156212725-dasar-diagnosis-klinis-handout-edited.pdf

33
DASAR DASAR DIAGNOSIS KLINIS DALAM DERMATOLOGI Rosmelia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Secara umum, dalam diagnosis penyakit kulit dan kelamin, digunakan cara-cara yang sama dengan cara diagnosis penyakit lain, yaitu secara klinis (meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik) dan didukung oleh pemeriksaan penunjang (laboratorium, biopsi, radiologi dll.). Pada praktek, umumnya penegakan diagnosis penyakit kulit dapat dilakukan dengan alur sebagai berikut: Kesan Umum Pemeriksaan singkat ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSIS ? ya tidak Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang EVALUASI DD DD DD Kesan Umum Pemeriksaan singkat ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSIS ? ya tidak Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang EVALUASI DD DD DD Alur pemeriksaan fisik pada penyakit kulit ANAMNESIS Dalam diagnosis dermatologi, anamnesis memegang peranan yang sangat penting, dan dapat dimulai bersamaan dengan pemeriksaan Ujud Kelainan Kulit (UKK), baik UKK individu maupun dalam konfigurasi dan distribusinya. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan selalu dikonfirmasikan dengan teori, dengan mengingat diferensial diagnosis (DD) dari UKK yang teramati. Dengan cara ini, pertanyaan dapat lebih terfokus dan tidak banyak menghabiskan waktu dan tenaga. Beberapa hal penting yang perlu ditanyakan adalah: 1. Identitas: nama, umur, alamat, pekerjaan, suku/ras, agama 2. Keluhan utama: alasan pasien datang berkunjung, dengan menggunakan bahasa/istilah pasien sendiri 3. Riwayat penyakit sekarang : a) Onset: kapan mulai muncul UKK, lokasi, jumlah dan rupa b) Simptom yang menyertai: apakah terasa gatal, panas, perih, c) Gejala sistemik yang ada: demam, mual muntah, malaise d) Pola penyebaran: bagaimana lokasi pemunculan UKK dari hari ke hari (misal: awalnya di dada, lalu muncul lesi serupa di punggung dan wajah, lalu menyebar ke lengan) Kuliah Dermatologi – Rosmelia 2011 1

Upload: tri-ayu-wd

Post on 16-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • DASAR DASAR DIAGNOSIS KLINISDALAM DERMATOLOGI

    RosmeliaFakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

    Yogyakarta

    Secara umum, dalam diagnosis penyakit kulit dan kelamin, digunakan cara-cara yang sama dengan cara diagnosis penyakit lain, yaitu secara klinis (meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik) dan didukung oleh pemeriksaan penunjang (laboratorium, biopsi, radiologi dll.).

    Pada praktek, umumnya penegakan diagnosis penyakit kulit dapat dilakukan dengan alur sebagai berikut:

    Kesan Umum

    Pemeriksaan singkat

    ANAMNESIS

    PEMERIKSAAN FISIK

    DIAGNOSIS ?

    ya tidak

    Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang

    EVALUASI

    DD

    DD

    DD

    Kesan Umum

    Pemeriksaan singkat

    ANAMNESIS

    PEMERIKSAAN FISIK

    DIAGNOSIS ?

    ya tidak

    Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang

    EVALUASI

    DD

    DD

    DD

    Alur pemeriksaan fisik pada penyakit kulit

    ANAMNESIS

    Dalam diagnosis dermatologi, anamnesis memegang peranan yang sangat penting, dan dapat dimulai bersamaan dengan pemeriksaan Ujud Kelainan Kulit (UKK), baik UKK individu maupun dalam konfigurasi dan distribusinya. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan selalu dikonfirmasikan dengan teori, dengan mengingat diferensial diagnosis (DD) dari UKK yang teramati. Dengan cara ini, pertanyaan dapat lebih terfokus dan tidak banyak menghabiskan waktu dan tenaga.

    Beberapa hal penting yang perlu ditanyakan adalah:1. Identitas: nama, umur, alamat, pekerjaan, suku/ras, agama2. Keluhan utama: alasan pasien datang berkunjung, dengan menggunakan

    bahasa/istilah pasien sendiri3. Riwayat penyakit sekarang :

    a) Onset: kapan mulai muncul UKK, lokasi, jumlah dan rupab) Simptom yang menyertai: apakah terasa gatal, panas, perih,c) Gejala sistemik yang ada: demam, mual muntah, malaised) Pola penyebaran: bagaimana lokasi pemunculan UKK dari hari ke hari

    (misal: awalnya di dada, lalu muncul lesi serupa di punggung dan wajah, lalu menyebar ke lengan)

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 1

  • e) Evolusi: bagaimana perubahan UKK individu (misal: awalnya bentol, lalu melebar dan bersisik)

    f) Faktor provokatif : misal: lesi tambah gatal bila berkeringatg) Faktor yang memperingan: misal gatal berkurang jika udara dinginh) Riwayat pengobatan dan responnya

    4. Riwayat penyakit dahulu: kondisi kesehatan pada umumnya, riwayat sakit serupa, riwayat operasi/sakit berat, riwayat penggunaan obat dan jamu, riwayat lain terkait DD kondisi sekarang (misal: riwayat cacar air jika terdapat DD herpes zoster)

    5. Riwayat penyakit keluarga: riwayat atopi keluarga, riwayat sakit serupa, riwayat tumor

    6. Anamnesis sistem: sesuai dengan DD (demam, malaise, batuk pilek, penurunan berat badan)

    7. Kebiasaan pribadi, sosial dan lingkungan: kebiasaan merokok, olahraga, orientasi seksual, pemakaian kosmetik dan perawatan kulit, rambut dan kuku, kondisi lingkungan kerja dan perumahan, paparan terhadap matahari, bahan kimia, serta kontak dengan hewan

    PEMERIKSAAN KULIT Sebelum memulai pemeriksaan kulit, perlu diingat lagi struktur dan

    bagian-bagian kulit.

    Struktur dan bagian-bagian kulit

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 2

  • Pemeriksaan kulit lengkap meliputi inspeksi terhadap keseluruhan permukaan kulit, termasuk daerah yang sering terlewatkan seperti kulit kepala, kelopak mata, telinga, genital, bokong, perianal, dan area interdigital, rambut, kuku, dan membran mukosa mulut, mata, anus dan genital. Namun pada pemeriksaan rutin sehari-hari, tidak seluruh daerah kulit diperiksa kecuali ada alasan spesifik, misalnya riwayat melanoma atau keluhan tertentu.

    Untuk pemeriksaan kulit, diperlukan kondisi ideal berupa pencahayaan yang optimal. Sumber cahaya yang baik adalah cahaya alami yang tidak mempengaruhi penampilan warna lesi kulit. Namun sumber cahaya ini sukar didapat jika pemeriksaan dilakukan di ruangan tertutup, malam hari, atau cuaca mendung, sehingga diperlukan cahaya lampu fluoresen yang kuat. Senter diperlukan untuk membantu pemeriksaan lebih teliti, terutama memeriksa daerah kulit yang tidak terjangkau sinar ruangan, dan dapat membantu menentukan apakah ada penonjolan atau tidak. Ruangan periksa sebaiknya juga dilengkapi dengan wastafel untuk mencuci tangan sebelum maupun sesudah pemeriksaan.

    Jika diperlukan pemeriksaan di daerah kulit yang biasanya tertutup, penderita sebaiknya memakai pakaian pemeriksaan khusus yang mudah disibakkan, dengan selimut penutup. Jika pemeriksa dan pasien berlawanan jenis, sebaiknya di dalam ruang periksa hadir seorang pendamping sehingga pasien dan dokter merasa lebih nyaman.

    Lakukan pengamatan secara visual pada lesi, kemudian lakukan palpasi untuk menentukan penonjolan, kedalaman dan konsistensi, serta tekstur permukaan kulit. Palpasi juga dilakukan untuk menentukan ada tidaknya nyeri tekan pada UKK. Umumnya palpasi dilakukan tanpa sarung tangan, namun pada kasus dengan dugaan infeksius, atau pemeriksaan di daerah anogenital dan membran mukosa, pemeriksa sebaiknya menggunakan sarung tangan.

    Langkah berikutnya adalah pemeriksaan menggunakan kaca pembesar (lup). Penggunaan kaca pembesar ini diperlukan untuk membantu menentukan tekstur lesi dan detil UKK misalnya skuama halus, dan dapat membantu melihat gambaran yang patognomonis tetapi sangat sulit dilihat dengan mata telanjang, seperti striae Wickham pada liken planus, atau burrow pada skabies. Jika diduga terdapat skuama halus, skalpel dapat digunakan untuk membuktikannya juga untuk mengumpulkan bahan pemeriksaan penunjang.

    Selanjutnya lesi tunggal diukur menggunakan penggaris atau alat pengukur lain. Ukuran ini dicatat sehingga perubahannya dapat diketahui. Berikutnya dapat dilakukan diaskopi menggunakan gelas obyek, sehingga dapat membedakan lesi eritem karena vasodilatasi dan purpura. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan lampu Wood.

    Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, hasil pemeriksaan perlu dicatat, mencakup lokasi dan morfologi lesi., secara deskriptif maupun dibantu dengan gambar body map. Deskripsi UKK penting dalam komunikasi dan konsultasi dermatologi, maupun dalam evaluasi kondisi pasien. Tutorial online mengenai pemeriksaan kulit dan UKK dapat diperoleh di www.learnderm.com dan www.DermatologyLexicon.org

    Deskripsi UKK umumnya berisikan: LOKASI dan distribusi (letak lokal, distribusi: trunkal, generalisata,

    dermatomal) Jenis UKK primer, sekunder, atau khusus (mis. papula, makula)

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 3

  • Warna atau istilah deskriptif tambahan (mis. pigmentasi: eritem, hiperpigmentasi, bentuk: bulat/numuler, anuler, polisiklik, permukaan: verukosa, licin, batas: tegas/tdk)

    Ukuran (khusus: milier, pinpoint) Susunan (berkelompok, diskret, herpetiformis, zosteriformis, linier, anuler)

    Berdasarkan morfologi lesinya, UKK dapat dibagi menjadi: Lesi meninggi : papul, plak, nodul, kista, urtika/bidur, skar, komedo Lesi mencekung: erosi, ulkus, atrofi, poikiloderma, sinus, striae, burrow,

    sklerosis Lesi mendatar: makula, patch Perubahan permukaan: skuama, krusta, ekskoriasi, fisura, likenifikasi,

    keratoderma Berisi cairan: vesikel, bula, pustula, abses Vaskular: purpura, telangiekstasia, infark

    Berdasarkan kejadiannya, UKK dibagi atas UKK primer, sekunder, dan UKK khusus. UKK primer adalah bentuk lesi awal, sebelum mengalami perubahan karena trauma, manipulasi (garukan, gesekan), infeksi sekunder, atau perubahan alamiah. UKK khusus merupakan UKK yang terjadi pada kondisi atau penyakit tertentu saja.

    Contoh lesi primer: makula, papula, urtika/bidur, patch, plak, vesikel, bula, pustula, nodul, kistaContoh lesi sekunder: krusta, skuama, ulkus, erosi, fisura, ekskoriasi, skar, likenifikasi, atrofiContoh UKK khusus: teleangiektasia, purpura, ptekie, komedo, burrow, lesi target.

    A. UKK datar tanpa perubahan tekstur dan konsistensi Makula : perubahan warna kulit berukuran diameter 2cm disebut ekimosis

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 4

  • Teleangiektasi : makula eritem yang disebabkan oleh vasodilatasi menetap pembuluh darah kecil.

    B. UKK dengan peninggian solidDalam mendeskripsikan UKK dengan peninggian solid, perlu disebutkan tekstur atau morfologi permukaannya, misalnya:

    Dome-shaped (kubah) : seperti kubah masjid, misalnya pada nevus pigmentosus tipe junctional

    Lancip : seperti pada lichen nitidus Umbilicated (melekuk) : seperti pada molluscum contagiosum Verrucous (kasar berjonjot-jonjot) : seperti pada verruca vulgaris Velvety (seperti beludru) : pada acanthosis nigricans Papillomatous (bertangkai) : pada papilloma kutis Accuminate (seperti jengger ayam) : pada condyloma accuminata

    Bentuk UKK dengan peninggian solid adalah sebagai berikut: Papul : peninggian kulit yang solid dengan diameter 0,5 cm. Berdasarkan kompoten anatomis utama yang terlibat, terdapat 5 subtipe : epidermal, epidermal-dermal, dermal, dermal-subdermal, subkutan. Nodul dapat terjadi karena edema, kelompokan sel inflamasi, granuloma dan benda asing, atau kelompokan sel neoplastik. Misal: Sweets syndrome (kelompokan sel netrofilik dan edema), nodul rheumatoid (granuloma subkutan dengan sentral fibrin), karsinoma sel basal (kelompokan sel-sel basaloid atipikal).Keterangan tambahan yang dapat membantu diagnosis pada nodul antara lain keterangan apakah nodul tersebut teraba hangat, keras atau lunak, ada fluktuasi atau tidak, mudah digerakkan atau tidak, nyeri atau tidak.

    Kista : ruangan pada kulit yang mengandung cairan atau material semisolid (sel dan produk sel), bagian dinding kista dilapisi epitelium. Nodul dapat dianggap kista jika pada palpasi teraba kenyal dan terdapat fluktuasi.

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 5

  • Urtika : pembengkakan pada kulit yang bersifat sementara dan hilang dalam beberapa jam. Urtika atau bidur terjadi karena edema yang diakibatkan plasma yang keluar melalui dinding pembuluh darah pada dermis bagian atas. Ukuran urtika dapat kecil atau besar, dan bentuknya bermacam-macam. Urtika umumnya berwarna merah muda dikelilingi flare daerah eritem (karena vasodilatasi) dan pucat di bagian tengah (jika besarnya edema sampai menekan pembuluh darah superfisial).Angioedema adalah reaksi edema kulit yang lebih dalam yang terjadi pada daerah dengan jaringan dermis dan subkutis yang longgar, seperti kelopak mata, bibir, dan skrotum.

    Skar : penonjolan kulit yang disebabkan oleh kumpulan jaringan ikat baru, dapat hipertrofik (menonjol), atau atrofik (mencekung). Skar menunjukkan adanya kerusakan dermoepidermal. Skar umumnya awalnya berwarna merah muda, yang lama kelamaan menjadi hipo- atau hiperpigmentasi. Struktur adneksa pada skar umumnya rusak, dan epidermis menjadi tipis dan berkerut. Skar hipertrofik berbentuk papul, plak atau nodul. Keloid merupakan skar yang menonjol dan membesar melebihi luas luka asalnya. Skar atrofik berbentuk cekungan kecil (contoh: pada skar akne).

    Komedo : merupakan muara folikel rambut yang melebar dan tersumbat keratin dan lipid. Komedo terbuka terjadi jika unit pilosebasea terbuka ke permukaan kulit dan sumbat keratin terlihat. Warna hitam (blackhead) pada komedo terbuka terjadi karena kandungan sebasea infundibulum mengalami oksidasi. Komedo tertutup terjadi muara folikel tidak tampak dan mengandung kumpulan keratin berwarna keputihan (whitehead)

    C. UKK dengan peninggian berisi cairanDalam mendeskripsikan UKK dengan peninggian berisi cairan, perlu disebutkan keadaan dindingnya kendor atau tegang, isinya apakah jernih, kuning atau merah, dan dasar lesinya apakah eritem atau sesuai warna kulit. Apabila dindingnya kendor, kemungkinan patologi lesi ini terletak di stratum korneum atau lesi lama, untuk menguji keadaan dinding ini, perlu dilakukan uji Nikolsky. Isi bening berarti ada proses transudasi serum, jika kuning berarti ada proses eksudasi atau infeksi, dan apabila merah berarti ada darah. Dasar lesi eritem jika terdapat proses inflamasi dibawah epidermis.

    Bentuk UKK dengan peninggian berisi cairan sebagai berikut: Vesikel : peninggian kulit berisi cairan berukuran

  • karena fragilitas mekanik, atau proses autoimun, atau perubahan genetis terhadap salah satu komponen basement-membrane zone. Contohnya pada bullous pemphigoid. Vesikel dan bula intraepidermal dapat terjadi karena proses:

    Akantolisis, yaitu lepasnya ikatan antar sel pada epidermis, menyebabkan sel keratinosit terlepas dan membulat, seperti pada pemphigus.

    Spongiosis, yaitu edema interseluler epidermis, menyebabkan melebarnya celah antar sel, seperti pada dermatitis akut.

    Degenerasi balon, yaitu pembengkakan sitoplasama disertai hilangnya ikatan keratinosit, misalnya pada infeksi virus varicella-zoster

    Tanda Nikolsky adalah pemisahan epidermis ke arah sisi lesi yang lain jika ditekan dari satu sisi. Tanda Nikolsky positif pada vesikel atau bula yang proses patologisnya terdapat di atas membrana basalis (misalnya pada pemphigus atau nekrolisis epidermal toksik).

    Pustul : peninggian kulit berisi pus, yaitu eksudat purulen yang terdiri dari lekosit dengan atau tanpa debris seluler, dapat mengandung bakteri namun juga dapat steril. Contohnya adalah pada pioderma superfisial.

    Abses : akumulasi lokal material purulen yang terletak pada dermis atau subkutan, sehingga biasanya pus tidak terlihat pada permukaan kulit. Abses biasanya berupa penonjolan/nodul yang disertai eritema, teraba hangat, nyeri tekan, dan terdapat fluktuasi. Abses biasanya diakibatkan infeksi stafilokokus atau streptokokus.

    D. UKK dengan permukaan kulit terpotong atau mencekung

    Erosi : diskontinuitas atau hilangnya sebagian dari epidermis atau mukosa. Erosi dapat diakibatkan oleh trauma, lepasnya lapisan epidermis karena maserasi, rupturnya vesikel atau bula, atau nekrosis epidermal. Contoh klinis adalah nekrolisis epidermal toksik.

    Ulkus : diskontinuitas atau defek pada dermis dan sebagian dermis (dermis papiler). Terpotongnya membran basalis dan hilangnya struktur adneksa mengganggu reepitelisasi, sehingga defek sembuh dengan pembentukan jaringan parut. Ulkus perlu diberi keterangan tambahan mengenai bentuk tepi, dinding, dasar, serta isi ulkus. Contohnya pada sifilis primer, ektima

    Atrofi : penipisan epidermis, dermis atau subkutis akibat berkurangnya ukuran dan/atau jumlah sel dan jaringan. Atrofi dapat terjadi pada komponen epidermis, dermis-epidermis, dermis, dan subkutis. Pada atrofi epidermis, biasanya kulit tampak tipis dan licin, garis kulit hilang, terdapat peningkatan transparensi, dan kerutan (wrinkled). Pada atrofi dermal dan subkutan tanpa disertai atrofi

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 7

  • epidermis, permukaan kulit tampak normal, karena cekungan hanya disebabkan oleh berkurangnya jaringan di dermis/subkutis.

    Poikiloderma : kombinasi antara atrofi, teleangiektasia, dan perubahan pigmentasi (hiper- dan hipopigmentasi) pada suatu area kulit. Contohnya pada radiodermatitis kronik.

    Sinus : saluran yang menghubungkan suatu ruang/kavitas ke permukaan kulit atau ke ruang lainnya. Isi ruang (biasanya pus, cairan atau keratin), dapat muncul ke permukaan bila terdapat sinus. Contohnya adalah pada hidradenitis supurativa.

    Striae : cekungan linier pada kulit yang biasanya berukuran beberapa cm, dan terjadi karena perubahan pada kolagen akibat regangan kulit. Awalnya warnanya merah muda dan sedikit meninggi, yang kemudian berubah menjadi lebih pucat dan mendatar. Contohnya adalah striae distensae

    Burrow : lorong pada epidermis superfisial yang disebabkan oleh adanya parasit. Contoh : burrow skabies

    Sklerosis : pengerasan kulit lokal atau difus yang disebabkan oleh fibrosis dermal. Pada palpasi didapatkan kulit keras seperti papan, sukar digerakkan dan sulit diangkat. Permukaannya dapat tampak hipo- atau hiperpigmentasi. Contohnya pada morfea.

    Infark : daerah nekrosis yang diakibatkan oleh oklusi pembuluh darah kulit. Infark kulit tampak sebagai daerah berwarna merah-ungu-abu-abu tak teratur yang nyeri, dan kadang-kadang sedikit mencekung. Di sekelilingnya sering terdapat area eritem yang menunjukkan adanya hiperemia. Contoh klinis adalah nekrosis pada thromboangiitis obliterans

    E. UKK perubahan permukaan Skuama : bagian stratum korneum yang tampak karena mengalami

    perubahan dan terakumulasi di permukaan kulit. Pada keadaan normal skuama pada bagian paling luar stratur korneum akan terdeskuamasi tanpa terlihat. Namun jika proses ini terganggu, skuama akan tampak dalam berbagai ukuran mulai dari yang paling halus sampai yang berupa lembaran. Berbagai jenis skuama :

    - halus/pitiriasiformis : terlihat jika digaruk (finger nail sign). Contoh pada pitiriasis versikolor, pitiriasis rosea

    - psoriasiformis: skuama kasar keperakan dan membentuk lapisan, seperti mika (micaceous). Contoh: psoriasis vulgaris

    - kolaret (collarette) : skuama halus, melekat di tepi dan lepas di bagian tengah. Contoh pada pitiriasis rosea

    - iktiosiformis (crack-like, craquele) : skuama berbetuk poligonal reguler berbentuk pola belah ketupat atau paralel (seperti sisik ikan). Contoh pada iktiosis vulgaris, craquele dermatitis

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 8

  • - folikuler: skuama tampak seperti sumbatan keratin, seperti duri atau filamen. Contoh pada keratosis pilaris

    - seboroik: skuama tebal, berminyak, berwarna kekuningan. Contohnya pada dermatitis seboroik

    - eksfoliatif: skuama terpisah dari epidermis dalam ukuran kecil atau bentuk lembaran. Contoh pada erupsi obat

    Krusta : deposit atau debris sel, serum, pus, atau darah yang mengering di permukaan kulit. Bentuk dan warna krusta tergantung pada bahan sekresi. Krusta berwarna kekuningan berasal dari serum, kuning kehijauan/kecoklatan dari pus, dan merah kehitaman dari darah. Jika krusta diangkat, di bawahnya dapat ditemukan erosi atau ulkus. Contoh krusta terdapat pada impetigo krustosa.

    Ekskoriasi : erosi yang disebabkan oleh garukan, sehingga bentuknya linier.

    Fisura : hilangnya bagian epidermis atau mukosa secara linier yang disebabkan regangan yang melebihi elastisitas jaringan. Contohnya adalah fisura pada telapak kaki. Jika elastisitas kulit menurun, misalnya karena dermatitis kontak iritan, dapat dijumpai fisura pada telapak tangan atau bibir.

    Likenifikasi : penebalan kulit yang disebabkan oleh garukan atau gesekan kronik, disertai dengan aksentuasi garis kulit. Likenifikasi timbul karena penebalan reaktif epidermis disertai perubahan kolagen dermis superfisial. Contohnya pada liken simpleks kronikus.

    Keratoderma : penebalan kulit berwarna kekuningan yang diakibatkan oleh hiperkeratosis berlebihan, biasanya terjadi pada kulit telapak tangan dan kaki, yang bersifat genetik (kelainan pada produksi keratin abnormal) atau didapat (stimulasi mekanik). Contohnya pada keratoderma plantaris.

    CONTOH UJUD KELAINAN KULIT

    UKK datar tanpa perubahan tekstur dan konsistensi

    Makula dan patch hipopigmentasi pada PVC

    Teleangiektasi

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 9

  • Purpura : ptekie dan ekimosis Caf au lait : patch hiperpigmentasi oval

    UKK dengan peninggian solid

    Verucca vulgaris : papul permukaan verukosus

    Molluscum contagiosum: papul dome-shaped

    Psoriasis vulgaris: plak eritem dengan skuama kasar keperakan

    Dermatofibroma: nodul kenyal multipel sewarna kulit

    Nodular melanoma: nodul hiperpigmentasi

    Steatocystoma multipel: kista multipel

    Urtikaria: urtika multipel dengan bentuk dan ukuran bervariasi

    Angioedema : pada kelopak mata

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 10

  • Keloid: skar berbentuk plak dengan perluasan berupa pseudopodia, dan

    teleangiektasis serta membesar melebihi ukuran lukanya

    Skar atrofik, pada acne

    Komedo (tertutup): kumpulan sebum dan keratin folikulosentrik Komedo terbuka (blackheads)

    UKK dengan peninggian berisi cairan

    Vesikel dan bula pada herpes zoster Bula hipopion pada impetigo bulosa

    Abses berisi pus Pustula pada folikulitis superfisial

    UKK dengan permukaan kulit terpotong atau mencekung

    Erosi pada impetigo bulosa

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 11

  • Ulkus dangkal dikelilingi daerah eritem pada ektima

    Atrofi epidermis Burrow pada skabies

    UKK perubahan permukaan

    Skuama pada dermatitis tangan Skuama ichtyosiformis

    Skuama keperakan pada psoriasis Skuama kolaret pada pitiriasis rosea

    Krusta honey-colored pada impetigo krustosa Ekskoriasi, erosi linier karena garukan

    Fisura pada telapak kaki Likenifikasi pada liken simpleks kronikus

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 12

  • BENTUK, SUSUNAN, dan DISTRIBUSI UKKDalam deskripsi UKK, selain keterangan mengenai warna, batas tepi, serta keterangan tambahan sesuai dengan UKK primer (misalnya keterangan tentang permukaan pada UKK papul atau plak, keterangan mengenai konsistensi pada UKK nodul), perlu juga diberi deskripsi mengenai bentuk atau konfigurasi, susunan, dan distribusi UKK.

    Bentuk atau Konfigurasi UKK Anuler : seperti cincin. Bagian tepi UKK berbeda dengan bagian

    tengahnya, misalnya lebih meninggi, atau berbeda warna. Contoh pada tinea korporis.

    Bulat/numuler/diskoid : bentuk bulat sampai oval dengan morfologi uniform pada bagian tepi sampai ke tengahnya. Contoh dermatitis numularis, psoriasis tipe plak.

    Polisiklik : terbentuk dari lingkaran-lingkaran yang bergabung. Contoh pada tinea korporis, urtikaria

    Arkuata : bentuk seperti panah, seperti anuler yang tidak sempurna. Contoh tinea korporis

    Linier : seperti garis. Konfigurasi linier dapat muncul karena kontak dengan bahan eksogen bersifat linier (misal pada dermatitis kontak iritan toksik/dermatitis cantharides/dermatitis paederus), atau sebagai akibat fenomena Koebner dari garukan (misal pada psoriasis vulgaris, lichen planus), atau mengikuti arah pembuluh darah atau vasa limfatika (misal pada thrombophlebitis), atau tidak diketahui sebabnya.

    Serpiginosa : berkelak-kelok seperti ular. Contoh pada cutaneus larva migran

    Targetoid/iris/lesi target : seperti sasaran panah, dengan paling tidak tiga zona yang berneda. Contoh pada eritema multiforme

    Whorled : bergelombang dan berlapis seperti kue marmer, dengan dua warna yang berbeda yang berselang-seling. Contohnya pada hipomelanosis Ito, inkontinensia pigmenti

    Susunan UKK multipel Berkelompok/herpetiformis : letak UKK bergerombol. Contoh pada

    herpes simpleks Tersebar : letak UKK saling berjauhan tak teratur. Contoh pada

    varicella

    Distribusi UKK multipel

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 13

  • Dermatomal : unilateral dan berada pada satu daerah inervasi segmen saraf spinal tertentu, misalnya herpes zoster

    Limfangitik : berada pada jalur distribusi pembuluh limfe, menunjukkan penyebab infeksi menyebar melalui pembuh limfe, misalnya sporotrikosis

    Sun-exposed : berada pada daerah yang terpapar matahari, misal pada dermatitis fotokontak alergika

    Sun-protected : berada pada daerah yang tertutup oleh selapis atau lebih pakaian, misalnya pitiriasis rosea

    Akral : berada pada lokasi distal ekstremitas, misal pustulosis palmoplantar

    Trunkal : berada pada badan sentral Intertriginosa: di daerah lipatan kulit, misalnya aksila, lipat inguinal,

    paha bagian dalam, infra mammae, misanya kandidiasis intertrigo Ekstensor : tersebar di daerah diatas otot ekstensor, misalnya

    psoriasis Fleksor : tersebar di daerah otot fleksor, misalnya dermatitis atopik Lokalisata: terbatas pada satu daerah tubuh, misalnya selulitis Generalisata: menyebar ke daerah luas tubuh, misalnya viral

    exanthem, erupsi obat makulopapuler Simetris bilateral: terjadi pada kedua sisi tubuh seperti bayangan

    pada kaca, misalnya psoriasis Universal : meliputi seluruh daerah kulit, misalnya : eritroderma,

    alopesia universal Blaschkoid : mengikuti daerah migrasi sel kulit pada masa

    embriogenesis, sebagaimana yang dipaparkan oleh Alfred Blaschko, misalnya pada incontinentia pigmenti

    PEMERIKSAAN RAMBUT DAN KULIT KEPALA

    Pemeriksaan rambut dan kulit kepala merupakan bagian dari pemeriksaan kulit secara keseluruhan. Evaluasi kondisi rambut dan kulit kepala secara umum. Bagaimana kuantitas dan kualitas rambut, yaitu: panjang, densitas, warna dan tekstur rambut. Lakukan inspeksi pada seluruh daerah kepala secara sistematis untuk menilai daerah-daerah kebotakan dan penipisan rambut, tanda-tanda trauma pada kepala atau batang rambut, parasit (pada pedikulosis), pola dan lokasi pertumbuhan rambut berlebih, perubahan pada pigmentasi, warna dan tekstur rambut. Sebelum pemeriksaan perlu diingat lagi struktur rambut (folikel dan batang rambut).

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 14

  • Struktur rambut

    ALOPESIA (kebotakan)Alopesia dapat terjadi lokalisata atau difus. Alopesia lokal dapat terjadi tunggal atau multipel. Pada inspeksi dapat ditemukan patch alopesia bentuk bulat atau oval, linier atau moth-eaten. Daerah tepi alopesia lokal dapat ditemukan rambut yang tipis, exclamation mark (rambut menipis di dekat kulit kepala), rambut patah atau terpotong. Alopesia lokal dapat berupa scarring alopecia (dengan gambaran hilangnya folikel oleh jaringan parut) atau non-scarring alopecia (muara folikel masih tampak).Alopesia difus umumnya berkaitan dengan kerontokan yang berlebihan. Contoh alopecia difus antara lain telogen/anagen efluvium. Selain pemeriksaan klinis pada kulit kepala, pada alopecia dapat dilakukan pemeriksaan khusus rambut antara lain:

    Pull test: dengan cara menggenggam kurang lebih 30-40 rambut antara ibu jari dan jari telunjuk, tarik perlahan sampai kulit sedikit terangkat, dan perlahan lepaskan genggaman rambut. Normalnya tidak lebih dari 6 helai rambut terlepas. Ulangi pemeriksaan pada beberapa bagian kepala.

    Hitung rambut harian: rambut yang rontok pada saat menyisir rambut pagi hari, termasuk yang rontok saat keramas, dikumpulkan dalam satu wadah plastik setiap hari selama 14 hari. Setiap wadah diberi tanda dan jumlah rambut. Normalnya rambut yang lepas sampai 100 helai rambut setiap hari, dan 200-250 helai pada hari keramas. Tindakan ini tidak diperlukan jika hasil pull test positif.

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 15

  • Hair pull test

    KULIT KEPALAPemeriksaan terhadap kulit kepala dilakukan sebagaimana pemeriksaan kulit di bagian tubuh lainnya. Perhatikan apakah kulit kepala tampak berminyak atau kering. Carilah bagian-bagian dengan tanda-tanda inflamasi lokal atau eritem. Periksa adanya eritem atau skuamasi difus, lokal, atau perifolikuler, cari adanya kutu rambut atau telurnya, perhatikan tanda-tanda ekskoriasi.PERTUMBUHAN RAMBUT BERLEBIHPertumbuhan rambut berlebih dapat berupa hipertrikosis lokal atau difus, atau pada perempuan hirsutisme (pertumbuhan rambut seperti laki-laki). Hipertrikosis adalah adanya pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah, lengan, tungkai atau badan. Hipertrikosis dapat disebabkan adanya peningkatan lanugo (rambut halus dan tipis) atau rambut terminal.Pada hirsutisme, periksa pertumbuhan rambut wajah di daerah kumis dan janggut dan di perut bawah. Hirsutisme juga dapat terjadi pada dada dan punggung.

    PEMERIKSAAN KUKUKuku adalah bentuk khusus stratum korneum, yang terutama terdiri dari keratin. Jika pasien datang dengan kelainan kuku, tanyakanlah riwayat penyakit kulit di tempat lain dan periksalah secara keseluruhan. Kelainan kuku juga sering terkain dengan kondisi sistemik, sehingga perlu juga ditanyakan tentang kelainan sistemik yang terkait dengan kondisi kuku tersebut. Pemeriksaan kuku dilakukan dengan inspeksi kuku (lempeng kuku, dasar kuku, lunula, hiponikium dan lipat kuku) serta kulit disekitarnya. Perlu diingat lagi mengenai anatomi kuku.

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 16

  • Struktur dan bagian-bagian kuku

    Pada pemeriksaan kuku, perlu dilihat:Perubahan pada permukaan kuku:

    Pitting (permukaan kuku berlekuk kecil-kecil) , misalnya pada: psoriasis, eksema, alopesia areata

    Transverse ridging (lekuk transversal kuku), pada eksema, psoriasis. Beaus line (lekuk tunggal) pada trauma, penyakit sistemik akut

    Longitudinal ridging / longitudinal splittin, dapat terjadi pada trauma, liken planus, onikomikosis

    Onychogryphosis (lempeng kuku keras, tebal, dan bergumpal), dapat terjadi pada penuaan, psoriasis, trauma

    Permukaan kuku kasar, pada lichen planus, onikomikosis

    Diskolorisasi kuku

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 17

  • Kuning, pada onikomikosis, psoriasis (oil drop)

    Onikolisis (lepasnya nail plate dari nail bed) berwarna kekuningan atau putih, misalnya pada trauma, psoriasis, dermatitis, liken planus, idiopatik

    Hijau, pada infeksi

    Coklat atau hitam, pada infeksi, nevus,melanoma

    Putih (leukonikia), pada vitiligo, trauma, onikomikosis superfisial putih, hipoalbuminemia

    Ungu/hitam, pada splinter haemorrhage, hematom

    Abnormalitas pada kutikula dan lipat kuku Kutikula kasar dan teleangiektasis, pada

    dermatomiositis, taruma

    Infark jari distal, pada vaskulitis

    Hiperkeratosis subungual distal, pada onikomikosis, psoriasis

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 18

  • Paronikia, pada onikomikosis, paronikia bakterial

    Abnormalitas bentuk kuku Kuku panjang karena tidak dipotong

    Clubbing, pada penyakit paru kronik, penyakit jantung, penyakit hati, penyakit kolagen

    Koilonikia (bentuk seperti sendok), pada anemia defisiensi besi, trauma

    Pachyonychia (kuku seperti baji), pada pachyonychia congenita, idiopatik

    In-grown nail, misalnya karena granuloma, pemakaian retinoid sistemik

    Pincer nail (over curvature transversal) , pada kista epidermal, idiopatik

    Hilangnya kuku Tanpa jaringan parut, pada trauma kuku

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 19

  • Dengan jaringan parut, pada trauma atau pembedahan, tumor

    Onikomadesis (kuku lepas), pada penyakit sistemik berat, liken planus

    Lesi sekitar kuku Veruka vulgaris

    Corn

    Nevus melanositik

    Myxoid cyst

    Melanoma

    PEMERIKSAAN SARAF PADA LEPRA

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 20

  • Salah satu tanda kardinal lepra adalah adanya tanda-tanda kerusakan saraf perifer, antara lain gangguan sensorik, paralisis atau gangguan motorik, dengan atau tanpa adanya pembesaran saraf. Sehingga penegakan diagnosis lepra menuntut keterampilan dalam pemeriksaan saraf,

    Pemeriksaan Gangguan SensorisGangguan sensoris pada lesi kulit (patch/plak) dan bagian distal ekstremitas harus ditentukan baik sensasi taktil (menggunakan kapas/cottonwool, Semmes Weinstein Monofilament/SWM, atau ujung bolpoint/ballpoint pen test), sensasi nyeri (menggunakan jarum pentul), sensasi suhu, maupun sensasi gerak dan vibrasi. (Lihat panduan keterampilan medik blok sistem saraf).Lokasi pemeriksaan meliputi daerah wajah, lengan, dan kaki (lihat gambar)

    Wajah meliputi daerah inervasi N. trigeminal Lengan meliputi daerah ainervasi N. medianus dan N. ulnaris Kaki meliputi daerah inervasi N. tibialis posterior

    Pemeriksaan Gangguan MotorisPemeriksaan dilakukan dengan menguji gerakan otot yang dipersarafi baberapa saraf utama seperti n. ulnaris, n. radialis, n. medianus, n. poplitea, dan n. facialis (lihat tabel) .

    Saraf Pergerakan OtotUlnaris Abduksi jari kelingking Abductor digiti minimi

    Medianus Abduksi ibu jari Abductor pollicis brevisRadialis Ekstensi pergelangan

    tanganWrist extensors

    Poplitea lateralis Dorsofleksi kaki Foot dorsoflexorsFacialis Menutup mata Orbicularis oculi

    Pemeriksaan Pembesaran SarafPemeriksaan saraf dilakukan pada nervus auricularis magnus, ulnaris, medianus, radialis, poplitea lateral dan tibialis posterior. Saraf harus dipalpasi untuk mencari pembesaran, konsistensi, dan nyeri tekan.

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 21

  • Tehnik pemeriksaan

    N. auricularis magnusUntuk memeriksa nervus auricularis magnus, pasien diminta untuk menoleh ke arah berlawanan. Jika terjadi pembesaran, n. auricularis magnus akan terlihat jelas pada perlintasannya di atas m. stermomastoideus. Lakukan palpasi untuk mencari nyeri tekan. (lihat gambar)

    N. ulnaris Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita

    dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita rileks Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil

    meraba n. ulnaris dalam sulcus nevi ulnaris di bagian medial (epicondylus medialis), apakah ada pembesaran atau tidak

    Dengan memberi tekanan ringan pada n. ulnaris sambil digulirkan dan menelusuri keatas sambil melihat ekspresi penderita apakah tampak kesakitan atau tidak.

    Ulangi dengan prosedur yang sama untuk memeriksa n. ulnaris kiri. Tangan kiri pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa meraba sulcus nevi ulnaris kiri. (lihat gambar)

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 22

  • N. peroneus communis Penderita diminta duduk di suatu tempat dengan kaki dalam keadaan

    rileks Pemeriksa duduk di depan penderita dengan tangan kanan memeriksa

    kaki kiri penderita (tangan kiri untuk memeriksa kaki kanan) Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan

    betis bagian luar penderita sambil pelan-pelan meraba ke atas sampai menemukan benjolan tulang (caput fibula), setelah menemukan caput fibula jari pemeriksa meraba n. peroneus 1 cm ke arah belakang

    Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan dan ke kiri sambil melihat ekspresi penderita

    N. tibialis posterior Penderita dalam keadaan duduk relaks Dengan jari telunjuk dan tengah pemeriksa meraba n. tibialis posterior di

    bagian belakang bawah dari maleolus medialis dengan tangan menyilang (tangan kiri memeriksa n. tibialis kiri dan tangan kanan memeriksa n. tibialis kanan).

    Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat ekspresi penderita.

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 23

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG SEDERHANA

    I. PEMERIKSAAN ELEMEN JAMUR DENGAN KOHPemeriksaan elemen jamur secara langsung menggunakan KOH

    merupakan pemeriksaan yang cukup cepat, berguna dan efektif dalam penegakan diagnosis jamur kulit. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap bahan-bahan pemeriksaan yang berasal dari kerokan kulit, rambut, maupun kuku. Pada kecurigaan kandidiasis vulvovaginalis, pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang berasal dari discar vagina.

    Alat dan bahan pemeriksaan:1. Mikroskop cahaya2. Skalpel, kuret kulit, sengkelit, gunting, lidi kapas, selotip, kapas3. Larutan alkohol 70%4. Larutan KOH 10%-30%5. Larutan KOH + tinta Parker blue black6. Gelas obyek dan gelas penutup7. Cawan petri

    Cara pengambilan sampelBagian tubuh (kulit, rambut, atau kuku yang hendak diperiksa, dibersihkan dengan larutan alkohol 70% yang akan mengangkat kotoran misalnya sel keratin yang terlepas, krusta, sisa obat topikal, sisa kosmetik, serta membunuh organisme lain supaya tidak terjadi kesukaran jika diperlukan pemeriksaan biakan.

    Kulit:Bahan pemeriksaan sebaiknya diambil dari daerah lesi yang aktif, biasanya dibagian tepi, (dengan tanda aktivitas berupa eritem dan peninggian kulit), tidak dari tengah lesi yang biasanya sudah mulai menyembuh. Kerokan kulit dilakukan dengan menggoreskan sisi skalpel (tidak boleh berdarah), skuama yang didapat dapat langsung ditempatkan pada gelas obyek, atau dikumpulkan pada cawan petri telebih dahulu, jika diperlukan juga untuk kultur.

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 24

  • Pada kecurigaan Pityriasis versicolor, skuama dapat diambil dengan menggunakan selotip. Caranya: selotip dengan lebar 2,5 cm, dipotong kurang lebih - panjang gelas obyek, lalu ditempelkan pada lesi. Berhati-hatilah dengan hanya memegang salah satu ujung selotip. Pengambilan spesimen dengan selotip biasanya hanya dilakukan untuk pemeriksaan dengan KOH Parker.

    Kuku:Bahan pemeriksaan diambil dari bagian kuku yang diduga terinfeksi (dasar kuku, lipatan kuku, lempeng kuku, hiponikium). Dengan menggunakan skalpel atau kuret kulit, fragmen kuku yang rusak dikumpulkan lalu diletakkan pada cawan petri atau langsung pada gelas obyek.

    Rambut:Rambut yang akan diperiksa harus dicabut, bukan dipotong. Rambut yang panjang dapat dipotong hingga kurang lebih 1-2 cm dari permukaan kulit. Bagian yang diperiksa adalah paling dekat dengan pemukaan kulit. Pemeriksaan rambut juga dapat dilengkapi dengan bahan kerokan kulit dari daerah disekitarnya.

    Tehnik pemeriksaan1. Pemeriksaan dengan larutan KOH:

    Larutan KOH 10%-30% dibuat dengan mencampurkan:KOH 10-30 gAir suling 100 ml

    Bahan pemeriksaan yang didapat, diletakkan pada gelas obyek, lalu ditetesi dengan larutan KOH 10%-30%. Tutup dengan gelas penutup, tekan perlahan untuk menghilangkan glembung udara.

    Untuk bahan yang didapat dari rambut dibiarkan selama 2-5 menit, sedangkan untuk bahan yang didapat dari kuku harus dibiarkan lebih lama lagi (1-2 jam). Larutan KOH dapat melarutkan protein, lipid, dan melisiskan epithel. Untuk mempercepat proses tersebut dapat dilakukan pemanasan (tetapi tidak boleh sampai mendidih) Elemen jamur akan bertahan terhadap KOH karena adanya khitin dan glikoprotein pada dinding sel.

    Sediaan diperiksa dengan mikroskop. Mulai dengan pembesaran lemah (lensa objektif 10x), sinar yang masuk dikurangi supaya lebih kontras.

    Bila elemen jamur sudah terlihat, pembesaran dapat dinaikkan (objektif 40x) agar pemeriksaan lebih detil.

    2. Pemeriksaan dengan larutan KOH Parker: Larutan ini dibuat dengan mencampurkan:

    KOH 10 gGliserol 10 ml

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 25

  • Tinta Parker Quinck Permanent blue black 10 mlAir suling 80 ml

    Tehnik pemeriksaan sama dengan pemeriksaan menggunakan larutan KOH. Jika bahan pemeriksaan diambil menggunakan selotip, teteskan 1-2 tetes larutan KOH Parker terlebih dahulu diatas gelas obyek, kemudian letakkan selotip yang mengandung skuama di atasnya. Dengan cara ini, tidak diperlukan gelas penutup.

    Larutan campuran KOH Parker ini akan menambah kontras antara jamur dengan sekitarnya, sehingga memudahkan penilaian hasil pemeriksaan.

    Hasil Pemeriksaan1. Elemen jamur dermatofit : tampak sebagai garis-garis yang tersusun atau

    hifa diantara sel-sel epitel, bersepta dan biasanya bercabang-cabang. (Gbr. 1)

    2. Kandida : terlihat sebagai spora yang bulat atau lonjong, kadang-kadang ada yang menonjol di dinding spora (budding), disebut sebagai pseudohifa. (Gbr. 2)

    3. Malassezia furfur : tampak sebagi spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek, seperti gambaran spaghetti and meatballs.(Gbr. 3)

    4. Infeksi jamur pada rambut. (Gbr. 4)Ektotriks: terlihar artrospora di bagian luar batang rambut.Endotriks: terlihat artrospora di dalam batang rambut.

    Gb. 1 Gb. 2

    Gb. 3 Gb. 4

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 26

  • II. PEMERIKSAAN GRAMPemeriksaan Gram berguna untuk mengklasifikasikan bakteri berdasarkan

    bentuk, ukuran, morfologi sel dan reaksi Gram. Pemeriksaan Gram dilakukan pada kasus dermatologi dengan kecurigaan infeksi bakterial, baik infeksi bakteri primer maupun sekunder. Pemeriksaan gram tidak dapat diandalkan untuk penegakan diagnosis selulitis maupun erisipelas, karena hasil positif yang didapatkan sangat rendah.

    Alat dan bahan pemeriksaan:1. Gelas obyek dan rak preparat2. Larutan NaCl fisiologis steril3. Kapas dan lidi kapas steril4. Spuit injeksi steril5. Skalpel6. Cat Gram A (carbol gentian violet), B (lugol), C (aseton alkohol), D (fuchin)

    Cara pengambilan sampelPusPada kasus ulkus atau erosi dengan pus, pengambilan sampel dapat dilakukan secara langsung menggunakan kapas lidi steril. Pus pada kapas lidi langsung diusapkan ke gelas obyek sampai membentuk lapisan tipis. Pus juga dapat diambil dengan aspirasi menggunakan spuit steril. Pus pada spuit steril ini juga dapat digunakan untuk pemeriksaan kultur. Pada kecurigaan uretritis gonorrhoea pada laki-laki, penderita disarankan untuk tidak BAK minimal 4 jam sebelum pengambilan. Discar uretra diambil menggunakan kapas lidi steril secara langsung (dimasukkan 2 cm dari OUE) jika discar cukup banyak. Jika discar uretra sedikit, pengambilan sampel dilakukan dengan milking atau pengurutan penis agar didapatkan sampel yang cukup.Pada kecurigaan servisitis gonorrhoea, pengambilan sampel dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ginekologik. Sampel diambil menggunakan kapas lidi panjang yang diusapkan ke endoserviks.

    Pustula dan absesPengambilan pus dalam pustul maupun abses sebaiknya dilakukan dengan aspirasi menggunakan spuit steril. Terlebih dahulu, bersihkan daerah yang akan diambil menggunakan alkohol 70% untuk meminimalkan kontaminasi dari bakteri atau organisme lain yang berada di permukaan kulit. Pustula kecil dapat dipecahkan menggunakan skalpel, kemudian dilakukan pengambilan pus menggunakan usapan kapas lidi steril seperti pada pengambilan pus secara langsung. Kapas lidi diusapkan langsung pada gelas obyek hingga didapat lapisan tipis pus.

    Cara pengecatan dan pemeriksaan Preparat yang akan diperiksa dibiarkan kering. Genangi dengan cat Gram A selama 1-5 menit Cat dibuang, cuci preparat dengan air mengalir Genangi dengan cat Gram B selama 0,5-1 menit Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 27

  • Tetesi preparat dengan cat Gram C sampai warna tepat luntur. Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir Genangi dengan cat Gram D selama 1-2 menit Sisa cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan

    di udara

    Hasil pemeriksaan:Pada infeksi bakterial yang disebabkan coccus Gram positif dapat ditemukan bentuk coccus berkelompok menyerupai anggur (stafilokokus, gbr. 5) atau membentuk rantai (streptokokus, gbr. 6 ) berwarna keunguan.Pada infeksi yang disebabkan gonokokus, dapat ditemukan diplokokus gram negatif intra maupun ekstrasel. (gbr. 7 )

    Gb. 5

    Gb. 6 Gb. 7III. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI PADA LEPRA

    Pemeriksaan bakteriologi pada lepra diperlukan sebagai salah satu kriteria diagnosis. Pengecatan yang digunakan adalah pengecatan Ziehl Nielsen, serupa dengan pengecatan pada tuberkulosis.

    Alat dan bahan pemeriksaan1. Gelas obyek baru, rak preparat2. Skalpel (bisturi/tangkai pisau ukuran no. 3 dan pisau no. 15)3. Lampu spiritus (bunsen), spiritus dan korek api4. Kapas alkohol 70%.5. Sarung tangan6. Larutan ZN A, ZN B dan ZN C

    ZN A berupa larutan carbol fuchsin 0,3%ZN B berupa larutan asam alkohol 3% atau laturan asam hidroklorit 1%ZN C berupa larutan metilen biru 0,3%

    7. Marker/pena untuk menandai gelas obyek

    Cara pengambilan sampel

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 28

  • Pemeriksaan bakteriologi pada lepra dilakukan melalui slit-skin smears. Pilihlah bagian lesi yang nampak paling aktif (meninggi dan berwarna kemerahan).

    Cucilah tangan dan kenakan sarung tangan. Bersihkan daerah sampel dengan kapas alkohol. Biarkan mengering. Kulit dijepit diantara ibu jari dan telunjuk sampai terlihat memucat.

    Tekanan harus dipertahankan untuk menjaga supaya daerah ini tidak berdarah sampai sampel selesai diambil.

    Dengan menggunakan skalpel, dibuat insisi sejanjang 5 mm dengan kedalaman 2-3 mm pada kulit yang terjepit antara jari. Kemudian pisau diputar sampai membentuk sudut 90 terhadap insisi dan dasar luka dikerok hingga didapatkan sedikit cairan dan jaringan dermis di ujungnya. Tidak boleh ada darah pada spesimen karena dapat mengganggu pengecatan dan pembacaan.

    Lepaskan jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas alkohol. Cairan ini dengan hati-hati dioleskan pada area lingkaran kurang lebih

    diameter 8 mm pada gelas obyek. Gelas obyek harus selalu dipegang pada ujung-ujungnya. Satu gelas obyek dapat digunakan untuk 6 apusan kulit.

    Hapus kotoran di skalpel dengan kapas alkohol . Lewatkan skalpel di atas nyala api bunsen 3-4 detik. Biarkan dingin tapi jangan menyentuh apapun.

    Ulangi langkah di atas untuk lokasi sampel lain. Pada penderita lepra aktif, harus diambil 6 sampel, satu dari tiap-tiap

    lobus telinga, dan 4 dari lesi aktif. Lokasi pengambilan sampel harus dicatat (dapat dibantu dengan menggunakan diagram) dan indeks bakteriologik dihitung untuk tiap lokasi.

    Gbr. 1. Cara memegang gelas obyek Gbr. 2 . Diagram lokasi tubuh

    untuk membantu pencatatan

    Tehnik pemeriksaan1. Lakukan fiksasi dengan mendiamkan preparat di udara terbuka selama 5-

    10 menit, sampai benar-benar kering. Preparat jangan sampai terkena sinar matahari langsung karena akan mempengaruhi kemampuan basil lepra mengikat pewarna carbol fuchsin. Fiksasi juga dapat dilakukan dengan melewatkan preparat di atas api spiritus dua atau tiga kali.

    2. Letakkan preparat pada rak preparat. Genangi preparat dengan cat ZN A selama 30 menit (metode dingin), atau panaskan di atas api sampai

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 29

  • terlihat uap tetapi tidak boleh sampai mendidih, kemudian biarkan 15 menit (metode panas)

    3. Cuci preparat dengan air yang mengalir pelan.4. Lunturkan preparat dengan ZN B selama 10-20 detik.5. Cuci kembali preparat dengan air mengalir.6. Tetesi sediaan dengan ZN C selama 1-3 menit.7. Bilas kembali dengan air dan biarkan preparat mengering di rak preparat

    dengan posisi miring dengan sisi apusan menghadap ke bawah.8. Lakukan pemeriksaan di bawah mikroskop.

    Hasil PemeriksaanBasil lepra nampak sebagai kuman bentuk batang berwarna merah, menyerupai batang lurus atau sedikit bengkok. Basil lepra dapat nampak utuh, fragmented, atau granuler. (lihat gb. 8). Basil lepra dapat terlihat sendiri-sendiri, berkelompok, atau berupa kelompok padat yang dikenal sebagai globus.Indeks bakteriologi (IB) menunjukkan kepadatan basil lepra dan meliputi baik basil solid, fragmented, maupun granular (lihat gb. 9). Menurut skala Ridley, IB berkisar antara 0 sampai 6+ berdasarkan jumlah basil rata-rata yang terlihat pada lapang pandang (LP) menggunakan pembesaran kuat dan minyak imersi.

    0 tidak tampak basil pada 100 LP1+ 1-10 basil / 100 LP2+ 1-10 basil / 10 LP3+ 1-10 basil / LP 4+ 10-100 basil / LP5+ 100-1000 basil / LP6+ lebih dari 1000 basil / LP

    Gb. 8

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 30

  • Gb. 9

    IV. PEMERIKSAAN TZANCKPemeriksaan Tzanck merupakan salah bentuk pemeriksaan sitologi yang

    sering digunakan dalam dermatologi. Tes Tzanck digunakan sebagai pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan cepat antara lain pada penyakit virus (varisela, herpes zoster, infeksi virus herpes simpleks), dan penyakit bulla autoimun (pemfigus vulgaris).

    Alat dan bahan pemeriksaan1. Gelas obyek dan rak preparat2. Skalpel3. Pewarna May-Grunwald Giemsa

    Cara pengambilan dan pemeriksaan sampel Sampel diambil dari vesikel atau bula yang baru dan masih utuh Atap vesikel atau bula dibuka menggunakan skalpel, kemudian dilakukan

    kerokan pada dasar vesikel/bula. Material yang didapat dioleskan pada gelas obyek hingga membentuk

    lapisan tipis, dan dibiarkan sampai kering. Genangi dengan cat Giemsa selama 20 menit

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 31

  • Cuci dengan air mengalir perlahan, biarkan kering.

    Hasil pemeriksaanPada varicella, herpes zoster dan infeksi virus herpes simpleks, dapat ditemukan multinucleated giant cells. Sel tampak seolah-olah menggelembung (ballooning degeneration), pola kromatin nukleus tampak mengabur (Gb. 10)Pada pemfigus, dapat ditemukan sel akantolitik (atau sel Tzanck) berbentuk bulat, dengan sitoplasma basofilik (terutama pada perifer). (Gb. 11)

    Gb 10 Gb. 11

    V. PEMERIKSAAN PREPARAT BASAH SKABIESPemeriksaan preparat basah pada skabies dapat membantu penegakan

    diagnosis skabies.

    Alat dan bahan1. Gelas obyek dan gelas penutup2. Skalpel3. Minyak imersi atau mineral oil

    Cara pengambilan dan pemeriksaan sampel Lakukan pengambilan sampel dari beberapa tempat, dari burrow, atau

    papul dan vesikel di dekat burrow. Lakukan kerokan kulit menggunakan skalpel (no. 15) yang telah dilapisi

    minyak imersi atau mineral oil. Lakukan pemeriksaan dengan pembesaran lemah, carilah skabies dewasa,

    telur, fragmen telur atau kotoran skabies. (Gb. 12)

    Gb. 12

    Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 32

  • Kuliah Dermatologi Rosmelia 2011 33