16840616 proposal penelitian tindakanuts

46
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN Oleh: M. SYUKRI A. JUDUL: PENGEMBANGAN MODEL DISAIN PEMBELAJARAN MOTIVASIONAL DALAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN UNTUK PEMBERDAYAAN SANTRI DI PESANTREN (Kasus: Pembelajaran Keterampilan Di Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat) B. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dalam kaitannya dengan Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu jenis pendidikan dalam satuan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan. Selain sebagai bagian dari masyarakat belajar dan komunitas sosial, pesantren juga merupakan sistem dan lembaga yang berakar mendalam dalam kultur masyarakat Indonesia. Sebagai “institusi kultural”, Hadimulyo (dalam Rahardjo, 1985: 99) menggambarkan pesantren sebagai sebuah budaya yang mempunyai karakteristik sendiri tetapi juga membuka diri terhadap pengaruh dari luar. Pendidikan pesantren yang menekankan pada kerelaan menerima kehidupan secara praktis, kerja nyata, dan menerima jenis pekerjaan apa saja yang menurut syariat Islam dinilai tidak bertentangan (halal), secara tradisional telah memperlihatkan kemandirian dalam masyarakat. Latihan keterampilan dan usaha produksi, 28

Upload: dahi-sugianto

Post on 14-Feb-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKANOleh:

M. SYUKRI

A. JUDUL: PENGEMBANGAN MODEL DISAIN PEMBELAJARAN MOTIVASIONAL DALAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN UNTUK PEMBERDAYAAN SANTRI DI PESANTREN(Kasus: Pembelajaran Keterampilan Di Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat)

B. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dalam kaitannya

dengan Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu jenis pendidikan dalam

satuan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan. Selain sebagai bagian dari

masyarakat belajar dan komunitas sosial, pesantren juga merupakan sistem dan lembaga

yang berakar mendalam dalam kultur masyarakat Indonesia. Sebagai “institusi

kultural”, Hadimulyo (dalam Rahardjo, 1985: 99) menggambarkan pesantren sebagai

sebuah budaya yang mempunyai karakteristik sendiri tetapi juga membuka diri terhadap

pengaruh dari luar.

Pendidikan pesantren yang menekankan pada kerelaan menerima kehidupan

secara praktis, kerja nyata, dan menerima jenis pekerjaan apa saja yang menurut syariat

Islam dinilai tidak bertentangan (halal), secara tradisional telah memperlihatkan

kemandirian dalam masyarakat. Latihan keterampilan dan usaha produksi, misalnya,

menurut Ali Syaifullah (dalam Rahardjo, 1988: 187) telah lama dilaksanakan sebelum

pemerintah menggalakan pendidikan keterampilan dan menengok ke dunia pesantren

untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengembangannya.

Pendidikan agama yang diberikan di pesantren dapat memberikan semangat

berusaha di kalangan santri (Sunyoto, 1988: 75). Dalam kaitannya dengan

pembangunan sumber daya manusia, di mana pondok pesantren yang umumnya dihadiri

kaum muda dalam usia kerja sangat berhubungan dan memungkinkan mengambil

peranan dalam menyiapkan angkatan kerja. Pendidikan keterampilan di pesantren jika

direncanakan secara tepat, maka program ini memiliki kemungkinan berkembang

menjadi unsur luar sekolah yang penting bagi pesantren (Wahid, 1978). Maksudnya,

28

Page 2: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

semacam program de-schooling, di mana kegiatan keterampilan tidak terlalu

direncanakan secara kaku dengan menggunakan tenaga pengajar formal, melainkan

cukup dilayani oleh anggota masyarakat sebagai sumber belajar yang berasal dari

dalam dan atau luar pesantren itu sendiri. Konsep pendidikan semacam ini mirip

dengan gagasan sekolah-masyarakat (community schools).

Dalam masyarakat yang kritis, tumbuh dan berkembang berbagai model

pembelajaran atau pelatihan keterampilan yang dalam penerapan dan pengembangannya

beragam pula bagi pendidikan masyarakat, termasuk di pesantren. Kegiatan tersebut

pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai bentuk pendidikan luar sekolah. Penyediaan

program layanan dan bimbingan bagi warga belajar (santri) berjangka pendek untuk

masing-masing jenis keterampilan dan berorientasi pada kerja nyata dalam kehidupan

setelah keluar dari pesantren diharapkan akan dihasilkan oleh program pendidikan

keterampilan di pesantren (Wahid, 1978). Pendidikan dalam berbagai jalur dan

bentuknya tersebut, merupakan potensi dan sebagai salah satu kekuatan sosial dalam

menyiapkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Jika pesantren dipandang

sebagai “masyarakat belajar” dan dianggap sebagai “potensi pembangunan”, maka

sistem pendidikan Islam ini menempatkan “santri” sebagai sentralnya (learners centre).

Beberapa kajian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, seperti Geertz (1960;

1981), misalnya mengamati pesantren sebagai sumber terbentuknya varian santri

dengan segala nilainya di dalam masyarakat Jawa. Penelitian Geertz (1968) yang lain

melihat pesantren sebagai bagian dari modernisasi masyarakat Islam. Jay (1969)

meneliti pengaruh pesantren terhadap nilai-nilai masyarakat Jawa. Peneliti Barat yang

lain secara khusus adala Castle (1966) yang membahas pesantren Gontor yang telah

memakai sistem klasikal dan tidak lagi memakai kitab-kitab Islam klasik sebagai buku

teks dalam pengajarannya (Prasodjo, 1974:1-2). Sedang peneliti Indonesia yang

membahas tentang pesantren terhitung masih kecil jumlahnya,. di antaranya Rahardjo

(1974), Prasodjo (1974), Saridjo (1980), Dhofier (1982), dan Wahid (1983). Sunyoto

(1990), misalnya secara khusus meneliti ajaran tasauf dan pembinaan sikap hidup santri,

dan Arifin (1992) membahas kepemimpinan kyai dan pengajaran kitab Islam klasik

yang disebutnya sebagai hal esensial dari keberadaan pondok pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam. Engking (2001) dalam kajiannya tentang pengembangan

28

Page 3: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

model pendidikan keterampilan dalam sistem pendidikan terpadu pesantren sebagai

proses pemberdayaan santri di pondok pesantren Darussalam Kabupaten Ciamis Jawa

Barat, menyimpulkan bahwa secara umum penyelenggaraan pendidikan keterampilan di

pondok pesantren Darussalam memiliki permasalahan mendasar, terutama lemah dalam

penataan manajemen.

Fokus kajian dalam penelitian ini tentang pengembangan disain pembelajaran

motivasional melalui pendidikan keterampilan untuk pemberdayaan santri di Pondok

Pesantren Darussalam Sengkubang Kabupaten Pontianak Kalaimantan Barat. Model

pendekatan partisifatif dalam pemberdayaan santri sebagai bagian dari program

pengembangan disain pembelajaran dalam upaya mengembangkan pendidikan luar

sekolah di pesantren. Guna memecahkan masalah pembelajaran yang demikian, maka

salah satu bentuk usaha yang perlu segera dilakukan adalah megembangkan strategi

pembelajaran yang mampu mengoptimalkan motivasi belajar siswa dalam rangka

meningkatkan kualitas penguasaannya terhadap isi pembelajaran. Hal ini sejalan

dengan pendapat Ardhana (1992:80), bahwa persoalan yang dihadapi pendidik

di Indonesia dewasa ini bukan hanya terbatas pada usaha buat pengajaran lebih baik,

melainkan yang lebih penting adalah bagaimana menanamkan motivasi untuk belajar

dan bekerja pada anak didiknya, karena motivasi merupakan variabel antara yang

menjembatani pengajaran dengan prestasi belajar. Masalah motivasi ini sangat

penting, karena motivasi meru-pakan faktor yang sangat menentukan pencapaian

prestasi, baik. prestasi akademik maupun prestasi dalam bidang lain. Dalam dunia

pendidikan sulit dibayangkan prestasi tinggi bisa tercapai dengan sekedar

mengandalkan kemam.puan tanpa pengerahan usaha (motivasi) yang memadai

(Ardhana, 1990).

Adapun beberapa alasan yang mendasari dipilihnya pondok pesantren sebagai

obyek penelitian ini. Pertama, ada kecenderungan bahwa di pesantren telah mulai

memberikan program pendidikan yang bukan semata-mata agama, tetapi juga

menyediakan bidang keterampilan praktis, paling tidak pada pondok-pondok pesantren

besar (Syaifullah, 1988). Kedua, pondok pesantren yang umumnya dihadiri kaum muda

dalam usia kerja sangat berhubungan dengan kemungkinan pengambilan peran dan

kebijaksanaan dalam menyiapkan angkatan kerja. Ketiga, pola pembinaan anak didik

28

Page 4: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

(santri) bersifat life-long education, di mana pendidikan di pesantren tidak terbatas oleh

umur, waktu, dan tempat dalam situasi hubungan yang bersifat kekeluargaan (informal).

Keempat, pesantren membina sikap mandiri bagi peserta didik (santri) dengan

berorientasi baik pada self-employment maupun social-employment, di mana anak didik

diharapkan dapat menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan kalau dapat

menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (Sunyoto, 1990: 3).

Berkaitan dengan alasan di atas, ada beberapa pertimbangan yang mendasari

dipilihnya Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang Kabupaten Pontianak, antara lain

ialah hasil studi pendahuluan di lapangan, di mana pondok pesantren ini memiliki 520

santri, yang terbagi atas: 311 santri mukim yang terdiri dari 173 santri laki-laki dan

138 santri perempuan serta 209 santri yang tidak mukim yang terdiri dari 94 santri

putra dan 115 santri putri. Pondok Pesantren ini dipimpin oleh seorang pengasuh dan

48 guru (ustadz). Pondok Pada tahun 2002 pesantren ini termasuk satu dari 10 pondok

pesantren yang terdaftar dalam Ajuan Penetapan Prinsip Pondok Pesantren Unggulan,

yang menyenggarakan pendidikan keterampilan di bidang Peternakan, Pertanian, Home

Industri, dan Busana. Namun demikian, dari hasil studi pendahuluan menunjukkan

bahwa semakin berkurangnya jumlah santri yang tekun mengikuti kegiatan pendidikan

keterampilan dibanding pertama kali program pendidikan keterampilan diterapkan di

pesantren tersebut. Selain itu semakin berkurangnya jenis keterampilan yang diajarkan

dibanding beberapa bulan sebelumnya. Dengan kata lain, semula ada empat jenis

keterampilan diajarkan kepada santri, namun hanya bertahan kurang 1 tahun sehingga

pada saat dilakukan studi awal hanya satu jenis keterampilan yang masih diajarkan dan

hanya diikuti oleh sebagian kecil santri yang berminat mengikuti program tersebut.

Oleh karena itu, yang menjadi fokus masalah dalam peneltian ini adalah bagaimana

disain pembelajaran motivasional dalam pendidikan keterampilan untuk memberdayaan

santri di Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang.

Berbagai jalur dan bentuk pendidikan telah berkembang dalam masyarakat,

maka tentu beragam pula model dan disain pembelajaran keterampilan sesuai dengan

kebutuhan warga belajar dalam latar sosial budaya masyarakat.. Oleh karenanya,

konteks ini yang penting untuk diteliti adalah bagaimana disain pembelajaran

motivasional dalam pendidikan keterampilan untuk pemberdayaan santri sebagai

28

Page 5: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

pengembangan pendidikan luar di Pondok Pesantren Darussalam di Desa Sengkubang

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.

C. PERMASALAHAN

Permasalahan mendasar pertama yang dihadapi dalam penelitian tindakan

ini adalah “hampir sebahagian besar santri (santri mukim) di Pondok Pesantren

Darussalam Sengkubang Kabupaten Pontianak tidak termotivasi dalam belajar

keterampilan, santri seharusnya menunjukkan motivasi tinggi dalam kegiatan

belajarnya”. Permasalahan kedua dalam meningkatkan motivasi belajar

keterampilan bagi santri di pesantren tersebut, instruktur/fasilitator/guru (praktisi)

harus mampu menerapkan strategi pembelajaran motivasional, namun dalam

kegiatan mengajaranya selama ini mereka (praktisi) tidak pernah memperhatikan

masalah ini. Berpijak dari permasalahan tersebut maka kebutuhan akan adanya

disain pembelajaran keterampilan yang mampu meningkatkan daya tarik

pembelajaran sehingga motivasi belajar santri menjadi lebih optimal sehingga

mendorong timbulnya gagasan untuk mengembangkan model bahkan teori "Disain

pembelajaran motivasional" dalam pembelajaran keterampilan di pesantren melalui

penelitian tindakan.

Pada dasarnya disain pembelajaran motivasional dalam pembelajaran

keterampilan bermaksud monghasilkan pembelajaran yang menarik perhatian,

berkaitan dengan minat dan relevansi kebutuhan menjanjikan (menumbuhkan)

keyakinan santri (santri mukim) akan keberhasilan belajarnya, dan pada akhirnya

dapat memberikan kepuasan, pada diri santri dalam belajar. Dengan penerapan

disain motivasional tersebut, pada akhirnya akan mampu meningkatkan efektivitas

pengajaran di kelas maupun di luar kelas. Hal ini sebagaimana dilakukan Keller

(1983) di Amerika Serikat, yang oleh Reigeluth (1983) diharapkan sebagai salah

satu landasan bagi pengembangan disain dan teori pembelajaran di masa

mendatang. Disain pembelajaran motivasional ini pada dasarnya memang

bertujuan menghasilkan pembelajaran yang menarik, bermakna dan menantang

bagi santri (siswa) dalam belajar.

Salah satu usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dapat

dilakukan melalui pengembangan disain pembelajaran yang berkaitan dengan

28

Page 6: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

motivasi. Dalam pengembangan teori maupun model pembelajaran yang ada

selama ini, motivasi masih belum mendapat perhatian secara.eksplisit dalam

pembelajaran keterampilan di pondok pesantren, Walaupun beberapa teori

pembelajaran telah memasukkan dimensi motivasi sebagai salah satu elemennya,

namun belum ada teori pembelajaran yang mempreskripsikan motivasi secara

seksama sebagai prosedur dalam menunjang penguasaan isi pembelajaran

(Keller,1983). Padahal untuk meningkatkan kualitas penguasaan santri atau siswa

sebagai warga belajar dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran keterampilan,

kehadiran teori maupun model pembelajaran yang secara seksama

mempreskripsikan motivasi sangat diperlukan. Snelbecker (1983) juga mengakui

pengabaian ini dalam rancangan teori maupun praktek pembelajaran yang ada

selama ini.

Dari studi pendahuluan ditemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh

lembaga pendidikan keagamaan ini dalam menerapkan dan mengembangkan sistem

pendidikan keterampilan bagi santrinya. Kendala-kendala yang menonjol untuk lebih

dicermati dan dikaji lebih mendalam secara komprehensif diantaranya beberapa jenis

dari program keterampilan tersebut pembelajarannya tidak berlangsung secara efektif

dan berkesinambungan. Bahkan ada yang terhenti penyelenggaraannya. Yang lebih

menarik lagi, di mana jika ditanya kepada santri-santri yang belajar sebagai santri

mukim mengetakan mereka bahkan membutuhkan keterampilan praktis-aplikatif

sebagai bekal setelah menamatkan atau menyelesaikan pendidikan di pesantren. Hal

yang sama juga diungkapkan oleh beberapa pengasuh (ustadz) yang mengajar di

pesantren tersebut. Dari kondisi objektif tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan

adalah bagaimana model pengelolaan program pembelajaran keterampilan yang selama

ini diterapkan di pesantren Darussalam tersebut? Apakah spirit yang melandasi

pembelajarannnya kurang bersentuhan dengan nilai-nilai atau ajaran Islam? Bagaimana

sistem penguatan kelembagaan, organisasi dan institusi kemasyarakatan, dan partisipasi

anggota masyarakat? Sesungguhnya banyak pertanyaan yang dapat diajukan untuk

dapat mengetahui dan memahami persoalan-persoalan pembelajaran keterampilan di

pesantren ini.

28

Page 7: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

Penelitian ini secara khusus berusaha menemukenali dan mendeskripsikan

disain pembelajaran motivasional dalam pendidikan keterampilan untuk menumbuh-

kembangkan potensi pribadi, dan pembinaan sikap mandiri santri. Disamping itu,

penelitian ini secara khusus juga berusaha menemukan faktor-faktor yang mendukung

pendekatan pembelajaran partisipatif-kolaboratif, terutama faktor yang menjadi pijakan

dalam proses belajar-membelajarkan santri di bidang keterampilan dan pembinaan sikap

mandiri. Selain faktor-faktor pendukung tersebut juga akan diungkapkan faktor

penghambat dalam pengelolaan program pembelajaran keterampilan.

Hal ini sebagaimana dilakukan Keller (1983) di Amerika Serikat, yang oleh

Reigeluth (1983) diharapkan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan

disain dan teori pembelajaran di masa mendatang. Disain pembelajaran

motivasional ini pada dasarnya memang bertujuan menghasilkan pembelajaran

yang menarik, bermakna dan menantang bagi santri atau siswa sebagai warga

belajar dalam belajarnya.

Bagaimanapun usaha untuk mengatasi masalah strategi pengajaran

motivasi perlu dikembangkan, atau minimal harus dicari. Dan salah satu usaha

yang mungkin harus dilakukan saat ini adalah mengembangkan disain

pembelajaran motivasional melalaui penelitian tindakan. Upaya ini sangat

mendesak dilakukan guna mendapat hasil pengujian emperik yang sahih dan

terpercaya tentang disain pembelajaran motivasional yang dapat memberi

pengaruh yang baik terhadap peningkatan motivasi belajar santri. Hal ini sejalan

dengan pendapat Degeng R.. Miarso (1993) bahwa perbaikan kualitas

pembelajaran harus diawali dari disain belajaran. Dengan demikian memang

diperlukan suatu upaya pengembangan teori pengajaran khususnya yang berupa

disain pembalajaran motivasional bagi santri, agar keperluan praktis a kan adanya

model tersebut terpenuhi. Masalah pokok penelitian tersebut selanjutnya diangkat

sebagai fokus kajian dalam penelitian tindakan ini.

Secara opersional masalah pokok penelitian tindakan di atas dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Santri seharusnya menunjukkan perhatian/minat yang tinggi terhadap

pembelajaran keterampilan, namun kenyataannya santri kurang sekali

28

Page 8: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

menunjukkan perhatian pada pembelajaran keterampilan yang

diselenggarakan di Pesantren..

2. Santri seharusnya merasakan relevansi materi pembelajaran keterampilan

praktis yang dihadapinya, namun kenyataannya santri Pondok Pesantren

ini kurang merasakan relevansi materi pembelajaran keterampilan yang

diajarkan kepadanya.

3. Santri seharusnya menunjukkan keyakinan diri yang tinggi dalam

belajar/menghadapi tugas dan pekerjaan yang akan dilaukan di masyarakat

setelah mereka menamatkan pendidikan di pesantren, namun kenyataannya

santri merasa sangat kurang yakin terhadap kemampuan belajarnya dalam

bidang keterampilan.

4. Santri seharusnya.merasakan kepuasan terhadap setiap pembelajaran jenis

keterampilan yang dipelajarinya, namun kenyatannya santri sering tidak

merasa puas terhadap kegiatan setiap jenis pembelajaran keterampilan atau

isi pembelajaran dipelajarinya.

D. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

mengembangkan model disain pembelajaran motivasional dalam pembelajaran

keterampilan yang diberikan pada santri di luar pengajaran bidang keagamaan sebagai

pengembangan pendidikan luar sekolah di pondok pesantren Darussalam Sengkubang..

Tujuan umum tersebut dapat dirinci menjadi tujuan khusus penelitian sebagai

berikut:

1. Memerikan (mendeskripsikan) model awal pengelolaan pembelajaran keterampilan

yang dilaksanakan di pondok pesantren Darussalam Sengkubang.

2. Memerikan potensi sosial budaya yang dapat mendukung pengembangan model

pengelolaan dan disain pembelajaran motivasional dalam memberikan pembelajaran

keterampilan di Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang.

3. Memerikan konseptualisasi model disain pembelajaran motivasional bagi santri

dalam belajar keterampilan di Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang.

4. Memerikan validasi model konseptual disain pembelajaran motivasional dalam

pengajaran keterampilan bagi santri Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang

28

Page 9: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

5. Mengaplikasikan model disain pembelajaran keterampilan yang motivasional

santri Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang.

6. Mengevaluasi dan mengembangkan model disain pembelajaran motivasional

dalam pembelajaran keterampilan yang dapat dideseminasikan dan

didiversifikasikan pada latar pondok pesantren yang memiliki karakteristik yang

sama.

E. SIGNIFIKANSI DAN MANFAAT PENELITIAN

Simpul-simpulan dari temuan penelitian diharapkan mempunyai arti penting

atau bermanfaat, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

Dari segi teoritis pentingnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

yang berarti bagi program pengembangan pendidikan luar sekolah sekolah (non-formal)

di pondok pesantren melalui pendidikan keterampilan yang berkaitan dengan model

disain pembelajaran motivasional dalam upaya pembinaan aspek kepribadian dan sikap

mandiri. khususnya melalui program pendidikan keterampilan. Secara teoritik, menurut

Soedomo (1992: 4), layanan pendidikan luar sekolah memiliki daur program sebagai

berikut: (1) perencana, (2) pelaksanaan, (3) penilaian, dan (4) tindak lanjut.

Kemampuan menemukenali kebutuhan belajar, merancang strategi pembelajaran, dan

mengorganisasikan dan mengadministrasikan program belajar serta membantu menilai

program belajar keterampilan di pondok pesantren, ditinjau dari segmen ketenagaan

yang bisa diisi atau ditawarkan sebagai pengembang atau pengelola program belajar.

Pentingnya penelitian ini dari segi praktis secara rinci diuraikan antara lain

sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data mengenai potensi pesantren

yang berkait dengan kemungkinan peranan pesantren sebagai agent of

development di masyarakat daerah sekitarnya dan mampu berdiri sendiri dengan

produk yang dihasilkannya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan

pembinaan kepribadian dan sikap mandiri anak didik (santri) di pesantren,

khususnya yang melalui pola atau model pembelajaran keterampilan yang

bersifat praktis.

28

Page 10: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

3. Penelitian ini tentang model pengelolaan pembelajaran keterampilan berbasis

sosial budaya di pondok pesantren. Penelitian semacam ini, masih kurang

diperhatikan dan jenis penelitian ini yang mampu mencerminkan potensi

keragaman yang strategik untuk dikembangkan dalam pembangunan (Soedomo,

1989; Sunyoto, 1990: 8). Pada sistem lain, penelitian ini dipandang sebagai

penelitian yang berperanan dalam pencermatan pembangunan, sehingga hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses pengambilan

keputusan pembangunan pendidikan (Soedomo, 1989: 2-3).

4. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi bahan kajian/penelitian tentang

pesantren sebagai salah satu sistem lembaga pendidikan luar sekolah dalam

setting pembelajaran bidang keterampilan praktis di pondok pesantren.

F. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Kerangka Konseptual

a. Motivasi dalam Pembelajaran

Motivasi merupakan salah satu elemen pokok yang tidak mungkin

dipisahkan dari kegiatan proses pembelajaran. Keller (1983), mengklasifikasikan

motivasi dalam pembelajaran menjadi dua jenis, yaitu: (1) motivasi yang ada

dalam pembelajaran, dan (2) motivasi yang ada dalam individu siswa. Bertolak

dari permasalahan motivasi itu, Keller (1983;1998;1990) menegaskan bahwa

perlu dikembangkan “disain pembelaja-an motivasional” yang sangat diperlukan

dalam kegiatan pembelajaran.

Pengembangan disain ini didasari atas teori motivasi yang mengatakan bahwa

tingkah laku seseorang adalah merupakan fungsi dari orang (person) dan lingkungan

(environment), yang secara matematis dapat dilukiskan sebagai: H = f (P & E).

Bertitik tolak pada hal itu, dibuat suatu model motivasi, unjuk kerja dan pengaruh

pembelajaran. Dan inilah akhirnya yang dijadikan landasan berpijak dari "disain

pembelajaran motivasional". Disain ini didasari atas anggapan-anggapan bahwa motif-

motif dan harapan-harapan siswa dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan

menggunakan strategi motivasional. Dengan penggunaan strategi Motivasional tersebut,

diharapkan akan tumbuh usaha (effort) seoptimal mungkin terhadap proses pembelajaran.

28

Page 11: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

Usaha siswa perlu ditumbuhkan karena faktor usaha berkaitan erat dengan motivasi dan

pengharapan yang ada pada diri individu.

Disain pembelajaran motivasional ini didasari atas anggapan terdapat empat

kategori variabel utama motivasi yang harus dipahami perancang pembelajaran, termasuk

pembelajaran keterampilan agar dapat menghasilkan pembelajaran yang menarik,

bermakna dan betul-betul menantang. keempat. kondisi-kondisi tersebut adalah perhatian

(attention), relevansi (relevance), dan keyakinan (confidence) serta kepuasan

(satisfaction). Kemudian berdasarkan kategori variabel-variabel itulah dikembangkan

disain pembelajaran, yang mampu.meningkatkan motivasi santri dalam belajar

keterampilan.

1) Perhatian (Attention).

Keller (1987) menyamakan perhatian denqan minat yaitu sesuatu yang

berhubungan dengan munculnya hasrat ingin tahu pada diri seseorang. Guna

membangkitkan minat santri terhadap pembelajaran yang dihadapi, Keller (1987)

mengajukan tiga strategi yaitu: (a) membangkitkan daya persepsi (perceptual

arousal), (b) menumbuhkan hasrat meneliti (inquiry arousal) dan variasi

(variability). Untuk membangkitkan daya persepsi pada pembelajaran dapat

dilakukan dengan cara mendisain isi pembelajaran dengan hal-hal yang baru,

mengherankan, atau hal-hal yang tak menentu. Sedangkan untuk menumbuhkan

hasrat meneliti pada diri santri (siswa), dapat dilakukan dengan menggunakan

simulasi pemberian informasi, dengan mengajukan pertanyaan--pertanyaan yang

memerlukan pemecahan oleh santri (siswa). Pada sisi lain agar perhatian santri

tetap terpelihara selama pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan

unsur-unsur pembelajaran yang . bervariasi. Jadi untuk manarik perhatian santri

(siswa) agar selalu terpusat pada pembelajarannya, maka materi pembelajaran

keterampilan yang dirancang harus menggunakan strategi-strategi seperti yang

dijelaskan di atas.

2) Relevansi (Relevance)

Setelah perhatian santri tertuju pada pembelajaran keterampilan, maka pada

diri santri akan timbul pertanyaan.tentang relevansi pembelajaran itu, khususnya

bagi dirinya sendiri.. Santri akan mempertanyakan pentingnya pembelajaran

28

Page 12: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

keterampilan tersebut dalam kaitannya dengan pembelajaran lainnya dan juga bagi

kehidupnnya kelak. Guna meningkatkan relevansi pembelajaran keterampilan

dengan kebutuhan santri (siswa), KeI11er dkk (1983;1990) mengajukan tiga

strategi yaitu: (a) keakraban (familiarity), (b) berorientasi pada tujuan (goal

orientation), dan (c) motif yang sesuai (motive matching). untuk menumbuhkan

rasa keakraban dengan isi pembelajaran, dapat dilakukan dengan menggunakan

bahasa yang kongrit, contoh maupun konsep-konsep yang berhubungan dengan

pengalaman dan nilai kehidupan siswa. Sedangkan agar pembelajaran keterampilan

itu berorientasi pada tujuan, maka dilakukan dengan menyajikan contoh-contoh

atau pernyataan isi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan

pembelajaran keterampilan . Dan guna membuat isi pembelajar agar sesuai dengan

motif diri santri maka dapat dilakukan dengan menggunakan strategi mengajar

yang sesuai dengan karakteristik santri. Penerapan strategi-strategi tersebut dalam

pengelolaan isi pembelajaran keterampilan dapat meningkatkan relevansi isi

pembelajaran pada kebutuhan belajar santri.

3) Keyakinan (Confidence)

Harapan positif dalam usaha mencapai kesuksesan prasyarat ketiga dalam

usaha menumbuhkan motivasi belajar santri. Guna menumbuhkan harapan positif

atau keyakinan diri santri (siswa) Keller (1983; 1987) mengajukan tiga strategi

yaitu (a) harapan untuk sukses (expectancy far success), (b) prasyarat belajar

(learning requirment), dan (c) kontrol pribadi (personal control). Agar harapan

atau keyakinan untuk sukses terhadap pembelajaran keterampilan tumbuh dalam

diri santri, dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan isi

pembelajaran keterampilan yang memungkinkan santri mendapat pengalaman

sukses yang bermakna; hal ini dilakukan misalnya dengan menyusun isi

pembelajaran keterampilan dari mudah (sederhana) ke sulit, menyesuaikan

tingkat kesulitan dan sebagainya. Sedangkan untuk menumbuhkan kemampuan

kontrol pribadi dapat dilakukan dengan menyajikan umpan balik dan kesempatan

untuk mngendalikan atau mengatur kemampuan atribusi internal akan kesuksesan

yang telah dibuatnya. Pada satu sisi untuk menerapkan strategi prasyarat belajar

dilakukan dengan membantu santri memperkirakan kemungkinan suksesnya,

28

Page 13: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

menyajikan prasyarat unjuk kerja dan kriteria evaluasi. Dengan menerapkan

strategi-strategi tersebut dalam pembelajaran keterampilan, maka santri (siswa)

akan memiliki keyakinan diri dalam roses belajarnya.

4) Kepuasan (Satisfaction)

Santri (warga belajar) atau siswa baik secara perorangan maupun

kelompok tidak akan termotivasi belajar, jika hasil usahanya tidak sesuai

dengan harapannya. Hal ini akhirnya menimbulkan rasa ketidakpuasan pada diri

santri (warga belajar) atau siswa dalam belajar. Untuk menumbuhkan kepuasan

dalam pembelajaran, Keller (1990) mengajukan tiga strategi, yaitu: (a) kon-

sekuensi alami (natural consequences), (b) konsekuensi positif (positive

consequences), dan (c) kewajaran (equity). Guna dapat memberi rasa. kepuasan

dalam pembelajaran bagi santri (siswa), dapat dilakukan dengan jalan menyajikan

kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru

dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang. Sedangkan konsekuensi positif

dapat dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang dapat

mempertahankan perilaku yang diinginkan. Strategi kewajaran yang dilakukan

dengan mempertahankan standar dan konsekuensi secara konsisten pada setiap

penyelesaian tugas atau pekerjaan.

Keempat kategori variable tersebut merupakan hal yang sangat penting

dalam pengembangan isi pembelajaran keterampilan yang motivasional. Hal ini

sejalan dengan pendapat Jonansen (1990) bahwa strategi-strategi tersebut

merupakan satu-satunya strategi pembelajaran yang berusaha mengekspresikan

motivasi secara seksama sebagai prosedur dalam penguasaan isi pembelajaran.

b. Dukungan Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian komprehensif yang bertujuan untuk menguji keampuhan

strategi pembelajaran “disain pembelajaran motivasional” belum banyak

dilakukan, dan lebih-lebih dalam dunia pendidikan di Indonesia hal ini belum

pernah sama sekali dilakukan. Salah satu penelitian yang bertujuan menguji

keampuhan strategi-straregi ini telah dilakukan oleh Veisser & Keller (1990) di

Zimbabwe. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara jelas terbukti

keefektifan penggunaan disain pembelajaran motivasional untuk meningkatkan

28

Page 14: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

motivasi belajar dan hasil belajar. Di samping itu disebutkan bahwa walaupun

model ini dikembangkan dalam situasi pembelajaran konteks di USA, validasi

yang dilakukan di Zimbabwe memperlihatkan model ini dapat diterapkan dalam

perspektif sosial budaya yang lebih luas. Penelitian kedua yang bertujuan

menguji keampuhan model ini dilakukan oleh Keller & Zuzuki (1989), dengan

mengaplikasikan strategi ini ke dalam pengajaran berprogram (computer assisted

instruction/CAI). Hasil penelitian ini juga menunjukkan keefektifan penggunaan

disain pembelajaran ini.

Mengingat masih terbatas penelitian yang berkaitan dengan “disain

pembelajaran motivasional” ini, Snelbecker (1983) dan Jonassen (1989)

menyarankan perlunya diadakan kajian lebih lanjut tentang strategi motivasional

baik dalam teori pembelajaran maupun dalam praktek pembelajaran. Walaupun

beberapa teknik dan contoh-comtoh yang terkait dalam disain ini telah sesuai

dengan penemuan riset, kiranya penemuan model ini masih menuntut para

disainer dan praktisi secara terus menerus untuk mengkajinya (Snelbecker, 1987).

Demikian pula Anglin (1991) mengatakan bahwa pengujian terhadap disain

pembelajaran motivasional perlu lebih dikembangkan di masa mendatang.

2. Hipotesis Tindakan

Berpijak pada permasalahan dan landasan konseptual yang telah di bahas

di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Jika strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran yang selama ini

digunakan fasilitator dan atau instruktur/guru pembelajaran keterampilan

di Pesantren, diganti dengan strategi penyampaian dan pengelolaan

motivasional berupa : perceptual, araousal inquiry araousal & variability,

santri akan sangat meningkatkan perhatiannya terhadap isi pembelajaran.

2. Jika strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran yang selama ini

digunakan fasilitator dan atau instruktur/guru dalam pembelajaran

keterampilan di Pesantren, diganti dengan strategi penyampaian dan

pengelolaan motivasional berupa : familiarity, goal orientation & motive

28

Page 15: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

matching, santri akan dapat merasakan relevansi isi pembelajaran yang

dipelajarinya.

3. Jika strategi penyampaian dan pengelolaan yang selama ini digunakan

fasilitator dan atau instruktur/guru dalam pembelajaran keterampilan di

Pesantren, diganti dengan strategi penyampaian dan pengelolaan

motivasional berupa : exspectancy for success, learning requirement dan

personal control, maka keyakinan diri santri terhadap pembelajaran/tugas

yang dihadapinya akan semakin meningkat.

4. Jika strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran yang selama ini

digunakan fasilitator dan atau instruktur/guru dalam pembelajaran

keterampilan di Pesantren, diganti dengan strategi penyampaian dan

pengelolaan motivasional yang berupa: natural sequences, positive

consequences dan equity, maka rasa puas santri dalam menghadapi

pembelajaran akan meningkat.

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Untuk memperjelas cakupan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini,

dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek yang

diteliti. Oleh karena itu, keterbatasan penelitian ini, antara lain:

a. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. terbatas pada

konteksnya. Oleh karena itu hasil penelitian ini tidak dimaksudkan untuk

digeneralisasikan dalam konteks dan cakupan yang lebih luas, kecuali dimungkinkan

pada tarap diseminasi dan diversifikasi model pengelolaan pembelajaran

keterampilan berdasarkan konteks latar karakteristik yang sama.

b. Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan untuk menemukenali disain awal

pembelajaran keterampilan yang ada, karena itu penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (Nasution,

1984: 50), sehingga tidak tertutup kemungkinan hasil penelitian berpeluang

bias.Untuk menutup kemungkinan berpihak atau bias (Loflan dan Loflan, dalam

28

Page 16: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

Mantja, 1989: 26) digunakan pendekatan verstehan, di mana peneliti telah memiliki

pengertian yang mendalam mengenai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku bagi

kelompok yang diteliti (Vredenbregt, 1987: 17) dan juga akan diatasi dengan

trianggulasi (Lincoln dan Guba, 1986: 305).

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan model disain pembelajaran

motivasional dalam pendidikan keterampilan, sehingga hal-hal yang lebih mengarah

pada pembelajaran kitab-kitab yang menjadi ajaran pokok tidak akan dibahas lebih rinci

dalam penelitian ini, melainkan hanya dibahas sampai tahap apa yang dapat ditemukan.

2. Definisi Operasional

a.. Motivasi Dalam Pembelajaran

Motivasi merupakan salah satu elemen pokok yang tidak mungkin

dipisahkan dari kegiatan proses pembelajaran. Keller (1983),

mengklasifikasikan motivasi dalam pembelajaran menjadi dua jenis, yaitu:

(1) motivasi yang ada dalam -pembelajaran, dan (2) motivasi yang ada dalam

individu siswa. Bertolak dari permasalahan motivasi itu Keller

(1983;19987;1990) perlu dikembangkan “disain pembelajaran

motivasional” yang sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Pembelajaran adalah cara, baik disengaja atau tidak oleh seseorang dalam

memperoleh dan mencapai pengertian pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Istilah “pembelajaran” (Coombs dan Ahmad, 1984) mengacu pada pendapat

bahwa pendidikan adalah semua usaha yang dilakukan seseorang. Model

pembelajaran mengacu pada bagaimana melakukan dan mengembangkan cara-

cara pembelajaran sehingga produk dari pembelajaran itu berkualitas dan sesuai

dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Dalam hal ini model dimaksudkan sebagai

bentuk dari kegiatan pendidikan keterampilan yang dapat menjadi pedoman dalam

membelajarkan santri di pondok pesantren Darussalam Sengkubang

c. Keterampilan, secara umum diartikan sebagai kecekatan, kecakapan dan

kemampuan untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan cermat dan teliti. Menurut

Legge (1970), keterampilan berarti kemampuan mengkoordinasikan pikiran dan

tenaga dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Legge dalam Sundoyo Pitono,

1990: 12-13). Jadi yang dimaksud dengan keterampilan dalam penelitian ini

28

Page 17: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

adalah kecekatan dan kemampuan dalam melakukan suatu kegiatan dengan

cermat dan teliti yang memerlukan satu atau beberapa jenis keterampilan kerja

tertentu secara perseorangan maupun kelompok, baik yang diperoleh di dalam

maupun di luar pondok pesantren Darussalam Sengkubang

d. Pemberdayaan santri.

Kindervater (1979) mengatakan pemberdayaan sebagai proses pemberian

kekuatan atau daya adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan unrtuk

membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan anggota kelompok (warga

belajar) terhadap perkembangan sosial, ekonomi politik sehingga akhirnya ia

memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya

dalam masyarakat. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat, akan tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai

budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan tanggung jawab

adalah merupakan unsur-unsur yang pokok dalam pemberdayaan. Disamping itu,

hal yang paling penting lainnya adalah peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya, oleh karena

itulah pemberdayaan berkaitan dengan demokrasi (Kartasamita, 1995). Dalam

penelitian ini, pemberdayaan santri adalah proses pemberian kekuatan atau daya

untuk menumbukan dan meningkatkan kesadaran pengertian dan kepekaan

anggota kelompok (warga belajar) terhadap perkembangan sosial, ekonomi,

politik, budaya kepada santri dalam mengikuti pembelajaran keterampilan agar

mereka baik individu maupun kelompok memiliki pengetahuan, keterampilan,

sikap positif, kreatif dan produktif dalam masyarakat setelah menamatkan

pendidikannya di Pondok pesantren.

e. Santri. Santri atau cantrik dalam pemakaian bahasa modern artinya seorang pelajar

sekolah agama, atau penduduk Jawa yang menganut Islam yang sungguh-sungguh

(Dewantara, 1977: 370). Menurut Geetz (1981: 178) istilah santri mungkin

diturunkan dari kata Sansekerta shantri, artinya ilmuan Hindia yang pandai

menulis. Dalam penelitian ini santri adalah peserta didik (siswa) sebagai anak

didik kyai dan belajar agama Islam juga belajar di pendidikan formal dan tinggal

28

Page 18: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

di pondok (asrama) serta memperoleh tambahan pendidikan keterampilan selama

dalam pembinaan kyai di pondok pesantren Darussalam Sengkubang.

f. Pondok Pesantren. Pondok pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren.

Pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang artinya hotel/asrama (Al Habsyi,

1977: 235; Dhofier, 1974: 18). Pondok dalam bahasa Jawa berarti madrasah dan

asrama tempat mengaji, belajar agama Islam (Poerwadarminta, 1976: 764).

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem

asrama (pondok) dengan kyai sebagai sentral utama dan masjid sebagai pusat

kegiatannya (Syarif, 1983: 5), di dalamnya terdapat pendidikan formal dan

lembaga pembinaan masyarakat desa sebagai wujud dari pendidikan non-formal

(Ali, 1987: 16-17; Chirzin, 1988: 82). Pesantren yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pondok pesantren Darussalam yang terletak di desa Sengkubang

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Kalomantan Barat.

H. METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN

1. Rancangan Penelitian

Pada dasarnya disain penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Prosedur

penelitian tindakan ini mengikuti langkah-langkah penelitian yang dikemukakan oleh

Kemmis dan Mc Taggart. Dengan demikian prosedur langkah-langkah pelaksanaan

penelitian ini akan mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan yang telah umum

dilakukan. Menurut Kemmis dan McTaggart (1988), penelitian tindakan dapat

dipandang sebagai suatu siklus spiral dari: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam

pelaksanaanya, ada kemungkinan peneliti telah memiliki seperangkat rencana tindakan

(yang didasarkan pada pengalaman) sehingga mereka langsung dapat memulai tahap

tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka

memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.

Pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi

pendahuluan (initial reconnaissance) sebagai dasar untuk merumuskan tema penelitian

(thematic concern) yang selanjutnya diikuti dengan perencanaan, tindakan, observasi

dan refleksi. Menurut Waseno (1994:17) proses penelitian tindakan adalah suatu proses

28

Page 19: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

daur ulang dari perencanaan – tindakan -- pengamatan (observasi) dan refleksi

(perenungan-pemikiran-evaluatif). Sesuai dengan prinsip dasar penelitian tindakan,

dalam setiap tahap dan siklusnya selalu dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif

antara dosen peneliti dengan fasilitator dan atau instruktur/guru (ustadz) di Pesantren

Darussalam dan personel lain terkait dalam sistem penyelenggaraan pendidikan

keterampilan di Pesantren.

Berpijak pada prinsip-prinsip penelitian tindakan di atas, maka prosedur yang

dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Penelitian

Secara garis besar perencanaan penelitian tindakan ini meliputi kegiatan antara

lain:

1) Refleksi awal : Dalam hal ini peneliti dan praktisi (instruktur, fasilator/guru) dari

yang terlibat dalam kegiatan pendidikan keterampilan di pesantren Darussalam yang

akan dijadikan obyek penelitian, berusaha mengungkapkan dan memahami

persoalan motivasional yang perlu dipecahkan. Dalam tahap ini peneliti dan praktisi

berusaha mengidentifikasi permasalahan motivasional yang ada di pesantren

Darussalam.

2) Setelah pada tahap refleksi awal tim peneliti (peneliti dan praktisi) mengidentifikasi

permasalahan yang ada. Kemudian tim peneliti berusaha merumuskan permasalahan

secara operasaional.

3) Langkah selanjutnya tim peneliti menetapkan rumusan hipotesis tindakan. Mengingat

penelitian tindakan ini lebih ditekankan pada pendekatan naturalistik, maka

hipotesis tindakan yang dirumuskan masih bersifat tentatif, yang kemungkinan bisa

dimodifikasi sesuai dengan kenyataan di lapangan.

4) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan: dalam tahap ini tim peneliti

secara bersama-sama merumuskan rancangan tindakan yang mencakup:

b) Menetapkan indikator-indikator disain pembelajaran motivasional dan indikator

strategi motivasional.

c) Menyusun rancangan strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran

motivasional yang merupakan bahan intervensi, meliputi:

28

Page 20: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

merancang/mengorganisasi bahan ajar (buku panduan), merancang satuan

pelajaran yang digunakan acuan oleh paraktisi dalam mengajar, merancang alat

evaluasi motivasional. Semuanya ini dirancang berdasarkan prinsip-prinsip

disain pembelajaran motivasional.

d) Menyusun metode dan alat perekaman data yang terdiri : angket, catatan

lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen, catatan harian.

e) Menyusun perencanaan metode pengolahan data. Dalam hal ini data akan diolah

berdasarkan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Mengingat penelitian tindakan ini lebih menekankan pada pendekatan

naturalistik, maka rancangan tindakan di atas beserta konsekuensi-konsekuensinya

bersifat fleksibel dan tentatif.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Secara prinsip tahap ini merupakan langkah menjalankan atau melakukan

tentang apa-apa yang telah direncanakan oleh praktisi dalam membelajarkan santri di

bidang keterampilan. Berpijak dari prinsip tersebut, maka langkah-langkah tindakan ini

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Melaksanakan/menintervinkan disain pembelajaran motivasional yang telah

direncanakan oleh praktisi. Intervensi ini diwujudkan dalam dua jenis yaitu: (1)

strategi penyampaian yang dilakukan melalui bahan ajar (buku panduan) yang

diberikan pada santri, dan (2) Strategi pengelolaan pembelajaran yang dilakukan

secara langsung oleh praktisi pada saat pengajaran berlangsung. Dalam tahap ini,

peneliti berusaha memberikan pengarahan, motivasi dan ransangan kepada semua

personil yang melakukan, dikenai dan terkait dengan pelaksanaan tindakan ini.

2). Melakukan pengamatan secara sistematis, sadar, kritis . dan obyektif dalam

memantau pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dan

juga oleh praktisi sendiri; dalam hal ini peneliti juga mengamati praktisi

dalam mengintervensikan disain motivasional, di samping juga mengamati

santri-santri yang dikenai tindakan intervensi. Sumarno (1994:4)

mengungkapkan bahwa pengamatan dilakukan secara komprehensif, sehingga

diharapkan dapat mengenali dan merekamnya secara lengkap gejala-gejala

yang memang direncanakan, baik yang mendukung maupun menghambat

28

Page 21: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

efektifitas tindakan. pengamatan dilakukan dengan sepengetahuan maupun

tidak sepengetahuan praktisi. Semua hasil-hasil pengamatan direkam dalam

bentuk catatan lapangan, foto-foto, buku harian proyek/jurnal dan sejenisnya.

3) Pada dasarnya dalam pelaksanaan tindakan intervensi disain pembelajaran

motivasional ini dilakukan serangkaian aktivitas secara simultan yaitu (1)

pelaksanaan tindakan interventif, (2) mengamati semua fenomena yang

terjadi, dan (3) sekaligus melakukan refleksi dan pemaknaan terhadap semua

informasi/data yang telah terekam dan terdokumentasi, untuk menentukan

langkah-langkah selanjutnya. Semua siklus kegiatan tersebut dilakukan secara

bersama antara peneliti dan praktisi secara partisipatoris kolaboratif.

c. Tahap Observasi

Pada dasarnya tahap observasi bersamaan dilakukan dengan pelaksanaan

intervensi; begitu tindakan intervensi disain pembelajaran motivasional

dilakukan, segera juga dilakukan observasi terhadap kegiatan ini. Dalam kegiatan

ini peneliti dan praktisi berusaha untuk mengenali, merekam dan

mendekomentasikan semua indikator dari proses dan hasil, perubahan yang

terjadi baik yang diakibatkan oleh tindakan terencana maupun efek sampingan

dan bahkan efek lanjutannya yang diakibatkan adanya intervensi disain

pembelajaran motivasional. Hasil observasi ini diharapkan dapat mengetahui

sedini mungkin gejala yang mengisyaratkan ketidakberhasilan atau kesalahan

rancangan disain pembelajaran motivasional, sehingga informasi itu dapat

dimanfaatkan secepatnya untuk melakukan modifikasi rancangan tindakan.

d. Tahap Refleksi

Setelah semua informasi tentang intervensi disain pembelajaran

motivasional didapat melalui observasi, maka segera dilakukan refleksi. Dalam

hal ini semua informasi yang didapat berusaha dikaji dan dipahami bersama oleh

peneliti dan praktisi. Jadi secara garis besar dalam refleksi ini tim peneliti secara

bersama melakukan analisis - sintesis - memaknai - menerangkankan dan -

menyimpulkan informasi yang telah diperoleh dari tahap mengintervensi dan

mengobservasi. Pada akhirnya dari has i1 refleksi ini dapat mengungkapkan dan

28

Page 22: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

merumuskan kesempatan, peluang, hasil yang dicapai dan keterbatasan, serta

konsekuensi dan implikasi dari temuan dan kesimpulan penelitian tindakan disain

pembelajaran motivasional ini. Hasil refleksi dan kesimpulan yang telah dibuat

digunakan sebagai pilakan dasar untuk me-netapkan dan merencanakan tindakan

berikutnya yang dibutuhkan dalam penelitian disain pembelajaran motivasional

ini.

2. Subyek Penelitian.

Subyek (sampel) penelitian ini ditentukan secara purposive berdasarkan

atas beberapa pertimbangan tertentu. Adapun pesantren yang dipilih menjadi

subyek penelitian ini adalah Pesantren Darussalam di desa Sengkubang

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.

Adapun santri yang dipilih dan dikenai tindakan intervensi adalah santri

mukim di pondok Pesantren Darussalam. Mengingat disain pembelajaran

motivasional ini terbatas hanya untuk bidang pendidikan keterampilan praktis

yang diajarkan, namun untuk keperluan penelitian tindakan perlu ditetapkan

aplikasinya pada setu jenis keterampilan tertentu. Dalam hal ini jenis

keterampilan yang dipilih adalah keterampilan pertukangan dan home industri.

3. Instrumen Pengumpul Data

Untuk melakukan observasi terhadap intervensi yang dilakukan, tim

peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian yaitu:

1. Catatan lapangan: pada dasarnya bagian ini berisi, deskripsi gambaran

tentang latar pengamatan terhadap tindakan, praktisi dan santri. Di

samping itu catatan lapangan juga berisi refleksi yang memuat kerangka

berpikir dan pendapat peneliti, gagasan dan sejenisnya.

2. Angket: ini khusus diberikan pada santri yang dikenai tindakan intervensi

disain pembelajaran motivasional, untuk melihat bagaimana pendapatnya

mengenai bahan ajar dan strategi pengelolaan motivasional yang mereka

terima.

3. Wawancara: ini khusus dilakukan oleh peneliti kepada praktisi

(instruktur/guru/fasilitaor) yang melakukan tindakan intevensi langsung di

28

Page 23: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

kelas maupun di luar kelas. Dan juga wawancara ini dilakukan pada

beberapa santri mukim. Wawancara ini lebih bersifat indepth interview.

4. Foto: teknik ini digunakan untuk memotret pristiwa kelas dan di luar kelas yang

penting yang berkaitan dengan tindakan intervensi.

Buku harian proyek atau jurnal: ini digunakan untuk mencatat gagasan-gagasan dan

kesan-kesan dan apa-apa yang sebenarnya terjadi.

4. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan disain penelitian tindakan ini maka teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik-analisis data kualitatif. Analisis data

merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain guna menambah pemahaman mengenai bahan-bahan

tersebut serta memungkinkan untuk melaoporkan kepada pihak lain apa yang telah

ditemukan (Bogdan dan Biklen, 1982: 145). Seseungguhnya pada penelitian kualitatif,

pengumpulan dan analisis data bukanlah dua kwegiatan yang benar-benar terpisah, akan

tetapi merupakan satu kesatuan kegiatan yang saling berinteraksi. Mc Millan dan

Schumacher (2001: 405) mengemukakan bahwa lima langkah di dalam penelitian

kualitatif merupakan proses interaktif mulai dari penentuan subyek, perekaman data,

analisis dan penyajian data, dan interpretasi tentative selama proses pengumpulan data.

Menurut prosedur ini dari data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi topic,

dan selanjutnya menemukan kategori-kategori baik kategori etik maupun kategori emik

yang untuk selanjutnya ditemukan pola yang dituangkan di dalam struktur naratif dan

representasi visual. Dalam penemuan pola ini peneliti akan menggunakan model

Schumacher dan Mc Millan (2001: 477). Seperti disajikan pada gambar di halaman

berikut:

28

Page 24: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

Struktur Representasi narative visual

Tahap 4 Pola-pola (thema/konsep)

Tahap 3 Kategori (etik, emik)

Tahap 2 Topik

Tahap 1 Data

Pekerjaan lapangan: Temuan dan rekaman

Gambar 1: Proses analisis data induktif

5. Proses Analisis Data Induktif

Pada dasarnya analisis data diawali pada saat melakukan refleksi putaran

penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah (menganalisis, mensintesis,

memaknai, menerangkan dan menyimpulkan) seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber (catatan lapangan , angket, hasil wawancara, foto, buku harian proyek).

Analisis data dalam penelitian ini menggabungkan proses analisis interaktif yang

dikemukakan Mc Millan dan Schumacher serta oleh Miles dan Huberman (1992) yang

mengemukakan bahwa analisis interaktif merupakan suatu proses siklus interaktif antara

empat komponen yang saling terkait, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3)

penyajian data, dan (4) kesimpulan/verifikasi. Saling keterkaitan antara komponen-

komponen tersebut digambarkan seperti di halaman berikut:

28

Page 25: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

Pengumpulan Data Penyajian Data

Resuksi Data Kesimpulan: Verifikasi

Gambar 2: Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan

reduksi data. Langkah berikutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan, yang

kemudian dikategorisasikan. Kategori-kategori ini dilakukan sambil membuat koding.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

Setelah itu mulailah tahap penafsiran data dan mengolah hasil sementara menjadi teori

substantif. Sedangkan teknik untuk memeriksa keabsahan data digunakan teknik

triangulasi, baik triangulasi sumber, metode, penyidik maupun teori. Mengingat

penelitian ini merupakan penelitian tindakan, maka tahap analisis datapun

dilakukan secara partisipatoris, kolaboratif dan kooperatif antara anggota tim

peneliti (peneliti & praktisi).

I. PENYIAPAN PARTISIPASI PENELITI

Mengingat penelitian tindakan ini bersifat partisipatoris, kooperatif dan

kolaboratif antara peneliti dengan praktisi, maka perlu dipandang dilakukan

pelatihan-pelatihan untuk menyiapkan partisipasi tim peneliti. Adapun penyiapan

partisipasi peneliti dilakukan dengan cara:

1. Melakukan diskusi bersama untuk leb,ih memahami konsep-konsep disain

pembelajarann motivasional.

28

Page 26: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

2. Melakukan pelatihan bagi praktisi untuk menyusun bahan ajar dengan

pendekatan disain pembelajaran motivasional.

3. Melakukan pelatihan bagi praktisi untuk menyiapkan strategi

pembelajaran motivasional dalam proses belajar mengajar.

4. Melakukan pelatihan bagi praktisi untuk menerapkan strategi pengelolaan

pembelaiaran motivasional dalam proses belajar mengajar.

5. Melakukan pelatihan bagi praktisi dalam mengembangkan alat ukur

motivasi belajar.

Pelatihan ini dilakukan dengan intensif serta dengan waktu yang cukup sehingga

praktisi betul-betul dapat melakukan.

J. JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN

TAHUN 2003/2004

No. Kegiatan Bulan ke 10 11 12 01 02 03 04 05 06 07

Persiapan 1. Pelaksanaan Tindakan 2. Membuat Disain Operasional3. Interpretasi Hasil

Pelaksanaan 1. Pelaksanaan Tindakan2. Analisis Data3. Interprestasi Hasil

Penyusun Laporan1. Penyusunan Laporan2. Seminar Hasil Laporan3. Revisi Laporan & Penggandaan

28

Page 27: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

DAFTAR BACAAN

Alvin Y. So dan Suwarsono, (1991), Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia, LP3ES, Jakarta.

Amin, M. (1987) , Prospek Perkembangan Pesantren 25 Tahun Mendatang (tahun 2012): Kasus Pesantren Darunnajah, Jakarta: Makalah Seminar Pesantren dalam Lustrum VI IKIP Muhammmadiyah, Jakarta: 26-28 Oktober.

APPEAL. (1966). Pendidikan Berkelanjutan: Arah dan Kebijakan Baru, Bangkok: Ditjen Dikluspora dan UNISCO.

Ardhana, W (1990). Atribusi Terhadap Sebab-Sebab Keberhasilan dan Kegagalan serta Kaitannya dengan Motivasi untuk Berprestasi, Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang, Malang : IKIP Malang.

Ardhana, W (1992). Atribusi Terhadap Sebab-Sebab Keberhasilan dan Kegagalan serta Kaitannya dengan Motivasi untuk Berprestasi, Forum Penelitian, 4, 2; 79-98.

Bogdan, R.C dan Taylor, S. (1975). Introduction and Qualitative Research Methods, New York: Jonh Wiley and Sons, Inc.

Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. (1982). Qualitative Reseach for Education: An Introduction toTheory and Metgodes. Boston: Allun dan Bacon, Inc.

Borg, W.R and Gall, M.D. (1989). Educational Research An Introduction. New York: Longman

Cartwright, J. (1999). Cultural Tranformation. London: Prentice Hall.

Collins, D. )1999), Paulo Freire: Kehidupam, Karya dan Pemikirannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Craig, R.L. (1976). Training and Development Handbook: A Guide to Human Resource Development. New York: McGraw-Hill Book Company.

Degeng, N.S. & Miarso, V. (1993). Terapan Teori Kognitif dalam Disain Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.

Faisal, Sanapiah, (1981), Pendidikan Luar Sekolah di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan, Nasional, Surabaya: Usaha Nasional.

Geetz Clifford (1981), Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat Jawa (terjemahan Mahasin), Jakarta: Pustaka Jaya.

28

Page 28: 16840616 Proposal Penelitian Tindakanuts

Geerz, Clinfford (1965), Modernization in a Muslim Society: The Indonesia Case, New York: Religion and Progres in Modern Asia.

Good, T.L & Brophy, J.E (1989). Motivation, dalam Wayan Ardhana, Jakarta: P2LPTK, Depdikbud.

Keller, J.M. & Suzuki, K. (1988). Use of the ARCS Motivational Model in Courseware Design. dalam Jonassen, Instructional Design for Microcomputer Courseware, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Keller, J.M & Visser, J. (1990). The Clinical Use of Motivational Massages: An Inquiry into The Validity of ARCS Model Motivational Design, Instructional Science, 19:467-500.

Kuntowidjojo (1991), Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Yogyakarta: Mizan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, ( PP.Nomor 73 Tahun 1991), Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta.

Rahardjo, Dawam M. ed. (1988), Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES.

Saridjo (1985), Pola Pengembangan Pondok Pesantren Pelita IV, Jakarta: P2BKPPP-Depag. RI.

Soedomo, H.M. (1990), Peluang dan Diagnosis Masalah Pendidikan: Kumpulan Pemikiran Awal, Malang: Fakultas Pascasarjana IKIP Malang.

Reigeluth, C.M. (1983). Is Instructional Theories a Live and Well?, dalam Instructional Design Theories and Model: An Overview of Their Current Status. Edited by Reigeluth, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Waseno, I, (1994). Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan, Makalah disampaikan dan dibahas pada Pelatihan Penelitian Tindakan yang diselenggarakan di IKIP Yogyakarta tanggal 9-12 Januari 1994.

28