140781215 resin komposit

13
1 A. RESIN KOMPOSIT Resin komposit adalah bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasianorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnyaditingkatkan.Resin komposit merupakan bahan restorasi adhesif yang dapat berikatan dengan jaringankeras gigi melalui dua system bonding (ikatan), yaitu ikatan email dan ikatan dentin. Kekuatanikatan resin komposit terhadap email dengan system etsa asam seperti yang diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah terbukti dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Etsaasam pada email akan membentuk mikroporositas pada permukaan email yang dapat diisi dengan bonding agent , sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara resin komposit dengan email. (Power, 2003) Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit (Gambar 1). Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang (25 0 C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA. (Power, 2003) Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling sering digunakan. (Power, 2003)

Upload: ameliarisky

Post on 23-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 1

    A. RESIN KOMPOSIT

    Resin komposit adalah bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan

    pasianorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat

    matriksnyaditingkatkan.Resin komposit merupakan bahan restorasi adhesif yang dapat

    berikatan dengan jaringankeras gigi melalui dua system bonding (ikatan), yaitu ikatan

    email dan ikatan dentin. Kekuatanikatan resin komposit terhadap email dengan system

    etsa asam seperti yang diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah terbukti

    dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Etsaasam pada email akan membentuk

    mikroporositas pada permukaan email yang dapat diisi dengan bonding agent ,

    sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara resin komposit dengan email. (Power,

    2003)

    Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang

    merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl

    Methacrylate (Bis- GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan

    Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang

    umum digunakan dalam resin komposit (Gambar 1). Monomer dengan

    berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur

    ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari

    pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi.

    Nilai polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V

    dimana untuk resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang

    menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA. (Power, 2003)

    Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan

    tinggi karena memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler

    dalam jumlah kecil saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang

    dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah tersebut,

    monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai

    pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen

    glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)

    adalah yang paling sering digunakan. (Power, 2003)

  • 2

    B. KOMPOSISI MIKROFILLER

    Resin komposit mikrofiller diperkenalkan pada tahun 1972 dan didesain

    untuk menggantikan karakteristik resin komposit konvensional (makrofiller)

    yang permukaannya kasar dengan permukaan yang halus yang hampir sama

    seperti enamel gigi. (Annusavice, 2003)

    Resin komposit ini mengandung partikel koloida silica sebagai bahan

    pengisi anorganik dengan diameter rata-rata 0.01 m 0.04 m yang terdiri

    dari kira-kira 35%-60% dari berat bahan pengisi anorganiknya. Mempunyai

    permukaan area yang luas ( 100-300 m2 ). Namun hanya 25% dari volume

    atau 38% dari beratnya yang dapat ditambahkan ke dalam oligomer untuk

    menjaga konsistensi pasta untuk aplikasi kedokteran gigi. (Annusavice, 2003)

    Konsep komposit dengan bahan pengisi mikro mendukung pengikatan resin

    dengan bantuan bahan pengisi, sehingga komposit ini menunjukkan

    permukaan yang halus serupa dengan yang diperoleh dari tambalan resin

    akrilik langsung tanpa bahan pengisi. Ukuran partikelnya kecil menghasilkan

    permukaan yang halus setelah restorasi di polishing. Sehingga pengaruh

    perlekatan plak dan ektrensik stai dapat diminimalisasikan. (Annusavice,2003)

    Dari segi estetis resin komposit ini lebih unggul, tetapi sangat mudah aus

    karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal. Selama pengadukan,

    sebagian, tetapi tidak semua, penggumpalan pecah. Secara tidak sengaja,

    penggumpalan membentuk ukuran sebesar 0.04 sampai 0.4 m. Ideal bila

    bahan pengisi silica koloidal ditambahkan dengan jumlah besar secara

    langsung terhadap matriks resin. Namun tidak mungkin dilakukan karena

    besar area yang terbasahi oleh matriks resin dapat menyebabkan penebalan

    yang tidak semestinya meskipun dengan penambahan yang sedikit. Pertikel

    komposit tidak mengkerut ketika komposit dikeraskan. (Hutagalang, Putri,

    2011)

    Kekuatan kompresif dan tensilnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan

    resin komposit konvensional. Kelemahan dari komposit ini adalah lemahnya

    ikatan antara partikel komposit dan matriks sehingga restorasi lebih mudah

    pecah. Karena kelemahan tersebut kebanyakan komposit dengan bahan

  • 3

    pengisi mikro tidak cocok digunakan pada permukaan yang harus menahan

    beban. (Hutagalang, putri, 2011)

    C. SIFAT MEKANIS

    Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang

    penting terhadap kemampuan bahan ini bertahap pada kavitas. Sifat ini juga

    harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan

    untuk jangka waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin

    komposit diantaranya yaitu: (Andri, 2011)

    a. Adhesi

    Adhesi terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat sewaktu

    berkontak disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang timbul antara kedua

    benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email.

    Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama denbgan menciptakan ikatan

    fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan email

    menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi

    mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang

    diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud

    menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin

    bonding agent).

    b. Kekuatan dan keausan

    Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih

    unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya

    tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini

    untuk penumpatan sudut inisial. Akan tetapi memiliki derajat keausan

    yang sangat ttinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang

    sehingga akhirnya filler lepas.

    D. SIFAT FISIS

    Komposit microfiller memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari

    0,04-0,4 m. Ukuran ini merupakan yang terkecil dibandingkan dengan

    komposit tradisional lainnya. Filler anorganiknya rendah yaitu 35-60 wt%

  • 4

    dan 20-55 vol%. Hal tersebut disebabkan partikel silika koloidal yang

    biasa digunakan sebagai filler membentuk polimer seperti rantai dan

    meningkatkan viskositas hingga menghasilkan kekentalan yang sangat

    tinggi (Bhat, 2006). Selain itu, 40 sampai 80 vol% dari material restorasi

    ini terbuat dari resin. Jumlah resin yang lebih banyak daripada filler

    anorganik menghasilkan penyerapan air yang lebih besar yaitu 1,4-1,7

    mg/cm2, koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi sebesar 50-60

    ppm/C, dan modulus elastisitas yang lebih rendah yaitu 3-6 GPa. Partikel

    yang mengalami proses prepolimerisasi dan terikat lemah juga

    menyebabkan kekuatan tarikan menjadi rendah, yaitu 30-50 MPa

    (Anusavice, 2003).

    Komposit microfiller dapat bertahan selama beberapa tahun. Tingkat

    ketahanannya terhadap keausan sebanding dengan komposit yang

    memiliki filler dengan wt% dan vol% tinggi serta dirancang khusus untuk

    permukaan oklusal dari restorasi gigi posterior. Namun dalam jangka

    waktu yang panjang, komposit microfiller dapat mengalami kerusakan jika

    dipakai di area yang rawan dan pada tingkat yang terlalu cepat untuk

    diterima kinerja klinis. Jika digunakan pada area kontak proksimal, dapat

    mengakibatkan drifting pada gigi anterior. Keausan yang terjadi selama

    pemakaian berhubungan dengan propagasi fraktur yang terjadi di sekitar

    partikel filler yang terikat dengan lemah (Anusavice, 2003).

    E. MANIPULASI RESIN KOMPOSIT

    Email dan dentin dari kavitas dietsa dengan asam selama 30 detik dan

    pada umumnya etsa yang isediakan oleh pabrik terdiri dari gel asam fosfor

    dengan konsentrasi antara 10-15 % atau 34-37 %. Setelah 30 detik etsa

    dibersihkan dengan menggunakan air dan kavitas dikeringkan secara perlahan

    dengan angin. Bonding agent diaplikasikan ke dalam kavitas sehingga

    berpenetrasi ke dalam email dan dentin yang dietsa dan memberikan retensi

    mikro mekanis untuk restorasi.(Powers, et al, 2008)

  • 5

    Resin komposit yang tersedia pada umumnya adalah single-paste

    composite, komposit ini adalah komposit dengan aktivasi polimerisasi

    cahaya. Komposit ini disediakan dalam berbagai jenis warna di dalam

    syringe sekali pakai. Syringe ini terbuat dari plastic opaque untuk melindungi

    material dari terekspos cahaya dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang

    lama (Powers, et al, 2008).

    F. KELEBIHAN RESIN KOMPOSIT MIKROFILLER

    a. Kelebihan Komposit

    1. Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan

    menambah material pengisi.

    2. Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk

    memperbaiki senyuman.

    3. Tidak mengandung merkuri.

    4. Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi

    posterior dengan beban gigitan yang tidak terlalu besar dan

    mementingkan estetis.

    5. Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan

    tambalan berbanding amalgam (Anusavice, 2003).

    b. Kelebihan Komposit berbahan pengisi Mikrofiller

    Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit

    tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel

    silika koloidal sebagai bahan pengisi anorganik. Partikelnya berukuran

    0,04 m; jadi partikel tersebut lebih kecil 200-300 kali di bandingkan

    rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini

    memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik

    tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin komposit mikrofiller lebih

    unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal

    cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai 0,4 m. Selama

    pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi

  • 6

    terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi

    dengan matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil

    menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin

    komposit konvensionl. (Bhat,V.S, 2006)

    G. KEKURANGAN RESIN KOMPOSIT MIKROFILLER

    Komposit ini memiliki permukaan yang halus serupa dengan

    tambalan resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin

    komposit mikrofiller lebih unggul, tetapi komposit berbahan pengisi

    mikro memiliki sifat fisik dan mekanik yang kurang bila dibandingkan

    dengan komposit tradisional. Hal ini sudah diperkirakan karena 50-70%

    volume bahan restorasi dibuat dari resin. Jumlah resin yang lebih banyak

    bila dibandingkan dengan bahan pengisi menyebabkan penyerapan air

    yang lebih tinggi, koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi, dan

    penurunan modulus elastisitas. Sebagai tambahan, lemahnya ikatan dari

    partikel pra-polimerisasi terhadap matriks resin menghasilkan keadaan

    yang serupa dengan komposit yang mengandung partikel pengisi tanpa

    proses silanisasi (Anusavice, 2004). Lemahnya ikatan ini menyebabkan

    restorasi menjadi lebih mudah pecah pada bagian tepi dan dapat memicu

    terjadinya karies. Penurunan kekuatan tarik mungkin berhubungan

    dengan adanya retakan di sekitar partikel bahan pengisi yang diikat

    secara buruk. Selain itu resin komposit jenis ini juga sangat mudah aus

    karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran

    0,04 sampai 0,4 m. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah,

    menyebabkan bahan pengisi terdorong. Menunjukkan buruknya ikatan

    antara partikel pengisi dengan matriks sekitarnya.

    Ukuran dari resin komposit mikrofiller yang kecil pun memberikan

    kelemahan. Sebuah partikel yang lebih kecil memiliki luas permukaan

    yang relatif lebih besar sehubungan dengan volume partikel yang lebih

    besar. Sebuah kubus memiliki luas permukaan yang sama dengan jumlah

    dari keenam sisinya. Jika kubus dipotong setengahnya, dua buah

    potongan tersebut sama memiliki total luas permukaan sebesar kubus asli

  • 7

    ditambah daerah baru kedua belah potongan yang dibuat ketika kubus

    asli dipotong. Ketika kubus terus dipotong menjadi potongan kecil dan

    lebih kecil, permukaan baru terus-menerus menambahkan permukaan

    baru ke daerah asli kubus. Sementara volume bahan yang didapatkan

    sama dengan volume kubus asli, luas permukaan terus berkembang

    dengan setiap segmen baru yang terbentuk. Fakta ini menjelaskan

    kelemahan dari partikel mikro bila dibandingkan dengan partikel

    berukuran makro. Karena gesekan disebabkan dari luas permukaan yang

    terlibat, luas permukaan partikel mikro yang bertambah akan

    meningkatkan gesekan internal dan banyak volume dari partikel mikro

    terdapat dalam pasta membuat komposit begitu kaku sehingga menjadi

    sangat sulit bagi dokter gigi untuk memanipulasinya. Kedua produk

    makrofil dan mikrofil memiliki kelemahan tambahan, yaitu tidak

    mengandung bahan radiopaque yang membuat pembusukan sulit

    dibedakan pada x-ray (Martin S. Spiller, 2000).

    H. PERTIMBANGAN KLINIS DARI KOMPOSIT MIKROFILLER

    Untuk kebanyakan aplikasi, penurunan sifat fisik tidak

    menyebabkan masalah. Namun, dalam keadaan yang memerlukan

    ketahanan terhadap tekanan, seperti kavitas kelas I, II dan IV,

    kemungkinan pecahnya restorasi lebih besar. pecahnya restorasi sering

    kali teramati pada tepi tambalan yang disebabkan oleh tidak terikatnya

    bahan pengisi prapolimerisasi. Untuk mengurangi kemungkinan

    pecahnya tepi restorasi, disarankan menggunakan bur intan bukan bur

    tungsten carbide, sewaktu mengasah komposit berbahan pengisi mikro.

    Bagaimanapun juga, komposit berbahan pengisi mikro banyak digunakan

    dewasa ini. karena permukaannya halus, bahan ini menjadi resin pilihan

    untuk merestorasi estetika gigi anterior, khususnya untuk daerah yang

    tidak perlu menahan beban dan untuk menambal daerah sub-gingival

    (Annusavice, 2007)

  • 8

    I. TREND MASA KINI

    1. PENGGUNAAN RESIN KOMPOSIT MIKROFILER SEBAGAI

    BAHAN RESTORASI FIBER-REINFORCED DIRECT BONDED

    Ide untuk menggunakan fiber sebagai alat perekat / tali pengekang

    antar gigi merupakan hal yang kuno. Hal yang memberi inspirasi pada

    teknik tersebut adalah bagaimana orang mesir kuno yang membangun

    kota dan monumen mereka, diperkuat dengan tanah liat dan jerami

    yang merupakan bahan berserat (fiber). Perekat anatar gigi dibuat

    dengan pontic komposit dan terikat pada aspek lingual dari gigi.

    Prostesis ini lebih mudah dalam hal fabrikasi dan dapat diselesaikan

    dalam sekali kunjungan. Secara umum, ikatan pontic ini dibuat dari

    akrilik, komposit, atau gigi yang diekstraksi harus dipertimbangkan

    sebagai penggantian jangka pendek. Namun, ketika bahan penguat

    serat yang tepat digunakan, kemungkinan keberhasilan jangka panjang

    akan lebih besar.

    Dan salah satu bahan penyusun serat ini adalah komposit mikrofiler.

    Komposit mikrofiller renamel (Cosmedent Inc) dengan warna

    kegelapan A-35, diletakkan pada kuring facial, shaped dan light.

    Mikrofiller renamel pada incisal medium shade diletakkan sebagai

    lapisan terakhir facial dan light cured . (Ian, 2000)

    2. NANO HYBRID KOMPOSIT

    Nano-Hybrid adalah resin komposit yang biasanya dikenal sebagai

    small-particle composites.komposit ini merupakan kombinasi dari

    makrofill partikel dengan sebagian dari mikrofill partikel dan

    merupakan resin komposit yang paling umum dipakai sekarang. (

    Panto, 2011)

    Hibrid partikel kecil (Small-particle hybrid) resin komposit ini

    memiliki ukuran partikel antara 0.1-6.0 mikron dan biasanya

    dikombinasikan dengan colloidal silica. Ukuran partikel yang kecil

    membuat komposit ini dapat dipolish dengan permukaan yang lebih

    halus dibandingkan komposit dengan partikel yang besar.4Nano hibrid

  • 9

    resin komposit merupakan salah satu jenis hibrid resin komposit yang

    mengandung partikel filler yang berukuran nano (0.005-0.01 mikron)

    pada matriks resinnya.2 (Panto, 2011)

    Nano hibrid resin komposit dapat dikategorikan sebagai resin

    komposit universal pertama dimana kemampuan penanganan dan

    kemampuan polish didapat dari mikrofill komposit, serta kekuatan dan

    ketahanan pemakaian dari komposit makro hibrid, sehingga nano

    hibrid resin komposit dapat digunakan sebagai restorasi pada gigi

    anterior dan sekaligus dapat dipakai sebagai restorasi pada gigi

    posterior.2

    Matriks resin pada nano hibrid resin komposit masih dengan

    dasar bis-GMA, inorganik filler nano hibrid resin komposit ini pada

    umumnya terdiri dari zirconium/silica atau partikel nanosilica dengan

    ukuran berkisar 25 nm.5 Dengan ukuran partikel yang lebih kecil,

    nano hybrid resin komposit mempunyai hasil akhir yang lebih baik

    yang dinilai dari tekstur permukaan komposit dan kemungkinan

    biodegradasi material karena pemakaian dapat dikurangi.5 Ukuran

    partikel yang lebih kecil memastikan curing shrinkage yang lebih

    sedikit, menimbulkan defleksi dinding cusp yang lebih kecil dan

    mengurangi adanya mikrofisur pada tepi enamel yang dapat

    menyebabkan marginal leakage, perubahan warna dari tambalan,

    penetrasi bakteri dan mungkin post-operative sensitifitas.

    Sifat-sifat nano hibrid resin komposit memiliki compressive

    strength yang cukup bagus sehingga bahan ini juga dapat digunakan

    sebagai tambalan pada gigi posterior yang memerlukan tekanan yang

    besar. Bahan ini juga memiliki ketahanan pemakaian yang cukup

    bagus karena ukuran partikelnya yang kecil. Nano hibrid resin

    komposit ini adalah bahan yang dapat digunakan sebagai tambalan

    estetis pada gigi anterior dan juga tambalan pada gigi posterior yang

    membutuhkan ketahanan pemakaian. Juga dapat dipakai sebagai core

    build up, perbaikan veneer, komposit inlay,estetik odontoplasti, serta

    perbaikan komposit dan porcelain yang rusak.

  • 10

    Nanohybrid resin komposit terbukti dapat digunakan pada

    setiap kavitas dibandingkan dengan resin komposit lainnya, walaupun

    demikian bahan nanohybrid resin komposit ini masih mempunyai

    beberapa kelemahan yaitu polimerisasi shrinkage yang masih

    didapatkan dari bahan ini membuat operator harus memiliki teknik

    yang baik. (Panto, 2011)

    3. SISTEM APLIKASI LANGSUNG RESIN NANOKOMPOSIT:

    EVOLUSI RESIN KOMPOSIT KONTEMPORER

    Nanoteknologi Dengan Resin Komposit

    Dalam teknologi resin komposit, ukuran partikel dan kuantitas

    sangat penting ketika menentukan cara terbaik untuk memanfaatkan

    bahan restoratif. Perubahan komponen pengisi tetap menjadi

    perkembangan paling signifikan dalam evolusi resin komposit, karena

    ukuran partikel pengisi, distribusi, dan kuantitas dimasukkan secara

    dramatis mempengaruhi sifat mekanik dan keberhasilan klinis resin

    komposit. Secara umum, sifat mekanik dan fisik komposit meningkat

    yang kaitannya dengan jumlah pengisi yang ditambahkan. Banyak

    sifat mekanik tergantung pada fase pengisi, termasuk kekuatan dan /

    atau kekerasan cetakan, kekuatan lentur, modulus elastisitas, koefisien

    ekspansi termal, penyerapan air, dan ketahanan aus. (Terry, 2004)

    Nanoteknologi dapat memberikan resin komposit dengan partikel

    filler yang secara dramatis lebih kecil, dapat terlarut dalam konsentrasi

    yang lebih tinggi, dan dipolimerisasikan ke dalam sistem resin dengan

    molekul yang dirancang agar kompatibel ketika digabungkan dengan

    polimer, dan memberikan karakteristik unik (fisik, mekanik, dan optik

    ). Selain itu, mengoptimalkan adhesi biomaterial restoratif untuk

    jaringan keras yang termineralisasi gigi merupakan faktor penentu

    untuk meningkatkan kekuatan mekanik, adaptasi tepi, dan seal,

    sekaligus meningkatkan kehandalan dan ketahanan dari restorasi

    adhesive. Ukuran partikel komposit konvensional sangat berbeda

    dengan ukuran struktural kristal hidroksiapatit, tubulus dentin, enamel

    dan batang, bahwa terdapat potensial untuk berkompromi dalam

  • 11

    adhesi antara makroskopik (40 nm sampai 0,7 nm) bahan restorasi dan

    nanoscopic (1nm sampai 10 nm dalam ukuran) struktur gigi. Sistem

    nanokomposit memiliki potensi untuk meningkatkan kesinambungan

    antara struktur gigi dan partikel filler nanosized dan menghasilkan

    interface yang lebih stabil dan alami antara jaringan keras yang

    termineralisasi gigi biomaterial restoratif terdepan. (Terry,2004)

  • 12

    DAFTAR PUSTAKA

    Anusavice, Kenneth J. 2003, Phillips Science of Dental Materials, Saunders

    Elsevier, Missouri

    Anusavice. Phillips Science of Dental Materials. 11th ed. 2004. Philadelphia:

    W.B. Saunders Company. 2007: p426.

    Bhat, V. Shama 2006, Science of Dental Materials (Clinical Applications), CBS

    Publishers & Distributors Pvt. Ltd., New Delhi pp. 303,309

    Garg, N. and Garg, A. Textbook of Operative Dentistry, 2010. Jaypee, New Delhi.

    Ian, E.Shuman 2000, Replacement of a tooth with a fiber-reinforced direct

    bonded restoration, Journal of General Dentistry,pp.4

    Panto, Vincent. (2011). Nano Hibrid Resin Komposit. [Online]. Tersedia:

    http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21456. [10 April 2012]

    Powers JM, Wataha JC. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th ed.

    USA:Mosby, 2008: 69-93.

    Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGSS Restorative Dental Materials. 12th ed.

    Missouri : Evolve, 2003 : 229

    Sinulingga, Andri. (2011). Microleakage Pada Restorasi Resin Komposit.

    [Online]. Tersedia:

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24993/3/Chapter%20II.p

    df. [10 April 2012]

    Soratur, SH. Essentials of Dental Materials, 2002, Jaypee, New delhi.

  • 13

    Spiller, M.S 2000, Types of Composites, The United Nations, accessed 10 April

    2013, http://doctorspiller.com/Composites/types_of_composites.htm

    Terry, Douglas A, 2004 Direct Applications Of A Nanocomposite Resin System:

    Part 1 The Evolution Of Contemporary Composite Materials no. 6, vol

    16, pg. 419-420.

    Hutagalang, Putri sari, 2011. Restorasi Rigid komposit, accessed 11 April 2013,

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30012/4/Chapter%20II.p

    df