1224-1338-1-pb

6
Artikel Penelitian J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 132 Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa dengan Pemeriksaan ELISA Taliyah, Eka Savitri, Amira Trini Raihanah Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Abstrak Pendahuluan: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) paling sering terjadi pada anak, jarang setelah dewasa. Patogenesisnya multifaktorial, termasuk infeksi, gangguan fungsi tuba Eustachius, status imun imatur dan alergi. Salah satu yang juga dapat memperberat adalah lebih mudahnya refluks pepsin dari lambung pada bayi dan anak karena anatomi sudut dan tidak maturnya tuba Eustachius. Pepsin dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi yang merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri. Analisis kadar pepsin pada sekret telinga penderita OMSK belum pernah dilaporkan dalam literatur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK tipe aktif antara penderita anak dan dewasa dengan pemeriksaan ELISA. Metode: penelitian ini merupakan studi potong lintang analitis pada 20 (15 anak dan 5 dewasa) penderita OMSK tipe aktif yang datang ke SD Paccinang, SMP 23 Makassar, RS Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS Labuang Baji, serta memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Rerata kadar pepsin sekret telinga pada seluruh sampel adalah 557±1 536 pg/ml. Kadar pepsin sekret telinga pada kelompok anak sebesar 717,43 pg/ml, lebih tinggi dibandingkan kelompok dewasa yaitu sebesar 75,74 pg/ml. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar pepsin sekret telinga kelompok anak dan kelompok dewasa (p=0,016; Uji Mann Whitney). Kesimpulan: Kadar pepsin sekret telinga OMSK pada anak lebih tinggi daripada pada dewasa. J Indon Med Assoc. 2012;62:130-5. Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronik, Pepsin, ELISA Korespondensi : Taliyah, Email: [email protected]

Upload: 151190faza

Post on 29-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1224-1338-1-PB

Artikel Penelitian

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012132

Kadar Pepsin Sekret PenderitaOtitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif

Anak dan Dewasa dengan Pemeriksaan ELISA

Taliyah, Eka Savitri, Amira Trini Raihanah

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

Abstrak

Pendahuluan: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) paling sering terjadi pada anak, jarang

setelah dewasa. Patogenesisnya multifaktorial, termasuk infeksi, gangguan fungsi tuba

Eustachius, status imun imatur dan alergi. Salah satu yang juga dapat memperberat adalah

lebih mudahnya refluks pepsin dari lambung pada bayi dan anak karena anatomi sudut dan

tidak maturnya tuba Eustachius. Pepsin dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi yang

merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri. Analisis kadar pepsin pada sekret telinga

penderita OMSK belum pernah dilaporkan dalam literatur. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK tipe aktif antara penderita anak dan

dewasa dengan pemeriksaan ELISA.

Metode: penelitian ini merupakan studi potong lintang analitis pada 20 (15 anak dan 5

dewasa) penderita OMSK tipe aktif yang datang ke SD Paccinang, SMP 23 Makassar, RS

Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS Labuang Baji, serta memenuhi kriteria inklusi.

Hasil: Rerata kadar pepsin sekret telinga pada seluruh sampel adalah 557±1 536 pg/ml. Kadar

pepsin sekret telinga pada kelompok anak sebesar 717,43 pg/ml, lebih tinggi dibandingkan

kelompok dewasa yaitu sebesar 75,74 pg/ml. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar

pepsin sekret telinga kelompok anak dan kelompok dewasa (p=0,016; Uji Mann Whitney).

Kesimpulan: Kadar pepsin sekret telinga OMSK pada anak lebih tinggi daripada pada dewasa.

J Indon Med Assoc. 2012;62:130-5.

Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronik, Pepsin, ELISA

Korespondensi: Taliyah,

Email: [email protected]

Page 2: 1224-1338-1-PB

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 133

Analysis of Pepsin Level in the Ear Discharge between

Adult and Children with Active Type of

Chronic Suppurative Otitis Media Using ELISA

Taliyah, Eka Savitri, Amira Trini Raihanah

Department of Otolaryngology-Head and Neck Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar

Abstract

Introduction: Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is most common in children and rarely

as an adult. The pathogenesis of CSOM is multifactorial, including infection, eustachian tube

dysfunction, immature immune status and allergies. One of the predisposition factors is reflux of

pepsin in infants and children due to the anatomical and immature eustachian tube. Pepsin can

cause irritation and inflammatory reactions that make ideal conditions for bacterial growth.

Analysis of pepsin levels in patients with ear discharge CSOM had not been reported in the

literature. This study aimed to determine pepsin level in the ear discharge between adult and

children with active type of CSOM using ELISA.

Methods: This is an analytic cross-sectional study in 20 (15 children and 5 adults) patients with

active type CSOM,which came to Paccinang elementary School, 23rd Junior High School Makassar,

Sayang Rakyat Hospital, Daya Hospital, Haji Hospital, and Labuang Baji Hospital, and met the

inclusion criteria.

Result: The mean pepsin level of the ear discharge is 557±1536 pg/ml. Pepsin level in the children

group is 717.43 pg/ml, and pepsin level in the adult group is 75.74 pg/ml. There are significant

differences between pepsin level in children and adult groups (p=0.016; Mann Whitney test).

Conclusion: The CSOM children’s pepsin level of the ear discharge is higher than adults.

J Indon Med Assoc. 2012;62:130-5.

Keywords: Chronic Suppurative Otitis Media, Pepsin, ELISA

Pendahuluan

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah

peradangan kronis di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani disertai sekret yang keluar dari telinga

tengah secara terus menerus atau hilang timbul selama lebih

dari 2 bulan. Prevalens OMSK di Indonesia secara umum

adalah 3,9%.1,2 Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai

dengan otitis media berulang pada anak dan jarang dimulai

setelah dewasa. OMSK terjadi karena terjadi Otitis Media

Supuratif Akut (OMSA) gagal mengalami penyembuhan

sempurna. Beberapa faktor yang menyebabkan OMSK

menjadi kronik adalah gangguan fungsi tuba Eustachius yang

kronis, perforasi membran timpani yang menetap, adanya

perubahan patologik yang menetap di telinga tengah, dan

obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga

mastoid.3-5 Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa pajanan

kronik isi lambung akibat adanya refluks gastroesofageal

(RGE) terhadap tuba Eustachius menyebabkan disfungsi tuba

Eustachius dan penyakit telinga tengah.6 Patofisiologi RGE

dan PRGE pada bayi, anak, dan dewasa hampir sama. Refluks

terutama terjadi karena relaksasi sementara pada sfingter

esofagus bawah (SEB). Tingginya frekuensi RGE dan PRGE

pada anak berkaitan dengan sistem imatur dari esofagus dan

lambung.7

Gejala refluks terjadi pada sekitar sepertiga penderita

gangguan otolaring. Apabila isi refluks mengenai epitel

bersilia dari struktur otolaring, maka lebih memudahkan

terjadinya kerusakan. Tidak seperti esofagus yang dilindungi

oleh mekanisme antirefluks, daerah faring, laring, telinga

tengah, dan kompleks nasosinus tidak dilindungi oleh

mekanisme pembersihan antirefluks dan pertahanan mukosa

intrinsik terhadap refluks isi lambung.9 Velepic et al.10

menduga bahwa RGE bisa menyebabkan timbulnya gangguan

tubotimpani baik secara langsung maupun tidak langsung.

Isi refluks bisa masuk secara langsung dan kontak dengan

membran mukosa telinga sehingga menyebabkan iritasi dan

reaksi inflamasi. Keadaan ini menjadi kondisi ideal bagi

berkembangnya kolonisasi bakteri.10,11 Hasil penelitian

Heavner et al.12 menemukan bahwa paparan pepsin pada

telinga tengah tikus bisa menyebabkan disfungsi tuba

Eustachius.12 Isi refluks lambung dari nasofaring menuju

telinga tengah kemungkinan disebabkan oleh sudut dan tidak

maturnya tuba Eustachius pada bayi dan anak.13 Pada anak

ukuran tuba Eustachius lebih pendek dan membentuk sudut

100 dengan bidang horizontal.14,15

Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa

Page 3: 1224-1338-1-PB

Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012134

Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang analisis

kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK tipe aktif menjadi

penting. Penelitian ini belum pernah dilakukan. Hasil

penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang

keberadaan pepsin pada penderita OMSK sebagai bahan

pengembangan ilmu kedokteran khususnya di bidang

Otologi.

Metode

Jenis penelitian ini adalah potong lintang analitik,

dengan sampel penelitian didapatkan dari sekret telinga

penderita OMSK tipe aktif di SD Paccinang, SMP 23

Makassar, RS Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS

Labuang Baji Makassar dan telah memenuhi kriteria

penelitian. Sampel dipilih berdasarkan teknik consecutive

sampling, didapatkan 20 sekret telinga yang dibagi menjadi

2 kelompok yaitu 15 sampel sekret telinga kelompok anak (3-

17 tahun) dan 5 sampel sekret telinga kelompok dewasa (>17

tahun). Orang tua penderita/penderita menyatakan bersedia

ikut dalam penelitian dan memberikan persetujuan secara

tertulis (informed consent) dan tidak sedang minum obat

golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) minimal selama 2

minggu. Sampel akan dieksklusi apabila telinga penderita

sedang mendapatkan terapi tampon Burowi saat dilakukan

pemeriksaan dan tidak mengikuti seluruh prosedur penelitian.

Wawancara dilakukan pada orang tua penderita/

penderita OMSK dengan kuesioner Gastroesophageal

Refluks untuk mengetahui ada tidaknya gejala RGE pada

penderita. Gejala refluks yang dinilai yaitu adanya mual,

muntah, sakit ulu hati, sakit perut, sakit di atas pusat, rasa

asam di mulut, dan sulit menelan. Sekret dari telinga tengah

diambil dengan spuit 10 cc yang berisi 1 ml NaCl 0,9%. Jarum

spuit dimodifikasi (jarum spuit diganti dengan karet wing

needle) lalu spuit diarahkan ke dalam Meatus Akustikus

Eksternus (MAE). Cairan NaCl 0,9% disemprotkan secara

perlahan-lahan ke dalam MAE kemudian sekret telinga dan

larutan NaCl 0,9% tersebut ditarik ke dalam spuit lalu

dimasukkan ke dalam tabung sampel. Tabung sampel segera

dimasukkan ke dalam freezer dan disimpan pada suhu -20°C

untuk persiapan pemeriksaan pepsin menggunakan ELISA

(Cusabio Biotech).

Prinsip pemeriksaan ELISA adalah microplate yang

tersedia pada kit sudah mengandung antibodi monoklonal

spesifik untuk pepsin. Standar dan sampel ditambahkan pada

well yang tersedia pada microplate dan bila terdapat pepsin

akan terikat oleh antibodi yang ada. Suatu spesifik enzyme-

linked polyclonal antibody untuk pepsin ditambahkan.

Selanjutnya microplate dicuci untuk menghilangkan reagent

enzim antibodi yang tidak terikat, kemudian cairan substrat

ditambahkan ke dalam well microplate dan akan terjadi

perubahan warna sesuai jumlah pepsin yang terikat.

Perubahan warna ini akan diukur intensitasnya dan

dibandingkan dengan kurva standar. Teknik pemeriksaan

ELISA (Cusabio Biotech) adalah sebagai berikut: sampel

sekret dilakukan sentrifuge selama ± 5 menit dengan

kecepatan 6000-10000 rpm selama 30 detik. Standar dibuat

dengan melarutkan standard ditambah 1 ml sampel diluents

untuk membuat kurva konsentrasi. 2000 pg/ml = standard + 1

ml sample diluents= A ; 1000 pg/ml = 150µl A + 150µl sample

diluents = B ; 500 pg/ml = 150µl B + 150µl sample diluents =

C; 250 pg/ml = 150µl C + 150µl sample diluents= D; 125 pg/

ml = 150µl D + 150µl sample diluents= E; 62,5 pg/ml = 150µl

E + 150µl sample diluents = F; 31,25 pg/ml = 150µl A + 150µl

sample diluents= G; 0 pg/ml (standar 0) = sample diluents =

H. Ditambahkan sebanyak 100 µl masing-masing standard

dan sampel pada well plate (yang mengandung antibodi

spesifik untuk human pepsin). Tutup dengan strip adhesive.

Inkubasi selama 2 jam pada suhu 37°C. Cairan pada setiap

well plate dibuang, namun tidak dicuci. Lalu ditambahkan

100 µl cairan biotin-antibodi pada setiap well plate. Inkubasi

dilakukan selama 1 jam pada suhu 37°C. Larutan biotin-

antibodi 1:100 dibuat dengan melarutkan 80 µl biotin-antibodi

ditambahkan 7920 µl biotin-antibodi diluents. Wash buffer

dibuat dengan pengenceran 25 kali (melarutkan 20 ml wash

buffer kemudian menambahkan akuades 480 ml). Setiap well

plate diaspirasi dan dicuci sebanyak 3 kali. Pencucian

dilakukan dengan cara: mengisi setiap well dengan wash

buffer (350 µl) menggunakan pipet multi-channel dan

dibiarkan selama 2 menit, kemudian cairan pada well dibuang.

Wash buffer yang tersisa diaspirasi atau dituang dan

dikeringkan dengan kertas tisu. Ditambahkan 100 µl cairan

HRP-avidin pada setiap well. Plate ditutup dengan strip

adhesive yang baru. Inkubasi selama 1 jam pada suhu 37°C.

Larutan HRP-avidin 1:100 dibuat dengan melarutkan 80 µl

HRP-avidin ditambahkan 7920 µl HRP-avidin diluents.

Aspirasi dan cuci setiap well sebanyak 5 kali pencucian

seperti pada proses pencucian sebelumnya menggunakan

350 µl wash buffer. Ditambahkan 90 µl larutan substrat TMB

pada setiap well, sampai warna berubah menjadi biru. Inkubasi

selama 30 menit pada suhu kamar, lindungi dari cahaya terang.

Kemudian ditambahkan 50 µl stop solution pada setiap well.

Warna berubah menguning. Identifikasi densitas optik pada

setiap well dalam 30 detik menggunakan ELISA microplate

reader set pada 450 nm dan hasilnya akan terbaca.

Semua data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel

dan grafik. Metode analisis data dengan uji non parametrik

Mann Whitney karena data tidak berdistribusi normal.

Hasil

Penelitian ini dilakukan pada 20 sampel sekret telinga

penderita OMSK yang datang di SD Paccinang, SMP 23

Makassar, RS Sayang Rakyat, RSUD Daya, RS Haji dan RS

Labuang Baji Makassar dari bulan Desember 2011-Maret 2012

yang memenuhi syarat sampel penelitian. Jumlah sampel

adalah 20 yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok anak

sebanyak 15 sampel sekret telinga dan kelompok dewasa

sebanyak 5 sampel sekret telinga. Didapatkan proporsi laki-

laki dan perempuan sama banyak, yaitu masing-masing

Page 4: 1224-1338-1-PB

Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 135

sebanyak 10 orang. Usia penderita termuda adalah 3 tahun

dan tertua 40 tahun.

Penderita OMSK bilateral pada kelompok anak cukup

tinggi yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan pada

kelompok dewasa tidak ada. Pada kelompok anak, sebanyak

10 orang (66,7%) sudah mengalami OMSK selama 1-5 tahun

sementara pada kelompok dewasa sebagian besar sudah

mengalami OMSK selama >5 tahun, yaitu sebanyak 3 orang

(60%).

Berdasarkan luas perforasi, sebanyak 12 orang pen-

derita OMSK (60 %) mengalami perforasi sedang, sedangkan

sisanya sebanyak 5 orang (25%) menderita perforasi besar

dan 1 orang (5%) menderita perforasi total. Pada penderita

yang telah menderita OMSK >5 tahun, sebanyak 4 orang

(20%) mengalami perforasi besar dan sisanya 1 orang (5%)

menderita perforasi total.

Penderita OMSK anak dengan gejala refluks sebanyak

6 orang (40%), sementara sisanya sebanyak 9 orang (60%)

tanpa gejala refluks. Pada pasien OMSK dewasa, sebanyak

1 orang (20%) mengeluhkan gejala refluks, sedangkan

sisanya sebanyak 4 orang (80%) tanpa gejala refluks. Data

selengkapnya dapat terlihat pada tabel 1.

Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar pepsin rata-rata sekret

telinga penderita OMSK pada kelompok anak adalah 717,43

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Sebaran Umum Kelompok Kelompok Total

anak dewasa

Jenis kelamin

Laki-laki 9 1 10 (50%)

Perempuan 6 4 10 (50%)

Umur

Anak 3-11 tahun (15)

Dewasa 24-40 tahun (5)

Pendidikan Orang tua anak Penderita

SD 4 (26,7%) 0

SMP 2 (13,3%) 1 (20%)

SMA 9 (60%) 3 (60%)

Sarjana 0 1 (20%)

Pekerjaan Orang tua anak Penderita

Pekerja harian 3 (20%) 1 (20%)

Pekerja swasta 10 (66,7%) 0

Pegawai 2 (13,3%) 1 (20%)

Tidak kerja 0 3 (60%)

Lokasi perforasi

Unilateral 9 (60%) 5 (100%)

Bilateral 6 (40%) 0

Lama penyakit

< 1 tahun 1 (6,7%) 2 (40%)

1-5 tahun 10 (66,7%) 0

>5 tahun 4 (26,7%) 3 (60%)

Luas perforasi

Kecil 2 (10%)

Sedang 12 (60%)

Besar 5 (25%)

Total 1 (5%)

Gejala reflux

Dengan gejala 6 (40%) 1 (20%)

Tanpa gejala 9 (60%) 4 (80%)

pg/ml dan kelompok dewasa adalah 75,74 pg/ml. Berdasarkan

hasil uji Mann-Whitney (signifikasi p < 0,05) menunjukkan

bahwa kadar pepsin sekret telinga berbeda signifikan menurut

kelompok umur. Hal ini dijelaskan oleh nilai p=0,016. Hal ini

menunjukkan bahwa kadar pepsin rata-rata sekret telinga

penderita OMSK ditemukan paling tinggi pada kelompok anak

(717,43 pg/ml).

Tabel 2. Perbandingan Kadar Pepsin Rata-Rata Sekret Teli-

nga Penderita OMSK Menurut Kelompok Umur

Umur (tahun) N Mean (pg/ml) SD

Anak 15 717,43 1757,03

Dewasa 57 75,74 146,5

Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar pepsin rata-rata sekret

telinga penderita OMSK dengan gejala refluks adalah 209,057

pg/ml dan tanpa gejala refluks 744,37 pg/ml. Tidak ada

perbedaan bermakna antara kadar pepsin sekret telinga pasien

OMSK dengan gejala refluks dan tanpa gejala refluks.

(p=0,781; Uji Mann-Whitney).

Tabel 3. Perbandingan Kadar Pepsin Rata-Rata Secret Telinga

Penderita OMSK Menurut Ada Tidaknya Gejala

Refluks

OMSK N Kadar pepsin rata-rata (pg/ml)

Gejala refluks 6 209,05 81,09

Tanpa refluks 9 744,37 1904,09

Diskusi

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak

20 sampel telinga penderita OMSK terdiri atas 15 sampel (75%)

sekret telinga kelompok anak dan 5 sampel (25%) sekret

telinga kelompok dewasa dengan rasio perbandingan laki-

laki dan perempuan 1:1. Hal ini berbeda dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan didapatkan oleh

Hardiningsih,17 yang menunjukkan bahwa rasio perbandingan

laki-laki dan perempuan sebesar 1:1,6. Demikian juga dengan

hasil penelitian yang didapatkan oleh Suhadi dan Kuhuwael,18

didapatkan rasio antara laki-laki dan perempuan sebesar 1:1,4.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa distribusi OMSK

terbanyak terdapat pada kelompok anak yaitu 15 orang (75%).

Hal ini menunjukkan bahwa OMSK paling sering terjadi pada

kelompok anak. Umur penderita termuda adalah 3 tahun dan

penderita tertua adalah 40 tahun.

Pada penelitian ini ditemukan kadar pepsin rata-rata

sekret telinga penderita OMSK adalah 557 pg/ml. Kadar pep-

sin sekret telinga penderita dihitung berdasarkan kurva

standar pepsin pada konsentrasi 2000pg/ml, 1000pg/ml,

500pg/ml, 250pg/ml, 125pg/ml, 62,5 pg/ml dan 31,25 pg/ml,

seperti terlihat pada grafik 1.

Page 5: 1224-1338-1-PB

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012

Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa

136

Kadar pepsin sekret telinga penderita OMSK berda-

sarkan kelompok umur ditemukan bahwa rata-rata kadar pep-

sin sekret telinga pada kelompok anak adalah 717,43 pg/ml

(kadar pepsin bervariasi dari 86,2-7050,2 pg/ml) dan pada

kelompok dewasa 75,74 pg/ml. Uji statistik menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata kadar

pepsin sekret telinga pada kelompok anak dan dewasa.

(p=0,016; Uji Mann-Whitney).

Tuba Eustachius pada kelompok anak tidak sebaik pada

kelompok dewasa karena pada anak ukuran tuba lebih pendek

dan membentuk sudut 10o dengan bidang horizontal,

sedangkan pada dewasa ukuran tuba lebih panjang dan

membentuk sudut 30-40o dengan bidang horizontal. Hal ini

menyebabkan pada anak lebih mudah terjadi refluks isi

lambung ke dalam tuba Eustachius dan telinga tengah

dibanding pada dewasa. Pahnke dan Bluestone,14,15 mengutip

penelitian Bylander tahun 2010 menyebutkan, bahwa fungsi

ventilasi tuba Eustachius pada anak kurang efisien dibanding

orang dewasa, karena fungsi tuba Eustachius terganggu maka

pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga

terganggu sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah

dan terjadilah peradangan.2

Pada penelitian ini ditemukan kadar pepsin tertinggi

sebesar 7050,2 pg/ml pada anak umur 3 tahun, sedangkan

kadar pepsin terendah terdapat pada 3 sampel pada kelompok

dewasa yang sama sekali tidak ditemukan pepsin di dalam

sekret. Adanya pepsin dalam cairan telinga tengah me-

ngindikasikan bahwa refluks cairan lambung dapat mencapai

telinga tengah. Adanya pajanan pepsin pada membran

mukosa telinga tengah diduga menimbulkan iritasi kronik dan

memicu terjadinya reaksi inflamasi yang akhirnya menciptakan

kondisi yang baik untuk berkembangnya kolonisasi bakteri.11

Berdasarkan ada tidaknya gejala refluks, rata-rata kadar

pepsin sekret penderita OMSK dengan gejala refluks sebesar

209,057 pg/ml, sedangkan pada penderita OMSK tanpa gejala

refluks sebesar 744,37pg/ml. Penelitian He,19 menegaskan

bahwa adanya pepsin dalam telinga tengah tidak selalu

Grafik 1. Kurva Standar Pepsin

berhubungan dengan gejala klasik PRGE. Kadar pepsin sekret

telinga yang tinggi pada penderita OMSK anak juga bisa

terjadi karena frekuensi RGE yang lebih tinggi pada anak.

RGE dan PRGE pada anak berkaitan dengan sistem imatur

dari esofagus dan lambung.7 RGE adalah peristiwa masuknya

isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten

pada setiap orang, terutama setelah makan. Refluks yang

terjadi pada orang normal tanpa menimbulkan gejala dan

perubahan histologi mukosa esofagus disebut RGE

fisiologik, sedangkan refluks yang terjadi berulang

menyebabkan bagian distal esofagus mendapat rangsangan

dari isi lambung dalam waktu yang lama sehingga timbul

gejala dan komplikasi disebut RGE patologik atau PRGE. RGE

yang patologik telah diperkenalkan sebagai penyebab

beberapa manifestasi lesi refluks ekstraesofageal. Lesi ini

terjadi di laring, faring, kavum nasidan telinga tengah.20,21

Pada penelitian ini ditemukan pepsin pada seluruh

sampel sekret telinga penderita OMSK anak dengan kadar

yang bervariasi antara 86,2-7050 pg/ml, sementara pada

dewasa hanya ditemukan pada 2 sampel saja (40%), dengan

kadar 43 pg/ml dan 335,7 pg/ml. Terdapat 1 sampel sekret

penderita OMSK dewasa dengan kadar pepsin sekret yang

tinggi yaitu sebesar 335,7 pg/ml. Pada kuesioner RGE pasien

tersebut mengeluhkan gejala refluks rasa nyeri dada dan ulu

hati. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sone,21 disebutkan

bahwa kadar pepsin penderita dewasa otitis media efusi lebih

tinggi pada penderita yang disertai gejala RGE dibanding

tanpa gejala RGE.21 Pada penelitian Poelmans,22 ditegaskan

bahwa RGE bisa terdiagnosis pada penderita OMSK. Refluks

isi lambung yang keluar dari esofagus menuju faring dan

nasofaring bisa menyebabkan disfungsi tuba Eustachius,

tubotimpanitis dan terjadi OMSK melalui reaksi inflamasi dan

infeksi sekunder. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa

ada hubungan langsung antara beratnya keluhan telinga dan

RGE pada beberapa penderita OMSK dewasa.22

Kesimpulan dan Saran

Rata-rata kadar pepsin sekret penderita OMSK anak

lebih tinggi dibanding dengan rata-rata kadar pepsin sekret

penderita OMSK dewasa. Anak lebih mudah mengalami

refluks ke telinga tengah dibandingkan dewasa, karena secara

anatomi tuba Eustachius pada anak letaknya lebih horizon-

tal dibanding orang dewasa. RGE dan PRGE pada anak juga

berkaitan dengan sistem imatur dari esofagus dan lambung.

Data penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penyebab lain

terjadinya kronisitas OMSK. Tidak ada hubungan bermakna

antara gejala refluks dengan kadar pepsin sekret telinga

penderita OMSK. Ditemukan kadar pepsin yang tinggi

walaupun dalam kuesioner RGE tidak ada gejala refluks,

sehingga tetap perlu dipertimbangkan adanya refluks pada

penderita OMSK terutama pada anak walaupun tanpa

keluhan RGE.

Page 6: 1224-1338-1-PB

Kadar Pepsin Sekret Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aktif Anak dan Dewasa

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012 137

Ucapan Terima Kasih

1. Dr. Fardah Akil, Sp.PD, KGEH atas bantuannya dalam

penelitian.

2. Dr. Agussalim Bukhari, M.Med, PhD, Sp.GK atas

bantuannya dalam pemeriksaan ELISA.

3. Prof. Dr. dr. R. Satriono, M.Sc, Sp.A (K), Sp.GK atas

bantuannya dalam analisis statistik.

Daftar Pustaka

1. Helmi. Otitis media supuratif kronis, pengetahuan dasar, terapi

medik, mastoidektomi, timpanoplasti. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 2005.

2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. In: Soepardi EA, Iskandar

N, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok

kepala dan leher. 5th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. p.

49-61.

3. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan

terhadap beberapa antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H.

Adam Malik Medan. Medan: Bagian Ilmu Kesehatan THT USU;

2003.

4. Dhingra PL. Diseases of ear, nose and throat. 4th Ed. New Delhi:

Elsevier; 2007.

5. Ballenger JJ. Penyakit telinga kronis. In: Penyakit telinga, hidung,

tenggorok, kepala dan leher Volume II. 13th Ed. Jakarta: Binarupa

Aksara;1997. p. 424-31.

6. Darrow DH, Dash N, Derkay CS. Otitis media: concepts and

controversies. In: Current opinion in otolaryngology and head

and neck surgery; 2003.

7. Cezard JP. Managing gastro-oesophageal reflux disease in chil-

dren. Paris: Department of Paediatric Gastroenterology and Nu-

trition, Robert Debre Hospital; 2004.

8. Schreiber S, Garten D, Sudhoff H. Pathophysiological mecha-

nisms of extraesophageal reflux in otolaryngologeal disorders.

Eur Arch Oto. 2009;266:17-24.

9. Poelmans J, Tack J. Extraesophageal manifestations of gastro-

oesophageal reflux. Gut. 2005;54:1492-9.

10. Velepic MM, Rozmanic V, Bonifacic M. Gastroesophageal re-

flux, allergy and chronic tubotympanal disorders in children.

International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 2000;

55:187-90.

11. TaskerA, Dettmar PW, Panetti M, Koufman JA, Birchall JP.

Pearson JP. Gastric Reflux a cause of otitis media with effusion in

children. Laryngoscope. 2002;112:1930-4.

12. Heavner SB, Hardy SM, White DR, McQueen CT, Prazma J,

Pillsbury HC. Function of the eustachian tube after weekly expo-

sure to pepsin/hydrochloric. Otolaryngology-Head and Neck Sur-

gery 2001;125:123-9.

13. Keles B, Ozturk K, Gunel E, Arbag H, Ozer B. Pharyngeal reflux

in children with chronic otitis media with effusion. Acta Oto-

laryngology. 2004;124:1178-81.

14. Pahnke J. Morphology, function and clinical aspects of the

eustahian tuba. In: Current topics in otolaryngology head and

neck surgery. Germany: Georg Thieme; 2004. p. 1-23.

15. Bluestone CD, Rood SR, Swarts JD. Anatomy and physiology of

eustachian tuba. In: Bailey BJ. Head and neck surgery otolaryn-

gology Vol 1. 4 th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and

Wilkins. p. 1523-62.

16. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto

IB. Perkiraan besar sampel. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. 3rd Ed. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p. 302-30.

17. Hardiningsih C. Pengaruh pengobatan konservatif terhadap

mucociliar clearance tuba eustachius penderita tipe benigna aktif

di Makassar. Makasar: Bagian THT-KL FK Universitas Hasa-

nuddin; 2009.

18. Suhadi EA, Kuhuwael FG. Pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap

antimikroba pada penderita OMSK benigna aktif di RSUP dr.

Wahidin Sudirohusodo. Makasar: FK Universitas Hasanuddin;

2005.

19. He Z, O’Reilly RC, Bolling L, Soundar S, Shah M, Cook S, et al.

Detection of gastric pepsin in middle ear fluid of children with

otitis media. Otolaryngology head and neck surgery 2007;137:59-

64.

20. Yunizaf HM. Penyakit refluks gastroesofagus. In: Buku ajar ilmu

kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher 5th ed. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 252-5.

21. Sone M, Yamamuro Y, Hayashi H, Yanagi E, Niwa Y, Nakashima

T. Prediction of gastroesophageal reflux in otitis media with

effusion in adults. Acta Oto-Laryngologica. 2007;127:470-3.

22. Poelmans J, Tack J, Fenestra L. Prospective study on the inci-

dence of chronic ear complaints related to gastroesophageal re-

flux and on the outcome of antireflux therapy. Ann Otol Rhinol

Laryngol. 2002;111:933-8.

MS