2. landasan teori 2.1. kesuksesan proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek...
TRANSCRIPT
4 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Kesuksesan Proyek
Kesuksesan proyek pada dasarnya terdiri dari empat sasaran yaitu tepat
waktu, biaya yang sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang
dipersyaratkan, dan terjaminnya keselamatan kerja. Proyek yang sukses tidaklah
mudah didapat karena banyaknya kepentingan dari pihak-pihak utama yang
terlibat dalam proyek. Kepentingan-kepentingan yang ada dalam proyek adalah
kepentingan owner yang meliputi proyek tepat waktu, biaya, fungsinya seperti
yang diharapkan, menarik secara estetika, kembalinya investasi, dan minimalnya
persoalan yang muncul selama proyek; kepentingan perencana yaitu
mengekspresikan karya desain, mencapai profit, mencapai tujuan dari desain,
mendapatkan pengalaman akan hal-hal yang baru, tidak adanya kesalahan desain,
terjaganya minimalnya perselisihan proyek, terjaganya nama baik konsultan
perencana, pembayaran tepat waktu; sedangkan kontraktor memiliki kepentingan
yaitu memenuhi jadwal proyek, profit, melakukan minimasi biaya proyek, kualitas
yang dihasilkan sesuai atau melebihi persyaratan, minimnya kejadian-kejadian
yang tidak terduga selama proyek berlangsung (Sanvindo, et al, 1992).
Kesuksesan proyek adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat di
dalam proyek. Menurut Ritz (1994), sasaran proyek dapat dilihat dari sisi pemilik
proyek, konsultan/manajer konstruksi, dan kontraktor. Pada penelitian ini dibatasi
pada sisi pemilik proyek saja yang berkaitan dengan kualifikasi kontraktor untuk
memenuhi sasaran tersebut dan kepuasan pemilik proyek tetap menjadi prioritas
usaha dari semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dan segala daya
upaya serta seluruh sumber daya dikerahkan untuk mencapai hal tersebut.
Menurut beberapa peneliti, pemilik proyek mempunyai kebutuhan/tujuan
tertentu terhadap proyek yang dikerjakan oleh kontraktor. Tujuan proyek yang
ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh
kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang sesuai anggaran dan
kualitas yang sesuai (Masterman, 1994, Bent, 1984, Curtis et al., 1994 dalam
Universitas Kristen Petra
5
Hatush & Skitmore, 1997a). Klien mempunyai kebutuhan proyek seperti waktu
penyelesaian, estetika, keselamatan kerja selama pelaksanaan proyek (Bennet dan
Flanagan, 1983, Hewitt, 1985 dalam Chinyio et al., 1998). Kebutuhan pemilik
proyek dapat dikategorikan dalam tujuh kategori yaitu ekonomi, fungsi,
keselamatan kerja, kualitas, waktu, biaya operasi dan perawatan, fleksibilitas
dalam penggunaan (Kometa et al., 1995 dalam Chinyio et al., 1998). Tujuan
proyek yang ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat cepat
selesai, minimal tidak melewati anggaran, berfungsi sesuai harapan dan minimal
sesuai spesifikasi (Soeharto, 1995).
Sebuah proyek konstruksi dapat dikatakan sukses apabila mempunyai
hasil yang sesuai atau lebih baik dari pada yang direncanakan dalam sasaran
biaya, jadwal, kualitas, maupun keselamatan (Ashley, 1987 dalam Hatush dan
Skitmore, 1997b). Penjabaran mengenai sukses proyek tersebut menjadi kurang
realistik bila dihadapkan dengan kondisi nyata proyek konstruksi sebab adanya
hubungan saling mempengaruhi antara sasaran tersebut. Definisi mengenai sukses
proyek lebih dijabarkan secara spesifik oleh Tuman (1986) yaitu bahwa inti
sebuah proyek konstruksi yang sukses adalah apabila harapan yang ingin dicapai
dalam proyek tersebut terpenuhi. Harapan tersebut adalah sesuatu yang lebih
spesifik dan dapat merupakan satu sasaran utama yang disepakati bersama dalam
sebuah proyek konstruksi.
Proyek dianggap mencapai sukses secara keseluruhan bila proyek bisa
memenuhi spesifikasi teknik dan/atau misi yang harus dicapai, dan tingkat
kepuasan tertinggi dalam proyek terdapat pada tim proyek (konsultan perencana
dan kontraktor) dan klien dari proyek tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh
manajer konstruksi (de Wit, 1992 dalam Sanvindo, et al, 1992).
2.1.1. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Waktu
Salah satu tujuan utama proyek adalah tercapainya target waktu yang
ditetapkan sebelumnya dalam dokumen kontrak (on schedule) atau dengan kata
lain proyek tidak terlambat sehingga proyek dapat digunakan pada waktu yang
telah ditetapkan dalam rencana. Jadwal pada proyek konstruksi memiliki arti
durasi waktu serangkaian aktivitas kerja yang harus dilakukan dalam kegiatan
Universitas Kristen Petra
6
konstruksi (Praboyo, 1998). Ketepatan terhadap jadwal merupakan salah satu
sukses proyek yang secara umum disepakati oleh tiga pihak yaitu pemilik
(owner), perencana dan kontraktor (Sanvindo, et al, 1992).
Waktu penyelesaian proyek harus sudah ditetapkan sebelumnya oleh
pemilik proyek agar bangunan dapat digunakan sesuai rencana waktu yang telah
ditentukan. Pemilik proyek hanya memilih kontraktor yang dapat memenuhi
target waktunya (Hatush dan Skitmore, 1997b). Beberapa kontrak memasukkan
klausul bonus untuk memotivasi kontraktor untuk mempercepat proses konstruksi
dan menghindari keterlambatan.
Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi
waktu dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi waktu dikatakan sukses
(berhasil) apabila waktu yang dibutuhkan tidak lebih besar dari target waktu yang
disepakati bersama (W) dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila melebihi
waktu yang disepakati bersama (W). Waktu yang disepakati bersama (W) tidak
hanya mempunyai arti target waktu yang ditetapkan sebelumnya dalam dokumen
kontrak (WK), tetapi juga memiliki pengertian sebagai penyesuaian target waktu
bila selama pelaksanaan proyek terjadi permintaan perubahan oleh pemilik
(change order) (WCO).
Bentuk matematis untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi waktu
adalah :
W = WK + WCO (2.1)
dimana :
W = target waktu yang disepakati bersama
WK = target waktu yang ditetapkan dalam dokumen kontrak
WCO = target waktu karena permintaan perubahan oleh pemilik (change
order).
2.1.2. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Biaya
Salah satu tujuan utama proyek adalah tercapainya target biaya yang
ditetapkan sebelumnya dalam dokumen kontrak (on budget) atau dengan kata lain
proyek tidak mengalami cost overruns. Kesuksesan proyek ditinjau dari segi biaya
sebenarnya telah disebutkan oleh masing-masing pihak tetapi dengan definisi
Universitas Kristen Petra
7
yang berbeda. Tercapainya target biaya proyek dari segi kontraktor berarti
menjamin dicapainya target keuntungan yang diprediksikan pada saat tender, bagi
perencana adalah fee desain, sedangkan bagi pemilik proyek hal ini berarti
menjamin kelangsungan jalannya proyek dengan adanya pengeluaran yang sudah
dianggarkan dalam anggaran manajerial organisasi pemilik proyek.
Biaya merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh pemilik
proyek. Pemilik proyek berusaha mencari keuntungan sebanyak-banyaknya,
walaupun hal ini sering diartikan sebagai mengeluarkan biaya seminim mungkin.
Sistem penawaran tradisional didasarkan pada hal tersebut, sehingga biaya yang
diukur dari harga penawaran yang dimasukkan oleh kontraktor, sering
dipertimbangkan sebagai kriteria tunggal dalam pemilihan kontraktor (Hatush dan
Skitmore, 1997b). Banyak proyek yang hanya mempertimbangkan harga
penawaran sebagai kriteria tunggal dalam pemilihan kontraktor, berakhir dengan
pengeluaran yang lebih besar dari harga penawaran sebelumnya (Hardy, 1978
dalam Hatush dan Skitmore, 1997b).
Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi biaya
dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi biaya dikatakan sukses
(berhasil) apabila biaya yang dikeluarkan tidak melebihi dari anggaran pemilik
proyek dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila melebihi anggaran pemilik
proyek.
2.1.3. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Kualitas
Memenuhi standar kualitas minimum yang disyaratkan adalah salah satu
syarat dari kesuksesan proyek konstruksi. Kualitas dalam proyek konstruksi
adalah sebuah produk jasa yang dapat memberi kepuasan terhadap kebutuhan
pemilik proyek dan sesuai dengan persyaratan spesifikasi sebagaimana tercantum
dalam dokumen kontrak (Dipohusodo, 1996).
Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pekerjaan lebih
banyak berawal dari kualitas sumber daya manusia, yaitu berkaitan dengan
kemampuan dan ketrampilan teknis, misalnya dalam penyusunan kriteria
perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi finansial, tata cara penyediaan
Universitas Kristen Petra
8
material dan peralatan, pengerahan tenaga trampil, dan kehandalan di bidang
pemeriksaan dan pengawasan selama proyek berlangsung (Tanidjojo, 2000).
Pada peninjauan dari sisi kualitas ini pihak yang paling berperan adalah
kontraktor, karena kontraktor yang harus berusaha mencapai mutu yang
disyaratkan dalam kontrak proyek, sedangkan kedua pihak lainnya (pemilik dan
perencana) berfungsi sebagai pengawas dan pemberi persetujuan.
Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi
kualitas dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi kualitas dikatakan
sukses (berhasil) apabila hasil akhir proyek sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila hasil akhir proyek tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
2.1.4. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah salah satu hal terpenting dari syarat suksesnya
proyek konstruksi. Bila terjadi kecelakaan kerja maka secara keseluruhan proyek
akan terhambat. Kecelakaan kerja, terutama yang menyangkut jiwa manusia,
biasanya rumit penelusurannya dan berdampak besar pada keseluruhan proyek.
Waktu yang digunakan untuk menyelidiki kecelakaan kerja dapat sangat berarti
bagi proyek.
Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi
keselamatan kerja dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi keselamatan
kerja dikatakan sukses (berhasil) apabila kecelakaan kerja yang terjadi tidak
melebihi target keselamatan dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila jika
kecelakaan kerja yang terjadi melebihi target keselamatan.
2.1.5. Keterkaitan Antara Sasaran Biaya, Waktu, Kualitas dan Keselamatan Kerja
Sasaran biaya, waktu, kualitas dan keselamatan kerja membentuk tata
hubungan yang saling berinteraksi serta berpengaruh, artinya jika salah satu
sasaran tidak terpenuhi maka akan berdampak pada sasaran lainnya (Dipohusodo,
1996). Demikian pula bila sasaran keselamatan kerja tidak tercapai, maka secara
tidak langsung akan mempengaruhi ketiga sasaran lainnya. Pada industri
konstruksi, sasaran biaya, waktu, kualitas dan keselamatan kerja dari suatu proyek
Universitas Kristen Petra
9
sudah diikat dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi
dimulai (Soeharto, 1995).
2.2. Kriteria-Kriteria Prakualifikasi Kontraktor Menurut Pedoman dan
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Keppres RI No. 80
Tahun 2003)
Pengertian kriteria disini adalah atribut dari kemampuan dasar kontraktor
yang mengikuti prakualifikasi. Kriteria-kriteria yang dipilih dalam praktek
pelaksanaan prakualifikasi didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan evaluator
dan dipandang penting dalam pelaksanaan evaluasi kontraktor. Kriteria-kriteria ini
harus dapat menggambarkan semua aspek kinerja kontraktor.
Pengertian dari parameter pengukuran adalah alat bantu yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja kontraktor terhadap kriteria-kriteria
prakualifikasi secara obyektif. Parameter pengukuran yang dipilih pada
prakteknya disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
Tabel 2.1. menunjukkan kriteria dan parameter pengukuran yang
digunakan oleh pemilik proyek pemerintah dalam melakukan prakualifikasi
terhadap kontraktor.
Tabel 2.1. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor
(Keppres RI No. 80 Tahun 2003)
Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria
Administrasi - Nama perusahaan - Status perusahaan (pusat/cabang) - Alamat perusahaan - Bentuk perusahaan - Keanggotaan asosiasi (AKI, GAPENSI, dll) - Pimpinan perusahaan/struktur organisasi (nama, No. KTP, jabatan,
alamat) - Akte pendirian notaris (No./tgl.) - Akte perubahan terakhir notaris (No./tgl.) - Pendaftaran di Pengadilan Negeri (No./tgl.) - Pengesahan oleh Menteri Kehakiman (No./tgl.) - Pengumuman dalam berita negara (No./tgl.) - Surat izin usaha dari departemen perdagangan/SIUJK (No./tgl./masa
berlaku) - Surat pernyataan bahwa pimpinan perusahaan tidak berstatus pegawai negeri
Universitas Kristen Petra
10
Tabel 2.1. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor
(Keppres RI No. 80 Tahun 2003) (Lanjutan)
Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria
Keuangan - Modal tetap (bangunan kantor, gudang, bengkel, rumah, tanah,
kendaraan bermotor, peralatan mesin kantor) - Susunan pemilik saham (nama pemilik saham, No. KTP, alamat,
jumlah saham dan prosentase) - Perpajakan (NPWP) - Perbankan (nama bank, alamat bank, No. Rekening, tanggal menjadi
nasabah, referensi) - Modal usaha (jumlah uang kas, jumlah rekening koran, jumlah
tagihan/angsuran, jumlah kredit, jumlah garansi/jaminan bank atau lembaga keuangan lainnya)
- Neraca perusahaan terakhir Kriteria
Personalia - Nama - Umur - Pendidikan - Jabatan - Profesi/keahlian - Pengalaman kerja dari tenaga pimpinan, tenaga ahli, tenaga teknis
dan non teknis (tahun) Kriteria
Peralatan/ Perlengkapan
- Tahun pembuatan - Kondisi (baik/rusak) - Lokasi sekarang - Kepemilikan (milik sendiri/sewa)
Kriteria Pengalaman Perusahaan
- Bidang pekerjaan, sub bidang pekerjaan - Pemberi pekerjaan - Lokasi - Nilai kontrak - Tanggal surat keputusan penunjukkan - Tanggal penyelesaian menurut kontrak dan berita acara penyerahan
pekerjaan - Pekerjaan yang telah diselesaikan selama tujuh tahun terakhir
Kriteria Pekerjaan
Yang Sedang Dilaksanakan
- Bidang pekerjaan, sub bidang pekerjaan - Pemberi pekerjaan - Lokasi - Nilai kontrak - Tanggal surat keputusan penunjukkan - Prestasi kerja menurut tanggal progres terakhir
Contoh formulir isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan,
pemasokan barang/jasa lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 dapat
dilihat pada Tabel 2.2 sampai Tabel 2.10.
Universitas Kristen Petra
11
Tabel 2.2. Data Adminstrasi
1. Nama (PT/CV/Firma/ : Koperasi/Perorangan
2. Status (PT/CV/Firma/ : Koperasi/Perorangan) Pusat Cabang
3. Alamat (PT/CV/Firma/ : Koperasi/Perorangan) No. Telepon : No. Fax : E-Mail :
4. Alamat Kantor Pusat : (diisi, dalam hal yang menawar cabang No. Telepon : perusahaan/bukan perusahaan pusatnya) No. Fax : E-Mail :
Tabel 2.3. Ijin Usaha
No. IUJK/SIUP/SIUI/TDP* : Tanggal Masa berlaku ijin usaha : Instansi pemberi ijin usaha :
* Pilih yang sesuai
Tabel 2.4. Landasan Hukum Pendirian Perusahaan
1. Akta Pendirian PT/CV/Firma/Koperasi a. Nomor Akta : b. Tanggal : c. Nama Notaris :
2. Akta Perubahan Terakhir a. Nomor Akta : b. Tanggal :
c. Nama Notaris :
Tabel 2.5. Pengurus
1. Komisaris (untuk PT)
No. Nama No. KTP Jabatan dalam Perusahaan
2. Direksi/Penanggung Jawab/Pengurus Perusahaan
No. Nama No. KTP Jabatan dalam Perusahaan
Universitas Kristen Petra
12
Tabel 2.6. Data Keuangan
1. Susunan Kepemilikan Saham (untuk PT)/Susunan Persero (untuk CV/Firma)
No. Nama No. KTP Alamat Persentase
2. Pajak
1. Nomor Pokok Wajib Pajak : 2. Bukti Pelunasan Pajak Tahun terakhir
Nomor/Tanggal : 3. Laporan bulanan PPH/PPN tiga bulan terakhir Nomor/Tanggal :
3. Neraca Perusahaan Terakhir per Tanggal ..... Bulan ..... Tahun ..... (hanya untuk
jasa pemborongan)
(dalam ribuan rupiah) AKTIVA PASIVA
I
II
III
Aktiva lancar : Rp .......... Kas : Rp .......... Bank : Rp .......... Piutang *) : Rp .......... Persediaan barang : Rp .......... Pekerjaan dalam proses : Rp .......... Jumlah (a) Aktiva tetap : Rp .......... Peralatan dan mesin : Rp .......... Inventaris : Rp .......... Gedung2 : Rp .......... Jumlah (b) Aktiva lainnya (c)
Rp .......... Rp .......... Rp ..........
IV
V
VI
Utang jangka pendek Utang dagang : Rp .......... Utang pajak : Rp .......... Utang lainnya : Rp .......... Jumlah (d) Utang jangka panjang (e) Kekayaan bersih (a+b+c)-(d+e)
Rp .......... Rp .......... Rp ..........
Jumlah Rp .......... Jumlah Rp .......... *) Piutang jangka pendek (sampai dengan enam bulan) : Rp ..........
Piutang jangka panjang (lebih dari enam bulan) : Rp .......... Jumlah : Rp ..........
Universitas Kristen Petra
13
Tabel 2.7. Data Personalia
No. Nama Tgl/bln/thn lahir
Pendidikan Jabatan dalam proyek
Pengalaman Kerja
(tahun)
Profesi/ Keahlian
Sertifikat/Ijasah
1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 2.8. Data Peralatan/Perlengkapan No Jenis
Peralatan/ Perlengkapan
Jumlah Kapasitas atau
output pada saat
ini
Merk dan tipe
Tahun pembuatan
Kondisi baik/ rusak
Lokasi Sekarang
Bukti Kepemilik-
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 2.9. Data Pengalaman Perusahaan Pemberi Tugas/ Pengguna Jasa
Kontrak Tanggal Selesai Menurut
No. Nama Paket
Pekerjaan
Bidang/ Sub
Bidang Pekerjaan
Lokasi
Nama Alamat/ Telepon
No./ Tanggal
Nilai Kontrak BA. Serah
Terima 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 2.10. Data Pekerjaan yang Sedang Dilaksanakan Pemberi Tugas/ Pengguna Jasa
Kontrak Progres Terakhir No. Bidang Pekerjaan
Sub Bidang
Pekerjaan
Lokasi
Nama Alamat/ Telepon
No./ Tanggal
Nilai Kontrak Prestasi Kerja (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 2.2 sampai Tabel 2.5 berhubungan dengan informasi administratif
dari kontraktor dan bertujuan untuk memperoleh gambaran singkat tentang status
hukum dan legalitas perusahaan kontraktor.
Tabel 2.6 bertujuan untuk mengidentifikasi keadaan finansial kontraktor
dan juga untuk menentukan seberapa besar kekuatan modal kerja perusahaan. Hal
Universitas Kristen Petra
14
ini perlu mengingat banyak sekali kontraktor yang tidak memiliki modal usaha
sendiri yang cukup untuk menjalankan usaha dan hanya menggantungkan
permodalan dari perbankan. Bila ada gangguan dalam kelancaran hubungannya
dengan bank tersebut maka akan membawa dampak yang buruk kepada
kelancaran jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Tabel 2.7 sampai Tabel 2.9 bertujuan untuk mengukur apakah kontraktor
tersebut mempunyai pengetahuan teknis dasar, pengalaman, dan pengertian
tentang persyaratan-persyaratan untuk melaksanakan proyek.
Tabel 2.10 untuk mengukur sisa kapasitas kontraktor tersebut (ditinjau
dari sumber daya manusia, peralatan, dan keuangan) setelah dikurangi beban kerja
saat ini (Jaselskis dan Russell, 1992).
2.3. Kriteria-Kriteria Prakualifikasi Kontraktor yang Digunakan dalam
Penelitian Ini
Kriteria dan parameter pengukuran prakualifikasi kontraktor yang
digunakan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dengan mengadopsi dari
Keppres RI No. 80 Tahun 2003 dan literatur, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor yang
Digunakan dalam Penelitian Ini
Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria
Keuangan • Kemampuan keuangan perusahaan kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan • Kemampuan untuk menanggung resiko kerugian konstruksi • Ketersediaan modal kerja kontraktor • Kemampuan memperoleh kredit atau jaminan keuangan
Kriteria Personil
• Kemampuan pengadaan personil inti di lapangan • Tingkat pendidikan formal personil inti di lapangan • Tingkat pendidikan informal personil inti di lapangan • Tingkat pengalaman personil inti di lapangan
Kriteria Peralatan/
Perlengkapan
• Jumlah dan jenis peralatan/perlengkapan kerja • Kondisi peralatan/perlengkapan kerja • Tingkat kesesuaian kapasitas dan jumlah peralatan/
perlengkapan kerja dengan kondisi pekerjaan • Prosedur pemeliharaan, kalibrasi, dan penyimpanan
peralatan/perlengkapan kerja
Universitas Kristen Petra
15
Tabel 2.11. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor yang
Digunakan dalam Penelitian Ini (Lanjutan)
Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria
Pengalaman kerja
• Tingkat pengalaman terhadap proyek yang sejenis • Tingkat pengalaman menangani volume pekerjaan dengan
nilai kontrak setara • Tingkat pengalaman pada lokasi atau geografis sejenis
Kriteria Sisa Kemampuan
Nyata
• Kapasitas kontraktor yang masih dimiliki dari segi sumber daya manusia dengan mempertimbangkan jumlah proyek yang sedang dikerjakan
• Kapasitas kontraktor yang masih dimiliki dari segi peralatan/perlengkapan dengan mempertimbangkan jumlah proyek yang sedang dikerjakan
Kriteria Manajemen
Mutu
• Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor untuk menjamin kualitas pekerjaannya
• Program pengendalian mutu perusahaan kontraktor yang dipergunakan di kantor
• Tingkat kesesuaian program pengendalian mutu dari kontraktor terhadap persyaratan mutu oleh pemilik proyek untuk proyek yang akan dilaksanakan
Kriteria Keselamatan
Kerja
• Kebijakan keselamatan kerja perusahaan kontraktor • Prosedur penanganan kecelakaan kerja • Kemampuan pengadaan personil dengan kemampuan P3K • Kemampuan pengadaan fasilitas dan peralatan keselamatan
kerja
Dasar pembuatan kriteria-kriteria prakualifikasi kontraktor yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 4. Kriteria adminstrasi
tidak diikutkan dalam penelitian ini karena penilaian data administrasi hanya
dilakukan terhadap kelengkapan dan keabsahan semua dokumen yang diminta.
Apabila dokumen isian tentang administrasi (Tabel 2.2 sampai 2.5) tidak lengkap,
jelas dan sah maka calon rekanan dinyatakan tidak lulus dalam prakualifikasi.
2.3.1. Kriteria Keuangan
2.3.1.1. Kemampuan keuangan perusahaan kontraktor untuk melaksanakan
pekerjaan
Penilaian kemampuan keuangan dilakukan dengan berdasarkan
laporan keuangan perusahaan 2-3 tahun terakhir dan laporan-laporan keuangan
Universitas Kristen Petra
16
lainnya. Laporan keuangan yang umum digunakan oleh Departemen Keuangan
untuk menetapkan status keuangan kontraktor adalah:
a. Neraca
Neraca merupakan laporan posisi keuangan perusahaan pada tanggal
yang diberikan, termasuk aset yang dimiliki, liabilitas dan modal yang disetor
oleh pemilik (Tabel 2.6).
b. Laporan keuangan
Laporan keuangan ini dikenal sebagai laporan rugi laba. Pemilik proyek
menggunakan laporan-laporan ini dengan tujuan menganalisa rasio keuangan
dari setiap kontraktor. Rasio ini kemudian dilihat trennya selama periode
waktu tertentu.
Kemampuan keuangan perusahaan kontraktor untuk melaksanakan
pekerjaan dapat dinilai secara obyektif dengan menghitung Sisa Kemampuan
Keuangan (SKK) (Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI
No. 85 Tahun 2006). SKK dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2)
sampai (2.5) berikut :
SKK = KK – (NK – Prestasi) (2.2)
KK = Fp x MK (2.3)
MK = Fl x KB (2.4)
KB = (a+b+c) – (d+e), diambil dari neraca (2.5)
dimana :
KK = kemampuan keuangan
Fp = faktor perputaran modal
Fp = 6 untuk penyedia jasa usaha kecil
Fp = 7 untuk penyedia jasa usaha menegah
Fp = 8 untuk penyedia jasa usaha besar
MK = modal kerja
KB = kekayaan bersih
a = aktiva lancar
b = aktiva tetap
c = aktiva lainnya
Universitas Kristen Petra
17
d = utang jangka pendek
e = utang jangka panjang
Fl = faktor likuiditas
Fl = 0,3 untuk penyedia usaha jasa kecil
Fl = 0,6 untuk penyedia usaha jasa menengah
Fl = 0,8 untuk penyedia usaha jasa besar
NK = nilai kontrak dalam pelaksanaan
Prestasi = nilai pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
2.3.1.2. Kemampuan untuk menanggung resiko kerugian konstruksi
Parameter ini penting bagi pemilik proyek untuk melihat kemampuan
keuangan kontraktor. Parameter ini dapat diukur dari dukungan keuangan yang
diberikan oleh bank. Kontraktor harus memiliki surat keterangan dukungan
keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan barang/jasa
sekurang-kurangnya 10% dari nilai proyek yang ditawarkan (Keppres RI No. 80
Tahun 2003). Hal ini sangat penting karena kontraktor harus dapat membayar
ganti rugi bila tidak bisa memenuhi persyaratan kontrak.
2.3.1.3. Ketersediaan modal kerja
Parameter ini sangat penting untuk mengukur stabilitas keuangan
kontraktor. Ketersediaan modal kerja yang menjadi kebutuhan proyek sangat
penting terutama pada awal pelaksanaan proyek dimana kontraktor harus
mengeluarkan dana untuk pekerjaan persiapan, pembelian material, dan lain-lain.
Ketersediaan modal kerja ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(2.6) dan (2.7) berikut (Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam
Perpres RI No. 85 Tahun 2006) :
MK = Fl x KB (2.6)
KB = (a+b+c) – (d+e), diambil dari neraca (2.7)
dimana :
MK = modal kerja
KB = kekayaan bersih
a = aktiva lancar
Universitas Kristen Petra
18
b = aktiva tetap
c = aktiva lainnya
d = utang jangka pendek
e = utang jangka panjang
Fl = faktor likuiditas
Fl = 0,3 untuk penyedia usaha jasa kecil
Fl = 0,6 untuk penyedia usaha jasa menengah
Fl = 0,8 untuk penyedia usaha jasa besar.
2.3.1.4. Kemampuan memperoleh kredit atau jaminan keuangan
Parameter ini digunakan untuk mengukur seberapa baik kontraktor
memenuhi kewajiban keuangan, serta memberikan indikasi apakah kontraktor
tersebut mempunyai pengalaman dalam hal kesulitan aliran kas untuk membayar
kreditnya ke bank. Tingkat kredit yang dapat diberikan akan sangat penting,
terutama apabila keadaan keuangan kontraktor kurang mencukupi modal kerja
yang menjadi kebutuhan proyek (Russell, 1990b). Parameter ini digunakan untuk
mengetahui hubungan kontraktor dengan perbankan, sehingga dapat diketahui
stabilitas keuangannya dari sisi perbankan.
Informasi yang dibutuhkan antara lain (Russell dan Skibniewski, 1990) :
• Jumlah bank yang bekerja sama selama kurun waktu lima tahun terakhir.
• Jangka waktu kredit maksimum yang diperoleh untuk proyek ini.
• Suku bunga pinjaman jangka pendek dan panjang.
• Tingkatan hutang pada bank.
• Sejarah penyitaan oleh bank.
2.3.2. Kriteria personil
Penilaian kriteria personil dilakukan atas personil inti di lapangan
dengan memperhatikan kemampuan dalam pengadaan (jumlah), tingkat
pendidikan baik formal maupun tidak formal, dan pengalaman terutama dalam
menangani proyek sejenis (Keppres RI No. 80 Tahun 2003). Ketersediaan, tingkat
pendidikan dan pengalaman personil inti di lapangan ini akan sangat membantu
kelancaran pelaksanaan proyek. Penilaian kriteria personil ini dapat dilakukan dari
Universitas Kristen Petra
19
formulir isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan, pemasokan
barang/jasa lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 seperti yang terlihat
pada Tabel 2.7.
Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil yang disediakan harus disertai
Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) (Kepmen
Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006).
Sertifikasi keahlian dan ketrampilan kerja diperlukan dalam rangka menciptakan
tenaga kerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan standar, berdisiplin dan
produktif untuk melaksanakan pembangunan, karena memenuhi standar
kualifikasi serta prosedur uji keahlian, ketrampilan dan sertifikasi yang berlaku
secara umum.
2.3.3. Kriteria peralatan/perlengkapan
Ketersediaan dan kondisi peralatan konstruksi akan sangat menentukan
tingkat produktivitas dan berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian proyek.
Kehadiran alat-alat besar dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi sangat
membantu dalam mencapai hal-hal berikut:
• Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, terutama pada pekerjaan-
pekerjaan yang sedang dikejar target penyelesaiannya.
• Melaksanakan jenis pekerjaan yang sulit atau tidak dapat dilakukan oleh
manusia.
• Karena alasan efisien, keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan faktor-faktor
ekonomi lainnya.
Namun demikian, tidak sembarang alat-alat berat dapat digunakan untuk
mencapai maksud-maksud tersebut. Alat tersebut harus dipilih yang tepat guna
dan ekonomis, dimana alat tersebut harus sesuai dengan kondisi pekerjaan,
mampu berproduksi tinggi dengan biaya yang relatif rendah. Kebutuhan akan
berbagai peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk suatu proyek bisa
diperoleh melalui kepemilikan sendiri atau sewa.
Panitia pengadaan harus menyusun terlebih dahulu kebutuhan peralatan
minimum yang diperlukan sesuai dengan sifat dan kebutuhan pekerjaan.
Universitas Kristen Petra
20
Kombinasi peralatan dapat berbeda dengan yang disusun panitia pengadaan, yang
dinilai adalah kesesuaian peruntukannya dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud.
Penilaian dilakukan atas ekuivalensi kapasitas dan jumlah alat yang disediakan
terhadap kapasitas dan jumlah alat yang disusun panitia pengadaan (Kepmen
Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006).
Peralatan/perlengkapan kerja sebagai alat produksi juga harus selalu
berada dalam kondisi prima, sehingga usaha-usaha atau tindakan-tindakan
pemeliharaan perlu dilakukan. Penggunaan peralatan/perlengkapan kerja yang
tidak andal akan mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan.
Penilaian kriteria peralatan/perlengkapan ini dapat dilakukan dari
formulir isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan, pemasokan
barang/jasa lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 seperti yang terlihat
pada Tabel 2.8.
2.3.4. Kriteria pengalaman kerja
Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah
dikerjakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir. Pengalaman pekerjaan yang dinilai
disertai bukti penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pengguna jasa (Kepmen
Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006). Ada
tiga parameter pengukuran yang dapat dipakai untuk menilai pengalaman
pekerjaan, yaitu tingkat pengalaman pekerjaan pada proyek sejenis, tingkat
pengalaman menangani volume pekerjaan dengan nilai kontrak setara, dan tingkat
pengalaman pekerjaan kontraktor pada lokasi atau geografis sejenis (seperti
kondisi cuaca, sosial, lingkungan, peraturan perburuhan setempat, karakteristik
tanah).
2.3.4.1. Tingkat pengalaman pekerjaan kontraktor pada proyek sejenis
Parameter ini perlu untuk mengevaluasi apakah kontraktor tersebut
sudah biasa mengerjakan proyek sejenis dengan yang akan dibangun (kesulitan-
kesulitan serta cara mengatasinya), terutama untuk proyek-proyek yang spesifik
dimana penanganannya memerlukan keahlian dan teknologi khusus, misalnya
pada proyek lepas pantai, pertambangan dan sebagainya.
Universitas Kristen Petra
21
2.3.4.2. Tingkat pengalaman menangani volume pekerjaan dengan nilai kontrak
setara
Parameter ini merupakan indikator untuk mengetahui apakah kontraktor
tersebut mampu mengerjakan jumlah dan tingkat kekompleksan proyek yang akan
dibangun.
2.3.4.3. Tingkat pengalaman pekerjaan kontraktor pada lokasi atau geografis
sejenis
Karakteristik wilayah yang satu dengan yang lainnya memiliki sifat yang
berbeda-beda. Kontraktor dihadapkan pada resiko tenaga kerja lapangan yang
belum dikenal kemampuannya (keahlian, produktivitas dan adat/budayanya),
material yang didatangkan dari luar daerah memerlukan konsentrasi tersendiri
misalnya hambatan-hambatan pengirimannya (rusak di perjalanan atau kualitas
yang kurang sesuai dengan permintaan), faktor alam misalnya curah hujan yang
tinggi. Hal ini harus dipertimbangkan dalam pembuatan jadwal sehingga dapat
disusun jadwal yang layak untuk dilaksanakan. Untuk mengantisapasi kondisi ini,
dibutuhkan pengalaman kontraktor dalam menangani proyek pada lokasi atau
geografis sejenis.
Penilaian kriteria pengalaman kerja ini dapat dilakukan dari formulir
isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan, pemasokan barang/jasa
lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 seperti yang terlihat pada Tabel
2.9.
2.3.5. Kriteria sisa kemampuan nyata
Agar proyek dapat dikerjakan dengan baik maka kontraktor harus
mempunyai “sisa kemampuan nyata” yang cukup. Sisa kemampuan kontraktor
(ditinjau dari sumber daya manusia, peralatan, dan keuangan) dapat diukur setelah
dikurangi beban kerja yang sedang dilaksanakan (Jasekskis dan Russell, 1992).
Kriteria sisa kemampuan kontraktor dapat dinilai secara obyektif dengan
menghitung Sisa Kemampuan Paket (SKP) (Kepmen Kimpraswil No.
339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006). Sisa kemampuan paket
Universitas Kristen Petra
22
atau sisa kemampuan menangani proyek dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.8) berikut :
SKP = KP – (jumlah paket yang sedang dikerjakan) (2.8)
dimana :
KP = kemampuan menangani paket pekerjaan
KP = 3 untuk penyedia usaha jasa kecil
KP = 5 untuk penyedia usaha jasa menegah
KP = 8 atau 1,2 N untuk penyedia usaha jasa besar
N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani
pada saat yang bersamaan selama kurun waktu 5 tahun
terakhir.
2.3.6. Kriteria manajemen mutu
Pemenuhan persyaratan mutu merupakan sasaran pengelolaan proyek di
samping biaya dan waktu. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan
ekonomis tidak hanya diperlukan pemeriksaan di tahap akhir sebelum
diserahterimakan kepada pemilik proyek, tetapi juga diperlukan serangkaian
tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunan program mutu.
Tiga parameter pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
kriteria manajemen mutu adalah :
• Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor untuk menjamin
kualitas pekerjaannya (Tanidjojo, 2000).
• Program pengendalian mutu perusahaan kontraktor yang dipergunakan di
kantor (Soeharto, 1995).
• Tingkat kesesuaian program pengendalian mutu dari kontraktor terhadap
persyaratan mutu oleh pemilik proyek untuk proyek yang akan dilaksanakan
(Soeharto, 1995).
2.3.6.1. Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor untuk menjamin
kualitas pekerjaannya
Kebijakan adalah langkah awal dalam suatu penerapan sistem
manajemen untuk memberi jaminan tercapainya suatu proses dan produk jasa
Universitas Kristen Petra
23
konstruksi yang dikehendaki. Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan
kontraktor untuk menjamin kualitas pekerjaannya sangat penting bagi pemilik
proyek sehingga pemilik proyek yakin bahwa mutu proyek atau produk yang
dipesannya akan memenuhi syarat yang diinginkan. Parameter ini juga penting
dalam mengukur kepedulian manajemen puncak terhadap kualitas karena hal
tersebut sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan proyek.
2.3.6.2. Program pengendalian mutu perusahaan kontraktor yang dipergunakan di
kantor
Parameter ini sangat penting karena selain memuat pedoman dasar,
filosofi, dan kebijakan mutu yang harus diikuti selama menjalankan operasi atau
produksinya, juga memuat pula persyaratan mutu yang ditetapkan oleh
perusahaan kontraktor yang bersangkutan dan peraturan-peraturan dari badan di
luar perusahaan yang berwenang, misalnya pemerintah (Soeharto, 1995).
2.3.6.3. Tingkat kesesuaian program pengendalian mutu dari kontraktor terhadap
persyaratan mutu oleh pemilik proyek untuk proyek yang akan
dilaksanakan (Soeharto, 1995).
Program pengendalian mutu proyek disusun sesuai dengan kepentingan
masing-masing proyek yang berbeda dalam lingkup dan intensitasnya. Suatu
program pengendalian mutu yang tersusun dalam dokumen minimal meliputi hal-
hal berikut (Soeharto, 1995) :
• Perencanaan sistematis yang merinci dan menjabarkan pada setiap tahap
proyek langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran mutu.
• Penyusunan batasan dan kriteria spesifikasi dan standar mutu yang akan
digunakan dalam desain engineering, pembelian material, dan konstruksi.
• Penyusunan organisasi dan pengisian personil untuk melaksanakan kegiatan
program mutu.
• Pembuatan prosedur pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, yang meliputi
pemantauan, pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan pelaporan hasil-
hasilnya.
• Identifikasi peralatan yang akan digunakan.
Universitas Kristen Petra
24
• Identifikasi bagian kegiatan yang memerlukan bantuan dari pihak ketiga
maupun peranan dan persetujuan dari pemerintah.
Apabila produk yang dihasilkan kontraktor tidak sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh pemilik proyek maka kontraktor
harus melakukan perbaikan atau mengganti bagian-bagian yang tidak sesuai
tersebut. Untuk mencegah hal ini maka sistem mutu yang merupakan
pengendalian mutu dari kontraktor harus sesuai dengan persyaratan mutu oleh
pemilik proyek. Program pengendalian mutu kontraktor yang tidak memenuhi
persyaratan mutu pemilik proyek dapat diadakan penyesuaian atau penambahan.
Sejauh mungkin dihindari perubahan total, karena akan dapat membingungkan
personil kontraktor yang telah terbiasa dengan tata cara kerja yang tercantum
dalam program yang dimilikinya (Soeharto, 1995).
2.3.7. Kriteria keselamatan kerja
2.3.7.1. Kebijakan keselamatan kerja perusahaan kontraktor
Parameter ini bertujuan agar program keselamatan kerja benar-benar
dijalankan dengan penuh kesadaran oleh semua pihak. Ada berbagai bentuk
kebijakan perusahaan terhadap keselamatan kerja, antara lain (Du-Pont, 1998
dalam Tanidjojo, 2000) :
• Komitmen untuk turut bertanggung jawab dan dengan aktif mendukung
kegiatan-kegiatan usaha keselamatan kerja.
• Adanya program mandiri untuk pemeriksaan, perbaikan dan penciptaan
kondisi-kondisi pekerjaan maupun tindak pekerjaan yang aman pada semua
pekerjaan yang dilakukan.
• Adanya program pelatihan yang bertujuan untuk memberikan latihan kepada
petugas keselamatan kerja dan pada para pengawas mengenai cara melakukan
pengawasan terhadap pekerja serta melatih pekerja mengenai cara bekerja
yang benar dan aman.
• Mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa semua pekerja memahami dan
melaksanakan persyaratan keselamatan kerja di lokasi pekerjaan.
• Kampanye keselamatan kerja.
Universitas Kristen Petra
25
2.3.7.2. Prosedur penanganan kecelakaan kerja
Perusahaan kontraktor harus menetapkan prosedur penanganan
kecelakaan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja. Prosedur ini bisa berupa
penyelidikan-penyelidikan bila terjadi kecelakaan kerja. Tahapan-tahapan dalam
prosedur penanganan kerja adalah sebagai berikut (Du-Pont, 1998 dalam
Tanidjojo, 2000) :
• Mengumpulkan fakta, yang berupa wawancara terhadap pekerja yang terluka,
wawancara terhadap saksi mata, pemeriksaan lingkungan di sekitar kejadian.
• Menentukan sebab terjadinya kecelakaan.
• Rekomendasi.
• Laporan kecelakaan.
2.3.7.3. Kemampuan pengadaan personil dengan kemampuan P3K
Pelaporan terjadinya kecelakaan kerja harus ditangani melalui bagan
organisasi yang diwakili oleh personil tertentu. Fungsinya agar tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja tersebut segera bisa ditangani secara bertanggung
jawab (Tanidjojo, 2000).
2.3.7.4. Kemampuan pengadaan fasilitas dan peralatan keselamatan kerja
Fasilitas dan peralatan keselamatan kerja harus diperhatikan untuk
menjamin proyek bisa diselesaikan dengan jumlah kecelakaan minimum. Fasilitas
yang dimaksud di sini dapat berupa gudang untuk menyimpan bahan bakar dan
bahan kimia berbahaya. Peralatan keselamatan kerja dapat berupa helmet standart,
pakaian kerja, safety belt, dan lain-lain (Takasana, 2006).
2.4. Peran Model Prediksi Sukses Proyek dengan Kriteria-Kriteria
Prakualifikasi Kontraktor
Kesuksesan proyek dipengaruhi oleh banyak hal dan tergantung pada
banyak pihak yaitu pemilik proyek, konsultan, subkontraktor, suplier, dan
kontraktor itu sendiri. Kesuksesan proyek dari segi waktu dapat dipengaruhi oleh
kualifikasi teknis dan manajerial dari personil-personil dalam organisasi kerja
kontraktor yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan
Universitas Kristen Petra
26
proyek (Praboyo, 1998). Kesuksesan proyek dari segi biaya dapat dipengaruhi
oleh seringnya terjadi penundaan pekerjaan yang dapat menimbulkan kerugian-
kerugian yang berupa pemborosan biaya dalam bentuk gaji karyawan, sewa
peralatan dan biaya overhead kantor (Indriani, 1998). Penundaan pekerjaan dapat
disebabkan oleh tidak tersedianya material dan peralatan oleh kontraktor.
Kesuksesan proyek yang dipengaruhi oleh kualifikasi kontraktor pada
tahap sebelum pelaksanaan proyek dapat dikendalikan dengan melakukan proses
pemilihan kontraktor yang baik sebelum penunjukkan pemenang tender. Proses
pemilihan kontraktor yang baik harus dapat menjamin bahwa kontraktor tersebut
cukup kompeten, bertanggungjawab, berpengalaman, dan memiliki sumber daya
yang cukup sehingga dapat memenuhi sasaran proyek yang telah disepakati.
Kontraktor yang lulus prakualifikasi belum tentu mampu melaksanakan sesuai
sasaran proyek yaitu proyek selesai tepat waktu, sesuai anggaran biaya, sesuai
dengan spesifikasi, dan tidak terjadi kecelakaan kerja selama proyek berlangsung.
Dari penjabaran tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mencari
pengaruh penilaian dari kriteria-kriteria prakualifikasi kontraktor terhadap
masing-masing sasaran proyek, dan dengan diketahuinya nilai pengaruh tersebut
dapat dibuat model (sesuatu) yang dapat memprediksi sukses proyek dengan
parameter dan kriteria-kriteria tersebut. Pembuatan model ini dilakukan dengan
mencari suatu formula yang dilakukan dengan analisis regresi logistik untuk
membedakan kelompok kontraktor yang kinerjanya berhasil dan yang gagal.
Untuk mendapatkan model prediksi sukses proyek yang sesuai dengan tujuan
penelitian, maka kriteria prakualifikasi kontraktor harus dihubungkan dengan
konfirmasi data aktual (fakta) sebagai penentu besarnya pengaruh penilaian dari
kriteria prakualifikasi tersebut. Data aktual tersebut adalah fakta mengenai sukses
masing-masing sasaran proyek.
Model prediksi sukses proyek dengan kriteria prakualifikasi kontraktor
merupakan suatu kontribusi yang penting dalam mencapai sukses proyek
konstruksi dimana dapat berperan untuk menghasilkan masukan bagi pemilik
proyek pada tahap sebelum pelaksanaan proyek untuk mengetahui seberapa besar
kemungkinan sukses proyek bila dikerjakan oleh kontraktor x. Jadi tindakan
Universitas Kristen Petra
27
pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin oleh pemilik proyek untuk membuat
proyeknya sukses setelah adanya masukan dari model tersebut.
2.5. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1
dimulai dari salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pemilik proyek, baik
itu di sektor pemerintah maupun swasta adalah memilih kontraktor yang tepat.
Pemilihan kontraktor yang tidak tepat akan menyebabkan banyak pekerjaan ulang
(rework) dan pembongkaran (reject) sehingga akan meningkatkan probabilitas
keterlambatan, pembengkakan biaya (cost overruns), kualitas yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, kecelakaan kerja, perselisihan bahkan dapat menimbulkan
kebangkrutan (Hatush, 1997). Kontraktor yang lulus prakualifikasi belum tentu
mampu melaksanakan sesuai sasaran proyek yaitu proyek selesai tepat waktu,
sesuai anggaran biaya, sesuai dengan spesifikasi, dan tidak terjadi kecelakaan
kerja selama proyek berlangsung. Pengaruh dari setiap kriteria terhadap masing-
masing sasaran proyek perlu diketahui, karena suatu kriteria belum tentu
mempunyai pengaruh yang sama terhadap kualifikasi kontraktor untuk tiap
sasaran proyek (Hatush dan Skitmore, 1997a).
Dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk
mencoba menganalisa pengaruh penilaian dari kriteria-kriteria prakualifikasi
terhadap masing-masing sasaran proyek. Kriteria penilaian yang dipergunakan
mengacu pada pedoman pelaksanaan pangadaan barang/jasa pemerintah Indonesia
dan kriteria-kriteria yang didapat dari literatur yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia, yaitu meliputi kriteria keuangan, personil, peralatan/perlengkapan,
pengalaman kerja, sisa kemampuan nyata, manajemen mutu, dan keselamatan
kerja.
Dengan analisis regresi logistik dapat diketahui besarnya pengaruh
kriteria-kriteria prakualifikasi tersebut terhadap sukses proyeknya dan dapat
dibuat model prediksi sukses proyeknya, sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi probabilitas sukses proyek dengan kriteria-kriteria prakualifikasi
yang secara statistik signifikan.
Universitas Kristen Petra
28
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Pengaruh dari setiap kriteria terhadap masing-masing sasaran proyek perlu diketahui, karena suatu kriteria belum tentu mempunyai pengaruh yang sama terhadap
kualifikasi kontraktor untuk tiap sasaran proyek (Hatush dan Skitmore, 1997a).
Evaluasi Pengaruh Penilaian dari Kriteria Prakualifikasi Terhadap Masing-Masing Sasaran Proyek
Sukses Proyek
Keuangan Personil Peralatan/ Perlengkapan
Pengalaman Kerja
Keselamatan Kerja
Sisa Kemampuan
Nyata
Manajemen Mutu
Salah satu masalah pemilik proyek adalah memilih kontraktor yang tepat
Model Prediksi Sukses Proyek dengan Kriteria-Kriteria Prakualifikasi : Y = C0 + C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 + C5X5 + C6X6 + C7X7
)(11
YeP −+=
dimana : Y = variabel terikat /dependen (sukses proyek) X = variabel bebas/ independen (kriteria prakualifikasi) X1 = keuangan X2 = personil X3 = peralatan/perlengkapan X4 = pengalaman kerja X5 = sisa kemampuan nyata X6 = manajemen mutu X7 = keselamatan kerja C0 = konstanta Cn = koefisien dari variabel bebas P = probabilitas sukses proyek e = 2,7183
Proyek sukses, dengan probabilitas ?