129532121-pseudofakia

Upload: intan-danayanti

Post on 09-Jan-2016

271 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

aku

TRANSCRIPT

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama:IKJ

Jenis Kelamin:Laki-Laki

Tanggal Lahir:1 Januari 2013

Umur:2 tahun 6 bulan

Alamat:Jl Pondok Mekar Kampus Unud L, Badung

Agama:Hindu

Suku :Bali

Kewarganegaraan:Indonesia

Pekerjaan:Tidak Bekerja

Status:Balita belum menikah

Tanggal Pemeriksaan:10 Juni 20153.2 Anamnesis

Keluhan utama

Kontrol pasca operasi implan lensa pada mata kiriHeteroanamnesa

Pasien diantar oleh ayah dan ibunya datang ke poliklinik Mata RSUP Sanglah dengan tujuan untuk kontrol pasca operasi implant lensa mata sebelah kiri. Saat ini dikatakan tidak ada keluhan dari pasien tentang matanya. Ayah pasien mengatakan bahwa pasien sejak lahir memiliki kelainan pada matanya. Saat berumur 1 bulan, ibu pasien menyadari ada yang aneh pada mata kanan pasien, terlihat seperti titik putih pada kornea pasien. Awalnya pasien memeriksakan anaknya di Rumah Sakit BROS karena cemas dan ternyata ada kelainan pada kedua mata pasien, bukan hanya pada mata kanannya, walaupun yang kanan memang lebih parah. Akhirnya pasien dirujuk ke RSUP Sanglah agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut. Lalu pasien pun mendapatkan operasi sebanyak 4x, pertama saat berumur 3 bulan, yang kedua saat berumur 6 bulan, lalu saat berumur 2 tahun dilakukan 2x operasi lagi yaitu pada bulan Februari 2015 untuk mata kanan dan Maret 2015 untuk mata kiri. Ayah pasien mengatakan ia tidak mengetahui apakah anaknya bisa melihat dengan jelas atau tidak sebelum dioperasi karena umurnya masih sangat kecil. Dikatakan, pasien tidak pernah mengalami mata gatal, merah, dan berair selama ini. Saat ini pasien juga tidak ada demam, batuk, pilek, mual, maupun diare. Pasien juga sekarang sudah tidak menggunakan obat lagi, terdapat riwayat menggunakan tiga obat tetes untuk matanya sebulan setelah operasi terakhir. Alergi obat, makanan, maupun debu dan dingin juga disangkal. Saat kehamilan pasien, dikatakan ibu pasien sehat sehat saja dan tidak pernah sakit atau meminum obat dalam jangka panjang. Saat ini, pasien dikatakan cenderung nakal dan tidak bisa diam bergerak, namun belum bisa berbicara lancar, terlambat dari anak anak lain seusianya.

Riwayat keluhan yang serupa pada keluarga pasien disangkal. Riwayat gangguan penglihatan pada keluarga pasien juga disangkal oleh orangtua pasien. Ayah pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan saat baru lahir. Penyakit keturunan genetik pada keluarga pasien disangkal oleh ayah pasien.

Status Present

a. Kesan umum:Baik

b. Kesadaran:Compos mentis

c. GCS:E4V5M6d. Nadi:100x/menit, regular, isi cukup

e. Laju respirasi:24x/menit, regular, tipe thorakal

f. Suhu aksila:36,40C

g. BB: 12 kg

BBL : 3,9 kg

h. TB: 80 cm

Status Generalisa. Mata:dijelaskan pada status ophthalmology

b. THT

Telinga: bentuk normal, tanda radang (-/-), bekas luka (-)

Hidung: bentuk normal, tanda radang (-), ekskoriasi (-), kongesti (-)

Tenggorok: tonsil (T1/T1), faring hiperemis (-),

c. Mulut

: sianosis (-), atrofi lidah (-)

d. Leher:pembesaran kelenjar (-)

e. Thoraks:simetris (+) saat statis dan dinamis

Cor: S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo:vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

f. Abdomen:distensi (-), bising usus (+) normal

g. Ekstremitas

:hangat + + edema - -

+ +

- -

Status Ophthalmology

ODOS

Following object (+)VisusFollowing object (+)

NormalPalpebraNormal

TenangKonjungtivaTenang

JernihKorneaJernih

DalamBilik mata depanDalam

Bulat, regularIrisBulat, regular

RP (+)PupilRP (+)

IOL (+)LensaIOL (+)

RF +VitreousRF +

Funduskopi

tdeTIOtde

REFRAKSI SUBJEKTIVE

OD

S 5.00 ; C -0,50 ; X 500 = 6/6 (tidak nyaman)

S 4.50 ; C -0,50 ; X 500 = 6/7,5

OS

S 1.50 ; C -0,50 ; X 1000 = 6/6

Adaptasi baik

PD 67/65

3.3 Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada indikasi sehingga tidak dilakukan.

3.4 Diagnosis Kerja (Assessment)

ODS pseudofakia3.5 Penatalaksanaana) Non farmakologi -

b) Farmakologi

-

c) Monitoring

Kontrol ke poliklinik mata RSUP Sanglah bila ada keluhanBAB IV

PEMBAHASAN

1. Pasien didiagnosis dengan ODS astigmatisma myopia kompositu + anisometropia karena :

Pasien 31 tahun dengan keluhan mata kanan kabur sejak 1 tahun yang lalu, dimana pasien secara perlahan merasakan bahwa dirinya kesulitan untuk melihat sesuatu yang jauh. Dalam hal ini pasien mengeluhkan mata kanannya lebih buram daripada mata kirinya.Hal ini terjadi setiap hari dan semakin memberat. Pasien mengatakan bahwa penglihatan buramnya akan lebih membaik apabila dia memicingkan penglihatannya. Pasien juga mengeluhkan bahwa kepalanya sering pusing terutama pada bagian depan, terasa berdenyut, dan hilang timbul. Pasien memiliki riwayat kurang lebih sejak 10 tahun yang lalu pasien memiliki kebiasaan untuk bermain ponsel dan membaca buku sembari tiduran, serta menonton televisi terlalu dekat, dan merokok kurang lebih 6 batang perhari, hal ini dilakukan pasien hampir setiap hari.

Keluhan tersebut memenuhi gejala klinis dari myopia yaitu kesulitan dalam melihat jauh sehingga pandangan menjadi kabur, dan membaik ketika memicingkan mata. Secara epidemiologi juga disebtkan bahwa myopia terjadi kebanyakan pada usia 30 tahun. Disisi lain adanya riwayat aktifitas melihat dengan jarak dekat sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu seperti menonton TV, penggunaan HP dan membaca buku merupakan salah satu faktor penyebab dari myopia.Hal ini juga sesuai dengan diagnosis astigmatismayaitu adanya pusing terutama pada daerah frontal kepala yang dikarenakan sinar sejajar dengan sumbu penglihatan tidak dibiaskan pada satu titik, melainkan pada banyak titik.

Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan visual acquity mata kanan 5/60 PH NI dan mata kiri 6/20 PH 6/12. Dari pemeriksaan refraksi subjektif didapatkan bahwa mata kanan pasien S- 4.5 D sementara mata kiri pasien -1,5 D Beda refraksi mata kanan dan kiri yakni sebesar 3 D, sehingga hal ini menegakkan diagnosis anisometropia pada pasien ini.2. Anisometropia merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi, sehingga penatalaksanaan anisometropia adalah memperbaiki kekuatan refraksi kedua mata. Pada pasien ini, diterapi dengan koreksi kaca mata dengan tujuan memperbaiki kekuatan refraksi kedua mata tersebut. BAB V

SIMPULAN

Anisometropia merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi.1 Etiologi anisometropria adalah kongenital dan anisometropia didapat.15 Sloane membagi anisometropia berdasarkan beda refraksi kedua mata menjadi 3 tingkat yaitu anisometropia kecil, anisometropia sedang, anisometropia besar.13Gejala anisometropia pada umumnya sakit kepala, pada kedua mata merasa tidak enak, panas, tegang. Gejala yang spesifik pada anisometropia yaitu pusing, mual-mual, kadang-kadang melihat ganda, kesulitanmemperkirakan jarak suatu benda, melihat lantai yang bergelombang.14,15 Diagnosis anisometropia dapat dibuat setelah pemeriksaan retinoskopi pada pasien yang penglihatannya berkurang.12 Pada pemeriksaan retinoskopi dinilai refleks fundus dan dengan ini bisa diketahui apakah seseorang menderita hipermetropia, miopia atau astigmatisma. Kemudian baru ditentukan berapakah perbedaan kekuatan refraksi antara kedua bola mata dan ditentukan besar kecilnya derajat anisometropia.Penatalaksanaan anisometropia adalah memperbaiki kekuatan refraksi kedua mata. Adapun beberapa penatalaksanan baik menggunakan alat maupun tindakan, yaitu menggunakan kaca mata, lensa kontak, kacamata aniseikonia, sedangkan tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekuatan refraksi mata yaitu implantasi lensa intraokuler, refractive cornea surgery ataupun pengangkatan lensa kristal jernih untuk miopia unilateral yang sangat tinggi (operasi fucala).12DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penyakit mata: Ringkasan & istilah PT. Pustaka utama graffiti, Jakarta, 1988: 82, 126, 441

2. Ilyas S,dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI, 1981:184-95

3. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000:403-404

4. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000:243-244

5. Radjimin T,dkk. Ilmu Penyakit mata. Surabaya: Unair,1993:121-4

6. Yunita Arlina, Bahri Chairul. Pola Distribusi Penyakit Mata di RSU Cut Nyak Dhien, Meulaboh, Aceh, 1997(diakses tanggal 4 Februari 2015, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_PolaDistribusiPenyakitMata.pdf/13_PolaDistribusiPenyakitMata.html)

7. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000:9-15

8. Wijana Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Perpustakaan Nasional;Katolog dalam Terbitan, 1993:245-270

9. Mein JHB. Diagnosis and Management of ocular mobility disorder, London. Black Well Scientrific Publications, 1986: 93-52, 124-30

10. Park MM. Single Binocular Vision. In: Duane H, jaeger EA, Clinical Ophthalmology. Vol I. Philadelpia: Harper & Row Publish, chapter 5,1986:1-20

11. Haryono. Perbandingan Penglihatan Stereoskopis antara Anisometropia Kecil dan Anisometropia Sedang pada Penderita Miopia Ringan yang menggunakan kacamata. (diakses tanggal 4 Februari 2015, http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82227)

12. Rubin MI. Refractive disorders. In: Frauntelder FT, Roy FH eds. Current Occular Therapy 3. Philadelphia: WB Saunders Company, 1975:343-61

13. Micheal DD. Anisometropia, Anisophoria, and Aniseikonia In: Visual Optics and Refraction, Saint Louis, the CV. Mosby Company, 1975: 343-61

14. Ilyas Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:FKUI, 2009

15. Hecht KA. Et al. Basic and Clinical Science Course, Section 3: Optics, Refractions and Contact Lens. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology,1995:144,145,153-156,205.

1