2. teori pendukung 2.1 teori dasar 2.1 · beberapa kasus melalui perjanjian tukar barang atau imbal...
TRANSCRIPT
7 Universitas Kristen Petra
2. TEORI PENDUKUNG
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu fungsi bisnis yang mengidentifikasikan
keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan menentukan pasar
target terutama yang paling baik dilayani oleh organisasi dan menentukan
berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut.
Terdapat beberapa definisi dari pemasaran, yaitu :
Pemasaran adalah sebuah proses sosial dan majerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran dan pertukaran produk atau value dengan pihak lainnya.
Definisi ini berdasarkan konsep inti seperti kebutuhan, keinginan, dan permintaan,
produk (barang, service dan ide), value, biaya, dan kepuasan, pertukaran dan
transaksi hubungan dan networks, pasar dan para pemasar, serta prospek. (kotler,
2001, p.10)
Pemasaran adalah seluruh sistem yang keseluruhan dari kegiatan usaha
yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuasakan kebutuhan baik kepada
pembeli yang sudah ada maupun pembeli yang potensial. (Stanton, 2001, p.5)
2.1.2 Penjualan
“Manajemen penjualan adalah perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian program-program yang bertujuan arah dan kontrol tenaga penjualan,
manajemen penjualan merupakan bagian dari pemasaran”. Menurut Kartajaya
(2006), “Penjualan adalah bagaimana menciptakan hubungan jangka panjang
dengan pelanggan melalui produk atau jasa pelanggan” (p.15). Menurut Pass &
Lowes (1999), “Penjualan merupakan pembelian barang atau jasa oleh seorang
pembeli dari seorang penjual sesuai harga yang telah ditetapkan atau dalam
beberapa kasus melalui perjanjian tukar barang atau imbal beli” (p.518).
8 Universitas Kristen Petra
2.1.2.1 Strategi Penjualan
Menurut Basu Swasta, “Strategi penjualan adalah rencana yang yang
diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut” (2003, p.69). Strategi penjualan
adalah rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap penjualan produk ke pasar
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Komponen strategi
penjualan antara lain:
Gambar 2.1 Komponen Strategi Penjualan
Komponen pada strategi penjualan diatas terbagi antara lain konsumen
atau pelanggan, sales force, pesaing.
Komponen
Strategi
Penjualan
Menurut Suryono Ekotamas (2009,
p. 23), “Strategi penjualan sering
digunakan oleh marketing untuk
memberikan bonus pada konsumen
dengan harapan terjadi transaksi atau
penjualan untuk menutup target”.
Menurut Agung (2004,
p.183) ”Strategi penjualan
adalah cara untuk menarik
minat konsumen dapat
membeli suatu produk”.
Menurut Meyer dan Schwager
(2007, p.81), “Perusahaan yang
unggul dimasa yang akan datang
harus berusaha berpikir menurut
pikiran pelanggan yang
merupakan strategi yang handal”.
Menurut Ferdy Febryan
(2010, p.313), “Inti
strategi penjualan adalah
bagaimana perusahaan
dapat “bertahan hidup
dari pesaing bisnisnya”.
Menurut Jill Griffin
(2005p.239) “Wiraniaga
(sales force) garis depan yang
menangani pelanggan maupun
manajer senior yang
bertanggungiawab atas
strategi penjualan”.
Menurut Hermawan Kertajaya
(2007, p.104) “Strategi penjualan
dapat membantu manajer
penjualan mengelola sales force”.
9 Universitas Kristen Petra
Menurut Arifin (2004) ada 5 strategi penjualan yang sering digunakan,
yaitu:
1. Penjualan Konvensional
Penjualan konvensional adalah penjualan yang terjadi dimana setiap tangan
akan meraih untung dari produk yang mereka jual. Di samping itu dikatakan
konvensional adalah karena belum menggunakan fasilitas komunikasi lainnya
secara efektif dalam menjual, misalnya telepon atau internet. Dalam strategi
ini ada tenaga penjual yang menghampiri tenaga penjual.
2. Konsinyasi
Dalam hal ini perusahaan menggunakan sistem titip jual. Konsinyasi
menguntungkan kedua belah pihak. Produsen merasa ada tempat menampung
bagi produk mereka untuk dipasarkan bagi konsumen. Sedangkan penjual
(reseller) merasa untung karena ada supplier.
3. Direct Selling
Direct selling adalah strategi penjualan yang memanfaatkan tenaga penjual
untuk memasarkan produk secara langsung kepada konsumen. Jadi tidak
melewati tangan per tangan. Kalaupun masih ada, jauh lebih pendek
jenjangnya daripada penjualan konvensional. Menurut Asosisi Penjualan
Lansung Indonesia (APLI), Direct Selling (Penjualan Langsung) adalah :
Metode penjualan barang atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara
tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang
dikembangkan oleh Mitra Usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan,
bonus penjualan.
Direct Selling terdiri dari, antara lain:
a) Single Level Marketing (Pemasaran Satu Tingkat), maksudnya adalah
metode pemasaran barang atau jasa dari sistem Penjualan Langsung
melalui program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana mitra usaha
mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan
barang atau jasa yang dilakukannya sendiri.
b) Multi Level Marketing (Pemasaran Multi Tingkat), maksudnya adalah
metode pemasaran barang atau jasa dari sistem Penjualan Langsung
melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana
10 Universitas Kristen Petra
mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil
penjualan barang atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan
di dalam kelompoknya.
4. Telemarketing
Telemarketing adalah menjual jarak jauh. Karena jarak jauh, sudah pasti
dalam proses menjualnya tidak bertemu konsumen secara langsung dalam arti
tatap muka. Telemarketing digunakan sebagai ujung tombak penjualan karena
beberapa pertimbangan. Pertama, menghemat biaya. Telemarketing tidak perlu
mengeluarkan biaya transportasi bagi tenaga penjual. Kedua, letak geografis
yang tidak menguntungkan jika memang tenaga penjual harus menemui
konsumen secara langsung.
Menurut Philip Kotler (2003, p.627), “Telemarketing dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: inbound telemarketing (menerima telepon dari konsumen) dan
outbound telemarketing (inisiatif menelepon calon konsumen dan
konsumen)”. Dalam telemarketing, peranan telemarketer sangat penting dalam
mendukung terjadinya penutupan penjualan.
Menurut Patrick Forsyth, sasaran telemarketing bukan menaikkan penjualan
saja, tetapi juga untuk mencapai berbagai sasaran yang lain:
a) Menaikkan penjualan bermutu kepada pelanggan yang ada melebihi
anggaran.
b) Menciptakan waktu luang dengan mengurangi aktifitas kunjungan rutin.
c) Menaikkan frekuensi kontak dengan pelanggan.
d) Mengurangi keadaan persediaan kosong dalam pesanan yang masuk jika
dibandingkan dengan pesanan yang sudah tercatat.
e) Menaikkan tingkat penjualan yang berhubungan dengan promosi.
f) Menaikkan tingkat penyebaran informasi kepada pelanggan mengenai
harga, kegunaan, perubahan kemasan, kegiatan promosi merek dan lain-
lain (didefinisikan dengan kenaikkan jumlah kontak dengan pelanggan).
g) Mengurangi waktu tanggap sebelum penyerahan dibandingkan masa
standar.
h) Menciptakan nasabah baru.
11 Universitas Kristen Petra
i) Menghubungi kembali nasabah lama yang sudah tidak memesan selama
enam bulan.
j) Memperkenalkan rangkaian produk baru kepada pelanggan.
k) Menegosiasi lebih banyak promosi.
l) Berdagang lebih efektif (didefinisikan dari pengurangan permintaan
barang dagangan).
m) Menaikkan rata-rata besar pesanan.
n) Menaikkan jumlah total pesanan yang didapat setiap minggunya.
5. Member Get Member
Member get member adalah strategi penjualan yang memanfaatkan konsumen
yang ada untuk meraih konsumen baru. Ujung tombaknya bukan penjual
tetapi konsumen.
Selain 5 strategi di atas, terdapat 6 strategi penjualan lainnya (Arifin,
2004, p. 108-113):
1. Cross Selling
Cross selling adalah menjual sebuah produk yang lain kepada konsumen yang
sama secara langsung. Produk langsung diberikan kepada konsumen tanpa
diduga sebelumnya. Jika konsumen menolak tentu saja produk tersebut bisa
dikembalikan dan perusahaan akan menerimanya dengan baik. Menggunakan
strategi ini, harus memastikan konsumen memiliki integritas yang baik dalam
arti mampu dan akan membayar.
2. Take One Boxes
Take one boxes adalah dengan mencetak brosur-brosur atau form aplikasi yang
menawarkan secara langsung kepada konsumen produk yang dijual. Form ini
berisi penawaran yang memiliki kolom-kolom untuk diisi konsumen yang
berminat lalu bisa dikirimkan kembali atau penjual yang mengambilnya.
3. TV Shopping
TV Shopping adalah penjualan melalui media televisi. Strategi penjualan ini
mungkin memerlukan biaya yang besar karena harus membeli jam tayang di
sebuah stasiun televisi. Tetapi kalau strategi ini di-setting dengan sedemikian
baik untuk berbagai produk, perusahaan akan meraih untung yang besar.
12 Universitas Kristen Petra
4. Mail Order
Mail order adalah penjualan melalui pos atau kiriman surat. Pembeli produk
membeli hanya dengan melihat barang cetakan (brosur-brosur, katalog-
katalog, atau majalah-majalah) yang dikirimkan perusahaan. Strategi ini
berhasil jika ketepatan waktu pengiriman dan produk yang dikirim tidak
berbeda dengan yang diperlihatkan di barang cetakan tersebut. Keefektifan
penjualan mail order ini adalah dapat menjangkau seluruh pelosok daerah
selama pos masih bisa menjangkaunya.
5. Telephone Shopping
Telephone shopping menggunakan telepon sebagai ujung tombak penjualan.
Dalam telephone shopping tidak ada tenaga pemasar langsung, terdapat tenaga
penjual yang menerima telepon. Strategi ini mempromosikan produknya
melalui barang cetakan atau sarana promosi lainnya. Begitu konsumen
berminat, menghubungi perusahaan, dan kemudian produk dikirimkan.
Pembayaran bisa melalui cash (barang diterima), transfer, atau kartu kredit.
Telephone shopping tidak menjangkau seluruh pelosok.
6. Company Referal
Company referal adalah strategi penjualan yang memanfaatkan perusahaan
lain yang produknya berbeda tetapi masih ada kaitannya dengan produk yang
dipasarkan. Contoh, toko computer juga menawarkan jasa ISP (Internet
Service Provider) dari perusahaan ISP lainnya.
Selain itu terdapat strategi-strategi penjualan terbaru yang belum banyak
dilirik orang, yaitu (Arifin, 2004, p.116-p.123):
1. E-commerce
E-commerce adalah strategi penjualan yang memanfaatkan internet sebagai
ujung tombaknya. Alasan perusahaan menggunakan strategi ini adalah karena
jangkauannya yang luas dan dapat menghemat biaya besar daripada membuka
kantor cabang di negara lain. Internet menjangkau seluruh belahan bumi.
2. Program Afiliasi
Program afiliasi adalah program penjualan yang memasang banner iklan situs
sebuah perusahaan pada situs perusahaan lainnya. Dengan demikian
diharapkan pengunjung sebuah situs bisa tertarik untuk meng-klik banner
13 Universitas Kristen Petra
iklan tersebut dan melakukan transaksi penjualan. Pemasangan banner ini
tidak dipungut biaya, tetapi setiap transaksi yang terjadi akan selalu diberikan
bonus kepada pemilik situs yang memberikan ruang display iklan.
3. Viral Marketing
Viral marketing merupakan gabungan dari program pemasaran jaringan dan
internet. Untuk mengadopsi program ini ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Syaratnya, yaitu harus ada jaringan komputer yang terkoneksi dengan internet.
Dengan demikian perusahaan wajib memiliki website sendiri. Dari website
inilah setiap konsumen bisa mengetahui perkembangan jaringan mereka.
Dalam strategi penjualan juga terdapat beberapa metode penjualan, antara lain
(Frans M. Royan, 2009, p.101):
1. Kanvas
Kanvas adalah metode penjualan dimana salesman lansung membawa barang
sehingga tidak perlu dilakukan pengiriman barang lagi setelah kunjungan
pertama salesman. Pada umumnya kanvas dilakukan antar kota, bahkan antar
propinsi. Kelemahan dari kanvas ini adalah biaya yang tinggi. Dengan metode
penjualan kanvas, kebutuhan pelanggan tidak bisa diprediksi serta penjualan
produk mengikuti persediaan barang yang ada di box karena barang yang
dimasukkan kedalam box belum tentu sama dengan kebutuhan pemilik toko,
jika barang yang dicari toko tidak ada di box maka peluang untuk menjual
lebih banyak tidak bisa diatasi oleh salesman. Pada umumnya, terjadi dikota-
kota kecil karena permintaan dari konsumen dengan jumlah yang terbatas
dibandingkan dengan grosir.
2. Taking Order
Taking order adalah metode penjualan yang sangat praktis sebab produk-
produk yang dipesan oleh pelanggan sudah siap untuk dikirimkan. Apabila
ada barang yang dikosong, salesman sudah dapat menginformasikan segera.
Metode order taking merupakan salah satu cara memenuhi order pelanggan
sesuai dengan kebutuhannya.
Pada umumnya metode taking order ini memusatkan pekerjaannya untuk
melayani pelanggan bertipe grosir, sub grosir atau star outlet.
14 Universitas Kristen Petra
2.1.2.2 Sistem Penjualan
Sistem penjualan berawal dari permintaan pelanggan dan berakhir dengan
pengubahan barang atau jasa menjadi piutang usaha dan akhirnya menjadi uang
tunai. Sistem Penjualan adalah sistem yang melibatkan sumber daya dalam suatu
organisasi, prosedur, data, serta sarana pendukung untuk mengoperasikan sistem
penjualan, sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pihak
manajemen dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 2001). Terdapat dua jenis
sistem penjualan yaitu sistem penjualan tunai dimana berawal dari order
pelanggan hingga menjadi uang tunai dan sistem penjualan kredit dimana berawal
dari order pelanggan menjadi piutang usaha dan menjadi uang tunai.
Bentuk dari sistem penjualan adalah (Arens, 2002, p.356):
1. Pemprosesan pesanan pelanggan
Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal dari keseluruhan
siklus penjualan. Penerimaan pesanan pelanggan pada umumnya diikuti
dengan pembuatan pesanan penjualan dan faktur penjualan.
2. Persetujuan kredit
Sebelum membuat faktur penjualan seseorang yang mempunyai
wewenang harus lebih dahulu memberikan persetujuan kredit terhadap
pelanggan untuk penjualan kredit. Pada umumnya dalam perusahaan,
persetujuan kredit atas pesanan pelanggan sudah merupakan persetujuan
untuk pengiriman barang.
3. Pengiriman barang
Kebanyakan perusahaan mengakui adanya penjualan pada saat barang
dikirimkan. Dokumen pengiriman dibuat saat pengiriman barang, dimana
dokumen atau faktur penjualan tersebut digunakan untuk penangihan yang
dikirimkan kepada pelanggan.
4. Penagihan pada pelanggan dan pencatatan penjualan
Penagihan merupakan informasi kepada pelanggan mengenai jumlah yang
terhutang atas barang yang dibelinya dan aspek yang paling penting dari
penagihan adalah memestikan semua pengiriman telah ditagihkan.
Pencatatan yang tepat atas penjualan dalam jurnal penjualan dan buku
tambahan piutang usaha merupakan bagian yang penting.
15 Universitas Kristen Petra
5. Pemprosesan dan pencatatan penerimaan kas
Masalah yang perlu mendapatkan perhatian adalah kemungkinan adanya
pencurian. Penangannnya adalah semua uang tunai harus dicatat dalam
jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang usaha dalam jumlah
yang tepat.
6. Pemprosesan dan pencatatan retur serta potongan harga
Apabila seorang pelanggan tidak puas dengan barang-barang yang dikirim,
pihak penjual sering kali menerima retur atau pengembalian barang.
Pengembalian dan pengurangan harus dicatat dengan benar dalam jurnal
retur dan potongan penjualan yang termasuk dalam buku tambahannya.
Salah satu cara yang mudah untuk memahami dalam melaksanakan
perdokumentasian yaitu dengan membuat bagan arus. Bagan arus dari suatu
pengendalian intern adalah penjelasan mengenai urutan aliran dokumen-dokumen
dalam suatu perusahan, dalam bentuk gambar dan simbol tertentu (Arens, 2002, p.
306). Ciri yang jelas pada bagan arus adalah menjadi kolom-kolom vertikal dan
horizontal yang setiap kolomnya mengambarkan suatu departemen tersendiri.
Bagan arus pada umumnya disusun sedemikian rupa sehingga prosesnya dimulai
dari kiri atas atau kanan atas (Dhanta, 2009, p.138). Membuat bagan arus harus
memahami simbol-simbol khusus yang digunakan, walaupun ada beberapa variasi
dalam penggunaan simbol-simbol yang dipakai sebagai berikut:
: Dokumen atau kertas dokumen dan segala jenis
laporan misalnya faktur penjualan.
: Garis lurus, menunjukkan jalannya proses atau
aliran data.
: Operasi manual yaitu apabila proses yang
bersangkutan diselenggarakan secara manual.
: Konektor, penghubung antar halaman.
: Penggabungan yaitu tempat penyimpanan
dokumen dan catatan, misalnya salinan faktur
penjualan yang disimpan.
16 Universitas Kristen Petra
: Penghubung yaitu menunjukan keluar atau
masuknya bagian lain dari bagan, ditandai
dengan pemberian nomer pada halaman yang
sama.
: Input atau output yaitu catatan menunjukkan
informasi yang masuk atau keluar, misalnya
buku jurnal.
: Jalur komunikasi yaitu sambungan jarak jauh,
misalnya telepon.
: Catatan komentar yaitu menunjukkan uraian
tentang komentar tambahan atau catatan
penjelasan, misalnya petugas memeriksa kredit
sebelum menyiapkan faktur.
Gambar 2.2 Simbol Bagan Arus
Manfaat utama membuat bagan arus yaitu (Jogiyanto H. M, 2005, p.700):
1. Untuk membuat bagan arus harus dipahami urutan pemotretan dan arus
transaksi serta dokumennya.
2. Teknik pembuatan bagan arus membuat kerangka dasar untuk memperoleh
gambaran tentang sistem.
3. Bagan arus menggambarkan semua proses pengendalian internal yang
berkaitan dengan pemprosesan kelompok transaksi tertentu.
4. Bagan arus memberi dokumentasi kertas kerja yang ringkas dan objektif
tentang proses pengendalian internal.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penjualan adalah (Samsul
dan Mustofa, 2001, p.49):
a. Jurnal penjualan
Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan
meringkas data penjualan. Jika perusahaan menjual berbagai macam produk
dan manajemen memerlukan informasi penjualan setiap jenis produk yang
dijualnya selama jangka waktu tertentu, dalam jurnal penjualan disediakan
17 Universitas Kristen Petra
satu kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan
menurut jenis produk tersebut.
b. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat
penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya dari penjualan tunai.
c. Jurnal Umum
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan
fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
d. Kartu Persediaan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan
digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurang harga pokok
produk yang dijual. Kartu persediaan disediakan di fungsi akuntansi untuk
mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang.
e. Kartu Gudang
Catatan ini tidak termasuk sebagai akuntansi karena hanya berisi data
kuantitas persedian yang disimpan di gudang. Catatan ini diselenggarakan
oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang
disimpan dalam gudang. Dalam transaksi penjualan, kartu gudang
digunakan untuk mencatat berkurangnya kuantitas produk yang dijual.
2.1.2.3 Tenaga Penjual
Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktifitas yang melibatkan
sumber daya. Menurut kotler (2001), “Wiraniaga adalah seseorang yang bekerja
untuk suatu perusahaan dengan melakukan salah satu atau lebih dari aktivitas
berikut: memprospek, berkomunikasi, melayani, dan mengumpulkan informasi”.
(p.200). Menurut kotler (2002), “Wiraniaga sebagai tenaga penjual yang dimiliki
oleh produsen, yang memiliki hubungan lansung dengan pengecer”. Wiraniaga
bertugas mengambil produk dari distributor dan mendistribusikan kepada para
pengecer yang ada (p.707). Wiraniaga bekerja dengan menggunakan jadwal
kunjungan maupun area yang ada. Menurut Carter (1999), “Kebutuhan
perusahaan akan tenaga penjual disesuaikan dengan karakteristik suatu produk
yang dipasarkan”. Jika penjualan barang membutuhkan pendistribusian ke
18 Universitas Kristen Petra
pengecer secara teratur maka perusahaan dapat menentukan jumlah wiraniaga
yang dibutuhkan (p.37).
Menurut Pass & Lowes (1999, p 518) “Sales Force adalah staf penjualan
yang dipekerjakan oleh perusahaan untuk menjual barang atau jasa”. Fungsi
mereka bervariasi mulai dari tugas-tugas pasif seperti mencatat pembelian ulang
dari pelanggan dan melakukan pengiriman sampai kepada melakukan penjualan
perseorangan (personal selling) yang aktif untuk mendapatkan bisnis tambahan
baik dari pelanggan yang ada maupun yang baru. Staf penjualan ini terdiri dari:
a. Sales Representatif
Adalah staf penjualan yang mengunjungi grosir, pengecer, serta
pelanggan akhir, dengan melakukan tatap muka dengan calon pembeli sebagai
upaya penjualannya.
b. Staf Penjualan via Telepon (Tele Sales)
Adalah staf penjualan yang melakukan kontak dengan calon pembeli
melalui telepon dengan menciptakan kontak awal yang kemudian dapat
dilanjutkan dengan kunjungan oleh wiraniaga.
c. Demonstrator Produk
Adalah staf penjualan yang bertugas di toko grosir maupun pengecer atau
yang mengunjungi pelanggan untuk memberi kesempatan pada calon pembeli
untuk melihat cara kerja produk ataupun mencobanya.
d. Manajer Penjualan
Adalah pimpinan dari tim penjualan yang bertanggung jawab dalam
perencanaan, mengambil tindakan, mengawasi, dan melakukan koreksi terhadap
aktivitas dari staf penjual.
Dalam mengorganisir staf penjualan lapangan, tenaga penjual harus
menawarkan semua produk perusahaan di wilayah penjualan (sales territories)
yang kecil atau melakukan spesialisasi dalam penjualan lini produk terbatas di
daerah-daerah yang lebih luas.
Tugas-tugas yang harus dilaksanakan sales force (Kotler, 2003, p.638-639):
1. Prospecting: Mencari prospek atau leads.
2. Targetting: mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli.
19 Universitas Kristen Petra
3. Communicating: Mengkomunikasikan informasi tentang produk dan jasa
perusahaan.
4. Selling: Pendekatan, presentasi, menjawab keberatan dan menutup
penjualan.
5. Servicing: Menyediakan berbagai pelayanan untuk pelanggan, mengatasi
keberatan, memberikan bantuan teknis, mengatur keuangan, mempercepat
pengiriman.
6. Information gathering: Melakukan riset pasar dan melakukan tindakan yang
tepat.
7. Allocating: Memutuskan pelanggan mana yang akan mendapatkan produk
yang langkah selama kehabisan barang.
Jenis-jenis tenaga penjualan (Kotler,2003,p.640) :
1. Direct sales force
Terdiri dari pekerja penuh atau paruh waktu yang bekerja secara eksklusif
untuk perusahaan. Tenaga penjual ini termasuk tenaga penjual internal yang
melaksanakan bisnis di kantor dengan menggunakan telepon dan menerima
kunjungan dari pembeli prospektif, dan jenis tenaga penjual yang keliling
dalam mengunjungi pelanggan.
2. Contractual sales force
Terdiri dari sales representative perusahaan, agen penjualan dan broker
yang dibayar dengan komisi berdasarkan penjualan.
Dalam mengevaluasi efektifitas personal selling ini dapat dibuat
beberapa cara (Sameto, 2004, p.65-66):
1. Dengan membuat laporan kunjungan atas konsumen harian dan kemudian
dihitung jumlah kunjungan rata-rata per hari tiap orang.
2. Dalam laporan kunjungan tentu dicantumkan jumlah penjualan pada
konsumen kunjungan tersebut. Dengan demikian dapat dibuat rata-rata
penjualan perkunjungan untuk tiap penjualan dan rata-rata penjualan total
harian.
3. Dari hitungan diatas dapat dibuat juga biaya per kunjungan rata-rata.
4. Dapat dihitung pula jumlah konsumen yang dikunjungi dan dibedakan
konsumen lama dan baru.
20 Universitas Kristen Petra
5. Selain itu masih dapat dihitung jumlah konsumen yang hilang atau beralih
ke produk lain.
6. Dari perolehan total penjualan dari konsumen yang dikunjungi dapat
dihitung biaya per orang (penjual) dibandingkan total penjualan.
2.1.2.4 Tool Kit Bagian Sales Force
Menurut Royan (2009, p.183-185), “Sales force memerlukan alat agar
konsumen lebih cepat memahami sebuah produk”. Alat tersebut seperti katalog,
price list, serta berbagai peralatan pendukung lainnya. Dibawah ini merupakan
berbagai hal mengenai tool kit , antara lain:
1. Katalog
Katalog adalah berbagai gambar produk yang disajikan dalam bentuk
cetakan. Katalog juga dilengkapi dengan harga dibagian bawahnya.
2. Price list
Price list adalah daftar harga produk berbagai principal. Daftar harga itu
pada umumnya akan dikelompokkan sesuai dengan principal masing-
masing.
3. P.O.S
P.O.S adalah alat promosi atau sering disebut point of sales. Macam-
macam point of sales antara lain, brosur seringkali dibagikan di kasir
karena kasir dianggap sebagai point of sales, wobbler, flagchain, mobile
hanger digunakan untuk mengaitkan produk sachet, collection
4. PDA
PDA merupakan suatu alat yaitu mini komputer. Alat ini digunakan untuk
mencatat semua transaksi yang terjadi di lapangan.
5. Laporan Sales Force
Laporan ini terdiri atas laporan kunjungan kerja, CRC, laporan mingguan
dan bulanan. Laporan yang penting dibawa adalah CRC (customer record
card) dan laporan kunjungan. Dengan adanya CRC maka distributor dapat
mengetahui perkembangan pembelian pelanggan.
Sistem monitoring juga dapat dilakukan dengan menggunakan tool kit
yang dibawa oleh tenaga kerja untuk rute kunjungan kerja.
21 Universitas Kristen Petra
2.1.2.5 Administrasi
Menurut Frans M. Royan (2009, p.297-299), ”Accounting sebagai bagian
dari distributor yang menangani secara keseluruhan operasional distributor yang
berhubungan dengan semua transaksi antara lain penjualan, hasil penagihan,
pembayaran ke principlal dan supplier, pembuatan faktur pajak, neraca laba rugi,
pengajuan klaim, audit internal, dan berhubungan dengan audit eksternal yang
lebih fokus pada pencatatan”. Sementara, administrasi penjualan lebih
berhubungan dengan pembutan faktur penjualan, surat jalan, pengelolaan tagihan,
pengurusan dan pengecekan return, pengaturan dan perhitungan program, semua
yang bersifat pelaksanaan meskipun ada sedikit kegiatan pencatatan.
Bagian gudang memiliki tugas sebagai pengatur pengiriman sesuai jadwal
dan sesuai rute yang ada. Setelah itu, melakukan pengiriman kepada pemilik toko
sesuai alamat dan pemesanan.
2.1.2.6 Kompensasi
Kompensasi adalah satu cara untuk memotivasi, menggerakkan para
salesman atau karyawan agar lebih giat untuk melakukan pekerjaannya. Menurut
Milton L. Rock (2006,p.181), “Tantangan yang dihadapi manajemen adalah
menciptakan kondisi yang mendorong orang-orang dalam pekerjaannya untuk
bisa mengembangkan perusahaannya”. Aspek kunci dari lingkungan seperti itu
adalah kompensasi. Menurut Suharno (2001, p.95), tipe yang meliputi kepuasan
yang didapat dari pelaksanaan tugas yang bermakna yang berhubungan dengan
pekerjaan, antara lain:
1. Bentuk dari pembagian kompensasi langsung, yaitu:
a) Upah dan gaji
Upah pada umumnya berhubungan dengan tarif gaji per jam.
Upah adalah basis bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja produksi
dan pemeliharaan. Gaji umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan
atau bulanan. Menurut Edwin B. Flippo (2006, p.184), “upah adalah
harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang
lain”. Menurut Prof. Dr. FJHH Van Der Ven (2006, p.184), “Upah
adalah tujuan objektif kerja ekonomi”.
22 Universitas Kristen Petra
b) Insentif
Menurut Andrew F. Sikula (2006, p.200), “Insentif adalah
sesuatu yang mendorong atau mempunyai kecenderungan untuk
meransang suatu kegiatan, insentif adalah motif-motif dan imbalan-
imbalan yang dibentuk untuk memperbaiki produksi”. Menurut
Heidjrachman (2006, p.200), “Pengupahan insentif dimaksudkan untuk
memberikan upah atau gaji yang berbeda karena prestasi kerja yang
berbeda”. Tujuan program insentif yaitu mendorong produktifitas
karyawan dan efektifitas biaya.
Terdapat 2 jenis program insentif, yaitu tunjangan, contoh:
asuransi kesehatan dan jiwa, liburan yang ditanggung oleh perusahaan,
tunjangan pensiun dan lain sebagainya. Fasilitas, contoh: fasilitas
mobil, keanggotaan klub, tempat parkir khusus, dan lain sebagainya.
2. Ada 3 metode dasar dalam kompensasi:
a) Straight Salary
Yaitu gaji tetap yang diberikan kepada karyawan pada interval
waktu tertentu (bulanan, tahunan).
b) Straight Comission
Yaitu komisi tetap yang diberikan kepada karyawan apabila
penjualan selalu mendapat keuntungan atau penjualan perusahaan
selalu meningkat naik terus menerus.
c) Combinasion Compesation Plan
Yaitu kombinasi dari gaji dan kompensasi tetap atau bonus.
3. Cara melakukan tingkat kompensasi secara umum:
a) Skill, pengalaman.
b) Level income harus dibandingkan dengan yang dikerjakan.
c) Level income harus dibandingkan dengan yang lainnya.
4. Ada lima kartakteristik yang dimiliki kompensasi, yaitu:
a) Arti penting
Sebuah imbalan tidak dapat mempengaruhi orang jika hal tersebut
tidak penting. Tantangan dalam merancang sistem imbalan adalah
mencari imbalan yang dapat mendekati kisaran pada karyawan dan
23 Universitas Kristen Petra
menetapkan berbagai imbalan guna meyakinkan bahwa imbalan yang
tersedia adalah penting bagi semua tipe individu yang berbeda di
dalam organisasi.
b) Fleksibilitas
Jika sistem imbalan disesuaikan dengan karakterisktik unik dari
anggota individu, jika imbalan disediakan tergantung pada tingkat
kinerja tertentu.
c) Frekuensi
Semakin sering suatu imbalan dapat diberikan, semakin besar
potensi daya gunanya sebagai alat yang mempengaruhi kinerja
karyawan. Oleh karena itu, imbalan didambakan adalah imbalan yang
dapat diberikan dengan sering tanpa kehilangan arti pentingnya.
d) Visibilitas
Imbalan sudah seharusnya dapat dilihat supaya karyawan
merasakan adanya hubungan antara kinerja dan imbalan.
e) Biaya
Sistem kompensasi nyata tidak dapat dirancang tanpa
pertimbangan terhadap biaya imbalan yang tercakup. Semakin rendah
biayanya, semakin diinginkan imbalan tersebut dari sudut pandang
organisasi.
2.1.2.7 Target Penjualan
Membuat target penjualan merupakan hal yang penting dan berguna bagi
seorang tenaga penjual. Target tersebut akan menjadi mekanisme kontrol otomatis
dalam diri penjual, seperti halnya teknologi peluru kendali, targetnya adalah kapal
atau pesawat musuh dan tugas peluru kendali adalah mengenai target tersebut
(Hartono, 2008). ”Agar target penjualan tersebut jelas maka target tersebut harus
memenuhi SMART, yaitu specific (spesifik), measurable (dapat diukur),
attainable (dapat dicapai), realistic (masuk akal), dan timeliness (ada batasan
waktu)” (Hartono, 2008, p. 94-95). Dengan memenuhi karakteristik tersebut maka
target penjualan dapat menentukan jumlah, jenis, serta jadwal promosi yang
24 Universitas Kristen Petra
digunakan, jumlah pelanggan yang akan dicapai, serta jumlah tenaga penjual yang
harus digunakan, serta jenis pemasok yang bisa dijadikan sebagai mitra kerja.
Penentuan target penjualan ini perlu ditetapkan karena pada dasarnya
tugas penjualan adalah meliputi (Pranata, 2007, p.18):
1. Penyimpangan dari rencana penjualan merupakan tolak ukur penilaian
prestasi. Dalam hal misalnya dilihat dari feedback surat tugas, baik taking
order maupun canvassing, maupun collection.
2. Target yang dibuat sebagai rencana akan menentukan prestasi. Target ini bisa
berupa target penjualan per sales, per tim, dan seterusnya hingga struktur
organisasi penjualan tertinggi.
3. Target yang sifatnya fixed harus tepat pada suatu nilai atau ukuran.
4. Unsur-unsur dalam tugas penjualan tujuan akhir yang telah ditentukan dan
dapat diukur (dihitung nilainya). Ukuran perhitungan dalam waktu, biaya, dan
tingkat penjualan pada hasil yang dicapai.
2.1.2.8 Kebijakan Penjualan
Dalam transaksi penjualan sebaiknya terdapat kebijakan-kebijakan penjualan
yang bisa dilakukan dengan membuat kesesuaian potongan harga. Pemberian
diskon tidak sesuai dengan tipe outlet akan menyulitkan barang dari distributor
sampai pada konsumen yang pada akhirnya akan menghambat peningkatan
penjualan. Oleh karena itu pemberian diskon dapat disesuaikan dengan: (Royan,
2009, p.50)
1. Berdasarkan banyaknya pembelian produk per bulan. Misalnya:
Tabel 2.1 Pemberian Diskon
Jumlah
Pengambilan Diskon
>25 karton 5%
24-10 karton 3%
9-5 karton 2%
5 karton 0%
25 Universitas Kristen Petra
2. Berdasarkan jenis pedagang. Misalnya untuk hypermart, supermarket
nasional chain dan mini market akan mendapatkan diskon 4%. Untuk
hypermart dan supermarket nasional chain, selain mendapatkan diskon
4% juga akan mendapatkan berbagai diskon tambahan berupa diskon
program. Untuk traditional market antara lain untuk tipe grosir 5% dan
retailer 2%.
3. Berdasarkan jangka waktu yang dilakukan pihak toko. Misalnya pihak
toko akan memberikan diskon tambahan jika membeli dengan cara tunai
atau pembelian kredit tidak akan diberi diskon tambahan.
2.1.2.9 Kebijakan Kredit
Menurut Bambang Riyanto (2005, p.38) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi piutang adalah sebagai berikut:
a. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka
jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya perusahaan harus
menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski berisiko
semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat.
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya
keselamatan kredit lebih diutamakan daripada profitabilitas. Syarat
pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran
yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran
piutang yang terlambat. Umumnya, syarat penjualan kredit dinyatakan
dengan term tertentu, misalnya 20/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan
barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari
harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam
waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. Jadi, batas waktu
pembayaran adalah 30 hari. Semakin panjang waktu pembayarannya,
semakin besar jumlah investasi dalam piutang.
26 Universitas Kristen Petra
c. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal atau platform bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan.
Makin tinggi platform yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar
pula dana yang diinfestasikan ke dalam piutang. Dengan demikian,
pembatasan kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat
dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif
dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih
besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil risiko
tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan
menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan
cara:
a. Memungut secara langsung
b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan
e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan
menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan
sebagian lagi tidak demikian.
2.1.3 Kepuasan Pelanggan
Seorang pelanggan yang setia akan memiliki perasaan keterikatan dan
ketertarikan terhadap produk atau jasa pada suatu kondisi yang penuh persaingan
dan pilihan, yang ditandai dengan mengkonsumsi secara teratur. Berdasarkan hal
itu, ada dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu ikatan emosional atau perasan
(attachment) dan pola pengulangan (repeat purchase) dalam mengkonsumsi
produk atau jasa (Griffin, 2005, p.22). Dari kedua faktor tersebut terbentuklah
empat tipe loyalitas : No Loyalty, Inertia Loyalty, Latent Loyalty, dan Premium
Loyalty. Keempat tipe ini muncul ketika ikatan emosional yang tinggi dan rendah
saling berinteraksi silang dengan pengulangan dan mengkonsumsi yang tinggi dan
rendah.
27 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.2 Empat Tipe Loyalitas
Repeat Purchase
Relative
Attachment
High Low
High Premium Loyalty Latent Loyalty
Low Inertia Loyalty No Loyalty
(Sumber : Griffin, 2005, p.22)
No Loyalty tercipta dari rendahnya level ikatan emosional yang terlibat
(attachment) dengan rendahnya pengulangan mengkonsumsi (repeat purchase).
Kedua, Inertia Loyalty terbentuk dari rendahnya level ikatan emosional yang
terlibat (attachment) dengan tingginya pengulangan mengkonsumsi (repeat
purchase).
Ketiga Latent Loyalty terjadi karena tingginya level ikatan emosional
yang terlibat (attachment) dengan rendahnya pengulangan mengkonsumsi (repeat
purchase). Faktor situasional lebih menentukan dalam pengulangan konsumsi
dibandingkan dengan pengaruh sikap. Premium Loyalty muncul akibat tingginya
level ikatan emosional yang terlibat (attachment) dengan tingginya pengulangan
mengkonsumsi (repeat purchase).
Menurut Tjiptono (2006, p.345) terdapat tujuh elemen utama dalam program
kepuasan pelanggan yaitu :
1. Barang dan Jasa Berkualitas
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan
harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Standar dari
perusahaan harus sama dengan para pesaing utama dalam industri.
2. Relationship Marketing
Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah upaya
menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah
bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa
dan pelanggan dapat membangun bisnis ulangan dan dapat menyediakan
loyalitas pelanggan.
28 Universitas Kristen Petra
3. Program Promosi Loyalitas
Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi
antara perusahaan dan pelanggan. Pada umumnya, program ini
memberikan semacam penghargaan khusus seperti bonus, diskon, voucher,
dan hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian
produk atau jasa perusahaan.
4. Fokus Kepada Pelanggan Terbaik
Program promosi loyalitas dapat beraneka ragam bentuknya,
namun semuanya memiliki kesamaan pokok dalam hal fokus kepada
pelanggan yang paling berharga.
5. Sistem Penanganan Komplain Secara Efektif
Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk.
Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan
benar-benar berfungsi sejak awal. Jika terdapat masalah, perusahaan harus
berusaha memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain.
6. Unconditional Guarantees
Unconditional guarantees dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan
kepuasaan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan
kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan
oleh pelanggan. Garansi sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko
pembelian oleh pelanggan
7. Program Pay-For-Performance
Program kepuasaan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya
dukungan sumber daya manusia organisasi. Disamping memuaskan
kebutuhan pelanggan, karyawan juga harus dipuaskan juga kebutuhannya.
Dengan kata lain total customer statisfaction harus didukung pula dengan
total quality reward yang mengaitkan sistem penilaian kinerja dan
kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan
kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan.
29 Universitas Kristen Petra
2.1.3.1 Mengukur Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2005, p.36) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Sistem Keluhan dan Saran
Dalam sistem ini media yang dapat digunakan adalah kotak saran
yang diletakan di tempat-tempat strategis, fasilitas kartu komentar yang
bisa diisi langsung atau dikirimkan lewat pos, saluran telepon khusus
(hotline) dan lain-lain. Metode ini cenderung bersifat pasif sehingga sulit
untuk mendapat gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan, karena tidak semua pelanggan yang tidak puas akan
menyampaikan keluhannya.
2. Survei Kepuasan Pelanggan
Melalui survei perusahaan akan memperoleh umpan balik secara
langsung dari pelanggan sekaligus memberikan kesan positif bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggannya.
3. Ghost Shopping
Ghost Shopping dilakukan dengan menggunakan beberapa orang
yang berpura-pura menjadi pelanggan atau pembeli potensial produk
perusahaan atau pesaing. Mereka kemudian akan menyampaikan temuan-
temuan tentang kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing.
Disamping itu mereka juga mengamati dan menilai cara perusahaan dan
pesaing menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan termasuk cara yang
dilakukan dalam mengangani setiap keluhan.
4. Lost Customer Analysis
Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggan yang berhenti
membeli atau beralih. Dengan demikian mereka dapat memperoleh
informasi mengapa hal tersebut terjadi.
2.1.4 Segmentasi
Menurut Swastha & Handoko (1997) “Mengartikan segmentasi pasar
sebagai kegiatan membagi–bagi pasar atau market yang bersifat heterogen
kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogeny”. Menurut Pride & Ferrel
30 Universitas Kristen Petra
(1995) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar
ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik
yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembelian.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (2002, p.254) “Pasar terdiri dari
pembeli dan pembeli berbeda-beda dalam berbagai hal yang dapat membeli dalam
keinginan, sumber daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli”. Masing-
masing pembeli memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing
pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya
mendisain program pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli.
Segmentasi yang lengkap membutuhkan biaya yang tinggi, dan kebanyakan
pelanggan tidak dapat membeli produk yang benar-benar disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk itu, perusahaan mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar
dengan kebutuhan produk atau tanggapan membeli yang berbeda-beda. Segmen
pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang
sama (Kotler, 2005, p.307).
2.1.4.1 Manfaat Segmentasi
Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar
pengelompokkan variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau
mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum
perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam
jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991).
Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:
1. Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai
kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
2. Dapat mendesain produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
3. Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.
4. Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi
segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau
periode-periode dimana reaksi pasar cukup besar.
31 Universitas Kristen Petra
Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai
berikut:
1. Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
3. Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar.
4. Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar
sasaran.
Konsumen mungkin ingin sesuatu yang baru setiap kali melakukan
pembelian. Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau
mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau
memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian
maupun gaya hidup. Kotler (2003) menyatakan:
“Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of
potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively
similar buying characteristics or needs”.
Sementara itu Kotler, kartajaya, Huan dan liu (2003) menyatakan bahwa
segmentasi adalah melihat pasar secara kreatif, segmentasi merupakan seni
mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar. Pada
saat yang sama segmentasi merupakan ilmu untuk memandang pasar berdasarkan
variabel geografis, demografis, psikografis dan perilaku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi
memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan. Segmentasi tersebut memiliki
peran penting karena beberapa alasan:
1. Segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam
mengalokasikan sumber daya. Dengan membagi pasar menjadi segmen-
segmen akan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan
segmen mana yang akan dilayani. Selain itu, segmentasi memungkin
perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peta
kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan (Kotler, Kartajaya,
Huan dan liu, 2003)
32 Universitas Kristen Petra
2. Segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen
strategi. Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan
memberikan acuan dalam penentuan positioning.
3. Segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan
memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang
dilakukan pesaing.
2.1.4.2 Syarat Segmentasi Yang Efektif
Dalam melakukan segmentasi perusahaan perlu memperhatikan efektifitas
segmentasi tersebut. Syarat segmentasi yang efektif adalah (Kotler,2003):
1. Measurable (terukur)
Measurable berarti melihat kemampuan untuk mengukur atau mengidentifikasi
pasar tersebut.
2. Substansial (banyak)
Substansial berarti segmen tersebut harus besar dan profitable untuk dilayani.
3. Accessible (dapat diakses)
Accessible berarti segmen tersebut harus mudah dijangkau untuk dilayani.
4. Differentiable (dapat dibedakan)
Differentiabel berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.
5. Actionable (dapat dilayani)
Actionable berarti sejauh mana program yang efektif dapat didisain untuk
menarik melayani segmen – segmen tersebut.
2.1.5 Potensi pasar
Menurut Pearce dan Robinson (2000, p.230) “Memberikan pengertian
peluang pasar. Pasar adalah situasi penting yang paling menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan”. Untuk meningkatkan volume penjualan dan merebut
pangsa pasar yang besar, maka perusahaan harus menggunakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang tepat untuk memasuki peluang pasar yang ada. Selanjutnya
perusahaan harus melihat potensi dari pasar.
Kotler (1997, p.118) “Menyatakan bahwa, potensi pasar adalah batas yang
di dekati oleh permintaan ketika pengeluaran pemasaran industri mendekati tak
33 Universitas Kristen Petra
terhingga untuk lingkungan yang telah di tentukan”. Dalam sebagian besar kasus
potensi penjualan perusahaan lebih rendah dari pada potensi pasar. Menurut
Kotler, Bowen dan Makens (2002, p.254) “Pasar terdiri dari pembeli dan pembeli
berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber
daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli”. Hal ini terjadi karena
masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing
pembeli merupakan pasar potensial tersendiri.
Potensi pasar merupakan kumpulan calon pembeli yang memiliki minat
pada suatu tawaran pasar tertentu dimana dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu orang-orang yang belum menggunakan produk dari suatu perusahaan
maupun produk sejenis dari perusahaan saingan dan konsumen yang telah
menggunkan produk dari perusahana tertentu dimana konsumen ini merupakan
potensi pasar yang baru bagi perusahaan pesaing. Jadi, untuk meningkatkan
jumlah pasar, suatu perusahaan harus mampu menjangkau potensi pasar yan ada.
Dalam menemtukan pasar yang potensial, tidak cukup hanya
mengandalkan minat konsumen terhadap produk saja tetapi juga konsumen
tersebut harus mempunyai pendapatan yang memadai untuk membeli produk
tersebut. Besarnya potensial pasar merupakan suatu fungsi dari konsumen yang
memiliki minat dan pendapatan yang memadai.
Walaupun memiliki pasar yang besar, tetapi dalam menjangkau potensi
pasar tersebut masih terdapat banyak hambatan akses atau rintangan maka
percuma saja. Misalnya, suatu produk akan didistribusikan ke daerah-daerah,
tetapi perusahaan tersebut tidak memiliki biaya yang cukup. Maka produk tersebut
sulit untuk didistribusikan. Besarnya pasar yang tersedia adalah para konsumen
yang mempunyai minat, pendapatan dan akses atau jangkauan terhadap suatu
pasar tertentu.
Dalam tawaran pasar tertentu, perusahaan dapat saja membatasi penjualan
pada kelompok tertentu yang dikarenakna kebijakan perusahaan atau kebijakan
pemerintah. Perusahaan yang memiliki qualified available market dapat
memfokuskan pasarnya pasa suatu segmen pasar tertentu yang disebut juga pasar
yang dilayani atau pasar sasaran, yaitu bagian dari pasar tersedia yang memenuhi
syarat yang dicari perusahaan.
34 Universitas Kristen Petra
Jadi, selain minat konsumen, potensial pasar juga didasarkan pada
pendapatan yang memadai untuk membeli produk, jangkauan penyebaran produk,
kualifikasi untuk tawaran pasar tertentu, serta saran-saran pendukung yang lain.
2.1.6 Peluang Pasar
Beberapa pengusaha memiliki kemampuan mengenali peluang bisnis
yang sangat penting untuk proses wirausaha, begitu pula dengan mengembangkan
bisnis. Peluang bisnis merupakan kemungkinan seorang pengusaha untuk berhasil
memenuhi kebutuhan yang tidak terpuaskan, yang dapat menghasilkan penjualan
dan keuntungan yang cukup besar (Hisrich, et.al., 2008, p.199).
Sebagian besar peluang bisnis yang baik tidak muncul secara tiba-tiba,
melainkan merupakan hasil dari ketajaman seorang pengusaha melihat
kemungkinan, pada beberapa kasus, pembentukan mekanisme yang dapat
mengidentifikasi peluang potensial (Hisrich, et.al., 2008, p.12).
Setiap perusahaan harus mampu mengidentifikasi peluang-peluang baru
di pasar dan terus menerus mencari cara-cara baru untuk menawarkan nilai kepada
konsumen. Peluang itu dapat ditemukan secara sistematis maupun secara sepintas.
Peluang yang akan dimanfaatkan harus disesuaikan dengan sasaran dan sumber
daya perusahaan (Umar, 2000, p.49).
2.1.7 Ramalan Penjualan
“Ramalan penjualan adalah suatu usaha untuk memperkirakan tingkat
penjualan yang akan dicapai oleh perusahaan pada waktu yang akan datang,
dimana di dalamnya mengandung banyak unsur ketidakpastian” (Marwan Asri,
1980, p.2),.
Menurut Douglas J. Darlymple, William L. Cron, dan Thomas E.
DeCarlo (2003), metode sales forecasting terbagi atas dua cara, yaitu :
1. Qualitative Sales Forecasting
Metode ini meramalkan penjualan melalui estimasi yang disiapkan
oleh perwakilan perusahaan di lapangan. Kemudian dikumpulkan suatu grup
dari manajer-manajer yang berpengalaman untuk memberi estimasi
penjualan untuk produk saat ini dan produk baru yang akan ditawarkan.
35 Universitas Kristen Petra
Kedua peramalan ini kemudian akan diperbandingkan dan perbedaan yang
muncul diantara keduanya akan direkonsiliasi.
Keunggulan dari metode ini adalah peramalannya dapat dilakukan
dengan cepat dan memperhatikan banyak faktor-faktor subjektif, seperti
kompetisi, iklim ekonomi, cuaca, dan aktivitas serikat kerja.
Di sisi lain, kelemahan dari metode ini adalah peramalannya
dilakukan berdasarkan pengalaman, dan sulit mengajarkan seseorang untuk
menguasai metode ini.
Metode qualitative sales forecasting ini sering dilakukan dalam
beberapa kondisi, seperti :
a. Ketika suatu perusahaan hanya memiliki sedikit data numerik untuk
meramalkan penjualan. Contohnya adalah produk-produk baru, yang
memiliki informasi terbatas. Dalam hal ini, metode qualitative
digunakan untuk memprediksikan pendapatan penjualannya.
b. Dalam situasi di mana manajer atau tenaga penjual mahir dalam
memprediksi pendapatan penjualan.
c. Dalam situasi di mana pasar dikacaukan oleh pemogokan kerja,
perang, bencana alam, resesi, atau inflasi. Dalam kondisi seperti ini,
data historis menjadi tidak berguna.
Menurut David Georgoff dan Robert Mudick terdapat beberapa teknik dari
analisis kualitatif antara lain metode executive judgement, metode sales force
composite dan metode delphi.
a) Executive Judgment
Mark Moriarty dan Arthur Adams menyarankan metode executive
judgement menghasilkan ramalan yang akurat ketika perkiraan dibuat
frekuensi dan berulang-ulang, lingkungan yang stabil, hubungan antara
tindakan keputusan dan timbak balik pendek.
b) Sales Force Composite
Pendekatan sales force composite adalah tenaga kerja efektif yang
dapat mengestimasikan volume penjualan di masa yang akan datang.
Gabungan ramalan merupakan perkembangan kombinasi estimasi
penjualan dari semua tenaga kerja. Keuntungan metode sales force
36 Universitas Kristen Petra
composite adalah kemampuan untuk mengambarkan pengetahuan tenaga
kerja tentang pasar dan customer.
c) Delphi Methode
Dalam metode delphi untuk peramalan, opini dari ahli untuk penjualan
kedepan adalah dalam konversi dan konsensus informasi melalui struktur
timbal balik yang tinggi.
2. Quantitative Sales Forecasting
Sales forecast sering dipersiapkan per bulan atau per kwartal, dan
faktor musiman sering menjadi alasan perubahan volume penjualan dalam
jangka pendek. Suatu peramalan bisa menjadi peramalan yang buruk ketika
kesalahan dalam mempertimbangkan faktor-faktor musiman. Ketika data
historis penjualan digunakan dalam peramalan, akurasi dari peramalan
tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat penyesuaian untuk
menghilangkan efek dari faktor musiman.
Langkah pertama dalam melakukan penyesuaian adalah dengan
mengumpulkan data penjualan beberapa tahun terakhir. Langkah berikutnya
adalah penjualan per bulan atau per kwartal dirata-ratakan untuk tiap
tahunnya untuk membuat seasonal index. Indeks tersebut akan memberikan
gambaran kasar dari efek faktor-faktor musiman, seperti misalnya penjualan
kwartal pertama yang indeksnya berada jauh dibawah indeks rata-rata per
tahun.
Terdapat dua fakta mengenai penyesuaian musiman ini, yaitu
penyesuaian musiman secara luas digunakan dalam bisnis dan penyesuaian
musiman mengurangi kesalahan-kesalahan peramalan.
Menurut David Georgoff dan Robert Mudick teknik kuantitatif adalah
ramalan sistematis dan objectif yang menawarkan dua metodologi primer yaitu
Time series adalah metode time series menggunakan sejarah data dalam waktu
trend dan pertumbuhan penjualan. Ini cocok untuk ramalan jangka pendek.
Kedua, regression or casual adalah ramalan yang berasal dari nilai proyek dari
setiap faktor dalam model dengan memasukkan nilai dalam persamaan regresi.
37 Universitas Kristen Petra
Model kausal akan lebih handal dari setiap faktor yang mempengaruhi penjualan
estimasi untuk waktu ke depan.
a. Time Series Analysis
Time series tersusun untuk mengukur pola, dan objectif dalam analisa
untuk mengidentifikasi pola juga kemungkinan proyek. Time series memiliki
empat komponen:
T=trend
C=Cycle
S=seasonal
I=irregular
Indikasi trend jangka panjang. Trend garis lurus yang membentuk y=a+bx
atau kurva y=abx atau y=bx+cx
2
b) Seasonal Pattern
Data menyatakan harian, mingguan, bulanan dan kuarter
menampilkan gambaran kasar dari efek faktor-faktor musiman, seperti
misalnya penjualan kwartal pertama yang indeksnya berada jauh dibawah
indeks rata-rata per tahun.
c) Regression or Casual Techniques
Teknik kasual adalah menggunakan hubungan tertentu antara
penjualan dan variable untuk hubungan penjualan. Diciptakan ramalan
penjualan dengan causal analysis, analisis hubungan matematika antara
penjualan dan variable causal. Hubungan linier: y=a+bx, dimana a dan b
adalah koefisien hubungan dan variable causal dari estimasi.
d) Limitations
Metode causal memiliki ukuran level yang tepat, ada beberapa
peringatan dan keterbatasan diantaranya pertama, diskusi, fakta bahwa
penjualan dan beberapa variable adalah korelasi, tidak berarti bahwa
independen variable disebabkan penjualan. Kedua, antara x dan y
memiliki pola trend, akibat korelasi hanya trend, sedangkan komponen
lain tidak korelasi. Ketiga, metode regresi memerlukan sejarah data
yang besar untuk persamaan valid dan reliable tetapi data diperlukan
untuk membangun kestabilan hubungan variable
38 Universitas Kristen Petra
Dalam akhir analisis, kualitas dari ramalan penjualan dihasilkan
dari model regresi akan tergantung dalam kemampuan ramalan untuk
dihasilkan estimasi valid dan handal dalam independen variable.
3. Kombinasi Several Forcasting Techniques
Hasil kombinasi ramalan melampaui proyek individu, teknik dan
analisis oleh ahli. Mark Moriary dan Arthur Adams menyatakan, manajer
akan menggunakan model ramalan gabungan termasuk antara faktor
sistematis (kualitatif) dan judgmental (kuantitatif). Fakta menyatakan
gabungan ramalan diciptakan untuk menyediakan standar dari perbandingan
dalam evaluasi hasil persediaan oleh pendekatan peramalan single.
2.1.8 Analisa Pesaing
Analisa Pesaing adalah proses mengidentifikasi para pesaing kunci,
mengkaji tujuan, strategi, kekuatan dan kelemahan, pola reaksi mereka, dan
memilih pesaing yang akan diserang atau dihindari (Kotler, 2004, p.808).
a. Mengidentifikasi Pesaing
Perusahaan mendefinisikan para pesaingnya sebagai sejumlah perusahaan
lain yang menawarkan produk dan jasa yang sama kepada pelanggan yang
sama dengan harga yang sama.
b. Mengkaji Para Pesaing
Mencari informasi tentang strategi pesaing, kekuatan dan kelemahan
pesaing.
c. Memilih Pesaing Untuk Diserang atau Dihindari
Manajemen harus memutuskan pesaing mana yang akan dilawan secara
gencar. Perusahaan bisa berfokus pada salah satu dari beberapa kelas
pesaing. Kebanyakan perusahaan lebih suka memilih pesaing yang lemah
karena untuk melawannya hanya membutuhkan sumber daya yang lebih
sedikit. Beberapa lebih menyukai pesaing yang kuat karena apabila berhasil
melawan mereka, maka hasil yang didapat pun juga akan lebih besar.
39 Universitas Kristen Petra
2.1.9 Boston Consulting Group Matrix
Menurut David (2006), “Matrik BCG secara grafis menunjukkan
perbedaan di antara berbagai divisi dalam posisi pangsa pasar relatif dan tingkat
pertumbuhan industry”. Matrik BCG memungkinkan organisasi multidivisi untuk
mengelola portofolio bisnisnya dengan mempertimbangkan posisi pangsa pasar
relatif dan tingkat pertumbuhan industri dari masing-masing divisi relatif terhadap
divisi lain dalam organisasi. Posisi pangsa pasar relatif (relative market share
position) didefinisikan sebagai rasio dari pangsa pasar yang dimiliki oleh pesaing
terbesar dalam industri tersebut.
Menurut Rangkuti (2004) dan Philip Kotler (1996, p.54), Matrik BCG adalah
model yang berbagi sebuah daerah dengan dua garis, yaitu vertikal dan horizontal
menjadi empat kuadran, yaitu :
1. Bintang (Stars) mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan
dan profitabilitas. Pangsa pasar relatif tinggi dan tingkat pertumbuhan industri
yang tinggi. Pendapatan dan laba yang tinggi bagi perusahaan dan investasi
dalam jumlah besar juga diperlukan untuk mempertahankan posisinya dalam
mempertahankan industri yang tinggi. Kategori ini adalah pemimpin pasar
namun bukan berarti akan memberikan arus kas positif bagi perusahaan, karena
harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan
mengantisipasi para pesaingnya.
2. Tanda tanya (Question Mark) memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah,
tetapi mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh pesat. Bisnis ini disebut
tanda tanya karena harus memutuskan apakah akan memperkuat posisi ini
dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar,
atau pengembangan produk). Question Mark perlu banyak investasi untuk
mengembangkan produk dan promosi dalam rangka meningkatkan pangsa
pasar.
3. Sapi perah (Cash Cows) memiliki pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi
bersaing dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah
karena menghasilkan kas lebih dari yang dibutuhkanya, mereka seringkali
diperah untuk membiayai untuk membiayai sektor usaha yang lain. Bagian sapi
perah harus dikelola untuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin.
40 Universitas Kristen Petra
4. Anjing (Dogs) memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam
industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Pemasukan relative
kecil bagi perusahaan dan untuk mempertahankannya investasi yang
dikeluarkan lebih banyak merugi, karena tidak sebanding dengan pemasukan
yang dihasilkan. Posisi internal dan eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali
dilikuidasi, didivestasi atau dipangkas dengan penghematan. Setelah
pemangkasan biaya dan asset besar-besaran, menjadi bisnis yang mampu
bertahan & menguntungkan.
2.1.10 Standart Operating Procedure (SOP)
Standart Operating Procedure adalah satu set instruksi tertulis yang
mengdokumentasikan kegiatan atau proses rutin dalam suatu organisasi (EPA
2001). Pengembangan dan penggunaan SOP merupakan salah satu faktor
kesuksesan sistem kualitas, di mana SOP menyediakan informasi untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan benar bagi tiap personil, dan mempermudah
dalam menerapkan kekonsistenan dalam kualitas dan integritas suatu produk atau
hasil akhir.
SOP dibuat bukan bertujuan untuk menduplikasi informasi teknis atau
menunjukkan instruksi per langkah dalam melakukan suatu pekerjaan (FEMA,
1999). Untuk pengetahuan dan keterampilan dari seorang personil dalam
melakukan suatu pekerjaan tertentu dituliskan dalam protokol teknis dan pelatihan
profesional. SOP mendeskripsikan pertimbangan yang saling berhubungan,
seperti : keselamatan kerja, penggunaan bahan baku, pengoperasian mesin, hak
dan tanggung jawab personil, koordinasi dengan departemen lainnya, persyaratan
laporan, dan sebagainya. Dengan kata lain, SOP tidak mendekripsikan peranan
departemen dalam melakukan suatu pekerjaan (petunjuk prosedur).
Pembuatan SOP memiliki beberapa fungsi dan manfaat dalam
perusahaan yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a. SOP memastikan bahwa perusahaan memiliki proses konstan yang memenuhi
standar dan semua personil mengenal proses tersebut.
b. Dengan adanya SOP, proses akan selalu ditinjau dan diperbaharui berdasarkan
dasar yang sudah ada.
41 Universitas Kristen Petra
c. SOP menjamin bahwa audit yang dilakukan oleh Biro Konsultan atau sponsor
tidak akan menghasilkan penemuan yang merugikan perusahaan, dan juga
dapat memberi perusahaan suatu perlindungan yang legal.
d. SOP dapat mengurangi perbedaan dalam sistem, di mana perbedaan tersebut
merupakan kendala dalam efisiensi produksi dan pengontrolan kualitas.
e. SOP dapat membantu dalam pelatihan personil baru sebagai sumber referensi
bagai pelatih personil.
f. SOP dapat mempermudah dalam melakukan pelatihan silang, dimana
pelatihan silang melatih personil dalam melakukan pekerjaan di departemen
lain, dengan kata lain di luar departemen asalnya.
g. SOP dapat membantu dalam melakukan evaluasi terhadap performasi personil
dan proses yang dilakukan.
2.1.11 Analisa Strength, Weaknees, Opportunities, Threats (SWOT)
Analisa SWOT menurut Philip Kotler (2000, p.8), “SWOT merupakan
evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut dibagi kedalam dua
lingkungan analisa, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal”.
Freddy Rangkuti (2003, p.19) “Menyatakan bahwa analisa SWOT
merupakan analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)”.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT atau disebut juga dengan matriks TOWS. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis
42 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Diagram Matriks TOWS
Strenghts (S)
Faktor kekuatan internal
Weakness (W) Faktor kekuatan internal
Opportunity (O)
Faktor kekuatan external
Strategi SO
Ciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
menciptakan peluang
Threat (T)
Faktor kekuatan external
Strategi ST
Ciptakan strategi
yang
menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi
ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
mengindari ancaman
Sumber : Rangkuti (2005, p.19)
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada
Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari
43 Universitas Kristen Petra
ancaman Analisis SWOT adalah penilaian terhadap hasil identifikasi
situasi, untuk menentukan apakah suatu kondisi dikategorikan sebagai
kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman (Tripomo, 2005, p.118).
Kekuatan (Strenghts) adalah situasi internal organisasi yang berupa
kompetensi/kapabilitas/sumberdaya yang dimiliki organisasi, yang dapat
digunakan sebagai alternatif untuk menangani peluang dan ancaman.
Kelemahan (Weakness) adalah situasi internal organisasi dimana
kopetensi/kapabilitas/sumberdaya organisasi sulit digunakan untuk
menangani kesempatan dan ancaman.
Peluang (Opportunity) adalah situasi eksternal organisasi yang
berpotensi menguntungkan.
Ancaman (Threat) adalah situasi eksternal organisasi yang
berpotensi menimbulkan kesulitan.
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat
ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor
tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT
memandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan (Rangkuti, 2005, p.19).
44 Universitas Kristen Petra
2.1.12 Kerangka Pikiran
Latar Belakang
Penyusunan Strategi Penjualan dan Sistem Penjualan UD. LAJU yang Efektif
didalam Memaksimalkan Potensi Pasar di Wilayah Jawa Timur
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian menggunakan eksploratif yang dicapai
menggunakan kualitatif dan Teknik penelitian data
menggunakan studi kasus
Strategi Penjualan, Basu Swasta
(2003)
Sistem Penjualan, Mulyadi (2001)
Potensi Pasar, Kotler (2002)
Gambaran Perusahaan
Temuan Lapangan dan Hasil
Analisa
Kesimpulan dan Saran