1224-1338-1-pb
TRANSCRIPT
Artikel Penelitian
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012132
Kadar Pepsin Sekret PenderitaOtitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif
Anak dan Dewasa dengan Pemeriksaan ELISA
Taliyah, Eka Savitri, Amira Trini Raihanah
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
Abstrak
Pendahuluan: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) paling sering terjadi pada anak, jarang
setelah dewasa. Patogenesisnya multifaktorial, termasuk infeksi, gangguan fungsi tuba
Eustachius, status imun imatur dan alergi. Salah satu yang juga dapat memperberat adalah
lebih mudahnya refluks pepsin dari lambung pada bayi dan anak karena anatomi sudut dan
tidak maturnya tuba Eustachius. Pepsin dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi yang
merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri. Analisis kadar pepsin pada sekret telinga
penderita OMSK belum pernah dilaporkan dalam literatur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK tipe aktif antara penderita anak dan
dewasa dengan pemeriksaan ELISA.
Metode: penelitian ini merupakan studi potong lintang analitis pada 20 (15 anak dan 5
dewasa) penderita OMSK tipe aktif yang datang ke SD Paccinang, SMP 23 Makassar, RS
Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS Labuang Baji, serta memenuhi kriteria inklusi.
Hasil: Rerata kadar pepsin sekret telinga pada seluruh sampel adalah 557±1 536 pg/ml. Kadar
pepsin sekret telinga pada kelompok anak sebesar 717,43 pg/ml, lebih tinggi dibandingkan
kelompok dewasa yaitu sebesar 75,74 pg/ml. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar
pepsin sekret telinga kelompok anak dan kelompok dewasa (p=0,016; Uji Mann Whitney).
Kesimpulan: Kadar pepsin sekret telinga OMSK pada anak lebih tinggi daripada pada dewasa.
J Indon Med Assoc. 2012;62:130-5.
Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronik, Pepsin, ELISA
Korespondensi: Taliyah,
Email: [email protected]
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 133
Analysis of Pepsin Level in the Ear Discharge between
Adult and Children with Active Type of
Chronic Suppurative Otitis Media Using ELISA
Taliyah, Eka Savitri, Amira Trini Raihanah
Department of Otolaryngology-Head and Neck Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar
Abstract
Introduction: Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is most common in children and rarely
as an adult. The pathogenesis of CSOM is multifactorial, including infection, eustachian tube
dysfunction, immature immune status and allergies. One of the predisposition factors is reflux of
pepsin in infants and children due to the anatomical and immature eustachian tube. Pepsin can
cause irritation and inflammatory reactions that make ideal conditions for bacterial growth.
Analysis of pepsin levels in patients with ear discharge CSOM had not been reported in the
literature. This study aimed to determine pepsin level in the ear discharge between adult and
children with active type of CSOM using ELISA.
Methods: This is an analytic cross-sectional study in 20 (15 children and 5 adults) patients with
active type CSOM,which came to Paccinang elementary School, 23rd Junior High School Makassar,
Sayang Rakyat Hospital, Daya Hospital, Haji Hospital, and Labuang Baji Hospital, and met the
inclusion criteria.
Result: The mean pepsin level of the ear discharge is 557±1536 pg/ml. Pepsin level in the children
group is 717.43 pg/ml, and pepsin level in the adult group is 75.74 pg/ml. There are significant
differences between pepsin level in children and adult groups (p=0.016; Mann Whitney test).
Conclusion: The CSOM children’s pepsin level of the ear discharge is higher than adults.
J Indon Med Assoc. 2012;62:130-5.
Keywords: Chronic Suppurative Otitis Media, Pepsin, ELISA
Pendahuluan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah
peradangan kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani disertai sekret yang keluar dari telinga
tengah secara terus menerus atau hilang timbul selama lebih
dari 2 bulan. Prevalens OMSK di Indonesia secara umum
adalah 3,9%.1,2 Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai
dengan otitis media berulang pada anak dan jarang dimulai
setelah dewasa. OMSK terjadi karena terjadi Otitis Media
Supuratif Akut (OMSA) gagal mengalami penyembuhan
sempurna. Beberapa faktor yang menyebabkan OMSK
menjadi kronik adalah gangguan fungsi tuba Eustachius yang
kronis, perforasi membran timpani yang menetap, adanya
perubahan patologik yang menetap di telinga tengah, dan
obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga
mastoid.3-5 Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa pajanan
kronik isi lambung akibat adanya refluks gastroesofageal
(RGE) terhadap tuba Eustachius menyebabkan disfungsi tuba
Eustachius dan penyakit telinga tengah.6 Patofisiologi RGE
dan PRGE pada bayi, anak, dan dewasa hampir sama. Refluks
terutama terjadi karena relaksasi sementara pada sfingter
esofagus bawah (SEB). Tingginya frekuensi RGE dan PRGE
pada anak berkaitan dengan sistem imatur dari esofagus dan
lambung.7
Gejala refluks terjadi pada sekitar sepertiga penderita
gangguan otolaring. Apabila isi refluks mengenai epitel
bersilia dari struktur otolaring, maka lebih memudahkan
terjadinya kerusakan. Tidak seperti esofagus yang dilindungi
oleh mekanisme antirefluks, daerah faring, laring, telinga
tengah, dan kompleks nasosinus tidak dilindungi oleh
mekanisme pembersihan antirefluks dan pertahanan mukosa
intrinsik terhadap refluks isi lambung.9 Velepic et al.10
menduga bahwa RGE bisa menyebabkan timbulnya gangguan
tubotimpani baik secara langsung maupun tidak langsung.
Isi refluks bisa masuk secara langsung dan kontak dengan
membran mukosa telinga sehingga menyebabkan iritasi dan
reaksi inflamasi. Keadaan ini menjadi kondisi ideal bagi
berkembangnya kolonisasi bakteri.10,11 Hasil penelitian
Heavner et al.12 menemukan bahwa paparan pepsin pada
telinga tengah tikus bisa menyebabkan disfungsi tuba
Eustachius.12 Isi refluks lambung dari nasofaring menuju
telinga tengah kemungkinan disebabkan oleh sudut dan tidak
maturnya tuba Eustachius pada bayi dan anak.13 Pada anak
ukuran tuba Eustachius lebih pendek dan membentuk sudut
100 dengan bidang horizontal.14,15
Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa
Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012134
Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang analisis
kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK tipe aktif menjadi
penting. Penelitian ini belum pernah dilakukan. Hasil
penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
keberadaan pepsin pada penderita OMSK sebagai bahan
pengembangan ilmu kedokteran khususnya di bidang
Otologi.
Metode
Jenis penelitian ini adalah potong lintang analitik,
dengan sampel penelitian didapatkan dari sekret telinga
penderita OMSK tipe aktif di SD Paccinang, SMP 23
Makassar, RS Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS
Labuang Baji Makassar dan telah memenuhi kriteria
penelitian. Sampel dipilih berdasarkan teknik consecutive
sampling, didapatkan 20 sekret telinga yang dibagi menjadi
2 kelompok yaitu 15 sampel sekret telinga kelompok anak (3-
17 tahun) dan 5 sampel sekret telinga kelompok dewasa (>17
tahun). Orang tua penderita/penderita menyatakan bersedia
ikut dalam penelitian dan memberikan persetujuan secara
tertulis (informed consent) dan tidak sedang minum obat
golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) minimal selama 2
minggu. Sampel akan dieksklusi apabila telinga penderita
sedang mendapatkan terapi tampon Burowi saat dilakukan
pemeriksaan dan tidak mengikuti seluruh prosedur penelitian.
Wawancara dilakukan pada orang tua penderita/
penderita OMSK dengan kuesioner Gastroesophageal
Refluks untuk mengetahui ada tidaknya gejala RGE pada
penderita. Gejala refluks yang dinilai yaitu adanya mual,
muntah, sakit ulu hati, sakit perut, sakit di atas pusat, rasa
asam di mulut, dan sulit menelan. Sekret dari telinga tengah
diambil dengan spuit 10 cc yang berisi 1 ml NaCl 0,9%. Jarum
spuit dimodifikasi (jarum spuit diganti dengan karet wing
needle) lalu spuit diarahkan ke dalam Meatus Akustikus
Eksternus (MAE). Cairan NaCl 0,9% disemprotkan secara
perlahan-lahan ke dalam MAE kemudian sekret telinga dan
larutan NaCl 0,9% tersebut ditarik ke dalam spuit lalu
dimasukkan ke dalam tabung sampel. Tabung sampel segera
dimasukkan ke dalam freezer dan disimpan pada suhu -20°C
untuk persiapan pemeriksaan pepsin menggunakan ELISA
(Cusabio Biotech).
Prinsip pemeriksaan ELISA adalah microplate yang
tersedia pada kit sudah mengandung antibodi monoklonal
spesifik untuk pepsin. Standar dan sampel ditambahkan pada
well yang tersedia pada microplate dan bila terdapat pepsin
akan terikat oleh antibodi yang ada. Suatu spesifik enzyme-
linked polyclonal antibody untuk pepsin ditambahkan.
Selanjutnya microplate dicuci untuk menghilangkan reagent
enzim antibodi yang tidak terikat, kemudian cairan substrat
ditambahkan ke dalam well microplate dan akan terjadi
perubahan warna sesuai jumlah pepsin yang terikat.
Perubahan warna ini akan diukur intensitasnya dan
dibandingkan dengan kurva standar. Teknik pemeriksaan
ELISA (Cusabio Biotech) adalah sebagai berikut: sampel
sekret dilakukan sentrifuge selama ± 5 menit dengan
kecepatan 6000-10000 rpm selama 30 detik. Standar dibuat
dengan melarutkan standard ditambah 1 ml sampel diluents
untuk membuat kurva konsentrasi. 2000 pg/ml = standard + 1
ml sample diluents= A ; 1000 pg/ml = 150µl A + 150µl sample
diluents = B ; 500 pg/ml = 150µl B + 150µl sample diluents =
C; 250 pg/ml = 150µl C + 150µl sample diluents= D; 125 pg/
ml = 150µl D + 150µl sample diluents= E; 62,5 pg/ml = 150µl
E + 150µl sample diluents = F; 31,25 pg/ml = 150µl A + 150µl
sample diluents= G; 0 pg/ml (standar 0) = sample diluents =
H. Ditambahkan sebanyak 100 µl masing-masing standard
dan sampel pada well plate (yang mengandung antibodi
spesifik untuk human pepsin). Tutup dengan strip adhesive.
Inkubasi selama 2 jam pada suhu 37°C. Cairan pada setiap
well plate dibuang, namun tidak dicuci. Lalu ditambahkan
100 µl cairan biotin-antibodi pada setiap well plate. Inkubasi
dilakukan selama 1 jam pada suhu 37°C. Larutan biotin-
antibodi 1:100 dibuat dengan melarutkan 80 µl biotin-antibodi
ditambahkan 7920 µl biotin-antibodi diluents. Wash buffer
dibuat dengan pengenceran 25 kali (melarutkan 20 ml wash
buffer kemudian menambahkan akuades 480 ml). Setiap well
plate diaspirasi dan dicuci sebanyak 3 kali. Pencucian
dilakukan dengan cara: mengisi setiap well dengan wash
buffer (350 µl) menggunakan pipet multi-channel dan
dibiarkan selama 2 menit, kemudian cairan pada well dibuang.
Wash buffer yang tersisa diaspirasi atau dituang dan
dikeringkan dengan kertas tisu. Ditambahkan 100 µl cairan
HRP-avidin pada setiap well. Plate ditutup dengan strip
adhesive yang baru. Inkubasi selama 1 jam pada suhu 37°C.
Larutan HRP-avidin 1:100 dibuat dengan melarutkan 80 µl
HRP-avidin ditambahkan 7920 µl HRP-avidin diluents.
Aspirasi dan cuci setiap well sebanyak 5 kali pencucian
seperti pada proses pencucian sebelumnya menggunakan
350 µl wash buffer. Ditambahkan 90 µl larutan substrat TMB
pada setiap well, sampai warna berubah menjadi biru. Inkubasi
selama 30 menit pada suhu kamar, lindungi dari cahaya terang.
Kemudian ditambahkan 50 µl stop solution pada setiap well.
Warna berubah menguning. Identifikasi densitas optik pada
setiap well dalam 30 detik menggunakan ELISA microplate
reader set pada 450 nm dan hasilnya akan terbaca.
Semua data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik. Metode analisis data dengan uji non parametrik
Mann Whitney karena data tidak berdistribusi normal.
Hasil
Penelitian ini dilakukan pada 20 sampel sekret telinga
penderita OMSK yang datang di SD Paccinang, SMP 23
Makassar, RS Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS
Labuang Baji Makassar dari bulan Desember 2011-Maret 2012
yang memenuhi syarat sampel penelitian. Jumlah sampel
adalah 20 yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok anak
sebanyak 15 sampel sekret telinga dan kelompok dewasa
sebanyak 5 sampel sekret telinga. Didapatkan proporsi laki-
laki dan perempuan sama banyak, yaitu masing-masing
Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 135
sebanyak 10 orang. Usia penderita termuda adalah 3 tahun
dan tertua 40 tahun.
Penderita OMSK bilateral pada kelompok anak cukup
tinggi yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan pada
kelompok dewasa tidak ada. Pada kelompok anak, sebanyak
10 orang (66,7%) sudah mengalami OMSK selama 1-5 tahun
sementara pada kelompok dewasa sebagian besar sudah
mengalami OMSK selama >5 tahun, yaitu sebanyak 3 orang
(60%).
Berdasarkan luas perforasi, sebanyak 12 orang pen-
derita OMSK (60 %) mengalami perforasi sedang, sedangkan
sisanya sebanyak 5 orang (25%) menderita perforasi besar
dan 1 orang (5%) menderita perforasi total. Pada penderita
yang telah menderita OMSK >5 tahun, sebanyak 4 orang
(20%) mengalami perforasi besar dan sisanya 1 orang (5%)
menderita perforasi total.
Penderita OMSK anak dengan gejala refluks sebanyak
6 orang (40%), sementara sisanya sebanyak 9 orang (60%)
tanpa gejala refluks. Pada pasien OMSK dewasa, sebanyak
1 orang (20%) mengeluhkan gejala refluks, sedangkan
sisanya sebanyak 4 orang (80%) tanpa gejala refluks. Data
selengkapnya dapat terlihat pada tabel 1.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar pepsin rata-rata sekret
telinga penderita OMSK pada kelompok anak adalah 717,43
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Sebaran Umum Kelompok Kelompok Total
anak dewasa
Jenis kelamin
Laki-laki 9 1 10 (50%)
Perempuan 6 4 10 (50%)
Umur
Anak 3-11 tahun (15)
Dewasa 24-40 tahun (5)
Pendidikan Orang tua anak Penderita
SD 4 (26,7%) 0
SMP 2 (13,3%) 1 (20%)
SMA 9 (60%) 3 (60%)
Sarjana 0 1 (20%)
Pekerjaan Orang tua anak Penderita
Pekerja harian 3 (20%) 1 (20%)
Pekerja swasta 10 (66,7%) 0
Pegawai 2 (13,3%) 1 (20%)
Tidak kerja 0 3 (60%)
Lokasi perforasi
Unilateral 9 (60%) 5 (100%)
Bilateral 6 (40%) 0
Lama penyakit
< 1 tahun 1 (6,7%) 2 (40%)
1-5 tahun 10 (66,7%) 0
>5 tahun 4 (26,7%) 3 (60%)
Luas perforasi
Kecil 2 (10%)
Sedang 12 (60%)
Besar 5 (25%)
Total 1 (5%)
Gejala reflux
Dengan gejala 6 (40%) 1 (20%)
Tanpa gejala 9 (60%) 4 (80%)
pg/ml dan kelompok dewasa adalah 75,74 pg/ml. Berdasarkan
hasil uji Mann-Whitney (signifikasi p < 0,05) menunjukkan
bahwa kadar pepsin sekret telinga berbeda signifikan menurut
kelompok umur. Hal ini dijelaskan oleh nilai p=0,016. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar pepsin rata-rata sekret telinga
penderita OMSK ditemukan paling tinggi pada kelompok anak
(717,43 pg/ml).
Tabel 2. Perbandingan Kadar Pepsin Rata-Rata Sekret Teli-
nga Penderita OMSK Menurut Kelompok Umur
Umur (tahun) N Mean (pg/ml) SD
Anak 15 717,43 1757,03
Dewasa 57 75,74 146,5
Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar pepsin rata-rata sekret
telinga penderita OMSK dengan gejala refluks adalah 209,057
pg/ml dan tanpa gejala refluks 744,37 pg/ml. Tidak ada
perbedaan bermakna antara kadar pepsin sekret telinga pasien
OMSK dengan gejala refluks dan tanpa gejala refluks.
(p=0,781; Uji Mann-Whitney).
Tabel 3. Perbandingan Kadar Pepsin Rata-Rata Secret Telinga
Penderita OMSK Menurut Ada Tidaknya Gejala
Refluks
OMSK N Kadar pepsin rata-rata (pg/ml)
Gejala refluks 6 209,05 81,09
Tanpa refluks 9 744,37 1904,09
Diskusi
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak
20 sampel telinga penderita OMSK terdiri atas 15 sampel (75%)
sekret telinga kelompok anak dan 5 sampel (25%) sekret
telinga kelompok dewasa dengan rasio perbandingan laki-
laki dan perempuan 1:1. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan didapatkan oleh
Hardiningsih,17 yang menunjukkan bahwa rasio perbandingan
laki-laki dan perempuan sebesar 1:1,6. Demikian juga dengan
hasil penelitian yang didapatkan oleh Suhadi dan Kuhuwael,18
didapatkan rasio antara laki-laki dan perempuan sebesar 1:1,4.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa distribusi OMSK
terbanyak terdapat pada kelompok anak yaitu 15 orang (75%).
Hal ini menunjukkan bahwa OMSK paling sering terjadi pada
kelompok anak. Umur penderita termuda adalah 3 tahun dan
penderita tertua adalah 40 tahun.
Pada penelitian ini ditemukan kadar pepsin rata-rata
sekret telinga penderita OMSK adalah 557 pg/ml. Kadar pep-
sin sekret telinga penderita dihitung berdasarkan kurva
standar pepsin pada konsentrasi 2000pg/ml, 1000pg/ml,
500pg/ml, 250pg/ml, 125pg/ml, 62,5 pg/ml dan 31,25 pg/ml,
seperti terlihat pada grafik 1.
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012
Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa
136
Kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK berda-
sarkan kelompok umur ditemukan bahwa rata-rata kadar pep-
sin sekret telinga pada kelompok anak adalah 717,43 pg/ml
(kadar pepsin bervariasi dari 86,2-7050,2 pg/ml) dan pada
kelompok dewasa 75,74 pg/ml. Uji statistik menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata kadar
pepsin sekret telinga pada kelompok anak dan dewasa.
(p=0,016; Uji Mann-Whitney).
Tuba Eustachius pada kelompok anak tidak sebaik pada
kelompok dewasa karena pada anak ukuran tuba lebih pendek
dan membentuk sudut 10o dengan bidang horizontal,
sedangkan pada dewasa ukuran tuba lebih panjang dan
membentuk sudut 30-40o dengan bidang horizontal. Hal ini
menyebabkan pada anak lebih mudah terjadi refluks isi
lambung ke dalam tuba Eustachius dan telinga tengah
dibanding pada dewasa. Pahnke dan Bluestone,14,15 mengutip
penelitian Bylander tahun 2010 menyebutkan, bahwa fungsi
ventilasi tuba Eustachius pada anak kurang efisien dibanding
orang dewasa, karena fungsi tuba Eustachius terganggu maka
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah
dan terjadilah peradangan.2
Pada penelitian ini ditemukan kadar pepsin tertinggi
sebesar 7050,2 pg/ml pada anak umur 3 tahun, sedangkan
kadar pepsin terendah terdapat pada 3 sampel pada kelompok
dewasa yang sama sekali tidak ditemukan pepsin di dalam
sekret. Adanya pepsin dalam cairan telinga tengah me-
ngindikasikan bahwa refluks cairan lambung dapat mencapai
telinga tengah. Adanya pajanan pepsin pada membran
mukosa telinga tengah diduga menimbulkan iritasi kronik dan
memicu terjadinya reaksi inflamasi yang akhirnya menciptakan
kondisi yang baik untuk berkembangnya kolonisasi bakteri.11
Berdasarkan ada tidaknya gejala refluks, rata-rata kadar
pepsin sekret penderita OMSK dengan gejala refluks sebesar
209,057 pg/ml, sedangkan pada penderita OMSK tanpa gejala
refluks sebesar 744,37pg/ml. Penelitian He,19 menegaskan
bahwa adanya pepsin dalam telinga tengah tidak selalu
Grafik 1. Kurva Standar Pepsin
berhubungan dengan gejala klasik PRGE. Kadar pepsin sekret
telinga yang tinggi pada penderita OMSK anak juga bisa
terjadi karena frekuensi RGE yang lebih tinggi pada anak.
RGE dan PRGE pada anak berkaitan dengan sistem imatur
dari esofagus dan lambung.7 RGE adalah peristiwa masuknya
isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten
pada setiap orang, terutama setelah makan. Refluks yang
terjadi pada orang normal tanpa menimbulkan gejala dan
perubahan histologi mukosa esofagus disebut RGE
fisiologik, sedangkan refluks yang terjadi berulang
menyebabkan bagian distal esofagus mendapat rangsangan
dari isi lambung dalam waktu yang lama sehingga timbul
gejala dan komplikasi disebut RGE patologik atau PRGE. RGE
yang patologik telah diperkenalkan sebagai penyebab
beberapa manifestasi lesi refluks ekstraesofageal. Lesi ini
terjadi di laring, faring, kavum nasidan telinga tengah.20,21
Pada penelitian ini ditemukan pepsin pada seluruh
sampel sekret telinga penderita OMSK anak dengan kadar
yang bervariasi antara 86,2-7050 pg/ml, sementara pada
dewasa hanya ditemukan pada 2 sampel saja (40%), dengan
kadar 43 pg/ml dan 335,7 pg/ml. Terdapat 1 sampel sekret
penderita OMSK dewasa dengan kadar pepsin sekret yang
tinggi yaitu sebesar 335,7 pg/ml. Pada kuesioner RGE pasien
tersebut mengeluhkan gejala refluks rasa nyeri dada dan ulu
hati. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sone,21 disebutkan
bahwa kadar pepsin penderita dewasa otitis media efusi lebih
tinggi pada penderita yang disertai gejala RGE dibanding
tanpa gejala RGE.21 Pada penelitian Poelmans,22 ditegaskan
bahwa RGE bisa terdiagnosis pada penderita OMSK. Refluks
isi lambung yang keluar dari esofagus menuju faring dan
nasofaring bisa menyebabkan disfungsi tuba Eustachius,
tubotimpanitis dan terjadi OMSK melalui reaksi inflamasi dan
infeksi sekunder. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa
ada hubungan langsung antara beratnya keluhan telinga dan
RGE pada beberapa penderita OMSK dewasa.22
Kesimpulan dan Saran
Rata-rata kadar pepsin sekret penderita OMSK anak
lebih tinggi dibanding dengan rata-rata kadar pepsin sekret
penderita OMSK dewasa. Anak lebih mudah mengalami
refluks ke telinga tengah dibandingkan dewasa, karena secara
anatomi tuba Eustachius pada anak letaknya lebih horizon-
tal dibanding orang dewasa. RGE dan PRGE pada anak juga
berkaitan dengan sistem imatur dari esofagus dan lambung.
Data penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penyebab lain
terjadinya kronisitas OMSK. Tidak ada hubungan bermakna
antara gejala refluks dengan kadar pepsin sekret telinga
penderita OMSK. Ditemukan kadar pepsin yang tinggi
walaupun dalam kuesioner RGE tidak ada gejala refluks,
sehingga tetap perlu dipertimbangkan adanya refluks pada
penderita OMSK terutama pada anak walaupun tanpa
keluhan RGE.
Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 137
Ucapan Terima Kasih
1. Dr. Fardah Akil, Sp.PD, KGEH atas bantuannya dalam
penelitian.
2. Dr. Agussalim Bukhari, M.Med, PhD, Sp.GK atas
bantuannya dalam pemeriksaan ELISA.
3. Prof. Dr. dr. R. Satriono, M.Sc, Sp.A (K), Sp.GK atas
bantuannya dalam analisis statistik.
Daftar Pustaka
1. Helmi. Otitis media supuratif kronis, pengetahuan dasar, terapi
medik, mastoidektomi, timpanoplasti. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2005.
2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. In: Soepardi EA, Iskandar
N, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala dan leher. 5th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. p.
49-61.
3. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan
terhadap beberapa antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H.
Adam Malik Medan. Medan: Bagian Ilmu Kesehatan THT USU;
2003.
4. Dhingra PL. Diseases of ear, nose and throat. 4th Ed. New Delhi:
Elsevier; 2007.
5. Ballenger JJ. Penyakit telinga kronis. In: Penyakit telinga, hidung,
tenggorok, kepala dan leher Volume II. 13th Ed. Jakarta: Binarupa
Aksara;1997. p. 424-31.
6. Darrow DH, Dash N, Derkay CS. Otitis media: concepts and
controversies. In: Current opinion in otolaryngology and head
and neck surgery; 2003.
7. Cezard JP. Managing gastro-oesophageal reflux disease in chil-
dren. Paris: Department of Paediatric Gastroenterology and Nu-
trition, Robert Debre Hospital; 2004.
8. Schreiber S, Garten D, Sudhoff H. Pathophysiological mecha-
nisms of extraesophageal reflux in otolaryngologeal disorders.
Eur Arch Oto. 2009;266:17-24.
9. Poelmans J, Tack J. Extraesophageal manifestations of gastro-
oesophageal reflux. Gut. 2005;54:1492-9.
10. Velepic MM, Rozmanic V, Bonifacic M. Gastroesophageal re-
flux, allergy and chronic tubotympanal disorders in children.
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 2000;
55:187-90.
11. TaskerA, Dettmar PW, Panetti M, Koufman JA, Birchall JP.
Pearson JP. Gastric Reflux a cause of otitis media with effusion in
children. Laryngoscope. 2002;112:1930-4.
12. Heavner SB, Hardy SM, White DR, McQueen CT, Prazma J,
Pillsbury HC. Function of the eustachian tube after weekly expo-
sure to pepsin/hydrochloric. Otolaryngology-Head and Neck Sur-
gery 2001;125:123-9.
13. Keles B, Ozturk K, Gunel E, Arbag H, Ozer B. Pharyngeal reflux
in children with chronic otitis media with effusion. Acta Oto-
laryngology. 2004;124:1178-81.
14. Pahnke J. Morphology, function and clinical aspects of the
eustahian tuba. In: Current topics in otolaryngology head and
neck surgery. Germany: Georg Thieme; 2004. p. 1-23.
15. Bluestone CD, Rood SR, Swarts JD. Anatomy and physiology of
eustachian tuba. In: Bailey BJ. Head and neck surgery otolaryn-
gology Vol 1. 4 th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins. p. 1523-62.
16. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto
IB. Perkiraan besar sampel. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. 3rd Ed. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p. 302-30.
17. Hardiningsih C. Pengaruh pengobatan konservatif terhadap
mucociliar clearance tuba eustachius penderita tipe benigna aktif
di Makassar. Makasar: Bagian THT-KL FK Universitas Hasa-
nuddin; 2009.
18. Suhadi EA, Kuhuwael FG. Pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap
antimikroba pada penderita OMSK benigna aktif di RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo. Makasar: FK Universitas Hasanuddin;
2005.
19. He Z, O’Reilly RC, Bolling L, Soundar S, Shah M, Cook S, et al.
Detection of gastric pepsin in middle ear fluid of children with
otitis media. Otolaryngology head and neck surgery 2007;137:59-
64.
20. Yunizaf HM. Penyakit refluks gastroesofagus. In: Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher 5th ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 252-5.
21. Sone M, Yamamuro Y, Hayashi H, Yanagi E, Niwa Y, Nakashima
T. Prediction of gastroesophageal reflux in otitis media with
effusion in adults. Acta Oto-Laryngologica. 2007;127:470-3.
22. Poelmans J, Tack J, Fenestra L. Prospective study on the inci-
dence of chronic ear complaints related to gastroesophageal re-
flux and on the outcome of antireflux therapy. Ann Otol Rhinol
Laryngol. 2002;111:933-8.
MS