163-307-1-sm.pdf

16
Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo) Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN TEMBAKAN SEPAKBOLA (Studi Eksperimen Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump dan Latihan Plyometrics Squat Jump pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta) Oleh: Teddy Agoeng Soelistyo ABSTRACT This research aims to find out: (1) the difference between the effect of plyometrics knee tuck jump training and plyometrics squat jump training on increased football kicking accuracy, (2) the difference of increased football kicking accuracy between students with high and low leg muscle strength, (3) the interaction effect between the plyometrics training method and leg muscle strength on increased football kicking accuracy. This research employed an experimental method with 2 x 2 factorial design. The population of the research in the students achievement coaching football of Teaching and Learning Faculty of Surakarta Tunas Pembangunan University, as many as 60 students. The sampling technique was purposive random sampling. ANOVA was used to analyzing data, the data analysis prerequisite test was done using the sample normality test (Lilliefors test with α = 0.05%) and variance homogeneity test (Bartlett test with α = 0.05%). Based on the result of the analysis, conclusions are drawn as follows: (1) There is a difference plyometrics knee tuck jump training and plyometrics squat jump training on increased football kicking accuracy. The effect of plyometrics squat jump training is better than that plyometrics knee tuck jump training, (2) there is a difference on increased football kicking accuracy between the students with high and low leg muscle strength. The effect to on increased football kicking accuracy between the students with high leg muscle strength is better then the one with low leg muscle strength, (3) there is a effect of interaction between plyometrics training method with leg muscle strength on increased football kicking accuracy. The students with high leg muscle strength has according if it is plyometrics knee tuck jump training. While the students with low leg muscle strength has according if it is plyometrics squat jump training.

Upload: muhammad-guntur

Post on 25-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

latihan plyometric

TRANSCRIPT

Page 1: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN

KETEPATAN TEMBAKAN SEPAKBOLA

(Studi Eksperimen Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump dan Latihan Plyometrics Squat Jump pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tunas Pembangunan Surakarta)

Oleh: Teddy Agoeng Soelistyo

ABSTRACT This research aims to find out: (1) the difference between the effect of plyometrics knee tuck jump training and plyometrics squat jump training on increased football kicking accuracy, (2) the difference of increased football kicking accuracy between students with high and low leg muscle strength, (3) the interaction effect between the plyometrics training method and leg muscle strength on increased football kicking accuracy. This research employed an experimental method with 2 x 2 factorial design. The population of the research in the students achievement coaching football of Teaching and Learning Faculty of Surakarta Tunas Pembangunan University, as many as 60 students. The sampling technique was purposive random sampling. ANOVA was used to analyzing data, the data analysis prerequisite test was done using the sample normality test (Lilliefors test with α = 0.05%) and variance homogeneity test (Bartlett test with α = 0.05%). Based on the result of the analysis, conclusions are drawn as follows: (1) There is a difference plyometrics knee tuck jump training and plyometrics squat jump training on increased football kicking accuracy. The effect of plyometrics squat jump training is better than that plyometrics knee tuck jump training, (2) there is a difference on increased football kicking accuracy between the students with high and low leg muscle strength. The effect to on increased football kicking accuracy between the students with high leg muscle strength is better then the one with low leg muscle strength, (3) there is a effect of interaction between plyometrics training method with leg muscle strength on increased football kicking accuracy. The students with high leg muscle strength has according if it is plyometrics knee tuck jump training. While the students with low leg muscle strength has according if it is plyometrics squat jump training.

Page 2: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Keywords: Plyometrics Knee Tuck Jump Training, Plyometrics Squat Jump Training,

Leg Muscle Strength, Football.

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembinaan olahraga di Indonesia saat ini belum maksimal. Hal ini

terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah diikuti belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Misalnya di pentas olahraga tingkat Asia,

Indonesia masih ketinggalan jauh dari negara Cina meskipun dalam satu atau dua

cabang olahraga prestasi Indonesia telah mencapai tingkat dunia. Proses

pembinaan olahraga ini harusnya di pahami sebagai suatu sistem yang kompleks,

sehingga masalah yang terdapat didalamnya perlu ditelaah dari sudut pandang

yang luas. Pembinaan sebagaimana yang dimaksud antara lain dapat dilakukan

pada aspek gerakan. Gerakan-gerakan dalam bidang olahraga diharapkan

dilakukan dengan cara efisien dan teknik yang benar. Gerakan dikatakan efisien

apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk

menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan

memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik,

dan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Seseorang yang mampu melakukan

gerakan-gerakan secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil. Gerakan

yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien. Keterkaitan antara

berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien. Hal ini sesuai

pendapat Drowatzky (1981:34) yaitu “tiga komponen utama yang mendukung

gerakan yang efisien, yaitu kesegaran jasmani dan kemampuan gerak,

kemampuan penginderaan atau sensori serta proses-proses perseptual”. Untuk itu

dalam gerakan efisien diperlukan latihan-latihan yang benar, kontinyu dan teratur

serta pemecahan masalah prestasi olahraga yang baik pula. Hal ini disebabkan

apabila dalam latihan kurang benar, tidak direncanakan terprogram lebih dahulu

maka jalannya latihan kurang sempurna dan prestasi olahraga tidak maksimal.

Page 3: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Peningkatan prestasi olahraga sepakbola banyak mengalami kendala,

karena kurangnya pengembangan teori dan pemanfaatan metodologi latihan yang

didukung dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas

pelatihan pembinaan olahraga. Pembinaan tersebut dapat dicapai melalui

pembibitan secara dini dan peningkatan melalui pendekatan ilmiah terhadap

ilmu-ilmu pengetahuan yang terkait. Menurut Nossek (1982:1) “berbagai ilmu

yang berkaitan dengan olahraga antara lain adalah fisiologi latihan, biomekanika

olahraga, paedagogi dibidang olahraga, sosiologi olahraga, psikologi olahraga

dan kesehatan olahraga”. Sebagai pelatih seharusnya mengetahui dan memahami

pengetahuan-pengetahuan yang telah disebutkan. Hal ini penting karena

pengetahuan-pengetahuan tersebut sebagai konsep yang mendasari dalam

penetapan suatu program latihan fisik yang efektif dan dapat diterapkan di dunia

pendidikan.

Peningkatan ketepatan tembakan sepakbola dipengaruhi oleh kualitas otot

yang dimiliki pemain. Untuk memperoleh hasil peningkatan ketepatan tembakan

sepakbola yang maksimal, tentunya diperlukan kekuatan otot tungkai dan juga

dari semua kelompok otot yang mendukung gerakan tembakan sepakbola. Dari

sekian banyak kelompok otot yang berperan dalam gerakan tembakan sepakbola

yang paling dominan yaitu otot tungkai. Oleh karena itu pemberian latihan

khusus pada otot tersebut perlu mendapat perhatian yang lebih, dengan tidak

mengesampingkan latihan bagi kelompok otot pendukung lainnya. Ada berbagai

macam metode latihan plyometrics yang dapat diterapkan dalam melatih

kekuatan otot tungkai, diantaranya dengan metode latihan plyometrics. Karena

dengan metode latihan plyometrics tersebut diharapkan dapat meningkatkan

power, kekuatan, kecepatan, daya ledak serta elastisitas otot.

Berkaitan dengan metode latihan kesegaran fisik umum dan khusus, dapat

dikemukakan beberapa metode latihan fisik seperti latihan berbeban, latihan

interval, latihan sirkuit, dan latihan plyometrics. Masing-masing metode latihan

tersebut mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda. Dalam penelitian ini

Page 4: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

menggunakan metode latihan plyometrics karena latihan plyometrics merupakan

suatu metode khusus untuk meningkatkan power yang sesuai dengan cabang

olahraga sepakbola. Latihan plyometrics diperkirakan menstimulasi berbagai

perubahan dalam neuromoskuler, memperbesar kelompok otot untuk

memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan

yang ringan dan panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometrics

adalah pengkondisian neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya

perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat. Dengan mengurangi

waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan

dapat ditingkatkan (Radcliffe & Farentinos, 1985:8-9).

Pemilihan dan penerapan metode dalam latihan ketepatan tembakan

sepakbola untuk mahasiswa sepakbola Jurusan Pendidikan Olahraga Kepelatihan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan

Surakarta, agar metode yang diterapkan mampu meningkatkan hasil latihan

mahasiswa dalam penguasaan ketepatan tembakan sepakbola, maka pada

penelitian ini akan dicobakan dua macam metode yang diterapkan dalam proses

latihan ketepatan tembakan sepakbola yakni metode latihan plyometrics knee

tuck jump dan latihan plyometrics squat jump.

Dalam meningkatkan prestasi sepakbola diperlukan berbagai pertimbangan

dan perhitungan serta analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang

menentukan dan menunjang prestasi sepakbola. Faktor-faktor tersebut

diantaranya adalah kekuatan otot tungkai. Oleh karena itu perlunya kekuatan otot

tungkai untuk mengetahui prestasi sepakbola yang telah dilatih dengan latihan

plyometrics.

Keberhasilan dalam prestasi olahraga, perlu di dukung pula oleh kekuatan

dan kecepatan. Seperti yang dikemukakan oleh Yessis & Turbo (1988:94) bahwa

“untuk keberhasilan dalam prestasi olahraga, tidak hanya kekuatan yang

diperlukan tetapi perlu didukung kecepatan dan percepatan”. Sebagai contoh

seorang pemain bolavoli atau bulutangkis, harus dapat meloncat dengan

Page 5: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

kecepatan yang tepat untuk dapat melakukan variasi smash, atlet lempar lembing

harus dapat menggerakkan lengan dengan kecepatan yang tepat untuk dapat

melempar. Ini berarti otot yang bekerja harus dapat berkontraksi secara maksimal

dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu pemberian latihan harus

bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik yang akan

dikembangkan.

Kondisi fisik merupakan satu persyaratan yang sangat penting dan

diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Sajoto (1995:8-10)

mengemukakan bahwa “Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari

komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan

maupun pemeliharaannya”. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi

fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, meskipun

pengembangannya dilakukan dengan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan.

Unsur-unsur atau komponen kondisi fisik tersebut meliputi: “kekuatan, daya

tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan,

ketepatan dan kecepatan reaksi”. Selanjutnya Sajoto (1995:59) menambahkan

bahwa “Salah satu komponen kondisi fisik yang penting guna mendukung

komponen-komponen lainnya adalah komponen kekuatan otot”. Pendapat senada

dikemukakan oleh Harsono (1988:177) yang menyatakan bahwa “Kekuatan

merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik, karena kekuatan

merupakan daya penggerak dari setiap aktivitas fisik”.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka

penelitian ini berjudul “Pengaruh Metode Latihan Plyometrics dan Kekuatan

Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola (Studi

Eksperimen Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump dan Latihan Plyometrics Squat

Jump pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Tahun Pelajaran)”.

Page 6: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perlu dirumuskan permasalahan-

permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan plyometrics knee tuck jump dan

latihan plyometrics squat jump terhadap peningkatan ketepatan tembakan

sepakbola?

2. Adakah perbedaan peningkatan ketepatan tembakan sepakbola antara

mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah?

3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan plyometrics dan kekuatan

otot tungkai terhadap peningkatan ketepatan tembakan sepakbola?

C. Pembahasan Masalah

1. Ketepatan Tembakan Sepakbola

a. Ketepatan

Ketepatan tembakan merupakan gabungan dua kata antara ketepatan

dan tembakan. Yang dimaksud dengan ketepatan adalah “kemampuan

seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke sasaran atau target sesuai

kemampuannya” (Suharno, 1993:64). Ketepatan dipengaruhi oleh

koordinasi, jarak dan besarnya target, ketajaman indera, kecepatan gerak,

perasaan gerak serta teknik gerakan itu sendiri. Berdasarkan pengertian

tersebut dapat dikemukakan bahwa, ketepatan tembakan adalah

kemampuan seseorang untuk mengarahkan tembakan ke arah sasaran atau

target. Ketepatan tembakan dipengaruhi oleh koordinasi, jarak dan

besarnya target, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta

teknik gerakan tembakan.

b. Tembakan Sepakbola

Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam

permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya.

Page 7: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan

gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan demikian setiap pemain dapat

dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota

badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepakbola

dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan

tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua

belah tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan

demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball

feeling yang sempurna serta peka terhadap bola.

Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha

pengkajian terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta

faktor-faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan.

Pembentukan keterampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan

dengan tindakan yang menyangkut gerakan-gerakan koordinasi otot.

Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi syaraf dan diperoleh dari

hasil belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat keterampilan

gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama agar

fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang menuju

pada otomatisasi gerakan. Pyke (1991:61) menyatakan bahwa “tanpa

belajar atau latihan suatu keterampilan tidak akan tercapai”.

c. Unsur Fisik yang Terlibat dalam Tembakan Sepakbola

Pada sepakbola berbagai jenis gerakan unsur fisik yang terlibat

adalah kecepatan, kekuatan, kelentukan, kelincahan dan ketepatan.

Sedangkan menurut Engkos (1993:54) komponen fisik yang diperlukan

pada cabang olahraga sepakbola adalah pada bahu memerlukan kekuatan

otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan, pada punggung

memerlukan kekuatan otot, pada dada memerlukan kekuatan otot, daya

tahan otot, pada lengan memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot,

Page 8: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

agilitas dan kelentukan serta power, pada tungkai memerlukan kekuatan

otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power.

Jadi pada tembakan sepakbola memerlukan kekuatan otot, daya

tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power, karena tembakan

sepakbola merupakan peran dari gerakan tungkai.

d. Sistem Energi pada Tembakan Sepakbola

Berdasarkan pendapat dari Johansyah (2004:78), pada sepakbola

secara aspek fisiologis kemampuan anaerobik lebih besar dari pada aerob,

dengan perbandingan kurang lebih 60:40, maka kebutuhan energi pada

sepakbola menggunakan sistem ATP-PC dan Glikolisis pada saat “in

play”. Hal ini senada dengan pendapat Agung (2004:44) bahwa sistem

energi yang digunakan pada pencak silat mencakup anaerobik alaktik

(ATP-PC) dan anaerobik laktik (glikolisis).

e. Biomekanika Tembakan Sepakbola

Pergerakan pada tungkai mempertimbangkan pada aspek mekanika

yang terjadi. Mekanika yang mendasari meliputi sistema gaya dan sistema

lever yang bekerja pada masing-masing sendi. Selain itu juga

mempertimbangkan aspek osteokinematika dan artrokinematika yang

terjadi pada masing-masing sendi pada tungkai.

Gerakan tembakan sepakbola melibatkan komponen pasif dan aktif

pada seluruh tungkai, baik mencakup tulang, sendi, otot dan persyarafan

yang terdapat pada tungkai. Tembakan sepakbola yang baik adalah

tembakan yang keras, kuat dan cepat, terkoodinasi dengan baik. Pada

dasarnya pada saat tembakan melibatkan unsur kecepatan, kekuatan dan

kelentukan dalam melakukan gerakannya.

2. Latihan Fisik

Banyak pendapat tentang latihan fisik. Pendapat para ahli adalah sebagai

berikut; Latihan fisik adalah kegiatan dalam memberikan beban pada tubuh

Page 9: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

secara teratur, sistematis, berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan

kemampuan dalam melakukan kerja (Brooks & Fahey, 1984:395). Agak

berbeda dengan pendapat Suharno (1993:7) menyatakan bahwa, latihan adalah

suatu proses penyempurnaan pemain secara sadar untuk mencapai mutu

prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik dan mental

secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang.

a. Tujuan Latihan Fisik

Tujuan latihan fisik secara umum tergantung dari macam sasaran

yang akan dikembangkan yang dapat mencakup sebagai berikut: (1)

meningkatkan kualitas fisik, (2) meningkatkan prestasi, (3) pencegahan

terhadap kerusakan, (4) rehabilitasi maupun pengobatan akibat kerusakan,

(5) Rehabilitasi karena penyakit (Soekarman, 1987:10) atau sesuai

olahraga yang dilakukan, baik untuk rekreasi, pendidikan, kesegaran

jasmani dan prestasi (Sajoto, 1995:1-2).

b. Prinsip-Prinsip Latihan Fisik

Untuk mencapai hasil latihan fisik yang optimal dan sesuai tujuan

latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.

Banyak pendapat para pakar yang mendeskripsikan tentang prinsip-

prinsip latihan fisik. Menurut Pyke (1991:115-121) mengemukakan

mengenai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan

latihan sebagai berikut : (1) prinsip beban berlebih, (2) prinsip pemulihan,

(3) prinsip kembali asal (reversibility), (4) prinsip kekhususan dan (5)

prinsip individualitas.

c. Mekanisme Kontraksi Otot

Secara umum olahraga sepakbola merupakan sebuah olahraga yang

terfokus kepada kekuatan kaki dan ketahanan, otot-otot utama yang perlu

dilatih adalah otot bahu, dada, lengan atas, perut, paha, tungkai bagian

bawah, dan otot pergelangan kaki (Hidayatullah, 1995:124).

Page 10: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Reseptor sensori utama yang bertanggung jawab atas deteksi

pemanjangan serabut-serabut otot yang cepat ini adalah muscle spindle,

yang mampu memberi respon kepada besaran dan kecepatan perubahan

panjang serabut-serabut otot. Jenis respon peregangan lainnya, yakni

organ tendon golgi, terletak dalam tendon-tendon dan memberi respon

terhadap tegangan yang berlebihan sebagai akibat kontraksi yang kuat

atau peregangan otot (Radcliffe & Farentinos, 1985:111)

d. Sistem Energi

Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot

tidak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi

diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin Triphosphate).

ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot

untuk melakukan kontraksi.

ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu

komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan

dalam otot rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Supaya kontraksi

otot tetap berlangsung, maka ATP ini ini segera disintesis kembali. ATP

bisa diberikan pada sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu: 2

(dua) secara Anaerobik dan 1 (satu) secara aerobik. Ketiga cara ini

disebut : (1) Sistem ATP-PC (2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem aerobik.

e. Latihan Plyometrics

Radcliffe & Farentinos (1985:1) mengemukakan Plyometrics adalah

suatu metode untuk mengembangkan daya ledak (explosive power), suatu

komponen penting dari sebagian prestasi olahraga. Asal istilah

Plyometrics diperkirakan dari bahasa Yunani “pletyhuen”, berarti

memperbesar “ukuran” Chu (1992:5). Sekarang ini plyometrics mengacu

pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang

kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau

peregangan otot-otot yang terlibat.

Page 11: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Bentuk plyometrics yang dipilih dalam latihan ini adalah latihan

plyometrics knee tuck jump dan squat jump. Pemilihan kedua bentuk

latihan ini agar dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk membuat

program latihan plyometrics yang sesuai bagi mahasiswa yang menjadi

sampel penelitian. Dengan program latihan plyometrics knee tuck jump

dan squat jump yang sesuai diharapkan terjadi peningkatan kemampuan

mahasiswa dalam melakukan ketepatan tembakan sepakbola.

f. Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump

Knee tuck jump merupakan latihan gerakan meloncat dengan lutut di

tekuk dan kaki menolak pada tanah untuk meloncat dan mendarat dengan

mengeper. Latihan plyometrics knee tuck jump akan berpengaruh terhadap

otot gluteus, gastrocnemius, quadriceps, hamstring dan hip flexors

(Radcliffe & Farentinos, 1985:54) dan merupakan bentuk latihan untuk

meningkatkan power, karena latihan ini akan membentuk kemampuan

unsur kekuatan dan unsur kecepatan otot, yang menjadi dasar

terbentuknya daya ledak (power).

g. Latihan Plyometrics Squat Jump

Squat jump merupakan latihan plyometrics yang dilakukan secara

cepat dan eksplosif untuk meningkatkan power tungkai bawah dengan

gerakan meloncat-loncat (dengan dua kaki tumpu). Latihan plyometrics

squat jump akan berpengaruh terhadap otot gluteus, gastrocnemius,

quadriceps, hamstring dan hip flexors (Radcliffe & Farentinos, 1985:54)

dan merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan power, karena latihan

ini akan membentuk kemampuan unsur kekuatan dan unsur kecepatan

otot, yang menjadi dasar terbentuknya daya ledak (power).

3. Kekuatan Otot Tungkai

Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai

definisi kekuatan. Komi (1992:5) mengemukakan bahwa “kekuatan adalah

Page 12: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

kemampuan untuk mengeluarkan daya maksimal”. Pendapat ini menunjukkan

bahwa kekuatan individu dapat dibandingkan dengan kemampuan untuk

mengangkat beban maksimal. Sedangkan Fox, et al (1988:6) menyatakan

bahwa kekuatan merupakan daya (force) suatu otot atau sekelompok otot yang

dapat melawan tahanan dengan usaha maksimal. Dari pernyataan Fox ini,

menandakan bahwa otot atau sekelompok otot dapat diukur dan diketahui

kekuatannya. Johnson & Nelson (1986:103) menyatakan bahwa “kekuatan

merupakan kemampuan otot mengeluarkan daya untuk melawan objek yang

bergerak atau yang tidak dapat bergerak”.

a. Macam-Macam Kekuatan

Dalam bidang olahraga, kekuatan dapat dikategorikan menjadi

beberapa tipe. Seperti yang dikemukakan oleh Bompa (1994:23-25), yang

membagi kekuatan menjadi 8 tipe yaitu: “Kekuatan umum, kekuatan

khusus, kekuatan maksimal, daya tahan otot, daya ledak, kekuatan

absolute, kekuatan relative dan kekuatan cadangan”.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan

Baik tidaknya kekuatan otot seseorang, dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Menurut Suharno (1993:39-40), faktor-faktor penentu kekuatan

seseorang terdiri dari:

1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hipertropi otot).

2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.

3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan.

4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer. 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glikogen, ATP). 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti

kekuatan tersebut pada saat bekerja makin besar. 7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya

kekuatan otot.

Page 13: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

c. Pentingnya Kekuatan

Pengembangan kekuatan baik secara umum maupun

pengembangannya melalui program latihan kekuatan khusus dan dapat

berpedoman pada variasi bentuk kekuatan otot. Dari latar belakang

masalah telah dikemukakan bahwa kekuatan merupakan unsur yang

sangat penting dalam aktivitas olahraga, karena kekuatan merupakan daya

penggerak, dan pencegah cedera. Selain itu kekuatan memainkan peranan

penting dalam komponen-komponen kemampuan fisik yang lain misalnya

power, kelincahan kecepatan. Oleh karena itu pengkajian mengenai

kekuatan ini menjadi sangat penting, karena kekuatan merupakan faktor

utama untuk menciptakan prestasi yang optimal.

D. Hasil Penelitian

1. Deskipsi Data

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Ketepatan Tembakan Sepakbola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Plyometrics dan Tingkat Kekuatan Otot Tungkai

Perlakuan Tingkat

Kekuatan Otot Tungkai

Statistik Hasil Tes Awal

Hasil Tes Akhir

Peningkatan

Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump

Tinggi Jumlah 440,00 670,00 230,00 Rerata 44,000 67,000 23,000 SD 7,379 7,528 6,325

Rendah Jumlah 475,00 585,00 110,00 Rerata 47,500 58,500 11,000 SD 8,898 8,835 5,164

Latihan Plyometrics Squat Jump

Tinggi Jumlah 335,00 550,00 215,00 Rerata 33,500 55,000 21,500 SD 14,729 11,785 7,472

Rendah Jumlah 400,00 625,00 225,00 Rerata 40,000 62,500 22,500 SD 7,454 9,789 9,204

Page 14: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

2. Pengujian Hipotesis

Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor

Sumber Variasi Dk JK RJK Fo Ft

Rata-rata Perlakuan 1 15210,0000 15210,000

A 1 250,0000 250,000 4,8257 * 4,11 B 1 302,5000 302,500 5,8391 * 4,11

AB 1 422,5000 422,500 8,1555 * 4,11 Kekeliruan 36 1865,0000 51,806

Total 40 18050,0000 Keterangan:

JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RK : Rata-rata jumlah kuadrat Fo : Harga F observasi Ft : Harga F tabel pada α = 0.05 A : Kelompok metode latihan plyometrics B : Kelompok mahasiswa berdasarkan klasifikasi kekuatan otot tungkai AB : Interaksi antara kelompok metode latihan plyometrics dengan

kekuatan otot tungkai * : Tanda signifikan pada α = 0.05.

E. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan plyometrics knee tuck jump dan

latihan plyometrics squat jump terhadap peningkatkan ketepatan tembakan

sepakbola. Pengaruh latihan plyometrics squat jump lebih baik dari pada

latihan plyometrics knee tuck jump dalam meningkatkan ketepatan tembakan

sepakbola.

2. Ada perbedaan peningkatan ketepatan tembakan sepakbola antara

mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah.

Page 15: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Peningkatan ketepatan tembakan sepakbola pada mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari pada mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot tungkai rendah.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara metode latihan plyometrics dan kekuatan

otot tungkai terhadap peningkatan ketepatan tembakan sepakbola.

a. Mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih cocok jika

diberikan latihan plyometrics knee tuck jump.

b. Mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah lebih cocok jika

diberikan latihan plyometrics squat jump.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugroho. 2004. “Tes Keterampilan Pencak Silat Mahasiswa FIK UNY”. Majalah Ilmiah Olahraga. Vol. 10 Edisi April. Yogyakarta: FIK UNY.

Bompa, O. T. 1994. Power Training For Sport: Plyometrics For Maximum Power

Development. Ontario: Mosaic Press. Brooks, G.A. & Fahey, T.D. 1984. Exercise Physiology Human Bioenergetics and its

Aplication. Canada: Jhon Wiley & Sons Inc. Chu, Donald A. 1992. Jumping Into Plyometrics. California: Leisure Press.

Champaign, Illinois. Drowatzky, Jhon N. 1981. Motor Learning, Principle and Practice. Minneapolis.

Minnesota : Burgess Publishing Company. Engkos Kokasih. 1993. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademi

Presinddo. Fox, E. L., Bowers, RW., Foss, M.L. 1988. The Psysiological Basis of Physical

Education and Athletics. Philadelphia: WB. Sounders Company.

Page 16: 163-307-1-SM.pdf

Pengaruh Metode Latihan Plyometrics Dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola. (Oleh : Teddy Agoeng Soelistyo)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012

Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Ditjen Dikti.

Hidayatullah, M. F. 1995. Teori Umum Latihan: Terjemahan General Theory of

Training. Josef Nossek. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Johansyah Lubis. 2004. Pencak Silat: Panduan Praktis. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. Johnson Barry L. & Nelson Jack K. 1986. Practical Measure of Evaluation in

Physical Education. Fourth Edition. United States of Amerika: MacMillan Publishing Company a division of Macmillan Inc.

Komi, P.V. 1992. Strenght and Power in Sport. Victoria: Bleckwell Scientific

Publication. Nossek, Josef. 1982. General Theory of Training. Logos : Pan African Press. Pyke, F.S. 1991. Toward Better Coaching The Art and Science of Coaching. Canbera,

Australia: Government Publishing Service. Radcliffe, J. C. & Farentinos, R.C. 1985. Plyometrics: Explosive Power Training.

Second Edition. Human Kinetics Publishers, Inc, Champign, Illionis. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.

Semarang: Dahara Prize. Soekarman, R. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina Pelatih dan Athletic. Jakarta :

PT. Inti Indayu Press. Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Yessis, Michael & Turbo, Richard. 1988. Rahasia Kebugaran dan Pelatihan

Olahraga Soviet. Terjemahan. Bandung: ITB Bandung.