document1

63
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN DI LAHAN PRAKTIK disampaikan dalam seminar pencegahan ineksi n!s!k!mial di P!l"ekkes Kemenkes RI Padang #ingg$% &' April ()&* A+ Pendah$l$an ” Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang paling ser di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau juga sebagai Infeksi di rumah sakit ” Hospital-Acquired Infections” merupakan p serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pas Kalaupun tak berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus biaya rumah sakit yang lebih banyak. HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul penyakit infeksi yang tidak be pasien itu sendiri! dalam waktu antara "# jam dan empat hari setelah pasien mas sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu $% hari setelah keluar dari rumah sakit. &alam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah muncul setelah pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pel kesehatan. Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar '( )ariasi$*+ (! atau lebih dar pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurun pelayanan kesehatan. -ak dipungkiri lagi untuk masa yang akan datang dapat timb hukum bagi sarana pelayanan kesehatan, sehingga kejadian infeksi di pelayanan ke harus menjadi perhatian bagi umah /akit. 0asien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yan berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarg petugas kepada pasien. &engan demikian akan menyebabkan peningkatan angka morbi mortalitas, peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit. 0rogram 0encegahan dan 0engendalian Infeksi 00I! sangat 0enting untuk melindung pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi ka bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehata Keberhasilan program 00I perlu keterlibatan lintas profesional1 Klinisi, 0erawat 2aboratorium, Kesehatan 2ingkungan, 3armasi, 4i5i, I0/ /, /anitasi 6 Housekeepi lain*lain sehingga perlu wadah berupa Komite 0encegahan dan 0engendalian Infeksi 7eberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan praktik mahasiswa8siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari berbagai je pendidikan dan institusi yang berbeda*beda. -ak diragukan lagi bahwa semua mahasiswa8siswa dan peserta magang8pelatihan mempunyai kontribusi yang cukup bes dalam penularan infeksi dan akan beresiko mendapatkan HAIs. 9leh karena itu pent mahasiswa8siswa, peserta magang8pelatihan, termasuk juga karyawan baru memahami terjadinya infeksi, mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaim pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. /ebab bila sampai terjadi i nosokomial akan cukup sulit mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terh

Upload: massweeto

Post on 06-Oct-2015

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

satu

TRANSCRIPT

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN DI LAHAN PRAKTIKdisampaikan dalam seminar pencegahan infeksi nosokomial di Poltekkes Kemenkes RI Padang Minggu, 14 April 2013A. PendahuluanHealth-care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit Hospital-Acquired Infections merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian,pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih banyak.

HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar 9% (variasi3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurunan mutu pelayanan kesehatan. Tak dipungkiri lagi untuk masa yang akan datang dapat timbul tuntutan hukum bagi sarana pelayanan kesehatan, sehingga kejadian infeksi di pelayanan kesehatan harus menjadi perhatian bagi Rumah Sakit.

Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas, peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan praktik bagi mahasiswa/siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan dan institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi bahwa semua mahasiswa/siswa dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penularan infeksi dan akan beresiko mendapatkan HAIs. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan, termasuk juga karyawan baru memahami proses terjadinya infeksi, mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi nosokomial akan cukup sulit mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika. Sehingga semua mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan praktik di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga karyawan baru yang akan bertugas harus diberikan Layanan Orientasi dan Informasi (LOI) tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

B. Rantai Penularan InfeksiPengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:

1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit. Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis, atau load)

2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina

3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.

4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :

a. Kontak (contact transmission):

1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen

2) Indirect/Tidak langsung (paling sering !!!): kontak melalui objek (benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci

b. Droplet : partikel droplet > 5 m melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek, tdk bertahan lama di udara, deposit pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), Virus Influenza, mumps, rubella c.Airborne : partikel kecil ukuran 1m

Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka

b) APD petugas:

Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien

c) Transport pasien

Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat transportasi

Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk

3.Kewaspadaan transmisi udara/airbornea) Penempatan pasien :

Di ruangan tekanan negatif

Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang terkontrol

Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA

Pintu harus selalu tertutup rapat.

kohorting

Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi, atau kohorting jarak >1 m

Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih efektif mencegah penyebaran

Ventilasi airlock ventilated anteroom terutama pada varicella (lebih mahal)

Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu lalang

b) APD petugas:

Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur

Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius