2 tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · 2.2 taman nasional laut . ... terdapat beberapa famili...

26
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Pulau kecil menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP3K), Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) No. 18 Tahun 2008 tentang Akreditasi terhadap Program PWP3K, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan PWP3K, adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km 2 beserta kesatuan ekosistemnya. Pulau- pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan ekosistem dengan perairan di sekitarnya. Karakteristik pulau kecil menurut Penjelasan UU No. 27 Tahun 2007 adalah terpisah dari pulau besar, sangat rentan terhadap perubahan yang disebabkan oleh alam dan atau manusia, memiliki keterbatasan daya dukung pulau, apabila berpenghuni, penduduknya mempunyai kondisi sosial dan budaya yang khas, dan ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar pulau, baik pulau induk maupun pulau kontinen. Pemanfaatan pulau-pulau kecil menurut Permen KP No. 20/MEN/2008 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di sekitarnya, harus dilakukan untuk kepentingan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya dengan berbasis masyarakat dan secara berkelanjutan. Pemanfaatan pulau-pulau kecil tersebut harus memperhatikan aspek: 1) Keterpaduan antara kegiatan pemerintah dengan pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya. 2) Kepekaan atau kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa daya dukung lingkungan, dan sistem tata air suatu pulau kecil. 3) Ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan konservasi. 4) Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. 5) Politik yang mencakup fungsi pertahanan, keamanan, dan kedaulatan NKRI. 6) Teknologi ramah lingkungan. 7) Budaya dan hak masyarakat adat, masyarakat lokal dan tradisional. Pasal 35 UU No. 27 tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang untuk:

Upload: nguyendieu

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil

Pulau kecil menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP3K), Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan (Kepmen KP) No. 18 Tahun 2008 tentang Akreditasi terhadap

Program PWP3K, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP)

No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan PWP3K, adalah pulau dengan luas

lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya. Pulau-

pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan

ekosistem dengan perairan di sekitarnya.

Karakteristik pulau kecil menurut Penjelasan UU No. 27 Tahun 2007

adalah terpisah dari pulau besar, sangat rentan terhadap perubahan yang

disebabkan oleh alam dan atau manusia, memiliki keterbatasan daya dukung

pulau, apabila berpenghuni, penduduknya mempunyai kondisi sosial dan budaya

yang khas, dan ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar

pulau, baik pulau induk maupun pulau kontinen.

Pemanfaatan pulau-pulau kecil menurut Permen KP No. 20/MEN/2008

tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di sekitarnya, harus

dilakukan untuk kepentingan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan

budaya dengan berbasis masyarakat dan secara berkelanjutan. Pemanfaatan

pulau-pulau kecil tersebut harus memperhatikan aspek:

1) Keterpaduan antara kegiatan pemerintah dengan pemerintah daerah, antar

pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam perencanaan dan

pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya.

2) Kepekaan atau kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa daya

dukung lingkungan, dan sistem tata air suatu pulau kecil.

3) Ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan konservasi.

4) Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

5) Politik yang mencakup fungsi pertahanan, keamanan, dan kedaulatan NKRI.

6) Teknologi ramah lingkungan.

7) Budaya dan hak masyarakat adat, masyarakat lokal dan tradisional.

Pasal 35 UU No. 27 tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap orang secara

langsung atau tidak langsung dilarang untuk:

Page 2: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

12

1) menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan ekosistem

terumbu karang,

2) mengambil terumbu karang di kawasan konservasi,

3) menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang

merusak ekosistem terumbu karang,

4) menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak ekosistem

terumbu karang,

5) menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem mangrove yang

tidak sesuai dengan karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,

6) melakukan konversi ekosistem mangrove di kawasan atau zona budidaya

yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis pesisir dan

pulau-pulau kecil,

7) menebang mangrove di kawasan konservasi untuk kegiatan industri,

pemukiman, dan/atau kegiatan lain,

8) menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun,

9) melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis,

ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan

dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan masyarakat

sekitarnya,

10) melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara

teknis, ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan

lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan

masyarakat sekitarnya,

11) melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis,

ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan,

dan/atau pencemaran lingkungan, dan/atau merugikan masyarakat

sekitarnya, dan

12) melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan

dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya.

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut Permen KP No.

16/2008 adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan

pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara

pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara

ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Perencanaan PWP3K merupakan suatu proses penyusunan tahap-

Page 3: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

13

tahap kegiatan yang melibatkan berbagai unsur kepentingan didalamnya, guna

pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang

ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan

wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.

Prinsip perencanaan PWP3K menurut Permen KP No. 16/MEN/2008

tentang Perencanaan PWP3K, adalah:

1) Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan atau komponen dari

sistem perencanaan pembangunan daerah.

2) Mengintegrasikan kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah,

antar sektor; antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; antara

ekosistem darat dan ekosistem laut; dan antara ilmu pengetahuan dan prinsip-

prinsip manajemen.

3) Dilakukan sesuai dengan kondisi biogeofisik dan potensi yang dimiliki masing-

masing daerah, serta dinamika perkembangan sosial budaya daerah dan

nasional.

4) Melibatkan peran serta masyarakat setempat dan stakeholder lainnya.

2.2 Taman Nasional Laut

Kawasan konservasi menurut PP No. 28 Tahun 2011 dibagi menjadi dua,

yaitu kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian alam (KPA). KSA

adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah

sistem penyangga kehidupan. KSA terdiri dari cagar alam dan suaka

margasatwa. Cagar alam adalah KSA yang karena keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem

tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Suaka margasatwa adalah KSA yang mempunyai ciri khas berupa

keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan

hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

Kawasan pelestarian alam (KPA) menurut PP No. 28/2011 adalah kawasan

dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai

fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam

(SDA) hayati dan ekosistemnya. KPA terdiri dari taman hutan raya, taman wisata

Page 4: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

14

alam dan taman nasional. Taman hutan raya adalah KPA untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami dan bukan alami, jenis asli dan atau bukan

jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman

wisata alam adalah KPA dengan tujuan utama pemanfaatan untuk kepentingan

pariwisata dan rekreasi alam. Taman nasional adalah KPA yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk

keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

pariwisata, dan rekreasi.

Taman nasional laut (TNL), berdasarkan definisi dalam UU No.5/1990 dan

PP No. 28/2011, dapat diartikan sebagai kawasan dengan ciri spesifik di suatu

perairan yang mempunyai fungsi lindung, pengawetan dan pemanfaatan yang

lestari. Pasal 30 UU No. 5/1990 menyebutkan bahwa pengelolaan taman

nasional adalah tercapainya tiga fungsi, yaitu: (1) perlindungan terhadap

ekosistem kehidupan, (2) pengawetan sumber plasma nutfah dan ekosistemnya,

dan (3) pemanfaatan yang lestari. Selain ketiga fungsi tersebut, taman nasional

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui kegiatan pemanfaatan yang lestari. Sebagian wilayah

taman nasional selama ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat melalui

berbagai kegiatan, antara lain kegiatan perikanan tangkap. Seperti di TNKJ,

sebagaimana diungkapkan oleh Irnawati (2008), dimana mayoritas penduduknya

sangat tergantung pada SDI, atau dengan menjadi nelayan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Pengelolaan taman nasional berdasarkan Pasal 32 UU No. 5/1990

dilakukan dengan sistem zonasi. Zonasi taman nasional menurut Permen No.

56/2006 adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi

zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis

data, penyusunan draft rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata

batas dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-

aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Zona taman nasional

adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut

fungsi dan kondisi ekologis, sosek, dan budaya masyarakat.

Penerapan sistem zonasi suatu kawasan laut (dalam hal ini TNL) yang

dilindungi menurut UU No. 5/1990 dimaksudkan sebagai alat bantu pengelolaan

yang berperan dalam (1) penentuan izin untuk pemanfaatan khusus (terbatas)

Page 5: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

15

pada areal atau daerah tertentu, (2) penentuan perlindungan bagi spesies

tertentu dengan melindungi hewan kritis atau habitat yang memungkinkan

kehidupannya, (3) pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, (4) mereduksi

atau mengeliminasi potensi konflik, dan (5) meningkatkan dukungan masyarakat

lokal bagi keberadaan kawasan laut yang dilindungi dengan menempatkan

aturan atau regulasi spesifik tentang aktifitas pemanfaatan pada setiap zona,

yang dapat diterima oleh masyarakat setempat.

Sistem zonasi yang berlaku saat ini di TNKJ berdasarkan SK Dirjen PHKA

No. 79/IV/set-3/2005 membagi TNKJ menjadi tujuh zona (Tabel 1). TNKJ telah

mengalami dua kali revisi dalam penerapan sistem zonasi. Pada tahun 1998,

TNKJ untuk pertama kalinya setelah ditetapkan sebagai taman nasional, dibagi

menjadi empat zona, yaitu inti, perlindungan, pemanfaatan, dan penyangga.

Pada tahun 2001 dilakukan revisi terhadap sistem zonasi menjadi delapan zona,

yaitu inti, rimba, pemanfaatan wisata, pemanfaatan tradisional, pemanfaatan

pelagis, penelitian dan pendidikan, pemukiman tradisional, dan penyangga. Pada

tahun 2005 dilakukan revisi kembali, di mana sistem zonasi TNKJ dilakukan

pengurangan jumlah zona yang ada menjadi tujuh zona, yaitu inti, perlindungan,

pemanfaatan pariwisata, rehabilitasi, budidaya, pemukiman, dan pemanfaatan

perikanan tradisional.

2.3 Pengelolaan Perikanan Tangkap sebagai Sebuah Sistem

Taman Nasional Karimunjawa merupakan sebuah TNL, dimana lebih dari

93% wilayahnya berupa perairan dan mayoritas penduduknya (lebih dari 60%)

bekerja sebagai nelayan (Irnawati 2008). Kegiatan perikanan tangkap telah

dilakukan secara turun temurun jauh sebelum Karimunjawa ditetapkan sebagai

TNL. Upaya pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ harus dilakukan secara

terpadu dan berkelanjutan. Sistem perikanan tangkap dalam hal ini didefinisikan

berdasarkan sistem perikanan menurut Charles (2001), yang mencakup tiga

subsistem, yaitu: (1) subsistem SDI dan dan lingkungannya, (2) subsistem SDM

dan kegiatannya, dan (3) subsistem manajemen. Subsistem SDI dan

lingkungannya meliputi komponen ikan, ekosistem, dan lingkungan biofisiknya.

Subsistem SDM dan kegiatannya meliputi jenis-jenis kegiatan penangkapan ikan.

Subsistem manajemen meliputi komponen perencanaan dan kebijakan

perikanan, kelembagaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan, serta

pengembangan dan penelitian.

Page 6: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

16

2.3.1 Subsistem SDI dan habitatnya

Subsistem SDI dan lingkungannya meliputi tiga komponen, yaitu ikan,

ekosistem, dan lingkungan biofisiknya. Sumber daya ikan (SDI) menurut UU No.

31 Tahun 2004 adalah potensi semua jenis ikan. Ikan adalah segala jenis

organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam

lingkungan perairan.

Jenis SDI yang ada di dalam TNKJ adalah ikan-ikan karang, invertebrata,

mamalia laut, dan reptilia (WCS 2009). Jenis ikan karang seperti Pomacentridae

(71 spesies), Labridae (52 spesies), Scaridae (27 spesies), Chaetodontidae (25

spesies), Serranidae (24 spesies), Acanthuridae (16 spesies), Nemiptheridae (16

spesies), Siganidae (13 spesies), Apogonidae (11 spesies), Lutjanidae (9

spesies), and famili lainnya (89 spesies). Angka yang cukup fantastis untuk area

di mana tekanan antropogenik dari manusia (dekat dengan pulau Jawa) sangat

tinggi namun masih memiliki jumlah spesies yang masih banyak.

Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan karang yang

tercatat di Karimunjawa (WCS 2009). Kelompok mamalia laut terdapat Tursiops

aduncus dari famili Delphinidae dengan nama lokal lumba-lumba hidung botol

yang termasuk fauna yang dilindungi di Karimunjawa. Kelompok reptilia terdapat

3 spesies dari famili Cheloniidae, antara lain penyu lekang atau tempayan

(Caretta caretta), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys

imbricata). Ketiga spesies penyu tersebut termasuk dalam status dilindungi.

Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki biota laut lain yang dilindungi.

Biota laut tersebut dilindungi karena keberadaannya di alam sudah semakin

terancam, antara lain kepala kambing (Cassis comuta), triton terompet (Charonia

tritonis), nautilus berongga (Nautilus pompilius), batu laga (Turbo marmoratus),

akar bahar (Antipathes Sp.), lola (Trochus niloticus), kima raksasa (Tridacna

gigas), kima selatan (Tridacna derasa), kima pasir (Hippopus hippopus), kima

lubang (Tridacna crocea), kima besar (Tridacna maxima), kima sisik (Tridacna

squamosa) (WCS 2009).

2.3.2 Subsistem sumber daya manusia dan kegiatannya

Subsistem SDM dan kegiatannya di TNKJ meliputi kegiatan penangkapan

ikan. Kegiatan penangkapan ikan disesuaikan dengan jenis alat tangkap yang

ada dan berkembang di dalam TNKJ. Kegiatan usaha perikanan tangkap

merupakan suatu proses untuk menghasilkan produksi ikan yang dilakukan oleh

Page 7: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

17

nelayan untuk memanfaatkan potensi SDI yang ada, selanjutnya dilakukan

proses penanganan, pendistribusian dan pemasaran, dengan tujuan akhir adalah

memperoleh nilai manfaat dan keuntungan. Terselenggaranya kegiatan untuk

menghasilkan produksi ikan memerlukan berbagai sarana seperti kapal, alat

tangkap dan perlengkapan lainnya. Kegiatan usaha perikanan tangkap terkait

antara SDI, manusia, teknologi, modal dan sumber daya informasi, yang masing-

masing komponennya perlu dikelola dengan baik agar tujuan untuk mencapai

keuntungan usaha dapat tercapai (Nurani 2010).

Letak Kepulauan Karimunjawa yang sangat strategis merupakan tujuan

kapal-kapal ikan yang berlalu lalang mencari daerah penangkapan (fishing

ground) di Laut Jawa (DKP Jateng 2004b). Karimunjawa menjadi tujuan tempat

bersinggah terutama untuk berlindung pada saat terjadi musim yang tidak

bersahabat, di samping sebagai tempat transit bagi kapal-kapal ikan untuk

memenuhi kebutuhan perbekalan atau melakukan perbaikan mesin kapal.

2.3.3 Subsistem kebijakan dan kelembagaan

Kebijakan atau policy, merupakan course of actions atau arah kegiatan

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Purwaka 2008). Kebijakan

merupakan intervensi pemerintah (dan publik) untuk mencari cara pemecahan

masalah dalam pembangunan dan mendukung proses pembangunan yang lebih

baik. Kebijakan adalah upaya, cara dan pendekatan pemerintah untuk mencapai

tujuan pembangunan yang sudah dirumuskan. Kebijakan bisa juga merupakan

upaya pemerintah memperkenalkan model pembangunan baru berdasarkan

masalah lama. Kebijakan juga merupakan upaya mengatasi kegagalan dalam

proses pembangunan (Nurani 2010).

Kelembagaan merupakan proses melembaganya nilai-nilai kemanusiaan

(humanity), kebenaran (righteousness), kesopanan (civility), kearifan (wisdom),

kepencayaan (trust) dan perdamaian (peace). Kelembagaan diadakan untuk

menciptakan, menumbuhkan, mengembangkan, dan mengubah kehidupan yang

senantiasa lebih baik dari hari ke hari. Kelembagaan menghasilkan learning

civilization: bangsa yang senantiasa belajar, membuka diri, mau mengubah diri,

berkomunikasi, berdialog, dan mengakui keberadaan pihak lain (Purwaka 2008).

Kelembagaan merupakan suatu perangkat perundang-undangan yang

mengatur tata kelembagaan (institutional arrangement) dan mekanisme tata kerja

kelembagaan (institutional framework). Kelembagaan memiliki kapasitas yaitu

Page 8: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

18

kapasitas potensial (potential capacity), kapasitas daya dukung (carrying

capacity), dan kapasitas daya tampung atau daya lentur (absorptive capacity).

Kinerja dari suatu kelembagaan merupakan fungsi dari tata kelembagaan,

mekanisme, dan kapasitas kelembagaan yang dimilikinya (Purwaka 2003).

Kelembagaan menurut Nurani (2010) dapat diartikan sebagai kelembagaan

sebagai institusi, yang merupakan organisasi berbadan hukum untuk mengelola

suatu kegiatan, dan kelembagaan sebagai pelembagaan nilai (institutionalized).

Kelembagaan sebagai organisasi merupakan kumpulan orang yang tergabung

dalam suatu wadah yang disatukan untuk bekerjasama mencapai suatu tujuan.

Kelembagaan sebagai organisasi mencakup beberapa komponen, yaitu: (1)

orang, sebagai pelaksana tugas; (2) teknologi, yang digunakan untuk

melaksanakan tugas; (3) informasi, sebagai pengetahuan untuk melaksanakan

tugas; (4) struktur, merupakan peraturan dan pembagian tugas; dan (5) tujuan,

merupakan alasan dan tujuan dari pelaksanaan tugas organisasi.

Kelembagaan dalam konsep pengelolaan SDI merupakan faktor penting

yang menggerakkan kinerja dari pengelolaan (Nurani 2010). Kelembagaan

sebagai aturan main (rule of the game) mencakup himpunan aturan mengenai

tata hubungan di antara orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan.

Kelembagaan memberikan ketentuan terhadap anggotanya mengenai hak,

kewajiban dan tanggung jawab. Kelembagaan memberikan suatu kondisi, setiap

anggota menerima apa yang telah menjadi ketentuan, merasa aman, dan hidup

sewajarnya.

2.4 Pendekatan Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen atau objek-objek yang saling

berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan yang berguna (Simatupang 1995; Gaspersz 1992).

Sistem adalah satu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang

berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu

lingkungan kompleks (Eriyatno 2003; Marimin 2005). Pengertian tersebut

mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antar bagian, yang

menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerjasama antar bagian

yang interdependen satu sama lain. Selain itu, dapat dilihat bahwa sistem

berusaha mencapai tujuan. Pencapaian tujuan ini menyebabkan timbulnya

dinamika, perubahan-perubahan yang terus menerus perlu dikembangkan dan

Page 9: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

19

dikendalikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa sistem sebagai gugus dari

elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai

tujuan atau subtujuan.

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang

menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis (Marimin 2005).

Permasalahan yang menggunakan pendekatan sistem dalam pengkajiannya

harus memiliki tiga karakteristik: (1) kompleks, (2) dinamis dan (3) probabilistik.

Terdapat tiga pola pikir dalam menganalisis permasalahan dengan pendekatan

sistem, yaitu: (1) sibernetik (cybernetic), artinya berorientasi kepada tujuan; (2)

holistik (holistic), yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan

(3) efektif (effectiveness), yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang

operasional serta dapat melaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk

mencapai efisiensi keputusan (Eriyatno 2003; Marimin 2005).

Pengkajian dengan menggunakan metode pendekatan sistem mencakup

empat tahap, yaitu: (1) analisis sistem, (2) pemodelan sistem, (3) implementasi

sistem, dan (4) operasi sistem (Simatupang 1995; Eriyatno 2003). Kompleksitas

dan kedinamisan pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ melibatkan banyak

pihak (stakeholder) di dalamnya. Pengelolaan dan pengembangan perikanan

tangkap harus dilakukan dengan pendekatan sistem agar kebutuhan masing-

masing pihak atau pelaku dapat terakomodasi dengan baik dan meminimalkan

permasalahan-permasalahan yang timbul antar pelaku.

2.5 Model

Model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari suatu

objek atau situasi aktual. Karena model adalah suatu abstraksi dari realitas,

maka wujudnya kurang kompleks dari pada realitas itu sendiri (Eriyatno 2003).

Muhammadi et al. (2001) menyatakan model sebagai suatu bentuk yang dibuat

untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model merupakan simplifikasi dari

sistem yang dihadapi. Model dapat dikategorikan menurut jenis, fungsi, tujuan

pokok pengkajian atau derajat keabstrakan.

Model menurut Tarumingkeng (1994) adalah gambaran atau deskripsi

formal, dalam bentuk kata-kata, diagram dan atau persamaan matematis suatu

sistem, sehingga memberikan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya.

Model menurut Lucey (1995) biasanya digunakan sebagai pengganti sistem yang

nyata terutama sebagai alat bantu untuk mempelajari fenomena yang kompleks,

Page 10: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

20

sehingga model merupakan alat yang sangat berguna dalam mengevaluasi

keadaan ataupun mendasari pengambilan keputusan.

Model menurut Seijo et al. (1998) berisi hubungan antara subsistem dan

jika akurat dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengevaluasi dampak

bioekonomi alternatif strategi manajemen dan untuk membuat percobaan

simulasi. Kosasi (2002) menyatakan model sebagai suatu tiruan dari kondisi

yang sebenarnya, atau sebagai representasi atau formulasi dalam suatu sistem

nyata, atau penyederhanaan (abstraksi) dari sistem yang nyata dari sebuah

kejadian atau objek tertentu. Turban and Aronson (1998) menyatakan bahwa

yang mendorong orang untuk membuat model adalah kenyataan bahwa hanya

sebagian saja dari komponen-komponen pada suatu sistem nyata yang benar-

benar dapat menentukan perilaku sistem untuk suatu persoalan yang sedang

teramati. Hal ini mengisyaratkan bahwa penggunaan model merupakan suatu

penyederhanaan masalah dengan tetap mempertahankan validitasnya. Model

secara umum digunakan untuk memberikan sebuah gambaran, penjelasan dan

perkiraan dari realitas yang diselidiki. Pendekatan penggunaan model biasanya

dikenal dengan istilah simulasi.

Jenis model pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga (Eriyatno

2003), yaitu: (1) model ikonik (fisik), adalah perwakilan fisik dari beberapa hal,

baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda, mempunyai

karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, dan amat sesuai untuk

menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model ikonik dapat berdimensi

dua (foto, peta, cetak biru) atau berdimensi tiga (prototip mesin, alat); (2) model

analog (diagramatik), yaitu keadaan berubah menurut waktu. Model analog

banyak berkesesuaian dengan penjabaran hubungan kuantitatif antara sifat dan

klas-klas yang berbeda. Contoh dari model analog ini adalah kurva permintaan,

kurva distribusi frekuensi pada statistik dan diagram alir. Model analog dipakai

karena kesederhanaan namun efektif pada situasi yang khas; dan (3) model

simbolik (matematik), format model simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol

dan rumus. Jenis model simbolik yang umum dipakai adalah suatu persamaan.

Pemodelan atau modeling adalah suatu gugus aktivitas pembuatan model.

Pemodelan mencakup suatu pemilihan dari karakteristik dari perwakilan abstrak

yang paling tepat pada situasi yang terjadi (Eriyatno 2003). Pemodelan sistem

dimulai dengan melakukan analisis terhadap kinerja sistem saat ini dan mencari

faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan sistem.

Page 11: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

21

2.6 Efektivitas Pengelolaan

Keefektifan pengelolaan adalah tingkat sejauh mana upaya pengelolaan

mencapai tujuan (Hockings et al. 2000). Pada suatu kawasan perlindungan laut

(KPL) atau TNL, beragam hal seperti faktor-faktor biofisik, tata-kelola dan sosio-

ekonomi dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja

pengelolaan secara menyeluruh, dan tingkat dimana KPL yang sedang dikelola,

pada akhirnya, dapat mempengaruhi perubahan pada beberapa atau semua

faktor terkait (Parks et al. 2006). Jadi, proses untuk mengevaluasi keefektifan

pengelolaan perlu melibatkan evaluasi terhadap tiga faktor yang mempengaruhi

pengelolaan kawasan tersebut.

Aspek ekologi meliputi parameter ekologi dan biologi yang dijadikan

indikator pengukuran efektifitas. Aspek ekologi merupakan aspek dampak

ekologi dari keberadaan TKNJ yang diukur secara insitu dengan menggunakan

teknik-teknik survei SDI. Penilaian aspek ekologi didasarkan kepada perubahan

ekosistem ataupun parameter biologi yang telah ditentukan. Parameter yang

dapat dijadikan sebagai indikator menurut WCS (2009) diantaranya adalah: (1)

penutupan habitat (terumbu karang, padang lamun, mangrove), (2) biomassa

ikan karang, ikan yang dilindungi, atau ikan indikator, (3) kelimpahan ikan karang,

ikan yang dilindungi, atau ikan indikator, (4) rekruitmen ikan, dan (5) kelimpahan

atau biomassa spesies yang dilindungi atau spesies indikator.

Pengukuran aspek sosial-ekonomi dianalisis dari tiga kriteria umum, yaitu

(1) kriteria efisiensi (produktivitas), (2) kriteria keberlanjutan (sosial dan biologi),

dan (3) kriteria pemerataan (Nikijuluw 2002). Kriteria efisiensi atau produktivitas,

yaitu kriteria penilaian kinerja suatu rezim dengan melihat besaran (magnitude)

output yang dihasilkan rezim tersebut secara relatif dibandingkan output rezim

lain. Kriteria keberlanjutan suatu rezim pengelolaan dapat dinilai dari sikap

masyarakat untuk menjaga lingkungan dan sumber daya alam (stewardship) dan

kelenturan (resilience) sistem. Kriteria pemerataan adalah suatu hal yang paling

banyak disoroti masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat tidak puas dengan

apa yang terjadi, yang mereka terima, dan yang mereka alami (WCS 2009).

Pengukuran aspek tata kelola merupakan pengukuran terhadap kegiatan-

kegiatan pengelolaan yang dilakukan baik pada saat inisiasi pembentukan

kawasan konservasi perairan maupun setelah kawasan konservasi perairan telah

terkelola. Penilaian aspek tata kelola menggunakan teknik yang telah disusun

Staub and Hatziolos (2004), dan dimodifikasi seusai kondisi TNKJ. Penilaian

Page 12: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

22

dilakukan terhadap enam hal, yaitu (1) ancaman dan kebijakan pengelolaan; (2)

rencana pengelolaan; (3) input pengelolaan (sumberdaya); (4) proses atau cara

pengelolaan;(5) program dan tindakan pengelolaan; dan (6) dampak dan tingkat

pencapaian tujuan pengelolaan.

Kawasan konservasi, seperti TNL, pada dasarnya dapat memberikan

manfaat bagi kelangsungan hidup, baik manusia maupun ekosistem lainnya

(Fauzi et al. 2007). Manfaat-manfaat tersebut sebagian merupakan manfaat

langsung yang bisa dihitung secara moneter dan manfaat tidak langsung yang

sering tidak bisa dikuantifikasi secara moneter. Namun, secara keseluruhan

dapat disimpulkan bahwa kawasan konservasi laut (KKL) memiliki nilai ekonomi

yang tinggi, yang bersifat tangible (terukur) dan tidak terukur (intangible). Manfaat

terukur biasanya digolongkan dalam manfaat kegunaan baik yang dikonsumsi

maupun tidak, sedangkan manfaat tidak terukur berupa manfaat non-kegunaan

yang lebih bersifat pemeliharaan ekosistem jangka panjang. TNKJ sebagai KKL

dengan kekayaan biodiversity yang cukup tinggi, namun juga sebagai daerah

yang berfungsi sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi kawasan sekitarnya

yang dimanfaatkan secara multi-use, dikahawatirkan akan berdampak terhadap

penurunan, baik kualitas maupun kuantitas SDI dan ekosistemnya. Studi valuasi

ekonomi, sebagai salah satu dasar pengelolaan, menjadi sangat penting untuk

memahami sejauhmana TNKJ memberikan manfaat baik langsung maupun tidak

langsung. Manfaat ini harus dinilai secara ekonomi agar input kebijakan

pengelolaan wilayah dapat dilakukan secara komprehensif.

2.7 Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Tangkap

1) Sumber daya ikan unggulan

Sumber daya ikan (SDI) unggulan atau biasa disebut komoditas unggulan

menurut Hendayana (2003) merupakan suatu jenis komoditas yang paling

diminati dan memiliki nilai jual tinggi serta diharapkan mampu memberikan

pemasukan yang besar dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Penentuan

komoditas ikan unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju

pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih

keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi

perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan

komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi

penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan

Page 13: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

23

dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi,

dan sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan

pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya

permintaan di pasar, baik pasar domestik maupun internasional.

Penentuan jenis SDI unggulan dilakukan dengan teknik comparative

performance index (CPI) atau teknik perbandingan indeks kinerja (CPI). Teknik

CPI menurut Marimin (2004) merupakan indeks gabungan (composite index)

yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai

alternatif berdasarkan beberapa kriteria.

2) Potensi SDI

Potensi SDI dianalisis dengan model bioekonomi. Model bioekonomi SDI

dapat diduga dengan model surplus produksi Schaefer-Fox dan model ekonomi

Gordon (1954). Model disusun dari parameter biologi, biaya penangkapan, dan

harga ikan. Metode surplus produksi menurut Spare and Venema (1999)

merupakan metode untuk menentukan tingkat effort optimum, yaitu upaya

penangkapan ikan yang menghasilkan jumlah tangkapan maksimum tanpa

mempengaruhi produktivitas populasi ikan dalam waktu panjang. Hubungan

antara hasil tangkapan dengan effort dilihat dengan model Schaefer-Fox. Model

terpilih adalah yang paling sesuai (best fit) dari pendugaan stok ikan.

Model surplus produksi menurut Spare dan Venema (1999) hanya berlaku

apabila parameter slope (b) bernilai negatif, yang berarti penambahan effort akan

menyebabkan penurunan hasil tangkapan per upaya tangkap. Apabila bernilai

positif, maka tidak dapat dilakukan pendugaan besarnya stok maupun upaya

optimum, tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan upaya tangkap

masih memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan (Kekenusa 2009).

3) Optimalisasi jumlah alat tangkap

Optimalisasi jumlah alat tangkap dapat dilakukan dengan teknik linear goal

programming (LGP). LGP menurut Mulyono (1991) merupakan pengembangan

dari teknik linear programming (LP). Perbedaan utama antara LP dan LGP

terletak pada struktur dan penggunaan fungsi tujuan. Fungsi tujuan dalam LP

hanya mengandung satu tujuan, sedangkan dalam LGP semua tujuan (satu atau

beberapa) digabungkan dalam sebuah fungsi tujuan. Hal ini dapat dilakukan

dengan mengekspresikan tujuan ke dalam bentuk kendala (goal constraint),

Page 14: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

24

memasukkan suatu variabel simpangan (deviational variable) dalam kendala

untuk mencerminkan seberapa jauh tujuan dicapai, dan menggabungkan variabel

simpangan dalam fungsi tujuan. Dalam LP tujuannya bisa maksimisasi atau

minimisasi, sedangkan LGP tujuannya untuk meminimumkan penyimpangan-

penyimpangan dari tujuan-tujuan tertentu.

Penyimpangan-penyimpangan dari tujuan menurut Mulyono (1991) dapat

diminimumkan, sehingga model LGP dapat menangani aneka ragam tujuan

dengan dimensi atau satuan ukuran yang berbeda. Tujuan-tujuan yang saling

bentrok juga dapat diselesaikan. Jika terdapat banyak tujuan, prioritas atau

urutan ordinalnya dapat ditentukan, dan proses penyelesaian LGP akan berjalan

sedemikian rupa sehingga tujuan dengan prioritas tertinggi dipenuhi sedekat

mungkin sebelum memikirkan tujuan-tujuan dengan prioritas lebih rendah. Jika

LP berusaha mengidentifikasi solusi optimum dari suatu himpunan solusi layak,

LGP mencari titik yang paling memuaskan dari sebuah persoalan dengan

beberapa tujuan.

Fungsi tujuan menurut Mulyono (1991) dapat dirumuskan dengan:

Minimumkan )(1

m

i

iik ddPZ untuk k = 1, 2, ..., K ……………………... [2.1]

Fungsi kendala dirumuskan dengan:

iiijij bddxa ………………………………………………………… [2.2]

Keterangan:

Z = fungsi tujuan (total deviasi) yang akan diminimumkan

kP = urutan prioritas (preemtive priority factor)

id = deviasi negatif atau batas bawah

id = deviasi positif atau batas atas

ija = nilai koefisien (technological coefficient)

Perbedaan antara LGP dengan LP menurut Siswanto (2011) hanya terletak

pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di fungsi tujuan

dan fungsi-fungsi kendala. Asumsi, notasi, formulasi model matematis, prosedur

perumusan model dan penyelesainnya tidak berbeda dengan LP. Fungsi tujuan

adalah tujuan yang hendak dicapai, yang harus diwujudkan ke dalam sebuah

fungsi matematika linear, yang kemudian fungsi tersebut dimaksimumkan atau

diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. Kendala dalam hal ini dapat

diumpamakan sebagai suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang

mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematika linear yang

dihadapi oleh manajemen. Macam kendala sasaran yaitu untuk mewujudkan (1)

Page 15: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

25

sasaran dengan nilai tertentu, (2) sasaran di bawah nilai tertentu, (3) sasaran di

atas nilai tertentu, dan (4) sasaran yang ada pada interval nilai tertentu. Tiga

macam sasaran di dalam LGP, yaitu sasaran dengan prioritas yang sama,

sasaran dengan prioritas yang berbeda, serta sasaran dengan prioritas dan

bobot yang berbeda

Variabel deviasional menurut Siswanto (2011) berfungsi untuk menampung

penyimpangan (deviasi) yang akan terjadi pada nilai kiri persamaan kendala

terhadap nilai ruas kanannya. Variabel deviasional terbagi menjadi dua, yaitu (1)

variabel deviasional untuk menampung deviasi yang berada di bawah sasaran

yang dikehendaki, dan (2) variabel deviasional untuk menampung deviasi yang

berada di atas sasaran yang dikehendaki. Slack variabel adalah variabel yang

berfungsi untuk menampung sisa kapasitas pada kendala yang berupa

pembatas. Surplus variabel adalah variabel yang berfungsi untuk menampung

kelebihan ruas kiri pada kendala yang berupa syarat.

4) Teknologi penangkapan ikan tepat guna

Teknologi penangkapan ikan tepat guna adalah jenis alat tangkap yang

memiliki kinerja atau keragaan (performance) yang baik. Seleksi teknologi

penangkapan ikan tepat guna menurut Haluan dan Nurani (1988) dapat

dilakukan melalui pengkajian aspek biologi, teknik, sosial, dan ekonomi. (bio-

technico-socio-economic approach), sebagai berikut:

(1) Jika ditinjau dari aspek biologi, alat tangkap tidak merusak atau mengganggu

kelestarian lingkungan. Kriterianya antara lain meliputi ukuran jarring atau

mesh size (yang digunakan untuk menganalisis selektivitas alat tangkap),

catch per unit effort (CPUE), jumlah ikan layak tangkap, jumlah komposisi

ikan hasil tangkapan, dan cara pengoperasian alat tangkap.

(2) Alat tangkap secara teknis efektif digunakan. Kriterianya mencakup

pengoperasian alat tangkap, daya jangkau operasi penangkapan, pengaruh

lingkungan fisik, selektivitas alat tangkap, dan penggunaan teknologi.

(3) Alat tangkap secara sosial dapat diterima oleh masyarakat nelayan.

Kriterianya: penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap,

memberikan kesempatan kerja, dan banyaknya tenaga kerja yang terserap.

(4) Alat tangkap secara ekonomi bersifat menguntungkan. Kriterianya meliputi

penilaian terhadap aspek ekonomi dan finasial, seperti penerimaan (income)

per tahun dan income per tenaga kerja.

Page 16: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

26

Monintja (2000) menyatakan bahwa aspek yang perlu dipertimbangkan

dalam pengembangan usaha perikanan adalah aspek biologi, teknis (teknologi),

ekonomis, dan sosial-budaya. Aspek biologi berhubungan dengan ketersediaan

SDI, penyebaran SDI, komposisi ukuran ikan hasil tangkapan, dan jenis spesies.

Aspek teknis berhubungan dengan unit penangkapan ikan, jumlah kapal, fasilitas

penanganan di kapal, fasilitas pendaratan, dan fasilitas penanganan ikan di

darat. Aspek sosial berkaitan dengan kelembagaan dan tenaga kerja, serta

dampak usaha terhadap masyarakat nelayan. Aspek ekonomi berkaitan dengan

hasil produksi dan pemasaran, serta efisiensi biaya operasional yang berdampak

terhadap pendapatan bagi stakeholders.

Proses seleksi alat tangkap ramah lingkungan menurut Monintja (2000)

dimulai dengan melihat spesies ikan yang menjadi tujuan kegiatan penangkapan

ikan. Apakah spesies tersebut termasuk kategori dilindungi atau terancam

punah, jika ya maka tidak dilakukan penangkapan. Jika spesies termasuk

kategori yang diperbolehkan, maka dapat dilanjutkan dengan memilih teknologi

penangkapan ikan yang ada di perairan tersebut, yang memenuhi syarat ramah

lingkungan dan berkelanjutan. Kriteria alat tangkap ramah lingkungan dan

berkelanjutan antara lain: (1) mempunyai selektivitas yang tinggi, (2) tidak

merusak habitat, (3) tidak membahayakan operator, (4) menghasilkan ikan

berkualitas tinggi, (5) produk yang dihasilkan tidak membahayakan konsumen,

(6) by-catch rendah, (7) tidak berdampak buruk terhadap biodiversity, (8) tidak

menangkap ikan-ikan yang dilindungi, (9) dapat diterima secara sosial, (10) hasil

tangkapan tidak melebihi jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) atau total

allowable catch (TAC), (11) tingkat keuntungan tinggi, (12) nilai investasi rendah,

(13) penggunaan bahan bakar rendah, dan (14) secara hukum legal.

Aspek lain yang tidak dapat diabaikan menurut Haluan dan Nurani (1988)

adalah kebijakan-kebijakan dan peraturan pemerintah. Kebijakan dan peraturan

dalam pengembangan jenis-jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu

diarahkan agar dapat menunjang tujuan-tujuan pengelolaan dan pembangunan

umum perikanan tangkap. Syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan

ikan harus dapat: (1) menyediakan kesempatan kerja yang banyak, (2) menjamin

pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan, (3) menjamin

jumlah produksi yang tinggi dan berkelanjutan, (4) mendapatkan jenis ikan

komoditi ekspor atau jenis ikan yang bisa di ekspor, dan (5) tidak merusak

kelestarian SDI.

Page 17: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

27

5) Tingkat kelayakan usaha

Kelayakan usaha atau kelayakan bisnis dari suatu kegiatan industri

menurut Nurani (2010) akan memerlukan pertimbangan teknik dan ekonomi.

Dengan kata lain, apabila suatu kegiatan bisnis telah memenuhi kelayakan

teknik, maka perlu juga dipertanyakan bagaimana kelayakan ekonominya. Pada

dasarnya tujuan suatu kegiatan bisnis adalah memperoleh keuntungan (profit).

Kelayakan usaha dari kegiatan penangkapan ikan perlu dilakukan dan dapat

digunakan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan ke depan.

Nurani (2010) menyatakan dalam perhitungan kelayakan usaha terdapat

dua hal pokok yang harus dihitung, yaitu penerimaan dan pembiayaan.

Penerimaan dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh selama

satu tahun dikalikan dengan harga. Pembiayaan dihitung berdasarkan biaya-

biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun. Biaya digolongkan menjadi

tiga, yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap. Biaya investasi

adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai usaha, yaitu untuk pembelian

kapal, alat tangkap, mesin dan investasi lainnya, termasuk modal kerja. Biaya

tetap (fixed cost) adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun tidak

melakukan operasi penangkapan, diantaranya biaya perawatan kapal, alat

tangkap, mesin, gaji ABK (jika ABK diberi upah dengan sistem gaji), dan

penyusutan. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang baru akan

dikeluarkan jika melakukan operasi penangkapan ikan, meliputi biaya bekal

operasional seperti biaya pembelian solar, oli, minyak tanah, air tawar, es,

perbekalan makanan, izin operasi, retribusi dan bagi hasil (jika menggunakan

sistem bagi hasil untuk pendapatan ABK).

6) Kebijakan dan kelembagaan

Peraturan perundangan menurut Purwaka (2003) sangat penting dalam

pengembangan perikanan, karena hukum dan peraturan yang akan menentukan

aturan main dalam pelaksanaan pengelolaan. Analisis kebijakan atau peraturan

perundangan dimaksudkan untuk mengkaji sampai sejauhmana tingkat

efektivitas kebijakan atau hukum atau peraturan perikanan yang ada mampu

berperan dalam mendorong pengembangan perikanan. Ada tiga pendekatan

yang dilakukan, yaitu berdasarkan pada struktur hukum (legal structure), mandat

hukum (legal mandate), dan penegakan hukum (legal enforcement). Berdasarkan

struktur hukum, sistem perundangan harus terdapat kesalinghubungan antara

Page 18: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

28

yang ada di level bawah dengan yang ada di level atas, kesalinghubungan

antara tujuan pengelolaan SDI dengan strategi dan petunjuk pelaksanaan untuk

pencapaian tujuan. Berdasarkan mandat hukum, peraturan perundang-undangan

harus jelas mendeskripsikan kepada siapa mandat hukum diberikan. Penegakan

hukum merupakan pilar utama untuk menegakkan kebijakan atau peraturan.

Keterpaduan sistem perundang-undangan perlu dibangun untuk dapat menjamin

terlaksananya pengelolaan secara optimal, efisien dan efektif.

Analisis kebijakan merupakan aktivitas menciptakan pengetahuan tentang

proses pembuatan kebijakan dan pengetahuan dalam proses pembuatan

kebijakan itu sendiri. Analisis kebijakan juga merupakan bentuk analisis yang

menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat memberi landasan bagi

para pembuat kebijakan dalam membuat kebijakan. Analisis kebijakan

merupakan proses sirkular yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang

bersifat umum ataupun yang spesifik. Siklus analisis kebijakan terdiri dari

kegiatan pemantauan, evaluasi, perumusan masalah, proyeksi ke depan, dan

rekomendasi. Banyak permasalahan yang terjadi tidak dapat diatasi karena

kebijakan yang berlaku tidak mampu menjawab atau bahkan tidak ada kebijakan

yang terkait dengan permasalahan yang ada. Kondisi tersebut menunjukkan

adanya kesenjangan antara kebijakan yang dibutuhkan dengan kebijakan yang

tersedia (berlaku). Kesenjangan ini dapat dianalisis dan informasi yang dihasilkan

dapat berguna bagi penyempurnaan kebijakan atau pembuatan kebijakan baru.

Analisis isi (content analysis) menurut Ekomadyo (2006) diartikan sebagai

metode untuk mengumpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah “teks”. Teks

dapat berupa kata-kata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam

bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis isi berusaha memahami data

bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk

mengungkap makna yang terkandung dalam teks, dan memperoleh pemahaman

terhadap pesan yang direpresentasikan. Metode analisis isi menjadi pilihan untuk

diterapkan pada penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah

teks. Ada beberapa pertanyaan tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan

metode analisis isi, yaitu: pertanyaan tentang prioritas atau hal penting dari isi

teks, seperti frekuensi, dimensi, aturan dan jenis-jenis cerita dari peristiwa yang

direpresentasikan; pertanyaan tentang bias informasi dalam teks, seperti

komparasi relatif tentang durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan

dalam berbagai representasi; dan perubahan historis dalam modus representasi.

Page 19: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

29

Penelitian analisis isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah

teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola terstruktur yang dapat

membawa peneliti kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks. Metode

analisis isi menuntut beberapa persyaratan, yaitu: objektif, sistematis, dan dapat

digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan data,

pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan yang telah

ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan eksklusi atau kategori

harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap

temuan harus memiliki relevansi teoretis. Neuman (2000) menyebutkan tahapan

dalam metode analisis isi, yaitu (1) menentukan unit analisis (misal jumlah teks

yang ditetapkan sebagai kode), (2) menentukan sampling (3) menentukan

variabel dan menyusun kategori pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan.

Nikijuluw (2002) menyatakan analisis kelembagaan adalah memisahkan

hukum atau peraturan (kelembagaan) dari strategi yang ditetapkan oleh pelaku

atau organisasi. Tujuan analisis kelembagaan adalah untuk melihat perbedaan

kesenjangan antara kelembagaan yang bersifat normatif dengan organisasi yang

sangat bernuansa subjektif. Ketika seseorang melaksanakan analisis

kelembagaan, mutlak baginya untuk mengkaji aspek-aspek organisasi karena

strategi organisasi dapat berpengaruh pada suatu kelembagaan atau bahkan

dapat memberi arah agar terjadi pergantian atau perubahan kelembagaan.

Kinerja dari suatu kelembagaan dapat dilihat melalui beberapa indikator.

Indikator kinerja suatu kelembagaan dapat dilihat dengan pendekatan:

(1) Aspek politik, kelembagaan perikanan memiliki bargaining yang kuat dalam

penentuan kebijakan-kebijakan perikanan di tingkat lokal maupun nasional,

yang tercermin dalam tata kelembagaan, kerangka kerja dan kapasitasnya.

(2) Aspek sosial budaya, kelembagaan perikanan akan dapat menumbuhkan

kebanggaan pada jati diri dan budaya bangsa yang bernilai luhur yang telah

berakar kuat pada adat istiadat masyarakat. Secara sosial, kelembagaan

perikanan dapat menumbuhkan jiwa sosial masyarakat yang kuat, bersinergi

diantara stakeholder perikanan dan menjauhkan konflik.

(3) Aspek ekonomi, kelembagaan perikanan secara nyata memberikan

kontribusi ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan

khususnya, dan masyarakat sekitar secara umum.

(4) Aspek hukum, kelembagaan perikanan memperoleh mandat yang jelas dari

hukum atau peraturan yang ada, baik tata kelembagaan, kerangka kerja,

Page 20: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

30

maupun kapasitas kelembagaannya. Hal ini terkait dengan aspek legal,

pengaturan operasional dan teknis, dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)

yang jelas.

(5) Aspek teknologi, pemanfaatan dan tanggap terhadap dinamika perubahan

teknologi yang tercermin pada tata kelembagaan, kerangka kerja dan

kapasitas kelembagaannya untuk dapat mengembangkan perikanan secara

produktif, efisien, berkualitas, dan aman.

2.8 Model Penggunaan Zona

Penataan ruang atau zonasi merupakan suatu proses pengaturan yang

membagi suatu wilayah secara geografis ke dalam sub-sub wilayah, dimana

setiap sub-wilayah dirancang untuk penggunaan khusus (Cicin-Sains and Knecht

1998). Zonasi pada dasarnya merupakan aktivitas penataan kegiatan manusia

yang dilakukan di dalam suatu area laut (Douvere et al. 2009). Hal ini sesuai

dengan prinsip manajemen bahwa yang diatur adalah manusianya sebagai

pengguna atau pemanfaat SDI. Jika manusia bisa diatur dengan baik, maka

proses pengelolaan SDI bisa menjadi lebih optimal dan berkelanjutan.

Karakteristik zonasi perairan yang efektif berdasarkan Douvere et al.

(2009) adalah: (1) berdasarkan pendekatan ekosistem, seimbang antara tujuan

ekologi, sosial-ekonomi, dan menjamin keberlanjutan; (2) terpadu antar sektor,

instansi, dan antar tingkat pemerintah; (3) berdasarkan area (lokasi); (4) adaptif;

(5) strategis, bertujuan jangka panjang; dan (6) melibatkan stakeholder. Dalam

perencanaan zonasi, setidaknya terdapat tiga kategori informasi spasial yang

relevan, yaitu: (1) distribusi biologi dan ekologi termasuk area yang penting bagi

spesies tertentu atau komunitas biologi; (2) informasi spasial mengenai aktivitas

manusia (termasuk identifikasi konflik pemanfaatan yang ada); dan (3) kondisi

oseanografi dan lingkungan fisik lainnya, seperti batimetri, arus, dan sedimen.

Sistem informasi geografis (SIG) menurut Barus dan Wiradisastra (2000)

merupakan suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data

yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Menurut Narwastu dan

Prasetyo (2007) GIS merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan

untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran

informasi geografis berikut atribut-atributnya. Manfaat SIG secara umum adalah

mmmemberikan informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi

suatu hasil, dan perencanaan strategis.

Page 21: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

31

SIG digolongkan ke dalam sistem informasi spasial dimana pemanfaatan

SIG dapat menyatukan pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan dengan

pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuan perikanan untuk kegiatan pengelolaan

perikanan laut di masa mendatang (Close and Hall 2006). Output yang

didapatkan dari indikator oseanografi yang sesuai dengan distribusi dan

kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi

yang cocok perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan

sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja,

tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG dan data

lapangan akan memberikan informasi spasial misalnya dimana posisi ikan

banyak tertangkap, berapa jarak antara fishing base dan fishing ground yang

produktif, serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini

akan memberikan gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan

dimana bisa mendapatkan banyak ikan (Zainuddin 2006).

2.9 Kebijakan Strategis Pengelolaan Perikanan Tangkap

1) Strategi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap

Analisis strategi pengembangan TNKJ dilakukan dengan analisis strength

weaknesses opportunities and threats (SWOT). Analisis SWOT adalah suatu

cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka

merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan

kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT

mempertimbangkan faktor lingkungan internal strength dan weaknesses serta

lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi, sehingga dapat

diambil keputusan strategis (Rangkuti 2000).

Analisis SWOT didahului dengan pembuatan matriks internal strategic

factor analysis summary (IFAS) dan external strategic factor analysis summary

(EFAS) (David 2002). Penyusunan matriks IFAS dan EFAS didasarkan pada

hasil analisis terhadap sistem, yaitu dengan melihat faktor-faktor yang menjadi

kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan ancaman eksternal. Matriks

SWOT dibuat untuk menyusun alternatif strategi. Alternatif strategi disusun

berdasarkan logika untuk memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada, serta

mengeliminir kelemahan dan ancaman sistem.

Page 22: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

32

Matriks SWOT menurut Marimin (2004) menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini

akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi. Strategi SO (strength-

opportunities), yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang (kuadran I). Strategi ST (strength-threats), yaitu

menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

(kuadran II). Strategi WO (weaknesses-opportunities): menciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang (kuadran III). Strategi

WT (weaknesses-threats): menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman (kuadran IV). Membuat keputusan untuk memilih

alternatif strategi sebaiknya dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu posisi

kondisi saat ini di kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih

merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan

eksternal yang dimiliki.

Pengambilan keputusan pemilihan strategi yang tepat dalam berbagai

strategi menurut Marimin (2004) dan Nurani (2010) adalah sebagai berikut:

(1) Kuadran I, merupakan kondisi yang sangat menguntungkan, yaitu sistem

memiliki kekuatan dan peluang yang baik. Strategi yang tepat adalah

strategi yang mendukung pertumbuhan agresif.

(2) Kuadran II, sistem memiliki kekuatan namun menghadapi berbagai

ancaman. Strategi yang tepat adalah diversifikasi, yaitu menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

(3) Kuadran III, sistem memiliki peluang yang baik namun terkendala kelemahan

internal. Strategi yang tepat adalah strategi turn around, yaitu meminimalkan

masalah-masalah internal, sehingga dapat merebut peluang eksternal

dengan lebih baik.

(4) Kuadran IV, kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Strategi yang tepat

adalah strategi defensif, yaitu dengan meminimalkan kerugian-kerugian yang

kemungkinan akan timbul.

2) Strategi penerapan model

Salah satu teknik pemodelan yang dikembangkan untuk perencanaan

kebijakan strategis adalah teknik pemodelan interpretasi struktural (interpretative

structural modeling atau ISM). ISM adalah suatu pemodelan deskriptif yang

Page 23: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

33

bernilai efektif bagi proses perencanaan jangka panjang yang bersifat strategis.

Perencanaan strategis mancakup suatu totalitas sistem yang tidak dapat

dianalisis bagian demi bagian, melainkan harus dipahami secara keseluruhan.

Teknik ISM memberikan lingkungan yang sangat sempurna untuk memperkaya

dan memperluas pandangan dalam konstruksi sistem yang cukup kompleks.

Teknik ISM menganalisis elemen-elemen sistem, dan memecahkannya dalam

bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki. ISM

adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) di mana model-

model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu

sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan

grafis serta kalimat (Eriyatno 2003; Marimin 2004; Nurani 2010). ISM menurut

Saxena (1992) bersangkut paut dengan interpretasi dari suatu objek yang utuh

atau perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis secara sistematis dan iteratif.

Metodologi dan teknik ISM menurut Eriyatno (2003) dan Marimin (2004)

dapat dibagi menjadi dua yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi subelemen.

Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem yang

memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan

untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Struktur dari suatu sistem yang

berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman perihal yang dikaji.

Penentuan strategi implementasi model dengan menggunakan teknik ISM

memerlukan identifikasi elemen penting yang akan dimasukkan ke dalam model

atau program. Menurut Saxena (1992) program dapat dibagi menjadi sembilan

elemen, yaitu: (1) sektor masyarakat yang terpengaruh, (2) kebutuhan dari

program, (3) kendala utama program, (4) perubahan yang dimungkinkan dari

program, (5) tujuan dari program, (6) tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, (7)

aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, (8) ukuran aktivitas guna

mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan (9) lembaga yang

terlibat dalam pelaksanaan program.

Output teknik ISM berupa ranking masing-masing subelemen dan plot

subelemen ke dalam empat sektor beserta koordinatnya (Marimin 2004), yaitu:

(1) Sektor 1; weak driver-weak dependent variables (autonomus). Subelemen

yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau

mempunyai hubungan sedikit. Subelemen pada sektor 1, jika: nilai driver

power (DP) < 0,5X dan nilai dependence (D) ≤ 0,5X, serta X adalah jumlah

subelemen.

Page 24: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

34

(2) Sektor 2; weak driver-strongly dependent variables (dependent). Umumnya

subelemen yang masuk dalam sektor ini adalah subelemen yang tidak

bebas. Subelemen pada sektor 2, jika: nilai DP < 0,5X dan nilai D > 0,5X.

(3) Sektor 3; strong driver-strongly dependent variables (linkage). Subelemen

yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan

antara subelemen tidak stabil. Setiap tindakan pada subelemen akan

memberikan dampak terhadap subelemen lainnya dan pengaruh umpan

balik dapat memperbesar dampak. Subelemen pada sektor 3, jika: nilai DP

> 0,5X dan nilai D > 0,5X.

(4) Sektor 4; strong driver-weak dependent variables (independent).

Subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem

dan disebut peubah bebas. Subelemen pada sektor 4, jika: nilai DP > 0,5X

dan nilai D < 0,5X.

2.10 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai Karimunjawa diantaranya dilakukan oleh Yusuf (2007)

yang meneliti mengenai “Kebijakan Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Laut

Kawasan TNKJ secara berkelanjutan”. Hasil penelitian menunjukkan analisis

penentuan zonasi dibagi menjadi empat zona, yaitu inti, perikanan berkelanjutan,

pemanfaatan, dan rehabilitasi. Zona inti memiliki empat pulau atau lokasi dengan

luas 943,5 ha (18,99%), zona perikanan berkelanjutan lima lokasi dengan luas

865,46 ha (17,42%), zona pemanfaatan enam lokasi dengan luas 971,17 ha

(19,54%), dan zona rehabilitasi 11 lokasi dengan luas 2.188,98 ha (44,05%).

Suryanto (2000) meneliti “Sistem Zonasi Pengelolaan TNL Berdasarkan

Indeks Kepekaan Lingkungan Studi Kasus di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten

Jepara Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan zonasi telah

menggambarkan keserasian antar kegiatan konservasi, wisata alam, perikanan

dan pemberdayaan masyarakat, sehingga masing-masing zona menggambarkan

keterkaitan antara penataan pemanfaatan lahan daratan dan perairan dengan

cara meng-overlay-kan atribut-atribut penggunaan dan keadaan lahan, nilai IKL,

dinamika hidro-oseanografi, daerah dan jalur penangkapan ikan serta kelayakan

sosial ekonomi dan budaya. Hasil zonasi didapatkan empat zonasi dengan

masing-masing luasan, yaitu: (1) zona inti seluas 10.046,25 ha (9%), (2) zona

perlindungan seluas 21.208,75 ha (19%), (3) zona pemanfaatan seluas

29.022,50 ha (26%), dan (4) zona penyangga seluas 51.347,50 ha (46%).

Page 25: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

35

Penelitian mengenai sistem zonasi yang dilakukan oleh Yusuf (2007) dan

Suryanto (2000) masih parsial dan belum mengakomodasikan peranan sistem

zonasi yang dihasilkan untuk pengembangan kegiatan perikanan tangkap. Selain

itu, sistem zonasi yang dijadikan acuan adalah sistem zonasi pada awal

penetapan, sehingga kurang mewakili kondisi sekarang. Penelitian Yusuf dan

Suryanto juga memiliki keterbatasan dalam pengkajian SDI, carrying capacity,

dinamika dan kompleksitas ekosistem, karena hal tersebut belum diintegrasikan.

Samidjan (2005) meneliti suksesi struktur komunitas pada terumbu karang

buatan di perairan Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat dua spesies bakteri pioneer yaitu Micrococcus luteus yang

memicu penempelan Pocillopora damicornis di Pulau Menjangan Besar dan

penempelan Marinomonas communis yang mendorong penempelan Acropora

tenuis di Gon Waru. Struktur komunitas pada bakteri, juvenile karang, perifiton,

dan makroalgae menunjukkan keanekaragaman yang rendah, tidak ada

dominasi spesies dan kesamaan spesies yang tinggi. Hubungan komunitas di

Gon Waru menunjukkan tipe protokooperasi, sementara di Pulau Menjangan

Besar menunjukkan hubungan amensalisme.

Purwanti (2008) meneliti tentang “Konsep co-management TNKJ”. Hasil

penelitian menunjukkan potensi keanekaragaman hayati semakin menurun dan

tingkat pemanfaatan sumber daya kurang terkontrol sehingga dapat mengancam

status TNKJ. Kajian kebijakan dan kelembagaan menunjukkan bahwa (1)

peraturan pengelolaan kawasan lebih mengkonsentrasikan pada kewenangan

pemerintah, (2) terdapat ketidakharmonisan (dishamonisasi) peraturan dalam hal

kewenangan pengelolaan antara Dephut, DKP dan pemerintah daerah sehingga

cenderung timbul konflik institusional karena peraturan sulit diterapkan lintas

sektor. Pengaturan kolaborasi dalam permenhut juga sulit dilaksanakan karena

belum ada kesepakatan dan kesepahaman tertulis antar stakeholders.

Maksum (2006) meneliti dampak sosio ekonomi dari kawasan TNKJ

terhadap aktivitas penangkapan ikan. Hasil penelitian menunjukkan adanya

dampak signifikan dari KKL terhadap aktivitas perikanan tangkap. Peningkatan

produksi perikanan secara statistik tidak signifikan karena kemungkinan ada

sumbangan dari landing yang berasal dari fishing ground lain. Sebanyak 50%

responden nelayan menyatakan bahwa TNKJ tidak memberikan manfaat untuk

perikanan, hal ini disebabkan karena hampir 75% responden tidak mengetahui

dan memahami mengenai KKL. Manfaat ekonomi lebih banyak dirasakan oleh

Page 26: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 2.2 Taman Nasional Laut . ... Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan ... Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki

36

operator turis yang mendapatkan benefit dari penyewaan kapal dan pesawat ke

Karimunjawa, serta beberapa resot skala kecil.

Penelitian yang terkait dengan wilayah dan bidang perikanan tangkap

diantaranya Irnawati (2008) yang meneliti tentang “Pengembangan Perikanan

Tangkap di Kawasan TNKJ Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan: (1)

sistem zonasi yang ada sudah sesuai dan serasi dengan prinsip konservasi dan

kebutuhan pemanfaatan berdasarkan fungsi dan luasan masing-masing zona, (2)

hubungan antar zona yang ada di TNKJ memiliki keterkaitan yang erat, yaitu

antara zona yang satu dengan yang lain memiliki hubungan keterpaduan yang

tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, dan (3) prioritas pengembangan

perikanan tangkap di Karimunjawa diarahkan pada: (i) pengembangan teknologi

penangkapan ikan yang ramah lingkungan yang dapat menunjang sektor

pariwisata bahari, yaitu dengan alat tangkap bubu dan pancing tonda untuk

memanfaatkan dan mengembangkan komoditas unggulan yaitu ikan kerapu,

tongkol, dan cumi-cumi, (ii) pembinaan masyarakat nelayan, (iii) optimalisasi

pemanfaatan pelabuhan perikanan, dan (iv) peningkatan ketrampilan nelayan.

Yanuar et al. (2008) meneliti tentang “Optimasi Kegiatan Nelayan Sebagai

Instrumen Pendukung Keberlanjutan Taman Nasional Karimunjawa”. Hasil

penelitian menunjukkan: (1) jenis ikan komoditi utama di Kepulauan Karimunjawa

adalah teri, tongkol, tenggiri dan ekor kuning, (2) musim tangkap ikan teri,

tongkol, dan tenggiri masing-masing terjadi selama lima bulan, yaitu Juni-

Oktober, Agustus-Desember, Desember-April, dan khusus untuk ekor kuning

selama enam bulan yaitu Februari-Mei dan September-Oktober, (3) Jumlah alat

tangkap optimum adalah bagan perahu 81 unit, pancing tonda 101 unit, jaring

insang 71 unit, dan bubu 0 unit; serta (4) alokasi area untuk budidaya seluas 913

ha, sehingga diperlukan penambahan area zona pemanfaatan budidaya 125 ha.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan umumnya hanya pada sistem

zonasi taman nasional atau bidang perikanannya saja. Penelitian-penelitian

tersebut cenderung parsial, sehingga perbaikan pada suatu bagian tidak diikuti

oleh perbaikan pada bagian yang lain. Penelitian tentang “Model Pengembangan

Taman Nasioanal Laut: Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Tangkap”, akan

mensinergikan kegiatan perikanan tangkap dengan sistem zonasi yang berlaku.

Model pengembangan TNL yang dihasilkan diharapkan mampu mengeliminir

konflik pemanfaatan perairan antar stakeholders, serta menjamin keberlanjutan

SDI dan habitatnya.