20 halaman

31
- 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temu mangga merupakan famili Zingiberaceae yang memiliki berbagai manfaat antara lain sebagai antibakteri, berfungsi membantu masalah yang berhubungan dengan pencernaan, mengatasi sakit perut, membantu proses penyembuhan rahim setelah melahirkan dan menyembuhkan penyakit kanker terutama kanker payudara. Rimpang temu mangga berfungsi untuk antikoagulan, antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik. Selain itu, dalam rimpang temu mangga ini mengandung minyak atsiri, salah satunya adalah kurkuminoid yang dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Perhatian masyarakat terhadap tanaman ini semakin meningkat dengan berkembangnya keyakinan masyarakat bahwa tanaman ini dapat digunakan dalam pengobatan kanker, serta makin berkembangnya industri obat tradisional, fitofarmaka, dan food suplement. Saat ini tingkat permintaan akan temu mangga semakin meningkat, sedangkan temu mangga belum banyak dibudidayakan. Untuk mengembangkan tanaman agar berproduksi optimal, diperlukan benih yang bermutu disamping lingkungan yang

Upload: bobby-young

Post on 02-Jul-2015

178 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 20 halaman

- 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Temu mangga merupakan famili Zingiberaceae yang memiliki berbagai

manfaat antara lain sebagai antibakteri, berfungsi membantu masalah yang

berhubungan dengan pencernaan, mengatasi sakit perut, membantu proses

penyembuhan rahim setelah melahirkan dan menyembuhkan penyakit kanker

terutama kanker payudara. Rimpang temu mangga berfungsi untuk antikoagulan,

antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, memperbanyak

ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik. Selain itu, dalam rimpang

temu mangga ini mengandung minyak atsiri, salah satunya adalah kurkuminoid yang

dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan.

Perhatian masyarakat terhadap tanaman ini semakin meningkat dengan

berkembangnya keyakinan masyarakat bahwa tanaman ini dapat digunakan dalam

pengobatan kanker, serta makin berkembangnya industri obat tradisional,

fitofarmaka, dan food suplement. Saat ini tingkat permintaan akan temu mangga

semakin meningkat, sedangkan temu mangga belum banyak dibudidayakan. Untuk

mengembangkan tanaman agar berproduksi optimal, diperlukan benih yang bermutu

disamping lingkungan yang sesuai. Oleh karena itu, di pasaran harga temu mangga

cukup tinggi.

Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro terbukti dapat mempercepat

pengadaan bibit dalam skala besar sesuai dengan kebutuhan dengan kesinambungan

yang tinggi. Dalam metode perbanyakan melalui kultur in vitro pertumbuhan dan

perkembangan eksplan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah

teknik sterilisasi eksplan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana variasi metode sterilisasi yang dapat menghasilkan eksplan steril

dari rimpang Temu mangga?

Page 2: 20 halaman

- 2 -

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui teknik sterilisasi yang tepat untuk organogenesis langsung, yaitu

induksi tunas dari rimpang Curcuma mangga (temu mangga)

1.4 Hipotesis

Teknik sterilisasi yang tepat adalah pencucian eksplan hingga bersih,

kemudian disterilisasi dengan campuran bakterisida dan fungisida dan dikocok

selama 4 jam. Lalu direndam alkohol 70% selama 5 menit, Bayclean 50% + Tween

selama 15 menit, Bayclean 40% selama 10 menit, lalu dicuci dengan aquades steril 5

kali, direndam dengan Betadine, setelah itu baru ditanam pada media Gamborg.

Page 3: 20 halaman

- 3 -

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Temu mangga

Curcuma mangga Val., itulah nama latinnya lebih dikenal dengan nama temu

mangga (temu putih), termasuk famili Zingiberaceae. Temu mangga merupakan

tanaman asli daerah Indo-Malesian yaitu di daerah tropis dan subtropis India sehingga

banyak ditemukan di Benggala India. Penyebarannya dari Indo-China, Taiwan,

Thailand, Pasifik hingga Australia Utara. Temu mangga merupakan tanaman herba

yang termasuk kedalam sistematika tumbuhan dan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma mangga Val.

Temu mangga termasuk tanaman tahunan yang berbentuk rumpun, berbatang

semu dan memiliki sejumlah anakan. Rimpang temu mangga bercabang, di bagian

luar berwarna kekuningan, sedang warna daging rimpang berwarna kuning lebih

gelap yang dilingkari warna putih. Daun berbentuk elips-oblong yang meruncing di

bagian ujung daun dengan panjang 15-95 cm dan lebar 5-23 cm, berwarna hijau dan

terdapat warna ungu di bagian tangkai daun. Sistem perakaran termasuk akar serabut.

Akar melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya

tidak beraturan.

Temu mangga bermanfaat antara lain sebagai anti bakteri, berfungsi

membantu masalah yang berhubungan dengan pencernaan, mengatasi sakit perut,

Gambar 2.1. Tanaman Curcuma mangga (kiri) dan Rimpang Curcuma mangga (kanan)

Page 4: 20 halaman

- 4 -

membantu proses penyembuhan rahim setelah melahirkan dan menyembuhkan

penyakit kanker terutama kanker payudara. Salah satu produk olahannya yang

penting adalah minyak atsiri.Komponen utama minyak atsiri temu mangga adalah

golongan monoterpen hidrokarbon, dengan komponen utamanya mirsen (78,6%), β-

osimen (5,1%), β-pinen (3,7%) dan α-pinen (2,9%) (Wong et al., 1999), dan senyawa

yang memberikan aroma seperti mangga adalah δ-3-karen dan (Z)-β-osimen.

(Hernani dan Suhirman, 2001)

2.2 Rimpang dan cara perbanyakannya

Rimpang adalah bagian tanaman yang tumbuh di dalam tanah dimana terdapat

tempat tumbuh mata tunas. Rimpang adalah metamorfosis (penjelmaan, perubahan

bentuk) batang dan atau akar/daun. Alat-alat ini merupakan badan yang membungkus

dan umumnya menjadi tempat penyimpanan zat-zat makanan cadangan, di samping

itu dapat pula dijadikan alat perkembangbiakan. Rimpang sesungguhnya adalah

batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh

mendatar dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang adalah penjelmaan

batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda- tanda berikut :

Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian

Berdaun tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik

Mempunyai kuncup-kuncup

Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air malahan ke atas, mncul di atas tanah.

(Tjitrosoepomo,1992)

2.3 Media Gamborg

Media Gamborg B5 (media B5)  pertama kali dikembangkan untuk kultur

kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan

media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan

suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian

tanaman.. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini

dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang

rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan

Page 5: 20 halaman

- 5 -

sel kedelai. Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan

Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).

2.4 Bahan pensteril

Streptomycin sulfate dapat menghambat sintesis protein dengan mengikat

subunit ribosomal 30s, dan dalam beberapa kasus juga mengikat subunit ribosomal

50s, yang menyebabkan miscoding dan kemudian menghambat inisiasi dan elongasi

selama sintesis protein. Fungisida mampu menghambat spora jamur tumbuh dan

berkembang. Iodine merupakan senyawa yang memiliki spektrum luas sebagai

antiinfeksi yang melawan bakteri, jamur, spora, protozoa, virus dan khamir. Aqueous

iodine ini kurang efektif dibandingkan larutan alcohol, tetapi senyawa alcohol dapat

mengeringkan dan membuat iritasi pada kulit yang terluka. Povidone iodine lebih

sering digunakan karena mengurangi iritasi, tetapi tidak terlalu efektif seperti iodine.

Bayclean mengandung 5,25% NaOCl, yang jika dalam larutan akan berdisosiasi

menjadi anion OCl-. Adanya cahaya, NaOCl terurai menjadi HCl dan O2.

2.5 Hormon

Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang menginduksi pembelahan sel.

Sitokinin ada 2 tipe yaitu tipe adenine (BA, kinetin & zeatin) dan tipe phenylurea

(thidiazuron). Kinetin merupakan jenis sitokinin, yang sering digunakan untuk

induksi pembentukan kalus (gabungan dengan auksin) dan untuk meregenerasikan

jaringan akar dari kalus (dengan konsentrasi auksin rendah). 6-Benzylaminopurine,

benzyl adenine atau BAP merupakan hormon sitokinin sintetis yang menimbulkan

respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman, memulai blossoms dan

menstimulasi pembuahan dengan menstimulasi pembelahan sel. Hormon ini dapat

menghambat jalur respirasi tanaman. Thidiazuron (TDZ) merupakan sitokinin tipe

phenylurea untuk pertumbuhan dan perkembangan sel pada buah. Diduga,

thidiazuron mendorong terjadinya perubahan sitokinin ribonukleotida menjadi

ribonukleosida yang secara biologis lebih aktif. (Capella et al, dalam Lu 1993)

BAB III

Page 6: 20 halaman

- 6 -

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat dilakukannya penelitian ini berlangsung selama 4 Mei

2009 hingga 11 Juni 2009 di Laboratorium Kultur Jaringan T.G. 7 Fakultas

Teknobiologi Universitas Surabaya, Surabaya.

3.2 Alat1.Timbangan Analitik 5.Beaker glass steril

2.pH-meter 6.Kompor listrik

3.Spiritus dan botol semprot 7.Autoklaf

4.Cawan petri steril. 8.Peralatan tanam (pinset,scalpel)

3.3 Bahan

1.Larutan stok ZnSO4.7H2O, NaH2PO4, H3BO3, KI, (NH4)2SO4.7H2O, MgSO4.

7H2O, CaCl2.2 H2O, MgSO4. 7H2O dan KNO3

2.Vitamin: niacin, pyridoxine-HCl, thiamine-HCl & mio-inositol

3.Hormon: BA (3 mg/L dan 5 mg/L) dan kinetin (3 mg/L dan 5 mg/L)

4.Sukrosa dan Agar 8.Larutan Bayclean

5.Aquades 9.Tween

6.Bakterisida & fungisida 10.Betadine

7.Alkohol 70%

3.4 Cara kerja

3.4.1 Pembuatan Media Gamborg

1. Mengambil masing-masing larutan stok sesuai yang diperlukan (untuk 250 ml

media) dan mencampurnya dalam beaker glass yang berisi ± 100ml aquadest.

2. Menimbang sukrosa sebanyak 5 gr lalu melarutkan secukupnya dengan

aquades dan mencampurnya dengan larutan stok media B5 tadi.

3. Mengatur pH media hingga pH 5,8 dengan NaOH 1N dan HCl 1N.

Page 7: 20 halaman

- 7 -

4. Menggenapkan volume larutan hingga 250 ml.

5. Menimbang agar sebanyak 3,25 gr dan mencampurkan dalam gelas beaker.

6. Mendidihkan larutan hingga larutan berwarna bening, lalu menuangnya dalam

botol kultur dengan ketinggian yang sama. Lalu menutupnya dengan

aluminium foil dan memberi label nama media dan tanggal pembuatan.

7. Mengautoklaf botol kultur pada 121ºC 1,5 atm selama 20 menit dan disimpan

3.4.2 Sterilisasi eksplan

Tabel 3.1 Skema kerja metode sterilisasi eksplan

Jenis Metode Metode Metode Metode Metode Metode Metode MetodeTeknik

sterilisasi   I II III a III b III c IV a IV bDicuci detergen dan air mengalir   √ √ √ √ √ √

selama setengah jam              Direndam campuran bakterisid & √            

fungisid selama 30'              Direndam campuran bakterisid &   √ √ √ √    

fungisid selama semalam              Direndam campuran bakterisid &           √ √

fungisid selama 4 jam              Dibilas aquadem (1x) √ √ √ √ √ √ √Dibilas alkohol 70% √ √ √ √ √ √ √

Dibilas aquadem (1x) √ √ √ √ √ √ √Direndam larutan Bayclean 30% (10') √            Direndam larutan Bayclean 20% (10')   √          

Direndam larutan Bayclean 40%+Tween (10')     √   √    Direndam larutan Bayclean 50%+Tween (10')       √      Direndam larutan Bayclean 50%+Tween (15')           √  Direndam larutan Bayclean 40%+Tween (15')             √

Dibilas aquadem (1x) √ √ √ √ √ √ √Direndam larutan Bayclean 20% (10') √   √        Direndam larutan Bayclean 10% (10')   √          Direndam larutan Bayclean 40% (10')       √   √  Direndam larutan Bayclean 30% (10')         √   √

Dibilas aquadem berkali-kali √ √ √ √ √ √ √Direndam larutan Betadine √ √ √ √ √ √ √

Dibilas aquadem berkali-kali √ √ √ √ √ √ √Dipotong bagian rimpang yang mati √ √ √ √ √ √ √

Ditanam pada media B5 √ √ √ √ √ √ √

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 8: 20 halaman

- 8 -

4.1 Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Rangkuman hasil percobaan

Metode Sterilisasi Tanggal Jumlah Jumlah Jumlah

   eksplan eksplan eksplan   awal tumbuh terkontaminasi

1                       

Fungisida (30')Alkohol 70% (5')Bayclean 30% (10')Bayclean 20% (10')BetadineTidak dilukai                  

14 mei 4 0 (0%) 0 (0%)15 mei 4 0 (0%) 0 (0%)16 mei 4 0 (0%) 0 (0%)18 mei 4 0 (0%) 0 (0%)19 mei 4 0 (0%) 0 (0%)20 mei 4 0 (0%) 0 (0%)21 mei 4 0 (0%) 0 (0%)22 mei 4 1 (25%) 0 (0%)23 mei 4 1 (25%) 0 (0%)25 mei 3 0 (0%) 1 (25%)26 mei 3 0 (0%) 1 (25%)27 mei 3 0 (0%) 1 (25%)28 mei 3 0 (0%) 1 (25%)29 mei 2 0 (0%) 2 (50%)30 mei 2 0 (0%) 2 (50%)1 juni 1 0 (0%) 3 (75%)2 juni 1 0 (0%) 3 (75%)3 juni 1 0 (0%) 3 (75%)4 juni 1 0 (0%) 3 (75%)5 juni 1 0 (0%) 3 (75%)6 juni 1 0 (0%) 3 (75%)8 juni 1 0 (0%) 3 (75%)9 juni 1 0 (0%) 3 (75%)

10 juni 1 0 (0%) 3 (75%)

2          

Dicuci detergen Bakterisida & fungisida (semalam)Alkohol 70% (5')Bayclean 20% (10')Bayclean 10% (10')BetadineTidak dilukai    

23 mei 4 0 (0%) 0 (0%)25 mei 3 0 (0%) 1 (25%)26 mei 0 0 (0%) 4 (100%)27 mei 0 0 (0%) 4(100%)28 mei 0 0 (0%) 4 (100%)29 mei 0 0 (0%) 4 (100%)30 mei 0 0 (0%) 4 (100%)1 juni 0 0 (0%) 4 (100%)2 juni 0 0 (0%) 4 (100%)3 juni 0 0 (0%) 4 (100%)4 juni 0 0 (0%) 4 (100%)

3a    

Dicuci detergen Bakterisid & fungisid (semalam)Alkohol 70% (5')Bayclean 40% (10') +TweenBayclean 20% (10')

25 mei 4 0 (0%) 0 (0%)26 mei 4 0 (0%) 0 (0%)27 mei 4 0 (0%) 0 (0%)28 mei 4 0 (0%) 0 (0%)29 mei 4 1 (25%) 0 (0%)

Page 9: 20 halaman

- 9 -

30 mei 4 1 (25%) 0 (0%)1 juni 0 0 (0%) 4 (100%)2 juni 0 0 (0%) 4 (100%)3 juni 0 0 (0%) 4 (100%)4 juni 0 0 (0%) 4 (100%)

3b              

Dicuci detergen Bakterisid & fungisid (semalam)Alkohol 70% (5')Bayclean 50% (10') + TweenBayclean 40% (10')BetadineDilukai        

25 mei 4 0 (0%) 0 (0%)26 mei 4 0 (0%) 0 (0%)27 mei 4 0 (0%) 0 (0%)28 mei 4 0 (0%) 0 (0%)29 mei 4 0 (0%) 0 (0%)30 mei 4 0 (0%) 0 (0%)1 juni 1 0 (0%) 3 (75%)2 juni 1 0 (0%) 3 (75%)3 juni 1 0 (0%) 3 (75%)4 juni 1 0 (0%) 3 (75%)5 juni 1 0 (0%) 3 (75%)6 juni 1 0 (0%) 3 (75%)8 juni 1 0 (0%) 3 (75%)9 juni 1 0 (0%) 3 (75%)10 juni 1 0 (0%) 3 (75%)

3c      

Dicuci detergen Bakterisid & fungisid (semalam)Alkohol 70% (5')Bayclean 40% (10') + TweenBayclean 30% (10')BetadineDilukai

25 mei 4 0 (0%) 0 (0%)26 mei 4 0 (0%) 0 (0%)27 mei 4 0 (0%) 0 (0%)28 mei 4 0 (0%) 0 (0%)29 mei 4 1 (25%) 0 (0%)30 mei 4 1 (25%) 0 (0%)1 juni 0 0 (0%) 4 (100%)

4a     

Dicuci detergen Bakterisid & fungisid (4 jam)Alkohol 70% (5')Bayclean 50% (15') +TweenBayclean 40% (10')Betadine

28 mei 4 0 (0%) 0 (0%)29 mei 4 0 (0%) 0 (0%)30 mei 4 0 (0%) 0 (0%)1 juni 0 0 (0%) 4 (100%)

              

4b       

Dicuci detergen Bakterisid & fungisid (4 jam)Alkohol 70% (5')Bayclean 40% (15') +TweenBayclean 30% (10')BetadineDilukai 

28 mei 4 0 (0%) 0 (0%)29 mei 4 2 (50%) 0 (0%)30 mei 4 2 (50%) 0 (0%)1 juni 1 0 (0%) 3 (75%)2 juni 1 0 (0%) 3 (75%)3 juni 1 0 (0%) 3 (75%)4 juni 1 0 (0%) 3 (75%)5 juni 0 0 (0%) 4 (100%)

Foto-foto hasil percobaan :

Kontam oleh kapang hitam pada eksplan

Kontam oleh kapang hitam pada media

Kontam oleh kapang putih pada media

Kontam oleh kapang putih pada eksplan

Kontam oleh kapang putih dari eksplan

hingga media

Kontam oleh kapang hitam dan kapang putih

Kontam oleh bakteri pada

media

Page 10: 20 halaman

- 10 -

Media BA 5ppm yang masih steril & tidak tumbuh tunas

(Hasil metode sterilisasi I)

Media BA 5ppm yang masih steril & tidak tumbuh tunas

(Hasil metode sterilisasi IIIB)

Media Kinetin 3ppm yang mengalami pertumbuhan

tunas. Tunas berwarna hijau (Hasil sterilisasi metode I)

Media BA 5ppm yang mengalami pertumbuhan tunas. (Hasil sterilisasi

metode IVa)

Page 11: 20 halaman

- 11 -

4.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini, kami mencoba untuk menginduksi tunas dari eksplan

rimpang Temu mangga (Curcuma mangga). Salah satu faktor utama dalam

Media kinetin 3ppm yang mengalami pertumbuhan tunas. (Hasil sterilisasi metode IVa)

Page 12: 20 halaman

- 12 -

keberhasilan induksi tunas dari rimpang ini ialah cara sterilisasi eksplan. Selama

kurang lebih 3 minggu, kami mencoba beberapa metode sterilisasi yang berbeda-beda

untuk mengetahui metode manakah yang menghasilkan eksplan paling steril.

Dalam metode sterilisasi yang kami lakukan kami menggunakan

berbagai macam bahan pensteril antara lain: fungisida, bakterisida, alkohol 70%,

Bayclean, Betadine, Tween dan detergen. Secara umum, semua bahan tersebut

mempunyai fungsi untuk membunuh mikroba pengkontaminan khususnya kapang

dan bakteri yang sering menjadi faktor penghambat dalam keberhasilan pertumbuhan

eksplan. Bakterisida yang mengandung streptomycin sulfate berfungsi untuk

membunuh bakteri. Mekanismenya dengan menghambat sintesis protein yaitu

mengikat subunit ribosomal 30s. Fungisida berfungsi untuk mematikan spora fungi

maupun fungi yang berasal dari lingkungan luar (dalam hal ini tanah). Alkohol 70%

berfungsi untuk membunuh bakteri dengan cara mendehidrasi bakteri sehingga

bakteri kekurangan air dan bakteri pun mati. Bayclean berfungsi untuk membunuh

bakteri dan virus di permukaan eksplan. Hal ini dikarenakan kandungan Bayclean

yaitu NaOCl, yang jika dalam larutan akan berdisosiasi menjadi anion OCl-. Adanya

cahaya, NaOCl terurai menjadi HCl dan O2. O2 ini merupakan oksidator kuat yang

dapat membunuh bakteri. Sedangkan Betadine yang mengandung Povidone Iodine

berfungsi sebagai senyawa yang membunuh bakteri, fungi, spora, protozoa, virus dan

khamir walaupun sebenarnya Povidone Iodine ini kurang efektif dibanding larutan

Iodine sendiri. Dan Tween berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan di

antara air dan jaringan eksplan sehingga bahan pensteril dapat masuk ke dalam

jaringan eksplan dan membunuh mikroba pengkontaminan dalam eksplan. Detergen

fungsinya hampir sama dengan Tween. Selain itu detergen juga berfungsi untuk

mengurangi mikroba pengkontaminan. Semua bahan pensteril ini harus bisa

membunuh semua mikroba pengkontaminan tapi juga harus bisa melindungi jaringan

eksplan (tidak merusak jaringan eksplan).

Metode sterilisasi yang pertama kami lakukan berdasarkan jurnal acuan dari

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor yang ditulis

oleh Sri Hutami dan Ragapadmi Purnamaningsih. Di metode yang pertama ini kami

Page 13: 20 halaman

- 13 -

merendam eksplan dengan fungisida selama setengah jam sambil dikocok-kocok.

Tujuan dari dilakukannya pengocokan ialah supaya semua eksplan kontak dengan

larutan fungisida dan fungi atau spora fungi pada permukaan eksplan dapat lepas dari

eksplan. Lalu sterilisasi dilanjutkan dalam LAF dengan merendam dan mengocok

eksplan pada alkohol 70% selama 5 menit, Bayclean 30% selama 10 menit, Bayclean

20% selama 10 menit dan Betadine.

Setiap kali hendak mengganti larutan pensteril, eksplan dibilas dengan

aquades steril minimal sebanyak 2x. Pembilasan ini bertujuan untuk menghilangkan

sisa bahan pensteril yang digunakan untuk merendam eksplan tadi. Apabila masih ada

sisa bahan pensteril pada eksplan maka bahan pensteril ini akan menghambat

pertumbuhan eksplan karena jaringan eksplan akan rusak akibat terekspose bahan

pensteril dalam jangka waktu yang lama.

Setelah direndam dengan Betadine, jaringan eksplan yang mati terkena bahan

pensteril dipotong kecuali bagian mata tunasnya karena jaringan yang mati juga dapat

menghambat pertumbuhan tunas dari eksplan akibat berkurangnya luas permukaan

jaringan eksplan viable yang kontak dengan medium. Rimpang kemudian ditanam

pada media pre-condition selama 5 hari baru dipindahkan ke medium perlakuan.

Medium pre-conditoning ini berguna untuk mengetahui apakah metode sterilisasi

yang dilakukan telah benar tanpa harus menghabiskan hormon. Medium perlakuan

yang digunakan (untuk tiap metode sterilisasi) adalah media B5 dengan 2 macam

hormon penginduksi tunas (sitokinin), yaitu kinetin dan BA, dimana konsentrasi

masing-masing hormon 3 ppm dan 5 ppm.

Dari metode ini persentase kontaminasi eksplan sebesar 75% sehingga pada

akhir pengamatan (27 hari setelah ditanam) hanya tersisa satu eksplan yang masih

steril pada medium B5 + BA 5 ppm. Namun eksplan itu tidak menunjukkan

pertumbuhan tunas karena praktikan telah ikut memotong mata tunas saat memotong

bagian eksplan yang mati akibat bahan pensteril. Sedangkan 3 eksplan yang lain

terkontaminasi oleh kapang dan bakteri dimana kontaminasi pada 2 eksplan terjadi di

eksplan dan kontaminasi pada media terjadi di 1 eksplan lain. Fenomena yang cukup

unik kami dapatkan dari hasil ini, karena berdasarkan sumber dikatakan bahwa

Page 14: 20 halaman

- 14 -

eksplan ini mengandung senyawa antibakteri. Jadi jika ada pernyataan seperti ini

maka seharusnya tidak ada bakteri yang menjadi sumber kontaminasi pada eksplan.

Kandungan senyawa antibakteri ini juga yang mendasari mengapa penulis jurnal

hanya merendam eksplan dengan fungisida saja. Kemungkinan kontaminasi oleh

bakteri ini disebabkan oleh tidak meratanya akumulasi senyawa antibakteri pada

eksplan sehingga ada kemungkinan eksplan yang kami tanam tidak mengandung

senyawa antibakteri. Atau kontaminasi oleh bakteri itu bisa juga disebabkan oleh

terlalu sedikitnya jumlah senyawa antibakteri pada eksplan yang kami tanam (jika

eksplan mengandung senyawa tersebut) sehingga senyawa tersebut tidak mampu

mencegah pertumbuhan bakteri.

Dari metode sterilisasi pertama ini, didapat 1 eksplan yang tumbuh pada

tanggal 22-23 Mei, namun mengalami kontaminasi oleh bakteri pada eksplan.

Pertumbuhan eksplan diinduksi oleh adanya hormon kinetin 3ppm yang terkandung

dalam media. Oleh karena eksplan telah mengalami pertumbuhan tunas tetapi

mengalami kontaminasi maka eksplan disubkultur ke media yang sama. Setelah

disubkultur, tunas mengalami pertumbuhan (lebih besar) hingga tunas berwarna hijau.

Pada akhirnya, eksplan ini mengalami kontaminasi oleh kapang.

Oleh karena kami menganggap bahwa metode sterilisasi pertama ini belum

tentu menghasilkan eksplan yang benar-benar steril maka kami pun mencoba

memvariasi metode sterilisasi lain berdasarkan metode sterilisasi yang pertama tadi

dan membandingkan hasil yang diperoleh nantinya. Untuk metode sterilisasi kedua

sampai terakhir sebagian besar tujuan sterilisasinya sama seperti penjelasan pada

metode sterilisasi pertama, hanya berbeda pada kombinasi penggunaan bahan

pensteril, konsentrasi dari bahan pensteril itu sendiri serta lamanya perendaman.

Pada metode sterilisasi pertama kami merendam eksplan dengan bakterisida

dan fungisida karena pada metode pertama ternyata terdapat kontaminasi oleh bakteri

pada eksplan meskipun eksplan mengandung senyawa antibakteri dengan harapan

bakteri yang nantinya mungkin akan mengkontaminasi eksplan dapat dibasmi.

Sebelum direndam dengan bakterisida dan fungisida kami juga mencuci eksplan

dengan detergen sesuai tujuan yang telah dijelaskan di awal pembahasan tadi.

Page 15: 20 halaman

- 15 -

Sedangkan pemilihan konsentrasi Baycline yang lebih rendah (20% dan 10%)

disebabkan karena kami menganggap bahwa eksplan telah direndam dengan larutan

bakterisida dan fungisida, sehingga jumlah kapang dan bakteri lebih sedikit.

Dari hasil yang didapat, ternyata metode yang kedua ini menghasilkan

persentase kontaminasi sebesar 100%. Semua eksplan yang ditanam mengalami

kontaminasi pada hari ke-3 setelah eksplan ditanam, namun kontaminasi (oleh

bakteri) terjadi di medium bukan di eksplan. Jadi bisa dikatakan metode sterilisasi ini

bukannya tidak tepat tapi teknik aseptis dari praktikan saat menanam eksplan yang

masih kurang baik. Pada metode sterilisasi kedua ini, hanya ada satu eksplan yang

mengalami induksi pertunasan, tetapi besoknya mengalami kontaminasi oleh bakteri.

Untuk metode sterilisasi III A, metodenya hampir sama dengan metode kedua

hanya dilakukan penambahan Tween untuk mengantisipasi kemungkinan adanya

bakteri endogen yang ada dalam eksplan karena pada metode yang pertama bakteri

tumbuh pada eksplan. Konsentrasi Baycline yang dipakai juga lebih tinggi dari

sebelumnya (40% dan 20%) dengan harapan diperoleh eksplan yang lebih steril

karena diduga dengan konsentrasi Baycline yang lebih pekat maka lebih banyak

mikroba pengkontaminan yang dapat dibasmi. Sebelum menanam pada masing-

masing medium kami melukai permukaan eskplan (di sekitar mata tunas) secara

membujur dengan tujuan supaya tunas lebih cepat tumbuh karena bagian

meristemnya terdapat di bagian dalam eksplan.

Dari hasil pengamatan, dapat dikatakan bahwa persentase kontaminasi untuk

metode III A ini sebesar 100 % juga karena pada hari ke-7 sesudah ditanam ternyata

semua eksplan mengalami kontaminasi. Kontaminasi yang terjadi disebabkan karena

kapang dan bakteri baik di media maupun di eksplan. Dengan hasil seperti ini maka

dapat dikatakan bahwa metode ini masih kurang tepat untuk rimpang Temu mangga.

Tapi untuk langkah perlukaan pada eksplan secara membujur kelihatannya memberi

hasil yang cukup bagus karena seminggu setelah ditanam ada 1 eksplan yang mulai

tumbuh tunas. Oleh karena masih ada bakteri yang tumbuh bisa dilihat bahwa

penambahan Tween kurang memberi efek yang bagus.

Page 16: 20 halaman

- 16 -

Untuk metode III B, langkah-langkahnya sama dengan metode hanya berbeda

di konsentrasi Baycline saja (50% dan 40%). Tujuan dari pengubahan konsentrasi

Baycline ini sama dengan yang telah dijelaskan pada metode sterilisasi sebelumnya.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase eksplan yang terkontaminasi

sebesar 75%, di mana kontaminasi disebabkan oleh kapang dan bakteri dan

kontaminasi terjadi di eksplan. Sedangkan pada media yang masih steril yaitu media

BA 5 ppm, eksplan belum terlihat pertumbuhan tunas yang significant. Hal ini

kemungkinan disebabkan faktor genetik eksplan, umur eksplan dll. Dari hasil ini bisa

dikatakan bahwa metode sterilisasi ini juga masih kurang tepat.

Metode sterilisasi III C juga hanya berbeda pada konsentrasi Baycline yang

digunakan (40% dan 30%) bila dibandingkan dengan metode sterilisasi yang ketiga

dan keempat. Dari hasil yang diperoleh ternyata kontaminasi terjadi karena kapang

yang tumbuh di eksplan. Persentase eksplan yang terkontaminasi sebesar 100%, akan

tetapi masih ada 1 eksplan yang masih menunjukkan pertumbuhan tunas kemudian

mengalami kontaminasi oleh bakteri, 2 hari kemudian.

Metode sterilisasi IV A sama dengan metode yang III B hanya berbeda di

waktu lamanya perendaman pada Baycline 50% yaitu selama 15 menit. Kami

merendam eksplan pada Baycline dengan waktu lebih lama dengan harapan mikroba

pengkontaminan lebih banyak yang mati sehingga dihasilkan eksplan yang steril. Dari

hasil percobaan diperoleh persentase kontaminan sebesar 100%, sehingga metode ini

pun masih kurang tepat untuk bisa menghasilkan eksplan yang steril.

Metode sterilisasi terakhir juga sama dengan metode sterilisasi III C hanya

berbeda di waktu perendaman dengan Baycline 40% yaitu selama 15 menit dengan

harapan yang sama seperti di atas. Dan di hari terakhir pengamatan didapatkan bahwa

persentase kontaminasinya sebesar 100%, namun ada 2 eksplan yang mengalami

pertumbuhan tunas kemudian mengalami kontaminasi oleh bakteri dan kapang. Jadi

untuk metode ini pun sebenarnya juga masih belum tepat untuk menghasilkan eksplan

yang steril.

Namun dari hasil penelitian secara garis besar kontaminasi yang paling

banyak disebabkan oleh kapang yang tumbuh di eksplan, meskipun ada juga

Page 17: 20 halaman

- 17 -

kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh di eksplan. Hal ini

menunjukkan memang ada senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh rimpang Temu

mangga. Karena berdasarkan teori masih sedikit penelitian tentang Temu mangga

maka belum bisa dipastikan juga bahwa rimpang ini memang benar mengandung

senyawa antibakteri. Selain itu, karena sebagian besar kapang tumbuh pada mata

tunas maka kemungkinan dapat disebabkan karena praktikan tidak memotong

jaringan yang mati, terutama pada bagian mata tunas. Apabila jaringan tersebut tidak

dipotong maka kemungkinan masih ada bahan pensteril yang justru menimbulkan

kontaminasi pada eksplan terutama di bagian mata tunasnya. Namun jika bagian mata

tunas itu ikut dipotong maka tidak akan ada pertumbuhan tunas yang teramati. Hal

inilah yang menjadi salah satu kendala dalam mencari metode sterilisasi yang tepat.

Dari hasil percobaan yang didapat, kami mengamati pertumbuhan tunas yang

tidak terlalu signifikan dengan jangka waktu yang hampir sama dengan penelitian

yang dilakukan di Balitbiogen (jurnal acuan). Pada jurnal acuan dikatakan bahwa

pertumbuhan tunas yang signifikan (4-6 cm) dapat diamati dalam kurun waktu sekitar

1 bulan setelah penanaman. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi perbedaan

hasil ini antara lain :

Umur eksplan (rimpang Temu mangga) yang digunakan

Apabila eksplan (rimpang) yang digunakan berumur muda dan dalam keadaan

segar maka induksi tunas dapat dengan lebih mudah terjadi. Sedangkan dalam

penelitian ini, praktikan telah berusaha menggunakan rimpang yang muda. Akan

tetapi, keadaannya tidak segar karena tidak diambil dari tanah secara langsung

(beli di pasar).

Adanya hormon endogen pada tiap eksplan

Jika eksplan atau rimpang yang digunakan untuk induksi tunas memiliki

hormon endogen, maka pertumbuhan tunas dapat lebih cepat dibanding eksplan

yang tidak memiliki hormon tersebut. Pengaruh hormon endogen ini tidak terlalu

besar karena tiap eksplan juga telah mendapat induksi hormon yang sama untuk

pertumbuhan tunas. Merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diatur oleh

praktikan.

Page 18: 20 halaman

- 18 -

Faktor genetik eksplan

Faktor genetik tanaman merupakan faktor yang juga tidak dapat diatur oleh

praktikan. Oleh karena, faktor genetik yang berbeda antar eksplan, maka

pertumbuhan tunas pun dapat berbeda.

Penambahan thidiazuron pada penelitian (Balitbiogen)

Pada penelitian oleh Balitbiogen, ada penambahan thidiazuron sebanyak 0,5

ppm untuk masing-masing konsetrasi hormon (BA 3ppm, BA 5ppm, kinetin

3ppm dan kinetin 5ppm). Penambahan thidiazuron ini berfungsi untuk mengubah

sitokinin ribonukleotida menjadi ribonukleosida yang secara biologis lebih aktif.

(Capella et al, dalam Lu 1993). Bila kerja hormon sitokinin (BA dan kinetin)

menjadi lebih aktif, maka induksi tunas pun dapat lebih cepat terjadi.

Kondisi lingkungan yang tidak sama dengan kondisi pada penelitian

(Balitbiogen).

Kondisi lingkungan ini meliputi cahaya yang diberikan pada eksplan,

temperatur pada ruang inkubasi dan kondisi lingkungan yang tidak diketahui

ataupun disebutkan dalam jurnal. Dalam jurnal disebutkan bahwa biakan

diletakkan pada ruang inkubasi dengan temperatur ±240C dan diberi cahaya

dengan intensitas sebesar 800 lux selama 16 jam sehari.

Dalam percobaan ini digunakan media Gamborg (B5) bukan MS karena dari

jurnal acuan dikatakan bahwa medium B5 mengandung garam mineral dengan

konsentrasi lebih rendah dibanding dengan medium MS dimana konsentrasi garam

mineral yang rendah ini cocok untuk pertumbuhan rimpang Temu mangga karena

kemungkinan rimpang Temu mangga ini tidak membutuhkan konsentrasi garam

mineral yang terlalu tinggi untuk merangsang organogenesis tunas. Jadi untuk

masing-masing spesies tanaman dibutuhkan konsentrasi garam mineral yang berbeda-

beda tergantung pada spesies tanaman itu. Atau dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa spesies tanaman yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda

terhadap medium yang digunakan pada spesies tanaman itu.

BAB IV

PENUTUP

Page 19: 20 halaman

- 19 -

4.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa praktikan tidak berhasil

mendapatkan metode sterilisasi yang tepat. Hal ini didasarkan dengan tidak ada

metode sterilisasi yang menghasilkan 100% eksplan yang steril atau 0% eksplan yang

kontaminasi. Pada percobaan ini, metode sterilisasi hanya menghasilkan 25% eksplan

yang steril, yaitu metode sterilisasi I metode sterilisasi III B.Oleh karena tiu,

meskipun tidak ada metode sterilisasi yang menghasilkan 100% eksplan steril, namun

kedua metode sterilisasi itulah yang paling baik (25% eksplan steril).

4.2 Saran

Jika hendak melakukan penelitian yang sama maka sebaiknya peneliti yang

melakukan sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan memiliki teknik aseptis yang

sangat baik karena bila hendak mencari metode sterilisasi yang paling baik maka

kontaminasi tidak boleh berasal dari kesalahan peneliti yang kurang mempunyai

teknik aseptis yang benar. Jika kontaminan berasal dari peneliti maka peneliti akan

kesulitan untuk menentukan apakah metode sterilisasi yang ia coba sudah

memberikan hasil yang diharapkan atau belum.

Selain itu sebaiknya peneliti lain juga merancang metode sterilisasi yang

bertahap serta ada analisa kenapa merancang metode sterilisasi seperti itu dari metode

sebelumnya. Atau dengan kata lain walaupun metode sterilisasi yang sudah dicoba

masih belum berhasil tetap harus dianalisa kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

agar bisa diperbaiki di metode sterlisasi yang seterusnya. Jadi tiap langkah sesepele

apapun harus dicatat agar dapat dianalisa ulang berdasarkan hasil yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: 20 halaman

- 20 -

indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/pdf/buletin_pn_9_1_2003_39-44_hutami.pdf -

.[6 Mei 2009].

http://www.indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/abstrak/

buletin_pn_9_1_2003_hutami.htm .[6 Mei 2009].

http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=19 .[6 Mei 2009].

http://www.answers.com/topic/curcuma-mangga .[6 Mei 2009].

http://kunirputih.tripod.com/photo.htm . [6 Mei 2009].

www.balittro.go.id/index.php?pg=pustaka&child=tro&page=lihat&tid=6&id=31

.[6 Juni 2009].

indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/pdf/buletin_pn_9_1_2003_39-44_hutami.pdf -

.[6 Juni 2009].

http://www.indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/abstrak/

buletin_pn_9_1_2003_hutami.htm .[6 Juni 2009].

http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=19 .[6 Juni 2009].

www.proseanet.org/prohati2/browser.php?pcategory=8 - 25k - .[6 Juni 2009].

http://www.answers.com/topic/curcuma-mangga .[6 Juni 2009].

http://kunirputih.tripod.com/photo.htm .[6 Juni 2009].

http://pschemicals.com/index.php?p=product&CAS_nr=8001-54-5&id=80770

.[10 Juni 2009].

http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=341 .[10 Juni 2009].

http://oki.santosa.googlepages.com/kunyit.jpg .[10 Juni 2009].

http://www.kehati.or.id/florakita/img/0010691.jpg.[10 Juni 2009].

http://davesgarden.com/pics/getrich_1064021015_564.jpg .[10 Juni 2009].

http://www.familymanagement.com/childcare/practices/cleaning.practices.html

.[10 Juni 2009].

http://en.wikipedia.org/wiki/Kinetin .[10 Juni 2009].

http://en.wikipedia.org/wiki/Cytokinin.[10 Juni 2009].

http://en.wikipedia.org/wiki/6-benzylaminopurine .[10 Juni 2009].