk dari

interaksi manusia dengan alam. Sebagai sebuah konsep, ekologi melingkupi dua

subyek yaitu manusia dan lingkungannya. Namun sebagai sebuah bidang ilmu,

ekologi mengilustrasikan hubungan yang terbentuk dari interaksi antara manusia

dengan spesies lainnya. Bennet (dikutip dalam Adiwibowo 2007) mendefinisikan

antropologi ekologi sebagai studi tentang bagaimana penggunaan sumberdaya

alam oleh manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi sosial dan nilai

budaya.

Dalam antropologi ekologi terdapat dua perspektif pokok yaitu perspektif

fungsionalisme ekologi dan perspektif environmentalisme atau yang sering

disebut dengan perspektif action oriented. Perspektif fungsionalisme ekologi

melihat perubahan sistem sebagai perubahan alamiah dalam proses mencari

keseimbangan. Perspektif ini mengaitkan berbagai gejala dan komponen-

komponen dalam sistem ekologi. Kelemahan mendasarnya adalah karena

mengabaikan aspek historis dari perubahan sistem tersebut. Pendekatan yang

tergolong dalam fungsionalisme ekologi yaitu pendekatan ekologi budaya,

pendekatan ekosistem dan pendekatan sistem. Sebaliknya, perspektif

environmentalisme atau action oriented lemah dalam menjelaskan keterkaitan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

14

antar komponen-komponen sistem ekologi, namun sangat kuat dalam menjelaskan

aspek historis dan tindakan-tindakan individual yang menekankan pada proses.

Kombinasi dua persektif ini seringkali dilakukan untuk menutupi kelemahan

masing-masing pendekatan.

Dalam menggambarkan sistem sosiokultur masyarakat pemburu dan

menikam ikan di Lamalera, peneliti menggunakan perspektif fungsionalisme

ekologi dengan pendekatan ekologi budaya. Heider mengemukakan bahwa

ekologi kebudayaan pada intinya memahami hubungan antara masyarakat,

subsistensi, dan lingkungannya (Lobja 2003: 26). Penekanan dalam ekologi

kebudayaan adalah aktivitas subsistensi, dimana yang diperhatikan adalah

hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik, teknologi dan organisasi

sosialnya. Secara lebih spesifik dalam memahami ekologi budaya, Satria

(Adiwibowo 2007) mengutip karya Netting (1993) mengatakan bahwa ekologi

budaya memfokuskan diri pada “particular circumstances of geography,

demography, technology, and history that result in a splendid variety of cultural

values, religion, kinship systems, and political structures in local environmental

strategies”. Karakteristik pokok pada pendekatan ini adalah pandangan bahwa

lingkungan alamiah memiliki keteraturan secara homeostatik dengan masyarakat

sekitarnya.

Sebelum ekologi budaya diuji sebagai sebuah pendekatan untuk

menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan, beberapa pendekatan

konseptual lain telah lebih dulu mengawali meskipun pada perkembangannya

didiskreditkan oleh banyak ilmuan sosial (Rambo 1981: 1). Teori determinisme

mengawali dengan cara pandang bahwa kebudayaan manusia adalah produk dari

lingkungannya. Dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan,

ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan ‟nasib‟ manusia

dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan (Susilo 2008: 30). Premis

bahwa aspek budaya dan perilaku manusia semata-mata dipengaruhi oleh

lingkungan telah menyederhanakan keberagaman kebudayaan sebagai hasil

pengaruh dari kondisi-kondisi lingkungan seperti iklim, sumberdaya alam,

topografi dan kondisi geografis. Sekalipun beranjak dari premis tersebut, variasi-

variasi pada kebudayaan dianggap sebagai akibat dari kebetulan saja (Geertz

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

15

1983: 2). Teori ini dipandang sebagai permulaan yang salah yang memperlambat

perkembangan teori-teori ekologi budaya selanjutnya.

Berbeda dengan determinisme yang meletakkan lingkungan sebagai

penyebab langsung (direct causes), teori posibilisme berkeyakinan bahwa

lingkungan memiliki sifat yang relatif. Artinya, pada saat tertentu lingkungan

berperan penting dalam menjelaskan kecocokan dengan budaya tertentu, tetapi

pada sisi lain lingkungan tidak cocok dengan budaya tertentu tersebut. Dengan

kata lain, kondisi lingkungan yang sama tidak menjamin akan munculnya budaya

yang sama (Susilo 2008: 44). Faktor-faktor spesifik pada lingkungan dilihat

sebagai pembatas atau penyeleksi. Kelompok posibilisme lingkungan mengenali

keterbatasan pada lingkungan sama baiknya dengan peluang yang mungkin

direalisasikan dengan penemuan-penemuan mekanis, peralatan dan keahlian yang

dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk mendapatkan tujuan-tujuannya

dan keluar dari keterbatasan lingkungan. Forde mengatakan diantara lingkungan

fisik dan aktivitas manusia selalu ada penengah, yaitu sekumpulan tujuan spesifik

dan nilai-nilai, pengetahuan dan kepercayaan yang dalam bahasa lain disebut

dengan pola kebudayaan (Netting 1986: 4). Sama halnya dengan determinisme

lingkungan, posibilisme mulai ditinggalkan karena gagal menjelaskan mengapa

kondisi alam yang sama tidak menciptakan pola kebudayaan yang relatif sama

pula.

Kegagalan kedua teori diatas, membuat banyak antropolog meninggalkan

kajian mengenai interaksi antara manusia dengan lingkungan dan kembali

memusatkan perhatian pada studi mengenai struktur internal dan fungsi sistem

sosial dan budaya. Baru pada tahun 1950an kajian mengenai hubungan manusia

dengan lingkungan muncul kembali dibawah pengaruh konsep Steward dengan

teori ekologi budaya. Steward sendiri pernah menjadi murid A.L.Kroeber seorang

penganut posibilisme dan dididik dalam pemikiran difusionisme. Konsep ekologi

budaya merupakan hasil dari penelitian lapangan yang dilakukannya. Konsep ini

telah menyanggah pandangan difusionisme dengan mengatakan bahwa adaptasi

terhadap lingkungan juga memiliki peran yang sama signifikannya dengan difusi

dalam membentuk pola kebudayaan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

16

Adaptasi lingkungan merupakan kata kunci yang menjadi dasar landasan

teori ekologi budaya. Steward mendefinisikan ekologi budaya sebagai studi

mengenai proses-proses adaptasi dimana masyarakat dan beberapa unsur dalam

kebudayaan manusia dipengaruhi oleh penyesuaian diri yang mendasar atas upaya

manusia memanfaatkan lingkungan (Netting 1986: 6). Kultur dilihat sebagai

kesatuan yang mempunyai ciri-ciri berlainan yang ditemukan diberbagai

lingkungan ekologis. Kultur mendapat bentuk yang berbeda karena beradaptasi

dengan kondisi lingkungan yang berbeda (Sztompka 2007: 135). Konsep adaptasi

sendiri telah menjadi perdebatan dalam kajian sosial karena secara inheren,

konsep ini sangat fungsionalis. Cara Steward mengembangkan teori ekologi

budaya merujuk pada pemahaman konsep fungsionalis adaptasi. Konsep ini bisa

dipakaikan dalam melihat asal-usul sistem sosiokultur.

Adaptasi lingkungan juga menjadi dasar penjelasan yang digunakan

Steward untuk memberikan jawaban atas kritik yang disampaikan terhadap teori

evolusi unilinear yang mengemukakan bahwa evolusi sosial berlaku secara

menyeluruh. Evolusi unilinear berpendapat bahwa ada satu proses evolusi yang

melalui tingkat-tingkat yang seragam dan harus dilalui semua bangsa di dunia

secara mutlak. Pendekatan yang didominasi oleh pemikiran Spencer, Tylor, dan

Morgan secara umum mengatakan (a) bahwa semua perubahan dalam

kebudayaan-kebudayaan atau masyarakat-masyarakat khusus berarti kemajuan,

(b) bahwa semua masyarakat dalam derap majunya melalui tingkat-tingkat yang

sama, dan karena itu (c) masyarakat di dunia sekarang yang paling sedikit

kemajuannya dapat dibandingkan dengan tahap-tahap yang telah dilalui oleh

masyarakat yang lebih maju.12

Asumsi-asumsi kaku yang dikembangkan evolusi klasik mulai

ditinggalkan. Neoevolusionisme mengembangkan pandangan baru evolusi dari

kritik yang disampaikan terhadap teori tersebut. Dalam kajian antropologi sosial

kemudian muncul dua pendekatan baru evolusi yaitu evolusi universal dan evolusi

multilinear. Yang terakhir merupakan gagasan teori ekologi budaya Steward.

12 W.F. Wertheim. Gelombang Pasang Emansipasi ‘Evolusi dan Revolusi’ yang Diperbaharui

(1976) hal.9. Sztompka dalam Sosiologi Perubahan Sosial (2007) menyimpulkan asumsi-asumsi

umum yang dikembangkan teori evolusi klasik beserta kritik-kritik yang disampaikan. Sementara

pentahapan masyarakat dikembangkan oleh Morgan (Bohannan and Glazer 1988, Sztompka 2007,

Steward 1955, Koentjaraningrat 2007.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

17

Evolusi universal melihat peristiwa-peristiwa perubahan besar dalam sejarah

kebudayaan manusia pada umumnya bersifat universal. Pendekatan ini merupakan

warisan dari pemikiran evolusionisme unilinear terutama pemikiran Morgan.

Evolusi universal terutama yang dikembangkan oleh Leslie White dan V. Gordon

Childe berusaha mempertahankan konsep tahapan kebudayaan dengan

menghubungkan tahapan-tahapan tersebut dengan kebudayaan manusia secara

keseluruhan (Steward 1955: 16). Semua bagian dalam kebudayaan saling

berhubungan akan tetapi peran utama dimainkan oleh sistem teknologi (Sztompka

2007: 135).

2.1.1 Pendekatan Evolusi Multilinear sebagai Landasan Bagi Teori Ekologi

Budaya

Berbeda dengan evolusi unilinear dan universal, evolusi multilinear secara

umum memandang evolusi sebagai suatu gejala yang hanya mempunyai pertalian

dengan suatu kebudayaan tertentu, atau setidak-tidaknya pada suatu tipe

kebudayaan tertentu (Wertheim 2007: 16). Tidak semua unsur kebudayaan

mengalami perkembangan yang sama. Ada unsur-unsur kebudayaan yang

berkembang sejajar di dunia, dan ada pula yang tidak. Proses-proses evolusi

kebudayaan tergantung dari lingkungan-lingkungan ekologi tertentu, ada unsur-

unsur dalam kebudayaan-kebudayaan yang berevolusi seragam, sehingga proses

evolusi ini disebut multilinear (Koentjaraningrat 1990: 116). Evolusi meliputi

semua kesatuan kultur konkret. Setiap kultur atau setiap aspek kultur tertentu

berkembang secara berbeda dan mengikuti mekanisme sendiri. Karena itu evolusi

harus dianggap bersifat multilinear menurut dua arti. Pertama, dari sudut antar-

masyarakat: evolusi di berbagai masyarakat mengikuti jalan yang berbeda karena

menghadapi kondisi yang berbeda. Kedua, dari sudut masyarakat tertentu: evolusi

berbagai bidang kehidupan sosial (kultur, ekonomi, politik, dan sebagainya)

mengikuti jalan dan mekanisme yang berbeda. Penyebab perubahan evolusioner

bermacam-macam, namun ada beberapa faktor mendasar yang lebih umum.

Faktor tekno-ekonomi berperan strategis dalam setiap masyarakat (Sztompka

2007:136).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

18

Multilinear evolution yaitu proses-proses perkembangan yang berjalan

lambat dari kebudayaan-kebudayaan yang berlainan dan yang hidup dalam

lingkungan yang berbeda-beda, tetapi yang secara garis besar menunjukkan

persamaan dalam proses-proses evolusi kebudayaan manusia dalam unsur-unsur

primernya, tetapi menunjukkan perbedaan besar dalam unsur-unsur sekundernya

(Koentjaraningrat 1990: 130). Tujuan utama teori evolusi ini justru untuk

memberi penjelasan mengenai gejala keaneka-ragaman kebudayaan evolusi setiap

kebudayaan khusus dari tipe kebudayaan dijelaskan dalam artian peningkatan

penyesuaian suatu kebudayaan pada lingkungan alamnya (Wertheim 2007: 16).

Perhatian utama kelompok ilmuan multilinear ditujukan pada unsur-unsur

kebudayaan yang bersifat khusus.

Dalam pandangan yang menyeluruh, semua aspek kebudayaan secara

fungsional saling tergantung. Derajat ketergantungan antara semua aspek tidak

sama satu dengan lainnya. Dalam hal ini, Steward mengembangkan konsep inti

budaya, yaitu serangkaian unsur-unsur yang berkaitan erat dengan aktivitas

subsistensi dan pengelolaan ekonomi. Inti budaya melingkupi pola-pola politik,

sosial dan keagamaan yang ditentukan secara empiris memiliki hubungan yang

dekat dengan pengelolaan ekonomi. Unsur-unsur kebudayaan lain lebih beragam

sifatnya karena tidak begitu erat terikat dengan inti. Unsur-unsur yang sekunder

itu agak banyak ditetapkan oleh faktor-faktor kultural historis – dengan inovasi

secara acak atau dengan difusi – unsur-unsur ini memberikan perbedaan wajah

berbagai kebudayaan yang berinti sama. Berdasarkan analisis empiris telah

dibuktikan bahwa unsur-unsur yang paling erat hubungannya dengan pemanfaatan

lingkungan menurut cara-cara kebudayaan merupakan pusat perhatian ekologi

kebudayaan (Steward 1955: 37).

Koentjaraningrat (1997: 2) menjelaskan konsep kebudayaan dengan

memecahnya menjadi unsur-unsur kebudayaan universal yang pasti bisa

ditemukan disemua kebudayaan di dunia mulai dari masyarakat kecil di daerah

terpencil sampai ke masyarakat perkotaan yang besar dan komplek. Unsur-unsur

universal itu, yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di

dunia ini, adalah: 1) sistem religi dan upacara keagamaan, 2) sistem dan

organisasi kemasyarakatan, 3) sistem pengetahuan, 4) bahasa, 5) kesenian, 6)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

19

sistem mata pencarian hidup, 7) sistem teknologi dan peralatan. Urutan susunan

unsur kebudayaan tersebut dibuat berdasarkan tingkat kesulitannya berubah

karena pengaruh kebudayaan lain, walaupun tidak berlaku mutlak. Merujuk pada

uraian Koentjaraningrat mengenai konsep inti kebudayaan ini maka yang

termasuk pada kategori inti kebudayaan adalah unsur-unsur kebudayaan primer

seperti unsur politik, sosial dan keagamaan.

Ekologi budaya memberikan perhatian utama untuk unsur-unsur tersebut

yang dalam analisis empiris menunjukkan keterlibatan yang paling dekat dengan

pemanfaatan lingkungan dengan cara-cara budaya yang ditentukan (Steward

1955: 37). Adaptasi memiliki peran penting untuk melihat proses perkembangan

kebudayaan yang sangat beragam. Dari variasi perkembangan sistem sosiokultur

yang banyak, tampak beberapa proses perkembangan yang sejajar. Kesejajaran ini

terutama tampak dalam beberapa unsur kebudayaan yang universal atau unsur

primer, seperti sistem mata pencaharian hidup, organisasi sosial, dan sistem religi.

Unsur-unsur kebudayaan lain yang tidak primer, seperti teknologi sistem

pengetahuan dan kesenian, tidak akan menampakkan evolusi sejajar dalam

berbagai kebudayaan (Koentjaraningrat 1990: 125)

Sebagai penggagas pendekatan ekologi budaya, Steward memfokuskan

perhatiannya terhadap adaptasi kebudayaan pada kondisi lingkungan yang

spesifik. Teori kultural ekologi, dikembangkannya dari penelitian yang

dilakukannya pada masyarakat berburu dan meramu Shoshone, di Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut Steward menemukan bahwa adaptasi ekologi telah

memainkan peranan signifikan pada susunan kebudayaan masyarakat Shoshone.

Steward juga menjelaskan kehadiran sejumlah aspek struktural dari kebudayaan

Shoshone dalam terminologi sumberdaya yang ada untuk mendukung kehidupan

habitat semi gurun yang sangat miskin.

Rambo (1981) menyimpulkan bahwa pada etnografi terbaik Steward yang

pernah dipublikasikan tersebut, tingkat kepadatan penduduk yang rendah, angka

pengusiran populasi yang tinggi, organisasi keluarga kecil yang dipadu dengan

pola-pola tempat tinggal yang fleksibel, kekurangan daerah pemukiman, serta

kekurangan pemimpin yang kuat, semua faktor tersebut merefleksikan

ketidakmampuan teknologi masyarakat Shostone yang sederhana untuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

20

mengambil persediaan makanan yang besar dan stabil dari sumberdaya yang

sangat tipis tersebar dan sporadis dari lingkungan mereka yang kering dan

gersang. Dalam pandangan Steward, tidak semua aspek dari budaya Shoshone

dapat dijelaskan dalam terminologi ekologi – banyak dari ciri-ciri pembawaan

mereka yang ditunjukkan sebagai hasil dari penyebaran kebudayaan yang

sederhana dan secara kebetulan, tetapi hal itu hanya pada beberapa elemen, yang

ia beri nama sebagai inti budaya. Rambo mengatakan, secara khusus Steward

menentukan bahwa teknologi, ekonomi, populasi dan organisasi sosial sepertinya

adalah bagian dari inti kebudayaan.

Untuk menjelaskan unsur-unsur “inti kebudayaan”, Steward menguraikan

bahwa kesalingterhubungan aspek-aspek kebudayaan pada masyarakat tidak sama

tingkat dan macamnya. Untuk itu perlu mengisolasi aspek-aspek tertentu dari

kebudayaan, dimana hubungan aspek kebudayaan tersebut dengan lingkungannya

secara fungsional terlihat sangat eksplisit. Biasanya aspek itu bersifat peripheral,

di pinggiran inti kebudayaan seperti aspek tekno-ekonomi. Hubungan pola-pola

kebudayaan dengan organisme lingkungan hidup sangat kentara. Bila inti

kebudayaan itu meliputi pola-pola sosial, politik dan agama yang secara empiris

mempunyai hubungan erat dengan penyusun-penyusunnya, maka ekologi

kebudayaan memusatkan perhatian pertama-tama pada unsur-unsur yang dari

analisis empiris telah terbukti paling erat bersangkutan dengan pemanfaatan

lingkungan menurut cara-cara yang dipastikan secara kebudayaan (Laksono

2000).

Dalam bukunya „Evolution and Ecology‟ (1977), Steward mengatakan

bahwa lingkungan itu sangat ditentukan oleh bagaimana organisasi produksi

masyarakat dilaksanakan. Artinya, bahwa tindakan sosial ekonomi masyarakat

terhadap sumberdaya alam sangat ditentukan oleh bagaimana pola-pola konsumsi

dan kebutuhan akan barang dan jasa oleh masyarakat tersebut (Lobja 2003).

Dalam hal ini Steward cenderung untuk memberikan penekanan terhadap

hubungan antara teknologi dan lingkungan dalam model ekologi kebudayaannya.

Penelitian ini mengacu pada pemikiran Steward yang dipandang sebagai

ilmuan sosial pertama yang memulai kajian yang mengaitkan antara manusia

dengan alam. Dalam buku Theory of Cultural Change (1955), Steward

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

21

mengembangkan perspektif ekologi budaya dengan memberikan penekanan pada

teknologi. Sifat inti budaya akan ditentukan oleh teknologi dan pengelolaan sistem

ekonomi produksi. Adapun metode yang dikembangkan dari teori ekologi budaya

ini mencakup tiga aspek atau prosedur dasar untuk dianalisa.

Pertama, menganalisa hubungan antara teknologi produksi atau teknologi

eksploitasi dengan lingkungan. Teknologi eksploitasi mencakup budaya material

dalam suatu masyarakat. Tidak semua budaya material sama pentingnya. Dalam

masyarakat primitif, peralatan-peralatan subsistensi menjadi hal yang mendasar

seperti senjata serta peralatan berburu dan memancing, alat penampung hasil

tangkapan, serta peralatan transportasi yang digunakan di darat dan di laut.

Sementara itu bagi masyarakat yang lebih berkembang, pertanian, teknik

peternakan dan bangunan menjadi hal yang utama. Lain halnya, bagi masyarakat

industri dimana modal, pengelolaan kredit dan teknik perdagangan merupakan hal

mendasar. Menurut Steward, masyarakat yang sederhana lebih terkondisikan oleh

lingkungan dari pada masyarakat yang lebih maju. Kondisi lingkungan tergantung

pada kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan yang relatif sederhana akan lebih

terkondisikan oleh lingkungan dari pada kebudayaan yang lebih maju. Secara

umum iklim, topografi, tanah, hydrografi, tutupan vegetasi, dan fauna adalah

krusial, tetapi beberapa kondisi lingkungan mungkin lebih penting mempengaruhi

kebudayaan dari pada lainnya.

Kedua, menganalisa pola perilaku manusia dalam mengekploitasi

lingkungannya dengan teknologi tertentu. Beberapa pola subsisten menentukan

batasan yang sangat sempit pada moda kehidupan sementara yang lain

memberikan ruang yang lebih leluasa. Sementara penggunaan teknik tidak semata

tergantung pada sejarah budaya (penemuan perangkat teknologi dan difusi) yang

membuat metode itu memungkinkan tetapi juga ditentukan oleh lingkungan,

hewan dan tumbuhannya. Pola ekploitasi ini tidak hanya tertuju pada kegiatan

memproduksi makanan dan peralatan secara langsung tetapi termasuk juga

didalamnya fasilitas yang digunakan oleh masyarakat tersebut untuk

mendistribusikan makanan dan sumberdaya.

Dua prosedur sebelumnya dilakukan dengan tujuan untuk memahami

hubungan teknik-teknik produksi elemen-elemen kebudayaan lainnya. Pola

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

22

perilaku dalam pemanfaatan sumberdaya mempengaruhi aspek-aspek kebudayaan

lain. Dari metode yang dikembangkan ini terlihat jelas bahwa Steward

memberikan penekanannya terhadap aktivitas produksi yang mempengaruhi

sebuah kebudayaan sebagai sebuah masalah empiris.

2.1.2 Penerapan dan Pengembangan Teori Ekologi Budaya serta Beberapa

Kritik

Hanya ada satu cara untuk menjelaskan apa yang disebut dengan ekologi

budaya yaitu dengan memperlihatkan apa yang telah dilakukan (Netting 1986: 8).

Sejak dirumuskan oleh Steward, teori ekologi budaya telah banyak diterapkan

untuk mengenali interaksi antara manusia dan lingkungan serta berkembang

melalui kondisi empiris penelitian lapangan yang terus dilakukan. Teori ini tidak

lagi berkembang di kalangan antropolog tapi juga dalam studi geografi manusia

dan studi ekologi manusia secara umum.

Di Indonesia, penelitian yang mengaplikasikan konsep ekologi budaya

Steward pernah dilakukan oleh Clifford Geertz. Pada penelitiannya dikatakan

bahwa cara analisis ekologi budaya lebih memusatkan perhatian terhadap sifat-

sifat perembesan dari suatu sistem atas sistem lain (struktur sistem, keseimbangan

sistem, perubahan sistem) dari pada terhadap hubungan pokok demi pokok antara

pasangan-pasangan berbagai variable kebudayaan dengan alam. Menurut Geertz

pertanyaan pokok yang hendak dijawab dengan menggunakan analisis ekologi

budaya berbunyi: “Apakah kondisi habitat itu (sedikit banyak atau sepenuhnya)

menimbulkan kebudayaan ataukah kondisi itu hanya membatasinya saja” (Geerlz

1983: 10).

Dengan menggunakan pendekatan ekologi budaya, Geertz menjelaskan

perbedaan-perbedaan antara Indonesia dalam (Jawa) dan Indonesia luar (pulau-

pulau di luar Jawa). Geertz menyimpulkan bahwa perbedaan kepadatan penduduk,

cara penggunaan tanah dan produktifitas pertanian merefleksikan perbedaan

penyesuaian pola pertanian yang dilakukan di dua daerah tersebut. Perbedaan pola

agrikultur terjadi karena ada perbedaan-perbedaan yang berarti pada

lingkungannya. Pertanian Jawa didominasi oleh sawah beririgasi sementara

berladang banyak dilakukan di luar Jawa. Menurut Geertz dua sistem pertanian

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

23

yang diterapkan di kondisi ekosistem yang berbeda inilah yang bisa memberikan

penjelasan mengenai distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia, serta

keruwetan sosial dan kebudayaan yang tidak terhindarkan sebagai akibat distribusi

yang demikian itu.

Konsep Steward mengenai ekologi kebudayaan telah terbukti menjadi

strategi yang sangat efektif bagi penelitian ekologi manusia, karena menawarkan

pengertian baru tentang bagaimana masyarakat tradisional beradaptasi secara

efektif dengan lingkungan mereka. Kelemahan konsep Steward adalah kesulitan

teori ini untuk digunakan pada masyarakat modern yang komplek dalam jumlah

populasi yang besar dan mengalami perubahan yang cepat. Kelemahan lain adalah

teori ini mengabaikan kenyataan yang teramat penting dalam sejarah umat

manusia, yaitu pertumbuhan berkelanjutan pengetahuan manusia dan perbaikan

yang berkelanjutan pula teknik manusia, maupun bentuk-bentuk organisasi untuk

mengendalikan kehidupan ekonomi kita (Wertheim 1976: 17).

Geertz juga memberikan catatan bahwa proses ekologis yang

mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan dan masyarakat Indonesia di masa

lampau, dan keadaannya dewasa ini adalah sesuatu yang harus ditentukan pada

akhir penelitian, bukan pada awal penelitian. Oleh karena perkembangan politik,

pelapisan masyarakat, perdagangan, dan intelektual kelihatannya merupakan

proses penata atau penertib yang penting dalam sejarah Indonesia, maka ternyata

perkembangan ekologis itu tidak seberapa penting.

Menurut Anthony Smith lebih besarnya keragaman kebudayaan antara-

masyarakat dibanding dengan keragaman kondisi lingkungan alam menunjukkan

bahwa kelebihan keberagaman kebudayaan itu tidak dapat dijelaskan dengan

mengacu pada mekanisme adaptasi tetapi harus mengacu pada mekanisme

perkembangan otonom di dalam budaya yang bersangkutan. Selain itu, kekuatan

yang ditentukan oleh faktor ekologi atau tekno-ekonomi tergantung pada fase

evolusi: di fase awal ia sangat kuat sedangkan di fase yang berikutnya faktor

politik atau ideologi jauh lebih menentukan. Bentuk pemerintahan, agama dan

seni mungkin mendapat peran makin otonom. Makin berkembang masyarakat

membuat faktor lingkungan makin membatasi variasi dan perubahan kultural

ketimbang mendorong unit-unitnya ke arah perubahan (Sztompka 2007: 137).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

24

Kelemahan ini juga terlihat dengan dikembangkannya pendekatan lain

oleh Marvin Harris dengan asumsi bahwa teknologi yang diciptakan dalam

adaptasi terhadap lingkungan merupakan penggerak utama evolusi kebudayaan.

Harris berpendapat bahwa semua aspek kebudayaan ditentukan oleh hubungan

antara teknologi dengan lingkungan. Pemikiran Harris ini dikenal dengan Cultural

Materialisme yang dikembangkan dengan mengusut akar pemikiran ilmuan sosial

di abad 19 yaitu Karl Marx dan pemikiran Steward sendiri. Prinsip yang

mengarahkan pengembangan teori dan strategi cultural materialism yang

dikembang Harris berangkat dari pandangan Marx bahwa moda produksi dalam

kehidupan material menentukan karakter umum pada proses sosial, politik dan

spiritual di kehidupan. Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya,

melainkan eksistensi sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Harris

tidak mencoba untuk menjelaskan bagaimana kultur itu disusun sebagaimana

digagas oleh Steward. Harris lebih tertarik untuk menggali dan menemukan

jawaban untuk pertanyaan seperti “why don’t Indians eat cows?” (Bohannan dan

Glazer 1988: 378). Dia lebih cenderung untuk menguraikan perkembangan sebuah

budaya khusus yang ada dalam sebuah masyarakat dengan menggunakan

pendekatan etik dan aplikasi kultural materialisme.

2.2 Pendekatan Materialisme Pada Perubahan Sosial

Ekologi budaya memberikan perhatian pada adaptasi ekologi untuk

memahami sistem sosiokultur. Teori ini melihat proses evolusi itu pada

hakikatnya berarti suatu penyesuaian yang terus semakin disempurnakan pada

lingkungan fisik. Steward memandang setiap wilayah kebudayaan geografis

sebagai suatu kesatuan tersendiri dan mencoba menjelaskan perubahan kultural

dengan menunjukkan bahwa perubahan itu adalah hasil dari penyesuaian secara

bertahap suatu kebudayaan pada lingkungan alamiahnya. Setiap kebudayaan

menurut pendapat ini mencari suatu keseimbangan yang serasi dengan alam yang

mengelilinginya (Wertheim 1976: 42). Sifat fungsionalis teori ini dilihat sebagai

titik kelemahan yang mengundang banyak kritik. Tetapi diakui telah memberikan

sumbangan metodologis untuk memahami sistem sosiokultur suatu masyarakat

pada permulaannya atau pada fase awal evolusi. Hal ini masih bisa dilacak dengan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

25

mudah pada masyarakat tradisional. Perkembangan sistem sosiokultur tidak bisa

dilihat semata pada perkembangan ekologis, karena banyak faktor lain perlu

dipertimbangkan. Begitu pula halnya dalam perkembangan kebudayaan di

Lamalera selanjutnya.

Teori fungsionalis merupakan warisan pemikiran Durkheim. Mereka

berasumsi bahwa kehidupan manusia dalam sistem sosiokultur, sama halnya

semua sistem lain, memiliki bagian atau sub-sistem yang berfungsi untuk

membuat keseluruhan sistem berfungsi. Fungsionalis mengenali institusi-institusi

sosial sebagai struktur-struktur relevan yang membawa proses-proses fungsional.

Lebih lanjut ditekankan bahwa sejalan dengan cara fungsionalisme dipahami pada

tahun 1950an, sebuah hubungan yang berkelanjutan antara manusia dengan

lingkungan biofisiknya bukan merupakan bagian dari proses fungsional ini. Alam

hanya dilihat sebagai „sesuatu diluar‟ sebagai sebuah sumber untuk fungsi

ekonomi (Harper 2004: 69).

Penganut pendekatan fungsionalisme lainnya, Dunlap dan Catton berusaha

memperbaiki pandangan ini dengan mengelaborasi tiga fungsi lingkungan bagi

kehidupan manusia. Lingkungan biofisik berfungsi sebagai gudang persediaan

untuk kebutuhan nafkah material manusia. Lingkungan berfungsi sebagai tempat

pembuangan sampah dan polusi manusia. Sekaligus, lingkungan berfungsi sebagai

ruang tinggal untuk semua aktivitas, dan semua penggunaan yang berlebihan dari

fungsi-fungsi ini menghasilkan kesesakan, kemacetan dan kerusakan habitat bagi

spesies lainnya. Penggunaan salah satu fungsi secara berlebihan akan

mengganggu fungsi lainnya, dan secara luas akan menjadi disfungsi bagi

kehidupan manusia.

Moran (Haenn and Wilk 2006: 203) memiliki cara pandang yang sedikit

berbeda dalam melihat fungsionalis Steward. Bagi Moran, Steward memandang

institusi-institusi sosial memiliki kesatuan fungsi yang memberikan solusi untuk

masalah subsistensi. Penggunaan pendekatan fungsionalisme oleh Steward

dipusatkan pada pemakaian sebuah variabel dalam kaitannya dengan sekumpulan

variabel yang terbatas., tidak dalam hubungan dengan keseluruhan sistem sosial,

sehingga tidak terjatuh pada kelemahan arus fungsionalisme Inggris. Fungsionalis

Inggris menekankan peran kelembagaan sosial untuk memelihara keseimbangan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

26

kultural. Sementara Steward mengarahkan ekologi budaya pada bagaimana

sebuah sistem tunggal berubah dan bagaimana hubungan kausalitas dalam sistem

tersebut mampu membawa perubahan.

Pendapat ini dipertegas oleh Geertz (1968: 7) dengan memaparkan

perbedaan pokok antara ekologi budaya dengan pendekatan lainnya ialah bukan

pada seluruh kehidupan manusia secara luas dan besar, melainkan dalam

kecocokan menerapkan konsep dan asas ekologi itu pada aspek-aspek tertentu dari

kehidupan sosial dan kebudayaan manusia. Geertz juga menegaskan perbedaan

cara pandang ekologi budaya dengan antropologi holisme, karena pendapat

Steward berbeda dengan anggapan bahwa segala aspek kebudayaan itu saling

berhubungan secara fungsional. Bagi Steward tingkat dan macam hubungan aspek

kebudayaan beranekaragam. Dia berusaha mengisolasi aspek-aspek tertentu dari

kebudayaan yang sedang dianalisisnya. Ikatan fungsional dengan alam sekitarnya

dari aspek-aspek ini tampak sangat eksplisit. Selain itu kesalingtergantungan

antara pola-pola kebudayaan dan hubungan organisme lingkungan hidup tampak

jelas dan sangat penting. Aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas ini dinamai

dengan inti kebudayaan.

Analisis ekologis Steward hanya berlaku pada inti kebudayaan saja. Dalam

pendekatan ekologi budaya, perubahan evolusioner besar hanya akan dapat dilihat

bila terjadi perubahan inti tekno-ekonomi dan tipe kultur baru akan muncul.

Setelah ribuan tahun, kultur dalam lingkungan yang berbeda-beda mengalami

perubahan besar dan perubahan itu pada dasarnya merupakan penemuan cara

adaptasi baru yang dikehendaki oleh teknologi dan tatanan produksi yang berubah

(Sztompka 2007: 136). Merujuk pada uraian Stompka tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pergeseran teknologi pemanfaatan lingkungan akan menimbulkan

perubahan pada unsur-unsur kebudayaan primer.

Sebagaimana dijelaskan juga oleh Steward bahwa ketika inovasi teknologi

meningkatkan kemampuan manusia untuk mengendalikan dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan, serta sejarah pola perilaku diperkenalkan, signifikansi

lingkungan dan kebudayaan telah diubah dan proses adaptif tidak hanya menjadi

lebih komplek tetapi juga memperoleh kualitas baru. Begitu pula ketika budaya

menyediakan teknik yang lebih efisien untuk kelangsungan hidup, fakta-fakta

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

27

penting biologis manusia seperti jenis kelamin, usia, dan hubungan kekerabatan

terus mempengaruhi sifat masyarakat tetapi berpola dalam berbagai cara oleh

adaptasi ekologis budaya (Steward 1968).

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Steward mengemukakan tiga

prosedur fundamental untuk mengaplikasikan ekologi budaya dalam berbagai

kondisi budaya dan lingkungan. Ketiga prosedur tersebut cenderung menunjukkan

bahwa Steward memiliki pemahaman yang dekat dengan dialektika marxian.

Dengan cara pandang materialime, Steward meyakini bahwa tipe-tipe masyarakat

tertentu sangat mungkin terbentuk di bawah kondisi teknologi dan lingkungan

tertentu. Perhatian Steward tertuju pada proses teknologis dimana manusia

mengeksploitasi lingkungan mereka, dan analisanya difokuskan pada bagaimana

strategi subsistensi yang berbeda-beda menghasilkan struktur sosial yang berbeda

juga (Aguilar 2000: 6). Lingkungan fisik mempunyai efek interaksi langsung

hanya pada inti kebudayaan, dan berpengaruh tidak langsung dengan elemen lain

dalam sistem kehidupan manusia (Harper 2004: 52). Harper mempertegas bahwa

relasi tersebut merupakan dua arah yang interaktif dengan umpan balik atau

cybernetic.

Gambar 1. Teori Ekologi Manusia: Hubungan antara Lingkungan Biofisik dan

Elemen Sistem Sosiokultur (Harper 2004: 52)

Beberapa literatur mengatakan bahwa Steward terpengaruh dengan

pemikiran Marx13

, tetapi peneliti cenderung mengikuti cacatan lain yang

mengatakan bahwa fokus Steward terhadap teknologi (dimaksud sebagai

infrastruktur material) merupakan pengaruh dari pemikiran evolusi materialis

(evolusi teknologi) Hendry L. Morgan14

. Steward mengkritisi evolusi linear

13 Mila D. Aguilar, 2000 dalam Paper Seminar Cultural Ecology and Neo-Evolutionary Thought. 14 Lihat Political Ecology A Critical Introduction. Paul Robbins 2004:32. Pemikiran Morgan dalam

bukunya Ancient Society juga diiktisar oleh Engels dalam tulisannya mengenai evolusi masyarakat

manusia. Lihat Koentjaraningrat 2007: 46, Bohannan dan Glazer 1988: 31. Ada kemungkinan

keduanya, baik Engels dan Marx serta Steward mendapatkan pengaruh dari pendekatan evolusi

teknologi L.H. Morgan.

Lingkungan

biofisisk

Organisasi sosial

Struktur sosial

Inti budaya,

Infrastruktur

material

Kultur simbolik,

pandangan hidup,

ideologi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

28

Morgan terutama uraiannya mengenai teori evolusi masyarakat dan kebudayaan

yang melewati delapan tahapan tingkat evolusi. Tetapi cara pandang materialis

terhadap evolusi Morgan telah mempengaruhinya. Kajian empiris yang

meletakkan teknologi dalam melihat adaptasi masyarakat dan lingkungan

merupakan pandangan yang berkembang dalam pendekatan materialisme.

Pendekatan ini berusaha menjelaskan ciri-ciri dasar kehidupan masyarakat

dalam kaitannya dengan kondisi praktis-material dari eksistensi manusia. Kondisi-

kondisi ini meliputi sifat lingkungan fisik, tingkat teknologi dan sistem organisasi

ekonomi. Bagian terpenting dari kehidupan manusia adalah adaptasi terhadap

lingkungan fisik, dan ini harus dilakukan dengan menciptakan teknologi dan

sistem ekonomi. Sekali teknologi dan sistem ekonomi diciptakan, maka ia akan

menentukan sifat pola-pola sosial lain yang dilahirkan masyarakat manusia. Jenis

teknologi dan sistem ekonomi yang berbeda akan melahirkan jenis pola-pola

sosial yang berbeda pula (Sanderson 2000: 7).

Pengembangan pendekatan materialis muncul dalam karya Marx dan

Engels mengenai konsepsi materialis tentang sejarah. Marx dan Engels membagi

masyarakat manusia ke dalam dua komponen pokok yaitu infrastruktur (kekuatan-

kekuatan produksi dan hubungan-hubungan produksi) dan suprastruktur (politik,

hukum, kehidupan keluarga, agama serta gagasan). Baik infrastruktur dan

suprastruktur, keduanya saling berkaitan. Arus utama hubungan kausalitasnya

bergerak dari infrastruktur ke suprastruktur. Marx dan Engels percaya bahwa

pola-pola pikiran dan tindakan manusia yang terdapat dalam suprastruktur

masyarakat pada umumnya terbentuk dari ciri-ciri infrastruktur masyarakat

tersebut. Mereka juga memandang bahwa perubahan sosial dalam suprastruktur

terjadi karena adanya perubahan yang telah terjadi di dalam infrastruktur

masyarakat. Inilah esensi materialisme mereka (Sanderson 2000: 8)

Ada afinitas yang sama antara teori ekologi budaya dengan pendekatan

materialisme Marx ini. Dalam sudut pandang Steward, efek hubungan langsung

antara lingkungan biofisik dengan inti kebudayaan (mengacu pada infrastruktur

material) dan secara tidak langsung mempengaruhi struktur sosial hingga ke

pandangan hidup dengan pola hubungan timbal balik atau cybernetic (Gambar 1).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

29

Materialis memandang variabel-variabel infrastruktur lebih utama karena

ia membantu cara-cara dasar di mana manusia memecahkan problem

kehidupannya yang paling dasar. Sanderson (2000: 60) mengatakan bahwa

infrastruktur material berisi bahan-bahan baku dan bentuk-bentuk sosial dasar

yang berkaitan dengan usaha manusia mempertahankan hidup dan berdaptasi

dengan lingkungannya. Infrastruktur dibagi menjadi 4 sub unit dasar:

1. Teknologi yang terdiri dari informasi, peralatan dan teknik yang

dengannya manusia beradaptasi dengan lingkungan fisiknya.

2. Sistem ekonomi yang teratur dimana barang dan jasa dihasilkan,

didistibusikan dan dipertukarkan diantara para individu dan masyarakat.

3. Ekologi meliputi seluruh lingkungan fisik yang terhadapnya manusia harus

beradaptasi.

4. Faktor demografis yang meliputi sifat dan dinamika penduduk manusia.

Dalam perhatiannya terhadap teknologi produksi pada pusat ‟inti

kebudayaan‟ Steward cukup dekat mengartikulasikan pendekatan materialis dalam

kebudayaan, yang merupakan sebuah gagasan fundamental moda produksi

Marxian. Afinitas kedua teori ini terletak pada pendekatan materialis yang

digunakan untuk melihat perkembangan masyarakat15

. Perbedaan pendekatan

Steward dan Marxian terdapat pada cara Steward memfokuskan keterhubungan

antara teknologi, lingkungan dan masyarakat, sebagaimana secara spesifik

menjadi uraian pada tiga prosedur dasar metodologi ekologi budaya yang

dikembangkannya. Steward tidak melihat sebagaimana karateristik Marxis

melihat konflik sebagai penggerak evolusi.

2.2.1. Perubahan Sosial hingga Dikotomi pada Sistem Sosiokultur

Sebuah catatan dari tulisan Barnes, Sea Hunters of Indonesia (1996) yang

menjadi perhatian pada penelitian ini adalah mengenai dikotomi pada sistem

sosial di Lamalera. Barnes mengatakan bahwa dari sudut pandang kategori-

kategori antropologis, Lamalera bisa digambarkan memiliki sebentuk sistem

ekonomi campuran yang terbagi atas ekonomi subsisten dan ekonomi pasar,

15 Dengan mengelaborasi dua akar teori Steward dan Marxian serta pemikiran White, telah

menyebabkan munculnya sudut pandang cultural materialism. Lihat Marvin Harris. Culture,

People, Nature. An Introduction to General Anthropology (1993).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

30

walaupun batasan antara kedua sistem tersebut dapat ditembus. Bisa juga

dikatakan mengalami dualisme ekonomi internal terhadap perekonomiannya

sendiri. Kategori apapun yang diterapkan ke Lamalera, satu sisi kehidupan di desa

ini sangat signifikan menunjukkan jati diri masyarakat sehingga seringkali

disayangkan bila digantikan oleh pola-pola pekerjaan yang sesuai dengan

perekonomian nasional atau internasional. Tekanan-tekanan serupa ini mungkin

juga akan ditemukan pada semua sisi kehidupan masyarakat Lamalera, termasuk

dalam kehidupan agama, keluarga, ekonomi dan politik (Barnes 1996: 5).

Kondisi dikotomi yang digambarkan oleh Barnes mengenai kehidupan

masyarakat Lefo Lamalera juga merupakan gambaran desa-desa di Indonesia

secara umum. Jauh pada masa kolonial, J. H. Boeke seorang ahli antropologi

ekonomi telah mengemukakan konsep dualisme dalam sistem sosial di

masyarakat16

. Boeke (Sajogjo 1982: 1) mengatakan, apabila dalam waktu yang

sama terdapat dua atau lebih sistem sosial, dan masing-masing sistem sosial ini

jelas berbeda satu sama lain dan masing-masing menguasai bagian tertentu dari

masyarakat yang bersangkutan, disitu kita berhadapan dengan masyarakat ganda

(dual) atau jamak (plural society).

Penekanan konsep dualisme Boeke diletakkan pada aspek ekonomi, untuk

menggambarkan kondisi perekonomian di Indonesia dengan dua sistem ekonomi

yang berjalan sekaligus yaitu sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi

tradisional. Dualisme akan muncul pada masa-masa peralihan seperti pada masa

pra-kapitalisme atau kapitalisme awal (early capitalism). Dalam masyarakat

ganda, biasanya salah satu sistem sosial (yang termaju) merupakan sistem sosial

yang diimpor dari luar dan hidup dalam lingkungan yang baru tanpa berhasil

menyingkirkan atau menyerap sistem sosial lain yang telah lama hidup disitu.

Menurut Boeke sifat sosial ganda adalah pertarungan antara sistem sosial impor

dari luar lawan sistem sosial asli yang bergaya tersendiri. Sistem sosial impor

biasanya merupakan sistem kapitalisme tinggi. Teori ekonomi ganda yang

dimaksudkan Boeke adalah adalah tiga teori ekonomi yang menjadi satu, terdiri

dari 1) teori ekonomi masyarakat pra-kapitalis, biasanya disebut ilmu ekonomi

16 Pandangan ini banyak mendapat kritik terutama dalam pandangannya yang terlalu menekanan

perbedaan antara tata sosial kapitalis dan pra-kapitalis, antara motif ekonomi modern barat dan

pribumi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

31

promitif, 2) teori ekonomi masyarakat kapitalis atau sosialis, biasanya disebut

teori ekonomi umum atau ringkasnya teori ekonomi sosial dan, 3) teori ekonomi

dari hubungan antara dua sistem sosial yang berbeda dalam satu lingkungan

masyarakat (Sajogjo 1982: 3).

Boeke mencoba menggambarkan sifat ganda dalam beberapa ungkapan

seperti timur-barat (eastern-western), kota-desa (town-village), asli-asing (native-

foreign) ataupun dengan ungkapan ekonomi tanah jajahan (colonial economy) dan

ekonomi daerah berilim panas (tropical economy). Tetapi ungkapan yang

dipandang meyakinkan untuk menyampaikan gagasannya adalah kata kapitalis

dan bukan kapitalis atau pra-kapitalis. Boeke mempertegas penggunaan kapitalis

dalam arti materialis. Kapitalisme adalah pandangan hidup.

Menurut Boeke ekonomi pra-kapitalis dicirikan dengan ikatan komunal

(communalism); ikatan sosial organik yang asli; Gemeinschaft; pembagian

masyarakat atas kelas-kelas tradisional; kebutuhan, paling tidak kebutuhan rakyat

banyak, yang terbatas dan sederhana; jual beli tidak ada atau sedikit sekali; yang

diproduksi adalah barang pemuas kebutuhan bukan barang dagang; produksi

dilakukan dalam dan untuk keperluan rumah tangga; kalau ada produksi untuk

pasar, tidak ada pembedaan tajam antara kegiatan usaha dan rumah tangga; tidak

ada orang yang pekerjaannya khusus berdagang; keluarga atau keluarga besar

dalam produksi dan konsumsi adalah satuan dasar; orang mungkin bekerja

bersama-sama, tetapi pembagian kerja sedikit; organisasi ekonomi hampir tidak

ada; dan akhirnya, dorongan ekonomi dan bukan-ekonomi campur aduk, ekonomi

menduduki tempat lebih rendah, tunduk pada ketentuan agama, tata susila dan

tradisi (Sajogjo 1982:12).

Sementara kapitalisme terwujud dalam rasionalitas; berkecenderungan

memiliki kepentingan pribadi; tingkat kebutuhan yang terus bertambah tanpa

batas; jual beli; kegiatan industri dengan modal sebagai landasan dan laba sebagai

tujuan; perbedaan tajam antara kegiatan usaha dan rumah tangga; semua hasil

produksi untuk diperdagangkan; pembagian kerja; organisasi dan perencanaan;

kontrak dan dalam bentuk perusahaan. Kapitalisme tumbuh berangsur-angsur dari

kapitalisme awal hingga kapitalisme akhir. Perkembangan keduanya sangat

bergantung pada kapitalisme barat yang berkembang penuh. Pada puncak

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

32

perkembangannya kapitalisme tinggi memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

penggunaan mesin di bidang industri dan angkutan sangat maju; perusahaan

tersusun rapi dan terpusat; produksi besar-besaran (Sajogjo 1982:11).

Meskipun memberikan penekanan terhadap aspek ekonomi, akan tetapi

Boeke menyadari bahwa pertarungan antara dua tahap sosial itu sebenarnya

adalah gejala kejiwaan, yang tercermin juga dalam segi-segi kehidupan lain yaitu

dalam bidang perundang-undangan dan pemerintahan, hukum dan peradilan,

organisasi sosial, dan juga dalam pandangan manusia mengenai kebutuhannya,

penilaian terhadap peristiwa-peristiwa, dalam kerja, agama dan tata susila

(Sajogjo 1982: 13).

Pada penelitian ini, dikotomi masyarakat serta dualisme sistem ekonomi

menjadi perhatian terutama dalam melihat proses adaptasi terhadap lingkungan.

Sistem sosiokultur asli di Lefo Lamalera lahir atas adaptasi terhadap lingkungan

biofisik Laut Sawu melalui proses migrasi dan sosialisasi yang panjang dengan

masyarakat gunung di daratan Lembata. Sementara itu sistem baru muncul

melalui introduksi teknologi. Masih dalam kerangka adaptasi terhadap kondisi

ekologis, cara-cara yang lebih efektif dalam mengeksploitasi sumberdaya

dilakukan dengan menggunakan teknologi baru sehingga akhirnya mempengaruhi

elemen-elemen sosiokultur lain serta melahirkan sistem pengelolaan ekonomi

yang berbeda dari bentuk awal yang dibangun di sejarah masyarakat Lamalera.

2.3. Teori Diskursus

Diskursus diartikan sebagai cara untuk mengkomunikasikan gagasan-

gagasan. Michel Foucault, pemikir Perancis, menggunakan terminologi ini

sebagai dasar teorinya mengenai kekuasaan dan struktur sosial. Bagi Foucoult

kekuasaan dan pengetahuan tidak hanya terkait erat, tetapi juga tidak terpisahkan.

Bukan hanya tentang kekuasaan pengetahuan tetapi juga mengenai kekuasaan

yang mengontrol pengetahuan (Slattery 2003: 208). Dalam pandangannya,

siapapun yang memiliki kekuasaan mempunyai kapasitas untuk medefinisikan dan

mengontrol pengetahuan dalam wilayah kekuasaannya.

Foucault mengembangkan ide bahwa pengetahuan berperan penting

menciptakan kebebasan. Bahkan pengetahuan dianggap sebagai basis yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

33

berfungsi sebagai alat baru untuk kontrol sosial (Jary and Jary 1991: 236).

Menurut Adger (2001) diskursus merupakan pemaknaan terhadap sebuah

fenomena oleh kelompok-kelompok baik besar maupun kecil di tingkat lokal

sampai global. Para aktor terlibat dalam derajat yang berbeda-beda dalam

memproduksi atau mereproduksi dan memformulasi diskursus melalui tulisan

maupun pernyataan lisan. Sebuah diskursus bisa menghegemoni ketika dominasi

pemikirannya diterjemahkan dalam kebijakan institusional.

2.3.1. Diskursus Konservasi Lingkungan

Dalam menganalisa isu-isu lingkungan, Adger membagi menjadi dua

diskursus yaitu diskursus manajemen lingkungan global (Global Environmental

Management–GEM) yang merupakan representasi dari pandangan atau paradigma

teknosentris dengan cetak biru yang didasarkan kepada intervensi kebijakan

eksternal yang dianggap dapat menyelesaikan dilema lingkungan global dan

diskursus populis yang menggambarkan aktor-aktor lokal sebagai korban dari

intervensi eksternal yang mengakibatkan degradasi lingkungan dan eksploitasi.

Diskursus manajemen lingkungan global mendominasi banyak kebijakan

lingkungan. Solusi yang ditawarkan oleh diskursus ini dalam mengatasi krisis

lingkungan adalah solusi-solusi yang bersifat global, top-down, intervensionis dan

teknosentris. Karena solusi yang diberikan berada di tingkat global, oleh karena

itu tindakan-tindakan yang bersifat internasional dipandang perlu. Tindakan ini

harus berkoordinasi dengan lembaga-lembaga multi-lateral dan kerangka regulasi.

Meskipun pelaksanaan diskursus manajemen global terletak pada peran negara,

namun secara esensial solusi yang dijalankan berorientasi pada pasar. Berbeda

dengan sebelumnya, diskursus populis lebih memberikan perhatian terhadap

pengaruh negatif dalam skala lokal atas campur tangan aktor-aktor luar seperti

konservasi dan penggunaan sumberdaya alam. Relasi ekonomi internasional

termasuk pembangunan internasional dipandang sebagai gambaran intervensi

negatif dan disebut sebagai neo-kolonialisme dan bukan sebagai peluang

mengembangkan perdagangan, meningkatkan pendapatan ataupun konservasi.

Pengetahuan lokal dan tradisional dilihat sebagai wadah praktek yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

34

berkelanjutan dan masyarakat lokal akan menjadi lebih baik tanpa campur tangan

dari luar (Adger 2001: 703).

Salah satu alasan keanekaragaman hayati menjadi isu lingkungan adalah

karena terjadi kelangkaan pada beberapa jenis spesies binatang dan tumbuhan

yang disebabkan oleh aktivitas manusia dibandingkan kelangkaan yang terjadi

secara alamiah. Dalam argumentasi ini, pengrusakan lingkungan oleh manusia

dipicu cara pandang antroposentrisme yaitu sebuah etika yang melihat manusia

sebagai pusat dari sistem alam semesta. Pandangan antroposentris menjadi alasan

dibuat sebuah kebijakan yang membatasi manusia dengan lingkungannya.

Pandangan yang melihat manusia dan kepentingannya sebagai nilai tertinggi

merupakan ancaman kerusakan lingkungan dan kepunahan pada beberapa

keanekaragaman hayati yang ada.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghindari ancaman kepunahan

adalah dengan melakukan konservasi pada habitat spesies yang terancam punah

tersebut. Konservasi merupakan sebuah filosofi tentang pengelolaan lingkungan

dengan tujuan menghindari pengrusakan serta kepunahan keanekaragaman hayati

(Jordan 1995).

Wittmer dan Bitmer (2005) membagi pemikiran yang mewacana dalam

konservasi sumberdaya alam atas tiga aliran yaitu, konservasionisme, eko-populis

dan developmentalisme. Pemikiran pertama berargumentasi bahwa diperlukan

kawasan yang dilindungi secara hukum dan tidak diganggu oleh kegiatan manusia

untuk mewujudkan keseimbangan ekologi termasuk fungsi hidrologi dari

sumberdaya hutan. Pada dasarnya, aliran pemikiran ini menganggap bahwa

penduduk setempat merupakan ancaman bagi upaya konservasi sumberdaya alam.

Aliran ini berkeyakinan bahwa ilmu-ilmu alam tidak lagi perlu diperdebatkan.

Pemikiran kedua berpendapat bahwa masyarakat adat dan lokal adalah

penanggung risiko terbesar yang perlu dilindungi. Mereka juga mempunyai

kemampuan untuk melakukan konservasi sumberdaya alam lebih baik daripada

pemerintah. Aliran ini menolak kehadiran swasta dan para pelaku konservasi yang

menafikan masyarakat adat dan lokal. Pandangan mereka didasarkan pada

ketidaksetujuan terhadap pandangan ortodok mengenai ilmu-ilmu sosial dan ilmu

alam, tetapi lebih mendukung penghargaan terhadap pengetahuan lokal.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

35

Developmentalisme mempunyai anggapan bahwa kerusakan sumberdaya alam

ditimbulkan oleh kemiskinan. Mereka memandang bahwa kaum eko-populis

terlalu romantis dan memperalat masyarakat lokal, sedangkan kaum

konservasionis dianggapnya tidak memperhatikan persoalan kemiskinan (lihat

Tabel 1)

Tabel 1. Kerangka Pemikiran Pengelolaan Kawasan Konservasi

Sumber : Wittner dan Bitner 2005.

Pelaksanaan konservasi di Indonesia masih didominasi oleh pemikiran

pertama, meskipun perdebatan antara tiga pemikiran tersebut belum ada titik

temunya. Isu keanekaragaman hayati dipertajam oleh LSM Lingkungan, yang

berkembang di negara maju pada tahun 1960 – 1970an. Keprihatinan awal

organisasi-organisasi ini tertuju pada isu-isu yang berkaitan dengan satwa langka

TOPIK Kerangka Pemikiran

Konservationis Eko-populis Developmentalis

Keberadaan

Kawasan Konservasi

Didasarkan pada fungsi flora, fauna, landscape

bagi keberlangsungan

fungsi ekologi

Didasarkan pada

kepentingan langsung

masyarakat baik untuk kehidupan sehari-hari

maupun jangka panjang

Didasarkan pada

keunikan kawasan sehingga perlu

dipisahkan dari kegiatan

eksploitasi sumberdaya alam

Penetapan Kawasan

Konservasi

Suatu keharusan karena ilmu pengetahuan yang

menjelaskan

pentingnya fungsi ekologi tidak perlu

diperdebatkan lagi

Suatu yang penting dan

perlu dikaitkan dengan sistem penguasaan dan

pemilikan sumberdaya

secara adil

Sejalan dengan fungsi

kawasan dan sesuai

dengan hukum yang berlaku

Rumusan Masalah

Sumberdaya alam rusak

karena gangguan pihak

lain

Sumberdaya alam rusak

karena tidak ada keadilan dalam

pemanfaatannya

Sumberdaya alam rusak karena kemiskinan

Orientasi

Kebijakan

Bersifat instruksional,

pengawasan dan penegakan hukum

Penataan penguasaan

dan pemilikan sumberdaya alam

Investasi untuk

menampung pengangguran

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

36

(seperti perburuan paus dan pembunuhan anjing laut) dan polusi industri yang

menyusul menjadi perhatian para pendukungnya di negara dunia pertama (Bryant

and Bailey 1997: 137).

Untuk menjaga keanekaragaman hayati, konservasi seringkali dilakukan

secara berlebih-lebihan. Penetapan kawasan konservasi lebih banyak dilakukan

dengan mempertimbangkan aspek-aspek biologis namun mengesampingkan aspek

sosial budaya, politik dan ekonomi. Sementara itu, dalam kenyataannya

konservasi bukan menyangkut persoalan teknis semata, akan tetapi memiliki

nuansa sosial politik yang komplek antara para pihak yang terlibat.

Kegiatan konservasi dijalankan oleh organisasi-organisasi konservasi yang

komitmennya terikat kepada lembaga donor serta pemerintahan nasional. Ikatan

komitmen ini membuat organisasi konservasi bergerak dengan pola dan jalan

yang diinginkan oleh lembaga yang mendukung kegiatan mereka. Oleh karena itu,

pembuatan keputusan dalam kegiatan konservasi lebih banyak bersifat global,

karena ada kepentingan-kepentingan dari penyandang dana yang harus difasilitasi.

Dengan sistem yang seperti ini, maka banyak upaya konservasi terutama yang

berlangsung di negara berkembang mengalami kegagalan. Kegiatan konservasi

mengabaikan kehidupan sosial yang menyatu pada lingkungan. Dapat

disimpulkan bahwa konservasi tidak bisa mengabaikan proses-proses sosial untuk

mencapai tujuan menjaga keanekaragaman hayati, sehingga baik informasi

biologis, sosial budaya maupun politik menjadi penting dalam pengambilan

keputusan terhadap penetapan kawasan konservasi.

Pentingnya cara pandang global dan lokal mengenai konservasi untuk

menghindari permasalahan yang kerap kali muncul, diejawantahkan oleh Janis

Alcorn (Brosius 2005) dengan mengelompokkan dua jenis konservasi, yaitu

konservasi besar (big conservation) dan konservasi kecil (little conservation).

Konservasi besar merupakan program-program konservasi dijalankan oleh

lembaga-lembaga konservasi besar dari negara-negara Utara. Konservasi besar

bersifat global, merupakan organisasi dan institusi besar yang dijalankan dari

kota. Konservasi merupakan fokus dari lembaga-lembaga yang termasuk dalam

konservasi besar. Mereka didominasi oleh orang-orang yang memiliki

kepentingan untuk memelihara lingkungan, didanai secara besar-besaran dan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

37

sering kali tidak tertarik dengan keadilan sosial dalam pengelolaan sumberdaya.

Sedangkan konservasi kecil merupakan aktivitas konservasi yang dijalankan oleh

masyarakat pribumi, di utara dan selatan, lebih dekat dengan kebudayaan,

perilaku, konvensi sosial akan akses sumberdaya serta lebih paham akan fungsi

alam dan komunitas. Konservasi kecil juga mencakup tataran pilihan hidup

individu yang bersatu dengan lingkungan, pengetahuan ekologi lokal dan

kemahiran mereka dalam memanfaatkan serta menjaga kestabilan ketersediaan

sumberdaya.

Merujuk pada klasifikasi yang dibuat oleh Alcorn, penetapan kawasan

konservasi Laut Solor, Lembata dan Alor, termasuk pada konservasi besar yang

digerakkan oleh organisasi internasional. Sementara itu masyarakat nelayan

Lamalera memiliki aturan-aturan serta cara pengelolaan sumberdaya sendiri

sehingga tergolong pada konservasi kecil. Dengan mengelompokkan dua

konservasi ini, Alcorn juga berusaha menjelaskan bahwa tidak sinergisnya kedua

kelompok ini akan menimbulkan potensi konflik serta mengancam eksistensi

konservasi kecil.

Dalam tradisi Barat, ada dua jenis konservasi yang berbeda secara

fundamental yaitu konservasi dengan pemamfaatan yang bijak (wise use

conservation) dan pengawetan (preservation). Perbedaan mendasar ini ditengahi

oleh konservasi modern yang berbeda dengan wise use conservation serta tidak

melihat alam sebagai komuditas dan berbeda dengan preservation karena tidak

menjauhkan alam dari campur tangan manusia (Berkes 2008: 233). Konservasi

tradisional sendiri adalah konstruksi sosial masyarakat lokal terhadap alam dan

cara mereka dalam memanfaatkannya. Dan konservasi ini memiliki bentuk yang

berbeda pada setiap masyarakat.

2.3.1. Konservasi Sebagai Konstruksi Sosial/ Konservasi Tradisional

Konservasi tradisional atau konservasi oleh masyarakat asli (indigenous

conservation) merupakan sebutan lain untuk konsep konservasi kecil yang

diutarakan Alcorn. Menggunakan konsep konservasi tradisional berarti melihat

masyarakat asli sebagai konservasionis yang memiliki pengetahuan ekologi lokal

dalam memanfaatkan secara bijaksana sumberdaya alamnya. Pengetahuan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

38

ekologis tradisional (Traditional Ecological Knowledge–TEK)17

didefinisikan

sebagai sekumpulan pengetahuan, praktek, dan kepercayaan, yang berkembang

dengan proses adaptasi dan diturunkan dari generasi ke generasi dengan transmisi

kebudayaan, tentang hubungan antar makhluk hidup (termasuk manusia) satu

dengan lainnya dan dengan lingkungannya. Pengetahuan ekologi tradisional

adalah cara untuk mengetahui, ia bersifat dinamis, dibangun di atas pengalaman

dan adaptif terhadap perubahan (Berkes 2008: 7).

TEK dideskripsikan sebagai pengetahuan–praktek–kepercayaan yang

kompleks. Dalam analisis, beberapa ilmuan menyusun TEK atas beberapa level

yang saling berhubungan (Gambar 2).

Gambar 2. Level analisa pada Pengetahuan Ekologi Tradisional

dan Sistem Manajemennya, Berkes 2008.

Pertama, terdapat pengetahuan lokal dan empiris mengenai binatang,

tumbuhan, tanah dan lansekap. Pengetahuan di tingkat ini mencakupi informasi

mengenai identifikasi spesies dan taksonomi, sejarah hidup, distribusi dan pola

17 Pengetahuan ekologi tradisional berbeda dengan pengetahuan indijenus yang lebih luas cakupannya. Pengetahuan indijenus merupakan pengetahuan yang khas pada masyarakat tertentu.

Pengetahuan indijenus merupakan susunan pengetahuan yang terbentuk secara historis (emik)

dalam proses adaptasi jangka panjang dari sekelompok manusia pada lingkungan biofisik tertentu.

Ellen (1998) secara detail mencirikan pengetahuan indijenus ini sebagai berikut: ia bersiat lokal,

ditransmisikan secara oral, merupakan hasil dari pergumulan praktis yang diperkuat oleh

pengalaman dan rangkaian percobaan dan kegagalan, bersifat empiris ketimbang teoritis, repititif,

cair dan bisa dinegosiasikan, dimiliki bersama namun terdistribusikan secara asimetris, sebagian

besarnya bersifat fungsional, dan tertanam dalam suatu matrik budaya yang lebih luas (dalam

Shohibuddin 2003: 9).

World view

Social institutions

Land and resource

management systems

Local knowledge

of land, animals

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

39

perilaku. Berdasarkan observasi empiris, semua informasi ini memiliki nilai-nilai

survival yang jelas dan dapat diterima lintas budaya. Level analisis kedua yaitu

terdapat sistem manajemen sumberdaya, yang menggunakan pengetahuan

lingkungan lokal dan juga mencakup seperangkat praktek, peralatan, dan teknik

yang sesuai. Praktek-praktek ekologis ini memerlukan sebuah pemahaman

mengenai proses-proses ekologis, seperti hubungan fungsional antara spesies

kunci dan pemahaman mengenai suksesi hutan. Ketiga, sebuah manajemen sistem

tradisional yang disesuaikan dengan institusi-institusi sosial, seperangkat

peraturan dalam pemamfaatan, norma-norma dan kode-kode dalam hubungan

sosial. Pada msekelompok masyarakat pemburu, nelayan, petani yang saling

berhubungan, untuk mengekfektifkan fungsi-fungsi ini didukung dengan sebuah

organisasi sosial untuk koordinasi, kerjasama dan membuat peraturan. Institusi

sosial mencakup institusi-institusi pengetahuan yang membingkai proses-proses

sosial. Level terakhir yaitu pengenalisa pandangan hidup (worldview) yang

mempertajam persepsi lingkungan dan memberikan arti terhadap observasi

lingkungan. Level analisis ini mencakupi agama, etika-etika dan sistem

kepercayaan secara umum.

TEK berbeda dengan pengetahuan ekologis barat karena memiliki latar

belakang filosofis dan antropologis, serta berkembang dalam konteks etika dan

moral yang tidak membedakan antara alam dengan kebudayaan. TEK merupakan

bagian dari kearifan tradisional masyarakat asli. Keraf (2006: 289) mencirikan

kearifan tradisional dengan:

1. adalah milik komunitas yang muncul dalam shared collective, and

communal wisdom,

2. juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praksis, atau

“pengetahuan bagaimana”: bagaimana hidup secara baik dalam komunitas

ekologis, bagaimana berhubungan secara baik dengan semua isi alam,

bagaimana memperlakukan setiap bagian alam dengan baik untuk

mempertahankan kehidupan masing-masing spesies maupun untuk

mempertahankan seluruh kehidupan di alam.

3. bersifat holistik karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang

seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

40

4. memahami bahwa semua aktivitas adalah aktivitas moral.

5. bersifat lokal, karena terkait dengan tempat yang partikular dan konkret.

Kendati tidak memiliki rumusan universal sebagaimana ilmu pengetahuan

modern, dia menjadi universal bagi dirinya sendiri.

Pada pelaksanaan konservasi tradisional yang didukung dengan TEK dan

mengandung nilai-nilai kearifan lokal, melindungi keanekaragaman hayati berarti

menghindari kerusakan dalam skala besar dan mengkonservasi beberapa jenis

keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati, hanya dilakukan

pada beberapa jenis, tidak secara keseluruhan, karena pemamfaatan tetap

dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan subsistensi. Oleh karena itu, setiap

masyarakat biasanya memiliki aturan-aturan dalam pemamfaatan sumberdaya.

2.3.2. Konservasi Keanekaragaman Hayati/ Konservasi Modern

Berdasarkan Kamus Inggris Oxford, konservasi adalah 1. tindakan

konservasi, pelestarian dari pengaruh-pengaruh destruktif, kerusakan atau limbah;

pelestarian dalam keberadaan, kesehatan dan lain-lain, 2. biaya resmi dan

perawatan sungai, saluran air, hutan, serta pemeliharaan (Radcliffe 2002: xv).

Pengelolaan konservasi yang ditujukan untuk konservasi biologi biasanya dianut

oleh para ilmuwan biologi yang lazim disebut sebagai pendekatan konservasionis

(conservationist)18

. Keanekaragaman hayati merupakan konsep yang yang berakar

di bidang konservasi biologi.

Adiwibowo (2005: 32) memaparkan tiga peristiwa yang mendorong

munculnya wacana konservasi pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an.

Pertama, Forum Nasional Keanekaragaman Hayati yang diadakan pada tahun

1986 di bawah naungan National Academy of Science, Amerika Serikat. Forum

ini menghasilkan Keanekaragaman Hayati yang menjadi buku paling berpengaruh

pada saat itu.

Kedua, penciptaan jejaring keanekaragaman hayati yang bertujuan untuk

menstabilkan jaringan untuk pergerakan objek, sumberdaya, pengetahuan, dan

materi yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati. Jejaring ini berperan

penting dalam mempercepat kepedulian global dan membangkitkan kepentingan

18 Dikenal juga dengan aliran eco-imperialism, mencoba memaksakan ide konservasi yang

berorientasi pada aspek bio-ekologi.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

41

aktor-aktor global, nasional dan lokal sehubungan dengan kehilangan

keanekaragaman hayati. Hal ini selanjutnya diartikulasikan dalam narasi besar

krisis biologis dan diluncurkan secara global.

Ketiga, sebagai tanggapan terhadap meningkatnya keprihatinan terhadap

konservasi dan sebagai kelanjutan dari ide-ide yang telah dimulai sebelumnya,

IUCN, UNEP and WWF, pada tahun 1991, sangat mendukung pembangunan

berkelanjutan melalui Caring for the Earth: a Strategy for Sustainable Living, dan

selanjutnya menjadi perhatian dari banyak pihak yang berkepentingan serta

memunculkan projek-projek bilateral dan multilateral. Semua kegiatan tersebut

telah memproduksi pengetahuan keanekaragaman hayati, wacana dan

mendefinisikan jenis-jenis kekuasaan – yang saling terhubung satu sama lainnya

melalui strategi dan program-program yang nyata – dan kemudian membuka jalan

ke “transnation state” meeting: pada 1992; the Rio Summit that resulted in the

Convention on Biological Diversity. Keanekaragaman hayati disini didefinisikan

sebagai keragaman makhluk hidup dari semua sumber baik darat, laut, maupun

ekosistem air dan kompleks ekologi dimana mereka menjadi bagian; keragaman

ini mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem

(Stott & Sullivan 2000: 180).

Zerner berpendapat bahwa konservasi keanekaragaman hayati

sebagaimana yang dikonstruksi oleh ilmu-ilmu alam sering dibenarkan sebagai

tindakan penembusan; upaya untuk melindungi zona-zona non manusia yang

dilukiskan sebagai zona yang utuh, murni dan tidak tersentuh (Stott & Sullivan

2000: 180). Kebijakan konservasi keanekaragaman hayati didorong oleh politik

internasional. Lembaga-lembaga yang dominan seperti Bank Dunia dan LSM

lingkungan di negara maju serta negara G-7, menawarkan konservasi dan

pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan untuk menjawab ancaman-

ancaman terhadap keanekaragaman hayati, serta menyarankan mekanisme untuk

manajemen keanekaragaman hayati (Escobar 1998: 53).

Pada kenyataannya, konservasi merupakan sebuah proses sosial dan politik

yang tidak hanya melibatkan kepentingan lingkungan dan ekonomi global tapi

juga bersinggungan dengan kepentingan-kepentingan lokal. Kemauan

konservasionis untuk mengembangkan konservasi keanekaragaman hayati harus

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

42

memilih di antara pilihan-pilihan yang nyata, bukan pada tataran pilihan ideal

akademis semata (Alcorn 1993: 424). Sehingga upaya-konservasi tidak

memarginalkan kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

2.4. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berangkat dari suatu pemikiran bahwa setiap komunitas

memiliki sistem sosiokultur yang merupakan hasil dari proses interaksi antara

manusia dengan lingkungannya yang terbangun dalam rentang waktu yang

panjang. Basis dari sebuah sistem sosiokultur terletak pada aspek material

teknologi eksploitasi yang dikembangkan berdasarkan karakter-karakter khusus di

lingkungan mereka. Perubahan atas teknologi eksploitasi akan mempengaruhi dan

ikut merubah komponen sistem sosiokultur lainnya yaitu pengelolaan ekonomi,

kelembagaan serta sistem sosial lainnya. Dalam konteks pemanfaatan

sumberdarya alam, salah satu perubahan digerakkan oleh kepentingan-

kepentingan dalam pengelolaan lingkungan seperti gagasan konservasi

keanekaragaman hayati.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Perubahan Sosial pada

Masyarakat Nelayan Lamalera

Perubahan Infrastruktur Material Sistem Sosiokultur Diskursus Konservasi

Introduksi Teknologi

Pengelolaan Ekonomi

Kelembagaan (Pranata sosial,

sistem nilai, norma, organisasi,

kelompok sosial, dll)

Asosiasi Sosial kekerabatan

Sistem Religi

Lingkungan

Teknologi

Inti kebudayaan

Pengelolaan Ekonomi

Kelembagaan (Pranata sosial,

sistem nilai, norma organisasi,

kelompok sosial, dll)

Asosiasi Sosial Kekerabatan

Sistem Religi

Konservasi Tradisional

- Pengetahuan lokal

- Manajemen sumberdaya

- Institusi sosial

- Pandangan hidup

(World view)

Konservasi Moderen

- Pengetahuan

- Kekuasaan

- Aktor

- Kepentingan

- Praktek - praktek

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · salah satu pendekatan dalam ilmu antropologi ekologi yaitu teori ekologi budaya. ... atau setidak-tidaknya pada suatu tipe kebudayaan

43

2.5. Hipotesa Pengarah

Berdasarkan uraian-uraian teoritis di atas, dirumuskan hipotesa pengarah

mengenai perubahan sosial pada masyarakat nelayan Lamalera, yang menjadi

penuntun peneliti dalam bekerja:

1. Sistem sosiokultur komunitas Lamalera terbangun dari inti budaya berburu

ikan besar seperti paus, pari manta, lumba-lumba dan hiu.

2. Program-program pembangunan kelautan yang diperkenalkan pemerintah

dan program konservasi yang dibawa oleh LSM konservasi internasional

berpengaruh terhadap sistem sosiokultur komunitas Lamalera termasuk

timbulnya polarisasi, hilangnya jaminan sosial dan terjadi ketidaksetaraan

(inequality).