2. mountaineering

18
3 BAB III MOUNTAINEERING A. PENGERTIAN Mountaineering berasal dari kata mountain yang berarti gunung secara bahasa kata mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung atau kegiatan pendakian gunung membutuhkan keterampilan, kecerdasan, keuatan serta daya juang yang tinggi. Dalam arti luas pendakian gunung berarti suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit hingga butuh waktu lama. B. MENGENAL GUNUNG Secara garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasarkan bentuknya dibagi menjadi: a. Gunung api perisai atau tameng: gunung api ini terjadi jika magma yang keluar sangat encer, sehingga magma yang keluar dapat bergerak sangat jauh dari lubang pusat erupsi, akibatnya akan membentuk gunung api yang mempunyai lereng yang landai b. Gunung api maar: gunung api ini terjadi akibat erupsi eksplosif kemudian gunung api ini mati, akibatnya dapur gunung api yang dangkal, bentuk gunung api ini kecil tetapi mempunyai lereng yang curam. c. Gunung api strato: terjadi akibat peristiwa eksplosif (ledakan) kemudian diselingi lelehan, akibatnya lereng gunung menjadi berlapis-lapis. C. JENIS PENDAKIAN GUNUNG 1. Hill Walking/Feel Walking(hiking)

Upload: wahyu-rahmadhan

Post on 19-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tentang gunung

TRANSCRIPT

15

BAB IIIMOUNTAINEERING

A. PENGERTIAN

Mountaineering berasal dari kata mountain yang berarti gunung secara bahasa kata mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung atau kegiatan pendakian gunung membutuhkan keterampilan, kecerdasan, keuatan serta daya juang yang tinggi. Dalam arti luas pendakian gunung berarti suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit hingga butuh waktu lama.

B. MENGENAL GUNUNGSecara garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasarkan bentuknya dibagi menjadi:

a. Gunung api perisai atau tameng: gunung api ini terjadi jika magma yang keluar sangat encer, sehingga magma yang keluar dapat bergerak sangat jauh dari lubang pusat erupsi, akibatnya akan membentuk gunung api yang mempunyai lereng yang landaib. Gunung api maar: gunung api ini terjadi akibat erupsi eksplosif kemudian gunung api ini mati, akibatnya dapur gunung api yang dangkal, bentuk gunung api ini kecil tetapi mempunyai lereng yang curam.c. Gunung api strato: terjadi akibat peristiwa eksplosif (ledakan) kemudian diselingi lelehan, akibatnya lereng gunung menjadi berlapis-lapis.C. JENIS PENDAKIAN GUNUNG1. Hill Walking/Feel Walking(hiking)Hill walking/Feel Walking(hiking) adalah kegiatan menjelajahi daerah perbukitan yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata 45 derajat. Dalam hiking tidak di butuhkan alat bantu khusus. Kedua kakilah yang di andalkan sebagai media utamanya dan tangan sesekali digunakan untuk memegang tongkat jelejah.2. ScramblingMerupakan kegiatan penakian gunung di wilayah dataran tinggi pegunungan yang lebih dari bukit dan kemiringannya lebih ekstrem (kira-kira di atas 45 derajat). Dalam hiking kaki sebagai alat utama, tetapi dalam scrambling selain kaki, pendaki pun menggunakan tangan sebagai penyeimbang atau pembantu gerakan pendakian.

3. ClimbingClimbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.

Di dalam arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.

Biasanya orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di tebing buatan (woll-climbing).

Bentuk kegiatan climbing di bagi beberapa bagian,yaitu:

1. Rock Climbing

2. Pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik pemanjatan dan menggunakan peralatan yang khusus.3. Snow dan Ice Climbing (pendakian gunung es dan salju).4. Wall Climbing (panjat dinding).5. Panjat Tali: prusiking, jumating, rapling.

D. MACAM DAN TINGKAT PENDAKIAN GUNUNG

Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya membutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club Mountaineers, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.

1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)a. class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tanganb. class 2 ; dibutuhkan bantuan tanganc. class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan pemulad. class 4 ; pendakian memerlukan tali pengamanclass 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll

e. class 6 ; mendaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing, memanjat rantai sling atau mengunakan stirupss.

2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)a. grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jamb. grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah haric. grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuhd. grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naike. grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 harif. grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan

3. Berdasarkan tingkat keamanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakana. A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendakib. A2 ;aman, jikapun terjadi masalah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar]c. A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatald. A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki4. Klasifikasi pendakian berdasarkan kemiringan

a. Grade one = sudut kemiringannya 30 derajat

b. Grade one = sudut kemiringannya 45 derajat

c. Grade one = sudut kemiringannya 60 derajat

d. Grade one = sudut kemiringannya 75 derajat

e. Grade one = sudut kemiringannya 90 derajatE. SISTEM PENDAKIAN GUNUNG1. Himalaya systemSistem pendakian yang di gunakan untuk perjalanan pendakian yang panjang sehingga memerlukan waktu berminggu-minggu.System ini berkembang dalam pendakian ke puncak-puncak di pegunungan Himalaya.2. Himalaya systemSistem yang berkembang di pegunungan Alpen. Bertujuan agar pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat karena pendaki tidak perlu kembali ke kemah utama.(base camp).3. Siege System

Gabungan antara Himalaya system dan Himalaya system

F. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNGPersiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan keterampilan.a. Persiapan dalam sebuah perjalanan:1. Dapat berpikir secara logis. Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam4. kondisi fisik yang memadai.Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.5. Berdoab. Persiapan bagi seorang pendaki gunung:

Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain :1. Sifat mental: Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.2. Pengetahuan dan keterampilan: Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.3. Kondisi fisik yang memadai: Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.4. Etika: Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.c. Perlengkapan dalam sebuah perjalanan:

Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya sebagai berikut :a. Perlengkapan dasar, meliputi :1. Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan2. Perlengkapan untuk istirahat3. Perlengkapan makan dan minum4. Perlengkapan mandi5. Perlengkapan pribadi

b. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan, misalnya1. Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)2. Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll)3. Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)4. Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll)c. Perlengkapan teknik1. Tali (Rope) Yang biasa digunakan ada dua jenis yaitu : Hawser laid dan Kernmantel.2. Helmet / Crash Hat3. Berfungsi sebagai pelindung kepala terhadap benturan benda keras.4. Harness5. Tali tubuh yang berfungsi sebagai sabuk pengaman.6. Carabineer 7. Sling terbuat dari webbing tubular. Panjang sekitar 1,5 m dengan lebar 2,5 cm dibentuk menjadi sebuah loop (lingkaran) yang dihubungkan dengan simpul pita.8. Ascender

9. Anchor

Ada 2 macam anchor , yaitu:

1. Natural anchor, bisa merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya

2. Artificial anchor,anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendki. Contoh : chock, piton, bolt, daan lain-lain.

d. Perlengkapan pribadi

1. Sepatu, ada beberapa tipe sepatu yang dirancang khusus untuk berbagai jenis perjalanan. Sepatu yang baik adalah yang dapat memberikan perlindungan bagi kaki dan cocok untuk jenis perjalanan.2. Pakaian, harus dapat melindungi si pemakai dari gangguan medan dan cuaca. Meliputi pakaian untuk kepala, badan, tangan dan kaki.3. Perlengkapan tambahan, meliputi bekal makanan / minuman, senter, pisau, perlengkapan menginap / tidur, dll.a. Mempersiapkan peralatan.Berikut perlengkapan atau bekal wajib yang harus dibawa saat pendakianG. TALI PENDAKIAN

Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.

Ada dua macam tali pendakian yaitu :1. Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.

2. Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).

H. CarabinerAdalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :

1. Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).

2. Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)

a.SlingSling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :1. sebagai penghubung2. membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.3. Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point4. Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.b. DescenderSebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.c. AscenderBerbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada talid. Harnes / Tali Tubuh : Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :

1. Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.2. Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha. Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.e. Sepatu ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :a. Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-celah.b. Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.f. Anchor (Jangkar) alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :a. Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.b. Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.g. Pengenalan Medan

Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta,menggunakan kompas serta altimeter.Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.

h. Persiapan Tim

Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.I . PENGELOMPOKAN BAHAYA DI GUNUNGSeorang awam (tidak memiliki cukup penagalaman di hutan dan gunung) mungkin segera akan menilai bahwa bahaya dihutan adalah sbb :Kelompok-kelompok Bahaya di Hutan dan Gunung.1. Bahaya Objectifa) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain);Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);1. Kehidupan Binatang2. Tumbuh-tumbuhanc) Iklim dan CuacaIklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :1. Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.2. Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.3. Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.4. Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme

d) KetinggianTinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut Death Zone dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it?)e) Besaran Jarak dan Waktu

Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besa r jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.

f) Kondisi Akibat/PengaruhYang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :1. Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.2. Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.3. Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.g) Kondisi Sosial BudayaLain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita.

2. Bahaya Subjektifa.Kondisi Kebugaran (fitness)Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)

Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)

Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita. Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.

d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)

Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya. 3. Nasib Buruk dan Baik Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.J . PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEERING

a. Orientasi Medan

1. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta

2. Menggunakan kompas

3. Peka dalam perjalanan

b. Membaca keadaan alam

1. Keadaan udara

2. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti:

a. Sandi dari batu yang di jejer atau di tumpuk.b. Sandi batang/ ranting yang di patahkan/ di bengkokkan.c. Sandi dari rumput/ semak yang diikat.d. Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu kembali ketempat semula atau pulang.