2010 sul

98
STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA KEMITRAAN PT. ANUGERAH TANI BERSAMA DENGAN MASYARAKAT (KASUS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN) SULISTIANAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: taslim904780478

Post on 14-Aug-2015

81 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2010 Sul

STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA KEMITRAAN

PT. ANUGERAH TANI BERSAMA DENGAN MASYARAKAT (KASUS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN

BANYUASIN, SUMATERA SELATAN)

SULISTIANAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 2: 2010 Sul

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul : “Strategi dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola

Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)”

Merupakan gagasan dan hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2010

Sulistianawati F052050065

Page 3: 2010 Sul

ABSTRACT

SULISTIANAWATI. Feasibility and Strategy Development of Oil Palm Plantation Business Patterns Partnership PT.Anugerah Tani Bersama with Local People (Case of Oil Palm Plantation in Musi Banyuasin Region, South Sumatera). Supervised by H. MUSA HUBEIS as Committee Chairperson, and HARTRISARI HARDJOMIDJOJO as member. Problems that become the base of oil palm development is how to find a mutually beneficial synergy between farmers and companies in the cultivation of oil palm plantation with the partnership pattern. Goal of this research is to evaluate the prospects of partnership between PT Anugerah Farmers Co (PT ATB) with ‘owner’ land farmers, to analyze the feasibility of cultivation of oil palm plantation partnership for PT ATB and farmers, and determine strategic development priorities of partnerships by the oil palm plantation partnership between PT ATB with the farmers.

Types of data used in this study the data in the form of investment costs, operating costs, and organizational management, partnership and farmers' income. The data in this study include primary and secondary data. Analysis carried out on various aspects relating to the strategy and the feasibility of developing oil palm plantations with the partnership developed, the partnership model, the analysis of plasma farmers' income, financial feasibility analysis, internal and external analysis. PT. ATB implement core-plasma partnership pattern with the farmers. Partnership core-plasma system that is applied is 60:40 partnership system. The results of the analysis indicate that the development plan of plantation and factory, in the technical assumptions and economic can be met, then the standard can be met quite feasible in all feasibility criteria. Total project investment will be recovered (PBP) in 9.87 years and net cash value (NPV) projects amounted to Rp 446.039 billion. Cash value of this project is equivalent to the internal exchange rate (IRR) of 34.15% (before interest), or 27.55% (after interest). Internal factors that became the strength of the partnership are the land, marketing, finance, credibility to access capital, government relations and public relations. While the factors that are considered to be the weaknesses are experience to build plantation, research and development, and management information system. External factors that become opportunity for partnership is local government support, availability of farmers land, banking support, and the prospects of oil palm. While the factors considered as a threat is political and security situation of the world. According to the results of QSPM analysis matrix, the prior alternative strategies is the SO (strengths and opportunities) based strategy is maximize cooperation partnerships with the potential of land owned by the community. Keywords : feasibility, internal and external factors, palm oil, strategic

development, the partnership pattern

Page 4: 2010 Sul

RINGKASAN SULISTIANAWATI. Strategi Dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama Dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan). Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS sebagai Ketua dan HARTRISARI HARDJOMIDJOJO sebagai Anggota

Komoditas kelapa sawit merupakan primadona perdagangan ekspor Indonesia sejak dekade lalu. Minyak sawit sebagai hasil pengolahan buah kelapa sawit utama merupakan minyak nabati paling berpotensi dalam perdagangan minyak nabati dunia.

Permasalahan yang menjadi landasan pengembangan kelapa sawit adalah bagaimana menemukan sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan di dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prospek kemitraan antara PT Anugerah Tani Bersama (PT ATB) dengan petani ‘pemilik’ lahan, menganalisis kelayakan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan bagi PT ATB dan petani, dan menentukan prioritas stratejik pengembangan kemitraan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan antara PT ATB dengan petani.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data biaya investasi, biaya operasi, manajemen dan organisasi, pola kemitraan dan pendapatan petani. Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja contoh yang diteliti sebagai responden. Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan strategi dan kelayakan pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan yang dikembangkan, yaitu model kemitraan, analisis pendapatan petani plasma, analisis kelayakan finansial, analisis internal dan eksternal.

PT. ATB menerapkan pola kemitraan inti-plasma dengan petani. Melalui pola kemitraan, secara kualitatif dapat diketahui peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang dapat dihilangkan melalui kerjasama kemitraan. Sistem kemitraan inti plasma yang diterapkan adalah sistem kemitraan 60:40. Hasil analisis menunjukkan bahwa rencana pengembangan kebun dan pabrik, dalam kondisi asumsi-asumsi teknis dan ekonomis dapat dipenuhi, maka standar cukup layak dapat dipenuhi pada semua kriteria kelayakan. Investasi total proyek akan terpulihkan (PBP) dalam waktu 9,87 tahun dan nilai tunai netto (NPV) proyek adalah sebesar Rp 446,039 miliar. Nilai tunai proyek ini setara dengan tingkat imbalan internal (IRR) sebesar 34,15 % (sebelum bunga) atau 27,55 % (setelah bunga). Secara umum hasil analisis aspek finansial, dengan asumsi-asumsi teknis dan ekonomi terpenuhi menunjukkan rencana pengembangan kebun dan pabrik sesuai kriteria kelayakan usaha dengan batas kritis relatif aman.

Berdasarkan hasil perbandingan proyeksi bagi hasil, menunjukkan bahwa pola kemitraan 60:40 yang dilaksanakan oleh PT ATB memberikan pendapatan rataan bagi petani Rp 6,629,298 per tahun hektar, sedangkan dengan pola bagi hasil 80:20 akan memberikan pendapatan Rp 3,531,028 per tahun hektar.

Page 5: 2010 Sul

Faktor internal yang menjadi kekuatan bagi kemitraan adalah lahan, pemasaran, keuangan, kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintah dan hubungan masyarakat. Sedangkan faktor yang dinilai menjadi kelemahan adalah pengalaman dalam membangun kebun. Faktor eksternal yang menjadi peluang bagi kemitraan adalah dukungan pemerintah daerah, ketersediaan lahan petani, dukungan perbankan, dan prospek kelapa sawit. Sedangkan faktor yang dinilai sebagai ancaman adalah situasi politik dan keamanan dunia.

Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, alternatif strategi yang menjadi prioritas adalah strategi yang berbasis pada SO (strengths and opportunities). Alternatif strategi yang diusulkan adalah sebagai berikut (1) Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan memaksimalkan potensi lahan yang dimiliki oleh masyarakat, (2) Memaksimalkan peran serta masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pemilikan lahan perkebunan. (3) Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan inti dan petani, (4) Menciptakan sinergi yang baik antara perusahaan dan petani mitra, (5) Melakukan sosialisasi yang baik dalam pelaksanaan program kemitraan kepada msyarakat, (6) Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengalaman dalam membangun kebun dan pabrik kelapa sawit, dan (7) Menciptakan peluang kerjasama kemitraan dengan alternatif komoditas perkebunan yang lain.

Kata kunci : faktor internal dan eksternal, kelapa sawit, kelayakan, pola kemitraan,

strategi pengembangan

Page 6: 2010 Sul

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: 2010 Sul

STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA KEMITRAAN PT. ANUGERAH TANI BERSAMA DENGAN MASYARAKAT(KASUS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI

KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN)

SULISTIANAWATI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 8: 2010 Sul

Judul Tugas Akhir : Strategi dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan

Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)

Nama Mahasiswa : Sulistianawati

Nomor Pokok : F052050065

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal ujian : 26 Juni 2009 Tanggal lulus :

Page 9: 2010 Sul

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA

Page 10: 2010 Sul

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Allah SWT atas segala karunia dan

anugerah yang diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil

Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan

dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, sebagai ketua komisi

pembimbing atas bimbingan dan dorongannya dalam penulisan dan penyelesaian

Tugas Akhir.

2. Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA, sebagai anggota komisi pembimbing atas

motivasi dan bimbingan yang telah diberikan dalam penulisan dan penyelesaian

Tugas Akhir ini.

3. Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA, sebagai penguji luar komisi dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

4. Seluruh staf pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu selama kuliah

berlangsung.

5. Keluarga penulis, adik-adik yang senantiasa memberikan semangat hingga Tugas

Akhir ini selesai.

6. Suami penulis, Ir. Budi Purwanto, ME dan ananda tercinta Kenang Ina Versiggi

Subud atas segala pengorbanan yang tiada henti, baik moril dan materil, sehingga

penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Teman-teman angkatan VI Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan kepada semua pihak yang telah

membantu selesainya Tugas Akhir ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini berguna dan dapat

memberikan kontribusi bagi semua pihak yang berkepentingan. Maka dari itu, saran

dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan di

masa mendatang.

Bogor, Februari 2010

Penulis

Page 11: 2010 Sul

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 2 Maret 1965, sebagai anak

pertama dari 5 (lima) bersaudara dari Bapak (alm.) Manilan dan Ibu (almh.) Suwarti.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1989. Pada tahun 2005 penulis

diterima pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja pada PT Primakelola Agribisnis

Agroindustri sejak 2001 – sekarang.

Penulis menikah pada bulan Desember 1991 dengan Ir. Budi Purwanto, M.E

dan dikaruniai 1 (satu) orang anak bernama Kenang Ina Versiggi Subud. Sebagai

tugas akhir di Sekolah Pascasarjana, penulis melaksanakan penelitian berjudul

“Strategi dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Pola

Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama dengan Masyarakat (Kasus Perkebunan

Kelapa Sawit di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)” di bawah bimbingan

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA dan Dr.Ir. Hartrisari Harmidjojo,

DEA.

Page 12: 2010 Sul

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang............................................................................................................... 1

1.1.1. Karakteristik Komoditi ....................................................................................... 1 1.1.2. Potensi Industri Kelapa Sawit Indonesia ............................................................ 3 1.1.3. Pohon Industri ..................................................................................................... 4 1.1.4. Permasalahan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit .................................. 7

1.2. Perumusan Masalah....................................................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................................... 8

II. LANDASAN TEORI ........................................................................................................... 9

2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan...................................................................................... 9 2.1.1. Dasar Kebijakan................................................................................................ 10 2.1.2. Manfaat Kemitraan .......................................................................................... 10 2.1.3. Pola Kemitraan Inti Plasma dalam Perkebunan Kelapa Sawit ......................... 11

2.2 Kelayakan Investasi ................................................................................................... 13 2.2.1. Net Present Value ............................................................................................ 14 2.2.2. Payback Period ................................................................................................. 15 2.2.3.Internal Rate of Return ...................................................................................... 16 2.2.4. Net B/C ............................................................................................................ 16 2.2.5. Break Event Point ............................................................................................ 17 2.2.6. Analisis Sensitivitas .......................................................................................... 17

2.3. Strategi Perusahaan.................................................................................................... 18 2.3.1. Konsep Strategi Perusahaan ............................................................................. 18 2.3.2. Aspek Internal Perusahaan................................................................................ 19 2.3.3. Aspek Eksternal Perusahaan ............................................................................. 20

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu......................................................................................... 20 III. METODE KAJIAN .......................................................................................................... 23

3.1 Kerangka Pemikiran Kajian....................................................................................... 23 3.2. Lokasi dan Jadwal...................................................................................................... 25 3.3. Pengumpulan Data ..................................................................................................... 25

3.3.1. Jenis Data .......................................................................................................... 25 3.3.2. Teknik Pengambilan Contoh............................................................................. 26

3.4. Metode Analisis ......................................................................................................... 27 3.4.1. Analisis Prospek Kemitraan............................................................................. 27 3.4.2. Kelayakan Investasi .......................................................................................... 27 3.4.3. Analisis Matriks EFE dan IFE .......................................................................... 27 3.4.4. Analisis SWOT ................................................................................................. 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 33

4.1. Keadaan Umum Perusahaan ...................................................................................... 33 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................................................33 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan.................................................................................. 35

Page 13: 2010 Sul

4.2. Evaluasi Rencana Kemitraan PT Anugerah Tani Bersama dan Petani..................... 35 4.2.1. Kekuatan ......................................................................................................... 36 4.2.2. Kelemahan ...................................................................................................... 38 4.2.3. Peluang ............................................................................................................ 39 4.2.4. Ancaman .......................................................................................................... 41

4.3. Analisis IFE dan EFE................................................................................................. 41 4.3.1. Faktor Lingkungan Internal .............................................................................. 42 4.3.2. Faktor Lingkungan Eksternal ........................................................................... 43

4.4. Analisis SWOT Kemitraan ....................................................................................... 43 4.5. Alternatif Usulan Strategi ......................................................................................... 46 4.6. Analisis Kelayakan Kerjasama Kemitraan ................................................................ 46

4.6.1. Analisis Kelayakan Usaha ................................................................................ 46 4.6.2. Proyeksi hasil dan pembagian........................................................................... 51

4.7. Analisis Perbandingan proyeksi hasil kemitraan ATB dengan sistem bagi hasil 80:20................................................................................................................ 57

4.8. Implikasi Manajerial................................................................................................. ............... 61

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................... 63 1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 63 2. Saran ................................................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 65 LAMPIRAN............................................................................................................................ 67

Page 14: 2010 Sul

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Luas areal perkebunan Kelapa Sawit menurut kelompok perkebunan pada

tahun 1997 – 2005......................................................................................................... 3

2. Luas perkebunan Kelapa Sawit per provinsi.................................................................. 4

3. Produk turunan CPO dan fungsinya dalam industri lain............................................... 6

4. Hasil penelitian terdahulu yang relevan....................................................................... 21

5. Jenis dan jumlah responden ......................................................................................... 26

6. Model matriks IFE dan EFE ........................................................................................ 28

7. Penentuan bobot faktor strategik dengan metode Delphi ............................................ 29

8. Penentuan rating faktor strategik dengan metode Delphi ............................................ 30

9. Matriks SWOT............................................................................................................ 31

10. QSPM.......................................................................................................................... 32

11. Dokumen dan legalitas................................................................................................ 34

12. Posisi lokasi kebun PT. ATB secara geografis dan batas fisik ................................... 34

13. Deskripsi faktor internal dan eksternal dari petani, PT ATB dan kemitraan

petani – PT ATB ......................................................................................................... 35

14.Analisis Faktor Internal................................................................................................ 42

15.Analisis Faktor Eksternal ............................................................................................. 43

16.Matriks SWOT............................................................................................................. 44

17.Analisis Matriks QSP................................................................................................... 45

18.Proyeksi produksi TBS, CPO dan PKO perusahaan inti ............................................. 47

19.Perbandingan hasil analisis sensitivitas ....................................................................... 50

20.Proyeksi hasil kemitraan antara petani dan PT ATB per tahun hektar ........................ 54

21. Proyeksi hasil bagi PT ATB melalui pengusahaan kebun dengan

kemitraan per tahun hektar (60%)............................................................................... 55

22. Proyeksi hasil bagi petani plasma melalui kerjasama kemitraan dengan PT

ATB per tahun hektar (40%)....................................................................................... 56

23.Perbandingan pola kemitraan 80:20 dan pola kemitraan 60:40 secara

umum .......................................................................................................................... 57

24.Proyeksi perbandingan hasil kemitraan inti plasma 60:40 dan bagi hasil

80:20 ........................................................................................................................... 60

Page 15: 2010 Sul

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Jumlah produksi minyak nabati utama dunia dalam juta metric ton ........................... 1

2. Produksi minyak Kelapa Sawit Indonesia dari tahun 2003-2007 ................................ 2

3. Pohon industri Kelapa Sawit........................................................................................ 5

4. Mekanisme program kemitraan terpadu..................................................................... 13

5. Kerangka pemikiran kajian ........................................................................................ 24

6. Tren pertumbuhan konsumsi CPO Dunia .................................................................. 39

7. Skema pola kemitraan PT. ATB dengan masyarakat................................................. 53

Page 16: 2010 Sul

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner........................................................................................................................ 68 2. Proyeksi biaya total proyek ............................................................................................ 76 3. Rencana biaya investasi kebun per hektar...................................................................... 77 4. Proyeksi pendanaan........................................................................................................ 78 5. Proyeksi produksi dan harga TBS, CPO dan PK ........................................................... 79 6. Proyeksi produksi TBS, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman........................... 80 7. Proyeksi arus kas ............................................................................................................ 81 8. Proyeksi neraca............................................................................................................... 82

Page 17: 2010 Sul

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1.1. Karakteristik Komoditi

Komoditas kelapa sawit merupakan primadona perdagangan

ekspor Indonesia sejak dekade lalu. Kelapa sawit kini menjadi tanaman

perkebunan yang penting dan selalu menjadi sorotan utama dalam

kinerja peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Minyak

sawit sebagai hasil pengolahan buah kelapa sawit utama merupakan

minyak nabati paling berpotensi dalam perdagangan minyak nabati

dunia, karena memiliki potensi pasar besar yang masih dapat

dikembangkan.

Produksi minyak sawit dunia mencapai 43,22 juta Metric Ton

(MT) atau 32,29% dari total produksi minyak nabati utama dunia pada

tahun 2008 (USDA, 2008), sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 1.

Ton atau MT adalah satuan berat yang sama dengan 1.000 kg

(Wikipedia bahasa Indonesia, 2009).

Gambar 1. Jumlah produksi minyak nabati utama dunia dalam juta metric ton (USDA, 2008)

Page 18: 2010 Sul

2

Hingga akhir tahun 2008, total volume produksi minyak nabati

dunia mencapai 133,87 juta MT. Produksi minyak nabati dunia masih

didominasi oleh produksi minyak kelapa sawit, dengan jumlah

produksi mencapai 43,22 juta MT dan diikuti kemudian oleh produksi

minyak kedelai 37,55 juta MT.

Produksi minyak sawit oleh perkebunan besar di Indonesia

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat

Statistik (2007), produksi minyak sawit pada tahun 2007 mencapai

angka 11,81 juta ton dengan rataan pertumbuhan per tahun mencapai

28%. Produksi minyak kelapa sawit ditampilkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia dari tahun 2003-2007 (BPS, 2007)

Ekspor minyak sawit Indonesia juga terus meningkat tahun 2007

adalah 4.661 Ton dengan nilai 7.036 ribu US$ (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2009). Selain meningkatkan pendapat negara melalui

ekspor, kelapa sawit juga menjadi sumber penerimaan pajak yang

besar. Pajak bumi dan bangunan yang dapat diperoleh Rp. 26,263

miliar, dengan asumsi luas areal perkebunan kelapa sawit sekitar

5.247.171 hektar dan dengan tarif pajak Rp. 5.000 per hektar per tahun

(Darmosarkoro, 2006).

(x1000 ton)

Page 19: 2010 Sul

3

1.1.2. Potensi Industri Kelapa Sawit Indonesia

Pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh

tiga kelompok usaha, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Badan Usaha

Miliki Negara Negara (BUMN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).

Ketiga pengelola perkebunan tersebut terus mengembangkan areal

perkebunan kelapa sawit melalui berbagai pola kerjasama, khususnya

kerjasama antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar, baik

BUMN maupun swasta melalui pola kemitraan (KKPA atau bentuk

lainnya).

Puncak kinerja bisnis kelapa sawit Indonesia dimulai pada tahun

1990. Pemerintah merencanakan pertumbuhan pasar hingga tahun

2010 untuk pasar domestik sekitar 4-6% per tahun, sedangkan

pertumbuhan pasar ekspor 8% per tahun.

Luas areal perkebunan kelapa sawit yang terbesar pada tahun

2005, adalah milik perkebunan besar swasta (PBS), yaitu 3.003.080 ha

atau sekitar 53,6% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit yang

mencapai 5.597.158 ha. Di lain pihak, luas areal perkebunan kelapa

sawit milik perusahaan rakyat (PR) sebesar 1.917.037 ha atau sekitar

34,3% dan luas areal perkebunan kelapa sawit milik perkebunan besar

negara (BUMN) sebesar 677.041 ha atau sekitar 12,1% dari total luas

areal perkebunan kelapa sawit (BPS, 2007).

Tabel 1. Luas areal perkebunan kelapa sawit menurut kelompok

perkebunan dari tahun 1997 – 2005

Luas Areal (Ha) Tahun PR BUMN PBS

Total (Ha) Pertumbuhan (%)

1997 824.298 443.008 1.194.521 2.461.827 - 1998 890.506 489.143 1.409.134 2.788.783 13,3 1999 1.038.289 516.447 1.617.427 3.172.163 13,7 2000 1.190.154 528.716 2.050.739 3.393.421 7,0 2001 1.206.154 541.105 2.227.078 3.974.337 17,1 2002 1.222.154 545.105 2.349.387 4.116.646 3,6 2003 1.854.394 662.803 2.766.360 5.283.557 28,4 2004 1.904.944 675.090 2.867.527 5.447.561 3,1 2005 1.917.037 677.041 3.003.080 5.597.158 2,7

Pertumbuhan rataan 11,1 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Jakarta, 2006

Page 20: 2010 Sul

4

Areal tanaman kelapa sawit terluas pada tahun 2007 adalah

Provinsi Riau 1,4 juta ha (23,19%), kemudian berturut-turut Provinsi

Sumatera Utara 1,04 juta ha (17,18%), Sumatera Selatan 600 ribu ha

(9,98%), Kalimantan Tengah 467 ribu ha (7,68%) dan Jambi 448 ribu

ha (7,37%), seperti disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Luas perkebunan kelapa sawit per provinsi (dalam Ha)

Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 Nanggroe Aceh Darussalam

257.684 262.151 249.011 254.261 283.283

Sumatera Utara 886.612 919.680 844.882 894.911 1.044.230 Sumatera Barat 270.047 306.496 279.798 282.518 310.281 Riau 1.238.106 1.319.659 1.340.036 1.277.703 1.409.715 Jambi 429.209 456.327 372.804 403.477 448.027 Sumatera Selatan 516.928 502.481 497.933 548.678 606.667 Bengkulu 70.409 80.218 126.252 147.125 162.440 Lampung 131.362 137.721 145.542 148.535 164.786 Bangka Belitung 90.065 94.886 119.635 130.037 138.367 Riau Kepulauan - - 6.849 13.698 14.936 Jawa Barat 6.251 6.242 8.070 8.744 10.666 Banten 16.983 19.200 12.614 14.076 17.322 Kalimantan Barat 406.372 416.807 358.175 381.791 434.459 Kalimantan Tengah 221.034 241.615 401.663 434.481 467.120 Kalimantan Selatan 138.634 141.638 172.650 134.621 146.320 Kalimantan Timur 191.146 201.871 171.581 201.236 219.906 Sulawesi Tengah 47.029 43.743 48.236 48.334 53.220 Sulawesi Selatan 83.085 78.932 13.925 16.018 19.244 Sulawesi Tenggara 13.285 4.078 4.106 466 613 Sulawesi Barat - - 52.476 57.476 61.590 Papua 52.817 49.812 51.051 39.090 43.232 Irian Jaya Barat - - 11.540 16.540 18.502

Jumlah 5.067.058 5.283.557 5.288.829 5.453.816 6.074.926 Sumber : Deptan, 2008

1.1.3. Pohon Industri

Beragam produk dapat dihasilkan dari tanaman kelapa sawit.

Seluruh bagian tanaman buah sawit merupakan bagian yang memiliki

kegunaan sangat beragam, terutama untuk sumber minyak dan lemak

nabati. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit dapat

dilihat pada pohon industri kelapa sawit pada . Pengembangan industri

pengolahan produk turunan minyak sawit juga memiliki manfaat yang

sangat besar, karena dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.

Di lain berbagai produk turunan minyak sawit (CPO), dapat

dimanfaatkan dalam berbagai industri lain, dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 21: 2010 Sul

5 Gambar 3. Pohon industri kelapa sawit (Deperin, 2006)

Page 22: 2010 Sul

6

Berdasarkan Gambar 3, kelapa sawit menghasilkan minyak kelapa

sawit (Crude Palm Oil atau CPO), inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil atau

PKO), tempurung, serat, tandan kosong dan sludge. CPO dan PKO adalah

bahan baku yang penting dalam basic oleochemicals karena fatty acid dan

fatty acid methylester diturunkan dari kedua minyak tersebut. Kedua

bahan baku tersebut merupakan sumberdaya yang cukup berlimpah dan

ramah lingkungan sehingga keberadaan keduanya sebagai stok bahan baku

oleokimia menjadi lebih penting di abad ke-21.

Tabel 3. Produk turunan CPO dan fungsinya dalam industri lain (Gelder, 2004)

No Jenis Industri / Produk Fungsi / Kegunaan CPO

1 Kulit Softening, Dressing, Polishing, Treating Agent

2 Metal Cutting Oil, Coolant, Buffing, Polishing Compound

3 Pertambangan Surface Active Agent, Oil Well Drilling

4 Karet Vulcanizing Agent, Softener, Mould-Release Agent

5 Elektronik Insulation, Special Purpose Plastic Component

6 Pelumas Biodegradable Base Oils, Hydraulic Fluids

7 Cat dan Coating Resin, Drying Oil, Protective Coating

8 Percetakan Printing Ink, Paper Coating, Photographic Printing, De-inking Surfactant

9 Plastik Stabilizer, Plasticizer, Mould-Release Agent, Lubricant, Anti-Static Agent, Antifogging Aid, Polymerization Emulsifier

10 Biofuel Metil Ester, Alkohol

11 Lilin Waxes, Polishes

12 Sabun dan Deterjen

Surfaktan

13 Health-Personal Care

Culture Media, Tabletting Aid, Sabun, Sampo, Krim, Lotion

14 Pangan Emulsifier, Confectionery, Specialty Fat, Cake, Pastry, Margarin, Es Krim

15 Pakan Ternak Suplemen Nutrisi

Page 23: 2010 Sul

7

1.1.4. Permasalahan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit

Permasalahan pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sering

menjadi penghambat adalah :

1. Keterbatasan adopsi teknologi pemeliharaan tanaman

(Darmosarkoro, 2006). Petani tidak memiliki kemampuan untuk

membangun kebun kelapa sawit dengan baik, disebabkan adanya

penerapan kultur teknis tidak tepat seperti penanaman,

pemeliharaan, aplikasi pupuk, manajemen panen dan kesalahan

dalam interpretasi kelas kesesuaian lahan.

2. Keterbatasan modal petani untuk membangun kebun kelapa sawit.

Biaya investasi pembangunan kelapa sawit per hektar berkisar

Rp. 34.000.000 - Rp. 40.000.000, dengan grace periode selama

empat tahun.

3. Perusahaan banyak menghadapi konflik seperti penguasaan lahan,

demonstrasi dan pencurian ketika menjalankan usahanya.

4. Konflik sosial seperti ketidakharmonisan hubungan antara pekebun,

masyarakat sekitar dan instasi terkait. Masalah-masalah sosial

tersebut dapat berlanjut menjadi masalah lainnya seperti okupasi

lahan, masalah ketersediaan lahan dan perizinan, serta tindakan

kriminal seperti penjarahan produk.

5. Persoalan ketersediaan input produksi (bibit yang baik, pupuk dan

pestisida) sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas lahan

sawit. Bibit sawit palsu hanya menghasilkan sekitar 60% dari

potensi yang dihasilkan bibit unggul (Samhadi, 2006).

Page 24: 2010 Sul

8

1.2. Perumusan Masalah

Menemukan sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan

perusahaan didalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola

kemitraan, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Bagaimana prospek kemitraan dapat dilakukan dalam kegiatan pengusahaan

perkebunan kelapa sawit ?

b. Bagaimana kelayakan usaha PT ATB dan petani pola kemitraan ?

c. Bagaimana mengidentifikasikan dan merumuskan strategi di dalam

pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan ?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Mengevaluasi prospek kemitraan antara PT Anugerah Tani Bersama (PT

ATB) dengan petani ‘pemilik’ lahan.

b. Menganalisis kelayakan pengusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pola

kemitraan bagi PT ATB dan petani.

c. Menentukan prioritas strategik pengembangan kemitraan pengusahaan

perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan antara PT ATB dengan

petani.

Page 25: 2010 Sul

II. LANDASAN TEORI

2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan

Kemitraan pada dasarnya mengacu pada hubungan kerjasama antar

pengusaha yang terbentuk antara usaha kecil menengah (UKM) dengan

usaha besar. Kemitraan yang baik dilaksanakan dengan pembinaan dan

pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan,

pemasaran, permodalan, sumber daya manusia (SDM) dan teknologi.

Kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan arti kata mitra adalah

teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan diartikan sebagai

hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Menurut Undang-Undang

No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, kemitraan didefinisikan sebagai

”kerjasama antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha

Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan”. Dengan rumusan seperti itu, para

pelaku bisnis berada dalam posisi yang setara, mitra sejajar sekalipun secara

ekonomis, mereka bekerja pada skala usaha yang berbeda.

Linton (1997) mendefinisikan kemitraan sebagai suatu sikap

menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu

kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya dan tiadanya kedudukan

”pembeli dan penjual” tradisional.

Hafsah (1999) mendefinisikan kemitraan sebagai suatu strategi bisnis

yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu

untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan. Seperti bisnis pada umumnya, dalam pola kemitraan,

pelaku bisnis haruslah memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami

bersama dan dianut sebagai landasan dalam menjalankan kemitraan.

Page 26: 2010 Sul

10

2.1.1. Dasar Kebijakan

Pemerintah telah menetapkan landasan hukum untuk

mendukung program kemitraan. Landasan hukum tentang

kemitraan di Indonesia tertera dalam Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah, diantaranya :

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 tentang dasar

demokrasi ekonomi.

2. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1232/KMK.013/

1989 tentang penyisihan sebagian laba BUMN untuk

pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi, yang

kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri

Keuangan No. 316/KMK/.016/1994.

3. Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil

a. Pasal 11 tentang Iklim Usaha

b. Pasal 26 s/d 32 tentang Kemitraan

4. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan

a. Pasal 2 s/d 8 tentang Pola Kemitraan

b. Pasal 9 s/d 22 tentang Iklim Usaha dan Pembinaan

Kemitraan

c. Pasal 23 s/d 28 tentang Koordinasi dan Pengendalian

2.1.2. Manfaat Kemitraan

Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem

agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan

pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut

(Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah :

1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi

antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani,

meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha

bersama atau koperasi dan pemasaran.

2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan

kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada.

Page 27: 2010 Sul

11

Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan

pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak

yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan

kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana

dan saling menguntungkan.

3. Keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir)

yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan

bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta

keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin

kerjasama saling menguntungkan secara adil.

4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan

berkesinambungan di sektor pertanian.

2.1.3. Pola Kemitraan Inti Plasma dalam Perkebunan Kelapa Sawit

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 dalam pasal 27

huruf (a), menjelaskan bahwa pola inti plasma adalah

”hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha

menengah atau usaha besar sebagai inti yang membina dan

mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya melalui

penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian

bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan

penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi

peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha”.

Program inti plasma dalam pengembangan perkebunan

kelapa sawit memerlukan keseriusan baik pihak petani selaku

plasma yang mendapat bantuan dalam upaya mengembangkan

usahanya, maupun pihak inti usaha besar atau menengah yang

mempunyai tanggungjawab sosial untuk membina dan

mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka

panjang.

Pola kerjasama kemitraan inti plasma dengan kepemilikan

lahan oleh petani, pada umumnya dengan pola kerjasama bagi

Page 28: 2010 Sul

12

hasil (profit sharing). Petani sebagai ‘pemilik’ lahan,

menyerahkan seluruh lahan kepada perusahaan inti untuk

mendapatkan hak guna usaha (HGU) dan sebagai imbalannya,

petani mendapatkan pembagian keuntungan 20% dari total

keuntungan pengusahaan kebun kelapa sawit.

Dalam perkembangannya, pola inti plasma mengalami

penyempurnaan menjadi pola kemitraan terpadu. Pola ini

melibatkan beberapa pihak, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau

usaha kecil, (2) Usaha besar atau menengah sebagai perusahaan

inti, dan (3) Bank.

Hubungan kerjasama antara kelompok petani/petani dengan

perusahaan inti, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma

dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani

merupakan plasma dan perusahaan besar sebagai inti. Kerjasama

kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan

pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan

usaha petani plasma.

Menurut Bank Indonesia (1997), pola kemitraan terpadu

memiliki prinsip-prinsip berikut :

a. Hubungan bisnis antara usaha besar dan usaha kecil yang

bermitra memiliki keterkaitan.

b. Kemitraan atas dasar hubungan bisnis yang menguntungkan.

c. Adanya unsur pembinaan dan pengembangan oleh usaha

besar dan bank untuk usaha kecil.

d. Adanya komitmen dan rasa kebersamaan antara pihak-pihak

yang bermitra.

e. Hak dan kewajiban masing-masing mitra diatur dalam Nota

Kesepakatan Bank dengan usaha besar dan usaha besar

dengan usaha kecil, atau Bank dengan usaha besar dan usaha

kecil.

Page 29: 2010 Sul

13

Mekanisme Program Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Mekanisme program kemitraan terpadu (Bank Indonesia, 2008)

2.2. Kelayakan Investasi

Tujuan dari prinsip pengelolaan keuangan adalah memberikan

pemahaman tentang cara perusahaan memperoleh dan mengalokasikan

dana yang dimilikinya dan memberikan pemahaman tentang menguji

kelayakan suatu investasi (keputusan investasi) untuk semua bagian dari

perusahaan, yaitu produksi, pemasaran, sumber daya manusia (SDM)

dan lainnya juga sangat terpengaruh oleh keputusan investasi ini.

Investasi merupakan penanaman modal (baik modal tetap maupun

modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk

Page 30: 2010 Sul

14

memperoleh keuntungan. Selain menjadi faktor yang sangat penting

bagi kontinuitas masa depan perusahaan, investasi juga dipandang

sebagai topik yang secara konseptual sulit dan kompleks.

Menurut Van Horne (2002) menyatakan bahwa keputusan

investasi merupakan keputusan terpenting dari tiga keputusan dalam

penciptaan nilai tambah bagi perusahaan, dimana dua keputusan yang

lain yaitu keputusan pembiayaan dan keputusan deviden.

Menurut Warsini (2003), semakin besar dan semakin penting

suatu usulan investasi, maka semakin tinggi prosedur administrasi dan

pihak yang mempunyai wewenang menerima atau menolak investasi

tersebut. Untuk itu perusahaan mengadakan klasifikasi proyek menurut

kategori-kategori tertentu (aspek legalitas, teknis, manajemen,

lingkungan, dan lain-lain). Semakin besar investasi yang dibutuhkan,

akan semakin terperinci analisisnya.

Setelah semua informasi yang diperlukan terkumpul, maka

investasi tersebut dapat dinilai atau dievaluasi tingkat kelayakannya.

Umar (2003) menyebutkan bahwa pada dasarnya terdapat lima metode

untuk menilai kelayakan finansial suatu investasi, yaitu : (1) Net Present

Value (NPV); (2) Payback period (PBP); (3) Internal rate of return

(IRR); (4) Net Bt/C; (5) Break Event Point (BEP). Selain itu, menurut

Gitinger (1986), suatu proyek investasi senistif bisa berubah akibat

empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan, pelaksanaan,

kenaikan biaya, dan perkiraan hasil yang akan diperoleh.

Ukuran kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :

2.2.1. NPV

Nilai NPV adalah selisih antara nilai sekarang investasi

dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan

datang. Adapun hal yang diperhatikan dalam metode ini adalah:

(1) menentukan nilai sekarang dari investasi, (2) menentukan nilai

sekarang penerimaan kas bersih di masa mendatang, (3)

menentukan tingkat suku bunga yang relevan.

Page 31: 2010 Sul

15

Apabila NPV positif berarti investasi layak untuk

dilaksanakan (diterima), sebaliknya apabila NPV negatif berarti

investasi tidak layak untuk dilaksanakan (ditolak) (Gittinger,

1986) .

∑= +

−=n

tti

CtBtNPV

0 )1(

Dimana : Bt = penerimaan kas bersih tahun ke t

Ct = biaya proyek tahun ke t

i = tingkat suku bunga

n = umur proyek

2.2.2. PBP

PBP merupakan metode yang menunjukkan berapa lama

suatu investasi dapat kembali. PBP menunjukkan perbandingan

antara initial cash investment dengan cash flownya dan hasilnya

merupakan satuan waktu. Menurut Damodaran (2001) proyek

yang mempunyai tingkat pengembalian lebih cepat dianggap

mempunyai tingkat risiko lebih rendah bila dibandingkan dengan

proyek yang mempunyai tingkat pengembalian yang lebih lama.

Apabila PBP kurang dari suatu periode yang telah

ditentukan atau lebih cepat tingkat pengembaliannya, maka

investasi itu layak dilakukan. Apabila tidak, maka investasi

tidak layak untuk dilaksanakan. Secara matematik menghitung

PBP berikut (Damodaran, 2001) :

Nilai Investasi

PBP = X 1 tahun

Kas Masuk Bersih

Metode ini relatif sederhana dalam cara perhitungannya,

namun memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan aliran

kas masuk.

Page 32: 2010 Sul

16

2.2.3. IRR

Metode ini menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang

dihitung dengan mencari tingkat diskonto (discount rate) yang akan

menjadikan jumlah nilai sekarang total arus kas sama dengan jumlah nilai

sekarang total biaya investasi atau tingkat diskonto yang menjadikan NPV

bernilai nol (Umar, 2003). Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto,

maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR lebih

kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan (Gray dalam Latifah, 2009).

NPV1 = Nilai NPV yang positif (Rp)

NPV2 = Nilai NPV yang negatif (Rp)

i1 = discount rate nilai NPV yang positif (%)

i2 = discount rate nilai NPV yang negatif (%)

i* = IRR (%)

2.2.4. Net B/C

Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang

positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini

menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan

biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek

layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak

untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986). Angka ini menunjukkan tingkat

besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu

satuan, dinotasikan sebagai berikut :

)(* 1221

1 iiNPVNPV

NPVii −

−+=

(untuk Bt-Ct > 0)

(untuk Bt-Ct < 0) ∑

=

=

+−+−

= n

ttii

n

tttt

i

BCi

CB

CBNet

0

0

)1(

)1(

Page 33: 2010 Sul

17

Bt = benefit bruto pada tahun ke-t (Rp)

Ct = benefit bruto pada tahun ke-t (Rp)

n = umur ekonomis usaha (tahun)

i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (i = 1,2,3....n)

2.2.5. BEP

BEP atau titik pulang pokok atau titik impas adalah suatu

analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar

beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas

produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang

dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan.

Menurut Umar (2003), keadaan pulang pokok merupakan

keadaan dimana penerimaan pendapatan perusahaan adalah

sama dengan biaya yang ditanggungnya.

BEP adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam

operasionalnya tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh

keuntungan atau pada keadaan tersebut posisi keuntungan dan

kerugian sama dengan nol (Alwi, 1993). Rumus perhitungan

BEP adalah :

BEP (unit) = Biaya tetap : marjin kontribusi per unit

BEP (Rp) = Biaya tetap : {1-(biaya variabel : penjualan)

2.2.6. Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas merupakan suatu teknis analisa untuk

menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada penerimaan

suatu proyek apabila terjadi perubahan dengan perkiraan-

perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Menurut Gittinger

(1986), pada bidang pertanian, proyek yang sensitif dapat

dicirikan oleh empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan

pelaksanaan, kenaikan biaya dan perkiraan hasil yang akan

diperoleh. Menurut Husnan (1996), peubah-peubah yang

digunakan pada analisis sensitivitas dapat berubah dari yang

Page 34: 2010 Sul

18

sudah diasumsikan dapat mempengaruhi arus kas. Peubah-

peubah tersebut, antara lain volume produksi, harga jual per unit,

biaya tetap dan biaya variabel.

2.3. Strategi Perusahaan

2.3.1. Konsep Strategi Perusahaan

Pengambilan keputusan strategik selalu berkaitan dengan misi,

tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Perencanaan strategis

dengan menganalisa faktor-faktor strategik perusahan seperti kekuatan

(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan

ancaman (threats) yang ada pada saat ini atau disingkat SWOT.

Menurut Rangkuti (2005), analisa SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities),

namun secara bersamaan bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi lingkungan

eksternal maupun internal. Identifikasi lingkungan eksternal penting

untuk memonitor, evaluasi dan pengumpulan informasi dari

lingkungan eksternal dan internal yang bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor strategi.

SWOT merupakan akronim dari Strengths (kekuatan),

Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats

(ancaman). Lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman,

yaitu hal-hal yang berada di luar organisasi. Lingkungan internal

terdiri dari kekuatan dan kelemahan, yaitu hal-hal yang berada dalam

lingkup organisasi mencakup struktur, budaya dan sumber daya

(Rangkuti, 2005).

Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi

yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta

Page 35: 2010 Sul

19

meminimalkan kelemahan dan ancaman. Identifikasi dari SWOT

adalah :

a. Strengths (Kekuatan)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan

lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar yang dilayani.

Kekuatan merupakan suatu kompetensi berbeda (distinctive

competence) yang memberi perusahaan suatu keunggulan

komparatif dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya

keuangan, citra, kepemimpinan, pasar, hubungan pembeli -

pemasok, dan lain-lain.

b. Weaknesses (Kelemahan)

Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam

sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang secara serius

menghalangi kinerja efektif suatu industri.

c. Opportunities (Peluang)

Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam

lingkungan perusahaan/industri. Identifikasi dari segmen pasar,

perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi,

dan hubungan pembeli-pemasok menunjukan suatu peluang.

d. Threats (Ancaman)

Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan

dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah rintangan-

rintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan.

Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya

tawar pembeli–pemasok yang meningkat, perubahan teknologi,

kebijakan baru dapat merupakan ancaman bagi keberhasilan suatu

industri.

2.3.2. Aspek Internal Perusahaan

Dalam proses pengambilan keputusan strategis suatu

perusahaan, baik yang berkaitan dengan misi ataupun tujuan

perusahaan selalu berusaha untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

Page 36: 2010 Sul

20

faktor-faktor internal yang ada. Analisis faktor-faktor internal

perusahaan dilakukan berdasarkan kredibilitas mendapatkan modal,

pengalaman perusahaan dalam menangani proyek, sarana dan

prasarana yang dimiliki, hubungan perusahaan dengan pemerintah

daerah, sistem organisasi dan manajemen, visi dan misi, hubungan

masyarakat, budaya kerja perusahaan, SDM, keuangan, penelitian dan

pengembangan, dan lain-lain.

Hal-hal di atas digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

kekuatan perusahaan yang harus dimaksimalkan dan faktor-faktor

kelemahan perusahaan yang harus diatasi. Kekuatan perusahaan adalah

faktor-faktor yang mendukung penyelenggaraan program beradasarkan

unsur internal perusahaan.

2.3.3. Aspek Eksternal Perusahaan

Analisis faktor eksternal digunakan untuk mendukung rencana

strategik pengembangan perusahaan. Faktor-faktor eksternal

perusahaan dapat dianalisis berdasarkan dukungan pemerintah

setempat, dukungan perbankan, prospek komoditi, budaya masyarakat,

situasi politik dan keamanan dunia, keberadaan LSM daerah, tren

ekonomi dan perkembangan teknologi.

Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor berupa

peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang harus

dihindari. Peluang disini adalah hal-hal dari luar perusahaan yang

apabila dicermati dan dimanfaatkan dengan baik, dapat menjadi

keunggulan perusahaan.

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu tentang komoditas perkebunan (kelapa sawit,

karet) antara lain dilakukan oleh Haryadi (2004), Alamsyah (1997) Adrizal

(1995) dan Nasution (1997) dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 37: 2010 Sul

21

Tabel 4. Hasil penelitian terdahulu yang relevan

No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil 1 Haryadi (2004) Evaluasi Kemitraan

Petani Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Citra Sarana di Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

a. Melihat gambaran umum responden baik itu petani mitra maupun non mitra,

b. Mengetahui dan menganalisa atribut-atribut yang menjadi prioritas bagi petani mitra dalam mengikuti program kemitraan,

c. Mengetahui dampak dari program pelaksanaan kemitraan terhadap kemajuan petani mitra,

d. Mengetahui dan menganalisa atribut-atribut yang harus diperbaiki kinerjanya.

a. Analisis Deskriptif, b. Analisis Thurstone, c. Uji Tanda, d. Gross Margin, e. Khi-kuadrat, f. Analisis Kuadran.

Pelaku kemitraan sangat mengharapkan dampak positif dari kerjasama tersebut. Bagi petani mitra, umumnya telah merasakan dampak positif dari kemitraan, yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan, tambahan modal, lapangan kerja baru, bertambahnya ilmu pengetahuan dan adanya kepastian pasar bagi produk yang dihasilkan.

2 Alamsyah (1997)

Membandingkan Perbedaan Pola Kemitraan dalam Pengembangan Karet Rakyat : Suatu Analisis Ekonomi Kelembagaan (Studi Kasus di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

a. Mengetahui lingkup kerjasama dan kinerja masing-masing organisasi petani, sehingga diketahui kekuatan dan kelemahannya,

b. Melihat aspek institusi (kelembagaan) dan aspek pemasaran dalam pelaksana-an kemitraan yang saling mendukung antara petani dan mitra usahanya,

c. Mempelajari dampak perbedaan kelem-bagaan kemitraan terhadap tingkat pendapatan, pengembangan usaha, dan potensi pembentukan modal petani.

Analisis deskriptif Hasil dari penelitian ini menunjukkan kemitraan utamanya menyangkut jual beli produk bahan olah karet (bokar) petani dengan bentuk dan mutu yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama, aspek kelembagaan dalam kemitraan berlangsung kondusif dan saling menguntungkan.

21

Page 38: 2010 Sul

22

Lanjutan Tabel 4.

No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil 3 Adrizal (1995) Kajian Investasi Sistem

Penunjang Keputusan Untuk Investasi Agroindustri, Kasus Industri Bikatein di Sumatera Barat.

merekayasa model sistem penunjang keputusan yang dapat menjadi landasan pengambilan keputusan investasi dengan mempertimbangkan harmonisasi antar unsur yang terkait dalam sistem.

a. Analisis usaha ternak

b. Analisis kelayakan finansial

Data usaha ternak yang digunakan sebagai masukan model pendapatan peternak dan data usaha tani yang berguna sebagai masukan model kelayakan industri.

4 Nasution (1997) Analisis Distribusi Laba antara Perusahaan Inti Dengan Petani Plasma Dalam Proyek PIR-TRANS Sawit XYZ

a. Mengetahui distribusi laba antara perusahaan inti dan petani plasma sejak konversi dilaksanakan (tahun 1995) sampai dengan semester I/1997

b. Mengetahui terwujud tidaknya kondisi yang saling menguntungkan antara perusahaan inti dan petani plasma

a. Studi pustaka data sekunder

b. Acak Distratifikasi data primer

c. Analisis Finansial

Selama periode 2,5 tahun setelah konversi, ternyata masih terdapat banyak petani plasma yang menghasilkan penerimaan di bawah standar kebutuhan hidup minimum yang pada saat itu menurut Biro Pusat Statistik (1995) Rp. 250.000 per bulan per petani, sementara hasil penelitian menunjukkan angka penerimaan hanya Rp. 90.841,- per bulan per petani untuk luasan 2 ha per petani

22

Page 39: 2010 Sul

III. METODE KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT

ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha

pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pelaksanakan kerjasama kemitraan

antara perusahaan dan petani dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui

prospek kerjasama pola kemitraan secara umum, untuk itu dilakukan evaluasi

berdasarkan analisa deskriptif analisis SWOT terhadap masing-masing pihak.

Melalui hasil analisis tersebut dapat diketahui apakah melalui kerajasma

kemitraan akan dapat diperoleh manfaat yang lebih baik bagi petani maupun

bagi perusahaan.

Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis kelayakan kemitraan

melalui analisis kelayakan usaha secara umum, yang kemudian dilanjutkan

dengan menentukan proyeksi hasil yang diterima secara keseluruhan dari

hasil kerjasama kemitraan, proyeksi hasil yang diterima oleh perusahaan dan

proyeksi hasil yang akan diterima oleh petani. Untuk menilai apakah proyeksi

hasil yang diterima petani memiliki preferensi yang lebih baik, perlu

dilakukan pembandingan dengan alternatif kemitraan lain. Alternatif yang

dipilih sebagai pembanding adalah pola kemitraan bagi hasil 80:20 yang telah

lazim digunakan dalam usaha kemitraan (Alamsyah, 1997).

Tahapan selanjutnya adalah menentukan strategi-strategi

pengembangan kemitraan melalui analisis IFE dan EFE matriks kerjasama

kemitraan untuk menentukan faktor-faktor dalam SWOT. Kemudian

alternatif strategi yang dipilih ditentukan melalui penilaian prioritas alternatif

strategi dengan menggunakan matriks QSPM. Tahapan dan alur kerangka

pemikiran diilustrasikan dalam Gambar 5.

Page 40: 2010 Sul

24

Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian

Analisis SWOT PT. Anugerah Tani Bersama

(ATB)

Evaluasi Rencana Kemitraan PT ATB

Analisis Kelayakan Kemitraan

Strategi Pengembangan Kemitraan

Aspek Internal Kemitraan

Aspek Eksternal Kemitraan

Prospek Kemitraan

Analisis SWOT Petani

Kelayakan Finansial Usaha (NPV, IRR,

PI, PBP, BEP)

Proyeksi hasil bagi petani dan PT ATB

Perbandingan pola kemitraan 80:20

SWOT dan QSPM

Page 41: 2010 Sul

25

3.2. Lokasi dan Jadwal

Penelitian berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

dengan kegiatan meliputi pengumpulan data sekunder, kajian pustaka,

pengambilan data primer di lapangan, analisis data dan penulisan laporan.

Waktu pelaksanaan penelitian selama 5 (lima) bulan, dimulai Nopember

2007 sampai dengan Maret 2008.

3.3. Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data

biaya investasi, biaya operasi, manajemen dan organisasi, pola

kemitraan dan pendapatan petani. Berdasarkan sumbernya, data

terdiri dari data primer dan data sekunder :

a. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung melalui alat

bantu kuesioner (Lampiran 1) kepada direksi, manajer dan

asisten PT Anugerah Tani Bersama (ATB), pemerintah daerah

Kabupaten Musi Banyuasin (Asisten Daerah 2, BAPPEDA dan

Dinas Perkebunan) dan petani sebagai mitra (pengurus koperasi,

manajer koperasi dan petani), dengan total responden berjumlah

55 orang. Pengumpulan data di lapangan disertai dengan

pengamatan untuk mengetahui situasi, kondisi sosial ekonomi di

sekitar penelitian dan mengetahui ketersediaan sarana prasarana

yang telah ada di lokasi penelitian.

b. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran kepustakaan

berbagai publikasi serta data statistik dari Badan Pusat Statistik

(BPS), hasil-hasil penelitian terdahulu, Direktorat Jenderal

Perkebunan, Departemen Pertanian, Pemerintah Kabupaten Musi

Banyuasin, dan lembaga lain yang terkait. Di samping itu,

dilakukan pula konfirmasi dengan berbagai pihak yang

berkepentingan dalam hal ini masyarakat, perusahaan swasta dan

pemerintah daerah.

Page 42: 2010 Sul

26

3.3.2. Teknik Pengambilan Contoh

Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam

penelitian adalah metode purposive sampling, yaitu memilih

secara sengaja contoh yang diteliti sebagai responden. Metode ini

digunakan dengan dasar pertimbangan responden menguasai

permasalahan dan cukup mewakili aspirasi dari pihak-pihak yang

terkait.

Responden yang dipilih dari perusahaan terdiri dari

direksi, manajer dan asisten, dari pemerintah daerah Kabupaten

Musi Banyuasin terdiri dari Asisten Daerah Dua (ASDA 2),

BAPPEDA dan Dinas Perkebunan, serta dari mitra terdiri dari

pengurus koperasi, manajer koperasi dan petani. Jenis dan

jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan jumlah responden

No. Kriteria Responden Jumlah (orang)

1

Responden perusahaan

a. Direktur Utama

b. Direktur Operasional

c. Manajer

d. Asisten

1

1

1

1

2 PEMKAB

a. ASDA 2

b. BAPPEDA

c. Dinas Perkebunan

1

1

1

3 MITRA

a. Pengurus Koperasi

b. Manajer Koperasi

c. Ketua Kelompok Tani

d. Petani

8

4

18

18

JUMLAH 55

Page 43: 2010 Sul

27

3.4. Metode Analisis

Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan

strategi dan kelayakan pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan

pola kemitraan yang dikembangkan, yaitu model kemitraan, analisis

pendapatan petani plasma, analisis kelayakan finansial, analisis internal

dan eksternal.

3.4.1. Analisis Prospek Kemitraan

Analisis prospek kemitraan dilakukan dengan cara

mendiskripsikan kekuatan dan kelemahan petani plasma dan PT

ATB sebagai perusahaan inti. Melalui deskripsi tersebut, secara

kualitatif dapat diketahui peluang yang mungkin dimanfaatkan,

ancaman yang dapat dihilangkan dan kelemahan yang dapat diatasi

melalui kerjasama kemitraan.

3.4.2. Kelayakan Investasi

Ukuran kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini

mencakup : NPV, PBP, IRR, BEP, Net B/C dan analisis

sensitivitas. Peubah yang digunakan untuk melihat hasil analisis

sensitifitas adalah harga jual produk dan produktivitas yang

dihasilkan.

3.4.3. Analisis Matriks EFE dan IFE

Analisis lingkungan eksternal atau External Factor

Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui faktor yang dapat

dimanfaatkan dan faktor ancaman yang harus dihindari. Analisis

EFE dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (David,

2004) :

i. Tentukan dalam kolom 1 faktor strategis eksternal yang

menjadi peluang dan ancaman dan internal yang menjadi

kekuatan dan kelemahan perusahaan

ii. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2, dari

0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan

dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama

dengan 1,0.

Page 44: 2010 Sul

28

iii. Berikan peringkat 1-4 untuk masing-masing faktor kunci dalam

kolom 3, tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam

merespon faktor tersebut, dengan memberi skala mulai dari 4

(sangat baik) hingga 1 (di bawah rataan).

iv. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya

untuk menentukan nilai tertimbang.

v. Jumlahkan skor dari masing-masing peubah untuk menentukan

total dari skor bagi perusahaan.

Adapun bentuk matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Model matriks IFE dan EFE

Faktor Internal/Eksternal Bobot

(a) Peringkat

(b) Skor (axb)

A. Kekuatan/Peluang 1. ............. 2. ............. n ..............

Jumlah (A) B. Kelemahan/Ancaman

1. ............. 2. .............

n ..............

Jumlah (B)

Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot

berkisar antara 1,0–4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5

menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di

atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Total nilai 4,0

menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada

untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0, berarti

perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan

menggunakan kekuatan yang dimilikinya.

Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot

tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan

mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di

Page 45: 2010 Sul

29

pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi

yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau

tidak menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE

dan EFE, dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan

menggunakan matriks SWOT.

Penentuan bobot setiap variabel eksternal dan internal

dilakukan dengan menggunakan metode Delphi dengan selang

pembobotan mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat

penting). Total bobot yang diberikan harus berjumlah sama dengan 1

(Marimin, 2004).

Penentuan rating dilakukan terhadap semua faktor baik internal

maupun eksternal, yang kemudian hasilnya dirata-ratakan, dengan

selang penilaian 1 sampai dengan 4. Nilai yang diperoleh dari

matriks EFE mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon

peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE mengindikasikan

seberapa besar kekuatan dan kelemahan mempengaruhi perusahaan

(David, 2004).

Tabel 7. Penentuan bobot faktor strategik dengan metode Delphi

Tingkat Kepentingan

Faktor Strategik

1 2 3 4

Jumlah Responden

Rataan Bobot

1 X Y Z a A 2 B B 3 N Jumlah R

Keterangan : 1 sampai dengan 4 adalah tingkat kepentingan faktor strategik 1 sampai dengan n adalah faktor-faktor strategik yang digunakan a = {(X*2)+(Y*3)+(Z*4)} adalah sama dengan jumlah responden

A= (a:R) x 100%

Page 46: 2010 Sul

30

Tabel 8. Penentuan rating faktor strategik dengan metode Delphi

Penilaian Faktor Strategik 1 2 3 4

Total Nilai

Jumlah Responden

Bobot

1 X Y Z A q A 2 B B 3 N Jumlah R

Keterangan : 1 sampai dengan 4 adalah tingkat kepentingan faktor strategik 1 sampai dengan n adalah faktor-faktor strategik yang digunakan A = {(X*2)+(Y*3)+(Z*4)} A = (a:q)x100%

3.3.4. Analisis SWOT

Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan

berbagai alternatif strategi yang diterapkan, dimana analisis ini

menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan

empat tipe kemungkinan alternatif strategik, yaitu strategi SO

merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang, strategi ST merupakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak

ancaman, strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

dengan memanfaatkan peluang dengan meminimalkan kelemahan

dan strategi WT, yaitu meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi

sederhana ini mempunyai kekuatan yang sangat besar atas

rancangan suatu strategi yang berhasil. Kombinasi dari faktor

internal dan eksternal dalam Matriks SWOT dapat dilihat pada

Tabel 9 (Rangkuti, 2005).

Page 47: 2010 Sul

31

Tabel 9. Matriks SWOT

Internal

Eksternal Strength (S) Weaknesses (W)

Opportunities

(O)

Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threats (T)

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi

ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2005.

Hasil SWOT memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi

beberapa alternatif strategi yang dapat diprioritaskan melalui analisis

matriks perencanaan strategik kuantitatif (Quantitative Strategic

Planning Matrix atau QSPM). QSPM menganalisis komponen-

komponen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman berdasarkan

empat komponen, yaitu (1) bobot, (2) nilai daya tarik, Attractiveness

Score (AS), (3) daya tarik total, Total Attractiveness Score (TAS), dan

(4) jumlah total nilai daya tarik. Dari keempat hal tersebut, dapat

disusun matriks QSPM seperti pada Tabel 10. Penentuan strategi pada

matriks ini didasarkan pada jumlah total nilai daya tarik yang

merupakan indikasi strategi paling menarik dari setiap alternatif untuk

dijadikan prioritas. Sebagai ilustrasi, semakin tinggi angka jumlah nilai

daya tarik total, maka alternatif tersebut semakin menarik untuk

diprioritaskan.

Page 48: 2010 Sul

32

Tabel 10. QSPM

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Faktor

Kunci Bobot

AS TAS AS TAS

Peluang

Ancaman

Kekuatan

Kelemahan

Jumlah

Total Nilai

Daya Tarik

AS : Nilai (skor) daya tarik TAS : Nilai daya tarik total

Page 49: 2010 Sul

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaaan Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), seluas 14.265,96

km2, memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di beberapa tempat.

Pusat-pusat produksi tersebut banyak menghasilkan komoditi berupa

produk pertanian berupa beras, produk perkebunan utama berupa karet,

kelapa, dan kelapa sawit, dan produk bahan galian/tambang dan barang-

barang industri yang menunjang kegiatan sektor perdagangan di

Kabupaten MUBA. Luas areal perkebunan tanaman karet rakyat sebesar

160.812 ha dengan produksi 98.741 ton, sedangkan luas perkebunan

tanaman kelapa sawit rakyat sebesar 20.575 ha dengan produksi 221.408

ton (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Musi

Banyu Asin, 2008). Potensi tersebut merupakan peluang yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi msayarakat kabupaten Musi

Banyuasin.

PT. ATB merupakan perseroan dengan kegiatan usaha bergerak di

bidang pertanian, khususnya perkebunan kelapa sawit. Perseroan ini

didirikan dengan akta notaris No. 35 tanggal 23 Januari 2006 di Jakarta

oleh notaris. Modal dasar perseroan berjumlah Rp 6.000.000.000,- (enam

milyar rupiah), terbagi atas 6.000 (enam ribu) saham, masing-masing

saham bernilai nominal Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Dari modal

dasar tersebut telah ditempatkan oleh para pendiri senilai total Rp

1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah).

Untuk menjamin legalitas dan kelancaran usaha serta mendapatkan

fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam merealisasikan rencana

investasinya, PT. ATB telah memperoleh izin-izin (Tabel 11).

Page 50: 2010 Sul

34

Tabel 11. Dokumen dan legalitas

Dokumen Nomor Tanggal Izin Lokasi Perkebunan

Bupati Muba 023/KPTS/IUP/DISBUN/2006 31 Juli 2006

Izin Lokasi Bupati Muba 1683 Tahun 2006 2 Agustus 2006 Surat Keterangan Domisili

Perusahaan 87/1.824.02.II/2006 15 Februari 2006

Akte Pengesahan Dep. HAM

C-08273 HT.01.01.TH.2006

21 Maret 2006

NPWP 02.467.055.6-028.000 23 Februari 2006 Akte Notaris Rusnaldy, SH

35 23 Januari 2006

Akte Notaris Rusnaldy, SH

32 16 Januari 2006

Lokasi kebun PT. ATB berada di 5 desa yang tercakup dalam 4

Kecamatan yaitu Desa Epil (Kecamatan Lais), Desa Muara Teladan dan Desa

Bandar Jaya (Kecamatan Sekayu), Desa Tanah Abang (Kecamatan

Batanghari Leko) dan Desa Singadesa (Kecamatan Babat Toman), Kabupaten

Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Kebun ini berjarak kurang lebih

124 km dari kota Palembang sebagai Ibukota Propinsi. Posisi lokasi secara

geografis dan batas-batas fisik dari areal proyek perkebunan tersebut

disajikan pada Tabel 12. Perseroan sudah mendapatkan izin lokasi

perkebunan Kelapa Sawit dengan luas 15.000 Ha dari Bupati Musi Banyuasin

pada tanggal 2 Agustus 2006 melalui keputusan Nomor 1683 Tahun 2006.

Tabel 12. Posisi lokasi kebun PT. ATB secara geografis dan batas fisik

No Uraian Lokasi 1 Posisi geografis Bujur Timur 103° 46' - 104° 00' Lintang Selatan 02°37' - 02°56' 2 Batas-batas fisik

Utara Berbatasan dengan Talang Manunggal Hulu dan Talang Depati, serta Talang Padang Alang dan Talang Kayukawan

Selatan Berbatasan dengan Desa Bailangu, Desa Lumpatan dan Kecamatan Sekayu

Barat Berbatasan dengan Desa Simpangsari dan Desa Singadesa

Timur Berbatasan dengan Areal Pertambangan Minyak PT. Medco, Kebun Plasma PT. Musi Banyuasin Indah dan Kebun Plasma PTPN VIII, Talang Baru dan Kecamatan Sungai Lilin

Page 51: 2010 Sul

35

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan PT ATB mempunyai visi terwujudnya perusahaan yang unggul dan

handal dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit sebagai kawasan

agribisnis agroindustri terpadu untuk tercapainya kesejahteraan

stakeholder.

Visi tersebut dijabarkan dalam misi berikut :

a. Membangun dan mengembangkan kebun plasma dan inti melalui pola

kemitraan;

b. Mengembangkan perusahaan inti sebagai champion penghela

pertumbuhan dan pengembangan kebun, serta pemasaran dan

pengembangan hasil industri turunannya;

c. Mengembangkan industri pengolahan hasil utama maupun

sampingan, serta industri penunjang lainnya.

4.2. Evaluasi Rencana Kemitraan PT. TB dan Petani

Evaluasi rencana kemitraan antara PT. Anugerah Tani Bersama (PT.

ATB) dan petani dilakukan dengan melakukan analisis terhadap hasil SWOT

dari masing-masing pihak. Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut,

kemudian prospek kemitraan inti plasma antara petani dan PT. ATB dinilai

secara deskriptif.

Tabel 13. Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal dari Petani, PT. ATB dan Kemitraan Petani – PT. ATB

Faktor Petani PT. ATB Kemitraan Petani- PT. ATB

A. Internal Kekuatan (Strengths)

• Hubungan masyarakat • Lahan

• Kredibilitas mendapat akses modal

• Hubungan pemerintahan

• Keuangan • Pemasaran

• Lahan • Kredibilitas mendapat

akses modal • Hubungan masyarakat • Hubungan pemerintah • Keuangan • Pemasaran

Kelemahan (Weaknesses)

• Keuangan • Sarana dan prasarana • Produksi dan operasi • Budaya kebun petani • Pemasaran

• Pengalaman membangun kebun

• Lahan

• Pengalaman membangun kebun

Page 52: 2010 Sul

36

Lanjutan Tabel 13.

Faktor Petani PT. ATB Kemitraan Petani- PT. ATB

B. Ekternal Peluang

(Opportunities) • Ketersediaan

lahan • Dukungan

pemerintah • Prospek kelapa

sawit • Komoditas

andalan daerah

• Dukungan pemerintah daerah

• Ketersediaan lahan petani

• Dukungan perbankan • Prospek kelapa sawit • Budaya kerja

(perusahaan) • Kebijakan kredit

revitalisasi • Komoditas andalan

daerah

• Dukungan pemerintah daerah

• Ketersediaan lahan petani

• Dukungan perbankan

• Prospek kelapa sawit

Ancaman (Threats)

• Tren Ekonomi • Situasi politik

dan keamanan dunia

• Keberadaan LSM Daerah

• Situasi politik dan keamanan dunia

• Situasi politik dan keamanan dunia

Prospek kemitraan antara petani dan PT. ATB dikaji berdasarkan faktor-

faktor SWOT secara deskriptif adalah :

4.2.1. Kekuatan (strengths)

a. Kredibilitas mendapat akses modal

Kredibilitas dalam mendapat akses modal menjadi solusi dalam mengatasi

permasalahan keuangan yang dirasakan oleh petani. Melalui kerjsama

kemitraan, petani tidak perlu menyediakan dana tunai untuk dapat

memiliki kebun kelapa sawit.

b. Sarana dan prasarana

Untuk menjamin legalitas dan kelancaran usaha serta mendapatkan sarana

dan prasarana yang diperlukan dalam merealisasikan rencana investasinya,

PT. ATB telah memperoleh izin-izin sebagai berikut : Izin Lokasi

Perkebunan Bupati Muba, Izin Lokasi Bupati Muba, Surat Keterangan

Domisili Perusahaan, Akte Pengesahan Dep.HAM, NPWP, Akte Notaris

Rusnaldy, SH.

c. Hubungan pemerintah

Setiap pelaksanaan usaha tentunya tidak dapat terlepas dari peran dan

dukungan pemerintah. Hubungan yang baik dengan pemerintah akan

Page 53: 2010 Sul

37

membantu kelancaran perijinan dan kegiatan operasional usaha

perkebunan.

d. Organisasi dan manajemen

Pola kerjasama kemitraan inti plasma dengan kepemilikan lahan oleh

petani, pada umumnya dengan pola kerjasama bagi hasil (profit sharing).

Petani sebagai ‘pemilik’ lahan, menyerahkan seluruh lahan kepada

perusahaan inti untuk mendapatkan hak guna usaha (HGU) dan sebagai

imbalannya, petani mendapatkan persetase pembagian keuntungan dari

total keuntungan pengusahaan kebun kelapa sawit.

e. Visi dan misi kemitraan

Kejelasan aturan atau kesepakatan antara PT. ATB dengan petani,

sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis

yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian

hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan

demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak

dapat terlaksana dan saling menguntungkan.

f. Hubungan masyarakat

Hubungan masyarakat (Humas) yang baik merupakan sebuah landasan

yang diperlukan bagi petani untuk dapat maju dan berkembang. Dengan

hubungan masyarakat yang baik, maka dapat memberikan situasi kondusif

dan aman dalam melaksanakan kegiatan usaha. Humas dengan petani dan

perusahaan dapat menjadi tolok ukur respon masyarakat terhadap kegiatan

kerjasama kemitraan.

g. Budaya kerja perusahaan

Program inti plasma dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit

memerlukan keseriusan baik pihak petani selaku plasma yang mendapat

bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun pihak inti usaha

besar atau menengah yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk

membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk

jangka panjang.

Page 54: 2010 Sul

38

h. SDM

Kemitraan ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak

dan berkesinambungan di sektor pertanian.

i. Keuangan

Ketersediaan akses untuk mendapat modal menjadi faktor yang

mempengaruhi keuangan bagi usaha kemitraan. Melalui kerjasama

kemitraan, dapat dibuka akses untuk memperoleh kredit Kredit Koperasi

Primer untuk Anggota (KKPA).

j. Lahan

Melalui kerjasama kemitraan, faktor lahan yang sebelumnya menjadi

faktor kelemahan PT. ATB, mampu ditutupi dan menjadi salah satu faktor

kekuatan. Potensi lahan plasma yang dimiliki petani adalah 4.800 Ha.

k. Pemasaran

Pemasaran produk hasil kebun kelapa sawit dirasakan sebagai kelemahan

bagi petani. Namun dengan kerjasama kemitraan, pemasaran hasil kebun

menjadi lebih baik, karena selain lebih mudah, hasil yang dipasarkan juga

memiliki nilai tambah lebih melalui pengolahan di pabrik pengolahan

Kelapa Sawit.

4.2.2. Kelemahan

a. Pengalaman membangun kebun

Kerjasama kemitraan antara petani dan PT. ATB masih memiliki

kelemahan dalam pengalaman membangun kebun. PT. ATB memiliki latar

belakang sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

batubara, sedangkan secara demografis, masyarakat Kabupaten Musi

Banyuasin (MUBA) mayoritas memiliki latar belakang budidaya tanaman

karet (luas areal perkebunan karet rakyat 160.812 Ha dan luas areal

perkebunan kelapa sawit rakyat 20.575 Ha).

b. Penelitian dan pengembangan

Masih kurangnya penelitian dan pengembangan untuk mengatasi persoalan

ketersediaan input produksi (bibit unggul, pupuk dan pestisida) yang

selama ini menyebabkan rendahnya produktivitas sawit.

Page 55: 2010 Sul

39

c. Sistem informasi manajemen

Keterbatasan sistem informasi manajemen menyebabkan petani tidak

memiliki kemampuan untuk membangun kebun kelapa sawit dengan baik,

misalnya, penerapan kultur teknis tidak tepat seperti penanaman,

pemeliharaan, aplikasi pupuk, manajemen panen dan kesalahan dalam

interpretasi kelas kesesuaian lahan.

4.2.3. Peluang

a. Dukungan pemerintah daerah

Dukungan pemerintah daerah diberikan kepada usaha perkebunan melalui

kemudahan dalam pemberian ijin dengan pelayanan satu atap.

b. Ketersediaan lahan petani

Ketersediaan lahan yang lebih luas dalam usaha perkebunan, akan dapat

meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan. selain

itu, potensi kemungkinan terjadinya inefisiensi pabrik dapat diperkecil.

c. Dukungan perbankan

Dukungan dari pihak perbankan terkait dengan fasilitas kredit KKPA

dapat dimanfaatkan hanya melalui kerjasama kemitraan. Dengan

demikian, peluang untuk memperoleh tambahan modal usaha semakin

luas.

d. Prospek kelapa sawit

Prospek kelapa sawit dinilai masih cukup besar, hal ini dapat dilihat dari

terus meningkatnya konsumsi CPO. Konsumsi CPO dunia pada

Desember 2008 (USDA, 2008) adalah 34.805.000 MT. Tren peningkatan

konsumsi CPO dunia diperlihatkan dalam Gambar 6.

e. Penerimaan masyarakat petani

Luasnya areal perkebunan tanaman kelapa sawit rakyat merupakan

potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi

msayarakat kabupaten Musi Banyuasin.

f. Kebijakan kredit revitalisasi

Hubungan kerjasama antara kelompok petani/petani dengan perusahaan

inti, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam

Page 56: 2010 Sul

40

Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani merupakan plasma dan

perusahaan besar sebagai inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian

menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan

pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma.

Gambar 6. Tren pertumbuhan konsumsi CPO Dunia (telah diolah kembali USDA, 2008)

g. Komoditas andalan daerah

Sawit merupakan salah satu komoditi andalan untuk produk perkebunan

Kabupaten Musi Banyuasin sehingga mendapatkan perhatian lebih dari

pemerintah daerah setempat.

h. Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi informasi semakin pesat merupakan peluang

bagi PT. ATB sehingga lebih mudah memonitor perkembangan teknologi

budidaya dan perkembangan industri sawit agar produknya dapat

disesuaikan dengan perkembangan jaman.

i. Budaya kebun petani

Pusat produksi di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar

menghasilkan komoditi pertanian dan perkebunan, sehingga budaya

kebun merupakan halyang tidak asing lagi bagi masyarakat daerah

tersebut.

Page 57: 2010 Sul

41

4.2.4. Ancaman

a. Tren ekonomi

Risiko tren ekonomi yang mungkin dihadapi oleh petani dapat

diminimalisir juga melalui program kemitraan, karena risiko usaha

ditanggung secara bersama-sama.

b. Perubahan kultur masyarakat

Perubahan kultur masyarakat yang menyebabkan konflik sosial seperti

ketidakharmonisan hubungan antara pekebun, masyarakat sekitar dan

instasi terkait. Masalah-masalah sosial tersebut dapat berlanjut menjadi

masalah lainnya seperti okupasi lahan, masalah ketersediaan lahan dan

perizinan, serta tindakan kriminal seperti penjarahan produk.

c. Keberadaan LSM daerah

Secara umum, ancaman-ancaman yang mungkin muncul dari kondisi

sebelum bermitra dapat diminimalisir melalui kerjasama kemitraan, yakni

keberadaan LSM daerah. Potensi ancaman dari keberadaan LSM daerah

dapat diminimalisir karena program kerjasama kemitraan merangkul pihak

masyarakat petani setempat.

d. Situasi politik dan keamanan dunia

Kondisi politik dan keamanan dunia dinilai sebagai ancaman dalam

kerjasama kemitraan. Kondisi tersebut tidak sepenuhnya dapat

dikendalikan, baik oleh perusahaan maupun oleh petani. Kemungkinan

kondisi politik dan keamanan dunia yang buruk (tidak stabil) dan isu-isu

negatif seperti rencana pemberlakuan EU Directive on Renewable Energy

and Fuel Quality (DREFQ), yaitu kebijakan baru Uni Eropa terkait dengan

penggunaan energi terbarukan yang menilai minyak sawit (CPO) sebagai

bahan baku biodiesel tidak berkualitas dan tidak ramah lingkungan pada

tahun 2010, dinilai sebagai ancaman yang perlu untuk diantisipasi.

4.3. Analisis IFE dan EFE

Analisis internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan

kerjasama kemitraan dan faktor kelemahan kerjasama kemitraan yang yang

harus diperbaiki. Analisis eksternal dilakukan dengan tujuan menggabungkan

Page 58: 2010 Sul

42

berbagai faktor peluang yang dapat menguntungkan kerjasama kemitraan

dan faktor ancaman yang harus diwaspadai dalam pelaksanaan kerjasama

kemitraan. Hasil analisis eksternal dievaluasi dengan menggunakan matriks

EFE dan hasil analisis internal dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE.

4.3.1. Faktor Lingkungan Internal

Hasil analisis terhadap faktor internal menunjukkan bahwa faktor

kekuatan internal yang dimiliki dalam kerjasama kemitraan ini terletak

pada lahan, pemasaran, keuangan, kredibilitas mendapat akses modal,

hubungan pemerintah dan hubungan masyarakat. Sedangkan faktor yang

dinilai menjadi kelemahan adalah pengalaman dalam membangun kebun.

Hal ini ditunjukkan dengan tingkat rating yang tinggi untuk kekuatan

berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diberikan terhadap responden,

dan rating yang rendah untuk kelemahan. Hasil analisis matriks IFE

ditunjukkan dalam Tabel 14.

Tabel 14. Analisis Faktor Internal

No Faktor Internal Bobot (a)

Rating (b)

Skor (a x b)

Kekuatan 1 Kredibilitas mendapat akses

modal 0,070 4 0,28

2 Sarana dan prasarana 0,072 3 0,22 3 Hubungan pemerintahan 0,069 4 0,27 4 Organisasi dan manajemen 0,062 3 0,19 5 Visi dan misi kemitraan 0,065 3 0,19 6 Hubungan masyarakat 0,064 4 0,26 7 Budaya kerja perusahaan 0,060 3 0,18 8 SDM 0,065 3 0,19 9 Keuangan 0,071 4 0,29

10 Lahan 0,074 4 0,30 11 Pemasaran 0,073 4 0,29 12 Produksi dan operasi 0,074 3 0,22

Kelemahan 1 Pengalaman membangun kebun 0,072 1 0,07 2 Penelitian dan pengembangan 0,056 2 0,11 3 Sistem informasi manajemen 0,054 2 0,11

Total 1,00 3,17

Page 59: 2010 Sul

43

4.3.2. Faktor Lingkungan Eksternal

Hasil analisis terhadap faktor eksternal perusahaan menunjukkan

bahwa faktor peluang eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan

adalah dukungan pemerintah daerah, ketersediaan lahan petani, dukungan

perbankan dan prospek kelapa sawit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat

rating yang tinggi berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diberikan

terhadap responden. Sedangkan faktor yang dinilai sebagai ancaman dan

perlu diwaspadai adalah situasi politik dan keamanan dunia. Hasil analisis

matriks EFE ditunjukkan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Analisis Faktor Eksternal

No Faktor Eksternal Bobot (a)

Rating (b)

Skor (a x b)

Peluang 1 Dukungan pemerintah daerah 0,075 4 0,30 2 Ketersediaan lahan petani 0,085 4 0,34 3 Dukungan perbankan 0,086 4 0,34 4 Prospek kelapa sawit 0,073 4 0,29 5 Penerimaan masyarakat petani 0,078 3 0,23 6 Kebijakan kredit revitalisasi 0,086 3 0,26 7 Komoditas andalan daerah 0,067 3 0,20 8 Perkembangan teknologi 0,068 3 0,21 9 Budaya kebun petani 0,081 3 0,24

Ancaman 1 Tren ekonomi 0,069 3 0,21 2 Perubahan kultur masyarakat 0,073 2 0,15 3 Keberadaan LSM daerah 0,071 2 0,14 4 Situasi politik dan keamanan

dunia 0,088 1 0,09

Total 1,00 2,91

4.4. Analisis SWOT Kemitraan

Hasil yang diperoleh dari analisis matriks IFE dan EFE, dapat

digunakan sebagai acuan dalam menyusun strategi dengan analisis SWOT

pada umumnya dan khusus untuk hal spesifik. Faktor-faktor kekuatan dan

kelemahan yang dinilai berpengaruh besar berdasarkan matriks IFE akan

menjadi dasar dalam penyusunan analisis SW (strengths and weaknesses)

Page 60: 2010 Sul

44

kemitraan. Faktor-faktor yang peluang dan ancaman yang dinilai berpengaruh

besar berdasarkan matriks EFE dapat menjadi dasar dalam penyusunan

analisis OT (opportunities and threats) kemitraan (Tabel 16).

Tabel 16. Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O)

• Melaksanakan kerjasama kemitraan yang dapat memaksimalkan pemanfaatan potensi lahan dan sumber daya masyarakat dalam pengembangan usaha kelapa sawit

• Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengalaman dalam membangun, serta mengembangkan kebun dan pabrik kelapa sawit

Ancaman (T)

• Melakukan pendekatan dan sosialisasi yang baik terhadap mitra sebagai antisipasi kemungkinan perubahan situasi eksternal

• Menciptakan peluang kerjasama kemitraan baru dengan alternatif komoditas perkebunan yang lain

Dari Hasil analisis SWOT dapat disusun alternatif strategi yang dapat

diprioritaskan melalui analisis matriks perencanaan strategik kuantitatif (QSPM)

dengan melakukan analisis berdasarkan komponen-komponen kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman.Semakin tinggi angka jumlah nilai daya tarik

total, maka alternatif strategi tersebut semakin menarik untuk diprioritaskan. Dari

hasil pengolahan matriks QSP diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam Tabel

17.

Hasil analisis matriks QSP menunjukkan bahwa alternatif strategi berbasis

pada SO (strengths and opportunities) memiliki nilai total daya tarik yang paling

tinggi, yaitu menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut mendapat prioritas

utama dilaksanakan, karena dinilai paling menarik untuk dilaksanakan. Faktor-

faktor utama yang mendukung strategi SO adalah kredibilitas mendapat akses

modal, hubungan pemerintahan, hubungan masyarakat, keuangan, lahan,

pemasaran, prospek kelapa sawit, dukungan perbankan, ketersediaan lahan petani

dan dukungan pemerintah daerah. Sebagai prioritas berikutnya dipilih strategi

berbasis pada ST (strengths and threats).

Page 61: 2010 Sul

45

Tabel 17. Analisis Matriks QSP

Alternatif strategi 1

(SO)

Alternatif strategi2 (WO)

Alternatif strategi 3

(ST)

Alternatif strategi 4

(WT) No Faktor Kunci Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Internal a b axb c axc d axd e Axe 1 Kredibilitas mendapat

akses modal 0,070 4 0,279 2 0,139 4 0,279 2 0,139

2 Sarana dan prasarana 0,072 2 0,144 3 0,216 2 0,144 3 0,216

3 Hubungan pemerintahan 0,069 4 0,274 3 0,206 4 0,274 3 0,206

4 Organisasi dan manajemen 0,062 3 0,185 2 0,123 2 0,123 2 0,123

5 Visi dan misi kemitraan 0,065 3 0,194 2 0,130 2 0,130 2 0,130

6 Hubungan masyarakat 0,064 4 0,256 3 0,192 4 0,256 2 0,128

7 Budaya kerja perusahaan 0,060 2 0,120 2 0,120 2 0,120 2 0,120

8 SDM 0,065 2 0,130 3 0,194 3 0,194 3 0,194

9 Keuangan 0,071 4 0,285 2 0,143 4 0,285 3 0,214

10 Lahan 0,074 4 0,296 2 0,148 4 0,296 3 0,222

11 Pemasaran 0,073 4 0,258 2 0,146 4 0,291 2 0,146

12 Produksi dan operasi 0,074 3 0,222 3 0,222 3 0,222 3 0,222 13 Pengalaman membangun

kebun 0,072 1 0,072 4 0,288 2 0,144 4 0,288

14 Penelitian dan pengembangan

0,056 2 0,112 2 0,112 1 0,056 3 0,168

15 Sistem informasi manajemen

0,054 2 0,109 1 0,054 1 0,054 2 0,109

Total 1,00 2,94 2,43 2,87 2,62

Faktor Eksternal 1 Dukungan pemerintah

daerah 0,075 4 0,301 4 0,301 2 0,150 3 0,225

2 Ketersediaan lahan petani 0,085 4 0,341 4 0,341 3 0,256 2 0,170

3 Dukungan perbankan 0,086 4 0,343 4 0,343 3 0,257 2 0,171

4 Prospek kelapa sawit 0,073 4 0,292 4 0,292 2 0,146 2 0,146

5 Penerimaan masyarakat petani

0,078 3 0,233 3 0,233 2 0,155 2 0,155

6 Kebijakan kredit revitalisasi

0,086 3 0,259 3 0,259 2 0,173 2 0,173

7 Komoditas andalan daerah 0,067 3 0,202 2 0,134 3 0,202 2 0,134

8 Perkembangan teknologi 0,068 2 0,137 3 0,205 3 0,205 3 0,205

9 Budaya kebun petani 0,081 3 0,244 3 0,244 2 0,163 3 0,244

10 Tren ekonomi 0,069 3 0,207 1 0,069 3 0,207 3 0,207

11 Perubahan kultur masyarakat

0,073 2 0,166 2 0,145 2 0,145 3 0,218

12 Keberadaan LSM daerah 0,071 2 0,141 3 0,212 3 0,212 2 0,141

13 Situasi politik dan keamanan dunia

0,088 1 0,088 2 0,175 4 0,351 4 0,351

Total 1,00 2,95 2,95 2,62 2,54

Total Nilai Daya Tarik 1,92 5,89 5,39 5,49 5,17

Page 62: 2010 Sul

46

4.5. Alternatif Usulan Strategi

Berdasarkan hasil analisis SWOT dan QSPM, dapat disusun alternatif usulan

strategi dalam mengembangkan usaha kelapa sawit dengan pola kemitraan antara

PT. ATB dengan petani, maka alternatif usulan strategi tersebut adalah :

1. Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan memaksimalkan potensi lahan yang

dimiliki oleh masyarakat,

2. Memaksimalkan peranserta masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam

pemilikan lahan perkebunan,

3. Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan, baik bagi

perusahaan inti dan petani,

4. Menciptakan sinergi yang baik antara perusahaan dan petani mitra,

5. Melakukan sosialisasi yang baik dalam pelaksanaan program kemitraan kepada

masyarakat,

6. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengalaman

dalam membangun kebun dan pabrik kelapa sawit.

4.6. Analisis Kelayakan Kerjasama Kemitraan

4.6.1. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha bertujuan mengukur kelayakan usaha

melalui parameter-parameter kelayakan yang digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap pengeluaran investasi. Berbagai asumsi

harga, sarana dan hasil produksi, serta biaya proyek per hektar, digunakan

dalam analisis tersebut. Luas areal kebun dalam analisis ini disesuaikan

dengan rencana realisasi perusahaan, yaitu 7.200 Ha kebun inti dan kebun

plasma 4.800 Ha.

Kriteria kelayakan yang dinilai mencakup NPV, PBP, IRR, PI dan

BEP. Asumsi-asumsi penghitungan yang mendasari penilaian kelayakan

investasi, antara lain luas lahan yang dibudidayakan 12.000 Ha. Asumsi

harga jual CPO Rp. 5.007/kg dengan proyeksi peningkatan per tahun

senilai dengan proyeksi tingkat inflasi Indonesia dibanding dengan tingkat

inflasi Amerika per tahun. Nilai inflasi Amerika diproyeksikan stabil pada

angka 2,5%, sedangkan tingkat inflasi Indonesia diproyeksikan 6,5% dan

Page 63: 2010 Sul

47

akan mengalami penurunan setiap tahun sebesar 2,5% dari tingkat inflasi

tahun sebelumnya. Asumsi produksi TBS, CPO dan PKO disajikan dalam

Tabel 18. Proyeksi tersebut didasarkan pada standar produktivitas per usia

tanaman per hektar.

Tabel 18. Proyeksi produksi TBS, CPO dan PKO perusahaan inti

Tahun ke- Produksi TBS (ton)

Produksi CPO (ton)

Produksi Palm Kernel (ton)

0 - - - 1 - - - 2 - - - 3 - - - 4 7,000 1,540 315 5 21,000 4,620 945 6 40,500 8,910 1,823 7 65,500 14,410 2,948 8 98,400 21,648 4,428 9 123,800 27,236 5,571 10 138,200 30,404 6,219 11 152,600 33,572 6,867 12 165,000 36,300 7,425 13 175,400 38,588 7,893 14 180,800 39,776 8,136 15 183,200 40,304 8,244 16 180,200 39,644 8,109 17 175,200 38,544 7,884 18 168,800 37,136 7,596 19 163,800 36,036 7,371 20 158,800 34,936 7,146 21 149,400 32,868 6,723 22 144,400 31,768 6,498 23 135,000 29,700 6,075 24 130,000 28,600 5,850

a. Biaya Total Proyek

Biaya total proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam

pembangunan kebun. Pengeluaran biaya dilakukan secara bertahap

selama lima tahun penanaman dan tiga tahun pemeliharaan tanaman

belum menghasilkan (TBM), termasuk pembangunan pabrik beserta

Page 64: 2010 Sul

48

sarana dan prasarananya. Dalam periode tersebut, seluruh biaya yang

dikeluarkan diperhitungkan sebagai investasi.

Total biaya proyek yang dikeluarkan Rp. 372,789,807,828, terdiri

dari biaya proyek Rp. 242,931,881,497 dan bunga selama pembangun-

an (Interest During Construction atau IDC) Rp. 129,857,926,331

(Proyeksi biaya total produksi tedapat dalam Lampiran 2).

b. Rencana Pendanaan

Pembangunan kebun dan pabrik secara keseluruhan termasuk

kapitalisasi bunga dalam masa pembangunan (IDC) dan membutuhkan

dana Rp. 372,789,807,828. Pendanaan pembangunan pabrik dan kebun

direncanakan diperoleh dari pinjaman 65% dari total biaya proyek dan

sisanya 35% diperoleh dari modal sendiri.

c. Biaya Modal Kerja

Modal kerja diperlukan untuk modal kerja kebun dan modal kerja

pabrik. Modal kerja kebun digunakan untuk pemeliharaan tanaman

produktif, panen dan transportasi. Biaya modal kerja pabrik digunakan

untuk membeli sebagian bahan baku dari plasma, bahan penunjang,

biaya tenaga kerja pabrik dan overhead.

d. Harga Pokok Penjualan

Berdasarkan biaya modal kerja kebun dan modal kerja pabrik,

kemudian disusun harga pokok produksi dan penjualan. Harga pokok

produksi merupakan akumulasi biaya kebun dan pabrik per tahun.

Harga pokok mempertimbangkan produksi yang diestimasi terjual.

Penjualan TBS diestimasi akan menyisakan persediaan TBS untuk satu

hari, sedangkan penjualan minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit

PKO akan menyisakan persediaan satu bulan. Harga pokok penjualan

diperhitungkan sejak tanaman menghasilkan dan diperoleh penjualan.

e. Proyeksi Harga, Produksi, Pendapatan dan Pengembalian

Pinjaman

Penerimaan perusahaan setelah pabrik dioperasikan, akan berasal

dari penjualan minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) dan inti

sawit PKO. Produksi TBS dari kebun menjadi bahan baku bagi

Page 65: 2010 Sul

49

produksi CPO dan PK di pabrik. Proyeksi harga, produksi TPS serta

nilai penjualan CPO dan PK disajikan dalam Lampiran 3, sedangkan

proyeksi produksi, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman

disajikan dalam Lampiran 4.

f. NPV

NPV merupakan ukuran nilai tambah bersih dalam nilai kini bagi

investasi yang akan dilakukan. NPV juga mencerminkan keuntungan

murni di atas biaya yang diinvestasikan. Nilai NPV untuk pengusahaan

perusahaan inti adalah Rp. 446.039.000.000. Hal ini berarti bahwa

pengusahaan kebun inti layak untuk dilaksanakan.

g. PBP

PBP digunakan untuk mengetahui risiko-waktu dana investasi

akan tertanam dan kemudian dapat dipulihkan. Nilai PBP sebesar 9,87

berarti bahwa investasi total pengusahaan kebun kelapa sawit akan

terpulihkan dalam waktu 9,87 tahun.

h. IRR

IRR merupakan indikator imbangan terhadap tingkat imbalan

yang disyaratkan oleh investor yang berpatokan pada suku bunga.

Nilai NPV di atas setara dengan tingkat imbalan internal 34,15%

(sebelum pajak) atau 31,34% (setelah pajak). Perbandingan terhadap

tingkat suku bunga SBI, sebagai alternatif investasi lain, yakni rata-rata

sebesar 8,04% (periode November 2007-Mei 2008 (sumber : Bank

Indonesia, 2008), menunjukkan bahwa dengan tingkat IRR 31,34%

(setelah pajak) proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.

i. Net B/C

Net B/C adalah perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas

masuk di masa yang akan datang. Pengusahaan perusahaan inti

memiliki nilai net B/C sebesar 2,47, yang artinya layak untuk

dilaksanakan, karena > 1.

j. BEP

BEP atau titik pulang pokok menunjukkan sejumlah pendapatan

atau unit dimana penerimaan pendapatan pengusahaan perusahaan inti

Page 66: 2010 Sul

50

sama dengan biaya yang ditanggungnya. BEP dapat ditentukan dengan

satuan unit atau rupiah.

BEP unit pengusahaan perusahaan inti menunjukkan nilai 69.303

ton, yang artinya pada saat perusahaan inti menghasilkan 69.303 ton

CPO, maka perusahaan akan mencapai kondisi BEP. Kondisi BEP

tersebut juga akan dicapai pada saat pendapatan perusahaan mencapai

Rp. 606.258.214.419.

k. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan

terhadap beberapa faktor yang dinilai cukup nyata, yaitu volume

produksi dan harga jual per unit. Melalui analisis sensitivitas ini ingin

diketahui mengenai seberapa sensitif perubahan yang terjadi pada tiap-

tiap faktor kelayakan (Tabel 19).

Tabel 19. Perbandingan hasil analisis sensitivitas

Parameter

Analisis

Kelayakan

Harga CPO : Rp.

5.007/Kg 1)

Produksi rataan

TBS = 43,297 ton 2)

Harga CPO : Rp.

2.703/Kg 1)

Produksi rataan

TBS = 43,297 ton 2)

Harga CPO : Rp.

2.703/Kg 1)

Produksi rataan

TBS = 20,782 ton 2)

NPV Rp. 446.039.000.000 Rp. -29.122.000.000 Rp. -5.382.000.000

PBP 9,87 tahun 14,54 tahun 14,74 tahun

IRR (sblm pjk) 34,15% 17,37% 20,11%

IRR (stlh pjk) 31,34% 12,81% 14,66 %

PI 2,47 1,18 1,39

BEP (unit) 69.303 ton 370.877 ton 109.735 ton

BEP (Rp) Rp. 606.258.214.419 Rp 959.951.935.427 Rp. 296.613.705.000

Ket : 1) harga dasar asumsi CPO 2) produksi rataan TBS per tahun, dengan luas total tanaman 12.000

Ha

Tabel di atas menunjukkan perbandingan mengenai dampak yang

terjadi terhadap parameter kelayakan finansial sebagai akibat

perubahan harga CPO dan produksi TBS. Penurunan harga jual CPO

50% dari harga yang diasumsikan sekarang, akan menyebabkan

Page 67: 2010 Sul

51

turunnya nilai NPV menjadi Rp. -29.122.000.000. Selain nilai NPV

yang negatif, lama waktu PBP bagi investasi menjadi lebih lama, yaitu

14,54 tahun. Nilai IRR turun hingga menjadi hanya 17,37% , sehingga

secara umum hasil kelayakan membuat investasi tersebut bernilai

negatif, atau tidak layak.

Penurunan jumlah produksi rataan TBS kelapa sawit sebesar 48%

dari jumlah produksi semula, menyebabkan penurunan nilai NPV

menjadi Rp. -5.382.000.000. Selain itu, jangka PBP lebih lama, yakni

menjadi 17,74 tahun. Penurunan produktivitas TBS perlu di waspadai

oleh pengelola kebun, karena akan menimbulkan potensi kerugian bagi

investor, atau tidak layak.

4.6.2. Proyeksi hasil dan pembagian

Penentuan proyeksi hasil dan pembagian yang diperoleh dari

kerjasama kemitraan antara petani dan PT ATB bertujuan untuk

memperoleh gambaran mengenai pendapatan rataan per hektar bagi petani

dan PT ATB. Asumsi yang digunakan dalam menghitung proyeksi hasil

dan pembagian adalah sesuai dengan luas lahan yang digunakan untuk

kebun inti seluas 7.200 Ha dan kebun plasma 4.800 Ha. Pendanaan usaha

yang digunakan berasal dari pinjaman 65% dan dana sendiri 35%,

sedangkan tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan

proyeksi 15% per tahun.

Proyeksi hasil dan pembagian tidak mecakup pendapatan perusahaan

dari pengolahan CPO dan PKO, namun hanya dari pendapatan penjualan

TBS kelapa sawit. Pembagian biaya dan proyeksi hasil dilakukan dengan

proporsi 60% untuk perusahaan dan 40% untuk petani. Proyeksi hasil yang

akan diperoleh melalui kerjasama kemitraan antara petani dan perusahaan

disajikan dalam Tabel 20.

a. Proyeksi hasil bagi PT. ATB

Proyeksi hasil yang disajikan merupakan proyeksi hasil kebun inti

berupa penjualan TBS yang dihasilkan dari lahan seluas 7.200 Ha.

Proyeksi hasil ini dilakukan dengan memperhitungkan biaya kebun,

yaitu berupa biaya pemupukan dan biaya panen, serta pembayaran

Page 68: 2010 Sul

52

cicilan pinjaman 35% dari pendapatan yang diterima dari penjualan

TBS. Proyeksi hasil bagi PT. ATB per hektar tahun disajikan dalam

Tabel 21.

b. Proyeksi hasil bagi petani plasma

Proyeksi hasil yang diterima oleh petani plasma merupakan

proyeksi hasil dari konsep kerjasama kemitraan dengan PT. ATB.

Proyeksi hasil digunakan untuk mengetahui pendapatan petani dari per

hektar lahan yang diserahkan kepada perusahaan. Luas lahan yang

diproyeksikan sebagai kebun plasma adalah 4.800 Ha. Dalam proyeksi

ini, petani dibebani dengan cicilan pinjaman 35% dari pendapatan

penjualan TBS hingga pinjaman berakhir. Proyeksi pendapatan yang

diterima oleh petani plasma per hektar tahun disajikan dalam Tabel 22.

Mekanisme pola kemitraan inti plasma 60:40 oleh PT. ATB

adalah :

1. Pola kemitraan 60:40 berada dalam satu wadah Koperasi; sebelum

pembagian hak, petani belum dapat mengetahui letak kebun masing-

masing, sebab dalam pembangunan kebun dan lahan dikonsolidasi

2. Pembagian sertifikat hak milik dilakukan setelah kredit secara

menyeluruh lunas, disaksikan oleh ahli waris dan para saksi

3. Sertifikat hak milik dibuat atas nama dan tidak dapat diperjual

belikan sebelum lunas kewajiban

4. Ikatan kemitraan diperjanjikan antara perusahaan dengan koperasi di

hadapan Notaris

5. Pengelolaan kebun sampai kredit dinyatakan lunas, dilaksanakan

oleh perusahaan inti; setelah lunas terbuka opsi bagi kedua belah

pihak untuk meneruskan atau menghentikan ikatan kemitraan

6. Selama dalam proses pelunasan kredit, petani dapat memperoleh

hasil dengan perhitungan; hasil produksi (TBS) dikurangi biaya

produksi dan operasi (sekitar 40%), dikurangi 35% untuk cicilan

kewajiban

Page 69: 2010 Sul

53

Pola kemitraan inti-plasma PT. ATB dapat digambarkan dalam

skema di bawah ini (Gambar 7).

Gambar 7. Skema pola kemitraan PT. ATB dengan masyarakat

Petani

Investasi Lahan 100%

Perusahaan Kemitraan

Manajemen 100%

Bank

Pembangunan Kebun

Bagi Hak atas Tanah

60% Inti HGU

40% Plasma SHM

Koperasi

Panen

Hasil

Lunas

Pemeliharaan

Kemitraan

Berlanjut Plasma Mandiri

Opsi

35% untuk Cicilan

Pola Kemitraan 60:40

sekitar 40%

sekitar 25%

sekitar 60%

Page 70: 2010 Sul

54

Tabel 20. Proyeksi hasil kemitraan antara petani dan PT. ATB per tahun per hektar

TBS Tahun

ke- Produksi (ton/Ha)

Harga (Rp/Kg) Total Pendapatan

(Rp) pokok pinjaman

(Rp) IDC (Rp)

total pinjaman (Rp)

Biaya kebun (Rp)

Pembayaran Cicilan

(Rp)

Pendapatan (Rp)

a b c = a x b d e f = (d + e) g h = 35% x (c-g) i = (c-g)-h 0 - 1,101 - 3,850,963 3,850,963 - - - 1 - 1,142 - 3,802,718 192,548 7,846,230 - - - 2 - 1,183 - 1,930,433 892,954 10,669,617 - - - 3 - 1,224 - 1,538,238 1,600,443 13,808,298 - - - 4 7 1,264 8,846,605 1,120,077 2,071,245 16,999,620 4,405,000 1,554,562 2,887,043 5 11 1,304 13,687,698 - 2,549,943 17,995,001 5,230,500 2,960,019 5,497,179 6 11 1,343 15,259,224 - - 15,034,982 5,858,050 3,290,411 6,110,763 7 13 1,381 17,871,661 - - 11,744,571 6,653,336 3,926,414 7,291,911 8 13 1,419 18,923,078 - - 7,818,157 5,568,460 4,674,116 8,680,501 9 17 1,456 24,756,703 - - 3,144,041 6,715,827 3,144,041 11,726,570

10 19 1,492 28,356,572 - - 0 7,741,722 20,614,851 11 21 1,528 32,081,436 - - 0 8,905,637 23,175,799 12 23 1,562 35,533,734 - - 0 10,171,329 25,362,405 13 24 1,595 38,681,103 - - 0 11,542,154 27,138,949 14 25 1,627 40,814,515 - - 0 12,912,515 27,902,001 15 26 1,658 42,280,302 - - 0 14,322,646 27,957,656 16 25 1,688 42,333,992 - - 0 15,624,143 26,709,850 17 24 1,716 41,902,997 - - 0 16,956,405 24,946,591 18 24 1,743 40,967,625 - - 0 18,303,942 22,663,683 19 23 1,769 40,394,900 - - 0 19,855,853 20,539,047 20 22 1,794 39,757,797 - - 0 21,535,107 18,222,690 21 21 1,817 37,847,386 - - 0 23,014,688 14,832,698 22 20 1,838 37,073,776 - - 0 24,945,496 12,128,280 23 19 1,859 35,004,629 - - 0 26,624,591 8,380,039 24 18 1,878 34,108,180 - - 0 28,838,550 5,269,630

Rataan 16,573,245

53

Page 71: 2010 Sul

55

Tabel 21. Proyeksi hasil bagi PT. ATB melalui pengusahaan kebun dengan kemitraan per tahun hektar (60%)

TBS Tahun ke-

Produksi (ton/ha)

Harga (Rp/Kg)

Pendapatan Penjualan TBS

(Rp)

Pokok pinjaman (Rp)

IDC (Rp)

Total pinjaman (Rp)

Biaya kebun (Rp)

Pembayaran Cicilan

(Rp)

Pendapatan (Rp)

a b c = a x b d e f = (d + e) g h = 35% x (c-g) i = (c-g)-h 0 - 1,101 - 2,310,578 2,310,578 - - - 1 - 1,142 - 2,281,631 115,529 4,707,738 - - - 2 - 1,183 - 1,158,260 535,773 6,401,770 - - - 3 - 1,224 - 922,943 960,266 8,284,979 - - - 4 7 1,264 5,307,963 672,046 1,242,747 10,199,772 2,643,000 932,737 1,732,226 5 11 1,304 8,212,619 - 1,529,966 10,797,001 3,138,300 1,776,012 3,298,307 6 11 1,343 9,155,535 - - 9,020,989 3,514,830 1,974,247 3,666,458 7 13 1,381 10,722,997 - - 7,046,742 3,992,002 2,355,848 4,375,147 8 13 1,419 11,353,847 - - 4,690,894 3,341,076 2,804,470 5,208,301 9 17 1,456 14,854,022 - - 1,886,424 4,029,496 1,886,424 7,035,942 10 19 1,492 17,013,943 - - 0 4,645,033 0 12,368,910 11 21 1,528 19,248,861 - - 0 5,343,382 0 13,905,479 12 23 1,562 21,320,240 - - 0 6,102,797 0 15,217,443 13 24 1,595 23,208,662 - - 0 6,925,292 0 16,283,370 14 25 1,627 24,488,709 - - 0 7,747,509 0 16,741,200 15 26 1,658 25,368,181 - - 0 8,593,588 0 16,774,594 16 25 1,688 25,400,395 - - 0 9,374,486 0 16,025,910 17 24 1,716 25,141,798 - - 0 10,173,843 0 14,967,955 18 24 1,743 24,580,575 - - 0 10,982,365 0 13,598,210 19 23 1,769 24,236,940 - - 0 11,913,512 0 12,323,428 20 22 1,794 23,854,678 - - 0 12,921,064 0 10,933,614 21 21 1,817 22,708,431 - - 0 13,808,813 0 8,899,619 22 20 1,838 22,244,266 - - 0 14,967,297 0 7,276,968 23 19 1,859 21,002,778 - - 0 15,974,754 0 5,028,023 24 18 1,878 20,464,908 - - 0 17,303,130 0 3,161,778

rataan 9,943,947

54

Page 72: 2010 Sul

56

Tabel 22. Proyeksi hasil bagi petani plasma melalui kerjasama kemitraan dengan PT. ATB per tahun hektar (40%)

TBS Tahun ke-

Produksi (ton/Ha) Harga (Rp/Kg)

Pendapatan (Rp)

Pokok pinjaman (Rp)

IDC (Rp)

Total pinjaman (Rp)

Biaya kebun (Rp)

Pembayaran cicilan (Rp)

Pendapatan (Rp)

a b c = a x b c d e = (c + d) f g h = (c-f)-g 0 - 1.101 - 1.540.385 1.540.385 - - - 1 - 1.142 - 1.521.087 77.019 3.138.492 - - - 2 - 1.183 - 772.173 357.182 4.267.847 - - - 3 - 1.224 - 615.295 640.177 5.523.319 - - - 4 7 1.264 3.538.642 448.031 828.498 6.799.848 1.762.000 621.825 1.154.817 5 11 1.304 5.475.079 - 1.019.977 7.198.000 2.092.200 1.184.008 2.198.872 6 11 1.343 6.103.690 - - 6.013.993 2.343.220 1.316.164 2.444.305 7 13 1.381 7.148.665 - - 4.697.828 2.661.335 1.570.566 2.916.765 8 13 1.419 7.569.231 - - 3.127.263 2.227.384 1.869.646 3.472.201 9 17 1.456 9.902.681 - - 1.257.616 2.686.331 1.257.616 4.690.628

10 19 1.492 11.342.629 - - 0 3.096.689 0 8.245.940 11 21 1.528 12.832.574 - - 0 3.562.255 0 9.270.319 12 23 1.562 14.213.493 - - 0 4.068.532 0 10.144.962 13 24 1.595 15.472.441 - - 0 4.616.862 0 10.855.580 14 25 1.627 16.325.806 - - 0 5.165.006 0 11.160.800 15 26 1.658 16.912.121 - - 0 5.729.058 0 11.183.062 16 25 1.688 16.933.597 - - 0 6.249.657 0 10.683.940 17 24 1.716 16.761.199 - - 0 6.782.562 0 9.978.636 18 24 1.743 16.387.050 - - 0 7.321.577 0 9.065.473 19 23 1.769 16.157.960 - - 0 7.942.341 0 8.215.619 20 22 1.794 15.903.119 - - 0 8.614.043 0 7.289.076 21 21 1.817 15.138.954 - - 0 9.205.875 0 5.933.079 22 20 1.838 14.829.510 - - 0 9.978.198 0 4.851.312 23 19 1.859 14.001.852 - - 0 10.649.836 0 3.352.015 24 18 1.878 13.643.272 - - 0 11.535.420 0 2.107.852

Rataan 6.629.298

55

Page 73: 2010 Sul

57

4.7. Analisis Perbandingan proyeksi hasil kemitraan PT. ATB dengan sistem bagi hasil 80:20

Penilaian kelayakan kemitraaan PT. ATB juga dilakukan dengan

membandingkan proyeksi hasil pola kemitraan yang dilaksanakan dengan

pola kemitraan yang telah lazim dilakukan, yaitu pola kemitraan dengan

bagi hasil 80:20.

PT. ATB menerapkan pola kemitraan inti plasma 60:40. Dalam pola

ini, lahan yang semula adalah milik petani, diserahkan kepada perusahaan

melalui koperasi. Lahan tersebut akan dibangun menjadi areal kebun kelapa

sawit dan disertifikasi dalam dua jenis yang berbeda, yaitu Hak Guna Usaha

(HGU) dan Sertifikat hak Milik (SHM). Seluas 60% lahan akan disertifikasi

dalam bentuk HGU dan diperuntukkan bagi perusahaan inti, sedangkan 40%

sisanya akan disertifikasi dalam bentuk SHM yang diperuntukkan bagi

petani plasma. Perbedaan utama pola kemitraan 60:40 dengan pola bagi

hasil 80:20 terletak pada status kepemilikan lahan, beban kredit investasi,

dan pembagian hasil usaha.

Tabel 23. Perbandingan pola kemitraan 80:20 dan pola kemitraan 60:40 secara umum

No. Aspek Perbandingan

Pola Kemitraan 80:20 Pola Kemitraan 60:40

1 Dasar kemitraan

Bagi hasil yaitu 80% hasil

bagi Inti, 20% hasil bagi

petani

Bagi lahan 60% menjadi lahan

Inti (HGU), 40% lahan petani

(SHM). Konsekuensi bagi hasil

yang diterima 60% hasil bagi

Inti dan 40% hasil bagi petani

2 Kepemilikan lahan

Lahan asal milik petani,

dengan kemitraan 100%

HGU bagi Inti

Lahan asal milik petani, dengan

kemitraan 60% HGU bagi Inti

dan 40% SHM milik petani

3 Andil para pihak

Petani berinvestasi lahan, inti

berinvestasi finansial, SDM

dan teknologi

Petani berinvestasi lahan dan

40% pembangunan kebun, inti

berinvestasi 60% pembangunan

kebun, avalis pendanaan, SDM

dan teknologi

Page 74: 2010 Sul

58

Lanjutan Tabel 23.

No. Aspek Perbandingan

Pola Kemitraan 80:20 Pola Kemitraan 60:40

4 Pengelolaan Satu manajemen oleh Inti

seterusnya

Satu manajemen oleh Inti

dengan opsi pengalihan

pengelolaan sebagian kebun

setelah kredit lunas

5 Penyerahan lahan

Petani peserta secara tertulis

menyerahkan lahannya

kepada Koperasi, selanjutnya

oleh koperasi diteruskan

kepada Perusahaan untuk

dibangun kebun kelapa sawit

Petani peserta secara tertulis

menyerahkan lahannya kepada

Koperasi, selanjutnya oleh

koperasi diteruskan kepada

Perusahaan untuk dibangun

kebun kelapa sawit

6 Beban kredit investasi pembangunan kebun

Petani peserta TIDAK

dibebani kredit investasi

pembangunan kebun

Petani peserta dibebani kredit

investasi pembangunan 40%

kebun

7 Pemilikan dan penguasaan lahan

Lahan petani tetap utuh

kecuali dipotong fasilitas

infrastruktur, tetapi dikuasai

perusahaan (HGU bagi

perusahaan)

Lahan setelah dipotong

fasilitas infrastruktur, 40%

akan dimiliki petani setelah

kredit lunas (sertifikat bagi

petani)

8 Proses kepemilikan

Tidak ada proses konversi

kepemilikan, sepanjang masa

kemitraan lahan menjadi HGU

yang dikuasai perusahaan

Proses konversi menjadi hak

milik dengan sertifikat dilaku-

kan setelah kredit investasi

pembangunan kebun lunas

9 Status lahan Lahan petani seluruhnya diubah statusnya menjadi HGU atas nama Perusahaan

Seluas 60% lahan petani diubah statusnya menjadi HGU atas nama Perusahaan, sedangkan 40% sisanya menjadi hak milik bersertifikat bagi petani

10 Pengelolaan kebun

Kebun kelapa sawit dikelola oleh perusahaan sejak pembibitan, TBM, TM sampai peremajaan kembali

Kebun kelapa sawit dikelola oleh perusahaan sejak pembibitan, TBM, TM sampai peremajaan kembali, kecuali bila petani mengambil opsi pengalihan pengelolaan setelah kredit lunas

Page 75: 2010 Sul

59

Lanjutan Tabel 23.

No. Aspek

Perbandingan Pola Kemitraan 80:20 Pola Kemitraan 60:40

11 Penerimaan bagi hasil

Petani mulai memperoleh pembagian hasil 20% setelah dipotong biaya pemupukan, perawatan, panen dan transportasi TBS dari kebun ke pabrik pada saat tanaman di lapangan berumur 49 bulan

Petani mulai memperoleh pembagian hasil 40% setelah dipotong biaya pemupukan, perawatan, panen dan transportasi TBS dari kebun ke pabrik pada saat tanaman di lapangan berumur 49 bulan

12 Status lahan setelah kemitraan selesai

HGU dapat diperpanjang untuk dua kali siklus pertanaman produktif. Setelah kemitraan selesai, lahan HGU kembali menjadi milik petani

HGU dapat diperpanjang untuk dua kali siklus pertanaman produktif. Setelah kemitraan selesai, lahan HGU kembali menjadi milik petani

Petani dalam kedua pola kerjasama tersebut menanggung beban biaya

operasional, yaitu meliputi biaya pemupukan, perawatan, panen dan transportasi

TBS sebelum menerima bagi hasil yang ditentukan. Berdasarkan hasil proyeksi

yang dilakukan, diperoleh hasil perhitungan pendapatan rataan petani dengan pola

kemitraan 60:40 lebih besar daripada pendapatan rataan petani dengan sistem bagi

hasil 80:20. Pendapatan rataan petani dengan pola kemitraan 60:40 sebesar Rp.

6,629,298 per tahun/hektar, sedangkan dengan pola bagi hasil 80:20 Rp.

3,531,028 per tahun/hektar.

Page 76: 2010 Sul

60

Tabel 24. Proyeksi perbandingan hasil kemitraan inti plasma 60:40 dan bagi hasil 80:20

TBS Tahun ke-

Produksi (ton/Ha) Harga (Rp/Kg) Pendapatan

(Rp) Biaya kebun

(Rp)

Pendapatan petani inti plasma 60:40

(Rp)

Pendapatan bersih bagi hasil petani (80:20)

a B c = (a+b) d e f = (c-d) x 20% 0 - 1,101 - - - - 1 - 1,142 - - - - 2 - 1,183 - - - - 3 - 1,224 - - - - 4 7 1,264 3,538,642 1,762,000 1,154,817 888,321 5 11 1,304 5,475,079 2,092,200 2,198,872 1,691,440 6 11 1,343 6,103,690 2,343,220 2,444,305 1,880,235 7 13 1,381 7,148,665 2,661,335 2,916,765 2,243,665 8 13 1,419 7,569,231 2,227,384 3,472,201 2,670,923 9 17 1,456 9,902,681 2,686,331 4,690,628 3,608,175 10 19 1,492 11,342,629 3,096,689 8,245,940 4,122,970 11 21 1,528 12,832,574 3,562,255 9,270,319 4,635,160 12 23 1,562 14,213,493 4,068,532 10,144,962 5,072,481 13 24 1,595 15,472,441 4,616,862 10,855,580 5,427,790 14 25 1,627 16,325,806 5,165,006 11,160,800 5,580,400 15 26 1,658 16,912,121 5,729,058 11,183,062 5,591,531 16 25 1,688 16,933,597 6,249,657 10,683,940 5,341,970 17 24 1,716 16,761,199 6,782,562 9,978,636 4,989,318 18 24 1,743 16,387,050 7,321,577 9,065,473 4,532,737 19 23 1,769 16,157,960 7,942,341 8,215,619 4,107,809 20 22 1,794 15,903,119 8,614,043 7,289,076 3,644,538 21 21 1,817 15,138,954 9,205,875 5,933,079 2,966,540 22 20 1,838 14,829,510 9,978,198 4,851,312 2,425,656 23 19 1,859 14,001,852 10,649,836 3,352,015 1,676,008 24 18 1,878 13,643,272 11,535,420 2,107,852 1,053,926

rataan 6,629,298 3,531,028

59

Page 77: 2010 Sul

61

4.8. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, maka dapat

ditetapkan beberapa alternatif strategi seperti yang terlihat dalam matriks

SWOT. Dari beberapa alternatif strategi yang sudah diformulasikan, dengan

matriks QSP didapatkan prioritas strategi yang dapat diimplementasikan oleh

PT. ATB, dengan tetap mengandalkan kekuatan dan peluang yang ada, serta

mengatasi semua kelemahan dan mengantisipasi adanya ancaman yang berasal

dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan PT. ATB berkaitan dengan

nilai NPV yang dihasilkan, dimana memiliki nilai keuntungan murni di atas

biaya investasinya, yaitu mengerahkan sumber daya untuk mencapai

pertumbuhan dengan teknologi tertentu. Tindakan yang dapat dilakukan, antara

lain meningkatkan tingkat produksi dengan memaksimalkan potensi lahan yang

ada dengan dukungan teknologi modern.

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan berkaitan dengan nilai PBP

yang dihasilkan 9,87 tahun, yaitu dengan melakukan perubahan terhadap pola

kerjasama atau menciptakan bentuk kemitraan yang lebih mengikat dan saling

menguntungkan (misal dengan perjanjian kerjasama kemitraan minimal 10

tahun). Selain itu, strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan

diversifikasi produk atau mengembangkan produk baru yang berkaitan dengan

lini produk yang sudah ada, namun tetap memperhatikan mutu hasil produksi

dan terus ditingkatkan secara berkesinambungan.

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan berkaitan dengan nilai IRR

yang menunjukkan proyek layak untuk dilaksanakan sebesar 31,43%, yaitu

pengembangan pasar yang dimaksud adalah dengan penguasaan pasar di kota-

kota besar di Indonesia dan meningkatkan informasi pasar, serta menambah

saluran distribusi. Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain membuka pasar

baru dan menarik segmen pasar lain dengan mengembangkan produk yang unit

dan khas untuk memikat segmen lain.

Implikasi manajerial yang berkaitan dengan nilai B/C ratio yang

dihasilkan melebihi 1 yakni sebesar 2,47, dimana angka ini menunjukkan

tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu

Page 78: 2010 Sul

62

satuan. Strategi yang dapat dilakukan PT. ATB berkaitan dengan hal tersebut,

yaitu dengan cara menginformasikan secara lebih jelas dan terbuka tentang

pelaksanaan program kemitraan yang telah dilaksanakan, permasalahan,

kendala dan manfaat yang dapat dihasilkan. Dapat pula dilakukan sosialisasi

kepada masyarakat dan petani oleh manajemen perusahaan agar tercipta sinergi

yang lebih baik.

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan berkaitan dengan nilai titik

impas (BEP) yang dihasilkan 69.303 ton atau sebesar Rp. 606.258.214.419,

yaitu perlu adanya komitmen dari manajemen perusahaan dan karyawan untuk

melaksanakan program yang telah disusun dengan baik, mengembangkan dan

memperbaiki standar kinerja, serta melatih keterampilan karyawan, agar hasil

produksi dapat maksimal dan BEP segera terpenuhi.

Page 79: 2010 Sul

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Prospek kerjasama kemitraan antara PT Anugerah Tani Bersama (PT

ATB) dengan petani pemilik lahan cukup baik, dengan cara

mensinergikan faktor kekuatan seperti lahan, kredibilitas mendapat

akses modal, hubungan masyarakat, hubungan pemerintah, keuangan

dan pemasaran.

b. Berdasarkan kelayakan usaha, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan

kebun kelapa sawit dengan pola kemitraan inti plasma 60:40 layak

untuk dilaksanakan, yang dicirikan oleh nilai NPV sebesar Rp

446.039.000.000, PBP selama 9,87 tahun, IRR setelah pajak sebesar

31,34%, Net B/C sebesar 2,47, dan BEP senilai Rp. 606.258.214.419.

c. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan QSPM ditunjukkan bahwa

prioritas strategi pengembangan kemitraan pengusahaan perkebunan

kelapa sawit dengan menerapkan strategi berbasis pada SO (strengths

and opportunities, terutama strategi yang memiliki nilai total daya

tarik paling tinggi diantara alternatif strategi yang lain, dengan factor

seperti kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintahan,

hubungan masyarakat, keuangan, lahan, pemasaran, prospek kelapa

sawit, dukungan perbankan, ketersediaan lahan petani dan dukungan

pemerintah daerah. Alternatif strategi yang dapat diberikan untuk

mengembangkan kerjasama kemitraan adalah :

1) Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan memaksimalkan

potensi lahan yang dimiliki oleh masyarakat.

2) Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan, baik

perusahaan inti maupun petani.

3) Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki

pengalaman dalam membangun kebun dan pabrik kelapa sawit.

Page 80: 2010 Sul

64

2. Saran

Sistem pola kemitraan inti plasma 60:40, sebagaimana yang

diterapkan oleh PT ATB dan petani, perlu diperluas agar dapat membantu

meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin melalui

pengembangan pola-pola kemitraan yang telah ada, seperti pola

kemitraan subkontrak, dagang umum, keagenan dan kerjasama operasional

agribisnis.

Page 81: 2010 Sul

DAFTAR PUSTAKA

Adrizal, 1995. Sistem Penunjang Keputusan untuk Investasi Agroindustri. Kasus Industri Bikatein di Sumatera Barat. Tesis pada Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor (Tidak dipublikasikan).

Alamsyah, I. 1997. Membandingkan Perbedaan Pola Kemitraan dalam Pengembangan Karet Rakyat : Suatu Analisis Ekonomi Kelembagaan (Studi Kasus di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)

Alwi, S, MS. 1993. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Statistik Perkebunan, Jakarta.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. 2008. Musi Banyuasin Dalam Angka, Musi Banyuasin.

Bank Indonesia. 1997. Pola Kemitraan Terpadu, Jakarta.

. 2008. Mekanisme Program Kemitraan Terpadu. http://www.bi.go.id/sipuk/id

Damadoran, A. 2001. Corporate Finance Theory and Practice Finance. John Wiley and Son, Inc, New York.

Darmosarkoro, W. 2006. Usaha sawit banyak tantangan. Kompas, 25 Februari 2006.

David, F. R. 2004. Manajemen Strategis : Konsep-konsep (Terjemahan). Indeks. Jakarta.

Deperin. 2006. Pohon Industri Kelapa Sawit, http://www.deperin.go.id

Departemen Pertanian (Deptan). 2008. Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Perkebunan Kelapa Sawit, Jakarta

. 2009. Volume dan Nilai Ekspor Impor Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/exportimport/16-Kelapa%20sawit [21 Oktober 2009]

Gelder, JW. 2004. Greasy Palms : European buyers of Indonesian Palm Oil. Friends of the Earth. Profundo, Amsterdam.

Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Hafsah, J. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta..

Haryadi, D. 2004. Evaluasi Kemitraan Petani Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit PT Citra Riau Sarana di Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Program Pascasarjana. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Husnan, S. 1996. Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta.

Page 82: 2010 Sul

66

Latifah, E., A. Suryani dan H. Hardjomidjojo. 2009. Analisis Kelayakan Pembiayaan Pengembangan Usaha Mebel Kayu Pada Bank Syariah (Studi Kasus : PT. ”X” di Bekasi). Jurnal MPI Vol. 4 No. 1[57-74], Februari 2009.

Linton, I. 1997. Kemitraan, Meraih Keuntungan Bersama. Haliarang Bisnis.

Marimin. 2004. Tehnik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Nasution. 1997. Analisis Distribusi Laba Antara Perusahaan Inti Dengan Petani Plasma Dalam Proyek PIR-TRANS Sawit XYZ. Tesis pada Program Pascasarjana. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21). PT. Gramedia, Jakarta.

Samhadi, SH. 2006. Ironi Sawit dan Ambisi Nomor Satu Dunia. Kompas, 25 Februari 2006.

Sumardjo, S. J., dan W.A. Darmono. 2004. Teori dan Praktik Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Undang-Undang No 9 Tahun 1995. Tentang Usaha Kecil. Departemen Pertanian. 1995.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Teknis Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

United State Department of Agriculture (USDA). 2008. EU Directive on Renewable Energy and Fuel Quality (DREFQ), United State of America. http://www.usda.gov

Van Horne, J. C. 2002. Financial Management and Policy. Prentice Hall International, Inc, Upper Saddle River, New Jersey.

Warsini, S. 2003. Manajemen Keuangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Wikipedia Bahasa Indonesia. 2009. Ton. http://id.wikipedia.org/wiki/Ton [3 Oktober 2009].

Page 83: 2010 Sul

LAMPIRAN

Page 84: 2010 Sul

68

Lampiran 1. Kuesioner Kajian

Kelayakan dan Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT Anugerah Tani Bersama

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : .....................................................................

Pekerjaan/Jabatan : .....................................................................

Alamat : .....................................................................

Kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan informasi secara obyektif dan benar, dengan cara mengisi kuesioner ini

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 85: 2010 Sul

69

PENENTUAN FAKTOR STRATEGIK INTERNAL

Faktor internal dalam kuesioner ini adalah faktor-faktor strategik yang berasal dari dalam organisasi PT. Anugerah Tani Bersama (ATB) yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama. Petunjuk pengisian : a. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi

kekuatan dalam pengembangan kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) pada tabel di bawah.

b. Pemberian nilai negatif (-) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama, berikan tanda (x) dibawah tanda (-) pada tabel di bawah.

c. Selain faktor-faktor yang disebutkan di bawah ini, masih memungkinkan untuk menambah faktor-faktor internal apa saja menurut Bapak/Ibu yang mempengaruhi pengembangan kemitraan PT.ATB, kemudian apakah faktor tersebut berupa kekuatan atau kelemahan, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) jika kekuatan atau (-) jika kelemahan

No. Faktor Strategik Internal Kekuatan (+)

Kelemahan (-)

Keterangan

1 Kredibilitas mendapat akses modal 2 Pengalaman membangun kebun 3 Sarana dan prasarana 4 Hubungan pemerintahan 5 Organisasi dan manajemen 6 Visi dan misi kemitraan 7 Hubungan masyarakat 8 Budaya kerja perusahaan 9 SDM 10 Keuangan 11 Lahan 12 Pemasaran 13 Produksi dan operasi 14 Penelitian dan pengembangan 15 Sistem informasi manajemen

Lanjutan Lampiran 1.

Page 86: 2010 Sul

70

PENENTUAN FAKTOR STRATEGIK EKSTERNAL Faktor eksternal dalam kuesioner ini adalah faktor-faktor strategik yang berasal dari luar organisasi PT. Anugerah Tani Bersama (ATB) yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan kemitraan PT. ATB. Petunjuk pengisian : a. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi

peluang dalam pengembangan kemitraan PT. ATB, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) pada tabel di bawah.

b. Pemberian nilai negatif (-) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut dapat menjadi ancaman dalam pengembangan kemitraan PT. ATB, berikan tanda (x) dibawah tanda (-) pada tabel di bawah.

c. Selain faktor-faktor yang disebutkan di bawah ini, masih memungkinkan untuk menambah faktor-faktor internal apa saja menurut Bapak/Ibu yang mempengaruhi pengembangan kemitraan PT. ATB, kemudian apakah faktor tersebut berupa peluang atau ancaman, berikan tanda (x) di bawah tanda (+) jika peluang atau (-) jika ancaman

No. Faktor Strategik Eksternal Peluang (+)

Ancaman (-)

Keterangan

1 Dukungan pemerintah daerah 2 Ketersediaan lahan petani 3 Dukungan perbankan 4 Prospek kelapa sawit 5 Budaya kebun petani 6 Perubahan kultur masyarakat 7 Penerimaan masyarakat petani 8 Situasi politik dan keamanan dunia 9 Keberadaan LSM daerah 10 Kebijakan kredit revitalisasi 11 Komoditas andalan daerah 12 Tren ekonomi 13 Perkembangan teknologi

\\

Lanjutan Lampiran 1.

Page 87: 2010 Sul

71

PENENTUAN BOBOT Tujuan :

Mendapatkan penilaian para responden mengenai tingkat kepentingan dari masing-masing faktor strategis baik internal maupun eksternal dalam menentukan atau mempengaruhi keberhasilan pengembangan kemitraan.

Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan melakukannya secara sekaligus

(tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah tercantum

dalam kuesioner dengan alasan yang jelas dan kuat. 5. Responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda, mengenai suatu faktor

didalam kuesioner ini baik dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat.

Petunjuk Khusus :

1. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategik internal eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah :

1 = kurang menentukan atau kurang penting 2 = cukup menentukan atau cukup penting 3 = menentukan atau penting 4 = sangat menentukan atau sangat penting

pemberian bobot masing-masing faktor strategik dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada tingkat penting (1-4) yang paling sesuai menurut responden. 2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap

faktor-faktor strategik internal dan eksternal perusahaan.

Lanjutan Lampiran 1.

Page 88: 2010 Sul

72

Bobot No Faktor Strategik Internal

1 2 3 4 1 Kredibilitas mendapat akses modal 2 Pengalaman membangun kebun 3 Sarana dan prasarana 4 Hubungan pemerintahan 5 Organisasi dan manajemen 6 Visi dan misi kemitraan 7 Hubungan masyarakat 8 Budaya kerja perusahaan 9 SDM 10 Keuangan 11 Lahan 12 Pemasaran 13 Keuangan 14 Produksi dan operasi 15 Penelitian dan pengembangan 16 Sistem informasi manajemen

Bobot No Faktor Strategik Eksternal 1 2 3 4

1 Dukungan pemerintah daerah 2 Ketersediaan lahan petani 3 Dukungan perbankan 4 Prospek kelapa sawit 5 Budaya kebun petani 6 Perubahan kultur masyarakat 7 Penerimaan masyarakat petani 8 Situasi politik dan keamanan dunia 9 Keberadaan LSM daerah 10 Kebijakan kredit revitalisasi 11 Komoditas andalan daerah 12 Tren ekonomi 13 Perkembangan teknologi

Lanjutan Lampiran 1.

Page 89: 2010 Sul

73

PENENTUAN RATING Tujuan :

Mendapatkan penilaian para responden mengenai intensitas kekuatan atau kelemahan dari faktor eksternal/internal yang terpilih pada saat pengisian penentuan faktor eksternal internal sebelumnya (yaitu dengan memindahkan faktor-faktor terpilih ke format pengisian rating dan kemudian masing-masing diberi penilaian)

Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara

sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah tercantum

dalam kuesioner dengan alasan yang jelas dan kuat. 5. Responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda, mengenai suatu faktor

didalam kuesioner ini baik dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat.

Petunjuk Khusus :

1. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategik internal (kekuatan dan kelemahan) adalah sebagai berikut :

1 = kelemahan utama 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan utama Sedangkan untuk faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) pemberian ratingnya adalah sebagai berikut : 1 = Sangat lemah 2 = Lemah 3 = Kuat 4 = Sangat kuat pemberian rating masing-masing faktor strategikdilakukan dengan pemberian tanda (x pada urutan intensitasnya (1 – 4) yang paling sesuai menurut responden. 2. Penentuan rating merupakan pandangan masing-masing responden terhadap

intensitas kekuatan dan kelemahan dalam organisasi serta intensitas terhadap peluang dan ancaman yang dapat menentukan atau mempengaruhi keberhasilan kemitraan PT.ATB.

Lanjutan Lampiran 1.

Page 90: 2010 Sul

74

Rating No Faktor Strategik Internal 1 2 3 4

A KEKUATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

B KELEMAHAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lanjutan Lampiran 1.

Page 91: 2010 Sul

75

Rating No Faktor Strategik Eksternal 1 2 3 4

A PELUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9

B ANCAMAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lanjutan Lampiran 1.

Page 92: 2010 Sul

76

Lampiran 2. Proyeksi biaya total proyek

Tahun Biaya 2008 2009 2010 2011 2012 Total a b c d e f

Biaya Kebun Penanaman Tahun 2008 1000 Ha Area 25.764.997.583 6.236.579.700 8.064.556.500 - - 40.066.133.783 Interest During Construction (IDC) 1.288.249.879 4.993.474.074 6.952.178.660 7.995.005.460 9.194.256.278 30.423.164.352 Subtotal 27.053.247.462 11.230.053.774 15.016.735.160 7.995.005.460 9.194.256.278 70.489.298.135 Akumulasi 27.053.247.462 38.283.301.236 53.300.036.397 61.295.041.856 70.489.298.135 70.489.298.135 Penanaman Tahun 2009 1000 Ha Area 20.446.563.683 5.318.433.900 6.236.579.700 8.064.556.500 - 40.066.133.783 Interest During Construction (IDC) 1.022.328.184 4.018.098.865 5.556.300.650 7.599.429.222 8.739.343.606 26.935.500.527 Subtotal 21.468.891.867 9.336.532.765 11.792.880.350 15.663.985.722 8.739.343.606 67.001.634.310 Akumulasi 21.468.891.867 30.805.424.632 42.598.304.982 58.262.290.704 67.001.634.310 67.001.634.310 Penanaman Tahun 2010 1500 Ha Area 34.077.606.138 8.864.056.500 10.394.299.500 13.440.927.500 66.776.889.638 Interest During Construction (IDC) 1.703.880.307 6.696.831.442 9.260.501.083 12.665.715.370 30.326.928.202 Subtotal - 35.781.486.445 15.560.887.942 19.654.800.583 26.106.642.870 97.103.817.840 Akumulasi 35.781.486.445 51.342.374.387 70.997.174.970 97.103.817.840 97.103.817.840

Biaya Pabrik Pabrik pengolahan kelapa sawit 56.483.955.466 39,538,768,827 - 96,022,724,293 Interest During Construction 8,472,593,320 15,674,297,642 18,025,442,288 42,172,333,250 Subtotal - - 64,956,548,786 55,213,066,468 18,025,442,288 138,195,057,543 Akumulasi - - 64,956,548,786 120,169,615,255 138,195,057,543 138,195,057,543 TOTAL Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) 46.211.561.266 45.632.619.738 79.649.148.166 51,151,719,527 13.440.927.500 242.931.881.497 Interest During Construction 2.310.578.063 10.715.453.246 27.677.904.072 40.529.233.407 48.624.757.543 129.857.926.331 Biaya total proyek 48.522.139.329 56.348.072.984 107.327.052.238 98.526.858.233 62.065.685.043 372.789.807.828 Akumulasi 48.522.139.329 104.870.212.314 212.197.264.552 310.724.122.785 372.789.807.828 372.789.807.828

76

Page 93: 2010 Sul

77

Lampiran 3. Biaya investasi kebun per hektar TBM-0 TBM-1 TBM-2 TBM-3 Jumlah

TBM-0*) 13.631.042 - - - 13.631.042

TBM-1 - 3.545.623 - - 3.545.623

TBM-2 - - 4.157.720 - 4.157.720

TBM-3 - - - 5.376.371 5.376.371

Subtotal 13.631.042 3.545.623 4.157.720 5.376.371 26.710.756

IDC 2.044.656 2.883.198 3.939.336 5.336.692 14.203.882

Jumlah**) 15.675.699 6.428.821 8.097.056 10.713.063 40.914.638

Akumulasi 15.675.699 22.104.520 30.201.575 40.914.638 40.914.638

Catatan: *) mencakup biaya bahan tanaman dari pembibitan (awal dan utama) **) tidak mencakup biaya pengadaan lahan

77

Page 94: 2010 Sul

78

Lampiran 4. Proyeksi pendanaan

2008 2009 2010 2011 2012 Total

PERKEBUNAN Jumlah Pembiayaan Perkebunan 48.522.139.329 56.348.072.984 42.370.503.452 43.313.791.765 44.040.242.755 234.594.750.285 Pinjaman Maksimum 65% 31.539.390.564 36.626.247.440 27.540.827.244 28.153.964.647 28.626.157.790 152.486.587.685 Minimum Pembiayaan Sendiri 35% 16.982.748.765 19.721.825.545 14.829.676.208 15.159.827.118 15.414.084.964 82.108.162.600 KEBUN DAN PABRIK

Investasi diluar IDC Pembiayaan Sendiri 35% 16.174.046.443 15.971.416.908 27.877.201.858 20.299.168.689 4.704.324.625 85.026.158.524 Pembiayaan Pinjaman 65% 30.037.514.823 29.661.202.830 51.771.946.308 37.698.456.137 8.736.602.875 157.905.722.973 Subtotal 46.211.561.266 45.632.619.738 79.649.148.166 57.997.624.827 13.440.927.500 242.931.881.497

IDC Pembiayaan Sendiri 35% 808.702.322 3.750.408.636 9.687.266.425 14.185.231.692 17.018.665.140 45.450.274.216 Pembiayaan Pinjaman 65% 1.501.875.741 6.965.044.610 17.990.637.647 26.344.001.714 31.606.092.403 84.407.652.115 Subtotal 2.310.578.063 10.715.453.246 27.677.904.072 40.529.233.407 48.624.757.543 129.857.926.331

Jumlah Pembiayaan yang dibutuhkan Pembiayaan Sendiri 35% 16.982.748.765 19.721.825.545 37.564.468.283 34.484.400.382 21.722.989.765 130.476.432.740 Pembiayaan Pinjaman 65% 31.539.390.564 36.626.247.440 69.762.583.955 64.042.457.852 40.342.695.278 242.313.375.088 Jumlah 100% 48.522.139.329 56.348.072.984 107.327.052.238 98.526.858.233 62.065.685.043 372.789.807.828

Modal 48.522.139.329 104.870.212.314 212.197.264.552 310.724.122.785 372.789.807.828 372.789.807.828

78

Page 95: 2010 Sul

79

Lampiran 5. Proyeksi produksi dan harga TBS, CPO dan PK

TBS CPO PK Produksi Harga Nilai Produksi Harga Nilai Produksi Harga Nilai ton Rp/Kg juta Rp Ton Rp/Kg juta Rp ton Rp/Kg juta Rp

2009 - 1.142 - - 5.397 - - 2.968 - 2010 - 1.183 - - 5.591 - - 3.075 - 2011 - 1.224 - - 5.783 - - 3.181 - 2012 10.500 1.264 13.270 2.310 5.974 13.799 473 3.285 1.552 2013 31.500 1.304 41.063 6.930 6.162 42.700 1.418 3.389 4.804 2014 62.500 1.343 83.926 13.750 6.347 87.271 2.813 3.491 9.818 2015 103.500 1.381 142.973 22.770 6.529 148.672 4.658 3.591 16.726 2016 160.000 1.419 227.077 35.200 6.708 236.127 7.200 3.689 26.564 2017 204.000 1.456 297.080 44.880 6.883 308.921 9.180 3.786 34.754 2018 228.000 1.492 340.279 50.160 7.054 353.841 10.260 3.880 39.807 2019 252.000 1.528 384.977 55.440 7.221 400.321 11.340 3.971 45.036 2020 273.000 1.562 426.405 60.060 7.383 443.399 12.285 4.060 49.882 2021 291.000 1.595 464.173 64.020 7.539 482.673 13.095 4.147 54.301 2022 301.000 1.627 489.774 66.220 7.691 509.295 13.545 4.230 57.296 2023 306.000 1.658 507.364 67.320 7.837 527.585 13.770 4.310 59.353 2024 301.000 1.688 508.008 66.220 7.977 528.255 13.545 4.387 59.429 2025 293.000 1.716 502.836 64.460 8.112 522.877 13.185 4.461 58.824 2026 282.000 1.743 491.612 62.040 8.240 511.205 12.690 4.532 57.511 2027 274.000 1.769 484.739 60.280 8.362 504.058 12.330 4.599 56.707 2028 266.000 1.794 477.094 58.520 8.478 496.108 11.970 4.663 55.812 2029 250.000 1.817 454.169 55.000 8.587 472.270 11.250 4.723 53.130 2030 242.000 1.838 444.885 53.240 8.689 462.617 10.890 4.779 52.044 2031 226.000 1.859 420.056 49.720 8.785 436.797 10.170 4.832 49.140 2032 218.000 1.878 409.298 47.960 8.874 425.611 9.810 4.881 47.881

79

Page 96: 2010 Sul

80

Lampiran 6. Proyeksi produksi TBS, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

Produksi TBS (ton) 10.500 31.500 62.500 103.500 160.000 204.000 228.000 252.000 273.000 291.000 301.000 306.000

Harga TBS per Kg (Rp) 1.264 1.304 1.343 1.381 1.419 1.456 1.492 1.528 1.562 1.595 1.627 1.658

Penj. (juta Rp) 13.270 41.063 83.926 142.973 227.077 297.080 340.279 384.977 426.405 464.173 489.774 507.364

HPP (juta Rp) 6.608 15.692 32.219 53.227 66.822 80.590 92.901 106.868 122.056 138.506 154.950 171.872

Keunt. Ops (juta Rp) 6.662 25.372 51.706 89.747 160.255 216.491 247.378 278.110 304.349 325.667 334.824 335.492

Keunt. Kotor sblm peny. 50% 62% 62% 63% 71% 73% 73% 72% 71% 70% 68% 66%

Repayment 35% (juta Rp) 14.372 29.374 50.041 79.477 103.978 119.098 134.742 149.242 162.461 171.421 177.577

Pend. Bersih (juta Rp) 6.662 11.000 22.332 39.706 80.778 112.512 128.281 143.368 155.107 163.207 163.403 157.915

Pend. Bersih per Ha (thsds Rp) 4.164 6.875 13.958 24.816 50.487 70.320 80.175 89.605 96.942 102.004 102.127 98.697

PEMBAYARAN PINJAMAN

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

Pinj. (juta Rp) 242.313 264.288 274.558 265.701 226.079 156.012 60.317 (65.378) - - -

Bunga 15% (juta Rp) 36.347 39.643 41.184 39.855 33.912 23.402 9.047 (9.807) - - -

Repayments (juta Rp) 14.372 29.374 50.041 79.477 103.978 119.098 134.742 (75.185) - - -

Pinj. Bersih (juta Rp) 227.941 234.914 224.517 186.224 122.101 36.915 (74.425) - - - -

Sisa Pinj. (juta Rp) 242.313 264.288 274.558 265.701 226.079 156.012 60.317 (65.378) - - - -

80

Page 97: 2010 Sul

81

Lampiran 7. Proyeksi arus kas

Pendapatan Biaya Non-Opersi Aktiitas Pembayaran Cash Flow Cash Balance

Penjualan Kebun Panen OCF Peng. Modal IDC Pinajaman Pend. Sendiri Beban Bunga Pendptn Bunga Pembayaran Pajak Pembiayaan Net CF Opening Closing Int. Income 2%

65% 242.932 129.858 242.313 130.476 213.583 678.706 455.897 1.668.445

2008 - - - - 46.212 2.311 31.539 16.983 - - - - 0 0 - 0 - 2009 - - - - 45.633 10.715 36.626 19.722 - - - - (0) (0) 0 0 0 2010 - - - - 79.649 27.678 69.763 37.564 - 261 - - (261) (261) 0 (261) 0 2011 - - - - 57.998 40.529 64.042 34.484 - 819 - - (819) (819) (261) (1.080) (5) 2012 15.351 5.558 1.050 8.744 13.441 48.625 40.343 21.723 - 1.646 - - (1.646) 7.097 (1.080) 6.018 (22) 2013 47.503 12.227 3.465 31.812 - - - 36.347 2.827 14.372 - (53.546) (21.734) 6.018 (15.716) 120 2014 97.089 24.657 7.563 64.869 39.643 3.232 29.374 3.675 (75.924) (11.055) (15.716) (26.771) (314) 2015 165.397 39.451 13.776 112.170 41.184 3.933 50.041 17.613 (112.771) (600) (26.771) (27.371) (535) 2016 262.692 43.396 23.426 195.870 39.855 4.902 79.477 43.413 (167.647) 28.224 (27.371) 852 (547) 2017 343.674 47.736 32.854 263.084 33.912 6.460 103.978 65.827 (210.177) 52.908 852 53.760 17 2018 393.648 52.509 40.392 300.747 23.402 8.454 119.098 80.877 (231.831) 68.916 53.760 122.676 1.075 2019 445.357 57.760 49.108 338.489 9.047 10.639 134.742 97.162 (251.590) 86.899 122.676 209.576 2.454 2020 493.282 63.536 58.520 371.226 (9.807) 12.983 (75.185) 113.342 (41.334) 329.892 209.576 539.467 4.192 2021 536.974 69.890 68.616 398.468 - 19.904 - 120.649 (140.554) 257.914 539.467 797.382 10.789 2022 566.590 76.879 78.072 411.640 - 25.859 - 126.387 (152.246) 259.394 797.382 1.056.776 15.948 2023 586.938 84.566 87.305 415.067 - 32.081 - 129.282 (161.363) 253.704 1.056.776 1.310.479 21.136 2024 587.684 93.023 94.467 400.194 - 38.438 - 126.727 (165.166) 235.028 1.310.479 1.545.508 26.210 2025 581.701 102.325 101.152 378.224 - 44.677 - 122.008 (166.684) 211.540 1.545.508 1.757.047 30.910 2026 568.716 112.558 107.089 349.068 - 50.694 - 115.066 (165.761) 183.308 1.757.047 1.940.355 35.141 2027 560.765 123.814 114.457 322.495 - 56.388 - 108.802 (165.191) 157.304 1.940.355 2.097.659 38.807 2028 551.921 136.195 122.226 293.499 - 61.790 - 101.724 (163.514) 129.985 2.097.659 2.227.644 41.953 2029 525.400 149.814 126.362 249.224 - 66.861 - 89.963 (156.824) 92.400 2.227.644 2.320.044 44.553 2030 514.661 164.796 134.550 215.315 - 71.384 - 81.147 (152.531) 62.784 2.320.044 2.382.828 46.401 2031 485.937 181.276 138.220 166.442 75.495 67.718 (143.213) 2032 473.492 199.403 146.659 127.430 78.979 57.060 (136.039)

81

Page 98: 2010 Sul

82

Lampiran 8. Proyeksi neraca

Aset Kewajiban Tahun

Kas Aset Tetap Akumulasi Peny. Aset tetap bersih Total Aset Pinjaman Pend. sendiri

Peningkatan bunga Ekuitas Total

Kwjbn -

2009 13.026 91.844 - 91.844 104.870 68.166 36.705 - 36.705 104.870

2010 40.964 171.493 - 171.493 212.458 137.928 74.269 261 74.530 212.458 2011 82.313 229.491 - 229.491 311.804 201.971 108.753 1.080 109.833 311.804

2012 141.328 242.932 (16.208) 226.724 368.051 242.313 130.476 (4.739) 125.738 368.051 2013 161.594 242.932 (32.417) 210.515 372.109 264.288 130.476 (22.655) 107.821 372.109

2014 196.646 242.932 (48.625) 194.307 390.953 274.558 130.476 (14.081) 116.396 390.953 2015 245.096 242.932 (64.833) 178.099 423.194 265.701 130.476 27.018 157.494 423.194 2016 322.978 242.932 (81.041) 161.891 484.869 226.079 130.476 128.314 258.790 484.869

2017 422.717 242.932 (97.250) 145.682 568.399 156.012 130.476 281.910 412.387 568.399 2018 531.943 242.932 (113.458) 129.474 661.417 60.317 130.476 470.624 601.101 661.417

2019 649.168 242.932 (129.666) 113.266 762.434 (65.378) 130.476 697.335 827.812 762.434 2020 995.219 242.932 (145.874) 97.058 1.092.277 - 130.476 961.801 1.092.277 1.092.277 2021 1.292.943 242.932 (162.083) 80.849 1.373.792 - 130.476 1.243.316 1.373.792 1.373.792

2022 1.604.054 242.932 (178.291) 64.641 1.668.695 - 130.476 1.538.219 1.668.695 1.668.695 2023 1.921.920 242.932 (194.499) 48.433 1.970.353 - 130.476 1.839.877 1.970.353 1.970.353

2024 2.233.825 242.932 (210.707) 32.225 2.266.050 - 130.476 2.135.573 2.266.050 2.266.050 2025 2.534.718 242.932 (226.916) 16.016 2.550.734 - 130.476 2.420.258 2.550.734 2.550.734

2026 2.819.414 242.932 (243.124) (192) 2.819.222 - 130.476 2.688.746 2.819.222 2.819.222 2027 3.089.495 242.932 (259.332) (16.400) 3.073.095 - 130.476 2.942.618 3.073.095 3.073.095 2028 3.343.060 242.932 (275.540) (32.608) 3.310.451 - 130.476 3.179.975 3.310.451 3.310.451

2029 3.569.182 242.932 (291.749) (48.817) 3.520.365 - 130.476 3.389.889 3.520.365 3.520.365 2030 3.774.733 242.932 (307.957) (65.025) 3.709.708 - 130.476 3.579.232 3.709.708 3.709.708

2031 3.948.951 242.932 (324.165) (81.233) 3.867.718 - 130.476 3.737.242 3.867.718 3.867.718 2032 4.098.300 242.932 (340.373) (97.441) 4.000.858 - 130.476 3.870.382 4.000.858 4.000.858

82