14. pengorganisasian praktek kebidanan

34

Click here to load reader

Upload: fahlevi-qalbi

Post on 13-Dec-2015

269 views

Category:

Documents


122 download

DESCRIPTION

q

TRANSCRIPT

Page 1: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

PENGORGANISASIAN PRAKTEK ASUHAN

KEBIDANAN

Page 2: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh Bidan yang telah terdaftar (teregister) yang

dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Page 3: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Lanjutan…

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan

keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil

bahagia dan sejahtera.

Page 4: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Lanjutan…

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang

meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan

pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

Page 5: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Layanan Primerialah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bidan.

Praktik kebidanan mandiri menangani masalah kesehatan tingkat primer tanpa memandang jenis penyakit, golongan usia, ataupun jenis kelamin pasien yang dihadapinya.

Ex : Bidan Praktek Swasta (Permenkes 900)

Page 6: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Bidan Praktek Swasta

Bidan praktek Swasta adalah bidan yang diberi izin untuk menjalankan praktek perorangan/mandirisetelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. (IBI, 1997)

Visi Bidan Praktek swasta adalah meningkat kan kualitas pelayanan untuk memberi yang terbaik, agar dapat memenuhi keinginan masyarakat.

Page 7: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

PELAYANAN MANDIRI

1.Mengkaji status kesehatan kebutuhan asuhan klien2. Menentukan diagnosa3. Menyusun rencana tindakan sesuai masalah yang dihadapi4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang disusun5. Mengevaluasi tindakan yang diberikan6. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan7. Membuat catatan & laporan

Page 8: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

BIDAN DAPAT MELAKUKAN KONSULTASI KEPADA TENAGA

KESEHATAN YANG LEBIH AHLI SEPERTI DOKTER AHLI KEBIDANAN

MAUPUN TENAGA KESEHATAN LAIN YANG BEKERJA BERSAMA-SAMA

DALAM SATU TIM DI DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEBIDANAN

KEPADA KLIEN

Page 9: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Layanan Kolaborasi

Page 10: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Lanjutan…

Adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan rekan sejawat atau NAKES lainnya dalam memberikan asuhan pada pasien.

Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan.

Page 11: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan.

Petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.

Lanjutan…

Page 12: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

Lanjutan…

Page 13: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Elemen kolaborasiHarus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat bekerja sama secara timbal balik dengan baik.

Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama.

Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.

Page 14: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Kolaborasi/Kerjasama

Ibu hamil dengan ristiIbu pada masa persalinan dengan ristiIbu pada masa nifas dengan ristiBayi baru lahir dengan ristiBalita dengan risti

Pertolongan pertama

gawatdarurat

Page 15: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

1.Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadan yang memerlukan kolaborasi2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi3.Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan & hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien4.Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan klien5.Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan6.Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien 7.Membuat pencatatan dan pelaporan

KOLABORASI / KONSULTASI

Page 16: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Perkembangan Proses Kolaborasi

Page 17: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Model HirearkisMenekankan komunikasi satu arah

Kontak terbatas antara pasien dan dokter

Dokter sebagai tokoh yang dominan

Lanjutan…

Page 18: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Model Praktik Kolaborasi komunikasi 2 arah

Menekankan komunikasi dua arah

Dokter tetap pada posisi utama

Membatasi hubungan dokter dan pasien

Lanjutan…

Page 19: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Model Praktik Kolaborasi berpusat pada klien

Sesama pemberi pelayanan harus bisa bekerja sama, begitu juga dengan pasien.

Berbentuk melingkar, menekankan pada kontinuitas dan timbal balik satu sama lain.

Tidak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus.

Lanjutan…

Page 20: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Layanan Rujukan

Page 21: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh Bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

Lanjutan…

Page 22: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Lanjutan…

Page 23: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya.

Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.

Lanjutan…

Page 24: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :

a. Rujukan medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.

Page 25: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

b. Rujukan kesehatan masyarakat

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, dan operasional.

Lanjutan…

Page 26: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Tingkatan PelayananSakit mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).

Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.

Page 27: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.

Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).

Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.

Lanjutan…

Page 28: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

 

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.

Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

Lanjutan…

Page 29: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.

Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B.

Lanjutan…

Page 30: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.

Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya.

Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Lanjutan…

Page 31: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Rujukan

Ibu hamil risti & kegawat- daruratanIbu bersalinan dengan penyulitIbu dalam masa nifas dengan penyulit Bayi baru lahir dengan kelainan tertentu & kegawatdaruratan Anak balita dengan kelainan tertentu& kegawatdaruratan

ASKEB MELALUI KONSULTASI& RUJUKAN

Page 32: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

RUJUKAN1.Mengkaji kebutuhan ASKEB yang

memerlukan tindakan diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan

2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga

3.Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi

pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap

4.Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.

Page 33: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan
Page 34: 14. Pengorganisasian Praktek Kebidanan

Terima Kasih