1.5 draft se diryan tentang penjelasan se menkes no 32 tahun 2014 05022014
TRANSCRIPT
SURAT EDARAN DIREKTUR PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
NOMOR TAHUN 2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS SE MENTERI KERSEHATAN RI NOMOR HK/MENKES/32/I/2014 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN
PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA BPJS KESEHATAN
PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Yth. Kepala Divisi Regional I-XII BPJS Kesehatan
di Seluruh Indonesia
Merujuk kepada Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor
HK/Menkes/32/I/2014 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Bagi Peserta BPJS Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, bersama ini kami
sampaikan petunjuk teknis atas Surat Edaran tersebut sebagai
berikut:
1. Surat Rujukan:
Penjelasan:
1) Kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam
keadaan kegawatdaruratan medis tidak membutuhkan
surat rujukan.
2) Kriteria kegawatdaruratan medis terlampir.
3) Apabila pasien masih memerlukan pelayanan di faskes
tingkat lanjutan karena kondisi belum stabil sehingga belum
dapat untuk dirujuk balik ke faskes tingkat pertama, maka
Dokter Spesialis/Sub Spesialis membuat surat keterangan
yang menyatakan bahwa pasien masih dalam perawatan.
4) Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil sehingga dapat
dirujuk balik ke faskes tingkat pertama, maka Dokter
Spesialis/Sub Spesialis akan memberikan surat keterangan
rujuk balik.
5) Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis tidak memberikan
surat keterangan yang dimaksud pada angka 3) dan 4) maka
untuk kunjungan berikutnya pasien harus membawa surat
rujukan yang baru dari faskes tingkat pertama.
2. Obat penyakit kronis
Penjelasan:
1) Jangka waktu masa transisi adalah sejak diberlakukannya SE
Menkes Nomor HK/Menkes/32/I/2014 tahun 2014 sampai
dengan adanya ketetapan lebih lanjut dari Kementerian
Kesehatan RI.
2) Yang dimaksud penyakit kronis adalah penyakit yang
membutuhkan obat untuk pemakaian rutin selama 30 hari
setiap bulan sesuai indikasi medis, diluar yang sudah diatur
dalam Surat Edaran Menkes Nomor HK/Menkes/32/I/2014
Tahun 2014 poin 3. Pasien yang tidak memerlukan
pengobatan rutin selama 30 hari setiap bulan tidak termasuk
dalam ketentuan ini dan keseluruhan obat sudah termasuk
dalam paket INA CBG’s.
3) Dalam hal Dokter Spesialis/Sub Spesialis menyatakan pasien
dengan penyakit kronis tersebut dalam kondisi stabil maka
pasien dirujuk balik ke faskes tingkat pertama. Pengobatan
selanjutnya diteruskan oleh faskes tingkat pertama sesuai
dengan rekomendasi Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
4) Peserta yang menderita penyakit kronis yang belum stabil
diberikan resep obat untuk kebutuhan 30 hari sesuai
indikasi medis:
a) kebutuhan obat untuk sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari
disediakan oleh Rumah Sakit, biaya sudah termasuk
dalam komponen paket INA CBG’s.
b) kebutuhan obat untuk sebanyak-banyaknya 23 (dua puluh
tiga) hari dapat diambil di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
/Apotek/Depo Farmasi yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan. Biaya obat ditagihkan secara fee for service
kepada BPJS Kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Pelayanan obat mengacu kepada Formularium Nasional
baik nama generik, jenis, kekuatan maupun restriksinya.
6) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tercantum dalam
Formularium Nasional, maka biaya obat termasuk dalam
komponen paket INA CBG’s.
7) Obat yang diresepkan pada poin 4a dan 4b hanya untuk obat
kronis. Apabila pasien membutuhkan obat akut maka obat
tersebut disediakan oleh Rumah Sakit dan biaya sudah
termasuk dalam komponen paket INA CBG’s.
8) Obat pada poin 4b dibayar oleh BPJS Kesehatan mengacu
kepada harga e-catalogue ditambah dengan faktor pelayanan
dan embalage sesuai Surat Edaran Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK/31/Menkes/I/2014.
Sebelum adanya ketetapan e-catalogue obat dan BMHP tahun
2014, maka sesuai surat Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor KF/Menkes/50/I/2014 tanggal 22 Januari
2014 tentang Harga Obat Rujuk Balik dan Paket (Obat dan
BMHP) Pelayanan Continuous Ambulatory Peritonial Dialysis
(CAPD) harga obat mengacu pada e-catalogue obat tahun
2013. Jika obat yang diresepkan tercantum dalam
Formularium Nasional Tahun 2014 namun tidak tercantum
dalam e-catalogue obat tahun 2013, maka harga mengacu
pada DPHO PT Askes (Persero) Tahun 2013.
3. Obat penyakit kronis di Faskes Tingkat Pertama (PRB)
Penjelasan:
1) Obat Program Rujuk Balik diresepkan oleh dokter faskes
tingkat pertama berdasarkan rekomendasi dari dokter
Spesialis/Sub Spesialis.
2) Resep dapat diberikan untuk kebutuhan 30 hari dan obat
diambil di Apotek/Depo Farmasi yang melayani Program
Rujuk Balik.
3) Penagihan obat mengacu pada penjelasan poin 2 nomor 8.
4) Daftar obat Program Rujuk Balik mengacu pada daftar obat
Formularium Nasional untuk Program Rujuk Balik dan
ketentuan yang berlaku.
4. Penyakit yang menggunakan obat Program Pemerintah
Cukup Jelas.
5. Pemberian Obat Kemoterapi, Thalassemia dan Hemofilia:
Penjelasan:
a. Obat kemoterapi, thalassemia dan hemofilia dapat diberikan di
semua Rumah Sakit yang memiliki sarana dan kompetensi
sumber daya manusia kesehatan yang mendukung.
b. Pemberian obat kemoterapi dan thalassemia dapat diberikan
pada pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan berdasarkan
indikasi medis.
c. Pada masa transisi:
1) Pelayanan obat kemoterapi:
a) Pelayanan kemoterapi baik rawat jalan maupun rawat
inap ditagihkan dengan paket INA CBGs dan obatnya
ditagihkan secara fee for service.
b) Penagihan obat mengacu pada Formularium Nasional,
Pedoman Pelaksanaan Fornas dan E-Catalogue yang
berlaku.
2) Pasien thalassemia yang dilayani di rawat jalan tingkat
lanjutan ditagihkan sebagai kasus rawat inap.
3) Pasien hemofilia A dan hemofilia B yang dirawat inap,
pengajuan klaim berupa tarif INA CBGs ditambah tarif top
up sesuai tabel berikut, diajukan secara fee for service.
4) Tarif tambahan tersebut sama untuk semua tingkat
keparahan dan kelas perawatan pasien.
6. Penjaminan terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan
ketentuan sbb:
Penjelasan:
1) Untuk bayi baru lahir dari peserta PBI, bila merujuk kepada
PP Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan pasal 11 tentang perubahan data PBI
Jaminan Kesehatan, bahwa:
a. Perubahan data ditetapkan oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri
dan/atau pimpinan lembaga terkait.
b. Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI
Jaminan Kesehatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan dalam
tahun anggaran berjalan.
Sehingga untuk bayi baru lahir dari peserta PBI akan
dimasukkan dalam master file BPJS Kesehatan setelah
mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan dan
menteri terkait sedangkan jangka waktunya dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali.
2) Bayi yang lahir dari peserta PBI otomatis dijamin oleh BPJS
Kesehatan.
3) Peserta PBI sebagaimana dimaksud pada poin 2 adalah salah
satu atau kedua orang tua terdaftar sebagai peserta PBI.
4) Orang tua bayi atau fasilitas kesehatan melapor kepada BPJS
Kesehatan untuk didaftarkan bayi tersebut sebagai calon
peserta PBI.
5) Bayi yang lahir sebelum 1 Januari 2014 dan belum terdaftar
sebagai peserta PBI namun orang tuanya merupakan peserta
PBI, maka anak/bayi tersebut dapat diusulkan kepada BPJS
Kesehatan atau Kementerian Sosial sebagai calon peserta PBI.
6) BPJS Kesehatan akan melakukan rekonsiliasi data
penambahan peserta PBI setiap 6 (enam) bulan.
7) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada poin 6 akan
dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali.
8) Penjaminan bayi baru lahir sebagaimana dimaksud pada Surat
Edaran Menkes Nomor HK/Menkes/32/I/2014 Tahun 2014
poin 6.c sebagai berikut:
a) Bila bayi tidak mempunyai masalah medis, maka
penjaminan pelayanan kesehatan sudah termasuk dalam
paket persalinan ibu.
b) Bila bayi mempunyai masalah medis, maka biaya pelayanan
kesehatan bayi tersebut ditagihkan tersendiri di luar paket
persalinan ibu. SEP diterbitkan secara manual dengan
menuliskan nomor kartu orang tua dari bayi tersebut.
c) Pengurusan SEP bayi sebagaimana dimaksud pada huruf b
dilakukan dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak
kelahirannya atau sebelum pulang apabila bayi dirawat
kurang dari 7 (tujuh) hari. Dalam hal pengurusan dilakukan
pada hari ke-8 atau seterusnya maka biaya pelayanan
kesehatan bayi tersebut tidak dijamin BPJS Kesehatan.
Demikian Surat Edaran ini dibuat untuk menjadi perhatian
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ditetapkan di Pada tanggal
: Jakarta : Januari 2014
Direktur Pelayanan
FAJRIADINUR
AA/dm/PK.00