12.vina serevina muhammad caisar haisy

15
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK PENILAIAN BENTUK TES : BENAR SALAH DAN ISIAN DOSEN : Dr.Ir.Vina Serevina Mahasiswa S2 : Muhammad Caisar Haisy 7836130850 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014

Upload: vinaserevina

Post on 05-Jul-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

TEKNIK PENILAIAN BENTUK TES :

BENAR – SALAH DAN ISIAN

DOSEN :

Dr.Ir.Vina Serevina

Mahasiswa S2 :

Muhammad Caisar Haisy

7836130850

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

Page 2: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, penilaian pasti dilakukan dalam proses

pembelajaran. Penilaian dilakukan bertujuan untuk mengetahui

kemampuan peserta didik sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) yang merupakan klasifikasi terhadap kemampuan siswa yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian adalah suatu

kegiatan pengukuran, kuantifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa

secara menyeluruh. (Depdiknas, 2008:3). Ada beberapa teknik dan alat

penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai sarana untuk

memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan

berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian,

waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan

banyaknya / jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan.

Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran menuntut guru untuk

mengetahui teknik penilaian bentuk tes yang akan dilakukan terhadap

siswa disekolah. Salah satu bentuk teknik penilaian adalah bentuk tes

tertulis. Seorang guru yang baik haruslah menguasai teknik penilaian tes

tertulis agar dapat mengevaluasi peserta didik sehingga dapat diketahui

sejauhmana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah

disampaikan. Berdasarkan ulasan singkat diatas maka dalam makalah ini

akan dibahas mengenai teknik penilaian bentuk tes tertulis.

Page 3: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam makalah ini adalah permasalahan dalam

evaluasi peserta didik yang terkait dengan teknik penilaian bentuk tes

tertulis yang selanjutnya akan diurai dalam beberapa sub-pokok bahasan,

diantaranya :

1. Bagaimanakah teknik penilaian bentuk tes benar - salah?

2. Bagaimanakah teknik penilaian bentuk tes isian?

3. Permasalahan apa saja yang terjadi dalam bidang pendidikan terkait

bentuk tes benar – salah dan tes isian serta Solusi apa yang

ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui teknik penilaian bentuk tes tertulis benar - salah.

2. Mengetahui teknik penilaian bentuk tes tertulis isian.

3. Mengetahui permasalahan apa saja dalam pendidikan terkait bentuk

tes benar – salah dan tes isian serta Solusi apa yang ditawarkan

untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

4. Melengkapi tugas untuk mata kuliah evaluasi dalam pembelajaran

fisika.

Page 4: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tes Tertulis sebagai Salah Satu Teknik Penilaian

Teknik penilaian (dalam Depdiknas 2008:5) merupakan metode

atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan

informasi. Teknik penilaian yang mungkin dan dapat dipergunakan dengan

mudah oleh guru, misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2)

observasi atau pengamatan, dan (3) wawancara.

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta

didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis

merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian.

Setiap butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang

sudah disusun dalam kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam

tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku / kompetensi yang akan

diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur / ditanyakan dengan

menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi

yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk

soal objektif.

B. Tes Objektif

Tes objektif (dalam Arikunto, 2003:164) adalah tes yang dalam

pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini dimaksudkan

untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai.

Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang

benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan

Page 5: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum

sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta

didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu tunggi seperti

kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali,

pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.

Tes objektif (dalam Nurgiyantoro, 2001: 98) disebut juga sebagai

tes isian. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes jawaban benar-salah

(true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan

penjodohan (matching).

C. Teknik Penilaian Bentuk Tes Benar – Salah.

a) Pengertian

Butir soal benar salah (dalam Asmawi Zainul dan Noehi Nasution,

2005) adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai alternatif

jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak

setuju, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual

eksklusif/meniadakan.

b) Tes model ini cocok untuk

• Pemahaman pada level pengetahuan

• Mengevaluasi pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum

• Konsep dengan dua respon logis

c) Keunggulan

• Mudah dikonstruksi

• Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan

• Mudah diskor

• Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama

yang berkaitan dengan ingatan.

Page 6: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

• Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang

terjadi.

• Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit

d) Keterbatasan

• Mendorong peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki

kemungkinan menjawab benar atau salah 50% dengan cara menebak

• Sulit mengembangkan soal yang betul-betul objektif

• Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan

menilai

• Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut

• Terlalu menekankan pada ingatan

• Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya menebak jawaban

walaupun tidak memahami isinya

• Sulit membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak

memahami materi

• Membutuhkan banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi

e) Tips menulis butir soal benar salah

• Setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar peserta tes yang

penting dan bermakna, tidak menanyakan yang remeh/trivial.

• Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran

terhadap daya ingat

• Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar

• Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes

yang belajar dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar

bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik.

• Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan

menggunakan bahasa yang baik dan benar.

• Rumusannya tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan 100% benar

atau 100% salah

Page 7: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

• Diskusikan dengan pakar yang relavan (bahasa dan ilmu yang diteskan)

untuk meyakinkan bahwa sisi bahasa dan kebenaran soal dan jawaban

meyakinkan.

f) Pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu soal (dalam Asmawi

Zainul dan Noehi Nasution, 2005)

• Jumlah butir soal yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih banyak

daripada butir soal yang kunci jawabannya B (benar).

• Susunlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana akan

cenderung mengarah ke jawaban yang salah.

• Susunlah jawaban yang salah sesuai dengan anggapan umum yang salah

tentang suatu kenyataan.

• Pernyataan yang menggunakan kata “semua, selalu, tidak pernah“

cenderung untuk memiliki kunci jawaban S (salah), sedangkan kata

“kadang-kadang, seringkali“ cenderung untuk memiliki kunci jawaban B

(benar).

• Pergunakan rujukan untuk beberapa buah soal, misalnya dengan

menggunakan teks atau gambar sebagai rujukan untuk senarai butir soal.

• Jangan membuat soal dengan pernyataan negatif yang dapat

mengakibatkan interpretasi yang membingungkan. Misalnya Lucas Pacioli

sebenarnya bukan tokoh dalam ilmu akuntansi. B / S

• Gunakan kata-kata pasti atau angka pasti misalnya 100, 1000, 20%,

setengahnya, jangan gunakan kata-kata kualitatif yang meragukan

misalnya muda, banyak, sedikit, kecil, besar, dan sebagainya.

• Hindari kecenderungan penggunaan pernyataan dijawab benar (B) bila

panjang dan dijawab salah (S) bila pendek.

Page 8: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

D. Teknik Penilaian Bentuk Tes Isian

Tes obyektif bentuk isian Menurut Slameto. 2001 (dalam Eko

Sujatmo, 2012) adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan

perkataan, ungkapan, atau kalimat pendek sebagai jawaban dari kalimat

tidak lengkap, atau jawaban atas suatu pertanyaan atau jawaban atas

asosiasi yang harus dilakukan.

● Jenis tes isian

1. Bentuk pertanyaan dengan satu jawaban.

Contoh:

• Siapakah nama ayah pangeran Siddharta ?

• Siapakah nama ibu pangeran Siddharta ?

• Mengapa ayah pangeran Siddharta membangunkan 3 istana untuk

pangeran Siddharta ?

2. Bentuk kalimat tidak lengkap.

Siswa tinggal mengisi satu jawaban yang dibutuhkan.

Contoh:

• Kusir pangeran Siddharta adalah ……

• Nama kuda pangeran Siddharta adalah ……

• Sang Buddha membabarkan Dhamma di ……

3. Bentuk asosiasi

Persoalan diajukan dalam bentuk pertanyaan kemudian diikuti

(digabungkan) dengan kalimat- kalimat tidak lengkap dan siswa diminta

untuk mengisi kalimat tersebut.

Contoh:

Tulislah arti dari masing- masing kata berikut ini!

• Triratna: ………………..

• Dukkha: …………………

• Anicca : …………………

• Anatta: …………………

Page 9: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

● Kelebihan test isian

Bentuk soal isian merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam

bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.

Kelebihan bentuk soal isian :

a. Menyusun soalnya relatif mudah

b. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak

c. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat

d. Hasil penilaiannya cukup objektif

Kelemahan bentuk soal isian;

a. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.

b. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun

tidak selama bentuk uraian

c. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan

pemeriksa.

● Petunjuk praktis

1. Dalam membuat pertanyaan yang terlalu banyak kata yang dihilangkan.

Kata yang dihilangkan hendaknya pengertian yang penting saja, tetapi

maksud dari kalimat tetap mudah dan jelas dipahami. Menurut Slameto.

2001 (dalam Eko Sujatmo, 2012)

2. Jawaban yang diinginkan hendaknya benar- benar dibatasi.

3. Titik- titik tempat siswa menjawab hendaknya ditaruh diujung

pernyataan.

4. Jika masalah/ pernyataan memerlukan jawaban berupa angka,

nyatakanlah satuan-satuan tertentu dalam perhitungan itu.

5. Berilah waktu maksimal ½ menit untuk setiap nomor soal.

6. Jangan mengambil alih langsung dari buku teks.

7. Penilaian gunakanlah rumus:

a. N= B

b. N= Jumalah jawaban yang benar dari tempat jadi bukan butir persoalan.

Jawaban yang kosong dan salah tidak masuk dalam perhitungan

Page 10: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

E. Permasalahan dalam penilaian dan Solusinya

1. Permasalahan mengenai penilaian benar – salah di Indonesia

Permasalahan :

Beberapa siswa di sekolah menengah pertama bahkan hingga perguruan

tinggi seringkali menebak secara asal jawaban ketika menemui soal

berbentuk benar atau salah. Mereka beralasan menjawab sesuai yang di

ingat saja.

Solusi :

Dalam penulisan soal benar – salah, seorang guru haruslah memperhatikan

bahwa setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar peserta tes

yang penting dan bermakna, tidak menanyakan yang remeh/trivial.

Sehingga siswa tidak hanya diukur berdasarkan daya ingatnya saja. Dan

butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes

yang belajar dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar

bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik agar tujuan dari penilaian

tercapai.

2. Permasalahan mengenai penilaian di Indonesia

Permasalahan :

Kegagalan guru dalam melakukan evaluasi setiap akhir proses

pembelajaran dalam kelas. Measuring Classroom Achievement. (dalam

Hari Putro, 2011)

Dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang

evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi

pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan

dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Page 11: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir

pelajaran, karena keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik

menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali

pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi

tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Solusi :

Dalam hal ini penilaian sangatlah penting untuk mengetahui sudah sejauh

mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang sudah diajarkan.

Guru juga harus memahami tujuan pengajaran, sehingga bentuk soal dapat

disesuaikan dalam penyajian test yang akan dikerjakan oleh siswa.

Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui

apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil

yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru

hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan

penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah

ia melaksanakan proses belajar.

3. Permasalahan mengenai penilaian di Indonesia

Permasalahan :

Kelemahan utama pengukuran hasil belajar siswa di lembaga pendidikan

pada umumnya bukan terletak pada bentuk dan tipe soal yang digunakan,

tetapi terletak pada bentuk dan kemampuan guru untuk mengkonstruksi

butir soal dengan baik. Di samping itu, tes sering dianggap bukan sebagai

alat ukur melainkan sebagai alat dalam proses pendidikan. Padahal, fungsi

utama tes hasil belajar adalah mengukur keberhasilan belajar seorang

siswa ataupun sekelompok siswa, bukannya proses pendidikan itu sendiri.

Page 12: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

Solusi :

Dalam hal ini guru harus menyadari kembali bahwa fungsi utama dari

penilaian adalah untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah

tercapai atau belum. Selain itu guru harus mengembangkan diri dengan

mempelajari kembali atau mengikuti pelatihan sehingga kemampuan untuk

membuat soal yang tepat dalam mengukur tercapainya tujuan

pembelajaranpun terlaksana.

Page 13: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta

didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis

merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat

tergantung pada perilaku / kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi

yang lebih tepat diukur / ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis

dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur

dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif.

Tes Objektif

Salah satu bentuk tes objektif (Nurgiyantoro, 2001: 98) adalah soal

bentuk pilihan ganda. Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang

telah disediakan pilihan jawabannya (Depdiknas, 2008:15). Tes objektif

disebut juga sebagai tes isian. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes

jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian

(completion), dan penjodohan (matching).

Teknik Penilaian Bentuk Tes Benar – Salah.

Butir soal benar salah (dalam Asmawi Zainul dan Noehi Nasution,

2005) adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai alternatif

jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak

setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual

eksklusif/ meniadakan.

Page 14: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

Teknik Penilaian Bentuk Tes Isian

Menurut Slameto. 2001 (dalam Eko Sujatmo, 2012) Tes obyektif

bentuk isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan

perkataan, ungkapan, atau kalimat pendek sebagai jawaban dari kalimat

tidak lengkap, atau jawaban atas suatu pertanyaan atau jawaban atas

asosiasi yang harus dilakukan.

Page 15: 12.vina serevina muhammad caisar haisy

DAFTAR PUSTAKA

Adheliana. 2013. Kelebihan dan kelemahan test objektif.

http://adheliana92.blogspot.com/2013/10/kelebihan-dan-kelemahan-test-

objektif.html

Afdee. 2007. Kegagalan Guru dalam Melakukan Evaluasi. http://re-

searchengines.com/afdhee5-07-2.html

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara

Hari, Putro. 2011. Measuring Classroom Achievement.

http://putrohari.tripod.com/yuenda_nulis.htm

Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT Remaja Rosda Karya

Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.

Grafindo Persada

Sujatmo, Eko. 2012. Tes Obyektif Bentuk Isian.

http://mahadhammo.wordpress.com/2012/11/01/tes-obyektif-bentuk-isian-

fill-in-the-test/

Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2005. Penilaian Hasil Belajar. Buku

1.15. Pekerti. Depdiknas