116316821 sumbatan saluran napas atas

18
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS Oleh: Dr. R.E. Shofi Loftyani ANATOMI SALURAN NAPAS ATAS DEFINISI 1,2 Sumbatan saluran napas atas adalah salah satu keadaan suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi untuk mencegah kematian. Sumbatan dapat bersifat sebagian, dapat juga sumbatan total. Pada sumbatan ringan dapat mrnyebabkan sesak, sedangkan sumbatan yang lebih berat namun masih ada sedikit celah dapat menyebabkan sianosis (berwarna biru pada kulit dan mukosa membran yang disebabkan kekurangan oksigen dalam darah), gelisah bahkan penurunan kesadaran. Pada sumbatan total bila tidak ditolong dengan segera dapat menyebabkan kematian ETIOLOGI DAN FISIOLOGI 1,2,3,4 Sumbatan saluran napas atas dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infeksi virus dan bakteri, tumor, trauma bakar, reaksi bahan kimia, reaksi alergi, benda asing dan trauma. Sumbatan sering terjadi pada laring dikarenakan menyempitnya jalan napas. 1 Pada anak-anak sering terjadi sumbatan akibat benda asing yang ditelan oleh anak tanpa pengawasan orang tua. Benda-benda yang sering tertelan oleh anak-anak adalah koin, kancing dan mainan anak-anak yang kecil. Terkadang juga terdapat makanan yang tersumbat karena terlalu besar. 1 Selain benda asing penyebab lain yang cukup sering adalah reaksi alergi. Contoh klasik yang sering terjadi adalah akibat sengatan lebah. Contoh yang lain adalah alergi terhadap makanan, antibiotik (penicillin), dan obat anti hiprtensi (ACE inhibitor). Etiologi yang dapat menyebabkan sumbatan saluran napas atas dibagi menjadi : 1. Benda asing 2. Trauma 3. Neoplasma 4. Infeksi 5. Gangguan neurogenik pada laring GEJALA KLINIS UMUM OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS 2 Gejala dan tanda sumbatan yang tampak adalah : o Serak (disfoni) sampai afoni o Sesak napas (dispnea) o Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi. o Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat. o Gelisah karena pasien haus udara (air hunger) o Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia. Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan kriteria Jackson. 1. Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa sianosis. 2. Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi supra dan infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai gelisah. 3. Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai retraksi interkostal, epigastrium, dan sianosis lebih jelas. 4. Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai wajah yang tampak tegang, dan terkadang gagal napas.

Upload: amril-billahmar

Post on 25-Nov-2015

66 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS Oleh: Dr. R.E. Shofi Loftyani

    ANATOMI SALURAN NAPAS ATAS

    DEFINISI1,2

    Sumbatan saluran napas atas adalah salah satu keadaan suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi untuk

    mencegah kematian.

    Sumbatan dapat bersifat sebagian, dapat juga sumbatan total. Pada sumbatan ringan dapat mrnyebabkan

    sesak, sedangkan sumbatan yang lebih berat namun masih ada sedikit celah dapat menyebabkan sianosis

    (berwarna biru pada kulit dan mukosa membran yang disebabkan kekurangan oksigen dalam darah),

    gelisah bahkan penurunan kesadaran. Pada sumbatan total bila tidak ditolong dengan segera dapat

    menyebabkan kematian

    ETIOLOGI DAN FISIOLOGI1,2,3,4

    Sumbatan saluran napas atas dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infeksi virus dan bakteri, tumor,

    trauma bakar, reaksi bahan kimia, reaksi alergi, benda asing dan trauma. Sumbatan sering terjadi pada laring

    dikarenakan menyempitnya jalan napas.1

    Pada anak-anak sering terjadi sumbatan akibat benda asing yang ditelan oleh anak tanpa pengawasan orang

    tua. Benda-benda yang sering tertelan oleh anak-anak adalah koin, kancing dan mainan anak-anak yang

    kecil. Terkadang juga terdapat makanan yang tersumbat karena terlalu besar.1 Selain benda asing penyebab

    lain yang cukup sering adalah reaksi alergi. Contoh klasik yang sering terjadi adalah akibat sengatan

    lebah. Contoh yang lain adalah alergi terhadap makanan, antibiotik (penicillin), dan obat anti hiprtensi

    (ACE inhibitor).

    Etiologi yang dapat menyebabkan sumbatan saluran napas atas dibagi menjadi :

    1. Benda asing

    2. Trauma

    3. Neoplasma

    4. Infeksi

    5. Gangguan neurogenik pada laring

    GEJALA KLINIS UMUM OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS2

    Gejala dan tanda sumbatan yang tampak adalah :

    o Serak (disfoni) sampai afoni o Sesak napas (dispnea) o Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi. o Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula

    dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen

    yang adekuat.

    o Gelisah karena pasien haus udara (air hunger) o Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

    Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan kriteria Jackson.

    1. Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa sianosis.

    2. Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi supra dan

    infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai gelisah.

    3. Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai retraksi interkostal, epigastrium,

    dan sianosis lebih jelas.

    4. Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai wajah yang tampak tegang, dan terkadang

    gagal napas.

  • I. Benda asing16,21

    Benda asing pada saluran nafas adalah suatu hal yang sering juga dijumpai pada anak-anak. Anak laki-laki

    terinhalasi benda asing dua kali lebih banyak daripada anak perempuan, dan kira-kira 80% dari penderita

    adalah anak-anak di bawah umur 4 tahun. Kacang tanah dan kacang kacangan lainnya yang dapat dimakan,

    merupakan kasus yang terbanyak didapat dan letaknya di bronkhus kanan sedikit lebih banyak daripada di

    bronkhus kiri.

    GEJALA

    Gejala klinis yang terjadi tergantung dari letak benda asing tersebut di saluran nafas. Gejala- gejala ini

    penting untuk diketahui, supaya diagnosis dapat ditegakkan secepatnya untuk mencegah kerusakan saluran

    nafas yang lebih parah. Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3 stadium, yaitu :

    Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk batuk hebat secara tiba tiba, rasa tercekik, rasa

    tersumbat di tenggorokan, bicara gagap dan obstruksi jalan napas.

    Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatik. Hal ini terjadi karena benda asing

    tersebut tersangkut,refleks refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang.

    Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi

    terhadap benda asing, sehingga timbul batu batuk, hemoptisis, pnemonia dan abses paru.

    Benda asing di hidung

    Hidung tersumbat oleh sekret mukopurulen yang banyak dan berbau busuk di satu sisi rongga hidung, kanan

    atau kiri, tempat adanya benda asing. Setelah sekret hidung dihisap, benda asing akan tampak dalam

    kavum nasi. Kadang disertai rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampak edema

    dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.

    Bila benda asing tersebut adalah binatang lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit berhenti meskipun

    sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi anterior tampak benda asing berwarna coklat tua, lunak pada

    perabaan dan melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring. Cara mengeluarkan benda asing dari dalam

    hidung adalah dengan memakai pengait.

    Benda asing di laring

    Benda asing dilaring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara atau berada di subglotis. Gejala

    sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak benda asing. Sumbatan total di laring akan

    menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu

    singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afoni,

    apne dan sianosis.

    Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang

    disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subjektif dari benda asing dan dipsnea

    dengan derajat bervariasi.

    Jakson membagi sumbatan pada laring menjadi 4 stadium dengan tanda dan gejala :

    Stadium 1

    Cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu inspirasi dan pasien masih

    tenang.

    Stadium 2

    Cekungan pada waktu inspirasi didaerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya

    cekungan didaerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.

    Stadium 3

  • Cekungan selain didaerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di infraklavikula dan sela- sela iga, pasien

    sangat gelisah dan dispnea. Stridor terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi.

    Stadium 4

    Cekungan-cekungan di atas bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis.

    Jika keadaan ini berlangsung terus maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena

    hiperkarpnea. Pasien lemah dan tertidur, akhirnya meninggal karena asfiksia.

    Pada anak dengan sumbatan total pada laring dapat dicoba dengan memegang anak dengan posisi terbalik,

    kepala dibawah, kemudian daerah punggung dipukul. Cara lain adalah dengan perasat Heimlich. Pada

    sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal ini pasien

    masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau

    bronkoskopi, atau kalau alat alat tersebut tidak ada dilakukan traekostomi.

    Perasat Heimlich Hentakan perut pada pasien/korban dewasa dan anak yang sadar.

    1) Penolong berdiri dibelakang pasien/korban posisikan tangan penolong memeluk diatas perut korban

    melalui ketiak korban.

    2) Sisi genggaman tangan penolong diletakkan diatas perut pasien/korban tepat pada pertengahan antara

    pusar dan batas pertemuan iga kiri dan kanan

    3) Letakkan tangan lain penolong diatas genggaman pertama ,lalu hentakkan tangan penolong kearah

    belakang dan atas, posisi kedua siku penolong ke arah luar. lakukan hentakan sambil meminta

    pasien/korban membantu memuntahkannya

    4) Lakukan berulang-ulang sampai berhasil / sampai pasien/korban tidak respon / tidak sadar .

    Hentakan perut pada pasien/korban dewasa dan anak, tidak sadar.

    1) Baringkan pasien/korban dalam posisi terlentang.

    2) Upayakan memberikan bantuan pernafasan, bila gagal upayakan perbaikan posisi dan coba ulangi

    pemberian nafas bantuan. Bila gagal lanjutkan kelangkah berikut.

    3) Berlututlah demikian rupa sehingga paha pasien/korban diapit oleh lutut penolong lalu tempatkan

    tumit tangan sedikit diatas pusat tepat pada garis tengah antara pusat dan pertemuan rusuk kiri dan

    kanan.

    4) Lakukan 5 kali hentakan perut ke arah atas

    5) Periksa mulut pasien/korban dan lakukan sapuan jari .Bila perlu dapat dilakukan penarikan rahang

    bawah (pada anak kecil dan bayi dilakukan hanya bila bendanya terlihat).

    6) Bila belum berhasil ulangi langkah 2-5 berulang-ulang sampai jalan nafas terbuka.

    Hentakan dada pada pasien/korban dewasa yang kegemukan atau wanita hamil yang sadar.

    1) Berdirilah dibelakang pasien/korban. Lengan memeluk pasien/korban melalui bawah ketiak dibagian

    dada.

    2) Posisikan tangan membentuk kepalan seperti pada hentakan perut tepat di atas pertengahan

    tulang dada.

    3) Lakukan hentakan dada sama seperti pada pasien yang sadar

    4) Lanjutkan sampai jalan nafas terbuka atau pasien/korban menjadi tidak sadar.

    Hentakan dada pada pasien/korban dewasa yang kegemukan atau wanita hamil yang tidak sadar.

    Langkahnya sama seperti pada pasien/korban dewasa atau anak yang tidak sadar hanya posisi penolong

    berlutut disamping pasien/korbanletakkan tumit tangan pada pertengahan tulang dada.

    II. Trauma Laring23

    Trauma yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas biasanya terjadi pada laring. Trauma pada laring dapat

    berupa trauma tumpul yang dapat menghancurkan struktur laring juga menyebabkan cedera pada jaringan

    lunak seperti otot, saraf, dan pembuluh darah. Hal ini dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti

    leher terpukul oleh tangkai pompa air, leher membentur dash board dalam kecelakaan waktu mobil berhenti

    tiba-tiba, tertendang atau terpukul waktu berolah raga beladiri, berkelahi, dicekik atau usaha bunuh diri

  • dengan menggantung diri. Trauma akibat tindakan medik juga dapat menyebabkan sumbatan jalan napas atas

    seperti tindakan pemasangan endotrakeal tube (ETT) oleh tenaga medis yang kurang terampil sehingga

    mengakibatkan terjadi pembengkakan jalan napas. Pemakaian ETT yang terlalu lama juga sehingga terjadi

    stenosis pada laring atau trakea.

    Gejala klinik

    o Stridor o Suara serak ( disfoni ) sampai suara hilang ( afoni ) Hemoptisis o Disfagia ( sulit menelan ) Odinofagia ( nyeri menelan )

    III. Neoplasma

    Tumor hidung10

    Hidung dan sinus paranasal atau juga disebut sinonasal merupakan rongga yang dibatasi oleh tulang tulang

    wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah ini sulit di ketahui

    secara dini. Asal tumor primer juga sulit ditentukan, apakah dari hidung atau sinus karena biasanya pasien

    berobat dalam keadaan penyakit telah lanjut dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan seluruh sinus.

    Hampir seluruh tumor jinak dan ganas dapat tumbuh di daerah sinonasal. Termasuk tumor jinak epitelial

    yaitu adenoma dan papiloma, yang non epitelial yaitu fibroma, angiofibroma, hemangioma, neurilemomma,

    osteoma, displasia fibrosa dan lain lain. Disamping itu ada tumor odontogenik misalnya ameloblastoma atau

    adamantinoma, kista tulang dan lain lain.

    Tumor ganas epitelial adalah karsinoma sel skuamosa, kanker kelenjar liur, adenokarsinoma, karsinomatanpa

    diferensiasi dan lain-lain. Jenis nonepitelial ganas adalah hemangioperisitoma, bermacam macam sarkoma

    termasuk rabdomiosarkoma dan osteogenik sarkoma ataupun keganasan limfoproliferatif seperti limfoma

    malignum, plasmasitoma ataupun polimorfik retikulosis sering juga ditemukan didaerah ini.

    Gejala dan tanda

    Gejala tergantung dari asal primer tumor serta arah dan perluasannya. Tumor di dalam sinus maksila biasanya

  • tanpa gejala. Gejala timbul setelah tumor besar, mendorong atau menembus dinding tulang meluas ke rongga

    hidung, rongga mulut, pipi atau orbita. Tergantung dari perluasan tumor, gejala dapat dikatagorikan sebagai

    berikut :

    Gejala nasal

    obstruksi hidung unilateral dan rinore. Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang

    besar dapat mendesak tulang hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya

    berbau karena mengandung jaringan nekrotik.

    Gejala orbita

    Perluasan tumor kearah orbita menimbulkan gejala diplopia, proptosis atau penonjolan bola mata,

    oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.

    Gejala oral

    Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosessus

    alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyah. Sering kali pasien datang ke

    dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah dicabut.

    Gejala fasial

    Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi. Disertai nyeri, anestesia atau parestesia muka

    jika mengenai nervus trigeminus.

    Gejala intrakranial

    Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus.

    Dapat disertai likuorea, yaitu cairan otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasannya sampai ke fossa

    kranii media maka saraf saraf kranial lainnya juga terkena. Jika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus

    akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertain anestesia dan parestesi daerah yang dipersyarafi N.

    Maksilaris dan mandibularis.

    Pemeriksaan penunjang Foto polos sinus paranasal

    CT scan

    Magnetic Resonance Imaging ( MRI )

    Penatalaksanaan Operasi

    Kemoterapi

    Radiasi

    Karsinoma nasofaring11

  • www. cahayamasadepan.blogspot.com

    Karsinoma nasofaring ( KNF ) merupakan penyakit keganasan yang paling sering ditemukan di bidang

    penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Dalam urutan 5 besar tumor ganas dengan frekuensi tertinggi, ia

    menduduki tempat ke empat setelah kanker mulut rahim, payudara dan kulit.

    Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari penyakit ini, disamping gejala dini lain yang

    berupa hidung buntu atau hidung keluar darah, tetapi gejala tersebut sering tidak terpikirkan oleh dokter

    pemeriksa bahwa penyebanya adalah tumor ganas di nasofaring, sehingga baru di ketahui bila penyakit sudah

    dalam keadaan lanjut. Gangguan pengdengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa penuh di telinga ,

    telinga berbunyi atau rasa nyeri di telinga.

    Lokasi permulaan tumbuh KNF, tersering di fosa Rosemuller, sebab daerah tersebut merupakan daerah

    peralihan epitel.

    Dalam penyebarannya, tumor dapat mendesak Tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan otot Levator

    Palatini., yang berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba terganggu dan mengakibatkan gangguan

    pendengaran berupa menurunnya pendengaran tipe Konduksi yang bersifat Reversibel.

    ETIOLOGI

    Penyebab penyakit ini dikatakan bahwa beberapa faktor saling berkaitan sehingga akhirnya disimpulkan

    bahwa penyebab penyakit ini adalah multifaktor.

    Kaitan antara suatu kuman yang di sebut sebagai virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan

    sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini.

    KLASIFIKASI WHO

    1. Tipe. 1 : Karsinoma sel skuamosa dengan berkeratinisasi

    2. Tipe 2 : Karsinoma sel skuamosa tanpa keratinisasi

    3. Tipe 3 : Karsinoma tanpa diferensiasi

    GEJALA DINI

    Karena KNF bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, maka diagnosis dan pengobatan yang sedini

    mungkin memegang peranan penting untuk mengetahui gejala dini KNF dimana tumor masih terbatas di

    rongga nasofaring.

    Gejala telinga :

    gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

    eustachius ( fosa Rosenmuller ). Gangguan dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman pada telinga sampai

    rasa nyeri di telinga.

    Gejala Hidung

    Epistaksis. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi

    pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan

    seringkali bercampur dengan ingus. Sumbutan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke

    dalam rongga hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan

    gangguan penciuman dan adanya ingus kental.

    Gejala mata

    Karena nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang, maka gangguan

    beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum

    akan mengenai saraf otak ke III, IV, V, VI, sehingga tidak jarang gejala diplopia lah yang membawa

    pasien ke dokter mata.

  • Gejala saraf

    Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI, XII jika penjalaran melalui foramen

    jugulare. Gangguan ini sering disebut dengan sindrom Jakson. Bila sudah mengenai seluruh saraf otak disebut

    sindrome unilateral.

    Gejala akibat metastasis

    Sel-sel kanker dapat ikur mengalir bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh

    dari nasotoring, hal ini yang disebut metastasis jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini

    terjadi, menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk.

    STADIUM

    Stadium T = Tumor

    Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (2002). T = Tumor primer

    T0 - Tidak tampak tumor.

    T1 - Tumor terbatas di nasofaring

    T2 - Tumor meluas ke jaringan lunak

    T2a : perluasan tumor ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring

    T2b : disertai perluasan ke parafaring

    T3 Tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal T4 - Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau terdapat keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal,

    hipofaring, orbita atau ruang mastikator

    N = Nodule

    N Pembesaran kelenjar getah bening regional . NX- pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

    N0 - Tidak ada pembesaran.

    N1 metastasis kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm diatas fossa supraklavikula .

    N2 - . metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm

    diatas fossa supraklavikula

    N3 - metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak didalam

    fossa supraklavikula.

    N3a : ukuran lebih dari 6 cm

    N3b : di dalam fossa supraklavikula

    M = Metastasis

    M = Metastesis jauh

    MX metastase jauh tidak dapat dinilai M0 - Tidak ada metastesis jauh.

    M1 Terdapat Metastesis jauh .

    Stadium :

    Stadium O : T1s dan N0 dan M0

    Stadium I : T1 No Mo

    Stadium II A : T2a dan No dan Mo

    Stadium II B : T1 N1 Mo

    T2a N1 Mo

    T2b No, N1 Mo

    Stadium III : T1 N2 dan M0

    T2a, T2b N2 Mo

    T3 N2 Mo

    Stadium IVa : T4 N0, N1, N2 dan M0

  • IVb : semua T N3 Mo

    IVc : semua T semua N M1

    Penatalaksanaan Stadium I : radioterapi

    Stadium II & III : kemoradiasi

    Stadium IV dengan N < 6 cm : kemoradiasi

    Stadium IV dengan N > 6 cm : kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

    Angiofibroma nasofaring belia12

    Angiofibroma nasofaring (angiofibroma nasopharynx/ nasopharyngeal angiofibroma) adalah suatu tumor

    jinak nasofaring yang secara histologik jinak namun secara klinis bersifat ganas karena mendestruksi tulang

    dan meluas ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus paranasalis, pipi, mata dan tengkorak, serta sangat

    mudah berdarah yang sulit dihentikan. Jinak tetapi merupakan tumor pembuluh darah lokal yang agresif

    dari anak atau remaja laki-laki, pernah juga dilaporkan pada perempuan tetapi sangat jarang.

    Itulah sebabnya tumor ini disebut juga angiofibroma nasofaring belia (Juvenile nasopharyngealangiofibroma).

    GEJALA KLINIK

    Gejala

    1. Paling sering mengenai anak dan remaja laki-laki.Umumnya pada dekade ke-2, antara 7-19 tahun. Jarang

    pada pasien dengan umur lebih dari dua puluh lima tahun.

    2. hidung tersumbat

    3. Obstruksi nasal.

    4. Epistaksis.

    5. Rinore kronis

    6. Gangguan penciuman

    7. Gangguan pendengaran

    8. Otalgia

    Stadium

    Klasifikasi menurut Sessions :

    o Stadium IA : Tumor terbatas pada nares posterior dan atau nasofaringeal voult. Stadium IB : Tumor terbatas pada nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan meluas sedikitnya satu sinus

    paranasalis.

    o Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterygomaksillaris. o Stadium IIB : Tumor meluas memenuhi fossa pterygomaksillaris tanpa erosi tulang orbita. o Stadium IIIA : Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke intrakranial. o Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa meluas ke sinus kavernosus.

    Pentalaksanaan Operasi

    Terapi hormonal

    Radioterapi

  • Tumor Laring13

    Tumor jinak laring

    Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan , hanya kurang lebih 5 % dari semua jenis tumor laring.

    Tumor jinak laring dapat berupa :

    o Papiloma laring o Adenoma o Kondroma o Mioblastoma sel granuler o Hemangioma Lipoma

    Neurofibroma

    Tumor ganas laring Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat

    dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan

    asbestosis. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan

    debu kayu.

    Klasifikasi letak tumor :

    o Supraglotik o Glotik o Subglotik

    IV. Infeksi

    Epiglotitis3

  • Aaron's Tracheostomy

    Epiglottitis akut biasanya terjadi pada anak yang lebih tua daripada penderita croup yaitu antara 3-6 tahun

    biasanya disebabkan oleh H.influenzae. Gejala klinis epiglottitis akut berupa nyeri tenggorok (sore throat),

    nyeri menelan (odinofagia) yang mengakibatkan sulit menelan (disfagia), suara berubah (muffled voice atau

    hot potato voice), demam sampai menggigil, stridor inspirasi dan sesak nafas karena sumbatan jalan nafas.

    Anak lebih suka posisi duduk, dagu lebih maju dan leher hiperekstensi untuk menjaga agar jalan nafas tetap

    terbuka.

    Pemeriksaan penunjang : foto leher lateral: dapat terlihat obstruksi supraglotis karena pembengkakan

    epigloti(thumb sign)

    laboratorium : pemeriksaan darah menunjukkan lekosit meningkat, pada hitung jenis tampak pergeseran ke

    kiri.

    Bila fasilitas tersedia : dari pemeriksaan hapusan tenggorokan dan biakan darah dapat ditemukan

    Haemophylus Influenza tipe B.

    Penatalaksanaan : Pemilihan antibiotik :

    Ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis

    Kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis

    Sefalosporin Generasi 3 (Cefotaksim atau Ceftriakson)

    Bila panas dapat diberikan antipiretik Seringkali memerlukan tindakan trakeostomi Croup Sindrom4,19

  • www.andorrapediatrics.com/.../croup.htm

    Croup atau laringotrakeobronkitis akut (LTBA) merupakan penyakit peradangan akut di daerah

    subglotis larings, trakea, dan bronkus. Penyakit ini merupakan penyebab tersering obstruksi saluran nafas

    atas pada anak-anak dan biasanya ditandai dengan suara serak, batuk kering seperti menggonggong, dan

    stridor inspirasi. Biasanya menyerang pada bayi dan anak- anak. penyebabnya dapat bermacam-macam.

    Penyebab paling sering sering adalah virus. Penyebab lain adalah bakteri, reaksi alergi, bahan yang

    mengiritasi seperti cairan lambung.

    PATOFISIOLOGI

    Adanya faktor infeksi (virus, bakteri, jamur), mekanis dan/atau alergi dapat menyebabkan terjadinya

    inflamasi, eritema dan edema pada laring dan trakea, sehingga mengganggu gerakan plica vocalis. Diameter

    saluran napas atas yang paling sempit adalah pada bagian trakea dibawah laring (subglottic trachea). Adanya

    spasme dan edema akan menimbulkan obstruksi saluran napas atas. Adanya obstruksi akan meningkatkan

    kecepatan dan turbulensi aliran udara yang lewat. Saat aliran udara ini melewati plica vocalis dan

    arytenoepiglottic folds, akan menggetarkan struktur tersebut sehingga akan terdengar stridor. Awalnya stridor

    bernada rendah (low pitched), keras dan terdengar saat inspirasi tetapi bila obstruksi semakin berat stridor

    akan terdengar lebih lemah, bernada tinggi (high pitched) dan terdengar juga saat ekspirasi. Edema pada

    plica vocalis akan mengakibatkan suara parau. Kelainan dapat berlanjut hingga mencapai brokus dan alveoli,

    sehingga terjadi laringotrakeobronkitis dan laringotrakeobronkopneumonitis. Pada spasmodic croup terjadi

    edema jaringan tanpa proses inflamasi. Reaksi yang terjadi terutama disebabkan oleh reaksi alergi terhadap

    antigen virus dan bukan akibat langsung infeksi virus.

    PENYEBAB SINDROMA CROUP

    INFEKSI : terbanyak infeksi virus

    Bakteri : Hemofilus influenza tipe B, Corynebacterium difteri

    Virus : Para influenza 1,2,3; Infuenza; Adeno;Entero; RSV, morbilli

    Jamur : Candida albican

    MEKANIK :

    o Benda asing

    o Pasca pembedahan

    o Penekanan masa ekstrinsik

    ALERGI : Sembab angioneurotik

  • GEJALA KLINIS SINDROMA CROUP

    Gejala klinis awali dengan suara serak, batuk menggonggong dan stridor inspiratoir. Bila terjadi obstruksi

    stridor akan makin berat tetapi dalam kondisi yang sudah payah stridor melemah. Dalam waktu 12-48 jam

    sudah terjadi gejala obstruksi saluran napas atas. Pada beberapa kasus hanya didapati suara serak dan batuk

    menggonggong, tanpa obstruksi napas. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 3 sampai 7 hari. Pada kasus

    lain terjadi obstruksi napas yang makin berat, ditandai dengan takipneu, takikardia, sianosis dan pernapasan

    cuping hidung. Pada pemeriksaan toraks dapat ditemukan adanya retraksi supraklavikular, suprasternal,

    interkostal, epigastrial. Bila anak mengalami hipoksia, anak akan tampak gelisah, tetapi jika hipoksia

    bertambah berat anak tampak diam, lemas, kesadaran menurun. Pada kondisi yang berat dapat menjadi gagal

    napas. Pada kasus yang berat proses penyembuhan terjadi setelah 7-14 hari.

    Laringitis22

    INFO KESEHATAN THT-BEDAH KEPALA LEHER

    Laringitis adalah suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus dan dapat pula disebabkan oleh

    bakteri. Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi laringitis akut dan kronis(1,2).

    Laringitis akut merupakan radang laring yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya

    disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1, 2, 3), rhinovirus dan

    adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,

    Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

    Laringitis akut lebih banyak dijumpai pada anak-anak (usia kurang dari 3,5 tahun), namun tidak jarang

    dijumpai pada anak yang lebih besar, bahkan pada orang dewasa atau orang tua.

    Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerinksaan

    penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan gejala demam, malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat

    tidur, yang dapat berlangsung selama 3 minggu, dan dapat keadaan berat didapatkan sesak nafas, dan anak

    dapat biru-biru. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sakit berat, demam, terdapat stridor inspirasi, sianosis,

    sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung dan/atau retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat

    meningkat, dan adanya takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan sushu badan merupakan tanda

    hipoksia.

    Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari

    pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.

    Pemeriksaan darah rutin tidak memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis.

    Pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun

    pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab.

    Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus,

    faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.

    Laringitis akut pada anak sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang kemudian mengakibatkan

    terjadinya distres respirasi akut, yang apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian. Hal

    ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

    a. Agen penyebab laringitis akut, terutama virus menyebabkan inflamasi, peningkatan

    produksi mukous, dan berkurang atau hilangnya aktivitas silia di saluran nafas.

  • b. Diameter saluran nafas pada anak lebih kecil dibanding orang dewasa, sehingga inflamasi dan

    produksi mukous yang meningkat dapat dengan cepat menyebabkan obstruksi saluran nafas yang

    hebat

    c. Subglotis terdiri dari kartilago cricoid yang kaku, sehingga inflamasi dan edema di daerah ini

    akan semakin memperkecil diameter saluran nafas

    d. Kolaps dinamik (yaitu menyempitnya saluran nafas bagian atas pada saat fase inspirasi)

    cenderung terjadi pada anak kecil oleh karena struktur kartilago trakea yang belum sempurna.

    e. Bayi dan anak amat rentan terhadap kelelahan otot nafas dan gagal nafas akibat peningkatan

    kerja nafas.

    Tonsilitis24

    Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan

    ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong

    melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil

    palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam

    sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis

    sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan

    virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti

    organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh

    untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan

    infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3

    macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.

    1. TONSILITIS AKUT ETIOLOGI

    Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus,

    Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini.

    Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius.

    MANIFESTASI KLINIK

    Tonsillitis Streotokokus grup A harus dibedakan dri difteri, faringitis non bacterial, faringitis bakteri bentuk

    lain dan mononucleosis infeksiosa. Gejala dan tanda-tanda yang ditemukan dalam tonsillitis akut ini meliputi

    suhu tubuh naik hingga 40o celcius, nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang berbau, suara

    akan menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di persendian, tidak nafsu

    makan, dan rasa nyeri di telinga. Pada pemeriksaan juga akan nampak tonsil membengkak, hiperemis, dan

    terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna akan tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula

    membengkak dan nyeri tekan.

    KOMPLIKASI

    Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, septicemia, bronchitis,

    nefritis akut, miokarditis, dan arthritis

  • 2. TONSILITIS MEMBRANOSA

    Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa beberapa diantaranya

    yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent.

    2.1 TONSILITIS DIFTERI

    ETIOLOGI

    Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram positis

    pleomorfik5penghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat

    mematikan bila terinfeksi bakteriofag.

    MANIFESTASI KLINIS

    Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun. Penularan melalui udara,

    benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa in kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini

    adalah terjadi kenaikan suhu subfebril, nyeri tenggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah,

    dan nadi lambat. Gejala local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor

    makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini melekat erat pada

    dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan serak dan

    stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa

    leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada

    jantung berupa miokarditis sampai decompensation cordis .

    KOMPLIKASI

    Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan otot mata, otot faring

    laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan albuminuria.

    DIAGNOSIS

    Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis karena penundaan pengobatan

    akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent

    antibody technique yang memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan

    pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro. Cara PCR

    (Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi pemeriksaan ini mahal dan

    masih memerlukan penjagn lebih lanjut untuk menggunakan secara luas.

    2.2 TONSILITIS SEPTIK

    Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala susu sapi sehingga dapat

    timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.

    ANGINA PLAUT VINCENT ETIOLOGI

    Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta kuman spirilum dan

    basil fusi form.

    MANIFSTASI KLINIS Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri kepala, badan lemah, dan terkadang

    terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.

    PEMERIKSAAN

    Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring,

    gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar submanibula membesar.

    3. TONSILITIS KRONIS

  • ETIOLOGI

    bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun terkadang bakteri berubah

    menjadi bakteri golongan Gram negatif.

    FAKTOR PREDISPOSISI

    Mulut yang tidk hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat, rangsangan kronik karena rokok

    maupun makanan.

    MANIFESTASI KLINIS

    Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang, tenggorokan terasa kering, pernapasan

    berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan

    terisi detritus.

    KOMPLIKASI

    Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum, endokarditis, arthritis,

    miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.

    Abses retrofaring14

    Penyakit ini biasanya ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia

    tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa, masing masing 2 5 buah pada sisi kanan dan kiri. Kelenjar ini menampung aliran limfe dari hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba eustachius dan

    telinga tengah. Pada usia diatas 6 tahun kelenjar limfa akan mengalami atrofi.

    Gejala dan tanda

    Gejala utama adalah rasa nyeri dan sukar menelan. Juga terdapat demam, leher kaku dan nyeri. Dapat

    timbul sesak napas karena sumbatan jalan napas, terutama di hipofaring. Bila proses peradangan berlanjut

    sampai mengenai laring dapat timbul stridor. Sumbatan oleh abses juga dapat mengganggu resonansi suara

    sehingga terjadi perubahan suara.

    Pada dinding belakang faring tampak benjolan, biasanya unilateral. Mukosa terlihat bengkak dan hiperemis.

    Terapi

    Antiiotik

    Pungsi dan insisi abses

    V. Gangguan Neurogenik Pada Laring

    Parese pita suara bilateral25

    Kelumpuhan pita suara bilateral

    Dengan adanya kelumpuhan pita suara bilateral, pita suara tidak dapat abduksi, terjadinya obstruksi

    laring, penderita sesak napas. Pada keadaan ini perlu trakeostomi. Dengan melakukan aritenoidektomi

    pada bedah-mikro-laring, maka glotis menjadi luas sehingga penderita dapat bernapas tanpa trakeostomi

    lagi.

    Secara umum terdapat 5 posisi dari korda vokalis sesuai dengan derajat ostium laringeus : median,

    paramedian, intermedia, sedikit abduksi dan abduksi penuh. Jika paralisis terjadi bilateral, posisi posisi ini

    di tandai dengan mengamati ukuran celah glotis. Jika paralisis terjadi unilateral, maka pengamatan

    pertama tama harus memperkirakan posisi garis tengah sebenarnya dan kemudian menghubungkannya

    dengan posisi korda vokalis. Gejala paralisi korda vokalis adalah suara parau, stridor atau bahkan kesulitan

    menelan tergantung pada penyebabnya.

  • Tiap lesi sepanjang perjalanan nervus laringeus rekurens dapat menimbulkan paralisis laring. Lesi

    intrakranial biasanya disertai gejala gejala lain dan lebih bermanifestasi sebagai gangguan neurologis

    dan bukannya gangguan suara atau artikulasi. Lesi batang otak terutama menimbulkan gangguan suara,

    namun dapat pula disertai tanda tanda neurologis lain. Sklerosis multipel, tumor batang otak, dan

    sklerosis lateral amiotrafik mungkin disertai gejala suara yang cukup bermakna.

    Lesi pada dasar kranium yang secara selektif melibatkan satu atau lebih saraf kranialis termasuk

    tumor nasofaring, aneurisma dan tumor neurogenik. Tumor yang berasal dari spasium laterofaringeus serta

    dari lobus profunda kelenjar parotis, juga dapat menyebabkan paralisis korda vokalis. Demikian pula

    tiroidektomi atau pembedahan leher lainnya. Tekanan mekanis dari struktur kardiovaskular yang berdilatasi

    atau abnormal, kista yang teregang atau adenopati hilus yang membesar dengan cepat, dapat pula

    menimbulkan paralisis korda vokalis.

    Bahkan setelah evaluasi menyeluruh, bebeapa kasus paralisis korda vokalis tetap tidak dapat diterangkan.

    Paralisis idiopatik ini diduga beretiologi virus. Bila disebut idiopatik, maka harus dilakukan pengamatan

    jangka panjang dengan pemeriksaan berulang. Kasus karsinoma tersamar khususnya pada tiroid, dapat

    tampil idiopatik pada stadium dini. Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk evaluasi paralisis

    korda vokalis termasuk radiogram dada ( pandangan anteroposterior dan lateral ), esofagogram, CT scan,

    sidik tiroid yodium radioaktif, radiogram vertebra servikalis, radiogram kranium, hitung sel darah putih (

    untuk leukimia ), nitrogen urea darah, titer virus dan uji toleransi glukosa ( neuropati diabetika ). Pemeriksaan

    laring tentunya harus dilakukan secara langsung atau dengan memakai cermin. Palpasi artikulasio

    krikoaritenoidea dilakukan untuk membedakan fiksasi karena peradangan dengan paralisis korda vokalis.

    Fiksasi seperti itu mungkin akibat dari artitis reumatoid, trauma laring atau pemasangan tuba endotrakea.

    Paralisis korda vokalis unilateral pada anak memiliki ciri tambahan. Karena ukuran glotis yang kecil,

    maka paralisis unilateral pada anak dapat membahayakan jalan napas., sehingga secara klinis mengakibatkan

    stridor. Banyak pasien kembali mendapat fungsi korda vokalis yang normal baik karena saraf yang

    memulih dan dapat menggerakkan korda vokalis, ataupun karena

    kompensasi korda vokalis satunya, yang menyeberangi garis tengah untuk menempel dengan korda vokalis

    yang lumpuh. Hal ini dimungkinkan bila mana korda vokalis yang paralisis berada dalam posisi paramedian.

    Paralisis korda vokalis bilateral menampilkan masalah yang berbeda. Karena kedua korda vokalis biasanya

    dalam posisi paramedian, maka suara tidak terlalu terpengaruh, akan tetapi rima glotis tidak cukup lebar

    untuk kegiatan yang menghabiskan tenaga. Pasien bahkan mengalami sesak napas pada waktu istirahat.

    Biasanya pasien dengan paralisis korda vokalis bilateral mempunyai korda vokalis yang hampir

    melekat, sehingga sebagian besar memerlukan trakeostomi guna mengurangi obstruksi jalan napas.

    Pengobatan pada paralisis korda vokalis adalah terapi suara dan bedah pita suara.

    DIAGNOSIS SUMBATAN SALURAN NAPAS ATAS3,4 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

    penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui letak sumbatan,

    diantaranya adalah :

    o Laringoskop. Dilakukan bila terdapat sumbatan pada laring. Laringoskop dapat dilakukan secara direk dan indirek.

    o Nasoendoskopi o X-ray. Dilakukan pada foto torak yang mencakup saluran nafas bagian atas. Apabila sumbatan

    berupa benda logam maka akan tampak gambaran radiolusen. Pada epiglotitis didapatkan

    gambaran thumb like.

    o Foto polos sinus paranasal CT-Scan kepala dan leher Biopsi o

    PENATALAKSAAN

    Dalam penatalaksanaan sumbatan pada prinsipnya diusahakan supaya jalan napas lancar kembali.

    Tindakan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, serta pemberian oksigen

    intermiten dilakukan sumbatan stadium 1 yang disebabkan peradangan. Tindakan operatif atau resusitasi

    untuk membebaskan jalan napasini dapat dengan cara memasukkan pipa endotrakea melalui mulut

    (intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma atau melakukan

  • krikotirotomi.

    Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan stadium

    2 dan 3, sedang krikotirotomi dilakukan pada sumbatan stadium 4. Tindakan operatif atau resusitasi

    dapat dilakukan berdasarkan analisis gas darah (pemeriksaan gas darah).

    Bila fasilitas tersedia, maka intubasi endo trakea pilihan pertama, sedangkan jika ruangan intensif

    tidak tersedia, sebaiknya dilakukan trakeostomi. Apabila pada sumbatan laring total dilakukan prasat

    Heimlich untuk pertolongan pertama untuk mencegah kematian.

    INTUBASI ENDOTRAKEA5,20

    Indikasi intubasi endotrakea :

    Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas

    Membantu ventilasi

    Memudahkan menghisap secret dari traktus trakeobronkial

    Mencegah aspirasi secret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari lambung

    Pipa endotrakea dibuat dari bahan polyvinilchloride dengan balon (cuff) pada ujungnya dapat diisi dengan

    udara. Ukuran pipa endotrakea harus sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk orang

    dewasa dipakai yang diameter dalamnya 7-8,5 mm. pipa endotrakea yang dimasukkan melalui hidung

    dapat dipergunakan untuk beberapa hari. Secara umum dapat dikatakan bahwa intubasi endotrakea

    jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan trakeostomi. Komplikasi yang dapat

    timbul adalah stenosis laring atau trakea.

    Gambar. Endotrakeal Tube

    TEKNIK INTUBASI

    Posisi pasien tidur terlentang leher fleksi sedikit dan kepala ekstensi

    Laringoskop dengan spatel bengkok di pegang dengan tangan kiri, dimasukkan melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah terdorong kekiri

    Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula lalu laringoskop diangkat keatas sehingga pita

    suara dapat terlihat.

  • Dengan tangan kanan pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui celah antara kedua pita

    suara kedalam trakea.

    Pipa endotrakea dapat pula dimasukkan melalui lubang hidung sampai rongga mulut dan dengan

    cunam magill ujung pipa endotrakea dimasukkan kedalam celah antara kedua pita suara sampai ke

    trakea.

    Kemudiian balon diisi dengan udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik.

    Apabila menggunakan laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur telentang pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah diekstensikan maksimal.

    Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal ke atas bersama-sama sehingga laring jelas

    terlihat.

    Pipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui celah pita suara sampai di trakea.

    Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan plester.

    TRAKEOSTOMI5

    Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakea untuk bernapas.

    BAB IV KESIMPULAN Sumbatan saluran napas atas adalah salah satu keadaan suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi untuk

    mencegah kematian.1

    Sumbatan dapat bersifat sebagian, dapat juga sumbatan total. Pada sumbatan ringan dapat mrnyebabkan

    sesak, sedangkan sumbatan yang lebih berat namun masih ada sedikit celah dapat menyebabkan sianosis

    gelisah bahkan penurunan kesadaran. Pada sumbatan total bila tidak ditolong dengan segera dapat

    menyebabkan kematian1.

    Sumbatan saluran napas atas dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infeksi virus dan bakteri, tumor,

    trauma bakar, reaksi bahan kimia, reaksi alergi, benda asing dan trauma. Sumbatan sering terjadi pada laring

    dikarenakan menyempitnya jalan napas.

    Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sumbatan jalan napas atas adalah dengan medika mentosa. Dapat

    pula dilakukan tindakan intubasi endotrakeal, trakeostomi dan krikotiroitomi. Untuk tindakan pertama pada

    sumbatan total laring dapat dilakukan prasat Heimlich