12.rangkuman!!!

4
RANGKUMAN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOKTER INTERNSIP (STUDI PADA DOKTER INTERNSIP LULUSAN UNIVERSITAS JEMBER DAN DOKTER PENDAMPING) Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah program magang bagi dokter baru dengan tujuan menyelaraskan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan dengan praktik di lapangan serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga (Sedyaningsih, 2009). Program ini muncul dari hasil studi orientasi proyek Health Worksforce and Service (HWS) yang dijalankan oleh Dikti pada Inggris, Belanda, Australia, dan Singapura yang mewajibkan lulusan dokter yang semasa pendidikannya menggunakan strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini mengacu pada SK Mendiknas RI No.045/SK/2002 serta SK Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 1386/D/T/2004. Sebelumnya, kurikulum yang dipakai oleh Fakultas Kedokteran yaitu Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) yang masa studinya ditempuh selama enam tahun. Sedangkan, kurikulum saat ini, yaitu KBK yang hanya mewajibkan dokter menempuh masa studi selama 5,5 tahun. Setelah lulus, mereka mendapatkan Surat Tanda Registrasi Internsip dan Surat Izin Praktek Internsip (SIPI) untuk melaksanakan program internsip di wahana internsip yang telah ditentukan. Selama menempuh internsip, peserta dibimbing oleh dokter pendamping yang berperan dalam menjembatani proses pemahiran peserta dan supervisi kinerja peserta (Depkes,

Upload: adeva-rizky-putra

Post on 23-Dec-2015

253 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

simpulan

TRANSCRIPT

Page 1: 12.rangkuman!!!

RANGKUMAN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

DOKTER INTERNSIP (STUDI PADA DOKTER INTERNSIP LULUSAN UNIVERSITAS

JEMBER DAN DOKTER PENDAMPING)

Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah program magang bagi dokter baru

dengan tujuan menyelaraskan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan dengan praktik di

lapangan serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga (Sedyaningsih, 2009). Program ini

muncul dari hasil studi orientasi proyek Health Worksforce and Service (HWS) yang dijalankan

oleh Dikti pada Inggris, Belanda, Australia, dan Singapura yang mewajibkan lulusan dokter yang

semasa pendidikannya menggunakan strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini

mengacu pada SK Mendiknas RI No.045/SK/2002 serta SK Dirjen Dikti Depdiknas RI No.

1386/D/T/2004.

Sebelumnya, kurikulum yang dipakai oleh Fakultas Kedokteran yaitu Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) yang masa studinya ditempuh selama enam tahun.

Sedangkan, kurikulum saat ini, yaitu KBK yang hanya mewajibkan dokter menempuh masa studi

selama 5,5 tahun. Setelah lulus, mereka mendapatkan Surat Tanda Registrasi Internsip dan Surat

Izin Praktek Internsip (SIPI) untuk melaksanakan program internsip di wahana internsip yang

telah ditentukan. Selama menempuh internsip, peserta dibimbing oleh dokter pendamping yang

berperan dalam menjembatani proses pemahiran peserta dan supervisi kinerja peserta (Depkes,

2009). Setelah satu tahun menempuh internsip, mereka mendapatkan Surat Izin Praktek (SIP).

Program ini dipelopori oleh lulusan dokter dari Universitas Andalas sejak tahun 2010

dan saat ini sudah diikuti oleh hampir seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia (Depkes, 2009).

Sedangkan, Fakultas Kedokteran Universitas Jember mengawali keikutsertaannya pada tahun

2012.

Program internsip dinilai sangat bermanfaat sebab dapat mendistribusikan dokter di

sarana pelayanan kesehatan yang tidak memiliki sumber daya manusia. Salah satunya yaitu di

Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan primer di Indonesia sebelum

pasien dirujuk ke Rumah Sakit (Rasmin, 2010).

Mengacu pada hasil survey pelaksanaan internsip yang dilakukan oleh Ikatan Senat

Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) pada berbagai Fakultas Kedokteran di Indonesia pada

bulan Mei tahun 2013, 43% responden mendukung secara umum, 14% responden tidak

Page 2: 12.rangkuman!!!

mendukung, dan 43% responden mendukung dengan perbaikan program internsip. Beberapa

responden tidak mendukung program ini karena distribusi dokter internsip tidak merata,

anggapan bahwa dokter internsip masih co-ass, supervisi dokter pendamping yang kurang tepat,

dan tunjangan hidup yang minimal. Hal ini dapat menyebabkan kinerja dokter internsip kurang

optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Hal ini didukung dari hassil

survey yang dilakukan peneliti pada salah satu Puskesmas di Kabupaten Srengat pada bulan Juni

2013 bahwa dokter pendamping menilai proporsi kinerja dokter internsip cukup bervariasi, yaitu

sangat baik, baik dan buruk. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja dokter

internsip dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional. Metode penelitian yang digunakan

adalah cross sectional. Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan cara non probability sampling

dengan tehnik pengambilan sampel consecutive sampling. Subjek penelitian yang diambil

sebagai sampel yaitu seluruh anggota populasi yang memenuhi beberapa kriteria. Kemudian,

sampel akan diminta untuk mengisi informed consent dan menjawab beberapa pertanyaan

penelitian tentang pelaksanaan program internsip, kemudian mengisi kuesioner yang telah

disediakan peneliti sebagai tanda persetujuan menjadi sampel penelitian.

Data yang telah terkumpul dari kuisioner dianalisis menggunakan analisis bivariat.

Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menjelaskan hipotesis hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat (Notoadmodjo, 2005). Analisis bivariat penelitian ini

menggunakan uji statistik Chi-Square. Ho ditolak dan Ha diterima bila didapatkan nilai p ≤ 0,05

dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Setelah dilakukan uji Chi-Square, data yang

memenuhi syarat selanjutnya dilakukan analisis menggunakan analisis multivariat. Data

dianggap memenuhi syarat apabila analisis bivariatnya memenuhi nilai p ≤ 0,25. Analisis ini

bertujuan untuk melihat beberapa variabel (lebih dari satu) independen dengan satu atau

beberapa variabel dependen (umumnya satu variabel dependen) dan untuk mengetahui variabel

independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen (Hastono: 2007).

Analisis multivariat menggunakan regresi logistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan

satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen kategori yang bersifat

dikotom. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 21.0 for Window.