1993_soekoto_mempersiapkan lapisan dasar konstruksi (2).pdf

172
SEAl : RENCANA DAN P ELAKSANAAN K ONSTRU KSI ASPAL UNT UK JALAN RAYA DAN LANDASAN TERBANG. lr. IMAM SOEKOTO. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterb i tkan oleh Ya yasa n Badan Penerbit Pekerjaa n U mum Jakarta

Upload: phungtram

Post on 30-Dec-2016

251 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

SEAl : RENCANA DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI ASPAL UNTUK JALAN RAYA DAN LANDASAN TERBANG.

lr. IMAM SOEKOTO.

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbi tkan oleh Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum Jakarta

Page 2: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf
Page 3: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LD88

MEMPERSIAPKAN LAPISAN DASAR

KONSTRUKSI

SERI : RENCANA DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI ASPAL UNTUK JALAN RAYA DAN LANDASAN TERBANG.

lr. IMAM SOEKOTO.

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum Jakarta

Page 4: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Nomor Kode J u d u I Disusun oleh Cetakan Tahun Penerbitan Tebal Ukuran Penerbit Percetakan Hak cipta

B.R • 22 MEMPERSIAPKAN LAPISAN DASAR KONSTRUKSII Jr. Imam Soekoto. Ke II 1993 168 halaman. (15.00 x 23.00) em. YAYASAN BADAN PENERBIT PEKERJAAN UMUM P. T Chandy Buana Kharisma. Di lindungi oleh undang-undang hak cipta 1987 pasal 4 .

Dilarang mengutip atau merekam dengan cara apapun isi buku ini sebagian atau seluruhnya tanpa izin dari Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Page 5: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

SEKAPUR SJRJH

Buku MEMPERSIAP'.<AN LAPISAN CASAR KONSTRUKSII karangan lr. Imam Soekoto ini sudah lama habis. Dalam kenyataannya masih juga tidak sedikit orang yang menanyakannya, terutama para mahasiswa, dosen yang hendak menjadikan buku ini sebagai acuan dalam memberi kuliah kepada para mahasiswa, para karyawan, konsultan serta kontraktor.

Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum merasa perlu mempertimbangkan dan kemudian mencetak ulang , untuk memenuhi keperluan masyarakat.

Selain pembetulan salah cetak serta sedikit perbaikan di bidang Redaksi, buku ini secara menyeluruh tidak mengalami perubahan yang mendasar.

Meskipun demikian , pihak Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum senantiasa membekati untuk menerima saran serta usul yang bermaksud memperbaiki buku ini, demi ke baikan kita bersama.

Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih .

Jakarta, 22 April 1993

Yayasan Badan Penerblt Pekerjaan Umum

Page 6: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

SEP AT AH KA TA PENERBIT

Dalam usaha untuk mengisi Jiteratur bidang teknik dan pembangunan dalam bahasa Indonesia, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, tidak bosan menghimbau ke-pada para teknisi untuk menyusun naskah, teknik dan pembangunannya yang diper· lukan untuk dapat diterbitkan. Diantaranya adalah pennintaan kepada penulis buku ini, yang telah ban yak makan gar am dalam pelaksanaan pembangunan jalan ray a.

Himbauan penerbit ternyata mendapat sambutan, dan buku ini adalah bukti· nya. Penerbit percaya buku ini dapat mengisi kekurangan tersebut. Karena penulis telah banyak pengalamannya dalam pelaksanaan pembangunan di lapangan, kiranya buku ini telah disusun sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan selama ini. Buku ini terdiri dari 6 judul yaitu :

1. Penelitian Kelayakan dan Kemungkinan Pembangunan Proyek Jalan Raya dan Landasan Terbang.

2. Rancangan Struktural (Struktural Design). 3. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi. 4. Produksi Aggregate.

5. Konstruksi Landasan dan Lapisan Permukaan. 6. Pengendalian Pelaksanaan (Construction Management).

dalarn penerbitan 'Mempersiapkan Laptsan Dasar Konstruksi' (Seri 3) dibagi men-jadi dua jilid , jilid I bedsi Bab I s/d Bab IV. jilid 2 berisi Bab V s/d Bab XI.

Mudah.mudahan buku ini akan dapat berfungsi seperti yang kita harapkan. Kami mengucapkan te:ima kasih kepada penulis yang telah menyediakan waktu untuk menulis buku ini dian tara kcsibukannya sehari·hari.

Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga buku ini dapat diterbit· kan kami mengucapkan terima kasih. Tidak lupa kami harapkan kritik, saran, serta mohon maaf kepada pemakai buku ini bila pada penerbitan yang pertama ini masih ada kesalahan dan kekurangannya.

Jakarta, Mei N HYセPN@

Pcncrblt.

Page 7: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

KATA PENGANTAR

Mempersiapkan lapisan dasar bagi konstruksi aspal untuk landasan terbang dan jalan raya merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan untuk mewu· judkan hasil akhir seperti yang kita lihat. Namun demik.ian, pekerjaan-pekerjaan persiapan lapisan dasar ini dapat dipandang juga sebagai penggusuran tanah biasa, yang terdapat di pelaksanaan-pelaksanaan konstruksi lainnya, seperti pembuatan saluran irigasi, ataupun pekerjaan-pekerjaan pengrataan tanah lainnya. Oleh karena itu, maka buku ini ditulis sedemikian rupa sehingga dengan sedikit penyesuaian diri, orang dapat pula mengetrapkannya untuk pekerjaan yang dihadapi; jadi dapat di· baca tersendiri lepas dari masalah pembuatan jalan raya dan landasan terbang.

Meskipun demikian, kita tidak dapat lepas dari contoh-contoh yang terpaksa diambilkan dari judul asalnya yaitu konstruksi aspal untuk jalan raya dan Jandasan terbang. Mudah-mudahan yang demikian itu tidak mengurangi maksud kami untuk menyajikan sebuah buku yang bersifat seumum mungkin.

Perlu diperhatikan bahwa buku ini bukan dirnaksud sebagai penuntun untuk membuat diri kita ahli di dalam bidang ini, karena apa yang dikemukakan hanyalah prinsip-prinsip saja; untuk menjadi ahli yang sebenarnya, orang masih perlu meng· alami dan merasakan sendiri apa yang kita maksud dengan mengerjakan alat-alat yang dimaksud. Demikian pula mengenai apa yang diseb11t "baut dan sekrup"-nya permasalahan.

Akan tetapi, untuk management personel, apa yang kami セ・ュオォ。ォ。ョ@ ini cukuplah untuk maksud memperkenalkan apa yang disebut pelaksanaan pekerjaan secara mekanis, yaitu tujuan dari buku ini. Mudah-mudahan tercapailah apa yang di· maksud oleh buku ini.

Kepada para agen dan suppliers alat-alat besar yang telah memberikan Kete· rangan-keterangan serta gambar yang kami muat sebaga.i keterangan didalam buku ini, kami mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, 1 Mei 1973.

Penulis.

Page 8: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf
Page 9: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

DAFTAR lSI

Halaman

A. PENDAHULUAN.

I. BEBERAP A PENGERTIAN DASAR.

1. Permukaan Dasar Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2. upisan Bawah undasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 3. Klasiflkasi Tanah sebagai bahan yang dikerjakan . . . . . . . . . 4 4. Kadar Air Dalam Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 5. Tanah Liat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 6. Kepadatan Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 7. Memperhitungkan Pengaruh Kembang dan Surut . . . . . . . . 10

II. MEKANISASI PEKERJAAN.

8. Umum.............. .. ... .... . ... . . ...... 12 9. Me sin Sebagai Sumber Tenaga Alat Perala tan Kit a . . . . . . . . 15

10. Pemakaian Habis Bahan Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 11. Pengaruh Berkurangnya Jumlah Udara . . . . . . . . . . . . . . . 20 12. Menghitung Tenaga Mesin Yang Digunakan . . . . . . . . . . . . 22

B. PENGETAHUAN DASAR TENTANG ALAT-ALAT KONs-TRUKSI DAN PENGGUNAANNY A.

III . TRAKTOR DAN ALAT -ALAT YANG MEMPERGUNAKANNY A SEBAGAI KENDARAAN (=MOUNTING) ATAUPUN PENA-RIKNY A (=PRIME MOVER).

13. Tralctor Pada Umumnya .. . .. .. ... .... , . . . . . . . . . . 31 14. Bulldozer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37 15. Pekerjaan Dasar Dengan Bulldozer . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 16. Pembersihan Medan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51 17. Ripper ..... . ... .. :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55 18. Tractor Loaders . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 19. Usaha-usaha Mempertinggi Produksi Tractor Loader . . . . . . 60 20. Jenis·jenis Bucket. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64 21. Scraper . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66 22. Dasar Kerja Dengan Scraper . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68 23. Pengendalian Scraper . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73

Page 10: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

IV. EXCAVATORS.

24. U mum.... .. . ............... . ..... . ..... . 76 25. Power Shovel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82 25a.Kerja Dasar Dengan Power Shovel . . . . . . . . . . . . . . . . . . 84 26. Karakteristik-k.arakteristik Sebuah Power Shovel . . . . . . . . 89 27. Backhoe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95 28. Jarak Jangkau Backhoe .. .. .... · . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 8 29. Backhoe yang Digerakkan Secafa· Hydraulis . . . . . . . . . . . . 99 30. Crane . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 04 31. Clamshell . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 0 32. Dragline . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 117 33. Faktor-faktor yang Perlu Diperhitungk.an Dalam Rencana 123

LAMPIRAN-LAMPIRAN .

Lamp iran A. Tabel Pembalikan ... . ..... . .. . .. .. . .......... . U!mpiran B. Beberapa Pengetahuan Tentang Ban . . . . . . . . . . . . . . . . . II U!mpiran c. Kabel Yang Digunak.an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . VII U!mpiran D. Hydraulic Systems . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . XI Lamp iran E. Roda Rantai Atau Roda Ban Karet . . . . . . . . . . . . . . . . . XVI U!mpiran F. Cara-cara Praktis di dalam Menentukan Hasil Karya Alat-alat

untuk Keperluan Planniug & Programming . . . . . . . . . . . . . . . XXII Lamp iran G. Bibliografi .......... . .. .................... .XXXIII

Page 11: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

A. P E N D A H U L U A N

I. BEBERAPA PENGERTI AN DA SAR.

I) Pennukaan Dasar Konstruksi ( = subgrade ).

Apa yang disebut subgrade ini adalah permukaan bagian terbawah sesuatu konstruksi jalan raya ataupun landasan terbang yang dibuat secara berlapis-lapis seperti yang lazim dimanfaatkan di dalam konstruksi jenis flexible pavements yang menjadi dasar konstruksi aspal kita. Sub grade ini biasanya berupa permukaan tanah 。NNセjゥOウ・エ・ュー。エ@ yang telah di persiapkan untuk fungsinya di dalam konstruksi yang dimaksud. Konstruksi yang dibuat bcrlapis-Japis ini mendasarkan pertimbangan kepada 」ォ ッョッ ュゥ セ@ di kembangk.an dari kenyataan bahwa pcnerusan gaya muatan Jalu lintas dari permukaan jalan ke bawah merupakan sebuah kerucut ( conus ) sehingga kon-sentrasi gaya per satu satuan luas permu}caan, makin ke dalam makin kecil. Apabila di bawah permukaan jalan. syarat" yang ditentukan bagi bahan yang dipergunakan adalah sangat bcrat, tidaklah tl emikian untuk bagian-bagian yang Jctaknya Jcbih jauh dari permukaan jalan tcrsebut, schingga titl aklah ckonomis untuk mcmpergunakan bahan yang sama dan mah<il itu .

Akan tetapi, apapun yang menjadi pertimbangan untuk memilih jenis kons-truksi yang akan dibuat, namun syarat yang harus dipenuhi agar konslruksi itu dapat dipertanggungjawabkan secara teknologis dan ekonomis, homogenitas ti ap-tiap bagian konstruksi harus dipertahankan, baik pada bahannya maupun tebal lapisannya, kepadatannya, dan sebagainya. Dengan dcmikian dapat dimengerti bahwa harus diusahakan agar tiap lapisan itu. scjajar dcngan hasil akhir konstruksi ( = permukaan jalan ), yang berarti pula bahwajuga subgrade kita sudah harus mcngikuti garis (grade line) permukaan jalan. Pacta sesuatu proyekjalan raya yang panjangnya berpuluh kilometer, sering dijumpai jenis tanah asli/setempat yang berlainan di dalam sifatnya, sehingga kesamaan ketebalan konstruksi di atasnya juga tidak dapat dipertahankan. Demikian pula bahan-bahan konstruksi yang didapatkan sccara ckonomis, juga mungkin sekali tidak sama, meskipun sama-sama memenuhi syarat. Namun demikian, demi pelak-sanaan yang kontinyu yang juga besar pengaruhnya terhadap ekonomi pelaksanaan, hendaklah kita mengambil suatu jarak tertcntu, sebelum diadakan perubahan di dalam struktur standardnya.• Nilai dukung subgrade ini menentukan tebalnya jumlah lapisan yang harus dibuat di atasnya. dan dengan demikian juga menentukan biaya pelaksanaan pembuatan proyel< jalan kita. Oleh karena itu. ti daklah berkelebihan kalau kita mengatakan bahwa mempersiap-kan subgrade ini merupakan pekerjaan yang bersifat fundamental bagi pembuatan ja-lan raya, lebih-lebih kalau diingat bahwa bahan yang diolah adalah yang termurah

l

Page 12: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

dari seluruh konstruksi, yaitu tanah asal (•setempat). Sering kita jump.ai keadaan, dl mana persiapan subgrade yang memenuhl speslfikasl'berlkut drainage yang diperlu· kan, sudah mempunyai nilai 40 % atau lebih dari seluruh konstruksi jalan raya a tau pun landasan terbang yang dibuat. Oleh karena itu pula, orang kadang-kadang memilih memperkuatsubgradesaja dari membuat Iapisan konstruksi atasnya dengan Iebih tebal; perkuatan subgrade ini dapat dilakukan antara lain dcngan stabilisasi massa tanah, baik yang berupa stabilisasi mckanis, chemis, maupun jenis stabilisasi Iainya.

Apabila permukaan tanah asal ada di atas grade line(= ketinggian permukaan jalan), maka tanah itu di"potong" (=cut); sedang kalau dia ada di bawah grade line, dia ditimbun (=jill) sarnpai mencapai ketinggian yang dikehendaki menu rut grade line terse but.

Fill

Gb. 1.01. Cut & fill.

Dipandang dari segi penghematan usaha, maka selalu diusahakan agar untuk sesuatu panjang tracee tertentu, jumlah cut yang perlu dikerjakan sama volumenya dengan jumlah fill yang diperlukan. . Kalau masalah air banjir tidak menjadi persoalan, kadang-kadanggrade line dapat dikalahkan untuk kepentingan ini.

2. Lapisan Bawah Landasan (Sub Base Course).

Di dalam paragrap sebelum ini diterangkan bahwa tebal konstruksi jalan raya ataupun landasan terbang harus memiliki suatu ketebalan tertentu, tergantung dari nilai daya dukung dari sttbgrade. Dengan memanfaatkan jenis flexible pavement yang biasanya menjadi dasar kons· truksi aspal, maka tebal konstruksi ini tidak tergantung dari jenis bahan yang diper-gunakan untuk menyusun struktur konstruksi jalan tersebut, sehingga atas pertim· bangan ekonomis, tebal konstruksi ini dicapai dengan susunan lapis-lapis yang ber· angsur mencapai mutu konstruksi landasan lapisan aspal (=base course) yang meng· ingat mahalnya, dibatasi ketebalannya pada nilai yang minimal menurut spesifikasi.

2

Page 13: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Lapisan antara subgrade dan base course ini disebut lapisan bawah landasan (=sub bau course) yang harus memenuhi syarat mutu yang lebih baik dari tanah asal yang dipakai sebagai subgrade dan lcbih murah harganya dari bahan untuk base cource. Apabila sub base course ini cukup tebal, maka dapat disusun dengan beberapa lapisan yang berangsur menggunakan bahan bermutu lebih tinggi ke atas (makin mendekati base course).

surface binder

base

sub base

sub grade

Gb. 2.01. Struktur konstruksi flexible pavement.

permukaan alas

landasan

bawah /andasan

dasar konstruksi

Dengan mengikuti azas ini. maka kita dapat mcngerti bahwa sub base course harus dibuat dari bahan·bahan yang didatangkan dari tempat lain (imported materi· al), meskipun harus tetap diusahakan agar harga bagian ini dapat ditekah serendah· rcndahnya .. Akan tetapi. segala sesuatu tentunya harus mengingat akan pertimbangan prak· tis; misalnya di dckat lokasi jalan raya yang kit a buat itu terdapat deposit scbesar dari hahan·hahan yang baik sckali untuk base dan sub base course, maka tidakl ah ki ta pcrlu hersusah payah membuat sub base kita berlapis-lapis dimulai dengan mutu yang terendah pada lapisan paling bawah. Sebagai contoh misalnya terdapat deposit batu pasir pada sungai yang berdekatan letaknya dengan iokasi jalan kita, dan jumlahnya cukup banyak untuk memenuhi keperluan kita, maka baik untuk sub base maurun base course dipergunakan bahan yang sama, meskipun secara kwalitatip kita dapat menggunakan bahan lain untuk lapisan bawah dari subbase course dengan bahan yang terdapat pada tern pat yang agak ber-jauhan letaknya dari lokasi proyck kita. Di dalam keadaan ini , sebagai subbase course dimanfaatkan bal1an pasir berbatu tadi (demikian saja, tanpa processing), sedang sebagai base course dipcrgunakan bahan yang sama dengan processing sede-mikian rupa schingga mcmenuhi spcsifikasi (misalnya dilewatkan pada pemecah batulcrusher run grafel).

Pekerjaan mempersiapkan subgrade dan subbase course biasanya dinamakan pcnggusuran tanah " penggusuran tanah" (=excavation) yang menjadi pokok pemba-hasan di balam buku ini.

3

Page 14: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

3) Klasifikasi Tanah sebagai bahan yang dikerjakan.

Apa yang kita sebut sebagai "tanah" ini sebenarnya adalah pengertian yang sangat relatip, tergantung dari tujuan dan kepentingan dari usaha yang akan diberi· kan kepada bahan itu.

Bagi orang awam, maka tanah adalah bagian dari bumi di mana kit a bediri. Jelaslah bahwa definisi tentang tanah seperti itu, tidaklah memenuhi keperluan kita di dalam pengolahan tanah ini menjadi bagian konstruksi yang dcmikian pen ting -nya it u. Bagi seseorang petani, tanah adalah untuk bercocok tanam sehingga klasifikasinya didasarkan atas jenis-jenis yang baik dan tidak baik untuk tanaman-tanaman terten-tu; juga di sini didapatkan definisi & klasifikasi tanah yang tidak clapat mcnolong banyak untuk kcpcrluan kita. Di dalam tcknik sipil , orang mendefinisikan tanah sebagai bagian dari permukaan bumi kita, di mana bahan yang menjadikan tanah tersebut tcrdi ri dari butir-butir mineral di dalam kcadaan lepas satu sama lain (loose) ataupun terikat olch gaya kohcsi (cohesive soils) ataupun setengah padat olch pcngaruh daya pcnjemcnan (= cementing action ) dari bagian-hagi an tertentu dari bulir tanah itu . Yang tcrakhir ini misalnya kita jumpai dalam batuan cadas (=semi consolidated). Butir tanah yang dimaksud tidak melebihi 15 em, dan dengan memberikan pem-batasan bcrdasarkan bcsar ukuran/ukuran butir エ ・イ ウセ「 オエ L@ di dapatkan klasifikasi tanah yang membcdakan jenis-jenis sebagai bcrikut :

Batu bronjol (cobbles). . . .... . .... . 60 - ISO llll11

Kerikil (coarse gravel), ............ . 20 - 60 mm Gerosok (fme gravel). . ... . ....... . 2 20 mm Pasir kasar (coarse sand), .......... . 0.5 - 2 mm Pasir halus (fine sand), ....... ..... . 0,05 0,5 mm Tanah wale (silt), ... .. ....... . . . 0.002 0,5 mm Tanah liat (clay), .. . ...... . . .. . . Jebih kecil dari

0.002 mm.

Catalan : lstilah tanah walet yang dipergunakan untuk menunjuk kepada silt dikarena-kan kcnyataan bahwa di dalam bahasa kita belum ada istilah yang sesuai. Walet (dari bahasa Jawa) adalah tanah endapan yang biasa kitajumpai pada saluran-saluran irigasi. dan meskipun tidak murni terdiri dari silt (non plastic), namun untuk sementara dipergunakan, agar dapat membedakan dengan lumpur yang merupakan istilah yang menunjuk kepada tanah (tanpa membe-dakan adanya tanah liat ataupun silt) yang terlalu banyak mengandung air (= jenuh). Gerosok adalah istilah lokal, seperti halnya juga pasir jagung, pasir gabah, krakal dan scbagainya.

Kecuali kalau diberikan usaha khusus dengan mengajak, maka di alam kita ini jarang sekali dijumpai tanah seperti disebutkan di dalam klasifikasi tadi secara murni. Pada

4

Page 15: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

umumnya, tanah yang dijumpai merupakan campuran dari dua atau lebih unsur seperti yang disebut di dalam klasiflkasi, dan tergantung dari bagian mana yang ter· dapat lebih banyak di dalam campuran, kita dapati misalnya kerikil berpasir, pa· sir berbatu (gravely sand), tanah berpasir (sandy clay), dan sebagainya. Khususnya di dalam teknik pembuatan jalan raya dan landasan terbang, orang me-ngembangl<an l<lasi filcasi menurut civil engineering tadi menja<li membagian juga didasarkan atas daya dukung campuran butir tanah tadi yang memasukkan pula faktor-faktor ukuran butir berikut garadasinya (= susunao butir), sifat-sifat plastisnya serta organis atau tidaknya asal dari tanah yang dimaksud.

Klasifikasi seperti ini kita jumpai misaJnya pada Unified Soil Classification System, AASHO Classification for soils, FAA soil classi fication, dan lain-lainnya, yang seka· ligus juga menentukan klas nilai masing-masing jenis tanah untuk keperluan sub· grade lcita. Untuk: pclak:sanaan pekerjaan mempcrsiapkan subg rade kita, juga klasifikasi tcknis ini kurang dapat mcmberikan gambaran mengenai sifat-sifat tanah itu, sehu-hungan dengan us 1ha yang harus diberikan. Mcskipun demikian, klasifik:asi tcrscbut dapat mcmbcrikan "i ndikasi" dan bantuan untuk mengerti spesifikasi-spesilikasi yang ditctapkan di dalam standard pada design dan rencana-rencana opcrasi. Kepada pelaksana sudah diberikan ketentuan mengenai tanah mana yang harus di-pcrlukan untuk masing-masing lapis ko.nstruksi serta tcbalnya lapis itu. tebaJnya tidal< pcrlu lagi mcnghiraukan masalah daya dukungdan lain-lainsifat yang Jng dan tcknis mclulu. Untuk pekerjaan penggusuran tanah ini, sebaiknya diadakan klasifikasi yang dida-sarkan atas banyaknya usaha yang perlu diberikan kepada bahan/tanah yang diha· dapi, sehingga dengan demikian didapatkan pembagian pada jenis·jenis sebagai ber· ikut :

Lapisan batuan (=bedrock) Tanah keras (semi consolidated, seperti cadas, dan sebagainya). Tanah berat (seperti tanah liat, dan sebagainya) . Tanah yang mudah dikerjakan (laterit pada kadar air tertentu, tanah berpasir dan sebagainya). Lumpur (yaitu tanah yang terlaJu banyak mengandung air). Tanah bertanaman {= top ウッゥセ@ lapisan teratas dari kulit bumi di mana terdapat kehidupan yang berupa tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain).

Klasifikasi ini juga memberikan gambaran ten tang daya tahan tanah terhadap usaha penggalian kita (=digging resistance) yang disebabkan oleh karena kekerasan massa-nya, kasamya butir-butir tanah, geseran antar butir dan/atau aJat penggaJi, kohesi dan bobot tanah itu. Kekerasan yang dimaksud adaJah perlawanan terhadap penembusan/penetrasi oleh aJat penggaJi kita. Perlawanan ini menjadi semakin besar oleh kepadatan (density) massa tanah, atau oleh terisinya ruang-ruang antar butir tanah dengan bahan-bahan berbJJtir haJus yang memiliki daya penyemenan (cementing ac:ion) seperti kapur, debu batuan (stone dust) abu vulkanis, dan lain-lain.

6

Page 16: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Tanah Jiat di dalam keadaan kering berupa tanah keras, sedang dalam keadaan basah menjadi lunak dan lengket (= berat), dan kalau kadar aimya menjadi berlebih berubah jadi lumpur yang tidak mempunyai daya dukung sama sekali . Sebab lain dari beratnya tanah untul< digali adalah adhesi antara bagian tanah dengan alat penggali l<it a, schingga geseran yang perlu diatasi adalah antara tanah dengan tanah (yang lengket pada alat penggali), sedang alatnya sendiri men-jadi bertambah berat untuk diangkat. Kohesi adalah daya ikat antar butir tanah yang pada umumnya kita dapati pada tanah-tanah liat (clay soils). Daya ikat an tar butir inilah yang menyebabkan, meng-apa tanah liat merupakan tanah berat dan sukar digusur; massa tanah sukar di"be-lah" karenanya.

4) Kadar air di dalam massa tanah.

Yang dinamakan kadar air di dalam tanah adalah jumlah air yang terkandung di dalam sesuatu massa tanah (dinyatakan dalam% beratnya terhadap berat kering massa itu). Tanah yang kering sekalipun, diliputi oleh selaput air yang tipis; air dalam jumlah yang tcpat untuk sesuatu jcnis tanah tcrtentu, menambah kckokohan massa tanah ini tcrhadap pcngaruh tckanan dari luar. Akan tetapi, apabila air menjadi terlalu banyak (= kadar air besar), maka selaput air yang tersebut tadi semacam bal1an pelumas terhadap butir-butir tanah yang kemudi-an dapat mudah tergerakkan satu dari lainnya, dan apabila air ditambah lagi, daya ikat antar butir menjadi hilang sama sekali dan tanah ·tersebut menjadi lumpur. Banyaknya air yang diperlukan untuk mengubah tanal1 menjadi lumpur, tergantung dari berbagai faktor yang antara lain adalah : ukuran butir-butir tanah itu , bentuk dan susunannya, jenis daya tarik an tar butir, dan scbagainya. Tanah dengan ukuran butir halus, cepat menjadi lumpur disebabkan oleh karena ruang-ruang kosong (= rongga-rongga udara) di antara butir tanah hanya sedikit sekali dapat menampung air kalau dibandingkan dengan tanah berbutir besar dan kasar; selaput air secara relatip Iekas menjadi "tebal'' dan dengan demikian mensti-mulasikan kelicinan dari masing-masing butir. Butir-butir berbentuk persegi pada bag ian tajamnya, mudah sekali, menembus kuli t air tcrsebut mcngadakan kait mengait ( interlock ) dengan butir-buti rl ainnya sehingga sulit untuk digerakkan satu tcrhadap lainnya. Dengan dcmikian, tanah scmacam ini tidak akan mcnjadi lumpur (misalnya pasir kasar pada dasar sungai). Sarna halnya adalah tanah berbutir besar; bidang singgung antara butir relatip adalah kecil terhadap ukuran butir dan beratnya, sehingga mudah sekali tertembus selaput air yang mengelinginya, dan dengan demikianpula tanah semacam ini tidak mcnjadi lembck oleh hilangnya geseran antar butir, meskipun tercndam di dalam air sekalipun.

Lain halnya adalah keadaan pada tanah liat (=clay) yang berbutir sangat halus dan berbentuk pipih dan panjang (=flaky). Daya ikat antar butir tanah liat ini disebabkan terutama oleh gaya-gaya yang disebut kohesi, daya ikat butir terha-

6

Page 17: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

dap selaput air penyelubungnya oleh adanya muatan listrik yang dimiliki oleh butir-butir tersebut.

5) Tanah Liat.

Dari paragrap sebelum ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanah liat merupakan rttasalah yang berat yang dihadapi di dalam usaha penggusuran tanah, pada hal di tanah air ldta ini, sukar sekali didapatkan tanah yang terbebaskan sama sekali dari tanah liat ini (kecuali misalny'a di daerah pantai yang jauh letaknya dari muara sungai, atau di hulu sungai yang bersumber pada lereng-lereng gunung berapi yang masih terlindung oleh hutan, dan sebagainya). Sehingga apabila kita sebut is-tilah tanah, yang dimaksud adalah tanah liat ini, sedang tanah yang kita hadapi biasanya tidak merupakan jenis yang mumi, melainkan selalu berupa campuran seperti tanah berpasir, tanah kerikil bcrpasir endut, dan scbagainya.

Oleh karena itu, kita perlu sedikit mengetahui lebih banyak mengenai sifat tanah liat ini (tentunya dipandang dari segi usaha penggusuran tanahnya !).

Di dalam keadaan kering, tanah liat ini berupa massa yang sangat keras dan bercelah-celah retak di berbagai tempat, di mana kohesinya hilang oleh penyusutan volume dikarenakan hilangnya air pengisi rongga antara buti r. Lapisan tanah Jiat kering ini sukar sekali (terlalu berat) untuk dikerjakan dengan tenaga pekerja (manual labour ) dan/atau alat-alat ringan untuk jumlah yang besar. Sebaliknya, dalam keadaan sangat berair. kecuali dengan tenaga pekerja dan alat"" alat yang khusus diciptakan untuk itu . pekerjaan sccara besar-besaran boleh dikata-kan tidak dapat diselenggarakan.

Memadatkan tanah liat ini merupakan masalah tersendiri (karena sulitnya), dan akan diterangkan nanti di dalam paragrap-paragrap tersendiri.

Seperti yang tclah dikemukakan sebelum ini , maka biasanya yang dihadapi di dalam konstruksi, bukanlah tanah liat yang murni. Kadar tanah liat yang terkan· dung di dalam bcrbagai jenis tanah menentukan usaha yang harus diberikan kepada penggusurannya (dan secara konsekwen, juga menentukan biaya yang diperlukan). Tanah yang mengandung tanah liat sampai 30% termasuk yang mudah dikerjakan; apabila kadarnya meningkat sampai 50% dia masih tergolong yang dapat dikerjakan juga dalam cuaca basah yang sedang, asal dapat diatasi masalah drainase medan yang baik. Apabila kadar tanah Iiat sudah mencapai 60%, sifat tanah Jiatlah yang menonjol (predominant) sehingga sudah dik.lasifikasikan pada jenis tanah liat mumi.

Kadar tanah Hat ini dapat disimpulkan dari index plastis yang biasanya diberikan berdasarkan penelitian laboratoris.

P.I. (=Plasticity Index) sampai 90% menunjukkan tanah ideal bagi berbagai jenis konstruksi tanah (mudah dikerjakan), sedang 20% mcnunjukkan batas yang maksi· mal untuk dikerjakan di musim hujan.

P.I. = 30% menunjukkan sifat plastis yang tinggi, namun demikian di tanah air kita ini kadang-kadang kita harus bekerja dengan tanah ケセョァ@ PI-nya mencapai 50% atau lebih.

7

Page 18: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

"Kecintaan" tanah liat kepada selaput airnya itu menyebabkan tidak mudahnya air terse but dilepas sehingga tanah memiliki sifatnya yang "liat" itu (mudah diberi-kan deformasi pada bentuk massa tanah) pada kadar air dengan batas-batas yang cukup bcsar jaraknya. Dikatakan bahwa tanah liat memiliki indeks plastis yang besar; diperlukan jumlah air yang cukup banyak untuk membuatnya berubah men-jadi lumpur (cair = liquit) .

Rongga-rongga di an tara butir tanah liat ini juga san gat kecil dan dengan demikian, lalu lintas air melaluinya sangat dipersulit. Di satu pihak, hal ini berarti bahwa tanah liat, apabila sudah menjadi lumpur, sukar sekali melepaskan sifat lumpumya dan di lain pihak, untuk menjadik annya lumpur, perlu diberikan usaha terten-tu (memberikan usikan dari luar, seperti menginjak-injaknya dan menggusurnya).

Di セゥョゥ@ dapatditerangkan, mengapa sebaiknya ki t a tidak mengerjakan tanah liat di musim hujan; setelah menjadi lumpur, kita harus menunggu lama sekali sebelum pe-kerjaan dapat dilanjutkan kembali (di samping tentunya efficiency yang rendah !).

Humus dan /atau tanah-tanah asal bahan organis Jainya. menghisap air seperti halnya dcngan spons dalam jumlah yang besar sekali, dan sebelum menjadi lumpur, tanah jenis ini berupa bubur yang sangat lembek yang tidak mau melepaskan airnya. lnilah sebabnya, mengapa di dalam konstruksi kita, harus diusahakan untuk me-nyingkirkannya lebih dahulu. Proses pengeringannya menjadi sangat lamban, sedang penyusutan (Selling) adalah sangat besar ( 50%) dan apabila tercampur dengan tanah a al mineral sepeni halnya pacta cop soil dan di sawah-sawah, yang ter-akJJir ini akan kehilangan daya dukungnya sama sekali di dalam keadaan basah. Di rawa-rawa atau bekas rawa-rawa terdapat tanah yang berwarna biru kehitam-hitaman, yang pada hakekatnya adalah tanah asal organis ini.

Lumpur sangat berpengaruh kepada usaha penggusuran tanah; air hujan misalnya. bilamana menggenang pada permukaan tanah yang sedang dikerjakan, mcresap ke dalam lapisan atas itu sehingga jenuh.

Teballapisan jenuh air ini tergantung dari jenis dan kepadatan tanah yang bersang-kutan dan berkisar an tara 5 - 20 em. Apabila dalam keadaan jenuh ini, permukaan dilalui kendaraan/alat-alat besar, maka lapisan jenuh air ini akan terusik dan men-jadi lumpur. Roda-roda kendaraan mendesak lumpur itu ke tepi sehingga mencapai permukaan lapisan yang masih cukup kuat untuk mendukungnya (belum menjadi lumpur) dan terjadilah alur-alur bekas roda yang merupakan tempat penampungan yang baik sekali untuk air hujan mendatang. Proses pe"lumpur"-an kemudian ter-ulang kembali pacta dasar alur-alur tersebut yang makin lama makin menjadi dalam, sehingga kubangan yang terjadi menghalangi Jalu lintas alat peralatankita. Apabila tanah yang dimaksud mengandung ban yak tanah liat,maka masalahnyaakan menjadi lebih serius lagi karcna lumpur tadi didasari oleh tanah palstis, sehingga biasanya pcrsoalan akan timbul dcngan tidak lagi mcnunggu prosespelumpuran berikutsctelah pel umpuran yang pertama.

6) Kepadatan Tanah (=Density).

Agar tanah, sebagai bahan sesuatu bagian konstruksi jalan raya & Jandasan terbang dapat mengembangkan daya dukungnya yang optimal, dia harus memenuhi

8

Page 19: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

syarat kepadatan tertentu yang ditetapkan di dalam spesifi kasi proyek. Syarat ditetapkan berdasarkan penelitian loratoris, sehingga uraian di dalam

paragrap ini ditunjukan untuk memudahkan kita membaca dan mengerti apa yang dicantumkan di dalam spesifikasi tersebut. Bagi mereka yang ingin mengetahui lebih banyak, dipersilahkan membacanya di buku ( I) dalamserie ini, atau di dalam !ektur lainnya yang membahas masalah ini .

Tanah memiliki sifat, bahwa dia dapat mencapai kepadatan tinggi kalau di-berikan usaha pemadatan pada kadar air tertentu. Apabila kadar air ini kurang, maka sulit sekali dicapai kepadatan optimal tersebut, sedang sebaliknya, kalau kadar air berlebih, hasil usaha pemadatan kita juga tidak mencapai sasarannya. Di samping itu, memberikan usaha pemadatan yang berlebih juga tidak memberikan hasil yang menguntungkan, bahkan sebaiknya mungkin akan timbul gcjala over compacting yang malahan berakibat bcrkurangnya daya tiukung tanah yang kita kerjakan itu .

Seperti apa yang telah dikemukakan di dalam paragrap sebelum ini, fungsi air di dalam massa tanah adalah bcrperan sebagai minyak lincir untuk butir-butir tanah yang dibcrikan usaha pemadatan; apabila airnya kurang, maka geseran an tar butir masih cukup besar dan kepadatan yang di ingini, sukar dicapai, sedang kalau air kebanyakan sehingga menghalangi b11tir·butir berkedudukan rapat karena ditekan kcluar dari dalam rongga udara yang.halus itu, akibatnya lebih tidak menguntung-kan lagi.

Kadar air yang tepat yang memungkinkan dicapai kepadatan optimum mois-ture content (OMC), yang untuk masing-masing jenis tanah tidak sama besarnya. Kadar air ini dinyatakan di dalarn % berat massa tanahnya yang bebas dari air (=ke· .ring).

Bagaimana pcntingya kadar air terhadap usaha pemadatan tanah, dapat diperhati-kan pada grafik 6.01 di bawah ini , yang didapatkan dari hasil percobaan laboratoris untuk sesuatu jenis tanah dengan variasi pada kadar air dan usaha pemadatan.

a = 55 pukulan b 26 pukulan c .. 12 pukulan

to<)

ᄋ セ@セ@I:: セ@

i "' ::.c:

25

20

15

10

I

l _ _L __ _,_

i I

c

12 18 Kadlu air

Gb. 6.01. Ha$i/ percobaan pemodatan.

i セ@ . o-9! I

'-A----1---

24%

9

Page 20: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Keterangan Jebih lanjut mengenai Gb. 6 .01 yang berupa grafik basil pereobaan di laboratorium dengan abeis = kadar air (% berat kering) dan ordinat kepadatan ke-ring (gram/em3 =glee), adalah sebagai berikut :

a). Pereobaan dilakukan dengan menumbuk tanah contoh secara be_rlapis di dalam cetakan (=mold) dengan tumbukan beban pemukul yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Jumlah pukulan standard adalah 55 pukulan/lapis, 26 pukulan/lapis dan I 2 pukulan/lapis (I 2 pukulan dinamakan standard AASHO, sedang 55 pukulan = modifiet AASHO) Hasil kepadatan masing-masing usaha pemadatan dengan kadar air yang di-variasikan kemudian digambarkan pada grafik ini. Pengamatan hasil pereobaan memberikan kesimpulan bahwa dengan naiknya kadar air, makin tinggi kepadatan yang dicapai sampai suatu batas tertentu untuk kemudian menurun kembali. Kepadatan tertinggi disebut kepadatan maksimal (maximum density) dan kadar air yang menghasilkan kepadatan maksimal ini disebut kadar optimal (= optimum moisture content= OMC).

b). Zero airvoids adalah keadaan di mana·semua rongga an tar butir terisi seluruh-nya oleh air dan tidak lagi terdapat dalam massa tanah itu rongga yang terisi udara. Bagaimanapun diusahakan, tidaklah mungkin kita mencapai keadaan zero airvoids ini , dan grafik hasil percobaan mcndekati garis ini secara asymp· to tis.

c). Hasil laboratoris memang diakui sulit sekali untuk dicapai di lapangan, dan oleh karena itu diberikan kelong,garan yang biasanya adalah ± 5%. Hasil percobaan yang diambil sebagai contoh dengan grafik kita menun-jukkan bahwa dengan usaha perrtadatan (= compaction ejfon ) modified AASHO d.idapatkan maximum densiry = 23 pada optimum moisrure content = QVセ N@

95 %mod. AASHO dengan demikian adalah kepadatan 21 yang dapat dicapai pada MC = 12 - 23 %. Kepadatan optimal yang dapat dicapai di lapangan misalnya adalah 23 maka dcngan syarat kepadatan' minimal = 95 % AASHO dan memberikan kelong-garan di lapangan untuk kadar air antara 14 - 18 % (= kadar air pada opti-mum density di lapangan), maka hasil kepadatan yang harus kita eapai di lapangan adalah sekitar daerah yang tergambarkan terarsir di dalam grafik.

7) Memperhitungkan Pengaruh Kembang dan Susut.

Tanah lepas yang dipadatkan mengalami pengurangan di dalam volumenya, hal mana adalah sesuatu yang tidak perlu mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Namun demikian, bagi usaha penggusuran tanah memperhitungkan pengaruh susut ini adalah pentirlg sekali, karena menyangkut masalah jumlah tanah lepas yang harus d.iangkut untuk memenuhi keperluan pembuatan konstruksi kita.

10

Page 21: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Di dalam pelaksanaan pekerjaan, sebenamya kita menghadapi tanah dalarn keadaan yang tiga jenisnya, yaitu dalam keadaan padat alam (bank), dalam keadaan lepas ( loose) dan dalam keadaan padat menurut spesifikasi (compacted). Apabila kita menghitung jumlah tanah yang akan dipotong (cut), maka kita hitung tanah dalam keadaan padat alam; apabila tanah hasil cut ini perlu diangkut ke tempat fill, maka volume tanah tadi diukur dalam keadaan lepas, sedang tanah yang dihitung menurut spesifikasi di dalam gambar rencana adalah tanah dalam keadaan terpadatkan. Faktor yang dipergunakan untuk mengubah bank volume menjadi volume lepas di-sebut faktor galian (= excavationfacwr), sedang yang dipergunakan untuk meng· ubah menjadi terpadatkan disebut faktor pemadatan (=compaction facwr); untuk masing-masing jenis tanah dapat disusun label faktor itu, yang misalnya berupa sebagai berikut :

Jenis tanah Keadaan sekarang faktor untuk menjadikannya

Padat alam Lepas Terpadatkan

Pasir tanah I . padat alam I 1,11 0,95· (clayey sand) 2. Jepas 0.90 I 0,86

3. terpadatkan 1,05 1,17 I

Tanah biasa I . padat alam I 1.25 0.90 (sandy clay) 2. 'lepas 0.80 I 0,72

3. terpadatkan 1,11 1,39 I

Tanah Walet I. padat alam I I ,43 0,85 (si l ry clay) 2. lepas 0.70 I 0.59

dst. 3. terpadatkan 1.18 1,68 I

Contoh :

Tanah yang digusur diklasifikasikan scbagai tanah biasa; basil cut diperguna-kan untuk mengisi fiil , maka untuk I m3 fill dipcrlukan I , II X I m3 = 1,11 m3 hasil cur. Cara ini dinamakan "mengembangkan urugan" (= swell the fill) . Lebih lazim mendasarkan pcrhitungan atas hasil cut hasil I m3 wt = 0,90 X I m3 = 0,90 m3 fill. Andaikata hasil cut ini harus diangkut untuk fill di lain tempat, maka yang menentukan adalah kemampuan muat alat angkutnya; dan misalnya angkutan dilakukan dengan truck yang dapat memuat 3 mJ, maka satu muat-an truck= 0,72 X 3m3= 2,16 m3 terpadatkan.

Faktor konversi tadi sebenarnya tergantung dari jenis bahan yang dikerjakan, gradasi butirnya, ukuran butir terbesar, dan sebagainya, sehingga sebaiknya didapatkan dari hasil percobaan di lapangan.

11

Page 22: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

II. MEKANISASI PEKERJAAN.

8) U m u m.

Yang dimaksud dengan mekanisasi pekerjaan ialah pemanfaatan tenaga mesin semaksimal mungkin untuk mengganti tenaga manusia di dalam kita menyelenggara-kan tugas-tugas kita.

Mekanisasi adalah follow up yang legis di dalam abad teknologi sekarang ini, yang ber-motto-kan "teknologi untuk kesejahteraan umat manusia".

Adapun alasan yang kita pakai untuk mekanisasi pekerjaan pelaksanaan ォッョセエイオォウゥ@ jalan ray a dan landasan terbang(atau pad a umumnyakonstruksi bangunan) antara lain adalah sebagai berikut :

a). Hasil akhir dari kegiatan yang kita lakukan merupakan sebuah prasarana (infra structure) bagi sesuatu kegiatan masyarakat, dan bukan tujuan akhir dari ke-giatan masyarakat itu. Oleh karena itu, maka dia harus memenuhi persyaratan yang berat untuk dapat memenuhi fungsinya yang berupa pelayanan terhadap alat yang serba modern. K.ita bayangkan saja misalnya landasan terbang kita untuk di-pergunaka n pcsawat yang makin be rat dengan pengendaliannya yang scrba clcktronik; sesutu kc tidak rataan pada pcrmukaan runway dapat sangat membahayakan pesawat yang mendarat dan take off dengan kecepat-an di atas 200 Km/jam, di samping kcrusakan yang ditimbulkannya kepada alat-alat elcktronik oleh goncangan yang cukup beral. Meskipun dalam proporsi yang lebih kccil, jalan-jalan raya untuk kendaraan yang berat dan bcrkecepatan tinggi. juga mcnuntut persyaratan yang tidak ringan tcrhadap kcrataan permukaan jalan serta design geomctrisnya. Untuk ini semuanya dipcrlukan konstruksi pendukung permukaan tadi yang cukup berat dan memenuhi syarat homogenitas. yang sukar sekali dicapai dengan penggunaan tenaga pekerja saja. Belum lagi kita kemukakan maslah j umlah bahan yang perlu dikerjakan, yang dapat mencapai angka dalam bi langan jutaan m3. Dapat mudah dimengerti bahwa pengarahan ·pekerja akan meliputi beribu-ribu orang yang sulit sekali pengendaliannya, di samping pemerasan tenaga seperti ini akan mirip dengan kerja budak belian (slave labour) yang sama sekaii tidak sesuai dengan azas-azas Panca Sila kita.

b). Pekerjaan yang meliputi pengolahan bahan yang demikian banyak itu memak-sa orang mempertimbangkan pemanfaatan sebanyak mungkin bahan yang terdapat setempat dan/atau di sekitar proyek tanpa terlalu banyak harus memberikan " processing".

12

Di samping mencari dan mengusahakan kemampuan yang optimal dari bahan setempat tersebut, maka usaha untuk memperbaiki mutunya (misalnya de-ngan stabilisasi) masih jauh lebih murah dari pemanfaatan processed material seperti batu belah, batu bata, dan sebagainya.

Page 23: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Di sinipun kHa dapat mudah membayangkan bahwa usaha ini tidak akan ber-hasil kalau dikerjakan dengan tenaga pekerja saja (= manuallahour ).

c). Tempo atau progress rare yang diminta dewasa ini (khususnya di dalarn alaru pembangunan kita) untuk ·penyelesaian proyek-proyek adalah sangat tinggi. Kecuali kita memang sangat mcmerlukan prasarana tersebut dengan scgera, juga sccara psycholog is proyck yang mcmakan waktu bertahun tahun sebelum dapat dimanfaatkan, memberikan effect yang tidak mengun-tungkan serta menimbulkan rasa enggan kepada mereka yang bersangkutan di dalam menentukan prioritas anggaran biaya. Progress rate yang tinggi ini hanya dapat dicapai oleh mekanisasi.

d). Orang yang tidak menyetujui mekanisasi pekerjaan kit a dengan alasan meng-hilangkan mala pencaharian panyak tenaga pekerja (= kuli -kul i) , patut dise-salkan.

+. Kalau orang itu adalah seseorang (sarjana) teknik. maka keberatannya itu biasanya disebabkan oleh ketidak mampuannya untuk mengikuti pcrkem· bangan tehnologi schingga enggan untuk beralih dari cara pelaksanaan yang sudah tcrbiasakan olehnya sejak pcrmulaan kariernya sebagai ahli teknik.

+- Kalau dia scorang polit ikus. maka pada hakekatnya dia lebih kolonial dari penjajah dan mencari popularitas yang murah. Mempekerjakan orang dengan upah yang murah bagi pckerja;m yang berat secara jasmanial1 merupakan susatu pemerasan yang bertentangan dengan azas kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan mengingat effisiensi yang dapat dicapai dengan mempekerjakan tenaga pekerja untuk proyek besar, tidaklah mungkin dipandang dari segi ckonomi untuk mengupah mereka lebih tinggi. Apalagi kalau diinga.t bahwa para pekcrja itu nantinya (kalau proyck Ielah selesai) tidak akan mempunyai sangkut paul dengan hasil jerih payahnya itu ! .

+. Kalau dia seseorang pejabat pimpinan di dalam Pemerintahan. maka dia adalah pejabat yang gaga) dan mcncari kambing hi tam. Bukankah Jebih sesuai dengan aspirasi rakyat, kalau dia bcrusaha untuk mendidik para pekerja itu sebagai operator alat-alat bermesin itu, sehingga dengan demikian terbukakan cakrawala yang lebih Juas bagi mereka untuk mencari nafkahnya ?. Kegagalan di dalam mcmberikan Ja-pangan kerja yang banyak, janganlah dikaitkan dengan pemanfaatan tekno-logi bagi kesejahteraan manusia secara wajar. sebagai manifestasi kchidup· an yang lebih baik di dalam a lam kcmerdekaan yang tclah kit a capai dcngan susah payah. Pekerjaan kuli tidak memerlukan pendidikan apapun, bahkan pendidikan sckolah dasarpun tidak. Sehingga kalau kita mempckerjakan orang scbagai kuli, kita membuat mubadzir usaha pendidikan yang dcngan susah payah diberikan subsidi oleh Pemerintah dan rakyat seluruhnya.

13

Page 24: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Bukankah dengan demikian, sebagai pejabat Pemerintahan, kita boleh dikatakan ingkar akan kepercayaan yang diberikan Pemerintah kepada kita untuk membina kehidupan bermasyarakat kita ini kc arah apa yang dicita-citakan oleh rakyat seluruhnya secara effisien, sudah sejak pem-buatan konsep penanggulangannya secara konsekwen ? .

Khususnya pacta pembuatan jalan umum tcrdapat kontradiksl sebagai berikut :

Di daerah berpenduduk padat dan tenaga pekerja mudah didapatkan, spesifikasi jalan yang dibuat biasanya sangat ketat, sehingga hanya dapat dicapai dengan alat-alat mekanis.

Di daerah yang kurang penduduknya, jalan cukup sederhana dan spesifikasinya longgar, namun tcn.aga pckcrja sukar didapat, sehing-ga terpaksa orang bckerja dengan mcsin.

e). Mekanisasi dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini memerlukan dukungan industri yang maju, demikian pula kesadaran teknis mekanik yang mendalam daii echelon bawah sampai atas dari mereka yang berkecimpung di dalam usaha ini. Di dalam keadaan industri serta pendidikan teknik yang masih belum dapat mengimbangi kemajuan terse but (seperti halnya di dalam Negara kita sekarang ini), maka mekanisasi penuh belum dapat diselenggarakan secara ekonomis, yang berakibat bahwa penggunaan tenaga pekerja untuk melaksanakan se-bagian dari pekerjaan, tidak dapat dihindarkan dan menyebabkan pula bahwa sistem dan konstruksi belurn dapat meninggalkan sepenuhnya apa yang di dalam dunia modern ini sudah termasuk dalam kategori kulot dan tcrkebelakang. Namun demikian, kita dapat membatasinya pada hal-hal yang memang ter-paksa saja karena pertimbangan ekonomis. Bahkan seharusnyalah keadaan seperti ini mendorong kita untuk mempercepat pembangunan industri dan sistcm pcndidikan kita setidak- tidaknya sampai taraf dapat memelihara alat-alat peral atan yang masih perlu diimport itu.

f). Dan sebagainya.

Di dalam buku ini masalahnya akan dibahas yang mekanisasi penuh; penyesuaian pelaksanaan campuran (dengan tenaga pekerja) dapat diatur sesuai dengan kondisi di dalam praktek nanti. Sudal1 barang tentu, pembahasan yang akan dilakukan ini sifatnya sangat terbatas, yaitu dipandang dari segi personil manajemen yang belum dapat dikatakan ahli didalam masalah alat peralatannya scndiri. Atau boleh dikatakan terbatas kepada pengarahan penggunaan alat-alat konstruksi, yang di dalarnnya sudah tercakup tuntutan untuk mengetahui seluk-beluk secara garis besar mengenai alat peralatan serta pengurusannya.

14

Page 25: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

9 . Mesin sebagai sumber tenaga alat peralatan kita.

Tidak perlu kiranya ditcrangkan di sini bahwa sumbcr tcnaga (=power unit) alat peralatan kita adalah mesin yang kita kenai sebagai mesin disel ataupun mesin bensin yang termasuk golongan internal combustion engines. Sudah barang tentu ada mcsin-mesin type lain seperti mesin hydrolis,mesin listrik , mesin udara (=pneumatic). turbo, uap dan tenaga noklir , namun untuk praktisnya akan dibatasi uraian pada yang sekarang ini mudah didapatkan dipasaran (=dapat dibcli dcngan mudah), yai tu mcsin disci dan bensin.

Adakalanya mcmang kita jumpai alat konstruksi yang bermesin Hstrik, ataupun hidrolis dan kadang- kadang juga pneuma tis, namun scmuanya itu dikonstruksikan sedcmikian rupa dcmi ekonomi di dalam transmisi tcnaga gerak Yilng dipcrlukan, sedang power unimya tetap adalah mesin-mesin disci atau bensin yang ditcmpat-kan diatas kendaraannya sendiri atau sebagai gandengan.

Hal ini tidak dapat dihindarkan bagi alat konstruksi kita, khususnya di dalam pcnggusuran tanah, karena disini diperlukan gerakan-gerakan yang pada umumnya cukup jauh jaraknya. Berhubung dengan keuntungan yang diberikan o leh mesin disci terhadap mcsin bensin (terutama di dalam ekonomi pemanfaatannya), kc-banyakan alat-alat peralatan kita bermcsin disel.

Meskipun mcsin bensin dcngan tenaga yang sama, harganya lebih murah dari mesin disel, namun kelebihan biaya investasi ini dengan cepat akan tcrbayar kembali dengan biaya eksploitasi yang jauh lebih murah pada mesin disci. Oleh karena itu, uraian selanjutnya ditujukan kepada mcsin disel saja, khususnya mcngenai hal ikhwal yang secara umum harus diketahui olch personil managemen yang tidak sccara Jangsung campur tangan didalam pengurusan mcsin-mesin terse but.

Seperti yang telah diterangkan sebelum ini, mesin adalah sumber tenaga · untuk kendaraan yang Cliperlukan alat konstruksi yang kit a pergunakan; satuan ukuran; tenaga yang dihasilkan oleh power unit kita ini disebut daya kuda ( = PK ataupun liP ).

1 PK ini adalah sama dengan 75 kgrnlsec.; sedang 1 HP (Amerika Serikat) = 33.000 foot pounds/minute yang agak lebih bcsar dari 1 PK.

Tenaga mesin ini tcrwujudkan pada putaran sebuah batang sumbu (=shaft) yang mcrupakan kepanjangan dari crankshaft; HP yang diukur pada sumbu ini disebut belt horse power atau brake horse power (bhp) karena pcngukurannya mcmang dilakukan secara penghentian putaran (rem=brake) yang dimaksud. BHP ini lebih kecil dari HP yang secara teoretis dihasilkan pcmbakaran bahan solar di dalam cylinder, karena sebelum sampai kepada sumbu tadi, masih harus menga-tasi perlawanan gcser antar bagian mesin yang bcrgcrak (piston terhadap dinding cyl inder, sumbu-sumbu di dalam bearingsnya, dan sebagainya. Kadang kita dapat juga menyatakan kekuatan mesin yang kita pcrgunakan dengan torque-nya pada sumbu tadi, yaitu daya pilin yang dapat diteruskan kepada sumbu lain . Dengan mempergunakan satuan ukuran Amerika tadi, maka besarnya torque ini adalah T = (5.255 x BHP) : N, dimana N adalah RPM dari mesin. (RPM = rotations per minute dari crankshaft).

15

Page 26: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Kita dapat mengerti bahwa RPM ini crat sclcali hubungannya dcngan DHP;

apahila supply bahan hakar lccpada cylindcrlcita tambah (=mesin di "gas"), malca

dcngan scndirinya HP yang dihasilkan juga bcrtambah yang bcrakibat {=mcnghasil-

kan) putaran mesin (=crankshaft) juga menjadi Jebih cepat. Scbaliknya, apabila mcsin berputar pada RPM tertentu (supply bal1an balcar tctap)

sedang muatan kita perbesar, RPM akan turun karena liP yang dihasilkan tidak

mampu mcngatasi muatan itu pada RPM scmula.

Besarnya HP sesuatu mesin, biasanya diberikan olch pabrik pembuatnya

di dalam ratings tcrtentu.

MODEL 687C - 18

16

Page 27: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

SPECIFICATIONS

Number of Cylinders . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Bore ond Stroke-in .................. .. . .............. 4.5 x 5.5

Total Displacement-cu in . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 522

Compression Ratio . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 to I

Fuel Consumption-lbs. per B.H.P. hr. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45

F1ywheel housing style . .. . .....•..... .... ... . .......... S.A.E. I

Number of main bearings . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Main bearing dia.-in . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Crank pin dia.-in. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Weight of engine dry-lbs. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I 900

a: w セ@0 c.. w Cl)

a: 0 X w セ@<( a: Ill

セセa@ IM 1UN TC -200 ( Pセ@ Tl セオ@ )U

180 v 160 I

/ ,<

140 ;; N\ャセGェ@

I セO@ . .t:

120 I /c P/'

I v / 100 / /

I / 80 /

v

lAC lUE

T v(c

I II

Mセ@

,(. セ@

o/ PNNセ@

.c o/ セO@

/ 7 u

/

/v t/

r/ o/

v r-..;;;:

v -r-

/ セ@

vi 900 Ill

...J

800 ...: u..

700 w

600 セ@a:

500 0 ....

a

600 800 1 000 1200 1400 1600 1800

ENGINE R.P.M.

17

Page 28: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Power raring ini pada umumnya diberikan untuk dua atau tiga macam keadaan mesin, sesuai dcngan jenis dan cara memuat mesin yang bersangkutan.

Misalnya kita dapatk.an spesiflka<;i dan power raring scperti pada gambar 9.01 untuk mesin P&ll mod. 687 C-I8. Oleh karena mcsin-mesin ini dipergunakan pada berba-gai kecepatan putaran (= RPM), maka ratings juga diberikan pada masing-masing RPM.

Yang dimaksud dengan ranting "maximum' adalah HP dan RPM yang dapat diha<;il-kan oleh mesin scrta dimanfa.atkan selama ± S menit untuk kernudian diikuti dengan waktu kerja cukup lama dengan output mesin yang lebih rendah. Sebelum dipergunakan pada HP dan RPM yang maksimum tadi.

Rating inrermirrend (terputus-putus) adalah l-IP dan RPM yang dapat diperguna-kan untuk jangka waktu kurang lebih satu jam dan diikuti oleh penggunaan dengan HP dan RPM yang lebih rendah selama sejam pula.

Ranting continuous adalah untuk kerja terus menerus, tanpa perubahan dalam beban muatan mcsin. Jangka waktu tanpa putus ini dapat sampai berbulan-bulan pada mesin yang dilengkapi dcngan alat pcngganti minyak pclumas dan filter se-cara nonstop.

Mesin yang dibehani muatan secara kontinyu pada ranting intermirrend memerlukan usaha-usaha pcmeliharaan yang lebih banyak dari secara standard ditetapkan. Terlalu sering memuati mesin pada maksimu1 raring akan berakibat Iekas hancurnya mesin yang bersangkutan.

Di dalam contoh yang dikcmukakan pad Gb. 9.0 I kita dapatk.an rating sebagai berikut :pada RPM I600, maximum rating= 230 BHP, intermirrend = 194 BHP, continuous= I70 BHP

Ada kalanya, pabrik memberikan data mengenai mesin yang bersangkutan di samping informasi tentang bore & stroke, compression, dan sebagainya, juga IHIP pada !;esuatu governed speed yaitu RPM yang paling effisien untuk kons-truksi mesin tersebut.

Governed speed adalah kecepatan putar crankshaft yang diusahakan tetap besamya, meskipun muatan mesin berubah-ubah; alat/pcrkakas yang dipergunakan untuk ini disebut governor yang dipasang untuk mengatur supply bahan bakar ke dalam cilinder.

Mesin yang di rencanakan untuk putaran cepat (3000 RPM ke atas) konstruk-sinya lebih ringan dari yang direncanakan untuk putanln lambat (750 RPM ke ba-wah) karena yang terakhir ini mengutamakan besamya torque yang harus dihasil-kan oleh mesin.

Mesin yang biasanya dipergunakan pada construction equipment kita adalah dari klas menengah (I 000 - 2000 RPM).

I 0) Pemakaian habis bahan bakar (fuel consumption).

Tidak perlu diterangkan lagi di sini bahwa tenaga mesin yang dihasilkan ada-lah berasal dari panas yang diakibatkan oleh pembakaran (=combustion) dari bahan bakar di dalam cylinders.

18

Page 29: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Makin ban yak kita masukkan bahan bakar ke dalam silinder per satu satuan waktu, makin besar HP yang dihasilkan dan makin cepat putaran crankshaft (makin besar RPM). Akan tetapi, penambahan putaran ini tidak berbanding lurus dengan penam-bahan bahan bakar, disebabkan karena makin cepatnya piston menjalani gerakan naik turun (=stroke) di dalam silinder, makin besar pula tenaga perlawanan geser-nya dengan dinding cylinder itu sehingga HP yang diperlukan untuk mcngatasinya juga makin besar. Di sinilah letak dasar dari pertimbangan untuk mcmpertahankan RPM yang tctap (= governed speed).

Fuel consumption ini dinyatakan dalam liter per IIP jam atau oleh kebanyakan orang ui ualam lbs/HP.hr. (pembclian bahan bakar di da1am tons).

Untuk mesin Gb. 9.01 dibcrikanfuel consumption chart sebagai bcrikut :

0.55

0.50

0.45

0.40

Belt horse po er (BliP)

100 120 140 160 180 200

Gb. 10.01. Fuel consumption chart.

Pad a governed speed= 1800 RPM, maka pada contmuous ruling dengan muatan penuh (= 180 BHP) pcmakaian bahan bakarnya adalah 0,45 Jbs/BIIP·hr, atau 180 X 0 ,45 lbs = 81 lbs/jam.

Akan tctapi, a! at yang mcngguna.kan mesin tersebut, tidak dikerjakan tcrus mcncrus pada kapasitas pcnuh, melainkan separoh waktunya hanya memerlukan 100 BliP. Pemakaian bahan bakar pada keadaan ini ada1ah 0,49 lbs/BIIP-hr, atau 100 X 0,49 lbs = 49 lbs/jam.

Pcrhatikan bahwa mcskipun pada muatan kurang, mcsm nyata-nyata menghahiskan bahan bakar yang jauh Jebih sedikit, namun bahan bakar per BHP-hr adalah jauh Ie.bih besar.

Dcngan contoh di atas, kitajuga dapat mcnerangkan mcngapa pemakaian bahan

19

Page 30: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

bakar menjadi 1ebih besar (jumlah kilometer/Uter menjadi lebih kecil) kalau kita mengendarai mobil lebih cepat dari cruising speed yang ditetapkan oleh pabrik kendaraan kita. Misalnya cruising speed = 80 Km/jam dengan pemakaian bahan bakar 1 : 10, kalau berjalan dengan kecepatan 120 Km/Jam, pemakaian bahan ba· kar kita mungkin sckali menjadi hanya 1 : 6.

Catalan :

Di dalam buku ini, masih banyak dipergunakan satuan-satuan ukuran dalam inch - pound (= ukuran Amerika Serikat) karena kecuaU literatur yang ber-edar di tanah air kita ini masih banyak sekali berasal dari negara itu, juga alat-alat konstruksi yang kita pergunakan berasal dari pabriknya; data sebagai contoh juga diambil demikian saja dari brochures yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik itu . Sehingga tujuan dari pemanfaatan sistcrn ukuran Amerika ini ialah agar kita dapat mcmbandingkan dan mengikuti literatur dan brochures yang dimaksud; pembalikan ke sistem kg - meter dapat dilakukan dengan mcmanfaatkan conversion tables scperti yang juga diberikan pada lampiran buku ini. Di samping itu, penelitian yang menghasilkan rumus empiris yang seder-hana dan banyak memberikan keterangan yang cukup jelas, rnenyebabkan dipandang wajar untuk melandasi uraian tek.nis permesinan pada penelitian yang berasal dari Amerika itu.

II) Pengaruh berkurangnya jumlah udara yang dapat dicampurkan pada bahan bakar di dalam cylinder.

Kita telah paham bahwa bahan bakar dapat terbakar menjadi panas, hanya ka· !au tercampur dengan sejumlah zat asam (= oxygen) yang bcrasal dari udara bebas. Pada mesin kila, udara ini tersedot masuk ke dalam silinder oleh piston di dalam menjalani stroke "turun" dalam jumlah yang dipcrhitungkan cukup untuk mcngadakan pcmbakaran sempurna.

Adakalanya, jumlah udara yang dapat tersedot masuk. ini jumlahnya kurang dari apa yang diperlukan untuk pcmbakaran sempurna sehingga terlalu banyak bahan bakar harus dipergunakan untuk mencapai HP dan RPM yang diperlukan: hal ini mudah dapat dilihat dari asap hitam yang keluar dari exhaust.

Kurangnya udara ini disebabkan oleh berbagai keadaan, di sarnping kemungkinan tersumbatnya jalan udara, juga berkurangnya kepadatan udara di sekitar mesin schingga juga jumlah oxygen-nya berkurang.

Ada behcrapa scbab dari herkurangnya kepadatan udara ini yang perlu kita k.etahui, yaitu ketinggian tempat kerja di alas permukaan laut (altitude) dan suhu (= tempe· ratur) udaranya sendiri. ·

Mengenai k.ctinggian tcmpat k.erja ini, Disci Engine Manufactures' Association rnemberikan grat1k pengurangan HP di bawah ini, yang secara umum dapat dikata· kan bahwa sampai 1500 ft di alas permukaan laut, tidak ada pcngaruh ketinggian dan untuk tiap 1000 ft di atasnya, HP rating berkurang dengan 3 %.

20

Page 31: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

10 0 セ@ r--... 90 ...............

セ@80

セ@ r--...... 70 ..............

60

50

0

0 2000 4000 6000 8000 10000 1500 Feet diatas pemrukaan /aut.

Cb. 11.01. Pengaruh ketinggian tempat kerja diatas permukaan /aut.

Misalnya tempat kerja kita adalah di daerah pegunungan dengan ketinggian 2000 (6000 - 1500)

meter (= ± 6000 ft) , maka kit a hanya dapat mempcrhitungkan 1000 x 3%

= 13,5 % lebih kecil dari rated HP. Kalau ratacd HP adalah I 00 HP, maka hanya dapat diperhitungkan I 00 - 13,5 = R6,5 liP.

m・ウゥョMュ・Nセゥョ@ dua cycle lebih menguntungkan kalau dilihat dari segi pengurangan HP oleh kctinggian tempat kcrja ini, karcna ternyata kehilangan hanya 1% per 1000 ft saja.

Kchil angan yang berarti disebabkan oleh suhu udara baru terjadi di atas 90°F. Olch karcn;J itu , standard rating di lakukan pada temperatur ini; di tanah air ki ta in i, j;Jrang sekali dialami suhu udara yang jauh lcbih tinggi dari 90°F ini (= 35°C). schingga pengaruh turunnya HP mesin olch suhu udara ini tidak perlu dihiraubn hcnar (Gb. 11 .02).

Berkurangnya air in take ini dapat diatasi dengan me"niup"kan udara lebih banyak ke dalam sili nder schingga cukup untuk mcmbakar sempurna hahan bakar

yang discmprotkan masuk. Cara ini disebut super charging, dan kalau air blower

ki ta ini digcr;Jkkan olch gas-gas exhaust yang ditekan ke luar dari dalarn silinder, maka supercharger biasanya dinamakan turbocharger.

Di dalam kcnyataan supercharging ini dilakukan ti dak hanya untuk ュ・ョァ。エ。セゥ@ ber-kurangnya kcpadatan udara saja. Air intake ini penting sekali khususnya pacta mcsin mcsin disci, brcna prinsip kerjanya mesin ini ialah penyemprotan (=injection)

dari ·minyak solar ke dalam udara panas pada tekanan tinggi di dnlam silindcr.

21

Page 32: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

10 0

9 8

9 6

9 4

9 2

9 0

8 8

"' ........ "" " i'... BGセ@

"" "" 80 90 100 JJO 120 130

suhu udara ( i11take air tempcrahtre ) ° F

Gb. 1 1.02. Pengamh suhu udara disekitar tempat kerja.

........

140

Masuknya udara bcbas ke dalarn silindcr adalah karena vaccum yang dilimbulkan oleh gcrakan turun uari piston di dalam silinder; valve system scrta saluran-saluran udara ini merupakan perlawanan yang besar juga terhadap mcngalirnya udara in! schingga jumlah uuara yang tcrbatas ini mcmaksa kita untuk juga membatasi in-jection bahan bakarnya. Apabila lebih banyak udara dapat dimasukkan ke dalam cylinder (scbelum compression) maka dengan sendirinya juga lebih banyak bahan bakar yang dapat dibakar secara sempurna dan demikian pula <ilapat dihasilkan HP yang lcbih tinggi pada bore & stroke piston yang sama. Berdasarkan pcrtimbangan in i, maka sekarang ini banyak mesin a lat konstruksi yang dilengkapi dengan supercharger ini dengan keuntungan bahwa HP mesin dapal ditingkatkan dengan ± 25% pada tambahan berat/bobot yang tidak terlalu besar.

12) Menghitung tenaga mesin yang diperlukan untuk pekerjaan kita.

Di dalam usaha kita untuk melaksanakan proyek pembangunan, maka mesin hanyalah merupakan sumber tenaga, dan tidak ada artinya bagi kita kecuali kalau tenaga yang dihasilkannya itu sudah dapat diubah menjadi tenaga pcnggerak yang dapat dimanfaatkan.

Pacta umumnya, alat yang kita perlukan (khusus untuk pcnggusuran tanah) adalah kendaraan atau alat-alat yang didcmonstrasikan kcpada kcndaraan. Olch karcna itu : maka pcrhitungan kita mengenai tenaga mesin ini harus didasarkan kepada dua hal, yaitu tenaga untuk mcnggerakkan kendaraan-nya dan yang dipergunakan untuk menggerakkan/mclayani alatnya sendiri. Banyak sekali telah dilakukan orang penelitian terhadap performance kombi-nasi mesin dengan alat & kendaraannya, tcrutama di Amcrika Serikat. Litera-tur yang banyak tersedia dalam perbendaharaan perpustakaan, juga berasal dari

22

Page 33: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

ncgara itu, sehingga pcrlu dikemukakan sekali lagi di sini bahwa untuk kcpcrluan memudahkan kita di dalam mempalajari literatur tersebut, di dalam huku ini tetap dipcrgunakan informasi tcntang hasil penelitian itu di dalam bentuk-nya yang asli, yaitu masih bcrupa angka dcngan satuan ukuran f oot dan f'OIIfld.l' .

ll elniJ..: i:1n pula hal11y<t <lcnp111 istil all tcknis, sclarna hclurn didapalkan istibh yang c P:. •) \; .;i イャ Z AャNセ Z エ ャ@ ャ ᄋZ 、 エ セN Gゥ 。@ kita Sc11diri.

:k1 : f: u! i11i ;, ;, ;.;J tl iS<tll l(l <ti k<ln Jll' ll l'l 'ri ian yang dipcrlukan untuk mcmpcr-lll :llil ): k.l il iu,,,;;:t ll 1v>i11 yang llt'riHJIIUll )cdll tlcngan ger<tkan kl:lllbr ;,;umya.

a). セNNA⦅I⦅AAセセ⦅jセ・ウゥウエ。ョ」」@ (RR).

aーZセ@ yang dimaksud ucngan rullin1: resisranr.e ini ialah pcrlawanan tcrhadap hcrr;crak mcn):!gclindingnya roda-roda kcndaraan (haik dia roda hiasalwiJeels atau-pun roda rantai/trar.ks).

Bcsar pcrlawanan tcrscbut antara lain lcrganlung dari sifat pcrmukaan yang dilalui roda itu . Tanah lcmhck rnisalnya, mcrnhcrikan H.R yang lcbih IH'sar dari pcrrnukaan jalan hcraspal, dan schagainya. l'ada kcndaraan bcroda biasa (han karct), bcsar pcrlawanan ini juga エ」イァZセョエオョァ@ dari ukuran roda, tckanan angin eli dalam han (inflation pressure), bcntuk kcrnbangan han (thread design), dan ャ 。 ゥョMャZセゥョN@ Untuk ォ」ョ、Zセイ。。ョ@ bcroda rantai, pcrlawanan ini ィ。ョケZセ@ エ」イァZセョエオョァ@ dari sifat permukaan tanah saja.

Ro/linR resistance ini didcfinisikan scbagai tcnaga tarik (lbs) yang dipcrlu-kan untuk mcnggcrakkan maju tiap ton hera! kcndaraan dcngan muatannya di atas pcrmukaan yang rata air (level) pada scsuatu macam lanai\.

RR = P : n, di mana RR = rolling resistance (lbs/ton)

P = tcgangan total dalam tali 8 = herat total kendaraan + muatan.

B

Gb. 12.01. Ozra menentukan RR sesuatu jenis pennukaan tanah terhadap kendaraan. 23

Page 34: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Sebcnamya sangat sukar untuk menentukan besarnya RR ini secara exact teoretis. Angka-angka yang d idapatkan praktis hanya berasal dari percobaan-perccbaan seperti pada Gb. 12.01 di samping ini.

Tabcl 12.02 c.li hawah ini adalah hasil pcrcobaan yang dimuat pada berbagai lilera-tur, dan dapat dipergunakan sebagai pegangan/orientasi, akan tetapi sebaiknya memang kita mengadakan sendiri percobaan-percobaan, di lapangan/setempat untuk menentukan besarnya RR ini di dalam keadaan yang sebenarnya.

Macam pcrmukaan Track Uan Ban karet -· tanah. vehides baja High press. Low pressure

- -Beton, halus 55 40 35 45 Aspal, kcadaan baik 60-70 so-70 40-65 so-65 Tanah, padat & ter-

160- 100 pelihara baik. 60-80 40-70 50- 70 Tanah, tak terpcli-hara. セP M 110 I 00- I SO 100 - 140 70 - I 00 Tanah, bccck & berlubang-lu bang 140- 180 250 - 300 180-220 l so-200 Pasir lcpas/kerikil 160-200 280-320 260-290 220-260 Tanah, sangat becek 200- 240 350-400 3oo- 4oo 280-340

Tabel 12.02. Besarnya RR (lbsl ton) untuk macam-macam jenis kendaraan di atas .. berbagai keadaan permukaan tanah.

Dari tabcl tcrsebut di atas, maka kesimpulan yang dapat kita tarik misalnya ialah bahwa kendaraan yang paling sesuai untuk jalan yang rusak/tak terpclihara adalah kendaraan dengan ban tekanan rendah (ba lloon), setelah tenlunya track vehicles.

b). Pengaruh Landai Permukaan.

Sebuah kcndaraan yang mcnempuh sesuatu tanjakan mcmerlukan tcnaga tambahan untuk traksi yang sesuai dengan usaha untuk mcngatasi tanjakan terse-hut. Kalau landai QセQ・ョオイオョL@ maka tenaga yang diperlukan bcrkurang dcngan per· bandingan yang scrupa.

Landai jalan (= tanjakan) dinyatakan dalam % , yaitu perbandingan antara perubah-an ketinggian per satu satuan panjang jalan (= tangent). Dapat dikatakan bahwa tambahan dan pengurangan tenaga traksi yang diperlukan itu berbanding lurus de-ngan % naik/ turun landai tersebut.

Meskipun keadaan sebenarnya tic.lak tepat demikian, namun tidak meleset terlam-pau jauh sehingga dari segi praktisnya bolehlah dianggap cukup cermat. Misalnya se-buah kendaraan be rat 1000 kg harus menempuh tanjakan 5%, maka tambahan trak· si yang diperlukan = 5% x 1000 Kg= 50 Kg. sebali.knya,kalau landai menu run, te· naga yang diperlukan berkurang dengan 50 Kg. pula.

24

Page 35: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

c). Tenaga Tarik (= drawbar pull).

Kendaraan yang dibuat dengan tujuan untuk menarik /mendorong mautan, diperhitungkan mempunyai kelebihan HP di atas yang diperlukan untuk meng-gerakkan kendaraan i tu (maju ataupun mundur).

Pada kendaraan yang beroda rantai (track vehicles), tenaga tarik ini di -narnakan drawbar pull (DBP), yaitu tenaga tarik yang tersedia pacta gentol (= hook) di bagian belakang kendaraan dan dinyatakan di dalam ki logram ataupun lbs.

tenaga _ _. .... tarik

(dbp)

Gb. 12.03. Tenaga tarik (DBP) / dorong pada track vehicles.

Penelitian menunjukkan bahwa besarnya DBP ini , kecuali tergantung dari besamya HP mesin (= torque) dan rolling resistance (= RR), juga terpengaruh dari kecepatan/laju gerakan kendaraan dan efficiency konstruksi kendaraannya sendiri (mechanical efficiency).

Laju gerakan kendaraan pada governed speed mesin, terutarna tergantung dari apa yang diseb1 gear reduction, yaitu perbandingan antara RPM mesin dan RPM roda-roda gerak kendaraan; gear reduction ini dapat dipilih pada beberapa kedudukan versnelling, yaitu pertama, kedua, ketiga dan seterusnya atau juga lazim ditetap-kan sebagai high gear, intermediate dan low gear.

Rumus cmpiris yang dapat diketemukan untuk mcnentukan besarnya DPB ini, antara lain adalah :

DBP = 0.90 X T X G X E

R = RR.,

di mana T = Engine torque, dinyatakan dalam inch. Jbs. G = total gear . reduction pada gear yang dipilih· E = mechanical efficiency, berkisar antara 0,75-0,85 R = rolling radius roda gerak, diukur dari pusat roda (inch).

RR = rolling resistance, lbs.

Ada kalanya, orang Jebih suka kepada rating yang diberikan oleh pabrik untuk kcndaraan dan alatnya. scpcrti yang dapat dibaca pada Gb. 12.04 . Pacta DBP yang dihcrikan itu , biasanya sutlah tlipcrhitungkan RR schcsar 1 10 lhs per ton bcrat traktor (tanpa muatan).

25

Page 36: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

-.

10

¢

:i loo

! • ito

10

0

\

-

セ@-- 1--

·-

セ セ セ ]@·- --,_ f- ·-

\I\ \ N ------"'1'-r--- ·-

:l """ t---i r---...... -i\ - 1-\ I

Gear Range Forward Reserve nge Speed Range_ Speed Ra

Low ............ ................ 0·2.4 m.p. h. 0·2.4 m.p.h. Intermediate ............... 0.4.6 m.p.l 1. 0·4.6. m.pJ1.

M セ@lligh ... ........................ 0·8.4 m.p.l 1. 0·8.4 m.p.h .

t---

---

f-

セQ セ j M -- r----

-- ·- 1--- - -セ@ .... ,., .... ,. ,i' .... J セセ@

セ@-· f- - .- - -r-1-- セッ」[h@ - f..: ·--1--

• s • t • ACTOfl IPIIO ... ,. H.

Tavel 12. ().1_

l'eiformance chan di alas diberikan untuk EUCLID C-6 tractor dengan rated HP:: 240 pada governed speed "' 2100 RPM.

d). Tenaga Roda (:: rimpull).

Tenaga roda sesuatu kendaraan adalah tenaga gerak yang dapat disediakan oleh mesin pada keliling roda geraknya (dua buah atau lcbih). Kita dapat mengerti bahwa perhitungan tenaga gerak ini dilakukan pada kcndaraan-kendaraan beroda biasa (wheels).

Rimpu/1 dinyatakan dalam kil ogram atau lhs., dan kalau tidak dihcrikan pe-rinci annya olch pahrik, bcsarnya dapat dihitung dcngan rumus pcndckatan herikut.

375 x liP x efficiency Rimpull "' lbs.

speed (mph)

di mana efficiency"' 0,75 -0,85

26

speed = kecepatan kendaraan dalam mils per hour (mph) 1 mph = I ,4 ft/scc (fps) = 27 meter/mcnit.

Contoh:

Sebuah traktor beroda biasa (wheels) dengan mesin 160 liP pada gearper-tama berkecepatan 3,60 mph.

Page 37: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

RimpuU yang tenedla •

375 X 160 X 0,80

3,60 s 13500 1bs.

Misalnya traktor ini pada gear ketiga dengan kecepatan 22,4 mph harus menarik sebuah scraper dengan muatan; be rat total (traktor +scraper muatan penuh) = 20 ton. RR pada haul road terpelihara baik = 60 lbs/ton.

Padagearketiga tersedia Rimpull = 3·60

x ·13.500 lbs = 2.160 lbs. 22,40

Untuk mengatasi RR diperlukan 60 x 20 = 1.200 lbs. Ternyata bahwa rimpull yang tersedia lebih dari yang diperlukan, sehingga mungkin dapat berjalan pada gearlcbih tinggi Jagi.

Kalau haulroad tac.li mempunyai tanjakan yang besarnya 5%, maka diperlukan rimpull tambahan :

20 X 2000 X 5 % = 2000 Jbs. ( I ton = 2000 lbs).

Pada tanjakan diperlukan rimpull = 1200 + 2000 = 3.200 lbs, tcrscdia pada gear 3 = 2.160 lbs., schingga tcrdapat kekurangan. dan perlu pindah gear

yang lebih rendah.

Catatan : Apabila RR untuk traktor bcrlainan dengan RR untuk kendaraan yang di-tarik, maka perlu diperhitungkan scndiri-sendiri. Rimpull yang diperhitungkan hanya dapat tcrwujudkan, kalau tersedia セZオォオー@geseran (=traksi) antara ー・イュオォZセ。ョ@ ban dengan pcrmukaan tanah.

Rumus yang c.lipergunakan c.li atas adalah rumus empiris yang didapatkan dari pcngamatan pada pcnelilian; dcngan demikian. tcntunya akan ada rumus cmpiris lainnya, tcrgantung c.lari parameters yang tl ipergunakan c.li dalam rumm yang bersangkutan.

Narnun demikian. hasil akhirnya tidak terlalu herbcda satu dcngan lainnya, schingga rumus tadi dipilih karena scderhana dan mudah dipergunakan.

e). Koeffisien traksi.

Tenaga mesin (HP) sesuatu kendaraan hanya dapat dijadikan tenaga traksi yang maksimal, apabila terdapat gescran yang cukup besar antara permukaan roda gerak dan permukaan tanah.

Bilamana gcseran ini kurang besar. maka tenaga berlebih yang 1kan kepada kepada roda gcrak berupa rimpull akan menyebabkan roda tersebut kan berputar ccpat, tanpa mendorong maju kendaraan (satu jenis sclip).

Koefisien traksi dapat dimengertikan sebagai suatu faktor yang harus dikali-kan pada berat kendaraan pacta roda geraknya (atau seluruh berat di dalam hal crawler tractors/roda rantai) untuk mendapatkan tenaga traksi maksimal, scbclum

27

Page 38: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

terjadi selip antara roda dengan permukaan tanah. Misalnya sebuah kendaraan beratnya = 5.000 kg pada roda geraknya; pada percobaan ternyatabahwaselip terjadi pada saat diberikan tenaga traksi sebesar 4 .000 kg sehingga di dalarn keadaan ini, besarnya k.oefisien traksi = (4.000 : 5 .000) = 0,80.

Besarnya k.oefisien traksi i ni dipengaruhi oleh berbagai k.eadaan, misalnya bentuk "kembangan" ban (thread design), bentuk dan ukuran ban, contact area an tara ban dan tanah (inflation pressure), dan sebagainya.

V ariasi li dak dapat diberi.kan secara exact, namun secara percobaan dapat disusun label seperti pada tabel 12.05 di bawah ini :

Permukaan

Beton, kering dan kasar Tanah liat, kering Tanah lia t, basah Pasir , ke rikil

roda biasa

0,80- 1,00 0,50 -0,70 0,40 - 0,50 0 ,20- 0,40

crawler

0,45 0,90 0,70 0 .30

Tabel · 12.05. Koeffisien traksi pada rnasing perrnulcaan.

Dari tabel tersebut dapat disimpulk.an bahwa, kecuali pada permukaan yang sangat keras (misalnya beton), maka traksi kendaraan beroda biasa Jebih kecil dari traksi pada crawler/tracks. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya comact area yang lebih besar pada crawler tractors dari yang beroda biasa (pada crawler track vehicles, seluruh roda merupakan roda gerak). Oleh karena itu, maka dapat dilihat usaha orang untuk memperbesar traksi pada roda ban !caret antara Jain dcngan mcmpcrbesar contact area yang dimaksud dengan memperbesar dia-meter roda gcrak, mcmpergunakan low pressure tires, dan sebagainya.

Perlu diperhatikan bahwa, bagalrnanapun, koefisien trak.si itu tidak. dapat melebihi geseran antar bagian tanahnya sendir i.

f). Kemampuan mendaki tanjakan. (grade ability).

Kemampuan mendaki yang dimaksud, menunjukkan landai mak.simum. yang dapat ditempuh oleh sesuatu kendaraan, dan dinyatakan dalam % landai.

セ@Kemampuan mendaki ini berbcda-beda untuk kendaraan yang sama pada kondisi yang berlainan, misalnya : kosong atau dimuati, jalan sendiri atau manarik muatan, kccepatan pacta gear yang dipi lih , dan sebagainya. Gerak maju sebuah traktor sebagai prime mover (kendaraan penarik) dibatasi olch faktor-faktor sebagai berikut :

• daya tarik (DBP atau rimpull) yang dapat disediakan oleh mesin. • Rolling resistance terhadap permukaan jalan. • Berat total kendaraan + muatan. • Landai permukaan yang ditempuh. • dan lain-lain.

28

Page 39: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Kemampuan mendaki crawler tractors dihitung atas dasar sisa DBP yang tinggal, sctelah dikurangi dengan yang diperlukan untuk mengatasi RR.

Contoh :

Traktor crawler UEC. C-6 yang performance chartnya diberikan pada Gb. 12.04, menarik sebuah scraper yang beratnya pada muatan pcnuh = 36 ton. Berat traktor kita adalah 44.000 lbs = 22 ton. Pada intermediate gear dengan kecepatan 3 mph, DBP yang discdiakan olch

mesin = 15.000 lbs. RR untuk traktor temyata = 150 lbs/ ton, untuk scraper 180 lbs/ton. Di dalam performance chart sudah diperhitungkan RR = 110 lbs/ton. Eff1siensi dipcrhitungkan = 807o. scdang tiap % landai mcmerlukan 20 lbs/ ton tambahan DBP.

Perhitungan :

RR yang masih perlu diperhitungkan untuk traktor = 150 -- I 10 = 40 lbs/ ton = 22 x 40 = 880 lbs.

scraper = 36 x I 80 = 6480 lbs. +

RR total = 7360 lbs.

Maksimum DBP yang diperhitungkan = 0,80 x I 5.000 lbs = I : .000 lbs. Diperhitungkan untuk mengatasi RR = . . . . . . . . . . . . 7.360 lbs.

Sisa DBP

Jumlah berat traktur +scraper= 22 + 36 =58 ton. Tambahan DBP untuk tiap % landai = 20 x 58= I 160 lbs.

:: 4.640 lbs.

Jadi kemampuan traktor mcnarik s<.:rapcr adalah mcncmpuh landai maksimal = (4.640 : 1.160) = 4%. Apabila bcrjalan dengan kecepatan 2 mph. maka DBP yang terscdia = 20.000 lbs a tau I 6.000 lbs effective, sehingga landai maksimum yang dapat ditcmpuh = (16.000 -7.360): 1.160= 7,5 %. Akan tetapi perlu diingat, bahwa dalam keadaan ini, mesin sudah dimuati pada inrermillend raring (mendekati maksimum) schingga perlu mcmper-hatilcan pula falctor elconomi lainnya. apabila secara terus menerus. menem-puh lanclai tcrsebut pacla gear intermediated ini . sebaiknya pindah ke low gear saja !. Memperhitungkan koeffisien traksi dilakukan sebagai berikut : Misalnya koefisien ini = 0,30, maka DBP maksimum yang dapat dipergunakan sebelum terjadi selip adalah 0,30 x 22 ton = 6,6 ton. Berapapun tenaga mesin yang kita bcrikan kepada roda-roda kita, namun yang dapat dimanfaatkan adalah 6,6 ton = I 3.200 lbs schingga landai 4 % ini benar-benar adaJah landai maksimaJ. Untuk traktor roda biasa (= wheel), dapat dipergunakan perhitungan

yang serupa; perlu diperingatkan bahwa koefisien traksi pada kendaraan j enis roda biasa ini berpengaruh sangat besar, lebih fdari pengarunya pada crwaler

29

Page 40: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

tracton.

30

Ada kalanya orang menggunakan rumus empiris di bawah ini untuk wheel tracwrs:

K T G R

K = 972 X T X G

RxW N -- , dimana

=

= = =

20

kemampuan mendaki (grade ability) traktor + muatan. rated engine torque, ft. lbs. total gear reduction pada gear yang dipilih . roUing radius dari roda gerak (=drive wheels), diukur dari pusat roda hingga permukaan, inch.

W = berat total traktor + muatan, lbs. N = rolling resistance untuk traktor + muatan, lbs/ton.

Contoh

T = 750 ft.lb pada 2.100 RPM. G = 41.0: I pada gear pertama (low gear). R = 30.0 inch dalam keadaan dimuati. W = 140.000 lbs. N = 60 lbs/ton.

Grade ability dalam keadaan yang demikian iw didapatkan :

K = 972 X 750 X 41.0 -- .£2. = 7,4 -- 3 = 4,4 %. 30 X 140.000 20

Apabila hanya dipergunakan 85 % torque, maka K = (0,85 x 7,4)- 3 = 3,2 %. Misalnya kita dapati muatan pada roda gerak = I 5 ton = 30.000 lbs., sedang koefisien traksi = 0 ,40. Maka rimpull maksimum yang dapat dipergunakan :

= 0,40 x 30.000 = 12.000 lbs. Untuk mengatasi RR = 60 x (140.000: 2.000) = . . . ..... = 4 .200 ャ「セ@

Untuk mengatasi grade = 7.800 Jbs.

Maksimum tanjakan yang dapat ditempuh = K = K=

7·800

x!00 % =5,5%. 140.000

Jadi perhitungan berdasarkan kekuatan mesin masih lebih rendah dari kon-trole terhadap selip, yang berarti bahwa maksimum grade= 3,2 %.

Page 41: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

B. PEN GET AHUAN DASAR TENTANG ALAT -ALAT KONSTRUKSI

DAN PENGGUNAANNYA (KHUSUSNY A UNTUK PENGGUSUR-

AN TANAH).

III . TRAKTOR DAN ALAT-ALAT YANG MEMPERGUNAKANNYA SEBAGAI KENDARAANNYA (= MOUNTING). ATAU PENARIKNYA (PRIME

MOVER).

13). Traktor pada umumnya.

Traktor adalah kendaraan yang dibuat khusus untuk mengubah tcnaga mcsin

menjadi tenaga traksi, sehingga penggunaannya pcrtama-tama adalah sebagai alat

pcnggerak (=prime mover) bagi sesuatu alat konstruksi untuk menarik, mcndorong

dan ada kalanya juga untuk mcnggcrakkan alat yang dipasang (= nwunted) padanya.

Pada umumnya dapat dibedakan dua jenis (!Ype) traktor yang masing-masing mem-

punyai tujuannya sendiri, yaitu crawler dan wheels tractors schingga di dalam me-milih jenis yang paling cocok untuk keperluan kita, perlu ditinjau faktor sebagai

berikut : • Ukuran traktor yang mungkin dipergunakan di tempat pekerjaan kita, • Traksi yang diperlukan, mengingat keadaan permukaan tanah dan kocffisicn

traksi, • Landai maksimum yang harus ditcmpuh, • Panjang jarak angkut yang pcrlu ditempuh serta keccpatan yang diminta

pada angkutan, • Pekerjaan penyelesaian (finishing) yang masih harus dilakukan setelah

tugas utamanya selesai. • Usaha mendatangkan traktor kita ke tempat pekerjaan. • Dan sebagainya.

Di dalam pemilihan an tara dua jenis traktor itu untuk tugas yang dihadapi ada dua hal yang menonjol, yaitu :

Apabila yang dipcntingkan adalah traksi (untuk mcnarik/mendorong muatan berat di atas tanah lembek), maka pilihan kita jatuh pada crawler tractors. Apabila yang dipentingkan adalah kecepatan/laju gcrakan menempuh jarak, maka dipilih wheel tractors. Khususnya di dalam kcadaan tcmpat pekerjaan yang berjauhan, yang memerlukan pemindahan traktor dari satu tempat ke

tempat lainnya melalui jalan raya. Kerugian dari wheel tractors terhadap crawlers terutama terlctak pada lebih

mahalnya yang tersebut pertama tadi, baik didalam invcstasi maupun di dalam pemeliharaannya. Harga bannya saja sudah meliputi 10 % dart

harga traktomya scndiri, dan urnurnya bcrkisar an tara 20 - 30% dari craw-lers, mcskipun dcngan perkembangan tcknologi tentang masalah per'"ban" an ini dicapai basil yang cukup baik di dalam masalah umur ban ini (men-

capai ± 70 - 80% crawlers).

31

Page 42: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Namun dcmikian, yang paling menentukan adalah tcrsedianya alat di dalam stock ataupun pasaran, karena apa yang da.pat dilakukan oleh yang satu , dapat pula dilakukan oleh yang lain; pertimbangan ekonomi sering harus mengalah terhadap pcrtiimbangan bahwa pckcrjaan harus disclcsaikan.

a). Crawler tractors.

Di dalarn penggusuran tanah, crawler tarctor mcrupakan alat serba guna yang sukar dicarikan penggantinya.

Penggunaannya yang beraneka ragam itu, baik sebagai prime mover untuk mcnarik alat ko nstruksi pokok scpcrti scraper, rollers, dan lain-lain, atau scbagai tcmpat kcdudukan (mounting) alat lain yang juga memcrlukan tenaga mendorong, sepcrti do7.cr, end loaders, dan sehagainya, atau hanya scbagai mounting saja dengan mcmpergunakan tenaga mcsinnya, sepcrti lier (=winch) dan lain-lain menycbabkan hanyak sckali kita jumpai alat ini pada lokasi-lokasi proyek (=construction sites).

Gb. 13.01. Trakwr beroda rantai (= crawler tractor).

llagian terpenting dari traktor ini adalah mesinnya sendiri, under carriage bcrikut track assembly (2 buah) dan operator's seat dcngan pcrkakas pengendali traktor (control levers).

Tcnaga mesin melalui kopling utama (= main clutch) dan gear boxditerus-kan kcpada as hclakang (= final drive) yang mcmutarkan sprockets pada track assemblies. Final drive ini dilengkapi dcngan steering clutch & brake, sebuah untuk

32

Page 43: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

masing-masing sprocket, yang meneruskan putarannya kepada tracks dari ·traktor kita.

p セ イォ。ォ。」[@ pengendali biasanya terdiri dari main clutch lever, dua buah steering clucth lever, tuas persnelling (gear selecting) dan gas tangan (hand throttle), scdang untuk kaki-kaki kita discdiakan brake pedals dan ada kalanya juga scbuah pedal decelerator.

Kcccpatan mcsin (RI'M ) patla umumnya di atur olcll scbuah governor yang tlapat disctcl pada kct:cpatan tertcntu sesuai dcng:m li P yang kit a pcrpunakan pada speed tcrtcntu pula. Olch br!:na itu . ュZNセ「@ pada wal;t u bd.erja, hand thrort le di tarik sa•npai jiu/ dan J!.l'!lr tcl;:h J1p:lih カ。ャャ セ N@ セセセャャBA ャ@ dengan AuェオZNセョ@ kiLL 1\pabJ!a ''gao;" tangan clit aJJk hanya san.pal hr;;f i/u (' ii/£', maka bJgaimanapun, ァイイLセ・ イョ ッ イ@ tidak d<qJat nH.:ngatur supply hailan b:Jk;,r ke si lindcr sampai Rl'\1 yang dipcrluk an unluk kcrja pcrwil .

IJccd c taiOr オゥー」イセオョ。ォ。ョ@ untuk :nell!'lliail gi "gas"' ,lanpa mcngubah kcuu-tlukan hand :hrnu/e unluk kcpcrluan yang セZ ヲ 。 エョケ。@ scmcntara.

Sctclah pcrsncling dimasukkan p:ttla gcvr yang kit a pilill danthroll/ e tlipa.;ang ー。、Zセ@ l;cdudur,an l.. l:rja. 111 J I..J dcng.1n bcrant,:o;ur main clwch di "sambungkan'' (c,;gagetl) schingga trJkt o r J..ita bcijabn.

/\pahila dikchcntlaki hclok kiri. ma.ka st,' f!"ing clutch kiri clitarik (disengagr:il).

schinggJ yang digcrakkan hanya trat:k scbcl;• ll k:.JnJn saja: mcskipun track kir i juga ikut bcrputar, namun karcna tidak dibr.:ribn tcnaga. trakto r akan lllCIIlbcl ok kc-kir i sccara br r:Jng<>ur. aー Zセ「 ゥャ。@ dil< cilcndaki nlcmbri,Jk yang l :.- b!l1 taj:1111, maka pedal s:eerinJ; brake kiri diinjak schingg<! track J..i ri bcnar-bcn<Jr エゥ 、 ZNセォ@ lJcrpt;tar.

a. Belok berangsur b. Belok rajam.

Gb. I 3. 02. Cara membah arah gerak traktor.

Traktor bcrocla rantai ini bcrukuran dari yang sckccil 50 I IP sampai yang

besar 300 HP a tau lcbih, scmuanya disesuaikan dcngan kondisi dan jcnis pekerjaan.

33

Page 44: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Lebar track mempunyai peranan yang sangat penting, karena menentukan dapat atau tidaknya sebuah traktor melalui sesuatu tanah yanJ lembek; tekanan per satu satuan luas permukaan dapat sampai sekecil 0,3 kg/em dan pada swamp traktors ditambah lagi daya apung ini.

Pada pabrik Caterpillar telah dibuat jenis traktor dengan tekanan kepada tanah yang rcndah (LGP/low ground pressures) sebagai berikut :

05 05 LGP 06 06LGP

Lebar tracks S10mm 860mm S60mm 930mm Jumlah roller 6 6 7 7 Panjang track 2210 mm 2820mm 2370 mm 3040mm

(diatas tanah) 1,79 m2 4,90 m2 2,17m2 5,3 m2 Luas track diatas tanah

Tekanan kepada tanah 0,67 kg/ cm2

0,23 kg/ cm2

0,61 kg/ cm2

0,25 kg/ cm2

Jenis LGP tersebut biasanya digunakan pada logging areas untuk keperluan penumbangan dan pengangkutan batang-batang kayu ke daerah penumpukkannya.

b). Traktor beroda biasa (wheel tractors).

Wheel tractors ini lidak ubahnya dengan kendaraan biasa yang sudah banyak kita kenai; bedanya adalah pada sistem konstruksi yang lebih memenlingkan traksi (sisa torque untuk bekerja menarik atau mendorong) dan kelincahannya (manouverabiliry ).

Kalau pacta crawler tractor yang dipenlingkan adalah DBP-nya, maka dl dalam hal whell tractor ini, faktor kecepatan gerak juga mulai diperhitungkan scbagai keha-rusan, yang berarti terpaksa harus mengorbankan sekedarnya didalam masalah tenaga tarik/ do ron g.

Oari keterangan tentang sifat wheel tractor tadi, dapatlah ditarik kesim-pulan bahwa di dalam usaha penggusuran tanah, alat-alat ini khususnya di man-faatkan kalau jarak angkut yang harus ditempuh adalah cukup besar; di samping itu, juga keharusan untuk sering berpindah-pindah tempat kerja (melalui jalan raya) merupakan hal yang seringkali amat menentukan di dalam pemilihan jenis traktor yang diperlukan.

Pcrlu dimintakan perhatian sekali lagi, bahwa traksi wheel tractors ini Udak se-besar crawler tractors sehingga untuk mencapai eftsiensi yang optimal dipcrlukan jalan yang terpelihara baik, yang berarti tambahan biaya pada anggaran operasi.

Di samping ilu, harga traktor jcnis ini adalah lebih mahal kalau dibandingkan dcngan crawler tracwrs dcngan klas yang sama; namun demikian, karcna hasil/ output per satu satuan waktu uapat jauh melebihi crawlers pada keadaan tertcntu, maka kclchihan hiaya invcstasi dan operasi dapat tJiimbangi olchnya.

34

Page 45: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 13. 03. Wheel tractor dengan dozer attachment.

Inzer : Industrial tractorfpertanian.

35

Page 46: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Kecilnya traksi (rei alit) wheel tractor ini disebabkan karena luas bidang singgung antara tanah dan ban-ban roda gerak (drive wheel) tidak terlalu besar kalau diban-dingkan dengan crawler tractors.

Usaha-usaha untuk rnempcrbesar traksi ini ada berbagai macam, an tara lain dengan mcmperbesar luas "contact area"(= bidang singgung) dan dengan pcrmukaan tanah; ban diperbesar diameternya dan/atau badannya (=balloon) serta tekanan angin (= tire pressure) dikurangi sehingga agak kempes (low pressure tyres).

Cara lain ialah dcngan memperbanyak roda gerak dengan membuat ke empat roda traktor menjadi roda gerak; kita tclah mengetahui bahwa traksi maksimal adalah berat pada roda gerak dikalikan dengan koefisien traksi. Pada traktor dengan dua roda gerak, maka berat yang dipikulkan kepadanya hanya 60 - 70% dari berat total traktor; dengan empat roda gerak, maka seluruh bobot traktor dapat dimanfaatkan untuk pengadaan traksi. Cara ini jarang dipergunakan, karena tambahnya traksi tidak seimbang dengan tambahnya biaya membuat scmua roda traktor menjadi drive wheels.

Agar seluruh bobot tarktor dapat berg una untuk traksi, maka dibuat orang traktor-traktor beroda dua dengan hasil yang cukup memuaskan. Namun dcmikian, di samping keuntungan yang cukup besar itu, terdapat pula ke-rugian yang tidak pula dapat diabaikan sehingga di dalam kita mengadakan pcmilihan antara traktor beroda cmpat dan bcroda dua, pcrlu sekali dipertimbang-kan dengan masak-masak lebih dulu balance dari pro dan contra-nya.

Gb. 13.04. Tractor beroda dua, menarik scraper.

36

Page 47: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Traktor roda empat.

+. Lebih mudah dikemudikan, teruta-ma oleh karena lebih stabil dan memberikan kepercayaan lebih be· sar kepada pengemudi.

+. Lebih sedikit goncangan pada jalan yang tidak rata.

+. Kemungkinan menjalankannya le· bih cepat karena faktor-faktor ter-sebut.

+. Dapat dijalankan sebagai kendaraan · tersendiri.

+. Dan sebagainya.

Traktor roda dua.

+. Memungkinkan gerak I manuver yang lebih besar.

+. Traksi lebih besar, mengingat bah· wa seluruh berat kendaraan ditam· bah sebagian muatan dilimpahkan terpusat kepada roda gerak.

+. RR lebih sedikit, karena jumlah roda lebih sedikit.

+. Lebih sedikit bannya untuk dipeli-hara.

+. Dan sebagainya.

Mengingat kecepatan geraknya yang cukup tinggi (sampai 50 • 60 Km/jam) maka pengemudian pada umumnya dilakukan dengan steering wheel seperti halnya pada kcndaraan/mobil biasa. Traktor berat dilengkapi dengan booster steering, yaitu menggerakkan roda depan dengan pertolongan hydraulis ram untuk meringankan memutar steering wheel.

Juga dibuat orang traktor yang dimungkinkan mengadakan gear shift pada waktu berjalan seperti halnya pada truck-truck saja.

Di dalam perdagangan dapat diperoleh berbagai ukuran wheel tractor, dari yang kecil yang beratnya hanya 1 ,SO ton dengan mesin· kekuatan 30 HP sam pal yang besar yang beratnya 30 ton dengan mesiri 300 HP atau lebih {Gb. 13.03).

Dipandang dari segi pemeliharaan, maka boleh dikatakan bahwa ban-ban traktor merupakan bagian yang perlu mendapat perhatian khusus karena harganya relatlp adalah mahal juga (± 10% dari harga seluruh traktomya). Pada medan yang tanah· nya berbatu tajam, umur ban kita akan sangat diperpendek dari yang lazim kita perhitungkan (± 2000 service hours) untuk traktor kecil, dan ±4000-5000 service hours bagi ban yang besar).

14) BULLDOZER.

Dozer adalah attachment (= alat yang dipasang khusus) kepada sebuah prime· mover yang pada .umumnya adalah sebuah traktor, yang terutama bertujuan untuk mendorong, khususnya tanah.

Di dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan dozer adalah traktor dengan dozer attachment ini, yang sebenamya merupakan "salah kaprah".

Bagian yang terpenting dari dozer ini adalah dozer blade yang tcrdiri dari moldboard dan cutting edge, serta push arm dcngan braces untuk mcnjaga kcdu-dukan dari blade. Dagian kctiga adalah blade control.

Ketiga bagian dari dozer tadi (melihat konstruksinya), di samping jenis trak-tor yang mcnjadi kcndaraan penggeraknya, merupakan faktor pokok untuk meng-klasifikasikan jenis dozer yang biasa kiat pergunakan.

37

Page 48: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

2

A = dozer blade

AJ moldboard

A2 czm ゥョセ@ edge

B pusharm

83 bra a

c lzyclraulic· blade control.

Gb. 14.01. Dozer attachment.

Apahila kcdua pusharm dipasang paua tcpi blade scdcmikian rupa schingga merupakan kesatuan yang kaku Jan blade hanya Japat menempati ketludukan tegak lurus kepatla arah gcrak traktur, maka duzcr semacam ini tlinamakan bull·

dozer. Aua kalanya pusharm ini tersambung satu sJma lain Jan mcrupakan batang yang berbentuk U; blade uari dozer kita uipasang berscntli pada ujung (= tengah-tengah) U bar tadi sehin!!ga dapat dibcrikan kctludukan bcrsudut dcngan arah gerak-an traktor. Ujung blade uipcgangi olch konstruksi batang yang uiscbut bracing. Dozer scpcrti ini dinamakan angledozer

Pcngcndalian hlade dapat dilakukan sccara hidroli s scpcrli yang tcrlil1at pada Clh. 14.01. Akan tctapi, hcrdasarkan pcrlimhangan lai n yang <.li scsuaikan dcngan kondisi pekcrjaan. aLia kalanya uipcrgunakan kcndali blude dari kahcl (= r.ahle control).

Dcngan dcmikian maka kita dapati jcnis-jcnis do?.cr (= konhinasi) scbagai bcrikut: Rul/clozer, ca/Jle operated. trar:k mo rmtecl. i\ngledozer, hydraulic operated, wheel mounted., Jan sctcrusnya. Mcmhcrikan kcdudukan hcrsudut dcngan ara!1 gcrak ( an,'.?ling) traktor kcpada blade

pada angledozer dilakukan dengan mclepaskan brar:ing f rames dari anglenya di-pu.shing arm dan memindahkannya kepada tempat berikutnya, yang sebelah ke belakang dan yang scbelah lainnya ke dcpan.

Apahila pada hydraulic operated blades, tckamm !J/ade kc dalam pcrmukaan tanah diberikan olch tenaga hidrolis dari alat pengcndalinya, pada cable operated blades orang hanya mengandalkan beratnya blade saja schingga untuk mendapatkan effi -ciency yang tinggi, blade di sini dibuat cukup berat (sampai 5 ton atau lcbih).

38

Page 49: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 14.02. Ang/edozer, cable opera-ted track mounted.

Me/epas bracing frame untuk dipindah-kan ke tempat kedudukan berikutnya.

(A).

Juga dimungkinkan untuk mengatur kedudukan blade terhadap arah vertikal (mi-ring ke belakang, tegak ataupun miring ke depan) yang biasanya disebu pitching the blade. Untuk ini, bracing frame (untuk angledozer, batang atas dari frame) diperpanjang dengan cara memutar batangya scdemikian rupa (ke kanan atau ke kiri) sehingga dengan bertambah panjangnya batang ini , blade akan bcrkedudukan lebih tegak; kalau diperpendek, blade akan lebih miring ke belakang.

Pcrlu diperhatikan bahwa pcrpanjangan bracing scbelah kanan dan kiri harus sama. Kalau tidak, maka blade akan tidak rata lagi (ujung sebelah akan lebih tinggi dar! ujung lainnya) dan bentuknya agak mleyot (= scheluw). · Kedudukan seperti ini kadang-kadang memang kita perlukan untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan, dan dinamakan tiltin g the blade.

Gb. 14.03. Pitcharm.

39

Page 50: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Pengendalian blade, yang pada hakekatnya adalah mengatur naik atau turunnya blade (yang biasa juga kita namakan pisau dozer) dilakukan oleh operator melalui scbuah control lever yang biasanya dipasang pada sebelah kanan tempat duduknya. Mendorung lever kc kanan membuat blade terangkat, sedang ke kiri adalah mcnu-runkannya (atau sebaliknya), tcrgantung dari kebiasaan pabrik); mcngcmbalikan pada kcdudukan tengah berarti rnenghentikan blade pada kedudukan tcrakhir (= holding).

Hydraulic ram yang menguasai kedudukan blade biasanya terdapat dua buah pacta kebanyakan dozer, akan tetapi ada kalanya hanya dibuat sebuah saja seperti yang da-pat dilihat pada Gb. 13.03. ; hydraulic ram ini digcrakkan oleh scbuah motor hydro-lis.

Cable control digerakkan oleh sebuah lier yang disebut PCU (Power Control Unit) yang digcrakkan langsung dari mesin; kita dapat mcmbcdakan rear cable control (I'C J di bclakang tcmp:lt duduk operator) dan front cable control (PCU dilctakkan di dcpan mcsin).

Sebagai keuntungan clan kerugian penggunaan cable control dapat dikemukakan antara lain :

mudah pemasangan dan penggunaannya jclas dan mullah dipclihara. bahaya kerusakan kurang, karcna blade dapat terangkat naik dcngan sendiri-nya kalau mcnjumpai rintan):;an yang bcrat yang dapat mcrusakkan bagian dari dot.er kita. untuk mengerjakan tanah keras, kadang-kadang diperlukan usaha dan/atau alat tambahan, scpcrti ripping, blasting, dan scbagainya yang sering merupakan kegiatan yang lcbih mahal dari penggusuran tanahnya sendiri.

Untuk hydraulic control dapat dikemukakan : kemungkinan untuk membcrikan tckanan tambahan kepaua blade untuk pcnc-trasi lcbih bcsar ke dalam permukaan tanah. Dengan demikian, maka blade juga tidak perlu tcrlalu berat dan berarti penghcmatan dalam angkutan, harga blade dan lain-lain. Lebih mudah dapat dikendalikan/Jikuasai pada kcdudukan yang tctap Pcmcliharaannya harus dilakukan oleh tcnaga yang ahli dan tidak sembarang orang bolch memhuka-buka dan mcmperbaikinya. Di tcmpat yang jauh dari pasaran/keramaian, minyak hidrolis kadang-kadang rnerupakan bahan yang sukar didapat.

Di samping pcmbagian seperti yang telah dikemukakan, maka masih ada cara pcmhagian tambahan, scpcrti pacta bcsarnya HP mesin, cable control dengan l'CU d i bclakang atau di dcpan (front end dan rear end), dan lain-lain.

IS) Pekerjaan dasar dengan bulldozer (basic bulldozing).

Sebuah bullJozer di''ciptakan" orang khusus untuk keperluan penggusuran. tanah. yaitu memotong massa tanah di satu tempat, kemudian mendorongnya ke エセュー。エ@ lain(= mcnggusurnya) dan membuangnya di tempat itu . lstilah penggusuran

40

Page 51: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

tanah sebenarnya memang dimaksudkan untuk membedakan antara pemlndahan tanah secara mekanis dan yang secara umum, tcrmasuk pemindahan-pemindahan tanah dengan tenaga pekerja (=manual labor).

Meskipun khususnya dibuat dan direncanakan untuk penggusuran tanah, namun sebuah bulldozer adalah alat yang serbaguna di lapangan. terutama di dalam peker-jaan pcnggusuran tanah; sekarang ini, kita sukar membayangkan scsuatu proyek konstruksi yang termasuk di dalamnya pemindahan tanah, yang tidak memanfaat-kan jasa-jas bulldozer. Sudah barang tentu hal ini hanya berlaku di mana sejak semula sudah direncanakan bekcrja secara mekanis.

Telah diterangk.an sebelum ini bahwa bagian terpenting dari dozer adalah pisaunya (=blade) dengan bagian-bagiannya antara lain aJalah moldboard dan cuuing edge. Kerja dozer pada penggusuran tanah ialah pertama·tarna memasukkan mata pisau· nya (= cutting edge) ke dalam permukaan tanah scdalam yang kita kehendaki (me· nurut kcmampuan rnesin) dan menahannya pada kedudukan itu.

Dengan bergerak majunya traktor, maka dozer terdorong maju dan tanah di depan blade tcr"sayat" lcpas dan mengumpul tertumpuk menjadi onggokan tanah; makin maju セ・イ。ォ。ョ@ traktor, makin tinggi onggokan tanah ini schingga timbul kemungkin· an tcrccccrnya tanah mclcwati bagian alas dari blade. Olch karena itu , maka mold-board dibcrikan bcntuk cekung dcngan maksud agar tanah yang sudah cukup tcr-timbun tinggi itu, bagian-atasnya jatuh lagi scbelum melampaui atas blade. Gejala ini discbut "menggulung" tanah di depan balde; pada tanah yang sifatnya non r:ohaesive (scpcrti pasir. kcrikil. dan lain-l ain) maka tinggi onggokan tanah di dcpan blade hanya akan sampai kcpada tinggi blade saja, scdang untuk tanah yang cohaesive (tanah liat, dan lain-lain) maka tinggi ini dapat mclampaui tinggi blade tanpa terceccr ke bclakangnya.

Apahila sudah cukup terkumpul tanah di depan blade, maka pisau dozer ini diang-kat kembali sampai setinggi perrnukaan tanah asal dan gerak maju traktor hanya dipergunakan untuk mcndorong muatan saja (= angkut).

Gb. 15.0J.a.

ftfenggulung tanah di depan moldboard.

41

Page 52: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

tanah asli dalam keadaan padat a/am セ@ : tanah lepas

Gb. I 5. 0 I. Menggali dengan dozer.

11011 cohesive

Agar mcmuda.hkap penyayatan lapisan tana.h ini, maka dozerblade dibcrikan ke-Liudukan agak miring ke bclakang. Apabila tanah agak keras, maka blade diberikan kedudukan agak lebih tegak, dengan tujuan untuk memperbesar tekanan penetrasi ke dalam tanah oleh gerakan maju traktor.

Penetrasi ke dalam tanah yang pertama kalinya, juga memanfaatkan impact oleh massa blade dengan traktornya; apabila mata pisau dozer masuk terlalu dalam ke da-lam perrnukaan tanah, maka tenaga yang diperlukan u n tuk gcrak maju akan mel am-paui HP yang tersediakan olch mcsin sehingga tcrjadi apa yang kita scbut "stalling" (mesin berjalan melambat) dan apabila diteruskan usaha gerak maju traktor, mesin akan "mali".

Untuk menghindari ini, mak blade diangkat scdikit ke atas sampai tercapai ke-dudukan di mana tcnaga yang dipcrlukan berimbang dcngan tcnaga yang discdiakan oleh mcsin kita.

Apabila suda.h sampai di tempa t membuang muatan (=dumping), mal< a blade diangkat lebih ke atas lagi secukupnya, sehingga tanah dapat "mengalir" tertinggal terhadap ge-rak maju traktor melalui bagian bawah d ari cutting edge; gerak maju diteruskan sam-pai tanal1 di depan blade habis tertinggal.

Kemudian traktor dihentik an untuk seterusnya berjalan mundur kembali ke tempat pcnggalian men gam bil tanah.

J arak pcrjalanan trakto r dari pcrmulaan mcnggali, mengangkut dan membuang muatan, disebut " jarak angkut" (=haul distance), sedang gerak maju menggali, mcngangkut, mcmbuang muatan, berhcnti, gcrak undur kembali ke tcmpat semula untuk·mengambil muatan, dinamakan satu cycle kerja alat dan waktu yang diperlu-kan untuk itu dinamakan cycle time (a tau juga disebut roundtrip time).

42

Page 53: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

a). Straiaht dozing.

Gerakan dasar di dalam bekerja dengan dozer seperti yang diterangkan pada permulaan paragrap ini dinamakan straight dozing, karena tanah didorong lurus ke depan dalam arah gerak traktor.

Di dalam angkutan hasil galian dozer, ada sementara tanah yang tercecer dari sam-ping blade: untuk memelihara jumlah tanah yang ada di depan blade, maka sewaktu waktu blade diturunkan sedikit dengan maksud untuk mcnggali tambahan tanah sekcdarnya. Di dalam rangka in i, kita scring melihat operator dozer di dalam gerak maju mengangkut ini, menyentak·nyentak kontrol dari blade untuk menaikkan dan menurunkannya mengatur jumlah muatan blade.

Cb. 15. 02.a. Straight dozing.

Tercecernya tanah lewat sarnping blade pada waktu mengangkut itu merupakan hal yang boleh dikatakan merugikan juga, lebih.Jebih kalau bahan yang didorong itu berupa tanah ya1 non cohaesive. Mengambil tambahan muatan sambil mengangkut adakalanya tidak dimungkinkan karena misalnya permukaan tanah di situ sudah mencapai ketinggian (=grade) yang direncanakan.

Derbagai akal dan konstruksi pisau dozer dipergunakan orang untuk mengatasi tanah yang tercecer pada straight dozing ini (Gb. I 5.02 B); salah satu di antaranya ialah dengan memanfaatkan semacam dozer blade yang diberikan bentuk meleng· kung ke depan. Blade seperti ini biasa disebut U blade (Gb. 15.02 A) yang dimak· sudkan agar tanah hasil galian dozer dapat tergulung di depan blade dengan arah menuju poros gerak maju traktor.

43

Page 54: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

A

B

Gb. 15. 02. Straight dozing.

Kerugian dari U blade ini an tara lain ialah bahwa kecuali harganya lebih mahal, juga

panjang blade berkurang, sedang bulldozer kita kehilangan beberapa sifat serbagunll-

nya. Apabila luas medan mengizinkan kadang-

kadang orang mengangkut tanah galian dengan dozer biasa mempergunakan cara yang disebut

blade to blade dozing (Gb. 15.03). Dua atau lebih dozer bekerja berdarn-

pingan sedemikian rupa sehingga ujung blade

berdekatan satu dengan lainnya; kecuali tanah yang tercecer dapat dibatasi hanya kepada sebu-ah sisi saja dari masing-masing dozer, juga jl!m-lah tanah yang dapat terkumpulkan di depan

blade menjadi lebih banyak. Gb. 15.03. Blade to blade dozing.

44

Page 55: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Kcrugian ialah bahwa cara ini hanya dapat dil akukan oleh operator yang sudah cukup bcrpcngalaman, scdang tanah tidak セ[ 」ォ 。 ャ ゥァオウ@ dapat diangkut segcra scsudah digali, mclainkan ィ 。 イオ セ^@ terkumpulkan lehih dulu dalam jumlah yang memadai.

Cara lain yang セ[・イゥョ ァ@ dipergunakan di dalam rangka mcngurangi terce-cernyatanah lewat tepi blade ialah dcngan apa yang 、ゥ セ^・「オ エ@ slot dozing. Di dalam ャゥョエ 。セ[。 ョ@ pertama, tanah dihiarkan terceccr sehingga kalau pekerjaan ini her-ul ang kali dilakukan. tcrj adi lah clua buah tanggul yang membatasi jalan angkut kita; apabila kemudian dilakukan pcngangkutan lewat jalan tersebut, tcrceccrnya tanah lewat tcpi blade dapat dihalangi oleh kedua tanggul itu.

Kita dapat mengcrti bahwa di dalam slot dozing ini, gcscran tanah dcngan tanggul adalah cukup besar yang mcnambah tuntutan akan tenaga mesin traktor untuk mengatasinya; jalan satu-satunya un tuk mcngatasi kesukaran kalau tangga me sin sudah tcrlampaui ialah mcngurangi muatan dozer (blade diangkat scdikit) yang mengakibatkan bcrkurang pula jumlah angkutan yang dihasilkan per satu satuan waktu.

Dari ketcrangan yang tclah dikemukakan tadi. dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap usaha ada untung ruginya. schingga pcrlu dipcrtimbangkan masak-masak lebih dulu, scbelum diambil keputusan ten tang apa dan dcngan cara bagairnana akan dilaksanakan tugas kita.

b). Angle dozing.

Di dalam penggusuran tanah ini, adakalanya harus dilakukan perubahan arah dalam gerak maju traktor di dalam angkutan.

Hal ini dapat di lakukan dengan straight dozing hanya dengan pengorban-an di dalam hasil kcrjanya per satu satuan waktu. Traktor yang sedang mendo-rona muatan, kalau harui mtmbelok akan mengalami perubahan di dalam di5tribusi kerja di an tara kedua tracksnya; track yang harus menjalani lintasan yang lebth jauh H「エァゥBセ@ )\lar btk>ku). harus bekerja lebih berat dari track sebelah dalam, 5ehingga

. <1eflga.n demikian memerhlkan tenaga tambahan dari mesin. Di dalam hal ini, besar ォN・ューョァセゥョ。ョ。ケ。@ bf.J\wa · tenap me sin akan terlampaui, sehingga perlu mengurangi r:nuatan rang berart.t keruglan yang cukup' besar kalau harus dilakukan berulang kali. Juga dapat ditempuh jalan dengan bcrhenti dulu untuk kemudian mengambil posisi mcngarah kepada jurusan yang dikehendak.i. Hal ini lcbih baik dari membelok sambil mendorong muatan; namun dernikian waktu yang diperlukan untuk sarnpai pada tujuan angkutan juga lebih lama sehingga hasil per satu satuan waktu akan ber-kurang juga. Di samping itu , tidak selalu tersedia kemungk.inan untuk melakukan hal itu karena medan tidak mengidzinkannya (terlalu sempit, dan sebagainya).

Untuk mengatasi kesukaran tersebut tadi, maka dipergunakan orang sebu-ah dozer yang bladenya diberikan kemiringan tcrhadap poros gcrakan traktornya (=angle dozcr/bersudut).

Maksudnya ialah mcngatur tercecernya tanah ke salah satu s is i dari pisau dozer (dibiarkan tcrcecer, bahkan seluruh muatannya !).

45

Page 56: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Dengan mmngnya arab blade, maka tanah akan tergulung menuju ke satu sisi blade untuk akhirnya tcrtinggal kalau sudah sampai pada bagian luarnya. llasil angle dozing ini akan me-rupakan scbuah tanggul yang memanjang. Oleh karena itu, ke-gunaan angle dozing ini yang pa-ling mengun tungkan adalah un-tuk mengisi kembali galian ke dalam parit (backf111).

Banyak sekali faktor yang membatasi keuntungan dari ang-le dozer kita.

Yang pcrtama ialah bahwa Gb. 15.04. Angle dozing. konstruksi angle dozer ini lebih

lemah dari bulldozer sehingga ti -dak mungkin dipergunakan untuk usaha-usaha menggali yang berat.

Berbagai usaha untuk memperkuat konstruksi memang berhasil, akan tetapi dengan kenaikan harganya yang lumayan juga.

Sifat _dari pemindahan tanahnya harus memanjang, baik menggali rnaupun mem-buangnya. Di dalam hal menggali (yang dilakukan dcngan cara yang sama dengan srraighr dozing), rrack sebelah ujung blade yang paling depan, mendapatkan muatan yang paling berat sehingga tidak lagi tcrdapat keseimbangan pembagian muatan kepada kedua rracks, yang menyebabkan kecendcrungan tniktor オョエセォ@ membelok. Untuk mengimbangi gcjala ini , maka scring perlu diadakan pengurangan tenaga pada track dalam (disengage atau brake) yang membuat track luar lebih terbebani lagi.

Dapat mengcrti bahwa hal ini akan mengakibatkan pengausan yang Jebih cepat pad a rrack Juar tadi; pengausan sc belah ini dapat diim bangi dcngan bcrgan ti-gan ti merubah kemiringan blade (aral1 gerak traktor dengan demikian harus berlawanan dengan yang terdahulu !), akan tctapi hal ini hanya mengurangi ccpatnya ーMイ セ ウ」ウ@

pengausan, karcna proses ini tidak berbanding lurus dengan beratnya muatan. Efisiensi tertinggi dengan demikian dicapai, kalau tanah yang perlu digusur itu sudah merupakan sebuah tanggul yang tanahnya sudah tidak terlalu padat lagi (Gb. I 5.04). Berangsur-angsur tanggul yang semula akan tergeser.ke samping pada jarak angkut yang direncanakan; dalam keadaan yang dcmikian ini , angle dozer

dapat menghasilkan ourpur yang sangat besar per satu satuan HP mcsin (kalau dibandingkan dengan stra!gl1t dozing), sehingga untuk tiap pcnggcseran tanah ke samping, dianjurkan penggunaan angle dozer ini . Tentunya kalau jumlah pckerj aan-nya cukup banyak untuk membcrikan jus rification mcndatangkan ang le dozer ini secara khusus. Karena kemampuan galinya hanya terbatas, maka perlu dipcrhitung-kan· sifat in i sebelum diputuskan pcngadaannya.

46

Page 57: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

c). Menghitung hasil kerja (=output) bultdozer.

Perhitungan output sebuah dozer sebenarnya hanyalah dapat dihitung sebc-lumnya di dalam hal straight dozing saja.

Untuk pekerjaan lainnya juga berhubungan dengan pemanfaatannya sebagai alat yang scrbaguna, outputnya biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman pada pclaksanaan pekerjaan srupa pada masa-masa yang lampau. Meskipun dapat juga diadakan pcrhitungan-perhitungan untuk ini secara tcorit is, namun pcngaruh faktor-faktor tak terduga demikian banyaknya, sehingga kemungkinan bahwa perhi tungan-pcrhitungan tadi lidak akan sesuai dcngan pelaksanaan nanti, adalah besar sckali. Output sebuah dozer dipengaruhi oleh ヲ。ォエッイセヲ。ォエッイ@ sebagai berikut .

Ukuran blade yang telah diperhitungkan sesuai dengan HP mesin. Jarak angkut untuk tanah yang digusur. Kecepatan gerak maju traktor. Ketrampilan operator dan faktor-f:.ktor efisiensi lainnya.

Ukuran blade menentukan kapasitas pisau dozernya dan biasanya telah di-berikan oleh pabrik pembuatnya. Namun demikian, sering juga kita harus menghi-tung/memperkirakan sendiri kapasitasnya.

Untuk mudahnya, dapat diambil praanggapan bahwa tanah menggulung di depan blade dengan jumlah yang maksimal, kalau sudah mencapai tinggi blade sedang tanah jatuh miring ke depan dengan landai l : 2.

Untuk tanah yang cohaesive dapat dicapai tinggi tanah di depan· blade sampai melebihi tinggi blade, namun landaj ke depan lebih terjal dar! 1 : 2, sehingga baik-lall kita berpegang pada praanggapan tadi.

Misalnya blade kit a lebarnya 3.00 meter dan tingginya 0,80 meter, maka b lade capacity diperhitungkan =

2 X 0,80 _ 3 3.00 X 0,80 X (

2 ) - I ,92 m

Jarak angkut adalah panjangnyajalan yang ditempuh oleh traktor kita, diukur dari tcmpat bl<lde dijatuhkan untuk mulai menggali, sampai tempat di mana muatan di-buang (tanalt habis di de pan blade) seperti yang diterangkan pada paragrap (I 5.a) sebelum ini. ·

Pada Gb. 15.05 di bawah ini, yang disebul jarak angkut = p.

Gb. 15.05. Jarak angkut untuk sebuah dozer. 47

Page 58: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Yang dimaksud dcngan kecepatan gerak traktor di sini adalah kecepatan pada gear yang dipilih dengan mesin berjalan pada governed speed dengan fuU セィイッエエャ・ N@

Sebenamya untuk keperluan menghitung output bulldozer (per satu satuan waktu) yang penting bukanlah kecepatannya itu sendiri, mclainkan waktu yang diperlukan untuk menjalani satu cycle. Waktu yang diperlukan untuk menempuh satu cycle adalah waktu untuk

menempatkan dozer pada posisi menggali (I) gerak maju sambil mcnggali (2) berhenti untuk ganti gear lcbih tinggi untuk mcngangkut (3) berjalan maju mengangkut (4) pcrcepatan (acceleration) untuk mencapai keccpatan maksimal (5) berhcnti pada akhir membuang muatan (dumping) (6) pindah gear untuk mundur, kembali ke tcmpat scmula (7) bcrjalan mundur sampai kc tcmpat scmula (8) berhcnti dan mcngambil posisi tcrscbut -(1)- (9) mcngulangi kembali gcrakan-gcrakan dari (I) sampai (9).

Scmua gcral<an, kccuali yang nomor (4) dan nomor (8), bia<;anya mcrupakan waktu yang tetap sepanjang hari kcrja dan berkisar an tara SO dctik sampai 100 detik. Oleh karena itu dinamakan fixed tin1e.

Gcral<an (4) dan (8) tcrgantung dari panjangnya jarak angkut dan kecepatan gcrak

traktor, sehingga dinamakan variable time. fal<tor efficiency adalah suatu coefficient yang harus dikalikan dengan hasil pcr-

hitungan yang kita dapat alas dasar apa yang dikcmukakan di atas. llanyak sekali faktor yang mcmpcngaruhi bcsarnya coefficient ini, dan di dalam kondisi yang normal dan operator dcngan kwalifikasi rata-rata, kita dapat mengambil. bcsarnya coefficient ini sebesar 0,70-0,80.

Adakalanya orang mcnyatakan faktor cfisicnsi ini dalam waktu kcrja effective I OO'l'o selama satu jam; jadi coe[icient efficiency = 75% sama dengan 45 minute hour (45 min. hr).

Contoh perhitungan :

Sebuah bulldozer EUC. C-6 yang spcsifikasinya dicantumkan pada par. 12.c mempunyai ukuran blade 4.00 m X 1,60 m. Dahan yang digusur = tanah berpasir dengan be rat 2 ton/m3, faktor kcmbang = 25% Jarak angkut = 100 meter, dengan efficiency coefficient= 45 min. hr.

1,60 3

48

Kapasitasb/ade = 4.00 X 1,60 X-- X 2 = 10 m 2

Waktu tetap = ........ . .. . .... . ................. .. . . . ... . maju, intermediate gear pada 4 mph = 6,4 Km/jam

100 X 60 =

6400

mundur pada gear tinggi = 8 mph = 13 K.m/jam

1,20 min.

0,94 min.

Page 59: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

100 X 60

13000 = ....... . ... .. . . . .. . . . .. .. ... . . .. . . . . . . 0,47 min.

cycle time = 2,60 min.

45 Jumlah gerak pulang balik per jam = 2,60 = 17 kali.

Output(= produksi) dozer = 17 X I 0 m3 = 170 m3 per jam.

Produksi tersebut adalah dalam ukuran keadaan lepas (= loose volume). Apabila yang dipentingkan adalah jumlah w t, maka harus dikalikan dengan faktor

kembang, dan didapatkan produksi = セ@ X 170 = 135 m3 (BM). 125

Kebiasaan yang sering kita dapat perhatikan adalah bahwa operator tidak pindah gear sclama operations, hal ini memang dapat menghemat di dalam hal fixed time dengan 3 - 5 detik.

Akan tctapi kerugian didcrita pada variable time yang akan bertambah. Apabila jarak angkut hanya pendek saja, maka kebiasaan ini tidak terlalu merugikan, akan tetapi kalau jarak tersebut cukup panjang, sebaiknya dibiasakan untuk pindall gear yang sesuai.

Pada waktu mcnggali memang diperlukan tenaga mcsin yang optimal untuk dijadi-kan tenaga dorong sehingga selalu kita menggali pada gear rendah (low gear, atau juga 1st gear). Pada waktu mendorong, tenaga yang dipcrlukan akan berkurang sehingga sebagian tenaga mesin dapat diubah menjadi kecepatan gerak dan gerak ma-ju dapat (d.icoba) pada gear tinggi berikutnya (intermediate gear, atau gear kedua/ ketiga).

Gerak mundur tidak memerlukan tenaga dorong sama sekali (kosong) sehingga dapat ditempuh pada gear mundur (reverse) yang tinggi. Kita ambil contoh tadi sebagai bahan perbandingan.

Pcnghematan 5 dctik (= 0,10 menit) kaJau lidak diadakan gear shift, bcrarti 10 meter pada angkutan dan 20 meter pada jalan mundur; rata-rata adalah 15 meter. Jadi kalau jarak ·angkut adalah sebesar IS - 20 meter, gear shift memang tidak merupakan suatu keharusan yang mutlak.

Kalau jarak angkutnyacukup jauh, maka kcadaannya akan berlainan.Apabila pada contoh kita, angkutan ditempuh tetap dalam gear rendalt (2 mph), maka untuk melalui jarak angkut d.iperlukan 2 X 0,94 = 2 menit. Kalau jalan kembali juga pada gear rendah itu, maka diperlukan waktu 4 X 0,4 7 = 2 menit sehingga cycle time menjadi 2 + 2 + 1,10 = 5 menit. Jumlah roundtrip dozer per jam= (45 : 5} = 9 kali dan output per jam = 9 X 10m3 = 90m3 a tau hanya separoh dari yang diperhitung kan dengan gear shifting.

d). Tilt Dozing.

Di dalam sub paragrap yang lalu telah kita ketahui bahwa dengan memper-panjang kedua pitch arms, maka blade akan mendapatkan kedudukan yang lebih

49

Page 60: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

tcgak dari yang standard diberikan olch pabriknya. Hal ini dilakukan untuk men· dapatkan gaya penetrasi yang lebih besar yang diperlukan oleh cutting edge di dalcim menghadapi tanah-tanah yang keras.

DBP Dari diagram di samping ini, dapat mudah dili-hat bahwa .komponen ァ。ケ[セ@ yang dikonschtrasi-

yセG@ ,,-"' kan kcpada cutting edge (= DBP dan bcrat bla-QGGMGエ|Bセ。B」エN@ ,/"' de + tcnaga tckan olch hydraulic controls) L|セGエ|@ "".; mcnjadi lcbih besar apabila blade dibcrikan

1 セ」N@

/ "" pitch. ¥"" Namun demikian, kita tidak dapat melakukan

セ@ pcmberian pitch ini terlalu bcsar, karena kalau Gb. 15. 06. TeiUiga penetrasi melehihi be rat blade + tekanan hidrolisnya, pada cutting edge. blade akan tcrangkat kc luar dari dalam tanah.

Apahila yang dipcrpanjang hanya sebuah pitch ann schclah saja, maka tcrjadilah kcdudukan blade yang disc but ·"til t". yaitu blade miring kesatu sisi. Kedudukan blade scpcrti ini ditujukan untuk memusatkan scluruh kekuatan pada culling. edge· di salah satu ujungnya. Apabila tanah tcrlalu keras untuk diatasi dengan pirching, maka til ting ini sering mcmberikan pcnyelcsaian tcrhaclap kesukaran pcnetrasi cutting edge ke dalam permukaan tanah. Sudah barang tcntu produksi per satu satuan waktu akan mcnjadi jauh menurun, sehingga kalau jumlah pckerjaannya banyak, cara pengatasan ini tidak mcnguntungkan.

·::. .. ' . ' '

Gb. 15.07. Tilt pada blade.

: / / _/ AE

ᄋ セセ ᄋ セa@I' ' - .-r."'Nr-A セ M ML@ ....... セセM

Dari apa yang tclah dikcmukakan mcngcnai basic bulldozing ini , dapat dimcngcrti bahwa cutting edge merupakan bagian dozer blade yang paling banyak mcngalami pcngausan. Oleh karena itu, cutting edge ini (dan khususnya ujung-ujungnya) dibuat dari baja khusus _yang dapat diganti sesudah pengausan mclampaui batas efisicnsi-nya.

50

Page 61: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Bebcrapa pabrik membuat cutting edge ini dapat dibalik, sehingga kalau sebuah

sisi sudah. aus, sisi lainnya masih dapat menggantinya, (dilcpas dan diputar). Ter-

kecuali tentunya bagian ujung-ujungnya (=end bits).

16) Pembersihan Medan.

Sebelum subgrade dikerjakan, biasanya dituntut untuk menyingkirkan lebih

dulu benda-benda yang tida.k diinginkan ada di tempat itu. Benda ini dapat

berupa batu-batu besar, pepohonan dan semak belukar, puing bekas bangunan,

dan sebagainya. Pekcrjaan inil ah yang dimaksudkan dengan pembersihan

medan (=clearing). Di samping itu, biasanya perlu pula diadakan pengupasan

(=stripping) lapisan atas dari tanah (= top soil) yang pada umumnya terdiri dari

humus yang memiliki sifat-sifat yang kurang baik bagi konstruksi kita karena tidak

dapat distabilkan. Akan tetapi , top soil ini mungkin sekali dipcrlukan di tcmpatfbagian

konstruksi lainnya, scpcrti untuk pcnanaman rumput dan pohon-pohon pclindung

di tempat-tempat tertentu landscaping, architecture, dan scbagainya); untuk ini,

top soil dikumpulkan untuk pada waktunya dihamparkan di tcmpat-tempat yang

direncanakan. Adakalanya diminta untuk membersihkan hanya pohon dan semak

hclukarnya saja. scdang tanahnya tctap harus ditinggalkan sctcmpat; pckerjaan ini

dischut grubbing.

a). Pepohonan.

Bulldozer adalah ala! yang berguna sckali bagi usaha pembersihan medan dari

pohon·pohonan yang ukurannya tiJak terlalu besar.

Pada umumnya d ipcrgunakan cara yang dischut ''mendorong tumbang" pohon-

pohon, yaitu mengangkat pisau dozer sampai kedudukan yang tertinggi untuk ke-

mudian bcrjalan (pada gear tercndah) rncndekat batang pohon dari arah yang bcr-

Jawanan dengan arah tumbang pohon yang dikehendaki. Secara berangsur batang

pohon kemudian didorong turnbang. Keuntungan dari cara mcnyingkirk an batang-batang pohon scpcrti ini ialah bahwa

sekaligus akar-akarnya tercabut keluar dan tidak Jagi diperlukan pekerjaan yang

berat untuk mcnggalinya keluar.

Olch karcna itu, adalah kcbiasaan yang baik untuk mcnyentuh batang pohon

jangan dengan kcccpatan yang tingggi; batang dapat patah karcnanya schingga

untuk mcnyi ngkirk an akarnya kcmudian, mcrupakan usaha yang cukup berat (ti dak

ada lagi bcrat pohon bagian atas yang membantu pcnumbangan batang).

A pabil a pohon mempunyai akar bcsar yang menjalar, maka akar itu di

potong lcbih dulu d i bagian arah pcndorongan dengan cutting edge dari p isau

dozer; mcmbcrik an tilt kcpada pisau scring mcmbantu usaha pcmotongan

akar mcnjalar ini . Untuk mcmotong akar ini, lchih lazim d ipcrgunakan alat khusus

yang dinamakan rooter, yaitu suatu attachment k11usus kepada traktor kit a yang

diperuntukkan pemotongan akar menja lar ini scperti yang akan diterangkan pada

paragrap-paragrap kcmudian. Suatu kebiasaan yang baik ialah mendorong batang pohon pada bagian yang aga.k

51

Page 62: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 16.01. Mendorong tumbang batang pohon.

lebih rendah dari kedudukan tertinggi pisau dozer; sambil mcndorong batang, blade diangkat (naik turun beberapa kali) dan dcngan demikian batang pohon juga ter-jebol di samping terdorong tumbang.

Apabil a pohon terl alu besar dan tinggi , maka pcrlu diadakan lcbih dulu persiapan untuk memungkinkan pendorongan tumbang ini .

Pertama- tama perlu dipo tong lebih dulu akar menjalar sekeliling pohon, dcngan rooter a tau alat lain; kemudian dilakukan penggalian tanah sckeliling pohon pula. Pemotongan akar dengan penggalian ini biasanya dapat dilakukan sekaligus Jcngan penggalian saja yang cukup dalam.

Setelah itu, dibuatlah peninggian tanah ( = ramp) pada sebelah arah dorong yang cukup tinggi agar dapat dinaiki bulldozer kita untuk mencapai ketinggian blade sej auh mungkin dan pendorongan kemudian dil akukan seperti pada batang pohon ukuran sedang saja.

Ramp dibuat cukup ti nggi, namun jangan terlalu tinggi hingga menimbulkan bahaya terj ungki rnya bulldozer pada akhir dorongannya.

Perlu pula diperhatikan oleh operator agar melihat dulu ke atas untuk mem-kan adanya cabang-cabang pohon yang sudah mati dan dapat menjatuhinya pada

saat mendorong.

52

Page 63: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 16.02. Menumbangkan pohon besar.

Adakalanya, mcmasukkan cut-ting edge kc bawah pohon (di antara akar-akarnya) dan kemu-dian mendorongnya sambil meng angkat blade, dapat dikcrjakan pada pohon besar dengan akar mcnjalar ( tidak mempunyai akar tunggal). Apabila semua usaha ini gagal menumbangkan pohon, maka dipergunakan cara yang lain se-perti akan ditcrangkan pada ba-gian lain.

Sctelah pohon dapat ditumhangkan, maka usaha pcnyingkirannya adalah dcngan mcnggcscrnya keluar dari dacrah kerja; pcndorongan dilakukari pada bagian akarnya (arah mcmanjang batang) atau menggulungnya ke samping apabila cabang·cabang-nya sudah dapat dipotong schelumnya. Datang pohon kemudian dimanfaatkan atau

dihakar.

b). Semak Belukar.

Pohon kccil yang bertumbuh rapat (= scmak bclukar) biasanya tidak dapat ditlorong tumbang karcna kccuali tcrlalu lentik dan li at. juga akarnya sangat rapat dan sukar dijebol.

Apabil a ala t ki ta scbuah bulldozer, maka tidak adajalan lain kecuali mcnggalinya

kcluar dari dalam tanah; blade dimasukkan ke dalam permukaan tanah dan kemudi-an mendorongnya maju seperti halnya dengan penggusuran tanah bias.a. Kerugian dari cara yang demikian ini ialah bahwa sebagian tanah akan ikut serta tergusur dan sulit dilepaskan dari akar-akar belukar. Apabila tanah ini (sebagai topsoil) diperlu-kan untuk dimanfaatkan di tempat lain, maka dipergunakan alat yang dinamakan rakedozer (Gb. 16.03), untuk mengganti dozer blade kita.

Dcngan memasukkan rake ini gigi-giginya) ke dalam tanah di bawah akar beJukar dan kcmudian mendorongnya maju sambil sewaktu-waktu mcnaikkan dozer, maka semak-semak akan terjebol dengan meninggalkan tanahnya di tempat.

53

Page 64: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb.l6.03.

Rake dozer.

Rakedozer ini juga dipergunakan dengan hasil yang baik di dalam usaha kita yang didchut "g ru!Jbing ", yaitu memhcrsihkan tanah dari sisa akar yang masih tcrtinggal di dalam tanah. ataupun mclepaskan tanah yang tcrhawa oleh akar yang tcrjcbol dari dalam kcdudukannya scmula.

c). Batu-batu dan Puing.

Apahila ukuran batu dan gumpalan puing tidak tcrlalu besar. maka pc-nyingkir annya dari mcdan dilakukan seperti halnya dcngan mcnggusur tanah hiasa. atau apahila yang dikchcndaki untuk dis ingkirkan adalal1 batu dan hutir-hutir di atas suatu ukuran tertentu, maka pcnggunaan rakedozer mcmberikan hasil yang memuasakan.

Agak bcrheda kcadaannya kalau batu dan gumpalan puing berukuran terlalu bcsar dan berat untuk diperlakukan scperti tersebut tadi.

Di dalam hal yang dcmikian ini. seperti halnya juga pacta pendorongan tumhang pohon-pohon besar, di samping tenaga dorong juga dimanfaatkan tenaga angkat yang dapat dihasilkan oleh hydraulic rams ataupun PCU penggerak blade. Dengan demikian, maka ki ta meng"gulung" batu-batu besar keluar dari dalam kedudukan-ny'a (biasanya agak terbenam di dalam tanah).

Pcrtarna-tama.diusahakan agar culling edge dapat meyentuh kepada sesuatu bagian batu yang memungkinkan didapatkan pegangan bagi usaha mengangkatnya; kalau perlu digalilah sekedarnya agar didapatkan posisi yang dikehendaki.

Kcmudian, sarnbil traktor digerakkan maju pacta low gear, pisau diangkat sedcmiki-an rupa sehingga batu menggulung keluar. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai batu tergusur ke tempat yang kita kehendaki.

Apabila bulldozer kita tidak marnpu untuk menggerakkan batu dengan cara seperti

54

Page 65: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 16. 04. Menggulung keluar batu be SilT dari dalam pennukaan tanah.

Pada waktu blade mencapai kedudukan tinggi maksimal, traktor dihentikan dan direm (brake) kemudian blade diturunkan Sllmpai kedudukan paling bawah; pekerjaan kemudian diulang kembali

Gb. 16.05. Menggusur batu besar berbentuk memanjang.

17) RIPPE R.

Di dalam paragr;lp ( 15) tclah dikemukakan bahwa untuk mclepaskan tanah keras untuk kemudian digusur, dapat dipergunakan dozerblade yang diberikan tilt. Apabila tanahnya tidak terlampau keras (misalnya cadas muda) dan jumlahnya tidak terlalu 「。ョケ。AセN@ memang tilt dozing ini merupakan pertolongan yang cukup mem&erikan jawaban tcrhadap masalah penggusuran tanah keras. Akan tetapi, kalau

55

Page 66: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

tanahnya keras sekali (bukan batuan) da:1 jumlahnya banyak, maka tilt dozing kecu-ali tidak efisien juga akan sangat Iekas membuat ujung culling edge kit a aus se-hingga p.enggantiannya merupakan keharusan; harga Cllllin g edge ini cukup mahal !

Di dalarn menghadapi keadaan seperti ini , maka biasanya dipcrgun·akan scbuah alat yang khusus untuk membantu memecah dan melepaskan massa tanah yang keras i tu; alat tersebut dinamakan ripper.

Ripper ini tidak ubahnya seperti "garu" yang dipcrgunakan o leh para petani k ita untuk menggarap sawahnya. Gigi-gigi r ipper sa·ngat kokoh dan kuat sehingga dapat mengadakan penetrasi ke dalam tanah keras dan mengoyak-koyaknya menjadi bongkahan-bong"ahan pada waktu ditarik oleh traktornya.

Kila dapat mcmbedakan ripper yang ditarik oleh traktor scbagai gandcngan (towed ripper) dan yang merupakan suatu aiiachmeni kepadanya. Yang merupakan attachment inl biasanya dikendalikan secara hydraulic sedang yang towed dikendali-kan dengan kabel.

Daik yang hydraulic maupiifl yang cable controled, kcdua-duanya mcrupakan alat yang baik dengan masing-masing keuntungan dan kerugiannya.

Ripper .sebagai "tempelan" (= auachment) kepada bulldozer kita. menambah bobot alat kita di dalam keseluruhannya sehingga tidak menguntungkan, kalau terdapat pcmbatasan seperti jembatan, dan lain-la in. Namun dcmikian, aiiachment ini biasanya adalah hydraulic operated schingga secara rclatip tidak dipcrlukan bcrat yang tcrlalu bcsar dari rippernya scndi ri untuk d apat mcncmbus lapisan-lapisan kcras. Kcrugiannya adalah, bahwa pcmasangannya kcp ada traktor

bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cepat. Al at pemotong diperlukan untuk ini schingga harus dikerjakan o lc h team khusus. l'_engendalian-nya dapat dilakukan dehgan te-liti sehingga pada umumnya boleh dikatakan sebagai alat yang lebih cfi sicn (kalau di-bandingkan dengan alat sejenis yang cable operated).

Gb. 17.01. Ripper attachment, hy- Ripper jenis tarikan ( = towed) draulic controled. biasanya dikendalikan dengan

cara cable control. Seperti halnya dengan bulldozer, maka kemampuan penetrasinya ke dalam tanah terutama tergantung dari bobot (=weight) dari rippernya sendiri, yang kadang-kadang dapat diperberat dengan ballast. Keuntungannya ialah bahwa

llia mudah dipasang pada gandcngan traktor. tanpa hantuan alat khusus sching-ga dapat dilakukan oleh operatornya sendirL

Namun dcmikian, scgala scsuatunya scsungguhnya tcrgantung dari armada alat-alat ( = equipment fleet) yang dipergunakan di dalam pelaksanaan tugas konstruksi; apabila bulldozer yang dipcrgunakan ada! all jenis r:able r.ontroled, maka mau tidak mau harus dipilih ripper yang r.ahle controled juga. dan scbaliknya bcrlaku untuk hydrattlic rippers.

66

Page 67: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb.17 .02. Ripper, towed, cable controled.

l'r insip kcrjanya ialah mcmasukkan gigi ripperkc dalam tanah dengan scbanyak mungkin mcmanfaatkan gaya dinamis dari traktornya. Sambi! bcrjalan pada gear tcrcndah, gigi ripper diturunkan hingga pcrmukaan tanah tcrobek olehnya; penurunan dilanjutkan sampai kedalaman yang dikehendaki. Hasilnya ialah ta-nah berbongkah-bungkah da1am ukuran yang dapat digusur olch bulldozer kita. Apabila tanah terl ampau keras, dapat dicoba pembongkarannya dcngan mengurangi jumlahnya gigi mcnjadi dua, atau kalau masih belum berhasil dengan memuaskan, hingga tinggal sebuah saja (harus symetris).

18) TRACTOR LOADERS.

AJat seperti ini adalah sebuah traktor yang diberikan perlcngkapan untuk memuat tanah ataupun bah an lain ke dalam alat 'angkutan. Di sam ping nama tractor loader, juga dikcnal nama Jainnya yang diberikan orang untuk alat yang sama, seperti shove/l oader, h11cke t loader, traxcavators, dan sebagainya. Akan tetapi di sini kita sebaiknya berpegang pada nama tractor loader saja oleh karena yang diperhatikan adalah traktornya sebagai alat penggerak sedang loader-

nya adalah attachment kepadanya. Scpcrti halnya dcngan alat-alat lainnya, maka juga loader ini dapat dipcr-

gunakan pada crawler maupun wheel tracto rs, masing-masing dcngan kcuntungan

dan kcrugiannya scndiri- scndiri. Pada prinsipnya, loader ini adalah "scndok" (= bucket) yang dipasang pada

ujung sebuah tuas (=lift ann) sedernikian rupa schingga dapat diberikan putaran

Pada engsel di dasarnya bucket untuk kcdudukan menggali dan mcnuang. Lift arm dapat diangkat dan diturunkan pada ujungnya (pangkal tuas dipasang bcrcngsel pada badan traktor) dengan penggerak hydraulic ataupun cable. Untuk bucketnya diadakan alat pengendali an tersendiri.

Gerakan dasar di dalam bckerja dcngan tractor losder ini adalah schagai

beriku t :

Pertama-tama kit a hadapkan traktor tegak kepada tebing tanah (biasanya sudah berupa suatu pil e/bukit tanah yang lepas) dengan lift arm diturunkan sampai

57

Page 68: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb.l8.01. Tractor loader, track mounted, hydraulic operated.

kedudukan tercndah yang kita kehendaki; biasanya hal in i dil akukan sampai bucket

terletak pada permukaan tanah. Bucker diberikan kedudukan sedcmikian rupa schingga Clating edge-nya sejaj ar

dengan permukaan tanah terse but; dengan meletakkan bucker pada semua kendali lepas di atas permukaan tanah, maka kedudukan yang dikehendald itu sudah ter-capai de!lgan sendirinya.

Kemudian traktor dijalankan maju pada gear tercndah sampai curring edge meng-adakan penetrasi ke dalam tebing tanah yang digali setelah mana bucker ditegak-kan sedildt .dan liftarm juga diangkat berangsur. Sementara dilakukan gerakan tersebut, traktor dengan sendirinya dapat bergerak lebih maju sedikit (tadinya terhenti oleh karena tidak mampu mendorong lebih jauh lagi). Gerakan menegak-

68

Page 69: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 18.02. Wheel loader, hydraulic operated.

kan bucket dan mengangkat lift arm ini dilanjutkan sampai kedudukan terakhir (bucket keluar. dari tebing); pad a kedudukan akhir ini, bucket sudah dalam keada· an paling tcgak (mulutnya sudah horizontal) scdang biasanya lift arm juga sudah mencapai kedudukan tertinggi (tidak selalu demikian, tergantung dari tingginya tebing tanah yang digali).

Apabila muatan bucket adalah berat (dimuati pcnuh) selalu diusahakan agar lift ann diangkat sampai kedudukan tcrtinggi dengan maksud supaya titik berat traktor dan muatannya ada lcbih jauh di dalam lingkungan roda traktor. Ilal ini pcrlu untuk gcrakan loader sclanjutnya. Di dalam kcadaan bucket tcrangkat tinggi ini, traktor dijalankan mundur ke luar dari dacrah pcnggalian scjauh scdcmiki-an rupa sehingga memungkinkan gerak maju kembali sambil membelok menuju ke arah alat angkut yang akan dimuat.

Mcnuang muatan ke dalam alat angkut dilakukan sctelah bucket bcrkcdudukan di atas ruang muatan (traktor menghadap tegak kepada sisinya); kalau tepi atas ruang muatan ini terlalu jauh dari bucket yang ada pada kedudukan tertinggi itu, maka lift ann diturunkan secukupnya dan baru bucket di"tumpah"kan. Kemudian traktor ditarik muodur untuk menghadap kembali kepada tebing tanah untuk mengambil muatan berikutnya.

Rangkaian gcrakan seperti yang discbut di atas dinamakan satu cycle tractor loader di dalam memuat sebuah aJat angkutan.

Waktu yang terpanjang dari cycle ini adalah waktu untuk mcnghadapkan traktor tegak kepada obyek yang menjadi tujuan geraknya.

Untuk tujuan agar penetrasi cutting edge ke dalafJl tebing dapat berhasil sedaJam-daJamnya, maka kita dapat melihat sementara operator berjalan dengan

69

Page 70: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

kecepatan tinggi ke arah tebing itu dan ine"nunjam"kan bucket ke dalam tebing itu dengan mcminjam gaya dinamis traktor yang besar.

Kita dapat mcngerti bahwa kcbiasaan ini sangat mcrugikan traktomya. karena cara bekerja scpcrti itu sama halnya dengan tubrukan kendaraan dengan tembok yang kokoh. Sedikit keuntungan yang didapat dari pengurangan cycle time ditiadakan dcngan bcsarnya biaya pcmeliharaan yang ditimbulkan olch kcrusakan traktorn dan mcsinnya, akibat pcmcrkosaan tadi.

19) Usaha-usaha mempertinggi produksi traktor.loader.

Di dalam paragrap (I 8) sebelum ini telah dikemukakan bahwa gerakan yang paling banyak memakan waktu di dalam cycle kerja tractor loaders adalah gerakan traktornya sendiri (maju, mundur, belok, kembali). Meskipun wheel loader di dalam hal ini lebih lincah dari yang jenis crawler, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kelebihan ini dapat dieksploitasikan. hingga maksimal.

Pertama·tama adalal1 soal traksi; untuk ini maka orang membuat traktor roda dengan ban-ban berdiameter besar, baik rimnya maupun baloon-nya yang dengan sendirinya menaikkan harga traktornya serta pemeliharaan bannya.

Mcmpersingkat waktu antara menggali dan memuat dilakukan antara lain dcngan menghilangkan keperluan untuk mcmbelok, yaitu dengan memungkinkan loader attachment (lift arm + bucket) untuk diputar dari arah tebing galian ke arah ruang muat alat angkutan, tanpa membelokkan traktornya sendiri (= ウセゥョァ@ loader). Penyingkatan waktu di dalam hal ini memang sangat besar, namun kerugian-kerugi· annya kadang-kadang melebihi keuntungan-keruntungan ini.

Karcna dikonstruksikan dapat bcrputar juga pada sumbcr vertikal, maka dapat dl-mengerti bahwa kekuatan dorongnya jauh lcbih kccil dari yang hanya dapat ber· putar pada sumbu horizontal dan dcngan dcmikian juga kemampuan mcnggalinya menjadi terbatas.

Pada waktu swing (= berputar pada sumbu vertikal), maka terjadi pemindahan letak titik berat dan karena wheel base (= jarak antara kcdua ban pada sebuah sumbu) tidak terlalu bcsar, maka mudah sekali titik berat ini keluar dari bidang yang dibatasi oleh keempat ban traktor, sehingga loader kita dllpat mengguling karenanya; keildaan ini juga membatasi berat muatan bucket yang bcrarti mengu· rangi pula produksi loader (kalau dibandingkan dengan loader biasa pada klas HP yang ウセョ。I N@

Di samping swing loader, masih di dalam rangka menghilangkan keperluan untuk membelok dibuat orang sebuah bucket yang dapat menuang ke samping (=side dump). Meskipun di dalam masalah titik berat, penyelesaian ini sudah lebih baik, namun belum dapat sepenuhnya mengatasi kemungkinan tergulingnya alat karena tctap masih ada penggeseran tiiik berat ke samping.

Kesukaran berikutnya adalah dari roda yang dapat dibelokkan; ォセ。オ@ditempatkan di depan seperti kendaraan/traktor biasa ( jadi di bawah loader at-tachment), maka pada waktu membelok terjadi gejala keluamya titik berat dari da· erah wheel base seperti pada swing loader tadi. Kalau membeloknya dilakukan de·

60

Page 71: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

ngan kecepatan yang agak besar, maka inertia(= gaya kelambanan) akan memper-besar kemungkinan ini.

Olch k.arena itu, mak.a selalu diusahak.an agar bidang gerak lift arm letak.nya tegak. lurus pada sumbu roda depan; dan oleh k.arena membelokk.an traktor. ak.an berarti mendorong pula bucket dengan muatannya sehingga memerlukan tenaga yang besar, maka whee/loaders ini biasanya mempunyai roda belok di belakang Oadi bukan yang di bawah loader attachment), seperti yang dapat kita perhatikan Agar mac;alah mcmbelok roda dcpan yang bemt itu dapat diatasi, maka orang mcm-Agar masalah membelok roda depan yang berat itu dapat diatasi, maka orang mem-buat steering system yang k.husus (dengan hydraulic boosters) sedang seluruh as berputar mengikuti arah belokan (seperti pada andong Jogya, dan tidak dengan "kingpin" untuk masing-masing roda !). Dengan demikian maka terpenuhi pula syarat bahwa bidang gerak. lift arm selalu tegak lurus pada sumbu roda depan.

Salah satu wheel loader yang mempergunakan system ini adalah CAT 988 seperti pada Gb. 19.01. di sini seolah-olah mempergunakan traktor roda dua dengan gandengan loader yang beroda sendiri; roda ini juga digerakkan Uadi =four wheel drive) untuk memungkinkan penetrasi yang besar dari cutting edge bucket dalam keadaan yang bagaimanapun, baik dalam arah gerak traktor maupun sedang dalam keadaan membelok. Kerena digerakkan secara hydraulic, maka arah gen-dengan dapat juga diubah meskipun dalam keadaan traktor tidak bergerak. ·

Keuntungan dari kemampuan ini ialah bahwa trak.tor tidak perlu mundur terlalu jauh untuk memuat truck yang ditempatkan dekat tebing galian· pada sudut yang tepat. Konstruksi semacam ini biasanya kita jumpai pada whee/loaders dengan kapasitas besar (3 cuyd ke atas). Operator tidak perlu "ikut membelok" dengan arah bucket, namun tetap masih dapat melihat dengan mudah gerakannya.

\ \ \ I

Gb.l9.01. CAT. 988 dengan booster, stee-ring. (articulated steer-ring).

61

Page 72: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Pada tractor loaders dengan crawler tracks (= traxcavators), masalah menghi-langkan kepcrluan untuk tiap kali membelok ini dengan cara lain.

Dengan mekanisme khusus, bucket setelah terisi hasil galian diangkat terus meli-wati atas traktor untuk kemudian menuangkan di belakangnya. Oleh karena itu, loaders dc:ngan system gali & tuang muatan seperti ini dinamakan overhead loaders (Gb. QY セ PRIN@

Masalah maju/mundur dan belok dengan cara ini dapat diatasi dengan sangat mcmuaskan; namun banyak sekali kerugian yang ditimbulkan olch pc-nyelesaian ini. Salah satu diantaranya ialah bahwa untuk menjaga jangan sampai muatan tercecer pad a akhir perjalanan bucket, maka bagian jalan ini perlu dilampaui dengan kecepatan, sehingga pada waktu bucket terhenti secara mendadak (memben-tur pada belok penahan) maka muatan ter"lemparkan" ke dalam ruang muat-

an alat a ngku エイョセ。]ᄋ]]]]セ]セ M _-:: __ -:-: __ ::-::_-:-: __ :-::_:-__ ZMZ ⦅ セ ⦅@ :-=--------------,

·--. "'(\· .. 't :'-a I . I\ _,

Gb.19.02. Overhead loader.

Jadi mcnjadi persyaratan yang mutlak bahwa truck harus berchassis yang kokoh dan body dari baja; truck umum dcngan body dari kayu ti dak akan tahan bcbcrapa kali muat dengan overhead loader ini.

Mengingat sifat yang kurang baik ini , maka mcmuat dcngan overhead loader terbatas pada muatan yang berupa pasir a tau tanah lepas saja; mcmuat batu a tau barang-barang lain yang bc rhutir bcsar dan ·bcrat, dapat menimbulkan kccelakaan-yang fatal.

Seperti halnya pada bulldozer, juga pada shovel loaders ini orang mencari penanaman dari penggunaannya di dalam pekerj aan yang "non ·standard", yaitu pckcrjaan yang mcmang ti dak direncanakan di dalam pcmbuatan loadersnya sendiri, namun dapat pula dikerjakan o lehnya.

Misalnya saja mclakukan pencbaran bahan dapat juga dilakukan dcngan alat loader

62

Page 73: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

kita dengan basil yang cukup memadai; hal ini dilakukan kalau memang tidak ter· sedia alat yang sesuai untuk melaksanakannya.

Dengan berjalan maju, muatan bahan (bia<;anya selected/non plastic) dituangkan berangsur di depan alat secara melebar, selebar bucket yang dipasang di depan alatnya. Dengan demikian, maka didapatkan selapisan seperti yang dikehendaki, tanpa roda-roda (ataupun tracks-nya) melindas/mengusik lapisan yang ada di bawahnya; hal ini sangat baik dilakukan pada pengaspaJan, di mana ditentukan bah· wa segera sesudah aspal diletakkan, lapisan batu pecah harus mengikuti (sebelum aspal menjadi dingin) tanpa roda-roda menginjak lapisan aspal yang telah diletakkan itu . ·

Scbaliknya memang digunakan bucket yang disebut 4 ini, yang dapat dibuka bagian bawahnya untuk rneliwatk.an bahan yang ak.an ditaburk.an itu. Untuk sesuatu ji ll

Gb.19 .03. Menabur aggregate dengan menggunakan shove/loader.

yang kecil, biasanya orang tidak cukup untuk menyediakan truck yang khusus untuk itu, lebih-lebih kalau jarak angkut· annya tidak terlalu besar. Hal ini dijum· pai misalnya pada sesuatu 'back. fill pada belakang sebuah kepala jembatan; di sini loader kita sekaligus dapat berfung· si sebagai alat angkutannya.

Dcngan demikian in!. produktivitas scbuah loader dapat ditingkatkan dengan memberikannya penambahan versalititas·

nya; penciptaan 4 in I bucket pada hake· Gb.l9.04. Back fill dengan loader. katnya adalah di dalam rangka ini.

63

Page 74: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

20) Jenis-jenis Bucket.

Buckets seperti yang dapat kita amati pada gambar paragrap sebelum ini dinamakan bucket untuk kcperluan umum (general purpose). Di dalam pcker-j aan kita dengan tractor loader ini scring dijumpai keadaan di mana penggu-naan general purpose buckets ini kurang mcnghasilkan produks i yang semak-simal; misalnya pada mcmuat batu bronjol, culling edge bucket kita tidak mudah mcngadakan pcnctrasi kc dalam mass a batu bornjol yang sudah merupakan pile.

Untuk kcperluan ini, maka kita dapat mempergunakan apa yang dinamakan quarry bucket, yaitu bur.ket yang sama scpcrti yang sudah kita kenai scbclum ini ,akan tctapi cutting edge-nya diberikan bcrgigi (Gb. 20.01 A) . Dengan gigi-gigi ini, pene-trasi mudah dapat dilakukan sehingga produksi kita mcnjadi normal kembali. Untuk tanah yang basah/lengket, bucket ini tidak baik untuk dipcrgunakan karena gumpalan-gumpalan tanah akan tertinggal di antara gigi-gigi schingga mcmpersukar mcngadakan penetrasi pada waktu mcnggali muatan.

Apabil a batu-batu yang pcrlu dimuat bcrupa batu bcsar dan iajam, misalnya hasil pelcdakan di dalam quarry, maka dinding bucket yang dibuat dari plaat baja itu, akan Iekas aus dan rusak. ·

Gb. 20.01. Berbagai jenis bucket.

Untuk mengatasi kesukaran ini, maka dibuat orang bucket khusus untuk itu yang dinamakan rock bucket yang dindingnya terlindungi olch perkuatan/perlindungan batang baja. (Gb. 20.01 B).

64

Page 75: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Di dalarn rangkaian buckets yang sering kita jumpai pada loaders yang dibuat, ter-dapat apa yang dinamakan multi purpose buckets a tau dengan nama khusus 4 in 1 bucket (Gb. 20.01. C), karena memang dapat dipergunakan sebagai 4 macam alat khusus.

Bucket ini bagian depannya dapat diangkat lepas tinggi-tinggi dari bagian belakangnya yang diberikan culling edge tersendiri.

Dengan kedudukan bagian dapat terangkat tinggi, maka bucket dapat berfungsi sebagai dozer untuk kondisi yang dapat dikategorikan scbagai darurat (jumlah pekerjaan tidak banyak); apabila mengangkat bagian depannya hanya sedikit saja, maka tanah yang tergusur berkumpul didepan blade akan tertampung kedalam bucket dan kalau sudah penuh, bagian depan buc)(et ini dikatupkan rapat. Dengan demikian, maka bucket dapat berfungsi sebagai scraper dan setelah terka-tupkan rapat akan menjadi bucket biasa.

Dan apabila bucket dibcrikan kcdudukan scdcrrukian rupa schingga mulut bukaan menganga tegak di atas pcnnukaan tanah, maka dalam kedudukan ini dia dapat dipergunakan untuk men "jumput" muatan dan berfungsi sebagai clamshell.

Pcrlu dikemukakan di sini bahwa alat yang sifatnya scrba guna (= multi pur-pose) ini, didalam menjalankan pekerjaan yang merupakan salah satu dari purpose-nya, tidak mungkin menghasilkan se-effective alat yang khusus dibuat untuk fungsi itu; disarnping itu, harganyapun cukup mahal.

Jadi, kalau pckcrjaan khusus itu banyak j umlahnya di dalam scsuatu pclak-sanaan pckcrjaan khusus itu bcrjumlahdipasang bucket yangkhusus pula, dan kalau pckcrjaan kl1usus itu berjumlal1 scrba sedikit (rclatip), maka pcnggunaan multi-purpose bucket dapat banyak menghemat jumlah equipment yang perlu didatang· kan di tempat bekerja.

65

Page 76: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

21). SCRAPER.

Pada paragrap (20) sebelum ini telah dikemukakan bahwa 。ー。セゥャ。@ 4 in 1 bucket diangkat bagian depannya tinggi-tinggi, inaka dia dapat dipergunakan seba-gai dozer biasa, dan apabila bagian depan tersebut diangkat sedikit saja (secukupnya untuk memberikan jalan kepada "tergulung" nya tanah didepan moldboard), maka tanah yang tergusur itu akan tertampung didalam bucket sehingga bucket dalam kedudukan yang demikian itu berfungsi sebagai scraper.

Mcmang demikianlah prinsip kerja scraper kita, yaitu sebuah bulldozer yang hao;il galiannya tertampung ke dalam scsuatu· ruangan muatnya.

Keuntungan scraper terhadap dozer ialah bahwa di dalam menempuh jarak angkut kc tcmpat dumping, tanah yang tcrccccr bolch dikatakan tidak ada sama sckali karena didalam hal ini, sebuah scraper merupakan alat angkutan, tidak ubahnya _dcngan truck-truck.

Jadi, boleh dikatakan bahwa scraper adalah alat angkut yang dapat memuat scndiri , atau juga scring dikatakan bahwa scraper adalah hasil pcrkawinan antara dozer, tractor loader dan truck, khusus utnuk kcperluan pcnggusuran tanah. Kcuntungan yang didapat dari "penyatuan" 3 buah ala! ini tentunya dihadapkan kc-pada kerugiannya, yang an tara lain herupa kurang lincahnya alat; ketiga alat pokok terpaksa harus terus menerus menjadi satu dan tidak dapat dimanfaatkan .untuk melakukan pekerjaan lain sebagian saja. Kalau sedang mengangkut misalnya, bagian dozernya dan loadernya terpaksa harus "menganggur", dan karena kemana-mana harus membawanya serta, dapat dimengerti bahwa alat menjadi amat berat.

Namun demikian, kalau jumlah pekerjaan pcnggusuran cukup banyak (ium-lah ton kilometernya sampa i mencapai ratusan ribu),maka pcnggunaanscraper dapat sangat effisien melebihi kombinasi ketiga alat tersebut.

::>£t1I t,ct l C tll31C IJ JJn .. H ... u,, , , ''\·-" ••v.u•u_,, 1'\.\...lJ.Ea .. :u at l\...1.>'-' vu .. .

(A) No. 90 Scraper

Gb.21.01. Scraper, gandengan (=towed}, cable operated, roda empat.

Karcna fungsi angkutannya, maka hiasanya scraper beroda 「 ゥ。 セ。@ dan ditarik oleh traktor yang dapat wheel maupun track.

Di dalam mengkategorisasikan jenis scraper, kita dapat mulai dengan jumlah rodanya, yaitu yang beroda empat dan beroda dua.

66

Page 77: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Kemudian meningkat kepada macam pcngendaliannya, yaitu cable operated ataupun hydraulis.

Scraper rod a empat Jebih stabil duduknya dari yang dua ·dadua dan gon-cangan tidak tcrlalu mcmpcngaruhi traktor pcnariknya; akantctapi. scraper jcnis ini sukar sckali untuk ditarik dcngan kcccpatan yang inggi, lcbih-Jchih tidak kalau jalannya berbelok-belok. Rolling resistancenya cukup besar sehingga memer-1ukan traktor yang berat pula (HP besar), sedang berat traktor juga diperlukan untuk menjamin adanya traksi yang memenuhi tuntutan berat scraper+ muatannya itu.

Untuk mcngatas i kcrug ian itu . maka di buat o rang scraper yang bcroda dua, kecuali RR-nya yang dapat dibatasi sampai minimum dan scraperlebih mudah untuk mengikuti gcrakan traktornya (juga pada kecepatan tinggi) juga muatan dc pan, yang pada scraper roda cmpat d ili mpahkan kcpada roda depan, seka-rang ini dipikul oleh roda belakang dari traktor dan dengan demikian menambah tenaga traksi yang dapat dihasilkan oleh traktornya (sebelum terjadi selip ).

Gb.21.02. Scraper roda dua, d itarik o leh traktor roda empat.

Gandcngan yang hcrupa scraper rod a cmpat disc hut semi trailer, karen a <.l ia dapat berkedudukan bebas dari traktor penariknya; sedang scraper roda dua tergolong padaful l trailers karena tidak dapat berdiri sendiri . .

Full trailers ini ti<.lak mcnguntungkan. kalau digan<.lcngkan pada crawler traktors karena tidak dapat memar.faatkan kemampuannya untuk berjalan dengan kecepat-an tinggi.

Dcngan maksud untuk mcmpcrkccillag i besarnya RR (=rolling resistance), maka dibuat orang gandengan scraperroda dua dengan traktor roda dua pula, dan dengan demikian dapat mencapai kecepatan yang optimal.

Gandengan sepcrti ini sangat efisien di dalam penggusu·ran tanah, khususnya dcngan jarak angkut yang panjang; kombinasi gandengan scperti ini dinamakan traktor scrapers karena memang jarang dilepas satu dari .lainnya dan dipergunakan dari awal sampai akhir pekerjaan penggusuran tanah. Pada Gb. 13.04 dapat dilihat contoh dari tractor scraper ini.

67

Page 78: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

22) .. Oasar kerja dengan scraper.

Untuk dapat mewujudkan prinsip kerja scpcrti yang tclah dikemukakan dalam paragrap (21), yaitu kombinasidozer + loader +truck, maka badan scraper dibuat sepcrti yang dapat dilihat pada Gb. 22.01. Ruang muatan (=bowl) pada dua sisinya dibatasi olch dinding frame dan pad a bagian bawahnya terdapat dasar bowl yaag dibcrikan culling edge.

Cb.

tailgate (ejector)

bowl frame

terpenting dari scraper.

apron

cutting edge

Bagian depan dari bowl ditutup oleh sebuah "pintu" bcsar (dan berat) yang dina-makan apron; pintu ini dapat diangkat dan ditutup scdemikian rupa sehingga mulut scraper ini dapat ternganga besar atau terkatup rapat.

Di bagian bclakang kebanyakan scraper tcrdapat dinding yang dapat digcrakkan maju/mundur untuk mendorong keluar muatan dari dalam !Juw/; dinding ini di-namakan ejector atau tailgate.

a). Memuat Scraper.

Untuk ini, bowl diturunkan sampai cutting edge dapat mengadakan pcnetrasi ke dalam permukaan tanah sedalam yang dikehendaki, scdang apron dibuka sedikit, cukup untuk meliwatkan "aliran" tanah yang tergali oleh cutting edge j5.e dalam bowl. Membuka pintu terlalu besar akan menyebabkan tanah hasil galian akan ter-jatuhkan mcngumpul di dcpan curLing edge dan tidak masuk tcrtampung ke dalam bowl, scdang membuka terlalu kecil mempersulit masuknya tanal1 ini pula dengan akibat yang sama.

Masuknya tanah ke dalam bowl ini terutama discbabkan oleh gaya dinamis gerak maju scraper; mula-mula jatuh di bagian belakang bowl sampai terjadi sisi muatan yang menyerupai moldboard sebuah dozer, kemudian hasil galian tergulung jatuh di bagian depan dari bowl. Apabila gaya dinamis cukup besar, maka bowl ini dapat dimuat sampai "munjung" (= heaped); biasanya cukuplah memuat scraper"peres" saja (=struck).

Dari apa yang dikemukakan tadi ternyata bagaimana pentingnya tenaga dinamis bagi usaha membuat scraper kita; pada traktor beroda; memelihara tenaga dinamis ini

68

Page 79: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

kadang-kadang mengalami kesulitan traksi (selip) karena seperti diketahui, koefisien

traksi bagi ban-ban traktor ini jauh lebih kecil dari yang untuk crawler tracks pada

kebanyakan medan. Mclihat k.euntungan dari scraper dengan trak.tor beroda bias a ini, maka untuk.

mcmhantu scraper pada saat memuat, dipergunakan orang bulldozer k.husus untuk.

kcpcrluan itu yang dinamak.an "pushdozers", dan hantuan yang diherik.an bcrupa

dorongan tamhahan kcpada scraper. Untuk ini,makaframe scraper bagian belak.ang

dipcrpanjang hingga kcluar dari lingkungan roda sehingga merupak.an scma<:am

"bumper" dan dinamak.an pushblock. Dozer ditempatk.an di bclakang scraper scdemik.ian rupa sehingga dozer blade

menempel pada push block; pada waktu scraper ditarik maju oleh traktornya,

maka pushdozer digerakkan maju pula sedemikian rupa sehingga menambah tenaga

tarik traktor yang kecuali kurang besar, juga terhambat oleh adanya traksi yang

tidak cukup pula (selip).

Gb.22.02. Pushdozing.

Kita dapat mcnyadari hahwa memanfaatkan dozer blade untuk kepcrluan

tnl akan bcrakihat Iekas rusaknya moldboard yang mcmang エゥ、 。 セ@ dikonstruksi-

kan untuk pckcrj aan itu ; kccuali penyokdan sohck, juga agak sukar mcngcndali ·

kannya. Olch karen a itu, maka dibuat orang alat-alat yang khusus dircncanakan untuk kc-

perluan ini, yaitu push cups dan pusher plates yang di"cantol"kan kepada dozer

blade biasa (Gb. 22.03 b). Keuntungan pusher places tcrhadap push cups ialah bahwa tidak dipcrlukan mcng-

hilangkan sama sekali fungsi bulldozemya, di samping tentunya tidak terlalu mahal

harganya; di dalam melayani beberapa scraper berganti-ganti, bulldozer ini misalnya

dapat dipergunakan juga untuk meratakan jalan diangkut di bagian "daerah muat"

(= cut) yang tidak rata lagi akibat pengaruh roda-roda dari wheel tractors penarik

scraper tersebut. J\kan tctapi. puh cups tentunya lehih efisien di dalam tugas khusus ini karcna

lebih ringan dan mudah dikendalikan.

69

Page 80: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

(a)

(b)

Gb.22.03. Push cup dan pusher plate.

b). Mengangkut Muatan.

Kalau howl sudah pcnuh scsuai dcngan yang dimaksudkan olch opcratornya

(peres atau munjung) maka pekerjaan memuat ini dihentikan. Apron dikatupkan rapat dan bowl diangkat cukup tinggi untuk keperluan ang-

kutan ini (tcrhindar dari ketidak ra taan jalan angkut). Mcngingat hahwa pada tahap ini , scraper scdang mcnjalani fungsi sebagai alat ang-

kutan, maka untuk mencapai efi siensi tinggi, perlu diusahakan kecepatan yang sctinggi mungkin dcngan tentunya mempcrhatikan scgi kcamanan perjalanan.

Apabila pada tahap memuat, traktor dijalankan pacta gearrendah, maka dapat di-mengerti bahwa di sini perlu diadakan shift kepadagear yang lebih tinggi, untuk mana traktor harus dihentikan dulu.

Pacla traktor yang dikonstruksikan dcngan constant mesh gear trans-mission, maka gear shift ini tidak perlu dilakukan pada t raktor berhenti, meskipun

70

Page 81: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

kopling utamanya (=main clutch) harus dilepas dulu (=disengaged) seperti halnya

k.ita mengadakan "oper persnelling" pada mobil-mobil biasa.

c). Membuang Muatan.

Apabila sudah sampai di tempat fill, maka muatan scraper perlu dituangkan keluar dari dalam bowl; untuk keperluan ini makascraperkembali bcrfungsi sebagai dozer yang mengadakan pengrataan (=spreading).

Bowl diturunkan sampai wiling edge ada pada ketinggian di atas pcrmukaan tanah sctcbal lapisan yang hcndak diletakkan (biasanya = 20cm) dan kcmudian apron dibuka sclcbar-lcbarnya.

Tanah yang dengan demikian ini tcrjatuh di dcpan culling edge, akan dipotong

setebal kedudukan curting edge di alas permukaan tanah tadi, yang dimungkinkan karena pada saat itu scraper tetap berjalan maju. Semen tara itu, tailgate(= ejector )

mendorong muatan dalam bowl ke depan sampai bowl menjadi kosong sama sekali. Di sini kita dapal melihat satu keuntungan lagi dari pcnggunaan scraper, yaitu di

dalam hal penghematan lagi sebuah alat yang diperlukan untuk meratakan material yang dibuang dari alat angkutnya.

d). Kembali menuju tempat pengambilan muatan.

Sctelah selesai membuang muatan, maka apron kembali dikatupkan dan bowl

diangkat dan kemudian traktor diputar:· membclok .menuju · kc tempat ·.pcnggalian kcmbali untuk muatan bcrikutnya.

Membclok 18CPdcngan scraper rod a em pat mcmcrlukan jari-j ari belokan ( =tuni11g radius) yang lebih besar dari scraper roda dua karena kemungkinan mengguling yang lebih besar; namun demikian, tetap harus dib rikan perhatian yang khusus untuk belok kembali ini, baik untuk scraper roda empat maupun dua. Hal yang セ。ュ。@ akan dialami kalau scraper sudah sampai di tempat pengambilan muatan {= (= cut). di mana scraper harus mengambil posisi menghadap ke arah tempat mem-

buang muatan; selalu harus dihindarkan sejauh mungkin untuk mengadakan per-ubahan arah kerja scraper di dalam keadaan penuh muatan, khususnya pada saat memuat dan membuang.

e). Mempertinggi produksi scraper.

Scraper sebagai alat angkut sangat terpengaruh oleh kondisi dari jalan angkut yang harus ditempuhnya antara tempat pengambilan muatan dan tempat membu-ang muatan (jalan angkut = haul road) .

Olch karcna itu , maka pemcliharaan jalan angkut ini mcrupakan satu pekerj can yang mutlak harus diselenggarakan, kalau dikehendaki owpw yang optimal bagi sesuatu scraper operation .

Pada sub paragrap scbelum ini dikemukakan masalah mcmbelok 1801 yang harus ditempuh dua kali oleh scraper kita di dalam satu cycle kerjanya, yang merupakan perintang bagi usaha mencapai hasil produksi yang besar.

Di dalam usaha untuk mempertinggi olllplll ini, maka dapat diusahakan untuk memperkecil jumlah keharusan membelok di dalam satu ·cycle, yaitu dengan me-nempuh jalan sebagai berikut :

71

Page 82: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Daerah pengambilan muatan (= cut) diusahakan agar terletak sebelah menyebelah terhadap daerah pembuangan muatan (=fill); dengan demikian untuk satu cycle hanya dipcrlukan membelok sekali saja, karcna tidak dipcrlukan kegiatan yang disebut : kembali ke tempat pengambilan muatan.

bu.ang mu.at - Mセ@セヲ@ ;L I

Gb. 22.04. Mengurangi keharusan membelok pada satu cycle. kerja. Akan tetapi perlu diingat bahwa dengan cara kerja ini diperlukan tambahan sebuah pushdozer lagi.

Usaha lain yang dapat ditempuh untuk memeprkecil [ued time dl dalam satu cycle kerja scraper ialah memuat pada landai menu run; be rat dari traktor +scraper-nya merupakan tenaga dorong tambahan yang "gratis" yang dapat ditambahkan kepada BHP traktor yang diperlukan untuk mengisi bowl kita, dan dengan demikian juga mempercepat usaha itu.

Perlawanan tanah terhadap daya penetrasi cutting edge ke dalamnya, merupakan faktor lain yang dapat ditanggulangi di dalam usaha kita mempertinggi outpul

scraperk.ita . Culling edge yang tajam sangat membantu daya penetrasi ini, sehingga pcnggantian cutting edge yang sudah aus merupakan keharusan yang mutlak. Termasuk di dalam usaha pemeliharaan culling edge ini ialah mengadakan ripping pad a tanah yang keras lebih dulu scbelum dimuat scraper, mcnyingkirkan batu yang hcsar mclehihi batas ukuran, dan scbagainya. Perlawanan terhadap penetrasi cutting edge ini mencapai nilai yang tinggi pada kedua ujungnya, karena di samping memotong ke depan, juga lurus diatasi per-lawanan tepi. Untuk mengurangi pengaruh perlawanan tepi ini dilakukan apa yang biasa disebut straddle loading.

Lintasan gali an untuk muatan dilakukan tidak berurutan (= selang-selin g/ alternating) sedem1kian rupa sehingga di antara dua lintasan (=pass) tertinggal lin-tasan an tara, yang digali pada pass berikutnya.

Gb. 22.05. Straddle loading.

72

Page 83: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Banyak Jagi usaha yang dapat dialkukan untuk mcmpertinggi output scraper ini, dan semuanya tergantung dari kondisi medan dan kemampuan operator serta pimpinan lapangan yang berpengalaman.

f). Elevating Scraper.

Masih di dalam usaha untuk mempertinggi output scrapers, maka di pasaran alat konstruksi ini ditampilkan scmacam scraper yang dapat memuat dengan me-manfaatkan sebuah elevator yang dipasang mengganti.kan apron (Gb. 22.06). Jadi, di samping daya dorong dari tanah yang tergali oleh cutting edge, maka tanah galian yang terkumpul di depan cutting edge diangkat naik oleh elevator tadi. Elevator ini yang menyebabkan dipilihnya nama elevating scraper untuk jenis ini.

Bcrhcda dcngan sr.raper yang sudah kita kenai schclum ini. mal< a pada elevating sr.raper ini tidak terdapat apron yang perlu dinaik/turunkan. Besarnya bukaan "mulut" scraper diatur dengan memaju/mundurkan dasar dari bowl.

Alat ini holch dikatakan sangat cfcktif untuk tanah yang kurang sifat r:o haesive-nya; akan tctapi juga hulch dikatakan kurang pcminatnya dischahkan tcrdapatnya tcrlalu han yak hagian yang hcrgcr;lk, yang mcmcrlukan usaha pcmc-liharaan yang cukup hanyak pula.

23) Pengendalian Scraper.

Gcrakan scraper dikendalikan secara cable , hydraulis ataupun hydra11iis .+ cable. Cable control dilakukan dengan dua buah kabel yang penggerakannya diselengara-kan liwat dua buah winch (semacam klos kabel) yang dapat menggulung dan mengulur kabel sesuai dengan kchcndak operator.

73

Page 84: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb.23.03.

Power Control Unit.

Winch berikut alat penggeraknya yang mengambil tenaga dari mesin dengan perantaraan sebuah power take off, dinamakan sebuah power control unit (= PCU) yang k.husus untuk keperluan scraper ini ditempatkan di bagian belakang trak.tor (Gb. 23.01). Pengendalian kedua winch ini dilakukan dengan dua buah handle yang ditempatkan sebelah kanan tempat duduk pengemudi. Karena bagian scraper yang perlu digerakkan oleh kabel ini cukup berat, maka dipcrgunakan sistem jued sheaves dan sliding sheaves scpcrti halnya pada take! yang sudah ban yak kita kenai di dalam pckcrjaan kita sehari-hari. Sliding sheaves ini dihubungkan dcngan bagian yang perlu digcrakkan tcrscbut dcngan kabel yang lcbih besar.

Dua buah take! scmacam dipasang di bagian depan dari frame (yoke); sebuah diantaranya melayani naik turunnya bowi di dalam keseluruhannya, dan dengan dcmik.ian mengatur pula tinggi rendahnya cutting edge.

"Take!" yang lain melayani sekaligus apron dan tailgate Untuk ini . maka kabel kendali tidak di"matikan" di bagian yoke seperti halnya pada takel yang melayani bowl tadi, mclainkan (setclah habis mengelilingi semua sheave pada takel yang melayani apron) diteruskan ke sebuah takellain di belakang scraper, yang melayani tailgate. Gcrakan tailgate ini ditahan oleh sebuah per (=spring) yang kuat untuk kcperluan seperti yang akan diterangkan bcrikut ini.

Dalam keadaan kedudukan "maksimum", jadi apron dalam keadaan menutup bagian dcpan bowl (= tcrkatup) dan tailgate dalam kedudukannya yang paling ke belakang, mak.a kabel kcndali ini ada dalam Readaan kcndor.

74

Page 85: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Apabila kemudian winch di "gulung", maka yang pertama-tama bekerja adaJah take) apron; ujung kabel kendaJi dipegang "mati" oleh take) tailgate yang relatip lebih berat menggerakkannya kalau dibandingkan dengan takel apron tadi, disebab-kan pertama-tama oleh muatan .di dalam bowl dan kedua oleh tahanan spring tcr-sebut di atas. Setelah apron mencapai kedudukan tertinggi (take) sudah tidak dapat me_!Tlendek lagi), barulah ujung kabelnya menarik menggerakkan takel bagian tail-gate sehingga ejector ini terdorong ke depan dan dengan demikian menumpahkan isi bowl melaJui "mulut"nya.

Apabila kemudian winch dilepas, baik apron maupun tailgate akan kembali kedu-dukannya semula, apron oleh beratnya sendiri dan tailgate oleh kekuatan per/pegas (=spring). Dengan pcngaturan seperti ini, maka tailgate tidak mungkin didorong maju, sebe-lum apron terbuka Iebar; haJ ini sangat menguntungkan, karena· dapat mencegah putusnya kabel kendaJi pada saat mendorong tailgate dan apron terkatup.

Prinsip kendali hidrolis adalah serupa; hanya kabelnya diganti dengan pipa-pipa (slang) min yak hidrolis untuk menggerakkan hydrarJ/ic rams pad a bag ian scraper yang dikehendaki.

Keuntungan dan kerugian hydraulic control adalah seperti juga dialami pada dozers.

75

Page 86: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

IV . EX CAVA T 0 R S.

24) U m u m.

Pcnggusuran tanah dcngan mcmpergunakan alat yang mcmanfaatkan traktor scbagai primcmovcrnya ataupun kcndaraan "mounting"nya scrta mcngam-bil scbagian tcnaga mesin traktor sebagai tenaga pcnggcrak alat itu, tcrutama meng· anggap renting gcrakan dari alat itu; artinya pcrpindahan dari alat kc tcmpat yang cukup hcrjauhan.

i\kan tctapi, adakalanya hanya dipcrlukan pclayanan tcrhadap alatnya scndiri, ウ セj。ョァ@ pcrpindahan yang pcrlu scring dilakukan tidak mcnjadi pcrsyaratan yang diutamakan; scmua tcnaga mcsin ditujukan kepada IJCnggerakan alat yang harus mclaksanakan scsuatu ー」ォ・イェ。\セョ@ yang bcrhubungan dcngan pcmindahan tanah itu. Pada umumnya, pckerjaan ini bcrupa mcmuat sesuatu alat angkutan dcngan ta-nah, dan pcmindahan tanah yang scbcnarnya dilakukan oleh alat angkutnya itu.

Apabila ditilik dari nama yang diberikan kepada ala! ini , excavator mcngingat-b n kita kcpada pckerjaan "galian" atau membuat sumuran, dan memanglah exca-vator ini dibuat khul' us untuk pckerjaan mcnggali . mcngangkat dan mcmuat tanah, tanpa tcrlalu banyak harus pindah tcmpat; o lch karcna itu, maka tcna-ga mcsin yang dipcrlukan untuk perpindahan alat pokoknya hanyalah merupakan power take off yang kecil saja.

Ti ga bagian pokok dari excavator ini adalah : travel unit, revoling unit dan atwclunenrnya scnuiri.

Mclihat dari travel tmimya. maka kit a dapat mcngklasifikasikan excavator ini paua uua jcni s. yaitu track mounred kalau roda-roda gcraknya bcrupa crawler track dan wheel mounted kalau hcroda hiasa.

Khususnya pada wheel mounted ini , scpcrti yang biasa tcrjadi alasan mem-pcrgunakannya ialah kecepatan gcrak/ bcrpindah dari satu tempat ke tempat yang lain; untuk ini , biasanya dibuatkan traktor k11usus untuk travel unitnya yang beru-pa truck bcrat dan olch karcnanya scring discbut truck mounted excavator, atau-pun truck crane (karcna allacltmenr utamanya aualah sebuah crane). Di sini kita mcnjumpai alat yang mcmpunyai dua buah mesin dcngan pcngendaliannya masing-masing, scbuah untuk trucknya dan yang lain untuk melayani alat kerjanya (= re-volving unit + attachmcntnya). Revolving unit merupakan pusat dari scmua gcrakan yang dilakukan excavator bcscrta allachmenmya, karcna di situlal1 ditcmpatkan mcsin dan alat pcngcndaliannya; イ ・セ ᄋ ッ ャ カ ゥョ ァ@ unit ini dapat mclakukan putaran 360° di atas travel unit, dan dengan demikian juga attachmcntnya yang dipasang pada bagian depan cabin.

Tiga bagian terpcnting dari revolving unit ini adalah : cabin dengan control levers dan operation seamya, mekanisme bagian atas Hエセーー ・ イ@ mechanism) dan mekanisme bagian bawah (lower mechanism) yang terpisal1 masing-masing oleh alas ( = deck) dari revolving unit ini.

Allachment dari excavacor ini pada umunmya dikendalikan dengan kabcl-kabel haja, dan olch karcna itu pengcndal ian hcrupa penguasaan terhadap kl os ( = drums) untuk mcnggulung dan mengulur kahcl tcrscbut.

76

Page 87: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Boomline

REVOLVI G

..

. .. . セ ᄋ@

Gb.24.01. Excavator, track mounted.

Pada Gb. 24.02 dapat dipcrhatikan deck layout yang mcnggambarkan masing-masing drum dan kcdudukannya.

Diasanya kita jumpai konstruksi durm system ini dcngan dua sumbu utama (shaft) yaitu clutchshaft (I) dan main 、ュュセィ。ヲエ@ (II); adakalanya juga dibuat orang

dcngan tiga buah shaft, yang mcnambahkan shaft kctiga untuk keperluan mcngada-kan putaran balik (reverse) dari dmmshaft. Di samping horizontal shafts ini, terdapat pula dua buah vertical shaft yang me-neruskan tenaga putar mesin ke bagian mekanisme bawah.

17

Page 88: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb.24.02. Deck layout excavator.

Clwchshafl, scsuai dengan namanya, adalah tcmpat kcdudukan dari clutches untuk mcngcndalikan (sebagian) dari gerakan main drums dan untuk meneruskan tenaga putar mcsin ke bagian mekanisme bawah tadi.

Main drum shaft memuat drum utama, yang biac;anya dibuat terdiri dari scpasang drum (= dual drum) a tau hanya sebuah saja pada excavator yang hanya diperuntuk-kan untuk pekerjaan yang khusus {misalnya hanya sebagai crane mounting saja); mac;ing-masing drum dikcndalikan oleh clutch-nya scndiri schingga dapat digerak-kan tcrpisah dari satu dari yang lain.

Drum yang sebuah disebut hoist drum(= drum pengangkat sedang yang sebuah lagi dinamakan digging drum (= drum penggali) yang dapat diputar baik ke depan maupun ke bclakang.

Pada shaft yang lain tcrdapat pula sebuah drum yang diperuntukkap pengendalian dari boomline dan dinamakan boom hoist; shaft ini juga dipergunakan sebagai shaft kctiga yang dimaksudkan untuk memberikan putaran balik {= reverse) kepada digging llrum sepcrti yang dikemukakan tadi.

Pada excavator LORAIN SP IIO.kit a dapati boom hoist ditempatkan pada per-panjangan dari maindrum shaft; konstruksi di sini agak berbeda dengan apa yang llikcmukakan tadi, ialah bahwa kedua main drum dikendalikan tersendiri, langsung dari clutchshaft dcngan rantai penggcrak, dan pada main drum.rhafl hanya tcr-dapat brakes dari masing-masing drum ini Uadi, main drum tidak turut berputar dcngan drumshafl, melainkan hanya bertempat kedudukan di situ). Boom hoist yang ditempatkan pada ujung main dmmsllaft ini digcrakkan pula dari clwchshafl melalui drumshaft dengan rantai gerak tersendiri. (Perhatikan Gb. 24.02. Reversing, atau juga disebut retracting, dilakukan liwat sumbu ketiga (= intennediate shaft)

78

Page 89: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Bagian rnckanismc bawah terdiri dari dua buah vertical shafts, rnasing-masing adalah untuk rncmhcrikan gcrak hcrputarkcpada revolving unit tcrhadap traveluni tnya (=swine() dan rnenggcrakkan roda-roda rantai (atau roda biasa) pada travel unit terscb u t.

Swing shafl maupun travel shaft dikendalikan dcngan clutch-nya masing-masing. Memberikan swing kepada revolving unit dimungkinkan dengan adanya suatu konstruksi yang dinamakan turntable yang mcnjadi kunstruksi pcnghubung an ta-ra revolving dan travel unit.

A = Roller Circle.

Gb.24.03. Roller circle & h.>ok rollers pada turntable.

B Hook Roll er.

79

Page 90: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Dagian bawah turntable ini dipac;ang "mali" kepadaframe dari travel unit, dan ber-bentuk cylinder pendek yang pada bagian luar diberikan bibir sekelilingnya; pada bagian dalam cylinder terdapat gigi-gigi sekcliling dinding. Di atas cylinder ini dibu-atkan serangkaian melingkar rot sebagai kedudukan revolving unit, sehingga dapat berputar pada sumbu putaran tanpa banyak perlawanan dari geseran antar unit ; agar dapat dihindarkan kemungkinan men"jungkit", maka bagian bawah re-volving unit dikaitkan pada bibir cylinder dari trunrable tadi dengan perantaraan konstruksi hook rollers (perhatikan Gb. 24.03).

Padajenis-jenis excavator yang lebih baru, kitajumpai konstruksi turntable dcngan roller circle dan hook rollers disatukan ke dalam bentuk kogellager (=ball bearing) yang besar. Konstruksi ini mempunyai keuntungan bahwa tidak lagi terdapat bagi-an roller yang ada di luar dan tidak mcmerlukan konstruksi sumbu di tcngah cylin -der (center pin & nut) dan pcmbagian gaya reaksi menjadi sangat sederhana. Gb. 24.04) .

Montasinya kcpada revolving dan travel unit menjadi sederhana pula, karena hanya tcrdiri dari pemasangan mati masing-masing unit pada salah satu dari kedua bagian " !.tgcr" yang saling dapat bcrputar satu terhadap lainnya; oleh pabrik pembuatnya,

Gb.24.04. "Shear ball ".

Putaran horizontal dari clutchshaft ditcruskan kcpada verrikalshaft menjadi putar-an vertikal dcngan perantaraan suatu gear system yang khusus; perhatikan bahwa terdapat dua gear pada clwchshaft untuk ini, masing-masing pada kedudukan yang berhadapan satu sama lain. Kedua gear ini dapat dipasang (=engaged) dan dilepas, (=disengaged) dengan cllll ch pada masing-masing gear; berganti-ganti memasang salah satl1 dari gear berarti memberikan arah putaran kepada vertical shaft yang ber-lawanan satu sama lain,(maju dan mundur, atau swing ke kanan dan ke kiri). Menga-lirnya tenaga putar mesin ke masing-masing shaft dapat diikuti pada power train chan pada Gb. 24.05. Meskipun powenrain yang digambar itu adalah salah satu je-rtis excavator (MCK-Rapier), namun di dalam prinsipnya d ipergunakan juga pada excavator Jainnya; modi fi kasi kccil d i sana sin i diberikan olch pabrik dcngan alas an tertentu, tanpa mcruhah prinsip tadi.

80

Page 91: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

8-

.....

LOWER MACHINERY. UPPER MACHINERY 5 SWI NG & TRACTION. BOOM HOIST a RETRACT SHAFT

9. VERTICAL SWING AND TRACTION SHAFT. 1 POWER TAKE- OFF 6 SWING & TRACTION. BOOM HOIST, 10 VERTICAL SWING SHAFT 2 COUNTERSHAFT RETRACT AND PLANETARY POWER 11 VERTICAL TRACTIOfl! SHAFT 3 MAIN DRUMSHAFT LOAD LOWERING SHAFT

co 12 LOWER HORIZONTAL TRACTION SHAFT. 4 MAIN DRUMSHAFT WITH PLANETARY 7 BOOM HOIST DRUM SHAFT _.. POWER LOAD LOWERING 8 THIRD DRUM-- OPTIONAL

Page 92: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Pengendalian jalannya travel unit (belokkanalkiri) dilakukan seperti pada traktor biasa, dcngan clutch & braks system pada sprocket dari track assembly.

Perlu dikemukakan sekali Iagi bahwa jenis alat ini tidak mengutamakan mobilitas yang bcsar dan memerlukan mcsin dengan liP yang besar pula; dan melihat alat yang demikian bcsarnya, HP mesin relatip adalah sangat kecil. Apabila direncanakan mobilitils yang 'besar, maka dibuat orang travel unit dengan mesin tersendiri sehing-ga excavator kita menjadi truck moumed yang dcngan sendirinya memenuhi syarat schagai truck berat biasa.

Oleh karena mesin excavatornya relatip kecil, maka tidak mencukupi kekuatan untuk menjalankan pckerjaan sambil berjalan, sedang kalau berjalanpun hanya de-ngan keccpatan yang rcndah saja; memindahkan excavator yang crawler mounted ini biasanya memcrlukan alat angkut tersendiri.

Track assembly excavator tidak dibuat sekuat untuk traktor (keperluan un tuk itu memang tidak ada); "sepatu-scpatu "nya pun hanya licin saja, an tara lain untuk mcngurangi pcmuatan mcsin tcrlampau berat, sedang "engsel-engsel"nya (. links) juga hanya merupakan sambungan yang sederhana. Dengan konstruksi tracks yang dcmikian itu , mab mcnjalankan excavator dengan sprocket di dcpan, scring mcnycbabkan keluarnya rollers dari tracks·nya; oleh karena itu, pada waktu kerja selalu diusahakan agar sprocket berkedudukan pada arah datangnya gaya horizontal oleh perlawanan muatan.

Attachments, sebagai perkakas tambahan kepada excavator untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan tertentu, dipasang di depan pada revolving unit, sehingga selalu ada di dalam pcngamatan operator.

Jcnis attachment yang biasa dipcrgunakan di dalam penggusuran tanah ada-Iah; shovel dan backhoe, crane dan clamshell & dragline.

25) POWERSHOVEL.

Sebuah excavator dengan s!wvel attachmem biasa dinamakan orang sebuah powershove/, dan merupakan alat penggali tanah yang baik sckali kalau merupakan tebing yang curam; juga batu yang berukuran besar dapat di"angkat"nya dari atas permukaan tanah. Di samping alat pcnggali, powershovel juga merupakan alat pemuat yang memuatkan hasil galiannya langsung ke dalam alat angkut. Di dalam melakukan pekerjaan gali dan muat ini, powershovel jarang sekali memcr-lukan alat bantuan (seperti halnya pada tractor shovel).

Pada Gb. 25.01 dapat dilihat sebuah powershovel (biasanya crawler mounted; yang truck mounted biasanya tidak dinamakan powershovel).

Powershovel ini kebanyakan berfungsi sebagai alat pemuat di tempat peng-galian batu (riverrun ataupun quarry) dan di tcmpat penimbunan (=stockpile) bahan-bahan bangunan yang herupa pasir, kerikil dsb. Agar sifatyang kurang menguntung-kan hcrhuhung dengan mohilitasnya yang rendah itu dapat diperkecil sehanyak mungkin, maka memilih tempat kerja bagi powerslwvel ini hendaklah dilakukan dcngan memperhitungkan jumlah bal1an yang perlu dikerjakan per satu satuan wak.tu di scsuatu Iokasi tcrtentu. apahila jumlah itu hanya kccil dan terbcsar di daerah yang luas. maka schaiknya dipcrgunakan alat gali/muat dari jcnis yang lcbih mobil.

82

Page 93: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb.25.01. Powershovel. Oengan memperlihatkan Gb. 25.02, maka untuk bagian .terpenting dari shovel attachment ini dapat disebut :

(1) =

(2) =

(3) =

(4) =

(5) =

(6) =

(7) = (8) =

(9) = (10) =

dipper atau juga dinamakan bucket yang beralaskan sebuah pintu yang dapat dibuka dan dikatupkan. dipperstick, yang pada ujungnya dipasang dipper tadi dengan konstruksi engsel sehingga dapat berputar padanya sekedamya. shove/boom yang merupakan kedudukan pokok bagi dipperstick dan lain-lain bagian yang berhubungan dengan pengendalian dipper. saddle block. di mana dipperstick dihubungkan dengan boom scdcmikian rupa sehingga dapat bergeser maju/mundur (crowd & retract). shippershaft, suatu sumbu yang memungkinkan saddleblock dapat ber-gerak melingkar terhadap arah boom. hoistline, kabel untuk mengangkat dipper dengan menggulungnya pada lwistdrum di dalam excavator. boom line, untuk memelihara kedudukan boom terhadap arah vertikal. crowd & retract chain untuk memberikan gerak maju/mundur dipperstick di dalam saddle block. Rantai ini biasanya dilayani olch drum ketiga (lihat Gb. 24.05.). trip line. untuk membuka dan mengkatupkan pintu alas dipper. boompoint sheave, suatu katrol yang dipasang pada ujung boom; melihat besarnya dipper, maka jumlah sheave ini dapat sebuah saja ataupun dua.

Apabila boleh dikatakan bahwa konstruksi dari bagian shovel attachment

83

Page 94: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

ini pada umumnya adalah sama bagi semua merk shovel, namun khusus bagi kon-struksi dari crowd & retract mechanism terdapat beberapa prinsip y1ng berbeda satu sama lain.

Gb. 25. 02. Bagian-bagian terpenting shovel attachment.

25a. Kerja dasar dengan powershovel.

Yang ·pertama-tama dikerjakan ialah menempatkan excavator sedemikian mpa sehingga sedekat mungkin pada tebing yang akan digali, ataupun tumpukan biltu-batu yang perlu dimuat ke dalam alat angkutan.

Tracks bcrkedudukan scjajar dengan arah lcbing untuk dapat memanfaalkan kemantapan duduk.nya excavator di atas tracknya; pada waktu menggali, maka track yang ada paling dekat dengan muatan yang akan digali mendapatkan tekanan tambaltan yang cukup besar, dan dengan menempatkan track ini melintang pada arah shovel, seluruh track akan menerima be ban tambahan tersebut. Di samping itu, gaya horizontal sebagai reaksi dari muatan terhadap gerakan menggali shovel dapat pula ditahan dengan baik.

Lain halnya kalau track ditempatkan mcnghadap kepada tebing; beban tam-bahan akibat muatan mcnggali akan ditampung hanya olah ujung track yang luas bidang singgungnya dengan permukaan makin kecil kalau excavator ter "jungkit ..

84

Page 95: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

olch bcban tambahan itu, sching.ga timbul kemungkinan terbcnamnya bagian depan dari travel 11nit kc tlalam lanah yang tidak tl'flalu kcras, di samping tcntunya ha-g ian dari trar:k auemhly haJ.!ian drpan akan d111111ali tcrlampau berat pula (mung-kin akan mclcbihi kekuatan matcrialnya !).

Gaya rcaksi horiwntal hanya akan ditalwn olch brakes pada spror.ket dan mcnuntut gay a !>rake yang セ 。ョ@ gat hcsar; lagi pula,kalau brake kurang tlapat mcnahan セᄋ。 ケ 。@ horiwntal ini . maka rxr.r1vr11or ak:m tcrd•>mng mcnjauhi tching yang digali (dipper akan tcrlq ><tS <htri kll nlak dcngantchinn dan cfi sicnsi mcnggali <tkan turun.

Mcngingat hahwa e.xwvatur scuap::t mung kin harus tlijalankan dcngan sprocket. tli lwlakang, maka kalau tcrpaksa harus bckcrja dcngan track rncnghatlap kcpatla tcbing (rnisalnya kalau mcdan kcrja adalah scmpit, dsb.), maka harus diusahakan agar spror:ket ada paling dckat dcngan tebing yang digali schingga kalau terpaksa tcrdorong olch gaya rcaksi, dia tidak akan bcrjalan mundur. Pcncmpatan excavator pada kedudukan kcrja hams discrtai dengan mcngatur kc-dudukan boum-nya (miringnya tcrhadap vcrtikal); makin cundong boom kedepan, makin kccil muatan yang dapat diangkat olch excavator, disamping reaksi hori-zontal mcnjadi semakin besar (pada muatan yang sama) schingga menimbulkan bahaya mcnggulingkan excavator.

bゥ 。セ。ョケ。@ boom dihcrikan kctluduk<m tlcngan sudut sckitar 45° ( arah vcrtikal), dan adalah kebiasaan yang baik untuk tidak mcrubahnya sambil bekcrja (menggali) mcskipun kadang-kadang hal ini pcrlu juga dikerjakan karcna terpaksa oleh kcadaan pckerjaan.

Sctclah exacavawr ditcmpatkan dan boom tliatur, maka pcnggalian dapal dimulai; dipper diusahakan dapat menycntuh permuban tcbing pada kelinggian yang di-kchendaki (biasanya pada kakinya) sctclah mana dia ditarik kc atas dcngan mcng-gulung hoist ca!Jle. Olch karcna tcrtahan olch dipper stick yang dapat bcrputar sckcliling shippershaft; maka dipper ini menjalani sebagian Jingkaran yang bcrpusat-kan pada shipperslwft; dcngan dcmikian maka scmakin tinggi dipper tcrangkat oleh twist cu!Jle, ュZセォゥョ@ dia mcncrnbus tebi11g yang scrnula rata itu dan dcngan dcmikian rncnghasilkan galian yang dikehendaki Apabila pcrlawanan tcbing mcnjadi sangat bcsar (tcrlalu banyak mcngusahakan dipper masuk kc dalam pcrmukaan tcbing), mak a kalau dipperstick tctap panjangnya schagai j ari lin gkaran j alan dipper, rnaka boom 。ォセョ@ terangkat mcnjauhi tcbing dan oleh karcna itu boom dengan dipper bcrikul stick-nya Llihuat cukup bcratnya tlcngan mcmpcrhatikan masalah ckunomi dan kcamanan mcsinnya.

Sctclah dipper pcnuh dan mcnjalani lingkran sampai kcdudukan tcrtinggi, maka lruist dihcntikan dan revolving unit excavator diberikan swing (kc kanan ataupun kc kiri) sarnpai dipper bcrkcdudukan tepat di alas ruang muatan dari alat angkutan (atau stockpile).

Kcdudukan dipper sarnpai yang optimal ini dimaksudkan agar pusat bcratnya ( + muatannya) ada sedekat mungkin dengan pusat be rat excavator dan dengan dcmikian n1cnghindari adanya bahaya terguling, atau sekurang-kurangnya mengu-rangi pernbebanan yang terlalu bcrat pada salah satu sisi dari turn table.

Mcmhuang rnuatan dil akukan dcngan mcmhuka pintu 。ャ。セ@ dipper tlcngan menarik trip line, setelah itu excavator diberikan swing kembali kc tcmpat permulaan operasi

85

Page 96: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

menggali tadi. Mulai menggaii, swing. dump dan kembaii ke tempat menggaii disebut sebuah cycle

kerja shovel dan waktu yang diperlukan untuk itu dinamakan cycle time. Di dalam kenyataan kerja dasar tersebut di atas tidaklah dapat mengatasi

kesukaran yang ditimbulkan oleh kondisi medan kerja. Yang pertama-tama sudah dikemukakan tadi, ialah bahwa di dalam menembus

ー・イュオォセ。ョ@ tebing pada waktu menggali, perlawanan muatan yang terlalu berat akan menyebabkan terangkatnya boom dan akan menimbulkan kesulitan yang berupa antara Jain lepasnya kabel-kabel hoistline dan katrolnya (sheaves).

Yang kedua ialah bahwa pada waktu membuang muatan, tidak selaiu mungkin muatan diliwatkan pintu alas dipper, khususnya apabila muatan terdiri dari batu-batu besar seperti hainya pada pekerjaan di quarry.

Menurunkan hoistline pada keadaan seperti itu, tidak akan menyebabkan dipper menuangkan muatannya, karena dengan turut berputar turunnya dipper stick, mulut dipper tetap akan menengadah ke atas.

Kecuali itu, memberikan swing dalam keadaan dipper penuh muatan berkedudukan pada ujung boom menimbulkan gaya centrifugal keluar yang besar juga dan me-mungkinkan excavator ditarik terguling ke samping.

Mengingat pembatasan kerja pacta shovel itu, maka satu-satunya jalan untuk mcmclihara efisiensi kerjanya ialah dengan memanipulasi panjangnya dipperstick sebagai jari-jari lingkaran jalan dipper.

Hal ini dapat terselenggarakan dengan memungkinkan meluncurnya dipper-stick di dalam sadie block secara terkendali.

Pacta waktu menggali dan dipper menjalani lingkaran, maka kalau muatan menjadi terlalu berat, stick ditarik sedikit kebelakang (= retract) dan kalau dalam gerakan melingkar itu, dipper lepas dari tebing yang digali maka stick didorong sedikit maju (= crowd) sampai terpelihara "lekat"nya bibir dipper kepada permukaan tebing yang digali. Dengan cara yang demikian ini, maka bekas galian pada tebing dapat diusahakan tetap rata miringnya (tidak terbentuk gua-gua yang berbahaya/longsor).

Pada waktu mcmbuang muatan Uadi juga pacta saat swing). dipperstick dilepas kendalinya sampai hoistline berkedudukan se-vertikal mungkin antara boompoint sheave dan dipper sheave (tidak dapat kebelakang lagi) setelah mana kendali stick ditegangkan kembali (maksud = brake).

Kalau dalam kca<.Iaan dipper berikut sticknya yang demikian ini, hoistline di "ultJn", maka dipper (dengan sticknya yang semula berkedudukan horizontal se-tinggi shipper shaft) menjalani lingkaran dcngan jari konstant yang mengakibatkan mulut dipper juga berubah arah tengadahnya (condong sampai lurus ke depan) dan muatan akan tertuangkan dari mulut dipper, tidak dari pintu alasnya.

Menuang muatan seperti ini dapat diperccpat dcngan menarik dippers rick bersama-an dengan penguluran hoistline dengan maksud makin memperkecil jari-jari ling-karan jalan dipper dan makin mempercepat tercapainya keadaan di mana mulut dipper, dapat menumpahkan isinya.

Efisiensi kerja shovel ini dapat mcmelihara dcngan menjaga harmonis antara hoist, crowd & retract ini, yang hanya dapat diperoleh dengan latihan dan penga-

86

Page 97: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Iaman yang cukup lama dari operatomya. Crowd dan retrac kepada dipper ini dilayani dengan rantai ataupun dengan ka-

hel, dua-duanya sering dijumpai pada shovel yang tersedia di pasaran alat kontruksi.

Apabila yang dlpergunakan adalah pelayanan dengan rantai, maka agar gear peng· geraknya biasanya dipasang pada "drum ketiga" (=third drum) yang sebagai pelengkap an tambahan (m optional) diletakkan di bagiandepan dari revolving unit (Gb. 24.05) sedemikian rupa sehingga dapat menggerakkan rantai yang memutar sebuah sproc-

ket pada shippershafl dan dengan demikian mendorong maju/mundur dipperstick

didalam saddle block. Hal in! dimungkinkan karena di bagian bawah dipperstick pada hampir se-

luruh panjangnya dibuatkan lubang-lubang yang sesuai dengan gigi pada gear yang diputar oleh shipper sprocket tadi.

Drum ketiga ini dilayani dengan clutch & brake system tersendiri, langsung dari clutchshaft; juga third drum ini dapat diberikan putaran balik ( = reverse). dan hila brake dip.asang maka shippershafl akan menahan dipperstick pada tempatnya (tidak bergerak di dalam saddle block, hanya berputar pada shippershaft saja). Gb. 25.02 adalah contoh powershavel dengan dipper yang vrowd & retract-nya

dikendalikan dengan rantai, sedang Gb. 25.01 yang dengan kabcl. Yang terakhir ini mempergunakan digging drum (atau juga dinamakan orang hoist

drum kedua) yang ditempatkan dalam susunan tandem dengan hoistdrum pada shaft yang sama.

Dagi cable controled crowd & retract ini dapat penggoiongan jenisnya pada dua buah sistcm pokok. modifikasi sedikit diadakan dcngan tujuan penyempurnaan

sistem. Yang pertama ialah yang memanfaatkan kemarnpuan digging dmm untuk meng-gulung juga pada arah balik ( = reverse), Kedua

dipper stick

crowd cable

digging drum

dipper

Gb. 25.03. Sistem lcabel pada crowd cl retract. (schemlltis).

ujung kabel dipasang mati pada dipperstick sedang bagian te-ngahnya dililitkan dengan be-berapa putaran pada digging drum; tengahnya dibuat mati pada drum itu dan jum-lah lilitan pada masin· masing bagian diperhitungkan pada maksimum crowd dan retract. Apabila ujung bagian crowd diulur, maka bagian retract

tergulung dengan sendirinya dan dipper akan terdorong ke depan; apabila digging

drum diputar balik, maka re-tract cable tergulung dan crowd cable terulur dan ter-jadilah gerakan mundur dari dipper melepaskan diri dari pennukaan tebing.

87

Page 98: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Penguasaan gerakan dipper dengan rantai ataupun dengan kabel seperti dite-rangkan tadi disebut independent crowd & retract.

Sistcm kendali kabel yang kedua adalah modifilcao;i dari kendali rantai, di mana shipper sprocket diganti dengan shipper sheave.

Kabel kendali tidak digulung pada third drum melainkan pada digging drum seperti balnya pada kendali kabel yang diterangkan sebelum ini, dengan perbedaan bahwa yang diikal pada drum ini hanyalah ujung dari kabel kendali; ujung lainnya diikal-k.an padll hoistdrum.

digging drum hoist

Gb. 25.04. Skema sistem kabel pada automatic crowd.

Pada sistem ini, pengendalian dipper agak rumit namun apabila sudah terbiasakan dapat memberikan banyak keuntungan, karena gerakan yang dapat dilakukan Jebih banyak variasinya, (Gb. 25.04) scdang tidak dipcrlukan putaran balik (=reverse) dari digging drum. Sistem ini dinamakan automatic crowd & retract atau juga gravity crowd karena gerakan mendorong maju dipperstick terjadi hanya oleh gaya berat dari dipper + sticknya yang memang cukup besar adanya. (a). Apabila hoist drum dipasang (=engaged) sedang digging drum di-brake, maka

terjadilah gerak keatas oleh dipper melalui lingkaran yang berjari-jari pan-jangnya dipperstick yang ada di depan shippershaft.

(b). Apabiia hoist dilakukan dengan digging brake dilepas, maka terjadilah crowd pada pengangkatan dipper karena meluncurnya dipperstick yang berat itu, mengulur kabel pada digging drum lebih cepat dari menggulungnya kabel pada hoistdrum.

(c). Apabila melepaskan digging brake diatur, maka terjadilah crowd yang ter-kendalikan.

88

Page 99: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

(d). ApabUa digging drum digulung pada hoist drum di-brake, maka terjadi retract dan hoist sekaligus; retract terjadi lebih cepat dari hoist karena yang terakhir ini harus melalui katrol pada dipper(2x lebih.lambat).

(e). Apabila hoistbralce sementara itu dilepas, maka dipper akan jatuh lebih cepat dari retractnya; dan apabila melepaskan hoistbrake ini dikendalikan, maka dipper stick dapat ada dalam kedudukan pada sudut tertentu yang tetap (misalnya tetap horizontal) meskipun terjadi gerakan retract.

(f). Apabila hoist dan digging drum kedua-duanya digulung bersama-sama dengan kecepatan yang sama pula (karen a dipasang in tandem), maka terjadilah hoist dan retract dengan kecepatan yang sama. Hal ini misalnya dilakukan pada akhir dari gerakan hoist di mana bucket sudah penuh sedang dipper stick harus ditarik untuk mencapai kedudukan siap untuk swing.

Melihat keterampilan operator yang diperlukan untuk melayani shovel seperti ini, maka yang paling banyak diperdagangkan adalah yang jenis kendali rantai atau kabel dari golongan independent crowd & retract.

Di samping crowd & retract system sepcrti yang tclah diterangkan tadi, maka ada beberapa sistem lain yang dibuat orang, seperti misalnya dual crowd, dan "knee action crowd" untuk shovel ukuran besar. Juga ada shovel yang mcmberikan crowd & retract ini dengan sebuah motor li strik tersendir i. Scmua sis tern ini keuntungan-nya di dalam keadaan dan mcdan serta kondisi tcmpal peker jaan yang khusus. yang khusus.

26. Karakteristik-karakteristik sebuah power shovel.

Yang dimaksud dengan karakteristik di sini adalah data mengenai alat yang dihadapi, khususnya mengenai kemampuannya berproduksi di dalam kondisi yang dapat digolongkan kepada "standard" dengan efisiensi sebesar 80 % se-panjang waktu kerja, bailc untuk mesin dan alatnya, maupun untuk operatomya. Adapun. yang dimasukkan ke dalam kategori "kemampuan" khususnya adalah : jarak jangkauan dari shovel kit a, output per satu satuan waktu dengan ukuran dip-per yang optimal pada standard conditions, serta data lain seperti kemampuan pada sudut kerja boom tertentu, ォ・」セー。エ。ョ@ hoist dan crowd &: retract, dan sebagainya.

26.1. Jank JanJkauan Power Shovel.

Sesuatu shovel mempunyai batas maksimum di dalam hal jarak yang dapat dijangkau oleh bagian-bagiannya.

J arak jangle au (=working ranges) yang maksimal ini biasanya diberikan oleh pabrik pembuatnya dalam bentuk daftar seperti yang dimuat dalam Gb. 26.01. (P & H ウィセ@vel model 255 A). Di dalam lapangan, maka kondisi tempat pekerjaan biasanya membatsi pula kemungkinan optimal itu. sehingga perlu diperhatikan di dalam merencanakan pcnempatan shave/ kita agar tidak. perlu terlampau ban yak berpindah-pindah tempat pada waktu menggali dan memuat.

89

Page 100: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

01 dalam daftar yang diberikan, biasanya dlambll batas sudut kerja = 450

dan 60°, kecuali untuk mcmudahkan hitungan, juga sebenarnyalah klta jangan me-lampaui batas itu .

Apabila sudut kerja diambil lebih kecll dari 45°, rnak.a produksl alat klta

menjadi sangat kecil sehubungan dengan efisiensi alat, sedang sudut kerja di atas

60° juga mcnunjukkan penurunan cfisiensi yang drastis, karena berat dari boom

dengan lcngan moment yang mcnjadi kecil terhadap titik putarnya, akan kehilangan

kemampuannya untuk mclawan reaksi dari gaya mcnggali (mudah terangkat).

X

I c I , D (I

J H I I L

MODEL 255A SHOVEL 3,4 Cu. Yd. Crt wier Mounted

TAILI Ne. 1-Sllewel Werlll•t l••t•a

BOOM ANOLE .. . ........................ ... . .. ... . . . .

Boom Lenrth, ft .-ina .. ............ ..... . ... . . . . . ... . .. . •.. .. D ipper Handle Lenrth, ft .-ina . ........ .. . ............ . . .... . Dumpinr R.adiua at Max. Lift , ft.-ln1. . . . .. . .. .. . . .. . .. ... . Dumpinr Radiu• (Max.), ft .-in• .............. ............... . Dumpinr Heirht (Max.)- Door Open, ft .-Ina •.... . .. .. ... .. Heirht of Cut (Max.), (L -ina . . . . ...... . . .. . . . ... ...... .. .. . DirrinJ Radiua (Max.), ft .-ina .... . ... ........... .......... . Floor Level Radiua, ft .-in1 .............. . .. .... ....... . . ... . Depth Belo'll' Floor Level, ft .-in1. . . . . . ..... .. .......... ... . Clearance h・ゥセィエ@ of Boom Point Sheave, ft .-ine . . ......... . . . Clearance Rad•u• of Boom Point Sheave, ft .-ina . ... ... ...... .

Gb.26.01. Jarak jangkau sebuah power shovel.

QQセ@

13-6 21-V 23-3 14-9 21-6 26-3 15-6 Vセ@

11-t 16-3

60.

QQセ@

13-6 17-V 21-3 11-9 26-0 %4-3 14-3 4-6 EQセ@

12-6

Scperti yang pernah diterangkan sebelum ini. boom pada umumnya diberikan

sudut kerja yang tetap selama pekerjaan menggali. Namun demikian, hal ini jangan-

lah menjadi proscdur yang ketat tidak dapat diubah; menurunkan boom memung·

kinkan dipper menggali lebih dalam dan jarak galian menjadi lebih besar, sedang

90

Page 101: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

menaiklcait boom memungkinkan dumping di tempat yang lcbih tinggi. Rila hal seperti ini merupakan suatu keharusan, merubah sudut kerja boom dapat dibenar-kan, asal diingat bahwa untuk ini diperlukan tenaga mesin yang lebih besar dan cycle time yang lebih lama pula. Tenaga mesin, kalau terlampaui akan ュ・ョケ・「。「セ@kan gejala yang disebut "stalling" yang kalau banyak terjadi akan lebih cepat meru-sakkan mesin k.ita. Boom harus digerakkan .pelan-pelan dan berangsur (jangan di-sentak-sentak) dan dihentikan dengan perantaraan brakes pada boom hoist.

Satu hal lagi yang pcrlu mcndapat pcrhatian kita adalah dumping radius, yaitu pada max.Iift (=dcngan kcdudukan dipper tcrtinggi) dan pada radius putaran yangmak-simum. Pada max. lift akan terdapat moment guling yang lebih kecil dari yang pada radius maksimum, sehingga merupakan kebiasaan yans baik untuk mengadakan hoist sambil membtrikan swing kepada revolving unit sedemik.ian rupa sehingga keUka shovel menghadap ke arah yang tegak lurus pada arah track, dipper sudah mencapai kedudukan tertinggi. Kembali ke tempat galian, swing diberikan juga sambil menurunkan dipper; karena dalam keadaan kosong, maka moment guling tidak sebesar yang pada waktu akan mengadakan dumping muatan sehingga kedu-dukan dipper pada tempat tertinggi bukanlah menjadi syarat effit;iency yang mutlak Perlu diingat bahwa menaikkan dan menurunkan dipper ini dilakukan dengan crowd brake terinjak (=engaged). Setelah sampai pada tempat permulaan menggali, maka dipper sudah sampai pula pada kedudukan yang rendah (mesk.ipun belum menyentuh tanah); pada saat akhir saring yang dihentikan dengan brake pula, crowd ウキゥョセ@ brake dilepas dan dipper meluncur ke bawah sarnpai di tempat permulaan menggali.

26.2. Ukuran Powershovel.

Seperti halnya dengan tractor loaders, ukuran powershovel ini ditentukan oleh besarnya dipper, atau lebih baik dikatakan isinya dipper aengan takaran "peres" (= struck capacity). Sedang keadaan tanah yang menjadi pedoman pe-nentuan ukuran ini adalah keadaan lepas. Dengan demik.ian, di dalam merencana-kan sesuatu penggalian (= cut) dengan powershovel ini, jumlah kerja shovel harus dikalikan dengan faktor swell tanah yang bersangkutan. Di dalam pcrdagangan didapatkan shovel ukuran 0,50, - 0 ,75, - I ,00, - 125 1,50 - 2,00 dan 2,50 cu. yds sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh POWER CRANE & SHOVEL ASSOCIATION; yang menyimpang dari itu dapat dibuatkan atas dasar permintaan.

Di dalam pcrdagangan didapatkan shovel ukuran 0,50 - 0,75 - 1,00 - 1,25 maka pcrtimbangan didasarkan atas hal-hal scbagai bcrikut :

a) Pengangkutan shovel, khususnya yang crawler mounted, merupakan usaha yang cukup sulit.

b) Pengausan hagian/parts pada shovel yang cukup bcsar, rclatif adalah bcsar pula mengingat bahwa pekerjaan yang harus dilakukannya adalah lebih berat.

c) Pada pckcrjaan di quarry, shovel bcsar tidak mcmcrlukan usaha pemecahan batu sampai ukuran kccil, dan dcngan dcmikian mcnghemat ongkos pclcdakan yang cukup mahal.

91

Page 102: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

d) Biaya operator untuk shovel besar, relatlp adalah kecU karena halil produbinya besar.

e) Shovel besar lebih mampu mengerjakan bahan yang lebih keras karena tenaga crowd dapat dib_erikan lebih besar pula. _

f) Jika waktu yang tersedia untuk penyelesaian pekerjaan adalah terbatas, maka pemilihan pada ukuran besar adalah logis.

g) Yang paling menentukan pada hakekatnya adalah kemungklnan membawa sho-vel ke tempat pekerjaan (misalnya tenedia balk ukuran besar maupun kecU); jika yang dapat direquirasikan hanya alat angkut ukuran kecil dan jalan menuju ke tempat pekerjaan itu sulit ditempuh dengan trailer besar, malca pada umunya pilihan jatuh pada shovel ukuran kecil

h) Pemllihan juga harus mengingat alat lainnya yang dipergunakan di dalarn pelaksanaan sesuatu proyek; pabila misalnya truck yang ada hanya berukur-an 3 ton, adalah tidak bijaksana untuk memilih shovel ukuran 1,50 yds, karena apabila truck dirnuati dengan sekali dumping aaja akan berarti kerusakan-kerusakan yang akan dialami antara Jain oleh pegas (spring) dari truck yang bersangkutan.

26.3. Efficiency sebuah Power Shovel.

Shovel adalah suatu alat yang efisien sekali, terutama karena dia . tidak memerlukan berpindah tempat ( = travel) di dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam kondisi yang " normal" (snandard conditions), maka ki ta dapat memperhi-tungkan 50 - 60 cycles/jam bagi seorang operator rata-rata (75 % efficiency). Jadl dengan shovel ukuran 1.00 -cu. yds dapat dihasilkan. SO cu yds tanah galian ukuran lepas atau 0,87S X SO= 44 cu yds (padat) kalau faktor swell= 1,25. Agar didapatk an angka yang lebih tepat, maka sebaiknya diadakan penelitian di dalam kenyataan mengenai berapa cycle time yang dihasilkan oleh operator de-ngan shovel yang bersangkutan d i dalam kondisi yang nyata, karena di sini justru fi -xed rimenya (menggali dan membuang muatan) merupakan sesuatu yang tidak }ued sama sekali. Salah satu faktor yang mempengaruhi "}ued" rime ini ada· lah tinggi tebing galian.

T inggi tebing yang " ideal adalah sedemikian besarnya sehingga pada waktu dipper sampai pada titik tcrtinggi dari tebing, dipper itu tepat telah terisi penuh; ti nggi tcbing pada dcmik ian itu dinarnakan tinggi optimum, yang bagi shovel yang dibuat menurut standard Power cイセョ・@ & Shovel Association, pada ukuran shovel dan jenis tertentu mencapai angka sepcrti yang diberikan pada tabcl 26.02.

Angka yang diberikan pada tabel Power Crane & Shovel Association itu ada-lah angka praktek dan meski pun tidak tepat benar, dapat dijadikan pangkal tolak untuk pcrcncanaan pclaksanaan pekerjaan.

92

Page 103: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Ukuran shovel/cu yds. Macam Tanah 0.50 0.75 1.0 1.50 2.0 2.50

Tanah berpasir/basah. 4.60 ft 5.30 ft 6.00 ft 7.00 ft 7.80 ft 8.40 ft Paslr I kerildl 4.60 5.30 6.00 7.00 7.80 8.40 Tanah biasa/baik 5.70 6.80 7.20 9.20 10.00 11.20 Tanah liat/keras 7.00 8.00 9.00 10.70 12.20 13.30 Batu karang/hancur 7.00 8.20 9.50 11.00 12.50 13.60

Tabel 26.02 Tinggi optimum tebing galian untuk masing-masing ukuran shovel

pada macam-macam keadaan tanah.

Apabila tebing kurang tinggi dari yang optimum, maka tidak mungkin menglsl dipper sekaligus penuh dalam satu pass, tanpa memberikan crowd yang berlebihan kepadanya yang dengan demildan memberikan beban kepada mesin hingga berlebih pula. Di dalam hal yang demildan itu, operator dapat memilih satu di antara dua altematip, yaitu mengisi dipper penuh di dalam beberapa passes atau mengisi se-dapatnya dan membuang muatan dalam keadaan yang demildan itu; kedua-duanya memperpanjang cycle time (pada [u:ed time-nya) dan memperkecil ourput shovel kita.

Ililamana tlnggi tebing lebih optimum, orang harus berhati-hali supaya tidak membuat gua dalam tebing sehingga menimbulkan bahaya longsor.

Operator dapat memilih satu diantara tiga alternatip sebagai berikut : Mengurangi tenaga crowd sehingga tidak terlalu dalam mengadakan penetrasi ke

dalam tebing, atau menggali tidak langsung dari kald tebing secara berturut-turut, atau menggali secara normal (mulai dari kaki tebing) dan membiarkan tanah tum-pah keluar dari dipper di dalam memaksakannya menjalani seluruh perjalanan sarnpai titik tertinggi tebing.

Apapun yang dipilih , tiap pili han akan mengurangi maksimum output dari shovel yang diperhitungkan·.

Pcngaruh pcnyimpangan dari tinggi optimum ini dapat dilihat pada tabel 26.03 dibawah inl.

Variable time untuk shovel ini adalah waktu yang diperlukan untuk menjalani swing dari tempat menggali sampai tempat dumping. Karena jaraknya relatip adalah pendek sekali, maka waktu untuk keperluan percepatan dan perlambatan hampir menghabiskan seluruh waktu swing dan oleh karena itu pula, orang tidak menghltung variable time ini secara yang sudah Jdta pelajari misalnya pada bull-dozer dan scraper, melainkan dengan membandingkan besamya sudut swing yang akan ditempuh dengan sudut swing 90° yang biasanya dic.apai oleh alat dengan operator terten tu.

93

Page 104: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

% tinggi sudut putar (0) optimum

45 60 75 90 120 ISO 180

40 93 89 85 80 72 65 59 60 110 103 96 91 81 73 66 80 122 112 104 98 86 77 69

100 126 116 107 100 88 79 71 120 111 Ill 103 97 86 77 70 140 112 104 97 86 81 73 66 160 103 96 90 85 75 67 62

Tabel 26.03. Angka-angka perbandingan efficiency shovel pada masing-masing sudut swing dengan tinggi tebing galian (% dari optimum).

Conloh penggunaan label lerscbut ladi adalah scbagai bcrikut :

Dari pengamatan dapat diketahui bahwa seorang operator dengan chovel terlentu, dapat menghasilkan produksi yang boleh dikatakan konstan dan dapat dijadikan ukuran bagi kondisi dan di tempat yang lain pula.

Misalnya : Ukuran shovel = I ,50 cu yds. Di tempat lama : tinggi tebing galian = 2 meter a tau 6, 70 ft .

sudut putar (swing)= 120° produksi = 80 m3 /jam.

Ditempat baru : tinggi tebing = 3 meter a tau 10 ft. sudut putar = 1800

Jenis tanah yang digali adalah sama (tanah biasa). Mempergunakan data pada label 26.02, maka didapatkan untuk masing-masing tern pat kerja = 72,8 % dan 108,6 % Dengan tabel 26.03 didapatkan untuk tempat lama= 83%

tempat baru = 72 % Jadi, ditempat baru kita dapat mengharapkan produksi shovel kita scbesar :

.J1. x 80m3 = 69 m3 /jam. 63

Dari angka masing-masing label lerscbut, . maka dapat dipahami akan pcn-tingnya penempatan alat angkut hasil produksi terhadap shovel-nya; sedapat mung-kin harus dihindal'i swing lebih besar dari 90°, sedang swing lebih kecil dari 90° biasanya menimbulkan kesulitan teknis (keamanan kerja).

26.4. Pengaruh keadaan pekerjaan (job conditions).

Penghematan dldalam HP mesin yang disebabkan oleh kurang pentingnya

94

Page 105: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

mobilltas power shovel kita, mengakibatkan sering tlmbulnya kesulitan apa-bila medan kerja tidak dipersiapkan lebih dahulu dengan sesempuma mungkin. Sebagai contoh diambil sebuah power shovel yang beratnya sekitar 25 ton hanya diperlengkapi dengan mesin 80 HP (rated). Kalau dibandingkan de'ngan bulldozer yang beratnya seklas dengan shovel kita itu, maka kita akan mendapatkan mesin dengan kekuatan lebih dari 200 HP.

Jenis yang truck mounted memang mempunyai mesin yang besarpada trucknya·, namun karena harganya menjadi sangat mahal kalau dibandingkan dengan yang crawler mounted ini, maka penggunaan truck mounted shovels hanyalah pada kcadaan darurat saja dan exr.avatomya metupakan alat yang serba guna di da-lam pelaksanaan sesuatu proyek (sebagai crane, piledriver, dan lain-lain keperluan).

Agar dapat dicapai hasil produksi yang optimal bagi shovel kita, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai bcrikut :

Lantai kerja harus keras dan teratur rapih, khususnya mengenai pengaliran air pcr-mukaan tanah (= 、イ。ゥョ。LセBI[@ tempat kerja harus terbuka dan luas dan truck-truck pengangkut harus dapat ditempatkan pada kedua sisi dari shovel agar dapat dihin-dari waktu menunggu yang lama dan membatasi swing yang terlalu besar; per-mukaan tanal1 harus rata sehingga selalu dapat dipelihara tinggi tebing galian yang optimum; perbandingan yang baik antara output shovel dengan jumlah truck pengangkutnya,dsb.

Keadaan yang tidak mcnguntungkan misalnya adalah penggalian menembus bukit. Tebing penggalian tidak tetap tingginya, dari 0 hingga jauh melebihi optimum, tcbing samping harus dipclihara agar tidak longsor menimpa shovel dan alat-alat lainnya, truck tidak dapat ditempatkan di samping shovel karena ruangan yang sempit sehingga terpaksa harus mengadakan swing maksimum, tanah dasar/ lantai kerja mungkin sekali berlumpur karena tidak dapat dipelihara drainage yang sempuma, ditambah lagi dcngan kcmungkinan adanya sumber air yang kcluar akibat penggalian kita, dsb.

Keadaan mcdan dinilai sebagai ideal, bail< scdang dan tidal< menguntung-kan yang masing-masing mcmbcrikan faktor koreksi terhadap perhitungan yang k ita lakukan hcrdasarkan kondisi standard. Tidak ada angka exact yang dapat diberi-kan rncngcnai bcsarnya masing-masing faktor ini, sehingga perlu dialami lebih dulu kondisi serupa untuk dapat mcmbcrikan cvaluasi dengan tepa!.

27. BACK H 0 E.

Backhoe adalah sejcnis shovel yang khusus dibuat untuk tujuan penggalian tanah di bawah pcrmukaan, seperti untuk parit,galian fundasi banguna.:, dsb.Berbcda dcngan powershovel yang dcsignnya adalah untuk galian di atas pcrmukaan tanah yang bcrtcbing, maka hoe ini mcnggali dari depan ke bclakang dcngan mcnarik dipper-nya kc arah operator; mclihat cara kerja ini, backhoe sering dinamakan orang juga PULL SHOVEL.

95

Page 106: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

96

Gb.27.01. Backhoe.

Not uウ。ィャセ@ w ith Thi rd Drum

Gb.27.02. Bagian-bagian terpenting dari backhoe attachment.

Page 107: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Sistem pengendalian pekerjaan dipper seperti halnya dengan pada power shovel,

yaitu : jackboom diatur dengan boom line yang digerakkan/dikendalikan dengan boom hoist drum; hoe boom dengan hoist drum dan drag cable dengan digging

drum. Pada ujung boom diberikan sebuah shaft dimana dipper stick dapat melakukan gerakan berputar sehingga dipper dapat menjauh dan mendekat kepada boom/ cabin ッーセイ。エッイN@

Bagian-bagian terpenting dari backhoe attachment ini·adalalt (seperti yang dapat · diikuti pada Gb. 27 .02) : (1) = dipper atau bucket (2) = dipperstick (tangkai dipper) (3) = boom (4) = hoist line (S) = drag cable (6) = boom line (7) = jack boom atau gantry.

Padajackboom yang diberikan kedudukan tetap, kalau hoist drum menggulung kabelnya, maka dipper stick akan ditarik ke arah gantry sehingga ujungnya yang terpasang dipper akan bergerak ke depan menjauhi boom. Dalam kedudukan dipper

jauh dari boom ini, hoist cable diulur schingga boom melakukan gerakan menurun ujungnya (berputar pada shaft di ujung lainnya) sampai dipper menyentuh pennu-kaan tanah yang akan digali.

Setelah itu, drag cable digulung (digging drum) sehingga dipper tertarik ke belakang dan dengan demikian melakukan gerakan menggali; gerakan dipper ini mengikuti lingkaran y·ang berpusatkan shaft pada ujung boom.

Di dalam gerakan mcnggali ini, berat boom mempunyai peranan yang penting sekali karena menahan reaksi/perlawanan tanah terhadap tekanan dipper; kalau reaksi tersebut terlalu besar, maka boom akan terangkat dan dipper seolah-olah hanya meng-"garuk" saja melalui pennukaan tanah, tanpa menambah muatan/is dipper.

Kalau drag cable sudah mencapai akhir dari gerakannya. maka dipper sudah sarnpai dekat kepada boom, dan inilah sebabnya mengapa boom diberikan bentuk agak melengkung ·ke atas di エ・ュー。セ@ itu; kemudian hoist cable digulung sehingga boom

berikut dippernya terangkat ke luar dari dalam galian. Gerakan ini dilakukan dengan drag brake ditekan sehingga kedudukan dipperstick terhadap boom tetap adanya. Kemudian excavator dibcrikan swing ke arah tempat membuang muatan (= dtunp)

sedang hoist cable tetap digulung pada drag brake yang dilepas sehingga dipper

stick terdorong maju, berputar pada shaft·nya dan dipper menumpahkan isinya. Perlu diketahui bahwa gcrakan tersehut harus dilakukan dengan penuh har-

moni antara pcnguasaan hoist dan drag cable.

Mendorong maju dippers tick untuk mcnempatkan dipper pada kcdudukan pennu-laan menggali dilakukan dengan menggulung lwist cable dan bersamaan dengan itu mengulur drag cable dengan melepaskan drag brake. Kecepatan menggulung hoist

cable dan mengulur drag cable ini harus sedemikian rupa diatur sehingga boom tidak bergerak ke atas ataupun ke bawah. Apabila dipper sudah mendekati akhir

97

Page 108: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

ァ・イ。セ。ョョケ。@ ke depan, maka holst dlhentlkan dengan brake-nya sehlngga boom akan turun kalau kemudian brake lni dilepas pela-pelan.

Kalau kemudian drag cable digulung pada hoist brake ditekan, dipper akan tertarik ke belakang sedang boom akan terangkat dan dipper akan menggaruk permukaan tanah (karena tidak ada tekanan berat boom); hosit brake dilepas pelan-pelan sehingga berat boom akan menekan kepada dipper dan penggalian dapat terwujud-kan. Hoist brake inilah yang mengatur tckanan dipper kepada tanah (seperti halnya crowd pada shovel) dan apabila perlawanan tanah menjadi terlalu besar _sehingga boom akan terangkat juga, hoist cable ditarik sedikit sampai penetrasi dipper ke dalam tanah agak berkurang dan penggallan dapat berjalan terus H、・ョセ。ョ@ efficiency yang lebih kecil). Swing diberikan pada saat hoist masih berjalan, sementara itu drag brake rn\)lai dilepas pelan-pelan; kecepatan swing, hoist dan drag ini harus di-atur ウセ、・ュゥォゥ。ョ@ rupa masing-masing, sehingga boom tidak bergcrak naik turun, melainkan hanya naik saja (hoist lebih cepat dari penguluran drag cable); namun demikian, pada akhir swing, kedudukan boom sudah hampir sampai kepada titik tertinggi dengan dipperstir.k menjulur jauh ke depan (belum maksimal pula) dan dipper ada tepat di atas tempat dumping. Apabila kemudian (hoist masih berjalan) penguluran drag cable berjalan lebih cepat lagi, boom akan berhenti dan dipper-stick menjalani putaran satnpai dipper dapat menumpahkan isinya. Bil:tmana hoist sudah hampir sampai kepada maksimum, maka hoist brake ditekan Hェ。セ。@ jangan sampai kepada maksimum) dan pada drag brake yang masih mengulur, boom -akan turun sedemikian rupa sehingga mencapai kedudukan di mana sudut antara boom dan stick menjadi maksimal (mentok); drag cable dalam keadaan kendor. Dalam keadaan ini, swing kembali ke tempat galian dilakukan untuk kemudian menurun-kan boom pelan-pelan dengan melepas hoist brake.

Pelayanan backhoe ini kelihatannya memang agak sulit dan memerlukan operator yang tcrlatih baik.

28. Jarak Jangkau Backhot:.

Untuk dapat" merencanakan kerja dengan backhoe ini, seperti halnya dengan powershovel, perlu diketahui karakteristik dari alat ini. Salah satu di antaranya yang terpenting ialah apa yang dinamakan jarak jangkau attachmentnya (= working ranges) yang biasanya sudah diberikan oleh paberik pe.mbuatnya.

Gb. 28.01 adalah label jarak jangkau yang dimaksud untuk suatu trenchhoe P & II model 455B-TC scpcrti yang discrtakan kapada alatnya.

Seperti halnya pula pada power shovel, maka daya angkul excavatornya adalah jauh melebihi keperluan daya untuk mengangkat dipper dengan muatannya sehing-ga yang menjadi criterium untuk menentukan HP mesin adalah yang diperlukan untuk menggali berdasarkan berat boom dari hoe.

Scbenarnya. backhoe adalah satu di antara sekian hanyak atrachment yang dapat diberikan kepada excavator kita, sehingga design dari mesinnya tidak terutama di-tujukan untuknya. biasanya yang menentukan adalah fungsinya sebagai aiat angkat (crane) dan dengan demi.kian dapat dimengerti bahwa untuk backhoe auachment ini akan didapatkan kelebihan HP dari mesinnya. Dan di dalam kenyataannya, mernang jarang sekali dipergunakan backhoe ini sebagai alat yang khusus di dalam sesuatu proyek; apalagi kalau dapat diperoleh tenaga pekerja kasar yang cukup murah seperti di tanah air kita ini.

98

Page 109: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

L I(

Tr .. cll Hoe Workh19 ャセ。セAYGセセセセセセセセセMMMMMMMLイMMMZZMZMM]MZZMMML@C Boom Length . . . . . . . . . . . . . • . . . . . • 18'-10"'

Gb.28.01. Jarak jang-k.au sebUi1h backhoe.

D Hoe Stick Length . . . . . . . . . . . . • . . . sGMs セ B@

f Digging Reach (Max.) .. • . . . "J. . . . 30'-7" c.• Digging Depth (Max.) ..... . .. ... . 12'-0" H R.tdiua at Beginning of Dump

J

I

L

(Soli d D ipper) ... . . . ........ ••. Dumping Height Starting

(Solid Dipper) . . .............. . !Udiua at End of Dump

(Solid Dipper) .. ... . .. ......••• Dumping Height Ending

(Solid Dipper) . .. .. . . . .. .. . ... . Clearance Dumping Height (Max.) Trench Width-Solid Dipper with

Side Cuttera .. . . ... . •... .. .•...

7' -3,;

QTGセB@

16'-9"

19' -9" 26'-0"

31"-36"-39Ya"

Dimension• I, K and L vary with dumping height or radiua chosen. Maximum digging deptha vary aomewhat depending on character of the aoil

• Specified depth obtainable only with boom extended 、ゥイセエャケ@ over rear of carrier.

Dagi scsuatu excavator, maka ukuran bucket backhoe lebih kecil dari dipper shovel untuk alat pokok yang sama, disebabkan karena untuk penggaliannya diperlukan radius kerja yang lebih besar, sedang untuk berat boom yang sangat besar pengaruh-nya kepada kemampuan gali dari dipper, tidak ·dapat dibuat seberat-beratnya, karena akan mengurangi efisiensi produksi dari baclchoe-nya sendiri.

29. BackhM yang digerakkan secara hydraulis.

Di dalam pasaran alat berat untuk konstruksi, akhir-akhir ini diperkenal-kan sesuatu excavator yang hydraulic operated, khusumya yang berbentuk dasar =backhoe, meskipun ada juga yang berupa power(= face) shovel biasa.

99

Page 110: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Alat jenis baru ini dengan cepat sekali menguasai pasaran, khususnya oleh karena sifatnya, yang tidak dimiliki oleh alat-alat sejenis lainnya. Keunggulan yang dibanggakan adalah adanya gerakan bucket yang dapat digolongkan keuntungan berupa gerakan pergelangan (wrist action); dengan adanya kemungkinan pergerakan pergelangan ini, maka brake ow force (= daya untuk membongkar tanah untuk mengisi bucket) dapat ditambah kalau dibandingkan dengan backhoe jenis lama. Gerakan bagian-bagian dari attachment(= boom, dipperstick dan bucket) dilakukan dcngan perantaraan (= controlled) hydraulic rams, bahkan gerakan dari crawlemya maupun bcrputarnya excavator di atas bag ian bawahnya dilakukan dengan pcranta-raan motor hydraulis yang kuat.

Gb.29.0l. Hydraulic operated backhoe. Tenaga hydraulis ini didapatkan dari pompa hydraulis, baik pampa bergigi

(=gear pump) maupun pompa·pompa cylinder yang digerakkan oleh mesin utama-nya. Pengendalian pompa ini dilakukan melalui sebuah system katub (= valves, kleppen) atau dengan pompa dcngan stroke yang variable; inilih sebabnya maka untuk mengerjakan alat ini tidak diperlukan tenaga yang besar seperti halnya dengan cable operated hoes.

Di sarnping itu, hydraulic operated hoes ini juga memiliki kelebihan kelincahan di dalarn gerak (wrist action bucket), sedang salah sebuah dari rams penggerak bagian

100

Page 111: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

dapat macet (=stalling) tanpa memacetkan pula gerakan-gerakan dari. bagian lain· nya, atau mematikan mesin utamanya.

Gb. 29.02. Bagian-bagian terpenting dari hydraulic operated backhoe.

Sifat boleh me"macet"kan salah satu dari pompa gerak (karcna muatan terlalu berat) ini dapat dimanfaatkan oreh operator untuk mempertahankan kemacetan ini untuk bcberapa waktu sing kat, sambil mcnggerakkan bagian lainnya; pada cable operated hoe, operator harus mclepas clutch yang termuati tcrlampau berat tadi agar tidak mematikan mesin utamanya. Kalau mesin kita dilengkapi dengan torque converter, maka mesin tidak akan mati oleh karena overload ini, namun semua gerakan alat harus dihentikan di dalam kondisi salah satu bagian yang macet ini.

Juga pada hydraulic operated hoe, ini bucket tidak akan tcrangkat ke luar dari galian (di dalam hal menjumpai tanah/batu yang kt'!ras) seperti halnya pada cable powered hoe.

Akan tetapi, di samping keuntungan tersebut, dialami juga kerugian yang

101

Page 112: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Q セ@ n rllllt セ@ セQQ@

iセ@ II セ@ ·. ---

1, l I•!J I . セヲヲ@l .1 . if u ; : _ . . , O . : _ M セNMQBセ@ - ij -

10

9

8

I "1 I lj ! - -セ@ b - - - .tt -!lwt - ' --' H vY Lセ@ M MM]ゥセ@ ,dJ: f - t {ェN Nセセ@ HI -

7

6

. '] . . { ljl , tl . IT -

. - - r-1 f セ Q@ セ@ l1 -. j 1 • l _I UJ ' . Jl I. -- -

Z[[ セ@ _[-11 • - セiヲヲ@ lj . . I · · ·-,_ · · 1 ! · I· ·

LO . M セ@ .. • • . -1 - . i セ@ セ@ . セセ@ . - ' - -

lttlli . 'Ht I p セ@ ,, . . . ij ·• ..... rn M イセヲェャイイC@ - ---. - -.

-

I . セ@ iヲGセ@- .

- •_ · GGゥェセN@ II. , .

--.... __ · ·. ,l -

- . . - l - --

·-. IT I - I 1

5

4

3

2

0

3

4

5

6

tn t

- 8

.ff --:! "- -

セ Z uエ@ 9 · -

0 I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gb. 29.03. Jarakjangl«lu hy draulic operated backhoe.

102

Page 113: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

barangkali cukup menentukan. khusunya di dalam hal alokasi budget. Keberatan itu antara lain adalah scbagai bcrikut :

Efisicnsi di dalam liP pada hydraulic type ini agak lebih sedikit dari yang stan-dard cable controlled, disebabkan oleh turunnya tegangan di dalam valves dan hoes yang panjang; oleh karena itu hydraulic hoes ini memerlukan mesin dengan HP yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan yang sama dari cable control-led hoes. (± 25%-30% lebih tinggi).

- Tenaga gali maksimal dari bucket tcrbatas kepada design pressure dari system hydraulic yang digunakan dan yang dikendalikan liwat valves tersebut, sedang pada cable operated hoes dapat digunakan tenaga seketika (instant forces) melalui penggunaan flywheel inenia atau torque convener multiplication.

Meskipun dikatakan bahwa cable controlled machines mengalami pengausan yang besar oleh karena panasnya clwches, brakes dan wire rope, hydraulic con-trol juga mengalami kesukaran yang serupa, misalnya erosi dari pompa dan valves (meskipun terjadi secara gradueel) oleh kotoran di dalam minyaknya, atau rusak mendadak oleh potongan baja yang besar di dalam min yak hydraulic ilu; juga pip a dan hydraulic hoes dapat meledak secara mendadak olch pemhcngkokan (karcna bckerja) yang berlebihan, oleh panas di dalam minyak karena "Ielah". Demikian pula packing mengalami tekanan kerja yang amat berat dan sering perlu diganti.

Kemurnian minyak merupakan salah satu syarat yang sangat penting bagi system hydraulic dan karena itu peranan oiljilters adalah sangat menentukan. Tidak semua filter yang didapat di pasaran, menunjukkan sifat seperti yang dican-tumkan di dalam svcsifikasi oleh pabrik pembuatnya, lebih-lebih tidak kalau filter tadi tidak genuin (= liruan). Pada umumnya, filter akan Iekas rusak olch apa yang dinamakan overpressure, yailu tekanan bcrkelebihan yang disebabkan oleh minyak dingin yang tidak dapat meliwatinya, atau oleh bertum-puknya debu di dalam elemen filter (yang scbcnarnya mcmang tugasnya untuk menyaringnya kcluar dari dalam minyak) yang menyebabkan lubang-lu-bang kecil ataupun retak yang kemudian dapat meliwatkan minyak tanpa disaring. Minyak ini secara periodik harus dipcriksa untuk mengetahui bagaimana baiknya sebcnamya filter kita tadi bckerja.

Buih yang diakibatkan oleh udara yang lotos dari packing yang kurang meme-nuhi pcrsyaratan, dapat mcnycbabkan rusaknya pompa kita. Oleh karena itu kita harus berusaha agar buih ini tidak ikut tersedot kc dalam pompa kita, mcskipun hanya merupakan jumlah yang terjadi sedikit demi scdikit. Kalau filter ini juga dipergunakan di dalam pipa-pipa "sedot"-nya system hydraulis ini, dia akan menimbulkan tahanan yang besar dan. pompa akan menyebabkan terjadinya rongga vacuum ataupun rongga udara di bagian ter-tentu yang kemudian menimhulkan karatan pada bagian itu schingga akan rusak sebelum waktunya.

103

Page 114: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

- Piua operator mempunyai kebiasaan yang cenderung untuk mcnggcrakkan con-trol valves terlalu cepat dan mendadak; hal ini akan mengakibatkan tekanan-tekanan tinggi ( tegangan scdot) yang scbenarnya tidak perlu terjadi. Tegangan yang diperhitungkan dapat diatasi oleh bypass/relieve valves ini biasanya terjadi sedemikian cepatnya, sehingga mcnimbulkan tegangan yang tinggi pula pada hoses/pipa-pipa serta bagian mckanis lainnya dengan akibat rusak scbelum waktunya. Pad a umumnya hcndaklah dihindari gerakan dari bagian-bagian bergerak yang bcrsifat mendadak. memhentur dan sebagainya, agar dapat dijamin umur alat yang sepanjang-panjangnya.

Kerugian yang bersifat tidak sempurnanya bagian itu sebenarnya merupakan kckurangan yang bcrsifat umum pada alat hydraulis, jadi bukanlah berlaku hanya pada hydraulic backhoe saja.

Alat-alat tersebut terakhir ini ternyata merupakan perkembangan dari teknik penggalian tanah yang wajar; dapat diharapkan bahwa di dalam waktu mendatang kckurangan tcrschut dapat hcrkurang dengan antara lain tcrsempurnakannya bagian-bagian lemah tadi.

Dentuk backhoe sebagai auachmem sebuah shovelloader (Gb. 29.04) makin hanyak digunakan. dcmikian pula auachmems lainnya sepcrti powershovel biasa, yang didapatkan dengan hanya membalik bucket dari backhoe kita, di samping powershovel yang diciptakan sccara khusus, dengan lctak hydraulic rams untuk bucker dan dippersrick di tempat yang berlawanan dengan yang ada pada backhoes.

30. C R A N E.

Excavator yang diberikan suatu altachment yang berupa suatu boom yang khusus diperuntukkan mengangkat barang·barang, dinamakan sebuah crane, yang di dalam kata sederhana sehari·hari olch masyarakat discbut juga mesin derek. Pelengkap dari crane boom ini adalah extention booms (atau juga disebut center section) untuk mempcrpanjang boom sesuai dengan yang dircncanakan, jib (atau rip section) Jipasang paJa ujung boom scbagai pcrpanjangan yang bcrsudut dcngan boom aslinya, disamping perlengkapan standard seperti hoist cable, boom point sheaves dan hook untuk mencantolkan muatan yang perlu diangkat. Pengendalian crane ini cukup sederhana, yaitu mengkaitkan muatan pada hook dan mengangkat· nya dengan menggulung hoist cable pelan·pelan.

Setclah tcrangkat sampai sesuatu ketinggian yang dikchendaki excavator dibcrikan swing kepada sisi mcnurunkan muatannya {kalau diperlukan); muatan diturunkan dengan melcpaskan hoist clutch pada brake yang ditekan scrta kemudian dilepas sedikit untuk mcngulur hoist cable yang tertarik oleh berat muatan.

Dapat dimengerti bahwa mcnurunkan muatan seperti ini akan tidak dapat berlang-sung dengan "halus" sehingga mungkin sekali menimbulkan tumburan (= impact) yang cukup besar oleh muatannya sendiri dengan dasar alat angkut ataupun Jantai/ tanah yang menerima muatan itu. Apabila dikehendaki penempatan muatan dengan lebih tepat (misalnya di dalam menempatkan bagian konstruksi) maka dapat

104

Page 115: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 30.01 .

juga melakukan penurunan bagian terakhirnya, kalau muatan sudah dekat pada tujuannya, dengan hoist brake ditekan sehingga penguluran kabel terhenti untuk kemudian melanjutkan penurunan muatan dengan menurunkan boomnya (meng-ulur boom line), karena pada umumny• boom hoist drumnya digerakkan dengan alat yang lebih rendah putarannya dan dapat pula diberikan putaran batik (naik/ turun).

Standard boom adalah boom yang terpendek yang dapat dipasang pada sebuah excavator. Standard boom ini terdiri dari duabagian yang dapatdilepaskan satu sama lain (dipisahkan) dengan maksud untuk menyisipkan di antaranya extension booms yang diperlukan.

105

Page 116: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 30.02. Crav. lercrane(+jib). Kemampuanlkapao;itas crane seperti yang biasa dibcrikan olch pabrik pcmbuatnya,

adalah be rat muatan maksimal yang dapat diangkat oleh crane ini dengan standard boom pada sudut angkat (an tara boom dan horizontal) yang maksimal pula(± 80°). Yang terpenting bagi perhitungan kemampuan angkat scbuah crane scbenarnya bukanlah besarnya sudut angkat, melainkan jarak garis berat muatan dcngan pusat putaran excavator. Makin besar jarak ini, makin kecil muatan yang dapat diangkat olch sebuah crane dengan kcmampuan maksimal tcrten tu; hal ini dapa t dilihat dengan jelas pada karakteristik crane sepcrti yang dibcrikan pada Tabcl 30.03.

Angka-angka di dalam tabcl tcrsebut diberikan berdasarkan kcscimbangan (= ba-lance) antara muatan dan bcrat bagian revolving unit excavator terhadap sumbu putar vertikal; apabila muatan terlampau berat. maka titik hcrat imbangan akan bcrgeser ke arah boom dan turn cable akan terjungkit.

A pabila tcrgescrnya titik berat tadi tidak tcrlalu jauh, maka jungkitan tersebut

106

Page 117: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Molfo l 6551 Crooo CopociHos With Stftdord Couotorwoight and 50,000 lb. Capacity loom

u ·.o· 50'·0" 55'-0" 60'-0" 65'-(1'" 70' -4" 75'-0" 10'-0" as·-o· 90'-0" 95'-0" 1oo· -o· Ma• . P

GZG 、 ゥセ Z@ Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Jib. Cop.

U'-4" 61500 61250 61000 60750 ..... ..... . .... ..... .. ... .... . ..... .. ... U'-4" 44500 44250 44000 4l750 43500 •l250 4l000 . .... ..... . .... ..... ..... Z0' -4" 21600 21420 21240 21055 27175 27690 27510 27l25 271U 26965 26710 26600

2 S ' ·O" ZI20J 21020 20135 20655 20475 20290 20110 199l0 19745 19565 19ll0 19200

)0'-0" 16650 16410 16310 161U 15975 I 5110 15640 15470 15305 15135 14970 14100

U ' -4" JJ700 JJSJO Ill 50 13165 12975 12ao 12610 12430 12245 12065 11810 11700

40 ' -4" 11500 IIllO 11160 10915 10110 10640 10465 10290 I 0 IZO 99U 9775 9600

45' -4" 9900 9720 9540 9l55 917$ 1990 8110 16l0 1445 1265 1010 7900

50' -4" ..... 1500 1320 1140 7960 7710 7600 7420 7240 7060 6810 6700

ss• -4" ..... .. ... 7210 7100 6915 6735 6555 6375 6190 6010 SilO 5650

60' -4" ..... ... . . . . .. . 6250 6065 5115 5700 5525 5345 5160 4910 4100

6S' -4" ..... .... . ..... ..... 5350 517 5 4995 4115 4635 4460 4210 4100

70' -o· . .... . . . .. . .. .. . .. .. . . .. TセPP@ 4415 4230 4050 3165 3615 3500

15'-4" .. ... . .. . . .. ... --- . ... .. . .. l9l0 3745 3160 3170 3115 lOOO

.. -

II 0 t--t--t+---fl'-4 ヲMャMMKKM MMK M K エM エ M ᄋ セGKMMKMMMQヲMlMKMMMK My@

I oo· 8 oom ..._-t+l-:::::--+--l'---t--,1 セセG i@ --1--+-

95' Boom ャュヲセMMh Mセセセセ セMM セセ M セセMKセ MM セセセセ MK ケlセ@

90' Boom NN⦅Mィ G]ZャZZエKhNNNNNZZZZGエヲN、MpKセ GMセL@ TMMKセMMKWyMセ セセセ KMセ@

85' XッッュYッQセセセイMセセセ セイゥセセヲMセ M セ セエMM セaMMKMセ セ セMMKMMセ@80'

75'

Tabel 30.03. Karakteristik dari crane P&H mod. 655-B.

.....

. .... .....

..... ····· 1000 7000 6000 5400 4400 3600 3000 2500 2000

107

Page 118: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

akan tertahan oleh hook rollers di bawah turntable itu.

Konstruksi hook rollers dan swing roller yang scderhana, khu-susnya bagi excavator ringan ada-lah seperti diperlihatkan pada Gb. 30.04 di sam ping ini; untuk yang le-bih besar, konstruksi lebih be rat di-pergunakan seperti pada Gb. 24.03.

Gb.30.04. Hookrollers pada turuntab/e Apabila muatan makin berat bagi crane ringan sesuatu kedudukan boom, maka per-

gcscran titik berat. itu akan melampaui tepi wheelbase (a tau jarak an tara kedua tracks pada crawler mowtted crance) dan keseluruhan alat + kendaraannya akan terguling.

Pacta truck crane, maka lebar wheel base dari carrier-nya adalah lebih kecil dari pada yang dikonstruksikan di alas crawler tracks dan dengaA demikian, bahaya mengguUng terse but menjadi Jebih besar karenanya. Untuk mengatasi in! sekedarnya, maka pada kebanyakan truck cra· nes dibuatkan apa yang dinamakan outriggers dengan maksud untuk mernperleba1 wheel base dalam ke-adaan berhenti untuk bekerja (Gb. 30.05} セ ・Gヲゥゥョァァ。@ apa6ita' titik .. bc;at keseimbangan melampaui Jetak ro-da-roda truck, penggulingan bdum terjadi karena masih ada di dalam Gb. 30.05. OutriggerJ terpasang lingkungan garis luar daerah out-ri ggers tadi.

Scpasang outriggers tcrscndiri dari dua buah kaki (scbuah pada tiap sisi truck) dan untuk truck crane hiasanya dipasang dua pasang outriggers di dcpan dan di bcla-kang tcmpat turntable pada chassis trucknya.

Apahila tidak dipcrgunakan dan khususnya disaat bcrgcrak bcrpindah tcmpat kerja, maka outriggers ini didorong masuk ke dalam tabungnya masing-masing pada trucknya. Pada contoh outriggers di Gb. 30.05, outriggers ini dibuat lrydraulir: ope-rated sehingga operator tidak perlu turun dari dalam cabin untuk memasang dan memasukkannya kembali ke dalam tabungnya.

Mcmhatasi hcrat muatan hcrdasarkan kcscimhangan ini mcrupakan sesuatu yang san gat mcncntukan hagi crane kita, schingga bcrbagai aka! dipcrgunakan untuk mcmelihara balance juga pada muatan yang cukup berat, karena bagi mesin peng-gerak crane, batas muatan ini adalah sangat tinggi disebabkan usah.a mengangkat muatan dapat dilakukan dengan mempergunakan system take/ berganda untuk kabel penariknya (hoist).

108

Page 119: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. 30.06. Counterweight dipasang pada bagian belakang revolving unit

Apabila muatan yang perlu diangkat beratnya melebihi kese-

imbangan revolving unit excavator-

nya, untuk memperbaiki keadaan

dipasang orang sesuatu counter-weight pada bagian belakangnya, sedemikian rupa sehingga dapat menambah bahan yang mengim-

bangi muatan berat tadi. Pada cranes yang besar, maka counter-

weight ini dapat seberat 7 ton atau

lchih dan pada cranes kapasitas kccil, tentunya juga tidak demikian

besar yang dapat dimanfaatkan

excavator. secara ekonomis.

Apabila muatan yang harus diangkat sudah tidak lagi scberat yang memcrlukan

counterweight tadi, maka counterweight ini dilcpas lagi, karena dia akan menyebab-

kan tllmtable maldhan menjungkit ke belakang, di samping membebani mesin yang

tidak pcrlu; juga bagian pcndukung lainnya-akan tcrbchani bcrat untuk jangka

waktu yang lama, schingga mempcrccpat ausnya bagian itu dcngan ccpat

pula. Mcmasang dan mel 」ー。セ@ counterweight ini dapat tlilakukan scca.ra hydraulic sepcrti

yang1 dapat dilih at pada Gb. 30.06 ataupun dcngan pcrtolongan crane Jainnya.

Makin besarnya jarak antara garis muatan dan titik pusat kescimbangan dapat tcr-

jadi oleh makin kccilnya sudut angkat yang diambil, atau juga dcngan memper-

panjang boom. Panjang boom ini pula yang mcmbcrikan pcmhatasan kepada muatan

maksimal yang dapat diangkat olch crane kit a; di samping pcngaruhnya pada pan-

jangnya jarak muatan dengan titik pusat tadi, juga kemungkinan lekuk (= buckling/

knik) pada boomnya menjadi makin besar. m。Nセ。ャ。ィ@ lckuk pada batang boom ini merupakan persoalan yang cukup sulit

diatasi; memperberat ukuran batang dapat memperkecil kemungkinan buckling _itu,

namun penyelesaian seperti ini tidaklah ekonomis, discbabkan makin buatnya

boom. makin kecil muatan yang dapat diangkat oleh crane yang terbatas kepada

syarat-syarat keseimbangan pada sumbu putar crartc.

Catatan : Angka-angka be rat muatan yang diberikan pad a tabel 30.0 3 adalah dalam lbs

standard boom panjangnya = 45 ft.

Adakalanya , dipcrluknn kcdudukan boom yang mclintasi rintangan yang

menghalangi kemiringan untuk mencapai penempatan muatan, seperti misalnya

scring tcrjadi konstruksi pcndiri an bangunan gcdung.

Untuk mcngatas i ini, maka dipasanglah pcrpanjangan boom(= extenrion) pada

ujung boom yang dinamakan jib (Gb. 30.02).

Jib ini mcmbuat sudut dcngan ara.h botJJn, "t.:demikian rupa sehingga dapat melintasi

rin Iangan, tanpa memiringkan standard boom-nya. Karena pemasangan jib ini sifat-

109

Page 120: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

nya kauang-kadang hanya sementara (penurunan muatan maksimal dari crane de-ngan jib ini adalal1 bcsar sekali, lcbih kurang scparoh dari yang kalau dipcrgunakan boom lurus) maka pcmanfaatannya dilakukan dcngan tidak mengubah hoist system aslinya; Hoist untuk jib ini rncnggunak:m drum kedua (=digging drwn) sedang un-tuk mcmelihara kcdudukan jib dipcrgunakan kabcl yang diikatkan (anchored) ke-pada boom saja.

Crane scbagai alat pokok, dapat diberik an bcrbagai attachment seperti pile driving unit, clamshell, dragline, dan lain-lain yang scmuanya tidak dapat lepas dari pcmbatasan kcmampuan crane-nya scndiri .

31 . CLAMSHELL.

Allachment kcpad a crane ini dituj ukan untuk mcngadakan pcnggal ian d an mcmindahkan tanah (atau bahan lain) yang sifatnya tidak lcngket.

Jarak pcnggalian dan pcmindahan hasil galian ini tcntunya tidak dapat mclcbihi radius putar crane pada kedudukan boom tertcntu, dan karena cara pcnggali annya yang khusus, maka clamshell ini dapat pula dipcrgunakan untuk pcnggalian dalam ruangan yang scmpit tc rhuka di atasnya. Bag ian dari clamshell bucket adalah scpcrti yang digamharkan pad a Gb.31.0 I di bawah ini.

(A) = untuk batu bronjol. (B) = untuk pasir/kerikil. (C) = Grapple, utk batu besar.

Gb. 31.0 1. Berbagai jenis clamshell bucket.

Bucket tcrdiri dari scpasang rahang (= jaws) yang ctapat berputar ujungnya paua suatu engscl yang dibuat pada sebual1 blok yang dinamakan centre pull. Pada ujung lainnya, jaw ini digantungkan kcpada sepasang batang yang penggantung de-ngan ikatan engsel pula; pacta ujung lainnya, batang pcnggantung in i dipasang pacta blok kectua dengan berengscl pula; sedemiki an pulasehingga rahang dapat berputar bcbas pada engsel dicencre pull.

Centre pull ctengan blok kectua tacti, ctihubungkan dengan sebuah lakel (tunggal ataupun berganda, tergantung dari besarnya kapasitas bucket) dan dengan demikian kedua blok tadi dapat saling mendekat dan menjauh.

110

Page 121: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Apabila centre pull menjauh dari blok penggantung bucket, maka oleh berat-nya kcdua rahang tcrdorong kc bawah pad a ujung yang tcrpasang padanya, sedang pada ujung lainnya tetap mcnggantung hcbas pacta hatang penggantung; akibatnya ialah bahwa mulut bucket akan terbuka semakin Iebar tergantung dari jauhnya jarak antara centre pull dengan blok pcnggantung. Sebaliknya, kalau kedua bagian itu mendekat, maka bucket akan terkatup mulutnya. (perhatikan inzet pada Gb.31.02)

Gb. 31.02. Oawler mounted crane dengan clamshell attachment. ·Jnzet = prinisp kerja clamshell bucket.

Kalau blok penggantung dihubungkan dengan hoist cable dan dengan dernikian menggantung seluruh bucket, maka take! antara kedua blok dihubungkan dengan digging cable pada drumnya tersendiri.

Bekcrjanya dengan clamshell adalah cukup sederhana; pertama-tama digging line diulur sedemikian rupa, sehingga centre pull menjauh dengan jarak yang maksimal dan rahang terbuka Iebar.

111

Page 122: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Kemudian, hoist cable diulur pula sampal bucket terletak diatas pennukaan massa bahan yang akan digali dan diangkat/dipindahkan. Pada lloirt cable yang kendor ini, digging cable digulung sehingga mulut bucket terkatup; oleh beratnya bucket, terutama centre pullnya, maka pada waktu menutup tidak terjadi gejala terangkat· nya bucket, melainkan bibir-bibir bucket mengadakan penetrasi kedalam massa bahan yang dikerjakan sehingga pada saat mulut bucket terkatup rapat, bahan ter· kumpul di dalam bucket dan siap untuk diangkat dan dipindahkan.

Sctclah mulut bucket terkatup rapat, maka hoist cable mulai digulung untuk mcngangkat bucket bcscrta muatannya; di dalam mengangkat bucket ini hcndaknya dimulut agar digging cable tidak kendor, karcna akan mcngakibatkan terbukanya mulut bucket dan muatan akan tertumpah kcluar.

Lcbih baik kalau mcngangkat bucket ini dilakukan juga dengan digging cable-nya, scdang hoist cable turut digulung sekedar untuk menjaga agar kabelnya tidak "nglokor". Dengart hoist clutch terpasang, maka pengendalian ini diselenggarakan Jengan menginjak brake sekedamya tiap kali diperlukan.

Sctelah bucket mencapai ketinggian tertentu, maka hoist dan digging brake di-injak sampai pcngangkatan bucket terhcnti; kcmudian crane diberikan swing ke arah tempat menumpahkan muatan. Apabila operator sudah cukup berpengelaman, maka swing ini dapat diberikan, sudah pada saat bucket sedang diangkat, sedemi-kian rupa sehingga pada saat bucket mencapai ketinggian yang dikehendaki di atas tcmpat dumping, maka swing juga sudah mencapai tempat itu; dengan bekerja scperti ini, maka cycle time clamshell dapat dipersingkat.

Pada clamshell ini dipasang pula sebuah kabel yang dinamakan tagline. Maksud dari tagline ini ialah untuk menghalangi hoist dan digging cable terpilin satu dengan lainnya, dan juga agar tidak terjadi ayunan bucket yang terlampau besar sehingga sukar untuk menempatkannya dengan tepat di atas tempat dumping (sebuah alat angkt.it ataupun bin).

Tagline ini dikendalikan dcngan memanfaatkan drum ketiga, ataupun konstruksi yang lebih ringan, seperti dipper trip ya_ng biasanya dipergunakan untuk membuka pintu alas dari dipper pada shovel. Ada kalanya juga dikendalikan secara otomatis oleh sebuah bobot yang dapat bergerak naik turun mengikuti tag cable yang di-hubungkan dengannya (pakai takel, agar gerakan tag cable dapat lebih diken.dali-kan); maksudnya hanyalah untuk menegangkan tag line ini secukupnya saja, dan apabila tag line tertarik agak be.rat (misalnya pada saat hoist & digging line diulur untuk mencapai tempat muatan), maka bobot tadi akan tertarik pula menggeser keatas dan tagline akan terulur seperlunya.

Dumping dilakukan dcngan mengulur digging Line pada hoist line yang tegang. Seperti halnya dengan· auachment lainnya pada sebuah excavator, mak. clamshell ini juga mcmpunyai pcmhatasannya di dalam jarak jangkaunya.

Contoh dari label jarak jangkau sebuah clamshell yang diberikan oleh pabrik pcmhuatnya adalah pada Tahcl 31.03 di samping untuk truck crane P & H model 255 A- TC dengan clamshell attachment.

Kemampuannya tidak diberikan dalam ton, melainkan hanya pada ukuran bucket yang dapat dipergunakan dcngan alat pokoknya (= crane) yang di dalam contoh yang diambil ini bcrkisar dari 0,5 cu yd sampai 1 ,0 cu yd.

112

Page 123: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Di da1am membentuk sebuah stockpile bahan, maka tinggi pile dibatasi oleh kakinya dan letak dari roda excavatomya. Pada contoh dapat dilihat angka pada panjang boom 30' didapatkan radius kerja = 25'-9", sedang tinggi pile = 16' dan Iebar dasar pile = 35' - 6". Apabila radius kerja diambil lebih besar, misalnya .. 20', maka tinggi pile menjadi 20' - 11" akan tetapi kaki pile akan menimbuni roda excavatomya. Apabi la yang dimuat adalah sebuah ruangan yang sudah ter-tentu ukurannya (bin ataupun truck). maka dapat diambil ketentuan Jain seperti j uga dapat dilihat pada tabel tersebut.

Sebuah bucket yang mempunyai rahang lebih dari dua (= sepasang) dinama-kan grapple a tau yang sering disebut dengan istilah populer = cangkram. Mengingat tujuannya untuk mengangkat barang yang berat dan besar yang bentuknya tidak teratur, masing-masing rahang dapat mengatup terlepas yang satu dari lainnya sehingga masing-masing dapat menekan kokoh kepada barang yang perlu diangkat itu ; jumlah rahang dapat 3 buah sampai 8 buah seperti yang dapat dilih at pada Gb. 31.0.] ., sedang kapasitasnya bervariasi menurut kemampuan crane-nya, dari 1 ton sampai 5 ton atau lebih, dengan ukuran barang berdiameter sampai 1 meter atau lebih.

Ukuran bucket bias a dapat dinyatakan dalam besaran munjung (= heaped) ataupun peres/rata air , tergantung dari bah an yang dikerjakan; pasir biasanya diu leur dengan heaped capacity, sedang lumpur dalam peres.

Merencanakan kerja clamshell dimulai dengan mangadakan perhitungan berdasarkan karakteristik untuk crane & clamshell seperti yang diberikan oleh pahriknya. Contoh rcncana adalah sebagai bcrikut :

E

113

Page 124: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

SPGセbッッュ@ 40' -0" Boom soGセ@ Boom Operating

Radiua Height and

Width of Bin Height and

Width of Bin Height and

Width of Bin

D I u I u I u 15' .{)" Zl'-7" 3' -5" 34'-Z" 2' -4" •• 0 •• •• •• 0

20'.{)" 20'-11" 5'-8 .. 32'-3 .. 3' -10" 43'-0" 2'-10" 25' -0" 16' -9" 9' -0" RYGセB@ 5'-5" 41'-0" 4' -0" 30'-0" 9' -7" 16' -6" 25'-8" 7'-11" 38'-Z" 5'-5" 35' -0" . .... ..... 20' -3" 11'-3" STGセB@ 7' -4" 40' -0" .. ... ..... 11' -7" 20' -0" 29'-10" 9' -5" 45' -0" .. . .. . ... . . . .. . .... . 23'-5" 13' -0" SO' -0" 0 ••• 0 0 •••• 0 • • •• •• 0 0. 13'-8" 22'-5"

Height and

' y ' y ' y Width of Stock Pile 16'-0" SUGセB@ 23' -o" 49' -6" 30'-0" 63' -10"

Radiua "Cio" 25'-9" 32' -9" 39'-11"

SIZE "T"

1 Cu. Yd. (Average) . .. .. ......... ...... 10'-10" ·¥4 Cu. Yd. (Average) .. . ........ ... . . . ... 9' -0" Ya Cu. Yd. (Average) ........... ......... 8' -6"

Tabel 31.03. Jarak jangkau clamshell.

( 'otuk mcng1si セ・「 オ 。ィ@ bin dari SlOCkptle kerikll yang berdekatan. tersedia

sebuah tmck crane, P&H 255 A-TC dengan standard boom = 30 ft. Exten-t ion hooms tersedia pula dua buah@ I 0 ft. Clamshell yang tersedia ada tiga macam, yaitu I cu yd dengan berat 4.700 lb.

0,75 cu yd dengan berat 3.500 lb. 0 ,50 cu yd dengan berat 2.600 lb.

Crane capacities diberikan pula pada daftar dibawah ini :

Model 255A T.C. Crane Capacities 30Ft. 30Ft. 40Ft. 40Ft. 50 Ft. 50 Ft. 60Ft. 70Ft. ao Ft. 90Ft. MaL Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Boom Jib

PFZセZZZ Q@ Withollt With WithOilt With Without With With With With With c。ゥnセB@Out- Out- Out- Out. Out- Out- Out- Oat- Out- Out-

ri110r1 ri«&Ht riccera rl&&•n ri&&en ric cera ri&&or• ri&&on ri&IOfl ri&con Oat-rl&cen

QPGセセ@ 27.500 40,000 27.200 39,500 26,900 39,000 ····· .. . .. ···· · .. ... ..... 12'q %0,700 40,000 20,400 39,500 20,100 39.000 38.500 ····· ..... ..... ..... is G ᄋセ@ 15.500 36,800 15.200 36.300 14,900 35,800 31,000 30,500 . ... . ····· ··· ·· 20'q 10,500 23,200 10,200 22,900 9,900 n ,600 22,300 n.ooo 21,700 21,400 .... . 2J"q 8,000 17.200 7.700 16,900 7,400 16,600 16.300 16,000 15,700 15,400 6,000 30'q 6.400 13,000 6.100 12,700 s.soo 12,400 12,100 11,800 11,500 11.200 6,000 3s•q ..... ... .. 5,100 IO,GOO 4,800 10.300 10,000 9,700 9,400 9,100 4,900 40'q ····· ·· ··· 4.250 8,400 3,950 8,100 7,800 7.500 7.200 6,900 3,900 u•q ..... ... .. . .... . .... 3.200 6,600 6,300 6,000 5,700 5,400 %.900 SO' -0" ..... ····· ····· .. ... 2,700 5.500 S,lOO 4,900 4.600 4,300 2.400 s5'q ..... ... .. ..... ..... ····· . .... 4,400 4,100 3,800 3,500 1,900 60'q ..... ..... .... . ... .. ... .. ····· 3,100 3,500 3,200 2,900 QNセ@

u•q ..... .. .. . ····· .. ... ····· ····· ..... 3,000 %.700 %.400 1,100 70' -0" ..... ····· ····· ····· ····· ····· ····· ····· ..... 2.000 700

1t4

Page 125: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Radiw iJ horizontal distance from center of ratation to hook.

All crane capacities based on 85% tipping load and were derived from tests made with the machine mounted on a P&H crane carrier with dual rear axle and pneu-matic tire.J, fulcrum point of outriggers 6 314 ft. from center of truck and with the machine .Jtanding on a firm level uniformly supporting surface, using a Baldwin Southwark Load Cell and Brown Electronik Indicator for load measurement. Capacities without outriggers depend upon proper infalation, capacity and condi-tion of tires. Capacities shown include weight of hook, block, chains: etc.

Backstops are recommended for crane booms exceeding 40 fut in legth.

For clamshell and magnet ratings deduct 20% from crane ratings. Limit on clamshell rating is 8,650 lbs. Combined weight (bucket or magnet, eic., plus con-tents) should not exceed clamshell capacities.

Maximum legth of boom recommended for clamshell operation is 50 ft. Single !'art Hoist for load up to 8,000 lbs. Two Part Hoist for loads up to 16.000 lbs. Three part Hoist Line for loads up 10 24,000 lbs. Four Part Hoist For loads up to 32,000 lbs. Five Part Hoist Line For loads up to 40.000 lbs.

Above jib capacities for 30ft. job on all booms up 10 90ft. maximum, using outriggers.

sedang untuk jarak jangkau clamshell dengan crane tersebut, dapat pula dibaca pada tabel 31.05. Ketentuan-ketentuan lainnya : tinggi bin= 5,50 meter(= 17 ft) dengan I ft

tam bah an un tuk menumpahkan muatan menjadi = 18 ft. Jarak anatar stockpile dengan bin • 18 meter dan (D) diambil dari tengah-tengah jarak itu = 9 meter (= 30 ヲエセ@Be rat bah an yang d.iisikan kedaJam bin = I ,30 ton/m (= 90 lbs/cu.ft).

Ukuran bin • 20 ft x 10 ft, memanjang dari arah stockpile. (U = I 0 ft) . Berhubung dengan keadaan permukaan tanah pada site tidak mcmungkinkan dlpa53llgnya outriggers (terlaJu lunak), maka kapasitas crane d.idasarkan kepada kemampuan tanpa outrigger. Pertama-tama diperiksa apakah standard boom dapat memenuhi tugasnya: Dengan melihat tabel 31.05 dapat ditemukan :

D = 30 ft. E = 9 ft 7 in, disyaratkan E = 18 ft jadi kurang tinggi. U = 16 ft 6 in.

Dengan 1 extention (=40ft boom) didapatkan. D • 30 ft . E • 20 ft 3 in. U • 7 ft II in, diperlukan minimal • 10 ft sehingga boom

untuk mengisi yang jauh, akan mentok kepada mulut bin. Perlu diperpanjang radius kerja·menjadi 3S ft.

11&

Page 126: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

D = 35 ft. E = 20 ft 3 in. U = 1 1 ft 3 in, sehingga pemilihan ini dapat memenuhi per-

syaratan kerja mengisi bin.

R = 35 ft didapatkan dengan menggeser crane mendekat kepada swckpile sejauh 5 ft ; hal ini mungkin sekali akan menimbulkan kesulitan pad a waktu mengambil bagian pile yang dekat pada alat (boom harus diangkat untuk kemudian diturunkan lagi setelal1 swing). Penyelesaian lain yang lebih memuaskan adalah untuk menggeser crane ke· arah yang tegak lurus pada garis hubung pile - bin. Dengan kedudukan ini, maka sudut swing akan lebih kecil sehingga ourp111 dapat diharapkan lebih besar, sedang kesukaran tersebut tadi, dapat diatasi. Hanya perlu diperiksa mengenai harga U yang tentunya berubah; di dalam con toh ini, penggescran crane kearah maju = 1"8 ft sedang U menjadi = 12 ft. Menurut tabel didapatkan U = 11 ft 3 in yang dapat diatasi kekurangannya dengan menurunkan boom sedikit (R menjadi lebih besar, dan walaupun E menjadi lebih kecil, hal ini tidak berarti apa-apa karena masih cukup s1sa dari 20 ft 3 in scbagai hasil dari pemilihan R = 35 ft) . Dengan R = 35 ft, maka menurut tabel crane capacity didapatkan pada 40ft

boom, kemampuan angkat crane = 5.100 lbs. Sesuai pula dengan batas yang diberi· kan untuk slams hell (- 20%) maka muatan (inclusive be rat bucket) = 4 .000 lbs. Dengan demikian, maka bucket yang dapat dipergunakan hanyalah yang 0 ,5 cuyd saja (beratnya = 2.600 lbs).

Berat muatannya sendiri menjadi = 0,5 X 27 X 90 lbs = 1200 lbs (plate lin e= peres) sehingga masih ada kemampuan lebih untuk memuat bucket secara munjung (heaped).

Perhitungan tersebut di atas hanyalah merupakan perhitungan pendahuluan untuk. dipergunakan sebagai ancer-ancer, di dalam kenyataan nanti, biasanya masih diperlukan modifikasi ataupun sama sekali harus dirubah set up dari cara kerja yang direncanakan itu.

116

Page 127: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

32. D R A G L I N E

Sebuah auachment Jain yang dapat diberikan kepada crane untuk keperluan menggali dan memindahkan tanah adalah yang biasa disebut dragline atau juga drags hovel.

Dibandingkan dcngan clamshell, maka dragline ini mempunyai keuntungan

lchih yang hcrupa jarak jangkau yang dapat lchih besar dan kapasitas yang lcbih bcsar pula, mcskipun tidak dapat bckerja di dalam ruangan yang tcrbatas scpcrti halnya clamshell.

Gb. 32.01. Dragline attachment pada crane.

Scperti halnya dengan clamshell, maka juga pacta dragline ini diperlukan kedua

kabel dari excavator, yaitu hoist dan digging cable. (Tagline tidak diperlukan !). Pada Gb. 32.02 dapat dilihat bagian dari dragline bucket serta kedudukannya

yang extreem. Dentuk bucket dari dragline adalah seperti sebuah pengki baja yang bcsar dan berat.

117

Page 128: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

(1) = bucket body (2) = bridge (3) = dump chain (4) = dump cable· (5) = hoist cable crane

A (6) digging cable (7) = dump sheave (8) = drag chain

6

3

B menggali

Gb. 32.02. Bagian-bagian terpenting dragline attachment dan kedua kedudukan bucket yang extreem. (A)= membuang muatan; (B)= menggali tanah.

Pada bagian bclakang yang bucket body dibuatkan dua buah pin yang kalau tcrhubungkan akan terlctak pada sebuah sumbu; Pin ini merupakan tempat meng· kaitkan sepasang rantai yang pada ujung lainnya diikatkan satu sama Jain dan dibuat kuat-kuat pada ujung hoist cable.

Sepasang rantai ini disebut dump chain yang dimal<sudkan untuk memungkinkan bucket body dapat berputar menggantung dengan bebasnya pada sumbu kedua pin tadi; agar dump chain ini tidak menghalani berputamya body tersebut, maka di· pasanglah batang yang memelihara jarak an tara kedua rantai itu (= cengkal).

118

Page 129: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Dagian atas ujung dcpan body yang bcrbcntuk pengki tadi dihubungkan satu sama lain dengan konstruksi yang disebut "jembatan" (arch, bridge) dengan tujuan agar kedua tepi sam ping body tidak mendekat satu sam a lain (mingkus). Bridge ini juga merupakan tempat mengikat dump cable yang melalui sebuah kontrol (= she-ave) yang dipasang pada ujung hoist cable (bersama-sama dengan dump cable) dihubungkan dcngan digging cable. Pada hubungan ini dipasang pula ujung dari dua· buah rantai (= drag chain) yang pada ujung lainnya diikatkan (be bas pada sepasang pin depan bucket.

Sebenarnya, bucket berikut dump chian, dump cable+ sheave dan drag chain

mcrupakan scsuatu keutuhan tcrtcntu, di mana tempat hubungan serta panjang rantai dan kabelnya sudah tertentu pula; mcnghubungkan dengan hoist dan digging cable cukup dengan menyambungkannya pada sockets yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Dasar kerja dengan dragline ini adalah sebagai bcrikut :

t) Menggali dimulai dengan meletakkan bucket di atas permukaan tanah yang akan · digali, sedemikian rupa sehingga baik hoist cable maupun drag cable-nya dalam

keadaan "kendor" terulurkan. · Kemudian digging cable mulai digulung mcnarik drag chain dan dengan demikian juga menarik bucket dengan bibir bergiginya di depan; scmentara itu hoist cable juga ditegangkan sedemikian rupa sehingga sedikit mcngangkat bagian belakang bucket dan gerakan penarikan drag chain menyebabkan pcnetrasi kc dalam tanah oleh bucket (bibir bergiginya) dan tanah tergali masuk ke dalam bad bucket Pada penarikan seterusnya, kedudukan agak "menungging" dari bucket ini diper-tahankan dengan cara mengulur sedikit demi sedikit hoist line mengikuti gerak-an maju bucket yang ditarik (= melawani gerakan bucket) sedemikian rupa se-hingga kontak untuk penetrasi dari bucket dengan tanah terus terpelihara. Apabila bucket sudah terisi penuh (atau sudah sampai ke tempat dekat excava-tomya seperti yang dikehendaki). maka gerakan menggali ini dihentikan (brake pada hoist dan digging drum!).

b) Mengangkat bucket kemudian diusahakan sebagai pekerjaan yang mendahului dilakukannya swing menuju ke tempat dump.

Pada saat penggalian dihenti.kan, maka hoist dan digging cable ada dalam keada-an tegang (meskipun belum maksimal), dan arah masing-masing membuat sesuatu sudut an tara 90° dan I 80°). Mengangkat bucket ini pada hakekatnya ialah usaha untuk memberbesar sudut tadi sampai mendekati 180°. Hal ini dila-kukan dengan pertama-tama menahan hoistline dengan menginjak hoist brake. sedang digging cable digulung terus dengan melepaskan digging brake yang tadinya terinjak(= engaged) untuk menghentikan gerakan penggalian.

Tindakan ini menycbabkan dump cable di bagian yang bcrhubungan dengan digging cable terulur panjang; karena panjang dump cable ini sudah tertentu, maka perpanjangari dump cable ini akan rnenyebabkan pcrpendekan pada ujung lainnya, yaitu di bagian yang berhubungan dengan bridge di bagian depan bucket. Oleh karena bucket ini dapat berputar pada sumbu di belakang body-nya yang digantungkan kepada hoistline (pada saat ini dalam keadaan tegang !) maka

119

Page 130: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

bagian depan bucket akan tertarik ke atas ("" tengadah) sampai terjadi lagi kese-imbangan antara gaya yang bekerja pada kabel-kabel sekeliling dump sM-ave; kalau setelah itu, penggulungan digging cable diteruskan, maka bucket akan tertarik lepas dari permukaan tanah dalam kedudukan agak tengadah sehingga muatan tidak tertumpah keluar dari dalam bucket (perhatikan Gb. 3 2.0 I). Kedudukan bucket maksimal yang dapat dihasilkan dengan tindakan seperti yang dikerjakan tadi, mungkin sekali agak terlalu rendah untuk keperluan dumping muatan nanti sehingga memberikan koreksi kepadanya akan memerlu-kan waktu dan memperpanjang cycle time kerja dragline. Oleh karena itu, maka seeing ditempuh jalan bagi usaha memperbesar sudut hoist digging cable yang lain, yaitu menggulung hoist cable sambil menahan digging dwnp. Hasilnya akan sama, dengan perbedaan bahwa kedudukan bucket akan lcbih tinggi dari yang dicapai dengan cara yang pertama tadi. Apabila hasil ke-dudukan bucket inipun masih kurang tinggi, maka digging cable dilepas berang-sur, melawani gerak bucket yang terangkat oleh hoist cable. Kedudukan terakhir bucket dicapai dengan kedua brake (hoist & dig) ditekan dan kedua clutch-nya dilepas.

c) Swing menuju ke tempat dump.dilakukan setelah kedudukan bucket pada tinggi yang dikehendaki tadi terjamin. Seseorang operator yang berpengalaman, melakukan swing ini segera sesudah bucket terlepas dari permukaan tanah, pada saat mana usaha menaikan bucket masih berjalan. Dengan melakukan hal yang demikian itu, maka dapat diperpendek cycle tiap kerja dragline; lebih·lebih kalau dapat diusahakan untuk mencapai kedudukan tertinggi bucket ini yang bertepatan waktunya dengan akhir swing.

d) Dumping atau membuang muatan (di atas pile ataupun alat angkutan) dilakukan dengan mengulur digging cable. Tindakan mengulur digging cable ini mengakibatkan pertama-tama gerakan mengayunnya bucket pada hoist cable menuju tempat dumping yang kurang lebih ada di tempat yang tegak Iucus di bawah boom point sheave dari crane. Akibat kedua ialah bahwa bucket akan berangsur mencapai kedudukan dump .(Gb. 32.02. A) dan muatan tertumpahkan tepat pada sasarannya. Mengatur kedudukan bucket hingga tepat sampai di atas alat angkutan pada saat dumping ini disebut " spotting" dan merupakan pekerjaan yang cukup sulit, terutama bagi operator yang masih bekerja. Kedudukan yang telah terlalu tinggi akan memperpanjang cycle time dengan sia-sia, sedang kedudukan terlalu rendah akan menumburkan bucket kepada body dari alat angkutnya hingga menyebabkan kcrusakan pada yang tersebut terakhir ini.

e) Kembali ke tempat permulaan ga/ian dilakukan dengan swing kembali untuk kemudian mengulur hoist cable sampai bucket terletak di atas permukaan tanah yang akan digali. Agar jarak galian dari pusat putaran excavatomya lebih besar dari yang didapat dengan prosedure tersebut tadi, maka operator dapat mengerjakan pengembalian bucket ke tempat galian itu dengan gerakan yang disebut auting, yaitu melem-

120

Page 131: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

par bucket sejauh mungkin keluar dari lingkaran swing. Untuk ini, bucket ditarik lebih dulu pada drag cable-nya sampai mendekati

boom (digging cabledigulung dan hoist cable diulur sedikit). Kemudian, digging cable diulur (brake dan clutch dilepas) sehingga bucket teorjun

ke depan; sementara mengayun ini, hoist cable ditarik dengan cepat untuk mem-

berikan tambahan tenaga ayunan itu. Bilamana bucket sudah mencapai jarak yang cukup jauh dari excavator (meliwati

boompoint sheave) maka hoist cable juga diulur sedang digging cable masih te-

tap dalam keadaan terulur pula. lni menyebabkan bahwa bucket akan meluncur

terus ke depan menjauhi excavator, dan apabila jarak sudah dipandang cukup

jauh, maka digging brake ditekan sehingga· bucket akan jatuh ke bawah dengan

giginya menunjam ke dalam permukaan tanah. Kegiatan penggalian selanju tnya dilakukan seperti biasa.

Operator yang sudah berpengalaman, kadang-kadang juga memanfaatkan gaya

centrifugal dari swing untuk mencapai jarak casting yang lebih jauh lagi; namun

hal ini tidaklah dianjurkan, khususnya bagi operator yang masih kurang peng-

alamannya, karena kecuali berbahaya bagi kedudukan boom berikut boomline-

nya, juga berbahaya bagi daerah sekitar tern pat penggalian.

Melihat pada dasar kerja sebuah dragline tersebut tadi, maka kalau diban-

dingkan dengan sebuah powershovel, memang terdapat kekurangan pada drag line,

tcrutama pada produksinya (= ottlput). Akan tctapi disampimg kerugian itu, drag line

mcmiliki kcuntungan yang dapat mcngeliminasik an kckurangannya terhadap

powershovel, yang antara lain terdiri dari kemampuannya untuk menggali. tanpa

perlu masuk mendekat pada tempat gal iannya sendir i, seperti halnya dengan power-

shovel. Drag line dapat bekerja dengan ditempatkan di atas "lantai kerja" yang baik (terba-

tas saja) dan menggali di tempat yang ketinggiannya ada di bawah ketinggian lantai

kerja tadi, sehingga tempat yang penuh terisi air dan berlumpurpun, bukanlah

mcrupakan halangan hagi produksinya drag line (as a I lantai kcrjanya dapat dijamin

herfungsi dcngan baik). Juga alat angkutnya tidak perlu masuk ke dalarn Iubang galian (=pit) sehingga

dikurangi kemungkinan macet ke dalam lumpur. Turunnya output dragline terhadap powershovel sebenarnya adalah relatip,

karena shovel biasanya tidak dapat dipergunakan di tempat yang memaksa kita

memanfaatkan sebuah dragline; akan tetapi di dalam kondisi yang sama, turunnya

output ini {= perbedaannya) adalah sekitar 20-30 %. · Seperti halnya dengan attachment lainnya; ukuran dragline ditentukan oleh daya

muatnya (= cubic yards); untuk sebuah crane, dapat dipergunakan berbagai ukuran

bucket yang disesuaikan dengan panjangnya boom yang dipilih, kerasnya tanah

yang harus digali dan tingkatan kearnanan yang dirasa perlu untuk ditetapkan ter-

hadap kemungkinan tergulingnya excavator. Ukuran bucket dapat ditetapkan dalam muatan peres ataupun munjung (struck

ataupun heaped), tergantung dari kondisi lapangan dan tanah yang digali. Dl dalam

kita merencanakan kerja bagi dragline kita, maka reference pertama yang dapat di-

121

Page 132: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

pergunakan adalah tabel jarak jangkau yang biasanya disertakan oleh pabrik pem-buatnya kepada alat/excavator, seperti yang dapat dipelajari pada Gb. 32.03 di ba-wah ini untuk P&H mod. 255A-TC.

wah ini untuk P&H mod. 2

」セョエセイ@ o ( Rotation to c・ョ エ セ イ@ of Dump .. Dumpina hセゥ」ィエ@ (Maximum) ........ . d ゥァセョ」@ Reach (Approximate) . .... . . . Cu tin1 D iatance (Approximate) . ..... . dセ ーエ ィ@ of End Cut (Approximate) .... . C learance hセ ゥ 。ィ エ@ of Boom Point ..... . C learance Radiua of Boom Point Sh

..;.,;..; >>> a::l::l u uu MセG[AZA@

:mpnq phi:; NOTE- Dimension• G and Ga may vary con1iderably depenamg v .. _ _ gging condi-

tion• and the akill of the operator. Dimen1ion H (depth of end cut) depend• on the character of the digging.

Gb. 32.03. Jarak jangkau dragline sebagai bagian characteristics yang disertakan pabrik kepada a/atny a.

Kcterangan sepcrti yang ctiberikan cti ctalam tabel pacta Gb. 32.03 hanyalah sebagai ancer-anccr pcrencanaan saja. yang ctiberikan untuk 0,75cuyct bucket; variasi yang ctapat dihcrikan di luar itu, dapat ki ta dapatkan scndiri bcrctasarkan kemam-puan cranenya senctiri.

Dckcrja pacta boom angle = 2f seperti yang diberikan sebagai suctut minimal di dalam tabel, memanglal1 merupakan sudut kerja boom yang minimal, karena hanya menghasilkan ketinggian bucket untuk dumping = 7 ft yang kurang lebih adalah tinggi body sebuah truck ringan; di sam ping itu, memperkecil boom angle juga mengurangi ukuran bucket yang dapat dipergunakan, dan hal ini mungkin sckali rnenyebabkan turunnya effisiensi dengan sangat drastis.

122

Page 133: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

33. Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam rencana.

Pembatasan yang diberikan pada label jarak jangkau dragline seperti yang dimuat pada Gb. 32.03, merupakan salah satu faktor yang perlu diperhitungkan di dalam kita merencanakan kerja alat kita.

Di samping itu, kondisi pekerjaan merupakan faktor lain yang mempengaruhi output dragline kita.

Termasuk kedalam kondisi medan adalah jenis tanah yang dig ali dan tinggi dari tebing galian. Secara Teoritis memang dapat dihitung angka optimum untuk faktor tcrsebut, namun Iebih tcrpcrcaya adalah tabcl yang didapatkan dari pengamatan di lapangan, dalam kondisi yang ideal; untuk merencanakan pekerjaan dalam kondisi yang kita hadapi, mal<a cukuplah diambil ·perbandingan terhadap angka yang didapatkan dari tabel tadi. Salah satu tabel yang sering dipergunakan adalah yang dibuat oleh Power Crane & Shovel Association (Amerika Serikat) seperti yang tercantum di dalam label 33.01 di bawah ini.

Tabel terse but menyatakan output drag line di dalam cu ydsljam untuk masing-masing ukuran bucket pada standard boom dengankedalamangalian yang optimum; swing adalah 90° sedang waktu kerja = 60 mcnit/jam.

Jenis tanalt Ukuran bucket, cu yds yang digali

0,50 0,75 1,00 1,50 2,00

Tanah liat basah 5,5-70 6,0-95 6.6-130 7,4- 195 8,0-245 Pasir/kerikil 5,5-90 6,0- 125 6,6-155 7,4-210 8,0-255 Tanah biasa, baik 6,7-75 7,4- 105 8,0- I35 9,0- I90 ·9,9- 230 Tanah liat, keras 8,0-55 8,7-90 9,3- IIO 10,7-160 II ,8- I95 Tanah liat, lengket 8,0-30 8,7-55 9,3- 75 10,7-IIO II ,8 - 145

a b a b a b a b a b

Tabcl 33.0 1 Dalam galian optimal (kolom a) dan output/jam (kolom b) untuk draglin e denf?an masing-masing ukuran bucker. Dalam galian dalam ft dan output dalam cu yds.

Angka produksi tcrschut di dalam tahel didapatkan tanpa mcngadakan cas-ting (= lemparan) brKket; apabila harus dilakukan dcngan casting, maka cycle time perlu ditambah 20- 30 detik, tergantung dari ketrampilan operator.

Scpcrti halnya dcngan power shovel, rnaka pengaruh penyimpangan pada kc-dalaman galian dan hcsarnya swinJ? dapat di-tabcl-kan scbagai bcrik.ut :

123

Page 134: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

% dalam galian Sudut putar/swing dalam <<» dari optimum. 4S 60 7S 90- 12Q ISO 180

20 99 94 90 87 81 73 70 40 108 102 97 93 85 78 72 60 113 106 101 97 88 80 74 80 117 109 104 99 90 82 76·

100 120 1.12 103 100 91 83 77 120 117 109 103 98 90 82 76 140 114 106 100 96 88 81 7S 160 110 102 97 93 8S 79 73 180 lOS 98 94 90 82 76 71 200 100 94 90 87 79 73 69

Tabcl 33.02 Pengaruh penyimpangan dari ringgi re!Jing galian optimum dan stulut swing = 90°

Bcrat bucket mcrupakan bcban mati yang tidak dapat dihindarkan mcngurangi hasil produktip dragline kita; segala usaha harus dilakukan untuk ュ・ュー・イォセ」ゥャ@beban mali ini, antara lain dengan memilih jenis bucket yang seringan-ringannya untuk keperluan tugas yang dihadapi.

Di samping ukurannya yang mcmbcrikan bcban yang bcrbcda (makin bcsar, makin hcral), juga jcnisnya mcncntukan hcrat lmcket. Di dalam pcrdagangan didapatkan tiga jenis bucket, yaitu yang bersifat heavy duty. general duty dan light dwy untuk kcperluan-keperluan yang khusus. Heavy duty rnisalnya dipcrlukan untuk pckcrjaan di dalam quern·. tambang dan sebagainya, scdang yang lit:ht duty adalah untuk pcnggalian didalam tanah bcrlurnpur, pa.c;ir dan schagainya.

General duty adalah bagian yang bcrsifat umum, rnisalnya pada tanah bi asa, pasirlkcrikil dan lain-lain.

/Iucker I cuyd untuk heavy duty. bcratnya adalah ± 2,3 ton dan untuk light duty ± I ton scdang untuk general duty ± 1,6 ton.

Mcmilih bucket yang heavy duty untuk pckcrjaan yarig sitatnya umum. mcru-

pakanluxc yang harus dihayar dcnganmahal; mcmang rnungkin umur lmckernya lchih panjang, akan tetapi · pcngurangan olllpur pad a biaya yang sa rna, jauh lebih merugi-kan dari rusaknya bucker pada saatnya. Sebaliknya, memilih bucker yang light duty untuk pekerjaan di quarry dcngan batu-batunya yang berat dan tajam, tidak terlalu bcsar mempcrtinggi output dragline kita, akan tctapi cepatnya kcrusakan yang timbul pada bucket kita adalah lcbih besar dari keuntungan yang didapatkan dengan mempertinggi outputnya.

Sebagai contoh untuk merencanakan kerja dengan dragline, dapat dipergun-kan soal sebagai berikut

124

Page 135: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Pada sebuah proyek perlebaran dan pendalaman sebuah saluran irigasi, di-pergunakan drag)ine yang alat pokoknya adalah truck crane P&H 255 A-TC dengan karateristik seperti yang dibcrikan pada paragrap sebclum ini. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini tersedia buckets, general du ty, dengan ukuran 0,75 dan 0,50 cu yds, sedang bucket 1.00 cu yds dapat didatangkan atas permintaan. Juga tersedia excavator booms @10ft sebanyak 2 buah pada standard boom = 30 ft .

Ketentuan-ketentuan lainnya: saluran mengalirkan air sepanjang scbuah jalan inspcksi yang dipisahkan dengan tcpi saluran oleh sebuah tanggul yang cukup Iebar bagian atasnya untuk penempatan dragline kita.

Tinggi jalan terhadap tanggul rata-rata 1.00 meter. Pelebaran saluran ialah dari 8 meter menjadi 10 meter(= 33 ft), sedang

jarak an tara tepi galian dcngan ujung outriggers, minimal adalah 1,0 mm, sehingga jarak antara centre of rotation dengan tepi galian adalah 17 ft. Berat bucket 0 ,75 cu yd = 0,90 ton dan yang 0,50 cu yd adalah 0,60 ton. Tanah yang digali adalah tanah biasa dengan berat I ,24 ton/m3 (= 90 lb/3 ft) .

Dengan memperhatikan angka-angka yang diberikan tadi, maka dapat diambil data sbb. :

G = Digging reach = 12 + 33 ft = 45 ft. D = Dumping radius = ± 30 ft. E = Dumping height = 4,50 m = 15 ft. H = Depth of end cut = 4 m =13ft.

Jarak gal ian= 45 ft tadi, tidak mungkin dicapai dcngan standard boom walau-pun dengan casting (perhatikan Gb. 32.03) schingga perlu d ipasang sebuah extention menjadi 40 ft tmom yang dapat mencapai jarak itu dengan casting. Apabila dipasang lagi sebuah extention, maka jarak itu dapat dicapai tanpa casting (= 50 ft boom). Catatan : Oleh karena bekerja dcngan dragline ini dilakukan dengan kece-

patan (hoist & swing) yang lebih tinggi dari kalau dipergunakan scbagai crane biasa, maka angka crane capaciti es seperti yang dibcrikan di dalam label karateri stik hendaklall dikurangi dengan 20 %.

Di pergunakan 40 ft boom dcngan 0,75 cu yd h11cket (+ casting), 40 boom angle. Berat bucker = 0,90 ton= 1.800 lbs. Berat tanah = 0,75 x 81 x 90 = 5.500 lbs. Berat total= 1.800 + 5.500 = 7.300 lbs.

Crane capci ry pada radius kcrja = 35ft adalah 10 .600 lbs mcnurul label crane capacities untuk P&H model 255 A-TC sehingga dapat diperhitungkan 0 ,80 x 10.600 = 8.500 lbs. (cukup mampu untuk kerja kita).

Menurul labe l 33.0 I , maka dengan 0,75 cu yd bucket dicapai optimum depth = 7,4 ft dan pada swing= 90° didapatkan produksi sebesar 105 cu yds {d,engan cycle time ± = 30 detik).

Dengan casting, cycle time menjadi 50 detik sehingga produksi/jam diper-hitungkan = 60 co yds.

125

Page 136: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Dcngan ウキゥョセ@ = 180 , maka radius kerjaldump = D = 35 fl sehingga truck pengangkut hasil galian dapat ditempatkan agak kebelakang sedikit dan swing angle menjadi = 1500. Dalam galian akhir = 4' meter= 13 ft , sedang optimumnya = 7,4 ft., sehingga dapat diperhitungkan kedalaman = 180% optimum. Dcngan angka tersebut, maka faktor korcksi yang perlu diberikan (menurut tahcl 33.02) = 37% dan hasil pro<.luksi dragline kit a rata-rata dapat dircnca-nakan = 7G % x 60 cu yds = 4G cu yds/jam. Angka tersebut dicapai pada effisiensi = 60 menit/jam (= 100 % effisiensi yang tidak pcrnah dicapai dalam kondisi normal/ tidak ideal); rata-rata effi-siensi yang dapat kita perhitungkan adalah 60% atau 36 menit/jam dan out-put dragline kita dapat diperkirakan = 0,60 x 46 = 28 cu yds/jam.

Sebagai perbandingan dicoba menghitung dengan 50 ft boom yang pada boom angle = 25° dapat mencapai Iebar galian = 45 ft tadi. Melihat crane capacities, maka tidak mungkin dipergunakan bucket 0,75 yd dan terpaksa dipasang yang 0,50 yd. Berat bucket = 0,6 ton= 1.200 lbs. De rat tanah = 0,5 x 81 x 90 = 3.600 lbs. Berat total = 4.800 lbs. Crane c.:apacity pada operating radius= 45 ft adalah 6.600 Jbs dan diperhi-tungkan = 80% x 6.600 = 5.280 lbs (= cukup mampu). Tabel 33.01 : tinggi tebing = 6,7 ft dengan output= 75 cu yds/jam. Dumping radius= 45ft sehingga sudut swing menjadi 135°. Dengan tabel 33.02. dengan menghitung penyimpangan terhadap optimum depth = 200 %, maka didapatkan faktor koreksi = 76 % (interpolasi) dan our-pur dragline kita = 76% x 75 =57 cu yds/jam., dan dengan memperhitungkan pula faktor effisiensi = 60 % maka dapat diperkirakan ourpur menjadi 0,60 x 57= 34 cu yds/jam. Ternyata bahwa hasil kerja kita lebih besar dengan mempergunakan 50 ft boom dengan 0,50 yd bucket. Dumping height yang terakhir ini pada boom angle· 25° adalah 25 ft ; diku-rangi dengan (T) = 9 ft menjadi 16 ft yang !llerupakan ketinggian yang di-tuntut oleh truck angkutan kita.

Dari contoh di at as <.l apat dilihat bahwa "casting" tidak sela menguntungkan; kecuali itu, kerusakan pada bucket lebih cepat terjadinya dan • .1runnya effisiensi operator (karena melelahkan) dapat diamati dengan nyata, setelah beberapa saat melakukan pekerjaannya.

B11cket dapat pula diisi munjung (heaped) kalau pcrlu <.lcngan mcmpcrhcrat coun-ter weight pada excavatomya; kenaikan produksi dengan cara yang demikian itu, kadang-kadang memang sangat menguntvngkan.

126

Page 137: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN A.

TABEL PEMBALIKAN

inch = 1" = セNUT@ em. square inc = 6.45 cm2 ft = 1 foot = 12 in. = 30,48 em. square foot = 9.29 yd = 1 yard= 36 in. = 91,44 em. square yard = 83.61 mi = 1 mile = 1,760 yd =

oz = 1 ounce = 28.350 grams lb = 1 pound= 453.59 grams

1,6Km.

cwt = hundred weight = 45.359 kilograms kip = 1000 lb = 453.59 kilograms ton (short) = 2000 lb = 907.08 kg. ton (long) = I 000 kg.

1 cu in. = cubic inch = 16.387 cm3 1 pt = 1 pint= 0,4732 liters 1 gt = 1 quart = 0,9464 liters 1 gal = 1 gallon = 3,7854 liters 1 cu ft = cubic feet = 28,315 dm3 1 cu yd = cubic yard = 0,765 m3.

square mile 640 acres

cu ft/min = 1 cubic foot/minute = 0,4 719 liters/second I US gall on per minute = 225 liters per hour 1 psi = I pound per square inch = 0,0703 kg/cm2 1 ·At. = 1 atmosfeer = 14,696 lb/in2 = 1,033 kg/cm2 1 1b/yd = 1 pound per yard = 0,496 kg/m. 1 lb/ft = I pound per foot = 1 ,488 kg/m.

lb/cu.in = 1 pound per cu. inch = 27.68 gram/cm3 lb/cu.ft = 1 pound per cu. foot = 0,016 kg/dm3 gr/cu.in = 1 grain per cu. inch = 3,96 gram/liters

in/sec = 1 inch per second = 91,444 meters/hour. ft /sec = I foot per second = I ,097 Km/hr. mph = I mile per hour = I.6I Km/hr.

= = 2.59

dm2 dm2

km2.

BTU = I British thermal unit = 0,252 kilocalorie = 1,059 kilo joules. BTU /Cu.ft. = BTU/cubic foot = 8,9 kilocalories/m3 HP = I Horse power = 0,7457 k W = "33.000 ftJb/min. kgm/sec = i kilogram meter per second = O,I3I5 HP = 9 8I w. ft.lb = 1 foot pound = 0,138 kg meter.

I

Page 138: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN 8

BEUERAPA PENGETAHUAN TENTANG DAN

1). U mum.

Yang dimaksud dengan ban di sini adalah jenis yang dipomp (inflated/pneu-matic), tcrutama untuk kcndaraan-kcndaraan yang bckcrja di luar jalur jalan yang dipcrkeras (= off the road). Meskipun demikian, pcngcrtian yang dikemukakan ini dapat pula dibuat untuk jalan raya.

Setiap ban, dari jcnis apapun dia sclalu dibuat berdasarkan sesuatu rencana pcnggunaan tcrtcntu scpcri design speed, muatan dasar, pcmompaan, dipakai di mana, dan sctcrusnya. Dengan dcmikian hcndaklah kita selalu berusaha untuk scdapat mungkin mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan olch pabriknya. apabila kila hcndak mcndapatkan hasil guna yang optimal dari ban kita.

Misalnya tckanan angin di dalam ban, kalau bcrkelebihan akan sangat mcngurangi umur dari ban-ban, karcna bcnang di dalam kanvasnya akan tcrtegang sckali schingga di dalam kcadaan yang dcmikian itu akan bcrkurang hingga 40 %.

Benturan sedikit saja sering akan mcnyebabkan mcletusnya ban kita. Juga terlalu kernpcs (= underinjlation) akan sangat bcrpcngaruh kcpada usia ban kita karena panas yang tcrjadi akan jauh rnclampaui tcmpcratur ban yang direncanakan.

Pada waktu kerja sering timbul gejala bahwa tekanan angin di dalarn ban menjadi sangat tinggi, meskipun pada mulanya Ielah dipcriksa dan tenlapat tekanan yang normal. Hal ini lcrutama discbabkan olch gcscran ban dengan permukaan tanah dan udara, tcrutama kalau keccpatan yang direncanakan terlampaui. l'r essure buildup ini biasanya diperkenankan sarnpai IS psi; jangan mcmbiasakan diri untuk "ngem-pesin" ban (air bleeding).

llcbcrapa pcngcrtian yang pcrlu dikctahui adalah :

a) Tiread design, yaitu bcntuk kcmbangan pada permukaan ban. Bentuk permukaan

11

Gb. B/ 1. Berbagai tir ead design. ini dipilih scsuai clcngan keadaan medan, di mana kendaraan harus bekerja. begitu pula macam pekerjaan yang harus dijalankannya. Misalnya sand tire (Fire'-

Page 139: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

tone) di samping ini adalah agar tidak sclip pada waktu berjalan di atas pasir.

b) Section width, yaitu Iebar potongan ban yang diukur di an tara sidewalls dan biasanya dinyatakan dalam inch.

c) Rimdiameter, yaitu ukuran garis tengah velg (= rim) pada sebelah luar alas rim itu dan dinyatakan dalam inch.

d) Uk.uran ban (tire size), yaitu uk.uran yang dinormalisasik.an untuk. memudah-k.an di dalam industri dan pcrdagangan. Angk.a-angk.a yang disebutkan di dalam menyatakan ukuran ban ialah section width dan rim diameter. Misalnya ban ukuran 8,25 X 20.00 artinya section widthnya adalah 8,25 inch dan rim diameternya adalah 20 inch.

e) Pkyrating, yaitu suatu indeks yang menunjukkan daya muat sesuatu ban setelah dipompa. Mesldpun rating ini banyak hubungannya dengan jumlah ply(= lapisan cords) yang ada di dalam ban, namun ply raring ini tidak selalu ュ・ョuiセェオォォ。ョ@banyaknya lapisan kanvas melainkan perbandingan kekuatan terhadap sesuatu ukuran kekuatan ban standard. Mi salnya ban yang dijual di pasaran, di samping tcrcantum ukuran bannya, juga disebut plyrating ini, misalnya ?.00 X 20.00.14 ply.

f) Inflation pressure . yaitu tekanan udara di dalam ban, seperti yang dipergunakan di dalam tabc1 untuk masing-masing ban pada suhu (= tcmperatur) biasa. Bilamana kendaraan sudah berjalan, tekanan ini akan naik disebabkan oleh panas yang ditimbulkan di dalam ban tersebut. Inflation pressure ini dapat diukur dcngan ukuran ban dan dinyatakan di dalam psi ataupun dalam atmosfeer. I psi= 0 ,07 kg/cm2.

Tire Ply Tire load limits at various inflation pressure Size rating 35 40 50 55 60 65 70 75

600 X 16 6 1080 I 170 12SS 650 X 16 6 1225 1320 1420 700 X 13 8 960 1035 1180 1250 1315 700 X 20 8 1820 1950 2080 2200 2310 750 X 20 10 2060 2210 2350 2490 2620 2740 2860 3090 825 X IS 12 2960 2120 2260 2390 2510 2630 2750 2970 825 X 20 10 2400 2570 2730 2890 3040 3180 3330 900 X 20 10 3040 3240 3440 3620 3790 3960

900 X 20 12 3040 3240 3440 3620 3790 3960 4280 1000 X 20 12 3600 3820 4020 4220 4410 4580 1200 X 20 14 5090 5330 5580 6020 dst. Kecepatan rata-rata = 60 mph. Angka-angka dalam lbs.

III

Page 140: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Note Un tuk kecepatan tinggi yang terus menerus, maka dalam keadaan dingin

tersebut di dalam tabel harus ditambah dengan 10 psi (60 mph}.

Pada hakekatnya, inflation pressure dibcrikan scsuai dengan muatan dan kecepat-an yang hendak ditempuh. Tiap ban dibuat atas dasar kemungkinan memberikan sesuatu deflection (%) menurut syarat yang ditetapkan oleh sesuatu pckerjaan dan

keadaan medan. Yang dimaksud dcngan deflection adalah jarak tertekannya per-

mukaan ban yang bersentuhan dengan pcrmukaan tanah ke arah pusat roda oleh berat muatan yang diberikan kepadanya. Pada pckcrjaan di luar sesuatu jalur jalan (off the road) di mana keccpatan tcrpaksa tidak dapat tinggi, muatan dapat dinaikkan di atas normal. Akan tctapi

hal ini segera harus dikurangi lagi mcnjadi muatan normal, segera sesudah liwat jalan biasa lagi.

OYERINFLATION UNDERINFLATION PROPER INFLATION

Gb. B/2. Inflation pressures.

Tckanan angin di dalam han, kccepatan dan muatan adalah faktor yang sangat rncrnpcngaruhi urnur han, dan scdapat mungkin dipcnuhi syarat yang ditcntukan oleh pahrik.

Kerusakan yang discbahkan olch penyimpangan adalah sepcrti dapat dilihat pada Gh. B/3 (A - D).

(A). Kerusakan pada han yang pccah diakibatkan oleh overinjlati on yang jauh melampaui takeran. Biasanya ban akan pecah dengan keras sekali.

(B). Ban pecah akibat muatan terlalu berat, terutama bila inflation tcrlalu besar,

kecepatan terlarnpau tinggi. Pecah semacam ini tidak mengherankan.

Benang kanvas (cords) yang lcpas seperti ini akan segera put us dan discbahkan oleh underinflation atau han yang mcndadak kcmpcs pada waktu scdang hcrjalan dcngan ccpatnya. Gcjala ini jclas tarnpak pada bagian dalam dari ban.

(D). Pecah-pecah radial pada dinding ban yang diakibatkan oleh underinflation : yang dibiarkan terlalu lama dalam penggunaan kendaraan.

N

Page 141: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gb. B/ 3. Berbagai kerusakan pada ban oleh penggunaan yang tidak wajar.

Pada pckerjaan yang dilakukan di a tas tanah yang helum keras/padat benar (misalnya pada dacrah yang haru digusur), ban-han agak dikcmpesi. Hal ini merupakan kebiasaan yang baik, sebab bidang singgung antara pennukaan ban dengan permukaan tanah menjadi lebih besar sehingga mengurangi masuknya ban ke dalam permukaan. Tekanan per satu satuan luas menjadi lebih kecil dan dengan demikian memperbesar traksi dan memperkecil rolling resistance.

Pengaruh ketiga faktor (inflation, muatan dan kecepatan) kepada umur ban kita, dapat dilihat dari daftar di bawah ini. Tabel dibuat atas dasar umur rata-rata ban dalam keadaan normal = 50.000 Km.

Pengaruh underinflation

10% 44.000 20% 38.000 30% 30.000 40% 20.000 50% 10.000

Pengaruh muatan lcbih atau kurang dari yang ditetapkan di dalam tabel

- 30% - 20% - 10%

0% + 10%

90.000 75.000 60.000 50.000 38.000

v

Page 142: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

+ 20% + 30% + 40% + 50%

30.000 25.000 21.000 18.000

I'engaruh kecepatan kcpada umur ban rata-rata dapat digambarkan sebagai berikut: Apabila kecepatan normal diambil = 100 % (60 Km/jam), maka kecepatan rata-rata = I 00 Km/jam menurunkan umur ban menjadi 50%; kecepatan rata-rata = 30 Km/jam menaikkan umur ban menjadi 180%.

Kecuali cara tadi, maka umur ban, khususnya yang besar dan mahal, dapat dilakukan dcngan tindakan ckstcrm yang dapat dihcrikan. Kalau mcdannya bcr-muka kcras dan tajam scpcrti halnya di dacrall gunung, maka pada ban dapat di pasang rantai pclindung (ryre prorecrion r hain) scpcrti pada gamhar 13/4 yang dapat mcmpcrpanjang umur ban kita sampai40- GO% dari umur rata-rata. Juga mcmasang radial dapat mcmpcrpanjang umurnya scsuai dcngan pcnamballan biaya.

Gb. B/4 . Rantai pelindung ban.

VI

Page 143: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN C.

KABEL YANG DIGUNAKAN.

Kabel baja ini merupakan bahan yang amat pcnting di dalam pelaksanaan konstruksi, sehingga pada setiap pelaksanaan tentu dijumpai masalah_ mengenai kabel (paling tidak untuk menolong alat yang macet di dalam lumpur). Mengingat bahwa banyak sekali alat berat yang menggunakan kabel ini sebagai bahan untuk bekerjanya, sedang di pasaran terdapat kabel ini diperjual belikan, maka sedikit pengctahuan tcntang kat>el ini perlu dimiliki oleh management personnel, secara khusus yang mengadakan pembelian serta peme!iharaan mesin-mesin kita.

Kabel terdiri dari bagian-bagiannya sebagai berikut :

Scrat (=wire) yang dibuat dari baja dengan kekuatan yang berkisar 130 - 180 kg/mm2 dan berdiameter tergantung dari ukuran kabel yang bersangkutan; diame-1

ter serat kabel ini dibuat dari 0 ,23 mm sampai kurang lebih 2,2 mm untuk kabel-kabel besar.

Bcnang kahcl (=strand) yang terdiri dari serat-serat kabel yang dipilin menjadi satu keutuhan yang memhuat kabel, diameternya tergantung dari serat-serat yang digunakan.

Kahcl (=wire rope) adalah pi linan dari scjumlah benang kabel, mengelilingi sebuah inti (= core) yang dpat berupa tali sisal (hennep)atau sebuah fibre yang lemas.

Ukuran di dalam perdagangan menycbutkan adanya ukuran diameter dari kabel, baja yang digunakan (= kekuatannya), jenis pilinan (=lay) jumlah benang di dalam kabel dan jumlah serat di dalam benang kabel.

Gb. C. OJ. Penampang pada kabeL

Diameter kabel diukur pada d.ua buah be-nang yang berhadapan, dan bukan antara dua buah garis yang sejajar {= 4 kabel). Jumlah serat di dalam benang bervariasi; standardisasi menentukan jumlah ini ada-lah 19 dan 37, sedang dapat diperkuat dengan filler wire yang berdiameter lebih kecil dari serat yang pokok. Jumlah benang di dalam kabel dapat ber-jumlah 6 atau 8 yang dipilin searah de-ngan pilinan serat-serat yang membuat benang, atau berlawanan dengan pilinan itu.

Demikian pula pilinan ini dapat mengarah kc kanan ataupun ke kiri. Arah pil inan kabel, baik yang searah ataupun yang melintang, mempunyai kegunaannya masing-masing sehubungan dengan tingkah lakunya di dalam praktek.

Dcngan mempcrhatikan arah pilinan ini didapatkan 4 jenis pilinan, yaitu pilin-an searah, yang dapat terpilin kc kanan atau kc kiri, dan pilanan mclintang yang dapat juga kc arah kanan dan kiri.

VII

Page 144: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Pada umunya boleh dikatakan bahwa pilinan searah itu lcbih tahan terhadap gejala yang disebut "patah Ielah" •(= fatique)• karena bentuk Juarnya yang sedikit banyak agak gepeng (= flat); akan tetapi juga dia menunjukkan gejala untuk lcpas pilinannya kecuali kalau kedua ujungnya diikat dengan kawat.

Karena melekuknya kabel seharusnya tidal< boleh lebih kecil dari 45 X dia-mcternya, maka harus dihindarkan lekukan yang tajam; dengan demikan maka apabila harus dilakukan pembelokan yang tajam itu, diameter yang kecil diuta-makan dari yang bcsar. Sebaliknya, kalau kondisi menunjukkan perlunya tahan-an terhadap gcsrckan dan benturan, kabel-kabel besar yang dipilih. Daya tahan kabel juga akan jauh berkurang, kalau dia dibengkok berturut-turut pada dua arah yang berlawanan. Hal ini merupakan gejala baja biasa yang juga akan patah kalau berturut-turut dibengkokkan dan diluruskan.

Oleh karena itu, maka sebaiknya dihindarkan adanya pembengkokkan yang demikian itu dengan mengatur system dari sheaves agar tidal< mengakibatkan timbulnya gejala itu .

Juga ikalan kepada sesuatu drum hendaknya diatur; kalau arah ikalan di dalam drumnya dari kiri ke kanan sedang jcnis ikalannya adalah "overwind", maka hen-daklah dipakai jenis kabel yang terpilin ke kanan (baik searah atau·pun bcrlawanan): demikian pula kalau ikalan itu dari kanan ke kiri sedang jenis ikalannya adalah underwind. Sebalikny a kalau ikalan dari kanan ke kiri sedang jenisnya adalah "over-wind" maka digunakan kabel jenis pilin an ke kiri . juga kalau ikalan dari kiri ke kanan sedang ikalannya adalah jenis "underwind".

I Pilinan ke kanan _ ,I

I

セセ@Over Wind Under Wi11d

r. Pilinan ke kiri

I

Under Wind

Gb. C. 02. Kabel pada berbagai jenis ikalan pada drum.

Over Wind

llal ini dilakukan karena kabel kalau terbcbaskan dari tegangan menunjukkan gcjala untuk terlcpas pilinan hcnangnya; kalau digunakan sepcrti clianjurkan di at as. rnaka gcjala ini justru mcnycbahkan kahcldi dalam ikalannya di dalam drum mcnjadi bersatu. Biasanya kabcl ini akan nglokor dan menjadi lepas.

Kalau ikalannya lcbih dari scbuah lapisan, maka diambil ikalan lap1san yang paling atas untuk menentukan kabel yang diperlukan. Jangan mengikal kabel secara awut-awutan di dalam drumnya, karena yang demikian itu akan menycbabkan terjepit-nya kabcl yang mengakihatkan gesrekan yang amat besar dan secara konsek-wen jugJ mcngurangi umur tl ari kahel. Agar tcrhindarkan gcjala lepas pilanan tcrschut. maka kahcl dapat dibcrik an hcntuk asal yang sudall bcrbcntuk tcrpilin (=performed) sehingga tidak akan lepas kalau dipergunakan untuk bckerja. Keba-

VIII

Page 145: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

nyakan alat-alat kita menggunakan kabel yang preformed ini. Melihat kebanyakan alat kit a tidak mungkin memenuhi persyaratan yang me-

nentukan diameter sheave yang.45 X diameter kabelnya, maka akibatnya adalah kabel yang umumnya pendek; oleh karena itu maka biasanya adalah Jebih ekonomis untuk menggunakan kabelyang kecil yang tidak cukup kuat untuk mena-han tegangan mcndadak (= shock) dari mcnggunakan kabel besar yang ti dak tahan tcrhadap bengkokan atas sheaves yang kekecilan itu , khususnya kalau standard cable itu harus melalui bengkokan yang berlawanan arahnya. berlawanan arahnya.

Kabel biasanya mendapat kerusakan berat kalau dia melekuk (= kink), yaitu apabila dia ditegang dalam keadaan tcrpilin di Iuar pilinan aslinya.

Untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh hal yang demikian ini, maka kabel diulur dari ikalannya dengan klos yang berputar dan tidak dengan mengangkat kabel dari klosnya. J{aJau keadaan memungkinkan, maka klosnya yang dijalankan dengan ujung kabel yang bebas diletakkan di atas エ。ョセN@Adakalanya kabel akan mengalami ruwet semen tara dilepaskan dari ikalannya; di

Gb. C 03. Lekukan yang menyebabkan dal hal . . ak · k b 1 b kerusakan pada kabeL am lm m a UJUng a e yang e-

bas ditarik melalui bagian yang ruwet itu sampai hilang keruwetannya.

Kalau kabelnya pendek. maka lekukan dapat dihindari dengan melepaskan pili nan dengan pilinan yang berlawanan dengan yang terjadi (dengan tangan) dengan mem-berikan pilinan antinya serta menyentak-nyentak kabel, maka biasanya yang ter-pilin tadi akan tertolong dengan sendirinya. Dan apabila kabel amat pende!plya, ュセ。@ pilinan tadi dapat diluruskan dengan menga.ngkatnya bebas dari tanah セ。ュー。ゥ@iekukan dapat diurut ke luar dari kabel pada ujung bebasnya. Meminyaki kabel yang pendek biasanya tidak diperlukan untuk menghindarinya dari gesrekan-ge-srekan diantara mereka sendiri, karena kabel biasimya sudah diberikan minyak yang cukup oleh paberiknya. Akan tetapi, kalau kabel ini tidak digunakan agak ia-ma, maka memberikan minyak ini perlu agar dihindarkan kerusakan oleh karatan. Juga kalau di dalam pcmakaian tampak agak mengkilap, maka memberikan minyak ini perlu sekali untuk kepentingan sheaves-nya, juga untuk kabelnya sendiri. Faktor keamanan perlu diperhitungkan di dalam memilih kabcl yang hendak digu-nakan; faktor ini adalah perbandingan an tara muatan yang direncanakan dengan muatan yang memutuskan kabel itu . Safety factor sebesar 5 X atau Iebih dianjur-kan untuk mcngizinkan adanya "shock loads" yang kadang-kadang mencapai muatan yang mematahkan tadi. Di bawah ini diberikan daftar kekuatan patah dari berbagai ukuran kabel.

IX

Page 146: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Jumlah Diameter· Diameter Be rat Kekuatan pada da-Be nang Serat serat kabcl kg/m' ya tahan rrcr serat

per mm mm kahel kg mm2

benang 130 180

0 ,23 3,5 0.045 600 850 0,26 4 .0 ,057 800 1100 0,31 5 0,081 1100 1500

6 19 0,37 6 0 ,116 1600 2200 0,50 8 0,21 2900 4050 0,60 9,5 0,30 4200 5800 0,80 12,5 0,54 7450 10300 1,0 16.0 0.68 11650 16100 I ,2 19.0 I ,22 16750 23200 1,4 22,0 1.66 22800 31600

0,45 10,0 0.34 4600 6350 0,60 13,0 0 ,59 8150 11300 0,75 16,0 0,93 12750 17650 1,0 22,0 I ,65 22650 31400 1,1 24,0 2,00 27450 38000

6 37 I ,2 27,0 2,38 32650 45200 1,5 33,0 3,72 51000 70000 1,8 40,0 5,36 73450 101700

0,7 19,0 1,14 14800 20500 0,8 21,0 1,49 19350 26800 1,0 27,0 2,32 30250 41850

8 37 1,2 32,0 3 ,35 43500 60250 I ,5 40,0 5,24 68000 94150 1,8 48,0 7,52 97800 135400 2,0 54,0 9 ,30 120900 167000

TABEL C.04. Kekuatan Patah Kabel.

X

Page 147: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN D

HYDRAULIC SYSTEMS.

Di dalam alat·alat bcrat, maka yang discbut hydraulic system adalah scsuatu alat yang dapat mengatur/mcngcndalikan tenaga hydraulis untuk kcperluan pcla· yanan dari pad a attachment untuk bekerjanya; meskipun ada yang mcnggunakan-nya untuk keperluan·keperluan misalnya pengendalian prime movcrnya sendiri juga, namun yang paling penting adalah attachmcnt·nya scndiri.

Bagian tcrpcnting dari hydraulic system ini adalah scbuah pampa hydraulis berikut klep-klep pengontrnl-nya scrta scbuah cylinder hydraulic dcngan lengan.pe-nekanfpenarik-nya. Kemudian tcntunya harus ada sebuah tangki minyak untuk mcnjadi tcmpat penampung dari minyak hidraulis yang pcrlu· dipompakan masuk ke dalam system olch pompa hydraulisnya serta yang mcngalir kembali mclalui bypass valves·nya.

l'ada kebanyakan alai bcrat, daya mampu scsuatu mcsin untuk fl\Cnyelesaikan

Aオセ。ウセイセ N セセfNエ^。ァゥ。 N セ@ セウセイ@ エ」イァ。セQエオョセ@ dari outpf:Jt· ィケ、イセオャ N ゥ」@ セケウNエセョZGュセヲ・エエゥ@ セセセャ@nya' t)adct""!l}'\1 jenis - traktor tOfdler cfah sebagainya. Ofeh rtafel\3£ !h.a; pefttiltfjln yang セ・「・ ⦅ ウ。イ ᄋ 「・ウ。イョケ。@ harus dibcribn kepada hydraulic system •ini supaya· 9apat ュ・ョァィ。ウセャォ。ョ@ kerja yang optimal 9lch alat di dalam kescluruhannya seperti yang dircncanakan oleh pabcriknya. Dapat dibayangkan turunnya output sesuatu loader, kalau }1ydraulic s>:st.ernnya エゥ_セォ@ b;_kerja ウセー」イエゥ@ yang direncanakan.

Pcnyakit utarfla dari hydl'mJiic Gys-tem ini disel?abkan olch pengotoran dari ィケセイ。オエゥゥN セ Nッゥ@ 1-ny.a, セ N@ ュ cNLN ョケエ セエゥャヲ。セ 」ョAス。オ M L\[。ョ@ .dan ォ」イオウ。セQャヲャ@ at as bagjan dar-i system' yang scharusnya harus · tidak bocor. Pcngotoran ini dapat tcrjadi olch dcbu mau p_un olch air yang kcmudian dapat mc-"makan:· baglan-hagja':l_Yang sangat pcka tcrschut. Mcskipun tcl ah ditj sahakan adanya system yang tqt\JlUp rapat-rapat (completely. sealed S)'Sten1), 11amu_n kontaminasi ini tctap saja tcrjadi sehinggaperlu mcnggiuiti filtcmya p<id.a wak-fu-:waktu tcrtcntu, hahkah mcngganti-.mmyaknyakalau

·perlu. fョャ A ヲャセキ ᄋ ヲゥャエ・ヲ@ dcfpat sckedar mcngurangi kontaminasi ini, nafui.Jn tctap s·aja エゥ ⦅ ョ、。ォ N 。ョセセ「」イウゥィ。ョ@ perlu dilakuka!l. mcngingat 「。ィセ。@ tidak scmua ュゥョケ。ォュセャ。ᆳlut bylfa.sl yalves.:nya menuju icc tangki minyaknya(sebagian masi6finggal didala"ni systcmnya). ·

Pompa hydraulic yang biasa digunakan adalah yang 「・イェ」ョゥセ@ geaT dan vane. Masih ada.jenis lainnya yang 、ゥーイッ、オォセゥ@ orang untuk. kcpcrluan ini , riamun kedua jenis tadi adalah yang paling banyak digunakan sampai sckarang ini. Yang paling scderhana adalah jenis pompa gear type yang biasanya digunakan untuk pompa bcrkapasitas rendah atau memang dipcrlukan tckanan pompa yang tidak terlalu besar. Keuntungan セ・。イ@ type ini ialah bahwa dia sangat sedikit memerlukan pe-rncliharaan dan lebih tahan terhadap kontaminasi dari minyaknya sendiri.

!'ada Gb. DOl dapat dilihat prinsip kerjanya gear type pump ini, yang pada hakckatnya tidak hcrhcda dcngan pornpa yang hiasa kit a dapat lihat pada pompa minyak pada umumnya (crank case ッ ゥ セ@ dan sebagainya).

XI

Page 148: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Gear type ini pcka ter-hadap tckanan yang bcrla-wanan arahnya dengan arah pu-taran pompa, khususnya ka-lau tckanan cairan ini agak bcsar. Olch karena itu dibuat orang vane type pump, yang Zセッョウエイオォウゥョケ。@ lebih sulit: pompa jcnis ini lebih her-

GEAR-TYPE PUMP imhang (balanced) secara hydraulis kalau dibanding-kan dengan gear type. Mcngingat hal yang dcmi-kian itu, maka vane type ini banyak digunakan untuk pompa berkapasitas tinggi scpcrti pada bulldozer dan loaders pada umumnya.

Aliran hasil pompa ini di-masukkan ke dalam cylinder yang dibuat untuk mengubah tcnaga hydraulis ini menjadi

VANE-TYPE PUMP tcnaga mekanis. Derapa tenaga Gb. D.Ol . Jenis-jenis pompa yang biasa diguna- mckanis yang dapat dihasil-

kan pada a/at-a/at konstruksi kita. kan oleh hydraulic cylinder ini tergantung dari dua faktor, yaitu tekanan X luas dari kcpala pistonny. llal ini pcrlu dipcrhatikan di dalam kit a mcnilai scsuatu hydraulic system, karen a biasanya orang salah duga bahwa makin bcsar cylindcrnya, makin bcsar pula tcnaga yang dapat dihasilkan olch piston yang mcndorong itu. Tekanan tcrscbut scbanding dcngan "debit" dari pompa, yaitu dcngan berapa lamanya itu dapat mengisi ruang-an cylinder dengan cairan pada tekanan tertentu itu, supaya dapat mcngikuti gerak-an piston yang mcnghasilkan tekanan tersebut.

Tenaga ini dinyatakan dalam kgm/dctik (= kekuatan X jarak gerak/detik) dan tidak hcrubah hesarnya di dalam sistcm terscbut (dcngan mcngabaikan hilangnya tenaga olch gesrcka-gesrekan hagian -bagian yang bergcrak); hal ini sesuai dcngan tcori tcnaga di dalam hcjana yang bcrhuhungan.

Melihat pengcrtian kit a mengenai tcnaga (= HP) tadi, maka kekuatan ini tcrgantung dari luas piston dan dcngan perubal1an luas itu, bcruhah pula hesarnya kckuatan yang kc luar dari sistcm; sedang gcrak piston yang dinyatakan dalam m/dctik itu tcntunya juga hcruhah dcngan pcrubahan ャオ 。Nセ@ kcpada piston.

Hal ini sehenarnya juga mudah diterangkan sehagai berikut :

kg m m3 Tenaga (=HP= --) =

detik detik X kg

mXm

XII

Page 149: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

--- = satuan debit = kapasitas pompa = kemampuan pompa meng detik isi ruangan cylinder.

kg sedang menunjukkan satuan tekanan (= tekanan/kekuatan per satu

m X m satuan luas), atau juga tekanan yang diukur di dalam cairan

yang ada di dalam system (biasanya diukur pada bypass valvenya).

kg m Adapun tenaga ,. HP = ---

detik ini dapat dikatakan merupakan gerakan dari piston per satu satuan waktu = kg X m

detik.

Dengan mengabaikan kehilangan karena geseran (friction losses) serta kenyataan bahwa cairan tidak dapat dimampatkan, maka dari -pemyataan (= statement) ter-sebut diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

- bahwa setiap system dengan pompa tertentu kapasitasnya, menghasilkan HP

yang sama untuk system itu sendiri. HP yang dil>asilkan oleh pompa itu berupa kekuatan (= kg) x gerakan piston (m/detik); kalau kita kehendaki kekuatan yang besar, maka diperlukan cylinder yang besar, dcngan akibat bahwa gerakan piston tadi menjadi lebih lambat (HP = !clap, sehingga kckuatan x gerakan = tetap pula). kalau kita kehcndaki kekuatan yang besar dengan gerakan piston yang besar pula. maka kapasitas dari pompa harus diperbesar. kalau dikehcndaki kecepatan yang besar dengan kapasitas pompa yang sama, maka cylindemya diperkecil, yang berakibat kekuatan dorong juga menjadi

lcbih kecil.

Jadi, untuk mengukur liP dari sistemnya. maka yang penting itu bukan hanya besar/kecilnya cylinder saja, melainkan juga kapasitas dari pompa kita menunjuk-kan/memegang peranan yang besar.

Pompa untuk cylinder systems biasanya diukur dalam HP pada sesuatu RPM tertentu, yang pada hakekatnya juga merupakan HP dari mesin penggerak

pompa itu (atau power take off-nya).

debit pompa (m3/detik) X tekanan (kg/m2)

HP (pompa) = ---------------75

atau di dalam system fool pounds per minute :

debit (gallons per minute) X system relief valve prcs.'iu-HP (maksimum) = re (psi)

1714

XIII

Page 150: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Mengenai cylindernya sendiri dapat dikemukakan dibedakan dua jenis, yaitu yang single acting dan yang double acting. (searah ataupun dua arah kerja).

SINGLE ACTING

/

Gb.D.02. Jenis-jenis hydraulic cylinder yang digunakan daklm konstruksi

Scpcrti yang dapat dipcrhatikan pada gambar skctsa Gb. 0.02., single acting cylin-ders bckerja hanya pada arah ォ」ー。ョェ。ョァ[セョ@ dari cylinder itu saja; kembalinya dilaku-kan tlengan IHCillanfaatkan hcrat dari "barang" yang diangkatnya itu. Dengan tlcmi-kian tlipcrlukan hanya sebuah katup (=valve) pcmbuang saja, yaitu tlibuka pad? saat muatan menekan kembali stang hydraulic kepada kedudukan semuia, sedang ditutup kalau system sedang mentlorong "muatan", pompa dapat bekerja· terus a tau berhenti, tidak mempengaruhi bekerjanya sistim kalau bypass valve ini cukup di-buat besar (menampung basil pompa dan minyak yang kembali mengalir ke luar dari silinder ).

Pada double acting cylinder, baik maju atau mundurnya gcrakan stang piston di-lakukan dcngan mcnckannya tlcngan pcrantaraan hytlraulic oil. Dapat dimengcrti bahwa baik jumlah valve maupun saluran-saluran akan mcnjadi lebih bcsar tlan lcbih rumit (complicated).

Pacta umumnya dipcrlukan hanya dua buah kat up saja yang dapat sekaligus bckcrja pada satu arah saja: patla waktu dipcrlukan slang piston hcrgcrak kc dcpan,service valve dibuka ke arah ruangan C 1 sctlang lrypass valve dibuka dari arah C2. Dengan tlcmikian itu, minyak hydraulic dipompakan kc dalam ruangan di bawah silintlcr sctlang dari ruangan silindcr bagian atas minyak ini mcngalir (Jidorong ke luar) mc-lalui bypass valve masuk kc dalam reservoir. Apabila dikehcndaki kerja scbaliknya, maka service valve menutup ke arah C 1 y:mg sccara otomatis membuka kc arah

Pompa C2 sedang bypass valve mcnutup kc arah C2 dan mcmbuka kc arah C I · Pompa (P) dapat bckerja !crus, hanya kalau piston 、ゥ「・イゥォ エセョ@ kedudukan "hold" tli numa scmua klcp dibcrikan kcdudukan sctcngah tcrbuka; kal:tu tidak maka pompa harus dilcpas (disengaged).

XIV

Page 151: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Mcskipun agak mahal scdikit, orang biasanya memilih yang double acting olch karena, kecuali memberikan keuntungan dapat memberikan/menguasai baik gerak-an maju atau mundurnya piston, juga gerakan ini tidak tergantung dari kedudukan dari muatannya. Single acting cylinders biasanya hanya digunakan pada dwnptrucks dan lain-lain alat yang sudah dapat diperhitungkan arah dan besarnya muatan yang menekan kembali stang kc dalam silindernya.

Khususnya di dalam hal tractor loaders, pcrlu dipcrhatik an masalah hydraulic r:yr: /e time-nya yang harus scdcmiki an rupa tcpatnya schingga tcpat pada waktu lmr.ket dari loader mcnghadapi tmck. dia harus sudah tepat mencapai kedudukan untuk membuang muatannya. Kalau tidak, mab tcrjadi kehilangan waktu (outruns its hydrauli cs) schingga tcrjadi kehilangan waktu uan mcrnpcrpanjang c:yr:le timenya.

XV

Page 152: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN E

RODA RANTAI ATAU RODA BAN KARET

( Tracks or wheels ).

1). PENDAHULUAN.

Pada zaman sekarang ini, perkembangan traktor beroda ban karet adalah sudah demikian majunya (berbeda dengan beberapa tahun yang lalu) sehingga para penganjurnya, terutama pabrik pembuatnya, berani mcnyatakan bahwa alat inidapat mcnghac;ilkan apa saja yang dapat dihasilkan oleh saudara-saudaranya yang menggunakan roda rantai (track vehicles) dengan Jebih cepat dan ekonomis.

Sampai di mana kebenaran pcrnyataan itu, sebenarnya masih perlu kita teliti dcngan cermat sebelum kita ini dapat termakan oleh propaganda perdagangan yang memang kurang dapat dipertanggung jawabkan.

Khususnya di dalam alat penggusuran tanah, maka pengalaman yang be-rupa 60 tahun lcbih tuanya alat/traktor beroda rantai ini tidak dapat dihilangkan demikian saja, meskipun perkembangan teknologi pada zaman akhir-akhir ini me-nunjukkan kemajuan yang lebih pesat kalau dibandingkan dengan zaman yang terdahulu.

Sudah barang tcntu, setiap barang baru yang menjanjikan keuntungan yang lebih besar dapat menarik sctiappembeli, tcrutama para kontraktor dan pengguna alat itu; namun demikian pendapat sudah barang tentu pula berbeda, oleh karena juga traktor-traktor bcroda rantai jugamengalami perbaikan dan kemajuannya sen-diri.

Disinipun kami menganjurkan · untuk meneliti . benar-benar, kcuntungan dan kerugiannya menggunakafl sesuatu jcnis pckerjaan tertcntu; dcngan pcr-kataan lain, kita harus menganalisa pckcrjaan yang akan dihcrikan serta mcmhantlingkan hasil yang dapat diharapkan .terjadi oleh masing-masing alat tcrsebut.

Misalnya, sebuah bulldozer ber-ban karet dapat bekerja lebih cepat dan ャ・「ゥセ@lincah (= mobile) dari saudaranya yang ber-ban rantai; akan tetapi benarkah pekerjaan yang kita hadapi itu hanya memerlukan kecepatan dan kelincahan saja, atau lebih mementingkan adanya traksi yang diperlukan untuk menghasilkan karya yang ekonomis ? . Di samping itu, juga ketrampilan dari para operator menentukan masa-lah pemilihan itu; sampai dimana kita dapat menggunakan alat kita secara ekonomis dan baik ?.

2). DRAWBAR PULL DAN RIMPULL I KECEPATAN DAN KELINCAHAN .

Pada kebanyakan bahan/tanah, orang biasanya menghendaki alat yang meng-ィ。ウゥセォ。ョ@ sejumlah traksi tertentu untuk menyelesaikan tugasnya, makin besar makin baik. Dan oleh karena traktor roda rantai (track type tractors) dapat menghasilkan traksi jauh Jebih besar dari saudaranya yang beroda ban karet, maka di dalam hal

XVI

Page 153: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

セ@

§ =3 0. e

i:i2 c.: CQ Q

traksi lebih menguntungkan. Di mana diperlukan DDP yang besar, maka track type dozer ini merupakan

pilihan yang menentukan. Hal ini disebabkan oleh karena traksinya memang cukup besar; seperti yang telah

diketahui, maka DBP = f x Berat total dari alat beratnya atau botch dikatakan : DBP = f, dimana f ini adalah yang disebut = coeffisien traksi.

be rat Coeffisien traksi ini berbeda an tara track dengan wheel; kecuali di atac; permukaan beton atau aspal, maka nilai (fi) ini mencapai maksimal untuk track = 0,9 dan untuk wheel adalah 0,6 dengan catatan bahwa nilai-nilai ini tidak dapat lebih besar dari geseran an tar butir dari tanah itu sendiri.

Dari pengertian tersebut, maka sebuah D8S beratnya = sekitar 22 ton dan dapat menimbulkan DBP = 0 ,9 x 22 ton= 19,8 ton. · Apabila D8S kita muati dengan sebuah ripper misalnya, berat mesin menjlfdi lebih besar dan secara konsekwen juga DBP-nya sampai 24.0 ton.

Sebuah whee/dozer jenis 824, beratnya = 33 ton dengan (1) = 0,6 dapat memberi-kan rimpull = 0,6 x 33 ton= 19,3 ton juga, dan dengan misalnya memuati ban-ban-nya dengan larutan calcitun chloride, rimpull ini akan naik dengan sekitar = 3,8 ton. Meliltat pcrbandingan tersebut tadi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diperlu-kan muatan ± 1,50 kali muatan pada wheel dozer dari track type dozer.

Di atas tanah basah, roda ban kehilangan traksinya lebih besar lagi dari track-type dozer; di lain pihak pada pasir lepas, track wheel dozer lebih besar dari track type mengingat (f)-nya adalah 0,35 dibanding dengan 0,30, sehingga lebih ekono-mis menggunakan wheel dozer dengan daya apung yang cukup besar.

55

15

07

5

2 4 6

Catatan : Faktor (f) untuk traktor lcngkap clcngan bulldozernya, Tracks 0,60-0,90 Wheels 0,40-0,60 (Perhatikan juga par. 12 dalam buku ini).

---10 12 14

KECEPATAN, KM/Jam. Gb. E.Ol. Perbandingan rimpu/1 Olt.824 dengan DBPdari Olt D'!f

XVII

Page 154: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Akan tetapi, maksimum DBP hukanlah masalahnya di dalam kescluruhan, artinya kita tidak dapat ber:1cnti di sini saja didalam membandingkan kcdua jenis alat be rat terse but; kcccpatan juga merupakan faktor ckonomi yang perlu dipcr-hi tungkan. Track-type tractors dapat bckerja scbaik-baiknya dcngan kccepatan sampai sekitar 5 km/jam, sedang wheel type tractors (powcrshift) h!asanya dari keccpatan minimal = 3 km/jam sampai 9 km/jam.

Dalam Gb. E.Ol. dapat diperhatikan bahwa whee/dozer 824 melampui BOP Cat. D8S pada KM = 2,7 dan mernberikan rimpull yang lebih besar pada kcccpatan yang bcsar pula (kalau dibandingkan dengan track type tractor D8S). Untuk spreading dari fill misalnya, whee/dozers ternyata lcbih menguntungkan dari track type. ditambah pula dengan pemberian pcmadatan sementara olch roda· rod a yang menekan kepada tanah dengan berat yang lebih besar pula. (Perhatikan hcrat traktor dihandingkan dengan luas daerah singgung dengan tanah).

Oleh karena biasanya wheeldozer dengan daya dorong yang sama dengan track type mcmerlukan berat yang lebih bcsar (± 1,5 kali) , maka biasanya pula harganya lebih mahal juga, yang dapat dilihat dari nilai deprcsiasi per-jamnya dan biaya per satu satuan tenaga dorong. Namun dcmikian, olch karena kecepatannya yang lebih tinggi dan hasilnya per jam kerja lcbih bcsar adanya, sehingga biaya per satu satuan hasil karya menjadi dapat sama, bahkan kadang-kadang lcbih kecil. Akan tetapi, dapat-kah semua pekerjaan dilayani dengan kecepatan tinggi ? .

Keadaan medan kerja j uga sangat berpengaruh kepada kedua jenis traktor itu . Mcdan yang rata dan tanah yang cukup daya pikulnya, rata dan jenis tanah liat scring memberikan kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan kemampu-annya kalau dibandingkan dengan tractor craler; pada medan yang basah sebalik-nya mcmbcrikan track type tractor yang tidak tcrlalu terpengaruh olch kclcmbekan tanah, lebih menunjukkan keunggulanri ya.

Pekerjaan pacta quarries dengan batu-batunya yang tajam, ban karet roda sering merupakan kcberatan yang nyata, oleh karena ban-ban terse but terlalu cepat ausnya sebaliknya. track yang sudah menga!ami perbaikan dan kemajuan teknik tidak ter-lalu terpengaruh secara menyolok. · Track type dozer, pada umumnya merupakan alat yang paling cocok untuk pekerjaan di daerah perbukitan; tebing menghilangkan keuntungan pengembangan kecepatan dari wheel dozer yang harus bekerja naik turun bukit. Dilamana harus bekerja pada arah memanjang padasesuatu tcbing, rodabelakang wheel tractor sering mcnunjukkan kecenderungan untuk "melorot" ke hawah sehingga usaha membcrikan koreksi mengenai arah gerak dozer. mengurangi efisiensi dari pengendalian alat itu scndiri.

Mengingat keadaan tersebut tadi, maka sebagai syarat pemilihan yang setepat-tepatnya adalah menyesuaikan jenis kepada pekerjaan yang dihadapi; meskipun dcmi-kian. bcrbagai faktor masih dapat menjadikan pemilihan itu tetap kurang dapat dipcr· tanggung-jawabkan dan memerlukan penelitian dan analisa yang lebih mcndalarn. Berikut adalah beberapa petunjuk mcngenai bcrbagai faktor pemilihan berdasarkan pcnyesuaian tersebut :

Ripping, pioneering, clearing & grubbing barangkali merupakan daerah kerja yang

XVIII

Page 155: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

exclusip discdiakan untuk crawler tractors, disebabkan pemilihannya dijatuhkan kepada jenis-jenis dengan traksi yang paling besar . . Khususnya hal ini berlaku didaerah perbukitan/pegunungan diman:r dacrahnya lidak rata.

Spreading fill, mcrupakan pilihan yang paling baik bagi whee/dozers yang mcmiliki kcmampuan kcccpatan dan pneumatic compaction.

Oleh karena kecepatannya yang tinggi, mereka dapat melayani dcngan mudah scbuah armada scrapers dan trucks sekaligus, dan karena kecepatan ini mereka bckcrja tanpa mcmpcrlamhat opcrasi dari armada itu .

Apabila kcadaannya scsuai bcnar, maka scbuah wheel dozer dapat mcngcrjakan tugas tiga buah traktor dozer dcngan rimpull/Dl3P yang sama. Pada sementara ke-adaan, compacti on yang diberikan merupakan pemilihan yang menentukan.

Windrows yang diti nggalkan olch hauling equipmems scbagai hasilnya, mcrupakan

pekerjaan yang paling セZッ」 ッォ@ buat whee/dozers, khususnya di dalarri hal windrows yang banyak dan panjang; pckerjaan ini memerlukan lebih banyak jumlah Jintasan (=passes) untuk menebarnya rata pada permukaan, dan ォ・セZ・ー。エ。ョ@ whee! ...dozer merupakan jawaban yang paling tepa!.

Mcmclihara jalan kcrja dan jalan masuk ke dalam sites yang pcrlu diflll scla-ma pckcrjaan dil al<ukan: whee/dozers dcngan kcccpatannya yang tinggi mcrupakan bantu an yang sangat bcrharga hagi hauling units yang harus mcliwati tanah lembck tadi. Sudah barang tcntu, baik whccldot.er maupun crawler tractor dapat menarik masing masing scbuah towed compactor dan di dalarn hal ini , tambahan rimpull / DBP merupakan handicap bagi whee/dozers kita.

Di dalam hal ini dihuat orang dozer dcngan mcnggantikan rodanya dengan dmm compactor yang scsuai; dcngan dcmiki an juga didalam hal pckcrjaan khusus ini masih dapat diatasi olch jcnis wheel dozers.

Production dozing & stripping dapat mcrupakan ュ。Nセ。ャ。ィ@ pcmilihan yang sulit bagi scscorang kontraktor.

Apabila tanah mcrupakan jcnis yang sangat padat scdang jarak dorongannya re-latip pcndck, crawler 、 ッコ・ イセ@ dapat mcmindahkan tanah jauh lchih murah dari whee/do-zers; sebaliknya kalau tanahnya mudah mengembang scd:mg jarak dozingnya relatip panjang, wheel dozer mcrupakan jawaban yang paling tepat (traksi diperlukan, akan tetapi tidak terlampau tinggi). ·

Oleh karcna track type dozers biasanya dilcngkapi dengan blade yang lebih besar dan dapat mengcrjakan blade load yang lebih besar pula, maka wheel dozers harus mcngimbanginya dengan membuat dozing cycles yang lebih banyak per satu satuan waktu. Menggunakan whell dozers untuk bahan yang keras, diperlukan teknik yang lain dari yang biasa kita gunakan bagi crawler dozers. Di dalam mengga-li muatan, operator harus bekerja dalam gear terendah (biasanya gear pertama) dengan memberikan "pitch" kepada blade serta mcnekannya masuk ke dalam tanah secara hydraulis ( dengan menggunakan hydraulic control system). Setelah cukup banyak muatan terkumpulkan, blade diberikan kedudul\an "float"(= mengambang) dengan menghilangkan ,;pitch" tadi (bLade berkedudukan normal/agak miring ke belakang) sehingga dia menyandar kepada skid shoes-nya dan dengan demikian

XIX

Page 156: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

scolah-olah dia menaiki ski; dalam keadaan bcgini, operator pindah pada gear kedua dan dengan dcmikian dia menggusur tanah kepada tujuannya.

Apabila tanah lebih Iepas keadaannya, seluruh ッー・ イ 。セ ゥ@ tersebut dapat dijalankan dalam keadaan "floating" biasa; wheel base yang panjang itu mcmberikan platform yang cukup stabil.

Gb. E. 02. Di dalam tanah yang mudah berkembang sedang jarak dozing relatip panjang, whee/dozer dapat memindahkan tanah lebih murah dari crawler dozers yang sekelas.

Push Loading. Dilamana penggunaan pushdozer ini titik beratnya adalah maksimum drawbar, pull, push loading di dalam kcbanyakan cut seharusnyalah di -lakukan oleh crawler dozer.

Meskipun whee/dozers dapat pula mengganti crawler di dalam hal ini, namun dipcrlukan dozers yang lebih bcsar dan lcbih mahal.

Gb. £.03. Dengan coefficien traksi yang relatip lebih besar dari wheel type tractors, maka crawler tractor dapat merubahnya menjadi DBP yang sangat di-minta di dalam pushdozing.

XX

Page 157: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Akan tetapi, kemampuan lebih dari wheel type tractors dapat dimanfaat-kan di dalam push dozing ini dengan teknik yang lain; scrapaers dapat di"terima" di dalam kcadaan waktu masih bcrjalan/bergcrak dan dengan demikian mengurangi waktu tetapnya (= flXed time) dengan tidak pcrlu menghentikannya untuk mcm-pcrsiapkan alat untuk mcmuat.

Untuk ini, maka whee/dozer yang sebagian besar tugasnya adalah pushdozing, blade:nya dilengkapi dengan cushion blade.

Sebaliknya, scraper harus membuat galiannya (untuk mengisi) lebih tipis dari yang biasa dapat dialkukan dcngan crawler pusher, dan dcngan demikian membuat jarak gali an mcnjadi lebih besar.

Juga harus diingat pcrtimbangan seluruh armada(= balanced fleet) karena me-nunggunya salah satu jcnis alat berarti waktu hilang yang kalau diuangkan menjadi lcbih bcsar jika dibandingkan dcngan crawler types yang pacta umumnya harganya lcbih murah Uaui j uga dcprcsiasinya).

3) K E SIMP ULAN .

Dari pcnilaian tcrscbut di atas, orang tentunya dapat menarik kesimpulan bahwa whee/tractors memiliki keunggulan terhadap jenisnya crawler tractors. Akan tctapi scsungguhnya masih banyak Jagi hal yang perlu ditinjau lcbih mendalam untuk sampai kepada scsuatu kcsimpulan.

Misalnya saja masalah ban yang aus; tli beberapa tempat di dunia ini ada instalasi mcm-vulkanisasikan ban terscbut dcngan biaya yang masih dikatakan tidak terlalu tinggi (kalau dibandingkan dengan beli ban baru), sedang di lain tern-pat tidak tersedia instalasi seperti yang dimaksud sehingga ban itu harus dipcrhitungkan sampai habis (seperti juga bcrlaku di Indonesia ini) . Sarna hal-nya scbcnarnya adalah track shoes dari crawler, namun dcngan tcknologi yang semakin maju, masalah ini dapat diatasi dcngan cara yang lebih mudah dan 」オセオー@murah.

Juga mac;alah kctrampilan para operator dan supcrvisornya merupakan kcharus-an yang masih bel urn mcndapatkan tanggapan di dalam tulisan tadi; skilled personnel seperti yang dituntut itu merupakan kondisi yang lebih lama dapat dipcnuhi dari tuntutan crawler tractors. Olch karena itu, orang tidak dapat menjatuhkan pi-lihannya kccuali sctclah mcngadakan cost analysis yang cermat untuk pekerjaan k11usus yang dihadapinya itu .

Dianjurkan agar dimilikinya kedua jenis traktor itu agar dapat ditarik kesim-pulan dari pcngalamannya scndiri, suatu syarat yang cukup mahal akan tetapi cukup berharga.

(Dikutip dari Caterpillar Tractor Co.)

XXI

Page 158: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN F

CARA-CARA PRAKTIS DI DALAM MENENTUKAN HASIL KARY A ALAT-ALAT UNTUK KEPERLUAN PLANNING DAN

prograセQming@

(CAT. PERFORMANCE HAND BOOK 1975 ).

I. Umum

Sering ki Ia jumpai Ji Jalam planning & programming scsua t u kcharusan un-tuk mcncntukan output dari alat konstruksi, tanpa mcngctahui sccara tcrpcrin-ci, keadaan lapangan yang sebcnarnya. Di dalam hal ini, dapat kita tcmpuh jalan mcngadakan pcrkiraan produksi yang diminta itu sccara pendekatan (off the job) seperti yang dapat kita ikuti pada prosedure scbagai bcrikut.

2 . Bulldozer.

Memperkirakan produksi Jari bulldozer dilakukan berdasarkan production curves yang hasilnya masih harus dikalikan dengan faktor koreksi :

Produksi (MJ. lcpas) = Maksimum produksi X faktor koreksi.

Production curves (= maksimum production) Jibuat berdasarkan keadaan sebagai bcrikut :

I) Effisiensi:::: 100% (60 minute hour).

2) Alat kita memotong di· dalam tanah biasa scpanjang ± I 5 meter untuk kemudian mendorongnya (dengan mengambangkan pisau dozer) scrta membuang muatan liwat tembok yang tinggi.

3) Digunakan mesin-mesin dengan "powershift" dan waktu tetapnya = 0 .05 minute.

4) Kepadatan tanah = 13 70 M3 lcpas = 1790 M3 padat alam (=bank meassure).

5) Koef. traksi = 0 ,5 (atau lebih) untuk mesin-mesin berotla rantai = 0,4 (atau lcbih) untuk mesin-mesin beroda ban karet.

6) Pisau dozer dikendalikan secara hidrolis (hydraulic controlled).

XXII

Page 159: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Graflk ini telah dibuat berdasarkan pengamatan di lapangan yang banyak dengan keadaan medan dan pekerjaan yang bermacam-macam.

Traction type.

D9U

200 セMイセセZZエSセセセセe[セセセセセセセセセ]]セ@I 095

45 075

0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 200

Jarak angkut rata-rata (m')

Gb. F. OJ . Maksimum production curves (universal, straight blades).

Contoh : Dozer D 7S, jarak angkut : 90 m. produksi maksimum : 180 m3 lepas/jam.

1000

800 \

e 834-WHEEL TYPE. ..

'::::" セ@ 1\ .. ., £

M

E

\ ." "'

824- セ@K r-.....

-........... r--..... "" t--815- r-- "-

r--..... """-

600

400

r--. r-- セ@200

-15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 200

Jarek engkut rat•rate.

Gb. F.02. Maksimum production curves (straight blade). b) Faktor-faktor koreksi. Berhubung dengan keadaan pekerjaan.

Angka-angka yang didapatkan berdasarkan max. production seperti yang telah dilakukan tadi, masih perlu diberikan faktor koreksi, yang un tuk tujuan praklis didapatkan sebagai berikut :

XXIII

Page 160: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Track type Wheel type

op e rセtor Z@ baik sekali 1.00 1.00 rata-rata 0.75 0.60 kurang 0 - 0.60 0 - 0.50

DAIIAN YANG DIK ERJAKAN

Undukan Jepas (s tockp ile) 1.20 1.20

Sukar dikerjakan/keras dengan tilt cylinder 0.80 0 .75 tanpa t ilt cylinder 0.70 cable control 0.60 Sukar didorong, "mati" (pasir kering, lumpur, tanah berat/ lengket) 0.80 0.80 Batu, bekas ledakan dan sebagainya 0.70

SLOT DOZING 1.20 1.20

SIDE BY SIDE DOZING 1.15 1.15

PENGAMAT AN (visibility) (dcbu, hujan, kabut gelap) 0.80 0 .80

EFFISIENSI PELAKSANAAN

50 minute hour 0 .84 0.84

40 min hour 0.67 0.67

DIRECT DRIVE TRANSMISSION 0.80

BULLDOZER : Angling(= A) blade 0.60

Cushioned(= C) blade 0.50 - 0 .75 0.50 - 0.75

Rip (= R) blade 0.90 - 1.50 D5 narrow gauge 0.90 Bahan ringan (U blade) 1.20 1.20 Blade bowl (untuk srockpile) 1.30 1.30

TANJAKAN (Grade.sl :

/ a: / 0 1-

セ@ セ@u..

0.40

0.60

0.80

1.00

セ@v

Mセ@1.20

.... % GR I' DE 1.40

-30 -20 -10 0 +10 +20 +30

Gb. F. 03. Pengaruh tanjakan.

XXN

Page 161: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Catatan : Pada bulldozers dapat dikatakan bahwa Angle(= A) balde dan cushion (=C) blade biasanya tidak dianggap sebagai alat produksi, .karena mak!iudnya semu· Ia adalah untuk alat pembantu, seperti membersihkan medan, meratakan fill, mendorong scrapers pada waktu memuat, dan sebagainya. Tergantung dari kondisi pekerjaan, maka A dan C blades hanya diperhitung· kan pada produksi sebesar 50-75% dari produksi straight blades. Rip blades dimaksudkan untuk mempertinggi produksi dari straight blades, dan diperhitungkan 100 - 150% dari jenis straight blades.

Contoh perhitungan (off the job).

Diminta untuk menentukan produksi rata-rata per jam dari sebuah 08-S dengan tilt cylinder, yang harus memindahkan tanah liat (keras) sejauh rata-rata 45 ュ・エ・イセ@ medan menu run ± 15% sedang digunakan teknik " ·slot 、ッ コ ゥョ ァ Gセ@

Bahan diperkirakan mempunyai bobot = 1500 kg/m3 (lepas), sedang operatomya dinilai = rata-rata. Effisiensi pelaksanaan = 50 min. hr.

Produksi (uncorrected) Faktor·faktor koreksi : tanall liat/keras

: 1anjakan Slot dozing Operator rata-rata Pelaksanaan 50 min. hr.

Koreksi terhadap kepadatan tanah standar 1370 :

Produksi 08-S dihitung =

425m3/jam (lepas) 0 .80 1.19 1.20 0 .75 0 .84

1500 = 0,91

425 m3fiam (lepas) X 0.80 X 1.19 X 1.20 X 0.75 X 0 84 X 0.91

= 425 X 0.764 = 324 m3fjam (loose).

Di samping faktor tersebut tadi, masih ada pula faktor lainnya yang pcrlu dipcrhitungkan di dalam kit a membuat rcncana & program.

Faktor yang dimaksud adalah bcrhubungan dengan kondisi dari alatnya scndi· ri scrta lamanya scsuatu opcrasi direncanakan (delay fakror); faktor ini bcrlaku baik untuk track type vehicles maupun wheel type :

KONDISI TRAKTORNY A : baru 60% dari umur ekonomis 20% dari umur ekonomis

KEADAAN PEMELIHARAAN : baik sekali rata-rata kurang

100 % 75% 50%

100% 80%

50 - 60%

XXV

Page 162: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMANYA OPERASI (delay time) kurang dari sebulan 90 - 100% kurong dari 4 bulan 60 - 90 % 6 - 9 bulan 50 - 80 %

Nilai antara dapat dialkukan/diperhitungkan atas dasar interpolasi Faktor tcrsebut berlaku pula bagi semua alat yang kita gunakan.

3. Track Type Shovel Loaders.

Untuk shovel loaders ini, sebaiknya kita mengadakan perhitungkan secara analitis oleh karena agak sulit untuk membuat production curves seperli pada bulldozers tadi. Hal ini ialah karena demikian banyak faktor yang harus kita masukkan sebagai fungsi dari produksi itu, sedang untuk mengambil beberapa dari faktor itu sebagai sesuatu yang konstan, dapat menimbulkan kesalahan yang fatal.

Dasar dari perhitungan itu adalah yang dinamakan rated bucket capacity yang biasanya sudah kita kctahui sebelumnya perhilungan ini dilakukan. Dengan ber-dasarkan rated bucker capacity ini dapat ditentukan scbuah bucker load = (muatan hcrguna) dcngan mcnggunakan rumus :

Sebuah bucker load (loose/lepas) = rated bucket capacity X spillage faktor.

Faktor tercecernya セ] ウ ーゥャャ。ァ・@ facror) ini adalah sebaga! berikut :

Bahan

Uniform aggregates Aggregates campuran, basah Tanah biasa, basah Tanah berbongkah, akar-akar Bahan membatu (cemented)

Contoh :

Spillage factor

85- 90 % "95- 100% 100- 110% 80- 100% 80- 95 %

Loader 977L dengan bucker capacity = 2,48 m3 rncmuat pasir (= rmifonn aggregate) dari sebuah srockpile : · Sebuah bucket load = 2,48 X 0.85 = 2.11 m3 lepas.

Dcngan mcngctahui volume sebuah bucker load tadi. maka yang pcrlu sekarang ditinjau adalah yang disebut cycle rime dari /oaderdi dalan1 pekerjaannya meng-gali dan memuat. Cycle rime ini terdiri dari :

Cycle rime = load time + rnanuevre time + travel time + dump time.

Di dalam beherapa perpustakaan. maka cycle rime in i dinyatakan sebagaifixed rime + variable rime, scpcrti haln ya yang telah di kcmukakan di dalam buku in i schclu rnnya, di manajixed rime rncrupakan waktu yang konstan dan dapat dihitung dcngan pasti scbclumnya.

XXVI

Page 163: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Loading time :

Seperti halnya pada bulldozer, maka juga di sini faktor jenis bahan yang di-kerjakan merupakan hal yang berbeda-beda untuk masing-masing jenis. Faktor ini sekaligus diperhitungkan ke dalam jumlah waktu sebagai berikut . :

Aggregate yang uniform, seperti pasir dan menit se bagainya. Aggregate campuran, basah Tanah biasa. agak basah Tanah liat. batu-batu besar, akar-akar Bahan membatu . cemented

Manoeuver time :

0 .03 0.05 0.04 0.06 0.05 - 007 0.05 0.20 0.10 0.20

Terrnasuk di dalam waktu menempatl<an diri (= manoeuver) ini adalah basic travel {= minim, karena dump target didekatkan, sedekat mungkin kepada loader) dan diganti haluan ( 4 kaJi) serta waktu membelok. Lamanya manoeuver time ini adalah ± 0.22 minuted pada full throttle serta ope-rator klas satu.

Faktor lainnya seperti halnya yang dikemukakan pada bulldozer. oleh karena di sini digunakan waktu sebagai satuan pokoknya, maka faktor tcrsebut di dalam daftar bulldozer (= produksi) harus diambil kebalikannya.

Travel time :

Adalah waktu yang digunakan untuk membawa muatan dari tempat pcngga-lian sampai ke tcmpat dumping(= membuang muatan) waktu ini biasanya dihitung dua kali jarak tempuh (= pulang balik) yang dapat dihitung berdasarkan tabcl-tabcl ataupun ditentukan secara analitis.

Dump time :

Tergantung dari besarnya ukuran alat yang akan diisi (= dump target)1dan kekuatan konstruksinya; biasanya bcrkisar an tara 0.0 I - 0.10 men it. Un tuk mcnlU-at highway truck, waktu in i didapatkan antara 0 .04-0.07 mcnit ; nilai-nilai ini ma-sih perlu dikalikan dengan faktor-faktor produksi seperti yang dikemukakan tadi. Olch karena menggunakan alat dan operator yang sama sepanjang waktu, maka faktor produksi ini dapat dimasukkan pada akhir perhitungan.

Contoh :

AI at Ukuran bucket Bahan Faktor spillage ! arak angku t Dump target

955 L 1,53 m3 Aggregate uniform, stock pile 0,95 30 meter Hopeer bcsar; travel 3rd gear fo rward.

XXVII

Page 164: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Perhitungan-perhitungan :

Cycle time, load rime manoeuver rime traveltime

0.04 menit 0.22 menit 0.40 me nit ( dari tabel) 0 .06 menit dwnp rime

---------------+ Total 0 .72 menit.

Loads per jam 60

= --= 83 cycles per jam. 0.72

Loads per cycle = 1.53 x 0.95 ·= 1.45 m3

Produksi per jam = 1.45 X 83 = 120 m3 per jam. (I 00% effisien).

Misalnya :

Operator = rata-rata - faktor = 0 .75 Effisiensi = 40 min. hr. - faktor = 0.67 Delay time (alat & pemeliharaan baik) 0 .95 (kurang 、セイゥ@ satu bulan operasi).

Produksi per jam dapat d.iperhitungkan = 0 .75 X 0 .67 X 0 :95 X 120m3/jam = 57 m3/jam. selama waktu operasi.

4 . Wheel type shovel loaders.

Khususnya bagi wheel loaders ini , kemampuan produksinya dinyatakan di dalam ton; untuk mcnghitung m 3 per muatannya, pcrlu diadakan pcrhitungan ter-scndiri. Il a l ini barangkali karcna sifatnya adalah "scrhaguna" (= mulripurpose) dan digunakan schagai alat pcmbantu mcngikat kclincahannya bcrgcrak dari satu tcmpat kc tcmpat yang lain ; loader ini digunakan kccuali untuk mcmuat matcriallepas (se-pcrti yang dutuju khusus di dalam pcmbuatannya) j uga untuk mcmbantu meng-angkat harang-harang padat lainnya. mcmhantu dozing, mcratakan pcrmukaan dan scbagainya, scmuanya dalam kcadaarr darurat untuk tempat-tcmpat yang bcrjauhan satu sama lain schingga tidak mcmcrlukan pcrhitungan hasil karya tcr-

tcntu. Contoh pcrhitungan bcrikut ini adalah untuk pekerjaan dengan tuntutan hasil

karya (= owpul) tcrtcntu, mi saln ya untuk mcmuat truck dcngan hahan lcpas scpcrti tanah, pasir, dan schagainya. Di dalam hal ini diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

I) menentukan produksi yang dituntut oleh pekerjaan 2) menentukan cycle rime dari loader (cycles/hr) 3) menentukan muatan yang dihasilkan per cycle (ton dan m3) 4) menentukan ukuran dari bucket 5) menentukan pemipihan mcsin (= alat) dengan menggunakan bucket size dan

muatannya sebagai kriteria untuk dapat memenuhi syarat pekerjaan.

XXVIII

Page 165: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Produksi yang diminta.

Hasil produksi sebuah wheel loader harus sedikit melebihi produksi dari alat-alat kritis lainnya di dalam unit di mana dia ditugaskan untuk memuatkan tanah (pasir, kerikil, dan sebagainya) kepadanya. Misalnya sebuah hopper dapat mengerjakan sejumlah 300 ton per hour, jangan di-gunakan loader dengan kapasitas 500 tph a tau 100 tph. Dipilih kapasitas (baik bucket maupun mesinnya) ケ。ョセ@ mendekati 300 tph sejauh mungkin.

Loader Cycle Time.

Apabila· beroperasi di atas tanah dengan permukaan keras dan rata, serta me-ngerjakan material lepas dan berbutir (misalnya kerikil), maka suatu cycle time dasar sebesar = 0.40 menit dianggap wajar bagi articulated loaders dengan operator yang mampu (competent).

Cycle time dasar ini mcliputi : mcngisi bucket, mcmbuang/memuat, 4 arah peng-

gantian ェカセウ。ョ@ gerak, cycle penuh dari hydraulicnya serta perjalanan minim (kurang' dari 10 meter). Apabila diperlukan perjalanan yang agak jauh, maka me-nempuh jarak ini (= pulang balik) perlu dihHung tersendirl dan waktu yang diperlu-kan, ditambal1kan kepada basic cycle time tadi. Basic cycle time tersebut dihitung berdasarkan alat 「・イオォセLエイ。ョ@ 3 m3 · ke at as sect a yang berjenis articulated; penyim-pangan-penyimpangan uutuk yang berjenis Iebih kecil mungkin saja terjadi. Sebaik-nya kita tentukan nanti d_(lapangan.

Jenis mater ial , ti nggi onggokan (= pile) dan faktor l ainnya mungkin sekali j uga mcnambah at au mcngurang i basic cycle time tadi , scperti yang tercantum seba-gai anccr pada tahcl bcrikut ini.

BAHAN .

Campuran . ... . .... .. .. .... .. . .. .. . . . Sampai0,125"(3,20mm) .. . ........ : .. 0,125 'sampai 0,75 '(3,20 mm - 19,05 mm) 0

0, 75" - 6,00" ( 19,05 mm - 152,40 mm) ... . Lebih besar dari 6' (15 em) .... . .... . . . . Tebing tanah padat, batu-batu hasil quarry

ONGGOKAN.

Tanah/pa,sir sampai 1 0' (3 .00 meter)

minutes

+. 0.02 + ·o.o2 - 0.02

o:oo + 0.03 ke atas + 0.04 ke atas.

(=pile, conveyor or bulldozer) ·. . . . . . . . . . . + 0.00 Kurangdari 10''(3.00meter) . .... . ... セ@ .. + 0.01 Dibuang dari truck . . . . . . . . . . . . . . . . . . . + 0.02

LAIN-LAIN

Truck dan loader dimiliki bersama (seorang pemiliknya saja) . . . . . . . . . . . . . . . - 0.04 atau kurang. Dimiliki masing-masing . . . . . . . . . . . . . . . . + 0.04 atau kurang. Constant operation . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 0 .04 atau kurang.

XXIX

Page 166: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Tidak teratur/setiap kali bcrhenti . . . . . . . . . . + 0.04 atau kurang.

Truck-truck relatip kecil (terhadap .besar bucket) + 0.04 atau kurang.

Truck-trucknya lemah (= fragile) . . . . . . . . . . + 0.05 atau kurang.

Dengan menggunakan tabel tersebut di atas untuk actual job conditions di·

dapatkan cycle time per hour (I 00% effisien) sebagai berikut :

60 min. cycles/hr =

total cycle time (min.)

Hasil muatan yang diminta.

Hasil ini didapatkan dengan menentukan jumlah muatan yang dituntut tadi,

dibagi dengan produksi loader per jam (= jumla cycle X bucket load). Di dalam

memiJih besarnya bucket yang akan kita gunakan (dan secara konsekwen juga jenis/

type mesinnya), perlu diingat bahwa trucks/wagons dianjurkan untuk セャュオ。エ@ 4e·

ngan cara 2 - 3 kall muatan setiap kali, memuatnya dengan kurang dari jumlah ilu

(sampah penuh) akan merusak truck itu sendiri. Juga carry factor memainkan peran

yang sangat besar di dalam memilih jenis bucket ini, mengingat bahwa kapasitasnya

ditetapkan untuk jenis pasir/tanah dengan muatan yang dikl asifikasikan sebagai

heaped (= munjung). Carry factor ini untuk berbagai jenis bahan dihitung sebagai

berikut : (= ancer-ancer).

CARRY FACTOR :

Campuran bahan-bahan lembab (aggregate) 95 100%

Aggregate (uniform sampai 0,125") ... .. · .. . 95 100% 0,125" - . 0,375" (3 mm - 9 mm) . ..... . 0,50" - 0,75"((12 mm - 20 mm) . . .. , . .

85 90 % セP@ 95%

di atas I" (24 mm) G Mセ@ ............... . 85 90%

Bahan yang diledakkan dengan baik . .. . . .. . ウッ セ@ 85 % Rata-rata ... . ... .. . . ......... ..... . 75 80% Tidak baik, banyak tertinggal gumpalan besar 60 - 65 %.

Faktor-faktor Effisiensi.

Angka-angka yang didapat dari perhitungan tersebut tadi adalah berdasarkan

pra anggapan bahwa haik operator maupun medan dan peralatan kita semuanya

berjalan dengan effisiensi penuh (= 100% effisien). Di dalam kenyataan, angka itu

ma.o;ih perlu dikoreks i lagi dengan faktor efisiensi, seperti halnya pula bulldozer dan

sebagainya. Untuk itu dipersilahkan melihat angka koreksi pada paragrap yang bersang·

kutan. Untuk melihat herapa ・ヲヲゥ ウゥ ・ ョウ セ@ yang harus dipergi tungkan kepada seseorang

operator, maka ukurannya adalah basic cycle time tadi; mcreka yang mampu untuk

mcncapainya diperhitungkan sehagai I 00% effisicn.

Scbagai pedoman ialah bahwa untuk mencapai ini diperlu kan pcngalaman kerja

yang baik selama ± 3 tahun dengan pendidikan dasar yang sesuai pula. Pengalaman

XXX

Page 167: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

selama ± 2 tahun dengan kondisi yang sama kemudian diklasifikasikan sebagai "di atas rata-rata" dengan nilai = 85 - 95 %.

Pengalaman selama ± I tahun dinilai =rata-rata dengan nilai 75- 85 %, sedang berpengalaman kurang dari itu dinilai masih belum berpengalaman dengan nilai = 60-75%.

Juga ketahanan ftsiknya seseorang operator mempengaruhi jumlah cycles yang dia hasilkan per jarnnya; seorang operator yang dikalsiftkasikan sebagai mampu 100% menurut peQgalaman di dalam kerja biasa (bukan demonstrasi, ataupun diawasi secara terus menerus dengan konsekwensi hukuman kalau tidak berhasil mencapai targetnya, dan sebagainya) tanpa usaha tambahan, hanya mampu mencapa1 75 - 85% dari waktu produktip setiap jarri; seorang operator yang dinilai ウ・セ。ァ。ゥ@ rata-rata masih memerlukan effort tambahan di dalam menjalankan alatnya (gerakannya belum otomatis benar) sehingga memerlukan waktu yang lebih ban yak lagi, sehingga men-capai 70 - 80 % dari satu jam effisien, sedang yang masih diklasiftkasikan sebagai masih belajar mencapai 60 - 70 % saja.

Effisiensi jenis ini dimasukkan ke dalam golongan effisiensi pelaksanaan yang biasanya dinyatakan dalam rnin.hrs., rnisalnya 50 rnin.hrs., 45 rnin.hrs., dan sebagainya, yang di dalam menentukan balance dari alat-alat yang digunakan (loader/truck combination) biasanya· tidak diperhitungkan agar dicapai maksimum produksi (peak production) yang mungkin terjadi , karena sccara kebetulan juga truck-truck-ョ ケセ@ mcmenuhi jadwa1 cycle dengan tepat. Juga karena sebab dari effisiensi pelak-sanaan ini sebagian besar diakibatkan oleh hal-hal yang ada di luar kemampuan operatornya sendiri , seperti servis harian, mcngisi bahan bakar & pelumas, minor repairs, dan lain-lain yang biasanya tidak terjadi sepanjang hari (hanya diperhitung-kan di dalam menentukan output harian !). Juga tidak diperhitungkan di dalam menentukan optimum capacity ini adalah faktor penghambat (= delay factor) yang biasanya dihitung untuk operasi-operasi jangka lama. Berbeda adalah faktor seperti kcadaan medan kerja dan pcmilihan ukuran bucket.

Medan yang kcras dan rata dihitung sebagai menguntungkan opcrasi dan dinilai = 100 %; medan becek diperhitungkan 80 - 90% yang terlalu berlumpur bahkan sampai 60 - 70%, demikian pula medan yang tidak rata dan berbatu dinilai 75 -85% effisien.

Bucket size sangat berpengaruh terhadap output (opearator's ouput) dari shovel; telah dikemukakan bahwa setiap truck sebaiknya dimuat penuh dengan 2 -3 kali memuat, sctiap mcmuat selebihnya sangat mempengaruhi operator dari shovel kita bahkan menurut pengamatan kami bersifat kwadratis terhadap jumlah kali memuat (di atas 2 kali muat). Angka pangamatan itu khusus Cat. 920 menunjukkan bahwa setiap tambahan muatan terhadap 2 kali muat adalah kwadrat dari 0 .01 detik; misalnya sebuah truck harus dirnuat dengan 4 kali cycle, tambahan waktu muat adalah (4- 2 cycles)2 X 0 .01 detik = 4 X 0 .01 = 0.04 detik. Tambahan untuk 5 X muat = 0.09 detik, sedang memuat 6 X cycle adalah 0.16 detik.

Hal ini mungkin disebabkan faktor psycho1ogis kepada operatornya, mungkin tcrpengaruh oleh idling dari sopir truck ataupun mera.c;a inferior terhadap besarnya truck yang harus dimuatnya, atau lain sebab.

XXXI

Page 168: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

Contoh Perhitungan Pemilihan Shovel.

KEADAAN PEKERJAAN :

Tujuan truck loading 250 tph Produksi yang diminta

Material kerikil sampai 3/8" (9 mm) dari stockpile se-tinggi 20 ft (6 meter)

Kepadatan material 2800 lb/yd3 (= 1650 kg/m3).

Truck capacity = 12 cuyd (9 m3) atau 15 tons dan dimiliki masing-masing oleh 3 buah kontraktor untuk, proyeknya sendiri-sendiri.

M e d a n Operator Jenis operasi

agak becek rata-rata constant (terus menerus).

PERHITUNGAN JUMLAII CYCLES PER JAM :

Busic cycle time (articulated loaders) Materi a l Pemilikan trucks Medan : 80 % effisien = 20% X 0.40 menit Jenis operasi Kondisi operator rata-rata , = 80% atau ber-tambah 20% dari ·basic cycle = 20% X 0 .04 menit =

0.40 mcnit. 0 .02 0 .04 0 .08 (dari basic) . 0 .02

0 .08 +

T otal cycle 0 .56 mcnit

Jumlah cycle/jam 60 menit

0.56 menit

Jumlah m3 yang diminta =

Volume yang diminta per cycle

= I 07 cycles/jam

250 ton = 152 m3/jam .

1650 kg/m3

152 m3 = I ,42 m3/cycle.

107 cycles

Untuk ini dipilih Cat 130 dengan IJ11cket size = 2 cuyd (= 1 ,50 m3) rated heaped capaci ty yang dapat memenuni persyaratan yang dituntut itu , baik mengenai volume maupun mengenai static tipping loadnya.

Mclihat Imck yang digunakan, maka scharusnya uipil ih loader yang lebih bcsar untuk memenuhi memuatnya dengan 2 - 3 kali muat (type 966 C) akan tetapi pertimbangan harga dengan output memilih kit a untuk menggunakan saja type Cat 930 tersebut dengan mengambil .risiko penurunan effisiensi pelaksanaan.

XXXII

Page 169: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

LAMPIRAN G.

Asphalt Institute

BIBLIOGRAFI

SOILS MANUAL FOR DESIGN OF ASPHALT PAVE-MENT STRUCTURES.

National Association of Australian State Road Authorities :

Ronald C. Smith

Herbert L. Nichols

R.L. Pucrctoy

llavers & Stubles

Caterpillar

GUIDE TO STABILIZATION IN ROADWORKS.

PRINCIPLES AND PRACTICE OF HEAVY CONSTRUC-TION.

MOVING THE EARTH .

. CONSTRUCTION PLANNING, EQUIPMENT & ME-THODS.

HANDBOOK OF HEAVY CONSTRUCTION.

PERFORMANCE HANDBOOK.

xxxm

Page 170: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf
Page 171: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf

PERPUSTAKAAN DEPARTEMEN PU

No. Klasifikasi Pengarang

Judul

Nama Peminjam

- セ@ - セ@ - -

MMセ@ -- - -·-

- - ---

--

-

---- - -

---

: Soekoto, Imam

: Mempersiapkan Lapisan dasar Konstruksi I

Tgl. Pin jam Tgl Kembali

------ - --

-- -- --1---- -- -

I

r- -

I -

I - -I

-

-

-

-

--

--

-

--

l _l --- -

Page 172: 1993_Soekoto_Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi (2).pdf