12 bab ii kajian pustaka -...

43
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah Beberapa ahli mendefiniskan Pendidikan Luar Sekolah dengan segala aspeknya. Berbagai definisi tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk menjelaskan batasan dan ciri-ciri pendidikan luar sekolah terutama dengan pendidikan persekolahan. Definisi pendidikan luar sekolah menurut Coombs dalam Sudjana (2004:22) adalah : Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dlam mencapai tujuan belajarnya. Hal yang hampir senada diungkapkan The South East Asian Ministery of Education Organization (SEAMO, 1971), adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya (Sudjana 2004:46). Napitulu (1981) memberi batasan bahwa pendidikan nonformal adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia (sikap, tindak, dan karya) sehingga dapat

Upload: lykien

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah

Beberapa ahli mendefiniskan Pendidikan Luar Sekolah dengan segala

aspeknya. Berbagai definisi tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk

menjelaskan batasan dan ciri-ciri pendidikan luar sekolah terutama dengan

pendidikan persekolahan. Definisi pendidikan luar sekolah menurut Coombs

dalam Sudjana (2004:22) adalah :

Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dlam mencapai tujuan belajarnya.

Hal yang hampir senada diungkapkan The South East Asian Ministery of

Education Organization (SEAMO, 1971), adalah setiap upaya pendidikan dalam

arti luas yang di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah,

diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau

kelompok memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkatan

usia dan kebutuhan hidupnya (Sudjana 2004:46). Napitulu (1981) memberi

batasan bahwa pendidikan nonformal adalah setiap usaha pelayanan pendidikan

yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup,

dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk

mengaktualisasikan potensi manusia (sikap, tindak, dan karya) sehingga dapat

Page 2: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

13

terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar dan mampu

meningkatkan taraf hidupnya (Sudjana, 2004: 49).

Pada hakekatnya konsep Pendidikan Luar Sekolah ditandai oleh

karakteristik sebagai berikut: Pertama, pembelajaran bermakna sebagai bantuan

atau bimbingan untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat pada umumnya

dengan tidak dibatasi sasaran usia tertentu serta tempat tertentu dan berlangsung

sepanjang hayat. Kedua, tujuan pembelajaran menekankan kepada pemenuhan

kebutuhan belajar masyarakat yang fungsional diluar pendidikan persekolahan,

yakni memberikan bekal pengetahuan, sikap, keterampilan untuk meningkatkan

kualitas hidup dan martabat kehidupan dalam lingkungan sosial yang lebih luas.

Ketiga, kegiatan belajar merupakan aktivitas yang disengaja serta terorganisir

secara sistematis utnuk mencapai tujuan tertentu. Keempat, isi program lebih

bersifat aplikatif sesuai dengan kebutuhan sasaran peserta didik.

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan Luar Sekolah, sebagai kegiatan terorganisir dan sistematis di

luar sub sistem pendidikan sekolah, bertujuan untuk membantu peserta didik dan

masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap, pengetahuan,

dan keterampilan fungsional yang diperlukan untuk mengaktualisasikan diri dan

untuk membangun masyarakat dan bangsa dengan selalu berorientasi pada

kemajuan kehidupan masa depan.

Untuk mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik harus ada upaya

dari seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Page 3: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

14

Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Luar Sekolah yang tercantum dalam PP

No. 73 tahun 1991 Bab II Pasal 2, yaitu:

a. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya

b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke tingkat dan jenjang yang lebih tinggi.

c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Tujuan pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah menurut Sudjana (2004:47)

adalah : ”Untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-

nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan secara

efektif dan efisien dilingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan

bahkan negaranya.”

Uraian diatas memiliki makna bahwa tujuan penyelenggaraan Pendidikan

Luar Sekolah adalah untuk menyelenggarakan pembangungan sumber daya

semaksimal mungkin agar masyarakat mampu mengembangkan segala potensi

yang dimilikinya baik potensi dasar maupun potensi penunjang dalam rangka

mewujudkan dan meningkatkan ksejahteraan masyarakat dan negaranya.

3. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan Luar Sekolah termasuk pendidikan kemasyarakatan yang

bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat serta kemampuan didalam

memberikan kesempatan yang lebih luas untuk bekerja dan berusaha bagi anggota

masyarakat, Sudjana (2004:74) pendidikan luar sekolah mempunyai fungsi

tersendiri terhadap pendidikan persekolahan diantaranya:

Page 4: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

15

a. Pendidikan nonformal sebagai pelengkap bagi pendidikan persekolahan, berarti

pendidikan luar sekolah melengkapi apa yang diajarkan dalam pendidikan

persekolahan. Kegiatan pendidikan nonformal yang termasuk sebagai

pelengkap diantaranya adalah olah raga, latihan kesenian, pendidikan

keterampilan produktif.

b. Pendidikan nonformal sebagai penambah bagi pendidikan persekolahan, ini

berarti pendidikan nonformal sebagai tambahan terhadap pendidikan

persekolahan. Materi yang diperoleh dalam pendidikan nonformal sebagai

tambahan terhadap apa yang diperoleh dalam pendidikan persekolahan.

Adapun jenis kegiatannya diantaranya adalah latihan kejuruan, kursus-kursus

dan sebagainya

c. Pendidikan sebagai pengganti bagi pendidikan persekolahan, ini berarti

pendidikan nonformal sebagai pengganti pendidikan persekolahan. Materi yang

disajikan adalah materi yang sama dengan materi pelajaran dalam pelajaran

persekolahan. Adapun jenis kegiatan yang termasuk dalam fungsi ini adalah

Kejar Paket.

B. Konsep Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Arsyad (2009: 3) kata media beraasal dari bahasa Latin medius yang

secara harfiah berarti ’tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gerlach & Ely

(1971) dalam Arsyad (2009:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara

garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang

Page 5: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

16

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atauelektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Heinich dkk (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang

mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio,

rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya

adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan

ini, Hamidjojo dan Latuheru (1993) memberi batasan media sebagai semua

bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau

menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang

dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. (Arsyad, 2009:4).

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi

dan Komunikasi (Association of Education and Communication

Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970)

menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungan siswa

yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara ituBriggs (1970)

berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan

serta merangsang siswa untuk belajar. (Sadiman , dkk 2009:6).

Page 6: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

17

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (1986) dalam Arsyad A (2009: 15) mengemukakan bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

ransangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengeruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pembelaajaran pada tahap orientasi

pembeajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan

penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan

motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

memudahkanpenafsiran data, dan memadatkan informasi.

Media berungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapt

dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun

dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi

harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-

prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping

menyenangkan media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang

menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.

Menurut Kemp & Dayton (1985) dalam Ahmad Arsyad (2009: 21)

meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media

pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-

program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil

penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai

Page 7: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

18

bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran

langsung sebagai berikut:

a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau

mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun

para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan

penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi

yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk

pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.

b. Pembelajran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik

perhatian dan membuat siswa tetap terjada dan memperhatiakan. Kejelasan dan

keruntunan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek

khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa

dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek

motivasi dan meningkatkan minat.

c. Pembelajran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan

prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan

balik, dan penguatan.

d. Lama waktu pembelajran yang diperlukan dapat dipersingkat karena

kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan

pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan

kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

Page 8: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

19

e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar

sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen

pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.

f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan

terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara

individu.

g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses

belajar dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk

penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan

dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada spek penting lain

dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat

siswa.

Sudjana dan Rivai (2005:3) mengemukakan manfaat media pembelajran

dalam proses belajar siswa, yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar;

b. Bahan pembelajran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran;

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga guru tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;

Page 9: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

20

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Dari uraian di atas, Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2009:24) dapat

disimpulakan bahwa secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-

kegunaan sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka);

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

1) Objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, atau model;

2) Ojek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau

gambar;

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timlapse

atau high-speed photography;

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

6) Peristiwa alam seperti gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain dapat

divisualkan dalam bentuk film, dilm bingkai, gambar, dan lain-lain.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

Page 10: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

21

1) Menimbulkan kegiatan belajar;

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan;

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan

minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan

bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar

belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat

diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama;

2) Mempersamakan pengalaman;

3) Menimbulkan persepsi yang sama.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Adapun jenis-jenis media yang sering digunakan dalam pembelajaran

menurut Zaman, dkk (2008):

a. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini

nampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan

anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang

sedang dipelajari.

b. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

Page 11: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

22

dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio yaitu

program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam

kegiatan pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk melatih

keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan

mendengarkan.

c. Media Audio Visual. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi

dari media audio dan mediavisual atau biasa disebut media pandang-dengar.

Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi tema kepada

anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas

tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru

tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa

diganti oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu

memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh dari media audio

visual ini di antaranya program televisi/video pendidikan/instruksional,

program slide suara, dsb.

Dunia anak adalah dunia bermain, bermain mampu membuat anak merasa

senang dan secara tidak langsung anak belajar melalui bermain. Bermain pada

akan lebih bermakna apabila menggunakan alat bantu yang biasa disebut mainan,

menurut Ismail (2006: 185) mainan adalah alat yang paling penting untuk

mengajar pada anak usia dini, sebagaimana halnya pensil dan kertas. Anak-anak

secara efektif melalui efektivitas bermain. Kekuatan dari bermain adalah imajinasi

yang amat baik, sampai-sampai dalam suatu permainan anak dapat

mengimajinasikan pipa karton sebagai sebual teleskop, pengeras suara, senjata

Page 12: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

23

mesin, dan sebagainya. Mainan yang baik adalah mainan yang dapat

mengembangkan kognisi, motorik, bahasa, sosial emosional, keterampilan, dan

daya cipta. Sehingga mainan tersebut dapat menyediakan ruang imajinasi dan

mengembangkan keterampilan anak-anak. Adapun alat-alat yang dapat

mengembangkan kemampuan dasar anak usia dini terbagi menjadi dua, yaitu

peralatan indoor (di dalam ruangan) dan outdoor (di luar ruangan).

d. Peralatan Indoor

Peralatan indoor adalah sarana atau fasilitas bermain sambil belajar yang

di gunakan di dalam ruangan, baik ruangan sentra maupun ruang kelas yang akan

memberi kemudahan kepada anak dalam proses penyempaian materi tema

pelajaran. Adapun peralatan indoor yang umumnya digunakan dalam proses

belajar adalah:

1) Sentra bahasa

Sentra bahasa adalah tempat aktivitas anak untuk melatih kemampuan

berbahasa. Di sentra ini anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam

mendengarkan, berbicara, persiapan menulis, dan membaca. Perlengkapan dan

beberapa bahan-bahan dibutuhkan untuk membantu mengoptimalkan kemampuan

berbahasa ini di antaranya adalah: Poster alfabet, buku dan kaset bercerita, kartu

bergambar untuk bercerita dengan anak-anak, objek dan gambar yang dilengkapi

dengan kata, sajak atau inisial bunyi, gambar domino, permainan menebak

gerakan (pantomim) atau gambar melalui permainan jari, syair, dan bercerita,

pertunjukan wayang golek, puzzle huruf, rekaman suara, seperti suara binatang,

suara benda-benda yang dikenal dan tanda atau bel.

Page 13: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

24

2) Sentra matematika

Sentra matematika adalah wilayah permainan yang mengembangkan

kemampuan logika dan kognitif anak. Aktivitas di area matematika ini dapat

berbentuk pengenalan konsep angka, bentuk (geometri), ukuran, ruang, posisi, dan

arah logika sederhana. Beberapa perlengkapan yang dapat disediakan untuk

memfasilitasi pengembangan kemampuan matematika anak meliputi: sempoa

(atau alat bantu hitung), manik-manik, berbagai contoh bentuk-bentuk geometri,

kayu panjang, pendek, timbangan, bejana air dalam berbagai bentuk untuk

mengembangkan konsep ukuran, kalender, termometer, jam, skala, gelas ukur,

kartu bilangan, domino, seta puzzle.

3) Sentra Balok

Dalam permainan balok, terdapat kecenderungan ke arah agresif dan

tindakan menyendiri. Karena itu, area balok harus mengakomodasi anak yang

ingin bekerja sendiri, mengakomodasi anak yang ingin bermain dengan anak lain,

atau mengakomodasi anak yang ingin bermain secara berkelompok yang terdiri

dari empat sampai lima anak. Bahan-bahan sentra balok dan bangunan dapat

meliputi: aksesoris untuk bangunan balok seperti bintang dan orang (kayu, karet,

plastik), roda yang di dorong di lantai, setir, dan balok tambahan, kereta dorong,

balok besar, papan yang disambungkan, Lego, lassy atau balok yang

disambungkan satu sama lainnya (banyak macam yang akan didapatkan dari kayu

dan plastik), balok berlubang, papan, box, rumah kayu, tong, dan lain-lain,

perlengkapan tanda-tanda lalu-lintas, dan lain sebagainya.

Page 14: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

25

4) Sentra Musik dan Menari

Sebagian orang berpendapat bahwa dunia musik adalah dunia yang sangat

dekat dengan anak-anak. Oleh karena itu, mengembangkan kesenangan mereka

dalam bermain musik dinilai sangat penting. Sebagai cabang dari kesenian, seni

musik memiliki unsur-unsur yang bisa diintegrasikan. Seni musik terdiri atas

bunyi nada, gerak irama, dan imajinasi melodi. Perlengkapan yang dibutuhka di

sentra musik dan menari adalah: tape recorder, VCD, gamelan, pianika, Drum

band, seruling, kostum.

5) sentra pengembangan agama

Di sentra ini mengembangkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur dan

pengenalan tata cara peribadahan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-

masing. Pada sentra ini dapat disediakan berbagai alat peribadahan misalnya

untuk anak-anak yang beragama Islam disediakan AL-Quran, Iqro, kain mukena,

sarung, peci, dan tasbih. Dan bagi anak-anak yang non muslim dapat disediakan

berbagai peralatan peribadatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-

masing.

b. Peralatan Outdoor

1) Sentra Pengembangan Motorik-Kasar

Peralatan outdoor pada sentra pengembangan motorik-kasar antara lain:

ayunan, jembatan layang, perosotan, panjat tebing, jungkitan, komedi putar,

tangga, tenda, kolam renang, kereta-keretaan atau mobil-mobilan kardus.

Page 15: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

26

2) Sentra pasir dan air

3) Sentra kebun, dan sentra bermain bebas

4. Pengelolaan Media Pembelajaran Anak Usia Dini

a. Perencanaan Media Pembelajaran

Zaman (2010) perencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan

dalam setiap kegiatan. Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan

sebagai proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media

pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian

dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Faktor perencanaan ini sangat penting

untuk diperhatikan mengingat banyak kegiatan yang akhirnya kurang berhasil

atau bahkan mengalami kegagalan dan tidak mencapai hasil yang maksimal akibat

tidak direncanakan dengan baik. Banyak ahli yang mengatakan bahwa

perencanaan yang baik adalah lima puluh persen keberhasilan. Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa perencanaan tidak boleh diabaikan dan dianggap sepele.

Perencanaan media pembelajaran dimulai dengan mengadakan identifikasi

kebutuhan media di suatu lingkungan pendidikan anak usia dini. Kebutuhan-

kebutuhan ini dirumuskan melalui observasi atau pengamatan, wawancara atau

diskusi tentang masalah pendidikan khususnya masalah yang berkenaan dengan

proses pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan

kualitas proses dan hasil pembelajaran anak usia dini. Berdasarkan identifikasi

kebutuhan tersebut guru atau calon guru memperoleh data tentang jenis-jenis

media pembelajaran yang dibutuhkan untuk program pembelajaran anak usia dini.

Page 16: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

27

Depdiknas (2008) jenis-jenis media yang diidentifikasi tersebut harus

disesuaikan dengan perencanaan program pembelajaran. Adapun hal-hal yang

perlu diperhatikan dan ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran meliputi tema

kegiatan, kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain, semester dan tahun

ajaran, jumlah waktu, hari dan tanggal pelaksanaan, jam pelaksanaan, tujuan

kegiatan bermain, materi yang akan dimainkan sesuai dengan tema, bentuk

kegiatan bermain, setting lingkungan, bahan dan alat yang diperlukan dalam

bermain, evaluasi perkembangan anak.

b. Penggunaan Media Pembelajaran

Depdiknas (2008) jenis kegiatan bermain harus sesuai dengan

perkembangan anak sehingga anak senang dan mau mematuhi peraturan yang

diberikan. Adapun contoh pengaturan waktu kegiatan main antara lain:

1) Pembukaan : 15 menit

2) Saat lingkaran : 15 menit

3) Kegiatan main : 60 menit

4) Saat mengingat kembali : 15 menit

5) Istirahat : 30 menit

Menggunakan berbagi media pembelajaran memang membutuhkan

keterampilan tertentu dan khusus. Berikut ini ada beberapa contoh penggunaan

beberapa media pembelajaran dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam

penggunaannya yang ungkapkan oleh (Zaman, dkk: 2010).

Page 17: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

28

1) Media cetak

Buku mutlak digunakan oleh guru sebagai sumber belajar. Beberapa

kriteria yang sebaiknya menjadi dasar pertimbangan dalam menggunakan buku

adalah kriteria isi yang mencakup apakah isi buku ini relevan dengan

kurikulum/program yang berlaku, urutan isi buku, isi dan topik yang disajikan

pembahasannya mudah dipahami anak, kemampuan pengarang dan penerbit,

kebaruannya (currentness), dan lain-lain.

2) Benda sebenarnya

Sejalan dengan pembelajaran anak usia dini, guru dapat menggunakan

benda-benda sebenarnya sebagai media pembelajaran. Penggunaan benda

sebenarnya seperti pada saat guru menjelaskan tanaman misalnya bunga guru

harus dapat menggunakan secara tepat dan memanfaatkan benda-benda tersebut

agar sebuah indera anak terstimulasi dengan baik misalnya saja anak dapat

mengamati bunga yang sebenarnya, mencium harum wangi bunga, menyentuh

mahkotanya, daun dan tangkai bunga. Dengan demikian anak lebih memahami

melalui pengalaman nyata dan lebih menyenangkan.

3) Barang Bekas

Kreativitas guru dalam menggunakan barang bekas menjadi media

pembelajaran dapat membantu proses pembelajaran. Contohnya botol bekas

minuman kaleng dapat dikemas menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil

untuk berlatih seni musik, melatih daya pendengaran, dan mengenalkan berbagai

bunyi-bunyian kepada anak.

Page 18: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

29

4) Model

Guru dapat menggunakan model tiruan seperti motor-motoran, mobil-

mobilan, becak dan lain-lain untuk membantu memberikan gambaran alat

angkutan kepada anak. Model ini cukup efektif digunakan untuk memberikan

pengetahuan dan informasi pada anak mengenai objek-objek tertentu yang

ditampilkan dalam bentuk model ataun tiruan dari benda sebenarnya.

Alasan perlunya penggunaan media pembelajaran secara optimal dalam

pembelajaran adalah dikaitkan dengan tugas yang diemban guru dalam

kesehariannya yaitu menyajikan pesan, membimbing dan membina anak untuk

mencapai tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan

anak dalam waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas. Sementara itu

banyaknya media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh

guru terkadang luput dari perhatianya. Hal tersebut salah satu penyebabnya adalah

karena guru tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis untuk

menggunakan media pembelajaran tersebut.

c. Evaluasi Media Pembelajaran

Zaman, dkk (2010) evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dengan perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan dalam lingkup yang lebih

luas. Evaluasi merupakan bagian penting dalam pengembangan media

pembelajaran. Lingkup evaluasi media pembelajaran dapat dikembangkan dalam

beberapa bentuk antara lain evaluasi terhadap kelayakan media yang digunakan

dan evaluasi efektivitas media dalam mendukung proses pembelajaran yang

Page 19: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

30

dilaksanakan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang

dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.

Dalam evaluasi terhadap kelayakan media pembelajaran untuk

kepentingan pembelajaran anak, sebaiknya diperhatikan kriteria-kriteria berikut

ini :

1) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran;

2) pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan;

3) Dukungan terhadap isi bahan ajar. Artinya media yang digunakan mendukung

tersampaikannya bahan ajar dengan baik dan sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.sehingga bahan ajar mudah difahami oleh anak;

4) Kemudahan memperoleh media pembelajaran. Artinya media pembelajaran

yang diperlukan mudah diperoleh, baik yang tinggal menggunakan maupun

yang harus terlebih dahulu dibuat;

5) Keterampilan guru dalam menggunakannya. Apapun media pembelajaran yang

diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses

pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada media

pembelajaran, tetapi dampak dari penggunaan media pembelajaran bagi

kebermaknaan yang diperoleh bagi anak;

6) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media pembelajaran tersebut

dapat bermanfaat bagi anak selama proses pembelajaran berlangsung;

7) Sesuai dengan taraf berfikir anak, sehingga makna yang terkandung di

dalamnya dapat dipahami oleh anak.

Page 20: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

31

Bila sumber belajar telah dirancang dan digunakan, langkah selanjutnya

adalah melakukan evaluasi terhadap efektivitas media dalam mendukung proses

pembelajaran yang dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

1) Apakah media pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan

anak mencapai tujuan yang telah ditentukan;

2) Apakah media pembelajaran yang digunakan cukup memadai dalam

mengembangkan kemampuan anak;

3) Apakah isi sumber belajar sudah memenuhi syarat dalam menjelaskan bahan

ajar yang akan disampaikan;

4) Apakah sumber belajar yang digunakan mampu menarik perhatian anak dalam

kegiatan belajarnya;

5) Apakah sumber belajar yang digunakan mampu menjelaskan bahan ajar secara

detail pada anak;

6) Apakah sumber belajar yang digunakan telah memuat seluruh informasi yang

akan disampaikan.

C. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1. Konsep Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh bagi kehidupan selanjutnya.

Karakteristik perkembangan anak usia dini :

a. Usia 0-1 tahun, anak mulai mempelajari keterampilan motorik, keterampilan

mempergunakan panca indera, dan mempelajari komunikasi sosial

Page 21: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

32

b. Usia 2-3 tahun, anak sangat aktif mengeksploraasikan benda-benda yang ada

disekitarnya, mulai mengembangkan kemampuan berbahasa dan emosi

c. Usaha 4-6 tahun, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan,

perkembangan bahasa semakin baik, perkembangan kognitip (daya pikir)

sangat pesat dan permainan anak masih bersifat individu.

2. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilakukan, sebab pendidikan

bagi anak usia dini merupakan dasar pembentukan kepribadian manusia secara

utuh dalam mencapai kemajuan bangsa. Anak merupakan aset bangsa yang akan

menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Pendidikan anak usia dini

merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan

pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi

motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,

kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa

dan komunikasi, sesuai dengan keunikan, dan tahap-tahap perkembangan yang

dilalui oleh anak usia dini (Depdiknas, 2006: 2).

Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang berfungsi membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik yang dapat

dilakukan didalam maupun diluar lingkungan selanjutnya (Direktorat PAUD

2002 : 8). Pengertian lain yaitu menurut Bab 1 Pasal 1 ayat 14 UU RI No 20 tahun

2003 tentang SistemPendidikan Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

Page 22: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

33

perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Sejalan dengan pengertian diatas menurut Bab 1 Pasal 28 UU RI No 20

Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut :

a) Pendidikan Anak Usia Dini di selenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

b) Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal atau informal

c) Pendidikan AnakUsia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athpal (RA) atau bentuk lain yang sederajat

d) Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat

e) Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Melaui Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan anak dapat

mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi agama,

intelektual, sosial, emosi, fisik, kebiasaan-kebiasaan yang positif, menguasai

sejumlah pengetahuan dan keterampilan sesuai perkembangannya serta memiliki

motivasi dan sikap untuk berkreatif.

3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan PP 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal 61. Berikut bunyi

lengkapnya:

(1) Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan

Page 23: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

34

tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

(2) Pendidikan anak usia dini bertujuan: a. membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan

b. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

4. Lingkup Kegiatan dan Sasaran Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Aqib (2011: 40) penyusunan rencana kegiatan pendidikan anak

usia dini diarahkan pada tiga peran pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai

berikut:

a. Pendidikan sebagai proses belajar dalam diri anak. Anak harus diberikan

kesempatan untuk belajar secara optimal, kapan saja dan dimana saja.

Implementasinya terwujud dengan memeberikan kesempatan kepada anak

untuk mendengar, melihat, mengamati, dan menyentuh benda-benda di

sekitarnya.

b. Pendidikan sebagai proses sosialisai. Pendidikan bukan hanya untuk

mencerdaskan dan membuat anak terampil, tetapi juga membuat anak menjadi

manusia yang bertanggung jawab, bermoral, dan beretika. Pendidikan

mempersiapkan anak untuk mampu hidup sesuai dengan kebutuhan zaman di

masa depan.

c. Pendidikan sebagai proses pembentukan kerja sama peran. Dengan demikian,

anak dapat mengetahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling

melengkapi. Manusia membutuhkan orang lain karena secara individual

Page 24: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

35

mempunyai kekurangan dan di sisi lain memiliki kelebihan yang dapat

memberikan nilai tambah bagi orang lain.

Aqib (2011: 42) kegiatan pendidikan anak usia dini hendaknya

memperhatikan sembilan kemampuan anak, yaitu sebagai berikut:

a. Kecerdasan linguistik (linguistic intelligence) yang dapat berkembang bila

diransang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi,

dan bercerita.

b. Kecerdasan logika-matematika (logico-mathematicall intelligence) yang dapat

diransang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis

data, dan bermain dengan benda-benda.

c. Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence) dapat riransang melalui

bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri, seperti melengkapi puzzle,

menggambar, melukis, menonton film, dan bermain dengan daya khayal

(imajinasi).

d. Kecerdasan musikal (musical intelligence) yang dapat riransang melalui irama,

nada, birama, berbagai bunyi, dan bertepuk tangan.

e. Kecerdasan kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence) yang dapat diransang

melalui gerakan, tarian, dan terutama gerakan tubuh.

f. Kecerdasan naturalis (naturalist intelligence) yang dapat diransang melalui

pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang, dan

mengamati fenomena alam, seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang, malam,

panas, dingin, bulan, dan matahari.

Page 25: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

36

g. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) yang dapat diransang

melalui bermain bersama teman, kerjasama, bermain peran, memecahkan

masalah, dan menyelesaikan konflik.

h. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) yang dapat diransang

melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri, dan disiplin.

i. Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yang dapat diransang melalui

penanaman nilai-nilai moral dan agama.

Kemampuan-kemampuan belajar anak di atas merupakan dasar perumusan

kompetensi dan hasil belajar. Adapun yang menjadi sasaran dalam program

pendidikan anak usia dini (Depdiknas 2006:8) adalah sebagai berikut:

a. Sasaran utama : 0-6 tahun

1) Program Kelompok Bermain : 3 - 6 tahun

2) Program Taman Kanak-Kanak/RA : 4 - 6 tahun

3) Program Taman Penitipan Anak : 0 - 6 tahun

4) Satuan PAUD Sejenis : 0 – 6 tahun

b. Sasaran antara :

1) Orang tua yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun

2) Pendidik dan pengelola lembaga pendidikan anak usia dini

3) Lembaga atau masyarakat yang menyelenggarakan PAUD

5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Depdiknas (2006: 4) penerapan program Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

Page 26: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

37

a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan belajr harus ditujukan pada

pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu. Hal ini disebabkan,

anak merupakan indivisu yang unik dan masing-masing anak memiliki

kebutuhan ransangan yang berbeda.

b. Kegiatan belajar dilakukan melakukan melalui bermain. Bermain merupakan

pendekatan dalam mengelola kegiatan belajar anak dengan menerapkan

metode, strategi, sarana, dan media belajar yang meransang anak untuk

melakukan eksplorasi, serta menemukan dan menggunakan benda-benda yang

ada di sekitarnya.

c. Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif. Kreativitas dan inovasi

tercermin melalui kegiatan yang emmbuat anak tertarik, fokus, serius, dan

konsentrasi.

d. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus

diciptakan menjadi lingkungan yang menarik danmenyenangkan bagi anak

selama mereka bermain.

e. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk

membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki

keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupan anda kelak.

f. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan

sekitar.

g. Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip perkembangan

anak.

Page 27: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

38

h. Ransangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan. Ransangan

pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan

anak. Saat anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia sedang mengembangkan

berbagai aspek perkembnagan / kecerdasannya. Sebagai contoh, saat anak

makan, ia mengembangkan kemampuan bahasa (kosakata tentang nama bahan

makanan, jenis makanan, dan sebagainya), gerakan motorik halus (memegang

sendok dan memasukkan makanan ke mulut), kemampuan kognitif

(membedakan jumlah makanan yang banyak dan sedikit), kemampuan sosial

emosional (duduk dengan tepat, saling berbagi, dna saling menghargai

keinginan teman), dan aspek moral (berdoa sebelum dan sesudah makan).

6. Unsur-unsur yang Berperan Penting dalam Penyelenggaraan Program

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Dalam Depdinkas (2006) pendidikan dan pengelola adalah:

a. Pendidik

Aqib (2011: 95) pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas

merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil

pembelajaran serta melakukan pembimbingan, pengasuhan, dan perlindungan

anak didik. Pendidik kelompok bermain harus memiliki kualifikasi sebagai

berikut:

1) Memiliki kualifikasi akademik minimal SLTA sederajat;

2) Mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini;

3) Memahami dan menyayangi anak;

4) Memahami tahapan tumbuh kembang anak;

Page 28: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

39

5) Memahami prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini;

6) Memiliki kemampuan mengelola (merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi, membuat laporan) kegiatan/proses pembelaajran pendidikan

anak usia dini;

7) Diangkat secara sah oleh pengelola kelompok bermain;

8) Sehat jasmani dan rohani

Adapun hak dan kewajiban pendidik adalah sebagai berikut:

1) Hak

Pendidik kelompok bermain berhak mendapat insentif baik dalam bentuk

materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan

kondisi setempat (baik melalui APBN, APBD I & II, dan masyarakat).

2) Kewajiban

Pendidik kelompok bermain berkewajiban untuk membimbing anak,

menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan semua potensi

anak dan pembentukan sikap serta perilaku anak.

b. Pengelola

Pengelola kelompok bermain hendaknya memiliki kualifikasi sebagai

berikut:

1) Pendidikan minimal SLTA atau sederajat

2) Memiliki kemampuan dalam mengelola program kelompok bermain secara

profesional

3) Memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi dengan tenaga pendidik,

instansi terkait dan masyarakat.

Page 29: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

40

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat dan anak didik serta

orangtuanya.

5) Memiliki tanggung jawab moril mempertahankan dan meningkatkan

keberlangsungan kelompok bermain yang dikelolanya.

Sama hal nya dengan pendidik, pengelola memiliki hak dan kewajiban,

yaitu sebagai berikut:

1) Hak

a) Mendapatkan pengakuan tentang pengelolaan kelompok bermain dari

Pemerintah Daerah setempat

b) Mendapat kesempatan untuk meningkatkan mutu pengelola Kelompok

Bermain

c) Mendapat insetif baik dalam bentuk materi, penghargaan maupun peningkatan

kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat.

2) Kewajiban

a) Melakukan pendataan

b) Mengusulkan perizinan

c) Menyiapkan sarana dan prasarana

d) Melakukan koordinasi dengan lintas terkait

e) Melakukan fungsi manajemen terkait.

c. Peran Serta Orang tua dan Masyarakat

Peran serta orang tua dan masyarakat adalah keterlibatan orang tua dan

masyarakat dalam pemenuhan fasilitas untuk menunjang kebutuhan lingkungan

belajar anak serta keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam membantu

Page 30: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

41

mendukung penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini (PAUD), baik

berupa kerjasama atau bentuk apapun.

Kerjasama dengan orang tua dan masyarakat perlu diusahakan untuk

terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan menyelaraskan program yang

tertuang dalam kurikulum di sekolah dengan lingkungan anak di rumah. Orang tua

perlu mengetahui keadaan anak mereka dari unsur sekolah, dan manfaat bagi guru

adanya komunikasi dengan orang tua siswa, diantaranya untuk memahami

perilaku anak selama berada di rumah dari masukan orang tua. Sebagaimana

pendapat yang menyatakan bahwa “Jika sekolah tidak membuat dan melakukan

usaha untuk mengikutsertakan orang tua dalam proses pembelajaran, anak-anak

dapat menemukan kesulitan untuk menggabungkan dan menyatukan pengalaman-

pengalaman mereka yang terpisah antara rumah dan sekolah, (Henderson, 1988

dalam Mariyana, 2010: 150).

Adapun bentuk kerjasama yang dapat dibangun antara sekolah dengan

pihak masyarakat dapat lebih luas. Masyarakat di sini tidak hanya masyarakat

yang berada di sekitar sekolah saja yang dapat dilibatkan dalam program sekolah.

Akan tetapi semua unsur dan pihak-pihak lain yang dapat dilibatkan untuk

membantu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. Unsur masyarakat yang

dapat dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhan lingkungan belajar sekolah adalah

lembaga pendidik lain yang sederajat atau yang lebih tinggi, perusahaan-

perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan sarana dan prasarana belajar serta

fasilitas pendidikan khususnya di bidang pendidikan anak usia dini, pemerintahan,

Page 31: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

42

serta perseorangan yang ikut terlibat dalam pengadaan dan pemenuhan

lingkungan belajar di PAUD (Mariyana, 2010: 157).

7. PAUD Sebagai Satuan PLS

Pendidikan anak usia dini ini merupakan satuan pendidikan luar sekolah

(nonformal), hal ini seperti yang dijelaskan pada pasal 26 ayat 3 UUSPN No. 20

tahun 2003, yaitu:

Pendidikan luar sekolah (nonformal) meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, dan pealtihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Selanjutnya dijelaskan pada pasal 28 ayat 2 UU RI No. 20 tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan anak usia dini dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidika formal, nonformal, dan informal”.

Dengan melihat peraturan pemerintah di atas yaitu termuat dalam bentuk

Undang-undang ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan itu dilakukan

oleh setiap orang meskipun seseorang tersebut masih dini. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Makino dalam Sudjana (2004: 227) belajar sepanjang hayat

adalah “proses belajar yang menurut pandangan individu dan masyarakat

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan setiap orang dan harus

dilakukan selama hidupnya”.

Dalam menjalankan perannya sebagai bagian sistem pendidikan nasional

guna mencapai tujuannya, pendidikan luar sekolah memiliki sitem tersendiri yang

terbagi menjadi beberapa komponen yang saling berkaitan. Sebagai suatu sistem

pendidikan luar sekolah memiliki tujuh komponen penting, sebagaimana

Page 32: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

43

diungkapkan oleh Sudjana (2004:34) yang dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah

ini:

Gambar 2.1 Hubungan Fungsional antara komponen, proses dan

tujuan pendidikan luar sekolah Sumber : Sudjana (2004:34)

Masukan lingkungan (environmental input) terdiri atas unsur-unsur

lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan

anak yang meliputi lingkungan keluarga (orang tua) warga belajar dan lingkungan

sosial dimana orang tua warga belajar itu tinggal.

Masukan Sarana (instrumental Input) meliputi keseluruhan sumber dan

fasilitas yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok dapat melakukan

kegiatan belajar. Masukan sarana ini meliputi program, tutor, kurikulum, bahan

Masukan Lingkungan

Pengaruh

Masukan Lain Masukan Sarana

Masukan Lingkungan

Masukan Mentah

Keluaran Proses

Page 33: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

44

belajar, sumber belajar, metode, media, dana belajar dan pengelolaan program

serta sarana belajar lainnya.

Masukan Mentah (Raw Input) yaitu peserta didik (warga belajar) dengan

berbagai ciri yang dimilikinya, yaitu karakteristik internal yang meliputi struktur

kognitif, pengalaman, sikap, minat, keterampilan, kebutuhan belajar, aspirasi dan

sebagainya; serta ciri-ciri yang berhubungan dengan karakteristik eksternalnya

seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan, status sosial, biaya dan

sarana belajar serta cara dan kebiasaan belajar.

Proses (Process) menyangkut interaksi edukasi antara masukan sarana,

terutama pendidik, dengan masukan mentah, yaitu peserta didik (warga belajar),

proses ini terdiri atas kegiatan pembelajaran, dalam hal ini tutor dan orang tua

berupa bimbingan, arahan anak dan pembinaan dengan memanfaatkan berbagai

sumber yang tersedia, dan proses belajarnya dilakukan baik secara mandiri atu

berkelompok.

Keluaran (Output) merupakan tujuan antara pendidikan luar sekolah.

Keluaran mencakup kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah

laku yang didapat melalui kegiatan pembelajaran, yaitu kualitas lulusan yang

disertai kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar

mengajar. Perubahan tingkah laku ini mencakup ranah kognitif, afektif dan

psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka butuhkan.

Masukan Lain (Other Input) adalah daya dukung lainnya yang

memungkinkan para peserta didik dan lulusan dapat menggunakan kemampuan

Page 34: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

45

yang telah dimiliki untuk kemajuan kehidupannya misalnya berupa informasi dari

berbagai media, baik itu media massa maupun media elektronik.

Pengaruh (Out Come atau Impact) menyangkut hasil yang dicapai warga

belajar, yang dalam hal ini adalah kerja sama tutor dan orang tua warga belajar

dalam mengembangkan kemampuan warga belajar, tutor dan orang tua warga

belajar terpengaruh dalam menciptaan iklim yang merangsang perkembangan

anak. Oleh akrena itu, kerjasama tutor dan orang tua warga belajar berperan sekali

dalam mengembangkan kemampuan anak, agar warga belajar memiliki kesiapan

setelah mengikuti pendidikan anak usia dini pada program selanjutnya.

Berdasarkan karakteristik yang terdapat dalam pendidikan anak usia dini

dan karakteristik yang terdapat dalam pendidikan luar sekolah, maka pendidikan

anak usia dini merupakan salah satu bentuk dari pendidikan luar sekolah.

D. Pembelajaran Berbasis Alam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1. Kerangka Filosofis Pembelajaran Berbasis Alam

Depdiknas (2008) lingkungan alam merupakan salah satu komponen

terpenting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia

dini. Esensi tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu

anak memahami dan menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya.

Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup

segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri),

lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter,

tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman

serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain.

Page 35: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

46

Filosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah

digagas pertama kali oleh Jan Ligthart pada tahun 1859 (Depdiknas, 2008;

Blogspot, 2009) terkenal dengan "Pengajaran Alam Sekitar". Menurut tokoh ini

pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar. Ide dasarnya

adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana

sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Menurut

Jan Lighthart, sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar

anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam

mengamati, menyelidiki serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang

sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki

pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya

sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan

mudah diingat, dilihat dan dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi

berfungsi secara praktis. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart

dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan

mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil

bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan

jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun,

sungai dan ladang, pengrajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual

beli bahan-bahan jadi tersebut.

Landasan filosofis kedua (Depdiknas, 2008; Blogspot, 2009) dapat

ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme romantik yang dikemukakan J.J.

Rousseau dengan teorinya "Kembali ke Alam" menunjukkan betapa pentingnya

Page 36: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

47

pengaruh alam terhadap perkembangan anak didik. Filosof ini mengambangkan

konsep pendidikan yang dilakukan secara naturalistik atau alami, karena itu

pendidikan anak harus dilaksanakan di lingkungan alam yang bersih, tenang,

suasana menyenangkan, dan segar, sehingga sang anak tumbuh sebagai manusia

yang baik. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa: a) pendidikan harus

mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan

b) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan di atas,

maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara

formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi

kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri.

Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh

Ovide Decroly dikenal dengan teorinya, bahwa "Sekolah adalah dari kehidupan

dan untuk kehidupan" (Ecolepourlaviepar laviej). Dikemukakan, bahwa "bawalah

kehidupan ke dalam sekolah agar kelak anak didik dapat hidup di masyarakat"

(Depdiknas,2008; Blogspot, 2009).

Depdiknas (2008) Declory (1897) filosof pendidikan ini mengemukakan

beberapa ide filosofis bahwa:

a. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar

b. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak

c. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak

d. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.

Page 37: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

48

Dalam Depdiknas (2008) deskripsi analisis filosofis tersebut dapat di

rangkum sebagai berikut:

Filosofis yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis

alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum)

harus dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan

yang dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas

dasar pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan

lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan

perkembangan anak usia dini. Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan

kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam

rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam

Krogh, 1994). Pandangan ini mempertegas bahwa sekolah (kurikulum :

pembelajaran yang dilaksanakan) harus mampu membantu anak usia dini

mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam sebagai sumber belajar.

Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan

anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan bereksperimen.

Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang

berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau

Autoactivity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan

terjadi proses active learning (belajar secara aktif). Filosofis ini akan membantu

pendidik merancang dan mengembangkan berbagai aktivitas yang memungkinkan

anak terlibat secara aktif penuh (penuh keaktivitas) dalam interaksi pendidikan.

Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar melalui proses mengamati, mencari,

Page 38: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

49

menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan membuat

laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran. Proses belajar seperti ini akan

membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan proses yang sangat

dibutuhkan dalam mengembangkan life skill.

Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan

bahwa lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung

(real learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam

istilah Jan Lightghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang

sesungguhnya. Konsep pendidikan seperti ini akan membantu anak

mengembangkan proses berpikir komprehensif dalam situasi yang nyata tentang

berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan alam.

Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan

suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian

atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini

sekaligus tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga

kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan

lainnya. Kepekaan yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam

secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan. Perhatian spontan anak akan

muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi

lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok.

Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak

memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta

pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction).

Page 39: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

50

Melalui pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan

menerapkan secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan

secara nyata. Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang

berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang

akan datang.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Alam

Depdiknas (2008) proses pembelajaran berbasis alam perlu

memperhatikan sejumlah prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang

dimaksud diantaranya adalah :

a. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan

Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan

berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap

anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan

proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh

potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber

belajar yang utama.

b. Membangun kemandirian anak

Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun

dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian),

kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam

pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah

persoalan kehidupan secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan

tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya.

Page 40: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

51

c. Belajar dari lingkungan alam sekitar

Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan

kekayaan alam yang ada,sebagai sumber ilmu pengetahuan,sehingga memiliki

ketajaman berpikird a n wawasan keilmuan yang aplikatif.

d. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar

Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam

lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar

melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di

sekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih menarik,

menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan.

e. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah

Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak

hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan

sosial, kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang

dengan mengeluarkan biaya yang mahal.

f. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik

Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang

didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui

pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang

riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir

yang komprehensif.

Page 41: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

52

g. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini

Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan

dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di

lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan

berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang

terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang lebih

kompleks/sukar.

h. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif

Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran

perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk

berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.

i. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).

Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang

mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak

akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan

konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.

3. Media Pembelajaran Berbasis Alam

Depdiknas (2008) media dan sumber belajar akan membantu

mendekatkan jarak pemahaman antara anak dan pendidik tentang suatu konsep

dan proses yang dipelajari. Pendidik dapat menemukan dan mengembangkan

media serta sumber belajar yang berbasis alam sekitar sehingga mendorong dan

memudahkan anak untuk menemukan sendiri tentang konsep dan proses yang

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Page 42: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

53

Depdiknas (2008) media dan sumber belajar yang digunakan dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu :

a. Lingkungan Alam

Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam

yang sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

Jenis-jenis sumber belajar meliputi: 1) Tanaman; 2)Binatang; 3) Hutan; 4) Kebun;

5) Kolam, dll.

b. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa

bangunan atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar.

Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Masjid; 2. Kantor pos; 3. Kantor Polisi; 4.

Perpustakaan; 5. Rumah sakit; 6. Supermarket, dll

c. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di

masyarakat/ lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar.

Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Tokoh Masyarakat; 2. Pasar; 3. Banjir; 4.

Kebakaran; 5. Kultur/ budaya;

Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi

pembelajaran berbasis alam meliputi:

a. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti

media gambar.

Page 43: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0700632_chapter2(2).pdf · masyarakat sehingga mereka selalu belajar tentang nilai-nilai, sikap,

54

b. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk

mempelajari bahan ajar.

c. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa

disebut media pandang dengar.

d. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi

tidak dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti:

ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi

dalam 2 kelompok: media objek alami dan media objek buatan.

e. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh bahan-

bahannya.