156309354 kompetensi dan kualifikasi guru
TRANSCRIPT
A. Latar Belakang Masalah
Tidak diragukan lagi bahwasanya Peranan guru sangat menentukan dalam
usaha meningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen
pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru bahasa
Arab mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan
bidang pendidikan khususnya bidang bahasa Arab, dan oleh karena itu perlu
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4
menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya
dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya
adalah kompetensi. Sedang pada pasal 28 dinyatakan bahwa, Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.1[1] Empat kompetensi ini menjadi
1[1] 7Standar Nasional Pendidikan (SNP) (Jakarta: Asa Mandiri, 2006), hal.
16.
menarik untuk diteliti karena sangat menentukan keberhasilan pendidikan peserta
didik.
Pasal 28 di atas secara jelas menjabarkan keadaan ideal seorang guru berupa
kualifikasi akademik dan kompetensi yang harus dimilikinya, dengan demikian
guru bahasa Arab juga harus mempunyai keadaan ideal tersebut. Adapun tujuan
ditetapkannya pasal ini, tentu semata-mata untuk mensukseskan tujuan
pendidikan, khususnya memberikan bantuan kepada peserta didik dengan
menciptakan suasana belajar menyenangkan, sehingga siswa terlibat dalam
berbagai bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka melalui berbuat atau melakukan dan mencipta. Secara
menyeluruh, terdapat standar indikasi kesuksesan bagi guru bahasa Arab yang
memiliki empat kompetensi tersebut. Namun, berdasarkan anggapan yang banyak
dijumpai, ternyata masih banyak guru bahasa Arab MA di kabupaten Kulon Progo
yang dianggap belum memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan
tersebut. Anggapan inilah yang kiranya perlu diangkat untuk diteliti lebih lanjut
untuk menemukan fakta yang sesungguhnya.
Permasalahan ini menjadi penting untuk diangkat dalam penelitian karena
berkaitan erat dengan pengembangan mutu pendidikan secara menyeluruh.
Terlebih sebagai usaha memberikan masukan kebijakan kepada para pengambil
keputusan kebijakan (decision makers) dan pengelola satuan pendidikan mengenai
gambaran lapangan tentang penguasaan guru atas kompetensi pedagogik dan
professional, serta kondisi yang mempengaruhi tercapai dan terlaksananya
kompetensi tersebut. Masukan tersebut diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai
bahan untuk dikembangkan atau dimantapkan lebih lanjut.
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan kemampuan penelitian, ketersediaan waktu
penelitian, kemudahan akses kepada sumber data serta biaya penelitian yang
dibutuhkan, maka penelitian ini akan memfokuskan pada analisis terhadap
kompetensi Pedagogik guru bahasa Arab di kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Dari pembatasan masalah tersebut kami menjabarkannya menjadi sebuah
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi Pedagogik guru bahasa Arab di kabupaten Kulon Progo?
. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kompetensi Pedagogik guru bahasa Arab di Kabupaten Kulon Progo.
Dengan mengetahui kompetensi pedagogik yang dimiliki guru bahasa Arab di
Kulon Progo, Yogyakarta, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan kebijakan kepada para pengambil keputusan kebijakan (decision makers)
dan pengelola satuan pendidikan mengenai gambaran lapangan tentang
penguasaan guru bahasa Arab atas kompetensi khususnya pedagogik di
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, serta kondisi yang mempengaruhi tercapai
dan terlaksananya kompetensi tersebut. Masukan tersebut diharapkan dapat
dipertimbangkan sebagai bahan untuk dikembangkan atau dimantapkan lebih
lanjut.
D. Telaah Pustaka
Banyak peneliti yang telah mengambil fokus kajian dan penelitiannya
mengenai empat kompetensi guru dan permasalahan serta fakta di lapangan untuk
mengetahui hasil yang telah dicapai, yang telah mereka tuangkan dalam bentuk
buku maupun karya tulis ilmiyah lainnya. Diantaranya:
1. Tim Kajian Staf Ahli Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan, dengan judul
penelitian “Kajian Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.”
2. Hamim Sururi, dkk, dengan judul penelitian “Kompetensi Sosial Guru bahasa
Arab MAN II Wates Kulon Progo.”
3. Muhammad Nurdin, 1995, Profil Guru Ideal Penghasil Surga, Jakarta: makalah
Karya Tulisa Ilmiah Tingkat Nasional.
4. Akhmad Sudrajat, dengan judul karya tulis ilmiah “Kompetensi Guru dan Peran
Kepala Sekolah.”
5. Dan lain-lain.
Sebenarnya penelitian yang akan dilakukan ini adalah meneruskan penelitian
yang pernah dilakukan oleh saudara Hamim Sururi, dkk. Hanya saja wilayah
penelitian ini menitikberatkan pada kompetensi pedagogis. Sedangkan penelitian
yang pernah dilakukan saudara Hamim Sururi, dkk, hanya mencakup satu
kompetensi yakni kompetensi sosial seorang guru bahasa Arab di MAN II Wates
Kulon Progo.
E. Landasan Teori
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang.
Menurut Lefrancois,2[2] kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan
sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan
bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas
untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan
satu pekerjaaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu tersebut
pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Perubahan kompetensi tidak akan
tampak apabila selanjutnya tidak ada kepentingan atau kesempatan untuk
melakukannya. Dengan demikian bisa diartikan bahwa kompetensi adalah
berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja
tertentu.
Kompetensi diartikan oleh Cowell,3[3] sebagai suatu keterampilan/kemahiran
yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau
dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan
dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri
dari: (1) penguasan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan
(3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau
keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada
2[2] Guy R. Lefrancois, Theories of Human Learning (Kro: Kros Report,
1995), hal. 5.
3[3] Richard N. Cowell, Buku Pegangan Para Penulis Paket Belajar (Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Depdikbud, 1988), hal. 95-99.
kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan
kompetensinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu
berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diujudkan
dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.
2. Kompetensi Guru
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan,7 Pasal 28 dinyatakan bahwa : Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Pada landasan teori ini yang akan dijelaskan
hanyalah kompetensi pedagogik
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini
dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dilihat
dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian.
1) Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran. Kompetensi menyusun
rencana pembelajaran menurut ahli, adalah kemampuan merencanakan program
belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian
bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar
mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan
media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran. Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi
penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan,
(2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu
menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber
belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat
penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu
mengalokasikan waktu. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program
belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan
tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar
mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan
penilaian penguasaan tujuan.4[4]
4[4] Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan Jakarta:
Kencana, 2004, hal. 101.
2) Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar. Melaksanakan proses
belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun.
Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan
dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat,
apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah
kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar
mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan
keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat
bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil
belajar siswa.Yutmini mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di
miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan:5
[5] (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang
sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata
pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4)
mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi
proses belajar mengajar. Hal serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang
menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program
mengajar adalah mencakup kemampuan: (1) memotivasi siswa belajar sejak saat
membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3)
menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan
5[5] Yutmini, Strategi Belajar Mengajar, (Surakarta: FKIP UNS, 1992),
hal.13.
pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu
pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan
penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan
hasil penilaian belajar.Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut
pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus
dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat
dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam
mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian
mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa. Depdiknas
mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi:6[6]
(1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan
metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang
komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi
dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan
umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar
merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia,
dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah
6[6] Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Kelas. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum, 2004), hal. 9.
menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur
kognitif para siswa.7[7]
3) Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar. Penilaian
proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan
kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian
diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah
ditetapkan.Commite dalam Wirawan (2002:22) menjelaskan, evaluasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan
menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang
salah akan merugikan pendidikan. Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam
proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat
mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak
lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian,
melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru
yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik,
meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
7[7] Yutmini, Strategi Belajar Mengajar, (Surakarta: FKIP UNS, 1992).
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, dimana peneliti benar-
benar melihat fenomena yang ada dilapangan dan juga dilakukan di lapangan
secara langsung. Dan bila dilihat dari data yang ada termasuk penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang lebih menekankan pada data yang bersifat kualitatif dan
menggunakan analisis kualitatif dalam pemaparan data dan pengambilan
kesimpulan. Sedangkan dilihat dari pendekatannya termasuk pendekatan studi
kasus. Studi kasus adalah penelitian terhadap sebuah kasus tertentu. Suatu
penelitian terhadap suatu sistem yang terbatas yang menekankan pada kesatuan
dan keseluruhan dari sistem tersebut, bahkan bisa saja terbatas pada aspek-aspek
yang relevan dengan masalah (pertanyaan) yang diajukan oleh peneliti.
Sedangkan fokus perhatiannya pada satu hal secara keseluruhan yang biasanya
ada secara alami dalam lingkungan konteks yang sewajarnya. 8[8]
2. Penentuan Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa komponen yang
menjadi sumber data. Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian ini adalah subyek dari mana data di dapat. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data adalah Guru Bahasa Arab di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta.
3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
a. Angket
8[8] Sembodo Ardi Widodo, Pedoman Penulisan Mahasiswa Jurusan PBA
Fakultas Tarbiyah, ( Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,2006),
hlm.16-17.
Angket adalah sebuah daftar yang di dalamnya dimuat pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan kepada pihak responden, dimana masing-masing pertanyaan
tersebut telah disediakan jawabannya untuk dipilih menurut apa yang dirasa
cocok/sesuai dengan pendapat/keyakinannya, atau disediakan ruang isian untuk
diisi dengan keterangan-keterangan/jawaban-jawaban yang dianggap sesuai oleh
responden tersebut.9[9]
b. Wawancara
Metode wawancara adalah sebuah proses Tanya jawab secara lisan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih, yaitu kontak langsung antara pencari
informasi dan sumber informasi.10[10]
Wawancara yang akan kami gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
semi terstruktur artinya wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, akan
tetapi memberikan keleluasaan kepada responden untuk menerangkan agak
panjang, mungkin tidak langsung ke fokus bahasan.11[11] Wawancara ini
ditujukan kepada guru bahasa Arab di wilayah kabupaten Kulon Progo.
c. Observasi
9[9] Anas Sudiyono, Diktat Kuliah Metodologi Riset Sosial, (Yogyakarta: BP “Analisa” Yogyakarta, 1977), hlm. 46.
10[10] Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 127.
11[11] Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damayanti, Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 239.
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.12[12] Dalam
penelitian ini menggunakan observasi non partisipan, yaitu observasi yang tidak
ikut dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi dan secara terpisah
berkedudukan selaku pengamat.
12[12] Burhan Bungi, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana,
2008),hlm,115