143893427 10 value investing anomalies

Upload: stania-agustania

Post on 14-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Value investing anomalies in the European stock market: Multiple Value, Consistent

    Earner, and Recognized Value

    A. Latar Belakang Masalah

    Studi akademis empiris secara konsisten menemukan bahwa saham value

    mengungguli saham glamour dan pasar secara keseluruhan. Artikel ini memperluas

    penelitian yang berlaku pada anomali nilai yang ada. Ini mengevaluasi strategi nilai

    sederhana untuk pasar saham Eropa (dibandingkan dengan banyak penelitian lain bahwa

    tes data pasar pada basis negara-per-negara) serta strategi nilai sophisticated multi-dimensi

    yang juga termasuk variabel pengembalian modal (Consistent Earner Strategy) dan faktor

    momentum (Recognized Value Strategy), yang terakhir merekonsiliasi antara pandangan

    momentum dan pembalikan jangka panjang teori perilaku keuangan. Hal ini dapat

    ditunjukkan bahwa "meningkatkan" strategi nilai dapat menghasilkan pengembalian yang

    superior dibandingkan dengan pengembalian dari seluruh pasar atau strategi nilai

    "sederhana" tanpa menangkap risiko tinggi menerapkan ukuran risiko tradisional.

    Dalam buku mereka tahun 1934, Security Analysis, Benjamin Graham dan David

    Dodd berpendapat bahwa out-of-favor stocks kadang-kadang berada di bawah harga pasar,

    dan investor menyadari fenomena ini dapat memperoleh return yang tinggi. Filosofi ini

    sekarang dikenal sebagai nilai investasi. Meskipun nilai investasi telah mengambil banyak

    bentuk sejak awal, umumnya melibatkan membeli saham yang di bawah harga muncul

    didasarkan pada beberapa bentuk analisis fundamental. Saham value biasanya fitur harga

    low price-to-book, price-to-earnings atau price-to-cash ow ratios , sementara glamour

    stocks umumnya dicirikan oleh valuation metrics di lokasi akhir oposisi dari spektrum.

    Pada awal tahun 1977, studi akademis telah menggunakan harga saham dan data

    pendapatan per saham untuk mengklasifikasikan saham menjadi kategori value atau

    glamour dan membandingkan kinerja historis. Saham dengan price-to-earnings rasio yang

    rendah (sering disebut "value" saham) muncul untuk memberikan tingkat pengembalian

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham high price-to-earnings ratios seperti

    pernyataan yang ditunjukkan oleh Nicholson (1960) dan kemudian didukung oleh Ball

    (1978), Basu (1977, 1983), dan Fama dan Macbeth (1973). De Bondt dan Thaler (1985)

    memperoleh hasil yang serupa untuk strategi kontrarian mereka berdasarkan membeli

    saham dengan return masa lalu rendah karena hipotesis perilaku reaksi investor yang

  • berlebihan. Price-to-book value ratio sebuah saham juga telah ditemukan untuk menjadi

    prediktor keuntungan masa mendatang. Fama dan French (1992) menyimpulkan bahwa

    ukuran dan Price-to-book value bersama-sama memberikan penjelasan yang cukup kuat

    untuk memperoleh keuntungan masa mendatang di pasar AS.

    Hasil ini menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi pasar, jika seseorang menerima

    model penetapan harga aset modal, seperti Lakonishok, Schleifer dan Vishny yang

    tunjukkan. Pada tahun 1994, mereka menerbitkan "Contrarian Investment, Extrapolation,

    and Risk". Dengan menggunakan data 1968-1994, mereka mengelompokkan saham AS

    menjadi segmen value dan glamour berdasarkan Price-to-book, price-to-cash ow, dan

    price-to-earnings ratios, serta pertumbuhan penjualan. Para peneliti menyimpulkan

    bahwa, untuk berbagai definisi "value" dan "glamour", saham value secara konsisten

    mengungguli saham glamour oleh wide margins.

    Dalam studi mereka tahun 1998, " Value versus Growth: The International Evidence

    ", Fama dan French dibantah dengan pertanyaan apakah saham value cenderung

    mengungguli saham glamour di luar pasar AS. Para peneliti menemukan bahwa, 1975-

    1995, saham value mengungguli saham glamour di 12 dari 13 pasar modal utama nasional.

    Meskipun ada beberapa kesepakatan bahwa strategi value telah menghasilkan keuntungan

    yang unggul, penafsiran mengapa mereka telah melakukannya lebih kontroversial.

    "Behavioralists" percaya bahwa investor secara konsisten cenderung membayar lebih

    untuk "pertumbuhan" saham yang kemudian gagal untuk memenuhi harapan (misalnya,

    Kahneman & Riepe, 1998 dan Gilovich, Griffin, dan Kahneman (2002)). Dalam

    pandangan mereka strategi value menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi karena

    mereka pelawan untuk strategi "naif" diikuti oleh investor lain. Strategi-strategi naif

    mungkin berkisar dari ekstrapolasi pertumbuhan laba masa lalu terlalu jauh ke masa

    depan, dengan mengasumsikan tren harga saham, untuk bereaksi berlebihan terhadap

    berita baik atau buruk, atau untuk sekadar menyamakan investasi yang baik dengan

    perusahaan yang dikelola dengan baik terlepas dari harga. Apapun alasannya, beberapa

    investor cenderung untuk terlalu bersemangat mendapatkan saham-saham yang sangat

    baik di masa lalu dan membelinya, sehingga saham "glamour" ini menjadi mahal.

    Demikian pula, mereka bereaksi berlebihan terhadap saham-saham yang telah dilakukan

    sangat buruk, banyak yang menjualnya, dan saham-saham ini out-of-favor value

    menjadi di bawah harga.

    Artikel ini didasarkan pada penelitian yang berlaku pada anomali nilai yang ada. Ini

    mengevaluasi strategi nilai sederhana untuk pasar saham Eropa serta strategi nilai multi-

  • dimensi yang canggih yang juga termasuk variabel pengembalian modal (Consistent

    Earner Strategy) dan faktor momentum (Recognized Value Strategy).

    Dalam Bagian 2 dari artikel metodologi kita singkat dibahas. Bagian 3 (a) mengkaji

    berbagai skema klasifikasi sederhana untuk nilai dan saham glamour berdasarkan dividend

    yield, price-to-book dan price-to-earnings ratio. Studi untuk banyak Bertentangan bahwa

    tes data pasar pada basis negara-per-negara, semua strategi yang diterapkan dan

    termodulasi untuk pasar saham Eropa. Indeks Eurostoxx telah dipilih sebagai proxy pasar.

    Hal ini dapat ditunjukkan bahwa strategi value sederhana telah menghasilkan return yang

    unggul yang selanjutnya memotivasi kami menggunakan kombinasi variabel.

    Pasal 3.1 (b) mengevaluasi strategi berdasarkan kriteria seleksi pada multi-dimensi.

    Pertama, simple value measures digabungkan (Multi Value Strategy). Dalam langkah

    kedua kita menggabungkan strategi nilai multi-dimensi yang lebih canggih yang juga

    mencakup variabel pengembalian modal (Consistent Earner Strategy) dan faktor

    momentum (Recognized Value Strategy). Hal ini dapat ditunjukkan bahwa sementara

    strategi value multidimensi berdasarkan kombinasi variabel nilai sederhana tidak lebih

    meningkatkan kinerja investasi dan signifikansi statistik, strategi yang didasarkan pada

    kombinasi nilai dan variabel pengembalian modal (misalnya Return on Equity)

    meningkatkan hasil signifikansi statistik (sementara menghasilkan hasil investasi yang

    kompatibel). Strategi berdasarkan kombinasi dari nilai dan variabel momentum

    meningkatkan baik kinerja investasi dan signifikansi dibandingkan dengan strategi value

    sederhana.

    Akhirnya pada Bagian 4 pertanyaan apakah strategi berdasarkan kriteria investasi

    kami pada dasarnya berisiko dievaluasi. Bukti disediakan bahwa, secara umum, strategi

    nilai telah mengungguli strategi glamour cukup konsisten tanpa dukungan untuk hipotesis

    bahwa strategi nilai dasarnya berisiko daripada strategi glamour.

    B. Hipotesis Awal

    Pada awal tahun 1977, studi akademis telah menggunakan harga saham dan data

    earning per share untuk mengklasifikasikan saham ke dalam kategori nilai atau glamor dan

    membandingkan kinerja terdahulu. Saham dengan harga low price-to-earnings multiples

    (sering disebut "value" saham) muncul untuk memberikan tingkat pengembalian yang

    lebih tinggi dibandingkan saham dengan high priceto- earnings rasio sebagaimana

    ditunjukkan oleh Nicholson (1960) dan kemudian dikonfirmasi oleh Ball (1978), Basu

  • (1977, 1983), dan Famaand Macbeth (1973). De Bondt dan Thaler (1985) mendapatkan

    hasil yang serupa untuk strategi kontrarian mereka berdasarkan pembelian saham dengan

    low past returns karena hipotesis perilaku dari perilaku berlebih investor. Ratio nilai price-

    to-book saham juga telah ditemukan menjadi prediktor yang berguna untuk keuntungan

    masa mendatang. Fama dan French (1992) menyimpulkan bahwa ukuran dan price-to-

    book value bersama-sama memberikan kekuatan penjelas yang cukup untuk pengembalian

    masa depan di pasar AS.

    Secara umum, strategi nilai telah mengungguli strategi glamor dengan cukup

    konsisten tanpa dukungan untuk hipotesis bahwa pada dasarnya strategi nilai lebih

    berisiko daripada strategi glamour.

    Strategi Nilai Diakui didasarkan pada saham momentum hypothesis siklus hidup

    yang menyatakan bahwa saham bergerak secara bergantian melalui periode relatif

    "glamour" dan "neglect" mencoba untuk mendamaikan intermediate horizon momentum

    dan long horizon-reversals dari teori perilaku keuangan.

    C. Landasan Teori

    Return Saham

    Gitman (2009:228), mendefinisikan return sebagai berikut : Return saham adalah

    total keuntungan atau kerugian yang dialami pada investasi selama periode waktu tertentu.

    Hal itu pada umumnya diukur sebagai perubahan nilai ditambah uang tunai

    mendistribusikan selama periode waktu, dinyatakan sebagai persentase dari nilai investasi

    awal periode.

    Pengertian return menurut Husnan (1994:19) Return adalah ukuran yang mengukur

    besarnya perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi

    bahan pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas.

    Menurut Sembel dan Sugiharto (2009:129) Return saham dapat dibagi menjadi 2

    yaitu :

    1. Dividen

    Dividen merupakan pembagian sebagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Jika

    seorang pemodal ingin mendapatkan dividen maka pemodal tersebut harus memegang

    saham tersebut dalam kurun waktu tertentu (cum date).

  • 2. Capital Gain

    Capital gain merupakan selisih yang terjadi antara harga beli dan harga jual. Capital

    gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

    Berdasarkan definisi di atas maka return saham dapat disimpulkan suatu tingkat

    pengembalian baik merupakan keuntungan ataupun kerugian dari kegiatan investasi yang

    dapat menggambarkan perubahan harga suatu saham.

    Saham value

    Ada tiga jenis penilaian saham (Hartono, 2000: 79), yaitu:

    a. Nilai buku

    Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika

    dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar

    aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.

    Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku (Hartono, 2000: 80-82):

    Nilai nominal, ialah nilai yang ditetapkan oleh emiten.

    Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang dibayarkan investor kepada

    emiten dikurangi harga nominalnya.

    Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada

    perusahaan emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham.

    Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan

    diinvestasikan kembali ke perusahaan dan merupakan sumber dana internal.

    b. Nilai pasar

    Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di

    pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi

    dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah

    yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.

    c. Nilai intrinsik

    Nilai intrinsik adalah saham value yang menentukan harga wajar suatu saham agar

    saham tersebut mencerminkan saham value yang sebenarnya sehingga tidak terlalu

    mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran

    kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain

    (Sulistyastuti, 2002).

  • Deviden Yield

    Deviden yield atau imbal hasil dividen adalah rasio nilai dividen terhadap harga

    saham. Dengan asumsi tidak ada kenaikan harga saham, dividend yield mencerminkan

    tingkat keuntungan investasi di suatu saham. Dividend yield penting terutama bagi

    investor yang berorientasi pada penghasilan reguler. Caranya, Anda bisa membeli saham

    emiten yang memberi dividend yield tinggi dan rutin setiap tahun. Cara menghitung

    dividend yield cukup mudah. Yakni, membagi nilai dividen tahunan per saham dengan

    harga saham saat ini.

    Menurut Hirt (2006), dividend yield merupakan salah satu indikator yang dapat

    mempengaruhi stock return, yaitu hasil persentase dari keuntungan perlembar saham

    dibagi dengan harga pasar perlembar saham yang di terima perusahaan. Menurut Guler

    and Yimaz (2008) tingginya suatu dividend yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal

    dalam keadaan undervalued, yaitu jika harga pasar saham lebih kecil dari nilainya, maka

    saham tersebut harus dibeli dan ditahan sementara (buy and hold) dengan tujuan untuk

    memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik. Kekuatan yang dapat

    diprediksi dividend yield berasal dari peranan kebijakan dividen dalam membagikan hasil

    return yang telah diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham. Dividend yield

    juga menjelaskan pendapatan atas nilai indeks tertimbang pada setiap masing-masing

    perusahaan.

    Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa dividend yield juga dapat memperkirakan

    stock return dengan beberapa keberhasilan yang diharapkan, salah satunya mengenai

    pertumbuhan dividen. Selain itu dividend yield memiliki pengaruh yang signifikan dalam

    menentukan stock return (Campbell dan Shiller 1988, Lewelen 2004).

    Price Earning Ratio (PER)

    Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang

    (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasarsuatu saham

    dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Price earning ratio

    merupakan hubungan antara pasar saham dengan earning per share saat ini yang

    digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur saham value

  • (Garrison, 1998:788). Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor

    bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan.

    PER merupakan angka psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan

    lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. PER rendah ini disebabkan oleh laba per

    saham yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya, sehingga tingkat return-

    nya lebih baik dan payback period-nya lebih singkat lagi. PER yang kecil merupakan salah

    satu pertimbangan utama bagi value investing di samping faktor-faktor lainnya. Ada dua

    cara untuk menilai tingkat kewajaran harga saham suatu emiten setelah nilai PER-nya

    diketahui, yaitu dengan membandingkannya dengan emiten lain di satu sektor yang sama

    yang sekelas, dan dengan melihat kinerja emiten di masa lalu.

    Price to book value (PBV)

    Price to book value (PBV) termasuk ke dalam jenis rasio penilaian atau rasio pasar.

    Rasio pasar atau rasio penilaian merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk

    suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian

    dan risiko. Rasio PBV ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

    manajemen dan organisasi perusahaan sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Sebuah

    perusahaan yang dijalankan dengan baik dengan manajemen yang kuat harus mempunyai

    nilai pasar yang lebih tinggi dari pada nilai buku historis aktiva fisiknya.

    Menurut Aswath Damodaran, (2002, p 511) Price to book value adalah

    perbandingan antar harga pasar per saham dengan nilai buku per saham. Hubungan antara

    harga dan nilai buku selalu menarik perhatian para investor. Saham-saham yang dijual di

    bawah nilai buku equity selalu dianggap sebagai saham undervalued, sebaliknya saham-

    saham yang dijual lebih dari nilai buku menjadi target untuk portofolio yang overvalued.

    Rasio price to book value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa jauh

    suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif besar terhadap jumlah

    modal yang dinvestasikan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan

    menciptakan nilai bagi pemegang saham. Dengan demikian, rasio harga saham terhadap

    nilai buku adalah perbandingan antara harga pasar dengan nilai buku. Rumus rasio harga

    saham terhadap nilai buku adalah sebagai berikut:

  • Price to Cash flow

    Price-to-Cash flow ratio merupakan suatu indikator yang digunakan investor untuk

    mengevaluasi seberapa menariknya saham suatu perusahaan dengan membandingkan harga

    saham di pasar dengan jumlah cashflow yang dihasilkan dalam hitungan per saham. Rasio ini

    mirip dengan price to earning ratio, hanya saja rasio price to cash flow kerap dipandang lebih

    bisa diandalkan ketimbang earning per share untuk mengevaluasi akseptabilitas, atau

    kekurangan, harga saham berlaku. Argumen untuk menggunakan aliran kas ketimbang

    earning adalah karena aliran kas tak mudah dimanipulasi. Tak seperti aliran kas, earning

    terpengaruh oleh depresiasi dan faktor non-tunai lainnya. Price-to-cash flow dapat dihitung

    dengan menentukan terlebih dahulu harga saham per lembarnya dan membagi nya dengan

    arus kas per lembarnya. Price-to-Cashflow dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    Price to Cash Flow Ratio = ____Stock Price per Share_____

    Operating Cash Flow per Share

    Return on Equity (ROE)

    Definisi ROE menurut Sutrisno (2005:239) : Return On Equity (ROE) adalah

    kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan modal sendiri yang dimiliki.

    Menurut Sawir (2005:20) : Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering

    dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan.

    ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Semakin tinggi return

    yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harganya.

    Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ROE adalah sebuah rasio yang

    sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan untuk

    mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Dan dalam penelitian ini

    saya menghitung ROE dengan menggunakan rumus :

    CAPM

    Model penetapan harga asset modal (CAPM) adalah sebuah alat untuk

    memprediksi keseimbangan imbal hasil yang diharapkan dari suatu asset beresiko. Model

    CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan

    pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan

  • istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak

    sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe

    memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian

    disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM).

    Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium,

    portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang

    efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium

    risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium

    pada portofolio pasar dan koefisien beta.

    Asumsi-asumsi CPAM :

    1. Investor akan mendiversifikasikan portolionya dan memilih portofolio yang optimal

    sesuai dengan garis portofolio efisien

    2. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return masa depan yang

    identik.

    3. Semua investor memiliki periode waktu yang sama.

    4. Semua investor dapat meminjam atau meminjamkan uang pada tingkat return yang

    bebas risiko

    5. Tidak ada biaya transaksi, pajak pendapatan, dan inflasi.

    6. Terdapat banyak sekali investor, sehingga tidak ada investor tunggal yang dapat

    mempengaruhi harga sekuritas. Semua investor adalah price taker.

    7. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium).

    D. Metodologi Penelitian

    Waktu dan Tempat Data Sampel

    Periode data sampel antara 1 Juli 1994 sampai 30 Juni 2009. Pengujian strategi

    portofolio dalam kinerja horizon dilakukan selama 2 tahun sampai 3 tahun dan tanggal

    terakhir reformasi adalah pada 1 Juli 2007 (1 Juli 2006). Data yang diambil adalah indeks

    Eurostoxx sebagai proksi pasar saham Eropa. Data tersebut telah diverifikasi untuk

    memastikan data dengan kapitalisasi ekuitas yang besar. Data tersebut juga yang

    menunjukkan return saham dari perusahaan besar yang tidak terkontaminasi secara

    signifikan di bagian depan atau dalam bias kesintasan.

    Variabel Penelitian

    Dalam membuat model portofolio peneliti menggunakan satu dimensi tunggal dalam

    rasio akuntansi seperti dividen yield (DY), price to book (P/B) dan price to earnings (P/E).

  • Selain itu juga menggunakan return perusahaan (RoE) dan rasio momentum (Levy27,

    Kekuatan Relatif- 3 bulan). Variabel tersebut dinilai konsisten untuk strategi earner dan

    strategi recognized value. Rasio dan kinerja historis tersebut digunakan untuk memilah

    saham individu menjadi portfolio. Desil dibentuk untuk menentukan pengukuran kinerja

    selama satu sampai tiga tahun horizon. Bobot saham disamakan dalam setiap portofolio.

    Perhitungan return saham adalah dengan strategi membeli dan menahan selama bertahun-

    tahun t +1, t + 2 dan t + 3 relatif terhadap waktu pembentukannya. Jika terdapat saham

    yang delisted dari bursa saham selama setahun, peneliti akan melanjutkan portofolio yang

    sama dengan menggunkan return saham sesuai dengan waktu terakhir diperdagangkan

    sampai akhir periode penelitian. Tidak ada reformasi di portofolio selama periode

    pengukuran kinerja. Pembentukkan Portofolio terjadi pada awal Juli setiap tahun dan

    setiap saham mendapat bobot yang sama. Saham, dividen dan indeks informasi berasal

    dari Thomson-Reuters Datastream dan Factset berbasis harga penutupan. Kinerja diukur

    dengan perubahan harga saham dan pembayaran dividen. Biaya transaksi tidak termasuk

    dalam pengukuran kinerjanya.

    Dalam langkah kedua, peneliti menggabungkan rasio akuntansi sesuai dengan

    prosedur seleksi yang digunakan oleh Lakonishok, Shleifer dan Vishny (1994). Untuk

    strategi nilai dua dimensi, saham diklasifikasikan menjadi sembilan kelompok secara

    independen. Berdasarkan masing-masing dua variable terbagi menjadi tiga susunan baik

    dalam urutan ascending / descending yaitu (3) bawah 30%, (2) menengah 40%, dan (1)

    top 30%. Jenis-jenis yang 12 pasang variabel: DY dan P/E, DY dan P/B, P/E dan P/B,

    RoE dan DY, RoE dan P/E, RoE dan P/B, DY dan Levy27, DY dan MO3m, P/E dan

    Levy27, P/E dan MO3m, P/B dan Levy27, P/B dan MO3m. Tergantung pada dua variabel

    yang digunakan untuk mengklasifikasikan. Nilai portofolio yang mengacu pada portofolio

    yang mengandung saham diperingkatan di kelompok atas (1) pada kedua variabel antara

    P/E, P/B (diurutkan secara ascending), atau selain portofolio dalam kelompok atas variable

    tersebut diurutkan secara terbalik; DY, RoE, Levy 27, dan MO3m. Portfolio glamour

    berisi kumpulan saham dengan pengurutan yang berkebalikan dari peringkat.

    Pembentukan portofolio dan reformasi terjadi setiap tahun pada awal Juli selama periode

    tahun 1994-1995 sampai 2008-2009. Untuk masing-masing kuartil, kinerja diukur

    menggunakan prosedur yang sama seperti untuk satu dimensi (single) rasio akuntansi.

  • Tabel 1

    Tahunan rata-rata untuk desil dari return dalam strategi portofolio berdasarkan pada satu-

    dimensi klasifikasi dengan tindakan berbagai nilai.

    Panel A-C menyajikan presentase rata-rata dari desil return untuk strategi nilai satu-

    dimensi yang dibentuk dalam urutan berdasarkan P/E dan P/B, urutan descending

    berdasarkan dividend yield (DY). Portofolio nilai mengacu pada portofolio desil yang

    mengandung saham dengan peringkat terendah pada P/E atau P/B, atau tertinggi pada

    dividend yield (DY). Portofolio glamour berisi kumpulan saham yang disusun

    berkebalikan dari peringat. Reformasi portofolio tahunan terjadi pada awal Juli selama

    periode 1994-1995 sampai 2008/09. Kolom paling kanan berisi nilai premium berdasarkan

    perbedaan kinerja antara desil 10 dan 1. Panel A: Persentase dari desil return seperti yang

    dijelaskan di atas untuk strategi nilai satu-dimensi berdasarkan dividend yield (DY). Panel

    B: Persentase dari desil return seperti dijelaskan di atas untuk strategi nilai satu-dimensi

  • berdasarkan P/E. Panel C: Persentase dari desil return seperti yang dijelaskan di atas untuk

    strategi nilai satu-dimensi berdasarkan P/B. R1 = 1 tahun return, R2 = 2 tahun return, R3 =

    3 tahun return, ANN = tahunan 3-tahun return, CR3 = 3 tahun return majemuk, AR = rata-

    rata 3 tahun return, (t0) = merujuk untuk penjelasan 15.

    Grafik 1. Return Tahunan dan Return 3 tahun desil tahunan. Grafik 1 menunjukkan return

    portofolio dalam persentase desil tahunan untuk 1-3 tahun dan tahunan untuk periode 3

    tahun seluruh untuk strategi nilai satu dimensi berdasarkan dividend yield (DY).

    Reformasi Portofolio terjadi tahunan pada awal Juli selama periode 1994-1995 sampai

    2008/09.

    3. (A) Evaluasi Kinerja: Strategi Nilai Satu-Dimensi

    Tabel 1, Panel A-C menyajikan desil dari return tahunan rata-rata untuk strategi nilai

    satu-dimensi yang dibentuk dalam urutan ascending berdasarkan pada P/E dan P/B.

    Urutan descending berdasarkan dividend yield (DY) . Nilai Portofolio mengacu pada desil

    portofolio mengandung saham dengan peringkat terendah pada P/E dan P/B, atau tertinggi

    pada dividend yield (DY). Portofolio glamor berisi saham dengan susunan yang justru

    berlawanan dengan peringkat. Pembentukkan Portofolio dan reformasi terjadi setiap tahun

    di awal Juli selama periode 1994-1995 sampai 2008/09. Selain itu, tahun return kedua dan

    tahun ketiga (dengan asumsi tidak ada reformasi setelah tahun 1), return tahunan tahun 3,

    tambahan tahun return tahun ketiga dan rata-rata return di tahun ketiga yang ditunjukkan.

    Yang paling kanan kolom berisi nilai premi berdasarkan kinerja Perbedaan antara 10 dan

    desil 1. Perbedaan return rata-rata tahunan (R1) (nilai (desil 10) glamour minus (desil 1))

    disajikan di tabel berada di kisaran antara 5,40% dan 12,66% tergantung pada variabel

    nilai yang dipilih. Kinerja keluar dari statistika secara signifikan yang didasarkan pada 5%

    dari interval signifikansi kecuali untuk price-to-book (P / B). Kesimpulannya adalah nilai

    anomali dapat ditemukan untuk sebagian indeks di seluruh dunia yang juga berlaku untuk

    pasar Eropa sebagai proksi dari indeks Eurostoxx.

  • Grafik 1 menunjukkan return portofolio dalam presentase desil rata-rata tahunan

    selama 1-3 tahun dan portofolio tahunan untuk periode 3 tahun dengan merepresentatif

    strategi nilai satu-dimensi berdasarkan dividen yield (DY). Disamping itu juga

    memperlihatkan bahwa return bergerak meningkat dan menjauh dari glamour (1) ke Nilai

    desil (10). Hal ini juga dapat diamati bahwa sebagian besar dari perbedaan nilai (kurva

    curam) ditangkap pada tahun 1 meskipun perbedaan masih positif di tahun 2 dan 3.

    3.1. (B) Evaluasi Kinerja: Strategi Nilai Dua-Dimensi

    Tabel 2 menyajikan persentase kuantil rata-rata tahunan dalam return untuk strategi

    nilai dua dimensi (termasuk strategi Consistent Earner dan Strategi Nilai Recognized)

    yang masing-masing diklasifikasikan menjadi sembilan kelompok saham dengan

    penyortiran independen secara ascending / descending menjadi tiga array ((1) bawah 30%,

    (2) tengah 40%, dan (3) atas 30%) masing-masing dari dua variabel. Jenis-jenis variabel

    terdiri dari 12 pasang : DY dan P/E, DY dan P/B, P/E dan P/B, RoE dan DY, RoE dan

    P/E, RoE dan P/B, DY dan Levy27, DY dan MO3m, P/E dan Levy27, P/E dan MO3m,

    P/B dan Levy27, P/B dan MO3m. Depending pada dua variabel digunakan untuk

    klasifikasi, yaitu portofolio nilai baik yang merujuk pada portofolio yang berisi peringkat

    saham pada kelompok bawah (1) pada kedua variabel antara P/E, P/B (diurutkan dalam

    urutan menaik), atau portofolio pada kelompok bawah pada salah satu variabel atau/dan

    pada kelompok bawah (1) dividend yield yang diurutkan terbalik (DY), modal return

    (RoE), Levy27, dan MO3m. Portofolio glamour berisi saham dengan susunan saham yang

    berkebalikan dari peringkat. Reformasi portofolio terjadi tahunan pada awal Juli selama

    periode 1994-1995 sampai 2008/09. Selain itu, return pada tahun 2 dan tahun 3 (asumsi

    tidak ada reformasi setelah tahun 1), return pada tahunan 3-tahun, componded 3 tahun

    return dan return dalam rata-rata 3-tahun yang ditunjukkan. Kolom paling kanan berisi

    nilai premi berdasarkan perbedaan kinerja antara kelompok 1/1 dan 3/3.

    Untuk strategi nilai dua-dimensi berdasarkan dua variabel nilai (Strategi Multi Nilai)

    perbedaan return tahunan rata-rata (kuantil 1/1 dikurangi kuantil 3/3) disajikan di atas

    jatuh dalam kisaran antara 2,94% dan 5,89% tergantung pada kombinasi variabel dipilih.

    Strategi ini tidak meningkatkan kinerja investasi dibandingkan dengan strategi nilai

    sederhana. Selanjutnya statistik signifikansi adalah berkurang (pada kenyataannya, hasil

    investasi memburuk dan statistik tidak signifikan).

    Strategi berdasarkan kombinasi dari nilai dan variabel return modal (Strategi

    Consisten Earner) tampaknya menghasilkan investasi yang sebanding dengan strategi nilai

    satu variabel yang dimulai dari 6,43% menjadi 14,78%. Signifikan dalam statistik

  • meskipun tampak membaik. Strategi Consisten Earner meniru gaya investasi yang sudah

    umum diketahui investor seperti Warren Buffett atau Joel Greenblatt yang lebih

    mengembangkan konsep nilai investasi dengan berfokus pada "menemukan sebuah

    perusahaan yang luar biasa pada harga yang masuk akal "atau membeli" murah dan

    perusahaan yang baik dengan keunggulan kompetitif ditunjukkan dengan tingginya return

    modal "daripada perusahaan generik dengan harga murah sebagai awalnya dipromosikan

    oleh Graham dan Dodd.

    Strategi berdasarkan kombinasi dari nilai dan variabel momentum (Strategi Nila

    Recognized) membuat peningkatan baik dalam kinerja investasi dan signifikansi

    dibandingkan dengan strategi nilai variabel tunggal. Hasil investasi berada di kisaran

    11,08% sampai 17,05% per tahun. Strategi Nilai Recognized didasarkan pada hipotesis

    siklus hidup momentum pada saham yang menyatakan bahwa saham bergerak bergantian

    melalui periode relatif "glamour" dan "kelalaian" berusaha untuk menyesuaikan

    momentum horizon menengah dan horizon panjang sebagai kebalikan dari teori perilaku

    keuangan

    Tabel 2

    Kuantil rata-rata tahunan dalam return untuk strategi portofolio berdasarkan klasifikasi

    dua dimensi dengan berbagai langkah nilai.

    Menyajikan rata-rata return dalam persentase kuartil tahunan untuk strategi nilai dua

    dimensi diklasifikasikan ke dalam sembilan kelompok saham dengan menyortir secara

    independen dalam urutan ascending/descending. Urutan menjadi tiga susunan ((1) bawah

  • 30%, (2) menengah 40%, dan (1) top 30%) berdasarkan masing-masing dua variabel.

    Jenis-jenis variabel 12 pasang: DY dan P/E, DY dan P/B, P/E dan P/B, RoE dan DY, RoE

    dan P/E, RoE dan P/B, DY dan Levy27, DY dan MO3m, P/E dan Levy27, P/E dan

    MO3m, P/B Levy27, P/B dan MO3m. Tergantung pada dua variabel yang digunakan

    untuk klasifikasi, nilai portofolio baik yang mengacu pada portofolio yang berisi saham di

    kelompok peringkat bawah (1) pada kedua variabel dari antara P/ E, P/B (diurutkan dalam

    urutan menaik), atau portofolio dalam kelompok bawah pada salah satu variabel atau / dan

    kelompok bawah (1) pada terbalik diurutkan dividend yield (DY), return modal (RoE),

    Levy27, dan MO3m. Portofolio glamour berisi saham dengan tepat set kebalikan dari

    peringkat. Portofolio reformasi terjadi tahunan di awal Juli selama periode 1994-1995

    sampai 2008/09. Paling kanan kolom berisi premi nilai berdasarkan perbedaan kinerja

    antara kelompok 1/1 dan 3/3.

    4. Risiko Evaluasi

    The capital asset pricing model (CAPM) terkait risiko dan expected return yang

    didasarkan pada teori bahwa investor secara rasional menuntut keuntungan yang lebih

    tinggi untuk risiko yang lebih tinggi. Untuk menguraikan model umum yang digunakan

    untuk pricing dalam resiko surat berharga di industri keuangan, dibutuhkan perhitungan

    dalam sensitivitas aset terhadap resiko non-diversifiable ( risiko sistematis atau risiko

    pasar), sering disebut oleh pengukur beta (), seperti expected return dari pasar dan

    expected return dari teori aset bebas risiko. Sebaliknya, teori perilaku keuangan mengenali

    unsur psikologis keuangan dalam pengambilan keputusan, sehingga menantang model

    tradisional yang mengasumsikan investor akan selalu mempertimbangkan faktor-faktor

    risiko/return secara rasional dan bertindak tanpa bias. Misalnya, kecenderungan manusia

    untuk menghindari pengakuan error, atau disebut juga "takut penyesalan" oleh psikolog,

    dapat menyebabkan investor untuk menahan kerugian saham terlalu lama atau menjual

    winner terlalu cepat. Demikian pula, pilihan investasi dipengaruhi secara positif atau

    negatif oleh sikap terhadap kekayaan, dengan perhatian investor, mimikri (Menggiring

    naluri), dll. Premis perilaku keuangan adalah dengan mengambil faktor psikologis untuk

    memperhitungkan kemampuan meningkatkan keefektivitasan dalam strategi investasi dan

    dalam penjelasan keberhasilan kontrarian dan nilai strategi (digambarkan sebagai anomali

    atau inefisiensi dalam standar literatur keuangan).Uji Hipotesis

    Dalam bagian ini akan diuji apakah superior return dengan nilai portofolio yang

    dibangun berdasarkan pada satu-dan dua-dimensi variabel (multiple value, consistent

    earner, recognized value strategies) dibentuk dengan menggunakan patokan dari

  • Eurostoxx sebagai sampel Indeks (Eurostoxx Anomali Nilai) dapat dijelaskan dengan

    eksposur yang lebih tinggi terhadap risiko sistematis. Dalam analisis selanjutnya peneliti

    secara luas mengikuti metodologi yang digunakan oleh Lakonishok et al. (1994).

    Saham value akan lebih berisiko daripada fundamental saham glamour jika mereka

    underperform saham glamor dalam periode yang parah di saat terjadi penurunan pasar

    pada utilitas marjinal kekayaan tinggi. membuat saham value tidak menarik bagi investor

    menghindari risiko. Untuk memulai, kita melihat konsistensi kinerja setiap strategi yang

    dipilih dari waktu ke waktu dan kemudian kita bertanya bagaimana masing-masing

    melakukan dalam lingkungan pasar yang berbeda. Selain itu, kami menilai beberapa

    langkah-langkah tradisional risiko, seperti beta dan standar deviasi dari return, untuk

    membandingkan nilai dan glamour strategi

    Grafik 2 menunjukkan perbedaan kinerja tahun-demi-tahun (nilai minus glamour)

    dari strategi nilai dua dimensi berdasarkan DY dan P / E untuk indeks Eurostoxx selama

    periode 1995-1995 sampai 2008/09 (1 Juli 1994 dan 30 Juni 2009). 33 Strategi tersebut

    cukup konsisten menghasilkan perbedaan nilai positif. Menggunakan cakrawala 1 tahun,

    nilai mengungguli glamor di 11 dari 15 tahun menggunakan strategi berdasarkan DY &

    P/E

  • Sementara jumlah tahun (N = 15) terlalu kecil untuk menarik kesimpulan yang

    signifikan pemeriksaan yang lebih rinci hasil kuartalan (N = 60) masih mengungkapkan

    sebanding - sementara sedikit kurang spektakuler - gambar.

    Tabel 3 menyajikan perbedaan kinerja kuartal-by-kuartal (nilai minus glamour) satu-

    nilai dan strategi dua dimensi untuk indeks Stoxx Euro selama periode dari 1 Juli 1994

    sampai 30 Juni 2009. Triwulanan perbedaan return rata-rata untuk masing-masing strategi

    dilaporkan di bagian bawah setiap kolom beserta ststatistic untuk uji hipotesis bahwa

    perbedaan dalam hasil antara nilai dan glamor sama dengan nol. P-nilai yang sesuai,

    standar deviasi (triwulan dan tahunan) dan Sharp Ratio 34 juga disajikan di garis bawah.

    Dalam jangka waktu 1 tahun, strategi nilai satu dimensi berdasarkan DY, P / B, P / E

    yang dihasilkan perbedaan negatif kinerja (nilai minus glamor) hanya 21, 26, dan 18 kasus

    masing-masing (35,0%, 43,3%, 30,0%). Hasil untuk pengembalian modal tunggal dan

    variabel momentum sebanding Multi Nilai Strategi: strategi nilai dua dimensi berdasarkan

    kombinasi nilai variabel sederhana (misalnya DY & P / E, DY & P / B, P / E & P / B)

    yang dihasilkan perbedaan kinerja negatif dalam jangka waktu 1 tahun di 22 , 22, dan 23

    kasus masing-masing (36,7%, 36,7%, 38,3%). Perbedaan kinerja untuk nilai ini kombinasi

    variabel namun tidak signifikan secara statistik.

    Konsisten earner Strategi: strategi nilai dua dimensi berdasarkan nilai sederhana dan

    pengembalian modal kombinasi variabel (misalnya RoE & DY, RoE & P / E, RoE & P /

    B) yang dihasilkan perbedaan kinerja negatif dalam jangka waktu 1 tahun di 23, 20, dan

    20 kasus masing-masing (38,3%, 33,3%, 33,3%). Signifikansi statistik meningkat

    dibandingkan dengan variabel nilai tunggal.

    Diakui Nilai Strategi: strategi nilai dua dimensi berdasarkan nilai sederhana

    kombinasi andmomentumvariable (misalnya DY & Levy27, DY & MO3m, P / E &

    Levy27, P / E & MO3m, P / B & Levy27, P / B & MO3m) yang dihasilkan perbedaan

    kinerja negatif dalam jangka waktu 1 tahun di 21, 19, 19, 25, 18, dan 18 kasus masing-

    masing (35,0%, 31,7%, 31,7%, 41,7%, 30,0%, 30,0%). Kembali perbedaan dan

    signifikansi statistik keduanya meningkat dibandingkan dengan variabel nilai tunggal.

    Dalam kebanyakan kasus yang disajikan di atas, besarnya penurunan kinerja dari

    nilai dibandingkan glamor sebagian besar relatif kecil dibandingkan dengan rata-rata

    outperformance, dan perbedaan pengembalian yang negatif selama penurunan pasar

    bahkan lebih sedikit kasus. Thuswe dapat menyimpulkan bahwa risiko penurunan relatif

    rendah.

  • Pembahasan Hasil Penelitian

    Kami melanjutkan dan memeriksa kinerja satu dan dua dimensi strategi di pasar

    turun ekstrim secara bulanan sehingga membandingkan perbedaan kinerja (nilai minus

    glamour) pada bulan-bulan terburuk bagi pasar saham secara keseluruhan. Tabel 4, Panel

    A-D, daftar kinerja satu dan strategi dua dimensi berdasarkan DY dan kombinasi DY dan

    RoE, Levy27 dan MO3m selama empat negara dari pasar global, 25 saham dengan return

    terburuk return pada 36 bulan dalam sampel berdasarkan indeks sama tertimbang, 50

    bulan negatif yang tersisa selain 25 terburuk, bulan-bulan positif 80 selain 25 terbaik, dan

    25 bulan terbaik dalam sampel. Perbedaan antara rata-rata return portofolio nilai dan

    portofolio glamour untuk setiap negara juga dilaporkan bersama dengan t-statistik untuk

    menguji bahwa perbedaan pengembalian sama dengan nol dan yang sesuai nilai p.

  • Hasil dalam tabel ini adalah ambigu (karena rendahnya t-statistik). Sementara untuk

    skema klasifikasi yang paling, nilai portofolio mengungguli glamour di pasar terburuk 25

  • bulan dan 50 bulan berikutnya negatif, hasil dalam semua kasus hanya signifikan secara

    statistik untuk kategori "Next negatif 50 bulan". 38 Misalnya, menggunakan DY,

    portofolio nilai yang hilang rata-rata 7,2% dari nilainya dalam terburuk 25 bulan,

    sedangkan glamor kehilangan 9,5% dari nilainya. Demikian pula, nilai portofolio

    mengungguli glamour di akhirat terburuk 50 bulan di mana indeks turun. Ini kehilangan

    1,5% dalam bulan sementara glamor mengalami penurunan 2,5%. Hasil serupa dapat

    diamati untuk-dan satu strategi nilai lain dua dimensi juga (lihat bagian lampiran). Strategi

    Nilai itu umumnya lebih baik ketika pasar jatuh. Dalam bulan-bulan positif 80 selain yang

    terbaik 25, satu-nilai dan strategi dua dimensi mengungguli glamor sedikit. Namun, hasil

    kurang signifikansi statistik dalam beberapa kasus. Dalam yang terbaik 25 bulan, satu-nilai

    dan strategi dua dimensi underperformed glamour 39 substansial. Namun hasil

    pengembalian juga kekurangan signifikansi statistik. Jika ada, kinerja yang unggul dari

    strategi nilai miring terhadap pasar negatif bulan kembali bukan bulan return pasar positif.

    Secara keseluruhan, strategi nilai dilakukan lebih baik daripada glamour di semua negara

    gerakan ke atas kemudian ekstrim lainnya. Tabel 4 dengan demikian menunjukkan bahwa

    strategi nilai tidak mengekspos investor untuk risiko downside lebih besar.

    Akhirnya, untuk kelengkapan, Tabel 5, Panel A-D menyajikan beberapa tindakan

    berisiko lebih tradisional untuk portofolio menggunakan skema klasifikasi kita. Langkah-

    langkah risiko dihitung dengan menggunakan interval pengukuran kembali kuartalan

    selama periode sampel. Untuk setiap strategi kami, kami memiliki 60 pengamatan kembali

    triwulanan pada tahun setelah pembentukan pertama dan karenanya kita dapat menghitung

    standar deviasi dari return kuantil. Kami juga telah menghitung kembali sesuai pada total

    return dari indeks Eurostoxx (sama-sama berbobot) dan dapat menghitung beta untuk

    setiap portofolio kuantil.

    Pertama, beta indeks sama tertimbang lebih rendah maka untuk indeks pasar-

    dikapitalisasi. Kedua beta untuk portofolio nilai yang sama atau lebih kecil dari portofolio

    glamour. 40 Hanya untuk beberapa strategi nilai tunggal adalah beta dari portofolio nilai

    sedikit lebih tinggi daripada untuk portofolio glamour. Selain itu, tampaknya bahwa

    kombinasi strategi berdasarkan dividend yield (DY) menunjukkan beta terkecil dalam

    portofolio nilai kuantil. Jika ada, kinerja yang unggul dari strategi terjadi proporsional

    selama "buruk" kinerja pasar saham (lihat halaman sebelumnya: kinerja di lingkungan

    pasar yang berbeda). Perbedaan beta kurang maka 0,1 bisa menjelaskan hanya sebagian

    kecil pengembalian difference41 dan pasti tidak perbedaan sekitar 5-17% pada

    pengembalian yang kita temukan.

  • Selain itu, Tabel 5, Panel A-D menyajikan standar deviasi return tahunan dari satu

    dan dua dimensi strategi portofolio kuantil berdasarkan DY. Hal ini menunjukkan bahwa

    nilai portofolio kuantil umumnya tidak memiliki standar deviasi return lebih tinggi dari

    portofolio glamour. Misalnya, menggunakan DY itu, klasifikasi RoE, portofolio kuantil

    nilai memiliki standar deviasi return rata-rata sebesar 17,8% dibandingkan dengan 21,9%

    untuk kuantil glamor. Diperlukan beberapa komentar tentang hasil ini. Pertama, karena

    return rata-rata value yang jauh lebih tinggi, standar deviasi strategi nilai yang lebih

    tinggi tidak perlu diterjemahkan ke dalam downside risk yang lebih besar. Kedua,

    perbedaan kecil dalam standar deviasi dari return antara portofolio nilai dan portofolio

    glamour cukup kecil dibandingkan dengan perbedaan return rata-rata (sekitar 5-17% per

    tahun). Sebuah model resiko berdasarkan pada perbedaan standar deviasi tidak dapat

    menjelaskan superior return.

  • E. Kesimpulan

    Nilai investasi merupakan paradigma yang berasal dari ide-ide investasi dan

    spekulasi yang ddikemukakan oleh Ben Graham & David Dodd yang memulai mengajar

    di Columbia Business School pada tahun 1928. Sejak itu banyak penelitian akademis yang

    secara empiris konsisten telah menemukan bahwa saham value mengungguli saham

    glamour dan pasar secara keseluruhan. Artikel ini menerangkan tentang penelitian yang

    berlaku pada anomali nilai yang ada. Peneletian ini dievaluasi dengan simple value

    strategies pada pasar saham Eropa (dibandingkan dengan banyak penelitian lain bahwa

    data tes pasar pada basis country-by-country) serta strategi nilai multi-dimensi yang

    canggih termasuk variabel pengembalian modal (Consistent Earner Strategy) and factor

    momentum (Recognized Value Strategy).

    Dalam Bagian 3(a) analisis ini menunjukkan bahwa berbagai skema klasifikasi

    sederhana pada saham nilai dan stock glamour berdasarkan dividend yield (DY), price-to-

    book ratio (P / B) dan price-to-earning ratio (P / E) menghasilkan pengembalian yang

    superior untuk portofolio saham value dibandingkan dengan stock glamor. Sebagai proksi

    untuk pasar Eropa dalam index Eurostoxx telah menjadi pilihan. perbedaan (premi) antara

    saham value dan stock glamour bervariasi antara 5,40% dan 12,66% rata-rata setiap

    tahunnya tergantung pada kriteria yang telah diseleksi yang dipilih selama periode dari

    tanggal 15 Juli 1994/95 sampai dengan 30 Juni 2008/09.

    Setelah mengetahui pada hasil ini, kemudian kita memeriksa portofolio berdasarkan

    kriteria yang diseleksi oleh strategi dua dimensi dalam Bagian 3.1(b). Pertama tindakan

    nilai sederhana (seperti yang dievaluasi dalam Pasal 3 (a) digabungkan. Hal ini

    menunjukkan bahwa strategi nilai dua dimensi (Beberapa Nilai) didasarkan pada

    kombinasi dari simple value strategies yang tidak lebih meningkatkan kinerja investasi

    dan signifikansi statistik (pada kenyataannya, hasil investasi lebih kecil dan secara statistik

    tidak signifikan).

    Strategi nilai dua dimensi yang kemudian dievaluasi The Consistent Earner

    Strategy termasuk variabel pengembalian modal (RoE misalnya) menghasilkan hasil

    investasi yang mirip dengan simple value strategies tapi jauh lebih baik daripada untuk

    variabel pengembalian modal tunggal. Perbedaan Return (premi) jatuh di kisaran antara

    6,43% dan 14,78%. Signifikansi statistik yang meningkat secara substansial. The

    Consistent Earner Strategy mengikuti gaya investasi well-know investor seperti Warren

    Buffett atau Joel Greenblatt yang telah dikembangkan lebih lanjut tentang nilai investasi

  • dengan yang berfokus pada konsep nding an outstanding company at a sensible price

    atau membeli cheap and good companies with competitive advantages indicated by a

    high return on capital daripada perusahaan generik dengan harga murah sebagai awalnya

    dipromosikan oleh Graham dan Dodd.

    Berkenaan dengan strategi menggabungkan momentum dalam variabel nilai

    (Recognized Value Strategy), baik perbedaan kinerja investasi (premi) dan signifikansi

    statistik yang meningkat dibandingkan dengan nilai sederhana dan / atau variabel

    momentum sederhana. Hasil investasi jatuh berkisar antara 11,08% dan 17,05% rata-rata

    per-tahun. The Recognized Value Strategy didasarkan pada saham momentum life cycle

    hypothesis yang menyatakan bahwa siklus saham bergerak bergantian melalui periode

    relatif "glamour" dan "mengabaikan" berusaha untuk intermediate horizon momentum

    and long horizon-reversal pada teori perilaku keuangan.

    Akhirnya pada pertanyaan apakah strategi berdasarkan kriteria investasi yang

    sebelumnya dipilih secara fundamental yang berisiko dapat dievaluasi ?. Buktinya dapat

    dinyatakan bahwa secara umum strategi berbasis nilai baik pada satu atau dua dimensi

    dengan kriteria nilai sederhana juga sebagai strategi "sophisticated " yang termasuk

    pengembalian modal atau variabel momentum telah mengungguli strategi glamor telah

    cukup konsisten tanpa dukungan untuk hipotesis bahwa strategi nilai yang fundamental

    berisiko.