g terhadap penyalahgunaan tenaga listrik · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum p2tl...

319
i PENEGAKAN HUKUM Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK MARTHEN NAPANG MARTHEN NAPANG Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Tenaga Listrik

Upload: dangdiep

Post on 29-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

i

PENEGAKAN HUKUMTerhadap

PENYALAHGUNAANTENAGA LISTRIK

MARTHEN NAPANG

MA

RTH

EN

NA

PAN

GPenegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Tenaga Listrik

Page 2: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

i

Judul :

PENEGAKAN HUKUM

Terhadap

PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK

Penulis : DR.cdt.Marthen Napang,SH.,MH.,MSI.

Designer : Udin Hasanudin,S.Mn.

Penerbit : YUSTICIA PRESS, Jl. Ince Nurdin No. 11

Makassar

Cetakan : Pertama Tahun 2008

Hak Cipta : Dilindungi Undang-Undang Ada Pada Penulis.

KATALOG DALAM TERBITAN (KDT)Perpustakaan Nasional RINapang, Marthen

Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Tenaga ListrikMarthen Napang -- Cet. 1 -- Makassar : Yusticia Press, 2007

BibliografiISBN 978-979-99208-2-9

Page 3: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

i

PRAKATA

Sembah, sujud dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasihatas pertolonganNya jualah sehingga buku ini dapat tersusun dan terbit.

Ada banyak pihak yang berpartisipasi membantu penulis selama menyusun sampaipada penerbitan buku ini. Untuk itu dengan rasa haru dan tulus penulismengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Materi buku ini merupakan pengembangan dari salah satu makalah yang penulisbuat untuk memenuhi tugas akademik dalam Mata Kuliah Kapita Selekta HukumBisnis pada Program Doktor (S3) Ilmu Hukum UNPAD Tahun 2005. Kemudianpenulis padukan dengan hasil penyuluhan hukum Penertiban Pemakaian TenagaListrik (P2TL) di beberapa wilayah dan cabang PT PLN (Persero), antara lain:Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Jambi, Bengkulu, Sulawesi Selatan,Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua. Sehingga karya tulis inidiberi judul utama: Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Tenaga Listrik.

Untuk kesempurnaannya, penulis sangat mengharapkan koreksi dan sumbang-saran dari para pembaca yang budiman.

Kiranya dapat bermanfaat.

Jakarta, Medio 2008

Hormat Penulis

MARTHEN NAPANG

Page 4: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

ii

KATA SAMBUTAN

Pertama-tama saya menyambut baik penulisan dan penerbitan buku yangberjudul: Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Tenaga Listrik yangditulis oleh DR.cdt.Marthen Napang,SH.,MH.,MSi salah satu pengamat danpraktisi hukum yang menaruh perhatian pada masalah-masalah hukumketenagalistrikan..

Selain disusun sesuai kaidah-kaidah ilmiah, nilai lebih dari buku ini terdapat pulapada analisis-yuridis terhadap berbagai kendala dari penanganan kasusketenagalistrikan yang nyata dan banyak terjadi. Sehingga para pembacamendapat gambaran bagaimana mengatasi kendala dan meningkatkanpelaksanaan tugas P2TL yang dapat menunjang nilai bisnis (core bussines)perseroan.

Kemudian buku ini menjadi penting sebagai salah satu refrensi dari sangat sedikitbahan tertulis tentang PLN dan P2TL. Oleh karena itu sangat diharapkan dapatbermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN.

Akhirnya, saya harapkan buku ini dapat memberi inspirasi bagi rekan-rekanyang lain untuk selalu berkarya memberikan yang terbaik bagi PLN.

Terima Kasih.Jakarta, Medio 2008

Page 5: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................... iKATA SAMBUTAN ....................................................................... iiDAFTAR ISI ................................................................................... iiiI. PENGANTAR ......................................................................... 1II. TINJAUAN UMUM BUMN ................................................. 2

1. Sejarah Singkat ................................................................ 21.1. Masa Sebelum Kemerdekaan .................................... 21.2. Sesudah Kemerdekaan RI ......................................... 3

2. BUMN Sebagai Badan Usaha .......................................... 62.1. Subjek Hukum BUMN .............................................. 62.2. Tanggungjawab Pidana Badan Usaha ......................... 13

3. Bentuk Bentuk BUMN ..................................................... 173.1. Perusahaan Perseroan (Persero) ............................... 183.2. Perusahaan Umum (Perum) ........................................ 213.3. Perusahaan Jawatan (Perjan) ..................................... 23

III. BUMN PT PLN (PERSERO) ................................................................ 251. Akta Pendirian PT PLN (Persero) .................................... 25

1.1. Pihak Pendiri ............................................................. 261.2. Dasar Pendirian ......................................................... 271.3. Nama dan Tempat Kedudukan .................................. 281.4. Jangka Waktu Berdiri ................................................ 291.5. Maksud dan Lapangan Usaha ................................... 301.6. Modal dan Saham ..................................................... 321.7. Organ Persero .......................................................... 34

2. Perubahan Anggaran Dasar PT. PLN (Persero) ................ 362.1. Akta Perubahan Pertama 1998 ................................. 362.2. Akta Perubahan Kedua 2001 .................................... 40

3. Status Kepegawaian PLN ................................................ 494. Pemutusan Hubungan Kerja ............................................. 55

IV. PENEGAKAN HUKUM KETENAGALISTRIKAN ........... 631. Aspek Keperdataan ......................................................... 632. Aspek Kepidanaan ........................................................... 953. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik ................................ 974. Modus Operandi Penyalahgunaan Tenaga Listrik ............... 1065. Ikhtisar P2TL ................................................................... 114

PENUTUP ........................................................................................ 119DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 120

Page 6: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

iv

LAMPIRAN - LAMPIRAN ...........................................................1. UU No.15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan .........................2. UU No.20 Tahun 2002 tentang Ketenagalisrikan ..........................3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1994

Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik NegaraMenjadi Perusahaan Perseroan (Persero) ......................................

4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. ....................

5 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.02.P/451/M.PE/1991 tentang Hubungan Pemegang Kuasa Usaha KetenagalistrikanDan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk KepentinganUmum Dengan Masyarakat ..........................................................

6 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.03.P/451/M.PE/1991 Tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik ..............

7 SK Dir PT PLN (Persero) No.109.K/039/DIR/1997 tentangKetentuan Jual Beli Tenaga Listrik dan Penggunaan Piranti TenagaListrik yang Berlaku di PT PLN (Persero) ....................................

8 SK Dir PT PLN (Persero) No.68K/010/DIR/2000 tentangPenertiban Pemakaian Tenaga Listrik, Tagihan Susulan dan PemutusanSambungan Tenaga Listrik ............................................................

122122143

197

203

230

238

247

266

Page 7: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

1

PENEGAKAN HUKUM

Terhadap

PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK

I. PENGANTAR

Untuk meningkatkan fungsi pelayanan publik dalam rangkameningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat yang lebih baik,pemerintah membentuk badan usaha-badan usaha yang bersifatkomersial dan/atau sosial serta dengan misi khusus, terutama dibidang ekonomi dan sumber daya alam yang menyangkut hajat hiduporang banyak.Namun demikian badan usaha negara yang dibentuk pemerintah initidak dimaksudkan sebagai upaya pemerintah mengendalikan ataumenguasai sektor swasta, ekonomi, perdagangan, dan pasar.Keberadaan badan usaha milik negara ini hendaknya menjadi pionirdan menciptakan iklim usaha yang sehat untuk mendorongpertumbuhan ekonomi dan perdagangan nasional.Sebenarnya badan usaha milik negara telah ada sejak Zaman sebelumkemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, namunpengaturannya lebih lengkap dalam peraturan perundangan besertaperaturan pelaksanaannya dilakukan setelah kemerdekaan.Salah satu BUMN yang dibentuk oleh Pemerintah adalah PT PLN(Persero). Keberadaan Perusahaan Listrik Negera ini telah lamaada yakni sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Keberadaannya tersebar diberbagai kota/daerahkepulauan Nusantara. Kemudian berkembang pesat seiring denganpesatnya perkembangan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik.

Page 8: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

2

II. TINJAUAN UMUM BUMN

1. Sejarah Singkat

1.1. Masa Sebelum Kemerdekaan.

Pada masa ini terdapat 2 jenis badan usaha negara yangtunduk pada ketentuan hukum produk pemerintahan HindiaBelanda yang berbeda dengan sumber anggaran perusahaanyang berbeda, tetapi manajemennya di bawah pengawasandan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait,sehingga keuntungan perusahaan menjadi bagian daripenerimaan negara.

Kedua jenis badan usaha milik negara tersebut adalah:(1) Badan Usaha yang tunduk pada IBW (Indonische

Bedrijven Wet).Ciri utama jenis badan usaha negara ini adalah modalperusahaan berasal dari keuangan negara yangdianggarkan atas persetujuan DPR. Sehingga badanusaha negara ini langsung berada dalamtanggungjawab pemerintah yang dilaksanakan olehDepartemen Keuangan. Keuntungan perusahaanmenjadi bagian penerimaan negara melaluiDepartemen Keuangan.

(2) Badan Usaha yang diatur oleh ICW (IndonischeCompabilities Wet).Jenis badan usaha negara ini mendapat modal darianggaran belanja masing-masing departemen yangbersangkutan atau yang membawahinya. Masing-masing departemen tersebut memasukkan anggaranbelanja badan usaha ini kedalam anggaran

Page 9: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

3

departemennya. Sehingga keuntungan perusahaanmenjadi bagian dari penerimaan negara melaluimasing-masing departemen yang bersangkutan.

1.2. Sesudah Kemerdekaan RI

(1) Masa 1945 – 1960.

Jenis badan usaha yang berkembang pada masa iniadalah jenis badan usaha yang tunduk pada IBW. Bidangusahanya bersifat strategis menyangkut kepentinganpublik seperti: kelistrikan, pengangkutan laut, batubara,perkebunan, kesehatan. Saat itu terdapat 20 perusahaanyang tunduk pada IBW (Indonische Bedrijven Wet)yang berada di bawah tanggungjawab langsungpemerintah RI, yaitu:- Jawatan Pegadaian,- Perusahaan Garam dan Soda Negeri,- Pusat Perkebunan Negara,- Percetakan Negara,- Jawatan PTT,- Pelabuhan Tanjung Priok,- Pelabuhan Surabaya,- Pelabuhan Makassar,- Pelabuhan Semarang,- Pelabuhan Belawan,- Pelabuhan Teluk Bayur,- Pelabuhan Palembang,- Jawatan Kereta Api,- Perusahaan Reproduksi,- Tambang Timah Bangka,- Perusahaan Batubara Umbilin,

Page 10: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

4

- Perusahaan Bukit Asam,- Pembuatan Sera dan Vaksin,- Penataran Angkatan Laut,- Perusahaan Negara Pembangkit Tenaga Listrik.

(2) Masa 1960 – 1969.

Pada Masa ini pemerintah RI mulai melakukannasionalisasi dibidang hukum badan usaha negaradengan mengundangkan Undang Undang Nomor 19Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. BerdasarkanUndang Undang ini dilakukan perubahan hampir semuabadan usaha negara yang ada sebelumnya menjadiPerusahaan Negara (PN).Namun demikian masih dimungkinkan juga adanyabadan usaha negara dalam bentuk perusahaan PerseroanTerbatas (PT), seperti:- PT. Hotel Indonesia Internasional (PT.HII),- PT. Sarinah.Sedang badan usaha negara di bidang lembaga keuanganatau perbankan masing-masing dibentuk berdasarkanundang-undang tersendiri.

(3) Masa 1969 – sekarang.

Pada masa ini dikeluarkan beberapa Undang Undangbeserta peraturan pelaksanaannya yang mengaturtentang badan usaha milik negara dengan meliputi:bentuk-bentuk usaha, penertiban, pengelolaan,pembinaan, dan pengawasannya.

Page 11: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

5

Pertama-tama diundangkan UU No.9 Tahun 1969tentang Penetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang Undang Nomor: 1 Tahun 1969 (LembaranNegara tahun 1969 Nomor:16, Tambahan LembaranNegara Nomor:2890) tentang Bentuk Bentuk UsahaNegara menjadi Undang Undang (Lembaran NegaraTahun 1969 No.40, Tambahan Lembaran NegaraNomor:2904).Disusul, Undang Undang Nomor:1 Tahun 1995 tentangPerseroan terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor3587). Selanjutnya disempurnakan lagi dengan UndangUndang Nomor: 19 Tahun 2003 tentang Badan UsahaMilik Negara.Berdasarkan undang-undang tersebut diatas, sejaktahun 1969 badan usaha milik negara terbagi dalam 3jenis bentuk usaha,yaitu:- Perusahaan Jawatan (Perjan),- Perusahaan Umum (Perum),- Perusahaan Persero (Persero).Kemudian diterbitkan lagi peraturan pelaksanaan dariUndang Undang BUMN, yaitu:- Peraturan Pemerintah Nomor:12 Tahun 1998

untuk Perusahaan Persero (Persero),- Peraturan Pemerintah Nomor:13 Tahun 1998

untuk Perusahaan Umum (Perum),- Peraturan Pemerintah Nomor:6 Tahun 2000 untuk

Perusahaan Jawatan (Perjan).

Page 12: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

6

2. BUMN Sebagai Badan Usaha

2.1. Subjek Hukum BUMN

Peraturan perundang-undangan mengharuskan BadanUsaha Milik Negara harus berbentuk badan hukum. Akantetapi ternyata sampai sekarang para ahli dan peraturanperundang-undangan belum menyepakati satu rumusandefenisi tentang badan hukum yang dimaksud. Padahalrumusan tersebut sangat penting dalam menentukansubjektifitas-yuridis badan hukum dimaksud.Oleh karena itu untuk memahaminya perlu mengkaji teoridan pendapat para ahli tentang badan hukum.Menurut Prof. H. Man Suparman Sastrawidjaja,1 ) terdapatbeberapa teori dan pendapat para ahli yang dapatmembantu menjelaskan arti dan makna badan hukum(korporasi), yaitu:

(1) Beberapa pendapat ahli:

a. E. M. Meijers mengatakan bahwa badan hukummeliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dankewajiban.

b. Logemann mengatakan bahwa badan hukum adalahpersonifikasi yaitu suatu perwujudan ataupenjelmaan hak-kewajiban.

c. Utrecht berpendapat bahwa badan hukum yaitubadan yang menurut hukum berkuasa/berwenangmenjadi pendukung hak, atau badan hukum adalahsetiap pendukung hak yang tidak berjiwa

__________________________1) Sastrawidjaja, H. Man Suparman.2005. Kedudukan UNPAD sebagai Badan

Hukum Publik. Jurnal Penegak Hukum, Fakultas Hukum UNPAD, Bandung. Hal.2.

Page 13: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

7

d. Bothingk menyebutkan bahwa badan hukumhanyalah suatu gambar yuridis tentang identitasbukan manusia yang dapat melakukan perbuatan-perbuatan

e. R. Subekti berpendapat bahwa badan hukum padapokoknya adalah suatu badan atau perkumpulanyang dapat memiliki hak-hak dan melakukanperbuatan seperti seorang manusia, sertamemiliki kekayaan sendiri, dapat digugat ataumenggugat didepan hakim

f. R. Rochmat Soemitro mengemukakan bahwabadan hukum ialah suatu badan yang dapatmempunyai harta, hak serta kewajiban sepertiorang pribadi.

g. Wiryono Prodjodikoro mengemukakan suatubadan hukum sebagai suatu badan yang disampingmanusia perseorangan juga dianggap dapatbertindak dalam hukum yang yang mempunyaihak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubunganhukum terhadap orang lain atau badan lain.

h. Menurut Sutan Remy Sjahdeini menjelaskan,korporasi dilihat dari bentuk hukumnya dapatdiberi arti yang sempit maupun arti yang luas.Menurut artinya yang sempit, korporasi adalahbadan hukum. Dalam artinya yang luas korporasidapat berbentuk badan hukum maupun bukan badanhukum.2 )

__________________________2) Sutan Remy Sjahdeini, 2006. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. Grafiti Pers,

Jakarta. Hal. 43.

Page 14: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

8

i. Juga Sentosa Sembiring mengemukakan,mengingat rumusan perusahaan sendiri tidakdicantumkan dalam KUHDagang sebagaipengganti dari istilah pedagang dan bukanpedagang (ex Pasal 2-5 KUHD). Oleh karena itudalam kepustakaan Ilmu Hukum khususnya ahliHukum Dagang, mencoba memberikan kriteriaapa yang harus ada dalam suatu badan usaha atauperusahaan. Antara lain yaitu, dikemukakan harusada kontinuitas, tujuannya mencari keuntungan danada organisasi. 3 )

j. Berdasarkan pendapat para ahli dan KUHD dapatdisimpulkan adanya 4 unsur dari Badan Hukum,yaitu:a. adanya harta kekayaan sendiri yang terpisah

(Pasal 40 ayat (2) jo. Pasal 43 KUHD)b. mempunyai tujuan sendiri-tertentu (Makna

Pasal 45 KUHD)c. mempunyai kepentingan sendiri (Makna Pasal

43 & Pasal 45 KUHD)d. adanya organ atau organisasi yang teratur

(Makna Pasal 45 KUHD).

(2) Beberapa teori badan hukumOleh karena rumusan normative tentang badan hukumbelum ada, maka terdapat beberapa teori yangmencoba mencari dasar hukum dari suatu badanhukum, yaitu:

__________________________3) Sentosa Sembiring, 2005. Hukum Perusahaan Dalam Peraturan Perundang-

Undangan. Nuansa Aulia, Bandung. Hal. 1.

Page 15: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

9

a. Teori Fiksi yang dipelopori oleh Friedrich CarlVon Savigny, yang berpendapat badan hukum itusemata-mata buatan negara saja. Sebetulnyamenurut alam hanya manusia saja sebagai subyekhukum, badan hukum itu hanya suatu fiksi saja,yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada tetapiorang menciptakan dalam bayangannya suatupelaku hukum (badan hukum) yang sebagai subjekhukum diperhitungkan sama dengan manusia.

b. Teori Harta Kekayaan Bertujuan dari Brinz.Menurut teori ini hanya manusia saja yang dapatmenjadi subjek hukum. Tetapi juga tidak dapatdibantah adanya hak-hak atas suatu kekayaan,sedangkan tiada manusiapun yang menjadipendukung hak-hak itu. Adapun yang dinamakanhak-hak suatu badan hukum adalah hak-hak yangtidak ada yang mempunyainya dan sebagaipenggantinya adalah suatu harta kekayaan yangterikat oleh suatu tujuan atau kekayaan kepunyaansuatu tujuan.

c. Teori Organ yang dipelopori oleh Otto VonGierke. Menurut pendapatnya badan hukum ituseperti manusia, sebagai suatu realitasesungguhnya sama seperti yang ada di dalampergaulan hukum. Dengan demikian menurut teoriorgan badan hukum bukan suatu khayalan tetapisuatu kenyataan. Oleh karena itu badan hukum jugamempunyai kehendak atau kemauan sendiri yangdibentuk melalui alat-alat perlengkapannya sepertipengurus atau anggota-anggotanya.

Page 16: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

10

d. Teori Kekayaan Bersama yang dikemukakan olehRudolf Von Jhering yang menganggap badanhukum sebagai kumpulan manusia dankepentingan badan hukum adalah kepentinganseluruh anggotanya. Menurut teori ini badanhukum bukan abstraksi dan bukan organisme. Padahakekatnya hak dan kewajiban badan hukum adalahhak dan kewajiban anggota bersama-sama. Merekabertanggung jawab bersama-sama. Harta kekayaanbadan itu adalah milik seluruh anggota.

e. Teori Kenyataan Yuridis yang dikemukakan olehE. M. Maijers dan juga di dukung oleh PaulSchoten. Teori kenyataan Yuridis merupakanpenghalusan dari teori organ. Menurut teori inibadan hukum itu merupakan suatu realitas, konkrit,riil, walaupun tidak dapat diraba, bukan khayaltetapi suatu kenyataan yuridis. Teori ini dianggapyang terbaru dan dianggap yang paling dapatditerima karena dianggap riilnya atau nyatanyasuatu badan hukum landasannya adalah hukum.Dengan kata lain wujud riil atau nyata dari badanhukum seperti halnya riilnya manusia diberikanlandasan oleh hukum.

(3) Penggolongan badan hukum

Secara klasik badan hukum dapat digolongkankedalam:a. badan hukum publikb. badan hukum perdata

Page 17: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

11

(4) Kriteria yang dapat digunakan untuk membedakanbadan hukum :a. berdasarkan terjadinya, atau berdasarkan

pendiriannya. Apabila badan hukum tersebut untukpendiriannya berlaku ketentuan hukum publik ataudidirikan oleh kekuasaan umum maka badanhukum tersebut merupakan badan hukum publik.Tetapi apabila badan hukum itu didirikan olehorang perorangan sehingga terhadapnya berlakuketentuan hukum tersebut termasuk badan hukumperdata.

b. Lapangan pekerjaannya dari badan hukum tersebut.Apabila lapangan pekerjaannya untuk kepentinganumum maka termasuk badan hukum publik.Apabila lapangan pekerjaannya untuk kepentinganorang perseorangan atau sekelompok orang sajamaka termasuk badan hukum perdata.

(5) Dalam Beberapa Perundangan

Dalam beberapa peraturan perundang-undanganterkait telah dijelaskan apa yang dimaksud suatu badanhukum (korporasi), yaitu:a. UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika:

“Korporasi adalah kumpulan terorganisir dari or-ang dan/atau kekayaan, baik merupakan badanhukum maupun bukan”.

b. UU No.31 Tahun 1999 Tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi yang telah diubah denganUU No.20 Tahun 2001:

Page 18: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

12

“Korporasi adalah kumpulan orang dan/ataukekayaan yang terorganisir baik merupakan badanhukum maupun bukan badan hukum”.

c. UU No.15 Tahun 2002 Tentang Tindak PidanaPencucian Uang yang telah diubah dengan UUNo.25 Tahun 2003:“Korporasi adalah kumpulan orang dan/ataukekayaan yang terorganisir baik merupakan badanhukum maupun bukan badan hukum”.

d. Rancangan KUHP Tahun 1987/1988 Pasal 120:“Korporasi adalah kumpulan terorganisir dari or-ang atau kekayaan baik merupakan badan hukumatau pun bukan”.

e. Rancangan KUHP 2004 Pasal 166:“Korporasi adalah kumpulan terorganisir dari or-ang dan/atau kekayaan, baik merupakan badanhukum maupun bukan badan hukum”.

f. UU No.3 Tahun 1982 Pasal 1 b. Tentang WajibDaftar Perusahaan :“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yangmenjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetapdan terus menerus dan yang didirikan, bekerjaserta berkedudukan dalam wilayah NegaraRepublik Indonesia, untuk tujuan memperolehkeuntungan atau laba”.

Page 19: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

13

g. UU No.8 Tahun 1997 Tentang DokumenPerusahaan:“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yangmelakukan kegiatan secara tetap dan terusmenerus dengan tujuan memperoleh keuntunganatau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang-perorangan maupun badan usaha yang berbentukbadan hukum atau bukan badan hukum, yangdidirikan dan berkedudukan dalam wilayah NegaraRepublik Indonesia”.

2.2. Tanggungjawab Pidana Badan Usaha

Pesatnya bisnis dan ketatnya persaingan usahaperasuransian yang dilakukan oleh perusahaan asuransisebagai badan hukum tidak terlepas dari sengketa-sengketa yang bersifat pidana. Sehingga perlu jugamengkaji prinsip-prinsip pertanggungjawaban pidana daribadan hukum (korporasi) perusahaan asuransi.

Menurut Prof. B. Mardjono Reksodiputro dalam bukuProf. Muladi 4 ) dalam literature ilmu hukum pidanadikenal beberapa sistim pertanggungjawaban pidana darisuatu badan hukum (korporasi),yaitu:(1) Pengurus Badan Hukum (Korporasi) sebagai

pembuat dan penguruslah yang bertanggungjawab.(2) Badan Hukum (Korporasi) sebagai pembuat dan

pengurus bertanggungjawab.

__________________________4) Muladi.1991.Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana. Sekolah

Tinggi Hukum Bandung. Hal. 67.

Page 20: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

14

(3) Badan Hukum (Korporasi) sebagai pembuat dan jugasebagai yang bertanggungjawab.Selanjutnya menurut Prof. Ruslan Saleh juga dalambuku Prof. Muladi 5 ) menyatakan dalam hal penguruskorporasi sebagai pembuat dan penguruslah yangbertanggungjawab, kepada pengurus korporasidibebankan kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajibanyang dibebankan itu sebenarnya adalah kewajiban darikorporasi. Pengurus yang tidak memenuhi kewajibanitu diancam dengan pidana. Sehingga dalam systemini terdapat alasan yang menghapuskan pidana.Sedangkan dasar pemikirannya adalah korporasi itusendiri tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadapsuatu pelanggaran, melainkan selalu penguruslah yangmelakukan delik itu. Dan karenanya penguruslah yangdiancam pidana dan dipidana.

Oleh Prof. Muladi 6 ) ditegaskan bahwa ketentuanyang mengatur hal tersebut diatas dianut olehKUHPidana, seperti misalnya Pasal 169 , Pasal 398dan Pasal 399 KUHPidana.

__________________________5) Ibid. Hal. 68.6) Ibid. Hal. 68.

Page 21: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

15

Perkembangan hukum pidana nasional Indonesiamaupun internasional semakin bersifat terbukaterhadap system pertanggungjawaban pidana terhadapbadan hukum (korporasi) dan perorangan baik sebagaiindividu maupun dalam jabatan organisasi badanhukum atau organisasi pemerintahan/negara. Jabatan-jabatan tersebut tidak dapat menjadi alasan bagiindividu-individu tersebut membebaskan diri daripertanggungjawaban pidana tersebut.

Memang pada awalnya berkembang pandangan yangmenyatakan korporasi tidak dapat dimintakanpertanggungjawaban pidana karena dipandang bukansebagai pribadi.

Menurut Prof. J.E. Sahetapy 7 ) mereka yangmenentang dipidananya korporasi berpendirianbahwa korporasi dalam konteks pengertian badanhukum, tidak dapat dipidana. Korporasi bukan seorangpribadi, meskipun dalam kegiatannya ia mengadakanaktifitas sebagai seorang pribadi. Pendapat inimenganut asas societas universitas delinquere nonpotest (korporasi tidak dapat melakukan tindakpidana). Oleh karena itu dalam Kitab Undang UndangHukum Pidana hanya mengenal orang sebagai subjekhukum pidana, sedangkan korporasi bukan sebagaisubjek hukum pidana. 8 )

__________________________7) Sahetapy,J.E.2002.Kejahatan Korporasi.Refika Aditama,Bandung. Hal. 32.8) Arief Amrullah M,.2004. Kejahatan Korporasi. Bayumedia Publishing, Malang.

Hal. 208.

Page 22: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

16

Namun demikian perkembangan hukum dankehidupan masyarakat menuntut korporasi dapatdipidana. Sebagaimana ditulis ahli hukum pidanaRemmelink, bahwa harus diakui hanya manusia yangmemungkin terjadinya suatu delik dan hanya manusiapula yang dapat dipidana, karenanya tuntutanpertanggungjawaban yang memunculkan rasa bersalahhanya mungkin dilakukan terhadap manusia. Akantetapi, lanjut Remmelink juka perihal menghukumatau menjatuhkan sanksi pidana dipandang sebagaisistim pengaturan masyarakat, maka disampingmanusia, korporasi juga selayaknya dapat dimintaidipertanggungjawabkan atas tindakan-tindakannyadalam masyarakat.

Kemudian M. Arief Amrullah 9 ) merangkum beberapapendapat para ahli termasuk Remmelink diatasdengan mengatakan, di Belanda telah terjadiperkembangan sehubungan dengan ketentuan tentangkorporasi sebagai subjek hukum pidana. Sepanjangabad XX, korporasi telah menjadi sangat pentinguntuk mendukung industrialisasi, sehingga meskipunkitab undang-undang hukum pidana buatan tahun1886 masih berlaku. Akan tetapi, pembuat undang-undang harus mempertimbangkan kenyataan bahwamanusia dapat bertindak dalam lingkungan korporasi,yang dalam hukum perdata telah dipandang sebagaibadan hukum. Akhirnya, pada tahun 1976 pembentuk

__________________________9) Ibid. Hal. 255.

Page 23: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

17

undang-undang memutuskan untuk mengubah Pasal51 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berdasarkanUndang-Undang tanggal 23 Juni 1976, LembaranNegara No.377. Menurut ketentuan yang baru itu,semuan tindak pidana dapat dilakukan oleh orang dankorporasi. Demikian juga, di Inggris, Australia, danAmerika Serikat. Sedangkan Jepang dan Finlandiatelah mengatur korporasi sebagai subjek hukumpidana. Dengan adanya RUU tentang KUHP 1999-2000 Indonesia telah mengatur korporasi sebagaisubjek hukum pidana.

3. Bentuk Bentuk BUMN

Sebagaimana ddiketahui pemerintah RI telah melakukanpenyederhanaan jenis-jenis BUMN melalui peraturanperundang-undangan. Melalui UU No.9 Tahun 1969 BUMNdikelompokkan menjadi 3 tiga jenis badan usaha , yaitu: Perjan(Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero(Perusahaan persero). Kemudian berdasarkan UU No.19 Tahun2003, dirampingkan lagi menjadi 2 jenis,yaitu: Perum(Perusahaan Umum) dan Persero (Perusahaan Persero). Perjan(Perusahaan Jawatan) tidak lagi dikategorikan sebagai badanusaha milik negara. Namun demikian sesungguhnya Perjan tetapmerupakan salah satu jenis BUMN karena modalnya berasal darikekayaan negara dan pengelolaannya oleh aparat negara. BahkanPerjan merupakan badan usaha yang murni 100% badan usahamilik negara. Sedang Perum dan Persero adalah BUMN yangkepemilikan dan manajemennya terbuka bagi pihak yang bukanpemerintah. Sehingga terjadi percampuran modal dan manajemenantara pemerintah dan swasta.

Page 24: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

18

3.1. Perusahaan Perseroan (Persero).

Pendirian perusahaan persero dilakukan sesuai ketentuanUndang Undang Nomor:1 Tahun 1995 tentang PerseroanTerbatas (UUPT), yaitu didirikan berdasarkan AktaNotaris dengan pengesahan Menteri Hukum dan HAM.Namun demikian salah satu pengecualian dari perseroanBUMN dibanding perseroan terbatas (PT) adalahperusahaan perseroan BUMN dapat didirikan oleh 1(satu)orang yaitu: Pemerintah RI (Pasal 7 ayat 5 UUPT).Sedang Perseroan Terbatas (PT) lainnya harus sedikit-dikitnya dua orang dengan akta notaris (Pasal 7 ayat 1UUPT).

Akta Notaris tentang pendirian perusahaan perseroanmemuat Anggaran Dasar Perseroan. Dalam AnggaranDasar ini ditegaskan dan dijelaskan tentang pendirianperseroan, nama dan tempat kedudukan, jangka waktu:awal dan lamanya pendirian perseroan, Maksud dan tujuan,lapangan/bidang usaha, Modal, Saham-saham,Kepengurusan: Direksi dan Komisaris beserta tugas,wewenang dan tanggungjawabnya, Rapat UmumPemegang Saham (RUPS) dan Rapat-rapat lainnya, HakSuara dan Pengambilan Keputusan, Perubahan AnggaranDasar dan ketentuan lainnya yang spesifik sesuaikebutuhan pendirian perseroan. Dalam Anggaran Dasarini disebutkan identitas dan status orang yang mewakilipemerintah yang bertandatangan sebagai pendiri, dandisebutkan juga susunan kepengurusan (Manajemen)perseroan yang didirikan. Anggaran Dasar Persero iniberlaku sebagai undang-undang dasar bagi seluruh jajaranmanajemen dan karyawan.

Page 25: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

19

Dalam Anggaran Dasar ini harus ditegaskan maksud dantujuan pendirian Persero BUMN sebagaimana yang telahditetapkan pendiri yaitu pemerintah. Sebagaimana yangditegaskan dalam UU No.19 Tahun 2003 dan PP No.12Tahun 1998 Pasal 4:

(1) Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah:a. menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat baik di pasar dalamnegeri ataupun internasional; dan

b. memupuk keuntungan guna meningkatkan nilaiperusahaan.

(2) Persero dengan sifat usaha tertentu dapatmelaksanakan penugasan khusus untukmenyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum, dengantetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatansebagaimana dimaksud dalamayat (1).

Dengan demikian program utama Persero BUMNadalah menyediakan barang dan atau jasa yang lakudijual di pasar dalam dan luar negeri dengankeuntungan yang sebesar-besarnya. Sedang PerseroBUMN dengan penugasan khusus melayanikepentingan publik tetap mengupayakan keuntungan.Dengan sifat penugasan khusus tetapi tetap dituntutmengejar keuntungan ini Persero BUMN yangbersangkutan mendapat subsidi dari pemerintah.Subsidi inilah yang menutupi biaya yang tidakkomersial yang dikeluarkan Persero dalammelaksanakan penugasan khusus melayanikepentingan publik. Semakin besar penugasan khususmelayani kepentingan publik, semakin besar subsidi

Page 26: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

20

yang diberikan kepada Persero BUMN tersebut.Misalnya subsidi pemerintah kepada PT PLN(Persero) karena tarif dasar listrik (TDL) yangdipatok pemerintah lebih kecil dibanding biayaoperasional Persero PLN menyediakan danmenyalurkan tenaga listrik kepada anggota masyarakatpelanggannya. Sehingga makin kecil tarif dasar listrikyang ditetapkan pemerintah, semakin besar subsidiyang harus diberikan kepada Persero PLN.

Modal Persero terbagi atas saham-saham baiksebagian maupun seluruhnya dimiliki Negara. Modalyang berasal dari pemerintah merupakan penyertaanmodal secara langsung dari kekayaan negara yangdipisahkan.

Organ Persero terdiri atas Rapat Umum PemegangSaham (RUPS), Direksi dan Komisaris dengan tugas,kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.Tetapi pemegang kekuasaan tertinggi dalampengambilan keputusan persero berada ditangan paraanggota/peserta RUPS.

Pegawai Persero tidak termasuk sebagai organPersero, melainkan merupakan pekerja Persero yangpengangkatan dan pemberhentian, kedudukan, hakserta kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjiankerja sesuai dengan perundang-undangan di bidangketenagakerjaan.

Sekarang ini ketenagakerjaan diatur dalam:a. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,b. UU No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial,c. UU No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/

Serikat Buruh.

Page 27: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

21

3.2. Perusahaan Umum (Perum)

Pendirian Perum dilakukan berdasarkan PeraturanPemerintah Nomor:13 Tahun 1998. Dalam PeraturanPemerintah tersebut ditetapkan sekurang-kurangnya:a. Penetapan Pendirian PERUM,b. Penetapan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan

untuk penyertaan ke dalam modal Perum,c. Anggaran Dasar Perum,d. Penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil

Pemerintah dan pendelegasian wewenang kepadaMenteri Tehnis dalam pelaksanaan pembinaan sehari-hari Perum.

Dalam Anggaran Dasar Perum sekurang-kurangnyamengatur:(1) Nama dan Tempat kedudukan Perum,(2) Maksud dan Tujuan serta Kegiatan usaha Perum,(3) Jangka waktu pendirian Perum,(4) Susunan dan Jumlah anggota Direksi dan Anggota

Dewan Pengawas,(5) Penetapan tata cara penyelenggaraan Rapat Direksi,

Rapat Dewan Pengawas, Rapat Direksi dan atauDewan Pengawas dengan Menteri Keuangan danMenteri Tehnis,

(6) Kekayaan Perum yang merupakan kekayaan Negarayang dipisahkan dan digunakan untuk membiayaikegiatan operasional Perum,

(7) Modal Perum tersebut tidak terbagi dalam saham-saham,

Page 28: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

22

(8) Setiap tahun buku, Perum wajib menyisihkanjumlah tertentu dari laba bersih untuk: CadanganUmum, Penyusutan dan Pengurangan yang wajarlainnya,

(9) Sebesar 45% dari sisa penyisihan laba bersih diatasdigunakan untuk:a. Cadangan Umum,b. Sosial dan Pendidikan,c. Jasa Produksi,d. Sumbangan Dana Pensiun,e. Sokongan dan sumbangan ganti rugi,f. Dana Pembangunan Semesta.

(10) Status Kepegawaian Perum merupakan pekerjaPerum yang pengangkatan dan pemberhentian,kedudukan, hak serta kewajibannya ditetapkanberdasarkan perjanjian kerja sesuai denganperundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Sekarang ini ketenagakerjaan diatur dalam:(1) UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,(2) UU No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial,(3) UU No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/

Serikat Buruh.

Page 29: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

23

3.3. Perusahaan Jawatan (Perjan).

Perusahaan Jawatan (Perjan) didirikan berdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor:6 Tahun 2000. Oleh karenatidak diatur dalam UU No.19 Tahun 2003 TentangBUMN, maka keberadaannya tetap mengacuh pada UUNo.9 Tahun 1969 Tentang Perusahaan Negara. SehinggaPerjan tetap dapat dipandang sebagai salah satu jenisBUMN. Bahkan merupakan BUMN yang murni 100%karena dari segi pendirian, pengelolaan dan permodalan(kepemilikan) seluruhnya dari pemerintah. Sehinggamaksud dan tujuan pendiriannya adalah untukmenyelenggarakan kegiatan usaha yang bertujuan untukkemanfaatan masyarakat umum, berupa penyediaan jasapelayanan yang bermutu tinggi dan tidak semata-matamencari keuntungan.Pendirian Perjan dilakukan berdasarkan peraturanpemerintah yang bersangkutan yang sekurang-kurangnyamemuat tentang;(1) Penetapan Pendirian Perjan,(2) Penetapan besarnya kekayaan Negara yang ada dalam

Perjan,(3) Anggaran Dasar Perjan,(4) Penunjukan Menteri yang bertanggungjawab dalam

pembinaan tehnis.Sementara dalam Anggaran Dasar Perjan sekurang-kurangnya memuat tentang:(1) Nama dan tempat kedudukan Perjan,(2) Maksud dan Tujuan serta kegiatan pelayanan Perjan,(3) Jangka waktu pendirian Perjan,

Page 30: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

24

(4) Susunan dan Jumlah anggota Direksi dan anggotaDewan Pengawas,

(5) Penetapan tata cara penyelenggaraan Rapat Direksidan atau Dewan Pengawas dengan Menteri Keuangandan Menteri Tehnis.

Kekayaan Perjan merupakan kekayaan Negara yangdikelola oleh Perjan dan dimanfaatkan sepenuhnya untukmembiayai kegiatan operasional Perjan. Seluruh modaldimiliki oleh Pemertintah dan merupakan kekayaanNegara yang dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham.Penerimaan Perjan yang diperoleh sebagai imbalan jasapelayanan merupakan pendapatan fungsional, bukanmerupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).Pada setiap akhir tahun anggaran sisa penerimaan Perjanditetapkan penggunaannya oleh Menteri Keuangan atauyang dikuasakan untuk itu.Sedang kepegawaian Perjan terdiri dari:(1) Pegawai Perjan adalah Pegawai Negeri Sipil,(2) Pegawai Swasta. Pengangkatan Pegawai ini dilakukan

oleh Direksi atas persetujuan Menteri Tehnis danPegawai ini tunduk pada ketentuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Page 31: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

25

III. BUMN PT PLN (PERSERO)

1. Akta Pendirian PT PLN (Persero).

Sebelumnya PT PLN (Persero) berbentuk Perusahaan Umumyang disebut Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara yangdirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun1990. Kemudian diubah bentuknya menjadi PerusahaanPerseroan (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor23 Tahun 1994 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum(Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan(Persero). Pengalihan bentuk perusahaan ini tidak merubahstatusnya sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan.Pembubaran sebagai Perum Listrik Negara terjadi bersamaandengan Pendiriannya sebagai Persero, PT PLN (Persero).Bersamaan dengan itu segala hak dan kewajiban, kekayaan sertapegawai Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara yang adapada saat pembubarannya, beralih kepada Perusahaan Perseroan(Persero) Listrik Negara yang baru tersebut.

Untuk mewujudkan perubahan bentuk badan usaha kelistrikandimaksud diatas, maka dibuatlah Akta Pendirian PerseroanTerbatas Perusahaan Perseroan (Persero) P.T. Perusahaan ListrikNegara – “P.T. PLN (Persero)” Nomor : 169 Tanggal 30 – 7 –1994 oleh dan dihadapan Sutjipto,SH Notaris di Jakarta.Kemudian Akta Notaris ini mendapat persetujuan MenteriKehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannyatertanggal 1 Agustus 1994 Nomor: C2-11.519.HT.01.01 TH’94.Selanjutnya diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.ITanggal 13/9 – 1994 No.73. Pengumuman dalam Berita NegaraR.I. menurut pasal 38 dari Buku Undang-Undang Perniagaan.Setelah itu didaftarkan lagi dalam register untuk itu yang beradadi Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawahNo.1385/APT/HKM/1994/PN/JAK.SEL, yang yurisdiksinyameliputi tempat kedudukan PT. PLN (Persero).

Page 32: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

26

Akta Pendirian ini merupakan Anggaran Dasar PT. PLN (Persero)yang memuat aturan-aturan dasar sesuai prinsip-prinsip hukumperseroan yang berlaku, antara lain:

1.1. Pihak Pendiri.Dalam Akta Pendirian disebutkan adanya 2 orang pendiri,yaitu:a. Tuan Ida Bagus Sudjana, Menteri Pertambangan dan

Energi Republik Indonesia, dalam hal ini bertindakmewakli dan oleh karena itu untuk dan atas namaNegara Republik Indonesia, berdasarkan surat kuasadibuat secara di bawah tangan tertanggal 28 Juni 1994Nomor SKU/353/MK/1994 dari Menteri KeuanganRepublik Indonesia yang saat itu karena jabatannyatersebut berwenang untuk itu sesuai pasal 3 juncto pasal5 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 danpasal 4 juncto pasal 5 PP Nomor23 Tahun 1994.

b. Tuan Bapak Lego Noormandiri,SH, Kepala Biro HukumDepartemen Pertambangan dan Energi, dalam hal inibertindak dalam jabatannya tersebut berdasarkan ataskekuatan Surat Penunjukan tertanggal 30 Juli 1994Nomor 3331/03/M.SJ/1994, berdasarkan pasal 5Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1994.

Sepintas lalu pendirian PT PLN (Persero) oleh 2 orangdari instansi yang sama tersebut diatas dapat menimbulkanpertanyaan. Akan tetapi hal ini dilakukan untuk memenuhiketentuan hukum dalam Kitab Undang Undang HukumDagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847:23)yang mengatur syarat pendirian sebuah Perseroan Terbatasharus dilakukan 2 orang atau lebih. Pada saat ini belumdiundangkan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentangPerseroan Terbatas, dimana pasal 7 ayat 5 yang

Page 33: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

27

memberikan pengecualian terhadap pendirian PerseroanBUMN dapat dilakukan oleh 1 (satu) orang, yaituPemerintah RI. Sedang Perseroan Terbatas (PT) lainnyatetap didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih (Pasal 7 ayat1 UUPT).

1.2. Dasar Pendirian

Dalam Akta Pendirian ini diterangkan bahwa para pihakmenjalani perannya selaku pendiri dalam rangkamelaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam:- Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 Tentang Bentuk

Bentuk Usaha Negara,- Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang

Ketenagalistrikan,- Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969

Perusahaan Perseroan (Persero) juncto PeraturanPemerintah Nomor 24 tahun 1972 Tentang PerubahanAtas Ketentuan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor12 Tahun 1969.

- Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 TentangTata Cara Pembinaan dan Pengawasan PerusahaanJawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) danPerusahaan Persaeroan (Persero), sebagaimana telahdiubah dan ditambah dengan Peraturan PemerintahNomor 28 tahun 1983,

- Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 TentangPenyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik,

- Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1994 TentangPengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) ListrikNegara Menjadi Perusahaan Perseroan,

Page 34: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

28

- Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesiatanggal 28 Juni 1994 Tentang Penetapan ModalPerusahaan Perseroan (Persero) P.T. PerusahaanListrik Negara.

Ketentuan perundang-undangan dan peraturanpelaksanaannya diatas merupakan dasar hukum pendirianPT PLN (Persero), sekaligus menunjukan ciri utamaperseroan BUMN yang didirikan oleh pemerintah RI.Sedang dalam operasionalisasi perseroan Anggaran DasarPerseroan menjadi hukum dasar.

1.3. Nama dan Tempat Kedudukan.

Dalam anggaran dasar ini disebutkan nama perseroansecara lengkap: “Perusahaan Perseroan (Persero)P.T. Perusahaan Listrik Negera” atau disingkat“P.T. PLN (Persero)”. Nama persero ini belum memakaiistilah Terbuka (Tbk) dibelakang namanya karena masihmerupakan persero tertutup. Perseroan ini berkedudukandan berkantor pusat di Jakarta. Serta Kantor dan atauSatuan-Satuan Usaha satu tingkat di bawah kantor pusat ditempat-tempat lain di dalam maupun di luar wilayah negaraRepublik Indonesia. Kantor atau Satuan-Satuan Usaha dariperseroan tersebut akan ditetapkan oleh Direksi ataspersetujuan Dewan Komisaris (Pasal 1 AD & AktaPendirian).

Page 35: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

29

Sebagaimana diketahui PT PLN (Persero) ini merupakanhasil dari perubahan/pengalihan bentuk usaha dariPerusahaan Umum (Perum) Listrik Negara yangberkedudukan Pusat di Jakarta dengan membuka kantor danunit-unit kerja/usaha yang tersebar di daerah lain di wilayahnegara RI. Oleh karena itu maka semua Kantor dan Unitkerja/usaha dari Perum Listrik Negara tersebut menjadiKantor dan Satuan-Satuan Usaha PT PLN (Persero)melalui penetapan Direksi dengan persetujuan DewanKomisaris PT PLN (Persero) yang susunannya untukpertama kali ditetapkan juga dalam Anggaran Dasar & AktaPendiriannya.

Selain itu Perseroan berwenang pula mendirikan AnakPerusahaan (Pasal 3 ayat 5 AD & Akta Pendirian). Namundemikian anak perusahaan ini berbeda dengan Kantor danSatuan-Satuan Usaha lainnya sebagaimana yang dimaksuddalam Pasal 1 diatas. Kalau Kantor dan Satuan-SatuanUsaha lainnya tersebut merupakan bagian dari strukturorganisasi perseroan. Sedang anak perusahaan berada diluar dari struktur organisasi perseroan.

1.4. Jangka Waktu Berdiri.

Dalam pasal 2 Anggaran Dasar dan Akta PendirianPerseroan ditegaskan perseroan didirikan untuk jangkawaktu 75 tahun lamanya, terhitung mulai hari perseroanmenjadi badan hukum. Hal ini berarti perhitungan dimulaipada saat perseroan mendapat persetujuan dari MenteriKehakiman RI melalui surat keputusannya tertanggal

Page 36: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

30

1 Agustus 1994 Nomor C2-11.519.HT.01.01 TH’94.Pendirian perseroan untuk jangka waktu tertentu, yaitu 75tahun tersebut di atas adalah untuk memenuhi ketentuanPasal 46 KUHDagang yang mensyaratkan pendirianpersero harus didirikan untuk jangka waktu tertentu .Akan tetapi jangka waktu yang telah ditetapkan untukpendirian persero tersebut, mendapat pembatasan dalamKUHDagang. Dalam Pasal 47 KUHDagang ditegaskan,bahwa dalam hal perseroan mengalami kerugian yangmencapai 75% (tujuh puluh lima perser) dari Modalperseroan, maka perseroan itu bubar demi hukum.Berbeda dengan Pasal 6 UU No.1 Tahun 1995 tentangPerseroan Terbatas, yang menganut prinsip pada dasarnyaperseroan dapat didirikan untuk jangka waktu tidakterbatas, akan tetapi jiga didirikan untuk jangka waktutertentu, maka harus ditegaskan dalam Anggaran Dasarperseroan.Pada saat pendirian PT PLN (Persero) ini UU No.1 Tahun1995 tentang Perseroan Terbatas, belum diundangkan.

1.5. Maksud dan Lapangan Usaha.

Dalam pasal 3 ayat 1 Anggaran Dasar dan Akta Pendirianperseroan disebutkan Maksud dan Tujuan didirikannyaperseroan yaitu: berusaha dalam bidang penyediaan tenagalistrik bagi kepentingan umum dalam arti yang seluas-luasnya dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkanprinsip pengelolaan perusahaan.

Page 37: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

31

Selanjutnya dalam pasal 3 ayat 2 disebutkan secara terincikegiatan usaha ketenagalistrikan yang dapatdiselenggarakan oleh perseroan. Kegiatan usaha tersebutmeliputi 3 jenis usaha,yaitu:a. Usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan:

Pembangkitan tenaga listrik; Transmisi tenaga listrik; Distribusi tenaga listrik;

b. Usaha penunjang tenaga listrik yang meliputi kegiatan: Konsultasi yang berhubungan dengan

ketenagalistrikan. Pembangunan dan pemasangan peralatan

ketenagalistrikan. Pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan. Pengembangan tehnologi peralatan yang

menunjang penyediaan tenaga listrik.c. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh

Rapat Umum Pemegang Saham.Segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya.Sedang jenis-jenis kegiatan lainnya yang dapatdilakukan perseroan adalah:a. melakukan perencanaan dan pembangunan sarana

penyediaan tenaga listrik serta pengembanganpenyediaan tenaga listrik (Pasal 3 ayat 5).

b. melakukan kegiatan kerjasama dengan badan lainatau pihak lain atau badan penyelenggara bidangkelistrikan di dalam maupun dari luar negeri (Pasal3 ayat 4 a.)

c. melakukan kegiatan-kegiatan lainnya sesuaikebutuhan (Pasal 3 ayat 4 b.).

Page 38: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

32

d. Melakukan kegiatan-kegiatan lainnya melalui anakperusahaan yang didirikannya (Pasal 3 ayat 5).

1.6. Modal dan Saham.

Sebagaimana diketahui Modal perseroan adalah kekayaannegara yang dipisahkan yang terbagi dalam bentuk saham-saham. Oleh karena itu seluruh nilai nominal sahammerupakaan modal dasar dari perseroan. Dalam pasal 4Anggaran Dasar dan Akta Pendirian Persero dicantumkanmodal dasar PT PLN (Persero) pada saat pendiriannyaditetapkan sebesar Rp.63.000.000.000.000,00 (enampuluh tiga trilyun rupiah) yang terbagi dalam 63.000.000(enam puluh tiga juta) lembar saham yang terdiri dari13.000.000 (tiga belas juta) lembar saham prioritas dan50.000.000 (lima puluh juta) lembar saham biasa, masing-masing saham dengan nominal Rp.1.000.000,00 (satu jutarupiah).

Dari modal tersebut telah ditempatkan/diambil bagian dantelah disetorkan penuh oleh para pendiri sebesarRp.13.000.000.000.000,00 (tiga belas trilyun rupiah)yang terbagi dalam 13.000.000 (tiga belas juta) lembarsaham prioritas, dengan perincian:a. Negara Republik Indonesia sebanyak 12.999.999

lembar saham prioritas dengan nilai nominal seluruhsaham Rp.12.999.999.000.000,00.

b. Tuan Bapa Lego Noormandiri,SH sebanyak 1 (satu)lembar Saham prioritas dengan nilai nominalRp.1.000.000,-

Page 39: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

33

Sedang modal dasar perseroan selebihnya sebesarRp.50.000.000.000.000,00 yang terbagi dalam50.000.000 (Lima puluh juta) lebar saham biasa, akanditempatkan dan disetorkan secara bertahap sesuaikebutuhan perseroan dan telah dikeluarkan seluruhnyaselambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) tahunterhitung sejak hari dan tanggal pengesahan akta pendirianpersero. Setiap kali dilakukan pengeluaran saham untukditempatkan dan disetorkan, para pendiri mendapatkesempatan pertama atau hak terlebih dahulu ataudidahulukan (preferentie)) untuk membeli saham-sahamyang dikeluarkan tersebut.

Meskipun modal yang telah ditempatkan dan disetorkanoleh Tuan Bapa Lego Noormandiri sebesar Rp.1.000.000,-yang terbagi dalam 1 (satu) saham prioritas tidakdisebutkan sebagai kekayaan negara yang dipisahkan,namun karena ia bertindak karena dan atas jabatannyasebagai aparat pemerintah yaitu sebagai Kepala BiroHukum Departemen Pertambangan dan Energi sesuai suratpenunjukan dari atasannya, maka modal tersebut adalah jugamerupakan kekayaan negara yang dipisahkan setidak-tidaknya merupakan kekayaan Departemen Pertambangandan Energi, bukan kekayaan pribadi Tuan Bapa LegoNoormandiri. Sehingga seluruh modal dan sahamPT PLN (Persero) merupakan kekayaan negara yangdipisahkan. Oleh karena Saham-saham sebagai modal dasarpersero seluruhnya masih dimiliki oleh Negara, makaPT PLN (Persero) masih merupakan persero tertutup,sehingga tidak memakai istilah Terbuka (Tbk) dibelakangnama persero.

Page 40: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

34

Selanjutnya beberapa hal tentang Saham-saham seperti:perangkat saham, deviden, jenis saham, daftar saham,pemindahan-tanganan saham-saham, duplikat saham diaturdalam pasal-pasal 5,6,7,8 dan 9.

1.7. Organ Persero.

Secara struktural organ persero terdiri dari RUPS (RapatUmum Pemegang Saham), Direksi dan Dewan Komisaris.Perseroan dipimpin oleh Dewan Direksi yang terdiri dariseorang Direktur Utama dibantu sebanyak-banyaknya 5(lima) orang Direktur. Kepemimpinan atau manejerialDewan Direksi merupakan pengejawantahan dari AnggaranDasar dan RUPS persero. Sementara Dewan Komisarisyang terdiri dari seorang Komisari Utama dibantusekurang-kurangnya 2 (dua) orang atau sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang, melakukan pengawasan terhadapDewan Direksi dalam menjalankan persero.

Pembukuan dan Tanggungjwab Keuangan DireksiKepengurusan, Tugas dan Wewenang, serta Rapat-rapatDewan Direksi diatur selengkapnya dalam pasal 10 s/dpasal 14. Sedang hal yang sama untuk Dewan Komisarisdiatur dalam pasal 15 s/d pasal 18. Berikutnya RUPS diaturdalam pasal 20 s/d 33. meliputi:- Rapat Umum Pemegang Saham,- Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham,- Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham,- Panggilan dan Tempat Rapat,- Pimpinan Rapat,- Keputusan Rapat dan Hak Suara,- Rapat Pemegang Saham Prioritas,

Page 41: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

35

- Hak Suara Dalam Rapat Pemegang Saham Prioritas,- Pembagian Laba, Dana Cadangan,- Perubahan Anggaran Dasar,- Likuidasi,- Tempat Tinggal (Domisili),- Ketentuan Penutup.

Selanjutnya pada pasal 34 bagian akhir dari Anggaran Dasardan Akta Pendirian, disebutkan susunan anggota Direksidan anggota Dewan Komisaris untuk pertama kali.Pengangkatan mereka dilakukan oleh pendiri tidak melauimekanisme pengangkatan yang diatur dalam pasal 10 danpasal 15 Anggaran Dasar dan Akta Pendirian perserotentang cara pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris.Dalam pasal 34 disebutkan cara pengangkatan seperti inimerupakan penyimpangan (menyimpang) dari ketentuanpasal 10 dan pasal 15. Akan tetapi sesunguhnya merupakanhak alami dari para pendiri yang melekat pada AktaPendirian. Hak alami ini tidak ada kalau tidak ada AktaPendirian. Hak alami ini diperlukan untuk melengkapisyarat formil dari Akta Pendirian Persero( Pasal 8 ayat(1) b UUPT). Tanpa pengurus (Direksi dan Komisaris)sebuah persero atau badan hukum tidak dapat didirikan.Sedang pendirian persero disyaratkan harus dengan AktaNotaris. Oleh karena itu hak alami ini berakhir secaraformil pada saat persero atau badan hukum tersebutmendapat pengesahan/persetujuan dari Meneteri yangberwenang untuk itu,yaitu: Menteri Hukum dan HAMdahulu Menteri Kehakiman RI. Tetapi secara materil dapatjuga dipandang hak alami ini berakhir pada saat PersonilDireksi dan Dewan Komisaris menerima pengangkatan

Page 42: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

36

mereka tersebut, karena pada umumnya pengangkatannyasudah dibahas dan diputuskan bersama oleh para pendiripersero jauh hari sebelum penandatanganan AktaPendirian. Kemudian personil-personil Direksi dan DewanKomisaris ini melakukan persiapan-persiapan pendirianpersero, mulai dari Notaris sampai pada pengesahan/persetujuan Menteri yang berwenang termasuk MenteriTehnis terkait lainnya. Bahkan lebih jauh lagi telahmempersiapkan program kerja dan pengadaan administrasiperkantoran: saham-saham dan pembukuan yang siapdilaksanakan setelah pelantikan atau peresmian perseroatau badan hukum tersebut. Rentetan aktifitas ini sudahmembawa akibat-akibat hukum yang harusdipertanggungjawabkan kepada pendiri dan dilaporkandalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Perubahan Anggaran Dasar PT. PLN (Persero).Setelah berlakunya Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995Tentang Perseroan Terbatas, PT PLN (Persero) telah 2 (dua)kali melakukan perubahan Anggaran Dasar,yaitu:

2.1. Akta Perubahan Pertama 1998.

Perubahan pertama kali dilakukan dalam rapat RUPSPersero yang diadakan pada hari Jumat,16 Januari 1998.Hasil RUPS tentang perubahan Angaran Dasar inidituangkan dalam Akta Notaris No.70 Tanggal 27 Januari1998 yang dibuat dan ditandatangani oleh dan dihadapanNy. Indah Fatmawati,SH Penggnati dari Ny.Poerbaningsih Adi Warsito,SH, Notaris di Jakarta.

Page 43: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

37

Bentuk Akta Perubahan berupa Akta PernyataanKeputusan Rapat. Kemudian Perubahan yang dilaporkanmeliputi Pasal 1, Pasal 4 sampai dengan pasal 34 menjadiPasal 1, Pasal 4 sampai dengan pasal 32 sesuai standarakta model BUMN ketentuan Undang Undang No.1 tahun1995.

Akta Perubahan ini mendapat persetujuan berdasarkanSurat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: C2-547HT.01.04.Th.98 Tanggal 5 Pebruari 1998. Kemudiandidaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UU No.3Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan No.TDP.0903142 6296 di kantor Pendaftaran PerusahaanKodya Jakarta Selatan Nomor: 2190/DH.0903/11/98pada tanggal 17-2-1998. Selanjutnya diumumkan dalamTambahan Berita – Negara R.I Tanggal 12/5 – 1998No.38. Pengumunan dalam Berita Negara R.I. sesuaidengan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-undang No.1Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Perubahan Anggaran Dasar perseroan ini dilakukan dalamRUPS Luar Biasa Perseroan dengan keputusan suara bulatmenyetujui:1. Pengubahan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha

Perseroan;2. Pengalihan/konvensi Dana Cadangan Perseroan

sebesar Rp.4.325.800.000.000,- (empat trilyun tigaratus dua puluh lima miliar delapan ratus juta rupiah),dijadikan sebagai tambahan Modal Disetor;

Page 44: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

38

3. Peningkatan Modal ditempatkan / Disetor Perseroanyang semula sebesar Rp.13.000.000.000.000,00(tiga belas triliun rupiah) menjadiRp.17.325.800.000.000,00 (tujuh belas triliun tigaratus dua puluh lima miliar delapan ratus juta rupiah)yang penambahannya berasal dari pengalihan/konversiDana Cadangan Perseroan sebesarRp.4.325.800.000.000,00 (empat triliun tiga ratusdua puluh lima miliar delapan ratus juta rupiah);

4. Pengeluaran saham Perseroan yang masih dalamsimpanan (saham portepel) sebanyak 4.325.800(empat juta tiga ratus dua puluh lima ribu delapanratus) saham dengan nilai nominal setiap sahamRp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau sehargaRp.4.325.800.000.000,00 (empat triliun tiga ratusdua puluh lima miliar delapan ratus juta rupiah);

5. Pengubahan Saham Prioritas menjadi Saham Biasa;dan

6. Pengubahan dan penyesuaian seluruh ketentuan dalamAnggaran dasar Perseroan sesuai dengan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1995 ( seribu sembilan ratussembilan puluh lima ) tentang Perseroan terbatas;Hal-hal yang diubah dan disesuaikan tersebut, antaralain:a. Jangka waktu berdirinya perseroan adalah untuk

waktu yang tidak terbatas (Pasal 2 Akta Perubahan1998). Sebelum perubahan ini Perseroan didirikanuntuk jangka waktu 75 tahun. Sedangpenghitungannya mulai berdirinya adalah sejakperseroan mendapat status Badan Hukum padatanggal 1 Agustus 1994. Perolehan status inimelalui surat keputusan Menteri Kehakiman RItanggal 1 Agustus 1994 Nomor C2-11.519.HT.01.01 TH’94.

Page 45: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

39

b. Maksud dan Tujuan serta kegiatan usaha diubahdan disesuaikan dengan rumusan kalimat yanglebih luas, sistimatis dan terperinci seperti:

“Maksud dan Tujuan Perseroan ialah: untukmenyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrikbagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutuyang memadai serta memupuk keuntungan danmelaksanakan penugasan Pemerintah di bidangketenagalistrikan dalam rangka menunjangpembangunan dengan menetapkan prinsip-prinsipPerseroan Terbatas.”(Pasal 3 ayat 1 AktaPerubahan 1998).

Sedang dalam Anggaran Dasar dan Akta Pendirian1994, “melaksanakan penugasan Pemerintahdibidang ketenagalistrikan dalam rangkamenunjang pembangunan” belum dicantumkansebagai maksud dan tujuan Perseroan. Padahalperaturan perundan-undangan yang menjadi dasarpendiriannya “penugasan khusus dari pemerintahini” merupakan salah satu maksud dan tujuanpendirian PT PLN (Persero).

Hal ini memberi konsekuensi biaya penugasankhusus ditanggung Pemerintah. Pembiayaan dapatbersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan danBelanja Negara) dalam bentuk: Subsidi danAnggaran Proyek.

Page 46: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

40

Dalam pasal 3 ayat 1 Anggaran Dasar dan AktaPendirian perseroan disebutkan Maksud danTujuan didirikannya perseroan yaitu: berusahadalam bidang penyediaan tenaga listrik bagikepentingan umum dalam arti yang seluas-luasnyadan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkanprinsip pengelolaan perusahaan.a. Dalam Akta Perubahan 1998 ini dicantumkan

pasal baru tentang Benturan Kepentingan(Pasal 14). Benturan kepentingan yangdimaksud adalah benturan kepentingan antaraPerseroan dengan salah satu atau lebih darianggota Direksi.Hal ini belum diatur didalam Anggaran Dasardan Akta Pendirian Perseroan.

b. Juga dalam Akta Perubahan 1998 dicantumkanpasal baru tentang Penggabungan, peleburan,dan pengambilalihan Perseroan (Pasal 29).Dalam Anggaran Dasar dan Akta PendirianPerseroan sebelumnya hal ini belum diatur.

2.2. Akta Perubahan Kedua 2001.Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang kedua kalinyadilakukan dalam Rpat Umum Pemegang Saham LuarBiasa PT PLN (Perser) pada tanggal 18-7-2001, Pukul13.00 WIB sampai 13.40 WIB, bertempat di RuangRapat Direktur Jendral Pembinaan BUMN DepkeuLantai 3 Gedung Keuangan Baru eks Balai Pustaka JalanDR. Wahidin Nomor 2 Jakarta Pusat. PernyataanKeputusan RUPS Luar Biasa ini dituangkan dalam AktaPerubahan Anggaran Dasar P.T. Perusahaan Listrik

Page 47: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

41

Negara (Persero) Nomor 43 Tanggal 26 – 10 – 2001yang dibuat dan ditandatangani oleh dan dihadapanHaryono,SH Notaris di Jakarta.

Melalui Surat Keputusannya tanggal 13 November 2001Nomor C-13047 HT.01.04.TH.2001, Prof. DR. ROMLIATMASASMITA,SH.LLM selaku Direktur JenderalAdministrasi Hukum Umum atas nama Menteri Hukumdan HAM memberikan persetujuan/pengesahan atas AktaPerubahan yang diajukan kepadanya. Akta Perubahan inididaftarkan pada daftar Perusahaan sesuai UU No.3 Tahun1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dengan No. TDP090314026269 di Kantor Pendaftaran PerusahaanKodya Jakarta Selatan Nomor 088/RUB.09.03/I/2002tanggal 25 Januari 2002. Selanjutnya diumumkan dalamTambahan Berita – Negara R.I. Tanggal 23/4-2002No.33. Pengumuman dalam Berita-Negara R.I. sesuaidengan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No.1Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Perubahan Anggaran Dasar ini menyangkut perobahanModal yang ditempatkan dan disertor dalam Pasal 4. OlehRUPS Luar Biasa diputuskan dengan suara bulat hal-halsebagai berikut:1. Menyetujui kompensasi piutang pada Perseroan

sebesar Rp.28.781.354.789.452,40 (dua puluhdelapan triliun tujuh ratus delapan puluh satu miliartiga ratus lima puluh empat juta tujuh ratus delapanpuluh sembilan ribu empat ratus lima puluh duarupiah empat puluh sen) yang berasal dari tunggakanbunga sebesar Rp.15.744.405.955.300,20

Page 48: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

42

(limabelas triliun tujuh ratus empat puluh empatmiliar empat ratus lima juta sembilan ratus limapuluh lima ribu tiga ratus rupiah dua puluh sen) dantunggakan denda sebesarRp.13.036.948.834.152,20 (tiga belas triliun tigapuluh enam miliar sembilan ratus empat puluhdelapan juta delapan ratus tiga puluh empat ribuseratus lima puluh dua rupiah dua puluh sen)dijadikan tambahan penyertaan modal Negara RIpada perseroan.

2. Menyetujui peningkatan Modal Ditempatkan danDisetor sebesar Rp.28.781.354.000.000,00 (duapuluh delapan triliun tujuh ratus delapan puluh satumiliar tiga ratus lima puluh empat juta) diambil dari28.781.354 (dua puluh delapan juta tujuh ratusdelapan puluh satu ribu tiga ratus lima puluh empat)saham dalam simpanan (portapel), dari semula Rp.17.325.800.000.000,00 (tujuh belas triliun tigaratus dua puluh lima miliar delapan ratus juta ru-piah) menjadi Rp.46.107.154.000.000,00 (empatpuluh enam triliun seratus tujuh miliar seratus limapuluh empat juta rupiah); Sehingga selanjutnya darimodal tersebut telah ditempatkan oleh pemegangsaham ialah Negara Republik Indonesia sebanyak46.107.154 (empat puluh enam juta seratus tujuhribu seratus lima puluh empat) saham atau sebesarRp.46.107.154.000.000,00 (empat puluh enamtriliun seratus tujuh miliar seratus lima puluh empatjuta rupiah);

Page 49: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

43

3. Selisih nilai kompensasi sebagaimana dalam butir1, dikurangi dengan peningkatan modal ditempatkandan disetor perseroan sebagaimana dimaksud dalambutir 2 yaitu sebesar Rp.789.452.40 (tujuh ratusdelapan puluh ribu empat ratus lima puluh dua ru-piah empat puluh sen) dimasukkan sebagai danacadangan perseroan. Dengan adanya penambahanpenyetoran modal pemerintah tersebut di atas, makasusunan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 Anggaran Dasar Perseroan:a. Modal Dasar Perseroan ini ditetapkan sebesar

Rp.63.000.000.000.000,00 (enam puluh tigatriliun rupiah) terbagi atas 63.000.000 (enampuluh tiga juta) saham. Masing-masing sahamdengan nilai nominal Rp.1.000.000,00 (seriburupiah);

b. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkanoleh Negara Republik Indonesia sebanyak46.107.154 (empat puluh enam juta seratustujuh ribu seratus lima puluh empat) saham atausebesar Rp.46.107.154.000.000,00 (empatpuluh enam triliun seratus tujuh miliar seratuslima puluh empat juta rupiah);

c. Seratus persen (100%) atas modal yangditempatkan tersebut telah disetor penuh olehNegara Republik Indonesia dengan cara sebagaiberikut:

Page 50: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

44

c.1. sebesar Rp.17.325.800.000.000,00(tujuh belas triliun tiga ratus dua puluhlima miliar delapan ratus juta rupiah)merupakan setoran modal lamasebagaimana telah diumumkan dalamBerita Negara Republik Indonesiatertanggal dua belas Mei seribu sembilanratus sembilan puluh delapan (12-5-1998)Nomor 38 Tambahan Nomor 2545/1998;

c.2. sebesar Rp.28.781.354.000.000,00 (duapuluh delapan triliun tujuh ratus delapanpuluh satu miliar tiga ratus lima puluhempat juta rupiah) berasal darikompensasi piutang Pemerintah padaperseroan;

Berdasarkan keputusan RUPS Luar Biasa diatasdapat diketahui:1. PT PLN (Persero) mempunyai utang kepada

Negara berupa:a. Tunggakan bunga

Sebesar Rp. 15.744.405.955.300,20b. Tunggakan denda

Sebesar Rp. 13.036.948.834.152,20Total Tunggakanbunga dan denda Rp. 28.781.354.789.452,40.Terbilang :(dua puluh delapan triliun tujuh ratus delapanpuluh satu miliar tiga ratus lima puluh empatjuta tujuh ratus delapan puluh sembilan ribuempat ratus lima puluh dua rupiah empatpuluh sen)

Page 51: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

45

2. Utang Perseroan tersebut dibayar dengan caradimasukan/dikompensasikan sebagai modalperseroan atas nama Negara/Pemerintah.Sehingga perseroan tidak lagi memiliki utangberupa tunggakan bunga dan denda.

3. Nampak pemisahan negara sebagai pendiri danpemegang saham disatu pihak dan PT PLN(Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negaradipihak lain. Keduanya merupakan dua badanhukum yang berbeda. Sehingga diantarakeduanya dapat terjadi hubungan hukum denganhak dan kewajiban yang sama, sederajad dantimbal balik. Dalam hal di atas hubungan hukumutang-piutang disertai bunga dan denda.

4. Pengeluaran Modal Dasar persero PT PLN(Persero) dengan cara mengeluarkan saham-saham dari dalam simpanan (Portapel) untukdijadikan pembayaran (kompensasi) tunggakanbunga dan denda kepada Negara /Pemerintahselaku pendiri/pemegang saham tersebut,merupakan penambahan Modal yangditempatkan dan Modal yang disetor bagiPerseroan PT PLN (Persero).

5. Pengeluaran Modal Dasar dengan mengeluarkansaham-saham baru untuk pembayaran tunggakanbunga dan denda kepada pendiri dan pemegangsaham tersebut di atas dilakukan dalam RapatUmum Pemegang Saham (RUPS) yang sah dandinyatakan dalam perubahan Anggaran Dasarperseroan. Perubahan Anggaran Dasar ini tidakperlu mendapat pengesahan dari Menteri tetapi

Page 52: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

46

cukup dilaporkan kepada Menteri Kehakimandan HAM yang berwenang, diumumkan dandidaftarkan secara sah. Sehingga telah sesuaidengan prinsip-prinsip perusahaan yang diaturdalam Pasal 15 Pasal 34 jo Pasal 36 UU No.1 Tahun1995 tentang Perseroan Terbatas jo. Pasal 28 ayat 2Anggaran Dasar PT PLN (Persero) 1998.

6. Berbeda dengan perubahan Anggaran DasarPerseroan pada tahun 1998 diwajibkan adanyapengesahan Menteri Hukum dan HAM karenaperubahannya menyangkut: maksud dan tujuanperseroan, kegiatan usaha perseroan, dan jangkawaktu berdirinya perseroan, sebagaimanadimaksud ketentuan Pasal 15 ayat (2) a,b,dan cUUPT.

7. Sisa modal dasar perseroan berupa saham-sahamyang masih tersimpan (portapel) atau yangbelum dikeluarkan untuk sebagai modal yangditempatkan dan disetorkan adalahRp.63.000.000.000.000,00 dikurangi modalyang telah ditempatkan dan disetor sebesarRp.46.107.154.000.000,00 sehingga sisa modaldasar atau saham yang masih dalam simpanan(portapel) = Rp.17.992.846.000.000,00 (tujuhbelas triliun sembilan ratus sembilan puluh duamilyar delapan ratus empat puluh enam juta ru-piah) yang terbagi atas 17.992.846 (tujuh belasjuta sembilan ratus sembilan puluh dua ribudelapan ratus empat puluh enam) saham dengannilai nominal masing masing saham sebesarRp.1.000.000,-(satu juta rupiah).

Page 53: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

47

8. Perkembangan kebutuhan akan tenaga listriksebagai salah satu komoditas primadona untukkehidupan yang lebih baik, membuka peluangbisnis kelistrikan semakin strategis. Hal inimembutuhkan penambahan Modal DasarPT PLN (Persero) yang cukup besar.

9. Kesamaan besaran antara modal yangditempatkan dengan modal yang disetorkantersebut di atas, yaitu: sebesarRp.46.107.154.000.000,00 bersesuaian puladengan prinsip hukum perusahaan dalamketentuan Pasal 26 ayat 3 UU PT.

10.Oleh karena pemegang saham PT PLN (Persero)seluruhnya dimiliki oleh satu pihak,yaituPemerintah RI, maka dapat dilakukanPemanggilan RUPS tanpa melalui mekanismepanggilan yang ditur dalam Pasal 69 ayat (1) s/d(5) jo.Pasal 23 AD dan Pengambilan keputusanRUPS tanpa melalui Voting (pemungutan suara)yang diatur dalam Pasal 74 ayat (2), Pasal 75,Pasal 76 UU PT jo. Pasal 25 AD PT PLN(Persero).Dalam hal ini prinsip hukum yang palingmendasar adalah "keputusan tetap sah apabilaRUPS dihadiri oleh seluruh pemegang sahamyang mewakili saham dengan hak suara yang sahdan disetujui dengan suara bulat". Prinsip hukumini ditegaskan dalam Pasal 69 ayat (6) UUPT.

11. Sesuai dengan prinsip hukum : FiduciaryDuties of Companies Directors, sebagaimanayang terdapat dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 82dan Pasal 85 UUPT, Direksi bertanggungjawabsecara beritikad baik melaksanakan kewajiban

Page 54: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

48

hukumnya mengurus perseroan sesuaikepentingan dan tujuan perseroan. Termasukpula mewakili perseroan di dalam maupun di luarpengadilan.

Menurut A.Partomuan Pohan 10), Fiduciary Dutiesof Direksi following duties:- fiduciary duties of loyalty and good faith

(article 1 (4) UUPT, article 82, article 85 (1))- duties of care and skillPrinsip hukum fiduciary duties of companies di-rectors diatas ditegaskan pula dalam Pasal 11 ayat1a s/d ayat 5 dan Pasal 12 ayat 2h AD PT PLN(Persero).Dengan demikian seluruh keputusan RUPS yangbersesuaian dengan kepentingan dan tujuanperseroan wajib hukumnya dilaksanakan olehDireksi.Dalam hal ini Direksi yang melaksanakan kewajibandan tanggungjwabnya mengurus dan melaksanakankeputusan RUPS yang bersesuai dengan kepentingandan tujuan perseroan, tidak dapat diberhentikan olehRUPS.Oleh karena itu meskipun dalam UUPT dan ADditegaskan RUPS adalah organ perseroan yangmemegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan danmemegang segala wewenang yang tidak diserahkankepada Direksi dan Komisaris, itu tidak berartikekuasaan dan wewenang RUPS tidak tak terbatas.Berdasarkan prinsip fuduciary duties, kekuasaan danwewenang RUPS sebebas dan sebatas sesuai dengankepentingan dan tujuan perseroan.__________________________

10) Pohan, A Partomuan,2007. Fiduciary Duties of Companies Directors. DiklatKonsultan Hukum Pasar Modal LMKA Pasar Modal – HKHPM,Jakarta. Hal. 6.

Page 55: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

49

3. Status Kepegawaian PLNSejak berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003Tentang BUMN, terjadi perubahan yang signifikan menyangkutstatus hukum Pegawai dilingkungan BUMN termasukdilingkungan kerja PT PLN (Persero). Sebelum berlakunya UUTentang BUMN ini semua Pegawai BUMN termasuk PT PLN(Persero) disamakan dengan Pegawai Negeri Sipil, karenasahamnya hampir 100% dimiliki oleh Negara. Oleh karena itupengangkatan dan pemberhentian serta eselonisasi PegawaiBUMN tidak lagi mengacu pada peraturan-peraturan hukum yangberlaku bagi Pengawai Negeri Sipil. Tetapi sudah berpedomanpada:a. UU Nomor:13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.b. UU Nomor:2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial.

Dengan demikian Pegawai BUMN tidak lagi bertanggungjawablangsung kepada aparat pemerintah yang terkait, melainkanberada dalam pengelolaan dan pengaturan manajemen BUMNyang bersangkutan. Dalam hal ini hubungan kerja diatur dalamKesepakatan Kerja Bersama atau Peraturan Perusahaan danPerjanjian Kerja.

Hubungan kerja antara Karyawan BUMN dengan Pemberi Kerjaadalah hubungan industrial sebagaimana yang diatur dalam UUNo.13 Tahun 2003.

Dalam Pasal 1 diatur hal-hal pokok menyangkut ketenagakerjaan,antara lain:

Page 56: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

50

a. angka 15 Hubungan Kerja adalah hubungan antara penguasahadengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yangmempunyai unsure pekerja, upah, dan perintah.

b. angka 16 Hubungan Industrial adalah suatu sistim hubunganyang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksibarang dan/atau jasa yang terdiri dari unsure pengusaha,pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nila-nilaiPancasila dan Undang-Undang dasar Negera RepublikIndonesia Tahun 1945.

c. Angka 3 Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerjadengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

d. angka 4 Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha,badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakantenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalambentuk lain.

e. Angka 14 Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuatsyarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

f. angka 20 Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuatsecara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syaratkerja dan tata tertib perusahaan.

g. angka 21 Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yangmerupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikatburuh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yangtercatat pada instansi yang bertanggungjawab di bidangketenagakerjan dengan pengusaha, atau beberapa pengusahaatau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syaratkerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Page 57: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

51

h. Angka 22 Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaanpendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusahaatau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikatpekerja/serikat buruh karena adalah perselisihan mengenaihak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusanhubungan kerja serta perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

i. Angka 25 Pemutusan hubungan kerja adalah adalahpengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yangmengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Dasar Hukum Status Kepegawaian BUMN

Dalam Pasal 87 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMNdinyatakan:(1) Karyawan BUMN merupakan pekerja BUMN yang

pengangkatan, pemberhentian, kedudukan, hak dankewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjabersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.

(2) Karyawan BUMN dapat membentuk serikat pekerja sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

(3) Serikat pekerja wajib memelihara keamanan dan ketertibandalam perusahaan, serta meningkatkan disiplin kerja.

Page 58: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

52

Kemudian dalam bagian penjelasan pasal 87 diterangkan:

Ayat (1)Dengan status kepegawaian BUMN seperti ini, bagi BUMN tidakberlaku segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku bagipegawai negeri.Perjanjian kerja bersama dimaksud dibuat antara pekerja BUMNdengan pemberi kerja yaitu manajemen BUMN.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Bahkan sebelumnya hal tersebut telah diatur dalam PeraturanPemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang PerusahaanPerseroan (Persero), yaitu:

Pasal 37

Bagi PERSERO tidak berlaku:a. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarasebagaimana telah diubah dengan Keputusan PresidenNomor 24 Tahun 1995;

b. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1970 tentang Penjualandan atau Pemindahtanganan Barang barang yang dimiliki/dikuasai Negara;

c. Segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku bagipegawai negeri;

Page 59: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

53

Pasal 38

Pegawai PERSERO merupakan pekerja PERSERO yangpengangkatan dan pemberhentian, kedudukan, hak sertakewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja sesuaidengan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.Selanjutnya Sastrawidjaja, Man Suparman 11) , dapat disimulkanbahwa status hukum karyawan BUMN menurut UU BUMNadalah merupakan pekerja BUMN yang berdasarkan:a. Perjanjian kerja bersama antara serikat pekerja dengan

BUMN.b. Perjanjian kerja secara individual antara tenaga kerja dengan BUMN.Dengan demikian terdapat 3 pilar Hukum Ketenagakerjaan/Kepegawaian yang diatur dalam Undang-Undang KetenagakerjaanJo. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara bagi PLN, yaitu:a. Perjanjian Kerja

Perjanjian Kerja (tertulis) sekurang-kurangnya memuat(Pasal 54):a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat, pekerja/ buruh;c. jabatan atau jenis pekerjaan;d. tempat pekerjaan;e. besarnya upah dan cara pembayarannya;f. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban

pengusaha dan pekerja/ buruh;g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;h. tempat tinggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

__________________________11 Sastrawidjaja, Man Suparman, 2004. Status Hukum Karyawan BUMN Setelah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN. SeminarSosialisasi Program dan Kebijakan Kementrian BUMN 2004,Bandung. Hal. 11.

Page 60: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

54

Perjanjian kerja dibuat atas Kesepakatan Pekerja / Buruh danPengusaha, tidak dapat ditarik/ dibatalkan secara sepihak,dapat dibuat untuk waktu tertentu dan waktu tidak tertentusesuai jenis pekerjaan (Pasal 52 Jo. Pasal 56 Jo. Pasal 59).

b. Peraturan PerusahaanPeraturan Perusahaan (tertulis) sekurang-kurangnya memuat(Pasal 111):a. hak dan kewajiban pengusaha;b. hak dan kewajiban pekerja/ buruh;c. syarat kerja;d. tata tertib perusahaan; dane. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.Peraturan Perusahaan ini dibuat sepihak Pengusaha dan wajibdisahkan oleh Menteri / Pejabat yang ditunjuk, berlakumaksimal 2 (dua) tahun setelah itu harus diperbaharui, tidakberlaku lagi bila ada Perjanjian Kerja Bersama (Pasal 109Jo. Pasal 108 Jo. Pasal 111 ayat 3 Jo. Pasal 108 ayat 2).

c. Perjanjian Kerja BersamaPerjanjian Kerja Bersama (tertulis) paling sedikit memuat(Pasal 124):a. hak dan kewajiban pengusaha;b. hak dan kewajiban serikat pekerja/ serikat buruh serta

Pekerja / Buruh;c. jangka waktu dan tinggal mulai berlaku Perjanjian Kerja

Bersama; dand. tanda tangan para pihak Pembuat Perjanjian Kerjasama.

Page 61: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

55

Perjanjian Kerja Bersama dibuat secara musyawarah olehpengusaha dan serikat pekerja/buruh, bila musyawarah gagaldiselesaikan melalui prosedur penyelesaian perselisihanhubungan industrial, masa berlaku maksimal 2 (dua) tahundan dapat dipepanjang maksimal 1 (satu) tahun lagi, berlakusejak ditandatangani atau waktu lain yang ditentukan dalamperjanjian kerja bersama dan didaftarkan oleh pengusaha padainstansi terkait (Pasal 116 Jo. Pasal 117 Jo. Pasal 123Jo. Pasal 132).

4. Pemutusan Hubungan KerjaSebagaimana diketahui pengangkatan, pemberhentian,kedudukan, hak dan kewajiban kepegawaian BUMN telahmengacu pda UU Ketenagakerjaan.Akan tetapi perlu diketahui pula bahwa sesuai Putusan MahkamahKonstitusi RI dalam perkara Nomor: 012/PUU-I/2003 tanggal28 Oktober 2004, terdapat beberapa pasal yang dinyatakan tidakmengikat secara hukum yaitu: Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160,Pasal 170 dan Pasal 171.Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut pada dasarnya memberiperlindungan hukum bagi hak-hak asasi pekerja mendapatkan danmempertahankan pekerjaannya dari keterbasannya sebagaiseorang manusia. Kadang kala keterbatasan sebagai seorangmanusia yang tidak sempurna menyebabkan seorang pekerjatidak terlepas dari pelbagai peristiwa kehidupannya termasukperistiwa-peristiwa pidana. Peristiwa-peristiwa pidana yangmenimpa pekerja inilah dicegah untuk tidak menjadi alasan bagiPengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja yang sah.

Page 62: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

56

UU Ketenagakerjaan mengatur cara dan alasan-alasan mengkhirihubungan kerja yang dapat dilakukan oleh Pengusaha, Pekerjadan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan insudtrial,yaitu:1. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha

Alasan-alasan yang dapat menjadi dasar melakukan PHK olehPengusaha, antara lain :a. Pekerja / Buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya

karena ditahan yang berwajib selama 6 bulan terkait dugaantindak pidana (Pasal 160 ayat 3).Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang perhargaan masa kerja 1 kali- Uang penggatian hak (Pasal 160 ayat 7 Jo. Pasal 156)- Bantuan bagi keluarga Pekerja/Buruh antara 25%-

50% upah tanggungan (Pasal 160 ayat 1)b. Pekerja / Buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya

karena ditahan yang berwajib selama kurang 6 bulan telahada putusan pengadilan pidana yang menyatakan bersalah( Pasal 160 ayat 5).Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang perhargaan masa kerja 1 kali- Uang penggatian hak (Pasal 160 ayat 7 Jo. Pasal 156)- Bantuan bagi keluarga Pekerja/Buruh antara 25%-

50% upah tanggungan (Pasal 160 ayat 1)c. Pekerja/Buruh melanggar ketentuan-ketentuan dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjiankerja bersama, dengan telah mendapat surat peringatansebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, Tenggang waktuantara masing-masing peringatan 6 bulan atau yangditentukan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaanatau Perjanian Kerja Bersama (Pasal 161).

Page 63: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

57

Pekerja/Buruh berhak atas:- Uang Pesangon sebanyak 1 kali;- Uang penghargaan masa kerja 1 kali;- Uang pengantian hak(Pasal 161 ayat 3 Jo. Pasal 156)

d. Perusahaan berbah satus : Penggabungan, Pelemburan,Kepemilikan. (Pasal 163)Pekerja / Buruh berhak atas :- Uang pesangon sebanyak 1 kali kalau setuju di PHK

atau 2 kali kalau tidak setuju.- Uang penghargaan masa kerja 1 kali kalau setuju di

PHK atau 2 kali kalau tidak setuju.- Uang pengganti hak(Pasal 163 ayat 1 dan ayat 2 Jo. Pasal 156)

e. Perusahaan Tutup karena merugi 2 tahun terus-menerusatau keadaan memaksa (force majure) (Pasal 164 ayat1).Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang pesangon 1 kali;- Uang penghargaan sebanyak 1 kali;- Uang penggantian hak(Pasal 163 ayat 1 dan ayat 2 Jo. Pasal 156)

f. Perusahaan tutup karena melakukan efisiensi (Pasal 164ayat 3)Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang pesangon 2 kali;- Uang penghargaan sebanyak 1 kali;- Uang penggantian hak(Pasal 164 ayat 3 dan ayat 2 Jo. Pasal 156)

Page 64: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

58

g. Perusahaan Pailit (Pasal 165)Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang pesangon 1 kali;- Uang penghargaan sebanyak 1 kali;- Uang penggantian hak(Pasal 165 dan ayat 2 Jo. Pasal 156)

h. Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun (Pasal 167)Pekerja/ Buruh peserta Program Pensiun TanggunganPerusahaan berhak atas :- Manfaat pensiun uang selisih/kekurangan jika manfaat

pensiun lebih kecil dari pesangon- Uang Penggantian Hak- Jaminan Hari Tua yang bersifat wajib(Pasal 167 ayat 1 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)Pekerja/ Buruh peserta Program Pensiun Tanggunganbersama Pengusaha dan pekerja berhak atas :- Seluruh Manfaat pensiun- Uang selisih kekurangan dari premi pensiun yang

dibawa pengusaha dengan uang pesangon.- Uang Penggantian hak.- Jaminan Hari Tua yang bersifat wajib(Pasal 167 ayat 3 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)Pekerja/ Buruh bukan peserta Program Pensiun berhakatas :- Uang pesangon sebanyak 2 kali- Uang penghargaan masa kerja 1 kali- Uang penggantian hak- Jaminan Hari Tua yang bersifat wajib(Pasal 167 ayat 5 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)

Page 65: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

59

i. Pekerja/Buruh mengajukan Permohonan PHK dengandalil tidak berhak pada Lembaga PenyelesaianPerselisihan Hubungan Industrial (Pasal 169)Pekerja/Buruh berhak atas:- Uang Pengantian Hak(Pasal 169 ayat 3 Jo. Pasal 156)

2. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pekerja/Buruh.

Alasan-alasan yang dapat menjadi dasar melakukan PHK olehPekerja/Buruh, antara lain:a. Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri

(Pasal 162)Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang Pisah yang diatur dalam Perjanjian kerja,

Peraturan Perusahaan atau perjanjian kerja bersama.- Uang penggantian hak(Pasal 162 Jo. Pasal 156)

b. Pekerja/Buruh dikualifikasikan mengundurukan dirikarena mangkir kerja selama 5 hari kerja atau lebihberturut-turut tanpa alasan yang sah (Pasal 168)Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang Pisah sesuai Perjanjian kerja, Peraturan

Perusahaan atau perjanjian kerja bersama.- Uang penggantian hak(Pasal 168 ayat 3 Jo. Pasal 156)

c. Pekerja /Buruh memasuki usia Pensiun (Pasal 167)Pekerja/ Buruh peserta Program Pensiun TanggunganPerusahaan berhak atas :- Manfaat pensiun uang selisih/kekurangan jika manfaat

pensiun lebih kecil dari pesangon

Page 66: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

60

- Uang Penggantian Hak- Jaminan Hari Tua yang bersifat wajib(Pasal 167 ayat 1 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)Pekerja/ Buruh peserta Program Pensiun Tanggunganbersama Pengusaha dan pekerja berhak atas :- Seluruh Manfaat pensiun- Uang selisih kekurangan dari premi pensiun yang

dibawa pengusaha dengan uang pesangon.- Uang Penggantian hak.- Jaminan Hari Tua yang bersifat wajib(Pasal 167 ayat 3 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)Pekerja/ Buruh bukan peserta Program Pensiun berhakatas :- Uang pesangon sebanyak 2 kali- Uang penghargaan masa kerja 1 kali- Uang penggantian hak- Jaminan Hari Tua yang bersifat wajib(Pasal 167 ayat 5 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)

d. Pengusaha terbukti melakukan perbuatan tercela terhadappekerja/Buruh (Pasal 169)Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang pesangon sebanyak 2 kali- Uang penghargaan masa kerja 1 kali- Uang penggantian hak(Pasal 167 ayat 5 dan ayat 6 Jo. Pasal 156)

e. Pekerja / Buruh mengalami sakit berkepanjangan yangmembuat tidak dapat melakukan pekerjaannya melampauidiatas 12 bulan (Pasal 172)

Page 67: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

61

Pekerja/ Buruh berhak atas :- Uang pesangon sebanyak 2 kali- Uang penghargaan masa kerja 2 kali- Uang penggantian hak sebanyak 1 kali (Pasal 172 Jo. Pasal 156)

f. Pekerja /Buruh mengalami cacat akibat kecelakaan kerjayang mebuatnya tidak dapat melakukan pekerjaanyamelampaui batas 12 bulan (Pasal 172).- Uang pesangon sebanyak 2 kali- Uang penghargaan masa kerja 2 kali- Uang penggantian hak sebanyak 1 kali (Pasal 172 Jo. Pasal 156)

g. Pekerja/Buruh meninggal dunia (Pasal 166)- Uang pesangon sebanyak 2 kali- Uang penghargaan masa kerja 1 kali- Uang penggantian hak sebanyak 1 kali (Pasal 166 Jo. Pasal 156)

3. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pekerja/Buruh oleh PihakKetiga Menurut ketentuan Pasal 136 ayat 1 UUKetenagakerjaan, prosedur PHK :a. Bipartit - Musyawarah (Pasal 136 ayat 1 Jo. Pasal 3 &

Pasal 6 UU No.2/2004)b. Disnaker : Konsiliasi, Arbitrasi, Mediasi (Pasal 4 UU

No.2/2004).c. Pengadilan ( Pasal 81-115 UU No.2/ 2004 Jo. Pasal 136

ayat 2 UU No.13/2003)d. Kepolisian (Pasal 183 – Pasal 188 UU No.13/2003 dan

Pasal 122 UU No.2/2004)

Page 68: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

62

Sesuai ketentuan UU Ketenagakerjaan dan UU BUMN,pengangkatan, pemberhentian, kedudukan, hak dan kewajibanpegawai PT PLN (Persero) mengacu pada UU No.13/2003tentang Ketenagakerjaan dan UU No.2/2004 TentangPenyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Dengan demikian Pegawai PT PLN (Persero) berstatusPegawai Persero, dimana semua hal menyangkut hubunganinsdustrial dan kepegawaian PT PLN (Persero) diatur dalamPerjanjian Kerja dan Perjanjian Kerja Bersama yang berlakudilingkungan PT PLN (Persero).

Perjanjian kerja merupakan dasar hubungan antara PT PLN(Persero) dengan pegawainya, namun demikian segala halmenyangkut keberadaan pegawai dan PT PLN (Persero) diaturdidalam Perjanjian Kerja Bersama yang tidak bolehbertentangan dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan danPenyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Perjanjian Kerja dan Perjanjian Kerja Bersama ini lebihbersifat demokratis dan bottom up, karena dibuat secaramusyawarah dengan tetap mengutamakan kepentingan pekerjadisesuaikan kepentingan visi dan misi perusahaan.

Page 69: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

63

IV. PENEGAKAN HUKUM KETENAGALISTRIKAN

Mahkamah Konstitusi RI telah membatalkan UU No.20 Tahun 2002tentang Ketenagalistrikan. Sehingga pengaturan Oleh karena ituKetentuan Pidana pada Pasal 60 dan Pasal 65 UU No.20 Tahun 2002yang mengatur mengenai penyalahgunaan tenaga listrik danpengrusakan instalasi listrik baik yang dilakukan oleh seseorang-perorangan maupun korporasi-badan hukum tidak berlaku lagi, kinikembali pada Ketentuan Pidana pada Pasal 19 UU No.15 Tahun1985 yang mengatur mengenai Pencurian Tenaga Listrik yangdilakukan oleh “Barangsiapa” dengan merujuk khusus pada Pasal362 KUHPidana.

Terhadap Kasus Perdata Kelistrikan.Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut tidak berdampakyuridis yang berarti terhadap semua perkara perdata yangsedang berjalan pada semua tingkat peradilan karena gugatankonvensi maupun rekonvensi yang diajukan PLN terhadappihak lainnya didasarkan pada: Perbuatan Melawan Hukumsesuai Pasal 1365 KUHPerdata dan Surat Keputusan DireksiNo.068K/010/DIR/2000 tanggal 26 April 2000 yang dibuattidak berdasarkan UU No.20 Tahun 2002.

Terhadap Kasus Pidana Kelistrikan.Terhadap kasus pidana kelistrikan yang sedang dalam proseshukum di Pengadilan pada semua tingkat peradilan tetapberjalan sesuai prosedur hukum (hukum acara pidana) yangbelaku. Tuntutan pertanggungjawaban pidana kepadaTerdakwa berdasarkan pasal 60 atau pasal 65 UU No.20/2002yang telah dibatalkan tersebut tetap sah dan tidak dapatmenjadi alasan gugurnya perkara pidana atau dibebaskannyaterdakwa dari segala dakwaan atau tuntutan hanya karena telahdibatalkannya UU No.20/2002 tersebut.

Page 70: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

64

Terhadap kasus pidana kelistrikan yang masih pada tahaplaporan pidana, penyelidikan, penyidikan, atau prapenuntutanseharusnya dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuaidengan Ketentuan Pidana menurut UU No.15/1985 yangmerujuk pada Pasal 362 KUHPidana.Namun dalam keadaan demikian Majelis Hakim memberikanpertimbangan yang paling menguntungkan Terdakwa.

1. Aspek KeperdataanHubungan Hukum PLN dan Pelanggan adalah hubunganhukum JUAL-BELI TENAGA LISTRIK dilakukanberdasarkan:(1) Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)

No.109.K/039/DIR/1997 Tanggal 27 November1997 Tentang Ketentuan Jual Beli Tenaga ListrikDan Penggunaan Piranti Tenaga Listrik yang Berlakudi PT PLN (Persero). Kemudian disahkan olehDirektur Jenderal Listrik dan Pengembanagan Energisebagaimana dinyatakan dalam SuratNomor:679504/600.3/97 Tanggal 19 Desember1997.Dalam Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)ini di atur beberapa ketentuan pokok sehubungandengan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik(SPJBTL), terutama:a. Tentang Bentuk dan Syarat Administrasi

SPJBTL.b. Tentang Hak dan Kewajiban Pelanggan.c. Tentang Hak dan Kewajiban PLNd. Tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik

(P2TL).

Page 71: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

65

Ad. a. Tentang Bentuk dan Syarat SPJBTL.Meskipun dalam Pasal 10 ayat (3) SuratKeputusan Direksi ini ditegaskan bentukperjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL)akan di atur tersendiri oleh Direksi, namundalam ketentuan–ketentuan selanjutnyatelah tergambar bentuk SPJBTL adalahsecara tertulis dengan memuat beberapa halyang menjadi syarat-syarat pokokterbentuknya sebuah perjanjiansebagaimana yang di atur dalam Pasal 1320Kitab Undang Undang Hukum Perdata(KUHPerdata), yaitu:(1) adanya sepakat jual beli tenaga listrik

antara Pelanggan dan PLN, sepakat manadiberikan secara sadar tanpa paksaanataupun akal-akalan satu terhadap yanglain.

(2) Pelanggan dan PLN adalah orang-orang/pihak-pihak yang mempunyai kecakapanmembuat perjanjian jual beli tenagalistrik, keduanya merupakan subjekhukum yang sah;

(3) Perjanjian Jual Beli yang disepakatiPelanggan dan PLN menyangkut haltertentu, yaitu: jual beli tenaga listrik;

(4) Tenaga Listrik yang dijual/disalurkanPLN kepada Pelanggan adalah tenagalistrik yang diperoleh/dikelola sesuaikewenangannya yang diatur dalam

Page 72: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

66

ketentuan-ketentuan hukumketenagalistrikan, dan tenaga listrikyang dijual/disalurkan PLN kepadaPelanggan adalah tenaga listrik yangditerima Pelanggan secara sah dandigunakan sesuai peruntukkanpembeliannya. Perolehan danpemanfaatan tenaga listrik yangdiperjualbelikan tersebut dilakukansecara sah sesuai ketentuan hukum danasas keadilan-kepantasan. TenagaListrik yang diperjual belikan tersebutdimaksudkan untuk menguntungkan bagiPLN dan Pelanggan serta tidakmerugikan kepentingan umum dannegara.

Berikut ini dikutip beberapa Pasal terkaitsehubungan dengan bentuk dan syaratSPJBTL, yaitu:- Pasal 10 :

(2) Untuk mendapatkan

penyambungan baru atau

penambahan daya, calon

P e l a n g g a n / P e l a n g g a n

mengajukan permintaan secara

lisan atau tertulis.

(3) Apabila permintaan dimaksud

dalam ayat (1) Pasal ini dapat

dipenuhi, dibuat perjanjian

jual beli Tenaga Listrik antara

Page 73: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

67

calon Pelanggan/Pelanggan

dengan PLN.

(4) Bentuk perjanjian dimaksud

ayat (2) Pasal ini diatur

tersendiri oleh Direksi.

- Pasal 12 :Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (2) Keputusan ini

mencantumkan sekurang-

kurangnya:

i. Para Pihak;

ii. Peruntukan penggunaan

Tenaga Listrik;

iii. Golongan tarif;

iv. Daya Tersambung;

v. Tegangan nominal pasokan

listrik;

vi. Frekuensi nominal pasokan

listrik;

vii. Sambungan Tenaga Listrik;

viii. Hak dan Kewajiban

Pelanggan;

ix. Hak dan kewajiban PLN;

x. Sanksi-sanksi.

- Pasal 13:1.Setiap penyimpangan atas

pelaksanaan perjanjian jual beli

Tenaga Listrik merupakan

pelanggaran perjanjian.

Page 74: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

68

2.Perjanjian jual-beli Tenaga

Listrik dapat berakhir karena:

a. Atas permintaan Pelanggan;

atau

b. Sanksi pelanggaran

perjanjian yang berupa

Pemutusan Rampung; atau

c. Keputusan Pengadilan;

(5) Dengan berakhirnya perjanjian jual

beli Tenaga Listrik, masing-masing

pihak tetap bertanggungjawab atas

kewajiban yang belumdipenuhi.

(6) Apabila perjanjian jual beli Tenaga

Listrik berakhir sebagai akibat dari

ketentuan yang diatur dalam ayat (2)

Pasal ini maka BP yang telah dibayar

tidak dapat dikembalikan, kecuali hal-

hal tertentu yang dinyatakan lain

dalam perjanjian jual beli Tenaga

Listrik.

Page 75: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

69

Ad. b. Tentang Hak dan Kewajiban Pelanggan.Dalam Surat Keputusan Direksi ini,dicantumkan 2 Pasal ketentuan tentang hak-hak Pelanggan dan 2 Pasal ketentuan tentangkewajiban-kewajiban Pelanggan. Olehkarena yang diperjualbelikan adalah TenagaListrik dengan spesifikasinya sebagai bendatak berwujud sehingga pemindahan hak ataskebendaannya dari PLN kepada Pelanggandilakukan melalui perangkat peralatankhusus,yaitu Instalasi Listrik, makaPelanggan berhak memperoleh TenagaListrik dengan mutu dan keandalan yang baikdan secara berkesinambungan, berhak ataspelayanan perbaikan peralatan InstalasiListrik untuk menjaga kesinambunganpenyaluran Tenaga Listrik, dan berhakmendapat kompensasi berupa reduksimanakala Tenaga Listrik yang dibeliPelanggan tidak dapat disalurkan PLN dalamwaktu 3x24 Jam. Kemudian hak-hak inidilengkapi dengan Kewajiban-kewajibanPelanggan dalam 2 Pasal terpisah berupa:Kewajiban Pelanggan membayar hargaTenaga Listrik yang dipakainya sesuaitagihan listrik setiap bulan dari PLN atauwaktu-waktu tertentu, kewajibanmenyediakan tempat pemasangan peralatanInstalasi dan menjaganya, dan kewajibanmemberi ijin bagi PLN memasuki tempattersebut untuk melakukan upaya

Page 76: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

70

pemasangan, pemeriksaan, perbaikan, danpengamanan peralatan Instansi Listrik.

Berikut ini dikutip beberapa Pasal terkaitsehubungan dengan Hak dan KewajibanPelanggan, yaitu:

Pasal 16:(1) Pelanggan mempunyai hak untuk

mendapatkan:a. pelayanan Tenaga Listrik secara

berkesinambungan dengan mutusebagaimana dimaksud Pasal 3Keputusan ini dan keandalan yangbaik;

b. Pelayanan perbaikan dengan segeraterhadap gangguan dalam rangkapenyediaan Tenaga Listrik atauterhadap penyimpangan atas mutuTenaga Listrik yang disalurkan;

c. Pelayanan informasi dan penjelasanmengenai hal-hal yang berkaitandengan perjanjian jual-beli TenagaListrik.

(2) Pelanggan berhak mendapat kompensasiberupa reduksi Biaya Beban ataspenghentian penyaluran Tenaga Listrikyang berlangsung terus menerusmelebihi waktu 3 x 24 (tiga kali duapuluh empat) jam yang besarnya sesuaidengan ketentuan yang berlaku, kecuali

Page 77: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

71

bila penghentian penyaluran TenagaListrik disebabkan hal-hal sebagaimanadimaksud Pasal 4 ayat (2) huruf c dan dKeputusan ini.

Pasal 17:(1) Calon Pelanggan/Pelanggan wajib

menyediakan tempat/ruang/tanah yangmemenuhi syarat untuk peletakanperalatan Instalasi milik PLN yangdiperlukan dalam penyaluran TenagaListrik kepada Pelanggan yangbersangkutan.

(2) Ketentuan tentang penyerahan hakmenggunakan tempat/ruang/tanahtersebut ayat (1) Pasal ini diaturtersendiri oleh Direksi.

(3) Calon Pelanggan/Pelanggan wajibmemberi ijin kepada PLN untuk:a. Memasuki ataupun melintas di atas

atau di bawah persil/bangunan sesuaidengan peraturan yang berlaku;

b. Memasang SL;c. Memeriksa dan menertibkan

Instalasi PLN yang terpasang padapersil/bangunan Pelanggan;

d. Melakukan pekerjaan, memperbaiki,merubah dan mengambil sebagianatau sekuruh SL;

Page 78: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

72

e. Menebang atau memotong pohon-pohon/tanaman pada persil/bangunanPelanggan yang dapat membahayakanatau mengganggu kelangsunganpenyaluran Tenaga Listrik.

Pasal 18:

Pelanggan berkewajiban untuk:a. Menjaga Instalasi PLN, yang terpasang

di persil dan atau bangunan Pelanggandalam rangka penyaluran Tenaga Listrikkepadanya agar selalu dalam keadan baikdan segera melaporkan bila ditemukankelainan atau kerusakan;

b. Menggunakan Tenaga Listrik sesuaiklasifikasi golongan tarif yangditetapkan;

c. Menjaga penggunaan Piranti TenagaListrik sehingga memenuhi ketentuandalam Pasal 7 Keputusan ini.

Pasal 19 :

Pelanggan berkewajiban melunasi tagihan-tagihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14Keputusan ini dengan cara, jumlah danjadwal sebagaimana ketentuan yang berlakudi PLN.

Page 79: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

73

Ad. c. Tentang Hak dan Kewajiban PLN.

Begitupun Surat Keputusan Direksi inimengatur Hak-hak dan Kewajiban-kewajibanPLN dalam Pasal-pasal tersendiri.Disebutkan Hak-hak PLN meliputi: Hakuntuk melakukan upaya-upaya: memasukipersil dan bangunann Pelanggan,menghentikan penyaluran tenaga listrik,serta menentukan sistem penyambungan,memeriksa pemanfaatan instalasi dan tenagalistrik. Sedang Kewajiban PLN antara lain:menyalurkan tenaga listrik kepadaPelanggan, melakukan perbaikan ataupenggantian peralatan instalasi listrik,memberitahukan perencanaan pemadamanlistrik sesuai keperluannya, dan memberireduksi akibat pemadaman terus-menerusselama kurun waktu tertentu.

Berikut ini dikutip beberapa Pasal terkaitsehubungan dengan Hak dan KewajibanPLN, yaitu:

Pasal 20 :(1) Dalam rangka penyediaan dan

penyaluran Tenaga Listrik kepadaPelanggan, PLN berhak untuk:a. Melintasi sungai atau danau baik

diatas maupun di bawah permukaan;b. Melintasi laut baik diatas maupun di

bawah permukaan;

Page 80: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

74

c. Melintasi jalan umum dan jalankereta api;

d. Masuk ketempat umum atauperorangan dan menggunakannnyauntuk sementara waktu;

e. Menggunakan tanah, melintas diatasatau di bawah tanah;

f. Melintas diatas atau di bawahbangunan yang dibangun diatas ataudi bawah tanah;

g. Menebang atau memotong tumbuh-tumbuhan yang menghalanginya;

(2) Ketentuan lebih lanjut tentangpenggunaan hak-hak tersebut ayat (1)Pasal ini akan diatur dan dilaksanakandengan memperhatikan peraturanperundangan yang berlaku;

Pasal 21 :(1) PLN berhak untuk menghentikan

penyaluran Tenaga Listrik seketika jikaterjadi salah satu dari hal-hal sebagaiberikut:a. Hal-hal yang membahayakan

kepentingan dan keselamatanumum;

b. Terjadi gangguan pada Instalasi PLNyang diakibatkan oleh kegagalanoperasi peralatan;

Page 81: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

75

c. Keadaan-keadaan yang telahdisepakati dalam perjanjian jual beliTenaga Listrik.

(2) Penghentian sementara penyaluranTenaga Listrik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Pasal ini dan atau Pasal 4ayat (2) huruf c dan d Keputusan initidak memberikan hak kepadaPelanggan untuk menuntut ganti rugidalam bentuk apapun kepada PLN.

(3) PLN berhak untuk menghentikanpenyaluran Tenaga Listrik untuksementara yang diperlukan dalamrangka pelaksanaan pekerjaan instalasi.

Pasal 22:(1) PLN berhak menentukan sistem

penyambungan kepada InstalasiPelanggan/calon Pelanggan.

(2) PLN berhak melakukan pemeriksaanatas Instalasi Pelanggan maupunpemanfaatan Tenaga Listrik olehPelanggan.

Pasal 23 :(1) PLN menyalurkan Tenaga Listrik

dengan mutu dan keandalansebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2)dan Pasal 4 Keputusan ini.

Page 82: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

76

(2) Untuk menjamin kelangsunganpenyaluran Tenaga Listrik PLNmelaksanakan pekerjaan pemeliharaanatas seluruh Instalasi PLN secaraberkala.

Pasal 24:

Apabila penyaluran Tenaga Listrik perludihentikan karena sesuatu hal yang telahdirencanakan, sekurang-kurangnya 1x24jam sebelumnya PLN memberitahukankepada Pelanggan.(1) PLN melakukan perbaikan/penggantian

atas gangguan/kerusakan pada SL, atauAPP atau Perlengkapan APP yangdilaporkan Pelanggan dengan segera.

Pasal 25 :(1) PLN bertanggungjawab atas kerugian

terhadap jiwa, kesehatan dan ataubarang yang rusak sebagai akibatkelalaiannya sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam hal terjadi pemadaman secaraterus-menerus yang melewati batas3x24 jam maka PLN memberikanreduksi atas beaya beban yangdiperhitungkan dengan Tagihan Listrikbulan yang bersangkutan kecuali bilapenghentian penyaluran TenagaListrik disebabkan hal-hal

Page 83: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

77

sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2)huruf c dan d Keputusan ini.

(3) Besarnya reduksi dimaksud ayat (1)Pasal ini sesuai TDL yang berlaku.

Ad. d. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik(P2TL).

Sebagaimana diketahui pengalihan hak ataskebendaan Tenaga Listrik sebagai benda takberwujud adalah melalui perangkat peralataninstalasi listrik. Oleh karena untuk menjagadan meningkatkan kelangsungan pasokantenaga listrik dengan mutu dan keandalannya,maka PLN melakukan upaya-upayaPenertiban Pemakaian Tenaga Listrik(P2TL). Upaya-upaya P2TL ini dengan caramemeriksa dan menertibkan penggunaanperalatan instalasi listrik yang berfungsiutama menyalurkan dan mencatat jumlahtenaga listrik yang tersalur ke Pelangganyang sehari-harinya berada dalam persil/bangunan Pelanggan. P2TL ini merupakanhak PLN sebagaimana diatur dalam Pasal 26s/d 30 jo. Pasal 20 s/d Pasal 23 Jo. Pasal31 Surat Keputusan Direksi ini. Selanjutnyauntuk efektifitas pelaksanaan hak P2TL,Direksi PT PLN (Persero) kemudianmenerbitkan Surat KeputusanNomor:068.K/010/DIR/2000 Tanggal 26April 2000Tentang Penertiban Pemakaian

Page 84: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

78

Tenaga Listrik, Tagihan Susulan danPemutusan Sambungan Tenaga Listrik.

(2) Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiRepublik Indonesia.

Hubungan keperdataan antara PT PLN (Persero)dengan Pelanggan sebelumnya telah turut diaturdalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi,kemudian menjadi landasan hukum diterbitkannyaSurat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor:109.K/039/DIR/1997 Tentang Ketentuan Jual BeliTenaga Listrik dan Penggunaan Piranti Tenaga ListrikYang Berlaku di PT PLN (Persero). Kedua PeraturanMenteri Pertambangan dan Energi terseburt adalah:a. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi

Nomor: 02.P/451/M.PE/1991 Tanggal 26 April1991 tentang Hubungan Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan UmumDengan Masyarakat.

b. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNomor: 03.P/451/M.PE/1991 Tanggal 26 April1991 tentang Persyaratan Penyambungan TenagaListrik.

Ad.a. Peraturan Menteri Pertambangan danEnergi Nomor: 02.P/451/M.PE/1991Tanggal 26 April 1991.

Dalam peraturan Menteri ini, ditegaskanketentuan keharusan membuat perjanjian jualbeli tenaga listrik antara PLN dan Pelanggan.Dalam perjanjian jual beli tenaga listriktersebut harus memuat Hak dan KewajibanPLN dan Pelanggan, sanksi-sanksi dan hargajual tenaga listrik.

Page 85: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

79

Walaupun disebutkan dalam peraturanmenteri ini, bahwa bentuk perjanjian jual belitenaga listrik berbentuk selain Perjanjian,juga berbentuk Formulir. Namun oleh karenaSurat Keputusan Direksi PT PLN (Perserto)Nomor: 109.K/039/DIR/1997 tanggal 27November 1997 sebagai peraturanpelaksanaan baru mengatur tentang jual belitenaga listrik dalam bentuk Surat Perjanjian,yaitu Surat Perjanjian Tenaga Listrik(SPJBTL), maka perjanjian jual beli tenagalistrik dalam bentuk Formulir belum dapatdilaksanakan. Bahkan seyoryanya tidakdilakukan karena tidaklah praktismencantumkan hak dan kewajiban para pihak,sanksi dan harga jual tenaga listrik denganspesifikasi-spesifikasi lainnya yangsedemikian banyak hanya dalam sebuahFormulir. Selain itu secara umum “suratberbentuk formulir” diperuntukan hanyamemuat keterangan-keterangan sepihak daripihak yang mengisi formulir. Sedang secarahukum “surat berbentuk perjanjian atau SuratPerjanjian” dibuat setidak-tidaknya oleh2(dua) pihak dan kekuatan keberlakuannyaadalah sebagai undang-undang antara parapihak yang membuatnya (sesuai Pasal 1338KUHPerdata), sehingga lebih sempurnasebagai alat bukti adanya perikatan hukumantara dua pihak : PLN dan Pelanggan dalamjual beli tenaga listrik. Bahkan untukmengantisipasi perkembangankemasyarakatan yang semakin kritis danselektif dalam penegakan hukum, makasebaiknya SPJBTL tersebut dibuat dalambentuk surat perjanjian oleh pejabat negara

Page 86: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

80

yang berwenang untuk itu, yaitu: oleh Notarisyang ditunjuk khusus untuk itu. SehinggaSPJBTL tersebut menjadi “Surat Perjanjianyang Otentik” yang mempunyai nilaipembuktian paling sempurna secara hukum.

Demikianpun sebaiknya rumusan hak dankewajiban Pelanggan dan PLN beserta sanksi-sanksi yang dicantumkan dalam SPJBTLadalah rumusan yang terdapat dalam SuratKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor: 109.K/039/Dir/1997. Rumusantersebut merupakan rumusan kembali secaraterinci berdasarkan rumusan yang tidak salingbertentangan dengan ketentuan PeraturanMenteri ini. Begitupun rumusan ketentuantentang P2TL yang sebaiknya dicantumkandalam SPJBTL adalah rumusan ketentuanP2TL yang terdapat dalam Surat KeputusanDireksi Nomor: 068.K/010/DIR/2000karena dibuat khusus dan lebih lengkaptentang prosedure dan persyaratan sertalarangan-larangan beserta segala akibathukumnya yang terkait dengan P2TL.

Keharusan memuat ketentuan-ketentuantersebut diatas dalam SPJBTL oleh peraturanmenteri ini, adalah sesuai pula denganmaksud dan tujuan dari laranganmencantumkan klausula baku dalam suatusurat perjanjian, sebagaimana yang diaturdalam ketentuan Pasal 18 Undang UndangRI Nomor: 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen. Pelanggaranketentuan tentang klausula baku inimerupakan suatu tindak pidana khusus bagi

Page 87: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

81

pelaku usaha dengan ancaman pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun atau pidana dendapaling banyak Rp.2.000.000.000,00 (duamilyar rupiah), sesuai ketentuan Pasal 62 ayat1 Undang Undang Perlindungan Konsumen.

Berikut ini dikutip ketentuan Pasal yangterkait dengan keharusan membuat perjanjianjual beli tenaga listrik, yaitu:

Pasal 6 :(1) Setiap peminta Tenaga Listrik wajib

memenuhi persyaratan yang ditetapkanPengusaha yang telah disahkan DirekturJenderal.

(2) Penyediaan Tenaga Listrik olehPengusaha dan pemanfaatannya olehPelanggan harus diatur dalam perjanjianjual beli Tenaga Listrik dalam bentukperjanjian atau formulir yang disediakanPengusaha.

(3) Perjanjian atau formulir sebagaimanatermaksud pada ayat (2) Pasal ini harusmemuat antara lain hak dan kewajibanPengusaha dan Pelanggan sesuaiPeraturan Menteri ini serta sanksi-sanksidan harga jual Tenaga Listrik sesuaiperaturan yang berlaku.

Page 88: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

82

Selanjutnya Pasal 2 dan Pasal 3 mengatur hakdan kewajiban PLN yang harus dicantumkandalam Surat Perjanjian Jual Beli TenagaListrik (SPJBTL), yaitu:

Bagian Pertama Tentang Hak Pengusaha.

Pasal 2 :(1) Dalam menyediakan Tenaga Listrik

kepada Pengusaha diberikan Hak untuk:a. memasuki tempat umum atau

bangunan atau persil Peminta TenagaListrik, memasuki tempat InstalasiPelanggan, InstalasiKetenagalistrikan yang dipergunakanoleh masyarakat, dan menggunakanuntuk sementara waktu atau setiapkali diperlukan, untuk melakukanpekerjaan penyediaan/penyambunganTenaga Listrik dan pemeriksaanInstalasi Pengusaha, denganmengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. melintas di atas atau di bawahbangunan atau persil Peminta TenagaListrik, Pelanggan dan Masyarakatyang dibangun di atas atau di bawahtanah;

Page 89: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

83

c. menebang atau memotong tumbuh-tumbuhan yang menghalangiInsatalasi dengan mengindahkanperaturan perundang-undangan yangberlaku;

d. melaksanakan pekerjaanpenyambungan BL ke InstalasiPeminta Tenaga Listrik dan atauPelanggan dari Instalasi Pengusahayang berada di atas bangunan ataupersil Peminta Tenaga Listrik danatau Pelanggan, denganmengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. memeriksa Instalasi Pelanggan, baiksebelum maupun sesudah mendapatSL dari Pengusaha sesuai peraturanInstalasi Ketenagalistrikan yangberlaku;

f. mengambil tindakan atas pelanggaranyang dilakukan oleh Pelanggan dalamsetiap perjanjian jual beli TenagaListrik antara lain berupa tagihansusulan, dan kemudian diikuti denganpemutusan sementara untuk jangkawaktu yang dapat ditetapkan olehPengusaha maksimum selama 2(dua) bulan. Ketentuan mengenaihal-hal tersebut di atas ditetapkanoleh Pengusaha dan disahkan olehDirektur Jenderal;

Page 90: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

84

g. menetapkan tindakan penertiban ataspemakaian Tenaga Listrik secaratidak sah dan melaporkannya kepadaInstansi yang berwajib sebagai tindakpidana pencurian. Ketentuanpenertiban atas pemakaian TenagaListrik tersebut ditetapkanPengusaha dan disahkan oleh DireturJenderal;

h. menetapkan pembayaran biayapenyambungan Tenaga Listrik yangdibebankan kepada Peminta TenagaListrik dan biaya tambahan dayalistrik kepada Pelanggan yang akanmenambah daya sesuai ketentuanbiaya penyambungan yang ditetapkanMenteri;

i. menetapkan biaya lain yangdibebankan kepada Peminta TenagaListrik dan atau Pelanggan yangditetapkan Pengusaha, dan disahkanDirektur Jenderal.

(2) Disamping hak sebagaimana termaksudpada ayat (1) Pasal ini kepada Pengusahadiberikan hak untuk memutus SL dalamhal-hal sebagai berikut:a. apabila terjadi bencana alam atau

keadaan tertentu lain yangmengakibatkan pemanfaatan TenagaListrik dapat membahayakankeselamatan umum;

Page 91: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

85

b. apabila Instalasi Pengusaha danInstalasi Pelanggan tidak aman dandapat mengakibatkan bahaya dan/ataumengganggu pemanfaatan TenagaListrik;

c. apabila terdapat hal-hal pada InstalasiPelanggan maupun pada sambunganrumah, Alat Pembatas dan atau AlatPengukur yang dapat merugikanPengusaha atas pemakaian tenagalistrik oleh Pelanggan yangbersangkutan.

(3) Pemutusan SL sebagaimana termaksudpada ayat (2) Pasal ini dan akibat yangditimbulkan, antara lain gangguanterhadap kesehatan, jiwa, kerugian barangatau harta, tidak memberikan hak kepadaPelanggan atau Masyarakat untukmenuntut ganti rugi;

(4) Pengusaha tidak bertanggungjawabterhadap bahaya yang timbul terhadapkesehatan, nyawa dan barang, karenapenggunaan Tenaga Listrik yang tidaksesuai dengan peruntukannya atau salahdalam pemanfaatrannya.

(5) Hak Pengusaha lainnya dapat diatur lebihlanjut oleh Pengusaha dan disahkanDirektur Jenderal.

Page 92: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

86

Bagian Kedua Tentang KewajibanPengusaha.

Pasal 3 :(1) Dalam menyediakan Tenaga Listrik

Pengusaha wajib melakukan hal-halsebagai berikut:a. memberikan pelayanan yang baik;b. menyediakan Tenaga Lisatrik secara

berkesinambungan dengan mutu dankeandalan yang baik sebagaimanadiatur dalam Peraturan Menteritentang Persyaratan PenyambunganTenaga Listrik;

c. melakukan perbaikan, apabila terdapatgangguan Tenaga Listrik atau apabilavariasi Tegangan Rendah melampauibatas sebagaimana termaksud dalamPeraturan Menteri tentangPersyaratan Penyambungan TenagaListrik;

d. bertanggungjawab atas semuakerugian atau bahaya terhadap jiwa,kesehatan dan barang yang rusakkarena kelalaiannya sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku;

e. memberikan kompensasi berupareduksi apabila terjadi penghentiansementara penyaluran Tenaga Listrik,yang berlangsung secara terus-menerus melebihi jangka waktu 3 x

Page 93: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

87

24 (tiga kali dua puluh empat) jam,dengan ketentuan bahwa peraturanpelaksanaannya diatur Pengusaha dandisahkan Direktur Jenderal.

(2) Dalam melakukan penghentiansementara penyaluran Tenaga Listriksesuai rencana Pengusaha, Pengusahaterlebih dahulu harus memberitahukankepada Pelanggan selambat-lambatnya24 (duapuluh empat) jam sebelumterjadinya penghentian sementaratersebut, dengan ketentuan bahwa carapemberitahuannya diatur Pengusaha.

Selain itu, juga diatur ketentuan tentangHak dan Kewajiban Masyarakat danPelanggan dalam Pasal 4 dan Pasal 5sebagaimana dikutip berikut ini.

Bagian Pertama Tentang Hak Masyarakat danPelanggan.

Pasal 4 :(1) Masyarakat di daerah usaha Pengusaha,

berhak mendapatkan Tenaga Kerja yangdisediakan Pengusaha setelahmemenuhi persyaratan penyambunganTenaga Listrik.

Page 94: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

88

(2) Pelanggan mempunyai hak untuk:a. mendapatkan pelayanan yang baik;b. mendapatkan Tenaga Listrik secara

berkesinambungan dengan mutu dankeandalan yang baik;

c. mendapatkan pelayanan untukperbaikan terhadap gangguanpenyediaan Tenaga Listrik ataupenyimpangan atas mutu TenagaListrik yang disalurkan.

Bagian Kedua Tentang KewajibanPelanggan.

Pasal 5 :(1) Kewajiban pelanggan adalah:

a. melaksanakan pengamanan terhadapbahaya yang mungkin timbul sebagaiakibat pemanfaatan Tenaga Listrik;

b. menjaga dan memelihara keamananInstalasi Pelanggan;

c. menjaga keamanan Alat Pembatasdan atau Alat Pengukur Pengusahayang terpasang pada bangunan ataupersil Pelanggan;

d. menggunakan Tenaga Listrik sesuaidengan peruntukkannya;

e. mentaati persyaratan penyambunganTenaga Listrik sebagaimana diaturdalam Peraturan Menteri tentangPersyaratan Penyambungan TenagaListrik;

Page 95: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

89

f. memenuhi ketentuan PeraturanInstalasi Ketenagalistrikan yangberlaku;

g. mengizinkan Pengusaha untukmelaksanakan haknya sebagaimanatermaksud dalam Pasal 2 PeraturanMenteri ini.

(2) Pelanggan bertanggungjawab ataskesalahannya yang mengakibatkankerugian terhadap Pengusaha.

(3) Pelanggan bertanggungjawab atasbahaya terhadap kesehatan, jiwa danbarang yang timbul karena penggunaanTenaga Listrik yang tidak sesuai denganperuntukannya atau salah dalampemanfaatannya.

Ad.b. Peraturan Menteri Pertambangan danEnergi Nomor: 03.P/451/M.PE/1991Tanggal 26 April 1991 tentangPersyaratan Pengambungan TenagaListrik.

Dalam peraturan Menteri ini diaturpersyaratan tehnis penyambungan danpenyaluran tenaga listrik. Sebelumpenyambungan dan penyaluran dilakukanpersyaratan tehnis ini terlebih dahulu harusdipenuhi. Persyaratan tehnis tersebutmenggambarkan spesifikasi tenaga listriksebagai benda tak berwujud. Sehinggamemerlukan Instalasi dan piranti tenagalistrik yang diatur khusus. Oleh karena ituperaturan-peraturan tersebut seygyanyatertampung juga dalam SPJBTL.

Page 96: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

90

Selain itu dalam Pasal 14 peraturan Menteriini ditegaskan sanksi bagi siapapun yangmelakukan penyambungan dan/ataupenyaluran tenaga listrik tanpa hak.. Sanksitersebut berupa ancaman tindak pidanapencurian.

Pasal 14 :

Barang siapa yang menyambung dan/ataumenyalurkan Tenaga Listrik tanpa alas hakyang sah diancam dengan tindak pidanapencurian sebagaimana termaksud dalamKitab Undang Undang Hukum Pidana.

Penyambungan dan atau penyaluran tenagalistrik tanpa hak atau tanpa alas hak yang sahini dapat terjadi, antara lain :- Pelaku yang bukan pelanggan melakukan

penyambungan langsung dengan caramencantolkan kabel listrik pada kabellistrik atau instalasi listrik milik PLNyang menyebabkan tenaga listrik tersalurdari Kabel atau instalasi milik PLNketempat lain yang diinginkan pelakumelalui kabel yang dicantolkannyatersebut.

- Pelaku selaku pelanggan maupun bukanpelanggan melakukan penyambungankabel listrik pada kabel listrik atauinstalasi listrik yang ada pada bangunan/persil pelanggan yang menyebabkantenaga listrik tersalur ketempat pelakubukan pelanggan melalui sambungan kabeltersebut.

Page 97: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

91

Walaupun tenaga listrik yang tersalur ketempat pelaku yang bukan pelanggan tetaptercatat/terukur pada KWH Meter pelanggandan Rekening Tagihannya dilunasi olehpelanggan, namun tetap merupakan suatuperbuatan melawan hukum karenapenyambungan dilakukan secara tanpa hakdan terdapat tenaga listrik tersalur danterpakai oleh pihak yang tidak berhak karenabukan pelanggan.

Pelaku yang melakukan penyambungan danatau penyaluran tenaga listrik secara tidaksah tersebut di atas dapat diancam dengantindak pidana pencurian sebagaimana diaturdalam KUHPidana.

Terhadap Pelaku yang melakukan pencantolankabel tersebut diatas dapat dituntut tindakpidana pencurian listrik sebagaimana diaturdalam Pasal 362 KUHPidana.

Terhadap Pelanggan yang menyambung kabeldan menyalurkan tenaga listrik ke Pihak yangBukan Pelanggan tersebut diatas, keduanyadapat dituntut tindak pidana pencurian listriksebagaimana diatur dalam Pasal 362KUHPidana juncto Pasal 55 atau Pasal 56KUHPidana.

Page 98: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

92

Prinsip-Prinsip Hukum Perikatan.

Hubungan hukum antara PLN dan Pelanggandalam SPJBTL yang berbentuk SuratPerjanjian bukan formulir yang dibuat sesuaiketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, berlakusebagai undang-undang bagi PLN danPelanggan yang harus dilaksanakan secaraitikad baik oleh PLN dan Pelanggan,sebagaimana penegasan Pasal 1338KUHPerdata.

Pasal 1320 KUHPerdata :

Untuk sahnya persetujuan-persetujuandiperlukan empat syarat:(1) Sepakat mereka yang mengikatkan

dirinya :

(2) Kecakapan untuk membuat suatu

perikatan :

(3) Suatu hal tertentu:

(4) Suatu sebab yang halal:

Pasal 1338 KUHPerdata:

Semua persetujuan yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya Persetujuan ini

tidak dapat ditarik kembali selain dengan

sepakat kedua belah pihak, atau karena

alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu.

Page 99: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

93

Persetujuan harus dilaksanakan dengan

itikad baik.

2. Aspek KepidanaanPenegakan hukum terhadap tindak pidanakelistrikan dapat dilakukan berdasarkan:

a. Pasal 19 UU No.15/1985 jo. Pasal 362

KUHPidana:

- Pasal 19 UU No.15/1985:Barang siapa yang menggunakan tenaga

listrik yang bukan haknya merupakan tindak

pidana pencurian sebagaimana dimaksud

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

- Pasal 362 KUHPidana:Barangsiapa mengambil suatu barang, yangsama sekali atau sebagian termasukkepunyaan orang lain, dengan maksud akanmemiliki barang itu dengan melawan hak,dihukum, karena pencurian, dengan hukumanpenjara selama-lamanya lima tahun ataudenda sebanyak-banyaknya Rp 900.-

b. Pasal 408 & Pasal 409 KUHPidana:

- Pasal 408 KUHPidana:Barangsiapa dengan sengaja dan dengan

melawan hak membinasakan, merusakkan atau

membuat sehingga tidak dapat digunakan lagi,

pekerjaan jalan kerata api, trem, kawat tele-

gram-telpon atau listrik, atau pekerjaan untuk

menahan air, pembagian air atau pembuangan

Page 100: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

94

air, pipa gas atau air, atau selokan (jalan

membuang kotoran) jika buatan, saluran atau

selokan itu dipergunakan untuk keperluan

umum, dihukum penjara selama-lamanya

empat tahun.

- Pasal 409 KUHPidana:Barangsiapa karena salahnya menyebabkan

sesuatu pekerjaan yang tersebut dalam pasal

diatas sampai binasa, rusak atau tidak dapat

dipakai lagi, dihukum kurungan selama-lama

satu bulan atau denda sebanyak-

banyaknyaRp1.500,-

c. Putusan-Putusan HR:

- HR 24 Mei 1937:Pada pencurian aliran listrik tidaklah penting

apakah orang yang menghidupkan aliran dan

dengan demikian mengambil energi, telah

perbuat demikian untuk dipakai bagi

kepentingannya sendiri ataupun untuk

dikumpulkan bagi kepentingan sendiri.

Pencurian sendiri telah selesai pada saat

diambilnya aliran listrik itu.

- HR 9 November 1931:Barangsiapa bertentangan dengan syarat-

syarat pemberian gas diluar alat meter,

memperoleh gas milik Kotapraja, adalah

pelaku pencurian gas. Tidaklah penting siapa

yang telah mengadakan alatnya itu.

Page 101: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

95

d. Pertanggungjawaban Pidana Badan Hukum

(Korporasi):

Dalam literatur ilmu hukum pidana dikenal beberapasistim pertanggungjawaban pidana dari suatu BadanHukum (Korporasi), yaitu:a. Pengurus Badan Hukum (Korporasi) sebagai

pembuat dan penguruslah yang bertanggungjawab;b. Badan Hukum (Korporasi) sebagai pembuat dan

pengurus bertanggungjawab;c. Badan Hukum (Korporasi) sebagai pembuat dan

juga sebagai yang bertanggungjawab;Perkembangan hukum pidana nasional RI maupuninternasional semakin bersifat terbuka terhadapsistem pertanggungjawaban pidana terhadap BadanHukum (Korporasi) dan perorangan baik sebagaiindividu maupun dalam jabatan organisasi BadanHukum atau organisasi negara. Karena jabatannya ituindividu tersebut dituntut pertanggungjawaban pidana,bukan menjadi alasan membebaskan diri dari tuntutanhukum.

3. Penertiban Pemakaian Tenaga ListrikPenertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) diaturbersamaan dengan Tagihan Susulan dan PemutusanSambungan Tenaga Listrik didalam Surat KeputusanDireksi PT PLN (Persero) Nomor:068.K/010/DIR/2000 Tanggal 26 April 2000.

Page 102: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

96

Dalam Bab I Pasal 1 dijelaskan maksud dari beberapaistilah yang saling terkait diantaranya:a. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik selanjutnya

disingkat “P2TL” adalah pemeriksaan oleh PLNterhadap Instalasi Listrik PLN dan InstalasiPelanggan dalam rangka Penertiban PemakaianTenaga Listrik (ayat 18).

b. Instalasi PLN adalah instalasi milik PLN sampaidengan Alat Pembatas atau Alat Pengukur atauAlat Pembatas dan Alat Pengukur (ayat 7).

c. Instalasi Pelanggan adalah instalasi milik atau yangdikuasai Pelanggan sesudah Alat Pembatas atauAlat Pengukur atau Alat Pembatas dan AlatPengukur milik PLN (ayat 8).

d. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untukmembatasi daya listrik yang dipakai Pelanggan (ayat9).

e. Alat Pengukur adalah alat milik PLN untukmengukur daya dan energi listrik yang dipakaiPelanggan (ayat 10).

f. APP adalah Alat Pembatas dan Alat Pengukur (ayat11).

g. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukunguntuk mengoperasikan APP yang meliputi antara lainkotak/lemari, trafo arus, trafo tegangan, voltmeter, Ampere meter, saklar waktu, terminal,pengawatan semua peralatan dan kunci (ayat 14).

h. Kotak APP adalah suatu kotak tempat dipasangnyaAPP yang didalamnya berisi blok jepit untukmenghubungkan terminal-terminal APP (ayat 15).

Page 103: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

97

i. Lemari APP adalah suatu lemari tempat dipasangnyaAPP dan sebagian atau seluruh Perlengkapan APP(ayat 16).

j. Segel adalah suatu alat yang dipasang oleh PLN padaAPP dan Perlengkapan APP sebagai pengamanan APPdan Perlengkapan APP (ayat 19).

k. Tanda Tera adalah alat yang dipasang pada AlatPengukur oleh instansi yang berwenang sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlakusebagai pengamanan kebenaran pengukuran.

l. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut“JTL” adalah sistim penyaluran /pendistribusianTenaga Listrik yang dapat dioperasikan denganTegangan Rendah, Tegangan Menengah, TeganganTinggi, atau Tegangan Ekstra Tinggi.

m. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnyadisebut “SL” adalah penghantar dibawah atau diatastanah termasuk peralatannya sebagai bagian instalasiPLN yang merupakan sambungan antara JaringanTenaga Listrik milik PLN dengan Instalasi Pelanggan(ayat 13).

Kriteria Pelanggaran Atas Perjanjian Jual BeliTenaga Listrik bila ditemukan salah satu ataubeberapa keadaan sebagai berikut (Pasal 2):a. Segel rusak atau putus atau terbuka atau tidak sesuai

dengan aslinya;b. APP rusak atau hilang atau tidak bekerja sebagaimana

mestinya;

Page 104: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

98

c. Perlengkapan APP rusak atau hilang atau tidakbekerja sebagaimana mestinya;

d. Penggunaan Tenaga Listrik yang tidak sesuai denganperuntukkannya;

e. Penghantar fasa tertukar dengan penghantar netral;f. Terdapat Sambungan Langsung;

Ruang Lingkup Tugas dan Tanggungjawab P2TL(pasal 3) meliputi:a. Melakukan pemeriksaan terhadap JTL, SL, APP dan

Perlengkapan APP serta Instalasi Pelanggan dalamrangka menertibkan pemakaian Tenaga Listrik olehPelanggan,

b. Melakukan pemutusan Sementar, PemutusanSambungan Langsung, Pemutusan Rampung.

c. Melakukan pengambilan peralatan-peralatan, segel,tanda tera APP yang tidak sesuai aslinya atau tidakberfungsi.

d. Melakukan pemeriksaan atas pemanfaatan TenagaListrik.

e. Membuat laporan dan berita acara pelaksanaan P2TL.

Tata Cara Pelaksanaan P2TL (Bab III Pasal 4}dilakukan dengan:a. Surat Tugasb. Tanda Pengenal dan Pakaian Dinasc. Formulir-Formulir P2TLd. Peralatan kerjae. Bersikap Sopanf. Menjaga keamanan instalasi dan keselamatan umum.

Page 105: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

99

Jenis & Penggolongan Pelanggaran besertaTagihan Susulannya:a. Pasal 9 : Pelanggaran Gol.A, dengan Tagihan Susulan

sesuai Pasal 16b. Pasal 10: Pelanggaran Gol.B, dengan Tagihan Susulan

sesuai Pasal 17c. Pasal 11: Pelanggaran Gol.C, dengan Tagihan Susulan

sesuai Pasal 18d. Pasal 12: Pelanggaran Gol.D, dengan Tagihan Susulan

sesuai Pasal 19e. Pasal 13: Pelanggaran Gol.E, dengan Tagihan Susulan

sesuai Pasal 20f. Pasal 14: Pelanggaran Gol.F, dengan Tagihan Susulan

sesuai Pasal 21

Peningkatan pemberdayaan pelaksanaan P2TL tersebutdiatas dapat dilakukan dengan menjalin kerjasamakemitraan dengan beberapa instansi, sepert:i:1. Instansi Terkait:

a. Kemitraan dengan Pengadilanb. Kemitraan dengan Kejaksaan: MoUc. Kemitraan dengan Kepolisian: MoUd. Kemitraan dengan Kantor Hukum

2. Kegiatan Kemitraan:a. Penyuluhanb. Penyelidikanc. Penyidikand. Penuntutane. Upaya Hukum: Banding, Kasasi, PK & Eksekusi

Page 106: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

100

Dengan demikian dapat disimupulkan, bahwapemakaian tenaga listrik yang tidak sesuai denganperaturan perundang-undangan merupakan perbuatanmelawan hukum yang dapat berdampak yuridis berupatuntutan pertanggungjawaban pidana dan/atau perdataterhadap pelakunya.

Ketentuan Pidana dalam UU No.15 Tahun 1985yang merujuk pada KUHPidana masih cukupmemadai, sehingga Pembatalan UU No.20 Tahun2002 oleh Mahkamah Konstitusi RI hendaknyatidak menghambat upaya pemberantasan tindakpidana di bidang kelistrikan kedepan.

Efektifitas pemberantasan tindak pidanakelistrikan lebih banyak ditentukan oleh upayakemitraan PLN dengan instansi terkait terutamapetugas penyelidik dan penyidik dari kepolisiandan penuntut umum dari kejaksaan.

Laporan Pidana terhadap hasil temuan P2TL atauOPAL berdasarkan Pasal 19 UU No.85 Tahun 1985jo.Pasal 408 jo. Pasal 409 KUHPidana lebih efektifmemberikan efek jerah terhadap pelaku tindak pidanakelistrikan.

Terhadap hasil temuan P2TL atau OPAL sebaiknyadilakukan Laporan Pidana berdasarkan Pasal 19 UUNo.85 Tahun 1985 jo. Pasal 362 jo. Pasal 408 jo.Pasal 409 KUHPidana, maupun gugatan gantikerugian terhadap pelakunya.

Page 107: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

101

Sikap Resistensi Pelanggan Terhadap P2TL.Pada umumnya Para Pelanggan menolak hasil temuanTim P2TL yang disusul dengan sanksi membayar dendaberupa Tagihan Susulan. Penolakan Pelanggan yangbersangkutan diekspresikan dengan berbagai cara,diantaranya:a. Mengajukan Laporan Pidana di Kantor Polisi terhadap

Tim P2TL, dengan alasan sangkaan Tim P2TL telahmelakukan perbuatan tidak menyenangka (melanggarPasal 335 KUHPidana, atau memasuki pekaranganrumah tanpa izin pemilik rumah (melanggar Pasal 167KUHPidana), atau memberi keterangan palsu atautandatangan palsu dalam Berita Acara P2TL(melanggar Pasal 263 KUHPidana).

b. Mengajukan Gugatan Perdata di Pengadilan Negeridisertai Permohonan Provisionil yangmemerintahkan : memerintahkan PLN melakukanpenyambungan kembali aliran tenaga listrik yangtelah diputus kepada Pelanggan, atau melarang PLNmelakukan pemutusan aliran tenaga listrik kepadaPelanggan, sampai adanya putusan Pengadilan yangtelah berkekuatan hukum tetap.

c. Mengajukan Gugatan Class Action di PengadilanNegeri disertai Permohonan Provionil sepertitersebut diatas.

d. Mengajukan Gugatan Legal Standing di PengadilanNegeri disertai Permohonan Provisionil sepertitersebut diatas.

Page 108: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

102

e. Mengajukan Gugatan Tata Usaha Negara di PengadilanTata Usaha Negara disertai Permohonan Provisionilyang memerintahkan menunda pelaksanaan keputusanpejabat PLN untuk melakukan pemutusan alirantenaga listrik kepada Pelanggan yang bersangkutan,sampai adanya Putusan Pengadilan yang berkekuatanhukum tetap.

f. Melakukan ancaman atau tindak kekerasan terhadapdiri maupun keluarga petugas P2TL.

Terhadap sikap perlawanan Pelanggan diatas, perludilakukan upaya-upaya antisipatif berupa:a. Melakukan pelaksanaan P2TL secara intensif dan

cermat sesuai aturan yang berlaku.b. Mengajukan perlawanan hukum terhadap putusan

Provisionil, jika perlu disertai gugatan balik diPengadilan Negeri yang bersangkutan.

c. Mengajukan perlawanan hukum terhadap putusanProvisionil di Pengadilan Tata Usaha Negara yangbersangkutan.

d. Melaporkan kepada Kepolisian atas setiap bentukancaman maupun tindak kekerasan terhadap diripetugas P2TL maupun keluarganya.

e. Mengupayakan kerjasama PLN – POLRI untukmelatih dan mempersiapkan Petugas P2TL sebagaiPolisi Khusus yang berwenang melakukan penegakanhukum yang bersifat: pengaturan, pengawasan,pencegahan dan penindakan Administrasi/Represifnon yusticial sesuai Kitab Undang Undang HukumAcara Pidana (KUHAP). Sehingga Berita Acara Hasil

Page 109: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

103

temuan P2TL beserta tindakan pengambilan-penyitaan barang oleh P2TL , dan pemberianketerangan maupun kesaksian oleh Petugas P2TLsemakin kuat secara hukum. Sehingga terhindar puladari kemungkinan dilapor sebagai tersangka dikepolisian. Juga merupakan proteksi yuridis terhadapPetugas P2TL dari kemungkinan dilaporkan pidanaoleh Pelanggan.Pelatihan Polisi Khusus ini dimungkinkan oleh Pasal3 ayat 1.a Undang Undang RI Nomor: 2 Tahun 2002tentang Kepolisian Negara RI, jo. Surat DEOPSPOLRI No.Pol.: B/1566/VI/2003/Sdeops Tanggal17 Juni 2003 tentang Tugas dan Fungsi KepolisianKhusus (Polsus) dan PPNS.

f. Menggunakan salah satu prinsip hukum pidanasebagaimana yang diatur dalam Pasal 50 KUHPidanayang menegaskan:“Barang siapa melakukanperbuatan untuk menjalankan peraturanundang-undang, tidak boleh dihukum.”Meskipun status kepegawaian PLN dalam hal iniPetugas P2TL adalah Pegawai persero (swasta), akantetapi oleh karena mereka adalah orang-orang (unsurbarangsiapa) yang dalam melaksanakan tugas,tanggungjawab dan kewajiban hukumnya melakukanupaya P2TL berdasarkan peraturan undang-undangdan peraturan pelaksanaannya, maka Petugas P2TLtidak boleh dihukum.

Page 110: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

104

Peraturan Perundang-undangan dan peraturanpelaksanaannya yang dijalankan oleh Petugas P2TLantara lain:- UU No.15 Tahun 1985 tentang

Ketenagalistrikan.- Peraturan Pemerintah RI No.3 Tahun 2005

tentang Perubahan Atas Peraturan PemerintahNo.10 Tahun 1989 tentang Penyediaan danPemanfaatan Tenaga Listrik: Angka 14 Pasal 25.

- Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNo.02.P/1991 Tanggal 26 April 1991 tentangHubungan Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Umumdengan Massyarakat : Passl 2 (1) e,f,g.

- Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)No.068.K/2000 tanggal 26 April 2000 tentangPenertiban Pemakaian Tenaga Listrik, TagihanSusulan dan Pemutusan Sambungan TenagaListrik: Pasal 26 – Pasal 30 + Pasal 31 – Pasal37.

- Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)No.109.K/039/DIR/1997 Tanggal 27 November1997 tentang Ketentuan Jual Beli Tenaga Listrikdan Penggunaan Piranti Tenaga Listrik YangBerlaku di PT PLN (Persero): Bab VI dan BabVII.Dengan demikian hendaknya Tim Petugas P2TLdiperlengkapi dengan Surat Tugas yangdidalamnya dicantumkan peraturan perundang-undangan ketenagalistrikan beserta peraturanpelaksanaannya tersebut diatas. Selain itu dalamSurat Tugas P2TL tersebut dicantumkan Pasal 50KUHPidana. Sehingga setiap petugas P2TLbenar-benar mendapat perlindungan hukum(pidana).

Page 111: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

105

Dengan demikian pula diharapkan AparatKepolisian dapat memahami posisi hukum setiappetugas P2TL yang dilapor-pidanakan olehPelanggan yang resisten atau keberatan karenaterkena penindakan P2TL. Bagaimanapun jugapetugas P2TL melakukan sebagian tugas dantanggungjawab kepolisian dalam menanggulangisuatu tindak pidana. Dalam hal ini tindak pidanapenyalahgunaan tenaga listrik: Pencurian Listrikdan Pengrusakan peralatan-instalasi listrik.Apalagi antara telah ada Kesepahaman-Bersama(Memori of Understanding – MoU) antaraDireksi PT PLN (Persero) dengan KepalaKepolisian RI tentang Operasi Pencurian Listrik(OPAL).Penegakan hukum P2TL sangat diperlukanmengingat kerugian negara yang ditimbulkannyasangat besar, dan meluas pada semakinterbatasnya penyediaan tenaga listrik ditengah-tengah semakin bertumbuhnya kebutuhan listrikanggota masyarakat untuk kehidupan yang lebihbaik.

Terhadap hasil temuan pelanggaran ataupenyalagunaan tenaga listrik oleh Pelanggan,dilakukan tindak lanjut hasil temuan P2TL tersebutdengan cara:a. Mengajukan Surat Tagihan pembayaran Tagihan

Susulan yang dikenakan terhadap Pelanggan yangbersangkutan.

b. Mengajukan Laporan Polisi terhadap Pelanggan yangbersalah dan harus bertanggungjawab.

Page 112: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

106

c. Mengajukan Gugatan ganti-rugi terhadap Pelangganyang bersangkutan di Pengadilan Negeri.

4. Modus Operandi Penyalahgunaan Tenaga Listrik

Listrik merupakan salah satu benda tidak berwujud yangpengadaan dan pemanfaatannya sangat terkait denganperkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologikelistrikan. Sehingga penyalahgunaannya (maupunpemanfaatannya) dilakukan dengan cara-cara yang terkaitdengan ilmu pengetahuan dan tehnologi kelistrikan, dariyang paling sederhana-konvensional hingga yangtercanggih. Berbagai modus operandi penyalahgunaantenaga listrik yang umum dikenal dengan pencurianlistrik. Namun dengan sangat jelas dan lebih lengkapdikemukakan oleh Lilik Syafruddin....), sebagai berikut:

1. Menyambung langsung sebelum APP

Apabila S // maka kontak K masuk, arus/beban tidakseluruhnya masuk Kwhm karena sebagian instalasirumah dipasok dari saluran yang melalui kontaktor.Ada perbedaan arus masuk dan keluar APP.

K

MCB

L1

L2S

KwhMKwhm

K

__________________________12 Lilik Safrudin Ismail, 2007. P2TL sebagai Tindakan Represif untuk menurunkan

Susut Distribusi. Penyuluhan Hukum P2TL. Hal. 4 - 10.

Page 113: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

107

Kasus pencurian tersebut dapat diantisipasi denganmemasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)pada kotak APP, dimana fungsi ELCB akanmemutuskan kontak/MCB bila terjadi perbedaan arus/beban pada penghantar phasa dan netral.

2. Memutus kabel Current Transformer (CT) atauPotensial Transformer (PT)

Apabila kabel CT/PT diputus, arus/beban tidakseluruhnya masuk Kwhm, yang terukur di Kwhmtergantung berapa phasa yang diputus.

BEBAN

Kwh meter

CT

PT

DiputusDiputus

Pengamanan kabel sekunder CT/PT sampai terminalKwhm harus dilindungi secara baik, dimana kerusakanpada jalur kabel sekunder CT/PT dapat dideteksi.

3. Mempengaruhi Kwhm secara magnetic.

Apabila magnet yang cukup kuat ditempelkan diluarkotak Kwhm, maka secara magnetic mempengaruhijalannya piringan Kwhm. Modus ini dilakukan padawaktu malam hari/diluar kontrol PLN.

Telah ada kotak Kwhm yang anti magnetic, sehinggapencurian dengan modus seperti ini dapat dihindari.

Page 114: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

108

MCB

L1

Diluar kwhm ditempelkan magnet yg cukup kuatkwhm

4. Penon aktifan penghantar netral.

Penghantar netral diputus permanen (S1). S2 berfungsi memutus/menghubungkan

penghantar netral ke Kwhm. Bila S2 di "On" kan, Kwhm berputar, bila di "off"

kan Kwhm tidak berputar. Dengan S1 di "off" kan, terjadi perbedaan arus

masuk dan arus keluar pada Kwhm.

MCB

L

KwhMKwhm

S 1 S 2

Kasus pencurian tersebut dapat diantisipasi denganmemasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)pada kotak APP, dimana fungsi ELCB akanmemutuskan kontak/MCB bila terjadi perbedaan arus/beban pada penghantar phasa dan netral.

5. Membalik penghantar phasa menjadi penghantarnetral.

Penghantar phasa instalasi pelanggan menjadipenghantar netral & ditanahkan melalui S2.

Page 115: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

109

Bila MCB atau S1 di "off" kan dan S2 di "On" kan,Kwhm tidak berputar karena tidak ada arusmengalir ke Kwhm.

Bila MCB dan S1 di "On" kan dan S2 di "off" kanKwhm berputar.

MCB

L

KwhMKwhm

S2

S1

Kasus pencurian tersebut dapat diantisipasi denganmemasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)pada kotak APP, dimana fungsi ELCB akanmemutuskan kontak/MCB bila terjadi perbedaan arus/beban pada penghantar phasa dan netral.

6. Mempengaruhi sudut phasa arus.

Pembebanan open-delta akan terjadi : Arus yang mengalir pada 2 (dua) coil arus Kwhm

adalah selisih secara vektoris arus phasa - phasasedangkan tegangan yang dirasakan oleh coiltegangan Kwhm adalah phasa - netral.

Akibatnya terjadi pergeseran sudut phasa antarategangan dan arus pada coil tegangan dan coil arusKwhm, sehingga momen energi yang terjadi padapiringan Kwhm :- Coil R = PR = Vr.Irs Cos (30?- Q)- Coil S = PS = Vs.Isr Cos (30?+ Q)

Power Factor dapat diatur dengan beban induktifsehingga salah satu menghasilkan momen energinegatip atau piringan Kwhm berputar kekirisedangkan yang satu lagi menghasilkan momenpositip.

Page 116: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

110

Momen gaya yang memutar piringan Kwhm adalahselisih kedua momen gaya tersebut.

MM

Kwh meter

rR

RST

N

Trafo las

Berdasarkan analisa dan uji coba di laboratorium,Kwhm tipe non absolut yang saat ini dipakai PLN,dapat diganti dengan Kwhm tipe absolut (mis. typeMC-3).Kwhm tipe absolut tidak terpengaruh dengan arahdaya yang diukurnya, bahkan jika terbalikpunpengawatannya akan tetap mengukur Kwh yang dipakaisecara keseluruhan.Daya pada fasa R dan S adalah penjumlahan dari keduavektor daya dengan variabel : tegangan, arus dan CosQ. Sedangkan arah momen gaya ditentukan olehbesarnya sudut (Q), dan besar sudut tersebut yangdengan menggunakan beban induktif hingga didapatnilai sudut yang menghasil kan momen gaya yangsaling berlawanan pada fasa R dan S.

Irs

It

Vt

Isr

Is Vs

Ir

(30o –

(30o + Q)

Vr

Q

Page 117: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

111

Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.109.K/039/DIR/1997 Pada pasal 7 tidak menyebutkanbatasan Cos Q yang diijinkan peralatan listrik yangdipunyai oleh pelanggan.Namun pada pada Keputusan Direksi PT PLN(Persro) No.68.K/010/DIR/2000, tersiratperhitungan tagihan susulan golongan C, power faktordihitung = 0,85.Didalam pasal-pasal SPJBTL besarnya power faktorperlu dicantumkan sehingga kasus seperti diatas dapatdikatagorikan sebagai tindakan pencurian aliranlistrik.

7. Injeksi arus pada CT.

Dalam rangkaian pengukuran diinjeksi arusdengan menggunakan generator arus.

Injeksi arus dihubungkan pada 2 (dua) titik : A(pentanahan titik bintang sekunder CT) dan B (titikbintang Kwhm yang ditanahkan).

Polaritas arus injeksi berlawanan dengan polaritasarus beban dari CT.

Arus yang dirasakan kwhm adalah selisih arusbeban dari CT dengan arus injeksi dari generatorarus.

Kwh meter

R

S

TA

B

Gen. Arus

Page 118: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

112

Kasus ini dapat dicegah dengan tidak mentanahkantitik binang pada terminal Kwhm/tidak disambungkandengan box APP (box APP tipe IIF).

8. Melubangi kotak Kwhm, sewaktu-waktu pelangganmemasukkan benda yang dapat menghambat putaranpiringan Kwhm.

9. Memasang alat "Hemat Energi' diinstalasi pelanggan,dimana pada prinsipnya power faktor (Cos Q)diperkecil sehingga pengukuran Kwhm lebih kecildari yang seharusnya.

Bahkan dibeberapa Unit PLN alat tersebutdirekomendasikan untuk dipakai pelanggan.Keputusan Direksi PT PLN (Persro) No.109.K/039/DIR/1997 Pada pasal 7 tidak menyebutkan batasanCos Q yang diijinkan peralatan listrik yang dipunyaioleh pelanggan.Namun pada pada Keputusan Direksi PT PLN(Persro) No.68.K/010/DIR/2000, tersiratperhitungan tagihan susulan golongan C, power faktor(Cos Q) dihitung = 0,85.Didalam pasal-pasal SPJBTL besarnya power faktorperlu (Cos Q) dicantumkan sehingga kasus sepertidiatas dapat dikatagorikan sebagai tindakan pencurianaliran listrik.

M CB

L

KwhMKwhm

Hemat Energi

Page 119: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

113

V = 220 Volt

I = 10 A

Cos

Contoh V x I Cos Q dengan angka-angka & misalkan Resistance jaringan 1 Ohm :

1) 220 x 10 x 0,85 = 1870 Watt, susut jaringan = 102 x 1 = 100 Watt 2) 220 x 17 x 0,50 = 1870 Watt, susut jaringan = 172 x 1 = 289 watt

Kesimpulan : dengan beban pelanggan lebih tinggi ( Arus (I) lebih tinggi,

Cos Q2= 0,5

I = 17 A

Jika disimak secara saksama beberapa modusoperandi penyalahgunaan tenaga listrik tersebut diatas, maka tindakan penyalahgunaan tenaga listriktersebut memenuhi kriteria perbuatan pelanggaranketenagalistrikan sebagaimana yang diatur dalamPasal 2 Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor:068K/010/DIR/2000 tanggal 26 April 2000yang menyebutkan unsur-unsur pelanggaran, yaitu:a. Segel rusak atau putus atau terbuka atau tidak

sesuai dengan aslinya;b. APP rusak atau hilang atau tidak bekerja

sebagaimana mestinya;c. Perlengkapan APP rusak atau hilang atau tidak

bekerja sebagaimana mestinya;d. Penggunaan Tenaga Listrik yang tidak sesuai

dengan peruntukkannya;e. Penghantar fasa tertukar dengan penghantar

netral;f. Terdapat Sambungan Langsung;

Page 120: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

114

Selain itu juga memenuhi unsur-unsur Pasal 362KUHPidana tentang pencurian, yaitu:a. Mengambil;b. Sesuatu barang;c. Barang itu seluruhnya atau sebagian milik orang

lain;d. Diambil untuk dimiliki secara melawan hukum.

5. Ikhtisar Materi P2TL

I. PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK(PJBTL)· Keharusan PJBTL : Pasal 6 (2) Peraturan

Menteri PE No.02P/1991· Bentuk PJBTL - Pasal 6 (2) :

- Surat PerjanjianAturan Pelaksanaannya, SK Dir. No.109.K/1997 Psl 10,12,13.

- FormulirBelum ada aturan pelaksanaannya.

· Perbandingan secara Yuridis :- Pihak Perjanjian : 1338 KUHPerdata- Kekuatan Hukum Berlakunya : 1338

KUHPerdata- Kekuatan Hukum Pembuktiannya :- Jika Di-Notariat-kan ( ? ) :

Nilai Pembuktiannya,Menghindari Klausula Baku (Psl.18 jo.Psl.62 UU No.8/1999),Tenaga Listrik sbg benda tidak berwujud.

Page 121: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

115

· ISI SPJBTL :- Menurut Peraturan Menteri PE No.02.P/

1991 Pasal 6 (3),- Menurut SK Dir. No.109.K/1997 Pasal 12

& 13.

II. TINDAK PIDANA KETENAGALISTRIKAN· Pencurian Listrik :

Menurut UU No.15/1985 Psl.19 jo. Psl. 362KUHPidana : Pidum,Menurut UU No.20/2002 Psl 60 & Psl 65 :Pidsus.

Perbandingan yuridisnya:- Sistim Pembuktian- Pelaku- Ancaman Pidana Denda

· Pengrusakan Peralatan Instalasi :Pasal 408 KUHPidana,Pasal 409 KUHPidana,Putusan HR 29 Mei 1937,Putusan HR 9 November 1931.Peraturan MPE No.3.P/1991 Psl 14: Pencuriansbgmn KUHP.

Peraturan Pemerintah RI No.3 Tahun 2005tentang Perubahan Atas Peraturan PemerintahNo.10 Tahun 1989 tentang Penyediaan danPemanfaatan Tenaga Listrik: Bagian PenjelasanAngka 14 Pasal 25 huruf c sebagai TindakPidana Pencurian.

Page 122: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

116

III. PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGALISTRIK (P2TL)· Dasar Hukum P2TL :

- SK Dir. No.068.K/2000 Psl 26 – Psl 30 +Psl 31 – Psl 37,

- Peraturan MPE No.02.P/1991: Psl 2 (1)e,f,g.

- Peraturan Pemerintah RI No.3 Tahun 2005tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah No.10 Tahun 1989 tentangPenyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik:Angka 14 Pasal 25.

- KUHPidana Psl 50 : “Barang siapamelakukan perbuatan untukmenjalankan peraturan undang-undang,tidak boleh dihukum.”

· Sikap Resistensi (Perlawanan) PelangganTerhadap Tim P2TL:a. Laporan Pidana :

- Perbuatan Tidak Menyenangkan (Psl335 KUHPidana),

- Memasuki Pekarangan Tanpa Izin (Psl167 KUHPidana),

- Pemberian Keterangan Palsu (263KUHPidana),

- Pemerasan (Psl. 368 KUHPidana).b. Gugatan Perdata : Provisic. Gugatan TUN : Provisid. Ancaman Kekerasan Pisike. Penafsiran Istilah :

a. Pelanggaran Bukan KesalahanPelanggan,

b. Rekening Lisrik selalu lunas, kenapa adaTagihan Susulan

Page 123: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

117

c. Bayar dulu baru tidak diputus ataudisambung,

d. Saksi Tandatangan Berita Acara,tapitidak tahu isinya.

e. Tidak terikat karena tidak tandatanganBerita Acara.

f. Tidak tahu soal ketenagalistrikan.g. Bukan identitas pelanggan.h. Dilarang rusak kunci gardu, segel, tanda

tera, KWhM dll.i. Dilarang masuk gardu.j. Pemakaian turun naik secara signifikan

sesuai pemakaian.k. Pelanggan tidak berada ditempat.l. Petugas P2TL bukan penyidik, tidak

berhak sita barang.m. Petugas P2TL tidak berhak uji tera.n. Kerusakan karena P2TL lalai melakukan

pemeliharaan.

· Upaya Antisipatif PLN:a. Melaksaanakan P2TL secara Intensif &

selengkap mungkin,b. Laporan Pidana : Pencurian Listrik &

Pengrusakan Peralatan Instansi,c. Gugatan Perdata : Ganti rugi – TS & Bungad. Polisi Khusus :

a. Proteksi yuridis dari ResistensiPelanggan,

b. Nilai yuridis BA,c. Nilai yuridis pengambilan barang sbg

bukti,d. Pelatihan & Pengangkatannya : Kapolri

atau Kapolda,

Page 124: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

118

e. Kerjasama Tim P2TL : - Kejaksaan- Biro Hukum

ESDM

IV. Contoh Kasus:· Surat Tugas Tim P2TL : - Pasal 50 KUHPidana· Masuk Pekarangan Pelanggan: -

Pemberitahuan ke Pelanggan· Pemeriksaan Instalasi : - Saksi Pihak

Pelanggan· Temuan Tim P2TL :

- Berita Acara- Pengambilan Barang sebagai bukti

· Tindak Lanjut : - Tagihan Susulana. Pemutusan Sementarab. Pemutusan Rampungc. Pidana Pencurian Listrik & Pengrusakan

Instalasid. Perdata Ganti Rugi

Page 125: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

119

PENUTUP

PT PLN (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara(BUMN) didirikan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan danpemegang izin usaha ketenagalistrikan Nasional. Untuk itu berusahadalam bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalamarti yang seluas-luasnya dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkanprinsip pengelolaan perusahaan.

Perkembangan kebutuhan akan tenaga listrik sebagai salah satukomoditas primadona untuk kehidupan yang lebih baik, membukapeluang bisnis kelistrikan semakin strategis. Hal ini membutuhkanpenambahan Modal Dasar PT PLN (Persero) yang cukup besar.

Penetapan tarif dasar listrik negara oleh Presiden atas usul Menteriterkait (ESDM) yang didasarkan atas pertimbangan kepentingan dankemampuan masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kemampuanpersero untuk memupuk keuntungan guna meningkatkan nilaiperusahaan.

Penetapan tarif dasar listrik yang tidak sebanding dengan biayaoperasional pengadaan dan penyaluran tenaga listrik, membawakonsekuensi pemberian subsidi pemerintah kepada PT PLN (Persero).Penegakan hukum P2TL sangat diperlukan mengingat kerugian negarayang ditimbulkannya sangat besar, dan meluas pada semakin terbatasnyapenyediaan tenaga listrik ditengah-tengah semakin bertumbuhnyakebutuhan listrik anggota masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik.Untuk itu perlindungan hukum (pidana) terhadap setiap personil petugasP2TL sangat menunjang "spirit" pelaksanaan penegakan hukum terhadaptindak pidana penyalahgunaan tenaga listrik.

Page 126: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

120

DAFTAR PUSTAKA

Arief Amrullah M, 2004. Kejahatan Korporasi. Bayumedia Publish-ing, Malang.

Lilik Safrudin Ismail, 2007. P2TL sebagai Tindakan Represif untukmenurunkan Susut Distribusi. Penyuluhan Hukum P2TL.

Muladi.1991.Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum

Pidana. Sekolah Tinggi Hukum Bandung.Pohan, A Partomuan,2007. Fiduciary Duties of Companies Directors.

Diklat Konsultan Hukum Pasar Modal LMKA PasarModal – HKHPM,Jakarta.

Sastrawidjaja, Man Suparman, 2005. Kedudukan UNPAD sebagai

Badan Hukum Publik. Jurnal Penegakan Hukum,FakultasHukum UNPAD.

————————— 2004. Status Hukum Karyawan BUMN Setelah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

Tentang BUMN. Seminar Sosialisasi Program danKebijakan Kementrian BUMN 2004,Bandung.

Sahetapy,J.E.2002.Kejahatan Korporasi.Refika Aditama,Bandung.Sentosa Sembiring, 2005. Hukum Perusahaan Dalam Peraturan

Perundang-undangan. Nuansa Aulia, Bandung.Sutan Remy Sjahdeini, 2006. Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi. Grafiti Pers, Jakarta.Kitab Undang Undang Hukum PerdataKitab Undang Undang Hukum DagangUU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan TerbatasUU No.20 Tahun 2002 tentang KetenagalisrikanUU No.15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan

Page 127: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

121

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1994Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik NegaraMenjadi Perusahaan Perseroan (Persero)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.02.P/451/M.PE/1991tentang Hubungan Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan DanPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan UmumDengan Masyarakat

Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.03.P/451/M.PE/1991Tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik

SK Dir PT PLN (Persero) No.109.K/039/DIR/1997 tentang KetentuanJual Beli Tenaga Listrik dan Penggunaan Piranti Tenaga Listrik yangBerlaku di PT PLN (Persero)

SK Dir PT PLN (Persero) No.68K/010/DIR/2000 tentang PenertibanPemakaian Tenaga Listrik, Tagihan Susulan dan Pemutusan SambunganTenaga Listrik

Page 128: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

122

Lampiran 1UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 1985TENTANG

KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, gunamewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiildan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa tenaga listrik sangat penting artinya bagi peningkatankesejahteraan dan kemakmuran rakyat pada umumnya serta untukmendorong peningkatan kegiatan ekonomi pada khususnya, dan olehkarenanya usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan, danpengelolaannya perlu ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalamjumlah yang cukup dan merata dengan mutu pelayanan yang baik;

c. bahwa dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungandi bidang ketenagalistrikan, diperlukan upaya untuk secara optimalmemanfaatkan sumber-sumber energi untuk membangkitkan tenagalistrik, sehingga menjamin tersedianya tenaga listrik;

d. bahwa untuk mencapai maksud tersebut di atas dan karena Ordonansitanggal 13 September 1890 tentang Ketentuan Mengenai Pemasangandan Penggunaan Saluran untuk Penerangan Listrik dan PemindahanTenaga dengan Listrik di Indonesia yang dimuat dalam Staatsblad Tahun1890 Nomor 190 yang telah beberapa kali diubah, terakhir denganOrdonansi tanggal 8 Pebruari 1934 (Staatsblad Tahun 1934 Nomor63) yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dankebutuhan pembangunan di bidang ketenagalistrikan, perlu disusunUndang-undang tentang Ketenagalistrikan;

Page 129: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

123

Mengingat :Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan

dan pemanfaatan tenaga listrik.2. Tenaga listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang

dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macamkeperluan, dan bukan listrik yang dipakai untuk komunikasi atau isyarat.

3. Penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titikpembangkitan sampai dengan titik pemakaian.

4. Pemanfaatan tenaga listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai darititik pemakaian.

5. Kuasa Usaha Ketenagalistrikan adalah kewenangan yang diberikan olehPemerintah kepada badan usaha milik negara yang diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untukkepentingan umum, dan diberi tugas untuk melakukan pekerjaan usahapenunjang tenaga listrik.

6. Izin Usaha Ketenagalistrikan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintahkepada koperasi atau swasta untuk melakukan usaha penyediaan tenagalistrik untuk kepentingan umum atau kepada koperasi, swasta, dan badanusaha milik negara atau lembaga negara lainnya untuk melakukan usahapenyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri.

7. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenaga-listrikan.

Page 130: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

124

BAB IILANDASAN DAN TUJUAN

PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN

Pasal 2Pembangunan ketenagalistrikan berlandaskan asas manfaat, asas adil dan merata,asas kepercayaan pada diri sendiri, dan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 3Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraandan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatankegiatan ekonomi.

BAB IIISUMBER ENERGI UNTUK TENAGA LISTRIK

Pasal 4(1) Sumber daya alam yang merupakan sumber energi yang terdapat di

seluruh Wilayah Republik Indonesia dimanfaatkan semaksimal mungkinuntuk berbagai tujuan termasuk untuk menjamin keperluan penyediaantenaga listrik.

(2) Kebijaksanaan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi untuk tenagalistrik ditetapkan Pemerintah dengan memperhatikan aspek keamanan,keseimbangan, dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB IVPERENCANAAN UMUM KETENAGALISTRIKAN

Pasal 5(1) Pemerintah menetapkan rencana umum ketenagalistrikan secara

menyeluruh dan terpadu.(2) Dalam menyusun rencana umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Pemerintah wajib memperhatikan pikiran dan pandangan yang bidupdalam masyarakat.

Page 131: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

125

BAB VUSAHA KETENAGALISTRIKAN

Pasal 6(1) Usaha ketenagalistrikan terdiri dari :

a. usaha penyediaan tenaga listrik;b. usaha penunjang tenaga listrik.

(2) Usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a dapat meliputi jenis usaha :a. pembangkitan tenaga listrik;b. transmisi tenaga listrik;c. distribusi tenaga listrik.

(3) Usaha penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf b meliputi:a. konsultansi yang berhubungan dengan ketenagalistrikan;b. pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan;c. pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan;d. pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan

tenaga listrik.Pasal 7

(1) Usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan oleh Negara dandiselenggarakan oleh badan usaha milik negara yang didirikanberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaiPemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan.

(2) Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik secara lebih meratadan untuk lebih meningkatkan kemampuan negara dalam hal penyediaantenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), baik untukkepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri, sepanjang tidakmerugikan kepentingan negara, dapat diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada koperasi dan badan usaha lain untuk menyediakan tenagalistrik berdasarkan Izin Usaha Ketenagalistrikan.

(3) Izin Usaha Ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dikecualikan bagi usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingansendiri yang jumlah kapasitasnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 132: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

126

Pasal 8Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

Ketentuan mengenai usaha penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 10Untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan usaha penyediaan tenaga listriksebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) yang belum atau tidak dapatdilaksanakan sendiri, Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dapat bekerja-sama dengan badan usaha lain setelah mendapat persetujuan Menteri.

Pasal 11(1) Untuk kepentingan umum, Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan

dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umumdalam melaksanakan usaha-usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diberi kewenangan untuk :a. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah

permukaan;b. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api.

(2) Sepanjang tidak bertentangan dan dengan memperhatikan peraturanperundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan umum PemegangKuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum juga diberi kewenanganuntuk :a. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya

untuk sementara waktu;b. menggunakan tanah, melintas di atas atau di bawah tanah;c. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas

atau di bawah tanah;d. menebang atau memotong tumbuh-tumbuhan yang

menghalanginya.

Page 133: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

127

Pasal 12(1) Untuk kepentingan umum, mereka yang berhak atas tanah, bangunan,

dan tumbuh-tumbuhan mengizinkan Pemegang Kuasa Usaha Ketenaga-listrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk KepentinganUmum melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 11 ayat (2), dengan mendapatkan imbalan ganti rugi kecuali tanahNegara, bagi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibebankan kepadaPemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum.

(3) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum baru dapat melakukanpekerjaannya setelah ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diselesaikan.

Pasal 13Kewajiban untuk memberi ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12tidak berlaku terhadap mereka yang mendirikan bangunan, menanam tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain di atas tanah yang akan atau sudah digunakan untukusaha penyediaan tenaga listrik dengan tujuan untuk memperoleh ganti rugi.

Pasal 14Penetapan, tata cara, dan pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

BAB VIHUBUNGAN ANTARA PEMEGANG KUASA USAHA

KETENAGALISTRIKAN DAN PEMEGANG IZIN USAHAKETENAGALISTRIKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGANMASYARAKAT DALAM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Pasal 15(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha

Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum wajib :a. menyediakan tenaga listrik;b. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

masyarakat;c. memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum.

Page 134: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

128

(2) Ketentuan tentang hubungan antara Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan UntukKepentingan Umum dengan masyarakat yang menyangkut hakkewajiban, dan tanggung jawab masing-masing diatur dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 16Pemerintah mengatur harga jual tenaga listrik.

BAB VIIPENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

Pasal 17Syarat-syarat penyediaan, pengusahaan, pemanfaatan, instalasi, dan standardisasiketenagalistrikan diatur oleh Pemerintah.

BAB VIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 18(1) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan umum terhadap

pekerjaan dan pelaksanaan usaha ketenagalistrikan.(2) Pembinaan dan pengawasan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1)terutama meliputi keselamatan kerja, keselamatan umum,pengembangan usaha, dan tercapainya standardisasi dalam bidangketenagalistrikan.

(3) Tata cara pembinaan dan pengawasan umum sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IXKETENTUAN PIDANA

Pasal 19Barang siapa menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya merupakan tindakpidana pencurian sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang HukumPidana.

Page 135: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

129

Pasal 20(1) Barang siapa melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa Kuasa

Usaha Ketenagalistrikan atau Izin Usaha Ketenagalistrikan, dipidanadengan pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun atau dendasetinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagiusaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 ayat (3).

(3) Barang siapa melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tidak memenuhikewajiban terhadap yang berhak atas tanah, bangunan, dan tumbuh-tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dipidanadengan pidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun atau dendasetinggi-tingginya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan dicabutUsaha Ketenagalistrikannya.

Pasal 21(1) Barang siapa karena kelalaiannya mengakibatkan matinya seseorang

karena tenaga listrik, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya5 (lima) tahun.

(2) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan olehPemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 7(tujuh) tahun.

(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Pemegang KuasaUsaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikanjuga diwajibkan untuk memberi ganti rugi.

(4) Penetapan, tata cara, dan pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksuddalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 22(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha

Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum yang tidak menaatiketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan ataudenda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(2) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikenakanpidana tambahan berupa pencabutan Izin Usaha Ketenagalistrikan.

Page 136: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

130

Pasal 23(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, dan

Pasal 21 adalah kejahatan.(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 adalah

pelanggaran.

BAB XPENYIDIKAN

Pasal 24(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana,

penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya dapat juga dilakukan olehPejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diangkat sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :a. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan;b. melakukan penelitian terhadap orang atau badan yang diduga

melakukan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan

sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidangketenagalistrikan;

d. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapatbahan bukti dan melakukan penyitaan terhadap bahan yangdapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana dibidang ketenagalistrikan;

e. melakukan tindakan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25Dengan berlakunya Undang-undang ini peraturan pelaksanaan di bidangketenagalistrikan yang telah dikeluarkan berdasarkan Ordonansi tanggal 13September 1890 tentang Ketentuan Mengenai Pemasangan dan PenggunaanSaluran untuk Penerangan Listrik dan Pemindahan Tenaga dengan Listrik di

Page 137: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

131

Indonesia (“Bepalingen omtrent den aanleg en het gebruik van geleidingen voorelectrische verlichting en het overbrengen van kracht door middel van electriciteitin Nederlandsch-Indie”) yang dimuat dalam Staatsblad Tahun 1980 Nomor 190yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Ordonan- si tanggal 8 Pebruari1934 yang dimuat dalam Staatsblad Tahun 1934 Nomor 63, tetap berlaku,sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini atau belum diganti ataudiubah berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 26Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Ordonansi tanggal 13September 1890 tentang Ketentuan Mengenai Pemasangan dan PenggunaanSaluran untuk Penerangan Listrik dan Pemindahan Tenaga dengan Listrik diIndonesia (“Bepalingen omtrent den aanleg en het gebruik van geleidingen voorelectrische verlichting en het overbrengen van kracht door middel van electriciteitin Nederlandsch-Indie”) yang dimuat dalam Staatsblad Tahun 1890 Nomor 190yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Ordonansi tanggal 8 Pebruari1934 yang dimuat dalam Staatsblad Tahun 1934 Nomor 63, dinyatakan tidakberlaku lagi.

Pasal 27Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 30 Desember 1985PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTODiundangkan di Jakartapada tanggal 30 Desember 1985MENTERI/SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

SUDHARMONO, S.H.

Page 138: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

132

PENJELASANATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 15 TAHUN 1985

TENTANGKETENAGALISTRIKAN

UMUM

Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupanbangsa, tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi negarasebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hajat hiduporang banyak perlu dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Di samping itu tenaga listrik mempunyai kedudukan yang penting dalampembangunan nasional pada umumnya dan sebagai salah satu pendorong kegiatanekonomi pada khususnya dalam rangka mewujudkan masyarakat adil danmakmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Mengingat arti penting dan jangkauan ketenagalistrikan sebagaimanadimaksud di atas, maka penyediaan tenaga listrik dikuasai Negara, yangpelaksanaannya dilakukan oleh badan usaha milik negara melalui pemberianKuasa Usaha.

Penyelenggaraan usaha penyediaan tenaga listrik yang cukup dalam jumlah, mutu,dan keandalannya dengan harga yang terjangkau masyarakat merupakan masalahutama yang perlu diperhatikan seiring dengan upaya pemanfaatan semaksimalmungkin sumber-sumber energi bagi penyediaan tenaga listrik dengan tetapmemperhatikan keamanan, keseimbangan, dan kelestarian lingkungan hidup.Badan usaha milik negara yang melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrikdibentuk untuk itu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakusebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan.Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik secara lebih merata dan untuklebih meningkatkan kemampuan negara dalam hal penyediaan tenaga listrik baikuntuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri, sepanjang tidakmerugikan kepentingan negara, dapat diberikan kesempatan yang seluas-luasnyakepada koperasi dan badan usaha lain untuk menyediakan tenaga listrikberdasarkan Izin Usaha Ketenagalistrikan.

Page 139: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

133

Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum, dalam melaksanakan usahapenyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum diberikan kewenangan untukmelakukan perbuatan tertentu sepanjang tidak bertentangan dan denganmemperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku misalnya masukke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk sementara waktu,menggunakan tanah, melintas di atas atau di bawah tanah, melintas di atas ataudi bawah bangunan yang dibangun di atas atau di bawah tanah, dan menebangatau memotong tumbuh-tumbuhan yang mengahalanginya.Kewenangan tersebut diberikan demi untuk kepentingan umum dalam rangkamenunjang kelancaran pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik itu sendiri.Namun demikian, karena tujuan pembangunan ketenagalistrikan untukkesejahteraan dan kemakmuran rakyat, maka dalam Undang-undang ini jugaditegaskan hak-hak rakyat dan kewajiban Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan UntukKepentingan Umum terhadap rakyat. Di samping itu, apabila badan usaha lainbaik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukumdan perorangan yang mendapatkan Izin Usaha Ketenagalistrikan UntukKepentingan Sendiri dalam melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrikmempunyai kelebihan tenaga listrik, maka kelebihan tenaga listriknya dapat dijualuntuk kepentingan umum. Untuk itu badan usaha lain tersebut harus mengajukanIzin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum terlebih dahulu kepadaPemerintah.Hak-hak rakyat sebagaimana dimaksud di atas, antara lain untuk mendapatkanganti rugi yang layak dan adil atas tanah atau kerusakan bangunan dalam rangkapelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik. Di samping itu rakyat berhak pulamendapatkan pelayanan yang wajar untuk memperoleh tenaga listrik, denganmempertimbangkan kemampuan yang ada.Karena tujuan pembangunan ketenagalistrikan untuk kesejahteraan dankemakmuran rakyat, maka harga jual tenaga listrik diatur oleh Pemerintah agardapat terjangkau oleh rakyat dalam bentuk harga yang wajar.Dalam Undang-undang ini, selain diatur hak dan kewajiban Pemegang KuasaUsaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan sertamasyarakat yang menggunakan tenaga listrik, juga diatur sanksi yang cukupberat terhadap tindak pidana yang menyangkut ketenagalistrikan, mengingat sifatbahaya dari tenaga listrik dan akibat yang ditimbulkannya.

Page 140: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

134

Mengenai kelalaian yang mengakibatkan matinya orang diatur secara khususdalam Undang-undang ini, sedang ketentuan mengenai kejahatan terhadap nyawa,penganiayaan dan yang menyebabkan lukanya seseorang disebabkan karenatenaga listrik atau karena penyalahgunaan tenaga listrik sepanjang tidak diaturdalam Undang-undang ini berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam KitabUndang-undang Hukum Pidana, sedangkan penggantian kerugian sebagai akibatdari hal tersebut di atas disesuaikan dengan Undang-undang yang berlaku. Disamping itu pembinaan dan pengawasan merupakan hal yang tidak dapatdiabaikan dan dalam Undang-undang ini mendapat perhatian, denganmemberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk menetapkan pedomannyaserta melakukan pengendalian, bimbingan, dan penyuluhan. Undang-undang inidimaksudkan sebagai pengganti Ordonansi tanggal 13 September 1890 tentangKetentuan Mengenai Pemasangan dan Penggunaan Saluran untuk Peneranganlistrik dan Pemindahan Tenaga dengan Listrik di Indonesia (“Bepalingen omtrentden aanleg en het gebruik van geleidingen voor electrische verlichting en hetoverbrengen van kracht door middel van electriciteit in Nederlandsch Indie”)yang dimuat dalam Staatsblad Tahun 1890 Nomor 190 yang telah beberapakali diubah, terakhir dengan Ordonansi tanggal 8 Pebruari 1934 yang dimuatdalam Staatsblad Tahun 1934 Nomor 63, yang selama ini digunakan sebagaipedoman pengaturan di bidang ketenagalistrikan, karena tidak sesuai lagi denganperkembangan keadaan, sekaligus dalam rangka pembinaan hukum nasionalsebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

PASAL DEMI PASALPasal 1

Angka 1Dalam Undang-undang ini digunakan istilah ketenagalistrikan,bukan listrik, kelistrikan, ataupun tenaga listrik karena :a. listrik berarti meliputi tenaga listrik (“electric power”)

dan juga listrik untuk kepentingan komunikasi danelektronika (“electronics’);

b. kelistrikan berarti hal-hal yang menyangkut listrik;c. tenaga listrik berarti hanya terbatas pada pengertian

tenaganya (“power”);d. ketenagalistrikan berarti segala sesuatu yang

menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listriktermasuk usaha penunjangnya.

Page 141: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

135

Angka 2Cukup jelas

Angka 3Titik pembangkitan adalah instalasi di mana tenaga listrikdibangkitkan.Titik pemakaian adalah instalasi di mana tenaga listrik tersebutsiap untuk dimanfaatkan.

Angka 4Cukup jelas

Angka 5Cukup jelas

Angka 6Cukup jelas

Angka 7Cukup jelas

Pasal 2Pengertian pembangunan dalam pasal ini meliputi pengembangan danpengusahaannya.Asas manfaat yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan ketenagalistrikanharus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dankemakmuran rakyat.Asas adil dan merata yaitu bahwa hasil-hasil pembangunanketenagalistrikan yang dicapai dalam pembangunan harus dapat dinikmatisecara merata oleh seluruh rakyat.Asas kepercayaan kepada diri sendiri yaitu bahwa segala usaha dankegiatan dalam pembangunan ketenagalistrikan harus mampumembangkitkan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri.Pelaksanaan pembangunan ketenagalistrikan harus dilakukan denganmemperhatikan keseimbangan sumber daya alam dan kelestarianlingkungan hidup.

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Ayat (1)

Jenis sumber daya alam yang merupakan sumber energi yangada dalam wilayah Negara Republik Indonesia, antara lain,adalah batu bara, minyak dan gas bumi, mineral radioaktif, air,panas bumi, sinar surya, angin, panas lautan, kayu, tumbuh-tumbuhan, dan biomassa lainnya serta sumber alam hewani.

Page 142: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

136

Sumber energi yang terdapat dalam alam ini, yaitu sumber energiprimer, ada yang langsung dapat digunakan (misalnya batubaradan kayu) dan ada yang harus diubah lebih dahulu menjadi energisekunder sebelum dapat digunakan.Salah satu bentuk energi sekunder yang dikenal adalah tenagalistrik. Sumber-sumber energi primer tersebut di atas, baik yangtelah maupun yang belum diserahkan pengelolaannya kepadaDepartemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemendimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menjamin penyediaantenaga listrik.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 5Ayat (1)

Rencana umum ketenagalistrikan adalah rencana yang terpadumeliputi ruang lingkup nasional, yang berisi kebijaksanaan,sasaran, dan sarana pengembangan ketenagalistrikan sebagaipenjabaran Garis-garis Besar Haluan Negara yang digunakansebagai pedoman pelaksanaan bagi Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan.Rencana umum termaksud, yang dinamakan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional, antara lain berisi perkiraankebutuhan tenaga listrik, sasaran penyediaan tenaga listrikmenurut sektor pemakai, daerah, jumlah desa dan rumah tanggayang akan memperoleh listrik (“electrification ratio”), saranapenyediaan tenaga listrik, jenis sumber energi primer, dan danayang tidak diperlukan.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 6Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Page 143: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

137

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasAyat (3)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Pasal 7Ayat (1)

Tenaga listrik mempunyai kedudukan yang penting dalamkehidupan masyarakat, karena menguasai hajat hidup orangbanyak, oleh karena itu usaha penyediaan tenaga listrik padadasarnya dilakukan oleh negara.

Ayat (2)Di samping badan usaha milik negara sebagai Pemegang KuasaKetenagalistrikan, sepanjang tidak merugikan kepentinganNegara, kepada koperasi dan badan usaha lain baik yangberbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badanhukum, diberikan kesempatan seluas-luasnya berdasarkan IzinUsaha Ketenagalistrikan, guna meningkatkan kemampuannegara dalam memenuhi kebutuhan listrik secara merata.Dalam melaksanakan peranan tersebut di atas, koperasi danbadan usaha lain dapat melakukan kerjasama dengan badanusaha lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Ayat (3)Cukup jelas

Page 144: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

138

Pasal 8Izin Usaha Ketenagalistrikan kepada koperasi dan badan usaha lainnyadiberikan dengan cara sesederhana mungkin dengan memperhatikan asaspemerataan.

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10Kerjasama yang dilakukan oleh Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dengan badan usaha lain dimaksudkan untukmenunjang kelancaran pelaksanaan tugasnya berdasarkan peraturanperundang-undangan yang bersangkutan.

Pasal 11Ayat (1)

Yang dimaksudkan dengan kepentingan umum ialah bahwa usahaketenagalistrikan tersebut dilaksanakan untuk kepentinganmasyarakat.

Ayat (2)Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang IzinUsaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum dalammelaksanakan kewenangannya wajib menunjukkan surat kuasa/izin usaha atau salinannya yang sah kepada mereka yang berhakatas tanah, bangunan, dan tumbuh-tumbuhan, denganmemberitahukan tentang maksud dan tempat-tempat pekerjaanyang akan dilakukan.

Pasal 12Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud dengan “diselesaikan” ialah bahwa ganti rugiatas harga yang layak telah dibayar lunas atau telah mendapatkanpenggantian dalam bentuk lain, misalnya antara lain ditukardengan tanah di tempat lain yang sepadan atau seimbang.

Page 145: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

139

Pasal 13Pengertian “akan digunakan” meliputi jangka waktu sejak ditetapkannyaKeputusan Kepala Daerah mengenai rencana penggunaan tanah untukusaha penyediaan tenaga listrik sampai berakhirnya batas waktu yangditetapkan. Pada jangka waktu tersebut pemegang hak atas tanah tidakdiizinkan untuk mengadakan perubahan mengenai hak atas tanah,bangunan, dan tumbuh-tumbuhan di atasnya. Apabila jangka waktu yangditetapkan dalam Keputusan tersebut telah dilampaui dan ternyatapembangunan sarana untuk usaha penyediaan tenaga listrik tidak jadidilaksanakan, maka Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atauPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan wajib memberikan ganti rugiatas pembatalan penggunaan tanah yang bersangkutan. Orang-orangyang bertujuan untuk memperoleh ganti rugi, dengan mendirikanbangunan atau menanam tumbuh-tumbuhan di atas tanah yang akan atausudah digunakan untuk usaha penyediaan tenaga listrik, tidak diberikanganti rugi.

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Ayat (1)

Penyediaan tenaga listrik kepada masyarakat oleh PemegangKuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk kepentingan Umum wajib diberikandengan mutu dan keandalan yang baik dan dengan pelayananyang cepat, mudah, dan layak.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 16Dalam mengatur dan menetapkan harga jual tenaga listrik, Pemerintahsenantiasa memperhatikan kepentingan rakyat serta kemampuan darimasyarakat. Tingkat harga berpedoman pada kaidah-kaidah industridan niaga yang sehat dengan memperhatikan antara lain hal-hal sebagaiberikut :a. atas dasar biaya produksi dengan memperhatikan efisiensi

pengusahaan;b. kelangkaan sumber energi primer yang digunakan;c. skala pengusahaan dan interkoneksi sistem yang dipakai;d. tersedianya sumber dana untuk investasi.

Page 146: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

140

Untuk memenuhi permintaan tenaga listrik dari semua kelompok pemakaimenurut sifat dan penggunaannya diadakan berbagai macam golonganpemakai berdasarkan sifat pemakaiannya.Harga jual tenaga listrik antara Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan ditetapkanoleh Pemerintah atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.Penjualan atau pembelian tenaga listrik ke atau dari luar negeri diaturoleh Pemerintah.

Pasal 17Pengusahaan adalah segala kegiatan usaha dan pengelolaan sarana yangmenyangkut pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.Instalasi adalah bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-mesin,peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang digunakan untukpembangkitan, transformasi, penyaluran, distribusi, dan pemanfaat “ap-pliances”) tenaga listrik.Standardisasi adalah standardisasi sistem, standardisasi instalasi,standardisasi peralatan, dan standardisasi pemanfaat tenaga listrik.

Pasal 18Ayat (1) dan Ayat (2)

Pembinaan dan pengawasan merupakan suatu urutan prosesyang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam melakukan pembinaandan pengawasan Pemerintah menetapkan pedoman untukmelakukan pengendalian, bimbingan, dan penyuluhan sertamengawasinya atas pekerjaan dan pelaksanaan usahaketenagalistrikan dalam mencapai tujuan usahanya termasukpengembangan usahanya secara berhasil guna dan berdaya guna.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Ayat (1)

Sanksi pidana yang diberikan cukup berat mengingat sifat bahayadari tenaga listrik dan akibat yang dapat ditimbulkan cukup luas.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Page 147: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

141

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Ganti rugi dalam ayat (1) dimaksudkan santunan, bukan gantirugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 22Ayat (1)

Kewajiban tersebut dalam Pasal 15 ayat (1) pada hakikatnyamelekat pada Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan danPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan sejak diberikan KuasaUsaha dan Izin Usaha, namun ketentuan ini baru dapatditerapkan bila Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan danPemegang izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk KepentinganUmum tidak memenuhi kewajiban sesudah ada hubungan hukumdengan masyarakat pelanggan.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasPasal 24

Ayat (1)Penyidikan atas perbuatan pidana yang diatur dalam Undang-Undang ini memerlukan keahlian dalam bidang ketenagalistrikan,sehingga perlu adanya petugas khusus untuk melakukanpenyidikan di samping penyidik yang biasanya bertugas menyidiktindak pidana. Petugas yang dimaksud adalah antara lain pegawaiyang bertugas di Instansi yang bertanggung jawab di bidangketenagalistrikan. Sedangkan yang dimaksud dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku ialah Undang-undang Nomor8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana beserta peraturanpelaksanaannya.

Page 148: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

142

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Page 149: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

143

Lampiran 2UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2002TENTANG

KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :a. bahwa tenaga listrik sangat bermanfaat untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkanperekonomian dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmuryang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa penyediaan tenaga listrik perlu diselenggarakan secara efisienmelalui kompetisi dan transparansi dalam iklim usaha yang sehat denganpengaturan yang memberikan perlakuan yang sama kepada semua pelakuusaha dan memberikan manfaat yang adil dan merata kepada konsumen;

c. bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga listrik nasional danpenciptaan persaingan usaha yang sehat, perlu diberi kesempatan yangsama kepada semua pelaku usaha untuk ikut serta dalam usaha di bidangketenagalistrikan;

d. bahwa penyediaan tenaga listrik perlu senantiasa memperhati-kankelestarian fungsi lingkungan hidup, konservasi energi dan diversifikasienergi sebagaimana digariskan dalam kebijakan energi nasional,keselamatan umum, tata ruang wilayah, dan pemanfaatansebesar-besarnya barang dan jasa produksi dalam negeri yang kompetitifdan menghasilkan nilai tambah agar dapat menghasilkan pengembanganindustri ketenagalistrikan nasional;

e. bahwa ada wilayah tertentu yang berada pada tahap pem-bangunanyang berbeda dan bahwa sebagian anggota masyarakat berada padatingkat perekonomian yang belum mapan sehingga kepentinganmasyarakat tersebut perlu dilindungi;

Page 150: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

144

f. bahwa hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam penyediaan danpemanfaatan tenaga listrik perlu dilaksanakan dengan baik;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hurufa, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, Undang-undang Nomor15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan tidak sesuai lagi denganperkembangan ketenagalistrikan sehingga perlu membentukUndang-undang tentang Ketenagalistrikan yang baru;

Mengingat :Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan PerubahanKeempat Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :UNDANG_UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan

dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.2. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,

ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tidaktermasuk listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat.

3. Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai darititik pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.

4. Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai darititik pemakaian.

Page 151: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

145

5. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrikdari pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk digunakansebagai pemanfaatan akhir dan tidak untuk diperdagangkan.

6. Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik daripembangkitan, transmisi, dan distribusi yang dioperasikan secara serentakdalam rangka penyediaan tenaga listrik.

7. Pembangkitan Tenaga Listrik adalah kegiatan memproduksi tenagalistrik.

8. Transmisi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari suatusumber pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen,atau penyaluran tenaga listrik antarsistem.

9. Distribusi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistemtransmisi atau dari sistem pembangkitan kepada konsumen.

10. Penjualan Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha penjualan tenagalistrik kepada konsumen.

11. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usahapenjualan tenaga listrik kepada konsumen yang tersambung padategangan rendah.

12. Agen Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usahapenjualan tenaga listrik kepada konsumen yang tersambung padategangan tinggi dan tegangan menengah.

13. Pengelola Pasar Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usahauntuk mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga listrik.

14. Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha untukmengendalikan dan mengkoordinasikan antarsistem pem-bangkitan,transmisi, dan distribusi tenaga listrik.

15. Pengelola Sistem Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usahapengoperasian sistem tenaga listrik yang bertanggung jawab dalammengendalikan dan mengkoordinasikan antarsistem pembangkitan,transmisi, dan distribusi, serta membuat rencana pengembangan sistemtenaga listrik.

16. Jaringan Transmisi Nasional adalah jaringan transmisi tegangan tinggi,ekstra tinggi, dan/atau ultra tinggi untuk menyalurkan tenaga listrik bagikepentingan umum yang ditetapkan Pemerintah sebagai jaringan transmisinasional.

Page 152: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

146

17. Rencana Umum Ketenagalistrikan adalah rencana pengem-bangansistem penyediaan tenaga listrik yang meliputi bidang pembangkitan,transmisi, dan distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhikebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah, antarwilayah, atau secaranasional.

18. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah izin untuk melakukan usahapenyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

19. Izin Operasi adalah izin untuk mengoperasikan instalasi penyediaantenaga listrik untuk kepentingan sendiri.

20. Instalasi Tenaga Listrik adalah bangunan sipil, elektromekanik, mesin,peralatan, saluran, dan perlengkapannya yang digunakan untukpembangkitan, konversi, transmisi, distribusi, dan peman-faatan tenagalistrik.

21. Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah usaha yang menunjangpenyediaan tenaga listrik.

22. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah izin untuk melaksanakansatu atau lebih kegiatan usaha penunjang tenaga listrik.

23. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidangketenagalistrikan.

24. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang terdiri atas Presiden dan paraMenteri yang merupakan perangkat Negara Kesatuan Republik Indo-nesia.

25. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat DaerahOtonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.

26. Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik adalah badan Pemerintah yangmemiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusanyang independen untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasanpenyediaan tenaga listrik.

27. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk BadanUsaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi atau swasta,yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku, menjalankan jenis usaha bersifat tetap dan terus menerus,bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

28. Badan Usaha Milik Negara adalah Badan Usaha yang oleh Pemerintahdiserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaantenaga listrik untuk kepentingan umum.

Page 153: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

147

29. Badan Usaha Milik Daerah adalah Badan Usaha yang oleh PemerintahDaerah diserahi tugas melaksanakan usaha ketenagalistrikan.

30. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang ataubadan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkanprinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yangberdasar atas asas kebersamaan yang lingkup usahanya di bidangketenagalistrikan.

31. Swasta adalah badan hukum yang didirikan dan berdasarkan hukum diIndonesia yang berusaha di bidang ketenagalistrikan.

32. Pemanfaat Tenaga Listrik adalah semua produk atau alat yang dalampemanfaatannya menggunakan tenaga listrik untuk berfungsinya produkatau alat tersebut.

33. Ganti kerugian hak atas tanah adalah penggantian atas nilai tanah berikutbangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan tanahsebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

34. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hakatas tanah, bangunan, tanaman dan/atau benda lain yang terkait dengantanah tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah,bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang terkait dengantanah.

BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 2Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan menganut asas manfaat, efisiensi,berkeadilan, kebersamaan, optimasi ekonomis dalam pemanfaatan sumber daya,berkelanjutan, percaya dan mengandalkan pada kemampuan sendiri, keamanandan keselamatan, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pasal 3(1) Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin

tersedianya tenaga listrik dalam jumlah cukup, kualitas yang baik, danharga yang wajar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuranrakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatanekonomi yang berkelanjutan.

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), usahaketenagalistrikan mendorong Badan Usaha di dalam negeri menjadi lebihefisien dan mandiri agar mampu berperan dan bersaing di dalam dan diluar negeri.

Page 154: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

148

BAB IIIPEMANFAATAN SUMBER ENERGI

UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

Pasal 4(1) Pembangkitan tenaga listrik memanfaatkan seoptimal mungkin sumber

energi primer, baik yang tak terbarukan maupun yang terbarukan denganmemperhatikan keekonomiannya yang terdapat di wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

(2) Kebijakan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi untukpembangkitan tenaga listrik ditetapkan Pemerintah denganmemperhatikan aspek keamanan, keseimbangan, dan kelestarian fungsilingkungan hidup.

(3) Guna menjamin ketersediaan energi primer untuk pembangkitan tenagalistrik, diprioritaskan penggunaan sumber energi setempat dengankewajiban mengutamakan pemanfaatan sumber energi terbarukan.

BAB IVRENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN

Pasal 5(1) Pemerintah Daerah menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan

Daerah.(2) Pemerintah menetapkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional.(3) Dalam menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Pemerintah wajibmempertimbangkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah danpendapat serta masukan dari masyarakat.

(4) Menteri menetapkan pedoman tentang penyusunan Rencana UmumKetenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 6(1) Pengelola Sistem Tenaga Listrik membuat Rencana Pengem-bangan

Sistem Tenaga Listrik dengan memperhatikan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat(2).

Page 155: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

149

(2) Pada wilayah yang tidak atau belum dapat menerapkan kompetisi, BadanUsaha yang memiliki wilayah usaha wajib membuat Rencana PenyediaanTenaga Listrik berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat(2).

Pasal 7Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan dana pembangunan saranapenyediaan tenaga listrik untuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu,pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang,pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil, dan pembangunan listrikperdesaan.

BAB VUSAHA KETENAGALISTRIKAN

Bagian PertamaJenis Usaha

Pasal 8(1) Usaha ketenagalistrikan terdiri dari Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

dan Usaha Penunjang Tenaga Listrik.(2) Usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi jenis usaha:a. Pembangkitan Tenaga Listrik;b. Transmisi Tenaga Listrik;c. Distribusi Tenaga Listrik;d. Penjualan Tenaga Listrik;e. Agen Penjualan Tenaga Listrik;f. Pengelola Pasar Tenaga Listrik; dang. Pengelola Sistem Tenaga Listrik.

(3) Usaha Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)terdiri atas Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik dan Industri PenunjangTenaga Listrik.

(4) Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) meliputi jenis usaha:a. konsultasi dalam bidang tenaga listrik;b. pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik;

Page 156: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

150

c. pengujian instalasi tenaga listrik;d. pengoperasian instalasi tenaga listrik;e. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;f. penelitian dan pengembangan;g. pendidikan dan pelatihan; danh. usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan denganpenyediaan tenaga listrik.

(5) Industri Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) meliputi jenis usaha:a. Industri Peralatan Tenaga Listrik; danb. Industri Pemanfaat Tenaga Listrik.

Bagian KeduaIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan

Izin Operasi

Pasal 9

(1) Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8 ayat (2) di wilayah yang menerapkan kompetisi dapatdilaksanakan oleh Badan Usaha setelah mendapatkan Izin UsahaPenyediaan Tenaga Listrik sesuai dengan jenis usahanya dari BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik.

(2) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dibedakan atas:a. Izin Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik;b. Izin Usaha Transmisi Tenaga Listrik;c. Izin Usaha Distribusi Tenaga Listrik;d. Izin Usaha Penjualan Tenaga Listrik;e. Izin Usaha Agen Penjualan Tenaga Listrik;f. Izin Usaha Pengelola Pasar Tenaga Listrik; dang. Izin Usaha Pengelola Sistem Tenaga Listrik.

(3) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalamayat (2) dapat dikeluarkan setelah memenuhi persyaratan teknis danpersyaratan administratif serta kelengkapan izin lainnya.

(4) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara permohonan dan pemberianIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diatur dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar TenagaListrik.

Page 157: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

151

(5) Untuk Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik, sebelum diterbitkan IzinUsaha Penyediaan Tenaga Listrik, terlebih dahulu dikeluarkan izin prinsipkepada Badan Usaha yang telah memenuhi persyaratan administratifdan persyaratan teknis.

(6) Apabila dalam batas waktu yang ditetapkan, pemegang izin prinsip atauIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik tidak dapat merealisasikan kegiatanusahanya, izin prinsip atau Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrikdimaksud dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 10

Dalam hal kompetisi tidak atau belum dapat diterapkan, Izin Usaha PenyediaanTenaga Listrik dikeluarkan secara transparan dan akuntabel masing-masing oleh:a. Bupati atau Walikota, untuk usaha penyediaan tenaga listrik di dalam

daerahnya masing-masing yang tidak terhubung dengan Jaringan TransmisiNasional sesuai dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah;

b. Gubernur, untuk usaha penyediaan tenaga listrik lintas kabupaten ataukota, baik sarana maupun energi listriknya, yang tidak terhubung denganJaringan Transmisi Nasional sesuai dengan Rencana UmumKetenagalistrikan Daerah;

c. Menteri, untuk usaha penyediaan tenaga listrik lintas propinsi, baik saranamaupun energi listriknya, yang tidak terhubung ke dalam JaringanTransmisi Nasional atau usaha penyediaan tenaga listrik yang terhubungdengan Jaringan Transmisi Nasional sesuai dengan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional; atau

d. Menteri, untuk usaha penyediaan tenaga listrik yang dilakukan oleh BadanUsaha Milik Negara sesuai dengan Rencana Umum KetenagalistrikanNasional.

Pasal 11

(1) Penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukanberdasarkan Izin Operasi.

(2) Izin Operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikeluar-kanmasing-masing oleh:a. Bupati/Walikota, apabila fasilitas instalasinya berada di dalam

daerah kabupaten/kota;

Page 158: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

152

b. Gubernur, apabila fasilitas instalasinya mencakup lintaskabupaten/kota dalam satu provinsi; atau

c. Menteri, apabila fasilitas instalasinya mencakup lintas provinsi.Pasal 12

(1) Pemegang Izin Operasi dalam wilayah yang telah menerapkan kompetisidapat menjual kelebihan tenaga listrik untuk kepentingan umum setelahmendapat Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dari Badan PengawasPasar Tenaga Listrik.

(2) Pemegang Izin Operasi dalam wilayah yang tidak atau belum menerapkankompetisi dapat menjual kelebihan tenaga listrik untuk kepentingan umumsetelah mendapat persetujuan dari pejabat sebagaimana dimaksud dalamPasal 10.

Pasal 13(1) Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik, Pemerintah, atau Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing dapatmenyampaikan teguran tertulis, menangguhkan kegiatan, membekukankegiatan, atau mencabut Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listriksebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 atau Izin Operasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berdasarkan:a. pelanggaran terhadap salah satu persyaratan yang tercantum

dalam izin;b. pengulangan pelanggaran atas persyaratan izin; dan/atauc. tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan

Undang-undang ini.(2) Sebelum melaksanakan pencabutan Izin Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik atau Izin Operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik, Pemerintah, atau Pemerintah Daerahterlebih dahulu memberikan kesempatan selama jangka waktu tertentukepada Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 14Ketentuan lebih lanjut mengenai Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listriksebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 serta Izin Operasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 159: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

153

Bagian KetigaUsaha Penyediaan Tenaga Listrik di

Wilayah Kompetisi

Pasal 15(1) Penetapan wilayah yang menerapkan kompetisi dilakukan secara

bertahap dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.(2) Syarat-syarat untuk penetapan wilayah yang menerapkan kompetisi

tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:a. tingkat harga jual tenaga listrik telah mencapai keekonomiannya;b. kompetisi pasokan energi primer;c. telah dibentuk Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik;d. kesiapan aturan yang diperlukan dalam penerapan kompetisi;e. kesiapan infrastruktur, perangkat keras dan perangkat lunak sistem

tenaga listrik;f. kondisi sistem yang memungkinkan untuk dilakukannya kompetisi;g. kesetaraan Badan Usaha yang akan berkompetisi; danh. syarat-syarat lain yang ditetapkan dengan Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Tenaga Listrik.Pasal 16

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat(2) dilakukan secara terpisah oleh Badan Usaha yang berbeda.

Pasal 17(1) Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 ayat (2) huruf a dilakukan berdasarkan kompetisi.(2) Badan Usaha di bidang pembangkitan tenaga listrik di satu wilayah

kompetisi dilarang menguasai pasar berdasarkan Undang-undang ini.(3) Larangan penguasaan pasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

meliputi segala tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktikmonopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat antara lain meliputi:a. menguasai kepemilikan;b. menguasai sebagian besar kapasitas terpasang pembangkitan tenaga

listrik dalam satu wilayah kompetisi;c. menguasai sebagian besar kapasitas pembangkitan tenaga listrik

pada posisi beban puncak;d. menciptakan hambatan masuk pasar bagi Badan Usaha lainnya;e. membatasi produksi tenaga listrik dalam rangka mempengaruhi

pasar;

Page 160: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

154

f. melakukan praktik diskriminasi;g. melakukan jual rugi dengan maksud menyingkirkan usaha

pesaingnya;h. melakukan kecurangan usaha; dan/ataui. melakukan persekongkolan dengan pihak lain.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan penguasaan pasar sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 18(1) Usaha Transmisi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf b tidak dikompetisikan.(2) Usaha Transmisi Tenaga Listrik yang tersambung dengan Jaringan

Transmisi Nasional bersifat terbuka dan memberikan perlakuan setaraterhadap Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik.

(3) Usaha Transmisi Tenaga Listrik dilaksanakan dengan memberi-kankesempatan pertama kepada Badan Usaha Milik Negara.

(4) Badan Usaha Transmisi Tenaga Listrik wajib memenuhi kebutuh-anjaringan baru sesuai dengan rencana pengembangan sistem tenaga listrik.

(5) Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik menetapkan wilayah usaha bagiBadan Usaha Transmisi Tenaga Listrik.

Pasal 19(1) Usaha Distribusi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf c tidak dikompetisikan.(2) Usaha Distribusi Tenaga Listrik bersifat terbuka dan memberikan

perlakuan setara kepada Usaha Penjualan Tenaga Listrik dan AgenPenjualan Tenaga Listrik.

(3) Usaha Distribusi Tenaga Listrik dilaksanakan dengan memberi-kankesempatan pertama kepada Badan Usaha Milik Negara.

(4) Badan Usaha Distribusi Tenaga Listrik wajib memenuhi kebutuhanjaringan baru sesuai dengan rencana pengembangan sistem tenaga listrik.

(5) Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik menetapkan wilayah usaha BadanUsaha Distribusi Tenaga Listrik.

Pasal 20(1) Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf d melakukan penjualan tenaga listrik kepada konsumenyang tersambung pada jaringan tegangan rendah dalam wilayah usahatertentu.

Page 161: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

155

(2) Wilayah usaha untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagai-manadimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar TenagaListrik.

(3) Usaha Penjualan Tenaga Listrik dapat membeli tenaga listrik dari pasartenaga listrik dan/atau secara bilateral dari pembangkit lain.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembelian tenaga listrik sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Ketua BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 21(1) Agen Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf e melakukan pelayanan penjualan tenaga listrik kepadakonsumen yang tersambung pada tegangan tinggi dan tegangan menengah.

(2) Dengan seizin Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik, Agen PenjualanTenaga Listrik dapat melakukan penjualan tenaga listrik kepadakonsumen yang tersambung pada tegangan rendah.

(3) Penjualan tenaga listrik untuk konsumen oleh Agen Penjualan TenagaListrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukanberdasarkan kompetisi.

(4) Agen Penjualan Tenaga Listrik membeli tenaga listrik dari pasar tenagalistrik dan/atau secara bilateral dari pembangkit tenaga listrik lain.

Pasal 22(1) Pengelola Pasar Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf f dilaksanakan oleh Badan Usaha yang akuntabel dantidak berpihak dalam memberikan pelayanan pengelolaan pasar tenagalistrik kepada Badan Usaha yang melakukan transaksi melalui jaringantransmisi tenaga listrik.

(2) Pengelola Pasar Tenaga Listrik dibiayai bersama oleh Badan Usaha yangbertransaksi dalam pasar tenaga listrik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas PasarTenaga Listrik.

Pasal 23(1) Pengelola Pasar Tenaga Listrik berfungsi untuk mempertemukan

penawaran dan permintaan tenaga listrik sesuai dengan aturan pasaryang mendorong efisiensi, keekonomian serta iklim kompetisi yang sehat.

Page 162: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

156

(2) Ketentuan mengenai aturan pasar sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diatur dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar TenagaListrik dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(3) Pengelola Pasar Tenaga Listrik bertugas :a. melakukan koordinasi dengan Pengelola Sistem Tenaga Listrik

dalam penyaluran tenaga listrik;b. mengesahkan harga pasar tenaga listrik dan besarnya tenaga listrik

yang disalurkan;c. memberikan informasi hasil transaksi kepada semua pelaku transaksi

pasar tenaga listrik;d. menyelesaikan semua transaksi pasar tenaga listrik;e. menyelesaikan perselisihan antarpelaku pasar yang timbul dalam

proses transaksi tenaga listrik;f. membuat laporan transaksi dari penjual dan pembeli kepada Badan

Pengawas Pasar Tenaga Listrik; dang. melakukan tugas lain yang berkaitan dengan pengelolaan pasar

tenaga listrik yang ditentukan oleh Badan Pengawas Pasar TenagaListrik.

Pasal 24(1) Pengelola Sistem Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf g dilaksanakan oleh Badan Usaha yang akuntabel dantidak berpihak dalam memberikan pelayanan operasi sistem tenaga listrikkepada Badan Usaha yang melakukan transaksi melalui jaringan transmisitenaga listrik.

(2) Pengelola Sistem Tenaga Listrik dibiayai bersama oleh Badan Usahayang bertransaksi dalam pasar tenaga listrik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas PasarTenaga Listrik.

Pasal 25(1) Pengelola Sistem Tenaga Listrik berfungsi mengelola operasi sistem

tenaga listrik untuk memperoleh sistem yang andal, aman, dan bermutusesuai dengan aturan jaringan transmisi tenaga listrik yang berlaku.

(2) Ketentuan mengenai aturan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Ketua BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik.

Page 163: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

157

(3) Pengelola Sistem Tenaga Listrik bertugas:a. membuat rencana pengembangan sistem tenaga listrik;b. menjaga tingkat keamanan, mutu, dan keandalan sistem tenaga listrik

sesuai dengan standar yang berlaku;c. membuat prakiraan beban dan rencana pembebanan pembangkit

tenaga listrik berdasarkan informasi Pengelola Pasar Tenaga Listrik;d. mengkoordinasikan rencana pemeliharaan pembangkit dan jaringan

transmisi tenaga listrik;e. memberikan perintah operasi kepada pembangkit dan transmisi

tenaga listrik;f. memberikan informasi kepada Pengelola Pasar Tenaga Listrik untuk

penyelesaian transaksi jual beli tenaga listrik;g. menjamin pasokan tenaga listrik; danh. melakukan tugas lain yang berkaitan dengan pengelolaan sistem

tenaga listrik yang ditetapkan dengan Keputusan Ketua BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 26Kepemilikan Badan Usaha Pengelola Pasar Tenaga Listrik dan Badan UsahaPengelola Sistem Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)diatur dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 27Persyaratan dan tata cara pengadaan dan pengangkatan pegawai Pengelola PasarTenaga Listrik dan Pengelola Sistem Tenaga Listrik ditetapkan dengan KeputusanKetua Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 28(1) Dalam hal kegiatan Usaha Transmisi Tenaga Listrik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b, Pengelola Pasar Tenaga Listriksebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf f, dan PengelolaSistem Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)huruf g belum siap untuk dipisahkan, ketiga kegiatan usaha tersebut dapatdilakukan secara bersama dalam satu Badan Usaha dengan fungsi danperan yang terpisah dan dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara.

(2) Dalam hal kegiatan Usaha Pengelola Pasar Tenaga Listrik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf f dan Pengelola Sistem TenagaListrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf g belumsiap untuk dipisahkan, kedua kegiatan usaha tersebut dapat dilakukansecara bersama dalam satu Badan Usaha dengan fungsi dan peran yangterpisah dan dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara.

Page 164: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

158

(3) Ketentuan mengenai penggabungan dan pemisahan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan KetuaBadan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 29(1) Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dilarang melakukan

penggabungan usaha dalam suatu jaringan terinterkoneksi pada wilayahyang dikompetisikan yang dapat mengakibatkan terjadinya penguasaanpasar dan persaingan usaha yang tidak sehat.

(2) Penggabungan usaha dalam suatu wilayah yang dikompetisi-kan yangmendorong efisiensi, tetapi tidak mengganggu kom-petisi, dapatdilakukan dengan persetujuan Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Bagian KeempatUsaha Penyediaan Tenaga Listrik di Wilayah yang

Tidak atau Belum Menerapkan Kompetisi

Pasal 30(1) Di wilayah yang tidak atau belum dapat menerapkan kompetisi karena

kondisi tertentu, usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8 ayat (2) dapat dilakukan secara terintegrasi.

(2) Kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha MilikDaerah, koperasi, swasta, atau swadaya masyarakat yang ditetapkanoleh Pemerintah.

(3) Dengan pertimbangan pengembangan sistem ketenagalistrikan yang lebihefisien, kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dilaksanakan dengan memberikan kesempatan pertamakepada Badan Usaha Milik Negara.

(4) Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi,swasta, atau swadaya masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) wajib memenuhi kebutuhan tenaga listrik di dalam wilayah usahanya.

(5) Dalam hal Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,koperasi, swasta, atau swadaya masyarakat sebagaimana dimaksuddalam ayat (4) tidak dapat memenuhi kebutuhan tenaga listrik, makaPemerintah Daerah atau Pemerintah berkewajiban memenuhinya.

Page 165: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

159

Bagian KelimaUsaha Penunjang Tenaga Listrik

Pasal 31(1) Kegiatan Usaha Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (3) dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha setelahmendapatkan Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik dari PemerintahDaerah.

(2) Ketentuan mengenai Usaha Penunjang Tenaga Listrik sebagai-manadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dan ketentuan mengenai Izin UsahaPenunjang Tenaga Listrik diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(3) Untuk jenis-jenis Usaha Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8 ayat (3) yang berkaitan dengan jasa konstruksi diaturtersendiri dalam undang-undang di bidang jasa konstruksi.

BAB VIHAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZINUSAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

DAN KONSUMEN TENAGA LISTRIK

Bagian PertamaHak dan Kewajiban Pemegang

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Pasal 32(1) Untuk kepentingan umum, pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik dalam melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c diberikewenangan untuk :a. melintas sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan;b. melintas laut baik di atas maupun di bawah permukaan; danc. melintas jalan umum dan jalan kereta api.

(2) Sepanjang tidak bertentangan dan dengan memperhatikan peraturanperundang-undangan yang berlaku, untuk kepen-tingan umum pemegangIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik juga diberi kewenangan untuk :a. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakan-nya

untuk sementara waktu;

Page 166: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

160

b. menggunakan tanah, melintas di atas atau di bawah tanah;c. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau

di bawah tanah; dand. memotong dan/atau menebang tanaman yang menghalangi-nya.

(3) Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik harus mendapatpersetujuan terlebih dahulu dari pihak yang berhak atas tanah, bangunan,dan/atau tanaman.

Pasal 33Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik wajib :a. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan

yang berlaku;b. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dan

memperhatikan hak-hak konsumen sesuai peraturan perundang-undanganyang berlaku di bidang perlindungan konsumen; dan

c. memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan.

Bagian KeduaHak dan Kewajiban Konsumen Tenaga Listrik

Pasal 34(1) Konsumen tenaga listrik mempunyai hak untuk:

a. mendapat pelayanan yang baik;b. mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan

keandalan yang baik;c. memperoleh tenaga listrik dengan harga yang wajar;d. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga

listrik; dane. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan

kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang IzinUsaha Penyediaan Tenaga Listrik sesuai syarat-syarat yang diaturdalam perjanjian jual beli tenaga listrik.

(2) Konsumen tenaga listrik mempunyai kewajiban :a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul

akibat pemanfaatan tenaga listrik;b. menjaga keamanan instalasi ketenagalistrikan;c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya; dand. membayar uang langganan atau harga tenaga listrik sesuai ketentuan

atau perjanjian.

Page 167: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

161

(3) Konsumen tenaga listrik bertanggung jawab apabila karena kelalaiannyamengakibatkan kerugian pada pemegang Izin Usaha Penyediaan TenagaListrik.

(4) Konsumen tenaga listrik wajib menaati persyaratan teknis di bidangketenagalistrikan.

BAB VIIPENGGUNAAN TANAH OLEH PEMEGANG

IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Pasal 35(1) Untuk kepentingan umum, pihak yang berhak atas tanah, bangunan,

dan tanaman mengizinkan pemegang Izin Usaha Penyediaan TenagaListrik melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 32 ayat (2), dengan mendapatkan ganti kerugian hak atas tanahatau kompensasi.

(2) Ganti kerugian hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)adalah untuk tanah yang dipergunakan secara langsung oleh pemegangIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, dan untuk bangunan dan tanamandi atas tanah dimaksud.

(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan sebagaiakibat dari berkurangnya nilai ekonomis atas tanah, bangunan dantanaman yang dilintasi transmisi tenaga listrik.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan kompensasi sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(5) Apabila tanah yang digunakan pemegang Izin Usaha Penyediaan TenagaListrik terdapat bagian-bagian tanah yang dikuasai oleh pemegang hakatas tanah atau pemakai tanah negara, sebelum memulai kegiatan,pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik wajib menyelesaikanmasalah tanah tersebut sesuai peraturan perundang-undangan di bidangpertanahan.

(6) Dalam hal tanah yang digunakan pemegang Izin Usaha PenyediaanTenaga Listrik terdapat tanah ulayat dan yang serupa dari masyarakathukum adat sepanjang kenyataannya masih ada, penyelesaiannyadilakukan oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik denganmasyarakat hukum adat yang bersangkutan sesuai peraturanperundang-undangan di bidang pertanahan dengan memperhatikanketentuan hukum adat setempat .

Page 168: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

162

Pasal 36Kewajiban untuk memberi ganti kerugian hak atas tanah atau kompensasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) tidak berlaku terhadap merekayang sengaja mendirikan bangunan, menanam tanaman dan lain-lain di atas tanahyang sudah memiliki izin lokasi untuk usaha penyediaan tenaga listrik dan sudahdiberikan ganti rugi atau kompensasi.

Pasal 37(1) Penetapan, tata cara, dan pembayaran ganti kerugian hak atas tanah

atau kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(2) Ganti kerugian hak atas tanah atau kompensasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 35 dibebankan kepada pemegang Izin Usaha PenyediaanTenaga Listrik.

BAB VIIIHARGA JUAL TENAGA LISTRIK

Pasal 38(1) Harga Jual Tenaga Listrik di sisi pembangkit tenaga listrik dan harga jual

tenaga listrik untuk konsumen tegangan tinggi dan konsumen teganganmenengah didasarkan pada kompetisi yang wajar dan sehat serta diawasioleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

(2) Harga jual tenaga listrik untuk konsumen tegangan rendah diatur olehBadan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

(3) Dalam hal kompetisi baru diterapkan pada pembangkit, harga jual tenagalistrik untuk konsumen diatur oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 39(1) Penetapan biaya penyediaan fasilitas untuk menjaga mutu dan keandalan

tenaga listrik dilakukan Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrikberdasarkan kontrak antara Pengelola Sistem Tenaga Listrik denganBadan Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik dan Badan Usaha TransmisiTenaga Listrik.

(2) Pengelola Pasar Tenaga Listrik membayar biaya sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) kepada Badan Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik danBadan Usaha Transmisi Tenaga Listrik yang bersangkutan melaluiPengelola Sistem Tenaga Listrik.

Page 169: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

163

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan besar pembayaransebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 40Penetapan harga sewa jaringan transmisi dan harga sewa jaringan distribusi tenagalistrik dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Pasal 41Dalam hal kompetisi tidak atau belum dapat diterapkan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 30 ayat (1), harga jual tenaga listrik untuk konsumen diatur olehPemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pasal 42Harga Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal41, biaya penyediaan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, dan hargasewa jaringan transmisi dan harga sewa jaringan distribusi tenaga listriksebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dinyatakan dalam mata uang Rupiah.

Pasal 43Dalam mengatur harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 41, Pemerintah, Pemerintah Daerah atau BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. kepentingan nasional;b. kepentingan konsumen;c. kaidah-kaidah industri dan niaga yang sehat;d. biaya produksi;e. efisiensi pengusahaan;f. kelangkaan dan sifat-sifat khusus sumber energi primer yang digunakan;g. skala pengusahaan dan interkoneksi sistem yang dipakai;h. biaya pelestarian fungsi lingkungan hidup;i. kemampuan masyarakat; danj. mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik.

Pasal 44Ketentuan mengenai harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal38 dan Pasal 41 serta harga sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 diaturlebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 45Ketentuan mengenai jual beli tenaga listrik antarnegara diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

Page 170: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

164

BAB IXPENERIMAAN NEGARA

Pasal 46(1) Penerimaan negara di sektor ketenagalistrikan berasal dari penerimaan

perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.(2) Penerimaaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berupa pungutan sarana transmisi dan pungutan sarana distribusitenaga listrik.

(3) Pungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan untukpengembangan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik di wilayahyang belum berkembang.

(4) Tata cara, penetapan besaran, pengenaan, pemungutan, dan penggunaanPenerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XLINGKUNGAN HIDUP DAN

KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

Pasal 47Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan yangdisyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

Pasal 48(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan

mengenai keselamatan ketenagalistrikan.(2) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) meliputi standardisasi, pengamanan instalasitenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkankondisi andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahayabagi manusia serta kondisi akrab lingkungan.

(3) Setiap instalasi tenaga listrik yang akan beroperasi wajib memiliki sertifikatlaik operasi.

(4) Setiap pemanfaat tenaga listrik yang akan diperjualbelikan wajib memilikitanda keselamatan.

(5) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memilikisertifikat kompetensi.

Page 171: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

165

(6) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi,tanda keselamatan, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksuddalam ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan PeraturanPemerintah.

BAB XIPEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK

UNTUK KEPENTINGAN LAIN

Pasal 49(1) Jaringan tenaga listrik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan di luar

penyaluran tenaga listrik.(2) Pemanfaatan jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) hanya dapat dilakukan dengan izin pemilik jaringan.(3) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB XIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 50(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Pengawas Pasar Tenaga

Listrik melakukan pembinaan dan pengawasan umum terhadap usahaketenagalistrikan sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

(2) Pembinaan dan pengawasan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) terutama meliputi:a. keselamatan pada keseluruhan sistem penyediaan tenaga listrik;b. pengembangan usaha;c. optimasi pemanfaatan sumber energi setempat, termasuk

pemanfaatan energi terbarukan;d. aspek lindungan lingkungan;e. pemanfaatan proses teknologi yang bersih, ramah lingkungan dan

berefisiensi tinggi pada pembangkitan tenaga listrik;f. pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, termasuk rekayasa dan

kompetensi tenaga teknik;g. keandalan dan kecukupan penyediaan tenaga listrik; danh. tercapainya standardisasi dalam bidang ketenagalistrikan.

(3) Tata cara pembinaan dan pengawasan umum sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 172: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

166

BAB XIIIBADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK

Pasal 51(1) Untuk mengatur dan mengawasi terselenggaranya kompetisi penyediaan

tenaga listrik, dibentuk satu badan yang disebut Badan Pengawas PasarTenaga Listrik.

(2) Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalamayat (1) berfungsi mengatur dan mengawasi usaha penyediaan tenagalistrik di wilayah yang telah menerapkan kompetisi.

Pasal 52Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51, BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik bertugas dan berwenang :a. menjabarkan dan menerapkan kebijakan umum Pemerintah dalam

pengaturan usaha penyediaan tenaga listrik;b. mencegah persaingan usaha tidak sehat;c. mengatur harga jual tenaga listrik pada Usaha Penjualan Tenaga Listrik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2), biaya penyediaan fasilitasuntuk menjaga mutu dan keandalan sistem tenaga listrik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 39, dan harga sewa transmisi dan harga sewa distribusitenaga listrik sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 40;

d. memantau dan mengawasi pelaksanaan ketentuan mengenai pungutan saranatransmisi dan pungutan sarana distribusi tenaga listrik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 46 ayat (2) dan ayat (3);

e. mengawasi harga jual tenaga listrik pada sisi yang dikompetisi-kan padaUsaha Pembangkitan dan Agen Penjualan Tenaga Listrik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat ( 1);

f. mengatur dan mengawasi Usaha Pengelola Pasar Tenaga Listrik dan UsahaPengelola Sistem Tenaga Listrik;

g. menetapkan wilayah Usaha Distribusi Tenaga Listrik dan Usaha PenjualanTenaga Listrik;

h. menerbitkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk setiap jenis UsahaPenyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2);

i. i. memastikan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan danketentuan izin dipatuhi oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;

j. melakukan dengar pendapat dengan publik dan menetapkan aturanpenanganan pengaduan konsumen.

Page 173: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

167

k. memfasilitasi penyelesaian perselisihan yang timbul dalam kompetisi danpelayanan;

l. menerapkan sanksi administratif kepada pemegang Izin Usaha PenyediaanTenaga Listrik atas pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangandan perizinan; dan

m. menjamin pasokan tenaga listrik.Pasal 53

Untuk wilayah yang tidak atau belum dapat menerapkan kompetisi, fungsipengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dilaksanakan oleh Pemerintahatau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.

Pasal 54Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik mengambil keputusan secara akuntabeldan tidak memihak serta menjelaskan secara transparan segala pertimbangandalam pengambilan keputusannya.

Pasal 55(1) Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik bertanggung jawab kepada

Presiden.(2) Anggota Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik paling sedikit terdiri

atas 5 (lima) orang dan paling banyak terdiri atas 11 (sebelas) orang.(3) Ketua dipilih dari dan oleh anggota Badan Pengawas Pasar Tenaga

Listrik, yang merangkap sebagai anggota.(4) Anggota Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik diangkat oleh Presiden

atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.(5) Masa jabatan anggota Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik adalah 5

(lima) tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 1 (satu) kali masajabatan berikutnya.

(6) Apabila karena berakhirnya masa jabatan akan terjadi kekosongandalam keanggotaan Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik, maka masajabatan anggota dapat diperpanjang sampai pengangkatan anggota baru.

Pasal 56Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi, tata kerja, uraian tugas, keanggotaan,kode etik, dan sistem penggajian Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik diaturdengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 57Anggaran untuk pelaksanaan tugas Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrikdiperoleh dari:a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; danb. sumber-sumber lain yang diperbolehkan sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 174: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

168

BAB XIVPENYIDIKAN

Pasal 58(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnyadi bidang ketenagalistrikan, diberi wewenang khusus sebagai Penyidiksebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana,untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)berwenang:a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana dalam kegiatan usahaketenagalistrikan;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau Badan Usaha yangdiduga melakukan tindak pidana dalam kegiatan usahaketenagalistrikan;

c. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atautersangka dalam perkara tindak pidana dalam kegiatan usahaketenagalistrikan;

d. menggeledah tempat yang diduga digunakan untuk melaku-kan tindakpidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan;

e. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana kegiatan usahaketenagalistrikan dan menghentikan penggunaan peralatan yangdiduga digunakan untuk melakukan tindak pidana;

f. menyegel dan/atau menyita alat kegiatan usaha ketenagalistrikan yangdigunakan untuk melakukan tindak pidana sebagai alat bukti; dan

g. mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungan-nyadengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan usahaketenagalistrikan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan perkara pidana kepada PejabatPolisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(4) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Page 175: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

169

BAB XVKETENTUAN PIDANA

Pasal 59(1) Setiap orang yang memberikan informasi palsu, kesaksian palsu, atau

menahan informasi berkaitan dengan usaha ketenaga-listrikan yangmerugikan kepentingan umum dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang melanggar prinsip kompetisi yang sehat, khususnyadalam melakukan persekongkolan usaha untuk memperolehkeistimewaan atau menghimpun kekuatan monopoli sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 52 huruf b, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 60(1) Setiap orang yang menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya dengan

maksud untuk memanfaatkan secara melawan hukum, dipidana karenamelakukan pencurian dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan rusaknya instalasitenaga listrik milik pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listriksehingga mempengaruhi kelangsungan penyediaan tenaga listrik dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkanterputusnya aliran listrik sehingga merugikan masyarakat dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 61(1) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (1) dan Pasal 10, dipidana dengan pidana penjara palinglama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa IzinOperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Page 176: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

170

(3) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tidakmemenuhi kewajiban terhadap yang berhak atas tanah, bangunan, dantanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(4) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dikenakansanksi tambahan berupa pencabutan Izin Usaha Penyediaan TenagaListrik atau Izin Operasi.

Pasal 62(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan matinya

seseorang karena tenaga listrik, dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).

(2) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan olehpemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang IzinOperasi, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahundan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pemegang IzinUsaha Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang Izin Operasi jugadiwajibkan untuk memberi ganti rugi.

(4) Penetapan, tata cara, dan pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksuddalam ayat (3) mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 63Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha penunjang tenaga listrik tanpa izinsebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) diancam dengan pidana kurunganpaling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah).

Pasal 64Setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, atau memperjual-belikanpemanfaat listrik yang tidak memiliki tanda keselamatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 48 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 65(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan

oleh Badan Usaha, pidana dikenakan terhadap Badan Usaha dan ataupengurusnya.

Page 177: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

171

(2) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Badan Usaha, pidana yangdijatuhkan kepada Badan Usaha berupa pidana denda, dengan ketentuanpaling tinggi pidana denda ditambah sepertiganya.

Pasal 66(1) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61,

dan Pasal 62 adalah kejahatan.(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan Pasal 64 adalah

pelanggaran.

BAB XVIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 67Pada saat Undang-undang ini berlaku :a. dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dibentuk Badan Pengawas

Pasar Tenaga Listrik; danb. dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun telah ada wilayah yang

menerapkan kompetisi terbatas di sisi pembangkitan.Pasal 68

Pada saat Undang-undang ini berlaku, terhadap Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan (PKUK) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undangNomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan dianggap telah memiliki izinyang terintegrasi secara vertikal yang meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi,dan penjualan tenaga listrik dengan tetap melaksanakan tugas dan kewajibanpenyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sampai dengandikeluar-kannya Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik berdasarkanUndang-undang ini.

Pasal 69Pada saat Undang-undang ini berlaku :a. peraturan pelaksanaan di bidang ketenagalistrikan yang telah dikeluarkan

tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini ataubelum diganti atau diubah berdasarkan Undang-undang ini;

b. Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum yang telahdikeluarkan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentangKetenagalistrikan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya kecuali padawilayah yang telah ditetapkan sebagai wilayah yang menerapkan kompetisi,Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum diperbaharui menjadiIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sesuai dengan bidang usahanya;

Page 178: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

172

c. Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Sendiri yang telahdikeluarkan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentangKetenagalistrikan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya; dan

d. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang telah dikeluarkan berdasarkanUndang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan tetapberlaku sampai habis masa berlakunya.

BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 70Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 15Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317), dinyatakantidak berlaku.

Pasal 71Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 23 September 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttdMEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 23 September 2002SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,ttdBAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002NOMOR 94

Page 179: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

173

PENJELASANATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 2002

TENTANGKETENAGALISTRIKAN

UMUMBahwa tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk memajukan kesejahteraanumum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, guna mewujudkan suatumasyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkanPancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupanbangsa, tenaga listrik sebagai bagian dari cabang produksi yang penting baginegara sangat menunjang upaya tersebut. Sebagai salah satu hasil pemanfaatankekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak, tenaga listrik perludipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik secara lebih merata, adil, danuntuk lebih meningkatkan kemampuan negara dalam hal penyediaan tenaga listrik,dapat diberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Badan Usaha MilikNegara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi atau Swasta untuk menyediakantenaga listrik berdasarkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. Untukpenyediaan tenaga listrik skala kecil, prioritas diberikan kepada Badan Usahakecil dan menengah.

Bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan danberwawasan lingkungan di sektor ketenagalistrikan, diperlukan upaya untuksecara optimal dan efisien memanfaatkan sumber energi domestik serta energiyang bersih dan ramah lingkungan, dan teknologi yang efisien guna menghasilkannilai tambah untuk pembangkitan tenaga listrik sehingga menjamin tersedianyatenaga listrik yang diperlukan.

Undang-undang ini merupakan landasan dan acuan bagi pelaksanaanrestrukturisasi sektor ketenagalistrikan agar pengelolaan usaha di sektor ini dapatdilaksanakan secara lebih efisien, transparan dan kompetitif. Kompetisi usahapenyediaan tenaga listrik dalam tahap awal diterapkan pada sisi pembangkitan

Page 180: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

174

dan di kemudian hari sesuai dengan kesiapan perangkat keras dan perangkatlunaknya akan diterapkan di sisi penjualan. Hal ini dimaksudkan agar konsumenlistrik memiliki pilihan dalam menentukan pasokan tenaga listriknya yangmenawarkan harga paling bersaing dengan mutu dan pelayanan lebih baik.

Perkembangan penerapan kompetisi di sisi penjualan dimulai pada konsumenbesar yang tersambung pada tegangan tinggi, yang kemudian pada konsumentegangan menengah. Untuk mengatur dan mengawasi penyediaan tenaga listrikdi daerah yang telah menerapkan kompetisi dibentuk Badan Pengawas PasarTenaga Listrik. Badan ini yang mengeluarkan aturan yang diperlukan dalammenunjang mekanisme pasar meliputi aturan jaringan (Grid Code), aturandistribusi (Distribution Code), aturan pentarifan (Tariff Code), aturan untuk lelangpengadaan instalasi/sarana penyediaan tenaga listrik (Procurement and Com-petitive Tendering Code) dan lain-lain, termasuk penegakan hukumnya (lawenforcement). Dengan adanya Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik, akanmengurangi peranan Pemerintah dalam penetapan regulasi bisnis ketenagalistrikan,namun tidak mengurangi kewenangan Pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Dalam Undang-undang ini selain diatur hak dan kewajiban pengusaha danmasyarakat yang menggunakan tenaga listrik, juga diatur sanksi terhadap tindakpidana yang menyangkut ketenagalistrikan mengingat sifat bahaya dari tenagalistrik dan akibat yang ditimbulkannya. Di samping itu, untuk menjaminkeselamatan manusia di sekitar instalasi, keselamatan pekerja, keamanan instalasidan kelestarian fungsi lingkungan, usaha penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatantenaga listrik harus memenuhi ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

Page 181: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

175

Pasal 4 Ayat (1)

Yang dimaksud sumber energi primer tak terbarukan antara lain meliputiminyak bumi, gas bumi, dan batubara, sedangkan sumber energi primerterbarukan antara lain meliputi tenaga air, angin, surya, panas bumi, dan biomassa.

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelasPasal 5

Ayat (1)Mengingat keadaan ketenagalistrikan yang khas di setiap daerah,Pemerintah Daerah dengan melibatkan pihak-pihak terkait termasukDewan Perwakilan Rakyat Daerah dan memperhatikan keadaan sosialekonomi daerahnya menyusun Rencana Umum KetenagalistrikanDaerah masing-masing. Rencana tersebut mencakup antara lain prakiraankebutuhan tenaga listrik, potensi sumber energi primer, dan jalur lintasantransmisi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah.

Ayat (2)Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional merupakan kebijakan umumdi bidang ketenagalistrikan yang mencakup antara lain, prakiraankebutuhan dan penyediaan tenaga listrik, penetapan Jaringan TransmisiNasional, kebijakan investasi dan pendanaan, kebijakan pemanfaatansumber energi baru dan terbarukan.Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional dimutakhirkan setiap tahununtuk menampung perkembangan yang terjadi.Ayat (3)

Cukup jelasAyat (4)Pedoman ini diperlukan sebagai acuan penyusunan Rencana UmumKetenagalistrikan Daerah agar dapat diintegrasikan ke dalam RencanaUmum Ketenagalistrikan Nasional.

Page 182: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

176

Pasal 6 Ayat (1)

Rencana Pengembangan Sistem Tenaga Listrik disusun untuk memenuhikebutuhan tenaga listrik jangka pendek antara lain dengan menetapkantingkat keandalan dan pengadaan fasilitas untuk menjaga mutu dankeandalan.

Ayat (2)Rencana Penyediaan Tenaga Listrik dari badan usaha selaku pemegangIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang memiliki wilayah usahamerupakan kewajiban dalam upaya pemenuhan kebutuhan tenaga listrikmasyarakat dalam wilayah usahanya.

Pasal 7 Cukup jelasPasal 8 Cukup jelasPasal 9 Ayat (1)

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik memuat paling sedikit nama danalamat badan usaha, jenis usaha yang diberikan, kewajiban dalampenyelenggaraan usaha, syarat-syarat teknis, dan sanksi.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Persyaratan administratif meliputi antara lain data perusahaan,kemampuan finansial, dan kepemilikan perusahaan.Persyaratan teknis meliputi antara lain hasil studi kelayakan yangmencakup spesifikasi teknis yang berkaitan dengan jenis usaha dananalisis mengenai dampak lingkungan.Izin lainnya adalah izin yang diterbitkan oleh Pemerintah dan/atauPemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Ayat (4)Syarat Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik mencakup persyaratanadministratif dan persyaratan teknis sesuai jenis usahanya, sertakelengkapan izin lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Ayat (5)Izin prinsip dimaksudkan untuk memberikan kepastian usaha dalampelaksanaan lebih lanjut rencana kegiatan usaha.

Page 183: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

177

Ayat (6) Cukup jelasPasal 10 Cukup jelasPasal 11 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kepentingan sendiri adalah penyediaan tenagalistrik yang tidak mengandung transaksi jual beli tenaga listrik.Izin Operasi dalam ketentuan ini hanya untuk jumlah kapasitas tertentudan dimaksudkan agar instalasi tenaga listrik memenuhi persyaratankeselamatan ketenagalistrikan, termasuk keamanan instalasi, keselamatankerja, keselamatan umum, dan lindungan lingkungan.Izin Operasi adalah izin untuk mengoperasikan instalasi pembangkittenaga listrik untuk kepentingan sendiri.

Ayat (2) Cukup jelasPasal 12 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Pemegang Izin Operasi yang menjual kelebihan listriknya untukkepentingan umum harus mempunyai Izin Usaha Penyediaan TenagaListrik.

Pasal 13 Ayat (1)

Pemberian sanksi dilaksanakan sesuai dengan jenis dan tingkatpelanggaran yang dilakukan.

Ayat (2)Jangka waktu yang diberikan kepada Badan Usaha disesuaikan denganjenis dan tingkat kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 14Peraturan Pemerintah memuat substansi pokok antara lain perizinan,persyaratan kelengkapan izin lainnya, pertimbangan pemakaian sumberenergi primer, perihal penjualan tenaga listrik, syarat-syarat teknis, bataskapasitas minimum pembangkit untuk Izin Operasi dan wajib daftar,persyaratan administratif, pengawasan, dan penerapan sanksi.

Page 184: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

178

Pasal 15 Ayat (1)

Penetapan wilayah yang menerapkan kompetisi tenaga listrik dilakukansecara bertahap berdasarkan tingkat kesiapan usaha penyediaan tenagalistrik antara lain cadangan daya yang cukup, jaringan transmisi danjaringan distribusi yang luas, serta penanganan masalah biaya yangmungkin timbul sebagai akibat adanya perubahan kebijakan Pemerintahdan tidak menjadi tanggung jawab pelaku usaha (stranded cost).Penerapan kompetisi dimulai dari wilayah yang sistem tenaga listriknyasudah siap secara teknis. Penerapan kompetisi tersebut dimulai dari sisipembangkitan tenaga listrik.

Ayat (2)Huruf a

Yang dimaksud tingkat harga jual tenaga listrik telahmencapai keekonomiannya adalah harga jual tenagalistrik yang dapat menutupi biaya produksinya ditambahkeuntungan yang wajar. Besarnya keuntungan yangwajar tersebut ditetapkan oleh Pemerintah.

Huruf bTidak ada lagi energi primer yang mendapatkan subsidi.

Huruf c Cukup jelasHuruf d

Aturan dalam ketentuan ini antara lain aturan pasar,aturan distribusi, dan aturan penjualan tenaga listrik.

Huruf ePerangkat keras meliputi antara lain sistem komputerdan perlengkapannya, sistem komunikasi untuk prosestransaksi tenaga listrik. Perangkat lunak meliputi antaralain program komputer untuk pelaksanaan pasar tenagalistrik, program untuk penyelesaian transaksi dan sistemorganisasi.

Huruf fTidak ada kendala teknis sistem tenaga listrik yangmenyebabkan pasar tidak berfungsi secara baik.

Page 185: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

179

Huruf gKesetaraan dalam ketentuan ini dimaksudkan agar tidakterjadi pemberian perlakuan istimewa terhadap BadanUsaha yang berkompetisi.

Huruf h Cukup jelas

Pasal 16Untuk terselenggaranya kompetisi yang adil dan sehat, usaha penyediaantenaga listrik perlu dilakukan secara terpisah oleh badan usaha yangberbeda.

Pasal 17 Ayat (1)

Penerapan kompetisi di sisi pembangkitan dimaksudkan agarmendapatkan harga pembangkitan tenaga listrik yang lebih murah.Ayat (2)Larangan untuk mendominasi pangsa pasar tenaga listrik dimaksudkanagar tercipta kompetisi yang sehat dan adil.Yang dimaksud dengan satu wilayah kompetisi adalah satu wilayah yangditetapkan oleh Pemerintah sebagai wilayah kompetisi. Pertimbangandalam menetapkan suatu wilayah kompetisi antara lain mencakupkapasitas pembangkit, tingkat kebutuhan tenaga listrik, kesiapan sisteminterkoneksi, dan aspek sosial ekonomi.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelasPasal 18 Ayat (1)

Usaha Transmisi Tenaga Listrik dalam suatu wilayah usaha tidak dapatdikompetisikan karena bersifat monopoli alamiah sehingga diatur olehBadan Pengawas Pasar Tenaga Listrik.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Dalam hal Badan Usaha Milik Negara tidak mampu untuk melakukaninvestasi, Badan Usaha Milik Negara dalam pengembangan usahatransmisi dapat bekerja sama dengan badan usaha lain dengan polakemitraan.

Page 186: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

180

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 19 Ayat (1)

Usaha distribusi tenaga listrik tidak dapat dilakukan kompetisi karenabersifat monopoli alamiah.

Ayat (2)Yang dimaksud bersifat terbuka adalah penggunaan jaringan distribusitenaga listrik dapat dilakukan oleh semua badan usaha.

Ayat (3)Dalam hal diperlukan investasi baru, Badan Usaha Milik Negara dapatmembiayai sendiri atau bekerja sama dengan badan usaha lain denganpola kemitraan atau dapat dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah.

Ayat (4)Pemenuhan kebutuhan jaringan baru merupakan kewajiban Badan UsahaDistribusi Tenaga Listrik dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik diwilayah usahanya sepanjang secara teknis dan ekonomis memungkinkan.

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 20 Ayat (1)

Pada dasarnya usaha penyediaan tenaga listrik untuk konsumen yangtersambung dengan tegangan rendah tidak dikompetisikan. Pelayanankepada konsumen tegangan rendah dilakukan oleh Usaha PenjualanTenaga Listrik. Apabila Usaha Penjualan Tenaga Listrik belum merupakanusaha yang terpisah dari Usaha Distribusi, penyelenggaraannya dapatdilakukan dengan pembukuan yang terpisah.Konsumen tegangan rendah dapat mempunyai pilihan dari Agen PenjualanTenaga Listrik yang sudah memiliki izin dari Badan Pengawas PasarTenaga Listrik untuk memperoleh pasokan tenaga listrik dengan mutu,harga, dan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan kebutuhannya.Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dalam suatukawasan terbatas pada daerah yang telah menerapkan kompetisi dapatdilakukan oleh pemilik atau pengelola kawasan yang sekarang sudahberoperasi. Konsumen pada kawasan terbatas tersebut dapatmempunyai pilihan dari Agen Penjualan Tenaga Listrik untuk memperoleh

Page 187: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

181

pasokan tenaga listrik dengan mutu, harga, dan pelayanan yang lebihbaik sesuai dengan kebutuhannya.Jaringan transmisi dan/atau distribusi dalam kawasan terbatas tersebutbersifat terbuka dan setara yang pengelolaannya dilakukan oleh UsahaTransmisi Tenaga Listrik dan/atau Usaha Distribusi Tenaga Listrik yangmemiliki wilayah usaha pada daerah tersebut.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Yang dimaksud dengan pembangkit lain adalah pembangkit tenaga listrikyang tidak masuk ke pasar, baik skala besar, menengah maupun kecil.

Ayat (4)Ketentuan mengenai pembelian memuat antara lain, kapasitas, jumlahenergi listrik, dan waktu pembelian.

Pasal 21 Ayat (1)

Selain pembelian tenaga listrik dari Agen Penjualan Tenaga Listrik,konsumen tegangan tinggi dan/atau menengah dapat melakukanpembelian tenaga listrik secara bilateral dari pembangkit tenaga listriklain yang tidak masuk ke pasar tenaga listrik.

Ayat (2)Pertimbangan dalam pemberian izin kepada Agen Penjualan TenagaListrik untuk melayani konsumen tegangan rendah adalah berdasarkanadanya permintaan konsumen tegangan rendah untuk mendapatkan mututenaga listrik yang lebih baik dan pelayanan khusus.

Ayat (3)Kompetisi dalam penjualan tenaga listrik dimaksudkan agar adapersaingan mutu, pelayanan, dan harga tenaga listrik yang ditawarkansehingga konsumen mempunyai pilihan dalam memperoleh pasokantenaga listrik.

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)Pengelola Pasar Tenaga Listrik tidak bersifat mencari keuntungan danpembiayaannya didasarkan pada biaya yang dikeluarkan.

Ayat (2) Cukup jelas

Page 188: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

182

Ayat (3) Cukup jelasPasal 23 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Aturan pasar memuat ketentuan antara lain persyaratan peserta pasar,aturan pengukuran, aturan pengesahan harga pasar, harga maksimum,aturan kontrak bilateral dan pasar kompetisi, aturan tagihan danpembayaran, aturan biaya sewa jaringan transmisi tenaga listrik danfasilitas untuk menjaga mutu dan keandalan sistem, serta aturanpenyelesaian transaksi.Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud antara lainundang-undang yang berkaitan dengan anti monopoli dan persainganusaha tidak sehat.

Ayat (3)Huruf aKoordinasi dengan Pengelola Sistem Tenaga Listrik

dimaksudkan agar transaksi pasar tenaga listrik dapat direalisasikanpenyaluran tenaga listriknya oleh Pengelola Sistem Tenaga Listrik sesuaidengan kondisi sistem berdasarkan prinsip transparansi, objektivitas,dan independensi.

Huruf bPengelola Pasar Tenaga Listrik mencatat dan mengesahkan harga

pasar tenaga listrik dan besarnya tenaga listrik yang disalurkan sertawaktu terjadinya transaksi kepada badan usaha yang bertransaksi.

Huruf cInformasi hasil transaksi pasar disampaikan kepada semua

pelaku pasar dan masyarakat untuk menjamin transparansi.Huruf dPengelola Pasar Tenaga Listrik menyelesaikan semua transaksi

pasar tenaga listrik termasuk proses pembayaran dari Agen PenjualanTenaga Listrik dan Usaha Penjualan Tenaga Listrik serta pembayarankepada Pembangkit, Transmisi, Distribusi, dan Pengelola Sistem TenagaListrik.

Huruf ePerselisihan yang mungkin terjadi antara lain adanya perbedaan

dalam data transaksi penjualan dan pembelian tenaga listrik.

Page 189: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

183

Huruf fLaporan transaksi pasar tenaga listrik yang dilakukan secara

berkala diperlukan oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik untukpengawasan pelaksanaan kompetisi yang sehat.

Yang dimaksud dengan tugas lain adalah tugas-tugas di luar yangditentukan dalam pasal ini yang sejalan dengan dinamika pasar tenagalistrik.

Pasal 24 Ayat (1)

Pengelola Sistem Tenaga Listrik tidak bersifat mencari keuntungan danpembiayaannya didasarkan pada biaya yang dikeluarkan.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelasPasal 25 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Aturan jaringan transmisi tenaga listrik memuat persyaratan antara lainaturan manajemen jaringan, aturan penyambungan, aturan operasi, aturanperencanaan pembebanan pembangkitan, aturan pengukuran, dan aturankebutuhan data.

Ayat (3)Huruf aRencana pengembangan sistem tenaga listrik yang diusulkan

oleh Pengelola Sistem Tenaga Listrik disahkan oleh Badan PengawasPasar Tenaga Listrik. Rencana ini merupakan penjabaran dari RencanaUmum Ketenagalistrikan Nasional untuk menjamin kelangsungan operasisistem sesuai dengan perkembangan pertumbuhan beban tenaga listrik.

Huruf bTingkat keamanan merupakan kekuatan sistem tenaga listrik

untuk menghadapi gangguan; tingkat keandalan merupakan kemampuansistem tenaga listrik dalam memasok kebutuhan tenaga listrik; tingkatmutu merupakan kualitas listrik yang dihasilkan dalam bentuk tegangandan frekuensi tenaga listrik.

Page 190: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

184

Huruf cPrakiraan beban tenaga listrik merupakan prakiraan kebutuhan

sistem tenaga listrik sebagai bahan untuk perencanaan operasi pembangkittenaga listrik.

Huruf dRencana pemeliharaan pembangkit dan transmisi tenaga listrik

bertujuan agar penyediaan tenaga listrik sepanjang waktu berada padatingkat keandalan yang terjamin.

Huruf ePerintah operasi berupa pembebanan riil dan pemasukan/

pengeluaran pembangkit dan transmisi tenaga listrik dari sistem tenagalistrik.

Huruf fPengelola Sistem Tenaga Listrik memberikan informasi

pembebanan setiap saat dari pembangkit kepada Pengelola PasarTenaga Listrik.

Huruf gDalam jangka pendek, jaminan pasokan tenaga listrik secara

operasional merupakan tanggung jawab Pengelola Sistem Tenaga Listrik. Huruf h

Yang dimaksud dengan tugas lain adalah tugas-tugas di luar yangditentukan dalam pasal ini yang sejalan dengan dinamika teknologijaringan tenaga listrik.

Pasal 26Dalam ketentuan yang diatur oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrikdicantumkan adanya ketentuan tentang intervensi dari Pemerintah dalamkeadaan darurat.

Pasal 27 Cukup jelasPasal 28 Ayat (1)

Pada dasarnya usaha transmisi tenaga listrik, pengelola pasar tenagalistrik, dan pengelola sistem tenaga listrik dilaksanakan secara terpisah.Apabila secara teknis operasional belum siap dan mengingat perannyayang sangat vital, kegiatan Usaha Transmisi Tenaga Listrik, PengelolaanPasar Tenaga Listrik dan Pengelolaan Sistem Tenaga Listrik dilakukansecara bersama oleh Badan Usaha Milik Negara.

Page 191: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

185

Ayat (2)Apabila secara teknis operasional pengelolaan pasar tenaga listrik danpengelolaan sistem tenaga listrik belum dapat dipisahkan mengingatperannya yang sangat vital di dalam penyelenggaraan pasar tenaga listrikyang sehat, kegiatan pengelolaan pasar dan pengelolaan sistem tenagalistrik dilakukan secara bersama oleh Badan Usaha Milik Negara.

Ayat (3)Ketentuan ini memuat substansi pokok antara lain kriteria kesiapan, tugasdan fungsi, organisasi, dan pembiayaan.

Pasal 29 Cukup jelasPasal 30 Ayat (1)

Kondisi tertentu yang dimaksud dalam ayat ini antara lain faktor geografisdan/atau sosial-ekonomi. Yang dimaksud secara terintegrasi adalahkepemilikan secara vertikal sarana penyediaan tenaga listrik mulai daripembangkitan tenaga listrik sampai dengan penjualan tenaga listrikkepada konsumen.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Badan Usaha Milik Negara yang dimaksud merupakan Badan Usahayang ditugasi oleh Pemerintah untuk melaksanakan penyediaan tenagalistrik di wilayah yang tidak atau belum menerapkan kompetisi.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Kewajiban Pemerintah Daerah atau Pemerintah sesuai denganyurisdiksinya.

Pasal 31 Ayat (1)

Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik memuat paling sedikit nama danalamat Badan Usaha, jenis usaha yang diberikan, klasifikasi usaha,kewajiban dalam penyelenggaraan usaha, syarat teknis, dan sanksi.

Ayat (2)Peraturan Pemerintah memuat substansi pokok antara lain persyaratanumum, klasifikasi, sertifikasi, dan pengawasan usaha.

Page 192: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

186

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 32 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah segala kegiatan yangdilakukan oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dalamrangka pelayanan kepada masyarakat.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 33 Huruf a

Yang dimaksud dengan standar mutu dan keandalan adalah persyaratan teknis antara lain tentang tegangan, frekuensi, dankontinuitas.

Huruf bCukup jelas

Huruf cYang dimaksud dengan keselamatan ketenagalistrikan adalah kondisiandal bagi instalasi, kondisi aman bagi manusia serta kondisi akrablingkungan.

Pasal 34 Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cYang dimaksud dengan harga yang wajar adalah harga pada

tingkat keekonomiannya antara lain dengan mempertimbangkan biayainvestasi, biaya operasi dan keuntungan tertentu serta tidak mengandungunsur eksploitasi dari perusahaan.Huruf d

Cukup jelas

Page 193: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

187

Huruf eDalam perjanjian jual beli tenaga listrik, pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik yang menjual tenaga listrik kepada konsumenmencantumkan standar pelayanan, formulasi besarnya ganti rugi dan carapembayarannya.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4)Yang dimaksud dengan persyaratan teknis antara lain Persyaratan UmumInstalasi Listrik dan standar bidang ketenagalistrikan.

Pasal 35 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Tanah yang secara langsung dipergunakan oleh pemegang Izin UsahaPenyediaan Tenaga Listrik antara lain untuk pembangkitan tenaga listrik,tapak menara transmisi, gardu induk dan gardu distribusi.

Ayat (3)Kompensasi hanya diberikan satu kali kepada pemegang hak atas tanah,bangunan dan tanaman sebelum pembangunan saluran transmisi tenagalistrik yang bersangkutan. Kompensasi ditetapkan berdasarkan indeksyang mencerminkan berkurangnya nilai ekonomis tanah, bangunan,dan tanaman.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Pemegang hak atas tanah adalah orang atau badan hukum yang memilikihak atas tanah yang sudah terdaftar atau bersertifikat, atau tanah bekasmilik adat yang belum terdaftar atau belum bersertifikat.Pemakai tanah negara adalah orang atau badan hukum yang mendirikanbangunan atau memanfaatkan tanah tersebut tetapi belum diberikan hakatas tanahnya atau belum bersertifikat.

Page 194: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

188

Yang dimaksud dengan menyelesaikan masalah adalah sudahdilaksanakan-nya pembayaran ganti kerugian hak atas tanah ataukompensasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlakudengan mempertimbangkan asas keadilan dan kepastian bagi masyarakatyang menggunakan tanah negara tersebut.

Ayat (6)Tanah ulayat adalah bidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayatdari suatu masyarakat hukum adat tertentu. Hak ulayat adalahkewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukumadat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hiduppara warganya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniahturun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebutdengan wilayah yang bersangkutan. Masyarakat hukum adatadalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnyasebagai warga bersama persekutuan hukum karena kesamaan tempattinggal ataupun atas dasar keturunan.Keberadaan tanah ulayat ditentukan berdasarkan peraturan daerahsetempat.

Pasal 36Izin lokasi bukan bukti pemilikan/penguasaan hak atas tanah. Sepanjangpemegang hak atas tanah belum mendapatkan ganti kerugian hak atastanah atau kompensasi sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku, yang bersangkutan masih dapat mendirikan bangunan ataumenanami tanaman di atas tanah yang terkena izin lokasi tersebut.Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebelumditerbitkan izin lokasi, pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrikmemberitahukan secara tertulis kepada masyarakat setempat danmengadakan inventarisasi terhadap status hak atas tanah yang terkenaizin lokasi.Bangunan yang baru dibangun dan/atau tanaman yang baru ditanam diatas tanah yang sudah memiliki izin lokasi dan sudah diberikan gantikerugian hak atas tanah , maka terhadap bangunan dan/atau tanamanyang baru tersebut tidak mendapatkan ganti kerugian hak atas tanah.

Pasal 37 Cukup jelas

Page 195: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

189

Pasal 38 Ayat (1)

Harga jual tenaga listrik untuk konsumen terdiri dari biaya beban (Rp/kVA) dan biaya pemakaian (Rp/kWh). Khusus untuk konsumen industridan komersial, selain biaya beban dan biaya pemakaian, dapat mencakupbiaya pemakaian daya reaktif (Rp/kVArh) dan biaya kVA maksimum.

Ayat (2)Harga jual tenaga listrik untuk konsumen tegangan rendah terdiri daribiaya beban (Rp/kVA) dan biaya pemakaian (Rp/kWh), atau dibayarberdasarkan harga langganan (Rp/bulan) sesuai dengan batasan dayayang dipakai.

Ayat (3)Harga jual tenaga listrik untuk konsumen diatur oleh Badan PengawasPasar Tenaga Listrik karena pada tahapan ini kompetisi belumditerapkan di sisi penjualan tenaga listrik, namun baru di sisi pembangkitan.

Pasal 39 Ayat (1)

Fasilitas untuk menjaga mutu dan keandalan tenaga listrik antara lainmeliputi sarana pengaturan tegangan dan frekuensi, sarana penyediaandaya reaktif dan sarana pemulihan operasi sistem setelah pemadaman.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 40Pengaturan harga sewa jaringan transmisi dan harga sewa jaringandistribusi dimaksudkan untuk pengembalian biaya investasi dan biayaoperasi yang wajar.

Pasal 41Harga jual tenaga listrik diatur masing-masing oleh Pemerintah atauPemerintah Daerah sesuai kewenangannya dalam pemberian izin usahapenyediaan tenaga listrik.

Pasal 42 Cukup jelasPasal 43 Cukup jelas

Page 196: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

190

Pasal 44Peraturan Pemerintah memuat antara lain ketentuan mengenai komponenharga dan tatacara penetapan harga jual tenaga listrik.

Pasal 45Peraturan Pemerintah memuat antara lain aspek keamanan nasional,aspek teknis keandalan sistem, dan aspek komersial.

Pasal 46 Ayat (1)

Penerimaan perpajakan dilaksanakan sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)Pungutan ini dikenakan kepada Badan Usaha di wilayah kompetisi dantidak diperkenankan untuk dibebankan kepada konsumen teganganrendah. Pungutan ini adalah di luar sewa jaringan transmisi dan sewajaringan distribusi tenaga listrik.

Ayat (3)Wilayah yang belum berkembang antara lain wilayah yang belumtersambung dengan Jaringan Transmisi Nasional, wilayah yang jaringandistribusi tenaga listriknya belum merata, dan daerah terpencil.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 47 Cukup jelasPasal 48 Ayat(1)

Cukup jelas Ayat (2)

Di samping untuk keamanan instalasi tenaga listrik, keselamatanketenaga-listrikan dimaksudkan untuk memberi perlindungan kepadamasyarakat untuk mendapatkan rasa aman, rasa nyaman, dan kesehatanserta kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai standar yang berlaku.

Ayat (3)Instalasi dimaksud harus didukung oleh peralatan dan lengkapan listrikyang memenuhi standar peralatan di bidang ketenagalistrikan.Sertifikat laik operasi diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yangberwenang, dimaksudkan sebagai sarana untuk menjamin terpenuhinyaketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

Page 197: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

191

Ayat (4)Tanda keselamatan dibubuhkan pada pemanfaat listrik yang telah lulusuji keselamatan pada laboratorium yang berakreditasi.

Ayat (5)Tenaga listrik mempunyai potensi bahaya bagi keselamatan manusiasehingga pembangunan dan pengoperasian instalasi tenaga listrik harusdilakukan oleh tenaga teknik yang memenuhi standar kompetensi yangdipersyaratkan. Pengertian sertifikat kompetensi adalah tanda buktipengakuan atas kompetensi dan kemampuan melaksanakan satupekerjaan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, keahlian, dansikap kerja sesuai standar yang ditetapkan.

Ayat (6)Peraturan Pemerintah ini memuat substansi pokok mengenai ketentuanantara lain pemanfaatan tenaga listrik, instalasi tenaga listrik, tenaga teknik,pengujian, inspeksi, sertifikasi, pembinaan dan pengawasan, serta sanksiterhadap pelanggaran ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

Pasal 49 Ayat (1)

Dengan berkembangnya teknologi, penggunaan jaringan tenaga listrikdapat dimanfaatkan untuk keperluan lain selain penyaluran tenaga listrik,antara lain untuk mentransmisikan data, internet, multimedia, dantelekomunikasi.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 50 Ayat (1)

Pembinaan dan pengawasan merupakan suatu urutan proses yang tidakdapat dipisah-pisahkan yang meliputi pengendalian, bimbingan, danpenyuluhan serta pengawasan atas pekerjaan dan pelaksanaan usahaketenagalistrikan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel,termasuk pengawasan yang dilakukan oleh inspektur ketenagalistrikan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Peraturan Pemerintah ini memuat substansi pokok antara lain organisasi,tugas dan fungsi, dan tatacara dan syarat-syarat pelaksanaan.

Page 198: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

192

Pasal 51 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Pengaturan dan pengawasan dimaksudkan agar kompetisi terselenggaradengan adil, mendorong terciptanya penyediaan tenaga listrik yangefisien, mempromosikan investasi baru secara berkelanjutan danmenetapkan tingkat pengembalian investasi yang wajar bagi pelaku pasaryang monopoli alamiah serta melindungi kepentingan masyarakat.

Pasal 52 Huruf a

Kebijakan umum sektor ketenagalistrikan, termasuk pengaturan usahapenyediaan tenaga listrik ditetapkan oleh Pemerintah. Untuk menerapkankebijakan umum Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrikmerinci kebijakan tersebut untuk operasionalisasinya.

Huruf bTindakan persaingan usaha tidak sehat antara lain upaya pelaku usahadalam merekayasa kekuatan monopoli, oligopoli, kartel, danpemboikotan.

Huruf cPenetapan harga pada segmen usaha yang bersifat monopoli alamiahdimaksudkan agar Badan Usaha tidak dapat sewenang-wenangmenetapkan harga.

Huruf dCukup jelas

Huruf eDengan kompetisi, harga jual tenaga listrik terbentuk melalui mekanismepasar, namun demikian pengawasan harus dilakukan untuk menjagapersaingan yang sehat.

Huruf fDalam suatu wilayah yang menerapkan kompetisi, hanya ada satu UsahaPengelola Pasar Tenaga Listrik dan satu Usaha Pengelola Sistem TenagaListrik sehingga unsur biaya yang akan dibebankan ke dalam harga jualtenaga listrik diatur formulasinya dan diawasi tingkat biayanya.

Page 199: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

193

Huruf gUsaha Distribusi Tenaga Listrik dan Usaha Penjualan Tenaga Listrikbersifat monopoli di suatu wilayah tertentu yang telah menerapkankompetisi. Oleh karena dalam suatu wilayah kompetisi terdapatbeberapa badan usaha distribusi dan usaha penjualan, maka perluditetapkan cakupan wilayah usahanya.

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Huruf k Cukup jelas Huruf l

Sanksi administratif antara lain berupa teguran, pembekuan usaha,pencabutan izin usaha dan denda administratif.

Huruf mBadan Pengawas Pasar Tenaga Listrik bertanggung jawab menjaminpasokan agar mekanisme pasar tenaga listrik berlangsung secara sehatuntuk menjaga keseimbangan pasokan dan kebutuhan tenaga listrik.

Pasal 53Mengingat kondisi geografis wilayah Indonesia yang berbentukkepulauan dan konsentrasi penduduk yang tidak merata, tidak semuawilayah Indonesia dapat menerapkan kompetisi. Untuk itu, Pemerintahdan Pemerintah Daerah tetap mempunyai kewenangan dalam pengaturantenaga listrik di wilayah tersebut sesuai kewenangannya dalam pemberianIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

Pasal 54Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik berperan menjaga keseimbanganantara kepentingan konsumen dan kepentingan produsen tenaga listrik.Oleh karena itu, Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik dalampengambilan keputusannya harus akuntabel dan tidak berpihak.Yang dimaksud proses pengambilan keputusan yang transparan antaralain pengambilan keputusan melalui dengar pendapat dengan publik danmengumumkan hasil keputusan beserta alasannya kepada publik secaraberkala.

Page 200: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

194

Pasal 55 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Jumlah keanggotaan harus ganjil agar apabila terjadi pemungutan suaradapat diambil suara terbanyak. Pada saat pengusulan, calon anggotatidak dapat berasal dari Badan Usaha Tenaga Listrik atau sudah tidakberafiliasi dengan Badan Usaha Tenaga Listrik.

Ayat(3) Cukup jelas Ayat (4)

Mengingat tugas dan fungsi Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrikmenyangkut kepentingan masyarakat luas, sehingga pengangkatananggotanya perlu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia. Persetujuan diberikan setelah dilakukan ujikemampuan dan kelayakan terhadap calon anggota Badan PengawasPasar Tenaga Listrik.

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 56Peraturan Pemerintah dimaksud diterbitkan paling lambat 1 (satu) tahunsetelah Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 57 Cukup jelasPasal 58 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelasCukup jelasCukup jelasCukup jelasYang dimaksud menghentikan penggunaan peralatan yang didugadigunakan untuk melakukan tindak pidana termasuk penghentian aliranlistrik.

Page 201: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

195

Cukup jelasCukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 59Cukup jelas

Pasal 60Ayat (1)Penggunaan atau pemanfaatan jaringan tenaga listrik tanpa hakdikategorikan tindak pidana berdasarkan ayat ini.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 61 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang IzinOperasi tetap diwajibkan menyelesaikan ganti kerugian atau kompensasiyang berhubungan dengan tanah, bangunan, dan atau tanaman.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 62 Cukup jelasPasal 63 Cukup jelasPasal 64 Cukup jelasPasal 65 Cukup jelasPasal 66 Cukup jelas

Page 202: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

196

Pasal 67 Huruf a

Pada saat belum ada wilayah yang menerapkan kompetisi maka BadanPengawas Pasar Tenaga Listrik melakukan langkah-langkah persiapanyang diperlukan, termasuk penyiapan peraturan, antara lain, aturan pasar,aturan jaringan, aturan distribusi, dan aturan pentarifan.Sebelum terbentuknya Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik, fungsipengaturan dan pengawasan serta persiapan untuk penerapan kompetisidilakukan Pemerintah.

Huruf bPenetapan wilayah yang menerapkan kompetisi tenaga listrik dilakukansecara bertahap disesuaikan dengan kesiapan sistem tenaga listrik yangbersangkutan dan syarat-syarat kompetisi lain yang ditetapkan dalamPeraturan Pemerintah.

Pasal 68Tugas dan kewajiban penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umumsebagaimana dimaksud dalam pasal ini meliputi :1. menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus

memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.2. mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang

memadai dengan tujuan untuk :a. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara

adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi;b. mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai

pengembangan tenaga listrik untuk melayani kebutuhanmasyarakat.

3. merintis kegiatan-kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listriksebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Pasal 69 Cukup jelasPasal 70 Cukup jelasPasal 71 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 4226

Page 203: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

197

Lampiran 3PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 23 TAHUN 1994

TENTANGPENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

LISTRIK NEGARAMENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensidan efektivitas usaha penyediaan tenaga listrik,maka Perusahaan Umum (PERUM) ListrikNegara yang didirikan dengan PeraturanPemerintah Nomor 17 Tahun 1990 dinilaimemenuhi persyaratan untuk dialihkanbentuknya menjadi Perusahaan Perseroan(PERSERO) sebagaimana dimaksud dalamUndang-undang Nomor 9 Tahun 1969;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut,pengalihan bentuk Perusahaan Umum(PERUM) Listrik Negara menjadi PerusahaanPerseroan (PERSERO), perlu ditetapkandengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat : 1. pasal 5 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945;2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang

(Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Undang-undang Nomor 4Tahun 1971 (Lembaran Negara Tahun 1971Nomor 20, Tambahan Lembaran NegaraNomor 2959);

Page 204: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

198

3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-undang Nomor 1 Tahun 1969 tentangBentuk-Bentuk Usaha Negara (LembaranNegara Tahun 1969 Nomor 16 TambahanLembaran Negara Nomor 2890) MenjadiUndang-undang (Lembaran Negara Tahun1969 Nomor 40, Tambahan LembaranNegara Nomor 2904);

4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985tentang Ketenagalistrikan (Lembaran NegaraTahun 1985 Nomor 74, Tambahan LembaranNegara Nomor 3317);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO)(Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 21,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2894)sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1972 (Lembaran Negara Tahun1972 Nomor 32, Tambahan LembaranNegara Nomor 2987);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983tentang Tata Cara Pembinaan danPengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN),Perusahaan Umum (PERUM) dan PerusahaanPerseroan (PERSERO) (Lembaran NegaraTahun 1983 Nomor 3, Tambahan LembaranNegara Nomor 3246) sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun1983 Nomor 37);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989tentang Pemanfaatan dan Penyediaan TenagaListrik (Lembaran Negara Tahun 1989Nomor 24, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3394);

Page 205: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

199

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIKINDONESIA TENTANG PENGALIHANBENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM)LISTRIK NEGARA MENJADI PERUSAHAANPERSEROAN (PERSERO).

BAB IPENGALIHAN BENTUK DAN PEMBUBARAN

Pasal 11. Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara yang didirikan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990 dialihkan bentuknya menjadiPerusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalamUndang-undang Nomor 9 Tahun 1969 sebagai Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan.

2. Dengan dialihkan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negaramenjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalamayat (1), Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dinyatakan bubarpada saat pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) tersebut, denganketentuan bahwa segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawaiPerusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara yang ada pada saatpembubarannya, beralih kepada Perusahaan Perseroan (PERSERO) yangbersangkutan.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2Maksud dan tujuan Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 adalah :1. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus

memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.2. Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang

memadai dengan tujuan untuk :a. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil

dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi;

Page 206: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

200

b. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembanganpenyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat.

3. Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik.4. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan

tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IIIMODAL PERSERO

Pasal 31. Modal Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang di tempatkan dan

disetorkan pada saat pendiriannya berasal dari kekayaan Negara yangtertanam dalam Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara.

2. Nilai kekayaan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkanoleh Menteri Keuangan berdasarkan hasil perhitungan bersama olehDepartemen Keuangan dan Departemen Pertambangan dan Energi.

3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai permodalan Perusahaan Perseroan(PERSERO) diatur dalam Anggaran Dasarnya, termasuk ketentuanmengenai modal dasar Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang terbagiatas saham-saham sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor12 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor 24 Tahun 1972.

4. Neraca pembukaan Perusahaan Perseroan (PERSERO) ditetapkan olehMenteri Keuangan.

BAB IVPELAKSANAAN PENDIRIAN PERSERO

Pasal 4Pelaksanaan pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 dilakukan menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1874) Nomor 23) sebagaimana telahbeberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam PeraturanPemerintah Nomor 12 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 24 Tahun 1972.

Page 207: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

201

Pasal 51. Menyelesaikan pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 dikuasakan kepada Menteri Keuangan.2. Menteri Keuangan dapat menyerahkan kuasa sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dengan disertai hak substitusi kepada MenteriPertambangan dan Energi dengan ketentuan bahwa rancangan AnggaranDasar Perusahaan Perseroan (PERSERO) tersebut harus mendapatpersetujuan terlebih dahulu dari Mentei Keuangan.

BAB VKETENTUAN PENUTUP

Pasal 6Terhitung sejak berdirinya Perusahaan Perseroan (PERSERO) dandibubarkannya Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara, PeraturanPemerintah Nomor 17 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintahini diatur oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pertambangan dan Energi, baiksecara bersama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Pasal 8Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiaporang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 16 Juni 1994PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ttd

S O E H A R T O

Page 208: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

202

Diundangkan di JakartaPada tanggal 16 Juni 1994MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

Ttd

M O E R D I O N O

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1994NOMOR 34

Jakarta, 7 april 2005Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris KabinetBidang Hukum danPerundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

Page 209: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

203

Lampiran 4PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2005TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAHNOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan penyediaan tenagalistrik untuk kepentingan umum, perlu meningkatkanperan serta koperasi, Badan Usaha Milik Negara,Badan Usaha Milik Daerah, swasta, swadayamasyarakat, dan perorangan dalam penyediaan tenagalistrik;

b. bahwa untuk melaksanakan kebijakan otonomi daerahdi bidang ketenagalistrikan perlu memberikan peranPemerintah Daerah dalam penyediaan tenaga listrik;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b serta dalam rangkamenciptakan kepastian hukum dan kepastian berusahadi bidang ketenagalistrikan, perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Perubahan atasPeraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentangPenyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentangKetenagalistrikan (Lembaran Negara Republik In-donesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3317);

Page 210: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

204

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentangPenyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3394);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAHNOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAANDAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK.

“Pasal IBeberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan TenagaListrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3394), diubah sebagai berikut :1. Ketentuan Pasal 2 diubah, sehingga berbunyi sebagai

berikut :“Pasal 2

(1) Penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrikdilaksanakan berdasarkan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional.

(2) Menteri menetapkan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional denganmempertimbangkan masukan dari PemerintahDaerah dan masyarakat.

(3) Penyediaan tenaga listrik dilakukan denganmemanfaatkan seoptimal mungkin sumber energiprimer yang terdapat di wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia.

Page 211: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

205

(4) Guna menjamin ketersediaan energi primer untukpenyediaan tenaga listrik untuk kepentinganumum, diprioritaskan penggunaan sumber energisetempat dengan kewajiban mengutamakanpemanfaatan sumber energi terbarukan.”

2. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) pasal,yakni Pasal 2A, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 2APemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyediakandana pembangunan sarana penyediaan tenaga listrikuntuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu,pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik didaerah yang belum berkembang, pembangunan tenagalistrik di daerah terpencil, perbatasan antar negara danpembangunan listrik perdesaan.”

3. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

“Pasal 3(1) Usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan oleh

Negara dan diselenggarakan oleh Badan UsahaMilik Negara yang ditetapkan dengan PeraturanPemerintah sebagai Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan untuk melaksanakan usahapenyediaan tenaga listrik untuk kepentinganumum.

(2) Menteri menetapkan daerah usaha dan/ataubidang usaha Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan.”

4. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

“Pasal 5(1) Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

disusun berdasarkan Rencana UmumKetenagalistrikan Nasional.

Page 212: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

206

(2) Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listriksebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakansebagai pedoman pelaksanaan penyediaan tenagalistrik bagi Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Umum.

(3) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan wajibmembuat Rencana Usaha Penyediaan TenagaListrik di daerah usahanya untuk disahkan olehMenteri.

(4) Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum yang memiliki daerah usahawajib membuat Rencana Usaha PenyediaanTenaga Listrik di daerah usahanya yang disahkanoleh Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikotasesuai kewenangannya untuk dijadikan bahanpertimbangan bagi pemberian izin usahaketenagalistrikan serta digunakan sebagai saranapengawasan berkala atas pelaksanaan kegiatanPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan yangbersangkutan.

(5) Menteri menetapkan pedoman penyusunanRencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

(6) Dalam hal Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikanuntuk Kepentingan Umum tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Rencana UsahaPenyediaan Tenaga Listrik, Menteri, Gubernur,atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannyadapat memberikan sanksi administratif berupa :a. peringatan tertulis;b. penangguhan kegiatan; atauc. pencabutan izin.”

5. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

Page 213: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

207

“Pasal 6(1) Sepanjang tidak merugikan kepentingan Negara,

Izin Usaha Ketenagalistrikan diberikan kepadakoperasi dan badan usaha lain untuk melakukanusaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentinganumum atau usaha penyediaan tenaga listrik untukkepentingan sendiri.

(2) Badan usaha lain sebagaimana dimaksud padaayat (1) yang dapat melakukan usaha penyediaantenaga listrik untuk kepentingan umum meliputiBadan Usaha Milik Daerah, swasta, swadayamasyarakat dan perorangan.

(3) Badan usaha lain sebagaimana dimaksud padaayat (1) yang dapat melakukan usaha penyediaantenaga listrik untuk kepentingan sendiri meliputiBadan Usaha Milik Negara, Badan Usaha MilikDaerah, swasta, swadaya masyarakat,perorangan atau lembaga negara lainnya.

(4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untukKepentingan Umum sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) dikeluarkan oleh:a. Bupati/Walikota, untuk usaha penyediaan

tenaga listrik baik sarana maupun energilistriknya berada dalam daerahnya masing-masing yang tidak terhubung ke dalamJaringan Transmisi Nasional.

b. Gubernur, untuk usaha penyediaan tenagalistrik lintas kabupaten atau kota baik saranamaupun energi listriknya yang tidak terhubungke dalam Jaringan Transmisi Nasional.

c. Menteri, untuk usaha penyediaan tenaga listriklintas provinsi baik sarana maupun energilistriknya yang tidak terhubung ke dalamJaringan Transmisi Nasional atau usahapenyediaan tenaga listrik yang terhubung kedalam Jaringan Transmisi Nasional.

Page 214: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

208

(5) Jaringan Transmisi Nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf bditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(6) Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk KepentinganSendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (3) dikeluarkan oleh:a. Bupati/Walikota, untuk usaha penyediaan

tenaga listrik untuk kepentingan sendiri yangfasilitas instalasinya berada di dalam daerahkabupaten/kota;

b. Gubernur, untuk usaha penyediaan tenagalistrik untuk kepentingan sendiri yang fasilitasinstalasinya mencakup lintas kabupaten/kotadalam satu provinsi;

c. Menteri, untuk usaha penyediaan tenaga listrikuntuk kepentingan sendiri yang fasilitasinstalasinya mencakup lintas provinsi.

(7) Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk KepentinganSendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (3) hanya dapat diberikan di suatu daerahusaha Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikanatau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum dalam hal :a. Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan

atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikanuntuk Kepentingan Umum tersebut nyata-nyata belum dapat menyediakan tenagalistrik dengan mutu dan keandalan yang baikatau belum dapat menjangkau seluruh daerahusahanya, atau

b. pemohon Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Sendiri dapat menyediakanlistrik secara lebih ekonomis.

(8) Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepent ingan Umum dan Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Sendiridiajukan dengan melengkapi persyaratan admin-istratif dan teknis.

Page 215: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

209

(9) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksudpada ayat (8) meliputi :a. identitas pemohon;b. akta pendirian perusahaan;c. profil perusahaan;d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dane. kemampuan pendanaan.

(10) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud padaayat (8) meliputi :a. studi kelayakan;b. lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar

situasi);c. diagram satu garis (single line diagram);d. jenis dan kapasitas usaha;e. keterangan/gambar daerah usaha dan

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;f. jadwal pembangunan;g. jadwal pengoperasian; danh. izin dan persyaratan lain sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.(11) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

huruf e dan ayat (10) huruf e tidak berlaku bagipermohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Sendiri.

(12) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)huruf b dan huruf c tidak berlaku bagi pemohonIzin Usaha Ketenagalistrikan oleh swadayamasyarakat dan perorangan.

(13) Izin Usaha Ketenagalistrikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hanya dapat dialihkankepada pihak lain sesudah mendapat persetujuantertulis dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

(14) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara perizinanditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.”

Page 216: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

210

6. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 11(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau

Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum yang memiliki jaringantransmisi tenaga listrik wajib membukakesempatan pemanfaatan bersama jaringantransmisi.

(2) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan danPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum yang memiliki daerah usahaharus menjamin kecukupan pasokan tenaga listrikdi dalam masing-masing daerah usahanya.

(3) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan danPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum yang memiliki daerah usaha,dalam melakukan usaha penyediaan tenaga listrikuntuk kepentingan umum dapat melakukanpembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringandari koperasi, Badan Usaha Milik Daerah,swasta, swadaya masyarakat, dan perorangansetelah mendapat persetujuan Menteri, Gubernur,atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

(4) Koperasi, Badan Usaha Milik Daerah, swasta,swadaya masyarakat, dan perorangansebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajibmemiliki Izin Usaha Ketenagalistrikan sesuaidengan jenis usahanya.

(5) Pembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanmelalui pelelangan umum.

(6) Pembelian tenaga listrik sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dapat dilakukan melalui penunjukanlangsung dalam hal:a. pembelian tenaga listrik dari pembangkit

tenaga listrik yang menggunakan energiterbarukan, gas marjinal, batubara di muluttambang, dan energi setempat lainnya;

Page 217: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

211

b. pembelian kelebihan tenaga listrik; atauc. sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi

krisis penyediaan tenaga listrik.(7) Kondisi krisis penyediaan tenaga listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf cditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya atas usulPemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atauPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum.

(8) Pembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringansebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (5),dan ayat (6) tetap memperhatikan kaidah-kaidahbisnis yang sehat dan transparan.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedurpembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringanditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.”

7. Ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

“Pasal 13(1) Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk

Kepentingan Sendiri sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) yangmempunyai kelebihan tenaga listrik dapat menjualkelebihan tenaga listriknya kepada PemegangKuasa Usaha Ketenagalistrikan atau PemegangIzin Usaha Ketenagalistrikan untuk KepentinganUmum atau masyarakat setelah mendapatpersetujuan Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

(2) Penjualan kelebihan tenaga listrik kepadamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan dalam hal daerah tersebut belumterjangkau oleh Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan atau Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Umum.”

Page 218: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

212

8. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 15(1) Tenaga listrik yang disediakan untuk kepentingan

umum, wajib diberikan dengan mutu dankeandalan yang baik.

(2) Ketentuan tentang mutu dan keandalansebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanoleh Menteri.”

9. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

“Pasal 21(1) Setiap usaha penyediaan tenaga listrik wajib

memenuhi ketentuan mengenai keselamatanketenagalistrikan.

(2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputistandardisasi, pengamanan instalasi tenaga listrikdan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untukmewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasidan kondisi aman dari bahaya bagi manusia sertakondisi akrab lingkungan.

(3) Pekerjaan instalasi ketenagalistrikan untukpenyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik harusdikerjakan oleh Badan Usaha Penunjang TenagaListrik yang disertifikasi oleh lembaga sertifikasiyang terakreditasi.

(4) Dalam hal di suatu daerah belum terdapat BadanUsaha Penunjang Tenaga Listrik yang telahdisertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuaikewenangannya dapat menunjuk Badan UsahaPenunjang Tenaga Listrik.

(5) Dalam hal belum ada lembaga sertifikasi yang telahdiakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuaikewenangannya dapat menunjuk lembagasertifikasi.

Page 219: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

213

(6) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyediaantenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenagalistrik tegangan tinggi dan tegangan menengahdilaksanakan oleh lembaga inspeksi teknik yangdiakreditasi oleh lembaga yang berwenang.

(7) Pemeriksaan instalasi pemanfaatan tenaga listrikkonsumen tegangan rendah dilaksanakan olehsuatu lembaga inspeksi independen yang sifatusahanya nirlaba dan ditetapkan oleh Menteri.

(8) Pemeriksaan instalasi tegangan rendah yangdimiliki oleh konsumen tegangan tinggi dan/ataukonsumen tegangan menengah dilakukan olehlembaga inspeksi sebagaimana dimaksud padaayat (6).

(9) Setiap tenaga teknik yang bekerja dalam usahaketenagalistrikan wajib memiliki sertifikatkompetensi sesuai peraturan perundang-undangan.

(10) Untuk jenis-jenis usaha penunjang tenaga listriksebagaimana dimaksud pada ayat (3) yangberkaitan dengan jasa konstruksi diatur tersendiridalam peraturan perundang-undangan di bidangJasa Konstruksi.”

10. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

“Pasal 22(1) Instalasi ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (3) harus sesuai denganStandar Nasional Indonesia BidangKetenagalistrikan.

(2) Setiap instalasi ketenagalistrikan sebelumdioperasikan wajib memiliki sertifikat laik operasi.”

11. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

“Pasal 23Ketentuan mengenai perencanaan, pemasangan,pengamanan, pemeriksaan, pengujian dan uji laikoperasi instalasi ketenagalistrikan diatur denganPeraturan Menteri.”

Page 220: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

214

12. Di antara Pasal 23 dan Pasal 24 disisipkan 1 (satu)pasal, yakni Pasal 23A, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

“Pasal 23APemanfaatan instalasi ketenagalistrikan untukkepentingan di luar penyaluran tenaga listrik harusmendapat izin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (4).”

13. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 24(1) Menteri dapat memberlakukan Standar Nasional

Indonesia di bidang ketenagalistrikan sebagaistandar wajib.

(2) Setiap peralatan tenaga listrik wajib memenuhiStandar Nasional Indonesia yang diberlakukanwajib dan dibubuhi tanda SNI.

(3) Setiap pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhiStandar Nasional Indonesia yang diberlakukanwajib dan dibubuhi Tanda Keselamatan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapembubuhan tanda SNI dan Tanda Keselamatandiatur dengan Peraturan Menteri.”

14. Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 25(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan

Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum dalam menyediakan tenagalistrik berhak untuk :a. memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang

diperlukan oleh masyarakat, baik sebelummaupun sesudah mendapat sambungan tenagalistrik;

b. mengambil tindakan atas pelanggaranperjanjian penyambungan listrik olehkonsumen; dan

Page 221: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

215

c. mengambil tindakan penertiban ataspemakaian tenaga listrik secara tidak sah.

(2) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan danPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum tidak bertanggung jawab atasbahaya terhadap kesehatan, nyawa, dan barangyang timbul karena penggunaan tenaga listrik yangtidak sesuai dengan peruntukannya atau salahdalam pemanfaatannya.

(3) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan danPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum dalam menyediakan tenagalistrik wajib :a. memberikan pelayanan yang baik;b. menyediakan tenaga listrik secara terus

menerus dengan mutu dan keandalan yangbaik;

c. memberikan perbaikan, apabila ada gangguantenaga listrik;

d. bertanggung jawab atas segala kerugian ataubahaya terhadap nyawa, kesehatan, danbarang yang timbul karena kelalaiannya; dan

e. melakukan pengamanan instalasiketenagalistrikan terhadap bahaya yangmungkin timbul.”

15. Ketentuan Pasal 32 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 32(1) Harga jual tenaga listrik untuk konsumen diatur

dan ditetapkan dengan memperhatikankepentingan dan kemampuan masyarakat.

(2) Harga jual tenaga listrik untuk konsumen yangdisediakan oleh Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan ditetapkan oleh Presiden atasusul Menteri.

Page 222: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

216

(3) Harga jual tenaga listrik untuk konsumen yangdisediakan oleh Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Umumditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dalam pemberianizin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(4).

(4) Menteri dalam mengusulkan harga jual tenagalistrik untuk konsumen sebagaimana dimaksudpada ayat (2) memperhatikan hal-hal sebagaiberikut :a. kaidah-kaidah industri dan niaga yang sehat;b. biaya produksi;c. efisiensi pengusahaan;d. kelangkaan sumber energi primer yang

digunakan;e. skala pengusahaan dan interkoneksi sistem

yang dipakai; danf. tersedianya sumber dana untuk investasi.”

(5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota dalammenetapkan harga jual tenaga listrik untukkonsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3),memperhatikan hal-hal sebagaimana dimaksudpada ayat (4) huruf a sampai dengan huruf f.

(6) Dalam menentukan harga jual tenaga listrik untukkonsumen tidak mampu, Menteri, Gubernur, atauBupati/Walikota sesuai kewenangannya selainmemperhatikan hal-hal sebagaimana dimaksudpada ayat (4) huruf a sampai dengan huruf f,mempertimbangkan juga kemampuanmasyarakat.”

16. Di antara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan 1 (satu)pasal, yakni Pasal 32A, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 32A(1) Harga jual tenaga listrik atau harga sewa jaringan

tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal11 ayat (3) dinyatakan dengan mata uang rupiah.

Page 223: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

217

(2) Harga jual tenaga listrik atau harga sewa jaringantenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat disesuaikan berdasarkan perubahanunsur biaya tertentu atas dasar kesepakatanbersama yang dicantumkan dalam perjanjian jualbeli tenaga listrik atau perjanjian sewa jaringantenaga listrik.

(3) Harga jual tenaga listrik atau harga sewa jaringantenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus mendapatkan persetujuan Menteri,Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuaikewenangannya.”

17. Ketentuan Pasal 35 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 35(1) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai

kewenangannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (4) melakukan pengawasan umumterhadap usaha penyediaan dan pemanfaatantenaga listrik.

(2) Pengawasan umum sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:a. keselamatan pada keseluruhan sistem

penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik;b. aspek lindungan lingkungan;c. pemanfaatan teknologi yang bersih, ramah

lingkungan dan berefisiensi tinggi padapembangkitan tenaga listrik;

d. kompetensi tenaga teknik;e. keandalan dan keamanan penyediaan tenaga

listrik;f. tercapainya standardisasi dalam bidang

ketenagalistrikan.(3) Dalam rangka pengawasan umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Menteri menetapkanPedoman Umum Pengawasan Ketenagalistrikan.”

Page 224: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

218

18. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

“Pasal 36(1) Dalam melakukan pengawasan umum, Menteri,

Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuaikewenangannya melakukan pemeriksaan atasdipenuhinya syarat-syarat keselamatanketenagalistrikan baik oleh Pemegang KuasaUsaha Ketenagalistrikan dan Pemegang IzinUsaha Ketenagalistrikan maupun pemanfaattenaga listrik.

(2) Dalam melakukan pengawasan umumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri,Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuaikewenangannya menugaskan kepada InspekturKetenagalistrikan untuk melakukan pemeriksaanatas dipenuhinya syarat-syarat aman, andal danakrab lingkungan pada instalasi ketenagalistrikan.

(3) Pengawasan atas pemenuhan syarat keselamatankerja dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.”

19. Ketentuan Pasal 37 diubah, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

“Pasal 37Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35 Menteri, Gubernur, atauBupati/Walikota sesuai kewenangannya mengadakankoordinasi dengan instansi lain yang bidang tugasnyaberkaitan dengan usaha penyediaan tenaga listrik.

20. Di antara Pasal 37 dan Pasal 38 disisipkan 1 (satu)pasal, yakni Pasal 37A, sehingga berbunyi sebagaiberikut :

“Pasal 37A(1) Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan wajib

melaporkan kegiatan usahanya setiap 3 (tiga)bulan kepada Menteri.

Page 225: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

219

(2) Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untukKepentingan Umum dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Sendiriwajib melaporkan kegiatan usahanya setiap 3(tiga) bulan kepada Menteri, Gubernur, atauBupati/Walikota sesuai kewenangannya.”

Pasal IIDengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturanpelaksanaan di bidang ketenagalistrikan yang telahdikeluarkan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan ataubelum diubah dengan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal IIIPeraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 16 Januari 2005PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 16 Januari 2005MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

ttd.Dr. HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005NOMOR 5

Page 226: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

220

PENJELASANATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 3 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANGPENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

UMUMUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan yang dibentukuntuk menggantikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentangKetenagalistrikan telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikatoleh putusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 15 Desember 2004. Selanjutnyauntuk mengisi kekosongan hukum, menurut putusan Mahkamah Konstitusi,Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 berlaku kembali.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan danPemanfaatan Tenaga Listrik sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan dibentuk berdasarkan sistempenyelenggaraan Pemerintahan Negara yang sentralistik dengan menitikberatkankewenangan dan tanggung jawab penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrikpada Pemerintah Pusat. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah terjadi perkembangan keadaan, perubahanketatanegaraan serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah menurut asasotonomi dan tugas pembantuan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.Sehubungan dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan tersebut,daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan dalampenyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik guna memberi pelayanan, peningkatanperan serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan padapeningkatan kesejahteraan rakyat. Selain hal tersebut di atas dengan dibentuknyaberbagai peraturan lainnya yang terkait dengan kegiatan di bidangketenagalistrikan, maupun untuk mewujudkan pelaksanaan kebijakan otonomidaerah dalam perizinan, perencanaan, dan pendanaan di bidang ketenagalistrikandan meningkatkan partisipasi koperasi, Badan Usaha Milik Negara, Badan UsahaMilik Daerah, swasta, swadaya masyarakat dan perorangan dalam penyediaaantenaga listrik serta untuk meningkatkan kepastian hukum dan kepastian berusahadi bidang ketenagalistrikan, perlu mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 10Tahun 1989.

Page 227: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

221

Perubahan materi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 antaralain sebagai berikut :1. Kewenangan Menteri menetapkan daerah usaha dan/atau bidang usaha

Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK);2. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) disusun dengan

mempertimbangkan masukan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat;3. Penggunaan energi terbarukan menjadi prioritas utama;4. Peran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyediakan dana

pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik pada daerah yang belumberkembang, daerah terpencil, dan untuk membantu kelompok masyarakattidak mampu;

5. Koperasi, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), swasta, swadayamasyarakat dan perorangan dapat menjadi Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Umum dengan Izin Usaha ditetapkanoleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya;

6. Jaringan Transmisi untuk kepentingan umum dapat digunakan oleh BadanUsaha lain selain pemilik jaringan tersebut;

7. Pembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringan dilakukan melaluipelelangan umum dan dalam hal tertentu dapat dilakukan melaluipenunjukan langsung;

8. Harga jual tenaga listrik untuk konsumen yang disediakan oleh PemegangKuasa Usaha Ketenagalistrikan ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usulMenteri.

9. Harga jual tenaga listrik untuk konsumen yang disediakan oleh PemegangIzin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum ditetapkan olehMenteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

10. Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi standardisasi, pengamanan instalasitenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik.

PASAL DEMI PASALPasal I

Angka 1Pasal 2

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Page 228: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

222

Ayat (3)Yang dimaksud dengan sumber energi primer meliputi energitak terbarukan dan energi terbarukan. Energi primer takterbarukan antara lain minyak bumi, gas bumi, dan batubara,sedangkan sumber energi primer terbarukan antara lain tenagaair, angin, surya, panas bumi, dan biomasa.

Ayat (4)Cukup jelas

Angka 2Pasal 2A

Cukup jelasAngka 3

Pasal 3Cukup jelas

Angka 4Pasal 5

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Bagi Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan, perubahanrencana penyediaan tenaga listrik setelah pemberian IzinUsaha Ketenagalistrikan wajib mendapatkan pengesahankembali oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuaikewenangannya.

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Peringatan tertulis dilakukan apabila Pemegang IzinUsaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umumtidak membuat dan/atau tidak melaksanakan RencanaPenyediaan Tenaga Listrik.

Page 229: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

223

Huruf bPenangguhan kegiatan dilakukan apabila PemegangIzin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umumsetelah mendapat teguran tertulis tetap tidak membuatdan/atau tidak melaksanakan Rencana PenyediaanTenaga Listrik.

Huruf cPencabutan izin dilakukan apabila Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan untuk Kepentingan Umum tetap tidakmenaati persyaratan selama masa penangguhan.

Angka 5Pasal 6

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Yang dimaksud Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalamketentuan ini adalah BUMN yang bukan ditetapkan sebagaiPemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Yang dimaksud belum dapat menjangkau seluruh daerahusahanya adalah:1. belum mempunyai/memiliki kapasitas tenaga listrik yang

dibutuhkan di daerah usahanya;2. belum tersedianya sarana penyediaan tenaga listrik.

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Cukup jelas

Page 230: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

224

Ayat (10)Cukup jelas

Ayat (11)Cukup jelas

Ayat (12)Cukup jelas

Ayat (13)Cukup jelas

Ayat (14)Cukup jelas

Angka 6Pasal 11

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Yang dimaksud dengan kondisi krisis penyediaan tenaga listrikadalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listriktidak mencukupi kebutuhan beban di daerah tersebut, yangdapat disebabkan antara lain karena pertumbuhan bebanyang jauh melampaui kemampuan penyediaan tenaga listrik,bencana alam, dan adanya konflik/kerusuhan.

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Cukup jelas

Angka 7Pasal 13

Cukup jelas

Page 231: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

225

Angka 8Pasal 15

Ayat (1)Mutu dan keandalan antara lain tingkat variasi perubahan naikturunnya frekuensi sistem, atau perubahan naik turunnyategangan pada titik pemakaian, ataupun jumlah dan lamaterhentinya penyediaan tenaga listrik (gangguan).

Ayat (2)Penetapan mutu dan keandalan oleh Menteri mengingat mutudan keandalan sistem ketenagalistrikan sangat dinamis dansecara teknis mutu dan keandalan tidak sama di setiap daerahsehingga tidak dapat diberlakukan secara nasional.

Angka 9Pasal 21

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Disamping untuk keamanan instalasi tenaga listrik,keselamatan ketenagalistrikan dimaksudkan pula untukmemberi perlindungan kepada masyarakat untukmendapatkan rasa aman, rasa nyaman, dan kesehatan sertakelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai standar yangberlaku.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan Badan Usaha Penunjang TenagaListrik adalah badan usaha yang diberi izin untuk melakukanpekerjaan perencanaan pembangunan dan pemasanganinstalasi ketenagalistrikan.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Page 232: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

226

Ayat (9)Peraturan perundang-undangan yang dimaksud dalam adalahperaturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Ayat (10)Cukup jelas

Angka 10Pasal 22

Ayat (1)Instalasi ketenagalistrikan dimaksud harus didukung olehperalatan dan pemanfaat listrik yang memenuhi standar dibidang ketenagalistrikan.

Ayat (2)Sertifikat laik operasi diterbitkan oleh lembaga sertifikasi(lembaga inspeksi) yang berwenang, dimaksudkan sebagaisarana untuk menjamin terpenuhinya ketentuan andal, aman,dan akrab lingkungan bagi instalasi ketenagalistrikan.

Angka 11Pasal 23

Cukup jelasAngka 12

Pasal 23ADengan berkembangnya teknologi, penggunaan jaringantenaga listrik dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain selainpenyaluran tenaga listrik, antara lain untuk mentransmisikandata, internet, telekomunikasi, multimedia, dan informatika.

Angka 13Pasal 24

Ayat (1)Yang diberlakukan sebagai standar wajib adalah SNI yangberkaitan dengan keamanan, keselamatan, dan kesehatan danfungsi lingkungan hidup di bidang ketenagalistrikan.

Ayat (2)Tanda SNI yang dibubuhkan pada peralatan tenaga listrik,menunjukan bahwa peralatan tersebut telah memenuhipersyaratan mutu yang termuat dalam SNI.

Ayat (3)Tanda Keselamatan dibubuhkan pada pemanfaat tenagalistrik, menunjukan bahwa pemanfaat tersebut telah memenuhipersyaratan keselamatan yang dimuat dalam SNI.

Page 233: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

227

Ayat (4)Cukup jelas

Angka 14Pasal 25

Ayat (1)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Tindakan adalah antara lain pemutusan sementara alirantenaga listrik.

Huruf cTindakan penertiban yang dimaksud misalnyapencabutan kabel-kabel yang dipasang untukmendapatkan tenaga listrik secara tidak sah. Terhadappemakaian yang tidak sah itu sendiri pada dasarnyadapat dilaporkan kepada pihak yang berwajib sebagaitindak pidana pencurian.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan bahaya terhadap kesehatan ataunyawa adalah karena akibat sengatan, terbakar, terlukalainnya oleh tenaga listrik.

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Kelalaian ini dapat terjadi baik dalam arti sewaktupelaksanaan pekerjaan atau tidak segera dilakukantindakan pengamanan perbaikan, sementara laporanatau informasi mengenai hal tersebut telah diberikan,ataupun karena tindakan-tindakan lain yang dapatmenimbulkan kerugian selama pemberian pelayanantenaga listrik.

Huruf eCukup jelas

Page 234: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

228

Angka 15Pasal 32

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Yang dimaksud dengan harga jual tenaga listrik untukkonsumen adalah harga yang dibayar pelanggan ataspenggunaan tenaga listrik yang dapat terdiri dari biaya beban(Rp/kVA) dan/atau biaya pemakaian (Rp/kWh), dan biayapemakaian daya reaktif (Rp/kVArh) atau dibayar berdasarkanharga langganan (Rp/bulan) sesuai dengan batasan daya yangdipakai.

Ayat (3)Yang dimaksud harga jual tenaga listrik untuk konsumen dalamketentuan ini sama dengan penjelasan pada ayat (1).

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Yang dimaksud dengan konsumen tidak mampu adalahkonsumen listrik dengan daya tersambung sampai dengan 450VA yang pemakaiannya sampai dengan 30 kWh perbulan.

Angka 16Pasal 32 A

Cukup jelasAngka 17

Pasal 35Cukup jelas

Angka 18Pasal 36

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalahperaturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Page 235: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

229

Angka 19Pasal 37

Cukup jelasAngka 20

Pasal 37ACukup jelas

Pasal IICukup jelas

Pasal IIICukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 4469

Page 236: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

230

Lampiran 5MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGINomor : 02 P/451/M.PE/1991

TENTANG

HUBUNGAN PEMEGANG KUASA USAHAKETENAGALISTRIKAN DAN PEMEGANG IZIN USAHA

KETENAGALISTRIKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUMDENGAN MASYARAKAT

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal-pasal 27, 28 dan29 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989dipandang perlu untuk menetapkan pengaturanmengenai hubungan Pemegang izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum DenganMasyarakat dalam suatu Peraturan MenteriPertambangan dan Energi ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 (LNTahun 1985 Nomor 74, TLN Nomor 3317);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989(LN Tahun 1989 Nomor 24, TLN Nomor3394) ;

3. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984tanggal 6 Maret 1984 ;

4. Keputusan Presiden Nomor 64/M Tahun 1988tanggal 21 Maret 1988 ;

5. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNomor 01 P/40/M.PE/1990 tanggal 16 Juni1990;

Page 237: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

231

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAMBANGANDAN ENERGI TENTANG HUBUNGANPEMEGANG KUASA USAHAKETENAGALISTRIKAN DAN PEMEGANGIZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUKKEPENTINGAN UMUM DENGANMASYARAKAT.

B A B I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksudkan dengan :a. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang

ketenagalistrikan ;b. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab

dalam bidang ketenagalistrikan ;c. Tenaga Listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang

dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan untuk semuakeperluan dan bukan untuk listrik yang digunakan dalam komunikasiatau isyarat ;

d. Pengusaha adalah Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan yangdidirikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku danPemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umumtermasuk Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan UntukKepentingan Sendiri yang menjual kelebihan tenaga listriknyakepada masyarakat.

e. Peminta Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan Usaha atauBadan/Lembaga lainnya yang meminta sambungan tenaga listrik dariinstalasi Pengusaha ;

f. Pemakai Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan Usaha atauBadan/Lembaga lainnya memakai tenaga listrik dari instalasiPengusaha :1. Berdasarkan alas hak yang sah ;2. Tanpa berdasarkan alas hak yang sah ;

Page 238: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

232

g. Pelanggan adalah pemakai tenaga listrik sebagaimana termaksuddalam huruf f angka 1 ;

h. Jaringan Tenaga Listrik adalah sistem penyaluran/ pendistribusiantenaga listrik yang dapat dioperasikan dengan Tegangan Rendah,Tegangan Menengah, Tegangan Tinggi atau Tegangan Ekstra Tinggi;

i. Sambungan tenaga listrik yang selanjutnya disingkat “SL” adalahpenghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannyasebagai bagian Instalasi Pengusaha yang merupakan sambunganantara jaringan tenaga listrik milik Pengusaha dengan InstalasiPelanggan untuk menyalurkan tenaga listrik dengan TeganganRendah atau Tegangan Menengah atau Tegangan Tinggi atauTegangan Ekstra Tinggi ;

j. Tegangan Ekstra Tinggi adalah tegangan sistem di atas 245.000volt sesuai Standar Listrik Indonesia ;

k. Tegangan Tinggi adalah tegangan sistem di atas 35.000 volt sampaidengan 245.000 volt sesuai Standar Listrik Indonesia :

l. Tegangan Menengah adalah tegangan sistem di atas 1.000 voltsampai dengan 35.000 volt sesuai Standar Listrik Indonesia :

m. Tegangan Rendah adalah tegangan sistem di atas 100 volt sampaidengan 1.000 volt sesuai Standar Listrik Indonesia :

n. Alat Pembatas adalah alat milik Pengusaha yang merupakanpembatasan daya atau tenaga listrik yang dipakai Pelanggan ;

o. Alat Pengukur adalah alat milik Pengusaha yang merupakan bagianSL Tegangan Rendah atau Tegangan Menengah atau TeganganTinggi atau Tegangan Ekstra Tinggi untuk pengukuran daya atauTenaga Listrik dan energi yang dipakai oleh Pelanggan ;

p. Instalasi Ketenagalistrikan – selanjutnya disebut Instalasi – adalahbangunan sipil dan elektromekanik, mesin, peralatan, saluran danperlengkapannya yang dipergunakan untuk pembangkitkan,konversi, transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatantenaga listrik ;

q. Instalasi Pengusaha adalah instalasi ketenagalistrikan milik Pengusahasampai dengan Alat Pembatas dan atau Alat Pengukur.

r. Instalasi Pelanggan adalah instalasi ketenagalistrikan milik atau yangdikuasai Pelanggan, sesudah alat Pembatas dan atau Alat Pengukur;

s. Piranti Tenaga Listrik adalah alat berikut pengawatannya yangmemanfaatkan tenaga listrik untuk kegunaan mekanis, kimiawi,pemanasan, penerangan, pengujian dan kegiatan lain sejenis dantidak merupakan bagian SL ;

Page 239: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

233

t. Keandalan sistem atau keandalan pelayanan selanjutnya disebutkeandalan – adalah kesanggupan suatu sistem untuk melaksanakanfungsi pelayanannya menurut keadaan yang ditetapkan dalam jangkawaktu yang ditetapkan pula.

B A B IIHAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA

Bagian PertamaHak Pengusaha

Pasal 21. Dalam menyediakan Tenaga Listrik kepada Pengusaha diberikan hak

untuk:a. Memasuki tempat umum atau bangunan atau persil Peminat Tenaga

Listrik, memasuki tempat Instalasi Pelanggan, Instalasiketenagalistrikan yang dipergunakan oleh masyarakat, danmenggunakan untuk sementara waktu atau setiap kali diperlukan,untuk melakukan pekerjaan penyediaan / penyambungan TenagaListrik dan pemeriksaan instalasi Pengusaha, dengan mengindahkanperaturan perundang-undangan yang berlaku ;

b. Melintas di atas atau di bawah bangunan atau persil Peminta TenagaListrik, Pelanggan dan Masyarakat yang dibangun di atas dan ataudi bawah tanah ;

c. Menebang atau memotong tumbuh-tumbuhan yang menghalangiInstalasi dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yangberlaku ;

d. Melaksanakan Pekerjaan penyambungan SL ke Instalasi PemintaTenaga Listrik dan atau Pelanggan dari Instalasi Pengusaha yangberada di atas bangunan atau persil Peminta Tenaga Listrik danatau Pelanggan, dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

f. Mengambil tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pelanggandalam setiap perjanjian jual beli Tenaga Listrik, antara lain berupatagihan susulan dan kemudian diikuti dengan pemutusan sementarauntuk jangka waktu yang dapat ditetapkan oleh Pengusahamaksimum selama 2 (dua) bulan.Ketentuan mengenai hal-hal tersebut di atas ditetapkan olehPengusaha dan disahkan oleh Direktur Jenderal ;

Page 240: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

234

h. Menetapkan pembayaran biaya penyambungan Tenaga Listrik yangdibebankan kepada Peminta Tenaga Listrik dan biaya tambahandaya listrik kepada Pelanggan yang akan menambah daya sesuaiketentuan biaya penyambungan yang ditetapkan Menteri ;

i. Menetapkan biaya lain yang dibebankan kepada Peminta TenagaListrik dan atau Pelanggan yang ditetapkan Pengusaha, dan disahkanDirektur Jenderal.

2. Disamping hak sebagaimana termaksud pada ayat (1) Pasal ini kepadaPengusaha diberikan hak untuk memutus SL dalam hal-hal sebagai berikut:a. Apabila terjadi bencana alam atau keadaan tertentu lain yang

mengakibatkan pemanfaatan Tenaga Listrik dapat membahayakankeselamatan umum ;

b. Apabila Instalasi Pengusaha dan Instalasi Pelanggan tidak amandan dapat mengakibatkan bahaya dan/atau mengganggupemanfaatan Tenaga Listrik ;

c. Apabila terdapat hal-hal pada Instalasi Pelanggan maupun padasambungan rumah, alat pembatas dan atau alat pengukur yang dapatmerugikan Pengusaha atas pemakaian tenaga listrik oleh Pelangganyang bersangkutan ;

3. Pemutusan SL sebagaimana termaksud pada ayat (2) Pasal ini dan akibatyang ditimbulkan, antara lain gangguan terhadap kesehatan, jiwa, kerugianbarang atau harta, tidak memberikan hak kepada Pelanggan ataumasyarakat untuk menuntut ganti rugi.

4. Pengusaha tidak bertanggung jawab terhadap bahaya yang timbul terhadapkesehatan, nyawa dan barang, karena penggunaan tenaga listrik yang tidaksesuai dengan peruntukannya atau salah dalam pemanfaatannya.

5. Hak Pengusaha lainnya dapat diatur lebih lanjut oleh Pengusaha dandisahkan Direktur Jenderal.

Bagian KeduaKewajiban Pengusaha

Pasal 31. Dalam menyediakan Tenaga Listrik Pengusaha wajib melakukan hal-hal

sebagai berikut :a. Memberikan pelayanan yang baik ;b. Menyediakan Tenaga Listrik secara berkesinambungan dengan mutu

dan keandalan yang baik sebagaimana diatur dalam PeraturanMenteri tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik ;

Page 241: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

235

c. Melakukan perbaikan, apabila terdapat gangguan Tenaga Listrikatau apabila variasi Tegangan Rendah melampaui batas sebagaimanatermaksud dalam Peraturan Menteri tentang PersyaratanPenyambungan Tenaga Listrik ;

d. Bertanggung jawab atas semua kerugian atau bahaya terhadap jiwa,kesehatan dan barang yang rusak karena kelalaiannya sesuaiperaturan perundang-undangan yang berlaku ;

e. Memberikan kompensasi berupa reduksi apabila terjadi penghentiansementara penyaluran Tenaga Listrik, yang berlangsung secara terusmenerus melebihi jangka waktu 3 x 24 (tiga kali duapuluh empat)jam, dengan ketentuan bahwa peraturan pelaksanaannya diaturPengusaha dan disahkan Direktur Jenderal.

2. Dalam melakukan penghentian sementara penyaluran Tenaga Listrik sesuairencana Pengusaha, Pengusaha terlebih dahulu harus memberitahukankepada Pelanggan selambat-lambatnya 24 (duapuluh empat) jam sebelumterjadinya penghentian sementara tersebut, dengan ketentuan bahwa carapemberitahuannya diatur Pengusaha.

BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT DAN PELANGGAN

Bagian PertamaHak Masyarakat dan Pelanggan

Pasal 41. Masyrakat di daerah usaha Pengusaha, berhak mendapatkan Tenaga

Listrik yang disediakan Pengusaha setelah memenuhi persyaratanpenyambungan tenaga listrik.

2. Pelanggan mempunyai hak untuk :a. Mendapatkan pelayanan yang baik ;b. Mendapatkan Tenaga Listrik secara berkesinambungan dengan mutu

dan keandalan yang baik ;c. Mendapatkan pelayanan untuk perbaikan terhadap gangguan

penyediaan Tenaga Listrik atau penyimpangan atas mutu TenagaListrik yang disalurkan.

Page 242: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

236

Bagian KeduaKewajiban Pelanggan

Pasal 51. Kewajiban pelanggan adalah :

a. Melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbulsebagai akibat pemanfaatan Tenaga Listrik ;

b. Menjaga dan memelihara keamanan Instalasi Pelanggan ;c. Menjaga keamanan Alat Pembatas dan atau Alat Pengukur

Pengusaha yang terpasang pada bangunan atau persil Pelanggan ;d. Menjaga keamanan SL yang berada pada bangunan atau persil

Pelanggan ;e. Menggunakan Tenaga Listrik sesuai dengan peruntukkannya ;f. Mentaati persyaratan penyambungan Tenaga Listrik sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri tentang Persyaratan PenyambunganTenaga Listrik ;

g. Memenuhi ketentuan Peraturan Instalasi Ketenagalistrikan yangberlaku ;

h. Mengizinkan Pengusaha untuk melaksanakan haknya sebagaimanatermaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri ini.

2. Pelanggan bertanggung jawab atas kesalahannya yang mengakibatkankerugian terhadap Pengusaha.

3. Pelanggan bertanggung jawab atas bahaya terhadap kesehatan, jiwa danbarang yang timbul karena penggunaan Tenaga Listrik yang tidak sesuaidengan peruntukkannya atau salah dalam pemanfaatannya.

BAB IV

PERJANJIAN ANTARA PENGUSAHA DENGAN PELANGGAN

Pasal 61. Setiap Peminat Tenaga Listrik wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan

Pengusaha yang telah disahkan Direktur Jenderal.2. Penyediaan Tenaga Listrik oleh Pengusaha dan Pemanfaatannya oleh

Pelanggan harus diatur dalam perjanjian jual beli Tenaga Listrik dalambentuk perjanjian formulir yang disediakan pengusaha.

Page 243: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

237

3. Perjanjian atau formulir sebagaimana termaksud pada ayat (2) Pasal iniharus memuat antara lain hak dan kewajiban Pengusaha dan Pelanggansesuai Peraturan Menteri ini serta sanksi-sanksi dan harga jual TenagaListrik sesuai peraturan yang berlaku.

BAB V

S A N K S I

Pasal 7Setiap Pengusaha dan Pemakai Tenaga Listrik yang melanggar Peraturan Menteriini dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini diaturlebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

Pasal 9Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 16 Juni 1994Menteri Pertambangan dan Energi

Ttd

GINANDAR KARTASASMITAFoto CopyPeraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNomor : 02 P/551/M.PE/1991Tanggal : 26 April 1991Sesuai Dengan Aslinya.

Kepala Biro Hukum dan HumasKepala Bagian Humas dan Dok. Hukum

Elina Widyastuti

Page 244: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

238

Lampiran 6MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGINomor : 03 P/451/M.PE/1991

TENTANG

PERSYARATAN PENYAMBUNGAN TENAGA LISTRIK

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal-pasal 29Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989dipandang perlu untuk meninjau kembali PeryaratanPenyambungan Tenaga Listrik sebagaimana diaturdalam Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNomor 02 P/400/M.PE/1984 tanggal 9 Juni 1984dalam suatu Peraturan Menteri Pertambangan danEnergi ;

Mengingat : 1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (sb.1915 Nomor 723 jo. Undang-undang Nomor73 Tahun 1958 (LN Tahun 1958 127) ;

2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 ( LNTahun 1985 Nomor 74, TLN Nomor 3317 );

3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989(LN Tahun 1989 Nomor 24, TLN Nomor3394) ;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990(LN Tahun 1990 Nomor 21) ;

5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984tanggal 6 Maret 1984 ;

Page 245: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

239

6. Keputusan Presiden Nomor 64/M Tahun 1988tanggal 21 Maret 1988 ;

7. Peraturan Menteri Pertambangan dan energiNomor 11/P/M/Pertamban/1981 tanggal 5November 1981 ;

8. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNomor 02/P/M/Pertamben/1983 tanggal 3November 1983 ;

9. Peraturan Menteri Pertambangan dan energiNomor 01 P/40/M.PE/1993 tanggal 16 Juni1990;

M E M U T U S K A N

Dengan mencabut Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor02 P 400/M.PE/1984 tanggal 9 Juni 1984;

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAMBANGANDAN ENERGI TENTANG PENYAMBUNGANTENAGA LISTRIK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksudkan dengan:a. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang

ketenagalistrikan ;b. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab dalam

bidang ketenagalistrikanc. Tenaga Listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,

ditransmisikan dan disitribusikan untuk semua jenis keperluan dan bukanlistrik yang digunakan dalam komunikasi atau isyaratkan ;

d. Pengusaha Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan Usaha atauBadan/Lembaga lain yang memakai tenaga listrik dari instalasi Pengusaha:1. Berdasarkan alas hak yang sah ;2. Tanpa berdasarkan alat hak yang sah.

Page 246: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

240

f. Pelanggan adalah pemakai tenaga listrik sebagaimana termaksud padahuruf e angka 1 ;

g. Jaringan tenaga listrik adalah sistem penyaluran / pendistribusian tenagalistrik yang dapat dioperasikan dengan Tegangan listrik yang dapatdioperasikan dengan Tegangan Rendah, Tegangan Menengah, TeganganTinggi atau Tegangan Ekstra Tinggi ;

h. Sambungan Tenaga Listrik selanjutnya disingkat “SL” adalah penghantardi bawah atau di atas tanah, termasuk peralatannya sebagai bagian InstalasiPengusaha yang merupakan sambungan antara jaringan tenaga listrik milikPengusaha dengan Instalasi Pelanggan untuk menyalurkan tenaga listrikdengan Tegangan Rendah atau Tegangan Menengah atau Tegangan Tinggiatau Tegangan Ekstra Tinggi ;

i. Tegangan Ekstra Tinggi adalah tegangan sistem di atas 245.000 (dua ratusempat puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia ;

j. Tegangan Tinggi adalah tegangan sistem di atas 35.000 (tiga puluh limaribu) volt sampai 245.000 (dua ratus empat puluh lima ribu) sesuai StandarListrik Indonesia ;

k. Tegangan Menengah adalah tegangan sistem di atas 1.000 (seribu) voltsampai 35.000 (tiga puluh lima ribu) sesuai Standar Listrik Indonesia ;

l. Tegangan Rendah adalah tegangan sistem di atas 100 (seratus) volt sampai1.000 (seribu) sesuai Standar Listrik Indonesia ;

m. Alat Pembatas adalah alat milik Pengusaha yang merupakan pembatasandaya atau tenaga listrik yang dipakai Pelanggan ;

n. Alat Pengukur adalah alat milik Pengusaha yang merupakan bagian SLTegangan Rendah atau Tegangan Menengah atau Tegangan Tinggi atauTegangan Ekstra Tinggi untuk pengukuran daya atau Tenaga Listrik danenergi yang digunakan Pelanggan ;

o. Instalasi Ketenagalistrikan – selanjutnya disebut Instalasi – adalah bangunansipil dan elektro mekanik, mesin, peralatan, saluran dan perlengkapannyayang dipergunakan untuk pembangkitan, konversi, transformasi,penyaluran, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik ;

p. Instalasi Pengusaha adalah instalasi ketenagalistrikan milik Pengusahasampai dengan Alat Pembatas dan atau Alat Pengukur ;

q. Instalasi Pelanggan adalah instalasi ketenagalistrikan milik atau yangdikuasai Pelanggan, sesudah alat pembatas dan atau alat pengukur ;

r. Badan Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah Badan Usaha dalam bidangketenagalistrikan yang mendapat izin kerja dari Direktur Jenderal.

Page 247: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

241

s. Peranti Tenaga Listrik adalah alat berikut pengawatannya yangmemanfaatkan tenaga listrik untuk kegunaan mekanis, kimiawi, pemanas,penerangan, pengujian dan kegiatan lain sejenis dan tidak merupakanbagian SL ;

t. Keandalan sistem atau keandalan pelayanan selanjutnya disebut keandalan– adalah kesanggupan suatu sistem untuk melaksanakan fungsipelayanannya menurut keadaan yang ditetapkan dan dalam jangka waktuyang ditetapkan pula.

BAB II

PENYALURAN TENAGA LISTRIK

Bagian PertamaMutu dan Keandalan Tenaga listrik yang Disalurkan

Pasal 21. Mutu Tenaga Listrik yang disalurkan Pengusaha, harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :a. Tenaga Listrik arus bolak balik yang disalurkan baik fase tunggal,

maupun fase tiga dengan frekuensi 50 (lima puluh) hertz ;b. Pada jaringan Tegangan Rendah untuk fase tunggal dengan tegangan

nominal antara fase dengan penghantar nol adalah 230 (dua ratus tigapuluh) volt dan untuk fase tiga tegangan antara fase adalah 400 (empatratus) volt ;

c. Pada jaringan Tegangan Menengah dengan tegangan nominal 6.000(enam ribu) volt tiga fase tiga kawat. 20.000 (dua puluh ribu) Volt tigafase tiga kawat atau empat kawat dan 35.000 (tiga puluh lima ribu)Volt tiga fase tiga Kawat atau tiga fase empat kawat antar fase ;

d. Variasi Tegangan yang diperbolehkan maksimum 5% (lima perseratus)di atas dan 10% (sepuluh perseratus) di bawah tegangan nominalsebagaimana termaksud pada huruf = b

e. Pada jaringan Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi, makaTegangan nominal adalah sesuai standar yang berlaku.

2. Terhadap daerah yang masih menggunakan frekuensi dan atau teganganyang belum disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana termaksud dalamPasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri ini wajib diadakan penyesuaian dalamjangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai berlakunya Peraturan Menteriini.

Page 248: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

242

3. Pengusaha harus melaksanakan tindakan perbaikan apabila variasitegangan melampaui batas maksimum sebagaimana termaksud pada hurufd ayat (1) Pasal ini.

4. Keandalan dalam menyalurkan Tenaga Listrik adalah sesuai Standar ListrikIndonesia.

Bagian KeduaKelangsungan Penyaluran Tenaga Listrik

Pasal 31. Pengusaha wajib menyalurkan Tenaga Listrik kepada Pelanggan secara

berkesinambungan dengan keandalan yang baik, kecuali dalam keadaanmendesak (force Majeure) dan penghentian sementara dapat dilakukandalam hal sebagaimana termaksud pada ayat (2) Pasal ini.

2. Penyaluran Tenaga Listrik dapat dihentikan untuk sementara waktu danaatau setiap waktu oleh Pengusaha apabila dipenuhi salah satu atau lebihdaripada hal-hal sebagai berikut :a. Diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan pemeliharaan,

perbaikan gangguan, perluasan atau rehabilitasi Instalasi Pengusahayang berkaitan dengan Instalasi Pelanggan ;

b. Terjadi sesuatu hal pada Instalasi yang membahayakan kelangsunganpenyaluran Tenaga Listrik, dan/atau keselamatan umum serta keamananjiwa manusia ;

c. Dianggap membahayakan keselamatan umum serta keamanan daerahdan Negara ;

d. Atas perintah instansi yang berwajib dan/atau pengadilan ;e. Apabila terdapat perubahan Standar dalam bidang ketenagalistrikan.

3. Penghentian sementara penyaluran Tenaga Listrik sebagaimana termaksudpada ayat (2) Pasal ini tidak memberikan hak kepada Pelanggan ataumasyarakat untuk menuntut ganti rugi.

4. Terhadap daerah dan Pelanggan yang masih menggunakan penjadwalanpenyediaan Tenaga Listrik, Pengusaha harus menyediakan Tenaga Listriksesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Page 249: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

243

BAB III

PENYAMBUNGAN TENAGA LISTRIK

Bagian Pertama

Pasal 4Pekerjaan penyambungan dan pemasangan Instalasi hanya dapat dilakukanapabila telah dipenuhi persyaratan teknis dalam Peraturan Menteri Pertambangandan Energi tentang Instalasi Ketenagalistrikan dan persyaratan penyambungantenaga listrik dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 5Persyaratan lebih lanjut mengenai penyambungan Tenaga Listrik ditetapkanoleh Direktur Jenderal.

Pasal 61. Pengusaha berhak menentukan jenis-jenis SL yang akan digunakan

yaitu :a. SL Tegangan Rendah ;b. SL Tegangan Menengah ;c. SL Tegangan Tinggi ;d. SL Tegangan Ekstra Tinggi ;

2. Penyambungan SL sebagaimana termaksud pada ayat (1) Pasal ini yangbersifat sementara diatur oleh Pengusaha.

Bagian KeduaPengukuran

Pasal 71. Pengukuran Pemakaian Tenaga Listrik untuk satu Pelanggan dalam satu

bangunan atau persil sesuai sifat dan jenis penggunaannya dilakukan dengansatu pengukuran.

2. Apabila pada satu bangunan atau persil terdapat lebih dari satu Pelangganatau sifat dan jenis penggunaannya berbeda, maka Pengusaha berhakmenentukan baik jumlah maupun jenis Alat Pembatas dan atau AlatPengukur yang dipergunakan.

Page 250: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

244

3. Dalam hal penggunaan Tenaga Listrik yang melebihi daya tersambungmaksimum oleh Pelanggan industri untuk proses tertentu dan dalam jangkawaktu yang disetujui bersama antara Pengusaha dan Pelanggan, makaPengusaha berhak menentukan jenis Alat Pembatas dan atau alat pengukuryang dipergunakan untuk pengukuran pemakaian Tenaga Listriknya.

4. Dalam hal-hal tertentu lainnya penggunaan meter untuk pemakaianTenaga Listrik diatur oleh Pengusaha dan disahkan oleh DirekturJenderal.

BAB IV

INSTALASI, BADAN USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIKDAN PERANTI TENAGA LISTRIK

Bagian PertamaInstalasi Dan Badan Usaha Penunjang Tenaga Listrik

Pasal 8Instalasi Pengusaha dan Instalasi Pelanggan, wajib memenuhi ketentuan-ketentuandalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi tentang Peraturan InstalasiKetenagalistrikan yang berlaku.

Pasal 91. Setiap pemasangan Instalasi Pengusaha dan Instalasi Pelanggan harus

dilaksanakan oleh Badan Usaha Penunjang Tenaga Listrik.2. Ketentuan persyaratan penggunaan Peranti Tenaga Listrik sebagaimana

termaksud pada ayat (1) Pasal ini harus disahkan oleh Direktur Jenderal.

BAB V

PEMERIKSAAN PENGUJIAN DAN PENGAWASAN INSTALASI

Bagian Pertama

Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi

Pasal 111. Pemeriksaan dan pengujian Instalasi harus dilakukan sebelum Instalasi

Pengusaha dioperasikan.2. Pemeriksaan dan pengujian Instalasi dilakukan terhadap Pelaksanaan akan

disambung dengan Instalasi Pengusaha dioperasikan.

Page 251: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

245

3. Pemeriksaan dan pengujian Instalasi dilakukan terhadap Instalasi Pelangganuntuk Kepentingan keamanannya.

Bagian KeduaPengawasan Instalasi

Pasal 121. Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh

Direktur Jenderal.2. Pengawasan sebagaimana termaksud pada ayat (1) Pasal ini terutama

meliputi keselamatan umum, kepentingan Pelanggan dan Pengusaha sertamemenuhi Standardisasi Departemen Pertambangan dan Energi dalamBidang Ketegalistrikan.

BAB VI

SANKSI

Pasal 13Terhadap setiap Pengusaha dan Pemakai Tenaga Listrik yang melanggarPeraturan Menteri ini dikenakan sanksi peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 14Barang siapa yang menyambung dan/atau menyalurkan Tenaga Listrik tanpaalas hak yang sah diancam dengan tindakan pidana pencurian sebagaimanatermaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 151. Setiap penyambungan Tenaga Listrik yang dilakukan sebelum berlakunya

Peraturan Menteri ini, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulaiberlakunya peraturan ini wajib disesuaikan dengan ketentuan-ketentuanPeraturan Menteri ini.

2. Pengecualian atas ketentuan termaksud pada ayat (1) Pasal ini hanyadapat dilakukan berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal.

Page 252: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

246

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16Hal-hal yang belum atau cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini diatur lebihlanjut oleh Direktur Jenderal.

Pasal 17Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 16 Juni 1994Menteri Pertambangan dan Energi

GINANDAR KARTASASMITA

Foto CopyPeraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNomor : 02 P/551/M.PE/1991Tanggal : 26 April 1991Sesuai Dengan Aslinya.

Kepala Biro Hukum dan HumasKepala Bagian Humas dan Dok. Hukum

Elina Widyastuti

Page 253: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

247

Lampiran 7PT. PLN (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Nomor : 109.K/039/DIR/1997

TENTANG

KETENTUAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK DAN

PENGGUNAAN PIRANTI TENAGA LISTRIK

YANG BERLAKU DI PT PLN (PERSERO)

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan dari Peraturan MenteriPertambangan dan Energi No. 02P/451/M.PE/1991 tentang Hubungan Pemegang Kuasa UsahaKetenagalistrikan dan Pemegang Izin UsahaKetenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum sertaPeraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.03 P/451/M.PE/1991 tentang PersyaratanPenyambungan Tenaga Listrik, maka perluditetapkan peraturan mengenai Ketentuan Jual BeliTenaga Listrik dan Penggunaan Piranti TenagaListrik Yang Berlaku di PT PLN (Persero) ;

b. Bahwa peraturan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a diatas perlu ditetapkan dengan KeputusanDireksi PT PLN (Persero).

Mengingat : 1. Undang-undang No. 15 tahun 1985 ;2. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989 ;3. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1994 ;

Page 254: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

248

4. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNo. 01 P/40/M.PE/1990 ;

5. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNo. 02 P/451/M.PE/1991 ;

6. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNo. 03 P/451/M.PE/1991 ;

7. Peraturan Menteri Pertambangan dan EnergiNo. 05 P/451/M.PE/1991 ;

8. Keputusan Menteri KeuanganNo. 53/KMK.016/1995 jo.

9. Keputusan Menteri KeuanganNo. 230/KMK.016/1995 jo.

10. Anggaran Dasar PT. PLN (Persero) ;11. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) ;

No. 001.K/030/DIR/1994 ;12. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) ;

No. 010.K/023/DIR/1995 jo ;13. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) ;

No. 022.K/023/DIR/1995 ;

M E M U T U S K A NMenetapkan :PERTAMA : Keputusan Direksi PT PLN (Persero) tentang “Ketentuan

Jual Beli Tenaga Listrik Dan Penggunaan Piranti TenagaListrik Yang Berlaku di PT PLN (Persero) “.

KEDUA : Dengan diberlakukannya Keputusan ini, maka ketentuan-ketentuan Direksi PT PLN (Persero) yang bertentangandengan Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak disahkan oleh DirekturJenderal Listrik dan Pengembangan Energi, denganketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakanperbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : J A K A R T APada tanggal : 27 Nopember 1999DIREKTUR UTAMA

Ir. DJITENG MARSUDI

Page 255: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

249

KETENTUAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

DAN

PENGUNAAN PIRANTI TENAGA LISTRIK

PT. PLN (PERSERO)KANTOR PUSAT

____________________

Page 256: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

250

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. PLN adalah PT PLN (Persero) yang didirikan dengan Akte NotarisSutjipto, SH No. 169 Tahun 1994 tanggal 30 Juli 1994 berdasarkanPeraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1994 ;

2. Direksi adalah Direksi PT PLN (Persero) ;3. Pelanggan adalah setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga

lainnya yang memakai Tenaga Listrik dari Instalasi PLN berdasarkan alashak yang sah ;

4. Tenaga Listrik adalah bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,ditransmisikan dan didistribusikan untuk semua keperluan di luar listrikyang digunakan dalam komunikasi atau isyarat ;

5. Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut “Instalasi” adalahbangunan sipil dan elektromekanik, mesin, peralatan, saluran danperlengkapannya yang dipergunakan untuk pembangkitan, konversi,transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan Tenaga Listrik ;

6. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi daya yang dipakaiPelanggan ;

7. Alat Pengukur adalah alat milik PLN untuk mengukur daya dan energilistrik yang dipakai Pelanggan ;

8. APP adalah Alat Pembatas dan Alat Pengukur ;9. Frekuensi adalah banyaknya pengulangan gelombang dalam waktu satu

detik ;10. Piranti Tenaga Listrik adalah alat berikut pengawatannya yang

memanfaatkan Tenaga Listrik untuk kegunaan mekanis, kimiawi,pemanasan, penerangan, pengujian dan kegiatan sejenis lainnya, yang tidakmerupakan bagian dari Sambungan Tenaga Listrik ;

11. Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disebut “TET” adalah tegangansistem diatas 245.000 volt ;

12. Tegangan Tinggi yang selanjutnya disebut “TT” adalah tegangan sistem diatas 85.000 volt sampai dengan 245.000 volt ;

13. Tegangan Rendah yang selanjutnya disebut “TR” adalah tegangan sistemsampai dengan 1.000 volt ;

Page 257: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

251

14. Tegangan Menengah yang selanjutnya disebut “TM” adalah tegangansistem di atas 1.000 volt sampai dengan 35.000 volt ;

15. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut “JTL” adalah sistempenyaluran/pendistribusian Tenaga Listrik yang dapat dioperasikan denganTR, TM, atau TET ;

16. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut “JTR” adalah JTL yangdioperasikan dengan TR yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebutbeserta perlengkapannya ;

17. Jaringan Tegangan Menengah yang selanjutnya disebut “JTM” adalah JTLyang dioperasikan dengan TM yang mencakup seluruh bagian jaringantersebut beserta perlengkapannya :

18. Jaringan Tegangan Tinggi yang selanjutnya disebut “JTT” adalah JTL yangdioperasikan dengan TT yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebutbeserta perlengkapannya ;

19. Jaringan Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disebut “JTET” adalahJTL yang dioperasikan dengan TET yang mencakup seluruh bagian jaringantersebut beserta perlengkapannya ;

20. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut “SL” adalahpenghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannya sebagaibagian instalasi PLN, yang merupakan sambungan antara JTL milik PLNdengan Instalasi Pelanggan ;

21. Titik Penyambungan Bersama adalah titik terdekat dengan Pelanggandimana tersambung juga Pelanggan yang lain pada JTR atau JTM atauJTT atau JTET ;

22. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung untuk mengoperasikanAPP ;

23. Segel adalah suatu alat yang dipasang oleh PLN pada APP danPerlengkapan APP sebagai pengaman APP dan Perlengkapan APP :

24. Tanda Tera adalah alat yang dipasang pada Alat Pengukur oleh instansiyang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,sebagai pengaman kebenaran pengukuran ;

25. Biaya Penyambungan yang selanjutnya disebut “BP” adalah biaya yangdibayar calon Pelanggan untuk memperoleh Tenaga Listrik, atau biayayang dibayar oleh Pelanggan untuk penambahan daya ;

26. Uang Jaminan Pelanggan yang selanjutnya disebut “UJL” adalah uang yangmerupakan jaminan atas pemakai daya dan energi listrik selama menjadiPelanggan ;

Page 258: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

252

27. Tagihan Listrik adalah perhitungan biaya atas pemakaian daya dan energilistrik oleh Pelanggan ;

28. Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk sementara penyaluranTenaga Listrik ke Instalasi Pelanggan ;

29. Pemutusan Rampung adalah penghentian untuk seterusnya penyaluranTenaga Listrik ke Instalasi Pelanggan dengan mengambil sebagian atauseluruh peralatan untuk penyaluran Tenaga Listrik ke Instalasi Pelanggan ;

30. Faktor ketidakseimbangan Tegangan adalah perbandingan komponentegangan urutan negatif terhadap komponen tegangan urutan positif ;

31. Tegangan Harmonisa adalah tegangan dengan frekuensi kelipatan dari 50Hertz, digunakan sebagai das penilaian faktor distorsi harmonisa total (to-tal harmonic distortion factor);

32. Depresi Tegangan Hubung Singkat yang selanjutnya disebut DTHS adalahrasio dalam persen antara daya hubung singkat akibat beban Pelanggandengan daya hubung singkat di Titik Penyambungan Bersama yangbersangkutan ;

33. Daya Tersambung adalah besarnya daya yang disepakati oleh PLN danpelanggan dalam perjanjian jual beli Tenaga Listrik ;

34. Sambungan Langsung adalah sambungan dari JTL atau SL termasukperalatannya sedemikian sehingga Tenaga Listrik disalurkan tanpa melaluiAPP ;

35. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik, selanjutnya disebut P2TL adalahpemeriksaan oleh PLN terhadap Instalasi PLN dan Instalasi Pelanggandalam rangka penerbitan pemakaian / pemanfaatan Tenaga Listrik.

36. Tagihan Susulan adalah tagihan kemudian sebagai akibat adanyapenyesuaian dengan ketentuan atau sebagai akibat adanya pelanggan.

37. Biaya Keterlambatan adalah biaya yang dibebankan pada Pelanggankarena tidak memenuhi kewajiban membayar tagihan PLN tepat padawaktunya.

38. Tarif Dasar Tenaga Listrik, selanjutnya disebut (TDL) adalah ketetapanharga jual dan golongan tarif Tenaga Listrik PLN.

Pasal 2Setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga lainnya dapat menjadiPelanggan PLN setelah memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Keputusan ini.

Page 259: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

253

B A B IIKETENTUAN TEKNIK

BAGIAN KESATUSTANDAR MUTU

Pasal 31. Standar Tenaga Listrik dalam penyaluran Tenaga Listrik adalah standar

yang berlaku di Indonesia.2. Tenaga Listrik yang disalurkan PLN adalah :

a. Tenaga Listrik arus bolak-balik sistem satu fasa maupun sistem tigafasa, dengan frekuensi 50 (lima puluh) hertz dengan penyimpanganyang diperbolehkan maksimum 1% (satu persen) diatas atau dibawah ;

b. Tegangan Nominal :i. Pada JTR adalah 230 (dua ratus tiga puluh) volt antara

penghantar fasa dengan penghantar netral untuk sistem satu fasadan 400 (empat ratus) volt tegangan antar penghantar fasa untuksistem tiga fasa ;

ii. Pada JTM adalah 6.000 (enam ribu) volt, 20.000 (dua puluhribu) volt dan 35.000 (tiga puluh lima ribu) volt antar fasa, sistemtiga fasa tiga kawat atau sistem tiga fasa empat kawat, serta20.000/V3 volt tegangan antara penghantar fasa ke penghantarnetral pada sistem satu fasa atau sistem dua fasa ;

dengan penyimpangan yang diperbolehkan maksimum 5% (limapersen) di atas dan 10% (sepuluh persen) di bawah tegangan nomi-nal.

c. Pada JTT tegangan nominal adalah 70.000 volt atau 150.000 voltantar fasa, dengan sistem tiga fasa tiga kawat;

d. Pada JTET tegangan nominal adalah 275.000 volt atau 500.000volt antar fasa dengan sistem tiga fasa kawat.

BAGIAN KEDUAPENYALURAN DAN PENGGUNAAN PIRANTI TENAGA LISTRIK

Pasal 41. Penyaluran Tenaga Listrik dilakukan secara berkesinambungan dengan

keandalan yang baik, kecuali sebab kahar (force Majeure).

Page 260: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

254

2. Penyaluran Tenaga Listrik dapat dihentikan untuk sementara waktu apabila:a. Diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan pemeliharaan,

perbaikan gangguan, perluasan atau rehabilitasi Instalasi PLN yangberkaitan dengan Instalasi Pelanggan ; atau

b. Terjadi sesuatu hal pada Instalasi baik Instalasi PLN maupun InstalasiPelanggan yang membahayakan kelangsungan penyaluran TenagaListrik dan atau keselamatan umum serta keamanan jiwa manusia ;atau

c. Dianggap membahayakan keamanan daerah atau keamanan Negara; atau.

d. Atas perintah Pengadilan ;Pasal 5

1. SL berdiri atas SL permanen dan SL sementara.2. SL sementara adalah SL untuk melayani kebutuhan sementara atau dalam

waktu tertentu.Pasal 6

1. Pembatasan Daya Tersambung menggunakan pemutus magnetic mini, ataupelebur, atau dengan relai pembatas.

2. Pengukuran pemakaian energi dilakukan dengan menggunakan meterKWh dan atau meter KVArh sesuai peruntukannya.

3. Pengukuran pemakaian daya dilakukan menggunakan meter KVAmaksimum, meter ampere maksimum atau meter KW maksimum.

Pasal 71. Goncangan tegangan pada Titik Penyambungan Bersama akibat pengunaan

Piranti Tenaga Listrik milik Pelanggan dibatasi sebagai berikut :a. Goncangan tegangan di JTR :

i. Goncangan yang terjadi kurang dari satu kali tiap jam, diizinkanmaksimum 5% (lima persen) terhadap nominalnya.

ii. Goncangan yang terjadi setinggi-tingginya 4 (empat) kali setiapjam, diizinkan maksimum 4% (empat persen) terhadapnominalnya.

iii. Goncangan yang terjadi setinggi-tinginya 2 (dua) kali setiap detik,diizinkan maksimum 1.5% (satu lima persepuluh persen) terhadapnominalnya.

iv. Goncangan yang terjadi terjadi terus menerus melebihi 2 (dua)kali setiap detik, diizinkan maksimum 0.75% (tujuh puluh limaper seratus persen) terhadap nominalnya.

Page 261: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

255

b. Khusus untuk Pelanggan yang mengunakan tanur busur listrik,goncangan tegangan yang terjadi pada Titik Penyambungan Bersamatidak boleh melewati batas goncangan tegangan yang dinyatakandalam Depresi Tegangan Hubung Singkat (DTHS) sebesar :i. 2.5 % (dua lima per sepeluh persen) pada Titik Penyambungan

Bersama tegangan 150 KV.ii. 2.75% (dua tujuh puluh lima perseratus persen) pada Titik

Penyambungan Bersama tegangan 70 KV.iii. 3% (Tiga persen) pada Titik Penyambungan Bersama tegangan

20 KV.c. Faktor ketidakseimbangan, Tegangan pada Titik Penyambungan

Bersama dibatasi maksimum 2% (dua persen).d. Pengaruh Tegangan Harmonisa dibatasi dengan faktor distorsi total

dengan formulasi berikut :Faktor distorsi total (T) adalah :

T = Bn 2

Dengan B n = U n N > 2 U 1Dimana : Un = Tegangan Harmonisa ke n

U1 = Tegangan Harminisa ke 1Faktor distorsi total yang terjadi pada Titik Penyambungan Bersamadibatasi maksimum untuk :i. JTL dengan tegangan dibawah 70.000 volt adalah 5% (lima

persen) ;ii. JTL dengan tegangan 70.000 volt keatas sampai dengan dibawah

150.000 volt adalah 3% (Tiga persen) ;iii. JTL dengan tegangan 150.000 volt keatas adalah 1.5% (satu

lima perseratus sepuluh persen) ;2. Penggunaan Piranti Tenaga Listrik milik setiap Pelanggan secara akumulasi

tidak boleh menyebabkan terjadi variasi frekuensi sistem melebihi sepertiyang diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Keputusan ini.

Pasal 8Penyambungan atau penambahan daya Instalasi calon Pelanggan/Pelanggan dapatdilakukan setelah diadakan pemeriksaan sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 9Pelanggan bertanggung jawab atas bahaya terhadap kesehatan, jiwa, dan barangyang timbul karena Tenaga Listrik tidak sesuai dengan peruntukannya, atau salahdalam pemanfaatannya.

Page 262: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

256

B A B IIIKETENTUAN ADMINISTRASI

BAGIAN KESATUTATACARA PENYAMBUNGAN BARU ATAU PENAMBAHAN DAYA

Pasal 101. Untuk mendapatkan penyambungan baru atau penambahan daya, calon

Pelanggan / Pelanggan mengajukan permintaan secara lisan atau tertulis.2. Apabila permintaan dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dapat dipenuhi,

dibuat perjanjian jual beli Tenaga Listrik antara calon Pelanggan/Pelanggandengan PLN.

3. Bentuk perjanjian dimaksud ayat (2) Pasal ini diatur tersendiri oleh Direksi.Pasal 11

1. Untuk mendapatkan penyambungan Tenaga Listrik, calon Pelanggan/Pelanggan membayar BP dan UJL yang besarnya sesuai dengan peraturanyang berlaku.

2. Besarnya UJL disesuaikan setiap kali ada perubahan TDL.

BAGIAN KEDUAPERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

Perjanjian jual beli Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat(2) Keputusan ini mencantumkan sekurang-kurangnya :

a. Para pihak ;b. Peruntukan penggunaan Tenaga Listrik ;c. Golongan tarif ;d. Daya Tersambung ;e. Tegangan nominal pasokan listrik ;f. Frekuensi nominal pasokan listrik ;g. Sambungan Tenaga Listrik ;h. Hak dan kewajiban Pelanggan ;i. Hak dan kewajiban PLN ;j. Sanksi-sanksi.

Pasal 131. Setiap penyimpangan atas pelaksanaan perjanjian jual-beli Tenaga Listrik

merupakan pelanggaran perjanjian.

Page 263: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

257

2. Perjanjian jual-beli Tenaga Listrik dapat berakhir karena:a. Atas permintaan Pelanggan; ataub. Sanksi pelanggaran perjanjian yang berupa Pemutusan Rampung;

atauc. Keputusan Pengadilan.

3. Dengan berakhirnya perjanjian jual beli Tenaga Listrik, masing-masingpihak tetap bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dipenuhi.

4. Apabila perjanjian jual beli Tenaga Listrik berakhir sebagai akibat dariketentuan yang diatur dalam ayat 2) Pasal ini maka BP yang telah dibayartidak dapat dikembalikan, kecuali hal-hal tertentu yang dinyatakan laindalam perjanjian jual beli Tenaga Listrik.

BAGIAN KETIGABIAYA-BIAYA DAN TAGIHAN

Pasal 141. Tagihan-tagihan dari PLN yang timbul akibat adanya hubungan jual beli

Tenaga Listrik dapat berupa :a. Tagihan BP dan atau penyesuaiannya;b. Tagihan UJL dan atau penyesuaiannya;c. Tagihan Listrik;d. Biaya Keterlambatan;e. Tagihan Susulan.

2. Tata cara pembayaran dan administrasi setiap periode tertentu yang antaralain mencantumkan Tenaga Listrik dan biaya-biaya lain untuk pemakaiandaya dan energi listrik dalam periode tersebut yang besarnya ditetapkanberdasarkan TDL yang berlaku.

BAB IVHAK DAN KEWAJIBAN PELANGGAN

BAGIAN KE SATUDAN HAK PELANGGAN

Pasal 161. Pelanggan mempunyai hak untuk mendapatkan :

a. Pelayanan Tenaga Listrik secara berkesinambungan dengan mutusebagaimana dimaksud Pasal 3 Keputusan ini dan keandalan yangbaik;

Page 264: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

258

b. Pelayanan perbaikan dengan segera terhadap gangguan dalamrangka penyediaan Tenaga Listrik atau terhadap penyimpangan atasmutu Tenaga Listrik yang disalurkan;

c. Pelayanan informasi dan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitandengan perjanjian jual-beli Tenaga Listrik.

2. Pelanggan berhak mendapat kompensasi berupa reduksi Biaya Bebanatas penghentian penyaluran Tenaga Listrik yang berlangsung terus menerusmelebihi waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam yang besarnyasesuai dengan ketentuan yang berlaku, kecuali bila penghentian penyaluranTenaga Listrik disebabkan hal-hal sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat(2) huruf c dan d Keputusan ini.

BAGIAN KE DUAKEWAJIBAN PELANGGAN

Pasal 171. Calon Pelanggan/Pelanggan wajib menyediakan tempat/ruang/tanah yang

memenuhi syarat untuk peletakkan peralatan Instalasi milik PLN yangdiperlukan dalam penyaluran Tenaga Listrik kepada Pelanggan yangbersangkutan.

2. Ketentuan tentang penyerahan hak menggunakan tempat/ruang/tanahtersebut ayat (1) Pasal ini diatur tersendiri oleh Direksi.

3. Calon Pelanggan/Pelanggan wajib memberi ijin kepada PLN untuk :a. Memasuki ataupun melintasi di atas atau di bawah persil/bangunan

sesuai dengan peraturan yang berlaku;b. Memasang SL;c. Memeriksa dan menerbitkan Instalasi PLN yang terpasang pada

persil/bangunan Pelanggan;d. Melakukan pekerjaan, memperbaiki, merubah dan mengambil

sebagian atau seluruh SL;e. Menebang atau memotong pohon-pohon/tanaman pada persil/

bangunan Pelanggan yang dapat membahayakan atau mengganggukelangsungan penyaluran Tenaga Listrik.

Pasal 18Pelanggan berkewajiban untuk :

a. Menjaga Instalasi PLN yang terpasang di persil dan atau bangunanPelanggan dalam rangka penyaluran Tenaga Listrik kepadanya agarselalu dalam keadaan baik dan segera melaporkan bila ditemukankelainan atau kerusakan;

Page 265: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

259

b. Menggunakan Tenaga Listrik sesuai klasifikasi golongan tarif yangditetapkan;

c. Menjaga penggunaan Piranti Tenaga Listrik sehingga memenuhiketentuan dalam Pasal 7 Keputusan ini.

Pasal 19Pelanggan berkewajiban melunasi tagihan-tagihan sebagaimana dimaksud padaPasal 14 Keputusan ini dengan cara, jumlah dan jadwal sebagaimana ketentuanyang berlaku di PLN.

BAB VHAK DAN KEWAJIBAN PLN

BAGIAN KE SATUHAK MEMASUKI PERSIL DAN BANGUNAN PELANGGAN

Pasal 201. Dalam rangka penyediaan dan penyaluran Tenaga Listrik kepada

Pelanggan, PLN berhak untuk :a. Melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah

permukaan;b. Melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;c. Melintasi jalan umum dan jalan kereta api;d. Masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk

sementara waktu;e. Menggunakan tanah, melintasi di atas atau di bawah tanah;f. Menebang atau memotong tumbuh-tumbuhan yang menghalangi.

2. Ketentuan lebih lanjut tentang penggunaan hak-hak tersebut ayat (1) Pasalini akan diatur dan dilaksanakan dengan memperhatikan peraturanperundangan yang berlaku.

BAGIAN KEDUAHAK MENGHENTIKAN PENYALURAN TENAGA LISTRIK

Pasal 211. PLN berhak untuk menghentikan penyaluran Tenaga Listrik seketika jika

terjadi salah satu dari hal-hal sebagai berikut :a. Hal-hal yang membahayakan kepentingan dan keselamatan umum;b. Terjadi gangguan pada Instalasi PLN yang diakibatkan oleh

kegagalan operasi peralatan;

Page 266: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

260

c. Keadaan-keadaan yang telah disepakati dalam perjanjian jual beliTenaga Listrik.

2. Penghentian sementara penyaluran Tenaga Listrik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Pasal ini dan atau Pasal 4 ayat (2) huruf c dan d Keputusanini tidak memberikan hak kepada Pelanggan untuk menuntut ganti rugidalam bentuk apapun kepada PLN.

3. PLN berhak untuk menghentikan penyaluran Tenaga Listrik untuksementara yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Instalasi.

Pasal 221. PLN berhak menentukan sistem penyambungan kepada Instalasi Pelanggan/

calon Pelanggan.2. PLN berhak melakukan pemeriksaan atas Instalasi Pelanggan maupun

pemanfaatan Tenaga Listrik oleh Pelanggan.

BAGIAN KETIGAKEWAJIBAN PLN

Pasal 231. PLN menyalurkan Tenaga Listrik dengan mutu dan keandalan sebagaimana

dimaksud Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Keputusan ini.2. Untuk menjamin kelangsungan penyaluran Tenaga Listrik PLN

melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atas seluruh Instalasi PLN secaraberkala.

Pasal 241. Apabila penyaluran Tenaga Listrik perlu dihentikan karena sesuatu hal

yang telah direncanakan sekurang-kurangnya 1x24 jam sebelumnya PLNmemberitahukan kepada Pelanggan.

2. PLN melakukan perbaikan / penggantian atas gangguan/kerusakan padaSL, atau ABP atau Perlengkapan APP yang dilaporkan Pelanggan dengansegera.

Pasal 251. PLN bertanggung jawab atas kerugian terhadap jiwa, kesehatan dan atau

barang yang rusak sebagai akibat kelalaiannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam hal terjadi pemadaman secara terus-menerus yang melewati batas3X24 jam maka PLN memberikan reduksi atas biaya beban yangdiperhitungkan dengan Tagihan Listrik bulan yang bersangkutan kecualibila penghentian penyaluran Tenaga Listrik disebabkan hal-hal sebagaimanadimaksud Pasal 4 ayat (2) huruf c dan d Keputusan ini.

Page 267: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

261

3. Besarnya reduksi dimaksud ayat (1) Pasal ini sesuai TDL yang berlaku.

BAB VIPENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

Pasal 261. Pemasangan Alat Pengukur yang telah diberi Tanda Tera dan Segel serta

pemasangan Segel pada APP dan Perlengkapan APP di persil ataubangunan Pelanggan harus sepengetahuan Pelanggan yang dinyatakan dalamsuatu berita acara.

2. Segel dan Tanda Tera walaupun dalam keadaan baik, masih terdapatkemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pemanfaatan Tenaga Listrik.

Pasal 271. PLN melakukan P2TL secara berkala dengan tata cara yang ditetapkan

Direksi.2. Pelaksanaan P2TL, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan terhadap JTL, SL, APP dan Instalasi Pelanggan;b. Pemutusan Sementara untuk pelanggaran yang harus dikenakan

tindakan Pemutusan Sementara;c. Pemutusan Sambungan Langsung;d. Pengambilan Peralatan yang digunakan untuk Sambungan Langsung;e. Pengambilan Segel dan atau Tanda Tera yang tidak sesuai dengan

yang aslinya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;f. Pengambilan SPP yang kedapatan rusak atau diduga tidak berfungsi

sebagaimana mestinya;g. Pemeriksaan atas pemanfaatan Tenaga Listrik.

3. Petugas P2TL dilengkapi dengan surat tugas dari Kepala PLN setempatdan tanda pengenal yang sah.

Pasal 281. Pelanggaran atas perjanjian jual beli Tenaga Listrik dinyatakan telah terjadi

bila saat P2TL ditemukan salah satu atau beberapa keadaan sebagaiberikut:a. Segel rusak, atau putus, atau terbuka, atau tidak sesuai dengan

aslinya;b. Alat Pembatas atau Alat Pengukur rusak, atau hilang,atau tidak

bekerja sebagaimana mestinya;c. Perlengkapan APP rusak, atau hilang, atau tidak bekerja

sebagaimana mestinya;

Page 268: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

262

d. Penggunaan Tenaga Listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya;e. Penghantar fasa tertukar dengan penghantar netral;f. Terdapat Sambungan Langsung.

2. Keadaan sebagaimana dimaksud huruf a, b, c, d dan e ayat (1) Pasal initidak dinyatakan sebagai pelanggaran apabila telah dilaporkan olehPelanggan untuk yang pertama kalinya.

Pasal 291. Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Keputusan ini, pada

dasarnya diklasifikasikan sebagai berikut :a. Pelanggaran yang tidak mempengaruhi batas daya dan tidak

mempengaruhi pengukuran energi;b. Pelanggaran yang mempengaruhi batas daya tetapi tidak

mempengaruhi pengukuran energi;c. Pelanggaran yang tidak mempengaruhi batas daya tetapi

mempengaruhi pengukuran energi;d. Pelanggaran yang mempengaruhi batas daya dan mempengaruhi

pengukuran energi;e. Pelanggaran yang bukan akibat kesalahan Pelanggan;f. Pelanggaran lainnya, antara lain ketidak-sesuaian golongan tarif

dengan administratif.2. Rincian mengenai klasifikasi pelanggaran dan sanksi-sanksi diatur tersendiri

oleh Direksi.Pasal 30

Setiap kali dilakukan P2TL, dibuat berita acara yang ditandatangani oleh pihakPLN dan pihak Pelanggan. Apabila karena sesuatu hal tanda tangan pihakPelanggan tidak dapat diperoleh, maka berita acara ditandatangani oleh 2 (dua)orang saksi, dan merupakan bukti yang mengikat bagi Pelanggan.

BAB VIISANKSI PELANGGARAN

Pasal 31Sanksi atas pelanggaran dapat berupa :

a. Pengenaan Biaya Keterlambatan;b. Tagihan Susulan;c. Pemutusan Sementara;d. Pemutusan Rampung;e. Pembatalan Perjanjian Jual-Beli Tenaga Listrik;

Page 269: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

263

f. Bentuk-bentuk sanksi lainnya yang dinyatakan dalam perjanjian jualbeli Tenaga Listrik.

Pasal 321. Biaya Keterlambatan dikarenakan apabila Pelanggan tidak memenuhi

kewajiban pembayaran dalam waktu yang telah ditetapkan untuk jenis-jenis tagihan sebagai berikut :a. Tagihan Listrik;b. Angsuran BP;c. Angsuran Tagihan Susulan.

2. Cara pembayaran, tarif dan besarnya biaya keterlambatan ditetapkantersendiri oleh Direksi.

Pasal 331. Tagihan Susulan dikenakan pada Pelanggan apabila terjadi :

a. Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Keputusan ini;b. Penyesuaian UJL, karena perubahan peraturan;c. Penyesuaian BP karena perubahan peraturan.

2. Cara pembayaran dan besarnya Tagihan Susulan diatur tersendiri olehDireksi.

Pasal 341. Pemutusan Sementara tanpa pemberitahuan dikenakan bila terjadi salah

satu atau beberapa dari hal berikut :a. Tagihan Listrik, atau angsuran BP, atau angsuran Tagihan susulan

tidak dilunasi sampai dengan masa pembayaran berakhir;b. Kedapatan adanya pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 28

Keputusan ini;c. Pemanfaatan Tenaga Listrik oleh Pelanggan mengakibatkan

goncangan lapangan dan atau frekuensi sistem yang melampaui batasyang diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7Keputusan ini.

2. Pemutusan Sementara dengan pemberitahuan sebelumnya dikenakan padaPelanggan yang karena sifatnya harus diperlakukan demikian. KlasifikasiPelanggan yang diperlakukan demikian diatur tersendiri oleh Direksi.

3. Penyambungan kembali Tenaga Listrik bagi Pelanggan yang terkenaPemutusan Sementara karena Tagihan Listrik dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Pelanggan memenuhi kewajibannya.

4. Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang terkena Pemutusan Sementarabukan karena Tagihan Listrik diatur tersendiri oleh Direksi.

Page 270: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

264

Pasal 351. Pemutusan Rampung dapat dilaksanakan jika dalam waktu 60 (enam

puluh) hari kalender sejak dilaksanakan Pemutusan Sementara Pelangganbelum melunasi tunggakan Tagihan Listrik dan atau Tagihan Susulan.

2. Penyambungan kembali Pelanggan yang terkena Pemutusan Rampungdiperlakukan sebagai sambungan baru dengan pembayaran BP dan UJLsesuai ketentuan.

Pasal 361. Pembatalan perjanjian jual-beli Tenaga Listrik dikenakan secara sepihak

pada Calon Pelanggan/Pelanggan yang karena berbagai hal tidak dapatdihubungi atau dengan sengaja menghindari hubungan dengan PLN selama6 (enam) bulan terakhir.

2. Atas pembatalan perjanjian dimaksud ayat (1) Pasal ini, PLN akanmengumumkan secara terbuka dalam surat kabar atau media massa lainnya.Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggalpengumuman tidak ada tanggapan dari pihak calon Pelanggan makaperjanjian jual-beli Tenaga Listrik berakhir dengan sendirinya.

Pasal 371. Tagihan Listrik yang telah melewati batas waktu tertentu sedangkan Tagihan

Listrik bulan-bulan sesudahnya sudah dilunasi tidak boleh ditagihkankepada Pelanggan.

2. Ketentuan mengenai batas waktu tertentu dimaksud ayat (1) Pasal ini diaturtersendiri dengan keputusan Direksi.

BAB VIIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 38Pembangkit Tenaga Listrik milik Pelanggan dapat diparalel dengan Instalasi PLN,apabila telah memenuhi ketentuan yang berlaku di PLN.

Pasal 391. Instalasi yang rencananya sudah disahkan sebelum tanggal ditetapkannya

Keputusan ini, dapat disambung ke JTL, bila tidak bertentangan denganKeputusan ini.

2. Ketentuan pelaksanaan untuk penyesuaian Instalasi Pelanggan/calonPelanggan diatur tersendiri oleh Direksi.

Page 271: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

265

Pasal 40JTR yang masih menggunakan tegangan 127 volt antara penghantar fasa danpenghantar netral, 220 volt antar fasa, 220 volt antara penghantar fasa danpenghantar netral dan 380 volt antar fasa dapat dipergunakan sampai dengandiadakan ketentuan penyesuaian oleh Direksi.

Pasal 41Dalam hal terjadi sengketa antara PLN dengan Pelanggan di Pengadilan tidakmenghilangkan hak PLN untuk melakukan tindakan berdasarkan Keputusan inisampai dengan adanya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukumtetap.

Pasal 42Pada dasarnya perselisihan yang timbul pelaksanaan Keputusan ini akandiselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Bila ternyata tidak dapatdiselesaikan dengan cara demikian, ditempuh upaya melalui Pengadilan Negerisesuai dengan domisili hukum yang disepakati dalam perjanjian jual-beli TenagaListrik.

Page 272: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

266

Lampiran 8PT PLN (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)Nomor : 68.K/010/DIR/2000

TENTANGPENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK, TAGIHAN

SUSULAN DAN PEMUTUSAN SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan dari keputusan Direksi PTPLN (Persero) No. 109.K/039/DIR/1997 tentangPersyaratan Penyambungan tenaga Listrik danPersyaratan Penggunaan Piranti Tenaga Listrik YangBerlaku di PT PLN (Persero), dipandang perlu untukmengatur mengenai Penertiban Pemakaian TenagaListrik, Tagihan susulan dan Pemutusan SambunganTenaga Listri.

b. Bahwa pengaturan mengenai Penertiban PemakaianTenaga Litrik, Tagihan susulan dan PemutusanSambungan Listrik sebagaimana dimaksud dan huruf adiatas, perlu ditetapkan dengan keputusan Direksi PTPLN (Persero).

Mengingat : 1. Undang-undang No. 15 Tahun 19852. Undang-undang No. 8 Tahun 1999;3. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 19894. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 19945. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No. 01 P/

40/M.PE/1990;6. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02/P/

451/M.PE/ 1991.7. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 03 P/

451/M.PE/1991;8. Peraturan Menteri pertambangan dan energi No. 4/P/

40/M.PE/1991;

Page 273: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

267

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala BP.BUMN No. KEP-032/M-P BUMN/1998jis.Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala BP.BUMN No. KEP-033/M-P BUMN/1998;Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN RINo. KEP-01/M-P BUMN/2000;

10.Anggaran Dasar PT PLN (Persero)11. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 001.K/030/

DIR/199412.Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 001.K/023/

DIR/199513.Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 109.K/039/

DIR/1997.Memutuskan

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)TENTANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGALISTRIK, TAGIHAN SUSULAN DAN PEMUTUSANSAMBUNGAN TENAGA LISTRIK

BAB IKetentuan umum

Pasal 1Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :1. PLN adalah PT PLN (Persero) yang didirikan dengan akta Notaris Sujipto,

SH No. 169 tanggal 30 Juli 1994 dan perubahan Akta Notaris NyonyaIndah Fatmawati, SH No. 70 tanggal 27 Januari 1998 berdasarkanPeraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1994.

2. Direksi adalah Direksi PT PLN (Persero);3. Tenaga Listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,

ditransmisikan dan didistribusikan untuk semua keperluan dan bukan untuklistrik yang digunakan dalam komunikasi atau isyarat.

4. Pelanggan adalah setiap orang atau badan usaha atau badan/lembaga lainnyayan memakai Tenaga Listri dari Instalasi PLN berdasarkan alas hak yangsah,

5. Daya tersambung adalah daya yang disepakati oleh PLN dan Pelangganyang dituangkan dalam perjanjian jual beli Tenaga Listrik.

Page 274: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

268

6. Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Instalasi adalahbangunan sipil dan elektromekanik, mesin, peralatan, saluran danperlengkapannya yang dipergunakan untuk pembangkitan, konversi,trasformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan Tenaga Listrik.

7. Instalasi PLN adalah instalasi milik PLN sampai dengan Alat pembatasatau Alata Pengukur atau alat Pembats dan Alat Pengukur.

8. Instalasi Pelanggan adalah instalasi milik atau yang dikuasai Pelanggansesudah Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau Alat Pembatas dan AlatPengukur milik PLN.

9. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi daya listrik yangdipakai Pelanggan.

10. Alat pengukur adalah alat milik PLN untuk mengukur daya dan energi listrikyang dipakai Pelanggan.

11. APP adalah Alat Pembatas dan Alat Pengukur.12. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut “JL” adalah sistem

penyaluran/pendistribusian Tenag Listrik yang dapat dioperasikan denganTegangan Rendah, Tegangan Menengah, Tegangan tinggi, atau TeganganEkstra Tinggi.

13. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut “SL” adalah penghantardibawah atau di atas tanah termasuk peralatannya sebagai bagian instalasiPLN yang merupakan sambungan antara Jaringan Tenaga Listrik milik PLNdengan Instalasi Pelanggan;

14. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung untuk mengoperasikanPP yang meliputi antara lain kotak/lemari, trafo arus, trafo tegangan, voltmeter, Ampere meter, saklar waktu, terminal, pegawaian semua peralatandan kuci.

15. Kotak APP adalah suatu kotak tempat dipasangnya APP yang didalamnyaberisi blok jepit untuk menghubungkan terminal-terminal APP;

16. Lemari APP adalah suatu lemari tempat dipasangnya APP dan sebagianatau seluruh perlengkapan APP.

17. Sambungan Langsung adalah sambungan dari JTL atau SL denganmenggunakan penghantar dibawah atau diatas tanah termasuk peralatannya,dimana Tenaga listrik dapat disalurkan tanpa melalui APP dan perlengkapanAPP.

18. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik selanjutnya disingkat “P2TL” adalahpemeriksaan oleh PLN terhadap Instansi PLN dan Instalasi Pelanggan dalamrangka Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik.

Page 275: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

269

19. Segel adalah alat yang dipasang oleh PLN pada APP dan PerlengkapanAPP sebagai pengamanan APP dan Perlengkapan APP;

20. Tanda tera adalah alat yang dipasang pada Alat pengukur oleh instasi yangberwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,sebagai pengaman kebenaran pengukuran.

21. Tagihan susulan adalah tagihan kemudian sebagai akibat adanya penyesuaiandengan ketentuan atau sebagai akibat adanya pelanggaran;

22. Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk sementara penyaluranTenaga Listrik ke Instalasi Pelanggan;

23. Pemutusan Rampung adalah pengentian untuk seterusnya Penyaluran TenagaListrik ke Instalasi Pelanggan dengan mengambil sebagian atau seluruhperalatan untuk penyaluran Tenaga Litrik ke Instalasi Pelanggan;

24. Tarif Dasar Listrik, selanjutnya disebut TDL adalah ketetapan harga jualdan golongan tariff Tenaga Listrik PLN.

25. Penyidik ketenagalistrikan adalah pegawai Negeri Sipil dalam lingkunganDepartemen Pertambangan dan Energi yang mempunyai wewenangmelakukan penyidikan tindak pidana dan bidang ketenagalistrikan.

Pasal 2Pelanggaran atas perjanjian jual beli Tenaga Listrik dinyataka terjadi biladitemukan salah satu atau beberapa keadaan sebagai berikut :a. Segel rusak atau putus atau terbuka atau tidak sesuai dengan aslinya.b. APP rusak atau hilang atau tidak bekerja sebagaimana mestinyac. Perlengkapan APP rusak atau hilang atau tidak bekerja sebagaimana

mestinya.d. Penggunaan Tenaga Listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya,e. Penghantar fasa tertukar dengan penghantar netral.f. Terdapat Sambungan Langsung.

BAB IIPelaksanaan P2TL

Pasal 3(1). Pelaksanaan P2TL dilakukan secara rutin oleh masing-masing PLN Rant-

ing/ Rayon, PLN Cabang, PLN Wilayah/ Distribusi, secara struktural sesuaidengan urutan tugas sebagaimana dimaksud dalam tugas pokok dan susunanorganisasi masing-masing.

(2). Dalam hal khusus apabila dianggap perlu, pelaksanaan P2TL dapat dilakukanoleh suatu tim yang anggota-anggotanya terdiri atas wakil-wakil dari PLN.

Page 276: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

270

(3). Pembentukan tim dimaksud pada ayat (2) di atas ditetapkan denganKeputusan Pemimpin PLN wilayah/ Distribusi atau Kepala Cabang.

(4) P2TL dilaksanakan berdasarkan antara lain :a. Pemantauan terhadap pemakaian listrik pelanggan yang tidak wajar

selama 3 bulan berturut-turut.b. Pengumpulan informasi atau laporan dari masyarakat, petugas mencatat

meter atau pegawai PLN terhadap kelainan APP pelanggan, sambunganliar, pencurian listrik dsn.

c. Kegiatan rutin yang dilakukn oleh utit PLN.(5). Pelaksanaan P2TL meliputi :

a. Melakukan pemeriksaan terhadap JTL, SL, APP dan PerlengkapanAPP serta instalasi Pelanggan dalam rangka menertibkan pemakaianTenaga Listrik oleh Pelanggan.

b. Melakukan Pemutusan Sementara untuk pelanggan yang harusdikenakan tindakan pemutusan sementara.

c. Melakukan Pemutusan Sambungna Langsung;d. Melakukan Pengambilan Peralatan/alat yang digunakan untuk

Sambungan Langsung.e. Melakukan pengambilan Segel atau Tanda Tera yang tidak sesuai

dengan yang aslinya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.f. Melakukan Pengambilan APP yang kedapatan rusak atau diduga tidak

berfungsi sebagaimana mestinya untuk dilakukan pemeriksaan lebihlanjut.

g. Melakukan Pemeriksaan atas pemanfaatan Tenaga Listrik..h. Mencatat kejadian-kejadian yang kedapatan pada waktu dilakukan

P2TL menurut jenis kejadian sebagaimana dimaksud dalam pasal 2i. Menyusun laporan dan berita acara mengenai pelaksanaan P2TL sesuai

dengan bidang tugas dan wewenangnya.(6). Dalam pelaksanaan P2Tl sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat

(2) pasal ini, dapat mengikutsertakan Kepolisian Republi Indonesia (POLRI)atau penyidik ketenagalistrikan serta apabila dianggap perlu dapat pulamengikut sertakan instansi terkait.

Page 277: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

271

BAB IIITATA CARA DAN KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA

DALAM PELAKSANAAN P2TL

Pasal 4(1).Dalam melaksanakan tugasnya, petugas P2TL harus dilengkapi perlengkapan

dan peralatan sebagai berikut :a. Surat tugas dari Kepala PLN Ranting/Rayon, atau Kepala PLN

Cabang atau Pemimpin PLN Wilayah /Distribusi.b. Tanda pengenal dan pakaian dinas yang lengkap pada saat

melaksanakan tugas.c. Formulir-formulir P2TL.d. Peralatan kerja antara lain tang ampere, stop watch, tangga, helm/topi

pengaman, cos phimeter, phase sequence indicator, kalkulator, toolset serta peralatan kernya sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.

(2). Surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Pasal ini yangdiberikan kepada petugas P2TL yang bersangkutan, ditandatangani olehKepala PLN Ranting/Rayon atau kepala PLN Cabang atau Pemimpin PLNWilayah/ PLN Distribusi atau pejabat yang ditunjuk olehnya.

(3). Bentuk surat tugas, berita acara dan laporan adalah sebagaimana terdapatpada Lampiran I sampai dengan V Keputusan ini.

Pasal 5(1). Setiap petugas P2TL di dalam melaksanakan tugasnya wajib memenuhi

ketentuan sebagai berikut :a. Wajib mempunyai perlengkapan dan menggunakan peralatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampai dengand. keputusan ini.

b. Wajib bersikap sopan dan tertib didalam memasuki persil/bangunanpelanggan dan atau bukan pelanggan.

c. Wajib bersikap sopan, tertib dan memperhatikan keamanan instalasiserta keselamatan umum dalam mengambil APP dan atau PerlengkapanAPP yang rusak atau diduga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

(2). Hasil temuan dalam pelaksanaan P2Tl sebagaimana dimaksud pada Pasal3 ayat (4) Keputusan ini, harus didapat dalam berita acara yang masing-masing ditandatangani oleh petugas PLN dan pelanggan atau salah seorangpenghuni rumah/petugas yang berada di persil/bangunan dan 2(dua) orangsaksi sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (3) keputusan ini dalam 2(dua) rangkap, 1 (satu) rangkap untuk Pelanggan dan 1(satu) rangkap untukPLN.

Page 278: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

272

(3). Apabila pelanggan atau kuasanya atau penghuni persil/bangunan ataupetugas yang bertanggung jawab atas persil/bangunan tersebut tidakbersedia menandatangani berita acara dimaksud pada ayat (2) pasal ini,maka berita acara ditandatangani oleh 2(dua) orang saksi dan petugas.

(4). Barang bukti sebagaimana hasil temuan pelaksanaan P2TL harus disimpandalam suatu tempat tertentu dan dibuatkan Berita Acara sebagai tanda bukti.

(5). Berita Acara dimaksud pada ayat (4) ditandatangani oleh ………………..Pasal 6

(1). Apabila pada pelaksanaan P2TL ditemukan sambungan langsung dipersit/bangunan bukan Pelanggan, maka petugas P2TL harus melakukanpemutusan/ penghentikan penyaluran Tenaga Listrik pada saat ditemukanSambungan Langsung tersebut dengan cara mencabut/ mengambil seluruhsarana yang dipasang/ digunakan untuk menyalurkan/ menggunakan TenagaListrik tersebut.

(2). Hasil temuan dalam Pelaksanaan P2TL dipersil/ bangunan Bukan pelanggansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, selanjutnya diproses sebagaitindak pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IVTINDAK LANJUT HASIL P2TL

Pasal 7(1). Hasil temuan dalam pelaksanaan P2TL dipersil/ bangunan Pelanggan berupa

Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 2 keputusan ini, dilaporkanoleh petugas P2TL yang bersangkutan kepada Kepala PLN Ranting/ Rayonatau Kepala PLN Cabang atau Pemimpin PLN Wilayah/ PLN Distribusimasing-masing, atau pejabat yang telah ditunjuk untuk maksud tersebut,disertai dengan berita acara sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2)keputusan ini.

(2). Berdasarkan hasil temuan dalam pelaksanaan P2TL ditetapkan golonganpelanggaran dan besarnya Tagihan Susulan masing-masing oleh PejabatPLN yang berwenang.

Page 279: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

273

BAB VJENIS DAN PENGGOLONGAN PELANGGARAN

Pasal 8Pelanggaran atas surat perjanjian jual beli Tenaga Listrik sebagaimana dimaksuddalam pasal 2 Keputusan ini dibedakan dalam 6 (enam) golongan pelanggaranyaitu Golongan A sampai dengan F.

Pasal 9(1). Pelanggaran Golongan A adalah pelanggaran yang tidak mempengaruhi batas

daya dan tidak mempengaruhi pengukuran energi.(2). Termasuk pelanggaran golongan A yaitu apabila sebagian Segel atau Tanda

Tera pada APIP atau Perlengkapan APP diganti atau tidak sesuai denganaslinya.a. Pada Kotak APP atau lemari APP yang dilengkapi dengan dua segel

atau lebih terdapat salah satu segel rusak atau terbuka atau hilang atautidak sesuai dengan aslinya.

b. Pada alat Pembatas yang mempunyai 2 (dua) Segel atau lebih terdapatsalah satu segelnya rusak atau terbuka atau hilang atau tidak sesuaidengan aslinya sedang segel yan lainnya masih utuh.

c. Pada Alat Pembatas untuk sambungan 3 (tiga) fase yang menggunakan3 (tiga) pembatas 1 (satu) fase yang masing-masing mempunyai 2 (dua)segel terdapat satu segel atau 2 (dua) segel dari 2 (dua) pembalap 1(satu) fase atau 3 (tiga) segel dari 3 (tiga) pembatas 1(satu) faserusak atau terbuka atau hilang atau tidak sesuai dengan aslinya sedangsegel yang lain masih utuh.

d. Pada Alat Pengukur yang mempunyai satu Segel dan atau Tanda Teradibagian atas dan dibagian bawah (tutupnya) yang dijepit dengan tutupterminal Alat Pengukur, terdapat Segel dan atau Tanda Tera tersebutrusak atau terbuka atau hilang atau tidak sesuai dengan aslinyasedangkan Segel tutup terminal Alat pengukur masih utuh atau salahsatu segel tutup terminal pada Alat Pengukur (yang menggunakan duasegel) rusak atau terbuka atau hilang atau tidak sesuai dengan aslinyasedangkan segel dan atau Tanda Tera masih utuh.

e. Pada Alat Pengukur yang mempunyai tiga segel dan atau Tanda terayang dipasang satu buah ditengah bagian atas dan dua buah yang laindipasang pada sudut bawah, terdapat salah satu segel dan atau TandaTera disudut bagian bawah rusak atau terbuka atau hilang atau tidaksesuai dengan aslinya sedang dua segel dan atau Tanda Tera yang lainmasih utuh.

Page 280: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

274

f. Pada alat Pengukur yang mempunyai 4 (empat) Segel atau Tanda Terayang dipasang pada sudut-sudut, terdapat dua segel dan atau TandaTera yang berdekatan di bagian atas atau di bagian bawah (horizontal)rusak atau terbuka atau hilang atau tidak sesuai dengan aslinyasedangkan dua segel dan atau Tanda Tera yang lain masih utuh ataudua segel dan atau Tanda Tera yang berjauhan/ bersilang rusak atauterbuka atau hilang atau tidak sesuai dengan aslinya sedang dua segeldan atau Tanda Tera yang lain masih utuh.

Pasal 10(1). Pelanggaran Golongan B adalah pelanggaran yang mempengaruhi batas

daya tetapi tidak mempengaruhi pengukuran energi.(2). Termasuk Pelanggaran golongan B yaitu apabila terjadi salah satu atau lebih

hal-hal sebagai berikut :a. Segel pada alatb. Pada pelanggan dengan meter kVAmaks atau meter kWmaks. Jika

segel pada meter kVAmaks atau meter kVAmaks dan atauperlengkapannya rusak atau tidak sesuai dengan aslinya.

d. Penghantar fase tertukar dengan penghantar netral pada sambungansatu dan penghantar netral terputus serta terhubung ke bumi sehinggamempengaruhi pengukurn daya.

Pasal 11(1). Pelanggaran Golongan C adalah Pelanggaran yang tidak mempengarhui

batas daya tetapi mempengaruhi pengukuran energi.(2). Termasuk pelanggaran Golongan C yaitu apabila terjadi salah satu atau

lebih hal-hal sebagai berikut :a. Segel dan atau Tanda Tera pada Kotak APP, Lemari APP. Terminal

Alat Pengukur, dan perlengkapan APP rusak, atau hilang atau tidaksesuai dengan aslinya.

b. Meter kWh dan atau meter kVArh rusak/ berlubang atau terdapatadanya benada lain di dalamnya.

c. Alat pengukur dan atau perlengkapan APP rusak atau tidka sesuaidengan aslinya atau putus atau longgar atu terhubung singkat atauberubah pengawatannya.

d. Kedapatan adanya Sambungan Langsung.e. Penghantar fase tertukar dengan penghantar netral pada sambungan

fase satu dan penghantar netral terputus serta terhubung ke bumi.

Page 281: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

275

f. Segel atau tanda tera dalam keadaan baik tetapi alat pengukur tidakberfungsi sebagaimana mestinya, yang disebabkan dilambatkan,ditahan, dibalikkan putarannya, atau kuparan tegangan dan ataukumparan arus dirusak sehingga mempengaruhi pengukuran energi.

Pasal 12(1). Pelanggaran Golongan D adalah pelanggaran yang mempengaruhi batas

daya dan mempengaruhi pengukuran energi.(2). Termasuk pelanggaran golongan D yaitu apabila Alat Pembatas dan atau

Alat Pengukur dan atau perlengkapan APP milik PLN yang pengawasandan pengamanannya menjadi tanggung jawab pelanggan kedapatanhilang.

Pasal 13(1). Pelanggaran Golongan E adalah pelanggaran yang bukan akibat kesalahan

pelanggan.(2). Termasuk pelanggaran yang bukan akibat kesalahan peanggan yaitu apabila

kedapatan atau terbukti bahwa sejumlah tenaga listrik yang telah digunakanpelanggan tidak terukur, tidak tercatat dan atau belum tertagih yangdisebabkan :a. Terjadi kesalahan pengawatan APP sehingga energi listrik tidak terukur

dengan benar, namun segel dalam keadaan baik.b. Terjadi kerusakan pada Alat Pengukur dan Perlengkapan APP karena

kualitasnya sehingga energi tidak terukur dengan benar, namun segeldalam keadaan baik.

c. Kesalahan faktor kali meter sehingga pemakaian energi listrik yangditagihkan.

Pasal 14(1). Pelanggaran Golongan F adalah jenis pelanggaran selain pelanggaran

Golongan A sampai dengan Golongan E sebagaimana dimaksud dalam pasal9, pasal 10, pasal 11, pasal 12, pasal 13 keputusan lainnya.

(2). Termasuk pelanggaran golongan f, yaitu apabila penggunaan Tenaga Listriktidak sesuai dengan peuntukannya, dalam hal ini Tenaga Listrik digunakanuntuk keperluan pemakaian yang harga golongan tarifnya lebih tinggi daripada harga golongan tariff menurut perjanjian jual beli Tenaga Listrik daripelanggan yangn bersangkutan.

Page 282: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

276

BAB VITARIF TAGIHAN SUSULAN,

BIAYA PENYEGELAN KEMBALI DAN PENGGANTIAN APP

Pasal 15(1). Pelanggan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal

9. pasal 10, pasal 11, pasal 12, pasal 13 dan pasal 14 Keputusan inidikenakan Tagihan susulan dan atau biaya penyegelan dan agau biayapenggantian APP/ Perlengkapan APP.

(2). Secara berkala pemimpin PLN Wilayah/ Distribusi menetapkan besanyabiaya penyegelan kembali serta biaya penggantian APP/ Perlengkapan APPberdasarkan pada harga yang berlaku di wilayah setempat.

Pasal 16Untuk pelanggan golongan A, besarnya Tagihan susulan adalah berupa biayapenyegelan kembali sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) keputusanini.

Pasal 17(1). Dasar pehitungan Tarif Tagihan Susulan untuk pelanggaran golongan B adalah

besarnya biaya beban untuk masing-masing golongan tarif Tenaga Listrikyang bersangkutan berdasarkan ketentuan Tarif Dasar Listrik yang berlaku.

(2). Untuk pelanggaran golongan B, besarnya Tagihan susulan adalah 6 x 1,5Daya Tersambung x biaya beban tarif yang bersangkutan.

Pasal 18(1). Dasar perhitungan Tarif Tagihan Susulan untuk pelanggaran golongan C

adalah besarnya biaya pemakaian tarif listrik yang tertinggi pada golongantariff yang bersangkutan berdasarkan ketentuan Tarif Dasar Listrik yangberlaku.

(2). Untuk pelanggaran golongan C, besarnya Tagihan susulan adalah 6 x 720jam x kVA daya Tersambung x 0,85 x harga per kWh yang tertinggi padagolongan tariff yang bersangkutan sesuai Tarif Dasar Listrik yang berlaku diPLN.

Pasal 19Untuk pelanggaran golongan D, besarnya Tagihan Susulan adalah sebesar tagihansusulan pelanggaran golongan B ditambah tagihan susulan pelanggaran golonganC.

Pasal 20Untuk pelanggaran E, besarnya tagihan susulan ditetapkan sesuai besarnya energilistrik yang belum terukur atau belum tertagih maksimum 6 (enam) bulanpemakaian.

Page 283: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

277

Pasal 21Untuk Pelanggaran F, maka golongan tarif pelanggan yang bersangkutan langsungdisesuaikan dengan golongan tarif sesuai peruntukannya pada saat kedapatankepada pelanggan yang bersangkutan diberitahu secara tertulis adanya perubahangolongan tarif tersebut.

BAB VIIPEMBEBANAN TAGIHAN SUSULAN JANGKA WAKTU DAN

KERUSAKAN SEGEL/APP

Pasal 22(1). Tagihan susulan pada dasarnya dibebankan kepada orang/badan usaha

atau lembaga lainnya sesuai dengan nama yang tercatat sebagai pelanggan.Apabila penghuni persil/ bangunan tersebut bulan pelanggan PLN, makaTagihan Susulan dibebankan kepada orang/badan usaha atau lembaga lainyang menghuni atau bertanggung jawab atas persil/ bangunan tersebut.

(2). Tagihan susulan dibuat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 15 (limabelas) harus sejak ditemukan pelanggaran, kecuali belum dapat diketahuijenis pelanggarannya.

(3). Tagihan susulan dibayar tunai, dan dapat lupa secara angsuran. Apabilatagihan susulan akan dibayar secara angsuran, yang dikenakan TagihanSusulan tersebut harus membuat surat pengakuan hutang (SPH) Tagihansusulan, pembayaran angsuran Tagihan susulan hanya dapat diberikan untukjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggalditandatanganinya SPH Tagihan Susulan tersebut.

Pasal 23(1). Pelanggan wajib segera melapor kepada PLN apabila terdapat kerusakan

fisik, segel atau APP atau perlengkapan APP sebagaimana dimaksud dalampasal 2 ayat (1) huruf a,b dan c keputusan ini.

(2). Kerusakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini tidakdikategorikan sebagai pelanggaran apabila telah dilaporkan oleh pelanggan(untuk yang pertama kalinya) dan dapat dibuktikan bahwa kerusakantersebut bukan dilakukan oleh pelanggan.

Page 284: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

278

BAB VIIIPEMUTUSAN SEMENTARA, PEMUTUSAN RAMPUNG DAN

PENYAMBUNGAN KEMBALI

Pasal 24(1). Dalam hal pelanggaran Golongna C khusunya kedapatan Sambungan

langsung. PLN dapat melaksanakan pemutusan sementara pada saat ditemukan pelanggaran tersebut.

(2) Apabila Tagihan susulan yang dikenakan kepada pelanggan yangbersangkutan tidak dilunasi sesuai jangka waktu atau tahapan pembayaranyang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (3)keputusan ini, maka PLN dapat melaksanakan Pemutusan Sementara.

Pasal 25Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender sejak tanggaldilaksanakan pemutusan sementara, pelanggan belum melunasi Tagihan Susulanyang diterapkan. Maka PLN berhak melaksanakan Pemutusan Rampung.

Pasal 26(1). Penyambungan kembali akibat pemutusan sementara dilaksanakan apabila

pelanggan telah melunasi tagihan susulan.(2) Penyambungan kembali pelanggan yang terkena pemutusan Rampung

diperlakukan sebagai pelanggan baru yaitu disamping harus melunasi tagihansusulan juga diharuskan membayar BP dan UJL lagi sesuai ketentuan yangberlaku.

BAB IXLAIN-LAIN

Pasal 27(1). Dalam melaksanakan P2TL dan Tagihan Susulan ini tidak dibenarkan

menambah biaya-biaya apapun selain yang ditetapkan dalam keputusanDireksi ini.

(2). Dalam melaksanakan Keputusan Direksi ini agar memperhatikan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku di PT PLN(persero) yang berhubungan dengan penyaluran Tenaga Listrik.

Page 285: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

279

Pasal 28Dengan berlakunya keputusan ini, maka Surat Edaran Direksi PLN No. 053/PST/82 dan No 019/PST/75 serta ketentuan-ketentuan lain yang bertentangandengan keputusan ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.- Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada Tanggal : 26 April 2000

Direktur Utama

KUNTORO MANGKUSUNROTO

Page 286: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

280

LampiranKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)Wilayah/Distribusi*)………Cabang …………………….Ranting/ Rayon *) …………

BERITA ACARA

PEMASANGAN/ PERUBAHAN *)SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK (SL)

Nomor : ………………………..

Pada hari ini,………, tanggal …………. bulan ………. tahun dua ribu ……

Nama : ……………..No. Induk Pegawai : ……………..Jabatan : ……………..

Dalam hal ini bertindak berdasarkan Surat Tugas pemimpin PLN Wilayah/PLNDistribusi/Kepala PLN Cabang/Kepala PLN Ranting/ Rayon ……*) atau……***) Nomor ……….. tanggal …………. Dengan disaksikan olehpelanggan/keluarga pelanggan/penghuni/penanggung jawab atas bangunan/persiltersebut*) :Nama : ……………..Alamat : ……………..Pekerjaan : ……………..No. KTP/SIM*) : ……………..Telah melakukan pemasangan/ perubahan*) SL pada pelanggan :Nama : ……………..Alamat : ……………..No. Perjanjian/ Kontrak : ……………..No. Kontrol : ……………..Tarip/Daya Tersambung : ……………..No. Gardu : ……………..Penggunaan/Peruntukan : ……………..

Page 287: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

281

Keadaan SL sesudah dilakukan pemasangan/perubahan*) sebagaimana terlampiryang merupakan bagian tak terpisahkan dari berita acara ini.

Demikian Berita Acara ini setelah dibaca, dibuat dan ditanda tangani oleh masing-masing pihak tersebut diatas dalam rangka …….(….) rangkap untuk PLN dan……... (…….) rangkap untuk pelanggan yang bersangkutan.

Pelanggan/penghuni/penanggung jawabAtas bangunan Petugas PLN

……………….**) ………………**)

Keterangan:*) Coret yang tidak perlu**) Kolom tersebut diisi nama terang dan

tanda tangan masing-masing***) Jabatan Pemberi Tugas.

Page 288: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

282

LAMPIRANBERITA ACARA PEMASANGAN/PERUBAHAN*)SLUNTUK SISTEM PENGUKURANLANGSUNG/TIDAK LANGSUNG*)1 PHASE/3 PHASE *)

DATA TEKNIS PEMASANGAN/PERUBAHAN*)SL

A. Tegangan tersambung dan sistem

B. Gambar sket lokasi alamat pelanggan :

C. Letak alat pembatas dan pengukur (APP)

Tegangan tersambung dan sistem pemasangan *)

Catatan Pemasangan/ perubahan *)

Tgl

Sebelum Sebelum a. b. c.

1 phase/3 phase 127/220V, 220/380 V 6.0 V, 12.000 V, 20.000 V, 70.000 V ………………………………. TT/TM/TR

GARDU BANGUNAN PELANGGANNo Jenis Didalam Diluar Didalam Diluar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Lemari APP Alat Pembatas Meter kVh/Meter kVArh/ Meter kVAmax Loncong (Time Switch) Trafo Tegangan (PT) Trafo Arus (CT) Perlengkapan Hubung Bagi (Rak TR)

Page 289: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

283

D. Data APP Terpasang

Pasang Perubahan No. Jenis Baru Sebelum Sesudah

Tangal

1. 2. 3 4. 5.

Alat Pembalas : Nama : Type/Seri : Ukuran (In) : Kartu Setting Relay : 1 Set : ………….. 1 Jatah : …………. Merk/ Type Relay : Merk kWh Type/merk No. Pabrik/Tahun. Sistem tegangan Ukuran (in) Constanta meter Stand meter HT (I) Stand meter LT (II) Meter kVArd Type / merk No. Pabrik/Tahun Sistem tegangan Ukuran (In) Constania meter Stand meter HT ( I ) Stand Meter LT ( II ) Meter kVA maks kWmaks/Amp maks *) Type/merk No. Pabrik/Tahun Sistem tegangan Stand Maksimal

Page 290: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

284

E. Perlengkapan APP :

F. SEGEL :Segel pada APP dengan data tersebut diatas terdiri (banyak) … buah segel.

Perubahan No Data

Pasang baru Sebelum Sesudah

Tanggal

1. 2. 3. 4.

Trafo Tegangan (PT) Type/Merk No. Pabrik/Tahun Sistem tegangan Trafo Arus (CT) Type/merk No. Pabrik/Tahun Sistem Tegangan Ukuran (In) Faktor kali Time Swich Type/merk No. Pabrik/Tahun …………………. …………………. Status (sewa/lain-lain)

Keadaan Segel (Jumlah) Perubahan Tempat segel Normal

(Seharusnya Sebelum Sesudah Kode

Tutup perlindung Kotak APP Meter kWh Meter kVArh Meter

kVAmax/kWhmakx/Ampere max

Tutup Terminal Pembatas Cubicle ………

Tgl. Pasang/perubahan

Page 291: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

285

G. HASIL PELAKSANA PEMASANGAN/PERUBAHAN*) SL(Catat keterangan yang perlu sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaantersebut)………………………………………………………..........................………………………………………………………..........................………………………………………………………..........................………………………………………………………..........................………………………………………………………..........................………………………………………………………..........................………………………………………………………..........................

Pelanggan/penghuni/penanggung jawab *) Petugas PLNAtas bangunan/persil

(…………………..)**) (…………………….)**)keterangan :

*) Coret yang tidak perlu**) Diisi tanda tangan dan nama jelas.

Page 292: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

286

Lampiran IKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)Wilayah/Distribusi *)……….CABANG …….. ………………RANTING/RAYON *) ………..

SURAT TUGASNomor : …………

Pemimpin PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi *) ……Cabang …Ranting/Rayon *) ….atau ………… **) dengan ini memberi tugas kepada :1. Nama : ……………….

No.Induk Pegawai : ……………….Jabatan : ……………….

2. Nama : ……………….No. Induk Pegawai : ……………….Jabatan : ……………….

Untuk melakukan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) pada tanggal…….. s/d …… pada jam ……s/d…….. Pada daerah kerja PLN/alamatPelanggan *) sebagaimana terlampir.

Dalam pelaksanaan P2TL, petugas P2TL tersebut diatas, harus mengikutiketentuan tentang penitipan pemakaian Tenaga Listrik di PLN.

Apabila tugas P2TL dimaksud telah selesai dilaksanakan, maka petugas yangbersangkutan wajib segera melaporkan pelaksanaan tugas tersebut kepada :Pemimpin PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi *) ………..

Page 293: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

287

Demikian surat tugas ini diterbitkan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinyadan penuh tanggung jawab.

……………………..Pemimpin PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi *) ……Cabang ……. Ranting/Rayon *) ……. atau …… **)

Yang menerima tugas1.

(……………………)***)(…………………………)tanda tangan & nama jelas

2.

(………………………..)tanda tangan & nama jelas

*) Coret yang tidak perlu**) Jabatan Pemberi Tugas P2TL***) Nama pembeli tugas

Catatan : Surat Tugas berlaku bila dilengkapi/menunjukanKartu Tanda pengenal Pegawai yang bersangkutan

Page 294: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

288

Lampiran Surat TugasDAFTAR DAERAH KERJA PLN

Nama dan Tanda Tangan Nama dan Tanda TanganPenerima Tugas Pemberi Tugas

1. ……………….. ………………………..

2. ………………..

Nomor Daerah Kerja PLN Wilayah/Distribusi……………..Cabang…………….. Ranting/Rayon*) ……………………………………..

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………

Page 295: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

289

Lampiran II AKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)Wilayah/Distribusi *) …………Cabang ………………………..Ranting/Rayon *)……………..

B E R I T A A C A R A

PENERTIPAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)UNTUK SISTEM PENGUKURAN LANGSUNG 1 PHASA/ 3 PHASA

NOMOR : ……………..

Pada hari ini, ……….. tanggal ………Bulan ………… Tahun dua ribu…………… kami yang bertanda tangan dibawah ini :1. Nama : ………………

No.Induk Pegawai : ………………Jabatan : ………………Kedudukan : ………………

2. Nama : ………………No.Induk Pegawai : ………………Jabatan : ………………Kedudukan : ………………

Masing-masing sebagai anggota Tim P2TL berdasarkan Surat Tugas PemimpinPT PLN (Persero)) Wilayah/Distribusi *) …………..Cabang……….Ranting/Rayon *) ……atau ……… ***) Nomor ……..Tanggal ………….. dengandidampingi petugas/ pejabat dari kepolisian Negara ………./ Alat Negar lainnya/PPNS*) tersebut dibawah ini :

1. Nama : ………………NRP : ………………Jabatan : ………………Kedudukan : ………………

dan

Page 296: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

290

2. Nama : ………………NRP : ………………Jabatan : ………………Kedudukan : ………………

Berdasarkan surat tugas dari Kepala Kepolisian …………… Melakukan P2TLdengan cara melakukan pemeriksaan instalasi Sambungan Tenaga Listrik danInstalasi Pelanggan sebagai berikut :

Nama dalam rekening : ………………Nama penghuni : ………………Alamat dalam rekening : ………………Alamat sebenarnya : ………………Rayon/Ranting/cabang : ………………No.Perjanjian/kontrak*)* : ………………No. Kontrol : ………………Tarif/Daya tersambung : ………………No. Gardu/Tiang : ………………Penggunaan/peruntukan : ………………

Pelaksanaan TDL

Dalam Pelaksanaan P2TL yang dilaksanakan sebagaimana tersebut diatas, TimP2TL yang disertai petugas/pejabat Polri/ Alat Negara lainnya/PPNS *)disaksikan oleh pelanggan/ keluarga pelanggan penghuni/penanggung jawabbangunan/persil yang diperiksa tersebut *) yaitu :

Nama : ………………Alamat : ………………Pekerjaan : ………………

Hasil P2TL

Berdasarkan P2TL yang dilaksanakan sebagaimana tersebut diatas, diperolehhasil sebagaimana tercantum dalam Lampiran Berita Acara ini yang merupakanbagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Page 297: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

291

Prose Penyelesaian.

Berdasarkan hasil P2TL sebagaimana dimaksud pada angka III diatas, penetapangolongan Pelanggan berdasarkan pada lampiran Berita Acara ini akan ditetapkanlebih lanjut oleh Pejabat PLN yang berwenang.

Untuk penyelesaian tersebut, pelanggan tersebut diatas atau kuasanya dimintadatang ke kantor PLN pada hari dan tanggal sesuai lampiran Berita Acara ini *)

Demikian berita acara setelah dibaca dan ditanda tangani oleh masing-masingpihak tersebut diatas dalam tiap……………………, satu rangkap berikutlampirannya untuk pelanggan seperti pada angka II diatas.

Pelanggan/ Keluarga pelanggan/ Tim P2TLPenghuni bangunan/ persil

……………………. ***) ………………..***)

Disaksikan oleh

1. ………………..***)2. ………………..***)

3. ………………..***)

Keterangan*) Coret yang tidak perlu

**) Apabila tidak ada pelanggan aleniatersebut dicoret seluruhny

***) Kolom tersebut di isi nama terang dantanda tangan masing-masing

****) Jabatan Pemberi Tugas

Page 298: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

292

PT PLN (Persero) LAMPIRAN II A………………… BERITA ACARA PENERTIBAN/PEMAKAIAN

TENAGA LISTRIK (P2TL)UNTUK SISTEM PENGUKURAN LANGSUNG1 PHASE/ 3 PHASE

DATA HASIL PEMERIKSAAN UNTUK SISTEM PENGUKURAN LANGSUNG1 PHASE/3 PHASE

Tegangan tersambungTegangan tersambunga. 1 Phase/3phase 1)b. 127 V, 220 V, 127/220 V, 220/38 C V 1)

Gambar skel lokasi alamat pelanggan

Tempat Kedudukan Alat Pengukur dan Pembatas (APP)Didalam/diluar

Data APP terpasang4.1 Alat Pembatas :

Nama : MCB/MCCB/NFB/NH Fuse/Smelt Trip/ … 1)Type/Ukuran :Ukuran (In) : ……… x ………... Ampere

4.2 Meter kWHType/Merk : ……….. Tarif tunggal/ganda 1) : …………No. Pabrik/tahun : ……….. Faktor meter : …………Ukuran (In) : ……… x ………... Ampere, Constanta ……..

4.3 Meter kVArhType/Merk : ……….. Tarif tunggal/ganda 1) : …………No. Pabrik/tahun : ……….. Faktor meter : …………Ukuran (In) : ……… x ………... Ampere, Constanta ……..

4.4 Lonceng :Type/Merk : ……….. Genset/Diesel : ada/ tidak ada 1)No. Pabrik/tahun : ……….. : ………… kVATegangan : ……….. Volt

Page 299: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

293

Kon

disi

seh

arus

nya

(Jum

lah

sege

l) u

ntuk

kol

om 5

.6.7

.8 d

idas

arka

n at

as :

……

……

…..

Page 300: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

294

5.2 Pemeriksaan putaran meter kWh melalui sekering meter/ TerminalPengukuran 4 kawat

Pengukuran Tegangan pada pengukuran bebanPengukuran dilaksanakan pada jam …………………

Pengukuran tegangan :a. Pada terminal (klem Blok) kotak APP b. Pada terminal meter :

R- Nol : …………….. Volt R- Nol : ……….. VoltS- Nol : …………….. Volt S- Nol : ……….. VoltT- Nol : …………….. Volt T- Nol : ……….. VoltR-S : …………….. Volt R-S : ……….. VoltR-T : …………….. Volt R-T : ……….. VoltS-T : …………….. Volt S-T : ……….. Volt

Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR)1. SLP (Sambungan Luar Pelayanan)

Jenis Hantara : Kabel Pilin/ BC (kawat tembaga telanjang) / ACC/Kabel tanah /…..

Ukuran : ……………………..Kondisi/Kelainan-2 : ……………………..

2. SMP (Sambungan Masuk Pelayanan)Jenis Hantara : Kabel Pilin/ BC (kawat tembaga telanjang) / ACC/

Kabel tanah /…..Ukuran : ……………………..Kondisi/Kelainan-2 : ……………………..

No RST Saat diperiksa Setelah diperiksa

Arah Putaran Waktu 1 Putaran Arah Putaran Waktu 1 putaran

1

2

3

4

5

6

7

8

9

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

Page 301: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

295

Hasil Pemeriksaan1. Penyambungan langsung 2)

.............................................................................................................

.............................................................................................................2. Penggunaan Peruntukan Tenaga Listrik 3)

.............................................................................................................

.............................................................................................................3. Terdapat/tidak terdapat sambungan lain yang membahayakan keselamatan

umum (seperti sambungan langsung antara satu rumah/tempat ke tempatlainnya di luar persil ybs. Dan tanpa prosedur yang besar )..........................................................................................................................................................................................................................

4. Kesimpulan..........................................................................................................................................................................................................................

5. Tindakan teknis yang dilakukan oleh petugas P2TL :..........................................................................................................................................................................................................................

6. Keterangan tambahan 4) :..........................................................................................................................................................................................................................

Untuk penyelesaian hasil P2TL Pelanggan PLN/kuasanya diatas diminta datangke kantor Wilayah/Distribusi/Cabang/Ranting/Rayon PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi …………………Cabang …………….. Ranting/Rayon …………diJalan ………………………………………………….Pada tanggal/hari : …………………………….Pukul : …………………………….

Pelanggan/Penghuni/Penanggung Jawab 1) Atas bangunan/persil Tim P2TL

(…………………..) 5) (……………………….) 5)

Page 302: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

296

Saksi

………………………………. 5)………………………………. 5)………………………………. 5)

Keterangan :1). Coret yang tidak perlu2). Diisi apabila ada sambungan dari JTL atau SL dengan

menggunakan penghantar dibawah atau diatas termasukperalatannya dimana tenaga listrik dapat disatukan tanpa melaluiAPP

3). Di isi secara jelas penggunaan tenaga listrik sesuai fakt di persil/bangunan ybs.

4). Di isi uraian secara ringkas berdasarkan hasil pemeriksaan daributir 8-5 dapat juga diberikan keterangan dalam bentukgambar dan atau penjelasan lain.

5) Disi nama terang dan tanda tangan.

Page 303: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

297

Lampiran II BKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)Wilayah/Distribusi *) …………Cabang ………………………..Ranting/Rayon *)……………..

B E R I T A A C A R A

PENERTIPAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)UNTUK SISTEM PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG

NOMOR : ……………..

Pada hari ini, ……….. tanggal ………Bulan ………… Tahun dua ribu…………………………………… kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ………………No.Induk Pegawai : ………………Jabatan : ………………Kedudukan : ………………

2. Nama : ………………No.Induk Pegawai : ………………Jabatan : ………………Kedudukan : ………………

Masing-masing sebagai anggota Tim P2TL berdasarkan Surat Tugas PemimpinPT PLN (Persero)) Wilayah/Distribusi *) …………..Cabang……….Ranting/Rayon*) ……..atau ……… ***) nomor ……..Tanggal ………….. melakukanP2TL dengan cara melakukan pemeriksaan instalasi Sambungan Tenaga Listrikdan Instalasi Pelanggan PLN pada bangunan/persil sebagaimana tercantum dalamRekening Listrik Pelanggan sebagai berikut :

Page 304: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

298

Nama dalam rekening : ………………Nama penghuni : ………………Alamat dalam rekening : ………………Alamat sebenarnya : ………………No.Perjanjian/kontrak*)* : ………………No. Kontrol : ………………Tarif/Daya tersambung : ………………No. Gardu/Tiang : ………………Penggunaan/peruntukan : ………………

Pelaksanaan TDL

Dalam Pelaksanaan P2TL yang dilaksanakan sebagaimana tersebut diatas, TimP2TL yang disertai petugas/pejabat Polri/ Alat Negara lainnya/PPNS *)disaksikan oleh pelanggan/ keluarga pelanggan/penghuni/penanggung jawabbangunan/persil yang diperiksa tersebut *) yaitu :

Nama : ………………Alamat : ………………Pekerjaan : ………………

Hasil P2TL

Berdasarkan P2TL yang dilaksanakan sebagaimana tersebut diatas, diperolehhasil sebagaimana tercantum dalam Lampiran Berita Acara ini yang merupakanbagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Prose Penyelesaian.

Berdasarkan hasil P2TL sebagaimana dimaksud pada angka III diatas, penetapangolongan Pelanggan berdasarkan pada lampiran Berita Acara ini akan ditetapkanlebih lanjut oleh Pejabat PLN yang berwenang.

Untuk penyelesaian tersebut, pelanggan tersebut diatas atau kuasanya dimintadatang ke kantor PLN pada hari dan tanggal sesuai lampiran Berita Acara ini *)

Page 305: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

299

Demikian Berita Acara ini setelah dibaca dan ditanda tangani oleh masing-masingpihak tersebut diatas dalam rangkap………………satu rangkap berikutlampirannya untuk pelanggan seperti pada angka II diatas.

Pelanggan/ Keluarga pelanggan/ Tim P2TLPenghuni bangunan/ persil

……………………. ***) ……………………..***)

Disaksikan oleh

1. ………………..***)

2. ………………..***)

Keterangan*) Coret yang tidak perlu

**) Apabila tidak ada pelanggan aleniatersebut dicoret seluruhny

***) Kolom tersebut di isi nama terang dantanda tangan masing-masing

****) Jabatan Pemberi Tugas

Page 306: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

300

PT PLN (Persero) LAMPIRAN II B………………… BERITA ACARA PENERTIBAN PEMAKAIAN

TENAGA LISTRIK (P2TL)UNTUK SISTEM PENGUKURAN LANGSUNG

DATA HASIL PEMERIKSAAN UNTUK SISTEM PENGUKURAN LANGSUNG

Tegangan tersambung

Tegangan tersambunga. Tegangan tinggi/ Tegangan Menengah/Tegangan Rendah1)b. 127 V, 220 V, 220/330 V, 6000 V /12000 V/20000 V/70000 V/ 150000

V/….1)

Gambar skel lokasi alamat pelanggan

Tempat Kedudukan Alat Pengukur dan Pembatas (APP)

Data APP Terpasang :4.1 Alat Pembatas :

Nama :Type/Ukuran :Ukuran (In) : ……… x ………... Ampere

4.2 Kartu Selting Relay1 Set : ……….. Ampere1 Jatah : ……….. AmpereMerk / Type Relay : …………

No APP Gardu Bangunan Pelanggan

Di dalam Di luar Di dalam Di luar 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kotak APP Lemari APP… Alat Pembalas … Meter kWh Meter kVArd Meter kVAmax Lonceng (Time Switch Perlengk. Hubung bagi (Rak TR)

Page 307: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

301

4.3. Alat Pengukur :

VI. Pengukuran6.1. Pengukuran beban dan faktor daya (Cos Q)

Pengukuran dilaksanakan pada jam : …………………..

6.2. Pengukuran Tegangana. Pada terminal (klem Blok) kotak APP

R- No : …………….. Volt R- S : ……….. VoltS-No : l……..…….. Volt R- T : ……….. VoltT-Nol : ……..…….. Volt S- T : ………... Volt

b. Pada Rel dan terminal meterRel fase R - terminal meter fase R : …… …… VoltRel fase R - terminal meter fase S : …… …… VoltRel fase R - terminal meter fase T : …… …… VoltRel fase S - terminal meter fase R : …… …… VoltRel fase S - terminal meter fase S : …… …… VoltRel fase S - terminal meter fase T : …… …… VoltRel fase T - terminal meter fase R : …… …… VoltRel fase T - terminal meter fase S : …… …… VoltRel fase T - terminal meter fase T : …… …… Volt

DATA Meter

kWh

Meter

kVArh

Meter

kVA max

Type/Merk

No. Pabrik/Tahun

Sistem Tegangan

Ukuran (In)

Faktor meter

Maximal

Constanta

Stand meter HT (I)

Stand meter HT (II)

……………..

……………..

…………… V

…………… A

…………Kali

……………..

……………..

……………..

……………..

……………..

……………..

…………… V

…………… A

…………Kali

……………..

……………..

……………..

……………..

……………..

……………..

…………… V

…………… A

…………Kali

……………..

……………..

……………..

……………..

Fasa Saat diperiksa Setelah diperiksa

Primer Sekunder Cos Q Primer Sekunder Cos Q

n

s

t

Nol

………A

………A

………A

………A

………A

………A

………A

………A

0. ……....

0. ……....

0. ……....

0. ……....

………A

………A

………A

………A

………A

………A

………A

………A

0. ……....

0. ……....

0. ……....

0. ……....

Page 308: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

302

6.3 Pemeriksaan putaran meter kWh melalui sekering meter/ klem Terminalmeter

VI. Sambungan Tenaga Listrik(SL)7.1. SLP (Sambungan Luar Pelayanan)

Jenis Hantara : Kabel Pilin/ BC (kawat tembagatelanjang) / ACC/ Kabel tanah /…..

Ukuran : ……………………..Kondisi/Kelainan-2 : ……………………..

7.2. SMP (Sambungan Masuk Pelayanan)Jenis Hantara : Kabel Pilin/ BC (kawat tembaga

telanjang) / ACC/ Kabel tanah /…..Ukuran : ……………………..Kondisi/Kelainan-2 : ……………………..

VII. Hasil Pemeriksaan8.1. Penyambungan langsung 2)8.2. Penggunaan Peruntukan Tenaga Listrik 3)

.............................................................................................

.............................................................................................8.3. Terdapat/ tidak terdapat sambungan lain yang membahayakan

keselamatan umum (seperti sambungan langsung antara satu rumah/tempat ke tempat lainnya di luar persil ybs. Dan tanpa proseduryang benar).............................................................................................

8.4. Kesimpulan..........................................................................................................................................................................................

No RST Saat diperiksa Setelah diperiksa

Arah Putaran Waktu 1 Putaran Arah Putaran Waktu 1 putaran

1

2

3

4

5

6

7

8

9

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

// // //

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

Maju/mundur/diam *)

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

………………...

Page 309: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

303

8.5. Tindakan teknis yang dilakukan oleh petugas P2TL :..........................................................................................................................................................................................

8.6. Keterangan tambahan 4) :..........................................................................................................................................................................................

Untuk penyelesaian hasil P2TL Pelanggan PLN/kuasanya diatasdiminta datang ke kantor Wilayah/Distribusi/Cabang/Ranting/RayonPT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi ……………….Cabang…………….. Ranting/Rayon………. …...diJalan……………………………………….Pada tanggal/hari : …………………………….Pukul : …………………………….

Pelanggan/Penghuni/Penanggung Jawab 1) Atas bangunan/persil Tim P2TL

(…………………..) 5) (……………………….) 5)

Saksi

………………………………. 5)………………………………. 5)………………………………. 5)

Keterangan :1). Coret yang tidak perlu2). Diisi apabila ada sambungan dari JTL atau SL dengan

menggunakan penghantar dibawah atau diatas termasukperalatannya dimana tenaga listrik dapat disatukan tanpa melaluiAPP

3). Di isi secara jelas penggunaan tenaga listrik sesuai fakt di persil/bangunan ybs.

4). Di isi uraian secara ringkas berdasarkan hasil pemeriksaan daributir 8-5 dapat juga diberikan keterangan dalam bentukgambar dan atau penjelasan lain.

5) Disi nama terang dan tanda tangan.

Page 310: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

304

Lampiran IIIKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)WILAYAH/DISTRIBUSI *)CABANG ………RANTING/RAYON *) ………

BERITA ACARAPENGAMBILAN PERALATAN/ALATM HASIL TEMUAN P2TL

Nomor : ………………….

Berdasarkan hasil dan kesimpulan pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim P2TLsebagaimana tercantum dalam Berita Acara P2TL Nomor : ………….., tanggal…… perlu dilakukan pengambilan peralatan/alat hasil temuan P2TL.Sehubungan dengan itu, maka pada hari ini, ……… tanggal …….. bulan…………. Tahun, …………. Dilakukan pengambilan peralatan/alat hasil temuanoleh petugas P2TL untuk keperluan koreksi rekening/pemeriksaan lebih lanjut.Data pengambilan peralatan/alat hasil temuan P2TL tercantum pada LampiranBerita Acara ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acaraini.

Pada PelangganNama : ………….Alamat : ………….No.KTP : ………….

****) sesuai data pada lampiran Berita Acara ini. Dimaksudkandalam kantong kemudian direkatkan dengan diberi stiker dan selanjutnyadibubuhi tandatangan pada penutup kantong tersebut oleh petugas P2TL tersebutdibawah ini dan pelanggan/penghuni rumah/penanggung jawab atas bangunan/persil yang diperiksa selanjutnya dibawah oleh petugas P2TL ke LaboratoriumPLN ………..**) untuk koreksi rekening untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Page 311: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

305

Demikian Berita Acara ini setelah dibaca. Dibuat dan ditanda tangani oleh masing-masing pihak tersebut diatas dalam rangkap …………., satu rangkap untukpelanggan/ penghuni rumah/penanggung jawab atas bangunan/persil yangdiperiksa *)

Pelanggan penghuni rumah Tim P2TLPenanggung jawab bangunan persil *)

***) ***)NIP PLN

Disaksikan Oleh

1 ***) ***)NIP PLN

2. ***)_ ***)NIP PLN

Keterangan*) Coret yang tidak perlu

**) Diisi sesuai dengan kebutuhan***) Kolom tersebut diisi nama terang dan

tanda tangan masing-masing****) Diisi nama peralatan alat hasil temuan P2TL

Page 312: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

306

Lampiran IVKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)WILAYAH/DISTRIBUSI *)CABANG ………RANTING/RAYON *) ………

BERITA ACARA PERMUKAANNomor : ………………….

Berdasarkan hasil dan kesimpulan pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim P2TLsebagaimana tercantum dalam Berita Acara P2TL Nomor : ………….., tanggal…… dan Berita Acara Pengambilan Peralatan data Hasil Temuan P2TL Nomor: ….... Tanggal …………

Pada hari ini, ……… Tanggal …….. Jam …………. Bertempat di ….…….Dilakukan Pembukaan Lintong/bungkusan berisi sebagaimana tercantum padalampiran Berita Acara ini yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dai BaritaAcara ini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan pembukaan tersebut disaksikan olehPelanggan/Penghuni/Penanggung jawab atas persil/bangunan *)

Nama : ……………………Alamat : ……………………Pekerjaan : ……………………

Pada waktu dilakukan pembukaan diadakan penelitian terhadap stiker dan tandakertas pengaman yang mengikat kantong tersebut dengan hasil pembukaan.Kondisi : ……………………Kondisi Kantong Pengaman : ……………………Kesimpulan : …………………… ***) sama/ tidak

sama *) dengan Berita caraPengambilan Peralatan/ Alat HasilTemuan P2TL.

Page 313: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

307

Kemudian : ***) tersebut diatas diambil untukkeperluan pemeriksaan di laboratorium.

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya.

Saksi-saksi

Petugas PLN 1. Pelanggan/ PenghuniPenanggung jawab atasBangunan/ Persil *)

**) **)NIP

2. Saksi

**) **)NIP NRP/NIP *) …………

**) **)NIP NRP/NIP *) …………

Keterangan*) Coret yang tidak perlu

**) Diisi sesuai dengan kebutuhan***) Kolom tersebut diisi nama terang dan

tanda tangan masing-masing****) Diisi nama peralatan alat hasil temuan P2TL

Page 314: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

308

Lampiran IVKeputusan Direksi PT PLN (Persero)Nomor :Tanggal :

PT PLN (Persero)WILAYAH/DISTRIBUSI *)CABANG ………RANTING/RAYON *) ………

BERITA ACARA PERMUKAANNomor : ………………….

Berdasarkan hasil dan kesimpulan pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim P2TLsebagaimana tercantum dalam Berita Acara P2TL Nomor : ………….., tanggal…… dan Berita Acara Pengambilan Peralatan data Hasil Temuan P2TL Nomor: ….... Tanggal …………

Pada hari ini, ……… Tanggal …….. Jam …………. Bertempat di ….…….Dilakukan Pembukaan Lintong/bungkusan berisi sebagaimana tercantum padalampiran Berita Acara ini yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dai BaritaAcara ini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan pembukaan tersebut disaksikan olehPelanggan/Penghuni/Penanggung jawab atas persil/bangunan *)

Nama : ……………………Alamat : ……………………Pekerjaan : ……………………

Pada waktu dilakukan pembukaan diadakan penelitian terhadap stiker dan tandakertas pengaman yang mengikat kantong tersebut dengan hasil pembukaan.Kondisi : ……………………Kondisi Kantong Pengaman : ……………………Kesimpulan : …………………… ***) sama/ tidak

sama *) dengan Berita caraPengambilan Peralatan/ Alat HasilTemuan P2TL.

Page 315: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

309

Kemudian : ***) tersebut diatas diambil untukkeperluan pemeriksaan di laboratorium.

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya.

Saksi-saksi

Petugas PLN 1. Pelanggan/ PenghuniPenanggung jawab atasBangunan/ Persil *)

**) **)NIP

2. Saksi

**) **)NIP NRP/NIP *) …………

**) **)NIP NRP/NIP *) …………

Keterangan*) Coret yang tidak perlu

**) Diisi sesuai dengan kebutuhan***) Kolom tersebut diisi nama terang dan

tanda tangan masing-masing****) Diisi nama peralatan alat hasil temuan P2TL

Page 316: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

310

LampiranBERITA ACARA PERMUKAANHASIL TEMUAN P2TL

PT PLN (Persero)WILAYAH/DISTRIBUSI *) ……………….CABANG : …………………………………RANTING/RAYON *) …………………….

DATA PERMUKAAN PERALATAN/ALAT HASIL P2TL

Meter Kwh *) Type ……….. Tanpa Tunggal Ganda *) ……… No. Pabrik/Tahun ……. Faktor Meter. …….. Ukuran (Ini) ……….. X ……… Ampere Constanta ….. Meter kVARh *) Type ……….. Tanpa Tunggal Ganda *) ……… No. Pabrik/Tahun ……. Faktor Meter. …….. Ukuran (Ini) ……….. X ……… Ampere Constanta ….. Meter kVAmarks *) Type ……….. Tanpa Tunggal Ganda *) ……… No. Pabrik/Tahun ……. Faktor Meter. …….. Ukuran (Ini) ……….. X ……… Ampere Constanta ….. Alat Pembatas *) Nama IMCBNLCCB NFB NH Fuse Smelt Tnp ) Type ukuran : Ukuran da) X Trafo arus CT : Type merk :………………… No. Pabrik /Tahun :………………… Ratio :…………………

6 7 8 9 10

KABEL SADAPANR *) JENIS KABEL : NYM/NYY/NGA/ KabeL tanah *) Diameter ……..x……..mm2 Panjang lebih kurang …………. M Kontraktor magnet (saklar magnet)/saklar *) Type merk. : ……………. No Pabrik/Tahun : …………… Batas/ 3 fase : …………… Fuse/trafo tegangan : *) Jenis : ………….. Type/merk : ………….. No. Pabrik/tahun : …………… Gembok Gardu : …………… Ukuran : sesuai/lebih kecil/sedang *) Segel-segel *) - Gadur. - Kotak APP - Alat Pengukur - Alat pembatas - Alat Bantu pengukuran - Tutup pelindung APP

Page 317: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

311

Lampiran VKeputusan Direksi PT PLN (PerseroNomor :Tanggal :…………………………………..

Nomor : ……………..Perihal : Laporan pelaksanaan P2TL

Kepada :Yth, : …………….. ………

…………….. …..*)

berdasarkan Surat Tugas No. ……………. ……… …tanggal………………….(copy terlampir). Dengan ini kami melaporkan hasilpelaksanaan penertiban Pemakaian Listrik (P2TL) dengan penjelasansebagaimana terdapat pada lampiran laporan ini.

Demikian laporan kami.

Petugas P2TL1.

(…………………………)NIP PLN ………………..

2.

(…………………………)NIP PLN ………………..

* ) Diisi sesuai dengan jabatan pemberi tugas

Page 318: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

312

LampiranLAPORAN PELAKSANAAN P2TL

PT PLN (Persero)WILAYAH/DISTRIBUSI *) ……………….CABANG : …………………………………RANTING/RAYON *) …………………….

DAFTAR PELAKSANAAN P2TL

Tanggal ,

Sasaran Golongan

Tarif

Hasil Pemeriksaan

P2TL

Berita Acara

Tindakan Yang telah

Dilakukan

Berita Acara

Tertanggal Pelanggan

Akan Datang

Keterangan

Page 319: G Terhadap PENYALAHGUNAAN TENAGA LISTRIK · bermanfaat menunjang program penyuluhan hukum P2TL dilingkungan PLN. ... dan pengelolaan langsung oleh Departemen terkait, sehingga keuntungan

i

Riwayat Penulis:

Marthen Napang: lahir di Makassar,12 Maret 1957,Alumni Fakultas Hukum UNHAS 1984 JurusanHukum Internasional dengan skripsi: "PenyelesaianSengketa Falkland/Malvinas Dalam HukumInternasional". Lawyer dan aktif mengajar kelompokMata Kuliah Hukum Internasional di Fakultas HukumUNHAS tahun 1985 - 1999. Pada awal tahun 2000hijrah ke Jakarta melanjutkan studi pada:

a. Program Ilmu Hukum Pascasarjana UNPAD Wisuda 30 Mei 2003dengan tesis (lulus Cum Laude): "Prediksi Penerapan YurisdiksiPeradilan Pidana Internasional ke Dalam Yurisdiksi Peradilan PidanaIndonesia Dalam Mengadili Kejahatan Internasional Menurut StatutaRoma 1998".

b. Program Kajian Wilayah Amerika Pascasarjana UniversitasIndonesia Wisuda 7 Februari 2004 dengan tesis: "Al Gore Vs. GeorgeW.Bush Dalam Pemilihan Presiden Amerika 2000: PersengketaanHasil Pemilihan di Florida".

c. Program Doktor (S3) Ilmu Hukum UNPAD 2005.Mengikuti berbagai penataran dan konvensi nasional maupun internasional.Selama studi aktif di organisasi intra & ekstra kurikuler, seperti pernahterpilih menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas HukumUNHAS (BPM FHUH) 1982/1983, Wakil Ketua DPD II KNPI KMUP1987/1992; Dewan Penasihat (Wanhat) DPD II KNPI KMUP 1986/1991 dan Dewan Penasihat (Wanhat) DPD AMPI Sulsel 1993/1997.Pemimpin Redaktur Bulletin/Majalah: "Moment", "Presensia", "Senior",serta mengasuh klinik hukum pada Radio Christy di Makassar.Mendapat Piagam Penghargaan dari Menteri Negara Agraria/KepalaBadan Pertanahan Nasional RI, 1995 dan dianugrahi penghargaan "TheBest Executive 2004" oleh Yayasan Andhika Jakarta.Pendiri Pusat Bantuan Hukum Yusticia, Counsellor pada Kantor HukumAmanah YPK- PLN dan Lembaga Hukum Ammanagappa di Jakarta.

foto3 x 4