2. auliya hidayati 132310101001 (lkm 1 ikd iiia).doc

22
LEMBAR KERJA MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN DASAR III A 1 PENGONTROLAN INFEKSI NILAI DAN PARAF NAMA : Auliya Hidayati NIM : 132310101001 Standard Kompetensi: Mahasiswa akan mampu memahami tentang pengontrolan infeksi serta konsep kewaspadaan universal Kompetensi Dasar: 1. Mahasiswa memahami konseptual proses terjadinya infeksi Uraikan pengertian Infeksi Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry. Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005) Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC. Gambar dan Jelaskan Rantai timbulnya Infeksi (Chain of infection)

Upload: mohammad-rifqi-wibowo

Post on 18-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LEMBAR KERJA MAHASISWA

ILMU KEPERAWATAN DASAR III A

1PENGONTROLAN INFEKSINILAI DAN

PARAF

NAMA : Auliya HidayatiNIM : 132310101001

Standard Kompetensi:

Mahasiswa akan mampu memahami tentang pengontrolan infeksi serta konsep kewaspadaan universal

Kompetensi Dasar:

1. Mahasiswa memahami konseptual proses terjadinya infeksi

Uraikan pengertian Infeksi Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry. Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 942:2005)Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC.

Gambar dan Jelaskan Rantai timbulnya Infeksi (Chain of infection)

Penjelasan:

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yag saling terkait antar berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of axit, cara penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang rentan.

1. Agen Infeksi

Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Mikroorganisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit seseorang kontak dengan objek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dalam host/pejamu.2. Reservoir (sumber mikroorganisme)Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa, cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme pathogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan orang lain bisa menjadi sakit. Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan.3. Portal of exit

Mikroorganisme yang hidup dalam reservoir harus menemukan jalan keluar masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang rusak serta darah.4. Cara Penularan

Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reervoar ke pejamu. Bentuk penularan :

a. Kontak

- Langsung : orang ke orang (fekal, oral) tau kontak fisik antara sumber dan pejamu yang rentan (misal : menyentuh klien).

-Tidak Langsung : kontak personal pejamu yang rentan denan benda mati yang terkontaminasi (misalnya : jarum, balutan kotor)

-Droplet : partikel besar yang terpercik samapi tiga kali dan kontak yang rentan (misalnya : batuk, bersin)

b. Peralatan

-Alat-alat yang terkontaminasi (obat/larutan, air, dan darah)

-Makanan (daging yang diolah, disimpan, atau dimasak tidak tepat)

c. Vektor

-Perpindahan mekanisme eksternal (lalat)

-Penularan internal seperti kondisi parasitik antara vektor dan pejamu, seperti: nyamuk, kutu, lalat.5. Portal masuk

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulut merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk ke dalam tubuh.6. Daya tahan hospes (manusia)

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksu tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC.

Tahapan terjadinya Infeksi

Tahapan terjadinya infeksi:

1. Periode inkubasi

Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama.

2. Tahap prodromal

Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

3. Tahap sakit

Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.

4. Pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC.

Tanda Tanda Infeksi

Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003 antara lain:

1. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.2. Kalor

Kalor teradi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37C disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.3. Dolor

Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.4. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sek dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.5. Finctio laesa

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakam reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendlam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-mardianada-5193-2-bab1.pdf

Strategi Pencegahan Infeksi

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :

1. Peningkatan daya tahan pejamu

Daya tahan pejamu dapat meningkat dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum serta nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Inaktivasi agen penyebab infeksi

Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. 3. Memutus rantai penularan

Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu Isolation Precautions (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu Standard Precautions (Kewaspadaan standar) dan Transmissionbased Precautions (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).

4. Tindakan pencegahan paska pajanan (Post Exposure Prophylaxis / PEP) terhadap petugas kesehatan.Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-mardianada-5193-2-bab1.pdf

Kompetensi Dasar:

2. Mahasiswa memahami konseptual terjadinya infeksi Nosokomial

Uraikan pengertian Infeksi NosokomialInfeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti ruang perawatan anak, perawatan penyakit dalam, perawatan intensif, dan perawatan isolasi (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.Darmadi. 2008. Infeksi Nosokominal. Salemba Medika.

Brooker, Christin. 2008. Keperawatan. Jakarta:EGC.

Jelaskan kriteria infeksi nosokomial

KRITERIA INFEKSI NOSOKOMIAL, Menurut (Depkes RI, 2003), yaitu:

a. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

b. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien mulai dirawat.

c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari waktu inkubasi infeksi tersebut.

d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.

e. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.Menurut (Darmadi, 2008):a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit (infeksi bukan berasal dari rumah sakit).

d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa atau residual dari infeksi

sebelumnya.

e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokmial.

f. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan produk bakteri tidak termasuk infeksi nosokomial.

g. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

h. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga/pengunjung tidak termasuk infeksi nosokomial.

DepKes RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta.Darmadi. 2008. Infeksi Nosokominal. Salemba Medika.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya infeksi nosokomial yang dikemukakan Darmadi (2008) adalah:

1. Faktor-faktor luar (extrinsic factor) yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nosokomial seperti petugas pelayanan medis (dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan sebagainya), peralatan, dan dan material medis (jarum, kateter, instrumen, respirator, kain atau doek, kassa, dan lain-lain), lingkungan seperti lingkungan internal seperti ruangan /bangsal perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah, sedangkan lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat pembuangan sampah atau pengelolahan limbah, makanan/minuman (hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita, penderita lain (keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal perawatan dapat merupakan sumber penularan), pengunjung/keluarga (keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber penularan). 2. Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors) seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai (multipatologi) beserta komplikasinya.

3. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay), menurunnya standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.

4. Faktor mikroba seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya paparan (length of exposure) antara sumber penularan (reservoir) dengan penderita.Darmadi. 2008. Infeksi Nosokominal. Salemba Medika.

Manifestasi/ bentuk terjadinya infeksi nosokomial

Kejadian dan jenis infeksi nosokimial berbeda, sesuai dengan tempat perawatan dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, seperti:

1. Pemakaian infuse dan kateter yang tidak mengindahkan antiseptis dapat menyebabkan komplikasi kanulasi intravena. Komplikasi kanulasi intravena dapat berupa gangguan faktor mekanis, fisis dan kimia atau gangguan flora mikrobiologis. Komplikasi tersebut dapat berupa: ekstra vasasi, penyumbatan, flebitis trombosis, kolonisasi kanul, septikemia supurasi.

2. Infeksi saluran kemih pasca operasi ginekologi

3. Infeksi luka operasi dan infeksi luka bakar.

Di unit bedah, infeksi luka operasi dan infeksi luka bakar merupakan manifestasi klinis infeksi nosokomial utama. Infeksi luka bakar dapat mencapai 79%. Peran peralatan bedah yang terkontaminasi, tidak disiplinnya dalam melakukan tindakan aseptik dan antiseptik yang dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Jenis kuman yang menyebabkan infeksi pada luka operasi adalah: Streptococcus B. hemolitikus, Stapilococcus, Kuman gram negatif.

4. Infeksi bakteri gram (-) di ruang rawat intensif dapat menyebabkan pneumoni.

Diruang rawat intensif, infeksi nosokomial lebih sering terjadi, dibandingkan yang dirawat di bangsal dengan rawat biasa. Infeksi dengan kuman negatif paling sering ditemukan. Pneumonia merupakan infeksi serius yang sering dijumpai di ICU, hal ini berhubungan dengan penggunaan alat bantu nafas. Jenis kuman yang sering menyebabkan pneumonia pada ruang ICU, adalah golongan Enterobacteriaceae, psedomonas, stapilococcus aureus, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus.Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC.

Standard pencegahan dan penanganan Infeksi Nosokomial

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan

2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, dll.3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.

4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan

5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terifeksi. Salemba Medika.

Kompetensi Dasar:

3. Mahasiswa memahami konseptual terjadinya Kewaspadaan universal

Uraikan pengertian kewaspadaan universal (universal precaution)Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terifeksi. Salemba Medika.

Jelaskan dan uraikan 5 pilar/ komponen kewaspadaan universal

a. Cuci tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran

infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Cuci tangan harus dilakukan :

1) Segera setelah tiba di tempat kerja

2) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir

3) Setelah kontak fisik langsung dengan ibu dan bayi baru lahir.

4) Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

5) Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung tangan)

6) Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (mis : hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan)

b. Menggunakan teknik aseptis atau aseptik

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan

penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi aspek :

1) Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

2) Antisepsis

3) Sterilisasi dan disinfeksi tingkat tinggi

c. Memproses alat bekas pakai

1) Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.

2) Pencucian dan Pembilasan

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun Desinfeksi Tingkat Tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama.

d. Menangani peralatan tajam dengan aman

Untuk mencegah terjadinya infeksi melalui benda tajam maka dalam melakukan

tindakan medis harus memperhatikan pedoman berikut :

1) Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan menggunakan daerah aman yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam)

2) Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.

3) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba jarum ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.

4) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar di dalam incinerator.

5) Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kembali kuburkan.

e. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar)

1) Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan.

2) Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan

3) Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

4) Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik, dan radioaktif) dengan aman.

DepKes RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Strategi penatalaksanaan kewaspadaan universal

Pasien terinfeksi atau tidak, setiap petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan semua pasien (Menurut pusat informasi penyakit infeksi nosocomial tahun 2009).

Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Cuci tangan selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari, punggung tangan, ujung jari dan ibu jari digosok menyeluruh) dengan sabun di air mengalir setelah berhubungan dengan pasien;

b. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah atau terkontaminasi dengan cairan tubuh;

c. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh;

d. Tangani dan buang jarum suntik dan alat kesehatan tajam sekali pakai;

e. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh pasien dengan disinfektan;

f. Penanganan alat medis harus sesuai dengan standar disinfeksi dan sterilisasi;

g. Tangani semua bahan yang telah tercemar cairan tubuh pasien dengan cara sterilisasi atau disinfeksi;

h. Pembuangan limbah sesuai dengan prosedur pembuangan limbah RS.DepKes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Tata Laksana Klinis Infeksi HIV Disarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Mengapa perlu kewaspadaan universal?

Ada banyak alasan mengapa kewaspadaan universal tidak diterapkan, termasuk:

a. Petugas layanan kesehatan kurang pengetahuan.

b. Kurang dana untuk menyediakan pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung tangan dan masker.

b. Penyediaan pasokan tersebut kurang.

c. Petugas layanan kesehatan terlalu sibuk.

d. Dianggap Odha harus mengaku bahwa dirinya HIV-positif agar kewaspadaan dapat dilakukan.e. Rumah sakit swasta enggan membebani semua pasien dengan ongkos kewaspadaan yang pasien anggap tidak dibutuhkan.

Kewaspadaan universal diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan.

Jelaskan tentang :

a. Dekontaminasib. Desinfeksic. Sterilisasi

d. Isolasi

a. DekontaminasiDekontaminasi yaitu membuang semua material yang tampak (debu, kotoran) pada benda, lingkungan, permukaan kulit dengan menggunakan sabun, air dan gesekan. Tujuan prosedur dekontaminasi adalah untuk:

1. Mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan lingkungan.

2. Untuk membuang kotoran yang tampak.

3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat

4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat pensteril atau desinfektan.

5. Untuk melindungi personal dan pasien.

6. Desinfeksi

Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan organisme patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair yang bersifat nonselektif. Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.

2. Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.

3. Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.

4. Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan

5. Struktur fisik benda

6. Suhu dan pH dari proses desinfeksi.

b. Sterilisasi

Sterilisasi yaitu proses membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai.

c. Isolasi

Isolasi dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang yang rentan.

Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta:Djambatan.

Jelaskan maksud istilah desinfeksi septic dan aseptic?

1. Septic

Tindakan mencegah terjadinya infeksi melalui penghambatan pertumbuhan atau pemusnahan organisme penyebab penyakit untuk mencegah terjadinya keracunan darah (sepsis).2. Aseptic

Aseptic, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.

Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta:Djambatan.

DAFTAR REFERENSI Brooker, Christin. 2008. Keperawatan. Jakarta:EGC.

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokominal. Salemba Medika.

DepKes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Tata Laksana Klinis Infeksi HIV Disarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta.DepKes RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-mardianada-5193-2-bab1.pdfNursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terifeksi. Salemba Medika.Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta:Djambatan.

Salin Pernyataan berikut:

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN TULISAN SAYA INI ADALAH BENAR BENAR KARYA SAYA, DAN TERBEBAS DARI PLAGIARISME

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN TULISAN SAYA INI ADALAH BENAR BENAR KARYA SAYA, DAN TERBEBAS DARI PLAGIARISME

Auliya HidayatiNIM. 132310101001