15.04.1188_jurnal_eproc (1).pdf

Upload: tiffany-collins

Post on 08-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA PERNIKAHAN SUKU SASAK

    (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Kawin Culik Di

    Desa Rembitan, Lombok Tengah)

    I Gusti Ayu Citra Dewi1, Yuliani Rachma Putri, S.Ip.,MM2

    Asaas Putra, S.Sos., M.Ikom3

    Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas

    Telkom

    Jl. Telkomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung Jawa Barat 40257

    Email : [email protected]@gmail.com

    [email protected]

    ABSTRAK

    Kawin culik adalah tradisi upacara pernikahan yang diterapkan oleh masyarakat suku sasak

    di Desa Rembitan. Ketika seorang laki-laki ingin menikahi seorang gadis, maka harus dilakukan

    suatu proses penculikan. Penculikan tersebut dilegalkan dan dilindungi oleh hukum adat.

    Selanjutnya dilaksanakan rangkaian upacara pernikahan sesuai dengan tradisi adat pernikahan di

    Desa Rembitan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan aktivitas komunikasi upacara

    pernikahan kawin culik yang dilaksanakan di Desa Rembitan, Lombok Tengah. Pada penelitian ini

    menggunakan metode studi etnografi komunikasi dalam penelitian kualitatif, didukung oleh

    paradigma konstruktivisme. Data diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan

    pengelinsir, pengantin pria, dan pengantin wanita. Selain itu, data yang diperoleh didukung dari

    hasil observasi partisipan, kemudian data diuji kebenarannya dengan metode triangulasi. Hasil

    penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada pernikahan tersebut sakral, ketat akan

    hukum adat, kondusif, keakraban, kegembiraan, dan kental akan adat suku sasak tradisional.

    Peristiwa komunikatif memberikan gambaran secara berurutan mengenai proses terjadinya

    pernikahan mulai dari awal tahapan upacara hingga akhir. Sedangkan tindakan komunikatif

    mendeskripsikan bagaimana tindakan-tindakan atau interaksi yang terjadi memberikan arti

    simbolik sebagai pesan komunikasi verbal dan non verbal. Ketiga unsur tersebut yang menjadi

    kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada pernikahan kawin culik suku

    sasak di Desa Rembitan, Lombok Tengah.

    Kata Kunci : Penelitian Kualitatif, Studi Etnografi Komunikasi, Kawin Culik, Aktivitas

    Komunikasi

    ABSTRACT

    Kidnap marriage is a tradition of the marriage ceremony applied by the community the tribe

    of sasak in Rembitan village. When a man want to marry a girl, then to be done a process of

    kidnapping. This abduction is allowed and protected by customs laws. Then carried out a series of

    the marriage ceremony in accordance with the tradition of customs marriage in Rembitan village.

    This research was intended to explain the activity of communication ceremony of marriage mate

    kidnap that have been carried out in the Rembitan village, the middle of Lombok. In this research

    study using methods ethnography communication in qualitative research supported by

    constructivism paradigm. Data is collected from the results of an in-depth interview with

    pengelinsir, groom, and the bride. In addition, the data collected supported from the observation

    participants, then the data tested the truth with the triangulation methods. The results obtained at a

  • 2

    wedding ceremony is sacred, appropriate customary law, conducive, familiarity, excitement, and

    viscous against traditional tribe of sasak. Events communicative gives a picture in a row about the

    process of starting from early stage of the marriage ceremony until the end. While the act of

    communicative described how acts or interaction that occurs giving the meaning of symbolic as a

    verbal communication and non verbal message. The three elements such that be a key in described

    processes of communication that was found at a wedding mate kidnap tribe of sasak in the

    Rembitan village, the middle of Lombok.

    Keyword : Qualitative Research, Etnography Communication, Kidnap Marriage, Activity of

    Communication

    PENDAHULUAN

    Pernikahan adalah suatu upacara daur hidup manusia yang dilakukan secara

    turun-temurun untuk melanjutkan roda kehidupan. Prosesi upacara pernikahan

    sangat erat kaitannya dengan nilai kebudayaan, karena setiap budaya memiliki

    prosesi adat pernikahan yang berbeda-beda. Dalam setiap prosesi adat budaya

    pernikahan memiliki bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal.

    Indonesia memiliki berbagai macam bentuk kebudayaan, salah satunya adalah

    budaya suku sasak. Suku sasak adalah etnis asli penduduk pulau Lombok.

    Di tengah modernisasi masyarakat suku sasak di Pulau Lombok terdapat

    suatu kumpulan masyarakat di salah satu desa yang masyarakatnya terdiri dari

    masyarakat suku sasak asli, dan hingga saat ini masih mempertahankan budaya

    serta adat istiadat masyarakat suku sasak. Desa tersebut adalah Desa Rembitan

    kecamatan Pujut yang terletak di Lombok Tengah. Seluruh masyarakat Desa

    Rembitan menerapkan prosesi adat pernikahan kawin culik. Kawin culik

    menggambarkan bahwa ketika seseorang lelaki ingin menikahi seorang gadis

    maka lelaki tersebut harus menculik gadis tersebut dari keluarga si gadis.

    Tentunya proses penculikan ini dilegalkan karena dilindungi oleh hukum adat di

    Desa Rembitan.

    Pernikahan di Desa Rembitan dapat dikatakan sebagai pernikahan dini

    yaitu pada umur 17-18 tahun. Pada umur tersebut gadis Desa Rembitan sudah siap

    untuk diculik setelah melaksanakan proses midang dengan beberapa laki-laki.

    Setelah itu gadis tersebut akan memilih salah satu laki-laki yang diinginkan untuk

    dinikahi. Selain itu tradisi masyarakat Desa Rembitan yang menikah dengan

    sepupu atau saudara sendiri, atau yang biasa disebut pernikahan sedarah (incest).

    Setiap tahapan prosesi upacara kawin culik dilaksanakan penuh dengan

    suasana sakral, dan setiap tahapan-tahapan prosesinya memiliki makna tersendiri

    sehingga hal ini tetap untuk dipertahankan oleh masyarakat suku sasak Desa

    Rembitan. Proses upacara pernikahan kawin culik mulai dari tahapan awal

    penculikan hingga tahap akhir proses upacara pernikahan suku Sasak di Desa

    Rembitan tentunya terdapat proses komunikasi di dalamnya. Komunikasi

    merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

    Dalam penelitian mengenai upacara pernikahan kawin culik suku sasak di

    Desa Rembitan, peneliti akan membahas mengenai aktivitas komunikasi yang ada

    di dalamnya. Aktivitas komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan

    peristiwa komunikasi dan atau proses komunikasi. Aktivitas komunikasi tersebut

    terdiri dari tiga unit diskrit yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan

    tindak komunikatif.

  • 3

    KAJIAN LITERATUR

    1. Etnografi Komunikasi Etnografi komunikasi merupakan pendekatan terhadap

    sosiolinguistik bahasa, yang melihat penggunaan bahasa secara umum

    dihubungkan dengan nilai-nilai sosial dan kultural. Sehingga tujuan

    deskripsi etnografi adalah untuk memberikan pemahaman global

    mengenai pandangan dan nilai-nilai suatu masyarakat sebagai cara untuk

    menjelaskan sikap dan perilaku anggota-anggotanya. (Kuswarno, 2008:13)

    Secara ilmiah dikatakan etnografi komunikasi sebagai sebuah

    metode penelitian yang membahas mengenai bahasa, komunikasi, dan

    kebudayaan dalam suatu konteks dan pada satu kelompok masyarakat

    tertentu. Etnografi komunikasi juga merupakan sebuah ilmu sekaligus

    metode penelitian dalam imu sosial. Etnografi komunikasi mengandung

    nilai-nilai antropologis, sekaligus linguistik dan komunikasi.

    Pada sebuah metode penelitian etnografi komunikasi yang akan

    menjadi fokus penelitian adalah perilaku komunikasi dalam tema

    kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku. Perilaku

    komunikasi dalam etnografi komunikasi adalah perilaku dalam suatu

    konteks sosial kultural. Sehingga dapat dikatakan penelitian etnografi

    komunikasi berangkat dari antropologi (Kuswarno, 2008:35).

    2. Ilmu Komunikasi Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-

    hari. Manusia adalah makhluk sosial sehingga dalam berhubungan dengan

    orang lain pada kehidupan manusia dibutuhkan kegiatan komunikasi guna

    mencapai sebuah makna yang sama dan mencapai suatu tujuan

    tertentu.Terdapat komponen komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy

    (2006:17), yang terdiri dari communicator (pengirim pesan), message

    (pesan), channel (media), communicate (penerima pesan), dan effect

    (efek).

    Menurut William I. Gorden dalam Deddy Mulyana (Mulyana,

    2007:5-38) terdapat fungsi komunikasi yang terdiri dari :

    a. Komunikasi Sosial Komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,

    aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, dan memupuk

    hubungan dengan orang lain.

    b. Komunikasi Ekspresif Komunikasi dapat dilakukan semata-mata untuk menyampaikan

    perasaan-perasaan (emosi). Perasaan-perasaan tersebut

    dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal.

    Seperti perasaan sayang, marah, rindu, sedih, takut, prihatin, dan

    benci.

    c. Komunikasi Ritual Bentuk komunikasi ritual yang melibatkan sebuah upacara atau

    ritual tertentu yang diterapkan oleh suatu masyarakat.Kegiatan

    ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen

  • 4

    emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka yang

    terikat dalam suatu budaya tertentu.

    d. Komunikasi Instrumental Bertujuan untuk menginformasikan, mengajar, mendorong,

    mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau

    menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.

    3. Aktivitas Komunikasi Menurut Hymes untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas

    komunikasi dalam etnografi komunikasi, diperlukan pemahaman

    menhenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi adalah (Kuswarno,

    2008:41) :

    a. Situasi komunikatif atau konteks terjadinya komunikasi Contoh: Masjid, tempat umat Muslim melaksanakan ibadah.

    Situasi komunikatif yang ditemukan adalah bentuk komunikasi

    yang terjadi pada saat beribadah di Masjid.

    b. Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang

    sama, dan melibatkan partisipan yang secara umum

    menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone

    yang sama, dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi, dalam

    setting yang sama. Peristiwa komunikatif dalam etnografi adalah

    peristiwa yang khas dilakukan. Contoh: kegiatan-kegiatan khas

    dalam peristiwa pernikahan yaitu Nyongkolan (arak-arakan).

    Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan mendeskripsikan

    komponen-komponen penting, yaitu :

    1. Genre atau tipe peristiwa komunikatif, misalnya lelucon, salam, perkenalan, dongeng, gosip, dll.

    2. Topik peristiwa komunikatif. 3. Tujuan dan fungsi peristiwa secara umum dan juga

    fungsi dan tujuan partisipan secara individual.

    4. Settingtermasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi yang lain (misalnya besarnya ruangan tata

    letak perabotan).

    5. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan

    hubungan satu sama lainnya.

    6. Bentuk pesan, termasuk saluran verbal non vokal, non verbal dan hakikat kode yang digunakan, misalnya

    bahasa mana dan varietas yang mana.

    7. Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan, termasuk level konotatif dan referensi denotatif.

    8. Urutan tindakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur termasuk alih giliran atau fenomena

    percakapan.

    9. Kaidah interaksi.

  • 5

    10. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan, nilai, norma yang dianut, tabu-tabu

    yang harus dihindari, dll. (Kuswarno, 2008:42).

    c. Tindak komunikatif yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal.

    4. Interaksi Simbolik Menurut George Herbert Mead yang dimodifikasi oleh Blumer

    (Kuswarno, 2008 : 22) menyebutkan bahwa karakteristik dasar ide dari

    interaksi simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara

    manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu.

    Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol

    yang mereka ciptakan.

    Blumer mengungkapkan tiga premis yang mendasari pemikiran

    interaksionisme simbolik, yaitu :

    a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka

    b. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain

    c. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung

    5. Konvergensi Simbolik Ernest Bormann dalam (Suryadi, 2010:430-431) menyatakan teori

    konvergensi simbolik adalah teori umum yang mengupas fenomena

    pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok hingga

    berimplikasi pada hadirnya makna, motif, dan perasaan bersama. Teori ini

    berusaha menerangkan bagaimana orang-orang secara kolektif

    membangun kesadaran simbolik bersama melalui proses pertukaran pesan.

    Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian

    menyediakan semacam makna, emosi, dan motif untuk bertindak bagi

    orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat di dalamnya. Sekumpulan

    individu ini dapat berasal dari kelompok orang yang telah saling mengenal

    dan berinteraksi dalam waktu yang relatif lama.

    Terdapat dua asumsi pokok yang menjadi dasar teori konvergensi

    simbolik (Suryadi, 2010:432) :

    1. Realitas diciptakan melalui komunikasi. Komunikasi menciptakan realitas melalui pengaitan antara kata-kata yang

    digunakan dengan pengalaman atau pengetahuan yang

    diperoleh.

    2. Makna individual terhadap simbol dapat mengalami konvergensi (penyatuan), sehingga menjadi realitas bersama.

    Realitas ini dipandang sebagai susunan narasi atau cerita-cerita

    yang menerangkan bagaimana sesuatu harus dipercayai oleh

    orang-orang yang terlibat di dalamnya.

  • 6

    METODE

    Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif

    dengan studi etnografi komunikasi. Peneliti memilih metode etnografi komunikasi

    karena metode inidapat menggambarkan, menjelaskan dan membangun hubungan

    dari kategori-kategori dan data yang ditemukan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari

    etnografi komunikasi untuk menggambarkan, menganalisis dan menjelaskan

    perilaku komunikasi dari suatu kelompok sosial (Kuswarno, 2008:86).Sehingga

    melalui pengumpulan data kualitatif yang sedalam-dalamnya bisa digunakan

    untuk mencapai tujuan dari penelitian etnografi komunikasi.

    Selain itu peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Dedy

    (2003:3), paradigma konstruktivis yaitu paradigma yang hampir merupakan

    antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam

    menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu

    sosial sebagai analisis sistematis melalui pengamatan langsung dan terperinci

    terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau

    mengelola dunia sosial mereka.

    Dengan paradigma konstruktivisme, peneliti ingin mengetahui bagaimana

    aktivitas komunikasi pada upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa

    Rembitan melalui subjek penelitian. Subjek pada penelitian ini adalah pasangan

    menikah dan orang-orang yang terlibat langsung dalam pernikahan kawin culik.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Situasi Komunikatif Situasi komunikatif adalah penggambaran tempat pelaksanaan.

    Contohnya gereja, pengadilan, kantor, pasar, stasiun, jalan, atau sekolah.

    Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta,

    bus, mobil, atau kelas. Namun situasi juga dapat berubah dalam lokasi

    yang sama apabila aktivitas-aktivitas yang berbeda berlangsung di tempat

    itu pada saat yang berbeda. Ibrahim memberikan contoh misalnya pada

    sudut jalanan yang sibuk di siang hari tidak akan memberikan konteks

    komunikasi yang sama seperti sudut jalan di tengah malam. (Ibrahim,

    1994:36)

    Rangkaian aktivitas upacara pernikahan kawin culik suku sasak di

    Desa Rembitan mulai dari tahapan upacara ijab qobul, sorong serah aji

    kerama, dan nyongkolanmenciptakan situasi komunikatif yang sakral,

    ketat akan hukum adat, kondusif, keakraban, kegembiraan, dan suasana

    kental akan adat suku sasak tradisional.

    2. Peristiwa Komunikatif Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang

    utuh dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama,

    dan melibatkan partisipan yang secara umum menggunakan varietas

    bahasa yang sama, mempertahankan tone yang sama, dan kaidah-kaidah

    yang sama untuk interaksi, dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa

    komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan,

    adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh (Kuswarno, 2008:41).

  • 7

    Proses pada tahap awal pendekatan atau pacaran dinamakan

    midang. Pada saat midang laki-laki mengunjungi perempuan di rumahnya

    pada malam hari yang bertujuan agar laki-laki dan perempuan bisa saling

    mengenal satu sama lainnya. Selanjutnya jika sudah serius dan ingin

    menikah dilakukan proses merariqyaitu laki-laki harus menculik

    perempuan yang ingin dinikahinya lalu disembunyikan di rumah laki-laki

    atau kerabat, hal ini memiliki simbol sikap kesatria dan bertanggung jawab

    serta berani menghadapi segala resiko demi orang yang dicintainya.

    Setelah proses merariq berhasil selanjutnya adalah proses selabar yang

    dilakukan 3 kali dalam 3 hari berturut-turut yang bertujuan untuk

    memberikan informasi kepada orang tua perempuan bahwa anak

    perempuannya telah diculik dan harus segera dinikahi.

    Seiring dengan dilakukannya proses selabar, proses lainnya yang

    dilakukan adalah bait wali serta pisuka dan gantiran. Sebelum memasuki

    inti upacara maka dilaksanakan proses bait wali yaitu untuk meminta wali

    nikah kepada orang tua perempuan yang biasanya diwakilkan oleh kiyai.

    Selain itu dilaksanakan proses pisuka dan gantiran yaitu pihak orang tua

    perempuan meminta biaya adat perkawinan dalam bentuk sejumlah kepeng

    (uang) kepada pihak keluarga laki-laki yang harus dibayarkan sebagai

    syarat dilaksanakannya upacara sorong serah aji kerama dan nyongkolan.

    Pada inti upacara pernikahan dilaksanakan upacara ijab qobul yaitu

    upacara untuk menikahkan laki-laki dan perempuan dengan mengucapkan

    kalimat ijab qobul serta proses pemberian mas kawin dari pengantin laki-

    laki kepada pengantin perempuan. Selanjutnya dilaksanakan upacara

    sorong serah aji kerama yaitu upacara untuk menyerahkan aji kerama dari

    pihak keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan. Selanjutnya menuju

    upacara puncak pernikahan yaitu upacara nyongkolan atau arak-arakan

    pengantin mengelilingi Desa Rembitan, menuju rumah orang tua

    perempuan yang memiliki simbol untuk mengiringi pengantin berkunjung

    ke rumah orang tua perempuan, sekaligus untuk memberitahu kepada

    masyarakat Desa Rembitan bahwa si A telah menikah dengan si B. Setelah

    tiba rombongan nyongkolan tiba di rumah orang tua perempuan

    selanjutnya melakukan proses sungkeman yang bertujuan untuk meminta

    maaf karena telah menculik anak perempuannya dan memohon doa restu

    agar pernikahan pengantin dapat berjalan dengan lancar serta menjadi

    keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

    3. Tindak Komunikatif Tindak komunikatif adalah fungsi interaksi tunggal seperti

    pernyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal

    (Kuswarno, 2008:41).Pada pernikahan kawin culik suku sasak di Desa

    Rembitan bentuk interaksi simboliknya menggambarkan bentuk

    komunikasi atau pemujaan kepada leluhur dan nenek moyang suku sasak

    yang berperan sebagai saksi jalannya rangkaian upacara pernikahan dari

    awal hingga akhir, selain itu simbol-simbol juga digunakan untuk

    berinteraksi dengan sesama masyarakat Desa Rembitan yang terlibat

    dalam upacara pernikahan sebagai bentuk simbol yang maknanya telah

  • 8

    disepakati bersama. Bentuk simbol-simbol yang digunakan pada rangkaian

    upacara pernikahan merupakan bentuk pengaplikasian tata cara adat

    pernikahan suku sasak tradisional di Desa Rembitan yang telah diatur

    dalam hukum adat setempat.

    Simbol-simbol pada pernikahan kawin culik suku sasak di Desa

    Rembitan terdapat pada peristiwa-peristiwa komunikatif yang terjadi.

    Simbol-simbol tersebut memiliki makna tersendiri yang dipahami secara

    bersama, simbol-simbol dalam upacara pernikahan kawin culik di Desa

    Rembitan meliputi ngumbuq, mereweh, merariq, pisuka dan gantiran,

    tipaq nganten, negaq leq rurung, besautan tembang, penginang kuning,

    kain putih, olen-olen, kain umbaq, keris, kepeng (uang), sesajen gong,

    nyongkolan, payung agung, genggaman tangan, gendang beleq, begibung,

    dan sungkeman.

    4. Model Aktivitas komunikasi Berikut merupakan model atau konstruk derajat kedua dari hasil penelitian

    aktivitas komunikasi upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa

    Rembitan, Lombok Tengah :

  • 9

    SIMPULAN

    Penelitian ini menganalisis mengenai aktivitas komunikasi upacara

    pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan, berikut ini uraian

    kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya sebagai

    berikut :

    1. Situasi komunikatif yang tergambarkan dari keseluruhan rangkaian aktivitas upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa

    Rembitan menciptakan situasi komunikatif yang sakral, ketat akan

    hukum adat, kondusif, keakraban, kegembiraan, dan suasana yang

    kental akan adat suku sasak tradisional. Gambaran situasi komunikatif

    ini didukung oleh lantunan alat musik tradisional suku sasak, dekorasi

    janur kuning yang memperindah suasana, dan estetika tata cara

    berpakaian orang-orang yang terlibat dalam upacara pernikahan yaitu

    menggunakan pakaian adat sasak atau lambung.

    2. Peristiwa komunikatif pada pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan mendeskripsikan secara berurutan mulai dari proses

    awal hingga akhir pernikahan. Dimulai dari tahap awal midang,

    merariq, selabar, bait wali, serta pisuka dan gantiran. Selanjutnya

    tahap upacara ijab qobul, upacara sorong serah aji kerama, dan

    upacara puncak yaitu nyongkolan..

    3. Tindak komunikatif dalam pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan terdiri dari bentuk komunikasi verbal dan non verbal.

    Segala bentuk komunikasi verbal dan non verbal tersebut dilakukan

    baik secara lisan maupun secara simbolik. Simbol-simbol dalam

    upacara pernikahan kawin culik di Desa Rembitan meliputi ngumbuq,

    mereweh, merariq, pisuka dan gantiran, tipaq nganten, negaq leq

    rurung, besautan tembang, penginang kuning, kain putih, olen-olen,

    kain umbaq, keris, kepeng (uang), sesajen gong, nyongkolan, payung

    agung, genggaman tangan, gendang beleq, begibung, dan sungkeman.

  • 10

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku

    Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung:

    PT Remaja Rosdakarya.

    Ibrahim, Syukur. (1994). Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya:

    Usaha Nasional.

    Kuswarno, Engkus. (2008). Metode Penelitian Komunikasi Etnografi

    Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

    Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya.

    Jurnal

    Suryadi, Israwati. (2010). Teori Konvergensi Simbolik. VOL 2. 426-437.