14.vina serevina fandi cahya

20
EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA TES LISAN Dosen : Dr.Ir. Vina Serevina Mahasiswa S2 : Fandi Cahya 7836130852 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Upload: vinaserevina

Post on 21-Jun-2015

100 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 14.vina serevina fandi cahya

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA

TES LISAN

Dosen :

Dr.Ir. Vina Serevina

Mahasiswa S2 :

Fandi Cahya

7836130852

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

Page 2: 14.vina serevina fandi cahya

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan berbicara atau speaking skill adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengespresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau

perasaan kepada mitra bicara. secara umum keterampilan berbicara betujuan agar para pelajar

mampu bekomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. Pada proses

belajar dalam mencapai kepandaian berkomunikasi diperlukan aktivitas-aktivitas, yakni: latihan

prakomunikatif yang mana latihan ini keterlibatan guru lebih banyak dari pada murid dan latihan

komunikatif yaitu latihan yang lebih mengandalkan kreativitas para pelajar maka dalam makalah ini

akan diuaraikan tentang evaluasi tes lisan beserta pembagiannya dan contoh-contohnya(Arikunto,

2005).

1

Page 3: 14.vina serevina fandi cahya

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa hal yang ingin diangkat dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan tes lisan ?

2. Bagaimana cara melakukan tes lisan ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan tes lisan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun makalah ini bertujuan :

1. Untuk memahami pengertian dari tes lisan

2. Mengetahui cara melakukan tes lisan.

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tes lisan.

2

Page 4: 14.vina serevina fandi cahya

BAB II TES LISAN

Tes lisan merupakan tes kemampuan verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa

lisan. Berbicara merupakan salah satu aspek penting dalam tes bahasa. Sebagai kemampuan

berbahasa aktif dan produktif, kemampuan berbicara menuntut penguasaan terhadap beberapa

aspek dan kaidah penggunaan bahasa. Berkaitan dengan hal ini, bahwa tidak ada kemampuan

bahasa yang begitu sulit untuk dinilai sebagaimana tes berbicara. Berbicara hakikatnya merupakan

keterampilan yang sangat kompleks yang mempersyaratkan penggunaan berbagai

kemampuan(Heaton, 1989). Kemampuan tersebut meliputi :

a. Pelafalan

b. Tata Bahasa

c. Kelancaran

d. Pemahaman ( Kemampuan merespon terhadap suatu ujaran secara baik )

Tujuan tes kemampuan berbicara adalah untuk mengukur kemampuan dalam menggunakan bahasa

Indonesia sebagai alat komunikasi lisan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan

mengkomunikasikan ide, perasaan, gagasan, maupun fikiran dan kemampuan memahami ujaran

mitra tutur. Lebih ideal lagi apabila kemampuan berbicara tersebut diletakkan dalam konteks

sosiokultural artinya bukan saja mampu mengkomunikasikan gagasan ide, mapun perasaan,

melainkan dia juga mampu melakukan komunikasi secara pragmatik dengan etika budaya sosial yang

berlaku dalam masyarakat(Heaton, 1987).

Untuk mengukur kemampuan berbicara, banyak cara atau bentuk yang dapat dikembangkan oleh

guru sesuai dengan tingkat kemampuan murid, yaitu dari tes yang paling dasar dan sederhana

sampai pada bentuk tes yang paling kompleks dan sulit. Diantaranya bentuk tes kemampuan

berbicara adalah sebagai berikut (Heaton, 1987):

3

Page 5: 14.vina serevina fandi cahya

1. Membaca Keras ( Reading Aloud )

Membaca keras merupakan salah satu bentuk atau cara untuk mengukur kemampuan

berbicara. Sasaran utamanya adalah agar siswa mempunyai kemampuan melafalkan bunyi-

bunyi atau ujaran bahasa sasaran dengan lancar, fasih dan dengan intonasi yang tepat.

Dapat dikatakan, bahwa bentuk ini merupakan bentuk dasar dalam tes kemampuan

berbicara. Hal ini senada dengan pernyataan Heaton ( 1987 : 89 ), bahwa membaca keras ini

pada umumnya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam melafalkan ujaran

bahasa sasaran, bukan untuk mengukur kemampuan berbicara secara utuh dalam

penyelenggaraan tes kemampuan berbicara berbentuk membaca keras ini hendaknya

diciptakan situasi yang kontekstual mirip dengan kehidupan nyata. Misalnya siswa diminta

membaca ulang surat yang baru dia terima.

2. Bercerita Melalui Gambar

Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara siswa, gambar dapat dijadikan rangsangan

pembicaraan yang baik. Gambar-gambar yang dimaksud dapat berupa gambar yang

menceritakan satu kegiatan dan siswa diminta untuk menceritakannya kembali. Seperti

contoh gambar berseri yang diberi nomor urut dan antara gambar yang satu dengan yang

lainnya saling terkait. Untuk mengukur kemampuan berbicara melalui gambar ini, misalnya

siswa diminta secara langsung untuk menceritakan peristiwa yang terjadi dalam gambar

berseri tersebut secara kronologis, atau guru melakukannya secara bertahap. Pada tahap

awal, siswa diminta untuk menyebutkan atau menemukan fakta (obyek) yang terdapat pada

gambar atau guru mengajukan pertanyaan tentang berbagai fakta yang terdapat pada

gambar. Selanjutnya pada tahap berikutnya siswa diminta menceritakan isi keseluruhan

peristiwa yang terdapat dalam gambar berseri tersebut sesuai dengan urutan peristiwa.

3. Menceritakan Kembali

4

Page 6: 14.vina serevina fandi cahya

Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk tes kemampuan berbicara yang dilakukan dengan cara

guru memperdengarkan wacana baik secara langsung maupun melalui tape recorder.

Setelah itu siswa diminta menceritakan kembali wacana yang diperdengarkan tersebut

dengan sususan bahasanya sendiri. Sudah barang tentu siswa diminta lebih memfokuskan

pada bagian-bagian yang paling esensial dari wacana tersebut.

4. Dialog Terbimbing

1. Bercerita Bebas

Yang dimaksud dengan bercerita bebas disini adalah suatu kegiatan tes kemampuan

berbicara yang menuntut siswa menceritakan topik-topik tertentu secara bebas. Topik –

topik yang dimaksud dapat disediakan oleh guru, kemudian murid memilih sendiri topik yang

sesuai dengan selera, pengetahuan dan pengalamannya atau pihak murid diminta mencari

topik sendiri sesuai dengan selera atau pengalamannya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

berbicara pembelajar atau siswa dalam bahasa Indonesia. Kegiatan wawancara, seorang

penguji seyogyanya menciptakan situasi yang kondusif agar siswa merasa tenang, bebas

tidak merasakan tertekan dan tidak merasa diinterogasi. (Heaton, 1987).

Perihal yang dipertanyakan dalam wawancara tersebut dapat menyangkut berbagai hal, tapi

hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan siswa, misalnya berkaitan

dengan identitas pribadi siswa, keadaan keluarga, maupun kegiatan sehari-hari. Suatu hal

yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih materi wawancara adalah teks berbahasa

Indonesia yang sudah dipelajari siswa.

3. Pidato

Pidato juga dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk tes untuk mengukur kemampuan

berbicara siswa. Dalam konteks pengajaran dan penyelanggaraan tes berbicara, tugas pidato

5

Page 7: 14.vina serevina fandi cahya

dapat berwujud permainan simulasi, misalnya siswa bersimulasi sebagai kepala sekolah yang

berpidato dalam upacara benedera, menyambut tahun ajaran baru, memperingati hari-hari

besar nasional, atau hari-hari besar keagamaan.

4. Diskusi

Diskusi selain alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam berargumenasi, juga dapat

mengukur kemampuan berbicara, dalam diskusi ini, pelajar diminta untuk mengemukakan

dan mempertahankan pendapat, ide dan pikirannya serta merespon pendapat, ide dan

pikiran orang lain secara kritis dan logis. Dalam hal ini, sudah barang tentu kemampuan

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi lisan merupakan indikator yang sangat

substansial dan esensial dalam mencermati kegiatan diskusi(Heaton, 1987).

6

Page 8: 14.vina serevina fandi cahya

BAB III PELAKSANAAN TES LISAN

Nurkanca, dkk (1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam

pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut :

a) Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap

menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

prestasi belajar yang dicapai oleh murid-murid.

b) Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut

memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang “

bodoh “

c) Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid yang sedang di tes

dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati

pada murid tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluai karena kita

bertindak tidak adil terhadap murid yang lain.

d) Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang

diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan sampai

terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari murid-murid.

e) Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh

murid.

Sejauh mungkin dapat diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secar individual atau satu per satu

agar tidak mempengaruhi mental testee yang lain ( Sudjiono, 2008 ).

Ada beberapa hal yang diperlukan dalam tes lisan, yaitu: guru atau pengetes terlebih dahulu

merencanakan pokok-pokok yang akan dipertanyakan; sampaikan pertanyaan dengan cara yang

7

Page 9: 14.vina serevina fandi cahya

baik; ciptakan raport sebelum memulai ujian lisan yang sebenarnya, karena umumnya setiap yang

diuji sebelum ujian sudah dihinggapi rasa was-was dan takut; dahulukan pertanyaan yang mudah

dan diperkirakan dapat dijawab, sebaiknya penilaian diberikan segera setelah ujian dilaksanakan;

formasi tempat duduk antara sipenguji dan siteruji sebaiknya tidak berhadapan langsung secara

vertikal ( Zainul , 2005 ).

BAB IV PRAKTEK MENGUJI KOMPETENSI LISAN

8

Page 10: 14.vina serevina fandi cahya

A. Siapa Yang Terlibat

Orang yang terlibat dalam ujian ini adalah dua orang guru penguji (examiners) dan sepasang siswa (2

orang). Penguji ada yang bertindak sebagai interlocutor ( penguji speaking ) dan assesor ( penilai

speaking siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan speaking dengan siswa. Jumlah siswa bisa juga 3

terutama bila situasi memaksa ( Sirait, 1989 ).

B. Apa Yang Diperlukan

1. Untuk Siswa

Gambar-gambar atau foto-foto sebagai alat bantu siswa berbicara sebelum mereka diberi

kesempatan berbicara sesuai situasi yang diberikan.

2. Untuk Interlocutor

Daftar pertanyaan untuk ditanyakan pada siswa sebagai pemandu

3. Untuk Assesor

Format penilaian dan kriteria penskoran serta alat perekam dan tape recordernya bila

memungkinkan.

C. Berapa Lama Waktu Yang Diperlukan

Ujian ini membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 menit untuk setiap pasang siswa.

D. Dimana Tempat Ujian Dilakukan

Diharapkan tempat ujian speaking ini tenang dan nyaman serta bebas dari gangguan-gangguan yang

dapat mempengaruhi kegiatan penilaian( Sirait, 1989 ).

E. Bagaimana Melaksanakan Ujian Lisan

9

Page 11: 14.vina serevina fandi cahya

Secara garis besar ada 4 tahapan yang harus dilalui untuk setiap pasang siswa peserta ujian.

1. Tahapan 1 : Untuk menguji kemampuan siswa berpartisipasi dalam suatu konteks komunikasi

secara spontan dengan interlocutor tentang hal-hal masa kini, masa lalu dan masa yang akan datang.

2. Tahapan 2 : Untuk menguji kemampuan berpartisipasi dalam suatu konteks komunikasi yang

diberikan interlocutor dengan menggunakan bahasa yang dapat diterima dan strategi berinteraksi

dengan orang lain pasangannya. Dalam tugas ini siswa merespon saran-saran, memberi alternatif,

memberi rekomendasi dan mencapai suatu persetujuan bersama.

3. Tahapan 3 : Untuk menguji kemampuan berbicara dalam suatu konteks komunikasi dengan

memakai kamus, kaidah-kaidah bahasa Indonesia, bahasa fungsi dan ucapan yang dapat diterima

dan pengorganisasian ide yang baik serta strategi berkomunikasi yang diperlukan bilamana

mengalami kendala dalam berkomunikasi. Dalam tugas ini siswa menggambarkan misalnya sebuah

foto yang diberikan dan menciptakan discourse dengan vocabulary dan structure yang sesuai dan

dalam waktu yang agak lama( Sirait, 1989 ).

4. Tahapan 4 : Untuk menguji kemampuan berinteraksi dalam suatu konteks komunikasi secara

independen tentang tema yang dikembangkan dari tahapan 3 dengan memakai kompetensi

linguistik, sosial budaya, tindak tutur dan kompetensi strategi mereka yang tepat guna mencapai

tujuan berkomunikasi. Dalam tugas ini siswa bercakap-cakap tentang pendapat, apa yang disukai

dan yang tidak, pengalaman dan kebiasaan mereka, dan lain-lain yang terkait dengan foto.

F. Bagaiamana Cara Menskor / Menilai ?

Kemampuan speaking siswa diskor dan dinilai oleh assesor, yang telah mendapat pelatihan khusus,

untuk menilai berdasarkan format dan kriteria tertentu yang disepakati( Sirait, 1989 )..

BAB V KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES LISAN

10

Page 12: 14.vina serevina fandi cahya

Menurut Nurkanca ada beberapa kelebihan dan kekurangan tes lisan, diantaranya :

1. Kelebihan

a) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap serta

kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

b) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami

kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta

didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.

c) Hasil tes dapat langsung diketahui oleh peserta didik.

d) Siswa dapat mengemukakan argumentasi.

e) Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran.

f) Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan.

g) Dapat melakukan pendalaman materi.

h) Tidak mungkin terjadi penyontekan.

i) Bahan ujian dapat luas dan mendalam.

2. Kelemahan

a) Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes.

b) Sangat memungkinkan ketidakadilan.

c) Subjektifitas tinggi

d) Memerlukan waktu yang lama.

BAB VI PERMASALAHAN DAN SOLUSI

11

Page 13: 14.vina serevina fandi cahya

Ada beberapa permasalahan yang dapat diangkat menyangkut tes lisan. Dalam bukunya

Sirait menjelaskan beberapa hal, diantaranya :

1. Bagaimana kriteria penilaian dalam tes lisan ?

Penilaian didasarkan pada kelancaran menjawab dan ketepatan dalam mengurai

permasalahan.

2. Bagaimana mengalokasikan waktu untuk tes lisan ?

Kalau tidak dimungkinkan untuk menanyakan siswa satu per satu, maka bisa dilakukan

dengan menanyakan per kelompok. Dimana tiap kelompok terdiri dari 3 atau 4 orang.

3. Bagaimana cara menghindari subjektivitas dalam tes lisan ?

Penilaian tetap dilakukan secara objektif dengan memperhatikan apakah siswa dapat

menjawab poin-poin penting dari setiap pertanyaan. Semakin banyak poin penting yang

terjawab, maka nilainya semakin tinggi.

BAB VII KESIMPULAN

12

Page 14: 14.vina serevina fandi cahya

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tes lisan dapat :

a. Mengembangkan pemahaman siswa.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir dan membuat keputusan.

c. Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 15: 14.vina serevina fandi cahya

Arikunto, Suharsimi. 2005 . Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Heaton, J.B. 1987. Writing English Language Tests. London : Longman.

Nurkanca, Wayan dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Sirait, Bistok. 1989. Menyusun Tes Hasil Belajar.IKIP Semarang Press, Semarang.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Zainul, N. 2005. Penilaian Hasil Belajar Cetakan Ke-5. Jakarta: PAU-PPAI.

14