2 hukum laut terkait p2tl

Upload: aika-hartini

Post on 13-Jul-2015

173 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SK : Menerapkan Hukum Laut KD : Menjelaskan Hukum Hukum Laut

HUKUM - HUKUM LAUT1. Sejarah Hukum Laut Indonesia y Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim 1939 Laut teritorial membentang ke arah laut sampai jarak tiga mil laut dari garis surut pulau-pulau atau bagianbagian pulau dan daerah laut yang terletak pada sisi laut daerah laut dalam batas bandar yang ditetapkan Deklarasi Djuanda 1957 Batas laut teritorial ditentukan sejauh 12 mil laut dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pulau-pulau PP Pengganti UU/Perpu No. 4 Tahun 1960 Perairan Indonesia terdiri dari laut teritorial (lajur laut selebar 12 mil laut yang garis luarnya diukur tegak lurus terhadap garis dasar atau titik pada garis dasar yang terdiri dari garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau atau bagian pulau-pulau terluar) dan perairan pedalaman (semua perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis dasar) UU No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia Dasar laut dan tanah di bawahnya, di luar wilayah perairan Indonesia (Perpu 4/60), sampai kedalaman 200 meter atau lebih, dimana masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial, yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya hingga batas terluar 200 mil laut dari garis pangkal. UU No. 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi Konvensi Hukum Laut PBB 1982 UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia Air surut rendah digunakan sebagai acuan penarikan batas laut PP No. 61 Tahun 1998 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Dasar Garis Pangkal Kepulauan Indonesia di Laut Natuna Perairan Indonesia di sekitar Laut Natuna yang semula merupakan laut lepas (Perpu No. 4 Tahun 1960) serta bagian selatannya merupakan bagian dari ZEE (UU No. 5 Tahun 1983), diklaim sebagai Perairan Kepulauan Indonesia. PP No. 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing dalam Melaksanakan Lintas Damai melalui Perairan Indonesia Merupakan tindak lanjut pengesahan Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982 dalam menentukan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban kapal asing dalam melaksanakan Lintas Damai melalui Perairan Indonesia PP No. 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan melalui Alur Laut yang Ditetapkan Merupakan tindak lanjut Pengesahan Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982 dalam menentukan lebih lanjut mengenai ketentuan hak dan kewajiban kapal dan pesawat udara asing dalam melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan.

y

y

y

y

y y

y

y

y

2. Sejarah Hukum Laut Internasional y Konsep Res Communis Laut merupakan hak bersama umat manusia Saat itu kegunaan laut hanya untuk pelayaran dan penangkapan ikan Pelopornya adalah Kekaisaran Romawi

1

SK : Menerapkan Hukum Laut KD : Menjelaskan Hukum Hukum Laut y Konsep Res Nullius Laut bisa dimiliki apabila yang berhasrat memilikinya bisa menguasai dengan mendudukinya Salah satu negara pelopornya adalah Venesia, yang mengklaim sebagian besar Laut Adriatik, yang sebelumnya berada di bawah Kekaisaran Romawi Alasan yang dikemukakan negara-negara pantai yang mengklaim wilayah laut, didasarkan untuk keperluan perlindungan kesehatan, pemungutan bea terhadap kapal asing, dan pertahanan Konsep Mare Liberium Laut bebas untuk dilayari oleh siapapun, jadi merupakan penjelmaan konsep Res Communis terutama untuk laut lepas Pencetusnya adalah Hugo Grotius (1609) Konsep Mare Clausum Laut dapat dimiliki, sehingga merupakan penjelmaan konsep Res Nullius Perlawanan terhadap konsep Mare Liberiumyang di antaranya dikemukakan oleh John Selden (1635) Kompromi antara konsep Mare Clausum dan Mare Liberum diajukan oleh Pontanus (1635) laut dibagi menjadi dua bagian, laut yang berdekatan dengan pantai (yang berada di bawah pemilikan atau kedaulatan negara pantai) lautan yang bersifat bebas, Pontanus dianggap sebagai pencipta yang sebenarnya dari konsepsi laut teritorial yang dikenal dalam hukum laut saat ini John Selden (yang mengklaim bagian-bagian laut yang luas bagi negara pantai), dengan menyarankan suatu jalur tertentu (dengan ukuran lebar yang tidak terlalu besar) di bawah kedaulatan negara pantai, dengan suatu dalil, sebagai penjelmaan dari azas penguasaan laut dari darat, yang berbunyi : kedaulatan teritorial berakhir dimana kekuatan senjata berakhir yang terkenal dengan Kaidah Tembakan Meriam ukuran untuk menetapkan lebar laut teritorial kedaulatan negara pantai, yaitu : ukuran tembakan meriam, ukuran pandangan mata, dan ukuran marine league, setelah itu baru muncul ukuran tiga mil laut ukuran lebar laut teritorial yang berlaku umum Konsepsi jalur laut yang terbentang sepanjang pantai yang tertua adalah konsepsi laut teritorial Denmark menggunakan ukuran liga (empat mil) sebagai ukuran lebar, dan berbeda dengan kaidah tembakan meriam yang didasarkan atas keperluan memelihara netralitas negara pantai, konsepsi laut teritorial Skandinavia ini lebih didasarkan atas keperluan perlindungan perikanan [Kent] Konferensi Kodifikasi Den Haag (1930) merupakan usaha penyusunan suatu sistem hukum laut internasional secara tertulis, yang di antaranya dipilih perairan teritorial sebagai masalah hukum yang perlu dikodifikasi Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaulatan negara dan laut lepas yang bersifat bebas, berlaku tanpa mengalami banyak perubahan hingga akhir perang dunia ke-2, dimana saat itu banyak negara yang baru merdeka mengklaim wilayah laut secara sepihak terutama setelah munculnya Proklamasi Truman (1945) Selanjutnya lahir konsepsi hukum laut baru seperti landas kontinen, jalur perikanan, dan zona ekonomi eksklusif, sehingga mendorong diadakannya Konferensi Hukum Laut I (1958), II (1960), dan III (1973 1982) yang akhirnya berhasil merumuskan perkembangan baru tersebut sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (UNCLOS 1982)

y

y

y

y

y

y

y

y

y

Tugas Individu 1. Menurut pendapat anda, mengapa perlu dibentuknya hukum laut, terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan di laut, baik sebagai media transportasi dan sebagai sumber daya alam?

2