15_essa_cc_ebp_kel(decha k.t, galuh ayu, elok h., dina andri)

4
Tugas Kelompok Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi Dosen : Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Prof., Ak. Anggota Kelompok: Decha Kusumaning Tyas (125020307111032) Galuh Ayu Maharani (125020307111046) Elok Hendiono (125020307111050) Dina Andri Tri R. (125020307111063) KELAS CC UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI MALANG 2015

Upload: elok-hendiono

Post on 26-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

isu etika perpajakan

TRANSCRIPT

  • Tugas Kelompok

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

    Dosen : Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Prof., Ak.

    Anggota Kelompok:

    Decha Kusumaning Tyas (125020307111032)

    Galuh Ayu Maharani (125020307111046)

    Elok Hendiono (125020307111050)

    Dina Andri Tri R. (125020307111063)

    KELAS CC

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    JURUSAN AKUNTANSI

    MALANG

    2015

  • ISU ETIKA PADA PRAKTIK PERPAJAKAN

    Akuntansi perpajakan dapat didefinisikan sebagai Bidang Akuntansi yang mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan. Peranannya dalam perusahaan adalah signifikan, yaitu

    1. Memberikan membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian positif) 2. Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di masa yang akan

    datang 3. Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan (mulai dari

    penilaian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.

    4. Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

    Sampai saat ini masih banyak perusahaan merangkapkan pegawai accounting (yang menangani laporan komersial) untuk menangani perpajakan juga. Akibat sedikitnya pegawai accounting yang sungguh-sungguh memahami perpajakan (bahkan untuk menghitungnya pun masih banyak yang belum bisa), tidak punya cukup waktu untuk mengikuti perkembangan (perubahan) undang-undang dan peraturan perpajakan, banyak kejadian perpajakan tidak ditangani dengan baik.

    AICPSs Statement On Responsibilities in Tax Practice meyetujui akuntan merangkap peran sebagai penasehat hukum untuk klien dan pembawa kebenaran untuk pemerintahan. Dari perspektif etika, peran rangkap ini sangatlah penting karena peran rangkap akuntansi perpajakan lebih mempunyai tanggung jawab dua kali lipat daripada peran auditor yang kita ketahui selama ini. Akuntansi perpajakan mempunyai beberapa tanggung jawab masyarakat melalui pemerintah.

    Pertama, akuntansi perpajakan mempunyai larangan untuk berbohong dalam pajak penghasilan. Kedua, sebagai seorang attestor tanda tangan di atas pajak penghasilan adalah sebuah hukuman dari sumpah palsu. Oleh karena itu ada suatu tanggung jawab kepada klien dan masyarakat untuk jujur dan tidak menjadi kompleks ketika seorang klien mencoba untuk menipu meskipun hal ini bisa merusak hubungan kita dengan klien.

    Etika Akuntan Pajak

    Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:

    SRTP (Revisi 1988) No.1: Posisi Pengembalian Pajak

    SRTP (Revisi 1988) No.2: Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian

    SRTP (Revisi 1988) No.3: Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian

    SRTP (Revisi 1988) No.4: Penggunaan Estimasi

    SRTP (Revisi 1988) No.5: Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan

  • SRTP (Revisi 1988) No.6: Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian

    SRTP (Revisi 1988) No.7: Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi

    SRTP (Revisi 1988) No.8: Format dan isi nasihat pada klien

    Tanggung Jawab Akuntan Pajak

    Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik dan kuat harus terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi. Selain itu ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.

    Tanggung jawab praktisi pajak yang terakhir adalah pentingnya pervasive (peresapan). Dalam hubungan antara praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan. Namun, situasi ini sulit. Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan untuk memutuskan kewajiban yang berlaku dan dalam pelaksanaannya dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak yang tertinggi. Praktisi pajak membantu dalam mengatur hukum pajak dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.

    Praktisi lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Aturan etika yang fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Disamping itu praktisi harus bertanggung jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah.

    Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien

    Pajak yang rendah dianggap justru akan meningkatkan penerimaan negara karena semakin banyaknya potensi pajak yang terjaring. Tarif yang tinggi membuat yang bayar menjadi sedikit. Sehingga membuat banyak orang yang lain lebih sering menghindar dan kucing-kucingan dengan petugas pajak. Atau masalah lain dalam pajak dividen adalah terjadi economic double taxation yang artinya ialah bahwa sebelum dividen dibagi kepada pengusaha, laba tersebut merupakan laba perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut Pajak Korporat. Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham itu harus dikenakan pajak lagi. Inilah yang disebut sebagai pajak ganda. Untuk masalah sengketa pajak. Yaitu jika terjadi DISPUTE, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak berbeda. Pada UU KUP 2000 kewenangan aparat fiscus terlalu luas. Jika terjadi sengketa SPT, maka apapun yang akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibayar lebih dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada pengadilan pajak. Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar maka WP berhak menerima restitusi. Namun, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera dibayarkan oleh fiscus.

    Kesimpulan

    Dalam menjalankan profesi apapun itu sangat diperlukan ketaatan terhadap etika dan prinsip prinsip yang sudah diatur dalam setiap profesi agar tugas pokok dan fungsi dari profesi itu sendiri dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun profesi sebagai

  • praktisi pajak yang secara langsung melayani masyarakat di bidang perpajakan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan sistem pajak yang baik dan kuat yang terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi. Selain itu juga praktisi pajak memiliki tanggung jawab untuk melayani publik dengan penuh loyalitas dan tetap menjaga kerahasiaan kliennya, serta tidak menyajikan informasi yang salah pada pemerintah. Etika akuntan pajak menurut AICPA di atur dalam Statemet on Responsibilities in Tax Practice (SRTP).

    Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan lagi masalah masalah yang terkait dengan Kompleksitas Aturan Perpajakan agar tidak menyebabkan kerugian terhadap pihak pihak yang terkait. Selain itu juga diharapkan kepada Dirjend Pajak, Badan Pengawas Keuangan, para penegak hukum, beserta seluruh pihak yang berwenang agar mengawasi dengan sebaik baiknya jalannya pelaksanaan pembayaran pajak agar tidak terjadi pelanggaran pelanggaran yang tentunya akan sangat merugikan negara dan masyarakat, dan juga agar bersikap tegas terhadap para penggelap penggelap pajak yang memakan uang rakyat tersebut, dan jalankanlah hukum sesuai dengan aturan dan Undang undang yang berlaku tanpa pandang bulu. Para praktisi pajak juga diharapkan untuk dapat menjalankan profesi dan tanggung jawabnya dengan tetap mengacu pada Kode Etik Pegawai Dirjend Pajak.