2. landasan teori 2.1. kesuksesan proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek...

25
4 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek Kesuksesan proyek pada dasarnya terdiri dari empat sasaran yaitu tepat waktu, biaya yang sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, dan terjaminnya keselamatan kerja. Proyek yang sukses tidaklah mudah didapat karena banyaknya kepentingan dari pihak-pihak utama yang terlibat dalam proyek. Kepentingan-kepentingan yang ada dalam proyek adalah kepentingan owner yang meliputi proyek tepat waktu, biaya, fungsinya seperti yang diharapkan, menarik secara estetika, kembalinya investasi, dan minimalnya persoalan yang muncul selama proyek; kepentingan perencana yaitu mengekspresikan karya desain, mencapai profit, mencapai tujuan dari desain, mendapatkan pengalaman akan hal-hal yang baru, tidak adanya kesalahan desain, terjaganya minimalnya perselisihan proyek, terjaganya nama baik konsultan perencana, pembayaran tepat waktu; sedangkan kontraktor memiliki kepentingan yaitu memenuhi jadwal proyek, profit, melakukan minimasi biaya proyek, kualitas yang dihasilkan sesuai atau melebihi persyaratan, minimnya kejadian-kejadian yang tidak terduga selama proyek berlangsung (Sanvindo, et al, 1992). Kesuksesan proyek adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat di dalam proyek. Menurut Ritz (1994), sasaran proyek dapat dilihat dari sisi pemilik proyek, konsultan/manajer konstruksi, dan kontraktor. Pada penelitian ini dibatasi pada sisi pemilik proyek saja yang berkaitan dengan kualifikasi kontraktor untuk memenuhi sasaran tersebut dan kepuasan pemilik proyek tetap menjadi prioritas usaha dari semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dan segala daya upaya serta seluruh sumber daya dikerahkan untuk mencapai hal tersebut. Menurut beberapa peneliti, pemilik proyek mempunyai kebutuhan/tujuan tertentu terhadap proyek yang dikerjakan oleh kontraktor. Tujuan proyek yang ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang sesuai anggaran dan kualitas yang sesuai (Masterman, 1994, Bent, 1984, Curtis et al., 1994 dalam

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

4 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1. Kesuksesan Proyek

Kesuksesan proyek pada dasarnya terdiri dari empat sasaran yaitu tepat

waktu, biaya yang sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang

dipersyaratkan, dan terjaminnya keselamatan kerja. Proyek yang sukses tidaklah

mudah didapat karena banyaknya kepentingan dari pihak-pihak utama yang

terlibat dalam proyek. Kepentingan-kepentingan yang ada dalam proyek adalah

kepentingan owner yang meliputi proyek tepat waktu, biaya, fungsinya seperti

yang diharapkan, menarik secara estetika, kembalinya investasi, dan minimalnya

persoalan yang muncul selama proyek; kepentingan perencana yaitu

mengekspresikan karya desain, mencapai profit, mencapai tujuan dari desain,

mendapatkan pengalaman akan hal-hal yang baru, tidak adanya kesalahan desain,

terjaganya minimalnya perselisihan proyek, terjaganya nama baik konsultan

perencana, pembayaran tepat waktu; sedangkan kontraktor memiliki kepentingan

yaitu memenuhi jadwal proyek, profit, melakukan minimasi biaya proyek, kualitas

yang dihasilkan sesuai atau melebihi persyaratan, minimnya kejadian-kejadian

yang tidak terduga selama proyek berlangsung (Sanvindo, et al, 1992).

Kesuksesan proyek adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat di

dalam proyek. Menurut Ritz (1994), sasaran proyek dapat dilihat dari sisi pemilik

proyek, konsultan/manajer konstruksi, dan kontraktor. Pada penelitian ini dibatasi

pada sisi pemilik proyek saja yang berkaitan dengan kualifikasi kontraktor untuk

memenuhi sasaran tersebut dan kepuasan pemilik proyek tetap menjadi prioritas

usaha dari semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dan segala daya

upaya serta seluruh sumber daya dikerahkan untuk mencapai hal tersebut.

Menurut beberapa peneliti, pemilik proyek mempunyai kebutuhan/tujuan

tertentu terhadap proyek yang dikerjakan oleh kontraktor. Tujuan proyek yang

ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh

kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang sesuai anggaran dan

kualitas yang sesuai (Masterman, 1994, Bent, 1984, Curtis et al., 1994 dalam

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

5

Hatush & Skitmore, 1997a). Klien mempunyai kebutuhan proyek seperti waktu

penyelesaian, estetika, keselamatan kerja selama pelaksanaan proyek (Bennet dan

Flanagan, 1983, Hewitt, 1985 dalam Chinyio et al., 1998). Kebutuhan pemilik

proyek dapat dikategorikan dalam tujuh kategori yaitu ekonomi, fungsi,

keselamatan kerja, kualitas, waktu, biaya operasi dan perawatan, fleksibilitas

dalam penggunaan (Kometa et al., 1995 dalam Chinyio et al., 1998). Tujuan

proyek yang ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat cepat

selesai, minimal tidak melewati anggaran, berfungsi sesuai harapan dan minimal

sesuai spesifikasi (Soeharto, 1995).

Sebuah proyek konstruksi dapat dikatakan sukses apabila mempunyai

hasil yang sesuai atau lebih baik dari pada yang direncanakan dalam sasaran

biaya, jadwal, kualitas, maupun keselamatan (Ashley, 1987 dalam Hatush dan

Skitmore, 1997b). Penjabaran mengenai sukses proyek tersebut menjadi kurang

realistik bila dihadapkan dengan kondisi nyata proyek konstruksi sebab adanya

hubungan saling mempengaruhi antara sasaran tersebut. Definisi mengenai sukses

proyek lebih dijabarkan secara spesifik oleh Tuman (1986) yaitu bahwa inti

sebuah proyek konstruksi yang sukses adalah apabila harapan yang ingin dicapai

dalam proyek tersebut terpenuhi. Harapan tersebut adalah sesuatu yang lebih

spesifik dan dapat merupakan satu sasaran utama yang disepakati bersama dalam

sebuah proyek konstruksi.

Proyek dianggap mencapai sukses secara keseluruhan bila proyek bisa

memenuhi spesifikasi teknik dan/atau misi yang harus dicapai, dan tingkat

kepuasan tertinggi dalam proyek terdapat pada tim proyek (konsultan perencana

dan kontraktor) dan klien dari proyek tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh

manajer konstruksi (de Wit, 1992 dalam Sanvindo, et al, 1992).

2.1.1. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Waktu

Salah satu tujuan utama proyek adalah tercapainya target waktu yang

ditetapkan sebelumnya dalam dokumen kontrak (on schedule) atau dengan kata

lain proyek tidak terlambat sehingga proyek dapat digunakan pada waktu yang

telah ditetapkan dalam rencana. Jadwal pada proyek konstruksi memiliki arti

durasi waktu serangkaian aktivitas kerja yang harus dilakukan dalam kegiatan

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

6

konstruksi (Praboyo, 1998). Ketepatan terhadap jadwal merupakan salah satu

sukses proyek yang secara umum disepakati oleh tiga pihak yaitu pemilik

(owner), perencana dan kontraktor (Sanvindo, et al, 1992).

Waktu penyelesaian proyek harus sudah ditetapkan sebelumnya oleh

pemilik proyek agar bangunan dapat digunakan sesuai rencana waktu yang telah

ditentukan. Pemilik proyek hanya memilih kontraktor yang dapat memenuhi

target waktunya (Hatush dan Skitmore, 1997b). Beberapa kontrak memasukkan

klausul bonus untuk memotivasi kontraktor untuk mempercepat proses konstruksi

dan menghindari keterlambatan.

Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi

waktu dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi waktu dikatakan sukses

(berhasil) apabila waktu yang dibutuhkan tidak lebih besar dari target waktu yang

disepakati bersama (W) dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila melebihi

waktu yang disepakati bersama (W). Waktu yang disepakati bersama (W) tidak

hanya mempunyai arti target waktu yang ditetapkan sebelumnya dalam dokumen

kontrak (WK), tetapi juga memiliki pengertian sebagai penyesuaian target waktu

bila selama pelaksanaan proyek terjadi permintaan perubahan oleh pemilik

(change order) (WCO).

Bentuk matematis untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi waktu

adalah :

W = WK + WCO (2.1)

dimana :

W = target waktu yang disepakati bersama

WK = target waktu yang ditetapkan dalam dokumen kontrak

WCO = target waktu karena permintaan perubahan oleh pemilik (change

order).

2.1.2. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Biaya

Salah satu tujuan utama proyek adalah tercapainya target biaya yang

ditetapkan sebelumnya dalam dokumen kontrak (on budget) atau dengan kata lain

proyek tidak mengalami cost overruns. Kesuksesan proyek ditinjau dari segi biaya

sebenarnya telah disebutkan oleh masing-masing pihak tetapi dengan definisi

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

7

yang berbeda. Tercapainya target biaya proyek dari segi kontraktor berarti

menjamin dicapainya target keuntungan yang diprediksikan pada saat tender, bagi

perencana adalah fee desain, sedangkan bagi pemilik proyek hal ini berarti

menjamin kelangsungan jalannya proyek dengan adanya pengeluaran yang sudah

dianggarkan dalam anggaran manajerial organisasi pemilik proyek.

Biaya merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh pemilik

proyek. Pemilik proyek berusaha mencari keuntungan sebanyak-banyaknya,

walaupun hal ini sering diartikan sebagai mengeluarkan biaya seminim mungkin.

Sistem penawaran tradisional didasarkan pada hal tersebut, sehingga biaya yang

diukur dari harga penawaran yang dimasukkan oleh kontraktor, sering

dipertimbangkan sebagai kriteria tunggal dalam pemilihan kontraktor (Hatush dan

Skitmore, 1997b). Banyak proyek yang hanya mempertimbangkan harga

penawaran sebagai kriteria tunggal dalam pemilihan kontraktor, berakhir dengan

pengeluaran yang lebih besar dari harga penawaran sebelumnya (Hardy, 1978

dalam Hatush dan Skitmore, 1997b).

Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi biaya

dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi biaya dikatakan sukses

(berhasil) apabila biaya yang dikeluarkan tidak melebihi dari anggaran pemilik

proyek dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila melebihi anggaran pemilik

proyek.

2.1.3. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Kualitas

Memenuhi standar kualitas minimum yang disyaratkan adalah salah satu

syarat dari kesuksesan proyek konstruksi. Kualitas dalam proyek konstruksi

adalah sebuah produk jasa yang dapat memberi kepuasan terhadap kebutuhan

pemilik proyek dan sesuai dengan persyaratan spesifikasi sebagaimana tercantum

dalam dokumen kontrak (Dipohusodo, 1996).

Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pekerjaan lebih

banyak berawal dari kualitas sumber daya manusia, yaitu berkaitan dengan

kemampuan dan ketrampilan teknis, misalnya dalam penyusunan kriteria

perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi finansial, tata cara penyediaan

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

8

material dan peralatan, pengerahan tenaga trampil, dan kehandalan di bidang

pemeriksaan dan pengawasan selama proyek berlangsung (Tanidjojo, 2000).

Pada peninjauan dari sisi kualitas ini pihak yang paling berperan adalah

kontraktor, karena kontraktor yang harus berusaha mencapai mutu yang

disyaratkan dalam kontrak proyek, sedangkan kedua pihak lainnya (pemilik dan

perencana) berfungsi sebagai pengawas dan pemberi persetujuan.

Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi

kualitas dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi kualitas dikatakan

sukses (berhasil) apabila hasil akhir proyek sesuai dengan spesifikasi yang

disyaratkan dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila hasil akhir proyek tidak

sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.

2.1.4. Kesuksesan Proyek Ditinjau dari Segi Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah salah satu hal terpenting dari syarat suksesnya

proyek konstruksi. Bila terjadi kecelakaan kerja maka secara keseluruhan proyek

akan terhambat. Kecelakaan kerja, terutama yang menyangkut jiwa manusia,

biasanya rumit penelusurannya dan berdampak besar pada keseluruhan proyek.

Waktu yang digunakan untuk menyelidiki kecelakaan kerja dapat sangat berarti

bagi proyek.

Definisi yang dipakai untuk mengukur kesuksesan proyek dari segi

keselamatan kerja dalam penelitian ini adalah suatu proyek dari segi keselamatan

kerja dikatakan sukses (berhasil) apabila kecelakaan kerja yang terjadi tidak

melebihi target keselamatan dan dikatakan tidak sukses (gagal) apabila jika

kecelakaan kerja yang terjadi melebihi target keselamatan.

2.1.5. Keterkaitan Antara Sasaran Biaya, Waktu, Kualitas dan Keselamatan Kerja

Sasaran biaya, waktu, kualitas dan keselamatan kerja membentuk tata

hubungan yang saling berinteraksi serta berpengaruh, artinya jika salah satu

sasaran tidak terpenuhi maka akan berdampak pada sasaran lainnya (Dipohusodo,

1996). Demikian pula bila sasaran keselamatan kerja tidak tercapai, maka secara

tidak langsung akan mempengaruhi ketiga sasaran lainnya. Pada industri

konstruksi, sasaran biaya, waktu, kualitas dan keselamatan kerja dari suatu proyek

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

9

sudah diikat dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi

dimulai (Soeharto, 1995).

2.2. Kriteria-Kriteria Prakualifikasi Kontraktor Menurut Pedoman dan

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Keppres RI No. 80

Tahun 2003)

Pengertian kriteria disini adalah atribut dari kemampuan dasar kontraktor

yang mengikuti prakualifikasi. Kriteria-kriteria yang dipilih dalam praktek

pelaksanaan prakualifikasi didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan evaluator

dan dipandang penting dalam pelaksanaan evaluasi kontraktor. Kriteria-kriteria ini

harus dapat menggambarkan semua aspek kinerja kontraktor.

Pengertian dari parameter pengukuran adalah alat bantu yang dapat

digunakan untuk menilai kinerja kontraktor terhadap kriteria-kriteria

prakualifikasi secara obyektif. Parameter pengukuran yang dipilih pada

prakteknya disesuaikan dengan kebutuhan proyek.

Tabel 2.1. menunjukkan kriteria dan parameter pengukuran yang

digunakan oleh pemilik proyek pemerintah dalam melakukan prakualifikasi

terhadap kontraktor.

Tabel 2.1. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor

(Keppres RI No. 80 Tahun 2003)

Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria

Administrasi - Nama perusahaan - Status perusahaan (pusat/cabang) - Alamat perusahaan - Bentuk perusahaan - Keanggotaan asosiasi (AKI, GAPENSI, dll) - Pimpinan perusahaan/struktur organisasi (nama, No. KTP, jabatan,

alamat) - Akte pendirian notaris (No./tgl.) - Akte perubahan terakhir notaris (No./tgl.) - Pendaftaran di Pengadilan Negeri (No./tgl.) - Pengesahan oleh Menteri Kehakiman (No./tgl.) - Pengumuman dalam berita negara (No./tgl.) - Surat izin usaha dari departemen perdagangan/SIUJK (No./tgl./masa

berlaku) - Surat pernyataan bahwa pimpinan perusahaan tidak berstatus pegawai negeri

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

10

Tabel 2.1. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor

(Keppres RI No. 80 Tahun 2003) (Lanjutan)

Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria

Keuangan - Modal tetap (bangunan kantor, gudang, bengkel, rumah, tanah,

kendaraan bermotor, peralatan mesin kantor) - Susunan pemilik saham (nama pemilik saham, No. KTP, alamat,

jumlah saham dan prosentase) - Perpajakan (NPWP) - Perbankan (nama bank, alamat bank, No. Rekening, tanggal menjadi

nasabah, referensi) - Modal usaha (jumlah uang kas, jumlah rekening koran, jumlah

tagihan/angsuran, jumlah kredit, jumlah garansi/jaminan bank atau lembaga keuangan lainnya)

- Neraca perusahaan terakhir Kriteria

Personalia - Nama - Umur - Pendidikan - Jabatan - Profesi/keahlian - Pengalaman kerja dari tenaga pimpinan, tenaga ahli, tenaga teknis

dan non teknis (tahun) Kriteria

Peralatan/ Perlengkapan

- Tahun pembuatan - Kondisi (baik/rusak) - Lokasi sekarang - Kepemilikan (milik sendiri/sewa)

Kriteria Pengalaman Perusahaan

- Bidang pekerjaan, sub bidang pekerjaan - Pemberi pekerjaan - Lokasi - Nilai kontrak - Tanggal surat keputusan penunjukkan - Tanggal penyelesaian menurut kontrak dan berita acara penyerahan

pekerjaan - Pekerjaan yang telah diselesaikan selama tujuh tahun terakhir

Kriteria Pekerjaan

Yang Sedang Dilaksanakan

- Bidang pekerjaan, sub bidang pekerjaan - Pemberi pekerjaan - Lokasi - Nilai kontrak - Tanggal surat keputusan penunjukkan - Prestasi kerja menurut tanggal progres terakhir

Contoh formulir isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan,

pemasokan barang/jasa lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 dapat

dilihat pada Tabel 2.2 sampai Tabel 2.10.

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

11

Tabel 2.2. Data Adminstrasi

1. Nama (PT/CV/Firma/ : Koperasi/Perorangan

2. Status (PT/CV/Firma/ : Koperasi/Perorangan) Pusat Cabang

3. Alamat (PT/CV/Firma/ : Koperasi/Perorangan) No. Telepon : No. Fax : E-Mail :

4. Alamat Kantor Pusat : (diisi, dalam hal yang menawar cabang No. Telepon : perusahaan/bukan perusahaan pusatnya) No. Fax : E-Mail :

Tabel 2.3. Ijin Usaha

No. IUJK/SIUP/SIUI/TDP* : Tanggal Masa berlaku ijin usaha : Instansi pemberi ijin usaha :

* Pilih yang sesuai

Tabel 2.4. Landasan Hukum Pendirian Perusahaan

1. Akta Pendirian PT/CV/Firma/Koperasi a. Nomor Akta : b. Tanggal : c. Nama Notaris :

2. Akta Perubahan Terakhir a. Nomor Akta : b. Tanggal :

c. Nama Notaris :

Tabel 2.5. Pengurus

1. Komisaris (untuk PT)

No. Nama No. KTP Jabatan dalam Perusahaan

2. Direksi/Penanggung Jawab/Pengurus Perusahaan

No. Nama No. KTP Jabatan dalam Perusahaan

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

12

Tabel 2.6. Data Keuangan

1. Susunan Kepemilikan Saham (untuk PT)/Susunan Persero (untuk CV/Firma)

No. Nama No. KTP Alamat Persentase

2. Pajak

1. Nomor Pokok Wajib Pajak : 2. Bukti Pelunasan Pajak Tahun terakhir

Nomor/Tanggal : 3. Laporan bulanan PPH/PPN tiga bulan terakhir Nomor/Tanggal :

3. Neraca Perusahaan Terakhir per Tanggal ..... Bulan ..... Tahun ..... (hanya untuk

jasa pemborongan)

(dalam ribuan rupiah) AKTIVA PASIVA

I

II

III

Aktiva lancar : Rp .......... Kas : Rp .......... Bank : Rp .......... Piutang *) : Rp .......... Persediaan barang : Rp .......... Pekerjaan dalam proses : Rp .......... Jumlah (a) Aktiva tetap : Rp .......... Peralatan dan mesin : Rp .......... Inventaris : Rp .......... Gedung2 : Rp .......... Jumlah (b) Aktiva lainnya (c)

Rp .......... Rp .......... Rp ..........

IV

V

VI

Utang jangka pendek Utang dagang : Rp .......... Utang pajak : Rp .......... Utang lainnya : Rp .......... Jumlah (d) Utang jangka panjang (e) Kekayaan bersih (a+b+c)-(d+e)

Rp .......... Rp .......... Rp ..........

Jumlah Rp .......... Jumlah Rp .......... *) Piutang jangka pendek (sampai dengan enam bulan) : Rp ..........

Piutang jangka panjang (lebih dari enam bulan) : Rp .......... Jumlah : Rp ..........

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

13

Tabel 2.7. Data Personalia

No. Nama Tgl/bln/thn lahir

Pendidikan Jabatan dalam proyek

Pengalaman Kerja

(tahun)

Profesi/ Keahlian

Sertifikat/Ijasah

1 2 3 4 5 6 7 8

Tabel 2.8. Data Peralatan/Perlengkapan No Jenis

Peralatan/ Perlengkapan

Jumlah Kapasitas atau

output pada saat

ini

Merk dan tipe

Tahun pembuatan

Kondisi baik/ rusak

Lokasi Sekarang

Bukti Kepemilik-

an

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tabel 2.9. Data Pengalaman Perusahaan Pemberi Tugas/ Pengguna Jasa

Kontrak Tanggal Selesai Menurut

No. Nama Paket

Pekerjaan

Bidang/ Sub

Bidang Pekerjaan

Lokasi

Nama Alamat/ Telepon

No./ Tanggal

Nilai Kontrak BA. Serah

Terima 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 2.10. Data Pekerjaan yang Sedang Dilaksanakan Pemberi Tugas/ Pengguna Jasa

Kontrak Progres Terakhir No. Bidang Pekerjaan

Sub Bidang

Pekerjaan

Lokasi

Nama Alamat/ Telepon

No./ Tanggal

Nilai Kontrak Prestasi Kerja (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 2.2 sampai Tabel 2.5 berhubungan dengan informasi administratif

dari kontraktor dan bertujuan untuk memperoleh gambaran singkat tentang status

hukum dan legalitas perusahaan kontraktor.

Tabel 2.6 bertujuan untuk mengidentifikasi keadaan finansial kontraktor

dan juga untuk menentukan seberapa besar kekuatan modal kerja perusahaan. Hal

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

14

ini perlu mengingat banyak sekali kontraktor yang tidak memiliki modal usaha

sendiri yang cukup untuk menjalankan usaha dan hanya menggantungkan

permodalan dari perbankan. Bila ada gangguan dalam kelancaran hubungannya

dengan bank tersebut maka akan membawa dampak yang buruk kepada

kelancaran jalannya pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 2.7 sampai Tabel 2.9 bertujuan untuk mengukur apakah kontraktor

tersebut mempunyai pengetahuan teknis dasar, pengalaman, dan pengertian

tentang persyaratan-persyaratan untuk melaksanakan proyek.

Tabel 2.10 untuk mengukur sisa kapasitas kontraktor tersebut (ditinjau

dari sumber daya manusia, peralatan, dan keuangan) setelah dikurangi beban kerja

saat ini (Jaselskis dan Russell, 1992).

2.3. Kriteria-Kriteria Prakualifikasi Kontraktor yang Digunakan dalam

Penelitian Ini

Kriteria dan parameter pengukuran prakualifikasi kontraktor yang

digunakan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dengan mengadopsi dari

Keppres RI No. 80 Tahun 2003 dan literatur, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor yang

Digunakan dalam Penelitian Ini

Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria

Keuangan • Kemampuan keuangan perusahaan kontraktor untuk

melaksanakan pekerjaan • Kemampuan untuk menanggung resiko kerugian konstruksi • Ketersediaan modal kerja kontraktor • Kemampuan memperoleh kredit atau jaminan keuangan

Kriteria Personil

• Kemampuan pengadaan personil inti di lapangan • Tingkat pendidikan formal personil inti di lapangan • Tingkat pendidikan informal personil inti di lapangan • Tingkat pengalaman personil inti di lapangan

Kriteria Peralatan/

Perlengkapan

• Jumlah dan jenis peralatan/perlengkapan kerja • Kondisi peralatan/perlengkapan kerja • Tingkat kesesuaian kapasitas dan jumlah peralatan/

perlengkapan kerja dengan kondisi pekerjaan • Prosedur pemeliharaan, kalibrasi, dan penyimpanan

peralatan/perlengkapan kerja

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

15

Tabel 2.11. Kriteria dan Parameter Pengukuran Prakualifikasi Kontraktor yang

Digunakan dalam Penelitian Ini (Lanjutan)

Kriteria Parameter Pengukuran Kriteria

Pengalaman kerja

• Tingkat pengalaman terhadap proyek yang sejenis • Tingkat pengalaman menangani volume pekerjaan dengan

nilai kontrak setara • Tingkat pengalaman pada lokasi atau geografis sejenis

Kriteria Sisa Kemampuan

Nyata

• Kapasitas kontraktor yang masih dimiliki dari segi sumber daya manusia dengan mempertimbangkan jumlah proyek yang sedang dikerjakan

• Kapasitas kontraktor yang masih dimiliki dari segi peralatan/perlengkapan dengan mempertimbangkan jumlah proyek yang sedang dikerjakan

Kriteria Manajemen

Mutu

• Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor untuk menjamin kualitas pekerjaannya

• Program pengendalian mutu perusahaan kontraktor yang dipergunakan di kantor

• Tingkat kesesuaian program pengendalian mutu dari kontraktor terhadap persyaratan mutu oleh pemilik proyek untuk proyek yang akan dilaksanakan

Kriteria Keselamatan

Kerja

• Kebijakan keselamatan kerja perusahaan kontraktor • Prosedur penanganan kecelakaan kerja • Kemampuan pengadaan personil dengan kemampuan P3K • Kemampuan pengadaan fasilitas dan peralatan keselamatan

kerja

Dasar pembuatan kriteria-kriteria prakualifikasi kontraktor yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 4. Kriteria adminstrasi

tidak diikutkan dalam penelitian ini karena penilaian data administrasi hanya

dilakukan terhadap kelengkapan dan keabsahan semua dokumen yang diminta.

Apabila dokumen isian tentang administrasi (Tabel 2.2 sampai 2.5) tidak lengkap,

jelas dan sah maka calon rekanan dinyatakan tidak lulus dalam prakualifikasi.

2.3.1. Kriteria Keuangan

2.3.1.1. Kemampuan keuangan perusahaan kontraktor untuk melaksanakan

pekerjaan

Penilaian kemampuan keuangan dilakukan dengan berdasarkan

laporan keuangan perusahaan 2-3 tahun terakhir dan laporan-laporan keuangan

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

16

lainnya. Laporan keuangan yang umum digunakan oleh Departemen Keuangan

untuk menetapkan status keuangan kontraktor adalah:

a. Neraca

Neraca merupakan laporan posisi keuangan perusahaan pada tanggal

yang diberikan, termasuk aset yang dimiliki, liabilitas dan modal yang disetor

oleh pemilik (Tabel 2.6).

b. Laporan keuangan

Laporan keuangan ini dikenal sebagai laporan rugi laba. Pemilik proyek

menggunakan laporan-laporan ini dengan tujuan menganalisa rasio keuangan

dari setiap kontraktor. Rasio ini kemudian dilihat trennya selama periode

waktu tertentu.

Kemampuan keuangan perusahaan kontraktor untuk melaksanakan

pekerjaan dapat dinilai secara obyektif dengan menghitung Sisa Kemampuan

Keuangan (SKK) (Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI

No. 85 Tahun 2006). SKK dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2)

sampai (2.5) berikut :

SKK = KK – (NK – Prestasi) (2.2)

KK = Fp x MK (2.3)

MK = Fl x KB (2.4)

KB = (a+b+c) – (d+e), diambil dari neraca (2.5)

dimana :

KK = kemampuan keuangan

Fp = faktor perputaran modal

Fp = 6 untuk penyedia jasa usaha kecil

Fp = 7 untuk penyedia jasa usaha menegah

Fp = 8 untuk penyedia jasa usaha besar

MK = modal kerja

KB = kekayaan bersih

a = aktiva lancar

b = aktiva tetap

c = aktiva lainnya

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

17

d = utang jangka pendek

e = utang jangka panjang

Fl = faktor likuiditas

Fl = 0,3 untuk penyedia usaha jasa kecil

Fl = 0,6 untuk penyedia usaha jasa menengah

Fl = 0,8 untuk penyedia usaha jasa besar

NK = nilai kontrak dalam pelaksanaan

Prestasi = nilai pekerjaan yang sudah dilaksanakan.

2.3.1.2. Kemampuan untuk menanggung resiko kerugian konstruksi

Parameter ini penting bagi pemilik proyek untuk melihat kemampuan

keuangan kontraktor. Parameter ini dapat diukur dari dukungan keuangan yang

diberikan oleh bank. Kontraktor harus memiliki surat keterangan dukungan

keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan barang/jasa

sekurang-kurangnya 10% dari nilai proyek yang ditawarkan (Keppres RI No. 80

Tahun 2003). Hal ini sangat penting karena kontraktor harus dapat membayar

ganti rugi bila tidak bisa memenuhi persyaratan kontrak.

2.3.1.3. Ketersediaan modal kerja

Parameter ini sangat penting untuk mengukur stabilitas keuangan

kontraktor. Ketersediaan modal kerja yang menjadi kebutuhan proyek sangat

penting terutama pada awal pelaksanaan proyek dimana kontraktor harus

mengeluarkan dana untuk pekerjaan persiapan, pembelian material, dan lain-lain.

Ketersediaan modal kerja ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(2.6) dan (2.7) berikut (Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam

Perpres RI No. 85 Tahun 2006) :

MK = Fl x KB (2.6)

KB = (a+b+c) – (d+e), diambil dari neraca (2.7)

dimana :

MK = modal kerja

KB = kekayaan bersih

a = aktiva lancar

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

18

b = aktiva tetap

c = aktiva lainnya

d = utang jangka pendek

e = utang jangka panjang

Fl = faktor likuiditas

Fl = 0,3 untuk penyedia usaha jasa kecil

Fl = 0,6 untuk penyedia usaha jasa menengah

Fl = 0,8 untuk penyedia usaha jasa besar.

2.3.1.4. Kemampuan memperoleh kredit atau jaminan keuangan

Parameter ini digunakan untuk mengukur seberapa baik kontraktor

memenuhi kewajiban keuangan, serta memberikan indikasi apakah kontraktor

tersebut mempunyai pengalaman dalam hal kesulitan aliran kas untuk membayar

kreditnya ke bank. Tingkat kredit yang dapat diberikan akan sangat penting,

terutama apabila keadaan keuangan kontraktor kurang mencukupi modal kerja

yang menjadi kebutuhan proyek (Russell, 1990b). Parameter ini digunakan untuk

mengetahui hubungan kontraktor dengan perbankan, sehingga dapat diketahui

stabilitas keuangannya dari sisi perbankan.

Informasi yang dibutuhkan antara lain (Russell dan Skibniewski, 1990) :

• Jumlah bank yang bekerja sama selama kurun waktu lima tahun terakhir.

• Jangka waktu kredit maksimum yang diperoleh untuk proyek ini.

• Suku bunga pinjaman jangka pendek dan panjang.

• Tingkatan hutang pada bank.

• Sejarah penyitaan oleh bank.

2.3.2. Kriteria personil

Penilaian kriteria personil dilakukan atas personil inti di lapangan

dengan memperhatikan kemampuan dalam pengadaan (jumlah), tingkat

pendidikan baik formal maupun tidak formal, dan pengalaman terutama dalam

menangani proyek sejenis (Keppres RI No. 80 Tahun 2003). Ketersediaan, tingkat

pendidikan dan pengalaman personil inti di lapangan ini akan sangat membantu

kelancaran pelaksanaan proyek. Penilaian kriteria personil ini dapat dilakukan dari

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

19

formulir isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan, pemasokan

barang/jasa lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 seperti yang terlihat

pada Tabel 2.7.

Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil yang disediakan harus disertai

Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) (Kepmen

Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006).

Sertifikasi keahlian dan ketrampilan kerja diperlukan dalam rangka menciptakan

tenaga kerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan standar, berdisiplin dan

produktif untuk melaksanakan pembangunan, karena memenuhi standar

kualifikasi serta prosedur uji keahlian, ketrampilan dan sertifikasi yang berlaku

secara umum.

2.3.3. Kriteria peralatan/perlengkapan

Ketersediaan dan kondisi peralatan konstruksi akan sangat menentukan

tingkat produktivitas dan berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian proyek.

Kehadiran alat-alat besar dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi sangat

membantu dalam mencapai hal-hal berikut:

• Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, terutama pada pekerjaan-

pekerjaan yang sedang dikejar target penyelesaiannya.

• Melaksanakan jenis pekerjaan yang sulit atau tidak dapat dilakukan oleh

manusia.

• Karena alasan efisien, keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan faktor-faktor

ekonomi lainnya.

Namun demikian, tidak sembarang alat-alat berat dapat digunakan untuk

mencapai maksud-maksud tersebut. Alat tersebut harus dipilih yang tepat guna

dan ekonomis, dimana alat tersebut harus sesuai dengan kondisi pekerjaan,

mampu berproduksi tinggi dengan biaya yang relatif rendah. Kebutuhan akan

berbagai peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk suatu proyek bisa

diperoleh melalui kepemilikan sendiri atau sewa.

Panitia pengadaan harus menyusun terlebih dahulu kebutuhan peralatan

minimum yang diperlukan sesuai dengan sifat dan kebutuhan pekerjaan.

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

20

Kombinasi peralatan dapat berbeda dengan yang disusun panitia pengadaan, yang

dinilai adalah kesesuaian peruntukannya dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud.

Penilaian dilakukan atas ekuivalensi kapasitas dan jumlah alat yang disediakan

terhadap kapasitas dan jumlah alat yang disusun panitia pengadaan (Kepmen

Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006).

Peralatan/perlengkapan kerja sebagai alat produksi juga harus selalu

berada dalam kondisi prima, sehingga usaha-usaha atau tindakan-tindakan

pemeliharaan perlu dilakukan. Penggunaan peralatan/perlengkapan kerja yang

tidak andal akan mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan.

Penilaian kriteria peralatan/perlengkapan ini dapat dilakukan dari

formulir isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan, pemasokan

barang/jasa lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 seperti yang terlihat

pada Tabel 2.8.

2.3.4. Kriteria pengalaman kerja

Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah

dikerjakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir. Pengalaman pekerjaan yang dinilai

disertai bukti penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pengguna jasa (Kepmen

Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006). Ada

tiga parameter pengukuran yang dapat dipakai untuk menilai pengalaman

pekerjaan, yaitu tingkat pengalaman pekerjaan pada proyek sejenis, tingkat

pengalaman menangani volume pekerjaan dengan nilai kontrak setara, dan tingkat

pengalaman pekerjaan kontraktor pada lokasi atau geografis sejenis (seperti

kondisi cuaca, sosial, lingkungan, peraturan perburuhan setempat, karakteristik

tanah).

2.3.4.1. Tingkat pengalaman pekerjaan kontraktor pada proyek sejenis

Parameter ini perlu untuk mengevaluasi apakah kontraktor tersebut

sudah biasa mengerjakan proyek sejenis dengan yang akan dibangun (kesulitan-

kesulitan serta cara mengatasinya), terutama untuk proyek-proyek yang spesifik

dimana penanganannya memerlukan keahlian dan teknologi khusus, misalnya

pada proyek lepas pantai, pertambangan dan sebagainya.

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

21

2.3.4.2. Tingkat pengalaman menangani volume pekerjaan dengan nilai kontrak

setara

Parameter ini merupakan indikator untuk mengetahui apakah kontraktor

tersebut mampu mengerjakan jumlah dan tingkat kekompleksan proyek yang akan

dibangun.

2.3.4.3. Tingkat pengalaman pekerjaan kontraktor pada lokasi atau geografis

sejenis

Karakteristik wilayah yang satu dengan yang lainnya memiliki sifat yang

berbeda-beda. Kontraktor dihadapkan pada resiko tenaga kerja lapangan yang

belum dikenal kemampuannya (keahlian, produktivitas dan adat/budayanya),

material yang didatangkan dari luar daerah memerlukan konsentrasi tersendiri

misalnya hambatan-hambatan pengirimannya (rusak di perjalanan atau kualitas

yang kurang sesuai dengan permintaan), faktor alam misalnya curah hujan yang

tinggi. Hal ini harus dipertimbangkan dalam pembuatan jadwal sehingga dapat

disusun jadwal yang layak untuk dilaksanakan. Untuk mengantisapasi kondisi ini,

dibutuhkan pengalaman kontraktor dalam menangani proyek pada lokasi atau

geografis sejenis.

Penilaian kriteria pengalaman kerja ini dapat dilakukan dari formulir

isian penilaian kualifikasi pekerjaan pemborongan, pemasokan barang/jasa

lainnya menurut Keppres RI No. 80 Tahun 2003 seperti yang terlihat pada Tabel

2.9.

2.3.5. Kriteria sisa kemampuan nyata

Agar proyek dapat dikerjakan dengan baik maka kontraktor harus

mempunyai “sisa kemampuan nyata” yang cukup. Sisa kemampuan kontraktor

(ditinjau dari sumber daya manusia, peralatan, dan keuangan) dapat diukur setelah

dikurangi beban kerja yang sedang dilaksanakan (Jasekskis dan Russell, 1992).

Kriteria sisa kemampuan kontraktor dapat dinilai secara obyektif dengan

menghitung Sisa Kemampuan Paket (SKP) (Kepmen Kimpraswil No.

339/KPTS/M/2003 dalam Perpres RI No. 85 Tahun 2006). Sisa kemampuan paket

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

22

atau sisa kemampuan menangani proyek dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan (2.8) berikut :

SKP = KP – (jumlah paket yang sedang dikerjakan) (2.8)

dimana :

KP = kemampuan menangani paket pekerjaan

KP = 3 untuk penyedia usaha jasa kecil

KP = 5 untuk penyedia usaha jasa menegah

KP = 8 atau 1,2 N untuk penyedia usaha jasa besar

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani

pada saat yang bersamaan selama kurun waktu 5 tahun

terakhir.

2.3.6. Kriteria manajemen mutu

Pemenuhan persyaratan mutu merupakan sasaran pengelolaan proyek di

samping biaya dan waktu. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan

ekonomis tidak hanya diperlukan pemeriksaan di tahap akhir sebelum

diserahterimakan kepada pemilik proyek, tetapi juga diperlukan serangkaian

tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunan program mutu.

Tiga parameter pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur

kriteria manajemen mutu adalah :

• Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor untuk menjamin

kualitas pekerjaannya (Tanidjojo, 2000).

• Program pengendalian mutu perusahaan kontraktor yang dipergunakan di

kantor (Soeharto, 1995).

• Tingkat kesesuaian program pengendalian mutu dari kontraktor terhadap

persyaratan mutu oleh pemilik proyek untuk proyek yang akan dilaksanakan

(Soeharto, 1995).

2.3.6.1. Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor untuk menjamin

kualitas pekerjaannya

Kebijakan adalah langkah awal dalam suatu penerapan sistem

manajemen untuk memberi jaminan tercapainya suatu proses dan produk jasa

Page 20: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

23

konstruksi yang dikehendaki. Kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan

kontraktor untuk menjamin kualitas pekerjaannya sangat penting bagi pemilik

proyek sehingga pemilik proyek yakin bahwa mutu proyek atau produk yang

dipesannya akan memenuhi syarat yang diinginkan. Parameter ini juga penting

dalam mengukur kepedulian manajemen puncak terhadap kualitas karena hal

tersebut sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan proyek.

2.3.6.2. Program pengendalian mutu perusahaan kontraktor yang dipergunakan di

kantor

Parameter ini sangat penting karena selain memuat pedoman dasar,

filosofi, dan kebijakan mutu yang harus diikuti selama menjalankan operasi atau

produksinya, juga memuat pula persyaratan mutu yang ditetapkan oleh

perusahaan kontraktor yang bersangkutan dan peraturan-peraturan dari badan di

luar perusahaan yang berwenang, misalnya pemerintah (Soeharto, 1995).

2.3.6.3. Tingkat kesesuaian program pengendalian mutu dari kontraktor terhadap

persyaratan mutu oleh pemilik proyek untuk proyek yang akan

dilaksanakan (Soeharto, 1995).

Program pengendalian mutu proyek disusun sesuai dengan kepentingan

masing-masing proyek yang berbeda dalam lingkup dan intensitasnya. Suatu

program pengendalian mutu yang tersusun dalam dokumen minimal meliputi hal-

hal berikut (Soeharto, 1995) :

• Perencanaan sistematis yang merinci dan menjabarkan pada setiap tahap

proyek langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran mutu.

• Penyusunan batasan dan kriteria spesifikasi dan standar mutu yang akan

digunakan dalam desain engineering, pembelian material, dan konstruksi.

• Penyusunan organisasi dan pengisian personil untuk melaksanakan kegiatan

program mutu.

• Pembuatan prosedur pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, yang meliputi

pemantauan, pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan pelaporan hasil-

hasilnya.

• Identifikasi peralatan yang akan digunakan.

Page 21: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

24

• Identifikasi bagian kegiatan yang memerlukan bantuan dari pihak ketiga

maupun peranan dan persetujuan dari pemerintah.

Apabila produk yang dihasilkan kontraktor tidak sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh pemilik proyek maka kontraktor

harus melakukan perbaikan atau mengganti bagian-bagian yang tidak sesuai

tersebut. Untuk mencegah hal ini maka sistem mutu yang merupakan

pengendalian mutu dari kontraktor harus sesuai dengan persyaratan mutu oleh

pemilik proyek. Program pengendalian mutu kontraktor yang tidak memenuhi

persyaratan mutu pemilik proyek dapat diadakan penyesuaian atau penambahan.

Sejauh mungkin dihindari perubahan total, karena akan dapat membingungkan

personil kontraktor yang telah terbiasa dengan tata cara kerja yang tercantum

dalam program yang dimilikinya (Soeharto, 1995).

2.3.7. Kriteria keselamatan kerja

2.3.7.1. Kebijakan keselamatan kerja perusahaan kontraktor

Parameter ini bertujuan agar program keselamatan kerja benar-benar

dijalankan dengan penuh kesadaran oleh semua pihak. Ada berbagai bentuk

kebijakan perusahaan terhadap keselamatan kerja, antara lain (Du-Pont, 1998

dalam Tanidjojo, 2000) :

• Komitmen untuk turut bertanggung jawab dan dengan aktif mendukung

kegiatan-kegiatan usaha keselamatan kerja.

• Adanya program mandiri untuk pemeriksaan, perbaikan dan penciptaan

kondisi-kondisi pekerjaan maupun tindak pekerjaan yang aman pada semua

pekerjaan yang dilakukan.

• Adanya program pelatihan yang bertujuan untuk memberikan latihan kepada

petugas keselamatan kerja dan pada para pengawas mengenai cara melakukan

pengawasan terhadap pekerja serta melatih pekerja mengenai cara bekerja

yang benar dan aman.

• Mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa semua pekerja memahami dan

melaksanakan persyaratan keselamatan kerja di lokasi pekerjaan.

• Kampanye keselamatan kerja.

Page 22: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

25

2.3.7.2. Prosedur penanganan kecelakaan kerja

Perusahaan kontraktor harus menetapkan prosedur penanganan

kecelakaan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja. Prosedur ini bisa berupa

penyelidikan-penyelidikan bila terjadi kecelakaan kerja. Tahapan-tahapan dalam

prosedur penanganan kerja adalah sebagai berikut (Du-Pont, 1998 dalam

Tanidjojo, 2000) :

• Mengumpulkan fakta, yang berupa wawancara terhadap pekerja yang terluka,

wawancara terhadap saksi mata, pemeriksaan lingkungan di sekitar kejadian.

• Menentukan sebab terjadinya kecelakaan.

• Rekomendasi.

• Laporan kecelakaan.

2.3.7.3. Kemampuan pengadaan personil dengan kemampuan P3K

Pelaporan terjadinya kecelakaan kerja harus ditangani melalui bagan

organisasi yang diwakili oleh personil tertentu. Fungsinya agar tenaga kerja yang

mengalami kecelakaan kerja tersebut segera bisa ditangani secara bertanggung

jawab (Tanidjojo, 2000).

2.3.7.4. Kemampuan pengadaan fasilitas dan peralatan keselamatan kerja

Fasilitas dan peralatan keselamatan kerja harus diperhatikan untuk

menjamin proyek bisa diselesaikan dengan jumlah kecelakaan minimum. Fasilitas

yang dimaksud di sini dapat berupa gudang untuk menyimpan bahan bakar dan

bahan kimia berbahaya. Peralatan keselamatan kerja dapat berupa helmet standart,

pakaian kerja, safety belt, dan lain-lain (Takasana, 2006).

2.4. Peran Model Prediksi Sukses Proyek dengan Kriteria-Kriteria

Prakualifikasi Kontraktor

Kesuksesan proyek dipengaruhi oleh banyak hal dan tergantung pada

banyak pihak yaitu pemilik proyek, konsultan, subkontraktor, suplier, dan

kontraktor itu sendiri. Kesuksesan proyek dari segi waktu dapat dipengaruhi oleh

kualifikasi teknis dan manajerial dari personil-personil dalam organisasi kerja

kontraktor yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan

Page 23: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

26

proyek (Praboyo, 1998). Kesuksesan proyek dari segi biaya dapat dipengaruhi

oleh seringnya terjadi penundaan pekerjaan yang dapat menimbulkan kerugian-

kerugian yang berupa pemborosan biaya dalam bentuk gaji karyawan, sewa

peralatan dan biaya overhead kantor (Indriani, 1998). Penundaan pekerjaan dapat

disebabkan oleh tidak tersedianya material dan peralatan oleh kontraktor.

Kesuksesan proyek yang dipengaruhi oleh kualifikasi kontraktor pada

tahap sebelum pelaksanaan proyek dapat dikendalikan dengan melakukan proses

pemilihan kontraktor yang baik sebelum penunjukkan pemenang tender. Proses

pemilihan kontraktor yang baik harus dapat menjamin bahwa kontraktor tersebut

cukup kompeten, bertanggungjawab, berpengalaman, dan memiliki sumber daya

yang cukup sehingga dapat memenuhi sasaran proyek yang telah disepakati.

Kontraktor yang lulus prakualifikasi belum tentu mampu melaksanakan sesuai

sasaran proyek yaitu proyek selesai tepat waktu, sesuai anggaran biaya, sesuai

dengan spesifikasi, dan tidak terjadi kecelakaan kerja selama proyek berlangsung.

Dari penjabaran tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mencari

pengaruh penilaian dari kriteria-kriteria prakualifikasi kontraktor terhadap

masing-masing sasaran proyek, dan dengan diketahuinya nilai pengaruh tersebut

dapat dibuat model (sesuatu) yang dapat memprediksi sukses proyek dengan

parameter dan kriteria-kriteria tersebut. Pembuatan model ini dilakukan dengan

mencari suatu formula yang dilakukan dengan analisis regresi logistik untuk

membedakan kelompok kontraktor yang kinerjanya berhasil dan yang gagal.

Untuk mendapatkan model prediksi sukses proyek yang sesuai dengan tujuan

penelitian, maka kriteria prakualifikasi kontraktor harus dihubungkan dengan

konfirmasi data aktual (fakta) sebagai penentu besarnya pengaruh penilaian dari

kriteria prakualifikasi tersebut. Data aktual tersebut adalah fakta mengenai sukses

masing-masing sasaran proyek.

Model prediksi sukses proyek dengan kriteria prakualifikasi kontraktor

merupakan suatu kontribusi yang penting dalam mencapai sukses proyek

konstruksi dimana dapat berperan untuk menghasilkan masukan bagi pemilik

proyek pada tahap sebelum pelaksanaan proyek untuk mengetahui seberapa besar

kemungkinan sukses proyek bila dikerjakan oleh kontraktor x. Jadi tindakan

Page 24: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

27

pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin oleh pemilik proyek untuk membuat

proyeknya sukses setelah adanya masukan dari model tersebut.

2.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

dimulai dari salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pemilik proyek, baik

itu di sektor pemerintah maupun swasta adalah memilih kontraktor yang tepat.

Pemilihan kontraktor yang tidak tepat akan menyebabkan banyak pekerjaan ulang

(rework) dan pembongkaran (reject) sehingga akan meningkatkan probabilitas

keterlambatan, pembengkakan biaya (cost overruns), kualitas yang tidak sesuai

dengan spesifikasi, kecelakaan kerja, perselisihan bahkan dapat menimbulkan

kebangkrutan (Hatush, 1997). Kontraktor yang lulus prakualifikasi belum tentu

mampu melaksanakan sesuai sasaran proyek yaitu proyek selesai tepat waktu,

sesuai anggaran biaya, sesuai dengan spesifikasi, dan tidak terjadi kecelakaan

kerja selama proyek berlangsung. Pengaruh dari setiap kriteria terhadap masing-

masing sasaran proyek perlu diketahui, karena suatu kriteria belum tentu

mempunyai pengaruh yang sama terhadap kualifikasi kontraktor untuk tiap

sasaran proyek (Hatush dan Skitmore, 1997a).

Dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk

mencoba menganalisa pengaruh penilaian dari kriteria-kriteria prakualifikasi

terhadap masing-masing sasaran proyek. Kriteria penilaian yang dipergunakan

mengacu pada pedoman pelaksanaan pangadaan barang/jasa pemerintah Indonesia

dan kriteria-kriteria yang didapat dari literatur yang sesuai dengan kondisi di

Indonesia, yaitu meliputi kriteria keuangan, personil, peralatan/perlengkapan,

pengalaman kerja, sisa kemampuan nyata, manajemen mutu, dan keselamatan

kerja.

Dengan analisis regresi logistik dapat diketahui besarnya pengaruh

kriteria-kriteria prakualifikasi tersebut terhadap sukses proyeknya dan dapat

dibuat model prediksi sukses proyeknya, sehingga dapat digunakan untuk

memprediksi probabilitas sukses proyek dengan kriteria-kriteria prakualifikasi

yang secara statistik signifikan.

Page 25: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kesuksesan Proyek · ingin dicapai oleh pemilik proyek adalah proyek tersebut dapat diselesaikan oleh kontraktor selaku pelaksana pembangunan dengan biaya yang

Universitas Kristen Petra

28

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Pengaruh dari setiap kriteria terhadap masing-masing sasaran proyek perlu diketahui, karena suatu kriteria belum tentu mempunyai pengaruh yang sama terhadap

kualifikasi kontraktor untuk tiap sasaran proyek (Hatush dan Skitmore, 1997a).

Evaluasi Pengaruh Penilaian dari Kriteria Prakualifikasi Terhadap Masing-Masing Sasaran Proyek

Sukses Proyek

Keuangan Personil Peralatan/ Perlengkapan

Pengalaman Kerja

Keselamatan Kerja

Sisa Kemampuan

Nyata

Manajemen Mutu

Salah satu masalah pemilik proyek adalah memilih kontraktor yang tepat

Model Prediksi Sukses Proyek dengan Kriteria-Kriteria Prakualifikasi : Y = C0 + C1X1 + C2X2 + C3X3 + C4X4 + C5X5 + C6X6 + C7X7

)(11

YeP −+=

dimana : Y = variabel terikat /dependen (sukses proyek) X = variabel bebas/ independen (kriteria prakualifikasi) X1 = keuangan X2 = personil X3 = peralatan/perlengkapan X4 = pengalaman kerja X5 = sisa kemampuan nyata X6 = manajemen mutu X7 = keselamatan kerja C0 = konstanta Cn = koefisien dari variabel bebas P = probabilitas sukses proyek e = 2,7183

Proyek sukses, dengan probabilitas ?